Ceritasilat Novel Online

Ketika Flamboyan Berbunga 4

Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono Bagian 4


seekor kucing yang menikmati elusan tangan tuannya, barangkali kami berdua
akan terus melekat satu sama lain seperti lintah.
Maka begitu aku tersadar dari amukan gairah yang dibangkitkan oleh lelaki
itu, kudorong dadanya agar menjauhi tubuhku. Kemudian kurenggut tubuhku
dari rengkuhan tangan kekarnya.
"Hentikan," aku mengeluh dengan suara serak.
Bahkan seperti suara orang tercekik, Padahal aku ingin sekali berteriak dan
membentaknya. Sampai?sampai aku tak mengenali suaraku sendiri.
Untungnya Gatot juga menyadari bahwa perbuatan kami sudah berlebihan.
Dilepaskannya pelukannya atas tubuhku yang lemas itu, sementara aku segera
berlari ke arah sofa agar tidak terpuruk di tempat. Kututupi wajahku dengan
kedua telapak tanganku. "Pu. .. pulanglah," kataku dengan suara serak, Padahal seperti tadi, aku juga
ingin berteriak dan membentaknya untuk mengusir Ielaki itu.
Tetapi bukannya pergi, Gatot malah menyusul duduk di sampingku. Tangannya
terulur menggenggam telapak tanganku. Tetapi aku segera menarik tanganku
sehingga terlepas. "Pergilah ... ," aku mengeluh pelan dengan suara menggeletar menahan tangis.
"Ambar ... " "Jangan mengucapkan kata-kata apa pun!" aku memotong kata-katanya.
"tetapi pulanglah. Aku ... aku tidak ingin melihatmu lagi .... "
Oh Tuhan, ingin sekali aku menangis menggerung-gerung. Dadaku terasa
penuh dan perasaanku kacau-balau. Tetapi aku tak mau menangis di hadapan
Gatot. "Ambar .... ' Gatot tidak memperdulikan sikapku yang tak mau didekati.. Ia
tetap duduk di sisiku. "Ambar, jangan marah kepadaku. Sama sekali aku tak
bermaksud melecehkanmu. Bahkan aku sendiri pun dalam keadaan mabuk.
Begitu bibirku menyentuh bibirmu, diriku seperti melayang. Lupa tempat,
Lupa waktu. Lupa segalanya. Sama sekali aku tidak menyangka ciuman yang
semula hanya kumaksudkan untuk sedikt melanjutkan permainan sandiwaramu
tadi telah berubah menjadi ledakan gairah, Aku ... aku .. ."
www.ac-zzz.tk "Sudah, sudah!" kupotong perkataan Gatot yang belum selesai itu. Tetapi kini
air mata yang sejak tadi kutahan-tahan itu mulai mengaliri pipiku. "Aku tak
mau mendengarkan pidatomu. Cepat pulanglah sebelum aku mengamuk!"
Gatot terdiam. Ia menatapku lama sebingga darah yang mengaliri urat-urat
tubuhku mengalir lebih cepat dan pipiku teras a hangat. Dengan gerakan
kasar kuseka pipiku kuat-kuat oleh frustrasi yang melanda diriku.
Rupanya Gatot memahami keadaanku. Ia terse?nyum kemudian mengusap
lembut pipiku tanpa sempat kucegah. Lalu, dengan gesit dan sigap tu?buhnya
melesat berdiri. "Selamat malam, Sayang," katanya dengan suara lembut. Kemudian dengan
cepat tubuhnya menghi?lang. Tak berapa lama, kudengar suara pintu sam?ping
rumah dibuka dan ditutup kembali. Laki-laki itu sudah pergi.
Sendirian, aku termangu dengan pandangan bu?ram oleh air mala. Pelan-pelan
otakku bisa kuper?gunakan dengan lebih baik meskipun masih agak baur.
Seluruh pengalamanku sejak awal perkenalan kami sampai apa yang baru saja
terjadi tadi, ber?harnburan menyerbu rna uk ke dalam ingatanku. Kuingat
betapa kacau-balaunya pcrasaanku terha?dapnya. Aku pernah mengagurni
wawa annya yang lua , daya tarik fisiknya, kegantengannya dan ga?yanya yang
enak dipandang. Tetapi aku juga pemah begitu mernbencinya, begitu marah,
begitu ke al, dan begitu rendah menilainya.
Dengan pelbagai macam perasaan itu, aku juga
. menginginkan Gatot pergi dari kehidupan kami se?keluarga. Namun
belakangan ini, sernenjak ku?biarkan lelaki itu menciumku di Ancol waktu itu,
aku merasa sudah seperti orang yang tak waras saja jika berhadapan dengan
dia. Sulit merumuskan bagaimana perasaanku terhadapnya sehingga aku ingin
sekali mengusir dia keluar dari rumah ini setiap kudengar suaranya atau
kulihat sosok tu?buhnya. Aku benar-benar tidak tahan melihatnya.
Tetapi malam ini, ketika kusadari betapa mu?dahnya aku terbenam dalam
cumbuannya sampai melupakan realitas di mana aku berada, kekacauan
perasaan yang belakangan ini kurasakan terhadap?nya mulai meledak. Maka
selurub frustrasi yang kurasakan, kebingungan atas tanggapan fisikku ke?tika
dia memeluk dan menciumku, sensasi-sensasi yang dibangkitkannya pada
tubuhku yang selama ini tertidur nyenyak dan bahkan tak pernah kuke?tahui
ada padaku ini, tumpah ruah ke dalam satu perasaan yang membuncah. Yaitu
perasaan putus asa yang luar bia a.
Sungguh mati, aku tak bi a mengerti kenapa aku jadi begini" Kenapa aku bisa
kehilangan pe?gangan" Di manakah tolok ukur yang kupakai un?tuk menilai
www.ac-zzz.tk baik dan buruknya suatu perbuatan. Di manakah kemampuan dan kesadaran
moral yang eJama ini menjadi pakaianku" Kenapa pula otakku yang sebetulnya masih
cukup waras itu . tidak mcng?ingatkan diriku bahwa laki-laki yang memeluk
dan menoiumi secara begitu intim itu adalah kekasih
adik kandungku sendiri. Semestinya dan seharus?nyalah kutampar dia,
kumaki-maki dia, dan ku?usir dia secepatnya dati rumah ini. Bukannya
mem?biarkan diriku meresapi kemesraannya seperti perempuan murahan,
perempuan yang tak tahu malu,
Kututup wajahku dengan tangan gemetar, Dalam hidupku, eli
selumbperjalanannya dan d.i se1uruh "pengalaman yang pemah kutemui, baru
sekali inilah aku rnengalami perasaan yang sedemikian menya?kitkan ill. Begitu
sakitnya sampai melanjutkan ta?ngis pun aku tak sanggup lagi. Begitu pedih
dan perihnya jiwaku sampai berpikir apa pun aku tak mampu lagi. Ini benarbenar suatu tragedi, bahkan malapetaka, bagi diriku. Sesuatu yang merusak
seluruh prinsip hidupku. Sesuatu yang menghancur?kan seluruh kebanggaan
diriku selama ini. Sebab sejak Bramanto mengkhianatiku aku berhasil
me?miliki kemampuan untuk bersikap : mandiri, khu?susnya secara mental, eli
mana hatiku tetap utuh tanpa pemah dipengaruhi oleh keberadaan seorang
1e1aki dalam bentuk ketergantungan apa pun. Tetapi kini, rasanya nilai scpcrti
itu sudah tak ada lagi padaku. Bahkan tak tersisa edikit pun.
Ya Tuhan. Kenapa bcgini jadinya" Aku terus mengeluh endirian dengan
perasaan yang semakin lama semakin tercabik-cabik, Sebab semakin semua
yang terjadi di antara diriku dan Gatot kurenung?kan, semakin aku mera a .
eperti sedang berdiri ill muka layar film yang edang rnemutar seluruh kisah
paling mcmalukan dalam hidupku. Dan seluruh hati nurani sampai yang paling
tersemburr menggugatku keras-keras.
Aku kenal diriku. Aku bukanlah terrnasuk gadis yang mudah tergiur oleh
hebatnya seorang lelaki dan betapa pun besarnya daya pikatnya. Bahkan kalau
ada lelaki yang terus-menerus mengganggu ketenanganku entah melalui
te1epon, entah melalui surat, entah pula rnelalui pendekatan secara lang-.
sung, aku bisa menjadi muak karenanya. Dengan tegas pula aku mampu
mengatakan secara terus terang bahwa aku tak suka didckati kalau mereka
ingin menjalin hubungan yang lebih dari sckadar ternan biasa. Dan itu bukan
hanya sekali atau dua kali terjadi. Aku tahu ada beberapa orang yang
mencoba untung-untungan karena merasa gemas melihat sikap dinginku selama
ini. Tetapi toh aku mampu mengatasi itu semua dengan baik sekali.
www.ac-zzz.tk Aku harus mengakui pada diriku sendiri bahwa keberhasilanku menjaubkan
diriku dari lelaki-lelaki sernacam itu telah membuatku sombong meski pun
kesombongan itu hanya kusimpan sendiri. Justru karena itulah kini sesudah
aku sadar bahwa ada seorang lelaki yang dengan begitu mudahnya mam?pu
menyentuh bibirku, bahkan juga rambut, leher, kuduk dan punggungku dengan
eara yang sede?mikian rnesranya, aku bampir tak mcmpercayai kenapa ini
semua bisa terjadi. Malangnya, lelaki yang telah menghancurkan seluruh
prinsip hidup dan kebanggaan diriku itu adalah seorang mata keranjang,
seorang yang tak puny a tcnggang rasa, lebih jauh lagi kekasih adik kandungku
sendiri yang sedang kuusahakan agar menjauhi keluargaku. B ukankah ini
semacam malapetaka yang menimpa diriku" Tragis dan sangat ironis.
Dengan tangan yang masih tetap menggigil ka?rena perasaan-perasaan yang
bercampur aduk itu akhirnya aku berdiri dari tempat dudukku. Lalu dengan
langkah terseok-seok seperti prajurit kalah perang yang terluka, kubawa
tubuhku masuk ke kamar. Di sanalah kuempaskan tubuhku. Di sanalah aku
harus mengakui satu hal lagi yang jauh lebih menyakitkan dan jauh lebih
dalam menusuk hatiku. Bahwa sebagai gadis baik-baik dan telah menyerap
seluruh ajaran, baik yang terucapkan maupun yang mclalui contoh kongkret
kehidupan ini, aku tabu betul bahwa kepasrahanku dipeluk dan dicium oleh
Gatot adalah suatu bukti bahwa lelaki itu secara tak kusadari tclah mernasuki
hatiku dan bertengger di tempat yang istimewa. Atau dengan kata lain yang
lebih jelas, bahwa secara tak kusadari dan datangnya tak kuramalkan
sebelumnya, sesungguh?nya aku ini telah jatuh cinta kepada Gatot.
Jclasnya, aku tclah jatuh cinta kepada kekasih adikku sendiri. Jelasnya lagi,
aku telah jatuh cinta kepada seorang lelaki yang tak pantas. Bahkan pada
orang yang salah! Itulah mengapa tadi kukatakan bahwa ini adalah uatu tragedi. Bahwa ini
adalah suatu malapetaka .
. Malapetaka yang sulit kuhindari. Maka kalau itu sulit dihindari, satu-satunya
cara yang masih bisa kulakukan adalah menjauhkan diriku dad si sumber
malapetaka. Semakin cepat, semakin baik. Dan
langkah pertama yang bisa kulakukan saat ini ada?lah mengajukan cuti. Cuti
tahunanku belum ku?ambil. Aku harus pergi sejauh mungkin dari Jakarta.
http:ebukita.wordpress.comSembilan http:ebukita.wordpress.comDIAMDIAM seJama beberapa waktu belakangan ini aku mengurus cutiku. Sudah
kuputuskan, aku akan mengbabiskan cutiku ke rumah budeku yang tinggal di
Solo, Kepada beliau aku sudah meminta kerelaannya untuk menerima
www.ac-zzz.tk kehadiranku selama kurang?lebih dua minggu. Budeku yang sudah janda itu
malahan merasa gembira mendengar kabar tersebut.
"Bude juga akan berlibur bersamamu, kalau begitu. Kita bisa menyewa sebuah
pondok di Tawang mangu. Ada teman Bude yang mempunyai beberapa tempat
untuk disewakan. Kalau bukan pada hari libur, tempat-tempat itu kosong. ia
pasti senang kalau kita sewa. Sebab, ita berarti pemasukan tambahan
buatnya!" begitu budeku menyambut berita kedatanganku itu dengan antusias
melalui telepon. "Tempatnya enak, dekat pasar dan pemandangannya indah!"
Bude mempunyai tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan yang sernuanya
sudah berumah tangga. Ia tinggal bersama salah seorang dari ketiga anak
lelakinya. Hidup bersama menantu dan cucu?cucu yang edang banyakbanyaknya rnenyita perhatian pastilah sangat merepotkan Bude, Sesekali
beliau pastilah membutuhkan suasana yang sama sekali lain. Bahkan
membutuhkan istirahat guna menghimpun kekuatan untuk tugas-tugas di hari
selanjutnya. Aku menyukai ide budeku untuk berlibur di Tawang mangu, yaitu kota kecil
tempat peristirahatan yang terletak di kaki Gunung Lawu. Sekarang bukan
musim liburan. Suasananya pasti Iebih tenang dan juga Iebih lengang dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat yang berada dalam keadaan
"normal". Tarif sewa penginapan, makanan, dan barang-barang lain saat ini
bukanlah harga katrolan seperti kalau sedang ada banyak pengunjung dari
kota-kota sekitarnya. Bisa sampai dua atau tiga kali lipat daripada harga
normal. Apalagi kalau ada mobil-mobil yang datang dari Jakarta. Terutama di
hari-hari libur. Sementara menunggu hari cutiku tiba, aku benar?benar berusaha matimatian, lebih dari yang sudah?sudah, agar tidak bertemu muka dengan Gatot.
Penemuan diriku babwa hatiku telah terpanah asmara olehnya menyebabkan
aku harus keras pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan kelemahan hatiku
menguasai otakku juga. Jadi apa pun yang berkaitan dengan lelaki itu,
kuhindari sama sekali. Bahkan usahaku untuk menjauhkan Gatot dan Tina
seperti yang selama ini kulakukan, sekarang kuhentikan sama sekali.
Setidaknya untuk sementara, sampai perasaanku lebih tertata, meskipun aku
tak tahu kapan itu terjadi.
Tentu saja perubahan yang terjadi padaku itu tak luput dari perhatian Tina.
Apalagi karena sebelumnya aku terus-menerus mendesaknya agar dia mau
membuka matanya dan jangan membiarkan ia menjadi buta karena cinta. Hal
itu dikatakannya secara terus terang di suatu malam sesudah kami sekeluarga
makan. www.ac-zzz.tk "Sudah kalah ya, Mbak?" begitu dia mengusik ketenanganku.
"Apanya yang kalah?"
"Kau sudah menyerah dan sekarang merelakan diriku tetap menjalin hubungan
dengan Mas Gatot. Kalau benar begitu, wah, aku benar-benar merasa amat
berterima kasih padamu!" lagi-lagi gadis itu mengusik batinku.
"Tidak, Tina. Aku masib belum kalah. Dan tidak boleh kalah demi kebaikanmu
dan demi masa depanmu agar tetap gemilang." Kugelengkan kepalaku keraskeras. "Tetapi terus terang, aku memang belum tahu bagaimana caranya
merenggutkan diri?mu dari dia. Jadi satu-satunya harapanku hanyalah agar
kau segera sadar untuk tidak selalu menempatkan Gatot sebagai orang yang
serba sempurna." "Kenapa kau berkata seperti itu, Mbak.?"
"Yah ... karena ... karena ... aku mempunyai firasat bahwa Rini bekas
kekasihnya itu, masih terus?menerus berusaha agar hubungan mereka dulu
terjalin kembali." Hanya dalih itu yang bisa kukatakan kepada Tina. Sebab tak
mungkin aku mengatakan bahwa Gatot telah menciumiku seperti orang
kelaparan, bukan" "Mas Gatot pernah mengatakan padaku bahwa dia sudah lama sekali tidak
Iagi mencintai Rini. Dan aku percaya itu!"
"Tina, jangan mudah percaya kepada seorang laki-laki. Rini itu sangat menarik
dan Gatot itu seorang manusia biasa, berdarah dan berdaging. Sudah begitu,
Rini juga cukup mempunyai pengalaman untuk melenturkan hati Gatot. Mereka
kan pernah berpacaran. Yakinkah kau bahwa Gatot bisa tetap setia padamu?"
"Kau bicara seolah sudah kenal baik dengan Rini sih, Mbak!" Tina menjawab
perkataanku sambil menatapku dengan pandangan menyelidik.
"Belum, aku belum pernah bertemu dengannya," sahutku, nyaris gugup karena
apa yang kurahasiakan tentang pertemuanku dengan Rini hampir saja
terloncat dari mulutku. "Aku cuma menduga-duga saja.'
"Kalau begitu kau terlalu berlebihan membayangkan yang bukan-bukan. Aku
percaya kok kepada kesetiaan Mas Gatot!"
"Bagairnana kalau suatu saat apa yang kukhawatirkan itu terjadi" Sekali lagi,
Tina sadarilah bahwa Gatot itu bukan malaikat!"
"Ah, aku tak mau memikirkan sesuatu yang belum tentu Mbak!" Adik
tersayangku yang keras kepala itu mengakhiri pembicaraan kami dengan
meninggalkanku sendirian.
Sedemikian beratnya rasa putus asa membebani batinku sementara aku tidak
tahu harus berbuat apa lagi untuk menyadarkan Tina, membuatku malah jadi
apatis. Perhatian dan pikiranku pun tercurah pada urusan pribadiku. Semakin
www.ac-zzz.tk dekat hari cutiku semakin aku mencoba menyingkirkan masalah-masalah lain
yang bisa mengurangi harapan untuk mendapatkan kembali ketenangan
batinku. Aku juga tidak ingin kegembiraan di hari-hari cutiku pudar hanya
karena memikirkan adikku yang terlalu percaya diri dan terlalu mempercayai
kekasihnya yang tak kenal kesetiaan itu.
Begitulah sehari sebelum aku berangkat ke Solo, barulah keluargaku
kuberitahu. Itu pun pada waktu makan malam. Besok, aku masih bekerja dan
jam sembilan malam harinya baru aku meninggalkan Jakarta menuju ke Solo
dengan kereta api Argo Lawu. Sebab akan terdengar aneh kalau aku baru
mengatakannya saat aku pamit kepada mereka besok. Meskipun demikian,
seperti yang sudah kuperkirakan sebelumnya, berita kepergianku ltu
menimbulkan reaksi juga pada keluargaku.
"Kenapa begitu mendadak, Ambar"' ibuku bertanya dengan kerut dalam di
dahinya. "Ini tidak mendadak kok, Bu. Cuti ini kan memang hak saya dan ke mana saya
akan pergi sudah terencana jauh-jauh hari sebelumnya. Karcis kereta juga
sudah ada di tangan saya sejak beberapa hari yang lalu."
"Tetapi menurut Bapak keberangkatanmu ke Solo besok malam itu termasuk
mendadak, Nduk," Bapak menyela pembicaraanku dengan ibu. "Sebab kemarinkemarin ini kau tidak menceritakan apa pun mengenai hal itu kepada kami. Kok
seperti orang yang mau melarikan diri saja!"
"Iya, Pak, Mbak Ambar ini seperti lari menghindari seseorang!" Tina ikut
bicara. "Memangnya mau menghindari siapa, Tina" Perkataanmu ini kok macam-macam
saja." Aku berlagak tenang. Sebab meskipun dadaku sedikit berdebar ketika
mendengar apa yang diucapkan oleh Bapak maupun oleh Tina tadi, tetapi aku
harus tetap menjaga rahasia batinku. Mereka tidak boleh tahu babwa aku
memang melarikan diri dari seseorang.
"Yah, siapa tahu perkataanku itu ada benarnya kan, Mbak?" sabut Tina
dengan sikap acuh tak acuh yang menggemaskan. "Apalagi Bik Imas telab
menceritakan sesuatu kepadaku dan juga kepada Ibu, Ya kan, Bu" Lalu ... "


Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tina!" Ibu menegur putri bungsunya itu sehingga si gadis lincah
menghentikan ucapannya dengan mendadak. Tetapi masih sempat kulihat Tbu
mengedipkan mata kepadanya.
Karena udah telanjur mengarah ke pembicaraan yang menyangkut diriku
sehingga jantungku mulai lagi berpacu kencang, aku ingin mendapatkan
kejelasan mengenai apa yang telah diceritakan oleh Bik Imas kepada mereka.
www.ac-zzz.tk Aduh jangan-jangan pembantu rumah tangga itu memergoki aku dan Gatot
sedang berciuman" "Sebenarnya apa sih yang ada dalam pikiran Bapak, Ibu, dan Tina sampaisampai mengira aku mau melarikan diri dari eseorang?" tanyaku merasa tak
enak. Kuletakkan sendok dan garpuku ke arah piringku yang masih penuh.
Selera makanku mulai lenyap.http:ebukita.wordpress.comMelihat keadaanku,
Didik, adikku yang sejak tadi haoya menjadi pendengar dan hanya sibuk .
memindahkan isi piringnya ke perut, mulai meng?ambil bagian dalam
pembicaraan kami. "Katakan saja secara terns terang, Tina!" begitu dia berkata sambil menggigit
kerupuk. "Kasihan Mbak Ambar tuh. Selera makannya jadi hilang."
"Ah, begitu saja kok sampai kehilangan sclera makan sih, Mbak. Bik Imas
cerita ... " Tina terdiam sebentar dan memandangku dengan tatapan tajam.
Tampaknya dia sengaja hendak mengusik ketenang?auku dengan cara
mengulur-ulur waktu. Sialan ga?dis itu. Jantungku jadi scmakin cepat berpacu.
Ba?rangkali, seperli itulah yang dirasakao oleh pencuri ayam yang ketahuan
sedang beroperasi. "Bik Irnas bercerita, bahwa ... bahwa ... ketika aku dan
Mas Didik ikut Bapak-Ibu ke pcrkawinan Mbak Windarti, Mas Bram dataog ke
sini. Mm, begitulah sebagian cerita Bik Imas!"
Meskipun jantungku masih berdegup kencang tctapi demi mendengar nama
Bram yang disebut dan bukannya Gatot, perasaanku terasa agak lega. Maka
aku mulai lagi mcnyuap nasiku.
"Apa betul Brarn datang kemari, Ambar?" Bapak menyela. Matanya menatap
tajam ke arahku. "Ya." "Kenapa hal itu tidak kauceritakan kepada kami?" kala Bapak lagi.
"Kalau bukan karena cerita Bik Imas, mana kaml tabu peri tiwa itu!" Tina
menyambung lagi. , Kejadian itu tidak kuccritakan karena bagiku http:ebukita.wordpress.comitu
bukan perisliwa penting. Bahkan J
. ~penting," sahutku berdalih. "J adi kalau kepergiank ke Solo besok dianggap
sebagai usaha menghindari?nya, itu keliru besar. Bram hanya sejarah. Dan
bisa dipastikan, kedatangannya kemari waktu itu adalah kedatanganoya yang
terakhir di rumah ini!"
"Betul begitu?" "Pasti betul!"
"Tetapi kalau kau memang tidak menghindari seseorang, kenapa kepcrgianmu
ke Solo itu begitu mendadak, Mbak?" Tina bertanya lagi. Dan lagi?lagi juga
aku menangkap pandangan tajarn dari kedua bola matanya. "Dan mengapa pula
www.ac-zzz.tk barn se?karang rencanamu pergi itu kaukatakan kepada kami. Ini kutanyakan
karena tak biasanya kau ber?buat seperti ini, lucu jadinya."
"Apanya yang lucu?" Setelah tahu yang diceri?takan oleh Bik Imas itu bukan
adegan mcsraku dengan Gatot, rasa laparku mulai muncul lagi.
"Kau yang lucu, Mbak. Caramu memberitahu ten tang kepergianmu ke Solo
tadi, padahal sebe?lumnya sarna sekali kau tak pernah menyinggung?nya, dan
lalu juga dari slkapmu yang belakangan ini sering mcnghindari kami semua,
menunjukkan Mbak tidak seperti yang kami kenal, Mbak benar?benar tampak
lain. Seperlinya ... "
"Tina!" Ibu menegur adik bungsuku itu Iagi.
Entah mengapa aku merasa masih ada sesuatu yang disembunyikan mereka
semua dariku. Apalagi Tina lang sung menghentikan perkataannya begitu
ditegur Ibu. http:ebukita.wordpress.com http:ebukita.wordpress.com." "
"Kau terlalu banyak berkhayal, Tina!" aku meng?gerutu. "Tahu akan
dipojokkan begini, aku baru akan pamit besok kalau mau berangkat."
"Nah, itu kan juga lucu!" Tina mencibir dengan bibir mungilnya. "Jangan Jagi
sudah mau berangkat, biasanya baru punya rencana saja kau sudah ber?eerita
ke sana dan kemari kepada kami semua. Ya kan, Bu?"
"Memang begitu." Ibu tersenyum sambil meli?rikku. Ada siratan pandang
mata mcngandung pe?mahaman yang aku tak tahu apa artinya. Namun apa pun
itu, jelas telah mengusik hatiku. Tahukah Ibn kenapa mendadak saja aku
mengambiI cutiku" "Nah!" Tina meneibir lagi dengan gaya seperti pemcnang lomba. "Aku saja
merasa kau itu aneh, apalagi Ibu yang melahirkanrnu, Mbak. Beliau pasti
sudah scjak kemarin-kemarin menangkap perubahan sikap dan kebiasaanmu.
Sedangkan Mas Didik yang biasanya uka tidak pedulian saja pun bisa
mengatakan bahwa belakangan ini kau tampak lain. Ya kan, Ma ?"
"Mungkin." Didik menyeringai. 'Ya kan, Pak?" "Mungkin." Bapak melirik u.
Kulihat, ada se?nyum samar yang engaja di embunyikannya.
'Ah, sernua orang cuma menduga yang bukan?bukan saja" aku mcnggcrutu
untuk ke ekian kali?nya. "Padahal tak ada yang berubah pad a diriku. Jadi
scbaiknya jangan terlalu jauh mengartikan perubahan ikapku belakangan ini ..
Itu pun kalau ada yang berubah."
"Mungkin saja karni memang terlalu berlebihan,
j 262 www.ac-zzz.tk Mbak!" Didik mulai bieara lagi. "Tetapi sejak Mas Bram muncul kembali di
rumah ini, kulihat kau lebih suka berkurung sendirian di kamar dari?pada
mengobrol bersama yang lain."
Kupejamkan mataku sesaat lamanya. Perasaanku mulai baur Iagi. Di satu pihak
aku merasa agak lega karena Didik, dan mungkin juga yang lain?lain,
menganggap perubahan sikapku itu ada kait?annya dengan kedatangan Bram.
Tetapi di lain pi?hak - perasaanku yang digayuti siiara hati nurani,
rnenggugatku agar aku tidak membiarkan mereka tetap mengira demikian.
Sebab aku tahu betu1 se?mua yang dikatakan mereka itu bersumber dari
kekhawatiran dan rasa sayang mereka alas diriku. Sesuatu yang tidak
mengherankan, sebenamya. Me?reka semua tahu betul betapa hancurnya
diriku ke?tika barn rnengetahui pengkhianatan Bram. Harnpir satu tahun
lamanya aku bid up seperti robot dan menarik diri dari pergaulan. Simpati
dati ternan?temanku bukan saja tak ada gunanya, tetapi bahkan kuanggap
seperti acara belas kasihan yang menying?gung harga diriku. Ketika itu,
selutuh keluargaku ikut berbe1a rasa dengan eara mereka masing?rna ing. Tak
heran kaJau kedatangan Bram beberapa waktu yang lalu itu membuat
kcluargaku mera a khawatir,
Berpikir scpcrti itu aku mera a haru memberi semacarn pcnjelasan yang
sekiranya bi a s dikit menenangkan mereka. Kalau perlu dengan berdusta,
Tidak semua dusta itu buruk, kan"
"Begini, Dik," kataku kemudian. Kusahakan agar
263 http:ebukita.wordpress.comsuaraku terdengar meyakinkan. "Kuakui bahwa
ke?datangan Bram yang tiba-tiba itu eukup rnernbuatku kaget. Sebab
bayangkanlah, sekian tahun lamanya rnendengar natnanya clisebut orang saja
pun tak pemah, kok sekarang tiba-tiba muneul begitu saja. Tetapi pereayalah,
kekagetanku itu tak ada kaitan?nya sarna sekali dengan perasaan yang pemah
ku?rasakan terhadapnya dulu. Baik yang sifatnya me?ngandung. kasih maupun
yang mengandung kebenci?an dan kernarahan. Dengan perkataan yang 1ebih
jelas, kedatangannya yang tiba-tiba itu sedikit pun tidak berpcngaruh pada
diriku. Bagiku sekarang ini, dia tak lebih hanya sebagai Leman lama yang tak
perlu cliperhitungkan keberadaannya. Paham?"
"Tetapi kenapa tiba-tiba dia datang lagi ke rumah ini?" Didik bertanya lagi.
"Aku ini seorang lelaki juga, Mbak. Sarna seperti Mas Bram. Kalau aku datang
ke rumah seorang gadis sendirian saja dan tidak ada suatu keperluan khusus
seperti misalnya mau meminjam diktat atau berkaitan dengan urusan lainnya,
berarti aku sedang berusaha mendekati hati gadis itu!"
www.ac-zzz.tk "Apalagi Mbak Nina tidak diajak serta!" Tina menyambung bicara Didik,
"Oke, akan kuceritakan persoalan sesungguhnya!"
Aku menarik napas panjang. "Terus tcrang saja sebelum Bram datang ke sini
dia mencleponku di kantor, berccrita bahwa Nina baru saja selingkuh dcngan
temannya ehingga dia mulai memahami bagaimana perasaanku waktu
memergokinya berka?sih mesra dengan sahabatku sendiri. Lalu dia berta264
.nya apakah dia boleh berkunjung ke rumah. Kuja?wab saja silakan. Masa aku
bilang tidak boleh, se?perti anak kecil saja, Maka beberapa hari kemudian
datanglah dia ke sini .... "
"Dia ingin mendckatimu lagi barangkali, Mbak?" "Mungkin. Tetapi akn sama
sekali 'tak berminat. Berteman lagi pun aku tak mau!" aku menjawab sebenarnya. "Kurasa dia
akhirnya mengerti itu!"
"Tetapi kau rnelarikan cliri dari kola ini untuk menghindari kedatangannya
lagi, kan?" Tina menu?kikkan pandang matanya. "Sebab kau takut jatuh einta
lagi kepadanya." "Tina, tolonglah aku dengan eara melepaskan Bram dari pembicaraan kita. Dia
itu sudah tidak ada kaitannya lagi denganku. Sedikit pun tidak. Jadi jangan
kaitkan dia dengan kepergianku ke Solo. Oke?"
"Sudahlah," Bapak yang sejak tadi tak banyak bieara mulai ikut ambil bagian
dalam pembicaraan kami, "Apa pun yang dirasakan atau dial ami oleh Ambar,
itu adalah urusan pribadinya. Jadi scbaiknya kita akhiri sampai sekian saja
pembicaraan menge?nai Bramanto!"
Aku senang ditengahi oleh Bapak, Selesai makan ccpat-cepat aku mengatur
pakaian dan barang-ba?rangku yang akan kubawa ke Solo. Tak ada waktu Jain
bagiku. Besok aku masih harus ke kantor. Dan malamnya aku akan berangkat,
Dalam kerepotan seperti itu Tina masuk ke ka?marku dan duduk eli tcpi
tempat tidur, Dia me?mandangi kesibukanku.
265 http:ebukita.wordpress.com"Banyak juga bawaanmu, Mbakl" komentarnya.
"Dua minggu itu lama, Tina."
"Selama dua minggu itu kau hanya akan ada di rumah Bude Yanti saja?"
"Mungkin. Aku masih belum tahu apa rencana selanj utn ya. "
"Sayang sekali kau tidak ada ill rumah kalau nanti keluarga 'Mas Gatot datang
kemari, Mbak .... " Tanganku yang sedang melipat blusku yang anti?kusut
terhenti demi mendengar perkataan Tina.
www.ac-zzz.tk "Memangnya mereka itu mau apa?" tanyaku de?ngan perasaan yang mendadak
jadi tak enak. "Untuk berkenalan dan menyusun langkah se- 1 anjutnya .... "
''Langkah bcrikut apa?" selaku. Tanpa kusadari aku telah berbicara dengan
cepat dan keras. Tina menatapku beberapa saat lamanya. Entah apa yang ada dalam pikirannya,
tetapi perasaanku semakin tak enak saja rasanya.
"Tentu saja melamar, Mbak! '
Kini kedua tanganku betul-betul telah berhenti dari kesibukanku semula.
Seluruh pikiran dan pe?rasaanku terserap kepada apa yang baru saja
di?katakan oleh Tina. "Tina, apakah itu tidak terlalu cepat. .. ?" tanyaku.
Suaraku terdengar agak rnenggcletar. Mudah?mudahan Tina tidak
mcndengarnya. Aku tak mampu membayangkan seorang lelaki yang kurang ajar, yang tak tahu
arti kesctiaan akan hadir di rumah ini sebagai uami adik kandungku. Lelaki
yang tak pantas rnenjadi suami Tina, yang
266 kubenci kelakuannya tetapi yang ternyata kucintai dengan cara yang khusus
itu, akan hadir untuk: men?jadi bagian dari keluarga kami. Betapa sulitnya aku
menerima kenyataan seperti itu.
"Tetapi itu kemauan Mas Gatot kok, Mbak!" kudengar Tina menjawab
pertanyaanku tadi. "Katakan kepadanya untuk menunda niat itu sampai sedikitnya kau
menyelesaikan ku1iahmu le?bih dulu .... "
Tina tertawa mendengar perkataanku. Aku sung?guh merasa jengkel mel ihat
cara tertawanya yang jelas-jelas menunjukkan kctidakpeduliannya terha?dap
kata-kataku. Bahkan seperti menyepelekannya,
"Kok tertawa?" aku membentak.
"Habis kau lucu sih, Mbak," Tina menjawab secna1cnya. "Mana bisa sib orang
mcmbendung aliran sungai yang deras dalam waktu sehari"' "Apa maksudmu?"
aku mernbentak Jagi. "Ya, gamblang sekali kan rnaksudku. Percuma aja menahan kemauan Mas
Gatot. Jam, Mbak, tenang-tenang sajalah. Kalau tidak, kau sendiri yang akan
babak-belur mcmbentur batu karang!"
Aku menarik napas panjang. Menilik gejalanya, rnemang hanya sia-sia sajalah
usahaku untuk me?nyelamatkan adik tersayangku ini. Betapa polo dan tak
bcrpengalamannya adikku ini, Gatot me?mang sangat kurang ajar. Dia
www.ac-zzz.tk menginginkan seorang istri yang masih suci dan polos, yang beJum
bcr?pengalaman dalam seluk-beluk percintaan, tetapi di luar perkawinan,
Gatot mcncari seseorang yang bisa menyalakan api gairalmya.
267 http:ebukita.wordpress.com" <
"Tina ... " aku mulai merasa putus asa. Suaraku terdengar lcmah, sedikit pun
tak ada sisa-sisa ben?takanku tadi. "Kau tahu bahwa aku sangat
menya?yangimu dan ingin sekali melihatmu bahagia, kan?"
"Tahu sekali, Mbak!" Ada pandangan lembut dalam mata Tina tatkala
menatapku. "Kalau begitu kau pasti tabu mengapa aku tidak menyetujui Gatot menjadi
kekasihmu, kan" Apalagi sampai menjadi suamimu!"
"Itu aim juga memabaminya, Mbak."
"Tetapi keoapa ... ?" Belum selesai bicaraku, Tina sudah menyambar
perkataanku itu dengan jawaban yang membuatku tersudut.
"Karena kau belum kenal betul siapa Mas Gatot sebagaimana aku mengenalnya.
Kau hanya melihat sisi buruknya saja, Mbak. Kau hanya kenal seba?gian dari
dirinya saja, yang kau nilai jelek. Padahal manusia mana pun di dunia ini tak
ada yang sem?puma. Padahal pula, sisi baik Mas Gatot yang cu?kup banyak. itu
belum kaulihat. Jadi, Mbak, jangan?lah terlalu mcncemaskan diriku. Aku
tidaklah sebo?doh yang kausangka. AIm sudah eukup dewasa untuk melihatlihat dan mcmpunyai wawa an lebih mendalaml" katanya dengan suara
bersungguh?sungguh. Aku masih belum rnarnpu berkata apa pun.
Rasa seperti dipojokkan itu masih rnengharu-biru hatiku. Bahkan kemudian
timbul suatu pemikiran baru. Selarna ini aim menganggap Tina pasti akan
menderita atau sedikitnya tak akan berbahagia jika ia tetap melanjutkan
rencananya menikah dengan
" 1 268 Gatot. Tetapi baru sekarang rnuncul pikiran lain, yang menentang semua
anggapanku selama ini. Yaitu, apakah Tina pasti berbahagia jika tidak
me?nikah dengan Gatot"
Sungguh mati aku tak mampu menjawab perta?nyaan yang baru muncul di
kcpalaku itu. Bahkan terbayang olehku keadaan Tina yang pasti akan seperti
bunga layu dan kering seandainya terenggut dari Gatot.
www.ac-zzz.tk "Sudahlah, Tina... aku menyerab ... ," sahutku lama kemudian. "Mudahmudahan saja kekhawatir?anku agak bcrlcbihan."
Meli.hatku scperti tawanan pcrang, Tina bangkit dari duduknya dan dengan
spontan ia memeluk dan mencium pipiku.
"Maaf, aku telah membuatmu sedih, Mbak," ka?tanya dengan penuh perasaan.
"Aku sungguh sa?ngat berbahagia mernpunyai kakak perempuan yang begitu
menyayangi dan memperhatikan diriku."
Air mataku menitik. Kernelut apa pun yang rna?sib tinggal dan bermegahrnegah dalam hatiku, ku?singkirkan sejenak. Tanpa kata-kata, kubalas peluk
dan cium kasih Tina itu. Dan kemudian tanpa kata pula, kuselesaikan
pekerjaanku mengatur barang?barang yang akan kubawa ke Solo besok malam.
Tetapi meskipun demikian, selama pcrjalananku ke Solo hari berikutnya, aku
tak pemah bi a me ... ngikis ingatanku pada kata-kata Tina da.n pelukan
kasihnya atas kepasrahanku terhadap pilihan hidup?nya. Setiap ingatan itu
rncnyusup pikiranku, air mataku menitik lagi. Dan scgcra kuhapu diam269
http:ebukita.wordpress.com


Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diam agar tidak terlihat oleh sesama penumpang kereta api yang kunaiki ini.
Seandainya saja perasaanku terhadap Gatot tidak ikut ambil bagian dalam
persoalan ini, mungkin akan lebih mudah bagiku untuk menghadapi Tina dan
mengatakan kebenarannya. Kebenaran ten tang kelakuan Gatot yang terangterangan memperli?hatkan kekurangajaran dan kenakalannya terhadap?ku.
Adub, Tina, Tina, aku menangis da1am hati.
Kalau saja kau tahu bagaimana aku membenci Gatot yang telah berhasil
membuka pintu hatiku yang selama ini tertutup. Dan kalau saja kau tabu
bagaimana aku rnembenci diriku sendiri yang telah mernbiarkan Gatot masuk
ke hatiku dan berhasil menyalakan kcmbali api yang mati dalam diriku.
Sungguh mati, Tina, aku ingin melepaskan seluruh ingatan, seluruh kejadian
yang pernah kualarni bersama Gatot. Semua itu membuat diriku menjadi
kotor oleh noda-noda bcrbau busuk yang tak mung?kin bisa dicuci bersih .
Aduh, Tina, Tina, .aku rncnangis terus dalam batin. Kenapa perubahan yang
tcrjadi di dalam hatiku ini disebabkan olch eorang lelaki yang kaucintai, yang
kauharapkan akan menjadi pendam?ping hidupmu" Bagairnana rnungkin aku
sanggup mcnghadapi kcnyataan yang ada di hadapanku" Bayangkanlah, aku
pernah mcngalami sentakan?sentakan sensasi melalui sentuhan tubuh dengan
suami adikku sendiri, Bayangkanlah pula bagaimana malunya aku terhadap
diriku sendiri karena menwww.ac-zzz.tk ... 270 cintai lelaki yang dicintai mati-matian oleh adik yang kusayangi dengan
sepenuh hatiku itu. Sedernikian tenggelamnya aku ke dalam pikiran yang tyrus membuntuti diriku
di sepanjang perja?lanan dari Jakarta ke Solo sampai-sampai tak
ku?perhatikan penumpang-penumpang lain di sekitarku yang akan menjadi
ternan seperjalananku selama kira-kira tujuh sampai delapan jam ini, Padahal
di samping, di belakang, dan di depanku sudah terja?lin tanya-jawab dan
perkenalan di antara penum?pang dengan teman sebelahnya. Tak jarang
perke?nalan itu akan berlanjut sampai di luar kereta api. Salah satu sahabat
keluarga temanku juga berawal . dari perkenalan di kercta api. Ayah temanku
keco?pctan dalam perjalanan di kereta api, Sesama pe?numpang rnerninjami
uang. Dan akhirnya kedua : keluarga mereka rnenjadi sahabat sampai
sekarang. Bahkan katanya sudah seperti saudara saja.
Di stasi un Circbon, kereta api berhenli sekitar tiga menit lamanya.
Kusentuhkan dahiku ke kaca jendela. Dan kulayangkan pandanganku ke peron,
menyak ikan kesibukan orang-orang yang lalu la?lang di tempat itu. Meskipun
hari sudah larut ma?lam, masih aja banyak penjual makanan hilir-mu?dik
menjajakan dagangannya. Bahkan kalau ada kereta api berhenti, mcreka egera
rna uk ke ger?bong-gerbong kelas ekonomi yang pintunya selalu terbuka.
"Duniaini memang milik orang yang berduit...," kudengar gumam uara. di
sampingku. Suara e?orang laki-laki rnuda.
271 http:ebukita.wordpress.com
"Ya," aku menjawab tanpa menoleh. Meskipun tak begitu pasti apa yang
dimaksud oleh lelaki itu aku mengiyakan saja.
"Mereka, para penjual itu tidak berani masuk ke kereta api kita. Maka eli sini
terasa tenang, nyaman, dan tetap sejuk oleh alat pendingin. Di gerbong kelas
ekonomi yang panas, sesak, berisik, dan terkadang juga pengap, bahkan pemah
lam?punya mati, penjual-penjual itu masuk dan me?nambah penuh serta
berisiknya tempat yang kurang nyaman itu," kudengar laki-laki itu berkata
lagi. Lebih panjang dad perkataan sebelumnya
Aku ingin mengatakan "ya" saja seperti tadi, tetapi kuurungkan. Sebab
rasanya tak pantas kalau aku diramahi orang yang duduk -di sampingku
te?tapi aku tak membalasnya dcngan sikap yang sarna.
www.ac-zzz.tk "Memang benar," sahutku berbasa-basi. "Dan itulah mengapa semakin dalam
saja jurang perbe?daan antara si orang berduit dan yang tidak."
. "Dan orang-orang seperti saya adalah orang?orang yang terjepit di antara
c1ua duma itu," ko?rnentar laki-laki itu lagi.
Kini aku memalingkan wajahku dari arah luar jendela kereta api, masuk ke
dalam. Dan kupan?dangi wajah si sumber suara. Tiba-tiba hatiku ber?dctak
keras untuk beberapa saat lamanya. Wajah lelaki muda eli sarnpingku itu
mirip wajah Gatotl Untuk seketika larnanya aku marah kepada diriku sendiri. Kenapa kubiarkan
wajah lelaki itu muncul di dalam pikiranku sampai-sampai aku menilai wajah
orang yang duduk .di isiku itu mirip dengan
1 272 wajahnya. Tetapi setelah kupandangi lebih lama dan lebih teliti, kemarahan
pada diriku sendiri ter?urai. Wajah orang itu memang benar mirip Gatot. Sial
bukan nasibku ini" Mau menjauhi Gatot, di sini malah ada seorang lelaki yang
wajahnya mirip dia. "Terjepit bagaimana?" tanyaku sambil mencoba mengusir pikiranku.
"Yah, saya mernilih naik kereta api yang tiketnya lebih mahal ini dengan
tujuan supaya lebih cepat sampai dan dapat duduk dengan nyaman. Saya
bu?tuh beristirahat setelah menyelesaikan tugas-tugas saya. Tetapi mau
membeli makanan dan minuman yang ditawarkan pramugari kereta api tadi
ngeri. Harganya mahal-mahal, Padahal makan malam yang
. dihidangkan sebagai bagian dari layanan kereta ini tadi "tidak cocok dengan
mulut saya. Mau mem?beli dari luar, tak ada penjaja yang masuk sampai
kemari. Inilah yang saya katakan terjepit tadi. Dan itu bukan hanya di kcreta
api saja, tetapi di mana?mana dan di pclbagai ektor kehidupan, Celaka?nya,
kaurn yang di ala sering menatap dcngan pandangan mcrcmehkan, sedangkan
yang di bawah, menatap dengan pandangan macam-rnacarn yang semuanya
bisa dikatakan keliru!"
Kutanggapi perkataan tetanggaku ini dengan se?nyum. Kupahami sungguh apa
yang ia maksudkan. Sebab seperti itu jugalah yang sering kualami meskipun
tak kupedulikan. "Kedengarannya Anda memancLang dunia dengan edikit pesirnis," kataku
kernudian. 273 http:ebukita.wordpress.com, \
www.ac-zzz.tk "Mungkin," lelaki itu mengakui sambil terse?nyum. "Tetapi setidaknya saya
masih peduli terha?dap Iingkungan sekitar. Sedangkan Anda, sejak: kereta
api yang kita tumpangi ini meuinggalkan Stasiun Gambir hanya duduk membisu
saja dengan wajab murung dan sedih. Sedikit pun Anda tidak merneduIikan
sekitar Anda. Maaf, saya mernang
suka bicara apa adanya." .
Ak:u tertegun, Cara lelaki .itu bicara juga meng?ingatkanku pada Gatot yang
suka bicara ceplas?ceplos dan blak-blakan.
"Saya tidak sedang murung dan tidak sedang sedih," dustaku. Persi kalau aku
sedang memban?tab apa yang dikatakan oleh Gatot. Kemiripan wa?jab dan
eara bicara Iaki-laki yang mirip Gatot itu rnenyebabkan aku bersikap sarna
juga tanpa -kusa?dari. "Mudah-rnudahan memang Mbak tidak sedang sedih seperti yang terlihat
oleh saya ladi." Laki?laki itu tersenyum penuh pengertian, dan itu yang
mernbedakan ilia dengan GaloL "Maaf kalau saya keliru."
"Tak apa. Mungkin rnemang wajah saya tampak seperti orang yang sedang
bersedih, Saya tidak menyadari itu." Karena sikapnya yang lebih sim?patik
daripada sikap Gator terhadapku, aku mulai memperlihatkan kerarnahanku.
"Kalau saya boleh berkata dengan jujur, saya memang menangkap kesedihan
dari wajah Mbak," laki-laki it'll bcrkata lagi. Suaranya terdengar
me?ngandung simpati. "Maaf, saya tadi empat melihat
., ',.. 1 274 Mbak menitikkan air mata, yang mungkin juga ti?dak Mbak sadari."
Aku tertegun. Bukan hanya karen a dia telah melihat air mataku, tetapi juga
karena earanya berbicara, Meskipun sarna-sama suka bieara blak?blakan
seperti Gatot, tctapi laki-laki itu mempu?nyai keinginan untuk menenggang
perasaan orang. Ada kesan yang ia ingin katakan bahwa bersedih dan
menangis adalah bagian dari ekspresi manu?sia yang wajar dan karenanya tak
perlu dipersoal?kan. Melihatku terdiam, laki-laki itu berkata lagi dengan terburu-buru.
"Maafkanlah kalau perkataan saya tadi menying?gung perasaan Mbak.
Lupakanlah," katanya. "Mari kita ganti pokok pernbicaraan. Mbak nanti akan
turon di Purwokerto, Yogya, atau "Solo?"
www.ac-zzz.tk "Solo. Dan Anda, Dik?" Kereta Argo Lawu mernang hanya berhenti di tiga
tempat saja sebelurn mengakhiri pcrjalanannya di kota Solo. Itu pun hanya
tiga menit. "Saya juga turon eli Solo. Pulang ke rumah." "Anda orang Solo rupanya," aku
menanggapi perkataan lelaki itu dan mulai rnelupakan ejenak kcsedihan yang
kubawa dari Jakarta tadi,
"Ya, saya memang orang Solo. Saya di Jakarta hanya dua hari, ada urusan
yang harus saya selc?saikan."
"Berarti tidak sempat melihat-lihat kota Jakarta, kalau bcgitu. Sayang
sekali.. .. " "Apa boleh buat. Mau mampir ke rumah sepupu
275 http:ebukita.wordpress.comsaja pun tidak sempat" Laki-laki itu tersenyum
lagi. "Mbak sendiri pasti bukan orang Solo:"
"Bukan. Saya orang Jakarta meskipun nenek?moyang saya asli orang Solo."
"Ke Solo menjenguk saudara, barangkali?" "Bisa dikatakan" begitu," sahutku.
"Pokoknya menghabiskan cuti."
''Tetapi jangan lupa mencicipi nasi liwet Solo dan tengkleng-nya."
"Apa itu tengkleng'l"
"Tengkleng itu gule kambing tetapi tidak merna?kai santan. Rasanya lezat,
segar, gurih, pedas, dan ab, pokoknya enak." Laki-laki itu tertawa. "Solo itu
gudangnya makanan cnak lho. Apalagi kalau kita rnau keluyuran dan nongkrong
di pasar tradi?sional. Jajan pasarnya juga enak."
"Belum termasuk ayam bakar dan soto ayamnya, kan" Bude saya juga
mcngatakan begitu." Aku juga tertawa. "Konon orang Solo itu terkenal suka
rnenikrnati hidup, termasuk makan enak."
Begitulah di sepanjang perjalanan kami mengo?brol diseling tidur-tidur ayam.
Mengobrol macam?macam hal tentang kota Solo dengan seseorang yang lahir
di kota itu cukup menyenangkan juga. Dan yang jelas, bisa mengurangi
kesedihan dan kejemuanku mengarungi kola demi kota lewat sta?siunnya.
Kami tiba di Solo pada pagi hari tatkala cuaca rnasih gelap. Namun tampaknya
Stasiun Balapan dan juga kota Solo tidak pemah tidur. Sepagi itu sudah
terlihat kesibukannya, Di luar sana dalam
276 www.ac-zzz.tk keremangan pagi, kulihat becak kota Solo yang gemuk-gemuk sedang
membawa perempuan dengan barang dagangan yang menumpuk di atasnya,
lewat di jalan yang masih sepi sambil mengobrol keras dengan pengemudinya.
Ada bermacam dagangan yang sempat singgah pada penglihatanku. Kelapa,
sayur-mayur, buah-buahan, dan entah apa lagi. Tampaknya., rnereka semua
menuju ke pasar. Sering kali aku menyaksikan bagaimana pe?rempuan Jawa lebih banyak ikut
ambil bagian di bidang ~konomi di pasar dibanding perempuan?perempuan
suku lainnya. Secara kecil-kecilan aku pemah melakukan penelitian pribadi
mengenai hal itu. Di pasar tradisional Jakarta misalnya, keba?nyakan
perempuan yang berdagang di sana adalah orang Jawa. Jarang sekali aku
melihat perempuan Betawi berdagang di pasar. Dan sekarang ku-sak?sikan
dengan mata kcpalaku sendiri bagaimana perempuan-perernpuan Solo naik
becak sambil du?duk eli atas tumpukan dagangannya, rnenuju ke pasar.
"Ada yang menjemput, Mbak?" Ternan eperja?lananku sudah berada di sisiku
deugan bawaannya yang cuma satu tas kecil. Beda dengan yang ku?bawa. Satu
kopor beroda dan satu tas besar yang beri i bermacam keperluanku, Aku
tabu, seandainya kukatakan tidak ada yang mcnjcmputku, ia pasti akan
mcnawarkan diri untuk mengantarku.
"Ada." Aku menganggukkan kepalaku. "Saya sudah mengabari saudara saya,
barinya apa, nama kereta apinya apa, dan sampainya jam berapa."
277 http:ebukita.wordpress.com
"Wah; komplet plet," Laki-laki itu tertawa, ke?mudian mengulurkan tangannya.
"Kalau begitu sampai eli sini perjumpaan kita. Selamat bersenang?senang eli
kota Solo dan lupakan apa pun kesedihan Anda!"
Setelah uluran tangannya kusambut, laki-laki itu pergi. Karena bawaannya
tidak banyak, sebentar 'saja dia sudah lcnyap di balik punggung penum?pangpenumpang lain yang juga baru turon dari kereta api. Selain kereta yang
kutumpangi, ada satu kereta lagi yang baru berhenti, menumpahkan
pcnurnpangnya, yang lalu memenuhi peron Stasiun Balapan. Tetapi aku sempat
tertegun agak lama mendengar ucapannya tadi sehingga rneskipun rna?taku
sudah tidak melihatnya lagi, perkataannya rnasih tetap tcrngiang-ngiang di
tclingaku. Pikiranku tentang lelaki itu lenyap oleh mun?culnya Mas Tonti dari batik pilar.
Putra budeku itu melarnbai-larnbaikan tangannya ke arabku.
"Ambar!" Dengan langkah lebar ia berjalan ke arahku. Rupanya Mas Tomi yang
disuruh Bude Yanti untuk menjemputku.
www.ac-zzz.tk Begitu bcrdekatan, kami bcrpelukan sesaat la?manya. Bagiku, dia adalah
kakak lelaki yang tak pcrnah kumiliki.
"Aku membuatmu repot ya, Mas," kataku. "Pagi?pagi buta begini harus bangun
menjemputku." "Belum tentu etahun sekali kok!" Mas Tom tertawa sarnbil mcngarnbil tasku.
Sementara aku tetap rnenarik kopor. "Ayo, ikuti aku ke tempa: parkir."
278 "Bagaimana kabar Mbak Tri, Mas?" tanyaku?sambil mengekor di belakangnya.
"Baik. Dia senang sekali mendengar kau datang.' "Aku juga rindu kepadanya.
Apakah kalian sudah tambah momongan lagi?"
"Ah, dua orang anak saja sudah repot setengah mati, Mbar." Mas Tomi
tertawa. Tetapi tiba-tiba dia memutuskan bicaranya. Tangannya
melambai?larnbai ke arah seseorang dan meneriaki namanya. "Hai, Anto!
Anto!" Yang dipanggil menoleh, tertawa, dan langsung berjalan ke arah kami dengan
tergesa. Aku tcrkejul. Orang yang dipanggil oleh Mas Tomi itu adalah laki-laki
yang tadi duduk di sebelahku dan mengo?brol dcnganku. Terkadang, bumi ini
memang sernpit. , Tomi!" Laki-laki bernama Anto itu langsung menepuk pundak kakak sepupuku
begitu berada di dekatnya. "Kau sekereta api denganku atau men?jernput
sescorang?" "Menjernput adik sepupuku!" Mas Tomi me?nunjuk aku.
Melihat siapa yang ditunjuk o1eh Mas Tomi, Anto tertawa lebar,
"Aku sudah kcnal meskipu n bel um tahu siapa namanya," katanya kcmudian.
"Kebetulan kami duduk bersebelahan di kcreta."
"Namanya Arnbar," Mas Tomi menyebutkan na?maku.
"Kalau begitu aku juga akan mcmanggilrnu Ambar," sahut Anto samL il
mcnatapku. "Dan kau boleh rnernanggilku Anto, begitu saja. Sctuju?"
279 http:ebukita.wordpress.com
Kuanggukkan kepalaku. Mas Tomi tersenyum. "Dunia temyata sempit, yaT'
katanya kemudian. "Nab, bagaimana" Kita bisa meninggalkan temp at ini sekarang, Ambar?"
"Ayolah," aku menjawab ..
"Kau naik apa, To?" Mas Tomi bertanya kepada Anto.
www.ac-zzz.tk "Garopang. Ada becak, ada andong."
"Ikut kami sajalah, To. Sarna ternan sendiri kok sungkan."
"Terima kasih kalau begitu."
Begitulah yang terjadi di hari pertama aku tiba di kola Solo, kota yang
berbeda dad kota Jakarta ini. Kulihat tcmpat-tempat yang berbeda di sini.
Kutemui pula orang-orang yang barn kukenal. Ha?rapanku, aku akan segera
rnelupakan Gator dan ernua yang berkaitan dengan dirinya sehingga ka?lau pulang ke Jakarta nanti
aku sudah sernbuh dari penyakit gilaku inil


Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

280 Sepuluh SORE hari di kota Solo. Udara begitu cerah, langit bersih dan angin sepoisepoi mengembus lembut ke atas tanaman mas di sekitar teras temp at aku
dan Bude Yanti sedang duduk. Dedaunan dan bunga-bunga yang mekar di
halaman tampak indah tersirami cahaya mentari sore yang keemasan.
Se?muanya terangguk-angguk clibuai oleh embusan mesra angiu sore kota
Solo. Di luar pagar rumah, jalan raya tarnpak lengang, dibandingkan kota Jakarta.
Becak, sepeda, clan andong masih bisa berjalan dcngan tenang dan tak sedikit
pun terkesan buru-buru seperti semua ken?daraan yang melaju di Jakarta.
Sungguh, hidup di kota Solo, dan juga kota?kota kecil lain di daerah, sangat
tcnang dan daroai. Irama hidup penduduknya tak banyak mengandung
keragaman yang terkadang mengurangi ketenangan batin. Memang di bagianbagian tertcntu, orang?orangnya terkesan hidup dalam kerutinan dan nyaris
tanpa variasi. Tetapi keadaan semacam itu jarang
ckali timbul kebosanan karen a di dalarn hidup keseharian yang itu-itu . aja
terdapat kemantapan 281 http:ebukita.wordpress.com
dan kekuatan luar biasa terhadap makna kemapan?an. Di dalamnya juga
terdapat kemampuan untuk melakukan kompromi dengan realitas yang
dihadapi sehinggamemuneulkan sikap nrimo ing pandum. Suatu penerimaan
yang berbeda dengan sikap apa?tis, yang mementingkan kedamaian dan
bahkan keselarasan dengan ketiga hal utama dalam bidup manusia. Selaras
dengan Sang Pencipta, selaras dengan dunia termasuk sesama, dan sclaras
dengan diri sendiri. www.ac-zzz.tk Barangkali saja orang Jakarta akan merasa kesal mcngbadapi kelambanan
mereka. Tetapi barangkali pula orang Solo pun akan mengerutkan kening
melihat betapa orang Jakarta selalu terkesan penuh dcngan ketergesaan dan
sering kali kehilangan kesa?baran. Kata mereka, hidup seperti itu apakah bisa
dinikmati untuk mencapai kebahagiaan" Dan bi?sakah orang Jakarta, yang tak
pernah santai dan di mana-mana harus selalu sikut-sikutan dulu untuk
mendapatkan sesuaiu, mencapai usia tinggi"
"Kau tadi bisa tidur nyenyak, Mbar?" tanya Budc Yanti, mengeluarkan diriku
dari larnunan. "Bisa, Bude. Habis sarapan tadi saya tidur ekitar tiga jam. Lalu sesudah
menonton Iilrn dan kemu?dian makan siang, saya tidur lagi kurang-lebih dua
jam. Enak sekali. Maklum, semalam di kereta api, saya hampir-hampir tidak
tidur," "Apakah karena diajak Anto mengobrol?" suara Mbak Tri yang baru muncul
dari dalam sambil menggendong bayinya ikut arnbil bagian dalam obrolan
karni. 'of .r 282 "Antara lain memang begitu, Mbak'" senyum ke arah istri Mas Tomi itu. .. An
eantik-cantik sekali lho, Mbak, seperti ibunya .. "
"Ah, masa!" Mbak Tri berusaha membantah pu?jianku untuk menunjukkan
basa-basi pergaulan. Tc?tapi tampak dari air mukanya, ia merasa bangga
atas .kelebihan kcdua anaknya itu. Yang besar, ber?umur dua tahun, sangat
lueu. Matanya bundar dan rambutnya ikal. Seperti boneka. Cantik sekali.
Kupandangi Mbak Tri yang asyik menyusui ba?yinya yang berumur empat bulan
itu. Bagiku, ke?mesraan seperti itu sungguh sedap dipandang mata. Rupanya
Bude Yanti mernperhatikan earaku mena?tap menantu dan eucunya.
"Mempunyai anak itu sungguh membahagiakan, Ambar ... ," komentarnya.
"Apakah kau masih belum juga memikirkan untuk berkeluarga" Umurmu
su?dah eukup Iho. Jangan biarkan dirimu terlarut oleh ketakutan dikbianati
scorang kekasih. Masih cukup banyak pemuda-pemuda yang baik di dunia ini.'
"Misalnya Anto!" Mbak Tri menimpali. "Dia juga barn saja putus hubungan
dengan kckasihnya. Aku heran pada Dik Asih. Kurang apa ih Anto itu, kok
malah memilih Hari!"
www.ac-zzz.tk "Cinta kan tidak bisa dipak a-pak a. Lagi pula kaJau dipikir-pikir, lcbih baik
Auto dan Asih putus, Ibu sudah sejak lama kurang mcnyukai Asih. Gadi itu
agak nakal." Bude Yanti menjawab.
"Kasihan Ante!" komentar Mbak Tri, "Kcdengarannya, hubungan Anto dcngan
keluar?ga ini cukup akrab!" komentarku.
283 http:ebukita.wordpress.coml
I "Memang. Anto adalah adik sahabat Mas Tomi."
Mbak Tri yang menjawab perkataanku. "Keluarga mereka akrab dengan
keluarga kami." "Mereka, Anto dan Fajar, kakaknya, orang-orang yang baik sekali. Keduanya
berhasil dalarn studi mereka dan kini keduanya telah bekerja!" Bude Yanti
menyambung. "Tak sia-sia parnan keduanya merawat dan membesarkan
mereka." "Kenapa orangtua mereka" Kurang mampu"' tanyaku ingin tahu.
"Sudah meninggal ketika mereka masih kecil?kecil. Kecelakaan lalu-lintas."
"Kasihan ... " "Memang. Tetapi mereka tak mau dikasihani, Keduanya mempunyai kemauan
besar untuk menja?di orang dan berhasil mencapainya. Fajar menjadi dokter
seperti parnannya. Dan Anto, begitu lulus langsung mendapat pekerjaan di
tempat yang men?janjikan masa depan cerah."
"Umur bcrapa sib Anto itu?"
Mbak Tri melirikku demi mendengar pertanyaan?ku. Lalu tersenyum kecil,
"Ada minat untuk mcngenal lebih jauh?" goda?nya.
"Tidak." Godaannya kujawab dengan scrius.
"Aku masih belurn rnau rncmikirkan hal-hal sema?cam itu. Tetapi kalau
bersahabat saja sih aku ti?dak keberaian. Selama bercakap-cakap dengannya
di kcreta api semalam, aku memang menaruh res?pek padanya. Wawasannya
luas dan tampaknya kepribadiannya baik."
?" 284 "Bukan hanya tampaknya saja, Arubar. Dia me?mang baik!" bude Yanti
menyela lagi, "Mengenai umurnya, kami tidak: tahu persis berapa. Tetapi
Fajar sebaya dengan Tomi, kira-kira tiga puluh satu tahun. Sedangkan Anto,
www.ac-zzz.tk mungkin sekitar dua puluh lima atau dua puluh enam. Sebab Bude rna?sih
ingat, waktu kakak:mu Tomi dan Fajar sama?sama diwisuda beberapa tahun
lalu, Anto baru saja masuk ke perguruan tinggi."
Berarti, aku lebih tua dari Anto, pikirku. Berarti pula, pemuda itu lebih
matang daripada umumya. Jadi memang benarlah, Anto seorang lelaki yang
baik. Tiba-tiba saja aku teringat kepada Tina. An?daikata adikku itu
berkenalan dengan Anto yang baik dan menyenangkan itu, apakah ia bisa
mclu?pakan si mata keranjang" Ah, alangkah inginnya aku mengenalkan
keduanya. "Kelihatannya kau menaruh perhatian kepadanya, Nduk!" kata Bude Yanti
ketika melihat air mukaku.
Aku ter enyum dan menganggukkan kepalaku. ."Saya sedang berpikir, alangkah
senangnya kalau Tina bisa saya temukan dengan dia," ahutku terus terang.
"Dia belum punya kekasih?" Bude Yanti ikut menaruh perhatian pada
keinginanku itu. "Dan tcntunya ia sudah besar dan tambah cantik. Sejak kecil
anak itu sudah menunjukkan tanda-tanda akan menjadi gadis jelita."
"Dia memang sudah tumbuh menjadi gadis yang jelita!" sahutku bangga. "Dan
udah mempunyai kekasih. Tctapi sayang sekali, kekasihnya jauh le285 http:ebukita.wordpress.com. .
bih tua dan menurut penilaian saya, pemuda itu kurang pantas untuk Tina."
"Kurang pantas bagaimana?" tanya Bude Yanti
lagi. . "Saya tidak mau menceritakannya, Bude. Karena, itu adalah penemuan saya
pribadi yang mungkin saja bersifat subyektif!" sahutku hati-hati, Ak:u tak:
mau menjelek-jelekkan orang eli depan orang-orang yang tak mempunyai
kaitan dengan pcrsoalan Gatot "Yang jelas, jarak usia yang cmpat belas tahun
le?bih itu menjaeli pokok perhatian saya. Lelaki itu sudah ingin menikab
sedangkan Tina barn saja mulai kuliab. Kan sayang sekali kalau Tina
me?ninggalkan bangku kuliahnya padahal anak itu pan?dai sekali!"
"Jadi dengan kata lain, kau akan merasa 1ebih sonang kalau Tina menjadi
kekasih Anto?" "Ya. Jarak usia mereka tidak terlalu jauh dan pasti Anto juga bclum akan
menikah dalam waktu dekat ini. Umur dua puluh lima atau dua puluh enam di
zaman sckarang ini masih terlalu muda bagi seorang lelaki untuk menikah."
"Ya, kura a kau benar, Nduk."
www.ac-zzz.tk "Tetapi bagaimana caranya mengenalkan mere?ka?" Mbak Tri ikut bicara.
"Apalagi setelah dikhia?nati Dik A ih, Anto mulai mcngambil jarak terha?dap
para gadis." Aku terdiam, Apa yang dikatakan oleh Mbak Tri benar. Semalam, karni
banyak bicara tentang ini-itu dalam suasana yang enak dan menyenang?kan.
Baik aku maupun Anto pasti merasakan ada286
nya kecocokan dalam pergaulan. Dalam kondisi normal, aku yakin Anto akan
menyebutkan nama?nya dan kemudian menanyakan namaku. Lalu akan
dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain se?bagai usaha menjembatani
keakraban lebih Ian jut. Menanyakan alamat rumah, misalnya, atau
mena?nyakan latar belakang masing-masing. Tetapi pada kenyataannya, Anto
ticlak melakukan hal itu. Dan aku karena kondisi dan situasi batinku, juga
tidak mempunyai niat sedikit pun untuk bcrkenalan lebih jauh. Bagiku, dia
adalah teman sepcrjalanan yang baik, hanya itu saja. Babwa ternyata lelaki itu
ke?nal baik dengan keluarga Bude Yanti, itu tak per?nab karni sangka. Yang
jelas, aku memang rnera?sakan babwa Anto tidak ingin membuka diri un?tuk
berkenalan dengan gadis yang barn dikenalnya. Rupanya, itu ada kaitannya
dengan pengalaman pahit dikhianati kekasihnya, Dan aku sangat
mema?baminya sebab aku juga mengalarni dan merasakan pahit-getirnya,
Melihatku terdiam, Bude Yanti tertawa kecil, "Kita kok malah memikirkan
yang bukan-bukan saja!" katanya kemudian. "Sebab kenyataannya kan Tina
sudah mcmpunyai kekasih dan Anto scdang tidak uka memikirkan hal-hal yang
berkaitan de?ngan urusan asmara. Lebih baik kita mernbicara?kan rencana
kita untuk ke Tawangmangu. Betul kan, Ambar?"
Aku jadi tertawa juga. Sejak tadi kami banya bicara tentang hal-hal yang
jauh dari kenyataan sebenarnya.
287 http:ebukita.wordpress.com
"Bude benar," sahutku. "Nab, bagaimana usaha Bude untuk mendapat tempat
penyewaan di Ta?wangmangu" Apakah sudah berhasil menghubungi kenalan
Bude yang mempunyai pondok-pondok penginapan di sana?"
"Kalau Bude yang mengurus, pasti beres!" kata Bude Yanti. "Tampaknya enak
dan sewanya murah. Kenalan Bude tidak mau memakai tarif seperti biasanya.
Apalagi sekarang ini bukan musim libur?an. Katanya, daripada kosong kan lebih
baik ditem?patio Selain lebih terawat karena ada penghuninya, juga ada
pcmasukan ekstra. Soal jumJah, dia tidak terlalu mcmentingkann ya."
www.ac-zzz.tk "Wah, menyenangkan sekalil" sahutku gembira.
"Laiu kapan kita bisa berangkat ke sana, Bude" Dan dengan apa?"
"Nanti diantar Mas Tom!" Mbak Tri yang men?jawab. "Yang peniing, Dik
Ambar mau berangkal kapan, segcra saja katakan kepadanya supaya dia bisa
mengatur waktunya. Dari Solo ke Tawang?mangu tidak lama kok. Sebelum Ma
Tomi praktek, bisa saja dia mengantarmu dan Ibu lebih dulu."
Aku jadi rnerepotkan kalian semua!"
"Sekali-sckali tak apa. Suatu ketika kalau kami libur ke Jakarta, kau yang
ganti kami repotkan!' Mbak Tri ter cnyurn manis.
"AIm akan enang sekali, Jadi bisa rnembala budi !"
"Dengan keluarga endiri kok balas-bala an budi!" Mbak Tri bergumam,
"Pokoknya, santai sa?jalah. Jangan sungkan-sungkan. Ya kan, Bu?"
288 "Benar sekali!"
Begitulah keesokan harinya, sebelum Mas Tomi praktek, aku dan Bude Yanti
diantar olehnya sam?pai ke ternpat kami men gin ap. Ternpatnya enak
sebagaimana yang dikatakan oleh Bude Yanti. Pe?mandangannya juga indah
dan dekat saran a olah?raga. Ada kolam renang, lapangan bulu tangkis, tenis,
dan meja pingpong. Pasar juga tidak terlalu jauh dari tern pal itu.
Agar tidak repot, aku dan' B ude rantangan selama tinggal di tempat itu.
Untuk mencuci pakaian, ada seorang tenaga upahan yang ditunjuk oleh pemilik
penginapan. Harus kuakui, di Jakarta dan sekitarnya kemu?dahan-kemudahan sernacam
itu belum tentu akan kami dapatkan. Di sana, hanya dcngan uang dan
kekuasaan sajalab scgala scsuatu dapat berjalan dengan lancar dan mudah.
Beda dengan di Tawang?mangu ini.
Pada hari Sabtu siang ketika aku pulang dari belanja kue-kue di toko dekat
pas ar, kulihat ebuah mobil bergambar tongkat diliJit ular tcrparkir di muka
penginapan karni. Itu pa ti bukan mobil Ma Tomi, jadi aku rnasuk ke
penginapan kami mclalui pintu belakang. Tetapi karena pondok peng?inapan itu
kccil, kchadiranku cepat diketahui. Demi?kian juga cbaliknya. Aku juga segera
tahu bahwa tarnu yang datang dcngan mobil milik dokter itu adalah Auto. Di
dckatnya duduk sepasang in an. Yang perempuan manis sekali dan yang leJaki
ga?gab. Wajal1 lelaki itu mirip Ante.
289 http:ebukita.wordpress.com.' ",
www.ac-zzz.tk "Ini elia Ambar .sudah datang!" Bude Yanti me?nyambut kehadiranku dengan
riang. "KemariIah, Nduk. Ayo berkenalan dengan Fajar dan istrinya. Mereka
datang untuk menginap juga di tempat ini. Kebetulan pondok eli sebelah kita
itu juga boleh disewa untuk beberapa hari dengan tarif khusus."
Sambil tersenyum aku memperkenalkan diri ke?pada kakak Anto dan istrinya
itu. Jadi rupanya mobil eli depan itu milik mereka.
"Akan menginap berapa lama?" tanyaku kepada mereka.
"Hanya dua malam saja. Senin pagi kami sudah akan turun. Anto akan langsung
ke kantor dan saya harus ke rumah sakitl" Fajar yang menjawab. "Sudah agak
lama kami tidak berlibur. Kebetulan Bu Yanti menginap eli sini dan katanya
ada be?berapa pondok kenalan beliau yang .bi a disewa dengan harga miring.
Jadi, apa alahnya kalau kami bergabung kemari. Cuma sayangnya, Tomi tidak
bisa ikut ya?" "Wah, kalau Tomi ikut, hanya akan mcmbuat dia dan istrinya capek!" kata
Bude menanggapi perkataan Fajar. "Menginap dua rnalam bukan akan
membuatnya santai tetapi malah sebaliknya. Sebab,
eperti orang pindahan. Dan belum tentu kedua anaknya akan senang. Itu
pernah terjadi sih. Kedua?nya rewel teru karena merasa asing di tempat yang
belum mcreka kenai."
Kami semua tertawa membayangkan apa yang diceritakan oleh Bude.
Bagaimana bisa bel'. enang?senang dan beristirahat kalau anak-anak mereka
290 rewel terus, bukan" Jangankan bersantai, tidur saja pun barangkali kurang.
"Kalau Tomi dan keluarganya ikut, B u Yanti pasti tidak bisa beristirahat,"
istri Fajar menyela. "Ya kan, Bu?"
"Benar, Nak!" Bude tertawa. "Jadi mungkin saja Tomi memang sengaja tidak
mau ikut kemari karena ingin memberiku kesempatan berlibur penuh. Lha di
rumah itu, kalau saya sedang berbaring un?tuk istirahat siang misalnya, tahutahu saja anaknya minta dikeloni eyangnya. Tetapi ternyata itu cuma akalakalan anak itu saja untuk mencari perhatian. Semua barang yang ada eli
kamar dikacau-balau. Maka jangankan bisa tidur siang, duduk saja pun tidak
bisa.' Sekali lagi karni tertawa. Seraya mengobrol ta?nganku sibuk rnenempatkan
kue-kue yang baru saja kubeli dari pasar, Kemudian kuhidangkan di depan
tamu-tarnu itu." 'Silakan elicicipi," kata Bude.
"Terima kasih. Kami juga mernbawa banyak makanan, nanti kami antar
kemari," kata Fajar, "Ma ih ada di mobil ya, Jeng?"
www.ac-zzz.tk "Ya," sahut istrinya, "Nanti kalau pondok di se?belah sudah dirapikan, akan
kukeluarkan." "Biar aku nanti yang mengurusnya!" Anto yang sejak tadi tak banyak bicara,
menyela perkataan kakak iparnya.


Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Asal jangan kaukorup lho!" sang kakak ipar menggodanya. "Ingat tidak waktu
kita kedatangan 291 http:ebukita.wordpress.com
tamu dan kusuruh kau membeli kue sus sepuluh biji T"
"Tentu saja aku .ingat. Bentuknya menggiurkan, ya aku ambil saja satu potong
dan diam-diam ku?masukkan mulut sebelum disajikan ke ruang tamu!' Anto
tcrtawa. "Tetapi kenapa kau bisa tahu kalau susnya kurang sepotong, Mbak?"
"Sebab di depan tamu, aku menghitungnya diam?diam. Soalnya, piringnya kok
tidak sepenuh biasa?nya." Istri mas Fajar tertawa geli. "Padahal kalau aku
rnengbidangkan scpuluh buah sus atau kroket di pi?ring Itu, dilihatnya pas.
Sejak itu aku harus hati-hati kalau berurusan denganmu dalarn soal
perkuean." Kami gembira saling bercanda. Aku rnerasa se?nang merasakan kekel uargaan
di an tara mereka, Aku juga senang ada Anto yang usianya tak banyak
berbeda dcnganku. Dengan ternan sebaya, pasti akan ada banyak bal yang
bisa kami lakukan ber?sarna. Mungkin berkuda. Mungkin main bulu tang?kis
atau tcnis di sebelah sana. Kata Bude Yanti, kami bi a menyewa lapangan
berikut pcralatannya. Atau mungkin juga kami cuma sekadar jalan-jalan
aja di Gerojogan Sewu atau di tempat Iainnya, Harus kuakui, di tcmpat yang
berudara sejuk de?ngan pemandangan yang indah itu, semangal hi?dupku mulai
tumbuh. "Anto bagaimana kalau sore nanti kita main pirigpong?" usulku kepadanya.
"Kulihat di aula ana ada mcja pingpong."
"Oke, Aku . etuju sckali. Belakangan ini aku kurang gerak."
292 . Ternyata, bergaul dengan Anto sangat menye?nangkan. Orangnya baik dan
suka humor. Dan le?bib dari itu, kami berdua mempunyai latar belakang
pemikiran yang sarna dan sejalan. Tak ada pikiran lain apa pun kecuali
berteman dan mencari suasana gembira bersama-sama. Kami isi sore itu
dengan . bermain pingpong, berkaraoke, dan mencari makan?an panas di dekat
pasar. Dan bahkan sesudah tabu usiaku Iebih tua darinya, langsung saja dia
mcnjadi lebih akrab dan mencmpatkan diriku sebagai kakak perempuan. Tentu
saja aku senang. www.ac-zzz.tk "Bagaimana kalau besok kita berkuda, Mbak?"
Sebelum kami masuk ke pondok masing-masing, dia memberiku usul yang
menarik. "Oke. Kau yang mencarikan kudanya, ya"' "Tetapi tidak dcngan dituntun
pemiliknya lho. Berani?" "Tidak. Aku tidak berani," sahutku tertawa. "Di Puncak atau di Lernbang, aku
memang sering ber?kuda. Tetapi selalu dituntun. Bukan aku yang me?megang
kendall." "Mas a takut sib" Kan ada aku." Anto tersenyum.
"Mudah kok, Mbak, nanti kuajari. Akan kupilihkan kuda yang jinak .dan
penurut." "Dan yang agak. pendck Iho, ya. Supaya kalau jatuh tidak terIalu sakit!"
"Kau tidak akan tcrjatuh. Percayalah!" Anto tertawa,
. Esok paginya jam enam kurang sepuluh, Anto sudah mengetuk pondok kami.
Untungnya aku su?dab siap. Bude Yanti yang be1um lama bangun e293
http:ebukita.wordpress.com
dang menyeduh teh untuk kami. Melihatku meraih topi lebar yang mernang
sengaja kubawa dari Ja?karta, perempuan itu menegurku.
"Tidak sarapan dulu, Ambar" Itu ada roti isi ayam."
"Nanti saja, Bude. Masih terlalu.pagi untuk sa?rapan. Lagi pula Anto rnenyewa
kuda cuma dua jam saja. Jam de lap an nanti kami sudah kembali," aku
menjawab dengan tergesa. SUdah kudengar ringkik kuda eli halaman. "Kalan
Bude mau sa?rapan, jangan rnenungguku."
"Kalau begitu rninumlah dulu." "Panas!"
"Tidak. Cuma hang at saja karena udah kucam?pur dcngan air dingin.
Minurnlah, Sayang." Kali itu aku menurut. Temyata teh hangat itu enak dan menyegarkan"
sehingga aku tidak menyesal telah mengurangi waktu persiapanku,
"Terima kasih, Bude." Kuletakkan cangkir ke atas meja kernbali. "Nanti pulang
berkuda akan kucuci!"
"Cuma atu cangkir kotor saja apa usahnya ih."
Bude Yanti tertawa. "Nah, berangkatlah dan berse?nang-scnanglah. Jangan
kaupikirkan soal-soal yang tidak penting. Biarkan Bude yang mengurusinya."
AIm tel' enyum. Setclah mendapat sedikit pel a?jaran dad Anto tentang
bagairnana menunggang kuda, aku naik ke alas punggung binatang itu, di?bantu
www.ac-zzz.tk olehnya. Bude Yanti yang bcrdiri di ambang pintu tertawa melihat cara
dudukku yang ma ill kaku itu, kernudian tangannya mclambai ke arahku.
294 Aku segera membalasnya. Tetapi baru saja kudaku melangkah, perempuan
setengah baya itu memanggilku.
"Ya, Bude ... ?"
Bude Yanti tersenyum, menatapku dengan penuh kasih, bam kemudian berkata
lagi dengan suara tertahan-tahan.
"Kau tampak cantik sekali pagi ini," katanya. "Ah, Bude!" Aku tersipu.
Tetapi hams kuakui, pagi ini aku mernang tam?pak sangat cantik. Cermin eli
karnar tadi telah memberitahu aku. Kukenakan blus dengan dasar warna putih
berbunga-bunga kecil warna merah dan hiram. Di bagian bawah aku memakai
eel ana jins ketat yang panjangnya tiga perempat lutut. Kukenakan sepatu
kulit bersol rendah yang enak dipakai. Ringan, ulet, dan kuat. Sernentara di
atas .kcpalaku bertengger topi lebar, Agar topi itu tidak terbang, kuikat
dcngan scary: Iebar polo berwarna merah yang kemudian kulilitkan eli bawah
daguku. Sing kat kata, aku sadar betul apa yang dikatakan olch Bude Yanti
tadi benar, Pagi ini aku rnemang tampak sang at cantik dan menarik.
Setidaknya, itulah yang kurasakan.
Bagiku yang tidak biasa berkuda duduk di alas punggung binatang itu dcngan
berjalan di lereng?lereng bukit yang tidak rata, membuatku mcrasa cepat
lelah. Baru setengah jam berkuda aja aku sudah minta beri tiharat.
"I tirahat sebentar ya?" pintaku kepada Anto.
"Punggungku pegal rasanya."
295 http:ebukita.wordpress.com"Capek, ya?" Anto tampak luwes dan menarik eli
atas punggung kuda berbulu hitam yang gagab itu.
"Ya." "Kita beristirahat di dangau itu saja yuk." Anto menunjuk sebuah gubuk kecil
beratap rumbia yang nyaris tanpa dinding. Tetapi di dalarnnya ada tern?pat
duduk yang terbuat dari bambu.
Aku setuju beristirahat eli tempat itu. Setelab mengikat kuda-kuda kami, aku
dan Anto duduk eli tempat itu. Entah milik siapa, kami tidak tahu, Te?tapi
sunggub menyenangkan duduk di situ. Atapnya yang lebar dan menjorok
melewati liang penyang?ganya menudungi kami dari siraman matahari
pegu?nungan yang men yen gat. Kubiarkan angin Gunung Lawu membelai
wajahku. Perhatianku lebih ter?curah pada pemandangan indah di bawab sana.
www.ac-zzz.tk Kulihat kebun-kebun yang tertata rapi dan jalan setapak yang berliku
melingkar-lingkar itu tampak
eperti ular. Aku juga melihat hutan-hutan kecil yang penuh dengan pelbagai
mac am pepohonan, sungai kecil yang berkelok-kelok, dan sawah yang
bertingkat-tingkat. . 'Tanah air kita ini sungguh indah ebenarnya.
Sayang tidak banyak orang yang menyadari itu. Enak saja rnereka meru
aknya, menebang semaunya dan mengeruk kekayaannya!" aku mulai bicara.
Menyuarakan keprihatinanku.
"Ya. Duma ini pa ti akan bina a kalau manu ia lupa menjaga apa yang dinarnakan
keseimbangan, keselarasan, atau harmoni di alarn emesta ini.
296 Bahwa jika ada laut harus ada gunung, rnisalnya. Sedangkan gunung pasti ada
hutannya.' "Ya." Kulayangkan pandang mataku ke kejauhan.
"Eh, sudah seberapa jauh kita berkuda tadi?"
"Tidak begitu jauh. Perasaanmu saja yang me?ngira kita sudah berjalan jauh.
Padahal kita ha?nya berputar-putar saja kok tadi." Sambil menjawab
pertanyaanku itu, Auto mengeluarkan dua gelas plastik berisi air mineral dari
saku jaketnya. Satu diulurkannya kepadaku.
"Mungkin karena jalannya naik-turun itu aku mengira kita sudah berjalan jaub
sekali," sahutku sambil menerima Aqua gelas itu. Kemudian kutu?suk tutup
gelas dengan i1.u batang sedotannya.
"Ya." Anto menyedot isi gelasnya. Tetapi tiba?tiba dia menoleh ke arahku dan
menanyakan se?suatu yang sama sekali tak kusangka. "Nab, bagai?mana,
Mbak, sudab tidak sedih lagi, kan?"
Aku tertegun. "Apa yang kauketahui tentang diriku?" Aku mulai curiga.
Jangan-jangan Bude atau Mas Tomi telah men?ceritakan kehidupan pribadiku
kepada pemuda itu. Atau kalaupun tidak, mereka bercerita kcpada Mas Fajar
dan Ma Fajar menccritakannya kcpada Auto, Itu bisa saja terjadi. Mungkin
maksud Bude atau Mas Torni agar mereka, Mas Fajar dan istrinya
erta Anto, bisa menenggang perasaanku.
Rupanya Auto rnengerti apa yang sedang ber?kecamuk di dalam pikiranku. Dia
tcrsenyum sambil III lernpar gclas plastilcnya yang sudah kosong kc
297 http:ebukita.wordpress.com
www.ac-zzz.tk dalam lubang sampah. Lubang yang tampaknya sering dipakai .untuk membakar
sampah itu .kini tampak kosong.
"Terns terang kemarin dulu eli rumah kami, aku mendengar percakapan Mas
Fajar dengan Mas Torni," sahutnya kemudian. "Tanpa sengaja lbo. Mereka
tidak tahu kalau aku ada di bawah jendela ruang tempat mereka mengobrol.
Kata Mas Tomi, kau sudah putus dengan pacarmu. Kau memergoki kekasihmu
sedang bermesraan dengan sahabatmu sendiri. Dan saat ini kau sedang
menenangkan diri di tempat budemu. Maaf, kalau kau tidak suka
membicarakan ini, aku akan berhenti. Jangan sung?kan untuk mengatakannya.
Percayalah, aku bisa memahami itu dengan baik sekali. Aku juga pernah
dikhianati kekasih, justru di saat cintaku kepadanya sedang mekarrnekarnya."
Ak:u rnenyukai Anto. Laki-Iaki itu jujur dan memiliki keterbukaan yang manis
sehingga berbi?cara dengan dia sungguh enak. Tidak perlu harus ada basabasi atau rasa takut kalau-kalau akan me?nyinggung perasaan. Aku juga
mclihat rasa sirnpati yang tidak ada kaitannya dengan rasa kasihan, melainkan
karen a pengalaman dan perasaan sama yang pernah dialaminya. Karcnanya
tidak seharus?nya kalau aku mernpertahankan pikirannya yang keliru ten tang
hubunganku dengan Bram sekarang. Kalau dengan manisnya Anto tclah
membuka diri bagiku, kcnapa aku tidak"
"Anto, kau keliru kalau mengira aku lari ke sin; karena pengalarnan pahit itu,'
kataku kemudian. 298 Kutengadahkan wajahku menatap langit Tawang?mangu yang bersih kebiruan
itu. "Aku sudah tidak mempunyai perasaan apa pun lagi pada bekas pa?carku
itu. Tidak cinta. Tidak benci. Dan seterus?nya."
"Tetapi kudengar dari pembicaraan mereka, kau j adi rnenarik diri dari
pergaulan." "Mungkin memang begitu. Sebab sesudah dikhia?nati oleh kekasih dan
sahabatku itu, selama bebe?rapa waktu larnanya pikiranku terhadap makna
persahabatan agak ngatif, Tetapi pelan-pelan pikir?anku mulai terbuka lagi,
seiring dengan waktu yang menyembuhkan luka-luka batinku itu."
"Tetapi malam iru di kereta api, aku sempat rnelihat air matamu menitik
meskipun kausembunyi?kan dari penglihatan orang.'
Aku menarik napas panjang. Sekali lagi kutatap
langit biru di atasku. "Anto, sebenarnya air mata itu tidak ada kaitan?nya lagi dengan bckas
pacarku itu. Kan sudah ku?katakan tadi, bagiku dia sudah bukan apa-apa lagi,"
www.ac-zzz.tk kataku lama kernudian. "Saat ini aku sedang mengalami pcrsoalan yang jauh
lebih berat daripada ketika cintaku dikhianati. '
"Dan itu yang menycbabkanmu lad ke sini, be?gitu?"
"Kalan kau mernang mempercayaiku, ceritakan?lab itu. Siapa tahu aku bisa
scclikit mengurangi bcbanmu dengan pandangan-pandangan yang ba?rangkali
tidak kaulihat. Sebab konon kala orang,
299 http:ebukita.wordpress.com1
biasanya seseorang yang tenggelam dalam persoal?an, tidak bisa melihat
langit yang ada di atasnya."
"Terima kasih, To. Ak.u menghargai simpatimu," sahutku. "Mungkin ada
gunanya kalau aku memun?tabkan apa yang selama berbulan-bulan ini
menye?sakkan dadaku. Begini, setelah sekian tahun lama?nya hatiku tertutup,
tiba-tiba saja aku rnulai mera?sakan jatuh cinta lagi. Namun sayang seribu
sa?yang, cinta itu jatuh pada laki-laki yang salah."
"Salahnya bagaimana?"
Aku terdiarn, Kutundukkan wajahku. Mataku mulai terasa panas.
"Salahnya karena Iaki-laki itu adalah kekasih adikku sendiri," sahutku dengan
suara muJai berge?tar. "Bukankah aku ini perempuan yang tak bermo?ral?"
"Mbak, cinta itu datangnya tidak bisa dihindari.
Jangan salahkan dirimu."
Kuangkat wajabku dan kutatap Anto dengan pan dang mataku yang buram.
''Masalahnya tidak sesedcrhana itu, Anto," kataku kemudian. "Baiklah aku
akan menceritakan padamu scmuanya supaya kau bisa memahami perasaanku.
Sebab sampai detik ini ak.u tidak tabu harus berbuat apa."
"lni kehormatan bagiku karen a kau Lelah mem?percayaiku, Mbak. Tcrima
kasib ata kepercayaan itu. " "Aku yang harus berterima kasih padamu karena kau mau mendengarkan
keluhanku." Begitulah untuk pertarna kalinya aku memper300
cayakan seluruh pengalaman dan perasaanku kepada Anto. Ya, seluruhnya.
Tetapi tentu saja mengenai detail saat Gatot menciumiku, aku tidak
mencerita?kannya. Tetapi air mata yang selama ini kutahan?tahan akbimya
tumpah juga sesudah scmuanya ku?ceritakan kepada Anto.
"Oh, Mbak, pantaslah kau tampak begitu sedih."
www.ac-zzz.tk Dengan penuh rasa simpati, Anto mengulurkan ta?ngannya dan menggenggam
telapak tanganku de?ngan lembut. Ada semangat persaudaraan dan
pe?ngertian yang mengalir dari tangannya itu sehingga aku merasa agak
terhibur. Pelan-pelan dengan scbeJah tanganku yang bebas, kubapus pipiku yang basah.
Kemudian kuangkat wajahku yang ernula tcrtunduk untuk mengucapkan terima
kasih kepada Anto yang telah bcgitu sabar mendengarkan isi hatiku. Tctapi
begitu kepalaku terangkat, aku kaget sekali. Belum pernah aku mengalami
rasa kagct . eperti saat itu. Tubuhku sampai tersentak, seperti dipagut
seeker ular berbi?sa. Sebab di sana, di bawah pohon pctai, kira-kira sepuluh
meter dari tcmpatku duduk bcrsarna Anto, aku rnelihat seseorang yang sarna
sekali tak pernah kuduga akan ada di tcrnpat ini.
Kulihat orang itu, Gatot, scdang mengawasiku dengan pandangan mala yang
sulit kutebak apa maknanya. Ya Tuhan, ya Tuhan, benarkah apa yang kulihat
itu" Ataukah itu hanya halusina iku saja karcna baru saja aku mernbicarakan
dirinya" Untuk meyakinkan diriku, ccpat-cepat kupcjarn?kan mataku yang masih basah
itu. Lalu kubuka 301 http:ebukita.wordpress.comlagi dengan harapan sosok tubuh yang baru saja
kulihat tadi menghilang. Dengan demikian, aku ti?dak lagi diganggu
halusinasiku sendiri. Tetapi ya Tuhan, sosok tubuh itu benar-benar hidup.
Gatot masih berdiri di sana. Dan bahkan mulai bergerak, melangkah
mendekati tempat aku dan Anto sedang duduk.
Melihat itu kulepaskan tanganku dari genggaman tangan Anto" dengan tubuh
yang tiba-tiba mulai menggeletar. Dengan mata nanar tanpa berkedip,
kupandangi sosok tubuh yang sedang menyeberangi rerumputan itu. Dalarn
hatiku aku masih berharap, apa yang kulihat itu cuma khayalanku belaka.


Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Te?tapi tidak. Apa yang kulihat itu tetap bergerak, berjalan ke arahku. Maka
tubuhku bergetar semakin hebat. .
Melihat tubuhku bergetar, Anto menatapku heran.
Kemudian pandang matanya mengikuti arah apa yang sedang kutatap tanpa
berkedip itu. Saat itu aku benar-benar tidak bisa berpikir apa pun. Tu?buhku
yang masih saja bergctar, mematung di tcmpatku duduk. Rasanya seperti
orang kena te?nung. Belum lagi rasa kagetku surut, tiba-tiba saja Anto bcrsoru mcmanggil orang
yang baru dilihatnya itu. www.ac-zzz.tk "Ma Gatot!" . Menghadapi realita yang ada di hadapanku itu, lengkaplah suclah penderitaan
batinku saat itu. Bu?kan saja karena orang yang kulihat itt! memang benar
Gatot, tetapi juga karena ternyata Anto me302
ngenal Iaki-laki itu. Padahal aku baru saja men?ceritakan rahasiaku
kepadanya. Rahasia yang me?nyangkut Gatot. Menghadapi kenyataan itu,
kekuat?an yang masih tersisa padaku itu pun luruh dengan seketika. Mataku
berkunang-kunang sementara se?mua benda di sekitarku seperti berputarputar, se?makin lama semakin pudar, hingga akhirnya aku tenggelam dalam
satu warna saja. Hitam dan gelap. Dan pertahanan diriku pun lenyap. Aku
pingsan. Aku tidak tahu apa-apa lagi, Dan entah berapa lama aku kehilangan
kesadaranku itu. Aku juga ti?dak tahu apa yang terjadi sesudah itu. Aku
hanya tahu ketika kesadaranku pulih kernbali dan mataku bisa kubuka lagi,
orang yang pertama kali kulihat adalah Tina. Ya, Tina adikku yang menurut
pikiran?ku saat ini ada di Jakarta.
"Hai, Mbak ... ," Tina menyambut kesadaranku kembali dengan senyurn manis
yang luar biasa. Aku masih tidak mernpercayai penglihatanku.
Kukerjap-kerjapkan mataku. Kukumpulkan ingatan?ku yang berserakan. Lalu
kupandangi sekelilingku. Ternyata aku berada di kamar penginapan yang kami
sewa. Dan di dalam kamar itu hanya ada Tina. Oh, tidak. Di ampingnya ada
seorang lelaki yang sudah berkenalan dcnganku kemarin. Mas Fajar. Di
lehernya terkalung stetoskop yang meng?ingatkan diriku bahwa dia seorang
dokter. Dan ke?tika pan dang rnataku berlabuh padanya, Mas Fajar
tersenyum. "Halo, Dik Ambar?"
Kedua sapaan manis, yang satu dari Tina dan
303 http:ebukita.wordpress.comyang lain dari Mas Fajar, tak kusambut dengan
semestinya. Aku diam saja dan kupejamkan kemba?li rnataku. Tetapi sempat
kurasakan tangan Mas Pajar meraba pergelangan tanganku untuk merasa?kan
denyut nadinya. "Masih pusing?" tanyanya dengan suara lembut. "Se. .. sedikit."
"Nanti akan hilang. Denyut naclimu sudah mulai normal. Coba kuukur dulu
tekanan darahmu." Sam?bil bcrkata seperti itu Mas Pajar meraih alat
peng?ukur tekanan darah dati atas meja, kemudian diu?kurnya tekanan
www.ac-zzz.tk darahku. Lalu katanya, "Tekanan darahmu juga sudah mulai mendekati angka
normal. Sarapan sedikit, ya?"
"Aku tidak lapar ... .'
"Tctapi Dik Ambar harus makan biarpun cuma sedikit. Sejak pagi tadi belum
sarapan, kan" Pa?dahal baru bclajar berkuda 1a1u ... lalu rnengalarni kejutan
itu." Aku diam saja. Kupejamkan mataku lagi. Apa tadi kala Mas Fajar" Aku
mengalami kejutan" Itu bukan kejutan, Mas. Tetapi kiamat.
"Bagaimana perasaanmu, Dik Ambar" Ra anya bagai mana?"
"Lernas .... " "Kalau bcgitu, cobalah untuk makan. Sedikit saja .... "
"Aku tidak lapar," sahutku. Ya Tuhan, ra anya aku bcgitu lemah dan kehilangan
scluruh kekuatan tubuhku. Kenapa Tina ada di sini" Ke mana pula Gatot tacLi"
1 304 "Minum susu saja ya, Mbak?" Kudengar lagi suara Tina. "Nanti kuarnbilkan.
Bude Yanti sudah menyiapkan untukmu."
"Ya, Dik Ambar, minumlah. Kau tidak ingin terbaring sakit di sini, kan?" Mas
Fajar ikut mem?bujukku. Menyadari tak enaknya sakit di tempat orang, aku terpaksa membuka mataku
lagi. Melihat itu Tina mulai membujukku lagi.
"Minum susu ya, Mbak?"
Akhirnya kuanggukkan kepalaku. Melihat itu wajah Tina tampak gembira. Dia
bangkit dati tem?pat duduknya.
"Diberi gula ya, Dik Tina!" kata Mas Fajar. "Baik, Mas."
Ternyata susu manis mampu menambah kekuat?anku yang kusangka sudah
lenyap sarna sekali itu. Sesudah menghabiskan segelas susu, sedikit demi
sedikit aku mulai mampu menata pikiranku sampai akhirnya Mas Fajar
menganggap aku tak lagi perlu diawasi olehnya. Sesudah memeriksaku sekali
lagi, dia pamit kembali ke pondok sebelah, tempatnya rnenginap.
Begitu Mas Fajar telah pergi, Tina mendekati temp at tidurku dan mengecup
selintas pipiku. "Maafkan aku ya, Mbak, aku telah rnernbuatmu begini menderita," katanya
dengan penuh pera aan. "Jangan berkata eperti itu, Tina kau tidak ber?alah kepadaku." Ah, aku tel all
membuat gadis itu jadi merasa bersalah. "Tetapi kenapa kau tiba-tiba
menyusulku kemari?" 305 www.ac-zzz.tk http:ebukita.wordpress.com
"Itu ide Mas Gatot, Mbak. Begitu tahu kau per?gi ke Solo, Mas Gatot
langsung menginterlokal ke sana. Yang menerima Mbak Tria. Dia berkata
bah?wa kau dan Bude Yanti sedang berada di Tawang?mangu. Maka Mas Gatot
mengajakku ke Solo. Dan begitu pagi tadi sampai, kami lang sung menyu?sulmu
kemari setelah diberi ancer-ancer tempatnya oleh Mbak Tri."
"Untuk apa kalian menyusulku?" Aku benar?benar tidak mengerti kenapa Tina
dan Gatot me?nyusulku. "Untuk minta ampun, Mbak. Kami berdua ingin minta ampun kepadamu!"
. "Kenapa?" J anurngku teras a dingin. Apakah me?reka berdua mau meminta
kerelaanku untuk meng?izinkan mereka menikah"
"Karena kami telah mempermainkanmu. Melalui diriku, Ibu dan Bapak di
Jakarta juga ingin agar kau memberi maaf kepada mereka."
J adi mereka berdua bukan meminta izinku untuk menikah. Lalu kenapa
mereka ingin meminta maaf padaku" Ah, membingungkan saja mereka itu.
"Mempermainkan aku dalam hal apa" Dan minta maaf untuk apa ... ?"
Kukerutkan dahiku. Apa salah Tina padaku" Dan apa salah Bapak dan Ibu
ter?hadapku" Aku tidak mengerti apa yang dikatakan Tina tadi.
"Begini, Mbak, sesungguhnya antara aku dan Mas Gatot tidak ada hubungan
apa pun ebagai?mana yang selama ini kaupikirkan .... "
"Apa"!" Tanpa sadar aku terduduk, nyaris tak
306 mempercayai apa yang barn saja kudengar itu, i, Apa katarnu, Tina?"
"Maafkan karni semua, Mbak. Ketahuilah sejak pertama melihatmu, Mas
Gatot sudah tertarik kepa?damu. Sedikit pun dia tidak pemah tertarik
padaku. Dia selalu menganggapku seperti anak kecil!" Tina tertawa
menyeringai. "Begitupun sebalik1lya. Mana mungkin sill aku jatuh cinta
kepadanya" Sayangnya, sikapmu terhadaphya sangat dingin dan selalu saja
mengarnbil jarak. Setiap kali langkahnya baru me?masuki balaman rumah kita,
kau langsung meng?hindar masuk ke kamar. Maka Mas Gatot bertanya
kepadaku apakah sikap seperti itu juga ditujukan kepada orang lain .... "
"Lalu apa jawabmu?" aku memotong. Dadaku mulai berdebar tak beraturan.
Seluruh perhatianku tertarik kepada apa saja yang akan keluar dari mulut
Tina. "Kujawab apa adanya. Bahwa kau memang sangat dingin terhadap semua lakilaki. Tetapi kukatakan kepadanya juga bahwa sikap dingin yang berlebihan itu
memang baru kauperlihatkan kepadanya saja"
www.ac-zzz.tk "Lalu ... ?" "Lalu Mas Gatot meminta bantuanku untuk mencairkan hatimu. Tetapi karena
aku juga tidak tahu bagaimana caranya, kuminta bantuan lbu. Ternyata Ibu
juga bingung, tidak tahu bagaimana meLenturkan hatimu yang keras itu. Maka
akhimya dibuatlah sandiwara seolah Mas Gatot dan aku menjalin hubungan
cinta, Tujuannya agar dia bisa lebih leluasa datang dan pergi ke rumah kita.
Dan yang kedua, agar kau marah dan melabrak Mas Gatot. Pikir kami bertiga,
kalau secara manis Mas Gatot tidak bisa mendekatimu maka rasanya sah?sah
saja kalau kami memakai cara lain dengan membangkitkan kemarahanmu.
Ternyata, kedua tujuan itu berhasil baik."
"Bertiga" Jadi Bapak dan Didik tidak ikut-ikutan?" aku menyela tak sabar.
"Semula Bapak dan Mas Didik tidak tahu-menahu, agar sandiwara kami dapat
berjalan mulus. Sebab kata orang, semakin sedikit orang yang mengetahui
suatu rahasia, akan semakin baik jadinya. Tetapi ketika Bapak marah kepada
Ibu karena telah memberi hati kepada Mas Gatot dan kemudian beliau juga
datang ke rumahnya untuk meminta supaya Mas Gatot menjauhiku,
terpaksalah kami menceritakan rahasia itu. Rupanya kau mengadu kepada
beliau atas perbuatan Mas Gatot menciumi tanganmu di dapur itu ya .... "
"Ya, aku mernang mengadu kepadanya .... " Aku tersipu. "Dia kurang ajar sih!"
"Itu karena dia mencintaimu." Tina tertawa.
"Nah, setelah peristiwa itu, akhirnya Bapak dan juga Mas Didik mulai ikut
ambil bagian dalam sandiwara kami. Maka kami semua terus mengikuti dengan
saksama perkembangan yang terjadi di antara dirimu dengan Mas Gatot. Kau
pasti tidak menyangka bagaimana kami semua bersorak gembira ketika Mas
Gatot menceritakan bagaimana dia telah berhasil membangunkan macan tidur
ketika kalian berdua menyaksikan bulan purnama di Ancol. ..
"Tina .. " aku memotong perkataan Tina dengan wajah yang terasa panas.
Terbayang dalam pikiranku tentang segala hal yang terjadi di antara diriku
dan Gatot. Dan mereka semua mengikuti perkembangannya dan bahkan
menikmati permainan itu di belakang punggungku. Sialan. "Kalian ... kalian
semua keterlaluan!" "Sudah kukatakan tadi, Mbak, karni semua ingin minta ampun padamu." Suara
Tina mulai mengiba, "Terutama aku, Mbak, betapa aku telah menyusahkan
hatimu. Tetapi percayalah, tidak ada maksud kami untuk menyakiti hatimu.
Justru kami ingin membuka hatimu kembali dan menyadarkan dirimu bahwa
tidak semua laki-laki jahat."
Aku terdiam. Seluruh peristiwa yang terjadi semenjak Gatot pindah di
sebelah rumah kami, terbayang kembali. Semuanya. Tetapi dengan cara
www.ac-zzz.tk pandang yang berbeda sama sekali. Maka akhirnya muncullah perasaan lega
dalam hatiku. Sebab ternyata Tina bukanlah kekasih Gatot. Semua yang
dikatakannya kepadaku, dan yang pernah membuatku jengkel dan marah,
bahkan juga kecewa dan sedih, ternyata hanya sandiwara belaka.
Tetapi perasaan lega yang paling menguap seluruh luka-luka batinku selama ini
adalah kenyataan bahwa Gatot bukanlah laki-laki mata keranjang. Ia
menggodaku, ia merayu dan menciumku bukan untuk iseng-iseng belaka, tetapi
karcna dia mencintaiku. "Aduh, Mbak, jangan diam saja." Tina memeluk dan menciumi pipiku. "Maafkan
kami, ya" Jangan marah dan jangan membuatku takut. Wajahmu merah padam
bergantian pucat.. .membuatku takut saja .... "
Aku masih tetap diam. Sungguh, tidak mudah bagiku mengubah suatu
pandangan atau anggapan yang selama berbulan-bulan ini telah begitu melekat
dalam diriku. Dan juga tidak mudah mencerna kenyataan sebenarnya, yang
telah menjungkir-balikkan seluruh pikiran, gambaran, penilaian, dan bahkan
kepedihan yang kubawa lari sampai ke temp at ini.
"Mbak, ketika kami semua melihatmu terluka dan lari meninggalkan rumah,
hati kami sangat gelisah. Meskipun kau mengatakan ingin menghabiskan
cutimu di Solo dan tidak mau mengakui apa penyebab kepergianmu itu, kami
justru melihat apa yang sebenarnya ada di dalam hatimu. Bahkan Bapak mulai
menyadari bahwa sesungguhnya kau mencintai Mas Gatot sebagaimana dia
mencintaimu. Kata beliau, tidak mungkin kau membiarkan Mas Gatot
merayumu kalau hatimu tidak ada padanya. Dan tidak mungkin kau merasa
sedemikian takutnya melihatku menjadi kekasih Mas Gatot kalau kau tidak
tahu pcrsis bagaimana Mas Gatot telah memesraimu seperti laki-laki yang tak
tahu arti kesetiaan. Dia bukan hidung belang seperti katamu .itu lho .... "
"Diam kau, Tinal"
"Tunggu, masih ada sedikit lagi yang harus kukatakan padamu." Tina
menyeringai lagi. Wajahnya
tampak lucu. "Nah, karena itulah maka Bapak dan juga Mas Gatot memutuskan
untnk menyusulmu ke Solo dan menghentikan sandiwara ini. Sebab Mas Gatot
sudah ingin memelukmu lagi .... "
"Diam kau, Tina!"
"Baik, aku akan diam!" Tina menyeringai sekali lagi. "Tetapi perlu kukatakan
kepadamu Mbak, bahwa aku dan Mas Gatot tadi sempat merasa ketakutan
bahkan luar biasa menyesal ketika melihatmu pingsan sampai lama. Untung ada
Mas Fa?ar. Tetapi, Mbak, kau harus tahu. Mas Gatot sangat cemas melihat
www.ac-zzz.tk keadaanmu. Di luar kamar dia terus-menerus mondar-mandir seperti orang
gila. Bagaimana, kusuruh dia masuk ke sini ya, Mbak?"
"Jangan!" aku membentak. Kurasakan, jantungku mulai bergoyang tak teratur.
Tetapi si gadis lincah itu Lelah melesat pergi tanpa mendengarkan perintahku.
Maka Gatot pun menggantikan tempatnya di kamar ini. Melibat itu aku cepatcepat bangkit, bermaksud lari keluar, Tetapi lelaki itu bergerak lebih cepat
lagi. Bahuku didorongnya dengan lembut agar aku menyandar kembali ke
tumpukan bantal yang tadi diatur Tina di belakang punggungku.
"Tenanglah," katanya sambil duduk di tepi tempat tidurku. "Kendalikan
emosimu, Sayang." "Sayang, sayang, gomball" aku membentaknya. Mendengar bentakanku, Gatot
tersenyum manis. 'Aku seribu kali 1ebih suka melihatmu membentak-bentak
daripada melihatmu pingsan sampai selama itu. Aku benar-benar ketakutan
tadi .... " "Gombal. " Gatot tersenyum lagi. Tetapi kini tangannya terulurkepadaku untuk membelai
rambut dan pipiku dengan jemarinya yang terasa lembut.
"Seandainya kau tadi tidak pingsan, aku pasti merasa cemburu kepada Anto ...
," katanya. "Tetapi untunglah sepupuku itu begitu lugu dan polos. Ia
menceritakan kesedihanmu yang baru saja kauceritakan kepadanya tadi.
Harap jangan marah kepadanya. Ia menceritakan hal itu tanpa tahu bahwa
lelaki yang kaumaksud itu adalah aku. Sebab tujuannya menceritakan hal itu
di depan Mas Fajar adalah untuk mernberi informasi kalau-kalau pingsanmu
itu berkaitan dengan kesedihan yang luar biasa."
Aku terdiam, mulai memahami segala sesuatu?nya. Tetapi tak akan kukatakan
bahwa aku pingsan tadi akibat perasaanku yang kacau-balau. Dan ditambah
rasa sesal karena telah menccritakan rahasia hatiku kepada Anto yang
ternyata kenal lelaki di depanku ini. Ah, andaikata saja aku tahu mereka
berdua masih sepupu, pasti akan kukunci rapat?rapat mulutku.
"Jadi kalian sepupu ... ?" tanyaku ingin tahu kepastiannya.
"Ya. Kedua orangtuanya telah meninggal sewaktu ia masih kecil. Ayahkulah
yang merawat dan membesarkannya bersama kakaknya, Mas Fajar, dan
menyekolahkan keduanya sampai selesai. Bahkan Bapak merasa bangga karena
Mas Fajar mengikuti jejaknya menjadi dokter, padahal tak seorang pun
di antara anak-anaknya sendiri yang berminat jadi dokter."
Aku . terdiam. Pelan-pelan aku mulai mampu menguak segala sesuatunya.
Bahwa Mas Fajar dan Anto, pemuda-pemuda yang baik dan keduanya
dibesarkan oleh paman mereka sebagaimana diceritakan oleh Bude Yanti dan
www.ac-zzz.tk Mbak Tri, temyata ada kaaitannya dengan Gatot. Paman keduanya adalah ayah
Gatot. Jadi rupanya itu pulalah jawaban mengapa wajah Anto ada kemiripan dengan
Gatot. Sebab keduanya bersaudara sepupu, mempunyai kakek dan nenek yang
sama. "Lalu, Dik Hari itu juga bcrsaudara dengan Anto dan Mas Fajar kalau begitu?"
gumamku kemudian. "Kalau dikatakan sebagai saudara sedarah, tidak.
Sebab, Hari adalah sepupuku dari pihak ibuku. Sedang Anto dari pihak
bapak." "Dia tidak ikut kemari?"


Ketika Flamboyan Berbunga Karya Maria A. Sardjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Untuk apa" Tak ada urusan dengannya. Lagi pula, dia masih mempunyai
banyak urusan di Jakarta."
Aku terdiam Iagi. Setelah bercakap-cakap dengan emosi yang mulai tertata
kembali, setahap demi setahap aku mampu berpikir lebih jernih dan bahkan
mulai mampu melihat segi-segi positif dari seluruh kejadian yang kualami ejak
aku berkenalan dengan Gatot. Semua tergambar kembali seperti rekaman
film yang sedang diputar dan kutonton dengan memakai kacamata transparan.
Tetapi kemudian sosok Rini, ikut mewarnai rekaman itu.
"Bagaimana kabar Rini?" tanyaku kemudian. "Rini" Untuk apa ia kita
bicarakan?" "Terakhir kali kami bertemu, ia mengatakan ... " Bicaraku terhenti karena
Gatot merebut pembicaraan.
"Aku tahu itu!" katanya. "Ia juga datang menemuiku di kantor dan minta
diantar pulang. Kukabulkan permintaannya itu karena kupikir kurang pantas
kalau aku menolak keinginan seorang gadis dalam keadaan seperti itu. Tetapi
rupanya pendapat seperti itu keliru kalau kuterapkan untuk Rini. Lebih-lebih
karena ia mempunyai pikiran bahwa sedikit-banyak, aku masih menaruh
perasaan khusus terhadapnya. Mungkin pikirnya karena putusnya hubungan
kami itu tidak disebabkan karena orang ketiga. Di sepanjang perjalanan ia
berulang kali mernancing-mancing hatiku sampai akhirnya aku mernutuskan
untuk bicara terus terang untuk menghentikan angan-angannya. Maka dengan
tegas kukatakan bahwa kami tak mungkin bisa bersatu lagi karena aku sudah
mempunyai seorang kekasih yang dalam waktu dekat ini akan dilamar oleh
orangtuaku .... " "Tina ... ?" tanyaku mengajuk. Aku ingat 'kepada cerita Tina ketika memanasmanasi hatiku agar aku memperlihatkan isi hatiku sebenarnya tetapi gagal,
Dan aku tetap meneruskan niatku untuk lari ke Solo.
www.ac-zzz.tk "Masa Tina. sih!" Gatot tersenyum. "Kan sudah sejak awal kukatakan kepada
Rini bahwa kekasihku itu kau. Bukan Tina. '
"Kenapa bukan Tina seperti yang kalian semua
kesankan kepadaku?" sindirku. .
"Itu kan hanya sandiwaraku dengan Tina. Pada kenyataannya, gadis yang
kucintai kan bukan Tina." Gatot tersenyum manis.
Aku merasa malu oleh perkataannya itu, dan tak tahu harus mengatakan apa.
Maka kamar tempat aku setengah terbaring itu menjadi hening. Akibatpya,
suara tawa Tina yang disusul oleh Anto menyusup jelas ke tempat itu. Apa
yang beberapa sore lalu menjadi pembicaraanku dengan Bude Yanti dan Mbak
Tri, memenuhi kepalaku kembali. Alangkah senangnya hatiku seandainya Tina
dan Anto bisa saling jatuh cinta.
"Kurasa Tina memang tiak pantas untukmu!" aku mulai mengganggu Gatot,
"Hal itu sudah puluhan kali kaukatakan kepadaku!" Gatot tersenyum. 'Dan aku
setuju sekali meskipun waktu sandiwara itu belum terbuka, aku
membantahnya demi membangkitkan kemarahanmu!"
"Dia lebih pantas menjadi kekasih Anto!" cetusku. Kini dengan sungguhsungguh.
"Cocok!" Gatot tersenyum riang. "Itu juga yang ada dalam kepalakul"
Senyum riangnya menulariku. Tanpa sadar aku tersenyum juga. Dan ini adalah
pcrtama kalinya aku tersenyum manis kepada Gatot di sepanjang pengalaman
kami berdua. Biasanya, apa yang terbentuk di bibirku adalah cibiran,
cemberut, dan desis kemarahan. Dan yang keluar dari bibir itu cuma sindiran,
kata-kata ketus, dan bentakan?bentakan.
Melihat senyumku, Gatot menatapku dengan pandangan yang amat mesra dan
berhenti lama di bibirku. Akibatnya, pelan-pelan kurasakan betapa pipiku
dirambati hawa panas yang menjalar sampai ke telinga dan sisi leherku.
Senyum Gatot melebar. Kemudian tangannya terulur lagi untuk menyentuh
pipiku yang panas itu dengan jemarinya. Gerakannya begitu lembut.
"Ambar, kau sungguh amat cantik...," bisiknya, semesra tatapan matanya yang
penuh arti itu. "Tetapi ketahuilah, seandainya kau tidak cantik pun, aku pasti
juga akan tergila-gila padamu. Kau mempunyai banyak hal yang dapat
mcmbuatku jatuh cinta setengah mati!"
"Kau gombal!" Aku tersipu-sipu.
"Heh, masih saja mengumpat meskipun sudab tahu aku bukan kekasih adik
tersayangmu!" "Aku mau mengumpat atau memaki-maki, itu hakku!" desisku untuk
menghilangkan rasa malu. "Kau mau apa?"
www.ac-zzz.tk "Kau ingin tabu aku mau apa untuk menghentikan bibirmu yang mengeluarkan
bentakan-bentakan itu?" tanyanya dengan nada mengancam. "Begitu?"
Selintas aku mulai didatangi dugaan yang membuat jantungku berdenyut lebih
kencang. Tetapi tentu saja aku pura-pura tidak tahu.
"Mau apa?" aku membentak lagi. "Jadi kau betul-betul ingin tahu?"
"Tentu saja ... " Ah, sialan. Kenapa pipiku jadi seperti terbakar begini"
Rupanya Gatot mengerti babwa aku sudab tahu apa yang ia mau. Dengan
tersenyum diraihnya tubuhku dan dibawanya aku masuk ke pelukannya.
Kemudian bibirnya mengecup, bibirku. Kini baru sekarang kurasakan betapa
besar cinta lelaki itu padaku sehingga aku larut ke dalam ciuman dan belaian
tangannya. Maka dengan seluruh perasaan yang telah terbebas dari hal-hal
negatif yang selama ini menguasaiku, kubalas pelukan dan ciumannya dengan
sepenuh kasih. Seperti yang sudah kuduga, bara api yang ada di hati kami pun menyala begitu
tubuh kami merapat. Kami saling mencium, berpagut, membelai, dan lupa
segala-galanya dan baru mcnyadari keadaan ketika telinga kami mendengar
langkah?langkah kaki mendekat. Cepat-cepat kurenggutkan tubuhku dari
pelukan Gatot. Dan cepat-cepat pula kusurutkan darahku yang mulai
bergejolak. Tina dan Anto muncul hanya beberapa detik sesudah aku dan Gatot berhasil
menenangkan diri. Adik tersayangku itu tersenyum-senyum nakal.
"Halo, Mbak Ambar" Sudah mendarat ke bumi?" Aku tidak mau menanggapi
perkataannya yang nakal itu. Perhatianku kutujukan kepada Anto yang
langsung menyapaku dengan hangat.
"Sudah merasa lebih sehat, Mbak?"
"Lumayan ... ," aku menjawab malu-malu. Sebab, dia tahu betul apa yang
kualami. Aku telah mengisahkannya. Dan sekarang dia pasti juga tahu
betul bagaimana perasaanku sesudah seluruh sandiwara itu tamat ceritanya.
"Kalau begitu, sudah siap berkuda lagi?" Anto menggodaku.
"Sekarang?" kutanggapi gurauan Anto sambil tersenyum.
Tetapi Tina yang tidak sabaran menghentikan basa-basi kami dengan
pertanyaannya. "Bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu, Mbak?"
"Tentang apa?" "Apakah selama kutinggal tadi, kalian berdua sudah bisa menyelesaikan
benang kusut yang kami buat?"
"Menurut penglihatanmu bagaimana, Tina?"
Gatot mengambil alih jawaban. Wajahnya tampak berseri -seri.
www.ac-zzz.tk "Aku melihat wajahmu berseri-seri dan pipi Mbak Ambar kernerah-merahan
seperti tomat segar," Tina menjawab dengan serius. Tetapi matanya berkilatkilat mengandung godaan. Gatot menyukai itu dan menimpalinya dengan
gembira. "Kira-kira merahnya karena apa ya, Tin" bisa kaujelaskan?" tanyanya.
"Demam, kepanasan, kedinginan, atau karena apa"'
Tina mengamat-amati wajahku dengan mendekatkan wajahnya ke arahku.
Tetapi kulempar dia dengan ban tal.
"Jangan kurang ajar Tina!" aku mendesis dengan wajah semakin terasa panas.
Tetapi Tina menangkap bantal itu dan meletakkannya kembali ke pangkuanku.
Dan matanya yang nakal masih saja berkilauan.
"Oh Mas Gatot, merahnya pipi .itu karena dia ingin ditinggal sendirian
bersamamu!" ia masih saja menggodaku,
"Tina!" aku membentaknya,
"Sudahlah, Dik Tina, jangan kauganggu terus kakakmu itu," Anto menyela.
Pemuda yang halus perasaannya itu menarik tangan Tina dengan lembut. "Ayo
kita keluar. Biarkan dia beristirahat."
"Beristirahat" Mana bisa. Ada Mas Gatot begitu kok!" Tina menaikkan alis
matanya tinggi-tinggi. Wajahnya tampak sangat cantik. Aku berharap Anto
akan terpesona olehnya. Anto tertawa. Tetapi pandang matanya tertancap ke wajah cantik di
dekatnya itu. Ah, mudah-mudahan ada sesuatu di antara kedua orang muda
itu. "Ayo kita keluar," katanya lagi.
Kali itu Tina menurut. Dia membiarkan tangannya digandeng Anto keluar dari
kamarku. Sikapnya yang polos dan lugu kentara dari caranya dia membiarkan
Anto membimbingnya keluar, Aku berharap Anto melihat hal itu. Di zaman
sekarang ini, di mana pergaulan muda-mudi begitu bebas, kepolosan yang
dimiliki Tina adalah sesuatu yang langka.
Sepeninggal adikku yang nakal itu kamarku berubah menjadi hening. Namun di
dalam keheningan itu termuat semacam aliran listrik tegangan tinggi. Aku
tertunduk tak berani menatap mata Gatot yang masih duduk di tepi tempat
tidurku. "Ambar," dia menyebut namaku.
"Hmm ... ?" "Kau sudah tahu bahwa aku mencintaimu, Tetapi sepatah kata pun aku belum
mendengar bagaimana perasaanmu terhadapku, Cintakah kau padaku?"
www.ac-zzz.tk Aku diam saja. Kepalaku semakin tertunduk sehingga Gatot mengulangi
pertanyaannya dengan cara lain.
"Ambar, apakah menurutku aku ini mata keranjang dan hidung belang?"
Aku tersipu. "Tidak."
"Jadi kau mempercayai perasaanku kepadamu?"
"ya .... " "Kauterimakah itu, Ambar?"
Sekarang aku diam saja. Malu. Akibatnya Gatot merasa tak sabar.
Diangkatnya daguku agar wajahku menghadap ke arahnya. Maka tampaklah
olehku betapa gantengnya wajah lelaki itu.
'Ayolah, Ambar, katakan sesuatu kepadaku agar
hatiku lega," katanya.
"Mengatakan apa?"
"Apakah kau juga mencintaiku?"
Aku terdiam lagi. dan kepalaku mulai tertunduk lagi. Tetapi tangan Gatot
mcngangkat daguku kembali.
"Jawablah, Ambar. Aku menunggu," bisiknya. Terpaksalah aku meugeluarkan
perkataanku, 'Ya ... .' 'Ya apa?" "Ya, aku juga mencintaimu."
Gatot tersenyum manis. Dari air muka dan caranya menatapku aku tahu bahwa
ia ingin menciumku lagi. Tetapi tiba-tiba Tina muncul kembali.
"Oh ya, Mbak, tadi aku lupa mengatakan sesuatu yang penting padamu,"
katanya. "Beberapa bulan yang lalu kau kan pernah mengatakan kepadaku
kenapa flamboyan di depan rumah kita tak pernah lagi berbunga. Katamu,
barangkali saja pohon itu kena penyakit. Ingat?"
"Ya. Lalu kenapa, Tina?"
"Kemarin waktu aku dan Mas Gatot berangkat ke stasiun, tanpa sengaja aku
memandang pucuk-pucuk flamboyan itu. Aku merasa heran. Sebab kulihat
pohon itu mulai dipenuhi kuncup-kuncup bunga berwarna jingga kemerahan
yang selama beberapa waktu ini tidak kita perhatikan. Kurasa, kalau kita
pulang nanti, pasti kita semua akan disambut meriah oleh bunga
kesayanganmu itu, Mbak."
Aku terpana. Pikirku, mudah-mudahan ini adalah pertanda baik bagi diriku.
Tatkala batinku dibebani kesedihan, tatkala hatiku sakit flamboyan itu
seperti hendak bela rasa denganku. Tak mau berbunga. Dan kini flamboyan itu
telah mulai berbunga lagi, di saat hatiku juga sedang bersemi kembali.
Sungguh, aku yakin betapa indahnya itu nanti.
www.ac-zzz.tk Berpikir seperti itu, aku tersenyum bahagia. Dan tanpa malu-malu lagi kuraih
lengan Gatot agar ia memelukku dengan kehangatarmya. Biarlah Tina
menjadi saksinya. **the end** Celebrity Wedding 3 Goosebumps - Bergaya Sebelum Mati 2 Monk Sang Detektif Genius 3

Cari Blog Ini