Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 4
hubungannya dengan undangan Sara" Juga kekecewaan Sara"
Siapakah Sara sebenarnya" Benarkah ia putri Prof. Sa'duddin
seperti yang diakuinya" Akal sehatnya mulai berjalan. Namun
ia tetap dicekam kece-masan dan ketakutan. Ia seperti diseret
masuk ke dalam dunia yang kelam.
210 Ilyas Mak"s eBooks Collection
15 PESONA GADIS ACEH Begitu sampai di SIC, Azzam langsung membuat kuah
untuk baksonya. Beberapa siswa SIC minta menyicipi bola
bakso yang telah jadi. Ia tidak memenuhi permin-taan mereka.
Sebab jika satu anak diberi yang lain pasti akan minta. Dengan
bijak ia menjawab, "Jangan kuatir, nanti kalian semua akan mendapat jatah,
masing-masing anak satu mangkok bakso. Sabar sedikit ya."
Seorang anak yang terkenal suka usil menukas,
"Walah minta satu saja tak boleh. Dasar pelit!"
Habiburrahman El Shirazy Azzam tersenyum mendengarnya. Ia tidak kaget mendengarnya. Sudah sering dan biasa. Maka ia tidak nenjawab apaapa. Sebab saat nanti acara selesai, dan masih ada sisa bakso,
anak-anak itu akan minta lagi Biasanya ia akan meluluskan
permintaan mereka. Dan mereka akan ber-kata padanya, "Mas
Insinyur memang pemurah dan baik hati. Makasih ya Mas."
Acara di SIC selesai tepat pukul dua belas siang. Dari
acara itu Azzam mendapat keuntungan bersih tujuh puluh dollar. Azzam langsung pulang ke Mutsallats. Nasir ternyata telah ada di rumah. Sedang menanak nasi dan membuat telur
ceplok. "Eh Kang Azzam, baru pulang. Teman-teman pada di
mana Kang kok sepi?" tanya Nasir santai sambil mem balik
telur ceploknya. Kelihatannya ia sama sekali tidak tahu apa
yang telah terjadi di rumah itu.
"Mereka sedang di rumah sakit Rab'ah?" jawab Azzam
sambil meletakkan panci besar dan perkakasnya pada tempatnya.
"Di rumah sakit" Siapa yang sakit Kang?" Nasir kaget.
Pandangan matanya beralih dari telur ceploknya ke wajah
Azzam. "Fadhil." Ucap Azzam datar.
"Fadhil"! Sakit apa Kang?"
"Sudahlah, kau makanlah dulu. Fadhil akan baik baik saja.
Sudahlah nanti kuceritakan semuanya."
Azzam masuk ke kamarnya untuk istirahat. Sementara
Nasir makan dengan sangat lahap.Nasi panas, telur ceplok dan
kecap terasa begitu nikmat bagi pemuda yang pernah nyantri
di Pesantren Buntet Cirebon itu. Guratan lelah masih tampak
jelas di wajahnya. Namun guratan le-lah itu masih belum
212 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
seberapa jika dibanding guratan lelah wajah Azzam yang kini
menelentangkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
Azzam memejamkan mata, tapi pikirannya mengembara
ke mana-mana. Mengembara ke ruang-ruang kelelahan demi
kelelahan, tanggung jawab demi tanggung jawab, bakti demi
bakti. Perjalanan hidup yang harus ditem-puhnya di Cairo
adalah kerja keras, tetesan keringat, mata yang kurang tidur,
pikiran yang penuh, dan doa yang dibalut tangis jiwa.
Ingatannya pada ibu dan adik-adiknya adalah tanggung jawab
sebagai seorang lelaki sejati yang beriman. Ingatan pada ayahnya adalah kewajiban bakti seorang anak mengalirkan doa
pembuka rahmat Allah di alam baka.
"Kang apa yang sesungguhnya terjadi pada Fadhil?"
Nasir duduk di sampingAzam. Ia tahu Azzam tidak tidur.
Azzam bangkit perlahan lalu duduk.
"Lebih tepat kalau kau bertanya, apa sesungguhnya yang
telah terjadi di rumah ini," jawab Azzam. Nasir diam saja, ia
tahu Azzam belum selesai bicara. Justru baru memulai bicara.
"Tadi malam terjadi peristiwa besar di rumah ini. Peristiwa
yang tak lain adalah getah dari tindakan ketidak hati-hatianmu," lanjut Azzam. Nasir kaget mendengarnya.
"Tindakan saya yang mana Kang"!" tanya Nasir dengan
nada protes. Azzam lalu menceritakan semua yang terjadi dengan
detil. Tak dikurangi dan tak dilebihi. Mata Nasir berkaca kaca.
Ia baru mengerti dengan "tindakan ketidak-hati-hatiannya
yang dimaksud Azzam. "Maafkan saya Kang. Saya tidak tahu kalau akan sampai
terjadi hal yang tidak diinginkan seperti itu. Saya berun-tung
satu rumah bersama orang yang berjiwa mengayomi dan
melindungi seperti Sampeyan. Sekarang saya harus bagaimana
213 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Kang baiknya?" Ucap Nasir dengan di-sertai rasa penyesalan
yang dalam. "Untuk sementara, selama kau di Mesir hapus itu nama
Wail El Ahdali dari ingatanmu. Dan bergaullah dengan orang
Mesir dan orang asing sewajarnya saja. Jangan sok terlalu
akrab. Bergaul sewajarnya selain membuat kita waspada juga
membuat kita lebih dihormati di negeri orang. Yang jelas
mungkin kau sedang dicari mahahits. Bersikap biasa saja. Jika
suatu kali diinterogasi mahahits jawablah yang wajar saja.
Yakinkan mereka bahwa kau tidak berbuat macam macam di
tanah mereka ini. Yakinkan mereka bahwa konsentrasimu
adalah bela jar di Al Azhar. Jangan pernah mengisyaratkan kau
kenal dan punya hubungan dengan Wail El Ahdali." Azzam
menasihati panjang lebar. Nasihat yang sangat penting bagi
orang yang terlalu familiar dengan siapa saja seperti Nasir.
Sikap familiar yang terkadang berlebihan, sehingga berpeluang mengundang hal-hal yang tidak diingin-kan.
"Baik Kang. Tapi Wail itu orangnya baik kok Kang. Dia
bukan penjahat. Aku pernah ke rumahnya di daerah Mahallet
Marhum, dekat Tanta."
"Aku tidak mengatakan Wail itu tidak baik Sir. Aku percaya kok teman-temanmu baik. Tapi yang terbaik bagi kita
saat ini adalah tidak kenal Wail dulu. Amn Daulah Mesir
merasa punya urusan dengan Wail. Kita biarkan itu sebagai
urusan mereka. Kita di sini adalah tamu. Dia orang Mesir. Dia
lebih tahu Mesir daripada ki-ta. Wail pasti memiliki cara
untuk menyelesaikan urusannya. Kita urus saja urusan kita
sebaik-baiknya. "Bukankah urusan kita sendiri masih banyak?" tegas
Azzarn. "Ya Kang." "Sekarang kita ke Mustasyfa Rab'ah."
214 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Baik Kang. Aku mandi dulu sebentar dan ganti pakaian
ya Kang" Tadi pagi aku belum mandi."
"Ya. Tapi cepetan ya."
"Ya Kang." Saat Nasir mandi, Azzam teringat akan tempe yang ia
pasrahkan pembuatannya pada Rio. Ia harus memeriksanya
untuk lebih merasa yakin bahwa pekerjaan anak buahnya itu
beres seperti yang ia harapkan. Ia melihat beberapa caloncalon tempe di rak. Ia ambil satu, ia teliti.
"Bagus. Rio bisa diandalkan," lirihnya.
Ia merasa tenang, jika suatu saat nanti ia tidak bisa membuat sendiri tempenya, ia bisa menyerahkannya pada Rio. Dengan begitu bisnisnya akan tetap lancar. Dan Rio juga senang,
sebab dia akan mendapat tambahan gaji.
Nasir benar-benar mandi cepat. Entah apa yang ia lakukan di kamar mandi. Rasanya baru masuk sudah keluar lagi. Ia
langsung masuk ke kamarnya dan ganti pakaian.
Sepuluh menit kemudian mereka berdua sudah keluar
rumah. Mereka berjalan kaki menuju jalan raya. Begitu ada
bus nomor 65 mereka naik. Selama dalam perjalanan yang
tidak lama itu Azzam tidur. Nasir masih didera rasa bersalah.
Tadi malam ia nyaris mau nekat tetap mengi-napkan Wail di
rumah. Namun ia ingat, jika Azzam ma-rah, maka seisi rumah
pasti akan juga marah. Karena itulah, begitu selesai makan roti dan kabab, ia
mengajak Wail jalan kaki ke Tub Ramli. Ia dan Wail akhirnya
menginap di rumah Mat Nazri, mahasiswa asal Pahang,
Malaysia yang sama-sama agen tiket Malaysia Air Lines. Mat
Nazri percaya saja padanya, bahkan sangat senang dengan
kedatangan Wail. Mereka bertiga tidak tidur. Sebab Wail
banyak bercerita tentang masa kecilnya dan juga kedamaian
215 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy desanya. Cerita yang enak didengar dan mengasyikkan, karena
Wail sering mem-bumbui dengan humor-humor yang menyegarkan. Ia masih ingat cerita Wail tentang Abu Nuwas. Wail
ber-kata, "Waktu kecil dulu aku paling suka mendengar cerita
cerita lucu Abu Nuwas. Yang paling menarik membawakan
cerita adalah Ammu Husni. Dulu dia yang mengajari anakanak desa kami membaca Al-Quran. Sekarang dia bekerja di
kementerian wakaf di Cairo. Saya masih ingat satu cerita dari
Ammu Husni tentang Abu Nuwas. Cerita yang jika saya mengingatnya masih bisa tertawa, paling tidak tersenyum sendiri.
Ammu Husni bercerita begini:
'Suatu sore Khalifah Harun Ar Rasyid berjalan-jalan mencari angin di luar istananya. Ia melewati pasar. Di sana, ia berpapasan dengan Abu Nuwas. Sang Khalifah sangat kaget melihat Abu Nuwas membawa sebuah botol yang kelihatannya
berisi arak dalam ukuran yang besar. Untuk meyakinkan apa
yang dilihatnya Sang Khalifah pun menghampiri Abu Nuwas.
'Sejak kapan kamu jadi pemabuk Abu Nuwas"' selidik
Khalifah. 'Saya tidak pernah mabuk. Khalifah jangan ngawur menuduh seenaknya!' jawab Abu Nuwas berkelit.
'Lalu apa yang kamu bawa itu"'
'Botol.' 'Lalu apa isi botol itu"'
'Susu, Khalifah.' 'Susu kok warnanya merah" Sungguh aneh, bukankah di
mana-mana susu warnanya putih"'
'Harap maklu m Khalifah. Susu ini mulanya berwarna putih. Tapi karena malu pada Khalifah jadi berubah merah. Ia
216 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
lebih pemalu dari gadis pingitan, Khalifah,' jawab Abu Nuwas
diplomatis. Mendengar jawaban Abu Nuwas itu Sang Khalifah tertawa terpingkal-pingkal. Kok bisa-bisanya susu memiliki sifat
malu. Sungguh jawaban yang konyol, namun menyegarkan.
Sang Khalifah lalu melanjutkan perja-lanannya setelah tahu
ternyata yang dibawa Abu Nuwas memang bukan arak, tapi
minuman sejenis syirup dari kurma."
Nasir tersenyum sendiri. Cerita tentang Abu Nuwas,
yang kalau di Indonesia lebih di kenal Abu Nawas, sudah sangat sering ia dengar. Tapi ceria tentang susu yang bisa
berubah merah warnanya karena malu baru ia dengar saat itu.
Mesir memang kaya dengan cerita -cerita lucu, di samping
juga kaya akan kisah romantis dan juga epik yang menggetarkan jiwa.
Beberapa puluh meter sebelum sampai Mahattah Rab'ah
ia membangunkan Azzam. Azzam bangun dengan mata merah. Mereka turun dan langsung ke rumah sakit. Di depan kamar Fadhil, mereka melihat Nanang dan Ali berdiri di samping pintu,
"Kenapa di luar" Siapa yang di dalam?" tanyaAzzam.
"Fadhil sedang ditunggui dua cewek," jawab Nanang.
"Siapa?" tanya Azzam.
"Cut Mala, adik perempuannya dan Cut Rika teman Cut
Mala." "Fadhil gimana keadaannya?"
"Sudah sadar. Kata dokter akan baik-baik saja. Tapi tadi
pagi sempat diinfus dengan vitamin otak. Setelah di-scan, ada
gegar ringan. Mungkin karena kepalanya memben-tur lantai
217 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy saat dia jatuh tadi malam. O ya Kang, dia menanyakan Sampeyan terus sejak sadar," kata Nanang menjelaskan.
"Baik kalau begitu aku masuk dulu."
Azzam langsung masuk. Dua mahasiswi berjilbab duduk
di samping Fadhil. Yang berjilbab biru muda bercakap-cakap
dengan Fadhil. Sementara yang berjilbab putih membaca
majalah. "Assalamu 'alaikum?" sapa Azzam.
Seketika yang ada di kamar itu menjawab salam. Fadhil
tersenyum melihat siapa yang datang. Ia langsung ber-kata
pada gadis berjilbab biru muda,
"Dik Mala, itu Kang Azzam, senior saya di rumah." Gadis
berjilbab biru mengangguk kepada Azzam sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Azzam juga melakukan hal yang sama sambil memper-kenalkan diri,
"Ya saya Azzam."
"Saya adiknya Kak Fadhil. Cut Mala. Lengkapnya Cut
Malahayati." Tukas gadis berjilbab biru berwajah putih bersih.
Azzam melihat sesaat, ia tertegun sesaat. Baru kali ini ia bertatap muka dan melihat langsung wajah adik perempuan
Fadhil yang membuat Hafez nyaris gila. Ia harus mengakui,
memang memesona. Ia langsung menundukkan kepala, lalu
tanpa sadar ia mengalihkan pan-dangan ke arah gadis yang
satunya yang sedang meng-hadap ke arahnya dengan menundukkan kepala.
"Dia teman Mala. Masih ada hubungan keluarga dengan
saya meskipun jauh. Namanya Cut Rika." Fadhil memperkenalkan. Sebab ia tahu teman adiknya itu sangat pemalu.
Azzam hanya mengangguk-angguk. Gadis yang bernama Cut
Rika itu diam saja. Maka Azzam mengalihkan perhatiannya
pada Fadhil. 218 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Bagaimana keadaamnu Dhil?"
"Baik Kang. Tak ada yang perlu dicemaskan. Tapi aku
perlu berbicara dengan Sampeyan tentang satu hal penting
jawab Fadhil. "Apa itu?" tanya Azzam penasaran.
"Sebentar Kang," jawab Fadhil sambil memberi isyarat
kepada adiknya agar ia dan temannya meninggalkan kamar.
Setelah keduanya keluar, Fadhil berkata,
"Bisa nggak Kang saya pulang sore ini" "
"Kenapa Dhil" Kau masih perlu perawatan" "
"Terus terang Kang, saya tidak punya uang. Adik saya
juga. Kami tidak mungkin minta ibu kami di Indonesia."
"Sudahlah kau jangan memikirkan hal itu dulu. Biar hal
itu aku yang memikirkan, yang penting kamu sehat kem -bali.
Ujian tidak lama lagi. Ingat itu."
"Kalau bisa pulang secepatnya. Cobalah bicara kepada
dokternya, jika nanti dia datang."
"Baiklah." "Terima kasih Kang."
"Ya sama-sama. Adikmu biar masuk lagi ya. Soalnya kelihata nnya ia ingin terus dekat denganmu. Aku dan te-manteman shalat Ashar dulu."
"Iya Kang." Azzam beranjak keluar memanggil dua gadis Aceh, lalu
mengajak teman satu rumahnya shalat Ashar. Sebab saat itu
azan tengah berkumandang.
Setelah Ashar dokter datang. Azzam membicarakan kemungkinan Fadhil dibawa pulang.
219 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia boleh pulang, paling cepat besok siang." Jelas dokter berambut putih meyakinkan.
Menjelang Maghrib, Cut Mala dan Cut Rika minta diri.
Tak lama setelah itu Azzam dan Nanang juga minta diri.
Untuk jaga malam, Nasir dan Ali menawarkan diri.
Atas permintaan Azzam, Hafez memang sejak awal tidak
usah dikabari dulu. Dia biar menyelesaikan urusannya di
Katamea dulu. Azzam tidak ingin Hafez tahu lalu langsung ke
rumah sakit dan bertemu Cut Mala.
Saat Azzam pamitan pada Fadhil, dengan nada bergurau
Fadhil berkata, "Menurutmu Cut Mala, adikku, cantik tidak Kang?"
Azzam menjawab dengan gurauan,
"Tanyakan saja pada Nasir, dia paling tahu tentang perempuan cantik. Kelihatannya dia tadi mengamati betul
adikmu itu." Nasir tidak menduga akan jadi sasaran tembak. Serta
merta ia berkata, "Ya kalau belum ada yang mengkhitbah, cantik sih. Tapi
kalau sudah ada yang mengkhitbah, ya, tidak cantik."
Azzam tersenyum lalu pergi. Ia jadi teringat dua adiknya
kembali. Husna dan Lia. Apa mereka secantik Cut Mala, atau
malah lebih cantik" Tiba-tiba ia malu pada diri sendiri. Hatinya benar-benar mengakui pesona gadis Aceh berjilbab biru
muda itu tadi. Fadhil memang telah berkali-kali bercerita tentang adiknya yang baru satu tahun setengah menyusulnya
kuliah di Cairo. Namun baru sore itu ia bertatap muka dengan
gadis yang kata Fadhil, saat di Madrasah Aliyah pernah
220 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
menjuarai MTQ se-Tanah Rencong, Aceh. Ia bisa memahami
kenapa Ha-fez sedemikian jatuh hati padanya.
221 Ilyas Mak"s eBooks Collection
16 INSYAF Orang-orang baru saja pulang dari jamaah shalat Maghrib ketika Furqan menyalakan mobilnya dan membawanya
meluncur dari Haidar Tony ke arah Hay Sabe'. Tujuannya
adalah rumah Ustadz Saiful Mujab yang ter-letak di dekat
Masjid Ridhwan. Ia merasa tidak bisa mengambil keputusan
sendiri atas masalah yang menimpanya. Ia perlu pendapat
Ustadz Mujab yang selama ini ia anggap seperti kakaknya
sendiri. Sampai di rumah Ustadz Mujab ia disambut hangat
oleh Abdullah, anak sulung Ustadz Mujab yang berumur
tujuh tahun. "Om Furqan, kok lama nggak main ke mana aja?" tanya
Abdullah. Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Om Furqan sedang sibuk persiapan ujian," jawab Furqan datar.
"Om, om, tadi di sekolah aku dapat hadiah." Begitulah,
tanpa diminta Abdullah pasti cerita tenta ng kejadian di sekolahnya. Anak itu sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah Al-Azhar
bersama anak-anak Mesir. Kemampuan bahasa Arabnya tidak
diragukan. Bahkan dalam hal-hal tertentu ia lebih mengerti
bahasa harian Mesir daripada kedua orangtuanya. Karena memang ia sama dengan anak Mesir. Lahir dan besar di Mesir.
Bermain bersama anak-anak Mesir. Juga tidak jarang, berkelahi dengan anak-anak Mesir.
"Hadiah apa?" "Hadiah karena aku telah hafal juz tiga puluh. Semua
yang hafal juz tiga puluh mendapatkan hadiah."
"Apa hadiahnya?"
"Buku dan kaset nasyid anak-anak."
Percakapan keduanya terputus begitu Ustadz Mujab keluar. Abdullah langsung masuk ke dalam. Sedangkan Furqan
langsung menjabat tangan Ustadz Mujab. Tanpa basa-basi
Ustadz Mujab berkata, "Begini Fur, sampai sekarang si Anna belum bisa memberi jawaban. Kau bersabarlah satu dua bulan lagi. Dia sedang
sibuk untuk melakukan penelitian untuk tesis-nya."
"Saya datang ke sini bukan untuk menanyakan masalah
itu Ustadz." "Lalu untuk apa?"
"Saya sedang menghadapi masalah besar yang saya merasa tidak bisa menuntaskannya sendirian."
"Apa masalahmu?"
223 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Furqan lantas menceritakan semua yang dialaminya di
hotel. Sejak dia masuk hotel sampai dia keluar hotel. Terutama
tentang foto-foto yang membuatnya merasa tidak berharga
dan permintaan mengirim uang sebesar 200.000 USD. Ustadz
Mujab mendengarkan dengan sek-sama. Sesekali ia mengenyitkan dahi. Saat Furqan mengakhiri ceritanya dengan wajah
bergurat kecemasan dan kesedihan, Ustadz Mujab mendesah
dan mengambil nafas panjang.
"Sekarang apa yang harus saya lakukan Ustadz?"
Ustadz Mujab kembali menarik nafas dan berkata,
"Yang paling penting, kau harus mengintrospeksi dan
me-muhasabah-i dirimu sendiri. Ini teguran dari Allah atas
cara hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Menurutku kau sudah berlebihan dengan
menginap di hotel untuk alasan agar bisa konsentrasi mem persiapkan sidang tesismu. Apa kamarmu masih kurang nyaman, masih kurang luas"!"
"Iya Ustadz, saya telah menyadarinya."
"Menurutku kamu tidak perlu mengindahkan ancaman
orang yang tidak kau kenal itu."
"Tapi, jika foto-foto itu benar-benar dijadikan konsumsi
publik bagaimana Ustadz" Di mana saya menaruh muka
Ustadz?" "Itu kan foto fitnah. Tidak benar. Yang penting kau kan
tidak melakukannya."
"Aduh mental saya belum kuat jika foto-foto itu diketahui mahasiswa Indonesia di Cairo Ustadz. Apalagi jika dipublikasikan juga ke Tanah Air, bisnis ayah saya bisa hancur
Ustadz. Saya hidup tidak sendirian Ustadz. Masalahnya tidak
sesederhana yang Ustadz bayangkan."
224 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Ustadz Mujab termenung mendengar perkataan Furqan.
"Ya, saya lupa kalau ayahmu itu seorang pengusaha nasional. Masalahnya memang tidak sederhana. Aduh Furqan,
saya belum bisa memberi saran untuk masalahmu ini. Maafkan
saya." Ucap Ustadz Mujab.
Furqan terdiam sesaat lamanya. Ia tidak tahu harus minta
pendapat siapa lagi. Apa ia harus ke tempat bapak bapak
KBRI" "Tidak ada salahnya." Ucapnya dalam hati. Ia melihat jam
tangannya, masih agak sore. Ia harus segera meluncur ke
Dokki, maka ia langsung minta diri. Sebelum pergi Furqan
sempat berpesan, "Tolong jaga rahasia masalah ini. Doakan
saya menemukan jalan keluar secepatnya."
Furqan langsung meluncur cepat menuju Dokki. Di perjalanan ia masih berpikir rumah siapa yang akan ia tuju. Sampai di Ramsis ia baru bisa menentukan bahwa rumah orang
yang paling ia kenallah yang harus ia tuju. Yaitu rumah Pak
Rusydan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan. Semestinya memang lebih tepat ke Atase Bidang Politik, atau Atase Bidang
Konsoler. Saat ini yang paling ia perlukan adalah saran terbaik, juga dukungan moril. Dukungan moril lebih bisa diharapkan dari orang orang yang benar-benar mengenalnya.
Sedikit beruntung, malam itu ia langsung bisa bertemu
dan berbicara dari hati ke hati dengan Pak Rusydan. Dengan
penuh kearifan seorang bapak yang mengayomi anaknya, Pak
Rusydan berkata pada Furqan,
"Tenang, ini masalah kecil Nak Furqan. Jangan terlalu
cemas. Ini bukan masalah yang tidak bisa diselesaikan. Menurut hematku, kita tetap harus minta tolong pada pihak
keamanan Mesir. Tidak bisa tidak."
225 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Tapi kalau penjahat itu tahu, maka saya bisa hancur
Pak." "Tidak. Dia tidak akan tahu. Sebab kita tidak minta tolong pada polisi biasa. Tapi kita langsung minta tolong pada
mahahits." "Mabahits?" "Ya. Kau kan pernah jadi Ketua PPMI, dulu pernah mengantongi nama-nama orang penting di kalangan mahabits.
Telponlah orang itu malam ini juga. Besok pagi saya akan
menguatkan dengan menelponnya."
"Oh ya baik Pak."
Setelah itu mereka memperbincangkan tema yang lain.
"Setelah selesai S.2 ini apa rencanamu Nak?"
"Kalau bisa langsung aplikasi program doktor Pak."
"Bagus. Memang kalau bisa agar Indonesia maju setiap
KK melahirkan satu doktor. Saat ini ada seorang pakar yang
berpendapat bahwa kemajuan suatu negara bisa dilihat dari
jumlah doktor per satu juta orang penduduknya. Semakin
banyak jumlah doktornya, maka akan semakin maju. Tapi
doktor yang benar-benar doktor lho, bukan doktor hasil mem beli. Sebab sekarang ini banyak gelar doktor diobral dengan
harga sekian juta rupiah. Dan sudah banyak kasus terungkap,
orang-orang Indonesia termasuk paljng gemar membeli gelar.
Dan juga membeli ijazah."
"Kondisi bangsa kita memang memprihatinkan Pak."
"Karena itulah dibutuhkan generasi-generasi tangguh
yang berprestasi seperti kamu."
"Doanya Pak." 226 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Setelah merasa cukup Furqan pamit minta diri. Di sepanjang perjalanan dari Dokki sampai Haidar Toni Furqan
tiada henti berzikir dan beristighfar. Ia masih terus diteror
rasa cemas. Saat itulah ia benar-benar merasa membutuhkan
kasih sayang Allah. Ia membenarkan nasihat Ustadz Mujab,
"Yang paling penting, kau harus mengintrospeksi dan memuhasabah-i dirimu sendiri. Ini teguran dari Allah atas cara
hidupmu yang menurutku sudah tidak wajar sebagai seorang
penuntut ilmu. Menurutku kau sudah berlebihan dengan menginap di hotel untuk alasan agar bisa konsentrasi."
Mungkin benar penilaian Ustadz Mujab atas dirinya. Ia
telah melakukan sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang sejatinya kurang pantas bagi seorang penuntut ilmu. Ia langsung
menyadari kekhilafannya itu. Ia yang mengambil spesialisasi
sejarah dan peradaban Isla m semestinya menyadari bahwa
para pemikir dan ula ma besar tidak ada yang berhasil meraih
ilmu dengan hidup ber-mewah-mewah.
Bagaimana mungkin ia bisa lupa bahwa dalam kitab-kitab
sastra, sejarah, manakib dan thabaqat banyak dijelaskan betapa
para ulama lebih biasa bergelut dengan kemiskinan, penderitaan dan kesulitan hidup yang mencekik. Namun mereka
meresapinya dengan penuh kesa-baran. Dalam penderitaan
yang mencekik itulah mereka mengais ilmu dan hikmah.
Dalam kesulitan hidup itulah mereka menulis karya-karya
besar yang monumental. Bagaimana mungkin, ia yang jebolan
jurusan sejarah dan peradaban Islam Al Azhar University , dan
sebentar lagi meraih gelar master di jurusan yang sama dari
Cairo University bisa melupakan sunah para ulama itu.
Bagaimana mungkin ia bisa lupa kisah mengharukan
yang diriwayatkan oleh Imam Bakar bin Hamdan Al Maruzi
yang mengatakan, bahwa Imam Ibnu Kharrasy pernah bercerita,
227 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku
sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu sedang berjalan
melintasi gurun pasir untuk mendapatkan hadis aku merasa
kehausan luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka
dengan terpaksa aku rninum air kencingku sendiri."
Ulama besar sekaliber Ibnu Kharrasy bahkan harus meminum air kencingnya sendiri demi mempertahankan hidupnya ketika mencari ilmu. Sedangkan dirinya, bisa-bisanya makan dan minum di restoran mewah Hotel Meridien.
Bagaimana mungkin ia lupa cerita Imam Abu Hatim yang
pernah mengalami keadaan sangat memprihatinkan. Imam
Abu Hatim mengatakan, "Ketika sedang mencari hadis kondisiku benar-benar sangat mempriha-tinkan. Karena tidak mampu membeli sumbu lampu, pada suatu malam aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut jalan. Aku belajar
dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh
tukang ronda. Dan terkadang tukang ronda itu tidur, aku
yang menggantikannya ronda."
Sementara dirinya masih juga tidak merasa cukup akan
nyamannya lampu apartemannya. Harus lampu mewah Hotel
Meridien. Bagaimana mungkin ia lupa kisah Imam Bukhari yang tidak memiliki apa-apa. Sampai pakaian pun tidak punya,
sehingga ia terhalang dari menulis hadis. Bagaimana mungkin
ia melala ikan kisah menggetarkan yang beberapa kali ia baca
dan ia kaji itu" Bagaimana mungkin ia lupa pada kisah yang
diriwayatkan oleh ulama besar seangkatan dengan Imam
Bukhari yang bernama Umar bin Hafesh Al Asyqar. Al Asyqar
mengatakan, "Selama beberapa hari kami tidak mendapati Bukhari
menulis hadis di Bashrah. Setelah dicari ke mana mana
akhirnya kami mendapatinya berada di sebuah rumah dalam
228 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
keadaan telanjang. Ia sudah tidak punya apa-apa. Atas dasar
musyawarah kami berhasil mengumpulkan uang beberapa
dirham lalu kami belikan pakaian untuk dipakainya. Selanjutnya ia mau bersama-sama kami lagi meneruskan penulisan
hadis." Sementara dirinya selama ini memilih pakaian yang bermerk dan mahal-mahal.
Bagaimana mungkin ia lupa akan penderitaan Imam
Malik. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, beliau
sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya.
Bagaimana mungkin ia lupa"
Bukankah itu semua adalah sejarah yang benar-benar
nyata. Bukan cerita fiktif yang mengada-ada. Datanya valid,
tertulis dalam banyak kitab-kitab sejarah, sastra dan lain sebagainya.
Bagaimana ia bisa melalaikan suatu kenyataan penting,
bahwa para ulama salaf menganggap kemiskinan adalah teman
akrab yang tidak mungkin ditinggalkan begitu saja. Justru
kemiskinan itu, saat menuntut ilmu, harus benar-benar dinikmati. Sampai sampai ada seorang ulama menulis syair:
Aku bertanya kepada kemiskinan.
Di manakah kamu berada"
Ia menjawab, aku berada di sorban para ulama.
Mereka adalah saudaraku. Yang tidak mungkin aku tinggal begitu saja.
Bagaimana mungkin ia bisa melalaikan itu semua"
Hati Furqan gerimis. Airmatanya meleleh. Ia benar benar menginsyafi cara hidupnya yang selama ini sudah tidak
wajar sebagai seorang penuntut ilmu. Ia benar benar merasa229
Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy kan bahwa ini semua adalah teguran dari Dzat Yang Maha
Bijaksana. 230 Ilyas Mak"s eBooks Collection
17 PERTEMUAN YANG MENGGETARKAN Hari berikutnya Fadhil boleh dibawa pulang. Untuk
membayar biaya rumah sakit, Azzam harus merelakan uang
hasil kerja kerasnya berjualan bakso. Begitu Fadhil sampai di
Mutsallats, Azzam langsung pergi ke Abbasea. Tujuannya
satu, yaitu ke kantor mabahits mencari Letnan Kolonel Hosam
Qatimi. Ia mau minta pertanggung jawaban. Sesampainya di
sana semua pertugas keamanan di sana tak ada yang merasa
mengenal nama Hosam Qatimi. Dan ia memang sama sekali
tidak melihat Hosam Qatimi dan anak buahnya di sana.
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Habiburrahman El Shirazy "Maaf, tidak ada nama Hosam Qatimi di sini. Kamu salah
alamat, Orang Indonesia!" Ucap seorang petugas berpakaian
seragam persis dengan seragam Hosam Qatimi.
Azzam meninggalkan kantor itu dengan perasaan marah
dan kesal. Marah, karena ia merasa dipermainkan oleh Letnan
Kolonel itu. Dan kesal, karena meskipun ia dipermainkan, ia
tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah, menerima yang
sudah terjadi. Ya sudahlah. Ia tidak punya kekuatan untuk
mengusut apalagi sampai memaksa Letnan Kolonel itu bertanggung jawab. Ia hanya mengatakan dalam hati bahwa
kezaliman sekecil apapun akan ada hisabnya kelak. Biarlah
pengadilan Allah kelak yang memutuskan.
Ia melangkah pergi. Di luar gerbang ia berpapasan dengan sedan Fiat putih yang dikendarai oleh Furqan. Ia tidak
tahu yang mengendarai mobil itu Furqan. Sebab ia memang
tidak memperhatikan. Furqan pun tidak tahu kalau yang baru
saja disimpanginya itu adalah Azzam teman satu pesawat saat
berangkat ke Mesir sembilan tahun yang lalu.
Azzam melangkahkan kakinya menuju Mahattah Abasea.
Ia mau mencari bus ke Sayyeda Zaenab. Kembali belanja
daging sapi. Ia harus membuatkan bakso untuk Bu Faizah
yang punya hajatan syukuran. Syukuran menempati rumah
baru. Sudah satu bulan yang lalu Bu Faizah pesan padanya. Ia
harus menepatinya. Meskipun sebenarnya ia ingin istirahat.
Sementara ia melaju di atas bus menuju Sayyeda Zaenab,
Furqan telah berada di salah satu ruang kantor yang baru saja
didatangi Azzam. Furqan berbincang bincang dengan seorang
lelaki gagah berkulit putih bersih. Lelaki setengah baya itu
memakai kemeja biasa. Tangannya biasa, tidak terlihat begitu
kekar. Ia lebih mirip direktur sebuah perusahaan daripada
anggota Mabahits Amn Daulah.
"Bagaimana kejadiannya?" tanya lelaki itu.
232 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Furqan lalu menjelaskan dengan detil segala hal yang
diala -minya di hotel. Lelaki itu mendengarkan dengan sek sama sambil memandangi wajah Furqan lekat-lekat. Begitu
Furqan selesai bercerita, lelaki itu bertanya,
"Jadi penjahat itu menamakan dirinya Miss Italiana?"
"Ya," jawab Furqan.
"Baiklah, seperti janjiku dulu. Aku akan membantumu
agar kau nyaman belajar di Mesir ini. Tapi terus terang, ini
kasus yang cukup rumit. Perlu kerja keras. Terus terang, aku
juga akan minta bantuan beberapa anak buahku. Dan terus
terang, mereka perlu uang lelah."
Furqan langsung paham apa yang dimaksudkan lelaki
yang menduduki jabatan menentukan dan sangat disegani
kawan-kawan dan anak buahnya itu.
"Baiklah, kolonel, saya akan kasih seribu pound jika
berhasil menangani kasus ini."
"Itu untuk anak buahku. Lha yang untuk aku?"
"Itu sudah termasuk untuk kolonel."
"Wah kayaknya tidak bisa. Aku tak sanggup, kalau cuma
segitu. Jika kami berhasil mengatasi ingatlah nominal 200.000
USD yang seharusnya kau keluarkan."
Furqan diam sesaat. Ia menghitung segala yang ia miliki.
Ia tidak ingin minta uang ke Tanah Air. Uang di rekeningnya
masih seribu dollar, dan itu ia cadangkan untuk beli tiket pulang setelah sidang tesis magisternya. Kalau seribu dollar ia
lepas berarti untuk pulang ia harus minta kiriman. Tiba-tiba ia
teringat mobilnya. Mobil Fiat putihnya yang kondisinya masih sangat bagus.
233 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Baiklah kolonel, bagaimana kalau mobil Fiat saya?"
"Kau mau memberiku hadiah mobil?"
"Ya, jika kolonel berhasil. Mobil Fiat saya di depan itu
akan menjadi milik kolonel."
"Boleh saya lihat mobilnya, saya tidak mau mobil
rongsokan." "Mari kita lihat kolonel."
Keduanya lalu keluar melihat mobil Fiat putih. Sang
kolonel melihat dengan teliti. Bahkan mencoba menyalakan
mesin segala. Ia mengangguk-anggukkan kepala dan mengajak Furqan kembali masuk ke ruangannya.
"Baik, saya setuju. Saya akan bekerja keras menuntaskan
kasus ini. Kau tenang-tenang sajalah belajar."
"Kapan laporannya bisa saya terima."
"Paling lama satu minggu."
"Baiklah. Saya percaya pada kolonel. Saya pulang dulu.
Mobil saya bawa dulu. Minggu depan mobil itu akan jadi milik
Kolonel Fuad, jika saya telah melihat penjahat itu tertangkap
dan meringkuk dalam penjara."
"Insya Allah." *** "Bagaimana keadaan kakakmu Dik?" Tanya Tiara pada
Cut Mala. Saat itu hanya mereka berdua yang ada di dalam
rumah. Yang lain sedang kuliah. Mereka berdua duduk di sofa
sambil makan kwaci. Di Mesir makan kwaci adalah salah satu
budaya yang sangat merakyat.
"Sudah baik. Sudah dibawa pulang. Dia masih perlu
istirahat beberapa hari," jawab Cut Mala.
234 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Jadi tentang yang aku sampaikan di Hadiqah itu belum
kamu sampaikan kepadanya?"
"Sudah saya sampaikan lewat telpon. Sebelum Kak Fadhil
sakit. Kak Fadhil minta agar aku menjelaskannya panjang
lebar secara langsung, tidak lewat telpon. Kami sudah janjian
mau bertemu di Masjid Nuri Khithab. Namun manusia hanya
bisa berencana sedangkan yang menentukan adalah Tuhan.
Belum sempat bertemu Kak Fadhil sudah sakit duluan. Jadinya
saya belum menjelaskan dengan detil. Dan otomatis Kak
Fadhil belum memberikan saran atau masukan."
"Kau tahu kira-kira kenapa kakakmu minta penjelasan
panjang lebar?" Tiara penasaran. Ada secercah cahaya harapan di hatinya. Ia berharap bahwa Fadhil memang menaruh
perhatian padanya, bahkan menaruh hati padanya.
"Saya tidak tahu persis, Kak. Tapi memang kakak saya
sering begitu. Seringkali jika saya minta saran, minta ketemu
langsung untuk menjelaskan dengan detil panjang lebar."
"Kalau kau menemuinya hari ini dan menjelaskan panjang
lebar tentang yang aku hadapi bisa tidak Dik" Nanti malam
ayahku mau menelpon lagi. Kemarin beliau menelpon dan aku
janjikan nanti malam. Sampai sekarang aku belum punya
pegangan untuk mengambil sikap. Tolonglah Dik."
"Tapi kakak masih belum sehat benar Kak. Apa tidak bisa
menunggu dua atau tiga hari lagi?"
Tiara menghela nafas. Ia memejamkan kedua mata.
Haruskah ia menjelaskan lebih dalam tentang perasaannya
yang selama ini ia simpan di dalam dada kepada Cut Mala"
Tak terasa matanya basah. Airmatanya tanpa bisa ia bendung
keluar perlahan membasahi pipi. Cut Mala menangkap dengan
jelas yang terjadi pada kakak kelasnya itu.
235 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Kak Tiara menangis" Maafkan saya Kak, jika katakata
saya tidak berkenan." Lirih Cut Mala.
"Tidak apa-apa Dik. Kakak hanya merasa berat meresapi
masalah ini. Kakak ingin segera jelas. Kakak ingin segera konsentrasi ujian. Hari-hari ini kakak sulit tidur. Tapi kau memang benar. Dua hari lagi tidak lama. Atau kakak akan ambil
keputusan tanpa perlu saran dan penjelasan dari kakakmu.
Suatu saat nanti kamu akan tahu kenapa kakak menangis."
Jawab Tiara sambil tetap memejamkan mata.
Cut Mala diam . Dari kalimat yang disamp aikan Tiara, ia
bisa menangkap bahwa kakak kelasnya itu memendam sesuatu. Ia hanya bisa meraba bahwa Tiara susah untuk mengambil
keputusan karena kelihatannya Tiara mengharapkan kakaknya, Fadhil. Namun Cut Mala tidak mau terlalu jauh menduga
dan berprasangka. Bukankah sebagian pra-sangka adalah
dosa" Untuk menenangkan hati Tiara, ia berkata,
"Sore nanti saya akan menjenguk Kak Fadhil di rumahnya. Saya akan melihat keadaannya, jika mau mungkinkan
saya akan jelaskan semuanya padanya."
Mendengar kalimat itu Tiara langsung membuka mata.
Ada binar bahagia di wajahnya.
"Benarkah Dik" Tolong ya Dik, jelaskan pada kakakmu,
usahakan!" tukas Tiara penuh harap.
"Insya Allah Kak. Sekali lagi jika keadaan memungkinkan."
"Semoga memungkinkan."
Melihat reaksi Tiara, Cut Mala memiliki sedikit petunjuk
bahwa kakak kelasnya itu menaruh hati pada kakak kandungnya. Ia akan berusaha menjelaskan masalah kakak kelasnya itu
pada kakak kandungnya. Namun ia tidak akan menceritakan
segala petunjuk yang ia dapat bahwa Tiara diam-diam
236 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
menaruh hati pada kakaknya. Ia ingin semuanya berjalan
alamiah. Ia akan menceritakan apa adanya persis seperti yang
diceritakan Tiara padanya di Hadiqah Dauliyah.
*** Dari Pasar Sayyeda Zaenab Azzam naik bus 65. Ia memilih duduk di bangku paling belakang. Karena barang bawaannya agak banyak. Begitu bus merangkak berjalan, Azzam
mulai memejamkan mata. Rasa kantuknya tak bisa ia tahan.
Sepanjang perjalanan ia tidur. Pulas. Bahkan ketika bus yang
ditumpanginya telah memasuki kawasan Nasr City ia tak juga
bangun. Bis 65 itu melintas di depan Masjid Ar Rahmah. Di sebuah
halte tak jauh dari situ bus berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang. Seorang penumpang turun, dan seorang
gadis berjilbab putih naik. Gadis itu membayar ongkos. Lima
puluh piaster. Gadis itu mencaricari tempat duduk. Semua
telah terisi. Kecuali satu kursi di bagian belakang. Tepat di
samping Azzam yang sedang pulas tidur. Gadis itu ragu untuk
duduk. Sang kondektur mempersilakan untuk duduk. Akhirnya gadis itu duduk.
Azzam yang sedang tidur sama sekali tidak sadar, ada
seorang gadis yang duduk di sampingnya. Ia sangat pulas.
Wajah lelahnya tergurat jelas. Gadis itu memperhatikan wajah
Azzam. "Benar kata kakak, dia seorang pekerja keras. Wajahnya
ada-lah wajah lelah pekerja keras," kata gadis itu dalam hati.
Gadis itu tak lain adalah Cut Mala, yang hendak menjenguk
Fadhil kakaknya. Sampai di ENPI, kondektur bus berteriak keras,
"Enpi! Enpi Enpi!"
237 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Azzam terbangun. Ia mengucek -ucek kedua matanya.
Cepat-cepat ia melihat ke jendela. Ia ingin tahu sampai di
mana dirinya sebenarnya. Begitu melihat gedung Enpi ia lega.
Ia tidak kebablasan. Ia berusaha keras menahan kantuknya. Ia
tidak mau ketiduran dan kebablasan sampai akhir terminal. Ia
harus turun di halte Mutsallats. Ia menggerak-gerakkan kepalanya yang pegal. Ia melihat ke depan dan ke sampingnya. Ia
baru sadar ada seorang gadis duduk tepat di sampingnya. Ia
terperanjat. "Mala ya?" lirihnya.
Gadis itu memandang ke arahnya dengan tersenyum.
Kedua tangannya menelungkup di dada. Isyarat mengulurkan
salam. "Iya Kang Azzam. Dari belanja ya Kang?"
"Iya seperti biasa. Belanja kacang kedelai di Sayyeda Zaenab. Mala mau ke mana" Ke Mutsallats ya?"
"Iya Kang. Mau nengok Kak Fadhil."
"Oh iya. Insya Allah kondisi Fadhil sudah baik kok.
Jangan cemas." "Ya semoga segara pulih seperti sedia kala. Sebentar lagi
kan mau ujian. Saya kuatir kalau mengganggu ujiannya."
"Jangan kuatir. Kakakmu itu termasuk orang cerdas yang
bisa meresapi soal ujian dengan baik. Dia selalu naik tingkat
dengan predikat jayyid tiap tahun. Semoga sakitnya kali ini
menjadi penebus dosanya sehingga ia bisa lulus ujian akhir
dengan nilai terbaik."
"Amin." Keduanya lalu diam. Azzam tidak menemukan tema
untuk dibicarakan. Demikian juga Cut Mala. Di samping itu
rasa segan menghalangi mereka berdua untuk terus berbicara.
238 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Cut Mala sangat segan pada Azzam yang sangat dihormati
oleh kakaknya. Cut Mala juga tahu jika selama ini kakaknya
sering mendapat banyak bantuan dari orang yang duduk di
sam-pingnya. Azzam segan pada Cut Mala, karena prestasi
dan pesonanya. Ia sudah sering mendengar prestasi-prestasinya. Tahun pertama di Al Azhar gadis itu langsung lulus naik
tingkat dua dengan predikat jayyid jiddan. Dan mendapat
penghargaan dari Bapak Atase Pendidikan. Suaranya yang
halus sedikit menggetarkan syaraf-syarafnya.
Ia jadi teringat Hafez. Ia bisa membayangkan jika Hafez
yang duduk di tempatnya saat itu, seperti apa rasa gembiranya. Segera ia mencegah hatinya untuk merasakan simpati
berlebihan pada gadis Aceh itu. Ia teringat tiga adik perem puannya di Indonesia. Husna, Lia dan Sarah. Ia harus menghormati Cut Mala. Ia ingin orang lain menghormati tiga
adiknya. Bus terus melaju. Sampai di Mutsallats. Bus berhenti. Cut
Mala turun. Azzam menurunkan barang-barangnya. Cut Mala
menunggu Azzam. Azzam meminta kepada Cut Mala agar
duluan. Cut Mala langsung melangkah meninggalkan Azzam.
Azzam istirahat sesaat. Ia melihat ke arah penjual buah. Ia
ingin beli jeruk Abu Surrah. Ia memanggul kacang kedelainya.
Tangan kanannya menenteng plastik hitam berisi bumbu. Ia
berhenti di tukang buah dan membeli jeruk satu kilo. Lalu ia
berjalan pelan-pelan ke arah rumahnya. Cut Mala sudah tidak
kelihatan. Mungkin ia telah masuk flat-dan bertemu dengan
kakaknya. Di pintu gerbang, Nanang telah menunggunya.
"Kedelainya biar saya angkat Kang." Nanang menawarkan diri. Azzam yang sangat lelah menurunkan karungnya
yang berisi kedelai. Nanang langsung memanggulnya. Mereka
berdua menaiki tangga. 239 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Ada siapa saja di rumah Nang?" tanya Azzam.
"Semua ada Kang," jawab Nanang sambil tetap menaiki
tangga satu per satu. "Hafez juga ada?"
"Ya ada. Dia pulang jam satu siang tadi. Dia sempat
marah-marah karena tidak diberitahu kalau Fadhi masuk rumah sakit."
"Si Mala, adiknya Fadhil sudah masuk?"
"Sudah Kang. Dia yang tadi memberitahu kalau Sampeyan
sedang berjalan. Katanya tadi satu bus Kang."
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Iya." Azzam membayangkan bahwa telah terjadi pertemuan
antara Hafez dan Cut Mala. Ia bisa membayangkan seperti apa
kira-kira perasaan Hafez. Ia pasti sedang panas dingin. Hanya
ia yang tahu. Tentang Cut Mala, ia yakin gadis itu biasa-biasa
saja. Sebab kepentingan gadis itu sangat jelas, yaitu menjenguk kakaknya.
Saat Azzam masuk flat, yang ada di ruang tamu hanya
Fadhil dan Cut Mala. Keduanya sedang berbincang-bincang.
Ia mendengar suara minuman diaduk. Ia masuk dapur. Hafez
sedang membuat teh. "Jangan sampai kurang manis. Dan jangan sampai terlalu
manis lho Fez," ujar Azzam sambil meletakkan barang yang
dibawanya. Nanang meletakkan karung di tempat biasanya,
pojok dapur. "E e iya Kang," jawab Hafez gugup. Wajahnya memerah.
"Jangan lupa itu ada buah. Setelah mengantar minuman.
Antar juga buahnya ya. Setelah itu kembali ke kamar. Jangan
menganggu kenyamanan pembicaraan kakak beradik itu ya."
240 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Kata Azzam santai sambil berlalu merunggalkan Hafez yang
bersiap denga n dua gelas di atas nampan. Azzam masuk ke
kamarnya. Nanang melakukan hal yang sama. Sementara Ha fez membawa nampan ke ruang tamu dengan tangan bergetar.
"Wah jadi merepotkan Kak Hafez," kata Cut Mala kala
melihat Hafez datang membawa minuman.
"Ah tidak kok, sudah ada," jawab Hafez dengan nada
sebiasa mungkin. Ia tidak ingin tubuhnya yang gemetar dan
panas dingin diketahui oleh Fadhil maupun Cut Mala
"Mari silakan diminum," Hafez mempersilakan.
"Terima kasih Kak," sahut Cut Mala sambil menatap
wajah Hafez. Pada saat yang sama Hafez juga sedang memandang ke arah Cut Mala. Cut Mala tersenyum lalu memandang
kakak-nya. "Kak Fadhil, Kak Hafez kan orang Palembang ya. Berarti
dia bisa bikin empek-empek ya?"
Fadhil menjawab dengan tersenyum, "Ya iyalah. Dia
jagonya kalau bikin empek -empek. Kalau mau dia bisa bisnis
empek-empek di Cairo ini, tapi dia tidak mau. Katanya takut
ku-liahnya terganggu."
Hafez yang mendengar dirinya dipuji Fadhil di hadapan
Cut Mala merasa sangat berbahagia. Kedua kakinya seperti
tidak menginjak bumi. Ia seperti melayang. Ia segera menguasai diri.
"Sebentar ya," kata nya sambil melangkah ke dapur. Ia
mengambil buah yang masih ada di dalam kantong plastik,
meletakkannya di atas piring dan membawa ke ruang tamu.
"Iya keluarkan semuanya Fez. Nanti kalau tidak habis
biar dibawa pulang Mala," ujar Fadhil santai.
241 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Iya nggak apa-apa. Siapkan sekalian kantong plastiknya
biar nanti saya bawa pulang," tukas Cut Mala santai.
Hafez kembali mencuri pandang ke wajah Cut Mala. Ia
seperti tersengat listrik. Ada perasaan sangat indah yang sangat susah dilukiskan. Kakinya seperti mau lumpuh. Keringat
dinginnya keluar. Wajahnya memerah. Cepat-cepat ia membalikkan badan.
"Mau ke mana Fez" Masih ada lagi?" celetuk Fadhil.
Hafez sudah menguasai keadaan, ia langsung membalikkan badan dan menjawab dengan guyonan,
"Masih. Di dapur masih ada banyak buah. Mala mau
bawa?" "Boleh. Masih ada apa aja?"
Spontan Hafez menjawab, "Kubis, lombok, kentang, terong, wortel dan buncis.
Mau?" "Ah Kak Hafez punya rasa humor juga ya. Kalau itu sih di
kulkas kami sudah penuh. Berlebih malah. Terima kasih deh,"
tukas Cut Mala santai. Hafez tersenyum. Ia punya kesempatan memandang Cut
Mala lagi. Hatinya benar-benar bergetar. Tubuhnya panas
dingin. "Sama-sama," jawabnya seraya melangkah, langsung menuju kamar Azzam. Itu adalah pertemuan yang sangat mengesan dan menggetarkan jiwanya.
242 Ilyas Mak"s eBooks Collection
18 AIRMATA CINTA Fadhil mengambil gelas berisi teh Arousa lalu menyeruputnya perlahan. Cut Mala melakukan hal yang sama.
"Insya Allah, kakak sudah baik. Tak ada yang perlu dikuatirkan. Kakak akan segera konsentrasi untuk ujian. Kakak
ingin lulus S.1 kalau bisa dengan predikat jayyid jiddan atau
mumfaz," kata Fadhil pada adiknya. Tangan kanannya masih
memegang gelas berisi teh. Ia kembali menyeruput isi gelas
itu perlahan. "Syukur alhamdulillah. Untuk ujian Al-Qurannya kakak
sudah siap?" tanya Cut Mala.
Habiburrahman El Shirazy "Siap insya Allah. Sejak awal tahun pelajaran kakak sudah
siap." "Selesai S.1 rencana kakak bagaimana" Mau pulang ke
Indonesia atau bagaimana?"
Fadhil mengambil nafas panjang.
"Abah dulu berpesan agar kakak dan kamu menuntut ilmu setinggi mungkin. Ilmulah yang membuat derajat seseorang dan derajat suatu bangsa terangkat. Sebenarnya kakak
ingin lanjut S.2 ke Sudan, atau ke Malaysia. Tapi biayanya,
kau tahu sendiri, tidak ada. Mungkin kakak akan bertarung
mati-matian untuk melanjutkan S.2 di Al Azhar, sembari
menunggu kamu selesai kuliah. Kalau menurutmu sebaiknya
bagaimana Dik?" "Menurutku apa yang menurut kakak baik adalah baik.
Kalau ada biaya memang S.2 di Sudan lebih cepat. Dan kakak
bisa lebih cepat mengabdi dan mengamalkan ilmu di Tanah
Air. Tapi menyelesaikan S.2 di Al Azhar jika bisa jauh lebih
baik. Meskipun sedikit lebih lama. Walau bagaimanapun Al
Azhar adalah universitas tertua di dunia. Wibawa dan kualitasnya sangat diakui di dunia."
"Kau sendiri persiapanmu bagaimana Dik?"
"Doakan prestasi Mala tidak menurun Kak. O ya Kak,
biaya rumah sakit kemarin bagaimana. Kakak dapat uang dari
mana?" "Alhamdulillah. Semua telah dibayarkan oleh Kang
Azzam. Meskipun Kang Azzam tidak minta dikembalikan,
suatu saat nanti jika ada rezeki pasti akan kakak kembalikan.
Kang Azzam terlalu baik bagi anggota rumah ini. Terkadang
aku iri padanya. Iri akan kebaikan dan sifat pemurahnya."
"O jadi Kang Azzam yang menutup semuanya."
244 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Iya. Kemarin dia baru bekerja keras dapat order bikin
bakso. Mungkin uang hasil dia bikin bakso itu yang digunakan
untuk menutup biaya rumah sakit kakak."
"Dia tingkat berapa Kak?"
"Sudah tingkat empat. Tapi kelihatannya sengaja tidak ia
luluskan." "Kenapa?" "Ia masih ingin bertahan di Mesir, demi adikadiknya."
"Saya tidak paham maksud kakak."
"Kang Azzam itu sama seperti kita, seorang anak yatim.
Dia anak sulung. Adik perempuannya ada tiga. Dialah yang
selama ini bekerja keras menghidupi adikadiknya. Terutama
membiayai sekolah adik-adiknya. Ya dengan membuat tempe
dan bakso. Ia ingin adiknya semua sekolah, maka ia korbankan
dirinya. Sebenarnya Kang Azzam itu sangat cerdas. Tak kalah
dengan dirimu. Dulu, tahun pertama di Al Azhar ia jayyid
jiddan. Ia juga dapat beasiswa dari Majlis A'la. Namun tahun
kedua ayah beliau meninggal. Sementara ibunya sering sakit
sakitan. Ia akhirnya mengalihkan konsentrasinya. Dari belajar
ke bekerja. Ia di Cairo ini untuk bekerja sambil belajar. Sejak
itu prestasinya menurun. Beberapa kali tidak naik tingkat. Ia
sudah sembilan tahun di Mesir tapi masih juga belum lulus
S.1. Tapi kakak sendiri tidak merasa lebih baik dari dia.
"Dalam hal prestasi akademik mungkin orang mengatakan Kang Azzam gagal, atau tidak bisa dikatakan bisa dibanggakan. Namun kakak bisa melihat sendiri, dalam hal meresapi
kehidupan real dia sangat bisa dibanggakan. Kakak sangat
salut padanya. Kakak pernah hendak mengikuti jejaknya, bekerja. Tapi dia memberi nasihat untuk konsentrasi belajar saja.
Dia bilang, 'Adik kamu kan cuma satu. Dan masih bisa ditanggung oleh ibumu. Lebih baik kamu menunaikan amanah
245 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy abahmu agar kamu belajar dan menuntut ilmu dengan serius.
Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda.' Nasihat
Kang Azzam itu sangat berarti bagi kakak. "
"Umurnya sudah berapa kak?"
"Kira-kira 28 tahun."
Cut Mala lalu diam. Ia tidak menyangka orang yang tadi
du-duk di sampingnya dengan wajah begitu lelah adalah
seorang petarung yang mati-matian menghidupi keluarganya
jauh di Indonesia sana. Tak banyak orang tahu bahwa di Cairo
ada seorang mahasiswa seperti Azzam.
"Kenapa dia tidak segera menyelesaikan S.1 -nya dan
segera pulang ke Indonesia?" tanya Cut Mala.
"Kang Azzam menurutku memiliki strategi hidup yang
jenius. Jika pulang ke Indonesia, belum tentu bisa dapat masukan sebesar ketika dia bekerja keras di Cairo. Dia mentargetkan begitu ada salah satu adiknya selesai S.1, ia akan segera
menyelesaikan studinya dan pulang. Bebannya lebih ringan.
Dan dengan tetap di Cairo, dia masih bisa menimba ilmu.
Setiap pagi bakda Subuh Kang Azzam selalu ikut belajar
qira'ah riwayat Hafs dan Warasy pada Syaikh Abdul Adhim di
masjid. Dengan tetap di Cairo, ia bisa lebih baik dalam memotivasi adikadiknya berprestasi. Saya pernah mendengar dari
Kang .Azzam, adiknya yang kuliah di UNS terpilih sebagai
mahasiswi teladan tingkat nasional. Lebih dari itu Kang
Azzam kelihatannya memang cinta sekali pada Mesir."
Cut Mala mengangguk-angguk mendengar penjelasan
kakak-nya. "Jangan pernah kau ceritakan hal ini kepada siapapun ya
Dik. Kalau Kang Azzam tahu aku menceritakan dirinya padamu, dia pasti akan sangat marah. Ia tidak ingin jati dirinya
dikenal. Ia ingin dirinya hanya dikenal sebagai mahasiswa
246 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
kawakan yang tidak lulus, dan dikenal sebagai pembuat tempe
dan bakso. Itu saja. Ini amanah lho Dik!"
Cut Mala kembali mengangguk. Mendengar kata kata
amanah ia jadi teringat sesuatu
"Oh ya Kak, nyaris lupa, aku dapat amanah dari Kak
Tiara untuk Kakak." "Amanah apa Dik?"
"Begini Kak, beberapa hari yang lalu aku diajak Kak
Tiara ke Hadiqah Dauliyah. Dia menceritakan masalah yang
saat ini dihadapinya kepadaku. Kak Tiara cerita, ia sedang
menghadapi masalah serius. Aku diminta untuk tidak membuka hal ini kepada siapapun juga. Kak Tiara mendapat telpon
dari ayah-nya di Aceh yang memberitahu bahwa Kak Tiara
dilamar oleh seorang Ustadz. Namanya Ustadz Zulkifli. Dia
adalah salah seorang ustadz di pesantren Kak Tiara dulu.
Namun tidak pernah mengajar Kak Tiara. Karena ketika
ustadz itu masuk pesantren, Kak Tiara sudah kelas dua aliyah.
Sedangkan Ustadz itu mengajar di kelas satu. Jadi Kak Tiara
tidak tahu persis bagaimana sebenarnya ustadz itu. Ayah Kak
Tiara memberitahu, Ustadz Zulkifli itu pernah satu pesantren
dengan Kak Fadhil. Kak Tiara minta masukan dan saran.
Keputusan apa yang sebaiknya diambil Kak Tiara" Diterima
atau tidak lamaran itu" Kak Tiara minta saran kepada Kak
Fadhil keputusan apa yang harus ia ambil. Itulah amanahnya
Kak. Bagaimana Kak?"
Fadhil mendengarkan penjelasan adiknya yang panjang
lebar itu dengan nafas tertahan. Dadanya sebenamya terasa
sesak mendengar Tiara dilamar oleh Zulkifli. Ia kenal benar
dengan nama itu. Zulkifli adalah teman akrabnya di pesantren
dulu. Teman satu kamar. Ia memang sangat mengenalnya.
Orang-nya baik dan cerdas. Meskipun ada sedikit sifat som bongnya. Dan ia pernah tersakiti oleh sifat sombongnya.
247 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Namun telah ia maafkan. Tidak ada manusia yang sempuma di
atas muka bumi ini kecuali Rasulullah Saw.
Ia yakin, setelah menjadi seorang ustadz, Zulkifli pastilah
sudah jauh lebih arif. Yang membuat dadanya sesak sebenarnya, karena ia sejatinya menyimpan harapan hendak melamar
Tiara selepas ujian selesai. Ternyata telah didahului oleh
orang lain. Dan orang lain itu adalah temannya sendiri saat di
pesantren dulu, yaitu Zulkifli. Ada rasa nyeri menusuk-nusuk
ulu hatinya. Sakit dan pedih rasanya. Memendam rasa cinta
memang menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi jika cinta itu
tidak kesampaian. Begitulah para pujangga berkata. Dan
begitulah keadaan Fadhil sepertinya. Tapi ah, benarkah begitu" Bisa jadi belum tentu"
Fadhil terdiam sesaat lamanya. Cut Mala memperhatikan
kakaknya dengan seksama. "Bagaimana Kak" Apa saran kakak untuk Kak Tiara?"
Cut Mala tidak sabar. Fadhil tersadar. Ia harus berani menghadapi realita. Realitanya gadis yang diam-diam telah ia rancang hendak ia lamar
selesai ujian"padahal ujian tinggal satu bulan lagi"telah
dilamar orang. Ia merasa sangat jahat jika meminta kepada
Tiara menolak lamaran itu, agar ia bisa melamarnya setelah
ujian. Ia merasa jika melakukan hal itu, ia seperti menikam
temannya sendiri. Ia merasa kebesaran jiwa dan kesabarannya
benar-benar sedang diuji. Ia harus bisa memberikan jawaban
sebagai seorang Muslim sejati.
Ya, seorang Muslim sejati. Yaitu Muslim yang gentle,
yang berani melepaskan Muslimah yang dicintainya kepada
saudara Muslim lainnya yang lebih siap darinya dalam urusan
menikah. "Katakan pada Tiara, Ustadz Zulkifli itu teman baik
kakak selama di pesantren dulu. Ia orang yang baik. Susah
248 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
dicari ala-san untuk menolak lamaran orang sebaik Ustadz
Zulkifli. Itu pendapat kakak. Namun semuanya tentu kembali
kepada Tiara. Sebaiknya dia shalat Istikharah dulu. Walau
bagai-manapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang
diputus-kannya." Jawaban Fadhil jelas, tegas dan tanpa ragu.
Meski jauh di lubuk hatinya, ada jenis getar-getar suara aneh
yang susah diartikan maknanya. Orang yang pemah jatuh
cinta, pastilah bisa mendengar getar-getar suara itu.
Cut Mala menangkap ketegasan dari ucapan kakaknya
itu. Ia tidak menangkap sedikit pun keraguan dari kata -kata nya. Ia sedikit kecewa kakaknya mengata kan hal itu. Ia sesungguhnya berharap kakaknya menunjukkan satu isyarat
bahwa Tiara ada di hatinya. Namun dari sikap dan kata -kata
kakak-nya itu ia tidak menemukan isyarat yang ia cari itu
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sama sekali. Ia menyimpulkan bahwa Tiara sama sekali tidak
terpikir oleh kakaknya. Meskipun kecewa diam-diam ia bangga dan salut pada kakaknya. Kakaknya adalah pemuda yang
tegas, yang selalu mengutamakan ilmu dan belajar di atas
segalanya. Cut Mala benar-benar tak bisa menangkap getargetar suara aneh yang ada di relung hati terdalam kakaknya.
Tidak pernahkah Cut Mala terselubungi selimut cinta yang
merindu dendam dalam dada seperti kakaknya" Sehingga ia
tak bisa menangkap getar-getar suara aneh yang ada di relung
hati terdalam kakaknya itu" Ah, entahlah!
Setelah mendengar jawaban kakaknyar Cut Mala minta
diri. Hari sudah mulai sore. Ia harus segera pulang ke Masakin
Utsman untuk menyampaikan jawaban dan saran kakaknya
kepada Tiara agar bisa segera mengambil keputusan.
*** Tepat pukul lima lebih lima sore, Cut Mala sampai di
flatnya. Cut Mala langsung masuk ke kamarnya diikuti Tiara.
Tiara sepeffi tidak sabar mendengar berita yang dibawa Cut
249 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Mala. Setelah menutup pintu Tiara langsung mencercar Cut
Mala dengan sebuah pertanyaan,
"Bagaimana Dik, sudah kausampaikan pada Kak Fadhil?"
Cut Mala mengangguk dan berkata lirih, "Sudah."
"Apa sarannya?"
"Intinya Kak Tiara diminta Istikharah dan memutuskan
sendiri." "Tentang Ustadz Zulkifli bagaimana?"
"Kata Kak Fadhil, dia orangnya baik." Agaknya Tiara
belum juga puas dengan jawaban singkat Cut Mala. Tiara
mengajak Cut Mala duduk lalu berkata,
"Tolong Dik, ceritakan dengan detil apa yang disampaikan Kak Fadhil padamu. Tolong kau ulangi kata -katanya.
Jangan kau kurangi dan kautambahi kalau bisa."
"Apa tadi kurang jelas Kak?"
"Jelas Dik, tapi aku perlu yang lebih jelas." Kata Tiara
dengan nada sedih. Cut Mala menatap dalam-dalam wajah kakak kelasnya. Ia
merasa ada sesuatu yang dipendam oleh kakak kelasnya itu.
Sambil memandang wajah Tiara, ia berkata,
"Baiklah Kak. Saya akan berusaha tidak mengurangi dan
menambahi apa yang disampaikan Kak Fadhil. Setelah aku
sampaikan semua amanah kakak, panjang lebar. Kak Fadhil
terdiam sesaat, lalu tanpa keraguan ia berkata begini, 'Katakan
pada Tiara, Zulkifli itu teman baik kakak selama di pesantren
dulu. Ia orang yang baik. Susah dicari alasan untuk menolak
lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Itu pendapat kakak.
Namun semuanya tentu kembali kepada Tiara. Sebaiknya dia
250 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
shalat Istikharah dulu. Walau bagaimanapun dialah yang nanti akan menjalani apa yang diputuskannya.' Begitulah kata Kak
Fadhil. Masih ada yang kurang jelas?"
"Jadi dia mengatakan: Susah dicari alasan untuk menolak
lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli?"
Cut Mala mengangguk. "Itu berarti dia menyarankan saya untuk menerima
lamaran-nya," kata Tiara parau.
"Kak Tiara jangan salah paham. Menurut pemahamanku
kok Kak Fadhil tidak menyarankan apa-apa berkaitan menolak
atau menerima. Kak Fadhil berusaha objektif menilai Ustadz
Zulkifli. Bahkan Kak Fadhil tetap meminta Kak Tiara untuk
shalat Istikharah," tanggap Cut Mala.
"Dengan mengatakan, susah dicari alasan untuk menolak
lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli, itu sama saja memberi
saran jangan menolak lamaran Ustadz Zulkifli," tukas Tiara
pelan dengan mata berkaca-kaca.
"Sepertinya Kak Tiara kecewa ya mendengar apa yang
dikata-kan Kak Fadhil?" raba Cut Mala.
Tiara diam. Matanya yang berkaca -kaca terpejam dalam.
Dari sikap Tiara itu, Cut Mala bisa menyimpulkan apa yang
dirasa kakak kelasnya itu.
"Kenapa Kak Tiara tidak terus terang kepada Mala!?"
kata Cut Mala sedikit keras.
"Terus terang apa Dik?" tukas Tiara parau.
"Berterus terang kalau Kak Tiara mencintai Kak Fadhil,"
tegas Cut Mala. Tiara kaget mendengar kata-kata Cut Mala.
251 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Bagaimana kau bisa berkata begitu Dik?" tanya Tiara
dengan nada mengingkari apa yang ia dengar.
"Karena kedua mata Kak Tiara yang berkaca -kaca dan
peng-ingkaran Kak Tiara atas apa yang dikatakan Kak Fadhil.
Kak, jujurlah Kak! Kak Tiara mengharap Kak Fadhil kan"
Jujurlah Kak?" Tiara mengangguk kemudian menutupi mukanya dengan
kedua tangannya dan menangis lirih. Cut Mala melihat hal itu.
Ia meneteskan air mata. Ia sendiri tidak tahu kenapa hatinya
terasa perih dan sedih. Ia merasa tak bisa banyak membantu
Tiara. Kakaknya sudah mengatakan dengan tegas, jelas dan
tanpa keraguan bahwa susah dicari alasan untuk menolak
lamaran orang sebaik Ustadz Zulkifli. Ia tahu persis watak
kakaknya yang tidak mungkin mencabut apa yang dikata kannya. Tapi benarkah ia tahu persis watak kakaknya" Termasuk dalam hal cinta -mencinta" Kita lihat saja nanti kisah
selanjutnya. Dalam hati Cut Mala berpikir, bahwa kejadiannya akan
berbeda jika sejak awal Tiara berterus terang padanya. Ia akan
berusaha bagaimana caranya agar kakaknya bisa bertemu hati
dengan Tiara. Sebab, sejak dulu sejatinya terbersit sebuah
harap di dalam hatinya, Tiara bisa menjadi pendamping hidup
kakaknya. Tiara, meskipun tidak secantik Masyithah. Namun
memiliki akal budi yang memesona.
Dalam haru Cut Mala masih menaruh harap mereka
berdua akhirnya bisa bertemu dalam akad penuh barakah. Ia
hanya bisa menaruh harap dan catatan takdirlah yang pada
akhirnya akan menentukan segalanya.
Selesai shalat Maghrib, Cut Mala langsung menghubungi
kakaknya lewat telpon. Panjang lebar ia menjelaskan perasaan
Tiara yang sesungguhnya, juga harapan Tiara sebenarnya.
Namun persis seperti yang ia duga, kakaknya telah kukuh
252 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
dengan pendiriannya Bahkan kakaknya mengatakan lebih tegas
lagi tepatnya lebih ditegas-tegaskan lagi, "Memang sebaiknya
Tiara menerima lamaran Zulkifli. Itu yang lebih baik secara
syariat daripada mengharap cinta seorang lelaki yang belum
jelas iya dan tidaknya!"
Cut Mala kecewa dengan jawaban kakaknya, tapi ia tidak
punya kuasa apa-apa. Ia hanya bisa menyampaikan apa yang
baru saja dikatakan kakaknya itu pada Tiara. Setelah mendengar penuturan Cut Mala, Tiara berkata lirih dengan mata
nanar berkaca-kaca, "Baiklah, akan aku turuti saran kakakmu itu. Semoga di
kemudian hari kakak kandungmu itu tidak menyesal memberikan saran itu!"
Hati Cut Mala bergetar mendengarnya. Ia tidak tahu
harus berbuat apa. Ia hanya bisa menghela nafas dan memejamkan mata. Ia merasa tak ada yang lebih misterius dalam
hidup ini melebihi cinta. Ia pernah mendengar bahwa cinta
bukanlah apa yang kita pikirkan, tetapi ia adalah suratan
takdir, suratan nasib. Benarkah demikian"
253 Ilyas Mak"s eBooks Collection
19 SURAT DAR1 INDONESIA Malam itu Hafez berpamitan pada teman-teman satu
rumahnya. Kepada teman-temannya ia mengaku memerlukan
suasana baru untuk menyongsong ujian. Ia minta ijin pindah
ke Katamea untuk selama dua bulan. Di Katamea ia akan
tinggal satu kamar dengan Salman. Tak ada yang tahu sejatinya Hafez pindah ke Katemea karena apa kecuali Azzam.
Hafez membawa buku-buku muqarrar-nya, pakaian dan barang
barang yang ia anggap penting. Barang yang ia bawa satu
koper dan dua kardus ukuran sedang. Ditemani oleh Nanang
ia pergi dengan taksi. Kepergian Hafez yang katanya untuk menenangkan diri
membuat Fadhil, Nasir dan Ali semakin sadar bahwa ujian tiKetika Cinta Bertasbih Buku I
dak lama lagi. Hanya Azzam yang tidak terpengaruh apa-apa.
Sebab bebannya tinggal satu mata kuliah saja, yaitu Tafsir
Tahlili. Kalau ia ingin lulus, ia hanya perlu sedikit serius. Na mun kalau masih ingin di Mesir, ya diktat dibaca tapi saat
menjawab soal ya sekenanya. Baginya jika masih ingin di
Mesir ya sebaiknya tidak lulus. Dengan begitu ia masih bisa
mendapatkan visa tinggal gratis.
Azzam sendiri meskipun statusnya masih belum lulus, ia
merasa telah lulus. Sebab, ya itu tadi bebannya tinggal satu
mata kuliah saja. Ia bahkan sudah bisa memprediksi yudisium
yang akan tertulis dalam ijazahnya. Meskipun nilainya mepet,
tapi tetap jayyid, alias baik. Dengan yudisium jayyid, jika ada
rezeki ia masih memiliki peluang untuk melanjutkan S.2 di
beberapa universitas terkemuka di dunia, seperti di IIUI
Pakistan maupun IIUM Malaysia. Jadi, meskipun orang mengenalnya sebagai pembuat tempe, tapi ia tetap memiliki
standar minimal prestasi akademik.
Malam itu ia minta tiga anak buahnya Rio, Yayan dan
Anam yang bekerja membuat tempe. Ia merasa harus istirahat.
Ia tak mau jatuh sakit. Jam setengah sembilan setelah minum
madu hangat dicampur air habbah sauda, Azzam masuk kamar
untuk tidur. Ia mengatur jam bekernya dan menyalakan
murattal Syaikh Sa'ad Al Ghamidi pelan. Ia rebahan di atas
kasur dengan nyaman. Matanya belum terpejam. Ia memandang langit-langit kamarnya yang putih polos. Di langitlangititu ia seolah melihat wajah ibunya dan ketiga adiknya,
Husna, Lia, dan Sarah. "Sudah sembilan tahun aku berpisah
dengan mereka. Aku seharusnya segera pulang," lirihnya.
Tiba-tiba ia merasa begitu rindu pada mereka. Ia bangkit dan
mengambil buku agendanya. Di sana terselip surat terakhir
dari Husna. Surat yang ia terima tiga bulan yang lalu.
Husna juga mengirimkan foto terbaru mereka. Ia ingin
melihat foto mereka. Ia duduk di meja belajarnya dan meman255
Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy dangi foto yang ada di tangannya dengan seksama. Husna
dengan jilbab putihnya. Lia tersenyum dengan tangan mengacungkan bravo ke udara. Sarah yang duduk di atas pasir
dengan tertawa. Dan ibundanya yang bersahaja, kerudungnya
berkelebat ke kanan seakan hendak lepas ke udara. Di bela kang mereka terhampar lautan dengan ombaknya yang indah.
Di balik foto itu tertuliskan keterangan singkat:
"Rekreasi di Pantai Kartini Jepara saat mengantar Dik Sarah
ke Kudus." Kedua matanya berkaca-kaca. Ia jarang menangis.
Namun jika didera rindu pada ibunda dan adik-adiknya ia
mudah sekali menangis. Ia pandangi wajah ibundanya yang mulai tampak guratgurat tuanya. Bersamaan dengan airmatanya yang merembes
keluar, ia berkata lirih, "Ibu kapan kita kembali bertemu?"
Tiba-tiba ia merasa berdosa. Sebenarnya, ia yang lebih
bisa menjawab pertanyaannya itu daripada ibunya. Ibunya
hanya bisa menunggu. Ialah yang harus memutuskan dan mengambil tindakan nyata, kapan pulang ke Indonesia dan
bertemu ibu. Ia bangkit dan membawa foto itu ke kasur. Ia merebahkan badannya dan meletakkan foto itu di dadanya. Ia memejamkan mata. Sambil terus membayangkan wajah ibu dan
adik-adiknya ia berdoa dalam hati memohon kepada Dzat
Yang Maha Kuasa, agar mempertemukan dia dengan ibu serta
adik-adiknya dalam tidurnya. Baginya, bertemu mereka dalam
mimpi mampu sedikit meredam kerinduannya yang membara.
Matanya terpejam, tapi pikirannya masih sadar. Telinganya menangkap suara seseorang mengetuk pintunya. Ia tak
jadi tidur. Kenyamanannya buyar. Hatinya sedikit marah tidurnya diganggu.
"Ada apa!?" ucapnya setengah berteriak.
256 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Maaf Kang, ini ada surat buat Sampeyan dari Indonesia."
Mendengar itu rasa marahnya hilang seketika, berganti
rasa bahagia yang luar biasa. Ia langsung bangkit dari tempat
tidurnya. "Surat dari Indonesia?" tanyanya seolah tak percaya.
"Iya Kang dari Indonesia."
"Dari siapa?" "Biasa, dari adik Sampey an, dari Husna."
Azzam langsung melompat dan membuka pintu. Di depan
pintu kamarnya Ali berdiri dengan senyum mengembang.
"Ini Kang suratnya." Kata Ali sambil menyodorkan sepucuk surat beramplop cokelat muda.
"Siapa yang bawa?" tanya Azzam.
"Seperti biasa, suratnya tadi jatuh ke rumah Miftah di
Abdur Rasul.Yang membawa ke sini si Miftah sendiri. Ia langsung pergi. Katanya sedang punya janji" jawab Ali tenang.
Azzam menerima surat itu dengan hati luar biasa bahagia. Ia menutup pintu dan mengamati amplop surat itu
dengan seksama. Di bagian depan amplop tertulis, "Radio Jaya
Pemuda Muslim Indonesia (JPMI) Solo." Di bawahnya
tertulis nama dirinya dan alamat suratnya. Ia mengambil
gunting dan membuka surat itu. Berisi dua lembar kertas HVS
putih yang dilipat. Surat itu ditulis dengan komputer. Azzam
membaca surat itu dengan segenap perasaan rindu dan
cintanya: 257 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Menjumpai Kakakku Tercinta Abdulllah Khairul Azzam Di Bumi Para Nabi Assalamu'alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Dari pojok Kota Kartasura tercinta kami tiada henti mengirimkan doa, semoga Kak Azzam senantiasa sehat,terjaga dari segala keburukan, dan berada dalam
selimut rahmatNya siang malam. Amin.
Kak, alhamdulillah , kami semua di rumah baik, sehat wal afiyat, berlimpah rahmat Allah. lbu alhamdulillah baik dan sehat. Beliau sudah sangat rindu
pada Kakak. Husna sendiri juga sehat. Dua minggu yang
lalu Husna menerima ijazah profesi, Husna sudah bisa
praktik sebagai psikolog. Segala puji bagi Allah Swt.
Ini tak lepas dari jasa Kakak. Lia sudah menyelesaikan D.2. PGSD-nya. Ia kini mengajar di SDIT Al
Kautsar Solo. Dan Sarah masih belajar di Pesantren
Al-Quran di Kudus. Terakhir Husna ke Kudus ia sudah
hafal Juz 27, 28, 29 dan 30.
Kak Azzam tercinta, Selama delapan tahun ini sejak ayah berpulang ke
rahmatullah, engkau telah menunaikan kewajibanmu dengan baik. Lihatlah kami, kini adik-adikmu sudah bisa
engkau banggakan. Kami sangat berterima kasih dan
bangga kepadamu Kak. Selama ini kami tahu engkau tidak lagi memikirkan dirimu Kak. Studimu di Al Azhar
yang seharusnya bisa selesai dalam empat tahun, bahkan sampai sekarang, belum juga selesai. Padahal kau
sudah sembilan tahun di Mesir. Kami tahu bahwa engkau
mengorbankan dirimu dan segala idealismemu demi untuk
membiayai hidup dan sekolah kami.
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kak Azzam tercinta, Aku sendiri masih ingat surat kakak ketika kakak
berhasil naik tingkat tahun pertama di A1 Azhar.
258 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
(Surat itu masih kusimpan baik-baik Kak). Dalam
surat itu kakak menjelaskan kepada ayah, bahwa kakak
adalah satu-satunya mahasiswa dari Indonesia tingkat
pertama yang meraih predikat jayyid jiddan , atau Sangat Baik. Saya masih ingat Kak, begitu membaca surat
kakak, ayah langsung sujud syukur dan menangis haru
dan bahagia. Ayah sangat bangga. Ayah langsung meminta ibu masak enak dalam porsi besar. Malam harinya
ayah mengundang tetangga kanan kiri untuk syukuran.
Saat itu aku juga sangat bangga pada Kakak.
Kak Azzam tercinta, Satu bulan setelah menerima surat dari kakak, ayah
dipanggil Allah. Ayah meninggal karena kecelakaan.
Tahukan engkau kakakku, ternyata di saku baju ayah
yang berlumuran darah itu ada suratmu. Sedemikian
bangganya ayah pada dirimu, bahkan suratmu itu selalu
dibawanya ketika ayah pergi kerja. Saat ayah tiada,
kami merasakan dunia terasa gelap. Na mun, kau dari
negeri para nabi menguatkan kami. Kepada kami, adikadikmu ini kau berpesan untuk terus tenang dan konsentrasi belajar. Sejak itu kau datang tiap bulan
dengan kirimanmu yang kautransfer lewat bank ke rekening ibu. lbu yang memang sering sakit dan tidak bisa
lagi bekerja keras sering menangis, aku yakin ibu
menangis haru bercampur bangga, setiap kali menerima
transferan uang dari kakak.
Tak lama setelah itu aku tahu dengan detil apa
yang kakak lakukan di Mesir untuk kami. Kakak bekerja
keras membuat tempe, berjualan tempe dan membuat bakso demi kami. Kakak rela mengorbankan studi kakak
demi kami. Kami tahu itu pasti sangat berat bagi kakak. Sebab kami tahu mental kakak sejatinya adalah
mental berkompetisi dan berprestasi. Sejak SD sampai
Madrasa h Aliyah kakak selalu rangking satu. Dan karena prestasi kakak itu, di setiap pelepasan kelulusan,
dari SD sampai Madrasah Aliyah, ayah selalu diminta
pihak sekolahan untuk maju ke panggung pelepasan,
sebagai wali murid dari siswa paling berprestasi. Tak
henti hentinya ayah membanggakan prestasi kakak itu
kepada kami, anak-anaknya. Kami pun terlecut karenanya.
259 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Kak Azzam, Sungguh, saat mengetahui hal itu aku menangis. Nun
jauh di sana, di negeri para nabi kakak mati -matian
jualan tempe dan bakso demi kami. Sungguh Kak, semangatku untuk survive , untuk maju dan berprestasi semakin terlecut, terlecut dan terlecut. Adik-adik juga
terlecut. Hari berganti hari. Matahari terus terb it
dan tenggelam. Sudah delapan tahun kakak membanting
tulang dan berkorban. Kini kakak bisa segera pulang
untuk melihat adik-adik kakak yang alhamdulillah sudah bisa menatap masa depan dengan kepala tegak berlimpah rahmat Tuhan seru sekalian alam.
Kak Azzam tercinta, Kami tahu sebentar lagi kakak akan menghadapi ujian. Sudah saatnya kakak menata masa depan kakak. Kami
berharap saat ini kakak kembali konsentrasi ke studi
kakak. Kakak harus segera selesai dan segera pulang.
Kami semua sudah rindu. Sementara jangan pikirkan
kami dulu. Insya Allah kami berkecukupan. Aku sendiri
sejak dua bulan ini sudah menjadi pengisi rubrik psikologi remaja di Radio JPMI (Jaya Pemuda Muslim Indonesia) Solo, juga diminta sebagai asisten dosen di
UNS. Dik Lia su dah menjadi pengajar tetap di SDIT.
Gaji kami berdua Insya Allah cukup untuk hidup la yak.
Jika kakak ada rezeki dialokasikan saja untuk membeli
tiket pulang dan mungkin membeli buku-buku referensi
yang pasti akan sangat kakak perlukan jika nanti
mengamalkan ilmu di Tanah Air.
Kak Azzam tercinta, Harapan kami kakak bahagia membaca surat ini. Lia
titip salam. Salam rindu dan kangen tiada tara katanya. Sarah titip kecupan cinta katanya. Ibu titip setetes air mata cinta dan bangga unt ukmu kakakku tercinta. Ini dulu ya. Selamat menempuh ujian. Semoga
lulus dan segera pulang ke Tanah Air. Semoga Allah
melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada kakak. Amin
Wassalam, Dengan sepenuh cinta, Adikmu, Ayatul Husna 260 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Azzam membaca surat dan adiknya dengan air mata
berderai-derai. Selesai membaca surat itu ia langsung tersungkur di atas karpet. Sujud syukur kepada Allah Swt. Ia
menangis merasakan keagungan kasih sayang Allah Swt.
Kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia sangat bahagia. Ia
merasa ini semua adalah karena kasih sayang Allah Swt.
Dalam sujudnya ia meminta kepada Allah agar diberi
tam-bahan kekuatan untuk belajar dan diberi tambahan ilmu
yang bermanfaat. Ia menguatkan azzam untuk lulus tahun itu
juga. Tinggal satu mata kuliah, Tafsir Tahlili. Dan ia akan
mempelajarinya dengan penuh konsentrasi. Selesai ujian ia
akan fokus mencari dana untuk pulang. Hatinya tiba-tiba
riang dan bahagianya membuncah-buncah. Dengan penuh
penghayatan ia berdoa, "Ya Allah kabulkan harapanku untuk
lulus dan pulang tahun ini. "
Malam itu Azzam tidur dengan penuh kedamaian. Ia
bermimpi dirinya telah berada di Indonesia makan pagi
bersama ibu dan adik-adiknya. lbunya membuat bubur dengan
sambel tumpang yang sangat sedap. Sementara Husna mem buat bakwan dan mendoan. Lia membuat teh tu bruk kesukaannya. Dan Sarah bercerita tentang pengalaman indahnya
selama berada di Pesantren Al-Quran. Pagi itu ia makan bubur
buatan ibunya dengan sangat lahap. Ibunya memperhatikan
dengan kedua mata bersinar-sinar bahagia.
"Iyo Le. mangano sing akeh. Ben awakmu seger. Trus ndang
cepet kawin."62 Kata ibunya yang disambut tawa riang adikadiknya.
Azzam lalu ikut juga tertawa. Rasanya sangat bahagia.
"Kawin sama siapa tho Bu." Sahut Azzam.
"Ya sama mahasiswi Indonesia yang cantik-cantik itu tho.
Apa kau kira ibu tidak tahu. Ada Cut Mala, ada Laila, Masyithah, ada Cut Rika, ada Hilda, ada Erna, dan ada Anna. Kau
62 Iya, Nak, makanlah yang banyak. Biar badanmu segar. Terus segera menikah.
261 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tinggal pilih salah satu dari mereka." Jawab ibunya, menyebut
nama-nama mahasiswi Indonesia di Cairo yang ia ketahui. Ia
tidak mengerti dari mana ibunya tahu nama-nama itu.
"Kok ibu tahu nama mereka?" Tanyanya heran.
"Lho kamu ini bagaimana tho, kan mereka semua kemarin
ke sini menemui ibu. Mereka menginap di pesantrennya Anna.
Dan sebentar lagi mereka mau datang ke sini?"
"Datang ke sini" Ke rumah kita ini?"
"Iya. Kamu itu bagaimana tho. Katanya kamu ingin ketemu mereka. Kamu ingin menunjukkan gadis yang kamu pilih
pada ibu dan adik-adikmu."
Azzam sama sekali tidak bisa mengerti dengan apa yang
didengarnya. Bagaimana mungkin mahasiswi mahasiswi itu
bisa datang ke rumahnya. Kapan mereka pulang dari Mesir.
Belum hilang keheranannya. Tiba-tiba ada suara memberi
salam sambil mengetuk pintu. Itu suara Cut Mala, ia hafal
betul dengan suara itu. "Lha itu mereka datang!" Seru ibunya dengan wajah
bahagia. Ketiga adiknya juga menampakkan wajah sangat
bahagia. Ia masuk terpaku di tempatnya. Sementara ibu dan
adik-adiknya bergegas ke ruang tamu. Sayup-sayup ia mendengar ibunya menanyakan kabar pada mereka. Tak lama kemudian, Husna, adiknya memintanya untuk ke ruang tamu. Ia
berjalan dengan kaki gemetar.
Ia masuk ke ruang tamu dengan menundukkan kepala. Ia
lalu duduk di samping ibunya. Pelan-pelan ia mengangkat
kepala-nya. Di depannya duduk tujuh orang gadis dengan
pesona masing-masing. Ya ada Cut Mala, Erna, Masyithah,
Cut Rika, Hilda, Laila dan seseorang memakai cadar. Ia tidak
tahu siapa dia. Ibunya berkata, "Yang pakai cadar ini namanya Anna.
Anna Althafunnisa." "Anna Althafunnisa?" Kagetnya.
262 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Perempuan bercadar itu mengangguk. Ia semakin penasaran dan bingung. Selama ini ia hanya mendengar berita
kecantikan Anna Althafunnisa, tapi tidak pernah tahu seperti
apa. Dan saat itu, ketika Anna ada di hadapannya pun masih
juga menyembunyikan wajahnya. Dan ia bingung, kenapa
Anna Althafunnisa ikut datang, bukankah ia telah dilamar
Furqan" Terus Cut Mala, kenapa juga ikut datang. Bukankah
Cut Mala seharusnya telah dikhitbah Hafez, teman satu
rumahnya. "Apakah kau ingin aku membuka cadarku" Agar kau bisa
melihat wajahku?" Kata Anna seolah tahu rasa penasarannya.
Dengan suara bergetar ia menjawab, "I...iya."
"Baiklah." Perlahan Anna menyingkap cadar penutup wajahnya.
Baru seperempat yang disingkap, tiba-tiba ia merasakan
tubuhnya melayang. Wajah itu bercahaya. Anna tidak langsung me-nyingkap semua. Anna menahan sesaat. Lalu kembali
meng-gerakkan tangannya untuk menyingkap. Tiba-tiba....
Kriing... kriing... kriiing...
Jam bekernya berbunyi keras sekali. Ia terkesiap bangun.
Ia sangat kecewa, itu semua hanya mimpi belaka. Lebih kecewa lagi, ia belum sepenuhnya melihat wajah Anna Althafunnisa.
"Yah hanya mimpi." Lirihnya pada diri sendiri.
Ia lalu berpikir, mana mungkin ia bisa memiIih salah satu
dari tujuh mahasiswi Cairo itu. Mana mungkin mereka datang
ke rumahnya. Mana mungkin mereka mau menjadi pendamping hidup penjual tempe seperti dirinya.
"Ah mimpi itu ada-ada saja."
Tiba-tiba ia tersenyum sendiri.
Ia bersyukur masih bisa memimpikan hal yang indah. Ia
ber-syukur doanya minta bertemu dengan ibunya dalam
mimpi benar-benar terkabul. Tiba-tiba ia berpikir: "Bisa jadi
kalau aku berdoa, meminta dijodohkan dengan salah satu dari
263 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy tujuh gadis dalam mimpiku itu juga akan terkabul. Apa
salahnya berdoa?" Ia tersenyum. Saatnya Tahajud dan bermunajat pada
Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji 63
63 QS. Al Israa'(Memperjalankan di Malam Hari) [17]: 79
264 Ilyas Mak"s eBooks Collection
20 BINTANG YANG BERSINAR TERANG Anna baru saja pulang dari Khan Khalili. Ia membeli
Papyrus, kaos, celak, siwak, gantungan kunci khas Cairo, dan
minyak wangi. Ia tidak membeli banyak oleh-oleh untuk pulang, terutama makanan. Sebab ia masih akan mampir di Kuala
Lumpur beberapa hari. Ia bisa membeli tambahan oleh-oleh di
Kuala Lumpur nanti. "Wah jadi pulang nih Kak." Sapa Zahraza begitu Anna
mele-takkan barang belanjaannya di atas meja ruang tamu.
"Insya Allah." Jawab Anna pelan sambil mengusap peluh
di wajahnya. Hari ini lebih panas dari biasanya. Dan Anna naik
taksi yang AC-nya sedang rusak.
Habiburrahman El Shirazy "Belanja sendirian Kak?"
"Tidaklah Zah. Tadi aku pergi bertiga. Aku ditemani Cut
Mala dan Erna. Cut Mala turun di Rab'ah sedangkan Erna itu
masih di bawah. Ada penjual buah keliling. Ia ingin beli buah."
"Cut Mala itu yang mana sih Kak. Aku sering dengar
namanya tapi kok belum pernah ketemu orangnya."
"Cut Mala, anak Aceh yang kemarin jayyid jiddan itu lho.
Anaknya cantik dan ramah. Ia sering nulis di buletin Citra.
Kalau mau kenalan nanti sore jam empat dia mau datang ke
rumah ini. Dia mau tanya tentang beberapa masalah Ushul
Fiqh." "Wah kebetulan. Awak penasaran banget dengan yang
namanya Cut Mala Kak. Dia katanya pernah diminta membaca
Al-Quran oleh teman-teman mahasiswi di rumah Negeri
Kedah. Suaranya katanya sangat indah. Ia jadi pembicaraan.
Sayang awak tak hadir saat itu."
"Iya dia memang pernah menjuarai Musabaqah Tilawatil
Quran se-Aceh." "Oh ya, Wan Aina mana Zah?"
"Dia baru saja tidur. Dua puluh menit yang lalu. Baru
pulang dari rapat panitia seminar."
"Seminarnya jadi positif hari Ahad?"
"Insya Allah positif, Profesor Razlina Afif, Guru Besar
Sejarah Islam dari Universiti Malaya bahkan sudah tiba di
Cairo. Profesor Sherly Lombard, Pakar Sejarah Asia Tenggara
dari Birmingham University juga positif bisa datang."
"Syukur alhamdulillah kalau begitu."
"Tapi ada sedikit masalah?"
"Apa itu?" 266 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Seminarnya kan memakai bahasa Inggris, jadi moderatornya harus benar-benar yang bisa berbahasa Inggris. Renca na panitia yang menjadi moderator adalah Wan Faiza Wan
Nuh, yang sedang menempuh master di Cairo University . Wan
Faiza tiba-tiba mengundurkan diri karena ia harus ke Damaskus untuk suatu urusan yang katanya sangat penting. Sampai
sekarang panitia belum menemukan moderator yang tepat."
"Lha Wan Aina kan bahasa Inggrisnya bagus."
"Dia bilang tidak berani."
"Masak tidak berani?"
"Dia sendiri yang bilang begitu," kata Zahraza meyakinkan.
"Benar Kak Anna, saya tidak berani menghadapi audiens
yang begitu banyak," tiba-tiba Wan Aina menjawab dari pintu
kamarnya. "Tapi panitia, atas usulan saya sudah menemukan
moderator yang tepat insya Allah," lanjut Wan Aina.
"Siapa Wan?" tanya Zahraza.
"Kak Anna Althafunnisa."
"Apa" Aku" Kau jangan bercanda Wan !?" Anna kaget.
"Aku tidak bercanda Kak Anna. Aku serius. Dan aku
diamanahi panitia untuk membereskan masalah ini. Dengan
sepenuh harap aku minta Kak Anna mau menjadi moderator
untuk acara seminar besok."
"Kau jangan main-main Wan, bahasa Inggrisku jelek"
"Kak Anna selalu merendah. Saya sudah lama hidup dengan Kak Anna, sudah lama mengenal Kak Anna. Hanya
kakak yang menurut saya paling tepat untuk memoderatori
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seminar besok. Kakak pernah ikut pertukaran pelajar ke Wales
267 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy selama satu tahun sebelum kuliah di Al Azhar. Bahasa kakak
halus khas Wales," kata Wan Aina meyakinkan Anna.
"Tapi rasanya susah Wan. Segala sesuatu perlu persiapan.
Aku tak ada persiapan sama sekali untuk tema seminar ini
Wan. Aku bisa seperti badut nanti."
"Jangan kuatir Kak. Dalam satu jam ke depan, saya akan
kasih Kakak print out makalah yang akan disampaikan oleh
Profesor Razlina Afif dan Profesor Sherly Lombard. Juga
makalah yang ditulis Prof. Dr.Nadia Hashem dari Cairo University . Dengan modal tiga makalah itu paling tidak Kakak
punya persiapan yang cukup ditambah beberapa literatur yang
nanti akan saya usahakan segera ada di meja belajar Kakak.
Bagaimana Kak?" Anna diam tak menjawab. "Ingat Kak, kita harus saling tolong menolong dalam
kebaik-an. Tolonglah panitia Kak!" desak Wan Aina.
Anna sama sekali tidak bisa mengelak, akhirnya ia menjawab, "Baiklah akan aku coba semampuku."
"Terima kasih Kak."
Seperti yang dijanjikan Anna pada Zahraza, jam empat
tepat Cut Mala tiba di rumah itu. Zahraza sangat senang berkenalan dengan gadis dari Aceh yang rendah hati itu.
"Saya pernah sekali ke Banda Aceh. Saya sempat tengok
Masjid Baiturrahman. Rumah kamu jauh tak dari Masjid Baiturrahman?" tanya Zahraza pada Cut Mala
"Kalau rumah saya dari Masjid Baiturrahman jauh sekali.
Saya tinggal di Pidie. Kalau tempat kelahiran saya cukup dekat dengan Masjid Baiturrahman. Masih satu kota. Saya lahir
di Ulee Kareng, Banda Aceh," jelas Cut Mala.
268 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Zahraza yang memang suka ngobrol mengajak Cut Mala
berbicara ke mana-mana. Obrolan mereka berhenti ketika
Anna mengajak Cut Mala masuk ke kamarnya. Cut Mala
sangat hormat dan kagum pada gadis yang judul tesisnya
sudah diterima itu. Ia sendiri bercita-cita bisa mengikuti jejak
Anna Althafunnisa. Cut Mala membawa diktat kuliahnya. Segala yang musykil baginya ia tanyakan dengan tanpa rasa malu pada Anna.
Anna menjawab sejelas jelasnya dengan penuh kesabaran.
"KakAnna, maksud kaidah ini apa?" tanya Cut Mala.
"Coba baca apa kaidahnya!" pinta Anna.
"Kaidahnya begini Kak: Al Itsar bil qurbi makruuhun wa fi
ghairiha mahbuubun! Di sini tidak ada penjelasan dan contohnya sama sekali Kak. Saya belum benar-benar paham."
Anna langsung menjawab dengan tenang,
"Kaidah itu artinya, itsar, mengutamakan orang lain, dalam hal mendekatkan diri kepada Allah, atau mengutamakan
orang lain dalam beribadah, itu hukumnya makruh. Adapun
meng-utamakan orang lain pada selain ibadah itu dianjurkan.
Dalam ibadah yang dianjurkan dan disunahkan adalah berlomba-lomba mendapatkan yang paling afdal. Mendapatkan
pahala yang paling banyak. Maka mengutamakan orang lain
sangat tidak dianjurkan alias makruh.
"Contohnya, jika seseorang memiliki air yang hanya cukup buat berwudhu untuk dirinya saja, maka ia tidak boleh
memberikan air itu pada orang lain, agar orang lain bisa berwudhu sementara ia tayammum. Yang disunahkan adalah dia
menggunakan air itu untuk berwudhu biarkan orang lain
tayammun. Kecuali jika ada orang lain yang membutuhkan
untuk minum karena kehausan, maka ia sebaiknya memberikan air itu padanya dan ia bisa bersuci dengan tayammum.
269 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Contoh lain, jika seorang Muslimah memiliki satu mukena. Lalu datang waktu shalat. Ia tidak diperbolehkan mempersilakan orang lain shalat dulu menggunakan mukenanya dan
ia menunggu setelah orang-orang selesai menggunakan mukenanya. Yang benar adalah ia harus segera shalat sebelum yang
lain. Ia harus mengutamakan dirinya. Sebab shalat di awal
waktu itu lebih baik. Baru setelah ia shalat ia bisa meminjamkan pada orang lain. Dalam ibadah sekali lagi dimakruhkan
mengutamakan orang lain. Begitu maksud kaidah itu Dik. Kau
bisa menganalogikan dengan yang lain."
Cut Mala tampak puas mendengar jawaban itu. Tiba-tiba
ia terpikir sesuatu yang menarik untuk ia tanyakan,
"Maaf Kak saya mau tanya. Kalau misalnya. Sekali lagi ini
misalnya lho Kak. Misalnya ada seorang gadis Muslimah,
dilamar oleh seorang pemuda yang sangat baik. Baik agamanya, akhlaknya, prestasinya, juga wajahnya. Lalu ia mengalah,
mengutamakan saudarinya yang menurutnya lebih baik
darinya dan lebih pantas menikah dengan pemuda Muslim
tadi. Apa ini termasuk makruh Kak?"
Anna menatap kedua mata Mala. Sebuah pertanyaan yang
membuatnya tersenyum sekaligus kagum akan kreativitas
gadis dari Aceh ini. Bukankah pertanyaan yang baik adalah separo dari ilmu"
"Menurutmu menikah itu ibadah nggak Dik?" tanya
Anna. "Ibadah Kak. Bukankah menikah itu menyempurnakan
separo agama?" "Jadi jelas kan jawabannya. Aku pribadi kalau menemukan pemuda yang baik, yang menurutku sungguh baik dan ada
yang menjodohkan aku dengannya ya aku akan mengutamakan diriku dulu. Tidak akan aku tawarkan pada akhwat lain.
Menikah kan ibadah. Cepat-cepat menikah kan juga bagian
270 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
dari berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau aku itsar, mengutamakan akhwat lain, berarti aku akan kalah cepat. Akhwat
itu akan menikah duluan, dapat jodoh duluan dan aku belum.
Jadi tertunda. Dan, tambah lagi belum tentu aku akan dapat
jodoh yang lebihbaik dari itu. Meskipun jodoh ada yang
mengatu rnya yaitu Allah. Tapi kita kan harus ikhtiar. Di antara bentuk ikhtiar, ya, ketika menemukan yang baik tidak
usah mengutamakan orang lain. "
Cut Mala merasa mendapatkan wawasan baru belajar
pada Anna. Cut Mala terus bertanya dan bertanya. Kurang
lebih satu jam setengah Cut Mala berada di kamar Anna.
Menjelang Maghrib ia minta diri. Zahraza mengingatkan agar
datang ke seminar. "Jangan lupa datang dan ajak teman-teman satu
rumahmu ya. Besok moderatornya Kak Anna," ucap Zahraza.
"Insya Allah," jawab Cut Mala lirih.
*** Hari yang dinanti oleh mahasiswa Asia Tenggara tiba.
Semi-nar sehari membahas sejarah ulama perempuan di Asia
Teng-gara digelar juga. Peserta membludak. Di antara daya
tarik-nya, selain nara sumbernya adalah tiga profesor dari
univer-sitas terkenal di dunia, juga lantaran dimeriahkan oleh
Group Nasyid terkemuka dari Malaysia. Auditorium Shalah
Kamil Al Azhar University penuh sesak. Peserta yang hadir di
luar prediksi panitia. Karena sudah mendekati ujian panitia
mentargetkan enam puluh persen kursi ruangan Shalah Kamil
terisi sudah bagus. Beberapa mahasiswa yang tidak bisa masuk
ruangan sempat protes. Tapi panitia bisa menenangkan
keadaan. Seminar itu berjalan sangat hidup. Anna Althafunnisa
jadi bintang yang bersinar cemerlang. Bahasa Inggrisnya
yang khas Wales serta pengetahuannya yang luas, ditambah
271 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy guyonan-guyonan segarnya benar-benar menghidupkan suasana. Hadirin selalu berdecak kagum dan tersihir oleh kepiawaian mahasiswi dari Indonesia yang selama ini tidak banyak
dikenal itu. "Uedan, moderatornya siapa itu Cak" Cuantik, pinter dan
bahasa Inggrisnya fasih buetul! Anake sopo yo kae?"64 Seorang
mahasiswa dari Surabaya berkomentar pada temannya.
Sejak saat itu Anna menjadi buah bibir di kalangan
mahasiswa Asia Tenggara. Cut Mala yang menjadi staf redaksi buletin Citra, bersiap menulis profil orang yang dikaguminya itu. Cut Mala, tiba-tiba merasakan bahwa prestasinya
selama ini tak ada artinya apa-apa dibanding dengan yang
telah diraih Anna Althafunnisa. Ia merasa harus banyak bela jar pada perempuan yang begitu sabar menjelaskan kaidahkaidah fikih padanya.
Di pojok auditorium itu seorang pemuda memandangi
Anna dengan hati harap-harap cemas. Ia menaruh harapan
besar bisa menyunting moderator yang sangat cemerlang itu.
Namun kejadian di hotel membuatnya sangat cemas bisa
menggagalkan harapannya. Pemuda itu adalah Furqan yang
telah melamar Anna lewat Ustadz Mujab.
Furqan sama sekali tidak mengira kalau moderator pada
hari itu adalah Anna. Hari itu ia benar-benar tersihir oleh
pesona gadis yang telah dipinangnya, tapi belum juga memberi jawaban iya atau tidak. Furqan merasa jika ia gagal meminang sang bintang itu, ia benar-benar menderita kerugian
yang tiada terkira besarnya.
Sementara di sisi lain, seorang pemuda agak kurus memperhatikan pesona Anna dengan mata berkaca-kaca. Dalam
64 Anaknya siapa ya dia itu"
272 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
dada pemuda itu membuncah perasaan cemburu, kaget, bahagia juga sedih. Cemburu karena ia pernah mencoba untuk
melamar gadis yang sedang menjadi pusat perhatian. Bahagia
karena pada akhirnya ia bisa mengetahui wajah gadis yang
pernah ia lamar itu dengan jelas. Bahkan menyaksikan sendiri
kepiawaian dan kecerdasan gadis itu. Memang bukan sembarang gadis.
Dan kaget karena gadis itu adalah gadis yang pernah ia
tolong bersama kawannya untuk ikut taksinya saat pulang
belanja dari Pasar Sayyeda Zaenab. Ia pernah berbincangbincang dan pernah berada dalam jarak yang sangat dekat
dengan gadis itu. Ia sangat menyesal bahwa ia tidak berterus
terang mem-berikan nama aslinya pada gadis itu.
Pemuda itu adalah Khairul Azzam yang begitu mendengar ada seminar dengan moderator Anna Althafunnisa, ia
langsung datang untuk menghilangkan penasarannya. Dalam
hati pemuda itu berkata, "Alangkah bahagianya Furqan, jika ia
benar-benar bisa menyunting Anna. Semoga kebaikan selalu
menyertai kalian." Pemuda itu mengusap matanya yang basah.
Hanya basah.Tak sampai ada airmata yang tumpah.
Anna menunaikan tugasnya dengan baik. Ia tampil biasa
saja. Tidak ada yang ia buat-buat. Mengalir alamiah. Selesai
seminar pikirannya cuma satu: besok terbang ke Malaysia
bersama WanAina untuk melakukan penelitian tesisnya. Ia
sama sekali tidak sadar kalau ia telah menyihir banyak orang
dan telang menjadi seorang bintang. Bintang di kalangan
mahasiswa Asia Tenggara di Mesir.
273 Ilyas Mak"s eBooks Collection
21 RATAPAN HATI Pada saat Furqan menghadapi sidang munaqasah tesisnya, Anna terbang meninggalkan Cairo. Furqan kecewa ketika
ia tahu Anna tidak menghadiri sidang munaqasah tesisnya.
Para penguji yang terdiri atas tiga guru besar dari dalam dan
satu guru besar dari luar universitas memberi nilai mumtaz
atau summa cumlaude pada Furqan.
Puluhan mahasiswa Indonesia yang menghadiri sidang
munaqasah itu meneriakkan takbir. Furqan menangis haru. Ia
berdiri memeluk satu per satu guru besar yang mengujinya.
Di antara guru besar itu adalah Prof. Dr. Sa'duddin, orang
yang oleh Sara diaku sebagai ayahnya, tapi Furqan meragukannya. Ketika memeluk Prof. Dr. Farhat Shahin, yang tak
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
lain adalah pembimbing utamanya ia menangis terisak-isak
sambil mengucapkan terima kasih tiada terhingga.
Selesai acara munaqasah Furqan didekati Prof.Dr. Sa'duddin.
"Maaf, Anakku, di Indonesia kau tinggal di mana?" tanya
Profesor Sa'duddin. "Di Jakarta, Profesor. Ada yang bisa saya bantu" Kelihatannya agak penting." Jawab Furqan.
"Saya sebenarnya ingin banyak menggali informasi tentang kondisi sosial dan budaya Jakarta. Beberapa hari yang
lalu saya minta putri saya, Sara, untuk mengundangmu makan
malam. Tapi mungkin kamu sedang tidak ada waktu."
"Jadi Sara itu benar putri profesor?"
"Iya.Benar. Ia suka sekali dengan orang-orang Indonesia.
Katanya ramah-ramah. Ia pernah ke Jakarta dan Malang. Ia
sangat terkesan." Furqan baru tahu bahwa sikapnya yang meragukan Sara
sebagai putri penulis terkenal itu sama sekali tidak bisa dibenarkan.
"Maafkan saya,saat itu saya tidak bisa menerima undangan profesor. Tapi, insya Allah, saya siap membantu profe-sor
sebatas kemampuan saya."
"Terima kasih sebelumnya. Nanti kapan-kapan saya akan
menghubungimu. Kau ada kartu nama?"
Furqan meraba sesuatu di saku celananya. Ia mengambil
dompetnya dan mengeluarkan kartu namanya.
"Ini profesor. Sekali lagi maafkan saya. Salam buat Sara,
juga sampaikan beribu-ribu maaf saya padanya. "
275 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Sudahlah kau tidak melakukan kesalahan apapun pada
kami. Tak ada yang harus dimaafkan. Oh ya saya perlu banyak
informasi mengenai Indonesia dan Jakarta karena saya akan
dikirim untuk bertugas di Kedutaan Republik Arab Mesir di
Jakarta." "Benarkah?" "Iya. Insya Allah saya berangkat ke Indonesia bulan depan."
"Wah, saya senang mendengarnya. Selamat datang di Indonesia profesor. Semoga nanti betah di sana dan bisa menunaikan tugas dengan baik. Sara ikut?"
"Tentu. Dia yang paling senang mendengar kabar ini. "
"Yah sekali lagi ahlan wa sahlan di Indonesia. Jika ada
yang bisa saya bantu akan saya bantu, insya Allah," jawab Furqan dengan hati gembira.
Hari itu Furqan sangat bahagia, sesaat ia melupakan masalahnya. Malam harinya ia mengadakan syukuran di rumahnya. Para mahasiswa yang mengenalnya silih berganti berdatangan mengucapkan selamat kepadanya. Di milist-milist kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo terkirim puluhan tahniah dan ucapan selamat.
Azzam yang mendapat kabar Furqan telah menyelesaikan S.2-nya turut larut dalam bahagia. Siang itu ia tidak bisa
menghadiri munaqasah, maka malam itu ia menyempatkan datang. Begitu Azzam muncul di rumahnya Furqan langsung
merangkulnya dengan hangat.
"Alfu mabruk, Akhi. Semoga ilmu yang kau dapat bermanfaat. Maaf tadi siang aku tak bisa datang ke sidang munaqasahmu," ucap Azzam.
276 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
"Tak apa. Terima kasih malam ini kau datang. Kau masih
dengan kesibukan bisnismu ya?" tanya Furqan.
"Iya. Doakan tahun ini aku lulus, aku merencanakan pulang," jawab Azzam santai.
"Apa kita pulang satu pesawat, sebagaimana dulu kita
berangkat ke sini satu pesawat hehehe...?" gurau Furqan.
"Boleh, kalau kau bisa menunggu sampai aku selesai
ujian." Nasir yang saat itu juga ada di situ langsung menyahut,
"Mas Furqan sudah beli tiket Ka ng. Pekan depan dia
pulang." Azzam langsung menukas, "Pasti sudah tidak sabar untuk segera menikah hehehe..."
"Lha apa lagi yang ditunggu" Umur sudah cukup. Gelar
M.A. sudah diraih. Mobil tinggal pakai. Rumah di Jakarta telah tersedia. Gadis manapun yang dilamar pasti akan menerima dengan kedua tangan terbuka. Kalau tidak segera menikah
nanti malah banyak dosa," sahut Nasir.
Furqan hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ingatannya langsung terbang ke Indonesia. Ia langsung teringat
Anna. Ia semakin kukuh dengan keputusannya untuk pu-lang
dan langsung melamar Anna kepada kedua orang tuanya.
"Lha kalau Sampeyan kapan rencana nikahnya Kang
Azzam?" Nasir gantian bertanya pada Azzam.
Azzam sedikit kaget, tapi langsung menjawab dengan
gurauan,"Insya Allah nanti kalau sudah punya warung bakso
minimal tiga dan dua pabrik tempe di Indonesia. Serta punya
mobil Escudo dua. Biar kalau melamar gadis juga tidak ditolak
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hehehe..." 277 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Semua yang ada di situ langsung tertawa mendengarnya.
"Ayo Akh, makan seadanya." Furqan mempersilakan
Azzam untuk makan sambil menunjuk ke arah pelbagai jenis
makanan yang telah terhidang secara prasmanan.
"Wah kayaknya ada Coto Makasar. Boleh juga," seru
Azzam. "SilakanAkh, seadanya. Coto Makasarnya itu dibikin oleh
teman-teman yang tinggal di sekretariat KKS." 65
Azzam jadi ingat kalau Furqan memang memiliki darah
Sulawesi. Meskipun ia lahir dan besar di Jakarta. Ayahnya asli
Makasar. Ibunyalah yang asli Betawi. Karena memiliki dua
darah itulah, darah Betawi dan Makasar, ia dulu bisa terpilih
menjadi Ketua Umum PPMI. Sebab ia mendapat dukungan
penuh dari KPJ 66 dan KKS.
Tamu yang datang ke rumah Furqan semakin banyak.
Beberapa orang dari KBRI juga datang. Semua larut dalam
bahagia dan gembira. Setiap kali ada yang selesai S.2 atau S.3
selalu disambut bahagia dan bangga oleh mahasiswa Indonesia. Dengan hadir di acara syukuran itu semangat belajar
Azzam kembali membara. Dulu, dirinya dan Furqan satu
pesawat. Setengah tahun perta-ma tinggal satu rumah. Dan di
tahun pertama ia satu-satunya mahasiswa Indonesia yang
jayyid jiddan, sementara Furqan naik tingkat dengan predikat
hanya maqbul. Namun, kini Furqan sudah meraih gelar masternya. Sementara dirinya S.1 belum juga selesai. Dadanya sebe-narnya
membara juga. Lebih membara lagi saat dia ingat gara-gara
keterlambatannya meraih gelar akademis ia di-anggap tidak
65 66 Kerukunan Keluarga Sulawesi.
Kesatuan Pelajar Jakarta.
278 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
layak melamar Anna. Dan gadis yang kini jadi bintang
bersinar itu juga akan disunting oleh Furqan.
Namun ia segera sadar, ia harus menata hati. Ia harus
sadar bahwa keadaan dirinya dan Furqan sangatlah berbeda.
Furqan serba cukup bahkan berlimpah. Sementara dirinya harus memeras keringat dan berdarah-darah. Ia sadar semuanya
Allah yang mengatur. Ia berusaha menyejukkan hatinya bahwa prestasi tidak hanya terbatas pada meraih gelar akademis
formal. Ia bisa bertahan hidup mandiri sekian tahun di Cairo apakah bukan suatu prestasi" Ia teringat surat dari adiknya. Husna telah sarjana, bahkan telah menyelesaikan program profesinya sebagai psikolog. Lia telah menyelesaikan PGSV-nya
dan telah mengajar. Hatinya terhibur dan terasa sejuk. "Orang
bisa memiliki prestasinya masing-masing," katanya pada
dirinya sendiri. Dan tentang jodoh. Allahlah yang mengatur. Di muka
bumi ini perempuan salehah tidak hanya satu. Tidak hanya
Anna. Jutaan perempuan salehah tersebar di muka bumi ini.
Kenapa harus kecil hati. Kalau Anna memang jodohnya
Furqan, dan Allah yang mengaturnya, kenapa ia harus tidak
rela. Kenapa ia tidak yakin bahwa Allah akan menyediakan
jodoh yang terbaik untuknya, yang lebih dari Anna Althafunnisa"
Yang jelas, dengan bersilaturrahmi ke rumah Furqan ia
mendapatkan satu manfaat yang cukup besar, yaitu munculnya
kembali idealismenya yang sudah lama terkubur. Tahun ini ia
ingin selesai S.1 dari Al Azhar dengan predikat jayyid. Langsung pulang ke Tanah Air. Langsung bekerja, wirausaha,
paling tidak ia bisa membuat warung bakso di Kartasura. Jika
ada waktu ia akan langsung melanjutkan S.2. Tidak harus
muluk-muluk. Bisa S.2 di Solo, Semarang atau Jogja. Menikah.
279 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Lalu membuat rencana-rencana bersama isterinya untuk masa
depan ke-luarganya. Ia mentargetkan minimal ia berpendidikan S.2. Tapi ia
memiliki satu obsesi, yaitu harus kaya! Ia sudah terlanjur
dikenal sebagai businessman di Cairo, tidak dikenal seba-gai
aktivis kelompok studi, maka sekalian ia tak mau kepalang
tanggung, ia harus jadi businessman yang disegani di Indonesia
nanti. Biarlah teman temannya nanti ada yang menjadi guru
besar, pemikir besar, kiai besar, mubaligh besar, sementara ia
ingin menjadi konglomerat besar.
Itulah obsesinya yang muncul saat itu. Jika jadi konglomerat besar ia bisa berjihad di jalan Allah dengan hartanya
seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Dan ia
akan tetap berusaha mengamalkan ilmu yang didapatkan selama belajar di Mesir sebisa mungkin. Ia jadi ingat Imam Abu
Hanifah. Bukankah Imam Abu Ha -nifah adalah seorang imam
yang juga seorang kong-lomerat terkemuka di jamannya"
*** Sementara di Mutsallats, Fadhil didera oleh rasa penyesalan mendalam atas sarannya kepada Tiara. Apalagi setelah
tahu bahwa Tiara sebenarnya sangat mengharapkannya. Ia
merasa, sebenarnya ia bisa meralat perkataannya secepatnya.
Namun rasa tinggi hatinyalah yang mencegahnya. Ia berteduh
di bawah alasan seorang lelaki tidak akan mencabut apa yang
telah dikatakannya. Kini kata hatinya tidak bisa diingkarinya.
Ia sebenarnya juga mengharapkan hal yang sama dari Tiara.
Ia merasa telah melakukan satu kesalahan tak termaafkan dengan menegaskan agar Tiara tidak menolak lamaran Zulkifli.
Ia menyesal, tapi tak berdaya.
Sebenarnya, yang lebih bijak menurutnya, setelah ia tahu
Tiara mencintainya, adalah memberikan kebebasan kepada
Tiara untuk memberikan pilihannya. Ia tetap memberikan
280 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
kesaksian yang adil tentang kredibilitas Zulkifli, temannya di
pesantren dulu. Namun ia juga memberikan ruang yang
terbuka kepada dirinya sendiri untuk dipilih oleh orang yang
mencintainya. Tadi sore Cut Mala, adiknya, menelpon dirinya bahwa
Tiara sudah menerima lamaran Zulkifli. Pernikahan akan
diselenggarakan setelah ujian. Ayah Tiara, Zulkifli dan ayah
ibunya akan datang ke Cairo. Pernikahan akan dia-dakan di
Cairo. Dan seluruh anggota KMA nanti pasti akan diminta
untuk membantu mengurus segalanya. Fadhil terbakar oleh
rasa penyesalannya. Ia adalah koordinator sekaligus vokal
grup nasyid Nanggroe Voice yang menjadi kebanggaan warga
KMA di Cairo. Pastilah ia nanti akan diminta menjadi penghibur dalam pesta walimah Tiara dan Zulkifli. Hatinya terasa
perih. Ia ber-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia mampu
menghadapi hal itu. Batinnya pilu. Ya. Di dadanya, beriburibu genderang kepiluan mengalun bertalu -talu.
Fadhil mondar-mandir sendirian di kamarnya. Sejak pulang dari rumah sakit ia tidak pergi ke mana-mana kecuali ke
masjid yang tak jauh dari apartemennya. Segala perkembangan yang terjadi di dunia luar ia ikuti dari cerita temantemannya. Ia kelihatan tenang, tak ada yang tahu kalau dia
sedang didera pilu tiada tara. Adiknya pun tak tahu kalau ia
sejatinya sedang membutuhkan pelipur lara. Cinta yang tak
berlabuh di tempatnya, sungguh menyiksa.
Fadhil menatap diktat-diktat kuliahnya dengan pandangan hampa. Tak ada semangat membara untuk mengu-nyahnya
seperti tahun-tahun sebelumnya. Tak ada target yang melecut
seperti biasanya. Beberapa kali ia mengutuk dirinya sendiri,
betapa dungu akal pikirannya. Terkadang muncul rasa berdaya, rasa bisa mengatasi segala, rasa untuk tidak mundur dari
apa yang telah diputuskannya.
281 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy Namun rasa menyesal datang bagai badai yang membuatnya terpelanting tiada berdaya. Lebih dari itu, ia juga
didera rasa berdosa, "Pastilah Tiara merasakan sakit yang lebih dari yang aku rasa. Pastilah ia merasakan kekecewaan
tiada terkira!" Ia meratap sendiri. Ia berharap andai waktu bisa
diputar ke belakang beberapa hari saja. Ia akan melamar Tiara
sebelum gadis itu mengabar-kan dilamar oleh orang lain.
Andai saja... Tiba-tiba ia ingat beberapa tahun yang lalu sebelum ia
berangkat ke Mesir. Setelah lulus dari pesantren, ia ditu gaskan untuk mengabdi di Pesantren Daarul Hikmah, Meulaboh.
Ia mengajar hanya setengah tahun. Mengajar di kelas dua
Madrasah Aliyah. Di kelas itulah ia menemukan murid perem puan yang cerdas dengan wajah biasa saja, tapi memiliki
pesona yang kuat. Murid itu adalah Tiara. Setelah itu ia pergi
ke Mesir. Tak disangka ternyata Tiara menyusulnya kuliah di
Cairo. Dialah yang dulu ke sana kemari mengurus administrasi Tiara masuk Al Azhar University. Dia pula yang menca rikan rumah. Dia pula yang mempertemukan Tiara dengan
Madam Zubaida pemilik flat mewah di Masakin itu. Sehingga
akhirnya Tiara dan teman-temannya pin-dah ke flat itu sampai
sekarang. Dia pula yang mengusa-hakan Tiara bisa mendapat
beasiswa. Dan tatkala Cut Mala datang, ia titipkan adiknya itu pada
Tiara. Selama ini ia bersikap wajar dan biasa. Ia tidak mengisyaratkan rasa simpatik dan tertariknya pada Tiara. Apalagi
isyarat cinta. Namun sungguh, ia tidak bisa membohongi hatinya sendiri bahwa sejak mengajar di pesantren dulu, ia sudah
menaruh hormat, bangga dan juga cinta pada mahasiswi Al
Azhar yang memiliki lesung pipi kalau tersenyum itu. Ia
mengenang sejuta ke-nangan dengan hati tak tenang. Amboi...
282 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Ketika Cinta Bertasbih Buku I
Mengingat itu semua jiwanya seperti terbakar. Api penyesalan, api kecemburuan, api cinta tak kesampaian, api pem bodohan atas keputusan diri sendiri yang tak berpenghabisan,
semuanya menyatu jadi satu, mem bumbung ke awan biru.
"Astaghfirullaaah!!" Fadhil menjerit dan meninjukan tangannya ke tembok kamarnya. Ia merasa hatinya seakan mau
pecah dan hancur. Ia lalu duduk perlahan, sejurus kemudian
menelentangkan tubuhnya di atas karpet. Air matanya bercucuran. Wajah Tiara berkelebatan di pikiran. Setiap kali
datang berkelebat, seolah menancapkan satu duri di hati. Terasa perih dan nyeri. Telpon di ruang tamu berdering-dering.
Ia berdiri pelan-pelan. Begitu ia angkat, telpon itu mati. Ia
menghela nafas dalam-dalam. Ia letakkan gagang telpon itu
kembali. Telpon berdering lagi. Ia angkat,
"Ya." "Assalamu'alaikum, ini Mala Kak."
"Ada apa Dik?" "Ingin memastikan saja, kalau kakak baik-baik saja."
"Ya kakak baik-baik saja kok Dik."
"Sudah dibaca semua muqarrar-nya Kak?"
"Ada yang sudah, ada yang belum. Kamu sendiri bagaimana Dik?"
"Alhamdulillah semua muqarrar sudah Mala baca. Sekarang mulai meringkas."
"Alhamdulillah. Oh ya bagaimana kabar Tiara?" tanya Fadhil sambil kaget pada dirinya sendiri kok tiba tiba menanyakan kabar Tiara. Hal yang selama ini tidak pernah ia
lakukan. Biasanya adiknya yang tanpa dia minta bercerita.
283 Ilyas Mak"s eBooks Collection
Habiburrahman El Shirazy "Seperti yang kakak tahu, Kak Tiara sudah menerima
lamaran Ustadz Zulkifli. Namun entah kenapa Kak Tiara
sepertinya murung saja Kak. Kayaknya ia kecewa pada Kakak.
Mala tahu persis kalau Kak Tiara itu memang sungguhsungguh menaruh hati pada Kakak."
Mendengar hal itu, air mata Fadhil meleleh. Satu persatu
air matanya jatuh ke lantai. Namun entah kenapa setiap kali
berbicara di telpon muncul sifat tinggi hatinya.
"Semoga dia bisa menerima kenyataan yang ada. Bukankah Al-Quran menjelaskan tidak semua yang diharap manusia itu akan ia dapat. Insya Allah, Zulkifli akan menjadi yang
terbaik baginya." "Iya Kak. Ini dulu ya. Jangan lupa jaga kesehatan ya Kak.
Assalamu'alaikum." "Wa 'alaikum salam wa rahmatullah."
Fadhil meletakkan gagang telpon. Telinganya masih penuh dengan kata -kata adiknya tentang Tiara: "Namun entah
kenapa Kak Tiara sepertinya murung saja Kak. Kayaknya ia
kecewa pada Kakak. Mala tahu persis kalau Kak Tiara itu
memang sungguh-sungguh menaruh hati pada Kakak."
"Astaghfirullah, aku telah menyakiti orang lain dan menyakiti diriku sendiri. Rabbana zhalamna anfusana wa in lan
taghfir lana wa tarhamna lanakuunanna minal khasi-riin." Ratap
That Summer Breeze 1 Pendekar Slebor 15 Permainan Tiga Dewa Iblis Lembah Tengkorak 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama