Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May Bagian 5
tidak mendapat gangguan dan aman-aman saja. Nah, menantu saya tinggal di
propinsi tersebut. Ke sanalah saya dan Will akan pergi. Semua yang kami harapkan
sedang menunggu di sana, Sir. Menantu saya yang jujur itu adalah pemilik
pertambangan perak yang kaya raya. Hingga saat ini dia sudah tinggal di Mexico
selama satu setengah tahun. Dalam suratnya yang terakhir dia mengatakan bahwa
anak laki-lakinya telah lahir, dan sekarang anak itu sudah bisa memanggilmanggil nama kakeknya. Persetan dengan semuanya! Apalagi yang menahan saya di
sini" Saya akan mendapat pekerjaan yang bagus di pertambangan, begitu juga Will,
anak saya ini. Selain itu saya bisa mengajari cucu saya berdoa sebelum tidur dan
menghitung perkalian. Anda lihat sendiri,
Mesch'schurs, saya tidak bisa tinggal lebih lama lagi di tempat ini. Seorang
kakek memang harus mendampingi cucunya. Jika tidak, kakek itu berada di tempat
yang salah. Jadi saya akan pergi ke Mexico dan saya akan senang sekali jika Anda
mau pergi bersama kami."
"Hmmm!" gumam Old Death. "Jangan bercanda, Sir! Karena bisa jadi kami akan
memegang janji Anda."
"Apa" Jadi Anda mau ikut" Ide yang bagus! Putuskan sekarang juga, Sir! Lalu kita
pergi bersama-sama."
Dia mengulurkan tangannya kepada orang itu.
"Tunggu, tunggu dulu!", kata Old Death sambil tertawa. "Memang kami bermaksud
pergi ke Mexico, tapi itu belum pasti. Dan jika kami akan pergi, kami masih
belum tahu jalan mana yang akan kami tempuh."
"Jika demikian, saya akan ikut ke mana pun Anda pergi, Sir. Semua jalan yang ada
di sini menuju ke Chihuahua. Tidak menjadi soal, apakah saya tiba di sana hari
ini atau besok. Saya tadi sedikit egois dan hanya mementingkan diri sendiri.
Anda adalah seorang westman yang berpengalaman dan pencari jejak yang handal.
Jika saya boleh pergi bersama Anda, pasti saya akan tiba di sana dengan aman.
Apalagi saat kacau seperti ini, keamanan menjadi barang yang mahal. Ke mana Anda
akan pergi sekarang?"
"Ke rumah seseorang yang bernama Sennor Cortesio. Barangkali Anda mengenal lakilaki itu?" "Bagaimana mungkin saya tidak mengenalnya. La Grange ini kota kecil, sehingga
semua orang saling mengenal. Selain itu Sennor Cortesiolah yang telah membeli
rumah saya." "Tapi yang paling ingin saya ketahui, apakah dia seorang bajingan atau seorang
lelaki yang jujur?" "Dia orang yang jujur. Tentu saja saya tidak peduli dengan aliran politik yang
dianutnya. Tidak masalah apakah negara ini akan diperintah oleh seorang kaisar
atau presiden. Yang paling penting dia mau menjalankan kewajibannya dengan baik.
Kelihatannya Sennor Cortesio menjalin hubungan dengan orang yang tinggal di
seberang perbatasan. Tiap malam saya mengamati tempat itu dan melihat kuda-kuda
yang mengangkut peti-peti berat. Secara diam-diam orang berkumpul di rumahnya
lalu pergi ke Rio del Norte. Dari kejadian-kejadian itu saya dapat mengambil
kesimpulan bahwa dia menyelundupkan senjata dan peluru untuk pengikut Juarez dan
mengirimkan juga pasukan khusus yang akan bertempur melawan tentara Perancis.
Tindakannya sungguh berani. Dalam situasi seperti ini, orang akan bersedia
melakukannya jika dia merasa yakin akan tetap mendapatkan keuntungan meskipun
usahanya gagal." "Di mana tempat tinggalnya" Sekarang juga saya harus berbicara dengannya."
"Anda bisa bertemu dengannya pukul sepuluh nanti. Sebenarnya masih ada yang
harus saya bicarakan dengan dia. Namun pada intinya urusan kami sudah selesai
sehingga tak perlu lagi dibicarakan. Dia mengatakan bahwa saya boleh
mengunjunginya pada pukul sepuluh dan dia akan tiba di rumah sesaat sebelumnya."
"Apakah pernah dia dikunjungi tamu ketika Anda ke rumahnya?"
"Ya, saat itu ada dua orang laki-laki yang duduk bersamanya. Yang satu masih
muda dan yang seorang lagi lebih tua."
"Tahukah Anda, siapa nama mereka?" tanya saya penasaran.
"Ya, hampir satu jam kami duduk bersama-sama. Dalam waktu selama itu, tentu saya
bisa mengetahui nama-nama mereka. Yang lebih muda bernama Ohlert dan yang tua
bernama Sennor Gavilano. Orang terakhir ini tampaknya teman Cortesio, karena
keduanya berbicara tentang pertemuan mereka beberapa tahun lalu di ibukota
Mexico." "Gavilano" Saya tidak mengenalnya. Apakah sekarang Gibson kembali mengubah
namanya?" Pertanyaan ini sebenarnya ditujukan kepada saya. Saya mengeluarkan potret dan
menunjukkannya kepada tukang besi itu. Dia langsung mengenalinya dan berkata,
"Ya, merekalah orangnya, Sir! Pria berwajah kurus dan pucat ini adalah Sennor
Gavilano. Sedangkan yang satu ini bernama Master Ohlert, dan dia beberapa kali
menyulitkan saya dengan pertanyaannya tentang orang yang belum pernah saya temui
dalam hidup, misalnya tentang seorang Negro bernama Othello, tentang seorang
gadis muda dari Orleans bernama Johanna, yang pada mulanya menggembalakan biribiri, lalu pergi berperang bersama raja, juga tentang Master Fridolin, seorang
yang menjadi anggota geng setelah melepaskan pekerjaannya sebagai pembuat palu
besi, tentang Lady Maria Stuart yang malang, yang kepalanya dipenggal di
Inggris, tentang sebuah lonceng yang seharusnya mendentangkan lagu dari
Schiller, juga tentang seorang Sir yang sangat puitis, namanya Ludwig Uhland.
Dia mencaci maki dua orang penyanyi, walaupun demikian dia memperoleh simpati
dari seorang ratu. Ohlert sangat bangga ketika bertemu dengan saya yang juga
orang Jerman. Kemudian secara berturut-turut dia menyebut berbagai hal seputar
nama orang, puisi dan naskah drama, yang membuat saya pusing tujuh keliling,
seperti yang sudah saya singgung tadi. Semuanya berputar-putar di dalam kepala
saya seperti roda kincir air. Master Ohlert tampaknya seorang baik hati dan
tidak berbahaya, tapi saya
berani bertaruh bahwa dia seorang yang aneh. Pada saat terakhir, dia
mengeluarkan selembar puisi lalu membacakannya untuk saya. Puisi itu
menceritakan tentang tiga malam yang sangat mengerikan. Malam pertama dan kedua
berakhir dengan datangnya fajar, sedangkan malam ketiga tidak pernah berakhir.
Dia juga menyinggung tentang hujan dan badai, bintang-bintang, kabut, keabadian,
denyut kehidupan, jeritan jiwa yang ingin melepaskan diri dari belenggu, setan
yang sudah merasuki pikiran dan ular yang membelit jiwanya. Singkatnya tentang
hal-hal yang membingungkan yang sama sekali mustahil dan saling bertentangan.
Saya sendiri juga benar-benar tidak tahu, apakah saya harus tertawa atau
menangis." Tidak diragukan lagi, dia telah berbicara dengan William Ohlert. Sementara itu
Gibson, orang yang selalu menemaninya, sudah mengganti namanya dua kali. Mungkin
juga nama Gibson bukan nama sebenarnya. Saya sudah tahu kalau wajah orang yang
menculik dan melarikan William itu pucat kekuning-kuningan, karena saya pernah
melihatnya. Mungkin dia benar-benar berasal dari Mexico dan dulu namanya
Gavilano, dan nama itulah yang diperkenalkannya kepada Sennor Cortesio.
Gavilano[Ejaan seharusnya: Gavillano] artinya burung elang kecil, sebuah sebutan
untuk orang-orang terhormat. Hal paling penting yang ingin saya ketahui adalah
alasan di balik usahanya melarikan William. Barangkali alasan bahwa William
Ohlert sakit jiwa sangat menarik untuk disimak dan mungkin berkaitan erat dengan
ide untuk menulis sebuah tragedi tentang penyair gila tersebut. Mungkin Ohlert
juga menyinggungnya kepada pandai besi itu. Karena itu, saya bertanya,
"Bahasa apa yang digunakan pemuda itu selama berbicara dengan Anda?" "Dia
berbicara dalam bahasa Jerman dan banyak bercerita tentang lakon sedih
yang ingin ditulisnya. Tapi katanya, sangat penting jika orang lebih dulu
mengumpulkan pengalaman sebelum menulis cerita."
"Sungguh tidak masuk akal!"
"Tidak masuk akal" Saya justru berpikir sebaliknya, Sir. Orang sering dianggap
gila karena mampu melakukan sesuatu yang tidak mungkin dikerjakan oleh orang
yang berpikiran waras. Dia sering menyela dengan cerita tentang seorang wanita
bernama Sennorita[Spanyol: Senorita, Senyorita: Nona] Felisa Perilla. Gadis itu
akan diculiknya dengan bantuan temannya
tadi." "Itu sudah gila, benar-benar gila! Jika dia ingin membuat cerita tragedi itu
menjadi kenyataan, maksud tersebut harus dihalangi. Apa dia masih berada di La
Grange?" "Tidak, dia sudah pergi kemarin. Dia juga pergi bersama dengan Sennor Cortesio
ke pertanian Hopkin, dan dari sana terus ke Rio Grande."
"Sungguh menjengkelkan, benar-benar menjengkelkan! Kita harus pergi secepat
mungkin, kalau bisa hari ini. Anda mungkin tahu, di mana orang bisa membeli dua
ekor kuda yang bagus di sini?"
"Ya, di tempat Sennor Cortesio. Dia selalu mempunyai kuda untuk dijual khusus
kepada orang-orang yang mau direkrutnya untuk mendukung Juarez. Tapi saya
menganjurkan Anda supaya tidak berkuda pada malam hari. Anda tidak tahu jalan ke
sana, karena itu Anda pasti membutuhkan juga seorang pemandu. Sayang saat ini
hari sudah malam, Anda tidak bisa lagi mendapatkan seorang pemandu."
"Barangkali masih bisa. Kami akan berusaha agar bisa berangkat hari ini. Tapi
terlebih dahulu kami harus berbicara dengan Cortesio. Sekarang sudah jam sepuluh
lewat, dan sekitar jam ini pasti dia sudah ada di rumah. Kalau bisa Anda bisa
menunjukkan rumahnya sekarang."
"Dengan senang hati. Ayo kita berangkat jika Anda mau, Sir!"
Saat kami berdiri dan hendak berangkat, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda di
depan rumah. Beberapa menit kemudian masuklah beberapa orang ke ruangan depan.
Saya tercengang. Dengan perasaan yang tidak menentu saya memandangi mereka.
Mereka adalah sembilan atau sepuluh orang sesessionis yang diturunkan nakhoda
kapal di tepi sungai siang tadi. Mereka tampaknya mengenal orang-orang yang
sudah ada di sana, karena mendapat sambutan yang hangat. Dari perbincangan
mereka, kami sempat mendengar sesuatu. Rupanya kedatangan mereka sudah ditunggutunggu. Mereka lalu asyik berbicara satu sama lain sehingga tidak sempat
memperhatikan kami. Bagi kami hal itu menguntungkan karena kami juga tidak
menghendaki jika perhatian mereka beralih ke kami. Karena itu kami kemudian
duduk lagi. Jika kami pergi sekarang, kami harus berlalu di depan mereka dan
pasti kesempatan ini akan digunakan untuk mencari persoalan baru dengan kami.
Ketika Lange mengetahui siapa mereka, dia menutup pintu penyekat ruangan supaya
kami terlindung, tetapi kami bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Selain
itu, kami bertukar tempat duduk sehingga Old Death dan saya duduk membelakangi
mereka. "Mereka tidak perlu melihat Anda," kata pandai besi itu. "Sejak tadi situasi di
luar sana tidak menguntungkan bagi kita. Jika mereka melihat Anda dan menganggap
Anda sebagai mata-mata, maka Anda akan segera digantung, dan berakhirlah huruhara itu." "Bagus," jawab Old Death. "Tapi apakah Anda pikir, kami senang duduk terus di
sini sampai mereka pergi" Tak ada waktu untuk itu. Kami harus segera pergi
menemui Cortesio." "Jika itu keinginan Anda, Sir, terserahlah! Kita akan melalui jalan lain
sehingga mereka tidak bisa melihatnya."
Old Death menebarkan pandangan ke sekeliling ruangan kemudian bertanya, "Di
mana" Kita hanya bisa melewati kamar depan."
"Tidak! Lewat di sana rasanya lebih aman," katanya sambil menunjuk ke sebuah
jendela. "Apa Anda bersungguh-sungguh?" tanya si pencari jejak itu. "Anda rupanya
penakut! Apakah kita harus menuruti pepatah Perancis: ibarat tikus yang
menyelinap ke lubang sempit karena takut dimangsa kucing" Orang akan tertawa
terbahak-bahak melihat kita."
"Saya tidak mengenal rasa takut. Tetapi ada juga pepatah Jerman yang sudah tua
namun masih sarat makna: orang pandai sebaiknya mengalah. Rasanya itu sudah
cukup. Saya hanya mau mengatakan, saya tidak melakukan hal itu karena takut,
melainkan karena ingin berhati-hati. Saya pun tidak gentar, walaupun yang duduk
di luar sana jumlahnya sepuluh kali lebih besar daripada kita. Kaum perusuh itu
akan berang dan bersikap membabi buta. Mereka tidak akan membiarkan kita pergi
tanpa mencari gara-gara, dan saya bukan orang yang mau membiarkan perbuatan
seperti itu. Anda juga bukan orang yang mau menerima hal itu begitu saja. Itu
artinya akan terjadi baku hantam. Saya tidak takut berkelahi dengan tangan,
kaki, atau dengan patahan kaki meja. Saya seorang pandai besi dan saya tahu
benar, bagaimana menghantam kepala orang dengan palu. Tetapi pistol adalah
senjata paling terkutuk. Orang paling pengecut sekalipun dapat merobohkan
seorang raksasa berbadan tegap hanya dengan sebutir peluru sebesar biji kacang.
Karena itu saya lebih menganjurkan supaya kita mengelabui mereka dengan cara
kabur diam-diam melalui jendela. Mereka akan lebih marah karena dibodohi dengan
siasat ini daripada jika kita menampakkan diri lalu membiarkan kepala kita
dipalu satu per satu. Hidung kita tentu akan berdarah dan mungkin terjadi hal
yang lebih buruk lagi."
Dalam hati saya membenarkan pendapatnya. Tak lama kemudian kata Old
Death, "Pendapat Anda memang tidak salah. Saya pun akan menerobos jendela yang sempit
itu sambil membawa semua barang saya. Tapi coba dengarkan obrolan mereka! Saya
kira, mereka sedang berbicara tentang pengalaman di atas kapal."
Dia benar. Kelompok yang baru datang itu bercerita tentang peristiwa yang mereka
alami di atas kapal uap, lalu menyebut-nyebut tentang Old Death, seorang Indian,
dan saya. Juga tentang tipu daya sang kapten. Tapi mereka rupanya tidak sepakat
tentang cara membalas dendam. Ada enam rowdies dan para pengikutnya
yang ingin menunggu kedatangan kapal, tapi yang lainnya tidak setuju karena
tidak memiliki waktu. "Tentu kami tidak bisa duduk berlama-lama di tepi sungai," cerita salah seorang
dari mereka. "Kami harus segera ke sini karena sedang ditunggu. Untunglah kami
bisa menemukan pertanian yang tidak jauh dan di tempat itulah kami bisa meminjam
beberapa ekor kuda."
"Meminjam?" tanya salah seorang sambil tertawa.
"Ya, meminjam. Tapi tentunya meminjam dengan cara kita. Sayang jumlah binatang
itu tidak cukup. Dengan demikian setiap kuda harus ditunggangi dua orang. Tapi
kesulitan ini selanjutnya teratasi setelah kami sampai di pertanian lainnya.
Akhirnya setiap orang bisa menunggangi seekor kuda."
Semua tertawa terbahak-bahak mendengar cerita pencurian itu. Lalu dia
melanjutkan, "Apakah semuanya beres" Apakah orang-orang yang dicari itu sudah ditemukan?"
"Ya, sudah." "Dan pakaian itu?"
"Kami sudah membawa dua peti, itu sudah cukup."
"Sekarang kita boleh bersenang-senang. Mata-mata dan si kapten itu akan mendapat
bagiannya. Kapal itu akan berlabuh malam ini di La Grange. Jadi kapten itu mudah
ditemukan, begitu juga orang Indian dan kedua mata-mata itu. Kita tidak akan
membutuhkan waktu yang lama karena mereka sangat mudah dikenali. Salah seorang
mengenakan pakaian pemburu yang masih baru dan keduanya membawa pelana tapi
tanpa kuda." "Pelana?" seseorang bertanya dengan nada gembira.
"Bukankah kedua orang yang baru masuk tadi dan sekarang duduk di dalam kamar
sana membawa..." Dia mengatakannya dengan suara yang sangat pelan. Tentu maksudnya adalah kami.
"Mesch'schurs," kata sang pandai besi. "Kini saatnya kita harus melarikan diri
karena tidak lama lagi mereka akan ke mari. Cepat naik ke jendela! Pelana Anda
akan kami turunkan nanti."
Dia benar. Tanpa malu-malu saya cepat-cepat melompat keluar melalui jendela,
kemudian diikuti Old Death. Lange memegangi barang-barang dan senjata kami lalu
menurunkannya dari jendela. Kemudian dia pun melompat.
Kami sudah berada di sebuah kebun kecil yang berpagar dan berumput. Saat hendak
melompati pagar, kami melihat tamu-tamu yang lain yang tadi berada di
dalam ruangan kecil itu juga keluar melalui jendela yang sama. Rupanya mereka
pun tak ingin diperlakukan sewenang-wenang oleh kaum sesessionis itu. Mungkin
mereka berpikir, jalan keluar terbaik hanyalah dengan meniru tindakan kami.
"Kini," kata Lange sambil tertawa. "Mereka akan tercengang jika melihat kita
sudah hengkang dari tempat itu. Ini memang benar-benar jalan terbaik."
"Tapi perbuatan kita merupakan sesuatu yang sangat memalukan!" kata Old Death
bersungut-sungut. "Rasanya saya mendengar mereka tertawa mengejek kita."
"Biarkan mereka tertawa! Nanti giliran kitalah yang akan menertawakan mereka.
Saya akan membuktikannya kepada Anda, bahwa saya tidak takut mereka, hanya saya
tidak mau membuat keributan di dalam rumah makan."
Pandai besi itu dan anaknya menurunkan pelana dari punggung kami lalu
memikulnya. Mereka bilang, tamu tidak boleh dibiarkan memikul bebannya sendiri.
Tak lama kemudian kami sudah berdiri di antara dua bangunan. Bangunan di sebelah
kiri benar-benar gelap, sedangkan yang di sebelah kanan tampak terang. Ini
terlihat dari cahaya lampu yang menerobos keluar melalui celah jendela.
"Sennor Cortesio ada di rumah," kata Lange. "Dia tinggal di sana, di rumah yang
diterangi lampu itu. Anda hanya tinggal mengetuk pintunya, dia akan
membukakannya untuk Anda. Jika urusan Anda sudah selesai, maka datanglah ke
gedung sebelah kiri, ke tempat tinggal kami. Ketuklah jendela yang terletak di
samping pintu! Selama Anda masih di sana, kami akan menyiapkan makan malam."
Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keduanya lalu pergi menuju ke rumahnya, sedangkan kami berdua berbelok ke kanan.
Setelah kami mengetuk, pintu hanya dibuka sedikit, lalu terdengar suara orang
bertanya dari dalam, "Siapa adalah di luar?"
"Dua orang teman," jawab Old Death. "Apakah Sennor Cortesio ada di rumah?" "Mau
apakah dari Sennor?"
Dari caranya bertanya bisa dipastikan bahwa pemilik suara itu seorang Negro.
"Sebuah urusan yang harus kami selesaikan dengan dia." "Apa" Sebuah urusan"
Katakanlah! Jika tidak, dilarang boleh masuk!" "Katakan bahwa Master Lange
mengutus kami ke sini!" "Massa Lange" Dia adalah baik. Kalau begitu boleh masuk.
Tapi tunggu sebentar!"
Dia menutup pintu sebentar tapi kemudian membukanya lagi setelah beberapa saat
dan berkata, "Silakan masuk! Sennor telah berujar boleh berbicara dengan manusia asing." Kami
berjalan melalui lorong sempit menuju ke sebuah kamar kecil yang kelihatannya
digunakan sebagai kantor. Di sana ada sebuah meja tulis, meja biasa,
dan beberapa kursi kayu. Di samping meja tulis berdiri seorang laki-laki yang
tinggi dan kurus. Wajahnya mengarah ke pintu. Dari potongan wajahnya sudah
kelihatan kalau dia orang Spanyol.
"Buenos tardes![Spanyol: Selamat Petang/Malam]" katanya menjawab salam kami.
"Sennor Lange mengutus Anda" Boleh saya tahu, mengapa Anda kemari, Sennores?"
Saya penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Old Death. Dia sudah meminta
saya untuk menyerahkan semua urusan ini ke tangannya.
"Mungkin ini suatu urusan bisnis atau mungkin juga hanya sebuah pertanyaan,
Sennor. Kami sendiri juga belum tahu," kata Old Death.
"Kita lihat saja nanti. Silahkan duduk dan ambillah zigarillo itu."
Dia menyodorkan kami satu bungkus cerutu dan pemantik. Tentu kami tidak bisa
menolaknya. Orang-orang Mexico tidak bisa bekerja apalagi berbincang-bincang
atau merundingkan sesuatu tanpa rokok. Old Death yang lebih menyukai rokok
lintingan daripada cerutu terbaik, menggulung sebatang cerutu, lalu membakarnya.
Hanya setelah beberapa tarikan, cerutu itu sudah menjadi puntung kecil. Saya
sendiri menikmati cerutu saya perlahan-lahan.
"Kami datang kepada Anda," kata Old Death memulai pembicaraan, "bukan karena
suatu alasan yang penting. Terpaksa kami datang malam-malam karena sepanjang
hari Anda tidak bisa ditemui. Kami tidak ingin menunda kunjungan ini sampai
besok pagi karena keadaan di sekitar sini sangat mengkhawatirkan. Kami tidak
bisa berlama-lama di sini. Kami bermaksud pergi ke Mexico dan menawarkan bantuan
kami pada Juarez. Tentu saja kami tidak dapat berbuat seperti itu tanpa
perhitungan. Sebelumnya kami sudah mendapat kabar bahwa kami akan disambut dan
diterima dengan baik. Jadi kami mencari keterangan di mana-mana dan kami
diberitahu bahwa kami akan diterima dengan baik di La Grange ini. Karena orang
menyebut nama Anda, Sennor, jadi kami datang kemari. Sekarang katakanlah, apakah
kami benar berada di rumah orang yang dimaksud."
Orang Mexico itu tidak langsung menjawab melainkan menatap kami dengan pandangan
penuh selidik. Matanya memandang saya puas. Saya masih muda dan terlihat kuat.
Old Death rupanya kurang berkenan di hatinya. Badan si Tua yang kurus dan
bungkuk itu tampaknya tidak tahan menderita dalam peperangan. Lalu dia bertanya,
"Siapakah orang yang memberitahu nama saya, Sennor?" "Seorang pria yang kami
jumpai di atas kapal," jawab Old Death berbohong. "Kemudian tanpa sengaja kami
juga bertemu dengan Master Lange dan mengetahui
dari dia, bahwa sebelum jam sepuluh malam Anda tidak berada di rumah. Kami orang
Amerika Utara berdarah Jerman dan telah berperang melawan negara Selatan. Kami
juga memiliki pengalaman militer sehingga kami berharap bisa menyumbangkan
tenaga kami buat Presiden Mexico."
"Hmmm! Kedengarannya bagus, Sennor. Tapi saya harus berkata terus terang, dari
bentuk tubuh Anda, tampaknya Anda tidak akan kuat menanggung penderitaan selama
peperangan." "Ya, memang benar juga, Sennor," kata Old Death sambil tertawa. "Tapi saya hanya
ingin menyebut nama saya supaya Anda bisa percaya. Nama saya Old Death."
"Old Death?" seru Cortesio terkejut. "Sungguh" Jadi Anda pencari jejak terkenal,
yang sudah menimbulkan kerugian besar bagi negara Selatan?"
"Ya, sayalah orangnya. Lihatlah sendiri badan saya."
"Tentu, tentu saja, Sennor. Saya harus berhati-hati. Tak seorang pun yang boleh
tahu kalau saya menampung orang-orang yang mendukung Juarez. Terutama pada saat
ini saya dituntut bertindak ekstra hati-hati. Tapi karena Anda Old Death, tak
ada alasan bagi saya untuk berhati-hati. Saya dapat mengatakan terus terang,
bahwa Anda masuk ke alamat yang tepat. Dengan senang hati saya siap menerima
Anda. Saya bahkan bisa memberikan jaminan keamanan istimewa kepada Anda, karena
seorang seperti Old Death harus diperlakukan secara khusus dan tidak boleh
ditempatkan bersama para prajurit biasa."
"Saya pun berharap demikian, Sennor. Dan mengenai sahabat saya ini, mungkin dia
akan ditempatkan bersama prajurit biasa, namun dia akan segera menunjukkan
kehebatannya. Meskipun masih muda, dia telah mencapai pangkat kapten karena
sukses berperang di pihak abolisionis. Namanya Muller. Tapi barangkali Anda
sudah mendengar tentang dia. Dia bergabung bersama pasukan Sheridan dan sebagai
letnan, dia sendiri berjalan paling depan untuk memimpin pasukan yang terkenal
itu melewati Missionary Ridge. Anda tentu tahu, apa akibat dari raids
(penyerbuan) itu. Muller lalu menjadi anak kesayangan Sheridan. Dia bahkan
mendapat kehormatan untuk memimpin pasukan khusus itu jika ada tugas penting.
Dia pulalah prajurit berkuda yang dihormati karena sukses membebaskan Jenderal
Sheridan yang tertangkap dalam pertempuran yang dahsyat di Five Forks. Karena
itu menurut saya, tidak ada salahnya jika dia juga diterima dalam pasukan Anda,
Sennor!" Old Death menceritakan kebohongan yang tiada taranya! Tapi haruskah saya
menghukumnya atas kebohongan itu" Saya merasa pipi saya memerah. Namun Cortesio
menyangka bahwa saya tersipu-sipu malu. Karena itu dia meraih tangan saya lalu
sambil membual seperti seorang wartawan dia berkata,
"Anda tidak usah malu-malu mendengar pujian itu, Sennor Muller. Saya telah
mendengar tentang Anda dan semua perbuatan Anda. Kini saya mengucapkan selamat
datang kepada Anda. Tentu saja Anda akan segera mendapat pangkat perwira.
Sekarang saya akan menyerahkan sejumlah uang kontan kepada Anda untuk membeli
barang-barang yang Anda perlukan."
Sebenarnya Old Death pun menyetujui tawaran itu. Saya bisa membaca gelagat ini
di wajahnya, tapi cepat-cepat saya menyela,
"Tidak perlu, Sennor. Kami tidak mau dibebani dengan berbagai barang. Pada saat
ini tak ada yang kami butuhkan selain dua ekor kuda, yang mungkin bisa kami
dapatkan dari Anda. Kami sendiri sudah memiliki pelana."
"Ya, benar sekali. Saya bisa menyerahkan dua ekor kuda yang bagus kepada Anda.
Jika Anda benar-benar ingin membayarnya, maka saya akan menetapkan harganya.
Besok pagi kita bisa pergi ke kandang. Di sana saya akan menunjukkan kuda-kuda
terbaik yang saya miliki. Apakah Anda sudah mendapat tempat menginap untuk malam
ini?" "Ya, Master Lange akan menampung kami di rumahnya."
"Luar biasa. Jika Anda belum mendapat penginapan, saya akan mengajak Anda
tinggal di rumah saya, meski tempat ini sangat sempit. Bagaimana pendapat Anda,
apakah urusan lainnya akan diselesaikan sekarang atau besok pagi?"
"Lebih baik sekarang," jawab Old Death. "Apa saja syarat-syarat yang harus
dipenuhi?" "Untuk sekarang tidak ada. Karena Anda sendiri yang membayar semuanya, maka Anda
baru akan diangkat sumpah jika sudah diterima dalam pasukan. Satu-satunya yang
harus saya lakukan adalah memberi Anda surat pengantar dan surat rekomendasi
yang memberi jaminan sehingga Anda diberi kedudukan yang sesuai dengan kemampuan
Anda. Lebih baik saya segera menyelesaikan semua dokumen itu sekarang, karena
kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak. Bersabarlah barang seperempat jam.
Saya akan bergegas mengurusnya. Di sana ada zigarillos. Saya juga akan
menyediakan sebotol minuman yang enak yang tidak pernah saya suguhkan kepada
orang lain. Sayang hanya tinggal sebotol saja."
Dia menyodorkan cerutu dan mengambil sebotol anggur, kemudian melangkah menuju
meja tulis. Old Death menyeringai di belakang orang Mexico itu. Tampaknya dia
merasa begitu puas dengan tipu muslihatnya. Dia mengisi penuh gelasnya dengan
minuman lalu bersulang untuk kesejahteraan Cortesio dan langsung menghabiskannya
dengan sekali teguk. Sejauh ini saya tidak begitu puas seperti Old Death, karena
kedua orang yang saya kejar belum disinggung dalam pembicaraan. Maka saya
berbisik kepada Old Death. Dia menjawab dengan memberi isyarat, bahwa persoalan
itu akan segera beres. Seperempat jam kemudian Old Death sudah menghabiskan seluruh isi botol seorang
diri saja. Cortesio pun sudah selesai menulis dokumen. Sebelum diberi cap, surat
itu dibacanya. Kami sangat puas dengan isi surat. Anehnya, dia tidak hanya
memberikan kami dua lembar surat melainkan empat. Jadi masing-masing dari kami
mendapatkan dua lembar. Saya sungguh terkejut, karena yang disodorkan adalah
paspor. Yang satu ditulis dalam bahasa Perancis dan yang lainnya dalam bahasa
Spanyol. Yang pertama ditandatangani oleh Bazaine dan yang kedua oleh Juarez.
Cortesio segera menangkap keheranan saya. Sambil tersenyum puas dia berkata,
"Anda lihat sendiri, Sennor. Kami mampu memberikan perlindungan kepada Anda
seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimana saya bisa
mendapatkan paspor berbahasa Perancis, Anda tidak perlu tahu. Anda pun tidak
tahu, apa yang akan Anda jumpai. Jadi mulai dari sekarang lebih baik keamanan
Anda diprioritaskan. Saya tidak akan memberikan paspor ganda ini kepada orang
lain. Surat ini hanya dicetak terbatas. Para prajurit yang saya kirim dari sini
pun tidak mendapat paspor dari saya."
Ucapan itu memberi kesempatan kepada Old Death untuk mengajukan pertanyaan yang
sudah lama saya nanti-nantikan.
"Sejak kapan pasukan terakhir pergi dari sini?"
"Kemarin. Saya sendirilah yang mengantar lebih dari tiga puluh prajurit yang
baru direkrut hingga ke pertanian Hopkin. Tapi kali ini ada dua orang sipil yang
ikut serta." "Aha, jadi Anda juga mempekerjakan orang sipil?" tanya Old Death pura-pura
heran. "Tidak, hal itu bisa berbahaya. Tapi kemarin ada pengecualian karena seorang
dari kedua pria itu adalah kenalan baik saya. Omong-omong Anda mendapatkan kuda
yang bagus. Anda bisa menyusul detachement[Detasemen. Kelompok prajurit yang
bergerak terpisah dari induk satuannya] itu sebelum mereka tiba di Rio Grande,
jika Anda berangkat pagi-pagi benar dari sini."
"Di mana mereka akan menyeberangi sungai?"
"Mereka menuju ke Eagle-Pass. Karena keberadaan pasukan itu harus dirahasiakan
maka mereka berjalan sedikit ke arah utara. Mereka melintasi jalan kuda yang
terletak di antara Rio Nueces dan Rio Grande. Jalan itu membentang dari San
Antonio melalui Benteng Inge, tapi benteng itu pun dihindari. Lalu mereka
melewati Sungai Rio Grande. Mereka memilih jalan di antara dua sungai kecil Las
Moras dan Moral. Di sana ada jalan yang mudah dilalui dan hanya diketahui oleh pemandu
kami. Dari sana mereka bergerak ke arah barat lalu melewati Baya, Cruces, San
Vincente, Tabal, dan San Carlos hingga akhirnya tiba di kota Chihuahua."
Semua tempat ini terdengar seperti nama-nama dusun udik di daerah Bohemia. Saya
tidak mengenalnya. Namun Old Death mengangguk-anggukkan kepala dan mengulang
nama setiap tempat itu dengan suara keras seolah-olah dia telah mengenalnya
dengan baik. "Kami pasti akan menyusul mereka kalau kuda kami lebih bagus daripada kuda
mereka," katanya. "Tapi apakah mereka membiarkan kami ikut bergabung?"
Cortesio mengangguk pasti. Tapi teman saya terus bertanya,
"Tapi apakah kedua pria yang tadi Anda sebut sebagai orang sipil juga setuju?"
"Tentu saja. Mereka tidak berhak melarangnya. Mestinya mereka bersyukur karena
boleh pergi dengan pengawalan detachement. Karena Anda akan bertemu mereka, maka
saya menasehati supaya Anda memperlakukan mereka sebagai lelaki terhormat. Salah
seorang dari keduanya adalah kelahiran Mexico, namanya Gavilano dan dia adalah
kenalan baik saya. Saya pernah mengalami masa-masa yang indah bersamanya di
ibukota. Dia mempunyai seorang adik perempuan yang meluluhlantakkan hati banyak
pemuda." "Kalau begitu dia pun pasti tampan."
"Tidak, wajah mereka jauh berbeda, karena gadis itu adalah saudari tirinya.
Namanya Felisa Perillo. Dulu ia cantora (penyanyi) yang mempesona sekaligus
ballerina (penari balet) yang mengagumkan di kalangan bangsawan. Tak lama
kemudian ia menghilang dan baru sekarang saya mendengar dari saudaranya bahwa ia
tinggal di daerah sekitar Chihuahua. Alamat yang pasti tidak bisa saya berikan
karena dia sendiri pun harus mencari dulu adiknya setelah tiba di sana."
"Boleh saya tanya, apa sebenarnya pekerjaan Sennor itu?"
"Penyair." Old Death menampakkan raut wajah kaget, tapi kemudian tersenyum menyeringai.
Cortesio melanjutkan, "Sennor Gavilano menulis puisi hanya untuk bersenang-senang tanpa meminta
bayaran. Dia memiliki banyak harta dan tidak mau puisinya dibayar."
"Pasti orang lain akan merasa iri."
"Semua orang merasa iri kepadanya sehingga dia difitnah dan dibenci. Bahkan dia
terus didesak untuk meninggalkan kota dan negaranya. Sekarang dia datang kembali
dengan seorang yankee yang ingin mengenal Mexico dari dekat. Orang itu meminta
Gavilano untuk mengajarinya seni sejati tentang puisi. Keduanya ingin membangun
teater di ibukota." "Semoga cita-cita mereka berhasil! Jadi apakah Gavilano tahu, bahwa Anda
sekarang tinggal di La Grange?"
"Oh, tidak. Kebetulan saya berdiri di pinggir sungai ketika kapal itu merapat
sehingga penumpangnya dapat bermalam di sini. Saya langsung mengenali Sennor itu
lalu mengundang dia bersama rekan seperjalanannya untuk menginap di tempat saya.
Saya juga diberitahu, bahwa keduanya akan pergi ke Austin lalu dari sana
melewati perbatasan. Saya lalu menunjukkan tempat penyeberangan yang paling
cepat dan aman. Karena bagi orang asing, apalagi jika dia bukan pengikut
sesessionis, sama sekali tidak dianjurkan untuk tinggal di sini. Sekarang di
Texas berkeliaran banyak orang yang suka memancing di air keruh. Mereka disokong
oleh banyak gerombolan penjahat yang sangat berbahaya yang asal dan tujuan
hidupnya pun tidak jelas. Di mana-mana terdengar cerita tentang tindak
kekerasan, perampokan, kekejaman dengan alasan yang tak pernah diungkapkan.
Pelakunya menghilang tanpa jejak seperti halnya kedatangan mereka. Dan polisi
pun tidak berdaya menindak kejahatan
itu." "Mungkinkah perbuatan itu dilakukan Ku-Klux-Klan?" tanya Old Death.
"Banyak orang menduga seperti itu. Dalam beberapa hari terakhir baru diketahui
bahwa kemungkinan besar pelakunya adalah gerombolan rahasia itu. Dua hari yang
lalu ditemukan dua mayat di Halletsville. Pada tubuh mereka disematkan kertas
dengan tulisan "Yankee Hounds"[Inggris: Anjing Yankee. Yankee: nama olok-olok
orang Amerika Serikat bagian Utara]. Di Shelby ada keluarga yang hampir mati
dicambuk karena ayah mereka ikut berperang di bawah pimpinan Jenderal Grant. Dan
hari ini saya mendengar bahwa penduduk Lyons menemukan selubung kepala berwarna
hitam dengan potongan kain putih yang dijahit menyerupai cecak putih."
"Astaga! Topeng semacam ini memang dipakai orang Kuklux!"
"Ya, mereka menutup wajahnya dengan selubung hitam dengan gambar figur-figur
tertentu yang berwarna putih. Tiap-tiap orang mempunyai gambar yang berbeda
sebagai tanda pengenal, karena mereka tidak mengenal nama masing-masing."
"Jadi bisa dipastikan bahwa perkumpulan rahasia itu pun mulai mengembangkan
sayapnya di sini. Berhati-hatilah, Don Cortesio. Mereka pasti akan datang ke
sini. Mula-mula mereka berada di Halletsville. Sebuah selubung kepala mereka
ditemukan di Lyons. Bukankah letak Lyons lebih dekat ke sini daripada ke
Halletsville?" "Tentu, Sennor. Anda benar! Mulai hari ini saya akan mengunci jendela dan pintu
rapat-rapat. Saya juga akan menyiapkan senjata."
"Itu cara yang tepat. Penjahat itu tak boleh diberi hati, karena mereka pun
tidak mengenal belas kasihan. Siapa yang menyerah tanpa perlawanan, dan
mengharapkan pengampunan dari mereka, maka dia sungguh keliru. Saya hanya akan
menjawab mereka dengan peluru dan mesiu. Omong-omong, suasana di rumah makan
tadi tampaknya tidak terlalu menggembirakan. Di sana saya melihat beberapa orang
yang tidak bisa dipercaya. Anda sungguh cerdik bisa menyembunyikan paham yang
Anda anut sehingga mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Anda berpihak pada Juarez.
Peliharalah terus sikap hati-hati itu hari ini. Lebih baik Anda berhati-hati,
walaupun tampaknya berlebihan, karena akibat kelalaian kecil saja Anda bisa
dicambuk atau bahkan ditembak mati. Saya kira, sekarang urusan kita sudah
selesai. Besok pagi kita akan bertemu lagi. Atau barangkali masih ada yang ingin
Anda katakan?" "Tidak, Sennores. Untuk hari ini tidak ada lagi. Saya sangat senang bisa
berkenalan dengan Anda dan saya harap kelak saya bisa mendengar kabar baik dari
Anda. Saya yakin, Anda akan mendapat keuntungan besar dalam kerjasama dengan
Juarez dan segera mendapat kenaikan pangkat."
Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan kalimat ini maka urusan kami selesai. Dengan ramah Cortesio menjabat
tangan kami, dan kemudian kami pun pergi. Ketika pintu ditutup dan kami
menyeberangi jalan menuju ke rumah Lange, saya tidak dapat lagi menahan diri
untuk menggamit Old Death. Saya bertanya,
"Tapi Sennor, apa yang sudah merasuki pikiran Anda sehingga Anda mengarang
cerita bohong yang begitu indah" Kebohongan Anda tadi sudah keterlaluan."
"Oh ya" Hmmm! Anda belum memahaminya, Sir" Sejak awal saya sudah waswas, mungkin
saja kita akan ditolaknya. Karena itu saya berusaha merebut simpati dari Sennor
itu agar dia bisa mempercayai kita."
"Bukankah Anda juga ingin menerima uangnya" Perbuatan itu jelas-jelas sebuah
penipuan!" "Hmmm, belum tentu, karena dia sama sekali tidak tahu kalau sedang ditipu. Lalu
mengapa saya tidak mau menerima sesuatu yang ditawarkan dengan suka rela?"
"Karena kita tidak bermaksud mencari uang dengan bekerja untuknya!"
"Ya! Pada saat ini kita memang tidak berniat demikian. Tapi dari mana Anda tahu
bahwa kita tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bekerja pada Juarez" Mungkin
saja kelak kita terpaksa menempuh cara itu demi kelangsungan hidup kita sendiri.
Tapi saya tidak mau menyalahkan Anda. Syukurlah kita tidak menerima uang
darinya. Karena sebagai gantinya kita diberikan paspor dan surat rekomendasi.
Dan yang terpenting dari semuanya, sekarang kita tahu, ke mana Gibson kabur.
Saya tahu benar jalan ke sana. Besok kita akan berangkat pagi-pagi buta. Saya yakin, kita
dapat menyusulnya. Jika kita menunjukkan surat-surat kita, pasti komandan
pasukan tidak akan ragu-ragu menyerahkan kedua orang itu."
Kami tidak perlu mengetuk pintu rumah Lange. Dia sudah berdiri di bawah ambang
pintu. Kami diantarnya masuk. Rumah itu memiliki tiga jendela dan ketiganya
ditutup rapat dengan tirai tebal.
"Jangan heran melihat tirai-tirai itu, Mesch'schurs!" katanya. "Saya memang
sengaja menggantungkannya di sana. Dan kalau boleh, sedapat mungkin kita
berbicara dengan suara pelan. Orang-orang Kuklux itu tidak boleh tahu, bahwa
kini Anda berada di rumah kami."
"Jadi Anda sudah melihat bajingan-bajingan itu?"
"Belum, tapi mata-matanya sudah kelihatan. Ketika Anda masih di rumah Sennor
Cortesio, saya merasa bosan. Maka saya pergi ke luar untuk menunggu Anda, agar
Anda tidak perlu mengetuk pintu kalau kembali. Pada saat itulah saya mendengar
seseorang mengendap-endap dari samping, dari arah rumah makan. Saya membuka
pintu sedikit dan mengintip melalui celah. Tampak tiga orang datang dan berdiri
diam di dekat pintu. Meskipun suasana gelap, saya dapat melihat tubuh mereka
yang sangat tinggi. Mereka memakai celana lebar juga jaket lebar dan penutup
kepala, yang menutupi seluruh wajahnya. Semua pakaiannya terbuat dari bahan
berwarna gelap dan ditambal dengan gambar berwarna terang."
"Kedengarannya seperti pakaian yang biasa dipakai orang Kuklux."
"Tepat sekali. Dua dari mereka tetap berdiri di dekat pintu. Sedangkan orang
ketiga menyelinap ke depan jendela dan berusaha mengintip melalui celah-celah
jendela. Setelah kembali ke temannya, dia melapor bahwa di dalam kamar hanya ada
seorang anak muda, tampaknya seperti Lange yunior. Lange sendiri tidak ada,
tetapi ada makanan tersedia di atas meja. Karena itu salah seorang dari mereka
berkata, bahwa sekarang kami akan makan malam dan kemudian pergi tidur. Mereka
ingin mengelilingi rumah untuk mencari jalan terbaik agar bisa menyusup ke dalam
rumah. Tiba-tiba mereka menghilang di sudut, dan tidak lama kemudian Anda
datang, setelah kami menggantungkan tirai jendela. Oh ya, karena bajinganbajingan itu, saya hampir lupa bahwa saya sedang mendapat tamu. Mari, silahkan
duduk! Makan dan minumlah! Hanya makanan sederhana ini yang dapat saya suguhkan.
Tapi semua yang saya miliki, saya berikan dengan tulus hati. Sambil makan kita
juga bisa membicarakan bahaya yang kini sedang mengancam."
"Tentu saja kami tidak akan membiarkan Anda dalam bahaya," kata Old Death. "Tapi
di mana putra Anda?"
"Ketika Anda keluar, dia pun menyelinap pergi. Saya memiliki beberapa teman
baik, mereka orang Jerman yang dapat dipercaya. Mereka harus dijemput dengan
diam-diam ke sini. Dua dari mereka telah Anda kenal. Ketika di rumah makan,
mereka duduk semeja dengan kita."
"Mereka berusaha masuk ke rumah ini secara diam-diam" Hal itu tentu
menguntungkan Anda! Orang-orang Kuklux pasti menganggap bahwa mereka hanya akan
menghadapi Anda dan putra Anda."
"Jangan khawatir! Teman-teman saya sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.
Lagipula saya sudah membisikkan ke telinga Will, apa yang harus dilakukannya."
Makanan yang dihidangkan hanya berupa daging yang diiris tipis, roti, dan bir.
Ketika kami baru saja mulai makan, tiba-tiba terdengar suara anjing menyalak,
hanya beberapa rumah jauhnya dari tempat kami.
"Itu isyaratnya," kata Lange sambil berdiri tegang. "Mereka sudah datang!"
Dia beranjak ke depan untuk membukakan pintu kemudian kembali seraya disertai
anaknya beserta lima lelaki yang bersenjatakan senapan, revolver, dan pisau.
Tanpa bersuara, mereka mencari sesuatu yang bisa dijadikan alas duduk. Tak
seorang pun yang berbicara. Mereka semua memandang tegang ke jendela, apakah
jendela itu sudah cukup rapat tertutup dengan tirai. Sungguh, mereka adalah
orang-orang yang tepat. Tidak berbicara, hanya diam membisu, namun siap untuk
bertindak. Di antara mereka ada seorang yang sudah tua, berambut uban dan
berjenggot abu-abu. Tak henti-hentinya dia memandang Old Death. Dia adalah orang
pertama yang memecahkan kesunyian.
"Maaf, Master! Will telah mengatakan kepada saya tentang orang yang akan saya
jumpai di sini. Dan saya benar-benar sangat senang, karena rasanya dulu kita
sudah pernah bertemu."
"Mungkin saja!" jawab Old Death. "Saya telah bertemu dengan sekian banyak
orang." "Anda tidak ingat lagi pada saya?"
Old Death memperhatikan orang itu lebih seksama lalu berkata, "Dalam perhitungan
saya, rasanya kita memang pernah bertemu. Tapi saya sendiri sudah lupa, di
mana." "Di California, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, di sebuah pemukiman orang
Tionghoa. Coba Anda ingat baik-baik! Pada waktu itu orang ramai-ramai bermain
judi dengan taruhan yang besar sambil mengisap opium[Sejenis narkoba]. Saya
mempertaruhkan seluruh uang saya, jumlahnya hampir mendekati seribu dollar. Pada akhirnya saya hanya
mempunyai sekeping dollar di saku. Namun saya tidak ingin memasang untuk
taruhan, melainkan membeli opium. Setelah itu saya berniat menembakkan peluru ke
kepala sendiri. Saya adalah seorang penjudi kelas kakap dan sudah kehilangan
segala-galanya karena...."
"Ya! Sekarang saya mulai ingat!" kata Old Death menyela. "Tidak perlu Anda
meneruskan cerita itu lagi!"
"Oh, tidak, Sir! Karena Anda telah menyelamatkan saya. Waktu itu Anda
memenangkan kembali setengah dari jumlah uang yang saya pertaruhkan. Lalu Anda
mengembalikan uang itu kepada saya dengan perjanjian, bahwa saya tidak boleh
lagi bermain judi dan saya harus melepaskan ketergantungan pada opium untuk
selama-lamanya. Saya mengucapkan janji itu di hadapan Anda dan hingga kini saya
masih menepatinya, walaupun godaan terus datang silih berganti. Anda telah
menyelamatkan saya. Sekarang saya sudah menjadi orang yang sukses. Dan saya akan
merasa lebih bahagia, jika Anda bersedia menerima kembali uang Anda."
"Saya tidak sebodoh itu," jawab Old Death sambil tertawa. "Sudah lama saya
merasa bangga karena sudah melakukan perbuatan baik. Saya tidak bermaksud
menukar terimakasih itu dengan uang Anda. Kelak jika saya mati, tidak ada
sesuatu pun yang dapat saya bawa kecuali kebaikan ini. Tidak, saya tidak ingin
mengambilnya kembali! Mari kita bicarakan hal lain yang jauh lebih penting saat
ini. Dulu saya memperingatkan Anda akan dua setan, yang juga telah berhasil
menghancurkan hidup saya. Tapi sebenarnya kemauan Andalah yang telah menarik
Anda keluar dari dunia kelam. Ah, lebih baik kita tidak perlu mengungkit-ungkit
masa lalu!" Mendengar ucapan pemburu itu, tiba-tiba saya teringat akan ceritanya dulu. Di
New Orleans dia pernah mengatakan kepada saya, sebelum meninggal ibunya telah
menunjukkan kepadanya jalan menuju kebahagiaan. Tapi dia menempuh jalannya
sendiri. Sekarang dia sendiri mengakui, bahwa dulu dia seorang penjudi dan
pengisap opium. Apakah dia bisa memperoleh kekuatan untuk bertobat setelah
memperhatikan nasib orang lain" Sangat sulit. Saya kira, dulu dia sendiri adalah
seorang penjudi ulung, mungkin juga sampai sekarang. Dan mengenai opium,
bukankah tubuhnya yang kurus kering seperti kerangka itu sudah menjadi bukti
bahwa dirinya digerogoti oleh bubuk kenikmatan itu" Apakah sekarang dia masih
mengisap opium secara sembunyi-sembunyi" Mungkin tidak lagi, karena racun opium
mengakibatkan orang lupa diri selama waktu yang lama. Dan dalam perjalanan kami,
saya tahu benar, bahwa dia tidak memiliki banyak waktu untuk terbuai dalam
kenikmatan itu. Mungkin dulu dia adalah seorang pecandu. Tapi tampaknya sampai
sekarang pun dia masih bergantung pada bahan berbahaya ini. Jika tidak tentu
badannya lambat laun kembali
kuat dan berotot. Kali ini saya menatap si Tua dengan pandangan yang lain dari
biasanya. Ada perasaan hormat sekaligus belas kasihan. Betapa berat
perjuangannya melawan kedua setan maksiat itu! Tapi harus diakui, dia memiliki
tubuh yang luar biasa dan mental baja, sehingga racun berbahaya itu tidak mampu
menghancurkannya! Semua pengalaman yang penuh penderitaan dan kerasnya kehidupan
di padang belantara telah terekam dalam sanubarinya. Namun tampaknya semuanya
itu belum berarti dibandingkan dengan perjuangan batinnya sendiri. Mungkin
perjuangannya melawan nafsu jahanam itu sama hebatnya dengan perjuangan bangsa
Indian yang sia-sia melawan kekuatan mukapucat yang tak terbendung. Dia tahu,
setiap perjuangannya selalu berakhir dengan kegagalan. Tapi meskipun sudah
tersungkur di tanah dan tak mampu lagi melawan, dia selalu bangkit dan memulai lagi yang baru. Old
Death! Mulai sekarang nama itu terdengar begitu mengerikan di telinga saya.
Scout terkenal itu ditakdirkan untuk binasa. Kematian mungkin menjadi jalan
terbaik agar dia keluar dari lingkaran setan yang membelenggunya.
Kata-katanya yang terakhir: "Lebih baik kita tidak perlu lagi mengungkit-ungkit
masa lalu" diucapkannya dengan tegas, sehingga orang Jerman yang tua itu pun
tidak berani membantahnya. Dia menjawab,
"Well, Sir! Sekarang kita akan menghadapi musuh yang sama-sama berbahaya dan
kejam seperti judi dan opium. Tapi untunglah musuh kita kali ini lebih mudah
dikalahkan daripada musuh di masa lalu. Dan mereka pasti akan kita kalahkan.
Orang Kuklux membenci semua yang berbau Jerman. Kita semua harus melawan, bukan
saja mereka yang ditimpa penderitaan karena ulah kaum Kuklux. Mereka adalah
makhluk-makhluk biadab yang anggotanya terdiri dari ribuan atau bahkan jutaan
orang. Memberi mereka pengampunan adalah kesalahan yang fatal, karena pasti
mereka akan membalasnya secara sadis. Pada penyerangan kali ini harus kita
tunjukkan, bahwa kita pun tidak mengenal belas kasihan. Jika perkumpulan rahasia
itu dibiarkan berkembang di sini, maka kita semua akan binasa. Mereka akan
menyerang dan menghabisi kita satu per satu. Karena itu menurut hemat saya, hari
ini kita harus menyiapkan penyambutan yang matang. Mereka harus dibuat kapok,
sehingga tidak berani lagi datang ke mari. Saya harap, kalian sependapat dengan
saya." Yang lainnya setuju dengan pendapatnya.
"Bagus!" katanya lagi. Dia dibiarkan terus berbicara karena dianggap orang yang
paling tua. "Jadi kita harus mengadakan persiapan sebaik mungkin. Rencana mereka
sajalah yang boleh gagal. Selain itu mereka sendiri pun harus merasakan akibat
dari tindak-tanduknya sendiri. Mungkin ada di antara kalian yang ingin
mengajukan usul" Siapa saja yang mempunyai usul, dia boleh mengungkapkannya."
Setelah mengucapkan kalimat itu, pandangan orang itu dan semua yang lain tertuju
kepada Old Death. Sebagai seorang westman berpengalaman, tentu dia tahu lebih
baik bagaimana orang harus menghadapi musuh semacam ini. Dia membalas tatapan
penuh pengharapan dari mereka. Dalam tatapan mereka terkandung permintaan yang
tidak terucapkan. Lalu dia tersenyum menyeringai, mengangguk-anggukkan kepalanya
dan berkata, "Jika tak ada usul lain, maka saya ingin mengatakan beberapa hal, Mesch'schurs.
Pertama-tama harus kita pikirkan, bahwa mereka tidak mungkin datang sebelum
Master Lange tidur. Bagaimana Anda menutup pintu belakang, Master Lange" Dengan
palang?" "Tidak, dengan kunci sebagaimana semua pintu yang lain."
"Well! Pasti mereka pun mengetahuinya. Dalam perhitungan saya, mereka datang
dengan membawa kunci-kunci palsu. Bodoh sekali, jika mereka tidak memiliki
kunci-kunci tersebut. Perkumpulan itu pasti juga memiliki anggota yang
berprofesi sebagai tukang kunci atau yang sekurang-kurangnya mengetahui cara
membuka pintu rahasia. Jadi mereka pasti dapat masuk ke sini. Hal terpenting
yang harus kita lakukan sekarang adalah berunding dan menentukan siasat terbaik
untuk menyambut kedatangan mereka."
"Tentu saja dengan senjata. Kita langsung menembak mereka!"
"Dan mereka juga akan menembak Anda, Sir! Dari percikan api pada moncong senapan
Anda mereka akan tahu, di mana Anda berdiri, di mana Anda bersembunyi. Tidak,
jangan sekali-kali menembak. Dalam perhitungan saya, cara terbaik menghadapi
mereka adalah dengan menangkap mereka hidup-hidup. Kita tidak perlu menentang
bahaya diterjang oleh peluru-peluru mereka."
"Anda yakin, ide itu bisa diterapkan?"
"Saya sangat yakin, inilah ide yang paling mudah. Kita bersembunyi di dalam
rumah dan membiarkan mereka masuk. Begitu mereka berada di kamar Anda, kita
segera menutup pintu dan menguncinya dari luar. Beberapa orang dari kita menjaga
di depan pintu ini, sementara yang menjaga di luar, di depan jendela. Jadi
mereka tidak dapat keluar karena terkepung dan terpaksa harus menyerah."
Orang Jerman tua itu menggelengkan kepalanya tidak setuju dan tetap bersikeras
menembak gerombolan yang mau membobol rumah itu. Old Death memicingkan sebelah
matanya ketika mendengar penolakan si tua itu. Lalu dia memasang wajah jenaka
sehingga semua orang yang melihatnya pasti akan tertawa geli, seandainya
suasananya tidak setegang sekarang.
"Mengapa Anda menunjukkan raut wajah seperti itu, Sir?" tanya Lange. "Apakah
Anda tidak setuju?" "Ya, Master. Usul dari teman kita ini tampaknya begitu praktis dan mudah
dilaksanakan. Tapi dalam perhitungan saya, yang terjadi nanti justru sangat lain
daripada yang dia bayangkan. Perkumpulan rahasia itu tidak terlalu tolol seperti
yang disangkanya. Dia pikir, bajingan-bajingan itu akan masuk serempak ke dalam
lalu berbaris di depan moncong senapan kita dan siap menjadi sasaran empuk
peluru kita. Jika mereka benar-benar melakukannya, berarti mereka tidak memiliki
otak. Saya justru berpikir sebaliknya, mereka akan membuka pintu belakang
perlahan-lahan. Kemudian satu atau dua orang dibiarkan mengendap-endap ke dalam
untuk memeriksa keadaan. Tentu saja salah satu atau kedua-duanya dapat kita
tembak. Namun yang lainnya pasti berusaha secepat mungkin kabur dari kamar dan
akan kembali lagi untuk membalas dendam. Tidak, Sir, rencana Anda terlalu
beresiko. Kita harus membiarkan mereka semua masuk sehingga mudah ditangkap.
Untuk itu saya juga masih memiliki alasan lain yang sangat kuat dan beralasan.
Jika rencana Anda berhasil, saya pun tidak sampai hati mengirim orang sebanyak
itu ke akhirat, tanpa memberi kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan
merenungkan dosa-dosanya. Kita adalah sesama manusia, kita juga umat Kristiani,
Mesch'schurs. Kita memang ingin mengangkat senjata melawan mereka dan membuat
mereka tidak berani lagi datang ke mari. Tetapi hal itu dapat kita lakukan tanpa
harus menumpahkan darah. Jika Anda tetap bersikeras menembak mereka seperti
kawanan binatang liar, silahkan saja. Saya dan teman saya tidak akan ikut
campur. Kami akan pergi dan mencari tempat lain untuk bermalam. Kami tak ingin
merasa tertekan karena terus dihantui rasa bersalah."
Penjelasan ini sungguh keluar dari hatinya yang paling dalam. Karena itu katakatanya mampu menggugah perasaan semua yang hadir. Mereka mengangguk-anggukkan
kepala. Lalu kata si Jerman Tua,
"Kalimat terakhir yang Anda ucapkan tadi benar, Sir, dan hal itu sangat
beralasan. Sebelumnya saya mengira, sambutan semacam itu akan mengusir mereka
untuk selama-lamanya dari La Grange. Tapi saya tidak memikirkan tanggung jawab
moral yang harus kita pikul akibat tindakan itu. Karena itu saya akan menerima
usul Anda, walaupun sebenarnya saya masih ragu-ragu, apakah usul Anda tersebut
akan berhasil." "Setiap rencana, bahkan rencana terbaik sekali pun, dapat juga gagal, Sir! Saya
yakin, rencana kita bukan hanya manusiawi, melainkan juga sangat luhur jika kita
membiarkan mereka masuk, kemudian menguncinya dari luar. Dengan cara itu kita
bisa menangkap mereka hidup-hidup. Percayalah, itu jauh lebih baik daripada jika
kita menembak. Pikirkan juga, seluruh gerombolan itu akan menaruh dendam pada
Anda, jika Anda berhasil membunuh begitu banyak anggotanya. Tentu Anda tidak
akan mengusir orang Kuklux itu dari La Grange. Malahan sebaliknya, Anda hanya
mengundang mereka ke sini untuk membalas dendam secara kejam atas kematian
teman-temannya. Karena itu saya minta supaya Anda menuruti rencana saya. Inilah
yang terbaik yang dapat Anda lakukan. Agar tidak ada kendala yang dapat
menggagalkan rencana kita, sekarang saya akan ke luar mengintai di sekeliling
rumah ini. Mungkin akan ditemukan sesuatu yang bisa mempermudah rencana kita."
"Saya rasa sebaiknya Anda mengurungkan niat itu, Sir!" kata Lange. "Tadi Anda
Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sendiri mengatakan, mungkin mereka menempatkan seorang mata-mata di luar. Orang
ini pasti akan melihat Anda."
"Melihat saya?" tanya Old Death sambil tertawa. "Belum pernah saya mendengar
orang berkata seperti itu! Old Death tidak sebodoh itu. Dia tak akan membiarkan
dirinya terlihat, jika sedang memata-matai rumah atau orang! Master, hal itu
menggelikan! Jika Anda memiliki sebatang kapur tulis, coba gambarkan denah rumah
Anda dan halamannya di atas meja, supaya saya mendapat gambaran umum dan bisa
menyusun strategi selanjutnya. Saya akan keluar melalui pintu belakang.
Tunggulah sampai saya kembali. Nanti saya tidak akan mengetuk pintu, melainkan
menggaruknya dengan tangan. Jadi jika ada yang mengetuk pintu, itu pasti orang
lain dan Anda tidak boleh membukanya."
Lange mengambil sebatang kapur di ambang pintu dan menggambar keadaan di
sekeliling rumah. Old Death memperhatikannya dengan cermat dan tersenyum puas.
Kemudian kedua orang itu pergi ke pintu. Ketika mereka sudah berada di depan
pintu, tiba-tiba Old Death berpaling dan bertanya pada saya,
"Pernahkah Anda mengintai orang, Sir?"
"Belum," jawab saya bohong karena janji saya kepada Winnetou.
"Jadi sekarang Anda memiliki kesempatan emas untuk melihat sendiri, bagaimana
orang melakukannya. Jika Anda mau, Anda boleh ikut!"
"Jangan, Sir!" potong Lange. "Perbuatan itu terlalu berbahaya. Teman Anda baru
saja mengaku sendiri bahwa dia tidak berpengalaman dalam urusan ini. Jika
terjadi kesalahan kecil saja, mata-mata itu akan segera melihat Anda berdua dan
hancurlah seluruh rencana kita!"
"Tidak mungkin! Saya memang belum lama mengenal Master muda ini, tapi saya tahu,
dia memiliki potensi yang besar untuk menjadi seorang westman handal. Dia pasti
akan berusaha tidak membuat kesalahan. Ya, tapi jika kini kami pergi mengintai
seorang kepala suku Indian, tentu saya tidak berani mengajaknya. Tapi saya
tegaskan kepada Anda, tak seorang pun di antara kaum Ku-Klux-Klan yang
berpengalaman seperti seorang pemburu prairie. Maka bisa dipastikan, mata-mata
itu juga masih butuh banyak latihan dan keterampilan supaya bisa memergoki kami.
Kalaupun misalnya dia melihat kami, Old Death akan tampil untuk memulihkan
situasinya. Saya akan membawa anak muda ini. Dia harus ikut! Ayo, Sir! Tapi
tinggalkan dulu topi sombrero Anda di sini. Saya pun akan meninggalkan kepunyaan
saya. Anyaman topi yang berwarna menyala bisa berbahaya karena orang akan tahu
di mana kita. Jatuhkan rambut Anda ke atas dahi dan tinggikan kerah baju,
sehingga wajah Anda tertutup. Anda harus tetap mengikuti saya dari belakang dan
melakukan semua yang saya lakukan. Kita lihat saja nanti, apakah orang Klux atau
Klex itu bisa melihat kita!"
Tak ada seorang pun yang berani membantah lagi. Kami berjalan melalui lorong
menuju pintu belakang, lalu Lange melepas kepergian kami. Dia membuka pintu
perlahan-lahan dan setelah kami berada di luar, dia kembali menutupnya. Begitu
kami berada di luar, Old Death langsung berjongkok. Saya pun melakukan yang
sama. Dia mencoba melihat menembusi kegelapan malam. Beberapa kali dia
mengendus-endus dengan hidungnya.
"Dalam perhitungan saya, tidak ada seorang pun di depan kita," bisik si Tua
sambil menunjuk sebuah kandang di seberang halaman. "Tetapi bagaimanapun juga,
saya harus memeriksanya. Orang harus selalu bertindak hati-hati. Barangkali
waktu kecil Anda pernah belajar meniru suara jangkrik dengan cara menjepit daun
alang-alang di antara dua jari?"
"Ya," jawab saya pelan.
"Di sana, di depan pintu itu tumbuh banyak rumput. Ambillah sehelai daun dan
tunggulah sampai saya kembali. Jangan beranjak dari tempat itu! Tapi jika
terjadi sesuatu, buatlah bunyi jangkrik. Saya akan segera datang!"
Dia merebahkan dirinya di atas tanah. Dalam posisi merangkak, dia menghilang
dalam kegelapan malam. Setelah sepuluh menit, dia kembali. Anehnya saya sama
sekali tidak melihat ketika dia datang. Hanya dari bau tubuhnya saya tahu, kalau
dia sudah berada di dekat saya.
"Seperti yang saya duga," bisiknya pelan. "Tak seorang pun terlihat di halaman,
juga di sudut atau di samping rumah. Tetapi di sudut depan jendela kamar tidur
berdiri seseorang. Rebahkan diri Anda dan merangkaklah di belakang saya! Tapi
caranya bukan seperti ular melainkan seperti kadal, yakni merangkak dengan
menggunakan ujung jari tangan dan kaki. Telapak kaki Anda jangan sampai
menyentuh tanah. Lebih dulu periksa tanahnya dengan tangan, biar Anda tidak
tersandung pada ranting. Kancinglah baju Anda rapat-rapat, supaya tidak ada
bagian yang menggelantung ke tanah! Sekarang, mari kita pergi!"
Kami merangkak sampai ke sudut rumah. Di tempat itu Old Death berhenti. Saya pun
ikut berhenti. Beberapa saat kemudian dia menoleh kepada saya dan berbisik,
"Di sana ada dua orang. Berhati-hatilah!"
Dia kembali merangkak maju dan saya mengikutinya sekali lagi. Di dekat dinding
rumah dia tidak berhenti, melainkan terus merayap menuju pagar tinggi yang
dijalari anggur liar atau tanaman sejenisnya. Pagar itu mengelilingi sebuah
kebun. Dari pagar itu kami merangkak maju dan berusaha sejajar dengan bagian
samping rumah, namun dengan jarak kira-kira sepuluh langkah. Sambil merayap
tiba-tiba saya melihat onggokan berwarna hitam yang kelihatan hampir seperti
tenda. Kemudian saya tahu bahwa benda itu adalah tonggak atau tiang yang ditanam
sebagai tempat menjalarnya kacang panjang. Di tiang-tiang itu terdengar suara
orang yang berbisik-bisik. Old Death mundur sejenak lalu menarik leher baju saya
supaya lebih dekat, sampai mulutnya berada persis di samping telinga saya.
Kemudian dia berbisik, "Lihat, mereka duduk di sana. Kita harus mendengarkan pembicaraan mereka.
Sebenarnya saya bisa pergi ke sana sendirian, karena Anda masih seorang
greenhorn yang dapat merusak semua rencana ini. Tapi dua orang akan mendengar
lebih baik daripada satu orang. Apakah Anda berani merayap sampai begitu dekat
sehingga dapat mendengarkan pembicaraan mereka?"
"Ya," jawab saya.
"Kalau begitu mari kita coba. Anda mendatangi mereka dari sini dan saya dari
sisi yang lain. Begitu Anda sudah di dekat mereka, tundukkan wajah ke tanah agar
mereka tidak melihat kilatan mata Anda. Namun jika Anda sampai terlihat, mungkin
karena Anda bernapas terlalu keras, maka kita harus segera melumpuhkan mereka!"
"Mereka harus dibunuh?" tanya saya berbisik.
"Tidak. Tidak boleh ada keributan. Keduanya bisa dihabisi dengan pisau, tapi
untuk itu Anda sama sekali belum terampil. Jangan sekali-kali menembak, karena
suara tembakan pistol bisa menimbulkan kecurigaan. Begitu mereka memergoki Anda
atau saya, maka saya akan menyerang salah seorang dan Anda yang lainnya. Cekik
lehernya dengan kedua tangan lalu tekan batang tenggorokannya kuat-kuat sehingga
dia tidak bisa mengeluarkan suara. Untuk melakukan hal itu Anda harus
merobohkannya ke atas tanah. Akan saya katakan pada Anda, apa yang harus Anda
lakukan selanjutnya. Tapi yang paling penting, jangan ada keributan! Saya tahu,
Anda berbadan kekar. Apa Anda yakin dapat merobohkan mereka tanpa menimbulkan
suara?" "Tentu saja," jawab saya
"Baiklah. Kalau begitu mari kita mulai, Sir!"
Dia merayap perlahan-pelan mengelilingi tiang kebun kacang. Saya merayap dari
sisi yang lain. Sekarang saya sudah sampai di tempat tiang-tiang yang ditanam
membentuk piramida. Kedua bajingan itu duduk berdekatan, sedang menghadap ke
rumah. Tanpa menimbulkan bunyi, saya berhasil menghampiri mereka. Jarak di
antara kami sangat dekat, bahkan tubuh mereka hanya berada satu hasta dari
kepala saya. Kini saya menelungkup dan menundukkan wajah ke tanah dengan
beralaskan kedua tangan. Saya segera sadar, cara ini memberikan keuntungan
ganda. Pertama, kulit wajah saya yang berwarna terang tidak akan terlihat. Dan
kedua, saya bisa mendengar lebih baik dalam posisi itu daripada jika
mendongakkan kepala. Mereka berbicara dengan berbisik-bisik, namun semuanya bisa
saya tangkap. "Kapten itu tidak perlu lagi kita ganggu," kata seorang yang duduk paling dekat
dengan saya. "Dia memang telah menurunkan kalian ke darat, tetapi secara umum
hal itu bisa dimengerti karena sebenarnya dia hanya melakukan kewajibannya.
Tahukah kamu, Locksmith, dia memang seorang Jerman yang brengsek! Tak ada
untungnya jika kita membunuhnya, justru sebaliknya kita sendirilah yang akan
dirugikan. Jika kita ingin menyebarkan pengaruh di Texas dan mau tinggal di
sini, maka kita tidak boleh bertindak kasar terhadap orang-orang kapal."
"Benar! Tepat seperti yang Anda katakan, Capt'n. Orang Indian itu lolos dari
tangan kita, seperti yang sudah saya duga. Tapi tak seorang Indian pun yang mau
pergi dan bermalam di La Grange untuk menunggu keberangkatan kapal pada keesokan
harinya. Sedangkan kedua orang lainnya, anjing Jerman yang ingin kita gantung
itu, pasti masih berkeliaran di tempat ini. Mereka adalah mata-mata dan harus
dihukum mati. Seandainya kita tahu di mana mereka! Seperti udara, mereka
menghilang dari ruang tamu di rumah makan, lalu kabur melalui jendela. Dasar
pengecut!" "Kita pasti segera menemukan mereka. Untuk itulah si 'Siput' tetap tinggal di
rumah makan. Dia tidak akan beranjak dari tempatnya sebelum tahu di mana mereka
bersembunyi. Dia memang dewa pembawa keberuntungan. Berkat jasanya kita akhirnya
tahu bahwa Lange telah menjual rumahnya kepada orang Mexico itu dan sudah
menerima uangnya. Jadi kita bisa mendapat keuntungan berlipat ganda dan boleh
hidup berfoya-foya. Anak si Lange itu seorang perwira dan dia pernah bertempur
melawan kita, karena itu dia juga harus dihukum. Ayahnya telah membelikannya
seragam tentara, kini dia harus membayar mahal semua kesalahannya. Tapi kita
tidak akan menggantungnya. Dia akan dicambuki, sampai semua daging di
punggungnya terkelupas. Kemudian dia dilempar ke luar dan rumahnya kita bakar."
"Dia tidak akan dirugikan karena rumah itu bukan lagi miliknya!" bantah
temannya. "Orang Mexico itu pasti akan lebih kebakaran jenggot jika tak ada lagi orang
yang dikirimnya ke seberang Rio Grande untuk bertempur demi Juarez. Tempat ini
akan kita bumi hanguskan kemudian kita layangkan sepucuk surat ancaman kepadanya
supaya dia sadar. Orang-orang itu sudah diperalat. Tapi Locksmith, apa kamu
benar-benar yakin, bahwa semua kuncimu cocok?"
"Jangan membuat saya malu, Capt'n! Saya sungguh menguasai bidang saya. Semua
pintu rumah itu dapat dibuka dengan kunci palsu yang saya buat."
"Kalau begitu semuanya sesuai rencana. Seandainya keparat-keparat itu tidur
lebih awal! Orang-orang kita sudah tidak sabar lagi. Mereka sudah pegal-pegal
karena terlalu lama menunggu dalam semak di belakang kandang. Lange telah
menanam pecahan kaca di tempat itu. Saya ingin agar Anda segera pergi dan
memberi tanda kepada teman-teman kita. Saya sendiri akan pergi sekali lagi ke
dekat kamar untuk memeriksa apakah orang-orang Jerman itu masih terjaga. Dasar
burung hantu!" Kapten itu bangkit lalu melangkah perlahan-lahan menuju jendela kamar. Dia
disapa Capt'n oleh rekannya. Dari julukan atau sapaan ini bisa disimpulkan bahwa
dia memegang pucuk pimpinan perkumpulan. Yang seorang lagi dipanggil
"Locksmith". Kata itu artinya tukang kunci. Tapi mungkin memang itulah namanya.
Tapi mungkin juga karena pekerjaannya sebagai tukang kunci, dia dijuluki
demikian. Pada saat dia sedikit bergerak, saya mendengar suara gemerincing
kunci. Jadi dia memiliki kunci-kunci palsu. Konsentrasi saya tiba-tiba buyar
karena kaki saya ditarik dari belakang. Saya merayap mundur. Ternyata Old Death
berbaring di belakang saya, di antara tiang-tiang. Saya merapatkan wajah ke
wajahnya. Dia bertanya dengan suara pelan, apakah saya mendengar dan mengerti
semua pembicaraan mereka. Saya mengangguk.
"Jadi sekarang kita tahu, apa yang harus kita lakukan. Bajingan itu akan kita
permainkan, sehingga dia hanya bisa menggeleng-geleng kepala tanpa henti seakan
tak percaya. Seandainya Anda bisa diandalkan untuk tugas ini!"
"Percayakan tugas itu kepada saya! Apa yang harus saya lakukan?" tanya
saya. "Mencekik leher salah seorang dari keduanya!" "Well, Sir. Akan saya lakukan!"
"Bagus, agar semuanya bisa berjalan dengan lancar, terlebih dahulu saya ingin
menjelaskan bagaimana Anda harus melakukannya. Dengar! Dia pasti tidak akan
datang sampai ke mari, ke tempat tiang-tiang ini!"
Pada saat itu, kapten itu kembali. Untunglah dia segera duduk kembali di
tempatnya semula. Menurut Old Death, kami tidak perlu lagi menguping pembicaraan mereka. Dia
berbisik ke telinga saya,
"Baik, akan saya jelaskan, bagaimana Anda harus membekuknya. Anda merangkak ke
sana, tapi harus tetap berada di belakangnya. Setelah Anda mendengar teriakan
agak keras dari saya, Anda harus segera mencekik lehernya, tapi dengan cara yang
tepat. Anda mengerti" Kedua ibu jari harus Anda tekan ke tengkuknya sampai kedua
ujungnya beradu. Sedangkan kedelapan jari lain harus Anda cengkeramkan di
sekeliling lehernya. Dengan kedelapan ujung jari itu Anda harus menekan
kerongkongannya kuat-kuat, semampu Anda!"
"Dia pasti akan mati lemas!"
"Tidak mungkin! Secepat itu orang tidak akan mati, apalagi karena cekikan. Semua
penjahat, manusia biadab dan bajingan seperti mereka tergolong binatang buas
yang sangat sulit dibinasakan. Jika Anda sudah menangkapnya, robohkan dia ke
tanah. Dengan cara itu Anda makin mudah melumpuhkannya. Tapi jangan gegabah!
Saya ulangi sekali lagi, Anda harus tetap berada di belakangnya. Dia tidak boleh
ditarik ke tubuh Anda. Anda harus membantingnya ke kiri. Setelah dia roboh dan
jatuh telungkup di tanah, loncatlah segera dan duduklah di atas punggungnya.
Saat itu dia pasti sudah tidak berdaya lagi. Karena Anda masih asing dengan
teknik ini, mungkin dia akan mengeluarkan suara, tapi paling-paling hanya
terdengar "beehhh". Jika dia tidak bergerak lagi, Anda harus mengawasinya sampai
saya datang. Anda sanggup melakukannya?"
"Jangan khawatir. Dulu saya sering berkelahi!"
"Berkelahi?" kata si Tua heran, "Itu belum berarti apa-apa! Anda jangan lupa
bahwa badan sang Capt'n lebih tinggi daripada yang lainnya. Jangan membuat malu
guru Anda, Sir! Dan jangan sampai semua orang di dalam rumah nanti menertawakan
ketololan Anda. Ayo maju! Tunggu sampai saya memberi tanda!"
Dia kembali merangkak menjauhi saya. Saya merangkak ke tempat semula, di mana
saya tadi berbaring. Ya, saya maju mendekati kapten lalu menekuk rapat kedua
lutut. Kini saya berada dalam posisi siap menyerang.
Kedua orang Ku-Klux itu melanjutkan percakapannya. Rupanya mereka kesal seperti
teman-temannya yang lain, karena sudah menunggu terlalu lama. Lalu keduanya
menyinggung nama kami dan berharap semoga si "Siput" bisa mengendus tempat
persembunyian kami. Pada saat itu saya mendengar Old Death memberikan tanggapan
setengah berbisik, "Kami ada di sini Mesch'schurs! Waspadalah!"
Dengan cepat saya melompat ke belakang kapten dan mencekik lehernya, seperti
petunjuk Old Death. Sambil menekan ujung jari kuat-kuat ke pangkal
tenggorokannya, saya membantingnya ke tanah. Dengan lutut saya membaliknya
sehingga wajahnya menelungkup ke tanah. Lalu saya langsung menindihnya dengan
lutut. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Hanya tangan dan kakinya
meronta-ronta sejenak tetapi kemudian lunglai dan tidak bergerak. Tiba-tiba
muncul Old Death dari depan. Si Tua itu lantas menghantam kepala kapten dengan
gagang revolver. Dia menarik tangan saya,
"Jangan diteruskan, Sir, nanti dia benar-benar mati lemas! Sebagai seorang
pemula, Anda telah melakukan awal yang sangat baik. Kelihatannya Anda memiliki
bakat alam. Dalam perhitungan saya, kelak Anda akan menjadi seorang penjahat
terkenal atau seorang westman tangguh. Pikullah orang ini dan ikutilah saya!"
Dia memikul seorang dan saya memikul seorang lagi, lalu kami kembali ke pintu
belakang. Begitu tiba di sana Old Death mulai menggaruk pintu seperti yang sudah
disepakati. Lange membiarkan kami masuk.
"Apa yang Anda pikul?" dia bertanya pelan. Walaupun gelap, dia tahu kalau kami
sedang memikul sesuatu. "Lihat saja nanti," jawab Old Death jenaka. "Tutup dulu pintunya dan masuklah!"
Betapa terkejutnya mereka, ketika kami meletakkan kedua tawanan tersebut ke atas
lantai papan. "Astaga!" seru si Jerman tua. "Dua orang Kuklux! Apa mereka sudah mati?"
"Semoga saja tidak," jawab Old Death. "Anda lihat, saya telah bertindak tepat
dengan membawa Master muda ini. Dia sangat berani, bahkan dia mampu mengalahkan
pemimpin gerombolan itu!"
"Pemimpinnya" Wah, sungguh luar biasa! Tapi, di mana anak buahnya" Mengapa Anda
membawa keduanya kemari?"
"Haruskah saya menjelaskannya lagi kepada Anda" Mudah sekali, kami berdua yakni
saya dan Sir muda ini, akan memakai baju kedua penjahat ini kemudian menggiring
gerombolan yang masih bersembunyi di kandang ke sini."
"Apakah Anda sudah gila" Anda hanya mempertaruhkan nyawa sendiri. Bagaimana
seandainya mereka tahu bahwa Anda orang Kuklux palsu?"
"Tidak ada yang bakal tahu," jawab scout itu dengan pasti. "Old Death adalah
manusia cerdik dan Master muda ini pun tidak bodoh meskipun penampilannya kurang
meyakinkan." Old Death menceritakan semua yang telah kami dengar dan apa saja yang telah kami
perbuat. Lalu dia menjelaskan rencana selanjutnya kepada mereka. Saya
akan pergi ke belakang kandang dan menyamar sebagai Locksmith untuk memancing
orang-orang Kuklux itu ke dalam rumah. Old Death sendiri akan memakai pakaian
kapten yang ukurannya kebetulan persis sama dengan tubuhnya. Dia akan menyamar
Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan memainkan peran sebagai pemimpin gerombolan itu.
"Tentu saja," Old Death menambahkan, "kita harus berbicara pelan-pelan. Dan pada
waktu berbisik, suaranya harus tetap sama."
"Baiklah, jika Anda berani melakukannya, silahkan!" kata Lange. "Bukan nyawa
kami yang dipertaruhkan, melainkan nyawa Anda sendiri. Tetapi selama Anda pergi,
apa yang harus kami kerjakan?"
"Pertama-tama, menyelinaplah ke luar dan ambillah beberapa tiang atau balok yang
kuat. Semuanya akan kita gunakan untuk mengganjal pintu kamar, sehingga pintu
tidak bisa dibuka dari dalam. Setelah itu padamkan lampu dan bersembunyilah di
dalam rumah. Itu saja yang harus Anda kerjakan. Apa yang terjadi selanjutnya,
belum dapat diramalkan sekarang."
Ayah dan anaknya itu pergi ke pekarangan untuk mengambil tiang yang dimaksud.
Sementara itu kami melucuti pakaian kedua tawanan. Pakaian itu berwarna hitam
dan di atasnya dijahit simbol khusus berwarna putih. Pakaian kapten dibubuhi
simbol berupa pedang pada topi, bagian dada dan pahanya. Sedangkan pada pakaian
Locksmith tampak gambar kunci. Jadi pedang adalah simbol untuk sang pemimpin.
Seorang lagi disebut dengan julukan si "Siput". Dialah yang duduk di rumah makan
untuk memantau tempat persembunyian kami. Dia juga pasti mengenakan pakaian yang
sama, tentu dengan gambar siput. Celana yang dipakai kapten mirip potongan
celana yang biasa dipakai oleh petani di Swiss dengan bagian kaki yang sempit.
Ketika kami menggulungnya sampai ke lutut, tiba-tiba dia siuman. Dia memandang
kami dengan bingung bercampur heran. Lalu dia ingin berdiri dan meraba-raba
sekujur tubuhnya untuk mencari tasnya yang berisi revolver. Tapi Old Death
segera menendangnya sehingga dia terjatuh lagi ke tanah. Lalu dia mengarahkan
ujung pisau Bowie ke dada orang itu sambil mengancam,
"Tenang, anakku! Suara atau gerakan kecil saja yang mencurigakan, maka besi
tajam ini akan menusuk ke dadamu!"
Pria Kuklux itu berumur kira-kira tiga puluh tahun. Janggutnya dipotong pendek
seperti tentara. Potongan wajahnya yang mencolok, berwarna sedikit kehitamhitaman dan agak keriput menunjukkan bahwa dia berasal dari daerah Selatan.
Dengan kedua tangannya dia mengelus-elus kepalanya yang nyeri terkena gagang
revolver. Lalu dia bertanya,
"Di mana saya sekarang" Lalu siapakah Anda?"
"Anda berada di dalam rumah Lange, orang yang ingin Anda rampok, boy. Saya dan
anak muda ini adalah orang Jerman, dan sebenarnya kamilah yang ingin dicari si
Siput. Lihat, sekarang engkau berada di tempat yang sudah lama kau impiimpikan." Orang itu menggigit bibirnya. Dia melayangkan pandangan ke sekeliling lalu
tampak bingung dan terkejut. Pada saat itu Lange dan anaknya kembali. Mereka
membawa beberapa tonggak dan sebuah gergaji.
"Tali-tali untuk mengikat sudah ada, cukup untuk dua puluh orang," kata
Lange. "Kalau begitu berikan kemari. Untuk sementara cukup dulu untuk kedua orang
ini." "Tidak, saya tidak mau diikat!" seru Capt'n sambil berusaha sekali lagi untuk
bangun. Tapi dengan segera Old Death menodongkan pisau dan berkata,
"Jangan coba-coba bergerak! Rupanya orang lupa memberitahu kamu, siapa saya
sebenarnya. Orang memanggil saya Old Death dan engkau akan tahu apa arti nama
itu. Atau apa kau kira, saya bersahabat dengan para pedagang budak atau orangorang Kuklux?" "Jadi... Anda... Old... Old Death?" ulangnya dengan suara terbata-bata karena
terkejut. "Ya, anakku, sayalah orangnya. Sekarang jangan bertindak bodoh. Saya tahu, kamu
berencana mencambuk Lange hingga tubuhnya hanya menyisakan tulang, lalu
menggantung anaknya kemudian membakar hangus rumah ini. Bagus, jika kamu
berharap mendapat keringanan, maka jangan berbuat yang bukan-bukan."
"Old Death, Old Death!" katanya sekali lagi dengan wajah pucat pasi. "Kini
tamatlah riwayat saya!"
"Oh, belum. Kami bukan pembunuh yang tidak mengenal perikemanusiaan seperti
kalian. Kami akan membiarkan kalian tetap hidup, jika kalian menyerah tanpa
syarat. Tapi jika kalian tidak menurut, maka besok pagi orang akan melihat mayat
kalian mengapung di sungai. Sekarang pasang telinga baik-baik, apa yang hendak
saya katakan. Jika kamu ingin hidup, maka enyahlah segera dari county[Sebuah
bentuk daerah pemerintahan] ini dan kalau perlu dari daerah Texas. Dan jangan
pernah kembali lagi! Jika kamu melanggarnya, maka seluruh anggotamu akan turut
binasa. Sekarang saya akan memancing mereka ke sini. Mereka pun akan ditawan
seperti dirimu. Perintahkan agar mereka menyerah. Jika kamu menolak, maka kami
akan menembaki kalian dengan membabi buta, seperti menembak kawanan merpati liar
di atas pohon!" Kami mengikatnya dan menyumbat mulutnya dengan sepotong kain. Yang seorang lagi
rupanya telah sadar, tapi dia lebih suka diam. Dia juga diikat dan disumbat
mulutnya. Kemudian keduanya digotong ke tempat tidur yang biasanya dipakai Lange
dan anaknya. Lalu mereka diikat kuat-kuat pada tempat tidur sehingga tidak dapat
bergerak sama sekali. Sebuah selimut dibentang di atas tubuh mereka sampai ke
leher. "Bagus!" Old Death tertawa puas. "Sekarang sandiwara bisa dimulai. Kita akan
membuat bedebah-bedebah itu tercengang, jika mereka akhirnya tahu, bahwa yang
sedang tidur pulas di sini ternyata temannya sendiri. Ini akan menjadi tontonan
yang sangat menyenangkan! Tapi katakan, Master Lange, jika mereka sudah
tertangkap, bagaimana kita dapat berbicara dengan mereka, tanpa terlihat dan
tersentuh oleh mereka, tapi pada saat yang sama kita tetap bisa mengawasi
mereka?" "Hmmm!" orang yang ditanya bergumam lalu menunjuk ke atap. "Dari atas sana. Atap
itu hanya tersusun dari lembaran-lembaran papan. Kita bisa membongkar salah satu
di antaranya." "Bagus, mari kita keluar. Bawalah senjata kalian. Naiki tangga itu dan
tinggallah di sana sampai tiba saatnya untuk bertindak. Tapi sebelumnya kita
harus menyiapkan palang kayu yang pas untuk pintu."
Beberapa tiang dipotong pendek menggunakan gergaji sehingga menjadi ukuran yang
sesuai dengan rencana kami. Kemudian persiapan dimulai. Saya mengenakan celana
dan baju Locksmith, sedangkan Old Death baju bosnya. Tak lupa saya memasukkan
rangkaian kunci palsu ke kantong celana.
"Anda sama sekali tidak memerlukannya," kata Old Death. "Anda bukan seorang
tukang kunci, bukan pula seorang pencuri, dan Anda akan ketahuan karena kurang
terampil. Lebih baik cabutlah kunci asli dari gagang pintu dan bawalah. Tapi
buatlah seolah-olah Anda membuka dengan kunci palsu. Pisau dan revolver kita
bawa. Sedangkan senjata kita dititipkan saja buat sobat-sobat kita. Mereka
segera ke atap dan membongkar sebilah papan begitu kita keluar rumah. Namun
terlebih dahulu semua lampu harus dipadamkan."
Perintah itu segera dijalankan. Lalu pintu dibuka agar kami bisa keluar. Setelah
tiba di luar, saya mengunci semua pintu di rumah itu. Saya juga membawa tiga
kunci, yakni kunci pintu depan, kunci kamar samping dan kunci kamar tidur. Old
Death memberikan saya petunjuk-petunjuk secara lebih gamblang daripada
sebelumnya. Ketika terdengar suara papan di atap mulai dibongkar, kami segera
berpisah. Dia pergi ke bagian samping rumah, di mana berdiri tiang-tiang untuk
kacang, sedangkan saya berjalan melalui pekarangan untuk menjemput "para sahabat
saya" yang sudah tidak sabar lagi menunggu. Di sana saya berbelok menuju ke
kandang. Dengan sengaja saya berjalan dengan langkah yang agak keras supaya didengar dan ditegur. Dengan
cara ini mereka tidak menaruh curiga. Ketika saya mencapai pojok rumah, hampir
saja saya tersandung pada tubuh seseorang yang tiba-tiba bangkit dari tanah.
"Stop!" katanya. "Apakah itu kamu, Locksmith?"
"yes. Sekarang kalian boleh ke sana, tetapi harus pelan-pelan."
"Saya akan melapor dulu pada letnan. Tunggu di sini!"
Dia menghilang dengan diam-diam. Jadi mereka juga memiliki seorang letnan!
Tampaknya Ku-Klux-Klan memiliki struktur organisasi seperti militer. Belum
sampai satu menit, datang lagi seorang. Dengan suara berbisik, dia berkata,
"Kita telah lama menunggu. Apakah orang-orang Jerman biadab itu sudah
tidur?" "Ya! Bahkan sangat nyenyak sekarang. Hari ini mereka terlalu banyak minum
brandy." "Kalau begitu, pekerjaan kita akan lebih mudah. Bagaimana dengan pintupintunya?" "Semuanya sudah beres."
"Kalau begitu kita bisa pergi sekarang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu. Dan
penyerangan yang sama akan terjadi di rumah Cortesio seperti yang sudah
direncanakan. Tunjukkan kami jalannya!"
Di belakangnya muncul sekelompok orang yang menyamar dan mereka segera mengikuti
saya. Ketika kami tiba di dekat rumah, Old Death berjalan pelan-pelan
menghampiri kami. Dalam kegelapan tak seorang pun yang dapat membedakannya
dengan sang kapten. "Ada perintah khusus, Capt'n?" tanya orang kedua.
"Tidak," jawab Old Death dengan nada yang pasti dan penuh percaya diri. "Kita
baru akan bertindak setelah mengetahui situasi di dalam rumah. Ayo, Locksmith,
kita harus membuka pintu rumah itu."
Saya melangkah ke pintu sambil memegang kunci asli. Namun tentu saja berlagak
seolah-olah berkali-kali saya kesulitan membukanya. Setelah pintu itu berhasil
dibuka, mereka dibiarkan masuk. Saya dan Old Death tetap berdiri di luar. Letnan
juga berdiri bersama kami. Ketika semua sudah masuk dengan pelan-pelan, dia
bertanya, "Haruskah kita nyalakan lenteranya?" "Untuk sementara ini hanya milik Anda."
Kemudian kami melangkah masuk. Saya kembali menutup pintu namun tidak
menguncinya. Dari saku celananya letnan mengeluarkan sebuah lentera yang terang
cahayanya. Pakaiannya ditandai dengan gambar putih berbentuk pisau Bowie. Mereka semua
berjumlah lima belas orang. Tiap orang memakai simbol yang berbeda. Ada simbol
peluru, bulan sabit, salib, ular, bintang, katak, roda, hati, gunting, burung,
binatang-binatang berkaki empat dan figur-figur lain. Tampaknya letnan senang
memberi perintah. Sementara yang lain diam berdiri, dia menerangi sekelilingnya
dan kemudian bertanya, "Haruskah seseorang berjaga di pintu?"
"Untuk apa?" tanya Old Death. "Tidak perlu. Locksmith sudah menguncinya, jadi
tak seorang pun dapat masuk ke sini."
Dengan segera saya menguncinya untuk meyakinkan letnan itu, tetapi kunci itu
saya biarkan tertancap pada pintu.
"Kita semua harus masuk," kata Old Death. "Pandai besi biasanya orang-orang yang
sangat kuat." "Hari ini perilaku Anda lain dari biasanya, Capt'n!"
"Karena situasinya juga lain. Ayo maju!"
Dia mendorong saya ke pintu kamar dan peristiwa yang sama pun kembali terulang.
Saya berbuat seolah-olah saya kesulitan menemukan kunci yang cocok. Lalu kami
semua masuk. Old Death mengambil lentera dari tangan letnan dan mengarahkan ke
pintu kamar. "Ke sana!" katanya. "Tapi pelan-pelan!"
"Bukankah sebaiknya kita juga mengeluarkan lentera-lentera yang lain?" "Jangan,
nanti setelah kita tiba di kamar."
Old Death mencegahnya supaya orang yang sedang tidur pulas itu tidak segera
dikenali, walau kamar tidurnya mampu menampung kelima belas orang itu. Yang
penting sekarang, bagaimana memasukkan semua orang itu sehingga mereka tidak
harus terkepung di lorong rumah. Sekarang saya membuka pintu kamar dengan lebih
pelan dan sangat berhati-hati. Pintu berhasil dibuka. Old Death membiarkan
cahaya lentera menerangi kamar tidur. Sejenak dia melongok ke dalam dan
berbisik, "Mereka sedang tidur. Ayo, cepat masuk! Tapi pelan-pelan! Letnan lebih dulu!"
Dia tidak memberikan kesempatan kepada letnan untuk membantah dan berpikir.
Orang itu ditariknya masuk dan yang lain mengikutinya sambil berjalan berjinjit.
Setelah orang terakhir masuk, saya segera menutup pintu lalu menguncinya.
"Cepat ambil baloknya!" kata Old Death.
Potongan balok itu terletak di sana dan cukup panjang, sehingga dapat dipakai
untuk mengganjal bingkai jendela dan daun pintu. Kami melakukannya dengan baik.
Mungkin hanya seekor gajah yang mampu mendobrak pintu itu. Saya cepat-cepat
pergi ke luar menuju ke tangga.
"Anda bisa mendengarkan saya?" tanya saya sambil menengadah ke atap. "Mereka
sudah masuk perangkap. Turunlah!"
Mereka melompat turun dengan tergesa-gesa.
"Mereka semua terkurung di kamar tidur. Tiga orang dari kalian harus segera ke
luar, ke depan jendela untuk menahan jendela itu dengan palang. Jika ada yang
ingin melompat melalui jendela, langsung tembak!"
Saya membuka pintu belakang dan tiga orang segera pergi keluar. Yang lain
mengikuti saya ke ruang tengah. Pada saat itu dari dalam kamar terdengar suara
yang sangat gaduh. Rupanya bajingan-bajingan itu sudah sadar bahwa mereka
terkurung. Mereka mengeluarkan lentera dan dengan bantuan cahaya tersebut mereka
mengenali siapa yang terbaring di tempat tidur. Caci maki dan sumpah serapah
terdengar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu pintu pun digedor-gedor
dengan keras. "Buka, buka, kalau tidak semuanya akan kami hancurkan!" terdengar teriakan dari
dalam. Ketika ancaman mereka sama sekali tidak membuahkan hasil, mereka mencoba
mendobrak pintu. Tetapi tentu saja pintu tidak goyah sedikit jua, tiang
penopangnya berdiri terlalu kokoh. Lalu kami mendengar mereka membuka jendela
dan mencoba mendorong daun jendela.
"Tidak bisa!" teriak seseorang dengan marah. "Jendela ini telah dipalang dari
luar". Dari luar terdengar teriakan teman kami yang mengancam,
"Mundurlah dari jendela! Kalian sudah terperangkap. Jika ada yang ingin
menerobos jendela, dia akan ditembak!"
"Ya, " sahut Old Death dengan keras dari dalam kamar. "Pintu ini juga dijaga. Di
sini berdiri cukup banyak orang yang siap mengirim kalian ke neraka. Tanyakan
pada Capt'n, apa yang harus kalian lakukan!"
Lalu dengan suara pelan dia berbisik kepada saya,
"Mari ikut saya ke atas. Bawa lentera dan senapan Anda! Teman-teman yang lain
boleh menyalakan lampu di sini."
Kami menuju ke atas, ke kamar loteng yang berada tepat di atas kamar tidur.
Dengan sangat mudah kami menemukan papan yang dibongkar. Setelah lentera kami
ditutup dan topeng penutup wajah diturunkan, kami menyingkirkan papan itu. Kini
kami dapat melihat kamar tidur di bawahnya yang terang karena lentera-lentera
gerombolan itu. Mereka berdiri berdesak-desakan. Ikatan dan sumbat mulut dari kedua tawanan
sudah dilepaskan. Kapten berbicara kepada anak buahnya dan perintahnya terdengar
tegas. "Oho!" kata letnan itu lebih keras. "Kita harus menyerah! Memangnya berapa
jumlah musuh yang harus kita hadapi?"
"Cukup banyak sehingga bisa menembak mati kalian semua hanya dalam lima detik!"
teriak Old Death dari atas.
Semua mata menengadah ke atas. Pada saat itu terdengar bunyi tembakan dari luar,
lalu disusul tembakan kedua. Old Death segera memahami maksud dari tembakan itu.
Dia berkata, "Kalian dengar itu?" lanjutnya. "Teman-teman kalian juga sudah ditembak di rumah
Cortesio. Seluruh penduduk La Grange kini bangkit melawan kalian. Semua orang
sudah tahu bahwa kalian datang ke sini dan mereka sudah siap menyambut kalian
tanpa kalian duga. Kami tidak membutuhkan Ku-Klux-Klan. Di kamar di sampingmu
ada dua belas orang, di luar di depan jendela ada enam dan kami di atas atap
berjumlah enam orang. Nama saya Old Death. Mengerti" Saya memberi waktu sepuluh
menit. Letakkan senjata kalian, maka kalian akan kami perlakukan dengan baik.
Tapi jika kalian menolak, maka kami akan menghujani kalian semua dengan peluru.
Selanjutnya tidak ada lagi penjelasan dari saya, ini ucapan saya yang terakhir.
Pikirkan baik-baik!"
Dia kembali menutup atap dengan papan itu lalu berbisik kepada saya,
"Sekarang cepat turun dan bantu Cortesio!"
Kami juga membawa dua orang lain sehingga hanya tinggal Lange dan anaknya di
kamar itu. Dua orang yang bertugas di dekat jendela juga ikut, karena untuk
sementara satu penjaga saja sudah cukup. Jadi jumlah kami lima orang. Tiba-tiba
terdengar lagi bunyi tembakan. Kami merangkak ke sana dan memergoki empat atau
lima orang yang sedang menyamar. Dari belakang rumah Cortesio pun datang lima
orang lain. Salah seorang darinya berteriak keras,
"Mereka juga menembak dari belakang rumah. Kita tidak bisa masuk ke
dalam!" Saya menelungkup ke tanah dan merangkak lebih dekat. Lalu saya mendengar salah
seorang dari mereka yang berdiri di depan menjawab,
"Sialan! Siapa yang mengira semuanya akan menjadi seperti ini" Orang Mexico itu
telah mengendus gelagat kita dan dia membangunkan penduduk dengan bunyi
Winnetou Kepala Suku Apache Karya Dr. Karl May di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tembakannya. Lihat, di rumah penduduk lampu-lampu kembali dihidupkan. Di
belakang sana bahkan sudah terdengar derap langkah orang. Dalam beberapa saat
kita akan terkepung. Mari kita pergi sekarang. Kita dobrak saja pintu itu dengan
gagang senapan! Kalian setuju?"
Saya tidak menunggu jawaban mereka. Dengan cepat saya merangkak kembali
mendapati teman-teman saya dan meminta mereka,
"Mesch'schurs! Cepat, mari kita hadang kawanan itu dan pukul mereka dengan
gagang senapan! Mereka ingin mendobrak pintu rumah Cortesio."
"Well, well! Ayo maju!" jawab mereka. Beberapa saat kemudian gagang senapan
sudah melayang dengan cepat seperti sambaran petir dan menghantam kepala
bajingan yang kebingungan itu. Mereka lari tercerai-berai sambil berteriak dan
meninggalkan keempat temannya yang cedera dan tidak bisa lari. Semua senjata
mereka kami lucuti. Kemudian Old Death melangkah ke pintu rumah Cortesio dan
mengetuknya. "Siapa di luar?" terdengar seseorang bertanya dari dalam.
"Old Death, Sennor. Kami sudah mengusir semua bedebah yang ingin merenggut nyawa
Anda. Mereka sudah kabur. Tolong bukakan pintunya!"
Pintu dibuka dengan hati-hati. Pria Mexico itu segera mengenali Old Death
meskipun scout itu masih menyamar dengan celana dan kemeja kapten. Lalu dia
bertanya, "Benarkah mereka sudah pergi?"
"Sudah sangat jauh. Tapi empat orang berhasil kami tangkap. Apakah Anda tadi
melepaskan tembakan?"
"Ya. Syukurlah, Anda telah mengingatkan saya. Jika tidak, pasti nasib saya
menjadi lain. Saya menembak di depan rumah dan pelayan Negro saya di belakang,
sehingga mereka tidak bisa masuk. Lalu dengan jelas saya melihat Anda datang
menyerang mereka." "Ya, kami telah membebaskan Anda dari bahaya. Sekarang bantulah kami! Mereka
tidak akan kembali lagi ke rumah Anda. Tapi masih ada lima belas orang yang kami
tahan di sana. Dan kami tak ingin mereka lolos. Suruh pelayan Negro itu berlari
dari rumah ke rumah dan membuat suara gaduh. Seluruh penduduk La Grange harus
bangkit dan menghukum penjahat-penjahat itu."
"Kalau begitu dia harus pergi mencari sherif. Dengar itu, orang-orang sudah
datang! Saya juga akan segera ke sana, Sennor."
Dia masuk lagi ke rumahnya. Dari arah kanan datang dua orang dengan senjata di
tangan dan bertanya apa maksud dari tembakan tadi. Setelah kami memberikan
penjelasan, mereka langsung menyatakan siap menolong kami. Bahkan penduduk La
Grange yang pro sesessionis pun tidak lagi berpihak pada orang-orang Ku-Klux
karena perbuatan pengikutnya yang secara politis sangat kejam. Kami mencengkeram
kerah baju kedua orang yang terluka itu dan menyeretnya ke kamar Lange. Seorang
dari mereka berusaha mempengaruhi kami dengan dalih, sampai sekarang orang-orang
Ku-Klux tidak berbuat onar. Sennor Cortesio datang kemudian dan segera disusul
oleh penduduk La Grange. Mereka datang berduyun-duyun,
sehingga kamar itu tidak cukup lagi untuk menampung semuanya. Kebanyakan dari
mereka harus tetap tinggal di luar. Suara orang-orang itu menimbulkan kegaduhan,
ditambah lagi dengan derap langkah yang terburu-buru ke sana kemari, sehingga
orang-orang Ku-Klux dapat menduga apa yang kini terjadi. Old Death mengajak saya
kembali ke atas loteng. Setelah papan disingkirkan, kami melihat wajah-wajah
yang putus asa. Para tawanan itu bersandar di dinding, ada yang duduk di tempat
tidur atau merebahkan diri di lantai dan ada lagi yang menundukkan kepala.
"Sekarang," kata Old Death, "sepuluh menit sudah lewat. Apa yang kalian
putuskan?" Tak terdengar jawaban. Salah seorang memaki-maki dengan kasar.
"Semuanya diam" Baik, saya mengartikannya bahwa kalian tidak mau menyerah. Kalau
begitu kami mulai menembak."
Dia membidikkan senjatanya dan saya pun melakukan yang sama. Anehnya, tak
seorang pun dari mereka yang meraih senjatanya dan balas membidik ke arah kami.
Bajingan-bajingan itu ternyata pengecut. Mereka hanya berani melawan orang-orang
yang tidak bersenjata. "Jawablah sekarang atau saya tembak!" teriak Old Death mengancam. "Ini kata-kata
saya terakhir." Tak seorang pun menjawab. Lalu Old Death berbisik kepada saya,
"Tembak saja mereka. Kita harus mencederai mereka, jika tidak mereka tidak akan
patuh kepada kita. Bidiklah tangan sang letnan! Saya sendiri akan membidik
Capt'n-nya!" Kedua tembakan kami melesat secara bersamaan. Peluru-peluru kami tepat mengenai
sasaran. Kedua perwira itu berteriak keras, lalu semua anak buahnya ikut
berteriak dan menjerit panik. Rupanya tembakan kami terdengar juga di kejauhan.
Orang-orang mengira, kami sedang terlibat baku tembak dengan orang Ku-Klux.
Karena itu terdengar tembakan sahutan dari dalam rumah dan di luar jendela.
Peluru-peluru beterbangan menembus pintu rumah dan jendela menuju ke kamar
tidur. Beberapa Ku-Klux terkena timah panas. Mereka semua merebahkan diri ke
lantai agar terhindar dari peluru, lalu berteriak keras seolah-olah mereka akan
dipanggang di tiang siksaan. Kapten berlutut di depan tempat tidur. Dia membalut
tangannya yang berdarah dengan sapu tangan linen lalu menengadah dan berkata
kepada kami, "Hentikan! Kami menyerah!"
"Bagus!" jawab Old Death. "Semuanya minggir dari tempat tidur! Buang senjata
kalian ke atasnya, setelah itu baru kalian akan digiring ke luar. Siapa yang
coba-coba menyimpan senjatanya secara diam-diam, dia harus siap-siap menerima
peluru di tubuhnya! Kalian dengar, di luar sana sudah berdiri ratusan orang.
Kalian hanya bisa selamat seandainya menyerah tanpa syarat."
Situasi yang dihadapi perkumpulan rahasia itu benar-benar tidak memberikan
pilihan lain. Tak ada kemungkinan untuk melarikan diri. Mereka tahu hal itu.
Tapi jika mereka menyerah, apa yang akan kami lakukan pada diri mereka" Rencana
mereka belum dilaksanakan. Jadi mereka tidak bisa divonis bersalah atas suatu
tindakan yang belum dilakukan. Tentu saja lebih baik jika mereka menyetujui
tawaran Old Death daripada mencoba melakukan hal yang bodoh yaitu dengan
menerobos kepungan penduduk La Grange. Resiko yang harus mereka tanggung akan
jauh lebih besar. Akhirnya mereka melempar pisau dan senjatanya ke tempat tidur.
"Bagus, Mesch'schurs!" seru Old Death. "Dan sekarang dengarkan, saya akan
menembak siapa saja yang coba-coba bergerak untuk mengambil senjatanya setelah
pintu dibuka. Baik, tunggu sebentar."
Dia menyuruh saya ke ruang tengah untuk menyampaikan kepada Lange agar dia
segera membuka pintu supaya orang-orang Kuklux bisa keluar. Setelah itu mereka
langsung ditahan. Ternyata hal ini tidak semudah yang kami bayangkan. Sepanjang
lorong rumah yang diterangi dengan lentera-lentera itu penuh dijejali manusia.
Selain topi, saya pun masih mengenakan pakaian Locksmith, sehingga orang mengira
bahwa saya juga seorang anggota perkumpulan rahasia itu. Karena itu saya
langsung diserang. Mereka sama sekali tidak menghiraukan penjelasan saya. Saya
ditinju dan ditendang berkali-kali, sehingga bagian tubuh yang terkena masih
terasa sakit hingga beberapa hari kemudian. Bahkan mereka bermaksud menyeret
saya ke depan rumah untuk digantung di sana.
Posisi saya sangat terjepit, karena para penyerang itu tidak mengenali wajah
saya. Terutama seorang laki-laki yang tinggi dan berbadan kekar yang terus
menerus meninju saya di bagian samping sambil berteriak,
"Seret dia keluar, keluar! Pohon-pohon itu mempunyai dahan-dahan yang bagus,
indah, dan kuat yang tentu tidak akan patah jika seorang manusia jahat seperti
ini digantung di sana!"
Sambil berkata, dia mendorong saya ke pintu belakang.
"Tapi, Sir," teriak saya. "Saya bukan anggota Kuklux. Tanyakan saja pada Master
Lange!" "Dahan yang bagus, dahan yang besar!" jawabnya sambil menghadiahkan sebuah
pukulan ke pinggang saya.
"Saya mohon, bawalah saya ke kamar Master Lange! Saya memakai pakaian ini hanya
untuk... " "Benar-benar dahan yang sangat indah! Dan seutas tali pun mudah ditemukan di La
Grange ini. Seutas tali dari rami yang bagus, halus tapi benar-benar kuat!"
Dia kembali mendorong saya dan memukul saya berkali-kali di bagian yang sama.
Lama-kelamaan kesabaran saya hilang. Sikap orang itu bisa mempengaruhi orang
lain sehingga akhirnya saya betul-betul digantung. Jika saya dibawa keluar,
pasti saya akan dikeroyok.
"Tuan," teriak saya sekali lagi. "Anda tidak berhak memperlakukan saya seperti
ini! Saya mau pergi ke Master Lange, mengerti?"
"Dahan yang kokoh! Tali yang tak ada tandingannya!" dia berteriak lebih lantang
sambil memukul keras ke rusuk saya. Sekarang darah saya benar-benar mendidih.
Dengan sekuat tenaga, saya meninjunya tepat pada hidung. Dia pasti sudah
terlempar dan jatuh ke lantai, jika tempat ini cukup luas. Di sana orang berdiri
berhimpit-himpitan, namun saya menemukan tempat yang sedikit lapang. Saya harus
menggunakan kesempatan ini. Dengan sekuat tenaga, saya maju dan berteriak sambil
meninju, menendang, dan memukul membabi buta ke sekeliling sehingga membuat
mereka melangkah mundur sejauh mungkin. Saya terus maju melalui lorong yang
sempit dan akhirnya mencapai kamar Lange. Namun ketika saya berusaha menerobos
ke depan, tiba-tiba pintu itu tertutup dengan sendirinya. Tubuh saya babak belur
dihajar oleh pukulan orang-orang yang masih sempat menjangkau saya. Seorang
Kuklux palsu saja sudah dihajar sampai babak belur seperti ini, betapa parahnya
nasib seorang Kuklux sungguhan! Pria berbadan kekar tadi kembali memburu saya
dengan langkah cepat. Dia berteriak seperti babi jantan yang sedang mengamuk.
Dia tiba di kamar Lange hampir bersamaan dengan saya. Ketika melihatnya, Lange
bertanya, "Astaga, apa yang terjadi, Sir" Mengapa Anda menjerit seperti itu" Mengapa
hidung Anda berdarah?"
"Gantung saja si Kuklux ini di pohon!" jawabnya dengan marah. "Dia telah
mematahkan tulang hidung saya, merontokkan dua, tiga, atau mungkin empat gigi
saya. Gigi yang sangat indah! Satu-satunya gigi yang masih saya miliki adalah
gigi bagian depan! Gantung dia!"
Kini kemarahannya kedengaran lebih beralasan daripada sebelumnya, karena memang
banyak darah keluar dari hidungnya.
"Orang ini?" tanya Lange sambil menunjuk ke arah saya. "Tapi, Sir yang
terhormat, dia itu bukan seorang Kuklux! Dia teman kita. Berkat jasanya kita
berhasil menangkap bajingan-bajingan itu. Tanpa bantuannya, kami dan Sennor
Cortesio pasti sudah menjadi mayat dan rumah-rumah kita pun sudah menjadi abu!"
Orang itu membelalakkan matanya. Mulutnya yang berdarah menganga lebar. Dia
menunjuk ke arah saya dan bertanya,
"Tanpa... tanpa... orang ini?"
Famoses Tableau![Perancis: Pertunjukan hebat] Semua orang tertawa. Dengan sapu
tangan, dia mengusap peluh di kening serta darah yang keluar dari mulut dan
hidungnya. Saya memijat bagian-bagian tubuh saya yang terkena pukulan. Beberapa
hari kemudian tubuh saya bengkak dan hampir mirip dengan tubuh si pria kekar
itu. "Sekarang baru Anda tahu, Sir!" saya membentaknya. "Tadi Anda seperti orang gila
dan hendak menggantung saya! Karena pukulan-pukulan Anda yang keras tadi, saya
merasakan bilur-bilur di sekujur tubuh saya. Saya seperti seorang ksatria yang
harus menanggung banyak penderitaan, Sir!"
Orang itu tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya mengusap mulutnya beberapa
kali dan tanpa suara memperlihatkan sesuatu di tangan kirinya. Di telapak
tangannya tampak dua gigi depannya. Hanya kedua gigi depan itulah yang
sebelumnya dimilikinya. Sekarang saya juga tidak dapat menahan tawa, karena
tampangnya sangat menyedihkan. Akhirnya saya kemudian menyampaikan perintah
kepada orang-orang di situ.
Semua tali yang tersedia telah dikumpulkan. Tali-tali itu berserakan di sudut.
Ada tali, kain linen dan tambang, dan semuanya bisa dipakai.
Pengelana Rimba Persilatan 3 Goosebumps - 1 Selamat Datang Di Rumah Mati Tiga Iblis Pulau Berhala 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama