The Da Vinci Code Karya Dan Brown Bagian 5
mengapa?" Vernet membentak, aksen Inggrisnya terdengar
tepat. "Untuk melindungi milik nasabahku." "Kami nasabahmu sekarang." kata
Sophie. Wajah Vernet menjadi sedingin es, sebuah perubahan yang menakutkan.
"Mademoiselle Neveu, saya tidak tahu bagaimana kamu mendapatkan kunci dan nomor
rekening itu malam ini, tetapi jelas ini adalah penipuan. Jika saya tahu tingkat
kejahatanmu, saya tidak akan mau menolongmu keluar dari bank."
"Sudah kukatakan," kata Sophie, "kami tidak ada hubungannya dengan kematian
kakekku!" Vernet menatap Langdon. "Lagi pula, dari radio kudengar bahwa kau dicari bukan
hanya karena membunuh Jacques Sauni?re, tetapi juga tiga orang lainnya?"
"Apa!" Langdon seperti tersambar petir. Tiga pembunuhan lainnya" Jumlah itu
lebih mengejutkan daripada fakta bahwa dia merupakan tersangka utama. Tampaknya
ini bukan sebuah kebetulan. Ketiga sen?chaux" Mata Langdon menatap kotak kayu
mawar itu. Jika s?n?chaux sudah terbunuh, Sauni?re tidak punya pilihan. Dia
harus mewariskan batu kunci itu kepada seseorang.
"Polisi dapat menjelaskannya jika aku membawamu," kata Vernet. "Aku telah
melibatkan bankku terlalu jauh."
Sophie mendelik pada Vernet. "Kau sebenarnya tidak bermaksud membawa kami ke
polisi. Kau seharusnya membawa kami kembali ke bank, bukannya ke sini sambil
menodongkan pistolmu."
Kakekmu menyewaku untuk satu alasan - menjaga miliknya aman dan rahasja. Apa pun
isi kotak itu, aku tidak berniat menjadikannya barang bukti pada penyelidikan
polisi. Pak Langdon, berikan kotak itu." Sophie menggelengkan kepalanya.
"Jangan." Pistol meletus, dan sebuah peluru merobek dinding diatas Langdon.
Bagian belakang truk itu menggema ketika selongsong peluru jatuh berdenting di
atas lantai kargo. Sialan! Landon membeku. Vernet berbicara dengan lebih tegas.
"Pak Langdon, ambil kotak itu." Langdon memungut kotak itu. "Sekarang bawa
kepadaku." Vernet mengancangkan bidikan mematikan, berdiri di atas tanah di
belakang bumper belakang. Pistolnya teracung ke arah kargo sekarang. Dengan
kotak di tangannya, Langdon bergerak melintasi palka ke arah pintu yang terbuka.
Akuharusmelakukansesuatu! Pikir Langdon.Akuterancam menyerahkan
batukuncimilikBiarawan! Ketika Langdon bergerak ke arah pintu, posisinya yang
lebih tinggi daripada Vernet menjadi lebih nyata, dan dia mulai bertanyatanya
apakah mungkin dia memanfaatkan keadaan itu. Pistol Vernet terangkat, setinggi
lutut Langdon. Posisi yang sangat baik untuk menendang mungkin" Sialnya, begitu
Langdon mendekat, Vernet tampak merasakan bahaya tersebut dan melangkah mundur,
memosisikan dirinya lagi kira-kira sejauh enam kaki. Betul-betul tak terjangkau.
Vernet memerintahkan. "Letakkan kotak itu di dekat pintu." Karena tidak melihat
pilihan, Langdon berlutut dan meletakkan kotak kayu
mawar itu di ujung palka, tepat di depan pintu yang terbuka itu. "Sekarang
berdiri." Langdon mulai berdiri tetapi terhenti, melihat selongsong peluru di
atas lantai di samping ambang pintu truk itu. "Berdiri, dan menjauh dari kotak itu."
Langdon terhenti sesaat, melihat ke ambang pintu besi itu. Kemudian dia berdiri.
Sambil melakukan itu, dia diam-diam menggeser selongsong peluru tadi hingga ke
birai sempit yang merupakan bendul bawah pintu. Sekarang dia sudah berdiri
sepenuhnya, lalu melangkah mundur. "Kemball ke dinding belakang dan berputar."
Langdon mematuhinya. Vernet dapat merasakan jantungnya berdetak keras. Sambil mengarahkan pistol
dengan tangan kanannya, dia meraih kotak kayu itu dengan tangan kirinya. Dia
baru tahu bahwa kotak itu ternyata terlalu berat. Aku perlu dua tangan. Dia
menatap kedua tawanannya, kemudian memperhitungkan risikonya. Mereka berdua
berada betul-betul lima belas kaki jauhnya dari pintu, di ujung dalam palka
kargo, menghadap ke dinding. Vernet mengambil keputusan. Dengan cepat dia
meletakkan pistolnya pada bumper, mengangkat kotak itu dengan dua tangannya, dan
meletakkannya di atas tanah, kemudian langsung meraih pistolnya lagi dan
mengarahkannya kembali ke dalam palka: Tawanannya tidak ada yang bergerak.
Sempurna. Sekarang yang tersisa hanyalah menutup kembali dan mengunci pintu
kargo. Sambil meninggalkan kotak itu di tanah sebentar, ia meraih pintu metal
itu dan mulai mendorongnya sampai tertutup. Ketika pintu itu terayun
melewatinya, Vernet mengulurkan tangannya untuk menangkap grendel tunggal yang
harus diselipkan ke tempatnya. Pintunya tertutup dengan debam, dan Vernet dengan
cepat memegang grendel itu, menariknya ke kiri. Grendel itu bergeser beberapa
inci dan, tak terduga, terganjal, tidak mau rapat dengan klepnya. Ada apa"
Vernet menariknya lagi, tetapi grendel itu tidak mau mengunci. Alatnya tidak
sejajar dengan benar. Pintu itu tidak benar-benar tertutup! Merasa panik, Vernet
mendorong bagian luar pintunya. tetapi pintu itu tidak mau menutup rapat. Ada
yang mengganjalnya! Vernet berputar dan mendorong lagi dengan seluruh keuatan
bahunya, namun kali ini pintu itu justru memantul balik dengan keras, menghantam
wajah Vernet dan membuatnya terjatuh ke tanah. Hidungnya sangat sakit. Pistolnya
terlepas ketika ia memegangi wajahnya dan merasakan darah hangat mengalir dari
hidungnya. Robert Langdon mendarat ke tanah di dekatnya. Vernet mencoba untuk bangun,
tetapi dia tidak dapat melihat. Pandangan matanya kabur dan dia merasa terhuyung
ke. belakang lagi. Sophie Neveu berteriak. Sesaat kemudian, Vernet merasa debu
dan asap mengurungnya. Dia mendengar kerekah ban truk di atas kerikil, lalu
duduk, hanya untuk melihat ban lebar truk itu tidak berhasil membelok. Lalu ada
suara tumbukan ketika bumper depan truk menabrak sebuah pohon. Suara mesin
menderum, dan truk itu melengkung. Akhirnya, bumper itu menyerah, dan terlepas.
Mobil lapis baja itu bergerak menjauh dengan bumper depan yang terseret. Ketika
truk mencapai tepian jalan, secercah cahaya menyinari langit malam, mengikuti
truk itu melaju makin jauh.
Vernet melihat kembali ke tanah tempat truk tadi terparkir. Walau dalam cahaya
bulan yang temaram, dia dapat melihat tidak ada apa pun di sana. Kotak kayu itu
pun sudah tiada. 50 MOBIL sedan Fiat tak bertanda meninggalkan Puri Gandolfo, meliuk-liuk menuruni
jalan melalui Perbukitan Alban, memasuki lembah di bawahnya. Di bangku belakang,
Uskup Aringarosa tersenyum, merasakan beratnya surat-surat berharga di dalam tas
di atas pangkuannya dan bertanya-tanya berapa lama lagi dia dan Guru dapat
melakukan pertukaran. Duapulubjutaeuro. Jumlah itu ?kan membelikan untuk
Anngarosa kekuatan yang jauh lebih
bernilai daripada uang itu. Ketika mobil itu meluncur cepat menuju Roma,
Aringarosa kembali bertanya-tanya mengapa Guru belum juga meneleponnya. Dia lalu
menarik keluar telepon genggam dari saku jubahnya dan memeriksa sinyal penerima.
Sangat lemah. "Sinyal telepon selular terputus-putus di sini," kata sopir sambil melirik Uskup
Aringarosa dari spion. "Kira-kira dalam lim? menit kita akan keluar dari daerah
pegunungan, dan sinyal itu akan bertambah baik."
"Terima kasih." Aringarosa tiba-tiba merasa khawatir. Tidakadasinyaldi gunung"
Mungkin saja Guru telah mencoba menghubunginya selama ini. Mungkin ada yang
tidak beres. Dengan cepat, Aringarosa memeriksa pesan suara pada telepon genggamnya. Tidak
ada. Kemudian dia menyadarinya, Guru tidak mungkin meninggalkan pesan rekaman.
Guru sangat hati-hati dalam berkomunikasi. Tidak seorang pun mengerti lebih baik
daripada Guru tentang risiko berbicara terbuka di dunia modern ini. Penyadap
elektronik telah memainkan peran utama dalam hal bagaimana dia mengumpulkan
sejumlah informasi rahasia yang mengagumkan.
Karenaalasanitu,diabersikapekstrahati-hati. Sayangnya, sikap hati-hati Guru itu
mencakup tindakan tidak memberi Aringarosa nomor apa pun yang dapat
dihubunginyaHanyaakuyangmemulai hubungan, Guru telah memberitahunya Jadi,
tetaplah dekat dengan teleponmu. Sekarang, menyadari bahwa mungkin saja
teleponnya tidak berfungsi dengan baik, Aringarosa mengkhawatirkan apa yang
mungkin dipikirkan Guru jika dia sudah berkali-kali meneleponnya tanpa jawaban.
Diaakanmengiraadayangtidakberes. Ataubahwaakugagalmendapatkansuratsuratberhargaitu. Uskup Aringarosa mulai agak berkeringat.
Ataulebihburuklagi ...bahwaakumengambiluangitudanlari!.
51 Walau hanya mampu berjalan dengan kecepatan enam puluh kilo meter per jam, truk
lapis baja dengan bumper depan setengah lepas itu terus menggaruk jalan di
pinggiran kota yang sunyi dengan derum menggerus dan menebarkan percikanpercikan ke kap mobil. Kitaharuskeluardari jalan, pikir Langdon. Dia hampir
tidak dapat melihat ke mana mereka menuju. Satu lampu depan truk yang menyala
telah menjadi pusat penerangan dan telah menebarkan sinar miring ke hutan di
sisi jalan raya pinggiran kota. Tampaknya, baja pada "truk lapis baja" ini hanya
berlaku pada bagian palka kargo, tidak untuk bagian depan.
Sophie duduk di bangku penumpang, menatap kosong pada kotak kayu mawar di atas
pangkuannya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Langdon. Sophie tampak gemetar. "Kau
mempercayai Vernet?" "Tentang tambahan tiga pembunuhan itu" Tentu saja. Itu
menjawab banyak pertanyaan - tentang betapa besar usaha kakekmu untuk memberikan
batu kunci itu, sama besarnya dengan keinginan Fache untuk menangkapku." "Bukan,
maksudku tentang Vernet mencoba melindungi banknya. Langdon mengerling.
"Kemungkinan lain?" "Mengambil batu kunci itu untuk dirinya sendiri." Langdon
tidak memikirkan kemungkinan itu. "Bagaiman Vernet tahu isi
kotak itu?" "Banknya menyimpan kotak itu. Dia juga mengenal kakekku. Mungkin
saja dia tahu berbagai hal. Dia mungkin memang menginginkan Grail." Langdon
menggelengkan kepalanya. Tampaknya Vernet bukan orang seperti itu. "Menurut
pengalamanku, hanya ada dua alasan orang mencari Grail. Mereka naif dan percaya
bahwa mereka mencari Cawan Kristus yang sudah lama hilang..." "Atau?" "Mereka
tahu yang sebenarnya dan terancam karenanya. Ada banyak
kelompok di sepanjang sejarah yang mencari dan ingin menghancurkan Grail."
Kesunyian di antara mereka diperjelas dengan suara bumper yang menggesek aspal.
Mereka telah berjalan beberapa kilometer sekarang. Ketika Langdon melihat
percikan api dari depan truk itu, dia bertanya-tanya apakah hal itu tidak
berbahaya. Jika mereka berpapasan dengan mobil lain, pastilah itu akan menarik
perhatian. Langdon mengambil keputusan. "Aku akan mencoba meluruskan bumper
itu." Langd?n menghentikan truk. Akhirnya sunyi senyap. Ketika Langdon berjalan
ke bagian depan truk, dia merasa was-was. Dia telah melihat laras pistol yang
kedua malam ini dan dia selamat lagi. Dia menghirup udara malam dalam-dalam dan
mencoba memikirkan semua kejadian yang menimpanya. Setelah merasa terbebani
sebagai buron, Langdon mulai merasa beratnya tanggung jawab baru, yaitu
kemungkinan bahwa dia dan Sophie memegang serangkaian sandi yang mengantarkan ke
sebuah misteri yang paling abadi sepanjang masa.
Seo1ah beban ini masih kurang besar, Langdon sekarang tahu bahwa segala
kemungkinan untuk mengembalikan batu kunci itu kepada Biarawan telah hilang.
Berita tentang tiga pembunuhan tambahan itu mempunyai implikasi yang menakutkan.
Biarawan telab disusupi orang luar. Mereka mencurigakan. Persaudaraan itu jelas
djawasi, atau ada musuh dalam selimut di antara lapisan-lapisannya. Tampaknya
ini menjelaskan mengapa Sauni?re memindahkan batu kunci itu kepada Sophie dan
Langdon---orang luar persaudaraan itu---orang yang dia tahu tidak mencurigakan.
Kita sama sekali tidak dapat mengembalikan batu kunci kepada Kelompok
persaudaraan itu. Kalaupun Langdon tahu bagaimana mencari anggota Biarawan,
kemungkinan besar orang yang mengaku dirinya sebagai anggota persaudaraan itu
adalah justru musuh itu sendiri. Untuk sesaat, setidaknya, batu kunci itu ada di
tangan Sophie dan Langdon, tidak penting apakah mereka menginginkannya atau
tidak. Ujung depan truk itu tampak lebih payah daripada yang diperkirakan Langdon.
Lampu depan kini telah hilang, dan yang kanan tampak seperti bola mata yang
menggantung keluar dari kelopak matanya. Langdon membenarkannya, tapi lampu itu.
keluar lagi. Satu-satunya kabar baik adalah bumper itu telah hampir putus.
Langdon menendangnya dengan keras dan merasa dia mampu melepas bumper itu dari
truk. Ketika dia berkali-kali menendang metal yang melintir itu, Langdon ingat akan
percakapan pertamanya dengan Sophie. Kakekku meninggalkan pesan telepon. cerita
Sophie tadi. Katanya dia perlu memberitahukan kebenaran tentang keluargaku. Pada
saat itu, percakapan itu tidak ada artinya, namun sekarang, setelah tahu bahwa
Biarawan Sion terlibat, Langdon merasa munculnya kemungkinan baru yang
mengejutkan. Bumper itu tiba-tiba terlepas dan terhempas. Langdon berhenti untuk
bernapas. Setidaknya truk itu tidak lagi tampak seperti kembang api. Dia
memungut bumper itu dan menyeretnya jauh ke hutan sambil memikirkan ke mana
tujuan mereka setelah ini. Mereka tidak tahu bagaimana membuka cryptex itu, atau
mengapa Sauni?re memberikannya kepada mereka. Sialnya, kese1amatan mereka malam
ini tampaknya tergantung justru pada jawaban atas pertanyaanpertanyaan itu.
Kitaperlupertolongan, akhirnya Langdon memutuskan.Pertolongandari
seorangprofesional. Di dalam dunia Holy Grail dan Biarawan Sion, itu artinya hanya satu orang.
Tantangannya adalah, tentu saja, menawarkan gagasan itu kepada Sophie.
Sementara itu, di dalam truk berlapis baja, Sophie kembali. Dia dapat merasakan
beratnya kotak kayu menunggu Langdon mawar itu di atas pangkuannya, dan dia
membencinya. Mengapa kakekku memberikan ini kepadaku" Dia sama sekali tidak tahu
apa yang harus dilakukannya pada kotak itu.
Berpikir, Sophie! Gunakan otakmu. Grand-p?re sedang berusaha
mengatakansesuatupadamu! Dia membuka kotak itu dan memperhatikan lempengan-lempengan cryptex. Bukti
kepatutan. Dia dapat merasakan tangan kakeknya sedang bekerja. Batu kunci itu
merupakan peta yang dapat diikuti hanya oleh orang yanglayak. Itu betul-betul
suara kakeknya. Sophie mengeluarkan cryptex itu dari kotaknya, lalu mengusapkan jemarinya
mengelilingi lempengan-lempengan itu. Lima huruf Dia memutarnya satu persatu.
Alat itu berputar halus. Dia menyejajarkan cakramcakram itu sedemikian rupa
sehingga huruf-huruf piihannya berbaris di antara dua panah kuningan yang
sejajar pada setiap ujung silinder. Lempenganlempengan itu sekarang menampilkan
sebuah kata yang terdiri atas lima huruf, kata yang sangat dikenal Sophie. G-RA-I-L. Perlahan, Sophie memegang kedua ujung silinder itu dan menariknya, sambil
menambahkan tekanan perlahan. Cryptex itu tidak bergerak. Dia mendengar kecipak
cuka di dalamnya dan berhenti menarik. Kemudian dia mencoba lagi. V-I-N-C-I.
Lagi, tidak ada pergerakan. V~O-U-T-E Tidak juga.Cryptex itu masih tetap
terkunci rapat. Dia mengerutkan dahinya, lalu menyimpan cryptex itu kembali di
dalam kotak dan menutupnya. Saat melihat ke luar pada Langdon, Sophie merasa
bersyukur Langdon bersamanya malam ini. PS. cari Robert Langdon. Alasan kakeknya
untuk melibatkan Langdon sekarang menjadi jelas. Sophie tidak siap untuk
mengerti maksud kakeknya, dan karena itu kakeknya meminta Robert Langdon sebagai
pemandunya. Seorang guru untuk mengajarnya. Sialnya bagi Langdon, malam ini dia
harus berperan lebih dari seorang guru. Dia telah menjadi sasaran Bezu Fache ...
dan beberapa kekuatan tak terlihat yang berniat menguasai Holy Grail.
ApapunGrailitunantinya. Sophie bertanya-tanya apakah menemukan Grail seharga
hidupnya. Ketika truk berlapis baja itu berjalan lagi, Langdon senang karena truk itu
sekarang melaju lebih lancar. "Kau tahu arah ke Versallies?" Sophie menatap
Langdon. "Mau melihat-lihat?" "Tidak, aku punya rencana. Di sana ada ahli
sejarah agama yang kukenal. Dia tinggal di dekat Versailles. Aku tidak ingat di
mana tepatnya, tetapi kita bisa mencarinya. Aku pernah berkunjung kesana
beberapa kali. Namanya Leigh Teabing. Dia mantan ahli sejarah bangsawan
Inggris." "Dan dia tinggal di Paris?" "Semangat hidup Teabing adalah Grail. Ketika kabar
angin tentang batu kunci milik Biarawan itu muncul kira-kira lima belas tahun
yang lalu, dia pindah ke Prancis untuk menyelidiki dengan harapan dapat
menemukan Grail. Dia menulis beberapa buku tentang batu kunci dan Grail. Dia
mungkin dapat membantu kita mengetahui bagaimana membuka itu dan apa yang harus
kita lakukan pada silinder itu." Mata Sophie bersinar waspada. "Kau
mempercayainya?" "Mempercayainya untuk apa" Bahwa dia tak akan mencuri informasi
itu" "Dan tidak akan melaporkan kita." "Aku tidak bermaksud menceritakan padanya
bahwa kita dicari polisi. Aku berharap dia mau menenima kita sampai kita tahu
bagaimana mengatasi semuanya."
"Robert, kau tidak sadar bahwa semua televisi di Prancis mungkin telah
menyiarkan foto kita" Bezu Fache pekerjaannya. Dia akan membuat diketahuinya."
selalu menggunakan media dalam kita tidak dapat berkeliaran tanpa Hebat. Pikir
Langdon. Penampilan pertamaku di tv adalah dalam siaran "Orang yang Paling
Dicari di Paris." Paling tidak Jonas Faukman akan senang setiap kali Langdon
membuat berita, bukunya akan melonjak laris. "Kau berteman cukup baik dengan
orang ini?" Langdon ragu apakah Teabing senang menonton televisi apalagi pada
jam seperti ini, namun pertanyaan itu pantas dipertimbangkan. Naluri Langdon
mengatakan bahwa Teabing betul-betul dapat dipercaya. Sebuah pelabuhan aman yang
ideal, mengingat keadaan ini, Teabing akan menawarkan diri untuk mengambil
risiko dengan menolong mereka semaksimal mungkin. Bukan hanya karena dia pernah
berutang budi pada Langdon, namun dia adalah peneliti Grail, dan Sophie mengakui
bahwa kakeknya betul-betul mahaguru dari Biarawan Sion. Jika Teabing mendengar
itu, dia akan sangat bersedia membantu mereka dalam hal ini.
"Teabing bisa menjadi kawan yang dapat diandalkan ," kata Langdon.
The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tergantungdariberapabanyakyanginginkaukatakanakepadanya. "Fache mungkin telah
menawarkan uang untuk penangkapan kita." Langdon tertawa. "Percayalah, uang
adalah hal terakhir yang dibutuhkan orang ini." Leigh Teabing kaya dalam ukuran
sebuah negara kecil. Sebagai keturunan Duke of Lancaster Pertama dari Inggris,
Teabing mendapatkan uangnya dengan cara lama - waris. Rumahnya di luar Paris
adalah sebuah istana abad XVII dengan dua danau pribadi.
Langdon pertama kali bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu melalui British
Broadcasting Corporation. Teabing mendatangi BBC untuk menawarkan film
dokumentasi sejarah, yang akan membongkar sejarah Holy Grail yang menggemparkan
kepada penonton sebuah stasiun televisi besar. Produser BBC menyukai pemikiran
Teabing yang cemerlang, penelitiannya, dan nama baiknya, tetapi mereka menilai
konsep itu terlalu mengguncangkan dan sulit dicerna, sehingga mereka khawatir
BBC akan kehilangan reputasinya sebagai stasiun tv dengan kualitas jurnalisme
yang baik. Seperti disarankan Teabing, BBC memecahkan kekhawatirannya dengan
mengundang tiga orang ahli sejarah yang ternama dari seluruh dunia, yang
semuanya membenarkan sifat-sifat mengagumkan dari Holy Grail lewat penelitian
mereka sendiri. Langdon adalah salah satu dari pakar yang dipilih itu. BBC tetah
menerbangkan Langdon ke rumah Teabing di Paris untuk pembuatan film itu. Dia
duduk di depan kamera di ruang duduk Teabing yang mewah dan menceritakan
sejarahnya. Dia mengakui keraguannya ketika pertama kali mendengar cerita yang
berbeda tentang Holy Grail, kemudian menggambarkan betapa penelitian selama
bertahun-tahun telah membuktikan bahwa cerita itu benar. Akhirnya, Langdon
menawarkan beberapa hasil penehtlannya---serangkaian kaitan simbologis yang
sangat mendukung pernyataan yang tampak kontroversial itu. Ketika acara itu
disiarkan di Inggris, walau didukung oleh pernyataan yang. kompak dari para
pelakunya dan bukti-bukti yang terdokumentasi dengan baik, gagasan itu ternyata
sangat menyinggung pemikiran Kristen yang populer sehingga segera menimbulkan
perlawanan yang sengit. Acara itu tidak pernah disiarkan di Amerika Serik?t,
namun reaksi tersebut menggema melintasi Atlantik. Tak lama berselang, Langdon
menerima sepucuk kartu dari seorang teman lama - seorang uskup katolik dari
Philadephia. Kartu itu hanya bertuliskan:Ettu,Robert" -- kaujuga,Robert"
"Robert," tanya Sophie, "kauyakinkita dapat mempercayai orang ini?" "Pasti. Kami
berteman, dia tidak memerlukan uang, dan aku kebetulan tahu dia membenci pihak
berwenang Prancis. Pemerintah Prancis membebaninya dengan pajak yang luar biasa
karena dia membeli tempat bersejarah. Dia tidak mungkin bekerja sama dengan
Fache." Sophie menatap ke luar pada jalan gelap. "Jika kita pergi ke orang itu, seberapa
banyak kau akan memberikan informasi kita?"
Langdon tampak tak siap. "Percayalah. Leigh Teabing lebih tahu tentang Biarawan
Sion dan Holy Grail dibandingkan siapapun di bumi ini." Sophie menatap tajam.
"Lebih dari kakekku?" "Maksudku, orangdiluar persaudaraan itu." "Bagaimana
kautahu Teabing bukan anggota persaudaraan"' "Teabing telah menghabiskan tentang
Holy Grail. Anggota kerahasiaannya." hidupnya Biarawan untuk menyiarkan
bersumpah untuk kebenaran menjaga
"Terdengar seperti konflik kepentingan, bagiku." Langdon mengerti kekhawatiran
Sophie. Sauni?re telah memberikan cryptex rahasia langsung kepada Sophie, dan
walau dia tidak tahu apa isinya atau apa yang harus dilakukannya, dia ragu untuk
melibatkan orang yang benar-benar tidak dikenalnya, mengingat kemungkinan
informasi itu tertutup, naluri mungkin merupakan hal yang baik untuk didengar.
"Kita tidak perlu langsung mengatakan tentang batu kunci itu kepada Teabing.
Atau sama sekali tidak. Kita bisa saja ke rumahnya hanya untuk bersembunyi dan
berpikir. Mungkin ketika kita berbicara dengannya tentang Grail, kau akan mulai
tahu mengapa kakekmu memberikan itu kepadamu." "Kepadakita," Sophie
mengingatkan. Langdon merasa sedikit bangga walau bertanya-tanya lagi mengapa
Sauni?re melibatkannya. "Kautahu sedikit banyak di mana Pak Teabing tinggal?"
tanya Sophie. "Rumahnya disebut Puri Villette." Sophie berputar dan menatap
Langdon dengan tatapan meragukan. "Puri
Villette itu?" "Ya, itulah. Kautahu?" "Aku pernah melewatinya. Itu di daerah
puri. Dua puluh menit dari sini." Langdon berkerut dahinya. "Sejauh itu?" "Ya.
Kau jadi punya waktu cukup untuk menceritakan apa sebenarnya Holy
Grail itu." Langdon terdiam. "Aku akan menceritakannya di rumah Teabing. Kami
berdua mengkhususkan diri pada area legenda yang berbeda, sehingga jika kau
berada di antara kami, kau akan mendapatkan cenita yang lengkap." Langdon
tersenyum. "Lagi pula, Grail sudah merupakan kehidupan Teabing, dan mendengarkan
cerita tentang Holy Grail dari mulutnya akan seperti mendengarkan teori
relativitas dari mulut Einstein sendiri." "Semoga saja Leigh tidak berkeberatan
dengan tamu tengah malam." "Untuk dicatat, namanya Sir Leigh." Langdon membuat
kesalahan itu hanya satu kali. "Teabing orang yang unik. Dia dinobatkan sebagai
'ksatria' oleh Ratu beberapa tahun yang lalu setelah menyusun sebuah sejarah
yang panjang tentang House of York."
Sophie menatapnya. "Kau bercanda" Kita akan mengunjungi seorang knight?"
Langdon tersenyurn aneh. "Kita sedang dalam masalah Grail, Sophie. Siapa yang
dapat menolong kita kalau bukan seorang kesatria?"
52 PURI VILLETTE terhampar seluas 185 ha, terletak dua puluh menit dari barat laut
Paris di sekitar Versailles. Dirancang oleh Francois Mansart pada tahun 1668
untuk Count of Aufflay, Puri Villette merupakan salah satu puri bersejarah yang
penting di Paris. Dilengkapi dengan dua danau persegi dan taman rancangan Le
N?tre, Puri Villette lebih sebagai puri yang sederhana daripada sebuah rumah
mewah besar. Tempat tinggal itu lebih terkenal dengan namaLaPetiteVersailles Versailles Kecil. Langdon menghentikan truk lapis baja itu di sebuah perhentian yang mengeriikan
di ujung jalan yang sepanjang satu mil. Jauh di dalam gerbang pengamanan yang
mengagumkan, tempat kediaman Sir Leigh Teabing menjulang di atas sebuah padang
rumput. Tanda yang terpasang di pintu gerbang itu tertulis dalam bahasa Inggris:
MILIK PRIBADI. DILARANG MASUK.
Seolah menyatakan bahwa rumahnya merupakan sebuah kepulauan Britania, Teabing
tidak hanya mencantumkan tanda itu dalam bahasa Inggris, tetapi juga memasang
sistementry interkom pada pintu gerbang di sisi sebelah kanan truk - sisi sebelah
tempat duduk penumpang untuk setiap mobil Eropa, kecuali Inggris.
Sophie melihat interkom yang salah tempat itu dengan aneh. "Bagaimana jika
seseorang datang tanpa penumpang?"
"Jangan bertanya." Langdon sudah sangat mengenal Teabing. "Dia lebih suka
segalanya seperti di negerinya saja." Sophie menurunkan jendelanya. "Robert,
lebih baik kau saja yang bicara." Langdon menggeser duduknya, mencondongkan
tubuhnya ke arah Sophie untuk menekan tombol interkom. Ketika dia menekan tombol
itu, hidung Langdon mencium bau parfum Sophie, dan dia baru sadar betapa dekat
posisi mereka. Langdon menunggu, kemudian ada suara aneh, sementara sebuah
telepon mulai berdering melaluispeaker kecil.
Akhirrrya, interkom itu terhubung dan suara beraksen Prancis dari seseorang yang
terganggu berkata: "Puri Villette. Siapa yang datang?"
"Ini Robert Langdon," seru Langdon, menjulur melintasi pangkuan Sophie. "Aku
teman Sir Leigh Teabing. Aku memerlukan bantuannya." "Tuanku sedang tidur. Juga
aku tadi. Apa urusan Anda dengan Tuanku?" "lni urusan pribadi. Salah satu hal
yang sangat menarik perhatiannya." "Kalau begitu dia pasti akan senang menerima
Anda besok pagi." Langdon memindahkan berat tubuhnya. "Ini sangat penting."
"Begitu juga dengan waktu tidur Sir Leigh. Jika Anda temannya, maka Anda tahu
dia tidak terlalu sehat." Sir Leigh Teabing menderita polio sejak kecil.
Sekarang dia mengenakan penyangga kaki dan berjalan menggunakan tongkat ketiak.
Namun Langdon menganggapnya sangat bersemangat dan menarik pada saat terakhir
kali mengunjunginya. Sir Leigh sama sekali tidak terlihat lemah. "Jika Anda mau,
tolong sampaikan saya punya informasi baru yang belum jelas tentang Grail.
Informasi tersebut tidak dapat menunggu sampai besok." Lama tak ada jawaban.
Langdon dan Sophie menunggu. Mesin truk menggerum keras. Satu menit penuh
berlalu. Akhirnya seseorang berbicara. "Teman baikku, aku berani mengatakan
bahwa kau masih dalam standar waktu di Harvard." Suara itu nyaring dan ringan.
Langdon menyeringai, mengenali aksen Inggris yang kental. "Leigh, maafkan aku
karena telah lancang membangunkanmu pada jam seperti ini." "Pelayanku bilang
bahwa kau tidak saja di Paris, tetapi juga berbicara
tentang Grail." "Kupikir itu bisa membuatmu bangun dari tempat tidurmu." "Aku
sudah bangun." "Kau mau membukakan pintu gerbang untuk teman lama?" "Mereka yang
mencari kebenaran lebih dari sekadar teman. Mereka
saudara." Langdon menaikkan bola matanya ke arah Sophie. Dia sangat terbiasa
dengan kegemaran Teabing akan drama kuno. "Aku memang akan membuka pintu
gerbang," kata Teabing, "tetapi pertama-tama aku harus yakin bahwa kau jujur.
Sebuah tes untuk kehormatanmu. Kau akan menjawab tiga pertanyaan."
Langdon menggeram, berbisik pada Sophie. "Sabarlah denganku di sini. Aku sudah
katakan, orang ini agak unik."
"Pertanyaan pertama," kata Teabing, nada suaranya seperti Herkules. "Apakah aku
akan menjamumu dengan kopi atau teh?"
Langdon tahu bagaimana perasaan Teabing tentang kopi orang Amerika. "Teh,"
Langdon menjawab. "Earl Grey." "Bagus sekali. Pertanyaan kedua. Susu atau gula"
Langdon ragu. "Susu," bisik Sophie pada telinga Langdon. "Kupikir orang Inggris
lebih suka susu pada tehnya." "Susu," kata Langdon. Sunyi. "Gula?" Teabing tidak
menjawab. Tunggu! Langdon sekarang ingat minuman pahit yang pernah disajikan
untuknya pada kunjungannya yang terakhir. Pertanyaan ini, dia sadar, pastilah
sebuah jebakan."Jeruknipis!" dia berseru. "Earl Grey denganjeruknipis."
"Betul." Teabing terdengar senang sekali sekarang. "Dan, akhirnya, aku harus
menanyakan pertanyaan yang paling menyedihkan." Teabing terdiam, kemudian
berbicara dengan nada sopan. "Pada tahun berapa pendayung Harvard terakhir
kalinya mengalahkan pendayung Oxford di Henley?"
Langdon tidak tahu, namun dia dapat membayangkan hanya satu alasan pertanyaan
ini diajukan. "Tentu saja parodi seperti itu tidak pernah terjadi."
Pintu gerbang itu terbuka. "Hatimu memang jujur, temanku. Kau boleh masuk."
53 "MONSIEUR VERNET!" manajer malam Bank Penyimpanan Zurich merasa lega suara
presiden banknya di telepon. "Anda pergi ke mana tadi, Pak" Polisi di sini.
Semua orang menunggu Anda!"
"Aku punya masalah kecil," kata presiden bank itu, terdengar sedih. "Aku perlu
bantuanmu segera." Anda punya lebih dari sekadar masalah kecil, pikir manajer itu. Polisi telah
mengepung keseluruhan bank itu dan mengancam mendatangkan kapten DCPJ sendiri
dan membawa surat izin penggeledahan yang diminta bank tadi. "Bantuan apa yang
harus saya lakukan, Pak?" "Truk lapis baja nomor tiga. Aku harus menemukannya."
Dengan bingung, manajer itu memeriksa daftar pengiriman. "Ada di sini,
Pak. Di bawah, di dok pemuatan." "Tidak. Truk itu dicuri oleh kedua buronan
polisi itu." "Apa" Bagaimana mereka bisa keluar?" "Aku tidak dapat menjelaskan
dengan rinci di telepon, tetapi kita ada
masalah yang kemungkinan besar dapat mendatangkan kerugian pada bank." "Apa yang
harus saya lakukan, Pak?" "Aku mau kau mengaktifkan transponder darurat pada
truk itu." Mata manajer malam itu bergerak ke kotak pengendali Lojack di
seberang ruangan. Seperti banyak mobil lapis baja, setiap truk bank telah
dilengkapi dengan peralatan radio-kontrol yang dapat djaktifkan secara jarak
jauh dari bank. Manajer itu hanya pernah menggunakan satu kali sistem darurat
itu, setelah terjadi suatu pembajakan, dan alat itu berfungsi dengan sempurna mencari lokasi truk itu dan mengirimkan kordinasi kepada yang berwenang secara
otomatis. Namun, malam ini, manajer itu menarik kesan bahwa dia perlu bersikap
lebih bijaksana. "Pak, Anda tahu bahwa jika saya mengaktifkan sistem Lojack,
alat transponder itu akan sekaligus menginformasikan kepada pihak yang berwenang
bahwa kita punya masalah."
Vernet terdiam beberapa detik. "Ya, aku tahu. Kerjakan saja. Truk nomor tiga.
Aku perlu tahu lokasi truk itu secara tepat. Aku tunggu sekarang." "Segera,
Pak." Tiga puluh detik kemudian, empat puluh kilometer jaraknya dari Bank, tersembunyi
di bawah truk berlapis baja, sebuah transponder kecil berkedip menya1a. KETIKA
LANGDON dan Sophie mengendarai truk lapis baja itu di sepanjang jalan yang kirikanannya diapit pepohonan, ke arah rumah itu, Sophie merasa otot-ototnya menjadi
lebih kendur. Dia merasa lega telah keluar dari jalan umum, sehingga dia dapat
memikirkan beberapa tempat lainnya yang aman bagi mereka, selain tempat tinggal
berpintu gerbang milik orang asing yang ramah itu.
Mereka membelok mengikuti jalar yang memutar, dan tampaklah Puri Vilette di
sebelah kanan. Bertingkat tiga dengan panjang setidaknya enam puluh meter,
gedung itu dihiasi dinding batu kelabu yang disinari oleh lampu sorot di luar.
Bagian depan gedung yang kasar itu rapi sejajar, menghadap ke taman yang indah
dan danau yang bening. Lampu dari dalam rumah baru saja dinyalakan. Langdon
tidak menghentikan mobilnya di depan pintu. Dia meneruskannya hingga ke tempat
parkir yang berada di bawah pepohonan yang selalu rindang. "Jangan sampai mobil
ini terlihat dari luar," kata Langdon. "Atau, Leigh bertanya-tanya mengapa kita
datang dengan truk berlapis baja yang hancur begini."
Sophie mengangguk "Bagaimana dengan cryptex ini" Kita tidak dapat
meninggalkannya di sini, bukan" Tetapi jika Leigh meilihatnya, dia pasti akan
bertanya." "Jangan khawatir," kata Langdon, lalu dia menanggalkan jasnya sambil keluar dari
truk itu. Dia kemudian membungkus kotak kayu itu dengan jasnya dan membawa
bungkusan itu seperti menggendong bayi. Sophie tampak ragu. "Hampir tidak
kentara." "Teabing tidak pernah menanyakan apa-apa pada tamunya; dia lebih suka
mempersilakan tamunya masuk. Aku akan menemukan tempat untuk menyembunyikan ini
di dalam, sebelum dia menemui kita." Langdon terdiam sejenak. "Sebenarnya, aku
harus mengatakan ini sebelum kau bertemu dengan Sir Leigh. Dia punya selera
humor yang biasanya dianggap orang agak...aneh."
Sophie ragu apakah masih ada yang lebih aneh daripada semua yang dialaminya
malam ini. Jalan kecil menuju pintu rumah itu dibuat dari bebatuan bulat yang diatur dan
dipasang dengan tangan. Lalu jalan itu membelok menuju pintu dari kayu ek dan
ceri yang diukir dan diberi hiasan pengeruk dari kuningan seukuran buah anggur.
Sebelum Sophie dapat meraih pengetuk itu, pintu besar itu sudah terbuka ke
dalam. Seorang pelayan lelaki yang tampak kuno dan anggun berdiri didepan mereka,
sambil memperbaiki dasi putih dan jas tuxedonya, walau sesungguhnya dia sudah
sangat rapi. Pelayan itu tampak berusia sekitar lima puluhan, dengan penampilan
yang necis dan tarikan wajah yang tegang. Langdon merasa seakan kehadiran mereka
sangat mengganggunya. "Sir Leigh akan segera turun," katanya. Aksen Prancisnya
sangat kental. "Beliau sedang berganti pakaian. Beliau tidak suka menyambut tamu
dengan hanya mengenakan baju tidur. Boleh saya ambil jas Anda?" Dia mengerutkan
dahinya sambil melihat gulungan jas di tangan Langdon. "Tidak perlu. Aku tidak
apa-apa," kata Langdon. "Tentu saja. Silakan lewat sini." Pelayan itu membawa
mereka melewati sebuah ruang depan yang serba pualam ke sebuah ruang duduk yang
sangat mewah dan diterangi dengan lembut oleh lampu-lampu antik zaman Ratu
Victoria. Udara di dalam ruangan itu beraroma kuno, walau anggun. Aroma tembakau
dan pipa, daun teh,sherry untuk masak dan aroma tanah yang berasal dari
arsitektur bebatuan. Pada dinding yang jauh, di antara dua cerobong surat dari
metal, terletak perapian yang cukup besar untuk memanggang seekor sapi jantan
yang tersusun dari bebatuan yang ditata kasar. Si pelayan berjalan ke arah
perapian tersebut, berjongkok dan menyentuh sebuah korek api sambil
mempersiapkan balok kayu ek dan ranting-ranting. Tak lama kemudian api menyala.
Pelayan itu berdiri, merapikan jasnya. "Tuanku meminta anda untuk berlaku
seperti di rumah sendiri." Setelah itu dia pergi meninggalkan Langdon dan Sophie
sendirian. Sophie bingung juga harus memilih duduk di mana di antara kursi-kursi antik di
dekat perapian itu. Apakah dia akan duduk di kursi panjang beludru zaman
Renaissance, atau kursi goyang cakar elang yang tampak sudah berkarat, atau
sepasang bangku gereja dari batu yang mungkin saja diambil dari sebuah kuil
zaman Bizantinum. Langdon membuka bungkusan cryptex, berjalan kea rah kursi panjang beludru, lalu
menyelipkan kotak kayu itu di bawahnya sehingga tak terlihat dari luar. Kemudian
dia mengibaskan jasnya dan mengenakannya lagi. Setelah itu dia tersenyum kepada
Sophie dan duduk di atas kursi panjang itu, tepat di atas harta karun yang
disembunyikannya. Akupilihkursipanjangitu, pikir Sophie, lalu duduk disamping
Langdon. Ketika Sophie menatap api yang membesar dan menatap kehangatannya, dia
merasa bahwa kakeknya pasti menyukai ruangan ini. Panel kayu berwarna gelap itu
dihiasi dengan lukisan-lukisain karya pakar-pakar lama. Sophie mengenali salah
satunya, sebuah lukisan Poussin, pelukis kesayangan kakeknya yang kedua. Pada
rak di atas perapian, sebuah patung torso Isis dari batu pualam mengawasi
ruangan. Di bawah dewi Mesir itu, di dalam perapian, dua gargoyles - batu berukir hewan berfungsi sebagai penopang kayu bakar. Mulut hewan-hewan ukiran itu terbuka,
mempertihatkan kerongkongan mereka yang dalam dan mengancam. Gargoyles selalu
mernbuat Sophie kecil ketakutan, sebelum Sauni?re membawanya ke puncak katedral
Notre Dame di waktu hujan badai. "Putri, lihatlah makhluk-makhluk bodoh ini,"
The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kata kakeknya, sambil menunjuk pada gargoyle yang berfungsi sebagai ujung talang
air, yang menyemburkan air hujan dari mulutnya. "Kau dengar suara lucu yang
keluar dari tenggorokan mereka?" Sophie kecil mengangguk, tersenyum karena suara
yang seperti berkumur dari mulut hewan-hewan itu. "Mereka berkumur," kata
kakeknya. "Gargariser! Dan, dan situlah mereka mendapatkan nama bodoh itu,
gargoyles." Sejak itu Sophie tidak pernah takut lagi.
Kenangan manis itu membuat Sophie merasa sedih karena kenyataan bahwa kakeknya
telah dibunuh mencengkeram perasaannya lagi. Grand-p?re sudah pergi. Dia
membayangkan cryptex itu di bawah kursi panjang dan bentanya-tanya apakah Leigh
Teabing tahu bagaimana membukanya. Atau perlukah kita menanyakannya. Kata-kata
terakhir kakek Sophie telah menyuruhnya untuk mencari Robert Langdon. Kakeknya
tidak mengatakan untuk melibatkan orang lain lagi. Kita perlu tempat untuk
bersembunyi, Pikir Sophie, memutuskan untuk mempercayai penilaian Robert.
"Sir Robert!" sebuah suara berseru dari belakang mereka. "Aku lihat kau
bepergian dengan seorang nona?"
Langdon berdiri. Sophie juga terloncat dari duduknya. Suara itu datang dari
puncak tangga yang berkelok ke lantai dua yang gelap. Pada puncak anak tangga,
sesosok bayangan bergerak, hanya siluetnya yang tampak.
"Salamat malam," seru Langdon. "Sir Leigh, perkenankan aku memperkenalkan Sophie
Neveu." "Sebuah kehormatan bagiku," kata Teabing sambil bergerak ke tempat yang lebih
terang. "Terima kasih mau menerima kami," kata Sophie, sekarang dia dapat melihat lelaki
itu mengenakan penyangga kaki dari metal dan penopang ketiak. Sir Leigh menuruni
anak tangga satu demi satu. "Aku tahu, ini sudah sangat larut," sambung Sophie.
"Ini tidak terlalu larut, sayangku. Ini terlalu awal." Sir Leigh tertawa. "Vous
netes pas Am?ricaine?" Sir Leigh menanyakan apakah Sophie bukan orang Amerika.
Sophie menggelengkan kepalanya."Parisienne." "Bahasa Inggrismu sangat istimewa."
"Terima kasih. Aku belajar di Royal Holloway." "Pantas saja." Lalu Teabing
terpincang turun lagi melewati kegelapan. "Mungkin Robert telah mengatakan, aku
belajar di Oxford saja." Teabing tersenyum nakal kepada Langdon. "Tentu saja,
aku juga melamar ke Harvard sebagai cadangan."
Akhirnya tuan rumah itu tiba di dasar tangga. Bagi Sophie, Teabing tampak lebih
sebagai Sir Elton John daripada seorang kesatria. Berperut gendut dan berwajah
kemerahan, Sir Leigh Teabing berambut seperti semak merah dan mata coklat yang
riang, yang selalu tampak bercahaya ketika sedang berbicara. Teabing mengenakan
celana panjang berlipat dan kemeja dari sutera di bawah rompi wol yang bercorak
halus. Walau kakinya ditopang dengan aluminium, Sir Leigh tetap bersikap tabah,
berdiri tegak penuh percaya diri, sikap yang tampaknya lebih karena nenek
moyangnya yang para bangsawan tinggi daripada dibuat-buat.
Teabing tiba di bawah dan mengulurkan tangan kepada Langdon. "Robert, kau telah
kehilangan berat badanmu." Langdon tersenyum. "Dan kau menemukannya sebagian."
Teabing tertawa riang, sambil menepuk-nepuk perut bulatnya. "Touch?. Satusatunya kegemaran jasmaniahku akhir-akhir ini tampaknya hanya masakmemasak."
Sekarang dia menoleh kepada Sophie. Dengan lembut dia mengambil tangan Sophie,
dan menundukkan kepalanya sedikit, bernapas ringan pada jemari Sophie tanpa
menatap matanya."M'lady." Sophie mengerling pada Langdon. Dia ragu apakah sedang
berada di zaman lampau atau di rumah sakit gila. Pelayan yang tadi membukakan pintu masuk
membawa sebuah nampan teh, yang langsung diaturnya di atas meja di depan perapian. "Ini R?my
Legaludec," kata Teabing, "pelayanku." Pelayan ramping itu mengangguk kaku dan menghilang
lagi. "R?my orang Lion," bisik Teabing, seolah itu aib yang menyedihkan.
"Tetapi dia membuat saus yang sangat ,lezat." Langdon tampak senang. "Aku
tadinya mengira kau mendatangkan
pelayan dari Inggris." "Oh, tidak. Aku tidak mau juru masak Inggris. Hanya orang
Prancis, si pengumpul pajak." Leigh menoleh kepada Sophie. "Pardonnez-moi,
Mademoiselle Neve?. Yakinlah, ketidaksukaanku terhadap Prancis hanya dari segi
politik dan sepak bola mereka saja. Pemerintah Anda mencuri uangku, dan
kesebelasan sepak bola Anda akhir-akhir ini mempermalukan kami." Sophie
tersenyum manis. Teabing menatapnya sesaat dan kembali ke Langdon. "Ada yang
telah terjadi. Kalian berdua tampak gemetar." Langdon mengangguk. "Kami telah
melewatkan malam yang sangat
menarik, Leigh." "Tak diragukan. Kalian datang di depan pintuku di tengah malam
dan mengatakan tentang Grail. Katakan, apakah ini memang tentang Grail, atau kau
mengatakan itu hanya supaya dapat membangunkanku dari tidur di tengah malam?"
Cenderung keduanya, pikir Sophie, sambil membayangkan cryptex yang tersembunyi
di bawah bangku. "Leigh," kata Langdon. "Kami ingin berbicara denganmu tentang Biarawan Sion."
Alis lebat Teabing tegak karena tergugah minatnya. "Para pengawal. Jadi ini
memang tentang Grail. Kau katakan tadi, kau datang membawa informasi" Ada yang
baru, Robert?" "Mungkin. Kami tidak terlalu yakin. Mungkin kami punya gagasan yang lebih baik
jika kami dapat memperoleh beberapa informasi darimu lebih dulu."
Teabing menggoyangkan jarinya. "Selalu orang Amerika yang cerdik. Baiklah. Aku
siap melayani kalian. Apa yang dapat kukatakan?"
Langdon mendesah. "Aku berharap kau akan mau berbaik hati untuk menjelaskan
kepada Nona Neveu sifat sesungguhnya dari Holy Grail." Teabing menatap terpaku.
"Dia tidaktahu?" Langdon menggelengkan kepalanya. Senyuman yang terkembang pada
wajah Teabing bisa dikatakan hampir
nakal. "Robert, kau telah membawa kepadaku seorang perawan?" Langdon mengedipkan
matanya, dan menatap Sophie. "Perawan adalah kata yang digunakan oleh peminat
Grail bagi semua orang yang belum pernah mendengar cerita Grail yang
sesungguhnya." Teabing menoleh bersemangat kepada Sophie. "Sebanyak apa yang telah kau ketahui,
Nona." Dengan cepat Sophie mengatakan secara garis besar apa yang telah didengarnya
dari Langdon sebelum ini - Biarawan Sion, Templar, dokumen Sangreal, dan Holy
Grail, yang banyak orang mengatakannya bukanlah sebuah mangkuk ... melainkan
sesuatu yang jauh lebih berarti.
"Itu saja?" Teabing menatap Langdon marah. "Robert, kukira kau pria terhormat.
Kau telah mencuranginya habis-habisan!"
"Aku tahu, kukira mungkin kau dan aku dapat ... " Langdon tampaknya memutuskan
untuk tidak menggoda Sophie terlalu lama.
Teabing sekarang menatap Sophie dengan mata jenakanya. "Kau betul betul perawan
Grail, Nona. Dan, percayalah padaku, kau tidak akan melupakan saat pertamamu."
55 SOPHIE DUDUK di atas kursi panjang di samping Langdon. Dia meminum tehnya dan
makan kue scone. Dia merasakan pengaruh kafein dan makanan yang menyenangkan.
Sir Leigh Teabing tampak berseri wajahnya ketika melangkah kaku ke depan
perapian. Penopang kakinya berdentingan pada batu perapian.
"Holy Grail," kata Teabing, suaranya terdengar seremonial. "Umumnya orang
menanyakan padaku di mana Grail itu sekarang. Aku khawatir itu pertanyaan yang
tidak akan pernah dapat kujawab." Dia menoleh dan menatap langsung pada Sophie.
"Namun ... pertanyaan yang lebih relevan adalah: Apakah Holy Grail itu?"
Sophie merasa ada suasana akademis yang meninggi dari kedua orang teman
lelakinya itu sekarang. "Untuk mengerti Grail sepenuhnya," Teabing melanjutkan, "pertama-tama kita harus
mengerti Alkitab. Sejauh mana kau mengerti Perjanjian Baru?"
Sophie menggerakkan bahunya. "Sama sekali tidak mengerti. Aku dibesarkan oleh
pria yang memuja Leonardo da Vinci."
Teabing tampak terkejut dan juga senang. "Sepotong jiwa yang tercerahkan.
Istimewa! Kalau begitu, kau pasti tahu bahwa Leonardo adalah salah satu dari
penjaga rahasia Holy Grai1. Dan dia menyembunyikan berbagai petunjuk dalam karya
seninya." "Ya, Robert telah mengatakannya padaku." "Dan, pandangan Da Vinci pada
Perjanjian Baru?" "Aku tidak tahu." Mata Teabing bersinar riang ketika dia
menunjuk ke rak buku di seberang ruangan. "Robert, bisa tolong" Di dasar
rak.Lastoria diLeonardo."
Langdon bergerak ke seberang ruangan, menemukan sebuah buku seni besar, kemudian
membawanya, lalu meletakkannya di atas meja di hadapan mereka. Teabing memutar
buku itu hingga menghadap ke Sophie. Dia membuka sampul tebalnya dan menunjuk ke
arah serangkaian kutipan pada bagian dalam dari sampul belakang. "Dari buku
catatan Da Vinci tentang polemik dan spekulasi," kata Teabing, sambil
menunjukkan satu kutipan yang khusus. "Kupikir kau akan merasa ini relevan
dengan kita." Sophie membaca kata-kata itu.
Banyakorangmenjualangan-angan danmukjizat-mukjizatsemu,mengelabuiorangorangbodoh LEONARDO DA VINCI
"Ini ada satu lagi," kata Teabing, sambil menunjuk pada kutipan yang lain.
Kelalaianmembutamenyesatkankita 0!Makhlukhidupcelaka,bukamatakalian! LEONARDO DA
VINCI Sophie merasa agak merinding. "Da Vinci berbicara tentang alkitab?" Teabing
mengangguk. "Perasaan Leonardo tentang Alkitab berhubungan langsung dengan Holy
Grail. Kenyataannya, Da Vinci melukis Grail yang asli, yang akan kutunjukkan
kepadamu sebentar lagi, tetapi pertama-tama kita harus berbicara tentang
Alkitab." Teabing tersenyum. "Dan, segala yang kauingin tahu tentang Alkitab
dapat disimpulkan oleh doktor agama yang terkenal, Martyn Percy." Teabing
berdaham dan menyatakan, "Alkitab tidak datang dengan cara difaks dari surga."
"Maaf?" "Alkitab adalah buatan manusia, Nona. Bukan Tuhan. Alkitab tidak jatuh
secara ajaib dari awan. Orang membuatnya sebagai catatan sejarah dari hirukpikuk
zaman, dan itu telah melibatkan penerjemahan, penambahan, dan revisi yang tak
terhitung. Sejarah tidak pernah punya versi pasti buku itu." "Okay." "Yesus
Kristus merupakan tokoh sejarah dengan pengaruh luar biasa, mungkin pemimpin
yang paling membingungkan dan paling melahirkan inspirasi yang pernah ada di
dunia. Seperti Messiah yang diramalkan, Yesus melebihi raja-raja, memberi
inspirasi kepada jutaan orang, dan mendirikan filosofi baru. Sebagai keturunan
Raja Salomo dan Raja David, Yesus berhak mewarisi takhta Raja Yahudi. Dapat
dimengerti, kehidupan-Nya dicatat oleh ribuan pengikut di seluruh bumi ini."
Teabing terdiam sejenak untuk menghirup tehnya, kemudian meletakkan cangkirnya
kembali di atas bibir perapian. "Lebih dari delapan pu1uh ajaran dianggap
berasal dari Perjanjian Baru, namun hanya relatif sedikit yang dipilih untuk
dicantumkan - di antaranya Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes." "Siapa yang
memilih ajaran untuk dicantumkan?" tanya Sophie. "Aha!" Teabing meledak
bersemangat. "Ironi mendasar dari Kristen! Alkitab yang kita kenal sekarang ini
disusun oleh kaisar Roma yang pagan, Konstantin Agung." "Kukira Konstantin
penganut Kristen," kata Sophie. "Tak benar," Teabing terbatuk. "Dia seorang
pagan seumur hidup. Dia dibaptis pada melawan. Di ranjang kematiannya, ketika
dirinya terlalu lemah untuk masa Konstantin, agama resmi Romawi adalah pemujaan
matahari - kelompok pemujaanSolInvictus, atau Matahari Tak Tertandingi - dan
Konstantin adalah pendeta kepalanya. Celaka baginya, sebuah guncangan religius
tumbuh dan mencengkeram Roma. Tiga abad setelah penyaliban Yesus Kristus, para
pengikut Kristus tumbuh berlipat-lipat. Kaum Kristen dan pagan mulai berperang,
dan konffik itu tumbuh sedemikian besar sehingga mengancam akan membelah Roma
menjadi dua. Konstantin memutuskan bahwa sesuatu harus dilakukan. Pada tahun325
Masehi, ia memutuskan untuk menyatukan Romawi dalam sebuah agama tungga.
Kristen." Sophie terkejut. "Mengapa seorang kaisar pagan memilih Kristen sebagai agama
resmi?" Teabing tergelak. "Konstantin adalah pebisnis kawakan. Dia dapat melihat bahwa
Kristen sedang bangkit, dan ia sekadar bertaruh pada kuda pemenang. Para
sejarawan masih memuji kecemerlangan Konstantin yang mengalihkan kaum pagan
pemuja matahari menjadi Kristen. Dengan meleburkan symbolsimbol, tanggaltanggal, serta ritus-ritus pagan ke dalam adapt-istiada Kristen yang sedang
tumbuh, dia telah menciptakan sejenis agama hibrid yang dapat diterima oleb
kedua belah pihak." "Transmogrifikasi," simbologi Kristen tak ujar Langdon. "Jejak-jejak agama pagan
dalam terbantahkan. Cakram matahari kaum Mesir kuno menjadi lingkaran halo para
santo Katolik. Berbagai piktogram Isis yang sedang menyusui putranya yang lahir
karena mukjizat, Horus, menjadi cetak biru bagi berbagai penggambaran modern
kita akan Perawan Maria yang sedang menyusui bayi Yesus. Dan, nyaris semua unsur
dalam ritus Katolik--mitra, altar, doksologi, dan komuni, atau tindakan "makan
Tuhan"---diambil langsung dari agama-agama misteri pagan di masa awal."
Teabing mengerang. "Jangan biarkan seorang simbolog mulai bicara tentang ikonikon Kristen. Tak ada yang asli dalam Kristen. Mithras, Tuhan pra-Kristen--disebutPutraTuhan dancahayadunia---lahir dan mati pada25 Desember, dikubur dalam
sebuah makam batu, dan kemudian dibangkitkan dalam tiga hari. Omongomong, 25
Desember juga hari lahir Osiris, Monis, dan Dionysus. Khrishna yang baru lahir
dihadiahi emas, dupa, dan kemenyan. Bahkan hari suci mingguan orang Kristen
dicuri dari kaum pagan." "Apa maksudmu?" "Aslinya," kata Langdon, "Kristen
menghormati Sabat Yahudi pada hari Sabtu, tapi Konstantin menggesernya agar
bertemu dengan hari kaum pagan memuliakan matahari." Dia mengambil jeda,
menyeringai. "Hingga hari ini, kebanyakan jemaat gereja menghadiri layanan
Gereja pada Minggu pagi tanpa sadar sama sekali bahwa mereka sedang melakukan
penghormatan mingguan pada dewa matahari kaumpagan - Sun-day, hari matahari.
Kepala Sophie berputar tak karuan. "Dan segala hal ini berhubungan dengan
Grail?" "Memang," kata Teabing. "Bersabarlah sejenak. Selama fusi agama-agama ini,
Konstantin perlu memperkuat tradisi Kristen baru, dan dia mengadakan sebuah
pertemuan ekumenikal termasyhur, yang dikenal dengan nama Konsili Nicea." Sophie
hanya mendengarnya sebagai tempat lahir Pengakuan Iman Nicea. "Dalam pertemuan
ini," kata Teabing, "banyak aspek dari Kristen diperdebatkan dan ditetapkan
berdasarkan voting - tanggal paskah, peranan para uskup, administrasi sekramen,
dan, tentu saja ketuhanan Yesus." "Aku tak mengerti. Ketuhanan Yesus?"
"Sayangku," tegas Teabing, "hingga saat itu dalam sejarah, Yesus dipandang oleh
para pengikut-Nya sebagai nabi yang dapat mati...seorang lelaki agung yang punya
kekuatan, tapi tak lebih dari seorang manusia. Seorang fana, manusia biasa."
"Bukan Putra Tuhan?" "Benar," sahut Teabing. "Penetapan Yesus sebagai 'Putra
Tuhan' secara resmi diusulkan dan ditetapkan melalui voting oleh Konsili Nicea."
"Tunggu dulu. Maksudmu, keiahiran Yesus adalah hasil voting?" "Sebuah voting
yang ketat, sebenarnya," tambah Teabing. "Walau begitu, menetapkan kelahiran
Kristus penting sekali bagi penyatuan lebih jauh kekaisaran Romawi dan bagi
basis kekuatan Vatikan yang baru. Dengan secara resmi memuja Yesus sebagai Putra
Tuhan, Konstantin mengubah Yesus menjadi dewa yang berada di luar cakupan dunia
manusia, sebuah entitas dengan kekuatan yang tak tertandingi. Ini bukan hanya
menyisihkan tantangan selanjutnya dari kaum pagan terhadap Kristen, tapi membuat
para pengikut Kristus kini dapat menebus diri hanya mereka melalui pembuatan
sebuah saluran suci - Gereja Katolik Roma.
Sophie melirik Langdon, dan Langdon memberinya sebuah anggukan lembut tanda
pembenaran. "Semua ini masalah kekuasaan," lanjut Teabing. "Kristus sebagai Juru Selamat
adalah amat penting bagi berfungsinya gereja dan negara. Banyak sarjana
mengklaim bahwa Gereja pada masa awalnya benar-benar mencuri Yesus dari para
pengikut asli-Nya, dengan membajak pesan-pesan manusiawiNya, mengaburkannya
dalam jubah ketuhanan yang tak tertembus, dan menggunakannya untuk meluaskan
kekuasaan mereka. Aku telah menulis beberapa buku mengenai topik ini."
"Aku menduga, orang-orang Kristen yang taat mengirimimu surat-surat permusuhan
setiap hari?" "Mengapa mereka mau melakukan itu?" sergah Teabing. "Mayoritas besar orang
Kristen terdidik mengetahui sejarah iman mereka. Yesus memanglah seorang manusia
agung dan berkuasa. Manuver politik bawah tangan dari Konstantin tidak
memupuskan keagungan hidup Kristus. Tak ada yang mengatakan bahwa Kristus adalah
tokoh gadungan, atau menyangkal bahwa Dia berjalan di muka bumi dan mengilhami
jutaan orang untuk memperbaiki hidup mereka. Yang kita katakan di sini hanyalah,
Konstantin mengambil keuntungan dari pengaruh dan arti penting Kristus yang
besar. Dan dalam melakukan itu, dia telah membentuk wajah Kristen seperti yang
kita kenal sekarang." Sophie menatap sekilas buku seni di hadapannya, bergairah
untuk terus maju dan melihat lukisan Holy Grail dari Da Vinci. "Masalahnya adalah ini," kata
Teabing, kini bicaranya lebih cepat. "Karena Konstantin meningkatkan status
Yesus hampir empat abad setelah kematian Yesus, ribuan dokumen yang mencatat
kehidupan-Nya sebagai manusiabiasa sudah terlanjur ada. Untuk menulis ulang
buku-buku sejarah, Konstantin tahu bahwa ia perlu mengambil sebuah langkah
berani. Dari sinilah timbul sebuah momen paling menentukan dalam sejarah
Kristen." Teabing berhenti sejenak, menatap Sophie. "Konstantin menitahkan dan
membiayai penyusunan sebuah Alkitab baru, yang meniadakan semua ajaran yang
berbicara tentang segala perilaku manusiawi Yesus, serta memasukkan ajaranajaran yang membuatNya seakan Tuhan. Injil-injil terdahulu dianggap melanggar
hukum, lalu dikumpulkan dan dibakar."
"Sebuah catatan menarik," tambaah Langdon. "Siapa pun yang memilih Injil-injil
terlarang dan bukannya versi Konstantin akan dianggap sebagai kaum bidah,
The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
heretic. Kata heretic diambil dari momen sejarah tersebut. Kata Latin haereticus
berarti 'pilihan'. Mereka yang 'memilih' sejarah asli dari Kristus adalah
kaumheretic pertama di dunia." "Untungnya bagi para sejarawan," kata Teabing,
"beberapa gospel yang dicoba untuk dimusnahkan oleh Konstantin berhasil
diselamatkan. Dead Sea Scrolls, Gulungan-Gulungan Laut Mati, ditemukan pada
tahun 1950-an tersembunyi di sebuah gua dekat Qumran di gurun Yudea. Dan, tentu
saja, Gulungan Koptik pada tahun 1945 di Nag Hammadi. Sebagai tambahan dari
penuturan kisah Grail sejati, dokumen-dokumen ini berbicara tentang kependetaan
Kristus dalam keadaan-keadaan yang amat manusiawi. Tentu saja Vatikan, dalam
memelihara tradisi misinformasi mereka, mencoba amat keras untuk menekan
pengabaran gulungan-gulungan naskah ini. Mengapa tidak" Gulungangulungan itu
menggarisbawahi ketidakcocokan dan pemalsuan sejarah yang mencolok, jelas-jelas
membenarkan bahwa alkitab modern disusun dan diedit oleh manusia yang memiliki
sebuah agenda politis-- untuk mempromosikan keilahian, seorang lelaki bernama
Yesus Kristus dan memanfaatkan pengaruhNya untuk mengukuhkan basis kuasa mereka
sendiri." "Namun," sanggah Langdon, "amatlah penting untuk mengingat bahwa hasrat Gereja
modern untuk menekan dokumen-dokumen ini datang dari kepercayaan tulus yang
lahir dari pandangan mapan mereka akan Kristus. Vatikan terbangun dari orangorang yang teramat saleh, yang sungguhsungguh percaya bahwa dokumen-dokumen yang
bertentangan ini tak bisa lain adalah kesaksian palsu."
Teabing tergelak, sambil menyantaikan dirinya pada sebuah kursi di hadapan
Sophie. "Seperti yang dapat kaulihat, profesor kita ini punya hati yang jauh
lebih lunak terhadap Roma daripada hatiku. Walau begitu, ia benar mengenai kaum
pendeta yang meyakini dokumen-dokumen penentang ini sebagai kesaksian palsu. Itu
dapat dimengerti. Alkitab versi Konstantin telah menjadi kebenaran mereka selama
berabad-abad. Tiada seorangpun yang lebih terindoktrinasi kecuali pendoktrin itu
sendiri." "Maksud dia," kata Langdon, "adalah bahwa kita memuja tuhan-tuhan dari para
leluhur kita." "Maksudku," sergah Teabing, "adalah bahwa nyaris segala yang diajarkan para
leluhur kita tentang Kristus adalahpalsu. Sebagaimana kisah-kisah Holy grail
ini." Sophie memandang lagi kutipan Da Vinci didepannya. Kebodohan membutakan teiah
menyesatkan kita. Oi! Orang-orang bodoh, bukalah mata kalian!
Teabing meraih buku itu dan membuka lembar demi lembar hingga ke tengahnya. "Dan
akhirnya, sebelum ?ku tunjukkan kepadamu lukisan-lukisan Da Vinci tenrang Holy
Grail, aku ingin kau melihat ini sekilas." Ia membuka buku itu tepat pada buah
grafis warna-warni yang membentang sepenuh halaman. "Aku pikir kau mengenali
lukisan ini?" Dia bercanda, bukan" Sophie menatap lukisan paling masyhur sepanjang
masa,TheLastSupper, lukisan legendaris Da Vinci dari dinding Santa Maria delle
Grazie di Milan. Lukisan yang meluntur itu menggambarkan Yesus dan para muridNya pada saat Yesus mengumumkan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianatiNya. "Ya, aku tahu lukisan itu."
"Mungkin kaumau memanjakanku dalam permainan ini" Tolong tutup matamu." Merasa
ragu, Sophie menutup matanya. "Di mana Yesus duduk?" tanya Teabing. "Di tengah."
"Bagus. Apa makanan yang disantap Yesus dan para murid-Nya?" "Roti." Jelas.
"Bagus sekali. Dan apa minumnya?" "Anggur. Mereka minum anggur." "Hebat. Dan
satu pertanyaan final. Berapa banyak gelas anggur di atas
meja?" Sophie berhenti sejenak, menyadari bahwa ini pertanyaan menjebak. Dan
setelah makan malam, Yesus mengambil secangkir anggur, berbagi dengan paramurid~Nya. "Satu cangkir," katanya. "Cawan suci."MangkukKristus. Holy Grail. "Yesus
membagi-bagikan secawan anggur, sebagaimana yang dilakukan kaum Kristen modern
pada komuni." Teabing mendesah. "Buka matamu." Sophie membuka matanya. Teabing
menyeringai angkuh. Sophie memandang ke bawah, ke lukisan itu, melihat dengan
takjub bahwa setiap orang di meja itu memegang segelas anggur, termasuk Kristus
sendiri. Tiga belas cawan. Selain itu, cawan-cawan itu tampak kecil, tak
bertangkai, dan terbuat dari kaca. Tak ada satu pun Cawan sesungguhnya dalam
lukisan itu. Tiada Holy Grail.
Mata Teabing berkedip-kedip. "Tidakkah sedikit aneh menurutmu, mengingat bahwa
baik Alkitab dan legenda kita yang lazim tentang Holy Grail merayakan momen ini
sebagai kemunculan pasti dari Holy Grail. Anehnya, Da Vinci tampak lupa untuk
melukis Cawan Kristus." "Tentunya para sarjana seni telah mencatat hal ini."
"Kau akan terkejut jika mengetahui berbagai anomali yang dicakupkan Da Vinci
dalam lukisan ini, yang kebanyakan sarjana tak melihatnya atau sekadar memilih
untuk mengabaikannya. Gambar ini, sesungguhnya, adalah kunci keseluruhan misteri
Holy Grail. Da Vinci membentangkan semuanya secara terbuka dalamTheLastSupper."
Sophie memindai karya itu dengan bersemangat. "Apakah lukisan ini mengatakan
padakitaapa Holy Grail itu sesungguhnya?"
"Bukan apa," bisik Teabing. "Tapisiapa dia. Holy Grail bukanlah sebuah benda.
Sesungguhnya, Holy Grail ada1ah...seseorang.
56 SOPHIE MENATAP Teabing lama, kemudian menoleh kepada Langdon. "Holy Grail
seorang manusia?" Langdon mengangguk. "Seorang perempuan." Dari wajah Sophie yang tampak kosong,
Langdon tahu, Sophie tidak mengerti. Dia ingat mempunyai reaksi yang sama ketika
dia pertama kalinya mendengar pernyataan itu. Namun itu sebelum dia mengerti
simbologi di balik Grail sehingga kaitannya dengan simbol perempuan menjadi
jelas. Tampaknya Teabing mempunyai pemikiran yang sama. "Robert, mungkin ini saatnya
simbolog memberi penjelasan?" Kemudian Leigh berjalan ke ujung meja, menemukan
secarik kertas, dan meletakkannya di depan Langdon.
Langdon mengeluarkan sebuah pena dari sakunya. "Sophie, kau mengenal ikon modern
untuk lelaki dan perempuan?" Lalu Langdon menggambar simbol umum lelaki dan
simbol perempuan yang biasa.
"Tentu saja." "Ini," lanjutnya, "bukanlah simbol-simbol asli bagi lelaki dan
perempuan. Banyak orang salah menduga bahwa simbol lelaki berasal dari sebuah
perisai dan anak tombak, sementara simbol perempuan ditandai oleh sebuah cermin
yang memantulkan kecantikan. Sebenarnya, symbol-simbol itu berasal dari simbolsimbol astronomi planet dewa Mars dan planet dewi Venus. Simbolsimbol aslinya
jauh lebih sederhana." Langdon menggambar ikon lain pada kertas itu.
^ "Ini simbol asli untuk lelaki," kata Langdon kepada Sophie "Sebuah
lingga tidak sempurna." "Sangat langsung ke tujuan," kata Sophie. "Seperti yang
seharusnya," tambah Teabing. Langdon melanjutkan. "Ikon ini resmi dikenal
sebagaibilahpedang dan itu mewakili agresi dan dunia lelaki. Sebenarnya simbol
lingga ini masih digunakan di bidang militer modern sebagai lambang pangkat."
"Betul." Teabing tersenyum. "Semakin banyak penis kaupunya, semakin tinggi
pangkatmu. Anak lelaki tak pernah dewasa."
Langdon mengedipkan matanya. "Kita lanjutkan. Simbol perempuan, mungkin sudah
kaubayangkan, merupakan lawannya." Langdon menggambar simbol pada kertas itu.
"Ini disebutchalice."
V Sophie menatapnya, tampak terkejut. Langdon dapat melihat Sophie mulai menangkap
hubungan itu."Chalice" sambung Langdon, "mirip dengan cawan atau bejana, dan
lebih penting, itu menyerupai bentuk rahim perempuan. Simbol ini berhubungan
dengan keperempuanan, dunia perempuan dan kesuburan." Langdon menatap langsung
pada sophie sekarang. "Sophie, legenda mengatakan kepada kita bahwa Holy Grail
adalah chalice, sebuah tempat minum yang dipakai dalam upacara keagamaan - sebuah
cawan. Tetapi, penggambaran Grail sebagai cawan merupakan kiasan untuk
menyamarkan kesejatian Holy Grail. Jadi, legenda menggunakan cawan sebagai
metafora bagi sesuatu yang jauh lebih penting." "Seorang perempuan," kata
Sophie. "Tepat," Langdon tersenyum. "Grail sebenarnya adalah simbol kuno untuk
dunia keperempuanan, dan Holy Grail mewakili perempuan suci dan dewi, yang tentu
saja sekarang sudah hilang, dihapuskan oleh Gereja. Kekuatan perempuan dan
kemampuannya untuk melahirkan kehidupan pernah sangat disucikan, tetapi itu
merupakan ancaman bagi kebangkitan Gereja yang dikuasai lelaki, dan karena
itulah perempuan suci diibliskan dan diangggap kotor. Lelakilah, bukan Tuhan,
yang menciptakan konsep dosa asal, yaitu ketika Hawa mencicipi apel dan
menyebabkan jatuhnya ras manusia. Perempuan, yang pernah menjadi pemberi
kehidupan yang suci, sekarang merupakan musuh."
"Aku harus menambahkan," kata Teabing, "bahwa konsep perempuan sebagai pembawa
kehidupan merupakan dasar dari agama kuno. Melahirkan anak merupakan peristiwa
mistis dan penuh kekuatan. Sedihnya, filosofi Kristen memutuskan untuk
menggelapkan kekuatan penciptaan perempuan dengan mengabaikan kebenaran biologis
dan menjadikan lelaki sebagai pencipta. Kitab Kejadian mengatakan bahwa Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam. Perempuan menjadi bagian lelaki dan penuh
dosa. Kitab Kejadian merupakan awal dari berakhirnya pemujaan terhadap dewi."
"Grail," kata Langdon, "merupakan simbol dari dewi yang hilang. Ketika Kristen
hadir, agama-agama pagan lama ternyata tidak mati begitu saja. Legenda pencarian
Grail yang hilang sebenarnya merupakan cerita-cerita tentang permintaan yang
terlarang untuk mencari perempuan suci yang hilang. Para kesatria yang mengaku
mencari cawan berbicara menggunakan kodekode untuk melindungi diri mereka
sendiri dari Gereja yang telah menaklukkan perempuan, menghilangkan Dewi,
membakar orang-rang kafir, dan melarang penghormatan kaum pagan kepada perempuan
suci." Sophie menggelengkan kepalanya. "Maaf ketika kau mengatakan bahwa Holy Grail
adalah seseorang, kupikir itu bukan orang yang sebenarnya." "Memang orang," kata
Langdon. "Dan bukan hanya sembarang orang," Teabing mencetus sambil berdiri
dengan bersemangat. "Seorang perempuan yang membawa rahasia yang begitu kuatnya
sehingga, jika terbongkar, akan mengancam merusak dasar Kristen!"
Sophie tampak terkejut sekali. "Apakah perempuan ini terkenal dalam sejarah?"
"Sangat," Teabing mengambil tongkat ketiaknya dan berjalan menuju gang. "Dan
jika kita berpindah ke ruang kerjaku, teman-teman, aku akan merasa terhormat
untuk memperlihatkan kepada kalian lukisan Da Vinci tentang perempuan itu."
Melewati dua kamar, di dapur, R?my Legaludec berdiri diam di depan televisi.
Siaran berita menyiarkan foto lelaki dan perempuan ... yang sama dengan dua orang
tamu yang baru saja dijamu the olehnya.
57 SELAGI berdiri pada penghalang jalan di luar Bank Penyimpanan Zurich, Letnan
Coliet bertanya-tanya apa yang membuat Fache begitu lama untuk mendapatkan surat
izin penggeledahan. Para bankir itu pastilah menyembunyikan sesuatu. Mereka
menyatakan bahwa Langdon dan Neveu memang datang ke bank mereka tetapi sudah
diminta pergi karena tidak mempunyai nomor rekening yang benar.
Tetapimengapakamitidakbolehmasukdanmencarimereka" Akhirnya,handphone Collet
berdering. Dari pos komando di Louvre. "Kita
sudah dapat surat penggeledahan?" tanya Collet. "Lupakan bank itu, Letnan," kata
agen itu. "Kita baru saja mendapatkan
petunjuk. Kita tahu di mana tepatnya Langdon dan Neveu bersembunyi." Collet
terduduk di atas kap mobilnya. "Kau bercanda." "Aku punya alamat di pinggiran
kota. Sekitar Versailles." "Kapten Fache sudah tahu?" "Belum. Dia sibuk dengan
telepon penting." "Aku segera berangkat. Minta Kapten menelponku begitu dia
selesai." Collet mencatat alamat itu dan meloncat masuk mobilnya. Ketika dia
keluar dari bank, dia sadar telah lupa menanyakan siapa yang memberi tahu DCPJ
tentang alamat di mana Langdon berada. Bukannya hal itu penting. Collet telah
mendapat kesempatan untuk menebus keraguannya dan kesalahannya tadi. Dia akan
membuat pen?ngkapan yang paling penting dalam kariernya.
Collet menghubungi lima mobil polisi untuk mengikutinya. "Jangan gunakan sirene,
bung. Langdon tidak boleh tahu kita datang."
Empat puluh kilometer dari situ, sebuah Audi hitam keluar dari sebuah jalan
pedesaan dan diparkir dalam kegelapan di tepi sebuah lapangan. Silas keluar dan
melongok melalui jeruji pagar besi tempa yang mengelilingi kompleks di depannya.
Dia menatap jalan melandai panjang yang diterangi cahaya bulan menuju puri di
kejauhan. Lantai bawah terang benderang. Aneh, untuk jam seperti ini, pikir Silas,
tersenyum. Informasi yang diberikan Guru sangat akurat. Aku tidak akan
meninggalkanrumahinitanpabatukunci itu, dia bersumpah.Akutidakakan
mengecewakanUskupdanGuru.
Silas memeriksa pengunci pistol Heckler Koch 13 mm-nya, kemudian dia
mendorongnya melewati jeruji dan menjatuhkannya di atas tanah berlumut di dalam
kompleks itu. Kemudian dia menggenggam ujung pagar, mengangkat dirinya ke atas
dan melewati pagar, lalu jatuh ke atas tanah di baliknya. Tanpa peduli terhadap
rasa sakit yang disebabkan olehcilice, Silas menarik pistolnya dan mulai
berjalan di sepanjang jalan berumput menuju rumah itu.
58 RUANG KERJA Teabing tidak seperti ruang kerja yang pernah dilihat oleh Sophie
pada umumnya. Enam atau tujuh kali lebih besar dari ruang kerja yang termewah
sekalipun,cabinetdetravaille sang kesatria ini mirip dengan sebuah laboratorium
ilmiah yang aneh, perpustakaan arsip, dan pasar loak dalam rumah. Diterangi oleh
tiga lampu gantung tinggi, lantai keramiknya yang tak berbatas dihiasi oleh
beberapa meja kerja besar yang terkubur di bawah bukubuku, benda-benda seni,
artifak-artifak, dan, yang mengejutkan, setumpuk perlengkapan elektronik komputer, proyektor, mikroskop, mesin fotokopi, dan scanner tipis.
"Aku mengubah ruang dansaku," kata Teabing, tampak malu ketika dia menyeret
dirinya masuk ke ruangan itu. "Aku tidak ada waktu untuk berdansa."
Sophie merasa sepanjang malam ini seolah berada di tengah-tengah antara dunia
nyata dan mimpi. Tidak ada satu hal pun yang dapat .diduganya. "Ini semua untuk
pekerjaanmu?" "Mempelajari kebenaran telah menjadi kecintaanku," kata Teabing. "Dan Sangreal
adalah kekasih favoritku."
Holy Grail adalah seorang perempuan, pikir Sophie. Bentuknya menjadi sebuah
susunan gagasan yang saling membelit namun tidak masuk akal. "Kau bilang
mempunyai lukisan perempuan yang kausebut Holy Grail itu."
"Ya, bukan aku yang menyebut perempuan itu Holy Grail. Kristus sendiri yang
mengatakannya begitu."
"Yang mana lukisan itu?" tanya Sophie, sambil mengamati dinding-dinding disitu.
"Hmmm ..." Teabing seakan lupa akan janjinya. "Holy Grail. Sangreal. Cawan."
Tiba-tiba dia bergerak dan menunjuk ke dinding yang jauh. Pada dinding itu
tergantung kopi lukisan The Last Supper sepanjang delapan kaki, betul-betul sama
dengan gambar yang tadi dilihat Sophie dalam buku. "Nah, itu perempuannya!"
Sophie yakin ada yang tidak dimengertinya. "Itu lukisan yang sama dengan yang
baru saja kauperlihatkan padaku."
Teabing mengedipkan matanya. "Aku tahu, tapi ukuran besar ini jauh lebih
menarik. Bukan begitu?" Sophie menoleh kepada Langdon mencari pertolongan. "Aku
tak paham." Langdon tersenyum. "Holy Grail memang muncul dalam lukisanTheLast
Supper. Leonardo telah memasukkannya dengan jelas." "Tunggu dulu," kata Sophie.
"Kau bilang Holy Grail itu perempuan. The
LastSupper adalah lukisan tiga belas lelaki." "Benarkah?" Teabing mengangkat
alisnya. "Coba lihat dengan lebih teliti." Dengan tidak yakin, Sophie mendekati
lukisan itu, mengamati tiga belas tokoh di dalamnya - Yesus Kristus di tengah,
enam murid di sebelah kiri-Nya, dan enam murid lainnya di sebelah kanan-Nya.
"Mereka semua lelaki," jelas Sophie.
"Oh?" kata Teabing. "Bagaimana dengan yang duduk ditempat kehormatan, di sebelah
kanantheLord?" Sophie memeriksa tokoh yang duduk tepat di sebelah kanan Yesus. Dia memusatkan
perhatiannya pada tokoh tersebut. Ketika dia mempelajari wajah dan tubuh tokoh
itu, gelombang kekaguman menerpanya. Tokoh tersebut berambut merah tergerai,
kedua lengan lembutnya memberi isyarat. Tidak diragukan lagi ... itu perempuan.
"Ini perempuan!" seru Sophie. Teabing tertawa. "Kejutan, kejutan. Percayalah,
terlipat, dan dadanya ini bukan kesalahan. Leonardo ahli dalam membedakan jenis kelamin tokoh dalam
lukisannya." Sophie tidak dapat melepaskan tatapannya dari perempuan di samping Kristus. The
Last Supper seharusnya merupakan lukisan tiga belas lelaki. Siapa perempuan ini"
Walau Sophie telah pernah melihat gambar klasik ini beberapa kali, dia belum
p?rnah melihat ketidaksesuaian yang rnencolok itu.
"Semua orang tidak melihatnya," kata Teabing. "Pendapat kita yang telah
terbentuk sebelumnya tentang gambar ini begitu kuat sehingga pikiran kita
memagari keganjilan itu dan mengesampingkan mata kita."
"Hal itu disebut skotoma," tambah Langdon. "Kadang-kadang otak kita bekerja
demikian pada simbol-simbol yang kuat."
"Alasan lain yang membuatmu tidak melihat perempuan itu adalah," kata Teabing,
"banyak foto-foto dalam buku seni dibuat sebelum tahun 1954, ketika rincianrincian masih tersembunyi di bawah debu yang melekat dan beberapa pelukisanulang yang restoratif dikerjakan oleh tangan-tangan ceroboh pada abad XVIII.
Kini, setidaknya, lukisan dinding itu sudah dibersihkan hingga lapisan asli
lukisan Da Vinci muncul." Dia menunjuk pada foto itu. "Etvoila! Ini dia!"
Sophie bergerak mendekati gambar itu. Perempuan di sebelah kanan Yesus itu muda
dan tampak saleh, dengan wajah serius, rambut merah indah, dan lengan-lengan
The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlipat tenang. Inikah perempuan yang sangggup menghancurkanGerejasendirian"
"Siapa dia?" "Itu," jawab Teabing, "adalah Maria Magdalena." Sophie menoleh.
"Pelacur itu?" Teabing terkesiap, seolah dunia baru saja melukai perasaannya.
"Magdalena bukan seperti itu. Konsepsi yang salah itu merupakan warisan dari
kampanye negatif yang disebarkan oleh Gereja awal. Gereja harus menghapus nama
Maria Magd?lena untuk menutupi tahasia yang berbahaya - perannya sebagai Holy
Grail." "Peran-nya?" "Seperti yang kusebutkan tadi," Teabing menjelaskan.
"Gereja ketika itu harus meyakinkan dunia bahwa nabi yang dapat mati itu, Yesus,
adalah seseorang yang memiliki sifat Tuhan. Karena itu, segala ajaran yang
menjelaskan aspek keduniaan dari kehidupan Yesus harus dihilangkan dari Alkitab.
Celaka bagi para editor terdahulu itu, satu tema keduniaan yang sangat
mengganggu terus berulang dalam Injil. Maria Magdalena." Teabing terdiam
sejenak. "Lebih khusus lagi, pernikahannya dengan Yesus Kristus."
"Maaf?" Mata Sophie mengarah ke Langdon, kemudian kembali ke Teabing.
"Ini menurut catatan sejarah," kata Teabing, "dan Da Vinci jelas sangat tahu
kenyataan itu. The Last Supper secara khusus berseru kepada penikmat lukisan
bahwa Yesus dan Maria adalah pasangan suami-istri." Sophie menatap ke lukisan
dinding itu lagi. "Perhatikanlah, Yesus dan Magdalena berpakaian seperti
pantulan mereka masing-masing." Teabing menunjuk pada dua took di tengah lukisan
dinding itu. Sophie terkagum-kagum. Cukup yakin, pakaian mereka berwarna sebaliknya. Yesus
mengenakan jubah merah dan mantel panjang biru; Maria Magdalena mengenakan iubah
biru dan mantel merah.Yindanyang.
"Yang lebih aneh lagi," kata Teabing, "perhatikan bahwa Yesus dan pasangannya
tampak sangat berdekatan dan saling bersandar satu sama lain, seolah mereka
menciptakan ruang negative yang tergambar jelas di antara mereka."
Bahkan sebelum Teabing menunjukkan kontur lukisan itu, Sophie sudah melihatnya simbolV yang tak dapat diragukan pada bagian yang tampak terang pada lukisan
itu. Itu adalah simbol yang sama dengan yang sudah digambarkan Langdon tadi
untuk mewakili Grail, cawan, dan rahim perempuan.
"Akhirnya," kata Teabing, "jika kau dapat melihat Yesus dan Magdalena sebagal
elemen-elemen komposisional dan bukannya manusia, kau akan dapat melihat bentuk
lain yang lebih jelas lagi di depan matamu." Dia terdiam. "Sebuahhuruf alfabet."
Sophie langsung dapat menemukannya. Mengatakan bahwa huruf itu di depan mata
adalah terlalu menyederhanakan persoalan. Bagaimanapun, huruf itu segera dapat
dilihat Sophie. Berkilauan di tengah lukisan, begitu jelas dan besar, tak
diragukan lagi, huruf M. "Agak terlalu sempurna jika dikatakan itu hanya kebetulan saja, bukan?" tanya
Teabing. Sophie terpesona. "Mengapa huruf itu ada di situ?" Teabing mengangkat
bahunya. "Teori konspirasi akan mengatakan, itu adalah singkatan dari Matrimonio
atau Maria Magdalena. Jujur saja, tak seorang pun yakin akan hal itu. Satusatunya yang meyakinkan hanyalah bahwa huruf M yang tersembunyi itu bukanlah
kekeliruan. Karya-karya seni yang berhubungan dengan Grail, yang tak terhitung
jumlahnya, menyisipkan huruf M - kadang sebagai cap air, di bawah sapuan cat, atau
sebagai sindiran komposisional. Huruf M yang paling tampak jelas adalah, tentu
saja, hiasan altar pada Our Lady of Paris di London, yang dirancang oleh mantan
Mahaguru Biarawan Sion, Jean Cocteau."
Sophie mempertimbangkan informasi itu. "Aku akui, M yang tersembunyi itu
membangkitkan rasa ingin tahu, walau aku juga percaya tidak ada yang mengakui
bahwa itu membuktikan bahwa Yesus menikahi Magdalena." "Tidak, tidak," kata
Teabing, sambil berjalan ke meja penuh buku di dekatnya. "Seperti kukatakan
tadi, pernikahan Yesus dan Maria Magdalena merupakan bagian dari catatan
sejarah." Dia mulai rnengaduk-aduk buku-buku koleksinya. "Lagi pula, Yesus
sebagai lelaki yang menikah adalah lebih masuk akal daripada pandangan standar
kitab suci kita, yang menyatakan Yesus seorang bujangan." "Mengapa?" tanya
Sophie. "Karena Yesus orang Yahudi," kata Langdon, menyela ketika Teabing masih
mencari-cari bukunya. "Dan menurut kepantasan sosial pada zaman itu, jelas
terlarang bagi seorang lelaki Yahudi untuk tidak menikah. Menurut adat Yahudi,
tidak menikah itu terkutuk, dan kewajiban seorang ayah Yahudi adalah mencarikan
istri yang pantas bagi anak lelakinya. Jika Yesus tidak menikah, paling tidak
salah satu Injil akan mengatakannya dan memberikan beberapa penjelasan tentang
kelajangannya yang tak biasa itu."
Teabing menemukan sebuah buku besar dan menariknya luar dari tumpukan. Sebuah
edisi bersampul kulit seukuran poster seperti sebuah atlas besar. Pada sampulnya
tertulis The Gnostic Gospels, Injil Kaum Gnostik. Teabing membukanya, dan
Langdon serta Sophie ikut melihatnya. Sophie dapat melihat buku itu berisi fotofoto dari dokumen-dokumnen kuno yang mengagumkan - papirus tersobek-sobek dengan
tulisan tangan. Sophie tidak mengenali bahasa kuno itu, namun halaman-halaman
disebelahnya berisi terjemahannya.
"Ini adalah fotokopi dari Nag Hammadi dan Gulungan-gulungan Laut Mati, yang tadi
kuceritakan," kata Teabing. "Ini catatan Kristen paling awal. Yang membingungkan
adalah tulisan di sini tidak sesuai dengan Injil." Teabing kemudian membuka
bagian tengah buku, lalu menunjuk sebuah bagian. "Injil Philip selalu awal yang
baik." Sophie membaca bagian itu:
Dan teman Sang Juru Selamat adalah Maria Magdalena. Kristus mencintainya lebih
daripada cinta-Nya kepada seluruh muridnya, dan Yesus sering menciumnya di
mulut. Murid-murid yang lain tersinggung
kerenanya,danmengungkapkanketidaksetujuanmereka. Merekaberkata kepada Yesus,
"Mengapa Engkau lebih mencintainya daripada kami semua?" Kata-kata itu
mengejutkan Sophie, namun tidak cukup meyakinkan. "Ini
tidak menyebut-nyebut soal perkawinan." "Au contraire, sebaliknya," Teabing
tersenyum, sambil menunjuk pada baris pertama. "Seperti yang akan dikatakan oleh
setiap sarjana Aramaic padamu, katateman, pada zaman itu, secara harfiah
berartipasanganhidup." Langdon mengiyakan dengan sebuah anggukan. Sophie membaca
baris pertama itu lagi. Dan teman Sang Juru Selamat
adalahMariaMagdalena. Teabing membuka-buka halaman buku itu dan menunjukkan
beberapa bagian lainnya yang mengejutkan Sophie, betul-betul menunjukkan bahwa
Maria Magdalena mempunyai hubungan mesra dengan Yesus. Saat Sophie membaca
bagian itu, dia ingat pada seorang pendeta yang marah yang menggedor pintu rumah
kakeknya ketika dia masih anak sekolah.
"Apakah ini rumah Jacques Sauni?re?" tanya pendeta itu, sambil mendelik ke bawah
pada Sophie kecil ketika gadis cilik itu membuka pintu untuknya. "Aku ingin
berbicara dengannya, tentang editorial yang ditulisnya." Pendeta itu mengangkat
sebuah koran. Sophie memanggil kakeknya, dan kedua lelaki itu menghilang ke ruang kerja
kakeknya dan pintu tertutup.Kakekkumenulissesuatudalamkoranitu" Sophie langsung
berlari ke dapur dan membuka koran pagi. Dia menemukan nama kakeknya pada sebuah
artikel pada halaman dua. Dia membacanya. Sophie tidak mengerti apa yang
dikatakan di sana, tetapi itu kira-kira tentang pemerintah Prancis yang, di
bawah tekanan para pendeta, telah menyetujui larangan sebuah film Amerika yang
berjudul The Last Temptation of Christ, yaitu tentang Yesus yang bercinta dengan
seorang perempuan bernama Maria Magdalena. Artikel kakeknya mengatakan bahwa
Gereja arogan dan keliru karena telah melarang film itu beredar.
Tidakheranjikapendetaitumarahsekali, pikir Sophie. "Ini sebuah pornografi!
Pelanggaran!" teriak pendeta itu, sambil keluar dari ruang kerja kakeknya dan
bergegas keluar pintu. "Bagaimana kau bisa mendukungnya! Orang Amerika ini,
Martin Scorsese, adalah pelaku bidah, dan Gereja tidak akan mengizinkannya untuk
naik mimbar di Prancis!" Pendeta itu membanting pintu dan pergi.
Ketika Kakeknya masuk ke dapur, dia melihat Sophie dengan koran di tangannya,
dan mengerutkan dahinya. "Kau cepat sekali." Sopohie berkata, "Kaupikir Yesus
Kristus mempunyai kekasih?" "Tidak, sayangku. Aku mengatakan, Gereja seharusnya
tidak diizinkan untuk mengatakan gagasan mana yang boleh dan tidak boleh kita nikmati." "Apakah
Yesus punya kekasih?" Kakeknya terdiam beberapa saat. "Apakah buruk sekali jika
Dia memang punya kekasih?" Sophie memikirkannya, kemudian dia mengangkat bahunya. "Aku
tidak keberatan." Sir Leigh Teabing masih berbicara. "Seharusnya aku tidak membuatmu bosan dengan
referensi-referensi yang begini banyak tentang hubungan Yesus dan Magdalena. Itu
telah diselidiki ad nauseam oleh sejarawan modern. Namun, aku ingin menunjukkan
yang berikut ini." Dia bergerak ke bagian lain. "Ini dari injil Maria
Magdalena." Sophie belum pernah tahu ada ajaran yang berisi kata-kata Magdalena. Dia membaca
teks itu: Dan Peter berkata, "Apakah Sang Penyelamat betul-betul berbicara
dengan seorang perempuan tanpa sepengetahuan kami" Apakah kami
akanberpalingpadanyadansemuamendengarkan-Nya"Apakahdialebih
menyukaidiadaripadakami?"
Dan Levi menjawab, "Peter, kau selalu tidak sabar. Sekarang aku melihatmu
menentang perempuan itu seakan seorang musuh. Jika Sang Penyelamat menghormati
dia, siapa sebenarnya Kau hingga berani menolakperempuanitu"
PastilabSangPenyelamat mengenalnyadengan baik.Karena itulahdia
mencintainyalebihdaripadakita."
"Perempuan yang mereka bicarakan," Teabing menjelaskan, "ada1ah Maria Magdalena.
Peter cemburu padanya." "Karena Yesus lebih sayang pada Maria?" "Tidak hanya
itu. Taruhannya lebih dari sekadar masalah kasih sayang. Di titik Injil yang
ini, Yesus menduga Dia akan segera ditangkap dan disalib. Sehingga, dia memberi
Maria instruksi bagaimana cara melanjutkan GerejaNya setelah Dia tiada. Sebagai
akibatnya, ketidakpuasannya karena merasa dinomorduakan perempuan. Aku berani
berkata, Peter agak bias gender." Peter mengungkap di bawah seorang
Sophie berusaha mengikuti uraian itu. "Ini Santa Peter itu" Bukankah ia
menjadi fondasi bagi Yesus untuk Gereja-Nya?" "Memang Peter yang itu, kecuali
satu hal. Menurut Injil yang tak diubah ini, bukan Peter yang diberi petunjuk
oleh Kristus untuk mendirikan Gereja Kristen. Tetapi Maria Magdalena."
Sophie menatapnya. "Maksudmu, Gereja Kristen seharusnva dikepalai oleh
seorangperempuan?" "Itu rencananya. Yesus betul-betul memihak pada perempuan. Dia menyiapkan masa
depan GerejaNya akan dipimpin oleh Maria Magdalena."
"Dan Peter tidak setuju," kata Langdon, sambil menunjuk pada The Last Supper.
"Itu dia Peter. Kau dapat melihat bahwa Da Vinci sangat tahu bagaimana perasaan
Peter kepada Maria Magdalena."
Lagi, Sophie tak dapat berbjcara. Dalam lukisan itu, Peter mengancam dengan
mencondongkan tubuhnya ke arah Maria Magdalena dan mengiriskan tangannya yang
seakan pisau menyembelih leher Maria. Gerakan yang sama terdapat pada
lukisanMadonnaoftheRocks!
"Dan di sini juga," kata Langdon, sambil sekarang menunjuk pada kelompok di
dekat Peter. "Agak menyebalkan, bukan?"
Sophie mengernyitkan matanya dan melihat sebuah tangan menjulur keluar dari
kerumunan para murid. "Apakah tangan itu memegang sebilahbelati?"
"Ya. Lebih aneh lagi, jika kauhitung tangan-tangan itu, kau akan tahu bahwa
tangan itu miik ... tak seorang pun. Tangan itu tidak bertubuh. Anonim."
Sophie mulai merasa bingung. "Maaf aku masih tidak mengerti bagairnana semua ini
membuat Maria Magdalena sebagai Holy Grail.
"Aha!" Teabing berseru lagi. "Di situ letak pokoknya!" Dia memutari meja it?
sekali lagi dan menarik selembar kartu besar, menebarkannya untuk Sophie. Kartu
itu merupakan gambar silsilah yang rumit. "Sedikit orang yang tahu bahwa Maria
Magdalena, sebelum menjadi tangan kanan Kristus, sudah merupakan perempuan yang
berkuasa." Sophie sekarang dapat melihat .judul pohon silsilah itu.
RUMPUN BENJAMIN "Maria Magdalena di sini," kata Teabing, sambil menunjuk mendekati puncak pohon
silsilah itu. Sophie terkejut. "Dia dari keluarga Benjamin?" "Betul," kata
Teabing. "Maria Magdalena adalah keturunan bangsawan." "Aku kira Magdalena
perempuan miskin." Teabing menggelengkan kepalanya. "Magdalena diperlakukan
seperti pelacur supaya menghapus kenyataan bahwa dia berasal dari keluarga yang
memiliki kekuasaan."
Sophie mengerling pada Langdon lagi, yang juga mengangguk lagi. Sophie kembali
kepada Teabing. "Tetapi mengapa Gereja terdahulu peduli bahwa Magdalena berdarah
bangsawan" Orang Inggris itu tersenyum. "Anakku sayang, bukan darah bangsawan Maria
Magdalena yang sangat menggelisahkan Gereja, tetapi kebersamaan Maria Magdalena
dengan Yesus, yang juga berdarah bangsawan. Seperti kautahu, Kitab Matius
mengatakan bahwa Yesus adalah keturunan Keluarga David. Pewaris takhta Raja
Salomo - Raja Yahudi. Dengan menikah dengan seorang dari Keluarga Benjamin yang
kuat, Yesus telah menggabungkan dua keturunan bangsawan, menciptakan persatuan
politis yang kuat yang berpotensi melegitimasi tindakan mengambil alih takhta
dan membarui garis raja-raja di bawah garis Salomo." Sophie merasa Teabing
akhirnya mulai jelas maksudnya. Teabing tampak bersemangat sekarang. "Legenda
Holy Grail adalah legenda tentang darah bangsawan. Ketika legenda Grail
berbicara tentang 'cawan yang mewadahi darah Yesus' ... sebetulnya itu
membicarakan Maria Magdalena - rahim perempuan yang berisi garis keturunan
bangsawan Yesus." Kata-kata itu seperti menggema di seluruh ruangan dansa itu dan memantul
kembali, sebelum gema itu utuh, ke dalam benak Sophie. Maria Magdalena
mengandung keturunan Yesus Kristus" "Tetapi bagaimana Kristus memiliki garis
keturunan, kecuali jika ...?" Sophie terhenti dan menatap Langdon. Langdon
tersenyum lembut. "Kecuali jika mereka memiiki seorang anak." Sophie berdiri
kaku. "Dengarlah," Teabing berkata, "ini pengungkapan terbesar dalam sejarah
manusia. Tidak saja Yesus menikah, tetapi Dia juga seorang ayah. Maria Magdalena
adalah Cawan Suci. Dia adalah cawan itu, yang mewadahi garis keturunan bangsawan
Yesus Kristus. Magdalena adalan rahim yang mengandung garis keturunan dan anggur
tempat buah suci itu tumbuh!"
Sophie merasa merinding pada lengannya. "Tetapi rahasia sebesar itu ditutupi
selama ini?" "Ya Tuhan!" seru Teabing. "Garis keturunan Yesus Knistus merupakan sumber dari
legenda yang paling masuk akal selama ini - Holy Grail. Cerita Magdalena telah
diteriakkan dari atap-atap rumah selama berabad-abad dengan berbagai metafora
dan kiasan. Cerita Magdalena ada di mana-mana, begitu kau membuka matamu."
"Dan dokumen Sangreal?" kata Sophie. "Apakah dokumen itu berisj bukti bahwa
Yesus punya keturunan?" "Memang." "Jadi seluruh isi legenda Holy Grail adalah
tentang darah biru?" "Nyaris secara harfiah," Kata Teabing. "Kata Sangreal
berasal dari San Greal---atau Holy Grail. menjadi dua kata." Tetapi dalam bentuk
tertuanya, kata Sangreal dibagi Teabing lalu menulis diatas secarik kertas lalu
memberikannya kepada Sophie. Sophie membaca apa yang ditulis Teabing.
SangReal Langsung Sophie mengenali terjemahannya.
Sang Real secara harfiah berarti Darah Bangsawan.
59 RESEPSIONIS LELAKI di lobi kantor pusat Opus Dei di Lexington Avenue, New York
City, terkejut mendengar suara Uskup Aringarosa di telepon. "Selamat malam,
Pak." "Apakah aku mendapat pesan?" tanya uskup itu, terdengar cemas tak seperti
biasanya. "Ya, Pak. Saya sangat senang Anda menelepon. Saya tidak dapat menghubungi Anda
di apartemen. Anda mendapat pesan telepon penting kirakira setengah jam yang
lalu." "Ya?" Aringarosa terdengar lega karena berita itu. "Apakah penelepon
meninggalkan nama?" "Tidak, Pak, hanya nomor telepon." Operator itu menyebutkan
nomor itu. "Diawali dengan nomor tiga puluh tiga" Itu nomor Prancis, bukan?"
"Ya, Pak. Paris. Penelpon mengatakan sangat penting sehingga Anda harus
segera menghubunginya." "Terima kasih. Aku menunggu-nunggu telepon ini."
Aringarosa segera memutuskan hubungan. Begitu resepsionis itu memutuskan hubungan, dia bertanyatanya mengapa saluran telepon Aringarosa tidak terdengar jernih. Menurut daftar
kegiatan, uskup itu ada di New York minggu ini. Namun dia terdengar begitu jauh,
seperti di luar negeri. Lelaki itu mengangkat bahunya. Uskup Aringarosa telah
bertingkah sangat aneh beberapa bulan terakhir ini. Ponselku pastilah tadi tidak
bisa menerima telepon, pikir Aringarosa ketika Fiat itu mendekati pintu keluar
dari Bandara Ciampiano Charter di Roma. Guru tadi mencoba menghubungiku. Walau
Aringarosa sedang memikirkan telepon yang tak dapat diterimanya tadi, dia merasa
lebih bersemangat karena Guru merasa cukup percaya diri untuk menelepon langsung
ke kantor pusat Opus Dei. PastilahsemuaberjalanlancardiParismalamini. Ketika
Aringarosa mulai memutar nomor telepon itu, dia merasa sangat bersemangat karena
mengetahui dia akan segera berada di Paris. Aku sudah mendarat sebelum fajar
nanti. Aringarosa telah menyewa sebuah pesawat turboprop untuk melakukan
penerbangan pendek ke Prancis. Pesawat terbang komersial bukanlah pilihan
sekarang ini, terutama dengan apa yang dibawanya dalam kopernya. Saluran itu
mulai tersambung. Suara perempuan
menjawabnya."DirectionCentralePoliceJudiciaire." Aringarosa merasa ragu. Ini
tidak terduga. "Ah, ya ... Saya diminta untuk
menelepon nomor ini?" "Qui?tes-vous?" tanya perempuan itu. "Nama Anda?"
The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aringarosa tidak yakin apakah dia harus mengatakannya. Polisi Judisial
Prancis" "Nama Anda,Monsieur?" perempuan itu mendesak. "Uskup Manuel
Aringarosa." "Unmoment." Ada suara klik di saluran. Setelah menunggu lama, suara
seorang lelaki terdengar, nadanya kasar dan serius. "Uskup, saya senang akhirnya
dapat menghubungi anda. Anda dan saya punya banyak hal untuk dibicarakan."
60 SANGREAL ... SangReal ... SanGreal...Darah Biru ...HolyGrail. Itu semua saling
terkait. HolyGrailadalahMariaMagdalena...Ibu darigarisketurunanbangsa wan dari
Yesus Kristus. Sophie merasa sebuah gelombang kebingungan baru ketika dia
berdiri diam di tengah ruang dansa dan menatap Langdon. Semakin banyak hal
dijelaskan oleh Langdon dan Teabing di atas meja itu, semakin tidak terduga
puzzle ini. "Seperti yang dapat kaulihat," kata teabing, terpincang-pincang ke arah rak
buku. "Leonardo bukanlah satu-satunya yang telah mencoba mengatakan kepada dunia
tentang kebenaran dari Holy Grail. Garis keturunan bangsawan dari Yesus Kristus
telah dicatat dengan rincian yang tepat oleh sejumlah ahli sejarah." Dia lalu
membalik-balik beberapa buah buku. Sophie menggoyang kepalanya dan memindai
daftar judul buku-buku itu:
THE TEMPLAR REVELATION: SecretGuardiansoftheTrueIdentityofChrist
THE WOMAN WITH THE ALABASTER JAR
MariaMagdalenaandtheHolyGrail
ThE GODDESS IN THE GOSPELS:
ReclaimingtheSacredFeminine
"Ini mungkin buku besar yang paling terkenal," kata Teabing, sambil menarik buku
bersampul keras dan sudah compang-camping dari tumpukan, lalu memberikannya
kepada Sophie. Sampulnya bertuliskan:
HOLY BLOOD, HOLY GRAIL TheAcclaimedInternationalBestseller
Sophie menatap Teabing. "Buku terlaris internasional" Aku belum pernah dengar
tentang buku ini?" "Kau masih muda. Pada tahun 1980-an, buku ini menggemparkan. Menurut
penilaianku, pengarang-pengarangnya membuat loncatan keyakinan yang meragukan
dalam analisis mereka, tetapi pemikiran fundamental mereka logis, dan mereka
akhirnya mengungkapkan gagasan tentang garis keturunan Kristus itu ke orang
banyak." "Apa reaksi Gereja pada buku ini?" "Marah, tentu saja. Tetapi itu sudah bisa
diduga. Lagi pula, ini merupakan rahasia yang Vatikan coba sembunyikan pada abad
keempat. Itu adalah bagian dari Perang Suci. Mengumpulkan dan menghancurkan
informasi. Ancaman Maria Magdalena kepada orang-orang Gereja terdahulu
berpotensi menghancurkan. Bukan saja perempuan itu ditugasi Kristus untuk
mendirikan Gereja, tetapi perempuan itu juga punya bukti nyata bahwa yang baru
saja dinobatkan Gereja sebagai bersifat tuhan ternyata telah memiliki keturunan
yang dapat mati. Gereja, untuk membela diri dari kekuatan Magdalena,
mengabadikan profil Magdalena sebagai pelacur dan menguburkan bukti-bukti
pernikahan Kristus dengan perempuan itu. Karena itu, Gereja menghancurkan segala
kemungkinan pengakuan bahwa Kristus mempunyai keturunan, juga bahwa Kristus
adalah nabi yang dapat mati."
Sophie menatap Langdon, yang mengangguk. "Sophie, bukti-bukti sejarah yang
mendukung ini sangat banyak."
"Aku mengakui," kata Teabing, "pernyataan tegas ini memang mengerikan, tetapi
kau harus mengerti mengapa Gereja sangat kuat ingin menutupi hal itu. Seorang
anak Kristus akan merusak pikiran yang sangat penting tentang ketuhanan Kristus
dan, dengan demikian, Gereja Kristen, yang menyatakan diri merupakan satusatunya kapal yang memungkinkan manusia berhubungan dengan Tuhan dan mendapatkan
jalan masuk ke kerajaan surga."
"Mawar lima kelopak," kata Sophie, sambil menunjuk pada bagian punggung sebuah
buku.Gambaryangsamaterterapada kotakkayumawar.
Teabing menatap Langdon dan tersenyum. "Dia punya mata tajam." Kemudian dia
beralih ke Sophie. "Itu adalah simbol biarawan bagi Grail. Maria Magdalena.
Karena namanya terlarang oleh Gereja, Maria Magdalena diam-diam terkenal dengan
banyak alias - Cawan, Holy Grail, dan Mawar." Dia terdiam. "Mawa (Rose) memiliki
ikatan pada bintang lima sudut Venus dan Mawar Kompas pemandu. Omong-omong,
katarose dipakai oleh berbagai bahasa, seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan
banyak bahasa lainnya. "Rose," Langdon menambahkan, "juga merupakan anagram dari Eros, dewa cinta
seksual Yunani." Sophie menatapnya dengan terkejut ketika Teabing melanjutkan.
"Mawar selalu menjadi simbol pertama bagi seksualitas perempuan. Pada pemuja
dewi yang primitif, lima kelopak itu mewakili lima fase dalam kehidupan
perempuan: melahirkan, menstruasi, menjadi ibu, menopause, dan mati. Dan di
zaman modern, mawar yang berkembang itu berkaitan dengan duni perempuan yang
lebih visual." Teabing menatap Robert. "Mungkin simbolog kita dapat
menjelaskannya?" Robert ragu-ragu. Agak terlalu lama. "Oh, ya ampun!" Teabing
gusar. "Kau orang Amerika benar-benar pemalu." Dia lalu kembali pada Sophie.
"Yang Robert malu katakana adalah kenyataan bahwa mawar mekar itu disamakan
dengan alat kelamin perempuan, kemekaran yang mulia, tempat awal semua manusia
memasuki dunia. Dan jika kau pernah melihat lukisan karya Georgia O'Keeffe, kau
akan tahu pasti apa yang kumaksudkan.
"Yang penting di sini," kata Langdon, sambil menunjuk lagi pada rak buku itu,
"adalah bahwa semua buku ini berisi pengakuan sejarah yang sama." "Bahwa Yesus
adalah seorang ayah?" Sophie masih tidak percaya. "Ya," kata Teabing. "Dan bahwa
Maria Magdalena adalah rahim yang mengandung keturunan kebangsawanan-Nya.
Biarawan Sion, hingga kini, masih memuja Maria Magdalena sebagai Dewi, Holy
Grail, Mawar, dan Ibu Agung."
Kenangan Sophie pada ritual yang diiihatnya di ruang bawah tanah kakeknya
melintas lagi. "Menurut Biarawan," lanjut Teabing, "Maria Magdalena hamil pada saat penyaliban.
Untuk keamanan anak Kristus yang belum lahir itu, Magdalena tidak punya pilihan
kecuali melarikan diri dari Tanah Suci. Dengan bantuan paman Yesus yang dapat
dipercaya, Josef dari Arimethea, Maria Magdalena diam-diam pergi ke Prancis,
yang kemudian dlikenal sebagai Gaul. Di sana dia mendapat tempat berlindung yang
aman di komunitas Yahudi. Di Prancis inilah dia melahirkan seorang bayi
perempuan. Namanya Sarah"
Sophie menatapnya. "Mereka tahu nama anak itu sesungguhnya?" "Lebih jauh dari
itu. Kehidupan Magdalena dan Sarah dicatat dengan lebih cermat oleh pelindung
Yahudi mereka. Ingat, anak Magdalena termasuk garis keturunan Raja Yahudi - David
dan Salomo. Karena alasan ini, orang Yahudi di Prancis menganggap Magdalena
sebagai bangsawan suci dan memujanya sebagai nenek moyang dari garis keturunan
raja-raja. Tak terhitung ilmuwan pada zaman itu yang mencatat hari-hari Maria
Magdalena di Prancis, termasuk kelahiran Sarah dan berikut pohon silsilahnya."
Sophie takjub. "Adapohonsilsilah Yesus Kristus?" "Ya. ini diakui sebagai salah
satu dasar dokumen Sangreal. Sebuah silsilah
lengkap keturunan awal Kristus." "Tetapi apa gunanya sebuah dokumen silsilah
dari garis keturunan Kristus?" Sophie bertanya. "Itu tidak terbukti. Ahli
sejarah tidak dapat membuktikan keasliannya." Teabing tertawa. "Mereka juga
tidak dapat membuktikan keaslian Alkitab." "Artinya?" "Artinya, sejarah selalu
ditulis oleh dua pemenang. Ketika dua budaya berseteru, yang kalah dimusnahkan,
dan pemenang menulis buku-buku sejarah - buku-buku yang mengagungkan alasan mereka
sendiri dan menghina musuh yang kalah. Seperti yang pernah dikatakan Napoleon,
"Apalah sejarah itu, kecuali tabel yang disepakati?" Teabing tersenyum. "Menurut
sifatnya, sejarah selalu merupakan cerita satu sisi." Sophie tidak pernah
berpikir seperti itu. "Dokumen-dokumen Sangreal hanya menceritakan sisi lain
dari cerita Kristus. Pada akhirnya, sisi cerita yang mana yang kau ikuti, itu
tergantung dari kepercayaan dan eksplorasi pribadimu, tetapi paling tidak
informasi itu bertahan. Dokumen-dokumen Sangreal terdiri atas puluhan ribu
halaman informasi. Catatan para saksi mata Sangreal menggambarkan dokumen itu
begitu banyak sehingga harus dibawa dalam empat peti besar. Dokumendokumen di
dalamnya dianggap sebagai Kaum Murni - ribuan halaman dokumen yang belum diubah
dari zaman Pra-Konstantin, ditulis oleh pengikutpengikut Yesus terdahulu, yang
memujanya sebagai guru dan nabi yang seutuhnya manusia. Juga dikabarkan bahwa
yang termasuk bagian harta karun itu adalah Dokumen 'Q'---sebuah teks yang
bahkan Vatikan pun mengakui keberadaannya. Konon, itu merupakan sebuah buku
tentang ajaran Yesus, kemungkinan ditulis dengan tangan-Nya sendiri." "Ditulis
oleh Kristus sendiri" "Tentu saja," kata Teabing. "Mengapa tidak mungkin Yesus
mencatat sendiri kependetaan-Nya" Banyak orang melakukannya hari-hari ini.
Dokumen yang mengejutkan lain lagi yang dipercaya terkubur adalah sebuah teks
The Magdalena Diaries - catatan pribadi Maria Magdalena tentang hubungannya dengan
Kristus, penya1iban-Nya, dan hari-harinya di Prancis."
Sophie terdiam, lama. "Dan keempat peti dokumen itu terkubur dan ditemukan oleh
Templar di bawah Kuil Salomo?"
"Tepat. Dokumen-dokumen itu membuat Templar menjadi sangat kuat. Dokumen-dokumen
itu telah menjadi objek bagi pencari Grail yang tak terhitung banyaknya di
sepanjang sejarah." "Tetapi kau bilang bahwa Holy Grail adalah Maria Magualena. Jika orang mencari
dokumen, mengapa kau mengatakan mereka mencari Holy Grail?"
Teabing menatap Sophie. Tarikan wajahnya melembut. "Karena tempat persembunyian
Holy Grail termasuk sebuah peti mayat dari batu." Di luar angin berdesau di
pepohonan. Teabing berbicara dengan lebih perlahan sekarang. "Pencarian Holy
Grail benar-benar berarti pencarian untuk berlutut di depan tulang-belulang
Maria Magdalena. Sebuah perjalanan untuk berdoa di kaki orang yang terbuang,
perempuan suci yang hilang."
Sophie tiba-tiba merasa heran. "Tempat persembunyian Holy Grail sebenarnya
adalah ... sebuahmakam?"
Mata besar Teabing berkabut. "Itu merupakan makam berisi Maria Magdalena, dan
dokumen tentang cerita kehidupannya yang sebenarnya. Pada intinya, pencarian
akan Holy Grail sudah merupakan pencarian akan Magdalena - Ratu yang diperlakukan
secara tidak adil, dimakamkan bersama bukti tuntutan sah keluarganya akan
takhta." Sophie menunggu sejenak ketika Teabing menenangkan diri. Begitu banyak hal
tentang kakeknya yang masih belum dimengertinya. "Anggota Biarawan," akhirnya
melakukan tugasnya Magdalena?" Sophie bertanya, " menjaga dokumen Selama tahuntahun ini telah Sangreal dan makam Maria "Ya, tetapi perkumpulan itu memiliki
tugas yang lebih penting juga - melindungiketurunan itu sendiri. Garis keturunan
Kristus dalam bahaya besar. Gereja terdahulu takut jika garis keturunan itu
dibiarkan tumbuh, rahasia Yesus dan Magdalena akan terkuak akhirnya, dan
menantang doktrin fundamental Katolik---bahwa Messiah yang hebat tidak
berhubungan dengan perempuai atau terikat dalam kesatuan seksual." Dia terdiam
sejenak, "walau begitu, garis keturunan Kristus diam-diam berkembang dalam
penyamaran di Prancis hingga terjadi sebuah gerakan berani pada abad kelima,
ketika keturunan ini kawin dengan keturunan bangsawan Prancis dan menciptakan
sebuah garis keturunan yang dikenal sebagai garis keturunan Merovingian."
Berita ini mengejutkan Sophie. Merovingian adalah istilah yang dipelajari oleh
setiap pelajar di Prancis. "Merovingian mendirikan Paris."
"Ya. Itu salah satu alasan mengapa legenda Grail begitu kental di Prancis.
Banyak pencari Grail dari Vatikan di sini menghapus secara sembunyisembunyi
keanggotaan dari garis keturunan bangsawan itu. Pernah dengar tentang Raja
Dagobert?" Samar-samar Sophie mengingat nama itu dari cerita mengerikan di kelas
sejarahnya. "Dagobert adalah seorang raja Merovingian, bukan" Yang ditusuk
matanya ketika sedang tidur"
"Tepat. Dibunuh oleh Vatikan, bekerja sama dengan Pepin d'Heristal, di akhir
abad ketujuh. Dengan pembunuhan Dagobert, keturunan Merovingian hampir musnah.
Untunglah, putera Dagobert, Sigisbert, diam-diam lolos dari serangan dan
melanjutkan garis keturunan itu, yang belakangan mencakup Godefroi de Bouillon pendiri Biarawan Sion."
"Orang yang sama," kata Langdon, "yang memerintahkan Templar untuk mengungkap
dokumen Sangreal dari bawah kuil Salomo, dan, dengan demikian, untuk memberikan
kepada keturunan Merovingian bukti akan ikatan leluhur mereka dengan Yesus
Kristus. Teabing mengangguk, sambil mendesah berat. "Biarawan Sion modern memiliki tugas
penting. Ada tiga tuntutan. Kelompok itu harus melindungi dokumen Sangreal.
Mereka harus melindungi makam Maria Magdalena. Dan, tentu saja, mereka harus
memelihara dan melindungi garis keturunan Kristus, segelintir anggota keluarga
bangsawan keturunan Merovingian yang masih hidup hingga zaman modern ini."
Kata-kata itu seperti tergantung dalam ruangan besar itu, dan Sophie merasakan
sebuah getaran aneh, seolah tulang belulangnya tergetar oleh beberapa kebenaran
baru. KeturunanYesusyangmasihhiduphingga zaman modernini. Suara kakeknya kembali
berbisik di telinganya.Putri,akuharus mengatakanyangsesungguhnya
tentangkeluargamu. Rasa dingin menyentuh daging tubuh Sophie. Darah biru. Dia
tidak dapat membayangkan. PutriSophie. "Sir Leigh?" kata-kata pelayan itu
bergetar dinding, dan Sophie tersentak "Bisakah Anda sebentar di dapur?" dari
sebuah intercom di bergabung bersama saya Teabing mengumpat karena gangguan yang
sangat tidak tepat waktu itu. Dia mendekati interkom itu dan menekan tombol.
"Remy, kautahu aku sibuk dengan tamu-tamuku. Jika kami memerlukan sesuatu di
dapur malam ini, kami akan melakukannya sendiri. Terima kasih dan selamat
malam." "Mohon berbicara sebentar dengan Anda, Pak. Sebelum saya pension, jika Anda
mau." Teabing menggerutu dan menekan tombol itu lagi. "Cepatlah, Remy." "Ini
masalah rumah tangga, Pak, hampir tidak dapat didengar oleh para tamu." Teabing
tampak ragu. "Dan tidak dapat menunggu hingga besok pagi?" "Tidak, pak.
Permintaan saya hanya beberapa menit saja." Teabing menggulung matanya dan
menatap Langdon dan Sophie. "Kadang aku bertanya-tanya, siapa melayani siapa?"
Dia lalu menekan tombol itu lagi. "Aku akan segera kesana, Remy. Ada yang harus
kubawa kesana?" "Hanya kebebasan dari tekanan, pak." "Remy, kausadar bahwa Steak
au poivre-mu adalah satu-satunya alasan kau masih bekerja padaku." "Begitu yang
anda katakan, pak. Begitu."
61 PUTRI SOPHIE Sophie merasa kosong ketika mendengar suara klik klik dari penyangga kaki
Teabing yang menjauh di gang. Dengan perasaan mati, dia menoleh ke Langdon di
ruangan dansa yang sunyi itu. Langdon sudah menggelengkan kepalanya, seolah dia
dapat membaca apa yang ada dalam benak Sophie.
"Tidak, Sophie," dia berbisik, matanya menatap yakin. "Pikiran yang sama sudah
melintas dalam benakku begitu kau mengatakan bahwa kakekmu anggota Biarawan,
juga ketika kau mengatakan bahwa kakekmu ingin menceritakan rahasia keluargamu.
Tetapi itu tidak mungkin." Langdon terdiam sejenak. "Sauni?re bukanlah nama
Merovingian." Sophie tidak tahu apakah dia harus merasa lega atau kecewa. Sebelumnya Langdon
pernah mengajukan pertanyaan tidak biasa tentang nama gadis ibunya. Chauvel.
Sekarang pertanyaan itu menjadi jelas. "Dan Chauvel?" tanya Sophie, cemas. Lagi,
Langdon menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku. Aku tahu itu akan menjawab
beberapa pertanyaanmu. Hanya dua keturunan langsung Merovingian yang tersisa.
Nama keluarga mereka Plantard dan Saint-Clair. Kedua keluarga itu hidup
bersembunyi, mungkin dilindungi oleh Biarawan."
Diam-diam Sophie mengulang-ulang nama itu dalam hatinya dan kemudian
menggelengkan kepalanya. Tidak ada da1am keluarganya yang bernama Plantard atau
Saint-Clair. Sebuah arus bawah yang melelahkan menyeretnya sekarang. Dia sadar
belum juga menjadi lebih mengerti sekarang tentang apa yang akan disampaikan
kakeknya padanya daripada ketika dia masih berada di Louvre. Sophie berharap
kakeknya tidak pernah menyebutnyebut keluarganya sore tadi. Dia telah merobek
luka lama yang terasa sama sakitnya seperti
dulu.Merekatelahtiada,Sophie.Merekatidakakankembali. Sophie teringat pada ibunya
yang selalu menyanyi untuk mengantarnya tidur, ayahnya yang menggendongnya di
pundak, neneknya, adik lelakinya, mereka semua tersenyum padanya dengan mata
mereka yang hijau tajam. Semua telah tercuri. Apa yang dimilikinya hanyalah
kakeknya. Dan,sekarangdiapunsudahpergi.Akusendirian. Sophie perlahan menoleh
pada lukisan The Last Supper dan menatap rambut merah Maria Magdalena dan mata
teduhnya. Ada sesuatu pada tarikan wajah perempuan itu yang mengungkap perasaan
kehilangan kekasih. Sophie juga dapat merasakan itu. "Robert?" katanya lembut.
Langdon mendekat. "Aku tahu, Leigh berkata bahwa cerita Grail ada disekitar
kita, tetapi baru malam ini aku mendengar cerita seperti itu." Langdon tampak seperti ingin
Sumpah Iblis Kubur 3 Joko Sableng Neraka Pulau Biru Mustika Dewi Pelangi 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama