Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi Bagian 1
Petualangan di Laut Sunyi
Scan by BBSC - OCR by Raynold
Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Bab 1 PENGASUH" TAK USAH, YA!" "Aduh tahu tidak, sekarang sudah tanggal lima Mei!" kata Jack. Suaranya
"bernada sedih. "Kawan-kawan semua sudah kembali berada di sekolah hari ini."
?"Sayang, sayang!" kata Kiki si burung kakaktua. Kedengarannya sama sedihnya
seperti Jack "Campak sialan!" tukas Lucy-Ann. "Mula-mula Philip yang kejangkitan begitu ia
pulang untuk berlibur di rumah. Kemudian penyakit berpindah ke Dinah yang
menulari aku, dan sekarang kau yang ketularan!"
"Yah pokoknya kita semua sekarang sudah tidak dilarang lagi ke luar rumah,"
"kata Dinah dari pojoknya dalam ruangan itu. "Dokter kita konyol! Keterlaluan,
masak kita disuruhnya bepergian untuk mencari suasana lain sebelum kembali ke
sekolah. Apakah kembali ke sekolah bukan sudah mendapat suasana lain" Padahal
aku paling senang bersekolah pada semester musim panas."
"Ya, betul kurasa jika aku diperbolehkan bersekolah sekarang, pasti aku masuk
"kesebelasan inti," kata Philip sambil mendorong jambulnya ke belakang. "Wah
senang rasanya apabila rambutku ini sudah dipangkas pendek lagi! Rasanya
"seperti anak perempuan, berambut panjang seperti sekarang ini!"
Selama liburan yang lalu keempat anak itu terserang penyakit campak yang lumayan
parahnya. Apalagi Jack ia sangat menderita selama itu. Sedang Dinah
"dirongrong gangguan pada matanya. Sedikit banyak itu merupakan kesalahannya
sendiri, karena ia sebetulnya dilarang dokter membaca selama masih sakit. Tapi
Dinah tidak mematuhi larangan itu. Kini matanya selalu berair dan tidak tahan
kena sinar terang. Selalu saja ia terkejap-kejap.
"Sudah jelas, Dinah belum boleh membuat pekerjaan sekolah," kata Pak Dokter tadi
dengan tegas. "Kau pasti menganggap dirimu lebih tahu ketika kau tak mengacuhkan
laranganku itu, ya! Masih untung kalau kau nanti tidak terpaksa memakai kaca
mata!" "Mudah-mudahan saja ibu tidak menyuruh kita ke salah satu rumah penginapan yang
menyebalkan di tepi laut," kata Dinah. "Ia sendiri tidak bisa ikut karena
mendapat salah satu tugas penting yang harus diselesaikan musim panas ini.
Mudah-mudahan saja ia tidak menyewa pengasuh untuk mengantar kita beristirahat."
"Apa" Pengasuh" Kalau begitu aku tidak mau ikut!" tukas Philip dengan sikap
mencemooh. "Lagi pula, takkan ada pengasuh yang mau tetap tinggal begitu tahu
bahwa aku sekarang sedang melatih anak-anak tikus."
Dinah menatap abangnya dengan sebal. Philip selalu membawa-bawa salah satu jenis
binatang ke mana saja ia pergi. Ia sangat menyukai binatang. Mereka menurut
sekali padanya. Dalam hati Lucy-Ann berpendapat, jika Philip berjumpa dengan
seekor harimau yang galak dalam rimba, kalau anak itu mengulurkan tangan pasti
harimau akan menjilatinya seperti biasa dilakukan anjing. Sambil menjilat tangan
Philip, harimau itu tentu akan mendengkur-dengkur puas seperti kucing.
"Begitulah pendapat Lucy-Ann mengenai kepintaran Philip menjinakkan binatang.
"Aku sudah pernah bilang, Philip," tukas Dinah, "aku akan menjerit jika kau
sampai berani memperlihatkan salah seekor anak tikus padaku!"
"Baiklah kalau begitu, silakan menjerit!" kata Philip, seolah-olah Dinah tadi
"memang meminta. "He, Pencicit ke mana lagi kau sekarang?"
" Seekor anak tikus muncul dari balik kerah baju hangat yang membungkus tubuh
Philip. Ia itulah yang bernama Pencicit. Dan sesuai dengan nama yang diberikan,
Pencicit mencicit dengan nyaring. Jeritan Dinah yang menyusul nyaris menulikan
telinga. "Kau ini jahat, Philip! Berapa ekor saja yang ada di balik bajumu itu" Coba kita
punya kucing akan kuumpankan tikus-tikus itu semua padanya.?""Tapi kita tidak punya kucing," kata Philip dengan tenang. Didorongnya kepala
Pencicit ke bawah, masuk kembali ke balik baju.
"Tiga tikus buta," oceh Kiki si kakaktua, mengucapkan bagian awal suatu lagu
anak-anak. Burung iseng itu menelengkan kepala, menunggu Pencicit muncul kembali
dari balik baju. "Salah, Kiki," kata Jack. Secara iseng ditariknya buntut burung kakaktua itu.
"Bukan tiga tikus buta, tapi seekor anak tikus yang awas sekali matanya. Eh,
Kiki kenapa kau tidak ikut ketularan penyakit campak?"
"Kiki terkekeh nyaring. Ia merasa senang diajak bicara oleh Jack. Kepalanya
ditundukkan, minta digaruk.
"Sudah berapa kali kukatakan, tutup pintu!" teriaknya. "Sudah berapa kali
kukatakan, bersihkan kaki kalau masuk" Bersihkan pintu, tutup kaki,
bersihkan...." "He, he jangan asal bunyi kalau bicara!" kata Jack. Anak anak tertawa. Mereka
?" "selalu geli kalau mendengar Kiki mengacaukan susunan kata-kata yang gemar
diucapkan olehnya. Dan kakaktua iseng itu senang membuat orang tertawa. Burung
itu mengangkat kepala dan meninggikan jambulnya sambil mengeluarkan bunyi yang
kedengarannya mirip mesin pemotong rumput yang terdapat di luar, dalam kebun. .
"Sudah! Cukup!" kata Jack sambil menepuk paruh Kiki. "Berhenti, Kiki!"
Tapi Kiki senang mendengar bunyi yang sedang diperdengarkannya. Ia terbang ke
palang tirai. Sambil bertengger di situ, ia terus beraksi Seperti mesin pemotong
rumput yang sudah lama tidak diminyaki. Berdecit-decit bunyinya!
Sesaat kemudian kepala Bu Mannering tersembul dari balik pintu.
"Aduh, Anak-anak!" katanya. "Jangan biarkan Kiki berisik seperti itu. Aku sedang
berbicara dengan seseorang. Keberisikan Kiki sangat mengganggu!"
"Siapa orang itu, Bu?" kata Philip dengan segera. "Aduh jangan-jangan ibu ini
"mencari semacam pengasuh untuk menemani kami pergi bertetirah!"
"Ya, betul! Dan orang itulah yang sekarang sudah datang," kata Bu Mannering.
Anak-anak langsung berkeluh kesah.
?"Kalian kan tahu sendiri, saat ini aku sedang tidak punya waktu untuk menemani
kalian," sambung Bu Mannering. "Soalnya, aku sudah menerima tugas baru ini
"walau tentu saja jika dari semula aku sudah tahu bahwa kalian akan begini lama
terkurung dalam rumah karena penyakit campak, dan sesudah itu kelihatan begini
pucat... ?"Pucat, pucit! Kami sama sekali tidak pucat!" kata Philip. Ia merasa
tersinggung. Pencicit pucit," sela Kiki dengan segera, lalu terkekeh-kekeh. Burung konyol
"itu senang sekali menggabung-gabungkan kata-kata yang kedengarannya mirip.
Pencicit - pucat - pucit.
" ?"Tutup mulutmu, Kiki!"- seru Jack. Diambilnya sebuah bantal kursi, lalu
dilemparkannya ke arah burung kakaktua itu. "Kami kan bisa pergi sendiri tanpa
pengantar, Bibi Allie! Kami sudah cukup besar bisa mengurus diri kami ?"sendiri."
"Jack, begitu kalian lepas dari pengawasanku saat liburan, kalian pasti langsung
terlibat dalam berbagai petualangan yang menyeramkan," kata Bu Mannering.
"Takkan bisa kulupakan kejadian musim panas yang lalu ketika kalian keliru
"naik pesawat terbang, lalu lama sekali hilang dalam suatu lembah aneh!"
"Ah, itu kan malah petualangan yang asyik!" seru Philip. "Aku mau saja mengalami
petualangan seperti itu lagi. Aku sudah bosan begini lama terkurung karena
penyakit campak. Ayo dong, Bu kami boleh bepergian sendiri, ya" ibu kan baik
"hati!" "Tidak," kata ibunya. "Kalian kali ini harus pergi ke suatu tempat yang seratus
persen aman di tepi laut bersama seorang pengasuh yang seratus persen dapat
dipercaya. Di sana kalian menikmati tetirah yang seratus persen terjamin
keamanannya!" "Aman, aman, amin!" jerit Kiki. Bu Mannering buru buru menutup telinganya.
?"Aduh, burung itu!" keluhnya. "Aku sudah capek mengurus kalian semua, tapi
sungguh si Kiki benar-benar bisa membuat aku gila lama kelamaan. Senang
" "rasanya jika ia sudah pergi bersama kalian."
"Pasti takkan ada pengasuh yang suka pada Kiki," kata Jack. "Bibi Allie,
sudahkah Anda mengatakan apa-apa pada calon pengasuh yang ada di luar tentang
Kiki?" "Belum," kata Bu Mannering. "Kurasa sebaiknya ia kuajak saja masuk untuk
memperkenalkannya pada kalian dan juga pada Kiki."
"Sementara Bu Mannering keluar lagi, anak-anak saling berpandang-pandangan dengan
wajah masam. "Sudah kubayangkan hal ini akan terjadi. Kita bukannya bisa asyik di sekolah,
melainkan harus termenung-menung ditemani seseorang yang menyebalkan," kata
Dinah dengan suram. "Phil tidak bisakah kau berbuat sesuatu dengan
"tikus tikusmu yang menjijikkan itu nanti, saat calon pengasuh kita masuk" Jika
"ia tahu kau tergolong, anak-anak yang suka menyimpan tikus, kumbang, dan landak
dalam baju dan kantong, ada kemungkinannya ia akan langsung lari terbiritbirit!" "itu ide yang bagus, Dinah!" kata anak-anak yang lain dengan segera.
"Tidak sering kau punya pikiran sebaik itu," kata Philip sambil menatap adiknya
dengan tampang berseri-seri. "He, Pencicit ayo, keluar! Di mana kau, Woffles"
"Melit ayo, keluar dari kantongku!"
"Dinah cepat-cepat lari ke sudut kamar yang paling jauh. Matanya menatap ketiga
ekor tikus putih yang bermunculan itu dengan ngeri. Berapa ekor saja yang
sebenarnya ada pada Philip" Dinah bersumpah dalam hati, kalau tidak benar-benar
perlu takkan mau lagi dekat-dekat dengan Philip.
"Kurasa Kiki juga perlu memamerkan kebolehannya," kata Jack sambil nyengir.
"Ayo, Kiki! Juk-juk juk!"
"Itu merupakan isyarat bagi Kiki untuk menirukan bunyi peluit lokomotif dalam
terowongan. Burung konyol itu mengangakan paruh, sementara kerongkongannya
menggembung. Ia senang sekali, karena jarang diminta untuk memperdengarkan bunyi
berisik itu. Lucy-Ann cepat-cepat mendekapkan kedua tangannya, menutupi telinga.
Saat itu pintu dibuka dari luar. Bu Mannering masuk bersama seorang wanita.
Wanita itu jangkung, potongannya nampak galak. Anak-anak langsung sadar, selama
wanita itu ada di dekat mereka, takkan mungkin akan terjadi sesuatu yang luar
biasa. Mereka takkan bisa mengalami petualangan mengasyikkan. Sikap wanita itu
memberi jaminan, "seratus persen aman!"
"Ini Bu Lawson, Anak-anak," kata Bu Mannering. Ia tidak bisa melanjutkan katakatanya, karena dikalahkan bunyi peluit lokomotif yang keluar dari kerongkongan
Kiki. Tiruannya kali itu lebih baik dan biasanya, dan panjaaang sekali. Kiki
menjerit sepuas-puasnya. Mumpung ada yang menyuruh, begitu rupanya pikiran
burung edan itu. Napas Bu Lawson tersentak. Ia mundur selangkah. Mula-mula ia masih belum melihat
Kiki. Ditatapnya keempat anak yang berada dalam kamar. Ia menyangka pasti salah
seorang dari mereka itulah yang menjerit.
"Kiki!" bentak Bu Mannering. Ia marah sekali. "Kenapa kalian biarkan saja ia
berteriak seenaknya, Anak anak" Kalian ini membuat malu saja!?"Kiki berhenti menirukan peluit lokomotif. Sambil menelengkan kepala,
dipandangnya Bu Lawson dengan sikap kurang ajar.
"Bersihkan kakimu!" bentak Kiki. "Tutup pintu! Mana sapu tanganmu" Harus berapa
kali lagi kukatakan..."
"Bawa Kiki ke luar, Jack," kata Bu Mannering. Mukanya merah padam karena
jengkel. "Maaf, Bu Lawson. Kiki itu burung piaraan Jack. Biasanya ia lebih tahu
aturan!" "Begitu," kata Bu Lawson. Dari air mukanya nampak jelas bahwa ia menyangsikan
ucapan Bu Mannering. "Saya tidak begitu biasa bergaul dengan burung kakaktua, Bu
Mannering. Burung itu kan tidak ikut dengan anak-anak" Saya tidak bisa disuruh
ikut bertanggung jawab atas binatang piaraan seperti itu dan rasanya takkan
"ada losmen..."
"Itu bisa kita bicarakan nanti," kata Bu Mannering buru-buru. "Kau tidak
mendengar kataku tadi, Jack" Ajak Kiki ke luar."
"Jerangkan air, Polly," kata Kiki lagi pada Bu Lawson. Wanita itu tidak
mengacuhkannya sama sekali. Tapi tiba-tiba ia kaget ketika tahu-tahu Kiki
menggeram, menirukan suara anjing galak. Jack cepat-cepat menangkap kakaktua
itu. Sambil mengedipkan mata ke arah anak-anak yang lain, diajaknya Kiki ke
luar. "Sayang, sayang," kata Kiki dengan sedih. Pintu kamar ditutup kembali. Bu
Mannering menarik napas lega.
"Anak yang keluar itu bernama Jack. Jack Trent. Anak perempuan ini adiknya,
Lucy-Ann. Mereka bukan anak saya," kata Bu Mannering menjelaskan duduk perkara
pada Bu Lawson. "Ayo, beri salam pada Bu Lawson, Lucy-Ann. Jack dan Lucy-Ann ini
kawan baik anak-anak saya. Mereka tinggal di sini bersama kami. Mereka juga
bersama-sama bersekolah di internat."
Bu Lawson memandang gadis cilik berambut merah dan berbola mata hijau itu. Ia
langsung menyukai Lucy-Ann. Tampangnya mirip sekali dengan abangnya, kata Bu
Lawson dalam hati. Setelah itu ia memperhatikan Philip dan Dinah. Keduanya
berambut coklat tua dengan jambul aneh mencuat di atas dahi. Nanti kalau aku
sudah mengasuh mereka, akan kusuruh keduanya menyikat rambut- mereka agar rapi,
pikir Bu Lawson lagi. Dinah datang mendekat dengan sikap sopan, lalu bersalaman dengan Bu Lawson.
Menurut perasaannya, calon pengasuh itu pasti sangat tertib, sangat rapi, dan
juga sangat membosankan. Pokoknya seratus persen aman!
Setelah itu Philip maju untuk bersalaman. Tapi belum apa-apa, tahu-tahu ia
menjamah lehernya. Lalu pindah, memegang tepi bawah celana pendeknya. Kemudian
ia mendekapkan tangan ke perut. Bu Lawson memandangnya sambil melongo.
"Maaf ini cuma tikus-tikusku saja," kata Philip menjelaskan gerak-geriknya "yang aneh itu. Mata Bu Lawson semakin membundar karena ngeri ketika dilihatnya
Pencicit lari mengelilingi kerah baju Philip, sedang Melit bergerak gerak
"menyusur perut anak itu sehingga bajunya pada bagian itu nampak bergerak-gerak.
Dan Woffles, anak tikus putih yang satu lagi, tersembul dari balik lengan baju
Philip. Aduhaduhaduh, masih ada berapa ekor tikus Iagi yang berdiam dalam baju
anak itu" "Maaf," kata Bu Lawson dengan suara lemah. "Maaf sekali tapi saya tidak mampu
"melakukan tugas ini, Bu Mannering. Sungguh, saya tidak mampu."
Bab 2 IDE YANG GEMILANG Bu Lawson cepat-cepat minta diri. Bu Mannering mengantarkannya ke pintu. Setelah
calon pengasuh yang tidak jadi itu sudah pergi, Bu Mannering kembali ke ruang
main anak-anak ia kelihatannya sangat jengkel.
"Sungguh! Kalian benar-benar keterlaluan tadi! Aku jengkel dan marah sekali
sekarang. Bagaimana kau sampai bisa membiarkan Kiki bertingkah seperti tadi,
Jack! dan kau, Philip, untuk apa kau membuat tikus-tikusmu semua muncul secara
"serempak!" "Tapi, Bu aku tidak mungkin bisa pergi kalau tikus-tikusku tidak ikut," bantah
"Philip. "Karena itu kurasa sudah selayaknya Bu Lawson diberi kesempatan untuk
mengetahui apa yang akan dihadapinya nanti anu, maksudku, tadi aku hanya ingin
"bersikap jujur, dan..."
"Kau tahu sendiri bahwa sikapmu tadi sangat mengganggu," tukas Bu Mannering.
"Kalian semua sedikit pun tidak membantu mempermudah keadaan. Kalian kan tahu,
kalian belum bisa kembali bersekolah kalian semua masih kelihatan kurus dan
"pucat, kalian perlu menjadi segar dulu dan aku sudah berusaha sebaik mungkin
"agar kalian dapat bertetirah dengan baik di bawah asuhan seseorang yang dapat
diandalkan." "Maaf, Bibi Allie," kata Jack Ia melihat bahwa Bu Mannering saat itu benar-benar
sedang kesal. "Tapi justru tetirah macam itulah yang sama sekali tidak kami sukai. Kami
"sudah terlalu besar, jadi sudah tidak mau lagi dirongrong terus-menerus oleh Bu
Lawson. Kalau yang menemani kami Bill, nah..."
Bill! Dengan segera wajah setiap orang dalam ruangan itu berseri-seri begitu
teringat pada Bill Smugs. Nama asli orang itu sebenarnya Cunningham. Tapi saat
anak-anak mengalami petualangan mereka yang pertama, ia memperkenalkan dirinya
sebagai Bill Smugs. Sejak itu ia tetap bernama Bill Smugs. Hebat-hebat
petualangan yang pernah dialami anak-anak bersamanya.
"Wah! Betul coba kita bisa bepergian dengan Bill," kata Philip. Ia mengusap"usap hidung Pencicit dengan penuh kasih sayang.
"Ya lalu langsung masuk ke tengah petualangan yang baru lagi," kata Bu
"Mannering. "Aku kan tahu, Bill itu bagaimana!"
"Bukan begitu, Bibi Allie kamilah yang selalu mengalami petualangan, sedang
"Bill hanya ikut terseret ke dalamnya," kata Jack membela Bill. "Sungguh! Tapi
sudah lama tidak ada kabar dari Bill."
Katanya itu benar. Bill seolah-olah lenyap dengan begitu saja. Surat-surat dan
anak-anak tidak pernah dijawab olehnya. Bu Mannering juga tidak menerima kabar
apa apa. Bill tidak ada di rumahnya. Sudah tiga minggu ia tidak pulang."Tapi tidak ada yang merasa waswas karenanya. Bill selalu sibuk dengan tugastugas rahasia yang berbahaya, dan ia sudah biasa menghilang selama bermingguminggu. Tapi sekali ini ia sudah lama sekali pergi tanpa mengatakan apa-apa pada
siapa pun juga. Ah, sudahlah pasti pada suatu saat nanti ia akan tiba-tiba
"muncul dengan senyum lebar menghias wajahnya yang periang, siap untuk berlibur.
Coba ia muncul saat itu, siang itu juga! Pasti asyik, pikir anak-anak. Mereka
sama sekali tidak keberatan kehilangan satu atau dua minggu masa sekolah musim
panas yang menyenangkan, asal mereka bisa ikut bepergian dengan Bill Smugs.
Tapi Bill tidak muncul sedang keputusan sudah harus diambil mengenai tetirah
Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"keempat anak itu. Bu Mannering menatap anak anak. Ia merasa putus asa menghadapi
"sikap mereka yang keras kepala.
"Bagaimana jika kalian pergi ke suatu tempat di tepi laut, di mana kalian bisa
mengamati kehidupan burung laut, serta menyelidiki kebiasaan mereka bersarang?"
kata Bu Mannering dengan tiba-tiba. "Aku tahu, Jack sudah selalu kepingin tapi
"selama ini tidak mungkin, karena pada saat-saat terbaik untuk itu kalian selalu
sedang sibuk bersekolah... dan "
?"Wah, Bibi Allie!" seru Jack bergembira. Ia menandak-nandak. "Itu ide yang
paling hebat! Wah .... "
"Betul, Bu! Ide Ibu itu hebat sekali!" kata Philip sambil mengetuk-ngetuk meja
untuk mempertegas luapan rasa gembiranya. Dengan segera Kiki ikut-ikutan
mengetukkan paruhnya. "Silakan masuk," ocehnya. Tapi tidak ada yang sempat memperhatikan dirinya.
Semua sedang keasyikan dengan gagasan yang dikemukakan Bu Mannering.
Lucy-Ann selalu suka berada di tempat di mana abangnya juga ada. Karena itu
wajahnya berseri-seri. Ia tahu, Jack pasti akan sangat senang, karena bisa
berada di tengah burung-burung yang digemarinya. Philip pun penyayang makhluk
hidup, termasuk burung. Ia tak mengira ibunya akan mengajukan usul yang demikian
menyenangkan. Hanya Dinah saja yang suram tampangnya. Anak itu tidak suka pada binatang yang
hidup di alam liar. Ia takut sekali pada mereka, walau kini keadaannya sudah
agak lumayan dibandingkan dengan dulu. Ia suka pada burung, tapi minat dan
kesayangannya pada jenis margasatwa itu tidak sampai seperti Jack dan Philip.
Walau demikian, bayangan akan bisa berempat saja di salah satu tempat yang
terpencil dan liar di pesisir mengenakan pakaian usang, berbuat sekehendak
"hati, piknik setiap hari aduh, asyiknya! Akhirnya Dinah pun tersenyum, lalu
"ikut meramaikan suasana riang saat itu.
"Kami benar-benar boleh pergi" Kami sendiri saja?"
"Kapan" Ibu bilang dong kapan?"
?""Besok, ya" Bagaimana kalau besok saja" Wah, membayangkannya saja, aku sudah
langsung senang!" _ "Ibu ini ada-ada saja akalnya. Sungguh, hebat sekali, Bu!"
Kiki bertengger di atas bahu Jack sambil mendengarkan suara anak-anak yang,
hingar-bingar. Tikus-tikus putih dalam baju Philip mencari tempat bersembunyi
karena takut pada suara ribut yang meledak secara tiba-tiba itu.
"Berilah aku kesempatan untuk memberi penjelasan," kata Bu Mannering. "Suatu
ekspedisi ilmiah, dua hari lagi akan berangkat menuju pesisir dan pulau pulau
" terpencil yang letaknya di lepas pantai utara Inggris. Mereka terdiri dari
beberapa penyelidik alam serta seorang anak laki-laki, putra Dr. Johns, seorang
sarjana omitologi." Anak-anak mengenal arti kata asing itu. Seorang ahli- omitologi ialah sarjana
yang pekerjaannya menyelidiki kehidupan burung-burung. Ayah Philip ketika masih
hidup juga sangat menyayangi burung. Namun ia sudah meninggal dunia. Philip
sering merasa rindu pada ayahnya, karena ia pun penyayang segala jenis
margasatwa. "Dr. John" ltu kan salah seorang sahabat karib ayah dulu, ya Bu?" kata Philip.
"Betul," kata ibunya. "Aku kebetulan berjumpa dengan dia minggu lalu. Saat
itulah ia bercerita mengenai ekspedisi itu. Kata Dr. Johns, putranya ikut di
dalamnya. Ia juga menanyakan kemungkinanmu ikut bersama Dinah, Philip. Tapi saat
itu kau masih sakit. Jadi aku langsung saja mengatakan tidak bisa. Tapi
sekarang..." "Tapi sekarang kami bisa!" seru Philip sambil merangkul ibunya. "Bayangkan, ibu
berniat hendak menerima Bu Lawson untuk menemani kami bertetirah sebagai
pengasuh. Padahal Ibu tahu tentang ajakan itu. Ibu keterlaluan, ah!"
"Yah aku menganggap perjalanan itu terlalu jauh bagi kalian," kata Bu "Mannering. "Lagi pula, bukan seperti itu liburan yang kubayangkan bermanfaat
bagi kalian. Tapi jika kalian menghendakinya, aku bisa saja menelepon Dr. John
untuk meminta agar kalau bisa menerima empat anggota lagi untuk ekspedisinya."
Sambil minum teh sore itu, anak-anak sibuk memperbincangkan ekspedisi yang akan
datang. Mereka riang gembira. Bayangkan mereka akan mengadakan perjalanan
"penyelidikan ke pulau-pulau sebelah utara. Di antara pulau-pulau itu, ada
beberapa yang penghuninya hanya burung-burung belaka! Bayangkan mereka akan
"berenang-renang, berlayar dengan perahu, serta berjalan-jalan memperhatikan
beratus ah, apa beratus, beribu! ya beribu-ribu burung yang hidup bebas di
" "alam liar! "Di sana pasti ada burung-burung puffin," kata Jack dengan gembira. "Beribu-ribu
burung pufin! Mereka pada masa mengeram selalu datang ke sana! Aku kepingin
sekali bisa mengamat-amati kehidupan mereka. Burung itu kocak sekali
kelihatannya." "Puf-puf puflin," oceh Kiki dengan segera. Dikiranya nama burung itu merupakan
"bagian dari bunyi kereta api yang sedang berjalan. Jack buru-buru melarangnya,
karena tahu apa yang akan menyusul sebentar lagi yaitu bunyi peluit panjang
"melengking. "Jangan, Kiki! Nanti saja kau takut-takuti segala macam burung laut yang akan
kita datangi tapi jangan menjerit di sini. Bibi Allie tidak tahan
"mendengarnya."
"Sayang, sayang!" oceh Kiki dengan nada sedih. "Juk-juk-jesss!"
"Burung konyol," kata Jack sambil menggaruk-garuk bulu burung kakaktua itu. Kiki
beringsut di atas meja mendekati tuannya, lalu mengusap-usapkan paruhnya ke bahu
Jack. Tapi detik kemudian ia sudah iseng lagi, menotok buah arbei yang besar
dari botol selai. Aduh, Jack!" omel Bu Mannering. "Kau kan tahu, aku paling tidak suka melihat
"Kiki bertengger di meja saat kita sedang makan! Keterlaluan sudah ketiga
"kalinya ia mencopet buah arbei dari botol selai."
"Ayo kembalikan, Kiki!" suruh Jack dengan segera. Tapi itu pun tidak menyebabkan
Bu Mannering merasa senang, Wanita itu mengeluh dalam hati. Alangkah senang dan
tenangnya apabila keempat anak ini sudah berangkat berlibur bersama kakaktua
nakal itu, pikir Bu Mannering.
Malam itu anak-anak masih saja asyik mengobrolkan liburan mereka yang akan
datang. Keesokan harinya Jack dan Philip memeriksa dan membersihkan teropong
mereka. Jack mencari-cari kamera fotonya. Kameranya itu sangat baik.
"Aku akan membuat foto-foto menarik dari burung-burung puffin," kata Jack pada
Lucy-Ann. "Mudah-mudahan kita akan menemukan burung-burung itu sedang mengeram, walau
menurut dugaanku saat ini masih agak dini. Besar kemungkinannya mereka belum
bertelur." "Apakah puffin bersarang di atas pohon, Jack?" tanya Lucy-Ann. "Akan bisakah kau
membuat foto sarang-sarang mereka, saat burung-burung itu sedang duduk di
dalamnya?" Jack tertawa terbahak-bahak.
"Puffin tidak bersarang di atas pohon, Goblok!" katanya sambil terkekeh. "Mereka
bersarang dalam lubang di bawah tanah."
"Astaga! Seperti kelinci dong!" kata Lucy-Ann.
"Ya dan kadang-kadang burung-burung itu bahkan memakai liang kelinci sebagai "sarang," sambung Jack. "Pasti asyik, memperhatikan burung-burung puffin menyusup
ke dalam sarang mereka di bawah tanah. Kurasa mereka tentunya sangat jinak,
karena kabarnya belum pernah ada orang datang ke pulau-pulau tempat tinggal
mereka. Jadi puffin-puffin itu takkan merasa takut lalu terbang pergi jika ada
orang datang." "Kalau begitu burung itu dengan mudah bisa dijadikan piaraan, ya," kata LucyAnn. "Kurasa Philip pasti akan mampu menjinakkan. Aku berani bertaruh, ia cukup
bersuit sekali saja dan segala puffin yang ada di sana akan bergegas-gegas
"datang melapor terenggas-enggos."
Anak-anak tertawa mendengar ucapan lucu itu.
"Enggas-enggos," oceh Kiki sambil menggaruk-garuk jambulnya. "Enggas-enggos,
babababi-babu." "Apa lagi yang kau ocehkan itu, Kiki!" kata Jack. "Pasti ia teringat pada salah
satu lagu anak-anak, lalu menyambungnya dengan kata-kata yang baru saja
didengarnya dari Lucy-Ann," kata Phihp. "Kau ini memang hebat, Kiki!"
"Burung-burung puffin pasti akan pusing melihatmu, Kiki," kata Dinah. "Mereka
pasti takkan habis berpikir, makhluk aneh macam apa lagi yang datang mengunjungi
mereka. He itu kan bunyi telepon?"
?"Betul," kata Jack dengan gembira. "Tadi Bibi Allie menelepon Dr. Johns untuk
memberi tahu bahwa kita berempat ingin ikut dengan ekspedisinya. Tapi Dr. Johns
sedang pergi. Karenanya Bibi meminta agar sarjana itu segera meneleponnya
apabila sudah kembali. Pasti itu Dr. Johns yang menelepon."
Anak-anak bergegas ke serambi tengah, ke tempat pesawat telepon. Ternyata Bu
Mannering sudah ada di situ. Anak-anak berdesakan mendekat karena ingin ikut
mendengar pembicaraan. "Halo," kata Bu Mannering. "Di situ Dr. Johns"- ah, Bu Johns! Di sini Bu
Mannering, Bu. Bagaimana" Ah...kasihan! Mudah-mudahan saja bukan sesuatu yang
gawat. Ya, ya tentu saja, saya mengerti. Ia tentu terpaksa membatalkan
"semuanya mungkin sampai tahun depan. Yah mudah-mudahan keadaannya tidak
" "parah. Kalau sudah ada kabar baru, tolong beritahukan pada kami, ya" Baiklah
"sampai lain kali. Sampaikan salam kami padanya, mudah-mudahan lekas sembuh.
Sudah ya, Bu." Bu Mannering mengembalikan gagang pesawat ke tempatnya, lalu memandang anak-anak
dengan wajah serius. "Kabar buruk, Anak-anak!" katanya. "Dr. Johns tadi mengalami kecelakaan mobil.
Saat ini ia terbaring di rumah sakit. Jadi tentu saja rencana ekspedisinya untuk
sementara dibatalkan."
Batal! Mereka tidak bisa berkelana ke Pulau Burung! Tidak bisa bersenang-senang
di tengah alam liar pesisir utara. Aduh benar-benar mengecewakan!"Bab 3
KEJADIAN MISTERIUS Semua merasa kecewa. Tentu saja mereka semua merasa kasihan pada Bu Johns dan
prihatin mengenai keadaan Dr. Johns, suaminya. Tapi karena mereka tidak mengenal
keduanya secara pribadi dan hanya tahu bahwa suami istri itu sahabat lama Pak
"Mannering almarhum, kesedihan anak-anak lebih banyak terarah pada nasib buruk
yang menimpa diri mereka sendiri.
"Padahal sudah begitu banyak kita berbicara mengenainya dan mengatur rencana
" "serta menyiapkan segala-galanya," keluh Philip. Ia memandang teropong yang sudah
siap dibawa dengan perasaan lesu. "Sekarang ibu pasti akan mencari pengasuh lagi
untuk kita, yang orangnya seperti Bu Lawson."
"Tidak," kata Bu Mannering. "Aku akan minta berhenti dari pekerjaanku yang baru,
lalu pergi bersama kalian. Aku tak sampai hati melihat kalian begini kecewa."
"Aduh,jangan, Bibi Allie!" kata Lucy-Ann sambil merangkul Bu Mannering. "Jangan
minta berhenti! Aduh apa yang bisa kita lakukan sekarang?"
"Tidak ada yang tahu akal. Kekecewaan yang melanda secta tiba-tiba itu seakanakan menyebabkan semua tidak mampu menyusun rencana lagi. Anak-anak hanya
memikirkan dua kemungkinan saja: berlibur ke Pulau Burung, atau sama sekali
tidak berlibur! Sepanjang hari mereka hanya mondar-mandir dengan perasaan sebal.
Sikap masing-masing semakin menjengkelkan anak-anak yang lain. Tiba-tiba terjadi
pertengkaran antara Philip dengan Dinah. Diiringi pekik jerit, keduanya saling
pukul-memukul. Sudah lama sekali mereka tidak berkelahi sesengit itu. Paling
tidak, sudah setahun. Lucy-Ann menangis melihatnya.
"Jangan kaupukul Dinah, Philip!" teriak Jack dengan marah. "Kau menyakitinya!"
Tapi Dinah bukan anak yang lemah. Tiba-tiba terdengar bunyi nyaring ketika pipi
Philip ditampar olehnya. Dengan marah Philip mencengkeram lengan adiknya Dinah
langsung membalas dengan tendangan. Philip mengait kaki Dinah sehingga anak
perempuan itu terjatuh. Kedua bersaudara itu berguling-guling di lantai sambil
berkelahi terus. Lucy-Ann cepat-cepat menyingkir. Ia menangis ketakutan. Kiki
terbang ke kap lampu sambil terkekeh-kekeh. Disangkanya Philip dan Dinah sedang
bercanda. Suasana saat itu ribut sekali sehingga anak-anak tidak ada yang mendengar bunyi
pesawat telepon berdering-dering. Bu Mannering bergegas ke tempat pesawat itu.
Keningnya berkerut, bising mendengar bunyi berisik yang datang dari arah kamar
anak-anak. Tapi ketika sesaat kemudian wanita itu muncul di sana, wajahnya sudah
berseri-seri. Tapi begitu dilihatnya Dinah dan Philip sedang bergumul di lantai, wajah Bu
Mannering langsung keruh lagi.
"Dinah! Philip! Ayo, cepat berdiri! Tidak tahu malu, sudah begitu besar masih
berkelahi juga! Kurasa lebih baik tidak kukatakan, siapa yang baru saja
menelepon tadi! Biar tahu rasa kalian!"
Philip duduk di lantai. Ia mengusap-usap pipinya yang terasa pedas. Dinah
membebaskan diri dari pitingan abangnya sambil memegang lengannya. Lucy-Ann
mengusap air matanya, sementara Jack menatap kedua abang adik yang berada di
lantai dengan wajah masam.
Bu Mannering sudah hendak menyemprot kedua anaknya. Tapi kemudian teringat
olehnya bahwa anak-anak itu baru saja sembuh dari penyakit campak yang cukup
parah. Lagi pula, mungkin mereka bertengkar karena terdorong kesebelan mengalami
kekecewaan besar pagi itu. Dengan segera marahnya mereda.
"Coba terka, siapa yang baru saja menelepon tadi," kata Bu Mannering dengan nada
agak lembut. "Bu Johns, untuk mengatakan bahwa suaminya ternyata tidak apa-apa," kata LucyAnn penuh harap. "Bukan, bukan dia," kata Bu Mannering sambil menggeleng. "Yang menelepon tadi
Bill!" "Bill" Bill! Hore! Akhirnya muncul juga orang itu!" seru Jack "Ia akan kemari,
Bibi Allie?" "Yah, aku tidak tahu karena ia tadi terdengar misterius sekali,"jawab Bu ?"Mannering. "Ia tidak mau menyebut namanya. Ia hanya mengatakan, bahwa ia mungkin
akan muncul larut malam nanti jika tidak ada orang lain di sini. Tentu saja
"aku tahu bahwa yang menelepon itu Bill. Aku kenal betul suaranya."
Seketika itu juga anak-anak melupakan perasaan sebal dan pertengkaran yang baru
saja terjadi. Perasaan mereka terhibur, membayangkan akan berjumpa lagi dengan
Bill. "Ibu tadi bilang bahwa kami berempat saat ini masih di rumah karena baru saja
sembuh dari penyakit campak?" tanya Philip. "Tahukah Bill bahwa ia nanti juga
akan berjumpa dengan kami di sini?"
"Tidak aku tidak sempat mengatakan apa apa tadi," kata Bu Mannering. "Sungguh,
" "sikapnya sangat misterius tak sampai semenit ia menelepon. Tapi pokoknya,
"nanti malam ia akan kemari. Kenapa ya ia tidak mau datang jika ada orang lain
"di sini?" "Kurasa karena ia tidak ingin ada orang tahu di mana ia berada," kata Philip
menduga. "Mestinya saat ini ia kembali melakukan salah satu tugas rahasia lagi.
Bu bolehkah kami menunggu sampai ia tiba nanti?"
?"Asal kedatangannya tidak lebih lambat dari setengah sepuluh," kata Bu
Mannering. Keempat anak itu berpandang-pandangan ketika Bu Mannering sudah meninggalkan
kamar. "Wah, sudah lama sekali kita tidak melihat Bill," kata Philip. "Mudah-mudahan ia
nanti sudah muncul sebelum setengah sepuluh.
"Aku tidak mau tidur sebelum kudengar ia datang," kata Jack. "Kenapa sikapnya
begitu misterius, ya?"
Malam itu anak-anak menunggu kedatangan Bill dengan penuh harap. Tapi tidak
terdengar bunyi mobil berhenti di depan rumah. Tidak terdengar langkah orang
menghampiri pintu depan. Pukul setengah sepuluh Bill masih juga belum muncul.
Anak-anak kecewa sekali. "Sayang sekarang kalian harus tidur," kata Bu Mannering. "Apa boleh buat " "tapi kalian nampak pucat dan capek sekali. Ini karena penyakit campak itu! Aku
benar-benar menyesal bahwa ekspedisi itu batal karena kalau jadi, pasti
"kesehatan kalian akan cepat -pulih."
Anak anak masuk ke kamar tidur sambil mengomel. Dinah dan Lucy-Ann menempati
"kamar tidur di sebelah belakang, sedang Jack dan Philip mendapat kamar depan.
Jack membuka jendela kamar tidur, lalu memandang ke luar.
Malam gelap sekali. Tak terdengar bunyi mobil datang, atau langkah orang
mendekat. "Aku akan duduk dekat jendela sini sampai Bill datang, kata Jack pada Philip.
?"Kau tidur saja dulu. Nanti kubangunkan begitu Bill datang."
Kita bergantian menunggu," kata Philip sambil masuk ke tempat tidur, "Kau
menjaga satu jam, lalu kau bangunkan aku."
Di kamar tidur sebelah belakang, Dinah dan Lucy-Ann sudah berbaring di tempat
tidur masing-masing. Lucy-Ann ingin sekali bisa berjumpa dengan Bill. la sangat
sayang pada orang itu. Bill Smugs begitu kuat dan bijaksana. Lucy-Ann merasa aman jika berada di
dekatnya. Anak itu sudah yatim piatu. Ia ingin Bill bisa menjadi ayahnya. Bibi
Allie sangat baik hatinya sebagai pengganti ibu. Lucy-Ann merasa senang, karena
bisa berbagi ibu dengan Philip dan Dinah. Kalau berbagi ayah tidak bisa, karena
Pak Mannering juga sudah meninggal dunia.
"Mudah-mudahan aku tidak tertidur sehingga aku bisa mendengar Bill saat ia
datang nanti," kata Lucy-Ann dalam hati. Tapi sesaat kemudian ia sudah tidur
pulas, seperti Dinah. Keduanya tidak mendengar lagi ketika jam dinding berbunyi
Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saat pukul setengah sepuluh.
Pukul sebelas Jack membangunkan Philip.
"Tidak ada orang datang," katanya. "Sekarang giliranmu menjaga, Jambul! Aneh
"kenapa selarut ini ia belum datang juga, ya?"
Kedua anak itu bertukar tempat. Jack masuk ke tempat tidur, sementara Philip
duduk dekat jendela. Philip menguap. Ia memasang telinga. Tapi ia tidak
mendengar apa-apa. Tiba-tiba dilihatnya sejalur sinar terang ketika ibunya yang
masih di bawah menyingkapkan tirai jendela dan cahaya lampu menerangi kebun.
Philip tentu saja tahu bahwa sinar terang itu berasal dari dalam kamar duduk.
Tapi tiba-tiba ia kaget. Ia melihat cahaya terang menyinari sesuatu berwarna
agak putih, yang tersembunyi dalam semak dekat gerbang depan. Barang yang
dilihatnya itu dengan cepat bergerak mundur ke tempat yang gelap. Tapi Philip
langsung tahu, apa yang dilihatnya walau sekilas itu.
"Itu tadi muka seseorang!" pikirnya. Ada orang bersembunyi dalam semak dekat
pagar depan. Tapi kenapa orang itu bersembunyi" Tidak mungkin itu Bill, karena
Bill pasti langsung datang ke rumah. Kalau begitu, pasti itu seseorang yang
hendak menyergap Bill. Wah!
Philip bergegas membangunkan Jack. Begitu terbangun, dengan berbisik-bisik
Philip menceritakan apa yang baru saja dilihatnya. Seketika itu juga Jack pergi
ke jendela, lalu memandang ke luar.
Tapi ia tidak melihat apa-apa, karena tirai jendela sudah ditutup kembali oleh
Bu Mannering. Jadi tidak ada sinar terang memancar ke luar. Kebun gelap gulita
kembali. "Kita harus cepat-cepat berbuat sesuatu," kata Jack. "Jika Bill datang nanti,
pasti ia akan diringkus, jika memang itu yang diniatkan oleh orang yang
bersembunyi di luar itu. Mungkinkah kita bisa memperingatkan Bill" Sudah jelas
ia tahu bahwa dirinya dalam bahaya, karena kalau tidak, mana mungkin ia bersikap
begitu misterius sewaktu menelepon tadi! la kan mengatakan tidak akan datang,
jika ada orang lain di sini. Mestinya Bibi Allie tidur saja sekarang, supaya
kita bisa lebih bebas bertindak. Pukul berapa sekarang" Tadi aku sempat
mendengar jam berbunyi sebelas kali."
Dari tingkat bawah terdengar bunyi sakelar lampu dimatikan satu-satu, disusul
bunyi pintu ditutup. "Itu ibu," kata Philip. "Rupanya ia tidak mau menunggu lebih lama lagi. Ia
hendak tidur sekarang. Bagus! Sekarang rumah sudah gelap. Mungkin dengan begitu
orang yang kulihat tadi akan pergi lagi."
"Kita harus mengusahakan agar orang itu pergi dari sini," kata Jack. "Bagaimana
pendapatmu, Philip mungkinkah Bill akan datang sekarang" Hari sudah larut "malam."
"Kalau ia mengatakan akan datang, ia pasti datang," kata Philip. "Sssst itu
"ibu!" Kedua anak laki-laki itu bergegas masuk ke tempat tidur masing-masing, berpurapura sudah tidur nyenyak. Terdengar bunyi pintu dibuka oleh Bu Mannering. Ia
menyalakan lampu sekejap. Ketika melihat Jack dan Philip nampak sudah pulas,
dipadamkannya lampu lagi. Bu Mannering juga memeriksa keadaan dalam kamar tidur
Dinah dan Lucy-Ann. Setelah itu ia masuk ke kamar tidurnya sendiri.
Sesaat kemudian Philip sudah kembali berada dekat jendela. Mata dan telinganya
terbuka lebar. Ia berusaha mendengar dan melihat, apakah orang tadi masih tetap
bersembunyi dalam semak. Ia merasa seperti mendengar suara orang terbatuk pelan.
"Orang itu masih ada," bisik Philip pada Jack.
"Entah dengan cara bagaimana, tapi rupanya ia tahu Bill akan kemari malam ini."
"Atau yang lebih mungkin, ia tahu Bill sahabat kita, dan ia ditugaskan
gerombolannya untuk mengintip setiap malam dalam semak situ," kata Jack. "Ia
berharap, lambat-laun Bill pasti datang ke sini. Rupanya Bill banyak sekali
musuhnya, karena kerjanya melacak jejak penjahat."
"He aku punya akal," kata Philip. "Aku akan menyelinap ke luar lewat pintu
"belakang, lalu menembus pagar semak dan masuk kebun rumah sebelah. Di situ aku
akan keluar lewat pintu kebun sebelah belakang supaya laki-laki yang bersembunyi
itu tidak bisa mendengar aku. Aku hendak menunggu Bill di luar untuk
memperingatkannya. Bill akan muncul dari arah udik, tidak dari hilir karena
memang begitulah kebiasaannya."
"Bagus idemu itu, Jambul! Aku ikut," kata Jack.
"Jangan! Satu dari kita harus terus mengamat-amati orang yang di luar itu," kata
Philip. "Kita harus tahu, apakah ia sudah pergi atau belum. Tidak aku sendiri
"yang menyongsong Bill. Kau berjaga dekat jendela sini. Jika Bill nanti datang,
akan segera kusongsong dan kuberi tahu supaya ia tidak jadi datang."
"Baiklah," kata Jack. Dalam hati sebenarnya ia - lebih senang jika diserahi
tugas menyelinap dalam kebun yang gelap gulita untuk menyongsong Bill.
"Sampaikan salam kami padanya dan katakan padanya agar sedapat mungkin
"menghubungi lewat telepon, supaya kita bisa mengadakan pertemuan di salah satu
tempat yang aman." Dengan hati-hati Philip mengendap-endap ke luar. Dari kamar tidur ibu masih
nampak sinar lampu. Karenanya Philip semakin berhati-hati. Ia berjingkat-jingkat
menuruni tangga, karena tidak ingin ketahuan ibunya. Pasti ibu akan ketakutan
sekali apabila sampai tahu di luar ada orang mengintip-intip.
Philip membuka pintu belakang, lalu menutupnya kembali tanpa menimbulkan bunyi
setelah ia sendiri menyelinap ke luar. Ia masuk ke dalam kebun yang gelap. Ia
tidak membawa senter, karena tidak ingin dilihat siapa pun juga.
Ia menyusup di sela lubang dalam pagar semak, masuk ke kebun rumah sebelah. Ia
tahu persis keadaan dalam kebun itu. Ia menuju ke jalan setapak yang terdapat di
situ, lalu menyusurinya sambil berjalan di atas rumput yang tumbuh di tepi. Ia
tidak mau berjalan di atas kerikil, karena takut menimbulkan bunyi.
Tiba-tiba ia merasa seperti mendengar bunyi sesuatu. Philip berhenti berjalan,
lalu memasang telinga. Jangan-jangan di dekat situ ada lagi orang bersembunyi!
Jangan-jangan yang bersembunyi itu kawanan pencuri, dan bukan penjahat yang
hendak menyergap Bill! Philip agak ragu, apa yang sebaiknya dilakukan olehnya.
Apakah sebaiknya ia kembali ke rumah, lalu menelepon polisi"
Philip mendengarkan lagi. Ia merasa aneh seolah-olah di dekatnya ada orang "yang juga sedang menajamkan telinga. Mungkin orang itu sedang memperhatikan
dirinya. Hih seram rasanya membayangkan kemungkinan itu apalagi di tempat
" "yang begitu gelap.
Philip maju selangkah. Tahu-tahu ada orang muncul dan langsung menyergap
dirinya. Kedua lengannya dipilin ke belakang. Philip dipaksanya membungkuk,
sampai muka anak itu mencium tanah. Philip bergegap-gegap tidak dapat bernapas,
karena mulutnya terbenam ke tanah yang lunak sekitar semak bunga-bunga. Ia sama
sekali tidak bisa berteriak minta tolong.
Bab 4 BILL DATANG Orang yang meringkus Philip beraksi tanpa menimbulkan suara. Philip sama sekali
tidak sempat berteriak ketika disergap olehnya. Karena itu tidak ada orang lain
yang mendengar apa-apa. Anak itu meronta-ronta. Ia mengalami kesulitan bernapas,
karena mukanya terbenam dalam tanah yang lunak.
Dengan cepat orang yang meringkusnya tadi membalikkan tubuh Philip. Mulutnya
disumpal dengan sapu tangan. Tahu-tahu pergelangan tangannya sudah terikat.
Apakah yang sebetulnya terjadi" Mungkinkah Philip disangka Bill Smugs" Tak
mungkin karena penyergapnya itu pasti tahu bahwa Bill bertubuh tinggi besar!
"Philip meronta dan menggeliat-geliat terus. Ia berusaha menyingkirkan gumpalan
tanah yang masuk ke dalam mulut. Tapi sia-sia saja. Orang yang meringkusnya
lebih kuat. Dan rupanya tidak kenal kasihan!
Philip dijunjung, lalu dibawa ke suatu pondok peranginan. Semuanya berlangsung
tanpa ribut-ribut "Dan sekarang," desis orang tak dikenal itu dekat telinga Philip, "berberapa
kalian kemari" Ayo katakan, jika tidak ingin menyesal nanti. Dengus dua kali
jika kau tidak sendiri."
"Philip tidak berbuat apa-apa. Ia bimbang, tidak tahu harus mendengus atau
tidak. Ia mengerang karena mulutnya masih penuh dengan tanah. Dan tanah tidak
enak rasanya! Orang yang meringkusnya meraba-raba seluruh tubuhnya. Kemudian orang itu
mengeluarkan sebuah senter berukuran kecil, lalu menyorotkannya sekilas ke muka
Philip yang mulutnya terikat sapu tangan. Orang itu melihat jambul anak itu.
Terdengar napasnya tersentaki
"Philip! Anak goblok! Apa yang kaucari, malam-malam begini berkeliaran di luar?"
Philip kaget, tapi sekaligus juga merasa lega. Ia mengenali suara itu. Itu kan
Bill! Dilupakannya mulut yang penuh tanah. Ia berusaha hendak bicara.
"Jangan ribut," bisik Bill sambil melepaskan sapu tangan yang menyumbat mulut
Philip. "Mungkin masih ada orang lain lagi di sekitar sini. Kalau ada yang
hendak kaukatakan, bisikkan saja ke telingaku."
Philip mendekatkan mulutnya ke telinga Bill Smugs, lalu berbisik-bisik.
"Bill," bisiknya, "tadi aku melihat ada orang bersembunyi dalam semak, dekat
gerbang depan pekarangan rumah kami. Aku lantas menyelinap ke luar, karena
hendak memberi tahu pada Anda agar berhati-hati."
Bill membuka tali yang mengikat pergelangan tangan Philip. Anak itu menggosokgosoknya, karena terasa agak pedih. Ia tidak sangsi sedikit pun, Bill ternyata
jago kalau disuruh mengikat orang. Untung saja ia tadi tidak dipukul sampai
pingsan. "Pintu belakang rumah tidak terkunci," bisik Philip lagi. "Sepanjang
pengetahuanku, tidak ada orang mengintai di belakang. Yuk, kita berusaha
menyelinap masuk ke dalam rumah. Di sana kita bisa bicara dengan lebih leluasa."
Dengan diam-diam keduanya menuju ke lubang di tengah pagar semak, tempat Philip
tadi menyusup untuk masuk ke kebun itu. Keduanya tidak berjalan di atas kerikil.
Mereka khawatir, jangan-jangan bunyi kerikil terpijak akan menarik perhatian
pengintai yang bersembunyi jika di situ memang ada yang mengintai."Keduanya menyusup lewat lubang, masuk ke kebun rumah keluarga Mannering. Philip
membimbing Bill, menuntunnya berjalan dalam kebun yang gelap di bawah bayangan
pepohonan, berjalan menuju ke rumah. Di situ sudah tidak kelihatan cahaya terang
sama sekali. Bu Mannering sudah tidur rupanya
Pintu belakang rumah masih tetap belum terkunci. Dengan hati-hati Philip
membukanya. Lalu keduanya masuk.
"Jangan nyalakan lampu," bisik Bill. "Jangan sampai ada yang tahu bahwa di sini
ada orang yang belum tidur. Kukunci saja pintu ini."
Keduanya mengendap-endap menaiki tangga rumah, menuju ke tingkat atas. Tibatiba terdengar salah satu anak tangga berderak ketika diinjak.
Jack yang menunggu dalam kamar tidur melesat ke pintu ketika mendengar bunyi
itu. Untung ia tidak menyalakan lampu!
"Tenang saja cuma aku yang datang," bisik Philip. "Dan Bill!"
?"Hebat!" kata Jack dengan gembira, lalu mengajak kedua orang yang datang masuk
ke kamar. Bill menyalami Jack dengan hangat. Ia sangat suka pada seisi rumah
itu. "Aku perlu berkumur sebentar, karena mulutku masih penuh tanah," kata Philip.
"Aku tadi tidak berani meludahkannya dalam kebun karena takut terdengar orang.
Uhh rasanya pahit!"
?"Kasihan," kata Bill dengan nada menyesal, "tapi aku tadi sama sekali tak
mengira bahwa kau yang kusergap, Philip. Kusangka seseorang yang sedang
mengintai diriku. Aku tadi bertekad meringkusnya sebelum aku yang diringkus
olehnya1" "Dan ternyata Anda berhasil," kata Philip sambil berkumur. Mana pasta gigiku"
Aku perlu menyikat gigi .... Ah, sialan!"
Tangannya yang meraba-raba sekitar bak tempat cuci tangan dalam gelap tahu tahu "menyenggol sebuah gelas. Gelas itu terguling, lalu jatuh ke dalam bak. Bunyinya
ketika pecah berantakan terdengar nyaring di tengah malam sepi.
"Coba periksa, apakah Dinah dan Lucy-Ann terbangun. Kalau ya, beri tahukan pada
mereka agar jangan menyalakan lampu," kata Bill cepat-cepat pada Jack. "Cepat!
Dan sekaligus lihat pula, apakah Bibi Allie juga terbangun. Ia juga perlu diberi
tahu!" Lucy-Ann ternyata bangun mendengar bunyi gelas pecah. Nyaris saja Jack terlambat
melarangnya menyalakan lampu. Bibi Allie tidur terus. Letak kamarnya agak jauh,
dan rupanya ia tidak mendengar apa-apa. Lucy-Ann heran mendengar Jack berbisikbisik. "Ada apa?" tanya anak perempuan itu. "Kau sakit, ya" Atau Philip?"
"Tentu saja tidak," tukas Jack dengan suara pelan. "Ayo, cepat berpakaian, dan
bangunkan Dinah. Bill sudah datang! Tapi kita tidak boleh menyalakan lampu.
Mengerti?" Tiba-tiba ada sesuatu menyambar dekat kepalanya sambil mengeluarkan bunyi parau
tapi pelan. Ah di sini kau rupanya, Kiki! Aku mencarimu tadi," kata Jack "Kenapa kau tidur
"di kamar anak-anak perempuan malam ini" Yuk, ikut aku Bill sudah datang!"
"Lucy-Ann bergegas membangunkan Dinah. Adik Philip itu mula-mula tidak mengerti.
Tapi kemudian ia pun bergegas-gegas berpakaian, lalu pergi ke kamar Jack dan
Philip. Kiki sudah lebih dulu ada di sana. Burung kakaktua itu mencubiti telinga
Bill Smugs sambil mengoceh dengan suara lirih.
Bill langsung menyapa ketika Dinah dan Lucy-Ann muncul sambil menyelinap.
"Aku hanya bisa merasa bahwa kalian datang," katanya. "Ah, ini pasti Lucy-Ann,
karena tercium olehku bintik bintikmu."
?"Mana mungkin bintik bisa tercium," kata Lucy-Ann. Ia tercekikik. "Tapi Anda
benar, ini memang aku! Ke mana saja Anda tidak muncul-muncul selama ini, Bill"
Surat-surat kami tidak satu pun Anda balas."
"Aku tahu," kata Bill. "Soalnya begini beberapa waktu yang lalu aku mendapat
"tugas melacak jejak gerombolan penjahat. Tapi tahu-tahu mereka mencium aksi
diam-diamku itu dan sebelum aku sempat bertindak, berbalik akulah yang mereka
"kejar-kejar! Jadi sekarang aku terpaksa bersembunyi, jangan sampai mereka
berhasil menemukan diriku!"
"Kenapa kalau mereka berhasil" Apakah Anda kemudian mereka culik, atau begitu?"
tanya Lucy-Ann ketakutan.
"Tidak dapat kukatakan apa yang akan mereka lakukan terhadapku jika aku sampai
jatuh ke tangan mereka," kata Bill dengan santai. "Kurasa, aku pasti akan mereka
singkirkan untuk selama-lamanya. Tapi kenyataannya aku sekarang ada di sini!"
"Jadi untuk itu rupanya orang tadi menunggu dekat gerbang depan ia berharap
"akan bisa menyergap Anda di situ," kata Philip. "Tapi kenapa Anda sekarang
"datang kemari, Bill" Ada yang hendak Anda beri tahukan pada kami barangkali?" _
"Begini," kata Bill. "Untuk sementara aku harus menghilang, dan aku kemari
terutama karena ingin bertemu ibu kalian. Aku ingin minta tolong padanya agar
menyimpankan beberapa milikku karena siapa tahu mungkin, yah mungkin aku
" " "nanti ternyata lenyap untuk selama-lamanya. Saat ini aku sangat berbahaya bagi
gerombolan yang sedang kuselidiki. Aku terlalu banyak mengetahui rahasia
mereka." "Aduh, Anda sekarang hendak menghilang ke mana, Bill?" keluh Lucy-Ann. "Tidak
enak rasanya membayangkan Anda menghilang tanpa bekas. Tidak bisakah Anda
mengatakan ke mana Anda hendak pergi?"
"Yah, untuk sementara kurasa sebaiknya aku tinggal di salah satu tempat
terpencil dan hidup diam-diam di sana," kata Bill. "Aku menunggu sampai
gerombolan penjahat sudah tidak mencari aku lagi atau sampai mereka "tertangkap! Jangan kalian sangka aku menghilang ini secara suka rela. Sama
sekali tidak! Aku tidak takut pada kawanan penjahat itu. Tapi para atasanku
beranggapan risikonya terlalu besar jika aku sampai jatuh ke tangan para
penjahat. Jadi aku diminta agar menghilang selama beberapa waktu. Aku bahkan
dilarang berhubungan dengan kalian, atau dengan keluargaku sendiri."
Sesaat lamanya tidak ada yang berbicara. Semua merasa tidak enak mendengar katakata Bill, yang diucapkan dengan lirih dalam kegelapan malam. Lucy-Ann menjamah
tangan Bill. "Kalian tidak perlu merasa sedih," kata Bill. "Suatu saat nanti kalian pasti
mendengar kabar lagi dari ku tahun depan, atau mungkin juga satu tahun
"sesudahnya. Aku akan menyamarkan diri menjadi buruh tambang di daerah liar di
"Alaska atau menjadi pengamat burung yang hidup menyendiri di salah satu pulau
"terpencil atau..."
"Terdengar napas Jack tersentak. Rupanya anak itu baru saja mendapat gagasan
hebat. "Bill! Wah, Bill- baru saja terpikir sesuatu yang hebat olehku!"
"Ssst! Jangan keras-keras," kata Bill. "Dan tolong pindahkan Kiki ke bahumu,
sebelum habis daun telinga kiriku digigiti olehnya."
"Begini, Bill," kata Jack bersemangat. "Hari ini kami baru saja mengalami
kekecewaan besar biar itu saja yang kuceritakan dulu."
?"Berceritalah," kata Bill dengan nada lega. karena Kiki sudah tidak bertengger
lagi di bahunya. "Kurasa Anda tidak tahu, tapi kami semua baru saja sembuh dari penyakit campak
yang parah," kata Jack. "Itu sebabnya kami belum kembali ke sekolah. Nah oleh
"Pak Dokter kami disuruh bertetirah ke salah satu tempat untuk mendapat
pergantian hawa. Lalu Bibi Allie memutuskan kami boleh ikut dengan suatu
ekspedisi omitologi bersama Dr. Johns serta rombongannya ke daerah pesisir dan
kepulauan lepas pantai di utara Inggris Anda tahu, kan ke tempat-tempat yang
" "hanya dihuni oleh burung-burung."
"Ya, aku tahu tempat itu," kata Bill yang mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Nah, lalu hari ini Dr. Johns mengalami kecelakaan, sambung Jack. "Jadi kami
"tidak bisa pergi karena tidak ada yang menemani. Tapi - kenapa tidak Anda saja
yang menemani kami menyamar sebagai pengamat burung" Kami akan bisa menikmati
"tetirah yang menyenangkan sekali, dan Anda dapat pergi ke tempat yang tak
Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikenal tanpa ada yang tahu! Lalu Anda kami tinggal di sana apabila kami harus
kembali kemari dalam keadaan selamat!"
"Selama beberapa saat kamar itu sunyi. Anak-anak menahan napas, menunggu jawaban
Bill. Bahkan Kiki pun seolah-olah ikut mendengar dengan gelisah.
"Entahlah aku tidak tahu, kata Bill kemudian. "Menurutku, rasanya dengan
" "begitu aku terlalu mempergunakan kalian sebagai kedok! Lalu jika musuh-musuhku
berhasil mengetahui muslihat itu, keadaannya akan sama-sama gawat bagi kita
semua. Bagiku gawat, dan juga bagi kalian. Tidak! Kurasa gagasan itu tidak bisa
dilaksanakan." Anak-anak malah menjadi semakin bersemangat dan mendesak karena tidak puas
membayangkan Bill menolak gagasan bagus itu. Semua tidak mau ketinggalan
berbicara. "Kami kecewa sekali ketika ternyata bahwa kami tidak jadi pergi, dan ini
kelihatannya merupakan kemungkinan baik lagi pula, kan hanya untuk dua minggu " setidak-tidaknya bagi kami. Setelah itu kami harus kembali bersekolah."
?"Anda paling jago kalau disuruh menyamar. Dengan mudah saja Anda pasti bisa
menjelma menjadi ahli ornitologi bertampang serius, memandang ke kejauhan
"untuk mengamat-amati burung terbang sambil menyandang teropong ....
?"Takkan ada yang tahu. Kita akan benar-benar aman di pesisir utara sana, di
tengah daerah liar dan terpencil bersama Anda. Bayangkan saja bulan Mei di atas
sana air laut yang biru tua, burung-burung membubung dan melayang, rumput laut
"bertebaran di mana-mana .... "
"Anda pasti aman di sana, Bill. Takkan ada yang akan mendapat gagasan mencari
Anda di tempat begitu. Dan kami pun ingin sekali berlibur dengan cara demikian.
Kami semua merasa hambar setelah berbaring sekian lama karena penyakit campak."
"Sssst jangan keras-keras," bisik Bill. "Aku masih harus berunding dulu dengan
"ibu kalian meski aku sendiri sudah setuju. Gagasan itu hebat dan kurasa
" "takkan terlintas dalam pikiran siapa pun juga bahwa aku akan pergi dengan
terang-terangan seperti begitu. Dan terus terang saja, liburan bersama kalian
berempat dan Kiki juga, tentunya tepat, itulah yang kuperlukan saat ini."
" ?"Wah, Bill kurasa Anda pasti akan melakukannya!" kata Lucy-Ann. Ia merangkul
"Bill dengan gembira. "Senang rasa hatiku. Hari yang menyebalkan ini ternyata
berakhir dengan menyenangkan!"
Bab 5 RENCANA YANG MENGASYIKKAN
Tanpa diketahui oleh Bu Mannering, malam itu Bill menginap di situ. Ia tidur
dalam kamar cadangan yang sempit. Katanya, paginya ia akan berembuk dengan Bu
Mannering. Bill merasa lega ketika diberi tahu bahwa hanya mereka sekeluarga
saja yang ada dalam rumah itu malam hari, karena pembantu yang bekerja di situ
selalu pulang. "Kami berempat yang bertugas membenahi segalanya di tingkat atas setelah kami
sembuh lagi," kata Dinah. "Jadi Anda bisa tetap di atas terus jika Anda
"menghendakinya sehingga tidak ada orang lain tahu Anda ada di sini. Sarapan
"akan kami antarkan."
Tapi keesokan pagi keadaan menjadi kacau lagi. Bu Mannering mengetuk-ngetuk
dinding yang memisahkan kamarnya dari kamar anak-anak perempuan. Dinah bergegas
masuk ke kamar sebelah untuk melihat kenapa ibunya berbuat begitu.
"Aduh, Dinah ini benar-benar sudah keterlaluan," kata Bu Mannering dengan
"sebal. "Sekarang aku yang kejangkitan penyakit campak.
Coba lihat, mukaku penuh bisul. Kusangka aku sudah pernah kena ketika aku
seumurmu tapi sudah jelas, ini memang campak. Aduh coba Bu Lawson kuterima
" "bekerja kemarin, supaya kalian bisa diajaknya berlibur ke Bournemouth, atau ke
tempat lain. Sekarang, bagaimana?"
"Aduh, gawat," kata Dinah. Dengan segera .diputuskannya untuk mengatakan bahwa
Bill sudah datang. Mungkin keterangan itu bisa membantu suasana. "Kuambilkan
saja baju rumah ibu, lalu kubereskan kamar ini," kata Dinah bersemangat.
"Soalnya, ada orang ingin bicara dengan ibu. Mungkin ia bisa memberikan bantuan.
Orang itu Bill, Bu!"
"Bill?" seru Bu Mannering tercengang. "Kapan ia datang" Kemarin malam aku masih
menunggu sampai pukul sebelas. Tapi akhirnya aku tidur, karena badanku terasa
capek sekali. Nah mungkin Bill mau membebaskan aku selama beberapa waktu dari "rongrongan kalian dan mengajak kalian bepergian, dap aku tinggal seorang diri di
sini diurus oleh Hilda, pembantu kita!"
?"Pasti Bill mau," kata Dinah dengan senang. "Kasihan, ibu! Dua tiga hari
mendatang ini yang paling tidak enak rasanya, Bu tapi setelah itu agak
"lumayan. Nah bagaimana" Sudah enak letak bantalnya sekarang" Kalau sudah, akan
"kupanggil Bill masuk."
Dengan segera Dinah menyampaikan kabar itu pada anak-anak yang lain. Mereka
langsung ikut merasa sedih dan kecewa. Eh jadi orang dewasa pun rupanya bisa
kejangkitan penyakit campak" Kasihan ibu! Kasihan Bibi Allie! Pasti ia sekarang
lebih senang apabila mereka tidak ada di rumah, sehingga tidak membisingkan.
"ibu sudah bisa Anda datangi sekarang, Bill," kata Dinah. "Tapi, nanti dulu
"Anda sudah pernah kena penyakit campak?"
"Wah, sudah belasan kali," kata Bill dengan riang sambil melangkah masuk ke
dalam kamar Bu Mannering. "Bergembiralah lagi, dengan segera segala-galanya akan
beres!" "Tapi orang kan hanya sekali kena penyakit campak," kata Lucy-Ann. Bill tidak
menjawab. Pintu kamar ditutupnya. Anak anak hanya mendengar gumam suaranya berbicara
"dengan Bu Mannering.
Keempat anak itu turun ke bawah untuk sarapan pagi. Jack dan Philip sudah dapat
dikatakan pulih selera makannya. Tapi Dinah dan Lucy-Ann masih kurang bernafsu
makan. Dinah memandang Lucy-Ann.
"Bintik-bintik di mukamu hampir-hampir tidak nampak lagi," katanya. "Jack juga
sama saja. Sinar matahari akan bermanfaat bagi kita semua. Aku tidak begitu
kepingin makan daging goreng ini. Kau bagaimana" Aduh kenapa Bill tidak cepat"cepat selesai berembuk dengan ibu, lalu turun ke bawah Aku ingin sekali
mengetahui hasil pembicaraan mereka."
Bill tidak langsung turun. Anak-anak mendengar pintu kamar di atas terbuka,
disusul bunyi siulan lirih. Rupanya Bill khawatir, jangan-jangan pembantu mereka
ada di sekitar situ. "Hilda sedang pergi berbelanja, Bill," seru Dinah dari ruang makan. "Jadi Anda
bisa turun, kalau mau. Kami menyisihkan makanan untuk Anda."
Bill turun ke bawah. "Ibu kalian tidak mau sarapan. Katanya, ia hanya minta teh dan roti bakar
sepotong," kata Bill. "Kau yang memanggang roti, Dinah sementara aku memasak
"air. Nanti begitu rotimu sudah siap, kita buatkan teh untuk ibumu. Setelah itu
aku akan menelepon Pak Dokter untuk memintanya datang, lalu akan kutelepon Bu
Tremayne, sahabat ibumu. Akan kuminta padanya agar mau menemani ibumu barang
satu atau dua minggu. Ibumu sudah setuju."
Anak-anak mendengarkan keterangan Bill sambil membisu.
"Tapi bagaimana dengan kami?" tanya Jack kemudian. "Anda sudah mengambil
"keputusan atau belum?"
"Sudah," kata Bill. "Tadi bibimu meminta dengan sangat padaku agar aku mau
mengajak kalian semua pergi selama dua minggu. Lalu kukatakan padanya, aku
memang berniat hendak menghilang selama beberapa waktu. Jadi kalian akan kuajak
pergi ke pesisir utara. Aku tidak mengatakan apa-apa padanya mengenai sebabsebab aku harus menghilang karena ia kelihatannya lesu sekali pagi ini. Ia "nampak sangat lega, membayangkan kalian akan bisa pergi menghirup udara segar
"sampai ia nyaris tak bertanya-tanya lebih lanjut."
?"Jadi kita bisa pergi?" tanya Jack. Ia tidak bisa menahan perasaan gembiranya,
walau di pihak lain ia juga sangat kasihan pada Bibi Allie. "Hebat!!"
Wajah keempat anak itu berseri seri. Kiki memanfaatkan kesempatan itu.
"Dicopetnya sepotong kulit jeruk dari dalam selai. Ketika tidak ada yang
mengatakan apa apa, burung itu bertambah nekat. Kini ia mengambil gula sepotong
"dari tempat gula. "Tapi ibu pasti beres, kan ditemani Bu Tremayne?" tanya Philip serius. "Atau
"mungkin ia menginginkan ditemani salah seorang dari kami" Kalau benar begitu,
biar aku saja yang tinggal."
"Keadaannya akan jauh lebih baik jika kalian semua tidak ada di sini," kata Bill
sambil mengambil sepotong daging goreng. "Ia capek sekali saat ini, dan ingin
bisa beristirahat. Penyakit campak memang membuat orang merasa tidak enak badan,
tapi setidak-tidaknya dengan demikian pasti ia akan berbaring di tempat tidur!"
"Yah kalau begitu kami bisa menyongsong keberangkatan kita dengan perasaan
"tenang," kata Jack dengan riang. "Wah, Bill Anda memang selalu muncul pada
"saat yang benar-benar tepat!"
"He itu Hilda sudah datang," kata Philip dengan tiba-tiba. "Sebaiknya Anda
"bergegas ke atas lagi, Bill. Bawa saja piring sarapan Anda. Nanti sambil
mengantarkan sarapan untuk ibu, akan kami bawakan roti dan teh pula untuk Anda.
Bagaimana, Dinah" belum selesai juga rotimu?"
?"Selesai," kata Dinah. Diletakkannya roti panggang yang terakhir di tempat yang
khusus untuk itu. "Jangan, Kiki jangan diapa-apakan roti-roti ini. Aduh, Jack
" coba kaulihat paruh Kiki, bergelimang selai. Habis selai kita dikudapnya.
"Dasar burung rakus!"
Bill bergegas pergi ke atas. Sementara itu Hilda masuk ke dapur, lalu mulai
sibuk memasukkan arang ke dalam tungku. Dinah mendatanginya untuk mengatakan
bahwa ibunya kena penyakit campak. Hilda merasa kasihan mendengar kabar itu.
Tapi sekaligus ia juga kelihatan agak cemas.
"Yah sebenarnya aku bisa saja mengurus segalanya," kata Hilda, "tapi karena
"kalian semua juga masih ada di rumah..."
"Tidak," sela Dinah. "Kami sebentar lagi akan pergi, ikut dengan ekspedisi yang
hendak mempelajari kehidupan burung-burung di alam bebas. Dan Bu Tremayne akan
datang untuk merawat Ibu jadi..."
?"Hilda! Hiil da! Hil daaa!" Hilda terkejut mendengar namanya dipanggil panggil.
" " ?"Itu Nyonya memanggil-manggil!" katanya.
"Kau ini bagaimana mengatakan bahwa ibumu sakit dan sekarang berbaring di
"tempat tidur! Ya saya datang, Madam!"
"Tapi tentu saja yang memanggil-manggil itu Kiki, yang sudah mulai iseng lagi
menirukan suara orang. Burung konyol itu terkekeh kekeh melihat Hilda muncul
"sambil berlari-lari.
"Bersihkan kakimu!" tukas Kiki. "Jangan menyedot-nyedot ingus. Sudah berapa kali
kukatakan..." Sambil mengomel, Hilda keluar lagi. Pintu kamar dibantingnya keras-keras.
"Aku tidak keberatan diperintah oleh orang-orang yang memang berhak memerintah,"
omelnya pada Dinah yang memperhatikan sambil cekikikan, "tapi aku tidak sudi
disuruh-suruh oleh burung goblok itu! Tidak sudi! Mudah-mudahan ia kalian bawa
pergi juga nanti. Aku tidak mau diserahi tugas mengurusnya selama kalian tidak
ada. Bisa gila aku nanti dibuatnya!"
"Tentu saja ia akan kami ajak," kata Dinah. "Mana mau Jack pergi tanpa Kiki!"
Beberapa waktu kemudian Pak Dokter datang. Bu Tremayne juga datang. Hilda mau,
ketika diminta menginap selama anak-anak tidak ada dan Bu Mannering masih sakit.
Bill bersembunyi dalam kamar sempit yang dikunci dari dalam untuk berjaga-jaga
jangan sampai Hilda secara tiba-tiba masuk. Sambil bersembunyi, dengan cepat
Bill mengatur rencana. "Kemaskan barang-barang yang diperlukan. Pesan taksi untuk besok malam pukul
delapan. Kita akan naik kereta malam yang berangkat ke utara. Malam ini aku akan
menyelinap ke luar, lalu mengatur rencana selanjutnya untuk perjalanan dan
liburan kita nanti. Kita akan bertemu lagi di stasiun Euston, tapi aku tidak
akan datang sebagai Bill Smugs. Aku akan menyamar sebagai Dr. Walker, ahli
penyelidik alam. Begitu kalian datang, aku akan menyongsong sambil
memperkenalkan diri dengan suara lantang. Itu perlu, karena siapa tahu di sana
ada orang yang mengenal kalian - atau mungkin juga kenal padaku! Sudah itu kita
berangkat." Rencananya itu mengasyikkan sekali kedengarannya. Itu cara yang misterius untuk
memulai liburan! Kedengarannya seolah-olah mereka akan memasuki petualangan yang
hebat. Padahal sebenarnya tidak! Anak-anak sama sekali tidak keberatan mengalami
petualangan tapi apalah yang mungkin terjadi di pulau-pulau terpencil, yang "hanya dihuni burung-burung liar" Tidak ada apa-apa di sana kecuali burung dan
burung beribu-ribu burung.
"Malam itu Bill pergi dengan diam-diam. Tidak ada orang lain tahu bahwa selama
itu ia ada dalam rumah. Bahkan Bu Tremayne saja pun tidak tahu. Ia mendapat
kamar tempat berdandan yang letaknya bersebelahan dengan kamar tidur Bu
Mannering. Bu Mannering berjanji tidak akan mengatakan pada siapa-siapa bahwa
Bill pernah ada di rumah itu, karena kalau ada yang tahu, mungkin hal itu akan
berbahaya baginya, Tapi hari itu Bu Mannering merasa pusing dan mengantuk terus,
sampai akhirnya ia sendiri ragu apakah Bill benar-benar datang atau kesemuanya
"hanya merupakan impiannya belaka.
Anak-anak sibuk berkemas. Sama sekali tidak ada pakaian bagus yang dibawa,
karena tidak diperlukan. Untuk apa gaun dan macam-macam lagi di tempat yang tak
dihuni manusia" Celana pendek dan baju hangat, sepatu olahraga, pakaian renang
dan mantel hujan barang-barang seperti itulah yang diperlukan. Lalu jaket wol
"serta handuk bagaimana dengan selimut tebal" Di manakah mereka tidur nanti"
"Dalam rumah, atau di bawah tenda" Bill tidak mengatakan apa-apa mengenai hal
itu. Mungkin saja mereka akan tidur dalam tenda. Kalau benar begitu asyik!
"Akhirnya mereka memutuskan, tidak perlu membawa selimut. Jika ternyata
diperlukan, Bill pasti akan sudah menyediakan.
"Teropong buku catatan pensil kamera fotoku dan tali," kata Jack. Ia
" " " "berusaha agar jangan sampai melupakan sesuatu. Lucy-Ann melongo mendengar
katanya yang terakhir. "Tali?" katanya heran. "Untuk apa membawa-bawa tali?"
"Siapa tahu kita harus mendaki tebing apabila hendak meneliti tempat burungburung bersarang di sana, kata Jack.
?"Silakan memanjat-manjat tebing kalau kau memang kepingin. Pokoknya, aku tidak
mau!" kata Lucy-Ann sambil bergidik ngeri. Aku tidak mau memanjat-manjat pada
"tebing yang curam hanya dengan seutas tali melilit pinggang dan nyaris tanpa
tempat pijakan!" "Kiki mencopet pensilmu," kata Dinah. "Ayo, jangan mengganggu terus, Kiki! Kalau
kau tidak menghentikan keisenganmu, nanti kau takkan kami ajak melihat burungburung puffin!" "Pufin dan mufin, pufin dan hufin, mufin dan pufin, mulin pufin mufin," oceh
Kiki. Ia mengatup-ngatupkan paruh dengan keras, bergembira karena mendapat
permainan kata yang baru.
"Puiin dan huf ?""Sudah, jangan mengoceh terus," kata Dinah.
"Hidup Ratu!" seru Kiki sambil bertengger lurus-lurus.
"Aku ingin tahu, bagaimana pikiran burung-burung di utara nanti kalau melihatmu,
Kiki," kata Lucy-Ann. "Jack bagaimana jika Kiki kita masukkan saja ke dalam
"keranjang selama kita berada di kereta api" Kau tahu kan kebiasaannya,
berteriak-teriak memanggil-manggil, 'Penjaga, penjaga dan menirukan bunyi
"peluit, serta menyuruh semua orang membersihkan kaki!"
"Biar saja ia nanti bertengger di bahuku," kata Jack. "Selama di kereta kita kan
tidur, jadi ia takkan terlalu mengganggu. Sudah, Kiki jangan kauketuk-ketukkan
"terus paruhmu. Tidak lucu kalau mengganggu orang yang sedang sibuk!"
"Polly nakal!" kata Kiki. "Nyanyi Pol-ly woliudel - sepanjang hari!"
"Philip melemparkan bantal ke arah Kiki. Burung itu dengan segera terbang ke
batang gantungan tirai, lalu bertengger sambil merajuk di situ. Sedang anak-anak
melanjutkan. pembicaraan mengenai liburan mereka yang akan datang.
"Kita benar-benar mujur, akhirnya bisa juga bergabung bersama Bill!" kata Jack.
"Begini malah lebih baik daripada ikut dengan Dr. Johns. Aku ingin tahu. apakah
Bill akan punya perahu di sana sehingga kita bisa berkeliaran ke mana-mana. Wah
aku pasti akan menikmati masa dua minggu berikut ini. Siapa tahu, mungkin pula
"kita nanti akan melihat burung Auk Raksasa di sana!"
"Kau ini dengan Auk Raksasamu!" kata Philip. "Kau kan tahu. burung jenis itu
"sudah punah. Sudahlah, jangan kau mulai lagi tentang itu, Jack. Tapi ada
kemungkinannya kita akan menjumpai burung Auk Kecil serta jenis-jenis Auk
"lainnya yang bersarang di tebing!"
Keesokan hari tiba. Waktu rasanya berjalan seperti merambat. Tapi akhirnya malam
datang juga. Selama itu Bu Mannering hampir terus-, menerus tidur. Bu Tremayne
tidak mengizinkan anak-anak masuk untuk pamitan.
"Lebih baik jangan," katanya. "Biar aku saja yang menyampaikan jika ia bangun
nanti. Tapi jangan lupa menulis surat dari tempat kalian berlibur, ya" He itu
"kan bunyi mobil datang! Mungkin taksi yang kalian pesan. Yuk kuantar kalian ke
"luar." Bu Tremayne tidak salah dengar. Memang taksi mereka yang datang. Anak anak
"bergegas masuk l dengan barang barang bawaan mereka. Sekarang ke London di
" "sana bertemu dengan Dr. Walker lalu naik kereta api beratus-ratus kilometer ke
"arah utara, menuju daerah liar yang jarang didatangi orang. Sekali ini bukan
untuk bertualang, melainkan berlibur dengan asyik dan tanpa beban pikiran
"bersama sahabat mereka, Bill Smugs.
"Naik-naik naik, semua naik!" seru Kiki dengan suara berat, menyebabkan supir
"taksi terkejut mendengarnya. "Satu dua tiga yak, berangkat!"
?" " "Bab 6
PERJALANAN JAUH Bill sudah mengatakan di mana mereka harus menunggunya di stasiun Euston.
Karenanya begitu turun dari taksi, anak-anak dengan segara menuju ke tempat itu.
Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Masing-masing membawa tas serta mantel hujan. Sesampai di situ, mereka berdiri
sambil menunggu. "Bagaimana jika salah seorang anggota gerombolan yang sedang diselidiki olah
Bill tahu bahwa Bill akan berjumpa dengan kita di sini?" kata Philip dengan nada
misterius. "Lalu orang itu mendatangi kita dan mengaku bahwa ialah Bill! Lalu
kita semua dibawanya pergi antah ke mana, dan tidak pernah ada kabar beritanya
lagi!" Kasihan Lucy-Ann. Anak perampuan itu ketakutan. Matanya terbelalak karena ngeri.
"Aduh, Philip mungkinkah hal itu benar-benar terjadi?" katanya dengan suara "lirih. "Mudah-mudahan kita bisa mengenali Bill apabila ia menghampiri kita
nanti. Kalau tidak, aku ngeri ikut dengannya."
Saat itu seorang laki-laki bertubuh gendut datang menghampiri sambil tersenyum.
Orang itu benar benar gendut. Kepalanya bulat, badannya bulat, kakinya besar
" "bahkan giginya pun besar-besar. Anak-anak melihatnya karena orang itu memandang
mereka sambil tersenyum terus.
Lucy-Ann merasa kecut. Tidak mungkin itu Bill - karena tidak mungkin ada orang
bisa membuat tubuhnya menjadi begitu besar segala galanya jika I aslinya tidak
"gendut. Lucy-Ann memegang tangan Philip erat-erat. Mungkinkah orang itu termasuk
gerombolan penjahat yang sedang mencari-cari Bill"
"Nak,"`kata orang itu padanya, "itu mantelmu terjatuh. Kalau tidak lekas lekas
" "kauambil, nanti hilang!"
Lucy-Ann langsung pucat pasi mukanya ketika disapa. Tapi kemudian ia menoleh.
Baru saat itu dilihatnya mantel hujannya tergeletak di tanah. Buru-buru
diambilnya barang itu. Dengan muka merah padam dan suara terbata-bata, ia
mengucapkan terima kasih.
Laki-laki gendut itu tersenyum sekali lagi, memamerkan deretan giginya yang
besar-besar. Kiki mulai mengoceh, dengan suara biasa seperti orang yang sedang
mengobrol. "Pintar sekali burung kalian!" kata laki-laki gendut itu. Diulurkannya
tangannya. Maksudnya hendak mengelus elus Kiki. Tapi Kiki tidak suka dielus
"orang yang tak dikenal. Dicotoknya tangan orang itu dengan paruhnya yang
runcing, lalu bersuit seperti lokomotif.
Senyuman laki-laki gendut itu lenyap dengan seketika, digantikan wajah cemberut.
"Burung kalian jahat," gerutunya lalu menghilang di tengah orang banyak
Anak-anak merasa lega. Mereka sama sekali tidak curiga bahwa orang itu termasuk
gerombolan penjahat, karena mereka tahu bahwa itu hanya bikin-bikinan Philip
saja. Tapi walau demikian_ mereka khawatir jika orang itu tidak henti-hentinya
mengobrol dengan mereka sehingga Bill tidak bisa datang untuk menjemput.
Keempat anak itu berdiri terus di bawah jam besar. Mereka memandang berkeliling,
mencari-cari Bill. Tapi tak seorang pun nampak, yang agak mirip dengan orang
yang mereka tunggu-tunggu.
Kemudian seorang laki-laki datang mendekat. Punggungnya membungkuk, sedang
jalannya agak terseok-seok. Ia memakai kaca mata tebal. Di balik kaca mata
nampak sepasang mata yang memandang tajam. Ia memakai mantel tebal yang panjang.
Sebuah teropong terselempang di punggung. Kepalanya ditutupi topi yang terbuat
dari bahan berkotak-kotak hitam. Janggutnya juga hitam, dan lebat. Tapi ketika
ia berbicara, suara Bill Smugs yang terdengar,
"Selamat malam, Anak-anak. Aku senang melihat kalian datang tepat pada waktunya.
Kini kita bisa memulai ekspedisi kita."
Wajah Lucy-Ann berseri-seri. Ia mengenali suara Bill, walau- sahabat mereka itu
menyamar dengan janggut lebat serta penampilan aneh. Nyaris saja ia merangkul
orang itu sambil menyatakan kegembiraannya melihat Bill. Tapi Jack merasa bahwa
adiknya akan berbuat demikian. Dengan cepat didorongnya Lucy-Ann ke samping,
lalu ia sendiri menyodorkan tangan dengan sikap hormat.
"Selamat malam, Dr. Walker. Apa kabar?"
Anak anak yang lain langsung mengerti, lalu berbuat sama. Orang yang kebetulan "melihat kejadian itu pasti akan menyangka bahwa keempat anak itu menyambut
pembimbing atau pengasuh mereka, yang akan mengajak bepergian ke suatu tempat.
"Yuk, kita pergi sekarang," kata "Dr. Walker". "Aku sudah memesan seorang
pengangkat barang untuk membawa barang-barang kalian. Sini, Pak-! Tolong angkut
barang-barang ini dengan gerobak Anda, lalu bawa ke tempat yang telah kami pesan
di kereta pukul sepuluh malam. Terima kasih."
Tidak lama kemudian mereka sudah berada di atas kereta api. Anak-anak asyik
melihat "kamar tidur" -mereka yang berukuran kecil. Lucy-Ann suka melihat
segala galanya bisa dilipat ke bawah atau ke belakang pokoknya, disingkirkan
" "apabila tidak sedang diperlukan.
"Sekarang kalian harus tidur dulu," kata Bill. Matanya memandang dengan ramah
dari balik lensa kaca mata tebal. "Dr. Walker akan menjamin bahwa kalian takkan
terlambat bangun untuk sarapan besok pagi."
"Di mana letak tempat yang akan kita datangi?" tanya Jack. "Dan bagaimana cara
kita pergi ke sana?"
"Kita ke sana naik kereta ini, lalu naik kereta lain, dan kemudian disambut
lewat air dengan perahu motor," kata Bill. Anak-anak berseri-seri mendengar
keterangannya. Mereka sangat gemar mengadakan perjalanan.
"Aku membawa peta," kata Bill setelah memeriksa apakah pintu sudah tertutup.
"Ini peta semua pulau kecil yang bertebaran di depan pesisir barat laut
Skotlandia. Jumlahnya sampai ratusan! Beberapa di antaranya begitu kecil sampai
tidak bisa ikut diterakan dalam peta. Kurasa belum pernah ada orang yang telah
mendatangi semua pulau itu. Hanya burung-burung saja yang tinggal di sana.
Menurut pendapatku, sebaiknya salah satu pulau kecil itu kita jadikan pangkalan,
lalu dari situ kita berkeliaran sambil membuat foto-foto, serta mengamat-amati
kehidupan burung-burung di sana."
Mata Jack dan Philip bersinar-sinar. Mereka membayangkan keasyikan hari-hari
yang cerah di laut, mondar-mandir dari satu pulau kecil ke pulau kecil lainnya
yang semua dihuni burung-burung yang setengah jinak, berpiknik dan makan dengan
lahap sambil menikmati tiupan angin. duduk-duduk di atas batu sambil merendamkan
kaki dalam air yang jernih. Hati keduanya seakan melonjak dengan gembira
membayangkan kesemuanya itu.
"Yang paling kuinginkan adalah burung puffin yang jinak," kata Philip. "Selama
ini yang kulihat hanya yang sudah diawetkan saja. Tapi kelihatannya burungburung itu kocak." "Kurasa kau pasti mampu mengajari mereka duduk lalu mengemis-ngemis minta
makanan," kata Bill geli.
"Puflin enggas-enggos," 0ceh Kiki. "Hidup Raja!"
Tidak ada yang mempedulikan ocehannya, karena semua sibuk membayangkan liburan
mereka yang luar biasa itu.
"Nanti kalau kalian harus pulang, aku akan tinggal sendiri di sana," kata Bill.
"Suasananya pasti sepi tanpa kalian tapi kalian pasti akan meninggalkan "burung-burung puffin kalian yang sudah jinak untuk menemani aku."
"Tak enak perasaanku harus meninggalkan Anda," kata Lucy-Ann. "Akan lamakah Anda
seorang diri di sana, Bill?"
"Kurasa lumayan juga," kata Bill. "Pokoknya cukup lama, sampai musuh-musuhku
sudah lupa padaku, atau mengira aku sudah mati."
"Aduh," keluh Lucy-Ann. "Aku lebih senang seandainya Anda tidak menjalani
kehidupan yang begitu berbahaya, Bill. Tidak bisakah Anda memilih pekerjaan lain
saja?" "Lalu aku harus menjadi apa" Tukang kebun, kondektur trem, atau pekerjaan lain
yang aman semacam begitu, maksudmu?" balas Bill. Ia nyengir melihat tampang
Lucy-Ann yang begitu serius. "Tidak, Lucy-Ann aku suka kehidupan yang begini.
"Aku berada di pihak hukum dan keadilan dan menurutku, risiko apa pun juga
"sudah selayaknya kupikul untuk membelanya. Kejahatan itu kuat dan berkuasa
"tapi aku juga kuat, dan ada gunanya mengadu kekuatan melawan oknum-oknum jahat
serta segala perbuatan mereka."
"Anda benar-benar hebat, Bill," kata Lucy-Ann dengan nada bangga. "Dan aku
yakin, Anda akan selalu menang. Tapi tidakkah Anda marah karena kini terpaksa
menyembunyikan diri?"
"Wah, bukan marah lagi," kata Bill. Tampangnya sama sekali tidak kelihatan
marah. Tapi dari nada suaranya anak-anak menarik kesimpulan mengenai perasaan
sahabat mereka itu. karena terpaksa "menghilang" sementara masih ada tugas yang
harus diselesaikan. "Tapi apa boleh buat, aku harus mematuhi perintah atasan.
Lagi pula, perintah untuk menghilang ini bagi kita semua berarti liburan yang
sangat menyenangkan. Nah, Jack dan Philip bagaimana, kalian sudah selesai
"mempelajari peta itu?"
Sejak tadi kedua anak laki-laki itu asyik menelaah peta pulau-pulau yang dibawa
Bill. Jack menuding salah satu pulau yang tertera di atas peta.
"Lihatlah " katanya, "yang ini kelihatannya cocok! Namanya Pulau Sayap jadi
" "mestinya di situ banyak sekali burung."
"Kita coba saja pergi ke sana," kata Bill. "Ada kemungkinannya kita akan
tersesat nanti tapi biarlah! Siapalah yang akan merasa keberatan, tersesat di
"tengah laut berwarna biru kehijauan pada saat musim semi yang indah, dengan
sekian banyak pulau kecil mempesona terbentang di depan mata?"
"Wah kedengarannya indah sekali," kata Dinah. "Aduh, coba lihat si Kiki.
"Burung goblok itu mencoba menarik sumbat bak cuci muka dari rantainya."
Selama mereka berlima asyik berbicara, ternyata Kiki sibuk memeriksa seluruh
ruang "kamar tidur". Ia sudah meneguk air dari salah satu keran air yang
tersedia di situ. Kini burung iseng itu bertengger di atas batang tempat
menggantungkan handuk. Sambil menguap seperti manusia, diselipkannya kepala ke
bawah sayapnya. Tepat pada saat itu terdengar pintu pintu kamar sepanjang gerbong tergoncang-goncang dengan keras. "Dengan cepat kepala Kiki tersembul kembali dari bawah sayap.
"Tutup pintu," ocehnya. "Panggil dokter!"
Terdengar lengkingan bunyi peluit ditiup. Kiki bingung ketika "kamar tidur"
dengan tiba-tiba terguncang sewaktu kereta mulai bergerak meninggalkan stasiun.
Nyaris saja burung itu terjatuh dari tempat gantungan handuk.
"Kiki yang malang, sayang, sayang!" ocehnya, lalu terbang ke bahu Jack.
"Sudah waktunya kita semua tidur sekarang," kata Bill sambil bangkit. Tampangnya
nampak aneh sekali dengan janggut hitam serta kaca mata berlensa tebal. Untung
saja topi berkotak-kotak hitam yang jelek itu sudah dilepaskannya dari kepala.
"Kami berdua yang tidur di sini, atau harus berempat?" tanya Lucy-Ann dengan
nada sangsi. Dipandangnya kedua pembaringan sempit yang terpasang pada masingmasing sisi ruangan itu. "Tentu saja berdua, Konyol!" kata Bill sambil tertawa. "Aku mendapat bilik untuk
satu orang di sebelah kanan dan di sebelah kanannya lagi ada kompartemen atau
"bilik lagi. Yang itu untuk Jack dan Philip. Jadi tempatku di tengah-tengah
kalian! Kalian tinggal menggedor dinding kayu yang memisahkan kamar-kamar kita
jika ada sesuatu dan dengan segera aku akan datang!"
?"Bagus!" kata Lucy-Ann lega. "Untung Anda begitu dekat dengan kami. Tapi Anda
nanti tidur dengan janggut itu, Bill?"
"Janggut palsu ini kurekatkan ke dagu jadi terasa sakit kalau dicopot.
"Karenanya aku terpaksa membiarkannya terpasang pada saat hendak tidur," kata
Bill menjelaskan. "Nanti baru akan kulepaskan apabila kita sudah sampai dengan
selamat di tengah pulau-pulau kecil kita. Takkan ada orang melihat kita di sana.
Tapi kenapa kau bertanya" Kau tidak suka melihat janggutku yang bagus ini?"
"Tidak," kata Lucy-Ann berterus terang. "Aku merasa seperti bukan berhadapan
dengan Anda setiap kali aku memandang Anda. Tapi kalau terdengar suara Anda,
barulah aku tahu dengan pasti."
"Yah, kalau begitu pandang saja aku dengan mata terpejam, supaya kau tidak
merasa takut," kata Bill sambil nyengir. "Nah sekarang selamat tidur, Anak"anak. Yuk, Jack dan Philip kuantar kalian sebentar ke bilik kalian berdua.
"Besok pagi kalian akan kubangunkan. Setelah berpakaian rapi, kita ke gerbong
restorasi untuk sarapan pagi."
"Aku agak lapar sekarang, walau tadi waktu makan malam sudah kuisi perutku
penuh-penuh," kata Philip. "Tapi makan malam itu kan sudah lama."
"Aku membawa bekal roti dan pisang," kata Bill. "Nanti kuambilkan. Tapi jangan
terlalu lambat tidur, ya karena saat ini sudah larut malam."
?"Alaa, kan belum pukul sepuluh," kata Dinah. Tapi sambil bicara, anak itu
menguap lebar-lebar. Kiki langsung menirukan, dan hal itu menyebabkan semuanya
ikut menguap pula. Bill pergi ke biliknya untuk mengambilkan roti serta beberapa buah pisang yang
sudah ranum. Ia mengucapkan selamat tidur pada Dinah dan Lucy-Ann, lalu
mengajak Jack dan Philip ke bilik mereka. Anak-anak merasa asyik, pergi tidur
dalam kereta yang sedang berjalan. Aneh rasanya berganti pakaian sementara
gerbong terayun ayun ditarik lokomotif yang melaju dengan kecepatan seratus
"kilometer per jam, menembus kegelapan malam. Nikmat rasanya merebahkan diri di
pembaringan, mendengar irama putaran roda kereta di atas rel.
Lucy-Ann memejamkan mata. Pikirannya mengembara. Bunyi roda-roda kereta yang
berirama seakan-akan membuaikannya.
"Pergi jauh, pergi jauh," seolah-olah begitulah bunyi lagu yang dinyanyikan
roda-roda itu .... Walau malam itu mereka sibuk dan bergairah, tapi tidak lama kemudian keempat
remaja itu sudah tidur pulas dan bermimpi. Mimpi tentang apakah mereka" Itu
dapat ditebak dengan mudah.
Air laut yang -biru kehijauan sejernih kaca, pulau-pulau kecil mempesona, awanawan putih berarak melintasi bentangan langit biru dan burung, burung, burung "yang tak terhitung banyaknya ....
Dan roda-roda kereta masih terus menyanyikan lagu yang sama. Pergi jauh, pergi
jauh, pergi jauh.... Bab 7 TIBA DI TEPI LAUT Setengah perjalanan sudah dilewati ketika anak-anak bangun keesokan paginya.
Mereka dibangunkan oleh Bill yang menggedor-gedor dinding pemisah. Dengan cepat
mereka mengganti pakaian tidur dengan busana sehari-hari.
Setelah semua siap, berlima mereka berjalan sambil terhuyung-huyung menuju
gerbong restorasi. Perut mereka sudah keroncongan. Lucy-Ann merasa ngeri ketika
harus melangkahi bagian yang menghubungkan dua gerbong. Saat itu dipegangnya
tangan Bill erat-erat. "Aku selalu takut gerbong-gerbong terpisah dua pada saat aku berada di bagian
yang menghubungkan," kata Lucy-Ann. Bill memahami kecemasan anak itu. Ia sama
sekali tidak tersenyum geli. Padahal yang lain-lain mencemoohkan pikiran LucyAnn yang bukan-bukan itu.
Kiki bertingkah lagi ketika mereka semua sedang sarapan. Burung itu melemparlemparkan roti panggang, lalu berteriak-teriak dengan suara serak ketika tidak
diperbolehkan mengudap selai yang memang hanya sedikit saja disediakan. Ia
mendengus dan membersit ketika Jack menyodorkan biji bunga matahari padanya.
Para penumpang lainnya tertawa geli melihat tingkah laku Kiki. Reaksi demikian
malah menyebabkan tingkahnya semakin menjadi-jadi.
"Sudah, Kiki!" tukas Bill dengan jengkel sambil mengetuk paruh burung kakaktua
itu. Kiki menjerit, lalu menyambar janggut palsu Bill dan disentakkannya keraskeras. Sebagian dari janggut itu terlepas karenanya. Dari semula Kiki sudah
tidak mengerti, apa sebabnya Bill tiba-tiba muncul dengan gumpalan rambut yang
aneh menutupi dagu dan rahangnya. Setelah berhasil mencabut beberapa lembar dari
rambut aneh itu, Kiki pindah ke bawah meja. Di situ ia sibuk menarik gumpalan
itu sehingga terlepas selembar demi selembar sambil menggumam dengan lirih pada
dirinya sendiri. "Biarkan saja." kata Bill. "Sekarang ia pasti puas, bisa menarik-narik gumpalan
janggutku sampai terlepas semua." Digosok-gosoknya dagunya. "Uhh - sakit juga
"rasanya tadi! Bagaimana tampangku tidak kelihatan aneh sekarang?"
?"Ah, tidak tidak begitu kelihatan bedanya," kata Jack menenangkan. "Kiki
"selalu membuat ribut dalam perjalanan seperti sekarang ini. Misalnya, saat ia
ikut pulang dengan aku dari sekolah bersuit-suit menirukan peluit kondektur,
"menyuruh para penumpang membersihkan hidung dan kaki, serta menjerit dalam
terowongan sampai semua nyaris tuli dibuatnya."
"Tapi Kiki sebenarnya burung yang manis," kata
Lucy-Ann. Ia sama sekali tidak mengatakan bahwa tepat pada saat itu Kiki sedang
sibuk melepaskan tali sepatunya di bawah meja!
Perjalanan itu lama sekali. Mereka harus berganti kereta di sebuah stasiun yang
sangat besar dan berisik. Kereta yang saat itu dinaiki tidak sepanjang kereta
yang pertama. Jalannya juga kalah laju. Dengan kereta itu mereka menuju ke suatu
tempat di pesisir. Anak-anak bergairah sekali ketika melihat laut yang biru
nampak berupa garis yang terang di kejauhan. Sore! Semuanya sangat senang pada
laut. "Sekarang aku merasa liburan kita benar-benar sudah dimulai," kata Lucy-Ann.
"Maksudku, karena laut sudah kelihatan. Laut menimbulkan perasaan berlibur yang
sesungguhnya bagiku."
Anak-anak yang lain berperasaan sama seperti Lucy-Ann. Bahkan Kiki pun meloncatloncat seperti Indian yang sedang melakukan tari perang di tempat barang yang
terdapat di atas kepala anak-anak. Akhirnya kereta mereka berhenti di stasiun
sebuah kota besar di tepi laut. Dengan segera Kiki terbang ke bahu Jack ketika
mereka turun dari kereta.
Angin laut terasa menghembus, membelai muka. Rambut Dinah dan Lucy-Ann tergerai
ke belakang dipermainkan angin. Janggut palsu Bill ikut terdorong ke belakang.
Kiki langsung bertengger dengan paruh dihadapkan ke arah angin. Ia paling tidak
suka jika bulu tubuhnya kusut.
Rombongan itu makan siang dengan nikmat di sebuah hotel. Sehabis makan Bill
pergi ke pelabuhan. ia hendak memeriksa apakah perahu motornya sudah ada.
Ternyata baru saja tiba saat itu. Laki-laki yang membawanya kenal baik dengan
Lima Sekawan 04 Petualangan Di Laut Sunyi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bill. Ia sudah diberi tahu mengenai penyamaran sahabat keempat anak itu.
"Selamat pagi, Dr. Walker," sapa pembawa perahu motor itu dengan suara lantang.
"Cuaca hari ini baik sekali cocok untuk mengawali ekspedisi Anda. Semua sudah "dipersiapkan, Pak."
"Bagaimana dengan perbekalan, Henty?" tanya "Dr. Walker" sambil mengejapngejapkan mata di balik lensa tebal.
"Wah - bukan cukup lagi, Pak! Untuk dipakai bertahan terhadap pengepungan musuh
pun pasti cukup," kata orang yang bernama Henty. "Saya ditugaskan menjadi
pemandu Anda keluar dari pelabuhan, Pak. Saya membaca sekoci. Saya ikatkan di
buritan perahu motor ini.
Semua bergegas naik. Perahu motor itu bagus, dengan kabin kecil di sebelah
haluannya. Jack bersinar gembira matanya ketika melihat persediaan makanan yang
berkaleng-kaleng banyaknya! Lemari pendingin kecil yang ada di situ juga penuh
dengan makanan persediaan. Bagus! Jadi soal makanan tidak perlu dicemaskan.
Menurut Jack, itu salah satu hal pokok yang perlu direncanakan dengan baik.
Soalnya, waktu berlibur sudah biasa juga perut terasa lapar terus.
Henty mengemudikan perahu motor itu keluar dari perairan pelabuhan, sementara
sekocinya yang ditambatkan ke buritan terangguk angguk kena ombak. Setelah
"keluar dari pelabuhan, Henty pindah ke sekocinya. Ia memberi hormat pada Bill.
"Selamat jalan, Pak," katanya. "Pesawat pemancar beres! Kami menunggu kabar dari
Anda. Secara teratur, agar kami tahu bahwa Anda tidak kekurangan suatu apa pun.
Baterai-baterai cadangan sudah disediakan, begitu pula perlengkapan untuk
memperbaiki kalau ada kerusakan. Nah semoga semuanya berjalan dengan baik,
"Pak. Dua minggu lagi saya akan ke sini lagi untuk menjemput anak-anak pulang."
Henty meninggalkan mereka dengan sekocinya. Gerakan dayungnya teratur
menimbulkan bunyi percikkan lembut di air. Tidak lama kemudian ia sudah nampak
kecil di kejauhan, sementara Bill mengarahkan perahu motor ke tengah laut.
"Nah kita berangkat!" kata Bill dengan nada puas. "Janggutku sekarang sudah
"bisa kulepaskan, begitu pula kaca mataku. Uh tidak enak rasanya harus
"memandang dari balik lensa tebal. Dan mantel panjangku sebaiknya kubuka pula
sekaligus. Philip! kau kan tahu caranya mengemudikan perahu motor! Tolong "pegangkan roda kemudi sebentar sementara aku melepaskan samaranku ini. Saat ini
rasanya takkan ada orang lain melihat kita. Pegang haluan utara barat laut."
Dengan bangga Philip mengambil alih tugas memegang roda kemudi. Mesin perahu
terdengar mendengung dengan mulus, sementara haluan dengan laju mengiris
permukaan air laut yang biru.
Hari itu indah sekali, hampir sehangat hari-hari musim panas. Matahari bersinar
terang di langit bersih yang dihiasi awan-awan kecil seperti gumpalan-gumpalan
kapas. Ombak kecil-kecil bergerak seperti menari-nari. Ujungnya berkilat-kilat
memantulkan sinar matahari.
"Indah sekali!" kata Jack. Sambil mendengus senang, ia duduk dekat Philip.
"Sungguh-sungguh indah sekali!"
"Perasaanku saat ini sangat indah," kata Lucy-Ann sambil menatap pemandangan
yang membahagiakan itu. "Itu perasaan yang timbul pada saat awal liburan yang
"indah menjelang hari-hari cerah dan santai, seolah-olah mempesona."
?"Awas kalau kau begitu terus, tahu-tahu kau nanti menjelma jadi penyair," kata
"Philip yang memegang roda kemudi.
"Saat ini perasaanku memang seperti penyair," kata Lucy-Ann. "Aku juga tidak
keberatan menjadi penyair nanti kalau sudah besar, walau itu berarti aku harus
mengarang syair." "Tiga tikus buta, mereka lari meraba-raba," oceh Kiki saat itu. Sesaat semua
menyangka burung kakaktua itu ikut berbicara tentang syair dan mengucapkan suatu
contoh; Padahal Kiki mengoceh tentang ketiga tikus putih yang dilihatnya tibatiba muncul di bahu Philip. Ketiga binatang mungil itu duduk di situ dengan
rapi, dengan hidung kemerah-merahan terangkat tinggi, mengendus endus bau hawa
"laut yang asin. Dinah yang duduk dekat Philip langsung mengumpat-umpat, "Aku sudah berharapharap mulanya bahwa kau tidak membawa binatang-binatang kecil menjijikkan itu.
Mudah-mudahan saja mereka nanti disambar burung camar."
Tapi saat itu bahkan Dinah pun tidak bisa lama-lama merasa jengkel, sementara
perahu motor mereka meluncur di atas ombak berwarna hijau, meninggalkan alur
buih di belakang buritan yang nampaknya seperti ekor yang panjang sekali.
Ketika kemudian Bill muncul dari dalam kabin, anak-anak menyapanya dengan
gembira. "He, Bill! Wah sekarang Anda kelihatan seperti Bill yang asli lagi!"
?"Anda jangan memakai janggut lagi, Bill! Kegantengan Anda rusak kalau memakai
janggut!" "Hore! Dr. Walker sudah hilang untuk selama-lamanya. Orang konyol aku tidak
"suka padanya."
"Nah, begitu dong, Bill Anda kelihatan menarik lagi sekarang. Mulut Anda
"kelihatan kalau tersenyum."
"Jangan diambil, jangan diambil!" oceh Kiki, karena mendengar anak-anak
menyebutkan kata bill berulang-ulang.
"Diam, Kiki! Kalau tidak, disambar camar kau nanti!"
"Ahh begini baru nikmat namanya," kata Bill dengan puas. Diambilnya roda
"kemudi dari tangan Philip. "Wah, jika udara cerah seperti sekarang ini terusmenerus, dengan cepat kita akan sudah menjadi hitam. Jack, Philip sebaiknya
" kalian jangan membuka baju dulu nanti kalian tersengat sinar matahari.?"Dengan segera anak-anak membuka mantel dan jas mereka. Hembusan angin terasa
sejuk, tapi sinar matahari benar-benar panas sekali. Laut di kejauhan kelihatan
biru sekali. "Nah, Kawan-kawan harap ingat, ini liburan dan bukan petualangan yang
"menegangkan," kata Bill, sementara punggung kemejanya yang putih menggembung
ditiup angin. "Kalian sudah cukup mengalami petualangan. Kita bersama-sama sudah
tiga kali mengalaminya dan sekali ini aku ingin berlibur."
?"Betul!" sambut Jack. "Jadi kita akan berlibur. Petualangan jangan berani"berani mengganggu liburan kami!"
"Aku juga tidak ingin mengalami petualangan," kata Lucy-Ann. "Bagiku, begini
saja sudah merupakan petualangan. Jenis beginilah yang paling kusukai bukan
"petualangan yang memaksa kita bersembunyi dan merangkak-rangkak dalam
terowongan-terowongan rahasia, dan hidup dalam liang-liang gua. Aku hanya ingin
menikmati hari hari cerah dan santai bersama teman-teman yang paling kusenangi.
"Lebih asyik lagi jika Bibi Allie juga ada di sini walau mungkin ia tidak akan
"bisa menikmatinya betul-betul."
"Mudah-mudahan keadaannya sekarang sudah agak lumayan," kata Dinah. "He di
"mana letak daratan, ya" Aku tidak melihat apa-apa! Bahkan sebuah pulau saja pun
tidak!" "Besok akan banyak yang dapat kaulihat," kata Bill. "Tinggal pilih saja mana
yang kauingini." Sore dan malam itu berlangsung dengan menyenangkan. Mereka minum teh di atas
kapal. Dinah dan Lucy-Ann yang memasak. Kedua anak perempuan itu juga menemukan
roti segar, selai arbei, dan sebuah kue coklat yang besar dalam lemari tempat
penyimpanan makanan di kabin.
"Pakai kesempatan ini sebaik-baiknya," kata Bill. "Mulai sekarang kalian takkan
bisa sering-sering makan roti segar. Kurasa kita nanti takkan menemukan tempattempat pertanian di pulau-pulau yang akan kita datangi. Tapi aku membawa bekal
roti kering berkaleng-kaleng. Sedang kue coklat yang sedap ini kalian nikmati
saja sampai habis karena kurasa selama dua minggu mendatang ini kalian takkan
"pernah merasakannya lagi."
"Aku tidak peduli," kata Dinah sambil sibuk mengunyah. "Kalau aku sedang lapar,
masa bodoh apa yang kumakan! Dan aku tahu pasti, selama liburan ini aku akan
terus-menerus merasa lapar."
Saat senja, matahari yang terbenam diiringi sinar kemilau keemasan. Awan-awan
kecil yang berarak berubah warna menjadi kemerah-merahan. Perahu motor mereka
meluncur terus, mengarungi permukaan laut yang juga kemilau kuning dan merah
keemasan. "Matahari tenggelam dalam laut," kata Lucy-Ann kemudian, ketika matahari sudah
tidak nampak lagi. "Aku memperhatikan bagiannya yang paling akhir lenyap ditelan
alun." "Di mana kita tidur malam ini?" tanya Jack. "Bukan apa-apa, tapi aku ingin tahu
saja. ?"Di haluan mestinya ada dua buah tenda," kata Bill. "Menurut rencanaku, jika
kita sampai di sebuah pulau yang kelihatannya menyenangkan, kita mendarat lalu
berkemah di situ malam ini. Bagaimana - setuju atau tidak?" .
"Setuju! Setuju!" seru anak anak. "Yuk, sekarang kita mencari pulau tapi harus
" "yang betul-betul menyenangkan!"
Tapi saat itu daratan sama sekali tidak kelihatan. Bahkan beting karang sempit
saja pun tidak nampak. Bill meminta Jack mengambil alih roda kemudi sebentar,
lalu mempelajari peta. Ia menuding ke suatu tempat yang tertera di situ.
"Arah haluan perahu kita selama ini kemari. Jadi tidak lama lagi mestinya kita
akan sampai di dua pulau ini. Pulau yang satu ada penghuninya beberapa orang.
Dan kelihatannya di sana juga ada dermaga, walau hanya kecil saja. Sebaiknya
kita ke sana saja dulu malam ini, lalu besok baru berangkat menuju wilayah tak
dikenal. Untuk mencari pulau-pulau yang lebih jauh letaknya, rasanya saat ini
sudah terlalu petang. Sebelum sampai di sana, hari pasti sudah gelap."
"Tapi langit masih terang," kata Philip. Ia memandang arlojinya. "Kalau di
rumah, pukul begini pasti sudah mulai remang-remang."
"Semakin jauh kita ke utara, semakin lama pula masa senja," kata Bill. "Tapi
jangan tanyakan sebabnya padaku saat ini. Sekarang aku sedang tidak sanggup
memberikan ceramah."
"Anda sama sekali tidak perlu menjelaskan, karena kami sudah mempelajarinya
semester yang lalu," kata Philip dengan sikap angkuh. "Keterangannya begini:
karena matahari .... "
"Ampun, ampun," kata Bill pura-pura bingung sambil mengambil alih roda kemudi
lagi. "Lihatlah seekor tikus putihmu yang melit mengendus-endus ekor Kiki. "Jika kau tidak lekas-lekas menyingkirkannya, ada kemungkinan sebentar lagi
terjadi peristiwa berdarah."
Tapi Kiki takkan mau menyakiti binatang piaraan Philip yang mana pun juga. Ia
sudah cukup puas menggertakkan paruhnya keras-keras dekat telinga Pencicit.
Tikus putih itu ketakutan, lalu lari terbirit-birit kembali ke Philip, memanjat
betisnya, dan menghilang masuk ke dalam celana pendek anak itu.
Lambat-laun air laut sudah tidak biru lagi warnanya, berganti menjadi kelabu
kusam kehijauan. Hembusan angin terasa dingin. Semua cepat-cepat memakai baju
hangat. Kemudian di kejauhan nampak bayangan yang gelap di atas air. Daratan!
"Itulah dia - satu dari kedua pulau yang kita tuju untuk tempat kita tidur malam
ini," kata Bill dengan puas. "Hebat juga keahlianku mengemudi ternyata haluan
"perahu kita lurus menuju ke sana. Sebentar lagi kita akan sudah sampai."
Memang beberapa saat kemudian perahu motor itu sudah bergerak menepi, merapat
"ke sisi sebuah dermaga batu yang sederhana buatannya.
Seorang nelayan yang ada di situ melongo melihat kedatangan mereka. Dengan
ringkas, Bill memberikan penjelasan.
"Ah, kalian mencari burung-burung rupanya," kata nelayan itu dengan logat skot
yang mantap. "Yah di luar sana banyak yang bisa kalian temui," sambungnya sambil
"menganggukkan kepala ke arah laut. "Mau tidur di mana kalian malam ini" Pondok
kecilku tidak bisa menampung orang begini banyak."
Lucy-Ann tidak memahami kata kata orang itu.
"Tapi yang lain-lain masih mampu menebak-nebak.
"Bawa tenda-tenda kita," kata Bill. "Sebentar lagi akan kita pasang. Nanti kita
minta pada istri nelayan ini agar memasakkan makanan untuk kita. Dengan begitu
kita bisa menghemat bekal. Mungkin kita juga bisa memperoleh kepala susu dan
mentega." Ketika hari sudah benar-benar gelap, semuanya sudah selesai makan malam. Mereka
masuk ke dalam kedua tenda yang telah dipasang, lalu berbaring dengan nyaman di
atas selimut-selimut yang dihamparkan di atas alas penutup tanah. Udara segar
situ menyebabkan mereka cepat sekali mengantuk. Dinah dan Lucy-Ann bahkan
langsung pulas tanpa mengucapkan selamat tidur lagi.
"Mereka itu sinting," kata nelayan pada istrinya. "Sayang perahu sebagus itu
dipakai untuk mencari burung. Bayangkan mencari burung-burung, padahal di sini"banyak sekali ikan yang tinggal ditangkap saja. Yah tak lama lagi mereka akan
"bisa melihat burung-burung. Huhh mereka itu memang edan!"
?"Bab 8 PULAU BURUNG Keesokan harinya, setelah sarapan bubur gandum dengan ikan bakar, mereka
bersiap-siap untuk melanjutkan pelayaran. Kedua tenda dikemaskan, lalu berlima
mereka naik ke atas perahu motor. Perahu itu diberi nama Lucky Star. Menurut
anak-anak, nama itu bagus sekali. Artinya 'Bintang Mujur .
"Kiki tidak disukai nelayan tua yang menjadi tuan rumah mereka malam itu, begitu
pula istrinya. Keduanya seumur hidup belum pernah melihat burung kakaktua.
Mereka tidak habis heran, melihat ada burung bisa berbicara. Keduanya
memperhatikan Kiki dengan perasaan kagum bercampur takut. Kelihatannya mereka
takut melihat paruh Kiki yang bangkok dan runcing itu.
"Hidup Raja," oceh Kiki, yang berdasarkan pengalaman tahu bahwa kebanyakan orang
senang mendengar kata-kata itu. Tapi ia langsung menambahkan dengan, "Tus raja
"meletus, tus-tus tus!"
"Kini burung iseng itu sudah berada kembali di atas perahu motor yang saat itu
meluncur di atas permukaan air yang biru. Hari itu langit kembali nampak biru
cerah, sementara matahari memancarkan Sinarnya yang panas. Cuaca saat itu benarbenar merupakan cuaca bulan Mei cuaca yang membuat laut nampak biru bening dan
"berkilau-kilauan. "Aku masih selalu berperasaan indah seperti kemarin," kata Lucy-Ann senang. Ia
menjulurkan tangannya ke sisi perahu, masuk ke dalam laut. Dirasakannya air yang
sejuk dan lembut seperti sutra membelai jari-jarinya dan menarik ke belakang.
"Sekarang kita mencari pulau-pulau tempat kediaman burung. Hari ini kita akan
menjumpai beberapa di antaranya ya kan, Bill?"
?"Pasti," kata Bill. Ia menambah laju perahu motor itu sedikit. Ombak memercik,
membasahi semua yang ada di atas perahu.
"Uuuh, sedap!" seru Dinah. "Aku memang sedang kepanasan. Percikkan tadi
menyegarkan tubuhku. Ayo, Bill kencangkan lagi lari perahu ini! Aku tidak
?"keberatan tersiram percikkan air seperti tadi."
Selama lima jam mereka meluncur di atas air. Tiba-tiba Jack berseru dengan
girang. "Itu dia - pulau-pulaunya!" seru Jack. "Lihatlah! Itu nampak jauh di garis
"horizon kelihatannya seperti gumpalan gumpalan kecil! Pasti itu dia pulau" "pulau yang kita cari!"
Saat itu anak-anak mulai melihat burung-burung yang beraneka ragam jenisnya,
terbang di udara dan sebagian mengapung-apung di permukaan air. Jack menyerukan
nama jenis-jenis burung itu dengan bersemangat. Philip tidak mau ketinggalan.
Begitu senang mereka melihat burung-burung laut yang hidup di alam liar itu
sehingga nyaris saja terjatuh ke air karena tidak hati-hati. Banyak di antara
burung-burung itu kelihatannya sama sekali tidak takut pada perahu yang berbunyi
berisik. Mereka tetap saja terapung-apung di air - seolah-olah hanya dengan
segan saja agak menyingkir saat perahu lewat di tempat mereka.
"Itu ada burung shag sedang menyelam," seru Jack. "Lihatlah nampak dari sini,
"bagaimana ia berenang dalam air. Nah ia berhasil menangkap ikan. Ya sekarang
" " ia timbul lagi ke permukaan. Kikuk sekali kelihatannya bergerak hendak terbang.
Aduh sayang kamera fotoku belum kusiapkan.?"Kiki memperhatikan burung-burung sebanyak itu dengan pandangan marah. Burung
kakaktua itu tidak senang melihat Jack tiba-tiba begitu tertarik perhatiannya
pada burung burung lain. Ketika seekor burung camar yang besar melayang dengan
"santai tepat di atas perahu motor, dengan cepat Kiki melesat terbang ke bawah
burung itu. Kiki menjerit keras-keras, lalu berjungkir balik di udara. Camar
besar itu kaget. Ia mengepakkan sayapnya yang kuat sehingga tubuhnya membubung
tegak lurus ke atas. Ia berteriak untuk menyatakan kekagetannya.
Kiki menirukan teriakan camar itu. Bunyinya persis sama. Camar yang menyangka
Kiki pasti masih kerabatnya walau dari jenis yang tak dikenal terbang
" "memutar. Setelah itu ia menghunjam, hendak menyambar Kiki. Tapi burung kakaktua
itu tidak kalah gesit. Ia memutar tubuh, lalu turun dan hinggap di atas bahu
Jack. Dari tempat yang aman itu ia berteriak, seolah-olah menantang, sambil
menirukan bunyi camar tadi.
Camar yang diejek melirik dengan sikap sangsi. Setelah itu ia terbang menjauh.
Pasti ia merasa heran camar jenis apa itu, yang tingkah lakunya begitu aneh.
?"Kau ini memang burung goblok, Kiki," tukas Jack. "Awas, kapan-kapan kau akan
disambar camar dan dimakan habis olehnya."
"Kiki malang," kata kakaktua itu, lalu menirukan suara orang mengerang. Bill
tertawa. "Tak bisa kubayangkan apa yang akan dilakukan Kiki nanti apabila kita melihat
Ninja Merah 3 Joko Sableng 21 Rahasia Kampung Setan Dendam Empu Bharada 35
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama