Ceritasilat Novel Online

The Devils Dna 1

The Devil's Dna Karya Peter Blauner Bagian 1


Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
The Devil's DNA Peter Blauner Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
The Devil's DNA Diterjemahkan dari Slipping Into Darkness
penerjemah, Ella Elviana;
Untuk Peg, Mac, dan Mose Dengan terimakasih dan rasa hormat pada Rob Mooney dan Michael C.
Donnelly, dua yang terbaik
Komentar : Sebuah kisah kriminal yang memikat dan sangat menegangkan
-------- Kirkus Reviews Thriller berlatar kota New York terbaik sampai saat ini
-------- The New York Times
Novel kriminal yang menakjubkan
-------- New York Daily News
Kisah misteri yang amat memuaskan
-------- Newsweek Thriler yang berliku dan tak terduga
-------- Publisher Weekly
Luar biasa...Novel yang sungguh memuaskan
-------- Boston Globe Ebook ini kiriman : Lavilla_dry
Pdf : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
PROLOG HANTU-H ANTU KELAPARAN 2003 TAK LAMA setelah melewati pintu gerbang besi dan keluar menuju
halaman hijau alam pedesaan Pemakaman Cricklewood, Francis X.
Loughlin mendapati ketenangan sore pertengahan Oktober itu
dikoyak oleh derak dan rintihan alat pengeruk yang bekerja.
Ia menoleh ke sekeliling, berusaha mencari tahu di mana mereka
menggali. K ini tak ada apa-apa lagi di tempat benda itu sebelumnya
berada. Sebuah debam logam keras lain membuat sekelompok angsa
terbang tinggi di atas makam besar di sisi Kolam Cypress. Ia
mengawasi burung-burung itu menghilang dari jarak pandangnya,
tepat sebelum ia memperkirakan, satu lagi pertanda terganggunya
keserasian alam. Dua puluh tahun. Ia mengambil sisi sebelah kiri malaikat granit pertama dan
mengikuti suara mesin- mesin di Hemlock Avenue, melewati kebun
jambangan berpayung rimbunan daun, rangka kayu peti mati, dan
peti-peti mati di atas tanah, tempat orang-orang terkemuka
beristirahat tak jauh dari para kuli pelabuhan, biarawati bersebelahan
dengan atlet-atlet bintang baseball, Putri India di sebelah Raja
Glamor, yang Wafat Alamiah berdampingan dengan mereka yang
Mati Mendadak. Akankah pekerjaannya bertambah mudah jika mereka bisa bicara
tentang saat-saat terakhir mereka" Ataukah hiruk-pikuk dan
kebingungannya akan terasa terlalu berat" Apa yang terjadi" Hanya
begini sajakah" Nomor telepon polisi hanya lelucon. Aku
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menginginkan lebih dari ini! Ia menghalangi matanya dari terjangan
debu. Apakah orang bahkan dapat mendengar suara tinggi lembut
kewanita-wanitaan berkata, "Permisi, tapi saya rasa Anda tak boleh
berada di sini"! Ia berjalan lambat- lambat melewati tugu peringatan Perang
Saudara, lelaki kulit putih kekar mengenakan mantel panjang tiga
perempat, dengan bahu sarung-tinju, dada bidang Etruscan - nama
bangsa di peradaban kuno Eropa - dan bentuk perut yang layak dia
peroleh di usia empat puluh sembilan. Garis rambutnya telah mundur
menuju rerumputan di perbatasan kulit kepala, memperlihatkan
sepasang alis jahat pada wajah suci nan bejat. Meski begitu, para
wanita masih menyukainya, karena ia bisa menyimak tanpa menyela
untuk membual tentang para Raksasa dan karena ia tampak seperti
seorang pria yang dapat memperbaiki alat-alat yang rusak dan
mengembalikannya dalam keadaan berfungsi tanpa banyak
menyumpah dan mengeluh tentang betapa sulit pekerjaannya..
Mungkin belum dua puluh tahun, simpulnya. Tanah belum
menampakkan kekuatannya dalam waktu sesingkat itu. Ada bekuan
di batu-batu nisan, kepingan es di makam bawah tanah, dan rantingranting pohon bagai pembuluh darah rusak di langit putih kosong.
Mungkin nanti setelah Thanksgiving.
Terpaan angin tajam menggetarkan pohon mapel, menghembuskan sapuan dedaunan mati ke pergelangan kakinya. Ia
merasakan sesuatu mengenai manset celananya dan membungkuk ke
bawah meraih lembaran lima puluh dolar di sana. Diambilnya uang
itu dan diperiksa, tampak olehnya uang itu tak hanya palsu tapi juga
separo terbakar. Hembusan angin lain meniupkan aroma ganjil
antara bebek panggang dan dupa yang menyala. Matanya mencaricari penjelasan, melewati salib batu lalu ke atas bukit, sebelum
menemukan satu keluarga Cina tengah berkumpul mengelilingi
gundukan, lilin- lilin gaya lama dan bebungaan tersusun di sekitar
peti mati tertutup kelambu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hey, Francis X; que pasal" sebuah suara memanggilnya dari
belakang. "Bangun! Kau tak lihat kami melambai padamu?"
Ia berbalik dan melihat enam orang berdiri di samping sebuah
kuburan yang menganga, tengah menatapnya seolah ia pengantin
pria yang muncul dalam keadaan mabuk ke pesta pernikahan. Satu
persatu, dikenalinya sebagian besar dari mereka adalah rekanrekannya dari kantor kejaksaan atau bagian forensik. Di belakang
mereka, alat keruk itu masih bekerja, menggali lubang di dekat batu
nisan: ALLISON WALLIS, 1955-1983. Sebuah cakar baja menggapai ke
dalam lubang, lalu muncul dengan setumpuk tanah. Cakar itu
memutar dan memuntahkan muatannya ke atas papan kayu lapis
yang terhampar untuk melindungi rerumputan, bau busuk humus
yang menghantam kayu menyembulkan cacing-cacing tanah dari
dalam perutnya. "Hey, hey, Scottie, coba jelaskan." Francis memasang wajah iseng
saat mendekat sembari menyapa teknisi video yang sedang
memasang tripod di atas parit.
"Tidak seperti biasanya bukan, Francis?" kata Scott Ferguson,
seorang lelaki berkuncir penuh lagak dari Unit Bukti Visual yang
senang membagi-bagikan kartu nama, berusaha mencari kerja
sampingan akhir minggu dengan memfilmkan pernikahan, bar
mitzvahs, dan pembaptisan. "Biasanya kalau kita taruh mereka di
bawah, mereka tidak keluar-keluar lagi."
"Memang." Galibnya, ia hanya mendekati Scottie di TKP, saat darah masih
melekat di dinding, secara harfiah. "Jadi, ada apa?" kata Scottie.
"Aku berusaha bertanya pada Paul, tapi ia bilang ini bagianmu."
"Begitu, ya?" Francis melongok ke seberang kuburan tempat Paul Raedo, teman
lamanya, sang jaksa penuntut, sedang berbincang penuh semangat
dengan seorang wanita dari kantor forensik, menunjuk ke arahnya
sesekali, tak pelak lagi berusaha menimpakan kesalahan. Empat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
anggota penggali kubur berdiri dengan seragam hijaunya, bertumpu
pada sekop dan beliung, menunggu melakukan pekerjaan yang lebih
pasti daripada sekadar menggali- gali peti mati.
"Ya, dia mengatakan satu hal padaku," aku Scottie. "Menurutnya
ini kasus paling aneh yang pernah dia alami."
"Jangan percaya omong kosong."
"Ya, aku tak tahu lagi bagaimana kau menyebutnya. Seorang
gadis tewas dua puluh tahun lalu dan darahnya muncul pada mayat
lain minggu kemarin."
"Sepertinya si brengsek Paul mengatakan cukup banyak padamu."
Francis melirik ke kejauhan.
Alat keruk itu menggeram dan bergoyang-goyang pada
penahannya sembari mengangkut bongkahan-bongkahan kecil
berwarna cokelat dari dalam tanah, menghujani orang-orang di
dekatnya dengan debu. Francis merasa sedikit senang melihat Paul
terbatuk-batuk sambil mengibas-ngibas kotoran dari kelepak
jaketnya. "Jadi, apa-apaan ini?" tanya Scottie. "Kau mengubur gadis yang
salah?" "Begitulah menurut ibunya," ujar Francis, teringat ketika ia
berdiri tepat di tempat yang sama bersama Eileen Wallis; satu
tangannya memegangi lengan wanita itu untuk mencegahnya
melompat ke dalam, jauh di tahun 1983. "Aku berusaha selalu
berpikiran terbuka."
"Lalu bagaimana tentang pemuda yang kau jebloskan ke penjara
itu" Menurut Paul, ia sudah dikurung selama dua puluh tahun."
"Memang malang nasibnya, tapi apa yang bisa kau lakukan" Aku
masih tetap mengawasinya. Semua orang melakukan sesuatu."
Mesin itu terus menggali. Tiap kerukan logam ke dalam tanah
seperti menggali ulu hatinya, sebuah pengingat bahwa ada yang
keliru dalam penanda waktunya. Dokter membantumu lahir ke dunia,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
pengurus pemakaman mengantarmu kembali ke dalam tanah, dan
jika terjadi sesuatu yang tidak beres di antara kedua waktu itu, orang
akan memanggil polisi. Mungkin ia tak selalu sempurna, tapi jika
kau membutuhkan seseorang untuk membawamu dari tempat
kejadian perkara (TKP) ke dalam kubur, ia selalu berpikir ia adalah
orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Ia tidak mesti menghibur
orang-orang yang berduka seperti halnya pastor atau petugas
pemakaman, ia hanya menjaga semua urusan seadil-adilnya. Tapi
kini dirinya merasa seakan-akan telah mengecewakan anak buahnya.
Seharusnya ia menjadi wakil mereka, seorang hamba masyarakat,
utusan mereka: seorang Politisi untuk Mereka yang Mati. Siapa lagi
yang akan memastikan segala kebutuhan mereka terpenuhi" Siapa
lagi yang akan memutar pergelangan mereka, menghubungi orangorang, mengetuk pintu, dan bicara panjang lebar atas nama mereka"
Siapa lagi yang akan membela dan berjuang demi orang-orang ini"
"Apa aku mencium sebuah tuntutan di angin atau seseorang
sedang membakar dupa?" hidung Scottie mencium-cium.
"Ada pemakaman orang Cina di atas bukit."
Francis menunjuk dengan uang kertas yang separo hangus
miliknya ke arah bunyi bel yang berdentang pelan, batang-batang
dupa berasap, dan seorang pendeta yang mengenakan jubah kuning
memandu keluarga si mati untuk menyanyi bersama.
"Apakah mereka membayar orang untuk datang atau bagaimana?"
"Tidak." Francis memasukkan uang itu ke dalam sakunya. "Itu
uang neraka." "Apa?" "Uang neraka. Membelanjakan uang untuk di alam baka. Kalau
orang yang meninggal dibiarkan kelaparan, mereka akan kembali
dan menghantuimu." "Mungkin mestinya kau melemparnya ke dalam." Teknisi itu
mengangguk saat salah seorang penggali kubur melongok ke bawah
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
ke dalam lubang kubur dan mengacungkan dua jempolnya. "Ada
yang bertingkah di sini."
"Mungkin sudah telat untuk itu," kata Francis.
Perlahan- lahan cakar baja itu terangkat dan orang-orang itu turun
ke dalam lubang dengan beliung dan sekop, bersiap-siap
membersihkan peti itu dari tanah.
BAGI AN 1 DI SEBUAH KAMAR SEMPIT 1983 1 WAKTU TERKURUNG dalam sangkar, di sebuah jam Bulova yang
menguning dengan pola batang-batang keperakan tipis di
permukaannya. Anak lelaki itu duduk di ruang kosong yang dibangun dari batu
bata, serapuh telur dalam karton, menatap hampa. Jarum jam
bergerak dalam sentakan-sentakan kecil di atasnya. Dasi merah putih
terpasang di leher dan tas hijau tergeletak di samping. Bulu mata
yang panjang mengerjap- ngerjap dan kumis tipisnya yang batu
muncul, tak lebih tebal dari rambut di lengan, berkedut di atas
bibirnya. Ia lebih terlihat seperti berumur dua belas tahun daripada tujuh
belas. Terlalu lembek untuk melakukan perbuatan kejam yang
tengah mereka bicarakan. Sembilan dari empat belas tulang di wajah
gadis itu remuk, hanya menyisakan rahang yang hancur. Mereka
bahkan tak dapat memakai catatan gigi untuk mengidentifikasi gadis
itu: kakak lelakinya mengidentifikasi mayat itu berdasarkan tahi lalat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
di pahanya. Sang ibu tak kuasa melihatnya. Ada lebam kecil di
vagina, tetapi yang paling mengganggu Francis X., karena beberapa
alasan, adalah cedera di mata kanan. Sesuatu menusuk kelopak
matanya, mengeluarkan cairan mata yang membuat selaput
pelanginya berwarna biru.
"Ia sudah menghubungi pengacara?" Francis mengawasi anak itu
dari kaca satu arah. "Belum, tapi ia sedang memikirkannya," kata Sersan Jerry
Cronin. "Ia tidak bodoh."
Kuku-kuku jemari anak itu mengetuk- ngetuk meja kayu, seperti
irama rumba yang kacau. Saat mendengar gema di ruang kosong itu,
ia berhenti dan kembali menatap hampa, pelan-pelan tersadar dirinya
tengah diperhatikan. Bahunya yang ramping naik turun dalam blazer
merah gelap sekolah parokinya, makin terkulai dengan berlalunya
waktu, terlihat jelas dua luka kecil berwarna merah di dagunya.
"Sully berhasil mengorek sesuatu dari anak itu?"
"Kau tahu Sully." Sersan itu mendengus. Ia seorang pria kecil
yang tangguh, yang kian lama tampak semakin tangguh.
"Pendekatannya kasar. Caranya terlalu keras dan ia mencoba
menanamkan ketakutan terhadap Tuhan pada anak itu. Kami sepakat
untuk mencari pendekatan lain."
"Jadi apakah kau akan memberikan kuncinya atau menyingkirkanku?" "Kau akan mendapatkan kuncinya. Dengan syarat."
"Apa itu?" "Bos-bos besar mengawasi."
Francis melihat para bos berkumpul di koridor kantor bagai


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gagak- gagak di kabel telepon. Al Barber, kawan ayahnya dari kantor
Departemen Utama, berbincang dengan Robert 'Si Turki' McKernan,
sang kepala departemen. Tak lagi menjadi orang jalanan, hanya
mengurus administrasi. Gerakan refleksnya menumpul, badan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
melebar, mata mengecil seiring makin mahir mengenali memomemo peringatan ketimbang senjata tersembunyi.
Francis bertatapan dengan McKernan beberapa saat sebelum
pimpinan itu menutup pintu. "Ia tak suka padaku. Si Turki itu."
"Tentu saja ia tak suka padamu," ujar si sersan, mengangkat bahu.
"Baru dua tahun pindah dari bagian narkotika, delapan belas bulan
mangkir dari kepolisian" Yang benar saja. Kau tak akan berdiri di
sini kalau bukan berkat ayahmu. Tapi kubilang padanya, sejujurnya,
'Anak ini detektif hebat.' Aku memberitahunya bahwa kaulah yang
berhasil menangkap si Penembak Harlem Meer dan menyelamatkan
gadis kecil itu dari atap. K ubilang, 'Kalau kau menempatkan Francis
di satu kamar bersama seseorang, ia akan mengatakan segalanya.
Interogator terbaik yang pernah kutemui. Punya bakat alami hebat,
seperti Mantle saat memukul bola bisbol atau Pavarotti menyanyi
opera. Semua orang membicarakan kehebatan yang pernah ia
lakukan.'" "Lalu ia bilang oke?"
"Boro-boro," jawab si sersan. "Ia tetap tak ingin kau terlibat. Tapi
Barber dan aku mengeroyoknya, dan orang tua itu mengatakan halhal baik padanya. Kau diberi satu kesempatan."
"Terima kasih."
"Jangan berterima kasih padaku. Kalau membuat ini semua buruk,
kau akan membuatku susah, Sobat." Sersan itu menjawil lengannya.
"Francis, satu hal lagi."
"Apa?" "Sully belum pernah membacakan hak- haknya. Para bos sedikit
khawatir, dengan umur Julian yang baru tujuh belas dan sebagainya."
"Aku akan mengatur agar ia menandatangani kartu Miranda
(Lembar isian yang diberikan polisi pada tersangka berisi peringatan
akan hak-hak mereka untuk didampingi pengacara saat diinterogasi)." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis bergegas melewatinya, mengambil tas kanvas hitam dan
memasang wajah santai. Tidak menampakkan kesan tertekan.
Kenapa harus" Hanya karena kejadian ini telah mengisi halaman
surat kabar selama dua hari terakhir" Hanya karena walikota dan
komisaris polisi telah memberikan konferensi pers" Hanya karena
semua orang bertingkah seakan-akan ia, Francis X. Loughlin dari
Blackrock Avenue di Bronx, akan bertanggung jawab secara pribadi
atas sepertiga pajak kota yang akan dipindahkan ke daerah pinggiran
jika si pembunuh tak tertangkap akhir minggu ini" Hanya karena ini
kesempatan terbaiknya untuk kembali lagi setelah tugas kecilnya di
pusat rehabilitasi" Hanya karena ia telah bertemu dengan keluarga si
gadis dan berjanji secara pribadi bahwa ia akan mengusutnya"
Hanya karena ayahnya telah meminta maaf atas perbuatannya dan
mungkin akan segera tiba di sini, mengawasinya dari belakang"
Ia melangkah menuju ruang interogasi dan pintu menutup di
belakangnya dengan suara klek keras yang dingin.
"Sedang baca apa?"
Julian Vega menengadah dari buku yang diambilnya dari tas,
seperti anak rusa mengintip dari belakang semak, lalu dengan malumalu mengangkat sampul buku bergaya futuristik perak dan hitam
berjudul ChiJdhood's End.
"Arthur C. Clarke. Apa itu sejenis fiksi ilmiah?"
"Untuk ketiga kalinya aku membaca buku ini." Julian terlihat
malu- malu. "Memang isinya tidak hebat, tapi tiap kali kubaca aku
bertambah mengerti sedikit-sedikit."
"Isinya tentang apa?" Francis menyantaikan diri duduk di kursi
yang lebih tinggi di seberang meja, sadar bahwa para bos sedang
berbaris di balik kaca, siap menilainya.
"Para Raja." Suara anak itu terlalu berat untuk tubuhnya yang
kurus kering. "Mereka makhluk asing cerdas yang muncul begitu
saja dan bertingkah seakan-akan hendak menyelamatkan bumi dari
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
perang dan penyakit, padahal mereka yang mendalangi seluruh
peristiwa." "Selalu ada udang di balik batu, ya?" Francis mengambil buku itu
dan mengamati sampul belakangnya. "Aku juga suka membaca. Tapi
kebanyakan buku biografi dan sejarah."
"Itu masa lampau. Aku senang membaca tentang hal-hal yang
belum terjadi." "Hmm." Francis membiarkan kalimatnya menggantung selama
beberapa detik sebelum menaruh kembali buku itu dan menatap
Julian, menegaskan aturan dasar tak tertulis: satu-satunya jalan
keluar dari sini adalah lewat aku.
"Jadi, kau tahu mengapa kami meminta kau mampir ke sini hari
ini?" "Ya. Pria tadi memberitahuku. Kau ingin bicara tentang Allison."
Francis mengambil buku catatan kecil berwarna kuning dan
menaruhnya di atas meja, di antara mereka. Sejenak mereka berdua
sama-sama merasakan kehadiran orang ketiga dalam ruangan
tersebut. Menurut gambaran keluarganya, korban adalah gadis mungil
kesayangan semua orang. Berambut merah berantakan dengan mata
gelap; bahu ramping berbintik dan senyum berawan. Orang mengerti
mengapa ia masih tetap mengenakan kartu pengenal di usia dua
puluh tujuh, ia tak terlihat lebih tua daripada para bocah yang
ditanganinya di ruang gawat darurat bagian anak-anak. Para dokter
dan perawat yang diwawancarai Francis di Bellevue bercerita bahwa
ia tak perlu terlalu membungkuk di meja periksa. Semua sepantar
dengannya. Tak peduli betapa orang tua pasien menjerit-jerit atau
cemas setengah mati di koridor, ia tak pernah menaikkan suara atau
terpaksa berbicara manis saat harus menjahit luka atau memperbaiki
tulang. Ia ngobrol dengan anak-anak seolah-olah dirinya kawan
mereka. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia memang tidak seperti Heidi dan bukitnya - Heidi mungkin
tidak punya pakaian dalam Dior hitam mahal di lemari baju atau foto
Keith Hernandez, pemain bisbol Mets, terpasang di bagian bawah
cermin, atau memo gulung di meja sebelah tempat tidur. Namun,
Heidi mungkin tak pernah terus tinggal setelah tugasnya menangani
anak sebelas tahun pengidap kanker otak selesai, memegangi
tangannya dan membacakan bagian tak senonoh dari sebuah majalah
humor. Dan tiga hari yang lalu, seseorang menghantamnya dengan
palu godam begitu keras sehingga salah satu pasak masuk ke dalam
lobus frontal-nya. "Apa ayahmu tahu kau di sini, bercakap dengan kami?" tanya
Francis, tahu anak ini dijemput Sully pada jam makan siang di luar
St. Crispin's School di East 90th Street.
Julian menggeleng. "Aku sudah telepon, tapi kadang ia sulit
mendengar dering telepon bila sedang bekerja di basement."
"Ia pengawas apartemen, bukan?"
Anak itu memamerkan senyum bangga sesaat. "Ya, ia mengurus
segala sesuatunya. Tujuh puluh dua unit apartemen."
"Oke. Tak apa-apa. Ini hanya prosedur resmi yang harus
dilakukan pada setiap orang untuk membantu kami. Kau tahu bahwa
kau punya hak menyewa pengacara, bla bla bla..."
Francis hampir dapat mendengar bunyi desahan lega dari balik
kaca. Hingga beberapa tahun kemarin, ia mungkin tak bisa menanyai
anak kelas tiga SMA tanpa didampingi seorang dewasa. Tetapi
kemudian si psikopat kecil bernama Willie Bosket membunuh dua
penumpang kereta bawah tanah ketika berusia lima belas dan - sim
salabim! - hukum baru pun lahir.
"Lalu kami biasanya mengatakan sesuatu seperti," Francis
merendahkan suara meniru gaya polisi di film- film, "jika kau tak
mampu menyewa pengacara, kami akan menyediakan bantuan
hukum untukmu.' Kau mengerti semua omong kosong itu, kan"!.
Omong-omong, apa kau sudah menelepon ibumu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ia sudah meninggal." Julian melipat tangannya di atas meja.
"Benarkah?" "Ya. Sudah lama sekali. Kanker."
"Berapa usiamu waktu itu?"
"Empat tahun." "Aku kehilangan ibuku saat usiaku sembilan," ujar Francis.
"Benarkah?" Francis meletakkan satu tangannya di perut. "Komuni Pertamaku
berlangsung di kamar tempat ia dirawat empat minggu sebelum
kematiannya...." Ia duduk kembali dan menunggu. Orang lain punya cara lebih
mudah untuk membangun sebuah hubungan. Tapi kadang sebungkus
rokok dan setangkup hamburger tak cukup. Gores- gores nyata mesti
muncul. Luka psikologis. Kau harus memberikan syok hebat untuk
meruntuhkan pertahanan diri seseorang.
"Aku masih berdoa pada Santo Christopher untuk ibuku," anak itu
berkata perlahan, merogoh ke bawah kerahnya dan memperlihatkan
sebagian rantai yang melingkari leher kepada Francis. "Ayah
memberiku sebuah medali."
"Sama." Francis menyodorkan kartu Miranda dengan acuh tak
acuh untuk ditandatangani Julian. "Aku tahu bagaimana rasanya.
Kau menginginkan sesuatu yang tak seorang pun dapat berikan.
Kadang kau bahkan tak tahu apa itu. Kau hanya ingin saja. Tolong
tanda tangani di sini."
Bulu mata panjang itu bergerak- gerak dan setitik sinar tampak di
sudut mata Julian. Ia mendengus dan menunduk ke arah kartu itu
dengan perasaan malu. "Tapi yang kau angankan selalu sama, kan?" ujar Francis,
mengalihkan perhatian. "Kau menginginkan apa yang diinginkan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
semua orang." Ia mendorong kartu itu. "Tidak apa-apa. Kau tak perlu
menuliskan nama lengkapmu. Cukup inisialmu."
Berusaha menjernihkan mata dengan punggung tangan, Julian
mencoret-coret di samping tanda peringatan itu, senang melakukan
sesuatu yang tampak dewasa dan penting.
"Tampaknya kau cukup baik dalam mengurus dirimu sendiri,"
kata Francis, menarik perhatian anak itu kembali, khawatir kalaukalau Julian mulai membaca peringatan itu dengan saksama.
"Mestinya kau bertemu denganku saat aku seumur denganmu. Aku
betul-betul kacau. Ujung kemeja selalu keluar. Rambut tak pernah
kusisir. Sepatu selalu lepas-lepas." Ia tertawa kecil mengingat-ingat.
"Kau pernah melakukan hal itu, ketika mesti menuliskan namamu di
kaus dengan spidol hitam karena tak ada orang lain untuk
membantumu menjahitkan label?"
"Kadang, tapi aku masih punya papi untuk mengurusku. Kami
saling mengurus satu sama lain."
Francis mengangguk, mengerti. Duda itu dan anaknya tinggal
bersama di basement apartemen tersebut. Anak itu selalu
membawakan kotak peralatan ayahnya, dan mencoba-coba kunci
inggris atau tang sebelum waktunya.
Ia menaruh kartu Miranda kembali ke saku, misi tercapai. "Nah,
Julian. Kau sedang bekerja di apartemen Allison di malam
sebelum..." " Hoo- lian." "Ha?" Anak lelaki itu tampak malu. "Orang tuaku memanggilku Joolian, bukan Julio, karena mereka tak ingin aku terdengar seperti
anak-anak Puerto Rico lain di daerah kami. Tapi kemudian aku
mulai diolok-olok di sekolah, Jadi ayah mulai memanggilku Hoolian,
sang Hooligan." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku bisa paham." Francis setengah menghormat. "Bisa kau
bayangkan bagaimana rasanya sekolah di Regis dengan nama seperti
Francis Xavier Loughlin."
Rambut-rambut halus di atas bibir Julian tersentak. "Benarkah"
Kau sekolah di Regis?"
"Empat tahun." "Kurasa kami bertanding sepak bola dengan kalian tahun lalu."
"Mungkin." Francis bercanda dengannya. "Oke. Kau bilang pada
Detektif Sullivan bahwa kau berada di apartemen Allison malam
sebelumnya." "Yeah. Toiletnya bermasalah."
Francis seolah mendengar suara batuk dari balik kaca. "Maaf?"
"Tangki toiletnya tak terisi dengan benar. Barangkali bocor. Jadi
yang kukerjakan sebetulnya adalah mempererat sendinya. Agar bisa
menghasilkan tekanan cukup kuat dan toiletnya bisa menyiram 3
galon air dengan kuat. Kucing pun bisa tersedot di penghisap itu."
"Begitu." Francis mengangguk dan merogoh ke dalam tas kanvas
yang dibawanya ke ruangan itu. "Hoolian, aku ingin menanyakan
sesuatu. Apakah ini milikmu?"
Ia menjatuhkan tas barang bukti Ziploc itu di atas meja. Tas itu
mengempis diikuti bunyi puf lambat, memperlihatkan palu godam
baja di dalamnya. Kekusaman tas itu mengaburkan serbuk sidik jari
pada pegangan karet hitam dan noda darah kering di puncaknya.
"Sepertinya begitu." Hoolian menggosok-gosok dagu sambil
berpikir-pikir. "Pasti kutinggalkan di kamar mandinya. Di mana
Anda menemukannya?" "Di ruang penyimpanan selang kebakaran, di bawah tangga."
"Brengsek. Kok bisa ada di sana" Kukira aku meninggalkannya di
kamar mandi itu." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis mengangkat bahu, tak memperlihatkan kepuasan bahwa
Hoolian baru saja mengakui senjata pembunuhan itu' miliknya. "Jadi,
kau mengatakan pada Detektif Sullivan bahwa kau ngobrol dengan
Allison beberapa saat setelah selesai memperbaiki toiletnya?"
"Ya, kadang-kadang kami ngobrol. Kami adalah, kau pasti
paham, teman." "Teman?" "Ya..." Hoolian memperbaiki posisi duduk, sedikit bingung.
"Ia...gadis yang baik. Kami sering berbincang-bincang. Ia
membantuku menulis esai untuk lamaran kuliahku."
"Oh ya" Ke mana kau melamar?"
"Columbia. Ayah selalu ingin aku kuliah ke sana."
"Bagus." Francis memanyunkan bibirnya. "Aku sendiri cuma
lulusan Fordham." Perlahan- lahan tangan itu turun dari dagunya, sehingga Francis
dapat berfokus pada sepasang goresan gelap menyilang.
"Tetap saja, rasanya sedikit aneh untuk daerah kalian," katanya.
"Orang-orang di Manhattan biasanya tak kenal tetangganya."
"Oh, aku kenal semua orang." Goresan


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu melebar, memperlihatkan retak sedikit. "Aku besar di sana sejak berumur tiga
tahun. Ayahku bilang aku seperti walikota, ngobrol dengan orangorang di lift, keluar masuk dapur mereka, membawakan belanjaan.
Allison baru menyewa apartemen di sana sekitar delapan bulan, tapi
kami langsung dekat. Kami sama-sama suka Star Trek..."
"Oh ya?" "Ya, aku pernah datang suatu malam untuk memperbaiki
wastafelnya saat ia sedang menonton The Menagerie. Anda tahu
episode itu" Itu dua bagian dari episode percobaan, 'The Cage,'
dengan Jeffrey Hunter bermain sebagai Kapten Pike. Tahu kan,
waktu makhluk-makhluk Talosian dengan kepala bohlam besar
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menahannya di balik kaca dan memasukkan gambaran- gambaran
gila ke dalam kepalanya, berusaha membuatnya tetap tinggal..."
Francis mengangguk, membatin: inilah sebab mengapa beberapa
pria tak pernah bercinta.
"Tak banyak wanita yang suka fiksi ilmiah, kan?"
"Aku tak tahu. Sepertinya kakak lelakinya yang menularkan hal
itu." Hoolian melirik ke arah kaca yang terpasang di dinding,
berangsur-angsur menyadari bahwa seseorang di balik kaca itu
mungkin sedang memperhatikan dirinya.
Mereka sudah pasti tengah berusaha sekuat mungkin melakukan
telepati dengan Francis. Meminta padanya untuk mempercepat
pekerjaan, untuk segera memperoleh pernyataan terkutuk itu, lalu
membungkusnya untuk diserahkan pada walikota dan pihak
kepolisian dalam acara bincang-bincang TV, Live at Five. Francis
Senior dapat muncul sewaktu-waktu di sana, bersiap menyatakan
pendapat tanpa diminta. "Lalu, jam berapa kau selesai memperbaiki toilet?" tanya Francis,
tak memedulikan orang-orang di balik kaca dan bersiap memasang
jebakan berikut. "Sekitar pukul sepuluh. Aku ingat ia sedang menonton Channel
Five dan mereka mengucapkan hal yang sama setiap hari. 'K ini
pukul jam sepuluh malam. Anda tahu di mana anak-anak Anda"'"
Francis membolak-balik buku catatan dan kecewa melihat
jawaban konsisten, sama dengan yang dilontarkan pada Sully.
Slogan brengsek tak berguna yang diingat semua orang itu pasti
berhasil menyediakan sekitar delapan ratus alibi dalam setahun.
"Berapa lama kau tinggal setelah memperbaiki kebocoran itu?"
"Tak tahu." Hoolian mencubit bahunya. "Sejam, mungkin
setengah jam. Sulit dipastikan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mengapa" Bukankah kau bilang berita sudah mulai?"
Jangan menyerang, Francis memperingatkan diri sendiri.
Bersabarlah. Ingat: memberi waktu lebih baik daripada menggunakan kekerasan. Waktu lebih baik daripada mesin detektor
kebohongan atau saksi mata. Waktu dapat memberat-kanmu. Waktu
dapat membebani bahu dan mempermainkan benakmu. Waktu dapat
membuatmu lapar dan lemah. Waktu akan memberimu waktu.
"Kami pindah saluran ke MTV dan membuat popcorn," kata
Hoolian, hampir tak sadar dengan ucapannya sendiri yang membuat
kedudukannya makin goyah. "Ia baru langganan TV kabel. Dan tiap
kali video klip Duran Duran muncul, tak lama kemudian pikiran
mulai melayang. Lalu setelah beberapa lama, ia mulai mengantuk. Ia
harus ada di rumah sakit pukul delapan esok paginya."
Kedengarannya begitu manis, dokter muda cantik ini tertidur di
depan TV bersama pemuda tujuh belas tahun yang sedang bergairah
di dekatnya. "Apakah, mungkin, kepalanya menyender di bahumu?"
"Mungkin saja." Sedikit daging tampak bersungguh-sungguh
menonjol di antara kedua alis anak itu. "Kenapa kau ingin tahu?"
"Ya, bagi kami, penting mengetahui semua detil secara tepat.
Kami mengumpulkan sidik jari, helai- helai rambut. Kami harus
mencari tahu barang ini milik siapa agar tidak membuat kesalahan
dan mengurung orang yang salah."
Bulu mata panjang itu mengibas. "Aku masih belum mengerti."
"Begini. Aku punya beberapa barang bukti yang sedang kucari
penjelasannya. Pintu depan gedung ini dikunci setelah tengah
malam. Oke" Satu-satunya yang punya kunci adalah penghuni
apartemen dan pengawas gedung. Dan ayahmu sedang keluar malam
itu. Jadi, kau yang pegang kunci. Satu-satunya jalan masuk lain
adalah dengan memencet bel depan dan membangunkan penjaga
pintu. Dan itu tak pernah terjadi. Benar?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian mengangguk, menggaruk- garuk bagian dalam pahanya.
"Nah, tak ada tanda-tanda perusakan pintu di apartemen Allison.
Tak ada tamu yang memencet bel lewat tengah malam. Kau orang
terakhir yang melihatnya malam itu. Gadis itu tak masuk kerja esok
paginya. Ayahmu membukakan pintu pada polisi, yang menemukannya pada pukul sepuluh. Tolong jelaskan padaku."
Bagian akhir ini tampaknya mengejutkan Hoolian, bak tohokan
dari sisi kiri, muncul titik putih dari kehijauan yang makin lama
makin besar hingga menamparnya di mulut. "Kau tak berpikir
ayahku ada hubungannya dengan semua ini, kan?"
"Tidak. Aku tidak berpikir begitu."
Mereka sudah memeriksa Osvaldo sebelumnya. Ia pergi kencan
malam itu, pergi bersama seorang guru kelas empat bernama Susan
Armenio, makan malam di Victor's Cafe, lalu berdansa di Roseland,
meninggalkan penjaga pintu tua pemabuk bernama Boodha dan
Hoolian mengurus apartemen. Mungkin hal itu membuat si anak
marah, Ayahnya mengkhianati ibunya atau apa. Mungkin ia hanya
menginginkan perhatian. Orang tak pernah tahu.
"Kalau begitu, aku tak tahu apa yang harus kukatakan." Hoolian
meraba goresnya, kebingungan. "Kurasa aku harus menelepon
ayahku lagi. Ia mungkin sudah selesai bekerja di basement."
"Oke." Francis berdiri. "Tentu saja, kau boleh menghubunginya,
tetapi ada hal lain yang ingin kutanyakan padamu..."
Ia merogoh ke dalam tas di kakinya, mengeluarkan sebuah album
foto. Ia menaruhnya di depan Hoolian.
"Kau tahu apa ini, bukan?"
Hoolian menatap buku itu seakan benda itu bernapas.
"Itu album foto Allison Wallis. Kami menemukannya di balik
lemari kamar tidurmu."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia hampir dapat mendengar bunyi darah mengucur dalam
pembuluh anak ini. "Ayahku membolehkan kalian memeriksa
kamarku?" "Ia mengizinkan kami memeriksa apartemenmu pagi ini. Katanya,
'Carilah di mana pun.'"
Francis mengamati mata Hoolian yang seakan membayangkan si
pengadu itu. "Ia mengizinkan aku meminjamnya," ujar Hoolian.
"Begini, Hoolian. Aku duduk di sini, bicara padamu sebagai lakilaki. Tidakkah menurutmu kita harus selalu bersikap jujur" Mengapa
kau menyembunyikan sesuatu di balik lemari kamarmu jika kau
hanya 'meminjamnya'?"
Hoolian tampak kehilangan kemampuan bicara.
"Baiklah." Francis mundur sejenak. "Mari kita permudah
situasinya. Kalian saling berteman. Kau suka padanya. Kau
memperbaiki toiletnya. Kau berharap ia balas menyukaimu."
"Tidak, tidak seperti itu...."
"Dengar." Francis memutar kursinya ke sisi Hoolian: kini
pembicaraan antar lelaki. "Aku juga pernah mengalami hal seperti
ini. Aku juga ingin dekat dengan gadis- gadis saat aku seumurmu. Itu
wajar. Tiap kali gadis itu melihatmu, bagaikan magnet yang menarik
jantungmu dari dada. Kau sekarat dan ia bahkan tak mengetahuinya.
Aku benar, bukan?" Hoolian ragu-ragu, menyentakkan rantai di dalam kerah
kemejanya. "Aku tak. berkata ia sengaja mempermainkanmu, tapi bukankah
mungkin ia sengaja mengambil keuntungan darimu, meski sedikit?"
"Tidak. Ia baik."
"Aku tidak berkata ia bukan gadis baik." Francis bangkit dan
berdiri di sampingnya. "Tapi bahkan orang baik-baik pun kadang
suka mengambil keuntungan. Lihat dari sudut pandang gadis itu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kau seorang anak yang penuh rasa ingin tahu, yang senang mainmain ke sana kapan saja, memperbaiki sesuatu dan menemaninya.
Kau adalah bantal tempatnya tertidur. Kau nyaman."
Hoolian mengerjap, seakan dirinya ditampar. O, ya. Francis
meneruskan langkahnya. Kau masuk perangkapku, Nak.
"Seolah-olah ia tak tahu betapa ia menginginkanmu."
"Tidak seperti itu." Hoolian menggeleng, bulu matanya
mengerdip- ngerdip gugup. "Ia punya pacar."
"O, ya" Siapa namanya" Apakah kau pernah bertemu
dengannya?" "Tidak..." Francis maju beberapa sentimeter. Ia telah menghabiskan dua
belas jam sebelumnya untuk memastikan bahwa Allison tak
memiliki pacar tetap sejak tahun terakhir kuliahnya di Amherst. Dan,
orang itu, mahasiswa kedokteran penyuka Frisbee bernama Doug
Wexler, sedang berada di Guatemala saat ini, menjalankan program
vaksinasi anak bersama dua suster Maryknoll.
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Francis. "Kalian bertengkar
karena ia mengetahui bahwa kau mengambil album fotonya?"
"Tidak, ia tidak tahu tentang itu," ujar Hoolian terlalu cepat, lalu
menyadari apa yang baru saja diakuinya. "Aku bermaksud
mengembalikannya. Aku hanya ingin melihat keluarganya seperti
apa." "Lalu apa yang akan kau lakukan, menggunakan kuncimu sendiri
untuk masuk ke apartemennya saat ia sedang pergi?" Francis
menaruh satu kaki di kursinya yang kosong dan meregang ke depan
seperti seorang pelari. "K urasa lebih baik aku bicara dengan seorang pengacara."
Dari sudut matanya, Francis melihat pegangan pintu berputar
seakan-akan para Raja bersiap memasuki ruangan. Ia Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menggelengkan kepala, meminta waktu. Jangan hancurkan. Aku
hampir dapat. Waktunya untuk menjatuhkan bom.
"Baiklah, kalau begitu, aku ingin bertanya tentang satu hal lagi"
Ia mengambil tas barang bukti kedua dan menjatuhkannya di meja
di depan Hoolian. Tas itu mengeluarkan bunyi kempis lalu rubuh,
lebih perlahan dari tas sebelumnya yang berisi palu godam,
menghembuskan asap tak berbau lewat sebuah lubang kecil. "Kau
tahu apa ini, bukan?"
Hoolian menggelengkan kepala, menatap gumpalan kapas kecil
berdarah di dalamnya. "Maksudmu kau tak tahu bagaimana pembalut bekas Allison
ditemukan dalam keranjang sampah di kamar mandimu?"
Anak itu tampak lesu seperti tas itu.
"Seseorang pasti menaruhnya di sana," jawabnya lemah.
"Bagaimana caranya?"
"Aku tak tahu. Aku tak pernah melihat barang seperti itu
sebelumnya." Kesabaran Francis habis. "Hoolian, ayolah. Kami punya ahli
serologi yang bisa menjelaskan bahwa yang ada di kapas ini adalah
darah Allison. Ini adalah bukti yang tak dapat dibantah..."
"Tapi aku mengatakan yang sebenarnya." Bibir anak lelaki itu
bergetar. "Ak u bahkan takut menyentuh sesuatu seperti itu."
"Jadi bagaimana caranya benda ini ada di kamar mandimu"
Bisakah kau jelaskan padaku?"
Hoolian mencengkeram pegangan kursi, seorang pemuda Katolik
yang dihadapkan pada bukti nyata dosa-dosanya.
"Pasti kau yang menaruhnya di sana."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku?" Francis menyentuh dadanya, kaget. "Setelah aku
memperoleh album foto Allison di lemarimu dan darahnya pada alat
milikmu" Apakah itu masuk akal?"
Hoolian memajukan badan sedikit ke depan, bulu matanya
mengerjap-ngerjap panik. "Begini." Francis menyentuh pundak anak itu, seolah ia adalah
pastor tempat mengaku dosa. "Ceritakan menurut versimu sendiri.
Buat aku mengerti." Hoolian menggelengkan kepala kembali, berpegang pada
penyangkalan samar. "Kalau begitu aku akan membantumu," kata Francis lembut. "Kau
berada di sampingnya di sofa. Mungkin ia membiarkanmu
menyentuhnya dan berpura-pura tak menyadarinya. Mungkin ia
membiarkanmu mengangkat betisnya. Ia membiarkanmu merabaraba makin cepat. Lalu tiba-tiba, ia merasa dirinya terlalu baik
untukmu. Ia berusaha menghentikanmu di tengah-tengah aksi. Dan,
ia tak bisa melakukan hal itu pada lelaki, kan?"
"Aku tak membunuhnya."
"Hoolian, aku memperhatikan sepasang goresan di dagumu.
Mereka tepat di depan wajahku."
Hoolian menyentuh lukanya secara tak sadar. Malang baginya,
kulitnya berwarna campuran: bukan cokelat keemasan seperti orangorang Latin, tapi tidak juga merah muda seperti anak-anak kulit
putih. Kulitnya berwarna pucat dan tipis di dekat tulang, hampir
transparan. Luka yang sembuh dalam sehari pada anak-anak lain
sulit hilang pada dirinya.
"Aku terluka saat bercukur. Aku sudah bilang pada detektif yang
tadi." "Julian, lihat aku. Oke" Bukan waktunya lagi bertingkah seperti
anak-anak. Kau ingat pembicaraan kita tentang bagaimana kita
berdua telah kehilangan ibu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Terdengar bunyi di udara seperti air mendidih. Kita hampir
berhasil. Sebentar lagi. Ia telah membuktikan bahwa Hoo lian adalah
pemilik senjata pembunuh itu. Ia berhasil membuat anak itu


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengaku bahwa dirinya mencuri album foto gadis itu, yang
memperlihatkan bahwa ia terobsesi. Sidik jarinya ada di semua
tempat. Dan mereka tinggal mencocokkan darah Julian dengan
sampel darah yang mereka peroleh dari bawah kuku gadis itu, untuk
melengkapi bukti-bukti. Yang ia butuhkan hanya meraih angka
terakhir dan menghilangkan keraguan apapun sebagai pernyataan.
"Jadi kau sadar bahwa ibumu tengah mengawasi dirimu saat ini?"
Hidung Hoolian kembang-kempis. Sudut matanya kembali
berkilau. Ada sesuatu di sana.
"Aku beri tahu, kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu." Anak itu tetap menggelengkan kepala. "Tapi itu tidak benar."
"Jangan bicara seperti itu terus," cetus Francis, memainkan kartu
yang sangat berharga ini. "Kau tahu ibumu ada di sana dan jiwanya
terluka karena ia takut kau tak akan berjumpa dengannya di surga."
Anak itu membuka mulut, namun hanya terdengar bunyi elak
kering. "Ia tidak membesarkanmu untuk menjadi seorang pembohong,
bukan?" Anak itu memandang ke sekeliling mencari-cari sesuatu untuk
mengusap mata dan membersihkan hidungnya, tapi Francis berteguh
hati tak akan membawakan kotak tisu ke ruangan.
"Perasaan itu akan membunuhmu dari dalam. Kau tahu, kau harus
meminta ampun." Hoolian menggigit bibir dan menggelengkan kepala lagi, kali ini
dengan geram. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ayolah. Kau ingin membeberkannya padaku. Semua orang ingin
mengaku. "Kau harus melakukannya, Saudaraku." Francis mencoba
memengaruhi. "Kau harus melakukan hal yang benar. Aku
memberimu jalan keluar. Aku tahu kau anak yang baik."
Ya, aku temanmu. Siapa lagi yang akan mencoba menaruhmu ke
dalam penjara selama sisa hidupmu"
Hoolian mengambil napas dalam-dalam, melipat tangannya di
pangkuan, dan menatap punggung jari- jarinya yang kecil dan pucat.
"Yang kuminta darimu
hanya bertanggung jawab atas
perbuatanmu. Aku hanya minta kau bersikap jantan."
Sendi-sendi itu meremas lebih erat, punggung jari-jari kecil itu
memperlihatkan pembuluh-pembuluhnya.
Francis menyilangkan tangan, tersadar dirinya ikut tegang. Hal
yang dilupakan para Raja di balik kaca itu adalah tak semuanya
omong kosong dan pura-pura. Tentu, kau boleh menjadi sok bijak
setelahnya, mencari perhatian pers dan menunjuk "si terdakwa" di
pengadilan dan berkata, "Kami Warga Masyarakat mengutukmu dan
membuangmu. Pergilah dari pandangan semua laki- laki dan wanita
baik-baik yang bebas." Tetapi terkadang, di kamar mungil yang
sunyi ini, sebelum para pembela dan tukang ketik masuk, ada waktu
sesaat ketika kau hampir berada di pihak si penjahat. Bukan di
atasnya atau di seberang sambil menilainya. Tetapi tepat di inti
masalah bersamanya, selangkah demi selangkah, setara dengannya,
melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang itu. Dan, setidaknya
di pikiranmu sendiri, melakukan hal yang sama dengan yang ia telah
lakukan. Karena jika tidak, mengapa seseorang akan cukup
mempercayaimu untuk menceritakan hal terburuk yang pernah dia
lakukan" Kau tak pernah dapat menjelaskannya pada orang-orang
awam yang baik-baik, normal dan taat hukum. Untuk membuat
seseorang menyerah, untuk membuatnya berada di pihakmu, kau
harus menempatkan jiwa, kasih sayang, kau harus berpihak pada
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dirinya - meski hanya untuk sesaat sebelum ia mengakui perbuatan.
Lalu setelah itu, tentu saja, kau dapat kembali memunggungi dirinya
dengan tenang dan memanfaatkan permohonan sepelenya yang siasia agar dipahami untuk menghancurkan hidupnya.
"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanyanya, siap meraih pulpen.
"Apakah kau akan bersikap jantan atau tidak?"
Anak itu menengadah, seolah baru tersadar dirinya baru saja
mencapai akhir masa kanak-kanaknya.
"Kau bilang aku bisa bicara dengan ayahku."
BAGI AN II ANAK YANG DILUPAKAN DUNIA
2003 2 HAL PERTAMA yang menarik perhatiannya adalah gadis bertato
itu. Ia baru saja keluar dari mobil van saat dilihatnya gadis itu
berjalan dengan angkuh di bulevar. Seorang dewi Q ueens Plaza
dengan kulit bak porselen serta rambut merah, dan tubuh yang
mengubah sehelai t-shirt Misfits menjadi gaun malam yang elegan.
Sebuah sobekan pada kain itu memperlihatkan tali bra hitam yang
tersampir di bahu putihnya bagai cakar kucing. Rasa lapar yang telah
lama terlupakan mulai bergejolak di tubuhnya. Gadis-gadis tak
terlihat semenarik ini ketika ia pergi. Dulu mereka tak begitu
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
ramping dan menggiurkan seperti sekarang. Begitu berani membawa
diri dengan menawan, begitu berani cara mereka memandang.
Tetapi kemudian matanya tertuju pada garis hitam yang
melingkari otot bisep gadis itu. Tato kawat berduri. Bukan kawat
berduri biasa, tetapi pita belati dengan ujung-ujung tajam dari jenis
mengerikan yang biasa terdapat di puncak dinding penjara. Ia
memandangi tato itu, bertanya-tanya mengapa seseorang dengan
kecantikan alami seperti itu - atau lebih tepatnya, mengapa siapa pun
yang merdeka - akan melakukan hal ini pada diri sendiri.
Melihat hasrat yang muncul di wajah sang pemuda, gadis itu
memeletkan lidah. Sebuah anting-anting emas kecil terlihat di dekat
ujung lidahnya bak mutiara di atas beludru merah muda. Ia
menjulurkan dan mengibas-ibaskan lidah pada pemuda itu,
menikmati keterkejutan dan kekagetan yang ditimbulkannya, lalu
meneruskan perjalanan, dengan gaya yang mengingatkan pada
seekor anak kucing menjilati krim dari bibirnya.
Lelaki itu merapikan tas besarnya yang terbuat dari handuk tua
yang dijahit dengan benang gigi, dan menyentak ikat pinggangnya
dengan gugup. Baju lamanya tak lagi muat. Baju kerja berwarna
birunya, yang entah bagaimana berhasil bertahan dua puluh tahun di
gudang penyimpanan negara, terlalu ketat di bagian leher dan celana
Levi' s-nya terlalu sempit. Bukan hanya dirinya tambah berisi berkat
olahraga angkat beban dan mengonsumsi tepung-tepungan, tapi
mode pun telah berganti. Dilihatnya sekelompok remaja lelaki memakai jins begitu rendah
hingga saku belakangnya berada di belakang lutut mereka,
menikmati makanan Cina di samping Cadillac Escalade. Cahaya
ultraviolet melingkari pelek mobil itu, dan sebuah lagu rap dari
pengeras suara meneriakkan hal- hal yang tak pernah terlontar dalam
lagu-lagu ketika ia pergi.
Ia melepaskan sabuk yang mendadak tampak terlalu tinggi di
pinggang, mengingat-ingat dirinya sendiri saat berusia tujuh belas,
membeli jeans. ini di sebuah toko di East 86th Street seharga delapan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
belas dolar. Gadis siswa sekolah swasta yang bekerja sebagai kasir
tersenyum malu- malu dan menyelipkan rambutnya di belakang
telinga. Gadis itu kini mungkin telah menikah, dengan tiga orang anak
dan dua mobil di rumah pinggiran kota. Dan di sinilah ia sekarang,
dua puluh tahun kemudian, terdampar di Q ueens Plaza saat larut
malam musim panas, seorang pria dewasa, dengan otot-otot hasil
latihan di penjara, bulu mata tercukur, rambut hitam tebal agak
kelabu di pelipis, dan parut seperempat inci di bawah dagu. Itu
semua menunjukkan: inilah anak yang tercerabut dari semua
kelembutan yang pernah menjadi bagian dirinya.
Sesuatu bernama kereta W, yang dulu belum ada, berderak-derak
melewati trotoar yang ditinggikan, menciut-ciut dan memekik seperti
teko teh, gerakan jendela-jendela yang berlalu melontarkan cahaya
kekuningan kasar di atas jalan.
"Hey, Hooligan, kau butuh tumpangan?"
Timberwolf, seorang pria tinggi besar yang ia kenal saat di Attica,
baru saja keluar dari mobil van Dinas Koreksi di belakangnya,
dengan tubuh setinggi 190 sentimeter dan berat 127 kilogram,
membawa tas kertas cokelat berisi pakaian, t-shirt yang tak terpasang
rapi, dan tali sepatu kets tak terikat seperti anak empat tahun
menunggu seorang dewasa menafikannya.
"Sepupuku seharusnya menjemput dengan taksi, tapi entahlah,"
ujar Hoolian, suaranya parau dan berpasir akibat musim dingin yang
panjang. "Kurasa ia mungkin salah paham dan mengira aku datang
dengan bus Rikers pukul empat tiga puluh. Atau mungkin ia bosan
menunggu dan sudah pergi lagi."
"Ya, menunggu memang menyebalkan." T-wolf menguap. "Tujuh
tahun kuhabiskan gara-gara menjual dua botol kecil ganja. Dan,
mereka menambah enam bulan lagi di Rikers garagara perampokan
omong kosong yang tak melibatkanku sama sekali. Berapa lama
hukumanmu?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku dipenjara sejak 1984."
"Gila, itu lebih dari separo umurmu!" T-wolf mencengkeram
dadanya. "Kita betul-betul harus mencarikanmu wanita malam ini.
Kau datang ke tempat yang tepat."
Ia menunjuk ke seberang jalan ke sebuah "klub lelaki" yang
menamakan diri Shenanigans (Berandal) dalam huruf- huruf genit
merah rubi, hanya dua blok dari pusat perekrutan Korps Marinir.
Namun, pikiran bahwa ia berada dalam jarak sentuh dengan wanita
membuat jantung Hoolian mulai berdebar cemas.
"O h, tidak, terima kasih. Kalau sepupuku datang dan aku tak ada,
bagaimana?" "Kau mungkin belum pernah bersama wanita sungguhan dalam
dua puluh tahun, Nak. Mereka bisa menunggu beberapa menit."
"Tidak, sepertinya aku tidak ikut. Aku sudah cukup menyusahkan
keluargaku." "Baiklah, aku mengerti." T-wolf mendesah. "Sepertinya aku harus
menjadi penjaga keluargaku. Aku akan memikirkanmu, Sobat."
"Jangan terlalu sering. Lakukan saja apa yang mesti kau lakukan."
"Heh- heh." T-Wolf menggulung bagian atas tasnya. "Kau akan
memikirkan tawaran yang kita bicarakan itu, bukan" Keponakanku
mungkin butuh beberapa orang di blok ini."
Bagus, pikir Hoolian. Aku mengambil risiko merusak kebebasan
ini dengan menjual ganja ke beberapa anak-anak brengsek yang
bahkan belum lahir ketika aku dijebloskan ke penjara.
"Aku menyimpan nomor teleponmu." Ia meninju kepalan tangan
T-Wolf. "Tetap kuat."
"Peace." T-Wolf mengambil tasnya dan ragu-ragu. "Kau yakin
tak akan ikut?" Hoolian mengerdip dan menggelengkan kepala, mendengar suara
gentar itu, dan paham bahwa bahkan hanya dalam waktu tujuh tahun,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
acara penghitungan kepala, penguncian sel, razia sel mendadak, dan
program harian teratur dapat membuat pria bersepatu nomor 14
sekalipun takut menyeberang jalan sendiri.
"Tidak, Sobat, aku harus mengurus diriku sendiri," ujarnya.
"Tergelincir sekali saja, aku akan kembali ke sana."
"Oke, aku mengerti."
Dengan lambat dan enggan, pria besar itu berjalan tergesa-gesa,
ujung tali sepatu Nike-nya terseret-seret dan bergesek di trotoar.
Sebuah mobil polisi putih-biru meluncur, memperhatikan adegan
tadi. Hoolian merasakan kecemasan merayapi kulitnya seperti kakikaki serangga di antara rambut-rambut halus di punggung. Apakah
mereka tahu ia baru keluar penjara malam itu" Bagaimana jika
mereka melihat ia bicara pada T-Wolf" Tidak, itu gila. Mereka tidak
memiliki kuasa sejauh itu. Tetap saja. "Tidak boleh bertemu dengan
sesama narapidana," kata hakim, saat mengabulkan pengurangan
hukumannya. Ia putuskan untuk membuang nomor telepon T-Wolf
jika sempat. Mobil- mobil berseliweran sembarangan. Ia menengok lagi ke
arah-jalan, menduga-duga di mana sepupunya, Jessica. Wanita itu
belum pernah berkunjung ke penjara dan ia tak yakin masih bisa
mengenalinya. Ia merogoh-rogoh saku mencari uang receh dan menemukan dua
keping koin dua puluh lima sen bersama dua lembar dua puluh dolar
yang dipinjamkan pengacaranya. Ia akan pergi ke mana jika Jessica
tak muncul" Setelah bertahun-tahun bergantung hanya pada kuku
tangannya sendiri, permintaan jaminannya tiba-tiba saja dipenuhi
hingga ia hampir tak punya waktu untuk bersiap-siap. Pikirnya, ia
beruntung menemui hakim sebelum Thanksgiving. Alih-alih begitu,
dirinya terburu-buru dibawa ke Rikers dan digiring ke ruang dengar
pendapat kecil yang suram, hampir takjub ketika mendengar Hakim
Santiago mempersingkat masa hukuman meski memperingatkan
bahwa tuduhannya masih berlaku.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dengan perut keroncongan gara-gara perjalanan panjang naik van,
ia menemukan telepon umum dengan kata-kata "Puji Tuhan" dan
"Hisap Anu" tergores di lapisan pelat logamnya dan memasukkan
koin dua puluh lima sen. "Yo, yo, yo, 'pa kabar, ini Jes-sick-ahh," terdengar suara
sepupunya itu setelah dering keempat, suara bayi menangis di
belakangnya. "Aku tak bisa menerima telepon sekarang. Hey, diam,
brengsek, aku lagi bicara. Kau tahu aturannya, kan" Tunggu hingga
bunyi tip." Ia menaruh kembali telepon dengan lembut. Mungkin sepupunya
lupa atau memutuskan tak ingin terlibat. Bisakah ia menyalahkannya" Jessica baru berusia - berapa, ya - mungkin tiga
atau empat tahun ketika dirinya pergi.
Ia menengadah, mengawasi kereta berangkat dari stasiun, rodarodanya mengeluarkan bunyi anggun dari gesekan antar baja dan
percik membutakan di atas rel yang membuat seluruh sistem
sarafnya bergidik. "Hey, kau." Mobil polisi yang tadi melewatinya kini menepi di
pinggir jalan. Seorang sersan muda dengan kemeja biru dengan
potongan rambut cepak melongokkan kepala keluar jendela. "Kau
pikir apa yang sedang kau lakukan?"
Hoolian merasa lumpuh melihat seragam itu. "Tidak apa-apa."


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lakukan di tempat lain. Aku muak melihatmu."
Ia mengangkat tas, tak ingin mencari masalah secepat ini, dan
mulai berjalan naik ke stasiun, kakinya kaku dan kejang gara-gara
terlipat terus di kursi sempit di sebelah T-Wolf. Ia berhenti di tengah
tangga, berusaha menenangkan diri. Setelah bertahun-tahun berada
di bawah sinar merah lampu penjara yang menjemukan, lampu neon
mencolok di jalan besar itu hampir membakar matanya bak bahan
bakar jet. BUAT MEREKA YANG TAHU BAHWA ADA SESUATU DI LUAR
SANA, demikian bunyi iklan cenayang berwarna merah menyala di
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
gedung sebelah. PERNAHKAH ANDA TERLUKA" sebuah iklan
pengacara bertanya di pintu samping warna hijau emerald.
"Bisa minta karcis?" ia berhenti di bilik petugas karcis.
"Apa?" Wanita berkulit gelap di belakang kaca itu mengenakan
kaus MTA dan perhiasan India mungil berkilauan di tengah-tengah
keningnya. "Saya bilang, bolehkah saya minta karcis?"
"Sudah tak dijual lagi di sini, Sayang," katanya. "K e mana saja
kau?" Wajahnya menghangat. Ia seorang pria yang menghabiskan waktu
bertahun-tahun mempelajari undang-undang dan menulis surat-surat
resmi kepada para hakim pengadilan banding dari perpustakaan
penjara, namun tak tahu cara naik kereta.
"Aku pergi lama." Ia mengambil uang dua puluh dolar, bersiap
meminta belas kasihan wanita itu. "Apa yang mesti kulakukan?"
Sebentuk pengertian membuat perhiasan di alisnya terangkat. Ia
mengambil uang itu, menekan beberapa tombol, dan menjatuhkan
kartu emas ke dalam cekungan di bawah sekat tanpa melihat
padanya. "Pastikan garis-garisnya menghadap ke arah yang benar."
Hoolian mengangguk penuh syukur dan bergegas melewati pagar
berputar dan menuju peron, bertanya-tanya bagaimana ia akan
melewati sepuluh menit berikutnya. Tak ada yang memberitahunya
semua bakal sesulit ini. Ia menunduk ke bawah dari pagar pembatas
ke arah jalan. Sesaat ia goyah karena pusing. T-Wolf dan empat
orang lain yang baru saja keluar dari van berada di luar Shenanigans,
terlalu bersemangat dan bertengkar terlalu gaduh, saling berteriak
dan mengadu dada seolah-olah mereka lebih tertarik untuk menarik
perhatian polisi daripada masuk ke klub.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Oke! Oke! Pertanyaanku, siapa yang menaruh omong kosong itu
di otakmu" Oke" Siapa yang menaruh omong kosong itu di
pikiranmu?" Bukan aku, Hoolian berkata pada diri sendiri, sambil berpaling.
Beberapa dari mereka tak sabar untuk kembali lagi ke penjara. Bagi
mereka terlalu sulit hidup di luar penjara, harus membuat keputusankeputusan sendiri sepanjang waktu. Tapi ia merasa sudah cukup di
sana. Ia tak bisa bertahan sehari lebih lama lagi dari deraan
kebosanan, stres berkepanjangan, perasaan dikontrol total namun
sekaligus tak aman. Menengok ke arah rel, dalam sinar kereta yang
kian dekat, ia melihat sekumpulan penghuni penjara yang ribut dan
kacau, memenuhi aula asrama Auburn, tiba-tiba mereda saat seorang
pria kecil bernama Pellet jatuh ke lantai, dengan sebilah batang
sepanjang 35 sentimeter tertanam begitu dalam di leher hingga
ujungnya menembus pita suara.
Gemuruh itu mereda dan kereta pun berhenti, pintu membuka di
hadapannya. Hoolian melongok sekali ke dalam. Setelah melihat tak
ada coret-coretan di sana, ia bertanya-tanya apakah ini hanya
gerbong contoh yang tak ditujukan bagi pelanggan umum.
Tapi, lalu didengarnya seruan familier kondektur, menyerukan
nama tempat perhentian berikutnya. Haruskah ia naik" Satu-satunya
alamat Jessica yang ia punya adalah kompleks perumahan Surfside
Gardens di Coney Island. Ia memutuskan cepat-cepat dan melangkah
maju, berpikir akan mencoba menelepon lagi setelah sampai di sana.
Pintu itu menutup di belakangnya dan dia pun duduk, membuat suara
decit di salah satu ujung bangku, berusaha tak mengambil terlalu
banyak tempat meski tak ada seorang pun di dekatnya. Sebuah iklan
di kejauhan berbunyi, Paus itu telah Kembali, Kehidupan Laut telah
Kembali Dibuka. Memangnya ke mana si paus pergi" Bagaimana ia
bertahan hidup saat pergi"
Kereta itu bergoyang, melewati langsiran rel datar dan lebar yang
diterangi lampu dan gudang-gudang yang gelap. Di sebelah kanan,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
langit Manhattan berkilau bagaikan puncak-p uncak dan lembah
seperangkat grafis dari kaca dan beton.
Di Times Square, satu keluarga Yahudi Hasidik naik. Si ayah
mengenakan kemeja putih, dengan janggut seperti rambut kemaluan
berwarna kemerahan, topi fedora hitam, dan seorang bayi perempuan
tertidur lengket di dadanya seperti monyet kecil. Istrinya yang hamil
besar bergoyang-goyang di belakang dengan wig dan gaun panjang
kelabu, bersama dua anak laki- laki kecil lengkap dengan kopiah
Yahudi dan rambut ikal di samping.
Hoolian meraba medali Santo Christopher dan berpikir tentang
ayahnya: seorang duda berusia tiga puluh lima tahun, yang menaruh
seluruh harapan pada dirinya, yang berharap Hoolian memenuhi
impian yang ia lupakan ketika keluar dari sekolah dan bekerja
sebagai petugas kebersihan di Upper East Side. Ayahnya, yang
membaca Cervantes dan Dickens di lift servis dan membawakan
belanjaan para wanita ke dapur mereka demi tip hari Natal. Ayahnya,
yang mengajari cara mendempul bak mandi, mendorongnya untuk
melamar ke Universitas Columbia lewat jalur beasiswa, dan selalu
berbicara bahasa Inggris di rumah.
Ia ingat bahwa seminggu sebelum dia pergi ke pusat kota, saat
ayahnya mengumpulkan sanak keluarga yang masih tersisa untuk
pesta perpisahan di Orchard Beach. Orang-orang Puerto Rico
Riveria, begitu Papi menyebutnya. Ray Barretto dan Fania All-Stars
mengalun di kotak musik. Tia-nya, Miriam, membawa babi
panggang. Pamannya memancing bebatuan dengan galah bambu.
Sepupu-sepupunya dari Bayamon bermain voli. Dan, ayahnya
mengangkat gelas separo kosong berisi cerveza kala matahari
tenggelam dan berkata, "Untuk anakku, mi hijo. Aku tak pernah
berhenti mempercayaimu, muchacho. Aku tak akan pernah putus asa
membawamu pulang." Ini adalah sebuah kesedihan tak terperi. Hoolian merasa mendidih
dan dengan geram menghapus air mata. Dasar brengsek kau,
maricon kecil. Kenapa kau menangis sekarang" Ia menghantamkan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tinju pada bangku di sebelahnya, teringat bagaimana para penjaga di
Attica menolak permohonannya untuk pergi ke acara pemakaman
Papi. Keparat-keparat itu tak pernah memberinya kesempatan. Ia
meninju bangku itu sekali lagi dan menggigit bibir bawahnya keraskeras, sadar bahwa kesedihan seperti itu suatu hari kelak akan
berangsur menghilang sejalan waktu atau sebaliknya, menghancurkan dirinya berkeping-keping.
Si Hasid dan keluarganya memperhatikannya dengan sedih.
"Apa kalian lihat-lihat?" ujarnya.
Di perhentian selanjutnya, mereka pindah ke gerbong lain.
Hoolian melipat tangan di dada dan membenamkan dagu,
menunduk dalam-dalam hingga kereta keluar dari terowongan
panjang dan naik melewati atap-atap di Borough Park. Jadi, begini
cara orang hidup sekarang: jemuran pakaian di sepanjang daerah
kumuh, sehelai bendera Amerika menghias sebuah balkon, seorang
pelari kesepian di larut malam di treadmill sasana kebugaran, dan
sepasang orang tua menonton televisi di sofa. Ia merasa seperti
Charlton Heston di akhir film Planet of the Apes, menatap Patung
Liberty separo terkubur di pasir dan menyadari dunia yang ia kenal
telah mati. Sudah jam satu lewat ketika ia akhirnya sampai di Stillwell
Avenue, perhentian terakhir kota itu. Hotel Terminal terbentang di
seberang jalan. Ia menuruni tangga dan menyeberang ke Surf
Avenue, mencari telepon umum untuk menghubungi Jessica
kembali. Mereka, Orang-Orang Malam Putus Asa berkumpul di
depan Nathan's dan Popeyes Chicken; Yang Tak Tahu Harus Ke
Mana, Para Pelarian, Yang Tak Pergi Jauh-jauh, Yang Kelebihan
Obat dan Yang Tak Tertangani, Orang-Orang Hina dan orang-orang
yang berkumpul di dekat mereka hanya agar mereka punya
seseorang untuk diremehkan. Dan, tentu saja, para Pengelana seperti
dirinya: lelaki- lelaki yang berjalan di trotoar dengan hati- hati,
berusaha tak menabrak orang lain, meminta maaf dengan tergesa
sambil menengadah menatap langit, berusaha mengira-ngira waktu
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dan jarak, dan tetap tak percaya bahwa mereka akhirnya benar-benar
keluar. Terasa olehnya desir angin dingin dari laut dan samar-samar
teringat olehnya sebuah bilik di jalan bertahun-tahun silam.
Bulan membakar lubang putih keabuan di langit hitam. K incir
Putar mulai memadamkan lampu- lampu. Ia berjalan menuju pantai
dan anehnya merasa pantai itu tenang dan berwarna emas pudar
dalam cahaya remang-remang Dermaga Steeplechase. Sebuah net
voli terkulai turun, seolah menunggu para pemain tiba. Laut terus
bergulung - luas, kekal, dan tak acuh - bibir tipis ombak berubah
menjadi keriting kecil saat menghempas pantai.
Ia berdiri di atas rel, berusaha mencari cakrawala, ingat dirinya
pernah berjalan mundur ke arah ombak bersama ayahnya saat Hari
Baptis St. John terakhir itu. Hampir dua puluh tahun sejak terakhir
kali ia melihat laut. Ia sudah lupa betapa laut bisa membuatnya
merasa begitu kecil dan remeh, seakan dirinya hanya partikel kecil
yang mengambang di atas permukaan bola mata raksasa yang dapat
melihat segala sesuatu. Betapa kecil arti saat-saat kebebasan ini
dalam putaran-putaran peristiwa. Dulu ia terbiasa menipu diri sendiri
bahwa Tuhan memiliki rencana untuknya, sebuah rancangan yang
berangsur-angsur akan tersingkap sendiri dan entah bagaimana
membenarkan semua hal yang pernah dilewatinya. Tetapi kini ada
pengingat bahwa Tuhan sibuk. Tuhan mungkin sedang menghitung
ombak dan menamai awan. Tuhan berpikir tentang kepiting batu di
Laut Atlantik atau gelembung sabun di Kairo. Tuhan berpikir tentang
infeksi bakteri di Peru dan kumbang tahi di Afrika, tentang pola
cuaca di Lingkar Pasifik dan jejak-jejak ban di sebelah lapangan
parkir Taconic. Tuhan tak punya waktu untuk memikirkan penghuni
penjara bernomor 01H5446 dalam sistem pemasyarakatan negara
bagian New York. Jadi, Hoolian berteriak kepada angin. Teriakan pahit yang
berkata, Aku masih di sini, pada bulan, bintang, K incir Putar,
keluarga Hasid di kereta bawah tanah, sel kosong yang dia
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tinggalkan, penjaga penjara, para narapidana dengan hukuman
seumur hidup, para hacker dan waria, mahkamah tertinggi, para
kriminal, bayangan ibu dan ayahnya, anak-anak yang tak sempat
lahir dari sperma yang terbuang, dan ya, Sang Mesin Waktu itu
sendiri. Dengan segala hormat, bunyi seperti itu mestinya bisa
mendorong ombak kembali ke laut dan menyisakan rumput laut mati
terombang-ambing di sepanjang garis pantai.
Namun saat itu semua selesai, laut masih tetap di sana,
mengumpulkan bebatuan dan membuyarkan mereka dengan acak,
menimbulkan bunyi bak tepuk tangan, lamat-lamat.
3 TEPAT SEHARI sebelum Hari Buruh, Francis sadar dirinya buluh
waktu dua kali lebih lama untuk menemukan kunci mobil. Selasa
pagi, ia akhirnya menyerah dan memenuhi janji pertemuan dengan
dokter yang telah ia tunda-tunda sejak sebelum Natal tahun lalu.
Ia melangkah ke dalam ruangan putih kecil itu, membuka topi
bisbol dengan huruf X di depan - cendera mata dari film Spike Lee
yang pernah ia urus masalah keamanannya bertahun-tahun silam dan meletakkan dagu di atas sebuah pelat logam. Lewat lensa mata
kanan ia melihat sesuatu yang tampak seperti TV cembung, namun
entah bagaimana, suasananya seperti akan melakukan pengakuan
dosa. Pada dinding cekung di belakangnya, empat lampu putih kecil
muncul dalam formasi berlian di bawah suar kuning yang
menyilaukan. Si teknisi, seorang Rusia pirang murung berahang besar, menaruh
alat hitung di tangannya. "Nanti akan ada kilatan cahaya di sekitar
target itu, terang atau buram," ujarnya dengan aksen yang membuat
Francis ingin menghubungi Amnesty International. "Setiap kali
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Anda melihat cahaya, tekan alat picunya. Usahakan buat mata Anda
tetap diam." "Tak masalah." Namun segera setelah uji jarak pandang dimulai, ia makin tegang
dan telapak tangannya berkeringat. Beberapa kilatan cahaya tampak
jelas, sejelas moncong api di lorong gelap. Yang lain hanya berupa
utas samar, yang sangat jauh ke tepi hingga ia harus bertanya dua
kali pada dirinya sendiri apakah ia memang melihat kilatan itu.
"Jangan hanya menekan picunya," perintah wanita itu.
"Ko nsentrasi."
Francis berusaha lagi. Sudah lebih dari satu tahun sejak ia tak lagi
dapat menggunakan senjata, dan gerak refleksnya juga tak seperti
dulu lagi. Kawan-kawan latihan menembaknya menelepon tiap
beberapa minggu sekali, bertanya-tanya kapan ia akan kembali ke
tempat latihan di Rodman's Neck. Ia terlambat menekan pemicu
setengah detik, sadar jika dalam tembak- menembak sungguhan ia
mungkin sudah mati. "Horasho, dokter ingin bicara denganmu." Teknisi itu memencet
tombol untuk mencetak hasil uji tersebut. Ia seolah-olah berkata,
"Horror show," tapi Francis lalu teringat itu adalah kata dalam
bahasa Rusia yang berarti bagus.
"Ya, Anda memperoleh nilai sangat baik dalam uji fiksasi," kata
Dr. Fricdan sambil berjalan menuju mang periksa beberapa menit
kemudian dengan membawa sebuah grafik. Ia seorang pria gemuk
berusia lima puluhan'yang mulai mengalami kebotakan, mengenakan
kaca mata bergagang hitam, mata mengedip-ngedip cepat, dan yang
paling tampak jelas bagi Francis, adalah rambut-rambut yang lupa
dicukur di dekat tenggorokannya.
"Anda sangat baik menjaga mata untuk tetap diam. Teknisi bilang
Anda tak banyak berkedip. Kebanyakan orang akan berkedip atau
mereka akan kekeringan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kekeringan sudah pasti bukan masalah saya," Francis berputar di
kursinya, menunggu. "Meski begitu, masalahnya ada pada hasil positif dan negatif
Anda yang tidak tepat."
"Mengapa?" Bintik-bintik kecil dan bayangan sisa-sisa tes tadi
masih timbul tenggelam di depan matanya.
"Anda memijit target tiga kali pada saat tak ada apa-apa di sana.
Dan Anda melewatkan enam persen kilatan yang memang muncul."
Francis menggosok-gosok kelopak mata dan mengangkat bahu,


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seolah hal itu tak penting. "Apa lagi?"
"Ambang zona abu-abu Anda...juga tak baik."
"Jadi, apa artinya?"
Dokter itu menekan buku-buku jari ke bawah rahangnya dan
menyerahkan hasil cetakan komputer itu. "Silakan baca sendiri."
Awalnya, grafik itu tampak seperti lembar kerja matematika anak
kelas tujuh yang tak berbahaya. Serangkaian bintik-bintik berbentuk
kue pai, masing- masing dengan cincin hitam membayangi
sekelilingnya. Berapa persen grafik yang terisi, anak-anak" Tetapi
makin lama Francis menatapnya, makin banyak kata-kata yang
terbaca olehnya seperti garis batas, simpangan pola, dan yang paling
tak menyenangkan, bintik buta. Ia mulai menyadari, bayangan pada
bentuk-bentuk itu lebih mirip serangkaian gerhana matahari daripada
persoalan geometri. Dan, jauh di persendian serta otot-ototnya, ia
mulai merasa sedikit ngeri.
"Apa ini?" Ia menyerahkan kembali lembaran itu.
"Itu menunjukkan kemampuan Anda membedakan gradasi halus
antara terang dan gelap. Dari apa yang Anda katakan, Anda sudah
beberapa lama mengalami kesulitan melihat di malam hari."
"Butuh waktu agak lama bagi mata saya untuk beradaptasi," aku
Francis. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Anda ingin diagnosisnya atau tidak?"
"Untuk itulah saya ke sini."
"Baik." Dokter itu menatap tajam, menunggu untuk memastikan jika
Francis mengerti. "Ini adalah penyakit genetik yang memengaruhi
retina di belakang mata Anda..."
"Ya..." "Penyakit ini melumpuhkan sel-sel fotoreseptor di sepanjang tepi
luar..." Francis mengangguk-angguk, sesekali mengeluarkan suara
"hmmm" dan "ooh," yang menunjukkan ketertarikan dan
keterkejutan pada waktu-waktu yang tepat, meski bintik-bintik dan
bayangan di depan matanya tetap muncul- muncul seperti kembang
api. "Penglihatan sentral Anda akan tetap bertahan beberapa lama...."
"Oke." "Tetapi penglihatan tepi Anda kian menyempit seperti
terowongan." Suara dokter itu makin menjauh, seolah terdengar dari
ujung koridor yang panjang. "Penglihatan malam Anda juga makin
memburuk..." "Lalu setelah itu?"
Wajah si dokter tampak mengabur, seakan-akan Francis
melihatnya lewat lensa mata ikan. "Saya khawatir kami tak punya
obat untuk ini." "Jadi, saya akan buta," ia mendengar dirinya mengatakan hal yang
sudah jelas, berpura-pura dirinya tak sedang mengalami peristiwa
roh keluar dari tubuh sekarang ini.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, buta menurut hukum," dokter mengoreksi ucapannya.
"Kebanyakan orang masih bisa melihat sesuatu, bahkan jika hanya
bayangan sekalipun."
Semua benda di ruangan itu mendadak seperti ditarik menjauh
darinya, huruf E besar di puncak grafik menyusut menjadi E kecil.
"Saya menduga, Anda telah menemui spesialis lain tentang hal ini
dalam beberapa.tahun belakangan," ujar dokter itu ramah.
"Saya sudah menduga, memang ada yang tak beres," aku Francis,
berusaha melawan rasa mual. "Tapi saya selalu menganggap hal itu
akan berangsur-angsur hilang."
Hanya bagian terakhir yang bohong. Dalam hatinya, ia selalu tahu
sesuatu sepertinya akan terjadi, bahkan sebelum ia mulai tersandung
benda-benda beberapa tahun terakhir ini. Ia merasakan kegelapan
membayanginya sejak kecil, mengintip di tepian, muncul di sanasini. Ia telah berusaha mengabaikannya, mengatakan pada dirinya
sendiri bahwa ia telah berhasil melewati masa-masa kritis dan
kondisi nyaris buta. Tapi, di lubuk hati, ia tahu kondisi buruk itu tak
pernah benar-benar hilang. Kegelapan itu selalu menumpuk dan
menekan di balik pintu, berusaha untuk masuk.
"Jadi, berapa lama lagi sebelum saya buta?"
"Tergantung dari cara pewarisannya." Dr. Friedan membuka
kelopak mata Francis seraya menyorotkan lampu pen ke matanya.
"Beberapa orang dapat terus memfungsikan matanya selama
bertahun-tahun. Kebanyakan butuh bantuan tongkat pada usia empat
puluh. Mungkin tak akan terjadi apa-apa dalam waktu dekat."
"Saya punya paman, seorang deputi inspektur, yang memerlukan
anjing pemandu saat usianya enam puluh."
"Seorang polisi?" Dokter itu membuka kelopak mata Francis
lebih lebar. "Saudara laki- laki ibu saya."
"Ya, mungkin dari sana Anda mewarisinya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis merasa otot-otot matanya menegang berusaha menutup
diri dari cahaya yang menyoroti tepi korneanya, sinar laser putih
menyilaukan yang makin kuat hingga seperti sebuah jari yang
menusuk ke kantung mata. "Baiklah, cukup."
Ia panik dan menarik tubuhnya, tak mampu melihat apa-apa
selama beberapa detik. Beginilah kelak rasanya nanti. Tercerabut
dari deretan orang-orang sehat, normal dan mandiri, dan terusir ke
tempat lain. Mereka akan memasanginya sebutan baru; mereka akan
mengasingkan dirinya ke wilayah khusus penderita cacat di
pertandingan bola dan bus-bus; mereka akan membantu mencarikannya tempat duduk dan mungkin mengulurkan headphone
di bioskop; mereka akan memberinya pamflet dan rekaman untuk
mendengarkan apa yang akan membantunya pada "masa penyesuaian"; mereka akan membuat hidupnya makin terbatas dan
terbatas hingga ia tak dapat berfungsi lagi.
"Boleh saya tanya apa pekerjaan Anda, Pak. Loughlin?" Dokter
itu memeriksa berkasnya. "Sepertinya di sini tak ada informasi
asuransi." "Saya bekerja di bidang telemarketing," jawabnya otomatis.
"Benarkah?" Dokter itu memandang tajam dari atas kacamatanya.
"Saya tidak menyangka:"
"Saya punya kemampuan membujuk."
"Ya, baguslah pekerjaan Anda bukan sopir truk."
"Mengapa?" "Hilangnya daya penglihatan malam hari dapat muncul begitu
saja. Hal itu dapat muncul dengan sangat perlahan atau sangat cepat.
Anda harus memonitornya secara hati- hati."
"Anda berkata saya harus berhenti menyetir?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Saya hanya mengatakan bahwa Anda harus mengukur
kemampuan diri sendiri." Dokter menyangga mata kiri Francis untuk
pemeriksaan lebih lengkap. "Di hari- hari tertentu Anda akan melihat
lebih jelas ketimbang hari- hari lain. Tapi saya yakin Anda tak ingin
membahayakan jiwa orang lain atau mendapat kecelakaan akibat
situasi ini." "Tidak. Tentu saja tidak."
Francis memejamkan kedua mata. Seumur hidup ia selalu menjadi
si Panutan. Orang pertama yang dicari untuk menyerbu sarang
gembong narkotika atau bersaksi di sidang pembunuhan. Biarkan
Francis yang menyelesaikan. Ia pecandu adrenalin. Tapi, kini
inderanya yang lain mulai ikut menghilang. Ujung jarinya mulai
kebas, lidahnya terasa tebal, pendengarannya seperti timah selama
beberapa detik, seperti transistor tua kehilangan sinyal.
"Anda butuh waktu?" Dokter itu menepikan lembar grafik.
"Tidak. Kenapa?"
"Ini situasi yang berat. Kebanyakan orang akan sangat
emosional." Ia memandang melewati pundak si dokter ke arah poster sayatan
menyilang bola mata, hadiah dari salah satu pabrik obat besar. Dari
samping, gambar itu mirip ikan mas koki dengan lusinan garis
berlabel mencuat keluar darinya. Selaput pelangi, kornea, anterior
chamber, sklera, bulbar sheath, ciliary zonules. Namun makin lama
dia menatap, bentuk itu makin berubah. Bola itu menyinarkan bentuk
oranye yang lebih cerah lalu bergetar dan memburam seperti
matahari yang siap meledak.
Jadi, inilah masa depannya. Satu hari nanti cahaya akan padam
dan dunia benda tak akan pernah lagi dia lihat.
Ia mulai berpikir tentang segala sesuatu yang belum pernah dia
lihat sebelumnya. Bagaimana dengan tur mobil ke Irlandia yang
pernah ia janjikan pada Patti" Giant's Causeway. Kastil-kastil di
Dunluce dan Carrickfergus. Rumah leluhur (konon) di County
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Armagh yang selalu disebut-sebut ayahnya. Apakah kelak ia harus
selalu berada di kursi penumpang"
Lupakan Irlandia. Bagaimana kalau hanya jalan-jalan ke toko cat
di Court Street" Ia harus pergi ke sana sekarang dan melihat roda
warnanya, memeriksa setiap corak sebelum ambang zona kelabunya
makin rendah. Atau, mungkin ia pergi saja ke Belmont, duduk di
bangku, menonton kuda-kuda berpacu. Hanya untuk melihat gerakan
otot di bawah kulit hewan itu, menonton naik turun panggulnya dan
berusaha membekukan setengah detik saat keempat kuku itu
meninggalkan tanah. Ia teringat pamannya yang menyimak pertandingan Yonkers di
dapur apartemen tua di Perempatan Bronx. Tongkat tersandar di
dinding, membiarkan anjing pemandunya menjilati remah-remah
yang jatuh dari piringnya, selalu berteriak memanggil Francis atau
saudara perempuannya untuk mencarikan rokok meski benda itu
hanya berjarak lima belas sentimeter dari sikunya.
Aku tak mau seperti itu, pikir Francis. Lebih baik kumakan
pistolku. Ia tak akan mengatakan kepada siapa pun, setidaknya untuk
sekarang. Dengan enam bulan sebelum promosi menjadi Detektif
Kelas Satu dan bonus lima ribu dolar setahun untuk pensiunnya"
Persetan dengan kursus Braille dan audiobook. Persetan anjing
pemandu dan tongkat logam itu. Persetan bertanya pada orang asing
untuk membantu menyeberang jalan. Ia baik-baik saja. Daya
fiksasinya masih baik. "Saya akan baik-baik saja," ujarnya.
"Benarkah?" "Tentu. Saya sudah terbiasa mendengar kabar buruk dalam
menjalani pekerjaan."
"Begitukah?" Dokter itu melengkungkan alis. "Telemarketing
pasti lebih berat daripada yang saya duga."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
4 "DAHULU KALA, di negeri antah berantah..."
Hoolian berbaring seperti jam mati di sofa cokelat butut milik
sepupunya, Jessica, sebentar-sebentar mengedut tak sadar, sementara
TV meraung dan sekelompok anak gadis kecil bermain baju-bajuan
di sekelilingnya. "Saya, Aku, sang penguasa kegelapan pengubah wujud,
melepaskan kejahatan tak terperi.... "
Ia membuka mata dan dilihatnya setan berwujud kartun di layar
TV dengan kepala garpu dan bibir hijau, lalu setengah tertidur
kembali selama beberapa detik sementara narator berkisah tentang
seorang kesatria muda pemberani yang maju dengan pedang ajaib
untuk menantangnya. Saat separo terjaga, ia melihat dirinya sebagai si samurai muda
dengan pedang, di tangga menuju ruang pengadilan memakai jubah
putih, rambutnya digelung di belakang dengan sumpit, pedangnya
melengkung dan berkilat-kilat saat ia ayun-ayunkan ke arah musuhmusuh dari segala penjuru.
"Kini si PANDIR ingin kembali ke masa lalu... "
Ia mengayunkan pedang lagi dan kerumunan itu menahan napas
dan menyingkir, dan tampaklah seorang gadis terbujur di
hadapannya, tercekik dan memperlihatkan luka sayatan di
tenggorokan. Jantungnya menciut saat ia melihat ayahnya di
belakang gadis itu, memangku kepalanya dan berbisik dalam bahasa
Spanyol, berusaha menenangkan. Lo siento, muchacha. Lo siento.
Ia mendadak duduk dan menemukan seorang gadis kecil berwajah
boneka pucat dan rambut hitam kusut menatapnya, melambailambaikan sebuah gagang di depan wajahnya.
"Maukah kau membantuku?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia menggosok- gosok mata, berusaha tersadar sepenuhnya, rasa
kantuk masih terasa perih di sudut matanya. Sudah hampir pukul
empat pagi saat ia akhirnya berhasil menghubungi Jessica di telepon,
yang baru saja pulang dari klub, dan berjalan menuju apartemennya.
Bahkan di waktu selarut itu, ia menyadari ada sesuatu yang tak
beres. Cuaca terlalu panas dan tak ada apa-apa di kulkas kecuali satu
karton jus jeruk Tropicana, beberapa wadah masakan Cina, dan
setengah galon susu yang sudah tiga hari lewat dari tanggal
kedaluwarsa. Lima orang tinggal di sana berbagi satu kamar tidur
sesak, dengan dinding berjamur, cermin pecah dan kursi toilet yang
retak-retak. Sebelum menunjukkan sofa pada Hoolian, Jessica
memberitahunya agar jangan ribut karena ia memiliki tiga "bayi,"
yang membutuhkan tidur. Tetapi kini setelah melihat berkeliling, ia
juga tahu bahwa sepupunya itu juga memiliki barang-barang
modern: TV layar lebar, sebuah Playstation 2, dan stereo high-tech
dengan lampu merah kecil yang berubah dari piramida menjadi garis
datar seiring irama. "Aku tak bisa mencapai belakangnya." Gadis itu melambailambaikan benda yang kemudian ia kenali sebagai sisir di depan
wajahnya. "Tolong sisirkan untukku."
Hoolian menutupi tubuhnya dengan selimut dan melihat jam di
atas TV sudah menunjukkan hampir pukul delapan. Mengapa anakanak ini tidak pergi ke sekolah"
"Ayolah!" Gadis itu menyorongkan sisir itu padanya dengan tidak
sabar, usianya baru enam tahun dan terbiasa meminta perhatian.
Ia ragu-ragu, tak yakin dirinya dapat mempercayai dirinya sendiri.
"Cepatlah!" Ia mengambil sisir itu dan dilihatnya gadis itu berputar seperti
seorang diva meminta penata gaya agar membuatnya terlihat cantik.
Gumpalan rumput laut kusut berkilauan berada di depan matanya.
Rasanya salah merusak keadaan itu, ikut campur dengan semarak
alami liar yang memikatnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau kenapa?" Gadis kecil itu melirik dari balik bahunya. "Kau
bodoh?"

The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan lembut Hoolian meletakkan sisir itu ke belakang kepala si
gadis dan perlahan- lahan menyapukannya ke bawah, sadar tak
pernah melakukan hal ini sebelumnya.
"Lebih keras lagi," paksa gadis kecil itu.
Hoolian celingak-celinguk, berharap Jessica atau pacarnya, si
"Eksklusif akan keluar kamar dan mengambil alih pekerjaan ini.
Tapi pintu kamar mereka masih tertutup dan dua gadis kecil lainnya
bermain baju-bajuan, mengabaikan mereka dan bergerak-gerak
seperti jago disko. Hoolian menarik sikat di antara helai- helai rambut gelap itu,
menyadari anak ini sudah cukup lama tak mencuci rambut.
"Aw! Terlalu keras!"
Ia memajukan badan, berkonsentrasi, menahan tubuh si anak
dengan satu tangan di atas tempurung kepala kecilnya yang rapuh,
perlahan- lahan menyapukan sisir sikat itu ke bagian rambut yang
lain, karena yang paling kusut sudah selesai.
"Nah, sekarang kau sudah bisa!"
Hoolian menemukan iramanya, mulai terbiasa dengan luncuran
jemarinya. Payah, di sinilah aku sekarang, menyikat rambut anak
kecil. Tanpa merasa segan-segan, anak itu duduk di atas lututnya.
Hoolian meraih selimut untuk menutupi badannya, khawatir
sentuhan halus tubuh yang hangat akan membuatnya ereksi.
Tentu saja, kemudian pintu kamar terbuka dan si Eksklusif keluar,
pria berpantat menonjol dengan rambut dikepang kecil-kecil dan
badan seperti jari tengah yang tak terpasang baik, menggaruk-garuk
selangkangannya yang memakai Jockeys gaya bikini warna beige.
Hoolian sudah separo menduga, pria itu memakai heroin, dengan
peralatan yang tergeletak sembarangan. Ia menatap Hoolian dan
gadis kecil di pangkuannya dengan sorot mata keledai sambil
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
melangkah menuju dapur, mengambil jus jeruk dari kulkas, dan
langsung minum dari karton. Jelas sekali bukan tipe orang yang
disukai Hoolian. Pria itu meninggalkan karton di meja dapur dan
berjalan melewati mereka berdua, tangannya di belakang sekarang,
menggaruk-garuk pantat sambil menyeka mulut.
"Itu ayahmu?" tanya Hoolian, menyentuh gadis di pangkuannya.
"Bukan, Eksklusif milik adik bayiku. Tapi ia cemburuan."
Beberapa menit kemudian Jessica muncul, dengan mata
mengantuk memakai T-shirt bertuliskan "Tiipac 4 ever", celana
dalam merah muda, dan cat kuku cokelat.
Ia memberi isyarat pada Hoolian untuk ikut ke dapur dan
menunduk menatap lantai. "Sepertinya kau tak bisa tinggal di sini
malam ini." "Kenapa!" Ia melihat gadis kecil yang rambutnya ia sisir tadi
mengintip dari balik kulkas.
"Kau tahulah." Jessica mengepit ibu jari kakinya di antara dua
jemari kaki lain. "Pacarku tak ingin kau dekat-dekat anak-anak saat
ini." "Kau membelaku, kan?"
"Ia sangat protektif." Ia melihat sekilas ke arah pintu kamar, dan
si Eksklusif muncul kembali. "Ia tak suka pria lain menyentuh anakanakku." Hoolian menatap bolak-balik mereka berdua, berusaha menebak
siapa yang memegang kekuasaan di sini. "Tapi, ibumu dan ibuku
bersaudara. Bagaimana tentang la familia?"
"Aku minta maaf." Jessica menengadah dengan mata sedih.
"Tolong jangan membenciku karena ini."
"Jangan membencimu" Kau sepupuku dan kau mengusirku ke
jalan. Maumu aku bagaimana, berterima kasih?"
"Yo, man." Eksklusif datang ke dapur. "Ada masalah apa?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak ada masalah. Aku hanya bicara dengan sepupuku."
"Ia memintamu pergi. Jadi, kenapa kau tak angkat kaki saja?"
"Kenapa kau tak urus saja dirimu sendiri?" Hoolian mengepalkan
tangan. "Hah?" Dilihatnya Eksklusif terpaku dan melirik ke belakang ke arah
kamar tidur, seolah ia meletakkan keberaniannya di sana.
Pandangan sepupunya yang ikut menengok ke kamar tidur
mencuatkan perasaan tak beres yang memberi tahu Hoolian bahwa
mungkin ada sepucuk pistol di bawah ranjang.
"O h, lupakan sajalah, man," Hoolian melambai dengan jijik.
"Kalian tak cukup berharga untuk membuatku kena masalah."
Ia kembali ke sofa dan mulai memasukkan pakaian ke tas
besarnya, sadar gadis kecil itu masih mengikutinya, seakan-akan
kulitnya sedang meleleh, memperlihatkan monster memalukan yang
gemetar di baliknya, tertutupi oleh luka-luka yang mengucur dan
bisul-bisul yang pecah. "Yo, lagi pula aku tak tahu apa yang kau harapkan," kata Jessica.
"Kau mungkin la familia, tapi aku bahkan tak kenal dirimu."
5 DAFTAR MENU di kedai kopi itu lebih panjang ketimbang novel
War and Peace karya Leo Tolstoy, dan Francis mulai merasa lelah
menyimak setiap halaman dengan kolom-kolom kecil menu harian
spesial, soups du jour, panekuk sarapan, makan siang bungkus, roti
lapis tiga tumpuk, pencuci mulut ala Yunani, dan kudapan Meksiko.
Ya ampun, mereka benar-benar serius membuat daftar ini! Beberapa
tahun lagi ia mungkin butuh seseorang untuk membacakan semua
ini. Ia menutup buku berlapis kulit itu dengan enggan dan melirik
pelayan. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Berikan saja dua telur orak-arik dengan sepotong daging goreng,
dan secangkir kopi," ujar Francis, menentang peringatan Dr. Friedan
tentang efek makanan terhadap penyakitnya. "Dan, aku minta muffin
Inggris dengan mentega di atasnya."
Di seberang meja, Paul Raedo, asisten Jaksa Wilayah Manhattan,
memesan sepiring wortel mentah dan secangkir teh Lipton dengan
madu dan gula yang berlimpah.
"Dan, mereka bilang aku orang aneh," gerutu Francis.
Paul, yang meminta Francis sarapan bersamanya di dekat City
Hall, adalah tanda seru berwujud manusia, peluru kendali ramping
dengan setelan Brooks Brothers. Francis terkadang merasa sedikit
tak nyaman saat berdiskusi mengenai kasus dengannya di kantor,
karena Paul kadang tiba-tiba suka meloncat-loncat seperti anak
hiperaktif, rambutnya yang dipotong pendek mencuat seperti ratusan
ujung kuku kecil menembus tempurung kepala, suspender hitam
mencengkeram pundaknya seperti borgol. Tapi, ia cukup oke untuk
berada di sampingnya dalam barikade, selalu siap mengambil
tanggung jawab, setuju bicara tawar-menawar pembelaan hanya
setelah ia menunjukkan gerbang neraka pada si terdakwa. Lebih dari
sekali Francis menolak ikut Pertandingan Poker Pembantaian Selasa
Malam milik Paul yang terkenal itu, beranggapan bahwa setelah hari
panjang dan brutal di bagian pembunuhan, hal terakhir yang ia
butuhkan adalah uangnya tetap aman.
"Bagaimana keadaan anak-anak?" tanya Paul, menutup daftar
menu bersampul kulit dengan suara pfft bisu dan menyodorkannya
pada pelayan seperti berkas rahasia.
"Ah, kau tahulah, saling bersaing untuk melihat siapa yang bisa
lebih dulu membuat ayahnya kena serangan jantung."
Francis agak khawatir dengan orang-orang tak berkeluarga yang
bertanya terlalu banyak tentang anak-anaknya, menganggap mereka
punya agenda tersendiri. Dengan para wanita, hal itu hanya kadangkadang disentil di balik senyum, seperti penembak jitu di belakang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bayangan. Namun dengan para lelaki yang bukan kawan dekat, itu
lebih seperti manipulasi terang-terangan, sebuah upaya mencuri hati
untuk meminta kompensasi.
"Bukankah kau punya seorang putra yang menjadi tentara?"
kerling Paul. "Baru saja dikirim ke Korea," jawab Francis sambil menggerutu,
berusaha mengabaikan pikiran yang membuat perutnya terasa
disusupi air es. "Putriku yang mewarisi otak ibunya.
Belajar genetika di Smith. Katanya ia ingin membuktikan mata
rantai yang hilang dari ayahnya."
Seringai nakal tersungging di wajah Paul. Lelaki itu tak mengerti
apa-apa. Ia belum pernah berniat menikah. Pacar-pacarnya tampak
hanya datang dan pergi tiap enam bulan. Alih-alih menyiapkan
pernikahan, kebanyakan waktu luangnya dihabiskan untuk merencanakan liburan olahraga ekstrem. Sementara orang lain
menaruh foto-foto keluarga di kantor, ia memilih memajang fotofoto saat bersepeda melintasi Rusia, paralayang di Yucatan, dan
bodysurfing di Maui. Dan, untuk alasan yang tak pernah ia jelaskan
pada Francis, sebuah rudal harpoon menggantung di dinding, di
seberang potret Jenderal George Armstrong Custer dengan seragam
tentara Union-nya. "Jadi, ada apa, Paul?" katanya, ingin fokus pada hal lain selain
kesehatan atau putranya sejenak.
"Kurasa kau sudah dengar tentang Julian Vega."
"Ada apa dengannya?"
"Ya, kau tahu ia telah bertahun-tahun mengirim surat dari penjara,
mengungkit tentang keterangan saksi dan apakah pengacaranya
kompeten..." Sejak meninggalkan ruang kerja dokter tadi pagi, Francis sudah
menyiapkan berbagai topik untuk mengalihkan pembicaraan, seperti
berita TV kabel, tetapi kini semua mendadak hilang.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mungkin aku pernah dengar dari seseorang," jawabnya.
"Hakim Santiago mengizinkan dengar pendapat di Rikers
kemarin. Dan setelah mendengarkan semua argumen Julian tentang
isu kompetensi, ia memutuskan untuk mengabulkan mosi itu dan
membatalkan dakwaan."
Pelayan datang membawa kopi pesanan.
"Mana pemanis Sweet 'n Lcw-nya?" ujar Francis, menoleh ke
sana-kemari. "Bukankah restoran seharusnya selalu menyediakan
Sweet 'n Low di meja?"
Tiba-tiba saja, penting sekali baginya semua hal berada di tempat
yang tepat. "Tepat di sebelahmu, Francis." Paul menunjuk tepi meja, tepat di
luar bidang pandangnya. "Dengar, memang sudah pasti kau akan
jengkel." "Yang benar saja, Paulie." Ia mengambil bungkusan merah muda.
"Kenapa tak seorang pun yang berpikir untuk memberitahuku lebih
awal?" "Apa yang akan kau katakan di sidang dengar pendapat itu"
Masalah ini tak ada hubungannya denganmu. Hampir semua yang
dibela Ralph Figueroa ingin kasusnya dibuka kembali, karena ia
bajingan bejat pecandu obat yang tak pernah mengatakan pada klien
bahwa mereka punya hak untuk membela diri. Mereka telah
menjatuhkan empat kasusnya dalam tiga bulan terakhir ini."
"Dan, tak pernahkah terpikir olehmu bahwa aku mungkin
keberatan dengan hal ini" Apa kau lupa kejadian di Auburn beberapa
tahun lalu?" "Hakim diyakinkan bahwa itu murni kecelakaan. Aku menaruh
catatan tentang hal itu dalam berkas kasus."
"Sebuah kecelakaan?" Francis menyobek bungkusan itu dan
menuangkan sakarin di atas permukaan hitam yang mengilat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Keparat kecil itu berusaha memukulku di lorong. Untung penjaga
ikut melerai, karena aku sudah siap menghajarnya."
Pintar sekali kau bicara, Helen Keller. Saat itu, Francis sama
sekali tidak siap. Terburu-buru berjalan di lorong dalam sebuah
kunjungan untuk menemui calon Kepala Inspektur saat ia mendengar
suara di luar ruang makan, memanggil, "Hey, embustero." Ia tak
melihat Hoolian melangkah keluar dari barisan dan menyergapnya
hingga hampir terlambat. Lagi pula ia tak akan mengenali anak itu,
setelah bertahun-tahun tak berjumpa.
"Mestinya aku punya kesempatan bersaksi tentang kasus itu
dalam dengar pendapat," omel Francis, menyadari semua itu
mestinya merupakan pertanda awal.
"Hakim berketetapan bahwa Hoolian sudah dihukum enam puluh
hari dikucilkan gara- gara tindakan tersebut dan itu sudah cukup
baginya." Paul mengangkat telapak tangan saat pelayan datang
membawakan teh dan wortel mentahnya. "Tak ada kontak fisik. Jadi
aku tak tahu apa lagi yang kau harapkan."
"Jadi, begitu saja" Ia sudah bebas" Mungkin orang kantor
mentraktirnya sarapan juga?"
"Ayolah, Francis, jangan begitu."
"Jangan begitu apa?"
Pelayan itu meletakkan telur dan daging goreng pesanannya.
"Jangan ingatkan kau" Itu yang ingin kau katakan?"
"Bukan..." "Memangnya kau ingat kasus ini" Kau sudah mengecek
berkasnya lagi?" "Ya, aku sudah memeriksa berkasnya, Francis." Paul mengambil
wortel dan menggigitnya separo.
"Jadi, tentu kau ingat tentang anak dan botol itu?"
"Apa?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Anak dengan botol susu terkutuk terikat mengelilingi lehernya."
Paul berhenti mengunyah dan menggeser wortel setengah hancur
dari satu sisi mulutnya ke sisi yang lain. "Apa yang kau bicarakan?"
"Kau tak ingat?"
"Tolong jelaskan."
Francis melirik sekeliling restoran, sadar dirinya menoleh terlalu
lebar dari lazimnya untuk melihat jika ada yang mendengarkan.
"Kau ingat gadis itu bekerja di Bellevue, kan?" ia merendahkan
suara. "Ya. Ia bekerja di ruang gawat darurat bagian anak-anak."
"Benar. Persis. Nah, tepat sebelum libur Natal sebelum ia
meninggal, guru kelas tiga dari salah satu sekolah sok elit di kota
pergi ke ruang gawat darurat bersama anak lelaki berusia delapan
tahun. Ayahnya seorang pengacara terkenal di sebuah firma
terhormat. Tapi guru itu tahu ada sesuatu yang tak beres, karena anak
itu menderita lebam- lebam di kedua lengan dan nyeri hebat di perut
setiap hari. Allison mulai memeriksa anak itu dan mendapati bahwa
anak itu mempunyai benjolan besar di bawah kausnya. Dan ketika
diangkat, ternyata ada botol bayi terikat di sekeliling lehernya."
"Aku masih tak ingat," Paul menghisap gerahamnya.
"Jadi Allison melakukan pekerjaannya, seperti halnya kita akan
bertindak dalam situasi seperti itu," kata Francis. "Ia bicara empat
mata dengan anak itu. Ia bicara padanya, mencurahkan perhatian. Ia
bermain Monopoli dengannya. Ia berhasil mendapatkan kepercayaan
anak itu. Dan, kemudian ia mengetahui bahwa ayah si anak, Tuan
Korporat Hebat Tahi K uda, mengatakan anak itu bertingkah seperti
bayi. Menangis dan mengompol di ranjang. Jadi, jika bertingkah
seperti bayi lagi, ia harus memakai botol bayi ke sekolah. Anak kelas
tiga SD, Paulie. Bayangkan."
Francis mengaduk kopinya lagi, tak ingin mengambil risiko


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meminta susu karena bisa saja wadah susu tepat di sebelahnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Semua perawat berada di luar ruangan ketika Allison berusaha
mengambil botol itu darinya. Anak malang itu histeris, memohon
padanya, ' Tolong, tolong, jangan - jangan - Ayah akan sangat
marah. Tolong jangan membuatku melepasnya.' Hati mereka hancur.
Padahal mereka perempuan-perempuan tegar. Mereka sudah pernah
melihat hal- hal buruk. Mereka membuatmu terlihat seperti gadis
paduan suara." "Francis, ayolah..."
"Allison lalu menghubungi si ayah dan mengomelinya. Gadis
baik-baik ini, yang ibunya menulis buku anak-anak. 'Kau, bajingan
keparat, aku akan menghubungi petugas sosial, aku akan
menghubungi Biro Kesejahteraan Anak dan melaporkanmu...'
Dengan seorang perawat Jamaika menyemangati di belakangnya."
"Ia berhasil memenjarakan orang itu?"
"Lelaki itu hanya dikenai keterangan." Francis mengaduk
kopinya. "Bajingan. Dan, ya, aku mencurigainya sebagai
pembunuhnya saat itu. Tapi terkutuk itu sedang berada di Gstaad
bersama pacarnya." "Itu sudah lama sekali, Francis. Seperti dari Abad Kegelapan.
Semua hal kini berbeda."
"Gadis itu salah seorang dari kita." Francis menatap, penglihatan
sentralnya masih berfungsi. "Ia orang baik."
"Hey, Francis. Jangan membuatku menjadi orang jahat. Ini
masalah rumit. Orang ini dikurung saat berusia tujuh belas dan
keluar setelah tiga puluh tujuh tahun. Banyak orang akan bilang kita
telah berhasil." "Dan Allison akan berusia empat puluh enam..."
"Oke, oke." Paul menaruh wortelnya. "Tak ada yang mengatakan
kita menyerah. Ini kejahatan keji. Tak diragukan lagi. Orang-orang
masih ingat. Bukan tugas kita membiarkan pembunuh bebas sebelum
hukuman mereka selesai."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Terutama jika ada yang berniat menjadi hakim."
"Itu tuduhan murahan, Francis." Rambut-rambut menegang di
kulit kepala Paul. "Kau tahu itu."
"Jadi ternyata itu benar."
Tentu saja, Francis juga sudah mendengar gosip itu. Setelah
bertahun-tahun, orang seperti Paul tak hanya duduk-duduk
menunggu Jaksa Wilayah pensiun atau wafat. Mereka terus menaruh
ambisi dan bahkan berpolitik. Wajar saja jika Paul ingin menjadi
hakim. Ia tak punya sifat atau kemampuan sosial yang cocok di
sektor swasta - tak ada istri untuk menenangkan ketegangan dan
menyajikan ilusi akan pesona pesta perusahaan. Di kursi hakim, ia
akan lebih bersinar dan bebas membantah tanpa ada perlawanan,
memuaskan balas dendam dengan baik di tahun-tahun senjanya.
"Jadi dari mana kita memulai?"
"Secara resmi belum ada keputusan dibuat," Paul menuangkan air
panas ke dalam cangkir teh. "K ita punya pilihan meneruskan
dakwaan seolah-olah ini masih 1983 atau tak mengambil tindakan
sama sekali. Tapi ada hal lain yang ingin kubicarakan denganmu."
"Apa itu?" "Debbie Aaron menjadi pengacara Hoolian."
"Kau bercanda?"
"Maunya begitu. Hoolian pasti sudah menyusuri separo pengacara
di New York sebelum akhirnya pergi padanya"
"Debbie A, si keparat itu."
Ia mendorong telurnya yang tiba-tiba berbau tidak enak,
merenungi lingkaran bekas piring di atas meja.
"Kau kenal dengannya saat ia mengerjakan kasus narkotika di
kantor kita, kan?" Paul mengambil kantung teh dari cangkir dengan
sendok. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Yeah, kami memanggilnya 'A keparat' karena ia selalu berusaha
menggoyahkan kesaksian sebelum kami bersaksi di pengadilan."
Bagaimana kau tahu ia membawa senjata, Detektif" Apakah kau
benar-benar melihat uang yang beralih tangan" Mengapa kau tak
menemukan narkotika lebih banyak di apartemennya" Selama tiga
detik pertama, pikirnya, ia agak tertarik pada wanita itu. Ia senang
pada wanita yang dapat menonjolkan kehebatannya. Tapi ia
kemudian sadar wanita ini hanya akan membuat jengkel dengan
tuntutannya yang galak akan kejujuran dan
meremehkan kompromi - mereka akan seperti dua gergaji listrik yang bertarung.
"K ita harus berjalan dengan hati- hati." Paul melingkarkan benang
di sekeliling kantung tehnya. "Entah apa kau mendengarnya atau
tidak, tapi Debbie sudah mengajukan gugatan pada pihak kepolisian
atas sebuah dakwaan keji."
"Tentang masalah dengan Marty Delblanco di satuan dua-delapan
itu?" Francis pernah mendapat masalah sulit terkait gosip di
departemennya. Seorang pecandu yang dikurung di Harlem karena
memerkosa dan membunuh seorang nenek berusia delapan puluh
tahun baru-baru ini dibebaskan setelah lima belas tahun berkat bukti
DNA dan penarikan kembali pernyataan saksi. Dan sekarang Debbie
A, menuntut atas namanya, dengan tuduhan bahwa detektif yang
menangani telah memukulinya agar ia memberi pengakuan lengkap.
Marty adalah detektif itu. Yang mengejutkan semua orang, bukan
hanya karena kepolisian dan pemerintah kota disebut-sebut dalam
tuntutan 3,2 juta dolar itu, namun Marty juga dikenai gugatan secara
pribadi sebesar 750 ribu dolar.
"Menurut gosip, Debbie berlaku keras pada polisi karena pernah
menikah dengan detektif di satuan sembilan-nol yang suka
memukulinya," jelas Paul. "Mereka kini sudah berpisah. Ia
memenjarakan suaminya dengan delik kekerasan rumah tangga."
"Apakah Marty membayar tuntutan itu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ganti rugi masih tanda tanya. Ia mestinya memperlakukan anak
itu dengan baik agar mendapatkan pernyataannya. Tidak jelas
apakah ada orang lain yang mesti bertanggung jawab untuk hal
tersebut." Francis melekatkan lidahnya ke langit- langit mulut. "Brengsek,
kau tak akan cemas oleh kasus ini, kan?"
Paul meremas sisa-sisa kantung teh. "K ita harus bersatu, Francis."
"Apa maksudmu" Aku tak pernah memanipulasi Hoolian. Ia
menempatkan dirinya sendiri di tempat kejadian."
Paul merendahkan suara. "Ayolah, Francis. K ita semua tahu
penyelidikan itu tak pernah sempurna."
"Apa maksud perkataanmu itu?"
Paul menaruh sendok dan kantung teh di sisi cawan, membiarkan
keheningan berbicara sendiri.
"Kau juga tahu bahwa kau sendiri tidak sempurna, Yang Mulia.
Aku tak pernah dengar Asosiasi Pengacara Amerika memberi pujian
atas caramu menangani beberapa penyelidikan awal."
Paul melekukkan tangannya ke belakang kepala tanpa sadar. "Ya,
anggap saja ada beberapa hal yang mungkin sebenarnya bisa kita
lakukan secara berbeda?"
Francis melempar tisu. "Tentu, kenapa tidak" Anggap saja semua
ini hanya uji coba agar kita melakukan hal yang benar lain kali."
"Senang kau menganggap hal ini lucu."
"Jadi, apa yang ingin kau lakukan?"
"K urasa kita harus di pihak yang menganggap bahwa dakwaan itu
masih berlaku dan penyelidikan masih berlangsung," kata Paul,
meniru kerut alis bijak dan dagu berwibawa orang yang bekerja di
kantor pelayanan publik. "Tak ada dari mosi empat-empat puluh
yang berkontradiksi dengan fakta- fakta yang mendasari kasus itu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Jika Debbie A ingin melawan kita, ia harus membuktikan adanya
unsur kesengajaan untuk mengabaikan bukti spesifik."
"Benar," kata Francis. Uraian itu mulai merayapi kepalanya lagi.
"Dan ia akan kesulitan membuktikan hal itu. Sudah dua puluh
tahun berlalu. Aku tak tahu ke mana ia akan mencari saksi..."
Arroyo. Hernandez. Francis sudah lebih dulu menceburkan diri
dalam putaran arus, berusaha mengingat nama-nama yang muncul
dalam penyelidikan awal. Ia teringat dirinya masih menyimpan
buku-buku catatan lama di rumah.
"Francis...," sela Paul.
"Apa?" Paul memajukan badan di meja, memandang tajam dari topeng
ilmu hukum, sekali lagi. "K ita yakin kita menangkap orang yang
tepat, bukan?" "Julian Vega membunuhnya," ujar Francis tegas. "Pintu depan
gedung itu dikunci setelah tengah malam. Tak ada orang lain yang
dapat masuk ke apartemennya kecuali mereka punya kunci, seperti
ia. Sidik jarinya ditemukan pada senjata pembunuh. Tak ada orang
yang terlihat pergi. Darah gadis itu menciprati peralatan
tukangnya..." Tapi, ia menyadari ada semacam kedangkalan pada litani - doa
yang diungkapkan sambut-menyambut pada upacara kebaktian - itu
kini, setelah lama waktu berlalu, seperti doa penganut agnostik.
"Apakah sudah memberi tahu keluarganya, tentang apa yang
terjadi?" "Aku sudah menelepon untuk mencari jejak mereka melalui
Pelayanan Korban," kata Paul samar. "Tapi nomor telepon terakhir
yang kuhubungi sudah dicabut. Mereka banyak berpindah-pindah
sejak 1983." "Jadi, Hoolian keluar dan mereka masih belum mengetahuinya?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Pauf terlihat malu, mengingatkan Francis bahwa bahkan orang
paling matematis di dunia pun terkadang tak bisa mengerjakan soal
matematika dasar. "Bagaimana kalau mereka lebih dulu membacanya di surat
kabar?" "Aku berharap kau bisa bicara pada mereka, Francis." Kedua
Anak Pendekar 9 Pedang Keramat Thian Hong Kiam Karya Kho Ping Hoo Pendekar Muka Buruk 1

Cari Blog Ini