Ceritasilat Novel Online

Simbol Yang Hilang 5

Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown Bagian 5


yang dia lewati. Tetaplah merapat pada dinding. Kau harus menyelinap melewati
lelaki itu, sebelum ia memojokkanmu. Di tangan kanannya, Katherine masih
menggenggam ponsel, siap untuk melemparkannya seperti proyektil jika perlu.
Katherine benar-benar tidak siap mendengar suara yang kemudian didengarnya gemeresik nyaring pakaian persis dihadapan-nya... menempel di dinding. Dia
terpaku, diam tak bergerak, dan berhenti bernapas. Bagaimana mungkin dia sudah
merapat pada dinding" Dia merasakan embusan lemah udara, disertai bau tajam
etanol. Dia menyusuri dinding ke arahku!
Katherine mundur beberapa langkah. Lalu, setelah diam- diam berputar 180
derajat, dia mulai bergerak cepat, menyusuri dinding ke arah yang berlawanan.
Dia sudah bergerak sekitar enam meter ketika hal yang mustahil terjadi. Sekali
lagi, persis di depannya, di dekat dinding, dia mendengar suara gemeresik
pakaian. Lalu, muncul embusan udara yang sama dan bau etanol. Katherine Solomon
terpaku di tempat. Astaga, dia ada di mana-mana!
Dengan bertelanjang dada, Mal'akh menatap ke dalam kegelapan.
Bau etanol di lengan bajunya telah terbukti menghalangi, jadi dia harus
mengubahnya menjadi aset. Dia melepas kemeja dan jaketnya, dan menggunakan
keduanya untuk membantu memojokkan mangsa. Ketika melempar jaket ke dinding di
sebelah kanan dia mendengar Katherine langsung berhenti dan berubah arah. Kini,
setelah melempar kemeja ke sebelah kiri, Mal'akh mendengar perempuan itu kembali
berhenti. Secara efektif, dia telah memojokkan Katherine di dinding dengan
menetapkan titik-titik yang tidak mungkin berani dilewati oleh perempuan itu.
Kini Mal'akh menunggu, pendengarannya ditajamkan dalam keheningan. Dia hanya
punya satu arah untuk bergerak - langsung ke arahku. Walaupun begitu, Mal'akh
tidak mendengar apa-apa. Entah Katherine lumpuh ketakutan, atau dia telah
memutuskan untuk berdiri diam dan menunggu bantuan memasuki Bangsal 5. Yang mana
pun itu, dia kalah. Tak seorang pun akan bisa segera memasuki Bangsal 5; Mal'akh
sudah merusak papan-kunci luar dengan teknik yang sangat kasar, tapi sangat
efektif. Setelah menggunakan kartu- kunci Trish, dia memasukkan uang receh ke
dalam lubang kartu-kunci untuk mencegah penggunaan kartu-kunci tanpa membongkar
terlebih dahulu seluruh mekanismenya. Kau dan aku sendirian, Katherine...
seberapa lama pun waktu yang diperlukan.
Diam-diam Mal'akh beringsut maju, mendengarkan suara gerakan apa pun. Katherine
Solomon akan mati malam ini dalam kegelapan museum kakaknya. Akhir yang puitis.
Mal'akh ingin sekali mengabarkan berita kematian Katherine kepada kakaknya.
Kesedihan lelaki tua itu akan menjadi pembalasan yang telah lama dinantikannya.
Mendadak, dalam kegelapan, dan yang sangat mengejutkan Mal'akh, dia melihat
kilau mungil di kejauhan dan menyadari bahwa Katherine baru saja melakukan
kesalahan yang mematikan. Dia menelepon bantuan"! Layar elektronik yang baru
saja menyala itu melayang setinggi pinggang, sekitar dua puluh meter di depan,
bagaikan mercusuar yang bersinar di atas lautan hitam luas. Tadinya Mal'akh siap
menunggu Katherine keluar, tapi kini dia tidak perlu melakukannya.
Mal'akh langsung bergerak, berpacu menuju cahaya yang melayang-layang.. Dia
tahu, dia harus tiba sebelum Katherine mengakhiri telepon minta bantuannya.
Mal'akh sudah berada di sana dalam hitungan detik, dan dia menerjang dengan
sepasang lengan terjulur di kedua sisi ponsel berkilau Katherine, siap menerkam
perempuan itu. Jari-jari Mal'akh menghantam dinding padat, membengkok ke belakang dan nyaris
patah. Selanjutnya, kepalanya meluncur membentur balok besi. Dia berteriak
kesakitan ketika jatuh dan meringkuk di samping dinding. Seraya menyumpah dia
kembali berdiri, mengangkat tubuhnya di samping penyangga horisontal setinggi
pinggang - tempat Katherine Solomon dengan cerdiknya meletakkan ponselnya yang
terbuka. Kalherine kembali berlari, kali ini tanpa mempedulikan suara yang ditimbulkan
oleh tangannya - yang berguncang-guncang berirama menyusuri tiang-tiang logam
Bangsal 5 yang berjarak teratur. Lari! Katherine tahu, jika dia mengikuti
dinding di sepanjang bangsal, cepat atau lambat dia akan menemukan pintu keluar.
Di mana gerangan penjaga itu"
Jarak teratur tiang-tiang itu berlanjut ketika Katherine berlari dengan tangan
kiri di dinding-samping dan tangan kanan terjulur ke depan untuk melindungi.
Kapan aku tiba di pojok" Dinding-samping itu tampak terus berlanjut, tapi
mendadak irama tiang-tiang itu terpecahkan. Tangan kirinya menumbuk ruang kosong
selama beberapa langkah panjang, lalu tiang-tiang itu kembali berlanjut.
Katherine langsung berhenti dan mundur, meraba-raba jalannya melintasi panel
logam halus itu. Mengapa tidak ada tiang-tiang di sini"
Dia bisa mendengar penyerangnya kini terhuyung-huyung mengejarnya dengan
berisik, meraba-raba jalan menyusuri dinding ke arahnya. Walaupun demikian, ada
suara lain yang lebih menakutkan Katherine - suara pukulan berirama di kejauhan,
berasal dari penjaga keamanan yang memukul- mukulkan senter pada pintu Bangsal
5. Penjaga tidak bisa masuk"
Walaupun pikiran itu menakutkan, lokasi pukulan penjaga itu - secara diagonal di
sebelah kanan - langsung mengarahkan Katherine. Kini dia bisa membayangkan di
mana dia berada di dalam Bangsal 5. Kilas penglihatan itu datang dengan membawa
kesadaran yang tak terduga. Kini dia tahu, apa panel datar pada dinding ini.
Setiap bangsal dilengkapi area spesimen - dinding rak yang bisa digerakkan untuk
mengangkut spesimen-spesimen berukuran besar masuk dan keluar bangsal. Seperti
area spesimen dalam hanggar pesawat, pintu ini berukuran raksasa, dan dalam
mimpi terliarnya, Katherine tidak pernah membayangkan dirinya perlu membukanya.
Akan tetapi, saat ini tampaknya itu satu-satunya harapan. Apakah pintu itu
bahkan bisa dioperasikan"
Katherine meraba-raba dalam kegelapan, mencari pintu area spesimen, sampai
menemukan pegangan logam besar. Dia menemukannya, lalu melemparkan seluruh bobot
tubuhnya ke belakang, mencova membuka pintu itu. Tak terjadi apa-apa. Dia
mencoba lagi. Pintunya tidak bergerak.
Dia bisa mendengar penyerangnya kini semakin mendekat dengan cepat, dituntun
suara-suara upaya Katherine. Pintu area spesimen itu terkunci! Dengan panik, dia
menelusurkan kedua tangannya ke seluruh pintu, meraba-raba permukaannya, mencari
gerendel atau tuas. Mendadak dia meraba sesuatu yang terasa seperti tongkat yang
berdiri vertikal. Dia menelusurinya ke bawah, sampai ke lantai, lalu dia
berjongkok, dan bisa merasakan tiang itu disisipkan ke dalam lubang pada semen.
Pasak pengaman! Dia berdiri, meraih pasak itu, dan, dengan menggunakan kedua
kakinya, mengangkat dan mengeluarkannya dari lubang.
Lelaki itu hampir tiba! Katherine kini meraba-raba mencari pegangan pintu, menemukannya kembali, dan
menariknya ke belakang sekuat tenaga. Panel besar itu tampak nyaris tak
bergerak, tapi sepotong cahaya bulan kini menembus Bangsal 5. Katherine kembali
menarik pintu. Berkas cahaya dari luar gedung menjadi semakin lebar. Sedikit
lagi! Dia menarik pintu untuk terakhir kalinya, merasakan penyerangnya kini
hanya berjarak beberapa puluh sentimeter.
Katherine melompat ke arah cahaya, meliuk-liukkan tubuh rampingnya melewati
lubang. Sebuah tangan muncul dari kegelapan, mencakarnya, mencoba menariknya
kembali ke dalam. Katherine menarik tubuhnya melewati lubang, dikejar tangan
telanjang besar yang ditutupi tato berupa sisik-sisik. Lengan mengerikan itu
menggeliat-geliat bagaikan ular marah, mencoba menangkapnya.
Katherine berbalik dan lari menyusuri dinding luar Bangsal 5 yang panjang dan
pucat. Batu-batu longgar di dalam petak yang mengelilingi SMSC menembus kaki
berstokingnya ketika dia berlari. Tapi dia terus berlari menuju gerbang utama.
Malam itu gelap gulita. Tapi, dengan pupil mata membesar penuh akibat kegelapan
total Bangsal5, Katherine bisa melihat dengan sempurna - rasanya nyaris seperti
siang hari. Dibelakangnya, pintu tebal area spesimen terbuka dan dia mendengar
langkah-langkah kaki berat yang semakin cepat mengejarnya di sepanjang sisi
gedung. Langkah-langkah kaki itu terdengar luar biasa cepat.
Aku tidak akan bisa mengalahkannya sampai ke pintu masuk utama.
Katherine tahu, Volvonya lebih dekat, tapi itu pun masih terlalu jauh. Aku tidak
akan berhasil. Lalu Katherine sadar bahwa dirinya masih punya kartu terakhir untuk dimainkan.
Ketika mendekati pojok Bangsal 5, dia bisa mendengar langkah-langkah kaki lelaki
itu dengan cepat mengalahkannya dalam gelapan. Sekarang atau sama sekali tidak.
Katherine tidak berbelok, tapi mendadak memotong drastis ke sebelah kiri,
menjauhi gedung menuju reramputan. Ketika melakukannya, dia memejamkan mata
rapat-rapat, meletakkan kedua tangan di wajah, dan mulai berlari membabi buta
melintasi pekarangan. Lampu-lampu pengaman yang diaktifkan oleh gerakan menyala terang di sekeliling
Bangsal 5, langsung mengubah malam menjadi siang. Katherine mendengar teriakan
kesakitan di belakangnya ketika lampu-lampu sorot cemerlang itu menyerang pupil
mata membesar penyerangnya dengan kekuatan lebih dari dua puluh lima juta
kandela. Dia bisa mendengar lelaki itu terhuyung-huyung di atas batu-batu
longgar. Katherine tetap memejamkan mata rapat-rapat, memercayai dirinya sendiri di atas
pekarangan terbuka. Ketika merasa sudah cukup jauh dari gedung dan lampu-lampu
itu, dia membuka mata, membetulkan arah, dan lari sekencang mungkin melintasi
gelapan. Kunci Volvonya berada tepat di tempat dia selalu meninggalkannya, di panel
tengah dasbor. Dengan terengah- engah, dia raih kunci itu dengan sepasang tangan
gemetaran, lalu menyalakan mesin. Mesin meraung hidup, dan lampu- lampu depan
menyala, menerangi pemandangan yang mengerikan.
Sesosok menyeramkan berpacu menghampirinya. Sejenak Katherine terpaku.
Makhluk yang tersorot lampu-lampu depan mobilnya adalah hewan botak berdada
telanjang, dengan kulit tertutup tato sisik-sisik, simbol-simbol, dan tulisan.
Dia meraung ketika berlari memasuki sorot cahaya, lalu mengangkat kedua
tangannya menutupi mata, bagaikan makhluk buas penghuni gua yang melihat cahaya
matahari untuk pertama kalinya. Katherine meraih persneling, tapi mendadak
makhluk itu ada di sana, menghunjamkan siku lewat jendela samping, mengirimkan
hujan pecahan kaca-pengaman ke atas pangkuan Katherine.
Sebuah lengan besar yang tertutup sisik menerobos jendela, meraba-raba setengah
buta, menemukan leher Katherine. Perempuan itu memundurkan mobil, tapi
penyerangnya sudah mencengkerak lehernya, lalu meremasnya dengan kekuatan yang
tak terbayangkan. Katherine menolehkan kepala dalam upaya meloloskan diri dari
cengkeraman, dan mendadak dia menatap wajah lelaki itu. Tiga goresan memanjang
warna gelap, seperti goresan kuku, merobek make-up wajahnya dan mengungkapkan
tato- tato di baliknya. Mata lelaki itu liar dan kejam.
"Seharusnya aku membunuhmu sepuluh tahun yang lalu,"
geramnya. "Di malam aku membunuh ibumu."
Ketika kata-kata lelaki itu dipahaminya, Katherine dikuasai oleh ingatan
mengerikan: pandangan liar di mata lelaki itu - dia pernah melihatnya. Itu dia.
Katherine pasti akan berteriak seandainya tidak ada cengkeraman kencang di
lehernya. Dia menjejakkan kaki pada pedal gas, dan mobil meluncur mundur, hampir
mematahkan lehernya ketika lelaki itu terseret di samping mobil. Volvo itu
miring menaiki pembatas menonjol, Katherine bisa merasakan lehernya hendak
menyerah pada cekikan bobot lelaki itu. Mendadak cabang- cabang pohon menggores
bagian samping mobil, menampar jendela-jendela samping, lalu bobot itu lenyap.
Mobil melesat melewati tumbuh-tumbuhan hijau, memasuki tempat parkir bagian
atas, dan Katherine menginjak pedal rem. Di bawah sana, lelaki setengah
telanjang itu terhuyung- huyung berdiri, menatap lampu-lampu depan mobil Dengan
ketenangan yang mengerikan, dia mengangkat sebelah lengan berlapis-sisik yang
mengancam dan menunjuk langsung Katherine.
Darah Katherine dialiri ketakutan dan kebencian yang teramat sangat ketika dia
memutar mobil dan menginjak pedal gas. Beberapa detik kemudian, dia mengemudikan
mobil berkelak-kelok memasuki Silver Hill Road.
BAB 48 Dalam kepanikan sesaat, petugas polisi Capitol Nunez tidak melihat pilihan lain
kecuali membantu arsitek Capitol dan Robert Langdon melarikan diri. Akan tetapi,
kini, ketika kembali ke markas polisi di ruang bawah tanah, Nunez bisa melihat
awan-awan badai berkumpul dengan cepat.
Chief Trent Anderson sedang mengompres kepala dengan kantong es, sementara
petugas lain mengurusi memar-memar. Keduanya berdiri bersama tim pengawas video,
meninjau arsip-arsip rekaman digital dalam upaya menemukan Langdon dan Bellamy.
"Cek rekaman di setiap lorong dan pintu keluar," desak Sato, "Aku ingin tahu ke
mana mereka pergi!" Nunez merasa mual menyaksikannya. Dia tahu, hanya salah waktu sebelum mereka
menemukan klip video yang tepat dan mengetahui kenyataannya. Aku membantu mereka
melarikan diri. Yang membuat masalahnya semakin buruk adalah kedatangan tim
laangan CIA yang terdiri atas empat orang, dan mereka kini berjaga-jaga di dekat
situ, siap pergi mengejar Langdon dan Bellamy. Keempat lelaki ini sama sekali
tidak menyerupai polisi Capitol. Mereka adalah tentara-tentara yang sangat
serius... seragam kamuflase hitam, kacamata penembus kegelapan, pistol yang
tampak futuristis. Nunez merasa seakan hendak muntah. Setelah membuat keputusan, diam-diam dia
mendekati Chief Anderson. "Bisa bicara Chief?"
"Ada apa?" Anderson mengikuti Nunez ke dalam lorong.
"Chief, saya telah melakukan kesalahan besar," ujar Nunez dengan berkeringat
dingin. "Saya minta maaf, dan saya mengundurkan diri." Lagi pula, kau akan
memecatku beberapa menit lagi.
"Maaf?" Nunez menelan ludah dengan susah payah. "Tadi saya melihat Langdon dan Arsitek
Bellamy di visitor center, dalam perjalanan mereka meninggalkan gedung."
"Apa"! " teriak Anderson. "Mengapa tidak kau katakan"!"
"Arsitek meminta saya untuk diam saja."
"Kau bekerja untuk-ku, keparat!" Suara Anderson menggema di sepanjang koridor.
"Demi Tuhan, Bellamy menumbukkan kepalakku ke dinding!"
Nunez menyerahkan kunci yang diberikan oleh Arsitek kepadanya.
"Apa ini?" desak Anderson.
"Kunci ke terowongan baru di bawah Independence Avenue. Milik Arsitek Bellamy.
Begitulah cara mereka melarikan diri."
Anderson menatap kunci itu, tidak mampu berkata-kata. Sato melongok ke dalam
lorong dengan mata menyelidik.
"Ada apa di sini?"
Nunez merasakan wajahnya memucat. Anderson masih memegang kund itu, dan Sato
jelas sudah melihatnya. Ketika perempuan kecil mengerikan itu mendekat, Nunez
berimprovisasi sebisa mungkin, berharap bisa melindungi atasannya. "Saya
menemukan kunci di lantai di sub-ruang bawah tanah. Saya baru saja bertanya
kepada Chief Anderson apakah dia tahu kunci apa itu."
Sato tiba, lalu mengamati kunci itu. "Dan apakah atasanmu tahu?"
Nunez melirik Andersom yang jelas menimbang-nimbang semua pilihan sebelum
bicara. Akhirnya kepala keamanan itu menggeleng. "Tidak bisa langsung tahu. Saya
harus mengecek-" "Tak usah repot-repot." ujar Sato. "Kunci ini membuka terowongan di luar visitor
center." "Benarkah?" tanya Anderson. "Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Kami baru saja menemukan klip video pengawasannya. Petugas Nunez ini membantu.
Langdon dan Bellamy melarikan diri, lalu mengunci kembali pintu terowongan di
belakang mereka. Bellamy menyerahkan kunci itu kepada Nunez."
Anderson berbalik kepada Nufiez dengan pandangan menyelidik.
"Benarkah"!"
Nunez mengangguk dengan bersemangat, berbuat sebisa mungkin untuk ikut
bersandiwara. "Maaf, Pak. Arsitek menuruh saya untuk diam saja!"
"Aku tidak peduli apa yang dikatakan Arsitek kepadamu,"
teriak Anderson. "Aku mengharapkan-"
"Tutup mulutmu, Trent," bentak Sato. "Kalian berdua pembohong yang payah. Simpan
itu untuk penyelidikan CIA terhadapnya nanti." Dia merampas kunci terowongan
Arsitek dari Anderson.' "Kau sudah selesai di sini."
BAB 49 Robert Langdon menutup ponsel, merasa semakin khawatir. Katherine tidak menjawab
ponselnya" Katherine berjanji untuk langsung menelepon setelah meninggalkan lab
dengan aman dan berada dalam perjalanan untuk menemuinya di sini, tapi perempuan
itu belum juga meneleponnya.
Bellamy duduk di samping Langdon di meja ruang baca. Dia juga baru saja
menelepon seseorang yang dinyatakannya bisa menawarkan tempat perlindungan bagi
mereka - sebuah tempat aman untuk bersembunyi. Sayangnya, orang ini juga tidak
menjawab teleponnya, jadi Bellamy meninggalkan pesan penting, memintanya untuk
langsung menelepon ponsel Langdon.
"Aku akan terus mencoba," katanya kepada Langdon, "tapi sementara ini kita
sendirian. Dan kita perlu mendiskusikan rencana untuk piramida ini."
Piramida itu. Bagi Langdon, latar belakang spektakuler berupa ruang baca itu
telah lenyap, dunianya kini hanya terbatas pada apa yang berada tepat di


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hadapannya - piramida batu, bungkusan tersegel berisi batu-puncak, lelaki
Afrika-Amerika elegan yang muncul dari kegelapan dan menyelamatkannya dari
kepastian interogasi Langdon tadinya mengharapkan sedikit kewarasan dari Arsitek
Capitol, tapi kini tampaknya Warren Bellamy tidak lebih rasional daripada orang
gila yang menyatakan bahwa Peter berada dalam purgatory. Bellamy bersikeras
kalau piramida batu ini pada kenyataannya adalah Piramida Mason dari legenda.
Sebuah peta kuno" Yang menuntun kita pada kebijakan luar biasa"
"Mr. Bellamy," ujar Langdon sopan, "gagasan adanya sember pengetahuan kuno yang
bisa memberikan kekuatan hebat kepada manusia... aku benar-benar tidak bisa
menganggapnya serius." Mata Bellamy tampak kecewa sekaligus serius, membuat
skeptisisme Langdon menjadi semakin canggung. "Ya, Profesor, sudah kubayangkan
kau akan merasa seperti ini, tapi kurasa aku tidak punya alasan untuk terkejut.
Kau adalah orang luar yang melongok ke dalam. Ada beberapa kenyataan Mason yang
akan dianggap sebagai mitos, karena kau tidak diinisiasi dan disiapkan, dengan
benar untuk memahami semua itu."
Kini Langdon merasa digurui. Aku bukan awak kapal Odysius, tapi aku yakin
Cyclops hanyalah mitos. "Mr. Bellamy, Seandainya legenda itu benar... piramida
ini tidak mungkin Piramida Mason.
"Benarkah?" Bellamy menelusurkan jari tangannya pada cipher Mason di batu itu.
"Bagiku, tampaknya cocok sekali dengan deskripsinya. Sebuah piramida batu dengan
batu- puncak logam berkilau, yang menurut sinar-X Sato adalah benda yang
dipercayakan Peter kepadamu." Bellamy mengambil bungkusan berbentuk-kubus itu,
lalu menimbang- nimbangnya di tangan.
"Piramida batu ini tingginya kurang dari tiga puluh senti meter," bantah
Langdon. "Setiap versi cerita yang pernah kudengar menjelaskan bahwa Piramida
Mason sangat besar." Bellamy jelas sudah mengantisipasi hal ini. "Seperti yang
kau ketahui, legendanya membicarakan sebuah piramida yang terangkat begitu
tinggi, sehingga Tuhan sendiri bisa mengulurkan tangan dan menyentuhnya."
"Tepat sekali."
"Aku bisa melihat dilemamu, Profesor. Akan tetapi, Misteri Kuno maupun filsafat
Mason mengakui kemungkinan adanya Tuhan di dalam diri kita semua. Secara
simbolis, seseorang bisa menyatakan bahwa segala yang berada dalam jangkauan
seorang manusia yang tercerahkan... berada dalam jangkauan Tuhan." Langdon tidak
merasa tergoyahkan dengan permainan-kata itu.
"Bahkan, Alkitab mengiyakan," ujar Bellamy. "Jika kita menerima, sebagaimana
yang dinyatakan dalam Kitab Kejadian, bahwa 'Allah menciptakan manusia menurut
gambar-Nya,' kita harus menerima implikasinya - bahwa umat manusia tidak
diciptakan lebih rendah daripada Tuhan. Dalam Lukas 17: 21 di jelaskan,
'Kerajaan Allah ada di antara kamu.'"
"Maaf, tapi aku tidak mengenal adanya orang Kristen yang menganggap dirinya
setara dengan Tuhan."
"Tentu saja tidak," ujar Bellamy. Nada suaranya mengeras.
"Karena sebagian besar orang Kristen menginginkan dua- duanya. Mereka ingin bisa
menyatakan dengan bangga bahwa mereka mempercayai Alkitab, tapi mereka
mengabaikan saja bagian-bagian yang menurut mereka terlalu sulit atau terlalu
tidak nyaman untuk dipercayai."
Langdon tidak menjawab. "Bagaimanapun," kata Bellamy, "penjelasan kuno Piramida Mason yang dikatakan
cukup tinggi untuk disentuh Tuhan ini telah lama mengakibatkan kesalahan
interpretasi mengenai ukurannya. Yang menyenangkan, hal itu membuat para
akademisi sepertimu bersikeras bahwa piramida itu legenda, sehingga tak seorang
pun mencarinya." Langdon menunduk memandangi piramida batu itu. "Aku minta maaf jika membuatmu
frustrasi," katanya. "Tapi aku selalu menganggap Piramida Mason sebagai mitos."
"Tidakkah menurutmu sangat sesuai jika peta yang diciptakan oleh para tukang
batu diukirkan pada batu" Di sepanjang sejarah, tonggak-tonggak penuntun
terpenting kita selalu diukirkan pada batu - termasuk loh-loh batu yang
diberikan Tuhan kepada Musa - Sepuluh Perintah Allah untuk menuntun perilaku
manusia." "Aku mengerti, tetapi cerita itu selalu disebut sebagai Legenda Piramida Mason.
Legenda mengimplikasikan bahwa itu hanyalah mitos."
"Ya, legenda." Bellamy tergelak. "Aku khawatir kau mengalami masalah yang sama
seperti yang dialami Musa."
"Maaf?" Bellamy tampak nyaris geli di kursinya dan mendongak. memandang balkon tingkat
dua. Di sana, enam belas patung perunggu mengintip mereka dari atas. "Kau
melihat Musa?" Langdon mendongak memandang patung terkenal milik perpustakaan.
"Ya." "Dia bertanduk."
"Aku sadar itu."
"Tapi tahukah kau mengapa dia bertanduk?"
Seperti sebagian besar guru, Langdon tidak suka dikuliahi. Alasan mengapa patung
Musa di atas mereka bertanduk sama dengan alasan mengapa ada ribuan gambar Musa
dalam tradisi kristen yang bertanduk - yaitu kesalahan menerjemahkan Kitab
Keluaran. Teks lbrani aslinya menjelaskan bahwa memiliki "karan ohr panav" "kulit wajah yang berkilau seperti cahaya" - tapi ketika Gereja Katolik Roma
membuat terjemahan Latin resmi Alkitab, penejemahnya menggambarkan Musa secara
serampangan, menjadikannya sebagai "comuta essetfaciesmi'' yang berarti
"wajahnya bertanduk". Sejak saat itu, para seniman dan pematung - yang takut
terhadap amarah Gereja jika mereka tidak mengikuti Alkitab - mulai menggambarkan
Musa dengan tanduk. "Itu kesalahan sederhana," jawab Langdon. "Kesalahan terjemahan oleh Saint
Jerome sekitar tahun 400 Masehi."
Bellamy tampak terkesan. "Tepat sekali. Kesalahan terjemahan. Dan hasilnya...
Musa yang malang kini cacat di sepanjang sejarah."
"'Cacat" adalah cara manis untak mengatakannya. Sewaktu kecil Langdon ketakutan
ketika melihat "Musa bertanduk" seperti dalam lukisan Michelangelo - di bagian
tengah Basilika St. Peter Chains, Roma.
"Aku menyebut Musa bertanduk," ujar Bellamy kini, "untuk mengilustrasikan
bagaimana satu kata saja, yang disalahartikan, bisa menulis ulang sejarah."
Kau menguliahi orang yang sudah tahu, pikir Langdon, yang mempelajari hal itu
untuk pertama kalinya di Paris beberapa tahun lalu. SanGreal: Holy Grail (Cawan
Suci). Sang Real: Royal Blood (Darah Biru).
"Dalam kasus Piramida Mason," lanjut Bellamy, "orang- orang mendengar bisikbisik mengenai sebuah 'legenda'. Dan gagasan itu terpatri. Legenda Piramida
Mason kedengarannya seperti mitos.Tapi, kata legenda mengacu pada sesuatu yang
lain. Kata itu telah salah ditanggapi. Sangat menyerupai kata talisman." Dia
tersenyum. "Bahasa bisa sangat ahli dalam menyembunyikan kebenaran."
"Kau benar, tapi kau menyesatkanku di sini."
"Robert, Piramida Mason adalah sebuah peta. Dan seperti peta lainnya, piramida
itu punya legenda - kunci yang memberitahumu cara membacanya." Bellamy mengambil
bungkusan berbentuk-rjtdms itu dan mengangkatnya.
"Tidakkah kau mengerti" Batu-istimewa ini adalah legenda dari piramida itu. Ini
kunci yang memberitahumu cara membaca artefak paling luar biasa di bumi... peta
yang mengungkapkan tempat persembunyian harta karun terbesar umat manusia kebijakan berabad-abad yang hilang."
Langdon terdiam. "Dengan rendah hati kuakui," ujar Bellamy, "bahwa Piramida Masonmu yang
menjulang tinggi hanyalah ini... sebuah batu sederhana yang batu-puncak emasnya
menjulang cukup tinggi untuk disentuh Tuhan. Cukup tinggi, sehingga manusia yang
tercerahkan bisa menjangkau dan menyentuhnya."
Keheningan menggantung di antara kedua lelaki itu selama beberapa detik.
Langdon merasakan denyut kegairahan yang tak terduga ketika menunduk memandangi
piramida itu, melihatnya dengan pandangan baru. Matanya beralih kembali pada
cipher Mason itu. Tapi, kode ini... tampaknya begitu...."
"Sederhana?" Langdon mengangguk. "Hampir semua orang bisa memecahkannya."
Bellamy tersenyum, lalu mengeluarkan pensil dan kertas untuk Langdon. "Kalau
begitu, mungkin kau harus mencerahkan kita?"
Langdon merasa tidak enak membaca kode itu. Akan tetapi mengingat situasinya,
tampaknya itu hanya pengkhianatan kecil terhadap kepercayaan Peter. Lagi pula,
apa pun yang dikata oleh ukiran itu, dia sama sekali tidak bisa membayangkan
ukiran itu akan mengungkapkan sebuah tempat persembunyian rahasia... apalagi
untuk salah satu harta karun terbesar dalam sejarah.
Langdon menerima pensil dari Bellamy dan mengetuk- ngetukkannya di dagu seraya
mempelajari cipher itu. Kodenya begitu sederhana sehingga dia nyaris tidak
memerlukan pensil dan kertas. Walaupun begitu, dia ingin memastikan tidak adanya
kesalahan, jadi dengan patuh dia menggoreskan pensil pada kertas dan menuliskan
kunci pemecahan-kode yang paling sederhana untuk sebuah cipher Mason. Kuncinya
terdiri atas empat kisi-dua kisi kosong dan dua kisi bertitik-titik- disertai
huruf yang ditulis sesuai urutan di dalam masing- masing bagian kisi. Setiap
huruf dalam alfabet kini diposisikan di dalam sebuah "bingkai" berbentuk unik.
Bentuk kurungan setiap huruf menjadi simbol untuk huruf itu.
Skemanya begitu sederhana, sehingga nyaris kekanak- kanakan.
Langdon mengecek ulang pekerjaannya. Ketika merasa yakin bahwa kunci-pemecahan
kodenya benar, dia mengalihkan perhatiannya kembali pada kode yang terukir pada
piramida. Untuk memecahkannya, yang harus dilakukan Langdon hanyalah menemukan
bentuk yang cocok pada kunci- pemecahan kodenya, lalu menuliskan huruf yang ada
di dalamnya. Karakter pertama pada piramida itu tampak menyerupai panah ke bawah atau piala.
Dengan cepat Langdon menemukan segmen berbentuk-piala pada kunci-pemecahan kode.
Terletak di pojok kiri bawah dan membingkai huruf S.
Langdon menulis S. Simbol berikutnya pada piramida itu berbentuk kotak berbintik yang sisi kanannya
hilang. Pada kisi pemecahan- kode, bentuk itu membingkai huruf O.
Dia menulis O. Simbol ketiga berbentuk persegi empat sederhana yang membingkai huruf E.
Langdon menulis E. SOE...
Dia melanjutkan, semakin cepat sampai seluruh kisi selesai. Kini, ketika
menunduk memandangi penerjemahannya yang sudah jadi, Langdon mendesah
kebingungan. Hampir tidak bisa disebut sebagai momen kemenangan.
(Gambar ....) Bellamy tersenyum simpul. "Seperti yang kau ketahui profesor, Misteri Kuno hanya
ditakdirkan untuk mereka yang benar-benar tercerahkan."
"Benar," ujar Langdon, seraya mengernyit. Tampaknya, aku tidak termasuk di
dalamnya. BAB 50 Di kantor ruang bawah tanah, jauh di dalam markas CIA di Langley, Virginia,
cipher Mason enam-belas-karakter yang sama itu berkilau terang pada monitor
komputer high- definition. Analis OS senior Nola Kaye duduk sendirian dan
mempelajari gambar yang dikirim lewat e-mail kepadanya sepuluh menit lalu oleh
atasannya, Direktur Inoue Sato.
Apakah ini semacam lelucon" Tentu saja Nola tahu itu bukan lelucon; Direktur
Sato tidak punya rasa humor, dan kejadian-kejadian malam ini sama sekali bukan
lelucon. Keterlibatan tingkat tinggi Nola di dalam OS CIA yang serba tahu telah
membukakan matanya pada dunia kekuasaan tersamar. Tapi, apa yang disaksikan Nola
dalam dua puluh empat jam terakhir ini telah selamanya mengubah kesan- kesannya
terhadap semua rahasia yang disimpan oleh orang- orang berkuasa.
"Ya, Direktur," ujar Nola kini, seraya menjepit telepon di bahu kiri ketika dia
bicara dengan Sato. "Ukirannya memang cipher Mason. Akan tetapi, teksnya tidak
ada artinya. Tampaknya berupa kisi yang terdiri dari huruf-huruf acak." Dia
menunduk memandangi pemecahan-kodenya.
"Seharusnya menyatakan sesuatu," desak Sato.
"Tidak, kecuali jika ada lapisan penyandian kedua yang saya sadari."
"Punya tebakan?" tanya Sato.
"Itu matriks berbasis-kisi, jadi bisa saya proses dengan metode biasa Vigenere, grille, trellise, dan seterusnya - tapi saya tidak bisa menjanjikan
apa-apa, terutama jika teks itu memakai metode one-time pad."
"Lakukan sebisamu. Dan lakukan dengan cepat. Bagaimana dengan sinar-X-nya?"
Nola memutar kursi ke sistem kedua yang menyajikan gambar sinar-X keamanan
standar tas seseorang. Sato meminta informasi mengenai sesuatu yang tampaknya
adalah piramida kecil di dalam sebuah kotak berbentuk kubus. Normalnya, benda
setinggi dua inci tidak akan menjadi masalah keamanan nasional, kecuali dibuat
dari plutonium hasil pengayaan. Yang ini bukan. Piramida itu terbuat dari
sesuatu yang hampir sama mengejutkan.
"Analisis kepadatan-gambar sudah memastikan," ujar No, "Sembilan belas koma tiga
gram per sentimeter kubik. Itu emas murni. Sangat, sangat berharga."
"Ada lagi yang lain?"
"Sesungguhnya, ya. Pemindaian kepadatan menemukan sedikit ketidakteraturan pada
permukaan piramida emas itu. Ternyata emasnya diukir dengan tulisan."
"Benarkah?" Sato tampak berharap. "Apa tulisannya?"
"Belum bisa saya beritahukan. Inskripsinya sangat halus. Saya sedang mencoba
memperjelasnya dengan filter-filter, tapi resolusi gambar sinar-X-nya kurang
bagus." "Oke, teruslah mencoba. Telepon aku jika kau mendapat sesuatu."
"Ya, Ma'am." "Dan, Nola?" Nada suara Sato berubah mengancam.
"Seperti semua yang kau ketahui dalam dua puluh empat jam terakhir ini, gambar
piramida batu dan batu-puncak emas itu dirahasiakan pada tingkat keamanan
tertinggi. Kau tidak boleh berkonsultasi dengan siapa pun. Kau melapor langsung
kepadaku. Aku ingin memastikan bahwa itu sudah jelas."
"Tentu saia, Ma'am."
"Bagus. Terus laporkan kemajuannya." Sato menutup telepon.
Nola menggosok-gosok mata, dan dengan mata buram kembali memandangi layar-layar
komputer. Dia belum tidur selama lebih dari tiga puluh enam jam, dan dia tahu
sekali kalau dia tidak akan tidur lagi sampai krisis ini terselesaikan.
Apa pun penyelesaian itu.
Kembali di Capitol Visitor Center, empat spesialis operasilapangan CIA yang berpakaian serba hitam berdiri di pintu masuk menuju
terowongan, mengintip dengan ganas ke dalam terowongan berpenerangan suram itu
bagaikan sekawanan anjing yang bergairah untuk berburu.
Sato mendekat, setelah baru saja menutup telepon.
"Rekan-rekan," katanya, dengan masih memegang kunci milik Arsitek, apakah
parameter-parameter misi kalian sudah jelas?"
"Jelas," jawab agen yang memimpin. "Kami punya dua target. Yang pertama adalah
sebuah piramida batu berukir, tingginya sekitar tiga puluh sentimeter. Yang
kedua adalah sebuah bungkusan kecil berbentuk-kubus, tingginya sekitar dua inci.
Keduanya terakhir terlihat di dalam tas bahu Robert Langdon."
"Benar," ujar Sato. "Kedua benda ini harus diperoleh kembali dengan cepat dan
utuh. Ada pertanyaan?"
"Parameter-parameter untuk menggunakan kekerasan?" Bahu Sato masih berdenyutdenyut akibat pukulan Bellamy dengan sebatang tulang. "Seperti yang kubilang,
penting sekali agar benda-benda ini diperoleh kembali."
"Paham." Keempat lelaki itu berbalik dan berjalan menuju kegelapan terowongan.
Sato menyulut rokok dan menyaksikan mereka menghilang.
BAB 51 Biasanya, Katherine Solomon selalu menyetir dengan hati- hati, tapi kini dia
melajukan Volvonya dengan kecepatan lebih dari seratus empat puluh kilometer per
jam ketika melesat dengan membuta menyusuri Suitland Parkway. Kakinya yang
gemetar sudah menginjak pedal gas sejauh satu setengah kilometer, sebelum
kepanikannya mulai mereda. Kini dia menyadari bahwa tubuh gemetarnya yang tidak
terkontrol bukan lagi disebabkan ketakutan saja.
Aku kedinginan. Udara malam musim dingin mengalir masuk lewat jendela yang kacanya pecah,
menerpa tubuhnya bagaikan angin Antartika. Kakinya yang berbalut stoking mati
rasa, dan dia menjulurkan tangan ke bawah untuk meraih sepatu cadangan yang
disimpan di bawah kursi penumpang. Ketika melakukannya, dia merasa sengatan rasa
sakit pada memar di lehernya, di tempat tangan itu mencengkeramnya tadi.
Lelaki yang memecahkan kaca jendelanya sama sekah tidak menyerupai lelaki
berambut pirang yang dikenal Katherine bagai Dr. Christopher Abaddon. Rambut
tebal dan kulit halus cokelatannya sudah menghilang. Kepala plontos, dada
telanjang dan wajah dengan make-up tercoreng itu mengungkapkan permadani tato
yang mengerikan. Katherine kembali mengingat suara lelaki itu, berbisik kepadanya di tengah
lolongan angin di luar jendela pecahnya. Katherine seharusnya aku membunuhmu
bertahun-tahun lalu... di malam aku membunuh ibumu.
Katherine bergidik, sama sekali tidak merasa ragu. Itu lelaki yang sama. Dia
tidak pernah melupakan pandangan keras dan kejam di mata lelaki itu. Dia juga
tidak pernah melupakan suara tembakan tunggal kakaknya yang membunuh lelaki itu,
menjatuhkannya dari tebing tinggi ke dalam sungai beku di bawah. Di sana dia


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghunjum ke dalam es dan tidak pernah muncul kepermukaan. Para penyelidik
sudah mencari selama berminggu-minggu, tidak pemah menemukan mayatnya, dan
akhirnya menyimpulkan bahwa mayat itu tersapu arus meninggalkan Teluk
Chesapeake. Kini Katherine tahu, mereka keliru. Lelaki itu masih hidup.
Dan dia sudah kembali. Katherine dikuasai kemarahan ketika ingatan-ingatan itu kembali membanjirinya.
Tepatnya hampir sepuluh tahun lalu. Hari Natal. Katherine, Peter, dan ibu mereka
- seluruh anggota keluarganya - berkumpul di rumah batu mereka yang luas di
Potomac, yang terletak di tanah berhutan seluas delapan puluh hektar dan dialiri
sungai. Sebagamana tradisi, ibu mereka bekerja dengan giat di dapur, menikmati kebiasaan
hari libur dengan memasak untuk kedua anaknya. Di usia 75 sekalipun, Isabel
Solomon adalah koki yang bersemangat. Dan malam ini, aroma menggiurkan rusa
panggang, kuah lobak, dan kentang-tumbuk bumbu bawang melayang di seluruh rumah.
Sementara ibu menyiapkan hidangan, Katherine dan kakaknya bersantai di rumah
kaca, mendiskusikan keterpikatan terakhir Katherine - bidang baru yang disebut
Ilmu Noetic. Sebagai peleburan mustahil antara fisika partikel modern dan
mistisisme kuno, Noetic jelas memikat imajinasi Katherine.
Pertemuan antara fisika dan filsafat.
Katherine menceritakan kepada Peter beberapa eksperimen yang diangankannya, dan
dia bisa melihat ketertarikan kakaknya itu. Yang terutama, Katherine senang bisa
memberi sesuatu yang positif untuk dipikirkan oleh kakaknya pada Hari Natal kali
ini, karena liburan itu juga menjadi pengingat menyakitkan akan sebuah tragedi
mengerikan. Anak laki-laki Peter, Zachary.
Ulang tahun kedua puluh satu keponakan Katherine itu adalah juga ulang tahun
terakhirnya. Keluarga itu telah mengalami mimpi buruk, dan tampaknya baru
sekarang Peter akhirnya belajar tertawa kembali.
Zachary termasuk remaja yang perkembangannya terlambat. Dengan tubuh ringkih dan
canggung, dia remaja pemarah dan pemberontak. Walaupun dibesarkan dengan penuh
cinta dan kemewahan, anak laki-laki itu tampaknya bertekad melepaskan diri dari
kekuasaan Solomon. Dia dikeluarkan dari sekolah persiapan perguruan tinggi,
berpesta pora dengan para "selebriti", dan menghindari upaya tak kenal lelah
orangtuanya untuk membimbingnya dengan tegas dan penuh kasih.
Dia mematahkan hati Peter.
Tak lama sebelum ulang tahun ke delapan belas Zachary, Katherine duduk bersama
ibu dan kakaknya, mendengar perdebatan mereka mengenai perlu tidaknya menahan
Zachary sampai dia lebih dewasa. Warisan Solomon - tradisi yang sudah berabadabad di dalam keluarga - mewariskan bagian cukup besar dari kekayaan Solomon
kepada setiap anak keluarga Solomon pada hari ulang tahun kedelapan belasnya.
Keluarga Solomon percaya, warisan akan lebih berguna di awal kehidupan seseorang
jika dibandingkan dengan di akhir kehidupannya. Lagipula, menempatkan bagian
yang besar dari kekayaan Solomon tangan para keturunan muda yang bersemangat
merupakan kunci pengembangan kekayaan turun-temurun keluarga.
Akan tetapi, dalam hal ini, ibu Katherine bersikeras bahwa memberikan uang dalam
jumlah sebesar itu kepada anak laki- laki Peter yang bermasalah adalah tindakan
berbahaya. Peter tidak setuju. "Warisan Solomon," ujar kakaknya, "adalah tradisi
keluarga yang tidak boleh dilanggar. Uang ini bisa memaksa Zachary untuk menjadi
lebih bertanggung jawab." Sayangnya, kakak Katherine keliru.
Begitu menerima uang itu, Zachary memisahkan diri dari keluarga, menghilang dari
rumah tanpa membawa satu pun barang miliknya. Dia muncul kembali beberapa bulan
kemudian di dalam taboid-tabloid: PLAYBOY PENERIMA WARISAN MENIKMATIKEHIDUPAN
KELAS ATAS EROPA. Dengan senang hati, tabloid-tabloid mendokumentasikan kehidupan manja Zachary
yang penuh pesta pora. Foto-foto pesta gila-gilaan di atas kapal pesiar dan
disko sambil mabuk- mabukan sulit diterima oleh keluarga Solomon. Tapi, fotofoto remaja liar mereka itu berubah dari tragis menjadi mengerikan ketika korankoran melaporkan tertangkapnya Zachary yang membawa kokain melintasi perbatasan
Eropa Timur. MILIUNER SOLOMON DALAM PENJARA TURKI.
Mereka mendapati bahwa penjara itu disebut Soganlik - sebuah pusat penahanan
kelas-bawah brutal yang terletak di distrik Kartal di luar Istanbul. Peter
Solomon, yang mengkhawatirkan keamanan putranya, terbang ke Turki untuk
membebaskannya. Kakak Katherine yang kalut itu kembali dengan tangan kosong, setelah mendapat
larangan untuk mengunjungi Zachary. Satu-satunya berita yang menjanjikan adalah
kontak- kontak Solomon yang berpengaruh di Departemen Luar Negeri AS sedang
mengupayakan ekstradisi bagi Zachary secepat mungkin.
Akan tetapi, dua hari kemudian, Peter menerima telepon sambungan internasional
yang mengerikan. Keesokan paginya, berita-berita utama meledak. AHLIWARIS
SOLOMON DIBUNUH DIPENJARA.
Foto-foto penjara itu mengerikan, dan tanpa berperasaan, media menayangkan
semuanya, bahkan lama setelah upacara Pemakaman privat keluarga Solomon. Istri
Peter tak pernah memaafkan suaminya atas kegagalannya membebaskan Zachary, dan
perkawinan mereka berakhir enam bulan kemudian. Semenjak itu, Peter sendirian.
Bertahun-tahun kemudian, Katherine, Peter, dan ibu mereka, Isabel, berkumpul
dengan tenang untuk merayakan Natal. Rasa sakit itu masih hadir di tengah
keluarga mereka, tapi untungnya semakin memudar seiring tahun-tahun yang
berlalu. Suara kelontang menyenangkan panci-panci dan wajan-wajan kini menggema
dari dapur ketika ibu mereka menyiapkan hidangan tradisional. Di dalam rumah
kaca, Peter dan Katherine menikmati keju Brie panggang dan percakapan santai
liburan. Lalu muncullah suara yang tidak terduga.
"Halo, keluarga Solomon," sapa sebuah suara ringan di belakang mereka.
Dengan terkejut, Katherine dan kakaknya berbalik. Mereka melihat sosok bertubuh
besar berotot melangkah ke dalam rumah kaca, mengenakan topeng ski hitam yang
menutupi seluruh wajahnya, kecuali sepasang mata yang berkilau liar dan kejam,
Peter langsung bangkit berdiri. "Siapa kau"! Bagaimana kau bisa masuk ke sini"!"
"Aku mengenal anak laki-laki kecilmu, Zachary, di penjara. Dia mengatakan di
mana kunci ini disembunyikan." Orang asing itu mengangkat sebuah kunci tua dan
menyeringai bagaikan makhluk buas. "Persis sebelum aku menghajarnya sampai
mati." Mulut Peter ternganga. Sebuah pistol teracung, dan ditujukan langsung ke dada Peter. "Duduk."
Peter jatuh terduduk kembali ke kursinya.
Ketika lelaki itu bergerak memasuki ruangan, Katherine terpaku di tempat. Di
balik topeng, mata lelaki itu liar bagaikan mata hewan gila.
"Hei!" teriak Peter, seakan mencoba memperingatkan ibu mereka di dapur. "Siapa
pun kau, ambil apa yang kau inginkan, lalu keluar!"
Lelaki itu mengarahkan pistol ke dada Peter. "Dan apa menurutmu yang
kuinginkan?" "Katakan saja seberapa banyak," ujar Solomon. "Kami tidak punya uang di rumah,
tapi aku bisa -" Monster itu tertawa. "Jangan menghinaku. Aku tidak datang untuk uang. Aku datang
malam ini untuk hak Zachary yang lain." Dia menyeringai. "Dia bercerita tentang
piramida itu." Piramida" pikir Katherine dengan bingung dan ketakutan.
Piramida apa" Kakaknya bersikeras. "Aku tidak tahu kau bicara apa."
"Jangan berpura-pura tolol! Zachary menceritakan apa yang kau simpan di dalam
lemari besi di ruang kerjamu. Aku menginginkannya. Sekarang."
"Apa pun yang diceritakan Zachary kepadamu, dia kebingungan," ujar Peter. "Aku
tidak tahu kau bicara apa!"
"Tidak?" Penyerang itu berbalik dan mengarahkan pistol ke wajah Katherine,
"sekarang bagaimana?"
Mata Peter dipenuhi kengerian. "Kau harus memercayaikul! Aku tidak tahu apa yang
kau inginkan. "Berbohonglah kepadaku sekali lagi," kata lelaki itu, yang masih mengarahkan
pistol kepada Katherine, " dan aku bersumpah akan merenggut adikmu." Dia
tersenyum. "Dan menurut Zachary, adikmu lebih berharga bagimu daripada semua-"
"Ada apa"!" teriak ibu Katherine, seraya bergegas memasuki ruangan dengan
membawa senapan berburu Browning Citori milik Peter. Dia mengarahkan senapan
langsung ke dada lelaki itu.
Penyerang itu berputar kearahnya, dan perempuan pemberani berusia 75 tahun itu
tidak menyia-nyiakan waktu. Dia menembakkan serangkaian peluru dengan suara
memekakkan telinga. Penyerang itu terhuyung-huyung ke belakang, menembakkan
pistolnya dengan liar ke segala arah, memecahkan kaca-kaca jendela ketika ia
terjatuh dan menimpa ambang pintu kaca, lalu menjatuhkan pistolnya.
Peter langsung bergerak, menerjang pistol yang terlepas itu.
Katherine terjatuh, dan Mrs. Solomon bergegas menghampiri, berlutut di
sampingnya. "Astaga, kau terluka"!" Katherine menggeleng, bisu oleh
keterkejutan. Di luar pintu kaca pecah itu, lelaki bertopeng tadi sudah kembali
berdiri dan berlari ke dalam hutan, seraya mencengkeram bagian samping tubuhnya.
Peter Solomon menoleh ke belakang untuk memastikan ibu dan adiknya aman. Dan,
ketika melihat mereka balk-baik saja, dia membawa pistol dan bergegas keluar
pintu mengejar pengganggu itu.
Ibu Katherine menjulurkan tangannya yang gemetaran.
"Syukurlah kau baik-baik saja." Lalu mendadak ibunya melepaskan diri.
"Katherine" Kau berdarah. Ada darah. Kau terluka!"
Katherine melihat darah itu. Banyak darah. Di seluruh tubuhnya. Tapi dia tidak
kesakitan. Dengan panik, ibunya meneliti tubuh Katherine untuk mencari luka. "Sakitnya di
mana?" "Mom, aku tidak tahu, aku tidak merasakan apa-apa!"
Lalu Katherine melihat sumber darah itu, dan wajahnya langsung memucat. "Mom,
bukan aku..." Dia menunjuk ke bagian samping blus satin putih ibunya. Di sana
darah mengalir lancar dan terlihat sebuah lubang robekan kecil. Ibunya menunduk,
nampak lebih kebingungan ketimbang menyadari perasaan lainnya. Dia mengernyit,
terenyak, seakan rasa sakit itu baru saja dirasakannya.
"Katherine?" Suaranya tenang, tapi mendadak dibebani usianya yang 75 tahun itu.
"Tolong panggilkan ambulans."
Katherine berlari menuju telepon di lorong dan menelepon bantuan. Ketika kembali
ke rumah kaca, dia mendapati ibunya berbaring tak bergerak dalam genangan darah.
Dia berlari menghampiri, berjongkok, memeluk tubuh ibunya dalam kedua lengannya.
Katherine tidak tahu sudah seberapa lama waktu berlalu ketika dia mendengar
suara tembakan di kejauhan, di dalam hutan. Akhimya, pintu rumah kaca terbuka
lebar dan kakaknya, Peter, bergegas masuk dengan mata liar dan pistol masih di
tangan. Ketika melihat Katherine menangis sambil memeluk ibu mereka yang
bernyawa, wajah Peter menyeringai penuh penderitaan. Teriakan yang menggema dari
rumah kaca adalah suara yang tak akan pernah dilupakan oleh Katherine Solomon.
BAB 52 Mal'akh bisa merasakan otot-otot bertato di punggungnya beriak-riak ketika dia
berlari mengelilingi gedung menuju pintu area spesimen Bangsal 5 yang terbuka.
Aku harus masuk ke labnya.
Pelarian Katherine tidak diantisipasinya... dan problematis. Bukan hanya
perempuan itu tahu tempat tinggal Mal'akh, tapi kini dia juga mengetahui
identitas aslinya... dan tahu kalau dialah yang menyatroni rumah mereka satu
dekade sebelumnya. Mal'akh juga belum melupakan malam itu. Dia sudah hampir menguasai piramida itu,
tapi takdir menghalanginya. Aku belum siap. Tapi kini dia sudah siap. Lebih
kuat. Lebih berpengaruh. Setelah menahan penderitaan yang tak terperikan untuk
menyiapkan kepulangannya, akhirnya malam ini Mal'akh siap memenuhi takdir. Dia
merasa yakin bahwa sebelum malam berakhir, dia akan benar-benar menatap mata
sekarat Katherine Solomon.
Ketika mencapai pintu area spesimen, Mal'akh meyakinkan dirinya sendiri bahwa
Katherine tidak benar-benar lolos; dia hanya memperpanjang hal yang tak
terelakkan. Mal'akh menyelinap melalui lubang pintu dan melenggang dengan penuh
percaya diri melintasi kegelapan, sampai kakinya menginjak karpet. Lalu dia
berbelok ke kanan dan menuju Kubus. Gedoran di pintu Bangsal 5 sudah berhenti,
dan Mal'akh curiga penjaga itu kini sedang mencoba mengeluarkan uang receh yang
dimasukkan Mal'akh ke dalam panel kunci untuk merusaknya.
Ketika mencapai pintu menuju Kubus, Mal'akh menemukan papan-kunci luar dan
menyelipkan kartu-kunci Trish. Panel itu menyala. Dia memasukkan PIN Trish dan
masuk ke dalam, semua lampu menyala dan ketika memasuki ruangan steril itu, dia
menyipitkan mata mengagumi susunan peralatan yang menakjubkan. Mal'akh tidak
asing dengan kekuatan teknologi; dia mengembangkan jenis ilmu pengetahuannya
sendiri di ruang bawah tanah rumahnya, dan semalam beberapa di antaranya
membuahkan hasil. Kebenaran. Pemenjaraan unik Peter Solomon - terperangkap sendiri di dunia-antara - telah
mengungkapkan semua rahasia kelak, Aku bisa melihat jiwanya. Mal'akh mengetahui
beberapa rahasia tertentu yang sudah diperhitungkannya, dan rahasia- rahasia
lain yang tidak diperhitungkannya, temasuk berita mengenai lab Katherine dan
temuan-temuan mengejutkannya. Ilmu pengetahuan sudah semakin dekat, pikir
Mal'akh menyadari. Dan aku tidak membiarkannya menerangi jalan bagi mereka yang
tidak layak. Pekerjaan Katherine di sini dimulai dengan mengguna ilmu pengetahuan modern
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis kuno. Apakah ada yang mendengar
doa-doa kita" Adakah kehidupan setelah kematian" Apakah manusia punya jiwa" Yang
mengagumkan, Katherine telah menjawab semua pertanyaan ini, dan banyak lagi.
Secara ilmiah. Secara konklusif. Metode-metode yang digunakannya tidak
terbantahkan. Bahkan, mereka yang paling skeptis sekalipun akan terbujuk oleh
hasil eksperimen- eksperimen-nya. Jika informasi ini dipublikasikan dan
diumumkan, pergeseran fundamental akan dimulai dalam kesadaran manusia. Mereka
akan mulai menemukan jalan mereka. Tugas terakhir Mal'akh malam ini, sebelum
perubahan dirinya, adalah memastikan terjadinya hal ini.
Ketika berjalan melewati lab, Mal'akh menemukan ruang data yang diceritakan oleh
Peter. Melalui dinding-dinding kaca tebal, dia mengintip dua unit penyimpanandata holografis. Persis seperti yang dikatakan Peter. Sulit bagi Mal'akh untuk
membayangkan bahwa isi kotak-kotak kecil ini bisa mengubah arah perkembangan
manusia. Akan tetapi, Kebenaran memang selalu merupakan katalisator yang paling
ampuh. Mal'akh mengamati unit-unit penyimpanan holografis itu, mengeluarkan kartu-kunci
Trish, dan menyisipkannya ke dalam panel-pengaman pintu. Yang mengejutkannya,
panel itu tidak menyala. Agaknya akses menuju ruangan ini bukanlah kepercayaan
yang diberikan kepada Trish Dunne. Kini Mal'akh meraih kartu-kunci yang
ditemukannya di dalam saku jubah lab Katherine. Keitka dia menyisipkan kartukunci yang ini, panelnya menyala.
Mal'akh punya masalah. Aku tidak pernah mendapatkan PIN Katherine. Dia mencoba
PIN Trish, tapi tidak berhasil. Seraya mengusap-usap dagunya, dia melangkah
mundur dan meneliti pintu Plexiglas setebal tiga inci itu. Dia tahu, dengan
kapak sekalipun, dia tidak akan bisa menerobos masuk dan mendapatkan drive-drive
yang harus dihancurkannya.
Akan tetapi, Mal'akh sudah bersiap-siap untuk peristiwa tak terduga ini.
Di dalam ruang pasokan-tenaga, persis seperti yang dijelaskan Peter, Mal'akh
menemukan rak yang menampung beberapa silinder logam yang menyerupai tangki
selam besar. Silinder-silinder itu bertuliskan LH, angka 2, dan simbol universal
untuk bahan yang mudah terbakar. Salah satu tabung terhubung dengan sel bahan
bakar hidrogen lab. Mal'akh membiarkan satu tabung terhubung itu,, dan dengan
hati-hati menarik salah satu silinder cadangan dan meletakkannya di atas troli
di samping rak. Lalu dia menggulirkan silinder itu keluar dari ruang pasokantenaga, ke seberang lab, ke pintu Plexiglas ruang penyimpanan-data. Walaupun
lokasi ini jelas sudah cukup dekat, dia memperhatikan satu kelemahan pada pintu
Plexiglas tebal itu - ruang di antara bagian bawah dan pegangan pintu.
Di ambang pintu, dengan hati-hati dia menidurkan tabung dan menyelipkan pipa
karet fleksibel ke bawah pintu. Perlu sejenak baginya untuk melepaskan segelsegel pengaman dan mengakses katup silinder. Tapi, setelah berhasil
melakukannya, dengan sangat berhati-hati dia membuka katup. Melalui Plexiglas,
dia bisa melihat cairan jernih berbuih ini mulai meninggalkan tabung menuju
lantai di dalam ruang penyimpanan. Mal'akh mengamati genangan itu meluas,
mengaliri lantai, berasap dan berbuih ketika semakin banyak. Hidrogen hanya
mempertahankan bentuk cair ketika dingin. Ketika menghangat, hidrogen akan mulai
mendidih. Yang menguntungkan, gas yang dihasilkannya bahkan lebih mudah terbakar
daripada cairan itu sendiri.
Ingat bencana balon udara Hindenburg.
Mal'akh kini bergegas memasuki lab dan mengambil bejana Pyrex berisi bahan bakar
tungku Bunsen-minyak yang tidak mudah terbakar, tapi kental dan sangat mudah
tersulut. Dia membawanya ke pintu Plexiglas, dan merasa gembira ketika melihat
tabung hidrogen cair itu masih mengosongkan isinya. Genangan cairan mendidih di
dalam ruang penyimpanan-data kini menutupi seluruh lantai, mengitari semua alas
yang menyokong unit-unit penyimpanan holografis. Kabut keputihan kini naik dari


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

genangan mendidih itu ketika hidrogen cairnya mulai berubah menjadi gas...
memenuhi ruangan kecil itu.
Mal'akh mengangkat bejana bahan bakar tungku Bunsen itu, dan menyemprotkan cukup
banyak isinya ke atas tabung hidrogen berselang, dan ke dalam lubang kecil di
bawah pintu. Lalu, dengan sangat berhati-hati, dia mulai mundur dari lab,
meninggalkan aliran minyak tak terputus di lantai sembari dia pergi.
Tidak seperti biasanya, operator yang menangani telepon 911 untuk Washington, DC
sibuk malam ini. Football, bir, dan bulan pernama, pikirnya, ketika telepon
darurat lain muncul di layar, kali ini dari telepon umum pompa bensin di
Suitland Parkway di Anacostia. Mungkin kecelakaan mobil.
"Sembilan-satu-satu," sapanya. "Apa kondisi darurat Anda?"
"Aku baru saja diserang di Smithsonian Museum Support Center," kata sebuah suara
panik perempuan. "Harap kirim polisil Silver Hill Road empat puluh-dua-sepuluh!"
"Oke, pelan-pelan," ujar operator itu. "Anda perlu-"
"Harap kirim juga beberapa petugas ke sebuah mansion di Kaloraina Heights.
Kurasa, kakakku disekap di sana!" Operator itu mendesah. Bulan purnama.
BAB 53 "Aku sudah mencoba memberitahumu," kata Bellamy kepada Langdon, "piramida itu
punya lebih banyak arti daripada terlihat."
Tampaknya begitu. Langdon harus mengakui bahwa piramida batu yang berada di
dalam tas bahunya yang terbuka itu kini nampak jauh lebih misterius baginya.
Pemecahan kode cipher Mason-nya telah menghasilkan kisi huruf-huruf yang tampak
tidak ada artinya. Kekacauan. Langdon meneliti kisi itu untuk waktu yang lama, mencari petunjuk arti apa pun
di dalam huruf-huruf itu - kata-kata tersembunyi, anagram-anagram, petunjukpetunjuk jenis apa pun - tapi dia tidak menemukan apa-apa.
"Piramida Mason," jelas Bellamy, "konon menjaga rahasia- rahasianya di balik
banyak selubung. Setiap kali menyingkapkan sebuah tirai, kau menghadapi tirai
lain. Kau sudah mengungkapkan, huruf-huruf ini, tetapi mereka tidak mengatakan
apa-apa kepadamu sampai kau mengelupas sebuah lapisan lagi. Tentu saja cara
melakukannya hanya diketahui oleh mereka yang membawa batu-puncak. Kurasa, batupuncak itu juga punya inskripsi, yang memberitahumu cara memecahkan kode
piramida itu." Langdon melirik bungkusan berbentuk-kubus di atas meja. Dari apa yang dikatakan
Bellamy, Langdon kini memahami bahwa batu-puncak dan piramida ini adalah "cipher
tersegmentasi" - sebuah kode yang dipecah menjadi beberapa bagian. Para
kriptolog modern menggunakan cipher tersegmentasi sepanjang waktu walaupun skema
pengamannya diciptakan di Yunani kuno. Orang Yunani, ketika ingin menyimpan
informasi rahasia, mengukirkan informasi itu pada loh batu lempung, lalu memecah
loh batu itu menjadi beberapa bagian, dan menyimpan setiap bagiannya di lokasi
yang terpisah. Ketika semua bagian disatukan, barulah rahasia-rahasia itu bisa
dibaca. Jenis loh batu lempung berukir ini - disebut symbolon - pada
kenyataannya merupakan asal kata modern simbol.
"Robert," ujar Bellamy, "piramida dan batu-puncak ini sudah dipisahkan selama
bergenerasi-generasi untuk memastikan. Keamanan rahasianya." Nada suaranya
berubah muram. "Akan tetapi, malam ini, bagian-bagiannya sudah sangat
berdekatan. Aku yakin tidak perlu kukatakan lagi... tapi tugas kitalah untuk
memastikan agar piramida ini tidak disatukan."
Langdon menganggap pernyataan Bellamy terlalu berlebihan. Dia sedang menjelaskan
batu-puncak dan piramida... ataukah detonator dan bom nuklir" Dia masih belum
begitu bisa menerima pernyataan Bellamy, tapi tampaknya itu hampir tak ada
artinya. "Seandainya pun ini Piramida Mason, dan seandainya pun inskripsinya
memang mengungkapkan lokasi pengetahuan kuno, bagaimana mungkin pengetahuan itu
bisa memberikan jenis kekuatan yang konon diberikannya?"
"Peter selalu bilang bahwa kau lelaki yang sangat sulit untuk diyakinkan seorang akademisi yang lebih menyukai bukti daripada spekulasi."
"Kau mengatakan bahwa kau benar-benar memercayai hal itu?" desak Langdon, yang
kini merasa tidak sabar. "Dengan segala hormat... kau lelaki modern,
berpendidikan. Bagaimana kau memercayai hal semacam itu?"
Bellamy tersenyum sabar. "Pengetahuan Persaudaraan Bebas telah membuatku sangat
menghormati sesuatu yang melebihi pemahaman manusia. Aku sudah belajar untuk
tidak pernah menutup benakku pada suatu gagasan, hanya karena gagasan itu tampak
ajaib." BAB 54 Dengan panik, petugas-ronda perimeter SMSC berlari menyusuri jalan setapak
kerikil yang memanjang di luar gedung. Dia baru saja menerima telepon dari
seorang petugas di dalam, yang menyatakan bahwa papan-kunci Bangsal 5
disabotase, dan lampu pengaman menunjukkan pintu area spesimen Bangsal 5 kini
terbuka. Apa gerangan yang terjadi"!
Ketika tiba di area spesimen, dia memang menemukan pintunya terbuka beberapa
puluh sentimeter. Aneh, pikirnya. Pintu ini hanya bisa dibuka dari dalam. Dia
mencabut senter dari ikat pinggang dan menyoroti kegelapan bangsal. Tidak ada
apa-apa. Karena tidak ingin melangkah ke dalam sesuatu yang tidak dikenalnya,
dia hanya bergerak sejauh ambang pintu, lalu menyorotkan senter melalui lubang,
mengayunkannya ke kiri, lalu keSepasang tangan kuat mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya ke dalam
kegelapan. Penjaga itu merasakan tubuhnya diputar oleh kekuatan yang tak
terlihat. Dia mencium bau etanol. Senter melayang dari tangannya.
Dan bahkan sebelum dia bisa mencerna apa yang teladi, pukulan sekeras batu
menghantam tulang dadanya. Penjaga itu jatuh meringkuk ke lantai semen...
mengerang kesakitan ketika sesosok hitam besar melangkah meninggalkannya.
Penjaga itu berbaring miring, napasnya tersengal-sengal. Senter tergeletak di
dekatnya, cahayanya melintasi lantai dan menerangi sesuatu yang tampaknya
semacam kaleng logam. Label kaleng mengatakan isinya minyak bahan bakar untuk
tungku Bunsen. Sebuah pemantik rokok menyala, dan api oranye menerangi pemandangan yang nyaris
tidak menyerupai manusia. Astaga! Penjaga itu hampir tidak punya waktu untuk
mencerna apa yang dilihatnya, sebelum makhluk bertelanjang dada itu berlutut dan
menyentuhkan api ke lantai.
Dengan segera, pita api mewujud, menjauhi mereka, berpacu menuju kekosongan.
Dengan kebingungan, penjaga itu mencoba ke belakang, tapi makhluk itu sudah
menyelinap keluar dari pintu area spesimen yang terbuka dan menghilang ke dalam
malam. Penjaga itu berhasil duduk, dan mengernyit kesakitan ketika matanya mengikuti
pita tipis api. Astaga"! Apinya tampak terlalu kecil untuk benar-benar
membahayakan, akan tetapi kini dia melihat sesuatu yang benar-benar mengerikan.
Api itu tidak lagi hanya menerangi ruang kosong yang gelap. Api telah berjalan
jauh ke dinding belakang. Di sana, api itu menyinari sebuah struktur balokcinder besar. Penjaga itu tidak pernah diperbolehkan berada di dalam Bangsal 5,
tapi dia tahu sekali struktur apa itu.
Kubus. Lab Katherine Solomon. Api berpacu dalam garis lurus, langsung menuju pintu luar lab. Penjaga itu
bangkit berdiri, tahu sekali bahwa ceceran minyak itu mungkin akan berlanjut di
bawah pintu lab... dan akan memulai kebakaran di dalamnya. Tapi, ketika dia
berbalik untuk meminta bantuan, dia merasakan embusan udara tak terduga yang
tersedot melewatinya. Sejenak seluruh Bangsal 5 bermandikan cahaya.
Penjaga itu tidak pernah melihat bola api hidrogen yang meledak menuju langit,
merobek atap Bangsal 5, dan membubung ribuan meter ke udara. Dia juga tidak
melihat langit menjatuhkan huanj fragmen-fragmen kawat titanium, peralatan
elektronik, dan tetes- tetes silikon leleh dari unit-unit penyimpanan holografis
lab. Katherine Solomon sedang menyetir ke utara ketika melihat kilau cahaya mendadak
di kaca spion. Suara rendah bergemuruh membahana menembus udara malam,
mengejutkannya. Kembang api" pikirnya bertanya-tanya. Apakah Redskins mengadakan pertunjukan di
waktu istirahat" Dia memusatkan perhatian kembali ke jalanan, pikirannya tertuju pada panggilan
911 yang dilakukannya dari telepon di pompa bensin sepi.
Katherine berhasil meyakinkan petugas 911 untuk mengirim polisi SMSC, untuk
menyelidiki seorang pengacau bertato, dan dia berdoa agar polisi bisa menemukan
asistennya, Trish. Selain itu, dia mendesak petugas untuk mengecek alamat Dr.
Abaddon Kalorama Heights. Menurutnya, Peter disekap di sana.
Sayangnya, Katherine tidak bisa memperoleh nomor ponsel tidak terdaftar milik
Robert Langdon. Jadi sekarang, karena tidak melihat pilihan lain, dia memacu
mobil menuju Perpustakaan Kongres. Langdon tadi bilang dirinya sedang menuju ke
sana. Pengungkapan identitas aski Dr. Abaddon yang mengerikan telah mengubah
segalanya. Katherine tidak tahu lagi apa yang harus dia percayai. Yang dia
ketahui secara pasti hanyalah, lelaki yang sama, yang telah membunuh ibu dan
keponakannya bertahun-tahun lalu itu, kini telah menculik kakaknya dan datang
untuk membunuhnya. Siapa orang gila ini" Apa yang diinginkannya" Satu-satunya
jawaban yang terpikirkan olehnya tampak tidak masuk akal. Sebuah piramida" Yang
juga membingungkan adalah mengapa lelaki itu datang ke labnya malam ini. Jika
ingin melukainya, mengapa dia tidak melakukannya di dalam privasi rumahnya
sendiri siang tadi" Mengapa repot-repot mengirim SMS dan mengambil risiko
membobol lab" Secara tak terduga, kembang api di kaca spion Katherine menjadi semakin terang,
kilau awalnya diikuti oleh pemandangan tak terduga - dia bisa melihat bola api
oranye berkobar-kobar membubung di atas garis pepohonan. Astaga"! Bola api itu
diiringi asap hitam gelap... dan sama sekali tidak berasal dari dekat Lapangan
FedEx Redskins. Dengan bingung, dia mencoba menentukan industri apa yang
terletak di balik pepohonan itu... persis di tenggara jalan raya. Lalu, bagaikan
terjangan truk, kenyataan itu terpikirkan olehnya.
BAB 55 Dengan tergesa-gesa, Warren Bellamy memencet tombol- tombol ponsel, mencoba lagi
menghubungi seseorang yang bisa membantu mereka, siapa pun itu.
Langdon mengamati Bellamy, tapi benaknya tertuju pada Peter, mencoba mencari
cara terbaik untuk menemukannya. Pecahkan kode ukiran itu, perintah penculik
Peter tadi, dan kau akan mengetahui tempat persembunyian harta karun terbesar
umat manusia.... Kita pergi bersama-sama... dan melakukan pertukaran.
Bellamy menutup telepon, mengernyit. Masih tidak ada jawaban.
"Inilah yang tidak kumengerti," ujar Langdon. "Seandainya pun, entah bagaimana,
aku bisa menerima bahwa kebijaksaan tersembunyi ini ada... dan piramida ini,
entah bagaimana, menunjukkan lokasi di bawah tanahnya... apa yang kucari" Lemari
besi Bungker?" Bellamy duduk diam untuk waktu yang lama. Lalu den enggan dia mendesah dan
bicara dengan hati-hati. "Robert, apa yang kudengar selama bertahun-tahun,
piramida itu menuju ke pintu masuk sebuah tangga spiral."
"Tangga?" "Benar. Tangga yang menuntun ke dalam bumi... bebera ratus meter kedalamannya."
Langdon tidak bisa memercayai apa yang didengarnya. Ia mencondongkan tubuh lebih
dekat. "Kudengar bahwa kebijakan kuno itu dikuburkan di dasarnya."
Robert Langdon berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir.
Tangga spiral yang turun beratus-ratus meter ke dalam bumi... Washington, DC.
"Dan tak seorang pun pernah melihat tangga itu?"
"K onon jalan masuknya ditutupi batu besar."
Langdon mendesah. Gagasan kuburan yang ditutupi batu besar pasti berasal dari
penjelasan Alkitab mengenai kuburan Yesus. Hibrida arketipal ini merupakan cikal
bakal semuanya. "Warren, kau memercayai adanya tangga mistis rahasia ke dalam bumi ini?"
"Aku belum pernah melihatnya secara pribadi, tapi beberapa kaum Mason tua
bersumpah mengenai keberadaannya. Saat ini aku sedang mencoba menghubungi salah
seorang dari mereka."
Langdon terus berjalan mondar-mandir, tidak yakin apa yang harus dikatakan
selanjutnya. "Robert, kau memberiku tugas yang sulit sehubungan dengan piramida ini."
Pandangan Warren Bellamy mengeras di dalam kilau lembut lampu baca. "Aku tidak
tahu cara memaksa seseorang untuk memercayai apa yang tidak ingin dia percayai.
Akan tetapi, kuharap kau memahami kewajibanmu terhadap Peter Solomon."
Ya, aku punya kewajiban untuk menolong-nya, pikir Langdon.
"Aku tidak menginginkanmu untuk memercayai kekuatan yang bisa diungkapkan oleh
piramida ini. Aku juga tidak menginginkanmu untuk memercayai tangga yang konon
menuntun ke sana. Tapi aku ingin kau percaya bahwa kau memiliki kewajiban moral
untuk melindungi rahasia ini... apa pun itu." Bellamy menunjuk bungkusan kecil
berbentuk-kubus. "Peter memercayakan batu-puncak itu kepadamu karena dia percaya kau akan
mematuhi semua keinginannya dan tetap merahasiakannya. Dan kini kau harus
berbuat persis seperti itu, seandainya pun itu berarti mengorbankan nyawa
Peter." Langdon langsung berhenti dan memutar tubuh. "Apa"!"
Bellamy tetap duduk, raut wajahnya menderita, tapi tetap tegas. "Itulah yang
diinginkannya. Kau harus melupakan Peter. Dia sudah hilang. Peter sudah
melakukan tugasnya, berupaya sebaik mungkin untuk melindungi piramida itu. Kini,
tugas kitalah untuk memastikan agar upayanya tidak sia-sia."
"Aku tidak percaya kau berkata seperti itu!" teriak Langdon berang. "Seandainya
pun piramida ini adalah segala yang kau bilang, Peter adalah saudara Masonmu.
Kau telah disumpah untuk melindunginya melebihi segala hal lain, bahkan
negaramu." "Tidak, Robert. Seorang Mason harus melindungi sesama Mason melebihi segala hal
lain ... kecuali satu-rahasia besar yang dilindungi oleh kelompok persaudaraan
kami demi seluruh umat manusia. Tak peduli aku percaya atau tidak bahwa
kebijakan yang hilang ini memiliki potensi seperti yang dikatakan dalam sejarah,
aku telah bersumpah untuk menjauhkannya dari tangan mereka yang tidak layak. Dan
aku tidak akan menyerahkannya kepada seseorang... sekalipun ditukar dengan nyawa
Peter Solomon." "Aku mengenal banyak kaum Mason," ujar Langdon marah, "termasuk yang paling
modern, dan aku yakin sekali para lelaki itu tidak disumpah untuk mengorbankan
nyawa mereka demi sebuah piramida batu. Dan aku juga yakin sekali, tidak seorang
pun dari mereka memercayai adanya tangga rahasia yang menurun menuju harta karun
yang terkubur jauh di dalam bumi."
"Ada lingkaran-lingkaran di dalam lingkaran-lingkaran, Robert. Tidak semua orang
mengetahui segala-nya."
Langdon mengembuskan napas, berusaha mengontrol emosi. Dia, seperti semua orang
lainnya, pernah mendengar desas-desus mengenai lingkaran-lmgkaran elite di dalam
Persaudaraan Mason. Benar atau tidaknya tampak tidak relevan untuk menghadapi
situasi ini. "Warren, jika piramida dan batu-puncak ini benar-benar
mengungkapkan rahasia Mason tertinggi, lalu kenapa Peter melibatkan-ku" Aku
bahkan bukan saudara... apalagi bagian di lingkaran-dalam apa pun."
"Aku tahu, dan kurasa, itulah tepatnya mengapa Peter memilihmu untuk menjaganya.
Piramida ini sudah menjadi sasaran di masa lalu, bahkan oleh mereka yang menyusup ke dalam kelompok persaudaraan kami
dengan maksud-maksud yang tidak layak. Pilihan Peter untuk menyimpannya di luar
kelompok persaudaraan adalah pilihan cerdas."
"Tahukah kau sebelumnya bahwa akulah yang menyimpan batu-puncaknya?" tanya
Langdon. "Tidak. Dan, seandainyapun Peter menceritakannya kepada seseorang, dia pasti
hanya menceritakannya kepada satu orang saja."
Bellamy mengeluarkan ponsel dan menekan tombol putar- ulang. "Dan sejauh ini,
aku tidak bisa menghubunginya." Dia mendengar salam dari kotak-suara dan menutup
telepon. "Wah, Robert, tampaknya aku dan kau sendirian sementara ini. Dan kita harus
membuat keputusan." Langdon menengok arloji Mickey Mouse-nya. Pukul 9.42
malam. "Kim sadar bahwa penculik Peter menungguku untuk memecahkan kode piramida malam
ini dan menjelaskannya kepadanya?"
Bellamy mengernyit. "Lelaki-lelaki hebat di sepanjang sejarah ini melakukan
pengorbanan pribadi yang besar untuk melindungi Misteri Kuno. Aku dan kau harus
melakukan hal yang sama." Kini dia berdiri. "Kita harus terus bergerak. Cepat
atau lambat Sato akan mengetahui di mana kita berada."
"Bagaimana dengan Katherine"!" desak Langdon, tidak ingin pergi. "Aku tidak bisa
menghubunginya, dan dia tidak pernah menelepon."
"Jelas terjadi sesuatu."
"Tapi kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja!"
"Lupakan Katherine!"' ujar Bellamy, nada suaranya kini memerintah. "Lupakan
Peter! Lupakan semua orang! Tidakkah kau mengerti, Robert" Kau dipercaya dengan
kewajiban yang lebih penting daripada kita semua - kau, Peter, Katherine, aku


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri?" Dia menatap Langdon lekat-lekat. "Kita perlu menemukan tempat aman untuk
menyembunyikan piramida dan batu- puncak ini, jauh dari-"
Kelontang logam keras menggema menuju lorong utama. Bellamy berputar, matanya
dipenuhi rasa takut. "Cepat sekali."
Langdon berbalik ke pintu.Tampaknya suara itu berasal dari ember logam yang tadi
diletakkan Bellamy di atas tangga, menghalangi pintu-pintu terowongan. Mereka
mengejar kita. Lalu, secara tak terduga, bunyi kelontang itu kembali bergema.
Sekali lagi. Dan sekali lagi. Lelaki tunawisma di bangku di depan Perpustakaan Kongres menggosok-gosok mata
dan mengamati adegan aneh yang berlangsung dihadapannya.
Sebuah Volvo putih baru saja naik ke trotoar, meluncur melintasi jalan setapak
sepi, dan mendadak berhenti di kaki masuk utama perpustakaan. Seorang perempuan
menarik berambut gelap melompat keluar, dengan cemas meneliti ke sekeliling, dan
ketika melihat lelaki tunawisma itu, dia berkata, "Kau punya ponsel?"
Nona, sepatu sebelah kiri pun aku tak punya.
Perempuan itu tampaknya juga menyadari hal ini. Dia melesat menaiki tangga
menuju pintu-pintu utama perpustakaan. Sesampai di puncak tangga, dia meraih
pegangan pintu dan mencoba mati-matian untuk membuka salah satu dari ketiga
pintu raksasa itu. Perpustakaannya tutup, Nona.
Tapi perempuan itu tampaknya tidak peduli. Dia meraih salah satu pegangan pintu
berat berbentuk cincin itu, menariknya belakang, lalu membiarkannya jatuh
menghantam pintu dengan bunyi kelontang keras. Lalu dia melakukannya lagi. Dan
sekali lagi. Dan sekali lagi.
Wow, pikir lelaki tunawisma itu, dia benar-benar perlu buku.
BAB 56 Ketika Katherine Solomon akhirnya melihat pintu-pintu perunggu besar
perpustakaan terayun membuka di hadapannya, dia merasa seakan sebuah pintu-air
emosi meluap terbuka. Semua rasa takut dan kebingungan yang dipendamnya malam
ini mengalir keluar. Sosok di ambang pintu perpustakaan adalah Warren Bellamy, teman dan orang
kepercayaan kakaknya. Tapi yang paling menggembirakan Katherine adalah lelaki di
belakang Bellamy, di dalam bayang-bayang. Perasaan itu tampaknya timbal balik.
Mata Robert Langdon dipenuhi kelegaan ketika Katherine bergegas melewati ambang
pintu... langsung menghambur ke pelukannya.
Sementara Katherine memuaskan diri dalam pelukan nyaman seorang teman lama,
Bellamy menutup pintu depan. Katherine mendengar bunyi klik kunci berat itu
mengunci pintu, dan akhirnya dia merasa aman. Air mata muncul tak terduga, tapi
dia berusaha memeranginya.
Langdon memeluknya, "Tidak apa-apa," bisiknya. "Kau baik-baik saja."
Karena kau menyelamatkanku. Itulah yang ingin dikatakan oleh Katherine. Lelaki
itu menghancurkan labku... semua pekerjaanku. Riset bertahun-tahun... lenyap
menjadi asap. Dia ingin menceritakan semuanya, tapi dia hampir tidak bisa
bernapas. "Kita akan menemukan Peter." Suara rendah Langdon bergetar di dada Katherine,
entah kenapa membuatnya nyaman. "Aku berjanji."
Aku tahu siapa yang melakukannya! Katherine ingin berteriak. Laki-laki yang sama
yang membunuh ibu dan keponakanku! Sebelum dia bisa menjelaskan, suara yang tak
diharapkan memecah heningan perpustakaan.
Bunyi kelontang keras itu menggema dari bawah mereka, dari dalam ruang tangga
depan - seakan sebuah benda logam besar jatuh ke lantai ubin. Katherine
merasakan otot-otot Langdon langsung mengejang.
Bellamy melangkah maju, raut wajahnya sangat serius.
"Kita pergi. Sekarang."
Dengan bingung, Katherine mengikuti ketika Langdon dan Arsitek itu bergegas
melintasi lorong utama menuju ruang perpustakaan yang terkenal, yang bermandikan
cahaya. Dengan cepat, Bellamy mengunci dua rangkaian pintu di belakang mereka,
pertama pintu luar, lalu pintu dalam.
Katherine mengikuti dengan terpana ketika Bellamy menggiring mereka berdua
menuju bagian tengah ruangan. Mereka tiba di sebuah meja baca. Di sana, sebuah
tas kulit tergeletak di bawah lampu. Di samping tas terdapat bungkusan kecil
berbentuk kubus, yang lalu diambil oleh Bellamy dan diletakkan di dalam tas, di
samping sebuah - Katherine langsung berhenti bergerak. Sebuah piramida" Walaupun belum pemah
melihat piramida batu berukir, dia merasakan seluruh tubuhnya terenyak
mengenali. Entah bagaimana, perasaannya memahaminya. Katherine Solomon baru saja
berhadapan dengan benda yang telah memorakporandak hidupnya. Piramida.
Bellamy menutup ritsleting tas dan menyerahkannya kepada Langdon. "Jangan
lepaskan dari pandanganmu."
Ledakan mendadak mengguncang pintu-pintu luar ruangan, diikuti denting kaca
pecah. "Ke sini!" Bellamy berputar, kini tampak ketakutan ketika bergegas menggiring
mereka menuju meja sirkulasi pusat - delapan meja yang mengelilingi lemari besar
berbentuk persegi delapan. Dia menuntun mereka ke belakang meja- meja itu, lalu
menunjuk lubang pada lemari. "Masuk ke sana!"
"Ke sana?" desak Langdon. " Mereka pasti akan menemukan kita."
"Percayalah," ujar Bellamy. "Itu tidak seperti yang kau pikirkan."
BAB 57 Mal'akh melesatkan limusinnya menuju Kalorama Heigth. Ledakan di lab Katherine
lebih dahsyat daripada yang diperkirakannya, dan dia beruntung bisa lolos tanpa
cedera. Untung kekacauan yang terjadi setelah itu memungkinkannya untuk
menyelinap keluar tanpa gangguan, menjalankan limusinnya menuju penjaga gerbang
yang perhatiannya teralihkan dan sibuk berbicara di telepon.
Aku harus meninggalkan jalanan, pikirnya. Seandainya pun Katherine belum
menelepon polisi, ledakan itu pasti akan menarik perhatian mereka. Dan seorang
lelaki tak berkemeja yang menyetir limusin akan sulit untuk lolos.
Setelah persiapan bertahun-tahun, Mal'akh hampir bisa percaya kalau malam ini
kini sudah tiba. Perjalanan sampai pada momen ini begitu lama dan sulit. Apa
yang bertahun- tahun lalu dalam penderitaan... akan berakhir dalam kejayaan. Di
malam kesemuanya itu bermula, dia belum bernama Mal'akh. Sesungguh-nya, di malam
kesemuanya itu bermula, ia sama sekali belum punya nama. Narapidana 37. Seperti
sebaris besar tahanan di Penjara Soganlik yang brutal di luar Istanbul.
Narapidana 37 berada di sana karena narkoba.
Dia sedang berbaring di atas dipannya di dalam sel semen, kelaparan dan
kedinginan dalam kegelapan, bertanya-tanya berapa lama dia akan dipenjarakan.
Teman satu selnya yang baru - mereka baru saja berjumpa dua puluh empat jam yang
lalu - sedang tidur di atas dipan di atasnya. Pengurus penjara, seorang pecandu
alkohol gemuk yang membenci pekerjaannya dan melampiaskannya kepada para
narapidana, baru saja mematikan semua lampu untuk malam itu.
Hampir pukul sepuluh ketika Narapidana 37 mendengar percakapan yang menembus
masuk lewat lorong ventilasi. Suara pertama jelas tak mungkin keliru - aksen
nyaring tidak ramah petugas penjara, yang jelas tidak suka dibangunkan oleh
seorang pengunjung di larut malam.
"Ya, ya, Anda datang dari jauh," katanya, "tapi pengunjung hanya diperbolehkan
di bulan pertama. Peraturan pemerintah. Tidak ada perkecualian."
Suara yang menjawab terdengar lembut dan halus, penuh rasa sakit. "Apakah putra
saya aman?" "Dia pecandu narkoba."
"Dia diperlakukan dengan baik?"
"Cukup baik," jawab pengurus penjara. "Ini bukan hotel." Muncul keheningan yang
menyakitkan. "Anda sadar kalau teman-teman Luar Negeri AS akan meminta
ekstradisi?" Ya, ya, mereka selalu melakukamya. Akan dikabulkan, walaupun administrasinya
mungkin perlu beberapa minggu... atau mungkin bulan ... tergantung."
"'Tergantung apa?"
"Wah," ujar pengurus penjara, "kami kekurangan orang." Dia diam-diam. "Tentu
saja pihak-pihak yang berkepentingan, seperti Anda, terkadang memberikan
sumbangan kepada staf penjara untuk membantu kami mendesakkan segala sesuatunya
agar lebih cepat." Pengunjung itu tidak menjawab.
"Mr. Solomon," lanjut pengurus penjara dengan suara rendah, "untuk orang seperti
Anda, yang tidak bermasalah dengan uang, sebenarnya ada pilihan. Saya mengenal
orang- orang di dalam pemerintahan. Jika Anda dan saya bekerja sama, kita bisa
membebaskan putra Anda dari sini... besok, dengan pembatalan semua tuntutan. Dia
bahkan tidak perlu menghadapi tuntutan hukum di tempat asalnya."
Jawabannya langsung terdengar. "Saya akan mengabaikan pelanggaran hukum dari
saran-saran Anda itu. Tapi saya menolak mengajari putra saya bahwa uang bisa
menyelesaikan masalah, atau bahwa tidak ada pertanggungjawaban dalam... terutama
dalam masalah serius seperti ini."
"Anda ingin meninggalkan-nya di sini?"
"Saya ingin bicara dengannya. Sekarang juga."
"Seperfi yang saya bilang, kami punya peraturan. Putra Anda tidak bisa
ditemui... kecuali jika Anda ingin menegosiassikan pembebasan langsungnya."
Keheningan yang dingin menggantung selama beberaoa saat. "Departemen Luar Negeri
akan menghubungi Anda - untuk keamanan Zachary. Saya mengharapkannya berada di
pesawat untuk pulang dalam waktu satu minggu. Selamat malam."
Pintu dibanting. Narapidana 37 tidak bisa memercayai pendengarannya. Ayah
seperti apa yang meninggalkan putranya di lubang neraka untuk memberinya
pelajaran" Peter Solomon bahkan menolak tawaran untuk membersihkan catatan
kriminal Zachary. Larut malam itu, ketika berbaring terjaga di atas dipan, Narapidana 37 menyadari
bagaimana dia bisa membebaskan diri.
Jika uang adalah satu-satunya hal yang memisahkan seorang tahanan dari
kebebasan, maka Narapidana 37 bisa dikatakan bebas.
Peter Solomon mungkin tidak ingin berpisah dengan uang. Tapi, seperti yang
diketahui oleh siapa saja yang membaca tabolid, putranya, Zachary, juga punya
banyak uang. Keesokan hari Narapidana 37 bicara secara privat dengan pengurus
penjara, menyarankan sebuah rencana-rencana hebat dan berani yang akan memberi
mereka berdua segala yang mereka inginkan.
"Zachary Solomon harus mati agar rencana ini berhasil," jelas Narapidana 37.
"Tapi kita berdua bisa langsung menghilang. Kau bisa pensiun di Kepulauan
Yunani. Kau tidak akan pernah melihat tempat ini lagi."
Setelah berdiskusi beberapa saat, kedua lelaki itu saling berjjabat tangan.
Zachary Solomon akan segera mati, pikir Narapidana 37, seraya tersenyum
memikirkan betapa mudahnya hal itu.
Dua hari kemudian, barulah Departemen Luar Negeri menghubungi keluarga Solomon
dengan berita mengerikan. Foto-foto perwira memperlihatkan mayat putra mereka
yang dihajar secara brutal, berbaring meringkuk dan tak bernyawa di lantai
penjara. Kepalanya dihancurkan oleh sebatang besi, semua bagian tubuh lainnya
babak belur dan terpilin melebihi segala yang bisa dibayangkan oleh manusia.
Tampaknya dia disiksa, sebelum akhirnya dibunuh. Tersangka utamanya adalah
pengurus penara itu sendiri, yang sudah menghilang, kemungkinan dengan membawa
semua uang milik anak laki- laki yang terbunuh itu. Zachary sudah menandatangani
semua dokumen untuk memindahkan kekayaan berlimpahnya ke sebuah nomor rekening
privat, yang sudah dikosongkan segera setelah kematiannya. Kini tidak diketahui
di mana semua uang itu berada.
Peter Solomon terbang ke Turki dengan jet privat, dan kembali bersama peti mati
putranya, yang kemudian mereka makamkan di pemakaman keluarga Solomon. Pengurus
penjara tidak pernah ditemukan. Dan memang tidak akan pernah ditemukan, pikir
Narapidana 37. Tubuh gemuk orang Turki itu kini tergeletak di dasar Laut
Marmara, menjadi makanan kepiting-kepiting manna yang bermigrasi melalui Selat
Bosporus. Kekayaan berlimpah Zachary Solomon sudah berpindah semuanya ke sebuah
rekening dengan nomor yang tidak bisa dilacak. Narapidana 37 kembalimenjadi
manusia bebas -manusia bebas dengan kekayaan berlimpah.
Kepulauan Yunani bagaikan surga. Cahayanya. Airnya. Kaum perempuannya.
Tidak ada yang tidak bisa dibeli dengan uang - identitas- identitas baru,
paspor-paspor baru, harapan baru. Dia memilih nama Yunani - Andros Dareios Andros berarti "pejuang" dan Dareios berarti "kaya". Malam-malam kelam di
penjara menghantuinya, dan Andros bersumpah tidak akan pernah kembali. Dia
mencukur habis rambut acak-acakannya dan menjauhi dunia narkoba sepenuhnya. Dia
memulai kehidupan baru -mengeksplorasi kenikmatan-kenikmatan sensual yang belum
penah dibayangkan. Ketenangan berlayar sendirian di Laut Aegean sebiru-tinta menjadi kenikmatan
heroinnya yang baru; sensualitas menyesapi souvlakia (Sate domba Yunani-penerj.)
lembap langsung dari tusukannya menjadi Ecstasy-nya; dan kegairahan dari
olahraga cliff diving dalam sungai-ungai di Mykonos yang penuh buih menjadi
kokain barunya. Aku lahir kembali. Andros membeli vila luas di Pulau Syros dan tinggal di bella gente (Kaum jelitapenerj.) di kota eksklusif Possidonia. Dunia baru ini punya komunitas yang terdiri atas
kekayaan, tapi juga kebudayaan dan kesempumaan fisik. Para tetangganya sangat
membanggakan tubuh dan benak mereka, dan kebiasaan itu menular. Mendadak
pendatang baru itu mendapati dirinya berolahraga lari di pantai, mencokelatkan
tubuh pucatnya, dan membaca buku-buku.
Andros membaca Odyssey karya Homer, terpesona oleh gambaran kaum lelaki perkasa
berkulit-perunggu bertempur di pulau-pulau ini. Keesokan harinya, dia mulai
mengangkat beban, dan melihat betapa cepat dada dan lengannya berubah kekar.
Perlahan-lahan dia mulai merasakan mata kaum perempuan meliriknya, dan kekaguman
itu memabukkan. Dia ingin menjadi semakin kuat lagi. Dan dia berhasil. Dengan
bantuan beberapa rangkaian steroid agresif, dicampur hormon-hormon pertumbuhan
di pasar gelap dan berjjam-jam mengangkat beban, Andros mengubah dirinya menjadi
sesuatu yang tak pernah dibayangkannya. Spesimen lelaki sempurna. Dia bertambah
tinggi dan kekar, mengembangkan dada tak bercela dan kaki-kaki besar berotot
yang dijaganya agar selalu kecokelatan sempurna.
Semua orang kini meliriknya.
Sesuai dengan peringatan yang diterima Andros, semua, steroid dan hormon yang
berat itu tidak hanya mengubah tubuhnya tapi juga suaranya, memberinya suara
berbisik mengerikan yang membuatnya merasa semakin misterius. Suara lembut yang
sukar dipahami, ditambah tubuh baru, kekayaan, dan penolakannya untuk
membicarakan masa lalunya yang misterius, berfungsi sebagai pemikat kaum
perempuan yang berjumpa dengannya. Mereka meyerahkan diri dengan sukarela, dan
Andros memuaskan mereka semua - mulai dari para model yang mengunjungi pulaunya
untuk difoto, gadis-gadis mahasiswi Amerika seksi yang sedang berlibur, sampai
istri-istri tetangganya yang kesepian, dan terkadang lelaki muda. Mereka tidak
pernah merasa jemu. Aku adalah mahakarya. Ketika tahun-tahun berlalu, petualangan seksual Andros mulai kehilangan
kegairahannya. Seperti juga segala hal lainnya. Hidangan mewah pulau itu
kehilangan cita rasanya, buku-buku tidak lagi menarik perhatiannya, dan bahkan
pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan dari vilanya tampak membosankan.
Bagaimana mungkin ini terjadi" Usianya baru pertengahan dua puluhan, akan tetapi
dia merasa tua. Apa lagi yang ada dalam kehidupan" Dia telah memahat tubuhnya
menjadi mahakarya; dia telah mendidik dirinya sendiri dan memupuk benaknya
dengan kebudayaan; dia telah membuat rumah di surga; dan dia telah mendapat
cinta dari siapa pun yang diinginkannya.
Akan tetapi, anehnya, perasaannya sekosong seperti saat dia berada di dalam
penjara Turki itu. Apanya yang kurang" Jawabannya muncul beberapa bulan kemudian. Andros sedang duduk sendirian di
vilanya, mengganti-ganti saluran TV di tenggah malam sambil melamun, ketika
menemukan program mengenai rahasia-rahasia Persaudaraan Mason Bebas. Acaranya
dibuat dengan buruk, mengemukakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, akan
tetapi Andros mendapati dirinya terpikat oleh banyaknya teori persekongkolan
yang mengelilingi kelompok persaudaraan itu. Naratornya menjelaskan legenda demi
legenda. Persaudaraan Mason Bebas dan Tatanan Dunia Baru ... Stempel Mason Resmi Amerika
Serikat ... Rumah Mason P2 ... Rahasia Perkumpulan Mason Bebas yang Hilang ... Piramida Mason ...
Andros duduk tegak, terkejut. Piramida. Naratornya menjelaskan cerita tentang
sebuah piramida batu misterius ukiran tersandi yang menjanjikan panduan menuju
kebijaksanaan yang hilang dan kekuatan yang tak terbayangkan. Cerita itu,
walaupun tampaknya tidak masuk akal, menyulut ingatan yang jauh di dirinya...
ingatan samar- samar dari masa yang jauh lebih kecil. Andros ingat apa yang
didengar Zachary Solomon dari ayahnya mengenai sebuah piramida misterius.
Mungkinkah itu" Andros berjuang mengingat detailnya. Ketika acara berakhir, dia
melangkah menuju balkon, membiarkan udara sejuk menjernihkan benaknya. Kini dia


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingat lebih banyak, dan ketika semuanya kembali kepadanya, dia mulai merasakan
adanya semacam kebenaran dalam legenda ini. Jika demikian, Zachary Solomon walaupun sudah lama mati - masih bisa menawarkan sesuatu.
Apa risikonya bagiku"
Tiga minggu kemudian, setelah memilih waktu dengan cermat, Andros berdiri dalam
udara membekukan di luar rumah, di tempat kediaman keluarga Solomon di Potomac.
Lewat kaca dia bisa melihat Peter Solomon mengobrol dan tertawa bersama adiknya,
Katherine. Tampaknya mereka tidak punya masalah dan melupakan Zachary, pikirnya.
Sebelum mengenakan topeng ski di wajah, Andros sedikit memakai kokain. Itu
pemakaian pertamanya setelah bertahun- tahun. Dia merasakan aliran gelombang
keberanian yang dikenalnya. Dia mengeluarkan pistol, menggunakan kunci tua untuk
membuka pintu, dan melangkah ke dalam. "Halo, keluarga Solomon."
Sayangnya, malam itu tidak berjalan sesuai dengan rencana Andros. Bukannya
memperoleh piramida yang diinginkannya, malah dia mendapati dirinya tertembak
senapan berburu dan kabur melintasi pekarangan tertutup salju menuju hutan
rimbun. Yang mengejutkannya, Peter Solomon mengejar di belakangnya dengan pistol
berkilau di tangan. Andros melesat ke dalam hutan, berlari menyusuri jalan
setapak di sepanjang pinggiran jurang yang dalam. Jauh di bawah sana, suara air
terjun menggema menembus udara musim dingin yang segar. Dia melewati sekelompok
pohon ek dan berbelok ke kiri. Beberapa detik kemudian, dia berhenti mendadak di
jalan setapak licin, hampir saja menemui ajal.
Astaga! Hanya beberapa puluh sentimeter di depannya, jalan setapak itu berakhir,
terputus oleh sungai sedingin es jauh dibawah sana. Batu besar di sisi jalan
setapak telah diukir oleh tangan tidak tampak seorang anak:
Di sisi jauh jurang, jalan setapak itu berlanjut. Jadi, mana jembatannya"
Pengaruh kokain sudah hilang. Aku terperangkap! Andros, yang kini panik,
berbalik untuk kembali berlari menyusuri jalan setapak, tapi dia mendapati
dirinya berhadapan dengan Peter Solomon yang berdiri kehabisan napas di depannya
dengan pistol di tangan. Andros memandang pistol itu dan mundur satu langkah. Jurang di belakangnya
paling tidak sedalam lima belas meter menuju sugai yang tertutup es. Kabut dari
air terjun membubung di sekeliling mereka, menggigilkan tubuhnya sampai ke
tulang. "Jembatan Zach sudah lama melapuk," ujar Solomon terengah-engah. "Dia satusatunya yang pernah pergi sejauh ini." Solomon mengangkat pistol dengan sangat
mantap. "Mengapa kau membunuh putraku?"
"Dia bukan apa-apa," jawab Andros. "Pecandu narkoba. Aku menolongnya."
Solomon semakin mendekat, dengan pistol terarah langsung ke dada Andros.
"Mungkin aku harus memberi-mu pertolongan yang sama." Nada suaranya mengejutkan
garangnya. "Kau menyiksa putraku sampai mati. Bagaimana seorang manusia bisa
melakukan hal semacam itu?"
"Manusia melakukan hal yang tak terpikirkan jika terpojok."
"Kau membunuh putraku!"
"Tidak," jawab Andros, yang kini berang. "Kau membunuh putramu. Lelaki macam apa
yang meninggalkan putranya di penjara, padahal dia punya pilihan untuk
membebaskannya! Kau membunuh putramu sendiri! Bukan aku."
"Kau tidak tahu apa-apa!" teriak Solomon, suaranya dipenuhi rasa sakit.
Kau keliru, pikir Andros. Aku tahu segalanya.
Peter Solomon semakin mendekat, kini hanya berjarak lima meter, dengan pistol
teracung. Dada Andros serasa terbakar, dan dia bisa tahu kalau dirinya terluka
parah. Kehangatan itu mengalir ke perut. Dia menengok ke belakang, melihat
jurang itu. Mustahil. Dia menoleh kembali kepada Solomon. "Aku tahu lebih banyak
tentangmu daripada yang kau pikirkan," bisiknya.
"Aku tahu kau bukan jenis lelaki yang bisa membunuh dengan darah dingin."
Solomon melangkah lebih dekat, mengarahkan pistol dengan tepat.
"'Kuperingatkan kau," ujar Andros, "jika kau menarik pelaruk aku akan
menghantuimu selamanya."
"Kau sudah melakukannya." Dan, dengan perkataan Solomon menembak.
Ketika memacu limusin hitamnya kembali ke Kalorama Heigth orang yang kini
menyebut dirinya sendiri sebagai Mal'akh merenungkan kejadian-kejadian ajaib
yang menyelamatkannya dari kematian yang pasti di atas jurang sedingin es. Dia
telah diubah untuk selamanya. Tembakan itu hanya menggema sejenak, tetapi
efeknya bergaung selama berdekade-dekade. Tubuhnya, yang tadinya kecokelatan dan
sempurna, kini dinodai bekas-bekas luka akibat malam itu ... bekas-bekas luka
yang disembunyikannya balik simbol-simbol identitas barunya yang ditatokan.
Aku Mal'akh. Ini memang takdirku. Dia sudah berjalan melintasi api, sudah diubah menjadi abu, lalu muncul
kembali ... diubah sekali lagi. Malam ini akan menjadi langkah terakhir dalam
perjalanannya yang panjang dan luar biasa.
BAB 58 Peledak yang diberi nama Key4 telah dikembangkan secara spesifik oleh Pasukan
Khusus untuk membuka pintu-pintu kunci dengan kerusakan kolateral minim. Peledak
yang sebagian besarnya terdiri atas siklotrimetflenatrinitran-dna dengan die
plasticizer itu pada dasarnya adalah sepotong C-4, yang digulung menjadi
lembaran-lembaran setipis kertas untuk disisipkan kedalam lubang-lubang pintu.
Dalam kasus ruang baca perpustakaan, peledak itu bekerja dengan sempurna.
Pemimpin operasi, Agen Turner Simkins, melangkah melewati puing-puing pintu dan
meneliti ruangan berbentuk persegi delapan besar itu untuk mencari tanda-tanda
gerakan. Tidak ada apa-apa. "Matikan semua lampu," perintah Simkins.
Agen kedua menemukan panel di dinding, mematikan tombol-tombol, dan mengubah
ruangan menjadi gelap gulita. Secara serempak, tangan keempat lelaki itu
menjangkau ke atas kepala mereka, menurunkan alat night-vision, menyesuaikan
kacamata besar itu di atas mata mereka. Mereka berdiri tak bergerak, meneliti
ruang baca yang kini tampil dalam warna-warna hijau berpendar di balik kacamata
mereka. Adegannya tetap tak berubah.
Tak seorang pun berlari dalam kegelapan.
Buronan-buronan itu mungkin tak bersenjata, akan tetapi tim lapangan memasuki
ruangan dengan senjata teracung. Dalam kegelapan, senjata api mereka
memproyeksikan empat sorot cahaya laser yang mengancam. Lelaki-lelaki itu
menyapukan sorot cahaya ke segala arah, melintasi lantai, ke dinding-dinding
yang jauh, ke dalam balkon, menembus kegelapan. Melihat senjata yang melengkapi
laser-pembidik dalam ruangan gelap saja sering sudah cukup untuk membuat musuh
langsung menyerah. Tampaknya malam ini tidak.
Masih tidak ada gerakan. Agen Simkins mengangkat sebelah tangan, mengisyaratkan timnya untuk memasuki
ruangan. Diam-diam keempat lelaki itu menyebar. Simkins bergerak dengan hatihati menuju lorong tengah, tangannya menjangkau ke atas kepala dan menyalakan
tombol pada kacamata besarnya, mengaktifkan peralatan terbaru dalam persenjataan
CIA. Pencitraan-panas sudah ada selama bertahun-tahun, tapi kemajuan-kemajuan
belakangan ini dalam miniaturisasi, sensitivitas diferensial, dan integrasi
dwisumber telah memfasilitasi generasi baru peralatan penajam-penglihatan yang
memberikan penglihatan nyaris seperti manusia-super kepada agen-agen lapangan.
Kami melihat dalam kegelapan. Kami melihat menembus dinding-dinding. Dan
kini ... kami melihat kembali waktu yang lampau.
Peralatan pencitraan-panas telah menjadi begitu sensitif terhadap perbedaanperbedaan panas, sehingga tidak hanya bisa mendeteksi lokasi seseorang... tapi
juga lokasi-lokasi mereka sebelumnya. Kemampuan untuk melihat waktu lampau
sering terbukti menjadi aset paling berharga dibandingkan dengan semua aset
lainnya. Dan malam ini, sekali lagi manfaatnya terbukti. Agen Simkins kini
mengamati jejak- panas pada salah satu meja baca. Kedua kursi kayu itu berpendar
di balik kacamatanya, mengungkapkan warna ungu kemerahan, menunjukkan bahwa
kursi-kursi itu lebih hangat daripada kursi-kursi lainnya di dalam ruangan. Bola
lampu di meja berkilau oranye. Jelas kedua lelaki itu telah duduk di meja ini,
tapi kini yang menjadi pertanyaan adalah ke arah mana mereka pergi.
Simkins menemukan jawabannya di meja tengah yang mengelilingi lemari kayu besar
di tengah ruangan. Cetakan- tangan pucat yang berkilau merah.
Dengan senjata teracung, Simkins bergerak menuju lemari persegi delapan itu,
mengarahkan laser-pembidiknya melintasi permukaan.. Dia berkeliling sampai
melihat lubang di samping lemari. Apakah mereka benar-benar memojokkan diri
dalam lemari" Agen itu meneliti pinggiran lubang dan melihat cetakan-tangan
berkilau di atas-nya. Jelas seseorang telah meraih pinggiran pintu ketika
merunduk memasuki lemari.
Waktu untuk keheningan sudah berakhir.
"Jejak-panas!" teriak Simkins seraya menunjuk lubang, "kepung!"
Kedua pengapitnya bergerak maju dari sisi berlawanan. Suatu cara efektif
mengelilingi lemari persegi delapan itu.
Simkins bergerak ke arah lubang. Dari jarak tiga meter, bisa melihat sebuah
sumber cahaya di dalamnya. "Lampu di dalam lemari!" teriaknya, berharap suaranya
bisa meyakinkan Bellamy dan Mr. Langdon untuk keluar dari lemari dengan kedua
tangan terangkat. Tidak terjadi apa-apa. Baiklah, kita akan melakukannya dengan cara lain.
Ketika semakin mendekati lubang, Simkins bisa mendengar suara dengung yang tak
terduga bergemuruh dari dalamnya. Kedengarannya seperti mesin. Dia berhenti,
mencoba membayangkan apa yang kemungkinan menciptakan suara seperti itu di dalam
ruangan sekecil itu. Dia beringsut lebih mendekat, dan kini mendengar suarasuara di tengah dengung mesin. Lalu, persis ketika dia tiba di lubang, lampulampu di dalamnya padam. Terima kasih, pikirnya, seraya menyesuaikan alat night- vision-nya. Keuntungan
bagi kami. Dia berdiri di ambang pintu, mengintip ke dalam lubang. Apa yang ada di baliknya
benar-benar tak terduga. Bagian dalam lemari itu lebih menyerupai langit-langit
tinggi di atas serangkaian tangga curam yang menurun ke dalam ruangan di
bawahnya. Agen itu mengarahkan senjata ke bawah dan mulai menuruni tangga.
Dengung mesin terdengar semakin keras seiring setiap langkahnya.
Apa gerangan tempat ini"
Ruangan di bawah ruang baca itu berupa tempat kecil yang menyerupai pabrik.
Dengung yang didengarnya memang berasal dari mesin, walaupun dia tidak yakin
apakah mesin itu beroperasi karena diaktifkan oleh Bellamy dan Langdon, ataukah
karena mesin itu memang tidak pemah berhenti bekerja. Apa pun kenyataannya,
tidak ada bedanya. Buronan- buronan itu telah meninggalkan jejak-jejak panas
yang memberitahukan persembunyian mereka pada satu-satunya jalan keluar ruangan
- sebuah pintu baja tebal yang papan- kuncinya menunjukkan empat sidik jari
berkilau pada tombol- tombol angka. Di sekeliling pintu, berkas-berkas oranye
berkilau di balik pinggiran pintu, menunjukkan adanya lampulampu yang menyala di sisi sebaliknya.
"Ledakkan pintunya," ujar Simkins. "Ini rute pelarian mereka."
Perlu delapan detik untuk menyisipkan dan meledakkan lembar Key4. Ketika asapnya
menghilang, agen-agen tim lapangan itu mendapati diri mereka mengintip ke dalam
dunia bawah tanah aneh yang dikenal sebagai "rak-rak".
Perpustakaan Kongres punya berkilo-kilometer rak buku, sebagian besarnya berada
di bawah tanah. Barisan-barisan rak yang tampaknya tak berujung ini menimbulkan
semacam ilusi optis "memanjang tanpa akhir" yang diciptakan oleh cermin- cermin.
Sebuah papan tanda mengumumkan
LINGKUNGAN DENGAN SUHU TERKONTROL
Jaga pintu ini agar tetap tertutup sepanjang waktu. Simkins mendorong pintupintu hancur itu dan merasakan udara dingin dibaliknya. Mau tak mau dia
tersenyum. Bisakah ini lebih mudah lagi" Jejak-jejak panas di dalam lingkunganterkontrol tampak seperti nyala solar, dan kacamata besarnya sudah mengungkapkan
noda merah berkilau pada pegangan tangga di depan sana, yang tadi diraih oleh
Bellamy atau Langdon ketika berlari melewatinya.
"Kalian bisa lari," bisiknya kepada diri sendiri, "tapi kalian tidak bisa
bersembunyi. Ketika Simkins dan timnya maju ke dalam labirin rak, dia menyadari bahwa
lapangan permainan itu benar-benar menguntungkan dirinya, sehingga dia bahkan
tidak memerlukan kacamatanya untuk memburu mangsa. Dalam keadaan normal, labirin
rak akan menjadi tempat persembunyian yang cukup baik. Untuk menghemat energi,
Perpustakaan Kongres menggunakan lampu-lampu yang diaktifkan-oleh-gerakan,
sehingga rute pelarian buronan itu kini menyala bagaikan landasan terbang.
Sebuah jalur sempit cahaya memanjang berkelak-kelok sampai jauh.
Semua lelaki itu melepaskan kacamata besar mereka. Tim lapangan bergerak maju
dengan kaki-kaki yang terlatih baik mengikuti jejak cahaya, berkelak-kelok
melewati labirin buku yang tampaknya tak berujung. Dengan segera Simkins mulai
melihat lampu-lampu yang menyala dalam kegelapan di depan mereka.
Kita berhasil. Dia berupaya semakin keras, semakin cepat sampai mendengar
langkah kaki dan napas tersengal-sengal di depan. Lalu dia melihat sebuah
sasaran. "Aku melihatnya!" teriaknya.
Sosok tinggi ramping Warren Bellamy tampaknya berada paling belakang. Lelaki
Afrika-Amerika berpakaian rapi itu terhuyung-huyung melewati rak-rak, jelas
kehabisan napas. Tidak ada gunannya Pak Tua.
"Berhenti, Mr. Bellamy!" teriak Simkins.
Bellamy terus berlari, berbelok tajam, berkelak-kelok melewati barisan-barisan
buku. Di setiap belokan, lampu- lampu menyala di atas kepalanya.
Ketika tim berada dalam jarak dua puluh meter, mereka berteriak lagi memintanya
berhenti, tapi Bellamy terus berlari.
"Jatuhkan dia!" perintah Simkins.
Agen yang membawa senapan tidak-mematikan milik im mengacungkan benda itu dan
menembak. Proyektil yang meluncur di sepanjang lorong dan membelitkan diri di
sekeliling kedua kaki Bellamy dijuluki Tali Konyol, tapi tidak ada yang konyol
mengenai tali itu. Sebagai teknologi militer yang diciptakan di Laboratorium
Nasional Sandia, "peringkus" tidak-mematikan ini berupa tali lembek yang berubah
sekeras batu saat bersentuhan dengan sesuatu, menciptakan jaringan plastik kaku
di bagian belakang lutut buronan. Efeknya pada sasaran yang sedang berlari akan
seperti menyelipkan ranting ke dalam jeruji sepeda yang sedang bergerak.
Sepasang kaki Bellamy langsung berhenti, dan dia terjungkal ke depan, jatuh
berdebum ke lantai. Sebelum berhenti, Bellamy meluncur tiga meter lagi di
sepanjang lorong gelap, dan lampu-lampu di atasnya menyala tanpa berperasaan.
"Bellamy akan kutangani," teriak Simkins. "Teruslah mengejar Langdon! Mestinya
dia ada di depan-" Pemimpin tim itu berhenti, kini melihat bahwa rak-rak
perpustakaan di depan Bellamy gelap gulita. Jelas tidak ada orang lain yang
berlari di depan Bellamy. Ia sendirian"
Bellamy masih tertelungkup, bernapas tersengal-sengal dengan lutut dan kaki
terbelit plastik keras. Agen itu berjalan menghampiri dan menggunakan kakinya
untuk menggulingkan lelaki tua itu sampai tertelentang.
" Di mana dia?" desak agen itu.
Bibir Bellamy berdarah akibat kejatuhannya. "Di mana siapa?"
Agen Simkins mengangkat sebelah kaki dan meletakkan sepatu bot-nya tepat di atas
dasi sutra bersih Bellamy. Lalu dia membungkuk, memberikan sedikit tekanan.
"Percayalah, Mr. Bellamy, kau tidak ingin bermain-main denganku."
BAB 59 Robert Langdon inerasa seperti mayat.
Dia berbaring telentang dengan kedua tangan terlipat di dada, dalam kegelapan
total, terperangkap di dalam ruangan yang paling sempit. Walaupun Katherine
berbaring di dekatnya dalam posisi serupa di dekat kepalanya, Langdon tidak bisa
melihatnya. Dia memejamkan mata, untuk mencegah dirinya agar sama tidak melihat
keadaan yang sulit dan menakutkan itu.
Ruangan di sekelilingnya kecil.
Sangat kecil. Enam puluh detik yang lalu, ketika pintu-ganda ruang baca roboh, dia dan
Katherine mengikuti Bellamy ke dalam lemari persegi delapan, menuruni
serangkaian anak tangga curam, dan memasuki ruangan yang tak terduga di
bawahnya. Langdon langsung menyadari di mana mereka berada. Jantung sistem sirkulasi
perpustakaan. Menyerupai pusat distribusi bagasi bandara kecil, ruang sirkulasi
itu punya berbagai ban-berjalan yang menuju ke segala arah. Karena Perpustakaan
Kongres ditempatkan di dalam tiga gedung terpisah, buku-buku yang diminta dari
ruang baca sering harus diangkut cukup jauh dengan sistem ban-berjalan, melewati
Sumpah Palapa 15 Goosebumps - Misteri Hantu Tanpa Kepala Terbakar Api Asmara 1

Cari Blog Ini