Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin Bagian 10
pelana." Mata si squire buram diberati kantuk. "Kuda."
"Binatang cokelat besar yang suka apel itu, kau pasti
pernah melihatnya. Empat kaki dan satu ekor. Tapi Bronn
dulu." Si prajurit bayaran muncul tak lama kemudian. "Siapa
yang merusak hidupmu?" tuntutnya.
"Cersei, seperti biasa. Kau pasti mengira aku sudah
akan terbiasa saat ini, tapi sudahlah. Kakakku yang baik hati
sepertinya keliru mengira aku sebagai Ned Stark."
"Kudengar dia lebih tinggi."
"Tidak setelah Joff memenggal kepalanya. Kau sebaiknya
berpakaian lebih hangat, malam ini dingin."
"Apa kita akan pergi?"
"Apakah semua prajurit bayaran sepintar kau?"
Jalanan kota berbahaya, tapi dengan Bronn di sisinya
Tyrion merasa cukup aman. Para penjaga membiarkannya
keluar dari gerbang belakang di dinding utara, kemudian
mereka menyusuri Jalan Bayang Hitam ke kaki Bukit Tinggi
Aegon, setelah itu masuk ke Lorong Jalur Babi, melewati barisan
jendela tertutup serta bangunan kayu-dan-batu tinggi yang
lantai-lantai atasnya condong begitu jauh di atas jalan sehingga
nyaris bersentuhan. Bulan seolah mengikuti mereka sepanjang
jalan, bermain petak umpet di antara cerobong-cerobong
asap. Mereka tak bertemu siapa pun kecuali perempuan tua
yang membawa kucing mati dengan mencengkeram ekornya.
526 Perempuan itu memandang ngeri pada mereka, seakan-akan
takut mereka mungkin akan mencuri makan malamnya, lalu
menyelinap pergi memasuki bayang-bayang tanpa bersuara.
Tyrion merenungkan orang-orang yang menjadi Tangan
Kanan sebelum dia, yang terbukti tidak dapat menandingi
tipu daya kakaknya. Bagaimana mungkin" Lelaki-lelaki seperti
mereka" terlalu jujur untuk hidup, terlalu mulia untuk berdusta,
Cersei melahap orang-orang bodoh seperti itu setiap pagi saat
sarapan. Satu-satunya cara untuk mengalahkan kakakku adalah
dengan mengikuti permainannya sendiri, dan itu sesuatu yang takkan
pernah mau dilakukan Lord Stark maupun Lord Arryn.?Tidak heran
mereka berdua mati, sementara Tyrion Lannister tak pernah
merasa sehidup ini. Kaki pendeknya mungkin menjadikan dia
pelawak aneh di pesta dansa panen, tapi tarian yang ini tidak
asing baginya. Meskipun sudah larut malam, bordil itu penuh sesak.
Chataya menyambut mereka dengan ramah dan mengantar
mereka ke ruang bersama. Bronn pergi ke atas bersama gadis
bermata gelap dari Dorne, tapi Alayaya sedang sibuk melayani
tamu. "Dia pasti senang sekali kalau tahu kau datang," ujar
Chataya. "Akan kupastikan kamar menara sudah disiapkan
untukmu. Apakah my lord mau minum secawan anggur sembari
menunggu?" "Mau," sahut Tyrion.
Anggur itu berkualitas buruk dibandingkan anggur
berusia tua dari Arbor yang biasanya disajikan di sana. "Kau
harus memaafkan kami, my lord," Chataya berkata. "Aku tidak
dapat menemukan anggur bagus dengan harga berapa pun
akhir-akhir ini." "Sayangnya kau tidak sendirian soal itu."
Chataya berkeluh kesah dengannya sejenak, lalu undur
diri dan meluncur pergi.?Perempuan yang menawan, pikir Tyrion
saat mengawasinya berlalu. Dia jarang melihat keanggunan
dan martabat seperti itu dalam diri seorang pelacur. Walaupun
tentu saja, Chataya menganggap dirinya lebih menyerupai
527 pendeta perempuan.?Barangkali itu rahasianya. Bukan apa yang
kita lakukan, tapi mengapa kita melakukannya. Entah bagaimana
pikiran itu menenangkan Tyrion.
Beberapa tamu lain mengamatinya dengan pandangan
curiga. Kali terakhir dia berkeliaran keluar, seorang lelaki
meludahinya" yah, mencoba meludahinya. Tapi dia malah
meludahi Bronn, dan akibatnya sekarang dia harus meludah
tanpa gigi. "Apakah milord merasa tidak dicintai?" Dancy menyusup
ke pangkuannya dan menggigiti telinganya. "Aku punya obat
untuk itu." Tyrion tersenyum dan menggeleng. "Kecantikanmu
sungguh tak terkatakan, Manis, tapi aku sudah menyukai obat
Alayaya." "Kau belum pernah mencoba punyaku. Milord tak pernah
memilih siapa pun selain "Yaya. Dia bagus tapi aku lebih bagus,
kau tak mau lihat?" "Lain kali, mungkin." Tyrion yakin Dancy pasti akan
sangat menyibukkannya. Gadis itu berhidung pesek dan
periang, dengan kulit berbintik dan rambut merah tebal yang
tergerai melewati pinggang. Tapi Shae sudah menunggunya di
rumah megah itu. Sambil terkikik, Dancy meletakkan tangan di antara
paha Tyrion dan meremasnya dari balik celana. "Aku rasa dia
tidak mau menunggu sampai lain kali," cetusnya. "Dia ingin
keluar dan menghitung semua bintikku, sepertinya."
"Dancy." Alayaya berdiri di ambang pintu, gelap dan
tenang dalam gaun sutra hijau yang tipis. "Tuanku datang
untuk mengunjungiku."
Tyrion dengan lembut melepaskan diri dari gadis
satunya dan berdiri. Dancy sepertinya tak keberatan. "Lain
kali," dia mengingatkan Tyrion, lalu memasukkan satu jari ke
mulut dan mengisapnya. Saat gadis berkulit gelap itu memandunya menaiki
tangga, dia berkata, "Dancy yang malang. Dia punya waktu
528 dua minggu untuk membujuk my lord agar memilihnya. Kalau
tidak, dia harus memberikan mutiara hitamnya kepada Marei."
Marei adalah gadis lembut, pucat, dan tenang yang
pernah dilirik Tyrion satu atau dua kali. Mata hijau dan kulit
sehalus porselen, rambut lurus panjang keperakan, sangat
cantik, tapi terlalu serius. "Aku akan menyesal kalau anak
malang itu kehilangan mutiaranya gara-gara aku."
"Kalau begitu lain kali bawa dia ke atas."
"Mungkin akan kulakukan."
Alayaya tersenyum. "Kurasa tidak, my lord."
Dia benar, pikir Tyrion, aku takkan melakukannya. Shae
mungkin hanya pelacur, tapi aku setia kepadanya dengan caraku
sendiri. Di kamar menara, sewaktu membuka pintu lemari, dia
menatap Alayaya dengan penasaran. "Apa yang kaulakukan
selama aku pergi?" Gadis itu mengangkat kedua lengannya dan meregang
seperti kucing hitam cantik. "Tidur. Aku jadi lebih banyak
beristirahat sejak kau mulai mengunjungi kami, my lord. Dan
Marei mengajari kami membaca, barangkali sebentar lagi aku
akan bisa melewatkan waktu dengan buku."
"Tidur itu bagus," ujar Tyrion. "Dan buku lebih bagus
lagi." Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi si gadis. Setelah
itu dia menuruni lubang dan menyusuri terowongan.
Saat meninggalkan istal dengan menunggangi kuda
kebiri belang, Tyrion mendengar suara musik melayang di atas
deretan atap. Senang rasanya memikirkan orang-orang masih
bernyanyi, bahkan di tengah pembantaian dan kelaparan ini.
Nada-nada kenangan memenuhi kepalanya, dan untuk sesaat
dia nyaris bisa mendengar Tysha bernyanyi untuknya separuh
masa hidup yang lalu. Tyrion menghentikan kudanya dan
mendengarkan. Nadanya salah, kata-katanya terlalu samar
untuk didengar. Berarti itu lagu yang berbeda, dan kenapa
tidak" Tysha-nya yang manis dan lugu adalah kebohongan dari
awal sampai akhir, hanya pelacur yang disewa kakaknya Jaime
529 untuk menjadikan Tyrion lelaki dewasa.
Aku bebas dari Tysha sekarang, pikirnya.?Dia menghantuiku
selama separuh hidupku, tapi aku tak membutuhkannya lagi, sama
seperti aku tidak membutuhkan Alayaya, Dancy, Marei, atau ratusan
gadis seperti mereka yang pernah tidur denganku selama bertahuntahun ini. Aku punya Shae sekarang. Shae.
Gerbang rumah megah itu tertutup dan dipalang.
Tyrion menggedor sampai hiasan mata perunggu berkeletak
terbuka. "Ini aku." Lelaki yang membukakan pintu adalah
salah satu anak buah Varys yang lebih enak dilihat, jago belati
dari Braavos dengan bibir sumbing dan mata sayu. Tyrion
tidak mau ada penjaga-penjaga muda dan tampan berkeliaran
di dekat Shae hari demi hari. "Carikan aku lelaki-lelaki tua,
jelek, dan berantakan, lebih disukai yang impoten," katanya
kepada si orang kasim. "Lelaki yang menyukai sesamanya. Atau
sekalian saja lelaki yang lebih menyukai biri-biri." Varys tak
berhasil menemukan pencinta biri-biri, tapi dia menemukan
satu orang kasim pencekik dan sepasang lelaki Ibben berbau
busuk yang menyukai kapak sebesar mereka menyukai satu
sama lain. Penjaga-penjaga lainnya adalah prajurit upahan yang
pernah mencicipi sel bawah tanah, setiap orang lebih jelek
dibandingkan orang sebelumnya. Waktu Varys memamerkan
mereka di hadapannya, Tyrion sempat khawatir dia sudah
bertindak terlalu jauh, tapi Shae sama sekali tidak mengajukan
keluhan.?Dan kenapa dia harus mengeluh" Dia tak pernah mengeluh
tentang aku, padahal aku lebih mengerikan ketimbang seluruh penjaga
itu disatukan. Barangkali Shae bahkan tidak melihat keburukan.
Meski demikian, Tyrion sebenarnya lebih suka
menugaskan beberapa orang gunungnya untuk menjaga rumah
ini; suku Telinga Hitam Chella, barangkali, atau Saudara
Bulan. Dia lebih percaya pada kesetiaan besi dan kehormatan
mereka daripada ketamakan para prajurit bayaran. Namun
risikonya terlalu besar. Seisi King"s Landing tahu orang-orang
liar itu miliknya. Jika dia mengirim Kelompok Telinga Hitam
kemari, hanya masalah waktu sebelum seisi kota tahu Tangan
530 Kanan Raja menyimpan gundik.
Salah satu lelaki Ibben itu mengambil kudanya. "Kau
sudah membangunkan dia?" tanya Tyrion.
"Belum, m"lord."
"Bagus." Api di kamar hanya menyisakan bara, tapi kamar itu
masih hangat. Shae sudah menendang selimut dan seprainya
dalam tidur. Dia berbaring telanjang di kasur bulu, lekuk
lembut tubuh mudanya tergambar jelas diterangi cahaya
redup dari perapian. Tyrion berdiri di pintu dan mereguk
pemandangan dirinya. Lebih muda daripada Marei, lebih manis
daripada Dancy, lebih cantik daripada Alayaya, dia adalah semua
yang kubutuhkan bahkan lebih. ?Bagaimana bisa seorang pelacur
terlihat begitu murni, manis, dan tak berdosa" Dia membatin.
Dia tidak bermaksud mengganggu tidur Shae, tapi
pemandangan gadis itu sudah cukup untuk membuatnya
mengeras. Dia membiarkan pakaiannya jatuh ke lantai,
lalu merayap naik ke tempat tidur dan dengan lembut
merenggangkan kaki gadis itu lalu menciumnya. Shae
bergumam dalam tidur. Tyrion menciumnya lagi. Ketika Shae
mengerang lirih dengan tubuh gemetar, Tyrion menanamkan
benih dan meledak nyaris seketika itu juga.
Mata Shae terbuka. Dia tersenyum dan mengusap
kepala Tyrion lalu berbisik, "Aku baru saja mendapat mimpi
paling indah, m"lord."
Tyrion merebahkan kepala di bahunya. "Ini bukan
mimpi," dia berjanji pada gadis itu.?Ini nyata, semuanya, pikir
Tyrion, perang, intrik, permainan dahsyat penuh darah, dan aku di
tengah-tengahnya" aku, si cebol, si monster, orang yang mereka cemooh
dan mereka tertawakan, tapi sekarang aku menggenggam semuanya.
Kekuasaan, kota ini, gadis ini. Untuk inilah aku diciptakan, dan
semoga para dewa memaafkanku, tapi aku sungguh menyukainya"?
Juga gadis ini. Juga gadis ini.
j 531 ARYA N ama apa pun yang sebenarnya diberikan Harren Hitam
pada menara-menaranya telah lama terlupakan. Menaramenara itu dikenal sebagai Menara Kengerian, Menara Janda,
Menara Melolong, Menara Hantu, dan Menara Pembakaran
Raja. Arya tidur di ceruk kecil dalam ruangan besar di bawah
Menara Melolong, beralaskan kasur jerami. Dia punya air
untuk membasuh tubuh kapan pun dia mau dan sepotong
sabun. Pekerjaannya berat, tapi tidak lebih berat dibandingkan
berjalan berkilo-kilometer setiap hari. Musang tidak perlu
mencari cacing dan serangga untuk dimakan, seperti Arry dulu;
ada roti setiap hari, juga rebusan jelai dengan potongan wortel
dan lobak, bahkan seiris daging setiap dua minggu sekali.
Makanan Pai Panas malah lebih enak lagi; dia berada
di tempat yang seharusnya, di dapur, bangunan batu bundar
dengan atap berkubah yang merupakan sebuah dunia
sendiri. Arya menyantap makanannya di meja panjang dalam
ruang penyimpanan bawah tanah bersama Weese dan anak
buahnya yang lain, tapi kadang-kadang dia diminta membantu
mengambilkan makanan mereka, maka dia dan Pai Panas bisa
mencuri waktu untuk berbicara. Dia tak pernah bisa ingat
bahwa Arya sekarang bernama Musang dan terus-menerus
memanggilnya Arry, walaupun dia tahu Arya perempuan.
532 Suatu kali dia mencoba menyelundupkan tar apel panas untuk
Arya, tapi gerak-geriknya begitu kikuk sehingga dua juru masak
melihatnya. Mereka mengambil kue tar itu dan memukulinya
dengan sendok kayu besar.
Gendry dikirim ke bengkel tempa; Arya jarang
melihatnya. Sementara tentang orang-orang yang bertugas
bersamanya, dia bahkan tidak ingin mengetahui nama mereka.
Karena itu hanya membuat lukanya terasa lebih menyakitkan
saat mereka mati. Sebagian besar dari mereka lebih tua daripada
Arya dan tidak keberatan membiarkannya sendirian.
Harrenhal sangat luas, banyak bagiannya yang telah
lama hancur dan lenyap. Lady Whent menduduki kastel itu
sebagai pengikut Klan Tully, tapi dia hanya menggunakan
sepertiga bagian bawah dari dua di antara lima menara, dan
membiarkan sisanya runtuh menjadi puing-puing. Sekarang
setelah Lady Whent melarikan diri, dan sejumlah kecil pelayan
yang dia tinggalkan tidak mampu melayani kebutuhan seluruh
kesatria, lord, dan tawanan bangsawan yang dibawa Lord
Tywin, pasukan Lannister harus mencari rampasan pelayan
selain rampasan makanan dan pakan ternak. Kabarnya Lord
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tywin berencana mengembalikan kejayaan Harrenhal, dan
menjadikan kastel itu pusat kekuasaannya yang baru begitu
perang usai. Weese menggunakan Arya untuk mengantar pesanpesan, mengambil air, mengambilkan makanan, dan kadangkadang melayani meja makan di Aula Barak di atas gudang
senjata, tempat para prajurit bersantap. Tapi sebagian besar
tugasnya adalah membersihkan. Lantai dasar Menara Melolong
dijadikan ruang penyimpanan dan lumbung, sementara dua
lantai di atasnya menampung sebagian garnisun, tapi lantailantai di atasnya tidak pernah ditempati selama delapan puluh
tahun. Sekarang Lord Tywin memerintahkan seluruh tempat
itu dirapikan agar layak ditempati lagi. Banyak lantai yang harus
digosok, kotoran yang harus diseka dari jendela-jendela, kursikursi patah dan ranjang-ranjang rusak yang harus dikeluarkan.
Lantai paling atas dipenuhi sarang kelelawar hitam besar
533 yang digunakan Klan Whent sebagai lambang mereka, juga
kawanan tikus di ruang bawah tanah" dan hantu-hantu, kata
orang, arwah Harren Hitam serta putra-putranya.
Menurut Arya itu konyol. Harren dan putra-putranya
tewas di Menara Pembakaran Raja, dari situlah namanya
berasal, jadi mengapa mereka harus menyeberangi halaman
untuk menakut-nakutinya" Menara Melolong hanya melolong
ketika angin bertiup dari utara, dan itu pun hanya bunyi udara
yang bertiup melalui celah-celah di batu tempat permukaannya
retak terpapar panas. Jika memang ada hantu di Harrenhal,
mereka tak pernah mengganggu Arya. Orang-orang hiduplah
yang dia takuti, seperti Weese, Ser Gregor Clegane, dan Lord
Tywin Lannister sendiri, yang memilih kamar-kamarnya di
Menara Pembakaran Raja, masih merupakan menara tertinggi
dan terbesar di antara semuanya, walaupun miring karena
menanggung beban batu berkerak sehingga membuatnya
terlihat seperti lilin hitam raksasa yang setengah meleleh.
Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Lord Tywin jika
dia mendatanginya dan mengaku sebagai Arya Stark, tapi dia
tahu dia takkan pernah berada cukup dekat untuk berbicara
kepada lelaki itu. Lagi pula Lord Tywin takkan percaya padanya,
dan sesudah itu Weese bakal menghajarnya sampai berdarah.
Dengan gayanya sendiri yang penuh bualan, Weese
hampir sama menakutkannya dengan Ser Gregor. Si Gunung
menabok orang seperti lalat, tapi seringnya dia bahkan seolah
tidak menyadari ada lalat di sana. Weese selalu tahu kau ada di
sana, dia tahu apa yang kaulakukan, dan kadang-kadang apa
yang kaupikirkan. Gangguan sekecil apa pun bisa membuatnya
mengamuk, dan dia punya anjing yang hampir sejahat dia,
anjing betina jelek dengan bulu berbintik yang baunya lebih
busuk dibandingkan semua anjing yang pernah dikenal Arya.
Suatu kali Arya melihat Weese melepaskan anjing itu pada
bocah pembersih kakus yang membuatnya kesal. Binatang
itu mengoyak segumpal besar betis si bocah sementara Weese
tertawa-tawa. 534 Hanya butuh waktu tiga hari bagi Weese untuk
mendapatkan tempat kehormatan dalam doa Arya setiap
malam. "Weese," bisik Arya, urutan pertama. "Dunsen,
Polliver, Chiswyck, Raff si Manis. Si Penggelitik dan Si Anjing.
Ser Gregor, Ser Amory, Ser Ilyn, Ser Meryn, Raja Joffrey,
Ratu Cersei." Jika Arya sampai melupakan seorang saja dari
mereka, bagaimana dia akan menemukan orang itu lagi untuk
membunuhnya" Di perjalanan, Arya sudah merasa seperti domba, tapi
Harrenhal mengubahnya menjadi tikus. Dia sekelabu tikus
dalam balutan gaun wol longgar yang kasar, dan seperti tikus
dia selalu mencari celah-celah, retakan-retakan, dan lubanglubang gelap kastel, berlarian menghindari orang-orang yang
kuat. Kadang-kadang dia berpikir mereka semua adalah tikus di
dalam naungan dinding-dinding tebal itu, bahkan para kesatria
dan para lord nan mulia. Ukuran kastel tersebut membuat
Gregor Clegane sekalipun terlihat kecil. Harrenhal menempati
area yang luasnya tiga kali lipat area Winterfell, dan bangunanbangunannya jauh lebih besar sehingga hampir tidak dapat
dibandingkan. Istal-istalnya bisa menampung seribu kuda,
hutan sakralnya delapan hektare, dapur-dapurnya seluas Aula
Besar Winterfell, dan aula besarnya sendiri, dengan megah
dinamai Aula Seratus Perapian walaupun hanya memiliki tiga
puluhan perapian (Arya sudah mencoba menghitungnya, tapi
dia pernah mendapat hasil 33 di satu waktu dan 35 di waktu
lain) begitu akbar sehingga Lord Tywin bisa saja menjamu
seluruh pasukannya, walaupun tak pernah dia lakukan.
Dinding, pintu, aula, tangga, semuanya dibangun dengan skala
tak manusiawi yang membuat Arya teringat dongeng-dongeng
Nan Tua tentang para raksasa yang hidup di luar Tembok
Besar. Dan karena para lord serta lady tak pernah memedulikan
tikus-tikus kelabu kecil di bawah kaki mereka, Arya mendengar
berbagai macam rahasia hanya dengan membuka telinga lebarlebar selagi dia mengerjakan tugas-tugasnya. Pia Cantik dari
gudang minuman keras adalah perempuan jalang yang mencari
535 kedudukan melalui setiap kesatria di kastel. Istri penjaga
penjara sedang mengandung, tapi ayah sebenarnya adalah
Ser Alyn Stackspear atau penyanyi bernama Wat Gigi Putih.
Lord Lefford menertawakan hantu-hantu di meja makan, tapi
selalu menyalakan lilin di samping tempat tidurnya. Squire Ser
Dunaver, Jodge, selalu mengompol saat tidur. Para juru masak
membenci Ser Harys Swyft dan meludahi semua makanannya.
Suatu kali dia bahkan tak sengaja mendengar gadis pelayan
Maester Tothmure memberitahu kakak lelakinya tentang
sebuah pesan yang menyebutkan bahwa Joffrey adalah anak
haram dan sama sekali bukan raja yang sah. "Lord Tywin
menyuruh Maester membakar surat tersebut dan melarangnya
membicarakan tudingan keji itu lagi."
Dia mendengar adik-adik Raja Robert, Stannis dan
Renly, ikut terjun dalam pertempuran. "Dan mereka berdua
raja sekarang," Weese berkata. "Kerajaan punya lebih banyak
raja daripada jumlah tikus di satu kastel." Bahkan orangorang Lannister mempertanyakan berapa lama Joffrey bisa
mempertahankan Takhta Besi. "Bocah itu tak punya pasukan
selain jubah emas, dan dia memimpin bersama orang kasim,
orang cebol, dan perempuan," Arya mendengar seorang
bangsawan menggerutu selagi minum-minum. "Apa gunanya
orang-orang seperti mereka bila tiba saatnya berperang?"
Selalu ada pembicaraan mengenai Beric Dondarrion. Seorang
pemanah gemuk suatu kali mengatakan kelompok Pelakon
Berdarah sudah membunuhnya, tapi yang lain hanya tertawa.
"Lorch membunuh lelaki itu di Jeram Deras, dan si Gunung
membunuhnya dua kali. Berani taruhan satu rusa perak kali
ini dia pasti tidak mati juga."
Arya tidak tahu siapa Pelakon Berdarah itu sampai dua
minggu kemudian, ketika rombongan paling aneh yang pernah
dia lihat tiba di Harrenhal. Di bawah bendera kambing hitam
dengan tanduk berdarah, terlihat lelaki-lelaki berkulit tembaga
dengan lonceng-lonceng di kepangan mereka; para pelempar
lembing yang menunggangi kuda bergaris-garis hitam-putih;
536 para pemanah dengan pipi berpupur; lelaki-lelaki pendek
berbulu dengan perisai kasar; lelaki-lelaki berkulit cokelat
dengan jubah berbulu; seorang pelawak kurus dengan pakaian
belang-belang hijau dan merah muda; para jago pedang dengan
janggut bercabang nan fantastis yang diwarnai hijau, ungu, dan
perak; para penombak dengan bekas luka warna-warni di pipi
mereka; seorang lelaki ramping berjubah septon, seorang lelaki
kebapakan dalam pakaian kelabu maester, dan seorang lelaki
penyakitan yang jubah kulitnya dihiasi rumbai-rumbai rambut
pirang panjang. Rombongan itu dipimpin lelaki yang sangat kurus dan
sangat tinggi, dengan wajah tirus yang semakin panjang karena
tambahan janggut hitam tipis yang tumbuh dari dagu lancipnya
sampai hampir menyentuh pinggang. Helm yang menggantung
dari tanduk pelananya terbuat dari baja hitam, dibuat dalam
bentuk kepala kambing. Lehernya dikalungi rantai yang terbuat
dari rangkaian koin berbagai ukuran, bentuk, serta jenis
logam, dan kudanya termasuk kuda hitam-putih yang aneh
itu. "Sebaiknya kau tidak berurusan dengan mereka, Musang,"
Weese berkata ketika melihat Arya mengamati lelaki berhelm
kambing. Weese sedang bersama dua teman minumnya, para
prajurit yang mengabdi kepada Lord Lefford.
"Siapa mereka?" tanya Arya.
Salah satu prajurit tertawa. "Footmen, Non. Jari Kaki
Kambing. Pelakon Berdarah Lord Tywin."
"Dasar otak udang. Kalau anak ini sampai dikuliti, kau
boleh menggosok tangga sialan itu," tukas Weese. "Mereka
prajurit bayaran, gadis Musang. Menyebut diri mereka
Gerombolan Pemberani. Jangan gunakan nama lain mereka di
tempat mereka bisa mendengar, atau mereka akan menyakitimu
habis-habisan. Lelaki berhelm kambing itu pemimpin mereka,
Lord Vargo Hoat." "Dia bukan lord terkutuk," tukas prajurit kedua. "Aku
dengar Ser Amory bilang begitu. Dia hanya prajurit bayaran
dengan mulut penuh liur dan memandang tinggi dirinya
537 sendiri." "Aye," kata Weese, "tapi Musang sebaiknya menyebut dia
lord kalau ingin tubuhnya tetap utuh."
Arya menatap Vargo Hoat lagi.?Berapa banyak monster
yang dimiliki Lord Tywin"
Gerombolan Pemberani ditempatkan di Menara Janda,
sehingga Arya tak perlu melayani mereka. Dia merasa lega soal
itu; pada malam kedatangan mereka, perkelahian pecah antara
para prajurit bayaran dan beberapa orang Lannister. Squire
Ser Harys Swyft ditikam sampai mati sementara dua Pelakon
Berdarah terluka. Keesokan paginya Lord Tywin menggantung
mereka berdua dari dinding kubu gerbang, bersama salah satu
pemanah Lord Lydden. Kata Weese, si pemanah yang memulai
semua keributan itu dengan mengejek para prajurit bayaran
tentang Beric Dondarrion. Setelah orang-orang yang digantung
berhenti menendang-nendang, Vargo Hoat dan Ser Harys
berpelukan, berciuman, dan bersumpah akan selalu saling
menyayangi, disaksikan oleh Lord Tywin. Menurut Arya cara
bicara Vargo Hoat yang cadel dan berlumuran air liur sangat
lucu, tapi dia tahu sebaiknya tidak tertawa.
Para Pelakon Berdarah tidak tinggal lama di Harrenhal,
tapi sebelum mereka pergi lagi, Arya mendengar salah seorang
dari mereka berkata bahwa pasukan orang utara di bawah
pimpinan Roose Bolton sudah menduduki arungan batu
mirah di sungai Trident. "Kalau dia menyeberang, Lord Tywin
akan menghancurkannya lagi seperti yang dia lakukan di Anak
Sungai Hijau," seorang pemanah Lannister berkata, tapi rekanrekannya mencemooh. "Bolton takkan pernah menyeberang,
tidak sampai Serigala Muda datang dari Riverrun bersama
orang-orang utara yang liar dan semua serigala mereka."
Arya tidak tahu kakaknya berada begitu dekat. Riverrun
jauh lebih dekat dibandingkan Winterfell, walaupun dia
tidak yakin di mana letaknya terkait posisi Harrenhal.?Aku
bisa mencari tahu entah bagaimana caranya, aku pasti bisa, andai
aku bisa pergi dari sini. Ketika membayangkan akan melihat
538 wajah Robb lagi, Arya harus menggigit bibir. ?Aku juga ingin
melihat Jon, Bran dan Rickon, dan Ibu. Bahkan Sansa" aku akan
menciumnya dan memohon maaf padanya seperti wanita terhormat,
dia pasti suka. Dari pembicaraan di halaman, dia tahu bahwa kamarkamar atas di Menara Kengerian menampung tiga lusin
tawanan yang ditangkap saat pertempuran di Anak Sungai
Hijau Trident. Sebagian besar diberi kebebasan di dalam kastel
sebagai balasan atas sumpah mereka untuk tidak mencoba
melarikan diri. ?Mereka bersumpah tidak akan melarikan diri,
Arya membatin, tapi mereka tak pernah bersumpah tidak akan
membantuku melarikan diri.
Para tawanan makan di meja mereka sendiri di Aula
Seratus Perapian, dan sering terlihat berkeliaran di halaman.
Empat kakak-beradik berlatih bersama setiap hari, bertarung
dengan tongkat dan perisai kayu di Taman Batu Alir. Tiga di
antara mereka adalah anak-anak Frey dari Pelintasan, yang
keempat adalah saudara tiri mereka. Tapi mereka hanya
sebentar di sana; suatu pagi dua saudara lainnya tiba dengan
membawa panji perdamaian serta sepeti emas, dan menebus
mereka dari para kesatria yang menangkap mereka. Keenam
putra Frey pergi bersama-sama.
Tapi tidak ada yang menebus orang-orang utara.
Seorang bangsawan gendut berkeliaran di dapur, Pai Panas
memberitahunya, selalu mencari sedikit makanan. Kumis lelaki
itu begitu lebat sehingga menutupi mulutnya, dan bros yang
mengencangkan jubahnya berbentuk sula dari perak dan batu
safir. Dia milik Lord Tywin, tapi lelaki muda garang berjanggut
yang sering berjalan-jalan di tembok benteng sendirian dalam
balutan jubah hitam berpola matahari putih ditangkap oleh
beberapa kesatria merdeka yang ingin mendapatkan kekayaan
darinya. Sansa pasti tahu siapa lelaki itu, juga lelaki yang
gendut, tapi Arya tak pernah terlalu tertarik pada gelar dan
lambang klan. Setiap kali Septa Mordane mengisahkan sejarah
klan ini dan klan itu, Arya biasanya melamun, mengkhayal,
539 dan bertanya-tanya kapan pelajaran akan berakhir.
Tapi dia ingat Lord Cerwyn. Tanahnya tidak jauh dari
Winterfell, maka dia dan putranya Cley sering berkunjung.
Namun seperti sudah suratan takdir, dia satu-satunya tawanan
yang tak pernah terlihat; dia terbaring dalam salah satu sel
menara, memulihkan diri dari luka. Selama berhari-hari Arya
berusaha mencari cara untuk menyelinap melewati para penjaga
pintu dan menemui lelaki itu. Jika Lord Cerwyn mengenali
Arya, dia terikat kehormatan untuk membantunya. Seorang
lord pasti punya emas, mereka semua punya; barangkali dia
mau membayar beberapa prajurit bayaran Lord Tywin sendiri
untuk membawa Arya ke Riverrun. Ayah selalu mengatakan
bahwa kebanyakan prajurit bayaran bersedia mengkhianati
siapa pun jika mendapatkan cukup emas. Lalu suatu pagi
Arya melihat tiga perempuan berjubah kelabu dengan tudung
berpuncak runcing, para saudari sunyi, memuat sesosok mayat
ke dalam pedati mereka. Mayat itu dibungkus jubah dari
sutra paling halus, berhiaskan lambang kapak perang. Waktu
Arya bertanya mayat siapa itu, salah satu penjaga menjawab
bahwa Lord Cerwyn telah meninggal. Kata-kata si penjaga
bagaikan tendangan di perutnya. Dia toh tidak akan pernah bisa
menolongmu, pikirnya selagi para saudari mengemudikan pedati
melewati gerbang. ?Dia bahkan tidak dapat menolong dirinya
sendiri, dasar kau tikus bodoh.
Sesudah itu Arya kembali menggosok, berlari
menghindar, dan menguping di pintu. Lord Tywin sebentar
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi akan berbaris menuju Riverrun, dia mendengar. Atau
dia akan pergi ke Highgarden di selatan, pasti tidak ada
yang menduganya. Tidak, dia mesti mempertahankan King"s
Landing, Stannis adalah ancaman terbesar. Dia sudah mengirim
Gregor Clegane dan Vargo Hoat untuk menghancurkan Roose
Bolton dan mencabut belati dari punggungnya. Dia sudah
mengirim burung raven ke Eyrie, dia bermaksud menikahi
Lady Lysa Arryn dan menguasai Lembah. Dia sudah membeli
satu ton perak untuk menempa pedang-pedang ajaib yang akan
540 membantai semua serigala Stark. Dia sedang berkorespondensi
dengann Lady Stark untuk mencapai perdamaian, sang
Pembantai Raja sebentar lagi akan dibebaskan.
Walaupun burung-burung raven datang dan pergi setiap
hari, Lord Tywin sendiri menghabiskan hampir sepanjang
hari di balik pintu tertutup bersama majelis perangnya. Arya
melihatnya sekilas-sekilas, tapi selalu dari jauh"suatu kali
berjalan di tembok benteng ditemani tiga maester dan si tawanan
gendut berkumis lebat, suatu kali berkuda ke luar bersama para
lord pengikutnya untuk mengunjungi perkemahan, tapi paling
sering berdiri di lengkungan serambi beratap mengawasi orangorang yang berlatih di halaman. Dia berdiri dengan kedua
tangan mengatup kepala emas pada gagang pedang panjangnya.
Mereka bilang Lord Tywin menyukai emas melebihi segalanya;
bahkan kotorannya pun emas, dia mendengar seorang squire
bercanda. Pemuka Lannister itu terlihat tangguh untuk
ukuran lelaki tua, dengan cambang pirang kaku dan kepala
botak. Ada sesuatu di wajahnya yang mengingatkan Arya pada
ayahnya sendiri, walaupun mereka sama sekali tidak mirip.
Dia punya wajah seorang penguasa, itu saja, Arya membatin. Dia
ingat pernah mendengar ibunya memberitahu Ayah untuk
memasang wajah penguasa dan pergi menangani suatu urusan.
Ayah tertawa mendengarnya. Arya tidak dapat membayangkan
Lord Tywin tertawa mendengar apa pun.
Suatu sore, saat menunggu giliran untuk menimba
seember air dari sumur, dia mendengar engsel-engsel gerbang
timur mengerang. Sekelompok orang berkuda di bawah pintu
besi dengan kecepatan lambat. Ketika dia melihat lambang
manticore di perisai pemimpin mereka, tikaman kebencian
terasa menembus tubuhnya.
Di siang hari, Ser Amory Lorch tidak semengerikan
seperti saat diterangi cahaya obor, tapi dia masih memiliki mata
babi yang diingatnya. Salah seorang perempuan berkata bahwa
pasukannya telah berkuda jauh mengelilingi danau, mengejar
Beric Dondarrion dan membantai para pemberontak.?Kami
541 bukan pemberontak, pikir Arya.?Kami Garda Malam; Garda
Malam tidak memihak.?Tapi pasukan Ser Amory lebih sedikit
daripada yang diingatnya, dan banyak yang terluka.?Aku harap
luka mereka membusuk. Aku harap mereka semua mati.
Kemudian dia melihat tiga orang menjelang akhir
barisan. Rorge mengenakan helm setengah kepala berwarna
hitam dengan pelindung hidung lebar dari besi yang
membuat orang tak bisa melihat bahwa dia tak punya hidung.
Biter berkuda dengan kikuk di sampingnya, menunggangi
kuda perang destrier yang sepertinya sudah akan ambruk
menanggung beban tubuhnya. Luka bakar yang baru setengah
pulih menyelubungi tubuhnya, membuat lelaki itu terlihat
lebih mengerikan daripada sebelumnya.
Tapi Jaqen H"ghar tetap tersenyum. Pakaiannya masih
compang camping dan kumal, tapi rupanya dia sudah sempat
mencuci dan menyikat rambutnya. Rambut itu terurai di bahu,
merah dan putih berkilau, dan Arya mendengar gadis-gadis
cekikikan mengaguminya. Seharusnya kubiarkan saja mereka dilalap api. Gendry sudah
bilang begitu, seharusnya aku mendengarkan.?Seandainya dia tidak
melemparkan kapak itu, mereka semua pasti sudah mati.
Untuk sesaat dia terpaku ketakutan, tapi mereka berkuda
melewatinya tanpa sedikit pun menunjukkan minat. Hanya
Jaqen H"ghar yang sepertinya menatap ke arah Arya, tapi
pandangan matanya berlalu begitu saja. ?Dia tidak mengenaliku,
pikir Arya. Arry adalah bocah lelaki garang yang membawa pedang,
sedangkan aku hanya gadis tikus kelabu yang membawa ember.
Dia menghabiskan sisa hari itu dengan menggosok
tangga di dalam Menara Melolong. Malam itu tangan Arya
lecet dan berdarah sementara lengannya begitu nyeri sampaisampai dia gemetar ketika mengangkut ember kembali ke ruang
bawah tanah. Terlalu letih bahkan untuk makan, Arya minta
izin pada Weese lalu merayap ke kasur jeraminya untuk tidur.
"Weese," dia menguap. "Dunsen, Polliver, Chiswyck, Raff si
542 Manis. Si Penggelitik dan Si Anjing. Ser Gregor, Ser Amory,
Ser Ilyn, Ser Meryn, Raja Joffrey, Ratu Cersei." Dia terpikir
untuk menambahkan tiga nama lagi dalam doanya, tapi malam
ini dia terlalu letih untuk memutuskan.
Arya sedang memimpikan serigala-serigala yang berlari
bebas di hutan ketika satu tangan kuat membekap mulutnya
bagai batu hangat yang halus, kukuh dan tak tergoyahkan.
Dia langsung terjaga, menggeliat-geliat dan meronta. "Anak
perempuan tak bicara," satu suara berbisik dekat di telinganya.
"Anak perempuan menjaga mulutnya tertutup, tak ada yang
mendengar, dan teman-teman bisa bicara rahasia. Ya?"
Dengan jantung berdebar, Arya berhasil mengangguk
samar. Jaqen H"ghar melepaskan tangannya. Ruang bawah
tanah gelap gulita dan Arya tak dapat melihat wajah lelaki
itu, bahkan dalam jarak beberapa senti. Tapi dia bisa mencium
baunya; kulit lelaki itu beraroma bersih dan wangi sabun,
rambutnya juga sudah diberi pewangi. "Anak lelaki menjadi
anak perempuan," dia bergumam.
"Aku selalu anak perempuan. Kukira kau tidak
melihatku." "Orang melihat. Orang tahu."
Arya teringat bahwa dia membenci laki-laki itu. "Kau
membuatku takut. Kau salah satu dari mereka sekarang,
seharusnya kubiarkan kau terbakar. Apa yang kaulakukan di
sini" Pergilah atau aku akan berteriak memanggil Weese."
"Orang membayar utangnya. Orang berutang tiga."
"Tiga?" "Dewa Merah menunaikan kewajibannya, anak manis,
dan hanya kematian yang dapat membayar kehidupan. Anak
perempuan ini mengambil tiga yang merupakan milik Dewa
Merah. Anak perempuan ini harus memberikan tiga sebagai
gantinya. Sebutkan nama-nama mereka, dan orang akan
melakukan sisanya." Dia ingin membantuku, Arya menyadari dengan semburan
543 harapan yang membuatnya pening. "Bawa aku ke Riverrun,
tidak jauh, kalau kita mencuri kuda kita bisa?"
Lelaki itu menempelkan jari di bibir Arya. "Tiga nyawa
akan kaudapatkan dariku. Tidak lebih, tidak kurang. Tiga
dan kita impas. Jadi anak perempuan harus memikirkannya
baik-baik." Dia mengecup rambut Arya dengan lembut. "Tapi
jangan terlalu lama."
Saat Arya menyalakan lilin, yang tersisa hanya bau
samar lelaki itu, aroma jahe dan cengkih menetap di udara.
Perempuan di ceruk sebelah berguling di kasurnya dan
mengeluhkan cahaya itu, jadi Arya meniup lilin itu. Ketika
memejamkan mata, dia melihat wajah-wajah melayang di
depannya. Joffrey dan ibunya, Ilyn Payne, Meryn Trant, dan
Sandor Clegane" tapi mereka berada di King"s Landing
ratusan kilometer jauhnya, sementara Ser Gregor hanya akan
tinggal beberapa malam sebelum pergi lagi mencari makanan,
membawa Raff, Chiswyck, dan si Penggelitik bersamanya. Tapi
Ser Amory Lorch ada di sini, dan kebencian Arya pada lelaki
itu hampir sama besarnya. Benar, kan" Dia tidak yakin. Dan
selalu ada Weese. Arya memikirkan lelaki itu lagi keesokan paginya,
ketika kurang tidur membuatnya menguap. "Musang," Weese
mendengung, "kali berikutnya aku melihat mulutmu terbuka
lebar, akan kupotong lidahmu dan kujadikan makanan
anjingku." Dia menjewer telinga Arya untuk memastikan gadis
itu mendengarnya, lalu menyuruhnya kembali menggosok
tangga, dia ingin tangga sudah bersih sampai bordes ketiga saat
malam tiba. Sembari bekerja, Arya memikirkan orang-orang yang
kematiannya dia dambakan. Dia berpura-pura bisa melihat
wajah mereka di tangga, dan menggosok lebih keras untuk
menyingkirkan mereka. Klan Stark sedang berperang dengan
Klan Lannister dan dia adalah seorang Stark, jadi dia mesti
membunuh sebanyak mungkin keluarga Lannister, itulah yang
dilakukan dalam perang. Tapi dia rasa dia tidak seharusnya
544 memercayai Jaqen.?Aku mesti membunuh mereka sendiri.?Setiap
kali menghukum mati seseorang, Ayah melakukannya sendiri
dengan menggunakan Ice, pedang agungnya. "Kalau hendak
mencabut nyawa seseorang, kau berutang padanya untuk
menatap matanya dan mendengar kata-kata terakhirnya," Arya
pernah mendengar pesan Ayah kepada Robb dan Jon.
Besok harinya Arya menghindari Jaqen H"ghar, dan juga
besoknya lagi. Itu mudah. Arya sangat kecil dan Harrenhal
sangat luas, penuh tempat yang bisa digunakan tikus untuk
bersembunyi. Kemudian Ser Gregor kembali, lebih cepat daripada
perkiraan, kali ini menggiring kawanan kambing sebagai
ganti kawanan tahanan. Arya mendengar dia kehilangan
empat orang dalam salah satu penyerbuan malam Lord Beric,
tapi orang-orang yang dibenci Arya kembali tanpa terluka
dan mendiami lantai dua Menara Melolong. Weese melihat
mereka punya persediaan minuman yang melimpah. "Mereka
kuat sekali minum, gerombolan itu," gerutunya. "Musang,
naiklah dan tanyakan apakah ada pakaian mereka yang perlu
diperbaiki, akan kuminta para perempuan mengerjakannya."
Arya berlari menaiki tangganya yang sudah digosok
sampai bersih. Tidak ada yang mengacuhkannya ketika dia
masuk. Chiswyck duduk di depan perapian dengan tanduk
minum berisi ale di tangan, berbagi salah satu cerita lucunya.
Arya tidak berani menyela, kecuali dia ingin bibirnya berdarah.
"Kejadiannya setelah turnamen perang Tangan Kanan
Raja, sebelum perang pecah," Chiswyck berkata. "Kami dalam
perjalanan kembali ke barat, kami bertujuh bersama Ser
Gregor. Raff bersamaku, juga Joss Stilwood muda, dia menjadi
squire Ser Gregor yang kesekian. Yah, kami sampai di sungai
berair keruh ini, yang mengalir deras karena sebelumnya
hujan. Tidak mungkin menyeberang, tapi ada kedai minum
di dekat situ, jadi kami mendatanginya. Ser membangunkan
si pembuat minuman dan menyuruhnya mengisi tanduk
kami penuh-penuh sampai air surut, dan kalian seharusnya
545 melihat mata babi lelaki itu bersinar saat melihat koin perak.
Jadi dia menuangkan ale untuk kami, dia serta putrinya, dan
ale-nya sungguh encer, seperti air kencing cokelat saja, yang
tidak membuatku senang, juga tidak membuat Ser senang.
Selama itu si pembuat minuman berkata betapa senangnya dia
menerima kedatangan kami, karena kedainya sepi gara-gara
hujan. Si bodoh itu tak henti-hentinya mengoceh, walaupun
Ser tidak mengatakan apa-apa, hanya gusar memikirkan si
Kesatria Pansy dan tipuan curang yang dilakukannya. Terlihat
jelas betapa rapat mulutnya mengatup, jadi aku dan yang lain
tahu benar sebaiknya tidak berbicara kepadanya, tapi si penjual
terus saja mengoceh, dia bahkan bertanya bagaimana hasil
duel yang diikuti m"lord. Ser hanya memberinya tatapan tajam."
Chiswyck berdecak, menenggak ale, dan menyeka busa dengan
punggung tangan. "Sementara itu putri si penjual minum terus
mengambilkan dan menuangkan, gadis kecil yang gemuk,
mungkin sekitar delapan belas tahun?"
"Tiga belas tahun, tepatnya," Raff si Manis berkata
lambat-lambat. "Yah, berapa pun itu, dia tidak terlalu sedap dilihat, tapi
Eggon sudah minum banyak dan mulai menggerayanginya.
Mungkin aku sendiri juga sedikit menggerayanginya, lalu Raff
mengatakan kepada Stilwood muda sebaiknya dia membawa
gadis itu naik dan menjadikan dirinya lelaki dewasa, memancing
keberanian pemuda itu. Akhirnya Joss memasukkan tangan ke
balik rok gadis itu, membuatnya menjerit dan menjatuhkan
tekonya lalu berlari ke dapur. Yah, seharusnya berhenti sampai
di situ saja, tapi lelaki tua bodoh itu malah mendatangi Ser dan
memintanya melarang kami mengganggu putrinya, karena dia
adalah kesatria yang sudah diurapi dan sebagainya.
"Ser Gregor, sejak tadi dia tak memedulikan keributan
kami, tapi sekarang dia melihat, kalian tahu seperti apa itu, dan
dia memerintahkan si gadis dibawa ke hadapannya. Sekarang
lelaki tua itu harus menyeret putrinya keluar dari dapur,
dan tak ada yang bisa disalahkan selain dirinya sendiri. Ser
mengamati gadis itu lalu berkata, "Jadi ini pelacur yang begitu
546 kaukhawatirkan," dan si tua bodoh yang gila itu menjawab,
"Layna-ku bukan pelacur, Ser," tepat ke wajah Gregor. Ser,
dia tak pernah berkedip, hanya berkata, "Sekarang iya," lalu
melemparkan sekeping perak lagi kepada lelaki tua itu,
melucuti pakaian si gadis, dan merenggutnya saat itu juga di
meja di hadapan ayahnya. Gadis itu meronta-ronta seperti
kelinci dan bersuara ribut. Ekspresi di wajah si lelaki tua,
aku tertawa begitu keras sampai-sampai ale menyembur dari
hidungku. Lalu anak lelaki ini mendengar keributan, putranya
kurasa, dan berlari naik dari ruang bawah tanah, jadi Raff harus
menusukkan parang ke perutnya. Saat itu Ser sudah selesai,
jadi dia kembali ke minumannya dan kami semua mendapat
giliran. Tobbot, kau tahu seperti apa dia, dia membalik gadis
itu dan melakukannya dari belakang. Gadis itu sudah berhenti
melawan saat tiba giliranku, barangkali dia sudah memutuskan
kalau ternyata dia menyukainya, walaupun aku tidak keberatan
kalau dia sedikit meronta. Dan sekarang ini bagian terbaiknya"
setelah semua selesai, Ser mengatakan kepada lelaki tua itu
kalau dia minta kembalian. Gadis itu tidak setimpal dengan
koin perak, katanya"?dan terkutuklah kalau lelaki tua itu tidak
mengembalikan segenggam koin tembaga, memohon maaf
pada m"lord, dan berterima kasih atas kedatangannya!"
Semua lelaki tertawa, tak ada yang lebih lantang daripada
Chiswyck, yang tertawa begitu keras mendengar ceritanya
sendiri sampai-sampai ingus menetes dari hidung ke janggut
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelabunya yang kusut. Arya berdiri dalam bayang-bayang
tangga dan mengawasi lelaki itu. Dia merayap turun kembali
ke ruang bawah tanah tanpa berbicara. Ketika Weese tahu
Arya tidak menanyakan tentang pakaian, dia memelorotkan
celana Arya dan memukulinya dengan tongkat sampai darah
mengalir di paha, tapi Arya memejamkan mata dan mengingat
semua pelajaran yang pernah diberikan Syrio, maka dia nyaris
tak merasakan sakitnya. Dua malam kemudian, Weese mengirimnya ke Aula
Barak untuk melayani di meja makan. Dia sedang membawa
seteko anggur dan menuangkannya ketika melihat Jaqen
547 H"ghar makan di seberang lorong. Sambil menggigit bibir, Arya
mengedarkan pandang dengan waspada untuk memastikan
Weese tidak terlihat. ?Rasa takut mengiris lebih dalam ketimbang
pedang, dia mengingatkan diri.
Dia maju selangkah, lalu selangkah lagi, dan seiring
tiap langkah perasaannya sebagai tikus berkurang. Dia
berjalan menyusuri bangku, mengisi cawan-cawan anggur.
Rorge duduk di sebelah kanan Jaqen, mabuk berat, tapi dia
tidak mengacuhkan Arya. Arya mencondongkan tubuh dan
berbisik, "Chyswick," persis di telinga Jaqen. Orang Lorath itu
tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mendengar.
Ketika tekonya kosong, Arya bergegas turun ke ruang
bawah tanah untuk mengisi ulang dari peti, dan cepat-cepat
kembali untuk melanjutkan tugas menuang. Tidak ada yang
mati kehausan selama dia pergi, atau bahkan menyadari
kepergian singkatnya. Tidak ada yang terjadi keesokan harinya, maupun
keesokan harinya lagi, tapi pada hari ketiga Arya pergi ke dapur
bersama Weese untuk mengambil makanan mereka. "Salah
satu anak buah si Gunung jatuh dari jalan dinding semalam
dan leher tololnya patah," dia mendengar Weese memberitahu
seorang juru masak. "Mabuk?" tanya perempuan itu.
"Tak lebih daripada biasanya. Ada yang bilang hantu
Harren yang mendorongnya." Dia mendengus untuk
menunjukkan pendapatnya tentang gagasan semacam itu.
Bukan Harren,?Arya ingin berkata, tapi aku.?Dia
membunuh Chiswyck dengan bisikan, dan dia akan membunuh
dua orang lagi sebelum selesai. Akulah hantu di Harrenhal,
pikirnya. Dan malam itu, berkurang satu nama untuk dibenci.
j 548 CATELYN T empat pertemuan itu merupakan padang rumput luas
berhias jamur kelabu pucat di sana-sini dan tunggultunggul pohon yang ditebang.
"Kita yang pertama, my lady," Hallis Mollen berkata
saat mereka menghentikan kuda di tengah-tengah deretan
tunggul, sendirian di antara kedua pasukan. Panji direwolf
Klan Stark berkibar dan mengepak di puncak lembing yang
dibawanya. Catelyn tak dapat melihat laut dari sini, tapi dia
dapat merasakan betapa dekatnya. Bau garam begitu pekat
dalam angin yang bertiup dari timur.
Pasukan pengumpul perbekalan Stannis Baratheon
sudah menebangi pohon untuk membuat menara pengepungan
dan katapel. Catelyn bertanya-tanya berapa lama hutan
kecil itu telah berdiri, dan apakah Ned beristirahat di sini
ketika memimpin pasukannya ke selatan untuk mengakhiri
pengepungan terakhir Storm"s End. Ned meraih kemenangan
besar hari itu, dan lebih hebat lagi karena tanpa pertumpahan
darah. Semoga para dewa memberkati kemenangan serupa untukku,
Catelyn berdoa. Orang-orangnya sendiri menganggap dia sudah
gila bahkan untuk datang kemari. "Ini bukan pertempuran
kita, my lady," Ser Wendel Manderly berkata. "Aku tahu sang
549 raja pasti tidak ingin ibunya membahayakan diri sendiri."
"Kita semua dalam bahaya," balas Catelyn, barangkali
terlalu ketus. "Kaupikir aku ingin berada di sini, Ser?"?Aku
seharusnya berada di Riverrun bersama ayahku yang sekarat,
di Winterfell bersama putra-putraku.?"Robb mengirimku ke
selatan untuk berbicara mewakilinya, dan aku akan bicara
mewakilinya." Catelyn tahu tidak akan mudah mewujudkan
perdamaian di antara kakak-beradik ini, tapi demi kebaikan
kerajaan, itu harus dicoba.
Di seberang ladang-ladang yang basah karena hujan dan
bukit-bukit berbatu, dia dapat melihat kastel agung Storm"s
End menjulang berlatar langit, memunggungi laut yang tak
tampak. Di bawah bangunan batu kelabu pucat itu, pasukan
Lord Stannis Baratheon yang mengelilinginya terlihat kecil
dan tak berarti, seperti tikus-tikus yang membawa panji.
Lagu-lagu mengisahkan bahwa Storm"s End dibangun
pada zaman dahulu kala oleh Durran, Raja Badai pertama,
yang memenangkan cinta Elenei nan cantik, putri dari dewa
laut dan dewi angin. Pada malam pernikahan mereka, Elenei
menyerahkan keperawanannya kepada cinta yang tak abadi dan
oleh karena itu mengutuk dirinya sendiri menjadi makhluk tak
abadi, dan orangtuanya yang berduka melampiaskan amarah
mereka dengan mengirim angin dan air untuk menghantam
benteng Durran bertubi-tubi. Teman-teman dan saudarasaudara Durran serta para tamu pernikahan binasa tertimpa
dinding yang ambruk atau tertiup ke laut, tapi Elenei menaungi
Durran dalam pelukannya sehingga dia tak terluka. Ketika fajar
akhirnya datang, lelaki itu menyatakan perang terhadap para
dewa dan bersumpah akan membangun kembali semuanya.
Dia membangun lima kastel lagi, setiap kali lebih besar
dan lebih kuat dibandingkan yang sebelumnya, hanya untuk
menyaksikan kastel-kastel itu porak-poranda ketika angin topan
datang melolong dari Teluk Penghancur Kapal, menciptakan
dinding-dinding air yang dahsyat. Para lord pengikutnya
memohon agar dia membangun kastel di pedalaman;
550 para pendetanya mengatakan dia harus menenangkan
para dewa dengan mengembalikan Elenei ke laut; bahkan
rakyatnya memohon agar dia mengalah. Durran tidak mau
mendengarnya. Kastel ketujuh yang dia bangun, paling megah
dari semuanya. Sebagian 0rang mengatakan anak-anak hutan
membantu membangunnya, membentuk batu-batu itu dengan
sihir; yang lain yakin bahwa seorang bocah lelaki memberikan
saran-saran kepadanya, bocah yang kemudian tumbuh menjadi
Bran sang Pembangun. Tak peduli seperti apa kisah itu
diceritakan, akhirnya selalu sama. Meskipun dewa-dewa yang
marah mengirimkan badai demi badai untuk menghantamnya,
kastel ketujuh itu tetap berdiri tegak, dan Durran Godsgrief
serta Elenei yang cantik tinggal di sana bersama-sama sampai
maut menjemput mereka. Para dewa tak pernah lupa, dan sampai saat ini badai
terus berkecamuk di laut sempit. Namun Storm"s End bertahan,
melewati abad-abad dan puluhan abad, kastel yang tak ada
duanya. Dinding luarnya setinggi tiga puluh meter, tanpa
terpotong celah-celah untuk memanah atau pintu samping, di
semua tempat bundar, berlekuk, mulus, batu-batunya dengan
cerdik menyatu teramat pas sehingga tidak ada renggangan,
sudut, maupun celah yang bisa dimasuki angin. Dinding itu
kabarnya setebal dua belas meter di tempat yang paling sempit,
dan hampir 25 meter di permukaan yang menghadap laut,
lapisan ganda batu-batu dengan bagian tengah tersusun dari
pasir dan puing-puing. Di dalam pagar sekukuh itu, dapurdapur, istal-istal, dan halaman-halaman aman terlindung dari
angin dan ombak. Menaranya sendiri hanya ada satu, menara
bundar yang luar biasa besar, tak berjendela di bagian yang
menghadap laut, begitu besar sehingga bisa menampung
lumbung-lumbung, barak-barak, aula makan, dan kediaman
penguasanya sekaligus, dipuncaki tembok bergerigi masif yang
dari jauh membuatnya terlihat seperti tinju berduri di puncak
lengan yang terangkat. "My lady," Hal Mollen memanggil. Dua penunggang
551 kuda muncul dari perkemahan kecil yang rapi di bawah kastel,
dan mereka mendatangi mereka tanpa tergesa-gesa. "Itu pasti
Raja Stannis." "Tentunya." Catelyn mengawasi kedatangan mereka.? Itu memang Stannis, namun yang dibawanya bukan
panji Baratheon.?Warnanya kuning cerah, bukan emas seperti
bendera Renly, dan lambang yang tertera berwarna merah,
walaupun Catelyn tak dapat mengenali bentuknya.
Renly akan menjadi yang terakhir tiba. Dia sudah
mengatakannya saat Catelyn berangkat. Dia tak berniat
menunggangi kudanya sampai sudah melihat kakaknya datang.
Pihak yang pertama tiba harus menunggu yang lain, dan Renly
tidak sudi menunggu.?Ini semacam permainan yang dimainkan
para raja, Catelyn mengingatkan diri. Yah, Catelyn bukan raja,
maka dia tak perlu memainkannya. Catelyn sudah terbiasa
menunggu. Sewaktu lelaki itu mendekat, Catelyn melihat Stannis
mengenakan mahkota dari emas merah dengan gerigi yang
dibentuk menyerupai lidah api. Sabuknya bertatahkan
batu garnet dan topas kuning, sementara batu mirah besar
berpotongan persegi terpasang pada gagang pedang yang
dibawanya. Di luar itu pakaiannya sederhana: rompi kulit
berpaku-paku di atas doublet berlapis kapas, sepatu bot usang,
celana cokelat dari kain yang kasar. Lambang pada panji
kuning matahari yang dibawanya bergambar jantung merah
dikelilingi api jingga. Rusa bermahkota itu tetap ada" kecil
dan terkurung di dalam jantung. Yang lebih aneh lagi adalah
pembawa benderanya"perempuan, dibalut pakaian berwarna
merah, wajahnya tersembunyi di balik tudung lebar jubah
merah darah.?Pendeta merah, pikir Catelyn, bertanya-tanya.
Sekte itu sangat besar dan berkuasa di Kota-kota Merdeka serta
di timur jauh, tapi hanya segelintir yang berkuasa di Tujuh
Kerajaan. "Lady Stark," Stannis Baratheon berkata dengan
kesopanan yang dingin setelah menghentikan kuda. Dia
552 mencondongkan kepala, lebih botak daripada yang diingatnya.
"Lord Stannis," balas Catelyn.
Di balik janggut yang dipangkas pendek rahang
kukuhnya mengertak kencang, tapi dia tak menegur Catelyn
tentang gelarnya. Untuk itu Catelyn merasa amat bersyukur.
"Aku tidak mengira akan bertemu denganmu di Storm"s End."
"Aku tidak mengira akan berada di sini."
Matanya yang dalam mengamati Catelyn dengan tatapan
meresahkan. Ini bukan lelaki yang diciptakan untuk beramahtamah. "Aku berduka atas kematian suamimu," Stannis
berkata, "walaupun Eddard Stark bukan temanku."
"Dia tidak pernah menjadi musuhmu, my lord. Ketika
Lord Tyrell dan Lord Redwyne mengurungmu dalam kastel
itu, kelaparan, Eddard Stark yang mengakhiri pengepungan."
"Atas perintah kakakku, bukan karena bersimpati
padaku," Stannis menyahut. "Lord Eddard melaksanakan
tugasnya, aku takkan menyangkal. Apa aku pernah berbuat
kurang dari itu"?Aku yang seharusnya menjadi Tangan Kanan
Robert." "Itu kehendak kakakmu. Ned tak pernah
menginginkannya." "Tapi dia menerimanya. Jabatan yang seharusnya
menjadi milikku. Meski demikian, aku berjanji, kau akan
mendapatkan keadilan atas pembunuhannya."
Betapa senangnya mereka menjanjikan kepala, lelaki-lelaki
calon raja ini.?"Adikmu menjanjikan hal serupa padaku. Tapi
terus terang saja, aku lebih baik mendapatkan putri-putriku
kembali, dan menyerahkan keadilan ke tangan para dewa.
Cersei masih menahan Sansa, sementara Arya tak terdengar
kabarnya sejak hari kematian Robert."
"Jika anak-anakmu ditemukan ketika aku merebut kota
itu, mereka akan dikirimkan kepadamu."?Hidup atau mati,
nada suara Stannis mengisyaratkan.
"Dan kapankah itu akan terjadi, Lord Stannis" King"s
Landing dekat dengan Dragonstone-mu, tapi aku malah
553 mendapatimu di sini."
"Kau jujur, Lady Stark. Baiklah, akan kujawab dengan
jujur. Untuk merebut kota, aku butuh kekuatan para penguasa
wilayah selatan yang kulihat di seberang padang ini. Adikku
memiliki mereka. Aku harus mengambil mereka darinya."
"Orang memberikan kesetiaan kepada yang mereka
kehendaki, my lord. Para lord ini bersumpah setia kepada
Robert dan Klan Baratheon. Jika kau dan adikmu mau
mengesampingkan perselisihan kalian?"
"Aku tidak punya perselisihan dengan Renly,
seandainya dia mau menurut. Aku kakaknya, dan rajanya.
Aku hanya menginginkan apa yang merupakan hakku. Renly
berutang kesetiaan dan kepatuhan padaku. Aku bermaksud
mengambilnya. Dari dia, dan dari semua lord ini." Stannis
mengamati wajah Catelyn. "Dan kepentingan apa yang
membawamu ke padang ini, my lady" Apakah Klan Stark kini
bergabung dengan adikku, itukah yang terjadi?"
Yang satu ini takkan pernah mengalah, pikir Catelyn, namun
dia tetap harus mencoba. Terlalu banyak yang dipertaruhkan.
"Putraku memerintah sebagai Raja di Utara, atas kehendak
para lord dan rakyat kami. Dia tidak tunduk kepada siapa pun,
tapi mengulurkan tangan persahabatan kepada semuanya."
"Raja tidak punya sahabat," kata Stannis lugas, "hanya
rakyat dan musuh." "Dan saudara," suara riang berseru dari belakang
Catelyn. Dia menoleh ke belakang selagi kuda palfrey Lord
Renly mencari jalan di antara tunggul-tunggul. Baratheon
termuda itu tampak memesona dalam balutan doublet beledu
hijau dan jubah satin berpinggiran bulu tupai. Mahkota mawar
emas bertengger di keningnya, kepala rusa dari giok mencuat
di atas dahi, rambut hitam panjang terurai di bawahnya.
Potongan-potongan berlian hitam bergerigi menghiasi sabuk
pedangnya, kalung dari emas dan zamrud melingkari lehernya.
Renly juga memilih perempuan sebagai pembawa panji,
walaupun Brienne menyembunyikan wajah dan tubuhnya di
554 balik zirah pelat yang tidak memberikan petunjuk tentang jenis
kelaminnya. Di puncak lembing sepanjang empat meter yang
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibawanya, rusa bermahkota berjingkrak dalam warna hitam
berlatar emas saat angin dari laut mengibarkan kain itu.
Sapaan kakaknya sangat kaku. "Lord Renly."
"Raja Renly. Apakah itu benar-benar kau, Stannis?"
Stannis merengut. "Memangnya siapa lagi?"
Renly mengedikkan bahu dengan santai. "Waktu
melihat bendera itu, aku tak yakin. Panji siapa yang kaubawa?"
"Panjiku sendiri."
Pendeta berpakaian merah berbicara. "Sang raja telah
memilih jantung berapi Penguasa Cahaya sebagai lambang
klan." Renly tampak geli mendengarnya. "Bagus juga. Kalau
kita menggunakan panji yang sama, pertempuran pasti akan
sangat membingungkan."
Catelyn berkata, "Mari kita berharap tidak akan ada
pertempuran. Kita bertiga memiliki musuh bersama yang akan
menghancurkan kita semua."
Stannis mengamati Catelyn, tanpa tersenyum. "Takhta
Besi adalah milikku yang sah. Siapa pun yang menyangkalnya
merupakan musuhku." "Seluruh kerajaan menyangkalnya, Kak," sahut Renly.
"Orang tua menyangkalnya dengan tubuh gemetar di ambang
kematian, sementara anak-anak yang belum lahir menyangkalnya
dalam rahim ibu mereka. Mereka menyangkalnya di Dorne
dan mereka menyangkalnya di Tembok Besar. Tidak ada yang
menginginkanmu menjadi raja mereka. Maaf."
Stannis mengertakkan rahang, wajahnya tegang. "Aku
bersumpah takkan pernah bicara denganmu selama kau
mengenakan mahkota pengkhianat itu. Seharusnya aku tetap
menepati sumpahku." "Ini konyol," kata Catelyn tajam. "Lord Tywin duduk
di Harrenhal bersama dua puluh ribu prajurit. Sisa-sisa
pasukan sang Pembantai Raja sudah berkumpul kembali
555 di Golden Tooth, satu lagi pasukan Lannister berkumpul di
bawah bayang-bayang Casterly Rock, dan Cersei serta putranya
menguasai King"s Landing sekaligus Takhta Besi kalian yang
berharga. Kalian menyebut diri kalian raja, namun kerajaan
ini terluka, dan tak ada yang mengangkat pedang untuk
mempertahankannya kecuali putraku."
Renly mengangkat bahu. "Putramu memenangi beberapa
pertempuran. Aku akan memenangi perang. Lannister bisa
menunggu sampai aku berkenan."
"Kalau ada usul yang ingin kausampaikan, cepat
katakan," kata Stannis tak sabar, "atau aku akan pergi."
"Baiklah," sahut Renly. "Aku mengusulkan agar kau
turun dari kuda, berlutut, dan bersumpah setia kepadaku."
Stannis menelan kembali kemarahannya. "Itu takkan
pernah kaudapatkan."
"Kau mengabdi pada Robert, kenapa tidak padaku?"
"Robert kakakku. Kau lebih muda."
"Lebih muda, lebih berani, dan jauh lebih tampan?"?
?"juga pencuri dan perebut takhta."
Renly mengangkat bahu. "Klan Targaryen menyebut
Robert perebut takhta. Dia sepertinya baik-baik saja dijuluki
seperti itu. Aku pasti juga baik-baik saja."
Ini tidak akan berhasil.?"Coba dengarkan omongan kalian!
Kalau kalian putraku, sudah kubenturkan kepala kalian dan
kukurung kalian dalam kamar sampai sudah ingat kalau kalian
bersaudara." Stannis mengerutkan dahi kepadanya. "Kau terlalu
pongah, Lady Stark. Aku raja yang sah, dan putramu sama-sama
pengkhianat seperti adikku ini. Dia juga akan mendapatkan
hukumannya." Ancaman terang-terangan itu mengipas kemarahan
Catelyn. "Kau boleh saja menyebut orang lain pengkhianat dan
perebut takhta, my lord, tapi apa bedanya denganmu" Kaubilang
kau satu-satunya raja yang sah, tapi setahuku Robert punya dua
556 putra. Berdasarkan semua hukum di Tujuh Kerajaan, Pangeran
Joffrey adalah ahli warisnya yang sah, dan Tommen sesudah
dia" berarti kita semua pengkhianat, semulia apa pun tujuan
kita." Renly tertawa. "Kau harus memaklumi Lady Catelyn,
Stannis. Dia datang jauh-jauh dari Riverrun, perjalanan
panjang dengan berkuda. Aku khawatir dia belum membaca
surat pendekmu." "Joffrey bukan anak kandung kakakku," kata Stannis
blakblakan. "Begitu pula Tommen. Mereka anak haram. Anak
perempuannya juga. Mereka bertiga lahir dari hubungan inses
yang terlarang." Mungkinkah Cersei bisa segila itu"?Catelyn tak mampu
berkata-kata. "Bukankah itu kisah yang manis, my lady?" tanya
Renly. "Aku sedang berkemah di Horn Hill waktu Lord Tarly
menerima suratnya, dan jujur saja, aku benar-benar kaget." Dia
tersenyum kepada kakaknya. "Aku tak pernah mengira kau
secerdik itu, Stannis. Andai saja itu benar, kau memang ahli
waris Robert." "Andai itu benar" Kau menyebutku pembohong?"
"Bisakah kau membuktikan satu kata saja dari dongeng
ini?" Stannis mengertakkan gigi.
Robert tidak mungkin tahu, pikir Catelyn, atau Cersei
pasti sudah kehilangan kepalanya dalam sekejap.?"Lord Stannis,"
Catelyn bertanya, "kalau kau tahu sang ratu bersalah atas
kejahatan sebesar itu, mengapa kau diam saja?"
"Aku tidak diam saja," tegas Stannis. "Aku menyampaikan
kecurigaanku pada Jon Arryn."
"Bukannya memberitahu kakakmu sendiri?"
"Perhatian kakakku untukku hanya terbatas pada
kepatuhan," ujar Stannis. "Jika datang dariku, tuduhan
semacam itu pasti akan terdengar menjengkelkan dan egois,
cara untuk menempatkan diriku di urutan pertama garis
557 suksesi. Aku yakin Robert lebih bersedia mendengarkan jika
tuduhan itu datang dari Lord Arryn, yang dia sayangi."
"Ah," ujar Renly. "Jadi buktinya ada di tangan orang
yang sudah mati." "Kaupikir kematiannya hanya kebetulan, dasar bodoh
dan buta" Cersei memerintahkan dia diracun, karena takut dia
akan membuka rahasianya. Lord Jon sudah mengumpulkan
bukti-bukti kuat?" ?"yang pastinya ikut mati bersamanya. Sayang sekali."
Catelyn mengingat-ingat, menyatukan semua potongan.
"Adikku Lysa menuduh sang ratu membunuh suaminya dalam
surat yang dia kirimkan kepadaku di Winterfell," akunya.
"Belakangan, di Eyrie, dia mengalihkan tuduhan itu kepada
adik sang ratu, Tyrion."
Stannis mendengus. "Kalau kau masuk ke sarang ular,
apa ada bedanya yang mana yang menggigitmu lebih dulu?"
"Segala omongan tentang ular dan inses ini
menggemaskan, tapi itu tak mengubah apa pun. Bisa jadi
kau punya klaim yang lebih kuat, Stannis, tapi aku tetap
punya pasukan yang lebih besar." Tangan Renly menyusup
ke balik jubah. Stannis melihat, dan langsung meraih gagang
pedang, tapi sebelum dia sempat menghunusnya sang adik
mengeluarkan" sebutir persik. "Kau mau mencicipi, Kak?"
tanya Renly sambil tersenyum. "Dari Highgarden. Kau pasti
belum pernah merasakan buah semanis ini, percayalah." Dia
menggigitnya. Sari buah mengalir dari sudut mulutnya.
"Aku tidak datang kemari untuk makan buah." Stannis
naik pitam. "Tuan-tuan!"?seru Catelyn. "Kita seharusnya membahas
syarat-syarat persekutuan, bukan saling mengejek."
"Orang seharusnya tak pernah menolak tawaran buah
persik," Renly berkata sembari melempar biji persik. "Dia
mungkin takkan punya kesempatan lagi. Hidup ini singkat,
Stannis. Ingatlah semboyan Stark. Musim dingin akan datang."
Dia menyeka mulut dengan punggung tangan.
558 "Aku juga tidak datang kemari untuk diancam."
"Kau memang tidak diancam," Renly balas membentak.
"Kalau aku membuat ancaman, kau akan tahu. Terus terang
saja, aku tak pernah menyukaimu, Stannis, tapi kau tetap
darah dagingku sendiri, dan aku tak punya keinginan untuk
membunuhmu. Jadi kalau Storm"s End yang kauinginkan,
ambillah" sebagai hadiah dari seorang adik. Seperti Robert
dulu memberikannya kepadaku, aku memberikannya
kepadamu." "Kastel ini bukan punyamu untuk diberikan. Ini milikku
yang sah." Sambil mendesah, Renly setengah berbalik di pelana.
"Apa yang mesti kulakukan dengan kakakku ini, Brienne" Dia
menolak persikku, dia menolak kastelku, dia bahkan tidak
menghadiri pernikahanku?"
"Kita berdua tahu pernikahanmu hanya sandiwara.
Setahun lalu kau berencana menjadikan gadis ini salah satu
pelacur Robert." "Setahun lalu aku berencana menjadikan gadis ini ratu
Robert," sahut Renly, "tapi apa bedanya" Babi hutan mendapat
Robert dan aku mendapat Margaery. Kau pasti akan senang
kalau tahu dia masih perawan saat datang kepadaku."
"Di ranjangmu, dia kemungkinan akan tetap perawan
sampai mati." "Oh, kurasa aku akan mendapatkan seorang putra
darinya dalam waktu setahun. Katakan, berapa banyak putra
yang kaumiliki, Stannis" Oh, ya"tidak ada." Renly tersenyum
polos. "Sementara tentang putrimu, aku mengerti. Kalau
penampilan istriku seperti istrimu, aku pasti juga akan
menyuruh pelawakku melayaninya."
"Cukup!"?Stannis meraung. "Aku tidak terima dihina
seperti ini, kaudengar"?Tidak terima!" Dia menarik pedang
panjang dari sarung. Kilau cemerlang bajanya tampak aneh
di bawah cahaya matahari yang redup, sekarang merah, lalu
kuning, lalu putih membara. Udara di sekitarnya tampak
559 gemerlap seakan-akan terkena panas.
Kuda Catelyn meringkik dan mundur selangkah, tapi
Brienne bergerak di antara kedua saudara, menggenggam
pedangnya sendiri. "Sarungkan pedangmu!" dia berteriak
kepada Stannis. Cersei Lannister bakal tertawa terbahak-bahak, pikir
Catelyn letih. Stannis menudingkan pedang kemilaunya ke arah
sang adik. "Aku bukannya tak punya belas kasih," raung dia
yang terkenal tak punya belas kasih. "Aku juga tidak ingin
menodai Lightbringer dengan darah saudaraku. Demi ibu
yang melahirkan kita berdua, aku akan memberimu waktu
satu malam untuk memikirkan kembali tindakan bodohmu,
Renly. Turunkan panji-panjimu dan datanglah kepadaku
sebelum fajar, aku akan menganugerahimu Storm"s End serta
posisi lamamu di majelis, bahkan mengangkatmu sebagai ahli
warisku sampai aku punya anak laki-laki. Kalau tidak, aku akan
menghancurkanmu." Renly tertawa. "Stannis, kuakui itu pedang yang sangat
cantik, tapi kurasa kemilaunya sudah merusak matamu.
Lihatlah ke seberang padang ini, Kak. Bisakah kau melihat
semua panji itu?" "Kaupikir beberapa lembar kain akan menjadikanmu
raja?" "Prajurit-prajurit Tyrell akan menjadikanku raja. Rowan,
Tarly, dan Caron akan menjadikanku raja, dengan kapak, gada,
dan godam. Panah-panah Tarth dan lembing-lembing Penrose,
Fossoway, Cuy, Mullendore, Estermont, Selmy, Hightower,
Oakheart, Crane, Caswell, Blackbar, Morrigen, Beesbury,
Shermer, Dunn, Footly" bahkan Klan Florent, saudara-saudara
dan paman-paman istrimu sendiri, mereka akan menjadikanku
raja. Seluruh kejayaan selatan berkuda bersamaku, dan itu
hanya sebagian kecil dari kekuatanku. Pasukanku yang berjalan
kaki menyusul di belakang, seratus ribu pembawa pedang,
tombak, dan seligi. Dan kau mau menghancurkanku" Dengan
560 apa, kalau boleh tahu" Gerombolan jembel yang kulihat di
sana, berkerumun di bawah dinding kastel" Aku bermurah
hati kalau kubilang jumlahnya lima ribu, para lord ikan cod,
kesatria bawang, dan prajurit bayaran. Setengah dari mereka
kemungkinan akan mendatangiku sebelum pertempuran
dimulai. Kudamu tak sampai empat ratus ekor, menurut regu
pengintaiku"para prajurit bayaran berpakaian kulit samakan
yang bakal langsung kalah menghadapi penombak berzirah.
Aku tak peduli kau menganggap dirimu prajurit kawakan,
Stannis, pasukanmu itu takkan bertahan dari serangan
pertama barisan depanku."
"Kita lihat saja, Dik." Sebagian cahaya seolah menghilang
dari dunia ketika Stannis menyarungkan kembali pedangnya.
"Saat fajar nanti, kita akan lihat."
"Kuharap dewa barumu berbelas kasih, Kak."
Stannis mendengus dan mencongklang pergi dengan
muak. Sang pendeta merah tetap tinggal sejenak. "Pikirkan
saja dosa-dosamu sendiri, Lord Renly," dia berkata seraya
memutar kudanya. Catelyn dan Lord Renly kembali bersama-sama ke
perkemahan tempat ribuan pasukan Renly dan segelintir
pasukan Catelyn menunggu kedatangan mereka. "Tadi itu
sungguh menghibur, walaupun tidak menghasilkan apa pun,"
Renly berkomentar. "Di mana kira-kira aku bisa mendapatkan
pedang seperti itu" Yah, Loras pasti akan menghadiahkannya
kepadaku setelah pertempuran. Sungguh menyedihkan harus
berakhir seperti ini."
"Caramu bersedih benar-benar ceria," tukas Catelyn,
yang kegundahannya tidak dibuat-buat.
"Benarkah?" Renly mengangkat bahu. "Mau bagaimana
lagi" Kuakui Stannis tidak pernah menjadi saudara yang paling
disayangi. Menurutmu kisahnya ini benar" Kalau Joffrey
memang anak sang Pembantai Raja?"
?"kakakmu adalah ahli waris yang sah."
"Selama dia hidup," Renly mengakui. "Walaupun itu
561 hukum yang bodoh, tidakkah kau setuju" Kenapa putra tertua,
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan putra yang paling layak" Takhta akan cocok bagiku,
sementara bagi Robert terbukti tidak cocok dan bagi Stannis
tidak akan pernah cocok. Aku punya kemampuan untuk
menjadi raja yang hebat, kuat namun murah hati, cerdas,
adil, tekun, setia pada teman-temanku dan keras pada musuhmusuhku, tapi mampu memaafkan, sabar?"
?"rendah hati?" Catelyn mengusulkan.
Renly tertawa. "Seorang raja juga boleh punya beberapa
kekurangan, my lady."
Catelyn merasa sangat lelah. Semua ini sia-sia saja.
Kakak-beradik Baratheon akan menenggelamkan satu sama
lain dalam darah sementara putranya menghadapi pasukan
Lannister sendirian, dan apa pun yang dia katakan atau lakukan
takkan bisa menghentikannya. Sudah waktunya aku kembali ke
Riverrun untuk menutup mata ayahku, pikirnya.? Setidaknya aku
bisa melakukan itu. Aku mungkin utusan yang buruk, tapi aku
pandai berduka, semoga para dewa menyelamatkanku.
Perkemahan mereka menempati lokasi yang bagus di
puncak bukit berbatu yang terbentang dari utara ke selatan.
Tempat itu jauh lebih tertib dibandingkan perkemahan luas
di sungai Mander, walaupun ukurannya hanya seperempatnya.
Ketika mengetahui kedatangan kakaknya ke Storm"s End,
Renly membagi pasukannya, persis seperti yang dilakukan
Robb di Twins. Pasukan infanterinya yang sangat besar dia
tinggalkan di Bitterbridge bersama sang ratu muda, pedatipedati, gerobak-gerobak, hewan-hewan pekerja, serta seluruh
peralatan pengepungan yang tidak praktis, sementara Renly
sendiri memimpin para kesatria dan prajurit bayaran dalam
perjalanan cepat ke timur.
Betapa mirip dia dengan kakaknya Robert, bahkan
dalam urusan itu" hanya saja Robert selalu punya Eddard
Stark yang mengimbangi kenekatannya dengan kehati-hatian.
Ned pasti akan membujuk Robert untuk membawa serta
seluruh kekuatannya, mengelilingi Stannis dan mengepung
562 para pengepung. Pilihan itu tidak dipikirkan oleh Renly karena
terburu-buru pergi untuk mengonfrontasi kakaknya. Dia sudah
membuat jarak dengan jalur persediaannya, meninggalkan
makanan dan pakan kuda berhari-hari di belakang beserta
semua pedati, keledai, dan lembu. Dia harus segera bertempur,
atau kelaparan. Catelyn menyuruh Hal Mollen mengurus kudakuda mereka sementara dia menemani Renly kembali ke tenda
megah di jantung perkemahan. Di dalam tenda berdinding
sutra hijau, para kapten dan lord pengikut sudah menunggu
untuk mendengar kabar mengenai perembukan. "Kakakku
belum berubah," raja muda mereka melaporkan sementara
Brienne melepaskan jubahnya lalu mengangkat mahkota
emas-dan-giok dari keningnya. "Kastel dan sopan santun tidak
bisa menenangkannya, dia harus merasakan darah. Yah, aku
bermaksud mengabulkan keinginannya."
"Yang Mulia, menurut saya tidak perlu ada pertempuran
di sini," Lord Mathis Rowan berpendapat. "Kastel dijaga ketat
dengan persediaan makanan yang cukup, Ser Cortnay Penrose
adalah komandan berpengalaman, dan pelontar trebuchet yang
bisa mendobrak dinding Storm"s End belum dibuat. Biarkan
saja Lord Stannis melakukan pengepungan. Dia tidak akan
menikmatinya. Dan sementara dia duduk kedinginan dan
kelaparan tanpa hasil, kita akan merebut King"s Landing."
"Dan akibatnya orang-orang akan berkata aku takut
menghadapi Stannis?"
"Hanya orang bodoh yang akan bilang begitu," bantah
Lord Mathis. Renly menatap yang lain. "Bagaimana menurut kalian?"
"Menurut saya Stannis adalah ancaman untuk Anda,"
tegas Lord Randyll Tarly. "Jika dibiarkan tanpa terluka dia
hanya akan bertambah kuat, sementara kekuatan Anda
sendiri menyusut akibat pertempuran. Pasukan Lannister tak
mungkin dikalahkan dalam sehari. Saat Anda sudah selesai
dengan mereka, Lord Stannis barangkali sudah akan sekuat
Anda" atau malah lebih kuat."
563 Yang lain menyuarakan persetujuan. Sang raja tampak
puas. "Kalau begitu kita akan bertempur."
Aku sudah mengecewakan Robb seperti aku mengecewakan
Ned,? pikir Catelyn. "My lord," dia memanggil. "Kalau
keputusanmu adalah berperang, kepentinganku sudah selesai
di sini. Aku mohon pamit untuk kembali ke Riverrun."
"Kau tidak mendapatkannya." Renly mendudukkan diri
di kursi lipat. Catelyn menegang. "Aku tadinya berharap membantumu
mencapai perdamaian, my lord. Aku tidak akan membantumu
berperang." Renly mengedikkan bahu. "Aku berani mengatakan
kami pasti menang tanpa bantuanmu, my lady. Aku tidak
bermaksud memintamu ikut serta dalam pertempuran, hanya
menontonnya." "Aku juga berada di Hutan Berbisik, my lord. Aku sudah
melihat cukup banyak pembantaian. Aku datang kemari
sebagai utusan?" "Dan kau akan pergi sebagai utusan," Renly memotong,
"tapi lebih bijaksana daripada ketika kau datang. Kau akan
melihat langsung nasib seperti apa yang menimpa para
pemberontak, sehingga putramu bisa mendengarnya dari
mulutmu sendiri. Kami akan menjagamu tetap aman, jangan
khawatir." Dia berpaling untuk membuat pembagian tugas.
"Lord Mathis, kau akan memimpin bagian tengah pertempuran
utamaku. Bryce, kau pegang bagian kiri. Bagian kanan milikku.
Lord Estermont, kau akan memimpin pasukan cadangan."
"Saya tidak akan mengecewakan Anda, Yang Mulia,"
Lord Estermont menyahut. Lord Mathis Rowan berbicara. "Siapa yang memimpin
barisan depan?" "Yang Mulia," kata Ser Jon Fossoway, "saya memohon
kehormatan itu." "Memohonlah sesukamu," tukas Ser Guyard si Hijau,
"sudah semestinya salah satu dari tujuh anggota Garda Pelangi
564 yang melakukan serangan pertama."
"Butuh lebih dari jubah cantik untuk menerobos
dinding perisai," Randyll Tarly menegaskan. "Aku sudah
memimpin barisan depan Mace Tyrell saat kau masih menyusu
pada ibumu, Guyard."
Tenda menjadi riuh saat lelaki-lelaki lainnya dengan
lantang mengutarakan klaim mereka. Para kesatria musim panas,
pikir Catelyn. Renly mengangkat satu tangan. "Cukup, tuantuan. Kalau aku punya selusin barisan depan, kalian semua
bisa memimpinnya, tapi kejayaan terhebat sudah semestinya
menjadi milik kesatria terhebat. Ser Loras akan melakukan
serangan pertama." "Dengan senang hati, Yang Mulia." Sang Kesatria Bunga
berlutut di hadapan sang raja. "Berikanlah berkatmu, dan
seorang kesatria untuk berkuda bersamaku dengan membawa
panjimu. Maka rusa dan mawar akan maju perang bersamasama."
Renly mengedarkan pandang. "Brienne."
"Yang Mulia?" Gadis itu mengenakan zirah baja birunya,
walaupun helmnya sudah dicopot. Tenda yang penuh sesak
itu panas, dan keringat melekatkan rambut kuning lepek ke
wajahnya yang lebar dan tidak cantik. "Tempat saya di samping
Anda. Saya pengawal setia Anda..."
"Satu di antara tujuh," sang raja mengingatkan.
"Jangan khawatir, empat rekanmu akan bersamaku dalam
pertempuran." Brienne langsung berlutut. "Jika saya harus berpisah dari
Yang Mulia, anugerahi saya kehormatan untuk memakaikan
perlengkapan perang Anda."
Catelyn mendengar seseorang terkekeh di belakangnya.? Dia mencintai Raja, gadis malang, batin Catelyn
sedih.?Dia bersedia jadi squire Renly hanya agar bisa menyentuhnya,
dan tidak peduli bahwa semua orang menganggapnya konyol.
"Kukabulkan," Renly berkata. "Sekarang tinggalkan
aku, kalian semua. Bahkan raja juga harus beristirahat sebelum
565 bertempur." "My lord," Catelyn berkata, "ada kuil kecil di desa
terakhir yang kita lewati. Kalau kau tidak mengizinkanku pergi
ke Riverrun, izinkan aku pergi ke sana dan berdoa."
"Silakan. Ser Robar, kawal Lady Stark dengan aman ke
kuil" tapi pastikan dia kembali ke sini saat fajar."
"Ada baiknya kalau kau juga berdoa," Catelyn
menambahkan. "Untuk kemenangan?"
"Untuk kearifan."
Renly tertawa. "Loras, tinggallah dan bantu aku berdoa.
Sudah lama sekali, aku sampai lupa caranya. Sementara untuk
yang lain, aku minta semua orang sudah berada di posisi saat
fajar. Sudah bersenjata, berzirah, dan berkuda. Kita akan
memberi Stannis fajar yang takkan dia lupakan dalam waktu
dekat." Senja mulai turun ketika Catelyn meninggalkan tenda.
Ser Robar Royce mengikuti di sampingnya. Dia hanya mengenal
lelaki itu sekilas"salah satu putra Bronze Yohn, tampan dalam
versi kasar, pejuang turnamen perang yang cukup termashyur.
Renly menganugerahinya jubah pelangi dan setelan zirah
merah darah, serta mengangkatnya menjadi salah satu dari
tujuh pengawal utama. "Kau berada sangat jauh dari Lembah,
Ser," kata Catelyn. "Dan kau jauh dari Winterfell, my lady."
"Aku tahu apa yang membawaku kemari, tapi mengapa
kau datang" Ini bukan pertempuranmu, sama seperti ini bukan
pertempuranku." "Aku menjadikannya pertempuranku saat aku
menjadikan Renly rajaku."
"Klan Royce adalah pengikut Klan Arryn."
"Ayahku berutang kesetiaan kepada Lady Lysa, begitu
pula ahli warisnya. Putra kedua harus mencari kejayaan di
tempat lain." Ser Robar mengangkat bahu. "Seorang lelaki
lama-kelamaan bosan dengan turnamen perang."
566 Dia pasti belum lebih dari 21 tahun, pikir Catelyn,
seusia dengan rajanya" tapi raja Catelyn, Robb-nya, pada usia
lima belas tahun memiliki lebih banyak kearifan daripada yang
akan pernah dipelajari anak muda ini. Atau begitulah doa
Catelyn untuk putranya. Di sudut kecil dalam perkemahan Catelyn, Shadd
sedang mengiris wortel ke dalam periuk, Hal Mollen bermain
dadu dengan tiga prajurit Winterfell, dan Lucas Blackwood
duduk mengasah belati. "Lady Stark," Lucas berkata saat dia
melihatnya, "Kata Mollen akan ada pertempuran saat fajar."
"Hal berkata benar," dia menyahut. ?Dan sepertinya juga
berlidah panjang. "Apakah kita bertempur atau pergi dari sini?"
"Kita berdoa, Lucas," dia menjawab "Kita berdoa."
j 567 SANSA "S emakin lama kau membuatnya menunggu, semakin buruk
akibatnya bagimu," Sandor Clegane memperingatkan.
Sansa berusaha bergegas, tapi jari-jarinya kesulitan
dengan semua kancing dan simpul. Si Anjing selalu berlidah
tajam, tapi cara lelaki itu menatapnya membuat Sansa dipenuhi
ketakutan. Apakah Joffrey sudah tahu tentang pertemuannya
dengan Ser Dontos"?Kumohon jangan, pikirnya sembari menyikat
rambut. Ser Dontos adalah satu-satunya harapan Sansa.?Aku
harus tampak cantik, Joff senang kalau aku tampak cantik, dia selalu
menyukaiku dalam gaun ini, warna ini.?Sansa merapikan pakaian.
Kainnya ketat di bagian dada.
Ketika keluar, Sansa berjalan di sebelah kiri si Anjing,
menghindari sisi wajahnya yang terbakar. "Katakan apa yang
telah kulakukan." "Bukan kau. Kakakmu yang berlagak raja."
"Robb pengkhianat." Sansa sudah menghafalnya di
luar kepala. "Aku tidak terlibat dalam apa pun yang dia
lakukan."?Para dewa yang mahabaik, jangan sampai ini soal sang
Pembantai Raja.?Jika Robb menyakiti Jaime Lannister, nyawa
Sansa menjadi taruhannya. Dia membayangkan Ser Ilyn, dan
bagaimana mata pucat yang mengerikan itu menatap dengan
568 bengis dari wajah tirus penuh bekas cacar.
Si Anjing mendengus. "Mereka melatihmu dengan
baik, burung kecil." Dia memandu Sansa ke halaman bawah,
tempat kerumunan telah berkumpul mengelilingi barisan
sasaran panah. Orang-orang menyingkir untuk memberi jalan
pada mereka. Sansa bisa mendengar Lord Gyles batuk-batuk.
Para pesuruh istal yang berkeliaran mengamati Sansa dengan
lancang, tapi Ser Horas Redwyne memalingkan tatapan saat dia
lewat, sementara saudaranya Hobber pura-pura tidak melihat.
Seekor kucing kuning terbaring sekarat di tanah, mengeong
pilu, anak panah dari busur silang menembus rusuknya. Sansa
melangkah memutarinya, merasa mual.
Ser Dontos menghampiri dengan kuda gagang sapunya;
sejak dia terlalu mabuk untuk menunggangi kuda destrier di
turnamen perang, sang raja menitahkan bahwa mulai sekarang
dia harus selalu berkuda. "Beranilah," lelaki itu berbisik,
meremas lengan Sansa. Joffrey berdiri di tengah kerumunan, memutar-mutar
busur silang berukir. Ser Boros dan Ser Meryn bersamanya.
Sekadar melihat mereka, perut Sansa sudah cukup merasa
terpilin-pilin. "Yang Mulia." Sansa berlutut.
"Berlutut tak akan menyelamatkanmu sekarang," sang raja
berkata. "Berdiri. Kau di sini untuk mempertanggungjawabkan
pengkhianatan terakhir kakakmu."
"Yang Mulia, pengkhianatan apa pun yang dilakukan
kakakku, aku tidak terlibat. Kau tahu itu, aku mohon padamu,
tolong?" "Suruh dia berdiri!"
Si Anjing menarik Sansa hingga berdiri, tidak dengan
kasar. "Ser Lancel," Joff berkata, "ceritakan kebiadaban ini
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
padanya." Sansa selalu menganggap Lancel Lannister tampan dan
569 santun, tapi tidak ada belas kasih atau kebaikan pada caranya
menatap Sansa. "Menggunakan sihir yang keji, kakakmu
menyerang Ser Stafford Lannister dengan sepasukan warg,
tidak sampai tiga hari perjalanan dari Lannisport. Ribuan
orang baik dibantai saat mereka tidur, tanpa kesempatan untuk
mengangkat pedang. Sesudahnya, orang-orang utara berpesta
dengan daging korban pembantaian."
Kengerian seolah melilitkan tangan dingin di leher
Sansa. "Tidak ada yang ingin kaukatakan?" tanya Joffrey.
"Yang Mulia, anak malang ini benar-benar terguncang,"
gumam Ser Dontos. "Diam, Pelawak." Joffrey mengangkat busur silang dan
mengarahkannya ke wajah Sansa. "Kalian para Stark sama
ganjilnya dengan serigala-serigala kalian. Aku belum lupa
bagaimana monstermu menyiksaku."
"Itu serigala Arya," kata Sansa. "Lady tak pernah
menyakitimu, tapi kau tetap membunuhnya."
"Tidak, ayahmu yang membunuhnya," sahut Joff, "tapi
aku membunuh ayahmu. Seharusnya kulakukan sendiri.
Semalam aku membunuh lelaki yang lebih besar daripada
ayahmu. Mereka datang ke gerbang dan meneriakkan namaku,
meminta roti seakan-akan aku tukang roti, tapi aku memberi
mereka pelajaran. Kupanah orang yang paling berisik tepat di
lehernya." "Dan dia mati?" Dengan kepala panah jelek dari besi
mengarah ke wajahnya, sulit memikirkan hal lain untuk
dikatakan. "Tentu saja dia mati, panahku menembus lehernya. Ada
perempuan yang melempari batu, aku juga memanahnya, tapi
hanya di lengan." Sambil merengut, Joffrey menurunkan busur
silang. "Aku juga bisa memanahmu, tapi kalau kulakukan,
Ibu bilang mereka akan membunuh pamanku Jaime. Sebagai
gantinya kau hanya akan dihukum lalu kami mengirim pesan
570 untuk kakakmu tentang apa yang akan terjadi padamu kalau
dia tidak menyerah. Anjing, pukul dia."
"Biar aku yang memukulnya!" Ser Dontos mendesak
maju, zirah kaleng berkelontang. Dia bersenjatakan "gada
berduri" dengan bagian kepala dari buah melon.?Florianku.?Sansa bisa saja menciumnya, mencium kulit bebercak
dengan gurat-gurat varises dan semuanya itu. Ser Dontos
menunggangi gagang sapu mengelilingi Sansa, berteriak
"Pengkhianat, pengkhianat" dan memukuli kepalanya dengan
melon. Sansa melindungi diri dengan tangan, terhuyung setiap
kali buah menghantamnya, rambutnya lengket pada pukulan
kedua. Orang-orang tertawa. Buah melon pecah berkepingkeping. Tertawalah, Joffrey, dia berdoa saat sari buah mengaliri
wajah serta bagian depan gaun sutra birunya. ?Tertawalah dan
puaslah. Joffrey bahkan tidak terkekeh. "Boros. Meryn."
Ser Meryn Trant merenggut lengan Dontos dan
mendorongnya pergi dengan kasar. Pelawak berwajah merah
itu terjengkang, dengan gagang sapu, melon, dan semuanya.
Ser Boros mencengkeram Sansa.
"Jangan wajahnya," perintah Joffrey. "Aku suka dia
cantik." Boros menyarangkan tinju di perut Sansa, membuat
seluruh napasnya tersentak ke luar. Ketika Sansa terbungkuk,
sang kesatria menjambak rambutnya lalu mengeluarkan
pedang, dan untuk sesaat yang mengerikan Sansa yakin lelaki
itu bermaksud menggorok lehernya. Saat Boros memukul
paha Sansa dengan sisi pedangnya, Sansa merasa kakinya akan
patah akibat kekuatan pukulan itu. Dia menjerit. Air matanya
menggenang.?Sebentar lagi akan berakhir. ?Sesaat kemudian dia
tak bisa lagi menghitung pukulan yang diterimanya.
"Cukup," dia mendengar si Anjing berkata parau.
"Belum cukup," balas sang raja. "Boros, telanjangi dia."
Boros menjejalkan satu tangan gempal ke bagian depan
571 korset Sansa dan menyentak keras-keras. Gaun sutranya robek,
membuatnya telanjang sampai ke pinggang. Sansa menutupi
payudaranya dengan kedua tangan. Dia bisa mendengar
tawa mengejek, samar-samar dan kejam. "Pukul dia sampai
berdarah," kata Joffrey, "kita lihat bagaimana kakaknya
menyukai?" "Apa maksudnya ini?"
Suara si Setan Kecil meletus bagai cambuk, dan tibatiba Sansa bebas. Dia berlutut dengan susah payah, lengannya
melintang menutupi dada, napasnya tersengal-sengal. "Inikah
gagasanmu tentang kepahlawanan, Ser Boros?" Tuntut
Tyrion Lannister murka. Dia didampingi prajurit bayaran
peliharaannya, juga salah satu orang liar yang matanya terbakar.
"Kesatria macam apa yang memukuli gadis tak berdaya?"
"Kesatria yang melayani rajanya, Setan Kecil." Ser Boros
mengangkat pedang, dan Ser Meryn melangkah ke sampingnya,
pedang lelaki itu sudah terbebas dari sarung.
"Hati-hati," prajurit bayaran si cebol memperingatkan.
"Jangan sampai jubah-jubah putih yang cantik itu terciprat
darah." "Tolong bantu gadis ini menutupi tubuhnya," si
Setan Kecil berkata. Sandor Clegane melepas jubah dan
melemparkannya kepada Sansa. Dia mencengkeram jubah
itu rapat-rapat di dada, tinjunya mengepal erat di antara kain
wol putih itu. Tenunannya yang kasar terasa gatal di kulit, tapi
beledu sekali pun tak pernah terasa senyaman ini.
"Gadis ini akan menjadi ratumu," si Setan
Kecil mengingatkan Joffrey. "Apa kau tak peduli pada
kehormatannya?" "Aku sedang menghukumnya."
"Atas kejahatan apa" Dia tidak bertarung dalam
pertempuran kakaknya."
"Dia punya darah serigala."
"Dan kau punya otak seekor angsa."
572 "Kau tak boleh bicara padaku seperti itu. Raja boleh
berbuat apa pun sesukanya."
"Aerys Targaryen berbuat sesukanya. Apa ibumu pernah
memberitahu apa yang terjadi kepadanya?"
Ser Boros Blount menggeram.?"Tak seorang pun boleh
mengancam Yang Mulia di hadapan Pengawal Raja."
Tyrion Lannister mengangkat satu alis. "Aku tidak
mengancam sang raja, Ser, aku mendidik keponakanku.
Bronn, Timett, kali berikutnya Ser Boros membuka mulut,
bunuh dia." Si cebol tersenyum. "Nah itu baru ancaman, Ser.
Paham bedanya?" Wajah Ser Boros merah padam. "Ratu akan mendengar
ini!" "Sudah tentu. Kenapa harus menunggu" Joffrey,
Bagimana kalau kita panggil ibumu?"
Sang Raja menggeragap. "Tidak ada yang ingin kaukatakan, Yang Mulia?"
pamannya melanjutkan. "Bagus. Belajarlah untuk lebih banyak
menggunakan telinga dan kurangi menggunakan mulut, kalau
tidak, masa kekuasaanmu akan lebih pendek daripada tubuhku.
Kekejaman tanpa alasan bukan cara untuk mendapatkan cinta
rakyatmu" atau cinta ratumu."
"Rasa takut lebih baik daripada cinta, kata Ibu." Joffrey
menunjuk Sansa. "Dia takut padaku."
Si Setan Kecil menghela napas. "Ya, bisa kulihat. Sayang
sekali Stannis dan Renly bukan gadis dua belas tahun juga.
Bronn, Timett, bawa dia."
Sansa bergerak seakan-akan dalam mimpi. Dia mengira
anak buah si Setan Kecil akan membawanya kembali ke
kamarnya di Benteng Maegor, tapi ternyata dia dituntun ke
Menara Tangan Kanan Raja. Dia belum pernah menginjakkan
kaki di tempat itu sejak hari keruntuhan ayahnya, dan rasanya
seperti mau pingsan saat dia menaiki tangga itu lagi.
Beberapa gadis pelayan mengambil alih Sansa,
573 mengucapkan kata-kata penghiburan tanpa arti untuk
menghentikan gemetar tubuhnya. Satu gadis melucuti gaun
dan pakaian dalamnya yang rusak, gadis lain memandikan dan
membasuh sari buah yang lengket dari wajah dan rambutnya.
Selagi mereka menggosoknya dengan sabun dan menuangkan
air hangat ke kepalanya, yang bisa dilihat Sansa hanya wajahwajah di halaman. Kesatria disumpah untuk membela yang lemah,
melindungi perempuan, dan memperjuangkan kebenaran, tapi tak
seorang pun dari mereka melakukan hal itu.?Hanya Ser Dontos
yang berusaha menolong, tapi dia bukan lagi kesatria, sama
seperti si Setan Kecil, maupun si Anjing" si Anjing membenci
kesatria" aku juga membenci mereka, Sansa membatin. Mereka
bukan kesatria sejati, mereka semua.
Setelah tubuhnya bersih, Maester Frenken yang gemuk
dan berambut merah datang menemuinya. Lelaki itu menyuruh
Sansa berbaring telungkup di kasur sementara dia mengoleskan
salep pada bilur-bilur merah terang yang memenuhi bagian
belakang kakinya. Sesudah itu dia membuatkan ramuan
anggur mimpi, ditambah sedikit madu agar lebih mudah
ditelan. "Tidurlah sebentar, Nak. Saat kau bangun, semua ini
hanya akan seperti mimpi buruk."
Tidak mungkin, dasar bodoh, pikir Sansa, tapi dia tetap
meminum anggur mimpi itu, lalu tidur.
Hari sudah gelap ketika dia terjaga lagi, tidak benarbenar tahu di mana dirinya berada, kamar itu asing sekaligus
familier. Saat dia berdiri, tikaman rasa nyeri menjalari kakinya
dan mengembalikan semua kenangan itu. Air matanya
menggenang. Seseorang sudah menyiapkan jubah untuknya di
samping tempat tidur. Sansa mengenakannya lalu membuka
pintu. Di luar berdiri perempuan berwajah keras dengan kulit
cokelat sekasar kulit binatang, tiga kalung melingkari leher
kurusnya. Satu dari emas, satu dari perak, dan satu lagi dari
rangkaian telinga manusia. "Dia pikir dia mau ke mana?"
Perempuan itu bertanya, bertopang pada tombak tinggi.
"Hutan sakral." Sansa harus mencari Ser Dontos,
574 memohon agar lelaki itu membawanya pulang sekarang sebelum
semua terlambat. "Kata lelaki kecil kau tidak boleh pergi," perempuan itu
menjelaskan. "Berdoa saja di sini, para dewa tetap mendengar."
Dengan patuh Sansa menurunkan tatapan dan kembali
ke dalam kamar. Tiba-tiba dia sadar mengapa tempat ini
tampak sangat familier.?Mereka menempatkanku di bekas kamar
Arya, dari masa ketika Ayah menjadi Tangan Kanan Raja. Semua
barang Arya sudah tidak ada dan perabotnya dipindah-pindah, tapi
ini tetap kamar yang sama"?
Tak lama kemudian, seorang gadis pelayan membawakan
keju, roti, dan zaitun, serta seteko air dingin. "Bawa pergi,"
perintah Sansa, tapi gadis itu meninggalkan makanan di
meja. Sansa sadar dia memang haus. Setiap langkahnya
bagaikan sayatan pisau di paha, tapi dia berhasil memaksa diri
menyeberangi kamar. Dia minum dua gelas air, dan sedang
mengerumit zaitun ketika terdengar ketukan.
Dengan cemas dia menoleh ke pintu, merapikan lipatanlipatan jubahnya. "Ya?"
Pintu terbuka, dan Tyrion Lannister melangkah masuk.
"My lady. Aku rasa aku tidak mengganggumu?"
"Apa aku tawananmu?"
"Tamuku." Tyrion mengenakan rantai jabatannya,
kalung dari rangkaian tangan emas. "Kupikir kita bisa bicara."
"Bila itu yang diinginkan my lord." Sansa merasa sulit
untuk tidak menatap; wajah si Setan Kecil begitu buruk
sehingga menimbulkan ketertarikan yang aneh dalam dirinya.
"Apakah makanan dan pakaian ini memuaskanmu?"
tanyanya. "Kalau ada lagi yang kaubutuhkan, kau hanya perlu
meminta." "Kau baik sekali. Dan tadi pagi" kau sungguh bermurah
hati mau menolongku."
"Kau berhak tahu mengapa Joffrey begitu murka. Enam
575 malam yang lalu, kakakmu menyerbu pamanku Stafford
yang berkemah bersama pasukannya di sebuah desa bernama
Oxcross, tak sampai tiga hari perjalanan berkuda dari Casterly
Rock. Orang-orang utaramu meraih kemenangan besar. Kami
baru saja menerima kabarnya pagi ini."
Robb akan membunuh kalian semua, pikir Sansa girang.
"Itu" sungguh mengerikan, my lord. Kakakku pengkhianat
keji." Si cebol tersenyum samar. "Yah, dia sudah membuktikan
dengan tegas kalau dia bukan anak rusa."
"Kata Ser Lancel, Robb memimpin sepasukan warg?"?
Si Setan Kecil melontarkan tawa menghina. "Ser Lancel
itu pejuang labu anggur yang takkan bisa membedakan antara
warg dengan wajan. Kakakmu membawa direwolf bersamanya,
tapi aku menduga hanya sampai sejauh itu. Pasukan utara
mengendap-endap masuk ke perkemahan pamanku dan
melepaskan kuda-kuda, lalu Lord Stark menyuruh serigalanya
masuk ke tengah-tengah mereka. Bahkan kuda-kuda destrier
yang terlatih pun lepas kendali. Para kesatria terinjak-injak
sampai mati dalam tenda mereka, orang-orang biasa terbangun
dengan ngeri dan melarikan diri, meninggalkan senjata mereka
agar bisa berlari lebih kencang. Ser Stafford dibunuh saat dia
mengejar seekor kuda. Lord Rickard Karstark menusukkan
lembing ke dadanya. Ser Rubert Brax juga mati, bersama
Ser Lymond Vikary, Lord Crakehall, dan Lord Jast. Puluhan
orang lainnya dijadikan tawanan, termasuk putra-putra Jast
dan keponakanku Martyn Lannister. Mereka yang selamat
menyebarkan berbagai macam cerita dan bersumpah bahwa
dewa-dewa lama orang utara bertempur bersama kakakmu."
"Berarti" tidak ada sihir?"
Lannister mendengus. "Sihir adalah saus yang
dituangkan orang-orang bodoh ke atas kegagalan untuk
menyembunyikan rasa ketidakmampuan mereka sendiri.
Pamanku yang berotak udang sepertinya bahkan tidak repot576
repot menempatkan penjaga. Pasukannya amat mentah"
bocah-bocah magang, penambang, buruh tani, nelayan,
sisa-sisa penduduk Lannisport. Satu-satunya misteri adalah
bagaimana kakakmu bisa sampai di sana. Pasukan kami masih
menduduki benteng di Golden Tooth, dan mereka bersumpah
kakakmu tidak melewati tempat itu." Si cebol mengangkat
bahu dengan jengkel. "Yah, Robb Stark adalah bencana untuk
ayahku. Joffrey bencana untukku. Aku ingin tahu, bagaimana
perasaanmu pada keponakanku sang raja?"
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku mencintainya dengan sepenuh hati," Sansa
langsung menjawab. "Benarkah?" Tyrion tidak terdengar yakin. "Bahkan
sekarang?" "Cintaku pada Yang Mulia lebih besar daripada
sebelumnya." Si Setan Kecil tertawa keras. "Yah, seseorang sudah
mengajarimu berbohong dengan baik. Kau mungkin akan
mensyukurinya suatu hari nanti, Nak. Kau masih anak-anak,
bukan" Atau kau sudah datang bulan?"
Sansa merona. Itu pertanyaan lancang, tapi rasa malu
ditelanjangi di depan setengah penghuni kastel membuat
pertanyaan itu seolah tak ada artinya. "Belum, my lord."
"Bagus kalau begitu. Jika ini bisa menghiburmu, aku tak
ingin kau sampai menikah dengan Joffrey. Aku khawatir tak
ada pernikahan yang dapat mendamaikan Stark dan Lannister
setelah semua kejadian ini. Sayang sekali. Perjodohan ini
salah satu gagasan Raja Robert yang bagus, andai Joffrey tidak
mengacaukannya." Sansa tahu dia mesti mengatakan sesuatu, tapi kata-kata
tersangkut di tenggorokannya.
"Kau jadi sangat diam," Tyrion Lannister mengamati.
"Inikah yang kauinginkan" Pembatalan pertunanganmu?"
"Aku?" Sansa tak tahu mesti berkata apa.?Apakah ini
tipuan" Apakah dia akan menghukumku jika aku berkata jujur"?Dia
577 menatap dahi si cebol yang sangat menonjol, mata hitam yang
tajam dan mata hijau yang cerdik, gigi bengkok dan janggut
kusut. "Aku hanya ingin bersikap loyal."
"Loyal," si cebol merenung, "dan jauh dari Lannister
mana pun. Aku tak bisa menyalahkanmu untuk itu. Waktu
seusiamu, aku menginginkan hal yang sama." Dia tersenyum.
"Mereka bilang kau mengunjungi hutan sakral setiap hari. Kau
berdoa untuk apa, Sansa?"
Aku berdoa untuk kemenangan Robb dan kematian Joffrey"
dan untuk rumah. Untuk Winterfell.?"Aku berdoa agar perang
berakhir." "Sebentar lagi itu akan terwujud. Akan ada pertempuran
lain, antara kakakmu Robb dengan ayahku, dan itu akan
menyelesaikan keributan ini."
Robb akan mengalahkannya, Sansa membatin. Dia
mengalahkan pamanmu dan kakakmu Jaime, dia juga akan
mengalahkan ayahmu. Wajah Sansa seakan-akan seperti buku terbuka, begitu
mudah si cebol membaca harapannya di sana. "Jangan menilai
semuanya dari Oxcross, my lady," Tyrion mengingatkan, tidak
dengan jahat. "Pertempuran bukanlah perang, dan ayahku jelas
bukan pamanku Stafford. Kali berikutnya kau mengunjungi
hutan sakral, berdoalah agar kakakmu bersikap bijaksana
dan bertekuk lutut. Begitu utara sudah kembali mendukung
kedamaian sang raja, aku bermaksud mengirimmu pulang."
Tyrion melompat turun dari bangku jendela dan berkata,
"Kau boleh tidur di sini malam ini. Aku akan menugaskan
beberapa anak buahku sendiri untuk menjagamu, barangkali
orang-orang Gagak Batu?"
"Tidak," sembur Sansa, kaget. Kalau dia terkurung
dalam Menara Tangan Kanan Raja, dijaga anak buah si cebol,
bagaimana Ser Dontos bisa membawanya menuju kebebasan"
"Apa kau lebih suka orang-orang Telinga Hitam" Aku
akan menugaskan Chella kalau kau merasa lebih tenang
578 dengan perempuan." "Tolong, jangan, my lord, orang-orang liar itu membuatku
takut." Tyrion menyeringai. "Aku juga. Tapi yang lebih penting,
mereka membuat takut Joffrey sekaligus gerombolan ular
berbisa dan anjing penjilat yang dia sebut Pengawal Raja.
Dengan Chella atau Timett di sampingmu, takkan ada yang
berani menyakitimu."
"Aku lebih baik kembali ke kamarku sendiri."
Kebohongan datang mendadak, tapi sepertinya begitu benar
sehingga dia langsung menyemburkannya. "Menara ini tempat
anak buah ayahku dibantai. Hantu mereka akan memberiku
mimpi buruk, dan aku bakal melihat darah mereka ke mana
pun aku memandang." Tyrion Lannister mengamati wajah Sansa. "Aku tidak
asing dengan mimpi buruk, Sansa. Barangkali kau lebih
bijaksana daripada yang kukira. Setidaknya izinkan aku
mengantarmu kembali ke kamarmu sendiri dengan selamat."
j 579 CATELYN H ari sudah gelap gulita sebelum mereka menemukan desa
itu. Catelyn mendapati dirinya bertanya-tanya apakah
tempat itu punya nama. Jika punya, penduduknya sudah
membawa pengetahuan itu bersama mereka saat melarikan
diri bersama seluruh harta benda mereka, bahkan sampai ke
lilin-lilin di kuil. Ser Wendel menyalakan obor dan memandu
Catelyn melewati pintu rendah.
Di dalam, ketujuh dindingnya retak-retak dan
miring.? Dewa itu satu, Septon Osmynd mengajarkan waktu
Catelyn masih kecil, dengan tujuh aspek, seperti halnya kuil ini
satu bangunan dengan tujuh dinding. Kuil-kuil makmur di kota
memiliki patung Tujuh Wajah dan altar untuk setiap wajah.
Di Winterfell, Septon Chayle menggantung topeng-topeng
berukir dari setiap dinding. Di sini Catelyn hanya menemukan
gambar-gambar kasar dari arang. Ser Wendel meletakkan obor
dalam kandil di dekat pintu, lalu pergi untuk menunggu di
luar bersama Robar Royce.
Catelyn mengamati wajah-wajah itu. Sang Bapa
berjanggut, seperti biasa. Sang Bunda tersenyum, penyayang
dan pelindung. Sang Pejuang digambari pedang di bawah
wajahnya, sang Pandai Besi digambari palu. Sang Perawan
580 cantik, sang Sintua keriput dan bijaksana.
Sementara wajah ketujuh" sang Orang Asing bukan
laki-laki atau perempuan, melainkan keduanya, selalu menjadi
orang buangan, pengelana dari tempat-tempat jauh, kurang
sekaligus lebih dari manusia biasa, tak dikenal dan tak dapat
dikenali. Di sini wajahnya oval dan hitam, sebentuk bayangan
bermata bintang. Itu membuat Catelyn gelisah. Dia takkan
mendapat banyak ketenangan di sana.
Dia berlutut di hadapan sang Bunda. "My lady,
pandanglah pertempuran ini dengan mata seorang ibu. Mereka
semua anak-anak lelaki, semuanya. Selamatkan mereka kalau
kau bisa, dan selamatkan anak-anak lelakiku juga. Awasi Robb,
Bran, dan Rickon. Seandainya aku bisa bersama mereka."
Retakan di dinding menyayat mata kiri sang Bunda.
Membuatnya terlihat seperti sedang menangis. Catelyn bisa
mendengar suara menggelegar Ser Wendel, dan jawaban lirih
Ser Robar sesekali, saat mereka membicarakan pertempuran
besok. Selain suara-suara itu, malam amat sunyi. Bahkan suara
jangkrik pun tak terdengar, dan dewa-dewa tetap berdiam
diri.? Apakah dewa-dewa lamamu pernah menjawabmu, Ned" dia
bertanya-tanya.?Saat kau berlutut di depan pohon utama, apakah
mereka mendengarmu" Kerlip cahaya obor menari-menari di dinding, membuat
wajah-wajah itu tampak setengah hidup, memuntir mereka,
mengubah mereka. Patung-patung dalam kuil besar di kota
memiliki wajah yang diberikan pemahat batu pada mereka, tapi
gambar-gambar arang ini begitu sederhana sehingga mereka
bisa jadi siapa saja. Wajah sang Bapa membuat Catelyn teringat
ayahnya, yang terbaring sekarat di ranjangnya di Riverrun. Sang
Pejuang adalah Renly dan Stannis, Robb dan Robert, Jaime
Lannister dan Jon Snow. Catelyn bahkan melihat kilasan Arya
dalam garis-garis wajah itu, hanya sekejap. Kemudian embusan
angin dari pintu membuat obor meletup, dan kemiripan itu
lenyap, tersapu cahaya jingga terang.
581 Asapnya membuat mata Catelyn perih. Dia menggosoknya
dengan telapak tangan yang menyimpan bekas luka. Ketika
menengadah menatap sang Bunda lagi, ibunya sendiri yang dia
lihat di sana. Lady Minisa Tully meninggal dalam persalinan,
saat berusaha memberikan putra kedua untuk Lord Hoster. Si
bayi meninggal bersamanya, dan sesudah itu sebagian nyawa
Ayah juga ikut pergi. Dia selalu begitu tenang, renung Catelyn,
mengingat tangan lembut ibunya, senyum hangatnya.?Andai dia
masih hidup, kehidupan kami pasti akan sangat berbeda. Dia ingin
tahu apa kira-kira yang dipikirkan Lady Minisa tentang putri
sulungnya, berlutut di sini di hadapannya.?Aku telah menempuh
jarak ribuan liga, dan untuk apa" Kepada siapa aku mengabdi" Aku
kehilangan kedua putriku, Robb tidak menginginkanku, Bran dan
Rickon pasti menganggapku ibu yang jahat dan aneh. Aku bahkan
tidak bersama Ned saat dia meninggal"?
Kepala Catelyn berputar, dan kuil itu seolah bergerak di
sekelilingnya. Bayang-bayang berayun dan bergeser, binatangbinatang misterius yang berpacu melintasi dinding putih yang
retak-retak. Catelyn belum makan hari ini. Barangkali itu
bukan tindakan yang bijaksana. Dia meyakinkan diri bahwa
tak ada waktu untuk makan, tapi sesungguhnya makanan
sudah kehilangan daya tariknya di dunia tanpa Ned. Ketika
mereka memenggal kepala Ned, mereka juga membunuhku.
Obor di belakang Catelyn bergolak, dan tiba-tiba
sepertinya wajah adiknya yang ada di dinding, walaupun
matanya lebih dingin daripada yang dia ingat, bukan mata Lysa
tapi mata Cersei.?Cersei juga seorang ibu. Tak peduli siapa ayah
anak-anak itu, Cersei merasakan mereka menendang-nendang dalam
perutnya, melahirkan mereka dengan kesakitan dan tetesan darah,
menyusui mereka. Kalau mereka memang anak-anak Jaime"?
"Apakah Cersei juga berdoa kepadamu, my lady?" Catelyn
bertanya pada sang Bunda. Dia bisa melihat wajah cantik ratu
Lannister yang angkuh dan dingin itu tergurat di dinding.
Retakannya masih di sana; bahkan Cersei bisa menangis untuk
582 anak-anaknya. "Masing-masing dari Tujuh Wajah merupakan
perwujudan seluruh Tujuh Wajah," Septon Osmynd pernah
berkata kepadanya. Ada kecantikan yang sama pada sang
Sintua seperti pada sang Perawan, dan sang Bunda bisa lebih
garang daripada sang Pejuang saat anak-anaknya berada dalam
bahaya. ?Ya"? Catelyn cukup lama melihat Robert Baratheon di
Winterfell untuk tahu bahwa sang raja tidak memperlakukan
Joffrey dengan hangat. Jika Joffrey memang benih Jaime, Robert
pasti sudah membunuh anak itu bersama ibunya, dan hanya
segelintir orang yang bakal mengutuknya. Anak haram adalah
hal yang cukup lazim, tapi inses merupakan dosa besar di mata
dewa-dewa lama maupun baru, dan anak-anak hasil hubungan
terlarang semacam itu akan ditolak oleh kuil maupun hutan
sakral. Raja-raja naga menikahkan saudara-saudara sekandung,
tapi mereka berdarah Valyria kuno tempat praktik semacam
itu adalah hal yang lazim. Dan seperti naga mereka, Klan
Targaryen tidak tunduk pada dewa maupun manusia.
Ned pasti mengetahuinya, dan Lord Arryn sebelum dia.
Pantas saja sang ratu membunuh mereka berdua.?Apakah aku
takkan berbuat serupa untuk anak-anakku"?Catelyn mengepalkan
tangan, merasakan ketegangan pada jari-jarinya yang terluka
tempat belati si pembunuh bayaran menusuk sampai ke tulang
saat dia berjuang menyelamatkan anaknya. "Bran juga tahu,"
dia berbisik, menundukkan kepala.?Demi para dewa, Bran pasti
melihat sesuatu, mendengar sesuatu, itu sebabnya mereka mencoba
membunuhnya saat dia tidur.
Bingung dan letih, Catelyn Stark menyerahkan diri
kepada dewa-dewanya. Dia berlutut di hadapan sang Pandai
Besi, yang memperbaiki hal-hal rusak, dan meminta agar
dia memberikan perlindungan pada Bran-nya yang manis.
Catelyn beranjak ke sang Perawan dan memohon agar dia
meminjamkan keberanian kepada Arya dan Sansa, menjaga
mereka dalam kepolosan mereka. Kepada sang Bapa, dia
583 berdoa meminta keadilan, kekuatan untuk mencarinya, dan
kearifan untuk mengetahuinya. Lalu dia meminta sang Pejuang
agar menjaga Robb tetap kuat dan melindunginya dalam
pertempuran. Terakhir, dia berpaling kepada sang Sintua,
yang patung-patungnya kerap menggambarkan dia memegang
lampu di satu tangan. "Bimbinglah aku, ibu yang bijaksana,"
dia berdoa. "Tunjukkan jalan yang harus kuambil, dan jangan
biarkan aku tersandung di tempat-tempat gelap yang menanti
di depan sana." Akhirnya terdengar langkah kaki di belakangnya, dan
suara-suara di pintu. "My lady," Ser Robar berkata lembut,
"maaf, tapi waktu kita sudah habis. Kita harus kembali sebelum
fajar datang." Catelyn bangkit dengan kaku. Lututnya nyeri, dan
saat itu dia bersedia berkorban banyak demi bisa merasakan
ranjang bulu dan bantal. "Terima kasih, Ser. Aku sudah siap."
Mereka berkuda tanpa bersuara melintasi hutan yang
jarang tempat pohon-pohonnya berdiri doyong menjauhi laut.
Ringkik gugup kuda-kuda dan dentang baja menuntun mereka
kembali ke perkemahan Renly. Barisan panjang manusia dan
kuda mengenakan zirah dalam kegelapan, begitu hitam seakanakan sang Pandai Besi menempa malam itu sendiri ke dalam
baja. Ada panji-panji di sebelah kanan Catelyn, panji-panji di
sebelah kirinya, dan berderet-deret panji di depannya, tapi dalam
keremangan sebelum fajar, baik warna maupun lambangnya tak
dapat dikenali.?Pasukan kelabu, pikir Catelyn.?Lelaki-lelaki kelabu
menunggangi kuda-kuda kelabu di bawah panji-panji kelabu.?Selagi
mereka duduk menunggu di punggung kuda, para kesatria
bayangan Renly mengarahkan lembing ke atas, maka Catelyn
berkuda menembus hutan pepohonan tinggi yang gundul,
terenggut dari dedaunan dan kehidupan. Di tempat Storm"s
End berdiri, hanya terlihat kegelapan yang lebih pekat, dinding
hitam yang tak dapat ditembus cahaya bintang, tapi dia bisa
melihat obor-obor bergerak melintasi lapangan tempat Lord
584 Stannis mendirikan perkemahannya.
Lilin-lilin dalam tenda Renly membuat dinding sutra
mengilap itu seolah bercahaya, mengubah tenda besar tersebut
menjadi kastel ajaib yang hidup dengan sinar hijau zamrud.
Dua anggota Garda Pelangi berdiri berjaga di pintu tenda
kerajaan. Cahaya hijau itu bersinar aneh pada baju luar Ser
Parmen yang berwarna ungu prem, dan menerakan rona ganjil
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada bunga-bunga matahari yang menghiasi setiap senti zirah
kuning Ser Emmon. Bulu sutra panjang menjuntai dari helm
mereka, dan jubah pelangi membungkus bahu mereka.
Di dalam tenda, Catelyn mendapati Brienne sedang
memasangkan zirah pada sang raja sementara Lord Tarly
dan Lord Rowan membicarakan pembagian tugas dan
taktik. Di dalam tenda hangat dan nyaman, panas meruap
dari batu bara dalam selusin tungku besi kecil. "Aku harus
berbicara denganmu, Yang Mulia," Catelyn berkata, sekali ini
menyapanya sebagai seorang raja, apa pun yang bisa membuat
Renly memberikan perhatian.
"Sebentar, Lady Catelyn," sahut Renly. Brienne
menyambungkan pelat punggung ke pelat dada yang melapisi
tunik berlapis kapas. Zirah sang raja berwarna hijau tua,
Pedang Keabadian 2 Ario Bledek Petir Di Mahameru 04 Sang Penebus 18
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama