Ceritasilat Novel Online

Vertical Run 3

Vertical Run Karya Joseph R. Garber Bagian 3


benaknya. Sol kulitnya akan terpeleset di rumput dan rontokan dedaunan, serta
berdetak terlalu keras di lantai linoleum.
Entah di mana, entah bagaimana, kau harus mendapatkan sepatu yang pantas.
Ia sudah mengambil dua handuk tangan cokelat tua dari kamar mandi Marge.
Sekarang ia memasangnya di kaki, mengikatnya dengan benang. Kikuk, tapi boleh
juga. Ia mulai menyeberangi jalan.
Benar-benar dalih yang sangat menyedihkan bagi seorang profesional! Ransome
tentu akan gusar. Astaga, kau tak bisa mendapatkan bantuan yang baik lagi.
Dave merapatkan bibir tidak setuju. Ia menggeleng. Pengintai itu sembilan meter
di depannya, merunduk di bawah pohon elm Cina. Dave takkan melihatnya
244 seandainya orang tersebut tidak memilih saat itu untuk menyalakan rokok.
Sudah tak ada disiplin yang tersisa di dunia. Mamba Jack tentu akan menghajar
siapa saja yang menyalakan rokok saat berjaga malam.
Beberapa saat kemudian Dave menghunjamkan moncong pistolnya ke belakang telinga
laki-laki itu dan berbisik, "Kejutan." Laki-laki itu tersentak, mengerang, dan
menjatuhkan senjatanya. Bau isi perut menghambur darinya.
"Berapa banyak?" Dave berbisik.
"Uh..." "Dengar, tolol. Tak ada risikonya bagiku. Kalau aku melukis pemandangan dengan
otakmu, mereka tidak bertindak lebih dari yang sudah mereka rencanakan
terhadapku. Jadi katakan, ada berapa banyak dari kalian di sini?"
"Bung, tak seorang pun percaya kau akan sampai ke sini."
"Aku akan menghitung sampai tiga. Satu..." "Lima, lima. Dua di sisi ini, dua di
sisi seberang, dan satu di dalam gedung." "Aku tak percaya."
"Aku tak bohong. Demi Tuhan, tidak..."
Godaan untuk menembaknya sungguh memikat. Mereka berutang kepadanya, Ransome dan
mereka semua. Mereka mencoba membunuhnya. Mereka melibatkan putranya ke dalam
urusan ini, istrinya, dan Annie. Mereka memakai kebohongan untuk mengubah temantemannya jadi musuh. Mungkin lebih hebat lagi, mereka memperlakukan Marge Cohen
yang malang seperti ternak. Mereka layak mati. Mereka semua. Mulai dari yang
ini. 245Ia tak melakukannya. Tapi ia memukulkan pistolnya lebih keras daripada yang
diperlukan. Dan ketika ia menemukan yang lainnya, sekitar seratus meter di
sebelah utara, ia melakukannya lagi. Kemudian, karena merasa perlu menegaskan,
ia memakai gagang pistolnya untuk menghantam mata kaki orang kedua itu hingga
remuk. Orang pertama tadi tidak berbohong. Hanya ada dua penjaga di sisi selatan lahan
itu. Dave mengatasi mereka dengan mudah. Selama beberapa bulan berikutnya,
mereka memerlukan balutan gips dan tongkat.
Dave mengintai sisi barat, di belakang kompleks bangunan. Tak ada orang di
sana ini akan mudah.?Di sebelah selatan ada tanjakan yang naik-turun. Dave merunduk dan melesat ke
depan, tersembunyi oleh bentuk tanah itu. Tiga puluh meter dari pintu belakang,
ia menjatuhkan diri ke tanah, dan merayap menempuh sisanya.
Satu orang di dalam gedung" Begitulah kata orang tadi. Mungkin benar, mungkin
bohong. Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya.
Dave mengulurkan tangan ke pegangan pintu. Pegangan itu berputar mudah. Tidak
terkunci. Pertanda buruk.
Yang ada di dalam pertanda yang lebih buruk lagi.
5. Lockyear Laboratories ternyata kosong. Semuanya sudah lenyap. Mereka sudah
memindahkan perabotan, bangku laboratorium, peralatan, dan lukisan-lukisan
246 dari dindingnya. Bahkan lampu-lampunya sudah dicopot. Apa yang tadinya Lockyear
Laboratories kini merupakan bangunan kosong.
Dave melepaskan handuk yang dibungkuskannya pada telapak kaki. Ia berjalan diamdiam menyusuri koridor-koridor kosong dengan kaki terbungkus kaus, mencoba
mengingat rute ke laboratorium riset.
.Bau desinfektan dalam bangunan itu menyengat. Setiap ruangan, setiap kantor,
setiap koridor berbau bakterisida. Di satu-dua tempat lantainya masih basah
dengan cairan itu. Dave menyentuhnya, mendekatkan jarinya ke hidung, dan
meringis. Desinfektan keras.
Ia ingat hari sebelumnya ia dibawa melewati WC pria, keran air, WC wanita, dan
ruang duduk karyawan. Laboratorium-laboratorium itu nomor satu sampai
?lima terletak berjajar pada koridor di sebelah kiri ruang duduk tersebut.
? Masalahnya bukan apa yang kaulihat, bukan apa yang kaudengar, bukan apa yang
kaukerjakan. Bukan salah satu di antara semua itu.
Itu. WC, ruang duduk. Dan...
Detak sol sepatu lars pada lantai. Ada orang sedang berjalan mendatangi di
koridor, dari arah laboratorium-laboratorium itu.
Dave mundur ke sudut, mengangkat pistol dan bersiap.
Hanya sedikit cahaya redup, hampir tidak cukup untuk melihat, menembus dari
jendela. Langkah kaki itu sampai di ujung koridor, dan berhenti. Kemudian mulai lagi,
mendatangi ke arahnya. Dave mengaitkan jarinya pada picu, memegang kokoh pistol
itu dengan dua belah tangan. Dalam jarak ini,pistol itu akan membuat lubang
menembus sasarannya. Ia menunggu penuh harap.
Sekarang hantu bukan manusia, meskipun tanpa seks atau sihir, Letnan David
Elliot melewatkan siang hari yang lengas di neraka bukan sebagai predator
melainkan sebagai mangsa, peran yang tidak cocok baginya.
Ia berlari sehingga membawanya selangkah di depan pemburunya, pelarian yang
membuatnya frustrasi dan ingin membalas dendam, pelarian yang penuh dengan
kengerian. Tidak lagi. Itu kini sudah berubah. Dialah si pemburu. Pengejarnya adalah buruan. Ia tahu
inilah susunan yang semestinya.
Indranya berubah, persepsinya bergeser, ia memusatkan perhatian pada keadaan di
depan, tak menghiraukan apa yang mungkin mengintai di belakang.
Kulitnya menggelenyar. Matanya melihat ke. kiri dan ke kanan. Daya pandangnya
sangat tajam, pendengarannya akut luar biasa. Ia mengendus udara dan bisa
merasakan berani sumpah ia bisa merasakan aliran keringat pada pipi musuhnya ? ?yang sedang bersembunyi.
Pemburu. Dan, ya Tuhan, ia tak pernah merasa begitu hidup.
Orang itu melangkah dalam jarak pandangnya, membelakangi jendela. Dave
memusatkan pandangannya. Tangannya tenang. Tinggi sasarannya kira-kira 163
senti, perawakannya ramping. Ia membidik ke batang tubuh itu. Penjaga itu
membawa sepucuk senapan tempur
248 M16A1 dengan tangan kiri. Ia memakai topi bisbol. Di bawah topi itu rambutnya
terjuntai. Perempuan. Tak lama setelah perang Irak tahun 1991, timbul perdebatan sengit juga di kantor-kantor Senterex seperti halny*a tempat lain mengenai peran ? ?wanita dalam pertempuran. Haruskah wanita bertempur" Haruskah mereka membunuh"
Pengaruh apa yang timbul terhadap laki-laki karena bertempur berdampingan dengan
wanita" Bagaimana musuh akan bereaksi" David Elliot tidak menyuarakan pendapat,
menolak berperan serta dalam diskusi, pura-pura tak tertarik, dan mencoba
mengalihkan pokok pembicaraan. Pengalamannya dengan Vietcong mengajarkan bahwa
prajurit wanita sama mematikannya seperti laki-laki. Demikian pula semua
prajurit yang pernah dikenalnya takkan ragu-ragu sedetik pun untuk memikirkan
jenis kelamin musuh yang menembaknya.
Perempuan itu tidak berpaling. Ia lewat, perlahan-lahan memeriksa lorong itu,
prajurit yang jemu dalam tugas yang membosankan. Langkah kakinya mereda. Tak
lama kemudian ia pun pergi.
Dave menggerakkan rahangnya maju-mundur. Ia hampir saja membunuh perempuan itu
sekadar untuk membunuh. Untuk semalam ini kita sudah memberikan cukup banyak penegasan, kan"
Masalah ini mengubahnya untuk memerankan sesuatu yang tidak diinginkannya.
Membawanya ke 25 tahun lalu. Waktu itu hampir saja ia melewati garis batas. Kini
ia juga nyaris melewatinya lagi.
Ransome terus-menerus mengatakan kau salah satu dari mereka, digunting dari kain
yang sama. Ia menggeleng. Takkan dibiarkannya mereka me 249lakukan itu padanya. Harganya terlampau tinggi. Ia ingat harganya; ia ingat
ekspresi mengutuk dan putus asa pada paras Mamba Jack Kreuter ketika Jack
menyadari apa yang telah dilakukannya, dan tahu ia telah pergi begitu jauh
sehingga tak mungkin lagi kembali. *
Oke, Sobat, tenanglah. Kau sudah tahu apa yang akan kautemukan, jadi mari
selesaikan ini dan keluar dari Dodge.
Dave mengernyit. Ia tidak tahu apa yang akan ditemukannya.
Oh ya, kau sudah tahu. Ia mulai menyusuri lorong itu, berbelok ke koridor laboratorium, dan melewati
tempat yang dulu merupakan Laboratorium satu. Tempat itu, seperti tiap ruangan
lain di bangunan itu, sudah dikosongkan.
Masalahnya bukan Lab satu. Kau harus berhenti pura-pura masih tidak tahu apa
masalahnya. Lab dua dalam kondisi yang sama. Seperti halnya Lab tiga dan Lab empat.
Lab lima. Bahkan pintunya pun sudah lenyap. Mereka bukan saja menyingkirkan perabot dan
peralatan dari Lab lima, tapi bahkan mengambil pintunya. Dan di dalam itu ada...
Lapisan linoleumnya sudah dicabut. Langit-langitnya dibongkar. Mereka sudah
menyerang dinding-dindingnya, penopang langit-langit, lantai betonnya dengan
semprotan api. Setiap inci plesteran dinding, beton, dan baja sudah mereka
sterilkan dengan api. Tak ada apa-apa sama sekali, tidak ada lalat, kutu, atau
mikroba yang bisa selamat dari Lab lima.
David Elliot membungkuk, dan jatuh berlutut. Untuk kedua kalinya hari ini, ia
muntah. 250 BAB 7 KEHIDUPAN MALAM 1. Ransome benar Dave akan kembali. Ia tidak punya pilihan. Ia harus melihat arsip?Lockyear, berkas di lemari Bernie yang menyimpan rahasia mengapa Bernie Bernie
?dan semua orang lain menginginkan David Elliot mati.
?Ia kembali di Long Island Expressway, mengebut ke barat menuju ke New York.
Mobil sewaan tersebut melolong dalam kecepatan itu. Dave menginjak pedal gas
sampai ke lantai. Spedometer menunjukkan angka 135 kilometer per jam. Hanya
sampai di situ kemampuan mobil itu. Pacu lebih kencang lagi maka ia akan hancur
berkeping-keping. Ia mengumpat Hertz dan mengumpat industri mobil Korea.
Dan ia mengumpat Bernie Levy. Kini ia tahu apa
251yang telah dilakukan Bernie setidaknya secara umum. Ia tahu sebab Scott
?Thatcher telah memberitahunya.
Peristiwanya adalah satu setengah tahun yang lalu. Scott dan istrinya, Olivia,
mengundang David dan Helen ke jamuan makan malam Kamis petang di pied-a-terre
milik mereka di Sutton Place.
Jamuan makan malam Kamis petang di rumah Thatcher adalah sesuatu yang
legendaris. Kau tak pernah tahu siapa akan menjadi tamu yang lainnya. Kepala
negara yang sedang berkunjung, pentolan politik, pemenang Hadiah Nobel, artis,
penulis, musisi, dan suatu ketika serombongan pemain sirkus Thatcher
?mengundang semuanya, atau paling tidak yang menarik.
Malam itu ada lima pasangan: suami-istri Thatcher, Elliot, seorang novelis
penting dan mahasiswi yang jadi kekasihnya, seorang senator dan istrinya dari
salah satu negara bagian barat, serta Mike dan Louise Ash yang terakhir ini
?eksekutif di perusahaan Thatcher, menikah dan berperang seperti layaknya orang
yang sangat mencintai bisa berperang.
Makan malam selesai. Peralatan makan disingkirkan. Thatcher bangkit berdiri dan
berjalan ke kanan. Ia mengangkat sebotol port Fonseca's dan kotak kayu hitam. Ia
meletakkan keduanya di atas meja makan, dan membuka kotak itu.
"Ada yang mau cerutu?"
Semua tamu perempuan kabur.
Thatcher mengambil sebatang cerutu cokelat Monte Cristo yang panjang. Ia
mengiris ujungnya dengan pisau lipat Buck, dan sambil menyalakannya dengan
252 sebatang korek, ia menyeringai licik. "Senjata terakhir kaum pria, Saudarasaudara." Asap biru tebal bergulung perlahan-lahan dari mulutnya. Ia memberikan
kotak cerutu itu kepada Mike Ash. "Semua senjata kita yang lain sudah
dikalahkan, strategi kita ditaklukkan, baju zirah kita tertusuk tembus. Hanya
cerutu yang tetap bertahan, cabikan bendera terakhir kejantanan yang masih
berkibar di padang pertempuran yang belum jatuh ke tangan kaum Amazon."
Ash menyalakan cerutunya, memberikan kotak itu kepada sang senator. "Seandainya
Justine ada di sini..."
* "Senator, Ms. Gold selalu tersimpan di hati saya dan sudah pasti wanita satusatunya di dunia ini yang menandingi saya dalam kelicikan. Dia menangani urusan
humas saya itu tugas-tugas Hercules dan akan berada di sini petang ini ? ?seandainya dia tidak dipanggil ke luar kota untuk urusan bisnis. Wanita hebat,
dengan selera yang sama tajamnya terhadap cerutu Havana seperti semua laki-laki
yang pernah saya jumpai."
Sang senator menolak mengambil cerutu, mendorong kotak itu ke arah Dave. Dave
memilih satu, meng-gulirkannya di antara jari. Meskipun sudah lama ia berhenti
merokok, cerutu yang bagus tidak akan ditolak.
Si novelis minta diri dan berlalu. Asap cerutu membuatnya mabuk.
Thatcher mengerling tajam bak serigala. "Nah, karena sekarang para wanita dan
para banci sudah pergi, dalam kejahatan apa kita akan memuaskan diri" Bahasa
yang tak senonoh secara politis" Kisah-kisah cabul" Persekongkolan untuk
memulihkan 253pengabdian wanita" Rencana untuk memperalat anak-anak, merampok lingkungan,
merampok kaum minoritas, menindas si lemah, mengeksploitasi si miskin, menghina
si cacat" Atau sebagai pilihan, kita mungkin bisa terjun dalam pembicaraan yang
paling dibenci wanita dan berbincang tentang olahraga?"
Mike Ash tersenyum kepada Dave. "Suasana hatinya sedang melambung lagi." Ash
menoleh pada Thatcher. "Ada kejadian bagus apa hari ini, Chief?"
Thatcher memandang marah. "Apakah kau mengamati bahwa di zaman kemerosotan ini,
tidaklah cukup merasa senang sendiri?" Suaranya meninggi mengumandangkan
kemarahan. "Penghargaan diri tidaklah cukup. Kepuasan mencapai prestasi tidaklah
cukup. Martabat tidaklah cukup. Tidak, sama sekali tidak. Tapi sekarang
keadaannya adalah aku tak bisa merasa senang kecuali kau merasa sengsara!"
"The California Corrrrnission on Self Esteem..." Sang senator mulai bicara.
Thatcher berjalan menghampirinya. "Aku tak bisa senang jadi wanita kecuali kau
sengsara jadi laki-laki. Aku tak bisa bangga sebagai kulit hitam kecuali kau
malu sebagai kulit putih. Aku tak bisa menghargai diri sendiri sebagai gay
kecuali kau jengah karena kau normal. Toleransi sudah dicanangkan; itu barang
basi dan pahit dan kita takkan mendapatkannya. Demikian juga persamaan, itu
sesuatu yang merendahkan dan sebenarnya dimaksudkan untuk merendahkan. Bila aku
hendak meraih keselerasan dan harga diri, tidaklah memadai bila kau dan aku
menjadi setara. Tidak! Hanya keunggulanlah yang membuatku bahagia. Dan untuk
memastikan bahwa maksudku jelas, aku akan
254 mempersembahkan perpustakaanmu kepada api, menulis ulang sejarahmu, membersihkan
kamus-kamusmu, dan mempersenjatai polisi pikiran dengan kekuasaan untuk
menegakkan kebenaran politis dalam semua pidato dan percakapan. Oh, kosakata
yang sepenuhnya baru dan kata-kata sandi buatan..."
Ash menyela, "Kau menerima undangan untuk bicara di universitas, kan" Aduh,
Scott, sudah kubilang jangan menerimanya. Berurusan dengan para akademikus itu
tak baik buat tekanan darahmu."
"Memang. Cacing-cacing melata dengan pikiran menyesatkan itu berani mencelaku
memakai kata 'Indian', mencemoohku fanatik dan tak senonoh karena tidak memakai
kata 'Pribumi Amerika', yang sebenarnya adalah neologisme rasis paling congkak
dan sombong yang pernah dibuat, menyiratkan bahwa kita yang sebagai anak-cucu
orang-orang New England yang jujur sebenarnya bukanlah orang Amerika sejati..."
"Kau gembar-gembor, Scott." Thatcher mengibaskan cerutunya dan memperlihatkan
giginya. "Tentu saja aku gembar-gembor. Itu hak prerogatif orang seusiaku, salah
satu kesenangan yang tersisa di musim gugur hidupku, dan dengan rambut putih
serta reputasiku yang hitam, hal itu sudah bisa diduga. Apalagi aku memang kasar
dan lekas naik darah dan punya reputasi buruk yang harus dijaga."
"Kau memilih Partai Demokrat dalam pemilu terakhir."
Thatcher melontarkan tatapan kecut kepadanya. "Kelemahan sesaat, kesalahan yang
takkan terulang. Sejak itu orang ini menunjukkan karakter bajing
255kekenyangan, atau begitulah perumpamaanku tanpa niat menjelekkan binatang
baik itu. Dia tak memiliki keteguhan tekad maupun kecerdikan." Thatcher
bersandar, sekali lagi menyedot cerutunya panjang-panjang, dan mengembuskan
napas. "Tapi gantilah pokok pembicaraannya kalau kau mau. Aku cuma laki-laki


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tua, dan tak dihiraukan oleh yang muda."
Ash memandang ke langit-langit dan merentangkan tangannya seperti berdoa memohon
inspirasi. Dave menawarkan'selingan, "Pernahkah aku menceritakan kisah cathouse Dong Hoi?"
Thatcher mengernyitkan alisnya yang putih tebal. "Sesuatu yang berkaitan dengan
Perang Vietnam?" "Ya." "Masalah yang patut ditangisi. Sikap oposisiku menyebabkan Nixon memasukkanku ke
dalam daftar musuh Gedung Putih. Pernahkah aku menceritakan' hal itu?"
"Lima atau enam puluh kali."
"Hanya ada begitu sedikit prestasi dalam hidup yang bisa dibanggakan seseorang
dengan wajar. Tapi aku menyela. Silakan, David, ceritakanlah kisahmu."
Karena Scott Claymore Thatcher III seorang puritan dan sangat benci dengan katakata jorok, Dave harus sangat hati-hati dalam menjelaskan bagaimana CIA,
mengetahui akan ada pertemuan para komandan top dari pihak Vietcong dan Vietnam
Utara di Dong Hoi, kota dekat perbatasan Kamboja, secara sembunyi-sembunyi
membeli bordil-bordil kota itu, memadatinya dengan berbatalion-batalion pelacur
yang menderita penyakit menular. Tahu bahwa rencana jahat itu merupakan
pelanggaran Konvensi Jenewa yang melarang
256 pemakaian senjata biologis, CIA memasang ("Tanpa maksud memainkan kata-kata,"
Dave menambahkan) pengamanan ketat pada operasi ini, tidak memberitahu siapa
pun bahkan pemegang komando militer tertinggi mengenai rencana ini. Sayangnya,? ?dari saluran intelijennya sendiri Angkatan Bersenjata mengetahui pertemuan itu.
Kemudian Angkatan Bersenjata melancarkan serangan pencegahan, menduduki dan
menjaga kota itu sebelum musuh tiba.
"Oh, tidak," seru Thatcher, yang sudah menebak kesimpulan lelucon itu.
"Oh, ya," kata Dave. "Enam ratus GI muda yang penuh hormon, jauh dari rumah,
tanpa kegiatan di malam Minggu."
"Ya ampun!" Thatcher tertawa begitu keras hingga air matanya mengalir ke
pipinya. "Benarkah ini, David" Kau tak mengarang?"
"Benar sekali. Aku kenal agen CIA yang melaksanakan operasi ini." Dave tidak
menyebutkan bahwa tak lama kemudian laki-laki itu melarikan diri dari negeri
itu, sebab sekelompok perwira Special Operation, dipimpin oleh Mamba Jack
Kreuter, memburunya. Thatcher menyeka matanya. "Ah, dinas intelijen. Mereka memang bajingan. Tapi
begitu berdedikasi, begitu tulus. Orang mungkin akan mengagumi mereka,
seandainya mereka punya setitik saja moralitas. Omong-omong, aku pun punya kisah
mata-mata. Maukah kau mendengarnya?"
"Tentu." "Nah, kau tentu tahu, dari waktu ke waktu mereka mendekati kami orang-orang ?bisnis, maksudku, para eksekutif tinggi dan senior?"
257Dave dan sang senator mengangguk. Mike Ash tampak bingung. "Ahhh...?"
"Oh, bukan di PegaSys. Aku tak mau melakukannya di perusahaanku. Tapi di tempat
lain" Mengapa, tak pernah ada usahawan Amerika yang kembali dari Moscow sejak
Mike Todd dan pengantinnya berbulan madu di sana pada tahun 1950, tidak
diwawancarai bocah-bocah nakal dari Langley" Sungguh sulit menolak mereka, kau
tahu. Orang memang punya tugas patriotik tertentu. Sayangnya, dan aku bicara
berdasarkan pengalaman, Saudara-saudara, sedikit kerja sama hanyalah permulaan.
Beri mereka satu inci dan mereka akan mengambil satu mil. Jika kau tak hatihati, kader eksekutifmu akan disogok untuk membuka rahasia kepada Washington
mengenai kegiatan pemasok dan pelanggan asingmu. Lebih parah lagi, neracamu akan
dibebani dengan aset milik Negara yang tak produktif. Zaman sekarang ini, dengan
defisit anggaran dan Uni Soviet menerima ganjaran yang semestinya, mata-mata dan
spion itu benar-benar membutuhkan perusahaan yang mau jadi malaikat penolong
untuk mensponson proyek-proyek kotor mereka. Mereka punya terlalu banyak operasi
terse-lubung, terlalu banyak perusahaan kedok, dan kini setelah perang dingin
berakhir, mereka tidak memiliki cukup uang. Karena itulah mereka datang padamu,
membungkus diri dalam bendera, dan meminta dengan cara termanis, "Oh, Sir,
maukah Anda memberikan bantuan pada negara Anda" Ada pabrik yang akan ditutup,
?karena kekurangan dana. Bila sekiranya Anda bersedia merangkulnya dalam
perusahaan Anda sehingga pabrik itu bisa tetap hidup, kami selamanya
258 akan berutang budi pada Anda."
Thatcher mendengus. "Bajingan! Itulah namanya, bukan kiasan. Minum lagi, David"
Ambillah sendiri. Nah, mulai dari awal..."
Apakah Bernie akan melakukan hal itu" Apakah ia membiarkan Senterex menyediakan
kedok bagi operasi intelijen" Sudah tentu ia akan melakukannya. Bernie mantan
Marinir. Sangat patriotik, sehingga ia takkan berpikir dua kali untuk
menerimanya. Semper Fidelis setia selamanya.
?Kedok. Perusahaan itu tentu berupa bisnis yang beroperasi lancar seperti
layaknya kedok yang baik. Perusahaan itu punya karyawan, produk, pelayanan, dan
pelanggan. Ada neraca, laporan laba-rugi yang sudah diaudit, dan sejarah
pendapatan yang dapat dipercaya. Dari luar takkan bisa dibedakan dari bisnis
lain. Hanya orang dalam dan biasanya hanya segelintir tahu bahwa di suatu
? ?tempat di ruang belakang ada sesuatu yang tidak sepenuhnya halal. Sesuatu
seperti Laboratorium nomor lima
Dave melihat tanda di atas gerbang keluar jalan tol: BENSIN, MAKANAN,
PENGINAPAN. Ia memotong dua jalur, dan melaju cepat ke pinggir. Di belakangnya
seorang sopir truk besar menekan klaksonnya.
Pompa bensin itu tak jauh dari gerbang keluar pompa bensin 24 jam dengan dua
?telepon umum terlihat jelas. Dave membelok masuk, mematikan mesin, dan keluar
dari mobil." Ia mengangkat salah satu telepon, memutar nomor Marge, menunggu sementara
telepon itu berdering. Tak ada jawaban. Tiga deringan lagi. Masih tak ada
259jawaban. Pada deringan kelima, ia mendengarnya diangkat. "Hai, Anda telah
menghubungi 5555-6503. Kami tidak bisa menerima telepon sekarang, maka harap
tinggalkan pesan sesudah nada berikut."
Gadis pintar. Mesin penjawabnya tidak menyebutkan nama. Dan ia mengatakan "kami"
bukan "saya". Terlalu banyak wanita lajang tidak mengambil langkah berjaga-jaga
yang begitu sederhana. Dan akhirnya menyesal.
Apakah Marge telah melakukan apa yang diperintahkannya, dan lari menyembunyikan
diri" "Di sini Dave. Bila kau belum..."
Hentikan! Tutup mulutmu, kau idiot keparat!
Dave menelan ludah. Meninggalkan pesan pada mesin penjawab Marge adalah suatu
kekeliruan, kesalahan besar. Orang macam Ransome mungkin sudah menyadap telepon
Marge ia jenis orang yang akan menutup semua pangkalannya. Dan bila ia ?mendengar Dave menelepon Marge, wanita itu akan masuk dalam bahaya yang lebih
besar daripada sekarang. "Emmm... maaf, salah sambung." Tanggapan yang lemah, tetapi itulah hal terbaik
yang bisa dilakukannya. Ia meletakkan telepon, dan melirik pergelangan
tangannya. Tak ada arloji. Kau sudah memberikannya pada teman wanitamu itu.
Ia memanggil penjaga pompa bensin itu, "Numpang tanya, jam berapa sekarang?"
Tanpa bicara si penjaga menuding ke jam besar yang tergantung di atas bilik
kasir. Pukul 01.12. Enam jam perbedaan waktu antara New York dan Switzerland. Tentu belum ada orang
di kantor. 260 Setidaknya ia harus menunggu satu setengah jam lagi sebelum menelepon.
Kau benar-benar akan meneleponnya" Bernie punya dulu istilah untuk itu, Sobat.
? ?Chutzpah. Ransome mengira ia sudah mendapatkan semua orang yang dikenal Dave, membohongi
mereka bahwa Dave sudah gila dan berbahaya. Ia sudah menyadap semua telepon, dan
menempatkan pengawas di semua pintu. Tak ada tempat yang bisa didatangi Dave,
dan tak ada orang untuk berpaling. Ransome ingin David Elliot seorang diri,
tanpa seorang teman pun di dunia.
Mungkin saja begitu, pikir Dave. Kemudian kalau ditimbang lagi, mungkin tidak.
Mungkin ada satu orang yang dilupakan Ransome, orang yang tidak dipandangnya
sebagai ancaman, sebab ia tahu Dave takkan pernah menelepon orang itu, tidak
dalam sejuta tahun. Mamba Jack Kreuter. 2. Enam sidang mahkamah militer. Kreuter yang terakhir.
Karena alasan-alasannya sendiri, pihak Angkatan Bersenjata memutuskan mengadili
masing-masing orang secara terpisah. Masing-masing menghadapi dewan perwira yang
berbeda, masing-masing dihadapkan pada oditur yang berbeda, masing-masing dibela
oleh pembela Judge Advocate General. Hanya para saksinyalah yang sama.
The Uniform Code of Military Justice menempatkan efisiensi prosedur pada
kedudukan utama. Perwira yang sama berfungsi sebagai hakim dan juri. Taktik
261menunda-nunda dan mengulur waktu tidak diperkenankan. Vonis bersalah adalah
hasil yang diharapkan. Lima sidang mahkamah militer pertama masing-masing makan waktu empat hari, dan
berselang dua minggu. Hasilnya seperti yang diharapkan.
Dave menghabiskan siang dan malam hari seorang diri di Barak Perwira Lajang.
Suatu ketika ia berkunjung ke Klub Perwira dan si bartender tidak mau
melayaninya. Rekan-rekannya sesama perwira tidak mau bicara dengannya. Ketika ia
keluar untuk lari pagi, semua orang berseragam itu pindah ke seberang jalan. Ia
benar-benar terisolasi, terputus dari hubungan manusia, kecuali ketika berada di
ruang sidang. kolonel newton. oditur: Letnan, Anda masih di bawah sumpah.
letnan satu elliot, SAKSI: Ya, Sir, saya mengerti. oditur: Sebelum ini Anda
sudah memberikan kesaksian mengenai kasus ini" SAKSI: Ya, Sir, lima kali.
oditur: Letnan, Anda sudah mendengar Dewan membacakan tuduhan terhadap Kolonel
Kreuter, bukan" saksi: Ya, Sir.
oditur: Pada tanggal tersebut, sekitar pukul 11.00, Anda berada di dekat desa
Loc Ban, Republik Vietnam.
SAKSI: Ya, Sir. oditur: Siapakah yang memegang komando pada unit Anda"
SAKSI: Kolonel Kreuter, Sir.
oditur: Jelaskan garis komandonya, Letnan.
SAKSI: Beberapa di antara kami menjadi korban, Sir.
262 Kapten Feldman dan Letnan Satu Fuller sudah dievakuasi lewat udara sehari
sebelumnya bersama tiga NCO. Hanya Kolonel dan saya perwira yang tersisa.
Kolonel Kreuter memerintahkan saya untuk memegang komando regu alpha dan ia
memimpin sendiri regu baker. Sersan Satu Mullins adalah bintara dengan pangkat
tertinggi, jadi dia mengambil komando regu charlie.
oditur: Ketika Anda tiba di Loc Ban, apa yang Anda temukan"
SAKSI: Sangat sedikit, Sir. Tempat itu hampir tak bisa disebut sebagai desa,
hanya selusin gubuk di tengah sawah padi. Helikopter kami sudah menemukan tempat
pendaratan dan kami... letjen fisher, hakim: Dua belas gubuk, Letnan" saksi: Maaf, Sir. Sebenarnya kami
hitung ada lima belas. hakim. Berbicaralah dengan tepat, Letnan. Yang sedang kita tangani ini adalah
tuduhan berat. oditur: Lanjutkan.
saksi: Sebagian besar penduduk desa itu sedang bekerja di sawah. Mereka tidak
begitu menaruh perhatian ketika kami mendarat. Sepertinya mereka sudah pernah
menyaksikan semua itu. Kemudian Sersan Mullins dan anak buahnya mengepung
mereka, membawa mereka kembali ke gubuk-gubuk itu. Kami tahu ada patroli musuh...
hakim: Gerombolan pengacau atau pihak Vietnam Utara"
saksi: Waktu itu dilaporkan sebagai Vietcong, Sir. Kami tahu ada patroli
Vietcong pernah terlihat di daerah ini sehari sebelumnya. Maka kami menanyai
263penduduk desa itu mengenai kegiatan musuh yang
mungkin telah mereka lihat.
ODITUR: Tanggapan apa yang Anda dapatkan"
saksi: Negatif, Sir. Semua menyangkal pernah melihat
pasukan lain kecuali kami.
ODITUR: Bagaimana reaksi Kolonel Kreuter terhadap hal itu"
saksi: Ia mengucapkan terima kasih pada mereka, dan memberikan sekarton rokok
Winston pada kepala desanya.
oditur: Bagaimana dengan Sersan Satu Mullins" SAKSI: Sersan Satu Mullins marah,
Sir. Dia ingin menerapkan teknik interogasi yang lebih keras. Ketika Kolonel
Kreuter mencegah, dia merekomendasikan untuk membakar desa itu.
kolonel adamson. anggota dewan juri: Letnan, Anda memakai istilah "teknik
interogasi yang lebih keras". Bisakah Anda menjelaskannya secara lebih
eksplisit" SAKSI: Penyiksaan, Sir.
ODITUR: Letnan, apakah "teknik interogasi yang lebih
keras" ini lazim dalam unit Anda"
saksi: Lazim, Sir" Tidak, tidak bisa saya katakan
demikian. ODITUR: Tapi dipakai"
saksi: Ya, Sir, kadang-kadang.
oditur: Oleh siapa" SAKSI: Sersan Satu Mullins, Sir.
oditur: Atas perintah Kolonel Kreuter"
saksi: Tidak, Sir. Juga tanpa izinnya. Sersan Mullins
sering kali melampaui perintah. Kolonel Kreuter sudah
beberapa kali menegurnya, dan beberapa minggu
sebelum peristiwa Loc Ban mengusahakan agar sersan
264 itu ditugaskan pada posisi nontempur. Saya rasa dia khawatir sersan itu sudah
terlalu dekat pada Bab 8. haktm: Untuk dicatat, Bab 8 adalah pemecatan dari
dinas karena ketidakstabilan atau ketidakwarasan mental, tidak dapat diobati
dalam konteks dinas aktif. oditur: Apakah Anda ingat dan bisakah Anda
menceritakan pada dewan juri percakapan antara Kolonel Kreuter dan Sersan Satu
Mullins saat itu" saksi: Tidak kata demi kata, Sir. Tapi saya memang ingat inti
perdebatan itu. Sersan Mullins yakin bahwa penduduk desa itu bohong, dan bahwa
mereka berkolaborasi dengan VC. Kolonel Kreuter menjawab bahwa tidak ada bukti
yang menunjukkan hal itu, dan bahwa di matanya orang-orang itu kelihatan seperti
petani biasa. Sersan mengatakan bahwa mereka semua pembohong seperti setiap
orang Vietnam adalah pembohong. Ia mengatakan bila ia bisa menusukkan pisau KBar-nya ke istri kepala desa, kepala desa itu akan mengatakan yang sebenarnya.
Kolonel memerintahkan dia untuk menghentikan itu, dan kemudian memberi perintah
kepada semuanya untuk meninggalkan tempat itu. Sewaktu kami meninggalkan desa
tersebut, Sersan Satu Mullins mengatakan bahwa bila penduduk desa itu berbohong,
ia akan kembali. Ia mengatakan akan menyalib mereka pada dinding gubuk mereka
satu per satu. Ia meneriakkan itu pada mereka, Sir. Ia meneriakkannya berkalikali hingga kami berada di luar jarak dengar.
oditur: Sebelum kita teruskan pada kejadian-kejadian petang itu, Letnan, saya
ingin menanyai Anda apakah Anda mengalami perselisihan dengan Kolonel Kreuter
waktu itu atau pada kesempatan lain.
265SAKSI: Tidak ada perselisihan, Sir. Kalau boleh saya katakan, saya menganggap
Kolonel sebagai orang dan prajurit yang baik. Saya menghormatinya, Sir, dan saya
akan selalu menghormatinya. oditur: Kalau begitu tidak ada darah... mayor
waterson, perwira pembela: Klien saya hendak memberikan pernyataan. HAKIM:
Terdakwa tidak akan... kolonel kreuter, terdakwa Ada sesuatu yang hendak saya katakan. hakim: Duduk,
Kolonel. Ini perintah. terdakwa Apa yang hendak Anda lakukan, mengajukan saya ke
mahkamah militer" hakjM: Kolonel...
terdakwa Saya hendak mengucapkan satu hal ini, * Jenderal, tidak peduli apakah
Anda suka atau tidak. Letnan Elliot adalah perwira terhormat yang pernah
berdinas di bawah komando saya. HAKJM: Anda tidak membantu diri sendiri,
Kolonel. Tenanglah. terdakwa Tidak ada dendam di antara kami. Tidak ada sejak dulu. Tidak ada
sekarang. Dan takkan pernah ada.
hakjm: Saya katakan tenang, Kolonel. terdakwa. Dan satu hal lagi...
hakim: Sidang ini ditunda selama satu jam. Mayor Waterson, nasihati klien Anda.
Matikan mesin steno itu, Kopral.
3. Dave menjelajahi avenue-avenue di sebelah barat
266 Times Square. Selama dua puluh tahun ia tinggal di New York, setiap wali kota
yang baru menduduki jabatan itu selalu memulai pemerintahan dengan janji untuk
merenovasi daerah itu, mengusir para jembel gelandangan itu, serta mengembalikan
kepantasan dan martabat ke daerah tersebut.
Entah bagaimana, tak satu pun di antara mereka pernah menyinggungnya. Bukan
berarti itu penting. Toh tak seorang pun percaya pada wali kota New York.
Selarut ini kegiatan di sana sudah berkurang. Para pelacur tidak lagi berpatroli
mencari mangsa. Sebaliknya, mereka berkumpul dalam kerumunan-ke-rumunan kecil,
bersandar letih pada dinding yang tertutup corat-coret grafiti, berbagi rokok,
dan membual tentang germo mereka. Para germo itu sendiri berada di luar mobil
mereka yang mengilat, berdiri di antara kalangan sendiri, serta menegosiasikan


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barter dan transaksi sesuai dengan tuntutan kondisi bisnis hari itu.
Bioskop-bioskop "Triple X-X-X" sudah tutup, tetapi bar-bar masih buka, neonnya
yang gemerlap mengundang orang-orang tolol untuk masuk. Pintu-pintu itu secara
berkala terbuka untuk menerima atau mengeluarkan burung hantu dengan tampang
seperti diburu dan mungkin berhasil selamat sampai di rumah tapi hanya karena ?para predator di sana sudah terlalu kenyang dengan mangsa sebelumnya untuk
menguntit mereka. Sebagian besar penjaja obat bius sudah pergi. Tukang gembar-gembor yang
meneriakkan "Cewek! Cewek! Cewek!" dan "Aksi Seks Hidup di Panggung!"juga sudah
menghilang dari jalanan. Beberapa pelaut, bergerombol bersama untuk
perlindungan, terhuyung-huyung mabuk menyusuri trotoar. Tiga pemuda belasan
tahun mengitari tiga pelacur yang bosan. Salah satu remaja itu akhirnya
memberanikan diri, dan melangkah maju. Pelacur-pelacur itu tersenyum. Dave
meneruskan perjalanan. Ia berhenti di lampu merah. Sebuah mobil patroli polisi biru-putih berhenti di
sampingnya. Si pengemudi menengok ke arahnya, dan kemudian berpaling mengamati
jalan. Bagus. Ia bahkan tak menengokmu dua kali Langkah mencukur dan mencat rambut itu
gagasan hebat. Bahkan aku pun akan mengatakan demikian.
Perut Dave menggerutu. Sudah empat belas jam berlalu sejak terakhir kali ia
makan. Ia lapar. Lebih parah lagi, keletihan mulai menekan. Ia butuh kopi, makin
kental makin baik. Di tengah" blok Forty-fourth Street ada kafeteria yang buka sepanjang malam.
Dave menepi dan menyelipkan mobil sewaan itu di antara truk sampah dan mobil
penjaja permen jeruk. Ia keluar dan meregangkan tubuh. "
Tiga tahun lalu ia dan Helen pergi bergabung dengan safari foto ke Tanzania.
Wisata itu mewah, diurus oleh perusahaan yang luar biasa kompeten (dan luar
biasa mahal) bernama Abercrombie & Kent. Duduk aman dalam Toyota Land Cruiser
besar, Dave dan turis-turis lain tak hentinya mengucapkan ooh dan aah sewaktu
melewati singa-singa yang sedang berburu, macan tutul yang sedang menguntit
mangsa, dan hiena yang menyeringai dan terciprati darah.
268 Ketika Land Cruiser itu mendekat, binatang-binatang tersebut dengan gembira
meneruskan pesta pora mereka, tak sedikit pun menaruh perhatian kepada para
penontonnya. Mereka tak peduli kecuali salah satu binatang berkaki dua yang
?gemuk kemerahan itu meninggalkan perlindungan Land Cruiser. Meninggalkan truk
itu akan mengubah sifat hubungan mereka. Meninggalkan truk membuat kau jadi
daging. Daging! Dave belum lagi menapakkan kaki di atas trotoar ketika sepasang pelacur bergerak
menghampirinya. Salah satu memakai blus jaring tembus pandang dan celana pendek
warna jeruk limau. Yang satu memakai tank top Mickey Mouse dan rok mini hijau
jeruk. Warna jeruk pasti merupakan mode tahun ini di kalangan wanita-wanita jalanan
itu. Yang memakai celana pendek mulai bicara. Pelacur kedua menyentuh pundak yang
pertama dan membisikkan sesuatu di telinganya. Si celana pendek mengangguk,
melontarkan pandangan kasihan. "Manis, kau berada di bagian kota yang salah.
Yang kauinginkan biasanya ada di Third Avenue di sekitar Fifty."
Dave ternganga. Dua pelacur itu membalikkan badan untuk berlalu.
Itu karena potongan rambutmu. Membuatmu tampak agak... yah...
Dave mengelus kubahnya yang botak dan tersenyum.
Udara di dalam kafeteria itu pekat dan lembap. Bau kopi kental menggantung di
udara, bercampur dengan bau daging berminyak dan asap rokok. Sebagian besar meja
di sana terisi, dan tempat itu berdengung dengan percakapan bersuara rendah.
269Dave berjalan ke counter.. "Danish keju besar." Penunggu counter itu perlu
bercukur. Matanya merah, dan pekerjaannya malam itu seakan takkan pernah
berakhir. 'Tak ada keju. Mereka tidak mengirimnya sampai pukul 06.00, mungkin
06.30." Dave mengangguk. "Kau punya apa yang lain?"
"Pie apel. Tapi sudah agak basi. Seperti kataku tadi, mereka tak mengirim
makanan sampai pukul 06.00 atau 06.30."
"Aku ambil satu."
"Tak ada kembalian. Tidak bisa tukar."
"Beri aku dua. Aku butuh karbohidrat. Dan aku minta kopi. Hitam." Dave
berhenti,, lalu menambahkan, "Pakai cangkir kertas, oke?"
"Cuma ada styrofoam."
"Bolehlah." Sama seperti kertas, styrofoam pun mudah dibuang. Yang harus
dilakukannya hanyalah merobeknya jadi serpihan-serpihan kecil.
Pelayan itu membanting dua potong pastry yang kelihatannya keras di atas piring
sumbing dan mengisi cangkir styrofoam besar dengan kopi. "Empat lima puluh
termasuk pajak." Danish dan kopi yang dibeli Dave pertama kali di New York City berharga
seperempat dolar. Dave mengangsurkan sehelai lima dolar. "Ambil sisanya." Ia menyisipkan dompetnya
ke dalam saku belakang. Seseorang menubruk punggungnya. Dave menusukkan sikunya ke belakang. Pukulan itu
menghunjam sesuatu yang lunak. Terdengar erang kesakitan. Dave berbalik.
Pencopet itu membungkuk sambil menekan dadanya. Dave mengambil dompetnya dari
jari laki - 270 laki itu dan tersenyum. "Terima kasih, kurasa aku menjatuhkannya."
Pencopet itu menggumam, "Tak ada masalah, man" Ia mundur. Satu-dua orang
memandang Dave. Mata mereka tanpa ekspresi.
Ia duduk di meja dekat jendela, melahap pastry itu, dan menikmati kopinya.
Pastry itu terasa kering tapi enak. Kau tidak bisa mendapatkan danish basi di
New York. Dave pergi ke counter untuk tambah.
Ketika kembali ke mejanya, ia melirik ke luar jendela. Mulutnya ternganga. Mobil
curian itu telah lenyap. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencurinya"
Sembilan puluh detik di luar.
Afrika, pikirnya. Ini seperti turis yang meninggalkan keamanan truknya dan
melangkah keluar menuju daerah buas....
Tiga wanita kulit hitam duduk di meja sebelah sambil tertawa cekikikan. Salah
satu mengeluarkan sebatang rokok Virginia Slims dari bungkus. Sewaktu Dave
mengamatinya, kelaparan mengingat segala kenikmatan yang diberikan tembakau,
suatu gagasan terlintas dalam benaknya. Virginia Slims...
Ia mencondongkan badan di antara meja. "Permisi, Miss, boleh aku minta rokok?"
Mata wanita itu melebar. Dave menambahkan, "Aku akan bayar. Aku malahan bersedia
membayar satu dolar untuk sebungkus."
"Di kota ini paku peti mati harganya sudah dua setengah dolar sebungkus, dan
dari planet mana kau sebenarnya?" ?Dave mengangsurkan sehelai lima dolar kepadanya. Perempuan itu merogoh ke dalam
dompet dan mengeluarkan sebungkus Virginia Slims baru. "Laba tetap
271laba, Manis, dan rasanya aku tak bisa mengambil keuntungan darimu dengan cara
biasa." Wanita-wanita yang lain di mejanya merasa komentar itu menggelikan. Mereka larut
dalam badai tawa. "Ini. Sebaiknya ambil juga korek api ini."
Dave membuka bungkus itu, mengambil sebatang, dan untuk pertama kalinya dalam
dua belas tahun, menyalakan sebatang rokok.
4. Grand Central Station itu membuatnya takut. Di malam selarut ini stasiun
tersebut jadi tempat yang sama sekali berbeda seram, mengerikan. Bangunan itu
?hampir kosong, dan itu saja sudah tidak wajar dan membuat gentar.
Tak lebih dari lima orang terlihat di sana... pemuda dan gadis belasan tahun tidur
tergolek pada ransel besar mereka... polisi patroli sendirian mengelilingi tepi
luar lantai utama... tukang mesin yang tampak letih, dengan overall abu-abu
kebiruan yang berlepotan minyak, berjalan letih dari salah satu peron. Hanya
satu dari tempat penjualan karcis yang tampak terisi. Lampu-lampu di atas
jendela Off Track Betting padam. Kios-kios koran tutup.
Yang lebih menyeramkan dari semua itu, lantainya bersih.
Sepatu Dave berdetak kosong di atas marmer. Rasanya tak seorang pun
memperhatikannya. Meski demikian, ia merasakan beberapa pasang mata mengawasi.
Bukan pandangan bermusuhan. Bahkan bukan pandangan ingin tahu. Hanya waspada.
272 Para penghuni gua. Katanya bagian kota ini dilubang-lubangi dengan berbagai
lorong dan terowongan bawah tanah. Orang tinggal di sana, berjaga dari balik
lubang dan kisi-kisi. hanya keluar saat tidak ada orang di sekitarnya.
Bulu kuduknya meremang. New York kota aneh. Jauh tengah malam, kota ini makin
aneh lagi. Dave berbelok ke timur. Ia ingat di sana ada bilik foto langsung jadi tidak jauh
dari pintu keluar Lexington Avenue.
Ia mempelajari petunjuknya. "FOTO. Empat lembar $1. Atur tinggi tempat duduk.
Sisipkan $1 ke dalam nampan, menghadap ke atas. Dorong masuk. Tidak ada uang
kembalian. Lampu hijau akan menyala bila sudah siap. Lampu merah akan menyala
bila sudah selesai. Tunggu 1 menit. Ambil foto dari celah."
Dave memasukkan satu dolar ke mesin itu. Lampu merah berkedip jadi hijau. Klik.
Klik. Klik. Klik. Whirrrrrr. Lampu kembali berubah jadi merah. Ia menghitung
enam puluh detik, dan mencabut selembar foto yang membuat alisnya melengkung
bersungut-sungut. Aduh, Sobat, potongan rambutmu itu membuatmu kelihatan seperti bencong benar.
Jangan bicara dengan orang tak dikenal, hah"
Dave menjepit lembaran foto itu dengan jari, meniupnya pelan sampai benar-benar
kering. Kemudian ia mengeluarkan pisau saku kecil dari celana, memakainya untuk
mengiris salah satu foto itu sampai cocok dengan ukuran foto pada kartu
identitas curian itu: "American Interdyne Worldwide. M.F. Cohen, Computer
Systems Analyst." Ia merusakkan foto
273pertama. Foto kedua sempurna, ukurannya tepat seperti foto Marge.
Ia butuh sesuatu untuk menempelkan foto tersebut pada kartu. Pilihannya
terbatas. Bahkan sebenarnya ia tidak punya pilihan sama sekali.
Oh, tidak! Ueek! Menjijikkan!
Ia meraba-raba bagian bawah tempat duduk di dalam bilik foto itu. Sudah bisa
dipastikan, di sana ada beberapa gumpal permen karet yang menempel.
Tifus! Herpes! Gingivitis!
Ia mencabut lepas segumpal, berusaha tidak memikirkan apa yang akan
dilakukannya, dan memasukkannya ke mulut.
Kau benar-benar menjijikkan.
Rasanya sudah hilang. Tak jadi soal. Ia mengunyahnya hingga empuk, menarik
sehelai tipis, dan memakainya untuk menempelkan fotonya di atas foto Marge. Ia
menyelipkan hasilnya ke jendela plastik dompetnya, yang tadinya dipakai untuk
menyimpan SIM. Sama seperti kartu kreditnya, SIM itu pun kini tak berguna lagi.
Dan sekarang, ia perlu menelepon sekali lagi untuk yang terakhir kali.
Ah, bukan perlu. Ingin. Marge Cohen terpeta dalam pikirannya. Marigold Fields Cohen. Ia lebih suka
"Marigold" daripada "Marge". Dan ia perlu memastikan bahwa Marge aman.
Satu telepon pendek, sekadar memastikan ia sudah pergi. Ia tentu sudah pergi,
sudah lama. Namun bagaimanapun, Dave ingin memeriksa sekali lagi.
274 Di sana ada lima telepon umum dalam satu deret, tepat di samping bilik foto
tadi. Empat di antaranya rusak. Satu berfungsi. Dave menekan tombol angka.
Dering pertama, dering kedua. /
la menyetel mesin penjawabnya untuk menjawab sesudah lima deringan.
Dering ketiga, tetapi tidak disusul dengan yang keempat. "Hai, Anda telah
menghubungi 555-6503. Kami tidak bisa datsaya sudah mendapatkannya, Mr. Elliot,
dan bila Anda menginginkan dia, Anda tahu di mana harus mencarinya."
Sekarang ada lima telepon rusak di samping bilik foto itu.
Dave mencengkeram gagangnya, mencabutnya dari kabel, meskipun sama sekali tidak
ingat telah melakukannya. Ia membaliknya, mengamatinya dengan pikiran kosong,
dan meletakkannya kembali ke tempatnya.
Sudah tentu itu bohong. Ransome memakai tipu terkutuknya lagi. Perang urat
saraf. Mengacaukan pikiran buruannya. Mencoba melemahkannya, membuatnya takut,
membuatnya bertindak tanpa pikir; akhirnya lebih bermanfaat menghancurkan
semangat musuh... Tak mungkin benar. Dave tadi sudah menelepon. Waktu itu pesan jawaban Marge,
jawaban wanita lajang yang hati-hati ada di mesin penjawab. Itu hanya berarti
satu hal. Marge berhasil. Ia sudah lolos dan kabur. Kemudian anak buah Ransome
kembali. Mereka mendapatinya sudah lenyap.
Dave mengutuki diri sendiri karena merusak telepon tersebut. Seandainya tidak,
ia bisa menelepon kembali,
275menelepon nomor Marge lagi. Ada sesuatu dalam nada suara Ransome... seolah
suaranya berasal dari tempat yang sangat jauh. Melalui radio" Ya, sudah hampir
pasti. Itulah yang terjadi. Anak buah Ransome menemukan Marge hilang dan
mengabarkannya lewat radio meminta instruksi. Ransome, Ransome yang licik, telah
memakai sambungan radio untuk merekam pesan itu. Begitulah. Pasti.
Itu cara co^i-coba. Ransome tidak tahu, tak mungkin tahu, bahwa Dave merasa...
merasa apa" ...merasakan sesuatu yang tak seharusnya dirasakan laki-laki terhadap
wanita yang dua puluh tahun lebih muda darinya. Ransome cuma menebak, berharap
Dave cukup tolol untuk merasa punya kewajiban terhadap wanita yang baru dua kali
dijumpainya, dan seandainya diceritakan yang sebenarnya, dalam dua kesempatan
itu ia memperdaya wanita itu.
Ya, coba-coba, tembakan membuta dalam kegelapan. Tindakan orang yang kehabisan
waktu, kehabisan gagasan, dan mulai putus asa. Itu cuma tipuan murahan.
Tapi seandainya bukan... Seandainya bukan, ia toh tetap akan kembali ke Senterex. Rahasia yang terkunci
di dalam lemari arsip Bernie sudah jadi alasan yang cukup kuat. Dan bila Ransome
benar-benar menahan Marge... yah, ia harus berbuat sesuatu untuk itu, bukan"
Eskalator-eskalator keluar dari Grand Central dan masuk ke gedung lama Pan Am,
yang diberi nama baru sesuai dengan pemiliknya yang sekarang, Metropolitan Life
Insurance, tetapi oleh penduduk New
276 York yang sinis lebih dikenal sebagai Gedung Snoopy ejekan pada anjing beagle ?dalam iklan Met Life. Di malam selarut ini semua eskalator itu sudah dimatikan.
Namun Dave tetap menaikinya, kemudian berjalan cepat menerobos lobi yang gelap
dan keluar di Forty-fifth Street.
Park Avenue ada di atasnya, jalan layang yang meninggalkan tanah di Forty-sixth
Street satu blok di utara. Dua lorong pejalan kaki yang gelap terbentang dari
tempat Dave berdiri hingga ke persimpangan Forty-sixth Street dan Park Avenue,
dan Dave bisa melihat tubuh-tubuh yang sedang tidur terbujur dalam bayangannya.
Ia harus ke Park Avenue. Ia tidak butuh insiden apa pun.
Mengusik tunawisma, mengganggu orang gila, akan menimbulkan insiden.
Mungkin kau harus mempertimbangkan pindah ke kota yang lebih aman. Kau tahu,
Sarajevo, Beirut... Dave memilih lorong yang tampak paling kosong, dan mencoba berjalan dengan
langkah seringan mungkin.
Ia hampir saja berhasil melewatinya, tetapi belum. Tak jauh dari Forty-sixth
Street, ada yang mencolek kakinya. Adrenalin memacu jantungnya. Ia menendang
keras, sekaligus mencabut pistol dari sabuk. "Kule-dakkan kau!" Kerasnya suara
sendiri menakutkannya. Seekor tikus yang kaget berputar di udara, menabrak dinding, dan mencicit marah.
Dave terpaku, terengah keras, berkeringat, mengutuki diri sendiri. Tikus itu
berlari kembali ke arah Forty-fifth Street.
Kita jadi sedikit hiper, kan, Sobat"
Ia memasukkan kembali pistol itu ke balik kemeja, dan berlari keluar ke Park
Avenue. 277Pemandangan itu membuatnya tertegun. Tak pernah ia menyaksikan Park Avenue
begitu indah, tak pernah memikirkan bahwa jalan itu bisa demikian. Malam hari,
tak ada kendaraan, trotoarnya kosong, jalan itu memiliki semacam kedamaian,
kelembutan. Ramai ingar-bingar siang hari, jalan itu dalam pandangannya sekarang
bagaikan wanita, berambut hitam, tidur-tidur ayam, dan menyunggingkan senyum
samar yang memabukkan. Ia berdiri tertegun sesaat, dalam hati bertanya-tanya bagaimana mungkin ia tak
pernah memperhatikan keindahan yang meluluhkan hati dari kota ini.
Median jalan yang memisahkan jalur utara dan jalur selatan, berkilauan dengan
bunga-bunga bukan tulip musim semi, tetapi aster musim gugur. Warna-warninya ?teredam lampu jalan, berubah menjadi warna pastel lembut. Di utara lampu lalu
lintas berganti, mengedipkan sirkuitnya dari hijau menjadi merah dan kembali
hijau. Gedung-gedung itu merupakan mosaik terang dan gelap, didominasi warna
biru indigo dan hijau laut.
Hijau... Hijau zamrud... hijau seperti botol hijau... hijau seperti danau kecil, sempurna di
ketinggian lembah Pegunungan Sierra... di petang yang magis suatu hari di musim
panas... Taffy Weiler menyunggingkan senyum lebar... kuda-kuda berdiri membungkuk
seakan berdoa kepada Tuhan... David Elliot, jantungnya serasa hampir meledak, tahu
bahwa tak peduli betapa pahit hidupnya sesudah itu...


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam kegelapan di belakangnya seseorang mengumpat. Sebuah botol melayang dalam
kegelapan dan meledak di kakinya.
278 Saat itu sudah lenyap. Pegunungan Sierra menghilang. Kota itu dan kegelapan
malam kembali. Di New York, hanya orang-orang imbesil yang berdiri diam sesudah matahari
terbenam. Bulu kuduknya kembali meremang. Seseorang sedang mengawasinya, mengukurnya,
menimbang-nimbang apa isi dompetnya. Sudah saatnya bergerak.
Dave berjalan cepal ke utara. Empat blok lagi , akan membawanya ke sudut
Fiftieth Street. Burung-burung hantu sudah sejak lama meninggalkan Avenue itu, para pecandu kerja
itu akhirnya pulang juga. Beberapa jendela kantor itu masih menyala sebagian
?besar kantor orang-orang yang tidak pulang sesudah para pembersih gedung
menyelesaikan pekerjaan, pikir Dave.
Bagaimanapun, masih ada orang di setiap gedung, termasuk gedungnya sendiri.
Ia berdiri di seberang jalan, mengamati jendela-jendelanya lantai demi lantai.
Di lantai 11 hampir semua lampu menyala. Lantai itu ditempati bagian merger dan
akuisisi Lee, Bach & Wachutt, salah satu bank investasi yang paling terkenal di
kota ini sebagai predator. Lebih tinggi lagi, di lantai 34 sampai 39, sebagian
besar lampu McKinley-Allan masih menyala. Tak disangsikan lagi, gerombolan
konsultan manajemen muda yang penuh semangat itu masih bekerja.sepanjang malam,
berjuang memuaskan para partner yang perfeksionis dan sudah sejak lama pulang
untuk tidur. Bagian lain gedung itu seperti kotak-kotak papan dam yang gelap dan terang,
meskipun rata-rata gelap. Rasanya tak satu pun lantai memperlihatkan lebih... Tiga
puluh satu. 279Dave memicingkan mata. Jendela-jendela lantai 31 tidak gelap maupun terang.
Hanya redup. Semua tirai jendela yang menghadap Park Avenue ditutup.
Ada apa di lantai 31"
Dave tidak ingat. Perusahaan reinsurance" Tidak, salah. Perusahaan pialang" Itu
dia. Trading dengan nama yang memakai kata "Trans". Trans-Pacific" TransOceanic" Trans... sesuatu entah apa.
Menjanjikan, sangat menjanjikan. Jenis perusahaan anonim yang disukai kalangan
intelijen. "Hai. Mau kencan?"
Dave berbalik, tinjunya siaga memukul.
"Wah, Manis! Aku tak suka keributan."
Perempuan laki-laki itu" adalah banci paling mencengangkan yang pernah Dave ? ?saksikan. Terlalu tinggi, terlalu kurus, memakai gaun cheongsam Cina berwarna
keperakan dan ditaburi batu permata tiruan.
Dave menggeram, "Dua hal. Satu, jangan menyelinap diam-diam di belakang orang.
Dua, enyahlah." Makhluk laki-laki perempuan" itu mengangguk, menempelkan satu kuku jarinya
? ?yang pink elektrik ke pipi, dan tersenyum dibuat-buat. "Oh, jangan begitu,
Sayang. Cuma melihatmu saja aku bisa tahu kau suka apa yang akan kutawarkan."
Nah, aku sudah memperingatkanmu mengenai potongan rambutmu.
Wajah Dave terasa panas. Ia tidak suka pengalaman ini. "Enyahlah dari depanku."
"Bergembiralah, Sayang. Coba dengar, mengingat kau akan jadi pelangganku
terakhir hari ini, aku akan memberikan harga istimewa buatmu."
Dave menggigit ucapannya, satu per satu, "Aku.
280 Hanya. Akan. Bilang. Ini. Sekali. Saja. Minggir! Enyahlah!"
"Oooh. Kasar sekali. Jangan kasar gitu dong, tapi kurasa penampilan bisa..."
Dave maju selangkah, menempelkan telapak tangannya ke dada laki-laki itu, dan
mendorong. Bencong itu terantuk trotoar dan jatuh terduduk dengan keras.
"Auuu!" Ia menudingkan sepatu tumit tingginya yang terbuat dari kulit imitasi
mengilat. Satu tumit sepanjang dua belas senti copot. "Lihat apa yang
kaulakukan, binatang! Sepatu ini harganya empat puluh dolar di Frederick's!
Ditambah ongkos kirim dan pengepakan!" Ia mulai mengomel.
Wah, wah. Kita berubah jadi pemukul bencong, kan"
Dave meringis. Yang baru saja dilakukannya adalah gerakan wajar, terdorong
naluri sama seperti 25 tahun lalu. Ada masalah" Tidak jadi soal. Cukup kunci ?dan isi, Sobat, dan tak lama kemudian segala kerumitan hidup akan
disederhanakan. Dan jangan lupa, siapa pun yang sedikit berbeda, siapa saja yang
tak sama denganmu, beginilah, Nak, dalam Angkatan Bersenjata kita sebut orang
macam itu sebagai "sasaran".
Dave mengenakkan gigi dan mulai menyusun permintaan maaf.
Sebuah suara muncul dari kegelapan, "Kimberly, kau tak apa-apa, Nak?" Satu
pelacur lain dengan pakaian yang menyeramkan muncul. Yang ini tampak seperti
wanita (atau setidaknya kelihatan berpakaian lebih asli). Ia memakai rok cire
hitam yang hampir tak menyembunyikan celana dalamnya, penutup dada
281merah darah model Victoria dan sepatu yang sama tingginya seperti milik
Kimberly. Astaga, dari mana saja orang-orang ini"
"Ohhh, Charlene, dia memukulku." 'Ucapan ini berasal dari bencong yang menangis.
"Tidak. Aku cuma..."
Charlene mendekati Dave. "Kau mau main kasar, hah" Memukul banci yang tak
berdaya" Itu maumu, ya, memukuli mereka" Kimberly bocah paling manis di dunia,
Mister. Dia tak butuh bisnis dari orang semacam kau."
Dave melangkah mundur. "Dengar, lady..."
"Aku bukan lady. Aku pelacur." Sesuatu yang mengilat dan tajam berdetak membuka
dalam genggamannya. "Dan pelacur saling menjaga teman."
5. Dave melihat sekelilingnya dengan cemas. Tak ada taksi. Tak ada mobil polisi.
Sebuah Toyota melaju kencang di Park Avenue menuju ke utara. Pengemudinya
melihat sepintas ke arahnya, berpaling, dan menambah kecepatan. Banci bernama
Kimberly itu berjalan tertatih-tatih. Matanya menyala kelaparan liar.
Charlene membungkuk, mengitari Dave. Benda di tangannya itu sebilah pisau lurus,
dan ia memegangnya dengan gaya berpengalaman.
"Coba dengar..."
Kimberly mendesak temannya. "Potong dia, Charlene."
"Ya, iris dia!" Suara lainnya. "Potong bolanya!" Dan suara lain lagi.
282 Mereka segerombolan. Tujuh atau delapan orang. Hitam dan putih. Berpakaian
mencolok, dan tampak * seperti gerombolan kucing liar dalam perburuan. Daging!
Mata Charlene berkilauan. Pupilnya melebar. Dave menduga ia tentu sedang
melambung karena obat bius. "Kulit putih, kau akan merasakan pengalaman paling
buruk dalam hidupmu."
Sepucuk pistol akan menyelesaikan persoalan. Yang harus dilakukannya hanyalah
mencabutnya dari balik kemeja. Memperlihatkannya mungkin akan membereskan
persoalan. Tapi kalau tidak..."
Kalau tidak, itu hanya akan membuat urusan jadi makin parah. Dan bila urusan
jadi makin parah, ia akan terpaksa memakainya.
Pisau Charlene mengiris udara di samping pipinya. Ia berkelit ke kiri. Charlene
sedikit kehilangan keseimbangan. Seharusnya ia bisa membereskannya dengan mudah.
Kemudian kau akan berhadapan dengan mereka semua. Biarkan dia. Yang lain takkan
bergerak selama mereka merasa ia bisa menanganimu.
Charlene mendesis. "Kau bergerak cukup cepat untuk banci." Ia mendatangi lagi.
Dave merasakan anginnya ketika pisau itu melewatinya sejajar mata.
Tidak jelek, dia hampir saja mengenalmu kali ini.
Perempuan ini tangkas. Ia harus berbuat sesuatu untuk menanganinya.
Pisau itu terayun dan berkelebat. Sebuah irisan sepanjang tujuh setengah senti
terbuka pada kemejanya. 283Ia tidak bisa menempuh risiko dengan mencabut " pistol. Bila banci ini
memaksanya menembak, ia tidak akan bisa masuk ke gedung itu. Persimpangan
Fiftieth Street dan Park Avenue telah menjadi pusat segala macam keramaian hari
ini ancaman peledakan bom, perampokan di lantai 12, bunuh diri Bernie. Satu ?insiden lagi, dan polisi akan muncul di segala penjuru.
Meskipun orang-orang New York City bersedia melupakan banyak hal, sesosok mayat
tercabik-cabik peluru di Park Avenue biasanya akan mendapatkan perhatian mereka.
Dave mundur, perlahan-lahan memancing Charlene untuk maju. Ia mendengar langkah
kaki di dekatnya. Seseorang sedang bersiap membantu Charlene.
Sekarang atau tak pernah selamanya.
Ia bergerak tiba-tiba ke kiri, seolah mencoba kabur. Charlene menyergap dengan
keanggunan dan kecepatan penari tango. Pisau itu meliuk ke bawah, berkilauan
diterpa cahaya lampu jalan, hendak mengiris wajahnya. Ia menyelinap ke bawah
lengan Charlene. Pergelangan tangan bencong itu memukul pundaknya. Pisau itu
jatuh berdenting di trotoar.
Gerakanmu selanjutnya harus cepat, sungguh-sungguh menyenangkan orang banyak.
Dave merunduk. Momentum gerakan Charlene membawanya ke pundak Dave. Dave
mengaitkan kaki kanan ke belakang pergelangan kaki Charlene, menendangnya ke
depan seraya mendorong tubuhnya ke atas. Kaki Charlene meninggalkan tanah. Ia
mulai terguling. Dave menarik lengannya dan memutarnya, menambahkan kecepatan.
Bantingan yang sempurna. Spektakuler. Charlene
284 berputar seperti baling-baling, jungkir balik 270 derajat di udara, dan
menghunjamkan wajah ke trotoar. Ia mengangkat kepala, meludahkan darah.
Dave lari. Gerombolan di belakangnya melolong.
Ia berlari kencang menyeberangi Park Avenue, mencapai mediannya sebelum temanteman Charlene mengerahkan keberanian untuk mengejar. Seseorang melemparkan
kaleng ke arahnya. Kaleng itu terpantul di pinggulnya dan berkelontangan di
aspal. Dave terus berlari.
Sungguh menyebalkan bagi industri konstruksi dan pengembang, New York City
menuntut agar gedung-gedung pencakar langit memiliki tempat luas terbuka untuk
umum. Karena alasan inilah, di bagian depan gedung Dave ada plaza terbuka. Plaza
itu dikelilingi tempat tanaman berlapis pualam. Sekali-sekali pemilik-gedung itu
mencoba menanam tumbuhan di dalamnya. Tanaman-tanaman itu mati, teracuni udara
dan tercekik sampah. Dave melompati pot tanaman dan berlari ke pintu masuk.
Di sana ada dulu pernah ada sepasang air mancur di masing-masing sisi plaza. ? ?Tapi, pada akhir dasawarsa delapan puluhan, populasi tunawisma kota itu mulai
memperlakukan sarana dekoratif itu sebagai kamar mandi terbuka. Manajemen gedung
mengeringkannya, dan mendirikan pagar rantai mengitari batasnya.
Di belakangnya seseorang terantuk pada pagar itu. Dave berlari kencang menuju
anak tangga, melewatinya dengan sekali lompat, dan menabrak jendela. Dilihatnya
satpam jaga malam di dalam mengangkat
285muka mendengar bunyi itu. Orang itu berdiri dari mejanya.
Dalam evakuasi pagi tadi ada dua jendela pecah. Keduanya sudah diganti dengan
kayu lapis. Dave berlari melewatinya. Di depan ada pintu putar. Yang pertama
tutup, seutas pita pengaman kuning memagari bagian depannya. Dave melemparkan
tubuh ke pintu kedua. Ia mendorong. Tak ada yang terjadi. Di tengah kaca itu tertulis: HARAP PAKAI
PINTU TENGAH UNTUK MASUK SESUDAH PUKUL 21.00.
Dave meluncur pergi. Gerombolan itu sudah dekat. Seorang wanita maju di depan
yang lain. Ia mengacung-acungkan botol pecah, dan berteriak-teriak seperti
kuntilanak. Dave membuka pintu tengah. Penjaga tadi sudah berdiri. Tangannya memegang radio.
Salah satu radio Ransome, dan penjaga itu salah satu anak buah Ransome.
Dave meninggikan suaranya dalam ketakutan. Itu tidak sulit. "Tolong! Aku di..." Ia
berlari menuju ke tempat penjagaan.
Ia menoleh. Mereka lebih dari selusin sekarang. Mereka memburu ke dalam lobi di
belakangnya. Dave merogoh-rogoh mencari dompetnya, membukanya di depan si penjaga.
"Tolonglah! Aku bekerja di sini! Aku harus bertugas sekarang! Binatang-binatang
itu mau membunuhku!"
Mata si penjaga beralih dari wajah Dave ke gerombolan yang sedang mendekat.
Ketika melihat Dave, ia tidak suka dengan apa yang dilihatnya. Ketika melihat
gerombolan itu, ia lebih tidak suka lagi. Ia meraih ke bawah mejanya. Tangannya
muncul me - 286 megang senapan, sepucuk autoloader dengan choke berbentuk aneh.
Ithaca model 37. Lengkap dengan duckbill choke. Sudah lama tidak ketemu, teman
lama. Senjata yang populer di Vietnam. Full automatic. Memasukkan dan mengeluarkan
peluru dari port yang sama di bagian bawah. Model duckbill itu menyebarkan
tembakan secara horisontal, membentuk lengkungan lebar. Bila ada orang yang
bersembunyi dalam semak-semak, yang harus kaulakukan hanyalah membidik ke arah
itu. Rentetan tembakan nomor 4 akan membereskan sisanya. Mereka yang membawa
senapan itu menyebutnya "Hamburger helper".
Tentu saja bila ada awak kamera di sana, kau akan . menyembunyikan senapan
Ithaca-mu. Sanak saudara di rumah tidak boleh tahu bahwa anak-anak mereka
menggendong-gendong pencincang daging besar seperti itu.
Penjaga itu mengarahkan senapan pada gerombolan tersebut. Segalanya jadi sunyi.
"Penyapu jalan," seseorang menggumam, memakai nama julukan Tactical Police Force
untuk senapan duckbill kaliber 12.
Suara dalam diri Dave mendesak, Berpura-puralah, Sobat. Berpura-puralah.
Ia menuruti nasihat itu. "Aduh! Terima kasih, Pak Polisi! Makhluk-makhluk itu
mau mencabik-cabikku!"
Si penjaga memelototi Dave, wajahnya bak topeng kebencian terhadap homoseks.
Seketika itu juga, dan untuk pertama kali dalam hidup, David Elliot tahu
bagaimana rasanya dibenci bukan sebagai individu, melainkan sebagai anggota
golongan. 287"Jangan dengarkan banci itu!" Seorang wanita Spanyol dengan perawakan tinggi
maju ke depan. Penjaga itu menggeram, "Apa keluhanmu, ladyV
"Dia memukuli orang. Dia baru saja memukuli temanku Charlene dan waria lain."
Si penjaga memandang Dave dengan tatapan muak, matanya panas dengan perasaan
jijik terhadap kaum homoseks. Dave memainkan kejijikan laki-laki tersebut,
itulah satu-satunya yang bisa dilakukannya. "Mereka mencoba mencuri dompetkul
Aku mendorongnya. Aku tak ingin menyakiti siapa pun\ Apa aku kelihatan cuma
begituT Ia merogoh saku jaket untuk mengambil rokok dan dengan resah menyalakan
sebatang. Penjaga itu menatap tajam pada bungkusan rokok itu. Virginia Slims. Itu
menjelaskan duduk persoalannya. "Tidak, Mister..." Ia melirik kartu identitas
palsu Dave. "Mister Cohen, sama sekali tidak." Ia menoleh pada gerombolan itu.
"Kalian keluarlah dari sini. Kembalilah ke tempat kalian di jalanan."
Perempuan Spanyol itu menoleh ke belakang. Beberapa rekannya mengangguk
memberikan dorongan, la berbalik menghadap si penjaga sambil berteriak, "Kami
akan membunuhmu, bajingan! Kau dan pacarmu yang homoseks!"
Wajah penjaga itu menjadi merah padam. Ia menopangkan senapan itu ke pundak.
"Orang-orang macam kalian jangan sebut aku homoseks."
Oh, Tuhan! Dia adalah Mullins yang lain. Almarhum Sersan Satu itu pernah
meretakkan rahang sersan yang dengan bercanda menyebutnya "homo". Terlalu banyak
tentara karier memiliki sikap demikian.
288 Kita jelas tak membutuhkan pembantaian dengan senjata api.
"Homoseks! Banci!" Gerombolan itu tidak membantu menyelesaikan persoalan.
Dave memaksa mengubah suaranya jadi tawa yang melengking tinggi Norman Bates ?bergurau dengan ibunya. "Bunuh mereka! Pelacur busuk!" Ia maju dua langkah ke
arah gerombolan itu. "Dia akan mencincang kalian untuk daging di Gaines Burger,
pelacurV Perempuan Spanyol itu langsung berhenti, menurunkan tangan, dan
menggeleng. Dave memutar badan menghadap si penjaga. Ia membelalakkan mata
lebar-lebar, sambil berharap matanya menunjukkan kilatan sinting. "Nah,
lakukanlah]" Pandangan si penjaga berpindah dari kiri ke kanan antara Dave dan gerombolan
tersebut. Dave mengusap bibirnya, seolah menyeka air liur. Ia menggerak-gerakkan
kaki dengan tak sabar, berbalik dan melangkah mundur ke meja si penjaga.
Seseorang di belakangnya menggumam, "Oh, sialan. Semua ini tak ada perlunya."
Sikap tubuh si penjaga berubah sedikit. Cukup. Ia mulai tenang. "Aku akan
menghitung sampai sepuluh."
Sekarang, sementara perhatiannya teralih...
Dave mundur selangkah lagi, keluar dari bidang pandangan si penjaga, mengulurkan
tangannya ke tempat radio laki-laki itu tergeletak.
"Dia tak bisa menghitung sampai 21. Jarinya tak cukup." Pelacur-pelacur itu
mulai tertawa. Si penjaga mendengus. Masalah sudah selesai.
Tidak. Masalah itu baru saja mulai.
289BAB 8 SALAH SATU DI ANTARA KITA
1. Dave kembali ke ruang komputer American Interdyne. Tadi ia merasa tergoda untuk
mampir lebih dulu ke lantai 31, tempat semua lampu menyala dan semua tirai
ditarik tertutup. Bila Ransome benar-benar telah menahan Marge Cohen, di tempat
itulah ia akan menyekapnya.


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun Ransome tidak menahan Marge. Dave yakin akan hal itu.
Nyaris yakin. Di samping itu, bila lantai 31 adalah pangkalan operasi Ransome, tentu akan ada
penjaga di lift dan pengintai di -setiap ruang tangga. Terlalu riskan untuk
mencoba menerobos, dan itu takkan menghasilkan apa pun baginya.
Dan lagi pula, ada pekerjaan yang harus disele 290 saikannya di American Interdyne. Ia ingat pernah melihat terminal Mead Data
Services Nexis tepat di samping komputer mainframe AIW. Mungkin itulah yang
dibutuhkannya. Mead, seperti Dow Jones dan beberapa lainnya, menyimpan database on-line
mengenai segala artikel, ringkasan, dan fakta yang dikumpulkan dari berbagai
sumber. Dengan tarif tertentu, siapa pun bisa menghubungi dan mendapatkan
informasi tentang hampir segala topik. Yang diperlukan hanyalah nomor telepon,
identitas, dan password. Konsisten dengan standar tertinggi dalam pengamanan komputer perusahaan,
seseorang dari American Interdyne telah menempelkan nomor TymeNet, kode ID
pemakai, dan password-ny& pada keyboard terminal Nexis.
Dave mengulurkan jemarinya dan menekan tombol untuk log on. Ia belum pernah
melakukan sendiri pengambilan data seperti ini. Itu pekerjaan yang didelegasikannya kepada anak buah. Namun demikian, ia pikir itu tidak sulit.
Sederet huruf pelan-pelan tercetak pada layar. Bekerja dengan kecepatan 1.200
baud, terminal itu, seperti semua benda lain di ruang komputer AIW, adalah benda
kuno. Dave membaca cepat instruksi yang muncul, memasukkan ID dan password
American Interdyne di tempat yang semestinya.
Menu sistem itu muncul, menawarkan sejumlah pilihan topik: berita umum, berita
bisnis, database ilmiah, statistik finansial, dan setengah lusin kategori lain.
Pilihan menu terakhir berbunyi, "RLL" Itulah yang diinginkannya.
291Berikutnya, terminal itu menanyakan selang berapa, lama yang ingin dicarinya.
Dave mengetikkan "20-yERRS."
TOLD PRRRDETER. TRy RGRIN" "10 yERRS." Itu berhasil.
Sistem tersebut bertanya: KEyUORD OR 5ERRCH RRGUnENT?"
Dave mengetik, "LOChyERR." dan menekan tombol "enter".
Mesin itu sedang bekerja. Beberapa saat kemudian di layar muncul, "12 "RRTCHES
FOUMD. USE TO REMEU. USE (DELETE) TO CHRNGE SERRCH CRITERIR." Ditemukan?12 nama yang sama. Gunakan untuk memeriksa. Gunakan untuk
mengubah kriteria pencarian.
Dave menekan kembali tombol "enter".
"FULL OR RBSTRRCT ?" Seluruhnya atau ringkasan"
?Dave menekan tombol "A".
Empat berita pertama adalah artikel baru dari The New York Times, The Wall
Street Journal, Business Week, dan Newsday mengenai akuisisi Lockyear oleh
Senterex. Dave tidak mau repot mengambil berita lengkapnya. Ia sudah pernah
melihatnya. Ringkasan kelima berbunyi, "LOChyERR rEMDfiPRThRTI PRTEM LTITUh OBRT D-RECEPTOR
RMTI-lfWE." Dave menekan tombol "F". Seluruh ceritanya bergulir di layar. Tidak
banyak isinya. Begitu pula cerita keenam, ketujuh, kedelapan, atau kesembilan.
Namun, yang kesepuluhlah yang sedang dicarinya:
RRTO0LPH LOChyERR OBTURRy. C-hEU yORh TDES. P/TH/Rl PRGE C22.U/PH0T0G2T0 UORDS
292 " HERDLIT1E: Randolph " J. LockLjear. ilmuwan peneliti, meninggal pada usia IH.
I Or. Randolph J. LockLjear. ahli riset kedokteran dan pemimpin Lockyear
Laboratories perusahaan Ljang didirikannua. meninggal hari ini di rumahriLja di
Long Island. Juru bicara perusahaan melaporkan bahwa sudah beberapa lama Dr.
LockLjear menderita sokit. Penyebab kematiannLja adalah gagal jantung I
kongestiF. Dr. LockLjear lahir di Pars'ppani_|. M. J.. pada tanggal 11 Rei 1SR la kuliah di
Dartmouth dan memperoleh gelar kedok terannuo di Columbia School oF dedicine.
Selama Perang Dunia II ia menjoloni dinas oktiF di PasiFfc. Pada tahun TRHl.
Jenderal Douglas RacRrthur menunjuk Dr. LockLjear sebagai penasihat medis untuk
homisi Sekutu di Jepang. Dr. LockLjear keluar dari dinas militer pada tahun
1SHR. Pada tahun TR50. ia mendirikan perusahaan memakai namanuo sendiri. berpusat d
dekat Patchogue. Long Island Sebagai perusahaan swasta. LockLjear Laboratories
merupakan organisasi penelitian dan pengembangan obat independen. Perusahaan ini
salah satu dari beberapa perusahaan pertama Ljang menenrna paten untuk pembuatan
zat biokimia sintetis. Sejak tahun lRBO-an. perusahaan tersebut kerap disebut
sebagai salah satu pelopor dalam penelitian mengenai sistem kekebalan.
Pada tahun TRbH. Dr. LockLjear dipilih sebagal anggota Dewan Direksi hitsune
Ltd.. konglomerat dan perusahaan Farmasi besar Jepang. la juga menjadi anggota
Dewan Direksi Men Beca Pharmoceu - ?293heals and Gure R.G.. pabrik perala+an laboratorium Swiss, riulai +ahun ISbS
sampai WB. ia menjadi penasiho+ khusus tenteng aba+~oba+an tropis bagi hepob
5+af Gabungan Poda +ohun-+ahun beriku+nuo. Presden Reagan mensponsori
pengongka+an Dr. LockLjear sebogai ke+ua Pane! Penasihat "Ten+ong Pent_joki+
Pandemi PBB. la meninggalkan seorang pu+ra. Douglas D. Locki_|ear. dan seorang pu+ri. Ph&ppa
LockLjear Kiincaid. Upacara pemakaman djjadwalkan akan diselenggarakan di rumah
keluarga pada hari 5ab+u.
Obituari itu. singkat, paling hanya empat atau lima kolom. Tidak bercerita
banyak, tetapi malah membangkitkan pertanyaan.
Seperti apa" Bagaimana dia jadi pembantu MacArthur" Waktu itu umurnya tidak mungkin lebih
dari 33 atau 34 tahun. Kau tentu mengira orang seperti MacArthur pasti
menginginkan orang yang lebih senior.
Itu zaman perang, Sobat. Kau ingat bagaimana keadaannya. Semuanya muda kecuali
jenderal-jenderalnya. Ia anggota dewan direksi perusahaan Jepang. Orang Jepang tidak mengundang orang
asing untuk duduk dalam dewan direksi mereka.
Mungkin itu pertukaran. Semacam transaksi alih teknologi. Lockyear memberi
mereka beberapa hak paten, mereka memberinya tempat duduk dalam dewan direksi.
Bukan masalah. Dan ia punya koneksi dengan pemerintah. Dengan kalangan tinggi.
294 Siapa yang tidak" Begitu kau mencapai senioritas tertentu, kau mendapat tawarantawaran macam itu. Hah, Dr. Sandberg sudah pernah duduk dalam selusin panel
pemerintah. Ya, tapi... "Myna, di sini Robin. Mana laporanmu tiap seperempat jam?" Ransome terdengar
terkendali dan singkat seperti semula.
Radio itu berdesis. "Maaf, Robin." Suara itu milik penjaga di lobi. "Radio ini
brengsek. Kodenya hilang dan aku harus meresetnya. Ditambah lagi aku ada tamu."
Dave menjilat bibirnya. Menukar radio sebenarnya adalah langkah yang penuh
risiko. Kalau penjaga itu memperhatikan...
"Tamu" Ceritakan."
"Ada orang sinting bikin keributan dengan segerombol pelacur. Mereka..." "Siapa
orang itu?" Dave melihat sisa ringkasan di terminal Nexis itu. Beberapa berita lain mengenai
paten. Tidak ada yang bisa diceritakan kepadanya. Ia mematikan mesin itu.
"Cuma teknisi komputer. Bekerja di American Interdyne. Dia..."
"Namanya?" "Eh..." "Lihat di buku pengunjung, Myna."
Sesaat berlangsung keheningan yang menjengahkan. Penjaga itu akhirnya menggumam,
"Wah, emm, dengan segala keributan tadi, aku lupa memintanya menandatangani
buku. Tapi, aku ingat... ya. Itu... aku melihat kartu identitasnya... sialan, aku
lupa." 295Ransome menggeram, "Lantai 14?"
"Bukan, 12. Itu ruang komputer. Aku sudah periksa. Dengar, Robin, dia pegawai
biasa. Tak cocok dengan deskripsi subjek, dan..."
"Snipe, kau mendengarkan ini?"
"Afirmatif." 'Turunlah ke lantai 12. Periksa dia. Pertahankan hubungan radio."
"Sekarang juga aku ke sana, Robin."
Dave sudah memperkirakannya. Ia sudah menyalakan setengah lusin monitor, dan
menggelar lembaran-lembaran printout di atas salah satu meja kerja di ruang
komputer itu. Ia melonggarkan dasi, dan berusaha kelihatan sibuk melacak sederet
kode program dengan pena merah.
"Myna." "Ya, Sir." "Coba ceritakan secara terperinci."
"Ya, Sir. Kejadiannya tak lama sesudah aku bertugas. Kulihat banci itu berlari
ke pintu masuk. Separo pelacur New York sedang mengejarnya. Dia masuk. Mereka
mengikuti. Dia bilang mereka mencoba menggarongnya. Kurasa dia benar. Wariawaria itu mengejar untuk membunuh."
"Apa dalih mereka?"
"Kata mereka dia memukul salah satu dari mereka. Tak mungkin, Sir. Laki-laki itu
banci. Kalau dia mencoba pura-pura, aku berani berta^*v"."
"Tak perlu editorial."
"Ya, Sir. Nah, mereka berteriak-teriak dan ribut. Jadi kuperlihatkan senjata
pada mereka. Mereka mundur. Selesai."
296 "Dan banci itu?"
"Gemas pada mereka, Sir. Senjataku membuatnya senang. Dia ingin aku menembaki
para pelacur itu. Ketika dia pergi, aku melihat monitor lift. Dia langsung ke
lantai 12 seperti yang dikatakannya.'*
Sebaiknya hati-hati saat berpindah tempat, Bung, mereka melacak setiap gerakan
lift. "Deskripsi." "Eh... tinggi dan kurus. Setengah botak dengan rambut pirang. Anda tahu, model
rambut aneh itu, dipangkas pendek dan disisir ke depan. Bisa kubilang rambutnya
tentu dicat, Sir. Matanya seperti Bambi, besar dan basah."
Mata seperti Bambi, eh" Aku suka itu.
"Snipe, bagaimana statusmu?"
"Di lantai 12, Sir. Ruang komputer ada di depan."
"Biarkan radio tetap hidup."
Dave mematikan radionya dan memasukkannya ke laci meja. Sesaat kemudian
terdengar ketukan pada pintu ruang komputer. Ia berseru, "Pintunya terbuka."
Laki-laki bernama Snipe itu melangkah masuk. Ia masih muda dan terbuat dari
bahan yang sama seperti semua anak buah Ransome gempal, berotot, dan tatapan ?keras. Ia memakai seragam polisi biru. Seragam itu terlalu ketat di bagian
pundak. "Selamat malam, Sir."
Dave mengangkat muka. Ia sudah menemukan kacamata berbi 1-"' kawat. Ia melihat
?dari atasnya, matanya terbuka lebar dan mudah-mudahan kelihatan seperti Bambi.
"Well, halo. Mau menemani saya, Pak Polisi?"
Snipe mengamatinya, tidak menemukan hubungan
297antara deskripsi David Elliot dan laki-laki kenes di depannya. 'Tidak, Sir,"
ia menggeram. "Saya hanya memeriksa. Anda bekerja larut sekali."
Dave mengangguk. "Saya tahu. Sungguh membosankan. Saya baru saja pulang dari
Village ketika mereka menghubungi saya. Padahal di sana... saya baru saja bertemu
seseorang..." Kaki tangan Ransome itu merapatkan bibir dan melontarkan tatapan kecut pada
Dave. "Em." Dave mengeluh. "Malam hari kami diperbudak pusat DP perusahaan di Missouri. Ada
kerusakan sistem. Minggu ini saya dinas malam, jadi mereka menghubungi saya.
Begitu sajalah kehidupan seks saya." Ia berhenti dua hitungan, tersenyum simpul,
dan bertanya, "Bagaimana dengan AndaV
Laki-laki itu memelototinya, wajahnya merah padam.
Dave menggoyangkan penanya di atas printout. "Ah, saya sebenarnya suka duduk di
sini dan mengobrol dengan Anda, tapi..."
Si penjaga mengangguk, menggumam, "Selamat malam," dan berbalik untuk pergi.
"Selamat malam juga. Tapi mengapa Anda tak mampir sekitar sejam lagi. Saat itu
saya tentu sudah selesai. Akan saya seduhkan herbal tea, dan kita bisa ngobrol
sedikit." "Saya peminum kopi." Pintu terempas menutup.
Dave mengeluarkan radio dari laci dan menghidupkannya, volumenya diatur rendah.
"...mengerti, Robin?"
"Afirmatif. Mengapa tak kauperiksa kartu identitasnya?"
298 "Tadi pagi aku di lobi, Sir. Aku melihat subjek. Orang ini bukan dia."
Dave bersandar dan mengembuskan napas.
"Oke, Snipe. Sebaiknya kau tahu apa yang kaukerjakan. Robin selesai."
"Sir?" "Ada apa, Snipe?"
"Sir, apakah Anda yakin dia akan kembali" Maksudku sekarang sudah hampir jam
02.30 dan..." "Dia akan ke sini. Tak ada tempat lain baginya. Dia akan ke sini. Dan kita akan
mendapatkannya." "Dengan segala hormat, Sir, kita sudah mengatakannya..."
Suara Ransome berubah. Ia terdengar letih. "Aku tahu, Snipe. Tuhan tahu, kita
sudah mengatakannya seharian." Ransome berhenti seolah memikirkan sesuatu.
Kemudian, dengan cukup tenang ia meneruskan, "Coba dengar: lebih dari sekali
hari ini aku bimbang mengenai subjek. Aku bertanya dalam hati mengenai
catatannya, mengenai yang dilakukannya di 'Nam. Kebanyakan orang akan mengatakan
perbuatannya itu pengecut. Tapi kau bisa melihatnya dengan cara lain. Kau bisa
mengatakan laki-laki ini punya nyali. Perbuatannya itu membutuhkan
keberanian jenis keberanian yang lain,,tapi toh tetap keberanian."?"Apa, Sir?"
"Itu informasi rahasia. Tapi, begini, bila dia melakukan perbuatannya itu karena
dia pemberani dan bukan pengecut, maka selama ini aku bekerja dengan kesan
keliru. Dan, Saudara-saudara, aku berniat meluruskan kesalahan kesan ini."
Ransome ragu-ragu. Dave mendengar bunyi korek
299api. Ransome menyedot, lalu mengembus. "Pengalaman, itulah kuncinya. Subjek
itu punya pengalaman, terlalu berpengalaman untuk manuver-manuver yang kita coba
terapkan padanya. Dengar, Snipe. Dengar, kalian semua. Selama ini kita
memperlakukan Mr. Elliot seperti salah satu subjek kita biasanya. Nah, dia bukan
salah satu di antara mereka, sedikit pun tak mirip. Sama seperti kau dan aku,
laki-laki ini sudah pernah sampai di ujung tongkat yang kotor, pernah berada di
ujung garis komando. Dia pernah melihat kehidupan sejati dari dekat dan tidak
berangan-angan kosong. Oh, Snipe, biar kujelaskan padamu siapa orang ini: lakilaki ini, dia salah satu di antara kita, dia salah satu di antara kita."
Kita sudah menemukan musuh dan dia salah satu di antara kita.
Ransome diam kembali. Dave mendengar ia menyedot rokok. "Di sinilah
kekeliruannya. Sesuai perintah, kita telah memperlakukan dia seperti salah satu
dari mereka daripada salah satu dari kita. Sasaran empuk. Prosedur biasa. Dan
bila pertama kali tadi dia beruntung, yang harus kita lakukan adalah melancarkan
perang urat saraf. Bawa istrinya, anaknya, teman-temannya. Guncang dia.
Kendurkan dia. Buat dia jadi sasaran empuk."
Ia mendengus. "Brengsek! ...Semuanya lewat begitu saja. Aku bisa memasang ibunya
sebagai umpan, dan ia hanya akan angkat pundak dan membunuh beberapa orang lagi.
Kubilang prosedur biasa takkan berhasil terhadap subjek ini. Pemecahan biasa tak bisa menyelesaikan masalah luar biasa. Butuh sesuatu yang
istimewa." 300 "Sir?" "Aku sedang merancangnya sekarang. Ini akan menjebloskannya, Snipe. Yang lain
tak bisa, tapi yang ini akan berhasil."
"Apa, Sir?" Keletihan menghilang dari suara Ransome. Nada kemenangan mengambil alih.
"Kutafsirkan kembali perintah kita, Snipe. Kau tak ingin tahu bagaimana. Cukup
kukatakan yang ini karya agung, piece de resistance ciptaanku. Mereka akan
mencantumkan gagasan ini dalam buku teks, berani kujamin. Kujamin kali ini
adalah yang terakhir. Mr. David Elliot akan hancur dengan cara ini. Sebelum
kuhabisi, subjek akan memohon-mohon agar kubunuh!"
Ransome tertawa. Inilah untuk pertama kali Dave mendengarnya tertawa. Ia tidak
menyukai tawa itu. 2. Showtime! Dave belum merencanakan mengambil tindakan. Tapi ucapan Ransome telah mengubah
keadaan. Penjaganya ada di bawah, dan apa pun perangkap maut yang sedang
disiapkannya itu telah membuatnya puas dan terlalu percaya diri.
Istilah "sasaran peluang" terlintas dalam pikiran. Demikian pula istilah "hitung
ayammu sebelum dierami".
Dave melepaskan sepatu dan berlari keluar dari ruang komputer.


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koridor itu panjang, tanpa nama, dari atas diterangi dengan lampu neon. Beberapa
poster seni murahan 301digantung di sepanjang dindingnya yang berwarna krem. Kaki Dave yang
terbungkus kaus tidak menimbulkan suara ketika ia berlari ke arah lift.
Snipe sedang berdiri di lobi lift, memunggungi. Jarinya ditempelkan ke tombol
lift, tidak sabar menunggu kedatangannya.
Dave menerjang. Snipe merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan hendak membalik.
Terlambat. Dave mendorongnya ke dinding dan menodongkan ujung pistol ke
lehernya. Darah mengalir di plester semen; terjangan Dave telah mematahkan
hidung Snipe yang membentur dinding.
Dave memutar pistol itu ke kiri dan ke kanan, menghunjamkan moncongnya ke daging
laki-laki itu. "Di lantai 31, kan?"
"Uh..." "Jangan macam-macam denganku, Sobat. Ingat apa yang dikatakan Ransome padamu.
Aku bukan warga sipil biasa. Aku bisa membunuhmu dengan mudah. Sekarang katakan,
pangkalanmu di lantai 31, kan?"
"Yakh, Thir." Dave mencengkeram rambut laki-laki itu, menarik kepalanya ke
belakang. "Lagi."
"Ya, Sir." "Seluruh lantai itu?" "Sisi Park Avenue." "Berapa orang?" "Uh..."
"Sudah berapa lama kau masuk dinas, Nak?" "Uh, empat tahun, uh..."
"Mereka takkan memberi tunjangan kematian penuh kecuali sudah berdinas enam
tahun." Sesuatu dalam suara Dave mendorong Snipe untuk
302 bicara. Snipe tahu Dave serius. Ia melolong. "Aku tak tahu! Mungkin 20 atau 25!"
"'Mungkin' tak cukup bagus."
Snipe tak lebih hanyalah pemuda, terlalu muda " untuk pekerjaan Ransome, dan
jauh lebih lembek daripada tampangnya. Ia berteriak, "Aduh! Jangan tembak! Aku
sungguh tak tahu!" Pemuda itu menggigil ngeri. Dave memutar lagi pistol itu. "Oke, pertanyaan
berikutnya. Mengapa kalian semua memburuku?"
"Oh, Tuhan! Mereka tak memberitahu orang-orang seperti aku, Mister! Aku cuma
pelaksana! Robin dan Partridge mereka tahu, tapi mereka tak mengatakannya, ?takkan memberitahu orang lain."
"Apa yang mereka katakan pada kalian?"
Snipe mengoceh sekarang, "Tak ada apa-apa. Demi ibuku, sama sekali tak ada! Cuma
bahwa kau harus... uh... mati. Secepatnya. Dan bila kami... ahh... seperti, kau tahu...
kalau kami membereskanmu, kami tak boleh menyentuh tubuhmu kecuali kami pakai,
ahh... kau tahu... sarung tangan karet."
Dave mengenakkan gigi. Makin lama makin parah.
"Di mana Ransome?"
"Empat puluh lima! Dia di kantor orang yang mati itu, Levy!"
"Apa yang dikerjakannya di sana?"
"Tak tahu! Demi Tuhan, aku tak tahu! Aku tak pernah ke atas sana! Aku cuma..."
"Terka." Dave merasa dingin, dingin mematikan.
"Demi Tuhan, aku tak tahu! Sungguh tak tahu! Ketika kami menjemput perempuan
Yahudi..." Dave membenturkan wajah Snipe ke dinding. Ia
303melakukannya lebih dari sekali. Tak dihitungnya berapa kali.
"Bicara padaku. Nak. Ceritakan tentang 'perempuan Yahudi' itu."
Darah yang berbuih-buih menyembur dari bibir laki-laki itu. "Oh, aduh! Oh,
brengsek!" Dave melakukannya lagi. "Bicara, aku tak bisa mendengarmu."
"Perempuan Cohen itu. Dia akan kabur. Kami memergokinya aku dan Bobby dan
? Georgo tepat saat ia sedang meninggalkan tempat tinggalnya. Dia benar-benar ?binatang. Dia gigit hidung Bobby sampai copot. Seluruhnya. Bangsat malang itu
akan pakai plastik seumur hidup."
"Lalu?" Dave sedingin es.
"Tak ada yang menyakitinya, man. Tidak parah. Cuma..." Dave benar-benar gusar.
Dibenturkannya lagi wajah Snipe ke dinding. "Seberapa parah?"
"Memar-memar. Itu saja. Aku sumpah!" "Di mana dia sekarang?"
"Itu yang mau kubilang. Kami menahannya di lantai 31. Lalu Ransome membawanya ke
lantai 45. Aku tak tahu, mungkin 15, mungkin 20 menit yang lalu."
Tubuh Dave bergetar karena amarah. Pesan yang ditinggalkan Ransome di mesin
penjawab Marge tidak bohong. Dan bila Dave lebih dulu pergi ke lantai 31 dan
bukan ke ruang komputer AIW...
"Apa lagi, bangsat kecil" Ceritakan seluruhnya."
"Itu saja yang kutahu. Demi Tuhan, itu saja yang kuketahui."
304 Dave berkata lembut, "Sebut lagi." "Uh... apa" Sebut apa?"
"Nama Tuhan. Kau tentu mau mati dengan kata itu di bibirmu."
"Hah" Apa" Oh, sialan, tidak, man, jangan...!"
Dave menjatuhkannya, mundur tiga langkah untuk menghindari percikan, membidikkan
pistolnya ke kepala laki-laki itu.
Beginilah cara semestinya, hah"
Beginilah caranya. Sampai sejauh ini hanya tindakan bela diri. Kecuali terhadap orang yang
kauhancurkan mata kakinya.
Perlawanan pasif berhasil sangat baik hari ini.
Dan di samping itu, kau tak pernah benar-benar mengidentifikasikan diri dengan
Gandhi. Tak pernah. Juga tak suka filmnya.
Snipe telungkup bertumpu tangan dan lutut. Ia menoleh pada Dave sambil merengek.
"Jangan, oh, Tuhan, jangan..."
Dave menarik picu. Plesteran dinding meledak. Snipe tersungkur. Wajahnya sepucat
kapur. Ia pingsan. 3. Tidak, Ransome, aku bukan salah satu di antara kalian, meskipun aku mungkin
pernah demikian. Itu seharusnya tidak sulit. Bahkan mudah. Itu salah satu dan
banyak hal yang bisa kaubiarkan terjadi begitu saja. Tanpa usaha keras. Tanpa
perlawanan. Yang harus kaulakukan hanyalah mengangkat pundak dan tersenyum pada
mayat-mayat itu dan berkata, "Maaf atas kejadian ini."
305Dan, makin banyak kau mengangkat pundak pada mereka, makin mudahlah jadinya.
Sesudah beberapa lama, melihat darah tidaklah terlalu mengusik hatimu. Yang dulu
kauanggap sebagai orang mati mengalami perubahan besar-besaran, dan kini mereka
hanya sekadar daging. Kau tidak menyebut mereka manusia, kau menyebut mereka
gook, slope, rice head, Victor Charlie, chopstick Charlie. Yang laki-laki dink
dan yang perempuan slant, dan satu-satunya alasan mengapa Tuhan menciptakan
mereka adalah supaya kau bisa bermain-main dengan sasaran yang bergerak di
daerah bebas tembak. Lihat binatang-binatang ini. Kau bilang mereka "hidup?"
Bukan. Kau menolong mereka bila kau meledakkan mereka. Mereka lebih baik mati,
lebih baik mati daripada jadi merah. Semudah itu, Ransome, benar-benar mudah.
Kau berhenti berpikir bahwa kau prajurit, profesi yang terhormat. Sebagai
gantinya kau hanya alat mekanis, sesuatu yang tidak terhormat. Itulah aku dulu,
Ransome, atau aku nyaris jadi begitu. Di daerah liar segalanya mulai berubah
jadi sangat sederhana, sangat jelas. Segalanya berubah jadi fisika lengkung ?lintasan peluru, kalkulus balistik, persamaan dari akibat tenaga dan massa pada
jarak tertentu terhadap objek fisik yang kebetulan memiliki kaki. Itu bukan
tentang perang, bukan politik, bukan tentang sekutu kita yang baik dan
membendung gelombang pasang komunisme ateis. Itu tentang latihan menembak
sasaran. Ketika aku pergi ke sana, kupikir perang ini Benar dengan "B" kapital.
Mungkin aku tidak lagi berpikir demikian, tapi bukan itu pokok persoalannya.
Pokok persoalannya, Ransome, kau dan orang-orang semacammu sama sekali tidak
peduli. Dan kau juga tidak ingin
306 kami semua peduli. Kau ingin kami jadi mesin. Itu saja, cuma mesin. Kau hampir
melakukannya terhadapku. Aku bisa saja melangkah melewati garis batas, Ransome,
ke pihakmu. Satu kakiku sudah ke sana. Tapi suatu hari Jack Kreuter melakukan
sesuatu, dan mendadak sontak aku melihat di mana aku berada, dan melihat bahwa
aku terpaksa melangkah mundur dari garis itu. Aku melihat bahwa manusia adalah
manusia, dan kau bisa membunuh mereka bila terpaksa, tapi kau tidak bisa
membunuh mereka karena itu menyenangkan. Itulah saat untuk berhenti, Ransome.
Begitu kau mulai menikmati pekerjaanmu, kau harus berhenti. Bila tidak, kau
berubah jadi seseorang seperti kau, dan dunia akan jadi tempal yang lebih baik
seandainya kau mati sejak lahir. Itulah sebabnya aku tidak membunuh bocah malang
yang kaunamakan Snipe ini. Sebab aku adalah aku, bukan kau. Kaukatakan aku-salah
satu di antara kalian, Ransome. Seharian kaukatakan hal itu. Dave Elliot salah
satu dari kita. Dia adalah kita. Di balik kulit, kita bersaudara. Nah, Ransome,
aku punya pendapat mengenai itu. Ini dia: Kiss my ass.
Godaan itu begitu memikat. Serangan frontal penuh. Tembakan, darah, dan kepuasan
yang ditimbulkan dari melihat musuh mati. Seharusnya ia bisa melakukan hal itu.
Ransome tidak siaga. Anak buahnya santai. Tak seorang pun tahu sasaran mereka
berada di dalam gedung. Unsur kejutan ada di pihak Dave. Ia tentu bisa
menghabisi setengah dari mereka sebelum mereka tahu apa yang terjadi. L
Itu tentu memuaskan, harus kauakui.
Itu juga tolol. Sumber daya musuh-musuhnya
307sungguh tak ada habisnya. Tak peduli bagaimana keras ia memukul mereka, ada
yang akan hidup cukup lama untuk memakai radio dan memanggil pasukan. Lebih
banyak lagi. Cukup untuk melakukan penyapuan lantai demi lantai.
Ia yang berbalik dan lari akan hidup untuk bertempur lagi kelak.
Ia tidak bisa lari. Ia harus mendapatkan jawaban, dan hanya ada satu tempat di
mana ia bisa menemukannya di dalam lemari arsip Bernie, dalam berkas
?bertuliskan "Lockyear Laboratories". Namun itu berarti harus pergi ke lantai 45,
langsung masuk ke perangkap yang disiapkan Ransome dengan penuh kebanggaan.
Berkas-berkas itu arsip Bernie tak ada cara lain untuk mengambilnya selain ? ?melewati Ransome. Atau mengitarinya.
Atau mengitarinya. Benar. Mungkin ada jalan putar untuk mengitarinya. Memang ini
gila luar biasa, tapi bisa dilakukan.
Bagian yang terberat adalah Marge Cohen. Ransome menahannya di sana, dan apa pun
yang dirancangnya untuk wanita itu tentu tidak menyenangkan. Marge kini telah
menjadi bagian dari permainan Ransome. Ia sudah memakai istri dan putra Dave
sebagai senjata psikologis. Ia akan memakai Marge dengan cara sama. Ransome akan
melakukan segala yang bisa dilakukannya untuk menyiksa Dave, apa pun untuk
mengacaukan pikirannya dan apa pun untuk memancing kemarahannya. "Akhirnya,
Saudara-saudara, jelas lebih memuaskan menghancurkan semangat musuh daripada
menghancurkan tubuh musuh."
308 Di samping itu, sesudah kau menghancurkan pikiran lawanmu, menghancurkan
kepalanya sama sekali bukan pekerjaan berat.
Ia tidak bisa mencoba menolong Marge. Itulah yang diharapkan Ransome. Orang itu
tentu mengerahkan segenap kekuatan. Setiap rute masuk dan rute keluar dari
lantai 45 sudah dijaga. Segenap kekuatannya tentu difokuskan hanya pada satu
titik. Mencarinya berarti menjemput ajal. Bahkan memikirkan hal itu saja sudah
merupakan ketololan. Di samping itu, Dave hanya melewatkan tak lebih dari dua
jam bersama wanita itu. Ia tak kenal Marge. Ia tak berutang apa pun padanya.
Mengapa ia harus peduli pada apa yang dirancang Ransome bagi seseorang seperti
itu. Memikirkannya saja sudah merupakan kebodohan. Perempuan itu bukan apa-apa
baginya, sama sekali bukan apa-apa, dan akan tetap demikian. Ransome sama sekali
salah bila mengira bisa memakai wanita yang baru saja ditemui Dave sebagai
umpan. Dave bukan orang tolol, dan hanya orang tolol yang teperdaya dengan umpan
seperti itu. Tak sangsi lagi. Ia akan menolong Marge.
4. Dave melihat jam dinding: pukul 03.03. Semua sudah pada tempatnya. Nitrogen
triiodida yang diendapkannya siang tadi sudah mengering dengan baik. Ia
menyaring cairan itu dengan kertas filter kertas yang dipakai pada mesin kopi
?American Interdyne dan meninggalkan kristal itu mengering di ruang telepon
?American Interdyne. Ia memiliki sekitar dua puluh ons bahan
"309peledak. Tidak banyak, tapi cukup untuk membereskan pekerjaan. Di dalam
tempat tertutup, jumlah itu sudah pasti cukup.
Triiodida itu bukan satu-satunya lelucon yang disiapkannya. Ia sudah
menghabiskan setengah jam terakhir di ruang tangga barat dan selatan lantai 45
?sampai 50 memasang ranjau-ranjau baru untuk menggantikan yang sudah dijinakkan
?anak buah Ransome. Karena kebutuhan, ranjau-ranjau baru ini lebih kasar daripada
yang dipasangnya dengan susah payah siang tadi. Agak terburu-buru, pikirnya.
Sekarang, ia sudah kembali di ruang komputer American Interdyne. Ia menunggu
Ransome kembali berbicara di radio. Begitu Ransome selesai menggelar
perangkapnya apa pun perangkap itu ia akan memerintahkan anak buahnya bersiaga
? ?di tempat masing-masing. Mereka akan lengah saat berusaha menduduki posisi
masing-masing. Saat itulah Dave akan bergerak.
Tetapi pertama-tama, ada yang harus dikerjakannya. Tak mungkin menghindarinya,
betapapun menyakitkan hal itu. Ia meringis memikirkannya, tapi toh itu harus
dilakukan. Bila ada orang di dunia yang mungkin bisa memberitahu Dave mengenai
Lockyear atau John Ransome, orang itu adalah Mamba Jack Kreuter.
Ia mengulurkan tangan meraih telepon. Dilihatnya tangannya gemetar. Ia berhenti,
mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus, dan menyalakannya. Tangannya masih
gemetar. Tak mudah bicara dengan Jack. Laki-laki itu takkan memaafkan atau
melupakannya. Jack Kreuter bukan pemaaf. Ia pasti membenci Dave lebih daripada
siapa pun di dunia ini. 310 Dave menghirup satu sedotan lagi. Nikotin tidak menolong.
Meneleponnya akan jadi hal terberat yang pernah dilakukan dalam hidupnya.
Letnan David Elliot mencintai Kolonel Jack Kreuter. Letnan David Elliot
mengkhianati Kolonel Jack Kreuter.
Prajurit melakukannya jatuh cinta satu sama lain. Hal itu tak ada kaitannya ?dengan seks. Daya tarik seksual adalah imitasi murahan dari cinta yang dirasakan
prajurit terhadap rekannya. Emosi-emosi itu jauh lebih dalam daripada antara
ayah dan anak, antara saudara, antara suami dan istri. Ikatan yang terbentuk,
prajurit dengan prajurit, merupakan sesuatu yang sangat primitif amat sangat
?kuno, naluri evolusi awal, dorongan manusia purba untuk bergerombol bersama,
semua untuk satu, satu untuk semua. Naluri itu sudah ada dalam darah, dan tak
dapat dikekang. Orang bisa berbohong, menipu, mencuri, dan membunuh, serta bisa melakukannya
tanpa terusik hati nuraninya. David Elliot tidak menyangsikan bahwa John
Ransome, sebagai salah satu contoh, bisa tidur nyenyak malam hari, dan tidak
terusik mimpi buruk. Siapa pun bisa melanggar peraturan, semuanya, dan sedikit
pun tak merasa bersalah. Tidak ada kebejatan moral dan dosa yang begitu hebatnya
sehingga seseorang, dengan waktu yang memadai dan sikap yang tepat, tidak dapat
memaafkan diri sendiri tak ada yang akhirnya tidak bisa dimaafkan orang...
?kecuali satu hal, satu-satunya pelanggaran yang takkan pernah dimaafkan, takkan
pernah dilupakan. Tak seorang prajurit pun akan memaafkan rekan seperjuangan
yang mengkhianatinya. 311Tak seorang pengkhianat pun akan memaafkan diri sendiri.
David Elliot memaksakan diri mengangkat telepon. Tidak mudah.
Ia menekan angka "9" untuk mendapatkan sambungan keluar dan menekan "001" untuk
^sambungan internasional AT&T. Telepon itu berbunyi klik dan berdering tiga
kali. "Masukkan kode ID sekarang."
Apa" Ia meletakkan telepon dan mencoba lagi. Kejadian yang sama terulang. American
Interdyne rupanya sudah memasang teknologi modern yang lebih menyebalkan, sistem
telepon yang meminta kode identifikasi setiap orang untuk sambungan langsung
jarak jauh. Saudara Besar hidup dan segar bugar serta tinggal di perusahaan
telepon. Dave membanting telepon, dan mengumpat.
Ia menyedot untuk terakhir kali dan mematikannya. Ia harus menelepon, segera. Ia
harus menemukan pesawat telepon lain.
5. Dave membanting telepon dan mengumpat.
Ia marah dengan teknologi itu dan juga pada diri sendiri. Dengan segala risiko
yang telah diambilnya, akhirnya ia mendapatkan sistem telepon terbatas yang sama
seperti di American Interdyne.
Ia telah bertindak ceroboh lebih parah lagi, tanpa pikir. Begitu perlu ?menemukan telepon yang bisa dipakai, ia meninggalkan ruang komputer American
Interdyne, berlari menuruni satu tingkat tangga,
312 membuka kunci pintu darurat, dan mulai mencari kantor yang terbuka.
Kau badut. Apakah otakmu sudah mati"
Ia sudah melupakan yang dilihatnya dari jalan lantai 11 adalah yang paling
?terang benderang di gedung itu. Bagian merger dan akuisisi Lee, Bach & Wachnutt
tidak pernah tidur. Selalu ada orang di sana. Tiga kali ia dihadang dan
ditanyai. Tiap kali ia dipaksa masuk lebih jauh ke kantor bankir investasi, dan
kian menjauhi tangga darurat serta lift.
Pengalaman itu seperti mimpi buruk.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang laki-laki pendek pucat dengan


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelan jas mahal. Ia berkumis jarang dan berparas pucat seperti dempul, serta
bicara dengan aksen Inggris agak cadel. Seketika itu juga Dave langsung tak
menyukainya. "Ah, ya," sahut Dave terbata-bata, "saya dari printer."
"Benar," kata laki-laki Inggris itu. "Tentu tim I.P.O. yang Anda cari. Mereka
ada Red Herring yang harus selesai besok."
Dave mengangguk cepat. "S.E.C. membutuhkannya sebelum tengah hari, saya kira."
Rupanya penting memamerkan pemahaman akan bahasa khusus mereka. Financial
printer mana pun akan tahu luar-dalam mengenai Initial Public Offerings, dan
betapa pentingnya Red Hening prospektus penawaran saham pendahuluan sesuai
? ?dengan persyaratan Securities and Exchange Commission.
Orang Inggris itu menjawab, "Benar." Ia menunjuk sebuah lorong dan menyuruh Dave
untuk belok ke kiri. Ia mengawasi ketika Dave pergi.
313Dave meyakinkan orang, berikutnya yang ia temui, laki-laki berperawakan
tinggi dengan tampang lesu dan memakai suspender bermotif bunga yang
menyeramkan, bahwa ia kurir biro hukum. Kepada orang ketiga ia mengatakan bahwa
ia teknisi servis network yang dipanggil untuk membereskan masalah-pada
Ethernet. Semua pertemuan itu menuntunnya ke lingkaran luar kantor tersebut, dan menjauh
dari keamanan jantung gedung itu, dari lift dan tangga darurat. Ia sudah siap
berteriak frustrasi. Akhirnya ia mendapati dirinya digiring melewati koridor gelap yang menuju ke
timur laut. Ia menoleh ke belakang, memastikan tak ada orang yang mengawasi,
lalu menyelinap masuk. Lorong itu buntu sampai ke kantor sekretaris. Tidak, tak sepenuhnya buntu. Ada
satu pintu terakhir di sebelah meja kerja sekretaris. Dave memutar pegangan
pintu. Pintu itu terbuka ke kantor yang gelap. Pantulan cahaya lampu jalan dari
Park Avenue menunjukkan ukuran kantor tersebut sangat luas, jauh lebih luas
? daripada kantor Bernie. Dave melihat meja kerja di ujung jauh. Ia melangkah ke sana, tulang kering
kirinya terbentur meja pendek. Ia mengumpat dan menggosok kakinya. Beberapa
langkah selanjutnya dilakukannya dengan hati-hati.
Di atas meja itu ada lampu Stiffel dari kuningan. Dave menyalakannya. Secercah
cahaya bundar kecil terbayang pada meja dan menyinari pesawat telepon multiline
besar. Ia mengangkat gagangnya dan menekan nomor. Telepon itu berbunyi, dan
memintanya, "Masukkan kode otorisasi sekarang."
314 . Sialan. Ia membanting gagang telepon itu ke tempatnya.
Duduklah, Sobat. Istirahatlah. Pikirkan. Jangan buat kesalahan konyol lagi.
Nasihat bagus. Ia mematuhinya, duduk, menyalakan sebatang rokok, melihat
sekeliling. Cahaya redup lampu meja itu cukup baginya untuk melihat perabotan I
di sana. Ia tercengang. " Meja di depannya itu terbuat dari kayu mahoni utuh yang mengilat dan ditutup
dengan marmer putih. l(Ujung-ujungnya membentuk lengkungan yang anggun, dan
disangga enam pilar silinder yang simetris. Dave fyakin meja ini buatan Duncan
Phyfe, dan harganya tak kurang dari $75.000. Di seberang meja itu ada empat
kursi malas Federal dengan sandaran melengkung masing-masing $6.000. Sebuah ?lemari dari kayu cherywood dengan laci-laci terletak dekat dinding, tepat di
samping pintu. Lemari itu harganya $50.000 kalau memang merek Chippendale, dan
Dave cukup yakin demikian. Sebuah jam dengan kotak dari kayu mahoni berdiri
tinggi di seberang lemari itu jam Manheim, Dave menduga, buatan awal tahun
?1800-an. Orang harus membayar $35.000 untuk memilikinya.
Dan masih ada lagi lainnya, lebih banyak. Isi kantor itu akan membuat pedagang
barang antik meneteskan air mata. Seluruhnya mungkin bernilai satu juta dolar,
atau mendekati angka itu.
Aneh, ia merenung, bagaimana perusahaan-perusahaan yang paling sedikit
memberikan nilai tambah pada perekonomian nasional malahan mengumpulkan uang
paling banyak pada dasawarsa terakhir ini.
315Bukan perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang yang jadi kaya, bukan
pembuat mobil, bukan pabrik peralatan, bukan pula organisasi industri lainnya.
Kalau ditinjau lagi, mereka jadi lebih miskin. Sebaliknya para predator itulah
yang jadi makmur, para pialang, para pedagang, para pengedar saham sampah,
seniman pengambilalihan dan perebut perusahaan. Orang-orang seperti Bernie Levy
dan Scott Thatcher takkan menghamburkan sejuta dolar untuk perabotan kantor
mereka. Tetapi orang-orang seperti Lee, Bach & Wachnutt...
Dari sudut matanya ia melihat telepon kedua. Pesawat itu bertengger di' atas
meja kecil mengilat di belakang meja kerja. Telepon hitam biasa, dan Dave
mengenali apa barang itu saluran telepon pribadi yang tidak melewati
?switchboard. Bernie punya satu dan juga selusin eksekutif lain yang Dave kenal.
Telepon itu lebih dari sekadar simbol status itu alat yang memungkinkan
?pemiliknya mengirim dan menerima pesan telepon yang sangat rahasia tanpa
khawatir operator switchboard ikut mendengarkan.
Dave memutar kursinya, dan mengangkat gagang telepon itu. Nada panggil. Ia
menekan nomor untuk operator sambungan internasional. 'Terima kasih Anda telah
menelepon AT&T International. Di sini Suzanne. Bagaimana saya bisa membantu
Anda?" Berhasil! Dave meminta operator itu menyambungkan telepon perorangan.
"Siapa nama yang hendak dihubungi?" "Mam... Mr. Kreuter. Mr. Jack Kreuter." "Rumah
atau kantor?" 316 "Kantor." "Dan nama Anda, Sir?" "David Elliot."
Suara seorang laki-laki di belakangnya bergema, "David Elliot. Benar."
6. Setiap saraf di tubuh Dave menjerit, memerintahkan agar ia melemparkan tubuh
untuk berlindung dan mulai menembak. Ia tak melakukannya. Sebaliknya ia
meletakkan kembali gagang telepon itu, dan bersandar, memutar kursinya.
Laki-laki itu membentuk siluet di ambang pintu. Setelan jas yang bagus
membungkus tubuhnya yang tinggi, ramping. Satu tangannya disisipkan dengan
santai ke dalam saku celana. Ia memberi isyarat dengan tangan yang lain.
"Kendali diri yang mencengangkan. Orang yang lebih lemah mungkin sudah pingsan.
Bahkan yang paling tabah pun tentu sudah melompat. Atau setidaknya begitu
menurut perkiraan orang. Saya sangat terkesan."
Dave hanya menatapnya. "Boleh saya masuk" Ini kantor saya, Anda tahu." Suaranya bariton, bernada
sempurna, dan merdu seperti milik penyanyi opera.
"Tentu," jawab Dave. Punggungnya sudah berbalik. Laki-laki itu tentu sudah
beberapa lama berdiri di sana. Seharusnya ia bisa dengan mudah menyelinap pergi
untuk memanggil bantuan. Ia tak melakukannya. Siapa pun dia, dia bukanlah
bahaya setidaknya bukan bahaya dalam arti konvensional. "Silakan tutup pintu di?belakang Anda."
317"Tentu. Omong-omong, bila lain kali Anda ingin memakai kantor saya lagi, dan
ingin sendiri tanpa diganggu, yang Anda perlukan adalah memutar tuas ini." Ia
memutar tuas. "Pengamanan yang sempurna. Sistem deadbolt. Dalam bisnis saya,
kita butuh ini. Pengaman yang sempurna, maksud saya." Ia melangkah maju ke
lingkaran cahaya. Dave mengamati parasnya. Laki-laki itu tampak seperti sang iblis sendiri, tampan
menyeramkan bak Lucifer Morningstar. Dengan keanggunan kucing pemburu, ia duduk
di salah satu kursi malas dan tersenyum. "Perkenalkan diri saya." Senyumnya
melebar. Giginya terlihat. "Tiap kali saya memulai satu kalimat perkenalan, saya
hampir selalu merasa wajib untuk menambahkan bahwa saya orang kaya dan
seterusnya. Saya Nicholas Lee. Panggil saja Nick."
Pemimpin Lee, Bach & Wachnutt. Dave belum pernah berjumpa dengannya, namun ia
mengenali nama dan wajah itu. Terutama wajah itu ia telah menghiasi sampul
?majalah Institutional Investor, Business Week, Fortune, dan setengah lusin
majalah lain selama tahun 1980-an. Namun pada tahun 1990-an wajah itu lebih
sering ditemukan di halaman depan bagian bisnis The New York Times, biasanya di
bawah judul yang berisi kata-kata "Gugatan Federal".
"Dave Elliot." "Itulah dugaan saya, dan harus saya katakan bahwa saya terpesona sekaligus
senang bertemu dengan Anda."
Dave mengangkat sebelah alis bertanya-tanya. "Ah, orang selalu merasakan getaran
tertentu saat berjumpa dengan tokoh selebriti, bukan?"
318 ' Apakah saya terkenal?"
"Sudah tentu. Kemasyhuran dalam lima belas menit dengan Mr. Warhol sudah pasti
Anda miliki. Bahkan sekarang, edisi buldog semua tabloid memampangkan foto Anda.
Bukan berarti satu orang dalam seribu akan mengenali Anda. Perubahan yang Anda
buat pada penampilan Anda sangat mencengangkan. Omong-omong, tabloid-tabloid itu
menjuluki Anda 'Amok Exec', julukan yang kurang merdu, kalau Anda setuju. Lebih
dari itu, beberapa sumber tertentu yang saya bayar melaporkan bahwa Wall Street
Journal terbitan besok akan memajang wajah Anda dalam gambar puji-pujian yang
begitu disukai editornya. Judul beritanya, saya khawatir, tak begitu. Maksud
saya, tak begitu memuji."
Dave merintih. "Apa tuduhan mereka terhadap saya?"
"Tuduhan, tak ada. Keterlibatan, banyak. Dalam era ini para ahli hukum tukang
fitnah jadi kaya raya, tak ada penerbit dengan otak waras menuduh siapa pun.
Sebagai gantinya, mereka mengajukan pertanyaan, merancang hipotesis, dan
menghiasi kalimat mereka dengan kata-kata seperti 'diduga keras', 'menurut
Kemelut Di Majapahit 10 Wiro Sableng 139 Api Cinta Sang Pendekar Nyai Tandak Kembang 1

Cari Blog Ini