Goosebumps - Ksatria Hantu Bagian 1
"PIP-PIP! Ta-ta! Tralalala! Trililili... lilili!" seru ayahmu.
"Da-a-a-d!" keluhmu. "Sudah dong!"
"Sori, sori," ayahmu meminta maaf dengan aksen Inggrisnya
yang terbaik. "Kita cuma ingin agar sepupu-sepupumu merasa betah,
kan" Jarang-jarang kita kedatangan tamu dari Inggris. Sudah setahun
lebih kita tidak bertemu mereka. Tralalala! Ta-ta! Pip-pip!" kata
ayahmu lagi. "Ya," ibumu menambahkan. "Pamanmu Will memberi kuliah di
beberapa museum penting di Amerika. Jadi Kip dan Abbey akan
tinggal bersama kita seminggu. Asyik, kan?"
Kau tidak setuju sepenuhnya. Kip Saxton sebaya denganmu.
Kadang-kadang ia cerewet sekali. Tapi pada dasarnya ia anak yang
asyik sekali. Kakaknya yang berumur lima belas itu lain lagi
ceritanya. "Abbey bertingkah seakan dia ratu dunia," katamu. "Dia
tukang bikin gara-gara!"
"Oh, kau pasti senang," ayahmu meyakinkanmu. "Paman Will
bilang Kip dan Abbey membawa kejutan besar!"
"Kejutan?" tanyamu. "Kejutan apa?"
Pergilah ke halaman 2 Sebelum ayahmu menjawab, bel berbunyi.
"Mereka sudah datang!" teriak ibumu dari koridor depan. Ia
membuka pintu bersamaan dengan perginya mobil antar-jemput
bandara. Kedua sepupumu berdiri di depan pintu. "Kalian tak berubah
sedikit pun!" kata ibumu sambil memeluk Abbey dan Kip.
"Moga-moga Mom salah," kau menggerutu. Abbey yang
berambut pirang dan bertubuh tinggi sedang memelototi cermin di
belakangmu. "Hai," kau menyapanya.
Abbey merapikan rambut ikalnya yang panjang keemasan
sebelum menjawab. "Oh, hai," ia berkata sambil menepuk-nepuk
rambutnya kira-kira seratus kali.
"Masih Abbey yang dulu," katamu mengakui.
"Lupakan dia," kata seseorang sambil tertawa. Ternyata Kip.
"Kau bisa membantuku" Barang bawaan kami banyak." Sepupumu
yang berambut pirang-pasir itu keluar lagi ke tangga depan dan
menunjuk dua peti kayu yang besar sekali. Peti-peti itu lebih tinggi
daripada ayahmu. "Apa isi...?" tanyamu.
"Artifak!" ayahmu memotong. "Paman Will datang minggu
depan untuk memberi kuliah di Museum Abad Pertengahan di pusat
kota. Sudah kukatakan padanya kita akan menyimpankan beberapa
barang pamerannya sampai dia tiba. Tapi aku tak mengira barangnya
sebesar ini! Peti-peti ini harus dimasukkan ke garasi."
"Omong-omong, apa isi peti-peti ini?" kau bertanya pada Kip.
Lanjut ke halaman 3 "Dua baju baja," Kip menjawab. "Itulah isi kedua peti itu. Kuno
sekali. Dari abad kelima belas. Yang satu kami beri nama Ksatria
Jahat. Selama ini dimiliki keluarga Saxton. Yang satu lagi milik Sir
Edmund Saxton. Dia nenek moyang kita... yah, kau sudah lihat
fotonya." Kedua peti itu beroda. Kau, Kip, Abbey, dan ayahmu menarik
peti-peti itu ke garasi di belakang rumahmu. Kau melihat label pada
salah satu peti itu. "Hei, lihat ini," serumu. Kaubaca label itu keras-keras:
"Waspadalah terhadap si Ksatria Jahat
Yang telah menanamkan kutukan.
Hingga Ksatria Baik datang melawan si Jahat
Menghapuskan segala petaka dan kesengsaraan.
Ih, ngeri sekali," kau berkomentar.
"Jangan! Jangan baca itu keras-keras," Kip memperingatkan,
tapi terlambat. "Itu kutukan jahat untuk seluruh keluarga Saxton!"
"Kutukan?" Kau tertawa. "Masa sih kau percaya kutukan?"
"Tentu aku percaya. Dan kau seharusnya juga percaya kalau
tahu apa yang baik bagimu," Kip berbisik. "Mungkin kau belum
pernah mendengar cerita itu." ebukulawas.blogspot.com
Dengarkanlah cerita di halaman 4
"Cerita" Cerita apa?" tanyamu.
"Legenda Kutukan Ksatria Hantu!" jawab Kip. "Bertahun-tahun
lalu seorang penyihir wanita yang jahat marah pada ksatria Raja yang
terbaik, Sir Edmund Saxton"nenek moyang kita. Dia membunuh
naga kesayangan penyihir itu. Maka si penyihir mengutuknya"
kutukan Ksatria Hantu! "Si penyihir membuat baju baja khusus dan menghadiahkannya
pada Sir Edmund. Baju baja itu angker. Dihuni roh Ksatria Jahat.
Malam itu, terdengar jeritan dan teriakan mengerikan dari puri Saxton.
Pagi harinya, Sir Edmund dan seluruh keluarganya terbunuh!"
Mata Kip semakin membelalak ketika ia melanjutkan. "Seluruh
keluarga itu mati kecuali satu putranya. Dia berhasil lolos. Tapi dia
menyimpan baju baja itu. Dia tak berani membuangnya!"
Kalian berempat sampai di depan garasi, dan ayahmu membuka
pintunya. "Begitulah kisah baju baja itu. Suatu hari kutukan itu akan
berulang lagi. Haus akan darah Saxton. Lalu akan menghancurkan
semua kebaikan! Hanya anggota keluarga Saxton yang berani dan
baik hati yang dapat mengalahkannya."
"Ha!" Kau tertawa. "Aku kan sepupumu, jadi aku Saxton juga.
Apa yang akan dilakukan baju baja Ksatria Jahat itu padaku?"
Lihat jawaban di halaman 96
Jarum jam hijau keperakan dengan mudah kaumundurkan.
Tanpa kausengaja, jarum itu terus melewati pukul 01.00, 24.00, 23.00,
22.00, 21.00, 20.00.... Ternyata, jarum itu kembali ke tempat semula.
Saat jarum jam itu mulai berdetak lagi, Kip dan Abbey tertawa.
"Apanya yang lucu?" tanyamu.
"Mukamu!" Abbey cekikikan dan menunjuk-nunjuk Kip. "Kau
mencebik. Seperti bayi mau menangis!"
"Dan Abbey makin pendek!" Kip tertawa. "Lihat pakaiannya.
Kedodoran!" Sekarang Kip terbahak-bahak sambil berguling-guling di
lantai. Ketika mencoba berdiri, ia tidak berhasil. Ia hanya bisa
merangkak! Dengan berputarnya tiap-tiap jarum jam itu di tanganmu, kau,
Kip, dan Abbey menjadi semakin muda. "Mana mamaku!" rengek
Abbey. "Mana beruangku!"
"Mana botol susuku!" isak Kip.
Sekarang mereka berdua menangis seperti dua bayi kelaparan.
Kau kebingungan. Kau tidak sanggup mengalihkan perhatian dari
mereka serta perubahan menakjubkan yang terjadi di depan matamu.
Namun ketika kau menunduk, tampak hal yang mengerikan"dua
tangan yang kecil dan gemuk tengah memegang jarum jam dan siap
memutarnya! Kau harus berbuat sesuatu sebelum terlambat! Atau
terlalu cepat! Sebelum jam itu mengembalikanmu ke waktu sebelum
kau dilahirkan! Cepat! Sebelum tanganmu jadi terlalu kecil untuk membalik
halaman buku ini! Bukalah HALAMAN 44.
Sementara wanita tua itu semakin tua dan menyusut, kau
bergerak secepat mungkin dengan tanganmu yang mengerut.
Dengan mengerahkan seluruh kekuatan yang masih ada di
dalam tulang tuamu yang rapuh, kau memundurkan jarum hitam jam
pink terang itu. Angin menderu-deru. Rasanya seperti hujan yang
menerpa kulit tuamu yang keriput. Pelan-pelan kau, Abbey, dan Kip
menjadi makin muda kembali. Kau terpana memandangi wajah Abbey
yang semula mirip apel kering, sekarang merona dan mengencang
hingga akhirnya segar dan muda kembali. Kip dan kau kembali seperti
semula. Setelah semuanya berakhir, perhatianmu beralih ke sisa-sisa si
Penjaga Waktu. Selembar perkamen di lantai. Kaupungut dan
kaubaca: "Waktu berlalu dan datang lagi,
Waktu berhenti dan berlalu dan berhenti dan kemudian...
Ini bukti juga!" serumu.
"Oke, si sok tahu. Lalu apa artinya?" Abbey tampaknya
penasaran sekali. "Yah," kau berpikir keras, "jam yang kanan berputar mundur.
Berani taruhan pasti jam yang kiri maju. Tapi aku tak tahu apa yang
terjadi pada jam oranye ini...."
Bukalah halaman 68 Kaudorong tubuhmu ke pintu di belakang ruangan itu. Pintu itu
tidak bergerak. "Dorong lebih keras!" teriak Abbey di antara bunyi semua jam
yang memekakkan itu. Kalian bertiga menempelkan bahu masingmasing ke pintu dan mendorong. Satu lagi dorongan keras dan pintu
itu terbentang! "Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaayyyyyyyyyyyyyyy!!!" sorak
kalian saat kalian terjatuh melalui pintu itu ke luncuran yang berputarputar panjang. Kalian berpegangan. Dengan cepat kalian meluncur
turun ke tempat yang lebih gelap dan lebih dalam. Seakan kalian
berada di atas roller coaster menuju ke tempat entah apa....
"Wheeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
eeeeeeeeee...." Meluncurlah ke halaman 69
Semua urusan pertukaran kepala ini membuatmu sangat pusing.
Dan kau masih punya kepala ratu! Tidak bisa berakhir begini. Kau
jadi ratu, Abbey jadi kau, dan Kip jadi monster seram.
Kau memikirkan baju baja yang hilang itu. Milik Sir Edmund,
si Ksatria Baik. Kau memikirkan potongan perkamen yang
kautemukan"bukti semua kejadian ini. Kau pasti telah ditakdirkan
untuk menemukan baju baja itu. Apa yang dikatakan perkamen itu"
Sebelum fajar menjelang, Ksatria Baik dan Ksatria Jahat akan
berperang. Jika tidak, Ksatria Jahat akan memusnahkan segala
kebaikan. Itu tidak baik bagimu.
RRRIIIINNGGG! Terdengar dering jam dari suatu tempat.
Seakan jauh sekali. Dan apa itu yang berdetak di perutmu"
Jam itu! Tidak jauh, hanya di balik kausmu! Kau
mengeluarkannya dan melihatnya. Jam hijau dan jam pink
menunjukkan waktu yang sama: pukul 06.00. Matahari akan segera
terbit! Seolah memberi isyarat, semua kepala di ruangan mulai
berteriak! Dan ada banyak kepala di tempat ini! Bahkan Abbey dan
Kip, yang tidak lagi memiliki kepala mereka sendiri, ikut berteriak.
Sebelum fajar menjelang... katamu dalam hati. Waktumu telah habis!
Kau telah mendengar tawa seram si Ksatria Hantu di sekelilingmu!
Jika waktu berpihak padamu, bukalah HALAMAN 25.
Jika waktu memusuhimu, bukalah HALAMAN 14.
"Baiklah, baiklah, sudah cukup. Ini semakin aneh buatku,"
katamu. "Sudah waktunya kita menelepon polisi."
"Dasar penakut," Abbey mengejekmu. Kau tidak
memedulikannya. "Tapi hanya keluarga Saxton yang bisa menghapuskan kutukan
itu," Kip mengingatkanmu. "Polisi takkan bisa apa-apa."
"Yah, biar saja mereka mencoba."
Kau menutup peti KSATRIA BAIK dan mengikatnya kembali.
Kemudian terdengar lagi jeritan yang paling keras. Diikuti dengan
bunyi berderak-derak. Kau mengedarkan pandangan, dan jantungmu
nyaris melompat dari dadamu.
Ksatria Jahat itu mendobrak peti kayu yang satu lagi dengan
lengan baju bajanya. Sarung tangan baja dengan jari-jari tebal
berkilat-kilat di bawah cahaya suram. Dan tangan itu menyambar
leher Abbey yang kurus. Cepat! Berlarilah ke halaman 83
Kau menjerit ketakutan dan bergidik saat tubuh basah ular itu
merayap turun ke lenganmu dan turun ke lantai. Lalu kau melihat
potongan perkamen yang tak asing lagi tertancap pada salah satu
taringnya! Kau hampir tidak mempercayainya. Kau tahu kau harus
mendapatkan perkamen itu. Dengan hati-hati, kau mengulurkan
tangan ke bawah. Untunglah kau berhasil melepaskan perkamen itu
tanpa harus kena gigitan. Ular itu meluncur menjauh.
"Hei, lihat apa yang kutemukan!" kau berseru dan menoleh ke
Kip dan Abbey. Tapi kau sendirian. Yah, sebetulnya kau tak benarbenar sendirian.
Paduan berbagai suara makhluk di situ menjawabmu. Kau
mencoba tidak menghiraukannya dan membaca tulisan yang tertera
pada perkamen itu. Namun terlalu gelap.
Kau membutuhkan cahaya lebih banyak.
Pencahayaan lebih baik di halaman 36
Kau tak bisa mengandalkan kepalamu sendiri untuk
menyelamatkan Kip supaya tidak terkubur oleh sekompi pasukan
kepala bergelindingan. Kauedarkan pandangan ke sekeliling ruangan,
mencari-cari seseorang yang lebih pandai. Di sudut terjauh ruangan itu
tampak kepala yang sendirian terletak di rak teratas.
Aha, pikirmu. Di rak teratas. Mungkin punya IQ tertinggi.
Kau cepat-cepat menuju ke sudut itu. Dengan berpijak pada rak
lainnya, kau memanjat hingga mencapai penyangga kepala tertinggi
itu. Wajah itu membelakangimu. Namun sebelum kau dapat
menyentuh untuk memutarnya, kepala itu mulai berpaling sendiri!
Perlahan-lahan berputar dan bertatapan mata denganmu.
KEPALA SI KSATRIA JAHAT!!!!!!!!
"AAAAaaahhhh!" kalian menjerit ketakutan saat kepala kalian
bertukar tempat seketika.
Jeritan yang mencekam. Jeritan si Ksatria Hantu!
Dan itu adalah KAU! TAMAT Abbey terbatuk-batuk sambil menyeka gumpalan lumpur
cokelat tebal dari mulut dan matanya. Sekarang ia melihat apa yang
telah kau dan Kip lihat. Dinding itu hidup!
Makhluk-makhluk lumpur bertubuh pendek-lebar melangkah
keluar dari dinding-dinding kotor itu. Mereka mulai menimpuknimpukkan lumpur yang basah dan tebal.
"PLOOOOOKKK!" Segumpal lumpur mengenai telingamu.
"PLOOOKKK!" Segumpal lainnya mendarat di rambut Kip dan
melumuri matanya. "Ada apa ini"!" teriak Kip.
"PLOOOOOKKK!" jawab satu gram lumpur hadiah istimewa.
Lumpur di telingamu mulai mengering dan retak. Kau
mengelupasnya. "CEPLOOOOOK!" Segumpal lumpur lagi mengenai
perutmu. Yang ini keras. Membuatmu sulit bernapas. Kau harus
keluar dari sini! Para Penimpuk Lumpur itu mengeroyok Abbey. Mereka
mengayunkan lengan-lengan gorila mereka dan melemparkan
gumpalan-gumpalan lumpur yang lebih keras lagi pada Abbey.
"Aaahhhh!" Abbey mengaduh ketika segumpal lumpur keras
menerjang lututnya. "Kenapa mesti aku" Kenapa mesti aku?" jeritnya
sambil menepuk-nepuk lututnya.
Pergilah ke halaman 22 Kautarik selimut menutupi kepalamu dan kau berusaha tidur
lagi. Bagaimanapun, kata Abbey cerita tentang ksatria itu tidak betul.
Tapi kau tidak bisa tidur. Kembali terdengar jeritan. Disusul
satu lagi. Jeritan itu semakin keras dan mengerikan. Dan semakin
dekat! Yang terakhir seakan berasal dari luar pintumu!
Tunggu. Apa itu" Ada sesuatu yang bergerak di kaki
ranjangmu. Matamu mengerjap-ngerjap berusaha melihat dalam gelap.
Tiba-tiba kau berharap tidak usah melihatnya. Sesosok bayangan
melayang-layang di kakimu, siap menyerang. "Ksatria itu!" teriakmu
Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil meloncat dari ranjang.
Cepat! Bukalah halaman 67
Jam di balik kausmu itu sedang berdering nyaring! Makin lama
makin keras. Kepala-kepala di rak itu menatapmu. Berderet-deret
kepala dengan mulut ternganga. Menjerit-jerit padamu. Jantungmu
menggedor-gedor rusukmu. Denyut nadimu mulai berpacu.
"Tolong!" teriakmu. Tapi tak ada yang mendengar teriakanmu
di antara jeritan kepala-kepala itu. Kaupejamkan mata, namun
sebenarnya itu bukan matamu sendiri. Kau masih berkepala ratu.
Habiskah waktumu" Ya, katamu dalam hati. Waktu. Waktu mendesakmu, kau harus
memakai jam itu! Kaukeluarkan jam bermuka tiga itu dari balik kausmu. "Jam
oranye," kau bergumam sendiri. "Pasti sekarang harus digunakan."
Jarimu menyentuh jam itu. Itulah hal terakhir yang kaulakukan.
Jam hijau berputar mundur. Jam pink maju. Jam oranye
berhenti, diam saja. Kau selalu penasaran bagaimana semua ini akan berakhir. Dan
sekarang kau tahu. Seperti inilah akhirnya, untuk selamanya. Agaknya
waktu berakhir bagimu! TAMAT Kau melompat mundur dan meraba pipimu yang tercakar itu.
Terasa ada bilur panjang. Kau berputar menjauhi Abbey dan merabaraba sepanjang dinding sampai menemukan sakelar lampu. KLIK.
Lampu bohlam yang tergantung pada langit-langit memenuhi garasi
dengan cahaya suram. Sekonyong-konyong, semuanya sunyi.
Sekarang kau melihatnya. Monster yang menghadangmu itu
adalah pemotong rumput. Jari-jari berkuku tajam yang mencakar pipimu itu memang
terasa sebagaimana mestinya"penggaruk kebun.
Dan ular yang membebat erat kaki Abbey adalah slang.
"Dari tadi aku sudah tahu," tukas Abbey sambil melemparkan
slang itu. "Semuanya ini sinting!"
Namun belum selesai. "Iiiiiiiiik!" Apa pun yang ada di dalam
peti KSATRIA JAHAT itu menyita perhatianmu. Peti itu tiba-tiba
bergerak ke depan, menabrak Abbey hingga jatuh.
Tolonglah Abbey di halaman 131
Kepala Ksatria Jahat itu berupa bongkahan logam hitam yang
beruap. Medali berkilauan tergantung di sekeliling lehernya.
Medalinya menyedot perhatianmu. Kau terus-menerus menatapnya!
Ketika kau berdiri tak berdaya di depannya, Ksatria Jahat mengangkat
pedangnya yang berat dan... dan...
Ia mengayunkannya ke bawah dan membelah bagian belakang
peti di belakangnya. Kayu itu pecah seperti es.
"DI TANAH KELUARGA SAXTON KALIAN AKAN
DIHANCURKAN!" Suaranya menggelegar di atasmu. Kau bergidik.
Ia balas melirikmu dan kemudian menghilang melalui bagian peti
yang baru terbuka itu. Kau tak sadar berapa lama kau berdiri tertegun di sana. Tahutahu Abbey dan Kip sudah berdiri di sebelahmu.
"K-k-k-kalian lihat i-i-itu?" kau tergagap.
"Ya, tak apa-apa." Abbey berusaha terdengar tenang.
"Lihat!" Kip berseru. "Lubang di belakang peti ini" ada bukitbukit di dalamnya!"
"Ya, betul! Apa artinya itu?" Abbey bertanya tak sabar.
Tapi Kip benar. Kau mengintip lewat lubang itu. Tampak
perbukitan hijau zamrud dan langit biru pucat. Angin terasa membelai
wajahmu. Kau tertarik pada pemandangan itu. Seperti tadi kau tertarik
pada medali itu. "Lebih baik kita lanjutkan," katamu tanpa melepaskan
pandangan dari pemandangan di depanmu. "Kalau tidak, kita takkan
pernah menghapuskan kutukan itu." Kau menyingkirkan serpihanserpihan kayu itu dan melangkah....
Keluarlah dari peti halaman 119
Sepasang lengan berlumuran lumpur mendorongmu keluar dari
dinding itu. Kau ditempatkan di tengah, dan para Penimpuk Lumpur
mengerumunimu. Lalu mereka mulai menimpuk. Gumpalangumpalan lumpur beterbangan ke arahmu, semakin cepat dan semakin
keras. "PLAK!" Kepalamu berlumuran lumpur.
"PLOK!" Kedua lenganmu juga.
"PLAK! PLOK! CEPLOK!" Lumpur kotor dan tebal
menyelubungi seluruh tubuhmu. Tubuhmu menjadi kaku ketika
lelehan lumpur itu mengeras.
Selamat datang di dunia Ksatria Jahat dan pasukan Penimpuk
Lumpurnya. Mereka selalu bertarung dengan cara menjijikkan, dan
akhirnya selalu menang. TAMAT "Siapa kau?" tanyamu dengan suara serak.
"Aku si Penjaga Waktu"aku yang memutuskan siapa yang
mendapat waktu dan siapa yang waktunya habis," teriak wanita
bermuka keriput itu. "Terlalu banyak waktu yang kauambil. Sekarang
aku harus mengambil kembali semua waktumu. Menyusut! Pudar!
Lenyap!" Ketika ia menudingmu sambil mengucapkan mantra, kulit
lenganmu langsung menipis seketika. Bergantungan seperti lembaran
tisu basah. Kau khawatir kulitmu akan robek! Kau harus
menghentikan kutukan umur ini sebelum riwayatmu berakhir dengan
menjadi segunduk debu di lantai.
"Tolonglah kami," kau mengiba-iba.
"Ha!" ujar wanita tua itu. "Menolong kalian" Sesudah apa yang
kaulakukan padaku" Menyusut! Pudar! Lenyap!"
"Jam itu!" bisik Kip. "Gunakan jam itu!"
Selagi masih ada waktu, bukalah halaman 107
"AAAAAAAAAAAAAAAAKH!" Terdengar jeritan seram lagi
malam itu. Seperti dirimu, Kip dan Abbey terjaga. Kalian bertiga
meringkuk ketakutan di kamarmu. Kaupegangi tangan kedua
sepupumu. "Kita harus pergi ke garasi dan menyelidiki," katamu. "Kita
harus mencari tahu ada apa di luar sana."
Suasana malam terpecah oleh jeritan berikutnya. Sesaat Abbey
lupa betapa ia lebih berani daripada kau tadi dan kini ia memegang
lenganmu erat-erat. Sementara Kip memegang lenganmu yang lain.
Kau meraih lampu senter dari meja dan berjalan keluar menuju
kegelapan malam. Kaugandeng kedua sepupumu di sampingmu.
Akhirnya, kalian sampai di depan garasi. Kau berhenti sesaat dan
mendengarkan jeritan itu.
"Nah, sekarang," katamu. Kau mengulurkan tangan ke bawah,
memegang kenop pintu, dan mengangkatnya.
Ada apa sih" Cepat, bukalah halaman 113
Kau terjaga. Hal terakhir yang kauingat adalah potongan
perkamen yang berbunyi, "Sebelum fajar menjelang, Ksatria Baik dan
Ksatria Jahat akan berperang...."
Kaugosok-gosok matamu untuk menghilangkan rasa kantuk.
Kau melihat Kip dan Abbey. Tapi kalian sudah tidak berada di garasi.
Bola lampu terang tergantung pada kabel di langit-langit.
Menyorotkan sinar suram cokelat kekuningan yang mewarnai gua
besar di ruangan itu. Dinding dan atapnya berwarna lumpur.
"Paling tidak kita masih bersama-sama," katamu.
"Tapi kita ada di mana?" tanya Abbey. "Halo! Ada orang di
sana?" Tidak ada jawaban. Udara lembap dan apak. Mengingatkanmu akan sesuatu. Seperti
udara di dalam museum tua yang kaukunjungi ketika darmawisata
sekolah bulan lalu. Lalu kau melihat goresan lumpur pada dinding
yang berbunyi: MUSEUM ABAD PERTENGAHAN.
"Hei!" serumu gembira. "Kita ada di kota. Ini museum tempat
ayahmu seharusnya pidato minggu depan!"
"Museum?" Abbey balas berseru. "Tak ada apa-apa di sini...."
Mulutnya ternganga ketika segumpal besar lumpur tepercik ke
mukanya! PLOK! Ikuti kisah menjijikkan ini di halaman 12
"SELAMAT DATANG DI AJALMU!" geram si Ksatria Jahat
ketika Kip dan Abbey melangkah masuk ke kegelapan.
"Mundur!" teriakmu pada kedua sepupumu. "Aku menemukan
potongan terakhir teka-teki itu. Di situ tertulis, 'Saat si Jahat
menyerang dan si Baik bertahan, berakhirlah sudah kutukan.' Tapi
percuma saja. Di sini ada setan banyak sekali. Kembalilah kalian!"
"Kami tak bisa kembali!" sahut Kip. "Pintu itu tertutup."
"Kita tak bisa menang!" teriakmu. "Tanpa baju baja Sir
Edmund, kita tak punya kesempatan!"
"Kita harus mendapatkan baju baja itu!" seru Kip. "Kita harus
menunjukkan kita cukup berani memakai baju baja ksatria itu.
Begitulah cara kutukan itu dituliskan!"
Kau tahu Kip benar. Hanya orang yang paling berani yang
menjadi ksatria. Entah bagaimana perasaan Kip dan Abbey, tapi saat
ini kau merasa tidak terlalu berani.
Bukalah halaman 114 Kau ingin menolong Abbey. Ia menekuk lututnya kesakitan.
Tapi sebelum kau bisa menghibur Abbey, timbul masalah baru.
Penimpuk Lumpur lainnya meluncur keluar dari dinding dan
menerjang ke arahmu. Makhluk berbibir tebal dan lebar itu sangat
dekat denganmu sehingga kau dapat mencium bau amisnya. Kau
tersedak dan terbatuk-batuk.
Cairan lumpur yang menjijikkan meleleh keluar dari mata
kuningnya dan dari hidung lebarnya. Di sebelahnya ada Penimpuk
Lumpur yang lainnya. Dan yang lainnya. Dan yang lainnya!
Jika kau putus asa dikepung gerombolan Penimpuk Lumpur
jahat itu, bukalah HALAMAN 55.
Jika kau ingin mengundurkan diri dari kekacauan lumpur ini,
bukalah HALAMAN 86. Mau tak mau kau harus melihat apa yang membuat landaklandak itu ketakutan. Tidak ada tanda-tanda kapan Ksatria Jahat akan
muncul lagi. Lebih baik kembali ke balik pagar tanaman itu.
"Daripada mendengarkan teriakan seram baju baja rongsokan
itu, lebih baik balik lagi deh!" katamu. Namun lubang yang kalian
dobrak tadi telah kembali ditumbuhi tanaman.
Kau mencoba menyibak semak-semak tebal itu. Jari-jarimu
tergores-gores dan memar. "Tak ada gunanya menyibak pagar itu, kita
harus mendobraknya lagi."
Kalian bertiga berpegangan dan memunggungi pagar tinggi itu.
"Pada hitungan ketiga kita mulai!" katamu. "Satu, dua, tiga!" Kalian
semua bersama-sama mendobrak pagar itu.
Kau terbanting dan tertelentang di tanah keras. Kau melihat ke
sekeliling dan menemukan sesuatu yang paling aneh.
Bukalah halaman 112 Aliran listrik melebur kau, Kip, dan Abbey jadi satu. Kalian
tidak dapat memisahkan diri.
Di ruangan yang sekarang berukuran sebesar lemari pakaian
dan terus mengecil setiap detiknya, kalian nyaris tidak dapat bergerak.
Setiap gerakan mengakibatkan semburan bunga api ke kepala kalian.
Kalian bahkan tidak dapat merentangkan lengan untuk melindungi diri
dari sengatan bunga api itu.
Kalian hanya bisa menunggu. Kalian berharap gelombang
listrik yang menyengat dan mematikan itu akan berhenti sebelum
terlambat. Bukalah halaman 91 Waktu berpihak padamu. Tanpa berpikir lagi, kauputar jarum
jam hijau keperakan itu. Kau berhati-hati agar jarum itu tidak terlalu
cepat bergeser. Waktu mundur lagi. Tapi hanya beberapa menit. Dengan takjub
kau melihat saat menit-menit terakhir diputar ulang seperti pada video.
Kepala-kepala bergerak-gerak sampai kalian semua kembali normal
dan kau kembali ke tempat kau mulai lagi. Kepalamu berputar-putar.
Telingamu berdenging-denging. Dan hidungmu melekat pada dinding
kaca. ebukulawas.blogspot.com
Kau melihat dua tombol. Yang satu bertanda KEPALA dan
yang lain bertanda CERITA. Kau merogoh sakumu dan mengeluarkan
sekeping uang logam. Lemparkan uang logam untuk membantumu memutuskan
tombol mana yang kau tekan. Jika kau menekan KEPALA, bukalah
HALAMAN 103. Jika kau menekan CERITA, bukalah HALAMAN 26.
Kau menekan tombol bertulisan CERITA. Sekonyong-konyong
kalian bertiga kembali ke rumahmu dan sedang mendengarkan salah
satu cerita terhebat. Pergilah ke halaman 4 Pagar-pagar tanaman bermunculan dari tanah dan semakin
banyak. Menyebar mengejarmu dengan kecepatan yang menakjubkan.
Kau bukan tandingan mereka. Mereka menduluimu, menghadangmu.
Kau berusaha berhenti seketika. Tapi terlambat menghindari duri-duri
berwajah itu. Begitu pula Kip dan Abbey.
Kau mulai lari ke lain arah. Tapi belum jauh kau sudah kembali
berhadapan dengan dinding pagar tanaman!
Sepertinya tak peduli mana pun arah yang kautuju. Setiap ada
jalan pasti segera dihadang oleh dinding semak-semak berduri yang
tinggi dan kokoh. Duri-duri menusukmu ketika kau berlari melewatinya! Kau
mengibaskannya dan tetap berlari. Kau harus keluar dari sini! Dinding
yang mengelilingimu itu semakin tinggi dan tinggi, membelah langit
biru. Kalian bertiga berlarian ke segala penjuru. Tapi sia-sia belaka.
Kau berhenti sesaat untuk mengambil napas.
Tanah di bawahmu mulai bergemuruh dan bergoyang.
"Aaaaaaaaahhhhhh!" teriakmu. Kau dapat membayangkan pagar
tanaman itu seolah meledak di sepanjang tanah dan meluncur
menghantam dirimu! Kau berlindung.
Namun mendadak semua berhenti. Kembali sunyi. Kecuali Kip.
"Kita terjebak!" teriaknya. "Apa yang kita lakukan sekarang?"
Cobalah melarikan diri ke halaman 78
"Kau mau ke mana?" Kip bertanya saat kau melangkah dari
batu pijakanmu yang bergoyang-goyang menuju ke tempatnya.
"Lihat ke atas sana," katamu. Kau menunjuk benda yang
berkilauan itu. "Kurasa apa pun di atas sana itu sesuatu yang kita
perlukan. Aku tak tahu kenapa, tapi aku harus tahu itu apa. Aku akan
naik ke sana." "Aku ikut!" kata Kip menyediakan diri.
"Hei, enak saja," teriak Abbey. ''Jangan pergi. Jangan
tinggalkan aku sendirian!"
"Oh ya. Abbey takut ketinggian," Kip bergumam.
"Aku akan pergi sendiri," katamu. "Kalian berdua tetap di sini
saja." Dengan merangkak, kau naik ke batu berikutnya.
Kau seolah memanjat kulit telur. Satu gerakan salah akan
mengakibatkan batu yang kauinjak melontarkanmu. Kau akan
terguling-guling ke dasar. Kau memeriksa setiap batu sebelum
memijaknya. Heran, betapa banyak di antara bebatuan itu yang tajam!
Kau memanjat semakin tinggi dan tinggi.
Lalu kau melihatnya. Sebuah tangan! Mencuat dari antara bebatuan itu!
Lihatlah lebih dekat di halaman 133
Makhluk lumpur itu kaulemparkan ke tanah dengan sekuat
tenaga. "CEPLOOOK-BUUUUUK!" Lumpur basah bepercikan di
mana-mana. Kau terlempar ke tanah. Segalanya menjadi gelap.
Ketika kau membuka matamu, lampu bohlam tergantung di atap
di atasmu. Bukan bohlam yang ada di Museum Abad Pertengahan.
Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi yang ada di garasimu!
"Hahahahahahaha..." Terdengar tawa. Jantungmu berdebar
kencang. Apakah itu Ksatria Jahat"
Kau duduk. Ternyata hanya Kip dan Abbey. Mereka duduk di
sampingmu, tertawa-tawa seraya menuding-nuding. Kedua peti itu
tidak bergetar sedikit pun, tetap di tempat semula. Sama sekali tidak
ada yang aneh di sini. Kecuali kenyataan bahwa kau, Kip, dan Abbey
semuanya selamat. Apakah Penimpuk Lumpur dan Ksatria Jahat itu
semuanya cuma ada dalam khayalanmu"
"Apakah tadi kalian melihat sesuatu yang aneh?" kau bertanya
pada kedua sepupumu. "Bukan aku," sahut Kip tanpa merasa bersalah.
"Bukan saya," Abbey mengoreksi adiknya.
"Kupikir juga bukan aku," katamu.
"Saya pikir juga bukan saya," Abbey mengoreksimu. "Apakah
kau tak tahu apa-apa?"
Satu hal yang tidak kaubayangkan. Abbey tidak berubah sedikit
pun. Ia selalu punya kata akhir.
TAMAT Ibumu selalu berkata padamu, "Pakai kepalamu." Sekaranglah
kesempatanmu! Cepat, sebelum Kip kehilangan kepalanya!
Tampaknya yang harus kaulakukan supaya bisa menukar
kepalamu di ruangan sinting ini adalah dengan menatap mata salah
satu kepala. Tanpa membuang waktu, kau berdiri di depan Ratu
Abbey. Kautatap matanya dan...
"Pengawal!" serumu sesaat kemudian. "Segera kembali ke
penyangga kepala kalian masing-masing!" Sekarang kaulah sang Ratu
dengan mahkota bertatahkan berlian dan para pengawal harus
mematuhimu! Kepala-kepala para pengawal yang bergelindingan itu segera
berubah arah. Dengan tetap berada dalam barisan rapi, mereka
menggelinding kembali ke penyangga kepala dan masing-masing
menempati posisi semula di rak. Kip selamat!
Semuanya beres. Kecuali satu masalah kecil"Abbey memakai
kepalamu, kau kelihatan seperti Ratu, dan Kip adalah makhluk
mengerikan. Ada usul bagaimana mengatasi kekacauan ini" Kalau
kepala kalian dikumpulkan, mungkin akan terjadi sesuatu.
Bukalah segera halaman 8 "Dia memanggil namamu!" Abbey mengingatkan. "Dia
mengejarmu!" "ABBEY!" panggil suara dalam dan berbahaya si Ksatria Jahat.
"KIP!" suara itu berdentum lagi dari suatu tempat di ruangan sebelah.
Lalu ia memanggil namamu lagi.
"MAJULAH!" perintah si Ksatria Jahat. Tiba-tiba kau merasa
sangat ingin tahu. Bagaimana mungkin Ksatria Jahat ini bisa
mempengaruhi pikiranmu" Kakimu terasa melangkah ke depan.
"Jangan lakukan. Jangan masuk pintu itu!" Abbey memohonmohon padamu.
"MAJULAH!" perintah si Ksatria Jahat lagi.
Jika kau tak dapat menolak perintahnya, bukalah HALAMAN
128. Jika kau menuruti nasihat Abbey, bukalah halaman 58
"Ayo kita ke kiri," kata Abbey sambil mencabuti duri-duri di
lengannya. "Ada gubuk di bawah bukit ini. Mungkin kita bisa minta
tolong." "Hei! Apa cuma aku yang merasakan keanehan di sini?"
tanyamu. Abbey dan Kip tidak dapat mendengarmu. Mereka sudah
berjalan melintasi padang rumput yang berangin menuju ke gubuk itu.
"Peri!" gumammu. Kau mulai mengikuti Kip dan Abbey.
Belum jauh kau berjalan ketika terdengar gemuruh yang
memekakkan. Seperti gempa bumi! Tampak sepotong tanah berumput
melayang di udara! Kau menengok dan di belakangmu tampak...
PAGAR TANAMAN! Pagar tanaman maut. Tanaman itu
tumbuh cepat sekali. Muncul begitu saja dari permukaan bumi dalam
bentuk barisan bergerigi. Membentuk dinding ranting-ranting dan
dedaunan. Dan kelihatannya seakan, ya, tanaman itu... bergerak ke
arahmu! Wah, kau harus mulai lari cepat lagi. Dan tak ada gunanya
berteriak-teriak. Sekarang saatnya LARI!
Larilah ke halaman 27 "Kita akan membuka peti Ksatria Baik," kau memutuskan. Kau
tak ingin menanggung risiko. Tapi begitu kau mengatakannya,
terdengar jeritan yang menusuk telinga di garasi itu. Peti Ksatria Jahat
mulai berderak-derak lagi. Baju baja di dalamnya berdentang dan
bergemuruh dan meraung. Kau merapat pada Kip. Atau Abbey" Sulit memastikannya
dalam keadaan gelap. Peti Ksatria Jahat yang tinggi itu berguncang mendekatimu.
Miring ke belakang dan ke depan. Ke belakang dan ke depan. Kalau
peti itu menjatuhimu, kau pasti tergencet! Kau berusaha menarik
kedua sepupumu menghindar. "Ayo, keluar!" kau berteriak. Tapi kau
baru berjalan beberapa langkah menuju ke pintu garasi saat sesuatu
menghadang jalan keluar. "Ada setan!" jerit Kip.
"Aaaahhhh!" jerit Abbey sambil meloncat menjauh dari
sampingmu. Tak sengaja kaujatuhkan lampu sentermu dan lampu itu
berdebam di lantai yang keras. "Ada yang meliliti kakiku!" teriak
Abbey. "Abbey!" teriakmu. Kau hendak mendekatinya, tapi kau merasa
kuku-kuku tajam mencakar pipimu.
Bergegaslah! Bukalah halaman 15!
Ya! Sekarang kau mengerti. Ini mulai bisa dimengerti. Kau tahu
kau harus mengambil tindakan SEKARANG atau kau akan
terpanggang dan terjepit dinding. Gelombang listrik yang mengaliri
kalian sangat kuat sehingga kalian bersinar seperti bola lampu. Atau
seperti sinar-X. Kaupandangi tanganmu. Tulang-tulangmu kelihatan! Kau
memberanikan diri melihat Kip dan Abbey. Kau menjerit ketakutan
begitu melihat mereka. Mereka kini berbentuk kerangka listrik!
Dengan percikan dan desisan bunga api setiap saat, kau
mengeluarkan potongan perkamen yang lainnya dari sakumu. Kedua
potongan perkamen ini merupakan bukti, pikirmu. Harus ada jalan
keluar dari sini! Sebelum fajar menjelang, Ksatria Baik dan Ksatria Jahat akan berperang
Waspadalah terhadap tagihan mautnya
Yang terjadi SEKARANG bukanlah yang sebenarnya...
Yang terjadi SEKARANG bukanlah yang sebenarnya. Kau
berpikir keras. Yang terjadi SEKARANG BUKANLAH YANG
SEBENARNYA. Kata-kata itu mendengung-dengung dalam
kepalamu. Kau memaksa diri untuk memahami bahwa yang terjadi
SEKARANG bukanlah yang sebenarnya!
Paksalah dirimu ke halaman 57
Kedua sepupumu mungkin menemui kesulitan. Kip dan Abbey
barangkali berubah menjadi batu saat ini juga!
"Jangan bergerak!" kau berseru ke bawah. "Maksudku
BERGERAKLAH jika kalian bisa. Aku turun untuk menyelamatkan
kalian!" Kau menoleh pada benda berkilauan itu untuk terakhir kalinya.
Batu demi batu kembali kauturuni. Ternyata jauh lebih sulit turun
daripada naik, tapi waktunya mendesak! Kau berusaha tidak
memikirkan apa sebenarnya batu-batu itu!
Kakimu bertumpu pada batu yang sebenarnya bahu seseorang.
Batu itu berguncang karena beban tubuhmu. Dan batu itu terpental!
Kau terguling dengan kepala lebih dulu menuruni lereng berbatu.
"Ouh! Oh! Eh! Ouh!" pekikmu setiap kali terbentur. Akhirnya
kau mendarat dan menimpa kaki kedua sepupumu.
Bukalah HALAMAN 101 untuk mengetahui apa yang terjadi
pada mereka! Satu-satunya cahaya yang cukup terang untuk membaca adalah
cahaya api embusan napas si naga. Kau bergeser, agak mendekat ke
sangkar itu dan memegangi potongan perkamen itu.
Namun baru saja kau siap untuk mulai membaca, salah satu
naga mengembuskan lidah api yang panjang. Api itu mengenai
perkamen. Menjilat tanganmu.
Kertas itu kaulemparkan ke tanah. Tepat saat sebelum potongan
itu berubah jadi abu, kau sempat melihatnya sekilas. Dalam hati kau
membaca: Saat si Jahat menyerang dan si Baik bertahan Berakhirlah sudah
kutukan. "Rasanya aku sudah pernah dengar," katamu pada diri sendiri.
Kau ingat cerita Kip tentang kutukan itu: "Si Ksatria Jahat akan
menghancurkan semua kebaikan. Hanya keturunan Saxton yang
berani dan baik hati yang dapat mengalahkannya. Harus keturunan
Saxton." Sambil mengedarkan pandangan berkeliling, kau yakin akan
satu hal. Satu-satunya hal yang baik di sekitar sini adalah KAU.
Kau juga keturunan Saxton.
Dapatkah kau menghadapi setan jahat ini seorang diri"
Jika kau ingin mencoba seorang diri, bukalah HALAMAN 40.
Jika kau memerlukan bantuan dari para sepupumu, bukalah
HALAMAN 84. "AAAaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh!" jeritmu ketika jarimu
menyentuh logam itu. "Bangun!" kau mendengar suara Kip.
"Kau menjerit-jerit!" Abbey menggoyang-goyang lenganmu.
"Bangun!" Matamu mengerjap-ngerjap membuka. Tanganmu tertumpang
di atas sekop yang terbuat dari logam dingin dan tergantung di dinding
garasimu. "Kau berjalan dalam tidur!" Kip berkata. "Kami mendengarmu
berteriak-teriak sehingga kami lari ke kamarmu. Kau turun dari
ranjang, memakai mantel, dan berjalan keluar menuju ke garasi sini."
"Kami membuntutimu untuk memastikan kau tak apa-apa,"
Abbey melanjutkan. "Kau mendekati peti-peti yang kami bawa itu dan
berdiri lama sekali di depannya. Aneh."
"Kami berusaha bicara padamu, tapi kau tak dengar. Lalu
kauulurkan tanganmu, kausentuh sekop itu, dan mulai menjerit-jerit
lagi!" Sekarang Kip tertawa karena melihat ekspresi wajahmu yang
tolol. Kau terkejut, malu, dan sekaligus lega. Benarkah semua itu
cuma mimpi gila" Bukalah halaman 120 "Kita harus membebaskan Ksatria Baik," teriakmu mengatasi
jeritan dan dentang itu. "Mungkin dapat membantu kita melawan
kutukan itu." "Tapi... tapi...," Kip tergagap ketakutan.
"Buka saja benda itu," bentak Abbey, "dan semuanya beres!"
Jari-jarimu berkutat dengan tali kulit yang mengikat peti itu.
"Sudah kutemukan simpulnya di bawah," kata Kip sambil
berpindah ke sebelahmu. Abbey hanya menonton kalian sibuk. Kau
dan Kip berusaha membuka salah satu sisi peti itu. Dentang itu
semakin keras ketika pintu peti itu terbanting ke lantai. Kauambil
senter dan kausorotkan sinarnya ke dalamnya. Abbey-lah yang paling
dulu menahan napas. Bukalah halaman 50 Kunci perak itu cocok sekali dengan lubang itu, tapi tidak mau
berputar. "Tak bisa," katamu. "Padahal kelihatannya kunci ini cocok."
Sial. Kunci itu kaukembalikan ke dalam sakumu. Kau mundur
menjauhi pintu untuk mencari jalan masuk lain. Begitu kau menjauh,
pintu itu membuka pelan-pelan!
"Masuklah," suara seorang yang sudah tua mempersilakan dari
dalam gubuk itu. "Aku sudah menunggu kalian."
"Menunggu kami?" Abbey tergagap. Ia melongok ke balik pintu
yang gelap itu. "Tapi aku tak melihatmu," katanya.
"Mendekatlah," kata orang tua itu dengan suara ramah. "Sudah
lama sekali aku tak punya teman baik."
Kalian bertiga memasuki gubuk itu. Sedetik kemudian
terdengar BANTINGAN pintu di belakang kalian!
Jika BANTINGAN pintu itu membuatmu berteriak, bukalah
HALAMAN 87. Jika BANTINGAN pintu itu membuatmu meloncat, bukalah
HALAMAN 105. Kau memutuskan kau harus menghadapi si Ksatria Hantu satu
lawan satu. Jika Kip dan Abbey ikut berada di ruang pamer setan ini,
barangkali semuanya akan berakhir mengerikan. Lagi pula ini kan
mimpi burukmu sendiri. Begitu kau memutuskan untuk tidak memanggil kedua
sepupumu, terdengar suara Kip dari pintu. "Jangan masuk!" kau
berseru. "Kau betul. Ini ruang penyiksaan!"
Sebelum kau dapat mencegah, Kip dan Abbey telah melewati
pintu itu dan masuk ke ruang mengerikan ini. "Berhenti!" kau
memperingatkan mereka. Tapi terlambat. Mereka sudah di dalam.
Bukalah halaman 21 Kip dan Abbey tidak memedulikan kau yang berlari
meninggalkan ruang makan itu. Mereka tak peduli. Mereka menarik
tutup jubah mereka untuk menutupi kepala mereka yang sudah lenyap
itu. Sekarang Abbey dan Kip juga bernyanyi.
"Tak ada lonceng berdentang buat kami. Tak ada lonceng
berdentang buat kami. Tak ada lonceng berdentang buat kami."
Kau bergegas menuruni tangga batu lainnya. Di dasar tangga
ada pintu terbuka menuju ke lapangan.
Di seberang lapangan itu ada reruntuhan menara lonceng. Saat
kau berlari menghampirinya, para rahib itu membuntutimu sambil
terus menyanyi. Mereka tidak akan membiarkanmu melarikan diri.
Mereka ingin kau bergabung juga.
Cepat-cepat kau mendaki tangga batu yang hancur menuju ke
puncak menara. Seutas tali lapuk terjulur dari lonceng besi berwarna
hitam. Di lantai ada cerek penuh dengan cairan hitam yang
bergelembung. Kau meraih tali lonceng itu, dan hantu-hantu itu berhenti
mengejar. Lengan tebal jubah mereka terangkat ke tudung kepala"
menempel ke tempat telinga mereka seharusnya berada. Rupanya
mereka takut sekali pada lonceng itu, sama seperti kau takut sekali
pada mereka. Jika kau menarik tali untuk membunyikan lonceng itu, bukalah
HALAMAN 110. Jika kau memutuskan untuk menyiramkan cairan di dalam cerek
itu pada mereka, bukalah HALAMAN 73.
Kip memutuskan pintu yang benar adalah pintu di sebelah
kanan. Dengan mudah Kip memutar kenopnya. Ia mendorong pintu
itu dengan bahunya dan masuk. Kau menggandeng Abbey dan masuk
melewati pintu itu tepat pada waktunya. Dinding-dinding itu
bergemeretak, menyatu di belakangmu. Terdengar derit mengerikan
seperti kuku jari menggores papan tulis. Kau menutupi telingamu
yang kesakitan, tapi lalu semuanya sunyi.
Atau mungkin tidak benar-benar sunyi. Setelah telingamu
menyesuaikan diri dengan kesunyian itu, kau mendengar sesuatu.
Bunyi detak. "Tik, tok, tik tok...." Itulah yang kaudengar.
"Jam!" Abbey berseru gembira. "Ratusan jumlahnya! Dan
semuanya berlainan!" Terdengar bunyi jam ding-dong, jam kukuk,
jam genta, dan berbagai jenis jam lainnya. Dinding-dinding di
Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekelilingmu, atap, bahkan pintu-pintu ruangan baru ini ditutupi
dengan jam-jam. Jam-jam dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Di dinding ada tulisan yang berkilauan:
GUNAKAN WAKTUMU UNTUK PERGI
"Lega rasanya," katamu. "Setidaknya jam-jam itu tak dapat
menyakiti kita." "Benar!" Kip setuju. "Tapi bila semua jam itu berbunyi
bersamaan, kita bisa jadi gila! Tak ada waktu lagi!"
"Yah, itulah masalah yang tak ada di sini." Kau tertawa. "Tak
ada waktu. Padahal hanya waktulah yang bisa kita dapatkan di tempat
ini!" Pergilah ke halaman 81 "Kwak! Kwak!" Abbey si Elang Malam berkaok-kaok lewat
kertakan giginya. Ia membawa kalian meninggalkan kegelapan
malam. Kau hanya berharap ia tidak menjatuhkan kalian berdua.
Terbangnya cepat sekali! Jauh di bawah kalian tampak menara lonceng dan reruntuhan
biara itu. Di depan tampak sarang burung raksasa di atas puncak
gunung berbatu. Abbey si Elang Malam melayang ke sarang itu. Ia
membuka mulutnya dan menjatuhkan Kip. Lalu ia membuka
cengkeraman cakarnya dan menjatuhkanmu.
Kau terbanting ke sarang. Keras sekali. Dan sebelum kau tahu,
cangkang yang putih dan tipis terbentuk di sekelilingmu. "Kita
berubah jadi telur!" teriakmu pada Kip saat cangkang itu menutup di
atas kepalamu. Namun Kip tidak mendengarmu. Cangkangnya telah tertutup. Ia
terperangkap, begitu pula kau. Sekarang yang dapat kaulakukan
adalah menunggu kapan kau akan menetas. Mungkin dalam waktu
singkat. Atau mungkin juga tidak pernah terjadi. Bagi kalian dua butir
telur, ini berakhir dengan mudah.
TAMAT "Waaa! Waaa!" Abbey dan Kip duduk di lantai dengan
berkubang air mata. Dan kau sendiri sedih sekali!
Kedua tanganmu menyusut jadi dua kepalan bayi yang gemuk.
Jam besar itu sekarang berat sekali. Kau berusaha keras tidak
melepaskannya. Jika kau melepaskannya, semuanya akan berakhir!
Atau barangkali tidak pernah mulai. Tapi jam itu sebesar tubuhmu,
sebab sekarang tubuhmu tidak sebesar sebelumnya!
Jam itu kauletakkan di lantai dan kau merangkak melewati
permukaan jam hijau keperakan. Napasmu terengah-engah. Ternyata
tidak semudah dugaanmu. Tanganmu terlalu lemah untuk melakukan
yang seharusnya, tapi kau jauh lebih pintar daripada bayi pada
umumnya. Dengan menggunakan lututmu, kau merangkak maju sambil
mendorong jarum jam pelan-pelan. Selama itu, menit demi menit,
Abbey dan Kip bertahap kembali ke ukuran normal mereka.
Kau sangat berhak mendapatkan kesempatan itu juga. Sudah
seharusnya Abbey dan Kip ganti menolongmu! Dan itulah yang
mereka lakukan sekarang. Dua tangan besar terulur ke bawah dan mengangkatmu.
"Lihat bayi kecil ini," kata Abbey. "Lucu, ya?"
Oh, tidak! Apa yang terjadi" Seharusnya kau kembali ke ukuran
normal, kan" Tapi tangan Abbey yang besar sekali malah menimangnimang dirimu!
Ini tak adil, pikirmu! "WAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
TAMAT "Berenanglah!" teriakmu pada Kip. "Supaya kau selamat!"
"Aku tak bisa berenang!" jawab Kip berteriak. Lengannya
menggapai-gapai. Lalu ia lenyap ditelan gelombang.
Kau berenang secepat mungkin menuju ke tempat Kip. Kau
mengulurkan tanganmu ke bawah dan meraih kemejanya!
"Kena kau!" terdengar dua suara pada saat bersamaan. Yang
satu suaramu. Yang lain suara rendah dan jahat si Ksatria Hantu!
Kerah kemeja Kip kautarik ke atas. Ia tersedak. Tawa jahat
terdengar semakin keras dari tepi danau. Sosok tinggi Ksatria Jahat
tampak di sana. Seekor elang malam hitam bertengger di bahu baju
bajanya. Burung itu terbang meninggalkan bahu si Ksatria Jahat. Ketika
melayang di atasmu, burung itu berubah menjadi Abbey! Ia tercebur
ke air. "Tolong!" serunya. "Aku tak bisa berenang!"
Tawa si Ksatria Jahat bergema ke seberang danau. "AKU
AKAN MENYELAMATKANMU!" teriaknya. "AKU AKAN
MENYELAMATKAN KALIAN SEMUA... UNTUKKU!"
Di depan matamu si Ksatria Jahat berubah menjadi banyak.
Ratusan Ksatria Jahat mengepung tepi danau itu. Sekarang nasib
kalian tinggal masalah waktu. Kalian telah gagal.
TAMAT Aha! Kau pernah melihat jam ini! Apa yang membuat jam ini
kelihatan sangat aneh" Oh, ya! Sekarang kau ingat semuanya. Kau
pernah membaca segala sesuatu tentang jam kukuk aneh ini dalam
buku GOOSEBUMPS"Jam Antik Pembawa Bencana.
Jam ini kelihatan sama dengan jam yang membawa anak
bernama Michael Webster itu ke dalam begitu banyak masalah.
Ayahnya membeli jam itu dari toko barang antik. Michael dilarang
menyentuhnya. Tapi Michael tidak mematuhinya. Keingintahuannya
membuatnya tertimpa bencana!
Jam itu mengandung kutukan yang mengerikan. Kutukan aneh.
Kutukan berbahaya yang membawa Michael ke masa silam.
Mengubahnya menjadi anak kecil.
"Hmmmmmmm," kau penasaran, "apakah ini jam yang sama?"
Kau sangat penasaran apakah burung kecil jahat dalam jam itu masih
ada di sana. Bukalah halaman 71 Kau terbangun. Namun begitu kaubuka matamu, kau melihat
sesuatu yang sangat salah. Semuanya gelap di sekitarmu. Kau sama
sekali tidak tahu di mana kau berada. Bahkan jika kau dapat melihat,
kepalamu terasa sangat berat untuk digerakkan.
"Kip" Abbey?" panggilmu.
Suaramu bergema. Kau berusaha mengangkat tanganmu tapi
gagal. Kau mencoba menggerakkan kakimu. Tidak bisa. Jantungmu
mulai berdebar kencang. "Kip! Abbey!" kali ini kau berteriak. Tapi tetap tak ada sahutan.
Yang ada hanya perasaan bahwa kau terjebak. Terbelenggu.
Kulitmu terasa dilapisi dengan sesuatu yang berat dan keras.
Seperti besi... atau seperti...
"Baju baja!" serumu.
Kau mendengar deburan darah. Atau itu suara tawa"
Sekarang kau ingat semuanya! Kau mengantuk sekali. Tapi
begitu kau terlelap, suara si Ksatria Jahat terdengar di benakmu.
"Jadilah si jahat. Bergabunglah dengan pasukanku."
Ketika kau tertidur, Ksatria Jahat menjadikanmu anggota
pasukannya! Kau harus melayani kehendak jahatnya selama sisa
hidupmu yang jahat! TAMAT BUK! Kau mendarat di sesuatu yang empuk. Sesosok tubuh!
Tubuh manusia! "Umph! Hei, cepat turun!" Seorang anak laki-laki yang
penampilannya seperti kaum bangsawan dengan celana ketat dan
celana pendek gembung mendorong kau, Kip, dan Abbey menjauh
darinya. Kalian berdiri dan menepuk-nepuk debu yang menempel di
tubuh kalian. "Siapa kau?" kau bertanya pada anak laki-laki itu. Tampaknya
ia sebaya denganmu. "Aku taruna," jawabnya. "Taruna 48 di divisi 144."
"Taruna?" Abbey bertanya. "Taruna apa?"
"Kami ksatria yang sedang berlatih," anak laki-laki itu
menjawab dengan bangga. "Dan kita sedang menghindari ksatria!" kau memperingatkan
Abbey. "Dapatkah kau menunjukkan jalan keluar dari sini?" Kip
bertanya. Taruna 48 menunjuk ke pintu gerbang yang membuka sendiri.
"Itu jalan keluar," katanya. "Lembah Batu."
"Cepat!" perintahmu pada Abbey dan Kip. "Gerbang itu
menutup!" Begitu kalian melewatinya, pintu gerbang itu menutup.
Kau menoleh. Taruna 48 sudah tak tampak lagi. Yang tinggal hanya
langit malam dan lembah penuh batu yang mengerikan dan aneh.
Ambillah jalan keluar uang penuh batu dan berbahaya lewat
HALAMAN 72. "Oke, oke. Jangan bercanda lagi," katamu. Kau mendekati peti
bertulisan KSATRIA JAHAT dan mulai membuka simpul tali yang
mengikatnya. Peti itu masih bergetar sedikit, tapi jeritan sudah
menjadi erangan lemah. "Kalian sudah berhasil mengecohku sejenak," lanjutmu.
"Jeritan-jeritan itu terdengar seram sekali. Dan semua erangan dan
getaran itu" Wow, kalian memang hebat!"
Kip dan Abbey pasang tampang seolah-olah mereka tidak
mengerti apa yang kaubicarakan. Namun kau tahu mereka cuma purapura.
"Tapi, siapa yang membantu kalian melaksanakan tipuan ini"
Ayahku?" kau bertanya. Ayahmu pasti bersemangat ikut-ikutan
perbuatan konyol begini. Kau berkutat dengan tali kulit itu, tapi akhirnya kau berhasil
melepaskannya. Kau tertawa sendiri. Benar-benar tipuan yang bagus.
Lengkap dengan peti-peti berukuran besar ini. Kau masih belum bisa
percaya kau begitu gampang terkecoh.
Tapi"ternyata pintu depan peti itu jatuh membuka. Dan kau"
ternganga. Kau coba menjerit tapi yang keluar hanya bisikan lirih.
Di sana"di depanmu"kira-kira tiga puluh senti dari
mukamu"kau terpana memandang mata Ksatria Hantu yang bersinar
seperti laser! Bukalah halaman 16, kalau kau berani!
Kau mengintip ke dalam peti terbuka itu. Ada seberkas cahaya.
Dan lalu... "Tak ada apa-apa di dalam peti ini!" kau berseru. "Bukankah
tadi kau bilang di dalam sini ada baju baja?"
"Memang," Abbey mendengus, kembali pada sikap soknya.
"Tapi sekarang sudah pergi, kan?"
"Tak mungkin!" bantah Kip. "Peti ini berat sekali waktu kita
angkut kemari!" Abbey kembali melirik peti kosong itu. "Pasti ada orang yang
mengambil baju baja itu. Untuk teriak-teriak!" katanya. Seharusnya ia
tidak boleh bicara begitu. Karena detik selanjutnya terdengar,
"Iiiiiiieeeeehehehehehe!" Teriakan Ksatria Jahat yang mendirikan
bulu kuduk itu berubah jadi tawa aneh dan misterius.
"Kutukan itu. Si Ksatria Jahat sudah membunuh Sir Edmund
Saxton, dan sekarang dia mengambil baju baja itu!"
"Berikutnya apa?" tanyamu tak percaya, "...atau siapa?" Lalu
kau melihat sesuatu. Di sana. Tergeletak di lantai di dekat peti itu.
Sepotong sobekan perkamen"semacam kertas yang terbuat dari kulit
binatang. Apakah akan kaupungut" Urusan kutukan ini rasanya
semakin tak lucu. Jika kau memungut kertas itu dan membacanya, bukalah
HALAMAN 70. Jika kau memutuskan semua urusan ini terlalu aneh bagimu,
sekaranglah saatnya menutup peti itu kembali dan menelepon polisi,
bukalah HALAMAN 9. Jadi menurutmu kau pintar dalam permainan jalan tikus, hah"
Coba kerjakan yang satu ini! Ambil pensil dan gambarkan rute jalan
keluar di bawah ini. Berhasilkah kau dengan hanya sekali coba"
Jika kau berhasil, HORE UNTUKMU! Hadapi tantangan
berikutnya di HALAMAN 75.
Jika kau gagal, terimalah nasibmu di HALAMAN 65.
Mata berkedip-kedip di seberang lapangan itu hanya mungkin
satu artinya. Itu mata Ksatria Hantu.
"Kita tak bisa melarikan diri darinya," keluh Abbey. "Sia-sia
saja mencoba lagi. Dialah yang membawa kita ke sini. Ini dunianya."
"Dia pasti menginginkan sesuatu dari kita, kalau tidak dia pasti
sudah menghancurkan kita sekarang juga," katamu.
"Dia cuma mempermainkan kita," kata Abbey dengan pahit.
"Seperti kucing mempermainkan mangsanya."
"Seolah-olah dia sengaja memanfaatkan ketakutan kita padanya
untuk membuat kita siap menghadapi semua ketakutan lain yang
mungkin ada," bisik Kip dengan nada misterius.
Abbey memandang Kip dengan penuh kekaguman.
"Menghadapi ketakutan lainnya" Itu konyol!" katanya. "Aku takut
terbang, tapi dia tak membuatku terbang."
Angin kencang mengembus ke menara lonceng dan
membunyikan lonceng itu. TENG! TENG! TENG! Kau membekap
kedua telingamu. Kip menjatuhkan diri ke gundukan jubah rahib itu.
Abbey meloncat mundur dan membentur reruntuhan dinding. Dinding
itu roboh. "Tolong! Aku ttt... terbang!"
Abbey membubung semakin tinggi. Hingga lenyap dari
pandangan. "Abbey!" panggil Kip. "Kembali!"
Jika Abbey tidak kembali, terbanglah ke HALAMAN 92.
Jika Abbey kembali dalam sekejap, naiklah ke HALAMAN
102. Burung itu membelok ke kanan. "Kami mau kaubawa ke
mana?" tanyamu pada elang hitam itu.
"Kwak! Kwak!" kaok burung raksasa itu.
"Sebaiknya kita tak meninggalkan tempat ini," kata Kip cemas.
"Kalau Abbey kembali, dia takkan tahu ke mana kita pergi."
"Kalau tetap di menara lonceng itu pun," kau memberikan
alasan, "kita juga takkan ada di sana waktu dia kembali. Makhluk itu
kelihatannya sangat lapar."
Ketika kecepatan terbang bertambah, kepakan sayap burung
besar itu mengalahkan suara kalian. Kalian diam membisu. Seperti
Kip, kau juga cemas memikirkan nasib Abbey. Kecemasanmu
terlupakan saat kau melongok ke balik bahu burung itu dan melihat
gunung berbatu tepat di depanmu.
"Awas!" pekikmu saat burung itu tepat menuju ke arah gunung
itu. "Kita akan menabrak!"
Burung itu menambah kecepatannya. Gunung itu tepat berada
di jalur terbangnya. "Berhenti!" jeritmu sekeras mungkin. "Kau
dengar, tidak" Kita akan menabrak!"
Bukalah halaman 125 Kau pusing akibat hawa panas dan benturan pedang pada topi
bajamu. Teriakan-teriakan si Wanita Penyihir diikuti oleh makhlukmakhluk jahat lainnya di sel bawah tanah itu. "Serang! Serang!" seru
mereka bersamaan. "Mereka mau serangan" Akan kuberi mereka serangan!"
katamu. EB?K?L?W?S.BL?GSP?T.C?M
Si Ksatria Jahat kembali mengacungkan pedangnya dan
bersiap-siap membelah baju bajamu. Serangan ini dimaksudkan untuk
menghancurkanmu. Kau mundur dengan langkah berat. Kapak perang kauacungkan
tinggi-tinggi ke atas topi baja hitam si Ksatria Jahat. Ia mengayunkan
pedang bajanya tepat ke arah perutmu.
Cepat berpikir! Dengan kapak perang berat teracung di atas
kepalamu, kau tidak dapat merunduk! Maka, kautarik perutmu ke
belakang, sejauh mungkin. Hingga tubuhmu membentuk tanda tanya.
Sambaran pedang si Ksatria Jahat itu menggores baju bajamu,
Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menimbulkan bunyi berdencing. Tapi tidak melukaimu.
Kapak itu masih teracung di atas kepalamu. Sekarang kau
mengayunkannya ke bawah dengan sekuat tenaga. BRAK! Dengan
sekali ayun kauhantamkan kapak itu ke kepala musuh jahatmu.
"AAAaaaaaaaahhhh!" pekik si Ksatria Jahat. Ia jatuh ke lantai
sel bawah tanah itu. Ia tergeletak tak bergerak.
Cepat! Periksa apakah dia masih hidup di HALAMAN 111.
"PLAK!" "PLOOOOOK!" "CEPLOOOK!" Lemparan para Penimpuk Lumpur itu semakin cepat daripada
kesanggupanmu menyekanya.
Abbey menyerah. Ia berdiri menyeka selapis tebal lumpur yang
melumuri wajahnya. Monster-monster itu berdiri di depannya seperti
barisan regu tembak. Mereka kembali meraup lumpur lagi dan
melemparinya. Dengan ngeri kau melihat hujan lumpur itu menyelimuti sekujur
tubuhnya dari kepala sampai kaki. Tak lama kemudian Abbey mirip
dinding lumpur. Tak bisa dibedakan lagi antara Abbey dan dinding
lumpur itu. Ia menjadi dinding itu!
"Kip!" teriakmu. "Kip, di mana kau?"
Ketika kau memperhatikan Abbey dijadikan dinding lumpur,
Kip juga sedang dijadikan dinding lumpur lain. Sekarang yang tampak
hanya matanya yang mengintaimu. Lalu, "PLOOOOOP!" Ia lenyap.
Kau menerjang ke arah dinding tempat Kip tadi berada.
Kaugaruk-garuk lumpur yang mengeras itu. Kau mencoba
mengatakan, "Kip," namun yang keluar dari mulutmu hanya semburan
lumpur tebal. "CEPROOOOOOOOT!" Segumpal lumpur hangat menempel
di punggungmu. Kau terjerembap ke dalam dinding lumpur.
Tahan napasmu hingga kau sampai di halaman 17
Lalu ingatan itu muncul. Kau mengenali suara itu! "Gubuk itu!"
katamu. "Suara orang tua di gubuk itu."
Sekarang orang itu sedang duduk di kursi goyang. Mengerikan!
Ia mempunyai TIGA KEPALA yang mencuat dari lehernya! Dan
keenam matanya terpusat padamu.
"Kwaaak!" seekor burung hitam berkaok dari sangkar di
atasmu. "Kwaaak!"
Burung itu juga tampak tidak asing. Di bawahmu ada tumpukan
kayu keras, maka kau naik ke atasnya. Kau mendekati dan mengamati
burung itu. Ia mengangkat cakarnya dan menyibakkan bulu di
belakang kepalanya. Bulu kudukmu berdiri.
"Itu Abbey!" teriak Kip. "Abbey berubah jadi burung!"
Burung hitam itu balas berkaok pada kalian.
"Burung-burung berkumpul," kata orang tua itu sambil
menudingkan jari kurusnya ke arahmu.
Itulah yang terjadi. Bulu-bulu bertumbuhan dari seluruh poripori kulitmu. Hidung dan mulutmu menyatu dan mengeras. Kau
menjerit, tapi yang terdengar hanyalah, "Kwaaak!"
"Kwaaak!" kalian bertiga berkaok.
"Bagus, teman-teman berbuluku," kata orang tua itu dengan
suara parau. "Menyanyilah untukku, Manis! Menyanyilah!"
"Kwaaak!" kalian bernyanyi.
TAMAT YANG TERJADI SEKARANG BUKANLAH YANG
SEBENARNYA! Ulangmu dalam hati. Lebih keras! Lebih kuat!
Pusatkan pikiran! YANG TERJADI SEKARANG BUKANLAH
YANG SEBENARNYA! Lalu... terjadi keajaiban.
Ruangan yang menyusut itu mulai membesar lagi. Pelan-pelan
kembali ke ukuran normal. Garis-garis listrik yang mengelilingi kalian
bertiga memudar dan lalu lenyap!
"Seperti Penimpuk Lumpur," katamu. "Lagi-lagi tipuan daya
khayal kita! Aku takut Ksatria Jahat ini suka mempermainkan
pikiran." "Kau takut!" gerutu Abbey. Ia mencoba merapikan rambutnya
yang acak-acakan. "Aku berantakan! Aku tak sudi mengeriting
rambutku sesudah ini!"
Seakan menanggapi keluhan Abbey, satu-satunya pintu yang
masih ada terayun membuka. Dengan sendirinya. Terdengar suara
yang membuat darah dalam pembuluhmu langsung membeku. Suara
si Ksatria Jahat. Dan ia membisikkan namamu....
Kau harus menjawab. Pergilah ke halaman 31
Kau tidak selalu setuju dengan Abbey, namun kali ini kau
memutuskan menuruti sarannya. "Kau benar," katamu. "Cuma orang
tolol yang akan masuk ke sana!"
Sebelum dapat berkata lagi, kau merasa dirimu ditarik melawan
kemauanmu. "MAJULAH, TOLOL!" perintah si Ksatria Jahat.
"S-s-s-siapa" A-a-a-aku?" tanyamu tergagap.
Ya, kau. Bukalah halaman 128
Kip memutuskan yang benar adalah pintu kiri. Diraihnya kenop
pintu itu. Saat tangannya hampir menyentuh kenop, bunga api
bepercikan. Kip meloncat mundur. "Aduh! Ada aliran listriknya!"
serunya. Kau melepaskan pegangan pada dinding dan menjaga jarak
cukup jauh untuk meraih kenop pintu lagi. Bunga api kembali
bepercikan ke udara. Desisan bertubi-tubi memecah di sekelilingmu.
Mirip desis cerobong di atap pabrik susu di malam yang panas dan
lembap. Kau mencoba pintu itu sekali lagi. ZZZZAPPPPPPPPP! Mulamula desisan dan percikan bunga api mengelilingi Abbey, lalu kau,
dan akhirnya Kip. Kalian bertiga berkerlap-kerlip seperti lampu hias Natal.
Rambut pirang panjang Abbey berdiri tegak. Bunga-bunga api
bepercikan dari tiap-tiap helai rambutnya. Ia adalah manusia kembang
api, demikian juga kau dan Kip!
Kau berusaha mundur dan melarikan diri dari kejutan itu, tapi
tak ada pilihan lain di sini.
Pergilah ke halaman 24 Abbey bergegas menuju ke dinding penuh pintu itu. Ia baru saja
akan meraih pegangan pintu pertama saat kakinya terpeleset sesuatu.
"Potongan perkamen itu!" serunya.
Kau dan Kip berlari menghampirinya. Abbey memungut
potongan perkamen seperti yang telah kautemukan sebelumnya. Ia
membacakannya untukmu: "...awas tagihan mautnya dan rasakan...
Cuma itu. Cuma itu yang tertulis di sini."
"Pasti masih ada yang lainnya," desakmu.
"Tagihan maut," Abbey mengulangi. "Kalau soal tagihan sih
aku tahu. Kedengarannya seperti ada orang yang mau membeli
seorang pembunuh!" "Lucu sekali," kata Kip sinis.
"Mungkin tidak lucu bagi anak tolol sepertimu," balas Abbey.
"Masa sih?" tantang Kip.
"Sebodo amat," ejek Abbey.
"Hei, tunggu. Tunggu," katamu. "Kita harus bekerja sama di
sini. Potongan-potongan perkamen ini jelas merupakan bukti. Kurasa
ini petunjuk kita untuk menemukan baju baja yang hilang itu, jika kita
memperhatikan. Dan berbagai hal bisa terjadi sampai kita berhasil
menemukannya." Pergilah ke halaman 62 Kip menoleh dan melihat makhluk mengerikan itu mengendapendap menaiki tangga. "Tetap tenang, mungkin dia tidak melihat kita,"
bisikmu. Perlahan-lahan, kau dan Kip merapatkan diri ke sudut menara
lonceng dan memperhatikan makhluk itu. Kau belum pernah melihat
makhluk seperti ini. Makhluk itu sebesar singa dan segelap malam. Mempunyai
telinga pendek yang menempel di sebelah belakang kepala yang mirip
anjing kecil. Ekornya yang panjang mengibas-ngibas menghantam
dinding rusak itu, batu-batu berjatuhan ke tanah.
Makhluk itu menggeram. Barisan gigi putih berkilauan
berlumuran air liur. Matanya yang mengerikan terarah ke tempat
kalian. Hidungnya mengendus-endus. Ia mencium baumu! Lidahnya
yang merah dan panjang terjulur di antara bibirnya yang hitam. Ia
melihatmu! "Dia akan menerkam!" teriakmu.
Makhluk itu meloncat ke arah kalian, tapi kalian berdua
meloncat juga. Tepat melewati dinding menara lonceng. Kip ikut
melompat tepat di sampingmu!
"Oh, tidaaaaaaaaaak!" jerit kalian berdua saat melayang ke
bawah. "Kwak! Kwak!" Seekor elang hitam raksasa melewati kalian.
"Kwak!" burung itu kembali berkaok sambil menukik ke bawah tubuh
kalian. Jatuhlah ke halaman 95 Kau mengeluarkan potongan perkamen yang lain dari sakumu
dan mencoba menggabungkan kedua potongan itu. Tapi kedua tepinya
tidak sesuai. "Lupakan saja teka-teki konyol itu!" seru Abbey. "Aku ingin
keluar dari sini sekarang juga!"
Tanpa menunggu sedetik pun, Abbey berlari ke sisi lain
ruangan itu dan berusaha membuka kenop pintu pertama. Tapi begitu
ia memutarnya, pintu itu lenyap dan kembali menjadi dinding putih
kokoh! Ia mencoba pintu berikutnya. Lenyap!
Dan yang berikutnya lagi. Dan berikutnya. Dan berikutnya.
Lenyap. Lenyap. Lenyap. Begitu tersentuh tangannya!
"Jika pintu-pintu itu terus-menerus lenyap, kita akan terjebak di
sini selamanya!" kata Kip panik.
"Kita harus keluar," teriakmu. "Dan cepat! Lihat! Dindingdinding ini sedang bergeser mengurung kita! Kita akan tergencet!"
Sedikit demi sedikit lantai itu menyempit. Dinding-dindingnya
bergeser ke arah kalian. "Coba pintu lain, Abbey!" Kip berteriak, ketika dinding di
belakangnya mendorong punggungnya. "Ruangan ini menyusut! Kita
akan gepeng seperti lalat!"
Tawa jahat meledak menembus ke ruangan yang menyusut itu.
"Dia di sini!" jerit Abbey. "Ksatria Hantu itu. Dia di sini!"
Desak terus ke HALAMAN 89.
Dugaanmu tepat! Saat kaudekatkan ke cahaya, makhluk itu
lenyap! Kau menangkap makhluk lainnya, mengangkatnya,
menyodorkannya ke cahaya, dan lenyap juga!
Sekarang Kip dan Abbey ikut mengejar-ngejar makhlukmakhluk itu. Satu per satu monster-monster itu tertangkap dan
didekatkan ke cahaya. Seluruh gerombolan itu segera lenyap, dan
dinding itu berubah menjadi putih.
Kau dan kedua sepupumu menjatuhkan diri ke lantai. "Wuih!"
Kip terengah-engah. "Jadi, itu tadi apa sih?"
"Ih, menjijikkan sekali!" Abbey menambahkan. "Aku memang
ingin merawat wajah dengan lumuran lumpur seperti cewek
tetanggaku, tapi yang tadi aneh sekali."
"Tipuan yang sangat menjijikkan." Kali ini kau benar-benar
setuju dengan pendapat Ratu Abbey. "Tapi sekarang bagaimana" Kita
masih belum menemukan baju baja yang hilang itu. Apakah kita
keluar saja dari sini dan pulang?"
"Kau tadi bilang begitu, kan!" Abbey tidak begitu
mencemaskan baju baja yang hilang itu.
"Entahlah," Kip berkata. "Dad pasti marah-marah kalau tahu
kita menghilangkan baju baja Sir Edmund itu! Dad tiba di sini minggu
depan. Jika kita tak menemukannya, aku tak berani menyambutnya di
pintu!" "Omong-omong soal pintu," potong Abbey, "lihat di sana itu!
Ada dinding penuh pintu. Salah satunya pasti jalan keluar dari tempat
pengap ini. Bukalah halaman 60 Segalanya sudah siap. Pertarungan abad ini akan dimulai. Baju
baja Ksatria Baik yang kaukenakan itu seharusnya memberimu
keberanian. Namun sebaliknya, kulitmu jadi berbintik-bintik merah.
Kau mulai merasa gatal. Aku pasti alergi terhadap barang-barang
perak, pikirmu. Suara cerewet si Wanita Penyihir bergema di dalam baju
bajamu. Apakah ia sedang menyihir agar kau diserang gatal-gatal"
"Begitu si Wanita Penyihir mengutuk
Si Ksatria Perak mulai garuk-garuk!
Baju baja akan melayang Bintik-bintik takkan hilang-hilang!"
Kau melepaskan sarung tangan bajamu secepat mungkin. Lalu
kau meraba-raba engsel dan membuka lempeng baja di dadamu. Kau
mulai menggaruk-garuk, tapi tampaknya tidak berguna. Sekarang
sekujur tubuhmu gatal-gatal. Tiba-tiba terdengar jeritan seram.
"AAAAaaahhh!" "Uh-oh," keluhmu. "Masalah datang lagi!" Ksatria Jahat itu ada
di sini untuk bertarung. Namun yang bisa kaulakukan cuma garukgaruk! Kau mungkin sudah gatal ingin bertarung. Bukan bertarung
melawan si Ksatria Jahat, melainkan melawan gatal-gatal!
TAMAT Kau dan kedua sepupumu putus asa. Kau telah berhari-hari
mencoba menemukan jalan keluar dari permainan jalan tikus pagar
tanaman itu. Tapi sial. Kau lemas. Capek. Dan, yang jelas, lapar sekali. Akhirnya kau
menyerah kalah. Kau tidak pernah keluar dari pagar tanaman itu hidup-hidup.
Dan bertahun-tahun kemudian, tubuhmu terserap ke dalam
tanah subur itu. Ternyata kau terasa sangat lezat bagi akar-akar pagar
tanaman itu. Kesimpulannya, kau jadi PUPUK!
TAMAT "Aaaaaaaaahhhhhhh!" Kau tak tahu siapa yang berteriak lebih
keras, kau atau si Ksatria Jahat. Kau menatap matanya yang berkilatkilat! Embusan napasnya terasa di wajahmu! Lalu ia mengulurkan
tangan, mengangkatmu, dan melemparkanmu ke balik gunung.
Kau berguling-guling ke bawah, ke bawah, ke bawah.
Lengan dan kakimu terantuk-antuk batu-batu tajam. Benjolbenjol, memar-memar, dan mulai bengkak bahkan sebelum kau
sampai ke dasar gunung penuh batu itu.
Akhirnya tubuhmu berhenti berguling di dekat sosok Kip dan
Abbey yang diam tak bergerak. Kau sendiri tidak bergerak sedikit
pun"karena memang tak bisa. Sekujur tubuhmu menjadi kaku dan
semakin kaku. Lebih kaku.... Dan lebih kaku....
TAMAT "Ya. Sekarang tepat tengah malam," kata bayangan itu.
Kau mengenali suaranya. "Abbey!" panggilmu. "Kenapa kau di
kamarku?" "Aku dengar teriakanmu," jawabnya sambil menutupi kedua
telinganya. "Kayaknya takut banget. Ada apa sih" Padahal aku sudah
hampir terlelap!" "Setan," Kip berbisik sambil melirik ke balik pintu di belakang
Abbey. "Ada setan di sini." Disinari cahaya suram lampu-malam di
koridor, wajah Kip tampak panik.
"Jangan macam-macam!" Abbey memarahi adiknya. "Satusatunya setan yang ada di sini adalah yang membatalkan tidur
nyenyakku! Jangan teriak-teriak lagi! Sekarang tutup mulutmu dan
kembalilah tidur!" "Tak bakalan berhenti," Kip bersikeras. "Itu kutukan. Aku tahu.
Seharusnya baju baja kuno karatan itu tak kita bawa. Sekarang kita
telah membangunkan arwah si Ksatria Jahat. Celakalah kita! Keluarga
Saxton tak bisa menghindar lagi!"
Goosebumps - Ksatria Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kau tidak mengetahui seluruh masalah kutukan ini. Namun kau
tahu satu hal. Kau tidak dapat kembali tidur dan pura-pura tidak
mendengar jeritan itu. Ksatria Hantu tidak boleh dan tidak akan
dibiarkan begitu saja. Bukalah halaman 19 Jam oranye yang berada di tengah itu tidak punya jarum,
sehingga kau tidak dapat menyetelnya. Sesaat kau memperhatikan jam
itu dan memutuskan untuk tidak main-main dengannya sekarang. Lalu
kauselipkan jam bermuka tiga itu ke balik kausmu. "Siapa tahu ada
gunanya nanti," katamu pada Kip dan Abbey. "Kita tak pernah tahu
kapan kita memerlukan waktu."
Segera sesudah kau mengucapkan kata "waktu", semua jam di
ruangan yang penuh jam ini berbunyi: TENG! TENG! KUKUK!
TIKTOK TENG! TOK TIKTOK KUKUK! KUKUK! TENG! TENG!
TENG! BONG! BONG!!! Keributan itu nyaris tak tertahankan. Kau berusaha menutupi
telingamu, namun tanganmu yang bebas hanya sebelah. Sepertinya
jam-jam itu membalas dendam! Mereka marah padamu karena kau
mengambil salah satu jam! Jam di balik kausmu kaupegang erat-erat,
dan kau berjalan menuju ke pintu keluar. "Ayo, keluar dari sini!"
teriakmu pada kedua sepupumu. "Cepat!"
Bukalah halaman 7 "Wheeeeeeeee!" pekik Abbey. Rambutnya berkibar-kibar ke
belakang seiring dengan kecepatan luncuran kalian.
Kekuatan angin menarik pipi Kip ke belakang hingga ia
kelihatan tersenyum terus. Makin cepat dan makin cepat. Berputarputar. "Wheeeee!" berubah jadi "Whoa!" Kau mulai merasa mual. Kau
ingin tahu apakah kalian akan pernah berhenti!
Kau berusaha menempelkan dagumu ke dada sehingga angin
tidak melontarkan kepalamu ke belakang. Kau berusaha menelan
ludah supaya tidak muntah. Kau nyaris tak tahan lagi! Lalu putaran
luncuran itu semakin kecil. Dua putaran lingkaran setan lagi dan lalu
WHAM! Kalian terbanting dan berhenti.
Kepalamu pusing. Telingamu berdenging. Hidungmu melekat
ke dinding kaca. "Sekarang kita di mana?" Kip mencoba bertanya. Kau tidak
yakin kau ingin tahu jawabannya. Tapi di atasmu, kau melihat dua
tombol. Yang satu bertulisan KEPALA. Yang lain bertulisan
CERITA. "Kayaknya kita harus memilih," kau memberitahu.
"Aku tak mau memilih," kata Kip.
"Jangan ganggu aku," hanya itu yang bisa dikatakan Abbey.
Kau meraih ke dalam sakumu dan mengeluarkan sekeping uang
logam. Lontarkan uang logam untuk membantumu memutuskan tombol
mana yang akan kautekan. Jika kau menekan KEPALA, bukalah
HALAMAN 103. Jika kau menekan CERITA, bukalah HALAMAN 26.
Kau membungkuk dan memungut potongan perkamen itu. Ada
tulisan di atasnya. "Hei, lihat apa yang kutemukan!" katamu. "Catatan.
Atau potongannya." Kau membacanya:
"Hanya ksatria keturunan Saxton yang pemberani
Yang dapat menghapuskan kutukan kami.
Baja Sir Edmund yang mereka kenakan
Harus terbukti memberi mereka keberanian dan kekuatan.
Sebelum fajar menjelang Ksatria Baik dan Ksatria Jahat akan berperang....
Lucu. Kayak tantangan."
"Membosankan," keluh Abbey.
"Baja Sir Edmund yang mereka kenakan," ulangmu.
"Menurutmu apa maksudnya itu?"
"Baju baja," sahut Kip. "Baju baja Sir Edmund."
"Tapi kan sudah hilang," katamu.
"Catatan itu sepertinya dirobek," Kip menambahkan. "Jika
robekan yang lainnya ditemukan, mungkin baju baja itu bisa
ditemukan juga. Seperti pasangan teka-teki."
"Konyol sekali," kata Abbey. Lalu ia menggosok-gosok
matanya. "Aku ngantuk."
Kip menguap selebar-lebarnya. Kau juga mengantuk sekali.
Matamu sudah tidak dapat ditahan lagi. Kaurebahkan tubuhmu di
lantai dan... Jika kau terbangun dan masih bersama kedua sepupumu,
bukalah HALAMAN 20. Jika kau terbangun sendirian, bukalah HALAMAN 47.
Kau harus tahu apakah ini jam yang sama dengan yang ada
dalam buku GOOSEBUMPS # 28 itu. Itu kisah yang mendebarkan.
Kau mengulurkan tangan ke pintu kecil di atas jam itu. Kau mengintip
ke dalam. "KUKUUUUK!" Burung paling mengerikan yang belum
pernah kaulihat itu melayang keluar. Apakah ini burung jam pembawa
bencana itu" Kau terjatuh. Kau harus melindungi mukamu dari burung
itu! Kaututupkan kedua tanganmu rapat-rapat ke mukamu hingga kau
sulit bernapas. Kulitmu terasa berdenyut dan tergores. Sesaat
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 14 Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo Pertarungan Para Pendekar 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama