Ceritasilat Novel Online

Beauty Honey 1

Beauty Honey Karya Phoebe Bagian 1


Beauty Honey Phoebe E-book ini dilindungi oleh :
Undang-undang Informasi dan Transaksi elektronik (UU ITE) No.07 Thn 2008
Setiap tindakan pelanggaran sesuai dengan UU ITE Akan di tindak
Sesuai dengan hukum yang berlaku
Writter Said... Beauty Honey adalah buku yang di tulis berdasarkan permintaan
editor bagian ke dua. Tantangan ke dua untuk membuat tulisan yang
agak mengandung unsur passion meskipun gak sekuat Forbidden attack.
Semula saya membuat cerita ini pure tulus sepenuh hati tanpa unsurunsur yang
begituan seperti yang saya tulis di buku Dummy. Tapi
begitu masuk ke ruang voting, Forbidden Attack ternyata tetap menjadi
nomor satu dalam tangga peringkat Diantara Fiksi. Dari hasil kritik
yang masuk ke e-mail lebih banyak dari temen-temen pembaca yang
lebih suka bila unsur passion di forbidden Attack juga ada di cerita yang
ini. Jadi berhubung saya adalah penulis yang selalu berusaha
menyenangkan hati pembaca, saya usahakan deh meskipun menuai
banyak protes dan Editor musti lebih keras lagi mengoreksi kebahasaan
saya supaya lebih mirip ke karyanya Johana Lindsay ;p.
Terimakasih yang sebesar-besarnya buat beberapa teman-teman
yang sangat mendukung untuk mengangkat kembali cerita Monsieur
Keith Lavoile Fujisawa (Kay). Dalam musim forgotten Eve, sangat
banyak pembaca yang kecewa karena Kay tidak mendapatkan Ivea dan
bertanya-tanya tentang siapa yang di nikahinya, atas dasar apa dan
mengapa. Saat tanpa sengaja saya menulis kalau kakaknya Natsuki
Tokeino yang merupakan istri Kay dalam forbiddeng Attack, tidak
sedikit juga dari teman-teman yang menuntut ceritanya. Jadi, inilah saya
persembahkan untuk teman-teman semua setelah melalui proses yang
sangat panjang. Kritik dan saran masih di terima dengan lapang dada
dan hati yang terbuka. di e-mail ke Hatanokenji@rocketmail.com atau
follow twitter @phoebeyeppo. Terimakasih atas perhatiannya, terima
kasih ^_^ Ketika rindu itu mulai mengganggu,
Yang bisa ku lakukan hanyalah menutup mata dan
Membayangkan kalau dirimu kini pasti lebih baik
Aku sudah mencoba untuk melupakan, tapi malah semakin
mengingat semuanya dengan jelas
Selalu membohongi diri sendiri dan berfikir dirimu pasti kembali
Padahal sepatah katapun Dirimu tidak pernah mengatakan akan kembali
Tapi yang selalu ku lakukan hanya menunggu dan menunggu
meskipun akal sehatku menolak,
Sayangnya hatiku selalu berfikir untuk setia
Bab. 1 Musim semi sudah di lalui dengan kesepian yang benar-benar
mencekam. Seharusnya musim panas tidak begitu, tapi Kay memilih
untuk menanti lagi. Sudah hampir setahun ia terus menanti dan
menanti kedatangan Ivea ke Jepang dan seandainya saat itu tiba, Kay
benar-benar akan mengatakan kepada gadis itu tentang perasaannya
yang sebenarnya. Pelan-pelan Kay mulai merasa bosan menanti hati
Ivea yang tidak kunjung pasti. Sebelum pergi ia melihat kebimbangan
dimata Ivea dan itu semakin memperkuat keinginannya utuk menjauh.
Dia cuma figuran, Ivea tidak mencintainya, kata-kata itu terus bermainmain di
benaknya dan membuatnya nyaris gila. Seandainya ia
mengatakan perasaannya kepada gadis itu kemungkinan terbesar yang
di dapatnya adalah penolakan karena yang Ivea yakini saat itu rasa
cinta di antara mereka adalah kesalahan, karena Kay sudah
membuatnya berkhianat dari Nathan. Itu yang menjadi alasan kuat
kenapa Kay masih mau seperti ini, masih mau menunggu hati Ivea
sampai sekarang. Kay berjalan perlahan sambil menghembuskan nafas. Sebelah
tangannya memegangi sekaleng kopi dingin yang baru saja di ambil
dari dalam freezer dan yang sebelah lagi masih memilih-milih barang
apa lagi yang akan di belinya selain kopi. Selama di Fukuoka Kay
menumpang di rumah Yoshi dan itu seringkali membuatnya merasa
lebih baik tidak usah pulang karena takut mengganggu privasi suami
istri Yoshiki Hidaka dan Alice Kim itu. Otaknya terus memikirkan
kemana ia akan pergi malam ini, apakah harus menyewa hotel" Ia
menghembuskan nafas lagi. Kepalanya terangkat saat melihat seseorang
di kasir, seseorang yang pernah Kay kenal.
"Bagaimana Nona?"
"Tunggu sebentar!"
"Tapi di belakang anda ada yang menunggu!"
"Kalau begitu biarkan dia duluan!"
Kay memandangi wanita yang kebingungan itu. Dia menyingkir
dari meja kasir dan mengeluarkan semua isi tasnya di atas lantai.
Dengan terburu-buru ia memilah-milah barang-barang yang seharusnya
berada di dalam tasnya, tapi tidak ada. Wanita itu kemudian menghela
nafas putus asa sambil memandangi barang-barangnya yang berantakan.
Kay melangkahkan kakinya mendekati wanita itu lalu duduk di lantai,
di hadapannya. "Apa yang kau cari, Sensei " Mungkin aku bisa membantu?""Wanita itu spontan memandang Kay dengan sorot mata terkejut.
Kacamata yang di kenakannya melorot ke bawah beberapa millimeter.
Secepat mungkin ia kembali meletakkan kacamatanya di posisi yang di
yakininya. "Anda siapa?"
"Sensei tidak ingat padaku?" Kay menggaruk-garuk kepalanya
pura-pura kebingungan lalu memandangi wanita yang di panggilnya
sensei. "Anda Matsuri Sensei, kan?"
Wanita itu mengangguk, masih memandangnya.
"Aku Kay, kakaknya Sachi Fujisawa. Kita pernah bertemu di
sekolah waktu aku dan Yoshi menjemput Sachi yang sedang sakit di
sekolah. Waktu itu, Kau menelpon kerumah dan ibuku tidak ada jadi
aku yang datang..." "Oh," Matsuri melongo dengan lenguhan panjang. Ia kemudian
menepuk kepalanya karena menyesal telah menyembunyikan ingatan
tentang Kay dalam-dalam dan kesulitan untuk menggalinya kembali.
"Maaf, aku sangat pelupa jadi tidak bisa mengingatmu dengan cepat!"
Kay menerima permintaan maaf itu dengan sebuah senyum. "Kau
mencari apa?" "Dompetku, Aku lupa meletakkannya dimana. Seharusnya ada
didalam tas." Matsuri memegangi kepalanya lagi sambil mengeluh.
Matanya terpejam berusaha mengingat-ingat dan akhirnya dia
menyerah. "mungkin aku batalkan saja semua belanjaan..."
" Guru dalam bahasa jepang "Aku saja yang bayar!" Potong Kay. "Belanjaanmu tidak banyak
kan?" "TIdak usah. Tidak perlu sampai begitu!"
"Tidak apa-apa. Anggap saja aku traktir sebagai salam perkenalan!"
Kay berdiri dan berjalan menuju kasir lalu membayar semuanya
termasuk kopi dingin yang ada di genggamannya. Sesekali ia melirik
Matsuri yang mulai sibuk memasukkan kembali semua barangbarangnya ke dalam tas.
Kay melihat semuanya, Semua barang-barang
yang keluar dari dalam tas Matsuri bukanlah barang-barang yang biasa
di bawa oleh kebanyakan wanita. Ada beberapa buah buku, kotak
pensil, kunci dengan gantungan beberapa buah foto dengan seragam
Koshintai School tempatnya mengajar, kotak kacamata, sebuah kipas
angin tenaga baterai, dan sebuah gelang manik-manik. Barang yang
terakhir Kay lihat sebelum Matsuri memasukkannya kedalam Tas
selempangnya yang terbuat dari kulit sintetis. Setelah semua barangnya
selesai di kemasi Matsuri berdiri dan mendekati Kay dengan lega. Kay
memberikan sekantong plastik belanjaannya kepada wanita itu dan dia
menerimanya dengan senyum.
Bab. 2 Kay dan Matsuri berjalan beriringan keluar dari toserba. Kay
kemudan membantu Matsuri mencari dompetnya yang hilang. Wanita
itu curiga kalau dompetnya tertinggal dalam taksi dan Kay merelakan
ponselnya untuk di pakai menelpon perusahaan taksi bersangkutan.
Ternyata dugaan Matsuri tidak meleset, dalam waktu kurang dari
setengah jam ia mendapatkan kembali dompetnya dan taksi yang di
naikinya tadi langsung mengantarkannya ke tempat di mana mereka
duduk sekarang. Beruntung supir taksi juga termasuk orang yang jujur
dan bersedia membantu. Wanita itu membungkuk kepada Kay,
kelihatannya sangat berterimakasih karena sudah menemaninya dan
membantunya menemukan dompetnya.
"Apa yang kau katakan" Aku memang bukan anak baik yang suka
membantu. Kali ini aku membantu karena aku mengenal sensei!" Kay
mengelak, Ia sangat jarang mendengarkan kata terima kasih yang
kedengarannya sangat tulus seperti kali ini.
Matsuri mengangkat dompetnya, ia mengeluarkan uang dari sana.
"Berapa uangmu yang terpakai tadi?"
Kay mendorong tangan Matsuri yang terangkat untuk kembali
turun. "Aku sudah bilang tadi, Semuanya aku yang traktir. Jadi jangan
bertindak seperti itu."
"Terima kasih, terimakasih banyak!"
"Kau membeli banyak softdrink, ada pesta ya?"
"Tidak. Semuanya untukku sendiri!"
"Kau tidak takut gemuk" Terlalu banyak minum softdrink bisa
membuat tubuhmu melar!"
Matsuri tersenyum tidak enak. "Aku pada dasarnya memang
sedikit gemuk. Tidak masalah kalau bertambah gemuk sedikit lagi,
habisnya tidak tau lagi harus melakukan apa. Malam ini aku juga tidak
tau mau kemana, mungkin mau kepantai sambil meminum semua itu!"
"Kepantai" Aku boleh ikut?"
Wanita itu memandang Kay heran lalu mengangguk dengan
ekspresi yang agak ragu. Selanjutnya tidak banyak yang mereka
lakukan, hanya berjalan santai menuju pantai. Padahal seharian tadi
Kay sudah bermain-main di pantai, tapi seorang diri tentunya tidak
sama dengan kepantai bersama seorang teman.
Meskipun musim panas, pantai di malam hari tetap dingin. Angin
berhembus sangat kencang dan sekarang Kay duduk di samping
Matsuri sambil meminum kopinya seteguk demi seteguk. Matsuri
duduk dengan sopan dan rambutnya yang lurus dan ringan tertiup
angin, ia menyeka sejumput rambut yang berada di mukanya lalu
mengambil sekaleng soft drink dan meminumnya.
"Sensei sedang apa di Fukuoka?" Tanya Kay.
Matsuri memandangnya. "Aku?"
"Siapa lagi yang bersamaku" Bukankah seharusnya kau berada di
asrama sekolah?" "Aku sudah hampir sebulan berhenti menjadi guru." Katanya
malu-malu. "Jadi jangan panggil aku Sensei lagi."
"Berhenti" Kenapa?"
"Aku rasa Aku tidak cocok menjadi guru, jadi aku mengundurkan
diri!" Kay menyunggingkan sebuah senyum samar. Dia merasa tidak
cocok menjadi guru" Sewaktu Sachi masih sekolah dulu Matsuri selalu
mengesankan kalau dirinya adalah seorang guru yang baik, Bahkan dia
sampai di percaya sebagai pengawas asrama putri. Itu berarti Matsuri
adalah seorang guru yang berprestasi dan sangat kompeten. Bahkan
Matsuri menyimpan foto siswa-siswanya sebagai gantungan kunci. Dia
sangat menyayangi siswanya dan masih berfikir kalau dia tidak pantas
menjadi guru" "Jadi sekarang apa pekerjaanmu, Neechan ?"?"Neechan?" Matsuri terbelalak. "Apa aku terlihat tua?"
" Panggilan untuk kakak perempuan
"Tidak, Bukan begitu. Aku tau kita sebaya. Tapi walau
bagaimanapun sangat sulit mengganti Sensei dengan nama saja. Tapi
kalau kau tidak berkenan..."
"Tidak, Bukan masalah!" Matsuri tersenyum lagi. "Neechan juga
boleh!" "Jadi apa jawabanmu" Apa kegiatanmu setelah mengundurkan diri
dari sekolah?" "Aku sedang mencari kerja. Sudah sebulan ini aku tinggal di rumah
temanku di Osaka dan aku sama sekali tidak berani pulang kerumah.
Asal tau saja, Orang tuaku tidak tau kalau aku sudah berhenti mengajar.
Tapi besok pagi aku harus pulang ke rumah karena rumahku dekat
dengan pantai ini!" "Mengapa baru besok kalau rumahmu dekat" Lalu malam ini kau
mau kemana?" Matsuri meneguk Softdrinknya sekali lagi. "Aku akan disini sampai
pagi, Aku tidak tau mau kemana lagi! Kau sendiri sedang apa di
Fukuoka?" Kay mengangkat sebelah alisnya. Ia sedang apa" Dia sedang
menghabiskan waktunya sia-sia. Tidak, Dia sedang mencari model yang
cocok untuk mengenakan gaunnya dalam Fashion Show dan
pemotretan di Paris. Kalau di tanya mengapa harus memulainya dari
Fukuoka, Kay sendiri tidak mengerti. "Aku sedang liburan musim
panas." Jawabnya. Matsuri mengangguk mengerti.
Kay memandang Matsuri sekali lagi. "Aku boleh disini juga"
Menemanimu?" "Apa?" "Aku juga sedang tidak ingin pulang. Kalau kau akan berada disini
sampai pagi, aku juga akan melakukan hal yang sama. Bolehkan" Kita
bisa berbincang-bincang sampai pagi. " Kay kemudian memandang jam
di tangannya, Empat jam lagi menjelang pagi. "Bolehkan?"
"Tentu saja. Jadi aku tidak harus sendirian sampai pagi!"
Kay lagi-lagi tersenyum. Kopi yang di pegangnya sudah habis dan
ia mulai menjarah minuman kaleng yang berada di dalam kantong
plastik milik Matsuri. "Neechan, Apa yang akan kau katakan di rumah
nanti tentang pengunduran dirimu?"
"Aku biasanya memang pulang pada tanggal yang sama untuk
liburan musim panas. Jadi rasanya tidak perlu mengatakan apa-apa lagi.
Ibuku akan menganggapnya sebagai ritual yang biasa!" Jawabnya.
"bagaimana kabar Sachi sekarang?"
Kay angkat bahu. "Seperti itulah, Sachi masih anak yang sama!"
"Dia beruntung punya dua saudara laki-laki yang melindunginya.
Pasti senang menjadi Sachi. Kekurangannya bisa di terima oleh siapa
saja, makanya anak itu tidak pernah merasa kekurangan."
"Kau juga punya saudara laki-laki, kan" Natsuki pasti juga
melakukan hal yang sama!"
"Tentu saja begitu seandainya dia ada disini. Natsuki kuliah keluar
negri, sudah memasuki tahun kedua. Tapi walau bagaimanapun aku
yang lebih banyak melindunginya karena aku anak yang paling tua!"
"Aku mengerti perasaanmu!" Kay menerawang lagi. Setidaknya,
sebelum Yoshiki kembali Kay adalah anak sulung dalam keluarganya
dan dia memiliki kewajiban penuh menjaga adiknya. Tapi setelah Yoshi
ada di sisi Sachi, perannya sebagai kakak pelan-pelan tidak begitu intens
lagi. Kay sekarang tidak menjadi kakak, ia malah menjadi adik dari
Yoshiki karena Yoshi mengayomi semuanya meskipun mereka tidak
tinggal serumah. Bab. 3 "Kau sudah bangun?" Suara Matsuri terdengar samar di tutupi
deburan ombak di tepi pantai.
Kay membuka matanya dan menatap langit yang sudah berubah
warna menjadi putih, sudah pagi. Ia duduk dan menepuk-nepuk
pakaiannya yang di penuhi dengan pasir. Lalu menyentuh kepalanya
dan tidak mendapatkan apa-apa. Kepalanya sama sekali tidak kotor,
Kay menoleh kebelakang dan melihat tas selempang yang terbuat dari


Beauty Honey Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kulit sintetis berwarna coklat milik Matsuri ada disana, berarti ia tidur
dengan tas Matsuri sebagai alas kepalanya. Kay mengenang, semalam ia
dan Matsuri banyak bicara dan bercerita tapi ia mengeluh karena tidak
bisa menahan kantuk dan akhirnya tertidur. Kay menggosok-gosok
matanya dan memandang Matsuri yang juga memandangnya.
"Kau tidak tidur" Bangun semalaman?"
Matsuri mengangguk, lalu tersenyum.
"Padahal aku sudah minum kopi!" Kay mengeluh.
"Masih ngantuk" Ikut aku kerumah saja, Bagaimana?"
"Mana mungkin aku tidur disana!"
"Aku tidak menawarkanmu tidur di rumahku. Aku menawarkan
Secangkir kopi buatan rumah. Di jamin lebih jitu untuk menahan
ngantuk dibandingkan dengan kopi kalengan yang kau beli semalam."
"Kau juga suka kopi, Neechan?"
"Aku" Tidak, tapi ayahku suka dan aku selalu membuatkan kopi
untuknya!" "Aku juga tidak begitu suka. Tapi aku mau mencicipi secangkir
kopi buatan rumah!" Kay menggosok-gosok tengkuknya, kepalanya
terasa sakit, badannya juga sakit-sakit karena selama ini Kay terbiasa
tidur di tempat yang empuk. Meskipun pasir tidak begitu keras, pasir
tetaplah tidak bisa disamakan dengan kasur air dan bantalnya di rumah.
Secangkir kopi buatan rumah yang di tawarkan Matsuri mungkin akan
sedikit membantu menghilangkan perasaan kantuknya, setelah itu ia
akan meminta Yoshi menjemputnya. Ini hari minggu, seharusnya
Yoshiki tidak bekerja. "Baiklah, secangkir kopi buatan rumah sangat aku harapkan! Tapi,
apakah kau tidak membawa barang-barang lain selain tasmu ini?"
Matsuri menarik tasnya dan menyampirkannya di bahu. Sebisa
mungkin ia berdiri dengan tangkas dan Kay mengikutinya. Perlahanlahan keduanya
berjalan beriringan menuju rumah keluarga Tokeino
yang tidak begitu jauh. "Semua pakaianku ku titipkan di rumah teman,
Selama ini aku tidak pernah membawa pakaian apapun pulang. Jika aku
membawanya pulang ibuku pasti curiga!"
"Berapa lama kau akan tinggal di Fukuoka?"
"Biasanya seminggu, setelah itu aku dan guru-guru yang lain harus
menyiapkan banyak hal untuk menyambut semua siswa untuk kembali
bersekolah!" "Itu jika kau di sekolah, Neechan! Sekarang?"
Matsuri angkat bahu. "Aku harus menemukan pekerjaan yang
cocok, kalau tidak ketemu juga mungkin akan melakukan pekerjaan apa
saja. Pelayan di rumah makan juga boleh!"
Kay mengerutkan keningnya lalu memandangi Matsuri dari ujung
rambut sampai kaki. Matsuri mengenakan celana panjang khaki dengan
kemeja abu-abu yang lengannya sampai ke siku. Semuanya penampilan
yang khas untuk seorang guru. Bisa di banyangkan kalau penampilan
prima ini berubah menjadi butut karena ibu guru mengenakan pakaian
biasa di lapisi sebuah Apron lusuh. Kay menggeleng.
"Ini rumahku. Silahkan masuk!"
Matsuri tersenyum kepadanya. Bahkan senyumnyapun sangat
bijaksana. Gadis itu benar-benar memiliki semua yang seorang guru
miliki. Pasti sangat sedih meninggalkan Asrama Koshintai mengingat
seluruh waktu di asrama sejak bangun tidur sampai kembali tidur selalu
di jalaninya sebagai seorang Sensei yang cantik dan cerdas.
Mengundurkan diri dari profesi yang kelihatannya sangat di cintainya
bisa saja membunuhnya sewaktu-waktu.
Kay bertamu terlalu pagi, Ia sampai di ajak untuk sarapan bersama
keluarga Tokeino yang ramah tamah. Makanan rumahan khas Jepang
yang di santapnya pagi inipun sangat jarang di temuinya karena di
rumah, mereka selalu makan roti. Terlahir dari seorang ibu yang
berkewarganegaraan Prancis membuat Kay mengenal roti lebih baik
dari siapapun, menyukai croissant melebihi apapun. Atmosfir"kekeluargaan yang sangat kental di rumah ini membuat Kay merasa
ingin berlama-lama. Ia sudah sangat lama tidak merasakan yang seperti
ini. Semenjak Ayahnya meninggal semuanya jadi kacau balau. Bahkan
hampir tidak ada kata makan bersama dalam keluarganya karena Sachi
tinggal di asrama dan dirinya sendiri berada di Indonesia. Seandainya
Kay memiliki rumah yang seperti ini, maka dia aka selalu mengeluh dan
ingin pulang. Dia tidak akan berfikir untuk pergi ke Indonesia, tidak
akan bertemu Ivea, tidak akan merasakan perasaan cinta dan tidak perlu
menanti dalam penderitaan seperti sekarang.
"Ini, kopi buatan rumah. Selamat menikmati!" Matsuri meletakkan
secangkir kopi di meja ruang tamu dimana Kay duduk dengan santai
saat ini. Ayahnya, Tuan Tokeino sudah pergi beberapa menit yang lalu
dan ibunya sedang sangat sibuk di dapur. Matsuri duduk di sofa yang
lain, yang juga berada di ruangan yang sama sambil memandanginya
menyeruput kopi dengan sangat nikmat. Kay dan Matsuri tidak perlu
berbicara apa-apa lagi, karena sesaat kemudian ponsel Kay berbunyi
dan Yoshiki sudah menunggunya di depan rumah ini. Kay tadi
menelponnya dan Matsuri memberi tau alamatnya.
"Dia sudah menjemput?" Tanya Matsuri saat melihat Kay
memandangi ponselnya. Kay mengangguk lalu menyeruput kopinya sebanyak mungkin.
"Aku pulang dulu ya" Kopinya sangat enak. Aku harap bisa
menikmatinya lagi di lain waktu. Terimakasih untuk semuanya dan
salam untuk ibumu. Sampai jumpa!"
Matsuri membungkukkan badannya dan pintu tertutup.
" Roti khas Prancis Bab. 4 "Bagaimana kau bisa sampai berada di rumahnya?" Tanya Yoshi.
Kay bersandar di bangkunya. Meskipun dirinya masih sangat lelah,
ia tidak lagi merasa mengantuk. Kopi buatan rumah karya Matsuri
ternyata cukup mujarab. "Aku bertemu dengannya di supermarket tadi
malam. Dia kehilangan dompet dan aku bantu mencari!" Jawabnya.
Yoshi kembali berkonsentrasi dengan jalan dan arah tujuannya.
Tapi Fikiran Kay masih tertuju kepada sensei muda itu. "Dia bilang
kalau dia sudah mengundurkan diri jadi guru! Katanya merasa tidak
cocok. Padahal kau ingat, kan" Di asrama dia adalah guru yang baik.
Kau bahkan menitipkan Sachi kepadanya!"
"Kau sedang memberi tahu atau bertanya?" Yoshiki menanggapi
ucapannya dengan nada biasa. "Kalau kau sedang memberi tau, aku
sudah tau. Kalau kau bertanya sebabnya, Aku juga tau!"
Kay menoleh dan memandangi Yoshiki yang menatap lurus
kedepan. "Tau" Apa sebabnya?"
"Ada sebuah kasus, Matsuri terlibat skandal dengan seorang
pejabat. Istri pejabat itu adalah Klienku, dia mengira Matsuri selingkuh
dengan suaminya. Karena aku mengenal Matsuri aku berusaha bertanya
dan Matsuri menjawab kalau semuanya benar. Aku hampir kehilangan
nyawa saat itu!" "Tidak mungkin. Dia bukan wanita yang seperti itu kan?"
"Tentu saja aku juga bereaksi sama denganmu. Jadi aku
menyelidikinya, dari informan yang ku bayar aku mendapat cerita
kalau pejabat itu, tuan Arata Kujou dan Matsuri memang memiliki
hubungan khusus jauh sebelum laki-laki itu menikah dengan istrinya
sekarang. Mereka berpisah dan masih berhubungan lewat telpon dan email karena tuan Arata Kujou melanjutkan sekolah keluar negri. Matsuri
bahkan tidak tau kalau laki-laki itu sudah menikah. Bisa kau bayangkan
bagaimana perasaanya saat itu" Istri Arata Kujou datang mencaci
makinya kesekolah dan mengatakan akan menuntutnya. Mendadak
semuanya jadi pembicaraan yang sangat mengganggu di asrama dan
kurasa itu penyebabnya mengundurkan diri dari sekolah!"
Kay terkesiap. Dia di khianati dan sekarang memilih untuk
menderita" Matsuri melarikan diri dan Kay tau bagaimana perasaanya.
Perasaan yang sama dengan yang di rasakannya sekarang. Tapi yang
wanita itu alami pasti jauh lebih kejam di bandingkan dengannya. Tidak
banyak orang yang tau tentang dirinya dan Ivea, Tapi sangat banyak
orang yang membicarakan Matsuri. Kay bisa membayangkan
bagaimana saat siswanya bergunjing di belakang saat Matsuri sedang
menjelaskan pelajaran di depan kelas, dan bagaimana ia harus menahan
sendiri bisik-bisik semua orang tentang dirinya. Mungkin itu juga yang
menyebabkannya tidak memberitahukan kebenarannya kepada kedua
orang tuanya, Kay terkenang saat Matsuri mengeluhkan kalau Sachi
sangat beruntung karena banyak orang yang melindunginya seolah-olah
tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa melindunginya.
"Lalu bagaimana?" Kay melanjutkan obrolannya dengan Yoshiki.
"Aku mengatakan kepada istrinya cerita yang sebenarnya, Kalau
Matsuri juga tidak tau apa-apa. Dia bahkan tidak tau kalau Arata Kujou
sudah menikah. Dia juga korban dan bodohnya Matsuri tidak
menyalahkan Arata Kujou sama sekali!"
"Kenapa bisa begitu" Dia harusnya bisa lebih cerdas dalam
bersikap! Bukannya malah jadi bodoh!"
"Kenapa emosi?" Yoshi memandang Kay sambil mengerjapkan
matanya beberapa kali. "Cinta bisa menghilangkan benci kan?"
Kay terpaku. Ivea juga begitu. Dia tidak marah saat Nathan
mempermalukannya, tapi dia marah saat Kay memintanya melupakan
ciuman yang hanya di ketahui oleh mereka berdua . Cinta yang"menyebabkan itu semua.
" Baca Forgotten Eve "Istri Arata Kujou tidak terima karena dengan kata lain cerita itu
malah menyiratkan kalau dialah yang merebut Arata Kujou dari
Matsuri. Dia meminta mediasi dan minta di pertemukan dengan
Matsuri dan suaminya."
"Kapan itu diadakan?"
"Besok siang!" Besok siang" Kay menghela nafas berat. Wanita baik-baik mendapat
cobaan besar sekarang. Apa yang harus di lakukan untuk membantunya"
Kay merasa kalau dirinya dan Matsuri mengalami penderitaan yang
sama. Ia mengerti bagaimana rasanya karena ia memiliki perasaan itu
juga dan Kay tau apa yang sedang Matsuri butuhkan sekarang. Saat dia
menderita, tidak ada seorangpun yang bisa membantunya. Kay hanya
selalu berusaha membantu dirinya sendiri meskipun ia sangat butuh
bantuan. Matsuri pasti juga begitu, ia sangat butuh bantuan sekarang,
tapi gadis itu memilih untuk membantu dirinya sendiri dengan
melarikan diri seperti yang Kay lakukan selama ini.
Rumah bergaya minimalis, Khas rumah pinggir pantai milik Yoshi
terbuka lebar. Setelah turun daari mobil Kay segera berlarian masuk
kekamarnya dan mengambil sebuah buku agenda di dalam Tasnya. Ia
kembali mengamati Jadwalnya untuk besok. Besok, dia akan datang
untuk membantu teman yang senasib dengan dirinya. Semoga dengan
membantu Matsuri bisa mengurangi penderitaan dalam hatinya,
penderitaan karena sebab yang nyaris sama, karena sudah menjadi
orang ketiga dalam hubungan orang lain.
Bab. 5 Kay menggerutu mencari Coffee Shop terdekat dengan agak
terburu-buru. Dia menyesal karena tidak pernah menanyakan secara
detail kepada Yoshi mengenai lokasi pertemuan itu. Sejak kemarin ia
selalu menunda-nunda untuk menanyakannya karena Kay terlalu sibuk
menghubungi banyak orang yang di percaya untuk menyertainya ke
Paris besok. Kay mengamati Bvulgari-nya lekat-lekat, ia sudah terlambat.
Apa yang terjadi dengan Matsuri sekarang" Kepalanya berusaha
mencari-cari dengan memandang sekeliling dan akhirnya ia
menemukannya. Sebuah Coffee Shop sederhana itu memperlihatkan
Matsuri yang tertunduk lewat jendela kaca anti pecahnya yang bening
dan lebar. Yoshi duduk di sebelahnya dan di hadapannya ada seorang
laki-laki dan perempuan yang usianya tidak jauh dari usia Kay.
Apakah dia sudah di tindas habis-habisan". Bisik Kay. Seharusnya Kay
bisa masuk, tapi ada sebuah rasa ngeri terbersit. Kay takut berbuat
kesalahan karena tidak memahami situasinya yang sekarang.
Bagaimana ia harus bersikap setelah disana, apa yang harus di
katakannya, Kay sama sekali tidak bisa menemukan bagaimana ia harus
bersikap tanpa mengetahui apa-apa. Ia hanya mengetahui segelintir
ceritanya dan bertekad untuk ikut campur. Kay mengambil Ponselnya
dan menempelkannya di telinga setelah menghubungi Yoshi
sebelumnya. Dari tempatnya berdiri sekarang, ia dapat melihat
perhatian orang-orang itu teralih kepada bunyi dering ponsel Yoshi,
laki-laki itu permisi dan menjauh, ia mengangkat telpon dari Kay.
"Ada apa?" Yoshi menjawab, pura-pura tidak tau padahal Kay
sdah menceritakan rencananya kepada Yoshi meskipun Yoshi belum
setuju. "Bagaimana keadaannya disana?"
"Matsuri belum menjawab satu pertanyaanpun. Semua orang
hampir putus asa kecuali Arata Kujou yang kelihatannya sangat senang
dengan itu. Kau jadi melakukannya" Kau tidak akan marah-marah kan?"
"Tentu saja aku tidak akan merusak ketampananku dengan marahmarah!"
"Kalau begitu masuklah sebelum aku kembali ke tempat duduk,
Aku tidak mau mereka mengira kalau kau adalah suruhanku sampai
kau berada disana, aku akan terus berpura-pura menerima Telpon!"
Kay menurunkan ponselnya setelah mematikannya. Ia berusaha
melangkah selebar mungkin dengan ritme secepat mungkin dan
melewati Yoshi yang pura-pura tidak mengenalnya. Matsuri disana,
terlihat seperti seorang wanita yang sangat luar biasa. Dia menahan
semua emosi yang mungkin sudah meluap-luap di puncak kepalanya
dengan kepala yang menunduk di bawah intimidasi istri Arata Kujou.
Banyak orang yang menjadikan caci maki itu menjadi tontonan yang
menarik, tapi orang yang cerdas pasti sudah tau siapa pemenang dan
siapa pecundang. "Coba katakan, kenapa kau diam saja?" Istri Arata yang bergaya
luar biasa itu mengamuk dengan suara tinggi. Ia memandang Matsuri
dengan pandangan jijik. "Kau mengatakan kepada semua orang kalau
aku yang merebut Arata darimu benarkan" Katakan!"
Kay benar-benar sudah dekat, Ia melihat Matsuri sudah
mengepalkan tangannya di pangkuannya. Gadis itu bukan gadis lemah,
dia tidak meneteskan sebutir airmatapun dalam mediasi yang kacau
balau ini. Kay berdehem lalu memandang Matsuri dalam-dalam. "Iya,
Katakanlah semuanya!"
Matsuri mengangkat kepalanya lalu menoleh kepada Kay dengan
tatapan yang terkesima. Dia terkejut, ditandai dengan bola matanya
yang membesar. Kay duduk di sebelahnya dan mendapat respon sengit
dari istri sang pejabat. "Kau siapa?" "Aku" Kau tidak sedang ingin berkenalan deganku kan?" Kay
membalas respon buruk itu dengan sama galaknya, sesaat kemudian
pandangannya berpindah kepada Matsuri dan berbicara kepadanya
dengan nada suara yang manis. "Sekarang bagaimana" Katakan
sesuatu!" "Aku harus mengatakan apa?" Matsuri berbicara dalam nada suara
yang sangat pelan. Kay tersenyum puas, setidaknya Matsuri mau bicara.
"Nyonya. Apa yang kau dengar tentang Matsuri Tokeino?"
"Tentu saja tentang perselingkuhannya dengan suamiku. Aku
sudah lama mencurigainya dan aku membayar mata-mata untuk
mengawasinya. Dia sering berhubungan dengan suamiku, dia
menyukai suamiku dan sering tidur bersamanya!"
"Sekarang jawab, benarkah?" Kay memandang Matsuri lagi. Gadis
itu tidak menjawab. "Benarkah" Jawablah!"
"Aku..." Matsuri berhenti, ia menelan ludah menyiapkan kata-kata
yang berikutnya. "Aku memang mencintai Arata-sama..."
"Kau!" Wanita itu berseru memotong ucapan Matsuri dengan galak,
ia sudah mengangkat cangkir kaca yang ada di hadapannya dan
mengguyur Matsuri dengan Kopi yang ada di dalamnya. "Kenapa tidak
bicara dari tadi?" Kay kesal. Ia merampas cangkir itu dan membantingnya kelantai


Beauty Honey Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga bunyi pecahan kaca membahana. Beberapa orang yang
bercakap-cakap dan yang berbisik-bisik semuanya menjadi diam dan
menatap Kay dengan terkesima. Kay puas dengan dirinya hari ini.
"Bagaimana mungkin wanita terhormat seperti anda berlaku hina
seperti sekarang" Dia diam karena tidak ingin membuat anda
memeperlihatkan kehinaan anda di depan orang banyak!"
Wanita itu sudah membuka mulutnya hendak melawan, tapi
suaminya berusaha meredakan emosinya dan membujuknya untuk
duduk. Pada akhirnya ia atau kalau dirinya sudah berperilaku yang
tidak pantas dan sebaiknya dirinya tidak mengulanginya lagi. Duduk
dan diam adalah pilihan yang tepat.
"Neechan, Lanjutkan!" Kay kembali berbicara kepada Matsuri
dengan lembut. "Kau masih bisa kan?"
Matsuri menyeka wajahnya yang basah lalu mengangguk, ia
kembali menyiapkan kata-katanya dan kembali berbicara dengan nada
yang sama dengan yang tadi. "Aku minta maaf sebelumnya. Aku
memang sudah melakukan kesalahan dengan mencintai suami wanita
lain, Aku memang pernah menghubunginya lewat telpon dan pergi
dengannya beberapa kali, tapi aku bersumpah kalau kami tidak seburuk
dugaanmu. Aku tidak pernah tidur dengannya."
"Sekarang nyonya. Apalagi yang ingin anda tanyakan?"
Wanita itu memandang Matsuri dengan pandangan yang lebih
sabar meskipun belum bisa menyembunyikan kebencian seluruhnya, itu
di tunjukkan dengan kata-kata bernada sinis yang keluar dari mulutnya.
"Kau bilang kalau aku merebut suamiku darimu" Benar?"
Yoshi sudah kembali dan duduk di satu-satunya bangku yang
tersisa. Ia mengamati dengan baik semua yang terjadi dari tadi,
sekarang yang dilakukannya hanya menyimak dan sedikit tergerak saat
mendengar pertanyaan dari kliennya. Pertanyaan seperti itu hanya
memiliki satu jawaban dan Matsuri tidak ingin mengeluarkan satu
katapun karena itu malah akan memperburuk suasana.
"Maaf, nyonya." Yoshi menengahi. "Kau dapat kata-kata itu
darimana" Aku cuma mangatakan kepadamu kalau Matsuri dan
suamimu sudah memiliki hubungan jauh sebelum kalian berdua
menikah dan itu adalah hasil penyelidikanku, bukan ucapan darinya.
Salah ucapan bisa merusak reputasi kita semua, anda mengesankan
kalau kata-kata itu anda dapatkan dari saya sebagai pengacara anda!"
Kay tersenyum dan wanita itu terdiam. Ia bersuara kembali dengan
nada yang lebih sopan. "Nyonya, Bagaimana kau bisa menyimpulkan
kata-kata seperti itu" Apakah suamimu mengatakannya" Dia membela
diri dengan cara apa" Apa yang dikatakannya saat membela diri?"
Arata Kujou membulatkan matanya. Sekarang ia di serang dan dia
pasti juga igin menyerang. Tapi kehormatannya membuat tuan Kujou
memilih untuk diam. Kay yakin istrinya juga sudah tau tentang apa
yang terjadi sebenarnya. Wanita itu pasti sudah menyadari kesalahan
suaminya sehingga tidak satu patah katapun keluar dari mulutnya
untuk menjawab pertanyaan Kay.
Kay menghela nafas, Semuanya harus berakhir. "Baiklah, tuan!"
Katanya kepada Yoshi. "Anda tadi mengatakan kalau anda adalah
pengacara nyonya ini kan" Sekarang kita ambil jalan tengah saja. Minta
tuan Arata Kujou memilih. Istrinya, atau Matsuri."
Sebuah suara berdehem dengan tegas keluar dari mulut Yoshiki
Hidaka. Ia memandangi semua orang satu persatu sebelum berbicara.
"Kita mengadakan Mediasi disini untuk mnyelesaikan semua masalah
secara baik-baik. Jadi tuan Kujou, kedua wanita ini sama-sama
menganggap anda sebagai orang yang penting. Anda sebaiknya
memutuskan sekarang juga, siapa yang anda pilih di antara keduanya.
Saya harap siapapun yang di pilih dan siapaun yang tidak, bisa bersikap
bijaksana. Tolong beri jawabannya sekarang juga!"
Arata Kujou memandang Matsuri sejenak dengan tatapan yang
misterius lalu beralih kepada istrinya. Kemudian ia berkata dengan
suara sengit. "Tentu saja aku memilih istriku. Aku menikahinya karena
aku mencintainya dan perempuan ini hanya mengaku-ngaku. Aku
harap semua masalah selesai sampai disini dan kita tidak perlu bertemu
lagi!" Mata Kay terbelalak. Kay tau walau bagaimanapun Matsuri adalah
sosok yang pada akhirnya akan tetap di tinggalkan. Arata Kujou tidak
akan pernah memilih Matsuri karena ia tetap harus menjaga nama
baiknya. Sebagai seseorang yang berakal, mempertahankan rumah
tangganya adalah pilihan terbaik. Tapi alangkah manisnya bila laki-laki
yang kelihatannya sangat bermartabat itu bisa mengeluarkan kata-kata
yang lebih sopan sebelum ia beranjak dan menyeret istrinya untuk pergi.
Bab. 6 Untuk pertama kalinya Kay melihat Matsuri meneteskan airmata. Ia
memandang keluar dan melihat Yoshi mengejar kliennya dan bercakapcakap sebentar
sebelum pergi. Airmata itu tidak lama hadir karena
Matsuri segera menyekanya. Ia berusaha membersihkan pakaiannya
yang di kotori Kopi berwarna kontras dengan sapu tangan yang di
ambilnya dari dalam tas, tas yang sama dengan tas yang menjadi bantal
Kay kemarin. "Semuanya berakhir." Ia berkata pelan.
Kay masih memandanginya. "Kau merasa lega?"
"Tentu saja!" "Bohong." Mendengar ucapan Kay itu, Matsuri mengangkat wajahnya dan
balas memandang Kay. "Neechan. Berhentilah jadi orang yang sok baik!
Jujur pada dirimu sendiri apa yang kau inginkan sekarang. Apa yang
kau rasakan saat Arata mengatakan kata-kata terakhirnya?"
"Semuanya sudah bisa di duga. Aku tau pada akhirnya semua akan
seperti ini!" "Kau terlalu kuat untuk mengeluarkan airmata. Tapi tadi aku jelasjelas melihat
itu meskipun kau menyembunyikannya. Kau bilang,
sekarang kau bukan guru lagi jadi tidak perlu bersikap seperti seorang
guru. Kalau kau terus seperti ini kau bisa sakit, menumpuk petasan
dalam satu ruangan bisa mengubahnya menjadi Bom yang bisa
menghancurkan satu kota. Sekarang katakan padaku bagaimana
perasaanmu yang sebenarnya. Kau mau jujur padaku, kan" Aku benarbenar
menganggapmu sebagai seorang kakak, jadi jujurlah padaku
seperti yang seharusnya di lakukan oleh seorang saudara."
Matsuri berhenti bergerak, ia menggenggam sapu tangannya
dengan kedua tangan erat-erat lalu berbicara dengan nada yang pelan
"Aku...Sakit hati. Tentu saja, Aku manusia normal yang merasa sudah
di hina dan di tipu. Aku berusaha menjaga kehormatannya walau
bagaimanapun, aku mencintainya dengan seluruh jiwa ragaku. Tapi dia
berhubungan dengan wanita lain tanpa memberi tauku, membiarkan
aku terus berharap. Sekarang dia sendiri yang turun tangan
mengeluarkan kata-kata kasarnya untukku. Tapi aku tidak bisa apa-apa.
Aku seorang perempuan, aib seperti ini akan melekat seumur hidup.
Aku tidak akan bisa mengajar di sekolah manapun, aku juga merasa
tidak pantas untuk tinggal di rumah orang tuaku, Aku banyak
kehilangan..." Kata-katanya berhenti. Matsuri menutup wajahnya
dengan kedua telapak tangan. Sapu tangan yang tadi di genggamnya
tertinggal begitu saja di atas pangkuannya.
"Ya. Kau memang tidak pantas!" Bisik Kay.
Matsuri menghapus air matanya dan kembali berpura-pura
menjadi wanita yang hebat. Ia mengemasi barang-barangnya dan
memberikan senyuman kepada Kay. "Terima kasih untuk hari ini!" Dan
dia pergi keluar dari Coffee Shop dengan kepala tertunduk. Semua
orang memandangnya dan Kay juga. Tapi Kay tidak akan terlena begitu
lama kaena ia segera mengejarnya dan mengiringi langkah Matsuri
sampai akhirnya gadis itu duduk di stasiun. Dia tidak berbicara sepatah
katapun. "Neechan, kau tidak ingin mengatakan apa-apa lagi?" Kay
berusaha membujuknya. Matsuri hanya menggeleng.
"Kalau begitu ikut Aku ke Paris!" Kata Kay dengan keyakinan
penuh, Matsuri memandangnya dengan tatapan tak percaya. "Kau mau
kan ikut aku ke Paris?"
"Paris?" "Iya, Paris! Kau mau kemana lagi" Dalam sekejap masalah di Coffee
Shop tadi akan menyebar, masalah ini juga sudah menjadi topik
pembicaraan hangat di Osaka, Belum lagi Istri Arata Kujou yang bisa
saja menyalahkanmu saat bergunjing dengan teman-temannya. Semua
orang disini akan membuatmu menundukkan wajah setiap kali
melihatmu berjalan sampai akhirnya kau mengurung diri di dalam
kamar dan lama kelamaan menjadi orang gila yang suka berbicara
sendiri." Kay menghentikan ucapannya, Sebuah tawa ringan hadir dari
bibir Matsuri meskipun hanya sekejap.
"Apa yang harus ku lakukan di Paris?"
"Menjadi model."
"Model" Aku tidak akan bisa, aku tidak punya bakat!"
"Kenapa" Kau hanya perlu di poles sedikit. Neechan, Aku selalu
memilih sendiri model yang menggunakan gaun rancanganku dan kau
adalah orang yang tepat."
Kali ini Matsuri benar-benar tertawa. "Aku terlalu tua untuk jadi
model. Seharusnya kau mencari remaja yang seusia dengan Sachi atau
anak-anak yang usianya masih belasan tahun."
"Aku perancang busana pengantin, Mana mungkin kubiarkan
anak-anak berusia belasan tahun menjadi modelku. Remaja seperti
mereka semua lebih pantas menggunakan seragam sekolah."
Matsuri menggeleng tidak yakin. Ia mungkin tetap akan disini,
hidup sebagai orang biasa yang apa adanya. "Aku.."
"Bagaimana bila ku katakan, kita bisa membalaskan semua sakit
hatimu dengan ini?" Kay memotong ucapan Matsuri lagi. Matsuri
memandangnya dengan kening yang berkerut. "Aku akan
mengubahmu menjadi wanita yang di inginkan laki-laki. Kau bisa
membuat Arata tergila-gila kepadamu dan setelah itu kau bisa
membuangnya, mencampakkannya, menghinanya seperti yang di
lakukannya padamu." "Kenapa?" Matsuri memandangi Kay dengan tatapan penuh tanya.
"Kenapa kau melakukan semua ini?"
Kay berdehem pelan lalu memandang Matsuri dengan tatapan
penuh keyakinan. "Karena aku juga punya masalah yang mirip
denganmu, Tapi aku masih menunggu sampai sekarang sedangkan
penantianmu, sudah berakhir beberapa saat yang lalu!"
Bab. 7 Matsuri terpaku menatap dirinya di cermin, Sebuah blouse
bernuansa merah hitam yang terbuat dari bahan cotton Spandex di
kenakannya dengan sangat tidak percaya diri. Ini bukan dirinya, sama
sekali bukan. Matsuri tidak akan menggunakan bahan setipis ini untuk
dirinya, tidak pernah membiarkan bahunya terbuka dan tidak pernah
nyaman kalau harus membiarkan pahanya tertiup angin begitu saja. Ia
seperti orang yang berbeda dan ini semua karena Kay. Matsuri
menghela nafas. "Neechan, Bagaimana" Kalau sudah kau kenakan cepatlah keluar!
Aku ingin melihatmu mengenakannya!"
Suara Kay terdengar jelas dari balik tirai fitting room dimana
Matsuri berdiri sekarang. Perlahan ia menyembulkan kepalanya keluar
sambil memegang tirai erat-erat. Kay memandangnya dengan
pandangan heran. "Kenapa?" Tanya Kay.
"Aku tidak percaya diri!"
"Kenapa" Itu buatan Kaede dan dia akan kecewa kalau kau seperti
itu, tidak percaya diri karena menggunakan rancangan seseorang sangat
menyinggung perancangnya!"
"Bukan begitu, bajunya bagus, hanya tidak pantas untukku!"
Kay mengangkat sebelah alisnya. Ia menoleh kepada seorang
wanita yang berada di belakangnya, Wanita yang berpenampilan sangat
modern tapi santai itu adalah Kaede. Dia tidak kelihatan tersinggung
seperti yang sudah Kay katakan. Kaede tidak begitu peduli.
"Pakaian tergantung pada siapa yang memakainya. Kalau
pemakainya saja tidak percaya diri maka tidak akan jadi bagus." Wanita
itu ikut berkomentar. Ia berjalan mendekati Matsuri di fitting room lalu
kembali berujar. "Apa yang membuatmu tidak percaya diri" Boleh aku
masuk?" Matsuri menghela Nafas lalu mengangguk. Selanjutnya seluruh
tubuhnya di pandangi oleh Kaede dengan cermat sesaat kemudian ia
keluar dari fitting room dan kembali membawa sesuatu. Sebuah kotak
pipih berwarna hijau Zaitun di sodorkan kepada Matsuri diiringi
sebuah senyum yang sejak tadi tidak tampak. Akhirnya Kaede
tersenyum kepadanya, Matsuri bisa lebih merasa lega lalu mengambil
alih kotak itu dan membukanya. Sebuah Bra" Kaede membuat
keningnya berkerut. "Apa ini?" "Apa lagi" Masa tidak tau" Ini Bra Neechan! Proporsional Bra yang
bisa meningkatkan kepercayaan diri seorang perempuan. Ini juga bisa
membuatmu terlihat lebih langsing. Pakailah dulu kalau sudah selesai
panggil aku di luar. Oke!"
Kaede keluar dari fitting room dengan meninggalkan keheranan di
batinnya. Sedangkan Kay, ia masih menanti dengan tidak sabar. Untuk
mengenakan sebuah pakaian saja ia harus menunggu selama ini.
Matsuri begini bukan karena ia tidak tangkas, tapi karena wanita itu
sedang tidak percaya diri. Kay sendiri kebingungan dengan sikapnya
kepada Matsuri, mengapa ia berusaha mengubah Matsuri menjadi
seseorang yang di inginkannya" Matsuri Tokeino sudah memiliki
gayanya sendiri selama ini, tapi belakangan gadis itu menjadi orang
yang berbeda dari dirinya yang dulu. Kay memejamkan matanya dan
berfikir, Matsuri adalah teman yang paling mengerti dengan
perasaannya sekarang, karena mereka memiliki masalah yang mirip.
Kita tidak akan mengerti dengan perasaan seseorang kecuali kita pernah
mengalami masalah yang sama Kan" Itu motivasinya. Kay meyakini
dengan sepenuh hati kalau dirinya tidak memiliki motivasi yang lain.
"Kay, Kau siap melihatnya?"
Suara Kaede mengagetkan Kay, matanya yang tadi hanya berisi
pandangan kosong memandang berkeliling mencari Kaede tapi wanita
itu tidak ada di butiknya. Sebuah grasak-grusuk yang menyebabkan
tirai fitting room bergoyang-goyang membuat Kay sadar kalau isinya
bukan hanya satu orang. Suara Kaede tadi pasti berasal dari sana. Kay
menahan Nafas begitu tirai di buka, ada orang lain lagi disana. Tidak,
Masih Matsuri tapi berbeda dengan dia yang biasa. Terlihat Lux seperti
Sachi, Cantik seperti Bian, dan malu-malu seperti Ivea. Kay
menghembuskan nafas berat, ia mengingat Ivea lagi.
"Aku merasa aneh!" Bisiknya. Matsuri menggoyang-goyangkan
lengannya yang di tutupi Rib ketat berwarna hitam lalu
menyembunyikan kedua tangannya di balik tubuhnya. Kaki yang selalu
di tutupi celana panjang khaki itu ternyata cukup panjang dan indah.
Tentu saja Matsuri sangat cantik tapi selama ini semuanya tersembunyi
dengan apik oleh sikap dewasanya sebagai seorang pendidik. Tubuhnya
yang selama ini kelihatan gemuk ternyata bisa membuatnya terlihat
lebih istimewa. Pipi chubby, dan tubuhnya yang berlekuk jelas seperti
gitar spanyol itu membuat Matsuri tampak berbeda denga gadis Jepang
yang pada umumnya selalu tampak langsing dan bertubuh mungil.
Matsuri, saat ini ia memiliki kecantikan gadis-gadis pada zaman
Renaisance. Seperti Kate Wilnslet dalam film Titanic.
Kay tersenyum puas. Kaede menambahkan sandal tunik dengan
bebatuan berwarna hitam dan berhak datar. Matsuri terlihat lebih santai.
"Neechan, kau tidak aneh!" Gumam Kay. "Kau terlihat lebih muda
lima tahun di bandingkan dengan usiamu!"
Matsuri tertawa dengan gaya unik, ia menggoyangkan kepalanya
untuk memandang kearah lain sambil menggigit lidahnya yang


Beauty Honey Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berwarna merah pucat. Dia sedang malu-malu. Tidak perlu make Up,
Bahkan Matsuri masih mengenakan kacamatanya tapi itu tidak
mengubah pendapat Kay kalau ia terlihat lebih muda lima tahun di
bandingkan usianya sekarang.
"Kalau begini Kau siap ku bawa ke Paris!"
"Aku belum bilang kalau aku setuju dengan itu!" Matsuri
membantah, ekspresi malu-malunya sirna setiap kali Kay menyebutnyebut Paris.
"Aku tidak bisa kesana setidaknya minggu ini!"
Kay tertawa. "Ikut aku ke Paris Besok, bukan berarti kita benarbenar berangkat
besok. Kita kesana saat tahun baru karena fashion
Show di adakan dalam rangka menyambut tahun baru. Kau bisa
bayangkan berapa bulan lagi itu akan terjadi?" Kay kemudian
mengambil tas Matsuri yang berada di atas meja yang tadi disandarinya
dan kemudian menggenggam tangan Matsuri erat-erat. "Ayo, hari ini
kita jalan-jalan sepuasnya!"
"Hey!" Kaede berteriak. "bagaimana dengan pakaian Neechan yang
tertinggal di fitting room?"
"Buang saja!" Jawab Kay, Ia menoleh kepada Matsuri yang melotot
kepadanya. Wanita itu menggembungkan pipinya seperti balon karena
kesal terhadap perlakuan Kay pada pakaiannya. "Kenapa?"
"Kenapa harus di buang" Aku masih bisa memakainya lagi!"
"Tidak usah. Kau bukan guru lagi jadi berhentilah berpenampilan
seperti seorang guru! Dengan pakaian-pakaianmu itu kau terlihat
seperti ibu-ibu yang sudah memiliki dua orang anak. Pantas saja Arata
memilih istrinya dan meninggalkanmu!"
"Lalu kapan kau akan bayar semuanya?" Kaede berteriak lagi.
"Pasti ku transfer secepatnya!" Jawab Kay. "berhentilah berteriak,
aku masih ada di dalam tokomu. Kalau sikapmu seperti ini kepada
pelanggan, semua pakaianmu tidak akan laku!" Kay mengembangkan
senyumnya lalu menyeret Matsuri untuk pergi bersamanya.
Matsuri berusaha membungkukkan badannya dan mengucapkan
terimakasih kepada Kaede yang lebih memilih lambaian tangan sebagai
caranya untuk menjawab salam itu.
Bab. 8 Hari ini Semuanya benar-benar berbeda dengan kemarin dan
kemarinnya lagi. Tadi pagi-pagi sekali Kay melempar kerikil ke jendela
kamarnya dan memintanya untuk keluar rumah dengan bahasa isyarat
sederhana. Dan sekarang mereka berjalan menuju sebuah restoran yang
khusus menjual udon untuk makan siang. Setiap kali mendengar Kay"bicara, Matsuri seolah-olah merasa kalau Natsuki sedang bersamanya.
Kay memanggilnya Neechan dan juga memiliki gaya bicara yang sama
dengan Natsuki. Meskipun begitu Kay lebih sopan bila di bandingkan
dengan adik semata wayangnya itu. Karena itu Matsuri berusaha
menyikapi Kay sebagaimana ia menyikapi Natsuki dan kelihatannya
Kay menikmatinya. "Neechan, Kita makan udon nomor tiga saja!" Kata Kay setelah
mereka berdua duduk di bangku yang kosong. Restoran sangat ramai
dan sesak. Musim liburan adalah musim senang-senang, semua orang
berusaha menghibur diri dengan keluar rumah sehingga restoran
apapun pasti sedang penuh dan sesak seperti restoran udon ini. "Udon
Nomor tiga, dua porsi!"
Pelayan menerima pesanan dengan senang hati. Laki-laki ini sama
persis seperti Natsuki, suka memaksa dan bertindak seenaknya. Kapan
Matsuri setuju untuk memesan udon nomor tiga"
"Kau belum bertanya apakah aku akan memakannya atau tidak!"
Matsuri menggerutu. "kalau Neechan tidak mau, semuanya biar aku yang habiskan!"
Matsuri menggigit bibirnya. Mereka menanti Udon di antar dan
mulai menyantapnya dengan lahap beberapa menit kemudian. Walau
bagaimanapun Matsuri bukan orang yang suka membuang-buang
" Mi Jepang yang bentuknya bulat
makanan, ia juga bukan orang yang menghindari jenis makanan tertentu.
Singkatnya, ia adalah jenis spesies pemakan segalanya dan membenci
orang yang bertingkah dengan makanan. Alasannya selalu alasan
kemanusiaan; banyak orang diluar sana yang kelaparan, jadi
bersyukurlah karena kita masih bisa makan.
Setelah makan siang Mereka berkeliling lagi, menjelajahi semua
tempat dan berakhir di pantai lagi setelah malam menjelang. Matsuri
merasa seperti berlibur di kampung halaman sendiri, menemani turis
aneh yang memanggilnya Neechan seolah-olah mereka terlahir dari
Rahim yang sama. Kay sangat mudah berdekatan dengan orang lain
sedangkan Matsuri tidak. Tapi laki-laki itu berhasil membuat Matsuri
merasa kalau ia dan Kay seimbang, saling mengisi, saling memahami,
dan Matsuri tau alasannya; karena mereka memiliki masalah yang sama.
"Coba ceritakan tentang dia!" Matsuri memandangi Kay yang tibatiba mematung
setelah mendengar ucapannya. Laki-laki it uterus
berbicara seharian seolah-olah kepalanya adalah gudang data dan ia
tidak bisa melupakan satu momen pun yang penah terjadi dalam
hidupnya. Kay menceritakan semuanya kecuali tentang masalahnya.
"Dia siapa?" "Dia yang sedang kau tunggu, dia yang membuatmu menanti
sampai sekarang dan membuatmu ada disini bersamaku dan benarbenar membuatku
lelah selama seharian. Kalian bertemu dimana"
Wajahnya seperti apa" Kau punya fotonya?"
Kay menggeleng pelan. "Aku bahkan tidak membawa satupun
fotonya untuk di perlihatkan padamu. Aku dan dia hanya pernah
berfoto satu kali untuk kepentingan majalah, dan aku tidak sedang
membawanya." "Kenapa kau tidak memutuskan untuk bertanya kepadanya, dia
memilihmu atau orang lain yang membuatmu pergi melarikan diri
seperti ini" Seperti yang sudah kau lakukan kepada Arata waktu itu.
Apa harus aku yang bertanya kepada gadis itu?"
"Aku sama sepertimu. Sudah tau keputusan akhirnya seperti apa.
Aku akan di tolak juga karena selama ini hanya jadi orang ketiga. Tapi
terlalu takut untuk mendengar penolakan. Sebelum pergi aku
memintanya menemuiku bila dia sudah yakin, saat bertemu dia boleh
melakukan apa saja kepadaku, tapi hampir setahun dan dia sama sekali
tidak datang." "Jadi menurutmu tidak datang berarti tidak cinta?"
Kay menutup matanya dengan jari-jari kedua tangannya. Ia
menghirup udara sebanyak-banyak mungkin dan mengehembuskannya
lewat mulut, terus begitu dan berkali-kali. "Aku punya teman disana.
Namanya Tara. Tara bilang kalau dia menanyakanku setiap hari pada
bulan pertama, aku sangat senang dan terus berharap. Tapi sekarang
tidak lagi. Dia kembali kekehidupannya yang semula tanpa aku, bekerja
di galeri sepeti biasa dan selalu bersama Nathan, laki-laki itu."
"Kalau begitu kenapa masih berfikir untuk menunggu?"
Kay angkat bahu lalu berbaring di atas pasir. Ia merogoh tas
Matsuri yang sejak tadi di bawanya dan mengotak-atik ponsel gadis itu.
"Nomor ponselmu berapa, Neechan" Besok aku akan menjemputmu
lagi!" "Kau kesepian ya?" Matsuri masih melanjutkan pertanyaannya. Ia
tau kalau Kay sedang berusaha mengalihkan pembicaraan tentang
wanita yang entah siapa. Sampai sekarang Kay tidak menyebut-nyebut
namanya. "Kau kesepian, makanya selalu mengajakku pergi?"
"Kalau aku bilang iya, Apa kau akan selalu menemaniku?"
Semuanya mendadak berubah menjadi serius. Kay memandangi langit
yang gelap sambil mendengarkan sebuah lagu yang di putar dari ponsel
Matsuri dengan suara yang tidak begitu keras. As one, lagu yang
gembira dan sangat tidak cocok dengan suasana saat ini. "Aku selalu
sendirian, Neechan! Sejak dulu temanku yang terdekatpun tidak pernah
ada untuk bersama denganku seharian penuh sepertimu saat ini, ibu,
Sachi dan yang lain juga sama. Aku sudah terbiasa dengan sepi, jadi
tidak usah khawatir."
"Aku tidak khawatir, Kau terlalu hebat untuk di khawatirkan oleh
orang sepertiku!" Matsuri tersenyum untuk dirinya sendiri kemudian
mengambil ponselnya dari tangan Kay."Sudah malam, aku mau pulang!"
"Aku antar ya?"
"Tidak usah! Kau bisa di kejar-kejar Ayahku dengan Katana nya"kalau dia melihatmu mengantarku malam-malam begini. Tadi pagi aku
sudah pergi tanpa izin dan pulang memakai pakaian yang berbeda
dengan yang kupakai tadi pagi. Bisa di banyangkan bagaimana nasibmu
nanti!" " Pedang yang di gunakan para Samurai di Jepang
Bab. 9 Hirup, hembuskan. Hirup, hembuskan. Hirup, hembuskan.
Kay memandangi jendela kamar Matsuri di lantai dua. Dia sudah
ketergantungan, sudah seminggu penuh setiap pagi Kay selalu
melakukan hal yang sama, menanti Ayah Matsuri keluar rumah di pagi
hari dan masuk setelah laki-laki itu benar-benar menjauh. Matsuri selalu
mengatakan kepada Kay untuk meminta izin kepada orang tuanya bila
mengajaknya pergi karena dia bukan anak kecil yang mau di ajak kaburkaburan
setiap hari. Maka Kay berusaha untuk selalu melakukan itu
tapi dengan sebuah strategi, menemui ibunya karena ibu lebih
pengertian bila di bandingkan dengan Ayah dan selalu memberi izin
meskipun dengan petuah yang menggunung. Sedangkan dengan tuan
Tokeino, Kay sudah pernah di tolak beberapa kali dan itu membuat
Matsuri menertawakannya di telpon.
Hari ini tuan Tokeino tidak keluar rumah. Kay sudah memandangi
jam tangannya berkali-kali dan sudah hampir siang. Ia mulai gelisah,
takut dan...entahlah. Ia ingin jalan-jalan lagi hari ini meskipun selalu
datang ke tempat yang sama, meskipun harus menghabiskan banyak
uang, meskipun harus jalan kaki sehingga kulitnya berubah menjadi
lebih gelap. Kay melempar sebuah kerikil ke jendela kamar Matsuri, tapi
gadis itu tidak membuka jendelanya seperti biasa. Ponselnya bordering
nyaring, Secepat mungkin Kay berusaha mengeluarkannya karena takut
keberadaannya ketahuan bila ada yang mendengar dering ponselnya.
Dari Matsuri. "Moshi-moshi !" Jawab Kay sambil berbisik. "Neechan, kenapa kau"tidak membuka jendela. Atau kau sedang tidak di rumah sekarang?"
" Halo, dalam bahasa Jepang
"Aku tidak bisa keluar rumah hari ini. Jadi kau pulang saja karena
aku sedang di hukum!"
"Kenapa" Berapa umurmu sekarang sampai-sampai Ayahmu masih
berfikir untuk menghukum putrinya yang usianya hampir memasuki
kepala tiga?" "Ayahku sudah tau kalau aku tidak mengajar lagi. Tapi aku tidak
mengatakan sebabnya, dia marah besar karena berfikir aku
melakukannya hanya untuk bermain-main denganmu!"
"Apa?" "Karena itu, pulanglah. Tidak usah datang lagi!"
"Bagaimana kalau aku kesepian" Aku harus apa?"
"Kau bisa menelponku. Aku tidak bisa kemana-mana sementara
waktu karena Ayah sedang menungguiku di depan pintu kamar. Walau
bagaimanapun aku ini tetap putri dari seorang Ayah yang khawatir
dengan anaknya. Aku tidak bisa bertindak bebas sebebas yang aku mau."
"lalu bagaimana dengan Paris?"
"Aku tidak pernah bilang akan ikut, bodoh! Berhentilah bersikap
manja seperti itu. Sudah berapa umurmu sehingga kau terus bermanjamanja kepadaku
setiap hari." Terdengar suara tawa dari sebrang sana,
Matsuri kelihatannya senang bisa membalas kata-katanya meskipun ia
berusaha menyembunyikannya. Kemudian bunyi pintu di gedor
terdengar nyaring, bukan hanya dari telpon. Matsuri menutup
telponnya dan Kay tidak mendengar apa-apa lagi.
Ia mengetik sesuatu dan mengirimkannya keponsel Matsuri dengan
perasaan kecewa. Aku akan menunggumu keluar
disini seharian (Delivered; NeeChan xxx) Kay termangu, menunggu. Ia hanya ingin melihat wajahnya hari ini.
Seminggu selalu bersama Matsuri menghabiskan waktu bersama
membuatnya merasa hampa jika tidak melihat wajahnya. Seminggu
bergaul sejak pagi sampai malam benar-benar sudah membuat Kay
terbiasa dan menjadi tidak biasa bila tidak bermain bersama. Ia kembali
kemasa remajanya pada usia yang nyaris menginjak tiga puluh tahun.
Ponselnya bordering lagi, Matsuri membalas pesannya.
Kenapa kau malah Membuat dirimu sendiri Lelah" Pulang saja. (Sender : NeeChan xxx) Kay mendengus kesal. Besok ia harus kembali ke Tokyo dan dia
harap bisa melihat Matsuri untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya
Kay tenggelam dalam kesibukan untuk membantu ibunya di Tokyo. Ia
juga harus mempersiapkan gallery barunya yang akan di resmikan pada
Valentine tahun depan dan sama sekali tidak tau apakah akan bertemu
dengan Matsuri lagi atau tidak.
Aku besok harus ke Tokyo Buka jendela, biarkan aku melihatmu
Sebentar saja! (Delivered: Nee Chan xxx)
Kay mengirimnya lagi dan segera mendapat balasan. Ia senang
karena Matsuri membalas lebih cepat daripada balasan yang pertama.
Aku tidak bisa. Ayahku mencurigai bunyi sekecil
Apapun, Jendela kamarku Berderit kalau di buka Maaf. (Sender: NeeChan xxx) Aku bisa gila! Kenapa aku memulainya" Sekarang aku tidak bisa lepas
darimu Neechan! Gumamnya dalam hati. Kapan akan ada kesempatan"
Ia sangat ingin pergi bersama lagi hari ini tapi melihat wajahnyapun ia
tidak bisa. Kay menghentak-hentakkan kakinya keras-keras. Ia
mengambil batu kerikil dalam jumlah yang banyak dan melempar
jendela kamar Matsuri dengan serangan yang beruntun. Tidak lama
kemudian Jendela terbuka, Tuan Tokeino Mencaci maki Kay sambil
menjulurkan tangannya. Ia berusaha melempar apa saja yang tidak
terpakai. Beberapa buah buku mengenai kepala Kay. Sebuah Vas
keramik nyaris saja menghantam wajahnya jika Kay tidak menghindar.
Laki-laki itu terus seperti itu dan tidak mau berhenti jika Kay tidak pergi.
Kay berusaha memandang Matsuri disana, di belakang punggung
ayahnya. Gadis itu berusaha menyembunyikan tawanya dan kemudian
mendapat amarah yang sama dengan yang Kay dapatkan. Tuan Tokeino
memukul putrinya dengan sebuah buku sehingga Matsuri bergerak
kearah lain. Tidak lama kemudian Jendela itu tertutup lagi dan dalam
sekejap suasana gaduhpun lenyap.
Bab. 10 "Sekarang bagaimana dengannya?" Kay bertanya dengan penuh
harap. Ia berjalan pelan menuju jendela kamarnya dan berharap bisa
menemukan ketenangan. Di sebelah telinganya, ponselnya menempel
dengan manis. Dia sangat mengharap jawaban dari Tara yang
menjawab telpon dari Kay dengan nada yang biasa.
"Aku harus menjawab apa lagi" Masih sama. Kau tidak
mengizinkan aku memberitahu apa-apa kepada Ivea, jadi mereka pasti
sudah malas bertanya kepadaku lagi tentang ini."
"Apa dia sama sekali tidak bertanya tentang aku" Maksudku, dia
tidak..." "Sudahlah,"Potong Tara. "Mau sampai kapan kau begini" Kalau
ingin tau tanyakan sendiri, dia pasti juga sedang bingung, Kay!"
"Seharusnya dia tau kalau aku mencintainya. Aku sudah


Beauty Honey Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencurahkan perhatian dalam segala bentuk, aku sudah menunjukkan
kepadanya kalau aku menginginkannya. Bahkan aku menciumnya
sebelum aku pergi. Bagaimana mungkin dia tidak bisa merasakannya?"
"Perbuatan dan perkataan memiliki Efek yang berbeda! Kau masih
mau berharap terus atau mencari kepastian?"
"Aku masih akan terus menunggu" Jawab Kay, "Sampai aku bosan!"
Jauh di sebrang sana suara Tara terdengar mengerang. Ia menutup
telpon dengan kasar dan Kay tau kalau gadis itu pasti sangat kesal.
Nyaris selama setahun Kay selalu menelponnya setiap hari untuk
menanyakan keberadaan Ivea dan ia hanya alfa melakukan itu selama
seminggu saat keberadaannya di Fukuoka. Saat bersama dengan
Matsuri meskipun tetap terkenang-kenang pada Ivea, Kay bisa menahan
diri untuk tidak membicarakannya. Kay memandang ranjangnya lalu
merebahkan diri disana. Ia menatap atap kamarnya dan teringat dengan
lagit malam di tepi pantai, teringat dengan pasir, teringat dengan kopi
buatan rumah, teringat dengan Matsuri. Sudah lebih dari dua minggu
kesibukannya benar-benar menanjak sehingga ia tidak sempat
menghubungi gadis itu lagi. Sekarang dia bagaimana"
Bab. 11 Kay menekan tuts ponselnya lalu mendekatkan ponsel ketelinganya.
Sebuah nada tunggu membuat jantungnya berhenti berdetak dan itu
cukup untuk membuatnya membatalkan telponnya lagi. Ini ketiga
kalinya dalam seminggu terakhir. Kay tidak yakin untuk menghubungi
Matsuri karena beberapa kali Matsuri tidak membalas pesannya.
Ponselnya juga jarang aktif dan selalu membuat Kay putus asa.
Seseorang membuka pintu kamarnya, Sachi Fujisawa masuk dan
berbaring di sebelahnya. Lama Ia memandangi Kay dengan tatapan
penasaran tapi tidak mengatakan apa-apa.
"Kau tidak ke kampus hari ini?" Kay memulai, karena sepertinya
sachi tidak akan pernah memulai.
"Nichan, kau kenapa" Ada masalah apa" Dari kemarin sore tidak
keluar kamar sama sekali, tidak makan, minum, jangan bilang kalau
Nichan juga tidak mandi!"
"Biarpun aku tidak melakukan apa-apa, tidak mandi adalah hal
yang mustahil bagiku!"
Sachi mengangguk-angguk sambil mengeluarkan ekspresi yang
mengejek. Ia benar-benar membuat Kay kelihatan kesal. Kay melangkah
menuju kamar mandi dan meninggalkan Sachi sendirian di atas ranjang
berisi air itu. Kay yang bersikap tidak biasa semenjak kembali ke Tokyo
dalam waktu yang lama kali ini, seringkali membuat Sachi canggung
untuk mengajaknya bercanda seperti biasa. Padahal Kay adalah salah
satu saudara yang memiliki semangat paling tinggi untuk
mengganggunya. Sachi selalu berusaha memancing pertengkaran tapi
tida ada satupun yang berhasil, Kay sudah membuatnya putus asa.
Aku mau tukar kakak saja! Sachi membatin. Ponsel Kay bergetar, ia
meninggalkan ponselnya begitu saja di tempat tidur" Sungguh sebuah
kesempatan yang langka. Sachi meraih ponsel yang tergeletak di tempat
yang tidak jauh darinya dengan penuh semangat sehingga membuat
kasur air itu bergoyang-goyang dengan hebat. Sebuah pesan dari
Neechan" Sachi memaju mundurkan bibirnya curiga.
Ada apa" Kau baik-baik saja"
kau serius menelponku Atau tidak" Kenapa setiap kali ku angkat
Selalu kau tutup lagi"
(Sender: Neechan xxx) Sachi menggeledah ponsel Kay dengan lebih brutal, Ia memeriksa
semua folder dan hanya ada pesan dari Neechan disana. Siapa Neechan
ini" Tangan-tangan mungilnya menekan tuts dan membuka satu folder
yang membuatnya yakin akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan
dari lubuk hatinya yang paling dalam. Folder bernama Neechan itu
memuat beberapa foto yang sepertinya di ambil secara diam-diam dan
beberapa lagi di foto dengan sengaja. Foto-foto yang menarik karena
Sachi mengenal wanita itu, meskipun penampilannya sangat berbeda
dengan yang biasa Sachi lihat, Sachi mengenalnya.
"Apa yang kau lakukan?" Kay menggeram sambil memandangi
Sachi dengan bertolak pinggang dan memasang wajah galaknya.
Sachi memamerkan giginya karena ketahuan. "Nichan, ini
Senseiku kan" Kalian ada hubungan apa" Liburan musim panas
kemarin bersama-sama ya?"
Kay berusaha merampas ponselnya tapi Sachi degan sigap
mengelak. Sempat terjadi pergumulan beberapa saat tapi Kay akhirnya
mengalah karena Sachi dengan tubuh mungilnya cukup gesit untuk
menghindar. Nafasnya yang terengah-engah membuat Kay memilih
kembali berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit.
"Nichan, Kau benar-benar bersama Sensei?"
"Kalau iya kenapa?"
"Wah, kenapa tidak mengajakku" Aku mau ikut kalau tau kau
menghabiskan liburan musim panas bersamanya! Kau memanggilnya
Neechan" Dia pacarmu atau kakak angkatmu" Kalau pacar seharusnya
di panggil Honey kan" Memanggil pacar dengan sebutan Neechan
sangat tidak sopan!"
"Aku tidak pacaran dengan dia! Kami cuma berteman!"
Sachi mendengus. "Lalu kenapa liburan bersama?"
"Bukannya kau teman Natsuki" Kau sama sekali tidak tau kalau
keluarganya tinggal di Fukuoka?"
Sachi melamun sejenak, dia tidak ingat apa-apa tentang itu.
Sepertinya Alzheimernya kumat lagi dan membuatnya lupa dengan
keluarga Natsuki. Tapi siapapun orangnya pasti akan lupa dengan itu
karena dia sudah lulus sekolah hampir lima tahun yang lalu. Sayangnya
Sachi harus menunda untuk kuliah sedangkan Natsuki entah jadi apa di
Inggris sana. Sachi memperlihatkan pesan dari Matsuri yang dibacanya
tadi kepada Kay. "Kalau mengenai ini, jawabanmu apa?"
Kay memandang pesan itu dan membacanya dengan ekspresi tak
percaya, akhirnya Matsuri mengirimi pesan untuknya. Ternyata Matsuri
selalu hampir mengangkat telponnya. Kay jadi semakin merasa malu
dan bodoh, dia tidak akan sanggup bertemu dengan Matsuri karena hal
ini. "Jawab!" Sachi mulai mendesak. "Kau sering menelponnya, tapi
menutupnya lagi sebelum dia sempat menjawab, ada apa denganmu?"
Kay menghembuskan nafas dengan keras. "Bagaimana ya" Aku
suka kalau bersamanya. Dia membuatku ketergantungan dengan
keberadaannya, mungkin karena selama seminggu disana, aku selalu
bertemu dengannya setiap pagi dan kami akan bersama seharian sampai
larut malam sebelum akhirnya kami berpisah. Dia tidak pernah
membuatku merasa bosan, tapi aku tidak mencintainya. Aku bahkan
tidak pernah merasa begini dengan orang yang aku cintai! "
"Aku mengerti, Nichan! Kau cuma sedang terserang penyakit yang
namanya merasa nyaman pada seseorang untuk pertama kalinya
seumur hidupmu. Aku juga begitu pada Natsuki! Tapi akhirnya tidak
bertahan lama karena kami berpisah begitu lulus sekolah. Meskipun
masih berhubungan lewat telpon tentu saja tidak sama lagi, Sahabat ya,
sahabat. Tapi sahabat tidak bisa bersama kita selamanya karena dia juga
punya kehidupan sendiri"
"Benarkah begitu?" Kay bertanya penasaran, ia bisa bernafas lega
karena mendapat jawaban dari perasaannya. Semula ia fikir dirinya
sedang jatuh cinta pada Matsuri, tapi mana mungkin begitu sedangkan
Matsuri sama sekali tidak bisa membuatnya melupakan Ivea, Matsuri
hanya mampu memberinya kenyamanan yang menyebabkan rasa
malangnya bersembunyi untuk sementara waktu. Seandainya ia bisa
merasakan perasaan nyaman itu selamanya pasti menyenangkan.
"Seandainya bisa bermain catur dengan Natsuki setiap sore seperti
waktu-waktu di asrama seumur hidup, pasti menyenangkan!"
Kay mengerjapkan mata, kata-kata Sachi yang senada dengan apa
yang Kay fikirkan membuat Kay duduk bersila di atas tempat tidur
sambil memandangi adiknya yang berbaring di sebelahnya. "Apa tidak
bisa kita seperti itu selamanya" Bersama dengan orang yang membuat
kita merasa nyaman rasanya bahkan lebih baik di bandingkan dengan
bersama dengan orang yang kita cintai!"
"Tentu saja begitu. Bersama orang yang kita cintai, hati kita akan
sering bergolak. Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, cemburu
kalau melihatnya besama orang lain, merasa benci kalau di lupakan.
Kalau dengan orang yang membuat kita nyaman tidak begitu!"
Tunggu dulu, Kay sering merasa kalau jantungnya berdegup kalau
melihat sesuatu yang berbeda dari Matsuri, saat menelponnya juga
seperti itu. Itu semua tidak berarti cinta kan" Mana mungkin begitu.
sekali lagi, bila ia mencintai Matsuri seharusnya ia melupakan Ivea. Dia
tidak pernah melupakan Ivea dan selalu dirundung perasaan duka
setiap kali mengingatnya. Tapi saat bersama Matsuri, ia mengingat Ivea
dengan perasaan gembira. "Apa kau tidak pernah berdebar kalau di
dekat Natsuki?" Sachi menerawang, ia sedang mengingat-ingat masa-masa lima
tahun yang sudah lewat. "Tentu saja pernah. Walau bagaimanapun aku
dan dia berbeda jenis, Nichan. Debaran seperti itu rasanya normal. Yang
pasti, bertengkar dengan Kenji selalu membuat perasaanku jadi sangat
buruk. Tapi berdebat dengan Natsuki, meskipun kesal pada awalnya
suasana hatiku akan membaik setelah itu, lalu kami bisa tertawa lagi,
main catur lagi lalu bertengkar lagi, dan begitu seterusnya! Saat bersama
Sensei perasaanmu bagaimana?"
"Aku merasa seperti sedang bersamamu! Hanya saja, dengannya
aku tidak pernah berkelahi!"
"Kalau begitu sama, Kau tidak perlu memperjelasnya lagi. Kau
sedang ragu dengan perasaanmu, kan" Kau takut kalau kau jatuh hati
pada Sensei" Meskipun kau tidak jatuh hati padanya, ada baiknya kau
menikah dengan Sensei, aku akan senang punya kakak ipar seperti dia,
aku dan Natsuki bisa jadi saudara dan kita akan selalu bersama dengan
orang yang membuat kita nyaman selamanya. Jadi kalau aku dan Kenji
bertengkar, aku masih bisa mencari Natsuki seperti saat sekolah dulu!"
"Ya, kau ingin memanfaatkanku untuk kebahagiaanmu sendiri"
Kau bisa mendapatkan keduanya, orang yang membuatmu nyaman dan
orang yang kau cintai. Kau egois Sachi chan!"
" Umurmu sudah tua, sampai kapan akan terus mencari-cari cinta"
" Sachi melemparkan ponsel Kay kepada pemiliknya lalu beranjak
turun dengan susah payah dari ranjang itu. Sebelum menutup pintu ia
berteriak kepada Kay. "Kasur airmu itu, seharusnya di pakai oleh orang
yang sudah menikah Nichan!" dan bunyi debuman keras kemudian
menandai kalau Sachi Fujisawa benar-benar sudah meninggalkan Kay
seorang diri di dalam kamarnya.
Bab. 12 "Laki-laki yang seperti perempuan itu, dia tidak datang lagi?"
Nyonya Tokeino berbicara dengan suara lantang di iringi bunyi mata
pisau yang beradu dengan tatakan kayu.
Matsuri masih lesu memandangi sarapan paginya dengan tidak
bersemangat. Baru selamat dari hukuman ayahnya sama sekali tidak
membuatnya lega karena ia terus teringat-ingat dengan sekolah.
Seharusnya sekarang ia sudah kembali masuk ke kelas, mengajar dan
mengawasi asrama hijau pada sore hari. Di saat bersantai ia bisa melihat
siswa yang bercanda di taman sekolah, atau duduk di perpustakaan
sambil membaca buku. Ia akan merindukan semuanya.
"Hei, Matsuri! Kau tidak dengar pertanyaanku" Laki-laki itu
sebenarnya siapa?" "Laki-laki yang mana?"
"Memangnya kau bergaul dengan berapa orang laki-laki" Laki-laki
yang melempar jendela kamarmu dengan kerikil setiap pagi dan
mengajakmu pergi dari rumah seharian. Yang sering datang meminta
izin kepada ibu setelah Ayahmu pergi, yang rambutnya panjang itu?"
Kay, Matsuri bahkan tidak begitu mengingat Kay lagi karena sudah
begitu lama Kay tidak menghubunginya. Pesan yang dikirimkannya
seminggu yang lalu tidak di balas, padahal Kay yang menelponnya
lebih dulu. "Dia kakak salah satu muridku di sekolah, Sachi Fujisawa!"
"Astaga, benarkah dia dari keluarga Fujisawa" Dia anak orang kaya
kalau begitu?" "Memangnya kenapa kalau Kaya?" Tuan Tokeino yang tiba-tiba
datang menyela. "Kalau ku lihat kau pergi dengannya lagi tanpa
seizinku, jangan harap kau bisa lolos. Semenjak bertemu dengannya kau
berubah menjadi kekanak-kanakan, berhenti bekerja, pakai rok yang
sangat pendek, pulang malam, Kalau kau begitu menuruti keinginannya
kenapa tidak menikah saja dengannya!"
Pura-pura tuli lebih baik. Matsuri tidak menoleh kepada ayahnya
sama sekali sampai tuan Tokeino menghilang di balik pintu kamar
mandi. Ia tidak mau mengomentari ucapan ayahnya karena semuanya
malah akan menjadi bumerang yang balik menyerangnya. Ia tidak
menuruti semua kehendak Kay, Matsuri punya otoritas untuk menolak
dengan keras jika ia memang benar-benar ingin melakukannya.
Semuanya di lakukannya bukan karena Kay, tapi karena Matsuri sendiri
sangat menikmatinya. Sekarang ia merasa sangat bosan karena sudah
lama sekali tidak melakukan apa-apa, terkurung di rumah selama
sebulan benar-benar menyiksa dan ia pikir mencari udara yang baik bisa
memperbaiki suasana hatinya yang dirundung kebosanan.
"Ibu, boleh aku keluar hari ini?" Matsuri memandang ibunya,
berharap di beri izin untuk keluar meskipun hanya sampai ke pantai.
"Kau mau kemana?"
"Kalau boleh, membeli buku! Aku sangat bosan bu, merasa bodoh
karena tidak melakukan apa-apa selama sebulan."
"Memangnya kau punya uang" Bukannya kau sedang tidak
bekerja?" "Aku masih punya tabungan!"
"Kalau begitu tunggu sebentar!" Nyonya Tokeino meninggalkan
masakannya dan masuk kekamar. Tidak berapa lama kemudian, dia
sudah keluar dengan membawa dompet kulit berwarna merah dan
memberikan beberapa lembar uang dari dalamnya kepada Matsuri.
"Nanti belikan Nori dan tomat. Cuma sebagai alasanmu untuk keluar,
jadi Ayahmu tidak akan curiga bila kau pergi karena ibu menyuruhmu
membeli sesuatu. Ingat jangan pulang malam. Kembalilah kerumah
sebelum Ayahmu pulang!"
Seperti di anugrahi matahari, wajah Matsuri berubah menjadi cerah.
Ia menerima uang yang di berikan ibunya dengan riang dan menghujani
nyonya Tokeino dengan ciuman yang bertubi-tubi. Setelah itu Matsuri
mengganti pakaiannya dan segera berlarian menuju keluar rumah.
Tujuan utama adalah Supermarket, Nori dan Tomat harus di beli
terlebih dahulu sebelum ia melupakannya. Matsuri benar-benar
melakukannya dengan riang karena sebulan terkurung membuatnya
merindukan dunia luar. Dia merasa sudah melupakan semuanya,
bahkan melupakan dimana ia bisa mendapatkan Nori. Matsuri benarbenar berkeliling
supermarket hari ini. "Neechan, mencari apa?"
Suara yang di kenalnya berbisik dalam jarak yang sangat dekat.
Matsuri menjauhkan dirinya dan berbalik untuk melihat seseorang yang
berada di belakangnya. Kay, sudah di duga. "Sedang apa kau disini"
Bukannya sedang berada di Tokyo?"
"Kau tidak senang melihatku disini?"
"Bukan begitu..."
"Aku sudah susah payah menunggumu keluar rumah pagi ini,
mengikutimu sampai disini juga bukan hal yang mudah, tapi responmu
sangat tidak menyenangkan!" Kay pura-pura kesal, ia mengikuti
Matsuri yang berjalan menelusuri rak-rak yang dipenuhi bahan-bahan
dapur dengan santai. "Setelah ini kau mau kemana?"
"Ke toko buku. Aku mau membeli beberapa buah buku."
"Bagaimana kalau kita ke butik Kaede saja" Kita lihat apakah dia


Beauty Honey Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punya koleksi yang terbaru untukmu! Setelah itu kita jalan-jalan lagi,"
"Aku tidak bisa, Uangku tidak cukup untuk membeli pakaian
disana. Standar kalian sangat mahal untuk seorang pengangguran
sepertiku!" "Kenapa tiba-tiba Neechan berkata seperti itu" Memangnya selama
ini aku minta kau yang membayar semuanya" Aku yang akan
membayar semuanya!" "Sudahlah. Pakaian darimu sudah menumpuk di rumah. Dan tidak
ada satupun yang bisa ku pakai. Hari ini aku juga tidak bisa jalan-jalan
seperti biasa, harus segera pulang kerumah karena ayahku selalu makan
siang di rumah. Dia tidak suka kalau aku terlalu dekat denganmu. Kau
tau dia bilang apa" Aku terlalu mengikuti semua maumu, pulang
malam, memakai rok pendek, dan apalah, aku tidak ingat. Aku sampai
harus menutup telinga saat dia bilang seharusnya aku menikah saja
denganmu kalau terus menuruti semua maumu!"
"Kalau begitu kita menikah saja!" Kata Kay secara tiba-tiba.
Bab. 13 Matsuri mematung. Ia menoleh kepada Kay yang berdiri di
sampingnya dan memandangnya heran. "Kau mau menikah denganku
supaya bisa bermain-main" Supaya bisa dengan bebas mengajakku
jalan-jalan seharian lalu pulang malam?" Matsuri tertawa lalu kembali
melangkahkan kakinya. "Kau sangat kekanak-kanakan!"
"Memangnya kenapa" Jangan bilang kalau kau hanya akan
menikah dengan orang yang kau cintai! Siapa" Arata?"
"Lalu bagaimana denganmu" Sudah berhenti mencintai wanita itu"
Wanita yang tidak pernah kau sebutkan namanya?"
"Satu minggu, Aku sudah menyisihkan waktuku selama itu untuk
mengawasinya di Indonesia secara diam-diam. Dia terlihat sangat
bahagia dengan laki-laki itu, tertawa bersama, dia bahkan tidak pernah
tertawa seperti itu saat bersamaku." Wajah Kay kali ini terlihat benarbenar
sedih, bukan pura-pura seperti yang sudah di tunjukkannya di
awal. Tapi ekspresi sedih itu segera di sembunyikannya rapat-rapat
dengan memaksakan sebuah senyum. "Sepertinya sekarang sudah
saatnya aku melupakan dia, kau juga harus melupakan Arata!"
"Tidak semudah itu!"
"Lalu" Kau tidak akan menikah sampai kau bisa melupakan Arata
kan" Ku perkirakan kalau itu sedikitnya memakan waktu dua tahun.
Saat itu kau sudah berusia berapa Neechan" Apakah setelah berhasil
melupakan Arata kau akan langsung bertemu dengan pria yang kau
cintai" Apakah akan langsung menikah begitu saja" Sadar atau tidak
kau akan menyia-nyiakan banyak waktu bila menolak gagasanku ini!"
Matsuri meletakkan semua belanjaannya di kasir dan
membayarnya dengan uang pemberian ibunya. Ia menenteng kantong
plastik berwarna putih itu keluar dari supermarket dan menolak saat
Kay menawarkan diri untuk membawakannya. Ia masih memikirkan
semua ucapan Kay yang ada benarnya. Lalu setelah menikah mereka
akan seperti apa" Matsuri berhenti melangkah dan memutar tubuhnya
menghadap Kay. "Kita tidak menikah karena saling mencintai, lalu apa
cukup kita menikah dengan alasan agar bisa bermain-main saja" Kau
tidak merasa janggal?"
"Aku menikah karena merasa nyaman denganmu, Neechan! Bukan
karena ingin bermain-main, kita bisa saja mengatakan kalau kita tidak
akan menikah, atau menikah tidak begitu penting. Lalu bagaimana
dengan orang tuamu" Bagaimana dengan ibuku" Mereka berfikir
seharusnya kita menikah pada usia sekarang, tapi kenyataannya kita
sama-sama kehilangan saat deadline semakin dekat. Sekarang jawab
pertanyaanku, Apa yang kau rasakan setiap kali kau bersama
denganku?" Matsuri memutar bola matanya sejenak lalu kembali memandangi
Kay dari balik kaca matanya. "Aku merasa kekanak-kanakan!" katanya
Ketus lalu kembali melanjutkan langkahnya lagi. Sepertinya ia akan
membatalkan rencananya untu pergi ketoko buku.
"Kau tau" Aku juga merasakan hal yang sama. Kau merampas
kedewasaanku, merampas wibawaku. Bersamamu membuatku
mendapatkan kembali kegembiraan masa kecilku yang hilang, Aku
melupakan masa-masa kesepian itu dan semuanya berganti dengan
cerita-cerita seru yang selalu ku ucapkan kepadamu. Aku bahkan tidak
pernah banyak bercerita dengan wanita yang kucintai."
"Tapi aku tidak pernah bercerita apa-apa kepadamu. Itu artinya
perasaan itu cuma kau rasakan sendiri."
"Kau begitu karena kau bukanlah orang yang suka membicarakan
hal-hal yang tidak penting."
Matsuri menghentikan langkahnya sekali lagi. "Apa yang kau
fikirkan sekarang" Kenapa tiba-tiba mengatakan hal-hal aneh seperti
ini?" "Karena sadar atau tidak saat berdua kita merasa tentram. Kita bisa
membicarakan Arata atau Ivea, namanya wanita yang tidak pernah ku
sebutkan itu. Dan saat kita saling bercerita apa yang kau rasakan" Kita
bisa membicarakan kesedihan kita dengan perasaan yang biasa-biasa
saja. Bukankah itu sudah cukup" Menikah tidak harus dengan cinta, kan"
Cinta itu bisa bertahan berapa lama" Yang kita butuhkan adalah
pasangan yang bisa membuat kita nyaman seumur hidup. Apa
pendapatku salah?" Tidak ada yang salah. Pikir Matsuri. Semua kata-kata Kay bisa di
terimanya dengan baik. Tapi untuk menikah dengan alasan seperti ini
masih membuatnya merasa ragu. Ia sama sekali tidak yakin dengan
semua tawaran gila Kay kali ini. "Kenapa harus aku?"
"Kau tau alasannya, alasan yang sama yang membuat kita dekat."
"Kita baru kenal!"
"Kita sudah kenal lama, lima tahun silam kita sudah saling kenal.
Tapi kita memang baru dekat sekitar sebulan yang lalu. Kau tidak
percaya padaku" Kau bisa keluar rumah seharian bersamaku, tidur
denganku di pantai pada saat kita pertama kali bertemu bulan lalu
karena percaya padaku, lalu kenapa kau bisa tidak percaya dengan ini?"
"Pernikahan dan main-main itu berbeda, sanyang!" Matsuri
menepuk-nepuk pipi Kay lembut. "Buang rencana gilamu! Kau
memangilku Neechan dan kau sudah ku anggap seperti adikku sendiri.
Aku tidak akan nyaman kalau harus mengubah hubungan itu menjadi
sesuatu yang asing!"
"Aku juga benar-benar menganggapmu sebagai kakak sendiri. Dan
hubungan yang seperti ini bisa berlanjut setelah kita menikah nanti.
Pernikahan kita menyelamatkan hati banyak orang. Menyelamatkan
hati orang tuamu, ibuku, adik-adik kita, Arata dan istrinya, Ivea dan
Nathan. Dan kita tidak perlu menderita untuk itu. Aku juga bebas
membawamu ke Paris. Tapi kau tidak boleh mengira kalau aku
mengatur pernikahan ini demi membawamu ke Paris. Aku sudah
mencari model lain karena kau sudah menolak tawaranku yang itu!"
"Baguslah, kalau begitu aku tidak perlu diet! Lalu bagaimana kau
akan mengatakannya kepada orang tuamu, Ayahku tidak menyukaimu!"
"Dia menyuruhmu menikah denganku, berarti tidak membenciku!
Kau bersedia atau tidak" Jika kau bersedia Malam ini juga aku akan
datang menemui orang tuamu bersama Yoshi. Dia saudaraku yang
paling tua, pengganti Ayah. Dan dia sudah setuju akan menemaniku
menemui orang tuamu. Bagaimana?"
"kau benar-benar serius" Kau tidak akan tertawa setelah ini kan?"
"Tentu saja akan tertawa. Tapi kita tertawa bersama! Jadi?"
Matsuri menatap mata Kay semakin dalam untuk mencari
pembenaran. Sejurus kemudian ia menarik nafas dalam -dalam dan
menghembuskan sepatah kata. "Baiklah!"
Bab. 14 Jika tidak ada Yoshi, Kay ragu kalau lamarannya akan di terima.
Matsuri benar kalau meyakinkan ayahnya adalah hal yang sulit, tapi
Kay sudah membuktikan kalau laki-laki itu tidak membencinya.
Pernikahan di adakan setelah Natal, masih sangat lama. Karena Kay
tidak ingin Matsuri berubah fikiran, pendaftaran pernikahan sudah
dilakukan. Ia dan Matsuri sudah sah menjadi suami istri menurut
hukum yang berlaku. Semua itu sudah membuat Kay cukup cukup lega
meskipun Matsuri masih menolak untuk tinggal bersama sebelum
pernikahan diadakan. Meskipun begitu, bulan-bulan yang berlalu berisi
banyak pertemuan dan banyak jalan-jalan, Alasan menyiapkan
pernikahan selalu menjadi Andalan Kay untuk mebawa Matsuri ke
Tokyo. Meskipun semuanya terasa seperti sedang bermain-main, tapi
kepuasan Ibunya, Sachi dan Yoshi terhadap wanita Yang Kay pilih
untuk masuk kedalam keluarganya sedikit banyak membuatnya bangga
karena walau bagaimanapun semua anggota keluarga sudah mengenal
Matsuri sebagai wanita yang baik. Terlebih kekonsistensian Matsuri
yang masih tidur bersama Sachi dan menolak tidur bersama Kay
meskipun mereka telah resmi menikah semakin membuat keluarganya
menyukai Matsuri. Matsuri tetap seorang Sensei di hadapan orang lain
dan hanya akan menjadi Neechan bila bersama Kay.
Tapi semua kenangan tentang Ivea masih terus melekat dan tidak
henti-hentinya mengganggu. Kesedihan menelusup dengan pasti karena
keputusan untuk melupakan Ivea tidak benar-benar membuatnya
terlepas dari beban. Kay masih belum ikhlas sepenuhnya. Pernikahan
yang kurang dari sebulan lagi itu tidak pernah di beri tahukan kepada
siapapun di Indonesia selain Tara dan pada saat di beri tahu, Tara
memberi respon yang buruk. Dia menyayangkan betapa cepatnya Kay
mengambil keputusan sebelum ia mengetahui perasaan Ivea yang
sebenarnya. Tapi hari-hari bersama Matsuri bisa sangat menghibur
karena menghabiskan uang untuk mendandani Matsuri sudah dengan
sukses memberikan kepuasan tersendiri baginya.
Kay memperhatikan penampilannya sekali lagi, hari ini ia berjanji
untuk mengantarkan Matsuri ke toko buku. Matsuri selalu lebih
memilih untuk menumpuk buku bila di bandingkan dengan membeli
baju, meskipun Matsuri bersedia merubah penampilannya tapi ia
menolak untuk melepas kacamatanya. Kay beruntung karena seleranya
Matsuri tentang kacamata cukup menarik sehingga kacamata itu sama
sekali tidak merusak penampilannya yang sudah sangat luar biasa.
"Nichan, Kakak ipar sudah menunggumu. Dimohon jangan
berlama-lama karena dia tidak suka menunggu!" Suara Sachi yang
berteriak keras dari balik pintu membuat Kay meraih mantel yang
sudah di siapkannya dan segera keluar kamar.
Matsuri sudah menunggunya di ruang tengah sambil bertolak
pinggang. Matanya menatap Kay dengan pandangan kesal yang masih
berusaha di tahannya sebisa mungkin. Matsuri tidak mungkin marahmarah di depan
ibunya dan Sachi. "Kau sudah siap?" ia berkata dengan
suara manis meskipun ekspresi wajahnya masih menyiratkan rasa kesal.
Matsuri mengenakan Jaket kulitnya yang berwarna coklat muda dengan
aksen bulu berwarna putih di pergelangan tangannya, senada dengan
mantel yang Kay gunakan. Kay sangat suka melakukan ini, ia yang
mengatur penampilan Matsuri dan semua pakaian yang di belikannya
selalu memiliki kesamaan dengan pakaian yang sudah Kay miliki
sebelumnya. "Tentu saja, Honey!" Jawab Kay. Ia mendekati Matsuri dan
mengenakan syal pelangi miliknya kepada gadis itu. Ia tidak begitu
membutuhkannya karena sweater turtle neck sudah cukup
menghangatkannya. Tapi Matsuri pasti sangat membutuhkan tambahan
selain blouse cotton rayon dengan leher berpotongan rendah yang di
kenakan di balik jaketnya. Kay menyodorkan lengannya dan Matsuri
menyelipkan tangannya disana. "Ayo, kita pergi sekarang!"
Langkah demi langkah keluar dari gedung apartemen mewah itu
benar-benar memberi kehangatan lebih. Dengan penampilan luar biasa,
Kay berbangga hati berkeliling kota Tokyo dengan angkutan umum.
Matsuri membuat pandangan orang berkali-kali lipat terarah kepadanya
bila dibandingkan dengan melangkah seorang diri. Tidak, Bila seorang
diri Kay lebih suka menggunakan kendaraan pribadi dan kelakuan yang
seperti ini baru Kay lakukan semenjak ia dekat dengan gadis itu.
Matsuri benar-benar membuatnya nyaman dalam segala hal.
"Neechan! Kau tidak bicara sama sekali dari tadi. Ada apa?" Kay
menggenggam tangan istrinya yang di bungkus sarung tangan
berwarna hitam pekat, Meskipun terlihat kesal Matsuri masih memeluk
lengan Kay erat-erat. "Kau masih marah karena terlalu lama menunggu?"
"Aku fikir tidak jadi pergi! Sampai hari pernikahan aku akan
merasa sangat bosan, jadi butuh hiburan!"
"kau sudah sangat banyak mengumpulkan buku. Buku-buku itu
tidak akan bisa di bawa ke Paris! Kalau bosan kita jalan-jalan saja!"
Kay menjerit saat Matsuri menarik rambutnya kesal, ia memohon
untuk segera di lepaskan dan Matsuri melepaskannya pelan-pelan.
"Sampai kapan akan jalan-jalan terus" Musim gugur sudah kita
habiskan dengan jalan-jalan dan aku tidak akan membiarkan hobi
anehmu itu menggangguku!"
"Aku beruntung karena Neechanku tidak bekerja. Jadi aku bisa
menjemputmu di Fukuoka kapanpun aku suka. Salahmu sendiri tidak
mau tinggal di Tokyo bersamaku! Seandainya kita tinggal bersama kau
tidak akan merasa lelah dengan hobi anehku!"
"Aku lebih suka kau panggil Neechan daripada Honey seperti tadi!
Aku merasa aneh setiap kali kau memanggilku dengan sebutan itu.
Setelah menikah kita tidak akan tinggal dengan ibumu kan" Kalau
begitu aku harus mendengarmu memanggilku Honey setiap hari."
"kita lihat saja nanti!"
"Lalu kita menikah untuk berapa tahun" Aku harus menyiapkan
alasan perceraian dulu!"
"Kau gila?"Kay berteriak lagi. "Aku tidak menikah untuk bercerai.
Pernikahan ini serius Neechan, meskipun kita akan bermain-main
seperti ini seumur hidup. Yang penting kita tidak akan bertengkar
karena cemburu kan" Kau tidak akan melempar semua perabotan
rumah kepadaku karena aku pergi dengan wanita lain. Dan aku juga
tidak akan begitu!" "Stuppid!" Matsuri ikut-ikutan berteriak. "Kau jangan pernah
berfikir untuk melakukan itu kalau pernikahan ini benar-benar serius!"
Kay tertawa, ia yakin siapapun yang sedang melihat mereka akan
merasa iri. Ponsel Kay berdering, Sebuah nomor yang tidak di kenal
sedang menantinya Untuk menjawab. Dengan penuh keheranan Kay
menekan tuts terima dan mendekatkan ponselnya ketelinga. Ia
mendengar suara seseorang yang sangat di kenalnya, suara yang ingin
dilupakannya. Sesaat kemudian ia menoleh kebelakang dan nyaris
terduduk lemas jika saja tangan-tangan Matsuri yang masih memeluk
lengannya erat menahannya. Ivea mendekat diiringi Nathan dan berdiri
di hadapan Kay dengan tatapan tak percaya.
"Bisa kita bicara?" desisnya.
Bab. 15 Kay memandang Matsuri yang kelihatannya tidak mengerti dengan
masalah yang terjadi. Matanya mencari-cari tempat yang terdekat agar
bisa duduk dan setelah menemukannya, Kay mengajak semuanya untuk
Utusan Dari Neraka 2 Seruling Perak Sepasang Walet Karya Khu Lung Pasangan Detektif 2

Cari Blog Ini