Ceritasilat Novel Online

The Devils Dna 7

The Devil's Dna Karya Peter Blauner Bagian 7


"Kau orang yang pemaaf, Julian." Nona A menggelengkan
kepala. "Tidak, aku tidak seperti itu," ia membetulkan. "Aku masih geram
dengan semua itu, tapi aku tidak bodoh. Ketika menemukan orang
tua itu, aku tahu aku punya pilihan. Aku bisa mematahkan lehernya,
atau mencoba membuatnya menolongku."
Ia memijit belakang leher Nestor setengah main- main dan terasa
olehnya lelaki tua itu agak tegang.
"Aku tahu ayahku akan memintaku memakai otak."
"Kau tetap orang yang lebih baik dariku, Gunga Din," ujar Ms.
A., membalikkan badan menghadap Nestor. "Tapi, Pak Arroyo, saya
masih tak tahu apa-apa tentang Anda. Aku senang kami memperoleh
kesaksian Anda hingga kita akhirnya tahu kisah sebenarnya, tetapi
itu sedikit terlambat. Anda mengira seseorang yang mengalami
penderitaan semacam itu dalam hidupnya mungkin memperlihatkan
kasih sayang untuk orang yang ia kenal. Dan jangan pura-pura tak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
mengerti ucapan saya. K ukira bahasa Inggris Anda jauh lebih baik
dari yang Anda tampilkan."
Portir itu tersenyum dan menyentuh ujung topi anyamnya. "Que
quiere de mi, yo soy solo el pianista?" ujarnya.
"Apa maksudnya?" Nona A melirik Hoolian meminta penjelasan.
"Ia berkata, 'Apa yang Anda inginkan dari saya, Bu" Saya hanya
seorang pemain piano."'
53 SAAT MALAM mulai melembut dan kabut halus mengambang di
atas Riverside Park, pria-pria dengan hanya mengenakan kaus keluar
dari rumah-rumah berwarna pasir di 89th Street, dengan berisik
menyeret tong sampah ke pinggir jalan untuk diangkut. Tom Wallis
salah satu di antara mereka, mengangkat dua kantung besar seolah
ada mayat di dalamnya lalu menepuk-nepuk tangan seraya naik
kembali ke undakan dan masuk ke dalam rumah, puas atas
pekerjaannya. "Baik," Rashid, di kursi supir, merendahkan teropongnya. "Ia
punya banyak benda di kantung itu."
"Lampu menyala di dalam rumahnya?" tanya Francis, duduk di
sebelahnya, dalam mobil Le Sabre yang diparkir setengah blok
jauhnya. "Hanya di lantai tiga dan lantai satu."
"Jadi, Eileen dan ia masih terjaga. Lebih baik kita menunggu
sebentar. Aku tak ingin menarik perhatian dan membuatnya tahu apa
yang kita kerjakan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mereka duduk dalam diam beberapa lama, mendengarkan
raungan tak keruan terompet dan gitar elektrik di CD player hingga
Rashid tak tahan lagi. "Aku terlahir untuk memainkan musik ceili funkyl" ia
mengeluarkan cakram itu dan memegangnya ke arah lampu. "Omong
kosong macam apa itu?"
"Black 47. Dan kita baru setengah jam menikmati Biggie Smalls
dan Dr. Dre memukuli si jalang dan mengisap ganja."
"Baiklah, kita tak perlu mendengar apa-apa kalau begitu. Duduk
diam saja di sini." "Oke." Mereka menunggu hingga cahaya lantai atas padam, lalu Francis
mengambil teropong. "Eh, Bung, menurutmu aneh tidak, kita tak saling berbicara?"
Rashid akhirnya bertanya.
"Kenapa, apa yang ada di pikiranmu?"
"Aku hanya merasa kau begitu diam, G. Kau marah padaku atau
apa?" "Tidak. Kenapa kau berkata seperti itu" Apa kau salah satu dari
orang-orang yang gampang terharu saat menonton acara Oprah?"
"Begitulah kata istriku. Tapi ia tidak tahu. Mulutnya seperti
senapan mesin. Tapi aku memberitahunya kemarin malam. 'Aku tak
mengerti ada apa dengan rekan kerjaku sekarang. Tingkahnya
menjengkelkan sekali. Ia bahkan tak melambai padaku saat aku
melihatnya menyeberang jalan.'"
"Kapan itu?" "Sepertinya sudah tiga kali. Aku berada di Broadway di luar
kantor dan tingkahmu seakan kau tak melihatku."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Maaf." Francis menurunkan gelasnya, tak sanggup melihat apaapa dalam cahaya seperti ini. "Bukannya sombong."
"Aku hanya bilang, aku betul-betul kesulitan menyesuaikan diri
denganmu. Rasanya kau ada pesta besar-besaran di benakmu
sepanjang waktu, dan aku tak diundang. Aku seakan sendirian di
tengah padang, duduk di sini. Kalau kau masih marah tentang apa
yang terjadi di TKP, tolong lupakan saja itu. Aku tak layak
didiamkan seperti ini. Aku bisa bicara. Aku senang ngobrol."
"Hey, Rashid, kau tahu bagaimana orang bisa yakin jika dirinya
memiliki hubungan baik dengan rekan kerjanya?" sela Francis.
"Adalah saat kau tak perlu mengucapkan apa-apa. Kau dapat
memperkirakan apa yang dipikirkan temanmu. Maksudku, kau dan
aku, kita bisa duduk di sini dan ngobrol tentang segala macam yang
ingin kau bicarakan saat menghabiskan waktu delapan jam di mobil
bersama seseorang. Kita bisa bicara tentang kasus itu atau tentang
penangguhan pajak atau tentang Yankee, atau apapun. Tetapi pada
akhirnya, kita akan tahu bahwa kita benar-benar cocok satu sama
lain adalah ketika menghabiskan delapan jam bersama tanpa
mengatakan sepatah kata pun, satu sama lain."
"Wow." Rashid mendesah. "Malangnya istrimu."
"Bro, separonya saja bahkan kau tak
tahu." Francis mengembalikan teropong itu padanya. "Wanita itu seperti malaikat,
mau-maunya tinggal bersamaku. Tiap hari aku bersyukur pada
Tuhan telah mengabuti benaknya hingga aku mati kelak."
Rashid masih geram beberapa saat. "Aku hanya ingin bilang satu
hal lagi, oke" Aku tak mau keluar dari mobil dan mengaduk-aduk
tong sampah itu. Aku bicara terus terang. Ini acaramu."
"Oke, tenang. Aku tak takut mengotori tanganku."
Seorang pria kecil dengan anjing German shepherd besar berjalan
ke dalam lingkaran terang di depan rumah keluarga Wallis dan
menjatuhkan sebuah tas berat ke dalam salah satu tong sampah yang
Tom bawa keluar. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Dodol." Rashid mendesis jijik. "Kau yakin perbuatan ini
dilindungi Amandemen Keempat, mengaduk-aduk sampah orang?"
"Kau sedang jadi apa, pengacara undang-undang?"
"Sebetulnya, ya. Sementara kalian minum- minum di Coogan's
atau sejenisnya, aku mengambil kelas malam di Fordham Law. Jadi
aku tak ingin terlibat melakukan penyelidikan tanpa surat perintah."
"Jangan khawatirkan itu. Tong sampah mereka berada tepat di
trotoar untuk diangkut besok pagi. Itu adalah hak milik yang
diabaikan, sobat, di tempat umum. Benar-benar sumber bukti DNA
sah. Bapak Bangsa akan berkata, 'Silakan, ambil dan daur ulanglah
selagi kalian di sana.'"
Ia melirik sekilas pada Rashid, belum menyadari bahwa yang di
dekatnya adalah calon anggota barisan pembela.
"7o, ada hal lain yang ingin kubicarakan denganmu." Jemari
Rashid melekat di kemudi.
"Oke." "Jadi jangan mengejekku, oke?"
"Baik." Francis menahan diri, baru sadar semua itu baru
pembukaannya. Di bawah cahaya malam, kulit cokelat mulus kepala plontos
Rashid terlihat mengembang dan mengerut seolah ia mencari-cari
cara memulai. "Anak itu," ujarnya. "Julian."
"Ya." Francis meliriknya cemberut. "Ada apa dengannya?"
"Kalau kau benar tentang apa yang sedang kita lakukan malam
ini, ia tak punya kaitan apapun dengan kedua pembunuhan itu."
Francis menggerak- gerakkan lidah di bawah bibirnya, memperlihatkan ketidaksenangan.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Jadi, ada apa dengan itu?" tanya Rashid. "Kau mengirim seorang
bajingan ke penjara selama dua puluh tahun untuk sesuatu yang tak
ia lakukan" Kemudian kau memburunya untuk pembunuhan lain
segera setelah ia keluar" Kau membuat hidup anak itu bagai neraka."
"Kau bicara padaku sebagai seorang polisi atau sebagai calon
pembela dua tahun ke depan?" tanya Francis, tak berusaha menutupi
ketidaksabarannya. "Aku bicara padamu sebagai seorang lelaki. Oke?"
"Baiklah." Ia terdiam, merenungi cacat di kaca mobil dan tempat-tempat
yang cukup jauh di mana penglihatannya mulai mengabur.
"Apa sebenarnya yang kau ingin aku katakan" Beri aku petunjuk."
"Aku hanya ingin tahu. Bagaimana kau dapat menjalani hidup
dengan itu?" "Hey, aku hanya bagian dari proses," ucap Francis, otomatis
mengulang rentetan kata-kata yang ia ucapkan pada Patti. "Juri yang
memutuskan bukti dan hakim yang menentukan hukumannya..."
"Omong kosong, Bung. Kau pikir idiot macam apa yang tengah
kau ajak bicara" Aku tahu apa artinya. Aku menjebloskan sesama
nigger gara- gara mengedarkan narkotika dan sepupuku juga
dipenjara. Jadi, jangan mengoceh omong kosong tentang 'proses'.
Aku tahu proses itu."
"Kau ini apa, istriku" Aku tak akan mau berpasangan denganmu
kalau tahu kau begini sok bijak."
"Ya, kau tak punya pilihan dan sekarang kau terjebak dalam
mobil bersamaku. Dan kita akan membahas persoalan brengsek ini.
Kalau kau rekanku, aku ingin tahu bagaimana kau akan keluar dari
semua ini." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Lampu jalan di depan rumah Walliss mengerdip, menenggelamkan blok tempat tinggal itu ke dalam kegelapan kubur
selama beberapa detik. "Kalau aku membuat kesalahan, yang bisa kulakukan hanya
kembali dan berusaha memperbaikinya," ujar Francis perlahan.
"Kalau tidak, aku tak akan di sini."
"Memperbaikinya!" Suara Rashid serak. "Bung, bagaimana kau
akan melakukan hal itu" Kau menjebloskan anak itu waktu ia tujuh
belas tahun dan keluar di umur tiga puluh tujuh."
"Terkutuk, apa yang kau ingin aku lakukan dengan hal itu
sekarang" Menembak kepalaku sendiri" Aku di sini, kan?" ia
mengambil jeda sejenak untuk menguasai diri. "Dengar, aku
mengerjakan kasus ini sebaik mungkin. Yang bisa kukerjakan hanya
berusaha melakukannya dengan benar, kali ini. Jika ada yang ingin
mengambil lencana dan pistolku setelah aku selesai, silakan. Aku
terima apa pun yang akan terjadi. Aku bersedia ditebas pedang jika
perlu. Aku tak takut. Silakan. Aku hanya minta, biarkan aku sendiri
yang melakukannya. Kalau kau ingin membuatku bertanggung
jawab, biarkan aku bertanggung jawab."
Sadar olehnya ia mulai berkeringat. "Kau pernah berpikir
bagaimana rasanya?" tanya Rashid, halus seperti laci menggeser
terbuka. "Apa?"
"Untuk orang itu. Julian. Pernahkah kau berpikir bagaimana
rasanya dijebloskan untuk sesuatu yang tak ia lakukan?"
Francis membuka jendela, bertanya-tanya mengapa mendadak
ruangan terasa pengap. "Pernahkah kau berpikir tentang perjalanan panjang naik bis yang
mesti ia jalani bersama semua penjahat bajingan tak berhati itu"
Anak kecil ini bahkan belum keluar dari sekolah parokinya, berjalan
menyusuri blok-blok sel. Bisa kau bayangkan betapa takutnya ia"
Mereka melemparkannya ke dalam kolam hiu, Bung, sebelum ia
tahu caranya berenang."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Oke, aku mengerti." Francis mengulai lengannya keluar,
mengisap napas dalam-dalam.
"Aku ingin tahu apa kau bisa. Aku bertanya-tanya apakah kau
pernah berpikir tentang seperti apa rasanya kehilangan dua puluh
tahun terakhir dalam hidupmu..."
"Sudah, hentikan. Aku dengar."
Ia menyembulkan kepala keluar jendela, berusaha mencari udara
segar. Menghindar dari tatapan. Ia memperhatikan siluet-siluet orang
menaruh tong sampahnya di luar. Dua puluh tahun. Benaknya
berputar ke belakang, seperti pemutar film, mengulang saat-saat
gembira yang ia alami sejak usia tiga puluh tujuh hingga tujuh belas.
Ia melihat dirinya mengembalikan promosi, meninggalkan rumah
sakit tanpa bayi, mundur dari gereja tempat ia menikah sendirian.
"Hey, lampu itu baru padam." Rashid menyikutnya.
"Di mana?" "Lantai bawah dan atas. Mereka akan tidur."
"Baiklah." Francis menegakkan duduk dan memasang sarung
tangan lateksnya, lega bisa bergerak. "Longgarkan remnya dan
pergilah hingga separo blok. Aku akan loncat."
Mobil itu menggulir sekitar dua belas meter, meremukkan
dedaunan dan ranting di bawah ban, kemudian berhenti.
"Aku akan sedikit melewati rumah itu agar mereka tak melihatmu
keluar, kalau-kalau mereka mengintip dari jendela," Rashid berujar.
Francis ragu sejenak, melihat lampu jalan masih padam.
"Apa yang kau tunggu?" Rashid membetulkan spion belakang.
"K ukira kau tak takut mengotori tanganmu."
"Lebih kotor lagi juga tak apa." Francis membuka pintu dan
keluar dari mobil seperti baru meninggalkan pesawat terbang di
tengah perjalanan. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dengan segera ia sadar telah membuat kekeliruan, tak membawa
senter kecil, setelah pengalamannya tersesat di Red Hook. Rashid
telah mematikan lampu mobil, jadi ia bahkan tak punya cahaya apaapa untuk memandunya. Ia mendengar hembusan angin mengepakngepakkan kantung sampah, kibasan sayap merpati, dan jendela
bergeser membuka. Tiap bunyi menajam dan kian menonjol dalam
kungkungan kegelapan. Denyut nadinya terdengar memukul di telinga. Jangan panik. Ini
hanya sementara. Ia meraba-raba jalan antara tempat mobil diparkir
dan berusaha mengira-ngira jarak dari trotoar dengan bunyi langkah
kakinya. Ayolah, wahai bajingan, katakan di mana aku berada.


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakinya tersandung semak dan didengarnya sekelompok remaja
berlalu, sempoyongan oleh mengisap ganja di Riverside Park,
tertawa gaduh melihatnya, mengira dirinya tak lebih dari pemabuk
tua yang tengah berusaha mencari jalan pulang.
Diam. Rasa takutnya berbayang menjadi rasa marah dan malu. Ia
menubruk tong penuh berisi kaleng kosong dan suara gemerencing
aluminium bergema cukup keras untuk membangunkan separo
wilayah situ. Kuasai dirimu. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mencium
bau sayuran busuk, susu basi, dan biji kopi di salah satu tong
terdekat. Kegelapan di sekitarnya perlahan melunak, menghadirkan
cahaya ramping diagonal dari jendela di seberang jalan. Sinar itu
jatuh ke dua tong sampah bernomor 655 dari semprotan cat di
sisinya. Entah bagaimana ia menemukan dirinya tepat di depan
kediaman keluarga Wallis. Rashid, yang memarkir mobil ganda di
dekat situ, menekan-nekan pedal gas dengan tak sabaran.
Ia mulai mengaduk-aduk isi tong, mengeluarkan kantung kecil
dan tahu dari beratnya bahwa itu barang yang baru saja ditinggalkan
orang yang membawa Geraian shepherd tadi. Ia melemparkannya ke
samping dan mulai menjangkau lebih dalam mencari barang yang
lebih besar tepat saat ia menyadari seseorang tengah berdiri di
sebelahnya. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa yang kau lakukan, Francis?"
Ia tersentak mundur saat wajah pucat Tom menyembul dari
kegelapan. "Aaay, Tom..." Francis menyelipkan tangannya yang bersarung ke
dalam saku. "Ada apa?" Tom bertanya. "Kenapa kau ada di sini?"
"Tommy, Tommy. Tahun-tahun itu. Tahun-tahun brengsek itu.
Kadang kau harus mengingatkan diri sendiri tentang semua itu."
"Kau mabuk, Francis?"
"Mungkin habis minum sedikit." Francis mengikuti sangkaannya
sambil berusaha melepaskan sarung tangan tanpa mengeluarkan
tangannya dari saku. "Pelankan suaramu. Ibuku tidur di lantai satu."
"Ya, aku hanya ingin bicara dengannya, Tom. Katakan padanya
betapa aku merasa tidak enak atas keadaan ini..."
Sudah lama sekali sejak ia benar-benar mabuk hingga ia harus
berhati- hati agar tingkahnya tak berlebihan.
"Pulanglah, Francis. Ini sudah tengah malam."
"Benarkah?" Ia mendengar suara mesin hidup agak jauh dari situ dan khawatir
Rashid akan menghampiri dan merusak keadaan. "Aku hanya ingin
kalian tahu, aku masih mengerjakannya."
"Masih apa?" tanya Tom, mulai jengkel.
"Masih itu...kau tahu, tentang apa yang terjadi pada adikmu. Aku
belum lupa! Itulah masalah di dunia ini. Terlalu banyak orang yang
lupa akan hal- hal..."
"Francis, aku bahkan tak ingin kau membuka kasus ini lagi, kalau
kau ingat." Tom mengencangkan sabuk jubah mandinya. "Aku tak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tahu siapa yang akan diuntungkan, tetapi jelas bukan kami. Yang
kami inginkan hanyalah tak diusik lagi."
"Ya, ya, diakhiri. Aku ingat." Francis mengangguk. "Aku telah
memikirkan hal itu sejak kau mengatakannya."
"Kenapa memangnya?"
"Itu salah satu kata-kata baru itu, ya?"
"Kukira kau akan menemukannya dalam semua kamus."
"Tidak, orang memakainya lain sekarang. Mereka bilang,
'diakhiri,' seolah-olah itu akhir sebuah acara TV murahan. Seolah
kau bisa membungkus semuanya dalam setengah jam dan tak perlu
memikirkan hal itu lagi. Tapi kita tahu ia tak bekerja seperti itu.
Benar, kan, Tommy" Kau selalu memikirkannya. Bahkan saat kau
mengira tak memikirkannya, ia masih menggaung di belakang
benakmu. Itulah mengapa aku ingin bicara pada ibumu. Agar ia tahu
aku masih memikirkan hal itu."
"Kenapa kau tak berhenti minum saja, ngomong-ngomong?" Tom
menggaruk lemah di belakang tenggorokannya. "Demi Tuhan,
Francis, kau bahkan hampir tak bisa berdiri tegak. Kau bilang itu
menghormati keluarga kami?"
"Ya, kita melakukan apa yang kita bisa."
Mereka saling tatap satu sama lain tanpa berkata-kata. Selama
beberapa saat, Francis merasakan sensasi aneh seakan selimut malam
terangkat dan berdesir di atasnya, mengencangkan diri dan
menghembuskan angin kecil.
"Pulanglah, Francis." Tom mendesah. "Kau mempermalukan
dirimu sendiri." "Maaf kau merasa seperti itu, Tom. Aku hanya berusaha
melaksanakan tugas."
"Ya, ampun. Sudah cukup. Aku mau tidur."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia berbalik dan berjalan kembali ke rumah, menggelenggelengkan kepala dan mengunci gerbang di belakangnya.
Francis mengambil dua gunduk kantung dari tong dan
tersandung-sandung berjalan ke arah Buick itu.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rashid.
"Baik-baik saja." Francis melemparkan kantung-kantung itu ke
belakang. "Setidaknya ia tidak memanggil polisi untuk menahanku."
54 KALI INI, perempuan itu yang menunggunya. Didengarnya lelaki
itu menutup pintu dan perlahan-lahan naik ke atas, tiap jejak kaki
meninggalkan erangan kayu mahoni dari tekanan langkahnya.
Ia bersembunyi lebih dalam di bawah selimut, anak-anak
berimpitan di dekatnya di tempat tidur, kerangkanya bergetar di
sebelah ranjang k urungnya. Sesuatu tidak berhenti hanya karena kau
berpura-pura hal itu tak terjadi. Ia terjadi terus dan terus. Kau
harus menghentikannya. Kau harus mengambil kendali. Ia menahan
napas, mendengar orang itu ragu-ragu di tengah tangga, seekor
binatang yang hadir tepat di luar pintu. Tolong jangan masuk. Aku
belum cukup kuat. Michelle, yang paling kecil, tersengal-sengal dan batuk, saat
Eileen menaikkan selimutnya. Kau harus membungkus mereka
berlapis-lapis. Pintu itu mengayun terbuka dan Tom masuk, dalam siluet, ujung
jubah mandi menjuntai di sebelahnya yang entah bagaimana terlihat
jahat dan cabul. Ia membawa sesuatu yang gelap dan
membingungkan ke dalam kamar.
Eileen memeluk erat anak-anak, dirasakannya tubuhnya turut
bergetar. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Bu?" Ia berhenti di kaki ranjang. "Apa yang kau lakukan?"
55 DALAM PERJALANAN panjang menyusuri Red Hook, Hoolian
mulai membayangkan seluruh khayalan dari film Officer and a
Gentleman tentang mengangkat
Zana, lalu dengan gagah membawanya melewati dermaga sementara Eddie berlari- lari
menjejeri mereka, berusaha mengikuti. Kuli pelabuhan tua akan
melambai pada mereka, kapal membunyikan peluitnya, dan
karyawan Wall Street di seberang sungai menaburkan serpihanserpihan kecil kertas warna-warni dari jendela sementara lagu "Lift
Us Up Where We Belong" menggaung di latar belakang.
Alih-alih begitu, ia hanya menyender sia-sia di depan bel pintu
apartemennya dan menyembunyikan diri di gerbang gedung
seberang jalan, sambil membawa kotak peralatan baru, sebuah
MetroCard untuk anak itu, dan kaus kereta F yang ia beli di dekat
City Hall dengan uang yang dipinjamnya dari Nona A.
Pukul tiga lebih sedikit, teman Zana Ysabel datang, menggandeng
Eddie di satu tangan dan anak perempuannya di tangan satu lagi,
mengambil giliran menjemput anak-anak dari tempat penitipan anak.
"Hey, apa kabar jagoanku?" Hoolian menyeberangi Coffey Street,
mencegat mereka. "Siap berkendara denganku ke Coney Island?"
Anak itu melepaskan diri dari pegangan Ysabel dan berlari
menghampiri, menghamburkan tangannya yang kurus memeluk lutut
Hoolian. "Lihat yang kubawa ini. K ita bisa menyelesaikan kamar mandinya
sekarang." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia mulai memamerkan kotak peralatan yang baru itu, tetapi
Ysabel menjejerinya, berteriak sekuat tenaga dalam bahasa Spanyol.
"Larga de aqui! Vete a banar!"
Ia seorang wanita bertubuh besar yang merias wajah dan
mengenakan sepatu hak tinggi hanya untuk pergi ke bodega.
"Ngapain kau di sini?" Ia menarik Eddie kembali dan
menghalangi mereka berdua. "K ukira mereka mengurungmu lagi."
"Mereka sadar telah berbuat kekeliruan. Jam berapa Zana pulang"
Aku perlu bicara dengannya."
Nona A telah memperingatkannya untuk tidak mengatakan pada
siapa pun tentang apa yang baru terjadi di kantor jaksa wilayah,
melihat betapa kacau akibat yang ia timbulkan gara-gara tak bisa
menutup mulutnya. "Bukankah ia sudah bilang tak ingin menemuimu lagi, culo?"
"Ya, tapi itu sebelum..."
Eddie berusaha memeluknya lagi, tapi Ysabel menarik tudung
sweternya dan dalam kesibukannya itu ia melupakan putrinya
sendiri, yang berdiri di sana, dengan lugu mengisap jempol.
"Yo, jangan begitu, mami." protes Hoolian. "Kau tak tahu apa yang menimpaku."
"Aku tahu polisi membangunkan setengah penduduk di sini,
mencarimu, minggu kemarin."
Hoolian melihat anak itu mulai menjauh darinya, bersembunyi di
balik paha Ysabel, menyadari ada yang tak beres. Seharusnya tidak
seperti ini. Ini mestinya hari yang menyenangkan. Namanya telah
dibersihkan - hampir. Ia tak lagi menjadi si orang jahat. Kini orang
lain yang menyandang gelar itu. Dalam perjalanan menuju ke sini, ia
bahkan berani membolehkan dirinya sendiri untuk sejenak merasa
lega, berpikir mungkin semuanya akan baik-baik saja sejak saat ini.
Tetapi ternyata kabar itu belum sampai ke dunia luar. Ia masih si
monster di lingkungan ini, membuat orang-orang takut.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Setidaknya bolehkah aku memberikan kado padanya?" ia
bertanya, menyodorkan kotak peralatan, MetroCard, dan T-shirt.
"Aku sudah berjalan jauh, dari Smith Street."
"Simpan saja." Ysabel menangkap kedua anak itu dengan tangan.
"Tak ada yang membutuhkan sesuatu darimu."
56 "TERIMAKASIH SUDAH datang di hari Minggu, Tom." Francis
berjalan menyeberangi ruangan dan mengempaskan berkas karton
manila tebal di atas meja. "Aku mengerti sulitnya meninggalkan
anak-anak di akhir minggu di saat setiap hari kau tak pernah ada."
"Ya, mungkin kau harus menjelaskan pada istriku, tapi aku tak
keberatan." Tom Wallis mengambil duduk di salah satu kursi logam.
"Dan sekali lagi maaf tentang malam itu."
Alih-alih mengatakan tak keberatan, Tom memajukan badannya
ke depan. "Jadi, ada apa?"
"K ukira aku sudah menyebutkan di telepon tadi pagi, beberapa
bukti baru muncul dan kami butuh bantuanmu untuk menafsirkannya." "Apapun yang diperlukan untuk menyelesaikan semua ini." Tom
menaruh telapak tangannya rata di atas meja. "Seperti yang
kukatakan sebelumnya, kami hanya ingin semua ini berakhir."
"Benar. Kami pun demikian." Francis separo tersenyum.
"O mong-omong..."
"O mong-omong..."
"Aku ingin membawamu mundur beberapa langkah. Pada malam
saat adikmu tewas." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Oke." Tom mengangguk, alis putih mulusnya mengernyit.
"Aku tahu ini menjengkelkan, mengulang kembali rincian lama
ini, tapi kami hanya ingin memastikannya sekali lagi. Jadi... adikmu
meneleponmu dua kali sekitar tengah malam. Boleh tahu apa isi
pembicaraannya?". "K urasa mungkin ada di catatanmu." Tom melirik pada berkas
yang tertutup itu. "Kami bicara tentang ke mana kami akan pergi
untuk makan malam ulang tahun ibu. Aku mengusulkan Tavern di
Green. Adikku mengusulkan untuk mencari tempat yang lebih intim,
jadi ia menelepon lagi dengan beberapa saran."
"Kau ingat di mana saja tempat yang ia sebutkan?"
"Tidak, tapi apa perlunya" Kami tak pernah pergi."
"Tentu saja. Kau benar. Itu tidak penting." Francis duduk,
berusaha mencari irama. "Aku hanya ingin memastikan. Kau tidak
pergi ke apartemennya setelah itu, bukan?"
"Apa, malam itu?"
"Hanya memastikan kronologis tepatnya. Pengacara Julian Vega
menantang kami untuk semua detail-detail kecil remeh. Benar-benar
menyebalkan, perempuan ini."
"Tentu. Aku mengerti."
"Jadi kau benar-benar tidak mampir setelah bicara padanya,
begitu?" "Francis, itu ada di catatan pengadilan. Aku bersaksi tentang hal
itu tahun 1984. Tidak." Tom menatapnya lurus di mata. "Mengapa
pertanyaan ini muncul kembali?"
"Begini, yang terjadi adalah" - Francis menyentakkan ikat
pinggang, memastikan senjatanya terlihat - "seorang saksi telah
muncul." "Benarkah?" Tom menggeleng, seakan berkata, Coba itu"
Tidakkah hidup penuh dengan tokoh-tokoh remeh namun penting"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau pun mengerti, ini mungkin hanya omong kosong," kata
Francis. "Orang bermunculan dari sela-sela rumah saat mencium bau
uang dalam kasus perdata. Ya, itu biasa terjadi. Tapi tetap kami
harus melacak setiap jejak. Pada titik ini."
"Tentu, aku mengerti."
Tom membiarkan perhatiannya mengembara sejenak, cukup lama
untuk menegaskan keberadaan kaca satu arah dan jeruji borgol di
dinding. "Siapa orangnya, omong-omong?"
"Seseorang yang bekerja di gedung itu. Kukira kau tak akan
mengenalnya." "Tidak, mungkin tidak." Tom menyilangkan kaki.
"Persoalannya, ia berkata melihatmu meninggalkan gedung lewat
tengah malam." "Aku?" Tom menyentuh satu kancing kemejanya. "Kau


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bercanda?" Francis membiarkan keadaan seperti itu sejenak. Memberinya
kesempatan merasakan sesuatu telah berubah. Bahwa meski dinding
hanya sekitar empat meter jauhnya dan langit- langit hanya sekitar
tiga meter dari lantai, dimensi ruangan itu entah bagaimana sedikit
mengerut. "Ada kesalahan," ujar Tom, gelisah di duduknya dan menyadari
kaki-kaki kursinya sedikit pendek. "Aku tak tahu siapa yang kau ajak
bicara yang punya ingatan begitu tajam setelah dua puluh tahun.
Bagaimana tepatnya ia tahu siapa aku, omong-omong?"
"Ia bilang pernah melihatmu sebelumnya. Lelaki berambut
dengan bentuk tubuh dan tinggi mirip denganmu, dan wajah hampir
sama dengan adiknya di lantai atas. Itu gambaran yang cukup
spesifik, bukan?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kalau begitu ia keliru berkata telah melihatku. Aku tak tahu
setua apa orang ini, tapi kukira ia agak linglung."
Tajam, pikir Francis. Ia berpikir ke depan seperti pengacara.
Mengira saksinya seorang pria tua, yang bisa dicari tahu
identitasnya oleh pengacara yang baik lewat pemeriksaan silang.
"Ya, tapi begini, ada hal lain yang terus mengganggu."
"Apa itu?" Tom menegakkan duduk, masih berperan sebagai sarjana jujur
yang berusaha membantu profesor linglung.
"Berkaitan dengan analisis DNA," Francis berkata. "Yang ada di
koran." "Ya." "Begini, kau berkecimpung di bidang pemasaran alat medis. Kau
mungkin sudah tahu tentang semua ini."
"Tidak," Tom menunduk. "Aku hanya menyampaikan informasi
yang kuperoleh dari seminar pemasaran penjualan dan jurnal dagang.
Aku bukan doktor." "Aku yakin kau hanya merendah, tapi mari kita bahas tentang itu.
Masalahnya, kita melihat hal ini dengan keliru."
"Dan mengapa begitu?"
Francis menggeser kursinya, memunggungi pintu. "Hasil analisis
menunjukkan bahwa pembunuhnya XX, wanita, dengan separo gen
dari ibumu. Memunculkan kesah ia punya putri lain yang tak ia
ceritakan padamu." "Begitulah yang kau katakan."
"Tapi, kau pun tahu, tiap orang ada cacatnya, di sana-sini. Apakah
aku benar?" "Aku tak yakin aku paham ke mana arah pembicaraanmu,
Francis." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Maksudku, tiap manusia punya mutasi, tapi tidak semuanya
mesti muncul dalam satu usia hidupnya," Francis berkata. "Dan salah
satu hal yang bisa terjadi adalah seseorang yang berpenampilan dan
bertingkah laku seperti pria dari segala sudut. Namun ketika kau
mengirim DNA mereka untuk dianalisis, ternyata profil yang muncul
adalah wanita." Tom mengambil napas dalam-dalam yang terdengar seperti sapu
berujung keras menyapu trotoar.
"Itu bukan yang pertama terpikir oleh tim
forensik. Kenyataannya, ini cukup aneh. Salah satu kutipan penelitian datang
dari Charles Sturt University di Wagga Wagga, Australia."
Tom tak tertarik. "Namun apa yang terjadi adalah bahwa memang bisa terjadi
mutasi atau penghilangan ketika kromosom Y tidak muncul ketika
mereka menguji gen yang pada kondisi normal mengatakan jenis
kelamin seseorang. Mereka menyebutnya lokus amelogenin.''
Tom menatap sedikit lebih lama ke kaca satu arah, intuisinya
dengan tepat mengatakan ada sejumlah orang berkumpul di sisi
lainnya. "Cukup menarik jika hal itu terjadi," lanjut Francis, seolah itu
hanya persoalan ilmiah yang menarik perhatian. "Hal- hal kecil bisa
menghancurkan satu pengujian. Seperti jika kau punya sejenis
kanker. Tapi mungkin kau sudah mengetahuinya."
Ia memperhatikan tegangan halus otot kerongkongan Tom.
"Setelah kami menyadari kekeliruan tersebut, kini semuanya sama
sekali lain." Francis mendekatkan kursinya. "Itu membuka
kemungkinan untuk kami mencari tersangka pria. Seperti yang kami
kira sejak awal." Tom mengangkat satu jari ke keningnya dan memiringkan kepala,
mulai mengerti dengan jelas ke mana arah pembicaraan ini.
"Kedengarannya ada banyak kekeliruan dalam kasus ini," ujarnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Memang," aku Francis. "Tapi kini semua mulai kami pahami."
Tom mulai menggosok-gosok ruang di antara kedua alis.
Mungkin berusaha menduga-duga aspek negatif meminta pengacara
di titik ini. Pelan-pelan, Francis mengingatkan diri sendiri. Buka
sumbat gabusnya perlahan-lahan. Beri ia jalan keluar. Tak akan ada
manfaat dari seseorang yang disudutkan begitu cepat.
"Aku butuh bantuanmu." Francis menggores kaki kursi di
seberangnya, dengan sengaja membuyarkan pikirannya. "Tampaknya
darah di kuku adikmu itu berasal dari anggota keluarga pria."
"K ukira kau juga menemukan noda milik Julian Vega di
apartemennya." "Memang. Tapi saat ini, aku tengah berusaha memahami
bagaimana darah saudaranya ini bisa menempel padanya."
"Ya, kau tahu aku memecahkan gelas hari itu," ujar Tom
sependapat, tak kehilangan kendali.
"Kapan terjadinya?"
"Di dapurnya, tepat setelah makan malam. Aku mampir
membawa beberapa berkas untuk ia tanda tangani, berkaitan dengan
rumah nenek kami. Aku memecahkan gelas anggur dan ia
membalutku." Bagus. Francis hampir tersenyum kagum. Biasanya orang harus
pergi ke konferensi pers Washington atau rapat umum pemegang
saham perusahaan untuk mendengar pembohong macam ini.
"Aku mengatakannya padamu waktu itu," Tom berujar,
mengantisipasi serangan berikutnya.
"Aneh, aku tak ingat ada pernyataan itu dalam catatanku."
Kenyataannya, ia kini punya ingatan jernih tentang Tom yang
mengenakan kerah terkancing dan lengan bajunya menjulur ke
bawah saat itu, jauh sebelum hal itu menjadi mode; tak ada goresgores mencolok hasil pembelaan diri tampak di lengan bawahnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, aku tak tahu apa yang kau catat atau tidak," Tom berkata,
tampak terluka. "Tapi, aku ingat benar menunjukkannya padamu.
Aku terkejut kau tak ingat."
Ia hebat. Francis harus memujinya. Dalam sempitnya ruangan ini,
cerita itu bisa disingkirkan dan membeberkan apa yang
sesungguhnya: kebohongan kecil demi bertahan hidup. Namun di
ruang sidang, kebohongan itu punya kesempatan bernapas dan
tumbuh membesar. Ia akan merasa tersemangati dan melawan balik.
Tom akan duduk ke kursi saksi, dengan wajah anak desanya dan
suara bergetar dihiasi cukup emosi, ia akan terdengar jauh lebih
meyakinkan bagi para juri daripada polisi tua berwajah kemerahan
dengan alis jahat dan mata lemah.
"Begitu, ya." Francis mengangguk. "Jadi, itu sebabnya kami
menemukan darahmu di bawah kuku adikmu?"
"Jika itu yang kau temukan," ujar Tom, memastikan ia tak
memberikan apa pun dengan gratis.
"Ya, itu bagus. Menjelaskan semuanya. Hanya ada satu masalah
bagiku." "Apa itu?" "Mengapa kami menemukan darah yang sama di bawah kuku
Christine Rogers." Wajah Tom tampak berangsur melarut menjadi statis, seperti
gambar di layar TV tua dengan antena yang rusak.
Bibirnya bergerak tanpa suara, gerak-geriknya menjadi kabur,
matanya kehilangan fokus. Ia diam beberapa saat untuk menata
kembali emosi dan menajamkan konsentrasinya kembali pada
Francis yang duduk hanya satu meter jauhnya, tak menyisakan ruang
menuju pintu kecuali melewati dirinya.
"Tunggu sebentar," kata Tom. "Dari mana kalian tahu bahwa itu
DNA-ku" Aku tak ingat memberi spesimen pada siapa pun."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya." Francis menggaruk belakang telinganya. "Kau tahu,
keluargamu telah mengalami begitu banyak hal, ada suara yang
menentang pengajuan surat perintah untuk melanggar privasi siapa
pun dan memaksa mereka memberikan sampel di luar kehendak
mereka. Jadi, kami memakai apa yang tersedia untuk masyarakat
umum." "Apa yang kau bicarakan?"
"Kamis malam adalah waktu pengangkutan sampah di
lingkunganmu, bukan" Apa yang ada di trotoar adalah hak milik
umum." Kolam kulit kecil di bawah mata Tom berubah menjadi biru
samar, seakan sepasang ibu jari menekannya.
"Kau mengaduk-aduk sampahku?"
"Hey, aku juga menentangnya," Francis berdusta, pura-pura
menjadi polisi baik sesaat. "K ubilang, 'Kalian gila. Kalian hanya
akan mempermalukan diri sendiri dan akan kalian lihat "Tom tak ada
kaitannya dengan ini.' Tapi staf legal departemen kami berkata
silakan saja. Itu pernah dilakukan sebelumnya. Tong sampah
bagaikan Disneyland bagi DNA. Kerajaan Magis, tempat mimpi
menjadi kenyataan. Dan kebetulan sekali kami menemukan sebuah
kondom." Tom mendengarkan dengan tenang. Alisnya yang terang tak lagi
terlihat seperti anak kecil, mereka membuatnya tampak agak tak
mirip manusia, tanpa ekspresi atau penyesalan moral. Ini adalah
bagian mengerikannya. Ia bisa meminta pengacara kapan saja saat
ini. Francis mengetuk- ngetuk pulpen ke meja. Mereka saling dekat,
namun tak sedekat itu. Ia tak bisa membiarkan Tom pergi tanpa
membuat pernyataan atau semacamnya. Tak ada celah keraguan kali
ini. Ia perlu mendapat pengakuan.
"Aku tak yakin yang kau lakukan itu sah," ujar Tom. "Mungkin
aku harus minta pengacara."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dengan tenang Francis meletakkan pulpennya di samping. "Ya,
bagiku tak masalah jika kau menginginkan pengacara, Tom. Hanya,
jika demikian kita tak bisa memberitahumu apa lagi yang kami
miliki." Dilihatnya kalimat itu membuat dagu Tom terangkat dan matanya
berkedut sesaat; cukup lama bagi Francis untuk mengerti rasa
tertariknya untuk mendengarkan semua bukti yang ada.
"Dengar, kita sudah saling kenal begitu lama," ucap Francis. "Aku
yakin kau bisa menjelaskan mengapa semua terlihat seperti ini."
"Yeah, kerjamu buruk."
Francis mengangguk. Ya, itu benar. Kau lebih pintar dariku. Kau
tak butuh pengacara. Aku hanya keledai bodoh setengah buta yang
menjebloskan anak malang ke penjara selama dua puluh tahun untuk
sesuatu yang tak pernah ia lakukan. Tapi tak apa. Aku tidak gila. Ia
tak membebaniku. Tak menggerogotiku dari dalam. Tak membuat
ragaku sakit. Tak membunuhku. Teruskan. Aku bisa menghapus
noda dari jiwaku. Memang sudah kotor. Tak apa. Lakukan. Kau bisa
mengalahkanku lagi. "Ya, ada kemungkinan sampelnya tertukar di laboratorium. Selalu
ada celah untuk human error."
"Setuju." "Jadi kau tak pernah bertemu perempuan ini, Christine. Benar?"
"Siapa?" "Christine Rogers. Dokter perempuan yang terbunuh beberapa
minggu lalu. Kau tahu."
"Aku bertemu banyak orang," ujar Tom dengan suara datar. "Aku
keluar masuk rumah sakit sepanjang waktu, melakukan penjualan di
telepon dan mempromosikan produk kami pada para staf. Itu
pekerjaanku." "Tapi kau tak ingat wanita ini secara khusus?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Terang alisnya membuat ia terlihat aneh tak tergerak oleh
pertanyaan itu. "Kadang aku mengadakan demo tentang cara kerja
alat dan ada banyak dokter di dalam ruangan. Aku tak begitu pintar
mengingat nama." "K ukira itu satu kelemahan bagi seorang agen penjualan."
Tom melihat jam, mengira- ngira berapa lama lagi ia mesti tinggal
di sini. "Begini, aku akan memberitahumu sesuatu yang tak muncul di
koran." Francis memajukan badan, menyelipkan kait dengan
terampil sebelum masalah pengacara itu muncul lagi. "Gadis wanita - ini, ketika kami menggeledah apartemennya, ternyata
menyimpan setumpuk kliping koran tentang kasus adikmu."
Tom mulai memainkan kancing kemejanya lagi meski
ekspresinya tetap tak berubah.
"Sepertinya ia agak terobsesi dengan hal itu," lanjut Francis. "Ia
bahkan mengatakan pada beberapa rekannya bahwa menurutnya
Julian Vega mengalami nasib malang."
Dilihatnya Tom membalik-balik kancing, seolah bermaksud
mencabutnya. Tapi rautnya tetap sama: jauh, tampak polos, mungkin
sedikit ingin tahu. Seolah ia tak tahu apa yang tangannya inginkan.
"Itu aneh, tapi aku tak tahu apa kaitan hal itu denganku," ujarnya.
"Mungkin ia kenal Julian dari sekitar lingkungannya, dan ia
menceritakan kisah malangnya tentang bagaimana ia dipenjara
padahal ia tak bersalah. Lalu ia berbalik dan melakukan hal yang
sama padanya seperti yang ia lakukan pada adikku. Itu yang
dilakukannya. Ia berhasil mendekati gadisgadis ini, lalu saat mereka
tak memberinya apa yang ia inginkan, mereka dibunuhnya."
"Ya, itu juga terpikir olehku. Orang punya kebiasaan cara
mengulang pola yang sama dalam hidup mereka, terus dan terus
begitu, hingga mereka memperoleh apa yang mereka inginkan."
Francis tersenyum singkat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Nah, setelah saksi ini maju dan hasil DNA muncul, kami mulai
mencari di tempat lain dan memeriksa detil yang tak kami ketahui
sebelumnya. Seperti ketika ibumu datang ke ruang gawat darurat di
RS St. Luke suatu malam ketika Christine tengah bertugas jaga."
"Apa artinya?" garis-garis di tenggorokan Tom makin dalam
meski samar. "Apa kaitannya?"
"Kami membandingkan tanda tangan dan mengetahui bahwa
kaulah yang mendaftar untuk ibumu malam itu di bagian
pendaftaran. Kami pikir mungkin kau bertemu Christine."
"Ayolah, itu menggelikan, Francis." Tom melambaikan tangan.
"Itu ruangan besar yang penuh dokter dan perawat. Aku pernah
keluar masuk di sana ratusan kali, menggelar presentasi. Tentunya
aku tak ingat bertemu wanita itu."
"Benar, kami sudah mengira kau akan berkata seperti itu," ucap


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Francis, mengangguk sependapat. "Tetapi lalu kemarin kami
menemui anggota satpam yang mengenali fotomu dan menurutnya ia
pernah melihat kalian berdua minum kopi di kafetaria beberapa
bulan lalu." "Ia keliru." "Ia keliru?" Francis tersenyum sinis.
"Ya, aku sering dengar tentang saksi-saksi yang membuat
keterangan palsu." "Jadi orang yang bekerja di apartemen adikmu keliru melihatmu
di malam adikmu terbunuh dan anggota satpam rumah sakit keliru
melihatmu bersama Christine" Itu yang ingin kau katakan padaku?"
"Aku tak tahu siapa orang-orang ini dan apa tujuannya. Mungkin
saja mereka melihat fotoku di koran dan ada kebingungan. Itu biasa
terjadi." "Lalu bagaimana dengan ponsel itu?"
"Ponsel apa?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Wanita itu menelepon dua-tiga kali ke telepon yang terdaftar atas
namamu." "Bagaimana aku tahu?" Tom bertanya. "Mungkin ia berteman
dengan orang lain di perusahaanku."
"Tom, ayolah." Francis menyentuh lututnya ringan. ".Kau
bertemu dengannya. Makin lama kau menyangkalnya, hanya makin
buruk keadaannya." "Baik," ujar Tom mendadak. "K urasa aku tak ingin berkata apaapa lagi." Francis menekan lutut Tom sedikit lebih kuat sebelum
menarik"tangannya. Tidak, kau tak akan pergi ke mana-mana kali
ini. Jeny Cronin dan mereka semua berada di balik cermin, dalam
diam memintanya untuk menyelesaikan, menganggap mereka sudah
punya cukup bukti untuk melakukan penahanan. Tapi ia
menginginkan lebih. Ia membutuhkan pernyataan, ia harus
mendapatkan tulang dan organ tubuh kejahatan ini, diserak di meja
agar semua orang melihat, hingga tak ada keraguan atau duga
sangka, tak lagi mengirim orang yang salah kali ini.
"Bantu aku untuk mengerti." Ia memutar kursi dan mengangkang
kaki, berhadapan langsung dengan Tom. "Aku yakin ini bukan
kesalahanmu. Kau dan ibumu bertemu gadis ini di rumah sakit. Dan
kemudian kurasa ibumu berteman dengannya di sana, karena kami
tahu mereka saling menelepon beberapa kali setelahnya. Ibu mencari
putrinya, seorang anak mencari ibunya. Hal macam itu..."
Ia dapat melihat dari cara Tom memalingkan kepala bahwa ia
berada di jalur yang benar.
"Jadi aku kira mungkin kalian bertiga bertemu, makan malam,
kau mungkin mengucapkan terima kasih padanya karena telah
menjaga ibumu. Dan kau mungkin sedikit terlibat dengannya. Oke.
Itu sering terjadi. Tak ada yang menilai siapa pun di sini. Maksudku,
polisi dan perkawinan., fiuh.... Aku tak akan menyalahkan siapa
pun...." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tom mengetuk-ngetuk kepala, tak diragukan lagi tengah berusaha
mengingat nomor telepon pengacaranya. Aku bisa melakukannya,
Francis berkata pada diri sendiri. Aku bisa membuat semua orang
menyerah. Bakat alami. Seperti Mickey Mantle memukul bola bisbol
atau Pavarotti menyanyi opera.
"Tapi gadis ini..." Ia menggeleng, terus menekan kasusnya. "Ia
jenis gadis yang tak pernah ingin melepaskan apapun juga. Ia
berkencan dengan orang ini, orang baik, memperlakukannya dengan
amat baik. Membawanya makan malam. Membelikannya perhiasan
indah..." Ia merendahkan dagu dan menatap Tom, tak perlu
dikatakan lagi mereka telah memeriksa catatan kartu kreditnya dan
melihat tagihannya. "Tapi gadis itu terus mengganggunya,
menanyakan pertanyaan tentang keluarganya. Peristiwa mengerikan
yang terjadi di masa lalu, yang sama sekali bukan urusan orang
lain..." Ayolah, bung. Mengakulah padaku. Kau bisa memer-cayaiku.
Sepanjang hidupnya, ia selalu menemukan cara untuk menjalin
ikatan dengan para pelaku tindak kejahatan biadab, brutal, dan
kadang tak termaafkan. Ia memperlakukan mereka setara,
membandingkan masa kecilnya yang kurang bahagia dengan mereka,
mengecilkan betapa seriusnya kejahatan yang mereka lakukan. Kau
merampok bank" Memangnya kenapa" Kau tidak sampai membunuh
orang. Oh, kau memang membunuh seseorang" Hey, itu kecelakaan.
Kan tidak seperti seolah kau pergi dan sengaja merampok bank.
"Maksudku, gadis itu mulai mengendap-endap di belakangnya,
bicara pada orang-orang, mengumpulkan artikel koran setelah lelaki
itu keluar penjara. Memang menyebalkan betul. Ia berusaha
mengaduk-aduk peristiwa menyakitkan tepat saat keluarganya
sedang terluka." Tom memalingkan kepala hampir sembilan puluh derajat, namun
satu matanya tetap melihat Francis, seolah ia khawatir berpaling.
"Lalu kemudian ia mulai menarik satu kesimpulan," ujar Francis.
"Bicara tentang hal-hal yang tak ia ketahui."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tumbuh semacam kegelisahan di antara mereka, seolah ia
membuat lingkaran terlalu melebar. Sudah waktunya untuk lebih
mendekat dan mengambil risiko terluka.
"Jadi, ia mulai melemparkan tuduhan-tuduhan, tentang lelaki itu
dan adiknya." Ruangan itu dipenuhi kesunyian paling mencekam yang pernah
Francis rasakan seumur hidupnya. Ia dapat mendengar filamen
mendengung di lampu neon, bunyi hidrolik sistem pencernaan Tom,
lem melepas rekatannya dari lantai ubin, seolah seisi ruangan itu
mendekat, molekul demi molekul.
"Apa yang ingin kau katakan, Francis?" ia bertanya dengan suara
tajam. "Aku hanya bilang hal-hal terjadi dalam satu keluarga yang tak
akan dipahami orang luar. Dan, gadis ini, Christine, mungkin
mengetahui jelas beberapa hal yang tak semestinya ia ketahui."
Aroma busuk mulai menguar dari Tom, meski ia duduk tanpa
ekspresi, dari kaus Oxford dan celana khakinya.
"Sepertinya aku ingin muntah."
Francis menarik kaleng sampah kecil dari bawah meja dan
menaruhnya di samping kursi Tom. "Lakukan apa yang ingin kau
lakukan." "Aku tak percaya kau mengatakan ini semua padaku. Aku dulu
menghormatimu." "Dulu kau menghormati^?" bibir Francis mengerucut.
Tom mulai bangkit, tapi Francis mendudukkannya kembali,
dengan telapak tangan di dadanya.
"Duduk," ujarnya. "K ita belum selesai."
Ia menyeka tangannya pada celana dengan jijik. Ia melihat kaca
satu arah itu bergetar dan tahu Jeny Cronin dan yang lain di
belakangnya mungkin tengah berdebar-debar.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tahu apa yang kau lakukan padanya." Francis menekan,
memperkecil jarak. "Aku tahu kau menyuruhnya memakai pewarna
di rambutnya agar ia lebih terlihat seperti adikmu. Aku tahu kau
memberinya beberapa buku fiksi ilmiah lama milikmu. Aku tahu kau
berusaha memperoleh kembali apa yang kau miliki dengan
Allison..." Tak ada gunanya. Kesempatannya telah hilang. Ia menyadarinya
tepat setelah ia menyeka tangan dengan jijik pada celananya, seakan
baru menyentuh sesuatu yang bukan manusia. Ia mematahkan ikatan
itu serta aturannya sendiri lewat gerakan itu, memberi tahu si
tersangka dengan jelas apa yang ia pikirkan tentangnya. Kini Tom
hanya menatapnya, tak berkedip. Tak merasakan panas itu lagi.
"Pengacaraku," ucapnya. "Aku sudah cukup mendengar."
Kata-kata tak akan ada gunanya kali ini, Francis sadar. Ia
memerlukan cara lain. "Oke, kita tak perlu bicara lagi," ujarnya. "Aku hanya ingin
menunjukkan sesuatu padamu."
Ia membuka berkas kasus yang tergeletak di tengah-tengah meja,
tak tersentuh hingga sekarang.
"N ih, ini Christine." Ia mengeluarkan foto Polaroid yang Rashid
ambil di TKP : seorang gadis dengan tenggorokan tersayat dan darah
meresap di sela-sela ubin kamar mandi. "Aku mengerti mengapa kau
pergi dengannya. Ia jenis gadis yang sama dengan adikmu. Mungkin
sedikit terlihat lebih tua. Tak ada sifat kekanakan padanya. Tapi kau
kan tak selalu bisa bergantung pada usia, bukan?"
Tom terus menatap, ekspresinya tak berubah meski bau yang
muncul darinya mulai menajam dan tak sehat.
"Dan, ini Allison." Francis mengeluarkan foto kedua sebelum
Tom mengungkapkan keberatannya. "Tapi kukira kau tahu itu."
Tom memandang satu mata utuh adiknya menatap dirinya dari
kolam darah yang ia buat di wajah adiknya itu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ayo, lihatlah." Francis memajukan badan, hampir menaruh
tangannya di tengkuk Tom. "Apa yang kau takutkan" Ia telah mati.
Ia tak akan bercerita pada siapa pun betapa kau dulu suka
memerkosanya." Tom berusaha berpaling, tapi pupil matanya menyentak dua kali
seolah tertarik magnet. "Ayolah, Tom. Apakah ini menolongmu"
Apa ini memberimu sebuah penyelesaian?"
Tanpa aba-aba, Tom membungkuk dan muntah di samping kaleng
sampah, menciprati sepatu Francis.
"Baiklah." Ia meletakkan kening di atas meja setelah selesai.
"K urasa aku ingin menghubungi pengacaraku atau pulang dan
menemui anak-anakku."
"Tom, aku punya kabar buatmu." Francis menggapai kotak tisu.
"Kau tak akan menemui putri-putrimu malam ini."
57 ENTAH MENGAPA, anak lelakinya itu selalu terasa asing baginya,
menutup diri, jauh, tak terjangkau. Eileen berdiri di samping sekat
jendela, memperhatikannya dari belakang di meja dapur. Anak
siapakah ini, membaca koran sehari setelah ia ditahan dan menikmati
dua wadah es krim, satu persatu, tanpa bertambah gemuk" Dari mana
ia memperoleh kebiasaan terus-menerus menggosok tengah
keningnya dengan satu jari" Tentu bukan dari dirinya atau ayahnya,
si pemabuk gendut itu. K ini ia sadar bahwa sejak pertama kali
perawat di Lenox Hill menaruhnya di dadanya, lembab dan biru,
menatapnya dalam keheningan menyeramkan, di sana sudah ada
sesuatu padanya yang ia tak kenali.
Rasanya ia hanya menyamar menjadi'anggota keluarga mereka;
hal- hal asing dan menakutkan bergolak di balik alisnya yang hampir
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tak kentara. Mulanya, ia berkata pada diri sendirinya, ia hanya
berkhayal. Anak itu tidak benar-benar berbeda dari anak lelaki lain.
Memang ia kadang tertutup, sedikit sembunyi-sembunyi. Tetapi
kemudian Eileen mulai menyadari anaknya itu pembohong yang
amat hebat, seolah satu sisi dirinya sama sekali tak tahu apa yang sisi
lainnya lakukan. Siapa yang memecahkan vas, Tom" Demi Tuhan,
aku tak tahu, Bu. Aku keluar seharian. Ke mana uang yang
kutinggalkan di atas lemari" Aku tak pernah melihatnya. Makin
besar kebohongannya, makin Eileen sadar anaknya sengaja
menyimpan sebagian dirinya tersembunyi darinya. Mengapa adikmu
menangis" Apa yang kau katakan padanya" Apa yang kau lakukan
di kamarnya kemarin malam"
Hal itu pasti dimulai ketika ia berusia sekitar sebelas dan adiknya
enam tahun. Tidak, Eileen belum sanggup membayangkannya.
Rasanya seperti menatap matahari. Kau tahu ada sesuatu di sana
namun tak mampu memandangnya. Karena akan membakar mata
keluar dari tengkorakmu. Ia mendengarkan irama denting sendok di
atas porselen di dapur yang kosong.
Ia telah berusaha. Membawanya ke ahli terapi dan psikiater
terbaik di Upper West Side. Tetapi mereka tak pernah tahu siapa atau
apa yang telah merusaknya. Tom selalu bersikeras tak ada yang
pernah menyentuhnya, dan sejauh yang Eileen tahu itu memang
benar. Hanya ada kelaparan mengerikan dalam dirinya. Ada hal- hal
yang tak bisa kaujelaskan. Jadi, akhirnya Eileen mengirimnya pergi,
pertama ke sekolah berasrama lalu tinggal dengan ayahnya, saat ia
menyadari dirinya tak mampu lagi mengendalikannya. Tetapi ia
terus kembali lagi dengan nafsu makan lebih besar. Bagaimana
mungkin kau memisahkan abang dan adiknya" Tiap kali mereka
saling tatap satu sama lain rasa tertarik itu makin besar, seakan
mereka terus-menerus menemukan kembali bagian diri mereka yang
telah lama hilang. Eileen mengira, tumbuh dewasa dan menikah akan mengubahnya,
menyembuhkannya dari apapun itu yang membuatnya seperti itu.
Tetapi gadis yang ia pilih lemah dan tak sebanding, tak mampu
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
memegang tugas. Gadis itu seperti Thumbelina: orang kecil yang tak
pernah bisa membesar. Hampir tak lebih seperti anak-anaknya
sendiri, tak mampu mengatasi tuntutan hidup di perkotaan, apalagi
membesarkan dua putri kecil di sarang serigala.
Saat Eileen berusaha bicara dengannya tentang masa depannya
pagi tadi, berkata mereka tak bisa berpura-pura lebih lama lagi,
bahwa mereka harus menguatkan diri dan memikirkan anak-anak, ia
hanya diam dan mengerut. Duduk di atas selimut perca dengan
lampu rendah sambil menonton saluran TV hiburan, dikelilingi
artikel majalah mengenai kelelahan kronis dan virus Epstein-Barr,
dan berkata yang ia inginkan hanyalah tidur. Tom telah mengatakan
padanya bahwa itu semua hanya tipuan, saksi palsu, pembunuh dan
penyelidik brengsek berusaha mengalihkan kesalahan dari mereka
sendiri. Semua akan baik-baik saja karena ia berkata semua akan
baik-baik saja. Dan bagaimana Eileen bisa menyalahkannya"
Hampir sepanjang hidupnya, wanita itu tak pernah berubah. Hanya
perlahan- lahan bangun kala matahari mulai menerpa bumi.
Didengarnya Stacy, enam tahun dan bak pinang dibelah dua
dengan bibinya saat seusia dirinya, turun dari tangga, mencari-cari
hidangan pencuci mulut. "Ayah, apa masih ada sisa mocha almond fudge?"
Ia muncul di lawang pintu dapur, menyilangkan pergelangan kaki
sambil menggigiti ujung kepangannya seperti Allison dulu.
"Maaf, Sayang." Dari sekat jendela, Eileen melihat Tom sengaja
mengambil karton wadah es krim Haagen-Dazs dan menaruhnya di
kursi di sampingnya, tempat yang tak akan' terlihat oleh putrinya.
"K ita tak membelinya lagi. Menurut ibu, kalian sudah makin
gemuk." Stacy menjulurkan lidah kecewa.
"Ayo sini, Sayang," ujar Tom. "Ayah baru mengalami hari sulit.
Ia butuh dipeluk." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dengan enggan, putrinya menghampirinya, menyeret sandal balet
di ubin, solnya mengeluarkan bunyi seperti kepala korek menggesek
batubara. "Bolehkah aku memandikanmu?" Tom melingkarkan tangan
memeluknya. "O-oke." Anak itu menyender tegang dan mendesah dramatis.
"Itu baru anakku."


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Eileen merasa dirinya kaku, melihat tangan lelaki itu mengeluyur
turun dan meremas hati kecil merah muda di saku belakang jeans
anak itu. Sebuah suara di kepalanya menjerit saat tangan anaknya
tetap di sana dan terus meremas, seolah yang ia genggam adalah
jantungnya sendiri. Ia tak ingin melihatnya, namun tak berani untuk
berpaling. Akhirnya Tom melepaskannya, namun suara itu terus
menjerit. Sesuatu tak berhenti. Sesuatu tak berhenti hingga kau
membuatnya berhenti. Eileen mendaki tangga dan menyeberangi bidang menuju ke
kamar mandi agar ia bisa menunggu di sana untuk mengambil alih
darinya ketika mereka tiba.
58 SENIN PAGI, Hoolian kembali ke Bagian 50 Pengadilan Tinggi
Negara Bagian New York di Manhattan, bak penjelajah waktu di
episode Twilight Zone yang kembali ke waktu tepat saat hidupnya
berantakan. "Warga New York melawan Julian Vega," seru pegawai
pengadilan. Ia berdiri dan secara naluriah mengambil sikap bersalah klasik,
tangan di belakang, kepala menunduk, melirik sekali dari bahunya,
melihat apakah Zana atau orang lain yang ia titipi pesan hadir.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"No na Aaron." Hakim Bronstein menaikkan suaranya, memastikan media di barisan belakang dapat mendengarnya.
"Mendekat." Nona A. melangkah maju, merapikan kerah.
"Yang Mulia, kami mengajukan mosi untuk mencabut dakwaan
terhadap Saudara Vega."
"Saudara Raedo?" Hakim itu menoleh ke kiri pada meja penuntut.
"Ada hal lain yang ingin Anda sampaikan"
"Tidak, Yang Mulia. Kami tak akan membantahnya."
Asisten Jaksa Wilayah bahkan tak mau repot-repot melihat.
Hanya pura-pura sibuk dengan berkas-berkas, seolah ia punya hal
lain yang lebih penting di benaknya. Hal itu membuat Hoolian
merasa begitu kecil, tak dihormati, seakan makna hidupnya bahkan
tak layak diketahui. Ia separo ingin mendekat dan mencengkeram
hijo de gran puta itu dari belakang lehernya, dan menghantamkan
wajahnya dua atau tiga kali ke meja, untuk peringatan atas
perilakunya. "Oke." Hakim mengetok palu. "Dakwaan dicabut. Saudara Vega,
Anda bebas pergi. Atas nama pengadilan, saya ingin menyampaikan
bahwa apa yang menimpa diri Anda sangat d isesalkan. Tak ada yang
ingin menerjuni bidang ini: ingin mengirim orang tak bersalah ke
penjara..." Suaranya terdengar makin samar selagi ia berbicara dan membuat
gerakan tangan. Hoolian merasa pusing dan kehilangan orientasi,
melewatkan sejumlah ucapan hakim.
"...dengan begitu secara pribadi saya ingin mengucapkan semoga
berhasil dengan kehidupan Anda selanjutnya dan jika Anda kelak
masuk ruang pengadilan lagi, saya harap itu hanya sebuah
kunjungan." Ia mendengar suara tawa palsu dari barisan pers selagi sang
hakim menggapai ke bawah mengulurkan tangan kurusnya yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
entah mengapa membuatnya berpikir tentang batang-batang mawar
berduri terbungkus tisu tipis. Saat ia berjinjit dan menjabat tangan
itu, Nona A menyikutnya dari belakang jaket, menyuruhnya
melakukan satu tugas lain.
Ia menoleh dan dilihatnya Paul Raedo menunggu, tangannya
terulur lemas seperti cangkir pengemis.
Selama sesaat, semua tampak membeku. Pegawai pengadilan,
kerumunan reporter, pengacara lain yang menunggu kasusnya
dipanggil, semua memajukan badan untuk melihat apa yang akan ia
lakukan. Air liur rasa tembaga mengumpul di belakang mulutnya,
menciptakan dorongan untuk menyemburkannya pada wajah lelaki
itu. Paling tidak itu layak dia dapatkan. Tapi matanya kemudian
jatuh ke barisan tepat di belakang meja terdakwa, tempat ayahnya
dulu duduk tiap hari di pengadilan dengan mengenakan setelan
terbaiknya, berusaha menunjukkan pada dunia orang macam apa
mereka sebenarnya. Ia merapatkan bibir dan mengulurkan tangan, diam-diam
mengutuki diri sendiri atas sikap terhormatnya itu.
"Oke, Bung." Ia meremasnya hingga merasa sedikit puas melihat
si penuntut itu meringis.
"Aku akan menghubungimu untuk bicara tentang perjanjiannya."
Nona A memiringkan badan ke bahu Hoolian. "Aku akan
memikirkannya." "Aku ada di kantor." Raedo memijit tangannya. "Tapi jangan
terlalu berharap banyak."
Di lobi, beberapa menit kemudian, Hoolian ragu-ragu di belakang
detektor logam, secara naluriah mengeluarkan tangannya.
"Tak apa." Nona A. muncul dari belakang dan menyentuh
sikunya. "Kau tak perlu membuat mereka memeriksamu lagi. Kita
akan pergi." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian menyisi melewati bingkai mirip bilik tol itu, masih
mengira akan mendengar seruan penjaga, "Berhenti." Alih-alih,
pegawai pengadilan hanya meneruskan tugasnya memeriksa tas dan
melambaikan tangan pada orang-orang yang bergerak menuju ruang
sidang, seakan ia tak terlihat.
Ia mengikuti No na A. melewati pintu putar dan keluar menuju
trotoar, diikuti perasaan aneh seakan ia berjalan mundur melewati
waktu. Puluhan juru kamera dan reporter berita telah bersiap di bawah
perancah biru di atas trotoar, tak jauh dari tempat mereka berdiri
sehari setelah juri memutuskan dirinya bersalah sembilan belas
tahun, delapan bulan, dan dua belas hari yang lalu.
"Julian, apa kabar" "
"Julian, apa Anda merasa bersih?"
"Julian, apakah Anda sakit hati?"
Ia menengadah, mengenali suara terakhir ini sebagai seseorang
yang pernah memanggilnya ' Hooooliiiyaaan' terus-menerus dengan
suara sumbang di luar Seksi 19. Ternyata ia seorang lelaki pendek
berjanggut mengenakan kartu pers dari Post dengan kertas-kertas
berjatuhan dari buku catatannya; bagian tengah tubuhnya tampak
lembut dan mengundang, seakan-akan kepalan tak akan keluar dari
sana ketika ia meninju. "Tak ada komentar lagi, untuk saat ini." No na A. maju mendekati
mikrofon selagi lampu kilat terus menyala dan kamera tak henti
menjepret. "Kami yakin keadilan akhirnya terwujud hari ini. Saudara
Vega ingin mengucapkan terima kasih pada semua pendukungnya. Ia
ingin menghabiskan waktu bersama kerabat dan teman-temannya..."
Hoolian ikut mengangguk ramah, menjadi aktor sesaat, raut wajah
dan tingkahnya yang sopan menutupi ledakan emosi yang bergolak
di kepalanya. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Julian, apa rencana Anda di masa datang?" seorang reporter
wanita dengan rambut bob dan gigi- gigi kecil menyeru.
"Aku tak tahu," jawabnya. "Mungkin aku akan mengambil kuliah
hukum. Aku sudah mengenal sistemnya cukup baik..."
Dilihatnya beberapa dari mereka mulai menjauh saat No na A
maju dan berkata tak ada komentar lagi untuk saat ini. Lampu sorot
pun beralih. Mereka telah memperoleh apa yang mereka inginkan.
Tak ada alasan lagi untuk tetap di sana. Ia menyadari
pembebasannya mungkin hanya akan muncul di halaman tiga. Berita
besar hanya pada saat tuduhan awal. Dilihatnya salah satu
koresponden mengambil mikrofon dan mulai berlari sepanjang blok,
tempat hadirnya cerita lain yang jelas menarik perhatian mereka.
Melewati desakan orang-orang, ia melihat sekilas sosok Tom Wallis,
tampak pucat dan ketakutan. No na A sebelumnya berkata lelaki itu
akan datang ke pengadilan sore ini untuk didakwa atas pembunuhan
adiknya. Seorang pengacara tua penuh keriput dengan dasi kupukupu rapi berdiri di sebelahnya, menghalau serbuan pertanyaan.
Hoolian tak peduli sama sekali apa yang akan dilakukan mereka
pada Tom di penjara. Tetapi saat kerumunan itu berlalu, bak
kawanan ternak, Hoolian melihat ibunya hadir bersama mereka,
sosok seperti hantu berambut merah dan kaca mata bintik. Ia berpikir
wanita itu pasti wanita paling kesepian di dunia sekarang.
Bagaimana mungkin orang dapat melanjutkan hidup, mengetahui
putra satu-satunya telah membunuh putri tunggalnya" Ia akan sinting
atau mati. Ia mengamati mereka semua menaiki tangga dan melewat pintu
putar, memasuki mesin kelabu tempat ia baru saja keluar darinya.
Begitulah. Sirkus telah selesai. Tom yang akan menjadi berita
utama esok hari. K isah Julian Vega sudah berakhir. Tidakkah
mestinya langit terbelah" Tidakkah mestinya hujan lebat turun dan
membilas bersih jalanan" Tidakkah matahari mestinya terbit dari
barat dan terbenam di timur" Tidakkah mestinya Tuhan mewujud
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dan menjelaskan padanya" Tidakkah mestinya ada....sesuatu yang
lebih dari ini" Tetapi hari itu tak ada yang istimewa. Seorang pengacara dengan
mantel Burberry melangkah di depannya untuk mencegat taksi.
Sepasang reporter membuntuti di belakangnya, bicara pada Nona A.
tentang kasus lain yang ia tangani. Sebuah mobil polisi meluncur
dengan sirene menyala, tak memedulikannya sama sekali.
Mestinya ia bersuka cita. Akhirnya semua selesai. Ia bisa
melakukan apa saja sekarang. Alih-alih begitu, ia merasa tersesat dan
sedikit takut. Ia memperhatikan taksi-taksi kuning berseliweran dan
dalam benaknya terpikir bahwa tiap sopir, bahkan imigran paling
hangat yang baru turun dari pesawat sekalipun yang hampir tak dapat
berbahasa Inggris memiliki sesuatu yang ia tak punya - surat izin
mengemudi. Ia bahkan tak yakin yang mana pedal gas. Mendadak, ia
mengambang dalam semua detil asing kehidupan sehari- hari.
Asuransi, ongkos kesehatan, tabungan pajak yang ditangguhkan. Ia
pernah mendengar semua itu tapi takut bertanya pada orang-orang
apa itu. Bagaimana ia akan mengejar hal-hal yang tak ia ketahui"
Ia sadar dirinya berada di tengah lautan. Untuk beberapa lama ia
tenggelam dalam tuntutan hukum, tapi begitu hal itu selesai, ia tak
tahu apa yang harus ia lakukan. Tanpa kasusnya, tanpa perkara ini,
hidupnya tak memiliki arah, tak ada struktur, tak ada pengaturan
prinsip. Dan sekali ia membuka kepalan dalam diri yang telah
membuatnya bertahan begitu lama, semua yang ia punya runtuh.
Segala yang ada di Foley Square seakan berputar mengelilingi
dirinya. Semua orang bergerak melewatinya penuh tujuan yang
membuatnya merasa makin tak terarah, kesepian, dan rapuh. Bus
biru putih Direktorat Pemasyarakatan menepi di sisi pintu masuk
gedung pengadilan, membawa tahanan dari rumah tahanan
sementara ke penjara. Ia punya firasat jika tak berhati- hati, tak lama
ia pun akan turut menaiki bus itu.
Tapi lalu ia merasakan getaran kereta bawah tanah Lexington
Avenue tepat di bawah kakinya dan dalam embusan angin yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
merayap dari kisi-kisi ia merasakan, meski hanya sesaat, kehadiran
ayahnya. Ia akan menemukan jalan, katanya dalam hati. Sesuatu akan
menunjukkan ke mana ia harus pergi. Dan, saat reporter terakhir
akhirnya berlalu, dilihatnya Zana berdiri bersama Eddie di belakang
kerumunan selama ini, menunggunya. Sambil terhuyung- huyung
menghampiri mereka penuh rasa syukur, dilihatnya anak itu
memegang sesuatu seperti spanduk jatuh yang ia ambil dijalan,
setengah terlipat, dilengkapi keterangan, peta sistem kereta bawah
tanah New York City. "Bisakah kita pergi ke Coney Island sekarang?" anak itu bertanya,
seolah jenuh menunggu. 59 TEPAT SAAT Francis berbalik dari konter Starbucks membawa dua
cangkir kopi panas membakar, seorang gadis ceroboh berkepala
plontos muncul dari bintik butanya dengan Rollerblade, mengayunkan tangan liar sambil meluncur tepat ke arahnya. Sudah
terlambat untuk menghindar baginya dan tak ada ruang untuk
bergerak. Namun entah bagaimana ia berhasil menangkap
lengannya, memutar dengan anggun seperti seorang pedansa waltz,
dan melepaskannya tanpa menumpahkan setetes pun atau membakar
siapa pun. "Aku terkejut kau berhasil," ujar Hoolian, setelah Francis berhasil
kembali ke meja dan duduk, wajahnya agak merah dan perasaannya
sedikit kacau. "Yeah, mestinya orang bersepatu roda dilarang masuk."
"Maksudku, aku terkejut kau datang."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis menyodorkan kopi, ia pun sedikit kaget berada di sini.
Ketika mendapatkan pesan pertama kali dari Deb Aaron beberapa
minggu lalu bahwa Hoolian ingin bertemu, berdua saja, ia hanya
meremas kertas merah muda itu dan membuangnya di keranjang
sampah, seperti yang orang normal akan lakukan. Tapi selama dua
hari berikutnya, dilihatnya gumpalan kertas itu entah mengapa tidak
mengumpul dengan sampah lain, namun tetap di sana menyangkut di
sudut keranjang, seperti organ buangan yang masih berdenyut.
"Kasus sudah berakhir." Ia mengangkat bahu, bersyukur dirinya
bersikeras untuk bertemu di tempat umum. "Kita mungkin bisa
menjadi orang asing."
Mereka saling tatap satu sama lain dalam kesenyapan yang
menggelisahkan beberapa lama, kemudian pada saat bersamaan
menoleh ke jendela berbarengan. Butir-butir uap halus menjelang
Natal turun di atas daerah konstruksi dekat Cooper Union, jenis
hujan yang bisa berubah menjadi hujan atau salju sewaktu-waktu.
"Kau tahu, aku benci cuaca seperti ini." Ia mengamati jala jingga
di lantai atas konstruksi yang mulai menghilang dalam kabut.
"Korban tewas pertama kulihat tepat sebelum Natal. Seorang wanita
tua terbunuh di Harlem dan terbengkalai di sana seminggu.
Tubuhnya sudah membengkak. Belatung merayap keluar dari lubang
matanya. Baunya begitu busuk sampai polisi yang sudah bertugas
dua puluh tahun pun muntah. Aku mencuci seragamku tiga kali
setelah itu. Tapi kau tahu kan, orang tidak bisa memasukkan topi ke
dalam mesin cuci bersama pakaianmu yang lain. Aku harus
membiarkannya tak tercuci. Lain ketika, aku berpatroli jalan kaki
lagi, cuaca sedang hujan. Dan bau memualkan itu pun menyeruak
lagi ke seluruh tubuhku, mengaliri tepat wajahku. Bau itu membawa


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semuanya kembali, seolah aku masih berada di apartemennya."
"Rasakan, keparat. Kau tak bisa lari dari beberapa peristiwa.
Sayang kau tak terjangkit radang paru."
Francis melirik singkat padanya, melihat Hoolian memakai jaket
berbahan wol dan kaus marun yang sama dengan yang ia pakai ke
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
pengadilan tiap kali. Ia mengenakan dasi hitam yang sama, sedikit
terlalu ketat di sekitar tenggorokannya. Sama sekali belum
melupakan masa lalu. Ini mungkin tidak menandakan dimulainya
Minggu Persaudaraan Nasional.
"Jadi, berapa banyak yang diberikan kota ini untuk ganti rugi,
omong-omong?" Francis mengambil lap dan membersihkan hidung,
masih belum pulih dari flu yang telah mengganggunya sejak
Thanksgiving. "Lima puluh, enam puluh ribu?"
"Aku mendapatkan hidupku kembali." Hoolian dengan sengaja
mengabaikan pertanyaan itu dan memajukan wajahnya. "Apapun itu,
itu tak cukup untuk mengganti apa yang kau lakukan padaku."
Delapan puluh, sembilan puluh ribu, duga Francis. Seper-tiganya
kemungkinan untuk Deb Aaron. Kalau tidak, Hoolian mungkin akan
muncul mengenakan setelan desainer teranyar, hanya untuk
menggosok-gosokkan wajah musuh lamanya di situ.
"Kau mungkin beruntung dapat memperoleh sesuatu." Francis
melayangkan pandangan jauh.
"Aku tak tahu bagaimana pengacaramu yakin dirinya dapat membuktikan maksud jahat."
"Kau tahu apa yang kau perbuat," ucap Hoolian tajam.
"Aku mengerjakan kasus itu sebaik aku bisa. Tak ada dendam
pribadi." "Kau menipuku dan kita berdua tahu itu."
"Percayai apa yang kau mau, Nak. Itu tak ada kaitannya
denganku - " "Mengapa kau lakukan hal terkutuk itu?"
Francis tersenyum terpaksa. "Kau benar-benar ingin aku
menjawabnya?" "Aku punya masa depan terbentang di hadapanku saat itu, Bung.
Lihat ini..." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian membuat gerakan mendadak ke saku dalam dan Francis
mundur ke belakang. "Tenang, Bung." Mata Hoolian berkilat oleh rasa geli saat ia
mengeluarkan amplop tua kekuningan dan meletakkannya di atas
meja. "Apa ini?" Francis menyorongkan badan, tekanan darahnya naik.
"Buka saja." Francis ragu-ragu lalu mengusap bagian belakangnya. Nadinya
mulai memompa seperti selang pemadam kebakaran.
"Jika ini sampel DNA Allison Wallis yang kau bawa-bawa selama
dua puluh tahun di TKP, aku katakan sekarang juga aku akan
menembak kepalamu, tepat sebelum aku menembak diriku sendiri."
"Buka saja amplop keparat itu, Bung. Jangan cengeng."
Ia merogoh dan membuka surat terlipat bernoda cokelat,
meletakkannya di meja, dan membacanya beberapa lama, berusaha
mengerti akan kata-katanya.
"...dengan gembira menginformasikan kepada Anda bahwa Anda
telah diterima sebagai angkatan 1988..... Bahan-bahan tambahan
akan dikirim ke..." Rahangnya perlahan turun. "Apakah ini surat penerimaan
kuliahmu atau semacamnya?"
"Aku membawanya ke mana- mana selama dua puluh tahun."
Hoolian mengangguk. "Surat itu datang minggu kedua aku di Attica.
Aku hanya terduduk di ranjang, membacanya terus-menerus. Mereka
memberiku beasiswa penuh."
Francis menyeka meja di bawah surat untuk memastikan
permukaan itu tidak lembab. "Dan apa yang kau ingin aku lakukan
dengannya?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku ingin kau menyimpannya, Bung. Aku ingin kau
menaruhnya tepat di sebelah foto keluargamu. Agar kau selalu
melihatnya setiap hari di sisa hidupmu."
Francis menggerutu, seolah baru dipaksa menelan bola obat.
Mengapa aku datang hari ini" Mestinya aku di rumah, memercikkan
garam di trotoar dan memastikan semua jendela tertutup. Mestinya
aku mencoba menelepon anak-anak. Mestinya aku menolong istriku
mengecat kamar mandi saat aku masih sanggup. Aku bahkan tak
dibayar untuk melakukan ini.
"Aku hanya ingin kau mengatakan sesuatu padaku." Hoolian
mendorong surat itu lebih ke depan ke arah sisi meja Francis,
berusaha membuatnya menerima benda itu. "Bagaimana kau bisa
hidup, mengetahui apa yang kau perbuat?"
"Sifat alami binatang," ucap Francis santai, meski ia tak sanggup
menatap mata Hoolian. "Dan apa maksudnya ucapanmu itu?"
"Seorang gadis tewas. Aku melakukan apa yang harus
kulakukan." "Jadi, kau harus menjebakku?"
Francis menggeser-geser duduk gelisah, seperti penjahat biasa
yang baru dibawa masuk ke kantor polisi.
"Aku menyesal kau tertangkap ketika mestinya kami mencari
tersangka lain," ujarnya hati- hati. "Itu mimpi buruk setiap polisi.
Dalam dua puluh tahun aku tak pernah mengalami kasus seperti
itu..." "Menyesal aku tertangkap?"
Hoolian menghempas keras dari meja dan beberapa wanita di
dekat mereka menoleh. "Itu saja yang kau katakan padaku" Kau menyesal aku
'tertangkap'?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, apalagi yang kau inginkan?" Francis merendahkan suaranya,
malu. "Aku ingin kau mengakuinya."
"Mengakui apa?"
"Apa yang kau lakukan padaku. Aku ingin mendengar kata-kata
itu." "Mengapa itu begitu penting bagimu?" Francis mengganti posisi
duduk, kakinya mulai kram.
"Karena itu memang penting. Kau telah merenggut tahun-tahun
terbaik dalam hidupku. Aku menyimpan begitu banyak kebencian
padamu, Bung, hingga meracuniku."
"Masih?" "Ya, masih. Bagaimana mungkin aku melupakannya" Katakan
padaku. Kukira semua akan baik-baik saja mulai sekarang, tapi aku
tetap geram mengingatnya. Aku tak bisa rileks. Aku tak bisa
tersenyum hampir sepanjang waktu. Aku tak bisa makan di restoran
tanpa mencoba mengembalikan peralatan makannya ke hadapanku.
Aku bahkan tak bisa menikmati hubungan intim pertama dalam
hidupku." Francis menggeleng, diam-diam bersikeras itu tak ada kaitan
dengannya. "Suatu hari keadaan itu begitu buruknya, aku pergi ke sekolah
lamaku dan menemui pendeta yang menulis surat rekomendasiku ke
universitas. Ia sembilan puluh tujuh tahun dan masih ingat nilai rapor
terakhirku. Kau tahu apa yang ia katakan padaku" Dia bilang aku
harus memaafkanmu." " Mungkin karena itulah."
"Tapi bagaimana aku bisa memaafkanmu jika kau bahkan tak
ingin mengakui perbuatanmu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Pandangan Francis beralih pada surat di atas meja lagi, ia
merasakan tekanan darahnya naik dalam dada.
"Maafkan aku, Nak. Aku tak bisa memberikan apa yang kau
minta. Itu tak mungkin terjadi."
Bangkit. Benaknya mengirimkan pesan ke seluruh tubuh. Kau tak
harus diam di sini. Tak ada kewajiban bagimu atas perlakuan ini.
Hanya karena orang lain harus mengaku tak berarti kau juga
demikian. "Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu." Hoolian
mengepalkan tangan, mengangguk-angguk geram berusaha menguasai diri. "Sungguh. Kau tahu apa yang benar-benar
membuatku marah?" "Tidak. Apa?" "Mengetahui bahwa kau akan melakukan hal yang sama pada
orang lain seperti yang kau lakukan padaku."
"Tidak, aku tak akan berbuat seperti itu." Denyut nadi begitu
kencang di telinganya, terdengar seperti jejak-jejak kaki di atas
loteng. "Kau pasti akan melakukannya. Mengapa tidak" Kau tidak merasa
menyesal. Kau tak perlu membayar atas apa yang kau lakukan."
Francis merasa tekanan di dadanya bergerak, menyebar lebih luas
dan lebih sulit untuk duduk tenang. "Seseorang akan membayar pada
akhirnya." "Apa maksudmu, 'seseorang akan membayar pada akhirnya'" Itu
hanya omong kosong busuk yang orang katakan untuk mengusirmu
dari kantor. Kau tak membayar. Lihat dirimu. Gemuk dan lancang.
Kau mungkin akan segera pensiun dengan tanda jasa dan separo gaji.
Kau tak menderita - "
"Aku akan buta," ujar Francis tanpa berpikir.
"Hah, yang benar saja."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku serius. Mataku mulai memburuk."
"Berhenti omong kosong. Kau pikir itu lucu?"
"Bagiku tidak."
Hoolian terdiam dan menyelidiki wajahnya beberapa saat,
mencari tahu apakah lelaki di hadapannya itu main- main. Ia
mengarahkan satu jari ke depan wajah Francis dan perlahan- lahan
menggerakkannya ke kanan. Francis menemukan jari itu untuk
beberapa sentimeter namun kemudian lepas dari pandangannya. Lalu
didengarnya Hoolian menjentikkan jari di suatu tempat dekat
telinganya. "Tak mungkin." "Itu benar." Francis memandang datar. "Makin sedikit yang
kulihat sejalan waktu."
Ia pasti sudah hilang akal. Ia bahkan belum mengatakannya pada
anak-anaknya. "Dan...jadi...apa?" Hoolian mengempaskan tubuh ke belakang,
bingung. "Kau ingin aku merasa kasihan padamu, atau bagaimana?"
"Sama sekali tidak," ujar Francis. "Tapi kini kau di sini, berkata
padaku betapa aku lepas tangan atas perbuatanku yang buruk
padamu. Aku hanya ingin bilang, tidak begitu keadaannya. Setiap
orang mendapatkan balasannya."
Apa yang telah ia lakukan" Rasanya ia baru melompat keluar dari
pesawat dengan parasut. Terjun bebas. Hoolian bisa menceritakannya pada seluruh dunia sekarang. Mereka bisa
membuka puluhan kasus lamanya dan mempertanyakan kesaksian
atas hal- hal yang menurutnya ia lihat. Mereka akan menahan gaji
pensiunnya atas tuduhan sengaja berbohong dan tak mengatakan
pada siapa pun tentang kondisinya. Mereka akan menelanjanginya
dan membuangnya di jalan.
Mengapa tak kau rogoh dan berikan saja senjatamu padanya
sekalian, Loughlin" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tetapi ada sesuatu yang gegabah dan menggembirakan tentang
itu. Ia merasa paru-parunya membuka dan jantungnya berdetak lebih
kencang. Ia merasakan udara dingin di kulitnya dan menampak lagi
warna-warni cerah di sekitarnya. Semua inderanya menajam dan
lebih hidup dari berminggu- minggu sebelumnya.
Jadi beginilah rasanya berada di sisi lain meja interogasi. Hingga
saat ini, ia tak pernah betul-betul mengerti mengapa orang akhirnya
selalu mengaku dan mengatakan padanya hal- hal yang tak
semestinya mereka katakan pada orang lain. Sekarang ia mengerti.
Rasanya seperti mabuk, tapi lebih baik. Selama sesaat, setidaknya, ia
membiarkan seseorang melihatnya sebagaimana adanya, dan tak
hanya rasa lega namun juga perasaan agung yang menyayat di
dalamnya. Ooo)DW(ooO "Setiap orang mendapatkan balasannya."
Hoolian tak menginginkan hal ini. Tak ingin melihat benda-benda
lewat sudut pandang orang ini. Ia lebih baik dari itu. Bajingan itu
patut menerimanya, atas apa yang menimpanya itu.
Sama halnya ketika memejamkan mata sekejap, ia bertanya-tanya
bagaimana akan menghadapinya jika dirinya buta. Bagaimana kau
tak akan menjadi gila, sadar kau tak akan pernah lagi membaca buku
komik kesukaanmu, memandang mata orang terkasih, atau melihat
jeruji kincir Bianglala copot satu persatu" Bagaimana kau
menemukan jalan pulang" Bagaimana mungkin kau tak akan berpikir
ini adalah semacam hukuman"
"Jadi, kau tak akan meminta maaf dariku atau sejenisnya?" ujar
Hoolian, membuka lebih lanjut.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Persetan." Loughlin mengempas ke belakang meja. "Aku tak
perlu membuat dalih. Kau harus bersikukuh dengan perbuatanmu
atau tidak sama sekali."
Mereka berdua perlahan- lahan bangkit. Selama dua puluh tahun,
Hoolian telah berkhayal apa yang akan ia lakukan jika ia kelak
menghampiri Francis di tempat rawan. Ia telah merencanakan
berbagai tindakan yang akan ia lakukan dengan pipa logam, tambang
tebal, dan bagasi mobil. Ia bahkan sampai berpikir tentang alibi yang
akan ia gunakan jika tertangkap. Tapi kini untuk kedua kalinya ia
menggapai satu ruang luas kemarahan yang ia simpan bertahuntahun dan tak menemukan apa-apa di sana. Hanya kotoran setengah
kering di dasar. Ke mana semua itu pergi"
Ia melihat ke bawah dan dilihatnya tangannya terangkat dan
mengambang di udara, menunggu Loughlin menggenggamnya.
Meski begitu polisi itu tak melihatnya, karena tepat berada di luar
batas penglihatannya dan dengan cepat Hoolian menurunkannya
kembali ke samping. "Baiklah, Bung. Jangan lagi menjebloskan ke penjara, orang yang
tak semestinya berada di sana."
"Tentu. Kau membuatnya terdengar mudah."
Polisi itu tersenyum masam dan menaruh surat itu dalam dompet,


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seakan mengikat bom koper di pergelangan tangannya.
"Hey, lihat, di sini bersalju." Hoolian menengok keluar jendela.
"Ya, Tuhan, aku bahkan tak menyadari perubahan cuaca ini."
Loughlin bersin, ujung hidungnya telah berubah merah. "Mudahmudahan aku bisa menemukan mobilku."
"Yeah, mungkin kau harus sedikit berkeringat."
"Sepertinya." Ia berjalan keluar pintu, meninggalkan cangkirnya setengah isi di
meja, kemudian berhenti sejenak di depan jendela. Angin
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
mengangkat salju ke dalam lengkungan lebar berbutir di bawah
lampu jalan, seolah-olah satu kekuatan magnetik berusaha
menariknya kembali ke awan. Hoolian mengamatinya berputar balik
dua kali, berusaha memastikan posisinya saat malam mulai
menggayuti dan mobil berseliweran di sekitar kubus berpasir gula di
tengah-tengah plaza. Ia membungkukkan bahu, melesakkan tangan ke dalam saku, dan
mulai berjalan dengan susah payah ke selatan ke arah Bowery,
melewati crane dan truk-truk semen, sebuah sosok kapal melaju ke
dalam kabut putih, kian mengecil dan mengecil hingga akhirnya
lenyap. AKHIR MENATAP MATAHARI 60 TOM DI DAPUR, menengadah ke langit- langit, rambutnya lembab
usai mandi, kemeja kerja birunya tak terkancing di kerah, dan
sepasang gunting terkubur di dadanya tepat di bawah tulang dada.
Francis membandingkan jam Swatch-nya dengan jam di atas
tungku dan mencatat waktu kedatangannya pukul 10.42. Ia kemudian
dengan hati- hati mencari jalan keluar dari dapur dan menemukan
Eileen di sofa ruang keluarga, dengan noda darah di bagian muka
turtleneck putihnya. "Bisa Anda jelaskan apa yang terjadi?"
Wanita itu menatap pohon Natal linglung, lampu warna-warni
berkedip-kedip tak teratur sementara cucu-cucunya dan ibu mereka
menangis histeris di lantai atas.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Itu terjadi lagi," ujarnya.
"Apa?" "Sudah kukatakan sebelumnya padamu. Anak-anak punya
rahasia." Francis duduk di sampingnya, memastikan ia tak menyentuh
apapun di lantai atau meja. "Kalau ingin bantuanku, Anda harus
lebih baik dari itu."
"Aku tahu ia tak bisa menghentikan dirinya sendiri," ucapnya
dengan sikap tenang yang aneh, seakan-akan ia baru terjaga dari obat
bius. "Anakku sendiri. Apa yang kau lakukan jika anakmu sendiri
ternyata seorang monster?"
Francis berusaha menjaga pikirannya tetap jernih saat ia menulis
catatan. "Kau tahu tapi kau tak tahu. Kau ingin berpura-pura itu tak
terjadi. Tapi apa yang bisa kau lakukan" Kau tak bisa memisahkan
mereka selamanya, kakak dan adik."
Francis menaruh bukunya, tak sanggup menulis lebih banyak lagi.
"Kau tahu, putriku menginginkan hal itu berhenti." Eileen meraih
selotip yang membungkus jarinya. "Ia berusaha mengatakannya
padaku, namun aku tak sanggup mendengarnya. Terlalu mengerikan
bagiku." Francis mengangguk, potongan terakhir gambar ini akhirnya
terkumpul. Tak mengherankan jika ia terus-menerus mengatakan
Allison masih hidup, menghantuinya dengan menutup telepon di
mesin penjawab, berusaha membuatnya tak melupakan kasus itu.
Mereka mengubur anak yang salah.
"Itu mulai terjadi lagi, dengan anak-anaknya sendiri." Ia menaruh
tangan di atas lutut, menenangkannya. "Aku memergokinya pagi ini
bersama si sulung di kamar mandi. Putrinya sendiri. Dan aku tak bisa
membiarkan hal itu terjadi lagi. Bisakah kau, Francis?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak tahu. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan."
"Ya, kau tahu." Eileen mengangkat dagunya menantang. "Kurasa
kau tahu apa yang mesti dilakukan."
Untuk sesaat, semua kegilaan atas kesedihan dan alasan kesehatan
itu hilang. Ia adalah ibu sang binatang dengan darah di cakarnya
karena melindungi anak-anaknya saling memakan satu sama lain.
"Jika seseorang memberimu kesempatan untuk tak membuat
kesalahan terbesar dua kali dalam hidupmu, kau akan melakukan
segala cara. Dan jangan katakan kau tidak seperti itu."
Ooo)DW(ooO Rashid, kini di satuan tugas, dan Jimmy Ryan tiba lima menit
kemudian dan menemukan Francis di dapur, berdiri di samping
mayat dan menulis catatan.
"Bagaimana menurutmu, X Man?" Jimmy meletuskan permen
karetnya. "Senjata makan tuan, ya?"
"Sepertinya ia langsung mengalami perdarahan." Francis hampir
tak menoleh. "Ibunya di rumah dan ia tewas selagi ibunya
menelepon 911." "Oh, ya?" Jimmy membungkuk di sebelah mayat itu, memeriksa
bagaimana darah merembes dari kemejanya. "Lukanya benar-benar
hebat. Sepertinya salah satu arteri utama kena."
"Ya, ia pasti sudah bertekad bulat."
"Apa?" Rashid menengok tajam, hampir menjatuhkan tusuk
giginya. "Maksudmu ini bunuh diri?"
"Aku tak menyimpulkan apa-apa." Pulpen Francis terus bergerak
di atas kertas. "Terserah pada petugas TKP untuk mengambil sidik
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
jari di pegangan pintu dan forensik untuk menentukan penyebab
kematian." "Maaf, aku akan menghubungi JC dan melaporkan apa yang
terjadi." Jimmy melangkah keluar ruangan, tak ingin terlibat dalam
urusan itu. Rashid membungkuk di samping mayat. "Itu sudut yang teramat
sulit bagi seseorang untuk menusuk dirinya sendiri, G," ujarnya.
"Kebanyakan orang akan mengarahkan pisaunya ke bawah."
"Mengapa tak kau tanyakan padanya mengapa ia melakukan itu?"
Francis terus menulis. "Bajingan keparat. Ia mungkin tahu ia
mengidap kanker dari uji DNA yang kita berikan padanya dan ia
tahu sidang akan dimulai dalam beberapa minggu. Mungkin ia
berpikir bunuh diri adalah pilihan terbaik. Satu-satunya hal baik yang
pernah ia lakukan." Rashid berdiri perlahan. "Eh-eh, Pak, aku tak suka ini."
"Siapa yang bertanya padamu?"
"Aku hanya bilang, aku menaruh banyak hormat padamu, karena
telah melihat caramu mengendalikan diri. Namun jika ternyata ada
yang sengaja mengaburkan bukti di TKP, aku tak ingin terlibat."
Francis menurunkan catatannya dan menepuknya keras-keras di
paha. "Kau ingin mengatakan sesuatu, Detektif?"
Rashid mengangkat dagunya. "Kau sudah dengar. Macan tutul
tidak mengganti bintiknya. Jangan menekanku hanya karena kau
punya riwayat buruk."
"Persetan kau, aku melakukannya mengikuti petunjuk buku. Siapa
pun yang mengatakan sebaliknya adalah pembohong."
Rashid menundukkan kepala dan menatap Francis dari sudut
rendah, berusaha mendapat penjelasan dari pria di balik topengnya.
"Jangan lakukan ini, G," ucapnya. "Bukan tugasmu untuk
menjadikan sesuatu berjalan sesuai keinginanmu - "
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Maaf." Francis memotongnya. "Kalau kau ingin melempar batu,
lempar. Ingin menjadi rekanku, silakan. Itu artinya kita tak perlu
membicarakannya. Kita hanya melakukah apa yang harus dilakukan
dan jangan mengirim orang yang tak semestinya ke penjara. Wanita
ini berusaha membesarkan cucu-cucunya. Ia perlu pengertian. Kalau
kau tak bisa memahaminya, mundur sekarang juga."
Rashid menatapnya lama sebelum ia berlutut kembali di samping
mayat itu, mengunyah tusuk gigi dan menggesernya dari satu sudut
mulut ke sudut yang lain.
"Bagiku masih tampak aneh," ujarnya. "Lelaki itu menusuk
dirinya sendiri dengan gunting. Ada banyak cara yang lebih mudah
untuk bunuh diri. Ia tak meninggalkan surat wasiat, kan?"
"Tidak, sepanjang yang kuketahui." Francis mulai beranjak pergi.
"Tapi lihat saja sendiri. Orang tak selalu memperhatikan dengan
teliti saat pertama kali."
UCAPAN TERIMA K ASIH SAYA INGIN mengucapkan terima kasih pada orang-orang berikut
atas kebaikan mereka sehingga buku ini dapat terbit:
Chauncey Parker, Lisa Palumbo, Mark Desire, Joseph Calabrese,
Laurey G. Mogil, M.D., Joyce Slevin, Bob Slevin, Luke Rettler,
John Cutter, Jennifer Wynn, Stephen Hammerman, Arthur Levitt,
Mark Graham, Anthony Papa, Mitchell Benson, Peter Neufeld, Jim
Dwyer, Peter Garuccio, John Hamili, Steve Kukaj, Peter Walsh,
Charlie Breslin, Ron Feemster, Svetlana Landa, Daniel Perez,
Charles Shepard, Leon Maslenikov, Katya Zhdanova, John Nelson,
Ron Kuby, Nelson Hernandez, Joel Potter, Vicky Sadock, Sam
Bender, Daniel Bibb, Mark Stamey, Bilial Thompson, Shqipe Biba,
June Ginty, Bob Stewart, Kevin Walla, John McAndrews, Kim
Imbornoni, Chris Smith, Tom Grant, Ed Rendelstein, James Watson,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Molly Messick, David Segal, James McDarby, Steve Lamont, Steve
DiSchiavi, Darryl King (Yang asli), Sophie Cottrell, Richard Pine,
Michael Pietsch, dan Judy Clain.
Saya juga ingin menyampaikan rasa hormat pada tetangga lama
dan kawan saya, Jim K nipfel, untuk keramahannya dan bukubukunya yang luar biasa, antara lain Slackjaw dan Ruining It for
Everybody. Seluruh nama di atas terlepas dari tanggung jawab atas kekeliruan
fakta yang terdapat di antara dua sampul buku ini, demikian pula
dengan kekurangan pada tokoh-tokoh dan kejahatan yang
digambarkan di sana. Semua menjadi tanggung jawab penulis.
TENTANG PENULIS PETER BLAUNER adalah penulis tiga novel, antara lain Slow
Motion Riot, yang memenangi Edgar Allan Poe Award untuk novel
pertama terbaik tahun itu, dan The Intruder, yang termasuk dalam
The New York Times dan International best seiler. Karyanya telah
dialihbahasakan ke dalam enam belas bahasa. Ia bermukim di
Brooklyn, New York, bersama istrinya, Peg Tyre, dan dua anak
mereka. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.peterblauner.com.
Wanita Iblis 1 Lima Sekawan 20 Di Pulau Seram Raja Silat 15

Cari Blog Ini