Konspirasi Langit Karya Unknown Bagian 4
Valentine duduk di kursi kayu tua dan memerhatikan ketika Peter Newman melakukan sesuatu di hadapan mesin pembuat kopi di bagian paling belakang kantor mungil itu. Ia mambuka kembali dua cangkir bertatakan piring antik keluaran Delftware dan memberikan satu pada Valentine. Kemudian ia duduk di meja kerjanya dan berdesah sambil mengatur duduknya.
"Jadi?" katanya, sambil menyesap kopinya, melihat tajam pada Valentine melalui ujung cangkirnya.
"Juan Gris." "Sudah mati," sahut Newman terkikik.
"Koneksi Nazi."
"Ia orang Spanyol. Ia tinggal di Paris selama perang. Ia salah satu yang biasa disebut "penurunan derajat." Nazi merampas sebagian karya-karya awalnya. Ia bagian dari aksi saling fitnah diantara galeri-galeri Eropa tentang siapa melakukan apa selama Hitler berkuasa. Ku sendiri kurang menyukai pria itu."
"Renoir, Kepala Seorang Gadis Kecil."
"Satu lagi rampasan Nazi."
"Jika aku katakan padamu aku pernah melihat karya Juan Gris dan Renoir dalam satu hari, apa pendapatmu?"
"Aku akan bilang bahwa kau baru saja mendatangi Kolonel George Gatty."
"Kenapa aku belum dapat kabar darinya belakangan ini?"
"Ia hidup dalam strata yang terbatas. Ia tak pernah membeli pada pelelangan publik. Sangat rahasia."
"Kedua karya Gris dan Renoir itu sangat terkenal. Kenapa tak ada yang melaporkannya ke polisi?"
"Kolonel itu punya konek-koneksi penting."
"Bisa lebih spesifik?"
"Apakah presiden Amerika Serikat cukup spesifik?"
"Mengesankan." "Tidak juga di dunia seni. Orang itu seperti babi. Tak ada orang yang bereputasi mau berjual-beli dengannya."
"Ada kok." "Siapa bilang semua orang di dunia seni itu bereputasi baik?" Newman terkikik lagi, menghabiskan kopinya.
"Ayolah, Peter, kau bisa terbuka denganku."
Newman mendesah dan meletakkan cangkir dan piring tataknya lagi. "Aku tak mau dituduh sebagai seorang fanatik," katanya. "Hal seperti itu tak bagus kalau seorang Yahudi tua seperti aku. Tak baik untuk reputasiku."
"Ayo, keluarkan saja," kata Valentine, sambil tersenyum.
"Baiklah,hanya ini," Newman menggumam. "Kepala Keuskupan New York memiliki beberapa koleksi hebat di divisi kearsipannya. Mereka juga punya akses ke koleksi Vatikan di Roma. Kolonel Gatty, omong-omong, adalah yang mereka anggap sebagai teman museum Vatikan."
"Kau pasti bercanda."
"Sama sekali tidak," balas Newman. "Museum Vatikan dibangun tahun 1500-an. Koleksi mereka ... bagaimana aku mengatakannya, ya ... banyak sekali. Seperti museum lainnya, mereka sering tak bisa diakses. Jika bisa, maka kolonel itu sudah mengantre di baris pertama."
"Vatikan berurusan dengan perdagangan karya seni hasil rampasan?"
"Aku tak pernah bilang begitu. Tidak persis bergitu." Newman mengerutkan bibirnya membentuk senyuman kecil.
"Ya Tuha," Valentine berbisik.
"Aku sungguh-sungguh meragukan ia terlihat langsung," kata Newman, sambil berdiri.
Valentine berusaha mengosongkan pikirannya. "Baiklah," katanya setelah beberapa saat. "Lupakan Vatikan. Bagaimana dengan Paker-Hale?"
"Sebuah museum seni pribadi, hampir sebesar Whitney tapi lebih kecil dari Getty."
"Seorang pemain?"
"Tak diragunkan lagi."
"Alexander Crawley?"
"Sama seperti Juan Gris, ia juga sudah mati. Dengan tak menyenangkan."
"Reputasinya?" "Secara akademis reputasinya tak bercela. Columbia, Harvard atau Yale"entah yang mana, aku lupa. Ia mempelajari konservasi di London di Institut Seni Courtauld, menjadi kurator di Fogg di Boston, semacam itulah. Pergi ke Parker-Hale di bawah pengaruh direkturnya, James Cornwall, pada pertengahan tahun sembilan puluhan. Menjadi direktur pelaksana setahun yang lalu ketika Cornwall berlanjut."
"Berlanjut?" "Itu istilah yang digunakan orang macam aku ini untuk menggambarkan kematian. Dan omong-omong, Cornwall mati dengan tenang"Az a yor ahf mir. Semoga Aku Seberuntung Itu"dalam tidurnya. Ia memang sudah pernah beberapa kali kena serangan jantung. Kalau tidak salah ia sudah berumur sekitar delapan puluh tahunan."
"Katamu Crawley secara akademis bersih, bagaimana dengan aspek lainnya?"
"Secara sosial ia sangat baik terhadap orang lain, seorang pengumpul dana yang sempurna. Ia hanya cenderung curang pada saat membeli dan menjual."
"Kenapa begitu?"
"Hanya berusaha untuk tetap berada di lingkungan ... kau tentu tahu maksudnya."
Valentine mengangguk. Dalam bisnis karya seni dan barang antik, lingkaran adalah sebuah asosiasi rahasia para "pemain" yang berkonspirasi untuk memberi harga rendah pada setiap pelelangan. Bukan hanya mereka tak disukai, namun mereka juga ilegal karena curang dan mengatur harga.
"Jadi, ada teman-temannya kalau begitu?"
"Betul sekali, dan pertemanan itu adalah sebuah jaringan yang sulit dimasuki." Newman mengernyitkan kening. "Hubungan yang menarik, jika memang itu yang sedang kaucari."
"Apa itu?" "Ia ering menjual karya pada uskup New York dan begitu juga sebaliknya."
"Ada ide kira-kira kenapa ada orang yang ingin membunuhnya?"
"Ia bukan teman yang baik, kurasa, tak seperti pendahulunya. James Cornwall adalah seseorang yang baik dan adil."
"Tapi walau begitu pasti ia menyukai Crawley, kan?"
"Mungkin ya pada awalnya. Ada kesalahpahaman di antara mereka hingga khir. Aku mendengar kabar burung mengenai hal itu. Ia sudah pasti bukan ahli waris Cornwall.
"Tapi toh ia akhirnya menjadi direktur utama juga."
"Kesehatan James Cornwall semakin memburuk selama beberapa waktu. Orang yang telah ia pilih untuk menggantikannya jika ia pensiun mengundurkan diri dengan alasan yang tak jelas." Lelaki tua itu mengangkat bahu. "Meskipun tak semestinya begitu, hal semacam ini ada hubungannya dengan politik. Crawley punya teman yang duduk di dewan direksi. Ia memegang kartu dengan bantuan orang ini, kalau boleh dibilang begitu."
"Siapa orang yang mengundurkan diri dengan alasan yang tak jelas itu?"
"Namanya Taschen, Eric Taschen, dan walau tak jelas, alasan itu agak memalukan."
"Maksudmu seks?"
"Tampaknya begitu, Michael." Lelaki tua itu pun mendesah lega. "Seperti biasanya begitu dan selamanya begitu."
Next29 Sang pendeta, kali ini menyamar sebagai Larry MacLean, duduk di sebuah meja kosong di Ruang Baca Utama yang besar dan berlangit-langit tinggi di Perpustakaan Publik New York. Tinggi diatas kepalanya, langit-langit yang berlukiskan awan terlihat suram karena tertutup tempat lilin yang berdebu yang tergantung di bawahnya. Satu-satunya cahaya terang datang dari sebuah lampu model tua yang terletak di meja di hadapannya.
Selama beberapa jam terakhir pelayan bisu perpustakaan itu telah memberikan setiap potongan informasi tentang Yayasan Grance dari bermil-mil tumpukankertas dibawahnya. Ia menuliskan catatan di buku dengan kertas berwarna kuning tapi tak banyak jumlahnya. Sebenarnya, hampir semua informasi itu bertolak belakang.
Menurut catatan publik, Yayasan Grange didirikan pada tahun 1946 dari warisan Frederick Henry Grance (1860 " 1945) dan istrinya, Abbie Norman Grange, Nona Coleman (1859 " 1939). Istrinya memiliki banyak warisan dan Grange sendiri justru besar berkat usaha gigihnya sendiri, seorang bocah desa anak seorang polisi. Ia tumbuh menjadi seorang pegawai bank investasi, pengusaha dan pemilik perusahaan perantara yang bekerja dengan Kennedy dan Fitzgerald sebagai partner sekaligus klien.
Salah satu investasinya yang paling menguntungkan adalah peternakan di Chicago. Pada awal 1900-an ia sudah menjadi miliarder dan mulai berinvestasi di bidang pembangunan jalan tol. Pada saat wafat ia telah mendapat keuntungan dari kedua perang dunia, dan asetnya sudah berjumlah 172 juta dolar, sementara istrinya memiliki aset dua kali lipat dari jumlah tersebut.
Sebagai penerima dana pribadi, Yayasan Grange tidak perlu menyimpan data apa pun selain dokumen yang sederhana. Karena semua kegiatannya tidak bertujuan meraih keuntungan dan terbebas dari pajak, maka mereka tidak perlu melapor kepada pemerintah. Yayasan tersebut terletak di St. Luke"s Place di Greenwich Village, dengan pemandangan mengarah pada sebuah taman yang dulunya merupakan taman gereja dimana Edgar Allan Poe menghabiskan waktunya, menuliskan puisinya yang aneh dan kacau.
Menurut brosur yayasan, yayasan itu bertujuan untuk menyokong museum, berbagai bentuk kelompok pertunjukan, organisasi seni visual, organisasi pelayanan seni, program komunitas seni, dan organisasi yang menyajikan seni tingkat tinggi yang memberi kesempatan pada seniman muda.
Ada pula bagian yang terpisah, Yayasan McSkimming, yang memberikan pelayanan hukum bagi seni, terutama bagi korban Holocaust"bencana besar, pemalsuan dan pencurian. McSkimming adalah sahabat yang baik Frederick Grange, seorang kolektor seni yang sangat bersemangat dan partner senior firma hukum yang mengatur bunga keuntungan Grange dan istrinya.
Segalanya berjalan lancar, paling tidak di permukaan. Pengamatan yang lebih mendalam akan mengungkap bahwa sebagian besar tak diatur dengan baik atau kebohongan belaka. Menurut pencariannya di Google setelah membuka internet di salah satu komputer perpustakaan, ia menemukan banyak hal tentang Frederick Grange dan yayasannya. Grange memang benar anak dusun dari Irlandia dan anak seorang polisi, namun ia tak pernah menjadi pengusaha, pemilik perusahaan perantara, pegawai bank investasi atau taipan jalan tol. Ia sebenarnya malah pernah menjadi juru tulis di firma Topping, Halliwell & Whiting, dimana McSkimming pernah menjabat sebagai partner junior.
Topping, Halliwell & Whiting pada dasarnya menghilang saat berakhirnya perang dengan kaburnya sebagian dari partner-partnernya dan lebih dari sebagian besar associate mudanya, meski firma tersebut masih tetap berdiri. Dibeli oleh beberapa partner tanpa nama dan mempekerjakan pengacaranya sendiri"dan mereka adalah sekelompok pengacara yang juga membentuk Yayasan Grange dan Yayasan Seni McSkimming.
Pada tahun 1956, setelah kematian anak laki-laki itu pada umur enam belas tahun, yayasan tersebut secara diam-diam digabungkan kembali sebagai badan amal. Kemudian lembaga itu tak lagi berbentuk yayasan keluarga; sebagai kedok semata yang dijalankan dari balik layar oleh beberapa direktur. Tak ada satu pun catatan tertulis mengenai nama-nama direktur tersebut, karena direktur dewan publik itu semua adalah pengacara-pengacara yang baru saja direkrut yang sekarang beroperasi di bawah bendera Topping, Halliwell & Whiting yang sebenarnya sudah tak ada lagi. Pada tahun 1956 itulah semua jejak partisipan yang asli, dalam apa yang merupakan sebuah operasi yang penuh tipu daya, telah menghilang. Namun yayasan itu tetap, menuju babak awal abad yang akan datang. Semua itu tak masuk akal; tipuan yang begitu terperinci, rumit dan sangat mahal, tapi untuk tujuan apa dan akhir yang seperti apa"
Laporan audit regular tak pernah menimbulkan kecurigaan. Ini berarti aset yang bernilai tiga atau empat ratus juta dolar yang dikuasai Yayasan Grange tersebut cukup nyata meskipun mereka jelas-jelas bukan berasal dari warisan yang diberikan oleh Frederick Grange maupun istrinya.
Yayasan Grange menyebarkan dana yang tak jelas asal-muasalnya. Hal ini merupakan pencucian uang dalam skala yang besar, dan sudah berlangsung lebih dari setengah abad. Sungguh luar biasa, dan sangat sederhana. Tapi dari mana uang tersebut berasal sehingga butuh dilakukan pencucian uang, dan bagaimana seorang anak lelaki muda yang diangkut dari biara di Italia Utara bisa terlibat" Yayasan Grange hanya merupakan sebagian kecil dari pencariannya di Amerika sini. Menurut kontaknya di Vatikan, anak lelaki itu dan keberadaannya kini sangat penting. Ia menuliskan dengan asal namanya di atas catatan:
FREDERICO BOTTE Ia tahu, jika anak itu diberikan nama lainnya, akan berbahaya ... dan itu adalah tugasnya agar nama itu takkan pernah terungkap. Ia menuliskan nama lainnya di bawah nama yang pertama:
Eugino Ia melihat jam tangannya. Sudah lewat jam dua bela namun mungkin ia masih sempat kembali ke hotel dan mengganti pakaiannya kembali dengan pakaian khusus seorang Bapa Gentile sebelum pergi menghadiri rapat dengan anggota gereja lainnya di Gereja St. Joseph di Greenwich Village.
Sementara menyelidiki Yayasan Grange di internet. Ia juga mencari informasi singkat mengenai para staf di Komunitas Sant"Egidio dan menemukan bahwa tak ada seorang pun yang bekerja di sana yang berhubungan dengan Frederico Botte, namun ia tahu ia mungkin dapat menemukan informasi yang dapat berguna.
Ia mematikan lampunya dan meninggalkan ruangan yang seluas lapangan football itu, awan pada lukisan dilangit-langit yang disinari cahaya matahari yang terang. Sayangnya kehidupan nyata tak sesederhana itu. Ia terus melangkah menuju lobi, langkahnya bergema di lantai marmer yang mengkilat itu, kemudian ia mendorong pintu utama dan menemukan bahwa dalam kehidupan nyata, hujan turun dengan derasnya. Sambil menundukkan kepala, ia berlari menuruni tangga, berhenti sebentar untuk membeli payung dari salah seorang penjual yang sepertinya selalu dapat meramal cuaca lebih baik dari peramal cuaca itu sendiri, kemudian menuju hotel di mana ia menginap.
Next30 Carl Kressman mengangkat tulang tuanya yang telah letih dari tempat tidur lebih awal dari jam normalnya, kemudian naik ke menara rumah pantainya yang bergaya Florida untuk mengamati cuaca pada hari itu. Seperti biasanya, cuaca hampir sempurna: langit yang tak berawan, langit biru yang tak terbatas di sekitar Teluk, angin sepoi-sepoi yang lembut dan temperatur yang kira-kira sudah mencapai angka delapan puluhan Fahrenheit.
Kressman kembali lagi ke kamar tidurnya, mengenakan kimono mandinya dan melihat dirinya sekilas pada cermin panjang di pintu kamar mandi. Pada umur 75 tahun ia masih memiliki apa yang ia miliki pada umur dua puluhan tahun, kecuali sekarang sebagian dari tubuhnya perlu dipicu secara kimiawi atau mekanis. Viagra dan sepasang ramuan lainnya membuat salah satu bagian tubuhnya berdiri jika memang diperlukan"yang sebenarnya tak sesering itu, kalau boleh jujur"sebuah alat picu jantung yang menyerupai satu pak rokok ditanam di bawah kulit dadanya dapat menjaga jantungnya tetap berdetak. Untuk beberapa alasan, tidak seperti kebanyakan temannya, ia masih mempertahankan semua rambutnya"yang sekarang memang sudah berwarna putih"dan mengenakan lensa kontak trifokus yang dipasang dimata. Kulitnya berwarna lebih gelap berkat berjemur dibawah sinar matahari, ia pun sehat dan bersemangat tinggi, berpikiran sehat dan kaya seperti Croesus. Apa lagi yang bisa didambakan seorang pria"
Lelaki tua berkulit gelap itu menuruni tangga melingkar yang menuju ke lantai utama, kemudian berjalan menuju dapur yang serba putih dan menuang secangkir kopi dan mesin pembuat kopi otomatis. Sambil berdiri di samping tempat cuci piring dan menatap kolam renang besar di belakang rumahnya, ia menggelengkan kepala, menikmati rasa kopinya yang lezat dan harum. Hidup sungguh merupakan sesuatu yang aneh; ada kalanya ia menghitung hidupnya dalam beberapa menit. Berpikir untuk menghabiskan sisa hidupnya yang panjang di tempat seperti itu, dengan pantai, kolam renang dan mesin yang membuat kopi untukmu sebelum kau bangun. Hidup juga terlalu sulit untuk dipahami. Ia telah melalui berbagai peperangan, angin topan dan bencana lainnya yang tak terhitung dan mengalami lebih banyak daripada sekedar selamat"ia telah berhasil. Ia menertawakan hal itu sekeras-kerasnya. Saat umur dua puluh tahun ia hampir tidak pernah mendengar udang dapat dinikmati jika disajikan satu per satu, dan pada akhirnya sedikit potongan makanan kecil yang menakjubkan itu dapat membuatnya menjadi kaya.
Kressman menghabiskan kopinya, mencuci mug kecilnya di tempat cucian piring, lalu menaruhnya di rak agar kering. Ia melewati ruang tamu, kemudian keluar melalui sekat pintu ke serambi yang tertutup dan melangkah turun ke kolam renang. Sejumlah orang menggodanya karena memiliki kolam renang. Sejumlah orang menggodanya karena memilik kolam renang sementara rumahnya hanya berjarak lima puluh kaki dari Teluk Meksiko, tetapi bagaimanapun ia memang menikmati kenyamanan tersebut. Kolam renang itu telah diisi oleh air asin yang disedot dari teluk, disaring dan dipanaskan hingga delapan derajat, baik malam atau siang. Tidak ada ombak yang dapat mengganggu olahraganya dan tidak ada aliran air atau pasang surut yang harus dihadapinya.
Ia berjalan di sepanjang sisi kolam renang, melepas sandalnya di kaki papan loncat dan mengambil kacamata hitamnya dari keranjang plastik kecil yang ia simpan di sana. Ia beranjak menuju ujung papan, melompat dua kali, lompatan pendek, kemudian melompat ke udara, meluncur ke dalam air yang berdesis seperti seorang perenang profesional yang merasa nyaman berkat latihan sejak lama.
Kressman memulai berputar-putar seperti biasanya, pikirannya menjadi jernih ketika ia melakukan rutinitasnya dalam berganti-ganti gaya renang, yaitu gaya bebas dan gaya dada. Ketika ia berenang ia membebaskan pikirannya, kenangan akan kehidupanannya, tahun-tahun yang menyenangkan bersama istrinya"yang sekarang telah wafat akibat penyakit kankernya yang menyakitkan namun teramat singkat"dua anaknya, laki-laki dan perempuan, sekarang salah satunya menjadi seorang dokter, yang lainnya menjadi seorang profesional di New York. Ia memikirkan bisnisnya, mengambil setengah lusin udang lama dari Pantai Fernandina, membuatnya terlihat segar kembali dan mengolahnya, setengah lusin menjadi seratus, seratus menjadi segudang udang beku yang terbungkus, satu gudang udang kemudian menjadi salah satu perusahaan makanan hasil laut yang terbesar di Selatan. Ia berinvestasi pada bisnis perumahan di Pantai Alabama dan menjadi lebih kaya lagi.
Demikianlah, hingga ia dapat berenang di kolam renangnya di awal pagi, sendiri dengan kenangannya. Ia telah mencapai akhir rutinitasnya, melakukan satu putaran lagi, lalu mengapung menggunakan punggungnya selama satu atau dua menit, menatap langit pagi yang cerah, berpikir untuk menikmati sarapan pagi yang lengkap di Nolan"s yang baru diperbaiki, setelah dihantam angin topan, dan kembali berbisnis dengan kondisi yang jauh lebih baik. Steak, telur dan kentang goreng, sekali-kali masa bodoh dengan kolesterolnya. "Liegt der Bauer unterm Tisch, war das Essen nimmer frisch!" seperti yang ayahnya selalu katakan padanya.
Ia mengempaskan tubuhnya ke depan, memijak air sebentar dan kemudian mengayuh ke depan sampai kakinya menyentuh bagian kolam yang dangkal. Ia melangkah ke depan, menerobos air dengan gerakan lengannya dari satu sisi ke sisi lain, hampir tidak merasakan sayatan pecahan kaca yang pertama di telapak kakinya. Pada langkah yang ketiga ia sadar bahwa ada yang salah; seperti kebanyakan orang seumurnya, Kressman menderita dua jenis diabetes dan telah kehilangan rasa di kakinya. Ia melihat sekeliling dan mendapati air di sekitarnya berubah menjadi merah muda.
Satu langkah lagi, dan justru menjadi langkah yang mematikan, senjata yang tersembunyi mengiris otot achilles kanannya. Ia berjalan sempoyongan, kemudian jatuh, lengannya terbuka lebar. Salah satu tangannya telah tertusuk dan betis kirinya pun tergores. Kressman, mulai mengalami guncangan jiwa, mengetahui bahwa ia sedang berada dalam kesulitan yang mengerikan. Selain diabetes, Kressman juga menderita sejumlah penyakit jantung ringan, semua itu membutuhkan bahan pengencer darah. Salah satunya adalah Coumadin"juga dikenal sebagai Warfarin, racun tikus yang sangat kuat. Banyak sayatan seperti yang telah ia alami dan di dalam air hangat bisa dengan mudah mengakibatkan banyaknya darah yang keluar"pendarahan parah hanya dalam beberapa menit.
Ia merayap ke depan, berusaha untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan diri keluar kolam itu. Tangan lainnya pun telah terpotong, jari telunjuknya hampir terbelah. Ia berteriak sehingga mengeluarkan gelembung udara di dalam air dan jatuh ke satu sisi, ia tertikam dua kali lagi, yang pertama pada tulang rusuknya di sisi kanan, mengiris daging tipisnya hingga ke hati, potongan kaca yang kedua menanduknya hingga paha, potongan kaca yang kedua menanduknya hingga paha, membuka urat nadi pada tulang paha yang dekat dengan selangkangannya.
Ia berteriak lagi, setengah mulutnya berada di dalam air dan ia mulai tersedak. Ia mencoba untuk berguling dan gagal, tangannya yang tercabik-cabik memukul-mukul, berusaha untuk menemukan pegangan di dasar kolam yang justru hanya menambah rasa sakitnya. Ketika nadi yang sobek di kakinya menuangkan darah segar, air di sekitarnya berubah dari merah mudah menjadi merah tua. Matanya berputar ke atas dan ia perlahan-lahan terguling, wajahnya tenggelam dalam air. Tidak lama kemudian ia meninggal dunia, baterai di dalam alat picu jantungnya masih memicu jantungnya dengan listrik setiap beberapa detik dan mulai tidak bereaksi, alat tersebut masih menghentak secara tidak teratur di dalam dada orang yang telah tiada.
Next31 Sersan Detektif Bobby Izzard"juga dikenal sebagai Izzy semenjak hari-harinya bermain bola kotak di atas trotoar yang sibuk di luar apartemennya di daerah Queens"mempelajari menu prasmanan makan pagi di lantai bawah Zeke"s Down Under, kemudian ia memenuhi piringnya dengan telur dadar, daging babi asap, beberapa gorengan, beberapa tiram di goreng, satu sendok setengah Royal Reds yang diasinkan, dan sejumlah nasi untuk menyeimbangkan semuanya itu.
Seperti halnya dengan setiap orang yang menjadi polisi di pesisir teluk itu, perutnya membuncit diatas ikat pinggangnya dan mungkin perutnya itulah yang akan menghabisi nyawanya, dengan bantuan bir, rokok, dan menonton pertandingan sepak bola pada hari Minggu alih-alih memainkannya. Tetapi sebetulnya, ia sama sekali tak peduli. Dengan begitu, ia membebaskan dirinya dari istrinya yang bawel, musim dingin New York, kasus pembunuhan yang membukit yang tidak pernah berkurang, dan rasa sakit yang melilit di ususnya yang sedang mengancaam untuk berubah menjadi borok, atau barangkali sesuatu yang lebih buruk. Di Gulf Shores, Alabama, dibandingkan semua tempat di duna, ia menemukan surga, dan kesenangannya yang paling utama adalah makan pagi di Zeke"s Down Under.
Sudah barang tentu memang surga. Awalnya, banyak orang yang meninggal dunia di Gulf Shores, itulah mengapa terdapat sebuah rumah pemakaman 24 jam di dalam kota dengan penduduk lima ribu orang dan dua lagi di dalam kota Foley, tepat di pinggir jalan. Meninggal dunia, ya"dibunuh, tidak. Hampir semuanya meninggal dunia karena sudah tua, hampir semuanya telah ditangani oleh dokter, dan tidak ada satupun dari mereka yang menarik perhatian Izzy.
Sebagai bagian dari tim detektif yang terdiri dari tiga orang, Bobby Izzard menghabiskan waktunya untuk mengejar pencuri dompet, kadang-kadang penipu ulung yang sedang mencoba menguras habis uang tabungan seorang wanita tua, dan orang yang hilang, kebanyakan dari mereka ternyata adalah penderita alzheimer yang berkeliaran. Suatu hari selama musim narkoba"ketika pupulasi kota berkembang tiga kali lipat dan bahkan empat kali lipat karena orang dari Utara berduyun-duyun menghuni kembali kondominium mereka"Izzy akan menyertakan dirinya dalam regu penolong angkatan laut, menggunakan kapal penjelajah yang besar untuk mencari perahu yang sedang mengapung dan mengganggu perahu yang mungkin akan menyelundupkan satu dua pak narkoba, namun selama tiga tahun ia mengabdikan diri untuk melindungi dan melayani masyarakat Gulf Shores, Alabama, ia telah tidak pernah menarik picu senapannya, hanya dua kali menampar orang dan belum pernah ada orang yang mengangkat tangan atas suruhannya.
Dan itu yang sangat ia sukai. Ini bukan NYPD Blue atau Law & Order atau CSI atau bahkan Kojak. Ini adalah Guls Shores, Alabama, tempat tinggal hewan peliharaan, kursus minigolf dan tempat pemancingan ikan hiu. Gulf Shores yang penuh dengan lemak, siapa yang peduli" Dimana kematian hanya masalah jantung yang berhenti berdetak setelah bermain minigolf bersama temanmu di Pirate Cove. Kalaupun ada orang yang terbunuh, itu pasti di Mobile atau Pensacola, dan itu sama sekali bukan urusannya.
Ia mengambil seteko kopi sambil kembali ke mejanya, duduk sambil memandang marina dan dermaga, lalu memulai kegiatan seperti biasaya. Terlalu pagi bagi kebanyakan orang. Ia menguasai tempat itu sendiri, meski terdapat beberapa kapten yang sedang menjaga perahu sewaannya dan sekelompok wisatawan tua yang berjalan terhuyung-huyung, yang mengenakan T-shirt kuning dan topi petani untuk menjaga sengatan matahari. Untuk beberapa menit.
Ia baru saja membuka Royal Red-nya yang pertama dan sedang mengaduknya di sekeliling bumbu yang mengandung gula ketika dari sudut matanya ia melihat Kenny Frizell. Kenny adalah seorang pengusaha yang ambisius, penduduk lokal, dan"Tuhan berkatilah ia"Kenny adalah partnernya, orang kedua dalam regu investigasi yang dibentuk oleh Biro Detektif Gulf Shores. Orang yang ketiga adalah pawang K-9, anak muda yang baik bernama Earl Ray Pasher yang kecintaannya hanya pada El Kabong, anjing pelacak berdarah Amerika yang besar, berliur dan suka menyeringai.
Kabong paling senang mengendus-endus di sekitar mayat korban banjir yang membengkak, sekoper penuh kokain, sebuah rumah yang menanam ganja hidroponik, atau memberhentikan trailer di jalan yang sebenarnya merupakan laboratorium pembuatan obat terlarang. Kabong ahli dalam pekerjaannya; ia dan Pasher sering dipinjam pihak lain di Alabama bahkan di luar Alabama, namun tak satu pun dari keduanya yang sering di tempat. Apa pun yang terjadi di Gulf Shores pasti tercium oleh keduanya.
Kenny menyerupai karakter film kartun dengan pakaian lengkap. Ia memiliki rambut merah wortel dengan potongan angkatan laut, badannya seperti Popeye dengan steroid dan wajah mirip Howdy Doody, walau ia tidak cukup tua untuk mengingat boneka yang dulu terkenal itu. Hanya ada satu alasan mengapa ia menjadi seorang kopral dan detektif, karena ia menghabiskan waktu dua tahun untuk meraih gelarnya di jurusan hukum kriminal di Faulkner State Community College, kampus di Gulf Shores. Kenny tidak berhenti di depan meja prasmanan"bahkan sama sekali tidak tergoda. Bahkan ia tidak mengambil segelas kopi. Kenny hanya datang dengan sepatu hitamnya yang besar, semua bintik di sekitar pipinya tampak bermunculan. Tidak seperti Izzy, yang setelah tiga tahun berjemur di bawah sinar matahari kulitnya berubah seperti teh cokelat yang manis, Kenny hanya terbakar. Ia selalu terlihat seperti baru keluar dari kobaran obor yang menyala atau keluar dari oven pizza. Melihatnya datang, Izzy mulai kehilangan nafsu makannya. Kenny terlihat serius. Lebih buruk dari itu, ia terlihat cemas.
Detektif muda itu duduk di seberang partnernya.
"Kita dapat masalah, Iz."
"Oh, tidak, kau yang dapat masalah. Kau belum mengatakan padaku apa yang terjadi, jadi aku masih bisa menikmati makan pagiku." Ia mengambil selembar daging babi asap, membalutnya di sekeliling Royal Reds berbumbu dan memasukkan sepotong kecil ke mulutnya, mengunyah dan meniru gaya Homer Simpson, yang hampir selalu membuat Kenny tertawa. Tetapi tidak kali ini.
"Kita menemukan tubuh di kolam renang."
Izzy menarik napas panjang. Kenny seperti ingin mengamalkan semua pendidikan yang dijalaninya dulu, maksudnya adalah ia selalu berputar-putar dulu sebelum sampai pada pokok persoalan.
"Pasti sudah menjadi mayat."
"Ya." "Sudah tua?" "Ya." "Jadi, kenapa" Orang yang sudah tua dapat tenggelam di kolam renang kapan saja."
"Ia tidak tenggelam. Aku rasa tidak. Sepertinya orang itu mati karena perdarahan yang terjadi di dalam kolam renang. Ia mengambang, menghadap ke atas, dan airnya berwarna merah." Menghadap ke atas terlihat agak aneh. Mengambang secara alami biasanya membuat badan terputar.
"Ia di bagian yang dalam atau yang dangkal?"
"Dangkal." Hal itu dapat menjelaskannya. Ia mungkin terjatuh ke dasar kolam renang.
"Apakah sudah ada yang memanggil Maggie?"
"Maggie sudah dalam perjalanan."
Gulf Shores cukup beruntung memiliki pemeriksa mayat daerah yang tidak hanya seorang dokter tetapi juga seorang ahli patologi, bekerja di kamar mayat di Pusat Medis Daerah Baldwin yang berada di Jalan Foley, sepuluh menit berkendara di Route 59. Maggie baru berusia awal lima puluhan, seperti Izzy, tetapi ia memiliki pantat seperti gadis berumur delapan belas tahun dan ia menyadarinya, yang bagi Izzy bagus sekali.
"Ambeien, mungkin?" Izzy berpendapat.
Mulut Kenny menyilang di atas sambil mengerutkan dahi dan memandang aneh. Seseorang yang berpendidikan tidak akan bercanda mengenai korban pembunuhan. Sementara Izzy, sebaliknya, bahkan kadang bercanda tentang angka kematian pejalan kaki yang tidak lazim saat menyeberangi jalan di Gulf Shores"sebagian besar buta atau membawa tongkat"menghitungnya sebagai kematian yang terjadi di jalan. Laki-laki itu adalah tupai, wanita adalah berang-berang. Bagi Izzy kematian karena kekerasan merupakan pekerjaan; bagi Kenny justru suatu panggilan.
"Aku pikir ini adalah pembunuhan," kata Kenny, suaranya penuh dengan misteri.
"Kenapa?" tanya Izzy. "Orang mengalami perdarahan karena beberapa sebab. Mungkin ia menderita kanker paru-paru atau penyumbatan pembuluh darah atau yang semacamnya."
"Penglihatannya pasti lemah, atau matanya rabun."
"Apa hubungannya?"
"Ada pecahan botol di dasar kolam."
"Botol?" "Ya, sepertinya ada yang mengambil sebuah botol dan memecahkannya, kemudian meletakannya di dasar kolam. Penglihatanku baik, namun aku hampir tak melihatnya. Beratus-ratus jumlahnya. Sepertinya ia sedang berenang dan mulai berjalan ke arah yang dalam kemudian tersayat ... sangat parah. Tidak perlu panjang lebar menjelaskan betapa pecahan kaca yang panjang itu dapat membuat lidahnya terjulur dari mulutnya. Itu bukan kecelakaan."
Izzy menyesap kopinya kemudian mengeluarkan Zippo dan Marlboro-nya dan mengisapnya dalam-dalam. Ia memandang piring makan paginya. Ia merasakan gelembung asap bergerak dengan susah payah melewati tenggorokannya. Ia harus merelakan sesuatu yang ringan, mungkin tiram. Ia bernapas panjang lagi dan membiarkan asap rokok itu keluar.
"Baiklah. Kau benar, Kenny. Pecahan kaca sepanjang satu kaki yang membuat lidah menjulur keluar dari mulut seorang laki-laki tua memang terlihat bukan seperti sebuah kecelakaan, bahkan di Gulf Shores." Ia menarik kursinya menjauh dari meja dan berdiri. Gelembung asap memecah. "Lebih baik kita pergi melihatnya."
Next32 Finn Ryan menjauh dari komputer di kantor Ex Libris, menjepit hidungnya di antara ibu jari dan jari telunjuknya seraya menutup mata. Di tangan kanannya terdapat setumpuk kertas yang telah dirobek-robek yang berasal dari sebuah buku catatan berwarna kuning yang menunjukkan usahanya semenjak beberapa jam yang lalu. Ia duduk, menguap dan menepuk-nepuk halaman tersebut, mencoba untuk berkonsentrasi. Setengah pikirannya kembali pada kenangan yang kabur akan Michael. Mungkin hanya ada perbedaan umur diantara mereka, tetapi ia tahu apa pun yang mereka miliki bersama tidak akan berlangsung lama, walau bagaimanapun.
"Fionna Katherine Ryan, kau berpikir terlalu banyak." Ia melihat kertas kuning ditangannya, terfokus. Siapa lagi yang ingin memulai sebuah hubungan intim dengan seorang pria yang setidaknya dua puluh tahun lebih tua darinya di tengah-tengah investigasi satu atau dua pembunuhan dan mencoba tidak terbunuh dalam proses tersebut" Semuanya disebabkan oleh guratan tangan seorang genius di perkamen lima ratus tahun yang lalu. Sepertinya tidak nyata, namun kemudian ia mengingat bau menyengat yang berasal dari darah yang menyebar di udara yang merupakan pertanda bahwa Pete telah dibunuh, dan serangga hitam yang seakan mengetahui kejadian aneh mengenai pembunuhan itu berputar-putar di udara seakan menunjukkan kematiannya. Sangat nyata.
Ia memulai penyelidikannya dengan melihat situs web Greyfriars. Ia agak terkejut karena situs tersebut bagus, berbasis grafis, dan sangat canggih. Ia mengharapkan sesuatu yang lebih sederhana, halaman yang sederhana dengan Times New Roman, dengan lambang perisai di ujungnya. Lambang tersebut berada disana, gambar yang samar-samar menakutkan, perisai yang dibelah dua oleh sebuah garis dari kiri ke kanan dengan tiga tanaman liar di kanannya dan seekor angsa hitam dengan dua salib Malta di bagian kirinya. Kata Greyfriars dan moto berbahasa Latin, Mens Agitat Moelem, dituliskan diatas perisai. Sebuah kalimat berbahasa latin lainnya, Aut Inveniam Viam Aut Faciam, dibawahnya bergerak dari kiri ke kanan. Moto yang pertama berarti Pemikiran di Atas Persoalan, dan yang kedua"jika diterjemahkan secara kasar"berarti: Aku akan Menemukan Jalanku atau Menciptakannya.
Menurut sejarah sekolah yang ditulis di situs tersebut, moto Pemikiran di Atas Persoalan sesuai dengan tujuan awal sekolah tersebut. Sekolah yang dibangun pada tahun 1895 oleh seorang menteri Calvinist bernama George Haverford. Hal pertama yang dilakukan adalah memindahkan murid laki-laki dari godaan lawan jenis ke lingkungan yang terisolasi dimana mereka dapat mengalihkan perhatian mereka pada konsep kemaskulinan Teddy Roosevelt dalam segala hal"terutama olahraga, pelatihan militer dan kehidupan akademis yang keras. Ditambah lagi dengan mandi air dingin dan pelajaran agama yang kuat. Sebuah sekolah yang amat dicintai para orang tua. Namun sebenarnya di balik itu berarti "Anak harus diperhatikan, bukan didengar pendapatnya?"dan diperhatikan sejarang mungkin. Dari segala seginya, Finn melihat sekolah tersebut adalah hal terburuk yang ia pernah dengar tentang sekolah-asrama Inggris.
Menyelidiki situs-situs dan menggunakan mesin pencari pribadi Valentine yang rumit, yang bernama ISPY-XRAY, Finn menemukan beberapa situs, beberapa di antaranya diprakarsai oleh mantan murid-murid Greyfriars dan sisanya hanya sampah-sampah informasi yang standar yang mengisahkan berbagai hal yang berbeda-beda. Dengan pengamatan lebih dekat, sepertinya Greyfriars menyuguhkan gambar-gambar yang terlalu minim untuk ukuran sebuah situs web. Menurut apa yang telah ia temukan, "kemaskulinan" sekolah itu telah menggiring hampir setengah alumni dari abad kesembilan belas, untuk dihabisi di perbatasan Belgia dan Prancis. Ada pula beberapa murid lainnya yang jumlahnya tidak diketahui pasti, bunuh diri. Penindasan senior atas junior membuahkan paling tidak satu kematian dan beberapa tuntutan hukum sebelum kejadian tahun 1929 yang hampir membuat sekolah tersebut bangkrut. Bukan rentetan tututan hukum yang akhirnya membuat sekolah itu gagal, tertimbun utang, dan lebih terkenal karena reputasinya yang buruk, melainkan Depresi Hebat. Pada tahun 1934 sekelompok alumni membeli sekolah tersebut, yang apda saat itu sudah berada di tangan pengadilan. Dari kenyataan yang satu itu, Finn menyadari petunjuknya yang pertama; sejumlah nama pengurus Greyfriars yang baru. Terdapat dua belas nama namun enam nama pertamalah yang menarik perhatiannya:
Alfred Andrew Wharton Lauder J. Cornwall Admiral Tobias Gatyy Jonas Hale Parker III Orville Dupont Hale Jerome C. Crawley Tak mungkin sebuah ketidaksengajaan; sama sekali tidak. A.A. Wharton diasumsikan sebagai kakeknya kepala sekolah saat ini; Lauder Cornwall pasti ada hubungannya dengan James Cornwall, mendiang direktur Parker-Hale; Jonas Parker dan Orville Hale adalah keturunan pendiri museum; Tobias Gatty sudah barang tentu berhubungan dengan sang Kolonel; dan Jerome C. Crawley berhubungan dengan Alexander Crawley. Tak ada ketidaksengajaan, namun tak ada hubungan yang jelas juga. Apa hubungannya enam pengurus sebuah sekolah di tahun tiga puluhan dengan serangkaian pembunuhan yang terjadi sekarang ini dan sebuah robekan halaman buku catatan dari setengah milenium yang lampau" Misteri tetap misteri, namun yang ini terlalu dekat dengan kemustahilan.
Finn menengadah, mengangkat wajah dari catatannya dan melihat sekeliling ruangan yang didekorasi dengan gaya Sherlock. Ia samar-samar teringat sesuatu dari kisah Shcerlock Holmes yang dibacanya, "Jika kau menyingkirkan yang tak mungkin, yang tersisa, meski mustahil, pastilah kebenaran." Jadi, jika sang detektif yang sangat disegani itu mesti diikuti, maka semua itu pasti ada hubungannya; hanya saja ia tak melihatnya. Dua jam kemudian ia habiskan di hadapan layar komputer walau tak membuat petunjuk itu menjadi lebih jelas; bahkan penyelidikannya atas nama-nama tersebut dan hubungan mereka hanya membuat segalanya lebih membingungkan.
Dengan menggunakan mesin pencari ISPY, Google, dan mesin pencari lainnya yang muncul dalam benaknya, Finn menyelidiki bukan hanya enam nama pertama dalam daftar yang dimilikinya, namun juga sisanya, mencari fakta yang mungkin ada dari tahun 1934. Bukan seperti sekolah-sekolah lainnya, salah satunya Phillips Andovers di Massachusetts"dengan alumni yang beragam mulai dari pencipta tokoh Tarzan hingga aktivis hak-hak kaum gay dan beberapa Presiden Amerika Serikat belakangan ini"Greyfriars sepertinya mengkhususkan diri pada orang-orang dibawah radar publik. Kedua belas orang yang mengambil alih kepengurusan sekolah tersebut pada tahun tiga puluhan itu tak ada yang benar-benar "bermutu tinggi." Parker dan Hale hanyalah pewaris kekayaan keluarga dan bukan penciptanya, seperti seorang Cornelius Vanderbilt atau seorang John D. Rockefeller. Gatty hanyalah seorang laksamana muda, dan kapal yang akhirnya menggunakan namanya adalah sebuah kapal pengangkut Liberty, bukan kapal perang atau kapal pengangkut pesawat terbang. Jerome Crawley, seorang pengacara, pernah bekerja dengan Bill Donovan, orang yang menggagas OSS, cikal-bakal CIA. Kedua belas pengurus tersebut memang seperti itu: senator namun tak pernah jadi gubernur atau presiden, sekretaris daerah namun bukan sekretaris negara bagian, wakil direktur CIA namun tak pernah menjadi direkturnya. Sebenarnya, dalam hal pemerintahan, para pengurus dan keturunan mereka yang mengikuti jejak mereka tak ada yang bersentuhan langsung dengan politik: juru tulis hakim pengadilan tinggi namun tak pernah terlibat skandal dan tak pernah jatuh. Seakan-akan memang direncanakan demikian, dan setelah beberapa saat, Finn mulai melihat polanya; para pengurus dan keturunannya bukanlah penggerak atau penggagas, mereka adalah birokrat dan orang yang beruntung"orang-orang yang memegang kekuasaan sesungguhnya, dan memegangnya dalam waktu yang lama. Seorang presiden berkuasa selama empat tahun, delapan tahun paling lama; namun seorang senator dapat bertahan hingga setengah abad jika pandai dalam mempertahankan posisinya. Seorang pengusaha dapat mengumpulkan anggota dewan dengan mudahnya, sebagian orang mengetahui siapa dia atau pengaruh yang dimilikinya. Kepentingan diatas ego. Kekuatan dengan kekuasaan. Sebenarnya semua itu lebih cepat menjadi moto sekolah tersebut.
Satu-satunya informasi lain yang dapat ditemukan oleh Finn adalah fakta bahwa kedua belas pengurus tersebut membeli sekolah itu dengan bantuan sebuah lembaga yang disebut Carduss Club. Carduss, kemudian ia ketahui, adalah sebuah kata dalam bahasa Latin yang berarti "tanaman liar", yang mungkin ada hubungannya dengan gambar tanaman liar pada lambang sekolah itu. Disamping itu, juga bisa berarti sebuah sekte ateis pemuja setan. Sepanjang yang ia pahami, Carduss Club tak ada lagi sejak tahun 1945. Ia tak lagi menemukan data tentang perkumpulan tersebut setelah tahun itu. Ketika menyelidiki situs itu lagi, ia menemukan bahwa segala yang tertera di sana merupakan hak cipta LLC, Asosiasi alumni Greyfriars"yang, ia kemudian temukan, sebenarnya adalah sejumlah pengurus yang bergabung dalam Delaware karena beberapa alasan.
Pada titik itu, Finn menyerah total. Semuanya terlalu membingungkan. Ia melihat jamnya, menyadari bahwa ia telah bekerja hampir seharian penuh, kemudian ia mengumpulkan kerta-kertasnya. Mungkin segalanya ini lebih baik dipecahkan oleh Michael. Sambil berpikir begitu, ia tersenyum. Sekarang ia memikirkan Michael dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Ia sekarang menjadi seorang kekasih, korban serangan tiba-tiba, sekaligus seorang buronan, hanya dalam tujuh puluh jam. Ia berdiri, meregangkan tubuhnya, kemudian melangkah di lantai atas Ex Libris yang suram dan naik menuju ruang teratas.
Ia naik lift, beribu fakta dan perasaan berputar-putar di dalam kepalanya. Ia pun tiba di bagian teratas gedung itu, menunggu hingga lift berhenti dan terbuka. Ia melangkah keluar dari lift berhenti dan terbuka. Ia melangkah keluar dari lift dan memasuki ruangan kecil yang terang itu, yang menuju ruang tamu. Di belakangnya, pintu lift tertutup secara otomatis. Ia berhenti, jantungnya berdegup kencang, kepala sudah secara otomatis menghapus berbagai pikiran yang ada kecuali satu pikiran yang sederhana: waktu ia turun beberapa jam sebelumnya, lampu ruangan kecil itu belum dinyalakan. Dari arah belakang sana, entah dari mana sebelah mana tepatnya, terdengar suara gelas pecah.
Next33 Bobby Izzard mengisap rokok dan berkeliling di kediaman Carl Kressman, memasuki setiap ruangan di rumah patai yang didekorasi dengan sangat mahalnya itu, membuka laci-laci, dan mencari-cari di lemari. Maggie dan asistennya telah memasukkan jenazah Kressman ke kantong mayat dan menutupnya kemudian membawanya dengan mobil van berjam-jam yang lalu. Kenny Frizzel masih berada di luar di dekat kolam renang, mengumpulkan pecahan botol dengan jala dan dengan metode tertentu memasukkan pecahan-pecahan tersebut ke kantong bukti, masing-masing dengan tanda pengenalnya sendiri yang di isi dengan amat hati-hati oleh sang detektif muda. Izzy sendiri di dalam rumah kosong itu, cahaya masuk melalui tirai dan jendela yang mengarah ke serambi depan, mengisi ruangan dengan cahaya keemasan. Mereka telah mencari sidik jari korban melalui piring-piringnya. Setahun penuh dihuni, tak ada narkoba, tak ada catatan, tak ada kekerasan, nihil.
Rumah Kressman merupakan "pondok" di Gulf Shores yang klasik dan bergaya lama, meskipun sebenarnya masih baru. Serambi tertutup dan bertirai mengitari lanti dasar rumah itu, lantai dua terdiri atas sebuah kamar utama dan sebuah kamar tamu, juga sebuah tangga memutar dari kamar utama hingga atap rumah, yang dibuat seperti menara bel sekolah.
Di lantai utama terdapat sebuah ruang tamu dan ruang makan yang mengarah ke pantai dan teluk. Sebuah dapur di dekat ruang makan, dan dibelakangnya ada sebuah kamar kecil yang mengarah ke kolam renang. Di seberang koridor, terdapat ruang belajar yang luas. Kamar, ruang belajar, dan koridor itu mengarah ke kolam renang.
Bahkan orang yang tak tahu menahu akan identitas korban pasti akan langsung paham statusnya ketika masuk dari pintu depan, atau bahkan jauh sebelumnya. Mobil yang diparkir di garasi adalah Mercedes S-class dan furnitur dalam rumah itu bergaya Edwardian yang antik dan mahal. Kressman punya uang banyak. Seperti furniturnya, semua karya seni yang terpajang di dinding sepertinya bernilai tinggi, kanvas-kancas yang di lukis dengan cat tebal dan dibingkai dengan emas. Izzy tak tahu banyak tentang seni, namun hampir semua karya seni yang ada di situ tercium mahal, seperti bau kulit sehalus mentega di dalam Mercedes Benz di garasi rumah itu.
Kressman juga tidak bodoh. Ada alarm yang kelas satu yang dihubungkan dengan kantor polisi Clubhouse Road, bukan kantor polisi yang kosong melompong di pusat perbelanjaan dan hanya berisi sebuah alat rekam yang lagi-lagi mengulang-ulang informasi bahwa semua polisi disana sedang mendapat tugas luar. Dengan harga yang harus dibayar orang tua itu untuk pemasangan alarm di pondoknya, bisa saja muncul serombongan polisi tiga puluh detik setelah ada seseorang yang mengembuskan napas dengan kuat diatas lukisan-lukisannya yang berharga itu. Bukan hanya itu, ternyata semua karya seni itu pun terikat di dinding.
Izzy kemudian menjelajahi dapur, mengawali pengamatannya dari lemari es. Awalnya lemari es itu terlihat besar, namun kemudian ternyata isinya hampir kosong. Pembuat es otomatis dan sebuah botol dingin dengan label putih yang bertuliskan Flagman vodka. Barang-barang mahal.
Di bawah, terdapat beberapa karton yang sudah dibuka, salad yang terbungkus dengan rapi, dan bir yang sebagian besar keluaran Schultheiss Berliner Weisse yang mungkin biaya kirimnya jauh lebih besar daripada harga segelas bir tersebut di Jerman. Yang Izzy tahu, itu adalah birnya.
Ia tak ragu barang sejenak. Ia mengambil satu botol dan membukanya. Ia menyesapnya perhalan. Seperti emas tua. Gambar pada labelnya menunjukkan seorang wanita dengan parasol berjalan di jalan raya tiga lajur. Bahkan gambar pria di label itu ketinggalan zaman. Izzy mendesah riang, bersendawa kecil dan melanjutkan acara kelilingnya, sambil berhati-hati menyimpan botol itu dalam saku jaketnya.
Ia bergerak ke ruang belajar. Ukuran yang pas, mungkin 4,5 x 4,5 meter, dan sama sekali tak terlihat adanya sentuhan seorang wanita. Tirainya gelap, dindingnya ditutupi rak buku yang diisi dengan buku-buku dan bola dunia bergaya Queen Anne yang terbuka menunjukkan bar yang lengkap.
Marker"s Mark, Hennessy Five Star, Jack Daniel"s, Johny Walker Blue Label dan sepasang botol bir dengan merek yang susah diucapkan. Izzy menyeringai dan bertanya-tanya apa yang akan ditemukan Maggie ketika ia membelah lever Kressman. Ia membayangkan petugas forensik mungil yang hebat itu, lalu menyesap birnya dan melanjutkan penyelidikannya.
Koleksi gelas bir, koleksi mobil-mobilan mini, kapal dalam botol, meja tulis bergaya lama dengan penutup bagian atas yang dapat ditarik ke bawah. Terkunci. Sebelumnya, di ruang kerja, Kenny telah menemukan salah set kunci yang sekarang sudah berada dalam saku Izzy. Sersan detektif itu mengambil gelang penyatu kunci itu dan mencoba semua kunci satu per satu.
Hanya cukup tiga kali percobaan, maka ia pun dapat menarik penutup meja itu. Rapi. Sebuah jarum pentul, amplop-amplop dan pernik-pernik lainnya tertata rapi di tempatnya. Diatasnya terdapat sebuah laptop Acer Ferrari berwarna merah menyala, dilengkapi modern nirkabel, sangat futuristik. Izzy membuka laptop itu dan menyalakannya, kemudian menghabiskan lima menit melihat-lihat file orang tua itu. Sebagian file itu diproteksi dengan kata sandi.
Ia berdiri, beranjak menuju serambi dan memanggil Kenny untuk menggunakan jari-jari ajaibnya pada mesin itu, kemudian keatas, ke kamar tidur. Tak ada satu petunjuk pun di kamar tamu, tak ada pula yang menarik perhatian di kamar mandi kecuali sederet obat-obatan darah tinggi dan sampo antiketombe. Ia melangkah ke kamar utama dan melihat sekeliling. Lebih banyak furnitur besar, termasuk sebuah tempat tidur berhias dengan empat tiang di setiap sudutnya yang mengingatkan Izzy pada sebuah adegan di film Scrooge yang masih hitam-putih, dimana ia terbangun dan sadar bahwa hari itu hari Natal.
Sebuah lampu gantung yang ketinggalan zaman bergelayutan dari langit-langit, juga ada sebuah pohon palem di sudut, begitu tingginya sehingga dedaunannya mencapai langit-langit. Karpet-karpet kecil bertebaran, tak ada karpet besar. Ayah Izzy bekerja sebagai kontraktor perumahan selama empat puluh tahun, dan bulu Izzy kerap menghabiskan liburan musim panasnya membangun rumah murah di setiap sudut New York dan New Jersey. Ia tahu benar kebobrokan apa yang dapat disembunyikan dempul langit-langit dan karpet murahan. Tidak disini: semua yang ada di sini berkelas tinggi.
Dinding dipenuhi lebih banyak karya seni lagi. Seperti lukisan yang ia lihat di lantai bawah, yang ini sepertinya terlihat sebagai hal yang lebih nyata, bahkan orang yang seperti dirinya dapat mengenali beberapa diantaranya. Bahkan seseorang seperti dirinya dapat mengenali karya si orang cebol, yang dilayarlebarkan. Selalu mengenakan topi pet dan menyukai pelacur"siapa namanya" Toulouse-Lutrec...ya, dia.
Lukisan yang masih belum diketahuinya di atas kepala tempat tidur, menunjukkan seorang pria dan seorang wanita, keduanya buruk rupa, berdiri di semacam koridor di tepi lantai dansa. Ada satu lagi dengan pria yang sama, pelacur jelek yang sama yang berdiri di hadapan sebuah bar yang sibuk. Ia kelihatan bosan. Begitu pula Izzy. Lukisan bukan barang yang menduduki peringkat teratas hadiah yang ingin diberikannya saat Natal.
Ia melangkah lagi dan memandang karya itu dari jarak yang agak jauh. Lukisan itu diikat ke dinding seperti yang lainnya. Jelek atau tidak, karya ini bukan sebuah karya yang didapat dari seorang pelukis kelaparan yang menjualnya di Holiday Inn. Alarm dan pengikatan ke dinding menyiratkan asuransi yang cukup besar. Sayang, salah satu dari semua karya itu belum ada yang dicuri. Bila begitu, paling tidak ia memiliki motif untuk diselidiki. Namun untuk mencuri salah satunya, sang pencuri harus mengeluarkan lukisan itu dari bingkainya dengan sebuah pisau serba guna, dan itu belum terjadi. Ia melangkah lagi mendekati laci panjang. Terdapat sebuah piring besar dengan berbagai barang pribadi diatasnya.
Rolex Daytona, sebuah penjepit uang dengan beberapa lembaran dua puluhan dan seratusan, uang logam, cincin merah muda dengan batu hijau besar diatasnya, sebuah dompet dan sebuah telepon genggam. Izzy tak tahu banyak tentang seni, namun ia tahu betul tentang jam tangan. Terakhir ia melihat sebuah jam tangan Dyatona, harganya berkisar sepuluh hingga sebelas ribu dolar. Ia menatapnya, menggelengkan kepala, lalu mendesah. Indah memang, namun harganya tetap tak masuk akal baginya. Tak ada perampokan. Orang itu dibunuh untuk alasan lain selain uang.
Izzy membuka dompet itu. SIM Alabama atas nama Carl Kressman, dimana terdapa tanggal lahir yang menunjukkan bahwa korban berusia 75 tahun. Tanggal dikeluarkannya SIM tersebut adalah lima tahun yang lalu dengan alamat di sini, yang berarti bahwa ia sudah tinggal di sini paling tidak selama itu. Ia membuka bagian dompet yang lain dan menemukan lima jenis kartu kredit yang berbeda-beda, kartu jaminan sosial, dan sebuah kartu perpustakaan Gulf Shores yang dilaminating. Terdapat pula sebuah kondom kulit domba yang tersisipkan di bagian dalam dompet. Di bagian belakangnya, ia menemukan SIM yang dikeluarkan di New York atas nama Karel Kress. Apa yang dilakukan orang yang memiliki dua nama dan dua SIM" Aneh, namun itu membuat perkara ini justru jadi jauh lebih menarik daripada sekedar kematian seorang yang sudah tua. Ia turun ke lantai bawah dan mencari Kenny, yang masih terpaku pada laptop Acer di ruang belajar.
"Menemukan sesuatu?"
"Orang itu kaya."
"Aku sudah tahu."
"Ia mengoleksi karya seni."
"Itu juga aku sudah tahun," jawab Izzy, melihat sekeliling ruangan, lukisan dimana-mana ..."
"Ia mendapatkan semua lukisan itu dari sebuah tempat di New York, Galeri Hoffman."
"Oh ya?" "Ya, dan ia membayar dalam jumlah yang besar, lihat."
Kenny mundur dan Izzy maju. Terdapat sederet nama dan angka di layar.
Boucher, Francois/fstra 2,870,000
Cezanne, Paul/fvort 9,430,000
Fragonard, jean-Honore/wsmhb 1,670,000
Gogh, Vincent van/fvwyb 11,624,000
Manet, Edouard/liaoc 2,800,000
Toulouse-Lautrec/lgwhp 10,000,000
Toulouse-Lautrec/tbdm 4,000,000
Daftar itu berlanjut hingga setengah lusin halaman. Paling tidak terdapat dua ratus lukisan, jauh lebih banyak dari yang ada di pondok ini. Hampir semua berharga lebih dari sejuta. Kenny menunjukkan kecanggihan program itu dengan memilih sebuah nama pada daftar tersebut dengan mengeklik kursor pada kode huruf yang aneh dan bergaris bawah.
Renoir, Pierre-Auguste/awlohe 750,000
Hampir seketika komputer itu menunjukkna foto digital sebuah lukisan seorang wanita bersandar pada tangannya dengan semacam latar belakang multiwarna, mungkin bunya.
Judul di bawahnya bertuliskan:
Algerian Woman Leaning on Her Elbow
(Wanita Aljazair Bersandar pada Sikunya)
1881 Tinggi: 41.3 m (16.26 in), Lebar: 32.2 cm (12.68 in)
Galeri Hoffman, New York 1995
Sebelumnya: Museum Seni Park-Hale 1993
Pemberian dari Yayasan Grange 1957
"Aku tak paham semua ini."
"Ini daftar lukisan."
"Kau pasti pikir aku benar-benar payah. Aku sudah tahu itu daftar lukisan, walaupun aku tak pernah sekolah tinggi."
"Daftar ini dihubungkan ke data-data yang ini melalui kode huruf ini."
"Kode huruf itu adalah singkatan judul lukisan. Itu aku juga tahu, Ken."
"Yang lainnya adalah yang kita sebut "asal-muasal."
"Kita?" "Nama tempat dari mana lukisan itu berasal, latar belakangnya dan sejarah penjualannya."
"Dan?" "Dan sejauh ini semuanya memiliki asal-muasal yang sama. Sejarah yang sama. Yayasan Grange memberikannya kepada Parker-Hale, yang menjualnya kepada Galeri Hoffman, yang kemudian menyalurkannya pada rakyat untuk koleksi pribadi seperti Kressman."
"Yang mati disayat-sayat di kolam renangnya sendiri."
"Menurutmu kedua hal itu ada hubungannya?"
"Banyak uang." "Tapi tak ada yang dicuri."
"Omong-omong kau bisa jumlahkan semua angka itu?"
"Sepertinya bisa." Kenny memainkan jari-jemarinya diatas keyboard komputer selama beberapa saat. Muncullah jumlah totalnya :
$273,570,000 "Milik satu orang?" Kenny keheranan. "Ya Tuhan."
"Sepertinya di air yang dalam ini kita kehilangan kedalaman, Kenny," kata Izzy. Kemudian ia tertawa. Kenny bahkan tidak menganggap hal itu lucu sama sekali.
Next34 Apartemen Eric Taschen terletak di lantai atas sebuah bangunan dari pertengahan tahun 1940 yang berada di Fifth Avenue, menghadap ke Central Park dengan pemandangan yang spektakuler ke arah Sheep Madow dan Ramble. Menurut pengamatan Valentine, apartemen itu cukup sederhana, terdiri atas lima atau enam ruangan, sebuah kamar tidur dan sebuah ruang belajar. Lokasi, pemandangan, dan karya seni yang terpampang di dinding-dindingnya dapat dipastikan berkelas atas. Tirai sutra Warhol John Wayne di dekat pintu masuk, karya Roy Lichstenstein hampir di seluruh dinding di ruang tamu, dan barang pecah-belah keluaran Julian Schnabel di hadapannya. Tak ada petunjuk sama sekali tentang kepengurusan apartemen ini, tak ada sentuhan wanita, tak ada pula hal-hal yang menunjukkan dengan jelas mengenai sentuhan pria. Kemungkinan, Taschen tinggal sendiri.
Taschen sendiri bertubuh ramping ,berpakaian rapi dengan kemeja sutra putihnya yang berleher terbuka dan jeans pesanan, kedua kakinya beralaskan sepatu santai, tanpa kaus kaki. Jam ditangannya terbuat dari stainless steel; tak ada perhiasan lainnya. Pria itu berusia sekitar lima puluh tahun, berambut hitam dengan warna abu-abu yang samar di kedua pelipisnya. Ia mencukur bersih bulu-bulu di wajahnya, wajahnya yang tak berkerut. Ketika ia bertemu dengan Valentina di pintu, ia mengenakan kacamata baca berbingkai merah dan memegang koran New York Times. Ia mengajak Valentine ke ruang tamu, mempersilakannya duduk disebuah sofa berjok kulit lembut, walau bukan sofa baru tampaknya, dan ia sendiri duduk di kursi berlengan yang juga berjok kulit, di hadapan keduanya terdapat meja berlapirkan kaa di bagian atasnya.
"Anda mengoleksi enam puluhan dan tujuh puluhan," ujar Valentine, sambil melihat ke arah lukisan Lichstenstein yang besar yang berada tepat di balik bahu Taschen. Kanvas itu menggambarkan sebuah sofa dan sebuah kursi yang tak sama dengan yang mereka duduki. Semacam candaan kecil; permainan kata sang kolektor karya seni. Taschen mengangkat bahu, lalu menjernihkan tenggorokannya.
"Ia meninggalkan jaring laba-labanya, meninggalkan ketakutannya,
Ia berlari ke kamarnya, Ia melihat betapa mekar bunga lilinya,
Ia melihat topinya dan bulu topinya,
Ia melihat ke arah Camelot,
Jaring laba-laba pun terbang, melayang jauh entah ke mana;
Kaca memecah dari sini ke sana;
"Kutukan itu pun tiba padaku," teriaknya
Wanita dari Shalott."
Ia menyeringai, "Jika kau hidup bersama William Holman Hunt, Burne-Jones dan yang lainnya di bagian yang lebih baik dari dekade itu, kau pasti ingin tak ingin meletakkan karya selain mereka di dinding."
"Anda masih bekerja sebagai seorang kurator?"
"Masih?" kata Taschen. "Maksud Anda di Parker-Hale?"
"Peter menghubungi Anda?"
"Kalau tidak, saya tak akan bertemu dengan Anda. Saya telah berhubungan lama dengan Galeri Newman. Menurutnya, Anda tertarik pada karya seni curian"jarahan perang."
"Tidak juga." "Lalu apa?" "George Gatty."
"Sama saja. Gatty membeli dan menjual karya seni curian; semua orang tahu itu."
"Apa hubungannya dengan Parker-Hale?"
"Sandy membeli dan menjual dari Gatty."
"Sandy ... maksud Anda Alexander Crawley?"
"Ya." "Kalian rekan kerja?"
"Karya kontemporer, ya."
"Kalau tidak salah, Anda hampir menduduki posisi Cornwall, namun Crawley menelikung Anda."
"Menelikung bukanlah kata yang paling tepat dalam menggambarkan situasi saat itu. Memfitnah jauh lebih tepat."
"Anda mengundurkan diri."
"Sungguh klasik bukan, mengundurkan diri sebelum dipecat?"
"Dengan alasan apa?"
"Tidak ada. Sungguh mengada-ada saja. Menurut Sandy hubungan saya dengan James Cornwall ... merugikan."
"Jadi, ia juga memfitnah Cornwall?"
"Begitulah. Hampir semua orang tahu kalau James gay, tapi tak ada yang peduli. Sebaliknya, berhubungan intim dengan direktur tampaknya sangat merugikan dalam kacamata hubungan masyarakat, humas."
"Itukah alasan Crawley?"
Konspirasi Langit Karya Unknown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Alasan yang sama yang digunakannya dengan dewan direksi."
"Benarkah alasan itu?"
"Apa pengaruhnya?"
"Buat saya tak ada, tapi seperti yang dikatakan para pengacara, apa motifnya."
"Siapa?" "Siapa pun yang membunuhnya." Valentine berhenti sejenak. "Saya rasa polisi menganggap Anda sebagai salah seorang tersangka."
"Pasti." Taschen tersenyum. Ia beranjak dan berjalan ke arah bar bergaya Art-Deco yang mungil dan berlapis logam hitam di bagian ujung ruangan. "Anda ingin minum?"
"Tidak, terima kasih," jawab Valentine. Taschen mengambil scotch dan kembali ke kursinya. Ia menyesap minumannya perlahan, tak berkata sepatah kata pun, melihat keluar melalui jendela besar yang mengarah ke taman. Valentine merasakan ketegangan itu dan ia pun dapat melihat kilatan mata Taschen. Kilatan kemarahan.
"Saya punya alibi," ujar pria itu. Ia tersenyum kecil. "Saya sedang berada di Praha, tugas pembelian."
"Tugas pembelian?"
"Saya bekerja sebagai konsultan pribadi untuk para kolektor, perusahaan, yayasan, yah semacamnya. Sekarang ini banyak yang tertarik pada seni avant-garde Eropa Timur dari berbagai perang. Alois Bilek, Karel Teige, desain Capek"ia adalah orang yang menciptakan istilah "robot" ... orang-orang seperti itu. Patut dikoleksi namun tak terlalu mahal."
"Jauh sekali dengan Burne-Jones dan Wanita dari Shalott."
"Manusia berubah. Begitu juga dengan selera."
"Dan keadaan." "Peter Newman mengatakan pada saya siapa Anda, Tuan Valentine, atau saya harus memanggil Anda doktor" Kalau tidak salah Anda memperoleh lebih dari satu gelar doktor. Anda tentu tahu bahwa karya eni yang terpampang di dinding tempat tinggal saya ini sulit dipahami orang kebanyakan, seperti juga apartemen ini. Saya tidak membutuhkan pekerjaan di Parker-Hale itu, namun saya menginginkannya, dan saya berhak. Meski terlahir berkecukupan, bukan berarti saya tak berhak atas beasiswa sekolah." Taschen menyeringai. "Saya bukan sekedar pewaris yang tak tahu apa-apa."
"Saya tak berpikiran bahwa Anda tak tahu apa-apa."
"Lalu, apa yang ada dalam pikiran Anda?"
"Tidak ada. Tapi saya ingin tahu alasan ketidaksukaan Crawley pada Anda."
"Bukan hal yang menyangkut pribadi. Tak mungkin. Sandy adalah bagian dari lingkaran itu; James Cornwall tahu itu dan sama sekali tak ingin Sandy menjadi direktur."
"Yang barusan ini sama sekali tidak menjelaskan kenapa ia mengejar Anda sedemikian rupa?"
"Sandy mendapat uang dari penyelidikan asal-muasal koleksi karya tertentu dan memberi beberapa pembeli petunjuk ke arah sana. Uang suap. Banyak galeri yang melakukannya, namun biasanya mereka merahasiakannya. Saya punya bukti akan apa-apa yang dikerjakan Sandy. Dengan mendiskreditkan saya, ia mendiskreditkan apa pun yang dapat saya ungkapkan mengenai dirinya."
"Kalau saya tidak salah menghitung waktu, Cornwall menunjuk Crawley sebaga direktur saat Anda masih bekerja untuk galeri, bukan" Kenapa"
Taschen mengangkat bahu. "Karena Sandy memerasnya."
"Sepertinya Anda yakin dengan pernyataan barusan."
"Tentu saja, kan James mengatakannya pada saya. Ia menunjukkan sepucuk surat yang dikirim Sandy. James tak punya pilihan saat itu."
"Jadi menurut Anda, siapa yang membunuh Crawley?"
"Saya tidak tahu. Ia punya banyak teman yang kurang menyukainya. Saya hanya tahu itu."
"Ada yang bisa Anda sebutkan namanya?"
"Deiter Trost di Galeri Hoffman salah satunya. Yang lainnya Mark Taggart di Yayasan Grange. Anda sendiri sudah menyebutkan George Gatty"orang yang tak disukai James Cornwall."
"Kenapa?" "Saya kurang yakin, namun colonel itu memang makhluk yang kurang menyenangkan dan kurang bermoral. Mungkin ada hubungannya dengan perang."
"Gatty bekerja untuk G2 di Swiss. Inteleijen."
"James Cornwall juga. Bukan di Swiss, melainkan di OSS, di divisi Monumen, Seni dan Dokumentasi. Orang-orang perampas karya seni."
"Jaring laba-laba yang rumit," ujar Valentine. "Namun, itu tetap tidak menjelaskan mengapa Cornwall menunjuk Crawley untuk menggantikannya. Anda bilang Anda ditunjuki sebuah surat."
"Betul sekali."
"Isinya apa?" "Isi surat itu menyatakan bahwa Sandy mengetahui keterlibatan James dalam kelompok rahasia, dan jika ia tidak diangkat sebagai direkstur, ia tak punya pilihan lain selain memberi tahu pers tentang hal itu."
"Dan Anda berasumsi bahwa surat tersebut ada hubungannya dengan sejarah percintaan Cornwall?"
"Pastinya. Apa lagi selain itu?"
"Cornwall tidak menjelaskannya pada Anda?"
"Tidak. Dan saya tak bertanya?"
"Apa nama kelompok itu?"
"Carduss Clubb."
Valentine mengernyitkan kening, "Bahasa Latinnya tanaman liar."
"Aku tahu," kata Taschen. "Nama yang aneh untuk sebuah kelompok gay. Lebih terdengar seperti kelompok persaudaraan di kampus."
"Apakah ia pernah menceritakan apa pun tentang kelompok itu?"
"Sama sekali tidak," jawab Taschen, sambil menggelengkan kepala. "Sama sekali tidak."
Telepon berbunyi dari bagian belakang apartemen itu. Taschen meneguk habis minumannya, lalu meletakkan gelasnya di atas meja dan melangkah. Ia meninggalkan ruangan, tak terburu-buru, kemudian menghilang. Bunyi itu berhenti dan Valentine samar-samar terdengar suara gumaman konsultan seni itu.
Valentine beranjak dari duduknya dan mengamati karya Schnabel yang tergantung di salah satu dinding di ruangan itu. Karya itu menampakkan secara samar-samar seorang warga Ethiopia dengan latar belakang pegunungan dengan tengkorak yang terbuka ke satu sisi. Setengah sisanya penuh dengan peralatan yang pecah. Ia takkan pernah menyukai karya Schnabel, dan yang satu ini sama sekali tak mengubah pendapatnya. Piring-piring yang pecah mengingatkannya pada Zorba dari Yunani. Sebaliknya, Schnabel telah membangun reputasinya dengan peranti tanah liat yang konyol. Misteri sebagai seni.
Ia berbalik ketika Taschen kembali ke ruangan itu. "Yang barusan Peter Newman."
"Ya?" "Ia tahu Anda ke sini. Ia pikir Anda harus tahu. Ia baru saja mendengarnya dari berita."
"Mendengar apa?"
Taschen menghela napas dalam-dalam. "George Gatty. Ia baru saja dibunuh. Si pembunuh menghabisinya dengang pedang seremonial Nazi."
Next35 Letnan Vincent Delaney, kepala Satuan Tindakan Khusus berdiri di tengah ruang tamu Kolonel George Gatty sambil memandang tubuh tersebut. Siapa pun yang telah melakukan semua itu terhadap pria tua ini telah melakukannya melebihi harapannya sendiri. Menurut Asistan M.E. Bandar Singh, besi dingin sepanjang dua puluh tiga inci telah menusuk tenggorokannya, tepatnya menyodok hingga ke perineumnya, yang artinya telah menembus hingga diantara kemaluannya dan lubang pantatnya yang telah berkerut.
Putkin sang ahli kriminal mengatakan bahwa dari baunya, jalan yang dilalui pedang tajam telah menyayat lusinan organ penting, dinding perut dan diantara ususnya. Mereka mengetahui bahwa ini pedang Nazi karena terdapat lambang Nazi (Swastika) di antara cakar kuku perak yang terdapat di hulu pedang. Bagian terburuknya adalah semua dapat terlihat dengan jelas. Gatty dibunuh saat memakai jubahnya, dan setiap inci dari tubuh tuanya yang keriput dapat dilihat dengan jelas oleh masyarakat. Kilatan lampu blitz menyala ketika Putkin dan rekan-rekannya mengukur dan melakukan pengujian. Tayangan pertama Hollywood tentang kematian itu.
Billy Boyd mendatanginya, memegang erat buku catatan di tangannya yang gemuk. "Jadi, saya rasa itu persis dengan yang satunya?"
"Dan panggilan yang kita terima dari Deputi Dawg di Alabama." Delaney menggelengkan kepalanya. "Aku tak pernah tahu Alabama bahkan punya garis pantai."
"Aku juga tidak." Kata Boyd. "Kau tahu, aku pikir Alabama berada di tengah daratan."
"Bukan berarti ada hubungannya dengan pria yang meninggal."
"Yang satu ini?"
"Yang di Alabama."
"Tetapi ada hubungannya, bukan?" Boyd terlihat tidak terlalu yakin.
"Penggila seni mendapat tusukan pisau di tenggorokannya di Fifth Avenue, yang di Alabama adalah semacam kolektor karya seni dan ditusuk dengan botol, dan kolonel ini terbunuh oleh Vlad si Penusuk ala Nazi" Ya, Billy, aku rasa ada kemungkinan"walau kecil"bahwa semua ini berhubungan?"
"Siapa Vlad si Penusuk?"
"Seseorang di Wide World of Wrestling." Delaney menarik napas. "Pergi dan bicaralah dengan Singh, Billy. Dapatkan waktu kematiannya jika kau bisa."
"Tentu, Loo." "Delaney tidak membutuhkan konfirmasi. Dari caranya berpakaian dapat dilihat bahwa si kolonel telah berada atau sedang menuju tempat tidur pada saat ia terbunuh, yang menunjukkan bahwa TOD (Time of Death; waktu kematian) terjadi semalam. Seorang kepala pembantu laki-laki, bernama Bertram Throens, memilik sebuah apartemen di lantai dasar dengan istrinya, koki sang kolonel, dan tak satupun dari keduanya mendengar sesuatu.
Seperti kasus Crawley, pria dari museum itu, akan ada banyak tersangka. Dalam kasus pria dari museum itu mendapat sekitar lima ratus orang di meja penerimaan tamu acara yang dilaksanakan di lantai utama itu, dan kelihatannya sang penelepon mungkin datang dengan maksud menjual pedang kepada seorang laki-laki tua yang kemudian justru digunakan untuk membunuhnya.
Mereka telah menemukan tali dari kulit, kotak terbungkus sutra di depan ruangan. Delaney tahu banyak tentang bahasa Jerman seperti ia mengetahui bahasa Gaelic, namun nama Rommel dan Adolf Hitler-lah yang muncul di kepalanya. Seperti perkiraan, detektif itu mengasumsikan bahwa semua ini ada hubungannya dengan uang, dan keuntungan si kolonel. Dengan melihat rumahnya, ia benar-benar seorang dokter yang serius, jadi mungkin kedatangan orang di tengah malam saat ia mengenakan baju mandinya bukan suatu hal yang tak biasa. Wawancara dengan pembantu laki-laki asal Swiss itupun membawanya pada kesimpulan yang sama: si kolonel sering dikunjungi tamu di tengah malam.
Delaney menghela napas dan mencoba untuk tidak menghirup udara terlalu banyak ketika petugas mengangkat mayat ke rumah duka. Permasalahan yang sesungguhnya menggerogoti pikirannya dengan perlahan adalah hubungan yang aneh di antara semua ini dan si cantik berambut merah yang sepertinya menjadi pusat dari semua kejadian ini. Dan hal ini bahkan membawanya ke pertanyaan yang lebih penting: apa yang terjadi dengan Fionna Ryan, dan tepatnya dimana ia sekarang"
Next36 Mereka mulai keluar dari tenda di malam yang hampir berakhir. Bulan telah keluar berapa waktu yang lalu dan awan yang terpecah-pecah telah bergeser dari utara, memudarkan cahaya redup bintang-bintang. Semua laki-laki itu kecuali Reid dan sang sersan berasal dari kota; kegelapan yang kelam masih menakutkan bagi mereka. Malam yang sunyi sama seperti di dunia lain, sangat dekat dengan bayang-bayang kematian yang selalu bergelayut dengan menakutkan di belakang pikiran mereka masing-masing, setiap saat dan setiap hari.
Mereka bergerak menembus hutan secara sembunyi-sembunyi, melalui jejak yang ada, berhenti sesaat untuk menghilangkan rasa tertekan yang menandai jejak langkah di setiap persimpangan jalan. Rombongan tersebut dipecah menjadi dua kelompok. Winetka, Bosnie, Biearsto, dan Terhune, dipersenjatai dengan bazooka dan mortir dua inci, mengambil jalan sempit ke arah selatan yang menuju ke jalan di dekat menara sang penembak misterius. Sisanya dengan sang sersan, menuju ke arah tangki tua yang telah terbakar habis diatas sana.
Rencana sang sersan sebenarnya sederhana saja. Kelompok kecil mereka yang kuta itu dibentuk dari sisa-sisa Batalion Ranger 2 dari invasi Normandia. Mereka diwarisi semua yang dibutuhkan sebuah artileri. Terhune dan Bierasti akan menghabisi penembak misterius dan menaranya dengan bazooka, sementara Winetka dan Bosnic menggunakan mortir dua inci untuk menjatuhkan penembak di pintu utama. Setelah sang sersan mendengar bazooka pertama ditembakkan, ia akan mempersiapkan senjata mesin kembar 7,92 mm, memudahkan pengepungan bagi kelompok Patterson, Dorm, Teitelbaum, dan Pixie Mortimer, yang dipimpin oleh Reid dan diikuti oleh tiga perwira. Jika diperlukan, sang sersan dapat juga memberikan perlindungan dengan menembak jika mereka terdesak mundur, walau ia ragu hal itu akan terjadi. Sama halnya dengan bazooka dan mortir dua inci, Teitelbaum dan Dorm juga mempersiapkan seorang penembak dan seorang asisten untuk senjata otomatis Browning. Yang lainya membawa bermacam-macam senjata berat termasuk sepasang Thompson, sebuah senjata mesin Johnson yang ringan, sebuah M3 yang berminyak, dan kesayangan Petterson Pah-pah-shah 71"senjata mesin Rusian yang bulat: sebuah meriam besar yang lebih besar daripada milik orang-orang Jerman di rumah pertanian itu.
Sersan memimpin kelompoknya menuju utara melewati pohon-pohon kecil, akhirnya berhenti pada posisi yang tak jauh dari parit. Dengan Reid kembali bersamanya, ia menyusup ke dalam tank tua itu untuk pengintaian terakhir. Fajar pun menyingsing, sedikit cahaya berkelap-kelip di kaki langit di arah timur. Tak ada cahaya sama sekali dari rumah peternakan itu atau dari bangunan-bangunan lainnya di luar rumah itu. Sambil mengayunkan teropongnya ke sekitar menara ia mencari petunjuk sekecil apa pun tentang posisi sang penembak gelap. Sang sersan mengukur jarak antara menara dan posisinya. Lima lapangan sepakbola, bukan apa-apa bagi seorang bersenjata yang berbakat. Ia menghitung-hitung kira-kira ia memerlukan waktu dua menit untuk sampai di sisi tembok rumah tanpa perlindungan kecuali sebuah batu karang yang besar. Wah, si penembak gelap dapat menghabisi mereka semua dengan mudahnya.
"Kau sebaiknya mengambil perempuan itu, seperti yang kubilang," gumam sang sersan.
"Kau mengatakan sesuatu?" Reid bertanya.
"Tidak. Bagaimana dengan Cornwall dan temannya?"
"Mereka cukup tahu banyak sehingga akan tetap diam hingga kita memulai."
"Bagus. Aku membutuhkan dua menit untuk sampai ke tembok. Lihat batu karang yang besar itu?"
"Ya." "Bilang pada yang lain untuk tetap berada di sisi kiri batu ketika turun. Aku tak akan mengarahkan senjata di tank lebih jauh dari itu."
"Baiklah." "Aku akan berhenti menembak jika kalian sudah berada di tembok itu. Pukul tembok itu dengan penumbuk kentang yang kau ambil dari orang Jerman beberapa hari yang lalu itu. Lalu galilah sebuah lubang."
"Kita mengambil alih tempat itu?"
"Tidak, kecuali jika Terhune dan yang lainnya telah menjinakkan mereka. Dan tidak jika kau belum yakin si penembak misterius itu mati. Ia adalah kuncinya. Bila ia bisa keluar dari menara dan menemukan titik lain, maka kita habis. Mengerti?"
"Pasti." "Baiklah, aku akan mengisi peluru ini ke dalam senapan. Di titik ke enam"dalam sepuluh menit"seharusnya kita sudah dapat mendengar Terhune dan Winetka membuka jalan. Ketika kau masuk, kirim Teitelbaum dan Dorm ke titik dengan BAR. Lalu Patterson dengan senjata Rusianya, lalu kau dan sisanya. Mereka masih memegang Thompsons kan?"
"Cornwall memiliki senjata api yang istimewa?"
"Mungkin memeledakkan kalian semua ketika ia menembakkannya untuk pertama kali. Ya, Tuhan. Siapa yang punya ide untuk memberikan senjata kepada para perwira itu?"
"Bukan aku." "Biarkan saja."
"Baiklah." Reid meluncur dalam kegelapan dan sang sersan menyelinap menuju pelindung penembak meriam yang terbuka dari tank Jerman yang terabaikan itu dan meluncur ke dalamnya. Sambil mencoba untuk tenang sebisa mungkin, ia mulai mengisi peluru ke dalam senjata mesin kembar. Ia mengintip sedikit demi sedikit melalui cahaya dari lubang di pelindung penembak meriam. Ia melihat jam tangannya; semuanya akan dimulai sekitar lima menit lagi. Ia menyeringai. Sang sersan sudah tak sabar lagi.
Next37 Michael Valentine berjalan di sekitar ruangan di lantai atas gedung Ex Libris dengan teratur. Semua sisi apartemen berantakan; tidak ada laci yang tidak terbuka, semua lemari baju telah digeledah. Tamu yang tidak diundang itu masuk melalui kisi-kisi saluran udara dan keluar melalui jendela kecil di kamar mandi yang tidak dipasangi alarm. Mengikuti di belakang Valentine, Finn Ryan ketakutan melihat kerusakan tersebut. Valentine mengakhiri penyelidikannya di dapur.
Valentine duduk di meja Formika berwarna kuning.
"Apa yang kau lakukan ketika mendengar suara kaca pecah?" "Aku pikir aku harus memeriksanya."
"Dan kau berpikir lagi." Valentine tersenyum.
"Ini tidak seperti di dalam film. Seorang gadis keluar ke galangan kapal tanpa diterangi cahaya bulan lalu melihat sang kekasih dan sepasang tangan keluar dari air lalu meraih paksa pergelangan kakinya. Aku tidak sebodoh itu."
"Ceritakan yang sebenarnya terjadi."
"Setelah Peter ..."
"Gelas pecah dan ...." Michael menyelak dengan cepat.
"Aku berputar, kembali ke dalam lift dan ke kantor. Aku menelepon nomor telepon selular yang kau berikan."
"Jadi ia tidak pernah turun ke bawah, ke kantor, tidak pernah sampai ke komputer?"
"Tidak. Aku kan berada disana sepanjang hari."
"Sepertinya ia telah menyebabkan kerusakan yang cukup banyak, tidak ada yang dikembalikan pada tempatnya."
"Bagaiman jika ia datang lagi?"
"Aku rasa itu takkan terjadi. Jika ia benar-benar mencari sesuatu ia pasti masuk ke kantor."
"Ia mencoba untuk menakut-nakuti kita?" tanya Finn.
"Aku rasa begitu."
"Kenapa?" "Kita semakin dekat dengan sesuatu. Kita telah banyak menggali informasi. Mungkin alarmnya sudah berdering."
"Apa kau menemukan sesuatu ketika pergi menemui temanmu yang penjual itu?"
"Banyak," kata Valentine, dan kemudian ia menceritakan apa yang dikatakan Peter Newman dan tentang kunjungannya ke tempat Erick Taschen. Kemudian Finn yang bercerita tentang penemuannya dengan komputer.
"Jadi, apa artinya semua ini?"
"Ini berarti bahwa ada lebih dari satu hal yang sedang berlangsung. Pembunuhan Crawley dan Gatty ada hubungannya, dan orang ketiga yang aku ceritakan"yang dikatakan koneksiku di One Police Plaza kepadaku, yang kalau tidak salha bernama Kressman. Sejauh ini belum ada bukti nyata, tetapi sepertinya mereka semua terlibat dalam penjualan karya seni curian dan rampasan ke pasar terbuka. Aku kira serangkaian pembunuhan itu tak ada hubungannya denganmu sama sekali. Yang terjadi dengan karya Michelangelo hanya masalah waktu yang tidak tepat. Aku pikir Crawley tetap akan mati bagaimanapun juga."
"Kematian Peter bukan karena waktu yang tidak tepat."
"Tidak. Artinya, salah seorang partner Crawley dalam urusan kriminal ini khawatir dengan apa yang telah kau temukan. Dialah yang menyewa pembunuh Peter dan anggota geng Vietnam yang mengendarai sepeda kurir."
"Jadi, ada dua pembunuh di luar sana?"
"Ya. Salah satunya menginginkan dirimu dan lukisan itu. Yang lainnya tertarik pada kelompok yang melibatkan Gatty, Crawley, dan si Kress ini"lingkaran yang disebut-sebut Newman dan Eric Taschen."
"Mereka pasti saling berhubungan."
"Ya. Diperkirakan karya seni adalah salah satu faktor penghubungnya."
"Pasar karya seni curian?"
"Dari apa yang kau ceritakan tentang sejarah Greyfriars, seharusnya hal ini jauh lebih dalam daripada itu. Carduss Club ini semacam kelompok sosial rahasia, seperti Skull and Bones di Yale."
"Berdasarkan apa yang aku temukan, mereka menghilang pada tahun 1945 atau sekitar tahun itulah."
"Begitu pula dengan Skull and Bones, walau sebenarnya mereka tidak menghilang begitu saja"mereka hanya berganti nama. Perusahaan di Delaware itu ... disana hukum perseroannya paling tidak ketat di seluruh dunia; maka dari itulah CIA selalu memanfaatkannya untuk perusahaan mereka, seperti Air America."
"Apa menurutmu ini semacam aktivitas mata-mata?" Finn menatapnya lekat-lekat, mencoba untuk tidak berpikir terlalu banyak tentang siapa sebenarnya atau apa hubungannya dengan ayahnya. Mungkin nanti akan terungkap, tapi tidak ada waktu untuk mengungkapnya saat ini.
Ekspresi Valentine mengelam. "Tidak. Namun ini juga masalah besar. Laki-laki mereka temukan terbunuh di Alabama terlibat bisnis ratusan juta dolar." Ia mengangkat bahu. "Tidak sulit mendapatkan uang dengan jumlah sebesar itu jika memasuki pasar dengan karya Michelangelo."
"Jadi, apa yang kita lakukan sekarang" Detektif Delaney pasti sudah tahu bahwa aku tidak terlibat dalam rencana pembunuhan Peter. Kenapa kita tidak pergi ke kantor polisi?"
"Ini bukan hanya mengenai kekasihmu. Sekarang juga sudah mengenai Crawley, Gatty dan Kressman. Empat pembunuhan dalam beberapa hari saja dan jutaan dolar dalam bentuk lukisan curian. Motif yang cukup untuk memasukkanmu ke penjara untuk waktu yang lama; motif yang cukup dapat membuatmu terbunuh. Entah bagaimana, kau sudah terlibat dalam konspirasi yang melibatkan banyak orang besar"orang-orang dengan hal-hal yang mereka sembunyikan dan mereka punya kemampuan untuk tetap menyembunyikan semua itu dengan cara apapun. Sampai kita tahu siapa sebenarnya orang-orang itu dan sejauh mana konspirasi itu telah berlangsung, kita harus tetap menjaga jarak dengan polisi."
"Semua ini tak ada yang masuk akal. Dari apa yang aku baca, orang-orang ini sangat kaya. Kenapa mereka menginginkan lebih?"
"Aku rasa tidak ada hubungannya dengan uang sama sekali."
"Lalu apa?" "Kekuasaanku. Aku punya seribu jilid buku di bawah yang bicara tentang kelompok-kelompok Knights Templar, Illuminati, sampai Shrines. Tak pernah benar-benar tentang uang. Kekuasaan dan bagaimana mempertahankan kekuasaan tersebut. Semacam xenophobia yang dialami para Yankee. Orang-orang takut akan perubahan. Mereka berkelompok dan mencoba untuk menghentikan perubahan itu. Cina mencoba tidak mengacuhkan bagian dunia yang lain selama ribuan tahun, namun akhirnya mereka pun harus mencoba untuk berubah."
"Ini bukan pertama kalinya kau berhubungan dengan masalah ini, iya kan?" tanya Finn.
"Kita semua berhubungan dengan hal ini. Setiap saat," jawab Valentine. "Peperangan antara yang tua dengan yang muda telah berjalan sejak lama. Ini hanya versi lainnya."
"Terdapat selusin nama di dalam daftar pengurus itu. Aku hanya menelusuri sebagian kecilnya. Bagaimana kita dapat mengetahui siapa selanjutnya yang akan terbunuh?"
"Tidak ada cara untuk mengetahuinya. Kita bahkan tidak tahu apakah benar baru akan terjadi tiga pembunuhan tersebut"Crawley, Gatty dan Kressman" Peter Newman sepertinya berpikir bahwa atasan Crawley, James Cornwall, meninggal dunia secara alami. Mungkin ia salah."
Finn meraih tangan Valentine dan menggenggamnya, meremasnya. "Oke, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, selanjutnya apa?"
"Kita akan menggali lebih dalam. Kita perlu mengetahui permainan apa yang sedang berlangsung, dan kita juga perlu mengetahui dengan pasti siapa yang sedang bermain di dalamnya." Ia berhenti. "Kita harus bertemu dengan teman hacker-ku."
"Hacker?" "Orang yang gila komputer. Namanya Barrie Kornitzer. Kami satu sekolah, dulu sekali."
Next38 Ia menatap tubuh-tubuh kecil itu di bawah sana, melalui pepohonan, seperti gambar yang diberi warna dengan hati-hati, seperti pertanda-pertanda kecil akan masa yang akan segera berakhir: di sanalah mereka selamat dan hidup, tanda mengetahui bahwa beberapa dari mereka sebentar lagi akan mati, seperti gambar yang dihapus. Ia menatap mereka dan tiba-tiba merasa berada di dunia lain, dunia yang tak pernah benar-benar ada dan jika memang pernah ada, ia berada pada rentang waktu yang telah lama hilang.
Tepat jam enam penyerangan akan dimulai. Fajar menyingsing dalam bentuk garis ungu samar-samar dan mereka bergerak perlahan seperti hantu dalam kegelapan, melewati kabut yang terbentuk dari padang yang berembun. Sambil memandang melalui lubang senjata di panser yang telah rusak itu, sang sersan melihat tembakan bazooka yang pertama dan beberapa detik kemudian mendengar dentuman keras. Hanya dalam sekejap berbagai suara bermunculan. Tembakan bazooka pertama tadi menghabisi sebagian besar menara biara, tapi tidak menghabisi si penembak jitu. Sang sersan dapat mendengar suara datar yang dihasilkan senapan berkekuatan tinggi saat benda itu mencoba mencari target di antara pepohonan yang lebat di sisi lain jalan. Lalu bazooka itu pun menggelegar lagi, kali ini menghabisi bagian atas menara, menghamburkan bangunan yang luluh lantak beserta gentingnya. Menara itu pastinya hanya terbuat dari kayu, kayu yang sekarang ini sudah lapuk setelah berabad-abad. Sesaat setelah penembakan kedua, menara itu meledak hebat. Ledakan yang menghabisi si penembak jitu.
Mengikuti penyerangan kedua dari bazooka, sang sersan dapat mendengar suara mortir yang menghancurkan pintu masuk. Ia menarik engkol kedua senapan mesinnya, mengatur posisinya sehingga kedua senapan itu hampir sejajar dengan atap lumbung yang samar-samar terlihat itu dan rumah utama, tembakan berhamburan sementara peluru yang melingkar di sabuknya terus berkurang. Setiap beberapa detik ia berhenti, mengatur senapannya lagi lalu menembak lagi, memerhatikan pergerakan kelompok yang dipimpin Reid yang terdiri dari lima orang sementara mereka menyusuri lereng peternakan.
Reid dan Pixie Mortimer bergerak pertama-tama, menyusupi hutan dan berlarian di jalan yang gelap pada tembakan pertama bazooka Terhune. Dari arah terjauh parti mereka tiba dengan sukses di batu besar yang berada setengah jalan dari peternakan. Tiga orang lainnya, Patterson, Dorm, dan Teitelbaum, mengikuti, melompat ke dalam lekukan dangkal yang menyerupai parit yang telah dikuras habis atau mungkin tempat sampah.
Bukan untuk yang pertama kalinya sang sersan merasa heran dengan betapa banyaknya benda yang harus dibawa seorang tentara gerilya. Teitelbaum, penembak BAR, misalnya, membawa sebuah senjata, ransel, alat pembersih, selusin sabuk peluru, pisau penggali, berbagai granat, kapak, senjata yang disematkan di samping tubuhnya, sepatu bot dan pakaian lengkap, ditambah peralatan pribadinya yang kira-kira memiliki berat lima puluh kilo. Bahkan seorang perwira kulit putih yang kecil seperti Cornwall membawa barang yang sama beratnya atau bahkan lebih: kantong-kantong amunisi, megasin, teropong, tempat peta dan hal-hal lainnya yang ada hubungannya dengan misinya. Tambahan lagi, Cornwall dan kelompoknya membawa senjata Thompson dan pelurunya. Sungguh mengherankan mereka bisa bergerak dengan bawaan sebanyak itu.
Teitelbaum dan Dorm mempersiapkan BAR di tepi parit, Patterson melindungi mereka dengan Russkie 71-nya. Sejauh itu sang sersan baru melihat gerakan-gerakan tak berarti di bagian depan peternakan di bawah sana, namun pada saat menara itu meledak, terlihat banyak tembakan dari rumah dan bangunan di sekitarnya. Saat berhenti sebentar untuk mendengarkan, sang sersan tak mendengar apa pun kecuali tembakan senjata biasa dan senapan mesin yang berukuran kecil, mungkin tipe MP43 atau M34 yang agak besar. Dengan Terhune dan yang lainnya memberondong mereka dari depan, sepertinya misi ini akan berjalan dengan mudah kecuali tentara-tentara Jerman itu memiliki semacam senjata rahasia yang disimpan di truk.
Dengan tembakan BAR yang melindungi, Reid dan Mortimer bergerak dari belakang batu besar. Terdengar tembakan yang berasal dari lantai atas rumah peternakan dan tiba-tiba Pixie terjatuh, kedua kakinya terlepas seakan terpotong kawat, dadanya terbuka, setengah dahinya dan sebagian besar otaknya hancur oleh tembakan kedua yang datang entah dari mana. Reid tak berhenti barang sedetik pun. Sementara Mortimer melaju ke bawah, si Indian menghempaskan dirinya ke rerumputan dibawahnya dan berguling di bawah dinding rumah peternakan. BAR menghabiskan lantai atas rumah itu dan sang sersan dapat melihat Reid mengangkat ranjau M28 buatan Rusia dari tanah dan menonaktifkannya. Ia bergerak cepat ke arah kiri, masih di sisi rumah namun tetap menjaga jarak. Terdengar suara dentuman yang kencang, ledakan yang diikuti oleh asap cokelat yang gelap dan reruntuhan dinding, lalu muncullah lubang sebesar sepasang pintu lumbung.
Sang sersan menarik pegangan senjata mesin kembar dan menunggu hingga asap reda. Melalui lubang besar hasil ledakan tadi ia dapat melihat ke dalam peternakan, truk-truk yang terlihat tak berbahaya dalam bayang-bayang lumbung utama dan tempat persediaan musim dingsin disebelahnya. Di sebelah kanan tempat persediaan itu tedapat gerobak kayu, dan dari ambang pintu yang gelap ia dapat melihat ledakan api. Tiga, mungkin empat orang dalam seragam Wehrmacht berlarian di lapangan semen itu, mencoba mengamankan diri. Terdengar suara menderu dari BAR, senjata Rusia 71 dan Pah-pah-shah secara bersamaan. Orang-orang Jerman itu meluncur turun seperti orang yang sedang menyabit gandum. Dari tempat yang agak lebih dekat, terdengar suara bazooka Terhune dan ledakan mortir dua inci, keduanya menghantam gerobak kayu dan tempat persediaan. Suara rekahan kayu, tembakan dan ledakan kaca menambahkan suara dentuman-dentuman yang sejak tadi bergemuruh. Sang sersan dapat merasakan ketengah di kedua belah pipinya, yang segera berubah menjadi senyuman yang mematikan. Sambil menunggu laras senapan mesin kembarnya menjadi dingin kembali, selama beberapa saat ia memerhatikan permukaan radium jam tangan Grana Diensturh-nya yang diambilnya dari pergelangan tangan seorang Jerman pada hari-H di kota Courseulles-sur-Mer. Belum lime menit. Ketika suara pertempuran mulai mereda, sang sersan dapat mendengar suara mendesah di sela-sela batang pepohonan di sebelah kirinya. Suara ledakan mortir yang terakhir pun menghilang. Dari kejauhan ia dapat mendengar suara seseorang yang sedang menangis. Selesai sudah. Terdapat jeda sejenak ketika orang-orang berkumpul, kemudian seorang pria yang mengenakan seragam SS hitam yang unik melangkah keluar melalui celah dinding sambil membawa cabikan kain putih yang diikatkan pada ujung sebuah tongkat kayu. Pria itu awalnya ragu-ragu namun kemudian berjalan maju. Cornwall dan Taggart, seorang perwira tinggi kurus yang merupakan asisten Cornwall, keluar dari balik batu besar dan mulai berjalan menuruni bukit menuju orang-orang Jerman dibawahnya.
Sang sersan berpikir sejenak lalu keluar dari tank dan berjalan ke arah pria berseragam SS itu, memotong jalan Cornall untuk menemui pria itu terlebih dulu, dengan senjata Colt otomatis di tangannya. Orang Jerman itu pendek, pucat dan mengenakan kacamata berbingkai baja yang tebal. Terdapat noda debu di pipinya. Sarung pistolnya kosong. Ia mengenakan sebuah lencana daun ek pada leher bajunya dan tiga garis Standartenfuhrer, menandakan ia seorang kolonel. Padahal ia lebih terlihat seperti seorang pegawai bank.
"Kau bisa bahasa Inggris?"
"Ya." "Apa isi truk-truk itu?"
"Lukisan. Karya seni yang sangat berharga."
"Kau siapa." "Namaku saya Dr. Eduard Ploetzsch. Saya seorang curator seni."
"Bukan." "Apa maksudnya."
"Kau bukan apa-apa. Kau mati." Sang sersan menarik senjata otomatisnya dan menembaknya tepat di wajah tanpa alasan yang jelas sama sekali.
Next39 Pendeta gadungan itu duduk di ruang bawah tanah yang berdebu di Gereja St. Joseph di Desa Greenwich. Ia sedang memilah-milah file-file yang dibawakan kepadanya oleh seorang sukarelawan yang diperas tenaganya dan memasang ekspresi tersiksa seperti memanggul dunia diatas pundaknya. Perempuan paruh baya itu telah mencermati catatan-catatan kuno selama berjam-jam. Tarikan napasnya berbeda untuk setiap bundel map karton yang menguning dan diikat dengan tali itu.
Ini bukanlah jejak logika-tak-jelas yang belum pasti kebenarannya, yang berasal dari perjalanan maya melewati bank-bank data yang ada pada server ribuan mesin pencari. Ini adalah kebenaran hitam diatas putih yang memudar, yang tertulis di dokumen-dokumen yang akan hancur bila terjamah tanganmu saking tuanya. Sambil memeriksa file-file itu, sang pendeta hampir dapat merasakan hantu seribu juru tulis seperti yang tengah melayaninya kini. Ia pun hampir bisa mendengar ketukan mesin-mesin ketik yang bergema dan goresan dalam nan samar dari pena-pena. Mungkin membosankan, namun pada akhirnya cukup mudah untuk menemukan jejak Frederico Botte melalui catatan tahun-tahun pertumbuhan dari kehidupannya.
Anak itu, siapa pun dia dan apa pun kepentingannya dengan topi-topi merah di Kota Suci, sampai di New York City menumpang kapal Batory yang melayani jalur Gdynia-Amerika pada 11 Juni 1946, yang berlayar dari kota Gdansk, Polandia. Ada keteledoran dari pejabat Imigrasi Ellis Island yang menunjukkan bahwa Frederico adalah anak berusia tujuh tahun dan bepergian bersama walinya, Fraulein Ilse Kurovsky, seorang berkebangsaan Jerman. Tempat kelahiran Frederico tercata di La Grazie, Italia, dimana ia berada di bawah asuhan para suster biara di San Giovanni All"Orfenio. Nama ibu kandungnya tidak tercatat pada tempat yang sudah tersedia dalam formulir pendaftaran, tetapi di sebelah pinggir samar-samar tertulis sebuah nama dengan pensil: Katerina Annunzio. Meskipun tidak secara gamblang disebutkan, si pendeta gadungan itu dapat membaca apa yang tersirat: Frederico adalah anak haram, dibesarkan oleh para suster di biara, dan kemudian dipasrahkan pada asuhan wanita Jerman dengan nama Polandia.
Setibanya di Amerika, ternyata Frederico ditempatkan di Panti Asuhan St. Luke selama dua tahun, kemudian dimasukkan ke Sekolah St. Joseph di Desa Greenwich; di situ ia terdaftar sebagai murid "beasiswa". Secara umum, nilai-nilai rapornya dari sekolah baik sekali, khususnya pada mata pelajaran kesenian dan bahasa. Direncanakan, setelah menyelesaikan studinya di St. Joseph, ia akan didaftarkan ke salah satu sekolah seminari lokal untuk di didik menjadi pendeta. Akan tetapi, riwayatnya dengan jemaah gereja berakhir pada 1952 ketika dia di adopsi oleh pasangan Sersan dan Nyonya Biran Thorpe dari Barrow Street di Hoboken, New Jersey. Menariknya, para pengacara yang mengurus masalah hukum atas adopsi pribadi itu berasal dari firma Topping, Halliwell & Whiting, perusahaan gelap dari orang-orang fiktif yang telah mendirikan Yayasan Grange saat ini berlokasi di Gedung St. Luke"nama yang sama dengan panti asuhan tempat Frederico Botte pernah tinggal, sekarang mungkin telah menjadi seorang tua biasa, Fred Thorpe.
Si pendeta gadungan merasakan sesak yang sudah biasa di dadanya. Lingkaran tak berujung mulai tertutup; sekarang masalahnya hampir terpecahkan. Juru tulis muncul kembali, membawakan file lagi. Laki-laki Roma itu memberikan senyum khas pendeta yang terbaik kepada perempuan itu dan menanyakan apakah ia memiliki buku petunjuk telepon seluruh New York.
"Sektor yang mana?" tanyanya, dan ia menghela napas sekali lagi.
Next40 Kantor Barrie Kornitzer di Universitas Columbia yang berlokasi di sebuah gedung remang-remang dari tahun 1880 terletak di belakang Perpustakaan Low Memorial. Kantor itu seperti kantor standar lainnya di universitas itu, dengan rak buku dari pohon ek, permadani Persia, dan beberapa lukisan masa kini Amerika"termasuk versi terbaru Ralph Earl yang berjudul Looking East from Denny Hill, sebuah karya Charles V. Bond, dan lukisan peternakan karya Edward Hicks. Meja di kantor utamanya adalah sebuah meja William IV Rosewood dengan bagian atas yang pipih berkaki ganda dengan permukaan untuk menulis yang terbuat dari kulit warna hitam. Ada kabar burung bahwa meja itu dulunya adalah milik rektor kelima universitas itu, Benjamin Moore. Ada kabar angin lainnya yang mengatakan bahwa meja itu dipinjamkan kepada Kornitzer karena universitas itu takut padanya. Kornitzer mungkin adalah yang terdepan dalam bidang hacking komputer di dunia, memiliki hak paten dan lisensi lainnya untuk program enkripsi terbaik di planet ini, dan pernah menjadi penasihat konfidensial bagi beberapa presiden Amerika dan Bill Gates. Ia juga pernah bersekolah di tempat yang sama dengan Michael Valentine dan berteman baik dengannya.
Setelah lulus dari SMA, kedua sahabat itu berpisah. Kornitzer menghabiskan beberapa tahun bepergian dengan menumpang mobil atau truk dengan Cuma-Cuma di Amerika Serikat dan Eropa, mengajar bahasa Inggris untuk angkatan udara Iran, menggembalakan kambing di Skotlandia, lalu pergi ke Seattle di mana ia bekerja di sebuah toko buku komik. Lalu ia ke Stanford, menjual koleksi komiknya, termasuk Superman seri pertama untuk membayar uang kuliahnya. Selama itu ia tinggal di mobil yang diparkirkan di salah satu tempat parkir kampus. Ia lulus dengan gelar sarjana dalam bidang klasik, menolak beberapa tawaran pekerjaan yang hebat dan menarik termasuk posisi dosen Oxford, lalu sekolah lagi. Ia mendapatkan gelar sarjana hukumnya beberapa tahun kemudian, lalu lulus ujian California Bar, meskipun ia belum praktik. Pada pertengahan tahun tujuh puluhan ia bergabung dengan Kelompok Lakeside Programming-nya Bill Gates di Seattle, membantu Microsoft pada tahun-tahun pertamanya. Akhirnya ia berdiri sendiri lagi untuk menuntaskan minat pribadinya, yaitu memasuki hampir semua database komputer di seluruh dunia.
Venus 1 Cinta Bernoda Darah Serial Bu Kek Sian Su 3 Karya Kho Ping Hoo Bayangan Berdarah 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama