Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea Bagian 2
telah menjadi trend baru. Di mana-mana anak muda demam Ya lentine. Para pemuda
berkeliling kota di atas kendaraan mereka dan membagikan mawar merah kepada
setiap perempuan cantik yang ditemuinya. Di ujung tangkai mawar, sebuah kertas
seukuran kartu nama bertuliskan nomor ponsel sang pemuda. Seperti Ya lentine
yang digambarkan dalam film, para pemudi tersenyum dan bersorak mendapatkan
tumpukan mawar merah. Ini adalah gambaran ketika perayaan hari raya cinta itu
belum dilarang di Saudi. Setelah pelarangan, segala yang beraroma Ya lentine
dihentikan, dan pelanggarnya dihukum.
Pedagang bunga juga merasakan dampak peraturan baru ini. Bunga yang dulu dipuja
kini tercampakkan di pinggir jalan.
Di negara Saudi, perayaan hari cinta kasih dilarang, tetapi perayaan hari ibu
dan hari bapak tetap diperbolehkan. Padahal, keduanya itu sama-sama berisikan
perayaan dan pesta gembira. Di Saudi, terjadi penyingkiran terhadap cinta dan
kasih sayang. Michelle menerima hadiah istimewa dari Faishal pada hari itu.
Mereka bertemu di gerbang kampus. Sebuah kotak kecil bertabur mawar kering
berwarna merah. Di tengahnya sebuah lilin berbentuk hati. Juga berwarna merah.
Tepat di tengah kotak, terdapat beruang hitam membawa daun waru berwarna merah
jambu. Bila daun itu ditekan, terdengar sebuah nada dan syair romantis, "... You
know I cant smile without you " dalam intonasi dan logat yang lucu.
Michelle bergegas masuk ke ruang kuliah. Teman-temannya telah banyak berkumpul
menunggu dosen. Mereka semua dalam perasaan yang sama, rasa bahagia di hari Ya
lentine. Mereka saling bercerita tentang kemeriahan Ya lentine. Sesekali
diselingi dengan gelak tawa. Michelle segera menunjukkan apa yang dia terima.
Sepucuk kertas dia buka dan mulai dibaca. Keesokan harinya banyak yang membawa
boneka dan bunga ke kampus sekadar untuk menunjukkan bahwa mereka juga
mendapatkan sesuatu dari Ya lentine sebagaimana Michelle.
Di sampul kertas yang dibaca Michelle terlihat tulisan: Untuk si mata jernih nan
lentik, terangkai syair ini. Dia lebih tinggi dan
perkataan. Dalam perkataan, kusembunyikan nama indahnya...! Michelle membaca dengan penghayatan sambil berusaha memecahkan rumus yang
diberikan: Mencari dalam lembar Ya lentine.
DI antara baris, tersembunyi dan para pembaca.
DiCinta karena ia adalah mutiara dalam kata.
Ini Hanya rasa di balik rahasia hati dan bening jiwa.
Rasa Enggan bicara tapi auranya terlalu manis untuk dilupakan.
Kita aLpa akan derita bila rasa cinta telah mengudara.
Kita laLai akan nestapa bila cinta telah disemai Datang kE dalam hatiku, wahai
cinta biru. Pada penutup surat, sebuah ungkapan tertulis sebagai penjelasan yang lebih tepat
disebut penegasan: "Bila engkau mampu menemukan rahasia di balik kata, yakinlah itu adalah cermin
yang memberimu bayang hati penulisnya. Teruslah mencari rahasia hati. Engkau
tidak akan menemukannya sebelum menemuiku. Karena surat itu hanya lemari.
Kuncinya ada di sini. Di dalam hati ini. Datanglah karena lima huruf itu lebih
fasih mengungkapkan bahagia sebab hanya c-i-n-t-a yang bisa damaikan dunia."
Tidak seorang pun di dalam ruang kuliah itu termasuk Michelle yang mampu
menemukan rahasia di balik bait-bait aneh tapi romantis itu.
Teka-teki di dalamnya, masih misterius bagi mereka. Kata apa yang disembunyikan
dan bagaimana mencarinya, masih merupakan tanda tanya. Michelle sebenarnya telah
menemui Faishal untuk menyampaikan rasa terima kasih dan menanyakan makna
tersirat dalam syairnya. Dia menyampaikan bahwa syair itu dibuatnya sejak
beberapa minggu yang lalu dan sengaja dibuat untuk spectal gift di hari Ya
lentine. Michelle berusaha mengingat-ingat kembali kode dan petunjuk pemecahan
teka-teki itu. Di antara ingat dan lupa, Michelle mengeja petunjuk Faishal:
Ambil satu huruf dan setiap baris. Ambil huruf pertama dan baris pertama, huruf
kedua dan baris kedua, huruf ketiga dan baris ketiga dan begitu seterusnya.
Kemudian susunlah huruf-huruf itu menjadi sebuah nama yang indah!
Mereka mulai mendapatkan gambaran. Satu orang menemukan huruf yang dimaksud.
Satu orang lainnya menyusun di atas bangku kuliah dengan pensil. Yang lainnya
mereka-reka dalam angan seperti sedang menulis di awang-awang. Michelle sendiri
menunggu teman-temannya selesai setelah dia lebih dahulu menemukan maksud
Faishal. Baris pertama M, kedua I, ketiga C, keempat H, kelima E.., L L E!
Hampir bersamaan, mereka berteriak: MICHELLE!
Di tengah keriuhan itu, banyak yang mencela keputusan pemerintah yang melarang
perayaan Ya lentine mulai tahun depan.
Berarti kemeriahan hari itu adalah pesta Ya lentine terakhir. Memerahnya kampus
pada hari itu adalah merah terakhir yang bisa mereka persembahkan. Hadiah dan
mawar merah juga yang terakhir mereka dapatkan.
Di tahun-tahun berikutnya, 14 Februari menjelma menjadi Hari Pemeriksaan
Nasional. Pada hari itu, bahkan menjelang dan setelahnya, diadakan pemeriksaan
besar-besaran atas pakaian, aksesoris, tas, dan apa saja yang bisa menjadi media
Ya lentine. Pemeriksaan dilakukan di gerbang kampus, dan petugas dengan mudah
akan menjatuhkan vonis larangan masuk ke kampus atau mempersilakan kembali
pulang bila ditemukan barang-barang yang bernuansa Ya lentine, meski yang
berwarna merah hanya sekadar tali pengikat rambut Apapun keputusan pemerintah,
yang penting hadiah Faishal untuk Michelle tidak berhenti sampai di sini. Hadiah
itu berbuntut panjang. Sewaktu asyik bermain dengan beruang hitam di tangannya, dan menikmati wangi
parfum Faishal yang memang sedang berjalan di sampingnya, tiba-tiba Michelle
terhenti oleh anting-anting berliontin hati yang digenggam Faishal. Kedua anting
itu dipasangkan pada kedua boneka mungil Teddy Bear. Mereka berhenti tiada kata.
Sampai kemudian kedua anting itu telah terpasang di telinga Michelle, mereka
berdua masih tanpa kata...
10 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 16/4/2004 Suhject: Ketika sengsara membawa nikmat
Seorang laki-laki berkata, "Yang diinginkan laki-laki dan seorang perempuan
adalah agar perempuan itu selalu memahaminya."
Perempuan itu lantas berteriak di muka sang lelaki, "Kebutuhan perempuan dan
seorang laki-laki adalah untuk dicintai'(Socrates).
Di antara banyak masukan yang kuterima setiap hari melalui internet, sekelompok
besar pembaca menekankan dan mengkritisi kutipanku atas bait-bait puisi Nizar
Qubany. Menurut mereka aku telah berlebihan dengan menjadikan puisi Nizar
sebagai penguat dan hikmah ceritaku. Aku sendiri tidak tahu mengapa puisi itu
mengundang reaksi penolakan.
Mungkin karena faktor Nizar. Tapi ada apa dengan Nizar" Mereka tidak memberi
argumentasi yang jelas. Bila ternyata sebabnya adalah mengapa aku tidak mengutip puisi para penyair
modern, aku bisa menjelaskan bahwa aku belum menemukan puisi modern yang dengan
kesederhanaan bahasa mampu memberi makna sangat dalam sebagaimana yang
dipersembahkan Nizar. Aku juga harus katakan bahwa para penyair modern itu masih berkutat pada
retorika dan permainan perkataan. Dari tiga puluh bait puisi mereka, aku pernah
tidak menemukan pesan yang berharga sehingga aku kurang bisa larut dalam puisi
mereka. Aku tidak suka membaca bait tentang " kelopak mata yang terkatup oleh mendung
asmara dan mengalirkan air mata kesedihan dari balik hati yang pecah oleh
pengkhianatan..." Aku lebih suka mengkristal dengan bait-bait Nizar yang jelas
dan belum bisa ditirukan oleh para penyair kontemporer kita. Dengan tetap
menghormati mereka, aku lebih nyaman mengambil hikmah dalam puisi-puisi Nizar
yang sederhana, tetapi dalam dan sarat makna.
Shedim adalah mahasiswi yang selalu berprestasi memuaskan. Bahkan sejak di
bangku sekolah menengah, dia selalu menempati salah satu posisi di tiga besar.
Maka ketika tersiar berita kegagalannya pada lebih dan limapuluh persen jumlah
SKS di semester ini, semua rekan dan dosennya hampir tidak percaya. Mereka
memastikan terdapat somethmg wrong. Sesuatu pasti telah terjadi dengannya. Ayah
Shedim juga memberikan analisa yang sama. Oleh karena itu, si ayah telah
mempersiapkan sebuah perjalanan ke London untuk berlibur dan refreshing. Beliau
telah meluangkan beberapa hari untuk menemani Shedim. Beberapa jadwal kegiatan
ditunda atau dialihkan ke hari lain, bahkan ada jadwal yang dibatalkan demi
kepentingan anaknya yang dianggapnya lebih penting dari segalanya. Tetapi
mendengar rencana ayahnya untuk menemaninya berhibur di London, Shedim memohon
untuk diizinkan pergi sendiri tanpa ayahnya.
Shedim ingin tinggal sendiri di apartemen mereka di Inggris.
Shedim ingin menyelami perasaan, mengendapkan segala kejadian, dan mengobati
sakit hatinya sendirian. Saat ini, ayahnya belum menjadi bagian dari
kekecewaannya terhadap Walid, karena memang sang ayah belum mengetahuinya. Sakit
hati itu masih miliknya sendiri. Karenanya, Shedim ingin menghilangkannya
sendiri pula. Ayah Shedim berusaha memahami jalan pikiran anaknya, dan setelah
mengalahkan beberapa keraguan, akhirnya dia memberi izin. Shedim dibekali
beberapa nomor telepon dan alamat yang bisa dihubungi selama Shedim tinggal di
sana. Mungkin nomor dan alamat itu berguna untuk kepentingan-kepentingan tertentu
sekaligus upaya ayah Shedim menenangkan diri melepas anaknya berlibur tanpa
kawalan. Beberapa teman sejawat dan kerabat ayahnya memang sedang menghabiskan
liburan musim panas di Inggris.
Tidak lupa sang ayah menganjurkan agar Shedim mengisi masa liburannya dengan
kegiatan bermanfaat. Shedim bisa mengikuti berbagai sesi pelatihan dan seminar
tentang akutansi atau ekonomi yang akan menunjang studinya di Riyad.
Shedim dibayangi rasa sakit hatinya. Rekaman kejadian menyakitkan itu timbul dan
tenggelam. Lenyap sesaat dan muncul lagi menambah luka di atas luka. Semuanya
seperti isyarat bagi Shedim untuk membenci semua orang di muka bumi. London
bukan tempat baru bagi Shedim. Dia terbiasa berlibur di sana pada sebulan
terakhir musim panas. Tetapi kali ini London terasa berbeda. Tidak seperti biasa
saat Shedim berangkat dengan semua harapan indah di London. Kali ini Shedim
berangkat dengan beban berat di hatinya. Shedim berangkat bukan hanya untuk
berlibur dari kepenatan aktifitas, tetapi lebih untuk mengobati sakit hati dan
membersihkan kebenciannya akibat kesalahan pola interaksi dengan Walid.
Sebelum pesawat mendarat, Shedim pergi ke kamar mandi untuk melepas mantel dan
penutup kepala. Dengan kostum baru yang dikenakan sekarang, Shedim benar benar
tampil dengan dirinya seutuhnya. Badan ramping dan leher jenjang, rabut hitam
bergelombang, dan muka yang nyaris sempurna; bibir tipis yang dipoles lipstik
berwarna serasi dengan bajunya, alis mata yang semakin hitam dengan polesan
pensil, dan mata jernih yang putih nan bening. Fisik Shedim memang perpaduan
potensi alami anugerah Tuhan dan kemampuan merawat dan mempercantik diri.
Situasi di bandara London pada musim panas selama ini telah memberikan
kebahagiaan dan kenangan sangat indah bagi liburan Shedim. Tetapi bandara itu
kini menjadi sumber bangkitnya rasa sedih dan penyesalan. Pada saat Shedim
sampai di London, seakan semua yang selama ini indah berubah menyebalkan.
Apartemen yang sepi dan sepasang bantal di atas kasur itu seakan turut membantu
Shedim mengucurkan air mata. Shedim sendiri akhirnya menangis tanpa ia sadari
mengapa secepat itu dia menangis begitu sampai di apartemennya.
Hari itu Shedim banyak menangis. Penyebabnya dapat dipastikan, namun yang masih
menjadi misteri adalah kapankah berakhirnya tangisan itu. Apartemen itu seperti
mempersilakan tuan putrinya untuk menumpahkan semua kekesalannya dalam tangis
yang panjang dan dalam. Tangisan akibat perasaannya yang teraniaya. Tangisan
akibat cinta pertamanya yang layu sebelum sempat berkembang. Masih dalam tangis,
dia salat dan memohon kepada Allah. Semoga dia menemukan penawar gelisah dan
penyembuh luka. Semoga Allah membukakan jalan keluar dari 'kezaliman' itu yang
pastinya semua perempuan pun akan mengutuknya. Tak ada ibu yang menenangkan, tak
ada kakak yang menghibur. Hingga kini, Shedim masih belum mengambil keputusan
antara memberi tahu ayahnya tentang kejadian malam terakhir pertemuannya dengan
Walid ataukah menyimpannya sendiri hingga ke liang kubur.
Tidak ada kata yang keluar dari bibir Shedim keculai istighfar dan doa.
Permohonannya adalah agar Walid tidak menyebarkan aibnya ke orang lain sehingga
tidak ada satu orangpun selain mereka berdua yang tahu. Cukuplah kejadian malam
itu menjadi aib terberat bagi Shedim.
Sepertinya dia tidak akan mampu lagi menanggung beban tersebarnya aib itu ke
lebih banyak orang lagi. "Ya Allah, tutuplah aibku. Tuhan, jangan ada lagi aib
setelah ini dan bimbinglah langkahku untuk tidak mengulang kebodohan ini. Aku
tidak punya tempat kembali selain-Mu.
Engkau satu-satunya yang Maha mengetahui keadaanku..."
Di London, dia lebih terlihat menyukai lagu-lagu sedih dan bertema perpisahan.
Ini adalah perkembangan baru, sebab selama ini dia tidak pernah membayangkan
dirinya akan bisa menikmati lagu-lagu melankolis.
Dia begitu larut, dan seakan menemukan tempat pelarian. Sedikit ada ketenangan.
Mungkin karena dengan mendengar lagu-lagu itu, Shedim merasa mempunyai teman
senasib, sehingga ia tidak merasa menjadi orang paling tidak beruntung sedunia.
Lagu-lagu itu menjadi inspirasi untuk segera menutup lembaran kelam dan
menggantinya dengan langkah baru. Shedirn mendengarkannya bukan lagi sebagai
kesenangan, melainkan pada lagu itu dia menemukan perlindungan. Ketika dia
dilanda kesedihan, justru syair kesedihan berubah sebagai kenikmatan. Bisa jadi
Shedim tidak sedang menyadari bahwa kalimat-kalimat dalam lagu itu menjadi
terapi model baru untuk mengatasi perasaan malang. Seperti ketika engkau disiksa
oleh ketakutan rasa dingin sehinga enggan mandi, ceburkan dirimu ke dalam air
atau siramkan air ke sekujur tubuhmu niscaya di dalam dingin air itu akan engkau
temukan kehangatan. Manusia selalu beranjak menuju kebalikan setiap kali telah mencapai titik
kulminasi. Saat gembira demikian memuncak, orang akan meneteskan air mata.
Begitu juga saat kesedihan mencapai klimak, orang akan tertawa, minimal
menertawakan diri sendiri atas kekeliruan yang telah dijalani.
Pada saat seperti itu, ketika kesedihan justru bisa disikapi sebagai kegembiraan
dan sisi yang lain, kita bisa lebih mengendalikan diri kala senang untuk tidak
terlalu larut dan lupa daratan. Ketika dari setiap kesedihan dan penderitaan
bisa kita dirikan tenda hikmah untuk kita diami dan berusaha menemukan kearifan
filosofisnya, kita tak akan menemukan lagi kosa kata sedih dan derita setelah
keluar dari tenda itu. Dengan kearifan itu, hati menjadi lebih peka terhadap gejala atau fenomena
sekecil apapun. Hati akan semakin berhati-hati karena selalu menghindari
kerusakan, setelah kerusakan yang pertama terasa sangat menyiksa. Sang filosof
akan tinggal di tenda hikmahnya hingga seseorang datang memperkuat dirinya. Saat
ini, Shedim sedang berada di dalam tenda yang dengan susah payah dia dirikan.
Suatu saat akan datang seseorang yang membuatnya lebih kuat dan tegar. ..
Setelah dua minggu menyendiri dalam apartemen, berdiam dan membangun pondasi
internal yang sempat porak-poranda akibat ulah Walid, dia memutuskan untuk makan
malam di sebuah restoran yang tidak banyak dikunjungi turis Jazirah Arab.
Harapan terakhirnya dalam kondisi labil itu adalah menemukan seorang pemuda
Saudi yang menebar pesona dan berusaha meraih cintanya.
Sampai beberapa saat di restoran, Shedim belum menemukan keadaan lebih baik dari
yang selama dua minggu ini dia rasakan di apartemen. Restoran itu begitu tenang
dan romantis. Shedim menjelma seperti kepompong yang ditinggalkan kupu-kupu atau
seperti perkampungan yang warganya pergi merantau. Shedim duduk sendiri dan
menikmati makan malamnya. Pengunjung di sekelilingnya saling berbisik dan
bercengkerama di bawah cahaya lilin temaram yang menari tertiup angin sepoi.
Di sela pikiran yang menerawang, Shedim teringat rancangan masa depan dan
terutama mimpi bulan madu bersama Walid. Walid pernah menjanjikan Shedim untuk
berbulan madu di Bali, salah satu pulau terindah di Indonesia. Shedim
mengusulkan untuk menghabiskan beberapa hari bersama di London sebelum
mengakhiri bulan madunya.
Saat itu, Shedim bertekad untuk menemani Walid pergi ke tempat-tempat penting di
Inggris yang selama ini dikunjunginya seorang diri, tanpa kekasih di sisinya.
Shedim pasti akan menunjukkan Museum Victoria meski Walid tidak memiliki
ketertarikan yang kuat terhadap barang-barang bernilai seni tinggi. Justru
inilah yang menarik dari sosok Walid, Shedim pasti berusaha sekuat tenaga
menjadikan Walid sebagai penggemar benda seni seperti dirinya. Salah satu yang
akan dilakukan Shedim adalah memaksanya untuk meninggalkan kebiasaan merokok
yang sering membuat Shedim marah dan tidak nyaman. Minum teh bersama, menikmati
menu Susi, berenang bersama di kolam renang apartemen. Di akhir masa bulan madu,
Shedim pasti tidak akan mau pulang ke Saudi sebelum mengajak Walid mengunjungi
sentra-sentra kerajinan dan pusat belanja. Shedim akan membuat Walid merogoh
Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dompet untuk membelikannya berbagai pakaian baru dan alat-alat kosmetik.
Begitulah nasehat Ibu Qamrah sebagai alternatif pengganti daripada barang-barang
itu dijadikan mas kawin. Betapa perih mengingat mimpi indah yang kini mustahil menjadi kenyataan itu.
Jubah dan gaun pengantin yang dipesan khusus oleh Walid untuknya masih tersimpan
rapi di lemari pakaian di Riyad. Kedua pakaian pengantin itu menjulurkan
lidahnya mencibir Shedim setiap kali pintu lemari dibuka. Shedim benar-benar
belum bisa melepaskan diri dari bayang-bayang gaun itu. Pakaian pengantin itu
seperti masih menyiratkan kesetiaan dan harapan bahwa sebentar lagi Walid akan
kembali. Tetapi harapan tinggal harapan dan gaun pengantin itu menjadi saksi
abadi bahwa Walid adalah pengecut!
Tujuan Shedim keesokan harinya adalah Pusat Buku Dar el Shaqi.
Dia memutuskan untuk pergi ke sana berjalan kaki sambil menikmati hembusan angin
yang membelai. Saat melewati Museum Victoria, Shedim memerhatikan meriam-meriam
di dinding luar museum bekas peralatan perang Perang Dunia II. Peralatan itu
adalah saksi sejarah atas kebencian dan antipati Inggris terhadap Jerman saat
itu. Setelah melewati sebuah taman dengan berbagai tipe orang yang lalu lalang
dan ratusan burung yang berkicau lembut sambil memunguti biji-bijian yang
dilemparkan memang untuk mereka, Shedim menikmati pemandangan indah dari atas
jembatan. Sepanjang perjalanan, Shedim mendendangkan lagu yang membuatnya terasa tidak
lelah. Masuk ke sebuah jalan yang dinaungi pepohonan rindang, dia berjalan di
sisi kiri menghadap ke kanan ke arah Queens Way. Dia berhenti bernyanyi sejenak,
khawatir akan memancing perhatian orang-orang di sekitar jalan itu yang memang
terkenal sebagai tempat yang cukup menakutkan bagi pejalan kaki. Setelah
melewati jalan West Born, sampaikah Shedim di Dar el Shaqi" Dalam kekhawatiran
yang mulai reda, Shedim berpikir, "Mungkin ada baiknya aku membaca doa safar
(bepergian), semoga Allah selalu melindungi."
Shedim membeli beberapa buku. Alih-alih memilih buku akutansi seperti yang
dianjurkan ayahnya, Shedim banyak tertarik oleh buku-buku ilmu jiwa. Mungkin
sedang ingin mengetahui dengan pasti apa dan siapa sosok Walid yang telah
merampas keceriaan dan prestasinya. Buku-buku yang dibeli, sebagiannya
dikarenakan ia melihat orang lain pun membelinya. Ada yang dibeli karena
rekomendasi pedagang, dan ada juga yang dibeli karena buku itu memang bagus
menurut pertimbangan dirinya sendiri, atau karena dia memang benar-benar
membutuhkan kandungan pembahasannya.
Shedim kembali ke apartemen menggunakan kendaraan umum. Di kamar, dia temukan
pesan ayahnya yang terekam dalam pesawat telepon. Ayahnya membentahu bahwa dia
telah membuat jadwal pelatihan musim panas untuk Shedim di sebuah bank.
Pelatihan itu akan dimulai satu minggu dari sekarang.
Shedim heran dengan pikiran orang tuanya. Selama liburan musim panas di London,
Shedim kehilangan ketertarikan akan materi-materi akutansi. Shedim benar-benar
sedang kehilangan mood terhadap angka-angka. Yang terdapat dalam benaknya
hanyalah materi psikologi. Ia ingin bisa mengungkap keputusan Walid yang
meninggalkannya tanpa alasan jelas. Baginya, keputusan itu sama sekali tak masuk
akal, karena Shedim tidak melakukan dosa dan kesalahan yang pantas dihukum
dengan perpisahan. Shedim benar-benar sedang jatuh cinta meski mungkin untuk sementara waktuterhadap ilmu jiwa. Buku-buku yang dibeli kemarin telah mendapat tempat di
hatinya dan menumbuhkan keinginan untuk mengetahui lebih banyak. Yang mungkin
akan membuatnya sedikit tidak nyaman adalah minimnya pengetahuan dasarnya
mengenai ilmu jiwa. Hal ini terpaksa membuatnya harus melewatkan beberapa
bahasan dan istilah yang tidak dimengerti. Apalagi untuk buku-buku yang dia beli
atas rekomendasi sang penjual, tentu dia akan menghadapi lebih banyak kendala
membaca. Untuk lebih menikmati pengembaraan ilmiahnya, mungkin Shedim harus
membaca buku-buku pengantar dan beberapa biografi lainnya agar teori dan konsep
terkait bisa dipahami dengan benar.
Dari buku-buku itu, Shedim banyak menemukan pemikiran, riwayat, kisah, dan
kejadian-kejadian politis yang pernah didengarnya sewaktu remaja dulu. Dia
teringat ketika dia dan teman-temannya dilarang mengikuti demonstrasi pada saat
segenap negara Arab menyelenggarakan
demonstrasi masalah rakyat Palestina dan Intifadhah*. Saat itu gerakan akar rumput begitu terasa. Apalagi ketika Amerika
dan Inggris yang mulai kehilangan dukungan para sekutunya, semakin arogan
melakukan campur tangan dalam urusan negara lain.
Tetapi apakah masalah pohtik pada masa sekarang bukan lagi urusan publik,
melainkan masalah segelintir orang di kalangan pimpinan"
* Ini adalah gerakan perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel
dengan simbol seorang pemuda yang melempar batu sebagai senjata perlawanan-Peny.
Mengapa gairah gerakan politik para pemuda zaman sekarang tidak segarang saat
para penulis buku-buku ini menjadi pelaku sejarah masa lalu" Atau anak muda
zaman sekarang terlalu sayang dengan nyawanya sehingga tidak punya nyali untuk
mengekspresikan pendapat dan pendiriannya" Apa yang membuat kita pada saat ini
kehilangan kepekaan atas masalah-masalah internasional kecuali tentang skandal
seks antara Clinton dan Monica Lewinsky" Perpolitikan dalam negeri kita hanya
sibuk mengurusi skandal Departemen Komunikasi dan Perhubungan padahal
substansinya bukan hanya terbatas pada masalahmasalah skandal itu.
Teman-teman Shedim sangat tertarik pada dunia politik, tetapi mereka sama sekali
tidak mendapat peran dan kesempatan. Andai Shedim memahami politik dengan baik
dan benar, atau melibatkan diri dalam pembelaan beberapa kasus, atau malakukan
penolakan atas suatu keputusan, pasti dia akan menemukan aktifitas yang bisa
mengalihkan dirinya dari sakit hati akibat ulah Walid si Peng...
11 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et" Date: 23/4/2004
Subject: Kuliah Ummi Nuwair tentang manusia
Tiada tuhan selain Allah Yang Maha Agung. Tiada tuhan selain Allah, Tuhan Arsyi
yang agung. Tiada tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi. Wahai Dzat yang
selalu hidup, tiada tuhan selain Engkau.
Kepada rahmat-Mu kami memohon pertolongan (Doa Penghilang gundah, gelisah, dan
kesedihan). Dalam rentang dua minggu ini, aku membaca lebih banyak komentar tentang diriku
dibanding pada minggu-minggu sebelumnya. Sebagian lembut dan penuh kesantunan,
tetapi sebagian yang lain kasar dan menghakimi. Semua kuterima sebagai perhatian
dan kepedulian masyarakat kepadaku. Selama tidak ada yang dirugikan, semua
pengirim surat adalah sahabat. Aku juga sempat mengikuti berbagai perkembangan
sebagian pembaca. Lebih tepatnya mendokumentasi beberapa kejadian-kejadian lucu.
Salah satunya adalah cerita seorang sahabat perempuan tentang sahabatnya yang
setiap Jumat telah duduk di depan monitornya sejak pagi buta.
Setelah membaca buku "Problematika Kejiwaan: Sebuah Pengantar,"
"Ringkasan Solusi Psikologis", dan "Pembahasan Teori Gender", tergambar baginya
bahwa para penulis buku ini tak akan bisa menyelesaikan masalah. Mereka tidak
mungkin menjelaskan kepada Shedim apa penyebab Walid meninggalkan dirinya. Dua
buku pertama adalah buku-buku yang dipersiapkannya untuk dipelajari dengan
seksama. Itu didapatkannya dan toko buku Jarir di Riyad. Sedangkan buku yang
terakhir adalah hasil rekomendasi seorang sahabat kampusnya. Dia pun
mendapatkannya dari Lebanon sebelum berangkat ke London.
Shedim tidak akan cukup transparan dan komprehensif mengurai masalah Walid meski
telah menggunakan teori filsafat Sigmund Freud sebagai pisau analisanya. Tetapi
Shedim justru merasa puas dengan yang dia dapatkan dari karangan Ummi Nuwair
tentang ragam manusia. Ummi Nuwair khusus membuat tulisan, pembahasan sederhana,
dan pengkatagorian laki-laki dan perempuan Arab berdasar atas banyak faktor,
antara lain kepribadian yang kuat, kepercayaan diri, penampilan fisik, dan
sebagainya. Atas dasar faktor-faktor itu laki-laki dan perempuan dimasukkan
dalam beberapa kelompok dan katagori. Katagori dari kelompok ini tidak dibedakan
atas dasar gender sebab disimpulkan bahwa dalam pengklasifikasian ini, laki-laki
dan perempuan sama saja. Misalnya tentang kuat atau lemahnya kepribadian, baik laki-laki maupun
perempuan, masing-masing mempunyai dua jenis: pertama, orang yang berkepribadian
kuat dan independen. Kedua, orang yang lemah dan menjadi pengikut orang lain.
Jenis pertama dikelompokkan menjadi dua: pertama, orang yang logis. Yaitu orang
yang menghormati pendapat-pendapat orang lain di sekitarnya meski dia mempunyai
pendapat dan pendirian yang berbeda. Kelompok kedua adalah kelompok yang tidak
mau mendengarkan pendapat orang lain. Orang seperti ini tidak mau dikuasai dan
selalu ingin menguasai. Sedangkan kelompok berkepribadian lemah dan memilih menjadi pengikut, juga
terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang bisa
dipengaruhi hanya oleh keluarga dan kerabat dekat.
Orang dalam kelompok ini tidak mungkin bisa dilepaskan dari keluarganya untuk
hidup mandiri. Kelompok ini tidak mempunyai daya dan upaya bila tidak berdekatan
dengan keluarganya. Kelompok berikutnya adalah kelompok yang bisa hanya
dipengaruhi oleh teman dan sahabat. Ini adalah kelompok paling jelek. Karena,
bagi kelompok ini keluarga adalah musuh yang tidak bisa dipercaya. Mereka lebih
mendengar masukan dari teman yang seringkali temannya itu mempunyai keadaan yang
lebih jelek darinya. Kelompok orang yang berkepribadian kuat dan independen cenderung lebih mampu
mandiri. Dia telah menemukan cara dan kemauan untuk mengembangkan diri dan
mereka mampu melakukannya.
Mereka juga tidak berhenti memperbaiki keadaannya sebatas kemampuan mereka.
Mereka bisa memanfaatkan setiap peluang, alat dan potensi untuk mendukung
keberhasilan. Sedang kelompok kedua yang lemah adalah kelompok yang kurang
cekatan dan tanggap dalam membaca permasalahan. Kelompok ini tidak bisa cepat
mengambil inisiatif tindakan. Mereka memerlukan instruksi untuk mengejakan
sesuatu. Pengembangan dirinya sangat bergantung kepada keluarga atau temantemannya. Ummi Nuwair juga menentukan kelompok-kelompok manusia menurut kepercayaannya
pada kemampuan diri sendiri. Mereka yang mempunyai kepercayaan diri terbagi ke
dalam dua kelompok. Partama adalah kelompok muthmainah atau kelompok yang tenang
dan yakin karena mempunyai kepercayaan diri yang kuat dan wajar. Kelompok
pertama ini terbagi menjadi kelompok yang logis dan selalu berpikiran positif
bagi dirinya sendiri. Pada tingkat kepercayaan diri yang cukup baik, seseorang
akan dihormati dan disegani, sekaligus dicintai. Karena kelompok ini terdiri
dari individu-individu yang rendah hati dan mempunyai kedekatan dengan orang di
luar kelompoknya. Kedua adalah mereka yang sering mendapat cap over confidence (kelebihan
kepercayaan diri). Mereka adalah orang-orang yang merasa bahwa apa yang terdapat
pada dirinya adalah segala-galanya. Mereka menempatkan diri pada tempat
tertinggi, terpandai, termulia, dan efeknya adalah hilangnya kesadaran untuk
introspeksi dan eYa luasi diri.
Tetapi pada kasus-kasus tertentu, over confidence seringkali justru merupakan
upaya untuk menutupi kekurangan atau mensejajarkan diri dengan orang lain
melalui cara instan. Seorang dengan kepercayaan diri yang berlebihan
sesungguhnya adalah seseorang yang biasa-biasa saja, tidak mempunyai
keistimewaan, dan memiliki capaian prestasi yang datar-datar saja. Kelompok
kedua ini tidak disukai oleh banyak orang terutama karena keengganannya membuka
diri terhadap masukan dan perbaikan. Sayangnya, jumlah kelompok ini lebih banyak
dari pada kelompok pertama.
Jumlah orang-orang yang masuk ke dalam dua katagori memiliki kepercayaan diri,
lebih sedikit jika dibanding orang-orang yang tidak memiliki kepercayaan diri.
Mereka yang tidak percaya diri terbagi juga ke dalam dua kelompok. Pertama
adalah mereka yang mengklaim diri di depan publik sebagai orang hebat dan
percaya diri tetapi sebenarnya di dalam hati dia mengakui memiliki banyak
kekurangan. Hakikat orang ini adalah lemah meski di depan orang lain dia tampil
seperti orang kuat. Justru ketika mereka berusaha membangun kesan besar dan kokoh, sesungguhnya diri
mereka kerdil. Biasanya mereka ini bermulut besar, tetapi tak berkualitas.
Ungkapan "tong kosong nyaring bunyinya" atau
"air beriak tanda tak dalam", sungguh tepat jika dialamatkan kepada mereka.
Hanya sebuah kata yang diperlukan untuk direkayasa menjadi sepuluh kata demi
menutupi kekerdilannya. Seringkali sikap mereka menyebalkan, atau lebih
ekstrimnya lagi, memuakkan. Sesungguhnya mulut besar mereka hanyalah retorika
yang justru membongkar kekurangannya.
Kelompok kedua dan orang-orang yang kehilangan kepercayaan diri adalah mereka
yang sejak awal tidak pernah merasa dirinya sebagai orang penting dan hebat.
Sejak mula, mereka memang mengakui dirinya miskin, lemah, tak berdaya, bahkan
hati-hati untuk merasa sejajar dengan orang lain. Mereka selalu memposisikan
diri lebih rendah dari siapa saja, dan melihat diri sendiri sebagai pusat segala
kelemahan dan kekurangan. Baginya, setiap peluang telah tertutup, setiap
kesempatan telah berlalu. Di depan matanya, semua kemudahan menjadi sulit, dan
setiap kelapangan menjadi sempit.
Semua keadaan ini berasal dari sikap percaya diri yang benar-benar tidak
dimiliki. Pemicu munculnya sikap semacam ini bisa berupa faktor yang kongkret
seperti kondisi fisik yang tidak menarik contohnya bertubuh pendek, hidungnya
terlalu pesek atau terlalu besar, dan bagian lainnya yang terlalu kecil atau
terlalu besar. Selain faktor yang terlihat, ada juga faktor abstrak seperti
kemiskinan, kebodohan, atau berupa aib dan kelemahan yang hanya diketahui oleh
dirinya sendiri. Dari sisi agama, pembahasan dilakukan dengan sedikit pemisahan antara perempuan
dan laki-laki. Memang agak berbeda dengan pembahasan dari sisi kepercayaan diri
dan kepribadian yang tidak membedakan pria dan wanita ke dalam dua katagori
terpisah. Tetapi secara umum, manusia laki-laki dan perempuan termasuk dalam
salah satu katagori orang yang taat beragama, orang yang biasa saja, dan orang
yang tidak taat menjalankan ajaran agama. Dan tiga golongan manusia secara umum
ini akan dikemukakan bahasan laki-laki dan perempuan dalam terminologi masingmasing. Inilah yang membedakan sisi agama dan kedua sisi lain; kepribadian dan
percaya diri. Bagi Shedim, sisi agama ini merupakan poin paling krusial bagi
seseorang menjelang dan setelah pernikahan. Karenanya, Shedim antusias memahami
paparan Ummi Nuwair tentang hal ini.
Laki-laki yang taat beragama, terbagi ke dalam dua jenis: pertama mereka taat
beragama tetapi pada saat bersamaan masih mengerjakan dosa dan maksiat, kedua
adalah mereka yang takut melakukan dosa dan karenanya mereka menjadi orang yang
taat. Kedua golongan laki-laki beragama ini sama-sama menghendaki kebahagiaan
dalam rumah tangga dan menjadikan ikatan perkawinan sebagai jalan menuju ridha
Tuhan. Untuk itu, kebanyakan mereka menikahi lebih dan satu wanita. Semua istrinya
diharapkan mempunyai tingkat ketaatan beragama yang minimal sama dengannya.
Berbagai doktrin dan ajaran ditekankan untuk mencapai harapan itu. Keberhasilan
yang istimewa bila sang suami bisa mendukung ketaatan dari salah satu atau semua
istrinya lebih tinggi dan ketundukannya kepada ajaran agama. Laki-laki dalam
kelompok taat beragama biasanya menempatkan beberapa kriteria untuk wanita yang
akan dinikahinya, termasuk kriteria dari sisi keturunan.
Kedua adalah kelompok laki-laki yang ketaatan beragamanya sedang-sedang saja.
Kelompok ini juga terbagi ke dalam dua jenis.
Pertama, laki-laki yang taat beragama tetapi tidak seketat orang yang taat
beragama terkait dengan sikapnya terhadap wanita. Kelompok ini sebagaimana
ketaatannya biasa-biasa saja intervensi ke dalam masalah istri juga sedangsedang saja. Dalam memilih istri, laki-laki model ini tidak banyak
mempermasalahkan faktor keturunan.
Yang pertama menjadi pertimbangan adalah apakah wanita yang akan dinikahinya itu
benar-benar cinta kepadanya atau tidak. Bila ketulusannya tidak diragukan lagi,
maka pertimbangan kedua adalah akhlaq (moralitas). Setelah kedua pertimbangan
itu lolos, maka tidak ada lagi hambatan untuk segera meyakinkan diri bahwa
wanita inilah calon istri yang disediakan Tuhan untuk dirinya.
Jenis kedua dan laki-laki yang keberagamaannya sedang adalah mereka yang percaya
bahwa Islam dibangun di atas lima pondasi; syahadat, salat, puasa, zakat, dan
haji. Maka dalam ibadah tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan dan dibebankan
kepada manusia di luar yang lima itu. Mereka adalah para penganut paham sekuler,
yaitu paham yang-dalam skala lebih besar-memisahkan antara agama dan urusanurusan negara. Laki-laki yang beragama tetapi sekuler menganut paham bahwa bila salat wajib,
puasa wajib, dan haji telah dijalankan, maka semuanya telah cukup, dan karenanya
dia merasa menjadi muslim yang benar. Pada ketertarikan dengan wanita, laki-laki
tipe ini menginginkan seorang pendamping yang sama-sama memiliki paham keagamaan
mirip dengannya atau yang lebih sekuler darinya. Dia tidak menginginkan untuk
memiliki pendamping seorang istri yang taat berkerudung. Baginya berkerudung dan
berpakaian muslimah berada di luar pondasi Islam yang lima itu. Dia mensyaratkan
Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagi wanita yang akan dinikahinya seorang yang cantik untuk dibanggakan di depan
teman-temannya sesama penganut paham sekuler. Katagori terakhir adalah laki-laki
yang tidak taat beragama. Katagori ini juga terbagi menjadi dua. Pertama mereka
yang sejak kecil tumbuh dan besar di lingkungan keluarga yang longgar*
(permisif) dari sisi agama dan akhlak. Dimaksud longgar secara agama di sini
adalah kebebasan bagi anak untuk menjalankan agama atau tidak menjalankannya.
Orang tua tidak mempunyai paham bahwa agama anak memerlukan intervensi atau
bertanggung jawab untuk mengarahkan keberagamaan anaknya. Sedangkan longgar
secara moralitas adalah penetapan nilai-nilai kesantunan yang sangat longgar.
Ketika si anak semakin bertambah dewasa, maka akan semakin jauh dari perhatian
dan pengawasan keluarga, dan dia akan menganut kebebasan perilaku sebagaimana
kebebasan itu ditanamkan sejak masih kecil. Satu-satunya lembaga sosial yang
mungkin bisa mengendalikannya adalah masyarakat di sekitarnya. Laki-laki model
ini mempunyai ketundukan yang kuat terhadap kontrol sosial jauh dari ketundukan
kepada nilai kekerabatan yang sejak awal berlangsung secara longgar.
Jenis kedua dari kelompok yang tidak taat beragama adalah lakilaki yang sejak
kecil dibesarkan dalam lingkungan yang bukan hanya longgar secara agama dan
akhlak melainkan telah sampai pada level pengingkaran dari sisi agama dan
penafian norma dan nilai tertentu.
Tidak banyak yang harus dijelaskan tentang kelompok terakhir ini, perlu
digarisbawahi bahwa bila manusia semakin memanjakan keinginan dan nafsunya, maka
dia tidak akan bertambah dewasa secara agama dan akhlaq, bahkan dari hari ke
hari semakin menjadi bayi!
Titik lemah laki-laki model terakhir adalah pada konsep hidupnya yang membabi
buta. Dia akan cenderung mengukur segala sesuatu dengan barometer dirinya atau
setidaknya menggunakan ukuran
* Penulis mengatakan bahwa dia lebih suka menggunakan istilah longgar daripada
harus memberi label orang yang tidak beragama, karena itu dianggap terlalu
kasar. pengalaman sebelumnya untuk hal-hal yang belum tentu bisa dipersandingkan dalam
bingkai komparasi. Dalam menentukan sikap dengan wanita kenalan barunya, lakilaki seperti ini akan bersikap dengan cara yang sama saat dia bergaul dengan
wanita kenalan lamanya yang biasanya sama-sama kurang berakhlak seperti dirinya.
Di matanya, semua wanita sama. Sama-sama seperti dirinya, tidak peduli dengan
nilai dan norma. Wanita yang diinginkan laki-laki semacam ini untuk menjadi
pendamping bisa jadi adalah seseorang yang belum memiliki pengalaman bebas atau
yang sepaham dengannya. Bagi laki-laki tipe ini, wanita jenis pertama diinginkan
lantaran masa lalu semua orang sama dengan masa lalunya, dan itu bukanlah hal
penting untuk dipermasalahkan. Sedang wanita jenis kedua yang dipilihnya sematamata karena kedekatan sifat dan kebiasaan, sehingga hal itu lebih memudahkan
proses adaptasi. Istri dari laki-laki dengan pemahaman semacam ini selalu berposisi tertekan
akibat perilaku dan sikap suaminya. Lebih parah lagi, mereka harus banyak
berpura-pura menunjukkan wajah bahagia agar ketidaknyamanan itu tidak semakin
bertambah. Inilah yang sebenarnya terjadi dengan Shedim yang sejak awal tidak
tahu banyak tentang sosok Walid. Dia terlambat menyadari. Semua telah terjadi
saat Walid begitu saja meninggalkannya. Yang membuat keadaan lebih tidak
berpihak adalah Shedim sudah terlanjur jatuh cinta ketika lelaki itu belum
menunjukkan sifat aslinya. Meski sekarang sedikit demi sedikit Shedim mulai
beradaptasi dengan kenyataan, rasa cinta yang dulu pernah ada semakin membuat
lukanya terasa perih. Kini saatnya membahas beberapa aspek di atas dari sisi psikologi perempuan.
Perempuan yang taat beragama terbagi dalam dua kelompok.
Pertama, perempuan yang sejak kecilnya dididik dalam kultur dan cara agama serta
belum pernah bersentuhan dengan pengaruh-pengaruh luar rumah yang bertentangan
dengan agama. Perempuan dengan tingkat keberagamaan yang tinggi dan tingkat
kerawanan sosial yang rendah seperti ini terkadang beruntung mendapat suami yang
berlatarbelakang sama, sehingga mereka berdua bisa hidup bahagia dan jauh dari
pergesekan nilai. Kebahagiaan itu bersumber dari keikhlasan dan kerelaan untuk
menerima segala kehendak dan pemberian Tuhan. Tetapi terkadang perempuan
sepertinya bernasib tidak beruntung dengan mendapatkan suami yang relatif lebih
bebas dengan berlatar belakang keagamaan yang lebih rendah. Pasangan suami istri
seperti itu biasanya akan menemukan banyak kendala komunikasi, sehingga sering
terjadi salah paham. Terutama sang istri akan kurang mampu menyesuaikan diri
dengan kebiasaan suaminya yang cenderung longgar terhadap hal-hal yang selama
ini dijaga dengan ketat oleh lingkungan istri. Sang istri akan tidak bisa
memberi pelayanan maksimal karena keinginan suami seringkah berseberangan dengan
nilai yang dianut istri. Kedua adalah perempuan yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang relatif
sama dengan lingkungan kelompok pertama, tetapi selalu mempunyai kecenderungan,
harapan, dan mimpi untuk melepaskan diri dari kungkungan pada suatu saat nanti,
dan hidup dalam kultur yang lebih longgar.
Ada sedikit perbedaan antara perempuan kelompok pertama dan kedua. Yang pertama
mempunyai kesadaran kuat atas apa yang mereka lakukan terkait dengan ketaatan
beragama. Biasanya kesadaran seperti ini lahir dari proses pendidikan keluarga
yang menonjolkan penghargaan, penyadaran, kasih sayang, dan kehangatan. Dengan
hal itu, nilai dan doktrin agama bisa ditularkan dengan menyenangkan, tetap
harmonis dan adanya keseimbangan antara reward (penghargaan) dan punishment
(sanksi). Hasil dari proses ini adalah kesadaran menjalankan agama dengan ikhlas
dan senang. Kelompok kedua biasanya berkembang dalam penanaman ajaran agama yang
keras dan berlangsung searah. Transfer nilai agama tidak dilakukan dialogis
sebagaimana pada kelompok pertama, melainkan si anak berposisi pasif dan orang
yang aktif. Dengan cara ini, kesadaran tidak terbangun dengan baik sehingga
setelah dewasa, nilai yang selama ini ditekankan, dirasakan sebagai penjara yang
membatasi. Ketertekanan ini melahirkan keinginan untuk lari dan keluar dari
'penjara' yang selama ini mengekangnya.
Katagori kedua adalah perempuan yang berada pada rangking pertengahan dalam
menjalankan ajaran agama. Perempuan dalam katagori ini terbagi dalam dua
kelompok. Untuk menyebut contoh, Qamrah adalah salah satu wanita yang termasuk
dalam kelompok pertama ini. Dalam memahami teks agama, seringkali kelompok ini
mengedepankan kajian-kajian kontekstual sehingga sebagai contoh dalam hal
menggunakan hijab (berjilbab), ia relatif mengikuti perkembangan yang ada,
sesuai dengan ketentuan syariat yang bisa berubah seiring dengan perubahan
kondisi yang melingkupi. Perempuan dalam level ini lebih memilih untuk fleksibel
dalam memahami doktrin. Biasanya mereka bisa dengan mudah menyesuaikan diri
dengan apa yang dikehendaki oleh suami atau orang tua.
Secara sederhana bisa didefinisikan bahwa kelompok kedua dan katagori kedua ini
adalah mereka yang intensitas ibadah dan kualitas keagamannya di atas katagori
ketiga namun berada di bawah katagori pertama. Pada kelompok ini, ketentuan
akhlak lebih kuat dibanding rambu-rambu agama dalam mengendalikan tingkah laku
dan menjamin keteraturan sosial. Mereka menjalankan ketertiban dan perbuatan
baik atas dorongan naluri dan akal yang menyimpulkan bahwa manusia harus
berakhlak mulia, bukan atas bimbingan agama. Ini adalah akibat dari pelaksanaan
ketentuan agama yang sedang-sedang saja, sehingga mereka tidak begitu larut dan
menceburkan diri secara total dalam menjalankan agama. Kelebihan wanita kelompok
ini terletak pada karakternya yang kuat dan cerdas. Untuk menyebut kecenderungan
pergaulan dan mobilitas sosialnya, kelompok kedua ini lebih mungkin berpindah
menjadi penganut paham sekular. Hal ini karena mereka tidak terbiasa hidup dalam
ketatnya peraturan orang-orang yang taat beragama.
Katagori ketiga adalah mereka yang tidak taat menjalankan agama.
Kemungkinan pertama adalah sejak masih gadis, mereka telah hidup dalam kultur
yang jauh dari kontrol agama. Kemungkinan kedua adalah mereka mulai menjauh dari
agama sejak diperistri oleh seorang suami yang berlatar belakang sama atau nilai
keagamannya lebih rendah lagi.
Wanita yang masa gadisnya jauh dari agama, relatif akan hidup sesuai dengan
warna suaminya. Bila sang suami berasal dari katagori pertama, dia bisa menjadi
wanita yang sangat taat. Bila suaminya menjalankan agama sekadarnya saja, dia
akan menjadi wanita pertengahan. Tetapi bila menikah dengan laki-laki yang samasama jauh dari agama, dia akan tetap dalam katagori ini atau bahkan semakin
jauh. Kelompok kedua dari katagori ketiga, yaitu wanita yang menjadi jauh dari agama
setelah menikah. Dimungkinkan kepindahannya itu dipengaruhi oleh suaminya.
Mungkin karena sang suami adalah orang yang tidak taat menjalankan agama atau
wanita itu dengan sendirinya lari dari agama akibat sakit hati dikhianati suami.
Itulah paparan Shedim yang dinukil dari pemikiran Ummi Nuwair.
Berbulan-bulan setelah paparan itu, Shedim masih belum sepenuhnya paham. Dia
masih belum selesai mengungkap poin-poin terpenting dalam berbagai pembagian
itu. Baginya, semakin diperdalam, maka akan semakin memahami bahwa apa yang
diungkapkan Ummi Nuwair adalah akurat. Shedim benar-benar menjadi murid sekolah
kehidupan yang sedang banyak mendapatkan tugas. Judul besarnya adalah fenomena
Walid. Dosen pembimbingnya adalah Ummi Nuwair. Wanita itulah yang telah lebih
dahulu belajar ilmu kehidupan sejak sebelum menikah di Kuwait, saat menjadi
istri, dan setelah perceraian. Semua fase telah memberinya banyak bab pelajaran.
Tetapi bahasan kita kali ini bukan tentang Ummi Nuwair.
Ummi Nuwair sendiri menyampaikan pikiran-pikirannya saat begadang bersama di
rumahnya. Saat itu Shedim dan ketiga temannya sengaja datang, dan seperti biasa
Ummi Nuwair menjadi tumpahan curhat serta sumber solusi. Ditemani makanan ringan
dan teh hangat, mereka berempat seakan berada di ruang kuliah dengan seorang ibu
dosen. Kali ini ibu dosen mereka sangat keibuan, pengertian, dekat, dan memahami
setiap jengkal permasalahan masing-masing. Sang ibu dosen menyampaikan materi
bukan hanya dengan akal dan kecerdasan, tetapi melibatkan hati dan perasaan.
Shedim menerawang rumahnya yang berada di Riyad. Terbayang pintu besi di atas
relnya tempat Shedim duduk di belakangnya untuk menunggu kedatangan Walid setiap
selepas Isya. Mereka berdua sering menghabiskan malam di sebuah meja taman dekat
kolam renang. Malam-malam yang dikenang ketika ia berada dalam pelukan Walid.
Terbayang juga ruang tamu tempat kali pertama dia melihat Walid. Pandangan
pertama itu masih melekat. Terlihat sebuah televisi di ruang tengah tempat
mereka berdua sering nonton film bersama. Juga sebuah kamar yang menjadi saksi
lahirnya cinta sekaligus kematiannya. Tetapi apakah cintanya untuk Walid telah
benar-benar mati" Shedim berdiri untuk menyalakan tape recorder. Di antara kasetkaset yang
berserakan di lantai kamar, dia memungut sebuah, memasukkannya ke dalam tape dan
kembali tertelungkup di atas kasur seperti posisi janin dalam rahim sang ibu.
Dengan penghayatan, di menyimak satu persatu syair sedih karya Abdul Hamid,
salah seorang artis yang tiba-tiba disukainya:
Engkau yang menangis karena pedihnya sakit,
Engkau yang berteriak karena perihnya luka,
Mengutuk dia atas khianat cinta,
Mengutuk zaman yang mengantarkan pengkhianat untuknya, Datanglah wahai cinta
dekatkan aku ke surga Obati luka dengan cinta baru ........
Shedim berlinang air mata mencermati setiap syair lagu itu yang terdengar merdu
mendayu. Lagu berikutnya lebih menghunjam dan menusuk. Dengan hati yang patah,
setiap kalimat dicerna dan dilafalkan.
Bibirnya mulai mengeja luka. Hingga side A selesai, Shedim belum menyadari
betapa dirinya telah larut. Dan ketika lagu pertama side B
mulai terdengar, Shedim sedikit terhenyak dan mulai menghapus air mata yang
membasahi bantal. Masih dari kaset yang sama, Shedim membisiknya bait-baitnya
untuk Walid: Ungkapkan semua tentang kekejaman yang melukai hati, Tentang pelarian dari
kekalahan cinta, Katakan semua agar manusia terjaga,
Atas khianat cinta Wahai yang terluka karena cinta,
Menangislah agar lepas segala resah,
Menangislah hari ini agar tangisan setahun luka segera terbayar Air matamu telah
berbicara Tentang khianat cinta... Shedim menangis dan menangis di kamarnya. Sendirian tanpa teman. Dia tidak tahu
menangis untuk siapa. Dia hanya berharap air matanya akan menyembuhkan luka.
12 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 30/4/2004 Subject: Hidup" Siapa takut!
Aisyah Istri Nabi ditanya tentang apa yang dilakukan Nabi (saw) di rumahnya.
Aisyah menjawab, "Dia mengerjakan semua urusan keluarganya. Bila datang waktu
salat, dia bergegas menuju masjid (dan) memimpin salat" (Shahih Bukhari: 676).
Aku tidak pernah membayangkan email-email sederhanaku akan mendapat respon luar
biasa. Rencana penulisan ini telah ada sejak lima tahun lalu, yaitu sejak permulaan
kisah dari riwayat sahabat sahabatku yang kutuliskan sekarang ini bagi Anda
semua. Tetapi jujur saja, aku belum begitu serius menuliskan kisah-kisah ini
kecuali mulai empat minggu terakhir. Akhir-akhir ini aku memang mengerahkan
segala kemampuan dan daya analisaku. Penguasaanku atas materi-materi tulisan di
emailku perlu diperkuat, dan analisanya perlu dipertajam. Aku merasa wajib untuk
memeras seluruh sari akal dan kalbu sehingga aku bisa menggenggam nilai tambah
dan kehidupan ini... Kehidupan rumah tangga Rasyid dan Qamrah bukanlah hubungan yang dibangun di atas
alur skenario film. Rasyid terkesan meninggalkan perempuan itu karena dia
berkonsentrasi menyelesaikan studi dengan banyaknya tugas dan beban kuliah. Dia
membiarkannya mengurusi sendiri segala keperluan dan kebutuhan rumah, karena
istrinya itu sendiri tidak mempunyai keinginan untuk berkuliah lagi. Semua
memang sangat sulit di permulaan, tetapi Qamrah sedikit demi sedikit mulai
belajar mandiri dan menghilangkan ketergantungannya kepada orang lain. Dia mulai
mempunyai keberanian untuk bertanya kepada orang-orang dijalan atau kepada para
pedagang. Beberapa waktu lalu, keberanian itu tidak dimilikinya.
Intensitas pertemuan Rasyid dan Qamrah sangat rendah. Hanya saja Rasyid memang
selalu memenuhi semua kebutuhan finansial istrinya, termasuk keperluan rumah
tangga. Setiap kali Qamrah meminta, lelaki itu pasti memberikan sejumlah yang
diminta. Bahkan seringkali ia memberikannya tanpa perlu diminta. Singkatnya,
dari waktu ke waktu Qamrah tidak pernah merasa kekurangan.
Qamrah belum bisa memberikan analisa tentang persamaan dan perbedaan pemberian
Rasyid kepadanya dibanding pemberian laki-laki lain kepada istri masing-masing.
Tetapi yang sering terjadi adalah banyak hal yang membuat mereka berdua senang.
Satu dan lainnya saling menerima. Meskipun tentu saja masih banyak harapan
Qamrah yang belum terpenuhi, dia tetap merasa lebih beruntung dari saudara dan
kerabat-kerabat perempuannya.
Qamrah mulai menemukan sisi-sisi menyenangkan dalam diri Rasyid setelah beberapa
saat bersama. Meski belum terasa dan terlihat dengan jelas oleh Qamrah, Rasyid
mulai menunjukkan kebiasaan dan tabiat yang bisa diterima olehnya. Meski tidak
secara langsung, namun banyak perilakunya yang membuat Qamrah tersungging.
Kebaikan perilakunya terlihat terutama saat dia berinteraksi dengan orang-orang
lain; ibunya, adik, dan kakaknya, orang-orang dijalan, dan anak-anak kecil.
Rasyid sering menghampiri anak kecil, bermain dan bercanda dengan lembut dan
kasih sayang yang menakjubkan. Rasyid terlihat sangat menyayangi anak-anak dan
menikmati permainan dengan mereka.
Mungkin bukan ini kesimpulannya, tetapi Qamrah jadi memiliki harapan baru saat
melihat bahwa ternyata sang suami berpotensi untuk mencintai dan menyayangi
sebagaimana yang dia tunjukkan kepada anak-anak kecil yang dijumpainya. Qamrah
merasa senang dan optimis bahwa perjalanan waktu akan membuat Rasyid
mencintainya sepenuh hati. Pada awal masa perkawinan mereka, Rasyid sangat kaku
dan ketus, tetapi semakin hari, Rasyid semakin menunjukkan tanda-tanda kasih
sayang; ciuman, sentuhan lembut, senyum, dan gurauan kecil yang mulai sering
dinikmati Qamrah. Memang harus disebutkan bahwa hingga saat ini Rasyid masih
sering mendadak marah hanya akibat suatu kesalahan yang menurut Qamrah sangat
remeh. Tapi Qamrah berpikir, bukankah semua laki-laki memang seperti itu"
Bukankah ayah, saudara, dan pamannya juga sering menjengkelkan" Qamrah
berpendirian bahwa yang dilakukan suaminya adalah tabiat dan pembawaannya.
Pendirian inilah yang membuatnya bersabar. Tetapi bukankah kesabaran manusia
memiliki batas" Salah satu yang membuat Qamrah jengkel dan kehilangan kesabaran adalah kebiasaan
suaminya untuk tidak melibatkan dirinya dalam urusan-urusan terkait dengan
rumah. Termasuk dalam pemilihan acara televisi, Qamrah merasa sering tidak
dihargai. Rasyid sering mengganti acara televisi saat Qamrah tengah
menikmatinya. Tetapi Qamrah selalu berusaha menemani suaminya menonton meski
sangat kecewa. Seperti ketika Rasyid asyik mengikuti sinetron favoritnya Sex And
The City, Qamrah hanya bisa diam dan berusaha mengikuti meski banyak dialog para
pemeran yang tidak dipahaminya. Sikap Rasyid yang meremehkan dan menafikan
pekerjaan orang lain, sering membuat istrinya marah. Memang Rasyid pernah
Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengatakan bahwa Qamrah tidak berperan dalam
pengaturan apartemennya. Semuanya seakan
menunjukkan bahwa apartemen itu adalah milik Rasyid sendiri.
Mereka hanya tinggal berdua di apartemen. Ini membuat seluruh aktifitas di dalam
apartemen menjadi tugas Qamrah. Dia harus menyiapkan baju suaminya setiap pagi
dan petang, menyeterikanya sebelum sang suami bangun tidur. Dalam hal itu,
Qamrah tidak mempunyai hak meminta bantuan Rasyid untuk merapikan rumah,
menyiapkan makan, atau mencuci piring. Ini semua sangat mengherankan bagi
Qamrah. Bukankah selama bertahun-tahun belajar di Amerika, Rasyid selalu
melakukannya sendiri" Tidakkah dia tahu bahwa selama hidupnya di Riyad, berbagai
pekerjaan itu dilakukan oleh pembantu"
Rasyid menghabiskan sebagian besar waktunya di kampus. Ketika suatu hari Qamrah
memberanikan diri bertanya tentang sebab keterlambatannya setiap hari, Rasyid
menyampaikan bahwa dirinya sedang melakukan penelitian tentang internet. Dia
harus berlama-lama di kampus untuk memanfaatkan fasilitas komputer gratis di
perpustakaan. Pada bulan-bulan awal perkawinan mereka, Qamrah mengisi kesendiriannya di
apartemen dengan menonton televisi atau membaca novel yang dibawanya dari Saudi,
termasuk membaca ulang beberapa novel yang pernah mengisi hari-harinya saat
duduk di bangku sekolah menengah dahulu.
Sebenarnya Rasyid mempunyai seperangkat komputer di apartemen.
Tetapi dia tidak mau menggunakannya. Qamrah diizinkan untuk menggunakannya bila
memang perlu. Sayangnya, komputer itu belum conect dengan fasilitas internet.
Beberapa bulan, Qamrah memanfaatkan waktu luangnya di apartemen dengan mengasah
keterampilannya mengoperasaikan
komputer. Rasyid sering membantunya dan memberinya beberapa pengetahuan, tetapi Qamrah lebih suka belajar sendiri.
Dengan tidak banyak bertanya, diam-diam Qamrah mengamati respon dan kehendak
Rasyid untuk membantunya. Saat itu sang istri tersebut terlihat sedang bekerja
keras memahami cara kerja komputer.
Sejak awal, Qamrah memang terbiasa menyelesaikan semua pekerjaan seorang diri,
baik yang ringan maupun yang berat. Apakah laki-laki selalu merasa terancam
wibawa dan kekuasaannya bila melihat potensi perempuan untuk lebih berprestasi"
Apakah laki-laki merasa takut kemerdekaan
dan kemandirian perempuan" Apakah mereka mengkhawatirkan kekuatan dan dominasinya" Apakah mereka mengira bahwa
kemerdekaan dan kemandirian perempuan adalah pencurian dan pengambil-alihan
kepemimpinan laki-laki yang telah digariskan Allah"
Qamrah telah menemukan kaidah penting dalam berinteraksi dengan laki-laki.
Yaitu, agar mereka mulai menyadari kekuatan perempuan dan kemandiriannya dalam
banyak hal. Perempuan harus memahami bahwa hubungannya dengan laki-laki tidak
seharusnya terbatas pada kepentingan nafkah, namun harus dibangun tanggung jawab
yang seimbang. Laki-laki juga harus ikut bertanggungjawab atas beberapa urusan
rumah. Suami harus memerhatikan istri dan anak-anaknya. Hal terpenting yang
harus dipenuhi setiap suami kepada istrinya adalah kebutuhan untuk dianggap
penting di dalam kehidupan, sebagaimana setiap istri selalu mengakui peran
penting suaminya. Ketika suatu saat Qamrah mencoba-coba berbagai menu di komputer, dia menemukan
dalam koleksi foto suaminya, foto seorang perempuan dan Asia Timur, tepatnya
Jepang. Foto itu tersimpan dalam koleksi desktop background. Akhirnya di
mengetahui bahwa perempuan Jepang itu bernama Karey.
Foto itu menunjukkan postur badan Karey yang kecil dan pendek sebagaimana
umumnya orang Asia. Usianya kira-kira sebaya dengan Rasyid atau lebih tua
sedikit. Dalam beberapa pose, tampak wanita itu menggandeng Rasyid atau
berbaring berdua di apartemen yang saat ini mereka tempati. Permasalahan tentu
bukan pada foto-foto itu, melainkan bahwa pose dan tempat foto itu
mengisyaratkan adanya hubungan spesial antara mereka berdua sejak sebelum Rasyid
menikah dengannya, dan kemungkinan hubungan itu tetap terjalin hingga kini.
Beberapa kemungkinan mulai menjadi pertanyaan sebagai turunan dari penemuan foto
itu. Hubungan mungkin dilakukan melalui internet atau telepon. Apalagi Rasyid
sejak awal terbiasa keluar apartemen dua hari dalam tiap bulan untuk bertamasya
bersama teman-temannya. Selama ini, Qamrah selalu berbaik sangka tentang hal itu, apalagi sepulang
tamasya, Rasyid selalu membawakan bingkisan seraya mempertunjukkan kerinduan dan
cintanya yang diakibatkan perpisahan selama dua hari. Qamrah tidak pernah
menaruh curiga dengan 'rekan'
tamasya Rasyid, malah dia menunggu kapan tiba waktu untuk suaminya itu kembali
bertamasya. Hasilnya, dia akan merasakan kasih sayang lebih yang akan diberikan
sepulangnya nanti. Mendasar sekali untuk dipertanyakan bagaimana mungkin seorang suami
menyembunyikan hubungannya dengan someone special selama lebih dari sembilan
bulan" Apa yang bisa diperbuat Qamrah untuk memastikan hubungan khusus itu" Awal
perkawinan mereka memang harus disebut sebagai bulan penuh perselisihan, namun
sedikit demi sedikit, mulai bisa dijembatani. Kesulitan dan kerumitan pada bulan
awal itu kini mulai terurai, sehingga Rasyid tampil sebagai suami yang baik.
Mungkin belum baik benar, tapi minimal lebih baik. Maka bagaimana Rasyid selama
ini dapat bersandiwara" Apakah mereka berdua masih sering bertemu" Apakah Karey
tinggal di daerah yang sama dengan mereka, ataukah justru Rasyid yang pergi
mendatanginya pada setiap bulan" Apakah saat ini Rasyid mencintainya" Apakah
mereka tidur bersama" Apakah Rasyid memaksanya untuk menelan pil anti-hamil
sebagaimana yang dilakukan atas dirinya"
Andai seseorang datang mengabarkan kepadaku tentang apa yang dialami Qamrah,
niscaya akan kuanjurkan dia untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh
seorang istri yang malang namun menunjukkan ketegaran yang menakjubkan. Qamrah
adalah perempuan kecil yang tidak mau ditindas. Dia membawa sebilah pisau dan
bertekad akan melakukan perlawanan dan perang demi mempertahankan perkawinan
mereka. Tak ada yang mengetahui keadaan Qamrah yang sebenarnya, kecuali Shedim
yang pernah menceritakan perpisahannya dengan Walid setelah pertunangan
dilakukan. Qamrah sendiri merasa bahwa apa yang dialami Shedim tidak seberapa
menyedihkan. Ketika itu Qamrah memang belum mengetahui sebab gagalnya rencana
perkawinan dengan Walid. Setahun kemudian Qamrah baru tahu. Shedim menganjurkan
untuk memilih bertahan dari pada menyerang, apalagi serangan yang berkonotasi
fisik. "Sebaiknya kamu berbicara baik-baik dengan Karey. Kemukakan semuanya!" Shedim
memberi usul. "Sudah kukatakan untuk menjauhi suamiku," Qamrah menimpali
"Bukan begitu. Kamu harus pastikan ada apa di antara mereka?"
Kata Shedim memberi anjuran.
Apakah rencana Qamrah akan berhasil untuk mempertahankan perkawinannya dengan
apapun yang terjadi" Ataukah sebenarnya perkawinan yang baik adalah perkawinan
yang sama sekali tidak disertai pertikaian" Dengan demikian, apakah setiap
perkawinan yang diwarnai perselisihan adalah perkawinan yang gagal"
Qamrah berusaha mendapatkan nomor dan alamat Karey dari buku-buku Rasyid. Karey
mempunyai sebuah nomor di Jepang. Dan nomor itu, dia yakin bahwa Karey benarbenar orang Jepang. Karey juga mempunyai satu nomor di Indiana, tempat suaminya
dulu menyelesaikan program pascasarjana.
Qamrah menghubungi Karey di nomor Indiana dan meminta waktu pertemuan. Tetapi
Karey menolak karena alasan kesibukan, namun dia siap datang berkunjung ke
Chicago dalam waktu dekat.
Hal tersebut terjadi dua bulan setelah Qamrah menemukan hubungan terlarang itu.
Tenaga dan pikirannya pun banyak tercurahkan.
Tetapi dia tidak menunjukkan perubahan sikap dan tingkah laku agar Rasyid tidak
curiga sampai waktu yang dijanjikan Karey benar-benar datang. Dua bulan
terakhir, Qamrah menolak meminum pil pencegah hamil tanpa konsultasi dengan
ibunya di Riyad. Hal ini bukan bermaksud mengikat suaminya untuk tetap mempertahankan perkawinan,
melainkan memang anak adalah tanggung jawab yang harus dipikul orang tua dengan
imbalan pahala besar di sisi Allah.
Pemandangan indah pagi hari dan bunga-bunga yang mekar, mampu mengendalikan
keinginan Qamrah untuk segera menemui Karey.
Qamrah memang tak menyukai bahasa Inggris, dia tak pandai berbahasa asing, dan
itu berbeda dengan ketiga temannya. Untuk bahasa Inggris, dia pun harus berusaha
susah payah demi kelulusannya. Bahkan, dia pernah harus mengikuti ulangan
susulan. Itu pun dilakukan dengan banyak bantuan dan guru, termasuk penambahan
nilai pada rapor. Dalam beberapa kesempatan transaksi jual beli, Qamrah harus menggunakan bahasa
isyarat untuk menyampaikan keinginannya kepada para pedagang. Bahkan suatu hari,
si pedagang harus memanggil sesama pedagang lainnya untuk membantu memahami
Qamrah. Setelah sepuluh menit menjelaskan dan menambah penjelasannya dengan
isyarat, akhirnya Qamrah berhasil menyampaikan keinginannya.
13 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 7/5/2004 Subject: Antara aku, kamu, dan pacarmu.
Aisyah istri Nabi berkata, "Rasulullah (saw) tidak pernah memukul pembantu dan
perempuan. Bahkan Rasulullah (saw) tidak pernah memukul apapun dengan tangan
mulianya (Sunan Ibnu Majah: 2060).
Aku sempat mendengar desas-desus bahwa kota Malik Abdul Aziz berencana untuk
menutup akses email di internet terkait dengan dampak negatif yang dimunculkan
email-emailku. Argumentasi utamanya adalah pencegahan dan efek negatif dan
meninggalkan hal-hal yang merusak.
Aku tahu bahwa sebagian besar orang telah mengetahui cara memasuki situs yang
diblokir. Tapi geram dan amarah mungkin akan membunuhku bila rencana penutupan
akses itu benar-benar dilaksankan. Belum selesai aku mengungkapkan kepada Anda
segala yang terpendam di dalam dada.
Sisa cerita inilah yang menjelma amarah mematikan itu. Tetapi mungkin aku akan
mati lebih dikarenakan kesedihanku melihat cara berpikir pejabat pembuat
keputusan itu yang tidak transparan di era globalisasi ini. Sungguh, di dunia
maya ini, yang kupinta hanyalah satu kabel akses sebesar jaring laba-laba yang
akan kugunakan masuk ke dalam server demi memanjakan kerinduanku kepada para
pembaca emailku... Secara umum, bila akhirnya aku gagal mengungkap semua yang terjadi kepada para
sahabatku, aku akan menderita seribu sesal.
Penyesalan akibat kerinduanku yang dikebiri kepada para pembaca semua, dan
penyesalan telah memberikan harapan namun tak mampu mewujudkannya
Setelah menghabiskan berjam-jam di tangan seorang penata rambut, dan setelah
mengenakan pakaian terbaik yang belum pernah dikenakannya selama di Chicago,
Qamrah berangkat menuju hotel tempat Karey bersinggah dari Indiana. Dalam
perjalanan, Qamrah berusaha menenangkan diri dan meredam geram untuk mencekik
perempuan yang sejak beberapa waktu lalu memenuhi apartemennya dengan kecurigaan
dan buruk sangka. Karey yang dipersamakan Qamrah seperti salah satu bintang film Cina-menuruni
tangga hotel menuju ruang lobi. Ia menemui Qamrah yang telah lama menunggunya,
dan menyodorkan tangannya tetapi tak dihiraukan. Qamrah sudah terlanjur berkutat
dalam kubangan amarah, benci, curiga, dan perasaan lain yang sulit
dideskripsikan. Akhirnya Karey yang lebih banyak mengambil inisiatif
pembicaraan. Dia membuka keheningan dan berusaha mencairkan suasana:
Karey mencoba, "Aku senang bisa bertemu denganmu. Rasyid banyak menceritakan
tentang dirimu kepadaku. Bagiku, keputusanmu untuk menemuiku adalah sikap yang
sangat bijaksana dan dewasa. Aku harus memberikan apresiasi tertinggi untukmu "
Menahan geram, Qamrah mengernyitkan dahi. "Anak ini begitu lancang dan banyak
bicara," pikirnya. "Aku semakin bahagia bila kamu mau bercerita dan bertukar pikiran denganku
tentang hal-hal yang disukai Rasyid. Dia telah memberikan banyak hal kepadamu,
dan seharusnya kamu tahu apa yang tidak dia dapatkan darimu. Kamu perlu
memperbaiki inner beauty (kecantikan jiwa) dan penampilan fisik sehingga bisa
mempersembahkan yang terbaik kepadanya. Hanya dengan cara itu kamu bisa
membahagiakan suami. Hanya dengan cara itu kamu akan bisa memberikan kebahagiaan kepadanya seperti
yang telah kuberikan untuknya," suara Karey datar.
Kalimat itu membakar lidah Qamrah. Dia memang tidak siap untuk menerima serangan
sedasyat itu. " Shut up!" Qamrah mulai angkat bicara. " You take my husband!
Kamu perempuan tidak beradab telah merampas suami orang. Setelah menghancurkan
semuanya, kini kamu datang kepadaku dengan ceramah memuakkan. Demi Allah, aku
tidak akan ikhlas. Aku yakin kamu tahu apa yang harus kamu lakukan!" Qamrah
mengungkapkan dalam bahasa Inggris yang terputus-putus.
Karey tertawa renyah. Qamrah menjaga jarak, image, dan wibawa di depan musuhnya.
Seperti seorang petarung yang selalu siap dengan kuda-kuda, Qamrah mempersiapkan
serangan balik untuk perkataan pedas yang mungkin akan terlontar. Dengan
keangkuhan yang sengaja dipertontonkan, Karey coba menghubungi Rasyid di hadapan
istrinya. Dia memberitahu tujuan kedatangannya di Chicago, yaitu menemui Rasyid
kapan saja lelaki itu dapat meluangkan waktu.
Qamrah acuh saat memperkirakan apa yang akan dilakukan Rasyid, yang berbintang
Leo, saat mengetahui cerita pertemuan Karey dengan istrinya.
Dia sendiri sengaja menahan nafsunya untuk kembali membuat perhitungan dengan
Karey. Qamrah ingin memastikan dirinya telah siap menghadapi segala kemungkinan,
terutama membangun ketegaran dan kesabaran atas respon Rasyid. Dia telah banyak
mendapatkan informasi bahwa kesabaran dan ketegaran adalah cara paling ampuh
untuk mempertahankan kehidupan rumah tangga. Perlu digarisbawahi, cara itu ampuh
untuk menjamin kelangsungan rumah tangga, namun bukan kesuksesan atau
keharmonisannya. Rasyid mendatangi Qamrah kurang dari satu jam setelah pertemuan Qamrah dan Karey
selesai. "Berdiri!" Bentak Rasyid. "Kamu telah mempermalukanku dengan melontarkan
perkataan tidak sopan kepada Karey."
Perkataan yang baru terlontar itu bagi Qamrah bagaikan sayatan luka baru di atas
luka lama. "Apa" Apa aku tidak salah dengar! Kamu yang mestinya datang minta maaf kepadaku,
malah kamu yang lebih dahulu marah" Tidak wajarkah seorang istri marah kepada
madunya" Demi Allah, aku tidak ikhlas atas perlakuanmu! Tentukan aku atau dia!"
Kali ini Qamrah tak mampu lagi menahan diri.
Rasyid mencengkeram lengan istrinya dengan kasar. Selanjutnya suara Rasyid datar
tetapi sangat mewakili kemarahan "Apa kamu ingin kupesankan tiket ke Saudi dan
kamu tidak akan kembali lagi selamanya?"
"Keterlaluan. Kamu justru memberi pembelaan kepada si jalang itu yang telah
merampas kebahagiaan istrimu sendiri!" Suara Qamrah parau.
Qamrah semakin tidak habis pikir. Kali ini bukan hanya siksaan batin.
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanannya.
"Buka telingamu lebar-lebar. Karey dan keluarganya adalah dewa bagi hidupku di
Amerika. Aku tidak bisa membalas apa-apa hingga kini.
Merekalah yang menanggung hidupku selama tiga tahun saat orang tuaku
menghentikan pengiriman biaya hidup dan kuliah lantaran mereka menolak niatku
untuk memperistri Karey. Mengerti?" Kali ini suara Rasyid meledak.
Dengan pipi yang masih sakit, Qamrah mulai menangkap titik terang. Tetapi semua
yang disampaikan Rasyid adalah hinaan bagi harga dirinya yang di tempatkan pada
kelas kedua di bawah Karey. Justru yang dianggap sebagai si Jalang oleh Qamrah,
malah menjadi dewa penyelamat bagi suaminya. Semuanya semakin menghujamkan luka.
Alih-alih berkurang, derita Qamrah justru semakin bertambah. Dia tidak tahu apa
yang harus dikatakan. Mungkin dia menyadari bahwa waktunya tidak tepat untuk
menyampaikan sesuatu. Apakah berita kehadiran seorang anak layak dijadikan
penawar perselisihan itu" Atau justru kemungkinan kedua yang akan terjadi:
Rasyid tambah marah mendengar berita ini!
Di tengah derai air mata, tangan kanannya memegangi pipi kanan yang masih
menyisakan sakit, dan tangan kirinya berada di atas perut.
Dengan sisa keberanian, Qamrah berkata hati-hati dengan kepala tertunduk seperti
takut akan tamparan kedua, "Aku sedang hamil."
Suara Qamrah sangat lirih. Tapi suara Rasyid meledak. Matanya memerah
memberitakan amarah yang memuncak.
"Apa" Hamil" Kamu hamil" Bagaimana mungkin" Siapa yang mengizinkan kamu untuk
hamil" Kamu tidak minum pil itu" Bukankah kita sepakat tidak ada kehamilan
Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai studiku selesai dan kita kembali ke Saudi. Sekali lagi kamu telah
menumpahkan kotoran ke wajahku?"
Pertanyan Rasyid pun membanjiri.
"Hah, aku menumpahkan kotoran" Apa yang salah dengan kehamilan seorang istri
yang selalu tidur dengan suaminya?" Qamrah menimpali.
"Apa kata orang bila dia yang telah membiayai kuliah S2 ku hingga selesai,
kucampakkan begitu saja sesaat setelah aku mengambil ijazah?"
Rasyid geram. Qamrah menerima tamparan kedua. Qamrah terduduk di lantai.
Rasyid meninggalkan apartemen menuju pelukan Karey setelah menghina,
merendahkan, dan menampar kedua pipi istrinya. Sebelum keluar pintu, Rasyid
meludah di muka Qamrah. Qamrah tengah berada seorang diri dalam histeria yang mendekati ketidakwarasan!
14 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 14/5/2004 Subject: Kisah tentang Michelle dan Faishal
Cinta adalah urusan hati. Manusia tidak punya kuasa di hadapannya. Hati berada
di genggaman kedua tangan Tuhan yang dibolak-balik sesuai kehendak-Nya. Andai
cinta bukan mutiara berharga, tidak akan mungkin para Nabi diutus sesuai
zamannya. Rasulullah (saw) telah menegaskan kenyataan ini: ketika api asmara mulai
membara, tak ada yang bisa memadamkan kecuali nikah. Beliau bersabda, "Dua orang
yang saling mencintai hendaknya segera menikah" (Ibnu Majah: 1847).
Tiada dosa bagi cinta yang dikendalikan oleh kasih sayang dan takwa.
Muara satu-satunya bagi cinta berhias takwa adalah pernikahan. Bila pernikahan
masih mustahil, maka sabar atas derita menahan diri adalah satu-satunya solusi.
Kita membedakan antara cinta sebagai tindakan dan perilaku, dan cinta sebagai
perasaan. Cinta halal adalah cinta yang masih terbatasi pada dinding perasaan.
Sedang bila telah melompati pagar dan memasuki wilayah tindakan, misal
berpegangan, berpelukan, atau berciuman, maka hukumnya adalah haram. Dari
tindakan itu akan lahir banyak sisi negatif sebab sangat sulit bagi pengagung
cinta untuk mengendalikannya. Cinta adalah kuda liar. Hanya takwa dan tulus
kasih sayang yang bisa mengekangnya.
Tetapi bagaimanakah sebenarnya cinta yang kita kehendaki" Kita menginginkan
cinta yang mampu mereformasi hati dan jiwa. Kita mendambakan cinta yang memotiYa
si pelakunya untuk menorehkan catatan sejarah dengan tinta emas sebagai kisah
dan kenangan terindah. (Jasim-elmuthawwi@yahoo.com)
Komentar Anda semua tentang kisah ini membuatku bahagia dan terharu. Setelah
email terakhir minggu kemarin, aku menerima kurang lebih seratus surat. Kubaca
semuanya dan kuyakini bahwa kita adalah masyarakat yang sepakat untuk tidak
sepakat. Ada surat keprihatinan atas nasib Qamrah. Ada juga dukungan bagi
Rasyid. Kuyakinkan kepada Anda bahwa aku menyimak dan mempelajari semua pendapat
dan ide Anda yang sangat beragam ini, bahkan tetap kuhayati pendapat yang
berseberangan dengan pemikiranku.
Aku sungguh berbahagia bahwa Anda semua telah mengikuti dan merespon suratsuratku. Kebahagiaan yang lebih tinggi adalah ketika aku menemukan respon yang
berYa riasi dan perdebatan yang seringkali berlangsung sengit. Ini semua adalah
bukti tumbuhnya kultur keterbukaan dan kemerdekaan pemikiran. Keberanian melawan
pemikiran baku adalah cuaca pemikiran baru yang menggembirakan, terutama di
negeri yang demokrasi masih sebatas slogan. Aku senang, ide-ide yang nakal,
opini-opini liar, dan imajinasi bebas tetap mengedepankan adanya referensi dan
argumentasi yang sehat. Bagiku, inilah buah terlezat yang kupetik dari surat-surat mayaku.
Michelle menemukan dalam diri Faishal segala yang diimpikannya dari seorang
laki-laki. Dia sungguh berbeda dari kebanyakan pemuda yang pernah dikenalnya
sejak tinggal di Saudi. Bukti paling jelas kekaguman Michelle terhadapnya adalah
keberlanjutan cinta mereka lebih dari setahun. Selama ini Michelle selalu hanya
mampu menjaga kisah percintaan tidak lebih dari tiga bulan.
Faishal adalah pemuda modern, mempunyai pemikiran futuristik, bervisi jelas dan
terukur. Dia tahu secara rinci apa yang harus dilakukan kepada wanita. Berbeda
dengan kebanyakan anak muda, dia pandai memanfaatkan waktu seefisien dan
seefektif mungkin. Dia mempunyai banyak teman wanita, sebagaimana Michelle juga
mempunyai banyak teman laki-laki. Dengan kondisi seperti ini, dalam waktu yang
relatif singkat sejak pertemuan pertama mereka, keduanya menjadi pasangan yang
saling memahami. Mereka segera mengumumkan hari jadian mereka kepada teman-teman
yang lain. Kelembutan dan kesantunan Faishal, perilaku dan tutur kata yang lembut, telah
menunjukkan kepribadian yang menghormati dan menghargai wanita. Michelle
akhirnya bisa menghapus image negatif kepada setiap laki-laki yang selama ini
dipendamnya. Faishal telah mengubah semuanya. Sebelumnya Michelle tidak pernah
berpikir akan menemukan cowok Saudi yang romantis sebagaimana yang dia temukan
di negara-negara maju. Tetapi Faishal mematahkan semua asumsi. Setiap pagi dia menjemput Michelle
dengan mobilnya ke kampus. Bersama, di setiap jam tujuh pagi mereka menelusuri
jalan-jalan Riyad. Sesampai di kampus, seringkali mereka harus menunggu jam
perkuliahan dimulai dengan minum atau makan di tempat-tempat favorit. Sambil
menunggu jam kuliah selepas Zuhur, seringkali Faishal mengantuk dan tertidur
sejenak. Saat seperti itu adalah saat yang ditunggu-tunggu Michelle untuk dengan leluasa
menikmati wajah tampan Faishal.
Michelle tidak pernah mampu menceritakan kepada teman-temannya, apalagi yang
cowok, tentang keresahan yang sebenarnya lama dialaminya. Tetapi sebenarnya
mereka telah mengetahui kegundahan yang selama ini dirahasiakan itu. Telah
menjadi rahasia umum bahwa Michelle tidak menyukai masyarakat Saudi dan tradisi
mereka yang ekstrim. Michelle sering mengkritisi budaya pengekangan terhadap
perempuan. Tetapi tidak satupun teman Michelle yang tahu bagaimana cara
menjelaskan. Michelle membutuhkan orang yang mampu memberinya keterangan dengan
logika yang matang, pemikiran jernih dan orang itu harus mempunyai sikap terbuka
dan jiwa yang inklusif. Dengan cara seperti ini mungkin kebencian Michelle akan hilang sebab kebencian
itu sangat mungkin hanya buah dari ketidaktahuannya.
Kebencian yang terdapat pada Michelle yang masa remaja dan kultur keluarganya
serba Amerika harus kita maklumi.
Tiba-tiba dia menemukan semuanya. Lelaki itupun tahu dengan pasti apa yang
menjadi kegelisahan kekasihnya. Semakin hari, hal itu semakin berkurang sejak
akhirnya bertemu dengan pemuda yang mampu memberinya pemahaman setelah bertahuntahun gundah. Maka, bagaimana mungkin dia bisa bertahan atas dorongan primordial
dalam dirinya untuk menaruh hati" Michelle menuangkan semua perasaanya kepada
Faishal di atas kertas. Yang pertama diungkapkan adalah terima kasih atas
bantuan membersihkan debu pemikirannya. Selanjutnya terima kasih itu menjadi
pintu baginya untuk menjajaki perasaan lain yang lebih dalam. Tahapan paling
akhir adalah mengupayakan berpindahnya tulisan itu ke tangan Faishal.
Michelle bertemu Faishal di rumah Ummi Nuwair. Wanita itu sangat meyakini
kekuatan cinta. Dia tak pernah sampai hati untuk mengatakan kepada 'empat
sekawan' yang sering curhat di rumahnya bahwa cinta adalah najis yang harus
dihindari dan bila terlanjur terkena harus dibersihkan. Inilah pikiran gila
seorang ibu dewasa tentang cinta yang lahir karena dia tahu bahwa negeri ini
tidak menyediakan tempat yang nyaman bagi cinta suci. Semua hubungan laki-laki
dan perempuan setulus apapun, sesuci apapun harus dilarang dan dipenjarakan.
Karenanya, Ummi Nuwair segera menyetujui sewaktu Michelle memberitahukan niatnya
untuk mengundang Faishal ke rumahnya tentu tanpa sepengetahuan kedua orang tua
mereka berdua. Michelle bosan mengadakan pertemuan di restoran dan kedai kopi
yang penuh ketentuan pemerintah. Harus membatasi ini dan itu serta tidak boleh
ini dan itu. Michelle meminta izin kepada Ummi Nuwair untuk menggunakan namanya demi
mendapatkan perkenan orangtua menghabiskan malam hari itu di rumahnya.
Ummi Nuwair membuka pintu, dan sepasang kekasih itu telah berada di hadapannya.
Mereka seperti sedang bingung mencari cara untuk menjaga jalinan cinta kasih
berdua dari segala yang mengancam kelestariannya, termasuk ancaman yang datang
dari diri mereka sendiri.
Mereka merasa dalam diri mereka sendiri tersimpan potensi untuk merusak hubungan
kasih sayang menjadi hubungan nafsu dan kesenangan. Sebelum semuanya resmi hitam
di atas putih, mereka akan berusaha menjaga ketulusan, karena mereka sadar bahwa
dunia masa kini adalah dunia selembar kertas.
Faishal bermain-main dengan anjing kesayangan Michelle. Dia adalah anjing kecil
putih dari ras Pudel. Dia menyimak setiap gerakan bibir mungil Michelle ketika
menceritakan banyak hal. Seperti biasa, Michelle lebih suka bercerita dan
menyampaikan segala keperluannya dalam bahasa Inggris. Dia merasa lebih leluasa
berbicara dalam bahasa Inggris:
"Ketika aku berusia lima tahun, dan saat itu kami masih tinggal di Amerika, Mama
dideteksi memiliki kanker rahim. Mama tunduk kepada analisa dokter dan
menyerahkan semua kesembuhannya kepada mereka.
Setelah menjalani serangkaian pengobatan dan operasi, akhirnya mama harus
kehilangan kesempatan untuk mengandung dan melahirkan anak lagi.
Sekembalinya kami ke Riyad setelah semua tahapan pengobatan selesai dan sebelum
rambut mama semakin banyak yang rontok, alih-alih memerhatikan mama dan
memulihkan kembali staminanya, bibiku bermaksud menyuruh papa kawin lagi agar
bisa mendapatkan anak dari istri keduanya. Ini semua gila kan" Kalau aku berada
pada posisi mama, aku akan mengutuk tradisi masyarakat Saudi yang dengan mudah
membelakangai perasaan perempuan dan mengambil keputusan hanya demi maksud
mendapatkan keturunan lagi. Papa berpegang pada pendiriannya dan menolak untuk
menikah lagi dengan wanita lain. Papa memang sangat mencintai mama, dan perasaan
keduanya begitu dekat. Papa mencintai mama sejak pandangan pertama di sebuah jamuan makan malam seorang
sahabat mereka saat masih di Amerika dulu.
Malam hari itu mereka berkenalan, dan dua bulan kemudian mengumumkan pernikahan.
Keluarga papa tak setuju dengannya, dan sampai kini, nenek masih membenci mama.
Hubungan nenek di Saudi dan mama masih kaku dan tidak dewasa. Semua karena
kultur yang dijaga dengan membabi buta.
Papa kembali ke Amerika setelah meninggalkannya selama kurang dari satu bulan.
Papa yang sejak lama bermimpi bahwa suatu hari nanti bisa kembali pulang dan
tinggal di tanah kelahirannya, ternyata tidak mampu memberikan pemahaman kepada
keluarganya tentang pilihan hidup dan masa depannya sendiri. Papa gagal
memberikan pengertian tentang wilayah pribadi yang tidak selayaknya
diintervensi. Atas ketidakberhasilan itu, papa memutuskan untuk kembali lagi ke
Amerika..." Ummi Nuwair masuk dan bergabung dalam pembicaraan keduanya.
Dia sangat mengkhawatirkan keempat sahabat itu sebagaimana mengkhawatirkan
anaknya sendiri. Dia sangat baik dan mandiri. Namun di balik kemandiriannya itu,
tersimpan kasih sayang yang besar. Dia terus mengikuti perkembangan Michelle dan
ketiga temannya, dan sebisa mungkin memberikan arahan dan solusi saat mereka
menemukan kesulitan. Ummi Nuwair duduk bersama mereka dan menanyakan kepada
Faishal perihal kesehatan kedua orang tua dan saudara-saudaranya yang belum
pernah dilihatnya sama sekali.
Ummi Nuwair menoleh kepada Michelle dan menanyakan beberapa hal lucu dan
kenangan yang pernah mereka rasakan bersama. Hal-hal seputar lagu pilihan atau
masakan kesukaan menjadi tema Ummi Nuwair membangkitkan memori Michelle pada
kebersamaan mereka berdua dan ketiga temannya. Dia juga menanyakan beberapa
informasi tentang Shedim, Qamrah dan Lumeis. Sesekali Faishal ikut tertawa pada
beberapa bab pembicaraan yang nyambung dengannya. Sesekali mereka bertiga
tertawa bersama-sama. Faishal merasakan adanya kedekatan antara Ummi Nuwair
dengan Michelle, sehingga dia juga merasa menjadi bagian dari persahabatan
mereka. Setelah Ummi Nuwair meninggalkan mereka, Michelle kembali melanjutkan ceritanya.
Saat ini di hadapan mereka tersedia minuman dan beberapa jenis makanan. Satu di
antaranya adalah menu khas Kuwait.
Kami kembali ke Riyad setelah tiga tahun tinggal di Amerika. Pada kepulangan
kali ini, seorang adik laki-laki ikut dalam rombongan.
Percayakah kamu bahwa akulah yang memilih anak itu di antara ratusan anak
lainnya untuk menjadi adik laki-lakiku" Saat itu aku merasa sebagai penentu
takdir. Aku suka pada rambut hitamnya yang mirip dengan rambutku. Aku juga
sangat terkesan dengan wajahnya yang lugu. Aku merasa dia begitu dekat denganku.
Saat kami mengambilnya sebagai anak, dia masih berumur tiga bulan. Saat itu dia
benar-benar so cute. Pada kesan pertama itu, aku langsung menyampaikan kepada papa dan mama bahwa
dialah adik laki-laki yang selama ini mereka cari.
Ketika kami sampai di Saudi, papa berkumpul bersama kakek dan nenek, saudara dan
saudarinya. Di hadapan mereka dengan jelas papa menjelaskan bahwa si kecil
Misy'al nama adik laki-lakiku adalah anak keduanya yang dianugerahkan Allah
kepada mereka bukan melalui rahim ibuku. Tidak lupa papa meminta kepada semuanya
untuk menghormati keputusannya dan tidak membedakan sikap dan perlakuan antara
aku dan Misy'al. Yang lebih penting agar mereka tidak membocorkan rahasia ini
kepada Misy'al suatu hari nanti.
Mengingat tradisi di Saudi- yang dalam banyak hal hingga kini belum masuk dalam
nalarku papa memberi pilihan kepada kerabat dan saudara-saudaranya antara
menerima Misy'al menjadi bagian dan mereka dengan segala ketentuan yang telah
disampaikan di depan, atau papa sekeluarga akan kembali tinggal di Amerika bila
mereka tidak sampai pada kata sepakat mengenai keberadaan anak itu. Setelah
pembicaraan keluarga selama satu rninggu, semua menyetujui semua klausul papa
untuk memasukkan Misy'al menjadi bagian dari keluarga besar mereka.
Papa begitu yakin dengan kesepakatan mereka bukan karena mereka menyayangi
Misy'al dan merindukan kebersamaan dengan kami, melainkan karena mereka sangat
mengerti bahwa bisnis keluarga yang mereka jalankan sangat bergantung pada
kemampuan dan keterampilan papa.
Setelah kesepakatan itu diambil, kami kembali lagi ke Amerika untuk
menyelesaikan berbagai prosedur dan aktifitas. Sekitar setahun, kami meyakini
tidak ada lagi yang tersisa di Amerika. Maka kami berempat memulai sebuah
perjalanan memasuki babak kehidupan baru...
Faishal membiasakan diri diam dan menjadi pendengar yang baik bagi Michelle,
terutama saat gadis itu sedang menceritakan hal-hal serius dan sensitif seperti
yang sedang disampaikannya saat itu. Tetapi sikap diam Faishal kali ini
mencurigakan. Faishal tidak seperti biasanya.
Michelle berusaha mencari tahu apa yang sedang dipikirkan Faishal setelah
mendengar kisahnya. Ketika Michelle tidak menemukan jawaban, dia mulai membuka
pembicaraan: Kami tidak takut pada siapapun. Kami juga tidak merasa malu sehingga berusaha
merahasiakan siapa Misy'al sebenarnya. Kami lakukan transparansi
dan semuanya memahami. Bahkan papa ingin menyampaikan berita ini kepada publik melalui surat kabar andai papa tidak
segera ingat bahwa masyarakat Saudi tidak akan menerima anak itu. Hal ini sangat
berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sambutan yang hangat dan meriah
masyarakat mama di Amerika bagi kehadiran seorang anak angkat di tengah-tengah
mereka. Betapa sedih kurasakan harus menyembunyikan perihal Misy'al ini kepada kerabat
dan orang-orang di sekitar kami. Andai aku mampu, aku akan mengabarkan kepada
mereka apa yang sesungguhnya terjadi.
Tetapi mereka tidak akan paham. Mereka akan memberi panggilan-panggilan tidak
senonoh kepada Misy'al dan akan memerlakukannya sesuai dengan panggilan itu. Aku
tidak mungkin membiarkan Misy'al mendapat perlakuan itu. Ini adalah kehidupan
papa dan mama. Mereka berdua telah menentukan jalan hidup seperti ini, maka apa
kepentingan mereka dengan melakukan campur tangan" Mengapa masyarakat tidak mau
menghormati keluarga kami yang mengambil jalan hidup berbeda dengan kebanyakan
masyarakat Saudi" Sebagian besar orang-orang di sekitarku menganggapku sebagai
wanita nakal, semata karena mama adalah orang Amerika! Bagaimana aku bisa hidup
di sini" Katakan Faishal, apa yang harus aku lakukan..."
Di samping Faishal, Michelle menangis. Hanya lelaki itu yang tahu bagaimana cara
menghadapi gadis itu ketika bersedih, dan hanya dia yang tahu bagaimana
menghentikan tangisan itu. Tetapi diam-diam Faishal sendiri sedang berpikir
keras bagaimana cara menceritakan perihal Michelle kepada orang tuanya. Faishal
masih berusaha mendiamkan Michelle sambil mereka-reka pembicaraan dengan orang
tuanya tentang siapa Michelle, adik, dan orang tuanya. Berkali-kali Faishal
berusaha menunda niat membicarakan tema Michelle kepada keluarganya. Tetapi kali
Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini Faishal harus segera memilih: segera memulai atau tidak sama sekali!
15 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 21/5/2004 Subject: Kasih tak sampai
Di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan
orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti" Dan di antara
mereka ada orang yang melihat kepadamu. Apakah kamu dapat memberi petunjuk
kepada orang yang buta walaupun mereka tidak dapat memerhatikan"
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, tetapi manusia
itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri (Surat Yunus: 42-44).
Aku tahu, Anda sedang menunggu apa yang akan terjadi antara Faishal dan ibunya
mengenai Michelle. Untuk itu, kita akan kembali membicarakan hal ini.
Sebelumnya, aku sampaikan, seringkali aku tersenyum membaca banyak email yang
menyebutkan bahwa aku adalah Michelle, atau Shedim. Aku adalah Michelle saat aku
menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris. Pekan berikutnya, aku adalah Shedim
saat aku menuliskan bait-bait Nizar Qabbany...
Saat mendengar nama Michelle, ibu Faishal segera diliputi buruk sangka dan
bayangan negatif tentangnya. Faishal segera menyadari kesalahannya: Orang
memanggilnya Michelle, tetapi nama sebenarnya adalah Masya'il. Lengkapnya adalah
Masya'il Abdul Rahman. Pandangan mata ibunya kosong dan Faishal masih harapharap cemas. Lidahnya kelu tidak tahu harus berkata apa lagi. Anak muda itu
Faishal al-Bithrany sedang mengkhawatirkan terjadinya perselisihan antara dua
keluarga besar sebagaimana beberapa waktu yang lalu telah terjadi. Tetapi dia
cukup tenang. Sang ibu jelas-jelas tidak akrab dengan nama keluarga Michelle.
Siapa Abdul Rahman" Abdul Rahman yang mana" Sangat banyak Abdul Rahman. Alangkah
biasanya nama keluarga besar Abdul Rahman, dan itu tidak lebih tinggi dari
keluarga al-Bithrany. Faishal ingin menjelaskan bahwa papa Michelle baru
beberapa tahun terakhir tinggal di Riyad setelah sebelumnya lama berada di
Amerika, sehingga namanya tidak banyak dikenal oleh masyarakat di sini. Tetapi
ibunya pasti tidak akan mau mengerti. Siapakah keluarga mereka" Faishal menginformasikan bahwa papa Michelle adalah orang paling sukses di antara sekian
banyak orang yang bernama belakang Abdul Rahman.
Setelah pulang dan Amerika, papa Michelle tidak banyak bergaul kecuali dengan
tokoh-tokoh modernis yang sejalan dengan pemikirannya. Tetapi sepertinya
informasi itu justru membuat ibunya marah dan keberatan dengan hubungan mereka
berdua. Menurut ibu Faishal, keluarga gadis itu tidak sederajat dengan mereka. Faishal
harus bertanya kepada ayahnya yang pasti lebih mengetahui silsilah dibanding
ibunya. Tetapi sejak awal, sepertinya situasi tidak kondusif. Adik perempuannya
tertawa, "Oh, gadis modern!"
Sekali lagi, semuanya tidak memuluskan jalan bagi Michelle ke dalam keluarga
besar Faishal. Mereka pun bertanya tentang siapa saja anggota keluarga Michelle.
Ketika mengetahui bahwa mama Michelle adalah seorang Amerika, mereka segera
menutup sesi diskusi, lalu berkesimpulan sepihak dengan cara melarang anak lakilakinya melanjutkan hubungan.
Faishal tetap berusaha menjelaskan kedua orang tuanya agar Michelle dapat
diterima dalam keluarganya. Faishal merincikan prestasi dan keistimewaan
Michelle. Dia menyebutkan semua yang ternyata tidak penting bagi ibunya;
Michelle sangat sopan, terpelajar, mahasiswi universitas terkenal, kental dengan
perpaduan budaya Barat dan Timur, mampu mengikuti pemikirannya, tidak
terbelakang sebagaimana wanita-wanita yang pernah dikenalkan untuk dijadikan
istrinya. Semua telah diungkapkan, tetapi Faishal belum bisa berterus terang
bahwa Michelle mencintainya dan dia pun mencintai Michelle lebih dari cinta
Michelle kepadanya. Tetapi semuanya seperti telah tertutup.
Ibu Faishal memahami perasaan anaknya. Dia mengusap lembut rambut anaknya dan
mengungkapkan keinginan terbesarnya untuk menikahkan Faishal anak laki-laki
terakhir mereka dengan gadis terbaik.
Faishal juga akan disediakan rumah terindah, mobil terbaru, dan menikmati bulan
madu yang paling romantis.
Tangis Faishal tertahan. Dia merunduk memohon dikaki ibunya yang tetap pada
pendiriannya. Faishal tidak mencintai seorang pun di dunia ini lebih dari
cintanya untuk sang ibu. Ibu yang tidak pernah ditentangnya sepanjang umurnya.
Faishal menangisi kepergian Michelle dari hatinya. Gadis modern, kekasihnya yang
sangat memahami dirinya dan dia pun sangat memahami diri gadis itu, kini harus
pergi. Faishal harus menghadapi kenyataan: Michelle si jelita yang memadukan
rasionalitas Barat dan relijiusitas Timur tidak mungkin menjadi miliknya!
16 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 28/5/2004 Subject: Inikah yang disebut rasa"
Wahai penyair, berapa banyak bunga yang tidak tahu untuk apa dan untuk siapa
dipersembahkan" (Ibrahim Naji).
Banyak yang tidak menduga dan tidak memahami keputusan yang diambil Faishal.
Sebegitu cepat dia menyerah! Aku tegaskan kepada Anda bahwa inilah yang benarbenar terjadi. Kepada Michelle, Faishal menyampaikan rincian percakapannya
dengan sang ibu, sebagaimana yang kuungkapkan kepada Anda. Michelle akhirnya
mendapat kepastian setelah berminggu-minggu dalam kebingungan. Michelle harus
memahami kenyataan bahwa dirinya memang berada di persimpangan; di antara hati
yang terlanjur jatuh cinta dan akal sehat yang memahami dengan pasti sebuah
ketentuan yang telah ditetapkan: otoritas keluarga untuk menentukan pilihanpilihan dalam hidup dan masa depan anaknya.
Aku tidak tahu apa yang membuat Anda semua menganggapnya aneh! Kisah serupa
terjadi di sekeliling kita setiap hari dan tidak ada yang bersedih kecuali kedua
kekasih yang saling merasa kehilangan harapan akibat otoritas keluarga. Hanya
mereka berdua yang merasakan hidup seperti di neraka dan dari merekalah lahir
lagu-lagu melankolis penuh ratapan. Kita kaya dengan lagu sedih karena di negeri
ini ketulusan cinta selalu meneteskan air mata. Lembaran-lembaran syair di surat
kabar dan media elektronik, termasuk internet penuh dengan cerita cinta
terpaksa, kesedihan, dan harapan yang pupus.
Aku akan menceritakan kepada Anda, semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalam rumah tangga. Tetapi sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa dalam setiap
peristiwa, perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan dan menderita. Aku
tidak akan mengungkapkan apa yang sedang bergejolak di dada "para buaya" ketika
peristiwa-peristiwa itu terjadi. Apa alasannya" Secara sederhana aku katakan
bahwa aku tidak tahu tabiat dan kebiasaan para buaya. Lagi pula mohon maaf,
terus terang mereka tidak termasuk dalam tabel golongan orang-orang yang ingin
kuperhatikan dan berhak dibahas secara khusus. Aku hanya akan bercerita tentang
teman-temanku. Bagi siapa saja yang merasa mempunyai tabiat buaya dan ingin
menyampaikan tentang teman-temannya sesama buaya, silakan menulis surat kepadaku
dan memberitahukan apa yang dipikirkan dalam otaknya. Sejujurnya kami benarbenar ingin mengetahui apa yang terbersit dalam pikiran mereka, dan faktor apa
saja yang mendorong mereka. Selama ini hal-hal itu tersembunyi dan disembunyikan
dari kami. Sebagian berteriak lantang setelah email terakhir tentang Faishal dan Michelle.
Sayangnya mereka bersuara paling keras dalam melakukan perlawanan. Mereka
menganut strategi "tinggikan suaramu agar yang lain terkubur" sehingga tidak ada
yang bisa menghadang langkah mereka mentahbiskan diri sebagai penggenggam
kebenaran. Sebenarnya pihak yang menghendaki revolusi dan kajian ulang atas
taqlid (ketundukan secara buta) dan tradisi yang sakit, akan mendapat dukungan
lebih banyak dibanding pihak yang merasa menjaga nilai tetapi sebenarnya hanya
melakukan pembenaran atas kesalahan-kesalahan. Dukungan terhadap revolusioner
sejati datang dari mereka yang berakal sehat, sedang dukungan bagi revolusioner
gadungan berasal dan orang sakit.
Oleh sebagian orang, keberanianku menuliskan kisah nyata ini adalah langkah
keji. Mereka merendahkanku karena dianggap telah mengungkapkan hal tabu yang
tidak biasa dibahas dalam kultur ketimuran dengan media yang sedemikian vulgar
dan terbuka. Apalagi kisah-kisah tabu itu diungkapkan oleh gadis kecil
sepertiku. Tetapi bukankah segala sesuatu memerlukan langkah permulaan" Bukankah
seribu langkah ke depan harus dimulai dengan ayunan kaki pertama"
Bahkan Martin Luther yang menghapus diskriminasi hitam dan putih, memulai
prestasi besarnya hanya dengan sebuah konsep sederhana, dan itu pun dimulai dari
komunitas kecil di gereja. Tapi toh kita semua menyaksikan karya besarnya"
Siapa tahu" Sebagaimana Luther King menghadapi kesulitan yang luar biasa pada
awal perjuangannya, aku mampu menorehkan karya besar melalui email-emailku.
Untuk sebuah reformasi sosial, halangan demi halangan harus siap diterjang.
Luther King juga mengorbankan dirinya untuk membiayai revolusi yang
didambakannya. Dia tidak pernah menafikan kemungkinan untuk mengubah dunia.
Bukankah dunia akhirnya mengakui kepahlawanannya setelah sekian lama dia
dianggap penjahat sosial paling berbahaya"
Saat ini aku sesekali menemukan orang-orang beriman yang menganut paham
sebagaimana yang kuyakini. Memang harus kuakui bahwa kebanyakan orang beriman
masih menentang pemikiranku. Tetapi setengah abad dari sekarang, aku yakin akan
jarang ditemukan orang yang menentang pemikiranku ini...!
Dalam sebuah kunjungan biasa, Qamrah pulang ke rumah keluarganya.
Ibunya yang tahu setiap detail masalah putrinya, berusaha menyembunyikan
semuanya dari orang lain. 'Mendung di musim panas'
mungkin tepat untuk menggambarkan perselisihan mereka berdua yang terancam
perceraian. Bahkan Qamrah memutuskan untuk tidak memberitahukan ayahnya yang
saat itu sedang berlibur di Maroko.
Ayahnya memang tidak akan pernah memerhatikan perkembangan keluarganya.
Ibunyalah yang mengendalikan dan menggerakkan para penghuni rumah ini.
Ketika sang ibu membicarakan tentang kehamilan dan menduga bahwa kehamilan
putrinya telah membuat suaminya bahagia, Qamrah memberi penjelasan:
Rasyid menghabiskan sebagian besar waktunya di kampus. Bahkan masa liburan tidak
dia manfaatkan untuk memperbaiki kualitas kebersamaan kami. Saat dia tahu bahwa
aku hamil, dia tidak merespon berita kehamilan itu dengan gembira. Rasyid justru
menyuruhku untuk pulang dan memberitahu kehamilan ini kepada keluarga di Riyad.
Aku hanya ingat pesan ibu bahwa sabar dan tegar adalah cara terbaik untuk
mempertahankan perkawinan.
Ibunya menghibur dan meyakinkan bahwa badai pasti akan segera berlalu. Beliau
segera berniat hendak membantu menemukan solusi bagi permasalahan putrinya.
Tetapi sebagaimana yang terjadi dengan Shedim, surat cerai akhirnya sampai
kepada ayah Qamrah dua minggu setelah kedatangannya di Riyad. Surat itu menjadi
jawaban bagi upaya mencari solusi yang akan dilakukan ibunya. Terasa bahwa
Rasyid seakan-akan telah lama menunggu waktu yang tepat baginya untuk
menyampaikan surat cerai, sehingga begitu Qamrah pulang ke Riyad, alih-alih
mengantar atau menjemputnya kembali, dia mengirimkan tanda putus bagi ikatan
mereka. Qamrah akhirnya memegang surat cerai di tangannya persis seperti adegan yang dia
saksikan dari film Mesir. Surat itu memuakkan bukan karena bentuknya, melainkan
karena isi di dalamnya. Saat pertama diterima dan dibaca, Qamrah berpegangan
pada kursi terdekat dan berteriak, "Dia benar-benar menceraikanku." Qamrah luruh
dalam pelukan ibunya. Mereka berdua menangis, dan dari mulut ibunya keluar doa
memohon kutukan, "Allah akan membakar dirimu dan keluargamu sebagaimana engkau
membakar hati putriku ."
Saudara perempuan Qamrah, Hafshah, yang menikah setahun lebih awal dari Qamrah
dan sekarang sedang hamil delapan bulan, ikut berdoa memohon azab, bukan saja
untuk suaminya, melainkan untuk segenap laki-laki di dunia. Hafshah juga
mengalami nasib yang sama sejak awal pernikahan. Suaminya, Khalid, yang sebelum
menikah menunjukkan kasih sayang dan sikap lembut, kini mendadak berubah menjadi
sosok yang sangat kasar. Khalid sama sekali tidak memerhatikannya dan tidak
pernah memberinya kesenangan sebagaimana yang dilakukannya dahulu.
Hafshah selalu mengadu kepada ibunya perihal perlakuan suaminya itu.
Saat Hafshah marah, Khalid tidak memedulikan, dan saat istrinya itu sakit, dia
tidak mengantarkannya ke dokter. Sewaktu hamil, justru sang ibu yang banyak
mengurusinya. Demikian juga sewaktu Hafshah berbelanja
mempersiapkan kelahiran, justru Naflah, kakak perempuannya, yang mengantarkan berbelanja. Yang paling mengecewakan adalah sifat pelit Khalid kepada istrinya untuk keperluan calon
bayi dan rumah tangga. Padahal Khalid mendapatkan rejeki dengan mudah dan
diketahui sangat royal untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, Khalid tidak
memberinya uang bulanan sebagaimana yang dilakukan suami Naflah kepada istrinya,
Perjodohan Busur Kumala 15 Pendekar Mata Keranjang 3 Malaikat Berdarah Biru Naga Sasra Dan Sabuk Inten 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama