Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown Bagian 3
melihat dengan jelas dan tidak dkagukan lagi bahwa fosil itu dulunya merupakan
orga-nisme biologis yang hidup. Sosok yang terbujur kaku itu ber-ukuran panjang
kira-kira tiga inci dan sepertinya adalah bagian perut dari sejenis kumbang
besar atau serangga. Tujuh pasang kaki menempel di bawah cangkang luar
pelindungnya yang bersisik seperti binatang armadillo.
Rachel merasa pusing. "Seekor serangga dari luar angkasa" "
"Itu seekor isopoda," kata Corky. "Serangga yang memiliki tiga pasang kaki,
bukan tujuh." Rachel tidak mendengarnya. Kepalanya seperti berputar saat mengamati fosil di
depannya. "Kau dapat melihat dengan jelas," kata Corky lagi, "bahwa cangkang di atas
punggung itu bersisik seperti kum bang pohon dari planet luar, tapi dua anggota
badan yang menyerupai ekor itulah yang membedakannya sehingga mem buatnya lebih
mirip seekor caplak."
Rachel sibuk dengan pikirannya dan tidak menghiraukan penjelasan Corky.
Penggolongan spesies tersebut sama sekali tidaklah penting. Sekarang potongan
-potongan teka-teki itu mulai terlihat lebih jelas - kerahasiaan Presiden,
kegembiraan . Ada fosil menempel di sebuah meteorit! Bukan hanya se titik bakteri atau
mikroba, tetapi sebentuk kehidupan yang lebih maju daripada itu! Ini adalah
bukti otentik bahwa ada kehidupan di tempat lain di alam semesta kita!
23 SEPULUH MENIT sebelum acara debat di CNN, Senator Sexton bertanya-tanya
bagaimana mungkin dia akan merasa cemas. Marjorie Tench jelas merupakan lawan
yang tidak sebanding. Walau Tench memiliki reputasi sebagai penasihat senior
yang memiliki kebijakan tanpa perasaan, tetapi saat ini dia terlihat lebih mirip
seekor domba korban daripada seorang lawan yang layak bagi Senator Sexton.
Benar saja. Sejak awal perdebatan Tench sudah menyerang dengan menghantam
riwayat program Sexton yang dianggapnya berat sebelah karena merugikan kaum
perempuan. Tetapi kemudian ketika dia tampak mulai memperketat cengkeramannya,
dia berbuat ceroboh. Saat dia menanyakan bagaimana caranya Senator Sexton
menaikkan dana pendidikan tanpa menaikkan pajak, dia membuat sindiran menghina
karena Sexton terus-menerus mengambing-hitamkan NASA.
Walau Sexton ingin mengemukakan topik NASA pada akhir perdebatan, tetapi Tench
sudah membuka pintu sebelum waktu-nya. Dasar idiot!
"Ngomong-ngomong tentang NASA," kata Sexton melanjutkan dengan tenang. "Dapatkah
Anda menanggapi kabar angin yang terus-menerus saya dengar bahwa NASA telah
gagal lagi akhir-akhir ini?"
Marjorie Tench terlihat tidak gentar. "Rasanya, saya tidak pernah mendengar
kabar angin itu." Suaranya yang serak karena rokok terdengar begitu kering.
"Jadi, Anda tidak memiliki tanggapan?" "Saya rasa tidak."
Sexton tampak berseri-seri. Di dalam dunia media, kata "tidak ada tanggapan" itu
dapat diterjemahkan secara bebas sebagai "bersalah seperti yang dituduhkan."
"Baiklah," kata Sexton. "Dan bagaimana dengan kabar angin tentang sebuah rahasia
... rapat darurat antara Presiden dan Administrator NASA?"
Kali ini Tench tampak heran. "Saya tidak tahu rapat apa yang Anda maksudkan.
Presiden mengadakan banyak rapat."
"Tentu saja."Sexton memutuskan untuk langsung menyerangnya dengan bertanya, "Ms.
Tench, Anda adalah pendukung fanatik lembaga ruang angkasa itu, bukan?"
Tench mendesah dan terdengar bosan karena isu-isu Sexton yang sepele seperti
itu. "Saya percaya akan pentingnya mem-pertahankan keunggulan teknologi Amerika,
seperti di bidang militer, industri, intelijen, dan telekomunikasi. NASA jelas
bagian dari itu semua. Ya, saya adalah pendukung NASA."
Di ruang produksi, Sexton dapat melihat mata Gabrielle menyuruhnya untuk mundur
dari topik itu, tetapi Sexton sudah dapat mencium bau darah. "Saya ingin tahu,
Bu, apakah Anda berada dibalik usaha Presiden yang terus-menerus untuk mendukung lembaga yang jelas sedang mengalami kesulitan itu?"
Tench menggelengkan kepalanya. "Tidak. Presiden juga sangat percaya pada NASA.
Dia membuat keputusannya sendiri."
Sexton tidak dapat memercayai telinganya. Dia baru saja memberi Marjorie Tench
kesempatan untuk agak membebaskan Presiden dari masalah pendanaan NASA yang
terlalu besar itu dengan secara pribadi menerima kesalahan ini. Tetapi Tench
justru melemparkan dosa itu langsung kepada Presiden. Presiden membuat
keputusannya sendiri. Tampaknya Tench berusaha untuk memisahkan diri dari
kampanye sang presiden yang bermasalah. Bukan kejutan besar. Lagi pula, ketika
semuanya sudah usai, Marjorie Tench harus mencari pekerjaan baru.
Beberapa menit berikutnya, Sexton dan Tench saling mengelak dan menangkis. Tench
berusaha untuk mengubah topik walaupun tidak berhasil, sementara Sexton terus
menekannya pada isu pendanaan NASA.
"Senator," debat Tench, "Anda ingin memotong anggaran NASA, tetapi apakah Anda
tahu berapa banyak lapangan kerja di bidang teknologi tinggi yang akan hilang?"
Sexton hampir tertawa di depan wajah perempuan itu. Perempuan inikah yang
dianggap sebagai otak terpandai di Washington" Tench jelas harus belajar tentang
demografi negeri ini. Lapangan kerja di bidang teknologi tinggi jumlahnya tidak
seberapa dibandingkan dengan sejumlah besar rakyat Amerika yang bekerja sebagai
pekerja kasar. Sexton menerjang, "Kita berbicara tentang pen ghematan sebesar miliaran dolar di
sini, Marjorie, dan jika hasilnya adalah sejumlah ilmuwan NASA harus pergi
dengan mobil BMW mereka dan membawa keahlian mereka yang tidak dapat dipasar-kan
itu ke tempat lain, maka biarlah hal itu terjadi. Saya berkomitmen untuk
bersikap keras terhadap pemborosan."
Marjorie Tench terdiam, seolah terhuyung karena pukulan itu.
Pembawa acara CNN berkata, "Ms. Tench" Komentar Anda?"
Akhirnya perempuan itu berdehem dan berbicara. "Saya rasa, saya hanya heran
mendengar bagaimana Mr. Sexton ingin memastikan dirinya sebagai orang anti-NASA
dengan sangat bersemangat."
Mata Sexton menyipit. Usaha yang bagus, Nona. "Saya bukan anti-NASA, dan saya
tidak senang pada tuduhan itu. Saya hanya mengatakan bahwa anggaran NASA
menunjukkan adanya pem-borosan yang tidak terkendali yang dilakukan Presiden.
NASA berkata, mereka dapat membuat pesawat dengan biaya lima miliar, tetapi
ternyata biayanya menjadi dua belas miliar. Mereka mengaku dapat membuat stasiun
ruang angkasa dengan delapan miliar, tetapi sekarang menjadi seratus miliar."
"Amerika adalah pemimpin," kata Tench, "karena kita memiliki tujuan mulia dan
kita akan terus mempertahankannya walau keadaan menjadi sulit."
"Pidato tentang kebanggaan nasional itu tidak berpengaruh bagi saya, Marge. NASA
telah memboroskan dananya sebanyak tiga kali dalam dua tahun terakhir ini dan
kembali mengemis kepada Presiden dan meminta uang lebih banyak untuk memperbaiki kesalahannya. Apakah itu kebanggaan nasional" Jika Anda ingin berbicara
tentang kebanggaan nasional, bicaralah tentang sekolah-sekolah yang kuat.
Bicaralah tentang perawatan kesehatan yang merata. Bicaralah ten tang anak-anak
pandai yang besar di negara penuh kesempatan ini. Itulah kebanggaan nasional!"
Tench melotot. "Boleh saya mengajukan pertanyaan secara langsung, Senator?"
Sexton tidak menjawab. Dia hanya menunggu.
Lalu kata-kata perempuan itu terucap dengan jelas dengan cengkeraman yang lebih
dalam lagi. "Senator, kalau kita tidak dapat menjelajahi ruang angkasa dengan
biaya yang lebih sedikit dari yang telah dikeluarkan NASA sekarang ini, apakah
Anda akan menghapuskan lembaga ruang angkasa itu secara kese-luruhan?"
Pertanyaan itu terasa seperti batu besar yang mendarat di atas pangkuan Sexton.
Mungkin Tench sama sekali tidak bodoh. Dia baru saja mengejutkan Sexton dengan
sebuah pertanyaan "pendobrak-pertahanan." Ini adalah pertanyaan ya/tidak yang
dirancang dengan hati-hati untuk memaksa seorang lawan yang masih setengah
-setengah agar memilih satu sisi yang jelas dan meneguhkan posisinya untuk
seterusnya. Secara naluriah Sexton mencoba menghindar. "Saya tidak ragu bahwa dengan
pengelolaan yang baik, NASA dapat menjelajahi ruang angkasa dengan biaya yang
jauh lebih sedikit daripada sekarang - "
"Senator Sexton, jawab pertanyaan saya. Menjelajahi luar angkasa adalah bisnis
yang berbahaya dan mahal. Ini hampir seperti membuat pesawat jet yang mengangkut
banyak orang. Kita harus melakukannya dengan benar atau tidak melakukannya sama
sekali. Risikonya terlalu besar. Pertanyaan saya masih sama: Jika Anda menjadi
presiden, dan Anda dihadapkan pada ke-putusan untuk melanjutkan pendanaan NASA
sebesar yang sekarang ini atau menghapuskan program ruang angkasa Amerika
sepenuhnya, mana yang akan Anda pilih?"
Kurang ajar. Sexton melirik Gabrielle melalui kaca. Ekspresi perempuan muda itu
memantulkan sesuatu yang sudah diketahui Sexton. Kau sudah berkomitmen. Langsung
saja. Jangan bertele -tele. Sexton mengangkat dagunya. "Ya, saya akan
memindahkan anggaran NASA yang sekarang ini langsung ke sistem sekolah kita
kalau saya harus membuat keputusan. Saya akan memberikan suara saya untuk anakanak kita daripada untuk ruang angkasa."
Raut wajah Tench terlihat sangat terkejut. "Saya terperangah. Apakah saya tidak
salah dengar" Sebagai presiden, Anda akan memilih untuk menghapuskan program
ruang angkasa negara?"
Sexton merasa kemarahannya muncul. Sekarang Tench se-perti mendiktenya. Sexton
mencoba untuk melawan, tetapi Tench sudah mulai berbicara lagi.
"Jadi, maksud Anda, Senator, Anda akan menutup lembaga yang telah mengirim orang
ke bulan?" "Saya berkata bahwa perjalanan ke ruang angkasa sudah selesai. Waktu telah
berubah. NASA tidak lagi dapat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
rakyat Amerika, tetapi kita masih saja mendanainya seolah badan itu adalah
lembaga yang berguna."
"Jadi, Anda tidak menganggap ruang angkasa itu masa depan?"
"Jelas, ruang angkasa itu masa depan, tetapi NASA adalah dinosaurus. Lembaga itu
sudah usang! Mari kita biarkan swasta menjelajahi ruang angkasa. Para pembayar
pajak Amerika tidak seharusnya membuka dompet mereka setiap kali insinyur di
Washington ingin mengambil foto Jupiter yang berharga semiliar dolar itu. Rakyat
Amerika sudah letih mengorbankan masa depan anak-anak mereka untuk mendanai
sebuah Iembaga kuno yang menghasilkan sangat sedikit dibandingkan dengan
pengeluaran mereka yang sangat besar itu."
Tench mendesah dengan berat. "Menghasilkan sangat sedikit" Kecuali program SETI,
NASA telah memberikan hasil yang besar sekali."
Sexton sangat terkejut ketika SETI keluar dari bibir Tench. Ini adalah kesalahan
besar. Terima kasih telah meng ingatkan aku. Search of Extraterrestrial
Intelligence atau SETI adalah pem-borosan" uang di tubuh NASA yang luar biasa
besar. Walau NASA sudah berusaha untuk melakukan "penggantian wajah" dengan
memberinya nama baru "Origins" dan mengatur-ulang beberapa sasarannya, tetapi
tetap saja proyek tersebut merupakan pertaruhan yang memberikan kerugian.
"Marjorie," ujar Sexton untuk mengambil kesempatannya, "saya ingin membicarakan
SETI karena Anda telah menyebutnya."
Anehnya, Tench juga tampak bersemangat mendengarnya.
Sexton berdehem. "Umumnya orang tidak sadar bahwa NASA telah mencari makhluk
bernama ET selama 35 tahun hingga saat ini. Dan ini merupakan perburuan harta
karun yang memakan banyak biaya ... pemasangan satelit, peralatan penerima
gelombang berukuran raksasa, jutaan dolar untuk membayar gaji para ilmuwan yang
duduk di tempat gelap dan mendengarkan kaset rekaman kosong. Ini adalah
penghambur-hamburan sumber daya yang memalukan."
"Anda ingin mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada apa-apa di atas sana?"
"Saya ingin mengatakan bahwa jika ada lembaga milik negara lain yang
menghamburkan uang 45 miliar dolar selama lebih dari 35 tahun dan tidak
mendapatkan satu hasil pun, maka lembaga itu pasti sudah ditutup sejak lama."
Sexton berhenti sejenak untuk membiarkan pernyataannya itu merasuk ke pemikiran
para pemirsa dengan baik. "Setelah 35 tahun, kupikir sudah cukup jelas kita
tidak akan menemukan kehidupan di luar bumi."
"Dan jika Anda salah?"
Sexton mengarahkan bola matanya ke atas dan menukas dengan nada kesal, "Oh, demi
Tuhan, Ms. Tench, potong kepala saya jika saya salah."
Marjorie Tench menatap tajam ke arah Senator Sexton. "Saya akan mengingat
perkataan Anda tadi, Senator." Dan untuk pertama kalinya, perempuan itu
tersenyum. "Saya pikir kita semua akan mengingatnya."
Enam mil jauhnya dari studio CNN, di dalam Ruang Oval, Presiden Zach Herney
mematikan televisinya dan menuangkan minuman untuk dirinya sendiri. Seperti yang
dijanjikan Marjorie Tench, Senator Sexton telah memakan umpan tersebut mentah
-mentah - mulai dari pengait, tali, sampai batu pemberatnya.
24 MICHAEL TOLLAND tersenyum penuh empati ketika Rachel Sexton ternganga membisu
ketika melihat meteorit berfosil di tangannya. Kecantikan di wajah perempuan itu
sekarang tampak berubah menjadi ekspresi kekaguman yang polos, seperti anak
kecil yang baru pertama kali melihat Sinterklas.
Aku mengerti apa yang kaurasakan, kata Tolland dalam hati. Tolland juga sama
terkejutnya, namun itu sudah sejak 48
jam yang lalu. Dia juga begitu terkejutnya hingga terdiam. Bahkan sampai
sekarang, implikasi ilmiah dan filosofis dari meteorit itu masih membuatnya
tercengang sehingga memaksanya untuk memikirkan kembali tentang segala yang
pernah dipercayainya tentang alam ini.
Walaupun Tolland pernah menemukan beberapa spesies asing di laut dalam, tetapi
"serangga luar angkasa ini" membuat semua penemuannya itu menjadi tidak ada apaapanya. Walau Hollywood memiliki kecenderungan untuk menampilkan makhluk luar
angkasa sebagai orang-orang kecil berwarna hijau, tetapi semua ahli astrobiologi
dan penggemar ilmu pengetahuan sepakat, dengan mempertimbangkan jumlah dan
kemampuan adaptasi serangga bumi yang luar biasa, kehidupan asing di luar bumi,
seandainya ditemukan, memang akan menyerupai serangga.
Serangga merupakan anggota filum artbropoda - makhluk yang memiliki cangkang keras
dan kaki bersendi. Dengan lebih dari 1,25 juta spesies yang sudah dikenali dan
kira-kira masih ada 500 ribu lagi yang belum digolongkan, jumlah "serangga" bumi
mengalahkan jumlah gabungan seluruh hewan lainnya. Persentasi serangga adalah 95
persen dari keseluruhan jenis hewan lain di bumi dan, yang menakjubkan lagi,
merupakan empat puluh persen dari biomassa di planet ini.
Yang paling mengagumkan tentang serangga, selain jumlah-nya yang berlimpah,
adalah ketahanan hidup mereka. Dari kumbang es di Antartika hingga kalajengking
matahari di Death Valley, segala jenis serangga tersebut tetap dapat hidup
dengan gembira pada temperatur, tingkat kekeringan, dan tekanan dalam rentang
yang mematikan. Mereka juga dapat bertahan terhadap kekuatan yang paling
mematikan di alam semesta ini - radiasi. Dalam penelitian dampak bom nuklir pada
1945, para peneliti dari Angkatan Udara Amerika sudah mengenakan pakaian
antiradiasi dan memeriksa tempat bom dijatuhkan hanya untuk menemukan kecoakecoa dan semut-semut yang hidup dengan bahagia, seolah-olah tidak pernah
terjadi apa-apa di sana. Para astronom menyadari bahwa cangkang luar yang
melindungi serangga arthropoda itulah yang membuatnya menjadi satu-satunya
makhluk yang memiliki potensi untuk bertahan hidup di berbagai planet yang telah
tercemar oleh radiasi. Tampaknya para ahli astrobiologis itu benar, pikir Tolland.
ET adalah seekor serangga.
KAKI RACHEL serasa lemas. "Aku tidak dapat ... memercayainya," katanya sambil
membalik fosil di tangannya. "Aku tidak pernah mengira ...."
"Beri dirimu waktu untuk mencernanya," kata Tolland sambil tersenyum. "Aku
sendiri butuh 24 jam untuk mene nangkan diri."
"Sepertinya kita memiliki pendatang baru," kata seorang lelaki Asia bertubuh
jangkung ketika dia mendekat untuk bergabung dengan mereka.
Corky dan Tolland tampak langsung kecewa dengan kehadiran lelaki itu. Tampaknya
saat-saat keajaiban mereka telah dibuyarkan oleh orang yang ingin ikut nimbrung
ini. "Dr. Wailee Ming," kata orang itu ketika memperkenalkan diri. "Kepala
Paleontologi di UCLA."
Pembawaan lelaki ini layaknya seorang bangsawan zaman Renaissance yang kaku dan
sombong. Dr. Ming terusmenerus mengusap-usap dasi kupu-kupunya yang tidak cocok
dengan tempat ini. Dia juga mengenakan mantel sepanjang lutut dari bulu kulit
onta. Wailee Ming tampaknya tidak mau membiarkan keadaan tempatnya berada kini
yang terpencil itu menghalangi-nya untuk tampil prima.
"Aku Rachel Sexton." Tangan Rachel masih gemetar ketika menjabat tangan Ming
yang halus. Ming jelas adalah ilmuwan sipil yang juga direkrut Presiden.
"Aku akan senang sekali, Ms. Sexton," kata ahli paleontologi itu, "kalau diberi
kesempatan untuk menceritakan apa pun yang . ingin kau ketahui tentang fosil
itu." "Dan banyak hal lain yang tidak ingin kau ketahui," Corky menggerutu.
Ming kembali menyentuh dasi kupu-kupunya dengan jarinya. "Keahlian
paleontologiku adalah tentang arthropoda dan mygalomorphae yang sudah punah.
Jelas, sifat yang paling mengesankan pada organisme yang kita temukan ini adalah
- " " - karena ia berasal dari planet lain!" Corky menyela. Ming cemberut dan
berdehem. "Sifat yang paling mengesankan dari organisme ini adalah bahwa ia
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sangat cocok dengan klasifikasi dan taksonomi untuk makhluk asing menurut sistem
Darwin." Rachel menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Mereka dapat mengklasifikasikan
benda ini" "Maksudmu kerajaan, filum, spesies ... klasifikasi semacam itu?"
"Tepat," sahut Ming. "Jenis ini, jika ditemukan di bumi, akan digolongkan
isopoda dan akan masuk ke dalam salah satu kelas di antara dua ribu jenis
caplak." "Caplak?" tanya Rachel. "Tetapi ini besar sekali."
"Taksonomi tidak memerdulikan pada ukuran. Contohnya kucing rumah dan harimau,
mereka saling berhubungan. Klasifikasi adalah tentang fisiologi. Jenis seperti
ini sudah pasti seekor caplak: tubuhnya gepeng, tujuh pasang kaki, dan kantung
repro-duksi serupa dengan bentuk kantung reproduksi caplak kayu, kumbang pohon,
belalang pantai, serangga kayu, dan binatang lain yang sejenis. Fosil lainnya
jelas menunjukkan kekhususan yang lebih - "
"Fosil lainnya?"
Ming menatap Corky dan Tolland. "Dia belum tahu?" Tolland menggelengkan
kepalanya. Wajah Ming pun langsung berubah menjadi cerah. "Itu berarti Ms. Sexton, kau
belum mendengar bagian yang bagus."
"Ada beberapa fosil lagi," sela Corky, jelas mencoba mencuri perhatian Rachel
dari Ming. "Lebih banyak lagi." Lalu Corky bergegas mengambil secarik amplop
dari kertas manila dan mengeluarkan selembar kertas berukuran besar yang
terlipat dari dalam amplop tersebut. Dia melebarkannya di atas meja di depan
Rachel. "Setelah kami mengebor beberapa bagian di inti meteorit, kami menurunkan
kamera sinar X ke bawah. Ini adalah grafik yang menggambarkan bagian potongan
itu." Rachel melihat cetakan sinar X di atas meja dan segera me-rasa harus duduk.
Bagian dalam meteorit yang terlihat tiga dimensi itu dipenuhi lusinan serangga
seperti yang dilihatnya tadi.
"Itu peninggalan zaman paleolitik," kata Ming, "biasanya ditemukan dalam jumlah
besar. Sering kali, lumpur memerangkap organisme yang hidup dalam kelompok,
menutupi sarang atau keseluruhan komunitas organisme tersebut."
Corky tersenyum. "Kami berpikir, kumpulan serangga dalam meteorit itu
melambangkan sebuah sarang makhlukmakhluk itu." Lalu dia menunjuk ke salah satu
serangga pada kertas cetakan itu. "Dan itu ibunya."
Rachel melihat spesimen itu dengan mulut ternganga. Serangga itu kira-kira
panjangnya dua kaki. "Caplak yang besar, ya?" kata Corky.
Rachel mengangguk dan terpaku ketika dia membayangkan ada seekor caplak seukuran
roti tawar sedang berjalanjalan di sebuah planet lain.
"Di bumi," kata Ming, "serangga kita relatif lebih kecil karena gravitasi
mengendalikan mereka. Mereka tidak dapat tum-buh lebih besar daripada yang dapat
ditopang kerangka luar mereka. Tetapi di planet dengan gravitasi yang lebih
kecil, serangga dapat berkembang menjadi jauh lebih besar."
"Bayangkan memukul nyamuk sebesar burung kondor pema-kan bangkai," Corky
bergurau sambil mengambil sampel inti meteor dari tangan Rachel dan menyimpannya
ke dalam sakunya. Ming berkata dengan nada tidak senang, "Sebaiknya kau tidak mencurinya!"
"Tenang," kata Corky. "Toh, kita masih punya delapan ton lagi di dalam sana."
Pikiran analitis Rachel mulai bekerja untuk mengolah data di depannya. "Tetapi
bagaimana kehidupan dari ruang angkasa dapat begitu serupa dengan kehidupan di
bumi" Maksudku, kau tadi mengatakan serangga ini cocok dalam kiasifikasi
Darwin?" "Sempurna," kata Corky. "Dan percaya atau tidak, banyak ahli astronomi telah
memperkirakan bahwa kehidupan di luar bumi serupa dengan kehidupan di bumi."
"Tetapi kenapa?" tanya Rachel. "Spesies ini berasal dari ling-kungan yang sama
sekali berbeda." "Panspermia," kata Corky sambil tersenyum lebar. "Maaf?"
"Panspermia adalah teori yang mengatakan bahwa kehidupan di bumi ini ditebarkan
dari planet lain." Rachel berdiri. "Aku sangat bingung."
Corky menoleh ke arah Tolland. "Mike, kau kan ahli kelautan purba."
Tolland tampak gembira ketika mengambil alih. "Bumi per-nah menjadi planet tanpa
kehidupan, Rachel. Kemudian tiba-tiba, seolah hanya terjadi dalam semalam,
kehidupan meledak di sini. Banyak ahli biologi berpendapat ledakan kehidupan itu
adalah hasil ajaib dari percampuran ideal berbagai elemen dalam laut di masa
purba. Tetapi kami belum pernah dapat mereka-ulang proses tersebut di dalam
laboratorium sehingga para ilmuwan religius menganggap kegagalan itu sebagai
bukti adanya Tuhan. Menu-rut mereka, kehidupan tidak mungkin ada kecuali Tuhan
menyen-tuh laut di masa purba dan mengisinya dengan kehidupan."
"Tetapi kami, para ahli astronomi," jelas Corky, "memiliki penjelasan berbeda
tentang ledakan kehidupan di bumi yang berlangsung dalam semalam itu."
"Panspermia," kata Rachel, sekarang sudah mengerti apa yang mereka bicarakan.
Dia sudah pernah mendengar teori panspermia itu, tetapi tidak tahu namanya.
"Teori yang mengatakan bahwa meteorit jatuh ke dalam primordial soup dan membawa
serta benih pertama kehidupan mikro organisme ke bumi."
"Tepat," seru Corky. "Di mana benih-benih tersebut kemudian merembes keluar dan
menjadi hidup." "Dan jika itu benar," kata Rachel, "maka nenek moyang yang mendasari bentuk
kehidupan di bumi dan bentuk kehidupan di luar bumi memang serupa."
"Tepat dua kali."
Panspermia, pikir Rachel. Dia masih belum dapat memahami implikasinya. "Jadi,
fosil itu tidak hanya memastikan bahwa kehidupan juga ada di tempat lain di alam
semesta ini, tetapi juga membuktikan teori panspermia ... bahwa kehidupan di
bumi ditebarkan dari kehidupan di tempat lain di alam semesta ini.
"Tepat tiga kali," Corky mengangguk bersemangat pada Rachel. "Secara teknis,
kita mungkin saja merupakan makhluk ekstraterestrial." Dia kemudian meletakkan
kedua jarinya di atas kepala seperti sepasang antena, menjulingkan matanya, lalu
mengoyangkan lidahnya seperti serangga.
Tolland menatap Rachel dengan senyuman kasihan. "Dan orang ini adalah puncak
dari evolusi kita." 25 RACHEL SEXTON merasa kabut seperti dalam mimpi berputar di sekitarnya ketika dia
berjalan menyeberangi habisphere, di-dampingi Michael Tolland. Corky dan Ming
mengikuti tidak jauh di belakang mereka.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Tolland sambil mengamatinya.
Rachel menoleh sambil tersenyum lemah. "Terima kasih. Ini hanya ... terlalu
banyak bagiku." Pikirannya kembali pada penemuan NASA tahun 1997 yang memalukan: ALH84001,
sebuah meteorit Mars yang diakui NASA berisi fosil sisa bakteri hidup.
Celakanya, hanya dalam beberapa minggu setelab NASA mengadakan konferensi pers
untuk mengumumkan kemenangannya, beberapa ilmuwan sipil maju dengan bukti bahwa
"tanda-tanda kehidupan" itu tidak lebih dari kerogen yang dihasilkan oleh
kontaminasi ketika dibawa ke bumi. Kredibilitas NASA terpukul telak karenanya.
Harian New York Times bahkan mengambil kesempatan untuk menyindir keras lembaga
itu dengan memelesetkan mengolok-olok kepanjangan NASA menjadi Not Always
Scientifically Accurate, tidak selaku akurat secara ilmiah.
Pada edisi yang sama, ahli paleobiologi bernama Stephen Jay Gould melengkapi
masalah yang terjadi pada ALH84001 dengan menunjukkan bahwa bukti di dalam batu
tersebut hanya-lah berupa bahan kimia dan masih merupakan dugaan, bukan zat
"padat," seperti sebuah tulang atau cangkang yang sudah jelas.
Sekarang, Rachel sadar NASA telah menemukan bukti yang tidak dapat dibantah
lagi. Tidak ada ilmuwan skeptis yang akan melangkah maju dan mempertanyakan
fosil-fosil ini. NASA tidak lagi menggembar-gemborkan sesuatu yang belum jelas
dan memperbesar foto-foto bakteri mikroskopis yang mereka anggap sudah pasti.
Sekarang mereka akan menyajikan sampel meteorit yang mengandung organisme hidup
yang terlihat jelas oleh mata telanjang. Caplak seukuran dua kakil Rachel merasa
geli ketika ingat saat masih kecil dulu, dia pernah sangat menyukai lagu David
Bowie tentang "laba-laba dari Mars". Mungkin hanya sedikit orang yang dapat
mengira bahwa bintang pop Inggris yang eksentrik itu dapat meramal momen
terbesar ahli astrobiologis ini dengan nyaris tepat.
Ketika lagu itu samar-samar terdengar dalam benak Rachel, Corky tergopoh -gopoh
mendekatinya. "Rachel, apakah Mike sudah membual tentang film dokumentasinya?"
Rachel menjawab. "Belum, tetapi aku akan senang mendengarnya."
Corky menepuk punggung Tolland."Ceritakanlah, Kawan. Ceritakan padanya mengapa
Presiden memutuskan momen se jarah yang paling penting itu harus diserahkan pada
seorang bintang televisi yang pintar snorkeling."
Tolland mengerang. "Bagaimana kalau kau saja?" "Baiklah. Aku yang akan
menjelaskan," kata Corky sambil berusaha berdiri di antara Tolland dan Rachel.
"Mungkin kau sudah tahu, Ms. Sexton, Presiden akan mengadakan konferensi pers
malam ini untuk mengabarkan tentang meteorit itu kepada dunia. Karena mayoritas
orang di planet ini terdiri atas orang-orang yang memiliki kecerdasan rata-rata,
maka Presiden meminta Mike untuk bergabung dan menyampaikan segalanya dengan
cara sederhana bagi mereka."
"Terima kasih, Corky," sahut Tolland dengan sebal. "Bagus sekali." Kemudian, dia
menat ap Rachel dan berusaha menjelaskan, "Maksud Corky adalah, karena ada
begitu banyak data ilmiah yang harus disampaikan, maka Presiden berpikir
menggunakan fdm dokumentasi tentang meteorit akan membuat informasi ini lebih
mudah ditangkap oleh sebagian besar orang Amerika, yang tidak memiliki
pengetahuan luas tentang astro-fisika."
Corky kemudian berkata kepada Rachel, "Kau tahu tidak kalau aku baru saja tahu,
ternyata Presiden adalah fans berat Amazing Seas?" Dia menggeleng-gelengkan
kepalanya dengan sebal. "Zach Herney, presiden seluruh dunia, ternyata menyuruh
sekretarisnya untuk merekam acara Mike sehingga dia dapat menontonnya setelah
seharian bekerja keras."
Tolland mengangkat bahunya. "Ya, bagaimana lagi" Lelaki itu mempunyai selera
tinggi." Rachel sekarang mulai menyadari betapa hebatnya rencana Presiden. Politik
merupakan permainan media, dan Rachel sudah dapat membayangkan antusiasme dan
kredibilitas ilmiah yang akan dibawa oleh wajah Michael Tolland di layar kaca
dalam konferensi pers tersebut. Zach Herney telah memilih seseorang yang tepat
untuk mendukung serangan kecilnya. Keraguan untuk menentang data-data Presiden
akan sulit diajukan jika informasi tersebut disampaikan seorang bintang televisi
yang sudah dikenal secara luas bersama beberapa ilmuwan sipil lainnya.
Corky menimpali, "Mike sudah merekam kami semua dalam videonya, orang-orang
sipil, juga ilmuwan-ilmuwan top di NASA. Dan aku mempertaruhkan Medali Nasionalku bahwa kau juga ada dalam daftarnya."
Rachel menoleh dan menatapnya. "Aku" Apa maksudmu" Aku tidak punya keahlian apa
pun. Aku hanya seorang penghubung intelijen."
"Lalu mengapa Presiden mengirimmu ke sini?"
"Dia belum mengatakannya padaku." Seulas senyuman senang terkembang di bibir
Corky. "Kau seorang penghubung intelijen Gedung Putih yang mengurus klarifikasi
dan pengesahan data, kan?" "
Ya. Tetapi bukan data ilmiah."
"Dan kau putri seorang lelaki yang berkampanye dengan mengkritik pemborosan NASA
untuk program luar angkasa?"
Rachel tahu hal itu akan keluar dari mulut Corky.
"Kau harus mengakuinya, Ms. Sexton," Ming menimpali, "keberadaanmu akan memberi
film dokumentasi ini dimensi kepercayaan yang benar-benar baru. Jika Presiden
mengirim mu ke sini, dia pasti ingin agar kau berperan serta juga."
Sekali lagi, Rachel teringat dengan firasat William Pickering akan kemungkinan
dirinya digunakan Presiden untuk kepen-tingan politik.
Tolland melihat jam tangannya. "Kita harus bergegas," kata-nya sambil menunjuk
ke arah tengah-tengah habisphere. "Mereka pasti sudah bersiap-siap."
"Bersiap-siap?" tanya Rachel.
"Waktu pengangkatan. NASA akan membawa meteorit itu ke permukaan. Sebentar lagi,
kurasa." Rachel terpaku. "Kalian benar-benar akan memindahkan batu seberat delapan ton
dari dalam es yang tebalnya dua ratus kaki?"
Corky tampak gembira. "Kau tidak berpikir bahwa NASA akan membiarkan sebuah
penemuan terkubur di dalam es, bukan?"
"Tidak, tetapi ...," Rachel tidak melihat tanda-tanda peralatan untuk
memindahkan benda besar di mana pun di dalam habisphere ini. "Bagaimana rencana
NASA untuk mengeluarkan meteorit itu?"
Corky semakin senang. "Bukan masalah. Kau berada di dalam sebuah ruangan yang
dipenuhi oleh ilmuwan-ilmuwan pintar."
"Omong kosong," gerutu Ming sambil riienatap Rachel. "Dr. Marlinson hanya senang
mengg oda orang lain. Sebenarnya semua orang di sini bingung tentang cara
mengeluarkan meteorit itu. Dr. Mangor-lah yang mengusulkan solusi yang masuk
akal." "Aku belum bertemu dengan Dr. Mangor."
"Dia seorang ahli glasiologi dari University of New Hampshire," sahut Tolland.
"Ilmuwan keempat dan terakhir yang dipilih Presiden. Dan Ming benar, Dr. Mangorlah yang mengusulkan cara itu."
"Baik," kata Rachel. "Jadi, bagaimana cara yang diusulkan oleh lelaki itu?"
"Perempuan," kata Ming mengoreksi. Suaranya terdengar melembut. "Dr. Mangor itu
seorang perempuan." Corky hanya menggerutu. Dia kemudian menatap Rachel. "Ngomong-ngomong, Dr.
Mangor pasti akan membencimu."
Tolland melotot dengan marah kepada Corky.
"Memang dia akan membenci Rachel!" Corky membela diri. "Dia itu benci dengan
kompetisi." Rachel merasa bingung. "Maaf" Kompetisi?" "Abaikan dia," kata Tolland.
"Sayangnya, kenyataan bahwa Corky itu orang bodoh, entah bagaimana, terlewatkan
oleh National Science Committee. Kau dan Dr. Mangor akan bergaul dengan baik.
Dia orang yang profesional dan dianggap sebagai salah satu dari ahli glasiologi
teratas di dunia. Sebenarnya, dia pindah ke Antartika beberapa tahun yang lalu
untuk mempelajari pergerakan es di sana."
"Aneh," kata Corky. "Yang kudengar, Univeristy of New Hampshire memberikan
donasi dan mengirimnya ke sana agar mereka dapat bekerja dengan tenang di
kampus." "Hati-hati," hardik Ming. Tampaknya dia tersinggung karena komentar Corky itu.
"Dr. Mangor hampir tewas di sana! Dia tersesat saat badai dan hidup hanya dengan
memakan lemak anjing laut selama beberapa minggu hingga seseorang menemukannya."
Corky berbisik pada Rachel, "Yang kudengar, tidak seorang pun mencarinya."
26 PERJALANAN DARI studio CNN menuju kantor Sexton terasa lama bagi Gabrielle Ashe.
Sang senator sedang duduk di depan-nya dan menatap ke luar jendela. Jelas dia
merasa sangat senang karena debat tadi.
"Mereka mengirimkan Tench untuk acara siang hari di televisi kabel," kata
Senator Sexton sambil berpaling ke arah Gabrielle untuk memberikan senyumannya
yang menawan'. "Gedung Putih benar-benar sedang panik."
Gabrielle mengangguk. Dia tidak ingin berkomentar. Gabrielle dapat merasakan
kesan puas yang tersembunyi di wajah Marjorie Tench ketika perempuan itu keluar
tadi. Itu membuat Gabrielle tidak tenang.
Ponsel pribadi Sexton berdering, dan dia merogoh sakunya untuk mengeluarkan
ponsel tersebut. Seperti sebagian besar politisi, sang senator memiliki
tingkatan nomor telepon yang dapat menghubunginya, tergantung pada seberapa
penting si penelepon itu. Siapa pun yang sekarang meneleponnya, pastilah itu
orang yang berada di daftar teratas. Telepon itu masuk ke nomor pribadi Sexton,
sebuah nomor yang bahkan Gabrielle sendiri pun tidak berani menghubunginya.
"Senator Sedgewick Sexton," sahut Sexton untuk menekankan namanya yang yang
berima. Gabrielle tidak dapat mendengar suara si penelepon karena deru suara mesin
limusin, tetapi Sexton mendengarkannya dengan saksama, kemudian menjawabnya
dengan bersemangat. "Hebat sekali. Aku senang kau menelepon. Bagaimana jika
pukul enam" Bagus. Aku punya sebuah apartemen di di D.C. Private sini. Itu
tempat yang nyaman. Kau sudah punya alamatnya, bukan" Baik. Aku sangat ingin
bertemu denganmu. Sampai jumpa nanti malam kalau begitu."
Sexton menutup teleponnya.
"Penggemar Sexton yang baru?" tanya Gabrielle.
"Jumlahnya berlipat ganda," sahut Sexton. "Lelaki ini orang penting."
"Pasti. Kau menemuinya di apartemenmu?" Sexton biasanya sangat melindungi rumah
pribadinya seperti seekor singa melin-dungi satu-satunya tempat
persembunyiannya. Sexton mengangkat bahun ya. "Ya. Kupikir aku ingin memberinya sentuhan
pribadi.Orang ini mungkin akan merasa nyaman ketika berada di rumah. Aku harus
terus memantapkan hubungan pribadi. Tahu sendirilah. Ini semua soal
kepercayaan."
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gabrielle mengangguk sambil menarik keluar agenda Sexton. "Kaumau memasukkannya
ke dalam jadwalmu?" "Tidak perlu. Lagi pula aku sudah merencanakan untuk melewatkan malam ini di
rumah saja." Gabrielle melihat halaman agenda untuk malam ini. Di situ sudah terisi tulisan
tangan Sexton dengan huruf besar "P.E." Itu adalah singkatan yang dibuat Sexton
entah untuk personal event (acara pribadi), private evening (malam pribadi),
atau piss-off everyone (peduli setan dengan semua orang) - tidak ada yang tahu
dengan pasti. Dari waktu ke waktu, sang senator men-jadwalkan malam "P.E." untuk
dirinya sendiri sehingga dia dapat beristirahat di apartemennya, mematikan
teleponnya, dan melaku-kan hal yang paling dinikmatinya - menikmati brandy dengan
teman-teman lamanya, dan berpura-pura lupa akan dunia politik.
Gabrielle menatapnya dengan heran. "Jadi, kau membiarkan urusan dengan orang itu
menyela jadwal P.E. yang sudah kauatur sebelumnya" Aku terkesan."
"Orang ini kebetulan ingin bertemu denganku pada malam hari jika aku punya
waktu. Aku akan berbicara sebentar dengannya. Aku mau tahu apa yang ingin
dikatakannya." Gabrielle ingin bertanya siapa penelepon misterius itu, tetapi Sexton jelas
tampak tidak ingin memberi tahu dirinya. Gabrielle juga sudah belajar untuk
tidak memancing-mancing. Ketika mereka meninggalkan jalan lingkar luar dan kemudian melanjutkan ke arah
gedung kantor Sexton, Gabrielle menatap ke halaman agenda itu lagi, ke arah
huruf P.E. yang sudah ditentukan dalam agenda Sexton. Tiba-tiba, Gabrielle
mendapat firasat kalau Sexton sudah tahu kalau si penelepon itu akan
menghubunginya hari ini. 27 LANTAI ES di tengah -tengah habispbere NASA didominasi perancah kaki-tiga dengan
tinggi delapan belas kaki, yang tampak menyerupai sebuah kombinasi antara kilang
minyak dan model menara Eiffel yang aneh. Rachel mengamati peralatan tersebut,
namun tidak dapat membayangkan bagaimana benda itu dapat digunakan untuk menarik
meteorit yang luar biasa besar itu.
Di bawah menara tersebut, beberapa mesin pengerek dipasang dengan baut -baut
berat pada lempengan-lempengan besi yang terpasang di lantai es. Tersangkut pada
mesinmesin pengerek itu, kabel-kabel besi terpasang ke atas melalui serangkaian
kerekan di atas menara itu. Dari sana, kabel-kabel itu terjun vertikal ke bawah
ke dalam lubang sempit yang dibor ke dalam es. Beberapa lelaki NASA bertubuh
besar bergantian mengencangkan mesin pengerek tersebut. Setiap kali mesin
pengerek dikencangkan, kabel-kabel itu merayap beberapa inci ke atas melalui lubang bor tersebut, seolah para lelaki
itu sedang menarik sebuah jangkar.
Jelas, ada yang tidak kumengerti, pikir Rachel ketika dia dan yang lainnya berg
erak mendekati area penarikan. Para lelaki itu seolah sedang menarik meteorit
itu langsung menembus lapisan es.
"TARIKAN SEIMBANG! BODOH!" terdengar suara seorang perempuan berteriak di dekat
mereka. Rachel menatap ke depan dan melihat seorang perempuan mungil mengenakan pakaian
salju berwarna kuning cerah yang dikotori oli mesin. Dia memunggungi Rachel.
Walau demikian, Rachel tidak merasa kesulitan untuk menerka bah wa perempuan
mungil itu adalah pemimpin operasi penarikan tersebut. Sambil membuat catat an
di papan tulis kecilnya, perempuan itu berjalan maju dan mundur seperti seorang
pelatih yang menyebalkan.
"Jangan bilang kalian sudah letih, Ibu-ibu!" semburnya. Corky berseru, "Hey,
Norah, berhentilah memerintah orang-orang NASA yang malang itu dan kemarilah
bercumbu dengan-ku. Perempuan itu bahkan tidak menoleh. "Itu kau, Marlin son" Aku mengenali suaramu
yang cempreng itu. Datanglah lagi jika kau sudah puber."
Corky menoleh kepada Rachel. "Norah membuat kami tetap hangat dengan pesonanya."
"Aku dengar itu, Anak ruang angkasa," Dr. Mangor balas berteriak sambil masih
terus mencatat. "Dan jika kau terpesona dengan bokongku, jangan tertipu. Celana
salju ini menam bah beratku tiga puluh pon."
"Jangan khawatir," seru Corky. "Bukan bokong sebesar gajah mamotmu yang
membuatku tergila-gila, tetapi kepribadianmu itu.
"Omong kosong." Corky tertawa lagi.
"Aku punya berita besar, Norah. Tampak-nya kau bukan satu-satunya perempuan yang
direkrut Presiden." "Jelas itu. Dia merekrutmu, bukan?"
Tolland mengambil alih pembicaraan. "Norah" Punya waktu sebentar untuk
berkenalan dengan seseorang?"
Ketika suara Tolland terdengar, Norah segera menghentikan pekerjaannya dan
menoleh. Penampilannya yang keras langsung menghilang. "Mike!" Lalu dia bergegas
dan berseriseri. "Aku sudah tidak melihatmu sejak beberapa jam yang lalu."
"Aku tadi menyunting film dokumentasi." "Bagaimana bagianku?"
"Kau tampak sangat pandai dan cantik."
"Dia menggunakan efek khusus," sela Corky.
Norah mengabaikan kata-kata Corky, lalu menatap Rachel dengan senyuman sopan
namun menjaga jarak. Lalu dia kembali menatap Tolland. "Kuharap kau tidak
mengkhianatiku, Mike."
Wajah Tolland yang jantan menjadi agak memerah ketika dia memperkenalkan Rachel.
"Norah, aku ingin kau berkenalan dengan Rachel Sexton. Ms. Sexton bekerja untuk
komunitas intelijen dan dia di sini atas permintaan Presiden. Ayahnya adalah
Senator Sedgewick Sexton."
Perkenalan itu membuat wajah Norah tampak bingung. "Aku bahkan tidak mau
berpura-pura mengerti apa maksudnya itu." Norah tidak melepas sarung tangannya
ketika dia mengulurkan tangannya kepada Rachel dan memberikan jabatan tangan
setengah hati. "Selamat datang di ujung dunia."
Rachel tersenyum. "Terima kasih." Dia terkejut juga ketika melihat Norah Mangor.
Walau suaranya menggelegar, perempuan mungil itu memiliki wajah yang
menyenangkan dan nakal. Rambutnya berwarna cokelat dengan sedikit guratan uban
dan dipotong sangat pendek, sementara itu matanya bersemangat dan tajam - setajam
dua kristal es. Ada rasa percaya diri yang tinggi di dalam diri Norah yang
disukai Rachel. "Norah," kata Tolland. "Kaupunya sedikit waktu untuk bercerita kepada Rachel
mengenai apa yang sedang kaukerjakan?"
Norah menaikkan alisnya. "Kalian sudah saling memanggil dengan nama depan" Wah,
wah." Corky mengerang. "Apa kubilang, Mike."
NORAH MANGOR memperlihatkan kepada Rachel area di sekitar dasar menara,
sementara Tolland dan yang lainnya meng-ikuti mereka sambil bercakap-cakap.
"Kaulihat lubang-lubang hasil pengeboran ke dalam es di bawah kaki-tiga itu?"
tanya Norah sambil menunjuk. Suara yang semula terdengar keras sekarang melunak
karena menje laskan salah satu pekerjaan yang mengasyikkan dan menggairahkannya.
Rachel mengangguk sambil melihat ke bawah pada lubang-lubang di es di bawah
kakinya. Masing-masing lubang berdiameter kira-kira satu kaki dan ada kabel baja
yang dimasukkan ke dalamnya.
"Lubang-lubang itu merupakan sisa pengeboran kami ketika mengambil sampel-sampel
inti dan untuk memasang sinar X di meteorit itu. Sekarang kami menggunakannya
untuk jalan masuk untuk menurun kan mata bor yang berat ke bawah lubang terusan
tersebut dan menyekrupkannya ke dalam meteorit. Setelah itu, kami menurunkan
kabel pilin sejauh seratus kaki ke bawah setiap lubang, mengaitkan mata bor
tersebut dengan beberapa pengait yang biasa digunakan untuk kebutuhan industri,
dan sekarang kami tinggal menge reknya ke atas. Ibu-ibu di sini membutuhkan
beberapa jam saja untuk menaikkan meteorit itu ke permukaan, tetapi sudah mulai
terlihat hasilnya." "Aku bingung," kata Rachel. "Meteorit itu berada di bawah ribuan ton es.
Bagaimana kau mengangkatnya?"
Norah menunjuk ke arah puncak perancah, di mana secercah cahaya tipis berwarna
merah bersinar vertikal ke arah bawah menuju es di bawah perancah kaki-tiga itu.
Rachel tadi sudah melihatnya namun mengira cah aya itu hanyalah semacam penunjuk visual - sebuah penunjuk untuk memberi tanda tempat meteorit tersebut
terkubur. "Itu adalah sinar laser dengan semikonduktor galium arsenik," Norah menjelaskan.
Rachel melihat sinar itu lebih dekat. Sinar itu benar-benar mencairkan lubang
kecil di es dan menembus ke bawah me masuki kegelapan.
"Sinar yang sangat panas," Norah melanjutkan. "Kami memanaskan meteorit itu
ketika mengangkatnya."
Ketika Rachel memahami kecerdasan rencana yang mudah dimengerti dari perempuan
itu, dia terkesan. Norah hanya meng-arahkan sinar laser itu ke bawah, mencairkan
es hingga akhirnya sinar itu bertemu dengan meteorit. Batu tersebut, karena
terlalu padat untuk dicairkan sinar laser, mulai menyerap panas laser itu.
Akhirnya, batu itu menjadi panas dan mencairkan es di sekitarnya. Ketika orangorang NASA menarik meteorit yang panas tersebut, batu panas yang digabungkan
dengan tarikan ke atas itu mencairkan es di sekelilingnya sehingga membuat jalan
untuk naik ke permukaan. Es yang mencair yang berada di bagian atas meteorit
mengalir ke bawah melalui sisi meteorit dan meng-isi kembali lubang yang kosong
setelah meteorit itu terangkat.
Seperti sebilah pisau panas yang menembus sebatang mentega beku.
Norah menunjuk ke arah orang-orang NASA di dekat mesin-mesin pengerek tersebut.
"Generator tidak dapat mengatasi ketegangan seperti itu, jadi aku menggunakan
tenaga manusia untuk mengangkatnya."
"Bohong!" salah satu pekerja itu berseru. "Dia menggunakan tenaga manusia karena
dia senang melihat kami berkeringat!"
"Jangan berisik," Norah balas berteriak. "Kalian gadisgadis, terus berkeluh
kesah kedinginan selama dua hari ini. Aku sudah menyembuhkan kalian. Sekarang,
tariklah terus." Para pekerja itu tertawa.
"Kerucut -kerucut itu untuk apa?" tanya Rachel sambil me-nunjuk ke arah beberapa
kerucut berwarna jingga yang ditempat-kan secara acak di sekitar menara pada
beberapa tempat. Rachel juga melihat kerucut-kerucut serupa disebarkan di
sekitar kubah di bagian lain di habispshere ini.
"Penanda daerah es yang rawan," sahut Norah. "Kami menyebutnya SHABA. Singkatan
dari step here and break ankle, 'silakan injak di sini, dan patahkan pergelangan
kakimu."' Norah kemu-dian mengambil salah satu kerucut itu dan memperlihatkan lubang
bundar seperti sumur tidak berdasar di kedalaman es. "Tempat yang buruk untuk
diinjak." Dia kemudian mengem-balikan kerucut itu. "Kami mengebor lubang-lubang
di segala tempat di atas es untuk keperluan pemeriksaan struktural berkelanjutan. Seperti dalam ilmu arkeologi biasa, lamanya sebuah benda terkubur
ditunjukkan dengan seberapa dalam benda itu ditemukan. Semakin dalam penemuan
itu terkubur, semakin lama juga benda itu telah berada di sana. Ketika sebuah
benda ditemukan di bawah es, kami dapat menentukan tanggal benda itu sampai di
tempat tersebut dengan cara melihat berapa jumlah es yang terkumpul di atasnya.
Untuk meyakinkan pengukuran waktu itu akurat, kami memeriksa banyak tempat di
atas lapisan es untuk memastikan bahwa bidang itu merupakan irisan yang padat
dan belum diganggu gempa bumi, peretakan, longsor es, dan Iain-lain."
"Jadi, bagaimana daratan es di sini?"
"Sempurna," sahut Norah. "Sebuah irisan yang sempurna, padat. Tidak ada garisgaris yang tidak wajar atau lapisan es yang terbalik. Meteorit ini adalah
meteorit yang kami sebut sebagai 'kejatuhan yang statis. Batu itu sudah berada
di dalam es tanpa tersentuh dan terpengaruh sejak mendarat pada 1716."
Rachel terperangah. "Kautahu tahun jatuhnya secara pasti?"
Norah tampak heran karena pertanyaan itu. "Tentu saja. Karena itulah mereka
mengundangku. Tugasku membaca es." Dia lalu menunjuk pada tumpukan tabung-tabung
silinder es di dekatnya. Masing-masing tampak seperti kotak telepon tembus
pandang dan ditandai dengan label berwarna jingga terang. "Inti-inti es itu
adalah catatan geologi yang beku." Dia membawa Rachel mendekati tabung-tabung
itu. "Jika kau mengamati dari dekat, kau dapat melihat lapisan-lapisan
individual di dalam es itu."
Rachel berjongkok. Dia dapat melihat bahwa tabung itu diisi lapisan es dengan
perbedaan kilauan dan kejernihan yang halus. Tebal lapisan-lapisan itu
bervariasi, antara seukuran kertas tipis hingga kira-kira seperempat inci.
"Setiap musim salju membawa hujan salju yang lebat pada lapisan es," kata Norah
menjelaskan, "dan setiap musim semi lapisan itu mencair sebagian. Jadi
terbentuklah sebuah lapisan timpaan untuk setiap musimnya. Kami hanya memulai
dari puncak - lapisan dari musim salju yang paling baru - dan meng-hitung ke
belakang." "Seperti menghitung cincin pada batang pohon."
"Tidak semudah itu, Ms. Sexton. Ingat, kami menghitung ketebalan es sebesar
beberapa kaki yang berisi ribuan lapisan. Kami harus membaca tanda-tanda
klimatologis untuk menan dai pekerjaan kami - catatan -catatan tentang hujan
salju, polusi di udara, hal-hal semacam itu."
Tolland dan yang lainnya bergabung dengan mereka seka-rang. Tolland tersenyum
pada Rachel. "Dia tahu banyak tentang es, bukan?"
Anehnya, Rachel merasa senang bertemu lagi dengan Tolland. "Ya, dia
mengagumkan." "Dan harap dicatat," Tolland mengangguk, "angka 1716nya Dr. Mangor itu benar.
NASA mendapatkan tahun yang sama, jauh sebelum kami sampai di sini. Dr. Mangor
mengebor inti meteorit itu sendiri, menjalankan pengujiannya sendiri, dan
kemudian mengukuhkan perhitungan NASA."
Rachel terkesan. "Dan kebetulan," tambah Norah, "1716 adalah tahun yang sama ketika para
penjelajah di masa lalu mengaku telah melihat bola api di langit di sebelah
utara Kanada. Meteor itu menjadi terkenal dengan nama Jungersol Fall, mengikuti
nama pemimpin penjelajahan itu."
"Jadi," tambah Corky, "kenyataan bahwa tanggal yang didapat dari penelitian dan
catatan sejarah cocok merupakan bukti yang nyata bahwa kita sedang melihat
pecahan meteor yang sama dengan yang dicatat Jungersol pada 1716."
"Dr. Mangor!" salah satu pekerja NASA memanggil. "Kaitan pertama mulai tampak!"
"Tur sudah berakhir, Teman-teman," kata Norah. "Sekarang saatnya kebenaran
terungkap." Dia lalu menyambar sebuah kursi lipat,kemudian menaikinya, dan
berteriak dengan sangat keras. "Ke permukaan dalam lima menit, kawan-kawan!"
Di sekitar kubah tersebut, seperti anjing-anjing Pavlovia menjawab panggilan
lonceng makan malam, para ilmuwan ber-gegas menuju area penarikan.
Norah Mangor meletakkan tangannya di pinggulnya dan memeriksa daerah
kekuasaannya. "Baik, ayo kita naikkan kapal Titanic."
28 "MINGGIR!" NORAH meneriakkan perintahnya sambil bergerak melewati kerumunan yang
semakin besar. Para pekerja berpencar. Norah mengambil kendali, memeriksa
ketegangan kabel-kabel dan kesejajarannya.
"Tarik!" salah satu pekerja NASA itu berseru. Pekerjapekerja lainnya mempererat
mesin pengerek, dan kabel-kabel itu tertarik lagi ke atas kira-kira enam inci
keluar lubang. Ketika kabel-kabel tersebut terus bergerak ke atas, Rachel merasa kerumunan
orang bergerak mendekat sedikit -sedikit dengan penuh harap. Corky dan Tolland
ada di dekatnya, dan tampak seperti anak-anak pada hari Natal. Jauh dari lubang,
tubuh besar Administrator NASA Lawrence Ekstrom muncul dan meng-ambil tempat
untuk menonton penarikan itu.
"Tolong gembok-gemboknya!" salah satu pekerja NASA berseru. "Mata rantainya
mulai terlihat!" Kabel-kabel baja itu naik melalui lubang-lubang bor dan berubah dari kabel
berwarna keperakan menjadi rantai-rantai berwarna kuning.
"Enam kaki lagi! Jaga agar tetap stabil!"
Kelompok di sekitar perancah itu menjadi hening, seperti para hadirin pada
sebuah acara pertemuan spiritual yang sedang menunggu kemunculan roh. Semua
menjadi begitu tegang untuk melihat pada pandangan pertama.
Lalu Rachel melihatnya. Muncul dari lapisan es yang menipis, bentuk tidak jelas dari meteorit itu mulai
terlihat. Bayangan itu berbentuk persegi panjang dan gelap. Kabur pada awalnya,
tetapi kemudian menjadi lebih jelas setiap saat meteorit itu mencairkan es di
atasnya. "Lebih ketat!" seorang teknisi berteriak. Orang-orang itu mempererat pengerek,
dan perancah itu mulai berderak.
"Lima kaki lagi! Jaga ketegangan tetap seimbang!" Sekarang Rachel dapat melihat
lapisan es di atas batu itu mulai menggelembung seperti binatang hamil yang
sebentar lagi akan melahirkan. Pada puncak bongkahan itu, di sekeliling sinar
laser yang menunjuk ke lubang, sebuah lingkaran kecil dari permukaan es mulai
membuka jalan, mencair, melarutkan es hingga akhirnya membentuk sebuah lubang es
yang lebar. "Leher rahim sudah membuka!" seseorang berteriak. "Sembilan ratus sentimeter!"
Tawa tegang memecah kesunyian di sekitar mereka. "Baik. Matikan lasernya!"
Seseorang mematikan tombol, dan sinar itu pun menghilang.
Lalu terjadilah hal itu.
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seperti kedatangan dewa purba yang sedang marah, batu besar itu memecah
permukaan dengan desisan uap. Di balik kabut yang berputar, bentuk raksasa itu
naik keluar dari es. Para lelaki yang menarik pengerek, menarik lebih keras lagi
hingga akhirnya batu itu benar-benar terangkat keluar dari penjara bekunya.
Meteorit itu terayun-ayun, panas, dan lapisan es di sekelilingnya menetes-netes.
Sementara itu, lubang di bawahnya terbuka dan berisi air yang mendidih.
Rachel terpesona. Bergantungan di kabel-kabelnya dengan lapisan es yang masih menetes-netes,
permukaan meteorit yang kasar itu berkilau tertimpa cahaya lampu yang benderang.
Batu itu hangus dan tidak rata dengan penampilan seperti buah prune yang besar
sekali. Di salah satu sisinya, batu itu halus dan membulat. Bagian ini tampaknya
meledak karena gesekan ketika meteorit itu menembus lapisan atmosfir.
Ketika melihat permukaan kulit batu yang hangus itu, Rachel dapat membayangkan
bagaimana meteor itu meluncur deras ke arah bumi dalam bentuk bola api yang
mengerikan. Luar biasa. Itu terjadi beberapa abad yang lalu. Sekarang, bina-tang
itu sudah tertangkap dan tergantung di atas kabel, semen-tara cairan menetesnetes dari tubuhnya. Perburuan sudah selesai. Drama dari semua kejadian itu baru betul-betul menghantam Rachel saat ini,
ketika batu itu sudah terangkat keluar. Benda yang tergantung di depannya itu
berasal dari dunia lain, jutaan mil jauhnya. Dan ada fakta yang terperangkap di
dalam batu itu - bukan fakta, tetapi bukti - dan menunjukkan bahwa manusia tidak
sendirian di alam semesta ini.
Kegembiraan saat itu tampak memengaruhi semua orang pada waktu yang bersamaan,
dan kerumunan itu tiba-tiba bersorak sorai dan bertepuk tangan. Bahkan sang
administrator pun tampak terbawa juga. Dia menepuk punggung anak buahnya.
Melihat hal itu, Rachel tiba-tiba merasa gembira atas keberhasilan NASA ini.
Mereka memang tidak begitu beruntung di masa lalu. Akhirnya berbagai hal mulai
berubah. Mereka berhak mendapatkan kegembiraan ini.
Lubang menganga di permukaan es itu tampak seperti sebuah kolam renang kecil di
tengah-tengah habisphere. Permukaan kolam yang dalamnya dua ratus kaki dan
berupa es yang meleleh itu bergolak sebentar dan akhirnya menjadi tenang.
Permukaan air di lubang itu berjarak empat kaki di bawah permukaan es. Perbedaan
tersebut terjadi karena perpindahan massa meteorit dan pengerutan es ketika
mencair. Norah Mangor segera mengatur kerucut-kerucut SHABA di sekitar lubang itu. Walau
lubang besar itu jelas terlihat, siapa pun yang datang terlalu dekat dan tidak
sengaja terpeleset akan celaka. Dinding terowongan itu adalah es yang padat dan
tidak memiliki pijakan sehingga tidak mungkin keluar dari lubang itu tanpa
bantuan orang lain. Lawrence Ekstrom datang bergabung ke arah mereka. Dia langsung menuju Norah
Mangor dan menjabat tangannya dengan erat. "Bagus sekali, Dr. Mangor."
"Aku mengharapkan banyak pujian di media massa," sahut Norah.
"Kau akan mendapatkannya." Sang administrator sekarang berpaling pada Rachel.
Dia tampak lebih bahagia karena merasa lega. "Nah, Ms. Sexton, apakah skeptisme
profesionalmu itu sudah teryakinkan sekarang?"
Rachel tidak dapat menahan senyumannya. "Tercengang, itulah perasaan yang lebih
tepat." "Bagus. Jika begitu, ikut aku."
RACHEL MENGIKUTI sang administrator melintasi habisphere untuk menuju ke kotak
metal besar yang serupa dengan sebuah kontainer pengiriman yang biasa digunakan,
dunia industri. Kotak itu dicat dengan gaya kamuflase militer dan dicap dengan
huruf -huruf: P-S-C. "Kau akan menelepon Presiden dari sini," kata Ekstrom.
Portable Secure Comm, pikir Rachel. Alat komunikasi porta-bel itu merupakan
perlengkapan standar dalam perang, walau Rachel tidak mengira akan
menggunakannya pada misi NASA di masa damai. Tetapi kalau diingat -ingat, latar
belakang Administrator Ekstrom adalah Pentagon, sehingga dia tentu saja
mempunyai kemudahan untuk memiliki mainan seperti ini. Dari wajah dua orang
penjaga bersenjata di depan PSC, Rachel memperoleh kesan bahwa hubungan dengan
dunia luar hanya boleh dilakukan atas izin dari Administrator Ekstrom saja.
Tampaknya aku bukan satu-satunya orang yang terputus hu bungan dengan dunia
luar. Ekstrom berbicara singkat dengan penjaga-penjaga di luar kontainer itu, lalu
berpaling pada Rachel. "Semoga berhasil," katanya. Kemudian dia pergi.
Salah satu dari penjaga mengetuk pintunya, dan seseorang membukanya dari dalam.
Seorang teknisi muncul dan memberi tanda kepada Rachel untuk masuk. Rachel
kemudian meng-ikutinya. Bagian dalam PSC itu gelap dan sempit. Dari cahaya kebiruan sebuah monitor
komputer, Rachel dapat melihat peralatan telepon, radio, dan alat -alat
telekomunikasi satelit. Dia mulai merasakan claustrophobia. Udara di dalam kotak
itu dingin, seperti ruang bawah tanah di musim salju.
"Silakan duduk di sini, Ms. Sexton." Teknisi itu mengeluarkan sebuah kursi
beroda dan menempatkan Rachel di depan sebuah monitor berlayar datar. Lelaki itu
kemudian mengatur sebuah mikrofon di depan Rachel dan menempatkan sepasang
headphone AKG yang menggembung di kepala tamunya itu. Teknisi itu lalu memeriksa
sebuah buku catatan yang berisi kata kunci pembuka kode, kemudian mengetikkan
serangkaian panjang kata kunci di peralatan di dekatnya. Selanjutnya Rachel
melihat penunjuk waktu yang muncul di layar di hadapannya.
00:60 DETIK Teknisi itu mengangguk puas ketika penunjuk waktu itu mulai
menghitung mundur. "Enam puluh detik kemudian akan terhubung." Lalu dia berputar
dan pergi sambil membanting pintu di belakangnya. Setelah itu Rachel mendengar
suara geren-del dikunci dari luar.
Hebat Ketika dia menunggu dalam kegelapan sambil melihat angka enam puluh detik
tersebut perlahan menghitung mundur, dia sadar bahwa ini adalah saat privasinya
yang pertama sejak pagi hari ini. Dia terjaga pagi ini tanpa prasangka sedikit
pun pada apa yang sekarang terjadi di hadapannya. Kehidupan luar angkasa. Mulai
hari ini, mitos modern yang paling populer itu tidak lagi menjadi mitos.
Rachel mulai merasakan betapa meteorit .ini akan betulbetul mengacaukan kampanye
ayahnya. Walaupun soal pendanaan NASA secara politis sebenarnya tidak sebanding
dengan isu-isu lain, seperti hak untuk menggugurkan kandungan, ke-sejahteraan,
dan pemeliharaan kesehatan, tetapi ayahnya telah membuat NASA menjadi isu.
Sekarang isu tersebut akan meledak tepat di depan wajah ayahnya.
Dalam beberapa jam ke depan, rakyat Amerika sekali lagi akan merasakan getaran
luapan kegembiraan dari sebuah kemenangan NASA. Akan ada para pemimpi dengan
mata berkaca-kaca. Para ilmuwan akan ternganga. Imajinasi anakanak akan
berlarian bebas. Isu tentang dolar dan sen akan memudar menjadi seperti hal yang
sepele jika dibandingkan dengan saat yang luar biasa ini. Presiden akan tampil
seperti seekor phoenix dan mengubah dirinya sebagai seorang pahlawan, sementara
di tengah -tengah perayaan itu seorang senator yang berpenampilan seperti
seorang usahawan tibatiba akan tampak sebagai orang yang berpikiran sempit,
orang yang sangat pelit tanpa memiliki semangat petualang Amerika.
Komputer itu berbunyi, dan Rachel menatapnya.
00:05 DETIK. Tiba-tiba layar monitor di depannya berkedip-kedip, dan lambang Gedung Putih
yang tidak terlalu jelas, muncul pada layar. Setelah sesaat, gambar itu
menghilang dan berubah men-jadi wajah Presiden Herney.
"Halo,Rachel," sapanya, matanya bersinar nakal. "Aku yakin kau telah menikmati
sore yang menyenangkan, bukan?"
29 KANTOR SENATOR Sedgewick Sexton terletak di Philip A. Hart Senate Office
Building di C Street di sebelah timur laut Capitol. Gedung itu bergaya neomodern
berbentuk segi empat berwarna putih yang menurut para kritikus lebih mirip
penjara daripada gedung kantor. Banyak orang yang bekerja di gedung itu juga
merasakan hal yang sama. Di lantai tiga, kaki Gabrielle Ashe yang ramping berjalan mondar-mandir di depan
komputernya. Di layar terdapat sebuah email baru. Dia tidak yakin apa yang harus
dilakukannya dengan pesan tersebut.
Dua baris pertama email itu berbunyi:
SEDGEWICK SANGAT MENGESANKAN DI CNN.
AKU PUNYA INFORMASI LAGI UNTUKMU.
Gabrielle sudah menerima pesan -pesan seperti ini dalam beberapa minggu
terakhir. Alamatnya palsu, walaupun dia dapat melacak bahwa alamat tersebut
masih berada dalam domain "whitehouse.gov." Tampaknya informan misteriusnya itu
adalah orang dalam Gedung Putih, dan siapa pun orang itu, dia sudah menjadi
sumber dari semua informasi politik terbaru, termasuk informasi tentang
pertemuan tertutup antara Administrator NASA dengan Presiden.
Awalnya, Gabrielle mencurigai email-email itu, namun ketika dia memeriksa
petuniuk-petunjuk yang diberikan, dia kagum karena informasi itu selalu akurat
dan berguna. Informasi yang diterimanya berupa informasi rahasia tentang
pendanaan NASA yang berlebihan, misi berikutnya yang memakan banyak biaya, data
yang memperlihatkan bahwa penelitian NASA mengenai kehidupan di luar angkasa
menyedot terlalu banyak dana dan tidak menghasilkan apaapa, dan bahkan tentang
jajak pendapat internal yang memeringatkan bahwa NASA adalah isu yang dapat
menjauhkan para pemilih dari Presiden.
Untuk meningkatkan gengsinya di depan sang senator, Gabrielle tidak memberi tahu
kalau dia menerima bantuan lewat email yang tiba-tiba menghampirinya tanpa
diminta dari orang dalam Gedung Putih sendiri. Dia hanya menyampaikan informasi
tersebut dengan mengatakan bahwa data itu berasal dari "salah satu sumbernya."
Sexton selalu menghargainya dan sepertinya dia tahu sebaiknya dia tidak bertanya
siapa sumber Gabrielle itu. Gabrielle tahu, Sexton mengira dirinya menukar
informasi itu dengan pelayanan seks. Anehnya, Sexton sama sekali tidak tampak
keberatan dengan hal itu.
Gabrielle berhenti berjalan hilir mudik dan melihat lagi email yang baru
diterimanya itu. Tujuan dari semua email itu jelas. Seseorang di dalam Gedung
Putih ingin Senator Sexton memenangkan pemilihan dan membantunya dengan cara
menolongnya menyerang NASA.
Tetapi siapa" Dan kenapa"
Seekor tikus besar dari sebuah kapal yang akan tenggelam, demikian akhirnya
Gabrielle mengambil kesimpulan. Di Washington, sama sekali tidak aneh bagi
seorang pegawai Gedung Putih untuk merasa khawatir presidennya sebentar lagi
akan diusir dari kantornya, sehingga dia menawarkan pertolongan secara diam-diam
pada calon penggantinya dengan harapan kedudukan -nya atau kekuasaannya akan
tetap terselamatkan setelah per-gantian itu. Tampaknya ada seseorang yang telah
mencium kemenangan Sexton sehingga dia mengambil langkah lebih awal.
Tetapi pesan yang sekarang terpampang di layar komputernya sekarang membuat
Gabrielle panik. Email yang satu ini berbeda dengan email-email yang pernah dia
terima sebelumnya. Dua baris pertama dari email itu tidak terlalu dipikirkannya,
tetapi dua baris terakhirnya yang membuatnya gelisah. Pesan selanjutnya
berbunyi: EAST APPOINTMENT GATE, 4:30 SORE DATANG SENDIRI Informannya selama ini belum
pernah meminta untuk bertemu secara pribadi dengannya. Dan kalaupun informan itu
memintanya, Gabrielle mengharapkan di tempat yang tidak semencolok itu. East
Appointment Gate" Sejauh yang diketahuinya, hanya ada satu East Appointment Gate
di Washington. Di luar Gedung Putih" Apakah ini semacam lelucon"
Gabrielle tahu dia tidak bisa membalas pesan itu melalui email juga. Pesan yang
dia kirimkan ke alamat email si pengirim selalu kembali sebagai surat yang tidak
dapat terkirim. Alamat email si pengirim yang sesungguhnya tersembunyi. Tidak
mengherankan. Haruskah aku menanyakan hal ini terlebih dahulu kepada Sexton" Dengan cepat dia
memutuskan untuk tidak melakukannya. Sexton sedang mengadakan rapat. Lagi pula,
jika dia mengata-kan kepada Sexton ten tang email ini, berarti dia juga hams
menceritakan email-email yang lainnya. Dia lalu memutuskan bahwa tawaran
informannya untuk bertemu di tempat umum dan di sore hari pastilah untuk membuat
Gabrielle merasa aman. Lagi pula, orang ini tidak melakukan apa-apa. Dia hanya
me-nolong Gabrielle selama dua minggu terakhir ini. Orang ini jelas teman.
Gabrielle membaca email itu sekali lagi untuk terakhir kalinya, lalu melihat
jam. Dia masih punya waktu satu jam.
30 ADMINISTRATOR NASA merasa ketegangannya berkurang sekarang setelah meteorit itu
berhasil dikeluarkan dari dalam timbunan es. Segalanya berjalan sesuai rencana,
katanya pada diri sendiri ketika berjalan menyeberangi kubah menuju ke area
kerja Michael Tolland. Tidak ada yang dapat menghentikan kami sekarang.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Ekstrom sambil berjalan mendekat di belakang ilmuwan
yang juga bintang televisi itu.
Tolland mengalihkan tatapannya dari komputer. Dia tampak letih namun tetap
bersemangat. "Proses penyuntingan hampir selesai. Aku hanya melakukan overlaying
pada sebagian rekaman saat penarikan yang dikerjakan orang-orangmu. Ini akan
selesai sebentar lagi."
"Bagus." Presiden sudah meminta Ekstrom untuk mengirimkan film dokumentasi yang
dibuat Tolland ke Gedung Putih secepat mungkin.
Walau Ekstrom agak sinis terhadap keinginan Presiden untuk menggunakan Michael
Tolland dalam proyek ini, tetapi setelah melihat potongan-potongan kasar dari
film dokumentasi Tolland, dia berubah pikiran. Narasi penuh semangat dari
bintang televisi ini, dikombinasikan dengan wawancaranya dengan ilmuwan -ilmuwan
sipil, terpadu dengan cerdas menjadi sebuah acara ilmiah lima belas menit yang
menegangkan dan mengasyikkan. Dengan mudah Tolland mencapai apa yang selama ini
gagal dilakukan NASA: menjelaskan penemuan ilmiah dengan jelas sesuai dengan
tingkat kecerdasan rata-rata orang Amerika tanpa kesan menggurui.
"Ketika kau selesai menyunting," kata Ekstrom, "bawa film jadi itu ke bagian
pers. Aku akan menyuruh seseorang untuk meng-upload salinan digitalnya ke Gedung
Putih." "Baik, Pak," sahut Tolland. Dia lalu kembali bekerja.
Ekstrom melanjutkan perjalanannya. Ketika dia tiba di dinding utara, dia merasa
senang ketika melihat "area pers" di habisphere itu telah tertata dengan baik.
Selembar karpet biru besar dibentangkan di atas permukaan es. Di tengah -tengah
permadani itu diletakkan sebuah meja simposium dengan beberapa mikrofon, sebuah
bendera NASA, dan bendera besar Amerika sebagai latar belakangnya. Untuk
melengkapi drama visual tersebut, meteorit itu telah dipindahkan dengan sebuah
kereta luncur ke posisi kehormatannya, tepat di depan meja simposium.
Ekstrom merasa senang ketika melihat orang-orang di sekitar area pers. Mereka
tampak seperti sedang merayakan sesuatu. Beberapa orang stafnya sekarang sedang
mengerumuni meteorit itu dan mengulurkan tangan mereka di sekeliling batu yang
masih panas itu seperti orang-orang yang sedang berkemah di sekitar api unggun.
Ekstrom memutuskan inilah saat yang tepat untuk merayakannya. Dia berjalan ke
arah beberapa kardus yang terletak di atas permukaan es di belakang area pers.
Dia memesan kardus-kardus itu dan menerbangkannya dari Greenland pagi tadi.
"Minuman ini aku yang traktir!" dia berseru sambil menyodorkan kaleng-kaleng bir
pada staf-stafnya yang sedang bergembira.
"Hey, Bos!" seseorang berseru. "Terima kasih! Masih dingin, lho."
Ekstrom tersenyum. Itu hal yang jarang terjadi. "Selama ini aku menyimpannya di
dalam es." Semua orang tertawa. "Tunggu sebentar!" seorang lainnya berteriak, berpurapura marah. "Ini buatan
Kanada! Mana semangat patriotismu?"
"Anggaran kita di sini terbatas, Kawan-kawan. Ini yang termurah yang dapat
kutemukan." Mereka tertawa lagi. "Perhatian, teman-teman" salah satu petugas televisi NASA berseru melalui sebuah
megafon. "Kami akan mengganti penerang an dengan lampu media. Akan gelap
sebentar." "Dan jangan berciuman dalam gelap," seseorang berteriak. "Ini acara keluarga!"
Ekstrom terkekeh sambil menikmati canda tawa anak buahnya ketika mereka
melakukan pengaturan terakhir pada lampu-lampu sorot dan pencahayaan khusus.
"Pergantian ke lampu media dalam lima, empat, tiga, dua ...."
Bagian dalam kubah itu gelap gulita dengan cepat ketika lampu-lampu halogen
dipadamkan. Dalam beberapa detik, semua lampu itu padam. Kegelapan yang pekat
pun menyelimuti orang-orang di dalam sana.
"Siapa mencubit bokongku?" seseorang berseru dan kemudian tertawa.
Kegelapan itu hanya berlangsung sesaat. Setelah itu menjadi sangat benderang
karena lampu-lampu sorot media dinyalakan. Semua orang menyipitkan matanya.
Pergantian itu sekarang sudah sempurna. Seperempat habisphere NASA di bagian
utara telah menjadi studio televisi. Dan sisa daerah kubah itu sekarang tampak
seperti lumbung yang terbuka pada malam hari. Satu-satunya cahaya di daerah itu
hanyalah dari pantulan lampu-lampu media dari langit-langit yang melengkung dan
menampakkan bayangan-bayangan panjang di area kerja yang sekarang kosong.
Ekstrom mundur ke balik kegelapan dan merasa senang ketika melihat timnya minum
-minum di sekitar meteorit yang bercahaya itu. Dia merasa seperti seorang ayah
pada hari Natal yang sedang menatap anak-anaknya bersenang-senang di sekitar
pohon terang.
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tuhan tahu, mereka berhak mendapatkan kegembiraan itu, pikir Ekstrom tanpa
pernah menduga malapetaka apa yang sedang menunggu di depan mereka.
31 CUACA BERUBAH. Seperti pertanda yang menyedihkan akan terjadinya konflik, angin katabatic
mengeluarkan suara melolong dan bertiup keras di tempat perlindungan Delta
Force. Delta-One selesai mempersiapkan pelindung badai dan kembali ke dalam
untuk menemui kedua orang rekannya. Mereka pernah mengalami badai seperti ini.
Badai ini akan segera berakhir.
Delta-Two sedang menatap tayangan langsung dari video yang dipancarkan microbot.
"Kau sebaiknya melihat ini," katanya.
Delta-One mendekat. Bagian dalam habisphere betul-betul gelap, kecuali bagian
utara kubah di dekat panggung yang bersinar terang.Bagian lain habisphere tampak
remang-remang. "Itu bukan apa-apa," kata Delta-One. "Mereka hanya sedang mencoba
pencahayaan televisi untuk acara malam ini."
"Bukan pencahayaan yang jadi masalahnya." Lalu DeltaTwo menunjuk bagian yang
gelap di tengah -tengah es: lubang yang berisi air tempat meteorit itu
dikeluarkan tadi. "Itu yang jadi masalahnya."
Delta-One menatap lubang itu. Lubang itu masih dikelilingi kerucut-kerucut
jingga, dan permukaan air itu tampak tenang. "Aku tidak melihat apa-apa."
"Lihat lagi." Delta-Two menggerakkan joystick-nya. dan membuat microbot turun ke
arah permukaan lubang itu.
Ketika Delta-One mengamati kolam gelap yang berisi air dari es yang mencair itu
dengan lebih saksama, dia melihat sesuatu yang membuatnya terhenyak. "Apa
itu ...?" Delta-Three mendekat dan melihat. Dia juga jadi terpaku. "Tuhanku. Apakah itu
sumur tempat penarikan tadi" Apakah airnya memang harus seperti itu?" "Tidak,"
sahut Delta-One. "Aku yakin sekali, tidak seperti itu."
32 WALAU RACHEL Sexton sekarang sedang duduk di dalam sebuah kotak metal besar dan
berada ribuan mil dari Washington, D.C., dia masih merasakan perasaan tertekan
yang sama seolah dia di undang ke Gedung Putih. Monitor videophone di hadapannya
menayangkan gambar Presiden Zach Herney dengan jernih sekali. Sang presiden
sedang duduk di ruang komunikasi Gedung Putih di depan lambang kepresidenan.
Sambungan audio digital ini sempurna. Dengan jeda yang nyaris tidak terasa,
Rachel merasa dia sedang berbicara dengan Presiden di ruangan sebelah.
Percakapan mereka cepat dan tidak bertele -tele. Presiden tampak senang, walau
sama sekali tidak merasa heran, ketika Rachel memberikan penilaian yang baik
tentang penemuan NASA dan memuji pilihan Presiden yang menunjuk Michael Tolland
sebagai juru bicara yang memesona. Suasana hati Presiden saat itu menjadi senang
dan dia sering melontarkan komentar lucu.
"Aku yakin kau akan setuju," kata Herney, suaranya terdengar lebih bersungguhsungguh sekarang, "bahwa di dunia yang sempurna, dampak dari penemuan ini adalah
murni ilmiah." Dia berhenti sejenak, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan,
sehingga wajahnya memenuhi layar. "Sayangnya, kita tidak hidup di dunia yang
sempurna, dan kemenangan NASA ini akan menjadi pertarungan politik begitu aku
mengumumkannya." "Dengan mempertimbangkan bukti yang meyakinkan dan orang-orang yang telah Anda
pilih untuk mengesahkannya, saya tidak dapat membayangkan bagaimana masyarakat
atau pihak oposisi dapat bereaksi selain menerima penemuan ini sebagai fakta
yang sahih." Herney tertawa sedih. "Lawan politikku mungkin akan percaya pada apa yang mereka
lihat, Rachel. Yang menjadi keprihatinanku adalah, mereka tidak akan menyukai
apa yang mereka lihat."
Rachel merasakan betapa Presiden berhati-hati untuk tidak menyebut nama ayahnya.
Presiden hanya menggunakan kata-kata "pihak oposisi" atau "lawan politik" dalam
pembicaraannya. "Dan Anda pikir pihak oposisi akan menuduh Anda melakukan
konspirasi demi mendapatkan keuntungan politis?" tanya Rachel.
"Itu sifat permainan ini. Yang akan mereka lakukan hanyalah menimbulkan
keraguan, mengatakan bahwa penemuan ini adalah semacam kebohongan politis yang
diciptakan NASA dan Gedung Putih. Dan tiba-tiba aku akan menghadapi
penyelidikan. Koran -koran akan lupa bahwa NASA telah menemukan bukti kehidupan
di luar angkasa, dan media mulai memusatkan perhatian mereka pada usaha
menemukan buktibukti konspirasi. Sedihnya, setiap pernyataan tidak langsung
tentang konspirasi yang berhubungan dengan penemuan ini akan berakibat buruk
bagi ilmu pengetahuan, Gedung Putih, NASA, dan juga bagi negara."
"Karena itulah Anda menunda pengumuman itu hingga Anda mendapatkan konfirmasi
penuh dan dukungan dari beberapa ilrrfuwan sipil terkemuka?"
"Tujuanku adalah mengajukan data ini dengan cara yang sangat tidak mungkin
diperdebatkan sehingga semua kesinisan akan terbungkam. Aku ingin penemuan ini
dirayakan dengan kehormatan yang selayaknya. NASA berhak atas itu semua."
Intuisi Rachel tergelitik sekarang. Apa yang diinginkannya dariku"
Presiden melanjutkan,"Jelas kau berada dalam posisi yang tepat untuk menolongku.
Pengalamanmu sebagai seorang analis dan juga keterikatanmu dengan oposisiku akan
memberimu kredibilitas yang besar berkaitan dengan penemuan ini."
Rachel merasa semakin bingung. Dia ingin menggunakanku ... tepat seperti yang
dikatakan Pickering! "Maksudku," kata Herney melanjutkan, "aku memintamu untuk mendukung penemuan itu
secara pribadi sebagai seorang penghubung Gedung Putih ... dan sebagai putri
lawan politikku." Jelas sudah. Kartu itu sudah terbuka di atas meja.
Herney ingin aku mendukung penemuan itu.
Sebelum ini, Rachel mengira Herney adalah politisi yang tidak mungkin melakukan
politik tercela semacam ini. Sebuah dukungan terbuka dari Rachel akan membuat
meteorit tersebut menjadi isu pribadi bagi ayahnya dan membuat sang senator
tidak dapat menyerang kredibilitas penemuan tersebut tanpa harus menyerang
kredibilitas putrinya sendiri - sebuah hukuman mati bagi seorang calon presiden
yang "mengutamakan keluarga."
"Sejujurnya, Pak," kata Rachel sambil menatap monitor di hadapannya, "saya
tercengang Anda meminta saya untuk melakukan itu."
Presiden tampak terkejut. "Kukira kau akan sangat senang membantu."
"Sangat senang" Pak, terlepas dari perbedaan saya dengan ayah saya, permintaan
ini menempatkan saya pada posisi yang sulit. Saya sudah cukup punya masalah
dengan ayah saya tanpa harus duel dengannya di depan umum. Walau terus terang
saya tidak menyukainya, tetapi dia adalah ayah saya, dan mengadu saya dengannya
di depan forum publik, jujur saja, akan tampak seperti hal yang terlalu rendah
untuk dilakukan oleh orang seperti Anda."
"Tunggu dulu!" Herney mengangkat tangannya seperti gerakan menyerah. "Siapa yang
mengatakan tentang forum publik?"
Rachel terhenti sejenak. "Saya mengira Anda ingin saya bergabung bersama
Administrator NASA di atas panggung dalam acara konferensi pers pukul delapan
nanti." Tawa terbahak-bahak Herney meledak di depan pengeras suara. "Rachel, orang
seperti apa kau pikir aku ini" Kau benarbenar mengira aku akan meminta seseorang
untuk menusuk punggung ayahnya di televisi nasional?"
"Tetapi Anda tadi bilang - "
"Dan kau pikir aku akan meminta Administrator NASA duduk bersamamu, putri musuh
bebuyutannya, di depan televisi" Tanpa bermaksud merendahkanmu, Rachel,
konferensi pers ini adalah presentasi ilmiah. Aku tidak yakin pengetahuanmu
tentang meteorit, fosil, atau struktur es akan membuat acara itu menjadi lebih
dipercaya." Rachel merasa malu. "Kalau begitu ... dukungan apa yang Anda maksudkan?"
"Dukungan yang lebih tepat untuk posisimu." "Maaf, Pak?"
"Kau adalah intelijen penghubungku di Gedung Putih. Kau akan memberikan
pengarahan singkat pada stafku mengenai isu kepentingan nasional."
"Anda ingin saya mendukung ini di hadapan rfa/"Anda?" Herney masih merasa geli
dengan kesalahpahaman tadi.
"Ya, benar. Keraguan yang akan kuhadapi di luar Gedung Putih bukanlah apa-apa
bila dibandingkan dengan keraguan yang sedang kuhadapi dari para stafku
sekarang. Aku sedang berada di tengah-tengah pemberontakan di sini.
Kredibilitasku di dalam gedung ini sedang dipertanyakan. Stafku memohon padaku
untuk memotong pendanaan NASA. Aku mengabaikan mereka, dan ini merupakan bunuh
diri politik." "Hingga sekarang."
"Tepat. Seperti yang telah kita diskusikan tadi pagi, waktu terjadinya penemuan
ini akan tampak mencurigakan bagi para politisi yang sinis, dan untuk saat ini
tidak ada yang lebih sinis daripada stafku sendiri. Karena itu, ketika mereka
mendengar informasi ini untuk pertama kalinya, aku ingin itu berasal dari - "
"Anda belum mengatakan tentang meteorit itu kepada para staf kepresidenan?"
"Hanya kepada para penasihat tinggi saja. Merahasiakan penemuan ini merupakan
prioritas tertinggi."
Rachel terpaku. Tidak heran jika dia sekarang menghadapi pemberontakan. "Tetapi
ini bukan keahlian saya. Sebongkah meteorit sulit untuk dianggap sebagai
ringkasan yang berkaitan dengan dunia intelijen."
"Tidak dalam artian tradisional, tetapi jelas ini memiliki semua elemen dari
pekerjaan sehari-harimu - data rumit yang harus disaring, dampak politis yang
penting - " "Saya bukan ahli meteorit, Pak. Bukankah seharusnya staf Anda mendapatkan
pengarahan dari Administrator NASA?"
"Kau bercanda" Semua orang di sini membencinya. Menurut stafku, Ekstrom adalah
pedagang licik yang membujukku agar menyetujui satu transaksi buruk ke transaksi
buruk lainnya." Rachel mengerti maksudnya. "Bagaimana dengan Corky Marlinson" Pemenang National
Medal dalam bidang Astrofisika" Dia lebih memiliki kredibilitas dibandingkan
saya." "Stafku terdiri atas para politisi, Rachel, bukan ilmuwan. Kau pasti sudah
bertemu dengan Dr. Marlinson. Aku pikir dia bagus, tetapi jika aku membiarkan
seorang ahli astrofisika berceramah di hadapan stafku yang skeptis, yang terjadi
adalah malapetaka. Aku membutuhkan seseorang yang dapat mereka terima. Kaulah
orangnya, Rachel. Stafku tahu pekerjaanmu, dan mengingat nama keluargamu, kau
akan dianggap sebagai juru bicara yang tidak bias."
Rachel merasa dirinya sedang terseret oleh gaya Presiden yang ramah. "Setidaknya
Anda mengakui, kondisi saya sebagai putri lawan Anda ada kaitannya dengan
permintaan Anda ini."
Presiden tertawa malu. "Tentu saja. Tetapi, seperti yang dapat kaubayangkan,
bagaimanapun juga stafku harus mendapat pengarahan, tidak peduli apa keputusanmu
nanti. Kau bukanlah kuenya, Rachel. Kau hanya hiasan kue itu. Kau adalah orang
yang paling tepat untuk memberikan pengarahan ini dan kebetulan kau masih
memiliki hubungan darah dengan seseorang yang ingin menendang stafku keluar dari
Gedung Putih pada pemerintahannya nanti. Kau memiliki kredibilitas yang lebih
tinggi dalam hal ini."
"Anda seharusnya bekerja di bidang penjualan."
"Aku memang bekerja di bidang itu. Sama seperti ayahmu. Dan sejujurnya, aku
ingin menyelesaikannya sekarang." Presiden melepaskannya kacamatanya dan menatap
ke mata Rachel. Rachel dapat merasakan kekuatan ayahnya di dalam diri Presiden.
"Aku sedang meminta bantuanmu, Rachel, dan juga karena aku percaya ini adalah
bagian dari pekerjaanmu. Jadi, bagaimana" Ya atau tidak" Maukah kau memberikan
pengarahan singkat pada para stafku tentang hal ini?"
Rachel merasa terjebak di dalam kotak metal PSC yang kecil itu. Benar-benar
permintaan yang sulit untuk ditolak. Walau dari jarak tiga ribu mil, Rachel
dapat merasakan kekuatan tekad Presiden yang menekannya melalui layar video. Dia
juga tahu ini betul-betul merupakan permintaan yang masuk akal, tidak penting
apakah dia menyukainya atau tidak.
"Saya punya persyaratan," kata Rachel. Herney mengangkat alisnya. "Apa itu?"
"Saya akan bertemu dengan staf Anda secara pribadi dan tertutup. Tidak ada
wartawan. Ini pengarahan singkat yang tertutup, bukan merupakan dukungan
publik." "Aku berjanji. Pertemuanmu sudah disiapkan di tempat yang sangat tertutup."
Rachel mendesah. "Baiklah kalau begitu." Presiden berseri-seri. "Bagus sekali."
Rachel melihat jam tangannya dan kaget ketika melihat waktu sudah menunjukkan
pukul empat lebih sedikit. "Tunggu sebentar," katanya bingung, "jika Anda ingin
siaran konferensi pers berlangsung pada pukul delapan malam, kita tidak punya
waktu. Sekalipun Anda mengirimkan pesawat yang tidak menyenangkan yang tadi
mengantar saya ke sini, saya hanya dapat kembali ke Gedung Putih paling cepat
dalam dua jam. Saya harus mempersiapkan pidato saya dan - "
Presiden menggelengkan kepalanya. "Rupanya aku tidak menjelaskan padamu dengan
baik. Kau akan memberikan pengarahan singkat itu dari tempatmu sekarang berada
melalui konferensi video."
"Oh," Rachel ragu-ragu. "Pada pukul berapa menurut rencana Anda?"
"Sebenarnya," sahut Herney sambil tersenyum. "Bagaimana kalau sekarang" Semua
orang sudah berkumpul, dan sekarang mereka sedang menatap sebuah layar televisi
berukuran besar yang kosong. Mereka menunggumu."
Tubuh Rachel terasa kaku. "Pak, saya betul-betul tidak siap. Saya tidak mungkin
bisa - " "Katakan saja yang sebenarnya. Tidak terlalu sulit, bukan?"
"Tetapi - " "Rachel," kata Presiden sambil mendekatkan wajahnya ke arah layar. "Ingat,
pekerjaanmu adalah menyusun dan mengirimkan data. Itu juga yang harus
kaukerjakan sekarang. Katakan saja apa yang sedang terjadi di sana." Presiden
kemudian mengulurkan tangannya untuk menekan tombol pada peralatan transmisi
videonya, tapi urung dilakukannya. "Dan kupikir kau akan merasa senang karena
aku akan menem patkahmu pada posisi penguasa."
Rachel tidak mengerti maksud Presiden, tetapi sudah terlambat untuk bertanya.
Presiden telah menekan tombol dan mematikan sambungan videophone.
Layar monitor di depan Rachel menjadi kosong sesaat. Ketika muncul gambar lagi,
Rachel melihat gambar yang paling menakutkan. Tepat di depannya adalah Ruang
Oval di Gedung Putih. Ruangan itu sekarang penuh sesak. Sebagian besar staf
harus berdiri karena semua tempat duduk sudah terisi. Seluruh staf Gedung Putih
tampaknya hadir di sana. Dan semua orang sedang menatapnya. Rachel sekarang sadar bahwa sudut pandang
yang dia lihat adalah dari meja kerja Presiden.
Berbicara dari posisi penguasa. Rachel mulai berkeringat. Dari kesan yang
tertangkap dari wajah para staf Gedung Putih itu, Rachel melihat bahwa mereka
heran ketika melihat Rachel di sana, sama seperti Rachel heran ketika melihat
mereka. "Ms. Sexton?" suara serak seseorang memanggilnya. Rachel mencari suara itu di
tengah lautan wajah dan kemudian menemukan siapa pemilik suara itu. Dia adalah
perempuan kurus yang baru saja mengambil tempat duduk di barisan terdepan.
Marjorie Tench. Penampilannya yang unik dapat dikenali dengan jelas, walau dalam
kerumunan orang sekalipun.
"Terima kasih karena mau bergabung bersama kami, Ms. Sexton," ujar Marjorie.
Suaranya terdengar angkuh. "Presiden berkata Anda punya berita untuk kami?"
33 SAMBIL MENIKMATI kegelapan, ahli paleontologi Wailee Ming duduk sendirian dengan
tenang di area kerja pribadinya. Perasaannya menjadi sangat bersemangat ketika
menantinanti peristiwa besar malam ini. Aku akan segera menjadi ahli
paleontologi yang paling ternama di dunia. Dia berharap Michael Tolland berbaik
hati padanya dengan menampilkan komentarnya dalam film dokumenter.
Ketika Ming menikmati kemasyhurannya yang akan segera terwujud itu, sebuah
getaran lemah bergetar dari es di bawahnya sehingga membuatnya terlonjak. Naluri
gempa bumi yang dimilikinya sejak dia tinggal di Los Angeles membuatnya sangat
peka terhadap getaran bumi sekecil apa pun. Namun Ming merasa bodoh ketika sadar
bahwa getaran itu adalah sesuatu yang normal. Itu hanyalah longsoran es, dia
mengingatkan dirinya sendiri sambil mengembuskan napas. Dia masih saja belum
terbiasa. Setiap beberapa jam, sebuah ledakan di kejauhan menggemuruh pada malam
hari ketika di suatu tempat di sepanjang batas sungai es, sebongkah besar es
terbelah dan meluncur masuk ke laut. Norah Mangor mem punyai istilah bagus untuk
menjelaskan hal itu. Sebuah gunung es baru telah lahir ....
Ming berdiri sambil merentangkan kedua lengannya. Dia menatap ke sekeliling
habisphere. Di kejauhan, di bawah cahaya benderang beberapa lampu sorot
televisi, dia dapat melihat sebuah perayaan sedang berlangsung. Ming tidak
terlalu menyukai pesta dan beranjak ke arah yang berlawanan, ke seberang
habisphere. Labirin area kerja yang ditinggalkan itu sekarang tampak seperti kota hantu, dan
keseluruhan bidang di bawah kubah itu menjadi hampir seperti kuburan. Ming
merasa kedinginan, lalu mengancingkan mantel panjangnya yang terbuat dari bulu
unta. Di depannya, dia melihat lubang penarikan - titik tempat fosil yang paling
mengagumkan dalam sejarah manusia ditarik keluar dari tempat persembunyiannya.
Kakitiga raksasa telah disingkirkan sehingga kolam itu hanya dikelilingi kerucut
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kerucut seperti lubang yang ingin dihindari di sebuah tempat parkir yang luas
dari es. Ming berjalan menuju lubang penarikan tersebut, lalu berdiri di jarak
aman, dan melongok ke dalam kolam air yang sangat dingin sedalam dua ratus kaki
di bawahnya. Sebentar lagi air itu akan kembali membeku dan menghapus jejak
keberadaan semua orang di sini.
Kolam air tersebut adalah sebuah pemandangan yang indah, pikir Ming. Bahkan
dalam kegelapan. Terutama dalam kegelapan.
Ming menjadi ragu-ragu dengan pikirannya. Kemudian dia tersadar.
Ada sesuatu yang salah. Ketika Ming menatap air itu dengan lebih dekat, dia merasa kepuasannya tadi
tiba-tiba berubah menjadi kebingungan yang berputar-putar seperti angin puyuh.
Dia mengedipkan matanya, lalu menatap lagi, kemudian dengan cepat mengalihkan
tatapannya ke seberang kubah ... lima puluh yard dari tempatnya berdiri, ke
kerumunan orang yang sedang berpesta di area pers. Dia tahu mereka tidak dapat
melihatnya dalam kegelapan dengan jarak sejauh ini.
Aku harus memberi tahu seseorang tentang hal ini, bukan"
Ming melihat air itu lagi sambil bertanya-tanya apa yang akan dikatakannya
kepada mereka. Apakah dia hanya sedang melihat ilusi penglihatan" Mungkinkah
sejenis pantulan aneh"
Dengan tidak yakin, Ming melangkah melewati kerucutkerucut itu dan berjongkok di
tepi sumur yang dalam itu. Jarak antara permukaan air dan permukaan es adalah
empat kaki, dan dia membungkuk untuk melihat dengan lebih jelas. Ya, betul-betul
ada sesuatu yang aneh. Sesuatu seperti ini tidak mungkin terlewatkan, tetapi
keanehan itu memang tidak terlihat hingga semua lampu dipadamkan.
Ming berdiri. Harus ada orang yang mendengar tentang ini. Dia,beranjak dengan
tergesa-gesa menuju ke area pers. Tetapi baru beberapa langkah, tiba-tiba Ming
menghentikan niatnya. Ya, ampun! Dia lalu berputar kembali ke arah lubang itu,
lalu matanya membelalak karena tersadar. Dia baru saja mengerti.
"Tidak mungkin!" serunya keras.
Namun Ming tahu, hanya itulah satu-satunya penjelasan. Berpikirlah dengan hatihati, dia memeringatkan dirinya sendiri.
Pasti ada satu alasan yang lebih masuk akal. Namun semakin keras Ming berpikir,
semakin dia yakin dengan apa yang dilihatnya itu. Tidak ada penjelasan lainnya!
Ming tidak dapat percaya bahwa NASA dan Corky Marlinson, entah bagaimana, tidak
berpikir akan melihat hal yang menakjubkan ini, tetapi dia tidak keberatan.
Ini adalah penemuan Wailee Ming sekarangl Dengan tubuh bergetar dengan
kegembiraan, Ming berlari ke area kerja terdekat dan menemukan sebuah gelas
kimia. Apa yang diperlukannya hanyalah sedikit sampel air. Tidak seorang pun
akan memercayai ini! 34 "SEBAGAI INTELIJEN penghubung untuk Gedung Putih," kata Rachel sambil berusaha
menjaga suaranya agar tidak gemetar ketika berbicara pada kerumunan orang yang
terlihat di layar di hadapannya, "tugas saya termasuk di antaranya melakukan
perjalanan ke tempat -tempat penting yang memiliki nilai politis di seluruh
dunia, menganalisis situasi yang dapat berubah-ubah, dan melaporkannya kepada
Presiden dan staf Gedung Putih."
Keringat mulai terbentuk di dah inya. Rachel mengusapnya sambil diam-diam
mengutuk Presiden karena telah menyuruhnya memberikan ceramah singkat ini tanpa
peringatan sebelumnya. "Saya belum pernah melakukan perjalanan ke tempat yang sangat eksotis seperti
ini." Dengan Rachel kaku menun juk ke arah trailer sempit di sekelilingnya.
"Percaya atau tidak, saya sedang berbicara kepada Anda sekalian dari Lingkar
Kutub Utara di atas lapisan es yang tebalnya lebih dari tiga ratus kaki."
Rachel merasa, kebingungan memenuhi wajah -wajah di dalam layar di depannya.
Mereka jelas tahu bahwa mereka dikumpulkan di Ruang Oval untuk suatu hal, tetapi
jelas tidak seorang pun membayangkan kalau itu akan berhubungan dengan
perkembangan di atas Lingkar Kutub Utara.
Peluhnya mulai muncul lagi. Konsentrasi, Rachel. Ini me mang pekerjaanmu. "Saya
duduk di depan Anda sekalian malam ini dengan perasaan sangat terhormat, bangga,
dan ... yang terpenting, sangat gembira."
Rachel hanya menerima tatapan kosong dari orang-orang dihadapannya.
Sialan, pikirnya. Lalu dengan marah dia mengusap peluhnya lagi. Aku tidak
melamar untuk menjalankan tugas seperti ini. Rachel tahu apa yang akan dikatakan
ibunya jika ibunya ada di sini sekarang: Jika kau dalam keraguan, keluarkan
saja! Pepatah Yankee kuno itu adalah salah satu keyakinan dasar yang dipegang
ibunya: semua tantangan dapat dilalui dengan mengatakan kebenaran, tidak peduli
bagaimana akibatnya. Sambil menarik napas panjang, Rachel duduk tegak dan menatap langsung ke kamera.
"Maaf, Kawan -kawan, kalian pasti bertanya-tanya, bagaimana saya bisa
berkeringat sebanyak ini sementara saya berada di Lingkar Kutub Utara .... Jujur
saja, saya agak gugup."
Wajah-wajah di depannya tampak tersentak sejenak. Lalu terdengar tawa tertahan.
"Lagi pula," Rachel melanjutkan, "bos kalian hanya memberi waktu sepuluh detik
sebelum berkata bahwa saya harus berhadapan dengan seluruh stafnya. Peristiwa
menegangkan seperti ini bukanlah seperti yang saya harapkan untuk kunjungan
pertama saya ke Ruang Oval."
Kali ini terdengar tawa lebih banyak lagi.
"Dan," tambahnya sambil melihat ke bagian bawah layar, "jelas saya tidak pernah
membayangkan akan duduk di belakang meja Presiden ... apa lagi di atasnyal"
Tawa lepas kini terdengar dan juga senyuman lebar tersungging di bibir beberapa
staf. Rachel merasa otot ototnya mulai mengendur. Katakan saja langsung kepada
mereka. "Begini keadaannya." Suara Rachel sekarang terdengar wajar. Tenang dan jelas.
"Presiden Herney menghilang dari sorotan media seminggu terakhir ini bukan
karena dia tidak tertarik pada kampanyenya, tetapi lebih karena dia disibukkan
dengan masalah lain. Masalah yang dianggapnya jauh lebih penting."
Rachel berhenti sebentar, matanya menatap langsung ke arah penontonnya sekarang.
"Ada penemuan ilmiah yang ditemukan di sebuah lokasi yang disebut Milne Ice
Shelf. Tempat ini berada di Arktika. Presiden akan memberi tahu seluruh dunia
tentang penemuan itu dalam konferensi pers pukul delapan malam ini. Penemuan
tersebut ditemukan oleh sekelompok warga Amerika yang bekerja keras, yang telah
mengalami kekurangberuntungan akhir-akhir ini dan sekarang berhak untuk
mendapatkan sedikit kelonggaran. Yang saya maksudkan adalah NASA. Kalian boleh
merasa bangga karena mengetahui bahwa Presiden kalian, dengan keyakinan layaknya
seorang peramal, telah melakukan hal yang benar dengan berdiri di sisi NASA,
baik dalam suka maupun duka. Sekarang, tampaknya kesetiaan Presiden akan
mendapatkan imbalan."
Tepat pada saat itu Rachel tahu bahwa ini adalah saat yang sangat bersejarah.
Dia merasakan tenggorokannya seperti tercekat. Dia berjuang menyingkirkannya dan
terus berbicara. "Sebagai petugas intelijen dengan spesialisasi analisis dan verifikasi data,
saya adalah salah satu dari beberapa orang yang dipanggil Presiden untuk
memeriksa data NASA. Saya telah memeriksanya secara pribadi dan juga bertukar
pikiran dengan beberapa ahli, baik dari kalangan pemerintahan maupun sipil, yang
kredibilitasnya tidak tercela dan reputasinya tidak terpengaruh oleh politik.
Menurut pendapat profesional saya, data yang akan saya bawakan kepada kalian
adalah asli dan tidak bias. Dan menurut pendapat pribadi saya, Presiden, dengan
iktikad baik terhadap lembaga kepresidenan dan rakyat Amerika, telah menunjukkan
kepedulian dan pengendalian diri yang luar biasa untuk menunda sebuah pengumuman
yang, saya tahu, akan membuatnya lebih beruntung jika diumumkan minggu lalu."
Rachel menatap kerumunan orang di depannya yang saling bertukar pandang dengan
wajah kebingungan. Lalu mereka semua kembali menatap Rachel. Dia tahu sekarang
dia mendapatkan perhatian penuh mereka.
"Ibu-ibu dan Bapak-bapak, kalian akan mendengarkan berita yang aku yakini
sebagai salah satu informasi yang paling menarik yang pernah diumumkan di kantor
ini." 35 PEMANDANGAN DARI atas yang sedang disiarkan microbot yang berputar-putar di
dalam habisphere untuk Delta Force tampak seperti sebuah film yang pantas
memenangkan penghargaan dalam festival film avant-garde: pencahayaan
remangremang, lubang penarikan yang berkilauan, dan seorang Asia berpakaian apik
yang berbaring di atas es sehingga mantel dari bulu untanya terbentang di
sekitarnya seperti sepasang sayap besar. Dia jelas sedang berusaha untuk
mengambil sampel air. "Kita harus menghentikannya," kata Delta-Three.
Delta-One setuju.Milne Ice Shelf menyimpan rahasia yang harus dijaga timnya, dan
mereka diberi kewenangan untuk melakukan kekerasan demi menjaga rahasia itu.
"Bagaimana kita menghentikannya?" Delta-Two bertanya sambil masih memegang
joystick. Microbot ini tidak dipersenjatai."
Delta-One menggerutu. Microbot yang sekarang melayang-layang di dalam habisphere
itu merupakan model untuk mengintai. Persenjataannya telah dilucuti agar dapat
terbang lebih lama. Akibatnya, microbot tersebut sama sekali tidak berbahaya dan
mirip lalat rumah saja. "Kita harus memanggil Pengendali," Delta-Three memutuskan.
Delta-One menatap dengan saksama ke arah gambar Wailee Ming yang sedang
berbaring sendirian di pin'ggir lubang penarikan yang berbahaya itu. Tidak ada
seorang pun di dekatnya dan air yang sedingin es itu memiliki kemampuan untuk
membungkam teriakan orang. "Berikan pengen dalinya."
"Apa yang kau lakukan?" tanya tentara yang memegang joystick itu.
"Apa yang sudah kita latih selama ini," bentak Delta-One sambil mengambil alih.
"Improvisasi." 36 WAILEE MING berbaring di atas perutnya di sisi lubang penarikan, sementara
lengan kanannya terjulur ke arah tepian sumur dan berusaha untuk mengambil
sampel air. Dia yakin matanya jelas tidak menipunya. Wajahnya sekarang hanya
berjarak kira-kira satu yard dari air sehingga dia dapat melihat segalanya
dengan sempurna. Ini hebat sekali! Dia lalu menjulurkan lengannya lebih jauh lagi dan menggerakkan gelas kimia di
dalam tangannya untuk meraih permukaan air. Yang dibutuhkan adalah mendekat
beberapa inci saja. Karena tidak dapat mengulurkan lengannya lebih jauh lagi, Ming memosisikan
tubuhnya sehingga lebih dekat lagi ke bibir lubang itu. Dia menekankan ujung
s.epatunya pada es dan dengan keras mencengkeramkan tangan kirinya di bibir
lubang untuk menopang tubuhnya yang terjulur ke bawah. Sekali lagi, dia
mengulurkan lengan kanannya sejauh mung kin. Hampir. Dia bergeser mendekat
sedikit lagi. Ya! Bibir gelas itu menyentuh permukaan air. Ketika air memasuki
gelas kimia itu, Ming menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
Kemudian, tiba-tiba, sesuatu yang tidak dapat dijelaskan terjadi. Dari
kegelapan, meluncur seperti sebutir peluru, sebuah titik kecil dari logam
terbang ke arahnya. Ming hanya melihatnya kurang dari sedetik sebelum benda itu
menabrak mata kanannya. Naluri manusia untuk melindungi matanya sudah tertanam begitu alamiah, sehingga
walaupun otak Ming memberi tahu dirinya, sebuah gerakan tiba-tiba akan
membahayakan keseimbangannya, dia justru tersentak. Reaksi tersentak itu lebih
terpicu karena rasa terkejut, bukan karena rasa sakit.
Tangan kiri Ming, yang dalam posisi terdekat dengan wajah nya, bergerak secara
refleks untuk melindungi bola matanya yang terserang. Saat tangannya bergerak,
Ming tahu dia telah berbuat kesalahan. Dengan seluruh berat tubuh Wailee Ming
yang maju ke depan, dan satu-satunya penopang tubuhnya tiba-tiba hilang, dia
menjadi limbung. Ming berusaha mengembalikan keseimbangannya, namun sudah
terlambat. Dia menjatuhkan gelas kimia itu dan mencoba meraih es yang licin
untuk mencari pegangan, namun pegangannya lepas karena es itu terlalu licin.
Ming terjatuh dan masuk ke lubang gelap di bawahnya.
Jarak dari permukaan es ke permukaan air hanya empat kaki, tapi Ming terjatuh ke
dalam air yang sangat dingin dengan posisi kepala di bawah. Dia merasakan
wajahnya se perti menimpa tepian jalan dengan kecepatan lima puluh mil per jam.
Cairan yang menyelimuti wajahnya itu begitu dingin sehingga terasa seperti
larutan asam yang membakar. Hal itu membuatnya begitu panik.
Terjungkir balik dalam kegelapan, untuk sesaat Ming merasa bingung dan tidak
tahu ke arah mana untuk mencapai permukaan. Mantel berat dari kulit unta itu
memang melin dungi tubuhnya dari serangan dinginnya es, tetapi hanya untuk satu
atau dua detik saja. Akhirnya, Ming dapat meluruskan tubuhnya dan muncul ke
permukaan untuk mencari udara, tetapi bersamaan dengan itu, air merembes masuk
menyentuh dada dan punggungnya dan menyelimuti tubuhnya dalam suhu dingin yang
meluluhlantakkan ketahanan tubuhnya.
"To ... long," dia megap-megap, tetapi Ming hanya mampu mengeluarkan suara
seperti rengekan. Dia merasa angin yang dingin di tempat itu sudah mengalahkan
suaranya yang berteriak untuk meminta bantuan.
"Tooo ... long!" Teriakannya tidak dapat terdengar, bahkan oleh dirinya sendiri.
Ming berusaha mencapai tepian sumur itu dan mencoba mengangkat tubuhnya keluar.
Din ding di depannya adalah dinding vertikal dari es. Tidak ada bagian yang
dapat dicengkeramnya. Di bawah air, sepatunya menendang sisi dinding untuk
mencari pijakan kaki, tetapi dia tidak menemukan apa pun. Ming berusaha
meregangkan tubuhnya ke atas, mencoba meraih tepian lubang. Dia tidak berhasil.
Jangkauannya kurang satu kaki lagi.
Otot-otot Ming mulai mengalami kesulitan untuk merespon karena dingin yang
menyelimutinya. Dia menendajigkan kakinya lebih keras dan mencoba untuk
menaikkan tubuhnya lebih tin ggi lagi untuk mencapai tepian lubang. Tubuhnya
terasa kaku seperti batang kayu dan paru-parunya seperti mengerut, seolah
dililit ular piton. Mantelnya yang sudah menyerap air, menjadi semakin berat dan
membuatnya tertarik ke bawah. Ming berusaha melepaskan mantel itu dari tubuhnya,
tetapi bahan yang berat itu sudah melekat di tubuhnya.
"To ... long aku!"
Rasa takut itu sekarang datang seperti aliran air yang begitu deras.
Ming ingat dia pernah membaca bahwa mati tenggelam adalah kematian yang paling
mengerikan. Dia tidak pernah bermimpi akan mengalaminya sendiri. Otot-ototnya
menolak untuk bekerja sama dengan pikirannya, dan yang mampu dia lakukan
hanyalah berusaha untuk menahan kepalanya agar tetap berada di atas air.
Pakaiannya yang basah menariknya ke bawah ketika jari-jarinya yang beku
mencakari sisi lubang itu.
Teriakannya sekarang hanya terjadi di dalam benaknya saja.
Lalu terjadilah. Ming tenggelam. Dia tidak pernah membayangkan akan merasakan pengalaman
menakutkan seperti ini: menjemput kematian sendiri secara sadar. Tetapi itulah
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 9 Pendekar Rajawali Sakti 208 Ancaman Dari Utara Rahasia 180 Patung Mas 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama