Ceritasilat Novel Online

Simbol Yang Hilang 2

Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown Bagian 2


anak tangga sekaligus setiap kalinya. Kamera keamanan menunjukkan bahwa lelaki
botak dengan lengan dalam kain gendongan itu meninggalkan Rotunda lewat serambi
timur. Karenanya, rute tersingkat keluar dari bangunan akan membawanya ke
koridor timur barat, yang persis berada di depan.
Aku bisa menghadangnya. Ketika mencapai puncak tangga dan berbelok, Anderson meneliti lorong sepi di
hadapannya. Sepasang suami istri berusia lanjut sedang berjalan-jalan di ujung
jauh, bergandengan tangan. Di dekatnya, seorang turis berambut pirang dan
berblazer biru sedang membaca buku panduan dan mempelajari langit-langit mozaik
di luar bilik House of Representatives.
"Maaf, Pak!" teriak Anderson, seraya berlari menghampiri lelaki itu. "Anda
melihat lelaki botak dengan lengan dalam kain gendongan?"
Lelaki itu mendongak dari bukunya dengan raut wajah kebingungan.
"Lelaki botak dengan lengan dalam kain gendongan!" ulang Anderson dengan nada
lebih tegas. "Anda melihatnya?"
Turis itu bimbang dan melirik gelisah ke arah ujung timur jauh lorong. "Eh ...
ya," katanya. "Kurasa, dia baru saja lari melewatiku ... menuju tangga di sana."
Dia menunjuk ke arah lorong.
Anderson mengeluarkan radio dan meneriakkan perintah.
"Semuanya! Tersangka menuju pintu keluar tenggara. Cepat'" Dia menyimpan radio
dan menarik senjata dari sarung, seraya berlari menuju pintu keluar.
Tiga puluh detik kemudian, di pintu keluar sepi di sisi timur Capitol, lelaki
berambut pirang, bertubuh kekar, dan berblazer biru itu melangkah memasuki udara
malam yang lembap. Dia tersenyum, menikmati kesejukan malam.
Perubahan. Gampang sekali. Baru semenit yang lalu dia berjalan terpincang-pincang cepat meninggalkan
Rotunda dalam jaket panjang tentara. Ketika melangkah ke dalam ceruk yang gelap,
dia melepas jaket, mengungkapkan blazer biru di baliknya. Sebelum meninggalkan
jaket panjangnya, dia mengeluarkan wig pirang dari saku jaket dan memasangnya
dengan rapi di kepala. Lalu dia berdiri tegak, mengeluarkan buku panduan tipis
Kota Washington dari blazer, dan melangkah keluar dari ceruk dengan tenang dan
elegan. Pcrubahan. Inilah talentaku.
Ketika kedua kaki Mal'akh membawanya menuju limusin yang menunggu, dia
menegakkan punggung, berdiri tegak setinggi seratus sembilan puluh sentimeter
penuh, dan membusungkan dada. Dia menghela napas panjang, membiarkan udara
mengisi paru-paru. Dia bisa merasakan saya-sayap phoenix yang ditatokan di
dadanya terbuka lebar. Jika saja mereka mengetahui kekuatanku, pikirnya, seraya
memandang ke arah kota. Malam ini perubahanku akan lengkap.
Mal'akh telah memainkan kartu kartunya dengan cerdik di dalam Gedung Capitol,
dengan menunjukkan kepatuhan terhadap semua etiket kuno. Undangan kuno sudah
disampaikan. Jika Langdon Belum memahami peranannya di sini malam ini, dia. akan
segera paham. BAB 13 Bagi Langdon, Rotunda Capitol seperti Basilika St. Peter - selalu punya cara
untuk mengejutkannya. Secara intelektual, dia tahu ruangan itu begitu luas
sehingga Patung Liberty pun bisa berdiri dengan nyaman di dalamnya. Tapi, entah
mengapa, Rotunda selalu terasa lebih luas dan lebih suci daripada yang
dibayangkannya, seakan ada roh-roh di udara. Akan tetapi, malam ini, yang ada
hanyalah kekacauan. Para petugas polisi Capitol mengisolasi Rotunda, sekaligus berusaha menggiring
turis-turis yang kebingungan menjauh dari tangan itu. Bocah laki-laki kecil itu
masih menangis. Sekilas cahaya terang menyala - seorang turis mengambil foto
tangan itu - dan beberapa penjaga segera menahan lelaki itu, mengambil
kameranya, dan menuntunnya pergi. Dalam kekacauan itu, Langdon merasakan dirinya
bergerak maju seakan terhipnotis, menyelinap melewati kerumunan, beringsut lebih
mendekati tangan itu. Tangan kanan terpenggal Peter Solomon berdiri tegak, bidang datar pergelangan
tangan terpotong itu ditusukkan pada paku yang menonjol dari alas kayu kecil.
Tiga jari tangannya mengatup membentuk kepalan, sementara jempol dan telunjuknya
teracung penuh, menunjuk ke arah kubah yang melayang tinggi di atas.
"Semuanya mundur!" teriak seorang petugas.
Kini Langdon berada cukup dekat, sehingga bisa melihat darah mengering yang
mengalir dari pergelangan tangan dan menggumpal di alas kayu. Luka setelah
kematian tidak mengeluarkan darah ... ini berarti Peter masih hidup. Langdon
tidak tahu apakah harus merasa lega atau mual. Tangan Peter dipenggal ketika dia
masih hidup" Cairan empedu naik ke tenggorokan Langdon. Dia mengingat saat-saat
ketika sahabat tercintanya itu mengulurkan tangan yang sama itu untuk menjabat
tangannya atau menawarkan pelukan hangat.
Selama beberapa detik, Langdon merasakan benaknya kosong, seperti perangkat
televisi yang belum disetel dan hanya menyiarkan derau. Gambaran jelas pertama
yang muncul benar-benar tidak terduga.
Sebuah mahkota ... dan sebuah bintang.
Langdon berjongkok, meneliti ujung jempol dan jari telunjuk Peter. Tato" Sulit
dipercaya bahwa monster yang melakukan semua ini tampaknya telah menatokan
simbol mungil pada ujung-ujung jari tangan Peter.
Pada jempol sebuah mahkota. Pada telunjuk sebuah bintang.
Ini tidak mungkin. Kedua simbol itu langsung dipahami oleh benak Langdon,
memperparah adegan yang sudah mengerikan ini menjadi sesuatu yang hampir mistis.
Simbol- simbol ini sering muncul bersama-sama dalam sejarah, dan selalu di
tempat yang sama - di ujung jari tangan. Itu salah satu ikon dunia kuno yang
paling di dambakan dan paling rahasia.
Tangan Misteri. Ikon itu jarang terlihat lagi, tapi di sepanjang sejarah, ikon itu menyimbolkan
panggilan kuat untuk bertindak. Langdon berjuang keras memahami artefak
mengerikan yang kini berada di hadapannya. Seseorang membikin Tangan Misteri
dengan potongan tangan Peter" Itu tidak masuk akal. Secara tradisional, ikon itu
dipahatkan pada batu atau kayu atau dijadikan lukisan. Langdon tidak pernah
mendengar Tangan Misteri diciptakan dari daging yang sebenamya. Konsep itu
menjijikkan. " Pak?" panggil seorang penjaga di belakang Langdon.
"Harap mundur."
Langdon nyaris tidak mendengarkan. Ada tato-tato lain. Walaupun tidak bisa
melihat ujung ketiga jari yang terkepal, Langdon tahu ujung-ujung jari ini pasti
memiliki tanda unik mereka sendiri. Itu tradisinya. Totalnya ada lima simbol. Di
sepanjang milenium, simbol di ujung-ujung jari Tangan Misteri tidak pernah
berubah... begitu juga tujuan ikonik tangan itu.
Tangan itu merepresentasikan... sebuah undangan.
Mendadak Langdon bergidik ketika mengingat kata-kata lelaki yang telah
mendatangkannya kemari. Profesor, malam ini kau akan menerima undangan
terpenting dalam hidupmu. Pada zaman kuno, Tangan Misteri benar-benar berfungsi
sebagai undangan yang paling didambakan di dunia. Menerima ikon ini berarti
mendapat panggilan suci untuk bergabung dengan sebuah kelompok elite - mereka
yang konon menjaga kebijakan rahasia segala abad. Undangan itu tidak hanya
merupakan kehormatan besar, tapi juga menandakan bahwa seorang master percaya
kau patut menerima kebijakan tersembunyi ini. Tangan master terjulur pada sang
kandidat. "Pak," panggil penjaga itu, seraya meletakkan tangan dengan tegas di bahu
Langdon. "Anda harus mundur sekarang juga."
"Aku tahu apa artinya,"ujar Langdon."Aku bisa membantumu."
"Sekarang!" perintah penjaga itu.
"Temanku dalam masalah. Kita harus..."
Langdon merasakan lengan-lengan kuat menariknya berdiri dan menuntunnya menjauh
dari tangan itu. Dia. membiarkannya saja... merasa terlalu limbung untuk
memprotes. Undangan resmi baru saja diantarkan. Seseorang memanggil Langdon
untuk membuka portal mistis yang akan mengungkapkan dunia misteri-misteri kuno
dan pengetahuan tersembunyi.
Tapi semua ini gila. Khayalan orang gila. BAB 14 Limusin panjang Mal'akh meninggalkan U.S. Capitol, bergerak ke arah timur
menyusuri Independence Avenue. Pasangan muda di trotoar memanjangkan leher untuk
melihat melalui jendela-jendela belakang yang gelap, berharap bisa melihat sosok
VIP. Aku ada di depan, pikir Mal'akh, seraya tersenyum kepada diri sendiri.
Mal'akh menyukai perasaan berkuasa yang didapatnya ketika menyetir mobil besar
ini sendirian. Tak satu pun dari kelima mobil lain miliknya bisa menawarkan apa
yang diperlukannya malam - jaminan privasi. Privasi total. Limusin di kota ini
menikmati semacam imunitas tanpa kata. Kedutaan di atas roda-roda. Para petugas
polisi yang bekerja di dekat Capitol Hill tidak pernah tahu pasti siapa orang
penting di dalam limusin yang mungkin mereka hentikan secara keliru, dan
karenanya sebagian besar memilih untuk tidak mengambil risiko itu.
Ketika melintasi Sungai Anacostia dan memasuki Maryland, Mal'akh bisa merasakan
dirinya bergerak lebih dekat dengan Katherine, tertarik maju oleh gravitasi
takdir. Aku dipanggil untuk tugas kedua malam ini... tugas yang belum pernah
kubayangkan. Semalam, ketika Peter Solomon menceritakan rahasia-rahasia
terakhirnya, Mal'akh mengetahui keberadaan laboratorium rahasia tempat Katherine
Solomon melakukan berbagai keajaiban - terobosan-terobosan baru yang
mengejutkan, yang disadari Mal'akh akan mengubah dunia seandainya diungkapkan.
Pekerjaan Katherine akan mengungkapkan hakikat segala sesuatu.
Selama berabad-abad, "orang-orang terpandai" di dunia mengabaikan ilmu-ilmu
pengetahuan kuno, mengolok-oloknya sebagai takhayul bodoh, dan malah
mempersenjatai diri dengan skeptisisme angkuh dan teknologi-teknologi baru yang
memukau - semua peranti yang hanya menuntun mereka lebih jauh dari kebenaran.
Terobosan-terobosan baru setiap generasi terbukti keliru menurut teknologi
generasi berikutnya. Dan itulah yang terus berlangsung selama berabad-abad.
Semakin banyak manusia belajar, semakin banyak dia menyadari ketidaktahuannya.
Selama bermilenium-milenium, umat manusia berkelana dalam kegelapan... tapi
kini, seperti yang sudah diramalkan, perubahan akan segera tiba. Setelah
melintasi sejarah dalam keadaan buta, umat manusia telah tiba di persimpangan.
Momen ini sudah diprediksi sejak lama, diramalkan oleh teksteks kuno, oleh kalender-kalender purba, dan bahkan oleh bintang-bintang itu
sendiri. Tanggalnya spesifik, kedatangannya sudah di ambang pintu. Akan
didahului oleh ledakan hebat pengetahuan... kilas kejernihan yang menerangi
kegelapan dan memberi umat manusia kesempatan terakhir untuk menjauhi jurang
gelap dan menempuh jalan kebijakan. Aku datang untuk mengaburkan cahaya itu,
pikir Mal'akh. Ini perananku. Takdir telah menghubungkannya dengan Peter dan Katherine Solomon. Terobosan
-erobosan baru yang dibuat Katherine Solomon di dalam SMSE akan berisiko membuka
gerbang-gerbang pemikiran baru, memulai Renaisans baru. Pengungkapanpengungkapan Katherine, jika dipublikasikan, akan menjadi katalisator yang
menginspirasi umat manusia untuk menemukan kembali pengetahuan yang hilang,
memberdayakannya melebihi segala imajinasi.
Takdir Katherine adalah menyalakan obor ini. Takdirku adalah memadamkannya.
BAB 15 Dalam kegelapan total, Katherine Solomon meraba-raba mencari pintu luar
laboratoriumnya. Setelah menemukannya, dia membuka pintu berlapis timah itu dan
bergegas menuju ruang masuk kecil. Perjalanan melintasi kekosongan hanya memakan
waktu sembilan puluh detik, tapi jantung Katherine berdentam-dentam liar.
Setelah tiga tahun, aku mengira sudah terbiasa. Dia selalu merasa lega ketika
lolos dari kegelapan Bangsal 5 dan melangkah ke dalam ruangan bersih dan
berpenerangan baik ini. "Kubus" merupakan sebuah kotak besar tanpa jendela. Setiap inci dinding-dinding
interior dan langit-langitnya dilapisi jala-jala kaku dari serat timah berlapis
titanium, memberi kesan kandang raksasa yang dibangun di dalam kurungan semen.
Penyekat penyekat dari Plexiglas buram membagi ruangan menjadi kompartemenkompartemen yang berbeda - lab, ruang kontrol, ruang mekanis, kamar mandi, dan
perpustakaan riset kecil.
Katherine melenggang cepat ke dalam laboratorium utama. Ruang kerja yang terang
dan steril itu berkilau oleh peralatan kuantitatif maju: berpasang-pasang
elektroensefalograf, sisir femtosecond, perangkap magneto optikal, dan beberapa
REG derau elektronik indeterminasi kuantum yang lebih dikenal sebagai Random
Event Generator (perangkat elektronik yang menghasilkan bilangan biner acak.
penerj.). Walaupun Ilmu Noetic menggunakan teknologi-teknologi termutakhir, temuantemuannya sendiri jauh lebih mistis daripada mesin-mesin teknologi tinggi dingin
yang menghasilkan semua temuan itu. Hal-hal yang lebih akrab dengan dunia sihir
dan mitos dengan cepat menjadi kenyataan ketika data baru yang mengejutkan
mengalir masuk, yang kesemuanya mendukung ideologi dasar Ilmu Noetic - potensi
pikiran manusia yang belum tergali.
Keseluruhan tesisnya sederhana: Kita baru sekadar mengungkap kulit terluar
kemampuan mental dan spiritual kita.
Semua eksperimen di fasilitas-fasilitas seperti Institute of Noetic Seiences
(IONS) di California dan Princeton Engineering Anomalies Research Lab (PEAR)
telah membuktikan secara kategoris bahwa pikiran manusia, jika difokuskan secara
tepat, punya kemampuan untuk mempengaruhi dan mengubah massa fisik. Eksperimeneksperimen mereka bukanlah tipuan amatir "membengkokkan sendok", melainkan
penyelidikan- penyelidikan cukup terkontrol yang kesemuanya memberikan hasil
luar biasa yang sama: pikiran-pikiran kita benar-benar berinteraksi dengan dunia
fisik, tak peduli kita mengetahuinya atau tidak, dan mengakibatkan perubahan
sampai sejauh ranah subatomis.
Pikiran lebih berkuasa daripada tubuh.
Pada 2001, beberapa saat setelah kejadian mengerikan 11
September, Ilmu Noetic membuat lompatan kuantum ke depan. Empat ilmuwan
menemukan bahwa, ketika dunia yang ketakutan bersatu dan memokuskan diri pada
kedukaan bersama atas tragedi ini, output dari tiga puluh tujuh Random Event
Generator yang berbeda di seluruh dunia mendadak jauh berkurang keacakannya.
Entah mengapa, kesatuan pengalaman bersama ini, bergabungnya jutaan benak ini,
telah mempenganihi fungsi pengacakan mesin-mesin ini, menyusun output mereka,
dan memunculkan keteraturan dari kekacauan.
Temuan mengejutkan ini tampaknya paralel dengan keyakinan spiritual kuno tentang
"kesadaran kosmis" - gabungan besar kehendak manusia yang benar-benar mampu
berinteraksi dengan materi fisik. Baru-baru ini, studi-studi tentang meditasi
dan doa massal telah membuahkan hasil yang serupa pada banyak Random Event
Generator, memperkuat pernyataan bahwa kesadaran manusia, sebagaimana dijelaskan
oleh penulis Noetic, Lynne Mc- Taggart, adalah substansi yang berada di luar
kungkungan tubuh... energi sangat teratur yang mampu mengubah dunia fisik.
Katherine terpukau oleh buku Mc-Taggart, The Intention Experiment, dan studi
global berbasis Internetnya theintentionexperiment.com - yang bertujuan
menemukan bagaimana kehendak manusia bisa memengaruhi dunia. Beberapa teks
progresif lainnya juga mulai membangkitkan minat Katherine.
Berdasarkan landasan ini, riset Katherine Solomon telah melakukan lompatan ke
depan, membuktikan bahwa "pikiran terfokus" bisa memengaruhi apa saja secara
harfiah - tingkat perbuhan tanaman, arah berenang ikan di dalam sebuah mangkuk,
cara sel-sel membelah dalam sebuah cawan petri, sinkronisasi sistem-sistem yang
terpisah secara otomatis, dan reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh seseorang.
Bahkan, struktur kristal dari suatu padatan yang baru saja terbentuk bisa diubah
oleh pikiran seseorang; Katherine pernah menciptakan kristal-kristal es yang
simetris indah dengan mengirimkan pikiran-pikiran penuh cinta pada segelas air
yang sedang membeku. Secara menakjubkan, kebalikannya juga berlaku: ketika
Katherine mengirimkan pikiran-pikiran negatif dan tak baik pada airnya, kristalkristal es membeku dalam bentuk- bentuk retak tidak beraturan.
Pikiran manusia bisa secara harfiah mengubah dunia fisik. Seiring eksperimeneksperimen Katherine menjadi semakin berani, hasil-hasilnya menjadi sernakin
menakjubkan. Pekerjaanya di laboratorium ini telah terbukti meruntuhkan keraguan
bahwa "Pikiran lebih berkuasa dari pada tubuh" bukanlah sekadar mantra self help
pengikut New Age. Pikiran punya kemampuan untuk mengubah keadaan materi dan,
yang lebih penting, pikiran punya kekuatan untuk mendorong dunia fisik agar
bergerak ke arah yang spesifik.
Kita adalah tuan dari alam semesta kita sendiri.
Pada tingkatan subatomis, Katherine telah menyaksikan bahwa partikel-partikel
itu sendiri muncul dan lenyap dari eksistensi dengan hanya berdasarkan kehendak
Katherine untuk mengamati mereka. Dengan kata lain, keinginannya untuk melihat
sebuah partikel... telah mewujudkan partikel itu. Heisenberg menyinggung
kenyataan ini berdekade-dekade yang lalu, dan kini hal itu sudah menjadi prinsip
dasar Ilmu Noetic. Dalam kata kata Lynne Mc-Taggart: "Kesadaran hidup, entah
mengapa, merupakan pengaruh yang mengubah kemungkinan mengenai adanya sesuatu


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi sesuatu yang nyata. Bahan terpenting dalam menciptakan alam semesta kita
adalah kesadaran yang mengamatinya."
Akan tetapi, aspek paling menakjubkan dari pekerjaan Katherine adalah pemahaman
bahwa kemampuan pikiran untuk memengaruhi dunia fisik bisa ditingkatkan melalui
latihan. Kehendak adalah keahlian yang dipelajari. Seperti meditasi, pemanfaatan
kekuatan sejati "pikiran" memerlukan latihan. Yang lebih penting... beberapa
orang dilahirkan dengan kemampuan melebihi orang lain dalam hal ini. Dan di
sepanjang sejarah, beberapa orang telah menjadi master sejati.
Ini rantai yang hilang antara ilmu pengetahuan modern dan mistisisme kuno.
Katherine mempelajari hal ini dari Peter. Dan kini, ketika pikiran-pikirannya
kembali kepada kakaknya itu, kekhawatirannya semakin mendalam. Dia berjalan ke
perpustakaan riset laboratorium dan mengintip ke dalam. Kosong.
Perpustakaan itu berupa sebuah ruang baca kecil - dua kursi Morris, sebuah meja
kayu, dua lampu yang berdiri tegak, dan dinding yang dipenuhi rak buku kayu
mahoni yang menampung sekitar lima ratus buku. Katherine dan Peter mengumpulkan
buku-buku teks favorit mereka di sini, tulisantulisan mengenai apa saja, mulai dari fisika partikel sampai mistisisme kuno.
Koleksi mereka telah berkembang menjadi fusi eklektik antara sumber-sumber baru
dan kuno... terdepan dan historis. Sebagian besar buku milik Katherine memiliki
judul seperti Quantum Conseiousness, The New Physics, dan Principles of Neural
Science. Koleksi kakaknya memiliki judul- judul yang lebih esoteris, lebih kuno,
seperti Kybalion, Zohar, The Dancing Wu Li Masters, dan terjemahan lempenglempeng batu Sumeria dari Museum Inggris.
"Kunci masa depan ilmiah kita," itulah yang sering dikatakan kakaknya,
"tersembunyi di masa lalu kita." Sebagai pelajar seumur hidup dalam sejarah,
ilmu pengetahuan, dan mistisisme, Peterlah yang pertama-tama mendorong Katherine
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan universitasnya dengan pemahaman filsafat
Hermetik kuno. Usia Katherine baru 19 ketika Peter menyulut minatnya terhadap
hubungan antara ilmu pengetahuan modern dan mistisisme kuno.
"Jadi, sebutkan, Kate," tanya kakaknya waktu itu, ketika Katherina sedang
berlibur di rumah di tahun keduanya di Yale.
"Apa bahan bacaan Elis belakangan ini dalam fisika teoretis?" Katherine berdiri
di perpustakaan sarat buku milik keluarganya dan menyebutkan daftar bacaannya
yang berat. "Mengesankan," jawab kakaknya. "Einstein, Bohr, dan Hawking adalah para genius
modern. Tapi, apakah kau membaca sumber-sumber yang lebih kuno?"
Katherine menggaruk-garuk kepala. "Maksudmu seperti... Newton?"
Kakaknya tersenyum. "Teruskan." Di usia 27, Peter sudah mengukirkan namanya di
dunia akademis, dan dia dan Katherine semakin menikmati diskusi intelektual
santai semacam ini. Lebih kuno daripada Newton" Kepala Katherine kini dipenuhi nama-nama lama
seperti Ptolemy, Pythagoras, dan Hermes Frismegistus. Tak seorang pun membaca
bahan- bahan itu lagi. Kakaknya menelusurkan jari tangan pada rak panjang yang dipenuhi sampul kulit
retak dan buku kuno tebal berdebu.
"Kebijakan ilmiah orang-orang kuno menakjubkan... baru sekarang fisika modern
mulai memahami semua itu."
"Peter," kata Katherine, "kau sudah pernah bilang bahwa orang-orang Mesir
memahami pengungkit dan katrol jauh sebelum Newton, dan karya-karya para alkemis
kuno memang setaraf dengan kimia modern, tapi lalu apa" Saat ini fisika
mendiskusikan konsep-konsep yang tidak akan terbayangkan oleh orang-orang kuno."
"Contohnya apa?"
"Wah ... seperti entanglement theory, misalnya!" Riset subatomis kini sudah
membuktikan secara kategoris bahwa semua materi saling berhubungan... terkait
dalam jejaring tunggal yang menyatu... semacam kesatuan universal. "Kau
mengatakan bahwa orang-orang kuno duduk dan mendiskusikan entanglement theory?"
"Tepat sekali!" ujar Peter, seraya menyingkirkan poni panjang warna gelapnya
dari mata. "Keterkaitan (entanglement) adalah inti keyakinan kuno. Nama-namanya
setua sejarah itu sendiri... Dharmakaya, Tao, Brahman. Sesungguhnya, pencarian
spiritual tertua manusia adalah untuk menyadari keterkaitan diri mereka,
merasakan keterhubungan diri mereka dengan segala hal. Manusia selalu ingin
menjadi 'satu' dengan alam semesta... mencapai keadaan 'at one ment (penyatuan)'." Kakak Katherine mengangkat sepasang alisnya.
"Sampai saat ini, orang-orang Yahudi dan Kristen masih berjuang mencapai
'atonement (pertobatan)'... walaupun sebagian besar dari kita sudah lupa kalau
sesungguhnya yang kita cari adalah 'at one ment'."
Katherine mendesah, sudah lupa betapa sulit berbantahan dengan lelaki yang
begitu fasih dalam sejarah. "Oke, tapi kau membicarakan hal-hal umum. Aku
membicarakan fisika spesifik."
"Kalau begitu, kau harus spesifik." Mata tajam Peter kini menantangnya.
"Oke, bagaimana dengan sesuatu yang sederhana seperti polaritas - keseimbangan
positif/ negatif ranah subatomis. Jelas orang-orang kuno tidak memahami."
"Tunggu!" Kakaknya mengambil sebuah buku teks besar berdebu, yang lalu
dijatuhkannya dengan keras di meja perpustakaan. "Polaritas modern hanyalah
dunia ganda yang dijelaskan oleh Krishna di sini, dalam Bhagawad Gita, lebih
dari dua ribu tahun yang lalu. Selusin buku lainnya di sini, termasuk Kybalion,
membicarakan sistem biner dan kekuatan- kekuatan yang bertentangan di alam."
Katherine merasa skeptis. "Oke, tapi jika kita bicara soal temuan-temuan modern
dalam ranah subatomis - prinsip ketidakpastian Heisenberg, misalnya "
"Kalau begitu, kita harus melihat di sini," ujar Peter, seraya berjalan di
sepanjang rak buku panjangnya dan mengambil bukti lain. "Kitab-kitab suci Hindu
Vendantik yang dikenal sebagai kitab-kitab Upanishad." Dia menjatuhkan buku
tebal itu dengan keras di atas buku pertama. "Heisenberg dan Schrodinger
mempelajari teks ini dan menyatakannya membantu memformulasikan beberapa teori
mereka." Pertunjukan itu berlanjut selama beberapa menit, dan tumpukan buku
berdebu di atas meja menjadi semakin tinggi dan tinggi. Akhirnya Katherine
mengangkat kedua tangannya dengan frustrasi. "Oke! Kau sudah menjelaskan
maksudmu, tapi aku ingin mempelajari fisika teoretis termutakhir. Masa depan
ilmu pengetahuan! Aku benar-benar ragu apakah Krishna atau Vyasa bisa berkata
banyak soal teori superstring dan model model kosmologis multidimensi."
"Kau benar. Mereka tidak bisa berkata banyak." Kakaknya terdiam, seulas senyum
tersungging di bibirnya. "Jika kau bicara soal teori superstring..." Lagi-lagi dia
berjalan menuju rak buku. "Maka kau membicarakan buku ini." Dia mengambil buku
raksasa bersampul kulit dan menjatuhkannya dengan bunyi berdebum ke atas meja.
"Terjemahan abad ke 13 dari bahasa Aramaik asli Abad Pertengahan."
"Teori superstring di abad ke 13"!" Katherine tidak percaya.
"Ayolah!" Teori superstring adalah model kosmologis terbaru. Berdasarkan pengamatanpengamatan ilmiah terbaru, dikatakan bahwa alam semesta multidimensi tidak
tersusun dari tiga... melainkan sepuluh dimensi, yang kesemuanya berinteraksi
seperti tali-tali yang longgar, serupa dengan senar-senar biola yang
beresonansi. Katherine menunggu ketika kakaknya membuka buku, menelusuri daftar isi yang
dicetak berukir, lalu membukanya ke halaman di dekat awal buku. "Bacalah." Dia
menunjuk halaman buram teks dan diagram.
Dengan patuh Katherine mempelajari halaman itu. Terjemahnya kuno dan sulit
sekali dibaca. Tapi, yang menakjubkannya, teks dan gambar gambarnya jelas
menjabarkan alam semesta yang persis sama dengan yang dinyatakan oleh teori
superstring modern - alam semesta sepuluh dimensi yang terdiri atas tali-tali
yang beresonansi. Ketika terus membaca, mendadak Katherine terkesiap dan
terenyak. "Astaga, ini bahkan menjelaskan betapa enam dari dimensi dimensi itu
saling berkaitan dan bertindak sebagai satu kesatuan"!" Dia mundur satu langkah.
"Buku apa ini"!"
Kakaknya menyeringai. "Sesuatu yang kuharap akan kau baca suatu hari nanti." Dia
membuka halaman-halamannya kembali ke daftar isi, dan di sana tercetak sebuah
lempeng berhias yang bertuliskan tiga kata.
Zohar Edisi Lengkap. Walaupun belum pernah membaca Zohar, Katherine tahu itu buku teks fundamental
mistisisme Yahudi kuno, buku yang pernah dipercaya begitu ampuh sehingga hanya
boleh dibaca oleh rabi-rabi paling terpelajar.
Katherine mengamati buku itu. "Kau mengatakan bahwa para mistikus kuno sudah
tahu kalau alam semesta punya sepuluh dimensi?"
"Tepat sekali." Peter menunjuk ilustrasi halaman berupa sepuluh lingkaran yang
saling terjalin dan disebut Sephiroth.
"Nomenklaturnya jelas esoteris, tapi fisikanya sangat maju." Katherine tidak
tahu harus menjawab apa. "Tapi ... kalau begitu, kenapa tidak semakin banyak
orang yang mempelajarinya?"
Kakaknya tersenyum. "Mereka akan mempelajarinya."
"Aku tidak mengerti."
"Katherine, kita lahir di masa-masa yang indah. Perubahan akan segera tiba.
Manusia berdiri di ambang abad baru, di mana mereka akan mulai mengarahkan
pandangan kembali pada alam dan ajaran-ajaran kuno... kembali pada semua gagasan
di dalam buku-buku seperti Zohar dan teks-teks kuno lainnya dari seluruh dunia.
Kebenaran yang kukuh punya gaya tariknya sendiri, dan pada akhirnya akan menarik
orang-orang kembali ke sana. Akan tiba saatnya ketika ilmu pengetahuan modern
mulai serius mempelajari kebijakan orang-orang kuno... itu akan menjadi hari
ketika umat amnusia mulai menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar
yang masih belum mereka pahami."
Malam itu, dengan bersemangat Katherine mulai membaca buku-buku teks kuno milik
kakaknya, dan dengan cepat memahami bahwa kakaknya benar. Orang-orang kuno
memiliki kebijakan ilmiah yang mendalam. Ilmu pengetahuan saat ini tidak bisa
dibilang menciptakan "temuan temuan", tapi lebih pada menciptakan "temuan-temuan
ulang". Tampaknya, umat manusia pernah memahami hakekat alam semesta... tapi
melepaskannya ... dan melupakannya.
Fisika modern bisa membantu kita mengingat! Pencarian ini menjadi misi Katherine
dalam hidup - menggunakan ilmu pengetahuan maju untuk menemukan kembali
kebijakan orang-orang kuno. Ada lebih dari sekadar kegairahan akademis yang
membuatnya tetap termotivasi. Di balik semua itu, terdapat keyakinannya bahwa
dunia memerlukan pemahaman ini... terlebih sekarang.
Di bagian belakang lab, Katherine melihat jubah lab putih milik kakaknya
menggantung pada kaitan berdampingan dengan jubah lab miliknya sendiri. Secara
refleks dia mengeluarkan ponsel untuk mengecek pesan. Tidak ada. Sebuah suara
kembali menggema dalam ingatannya. Sesuatu yang kakakmu yakin tersembunyi di
DC... bisa ditemukan. Terkadang legenda yang bertahan selama berabad-abad...
bertahan untuk alasan tertentu.
"Tidak," ujar Katherine lantang. "Itu tidak mungkin nyata." Terkadang legenda
hanyalah legenda. BAB 16 Kepala Polisi Trent Anderson bergegas kembali ke Rotunda Capitol, merasa berang
atas kegagalan tim keamanannya. Salah seorang anak buahnya baru saja menemukan
kain gendongan dan jaket panjang tentara di sebuah ceruk di dekat serambi timur.
Lelaki keparat itu melenggang keluar dari sini!
Anderson sudah menugaskan tim-timnya untuk mulai meneliti video eksterior
bangunan, tapi saat mereka menemukan sesuatu, lelaki ini akan sudah lama
menghilang. Kini, ketika memasuki Rotunda untuk meneliti kerusakan, Anderson melihat bahwa
situasinya sudah dikendalikan sebaik yang bisa diharapkan. Keempat pintu masuk
menuju Rotunda ditutup dengan metode pengendalian massa yang sebisa mungkin
tidak menarik perhatian dan bisa dilakukan oleh Keamanan - kain beledu, penjaga
yang minta maaf, dan tanda bertuliskan RUANGAN INIDITUTUP SEMENTARA UNTUK
PEMBERSIHAN. Sekitar selusin saksi digiring berkelompok ke pojok timur ruangan.
Di sana para penjaga mengumpulkan ponsel dan kamera; hal terakhir yang
diperlukan Anderson adalah salah seorang dari mereka mengirimkan foto jepretan
ponsel ke CNN, Salah seorang saksi yang ditahan, seorang lelaki bertubuh tinggi
berambut warna gelap dan berjaket olahraga dari wol, berusaha meninggalkan
kelompok untuk bicara dengan kepala polisi. Saat ini, lelaki itu sedang
berdiskusi seru dengan para penjaga.
"Sebentar lagi aku akan bicara dengannya," teriak Anderson kepada para penjaga.
"Sekarang tahan semua orang di lobi utama, sampai kita selesai di sini."
Anderson kini mengalihkan pandangan pada tangan itu, yang berdiri tegak di
tengah ruangan. Demi Tuhan. Sepanjang lima belas tahun menangani keamanan Gedung
Capitol, dia sudah pernah melihat beberapa benda aneh. Tapi tidak ada yang
seperti ini. Sebaiknya para petugasforensik segera tiba dan mengeluarkan benda ini dari
gedungku. Anderson bergerak lebih mendekat, dan melihat bahwa pergelangan tangan berdarah
itu ditusukkan pada alas kayu berpaku agar tangannya bisa berdiri. Kayu dan
daging - pikirnya. Tidak terdeteksi oleh detektor logam. Satu-satunya logam
adalah cincin emas besar yang menurut Anderson diputar atau ditarik dengan
santai dari jari mati itu oleh tersangka, seakan benda itu miliknya.
Anderson berjongkok meneliti tangan itu. Tampaknya milik seorang lelaki berusia
sekitar 60. Cincinnya memiliki semacam stempel berhias, dengan burung berkepala
dua dan angka 33. Anderson tidak mengenal benda itu. Yang benar-benar menarik l
perhatiannya adalah tato kecil di ujung jempol dan jari telunjuk.
Pertunjukan aneh keparat, "Chief?" Salah seorang penjaga bergegas mendekat,
seraya memegang telepon. "Telepon pribadi untuk Anda. Switchboard keamanan baru
saja menyambungkannya."
Anderson memandangnya seakan lelaki itu gila, "Aku sedang sibuk di sini,"
gerutunya. Wajah penjaga itu memucat. Dia menutupi telepon dengan tangan dan berbisik.
"Dari CIA." Anderson terkesiap. CIA sudah mendengar soal ini"!
"Ini dari Office of Security mereka."
Anderson mengejang. Sialan. Dia melirik telepon di tangan penjaga dengan tidak
nyaman. Di lautan luas dinas rahasia Washington, Office of Security (OS) CIA adalah
semacam Segitiga Bermuda - wilayah misterius dan berbahaya sehingga mereka semua
yang tahu akan menyingkir jauh-jauh sebisa mungkin. Dengan mandat yang tampaknya
merugikan CIA sendiri, OS diciptakan untuk satu tujuan aneh - memata-matai CIA
itu sendiri. Seperti divisi urusan internal yang berkuasa, OS memantau perilaku
terlarang semua karyawan CIA: misalnya, penggelapan dana, penjualan informasi
rahasia, pencurian teknologi rahasia, dan penggunaan taktik penyiksaan ilegal.
Mereka memata-matai mata-mata Amerika.
Dengan mandat investigatif mutlak dalam segala masalah keamanan nasional, OS
punya kekuasaan besar dan berjangkauan luas. Anderson tidak bisa mengerti
mengapa mereka tertarik dengan insiden di Capitol ini, atau bagaimana mereka
bisa tahu begitu cepat. Tapi, sekali lagi, OS didesas- desuskan punya mata di
mana-mana. Yang diketahui Anderson hanyalah, mereka punya akses langsung
terhadap kamera-kamera keamanan U.S. Capitol. Insiden ini tampaknya sama sekali
tidak berkaitan dengan hal-hal yang ditangani OS, tetapi panggilan telepon itu
tampak terlalu kebetulan bagi Anderson jika menyangkut hal selain di luar tangan
terpenggal ini. "Chief?" Penjaga mengulurkan telepon kepada Anderson, seakan benda itu kentang
panas. "Anda harus menerima telepon ini sekarang juga. Ini..." Dia terdiam dan
mengomat- ngamitkan dua suku kata. "SA-TO."
Anderson memandang lelaki itu dengan mata terpicing kuat-kuat, Kau pasti
bergurau. Dia merasakan telapak tangannya mulai berkeringat. Sato menangani
langsung masalah ini"
Penguasa tertinggi OS - Direktur Inoue Sato - merupakan legenda dalam komunitas
intelijen. Lahir di balik pagar kamp tawanan jepang di Manzanar, California,
setelah peristiwa Pearl Harbor, Sato adalah penyintas tangguh yang tidak pernah
melupakan kengerian peperangan, atau bahaya akibat tidak memadainya intelijen
militer. Kini, setelah memegang salah satu posisi paling rahasia dan berkuasa
dalam intelijen AS, Sato terbukti menjadi patriot tak kenal kompromi sekaligus
musuh menakutkan bagi siapa pun yang berseberangan dengannya. Jarang terlihat,
tapi ditakuti di mana-mana, Direktur OS itu meluncuri perairan dalam CIA
bagaikan monster yang hanya naik ke permukaan untuk melahap mangsanya.
Anderson hanya pernah sekali bertatap muka dengan Sato, dan ingatan memandang ke
dalam mata hitam dingin itu cukup untuk membuatnya bersyukur bahwa dia hanya
akan bercakap-cakap dengannya lewat telepon.
Anderson mengambil telepon itu dan mendekatkannya ke bibir. " Direktur Sato,"
katanya dengan suara seramah mungkin. "Chief Anderson. Apa yang bisa-"
"Ada seorang lelaki di dalam gedung yang perlu kuajak bicara segera." Tak salah
lagi, itu Direktur OS - suaranya seperti kerikil menggores papan tulis. Operasi
kanker tenggorokan memberi Sato intonasi suara yang teramat mengerikan dan bekas
luka menjijikkan di leher. "Aku ingin kau menemukannya untukku segera."
Itu saja" Kau ingin aku memanggilkan seseorang" Mendadak Anderson dipenuhi
harapan bahwa panggilan telepon ini mungkin benar-benar kebetulan. "Siapa yang
Anda cari?" "Namanya Robert Langdon. Aku yakin dia berada di dalam gedungmu saat ini."


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Langdon" Nama itu kedengarannya agak tidak asing, tapi Anderson tidak bisa
mengingatnya. Kini dia bertanya-tanya apakah Sato tahu mengenai tangan itu.
"Saya berada di Rotunda saat ini," tutur Anderson, "tapi ada beberapa turis di
sini... tunggu." Dia menurunkan tangannya yang memegang telepon, lalu berteriak
kepada kelompok itu, "Semuanya, adakah seseorang di sini yang bernama Langdon?"
Setelah keheningan singkat, sebuah suara rendah menjawab dari kerumunan turis.
"Ya. Saya Robert Langdon."
Sato tahu segalanya. Anderson memanjangkan leher, berusaha melihat siapa yang
tadi bicara. Lelaki yang sama, yang tadi berusaha mendekatinya, melangkah meninggalkan
kelompok. Dia tampak kebingungan... entah mengapa wajahnya tampak tidak asing
lagi. Anderson mengangkat telepon ke bibir. "Ya, Mr. Langdon ada-"
"Hubungkan," ujar Sato serak.
Anderson mengembuskan napas. Lebih baik dia daripada aku. "Tunggu." Dia
melambaikan tangan memanggil Langdon. Ketika Langdon mendekat, mendadak Anderson
tersadar mengapa nama itu kedengarannya tidak asing lagi. Aku baru saja membaca
sebuah artikel tentang laki-laki ini. Apa gerangan yang dilakukannya di sini"
Walaupun Langdon bertubuh atletis dan tingginya seratus delapan puluh
sentimeter, Anderson tidak melihat sisi dingin dan keras yang diharapkannya dari
seorang lelaki yang terkenal karena berhasil lolos dari ledakan di Vatikan dan
pengejaran di Paris. Lelaki ini lolos dari polisi Prancis... dengan sepatu kulit
santai" Dia lebih menyerupai seseorang yang Anderson perkirakan akan dilihatnya
di samping perapian di perpustakaan universitas ternama, membaca Dostoyevsky.
"Mr. Langdon?" sapa Anderson, seraya berjalan menemuinya. "Saya Chief Anderson.
Saya yang menangani keamanan di sini. Seseorang menelepon Anda."
"Menelepon saya?" Mata biru Langdon tampak cemas dan ragu.
Anderson mengulurkan telepon. "Dari Office of Security CIA."
"Saya belum pernah mendengar nama itu."'
Anderson tersenyum penuh arti. "Yah, Pak, kantor itu mengenal Anda."
Langdon mendekatkan telepon ke telinga. "Ya?"
"Robert Langdon?" Suara parau Direktur Sato meledak di pengeras suara mungil,
cukup keras sehingga Anderson bisa mendengarnya.
"Ya?" jawab Langdon.
Anderson mendekat untuk mendengar apa yang dikatakan Sato.
"Ini Direktur Inoue Sato, Mr. Langdon. Saat ini aku sedang menangani krisis, dan
aku yakin kau punya informasi yang bisa membantuku."
Langdon tampak penuh harap. "Apakah ini menyangkut Peter Solomon" Apakah Anda
tahu di mana dia?" Peter Solomon" Anderson merasa benar-benar tidak dilibatkan.
"Profesor," jawab Sato. "Saat ini akulah yang bertanya."
"Peter Solomon sedang menghadapi masalah yang sangat serius," teriak Langdon.
"Ada orang gila yang baru saja- "
"Maaf," sela Sato.
Anderson menciut. Langkah yang buruk. Menyela pertanyaan dari pejabat CIA top
adalah kesalahan yang hanya dilakukan oleh orang awam. Kurasa Langdon seharusnya
lebih pintar. "Dengar baik-baik," ujar Sato. "Saat ini negara sedang menghadapi krisis. Aku
diberi tahu bahwa kau punya informasi yang bisa membantuku mencegah krisis itu.
Sekarang aku hendak bertanya lagi kepadamu. Informasi apa yang kau miliki"'
Langdon tampak kebingungan. "Direktur, aku tidak tahu apa yang sedang kau
bicarakan. Urusanku hanyalah menemukan Peter dan-"
"Tidak tahu?" tantang Sato.
Anderson melihat Langdon meradang. Profesor itu kini menggunakan nada suara yang
lebih agresif. "Tidak, Pak. Sama sekali tidak tahu."
Anderson meringis. Keliru. Keliru. Keliru. Robert Langdon baru saja melakukan
kesalahan yang sangat mahal dalam menghadapi Direktur Sato.
Yang luar biasa, Anderson kini menyadari bahwa sekarang sudah terlambat. Secara
mengagetkan, di kejauhan, Direktur Sato tampak muncul di Rotunda, dan sedang
berjalan mendekat dengan cepat di belakang Langdon. Sato ada di dalam gedung!
Anderson menahan napas dan menguatkan diri menghadapi dampaknya. Langdon sama
sekali tidak tahu. Sosok gelap Direktur itu semakin mendekat, dengan telepon di telinga dan mata
hitam yang terpaku pada punggung Langdon seperti dua sinar laser.
Langdon mencengkeram telepon milik kepala polisi dan merasakan meningkatnya
perasaan frustrasi ketika Direktur OS itu mendesaknya. "Maaf, Pak," ujar Langdon
singkat, "tapi aku tidak bisa membaca pikiranmu. Apa yang kau inginkan dariku?"
"Apa yang kuinginkan darimu?" Suara menjengkelkan Direktur OS itu berderak lewat
telepon Langdon, berkerit dan kosong, seperti suara orang sekarat dengan
tenggorokan infeksi. Ketika lelaki itu bicara, Langdon merasakan tepukan di bahu. Dia berbalik dan
matanya langsung terpaku... pada wajah seorang perempuan Jepang mungil.
Perempuan itu beraut wajah garang, kulitnya berbintik-bintik, rambutnya tipis,
giginya bernoda tembakau, dan bekas luka putih menyeramkan memanjang horizontal
melintasi lehemya. Tangan berbonggol-bonggol perempuan itu memegang ponsel di
telinga dan ketika bibirnya bergerak, Langdon mendengar suara parau yang
dikenalnya lewat ponsel. "Apa yang kuinginkan darimu, Profesor?" Dengan tenang perempuan itu menutup
telepon dan memelototi Langdon.
"Sebagai permulaan, kau bisa berhenti memanggilku 'Pak'." Langdon terpana,
merasa malu. "Ma'am, aku ... minta maaf. Hubungan teleponnya jelek dan -"
"Hubungan teleponnya baik-baik. saja, Profesor," kata perempuan itu. "Dan
toleransiku terhadap omong-kosong teramat sangat rendah."
BAB 17 Direktur Inoue Sato adalah orang yang menakutkan - perempuan pemberang yang
tingginya hanya seratus lima puluh centimeter. Tubuhnya kurus kering, dengan
raut wajah tajam dan kondisi dermatologis yang dikenal sebagai vitiligo, yang
membuat kulitnya tampak berbintik-bintik seperti granit kasar dikotori lumut.
Celana panjang kusutnya menggantung pada tulang cekingnya seperti karung kosong,
blus berleher terbukanya tidak mampu menyembunyikan bekas luka yang melintang di
leher. Para koleganya mengamati bahwa, tampaknya satu-satunya cara Sato bersolek
hanyalah mencabuti kumis tipis di bawah hidungnya.
Inoue Sato sudah mengepalai OS CIA selama lebih dari satu dekade. Dia memiliki
IQ luar biasa tinggi dan insting yang mengerikan akuratnya, dan kombinasi itu
memberinya kepercayaan diri yang membuatnya menakutkan bagi siapa saja yang
tidak bisa melakukan hal mustahil. Bahkan, diagnosis terminal kanker tenggorokan
agresif tidak mampu menumbangkannya. Pertarungan itu menelan satu bulan kerja,
setengah kotak suara, dan sepertiga bobot tubuh, tapi dia kembali ke kantor
seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Inoue Sato tampaknya tidak bisa
dihancurkan. Robert Langdon curiga, mungkin dia bukan orang pertama yang keliru menganggap
Sato seorang lelaki di telepon. Tapi Direktur itu masih memelototinya dengan
mata hitam penuh kemarahan.
"Sekali lagi maaf, Ma'am," ujar Langdon. "Saya masih berusaha memahami situasi
saya di sini - orang yang menyatakan sebagai penculik Peter Solomon telah menipu
saya untuk datang ke DC malam ini." Dia mengeluarkan kertas faks dari jaket.
"Ini yang dikirimkannya kepada saya tadi pagi, Saya menuliskan nomor pesawat
yang dikirimkannya, jadi mungkin Anda bisa menelepon FAA (Federal Aviation
Administration) dan menelusuri -"
Tangan mungil Sato terjulur dan merampas lembaran kertas itu. Dia memasukkannya
ke dalam saku, bahkan tanpa membacanya, "Profesor, aku yang menjalankan
investigasi ini dan, sampai kau mulai menceritakan apa yang ingin kuketahui,
kusarankan agar kau tidak bicara, kecuali jika diminta."
Kini Sato berbalik kepada kepala polisi.
"Chief Anderson," katanya, seraya melangkah terlalu dekat dan mendongak menatap
lelaki itu dengan mata hitam mungilnya, "maukah kau menceritakan apa gerangan
yang terjadi di sini" Penjaga di gerbang timur mengatakan kau menemukan tangan
manusia di lantai. Benarkah?"
Anderson melangkah minggir dan menunjukkan benda di tengah lantai. "Ya, Ma'am,
baru beberapa menit yang lalu." Sato melirik tangan itu, seakan benda itu tidak
lebih dari sekadar pakaian yang salah letak. "Tapi kau tidak menceritakannya
ketika aku menelepon?"
"Saya pikir ... saya pikir, Anda sudah tahu."
"Jangan berbohong kepadaku."
Anderson menciut di bawah tatapan Sato, tapi suaranya tetap percaya diri.
"Ma'am, situasinya terkendali."
"Aku benar-benar meragukannya," ujar Sato dengan kepercayaan diri yang setara.
"'Tim forensik sedang dalam perjalanan. Siapa pun yang melakukannya, dia mungkin
meninggalkan sidik jari."
Sato tampak skeptis. "Kurasa, seseorang yang cukup pintar untuk berjalan
melewati pos pemeriksaan keamananmu dengan membawa tangan manusia, mungkin cukup
pintar untuk tidak meninggalkan sidik jari."
"Itu mungkin benar, tapi saya punya kewajiban untuk menyelidikinya."
"Sesungguhnya aku membebaskanmu dari tanggung jawab itu mulai saat ini. Aku akan
mengambil alih." Sikap tubuh Anderson berubah menjadi kaku. "Ini tidak termasuk wilayah
kewenangan OS, bukan?"
"Justru sangat terkait. Ini masalah keamanan nasional."
Tangan Peter" Pikir Langdon bertanya-tanya, seraya mengamati percakapan mereka
dengan bingung. Keamanan nasional" Langdon merasa bahwa tujuan mendesaknya
sendiri, yaitu menemukan Peter, bukanlah tujuan Sato. Direktur OS itu tampaknya
memikirkan hal yang benar-benar berbeda.
Anderson juga tampak kebingungan. "Keamanan nasional"
"Dengan segala hormat, Ma'am-"
"Terakhir kalinya aku mengecek," sela perempuan itu, "jabatanku lebih tinggi
daripada jabatanmu. Kusarankan agar kau melakukan tepat seperti yang
kuperintahkan, dan melakukannya tanpa bertanya-tanya."
Anderson mengangguk dan menelan ludah dengan susah payah. "Tapi setidaknya kita
harus mencetak jari-jari itu untuk mengonfirmasi bahwa tangan itu milik Peter
Solomon, bukan?" "Saya bisa mengonfirmasi," kata Langdon, seraya merasakan kepastian yang
memualkan. "Saya mengenali cincinnya... dan tangannya." Dia terdiam. "Tapi,
tato-tato itu baru. Seseorang baru saja melakukannya."
"Maaf?" Sato tampak terkejut untuk pertama kalinya semenjak tiba. "Tangan itu
ditato?" Langdon mengangguk. "Jempolnya bertato mahkota. Dan telunjuknya bertato
bintang." Sato mengeluarkan kacamata dan berjalan menuju tangan itu, mengitarinya seperti
ikan hiu. "Dan," ujar Langdon, "walaupun Anda tidak bisa melihatnya, saya yakin ketiga
ujung jari tangan lainnya juga bertato."
Sato tampak penasaran oleh komentar itu dan bergerak mendekati Anderson. "Chief,
bisakah kau melihat ujung-ujung jari tangan lainnya?"
Anderson berjongkok di samping tangan. itu, seraya berhati-hati untuk tidak
menyentuhnya. Dia meletakkan pipi di dekat lantai dan mengintip ujung-ujung jari
tangan terkepal itu. "Dia benar, Ma'am. Semua ujung jari tangannya bertato,
walaupun saya tidak begitu bisa melihat apa -"
"Matahari, lentera, dan kunci," ujar Langdon datar.
Kini Sato berbalik sepenuhnya menghadap Langdon, mata kecilnya menilai. "Dan
bagaimana tepatnya kau bisa tahu?"
Langdon membalas tatapan perempuan itu. "Gambar tangan manusia yang ditandai
dengan cara seperti ini pada ujung-ujung jarinya adalah sebuah ikon yang sangat
kuno. Dikenal sebagai 'Tangan Misteri'."
Mendadak Anderson berdiri. "Benda ini punya nama?" Langdon mengangguk. "Ini
salah satu ikon paling rahasia di dunia kuno."
Sato memiringkan kepala. "Kalau begitu, bolehkah aku bertanya, apa gerangan yang
dilakukan tangan itu di sini, di tengah U.S. Capitol?"
Langdon berharap dirinya terbangun dari mimpi buruk ini.
"Menurut tradisi, Ma'am, tangan itu digunakan sebagai undangan."
"Undangan ... untuk apa?" tuntut Sato.
Langdon menunduk memandangi simbol-simbol di tangan terpenggal temannya. "Selama
berabad-abad, Tangan Misteri berfungsi, sebagai panggilan mistis. Pada dasarnya,
itu undangan untuk menerima pengetahuan rahasia, kebijakan yang disembunyikan
yang hanya diketahui oleh segelintir orang elite."
Sato melipat sepasang lengan kurusnya dan mendongak menatap Langdon dengan mata
hitam pekat. "Wah, Profesor, untuk seseorang yang menyatakan sama sekali tidak
tahu mengapa dirinya berada di sini... sejauh ini kau melakukan pekerjaanmu
dengan baik." BAB 18 Katherine Solomon mengenakan jaket lab putihnya dan, seperti biasa, memulai
rutinitas kedatangan "ritual", begitulah yang dikatakan oleh kakaknya.
Seperti orangtua cemas yang mengecek bayinya yang sedang tidur, Katherine
melongok ke ruang mekanis. Sel bahan bakar hidrogennya berjalan dengan lancar,
semua tangki cadangannya tersimpan dengan aman di rak-rak.
Katherine terus berjalan menyusuri koridor, menuju ruang penyimpanan data.
Seperti biasa, kedua unit cadangan hologram redundannya berdengung dengan aman
di dalam ruangan dengan suhu terkontrol. Semua risetku, pikirnya, seraya
memandang melalui kaca antiremuk setebal tiga inci. Perangkat penyimpanan data
holografis itu, tidak seperti nenek moyang mereka yang seukuran kulkas, tampak
lebih menyerupai komponen-komponen stereo ramping, masing- masing bertengger di
atas alas berbentuk bulat.
Kedua drive holografis laboratoriumnya tersinkronisasi dan identik berfungsi
sebagai cadangan redundan untuk menjaga keamanan salinan-salinan identik
pekerjaannya. Sebagian besar protokol back up menyarankan sistem cadangan
sekunder di luar lokasi untuk berjaga-jaga terhadap gempa bumi, kebakaran, mau
pun pencurian, tapi Katherine dan kakaknya sepakat bahwa kerahasiaan sangatlah
penting; setelah data ini meninggalkan gedung ke sebuah server di luar lokasi,
mereka tidak bisa lagi memastikan keamanan data.
Setelah puas karena semuanya berjalan lancar, Katherine kembali menyusuri
lorong. Akan tetapi, ketika berbelok, dia melihat sesuatu yang tak terduga di
seberang laboratorium. Ada apa ini" Sebuah kilau suram memantul dari semua
peralatan. Dia bergegas mencari tahu, dan terkejut ketika melihat cahaya
memancar dari balik dinding Plexiglas ruang kontrol.
Dia ada di sini. Katherine lari melintasi laboratorium, tiba di pintu ruang
kontrol, dan membukanya. "Peter!" panggilnya, seraya berlari masuk.
Perempuan montok yang duduk di terminal ruang kontrol terlompat. "Astaga!
Katherine! Kau membuatku takut!"
Trish Dunne - satu-satunya orang lain di bumi yang diizinkan berada di belakang
sini - adalah analis metasistem Katherine, dan dia jarang bekerja pada akhir
pekan. Gadis berambut merah berusia 26 tahun ini adalah pembuat model data
genius dan sudah menandatangani dokumen kerahasiaan yang setara dengan milik
KGB. Malam ini tampaknya dia sedang menganalisis data pada layar plasma di ruang
kontrol - sebuah penampil layar datar besar yang seperti berasal dari ruang
kontrol misi NASA. "Maaf," ujar Trish. "Aku tidak tahu kau sudah di sini. Aku mencoba
menyelesaikannya sebelum kau dan kakakmu tiba."
"Kau sudah bicara dengan Peter" Dia terlambat dan tidak menjawab teleponnya."
Trish menggeleng. "Aku berani bertaruh, dia masih berusaha mencari tahu cara
menggunakan iPhone baru yang kau hadiahkan kepadanya."
Katherine menyukai kejenakaan Trish, dan kehadiran gadis itu di sini langsung
memberinya ide. "Sesungguhnya aku senang kau di sini malam ini. Mungkin kau bisa
membantuku dengan sesuatu, jika kau tidak keberatan?"
"Apa pun itu, aku yakin lebih menarik daripada football." Katherine menghela
napas panjang, menenangkan pikiran.
"Aku tidak yakin bagaimana cara menjelaskannya, tapi aku tadi mendengar cerita
aneh." Trish Dunne tidak tahu cerita apa yang didengar Katherine Salomon, tapi cerita
itu jelas menggelisahkan perempuan itu. Mata kelabu bosnya - yang biasanya
tenang - tampak cemas. Dia juga sudah menyingkirkan rambut ke belakang telinga
tiga kali semenjak memasuki ruangan "ungkapan" kegelisahan, begitu Trish
menyebutnya. Ilmuwan hebat. Pemain poker yang payah.
"Bagiku," ujar Katherine, "cerita ini kedengarannya seperti fiksi... sebuah
legenda kuno. Akan tetapi...." Dia terdiam, sekali lagi menyingkirkan rambut ke
belakang telinga. Akan tetapi?"
Katherine mendesah. "Akan tetapi, hari ini aku diberi tahu oleh sebuah sumber
terpercaya bahwa legenda itu benar."
"Oke." Ke mana arah pembicaraan ini"
"Aku hendak membicarakannya dengan kakakku, tapi terpikir olehku bahwa kau
mungkin bisa membantuku memperjelasnya lerlebih dulu. Aku benar-benar ingin tahu
apakah legenda ini pernah dibuktikan sepanjang sejarah."


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sepanjang sejarah?"
Katherine mengangguk. "Di suatu tempat di dunia, dalam suatu bahasa, di suatu
titik dalam sejarah."
Permintaan aneh, pikir Trish, tapi jelas bisa dikerjakan. Sepuluh lahun yang
lalu, tugas itu pasti mustahil. Akan tetapi, saat ini, dengan Internet, World
Wide Web, dan berlangsungnya digitalisasi perpustakaan-perpustakaan dan museummuseum besar di seluruh dunia, tujuan Katherine bisa tercapai dengan menggunakan
mesin pencari yang relatif sederhana, yang dilengkapi dengan sejumlah modul
penerjemah dan beberapa kata kunci yang dipilih dengan baik.
'Tak masalah," ujar Trish. Banyak buku riset laboratorium yang berisikan
kutipan-kutipan dalam berbagai bahasa kuno, sehingga Trish sering diminta untuk
menulis modul-modul penerjemahan Pengenalan Karakter Optis - Optical Character
Recognition (OCR) khusus untuk menghasilkan teks Inggris dari bahasa-bahasa yang
tidak jelas. Agaknya, dia satu- satunya spesialis metasistem di bumi yang
membangun modul-modul penerjemahan OCR dalam bahasa Frista, Maek, dan Akkadia
Kuno. Modul-modul itu bisa membantu, tapi trik membangun spider pencari yang efektif
adalah dengan memilih kata-kata kunci yang tepat. Unik, tapi tidak terlalu
membatasi. Katherine tampaknya sudah selangkah lebih maju daripada Trish, sudah menuliskan
kemungkinan kata-kata kunci pada secarik kertas. Katherine sudah menuliskan
beberapa kata kunci ketika dia berhenti, berpikir sejenak, lalu menulis beberapa
lagi. "Oke," katanya pada akhirnya, seraya menyerahkan kertas itu kepada Trish.
Trish meneliti daftar untaian-pencarian, dan matanya membelalak. Legenda gila
macam apa yang sedang diselidiki Katherine" "Kau ingin aku mencari semua frasa
kunci ini?" Salah satu kata bahkan tidak dikenal oleh Trish. Apakah kata itu
bahkan bahasa Inggris" "Kau benar-benar berpikir kita akan menemukan semua ini
di satu tempat" Verbatim" (Kata demi kata-penerj.)"
"Aku ingin mencobanya."
Trish hendak mengucapkan kata mustahil, tapi "kata-M" dilarang di sini.
Katherine menganggapnya sebagai mind-set berbahaya di bidang yang sering
mengubah kebohongan yang sudah dirancang sebelumnya menjadi kebenaran yang sudah
dikonfirmasi. Trish Dunne benar-benar ragu apakah pencarian kata-kunci ini
termasuk dalam kategori itu.
"Berapa lama hasilnya?" tanya Katherine.
"Beberapa menit untuk menuliskan perintah spider pencari dan meluncurkannya.
Setelah itu, mungkin lima belas menit bagi spider untuk menghabiskan seluruh
tenaganya." "Begitu cepat?" Katherine tampak bersemangat.
Trish mengangguk. Mesin-mesin pencari tradisional sering membutuhkan satu hari
untuk menjelajahi seluruh alam semesta online, menemukan dokumen-dokumen baru,
mencerna semua isinya, dan menambahkannya ke pangkalan data yang memungkinkan
pencarian. Tapi, ini bukan jenis spider pencari yang hendak ditulis oleh Trish.
"Aku akan menulis sebuah program yang disebut delegator," jelas Trish. "Tidak
begitu legal, tapi cepat. Pada dasarnya, ini adalah program yang memerintahkan
mesin pencari milik orang-orang lain untuk melakukan pekerjaan kita. Sebagian
besar pangkalan data punya fungsi pencari built-in - perpustakaan, museum,
universitas, pemerintah. Jadi, aku akan menulis perintah spider untuk menemukan
mesin-mesin pencari mereka, memasukkan kata-kata kuncimu, dan meminta mesinmesin itu untuk mencari. Dengan cara ini, kita memanfaatkan kekuatan dari ribuan
mesin pencari yang bekerja secara serempak."
Katherine tampak terkesan, "Pemrosesan paralel."
Semacam metasistem. "Kau akan kupanggil kalau aku mendapat sesuatu."
"Terima kasih, Trish." Katherine menepuk punggung gadis itu, lalu berjalan ke
pintu. "Aku akan berada di perpustakaan." Trish bersiap-siap menulis programnya.
Penyandian spider pencari adalah tugas sepele yang berada jauh di bawah tingkat
keahliannya, tapi Trish Dunne tidak peduli. Dia bersedia melakukan apa saja
untuk Katherine Solomon. Terkadang Trish masih tidak bisa memercayai kemujuran
besar yang membawanya kemari.
Kau sudah sangat jauh melangkah, Sayang.
Kira-kira setahun yang lalu, Trish berhenti dari pekerjaannya sebagai analis
metasistem di dalam salah satu dari banyak ruang kerja sempit industri teknologi
tinggi. Pada jam-jam bebasnya, dia melakukan semacam pemrograman paruh waktu dan
memulai blog serius - "Aplikasi-Aplikasi Masa Depan dalam Analisis Metasistem
Terkomputasi"-walaupun dia ragu apakah ada yang membacanya. Lalu, suatu malam,
teleponnya berdering. "Trish Dunne?" tanya sebuah suara perempuan dengan sopan.
"Ya, ini siapa?"
"Namaku Katherine Solomon."
Trish nyaris pingsan di tempat. Katherine Solomon" "Saya baru saja membaca buku
Anda - Ilmu Noetic: Gerbang Modern Menuju Kebijakan Kuno - dan saya
menuliskannya di dalam blog!"
"Ya, saya tahu," jawab perempuan itu ramah. "Itulah sebabnya saya menelepon."
Tentu saja, pikir Trish, merasa tolol. Ilmuwan-ilmuwan hebat pun meng-Google
diri mereka sendiri. "Blog Anda memikat saya," ujar Katherine kepadanya.
"Tidak saya sadari bahwa pemodelan metasistem sudah sejauh itu."
"Ya, Ma'am," kata'Trish terpana. "Model-model data merupakan ledakan teknologi
dengan aplikasi-aplikasi yang jauh jangkauannya."
Selama beberapa menit, kedua perempuan itu memperbincangkan pekerjaan Trish
dalam metasistem, membahas pengalamannya dalam menganalisis, memodelkan, dan
memprediksi aliran medan data yang besar.
"Jelas buku Anda terlalu sulit bagi saya," jelas Trish, "tapi saya cukup paham
untuk melihat persinggungannya dengan pekerjaan metasistem saya."'
"Blog Anda menyatakan Anda yakin bahwa pemodelan metasistem bisa mengubah studi
Noetic?" "Tepat sekali. Saya percaya metasistem bisa mengubah Noetic menjadi ilmu
pengetahuan yang nyata."
"Ilmu pengetahuan yang nyata?" nada suara Katherine sedikit mengeras.
"Bertentangan dengan...?"
Oh, sialan, itu keliru. "Ehm, maksud saya, Noetic lebih... esoteris."
Katherine tertawa. "Tenang, saya bergurau. Saya mendapat komentar itu sepanjang
waktu." Tidak mengejutkan, pikir Trish. Bahkan, Institute of Noetic Sciences di
Califomia menjelaskan bidang itu dengan bahasa misterius dan sulit dipahami,
mendefinisikannya sebagai studi "akses langsung dan segera, umat manusia
terhadap pengetahuan di luar apa yang tersedia bagi indra-indra normal dan
kekuatan nalar. Trish sudah tahu kalau kata noetic berasal dari kata Yunani kuno nous - yang
diterjemahkan secara kasar menjadi "pengetahuan dari dalam" atau "kesadaran
intuitif". "Saya tertarik pada kerja Anda tentang metasistem," ujar Katherine, " dan
kemungkinan hubungannya dengan sebuah proyek vang sedang saya kerjakan. Anda
bersedia menemui saya" Saya ingin sekali menggali gagasan dan informasi dari
Anda." Katherine Solomon ingin menggali gagasan dan informasi dariku"
Rasanya seakan Maria Sharapova menelepon dan menanyakan kiat-kiat bermain tenis.
Keesokan harinya, sebuah Volvo putih berhenti di jalan masuk ke rumah Trish dan
seorang perempuan ramping menarik bercelana jins biru keluar dari dalamnya.
Trish langsung merasa ciut. Hebat, gerutunya. Pintar, cantik, dan kurus - dan
aku harus percaya Tuhan adil" Tapi, sikap rendah hati Katherine langsung membuat
Trish nyaman. Keduanya duduk di beranda besar di belakang rumah Trish, menghadap sebuah
bangunan yang mengesankan.
"Rumah Anda menakjubkan," ujar Katherine.
"Terima kasih. Saya beruntung ketika kuliah, dan mendapat lisensi untuk
perangkat lunak yang saya rancang."
"Tentang metasistem?"
"Pendahulu metasistem. Setelah peristiwa 11 September, Pemerintah 'menangkap'
dan memeriksa medan-medan data yang sangat besar - surat-elektronik penduduk
sipil, ponsel, faks, teks, halaman Web - dan mengendus kata-kata kunci yang
berhubungan dengan komunikasi teroris. Jadi saya merancang sebuah perangkat
lunak yang memungkinkan mereka memproses medan data dengan cara kedua... dan
menghasilkan produk intelijen tambahan dari sana." Trish tersenyum. "Pada
dasarnya, perangkat lunak saya memungkinkan pengukuran suhu Amerika."
"Maaf?" Trish tertawa. "Ya, kedengarannya gila. Saya tahu. Maksud saya adalah, perangkat
lunak itu menguantifikasi keadaan emosional bangsa. Menawarkan semacam barometer
kesadaran kosmis, bisa dibilang seperti itu." Trish menjelaskan betapa, dengan
menggunakan medan data komunikasi- komunikasi nasional, seseorang bisa mengakses
suasana hati bangsa berdasarkan "densitas kemunculan" beberapa kata- kunci
tertentu dan indikator-indikator emosional dalam medan data. Saat-saat yang
lebih menyenangkan memiliki bahasa yang lebih menyenangkan, begitu juga
sebaliknya dengan saat-saat yang penuh tekanan. Dalam peristiwa serangan
teroris, misalnya, pemerintah bisa menggunakan medan- medan data untuk mengukur
pergeseran dalam jiwa Amerika, dan memberi saran yang lebih baik kepada presiden
mengenai dampak emosional peristiwa itu.
"Menakjubkan," ujar Katherine seraya mengusap-usap dagu. "Jadi, pada dasarnya,
Anda meneliti sebuah populasi yang terdiri dari banyak individu... seakan itu
organisme tunggal." "Tepat sekali. Sebuah metasistem. Sebuah entitas tunggal yang didefinisikan oleh
bagian-bagiannya. Tubuh manusia, misalnya, terdiri dari jutaan sel individual,
masing-masing dengan atribut dan tujuan yang berbeda, tapi berfungsi sebagai
sebuah entitas tunggal."
Katherine menganggak dengan antusias. "Seperti sekawanan burung atau sekelompok
ikan yang bergerak sebagai satu kesatuan. Kami menyebutnya konvergensi atau
keterkaitan." Trish merasa bahwa tamu terkenalnya mulai memahami potensi pemrograman
metasistem dalam bidangnya sendiri, Noetic. "Perangkat lunak saya," jelas Trish,
"dirancang untuk membantu badan-badan pemerintah agar bisa mengevaluasi dengan
lebih baik dan merespons dengan tepat krisis skala- luas-penyakit pandemik,
tragedi nasional, terorisme, hal-hal semacam itu." Dia berhenti sejenak. "Tentu
saja, selalu ada potensi penggunaannya ke arah-arah lain... mungkin untuk
memotret mind-set nasional dan memprediksi hasil pemilihan umum atau pergerakan
pasar saham saat pembukaan."
"Kedengarannya penting."
Trish menunjuk rumah besarnya. "Pemerintah menganggapnya begitu."
Mata kelabu Katherine kini terpusat kepadanya. "Trish, bolehkah saya bertanya
tentang dilema etis yang dimunculkan pleh pekeriaan Anda?"
"Apa maksud Anda?"
"Maksud saya, Anda menciptakan sebuah perangkat lunak yang bisa dengan mudah
disalahgunakan. Mereka yang memilikinya mendapat akses terhadap informasi
penting yang tidak tersedia bagi setiap orang. Anda tidak merasa ragu
menciptakannya?" Trish tidak mengerjapkan mata satu kali pun. "Jelas tidak. Perangkat lunak saya
tidak berbeda dengan, katakanlah...
progrom simulator penerbangan. Beberapa pengguna akan mempraktikkan penerbangan
misi-misi pertolongan pertama ke negara-negara yang belum berkembang. Beberapa
orang akan memanfaatkannya untuk berlatih menabrakkan jet-jet komersial ke
pencakar langit. Pengetahuan adalah alat dan, seperti semua alat lainnya,
dampaknya berada di tangan pengguna."
Katherine menyandarkan tubuh, tampak terkesan. "Jadi, izinkan saya menanyakan
sebuah pertanyaan hipotetis."
Mendadak Trish merasa bahwa percakapan mereka baru saja menjadi meniadi
wawancara kerja. Katherine mengulurkan tangan ke bawah dan memungut sebutir kecil pasir dari
beranda, lalu mengangkatnya agar Trish bisa melihat. "Terpikir oleh saya,"
katanya, "bahwa pekerjaan metasistem Anda pada dasarnya memungkinkan Anda
menghitung bobot seluruh pantai berpasir... dengan menimbang butiran pasir satu
per satu." "Ya, pada dasarnya itu benar."
"Seperti yang Anda ketahui, butiran pasir kecil ini punya massa. Massa yang
sangat kecil, tapi bisa disebut massa juga."
Trish mengangguk. "Dan karena punya massa, butiran pasir ini mengeluarkan gravitasi. Sekali lagi,
terlalu kecil untuk dirasakan,,tapi memang ada."
"Benar." "Nah," ujar Katherine, "jika kita mengambil triliunan butiran pasir dan
membiarkan mereka tarik-menarik untuk membentuk... katakanlah bulan, gravitasi
gabungan mereka akan cukup untuk menggerakkan seluruh lautan dan menarik dan
menyurutkan air pasang di seluruh planet kita."
Trish tidak tahu ke mana arah percakapan ini, tapi dia menyukai apa yang
didengarnya. "Jadi, marilah kita bicara secara hipotetis," ujar Katherine,
seraya membuang butiran pasir itu. "Bagaimana jika saya katakan bahwa pikiran...
gagasan mungil apa pun yang terbentuk di dalam benak Anda... sesungguhnya punya
massa" Bagaimana jika saya katakan bahwa pikiran adalah suatu benda nyata,
entitas terukur, dengan massa terukur" Massa yang sangat kecil, tentu saja, tapi
bisa disebut massa juga. Apa implikasinya?"
"Bicara secara hipotetis" Wah, implikasinya yang nyata adalah... jika pikiran
punya massa, pikiran mengeluarkan gravitasi dan bisa menarik benda-benda ke
arahnya." Katherine tersenyum. "Bagus. Kini kita kembangkan ide itu selangkah lebih jauh.
Apa yang terjadi jika banyak orang mulai memfokuskan diri pada pikiran yang
sama" Semua kejadian plkiran yang sama itu mulai bergabung menjadi satu, dan
massa kumulatif pikiran ini mulai bertambah. Dan karenanya, gravitasinya
bertambah." "Oke." "Artinya... jika ada cukup banyak orang yang mulai memikirkan hal yang sama,
daya gravitasi pikiran itu menjadi nyata... dan mengeluarkan kekuatan yang
sesungguhnya," Katherine mengedipkan sebelah mata. "Dan hal itu bisa memiliki
efek terukur di dalam dunia fisik kita."
BAB 19 Direktur Inoue Sato berdiri dengan kedua lengan terlipat, dengan mata terpaku
skeptis pada Langdon, ketika mencerna apa yang baru saja dikatakan lelaki itu
kepadanya. "Dia bilang menginginkanmu untuk membuka sebuah portal kuno" Apa yang
seharusnya kulakukan dengan hal itu, Profesor?"
Langdon mengangkat bahu dengan lemah. Dia kembali merasa mual dan berusaha tidak
menunduk memandangi tangan terpenggal temannya. "'Itulah persisnya yang dia
katakan kepada saya. Portal kuno ... tersembunyi di suatu tempat di dalam gedung
ini. Saya katakan kepadanya bahwa saya sama sekali tidak tahu portal apa pun."
"Kalau begitu, mengapa dia mengira kau bisa menemukannya?"
"Jelas dia gila." Katanya, Peter akan menunjukkan jalan. Langdon menunduk
memandangi jari teracung Peter, dan sekali lagi merasa jijik atas permainan kata
yang sadis dari penculik temannya itu. Peter akan menunjukkan jalan. Langdon
sudah membiarkan matanya mengikuti jari teracung itu sampai ke kubah di atas
kepala. Portal" Di atas sana" Gila.
"Lelaki yang menelepon saya itu," ujar Langdon kepada Sato, "adalah satu-satunya
orang yang mengetahui kedatangan saya ke Capitol malam ini. Jadi, siapa pun yang
memberi Anda informasi bahwa saya ada di sini malam ini, itulah tersangka Anda.
Saya sarankan-" "Dari mana aku mendapat informasi, bukanlah urusanmu," kata Sato dengan suara
menajam. "Prioritas utamaku saat ini adalah bekerja sama dengan lelaki ini, dan
aku mendapat informasi yang menyatakan bahwa kau-lah satu-satunya yang bisa
memberi apa yang diinginkannya."
"Dan prioritas utama saya adalah menemukan teman saya,"
jawab Langdon dengan frustrasi.
Sato menghela napas dalam-dalam. Kesabarannya jelas sedang diuji. "Jika kita
ingin menemukan Mr. Solomon, kita hanya punya satu cara, Profesor, yaitu mulai
bekerja sama dengan satu-satunya orang yang tampaknya mengetahui keberadaan Mr.
Solomon." Sato menengok arloji. "Wakta kita terbatas. Aku yakin kita harus
mematuhi tuntutan-tuntutan lelaki ini dengan cepat."
"Bagaimana caranya?" tanya Langdon tidak percaya.
"Dengan menemukan dan membuka portal kuno" Tidak ada portal, Direktur Sato.
Lelaki ini gila." Sato melangkah lebih dekat, kurang dari tiga puluh sentimeter dari Langdon.
"Jika boleh kujelaskan... orang gila- mu sudah memanipulasi dengan cerdik dua
individu yang cukup pintar pagi ini." Dia menatap lurus Langdon, lalu melirik
Anderson. "Dalam duniaku, hanya ada garis tipis antara kegilaan dan kegeniusan.
Akan bijak jika kita memberi sedikit penghormatan kepada lelaki ini."
"Dia memenggal tangan seorang lelaki!"


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itulah tepatnya maksudku. Hampir bisa dipastikan itu bukan tindakan seseorang
yang tidak serius atau ragu-ragu. Yang lebih penting lagi, Profesor, lelaki ini
jelas percaya kau bisa membantunya. Dia membawamu jauh-jauh ke Washington mestinya ada alasan mengapa dia melakukannya."
"Katanya, satu-satunya alasan mengapa dia mengira saya bisa membuka 'portal' ini
adalah karena Peter bilang kepadanya kalau saya bisa membukanya," bantah
Langdon. "Dan jika itu tidak benar, mengapa Peter Solomon berkata begitu?"
"Saya yakin Peter tidak mengatakan hal semacam itu. Dan, seandainya dia
melakukannya, maka dia berbuat begitu di bawah tekanan. Dia bingung... atau
ketakutan." "Ya. Itu disebut penyiksaan interogasional, dan cukup efektif. Lebih banyak lagi
alasan mengapa Mr. Solomon pasti mengatakan yang sesungguhnya." Sato bicara
seakan punya pengalaman pribadi dengan teknik ini. "Apakah lelaki itu
menjelaskan mengapa Peter menganggap hanya kau yang bisa membuka portal itu?"
Langdon menggeleng. "Profesor, jika reputasimu benar, kau dan Peter Solomon sama-sama berminat dalam
hal semacam ini - rahasia, esoterika bersejarah, mistisisme, dan sebagainya.
Dalam diskusi-diskusimu bersama Peter, pernahkah dia menyebut sesuatu mengenai
portal rahasia di Washington, DC?"
Langdon hampir tidak percaya dirinya mendapat pertanyaan ini dari seorang
pejabat CIA berpangkat tinggi. "Saya yakin itu. Saya dan Peter membicarakan
beberapa hal yang sangat aneh, tapi percayalah, akan saya minta dia memeriksakan
kepalanya jika menyebut adanya portal rahasia yang tersembunyi di suatu tempat.
Terutama portal menuju Misteri- Misteri Kuno."
Sato mendongak. "Maaf" Lelaki itu mengatakan kepadamu secara spesifik kemana
portal ini menuju?" "Ya, tapi dia tidak perlu melakukannya." Langdon menunjuk ringan itu. "Tangan
Misteri adalah undangan resmi untuk melewati gerbang mistis dan memperoleh
pengetahuan rahasia kuno - kebijakan luar biasa yang dikenal sebagai MisteriMisteri Kuno... atau kebijakan yang hilang selama berabad-abad."
"Jadi, kau sudah pernah mendengar rahasia yang diyakininya tersembunyi di sini?"
"Banyak ahli sejarah pernah mendengarnya."
"Kalau begitu, bagaimana kau bisa bilang portal itu, tidak ada?"
"Dengan segala hormat, Ma'am, kita semua pernah mendengar tentang sumber mata
air awet muda dan Shangrila, tapi itu tidak berarti keduanya benar-benar ada."
Raungan keras radio Anderson mengganggu mereka.
"Chief?" panggil suara di radio.
Anderson menarik radio dari ikat pinggang. "Anderson di sini."
"Pak, kami sudah menyelesaikan pencarian lapangan. Tak ada seorang pun di sini
yang cocok dengan deskripsi itu. Ada perintah lebih lanjut, Pak?"
Anderson melirik Sato sekilas, jelas mengharapkan teguran, tapi tampaknya
Direktur Sato tidak tertarik. Anderson menjauh dari Langdon dan Sato, lalu
bicara pelan di radionya.
Perhatian Sato yang tak tergoyahkan tetap terarah pada Langdon. "Kau bilang,
rahasia yang diyakininya tersembunyi di Washington itu... hanya khayalan?"
Langdon mengangguk. "Sebuah mitos yang sangat kuno. Sesungguhnya, rahasia
Misteri-Misteri Kuno adalah ajaran pra- Kristen. Ribuan tahun usianya."
"Akan tetapi, mitos itu masih beredar?"
"Seperti juga banyak keyakinan yang sama mustahilnya." Langdon sering kali
mengingatkan para mahasiswanya bahwa sebagian besar agama modern menyertakan
cerita- cerita yang bertentangan dengan penyelidikan ilmiah. Semuanya. Mulai dari Musa
membelah Laut Merah... sampai Joseph Smith menggunakan kacamata ajaib untuk
menerjemahkan Kitab Mormon dari serangkaian lempeng emas yang ditemukannya
terkubur di utara New York. Banyaknya orang yang meyakini kebenaran suatu
gagasan, bukanlah bukti validitasnya.
"Aku mengerti. Jadi, apa tepatnya ... Misteri Kuno ini?" Langdon mengembuskan
napas. Kau punya waktu beberapa minggu" "Singkatnya, Misteri Kuno merujuk pada
sekumpulan pengetahuan rahasia yang dikumpulkan dulu sekali. Salah satu aspek
menarik dari pengetahuan ini adalah, konon pengetahuan ini memungkinkan para
praktisinya untuk mengakses kemampuan-kemampuan luar biasa yang terpendam di
dalam benak manusia. Para Praktisi Terlatih yang tercerahkan dan memiliki
pengetahuan ini bersumpah akan menyembunyikan pengetahuan ini dari orang banyak,
karena dianggap terlalu luar biasa dan berbahaya bagi mereka yang belum
diinisiasi," "Berbahaya seperti apa?"
"Informasi itu dijaga kerahasiaannya dengan alasan yang sama seperti kita
menjauhkan korek api dari anak-anak. Di tangan yang benar, api bisa memberikan
penerangan... tapi di tangan yang keliru, api bisa sangat merusak."
Sato melepas kacamata dan mengamati Langdon. "Katakan, Profesor, apakah kau
percaya informasi sehebat itu benar- benar ada?"
Langdon tidak yakin bagaimana menjawabnya. Misteri Kuno selalu menjadi paradoks
terbesar dalam karier akademisnya. Hampir semua tradisi mistis di bumi ini
berpusar pada gagasan mengenai adanya pengetahuan misterius yang mampu memberi
manusia kekuatan mistis yang hampir menyerupai kekuatan Tuhan: tarot dan IChing
memberi manusia kemampuan melihat masa depan; alkimia memberi manusia keabadian
melalui fabel Batu Bertuah; Wicca memungkinkan para praktisi tingkat tingginya
melemparkan kutukan dahsyat. Daftarnya terus berlanjut.
Sebagai akademisi, Langdon tidak bisa mengingkari catatan historis tradisitradisi ini - sekumpulan dokumen, artefak, dan karya seni yang dengan jelas
menyatakan bahwa orang-orang kuno memiliki kebijakan luar biasa yang hanya
dibagikan melaIiii alegori, mitos, dan simbol, untuk memastikan hanya orangorang yang sudah diinisiasi dengan benar yang bisa mengakses kekuatannya.
Tetapi, sebagai orang yang realistis dan skeptis, Landon tetap tidak merasa
yakin. "Katakan saja saya orang yang skeptis," katanya kepada Sato. "Saya belum pernah
melihat sesuatu pun di dunia nyata yang menandakan bahwa Misteri Kuno bukanlah
legenda - sekadar orketipe mitologis yang terus berulang. Tampaknya bagi saya,
jika manusia memang bisa memperoleh kekuatan ajaib, maka akan ada buktinya. Akan
tetapi, sejauh ini, sejarah belum menganugerahi kita dengan manusia berkekuatan
super." Sato menaikkan kedua alisnya. "Itu tidak seluruhnya benar."
Langdon bimbang, menyadari bahwa bagi banyak orang yang religius, preseden untuk
manusia-Tuhan memang ada, yang paling nyata adalah Yesus. "Jelas," katanya,
"banyak orang berpendidikan yang percaya bahwa kebijakan yang menganugerahkan
kekuasaan ini benar-benar ada, tapi saya belum yakin."
"Apakah Peter Solomon salah satu dari orang-orang itu?"
tanya Sato seraya melirik tangan di lantai.
Langdon tidak sanggup melihat tangan itu. "Peter datang dari garis keturunan
keluarga yang selalu bergairah terhadap segala hal yang kuno dan mistis."
"Apakah itu berarti ya?" tanya Sato.
"Saya yakin bahwa, seandainya pun Peter percaya Misterl Kuno itu nyata, dia
tidak percaya hal itu bisa diakses melalui semacam portal yang tersembunyi di
Washington, DC. Dia memahami simbolisme metaforis, yang tampaknya tidak dipahami
oleh penculiknya." Sato mengangguk. "Jadi, kau percaya portal ini adalah metafora?"
"Tentu saja," jawab Langdon. "Bagaimanapun, secara teoretis, itu metafora yang
sangat umum - portal mistis yang harus dilewati seseorang untuk menjadi
tercerahkan. Portal dan ambang pintu adalah bangun-bangun simbolis umum yang
merepresentasikan ritual perlintasan transformatif. Mencari portal secara
harfiah akan seperti mencoba menemukan Gerbang Surga yang sesungguhnya."
Tampaknya Sato merenungkan hal ini sejenak. "Tapi, kedengarannya penculik Mr.
Solomon percaya kau bisa membuka portal sungguhan."
Langdon mengembuskan napas. "Dia melakukan kesalahan yang sama seperti banyak
orang fanatik - mengacaukan metafora dengan kenyataan harfiah." Demikian pula,
para alkemis kuno membanting tulang dengan sia-sia untuk mengubah timah menjadi
emas, tanpa pernah menyadari bahwa timah-menjadi-emas hanyalah sebuah metafora
untuk menggali potensi manusia yang sesungguhnya - yaitu mengubah pikiran tidak
berpengetahuan menjadi pintar dan tercerahkan.
Sato menunjuk tangan itu. "Jika lelaki ini ingin kau menemukan semacam portal
untuknya, mengapa dia tidak bilang saja kepadamu cara menemukannya" Ada apa
dengan semua pertunjukan ini" Mengapa memberimu tangan bertato?"
Langdon sudah mengajukan pertanyaan yang sama kepada dirinya sendiri, dan
jawabannya menggelisahkan. "Wah, tampaknya, lelaki yang sedang kita hadapi ini,
selain tidak stabil secara mental, juga sangat berpendidikan. Tangan ini bukti
bahwa dia sangat mengetahui legenda Misteri dan kode kerahasiaan mereka. Juga
sejarah ruangan ini."
"Aku tidak mengerti."
"Segala perbuatannya malam ini dilakukan persis mengikuti prolokol-protokol
kuno. Menurut tradisi, Tangan Misteri adalah midmigan suci, dan karenanya harus
diberikan di tempat suci." Mata Sato menyipit. "Ini Rotunda - Gedung US.
Capitol, Profesor, bukan semacam kuil suci untak rahasia-rahasia mistis kuno."
"Sesungguhnya, Ma'am," ujar Langdon, "saya mengenal banyak sejarahwan yang tidak
akan setuju dengan Anda."
Sementara itu, di seberang kota, Trish Dunne duduk diterangi kilau layar plasma
di dalam Kubus. Dia menyelesaikan penyiapan spider pencari dan mengetikkan lima
frasa-kunci yang diberikan oleh Katherine kepadanya.
Pasti tidak ada apa-apa. Dengan hanya sedikit perasaan optimistis, dia meluncurkan spider yang seolaholah memulai permainan Go Fish [ Permainan kartu yang mirip dengan cangkulanpenerj.] di seluruh dunia. Dengan kecepatan luar biasa, frasa-frasa itu kini
dibandingkan dengan teks-teks di seluruh dunia... untuk mencari kecocokan
sempurna. Mau tidak mau Trish bertanya-tanya semua ini tentang apa, tapi ia sudah paham
bahwa bekerja bersama keluarga Solomon artinya dia tidak akan pernah bisa
mengetahui seluruh informasi.
BAB 20 Diam-diam Robert Langdon menengok arloji dengan gelisah: 7.58 malam. Wajah
tersenyum Mickey Mouse hanya sedikit menghibumya. Aku harus menemukan Peter.
Kita membuang-buang waktu.
Sejenak Sato, menyingkir untuk menerima telepon, tapi kini dia sudah kembali
kepada Langdon. "Profesor, aku menghalangimu, dari melakukan sesuatu?"
"Tidak, Ma'am," jawab Langdon, seraya memanjangkan lengan baju untuk menutupi
arloji. "Saya hanya sangat mengkhawatirkan Peter."
"Aku bisa mengerti, tapi aku bisa meyakinkanmu bahwa hal terbaik yang bisa kau
lakukan untuk menolong Peter adalah membantuku memahami jalan pikiran
penculiknya." Langdon tidak begitu yakin, tapi dia merasa dirinya tidak akan pergi ke manamana sampai Direktur itu memperoleh informasi yang diinginkannya.
"Beberapa saat yang lalu," ujar Sato, "kau menyatakan bahwa Rotunda ini, entah
bagaimana, suci bagi gagasan Misteri-Misteri Kuno ini?"
"Ya, Maam." "Jelaskan kepadaku."
Langdon tahu, dia harus memilih kata-katanya dengan baik. Dia sudah mengajar
seluruh semester mengenai simbolisme mistis Washington, DC, dan di dalam gedung
ini saja terdapat daftar referensi mistis yang hampir tidak ada habisnya.
Amerika punya masa lalu yang tersembunyi.
Setiap kali Langdon memberi kuliah tentang simbologi Amerika, para mahasiswanya
terkejut ketika mengetahui bahwa tujuan sejati para bapak bangsa mereka sama
sekali tidak berhubungan dengan begitu banyak hal yang kini dinyatakan oleh
begitu banyak politikus. Takdir sesungguhnya Amerika telah hilang dalam sejarah.
Para bapak bangsa pendiri ibu kota ini pertama-tama memberinya nama "Roma".
Mereka menamakan sungainya Tiber dan mendirikan ibu kota klasik dengan banyak
pantheon dan kuil yang kesemuanya dihiasi gambar dewa-dewi terkenal dalam
sejarah - Apollo, Minerva, Venus, Helios, Vulcan, Yupiter. Di tengah-tengahnya,
seperti pada banyak kota klasik besar lain, para pendirinya membangun
penghormatan kekal bagi para leluhur -obelisk Mesir. Obelisk ini, yang bahkan
lebih besar daripada obelisk Kairo atau Alexandria, menjulang 555 kaki (170
meterr) ke angkasa, memiliki lebih dari tiga puluh tingkat, serta menyatakan
terima kasih dan penghormatan kepada bapak bangsa setengah dewa yang menjadi
nama baru ibu kota ini. Washington. Kini, berabad-abad kemudian, walaupun Amerika memisahkan gereja dengan negara,
Rotunda yang disponsori negara ini dilimpahi simbolisme keagamaan kuno. Ada
lebih dari selusin dewa di Rotunda - melebihi Pantheon asli di Roma. Tentu saja
pantheon Roma sudah diubah menjadi Kristen pada tahun 6O9... tapi pantheon yang
ini tidak pernah diubah; sisa- sisa sejarah aslinya masih jelas tampak.
"Seperti yang mungkin kau ketahui," ujar Langdon, "Rotunda dirancang sebagai
penghormatan untuk salah satu kuil mistis paling dipuja di Roma: Kuil Vesta."
"Ada hubungannya dengan perawan Vesta?" Sato tampak ragu kalau para perawan
penjaga api Roma ada hubungannya dengan Gedung U.S. Capitol.
"Kuil Vesta di Roma," jelas Langdon, "berbentuk melingkar, dengan lubang
menganga di lantai sebagai tempat api suci pencerahan yang diawasi oleh kelompok
persaudaraan para perawan yang bertugas menjaga api agar tidak pernah padam."
Sato mengangkat bahu. "Rotunda ini berbentuk lingkaran, tapi tidak kulihat
adanya lubang menganga di lantai ini."
"Tidak, tidak lagi. Tapi, selama bertahun-tahun, bagian tengah ruangan ini dulu
punya lubang besar yang kini persis ditempati oleh tangan Peter." Langdon
menunjuk lantai. "Sesungguhnya Anda masih bisa melihat tanda-tanda di lantai, yang berasal dari
pagar untuk menjaga agar orang-orang tidak jatuh ke dalam lujbang."
"Apa?" protes Sato, seraya meneliti lantai. "Aku tidak pernah mendengar soal
itu." "Tampaknya dia benar." Anderson menunjuk lingkaran tombol-tombol besi yang
dulunya ditempati tiang-tiang. "Saya sudah pernah melihatnya, tapi tak pernah
tahu mengapa semua itu ada di sana."
Kau tidak sendirian, pikir Langdon, seraya membayangkan ribuan orang setiap
hari, termasuk para pembuat undang- undang yang terkenal, melenggang melintasi
bagian tengah Rotunda tanpa mengetahui bahwa dulunya ada kemungkinan mereka
terjatuh ke dalam Capitol Crypt - tingkat yang berada di bawah lantai Rotunda.
"Lubang di lantai," jelas Langdon kepada mereka, "pada akhirnya ditutup. Tapi
untuk waktu yang lama, para pengunjung Rotunda bisa melihat secara langsung api
yang menyala di bawah."
Sato berbalik. "Api" Di U.S. Capitol?"
"Sesungguhnya lebih berupa obor besar - itu api abadi yang menyala di dalam
ruang bawah tanah persis di bawah kita. Seharusnya api itu terlihat melalui
lubang di lantai, menjadikan ruangan ini Kuil Vesta modern. Gedung ini bahkan
punya perawan Vesta-nya sendiri - seorang pegawai federal yang disebut Penjaga
Ruang Bawah Tanah - yang berhasil menjaga nyala api selama lima puluh tahun,
sampai politik, agama, dan kerusakan akibat asap memadamkan gagasan itu."
Anderson dan Sato tampak sama-sama terkejut.
Saat ini, Satu-satunya pengingat bahwa api pernah menyala di sini adalah kompas
bintang bersudut empat yang ditanamkan di lantai ruang bawah tanah, satu tingkat
di bawah mereka - simbol api abadi Amerika, yang pernah memberikan penerangan ke
empat penjuru Dunia Baru.
"Jadi, Profesor," ujar Sato, "menurutmu, lelaki yang meninggalkan tangan Peter
di sini mengetahui semua ini?"
"Sudah jelas. Dan jauh, jauh lebih banyak lagi. Di seluruh ruangan ini terdapat
simbol-simbol yang mencerminkan keyakinan terhadap Misteri Kuno."
"Kebijakan Rahasia," kata Sato, dengan sarkasme dalam suaranya. "Pengetahuan
yang memungkinkan manusia memperoleh kekuatan seperti Tuhan?"
" Ya, Ma'am. " "Itu tidak cocok dengan landasan-landasan Kristen negara ini."
"Begitulah tampaknya. Tapi itu benar. Perubahan manusia menjadi Tuhan ini
disebut apotheosis. Tak peduli kau menyadarinya atau tidak, tema ini - perubahan
manusia menjadi Tuhan - adalah elemen inti dalam simbolisme Rotunda ini."
"Apotheosis?" Anderson berbalik dengan pandangan terkejut karena mengenali
istilah itu. "Ya." Anderson bekerja di sini. Dia tahu. "Kata apotheosis secara harafiah
berarti 'perubahan yang bersifat ketuhanan' - dari manusia menjadi Tuhan.
Berasal dari kata Yunani kuno: apo - 'menjadi', theos - 'tuhan' atau'dewa'."
Anderson tampak takjub. "Apotheosis berarti'menjadi Tuhan" Saya sama sekali
tidak tahu." "Ada hal yang belum kuketahui?" tuntut Sato.
"Ma'am," ujar Langdon, "lukisan terbesar di dalam gedung ini berjudul The
Apotheosis of Washington. Dan jelas menggambarkan George Washington sedang
ditransformasikan menjadi dewa."
Sato tampak ragu. "Aku belum pernah melihat hal semacam itu."


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sesungguhnya, saya yakin Anda pernah melihatnya." Langdon mengacungkan jari
telunjuknya, menunjuk ke atas.
"Tepat di atas kepala Anda."
BAB 21 The Apotheosis of Washington - lukisan dinding seluas 433 meter persegi yang
menutupi kanopi Rotunda Capitol - diselesaikan pada 1865 oleh Constantino
Brumidi. Dikenal sebagai "Michelangelo-nya Capitol", Brumidi menorehkan namanya di
Rotunda Capitol sama seperti Michelangelo di Kapel Sistine, yaitu dengan membuat
lukisan dinding pada kanvas tertinggi di ruangan - pada langit-langit. Seperti
Michelangelo, Brumidi pernah menciptakan beberapa karya terbaiknya di Vatikan.
Akan tetapi, Brumidi berimigrasi ke Amerika pada 1852, meninggalkan kuil Tuhan
terbesar demi kuil baru, U.S. Capitol, yang kini berkilau dengan contoh- contoh
keahliannya - mulai dari trompe l'oeil (Lukisan yang sangat realistis dan
mendetail seperti foto-penerj.) di Koridor- Koridor Brumidi sampai langit-langit
dengan pinggiran berukir di Ruang Wakil Presiden. Tetapi, gambar raksasa yang
menggantung di atas Rotunda Capitol-lah yang dianggap oleh sebagian besar
sejarahwan sebagai mahakarya Brumidi.
Robert Langdon mendongak memandangi lukisan dinding besar yang menutupi langitlangit itu. Biasanya dia menikmati reaksi terkejut para mahasiswanya ketika
melihat gambar aneh pada lukisan dinding ini, tapi saat ini dia hanya merasa
terperangkap dalam mimpi buruk yang belum dia pahami.
Direktur Sato berdiri di sebelahnya dengan kedua tangan di pinggang, mengernyit
memandang langit-langit. Langdon merasa bahwa perempuan itu mengalami reaksi
yang sama seperti yang dialami oleh banyak orang lain ketika mereka pertama
kalinya berhenti untuk meneliti lukisan yang terletak di pusat bangsa mereka.
Kebingungan total. Dia tidak sendirian, pikir Langdon. Bagi kebanyakan orang, The Apotheosis of
Washington menjadi semakin aneh ketika mereka semakin lama memandanginya. "Itu
George Washington di panel tengah," ujar Langdon, seraya menunjuk 55 meter ke
atas, ke tengah kubah. "Seperti yang bisa kau lihat, dia berjubah putih,
diiringi tiga belas perawan, dan terangkat di atas awan di atas manusia fana.
Ini momen apotheosis-nya... perubahannya menjadi dewa."
Sato dan Anderson diam saja.
" Di dekatnya," lanjut Langdon, "kaubisa melihat serangkaian gambar anakronistis
aneh: dewa-dewa kuno memberikan pengetahuan maju kepada para bapak bangsa kita.
Ada Minerva yang memberikan inspirasi teknologi kepada para penemu terbesar
bangsa kita - Ben Franklin, Robert Fulton, Samuel Morse." Langdon menunjuk
mereka satu per satu. "Dan di sana ada Vulcan yang membantu kita membangun mesin
uap. Di samping mereka ada Neptunus yang sedang menunjukkan cara meletakkan
kabel transatlantik. Di sampingnya ada Ceres, dewi biji-bijian yang merupakan
akar kata cereal; dia duduk di atas mesin pemanen McCormick, terobosan-baru
pertanian yang memungkinkan negara ini menjadi pemimpin dunia dalam produksi
makanan. Lukisannya secara terang-terangan menggambarkan para bapak bangsa kita
sedang menerima kebijakan agung dari dewa-dewa." Langdon menundukkan pandangan,
kini memandang Sato. "Pengetahuan adalah kekuatan, dan pengetahuan yang tepat
memungkinkan manusia melakukan tugas-tugas ajaib, hampir menyerupai dewa." Sato
menurunkan pandangan, kembali pada Langdon seraya mengggosok-gosok leher.
"Meletakkan kabel telepon tidak bisa dikatakan menjadi dewa."
"Mungkin bagi manusia modern," jawab Langdon. "Tapi jika George Washington tahu
kita telah menjadi bangsa yang punya kokuatan untuk bicara melintasi lautan,
terbang dengan kecepatan suara, dan menapaki bulan, dia akan berasumsi bahwa
kita telah menjadi dewa, mampu melakukan tugas- tugas ajaib." Dia terdiam.
"Dalam kata-kata futuris Arthur C. Clarke, "Teknologi apa pun yang cukup maju
tidak bisa dibedakan dengan sihir."
Sato mengerutkan bibir, tampak berpikir serius. Dia melirik tangan itu, lalu
mengikuti arah telunjuknya yang teracung dalam kubah. "Profesor, kau diberi
tahu, 'Peter akan menunjukk jalan.' Benarkah itu?"
"Ya, Ma'am, tapi-"
"Chief," panggil Sato, seraya berbalik dari Langdon, "kita bisa melihat lukisan
itu lebih dekat?" Anderson mengangguk. "Ada panggung di sekitar interior kubah."
Langdon memandang pagar mungil yang berada jauh, jauh di atas, dan terlihat
persis di bawah lukisan. Dia merasakan tubuhnya menegang. "Tidak perlu naik ke
atas sana. "Dia pernah menaiki panggung yang jarang dikunjungi itu, sebagai tamu
senator AS dan istrinya, dan dia nyaris pingsan akibat ketinggian yang
memusingkan dan tempat menapak yang membahayakan.
"Tidak perlu?" desak Sato. "Profesor, kita berhadapan dengan lelaki yang percaya
bahwa ruangan ini berisi portal yang berpotensi menjadikannya sebagai dewa; kita
punya lukisan dinding di langit-langit yang menyimbolkan perubahan dari manusia
menjadi dewa; dan kita punya tangan yang teracung lurus pada lukisan itu.
Tampaknya semuanya mendesak kita menuju atas."
"Sesungguhnya," sela Anderson seraya melirik ke atas, "tidak banyak orang yang
tahu, tapi memang ada sebuah peti heksagonal di dalam kubah yang benar-benar
bisa terayun membuka seperti portal, dan kalian bisa mengintip ke bawah
melaluinya dan-" "Tunggu sebentar," sela Langdon, "kau salah mengerti. Portal yang dicari lelaki
ini adalah portal figuratif - gerbang yang tidak ada. Ketika dia bilang, 'Peter
akan menunjukkan jalan,' dia bicara secara metaforis. Isyarat tangan-teracung
ini - dengan telunjuk dan jempol teracung ke atas - adalah simbol Misteri Kuno
yang terkenal, dan muncul di seluruh dunia dalam seni kuno. Isyarat yang sama
ini muncul dalam tiga dari mahakarya penuh rahasia Leonardo da Vinci yang paling
terkenal - The Last Supper, Adoration of the Magi, dan Saint John the Baptist.
Ini simbol hubungan mistis manusia dengan Tuhan." Seperti yang di atas, demikian
juga yang di bawah. Kini, pemilihan kata-kata aneh lelaki gila ini mulai terasa
lebih relevan. "Aku belum pernah melihat simbol seperti itu," ujar Sato.
Kalau begitu, tontonlah ESPN, pikir Langdon, yang selalu geli melihat atletatlet profesional menunjuk ke langit sebagai ucapan syukur kepada Tuhan setelah
melakukan touchdown atau home run.Ia bertanya-tanya, seberapa banyak yang tahu
kalau mereka sedang melanjutkan tradisi mistis pra-Kristen dengan mengakui
kekuatan mistis di atas yang, untuk waktu yang singkat, telah mengubah mereka
menjadi dewa yang mampu melakukan tindakan-tindakan ajaib.
"Jika ini bisa membantu," ujar Langdon, "tangan Peter bukanlah tangan pertama
yang muncul di Rotunda ini." Sato mengawasinya seakan Langdon sudah gila.
"Maaf?" Langdon menunjuk BlackBerry Sato. "Coba google 'George Washington Zeus'."
Sato tampak ragu, tapi mulai mengetik. Anderson beringsut lebih dekat, mengintip
lewat bahu Sato dengan serius.
Langdon berkata, "Rotunda ini pernah didominasi oleh lukisan besar George
Washington bertelanjang dada... digambarkon sebagai dewa. Dia duduk dengan pose
yang persis sama seperti Zeus di Pantheon, dengan dada telanjang, tangan kiri
memegang pedang, tangan kanan terangkat dengan jempol dan telunjuk teracung."
Tampaknya Sato sudah menemukan gambar online-nya, ketika Anderson menatap
BlackBerry Sato dengan terkejut.
"Tunggu, itu George Washington?"
"Ya," jawab Langdon. "Digambarkan sebagai Zeus."
"Lihat tangannya," kata Anderson, yang masih mengintip lewat bahu Sato. "Tangan
kanannya berada dalam posisi yang sama persis seperti tangan Mr. Solomon. "
Seperti yang kubilang, pikir Langdon, tangan Peter bukan tangan pertama yang
muncul di ruangan ini. Ketika patung George Washington telanjang karya Horatio
Greenough pertarna kali ditampilkan di Rotunda, banyak orang bergurau bahwa
Washington agaknya menjangkau ke langit dalam usaha mati-matian mencari pakaian.
Tetapi, ketika gagasan- gagasan keagamaan Amerika berubah, kritik main-main itu
berubah menjadi kontroversi, dan patung itu dipindahkan, disingkirkan ke sebuah
gudang di kebun timur. Saat ini, patung itu ditampung di National Museum of
American History milik Smithsonian. Di sana, mereka yang melihat patung itu
tidak punya alasan untuk curiga bahwa itulah salah satu sisa kaitan terakhir
bangsa Amerika dengan masa ketika bapak negara melindungi U.S. Capitol sebagai
dewa seperti Zeus melindungi Pantheon.
Sato mulai menekan nomor telepon di BlackBerry-nya, tampaknya melihat ini
sebagai peluang untuk mengecek pekerjaan stafnya. "Apa yang kau dapat?" Dia
mendengarkan dengan, sabar. "Aku mengerti." Dia langsung melirik Langdon, lalu
tangan Peter. "Kau yakin?" Dia mendengarkan sedikit lebih lama lagi. "Oke,
terima kasih." Dia menutup telepon dan berbalik kembali kepada Langdon. "Stafku
melakukan riset dan, mengonfirmasi keberadaan apa yang kau sebut sebagai Tangan
Misteri, menegaskan segala perkataanmu: lima tanda di ujung jari-bintang,
matahari, kunci, mahkota, dan lentera - dan fakta bahwa tangan ini berfungsi
sebagai undangan kuno untuk mempelajari kebijakan rahasia."
"Aku senang," ujar Langdon.
"Jangan," jawab Sato singkat. "Tampaknya kita kini menghadapi jalan buntu,
sampai kau menceritakan apa pun yang masih belum kau ceritakan kepadaku."
"Ma'am?" Sato melangkah menghampiri, Langdon. "Kita kembali ke awal, Profesor. Segala
yang kau ceritakan bisa kupelajari dari stafku sendiri. Karena itu, aku akan
bertanya sekali lagi. Mengapa kau dibawa ke sini malam ini" Apa yang membuatmu
begitu istimewa" Hal apa yang hanya diketahui dirimu?"
"Kita sudah pernah membahasnya," jawab Langdon berang.
"Aku sama sekali tidak tahu mengapa lelaki ini mengira aku mengetahui
segalanya!" Langdon agak tergoda untuk mendesak bagaimana Sato bisa tahu kalau dia berada di
Capitol malam ini, tapi mereka juga sudah membahasnya. Sato tidak akan bicara.
"Jika aku tahu langkah berikutnya," kata Langdon kepada Sato, "akan kukatakan
kepadamu. Tapi aku tidak tahu. Menurut tradisi, Tangan Misteri diberikan seorang
guru kepada seorang murid. Lalu, tak lama kemudian, tangan itu diikuti oleh
serangkaian instruksi... petunjuk-petunjuk ke sebuah kuil, nama master yang akan
mengajarimu - sesuatu. Tapi yang ditinggalkan lelaki ini untuk kita hanyalah
lima tato - hampir tidak-" Mendadak Langdon terdiam.
Sato mengawasinya. "Ada apa?"
Mata Langdon terarah kembali pada tangan itu. Lima tato. Kini dia menyadari
bahwa perkataannya mungkin tidak seluruhnya benar.
"Profesor?" desak Sato.
Langdon beringsut menuju benda mengerikan itu. Peter akan menunjukkan jalan.
"Tadi terpikir olehku, mungkin lelaki ini meninggalkan sebuah benda yang
tergenggam dalam telapak tangan Peter - peta, atau surat, atau serangkaian
petunjuk." "Tidak," kata Anderson. "Seperti yang kau lihat, ketiga jari tidak mengepal
erat." "Kau benar," ujar Langdon. "Tapi terpikir olehku...." Kini dia berjongkok,
mencoba melihat melalui bagian bawah jari-jari itu ke tapak tangan Peter yang
tersembunyi. "Mungkin tidak ditulis di atas kertas. "
"Ditatokan?" tanya Anderson. Langdon mengangguk.
"Kau melihat sesuatu di telapak tangan itu?" tanya Sato. Langdon berjongkok
lebih rendah, mencoba mengintip ke bawah jari-jari yang mengepal longgar itu.
"Mustahil dilihat dari sudut ini. Aku tidak bisa-"
"Astaga," ujar Sato, seraya berjalan menghampiri. "Buka saja benda keparat itu!"
Anderson melangkah ke depan Sato. "Ma'am! Kita seharusnya menunggu tim forensik
sebelum menyentuh-" "Aku ingin jawaban," ujar Sato seraya berjalan melewatt Anderson. Dia
berjongkok, menyingkirkan Langdon dari tangan itu.
Langdon berdiri dan menyaksikan dengan tidak percaya ketika Sato mengeluarkan
pena dari saku, menyelipkannya dengan hati-hati ke bawah tiga jari mengepal itu.
Lalu, satu per satu, dia membuka setiap jari ke atas sampai tangan itu benarbenar terbuka seluruhnya, dengan telapak tangan terlihat jelas.
Sato mendongak memandang Langdon, dan senyum tipisnya terkembang di wajahnya.
"Sekali lagi kau benar, Profesor."
BAB 22 Katherine Salomon mondar-mandir di perpustakaan, menarik jubah labnya dan
menengok arloji. Dia bukan perempuan yang terbiasa menunggu, tapi saat ini dia
merasa dunianya sepertinya berhenti. Dia sedang menunggu hasil spider pencari
Trish, dia sedang menunggu kabar dari kakak laki-lakinya, dan dia juga sedang
menunggu telepon dari lelaki yang bertanggung jawab atas seluruh situasi
mencemaskan ini. Seandainya saja lelaki itu tidak menceritakannya kepadaku, pikirnya. Biasanya,
Katherine sangat berhati-hati dengan kenalan baru. Dan, walaupun dia baru
berjumpa dengan lelaki itu untuk pertama kalinya siang ini, dalam hitungan
menit, lelaki itu sudah mendapatkan kepercayaannya. Sepenuhnya. Telepon dari
lelaki itu muncul siang ini, ketika Katherine sedang berada di rumah, seperti
biasa menikmati kesenangan Minggu siangnya dengan membaca jurnal- jurnal ilmiah
selama seminggu. "Miss. Solomon?" kata sebuah suara yang luar biasa ringan.
"Nama saya Dr. Christopher Abaddon. Saya berharap bisa bicara sejenak dengan
Anda mengenai kakak Anda."
"Maaf, siapa ini?" desak Katherine. Dan bagaimana caramu mendapatkan nomor
ponsel pribadiku?" "Dr. Christopher Abaddon?" Katherine tidak mengenal nama itu.
Lelaki itu berdeham, seakan situasinya baru saja berubah canggung. "Saya minta
maaf, Miss. Solomon. Saya mendapat kesan kakak Anda sudah bercerita tentang
saya. Saya dokternya. Nomor ponsel Anda terdaftar sebagai kontak daruratnya."
Jantung Katherine terlonjak. Kontak darurat" "Ada masalah?"
"Tidak... menurut saya tidak," ujar lelaki itu, "Kakak Anda melewatkan
perjanjian bertemu pagi ini, dan saya tidak bisa menghubunginya di semua nomor
teleponnya. Dia tidak pernah lewatkan perjanjian bertemu tanpa menelepon
sebelumnya, saya hanya sedikit khawatir. Saya ragu menelepon Anda, tap-"
"Tidak apa-apa, sama sekali tidak apa-apa, saya menghargai kekhawatiran Anda."
Katherine masih berusaha mengingat nama dokter itu. "Saya belum bicara dengan
kakak saya semenjak marin pagi, tapi dia mungkin lupa menyalakan ponsel."
Katherine baru saja memberi Peter iPhone baru, dan kakaknya itu masib belum
punya waktu untuk mempelajari cara penggunaannya. , "Anda bilang Anda dokternya?" tanya Katherine. Apakah Peter menderita suatu penyakit yang
dirahasiakannya dariku" Muncul keheningan yang terasa berat. "Saya benar-benar
minta maaf, tapi jelas saya baru saja melakukan kesalahan profesional yang agak
serius dengan menelepon Anda. Menurut Peter, Anda, mengetahui kunjungankunjungannya menemui saya, tapi kini saya tahu tidak demikian kenyataannya."
Kakakku berbohong kepada dokternya" Kekhawatiran Katherine kini semakin
bertambah. "Dia sakit?"
"Maaf, Misss. Solomon, kerahasiaan dokter-pasien membuat saya tidak bisa
membahas kondisi kakak Anda, dan saya sudah berkata terlalu banyak dengan
mengakui bahwa dia pasien saya. Saya hendak menutup telepon sekarang, tapi
seandainya Anda mendengar darinya hari ini, tolong minta dia menelepon saya,
sehingga saya tahu dia baik-baik saja."
"Tunggu!" ujar Katherine. "Harap katakan ada apa dengan Peter!"
Dr. Abaddon mengembuskan napas, kedengarannya tidak suka dengan kesalahannya.
"Miss. Solomon, saya bisa mengerti kalau Anda cemas, dan saya tidak menyalahkan
Anda. Saya yakin kakak anda baik-baik saja. Dia baru saja ke kantor saya
kemarin." "Kemarin" Dan dia dijadwalkan lagi hari ini" Kedengarannya mendesak."
Laki-laki itu mendesah. "Saya sarankan agar kita memberinya waktu lagi sebelum
kita-" "aoya akan datang ke kantor Anda sekarang," ujar Katherine, seraya berjalan ke
pintu. "Di mana kantor Anda?" Hening.
"Dr. Christopher Abaddon?" panggil Katherine. " Saya bisa mencari sendiri alamat
Anda, atau Anda bisa memberikannya saja kepada saya. Bagaimanapun, saya akan ke
sana." Dokter itu terdiam. "Jika saya bertemu dengan Anda, Miss. Solomon, maukah Anda
berbaik hati dengan tidak berkata apapun kepada kakak Anda sampai saya punya
kesempatan menjelaskan kesalahan saya?"
"Baiklah." "Terima kasih. Kantor saya di Kalorama Heijhts." Lelaki itu memberi Katherine
sebuah alamat. Dua puluh menit kemudian, Katherine Solomon melintasi jalan-jalan anggun di
Kalorama Heights. Dia sudah menelepon semua nomor telepon kakaknya tanpa
mendapat jawaban. Dia ridak terlalu mencernaskan di mana kakaknya berada, tapi
berita bahwa Peter diam-diam menemui seorang dokter... menggelisahkannya.
Ketika akhirnya Katherine menemukan alamatnya, dia menatap bangunan itu dengan
bingung. Ini kantor dokter"
Rumah mewah di hadapannya punya pagar pengaman dari besi-tempa, kamera-kamera
elektronik, dan kebun yang subur. Ketika Katherine memperlambat mobil untuk
mengecek-ulang alamat, salah satu kamera keamanan berputar ke arahnya, dan pintu
gerbang mengayun terbuka. Katherine menyetir memasuki jalanan mobil, lalu parkir


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di sebelah garasi untuk enam mobil dan sebuah limo panjang.
Kesatria Baju Putih 12 Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda Dendam Sejagad 6

Cari Blog Ini