Ceritasilat Novel Online

Vertical Run 6

Vertical Run Karya Joseph R. Garber Bagian 6


meja dari koleksi peralatan dapur. Lalu ia berjalan cepat kembali ke koridor.
Sekarang di mana" Dulu letaknya dekat belokan dan... t
Pintu itu dicat putih kekuningan. Ada dua kunci tertancap, yang satu kunci
standar yang dipakai pada semua pintu kantor Senterex dan yang lain kunci
deadbolt yang besar. Papan abu-abu bertulisan timbul tergantung di samping
pintu: RUANG 4017, RUANG TELEPON,
Kunci deadbolt itu tidak jadi masalah. Dave memonyongkan bibir, mengingat ?pelajaran-pelajaran dulu, dan mulai bekerja dengan garpu-garpu itu.
60 BAB 2 KOLAM RENANG TUA 1. DALAM setiap bisnis dan di setiap perusahaan selalu ada paling tidak satu
eksekutif tingkat tinggi yang percaya bahwa anak buahnya tidak cukup kompeten,
tak peduli betapa cakap mereka tetapi juga yakin mereka bisa dibuat demikian.
?Dengan mudah. Dalam semalam. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit pelatihan, sedikit
inspirasi, sedikit pemaparan pada program pelatihan motivasi yang benar.
Ahh, tapi mana yang benar" Lagi pula ada begitu banyak program. Jauh di dalam
hati mereka, eksekutif-eksekutif semacam itu tahu bahwa program yang "benar"
sebenarnya ada. Itu adalah minuman ajaib yang sekali ditemukan akan secara ajaib
mengubah pekerja-pekerja biasa menjadi teladan produktivitas yang sempurna tanpa
cacat. Hal sederhana ini, batu ^
61filsuf ini, mungkin ditemukan dalam buku, atau kaset video, atau program
software komputer, atau, yang paling mungkin, tentulah hasil seminar tiga hari
yang diselenggarakan oleh perusahaan bernama ganjil, berkantor pusat (tak bisa
dihindari) di California Utara.
" Tidak jadi soal. Di mana pun dan apa pun bentuknya, program itu ada, dan
sekali ditemukan akan menimbulkan efek yang sama terhadap staf seperti yang
ditimbulkan oleh kata "SHAZAM" terhadap Billy Batson gemuruh guntur, kilatan
?halilintar gaib, dan lihatlah: Captain Marvel!
Malanglah bagi David Elliot bahwa di Senterex, pemuja utama dogma tersebut
adalah juga direktur utama, Bernard E. Levy. Antusiasme Bernie pada gelombanggelombang terbaru dalam teori manajerial canggih sungguh tak terpuaskan. Ia
menganut semuanya, satu per satu seluruhnya, dengan semangat religius. Lebih
parah lagi, sesudah terlahir kembali dalam gereja baru ini dan itu yang
mengajarkan cara baru untuk meningkatkan produktivitas, ia bersikeras agar
seluruh kader eksekutif mengikutinya bertobat dalam aliran tersebut.
Selama enam tahun menduduki jabatannya di lantai 45, Dave sudah hampir setengah
lusin kali menerima pengajaran dari dukun peningkatan motivasi, mesias
manajerial, dan guru ilmu perilaku. Ia duduk di seminar-seminar tak kunjung
putus sepanjang akhir pekan yang diadakan oleh profesor-profesor bisnis yang
saat itu sedang populer, berkubang bersama sesama eksekutif lain dalam bak panas
di Esalen Institute, dan berkeringat bersama mereka di sauna-sauna di Aspen
Institute. Ia lari berdampingan dengan
62 bosnya yang ngos-ngosan dengan wajah ungu pada "kamp pelatihan" In Search of
Excellence, dan setahun kemudian, membantu membopongnya turun dari gunung tempat
pergelangan kaki Bernie terkilir dalam program Outward Bound "team-building
adventure". Pada kesempatan lain, Bernie mengunci seluruh kader-kader manajernya
di dalam ruangan tanpa jendela di University of Arizona, mendesak agar mereka
menghabiskan sehari yang sunyi untuk mengetik gagasan "brainstorming" pada
komputer. Bahkan ada yang disebut "Wolverine Management Seminar", yang menurut
Dave adalah program yang pada dasarnya duduk mengelilingi meja rapat dan
menggeramkan nafsu besar untuk melahap mentah-mentah jantung para pesaing
Senterex. Baru beberapa bulan lalu, Bernie merekrut "psikolog organisasi" yang istimewa.
Laki-laki itu, seperti kebanyakan ahli Bernie, bekerja di California, datang ke
New York untuk tanpa putus memberondong manajer-manajer top di Senterex dengan
berbagai tes pengenalan pola dan acara tanya-jawab pendek.
Dave ingat satu-satunya tanya-jawab itu di mana ia belajar sesuatu mengenai
dirinya sendiri atau lebih tepatnya, tentang segala yang lainnya.?Sang psikolog memberi Dave serangkaian pertanyaan asosiasi-preferensi berbentuk
bebas. "Apa warna favorit Anda?"
"Hijau." "Dengan nuansa tertentu?" "Hijau zamrud." Hijau seperti botol hijau. "Apa mobil
favorit Anda?" 63"Yang saya kendarai" Mercedes." "Bukan, apa yang ingin Anda kendarai?"
"Porsche." "Porsche hijau zamrud?" "Bukan. Saya rasa kuning."
"Kuning adalah warna seksual. Apakah Anda tahu itu?"
"Tidak, tapi saya tak terkejut." "Seandainya Anda mengalami reinkarnasi sebagai
binatang, Anda ingin kembali sebagai binatang apa?" "Anjing laut." "Mengapa?"
"Mereka hanya mengapung bersama gelombang, bukan?"
"Menurut Anda akan jadi binatang apa Anda?" Dave tidak menjawab.
"Ayolah, Mr. Elliot. Menurut takdir atau karma, Anda akan jadi binatang apa
seandainya Anda mengalami reinkarnasi?"
Dave menggeleng. "Saya tak tahu. Saya suka lari. Mungkin saya akan terlahir
kembali sebagai rusa atau entah apa."
"Ah, sang buruan, bukan sang pemburu."
"Kalau begitu kata Anda." Tetapi jawaban yang terbentuk dalam benak Dave, karma
yang ditakutinya telah dimilikinya, tidak ada hubungannya dengan herbivora.
"Apakah Anda punya fantasi?" "Tentu saja."
"Fantasi akan kekuasaan?" "Bukankah kita semua begitu?" "Fantasi mengenai
prestasi?" 64 "Tentu." "Yang saya maksud bukan sukses." "Saya tahu itu."
"Prestasi apa yang Anda angankan" Prestasi terhebat. Puncak impian Anda?"
Tanpa pikir Dave menukas, "Mark Twain." Kemudian wajahnya memerah.
Psikolog itu tampak bingung. "Mark Twain" Maukah Anda menjelaskan jawaban itu?"
Dave merasa tidak enak. Ia tidak pernah menyebutkan fantasinya tentang Mark
Twain kepada siapa pun, bahkan tidak kepada Helen sekalipun, yang toh tidak akan
memedulikannya. Sebenarnya, kepada diri sendiri pun ia hampir tak mengakui. Ia
menyahut tergagap-gagap, "Prestasi yang saya impikan adalah... ah... saya ingin
menulis buku... buku tentang Mark Twain. Sebenarnya saya ingin menulis penelitian
tentang hidup dan karyanya. Itulah yang saya angankan."
"Sebuah bestseller!"
"Tidak, tidak perlu begitu. Tapi mendapat sorotan kritis tentu akan
menyenangkan, bukan?"
"Wah, ini sangat menarik, Mr. Elliot. Kebanyakan orang bisnis pada kedudukan
sesenior Anda berkhayal tentang olahraga membeli tim bisbol, jadi juara PGA, ?berlayar keliling dunia, dan hal-hal seperti itu. Tapi Anda, Mr. Elliot, Anda
berangan-angan tentang sesuatu yang benar-benar lain. Anda berangan-angan
menjadi tokoh sastra terpelajar. Ini benar-benar aneh sekali."
Suatu ketika, Dave sendiri mungkin akan setuju bahwa hal ini memang aneh sekali.
652. Suatu ketika, ada seorang pemuda yang ingin menjadi pengacara, tetapi cita-cita
tertingginya lebih ambisius daripada itu. Menjadi pengacara hanyalah langkah ke
arah itu. Pada akhirnya, ia ingin terjun ke dalam politik. Senat, istana
gubernur, anggota Kabinet, bahkan mungkin... ah, siapa tahu sejauh mana ia bisa
pergi. Ia perlu gelar dari sekolah hukum terkemuka, lebih disukai Harvard atau
Columbia. Dan ia akan memerlukan nilai cukup bagus untuk bekerja magang pada
hakim agung anggota Mahkamah Agung atau, paling tidak, pada hakim Pengadilan
?Tinggi. Kemudian ia akan menghabiskan beberapa tahun bekerja pada pemerintah
negara bagian, mencari kontak, membangun hubungan dengan orang-orang yang tepat.
Sesudah itu, ia akan siap mengejar jabatan. Pertama, lembaga legislatif negara
bagian. Kemudian sesuatu yang lebih tinggi. Kehidupan publik adalah takdirnya.
Ia menyeringai ketika membayangkan dirinya mengajukan ucapan cerdas Jenaka dalam
debat televisi. Ia sudah bisa melihat foto wajahnya tersenyum di surat kabar,
pada poster kampanye, pada sampul majalah... berdiri di bawah lampu sorot, di
podium, * di belakang mimbar... tegak dan bangga dan populer dan dinamis dan
dihormati, pemimpin... dan tentu, saja, pujaan masyarakat. Selalu begitu. Lebih
dari yang lainnya. Ia akan jadi seseorang yang mereka sebut sebagai "hati nurani
Senat", atau sesuatu yang mirip. Sama seperti Jimmy Stewart dalam film lama itu,
ia akan jadi orang yang...
66 Tentu saja ini lamunan. Lamunan yang dipakainya agar tetap terjaga sementara,
dengan upah 75 sen per jam, ia membanting tulang di pabrik pendaur ulang
aluminium sekitar tiga puluh kilo dari universitas. Di antara kuliah dan
pekerjaan rumah, di antara latihan R.O.T.C. dan pekerjaan yang diambilnya untuk
membayar uang kuliah, ia biasanya bisa menyisihkan empat jam untuk tidur pada
hari biasa. Pada akhir pekan ia membayar utang.
Ia mengincar predikat cum laude. Ia nyaris berhasil, tapi belum cukup.
Ia tidak keberatan dengan R.O.T.C. Latihan tersebut mengendurkan dari ketegangan
berpikir, dan kuliahnya tidak begitu menuntut. Satu-satunya keberatannya
terhadap Reserve Officer Training Corps adalah pada tahun ini ketika lebih ?banyak pemuda Amerika mendaftar daripada sebelumnya program tersebut
?mewajibkannya bergaul dengan atlet-atlet kampus, mahasiswa-mahasiswa asrama, dan
mahasiswa-mahasiswa teknik yang benar-benar menikmati permainan sebagai tentara.
Itu hanya keberatan kecil, dengan mudah diimbangi dengan beasiswa yang
didapatkan dari program tersebut, dan ketika direnungkan, sudah pasti catatan
prestasi militer yang bagus idealnya dengan satu atau dua medali
?penghargaan akan menjadi aset penting bagi politikus muda yang sedang menanjak.
?Baiklah, ia mendapatkan medali penghargaan. Salah satunya adalah medali Bintang
Perunggu. Namun waktu itu medali tersebut sudah tidak relevan, seperti juga catatan tugas
militer yang telah dilaksanakan dengan gagah berani. Ia meninggalkan
67impian politiknya bahkan sebelum sidang mahkamah militer itu dimulai. Bukannya
meneruskan hasrat mengejar kehidupan publik dan kekuasaan politik; David Elliot
memutuskan bahwa ia ingin menjalani hidupnya dengan nyaman, bahkan makmur,
seperti yang dilakukannya; tapi lebih dari kenyamanan dan kekayaan, ia ingin
meluncur di dunia ini setenang mungkin, tanpa meninggalkan jejak di belakangnya.
Desa My Lai masih segar dalam ingatan Angkatan Bersenjata. Empat atau lima ratus
penduduk sipil, mereka tak pernah bisa sepakat berapa banyak jumlahnya, secara
metodis dibantai oleh bocah-bocah manis dari Kompi C. Dalam keadaan perang, dan
korbannya orang-orang sipil tanpa dosa serta tanpa senjata, diikutilah semua
tradisi yang dihormati di segala masa. Penyiksaan. Pemerkosaan. Pengambilan
kulit kepala. Kebiasaan konvensional dalam perang.
Kabar pembantaian itu cukup banyak bocor pada pers sehingga pihak yang berkuasa
itu sangat malu. Tapi mereka malahan lebih malu lagi karena Letnan David Perry
Elliot. Jadi ketika tiba saatnya untuk mahkamah militer, Mereka (dengan "M" kapital)
memutuskan untuk bergerak perlahan-lahan, hati-hati, dan dengan kerahasiaan luar
biasa. Prosedur yang berlarut-larut itu mengakibatkan Dave tak memiliki apa-apa kecuali
waktu. Ia terkurung di pangkalan, dilarang berkomunikasi dengan dunia luar.
Selain latihan fisik setiap hari yang oleh banyak orang disebut sebagai
?kebiasaan obsesif satu-satunya rekreasi yang terbuka baginya adalah membaca.
?68 Ia sebenarnya bukan orang yang sangat gemar membaca. Sekolah menengah
menyaksikannya membaca tugas-tugas wajib yang semuanya diseleksi dengan '.cermat
untuk menunjukkan bahwa membaca adalah membosankan. Di perguruan tinggi, antara
pekerjaan malam kuliahnya, ia tidak punya banyak waktu apa pun di luar buku
teks. Demikian pula kariernya sesudah itu, yang menyangkut latihan perang
rahasia, tidak memberikan waktu untuk membaca santai.
Bagaimanapun, berbulan-bulan menunggu mulainya pengadilan, hanya sedikit yang ia
kerjakan selain membaca. Ia membaca apa saja yang ia temukan, sebagian besar
buku-buku kumal yang sudah begitu sering dipegang banyak tangan serta disimpan
di barak Perwira Lajang. Ada dua bacaan yang meninggalkan kesan mendalam pada dirinya. Yang pertama
ditulis oleh Hiram Ulysses Grant, karena kesalahan administrasi di West Point
menjadi Ulysses S. Grant. Yang kedua oleh Mark Twain.
Ini yang pertama, ditulis menjelang kematiannya oleh jenderal Amerika yang
mungkin terbesar dan sudah pasti paling berat hati: "Pengalaman membuktikan
bahwa orang yang menghalangi perang di mana negaranya terlibat, tak peduli benar
atau salah, menduduki tempat yang tak patut dicemburui dalam hidup atau sejarah.
Lebih baik baginya, secara individual, mendukung perang, wabah, dan kelaparan,
daripada bertindak sebagai penghalang terhadap perang yang sudah dimulai."
Dan ini yang kedua, Sam Clemens (Mark Twain) bicara: "Patriotisme adalah
patriotisme. Menyebutnya 69sebagai Fanatisme tidak akan menurunkan nilainya; udak ada yang bisa
menurunkan nilainya. Bahkan kesalahan politik sekalipun, dan seribu kali lebih
hebat dari itu, tidak akan mempengaruhinya; ini terhormat selalu terhormat, ?selalu mulia layak menegakkannya dan memandang wajah bangsa-bangsa."
?Sejak itulah David Elliot selalu membaca Mark Twain, dan membacanya kembali.
3. Aman di balik pintu ruang telepon yang terkunci, Dave membicarakan masalahnya
dengan malaikat pelindungnya yang sinis.
Mari kita hitung fakta-fakta dalam kasus calon almarhum David Elliot, bagaimana,
Sobat" Mungkin ada alasan nalar yang bisa kautemukan di balik kekacauan ini.
Mungkin kau akan menemukan cara bagaimana menyelamatkan nyawatnu.
Mungkin tidak. Benar, tapi rasanya kau tak punya hal yang lebih baik untuk dikerjakan dengan
waktumu. Jadi, pertanyaan pertama: Siapa Ransome dan siapa teman-temannya"
" Dave menjawab tanpa suara: Sebenarnya, yang kuketahui adalah siapa dia dulu
dan dari mana asalnya. Special Operations. Perang rahasia. Sama seperti
aku berseragam tentara, tapi tidak sepenuhnya di bawah komando Angkatan
?Bersenjata. Bukan sekadar otot kasar belaka. Mereka tak pernah merekrut kekuatan
otot hanya sekadar untuk kekuatan otot itu.
70 Dan apa lagi" Orang yang mampu mempertahankan diri. Pilot kamikaze tidak perlu melamar. Kita
tidak berlagak jadi pahlawan dan kita tidak akan berbuat seperti pasukan Custer.
Itulah yang terus dikatakan Mamba Jack kepada kami.
Otak, otot, dan naluri untuk bertahan hidup. Sine qua non mendasar bagimu untuk
urusan ini. Jadi sekarang apa yang kauketahui"
Tak banyak. Sesudah perang berakhir, sebagian besar dari kami yang berkecimpung
dalam urusan ini langsung pulang, menggantung senjata, dan mencoba membangun
kehidupan kami. Mereka yang tak berhenti well, beberapa di antara mereka masih
?tetap bekerja, atau begitulah yang kudengar. Tak selalu di Angkatan Bersenjata,
tapi tetap dalam dinas aktif.
Jadi Ransome mungkin anggota FBI"
Tak mungkin. Mengapa ada orang pemerintah yang ingin membunuhku" Aku tak punya
urusan dengan politik. Aku tak pernah menandatangani petisi-petisi. Aku tak
bergabung dalam gerakan apa pun. Persetan, aku bahkan tak memberikan suara.
Tapi, FBI pernah dikenal...
Gila! Aku sangsi apakah pernah bicara dengan pegawai pemerintah dalam 25 tahun
terakhir ini. Bagaimana dengan tahun ke-26"
Tak mungkin. Bila ingin membungkamku, mereka tentu sudah melakukannya waktu itu.
Bukan sekarang. Sinting kalau menunggu sampai selama ini. Di samping itu,
kejadian itu merupakan sejarah kuno. Tak ada orang yang peduli lagi.
Mungkin ya. Mungkin tidak. Dan kalau Ransome bukan salah satu Los Federates, apa
pekerjaannya" 71Siapa tahu" Mungkin tentara bayaran. Sesudah perang tersebut beberapa orang
membawa keterampilan mereka ke tempat lain. Jadi tentara bayaran penasihat-?penasihat kepercayaan dari diktator setempat di Singapura, Irak, Ekuador, atau
entah mana. Pada tahun tertentu aku melihat mereka disebut dalam beberapa berita
tentang Chili atau Afrika Selatan, dan tahun berikutnya aku mendengar mereka di
Ethiopia atau Guatemala. Kolonel Kreuter, si tua yang baik Mamba Jack, membentuk
perusahaan sendiri. Ia menyebutnya War Dog Inc.
Kaupikir Ransome dikirim Kreuter" Setelah bertahun-tahun, kini Mamba Jack
melunasi utang" Tidak. Seandainya memutuskan melunasi utang lama. Jack akan melakukannya
sendiri. Bukan berarti ini penghiburan.
Jadi" Jadi, aku masih dalam kegelapan. Bagaimana dengan Mafia"
Tak mungkin. Usahawan tak berurusan dengan gangster kecuali dalam film. Kecil
sekali kemungkinan Bernie Levy berurusan dengan mereka. Ia takkan menyentuh apa
pun yang melibatkan Mafia. Ia businessman paling etis yang pernah
kujumpai Straight Arrow sejati.
?Straight Arrow baru saja memperpendek rentang hidupmu dengan sepucuk Browning.
Aku tahu itu.

Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana dengan Harry" Dia membela orang itu, Joey entah siapa namanya, raja
Mafia dari New Jersey. Harry Halliwell mungkin saja membela gangster, tapi ia takkan pernah berbisnis
dengan mereka. 72 Bukan FBI, bukan Mafia. Mungkin PLN, marah karena kau lupa membayar rekening
listrik. Oh, jangan bercanda! Aku bahkan tak punya cukup informasi sekadar untuk menduga
apa. yang terjadi. Kau punya informasi. Misalnya, Ransome mengatakan membaca berkas 201-mu.
Arsip riwayat militerku. Ocehannya tentang dinasku yang terhormat sampai akhir
berarti ia tahu apa yang tercantum di dalamnya. Tapi tak seharusnya ada orang
yang tahu itu. Mereka sudah menyegel catatan-catatan tersebut. Mereka mencapnya
"Sangat Rahasia", dan memendamnya di dalam lemari besi Army Judge Advocate
General. Tak seorang pun bisa membaca berkas 201-ku kecuali membawa izin dari
pejabat tingkat tinggi. Atau kenal seseorang dengan izin tersebut.
Satu teka-teki lain: Bernie-lah yang sebenarnya datang untuk menarik picu, bukan
Ransome. Kesimpulan apa yang kaudapat dari^itu"
Ransome seorang profesional. Menurut dugaanku dia sudah berada dalam bisnis
ini apa pun bisnisnya seumur hidup. Dia tangkas, dan membunuh orang tidak ? ?mengusik perasaannya sedikit pun. Jadi, mengapa dia mengirim Bernie untuk
melakukannya" Bila kontrak pembunuhan itu ditujukan kepadaku, dan ia ada di
sana, mengapa Ransome membiarkan warga sipil seperti Bernie Levy mencoba
melakukan pekerjaannya"
Pikirkan mise-en-scene-nya perjanjiannya, Sobat.
?Benar. Kau benar. Aku hampir saja tak memikirkannya. Mereka mencoba melakukannya
di kantor. Mengapa di sana" Mengapa mereka tak menghabisiku dari mobil yang
sedang melaju saat aku sedang joging, atau memompakan peluru ke belakang
telingaku saat 73aku berjalan pulang malam hari" Hanya ada satu jawaban untuk itu. Jawabannya
adalah pada waktu sepagi itu di lantai 45 pencakar langit Park Avenue, tak ada
banyak orang. Tak ada orang yang melihat. Tak ada yang mengajukan pertanyaan.
Seharusnya pembunuhan itu terlaksana dengan sangat tenang, tak seorang pun akan
tahu. Ingat ucapan Ransome, "Ini seharusnya pesta pribadi. Biarkan tetap
demikian." Dan, karena itu...
Kolonel John James Kreuter membungkuk di balik meja lapangan di dalam kemah
berpenerangan lilin. Tak seorang pun memanggilnya Kolonel Kreuter. Mereka
memanggilnya Mamba Jack. Julukan yang diambil dari nama Black Mamba, jenis ular
dengan racun saraf, racun yang paling cepat bekerja dan mematikan di
dunia cukup satu gigitan, dan sepuluh detik kemudian kau sudah jadi sejarah.
?Mamba Jack bangga dengan julukannya.
Sebotol Jack Daniel's Black Label berisi tiga perempat penuh tegak di depan sang
kolonel. Puntung sebatang Lucky Strike tanpa filter bergantung di bibirnya. Ia
mengisap satu sedotan terakhir dalam-dalam, dan menjentikkan puntung itu ke
tanah. Ia tersenyum pada Dave. Giginya putih luar biasa, dan ia memiliki gigi
taring terpanjang yang pernah dilihat Dave.
"Wah, ini dia Letnan Elliot muda tampak berseri-seri dan cerah." Mamba Jack
bicara dengan logat Texas Timur yang diseret, aksen orang yang dilahirkan dan
dibesarkan sebagai redneck.
Kecuali diberitahu lebih dulu, seperti halnya Dave diberitahu oleh petugas
administrasi, bahwa Kolonel
74 Kreuter lulus sebagai peringkat ketiga di kelasnya di West Point, kau akan
menyangkanya orang dusun tolol.
"Kurasa sudah saatnya kau kehilangan keperjakaanmu, Letnan."
"Sir?" Kreuter melirik. Membuatnya tampak seperti si Serigala Jahat dalam kartun
Disney, dan ia tahu itu. "Aku ada pekerjaan kecil buatmu. Kelihatannya Charlie
punya seorang mayor KG B Rusia di sebelah utara Dee Em Zee. Nah, si Rusia ini
jadi agak mengganggu. Tampaknya dia membagi-bagikan senjata, membagi-bagikan
logistik, dan juga membagi-bagikan nasihat. Aku tak terlalu keberatan dengan
senjatanya, dan kau tak terlalu keberatan dengan logistiknya, tapi nasihat
itu kenapa, Nak, itu sangat menjengkelkanku. Benar-benar duri dalam daging.
? Jadi yang kuinginkan agar kaukerjakan, Letnan, kaubawa beberapa orang melintasi
Dee Em Zee dan sampaikan rasa tak senangku pada Rusia itu.'.'
"Sir. Anda ingin saya membawanya kembali?"
"Tidak. Untuk apa" Persetan, apa yang kuinginkan dari orang Husia bau" Tak bisa
bicara dengannya. Tak kenal bahasanya. Di samping itu, tak ada yang membutuhkan
orang Rusia hidup dan gemetaran di sini. Begini saja sudah cukup menimbulkan
kerumitan politik." "Pemberantasan, Sir?"
"Ya, Letnan Elliot, itu istilah yang bisa diterima. Tapi jangan serampangan
mengerjakannya. Tanpa mayat, dan tanpa bukti. Yang kita inginkan, Letnan Elliot,
adalah agar atasan mayor KGB itu khawatir. Aku ingin dia khawatir anak buahnya
membelot dan kabur. 75Khawatir dia akan bicara, ngoceh, dan nyanyi. Aku ingin dia mimpi buruk, mayor
itu muncul di TV bicara dengan Mike Wallace dan Walter Cronkite. Kau ngeiti,
Letnan, kau tahu apa yang kuinginkan?" "Ya, Sir."
"Dan apa itu, Letnan?"
Kau tentu ingat apa jawabmu, kan" malaikat pelindung Dave yang sarkastis
bertanya. Sambil merosot ke lantai linoleum ruang telepon Senterex, Dave Elliot tersenyum
dengan perasaan yang bertentangan mengenang jawabannya: "Ya, Sir," katanya.
"Anda ingin mayor itu hilang."
Benar. Dan kini seseorang ingin agar kau hilang.
4. ? Di awal tahun 1970-an, ketika Dave baru memulai kariernya dalam dunia bisnis,
ruang peralatan telepon merupakan tempat yang luas, ramai. Semua peralatannya
elektromekanis tak habis-habisnya tumpukan pemancar dan sakelar yang berdetik-?detik. Waktu itu sistem PBX membutuhkan pemeliharaan khusus, dan biasanya regu
pekerja perusahaan telepon muncul untuk mengotak-atik perangkat kerasnya satu
atau dua kali seminggu. Dave, yang posisi pertamanya di bagian administrasi dari
apa yang waktu itu disebut First National City Corporation, ingat orang-orang
tersebut. Mereka biasanya berperawakan besar, agak kegemukan, dengan puntung
cerutu terjepit di antara gigi. Semuanya memakai celana kerja tebal berwarna
kelabu dan punya nama panggilan Irlandia atau Italia.
76 Yang terpenting, mereka memiliki loker di ruang telepon. Pakaian cadangan,
overall, jaket, kadang-kadang sepatu kerja bot. Dave berharap menemukan sesuatu
yang mirip itu di dalam ruangan yang berisi peralatan pengendali telepon
Senterex. Tidak beruntung. Zaman sistem PBX elektromekanis sudah lewat. Sistem
telepon modern bentuknya lebih kecil, ringkas, dan dikendalikan dengan komputer.
Satu-satunya bunyi yang ditimbulkannya hanyalah desir kipas pendingin.
Ya, ada loker di ruangan itu. Tetapi isinya, selain rak-rak suku cadang
elektronik mini dan gulungan kabel warna-warni, hanyalah dua majalah Hustler
terbitan lama, sabuk peralatan, dan sepasang sarung tangan. Hanya sabuk dan
sarung tangan itu yang akan berguna untuk apa yang ada dalam pikiran David.
Satu barang lain yang berguna di ruangan itu adalah telepon abu-abu di dinding.
Sesudah lebih dari sejam berpikir keras, Dave memutuskan memakainya. Ia
menelepon adik laki-lakinya. Bukan Helen. Helen tidak bisa menangani krisis
dengan baik, dan sangat cepat menyalahkannya atas segala ketidakberesan. Sudah
sejak lama Dave memutuskan bahwa bila perkawinan keduanya itu hendak
dipertahankan (dan ia sangat menghendakinya demikian), ia dan ia sendiri yang
harus menangani segala masalah sulit.
Masalah sulit" Kategori yang sangat cocok untuk persoalan saat ini, kan"
Lebih baik menelepon adiknya daripada berurusan dengan Helen. Frank akan
tercengang, tapi setidaknya ia bisa diandalkan utnuk bertindak. Yang akan
dilakukan Helen hanyalah... "merengek", itulah kata yang kaucari... mengeluh. Dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan menuduh hingga ia tidak sempat menjawab dan ia?memang tidak punya jawabannya.
Dave mengamati telepon itu, memeriksa arlojinya, dan siap menelepon ketika logat
Appalachian Ransome bergemeresik di radio. "Di sini Robin."
"Kau oke, Robin?" Dave mengenali suara itu orang yang bernama Partridge.
?Aksennya singkat dan bergaya militer. Mungkin dia, seperti Ransome, juga mantan
perwira. "Lebih melukai harga diriku daripada yang lainnya, Partridge." Dave mengangguk
setuju. Jawaban Ransome sungguh tepat. Memperlihatkan sedikit kekecewaan (tapi
tak pernah menunjukkan penyesalan) adalah hal paling cerdik yang bisa dilakukan
komandan sesudah gagal melaksanakan misi.
"Baiklah," Ransome meneruskan, "aku ingin status penuh, tapi sebelum itu
kauberikan, aku ingin kalian memberitahu markas dan minta penyadapan dan
pelacakan. Aku ingin semua yang berkaitan dengan sasaran diamati. Istrinya,
mantan istrinya, anaknya, adik laki-lakinya, dokternya, dokter giginya,
pialangnya, dan orang yang menggosok sepatunya. Tetangga dan teman-temannya.
Semua orang yang dikenalnya. Sadap mereka semua, dan sadap sekarang juga. Bila
sasaran menelepon seseorang, putus sambungannya. Aku tak ingin, sekali lagi, tak
ingin sasaran mengucapkan sepatah kata pun pada siapa pun. Mengerti, Partridge?"
"Afirmatif. Langsung kukerjakan." "Sir?" Suara lain. Bukan Partridge, dan tidak
begitu profesional. "Ya, Bluejay," jawab Ransome.
"Sir... uh... dengan situasi ini, sasaran lolos dan
78 seterusnya, apakah menurut Anda kami bisa diberi latar belakang tentang... uh..."
"Negatif. Kau sudah tahu apa yang perlu kauketahui."
"Tapi, Sir, maksud saya... misalnya, mengapa kita memburu orang ini" Bukankah akan
membantu bila kita tahu alasan..."
"NFW, Bluejay. Jangan tanya. Percaya saja padaku mengenai urusan ini, kalian
lebih baik tak tahu."
"Sir..." "Robin selesai." Radio itu bungkam.
Dave menggigit bibir, menarik tangannya dari telepon, dan mengubah rencananya.
Tapi kemudian ia memakai telepon juga. Ia menghubungi 411 informasi.
? Jam tangannya menunjukkan pukul 09.37. Sudah hampir saatnya pergi.
Ia meneguk ampas kopinya yang sekarang sudah suam-suam kuku dan meringis. Hanya
butuh sedikit kecakapan seni dan sedikit biaya untuk membuat secangkir kopi yang
lumayan. Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa para distributor mesin otomat kopi
itu tidak bisa menguasai kecakapan tersebut.
Dave berdiri, melingkarkan sabuk peralatan itu di sekeliling pinggulnya. Sabuk
itu lebar, terbuat dari kulit samak, dan digantungi dengan obeng, tang, pengupas
kabel, solder, dan perangkat tes telepon berwarna biru dengan sarung dan ujung
yang bergelantungan, dan satu-dua peralatan lain yang fungsinya tak dapat
dipahaminya. Sabuk itu temuan yang bagus. Ia akan mengubah penampilannya. Ia
menyelipkan 79sepasang sarung tangan kerja di bagian depan sabuk peralatan itu,
menyembunyikan gesper sabuk Gucci mencolok yang menahan celana cokelatnya.
Tak ada yang memperhatikan tukang reparasi telepon. Dia bagian dari perabot.
Dave sudah mengubah belahan rambutnya, menanggalkan dasi, melepas penyangga
kerah, mengupas balutan tangan kiri, dan menggulung lengan kemeja. Jam tangan
dan cincin kawinnya tersimpan di dalam saku celana. Gumpalan kotoran mengerak di
bawah kukunya yang terawat rapi. Ia akan jalan dengan bibir agak ternganga,
bernapas melalui mulut. Cuma pekerja kerah biru biasa yang sedang bertugas.
Masalah terbesarnya adalah sepatu. Sepatu itu jauh terlampau mahal .bagi tukang
reparasi telepon, dan kelihatan. Ia berdoa semoga tak ada yang memperhatikannya,
dan mengumpat diri sendiri karena tidak pakai otak untuk mengambil sepatu Nikenya dari lemari kantor. Satu masalah lain: ia perlu memakai kamar mandi. Sesaat ia berpikir akan
meninggalkan liang persembunyiannya dan berjalan ke lorong menuju ke kamar
kecil, tapi diputuskannya tak layak menempuh risiko. Tekanan pada kandung
kemihnya memang tidak nyaman sehingga ia tidak ingin menunggu lima belas menit
atau lebih sebelum berniat meninggalkan ruang telepon tersebut, lantai 40, dan
gedung Senterex itu sendiri. Rencana pelarian yang akan dilakukannya itu hanya
sedikit menyisakan waktu ekstra untuk pergi ke sana. Dan, begitu sampai di
jalan well, tidak banyak toilet umum di pulau Manhattan, dan bukan orang hati-?hati yang memakainya.
80 Dengan berat hati ia kencing ke dalam cangkir kopi dari kertas itu, mengisinya
hingga setinggi bibirnya.
Satu suara baru muncul dari radio Carlucci. "Robin, apakah kau dengar?"
Ransome menjawab, "Robin di sini."
"Di sini Myna. Robin, ada satu kekacauan."
"Menurutku ada lebih dari satu." Ransome bicara tanpa emosi.
"Afirmatif. Tapi yang ini mendesak. Markas baru saja mengeluarkan Thrush dari
kantong mayat dan memulai prosedur."
"Lalu?" "Inventarisasi melaporkan bahwa senjatanya hilang." "Bukan kejutan." "Begitu
juga radionya." Cukup lama tak ada suara. Lalu Ransome bergumam datar, "Aku sangat kecewa
mendengar itu." "Selama ini sasaran telah mendengarkan setiap patah kata yang kita ucapkan."
"Aku sudah memikirkan pemecahannya, Myna. Beritahu semua pos untuk siaga.
Baiklah, Saudara-saudara, dengarkan. Ada yang hendak kukatakan. Aku ingin Mr.
Elliot mendengarkannya juga. Mr. Elliot, harap jawab."
Jempol Dave berkedut-kedut ke arah tombol bicara. Ia tidak menekannya.
Ransome menarik napas panjang dan tidak tahan diam saja. "Mr. Elliot?" katanya.
"Mr. Elliot" Baiklah, silakan tempuh caramu sendiri. Sejauh ini kau sudah
melakukannya. Kalian semua, harap perhatikan. Aku akan menguraikan garis besar
agenda pelaksanaan pesta kecil ini."
81Nada bicara Ransome halus. Ia bicara perlahan-lahan dan jelas, tanpa sedikit
pun nada emosi. "Aku ingin dua regu siaga di lantai dasar. Aku ingin pengintai
ekstra di lift dan tangga, dan dua regu cadangan dari luar. Partridge, beritahu
markas agar memerintahkan orang-orang tersebut ke sini secepatnya. Mr. Elliot,
kubayangkan saat ini kau tentu mencari akal untuk keluar saat istirahat makan
siang atau akhir jam kerja. Pasti kau berharap takkan dikenali di tengah orang
banyak. Tapi kau akan kelihatan. Percayalah. Kau takkan keluar dari gedung ini.
Nah, karena kau tentu sudah menarik kesimpulan tanpa ragu, operasi ini
terlindung selimut keamanan, dan kami sama sekali tak ingin mengejutkan warga
sipil. Hari ini akan jadi hari kerja biasa bagi orang-orang baik yang bekerja di
gedung ini. Malam ini, sesudah semua orang pulang, kami akan melakukan
pemeriksaan dari lantai ke lantai. Partridge, beritahu markas aku akan butuh
anjing. Anjing, Mr. Elliot. Aku yakin mereka akan mengenal bau tubuhmu dari
pakaian lari yang kausimpan di kantormu. Kecuali aku tak beruntung, semua ini
akan selesai sebelum tengah malam."
Ransome berhenti, menunggu reaksi. Dave tidak memberikan reaksi sama sekali.
Sebaliknya ia berdiri mematung, kepalanya miring sedikit ke kiri, mendengarkan
perbendaharaan kata dan irama suara yang sudah dikenal dan tak diharapkannya.
"Tak ada komentar, Mr. Elliot" Begitu. Biar kukatakan terus terang, menurutku
tindakanmu pagi ini sangat tak layak. Tapi, mengingat catatan dinasmu,
seharusnya aku tak terkejut. Aku yakin kau tahu bagian mana dari catatan
tersebut yang kumaksud."
82 Dave meringis. "Ah, kau mengejutkanku. Mungkin kau bahkan mengejutkan diri sendiri. Dan bicara
tentang kejutan, kau boleh yakin ranjau yang kaupasang dalam kantormu telah
bekerja sesuai dengan spesifikasi. Kami butuh waktu sepuluh menit untuk
menjinakkannya." Dave tadi sudah merancang sedemikian rupa sehingga pistol otomatis .25 Bernie
akan menembak ke lantai begitu ada orang membuka pintu kantornya. Ia berharap
orang-orang Ransome akan mengira dia ada di dalam sana, bertahan sampai titik
darah penghabisan. Jelas mereka terkecoh.
"Satu hal lagi, Mr. Elliot. Aku sudah memeriksa senjataku. Apa yang kaulakukan
pada pistol itu sungguh bagus. Terimalah pujianku. Seandainya aku tak menemukan
penjepit kertas yang kauselipkan ke dalam moncong pistolku, begitu menembak aku
akan mendapat kejutan hebat, kan?"
Bila cuma itu yang kautemukan, kau mungkin masih akan mendapat kejutan hebat,
dasar tolol! "Sekarang kupikir kemampuanmu untuk mengacau operasi ini bukan sekadar karena
pelatihan hebat yang kaudapatkan yang terbaik yang bisa disediakan Paman Sam. ?Menurutku, Mr. Elliot, itu sudah ada dalam darahmu. Kurasa yang kaulakukan itu
muncul secara alami. Itu membuatmu jadi orang yang amat sangat berbahaya."
Ransome berhenti sejenak. "Tapi aku juga."?Dave merasakan bibirnya merapat. Ransom sedang memanas-manasi. Ia sedang
merencanakan sesuatu... sesuatu, yang tak diragukan lagi, diambil dari buku teks
tentang perang psikologis.


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

83"Sejauh ini aku sudah kehilangan dua anak buah, satu karena kejituan bidikanmu
dan satu karena kecelakaan di luar kantormu. Aku tak ingin kehilangan lagi.
Karena itu aku hendak mengajukan penawaran padamu. Mengingat keadaanmu sekarang,
kau sangat dianjurkan menerimanya. Karena itu, kuharap kau berbuat sesuai nalar,
dan bekerja sama." Nalar" Astaga! Orang ini mencoba membunuhmu, dan dia ingin kau bekerja sama!
"Tawarannya sebagai berikut. Aku akan menghubungi atasanku dan minta persetujuan
mereka untuk menyampaikan beberapa fakta padamu. Semoga aku bisa membujuk
mereka, bila kau mengetahui fakta-fakta ini, akan tercapai kesepakatan. Mungkin
ada peluang untuk menegosiasikan penggantian perintah yang kudapatkan sekarang.
Perintah itu, pasti kau sudah tahu, adalah menjatuhkan sanksi. Untuk melakukan
itu agar kau" dan aku merundingkan persyaratan sehingga sanksi itu bisa
?dibatalkan kita perlu bicara. Jadi, Mr. Elliot, harap kerjakan seperti yang
?kukatakan. Ini benar-benar penting. Sementara ini kami akan mengubah sandi pada
radio kami. Setelah itu terlaksana, kau tak bisa lagi menangkap transmisi kami.
Bahkan kau takkan mendengar apa-apa. Tapi jangan sekali-kali, kuulangi, jangan
sekali-kali membuang radiomu. Bawalah terus dan biarkan tetap menyala.
Seandainya atasanku memutuskan kita bisa merundingkan penyelesaian ramah-tamah
untuk urusan ini, aku akan mengembalikan sandi tadi sehingga kau bisa
mendengarku. Kuulangi lagi. Tetap nyalakan radiomu. Aku akan memakainya untuk
menghubungimu lagi, kuharap dalam waktu relatif singkat."
84 Ransome berhenti, lalu menambahkan, "Aku benar-benar berterima kasih bila kau
memberikan jawaban, Mr. Elliot."
Au, teruskan, katakan sesuatu. Muntahkan semua. Dave menekan tombol transmit dan
bicara, "Ransome?"
"Ya, Mr. Elliot?"
"Keruklah kotoranmu dengan sendok es krim."
Ransome menarik napas tajam. "Mr. Elliot, aku mulai percaya kau kurang memiliki
kematangan seperti yang diharapkan dari orang seusiamu dan pengalaman seperti
itu. Tapi, tanpa memedulikan komentarmu yang tak pantas, aku akan memberimu
informasi yang sangat penting. Sebenarnya, tak seharusnya aku mengatakan ini,
tapi aku toh akan mengatakannya. Saat ini kaupikir skenario terbaik adalah
keluar dari gedung ini dan pergi ke jalanan. Nah, Mr. Elliot, aku ada di sini
untuk mengatakan padamu bahwa itu bukan skenario terbaik bagimu. Malahan, itu
skenafio terburuk. Bila kau keluar dari gedung ini, yang akan terjadi akan lebih
buruk daripada skenario terburuk yang pernah kaubayangkan."
Radio itu bungkam, tepat seperti yang dijanjikan Ransome. Dave mengangkat
pundak, memasukkan radio ke saku kemeja, dan meraih telepon. Teleponnya dijawab
pada dering pertama. "WNBC-TV, Channel Four Action News. Ada yang bisa saya
bantu?" Ketika pertama kali meramu rencana ini, Dave berpikir yang paling baik adalah
bicara dengan suatu 85aksen Irlandia atau Arab atau samar-samar bernada Spanyol. Namun agar siasat
?ini berhasil, ia harus terdengar benar-benar seperti orang asing, dan ia tidak
yakin bisa melakukannya. Lebih gampang bicara seperti orang gila biasa,
konvensional. Orang New York sudah terbiasa dengan jenis ini.
Berceloteh secepat yang bisa dilakukan lidahnya, Dave menyemburkan kata-kata,
"Bisakah kau menolongku" Tidak. Tapi aku bisa menolongmu. Aku bisa menolong
semua orang. Dan aku akan melakukannya. Aku sudah muak. Muak! Sekarang aku akan
melakukan sesuatu untuk menanggulanginya. Ingat film itu. 'Aku marah luar biasa,
dan aku takkan membiarkannya lagi.' Nah, aku juga takkan membiarkannya lagi.
Itulah sebabnya mereka akan mati!"
"Sir?" "Sungai darah. Pembukaan wasiat ketujuh. Lihatlah kuda putih, dan nama yang
duduk di atasnya adalah Maut. Akulah Maut, dan hari ini aku datang pada yang
jahat. Maka dengan kekerasan kota Babilon akan dihancurkan, dan takkan ditemukan
lagi. Pagi ini aku membawa api ilahi, dan api ini akan membakar kejahatan dari
muka bumi!" "Sir, saya tak mengerti."
"Musnahlah anjing, dan tukang sihir, dan pelacur, dan pembunuh, dan penyembah
berhala, dan siapa saja yang suka berbohong. Itulah yang kukatakan, dan aku
mengatakannya hari ini bahwa mereka akan dilemparkan ke dalam jurang."
"Ya. Ya, Sir, tapi bisakah saya..."
"Persimpangan Fiftieth Street dan Park Avenue. Kirim satu kru kamera. Katakan
saja pada mereka 86 agar mengarahkannya ke tengah gedung. Mereka akan melihatnya. Pagi ini. Segera.
Setan dan pasukannya akan hancur. Mereka akan hancur dalam sekali ledakan. Kau
mengerti maksudku" Dengan satu ledakan!"
"Sir" Sir" Anda masih di sana?"
"Ya. Tapi mereka tidak! Mereka akan berada di neraka!"
'Tolong, bisakah saya mengajukan satu pertanyaan" Hanya satu..."
"Tak bisa." Dave menutup telepon. Ia membiarkan dirinya tersenyum puas.
6. Beberapa menit kemudian ia mendengar suara evakuasi. Sesaat sesudah itu
seseorang mengguncang-guncang gagang pintu ruang telepon dan berteriak, "Ada
orang di dalam" Halo" Ada ancaman ledakan bom di sini. Semua harus keluar dari
gedung." Sukses. Malaikat pelindung Dave yang masam berkokok. Orang-orang televisi
menelepon polisi. Polisi mengirim regu penjinak bom. Ransome tak bisa mencegah
mereka memerintahkan evakuasi seandainya ia mencoba. Dan ia takkan berani
mencoba sebab, bila kau orang seperti Ransome, kau akan tahu itu bisa jadi ?benar. Bisa saja ada or*n& benar-benar menanam bom di gedang ini. Peluangnya
mungkin seratus banding satu, tapi bisa saja terjadi. Dan kau tahu, bila kau
memang mencoba mencegah evakuasi dan ternyata memang ada bom meledak, maka kau,
John Ransome, akan berenang dalam lautan penderitaan.
87Pegangan pintu berguncang lagi. "Ada orang di dalam?" Dave tidak menjawab. Ia
mendengar orang itu berjalan pergi.
Ia memaksakan diri untuk menunggu. Beberapa saat kemudian, di luar jadi makin
sepi. Cuma beberapa langkah kaki yang lewat dengan tergesa-gesa. Kemudian sunyi.
Ia menarik gerendel dan mendorong pintu hingga terbuka. Ia melangkah keluar,
melihat ke kiri dan ke kanan. Koridor itu kosong. Ia memandang tajam, mengamati
dinding di kejauhan pada persimpangan lorong tersebut. Ia mendengarkan gema
tumit sepatu pada lantai linoleum, mencari bayang-bayang pada dinding bercat
beige. Bukan benar-benar beige, kan" Lebih dekat ke taupe muda atau cafe au lait,
begitu kan menurutmu"
Siapa peduli apa warnanya"
Cuma sekadar ingin membantu.
Puas karena semua orang sudah pergi, Dave berlari kencang di lorong itu,
berbelok ke kanan, dan melewati kafeteria. Kosong. Semua orang sudah pergi.
Perhentian berikut... Tempat kerja bagian akunting. Ruang kantor seluas 465 meter persegi, dibagi-bagi
menjadi bilik-bilik ukuran 2,5 kali 2,5 meter dengan penyekat kelabu...
'Metllirutku lebih cenderung ke warna dove.?Setiap bilik berisi meja kecil, kursi, dan lemari arsip dengan dua laci.
?Penyekat itu cukup rendah sehingga Dave bisa mengintip dari atasnya. Ia bergegas
melewatinya, menjenguk ke dalam setiap bilik ketika lewat. Dalam lingkungan yang
dengan hati-hati dirancang untuk
88 m melenyapkan individualitas, setiap penghuni bilik telah menyuntikkan sedikit
sentuhan pribadi. Di sini ada boneka Garfield meringkuk di atas lemari arsip, di
sana ada vas dengan bunga iris yang baru dipotong, di tempat lain ada foto anakanak atau hasil gambar mereka dengan krayon ditempelkan pada penyekat kelabu
itu, atau lebih tepatnya dove. Satu atau dua poster seni; foto kastil di Bavaria
dan satu lagi foto seorang laki-laki dan seorang perempuan, mereka berpelukan,
berdiri di pantai yang cerah keemasan; lukisan amatir dari cat minyak; model
pesawat terbang; bingkai tulisan sulaman palsu, PENINDASAN TERHADAP KARYAWAN
AKAN TERUS BERLANJUT HINGGA MORAL MEMBAIK.
Tetapi di mana pun ia tidak menemukan yang dibutuhkannya. Dan waktu tinggal
sedikit. # Itu! Wah. Tidak. Bukan itu. Itu milik perempuan.
Dave mengenakkan gigi dengan kesal. Barang itu sungguh sederhana. Begitu
sederhana, tapi begitu penting. Seharusnya mudah. Selalu ada orang yang...
Aha! Kacamata baca. Bingkai kawat, model laki-laki, ukurannya kurang-lebih tepat.
Seseorang yang rabun dekat telah meninggalkannya sebelum meninggalkan lantai
ini. Sebagian besar ancaman pemboman merupakan ancaman kosong. Pemilik kacamata
ini takkan membutuhkannya, tak hendak memakainya untuk menuruni tangga. Ia yakin
orang itu akan kembali dalam beberapa menit.
Dave mengenakan kacamata itu. Dunianya berubah jadi kecil, miring ke arah yang
salah, dan tidak terfokus. Ia menanggalkan kacamata itu dan mencopot
89lensanya. Ia berharap dari kejauhan tak ada orang yang akan memperhatikan
bingkai kacamata itu ko^ song.
Saat untuk bekerja. Di tengah orang banyak, kau hanya sekadar orang canggung
berkacamata. Tanpa dasi dan jas, melainkan dengan sabuk peralatan, kacamata, dan
celana yang bisa dianggap celana kerja khaki ya, kau akan berhasil. Selain ?Ransome, tak seorang pun di antara mereka pernah berhadapan muka dengannya.
Sobat, kau akan keluar dari sini!
Dan ia pun keluar ke koridor, mengitari koridor, melewati pintu darurat, masuk
?ke tempat tangga, dan kemudian...
Aw, sialan. Ada orang-orang di tangga itu, dan bukan sekadar orang-orang tersesat. Para
penghuni dari sepuluh lantai teratas sedang turun. Jumlahnya ratusan. Tangga itu
penuh sesak. Pertama kabar baik. Beberapa di antara mereka . mungkin berasal dari lantai 45.
Mereka mungkin temanmu. Sekarang kabar jelek, kaupikir Bernie dan Harry temantemanmu.... Dave memandang wajah-wajah itu. Tak satu pun tampak pernah dikenalnya. Ia
melangkah ke tengah kerumunan. Dengan cemas dan waspada ia mendengarkan setiap
suara, mencoba menangkap nada yang mungkin dikenalnya atau mengenalnya.
"...mungkin orang-orang Arab itu lagi."
"Bukan, aku di kantor ketika telepon itu masuk. Menurut mereka kemungkinan orang
Irlandia sinting." "Aku orang Irlandia."
90 "Oh. Kalau begitu..."
Tidak. Ia belum pernah mendengar suara-suara tersebut.
Tepat di depannya. Dua wanita, "...jadi dipikirnya dia bisa memindahkanku dari
bagian word processing sehingga langsung bertanggung jawab padanya. Tapi,
entahlah, orang itu menyebalkan sekali."
'"Sayang, dia pengacara. Pengacara memang sudah dari sononya menyebalkan!"
Ia tak kenal satu pun di antara mereka.
Dua suara lain, lebih jauh lagi. Dave memusatkan perhatian untuk mendengarkan
mereka, "...dengan surat proposal resmi selama dua minggu. Bukan berarti mereka
akan menerima proposal kita atau membayar uang jasa kita. Perusahaan itu tak
pernah melakukannya."
"Mengapa" Mereka tahu harus ada yang melakukan pekerjaan itu, kan?"
Pembicara tersebut adalah dua laki-laki, satu lebih muda, satu lebih tua,
keduanya berpakaian sangat rapi dan berpotongan mahal. Dave menduga mereka
konsultan manajemen dari biro McKinley-Allan yang bermarkas di lantai 34 hingga
lantai 39. Memasang tarif sebesar $3.000 ke atas untuk satu hari pekerjaan
profesional mereka, McKinley-Allan tentulah perusahaan konsultan termahal, bila
bukan yang paling terkenal.
Laki-laki tua ih\ mungkin salah satu partner senior, menjawab dengan suara yang
mengingatkan orang pada Orson Welles. "Alasannya, seperti yang akan diakui
partner-partner kita yang lebih berwawasan, bila dianalisis dengan cermat,
profesi konsultan tidaklah berbeda dari pelacur biasa pesaing yang harus kita ?takuti adalah orang-orang amatir yang bersemangat."
91Laki-laki muda itu tertawa agak keras. Yang lebih tua memandangnya dengan
cemberut. Dave mengenali profilnya yang bak bintang film. Ia adalah Elliot
Milestone, salah satu partner McKinley-Allan yang paling terkenal.
Kau hanya sekali berjumpa dengannya. Dia mungkin tak ingat kau. Tapi
bagaimanapun, berhati-hatilah.
Satu suara lain, yang ini di belakangnya. Suara itu menggunakan bahasa yang
hanya didengar di ruang rapat direktur dan suite eksekutif kata-kata bersuku
?banyak gaya eksekutif yang mengalir manis: "...katakan pada Bernie bahwa kita
harus serius mempertimbangkan akan memindahkan perusahaan ini keluar dari New
York." Dave tersentak. Si pembicara adalah Mark Whiting, kepala bagian keuangan
Senterex. "Pajaknya mengerikan, mondar-mandirnya luar biasa, dan siapa yang mau
menuruni tangga sejauh 45 lantai tiap kali ada orang gila menelepon dan
mengancam akan meledakkan bom?"
"Aku setuju sekali denganmu." Keadaan jadi makin parah. Suara yang menjawab
adalah milik Sylvester Lucas, wakil direktur Senterex. "Kita sudah menerima
proposal pembangunan dari Arizona, New Mexico, Colorado, New Hampshire, dan
Ohio...." "Lupakan Ohio."
"Hampir pasti. Meskipun demikian, mereka menawarkan keuntungan dalam pajak,
biaya tenaga kerja, dan kategori biaya lainnya. Menerima salah satu di antara
mereka tentu hasilnya lebih baik daripada satu poin margin tambahan pada
keuntungan kita. Pada P/ E yang sekarang, itu akan mengangkat nilai saham kita
dalam jumlah yang besar."
92 "P/E-nya juga akan naik."
"Sudah sewajarnya. Bagi kita yang paket pendapatannya termasuk mendapatkan saham
tentu akan mendapatkan keuntungan tertentu."
"Ah, peduli amat. Mengapa kau tak mendesak Bernie" Ajukanlah dalam rapat Dewan
Direksi yang akan datang."
"Tentu. Aku akan mendesak Bernie saat ini juga, seperti ucapanmu tadi,
seandainya tak ada urusan menyedihkan dengan Dave Elliot."
"Em. Ya. Aku sudah diberitahu tepatnya tentang QT, kau tahu ini semacam
? ?episode kilas balik. Vietnam. Aku tahu ini bukan sesuatu yang tak pernah terjadi
di antara mereka yang kurang beruntung dalam dinas."
"Oh" Itu menjelaskan persoalannya."
"Dan ada beberapa hal lain. Si Ransome ini mengatakan padaku cukup banyak
tentang kolega kita. Cerita yang menyenangkan. Jelas ada episode-episode lain.
Aku berniat mengemukakan seluruhnya pada Dewan Direksi."
"Ah. Ya, Bernie sudah mengumumkan akan mengadakan rapat nanti...."
Belokan tangga lantai 18 sudah ada di depan. Ketika Dave sampai di sana, ia
mundur, menghadap dinding serta menyibukkan diri dengan sabuknya sampai Whiting
dan Lucas lewat. Ia merasa sulit bernapas, meskipun sama sekali tidak kehabisan
napas. 7. Makin dekat orang-orang itu ke lantai dasar, makin sedikit mereka bicara. Banyak
yang merasa pusing 93dan kehabisan napas. Beberapa orang bersandar lemas pada dinding belokan
tangga, memijati paha yang tak terlatih.
Kaki Dave Elliot terasa baik-baik saja. Otot-otot pelarinya bisa menerima
hukuman lebih berat daripada yang dibebankan oleh 45 tingkat tangga.
Ada pintu tepat di depannya hijau logam, pudar, dan penyok. Di atasnya tertulis?angka "2" besar. Berjaga-jaga bila ada orang yang tidak mengerti, tertulis juga
LANTAI DUA. Ini dia. Sebentar lagi adalah perhentian terakhir. Semua harap siap. Pastikan
untuk memeriksa barang-barang bawaan Anda....
Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi adalah Ransome menunggu di lantai dasar,
berdiri di samping pintu darurat, memeriksa setiap wajah yang lewat. Seandainya
ia ada di sana, seseorang akan mati. Ransome tak mungkin mengeluarkan
senjatanya. Dave yakin akan hal itu. Tetapi ia juga yakin tangan Ransome takkan
jauh dari pistolnya, orang itu takkan ragu memakainya, serta akan meminta maaf
dan memberi alasan kepada para saksi nanti sesudahnya. Bila Ransome menunggu,
Dave hanya akan punya satu atau dua detik untuk...
Membunuhnya. Benar. Dengan obeng. Tembus ke jantung. Lalu kau lari. Lalu aku lari.
Dave mengencangkan genggamannya pada obeng Phillips panjang. Ia menariknya dari
sabuk peralatan, 94 memegangnya menempel pada kaki. Otot-otot lengan kanannya mengeras, tegang dan
siap. Ia sampai di dasar tangga. Di depannya kerumunan orang berjejalan melewati pintu
darurat dan menuju ke lobi lantai dasar. Dave ikut berdesakan di belakang
mereka, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, obengnya siap.
Ransome ada di tempat lain. Dave menggosokkan telapak tangannya pada celana. Ia


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa merasakan kelembapannya melalui kainnya. Itu tak baik. Obeng itu bisa saja
tergelincir lepas dari jarinya.
Sejauh ini baik-baik saja. Kau toh tak benar-benar ingin membunuhnya. Kau sudah
keluar dari urusan bunuh-membunuh.
Dan sudah sejak lama. Dave menarik napas lamban dalam dan mencoba memusatkan pikiran pada yang tengah
terjadi di sekitarnya. Ada sesuatu yang tidak beres. Lobi itu penuh sesak. Tak
seorang pun bergerak. Gerombolan orang banyak itu mendorong ke depan, tapi tidak
sampai ke mana-mana. Dan kemarahan mulai tersulut.
Tidak peduli laki-laki atau perempuan, pengacara lulusan Harvard atau sopir
taksi kelahiran Queens, orang New York tetaplah orang New York, dan saat suara
mereka meninggi dengan kemarahan istimewa yang hanya bisa ditimbulkan oleh orang
New York frustrasi, semuanya bicara dengan aksen yang sama. "Ayo maju, goblok."
"Kausebut aku 'goblok'?" "Ada apa sih di sini?" "Kaupikir aku yang tanggung
jawab atas latihan penyelamatan ini?" "Hei, tolol, singkirkan tanganmu dari
pantatku." "Bukan saya, lady." "Gombal kalau bukan." "Ayo ke atas sana!"
"Matikan 95rokok itu sebelum kumatikan sendiri." "Coba saja." "Jangan dorong." "Kalian
dengar, ada orang Ay-rab akan membakar tempat ini setiap saat, jadi keluarlah."
"Siapa yang kaupanggil Ay-rab, dasar tolol?" "Di kupingmu, Bung." "Yeah?"
"Yeah!" Sumber kemacetan itu di bagian depan lobi yang terang, tertutup kaca. Empat di
antara pintu putar yang menghadap ke Park Avenue rusak. Berarti tinggal dua
pintu putar dan sepasang pintu biasa sebagai jalan keluar.
Berani bertaruh pintu-pintu itu bukan kebetulan macet.
Kerumunan itu bergelombang maju di lobi. Dave masih di belakang, dan masih
jauh terlalu jauh dari jalan dan dari keamanan. Tingginya cukup di atas rata-? ?rata sehingga ia bisa melihat dari atas kepala orang-orang yang berdesakan di
depannya. Ia memeriksa, mencari titik-titik bahaya.
Itu mereka. Empat regu sedang berdiri berkerumun di samping pintu keluar, di pinggir tempat
orang-orang takkan mendesak mereka. Tubuh mereka besar, seperti Ransome, dan
memakai setelan jas kodian seperti dia. Siku masing-masing orang itu terlipat,
tangannya tertempel di dada, siap meraih senjata di bawah jas.
Didorong dari belakang, Dave tidak punya pilihan lain kecuali maju. Pandangannya
tetap tertuju pada pengawas itu. Mereka memakukan pandangan pada wajah orangrorang yang paling dekat ke pintu keluar.
Laki-laki di samping Dave menggeram, "Pemilik gedung terkutuk ini tak bisa
merawat pintu terkutuk di gedung terkutuk ini. Selamat datang di Kota New York
terkutuk." Dave tidak menghiraukannya.
96 Tepat di belakangnya seorang wanita menjerit, "Aduh, kauinjak kakiku!" Dave
mengangkat sepatunya. "Maaf, Bu."
"Aduh, orang-orang ini..." Dave menyingkir.
Sekarang ia di depan lift belakang. Gedung itu mempunyai dua lift, satu untuk 25
lantai teratas, dan satu untuk 25 lantai bagian bawah. Masing-masing pintu lift
terletak di koridor buntu di sisi lobi. Di antara kedua koridor itu ada koridor
ketiga yang lebih pendek dan ditempati kios koran.
Ia mendengar sesuatu. Mulanya suara itu tak dipahaminya. Hanya satu suara di
tengah banyak suara, meskipun agak lebih keras daripada yang lain-lainnya. Ia
nyaris tak menyadarinya. Perhatiannya terpusat pada beberapa orang yang ada di
samping pintu. Seandainya perempuan itu tidak mengulangi lagi, Dave tentu akan
mengabaikannya. "Itu dia! Di sana! Lihat! Di sana! Lihat!"
Kemudian ia tersadar. Ia menoleh. Ia melihat... ia bingung... tidak bisa percaya...
"Itu dia! Di sana! Itu dia! Tangkap dia!"
8. Dalam kehidupan setiap anak laki-laki selalu ada, atau seharusnya ada, sebuah
kolam. Idealnya, kolam ini berada di tempat yang pribadi dan terpencil, jauh
dari mata orang-orang dewasa. Kolam itu harus dalam (untuk menyelam), sejuk
(untuk hawa panas musim panas), dan dikelilingi pepohonan yang tinggi dan rimbun
(untuk bersantai meditatif).
Dan yang terbaik dari segala kemungkinan, kolam itu juga agak berbahaya.
97Kolam Dave sempurna, tanpa tanding. Terletak di balik deretan bukit
rendah sekadar cukup curam untuk tidak dibajak dan ditanami dan di lembah ? ?datar. Ia bersepeda sejauh lima kilo di antara tanaman jagung yang tinggi dan
gandum yang bergoyang-goyang nyaman menuju ke perbukitan itu. Setelah lima belas
menit terengah-engah mendorong sepedanya maju setiap langkah, ia pun sampai di
tepi kolam itu. Kolam tersebut panjangnya 1.200 meter dan lebarnya 800 meter. Sebagian besar
tepiannya tertutup ilalang hijau-cokelat dan pussy willow. Sebuah rakit ringkih
yang dibuat asal-asalan tak lebih dari papan-papan dan drum lima puluh galon
?yang sudah berkarat terapung-apung di tengahnya. Tak ada orang lain kecuali
?anak laki-laki berusia tertentu pernah ke tempat ini.
Sempurna! Dave pertama kali diundang ke daerah keramat ini ketika ia mencapai usia sepuluh
tahun. Disepakati bahwa mereka yang berusia lebih muda tidak diterima di kolam
tersebut. Dan disepakati pula bahwa yang lebih tua dari lima belas tahun, dalam
usia menjelang kematangan, diharapkan mencari rekreasi musim panas lainnya. Ini
tempat untuk anak laki-laki, dan dimaksudkan agar tetap demikian selamanya.
Bukan berarti orang-orang dewasa tidak mengetahuinya. Sama sekali tidak. Mereka
semua tahu adanya kolam itu, dan semuanya, laki-laki dan perempuan, melarang
anak mereka pergi ke sana. "Kau akan kena tetanus kalau berenang di kolam itu:
Lagi pula, kolam itu penuh ular cottonmouth, dan di dasarnya ada pasir apung."
98 Hebat! Pasir apung! Dan ular! Wah!
Meskipun demikian, dalam kenyataannya, Dave dan semua temannya tak pernah
menemukan yang lebih hebat daripada ular rumput di dalam ceruk. Dan mengenai
pasir apung itu... ah, anak-anak itu tahu bahwa bila ada di antara mereka yang
pernah hilang tertelan pasir apung, kisahnya akan bergaung dalam radius 160
kilo, dan bertahan selama seratus tahun. Karena tidak ada kisah semacam itu,
teori pasir apung bisa diabaikan.
Kecuali... Kecuali bahwa satu dari daya pikat terbesar dari kolam itu adalah kedalamannya,
yang memang sangat dalam. Meskipun mereka telah mencoba sekuat tenaga, tak
seorang pun pernah menyelam cukup dalam untuk mencapai dasarnya. Jadi, ada atau
tidak adanya pasir apung tidak bisa dikonfirmasikan. Mungkin bahaya itu memang
benar ada. Mungkin dasar kolam itu lumpur berbahaya yang akan mencengkeram
kakimu bak gurita raksasa berlendir dan menyedotmu sampai menjerit-jerit dan
meronta-ronta ke bawah dan ke bawah.
Atau, mungkin ada yang lain di dasar kolam itu. Sesuatu yang hidup. Sesuatu yang
akan menelanmu dan tak meninggalkan jejak. Sesuatu yang bergigi dan kelaparan
yang membangkitkan desas-desus tentang pasir apung, tapi ternyata adalah...
...belut raksasa, bertaring...
...gurita besar seperti dalam film itu...
...kerang raksasa seperti dalam film lain...
...dinosaurus, czrvo-entahapanamanya...
...penyu penggigit, yang sudah berusia lima ratus tahun dan sangat besarnya...
99Nah, mereka harus menyelam, bukan" Itu penting. Harus dilakukan. Tak satu pun
anak bisa menahan godaannya. Salah satu dari mereka akan berhasil. Pasti. Suatu
hari, seseorang akan berhasil. Dan bila melakukannya, ia akan jadi pahlawan dan
prestasi keberaniannya akan bergema hingga berabad-abad.
Dave menyelam. Anak-anak lain bermain meriam-meriaman dari rakit, atau
mendorongnya, atau terjun dengan gaya batu. Dave menyelam. Ia berlatih,
menyempurnakan lompatannya, caranya menukik, meluruskan terjunnya seperti pisau
lipat yang menusuk ke dalam air, dalam, dan makin dalam lagi.
Suatu hari dengan penuh kemenangan ia berhasil mencapai dasar.
Air kolam itu cokelat, keruh, berlumpur. Kau tidak bisa melihat tangan sendiri
di depan wajahmu. Makin dalam kau menyelam, makin gelaplah keadaannya. Akhirnya,
tidak ada apa-apa, tidak ada cahaya sama sekali kecuali sinar pudar seperti
kilau tembaga jauh di atasmu.
Pada hari ia mencapai dasar kolam itu, bahkan sinar pudar itu pun tidak ada.
Dave telah melewati batas tempat sinar tidak bisa menerobos lagi. Ia menggapaigapai ke bawah dengan membabi buta, tahu bahwa ia berhasil menyelam lebih jauh
daripada siapa pun, ke dunia yang belum pernah dicapai oleh anak lain. Puas
dengan keberhasilannya, ia mengayuh sekali lagi, lurus ke bawah, mengayun
lengannya ke depan. Tangannya menyentuh sesuatu.
Lendir. Licin. Jantungnya serasa naik ke mulut. Gurita itu! Bukan, seutas
sesuatu. Apa" Rumput liar. Rumput liar di dasar. Aku berhasil! Ia mencengkeram
- 100 rumput itu dan menarik tubuhnya ke bawah lagi. Hati-hati sekarang, bisa jadi itu
benar-benar pasir apung. Bukan, cuma lumpur biasa. Dientakkannya rumput air itu.
Ia ingin bukti bahwa ia, David Elliot, akhirnya melakukan sesuatu yang dicitacitakan oleh semuanya. Rumput air itu tercabut dengan mudah.
Saatnya pergi sekarang. Sudah terlalu lama di sini. Butuh udara.
Kakinya menendang. Begitu jauh ia mencoba keberuntungannya, begitu lama ia di
bawah permukaan air. Wajahnya terasa merah karena perjuangan itu. Air liur
mengisi mulutnya. Ia benar-benar butuh udara. Permukaan tak mungkin terlalu
jauh, kan" Ia berenang lebih keras, mengayuh sepenuh tenaga. Rasanya makin payah. Rasa
sakit menusuk tajam sekitar pangkal hidungnya. Paru-parunya sakit.
Ia bisa melihat kilau warna tembaga itu. Lebih terang sekarang. Tak jauh lagi.
Semua di atas rakit itu akan jadi gila saat mereka melihat apa yang ada di
tanganku. Titik-titik merah, nyala api dalam kegelapan, menari-nari di depan
matanya. Terang. Sangat terang. Udara sesaat lagi...
Tangannya membentur sesuatu. Seandainya tangannya tidak sedang terulur untuk
mengayuh, kepalanya tentu retak terbentur benda itu. Tapi ia mengayuh. Tidak
keras. Tak jadi soal. Yang penting dia butuh udara sekarang. Sekarang, Tuhan,
sekarang! Dan ada sesuatu yang menahannya ke bawah, mencegahnya menghirup udara,
menjebaknya dalam air yang dingin dan gelap itu, membunuhnya, menenggelamkannya.
Lilitan rantai membelit erat dadanya. Ia tidak pernah tahu apa yang demikian
menyakitkan. Setiap saat 101sekarang mulutnya akan terbuka, air akan membanjir masuk, paru-parunya akan
terisi, ia akan tenggelam dan mati. Ia mendorong dan bergulat dengan benda yang
menahannya dalam air, dalam kegelapan, jauh dari kehidupan dan udara. Benda itu
kejam dan aktif dan jahat dan personifikasi kebencian dan ingin dia mati dan ia
tidak bisa melewatinya dan ia akan membuka mulut dan berteriak dan...
Rakit itu. Ia ada di bawah rakit. Ia mendorong, dengan wajah biru dan tangan
hampa ia terengah mencari udara.
Hingga ia mencapai usia 47 tahun, saat terperangkap di bawah permukaan air itu
menandai keputusasaan terhebat yang pernah dikenalnya, dan ketakutan terhebat.
Ia tidak bisa membayangkan apa pun yang lebih mengerikan atau lebih menyakitkan
daripada kehabisan napas, dan terperangkap dalam air di bawah suatu benda entah?apa. Dekatnya kematian terasa ringan dibandingkan dengan kengerian dingin yang
timbul karena mengetahui bahwa takdir sudah menjatuhkan tangan padamu dan tidak
ada jalan keluar. Namun, pada usia 47 tahun, usia yang tidak bagus untuk pelajaran seperti itu,
Dave menemukan ada semacam rasa putus asa yang bahkan lebih parah lagi. Ia
menemukan hal ini ketika melihat Helen, istrinya, wanita yang dengan tulus ia
coba cintai, menuding padanya dan berteriak, "Itu dia! Di sana! Itu dia! Tangkap
dia!" 102 BAB 3 BAWANG BUKAN UNTUK DIMAKAN
1. Nanti, suara dalam benak Dave yang pemarah tentu akan memakinya karena
bertingkah tepat seperti yang diharapkan Ransome.
Guncangan atas pengkhianatan Helen membuatnya lumpuh. Ia tidak bisa menerimanya,
tidak bisa bergerak. Dilihatnya Helen berdiri dekat jendela tinggi lobi itu,
dikelilingi penembak-penembak berwajah muram, dan ia tidak bisa mempercayai
bukti yang diberikan matanya. Helen memandangnya, menunjuk padanya, mengarahkan
pembunuh-pembunuh terlatih anak buah Ransome ke arahnya. Itu tak terpikirkan.
Pikirannya menolak kenyataan itu. Helen takkan pernah melakukan sesuatu seperti
itu". Dave terhipnotis, kelinci yang mematung di hadapan ular.
Ia hanya ingat samar-samar mengenai apa yang
103terjadi selanjutnya. Pundak-pundak mendorongnya dari belakang. Sebuah suara
sengau menggeram, "Maju, kau." Begundal Ransome mendesak ke tengah kerumunan
orang, menerobos gelombang orang-orang New York yang marah. Seseorang menepuk
punggungnya. "Ayo, Sobat, kita harus keluar dari sini."
Tubuhnya menyelamatkan nyawanya. Pikirannya tidak berhubungan dengan hal itu.
Sekat rongga badannya terasa kejang. Ia terengah mengambil napas. Di tengah
impitan orang banyak ia tidak bisa membungkuk atau berbalik. Isi perutnya mulai
naik. Ia muntah dan tersedak serta mengeluarkan bunyi basah yang panjang.
"Ada apa, Sir?"
Muntahan itu menyembur d*ri mulut dan menerobos lubang hidungnya. Seseorang
berteriak, "Oh, sialan!" Kerumunan orang itu tersentak menjauh darinya. Ketika
orang-orang yang berada paling dekat dengannya berteriak dan mendesak untuk
menghindari muntahan, mereka yang lebih dekat dengan pintu keluar terdorong ke
depan. Seseorang berteriak. Orang New York tahu bahwa begitu teriakan mulai, tibalah
saat bergerak. Cepat-cepat.
Kerumunan manusia di lobi itu mendesak ke arah pintu keluar yang terhalang.
Sebuah jendela dengan pelat kaca tinggi di samping salah satu pintu putar pecah
berantakan ke luar. Suara seorang laki-laki memekik kesakitan. Satu jendela lagi
pecah. Orang-orang berlari cepat-cepat di bawah hujan pecahan kaca, berlari ke
jalan. Anak buah Ransome tersapu mundur; seorang terjatuh, menjerit, jeritan itu
berubah jadi rengekan; tak lama kemudian diam.
104 Dave terhuyung menjauh dari orang banyak itu, masuk ke koridor lift.
Beberapa saat kemudian ia mendapati dirinya berkunang-kunang dan gemetar, dan
tidak lagi berada di lantai dasar. Ia tidak tahu pasti di mana atau bagaimana ia
sampai ke sana. Lift-lift itu dalam keadaan terbuka, tak berfungsi sampai
diaktifkan kembali oleh pihak yang berwenang. Setiap lift, sesuai peraturan
pendirian bangunan, punya pintu darurat di langit-langitnya. Yang dibutuhkan
untuk membukanya hanyalah memutar empat baut. Ia pernah menurutnya ia ?pernah ia tidak yakin ia pernah apa..."
? ?Seperti film, Sobat. Kau dan Tarzan.
Aku tak melakukannya. Oh ya, lihat pelumas dan kotoran pada pakai-anmu.
Perasaan kebas itu mulai surut. Ia membungkuk, meletakkan tangannya pada lutut,
dan memaksakan diri untuk menarik napas dalam, melahap udara. Ya Tuhan! Tadi itu
sungguh mengerikan. Yang terburuk. Ia tidak pernah lumpuh seperti itu sejak...
Jangan memikirkannya. Helen! Mengapa" Bagaimana" Apa yang mungkin...
Jangan pula pikirkan hal itu. Pikirkan urusan lain. Seperti bagaimana rasa masam
dalam mulutmu. Ia ingin minum air. Sangat ingin. Sedikit sabun dan kain penyeka tentu tidak ada
bahayanya. Ia memandang berkeliling dengan dungu. Rasanya ia... di mana" ...tampaknya tidak
dikenal, tapi... Lantai dua. Pasti di sana.
Ada apa di lantai dua" Apa gerangan yang mengisi
105lantai dua gedung perkantoran New York" Kebanyakan pencakar langit di Park
Avenue bahkan tidak punya lantai dua. Lobi untuk lift mereka, semuanya dari
marmer dan karya seni pahat modern, terbentang dua atau tiga tingkat. Dan, untuk
beberapa gedung yang memang memanfaatkan lantai dua mereka, tempat itu merupakan
ruang kantor yang paling tak diinginkan di tempat tersebut sejajar dengan atap-?atap bus, bertengger di atas bisingnya kehidupan jalanan New York, mengumpat
dengan jendela-jendela yang kotor terus dan tidak punya pemandangan. Lantai dua
merupakan tempat yang tak bisa disewakan dan membebani setiap pemilik gedung.
Dalam pengalaman Dave, orang-orang bisnis sejati tidak punya kantor di lantai
dua. Mereka selalu lebih tinggi jauh di angkasa tempat rajawali-rajawali
?perusahaan bersarang. Tak seorang pun akan dipergoki dengan alamat di lantai
dua setidaknya tak seorang pun yang tidak terlibat dalam bisnis aneh dan
?misterius, yang sepenuhnya di luar praktek bisnis normal di New York. KERJAKANkerjakan-KERJAKAN-ker-jakan. Kau melantur ke dimensi yang berbeda....
Sekonyong-konyong pikiran itu terlintas kembali dalam benaknya. Ia pernah ke
lantai ini. Pemilik-pemilik gedung di New York memakai lantai dua mereka untuk
tempat sementara, menyewakan kantor seperti menyewakan kamar di motel transit
bagi orang-orang yang membutuhkan kanior (jangan tanya apa alasannya) selama
satu-dua jam atau satu-dua hari. Atau sebagai alternatif, mereka menempatkan
klub makan siang di lantai dua mereka restoran-restoran pribadi yang hanya bisa
?dinikmati para anggota, para
106 penghuni elite di tingkat yang lebih tinggi. Makanan yang biasa-biasa, anggur
yang terlalu mahal, tetapi pelayanan yang baik dan privasi yang nyaman bila kau


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin mengesankan pelanggan dari luar kota. ("Saya sudah minta Suzy memesan meja
untuk makan siang di klub itu....")
Seperti semua eksekutif Senterex, Dave juga memiliki kartu anggota klub di
gedung itu. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah memakainya. Ia bahkan tidak yakin
apakah ia ingat nama yang dipakai pemilik gedung untuk menyebut tempat itu. Nama
yang berbau Inggris. Selalu bau Inggris. The Churchill Club" The Windsor Club"
The Parliament Club"
Tak jadi soal. Di klub itu tentu ada air, dan kamar kecil. Dave sangat ingin
memakai kamar kecil. Yang dilengkapi dengan sabun dan pancuran air panas.
Ia melangkah keluar dari koridor lift lantai dua dan belok ke kiri. Lorong itu
dilapisi dengan wallpaper berdesain merah tua dan dihiasi dengan lukisan cat
minyak para perdana menteri yang sudah almarhum.
Benar, the Prime Ministers Club.
Pintu masuknya tampak tebal, berat, dipernis untuk memberikan penampilan kayu ek
Tudor yang mahal. Sebuah pelat kecil dari kuningan dipaku sejajar dengan mata:
KHUSUS UNTUK ANGGOTA DAN TAMU.
Pintu itu terbuka ke serambi berlapis beledu dan dihiasi lebih banyak lagi
gambar politikus-politikus yang sudah almarhum. Podium untuk sang maitre d',
dengan buku reservasi bersampul kulit dan tempat tinta dari kuningan astaga, ?malahan dilengkapi dengan pena bulu berada di sebelah kiri. Gorden-gorden mewah
?tebal dan jumbai-jumbai emas yang
107seronok memisahkan ruang depan itu dari ruang tengah restoran.
Toiletnya jauh di bagian belakang restoran itu.
Ruang makannya luas, dan terang benderang. Meja-mejanya dilapisi kain linen
seputih salju, dilengkapi dengan peralatan makan perak berkilauan. Di meja
tengah, menghadap ke pintu, dengan gelas air jeruk setengah kosong di dekat
tangan kirinya, duduklah Ransome. Tangan kanannya mengacungkan pistolnya dan
membidikkannya ke arah dada Dave. Ekspresi wajahnya tetap netral seperti biasa.
Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya menarik picu.
2. Pelatuk berdetak. Asap mengepul dari moncong pistol otomatis berperedam itu.
Memar di bawah mata Ransome kenang-kenangan dari sepatu Dave memerah. Samar? ?samar terlintas ekspresi kesal pada wajahnya. Ia mengangkat tangan kiri untuk
menarik pengokang dan memasukkan peluru ke laras. Saat itu Dave sudah mencabut
senjatanya sendiri. Ransome menjatuhkan kembali tangannya ke atas meja.
Dua laki-laki itu saling pandang tanpa bicara. Dave merasakan seulas senyum
tipis mereka di wajahnya. Ekspresi Ransome tidak berubah.
Ransome memecahkan keheningan itu. "Mr. Elliot, kau benar-benar burung berbulu
langka. Aku mulai merasa sayang padamu."
"Tanpa bermaksud kasar, tapi aku merasakan yang sebaliknya."
"Mr. Elliot, aku benar-benar simpati padamu."
108 "Terima kasih." Dave memberi isyarat kecil dengan pistolnya. "Omong-omong, aku
akan berterima kasih kalau kau mau menjatuhkan pistolmu. Biarkan saja lepas dari
jarimu. Dan lalu..."
Senjata itu, saudara kembar pistol di tangan Dave, berdebam di karpet. Ransome
berbicara sebelum Dave bisa menyelesaikan pikirannya, "Tendang menjauh, Mr.
Elliot" Itu tradisional, dan aku memang tradisional, penganut nilai-nilai
tradisional." Ia menendang dengan ujung sepatunya. Pistol itu meluncur tiga
meter ke depan. Ransome meneruskan, "Sekadar ingin tahu, kau tak keberatan
mengatakan apakah semua peluru dalam magasin itu kaukutak-katik?"
"Cuma yang pertama. Bila kau tak punya peralatan yang tepat, butuh waktu banyak
untuk mengeluarkan mata peluru dari selongsong dan mengosongkan mesiunya."
"Aku tahu." Ransome seperti sangat santai, laki-laki pendiam sedang bercakapcakap dengan kenalan jauh. "Tapi, mengingat arah hubungan kita pagi ini, aku
yakin aku akan memeriksa semua sisa peluru bila punya kesempatan.".
Kendali dirinya sungguh mencengangkan. Laki-laki ini pasti orang paling tenang
di planet ini. "Apa yang membuatmu beranggapan kau bakal punya kesempatan?"
Ransome mengangkat sebelah alisnya ke arah moncong pistol Dave, yang kini
tertuju ke tengah dadanya. Ia menggeleng. "Kau tak punya keteguhan itu. Oh,
memang, dalam panasnya pertempuran kau bisa membunuh orang. Aku sudah melihat
kau melakukannya. Tapi dengan darah dingin" Kurasa tidak."
109Tepat sesuai jadwal, iseng-iseng Ransome mulai memain-mainkan sebilah pisau
meja. Ekspresinya tetap datar, tetapi pupil matanya melebar. Otot-otot lehernya
menegang. Ia siap bergerak. "Tidak, Mr. Elliot, kau takkan menembakku."
Dave menembaknya. Pistol berperedam itu menimbulkan bunyi pelan, terdengar seperti tinju memukul
bantal. Ransome melolong. Ia mencengkeram pahanya, tepat di bawah selangkangan,
tempat darah mengucur. "BANGSAT KEPARAT KAU MENEMBAKKU BAJINGAN TENGIK!"
Dave tak menghiraukannya. Ia ada di lantai, menjatuhkan diri ketika melepaskan
tembakan. Ia berguling ke kiri, satu kali, dua kali, tiga kali, sambil matanya
mencari di mana seharusnya anak buah pendukung Ransome berada.
Dan memang ada. Dave membidik, menghela napas, menarik picu. Bunyi tinju memukul bantal satu
kali. Dua kali. Tiga kali. Bunyi itu lembut. Anak buah Ransome itu menghilang
dalam hujan merah. Ia tak pernah mengangkat senjatanya.
"AKU AKAN MEMBUNUHMU BANGSAT BAJINGAN KAU MENEMBAKKU!"
'Tutup mulutmu, kau bertingkah seperti bayi." Dave berguling sekali lagi sambil
membidikkan pistol ke arah Ransome.
"KEPARAT KAU ITULAH YANG HARUS KUKATAKAN KAU BANGSAT!" Ransome membungkuk,
menekankan kedua belah tangan pada lukanya. Wajahnya terangkat, dan bibirnya
tertarik ke 110 dalam. Matanya berputar, dan ia tampak seperti anjing Doberman mengamuk.
Dave mengembuskan udara lewat bibir dengan muak. "Sudahlah, Ransome. Itu luka
daging. Aku tak percaya kalau aku menoreh dagingmu lebih dari satu milimeter.
Seandainya aku ingin kau benar-benar terluka, kau tahu aku bisa melakukannya."
"BAJINGAN BANGSAT KEPARAT BERANI-BERANINYA KAU MENEMBAKKU!"
Tiga meja empat, termasuk meja Ransome sudah diatur untuk sarapan. Seseorang ? ?sedang rapat pagi sambil sarapan ketika Dave menelepon dengan ancaman ledakan
bom itu. Dave meraih segelas air es dari salah satu meja dan mengguyurkan isinya
ke wajah Ransome. "Ransome, ambil lap meja, tempelkan ke pahamu, dan tutup
mulutmu. Dengan caramu bertingkah seperti ini, kau akan mati karena serangan
jantung sebelum mati karena luka itu."
Air es itu membuat rambut Ransome lengket. Sungai kecil mengalir turun di
pipinya. Ekspresi wajahnya membuat Dave bergidik. Itulah wajah Sersan Satu
Mullin, tepat sebelum tamat riwayatnya. Dengan suara rendah dan amat sangat
dingin, Ransome mendesis, "Elliot, kau bajingan tengik, kau tadi bisa saja
meledakkan bolaku." "Itu risiko permainan, temanku. Di samping itu, kau bilang kau sudah membaca
berkas 201-ku. Seharusnya kau ingat nilaiku dalam ketepatan menembak." "Aku akan
membunuhmu karena ini." Dave mengembuskan napas dengan kesal. "Jadi apa lagi
yang baru?" "Bagaimana aku melakukannya, bangsat. Bagaimana sakit dan lama waktunya. Itulah
yang baru." 111"Terima kasih karena kaujelaskan hubungan kita. Sementara ini, jangan duduk
di situ seperti orang tolol meneteskan darah ke mana-mana. Tempelkan sekeping es
pada lukamu. Itu akan mengurangi rasa sakit dan mengurangi perdarahan."
Ransome menggeram, merapatkan bibir, dan berputar untuk mengambil sekeping es
dari gelas -air. Ketika ia berbalik, Dave mengayunkan pistol ke belakang
kepalanya. Ransome tersungkur ke meja dan tergelincir pelan ke lantai.
Satu penggalan pada jam. Waktu sepenuhnya terhenti. Ia punya (halo, sobat lama)
sepucuk pistol berisi peluru di tangannya. Musuhnya tak sadarkan diri di
kakinya. Sekadar terdorong rasa ingin tahu, bukan karena kekejaman dalam hati,
Dave membidikkan moncong pistol itu ke bawah tengkorak Ransome. Gerakan itu
terasa enak, terasa benar. Ibu jarinya menarik pelatuk ke belakang. Rasanya
lebih enak lagi. Itu tentu akan mudah sekali dilakukan. Persoalan mudahlah yang mengutukmu, bukan
yang sulit. Dua puluh lima tahun sebelumnya. David Elliot, tidak sepenuhnya waras waktu itu,
berdiri di jantung kengerian dan berjanji kepada Tuhan bahwa ia takkan pernah,
untuk selamanya, menembakkan senjata karena kemarahan. Aku takkan melukai siapa
pun, demikian ia berdoa, tak pernah lagi, tak ada tindakan kemarahan, tak ada
lagi tindak kekerasan oh, Tuhan, aku takkan berperang lagi....?Kini, hanya dalam sepagian ini, ia sudah membunuh
112 dua orang. Mudah semudah dulu dan otomatis, la tidak merasakan apa pun.
? ?Namun sekarang, tepat pada saat ini, sepucuk pistol di tangan dan sasaran yang
pantas dalam penglihatannya, ia merasakan sesuatu perasaan telah menyelesaikan
?sesuatu, emosi nyaman seorang terlatih yang sudah melatih keterampilannya hingga
sempurna. Dengan dua nyawa baru saja melayang di tangannya dan bau mesiu di
jarinya, ia .tahu bahwa bukan kecil risiko baginya untuk merasa enak, cukup
enak, dan merasa makin lega setiap saat.
Tak pernah lagi, pikirnya. Tak pernah. Ia hampir sesat. Mereka hampir menang.
Kini itu terjadi lagi. Bila ia membiarkannya. Namun ia takkan, tak bisa
membiarkan dirinya berubah menjadi manusia yang dulu mereka harapkan.
Ransome menduga sebaliknya. Ransome dan orang-orangnya. Mereka pikir mereka tahu
apa yang akan dilakukannya. Ambil satu-dua orang sipil sebagai sandera. Siapkan
sergapan. Tumpuk mayat yang roboh. Mulai tembak-menembak. Mencoba dengan tembakmenembak keluar dari gedung itu.
Dave tersenyum muram. Ia mengangkat laras pistol itu dari kepala Ransome,
menekan pengaman, melepaskan kokangan, dan menyelipkan senjata itu ke bawah
sabuknya. Meskipun tahu musuhnya tidak dapat mendengarnya, ia tetap berbicara
kepada Ransome: "Berapa orang yang kaupasang untuk mengawasi pintu keluar,
Sobat" Dua puluh" Tiga puluh" Lebih banyak lagi" Berapa pun jumlahnya, aku
takkan bisa melewati mereka, kan?" Dave melihat ke celananya, robek dan ternoda
minyak. 'Tidak. Aku sungguh mencolok mata.
113Persetan, melihat bagaimana keadaanku, mereka akan menembakku. Tapi aku akan
keluar, Ransome. Percayalah. Juga percayalah aku akan melakukannya dengan caraku
sendiri, bukan caramu. Aku lebih baik menembakkan pistol ke kepala sendiri
daripada berbuat seperti itu.
3. Tempat itu gelap, hangat, nyaman, dan aman. Di dekatnya, peralatan menimbulkan
bunyi mendengung. Udaranya agak apak, tapi tidak terlalu jelek. Dave berbaring
miring, meringkuk nyaman. Perutnya penuh dan rasanya ia ingin tidur siang. Ia
suka di sini. Selalu ingin merangkak kembali ke dalam rahim, kan, Sobat"
Tempat persembunyian yang sempurna. Dave senang menemukan tempat ini, dan
sedikit terkejut. Senterex sudah sejak lama memindahkan bagian Management
Information System-nya ke pinggiran New Jersey. Tadinya ia pikir setiap
perusahaan lain di New York, termasuk pialang-pialang Wall Street, sudah
melakukan hal yang sama. Ruang kantor di Manhattan terlalu mahal untuk disiasiakan menampung perangkat keras komputer. Di samping itu, programer adalah
jenis manusia yang sulit, dan lebih produktif bila disisihkan dari tekanan
kehidupan kota besar. Bagaimanapun, setidaknya ada satu perusahaan New York yang belum merelokasi
komputer-komputernya. Perusahaan itu adalah anak perusahaan American lnterdyne
Worldwide. American Interdyne, penerbit saham palsu kamikaze yang diberantas
pada tahun 114 1980-an, beroperasi di bawah perlindungan undang-undang kebangkrutan dan hakim
federal yang sudah pikun. Mungkin itulah sebabnya mengapa perusahaan itu masih
menempatkan komputer-komputernya di lantai dua belas menara perkantoran yang
sangat mahal di Park Avenue.
Berapa sewa ruang di sini" Sekitar empat puluh dolar per kaki persegi.
Ruang komputer American Interdyne luas dan bergaya kuno penuh dengan komputer ?mainframe besar, perangkat periferal yang menderu-deru, dan konsol yang
berkedip-kedip. Perusahaan-perusahaan lain sedang membongkar sistem besar mereka
yang tersentralisasi, mengganti perangkat raksasa dari IBM seharga $15 juta
dengan stasiun-stasiun kerja yang ramping dan client/server network berkecepatan
tinggi. American Interdyne belum melakukannya. Bagian sistem komputernya lintang
pukang di seluruh lantai itu, seperempatnya dipergunakan untuk komputer
mainframe raksasa yang oleh kebanyakan eksekutif, Dave salah satunya, dianggap
seperti dinosaurus. Namun, ia senang melihatnya sekarang. Yang paling menyenangkan mengenai monstermonster itu, pikirnya, adalah kerumitannya. Raksasa-raksasa manja yang menuntut
perawatan dan makanan tak habis-habisnya. Berbatalion-batalion teknisi
berbayaran tinggi memanjakan mereka. Sistem catu daya yang dibuat khusus.
Pendingin udara yang besar dan berdaya tinggi. Deretan periferal yang tak ada
habisnya. Peralatan pemantau dan pengendali khusus.
Dan kabel. Banyak kabel. Kabel dalam jumlah lebih besar
115daripada yang kaubayangkan. Instalasi komputer mainframe besar membutuhkan
bertumpuk-tumpuk kabel. Dan kau tak sekadar menempelkan kabel-kabel itu sekali
dan kemudian melupakannya. Tak bisa. Kau selalu harus mengutak-atik kabel-kabel,
menghubungkan kembali berbagai port, soket, dan interface. Oh, DASD itu
dihubungkan ke mainframe, dan mainframe itu dihubungkan ke frontend, dan
frontend dihubungkan ke multiplexer, sekarang dengar de word of de lawd!
Yang berarti lantai yang dinaikkan. Ruang komputer American Interdyne, seperti
semua pemakai mainframe lain, dibangun pada lantai yang dinaikkan. Kabel-kabel
dan kawat-kawat berkelok-kelok di bawahnya. Lantai itu dipasangi panel sehingga,
seperti yang begitu sering diperlukan, staf komputer bisa membukanya dan menata
kembali konfigurasi kabel-kabel tersebut.
Gelap, hangat, dan nyaman. Sungguh cukup nyaman di bawah lantai itu.
Dave butuh kedamaian. Dua kali sesudah meninggalkan Prime Minister's Club ia
nyaris bertumbukan dengan anggota-anggota Pasukan Penjinak Bom Kepolisian New
York. Seandainya mereka melihatnya... compang-camping, kotor, bau muntahan,
tangannya penuh dengan makanan curian, dan dengan pistol-pistol tidak sah
terselip di sabuknya... Pasti agak sulit mencari alasan meloloskan diri, Sobat. Terutama menjelaskan
baja penembak itu. Pistol itu semuanya otomatis. Satu milik Carlucci, dan satu milik anak buah
pendukung Ransome. Keduanya berbentuk dan bermodel sama, apa bentuk
116 dan modelnya, Dave tidak tahu. Tak satu pun mencantumkan cap pembuatnya atau
nomor serinya. Keduanya memiliki rangka dari serat polimer ringan, peredam suara
buatan pabrik, pembidik laser, dan rangka penyimpan magasin yang menampung 21
peluru. Peluru-peluru itu jadi bahan renungan namanya TUG, singkatan dari Torpedo ?Universal Geschoss. Dave tak pernah tahu ada peluru semacam itu untuk pistol.
Mata pelurunya untuk berburu, dirancang untuk menembus dalam, menjadi jamur di
dalam tubuh, merobek jantung sasaran. Orang yang tertembak tubuhnya dengan salah
satu peluru itu akan mati seketika di tempatnya berdiri; bahkan luka terserempet
sekalipun akan membuatnya lumpuh.
Di atas tuas pengamannya, ada batang pengokang yang sedikit melekuk. Dave
menduga dengan mendorong pengokang ini ke depan akan mengubah pistol itu menjadi
otomatis penuh, mengubah pistol tersebut menjadi senapan mesin yang bisa
dipegang tangan. Perkakas bagus. Tak sehebat pistol Ingram MAC lamamu yang dilengkapi dengan
WerBell Sionics suppressor, tapi cukup jahat. Otomatis .38, 130 grain untuk
kecepatan dari laras hanya setitik di bawah kecepatan suara. Seperti itu
suaranya akan teredam optimal. Menghantam sasaranmu dengan energi sebesar 150
kilo per kaki persegi. Aduh.
Aduh juga bila pihak yang berwajib sampai menangkap orang sipil membawa pistol
semacam itu. Dave merasa bahwa memikirkan untuk memiliki senjata macam itu saja
sudah melanggar Undang-Undang Sullivan.
117Dan itu menimbulkan beberapa pertanyaan dari mana asal senjata-senjata
itu orang-orang yang membawanya. *
?Aman di bawah lantai, kepala berbantal kabel AWG 22 yang terbungkus karet,
nyaman, Dave mencoba tidur. Malaikat pelindungnya yang suka berdebat itu tidak
membiarkannya. Masalahnya tentu saja Helen. Mengapa dia muncul di samping anak
buah Ransome" Bagaimana mereka membujuknya agar memusuhi suami sendiri"
Dave ragu-ragu Helen memang berniat mengkhianatinya. Anak buah Ransome mungkin
sudah menceritakan kebohongan yang mengerikan kepada Helen {atau lebih parah
lagi, suara dalam benaknya memperingatkan, kebenaran yang mengerikan) agar mau
mengidentifikasikannya. Kebohongan apa" ia bertanya pada diri sendiri. Kebenaran apa" balas malaikat
itu. Ia tidak bisa menemukan jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut. Tidak pula ia
bisa membiarkan dirinya memeriksa penjelasan alternatif atas perilaku
Helen belum bisa. Mungkin dia ada di pihak mereka. Mungkin dia ingin kau mati ?sama seperti semua orang lain.
Tidak masuk akal. Sudah lima tahun dicurahkannya untuk bekerja sekuat tenaga
mengubah perkawinan itu menjadi keberhasilan.
Seberapa keras Helen bekerja"
Diam! Aku tak butuh ini!

Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kau tahu apa kata mereka tentang orang yang berdebat dengan diri sendiri, dan
kemudian kalah... " 118 Dave menggeram dan berguling, berusaha menemukan posisi yang yang lebih nyaman.
Saat ia membalik^ radio yang diambilnya, bersama uang 67 dolar, dari mayat anak
buah Ransome, terlepas. Diambilnya radio itu dan ditempelkannya ke telinga.
Volumenya kecil. Cepat atau lambat staf teknik American Interdyne akan datang
kembali ke ruang komputer. Dave tidak ingin mereka bertanya-tanya heran dari
mana bunyi aneh itu kedengarannya seperti walkie-talkie, Frank berasal.
? ?Suatu percakapan sedang berlangsung: "...seperti ada orang menjatuhkan sandwich
dengan saus tomat dan melaburkannya ke lantai. Setengah penduduk New York City
pasti telah menginjak wajah bangsat malang itu."
Suara lain menjawab, "Aduh, mengerikan. Itu cara mati yang mengerikan. Seseorang
harus memanggil Don... Robin dan memberi kita perintah lebih lanjut."
"Negatif. Robin tak mau dihubungi dengan radio. Kita tak bisa bicara padanya
sampai dia bicara pada kita."
"Aww, man. Polisi mulai membiarkan orang-orang kembali ke dalam gedung. Aku tak
tahu apa yang harus kita kerjakan, tapi kupikir kita harus keluar dari sini."
"Tidak tanpa perintah."
"Persetan dengan perintah itu, man. Dan satu hal lagi, cuma Robin dan Partridge
yang tahu apa sebenarnya maksud segala kerusuhan ini. Maksudku, kita harus
membunuh orang ini, kan" Bukan urusan * besar, kata mereka. Cuma satu hari kerja
dengan gaji biasa, kan" Ya, bukan masalah besar. Nah, kalau bukan masalah besar,
mengapa mereka tak menjelas-119kan apa maksud semua ini" Astaga, seperti kita
tak dapat izin atau entah apa. Tapi, uh-uh, tak ada pertanyaan, kata Robin. Tak
ada jawaban, kata Robin. Jadi, persetan dengan semua ini. Kau tahu apa
pendapatku" Menurutku laki-laki ini, sasaran kita, bikin orang ketakutan.
Maksudku dia tahu rahasia busuk salah satu bocah besar itu. Dan siapa pun bocah
besar itu..." "Hentikan itu!" Dave kenal suara tersebut. Suara itu milik Partridge.
'Tidak, man, dengarkan..."
"Tenang, Warbler. Dan jangan panggil aku 'man." Suara Warbler menitikkan
sarkasme. "Wah, maafkan saya, Sir."
"Warbler, kalau kau ada masalah dengan rantai komando, akulah yang akan
memecahkannya untukmu. Dan bila ada di antara kalian ada masalah dengan tugas
kalian, dengan senang hati aku akan membicarakannya satu per satu. Kalau tidak,
kalian tahu apa tugas kalian, dan itu sajalah yang perlu kalian ketahui.
Mengerti, Saudara-saudara?"
Orang kedua dalam garis komando. Partridge adalah orang kedua Ransome.
Seseorang menggumam, "Ya, Sir."
"Aku tak mendengarnya, prajurit."
"Maaf, Sir. Saya bilang ya, Sir."
"Bersihkan saluran." Itu suara Ransome, cukup tenang, tetapi tidak setenang
sebelumnya. "Di sini Robin. Teman kita mendapat radio lain "
"Baji..." "Aku bilang bersihkan saluran. Kalau kalian sudah lupa, itu berarti tutup mulut
kalian." 120 Kedengaran gampang tersinggung, kan"
"Poin nomor satu: Sementara ini, aku akan memberikan kode perubahan. Kita akan
beralih ke Xylophone Delta Niner. Poin nomor dua: aku ingin semua kembali ke
stasiun masing-masing secepatnya. Poin nomor tiga: aku perlu perlengkapan medis
untuk penggunaan pribadi. Poin nomor empat: Kita perlu regu pembersih di lantai
dua, di dalam restoran. Juga perlu tas mayat."
"Kau mendapatkan dia, Robin?"
"Negatif. Tas itu untuk Oriole."
"Aww, man..." 'Tutup mulutmu!" Dave mendengar bentakan. Ransome menarik napas dalam dan
mengembuskannya keras. Ia baru saja menyalakan sebatang rokok. Ah, kita semua
punya kelemahan kecil. "Mr. Elliot, aku yakin kau mendengarkan ini. Aku segera menyatakan gencatan
senjata unilateral."
Mengutip Mftrk Twain, aku curiga teman kita ini agak hemat dengan kebenaran.
"Kuulangi, sekarang saat genjatan senjata, Mr. Elliot. Kami semua akan kembali
ke pos masing-masing dan istirahat sebentar. Seperti yang kujanjikan, aku akan
mengkomunikasikan keadaan saat ini pada atasanku dan mendesak mereka agar
memberikan kuasa melakukan negosiasi. Untuk sementara, orang-orangku akan tetap
berjaga di tempat mereka. Kuang' gap kau akan berbuat sama. Mengingat penjagaan
yang kami lakukan di pintu keluar, itulah satu-satunya tindakan yang rasional."
Ransome berhenti, menunggu jawaban. "Konfirmasimu akan berguna, Mr. Elliot."
121Dave menekan tombol bicara di radionya dan berbisik, "Aku copy, Robin."
"Terima kasih. Ada satu hal lagi untukmu. Kami akan minta manajemen restoran ini
menginventarisasi barang mereka. Bila ada merica yang hilang, aku akan mengubah
perintah-perintah sebelumnya sesuai dengan keadaan."
Tiga kantong merica tergeletak dekat kaki Dave. Ia selalu ragu-ragu bila pelayan
dengan sopan bertanya, "Merica yang baru digiling, Sir?" Di tempat seperti New
York ini, ia tidak benar-benar yakin bahwa gilingan merica dari kayu itu benarbenar berisi butiran biji merica. Menurut perkiraannya, benda itu hanyalah
tabung penyimpan merica yang dirancang agar pelanggan percaya bahwa mereka
benar-benar mendapatkan apa yang mereka bayar. Di dapur Prime Minister's Club,
Dave menemukan sederet penggiling merica dalam keadaan terbuka, satu corong, dan
tiga kantong merica halus. Selamat datang di New York.
"Itu berarti, Mr. Elliot, kau tak perlu menyia-nyiakan waktu menyebarkannya
untuk menghindari anjing."
Jahat sekali. Kalau cukup banyak merica yang-kaupakai, anjing-anjing itu akan
mengamuk dan berbalik menyerang tuan mereka. ^ "Baiklah, semuanya, reset ke
Xylophone Delta Niner. Kerjakan sekarang."
Dave mengira radio itu akan diam saat Ransome dan anak buahnya mengaktifkan
penggantian kode. Tapi, sesaat kemudian, suara Ransome meneruskan, "Ada satu hal
lagi yang perlu kusampaikan, Mr. -Elliot. Sekarang pasukan tak lagi
mendengarkan, aku 122 bisa mengatakannya dengan mantap. Kau mantan perwira. Kau tahu apa yang bisa dan
tak bisa diucapkan komandan di depan anak buahnya." -"Aku copy, Robin."
Ransome menyedot, lalu mengembuskan desis panjang dan lamban. Dave berani
bertaruh, Ransome tentu mengisap rokoknya. "Oke. Beginilah. Di sana tadi aku
kehilangan kendali, Mr. Elliot, maka aku patut minta maaf. Aku tak gampang
kehilangan kendali. Tapi ketika melihat darah di antara kakiku, kupikir kau
telah menembak alatku. Itulah sebabnya aku bersikap seperti tadi'. Sekarang
kuakui aku menyesal. Aku tahu aku keluar garis, dan aku tahu kau hanya mengambil
tindakan yang tepat. Kau salah satu anak buah Koloriel Kreuter. Dia mengajarkan
padamu peraturan-peraturannya, sama seperti yang diajarkan padaku. Tak ada
pasukan dengan satu prajurit dan tak ada pilot solo. Bahkan Lone Ranger
sekalipun punya teman Indian yang setia. Kau tahu itu. Kau tahu aku tadi
membawa* pendukung. Dan kau menanganinya tepat seperti yang harus kaukerjakan.
Aku menghargainya. Kuharap kau memaafkan tingkah dan omonganku. Aku sungguhsungguh. Kau boleh pegang janjiku bahwa episode itu takkan terulang."
Boleh juga. Persis seperti dalam buku-buku perang urat saraf. Dapat dipercaya,
tulus, terus terang kau tahu. untuk orang sinting macam Ransome, dia ?kedengaran seperti orang baik hati.
"Mr. Elliot" Apakah kau mendengarkan. Mr. Elliot?"
"Aku copy, Robin."
"Over and out." Radio itu mati. Ransome sudah mengganti kode.
123Dave menyandarkan kepalanya ke kabel-kabel itu, mencari posisi nyaman. Ia
bersendawa. Makanan yang diambilnya dari Prime Minister's .Club terasa selezat
makanan yang pernah ia makan. Namun itu tidak mengejutkan. Apalagi, peraturan
pertama dalam keprajuritan adalah: makanan curian terasa paling lezat.
"Selalu ambil ayam bila kau punya kesempatan, sebab bila kau sendiri tak
menginginkannya, kau bisa dengan mudah menemukan orang lain yang mau, dan
perbuatan baik takkan pernah dilupakan." Begitu kata Huck Finn.
Dan peraturan kedua dalam keprajuritan adalah ini: begitu tembak-menembak
berhenti, tibalah saat tidur.
Tak lama kemudian, David Elliot tertidur. 4.
Jaket wol instruktur itu memberikan penampilan yang pantas sebagai pengajar.
Tingginya rata-rata, tapi serasa lebih tinggi. Caranya menegakkan kepala, dengan
hidung terangkat sedikit, menambah ilusi tingginya. Rambutnya agak panjang, tapi
terpangkas rapi dan bergaya untuk akhir tahun enam puluhan. Tapi bagaimanapun
juga, potongan itu terasa agak ganjil di dalam ruangan yang penuh dengan
potongan gaya militer. Ia bicara dengan aksen New England yang tegas bukan dengan logat Irlandia ?keluarga Kennedy, tapi lebih aristokratis. "Selamat siang, Saudara-saudara."
Letnan Elliot dan rekan-rekannya sesama siswa yang hanya berjumlah selusin sudah
menghabiskan pagi itu 124 dengan melihat-lihat fasilitas tersebut. Fasilitas itu merupakan perbaikan besar
di Fort Bragg. "Namaku Robert. Kalian bisa memanggilku Rob bila mau. Seperti
semua orang yang akan kalian jumpai di sini, aku lebih suka dipanggil dengan
nama pertama. Sedangkan nama keluarga kami, ah, aku khawatir kami sudah
mengalami sedikit amnesia." Kelas itu tertawa senang.
"Pelatihan yang kalian terima di Kamp P ini mungkin akan kalian terima sebagai
kejutan. Lembaga ini bukan bertujuan memperdalam pelajaran-pelajaran yang sudah
kalian pelajari. Kami anggap kalian sudah menguasai seni keprajuritan dengan
baik. Dan bila tidak, kalian takkan ada di sini. Kurikulum kita diarahkan pada
keahlian yang lain. Keahlian ini memiliki dua dimensi. Dimensi yang tak pelak
lagi ingin kalian dengar adalah manifestasi luar keahlian kita senjata-senjata
?luar biasa, alat-alat berbahaya, tipu muslihat keji, dan keterampilanketerampilan mematikan lainnya yang dituntut dari pelaku sabotase, subversi, dan
pembunuh. Sudah tentu kami akan mengajarkan pada kalian hal-hal tersebut. Tapi
bukan segera. Pertama, kita akan memusatkan perhatian pada dimensi kedua
keahlian ini, dimensi psikologis, dimensi dalam, dimensi pikiran. Pada akhirnya,
Saudara-saudara, dalam pikiranlah permainan ini dimainkan, dan dalam pikiranlah
permainan ini dimenangkan atau tidak. Apakah kalian memahami maksudku?"
Beberapa orang mengangguk. Seorang perwira Marinir di belakang Dave berseru
keras, "Ya, Sir!"
"Coba lupakan kata 'sir. Kita di sini kolega yang sederajat. Sekarang, sebagai
permulaan, kalian sebagai
125warga Amerika yang baik tentulah tumbuh dewasa dalam budaya yang menjunjung
tinggi olahraga beregu. Aku yakin kalian semua pernah menyaksikan berbagai
pertandingan dan dengan penuh semangat mendukung regu daerah kalian. Kemungkinan
besar, kalian sendiri pernah bermain di berbagai lapangan, kalian masing-masing
adalah pemain beregu yang baik. Bahkan mungkin kalian pernah meraih satu-dua
prestasi besar dalam olahraga. Bila demikian halnya, kalian berhak merasa
bangga, karena olahraga beregu memang merupakan permainan terhormat. Namun
sayangnya, permainan tersebut juga merupakan penyederhanaan struktur yang"
primitif. Coba renungkan: lapangan itu memiliki dua gawang. Hanya ada dua regu
yang bertanding. Permainan itu dimainkan selama periode waktu tertentu yang
sudah ditentukan, diatur oleh buku peraturan sederhana yang sudah dikenal dan
ditaati oleh wasit serta para pemain. Beberapa orang mengatakan olahraga adalah
metafora untuk perang, dan perang adalah metafora untuk olahraga. Aku khawatir
bukan begitu, meskipun sudah jadi kesalahan yang lazim diyakini oleh orang
Amerika. Selama beberapa minggu mendatang, aku berharap akan membebaskan kalian
dari kesalahan menyedihkan ini, sebab kalian lihat, perang, dan terutama jenis
perang di mana kalian dipersiapkan, punya lebih dari dua pihak dan lebih dari
dua regu. Selain itu tak ada perangkat peraturan yang mengaturnya. Permainan
yang akan kalian pelajari ini berlapis-lapis seperti bawang. Kupaslah selapis,
dan selapis lagi sudah menunggu kalian. Dan satu lagi, dan satu lagi. Orang yang
bermaksud mencari inti tersembunyi sesiung bawang, Saudara-126
saudara, adalah orang yang akan sangat kecewa. Karena begitu ia mengupas bawang
itu sampai ke jantungnya, ia takkan mendapatkan apa-apa. Psikologi dari
kebenaran seperti ini bisa sangat meresahkan. Misiku adalah mempersiapkan kalian
menghadapinya. Semoga aku mengajari kalian bagaimana melihat di balik permukaan
segala hal, bagaimana merasakan berapa banyak lapisan yang dimiliki bawang itu,
dan bagaimana mengenali bahwa lapisan-lapisan itulah yang menjadi jiwa bawang
tersebut. Ini masalah yang mendesak, Saudara-saudara, sebab begitu kalian keluar
dari ruang kelas dan masuk ke neraka tempat kami akan mengirim kalian, dengan
cepat kalian akan menemukan bahwa di bawah permukaan permainan ini ada permainan
lain sedang dimainkan, dan di bawahnya masih ada permainan lain. Dan
peraturannya. Saudara-saudara, ahh, semua peraturannya akan sangat jauh
berbeda." Mamba Jack Kreuter terlalu cerdik untuk mengirim letnan yang masih hijau, baru
tiga minggu di negara itu, sebagai perwira yang bertanggung jawab atas misi
pembunuhan di seberang Garis DMZ. Dave Elliot memikirkan hal ini ketika ia masih
berada di dalam tenda sang kolonel. Fakta menunjukkan bahwa sang kolonel
memandang Dave tak lebih sebagai domba korban.
Bukan berarti Jack tidak adil. Dia sudah memberikan cukup informasi kepada
Dave sekadar cukup untuk bernalar mendapatkan kebenaran.? ?Kreuter sengaja membocorkan fakta bahwa orang Rusia yang harus dibunuh Dave
adalah seorang mayor 127KGB. Kreuter juga menegaskan bahwa persoalan dengan mayor itu bukanlah
bantuannya kepada VC, tetapi lebih karena nasihat yang ia berikan kepada mereka.
Pertanyaan: Nasihat apa yang diberikan seorang mayor KGB kepada Vietcong"
Jawab: Nasihat berdasarkan data intelijen KGB, sebab data intelijen inilah yang
selalu jadi modal Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti.
Pertanyaan: Dari mana KGB mendapatkan data intelijennya"
Jawab: Dari agen dan informan.
Dave duduk di dalam tendanya sendiri, minum bir hangat sambil merenungrenungkannya. Mayor Rusia itu mendapat pasokan informasi dari informan mungkin
?salah satu perwira Vietnam di bawah komando Kreuter, atau mungkin orang lain.
Siapa pun orangnya, ia tentulah berkedudukan tinggi dan memberi informasi
bermutu. Baik Mamba Jack Kreuter maupun komandan lain tidak akan mengambil
risiko melakukan penyerbuan melewati garis DMZ, kecuali kehilangan data
intelijen itu serius. Pertanyaan: Bagaimana caramu menangkap pengkhianat ini"
Jawab: Pasang perangkap untuk membunuh perwira senior Vietcong atau lebih baik
?lagi, orang Rusia itu sendiri.
Pertanyaan: Apa umpannya"
Jawab: Seregu prajurit yang bisa dikorbankan di bawah pimpinan letnan yang juga
boleh dikorbankan. Dave dikirim ke utara untuk memancing musuh keluar dari sarangnya. Kreuter
berharap ia akan 128 melakukan kesalahan masuk perangkap, maju cukup dekat ke markas orang Rusia itu
untuk menarik perhatian, dan memancing tembak-menembak sehingga menimbulkan
kebingungan. Sementara itu, regu kedua pasukan Amerika dengan pimpinan-pimpinan
?yang lebih berpengalaman akan menjepit pangkalan operasi Rusia itu Begitu
?tembak-menembak mulai, mereka akan menyerbu dan menerkam mangsa mereka. Inilah
tujuan misi tersebut. "Di balik permukaan permainan, ada permainan lain yang
dimainkan...." Pertanyaan: Mereka sebut apa umpan yang dipakai untuk memikat harimau"
Jawab: Domba Yudas. Pertanyaan: Berapa banyak domba Yudas yang dibutuhkan untuk mendapatkan harimau
itu" Jawab: Selalu ada yang pertama.
5. Meskipun ia tidak memimpikan bawang, David Elliot terbangun memikirkannya. Atau
lebih tepatnya bagian tertentu. Lapisannya yang teratas, katanya pada diri
sendiri, bernama Bernie Levy.
Coba ceritakan lebih banyak padaku.
Orang seperti Ransome tidak mengirim orang\ macam Bernie untuk melaksanakan
pekerjaan kotor mereka. Mereka melaksanakannya sendiri. Untuk itulah mereka
dibayar. Satu-satunya kemungkinan Ransome membiarkan Bernie pergi membunuhku
adalah bila Bernie bersikeras, meyakinkannya, mendebatnya. Ia dan Ransome
mungkin berkutat keras hingga hal itu terjadi. Bernie Levy keras kepala. Tuhan
tahu dia 129keras kepala. Sekali ia memutuskan bahwa sesuatu benar, ia akan berpegang
teguh pada keputusan itu.
Itu hanya sebagian dari jawaban.
Bagian lainnya adalah apa yang diucapkannya. "Bernie Levy menyalahkan diri
sendiri, dan Tuhan takkan mengampuni."
Jadi" Entah bagaimana Bernie merasa dirinya bertanggung jawab atas niat Ransome untuk
membunuhku. Bila ia yakin bahwa mimpi buruk ini kesalahannya, ia tentu yakin
bahwa membunuhku adalah tugasnya. Lebih dari sekadar tugasnya. Kewajibannya.
Bernie mantan anggota Marinir. Semper Fidelis. Kewajiban selalu ia junjung


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi. Kaupikir Bernie-lah yang ada di balik semua kekusutan ini"
Mungkin tidak. Mungkin dia cuma salah satu kor-^ban, sama seperti aku. Menurut
dugaanku dia cuma korban. Ia hanya punya pilihan membiarkan Ransome membunuhku
atau menembakku sendiri. Ketika masuk ke kantorku, dia menggumam dan bicara
tergagap-gagap bahwa ia tidak punya alternatif. Itulah yang dimaksudkannya.
Dipikirnya ia wajib memberitahuku. Aku harus dibunuh karena kesalahan yang ia
lakukan. Ia merasa wajib menjadi orang yang menarik picu. Ia tidak bisa
membiarkan seseorang yang tak dikenal melakukannya.
Isyarat kebaikan hati. Boleh kukatakan mulia. Bernie menanggung dosa itu dalam jiwanya sendiri. Masalah
ini pasti mengusik hati nuraninya.
Oke, jadi dalam neraka jahanam apa Bernie terlibat dan bagaimana kau terlibat"
130 Aku tak tahu. Aku bahkan tak bisa menebak.
Kau yakin tidak menyaksikan pembunuhan oleh mafia atau entah apa saat aku tidak
waspada9 Apa yang kulihat" Apa yang kudengar" Apa yang kuketahui"
6. Seseorang berjalan di atas, melintasi lantai yang dinaikkan di ruang komputer
itu. Suara laki-laki, tenor dan tanpa aksen, berseru, "Sekarang sudah pukul
15.30. El Supremo ingin semua staf operasi berada di ruang rapat. Ada dekrit
baru yang datang dari atas."
Seseorang mengeluh. "Pemotongan gaji lagi."
"Ya," yang lain menambahkan. "Untuk menutup kerugian karena makin bengkaknya
bonus bagi manajemen top."
"Dengar, Saudara-saudara," suara tenor itu berkata, "saya tahu memang berat
keadaan di sini, tapi setidaknya kita masih punya pekerjaan."
"Setidaknya hingga pukul 15.30."
Suara tenor itu tak menghiraukan cemooh tersebut. "El Supremo mengatakan butuh
waktu sejam bersama kalian. Apakah kita menjadwalkan urusan penting antara
sekarang sampai waktu itu?"
Seorang wanita menjawab, "Tak ada yang besar, tapi ada pemeriksaan RJE pada
piutang yang mestinya dilaksanakan pukul 16.00. Itu untuk' Fort Fumble, kantor
pusat kita yang terhorniat."
"Oke, Marge, kau yang menangani urusan itu. Kau tak perlu ikut rapat dan
menyelesaikannya. Aku akan
131tetap di sini kalau-kalau kau membutuhkan bantuan. Aku dan El Supremo biasa
pulang naik kereta api bersama. Dia bisa memberitahuku mengenai rapat itu nanti.
Yang lain, segera ke sana. Kalian tahu betapa benci bos kita pada orang-orang
yang terlambat dalam rapatnya."
Paduan tiga atau empat suara mulai melagukan pembukaan Showboat, "Semua negro
bekerja..." "Hentikan!"
Tumit dan sol sepatu beradu dengan ubin. Dave mendengar pintu terbuka dan
terbanting menutup. Sesaat suasana hening. Kemudian bunyi langkah kaki
mendatangi ke arahnya. Ringan, berdetak-detak sepatu perempuan, yang bernama ?Marge itu. Wanita itu berhenti tepat di atas kepalanya.
Suara tenor itu bicara, "Apakah kau mengerjakan-" nya dari konsol itu?"
"Em, ya." Langkah kaki yang lebih berat dari laki-laki itu berdebam di atas kepala Dave.
"Itu 3178, kan?" " "Ya."
"Aku tak tahu mereka masih membuatnya. Sama sekali bukan terminal yang tepat
untuk pekerjaan ini, kan?"
"Kerjakan dengan perangkat itu atau tidak sama sekali. Begitulah cara American
Interdyne." - "Well, bagaimana kau..."
"Dengar, Greg, sudah tujuh bulan aku menangani ini sendirian. Kau tak perlu
tinggal di sini. Mengapa kau tak ikut rapat itu ^saja" Menyenangkan hati El
Supremo?" Dave mendengar Greg menggoreskan ujung se 132 patunya pada lantai. "Ah... Marge, masalahnya aku tak benar-benar tinggal di sini
untuk membantumu dengan pekerjaan itu."
"Oh?" Menurut Dave nada suara Marge berubah sedikit menajam.
"Uh, ya. Ah, masalahnya, Marge, aku... Dengar, aku sudah pernah mengatakan hal
ini. Kau gadis yang cantik, dan kupikir aku bukan laki-laki yang jelek."
"Begitu juga Ken dan Barbie, tapi mereka tidak dibungkus dalam kotak yang sama."
Dave menduga ini ucapan wanita yang sudah pernah membicarakan urusan ini.
"Ayolah, Marge. Aku laki-laki yang cocok untukmu, dan kau tahu itu."
"Laki-laki pilihanku tak punya istri dan anak di Great Neck."
"Sudah kukatakan padamu itu sudah berakhir. Kau ingin bukti" Baiklah. Aku bisa
menunjukkan bukti tagihan pengacaranya!"
"Terima kasih, tak perlu."
"Yang kuminta hanyalah kita keluar bersama-sama sekali atau dua kali. Bersantai
dan bersenang-senang. Minum satu-dua gelas, menikmati makan malam lezat. Mungkin
rionton film. Sekadar untuk saling kenal lebih dalam. Apa salahnya dengan itu"
Mengapa kau sama sekali tak mau mempertimbangkannya?"
"Greg, biar kutegaskan padamu. Aku sudah memikirkannya. Panjang-panjang."
"Bagus. Aku tahu itu tak bisa..."
"Dan aku memutuskan tidak."
"Apa" Mengapa?" Suara Greg jadi lebih keras daripada ukuran sopan santun.
133"Tak ada 'mengapa'-nya, Greg. Hanya tidak saja."
"Kau tak menanggapiku dengan serius. Dengar, Marge, aku serius mengenai ini.
Sangat serius. Kau sudah jadi penting bagiku, dan kau takkan... Hei! Jangan pergi
begitu saja selagi aku bicara!"
Terdengar pertengkaran. Suara Marge juga naik, lebih tinggi daripada suara Greg.
Bagus Sajiwo 9 Wiro Sableng 100 Dendam Dalam Titisan Naga Naga Kecil 9

Cari Blog Ini