Ceritasilat Novel Online

Rahasia Kaum Falasha 4

Rahasia Kaum Falasha Karya Mahardhika Zifana Bagian 4


"Ya," jawab Esa,
"Raja-raja Ethiopia yang terangkum dalam Dinasti Solonic adalah monarki tertua dan terpanjang di dunia. Nama Solomonic sebagai nama dinasti mempertegas
jati diri mereka sebagai keturunan Sulainan as"
"Lalu apa yang dikisahkan Kebra Nagasi tentang Menelik?" tanya Ummi Alifa
"Kebra Nagast mengisahkan bahwa Ratu Makeda alias Balqis mengandung Menelik, yang merupakan Putra Nabi Sulaiman as, setelah pertemuannya dengan Sulaiman
as di negeri Israel. Namun Makeda tak menyadari bahwa ia mengandung, karena itu setelah beberapa saat tinggal di Israel, ia kembali kekerajaannya lalu
melahirkan Menelik di Hamasien," Esa menjawab dengan uraian.
"By the way. untuk apa Makeda berkunjung ke Israel" Untuk sekadar kawin dengan Nabi Sulaiman as?" tanya Bayu. Esa geleng-geleng kepala. Ia tak habis
pikir, bagaimana mungkin Bayu tak pernah mendengar kisah yang masyhur itu.
"Qur'an menjawab pertanyaanmu itu," ujar Syaikh Rashed. Ia lalu membaca Surat An Nanl ayat 20-44'. Suara Syaikh Rashed sangat merdu dan syahdu, sehingga
mareka kemudian terdiam, bagai terhipnotis mendengar merdu dan indahnya ayat-ayat yang dikumandangkan Syaikh Rashed. Kemudian, Syaikh membacakan terjemah
ayat itu bagi mereka. Saat Syaikh Rashed usai, Esa melanjutkan
"Menurut Kebra Nagast, Menelik lalu dibesarkan dalan asuhan ibunya dan para tetua Kerajaan Saba hingga berusia enam belas atau delapan belas tahun. Saat
usianya enam belas atau delapan belas tahun itulah ia kembali ke kerajaan Israel untuk menemui ayahnya, Nabi Sulaiman as."
"Kemudian, menurut Kebra Nagast itu, apa yang terjadi dalan pertemuan itu?" tanya Nisa tak sabar.
"Sulainan alias Salomon menyambut gembira kehadiran putra yang baru dijumpainya itu. Selama dua tahun, Sulaiman as sempat mengasuh Menelik secara langsung
Kemudian Ratu Makeda meninggal dunia. Lalu Menelik pulang karena ia dipanggil para tetua negeri Saba untuk menjadi Raja menggantikan ibunya." Esa berhenti
biara, lalu ia mereguk teh dari cangkir di meja. Sejenak ia menarik napas panjang, kemudian ia melanjutkan,
"Sebelum Menelik berangkat, Raja Salomo telah memerintahkan para tukang untuk membuatkan duplikat dari Tabut Suci yang akan dihadiahkan kepada Menelik.
Maklumlah, Menelik adalah putra kesayangannya. Menurut Kebra Naga, Menelik ialah putra Sulaimanas yang paling taat kepada Allah. Namun pada saat pesta
perpisahan, Menelik membunuh para imam penjaga Tabut Suci dengan anggur yang dicampur racun. Lalu ia membawa Tabut Suci yang asli ke Aksum, Ethiopia, beserta
para imam yang benar-benar taat kepada Allah, karena ia melihat para pembantu Raja Salomo semuanya sudah tidak percaya kepada Allah lagi, karena itulah
Tabut Suci dicurinya dandibawa ke negaranya. Sedangkan duplikat dari Tabut Suci yang sejatinya untuk dirinya, ia
tinggalkan di dalam bait suci. Para imam di bait suci tak bisa membedakan Tabut yang asli dan duplikatnya. Maka, Menelik pun sukses membawa Tabut Suci
tersebut. Ia bersumpah hanya akan mengembalikan tabut suci ke Yerusalem jika bangsa Yahudi sudah tidak murtad lagi terhadap Allah, ternyata sampai dengan
3000 tahun kemudian hal ini belum terjadi." Syaikh Rashed mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Sulit dipercaya jika benar persitiwa itu terjadi," guman Ummi Alifa, seakan bicara sendiri. Nisa hendak bicara, namun Syaikh Rashed mendahuluinya,
"Well, sekarang sudah masuk waktu isya. Sebaiknya kita shalat dulu. Nanti kita lanjutkan lagi diskusi menarik
ini " Empat rakat shalat isya mereka rasakan cukup menenangkan hati dan pikiran .Zikir dan doa yang terpadu seusai shalat semakin mengokohkan ketenangan hati
dan pikiran itu. Namun tak urung kisah tentang Menelik dari kitab Kebra Nagasi yang diuraikan Esa dan Indra masih menggugah keingintahuan mereka. Maka
seusai shalat isya, mereka kembali berkumpul di ruang tengah. Josh menganti teh dalam teko dengan susu kambing panas. Semangat mereka pun kembali pulih
dengan ketenangan hati dan susu panas itu. Ummi Alifa menuang susu dari teko ke cangkir-cangkir. Lalu ia menyodorkan cangkir. cangkir itu ke hadapan setiap
orang yang duduk mengelilingi meja. Setelah itu ia duduk tenang di samping suaminya. Di sisi kanan mereka, Esa dan Nisa duduk bersisian, berhadapan dengan
Indra dan Bayu. "Aku tadi hendak mendukung pernyataan Ummi Alifa, cetus Nisa memulai pembicaraan.
"Rasanya agak kurang masuk akal jika Menelik tega mencuri tabut dan membunuh para Imam begitu saja. Bukankah ia menerima didikan langsung dari ayahnya
yang seorang Nabi?" "Betul juga, tambah Bayu,
"bisanyakan like father like son?"
"Dan menang tidak semua kisah itu akurat!" sambar Indra tiba-tiba.
"Maksudmu?" tanya Bayu.
"Ya.memang tidak semua kisah yang ada dalam Kebra Nagasi maupun dalam literatur-literatur Yahudi kuno itu dapat dipercaya Heri dan aku menemukannya dalam
manuskrip yang kami teliti itu"
"Apa"!"seru Esa.
"Masuk akal. masuk akal.," ujar Syaikh Rashed,
"seperti kau bilang, Indra. sejarah tergantung pada siapa yang menulisnya. Siapa yang berani menjamin jika para penulis Kebra Nagasi semuanya jujur"
Apalagi penulis literatur-literatur Yahudi.kitab suci saja bisa mereka ubah-ubah sekehendak hatinya."
"Begini..," lanjut Syaikh Rashed,
"bahkan gambaran tentang Sulaiman yang ada dalam Qur'an nyaris berbeda 180 derajat dengan gambaran dalam bible maupun literatur-literatur Yahudi lainnya."
"Hm.menarik juga. Jelaskanlah, Syaikh," pinta Nisa.
"Begini. Islam, melalui Qur'an, menempatkan Sulaiman sebagai Nabi, Rasul dan Raja yang mulia di sisi Allah. Dalam Qur'an, nama Sulaiman disebut langsung
sebanyak 22 kali dan tak satu pun di antara kalimatkalimat yang memuat penyebutan namanya mencitrakan dia sebagai sosok yang memiliki kelemahan. Ini berbanding
terbalik dengan Bible. Dalam Bible, Sulaiman digambarkan bukan sebagai Nabi, melainkan hanya salah satu raja Israel yang sukses dalam pembangunan fisik
namun bobrok dalam pembangunan moral. Bible mencitrakan Sulainan as sebagai tukang sihir yang juga gemar menyembah berhala."
"Apa?" seru Bayu dan Nisa hampir bersamaan.
"Menang begitu adanya, komentar Indra, dan manuskrip yang kuteliti bersama Heri membantah hal itu dan juga menguatkan keterangan Qur'an walau hanya secara
tersirat." "Yeah! Aku jadi tak sabar ingin mendengar ceritamu," ujar Esa,
"Jadi apa yang sebenarnya tertulis dalam manuskripmu itu?" Indra menghirup napas panjang panjang, lalu menghembuskannya dengan lirih
"Sebenarnya apa yang tertulis dalam manuskripku itu adalah variabel yang paling rasional dari berbagai legenda, dongeng, dan cerita tentang bagaimana
kaum Beta Israel bisa ada di Ethiopia, Indra mengawali ceritanya.
"Lembar pertama dari manuskrip itu isinya menceritakan garis besar pertemuan antara Makeda alias Balqis dengan Raja Salomto alias Sulaiman as, lanjut
Indra. "Isinya?" tanya Umi Alifa.
"Seratus persen sana dengan apa yang dikisahkan Qur'an dalam Surah An Nanl yang tadi dibaca Syaikh Rashed. Dalam manuskrip itu kisah dimulai dari
diterimanya surat Raja Salomo oleh Ratu Makeda. Lalu
berlanjut hingga Makeda akhirnya meninggalkan penyembahan matahari dan ikut menyembah Tuhannya Bani Israel."
"Lalu lembar kedua?" tanya Esa tak sabar.
"Lembar kedua mulai menceritakan pernikahan Makeda dengan Salomo dan kehamilan Makeda hingga ia akhirnya meninggalkan Israel dan kembali ke Kerajaan
Saba Saat perjalanan kembali itulah ia melahirkan Menelik." 'Lho. apa bedanya" Isinya nyaris sama dengan legenda-legenda dan apa yang tertulis dalam literatur
literatur Yahudi?" cetus Esa.
"Masalahnya ada pada lembar ketiga Aku yakin itulah penyebab mengapa orang-orang Zionis itu ingin menguasai manuskrip itu. Motif mereka adalah untuk
menutupi sejarah, selain ingin mendapatkan harta karun Nabi Sulaiman as tentunya. Mereka akan sangat malu sekali jika manuskrip keempat itu terungkap dan
tersebar keseluruh dunia," urai Indra, Indra menghela napas sejenak, kemudian mereguk susu kambing di cangkir. Sementara yang lain diam, menanti kelanjutan
cerita Indra. "Dalam lembar ketiga itu disebutkan alasan sesungguhnya mengapa Makeda kembali ke kerajaannya. Sebagai istri Sulaiman as, lazimnya ia selalu berada di
sisi suaminya, mendampinginya sebagaimana layaknya seorang istri. Apalagi.pernikahan seorang Ratu dan seorangRaja biasanya melambangkan penyatuan dua kerajaan'."
"Sebabnya?" sambar Nisa tak sabar."Tekanan politik dan SARA"," jawab Indra cepat,
"para pembesar Israel tak dapat menerima kenyataan bahwa raja mereka menikahi perempuan non-Israel alias gentile Benih chauvinismeYahudi memang telah
timbul sejak masa itu."
"Hal itu juga yang tak pernah habis kupikirkan," gumam Esa,
"mengapa orang Yahudi sangat rasis, ya?"
"Kebangan semu," sambar Syaikh Rashed,
"itulah jawabannya. Mereka merasa diri mereka sebagai Umat pilihan Allah. Begini. Israel adalah gelar yang diberikan Allah kepada nabi Nya, Yakub alaihissalam,
artinya adalah yang terpilih Dalam hal ini, yang terpilih oleh Allah sebagai hanba yang paling disayang-Nya. Atas dasar itu, anak cucu Israel alias Bani
Israel merasa diri mereka sebagai bangsa yang terpilih. Semua diana.
"Jadi tekanan politik dengan nuansa sentimen etnis adalah penyebab henkangnya Makeda dari sisi Sulaiman as," Indra melanjutkan,
"Makeda sebagai seorang gentile merasa tertekan oleh sikap para pembesar Israel yang kurang bisa menerima dirinya sebagai istri raja. Lalu lembar ketiga
itu juga mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada Ark of Coleran
"Apa itu?" tanya Bayu tak sabar.
"Menelik tidak mencuri Arl of Coenant!"
"Apa?" seru Esa,
"jadi bagaimana kejadian sebenarnya?"
"Sulaiman as memang sengaja memberikan Ark of Covenant pada Menelik."
"Tapi, apa sebabnya" Mengapa Ark of Colenant yang merupakan pusaka Israel diberikan begitu saja untukdibawa ke Kerajaan Saba?" Esa menghantarkan pertanyaan
susulan. Indra tersenyum.
"Esa. Ark of Covenant memang sebuah benda yang memiliki wujud fisik. Tapi hakekatnya, benda itu adalah simbol semata."
"Simbol apa maksudmu?" tanya Nisa.
"Aku mengerti, cetus Syaikh Rashed,
"Ark of Covenant adalah simbol tahta. Maksud Indra adalah Sulaiman as sesungguhnya mewariskan tahtanya pada Menelik. Jadi begini, secara tradisi, Ark
of Covenant, adalah pusaka yang harus dirawat dan dipelihara oleh raja-raja Israel. Ini berarti bahwa jika. Sulaiman as memang memberikan Ark of Coenan
pada Menelik, maka berarti."
"Sulaiman as mewariskan tahta raja Israel pada Menelik sambar Bayu cepat.
"Tepat sekali, saudaraku," ujar Indra.
"Bahkan Al-Qur'an pun mengisahkan bahwa Ark of Covena merupakan pertanda kekuasaan raja Israel," ujar Syaikh Rashed, ia melanjutkan dengan membaca ayat,
"Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga
Musa dan keluarga Harun."
"Tentu saja, seru Esa sambil menepuk jidat,
"ayat itu mengisahkan pertanda ketika Thalut akan diangkat menjadi raja Israel Tabut Suci alias Ark of Copenan memang pertanda kekuasaan tahta suci Raja
Israel." "Lalu mengapa ia membawa tabut itu ke Kerajaan Saba?" tanya Nisa.
"Alasannya sama dengan alasan kepergian Makeda dari tanah Israel," jawab Indra,
"resistensi Bani Israel pada kehadirannya sebagai penguasa terlalu kuat."
"Aku paham," sambar Esa,
"nasab dalam budaya Yahudi dihitung secara matrilineal Sehingga Memelik."
"Dianggap orang asing" seru yang lain bersamaan.
"Dan orang asing alias gentile tentu saja dianggap tak pantas duduk sebagai raja Israel."
"Hm, ini cukup bisa menjelaskan apa yang terjadi kemudian, gumam Syaikh Rashed.
"Maksud Anda Syaikh tanya Nisa.
"Setelah wafatnya Sulaiman as, kerajaan Israel terjebak dalam pertarungan perebutan kekuasaan yang melibatkan anak anak Sulaiman as. Ini kan hanya mungkin
terjadi bila tak ada kejelasan soal siapa yang berhak mengisi tahta?"
"Dan ketidakjelasan itu berakar dari ketidakberterimaan mereka akan pengangkatan Menelik sebagai raja," lanjut Esa sambil menerawang ke langit-langit.
"Masuk akal" seru Bayu,
"semuanya masuk akal. Secara rasional, Menelik tak mungkin mencuri Tabut Suci, karena ia adalah anak kesayangan Sulaiman as yang menerima didikan langsung
dari ayahnya. Seorang anak kesayangan dari seorang ayah yang saleh pastilah anak saleh."
"Tapi masih ada satu hal yang menjadi ganjalan buatku," ujar Umi Alifa,
"pertama, Menelik dilahirkan di Hemasien yang sekarang menjadi wilayah Erithrea, kedua Menelik pergi meninggalkan Israel untuk menjadi Raja negeri Saba,
tapi ia membawa tabut suci ke Axum,
yang sekarang menjadi wilayah Ethiopia. Bukankah Negeri Saba itu berada di Yaman, seperti yang dikisahkan AlQur'an dalam surah Saba yang mengisahkan
jebolnya bendungan Ma'rib" Bukankah bendungan Ma'rib ditemukan berada di Yaman" Lalu bukankah Hud-hud yang melaporkan keadaan negeri Saba terbang pulang
dari arah timur kerajaan Israel Wilayah yang berada tepat di timur kerajaan Israel kan wilayah Yaman?"
"Begini, Uni, jawab Indra, Yaman hanya secuil wilayah dari kerajaan Saba Kerajaan Saba yang dipimpin Makeda memiliki wilayah yang luas. Di zaman sekarang
ini, wilayah itu mencakup Sudan, Zanzibar , Ethiopia, Erithrea, Somalia, Mesir Selatan, Tanzania, dan Yaman. Ibukota kerajaan itu sendiri berada di Axum."
"Tunggu dulu, berarti kita harus meluruskan satu hal lainnya," ujar Nisa,
"Persepsi kita, umat Islam, selama ini tentang Ratu Balqis adalah ia seorang berkulit putih bersih sebagaimana layaknya orang Yaman. Tetapi bila ia berasal
dari Ethiopia.?" "Persepsi kita, umat Islam, selama ini salah!" potong Esa cepat,
"Kebra Nagasi secara tegas menyebut bahwa Makeda adalah seorang Ratu dari Axum, bukan dari Yaman. Sumber-sumber sejarah dari manuskrip manuskrip Yahudi
juga jelas-jelas menyebutkan bahwa Makeda adalah Ratu yang berkedudukan di Ethiopia dan Erithrea. Beberapa sejarawan muslimmemang berusaha meyakinkan bahwa
pusat kerajaan Saba ada di Yaman dengan mengacu pada kisah bendungan Ma'rib yang ada di Yaman dalam Surah Saba. Namun opini ini justru tak didukung oleh
fakta sama sekali. Berbagai penemuan justru menunjukkan bahwa pusat kerajaan Saba itu adalah
di Ethiopia. Seperti dikatakan oleh Indra, Yaman hanya secuil wilayah dari kerajaan Saba yang luas sekali. Lagipula, bila kita meyakini bahwa ibukota
Saba ada di Axum tak akan mempengaruhi keimanan kita pada Qur'an, khususnya dalam hal kisah jebolnya bendungan Ma'rib."
"Wah. hebat sekali," ujar Bayu,
"Jadi Balqis alias Makeda itu seorang berkulit hitam, ya" Tapi kirakira.kenapa kerajaan itu dinamakan Saba, ya?"
"Ada hadis Rasulullah Saw yang dapat menjawab pertanyaanmu itu, jawab Syaikh Rashed,
"Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa seorang lelaki bertanya pada Rasulullah Saw tentang Saba, apakah itu adalah nama seorang lelaki,
perempuan atau sebuah negeri Rasulullah Saw kemudian menjawab, Saba adalah seorang lelaki yang memiliki sepuluh putra. Enam di antaranya tinggal di Yanan
dan empat lainnya di Syam. Mereka yang tinggal di Yaian ialah Madhha, Kindah, AlAdz, Al-Asy'ariyun, Anna dan Hinyar. Sementara mereka yang tinggal di Syam
ialah Laghm, Judham, 'Amilah dan Ghassan. Orang yang bertanya itu ialah seorang sahabat yang bernana Farwah Ibn Musak AlGhatif." Mereka lalu diam. Masing-masing
sibuk dengan cangkir dihadapannya. Bayu, Esa, dan Indra meneguk isi cangkir. Sementara Syaikh Rashed memainkan gagang cangkir.
"Kau tahu, Indra," ujar Nisa,
"penemuanmu itu adalah suatu hal yang luar biasa."
Indra mengangguk."Dan karena itulah kita mendapat masalah," jawab Indra kemudian.
"By the uay, cetus Bayu,
"apa ada yang tahu apa yang terjadi kemudian dengan Kerajaan Saba yang dipimpin Menelik?"
Indra menangkat bahu. "Aku kurang mendalami hal itu selanjutnya," jawab Indra tak acuh, bagaimana denganmu, Esa"
"Entah bagaimana prosesnya, namun nama Saba" kemudian hilang dari lintasan sejarah Akan tetapi, Kebra Nagas sendiri tak pernah hilan dan terus mengisahkan
kelanjutan keturunan Menelik yang terangkun dalan Dinasti Solomonic. Pasang-surut antara kejayaan dan kemunduran mewarnai kerajaan itu, wilayah kerajaan
juga menyusut dan mengembang hingga menjadi sebesar Ethiopia sekarang ini. Namun dinasti Solomoni terus memerintah dengan tegarnya hingga Kaisar Haile
Selassie digulingkan tahun 1976. Satu hal yang menarik ialah raja-raja keturunan Sulaman itu disebut Negus. Negus ini sebutan untuk mereka, sama halnya
dengan sebutan Fir"aun di Mesir, Kisra di Persia, atau Shah di Iran Modern."
"Apa menariknya dengan sebutan Negus itu?" tanya Nisa.
"Dalam ranah linguistik, sebutan Negus dalam dialek Arab-Quraisy ialah Najasy"
"Benarkah?" Seru Syaikh Rashed antusias,
"Jadi Najasyi yang disebut sebagai raja Habsyi
dalam sirah Nabawiyah itu."
"Hanyalah sebuah gelar .Habsyi adalah sebutan Orang Arab untuk semua orang berkulit hitam yang datang dari
kawasan Ethiopia, Erithrea, Somalia, dan Sudan, yang, uniknya, merupakan kawasan-kawasan bekas wilayah kerajaan Saba kuno, sambung Esa cepat.
"Jadi namanya siapa?" tanya Nisa.
"Menurut para sejarawan, nama Najasyi alias Negus yang melindungi umat Islam dan kemudian masuk Islam itu adalah Ashana Negus Ashama adalah putra Negus
Abjar." "Yah., diskusi kita malam ini sungguh menarik. dan akan lebih menarik lagi jika kita bisa menarik keterangan di kawan kita yang menolong Esa dan Indra
itu, siapa pun dia, ujar Syaikh Rashed sambil menatap lurus ke depan.
"Terutama keterangan tentang siapa sesungguhnya lawan yang sedang kita hadapi, gumam Esa.
Malam semakin larut dan tubuh mereka semakin meminta haknya untuk beristirahat. Istirahat memang mereka butuhkan, namun kewaspadaan memang wajib mereka
jalankan. Apalagi jika mengingat pengalaman di sore hari, saat Indra nyaris tertangkap polisi. Para lelaki sepakat untuk berjaga bergantian. Padahal sebelumnya
Josh sudah menyatakan diri sanggup berjaga semalanan seorang diri.
Esa mendapat jatah berjaga pada pukul dua belas malam. Ia duduk di ruang muka sambil membaca sebuah buku tentang kanguru yang ditemukannya di dapur.
Sesekali ia berjalan ke beranda dan mengedarkan pandangannya ke kebun jagung yang diselimuti kepekatan malam. Ia masih harus melakukan aktivitas itu hingga
pukul dua dini hari, saat giliran Syaikh Rashed berjaga.Esa menikmati keheningan malam itu sendiri Josh sedang berkeliling kegudang dan kebun di luar.
Untunglah Esa terbiasa begadang untuk menulis jurnal, laporan penelitian, ataupun sekadar menginput data mahasiswa ke komputernya. Tiba-tiba ia teringat
pada laptopnya yang ditinggalkannya di rumah Syaikh Rashed. Pikirnya, jika ada laptop, tentu mengasyikkan. Ia bisa surfing di lautan internet. Dering ponsel
tiba-tiba menyentak lamunan Esa. Namun ia tahu dering itu bukan dari ponsel miliknya. Itu dering ponsel Bayu Lalu terdengar suara Bayu berdehem, Rupanya
ia bangun untuk mengangkat telepon masuk Beberapa saat kemudian, Esa mendengargumam suara Bayu menjawab panggilan ponselnya. Namun tak jelas apa yang diucapkan
Bayu .Esa lalu melanjutkan kesendiriannya dengan zikir Dihitungnya ucapan asma Allah pada buku-buku jarinya. Namun beberapa saat kemudian, konsentrasi
zikir Esa buyar .Bayu memanggilnya lengan suara nyaring. Terdengar pula ia membangunkan Syaikh Rashed dan Indra. Mereka berempat lalu berkumpul diruang
tengah. "Ada apa, Bay?" tanya Esa
"Gawat!.Gawat, Esa!" seru Bayu. tercekat Syaikh Rashed beristighfar, wajahnya nanar masih mengantuk. Sementara Indra bereaksi lebih tenang, ia menuang
air putih dari dispenser di pojok ruangan ke gelas lalu memberikannya pada Bayu.
"Ada apa, sih?"tanya Indra.
"Ibu.diculik," letup Bayu terbata-bata.
"Apa?" seru Indra. Sementara Syaikh Rashed kembali beristighfar dengan wajah yang lebih tegang dari sebelumnya. Esa tertegun.
"Tadi.si Goldstein menelpon ke ponselku. Ternyata ia tahu kita masih hidup. Parahnya.ia tahu kau ada di sini, Ndra.. Ia ingin aku menukar ibu denganmu.
Katanya. kau mengetahui sesuatu yang harus dia ketahui."
"Manuskrip itu," gumam Esa Indra mengangguk. Sementara Syaikh Rashed mengurut dada sambil komatkamit membaca doa.
"Kapan ia ingin bertemu dengan kita?"tanya Indra.
"Sekarang ia sedang dalam perjalanan kemari. Ia juga berkata agar. semua orang yang ada di rumah ini, tanpa terkecuali, harus ada saat ia datang."
"Gawat" seru Syaikh Rashed.
"Pasti ia ingin mencelakakan kita semua seperti tempo hari di Port Philip," ujar Esa. Bayu mengangguk.
"Ya! Aku takut sekali," ujarnya.
"Tenanglah, jangan takut," ujar Syaikh Rashed,
"Yakinlah bahwa Allah bersama kita. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah membuat rencana." Tapi terlambat. Mereka mendengar deru mobil di luar rumah.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba terdengar letusan senjata api
"Gawat, jangan-jangan itu Josh!" seru Bayu sambil menunjuk keluar Indra dan Esa segera memburu pintu depan rumah. Bayu lalu segera ikut berlari di belakang
keduanya. Syaikh Rashed mengikuti dengan berjalan tenang. Suara letusan senjata api itu juga rupanya mem
bangunkan Nisa dan Umi Alifa di kamar mereka. Mereka pun bergegas keluar dan mendapati para lelaki telah berada di muka rumah. Indra tertegun di balik
kaca rumah sambil menatap ke luar Esa berdiri di sampingnya dan melakukan hal yang sama. Dalam keremangan malam itu, di luar nampak dua tubuh teronggok
di depan seseorang yang memegang senapan laras panjang. Beberapa orang bersenjata berada di sekitarnya. Indra dan Esa mengenal orang yang memegang senjata
di dekat dua tubuh yang terbujurkaku di depannya itu Moses Goldstein
"Bayu. Indra Keluarlah Bawa juga teman-temanmu!" seru Goldsten .Indra bergerak perlahan ke depan pintu. Lalu diputarnya pegangan pintu Seketika pintu
terbuka dan ia sudah berdiri berhadapan dengan Goldstein. Jarak antar mereka berdiri hanya sekira lima meter. Esa dan Bayu mengikuti Indra melewati ambang
pintu. Sementara Syaikh Rashed berdiri di ambang pintu.
"Hai" seru Goldstein,
"lihat kubawakan oleh-oleh untukmu." Ia menunjuk dua tubuh yang terbujur kaku dengan lubang peluru di dada mereka.
"Mereka adalah polisi-polisi yang sedang mengintai rumah ini untuk mencarimu," ujar Goldstein seraya tersenyum menyeringai ke arah Indra.
"Apa yangkau inginkan" Mana ibuku?" bentak Indra bertubi-tubi. Goldstein hanya tertawa keras. Ia lalu menunjuk ke mobil van di belakangnya.
"Ibumu sedang bersama Meir di dalam mobil.
Mungkin Meir mau mencicipi apa ibunu yang masih cantik itu juga masih bisa memberikan kenikmatan Hahaha!"
"Kurang ajar!" teriak Indra sambil maju dua langkah namun suara kokangan beberapa senjata yang kemudian terarah padanya menghentikan langkahnya.
"Diam di tempatmu bentak Goldstein
"Dengar," lanjutnya,
"aku hanya ingin meminta satu hal dari ini. Jika kau penuhi keinginanku, maka ibumu kulepaskan"
"Apa?" balas Indra
"Kau ikut dengan kami dan ibunukami lepaskan!"
"Baik" sambar Indra,
"lepaskan dulu ibuku!" Lalu dengan gerakan tangannya, Goldstein menyuruh salah seorang anak buahnya berjalan ke belakang Tak lama kemudian, pintu mobil
terbuka. Nampak Avram Meir turun bersama Bu Rini. Sepucuk pistol kaliber 38 menempel di pinggang Bu Rini.
"Borgol dia" teriak Goldstein pada salah satu anak buahnya sambil menunjuk Indra. Salah seorang lalu maju dan mengeluarkan borgol dari balik jaketnya.
Lalu ia pasangkan borgol itu ke tangan Indra yang berdiri mematung sambil menatap ke arah Meir yang menodongkan pistol kepunggung ibunya. Orang yang memborgol
Indra lalu menyeretnya mendekati Goldstein. Saat dua langkah tersisa, Goldstein melayangkan sebuah tendangan yang mengarah tepat ke ulu hati Indra. Bayu
dan Esa menyaksikan dengan geram. Sementara Syaikh Rashed mengucap istighfar, Umi Alifa dan Nisa langsung tertunduk sambil saling
berpelukan. Goldstein lalu menyuruh membawa Indra ke dalam mobil van di belakangnya.
"Kau sudah mendapatkan Indra" teriak Bayu sambil melangkah maju,
"sekarang lepaskan ibuku!" Goldstein malah tertawa mendengar kata-kata Bayu.
"Kalian ini memang goyyim-goyyin bodoh! Kalian tak belajar dari pengalaman tempo hari rupanya. Tempo hari kuakui aku berbuat bodoh karena tak memastikan
kalian mati sebelum pergi. Tapi kali ini, aku tak akan melakukan hal yang sama. Akan kupastikan kalian semua mati di sini!" Tiba-tiba dalam sekejap, Avran
Meir memuntahkan peluru dari senapan otomatisnya ke tubuh Bu Rini yang langsung tersungkur karenanya Ummi Alifa dan Nisa menjerit. Esa dan Syaikh Rashed
bertakbir dan generetak menahan marah. Tetapi Bayu meraung keras sambil menerjang, berusaha menggapai Meir dan Goldstein. Kemudian dengan dinginnya, Meir
kembali memuntahkan peluru ke arah Bayu. Ia pun jatuh terkapar diterjang peluru. Setelah itu, Meir langsung mengarahkan senapannya ke arah Esa dan Syaikh
Rashed. Namun tiba-tiba salah satu mobil van mesinnya mendadak hidup. Meir dan Goldstein menyempatkan diri | menoleh ke belakang Kemudian dalam sekejap,
mobil itu bergerak kencang mendekati Goldstein dan Meir dan semakin mendekat hingga jelas bahwa dalam hitungan detik Goldstein dan Meir akan tertabrak
mobil itu, namun mereka melompat ke samping sambil menyumpah dalam bahasa Hebrew. Mobil itu langsung terbanting ke kiri dan bannya iberdedit kencang sebelum
berhenti secara mendadak Esa, Syaikh Rashed, Ummi Alifa, dan Nisa kini terhalang oleh mobil itu. Semua orang jelas tercengang melihat apa yang terjadi


Rahasia Kaum Falasha Karya Mahardhika Zifana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siapakah pengemudi mobil itu" Esa bertanya dalam hati. Bukankah Indra diborgol" Tiba-tiba kaca samping kanan mobil terbuka dan sebuah granat tangan terlempar
keluar, ke arah Goldstein dan Meir berada Refleks mereka berlari dan ledakan yang memekakkan telinga pun berdentun Goldstein dan Meir memang selamat. Namun
beberapa orang anak buah mereka terlontar ke udara dan ada pula yang tubuhnya hancur atau terbakar Goldstein dengan sigap mengokang senjata dan mengarahkannya
ke mobil itu Kemudian ia memuntahkan beberapa tembakan. Esa, Nisa, Syaikh Rashed, dan Umi Alifa segera berlari ke samping bangunan rumah sambil terus melihat
apa yang sedang terjadi Baku tembak selama beberapa saat terjadi antara orang di dalam mobil Van dengan Goldstein, Meir, dan beberapa anak buahnya yang
tersisa Dari suara tembakan-tembakan yang terjadi, Esa menduga hanya ada satu atau dua orang di dalam mobil Van, Tiba-tiba, salah seorang anak buah Goldstein
melemparkan sebuah granat tangan ke kolong mobil Kemudian dalam sekejap, pintu samping kanan mobil terbuka. Dalam remang cahaya dari kobaran api dan asap
yang membumbung Esa melihat tiga orang turun dari van itu. Salah satunya adalah Indra. Esa lalu bergerak ke depan dan melambai pada mereka. Mereka langsung
berlari ke samping bangunan tempat Esa berada. Sementara, Goldstein dan Meir serta anak-anak buahnya
kian mengala. Mereka memuntahkan tembakan bertubitubi.
"Ke kebun" seru Josh. Rupanya ia adalah salah seorang yang baru turun dari van tadi. Maka serempak semua bergerak ke arah kebun secepat mungkin. Terdengar
derap kaki berlari di belakang mereka. Rupanya Goldstein dan Meir sudah dapat melihat bahwa mereka berlari menuju kebun. Namun orang yang tadi berada di
van bersama Josh dan Indra lalu nenbalik dan memuntahkan peluru. Ia mengakhiri usulanya menghambat pengejaran Goldstein dengan melemparkan sebuah granat.
Dentum suara yang keras mengetarkan tanah dikebun. Namun konsentrasi mereka adalah berlari cepat mungkin. Pohon jagung yang tingginya rata rata sana dengan
tubuh mereka pun mereka terjang den meloloskan liri dari Goldstein dan Meir. Mereka terus berlari di tengah desing peluru yang terus menerjang ke arah
mereka Tubuh tua Syaikh Rashed dan Ummi Alifa yang sulit diajak kompromi dalam situasi tersebut membut mereka tercecer paling belakang. Dalam satu kesempatan,
sebuah peluru menghantam punggung Syaikh Rashed, ia pun roboh. Ummi Alifa berlutut disampingnya. Seketika, semua berhenti dan mendekati Syaikh Rashed.
"Jangan hiraukan aku," ujar Syaikh Rashed,
"teruslah berlari, atau mereka akan menangkap kalian." Antara sadar dan tidak, mereka malah terpaku dan | Diam mematung. Sementara desing peluru dan
derap langkah kaki-kaki yang mengejar mereka kian mendekat.
Orang berkulit hitam yang menolong mereka lalu menarik Indra dan Esa.
"Ayo, cepat, kita tak mungkin membawanya! Tak ada waktu!"
"Ia benar!" seru Syaikh Rashed,
"larilah selagi sempat Kau juga Alifa, lanjutnya kepada Ummi Alifa. Ummi Alifa mengeleng Orang berkulit hitam itu terus mendorong Indra
dan Esa untuk berlari Esa kemudian menarik Nisa. Sejenak ia mencoba menarik Umni Alifa. Namun Ummi Alifa tak bergeming.
"Aku sudah tidak tahan," ujar Syaikh Rashed,
"Larilah Alfal" Ummi Alifa kembali mengeleng sambil menahan tangis,
"Tidak!" tukasnya,
"Aku akan terus mendampingimu." Demi mendengar langkah-langkah kaki Goldstein dan kawan-kawannya semakin dekat, Indra seakan tersentak dan sadar. Maka,
ia segera berlari mengikuti orang berkulit hitam yang menolong mereka. Tanpa berpikir panjang, Esa kemudian menarik tangan Nisa dan menyeretnya mengikuti
Indra dan orang berkulit hitam itu. Josh sudah berlari lebih dahulu di depan mereka. Tiba-tiba mereka mendengar tembakan semakin mendekat. Lalu, terdengar
suara berdebuk, seperti batu dilempar. Rupanya Ummi Alifa melempar para pengejar mereka dengan batu. Tak lama kemudian, terdengar suara tembakan tak jauh
dari arah belakang. Kemudian terdengar suara Ummi Alifa menjerit dan melantunkan takbir. Esa mencoba menutup telinganya dan tak memikirkan apa pun. Ia
hanya terus berlari sambil
menyeret Nisa yang seakan ingin berlari ke arah Ummi Alifa di belakang mereka. Mereka terus berlari. | Mereka dapat melewati deretan pohon jagung di
kebun dan menjumpai sisi ranch paling luar yang dibatasi ram kawat. Josh yang berlari paling depan mengajak mereka terus berlari, beberapa saat menjajari
rangkaian ram kawat setinggi tiga meter itu hingga mereka menemukan ada sebuah lubang di ram kawat itu. Maka mereka pun masuk melalui lubang itu dan dalam
beberapa saat telah berada di luar ranch. Suara gemerisik di tengah deretan jaring menunjukkan bahwa Goldstein | dan Meir nasih belum menyerah mengejar
mereka. | Namun kawan mereka yang belum mereka kenal lalu kembali melemparkan sebuah granat dan melancarkan tembakan sporadis. Mereka lalu kembali berlari,
mengikuti Josh yang sudah tentu paling memahami daerah itu Mereka melewati sebuah padang rumput yang tidak terlalu luas hingga mencapai jalan raya. Josh
terus berlari melintasi jalan raya dan masuk ke Terimbunan pohon pinus di seberang jalan itu. Mereka pun terus berlari dan berlari tanpa henti Josh baru
berhenti saat ia mencapai sebuah bangunan di balik rerimbunan pohon pinus itu. Bangunan itu terbuat dari kayu dan nampak gelap.
"Apa mereka masih mengejar kita?" tanya Josh sambil terengah-engah.
"Kukira. tidak," jawab Indra, juga dengan terengahengah. Lalu mereka semua diam. Nyaris hening tak ada | suara di tempat itu, selain engahan suara napas
mereka yang terburu. Esa berusaha menajamkan telinganya danmemicingkan mata untuk melihat ke arah rerimbunan pohon pinus. Namun tak ada tanda-tanda bahwa
ada orang yang mengejar mereka sampai di situ. Mereka terduduk sambil bersandar ke dinding bangunan. Napas mereka masih terengah-engah Nisa menyandarkan
diri dengan tangan kanannya ke dinding bangunan, sementara tangan kirinya memegangi dadanya. Orang asing yang berlari bersama mereka masih menatap ke kegelapan
hutan pinus sambil memasang senjata di dadanya dengan posisi siap menembak Esa lalu berjalan mendekati orang itu.
"Kukira kita pernah bertemu," ujar Esa. Orang itu menatap Esa. Namun kemudian perhatian mereka semua mengarah pada Indra. Ia jatuh bersimpuh sambil meremas
pasir dengan tangannya. Perlahan-lahan, terdengar lirih tangis. Ia menangis.
Esa mengenalnya sebagai lelaki yang sengaja
melepaskannya saat ia ditawan di Avalon rport. Saat Esa bertanya tentang namanya, ia hanya menjawab pendek,
"Yitro!" Dibangunan kayu berukuran lima kali empat meter itu, mereka berkumpul menyambut pagi. Bangunan itu sedianya adalah rumah bagi keluarga Josh.
Ia memiliki istri dan seorang anak yang tinggal di situ. Sesekali ia suka mengajak keluarga kecilnya itu menginap di ranch. Namun pagi itu pemilik ranch
dan para tamunya justru dgam di rumah kayu itu. Indra sudah kehabisan tangis. Sejak semalam, ia belum tidur. Benaknya dihiasi sosok ibu dan adik kembarnya.
Nisa dan Esa masih teringat kepada Syaikh Rashed dan Umm Alifa Mereka tak memiliki perbendaharaan kata yang mereka
yakini akan dapat menawar kegundahan di hati mereka, khususnya Indra yang baru saja kehilangan ibu dan saudaranya. Josh dan keluarganya juga sama. Mereka
hanya bisa melayani majikan mereka yang tersisa itu dengan sebaik-baiknya di gubuk mereka. Kebisuan itu membuat suasana menjadi dingin, selaras dengan
udara yang menyelimuti tempat itu. Dinginnya pagi kemudian serasa terlupakan saat televisi butut milik di gubuk itu menayangkan berita yang menarik perhatian
semua orang yang berada di runah.
". Polisi menduga ledakan di ranch milik buronan Indra Hernawan yang terjadi tadi malan disebabkan oleh granat tangan. Di lokasi ledakan, polisi menemukan
beberapa jenazah. Salah satunya diduga kuat adalah buronan Indra Hernawan dan ibunya, Rini Wulandari. Tak jauh dari lokasi kebun Jagung, polisi menemukan
dua jenazah yang kemudian berhasil diidentifikasi sebagai jenazah seorang guru agama, Syaikh Rashed El Atlassi dan istrinya, Alifa Fatima."
"Mereka mengira Bayu adalah aku" gumam Indra perlahan. Itulah kata-kata yang keluar dari mulut Indra setelah semalaman ia membisu dalam tangisnya. Esa
menepuk pundak Indra perlahan. Tak urung lelehan air meluncur dari pelupuk mata Indra. Lalu perhatian mereka kembali tertuju ke televisi.
"..semua jenazah di lokasi ledakan itu dalam kondisi mengenaskan karena hangus akibat ledakan. Beberapa jenazah bahkan dalam kondisi tidak utuh. Polisi
juga menemukan beberapa selongsong peluru. Beberapa mayat dalam kondisi tertembus tembakan peluru."
Perhatian mereka lalu terpecah saat suara ponsel tibatiba berbunyi. Semua saling berpandangan karena masing-masing merasa tak ada yang membawa ponsel.
Namun Esa lalu mengacungkan sebuah ponsel dari sakunya.
"Ini milik Bayu. Aku mengambilnya semalam saat kita berlari keluar, cetus Esa sambil menunjukkan ponsel yang sedang berdering Indra lalu meraihnya dan
menerima telepon masuk itu. "Halo" Indra membuka percakapan.
"Halo Tuan Bayu Hernawan, ini James Melver dari Kepolisian Kami hendak melaksanakan verifikasi atas temuan kami di ranch, untuk memastikan bahwa yang
tewas diranch adalah saudara Anda, bukan Anda."
"Tentu saja," ujar Indra berusaha menguasai diri,
"buktinya, saya mengangkat telepon dari Anda, bukan?"
"Kami menemukan ranch Anda hancur terbakar dan kami juga berhasil menemukan saudara kembar Anda. Sayangnya, ia telah meninggal dalam kondisi mengenaskan."
"Ya! Saya sudah melihat berita," jawab Indra Polisi itu mengira bahwa ia adalah Bayu.
"Bisakah Anda datang ke Sydney Memorial Hospital jam sebelas siang ini untuk melakukan identifikasi mayat ibu dan saudara Anda?"
"Ya. Saya akan datang," jawab Indra tercekat.
"Baiklah. Terima kasih atas kerja samanya. Kami nantikan kehadiran Anda siang nanti!" KLIK Telepon pun terputus. Indra menurunkan ponsel itu dengan tangan
gemetar. "Esa, polisi benar-benar mengira bahwa Bayu adalah aku dan aku adalah Bayu" ujar Indra lirih. Esa merenung.
"Bagus" seni Yitro tiba-tiba,
"itu sebuah keuntungan. Kau tak usah pusing pusing lagi menghadapi kejaran polisi." Semua menatap tajam ke arah Yitro. Tak sepantasnya ia mengatakan
itu. Mungkin Indra masih terpukul atas kejadian yang menimpa ibu dan adiknya, jadi sudah seharusnya semua orang menjaga perasaan Indra.
"Kau benar, cetus Indra lirih. Ia lalu duduk di sofa yang menghadap ke televisi.
"Tapi semuanya belum berakhir, bisa jadi polisi melakukan pengujian sidikjari, pengujian susunan gigi dan tulang atau tes DNA untuk memastikan bahwa
mayat di perkebunan adalah Indra, ujar Esa.
"Tidak!" sengah Indra dengan suara gemetar dan lirih,
"polisi tak akan tahu." Indra menelan ludah.
"Aku dan Bayu kembar identik yang luar biasa," lanjutnya,
"aku dan Bayu memiliki sidik jari yang sama". Bisa dikatakan bahwa aku dan Bayu adalah sebuah keunikan yang khusus diciptakan Allah di muka bumi ini.
Saat kami berusia sepuluh tahun, sebuah tim dokter dari Canberra meminta pada ayah dan ibuku untuk diizinkan meneliti kami. Hasilnya, aku dan Bayu hampir
sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen identik. Kami bahkan memiliki susunan dan bentuk gigi" yang sama."
"Apa"!" tanya Esa heran,
"tapi itu tak mungkin!"
"Bukan tak mungkin, jawab Indra,
"tapi kemungkinannya kecil. Dan kemungkinan yang kecil itu ada pada diri kami."
"Mengagumkan" ujar Nisa.
"Mahabesar Allah yang menciptakan manusia dalam berbagai rupa," gumam Esa. Esa termenung la mengingat-ingat. Dalam penglihatannya, Bayu dan Indra memang
benar-benar mirip. Ia bisa mudah membedakan mereka karena mereka memiliki selera berpakaian yang berbeda. Bayu cenderung rapi dan bersih. Sementara Indra
lebih lusuh dan seenaknya Rambut keduanya pun berbeda rambut Bayu lurus, rapi dan dipotong pendek, sementara Indra memiliki rambut yang agak ikal dan panjang
hingga sebahu. "Rasanya sulit dipercaya bahwa ada sepasang kembar yang benar-benar identik, gumam Nisa.
"Tidak juga, jawab Indra,
"Sebenarnya kami meniliki tinggi badan yang tak sama. Setiap kali kami diukur tinggi badan bersama, Bayu selalu dua senti lebih tinggi dari saya," jawab
Indra dengan nada suara yang lebih tenang. Kemudian, mereka diam cukup lama hingga istri Josh datang dan membawa air panas dan beberapa potong roti. Mereka
lalu sarapan dengan makanan yang seadanya itu.
"Kamu baik-baik saja tanya Esa pada Indra membuka kembali perakapan. Indra mengangguk dan diam tanpa kata. Semua ikut terdiam.
Siang itu, mereka semua pergi menuju Sydney. joshpun ikut Indra sengaja membawanya, karena polisi juga memintanya datang untuk ditanyai perihal kejadian
malam itu. Indra melatih Josh menjawab pertanyaan polisi. Ia juga mencukur rapi rambutnya dan berpakaian seperti Bayu. Mejelang pukul sebelas, mereka sudah
berada di rumah sakit. Mclver sudah menunggu Indra di lobi rumah sakit. Tanpa berbasa-basi, ia langsung mengajak Indra ke ruang jenazah. Esa, Nisa, dan
Josh menunggu di lobi rumah sakit. Sementara Yitro menunggu di mobil Mereka semua sengaja ikut dengan Indra untuk memperkuat alibi bahwa Indra adalah Bayu.
Melver sudah pernah melihat Bayu bersama-sama dengan mereka, itu bisa memperkuat asumsi bagi polisi bahwa yang hadir di rumah sakit saat itu adalah Bayu.
Indra hanya diminta melihat dua jenazah. Salah satu jenazah adalah jenazah ibunya, Bu Rini. Jenazah lainnya adalah milik Bayu, saudara kembarnya yang
dikira polisi sebagai dirinya. Kondisi kedua jenazah itu memang mengenaskan Sekujur tubuh kedua jenazah tak ada yang tak luput dari luka bakar. Jenazah
Bu Rini bahkan tak utuh lagi karena bagian kaki dan tangan kanannya putus Indra harus menguatkan dirinya untuk melihat jenazah-jenazah ibu dan adiknya.
Molver menanyakan kepastian kedua jenazah itu. Indra menyakan bahwa kedua jenazah itu adalah ibu dan dirinya, walau sebenarnya yang terbaring di rumah
sakit itu adalah adiknya Dalam hatinya, ia memohon ampun karena telah berbohong.Dalam situasi seperti itu, ia tak punya pilihan lain Mengakui bahwa sebenarnya
ialah orang yang dicari polisi, jelas tidak akan menperbaiki keadaan Apalagi ia tahu pasti bahwa ia sedang berhadapan dengan kekuatan dan pengaruh Zionis
yang menggurita. Tentu itu malah akan mempermudah lawan lawannya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Polisi kemudian meminta Indra menandatangani
lembar identifikasi untuk memastikan bahwa kedua jenazah itu memang seperti yang diduga polisi. Ia juga diminta menandatangani surat persetujuan otopsi.
Sejenak Indra bingung karena ia tak yakin bahwa dirinya akan mampu meniru tanda tangan Bayu. Namun ia masih dapat mengingat dengan baik bentuk tanda tangan
adiknya itu. Dengan sedikit trik, ia sempat berlatih membuat
tandatangan sebelum membubuhkannya di kertas yang diminta. Kepada polisi, Indra menceritakan bahwa pada sorehari sebelumnya, ia dan kawan-kawannya pergi
dari ranch dan menginap di rumah Josh karena ingin menjelajah kawasan tersebut. Sementara ibunya kembali ke ranch dan menemani Syaikh Rashed dan Ummi Alifa
di ranch. Setelah itu, ia tak tahu lagi apa yang terjadi kemudian Seusai semua urusan dengan polisi itu, Indra dipersilakan pergi. Namun Josh dimintai
keterangan. Kepada polisi, ia mengatakan bahwa setelah matahari terbenan, ia pulang ke rumahnya setelah meminta izin pada Bu Rini. Namun saat ia kembali,
ranch dan bangunan rumah telah terbakar dan ia menemukan beberapa jenazah. Ia tak melapor pada polisi karena takut. Polisi lalu berencana untuk meminta
keterangan dari istri Josh dan Josh dipersilakan pulang Josh pun memiliki waktu untuk mempersiapkan istrinya menghadapi pertanyaan polisi. Seusai urusan
dengan polisi, mereka tidak kembali ke rumah Josh. Dengan keyakinan bahwa situasi mungkin agak reda setelah kejadian malam sebelumnya, mereka pulang ke
rumah Syaikh Rashed untuk menemui Younnes dan Hashem. Esa dan Nisa pun masih meninggalkan beberapa barangnya di rumah Syaikh Rashed. Mereka naik ke dalam
sebuah Van. Di dalamnya, Yitro sudah menunggu mereka di belakang kemudi. Mobil pun berjalan menuju ke kediaman Syaikh Rashed. Sementara Josh mereka biarkan
pulang sendiri ke rumahnya. Perjalanan di dalam mobil dihinggapi kesunyian. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Esa duduk di samping Nisa
dengan tenang. Walau hatinya gundah, ia mencoba menyenandungkan zikir dalam hati.
Bukankah dengan berzikir hati akan tenang" Esa sempat melirik ke samping kirinya. Nisa pun diam dan raut wajahnya menunjukkan ia sedang cemas. Di depan
mereka, Indra yang berada disamping Yitro mengarahkan pandangannya keluar mobil melalui jendela samping .Esa tak dapat menebak apa yang ada dalam benaknya.
Mungkin sedih, gundah, atau juga dendam. Younnes dan Hashem menyambut mereka di rumah Syaikh Rashed. Mereka masuk lalu duduk di ruang tengah. Kemudian
mereka berbicara dengan Younnes dan Hashen, menceritakan apa yang terjadi pada Syaikh dan istrinya. Semua diam. Kebisuan masih enggan lenyap dari tengah
kebersamaan mereka Semua nampak begitu sibuk dengan benaknya nasing-masing
"Kau baik-baik saja, Indra " tanya Nisa pada Indra. Keheningan pun pecah.
"Ya Aku menaan sedih karena kehilangan orangorang yang kucintai tapi seperti kata Syaikh Rashed, kita semua di bumi ini dipertemukan oleh Allah, dipisahkan
oleh Allah, dan mungkin kelak akan dipertemukan lagi oleh Allah di kehidupan setelah ini."
"Insya Allah," ujar Nisa,
"Jangan bersedih. Mulai sekarang, kau boleh menganggap aku sebagai keluargamu."
"Terima kasih, jawab Indra lirih. Esa menatap keduanya kemudian kembali sibuk dengan lamunannya.
"Sepertinya, aku bisa merasakan apa yang kau rasakan saat ini. Aku sungguh sangat bersimpati padamu," ujar Esa.
"Terima kasih, Esa" jawab Indra,
"aku seringmendengar cerita tentangmu dari Heri dulu. Jujur saja, aku juga bersimpati padamu. Kau yang hidup sendiri dan tak memiliki keluarga menjadi
inspirasi untukku. baik sebelum kejadian tadi malam, maupun setelah kejadian tadi malam."
"Kau juga boleh menanggap aku sebagai keluargamu, Esa," ujar Nisa pada Esa .Esa tak acuh.
"Yang terpenting, lanjut Nisa,
"keluarga selalu berbagi dalan segala hal Ketika satu anggota keluarga sedih, yang lain menghibur. Ketika satu anggota keluarga menghadapi masalah, semua
ikut membantu menyelesaikan masalah."
"Yah, seperti saat ini, timpal Indra.
"Masalah yang seperti benangkusut," gumam Nisa.
"Dan seperti kata Syaikh, Indra melanjutkan,
"Benang kusut akan tetap menjadi benangkusut selama tak diluruskan."
"Semoga Allah cepat menunjukkan jalan untuk meluruskan masalah ini," tambah Esa. Semua lalu mengaminkan.
"Jalannya bisa dimulai dariku" cetus Yitro yang sedari tadi diam. Semua langsung menandang ke arahnya.
"Benar juga," ujar Esa,
"Nah Yitro.kau ini sepertinya pendiam. Mungkin ada baiknya kita tahu lebih jauh tentangkau terlebih dahulu. Siapa kau sebenarnya?"
"Aku...," jawab Yitro,
"Hanya seorang kawan."
"Baiklah.," kali ini Indra bicara,
"Kawan yang baik tentu mengenal kawannya dengan baik."
"Aku Tamuz Yitro Moshe Ben-David, jawab Yitro,
"Aku memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat danIsrael, tapi aku lahir di Ethiopia. Tepatnya, aku lahir di sebuah desa di kawasan Gondar, barat laut
Ethiopia. Kedua orangtuaku adalah Yahudi. keluarga kami adalah penganut Yahudi yang taat. Namun jangan samakan kami dengan mereka yang saat ini berada
di Israel. Orang Yahudi di Ethiopia tidak sama dengan mayoritas kaum Yahudi dunia. Kami bukan Zionis."
"Yeah! Lagi lagi kita berbicara tentang dikotomi Yahudi dan Zionis Jujur saja, aku masih juga belum paham tentang apa sih bedanya Yahudi dan Zionis?"
tukas Nisa. "Zionisne dan Yudaisme adalah dua hal yang berbeda, Nisa, Esa yang menjawab. Ia lalu nelanjutkan,
"Istilah Zionisme berakat dari kata Zion", nama sebuah bukit di daeral Palestina yang diyakini bangsa Yahudi sebagai tempat suci di nama Raja Salomo"
menyusun kekuatan untuk merebut kembali Kerajaan Israel Raya setelah sempat tersingkir akibat penberontakan yang dilancarkan salah satu putranya. Tempat
itu pula yang diyakini oleh bangsa Yahudi sebagai tempat akan munculnya raja besar yang dijanjikan". Secara resmi, gerakan Zionisme Internasional didirikan
di New York pada 1 Mei 1776 dua bulan sebelum deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat. Namun jauh sebelum itu, bangsa Yahudi telah bergerak untuk meraih
satu tujuan dan cita-cita dahsyat, menguasai dunia. Mereka ingin menjadikan bangsa mereka sebagai penguasa dunia dan menempatkan bangsa-bangsa lain, yang
mereka sebut goyyin', sebagai budak-budak yang melayani mereka. Pada abad ke-14, seorang pengendara kuda tewas tersambar petir di wilayah Kerajaan Prusia yang
kini menjadi wilayah negara Jerman. Pasukan keamanan Prussia menemukan bahwa pengendara kuda itu ialah seorang kurir yang membawa beragam dokumen yang
umumnya berisi grand strategy kalangan Yahudi untuk memecah belah Eropa dan mengubah peta kekuatan di Eropa. Prussia ketika itu sebenarnya telah mengirimkan
peringatan pada kerajaan kerajaan lainnya di Eropa. Namun besarnya modal dan pengaruh kalangan Yahudi di Eropa menjadikan rencana mereka tetap dapat berjalan
sesuai rencana Kerajaan Prussia sendiri kemudian mengalami kehancuran sebagai bayaran akibat pembocoran rahasia itu. Beberapa abad kemudian, terbukti bahwa
Perancis mengalami disintegrasi sistematis yang berujung pada Revolusi Perancis di abad ke-18. Inggris mengalami perubahan besar setelah Revolusi Industri
pada abad yang sama. Perubahan-perubahan besar di Eropa sejak awal masa Renaissance merupakan buah dari strategi Zionis untuk mencapai tujuannya." Semuanya
terdiam mendengarkan Esa berbicara panjang bagai sedang memberi kuliah. Esa lalu melanjutkan,
"Ambisi besar yang ditopang oleh sikap keras kepala dan egosentrik dengan sifat megalomania bangsa Yahudi sebenarnya telah diketahui bangsa-bangsa lain
sejak berabad-abad sebelumnya. Tak aneh bila mereka mejadi bangsa yang paling dibenci di muka bumi ini oleh bangsabangsa lainnya. Walau rencana gila mereka
telah mejadi rahasia umum, mereka masih tetap percaya diri untuk
menjalankan itu semua dan tetap berusaha menutupnutupi hal tersebut dengan kekuatan modal dan pengaruh mereka yang besar. Amerika Serikat kini menguasai
dunia melalui kekuatan ekonomi dan militer. Tak banyak orang yang memerhatikan bila beberapa pejabat kunci dalam pemerintahan Amerika Serikat diduduki
oleh orangorang Yahudi dan mereka yang bersimpati pada Yahudi. Pada masa pemerintahan George W Bush, hampir 60 persen awak pemerintahannya diduduki oleh
manusiamanusia macan itu. Untuk melicinkan rencana-rencana mereka, bangsa Yahudi mendirikan berbagai organisasi internasional. Selain gerakan Zionisme
Internasional yang bertujuan mengembalikan orang oran Yahudi yang tersebar di seluruh dunia ke Palestina, mereka pun memiliki Rotary Club, Freemasonry,
dan beberapa kelompok rahasia yang bertindak bagai CIA nya Amerika Serikat. Semua itu terhimpun dalam satu simpul tujuan bangsa Yahudi yang tercela. Maka,
tak aneh bila lambang Zionisme ialah Gurita dengan banyak tentakel Karena simpul jaringan mereka memang tentakel tentakel yang bertubuh satu, cita-cita
gila mereka. Mereka, tak lupa, senantiasa menutupi kegilaan mereka dengan topeng-topeng yang manis dipandang mata, demokrasi, Hak Asasi Manusia, kebebasan,
dan lainnya walau tanpa malu-malu, pada saat yang sama, mereka pun membantai orang-orang Arab Palestina."
"Maaf jika ucapanku ada yang menyinggungmu, Yitro, tapi itulah yang sesungguhnya," lanjut Esa. Yitro mengangkat tangan kanannya."Tak apa, Esa. Memang
seperti itu adanya. Sudah kukatakan bahwa aku seorang Yahudi, tapi aku bukan Zionis. setidaknya sudah bukan lagi."
"Jadi dugaan kami selama ini...bahwa kau seorang Beta Israel adalah benar, ujar Indra,
"Lalu apa sebenarnya hubunganmu dengan Goldstein dan the Knight of Zion" dan apakah sebenarnya The Knight of Zion itu?"
"Akulah The Knights of Zion maksudku aku adalah salah satu bagian dari The Knights of Zion. The Knights of Zion ialah organisasi Zionis yang paling rahasia.
Orangorang Zionis sendiri hanpir tak ada yang tahu bahwa organisasi ini eksis dan berkegiatan demi cita-cita mereka. Organisasi ini telah berdiri jauh
berabad-abad sebelum negara Israel berdiri. Organisasi ini adalah perancang skema besar Zionisme. Bahkan The Knights of Zion telah berdiri jauh sebelum
Zionisme Internasional didirikan. The Knights of Zion adalah organisasi yang menentukan peta sejarah dunia. Kamilah yang merancang semua rencana-rencana
Zionisme The Knights of Zion muncul dalam wujud yang berbeda-beda." Semua mengangguk tanda mengerti
"Lalu untuk apa The Knights of Zion itu didirikan?" tanya Nisa.
"The Knights of Zion didirikan untuk menjaga kelangsungan ajaran Zionisme dan melindungi para pengikutnya. Seperti dikatakan oleh Esa tadi, secara resmi,
gerakan Zionisme Internasional memang didirikan di New York pada 1 Mei 1776, namun cita-cita Zionisme untuk menyatukan kembali dan mengembalikan orangorang
Yahudi ke Israel telah ada sejak masa diaspora' terjadi. Karena Yahudi adalah bangsa yang dibenci oleh
banyak bangsa lainnya di dunia, orang-orang Zionis tidak bisa dengan bebas mendirikan organisasi secara terangterangan. Akhirnya didirikanlah sebuah
organisasi bawah tanah yang kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Zionisme Internasional."
"Tentu saja, gumam Esa bagai berbicara sendiri,
"Zionisme Internasional baru didirikan setelah muncul banyak simpati dari rakyat Eropa pada orang-orang Yahudi." Yitro diam mendengarkan Esa bicara sebelum
ia kembali melanjutkan kata-katanya.
"Skema besar Zionisme sendiri telah dijalankan oleh The Knights of Zion secara perlahan sejak abad ke-9. Anggota The Knights of Zion terdiri atas 24
orang tidak pernah kurang dan tak pernah lebih."
"Oh ya" Mengapa 24 orang" tanya Nisa.
"Setiap 2 orang diasumsikan mewakili suku Israel. Dan karena keluarga Israel terdiri atas 12 suku", maka ada 24 orang anggota The Knights of Zion. Aku
mulai direkrut sebagai anggota The Knights of Zion sejak aku datang ke Israel dari Ethiopia Ketika itu usiaku baru 12 tahun dan kedua orangtuaku yang sakit-sakitan
akhirnya wafat setelah kami tiba di Israel. Seorang Rabbi" kemudian memelihara dan membesarkan aku. Dialah yang mendidikku dengan ajaran-ajaran Yahudi
Kabbalah dan Zionisme hingga akhirnya aku direkrut secara resmi sebagai anggota The Knights of Zion. Aku dianggap sebagai wakil dari Suku Dan."
"Lalu...," potong Bayu,
"apa yang membuatmu membelot" Apakah karena perlakuan pemerintah Israel pada kaummu?"Yitro mengangguk perlahan.
"Perlakuan pemerintah Israel pada kaum Beta Israel ialah cermin dari perlakuan para petinggi The Knights of Zion padaku yang berasal dari kaum Beta Israel.
Itulah yang membuatku jengah dan lama-lama menyadari bahwa Zionisme ialah ajaran setan, bukan ajaran Mosye" seperti yang selama ini digembar-gemborkan
oleh para pemimpin The Knights of Zion maupun para pemimpin Zionisme Internasional dan Pemerintah Israel. Selama belasan tahun, aku hidup dan dibesarkan
dalam bayang bayang diskriminasi rasial di Israel. Di sana, hidup sebagai seorang Yahudi berkulit hitam sama buruknya dengan hidup sebagai orang Arab.
Selain itu ada alasan lain."
"Apa itu?"tanya Indra.
"Aku tahu pasti bahwa aku bukan keturunan Suku Dan. Opini bahwa orang-orang Beta Israel adalah keturunan Suku Dan merupakan mitos yang sengaja dibuat
orang-orang Zionis demi kepentingan mereka. Fakta sejarah membuktikan hal itu." Yitro kembali terdiam. Semua ikut diam, menunggu Yitro bicara.
"Untuk melacak fakta ini, kita harus berbicara tentang sejarah Israel terlebih dahulu. Dahulu, kerajaan Israel kuno didirikan tahun 1020 SM. Kerajaan
Israel kuno mengalami kejayaan saat dipimpin oleh tiga raja pertama Saul David", dan Salomo". Namun sepeninggal Salomo, Kerajaan Israel pecah menjadi dua,
yaitu kerajaan Israel (Samaria) dan kerajaan Israel Selatan (Yudea Yerusalem). Kerajaan Israel didukung 10 suku Israel
", dipimpin oleh Yerobeam sebagai raja,
sedangkan Kerajaan Judah hanya didukung oleh 2 suku dan dipimpin oleh Rehabeam sebagai raja." Yitro kembali diam. Lalu,
"Pada tahun 721 SM, Kerajaan Asyiria" menyerbu dan menaklukkan kerajaan Israel. Lalu kesepuluh suku Israel yang mendiami kawasan itu ditawan dan dibawa
keluar tanah air mereka menuju Assyiria. Dalam Kitab Nabi Edras diceritakan bahwa 10 suku Israel ini dapat melarikan diri, namun tidak menuju ke tanah
air mereka tetapi bermigrasi ke arah timur. Penelitian kemudian menunjukkan bahwa keturunan suku-suku Israel itu ada hingga saat ini' Suku Dan adalah salah
satu dari 10 suku Israel itu. Karena itu, tak mungkin aku, maupun orang Beta Israel lainnya, adalah keturunan Suku Dan Karena bisa dipastikan keturunan
Suku Dan berada di sebuah kawasan di timur sungai Eufrat."
"Jadi memang teori yang memungkinkan adalah . bahwa kaum Beta Israel menang keturunan Menelik?" tanya Esa.
"Ya, Yitro mengangguk lalu termenung Kemudian kembali berbicara,
"Kaum Beta Israel merupakan kelompok etnik yang berasal dari kawasan Barat laut Ethiopia yang menganut dan mempraktikkan kultu dan kepercayaan Yahudi
kuno yang tidak sama dengan Yahudi kontemporer. Golongan luar seringkali menyebut kelompok kami dengan sebutan Falasha, yang dalam bahasa Ge'ez kuno berarti
berpindah atau

Rahasia Kaum Falasha Karya Mahardhika Zifana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"mengasingkan diri". Sementara, kami menyebut diri dengan sebutan Beta Israel, yang dalam bahasa Hebrew berarti House of Israel
" Yitro menghela napas. Matanya masih menerawang kelangit malam. Ia lalu melanjutkan,
"Walaupun asal-usul kaum Yahudi di Ethiopia masih menjadi misteri hingga sekarang, banyak pihak meyakini bahwa komunitaskan telah ada sejak 2500 tahun
yang lalu. Kami, orang-orang Beta Israel, meyakini bahwa kami adalah keturunan Menelik yang menurut legenda adalah putra dari Raja Sulaiman dan Ratu Saba.
Beberapa orang lainnya meyakini bahwa Beta Israel ialah keturunan Suku Dan salah satu dari sepuluh suku Israel yang hilang. Sementara, sebagian kecil lainnya
meyakini bahwa Beta Israel ialah orang-orang Yahudi yang lari dari Mesir ke selatan saat masa perbudakan Firaun. Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa
Beta Israel merupakan anak cucu kaum Yahudi yang datang dari Yaman dan berbicara dalam bahasa Agawi sekira 2000 tahun yang lalu."
"Sebenarnya, apa perbedaan kaum Beta Israel dengan kaum Yahudi lainnya?" potong Nisa.
"Kaum Beta Israel memiliki kitab suci yang berbeda," tukas Esa cepat.
"Benar," Yitro melanjutkan,
"Kami tidak memercayai Talmud
" "Mengapa?" ujar Nisa memotong,
"bukankah Talmud ialah kitab suci Yahudi selain Torah?"
"Kami hanya menginani Torah', jawab Yitro,
"Talmud ialah kitab buatan manusia-manusia yang ingin memutarbalikkan Firman Elohim Kehidupan agama kaum Beta Israel didasarkan pada panduan yang terdapat
dalan Torah. Pemahaman kaum kami atas kitab tersebut diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan, dan kitab tersebut juga kami salin sendiri dalam
bahasa kami. Beberapa tradisi yang dilaksanakan oleh Beta Israel relatif sama dengan yang dipraktikkan oleh kaum Yahudi lainnya berdasarkan aturan-aturan lisan dan
naskah-naskah kependetaan. Sementara, sisanya merupakan berbagai tradisi kuno yang biasa dipraktikkan oleh umat Yahudi Kuno yang sudah tidak dijalankan
lagi oleh kaum Yahudi lainnya." Yitro lagi-lagi menghela napas panjang Lalu ia melanjutkan kata-katanya,
"Pada tahun 1970-an, seluruh umat Beta Israel masih tinggal di Ethiopia. Namun kemudian Kaisar Haile Selassie, pemimpin Ethiopia yang cukup protektif
pada kaum Beta Israel, dijatuhkan dalam sebuah kudeta. Setelah itu, perang saudara berkepanjangan melanda Ethiopia. Kaum Beta Israel bagai seekor pelanduk
yang terjepit di tengah pertaruan gajah-gajah besar Kami menjadi korban tanpa pernah sekalipun menjadi subjek dalam pertarunan itu. Dalam kondisi tertekan
dan putus asa, muncul gagasan tentang land of milk and honey" Yang dimaksud sebagai tanah yang dijanjikan itu ialah negara Israel di Timur Tengah lalu
mulai tahun 1977, ribuan orang Beta Israel berbondong-bondong meninggalkan Ethiopia untuk menuju Sudan. Tujuan mereka yang sesungguhnya ialah negara Israel
di Palestina. Sementara, Pemerintah Israel tak mau serta-merta mengakui Beta Israel sebagai bagian dari bangsa Yahudi yang terserak karena perbedaan bahasa
dan warna kulit." Yitro kembali diam Perlahan dari sudut kedua matanya mengalir buliran-buliran air yang tersamar oleh kegelapan malam itu. Lalu,"Gelombang
demonstrasi kemudian muncul di Israel, menuntut agar Beta Israel diakui sebagai bagian dari bangsa Yahudi. Tiba-tiba saja pemerintah Israel mengalah pada
tuntutan warganya. Pada tahun 1984 dan 1991, pemerintah Israel mulai mengevakuasi umat Beta Israel ke Israel melalui dua operasi yang mereka namakan Operasi
Musa dan Operasi Solomon. Kini, sekitar 10.000 orang Beta Israel hidup di wilayah wilayah yang diduduki Israel, sementara hanya beberapa ribu orang saja
yang bertahan tinggal di Ethiopia terutama di ibukota Adis Ababa dan di kawasan Gondar Migrasi ke Israel ternyata memberikan masalah baru kepada kaum Beta
Israel. Perpindahan secara mendadak dari kawasan pedesaan Ethiopia ke kawasan urban yang maju dan banyak dihUmmi Yahudi. Yahudi berkulit putih dengan budaya
barat tentu merupakan sebuah perubahan ekstrem yang kemudian menyebabkan terjadinya disorientasi dalam kehidupan mereka. Sebelum tiba di Israel, kaum Beta
Israel sama sekali tidak mengenal bahasa Ibrani. Kitab suci kami pun ditulis dalam bahasa Ge'ez .Mereka juga tidak mengenal Talmud. Perpindahan ke Israel
mungkin membebaskan kaum Beta Israel dari tekanan diskriminasi agama di Ethiopia. Namun, kini kaumku menghadapi tantangan baru di tanah yang baru, yakni
diskriminasi rasial dan penolakan kaum Yahudi Putih atas upaya integrasi Yahudi Hitam ke dalam masyarakat Israel. Pergolakan yang kami hadapi di tanah
yang baru ini kemudian mencapai puncaknya pada Januari 1997, saat diketahui bahwa pemerintah Zionis Israel membuang
begitu saja darah yang didonorkan oleh orang-orang Beta Israel dengan alasan ketakutan mereka bahwa darah tersebut mengandung virus HIV dan AIDS. Kebijakan
rasialis tersebut kemudian memicu protes bergelombang dari sekira 15.000 orang Yahudi asal Ethiopia di Yerusalem serta memicu perdebatan publik berkepanjangan.
Kaum Beta Israel yang tinggal di Israel kini hidup dalam jeratan kemiskinan dan ditempatkan dalam kawasan-kawasan yang terisolasi dari komunitas masyarakat
Yahudi Putih semacam ghetto .Tingkat pengangguran kaum Beta Israel di Israel amat tinggi. Ironisnya, kaum Beta Israel juga menghadapi tantangan dari orang-orang
Yahudi Putih yang mempertanyakan otentisitas ke Yahudian kami." Yitro menutup paparan panjangnya dengan desahan. Sementara semua diam bagai tersihir mendengar
kata kata Yitro. *** Keinginan manusia tak mengenal batas Awalnya manusia mungkin hanya berkeinginan untuk makan dan minum. Lalu keinginan bertambah, mencari makan, menyimpan
makanan, menyimpan cadangan harta untuk bisa dimakan, hingga keinginan berkuasa Manusia ingin menguasai satu negeri, menguasai negeri lainnya. Menjajah
satu bangsa, menjajah bangsa lain. Itulah yang ada dalam benak Esa saat berpikir tentang Yahudi, sebuah bangsa dengan keinginan yang tak terbatas. Parahnya,
mereka selalu melakukan usaha untuk mencapai keinginannya. Usaha yang mereka lakukan pun tak pandang bulu. Baik atau buruk sama saja, yang penting tujuan tercapai. Merugikan
orang lain atau diri sendiri juga tak ada bedanya, yang pentinghasrat terpuaskan. Banyak orientalis yang menyindir Qur'an sebagai kitab rasis, karena menurut
mereka - :terlalu memojokkan orang Yahudi dan memuliakan Arab. Sindiran mereka tentu salah. Qur'an tak pernah memuliakan orang Arab di atas non-Arab. Ihwal
Qur'an memojokkan Yahudi, seharusnya mereka melihat realita sebagai cermin .Seharusnya mereka melihat manfaat apa yang telah disumbangkan Yahudi, khususnya
Zionis, kepada dunia dan kemanusiaan" Orang jujur yang otaknya masih sembuh akan jelas menjawab tidak ada Sebaliknya, jika ditanyakan kerugian apa yang
telah disumbangkan Zionis kepada kerusakan dan kehancuran" Jawabannya tak akan pernah habis dengan menuliskannya di atas seribu lenbar kertas. Pikiran-pikian
itu masih menghiasi benak Esa saat Nisa mengajaknya dan Indra shalat berjamaah. Shalat zuhur dengan khusyuk mereka laksanakan bersama siang itu. Kemudian
dikir mereka lantunkan mengiringi doa pada Allah Seusai shalat, Hashem menawarkan apakah mereka hendak makan siang. Namun mereka semua rupanya tak berselera
makan. Kejadian demi kejadian yang mereka alami mungkin telah banyak menurunkan nafsu makan mereka. Yitro masih diam di ruang tengah rumah. la rupanya
lebih menarik perhatian mereka daripada makan siang yang sudah disiapkan Hashem dan Yoinnes di dapur. Maka, mereka pun kembali berkumpul di uang tengah.
"Ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan padamu, Yitro" ujar Esa kembali memulai percakapan.
"Tanyakanlah," jawab Yitro dingin.
"Segitiga emas itu. benda apakah itu?"
"Kau tentu telah mendengarnya dari Indra, bukan"Dia dan Heri yang memecahkan misteri manuskrip kuno dan segitiga emas itu."
"Sebenarnya, apa kepentingan utama orang-orang Zionis terhadap benda itu?"
"Ada banyak alasan tapi alasan yang utama adalah karena kaum Zionis nerasa memiliki hak atas segitiga itu dan tentu saja harta Salomo yang terpendam."
"By the uay, kau tahu di mana segitiga itu sekarang?" Indra ikut menyelidik. Mereka seakan sedang menginterogasi Yitro beramai ramai.
"Ya," "Di mana?" "Ada padaku." "Apa?" Esa terbelalak kaget. Semetara Yitro perlahan merogoh saku jasnya dan mengeluarkan benda yang dimaksud
"Bagaimana bisa".Kau.kau?" Esa tak melanjutkan kalimatnya.
"Aku sudah mempersiapkan pembelotanku dari The Knight of Zion sejak lama. Penemuan segitiga emas ini adalah momentum yang pas sekali dengan niatku."
"Maksudmu?" "Orang-orang Zionis boleh berpikir bahwa harta karun Sulaiman adalah hak mereka sebagai keturunan Israel. Namun sebagai seorang Beta Israel,...aku juga
berhak untuk merasa bahwa segala warisan budaya dan harta yang berada di bawah tanggung jawabku dan kaumku harus senantiasa berada ditempatnya."
"Aku menghargai perasaan dan niatmu," cetus Indra,
"tapi kalau boleh aku tahu.apa yang akan kau lakukan
dengan segitiga itu dan. harta Sulaiman,.jika harta itu memang ada?"
"Sudah kukatakan. segala warisan budaya dan harta yang berada di bawah tanggung jawabku dan kaumku harus senantiasa berada di tempatnya. Aku akan memastikan
bahwa tak akan ada manusia yang bisa mengambil secuil pun dari warisan sejarah nenek moyangku. Segitiga itu, maupun harta Salomo, harus tetap berada di
tempatnya, yakni di Ethiopia. Tugas kami adalah menjaga dan melindunginya. Selama aku dan kaum Beta Israel lain yang sepaham denganku masih hidup dan mampu
mengusahakan hal itu, itulah yang akan kami lakukan."
"Lalu kenapa kau menolong aku dan Esa?" tanya Indra,
"Secara implisit kau mengajak kami bersekutu denganmu." "Kalian bisa membantuku," jawab Yitro,
"pertama. Indra tahu isi manuskrip yang merupakan peta menuju lokasi penyimpanan Harta Salomo. Kedua.. dia juga yang menemukan segitiga itu. Lalu Esa.dia
telah menjaga segitiga itu dengan baik. Aku yakin ia bisa membantuku." Lagi-lagi semua diam. Mata mereka tertuju pada segitiga emas yang dipegang Yitro.
Ia lalu kembali bercerita tentang dirinya. Yitro yang dibesarkan dalam didikan seorang Rabbi Yahudi Ashkenazi" telah dididik untuk selalu meyakini doktrin-doktrin
Yudaisme ala Talmud. Ia telah diajari untuk meyakini takdir bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan. Sejak kecil, ia telah dipersiapkan oleh sang Rabbi
untuk menjadi bagian dari The Knight of Zion. Ia diajaricara menembak, berkelahi, berbicara dalam banyak bahasa, dan teknik-teknik spionase sebagai bekalnya
di kemudian hari. Saat usianya dua belas tahun, sang Rabbi membawanya hijrah ke Amerika Serikat, negara yang menjadi pusat kegiatan The Knight of Zion.
Ternyata, hijrah ke Amerika Serikat telah membuka cakrawala hatinya untuk melihat bahwa ajaran yang selama itu telah ia terima adalah salah. Ia lalui mulai
kritis dan mencoba mencari jawaban atas keindahan hatinya Mata hatinya lebih terbuka saat surfing di internet membuatnya tahu bagaimana kaumnya, Beta Israel
diperlakukan oleh saudara-saudara mereka sesama Yahudi. Ia lalu giat mempelajari berbagai literatur dan referensi mengenai kaumnya. Maka, ia pun tahu bahwa
sendi-sendi keagamaan orang Beta Israel jelas berbeda dengan ajaran fundamental agama Yahudi yang selama itu ia kenal. Agama Kaum Beta Israel merupakan
sisa agama Yudaisme kuno masa Pra-Talmud yang tidak terpengaruhi oleh perkembangan-perkembangan Pasca-Talmud. Salah satu kesamaan kaun Beta Israel dengan
kaum Yahudi Sephardim di Timur Tengah adalah bahwa mereka memiliki ritual pengorbanan hewan, seperti halnya konsep kurban Idul Adha dalam Islam. Beta Israel
merayakan hari-hari besar keagamaan Yahudi yang sama dengan umat Yahudi di Timur Tengah -baik yang diperintahkan dalam Taurat, maupun yang tidak. Untuk
hari besar yang tidak tertulis dalam Taurat, ada sedikit perbedaan antara mereka dengan umat Yahudi lainnya. Misalnya, mereka memperingati Hari Raya untuk
mengenang Abraham. Aturan Hari Sabbath yang diterapkan Beta Israel sangat ketat. Kaum Beta Israel sangat menjaga aturan makanan kosher yang diturunkan
pada masa sebelum turunnya Talmud yang mengatur masalah kehalalan makanan makanan dairy product dan daging-daging hewan. Dalam hal perkawinan, mereka mempraktikkan
aturan pernikahan monogam dan jarang terjadi pernikahan pada usia dini ataupun pernikahan dengan golongan dari luar kaum mereka. Aktivitas kaum Beta Israel
terpusat pada tempat ibadah (sinagoga) yang mereka sebut Magid .Pemimpin tertinggi dalan lingkup desa pada kaum mereka ialah Pendeta Tinggi, yang dibantu
oleh beberapa pendeta yang jenjangnya lebih rendah. Para Rahib hidup terisolasi dalam biara-biara yang tertutup dari dunia luar. Dalam sekte ini, tidak
dikenal adanya Rabbi". Setelah memahani dan membandingkan bahwa kaumnya mempraktikkan cara keagamaan yang berbeda, Yitro mulai menjalankan cara beragama
ala kaumnya dan meninggalkan ritual-ritual Yahudi pasca-Talmud yang menurutnya sesat. Saat usianya menginjak dua puluh tahun, Yitro resmi diterima sebagai
anggota The Knight of Zion. Sejak saat itu, perlahan-lahan ia mulai mengetahui rahasia-rahasia kaum Zionis dalam menjalankan upaya-upaya pencapaian tujuan
utama mereka menempatkan bangsa Israel di atas bangsa-bangsa lain di dunia. Di dunia ini ada banyak teori konspirasi tentang bagaimana sebuah kekuatan
tersembunyi mengendalikan pemerintahan-pemerintahan di dunia. Sudah banyak pula teori yang membongkar siapa yang menjadi kekuatan tersembunyi itu sesungguhnya.Bergabung
dengan The Knight of Zion telah membuat pikiran dan pengetahuan Yitro kian paham bahwa kekuatan itu adalah Zionisme Internasional dengan segala
instrumennya. Zionisme Internasional bertanggung jawab atas eksodus besar-besaran Yahudi Ashkenazi ke Timur Tengah pada dekade 1920-an. Peristiwa itu
menjadi cikal bakal terusirnya bangsa Arab dari tanah wakaf Palestina hingga berdirinya negara rasialis Israel yang berpahan Zionis. Pemicu hengkangnya
kaum Yahudi menuju Palestina saat itu adalah pembantaian orang-orang Yahudi secara besar-besaran yang dilakukan Hitler dan Nazi. Pembantaian orang-orang
Yahudi oleh Nazi memang berkat rekayasa Zionis. Tujuannya satu migrasi besarbesaran bangsa Yahudi dari Eropa ke tanah Palestina. Kaum Zionis tak segan-segan
menghabisi sebagian dari bangsa mereka sendiri demi pencapaian tujuan yang menurut mereka lebih besar. Hal ini tercermin jelas dalam ucapan David Ben Gurion,
salah satu pendiri negara Zionis Israel. Ia mengatakan bahwa jika ia diberi pilihan antara memindahkan seluruh populasi Yahudi Eropa ke Inggris atau memindahkan
hanya setengah populasi Yahudi ke Palestina, maka ia akan memilih alternatif kedua . Semua kegilaan Zionis dengan negara Israelnya telah membuat Yitro
muak. Ia muak melihat sikap rasis Zionisme yang menganggap bangsa Yahudi lebih unggul dari bangsa lainnya di dunia. Ia muak melihat kejahatankejahatan
Zionis dengan segala instrumennya. Ia ingin mengakhiri semua itu. Nuraninya sebagai manusia menuntut pertanggungjawaban moralnya sebagai manusia.
saat menyaksikan pembantaian orang-orang Palestina. Moralnya menuntut hatinya untuk menolak segala diskriminasi Yahudi Putih pada kaum Yahudi hitam dan
Shepardin di negara Israel. Bagi Yitro, hanya manusia gila yang menganggap ajaran Zionisme bagus dan bermoral .Zionisme adalah kejahatan dan kegilaan terbesar
dalam sejarah umat manusia di muka bumi ini. Semua itu harus dihentikan. Semua harus dihentikan demi terciptanya tatanan masyarakat dunia yang penuh kedamaian
dan kesejahteraan. Dan kawan kawannya pasti akan segera mencari kita, cetus Yitro membuka penbicaraan. Mereka duduk di ruang tengah. Dalam keheningan ruang yang tak terlalu
besar itu, semua duduk dengan roman muka tak menentu.
"Lalu?" tanya Esa,
"menurutmu,...apa yang harus kita lakukan?"
"Lapor polisi?" tanya Nisa dengan nada tak yakin. Semua lalu menggeleng. Dan ruangan kembali hening selama beberapa saat.
"Melaporkan semua masalah ini kepada polisi jelas bukan sebuah alternatif yang bijak. Secara garis besar, ada dua masalah yang harus kita pecahkan,"
ujar Yitro. Semua diam menyimak, menunggu Yitro melanjutkan kalimatnya.
"Pertama, kita harus memastikan agar The Knight of Zion tidak lagi mengejar kita. Kedua.kita harus memastikan bahwa harta Salomo tidak jatuh ke tangan
mereka. Untuk itu, kita memerlukan sebuah rencana." Semua menganguk.
"Ada yang punya gagasan"' tanya Yitro. Semua diam dan berpikir. Untuk beberapa waktu, tak ada yang tahu tentang apa yang harus dilakukan.
"Menurutku." ujar Esa tiba-tiba,
"untuk memastikan bahwa semua warisan Sulaiman tidak jatuh ketangan Goldstein dan kawan kawan ialah dengan memusnahkan semuanya .Sama seperti yang dilakukan
Indra dan Heri kepada manuskrip manuskrip itu Kita berpikir tentang keuntungan dan kemudaratan dalan masalah ini. Bila segala petunjuk dan eksistensi tentang
benda-benda itu tetap ada, maka masalah ini tak akan pernah selesai. Zionis akan terus mencarinya karena eksistensi bendabenda itu tak hanya berhubungan
dengan penemuan artefak sejarah semata, tapi berhubungan dengan warisan ritus Yahudi sebagai sebuah bangsa tertua di dunia."
"Aku sepakat denganmu," ujar Indra.
"Aku juga telah memikirkan hal itu sebelumnya," ujar Yitro.
"Berarti..," kita harus menemukan benda-benda itu sebelum Goldstein dan kawan-kawan menemukannya?" tanya Nisa.
"Ya!" tukas Yitro,
"mau tak mau harus seperti itu."
"Dengarkan," lanjut Yitro,
"aku pernah mengatakan kepada kalian bahwa aku telah mempersiapkan penbelotanku dari The Knight of Zion sejak lama. Aku pun sudah mengantisipasi jika
hal ini terjadi. Di Avalon, adasebuah pesawat yang bisa kugunakan kapanpun aku mau. Jadi saranku,. sebaiknyakita meninggalkan Australia saat ini juga."
Semua diam. Lalu, "Visaku besok akan habis," ujar Esa,
"dan aku hanya punya visa untuk ke Mesir."
"Visaku sudah habis kemarin, cetus Nisa tak acuh
"Jangan pikir tentang visa!" ujar Yitro ketus,
"pesawatku di Avalon bisa membawa kita ke mana saja. Jangan indahkan aturan kunjungan antar negara dalam situasi macam sekarang. Kita harus melakukan
apa yang memang harus kita lakukan."
"Ia benar, Esa," ujar Indra.
"Jadi?" tanya Esa.
"Ya, mari jalankan rencana kita. Mari kita ke Ethiopia dan pastikan Goldstein dan The Knight of Zion tidak menemukannya sebelum kita," ujar Yitro datar.
"Kemudian, lanjutnya,
"kita juga harus berhati-hati karena Avalon Airport merupakan salah satu basis konsentrasi operasi The Knight of Zion."
Esa, Nisa, Indra dan Yitro termangu dalam mobil van. Mereka menatap lurus ke arah gerbang masuk Avalon Airport. Nampak beberapa pria berjaga di muka
gerbang. Semua diam tanpa suara, seakan mencoba napas agar tidak terdengar oleh satu sama lain. Kemudian Indra mulai berbicara,
"Bagaimana" Kita langsung masuk saja?"
Yitro mengangguk. "Sepertinya begitu," ujarnya,
"penjaga airport tak ada kaitan apapun dengan kegiatan Goldstein dan kawan-kawan. Yang sedang kuperhatikan saat ini ialah, apakah ada orang-orang Goldstein
di sekitar sini." "Apa kau melihat salah satu di antara me reka"' tanya Nisa.
"Sepertinya tidak," tukas Yitro,
"semua aman." "Oke" seru Esa,
"tunggu apa lagi"!" Yitro kemudian menjalankan mobil perlahan mendekati gerbang bandara. Petugas bandara hanya melakukan pemeriksaan standar kepada mobil
yang mereka tumpang. Mereka pun masuk ke dalam kawasan bandara. Yitro terus mengedarkan pandangan ke sekeliling, mengawasi kemungkinan bahwa keberadaan
mereka di tempat itu terendus oleh Goldstein dan kawan-kawannya. Kemudian, ia memarkir kendaraan di sudut paling ujung area parkir. Setelah melihat sejenak
ke berbagai arah, ia kemudian membuka pintu. Esa, Nisa dan Indra mengikutinya.
"Ikuti aku," ujar Yitro,
"pesawatnya berada di hanggar paling ujung." Semua diam bagai terhipnotis mendengar Yitro berbicara. Mereka lalu berjalan beriringan mengikuti Yitro
yang berjalan paling depan. Mereka berjalan cepat namun dengan langkah yang tenang dan tidak nampak tergesa-gesa, Yitro terus mengedarkan pandangannya
ke sekeliling. Ada beberapa orang berjalan lalu-lalang di sekitar mereka. Namun tak satu pun yang Yitro kenali sebagai kaki tangan Goldstein. Paling paling
mereka hanya petugas bandara atau petugas kebersihan yang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing .Tak lama kemudian, mereka tiba di hanggar yang terletak
paling ujung. Jarak dari hanggar tersebut ke landasan pacu sekira lima belas meter saja. Mereka kemudian berhenti dan menatap Yitro, menunggu langkah apa
lagi yang akan ia lakukan. Perlahan, ia berjalan ke arah sisi bandara, tepatdi samping gerbang hanggar. Ada
sebuah pintu kayu dengan hendel berwarna kuningan. Yitro lalu memutar tuas pintu dan ternyata pintu tersebut tidak terkunci. Ruangan di balik pintu itu
agak remang-remang dengan cahaya lampu yang mungkin hanya berkisar pada kekuatan 10 Watt saja. Mereka lalu masuk ke dalam ruangan. Tiba-tiba Yitro berbicara,
ia memanggil seseorang. "Rachel" Rachel" Kau di sini?" suara Yitro tertahan.
Kemudian dari balik satu ruangan yang terpisah dengan sekat kayu muncul seorang perempuan berkulit hitam dengan rambut keriting, wajahnya sangat khas
Afrika. Ia mengenakan pakaian mekanik yang kotor berlumur oli dan menenteng sebuah kunci as besar di tangan kanannya.
"Ah! Kau rupanya," ujar perempuan yang dipanggil
Rachel itu seraya menatap ke arah Yitro.
"Dan siapa mereka" tanya Rachel sambil menunjuk ke arah Esa, Indra, dan Nisa dengan dagunya.
"Mereka orang-orang yang kuceritakan kemarin," jawab Yitro,
"Ini Indra, Esa dan Nisa."
Yitro menunjuk ke arah mereka bertiga satu-persatu Rachel mengangguk ke arah mereka bertiga.
"Ini Rachel," ujar Yitro,
"ia yang akan menerbangkan kita."
"Jadi, kau seorang pilot?" tanya Nisa takjub, melihat seorang perempuan yang ternyata handal menerbangkan pesawat.
"Dan mekanik juga," ujar Rachel tersenyum.
"Rachel ini adalah sorang Beta Israel asli, seperti halnya aku," ujar Yitro, memperkenalkan Rachel lebihjauh,
"aku menemukannya di Gondar, beberapa saat setelah Indra dan Heri berhasil menemukan pusaka kami yang hilang .Berbeda dengan aku, Rachel dan keluarganya
tak pernah mau bermigrasi ke Israel."
"Ya! Rumah kami yang sesungguhnya adalah rumah tempat tahta Menelik berada, di tanah Gondar dan sekitarnya," sambung Rachel sambil tersenyum.
"Sebaiknya kita pergi sekarang," ujar Yitro,
"Aku takut ada anak buah Goldstein yang mengendus keberadaan kita." Mereka lalu melangkah mengikuti Rachel. Berjalan melewati ruang storehouse, mereka
melewati pintu yang ternyata menghubungkan ruangan tersebut dengan hanggar kecil. Sebuah pesawat jet mini terparkir rapi di tengah hanggar kecil itu.
"Bagaimana dengan menara pengawas bandara?" tanya Esa,
"apa mereka sudah tahu jika pesawat ini akan terbang?"
"Apa maksudmu?" tanya Yitro,
"Lihatlah dirimu, Nisa, dan Indra, kalian bahkan akan meninggalkan negara ini secara ilegal, tanpa paspor. Buat apa kita lapor ke menara pengawas."
"Hah" Jadi..., kita akan langsung terbang begitu saja?"tanya Indra.
"Sure!"jawab Yitro,
"inilah satu-satunya pilihan."
"Hei.. Apa yang kalian tunggu?" tanya Rachel dari dekat pintu masuk pesawat;
"ayo naik!" Mereka berjalan menuju pintu pesawat. Di dalam pesawat itu hanya ada delapan kursi yang letaknya bersisian dengan jendela. Nampaknya pesawat
tersebut memang pesawat carteran yang biasa disewakan kepadakalangan eksekutif. Semua lalu duduk dengan tenang, atau setidaknya mencoba tenang Rachel langsung meminta mereka
memasang sabuk pengaman. Sementara ia berjalan perlahan keluar pesawat, lalu membuka gerbang hanggar. Segera setelah gerbang hanggar terbuka, nampak landasan
pacu berada sekira lima belas meter di depannya. Rachel kembali dengan setengah berlari ke dalam pesawat.
"Baiklah, mari kita terbang," ujar Rachel datar. Esa duduk pada deret kursi yang sama dengan Nisa, pada deret pertama tepat di belokan pintu kokpit Indra
duduk di belakang Esa. Senaentara Yitro memilih menemani Rachel di kokpit pesawat.
"Hei, Yitro Rahel" teriak Esa. Yitro dan Rachel menoleh melalui pintu kokpit menatap Esa yang duduk manis dekat jendela.
"Kalian yakin tak akan ada pesawat yang mendarat atau lepas landas sekarang ini?" lanjut Esa kepada mereka berdua.
"Tidak!" ujar Rahel,
"Aku sudah memeriksa jadwal landasan hari ini. Baru besok akan ada pesawat yang mendapat jadwal terbang. Sudahlah! Kau tenang saja di belakang sana!"
Esa mengangkat bahu. Lalu ia melirik sekilas ke arah Nisa. Rupanya Nisa sedang menatapnya. Ia lalu memunduk. Takberapa lama kemudian, mesin pesawat pun
menyala. Deru pesawat terdengar bergema di dalam hanggar. Lalu perlahan namun pasti, pesawat bergerak melintasi gerbang hanggar dan melaju ke arah landasan
pacu."Halo, pesawat dari hanggar I6" Di sini menara pengawas. Apa yang akan kalian lakukan?" suara dari radio pesawat terdengar jelas.
"Biarkan saja!" cetus Rachel datar.
"Pesawat dari hangga 16 Do you copy" Read?" Semua membiarkannya.
"I'm warning you Do you copy" Read." Tentu saja pengawas landasan itu tak akan mendapat jawaban. lalu pesawat pun melaju kencang ke landasan pacu. Suaranya
terdengar semakin bergemuruh. Demikian pula suara pengawaslandasan terdengar makin keras, namun kejernihannya terkalahkan oleh deru pesawat yang memekakkan
telinga. Mereka sudah setengah jalan meninggalkan landasan. Rachel berkata bahwa dalam beberapa saat, ia akan mengangkat pesawat ke udara, sehingga ia
meminta semua yang berada di bangku belakang bersiap. Tak berapa lama kemudian, pesawat perlahan terangkat. Roda-roda meninggalkan hamparan aspal landasan,
ditingkahi suara pengawas dari radio yang terus menerus mengingatkan sang pilot bahwa pesawat yang ia terbangkan tak memiliki izin terbang.
Esa duduk tenang di kursinya. ada banyak hal menari dalan benaknya. lamunannya agak kacau dengan banyaknya hal yang ia pikirkan, sehingga tak satu pun
yang menjadi fokus perhatian. Sesekali dilihatnya Nisa di sisi kiri. Nampaknya ia sibuk menatap keluar pesawat melalui jendela. Yitro melangkah masuk dari
kokpit. Ia lalu mendekati Esa dan Indra.
"Kita akan mendarat di Maladewa"," ujar Yitro dingin.
"Apa?" seru Esa dan Indra hampir bersamaan. Sementara di sisi kiri pesawat, Nisa hanya memandang dengan raut heran di wajahnya.
"Bahan bakar pesawat ini terbatas, jadi kita harus transit untuk mengisi bahan bakar."
"Apa kita akan mendarat di bandara resmi?" tanya Indra sambil tersenyum.
-Yitro menggeleng. "Tidak," ujarnya,
"Pemilik pesawat ini adalah warga Maladewa. Ia seorang yang berpengaruh dan kaya. Ia memiliki landasan terbang pribadi."
"Tunggu " seru Indra, "jangan-jangan kau hendak mengatakan bahwa pemilik pesawat ini juga sebenarnya adalah orang Beta Israel." Yitro tersenyum. Itulah untuk pertama kalinya
mereka melihat Yitro tersenyum, senyum yang sesungguhnya.
"Tentu saja bukan," jawab Yitro,
"Ia majikan Rachel dan orang Maladewa asli."


Rahasia Kaum Falasha Karya Mahardhika Zifana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ia memercayaiku bagai anaknya sendiri!" sambar Rachel dari balik dindingkokpit. Rupanya ia menyimak perbincangan mereka.
"Sebenarnya sekarang ini aku sedang diberi tugas untuk mengantar barang ke India. Namun aku mendahulukan urusan ini karena ini lebih penting Semoga majikanku
tidak curiga." "Baguslah!" cetus Nisa.
"Omong-omong.ada yang hendak kutanyakan kepada Rachel," ucap Indra tiba-tiba.
"Bertanyalah! Aku mendengarmu dari sini," jawab Rachel. Tangannya masih sibuk memegang kemudi pesawat.
"Tadi..., kau mengatakan kalimat 'tempat kami adalah di tempat tahta Menelik berada, apakah itu sebuah ungkapan yang lazim di kalangan kalian, orangorang
Beta Israel?" "Ya!" jawab Rachel,
"Itu sebuah ungkapan yang
maknanya nyaris sama dengan Home sweet home dalam bahasa Inggris," jawab Rachel.
"Apa yang menarik dari kalimat itu?" tanya Nisa kali ini.
"Kalimat yang hampir mirip dengan kalimat itu terdapat pada lembar manuskrip kelima yang ada di kepalaku," jawab Indra.
"Benarkah?" tanya Esa,
"Oke, kukira sekarang saat yang tepat bagi kita untuk mendengarkan apa yang sebenarnya ada dalam manuskrip kelima itu."
"Aku setuju," ujar Yitro menyambung ucapan Esa.
"Baik..," ujar Indra. Lalu ia menghela napas panjang,
"Begini bunyi syair pada manuskrip kelima itu.
selebihnya dari riwayat tabu suci dan harta Salomo, dengan segala keajaiban dan riwayatnya, bukankah semua itu tertulis dalam kitab-kitab suci" Lamanya
tabut itu berada di tempatnya Ialah selama kerajaan Tiahan berdiri. Dan kerajaan Tuhan akan berdiri hingga akhir pa Sal. Menelik telah memindahkan harta
dan tabu itu Dan ia menguburkannya di tempat yang seharusnya .Di balik tangisan alam yang syahdui Dekat Bait Tuhan yang suci .Di bawah sumber segala kehidupan
.Sesungguhnya tabut akan tetap berada Di tempat tahta para raja berada.Sudah Itu saja," ujar Indra memungkas pembicaraan
"Nah ..Bagaimana, Pak Dosen" Anda cukup ahli dalam semiotika puisi, bukan?" tanya Nisa sambil melirik ke arah Esa. Esa sedang mencatat semua kata-kata
Indra pada pena dan kertas yang ia bawa di sakunya.
"Syair yang kompleks dan cenderung metaforis,"
jawab Esa. Mereka semua lalu terdiaan.
"By the uay," ujar Rachel tiba-tiba,
"rasanya aku pernah mendengar puisi macam itu."
"Benarkah?" tanya Esa,
"sebelumnya, kukira syair ini mirip dengan Alkitab Perjanjian Lama. Terutama pada Kitab Raja-Raja, Pasal 12 ayat ke-41 dan 42. Hanya bedanya, pada bagian
itu, yang diceritakan bukan penguburan harta dan tabut perjanjian. Namun penguburan jenazah Sulaiman."
"Di mana kau pernah mendengarnya, Rachel?" tanya Yitro.
"Syair itu diajarkan secara turun-temurun dikalangan bangsa kita, Yitro. Yah., tentu saja kau tak tahu karena kau pindah ke Israel sejak kecil, kan?"
"Hm..., menarik. Bukankah pengajaran agama dalam budaya Beta Israel diajarkan secara lisan dari generasi ke generasi" tanya Nisa.
"Ya! Itu memang syair religius! Aku mendengar syair itu ketika belajaragama di Mesgid, jawab Rachel. Yitro menepuk jidatnya.
"Tentu saja!" "Apanya yang tentu saja?"tanya Indra sambil melirik ke arah Yitro.
"Kau ingat Faitlovich Center di Addis Ababa?"
"Tentu saja aku tak akan lupa tempat itu. Di situlah aku dan Heri bergumul dengan Zionis-Zionis gila itu. Memang ada apa dengan tempat itu?"
"Faitlovich Center didirikan pada tahun 1923 oleh seorang Yahudi-Polandia yang bernama Dr. Jacques Faitlovitch. Dialah orang pertama yang mengungkap
keberadaan Kaum Beta Israel ke dunia luar. Salah satu keunikan Dr. Faitlovich adalah bahwa ia senang mendengar dan mencatat pelajaran-pelajaran oral kaum
Beta Israel dan menuliskannya dalam buku pribadinya. Nampaknya, ia sudah mengendus keberadaan Tabut Perjanjian di Ethiopia dari naskah Alkitab lalu ia
sengaja datang kesana untuk mencarinya Karena itulah ia senang mendengar dan mencatat pelajaran pelajaran oral kaum Beta Israel. la melakukannya untuk
melacak keberadaan tabut suci .Yitro menjelaskan. Semua menyimak kata-kata Yitro.
"Ya! Tapi ia tak pernah berhasil," cetus Rachel dari kokpit. Esa teringat sesuatu. Ia lalu mengeluarkan laptopnya dari tas. Sejenak ia berkutat dengan
laptop. "Begini," ujar Esa tiba-tiba,
"dalam Kebra Negast disebutkan bahwa Tabut itu berada di sebuah gereja. Namun bukan di Gondar tetapi di Axum."
"Kemungkinan itu masuk akal!" sambung Esa,
"Gondar mungkin menjadi semacam gerbang bagi tempat penyimpanan yang sesungguhnya. Segitiga emas yang ditemukan oleh Indra dan Heri berada di Gondar.
Namun seperti yang dikatakan dalam syair pada manuskrip kelima itu, Sesungguhnya tabut akan tetap
berada di tempat tahta para raja berada nah 'tempat tahta dalam syair tersebut bisa berarti ibukota kerajaan. dan ibukota kerajaan Saba pada masa Menelik
ialah." "Axum!" seru yang lain bersamaan.
"Ini dapat menjelaskan mengapa setiap ekspedisi pencarian Tabut Perjanjian di Gondar selalu gagal," ujar Yitro,
"karena tabut itu memang tidak berada di Gondar."
"Tunggu " sela Rahel, "Aku jadi teringat sesuatu. Tradisi gereja ortodoks Ehiopia meyakini bahwa Tabut Perjanjian dikubur di sebuah gereja bernama
"Church of Our Lady Mary of Zion" yang terletak di Axun. Mungkinkan manuskrip Indra, Kebra Negast, dan legenda itu berbicara tentang tempat yang sama?"
"Bisa ya.bisa juga tidak. Hm, apakah dalam tradisi Beta Israel pernah dijelaskan kapan tabut itu terakhir kali dilihat oleh orang-orang?" tanya Esa.
"Apa hubungannya?" tanya Nisa.
"Maksudnya, bila kabar tentang tempat terakhir kali Tabut itu terlihat memang di Axum atau sekitarnya, maka ada kemungkinan bahwa manuskrip Indra, Kebra
Negast, dan legenda itu memang berbicara tentang tempat yang sama, yakni Axum!"
"Umat Beta Israel sangat mensucikan tabut itu," ujar Yitro,
"menurut legenda Beta Israel, Menelik sengaja menyembunyikan tabut itu karena tabut itu harus dikembalikan ke Mesbah Tuhan di Yerusalem. Namun tabut
itu baru akan dikembalikan bila masanya tiba, yakni saat orang-orang Israel telah kembali kepada keimanan."
"Ya! Bukankah dalam Kebra Negast pun dijelaskan
bahwa alasan Menelik mengambil tabut itu karena rusaknya moral Bangsa Israel ketika itu?" timpal Indra,
"Ya., tapi tidak adakah kronik atau catatan yang menjelaskan kapan tabut itu terakhir kali dilihat?" tanya Esa.
"Ya di zaman Menelik itu" cetus Indra.
"Menelik tinggal di Axum. Berarti kemungkinan besar, memang di Axum-lah tabut prjanjian dan harta karun Sulaiman itu berada," gumam Esa bagaikan berbicara
sendiri. "Kita akan segera sampai di Male", ujar Rachel. Pembicaraan itu pun terhenti Tak berapa lama, pesawat itu mendarat di sebuah landasan pacu yang
berada ditengah sebuah kebun
Didalam hanggar 18, avalon airport sekira 20
orang duduk berkumpul. Goldstein berdiri di tengah-tengah, matanya menatap ke arah kawankawannya. Ditatapnya satu-persatu Ksatria Zion yang tersisa.
"Moses" seru Avram Meir,
"Sebenarnya, apa rencanamu dengan membiarkan mereka meninggalkan Australia?" Moses Goldstein menghela napas panjang
"Kita sudah kehilangan empat anggota. Tiga tewas dan satu berkhianat. Karena itu kita harus bertindak cermat. Jangan sampai kita melakukan keteledoran
lagi. Rencanaku ialah, membiarkan mereka pergi dan kita hanya mengikuti saja."
"Lalu?" tanya Meir,
"Kita bisa saja dengan mudah menangkap si Indra itu, namun sekuat apa pun kita memaksanya untuk bicara, ia tak akan pernah mengatakan
kepada kita isi manuskrip kelima dan menyerahkan segitiga emasnya kepada kita. Biarkan mereka membawa kita ke tempat penyimpanan harta dan tabut suci.
Bilamana kita sudah tahu di mana pusaka-pusaka bangsa kita itu tersimpan, baru kita datangi dan enyahkan mereka lalu ambil barang barang yang menjadi hak kita." Seketika itu, yang lain angkat bicara dan mengatakan opini mereka masing-masing.
"Gagasan yang bagus, Goldstein!"
"Dan tentu saja efektif"
"Ya Kita tak perlu bersusah payah, tinggal tunggu saja hasilnya." Mereka lalu larut dalam pembicaraan tentang rencana-rencana jahat mereka.
Nisa indra dan yitro tidak turun dari
pesawat selama Rachel mengisi bahan bakar pada majikannya, tentu saja Rachel tidak berani mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak pergi ke India untuk mengantar
pesanan sang majikan, namun malah mengajak beberapa orang dari Australia dan akan menerbangkan mereka ke Ethiopia. Semua berlangsung dengan cepat. Tak
sampai satu jam, tangki bahan bakar telah terisi penuh. Dalam beberapa saat kemudian, mereka telah kembali mengangkasa, membelah Samudera Hindia menuju
pantai barat Afrika. Dalam perjalanan kali itu, semua memilih diam. Nisa terlelap di kursinya, demikian pula dengan Indra. Yitro sibuk membantu Rachel
di kokpit, sementara Esa terus berkutat di depan laptop, memikirkan berbagai kemungkinan dan mengkaji syair dari manuskrip Heri.
Esa kembali membaca semua literatur tentang Kerajaan Saba, Axum, dan Ethiopia yang berhasil ditemukannya di internet. Ia berharap dapat menemukan bingkai-bingkai
yang berkenaan dengan puisi pada manuskrip Heri. Semua berjalan tanpa terasa. Tiba-tiba saja pagi menjelang ditandai dengan cakrawalayang memburatkan matahari
terbit. Dari kaca pesawat, Esa dapat merasakan silaunya cahaya yang baru muncul. Tanpa terasa, ia tetap terjaga selama semalam penuh. Untunglah ia terbiasa
begadang. Para penumpang yang hanya tiga orang itu, mau tak mau harus melaksanakan shalat subuh di kursi mereka masing-masing Sementara kedua Yahudi-Beta
Israel yang berada di kokpit, tentu saja tidak perlu shalat subuh. Pesawat yang membawa mereka terus melaju dengan kecepatan yang terasa sedang .Entah
sudah berapa jam mereka berada di atas pesawat .Esa tahu bahwa ia sudah tak dapat memercayai lagi arlojinya yang menunjukkan waktu Sydney. Dari posisi
matahari yang nampaknya berada mendekati atas kepala, mungkin mereka sudah menempuh perjalanan selama lebih dari dua belas jam. Baru saja Esa berpikir
tentang waktu, tiba-tiba ia mendengar Rachel berkata;
"Kita hampir sampai!" serunya.
"Anyway! Di mana kita akan mendarat?"tanya Esa.
"Ada sebuah landasan terbang pendek di pinggiran Addis Ababa. Landasan itu biasanya dipakai para misionaris .Kita akan mendarat di sana," jawab Yitro.
Tak berapa lama kemudian, mereka dapat melihat landasan yang dimaksud Yitro. Rachel kemudianmenurunkan pesawat perlahan. Ia mendaratkan pesawat dengan
nyaris sempurna, begitu lembut tanpa gangguan. Tak sekalipun Esa, Indra, maupun Nisa merasakan goncangan. Semua itu berjalan hingga ban pesawat menyentuh
landasan. Tak ada pemandu landasan, namun Rachel dapat menjalankan pesawat sampai tepi landasan dengan baik hingga pesawat terparkir. Mereka pun dapat
turun dan kembali merasakan nikmatnya menjejakkan kaki di tanah. Seorang pendeta menyambut mereka saat mereka turun dari tubuh burung besi itu.
"Rachel Apa Kabar?" seru sang pendeta. Rupanya ia mingenal Rachel.
"Kabar baik, Bapa! Saya membawa beberapa orang teman yang hendak berlibur di sini," jawab Rachel pada sang pendeta.
"Baiklah! Mari ikut aku. Kita beristirahat di Kapel" Serunya. Mereka lalu berjalan mengikuti sang Pendeta. Addis Ababa benar-benar kota yang unik dan
eksotis. Kota ini terletak di kaki sebuah gunungtinggi menjulang. Saat Esa bertanya kepada sang pendeta, tahulah ia bahwa gunung itu bernama Gunung Entoto.
Kota ini didirikan pada tahun 1879 oleh Kaisar Menelik II, keturunan Kaisar Menelik, yang hidup antara tahun 1844-1913. Semula, kota ini dibangun sang
Kaisar sebagai basis pertahanan pemerintah Ethiopia dalam menghadapi kaum pemberontak di bawah pimpinan Ahmad Gragn. Sang pendeta mengajak mereka duduk
di ruang tunggu sebuah kapel besar Kapel itu dikelilingi jendelajendela berukuran besar yang membuat mereka dapat
memandang lepas keluar .Nampak oleh mereka di luar beberapa pendeta muda sedang memberi pelajaran kepada anak-anak kecil.
"Dari wajah kalian, sepertinya kalian orang Asia," ujar sang Pendeta memulai pembicaraan.
"Benar, Bapa," Esa menjawab,
"kami datang dari Indonesia."
"Ah! Indonesia" Such a beautiful country!"
"Anda pernah ke Indonesia, Bapa?"tanya Esa. Ia menggeleng,
"Aku hanya tahu Indonesia dari buku-buku dan majalah. Negeri tropis yang indah, bukan" Aku ingin berkunjung ke sana suatu saat." Tentu Bapa. Sekali Anda
berkunjung, Anda akan enggan pulang" ujar Esa berbasa-basi. Mereka tertawa, lalu terdiam sesaat.
"Bapa Yohannis ini, adalah guruku," ujar Rachel mengalihkan topik pembicaraan.
"Kau belajar di gereja?"tanya Indra.
"Dia hanya belajar di sekolah dasar yang dikelola gereja, terang Bapa Yohannis,
"keyakinannya tetap tak berubah," lanjut sang pendeta sambil tertawa.
"Yah, kami tentu saja tak bisa memaksa siapa pun untuk memeluk agama kami, urai Bapa Yohannis. Pemikiran yang bijak, renung Esa dalam hatinya. Andai
para misionaris di Indonesia pun berpikiran seperti dia. Inilah pemikiran seorang agamawan yang benar, bahwa keyakinan harus datang dari kesadaran, bukan
dari hasil membagi-bagi dus-dus berisi sembako atau amplopamplop berisi uang.
Rachel tersenyum simpul mendengar ucapan Bapa Yohannis.
"Wel, Bapa, sepertinya kami tak akan lama di sini. Kawan-kawanku ini ingin bertandang ke Axum untuk melihat Gereja Saint Mary yang terkenal itu."
"Wah! Baik sekali niat kalian. Baiklah, aku tentu tak dapat menahan kalian untuk lama-lama tinggal di sini. Ada yang kau perlukan, anakku" tanya sang
pendeta dengan nada santun dan menyejukkan.
"Kalau boleh, kami ingin meminjam mobil," jawab Rachel. Sang Pendeta rupanya sangat percaya kepada Rachel. Maka ia pun mengizinkan Rachel membawa salah satu mobil yang terparkir di depan Kapel, sebuah Van produksi Datsun keluaran tahun 80-an.oleh Indra.
Yitro memegang kemudi di depan,@ Sementara, Esa, Nisa, dan Rachel duduk di belakang .Perjalanan yang mereka tempuh dengan Datsun tua itu mengarah ke
utara. Selepas meninggalkan Addis Ababa, mereka dapat melihat langsung pemandangan yang menjadi ciri asli Ethiopia-rumah-rumah kumuh, orang-orang kurus
dengan pakaian-pakaian yang warnanya mencolok mata, dan jalanan yang terjal karena aspal yang tidak rata. Sungguh semua itu merupakan pemandangan kontras
bagi Esa, Nisa, dan Indra yang terbiasa menyaksikan modernitas. Namun, pemandangan itu tentu bukan barang aneh bagi Rachel dan Yitro. Semua itu hanya menjadi
bunga yang kurang menarik dengan apa yang berada dalam benak mereka. Sekira dua jam mereka melaju diantara Addis Ababa dan Axum dengan segala pemandangan.
yang beragam. Maka perjalanan pun menjumpai garis akhirnya. Mereka tiba di Church of Our Lady Mary of Zion. Kompleks gereja tersebut nampak gersang karena
terik matahari. Walau begitu, ada beberapa pohon tumbuh di halaman. Di sekitar kompleks gereja, beberapa pedagang menjual aneka cinderamata. Ada yang menjual
miniatur bangunan gereja, patung Yesus Kristus, dan Bunda Maria. Tak sedikit pula yang menjual miniatur Tabut Perjanjian.
"Bagaimana sekarang?" tanya Nisa. Semua diam dan sibuk berpikir.
"Aku lapar, cetus Indra,
"pasti ada yang berdagang makanan di sekitar sini."
"Ada baiknya kita membuat rencana sambil makan," ujar Yitro. Semua mengangguk setuju. Mereka lalu berjalan mengitari area kompleks gereja. Beberapa pedagang
menjajakan makanan tradisional Ethiopia. Ada pula yang menjajakan masakan Timur Tengah dan fast food ala Eropa. Mereka terus berjalan ke arah timur kompleks
gereja, melewati para pedagang yang terus berteriak kepada mereka, menawarkan barang dagangannya. Akhirnya mereka menemukan sebuah kedai masakan Timur
Tengah. Sebuah plang besar bertuliskan huruf Arab terpampang di muka kedai. Mereka masuk dan duduk tepat dipojok ruangan. Tak lama, mereka masing masing
memesan makanan. "Aku tidak yakin bila Tabut atau harta itu berada di kompleks Gereja," ujar Esa. Ia lalu melirik ke arah Indra dan Yitro.
"Apa alasanmu?" tanya Yitro,
"Penggalan syair itu berbunyi: "Menelik telah memindahkan harta dan tabut itu, Dan ia menguburkannya di tempat yang seharusnya, Di balik tangisan alam
yang syahdu, Dekat Bait Tuhan yang suci, Di bawah sumber segala kehidupan Nah, kata
"mengubur dan frasa bait Tuhan pada kalimat syair mungkin menunjukkan bahwa ia menyimpannya di bawah tanah. Sampai di sini, kita masih bisa beranggapan
bahwa tabut dan harta yang kita cari berada dibawah bangunan gereja. Namun kalimat utuhnya berbunyi dekat bait Tuhan yang suci". Kata dekat bukan berarti
menunjukkan lokasi tempat secara pasti, bukan" Namun mungkin ada di tempat yang tak jauh dari gereja. Selain itu, gereja itu baru ada pada abadke-14, kan?"
urai Esa. "Gerejanya memang baru ada di abad ke-14," jawab Rachel,
"namun tempat tersebut sudah menjadi tempat peribadatan sejak zaman Menelik. Dulu, tempat itu sebuah Mesgid."
"Benarkah?" tanya Esa,
"interesting!" "Menurut cerita turun-temurun, sambung Rachel,
"ada masa di mana Tabut Perjanjian diarak dalam parade yang dilaksanakan setahun sekali. Namun kebiasaan itu dihentikan pada masa Negus Ashama dan seterusnya
di simpan di bawah Chapel of the Tablet, salah satu Kapel di dalam kompleks gereja untuk menjaganya agar tidak hilang Hanya Pendeta Kepala yang bisa melihat
Tabut itu dan di Kapel itu selalu ada penjaga yang berjaga selama dua puluh empat jam."
Mereka lalu menghentikan pembicaraan karena makanan yang mereka pesan telah datang. Untuk sejenak,masing-masing berkonsentrasi kepada makanan di hadapan
mereka. Setelah selesai, mereka berlalu meninggalkan kedai dan kembali berjalan ke arah gereja.
"Bagaimana" Apa kita akan langsung saja masuk ke Chapel of the Tablet?" tanya Indra memancing pembicaraan.
"Sudah pasti kita tak akan diizinkan!" cetus Esa dengan gusar.
"Sudahlah. Yang pasti, kita akan masuk ke dalam Kapel itu dan mencari Tabut dan hartanya," timpal Yitro. Pernak-pernik yang dijajakan para pedagang sempat
menyita perhatian mereka. Seorang perempuan paruh baya bersikeras menawarkan beberapa hiasan manikmanik dan gelang kepada Nisa. Dengan agak enggan, Nisa
memberikan empat lembar dolar Amerika untuk empat buah gelang plastik yang sebenarnya nampak biasa-biasa saja. Ia membelinya hanya karena merasa iba melihat
sang perempuan yang terus berbicara sambil menunjuk ke arah perutnya, menunjukkan bahwa ia berjualan demi mencari makan. Mereka tiba kembali di kompleks
Gereja. Tanpa membuang waktu, mereka berjalan mendekati Chapel of the Tablet. Tak seorang pun boleh masuk ke dalam Kapel itu. Para peziarah hanya boleh
melihat bangunan dan segala isinya dari luar. Arsitektur bangunan Kapel tersebut nampaknya dipengaruhi oleh budaya Timur Tengah. Bentuknya mirip kubus
dengan sebuah kubah menjulang di atasnya. Tepat di atas kubah, terpampang sebuah salib dari besi. Sebuah rangkaian pagar memanjang dan melingkari Kapel
tersebut. Beberapa pohon ek tumbuh dihalamannya.Nampak ada empat buah pintu masuk di setiap sisi. Namun di setiap penjuru Kapel, nampak ada empat orang
penjaga yang berpakaian khas biarawan. Masing-masing penjaga memegang sebatang tongkat kayu.
Rajawali Sakti Dari Langit Selatan 19 Dendam Empu Bharada Karya S D Djatilaksana Tamu Dari Gurun Pasir 7

Cari Blog Ini