Dracula Karya Bram Stoker Bagian 4
kepercayaan padaku mengenai soal Lucy, ia berkata, "Ceritakan padanya bagaimana
pendapatmu. Ceritakan pula tentang pendapatku^sejauh kau bisa menerkanya. Tidak,
aku hanya bercanda. Ini bukan lelucon, melainkan soal hidup dan mati, atau
mungkin lebih serius." Kutanyakan apa maksud kata-kata itu, karena ia tampak
serius sekali. Demikianlah percakapan kami setelah kami kembali ke kota, saat
kami sedang minum teh sambil menunggu keberangkatannya kembali ke Amsterdam. Ia
tak mau memberi petunjuk lebih jauh. Jangan marah padaku, Art, karena
ketertutupannya itu justru berarti bahwa ia sedang memutar otak demi kebaikan
Lucy. Yakinlah bahwa ia akan berbicara dengan jelas bila waktunya tiba. Jadi
kukatakan bahwa aku akan menulis laporan tentang kunjungan kami itu, seolah-olah
aku harus menulis sebuah artikel untuk surat kabar The Daily Telegraph. Agaknya
ia tak mendengarkan. Ia malah berkata bahwa bahasa cabul di London tidak seburuk
waktu ia masih mahasiswa di sana. Aku akan men
232 dapat laporan darinya besok, kalau ia bisa membuatnya. Pokoknya aku akan
menerima surat darinya. Sekarang mengenai kunjungan itu. Lucy lebih ceria daripada hari pertama aku
mengunjunginya. Ia nampak amat sehat Ia sudah tidak secekung waktu itu keadaan ?yang telah membuatmu risau. Dan napasnya sudah normal. Ia manis sekali terhadap
Profesor, (ia memang selalu begitu, bukan") dan mencoba menenangkannya, waktu
kulihat sulit sekali baginya bersikap demikian. Kurasa Van Helsing juga melihat
hai itu, karena aku menangkap kilasan matanya yang cepat di bawah alisnya yang
tebal. Pandangan mata itu sudah kukenal sejak dulu. Lalu ia mulai mengobrol
tentang banyak hal, kecuali tentang diri kami sendiri dan tentang penyakitpenyakit. Demikian ramahnya ia, hingga kulihat bahwa keceriaan Lucy yang semula
dibuat-buat, berubah menjadi keceriaan murni. Lalu, tanpa perubahan kentara,
dengan halus dialihkannya percakapan mengenai tujuan kunjungannya, dan dengan
manis ia"berkata, "Yah, nona manis, saya senang sekali karena begitu banyak orang yang menyayangi
Anda. Itu besar artinya, anak manis. Kata mereka, Anda sedang susah, dan bahwa
Anda cekung dan pucat" "Bah!" kataku pada mereka. Lalu dijentikkannya jarinya ke
arahku, dan ia berkata lagi, "Tapi mari kita berdua membuktikan pada mereka
bahwa mereka keliru. Bagaimana mungkin dia," dan ia menunjuk padaku, dengan
?pandangan dan gerak-gerik
233 seperti yang pernah dilakukannya padaku waktu ia mengusirku keluar dari kelas,
gara-gara suatu peristiwa yang masih tetap diingatnya "bagaimana mungkin dia
?tahu tentang gadis-gadis" Baginya, kaum wanita hanya untuk teman main saja,
untuk dihibur, lalu dikembalikan pada orang-orang yang mencintainya. Banyak yang
harus dilakukan, tapi... oh, banyak sekali imbalannya, yaitu kita merasa senang
karena telah memberikan kebahagiaan. Tapi mengenai gadis-gadis! Ia tak punya
istri, tak punya anak perempuan, dan orang-orang muda tak mau bercerita tentang
diri mereka sendiri pada sesama orang muda. Mereka mau bercerita pada orangorang tua seperti saya, yang sudah mengenal banyak kesulitan dan penyebabpenyebabnya. Jadi sebaiknya kita suruh dia pergi mengisap pokoknya di kebun, ya,
anak manis, supaya kita berdua dapat berbincang-bincang." Aku mengerti isyarat
itu, lalu aku keluar. Tak lama kemudian, Profesor datang ke jendela dan
memanggilku. Ia nampak murung, dan berkata, "Sudah kuperiksa dengan teliti. Aku
tidak menemukan sebab-sebab pada fisiknya. Aku sependapat denganmu bahwa dia
sudah kehilangan banyak darah, tapi sekarang tidak lagi. Tapi gejalanya sama
sekali bukan gejala anemia. Aku telah memintanya mendatangkan pelayan, supaya
aku bisa mengajukan beberapa pertanyaan dan supaya aku tidak kekurangan bahan
petunjuk. Aku tahu betul apa yang akan ditanyakannya. Yang jelas, pasti ada
sebabnya. Segala sesuatu ada sebabnya. Aku harus pulang dan ber
234 pikir. Kau harus mengirim telegram padaku setiap hari, dan kalau ada apa-apa,
aku akan datang lagi. Penyakit itu yah, kalau seseorang tak sehat betul, tentu
?ada penyakitnya menarik minatku, dan gadis manis itu juga menarik minatku. Dia
?telah memikatku, dan untuk dialah, kalau bukan demi kau dan penyakit itu, aku
akan datang." Seperti telah kukatakan, ia tak mau berkata-kata lagi, bahkan waktu kami
berduaan saja pun ia tetap tak mau. Jadi sekarang, Art, kau sudah tahu semua
yang kuketahui. Aku akan mengawasinya dengan ketat. Aku yakin keadaan ayahmu
telah membaik. Ini cobaan berat bagimu, sahabatku. Kau berada di antara dua
orang yang sama-sama sangat kaucintai. Aku tahu baktimu terhadap ayahmu, dan
baik sekali kalau kau mempertahankannya. Tapi bila perlu, kau akan kukabari
untuk segera datang pada Lucy. Jadi jangan terlalu khawatir, selama kau belum
mendapat berita panggilan dariku.
CATATAN HARIAN DR. SEWARD September. Pasien yang bersifat binatang itu tetap
?menarik minatku terhadapnya. Hanya satu kali ia mengalami serangan kekerasan,
yaitu kemarin, pada waktu yang tak biasa. Tak lama menjelang tengah hari, ia
mulai gelisah. Petugas sudah tahu gejala-gejala itu, dan segera meminta bantuan.
Untunglah orang-orang itu datang dengan cepat, dan tepat pada waktunya. Karena
tepat tengah 235 hari, ia menjadi ganas, hingga mereka harus berjuang keras menahannya. Tapi lima
menit kemudian ia lebih tenang, dan akhirnya jadi murung. Sampai saat ini
keadaannya masih begitu. Kata petugas, jeritan jeritannya waktu dalam keadaan
mengamuk sangat mengerikan. Yah, suara itu memang sampai menggangguku, padahal
aku berada cukup jauh. Waktu aku datang, aku jadi sibuk sekali mengurus pasienpasien lain yang ketakutan.
Saat ini, waktu makan malam di tempat ini sudah lewat Tapi pasienku masih saja
duduk dengan murung di sudut, dengan wajah cemberut dan sedih. Aku tak begitu
mengerti. Kemudian. Ada perubahan lagi pada pasienku. Jam lima aku mengunjunginya, dan ?menemukannya dalam keadaan senang dan ceria seperti biasa. Ia sedang menangkap
lalat dan memakannya, dan mencatat hasil penangkapannya dengan membuat tanda
goresan kuku pada tepi pintu, di atas tepi bahan pelapis. Waktu melihatku,
Jarthendatangiku dan meminta maaf atas kelakuannya yang jahat Lalu dimintanya
dengan sangat sopan dan ketakutan, supaya ia dikembalikan ke kamarnya sendiri,
dan supaya ia boleh mendapatkan buku catatannya kembali. Kupikir baik juga
menyenangkan hatinya. Maka kembalilah ia ke kamarnya sendiri, dengan jendela
terbuka. Gula untuk tehnya ditaburkannya di ambang jendela, dan ia memanen
banyak lalat. Kini lalat-lalat itu tidak dimakannya, melainkan dimasukkannya ke
dalam sebuah kotak, 236 seperti dulu. Lalu ia mulai memeriksa sudut-sudut kamarnya untuk mencari labalaba. Aku mencoba menyuruhnya berbicara tentang beberapa hari yang lalu, karena
petunjuk ke arah pikirannya akan sangat berarti bagiku. Tapi ia bahkan tak mau
bangkit Beberapa saat lamanya ia nampak sedih, lalu berkata dengan suara yang
terdengar jauh, seolah-olah ia berbicara pada dirinya sendiri,
"Semuanya sudah berlalu! Sudah lewat! Dia sudah meninggalkan diriku. Tak ada
harapan lagi bagiku sekarang. Aku harus melakukannya sendiri!" Lalu tiba-tiba ia
berpaling padaku dengan tegas, dan berkata, "Dokter, maukah Anda berbaik hati
pada saya, mengizinkan saya mendapat gula lebih banyak" Saya rasa itu baik bagi
saya." "Dan lalat-lalat itu?"
"Ya. Lalat-lalat juga menyukainya, dan saya suka lalat, oleh karenanya saya
menyukainya." Kadang-kadang dangkal sekali pikiran kita yang mengira bahwa orang
gila tak bisa berargumentasi. Kuizinkan dia mendapat gula dua kali lipat, dan
kutinggalkan dia dalam keadaan senang sekali. Kalau saja aku bisa menduga
pikirannya. Tengah malam. Keadaannya berubah lagi. Aku baru saja kembali dari mengunjungi
?Miss Westenra, yang kutemukan dalam keadaan lebih baik. Baru saja aku kembali
dan berdiri di pintu pagar kami, memandangi matahari terbenam, ketika kudengar
ia berteriak-teriak. Karena kamarnya berada di sisi terdekat dari tempatku
berada, aku bisa 237 mendengarnya lebih jelas daripada tadi pagi. Aku merasa shock karena
direnggutkan dari kenikmatan keindahan yang luar biasa saat matahari terbenam di
langit London. Cahayanya menyeramkan, bayang-bayangnya hitam pekat, dan semua
warna wami indah menimpa awan yang gelap, bahkan juga menimpa air yang kotor.
Aku sedang membandingkannya dengan gedung batuku sendiri yang dingin dan suram,
penuh dengan kesengsaraan manusia, juga dengan hatiku yang sedang menanggung
kesepian. Aku tiba di tempatnya bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Dari jendelanya
kulihat bola -merah itu tenggelam. Setelah matahari terbenam sama sekali,
amukannya makin berkurang, dan pada saat matahari lenyap dari pemandangan, ia
terlepas dari tangan-tangan yang memegangnya, dan jatuh menjadi suatu onggokan
yang tak berdaya. Tapi sungguh mengagumkan betapa besarnya daya pemulihan pada
orang gila, karena dalam beberapa menit saja ia sudah bangkit lagi dengan amat
tenang, dan ia memandang ke sekelilingnya. Kuisyaratkan pada para petugas untuk
melepaskannya, karena aku ingin sekali tahu apa yang akan dilakukannya. Ia
langsung pergi ke jendela, lalu membersihkan remah-remah gula di situ. Kemudian
diambilnya kotak lalat-lalatnya dan dikosongkannya di luar. Kotak itu
dibuangnya^Jalu ditutupnya jendela. Ia menyeberangi kamar dan duduk di tempat
tidurnya. Semua gerak-geriknya aneh se-238
kali, jadi aku bertanya, 'Apakah kau tak akan memelihara lalat lagi?"
"Tidak," katanya. "Saya sudah muak dengan semua sampah itu!"
Ia benar-benar merupakan bahan studi yang sangat menarik. Alangkah senangnya aku
kalau bisa mengintip ke dalam pikirannya, atau mengetahui penyebab kekerasankekerasannya yang mendadak. Tunggu! Mungkin ada juga petunjuknya, bila kita
menemukan mengapa hari ini amukan amukannya terjadi tepat pada tengah hari dan
pada saat matahari terbenam. Mungkinkah karena ada pengaruh tak baik dari
matahari pada saat-saat tertentu, yang mengganggu sifat manusia
tertentu sebagaimana bulan bisa merusak orang lain" Kita lihat saja.?TELEGRAM DARI DR. SEWARD, LONDON, KEPADA VAN HELSING, AMSTERDAM
4 September. Pasien makin membaik hari ini.
?TELEGRAM DARI DR SEWARD, LONDON, KEPADA VAN HELSING, AMSTERDAM
5 September. Pasien jauh lebih baik. Nafsu makan baik, tidur nyenyak,
?bergairah, tak lagi pucat.
239 TELEGRAM DARI DR. SEWARD, LONDON, KEPADA VAN HELSING, AMSTERDAM
6 September. Perubahan yang mengerikan. Datanglah segera, jangan tunda. Saya
?tak akan mengirim telegram kepada Holmwood, sebelum bertemu dengan Anda.
240 Bab 10 SURAT DARI DR. SEWARD KEPADA ARTHUR HOLMWOOD
ART yang baik, Beritaku hari ini kurang baik. Pagi ini keadaan Lucy kurang baik. Tapi ada satu
hal menguntungkan yang muncul sebagai akibatnya. Mrs. Westenra tentu merasa
khawatir melihat keadaan putrinya, dan ia memintaku menanganinya. Aku tentu saja
memanfaatkan kesempatan itu. Kukatakan padanya bahwa bekas guruku, Van Helsing,
spesialis yang hebat itu, akan datang dan menginap di rumahku. Dan bahwa aku
akan memintanya untuk menangani putrinya, bersama-sama aku sendiri. Jadi
sekarang kami bebas datang dan pergi ke rumahnya, tanpa membuatnya khawatir.
Sebab bila ia sampai mengalami shock, itu akan berarti kematian mendadak. Dan
itu akan merupakan malapetaka pula bagi Lucy dalam keadaannya sekarang. Kita
semua sedang terkurung dalam kesulitan-kesulitan, sahabatku, tapi berdoalah agar
kita bisa mengatasinya dengan baik. Bila perlu, aku akan menulis lagi.
241 Jadi, kalau kau tidak mendengar berita dariku, anggaplah bahwa aku sendiri pun
sedang menunggu berita. Sekarang aku sedang terburu-buru.
Sahabatmu, Jack Seward. CATATAN HARIAN DR. SEWARD
7 September. Yang pertama-tama ditanyakan Van Helsing padaku begitu kami ?bertemu di Liverpool Street adalah,
"Sudahkah kau memberi kabar pada sahabatmu, kekasih gadis itu?"
"Belum," sahutku. "Saya menunggu sampai saya bertemu dengan Anda, sebagaimana
yang saya tuliskan dalam telegram saya. Saya menulis surat padanya, hanya
memberitahukan bahwa Anda akan datang, karena keadaan Miss Westenra tidak begitu
baik, dan bahwa saya akan mengabarinya bila perlu."
"Bagus sekali," katanya, "tepat sekali! Memang lebih baik dia belum tahu.
Mungkin dia takkan perlu tahu selamanya. Itu yang kuharapkan. Tapi kalau
diperlukan, dia akan tahu semua. Ada satu hal lagi, John. Aku ingin
mengingatkanmu. Kau bisa menangani orang-orang gila. Dalam menangani orang-orang
gila, kau tidak mengatakan apa yang akan kaulakukan dan apa yang takkan kau
perbuat Tidak pula kaukatakan apa yang kaupikirkan. Jadi apa yang kauketahui,
kausimpan sendiri saja, dan tetap berada dalam pikiranmu.
242 Nah, sekarang kau dan aku akan sama-sama menyimpan apa yang kita ketahui tentang
kasus ini, di sini dan di sini." Disentuhnya dada dan dahiku, lalu disentuhnya
pula dada dan dahinya sendiri. "Pada saat ini pun, aku punya pikiran-pikiran
tertentu. Nanti akan kuceritakan."
"Mengapa tidak sekarang?" tanyaku. Mungkin itu lebih baik, supaya kita bisa
mengambil keputusan." Ia menghentikan langkahnya, lalu me - mandangiku dan
berkata, "Begini, John. Bila padi sudah berbuah tapi belum masak, sedangkan susu dari ibu
pertiwi sudah terkandung di dalamnya, tapi matahari belum menyepuhnya menjadi
kuning, pak tani akan memetik butir-butir -itu. Butir-butir padi itu di gosokgosoknya dengan tangannya yang kasar, dan kulitnya yang hijau ditiupnya, lalu
dia berkata padamu, 'Lihatlah! Padi ini bagus, dan dia akan menjadi hasil panen
yang bagus bila saatnya tiba.'"
Aku tak mengerti maksudnya, dan kuakui hal itu padanya. Sebagai jawaban,
telingaku dijewernya dengan main-main, seperti yang biasa dilakukannya pada
waktu kuliah dulu. Lalu katanya, "Pak tani yang baik itu berkata begitu, karena
dia tahu. Sebelum dia tahu, dia tak mau mengatakannya. Tak ada pak tani yang mau
menggali benih yang baru ditanamnya untuk melihat apakah benih itu sudah tumbuh
atau belum. Itu perbuatan anak-anak kecil yang bermain-main sebagai pak tani,
bukan oleh orang yang mengerjakan hal itu sebagai kebutuhan hidup. Mengerti kau
sekarang, John" Aku sudah menabur benihku, dan alam akan bekerja untuk
menumbuhkannya. Bila benih itu tumbuh, dia menjanjikan sesuatu yang baik, dan
aku akan menunggu sampai bulirnya mulai membengkak." Ia berhenti berkata-kata,
karena dilihatnya aku sudah mengerti. Lalu ia berkata lagi dengan serius,
"Kau dulu adalah mahasiswa yang cermat, dan buku makalahmu selalu lebih tebal
daripada yang lain. Waktu itu kau masih mahasiswa, tapi sekarang kau yang
berkuasa. Aku percaya bahwa kebiasaan baik itu takkan berubah. Ingatlah,
sahabatku, pengetahuan itu lebih kuat daripada ingatan, dan kita tak boleh
mempercayai yang lebih lemah. Meskipun kau tidak mempraktekkan kebiasaan baik
itu lagi, harus kau ingat bahwa kasus nona kita ini mungkin merupakan kasus
penting bagi kita dan bagi orang lain. Ingat, aku hanya mengatakan mungkin,
supaya orang-orang lainnya lagi tidak menjadi korban. Jadi perhatikan baik-baik.
Tak ada yang tak penting. Kuperingatkan padamu, rekamlah segala-galanya, juga
keraguan-keraguan dan dugaanmu. Setelah peristiwa ini, kau akan melihat benartidaknya dugaanmu itu. Kita belajar dari kegagalan, bukan dari keberhasilan!"
Waktu kulukiskan gejala-gejala keadaan Lucy seperti yang pernah kulakukan, ?tapi kini lebih terperinci ia nampak murung, tapi tidak berkata apa-apa. Ia
?membawa tas berisi banyak peralatan dan obat-obatan. Dalam salah satu kuliahnya
dulu, 244 peralatan seorang profesor dalam tugas pengobatan itu disebutnya peralatan
menakutkan dari pekerjaan kita yang bermanfaat bagi masyarakat.
Waktu kami diantar masuk, Mrs. Westenra menyambut kami. Ia tampak ketakutan,
tapi tidak sehebat yang kuduga. Alam yang baik telah mengatur sedemikian rupa,
hingga kematian pun punya penawar yang bisa mengurangi kengerian orang terhadap
kematian. Persoalan-persoalan pun telah diatur sedemikian rupa, hingga entah apa
sebabnya, hal-hal yang tak berhubungan dengan dirinya sendiri agaknya tak sampai
mempengaruhinya. Padahal putrinya yang begitu dekat di hatinya telah mengalami
perubahan mengerikan. Agaknya samalah halnya dengan yang dilakukan sang alam,
yang seakan-akan membungkus suatu benda asing dengan semacam serat pembungkus
yang akan melindunginya dari sesuatu yang mungkin merusaknya bila menyentuhnya.
Bila itu adalah suatu bentuk perlindungan diri yang sudah diatur, maka kita tak
boleh menudingnya sebagai sifat egois, karena mungkin ada akar yang merupakan
sebabnya yang tidak kita ketahui.
Dalam hal ini, aku menggunakan pengetahuan patologiku, dan kuatur supaya ibu itu
tidak berada di dekat Lucy, dan supaya ia tidak terlalu memikirkan penyakit
Lucy. Ia segera menyetujuinya, dan dalam hal itu pun kulihat adanya bantuan
tangan alam dalam memperjuangkan kehidupan. Aku dan Van Helsing diantar naik ke
kamar Lucy. Kemarin aku terkejut sekali melihat keadaannya,
tapi sekarang aku merasa ngeri. Ia cekung sekali, dan pucat pasi, hingga bibir
dan gusinya pun tak merah lagi, tulang-tulang pipinya menonjol, dan napasnya
membuat kita ngeri melihat dan mendengarnya. Wajah Van Helsing menjadi kaku, dan
alisnya berkerut sampai seolah-olah akan bertemu di atas hidungnya. Lucy
terbaring tak bergerak, dan kelihatannya tak punya kekuatan untuk berbicara,
Dracula Karya Bram Stoker di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hingga beberapa lamanya kami berdiaman saja. Lalu Van Helsing memanggilku dengan
isyarat, dan karni keluar dari kamar perlahan-lahan. Begitu pintu tertutup, ia
berjalan cepat-cepat, dan masuk ke kamar sebelah yang pintunya terbuka.
"Ya, Tuhan," katanya. "Ini mengerikan sekali. Kita tak boleh lengah. Dia akan
mati gara-gara kekurangan darah, yang sebenarnya bisa mengaktifkan kembali
jantungnya. Kita harus segera melakukan transfusi darah. Darah siapa, kau atau
aku?" "Saya lebih muda dan lebih kuat, Profesor. Jadi saya saja."
"Kalau begitu bersiaplah. Aku akan mengambil tasku. Alat-alatnya sudah siap."
Kami turun ke lantai bawah, dan pada saat itu terdengar ketukan di pintu ruang
depan. Waktu kami tiba di ruang depan itu, pelayan baru saja membuka pintu, dan
Arthur cepat-cepat masuk. Ia berlari menerpaku, dan berkata dengan bisikan
terengah, "Jack, aku cemas sekali. Aku membaca. apa yang tersirat dalam suratmu, dan aku
merasa ter - 246 siksa. Ayahku sudah lebih baik keadaannya, jadi aku cepat-cepat pergi kemari
untuk melihat sendiri. Bukankah ini Dr. Van Helsing" Saya berterima kasih
sekali, Profesor, atas kedatangan Anda." Mula-mula Profesor tampak jengkel
karena ia merasa terganggu. Tapi kemudian, setelah dilihatnya tubuh tegap dan
kejantanan muda yang kuat, yang seolah-olah terpancar dari tubuh Arthur, mata
orang tua itu pun bersinar. Tanpa pikir panjang ia berkata setelah menyambut
salam anak muda itu, "Anda datang tepat pada waktunya. Anda adalah kekasih nona manis itu. Keadaannya
buruk, buruk sekali. Jangan, jangan begitu, anakku." Karena Arthur tiba-tiba
menjadi pucat pasi dan terduduk di kursi, seperti akan pingsan.
"Anda harus membantunya, Anda bisa berbuat lebih banyak daripada siapa pun juga.
Tapi Anda harus tabah."
"Apa yang bisa saya lakukan?" tanya Arthur dengan suara serak. "Tolong katakan,
dan saya akan melakukannya. Hidup saya adalah hidupnya, dan saya bersedia
memberikan darah saya kepadanya, bahkan sampai tetes terakhir." Profesor
memiliki rasa humor yang tinggi, dan dari pengalamanku, aku bisa mendengar
bayangan humor itu dalam jawabannya,
"Anak muda, saya tidak minta sebanyak itu jangan!"?"Apa yang harus saya lakukan?" Mata Arthur
247 berapi-api, dan cuping hidungnya bergetar. Van ^Helsing menepuk pundaknya.
"Ayolah," katanya. "Anda seorang pria. Dan yang kami perlukan adalah seorang
pria sejati. Anda lebih baik daripada saya, lebih baik daripada John, sahabat
saya yang baik ini. Nona muda itu sakit keras. Dia memerlukan darah. Kalau
tidak, dia akan meninggal. Saya sudah berunding dengan John, dan kami baru saja
akan melakukan apa yang disebut transfusi darah yaitu pemindahan darah dari
?urat nadi yang penuh ke urat nadi yang memerlukannya. Semula John yang akan
memberikan darah itu, karena dia lebih muda dan lebih kuat daripada saya."
Arthur mengambil tanganku, lalu meremas-remasnya tanpa berkata apa-apa. "Tapi
sekarang Anda sudah ada, dan Anda lebih baik daripada kami, baik yang muda
maupun yang tua, yang sudah banyak bekerja keras dengan otak. Saraf kami tidak
begitu tenang lagi, dan darah kami tidak semurni darah Anda."
Arthur berpaling padanya, lalu berkata, "Sebaiknya Anda tahu, saya bersedia mati
untuknya..."* Kata-katanya terhenti, karena napasnya tersendat.
"Bagus, anakku!" kata Van Helsing. "Tak lama lagi Anda akan merasa bahwa Anda
telah melakukan segalanya untuk orang yang Anda cintai itu. Mari, sekarang Anda
harus diam. Anda boleh menciumnya sekali sebelum hal itu kita kerjakan, tapi
setelah itu Anda harus pergi begitu saya be
248 rikan isyarat. Jangan berkata apa-apa pada ibunya. Anda tahu bagaimana
keadaannya! Dia tak boleh mengalami shock, dan kalau dia sampai tahu hal ini dia
akan shock. Mari!" Kami bertiga naik ke kamar Lucy. Arthur diperintahkan untuk tinggal di luar
dulu. Lucy memalingkan kepalanya dan memandangi kami, tapi tak berkata apa-apa.
Ia tidak tidur, tapi ia terlalu lemah untuk berkata-kata. Hanya dengan matanya
ia berbicara. Van Helsing mengeluarkan beberapa barang dari tasnya, dan
meletakkannya di atas meja kecil yang tak kelihatan. Kemudian ia mencampur obat
bius, lalu mendekati tempat tidur, dan berkata dengan ceria,
"Nah, anak manis, ini obatmu. Minum sampai habis, ya" Mari kuangkat kau supaya
mudah menelannya. Ya." Lucy berhasil melakukannya.
Aku heran melihat betapa lamanya obat itu baru bekerja. Itu menandakan betapa
lemahnya dia. Rasanya lama sekali matanya baru tampak mengantuk. Akhirnya obat
bius itu menunjukkan kekuatannya, dan ia tidur nyenyak. Setelah Profesor yakin
akan keadaan itu, dipanggilnya Arthur dan disuruhnya membuka kemejanya. Kemudian
ia berkata lagi, "Anda boleh mengecupnya sedikit, sementara saya memindahkan
meja itu. John, bantu aku!" Dengan demikian, kami tak melihat waktu ia
membungkuk ke wajah Lucy.
Sambil menoleh padaku, Van Helsing berkata, '"Dia muda dan kuat sekali, dan
darahnya murni." 249 Lalu dengan cepat dan cermat Van Helsing menjelaskan proses pekerjaan itu. Waktu
pemindahan darah berlangsung, rona kehidupan mulai merekah di pipi Lucy.
Sedangkan di wajah Arthur yang menjadi pucat terpancar kebahagiaan. Sebentar
kemudian aku jadi khawatir, karena betapapun kuatnya Arthur, berkurangnya
darahnya tampak berakibat buruk juga atas dirinya. Aku jadi menyadari betapa
buruknya keadaan Lucy, hingga transfusi darah yang cukup banyak itu, hanya
sedikit pengaruhnya bagi Lucy. Wajah Profesor tampak penuh keyakinan, dan sambil
memegang arlojinya, matanya menatap pasiennya dan Arthur bergantian. Aku serasa
bisa mendengar degup jantungku sendiri. Akhirnya ia berkata dengan berbisik,
"Sudah cukup. Jaga Arthur supaya dia tak bergerak sebentar. Aku akan mengurus
Lucy." Setelah selesai semuanya, kulihat Arthur lemah sekali. Kuurus lukanya,
lalu kutuntun dia meninggalkan tempat itu. Tanpa membalikkan tubuhnya, Van
Helsing berkata, seolah-olah ia memiliki mata di bagian belakang kepalanya,
"Kurasa kekasih yang pemberani berhak memberikan ciuman lagi. Sebentar lagi,
ya?" Setelah selesai mengurus transfusi itu, diperbaikinya letak bantal di
kepala pasiennya. Agaknya Lucy selalu memakai ban beludru kecil berwarna hitam
yang disemat dengan sebuah gesper berlian pemberian kekasihnya, pada lehernya.
Waktu Profesor memperbaiki letak kepalanya, ban itu agak tergeser ke atas,
hingga tampak luka merah di lehernya.
250 Arthur tidak melihatnya. Tapi aku mendengar desis tertahan napas Van Helsing,
yang merupakan ciri khasnya bila emosinya tersentuh. Pada saat itu, ia tak
berkata apa-apa. Ia hanya membalikkan tubuh, lalu berkata padaku, "Nah, bawa
pergi kekasih yang pemberani ini. Beri dia anggur port, dan suruh dia berbaring
sebentar. Sesudah itu, dia harus pulang dan beristirahat. Banyak-banyak tidur
dan banyak-banyak makan, supaya apa yang telah diberikannya pada kekasihnya
cepat diperolehnya kembali. Dia tak boleh tinggal di sini. Tunggu sebentar. Saya
yakin Anda ingin sekali tahu bagaimana hasilnya, bukan, Nak" Kita boleh
beranggapan bahwa secara umum transfusi tadi berhasil dengan baik. Kali ini Anda
telah menyelamatkan nyawanya. Sekarang pulanglah dengan tenang, dengan keyakinan
bahwa semua yang harus dilakukan sudah kita usahakan. Bila kekasih Anda sudah
sadar, akan saya ceritakan semua padanya. Dia pasti akan lebih mencintai Anda,
berkat apa yang telah Anda lakukan. Good bye."
Setelah Arthur pergi, aku pergi ke kamar. Lucy sedang tidur dengan tenang, dan
napasnya sudah lebih kuat. Kulihat selimutnya terangkat waktu dadanya naik. Van
Helsing duduk di sisi tempat tidurnya dan memandanginya dengan penuh minat. Ban
beludru itu telah menutupi luka merah itu lagi. Aku bertanya dengan berbisik
pada Profesor, "Bagaimana pendapat Anda tentang bekas luka di leher itu?"
"Pendapatmu bagaimana?"
251 "Saya belum memeriksanya," sahutku. Aku langsung melepaskan ban itu. Tepat di
atas urat nadi leher ada dua buah lubang. Tidak besar, tapi kelihatannya tak
sehat Tak ada tanda-tanda penyakit, tapi tepinya putih dan nampak rusak seperti
akibat pembusukan. Aku segera mendapat kesan bahwa luka, atau apa pun itu,
mungkin merupakan penyebab kekurangan darahnya. Tapi pikiran itu segera
kuhilangkan, karena rasanya tak mungkin. Sebab jika benar, seluruh tempat tidur
pasti sudah basah oleh darah merah yang keluar dari luka itu, yang menyebabkan
Lucy jadi begitu pucat sebelum mendapatkan transfusi.
"Bagaimana?" tanya Van Helsing.
"Yah," kataku. "Saya tak bisa menarik kesimpulan apa-apa."
Profesor bangkit. "Aku harus kembali ke Amsterdam malam ini," katanya. "Ada
beberapa buku dan barang yang kuperlukan dari sana. Kau harus tinggal di sini
sepanjang malam. Jangan lepaskan pandanganmu dari dia."
"Bolehkah saya meminta bantuan seorang juru rawat?" tanyaku.
"Aku dan kau adalah perawat-perawat terbaik. Jaga dia sepanjang malam, dan urus
supaya dia diberi makanan yang baik. Jangan sampai ada sesuatu yang
mengganggunya. Kau tak boleh tidur sepanjang malam. Kelak kita baru bisa tidur.
Aku akan kembali secepatnya, dan barulah kita mulai."
"Baru mulai?" tanyaku. "Apa maksud Anda?"
"Nantilah kita lihat," sahutnya, lalu ia bergegas
252 keluar. Sebentar kemudian ia kembali lagi, men jengukkan kepalanya di pintu, dan
berkata sambil mengangkat jarinya sebagai peringatan, "Ingat, dia menjadi
tanggung jawabmu. Kalau dia kautinggalkan, dan terjadi sesuatu atas dirinya, kau
takkan bisa tidur lagi!"
CATATAN HARIAN DRZsEWARD (lanjutan) Ou,H*i.
8 September. Semalaman aku duduk menjagai Lucy. Menjelang senja barulah obat ?biusnya berhenti bekerja. Ia bangun dengan wajar, dan ia nampak berbeda sekali
daripada keadaannya sebelum transfusi. Bahkan semangatnya pun baik, dan semangat
itu disertai kebahagiaan, meskipun bekas-bekas kelemahannya masih kelihatan.
Waktu kuceritakan pada Mrs. Westenra bahwa Dr. Van Helsing telah memerintahkan
agar aku terus menjaga Lucy, ibu itu kelihatannya tak percaya. Ia mengingatkan
bahwa kesehatan putrinya sudah pulih, dan semangatnya sudah membaik. Tapi aku
bersikap tegas, dan bersiap-siap untuk berjaga sepanjang malam. Setelah pelayan
menyiapkan Lucy untuk tidur, aku masuk setelah makan malam, lalu rduduk di sisi
tempat tidurnya. Ia sama sekali tidak menunjukkan sikap keberatan, dan bahkan
nampak bersyukur setiap kali aku memandang matanya. Beberapa lama kemudian, ia
nampak mengantuk, tapi kelihatannya ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak
tertidur. Hal itu terjadi berulang kali dan dalam jangka waktu yang makin lama
makin sing-253 kat Nyata benar ia tak ingin tidur, maka aku bertanya,
"Kau tak ingin tidur?"
"Tidak, aku takut"
"Takut tidur" Mengapa" Tidur itu merupakan anugerah yang didambakan oleh setiap
orang." "Ah, kalau keadaannya seperti aku, tidak maksudku, bila tidur itu sama artinya
?dengan hadirnya suatu ketakutan."
"Ketakutan" Apa maksudmu?"
"Entahlah, oh, aku tak tahu. Tapi itulah yang mengerikan. Semua kelemahan ini
menyerangku dalam tidur, hingga mengingatnya pun aku takut"
"Tapi malam ini kau boleh tidur, anak manis. Aku akan menjagamu terus, dan aku
berjanji takkan terjadi apa-apa."
"Ya, aku percaya."
Kutangkap kesempatan itu untuk berkata, "Aku berjanji, begitu melihat tandatanda kau bermimpi buruk, aku akan segera membangunkanmu."
"Betul begitu" Oh, betulkah" Kau baik sekali padaku. Kalau begitu, aku akan
tidur!" Dan begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, ia tampak lega. Ia menarik
napas panjang, dan tidur.
Sepanjang malam aku menjaganya. Sekali pun ia tak bergerak. Ia lelap terus,
tenang dalam tidur nyenyak yang memberikan kehidupan dan kekuatan. Bibirnya agak
merekah, dan dadanya turun naik dengan teratur bagaikan gerak bandulan jam.
Wajahnya membayangkan senyum, dan jelas tak
254 ada mimpi buruk yang mengganggu kedamaian tidurnya.
Pagi-pagi benar pelayannya masuk. Kuserahkan dia untuk diurus, dan aku pulang,
karena aku harus memikirkan pekerjaanku sendiri. Kukirim telegram pendek pada
Van Helsing dan pada Arthur, untuk melaporkan hasil transfusi yang begitu baik.
Karena sudah tertunda begitu lama, pekerjaanku jadi tertumpuk, dan aku
memerlukan waktu sehari penuh untuk menyelesaikannya. Malam hari barulah aku
sempat menanyakan keadaan pasienku yang bersifat hewan itu. Laporannya baik.
Sepanjang hari dan malam yang lalu, ia tenang.
Saat makan malam, kuterima telegram dari Van Helsing di Amsterdam, yang
memintaku untuk pergi ke Hillingham malam ini juga, karena mungkin tenagaku
dibutuhkan di sana. Dikatakannya bahwa ia akan berangkat naik kereta api pos,
dan akan menyertaiku pagi-pagi esok harinya.
9 September. Aku letih dan lesu sekali waktu tiba di Hillingham. Selama dua ?malam, boleh dikatakan aku tidak tidur sekejap pun, dan otakku terasa buntu.
Suatu pertanda keletihan otak. Lucy sudah bangun dan nampak ceria. Waktu
menjabat tanganku, dipandanginya aku tajam-tajam, dan ia berkata,
"Malam ini kau tak boleh jaga malam, kau letih sekali. Aku sudah sehat, sungguh,
dan kalaupun ada yang jaga malam, akulah yang harus menjagamu." Aku tak setuju,
tapi aku pergi makan 255 malam. Lucy ikut, dan karena terhibur melihat keceriaannya, aku makan banyak dan
minum beberapa gelas anggur, karena anggurnya enak sekali. Lalu diajaknya aku
naik ke lantai atas, dan dibawanya aku masuk ke kamar di sebelah kamarnya. Di
situ telah dinyalakan api penghangat, hingga kamar itu terasa nyaman. "Nah,"
katanya, "kau harus tidur di sini. Biarkan pintu itu terbuka, dan pintuku juga
akan kubiarkan terbuka. Kau boleh tidur di sofa, karena aku tahu tak ada dokter
yang mau tidur di tempat tidur, kalau ada pasien yang harus diawasinya. Bila
memerlukan sesuatu, aku akan memanggilmu dan kau bisa segera datang."
Aku tak bisa menolak, karena aku memang amat letih, dan rasanya sudah tak kuat
lagi duduk. Jadi, setelah Lucy mengulangi janjinya untuk memanggilku bila ia
memerlukan sesuatu, aku pun berbaring di sofa dan lupa segala-galanya.
CATATAN HARIAN LUCY WESTENRA
9 September. Malam ini aku merasa bahagia sekali. Beberapa waktu terakhir ini ?aku amat lemah, hingga sekarang, setelah bisa berpikir dan bergerak lagi,
rasanya seperti tiba-tiba ditimpa sinar matahari setelah lama ditiup angin keras
dari langit yang gelap. Aku merasa dekat dengan Arthur, seakan-akan ia berada di
dekatku, dan aku merasakan kehangatannya. Kurasa penyakit dan kelemahan membuat
orang hanya memikirkan diri sendiri, sedangkan kesehatan dan kekuatan
menimbulkan rasa cinta. Dan dalam keadaan begitu, pi-256
kiran serta perasaan orang pun lalu berkelana ke mana-mana. Aku tahu betul ke
mana pikiranku melayang. Kalau saja Arthur tahu! Kekasihku, mungkin telingamu
mendesing saat kau tidur, dan aku masih bangun. Aduh, puas benar aku tidur
kemarin malam! Enak sekali aku tidur dengan dijagai Dr. Seward yang baik itu.
Dan malam ini pun aku takkan takut tidur, karena ia berada di dekatku dan mudah
dipanggil. Terima kasih pada semua orang yang begitu baik padaku! Terima kasih,
Tuhan! Selamat tidur, Arthur.
CATATAN HARIAN DR. SEWARD
10 September. Aku merasakan tangan Profesor di kepalaku, dan aku langsung
?bangun. Itu salah satu hal yang menjadi kebiasaan seseorang bila ia bekerja di
sanatorium. "Bagaimana pasien kita?"
"Waktu saya tinggalkan, baik. Sebenarnya lebih tepat kalau saya katakan, waktu
dia meninggalkan saya," sahutku.
"Mari kita lihat," katanya. Dan kami berdua pun masuk ke kamar itu.
Kerai masih tertutup, dan aku mengangkatnya perlahan-lahan. Sementara itu dengan
langkah-langkah perlahan seperti kucing, Van Helsing mendekati tempat tidur.
Setelah kerai kunaikkan dan kamar bermandikan sinar matahari pagi, kudengar
desis suara Profesor. Demi menyadari pertanda buruk itu, hatiku serasa ditusuk
oleh ketakutan. Aku mendekatinya, dan ia mundur. "Tu 257 ban di surga!1 serunya dengan ngeri, air mukanya nampak tersiksa. Ia menunjuk ke
tempat tidur, dan wajahnya yang keras itu tampak amat pucat Lututku gemetar.
Di tempat tidur terbaring Lucy yang malang, kelihatannya dalam keadaan tak
sadar. Ia lebih pucat dan lebih cekung daripada semula, sampai bibirnya pun
putih, sedangkan gigi serta gusinya menonjol ke luar, seperti yang biasa kita
lihat pada mayat orang yang meninggal karena sakit lama. Kaki Van Helsing sudah
terangkat untuk dientakkan dengan kesal, tapi naluri berdasarkan pengalaman
hidupnya yang lama menyadarkannya, maka diletakkannya kembali kakinya perlahanlahan. "Cepat!" katanya. "Ambil brendi!" Aku terbang ke ruang makan, dan kembali
membawa botol brendi. Profesor membasahi bibir Lucy yang putih dengan minuman
itu, dan kami menggosok-gosok telapak tangan dan pergelangan tangannya, serta
mengurut jantungnya. Ia meraba jantung Lucy, dan setelah menunggu lama dengan
tersiksa, ia berkata, "Belum terlambat. Jantungnya masih bekerja, meskipun lemah sekali. Semua usaha
Dracula Karya Bram Stoker di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kita sia-sia. Kita harus mulai dari awal lagi. Sekarang tak ada Arthur, jadi
sekarang aku harus minta bantuanmu, John." Sambil berbicara, ia sudah mulai
membongkar tasnya, mengambil alat-alat transfusi. Aku sendiri membuka jasku, dan
menggulung lengan kemejaku. Kali ini tak mungkin diberikan pembiusan, dan itu
memang tak diperlukan. Maka
258 kami memulai transfusi itu tanpa menunda lagi. Setelah beberapa waktu berlalu,
yang kurasakan lama sekali, karena rupanya pengambilan darah itu menimbulkan
rasa tak enak betapapun relanya kita memberikannya Van Helsing mengangkat ? ?jarinya sebagai peringatan. "Jangan bergerak," katanya, "aku takut dia akan
bangun dengan masuknya kekuatan, dan itu berbahaya sekali, tapi aku akan
mencegahnya. Aku akan memberikan suntikan morfin." Lalu dikerjakannya apa yang
dikatakannya itu dengan cepat dan cekatan. Efeknya bagi Lucy ternyata tidak
buruk, karena kelihatannya pingsannya perlahan-lahan berubah menjadi tidur
nyenyak gara-gara suntikan itu. Aku merasa bangga pada diriku sendiri waktu
melihat darah mulai meronai pipi dan bibirnya yang semula pucat pasi. Kalau
tidak mengalami sendiri, tak ada pria yang tahu bagaimana perasaan seseorang
waktu melihat darah dari uratnya sendiri mengalir ke dalam urat wanita yang
dicintainya. Profesor memperhatikan diriku dengan cermat "Cukup," katanya.
"Sudah cukup?" protesku. "Anda mengambil jauh lebih banyak dari Arthur."
Mendengar itu, ia tersenyum sedih dan menjawab,
"Pemuda itu kekasihnya, tunangannya. Kau masih harus bekerja. Banyak yang harus
kaukerjakan, baik untuk dia maupun untuk orang-orang lain. Dan untuk sementara
darah itu cukup." Setelah transfusi selesai, ia mengurus Lucy, sedangkan aku menekan luka tusukku
dengan jariku. 259 Sementara menunggu sampai ia sempat mengurus-ku, 'aku berbaring, karena aku
merasa agak pusing dan mual. Sebentar kemudian dibalutnya lukaku, dan aku
disuruhnya turun ke lantai bawah untuk mengambil anggur sendiri. Waktu aku akan
meninggalkan kamar itu, Profesor mendekatiku dan berkata dengan setengah
berbisik, "Ingat, jangan katakan apa-apa pada siapa pun juga tentang hal ini. Kalau
kekasihnya tiba-tiba datang, jangan katakan apa-apa. Nanti dia ketakutan dan
merasa cemburu. Itu tak boleh terjadi! Jadi tutup mulut!"
Waktu aku kembali, dipandanginya aku, lalu berkata,
"Keadaanmu kurang baik. Pergilah ke kamar sebelah, berbaringlah di sofamu itu,
dan beristirahatlah sebentar. Setelah itu-makanlah sarapan banyak-banyak, baru
kemari lagi." Semua perintahnya kujalankan dengan baik, karena aku tahu bahwa semua itu baik
dan benar. Aku sudah menjalankan tugasku, dan sekarang aku harus memulihkan
kembali kekuatanku. Aku merasa amat lemah, dan dalam keadaan lemah itu, aku tak
tahu lagi apa yang terjadi. Aku tertidur di sofa, masih penasaran bagaimana Lucy
sampai mengalami perubahan yang begitu buruk, dan bagaimana darahnya sampai
begitu banyak habis, tanpa ada tanda-tanda penyebabnya. Kurasa' penasaranku itu
terbawa ke dalam mimpi, karena baik dalam keadaan tidur maupun bangun, pikiranku
selalu kembali pada lubang-lubang kecil
260 yang tepinya bergerigi di leher Lucy meskipun lubang-lubang itu kecil.
?Lucy tidur nyenyak sampai siang. Waktu ia bangun, keadaannya cukup baik dan
kuat, meskipun sama sekali tidak sebaik sehari sebelumnya. Van Helsing
melibatnya, lalu ia pergi berjalan-jalan setelah menugaskan aku untuk
menjaganya. -+ Diingatkannya benar-benar padaku supaya aku tidak meninggalkannya
sesaat pun juga. Kudengar suaranya di ruang depan, menanyakan jalan terdekat ke
kantor telegraf. Lucy mengobrol ceria denganku, dan kelihatannya tidak menyadari apa yang telah
terjadi. Aku mencoba menghibur dan mengalihkan perhatiannya. Waktu ibunya naik
untuk menjenguknya, " agaknya orang tua itu tidak melihat perubahan apa-apa,
tapi ia berkata dengan sikap berterima kasih padaku,
"Kami banyak berutang budi pada Anda, Dr. Seward, atas semua yang telah Anda
lakukan. Tapi sekarang Anda harus betul-betul membatasi diri dalam bekerja. Anda
sendiri nampak lemah dan pucat Anda membutuhkan seorang istri untuk merawat dan
menjaga Anda. Sungguh!" Waktu ibu-" nya berbicara begitu, wajah Lucy merah
padam, meskipun hanya sebentar, karena urat-uratnya yang lemah tik kuat
memompakan darah banyak-banyak ke kepalanya. Akibatnya, ia jadi pucat sekali
waktu menoleh padaku dengan pandangan memohon. Aku tersenyum dan mengangguk, dan
kuletakkan 261 jariku ke bibir. Sambil mendesah, dibenamkannya kepalanya kembali ke bantalnya.
Van Helsing kembali beberapa jam kemudian, lalu berkata, "Sekarang kau pulang,
dan maka minum banyak-banyak. Perkuatlah dirimu. Malam ini aku yang tinggal di
sini, dan aku sendiri yang akan menjaga nona muda kita ini. Kita berdua harus
mengamati kasus ini, dan kita tak boleh membiarkan orang lain sampai tahu. Aku
punya alasan-alasan kuat Tidak, jangan tanyakan alasan-alasan apa itu. Kau boleh
membayangkan apa saja. Jangan takut membayangkan, bahkan yang paling tak mungkin
sekalipun.. Selamat tidur."
Di ruang depan, aku didatangi oleh dua orang pelayan, yang bertanya apakah
mereka berdua atau salah seorang di antara mereka boleh menjaga Miss Lucy.
Mereka mohon supaya aku mengizinkannya, dan waktu kukatakan bahwa Prof. Van
Helsing menghendaki agar hanya dia atau aku saja yang boleh menjaganya, mereka
meminta dengan mengiba-iba supaya aku bergantian dengan "pria asing" itu.
Aku terkesan akan kebaikan hati mereka. Mungkin hal itu disebabkan karena mereka
melihat keadaanku yang lemah, atau mungkin pula karena kesetiaan mereka pada
Lucy. Aku sering melihat kebaikan hati wanita seperti itu. Aku pulang pada waktu
makan malam, lalu berkeliling melihat pasien-pasienku. Semuanya baik-baik saja.
Lalu aku duduk sambil menunggu kantuk datang. Aku sudah mulai merasakannya.
262 11 September. Petang ini aku pergi ke Hillingham. Kutemukan Van Helsing dalam ?keadaan ce I ria, dan Lucy sudah jauh lebih baik. Tak lama [ setelah aku tiba,
datang sebuah paket besar dari I luar negeri untuk Profesor. Ia membukanya
dengan I sikap sengaja ingin memamerkan itu hanya du-[ gaanku saja tentu lalu
? ?diperlihatkannya padaku 4 seikat besar bunga.
"Ini untuk Anda, Miss Lucy," katanya. "Untuk saya" Wah, Prof. Van Helsing!"
"Benar, anak manis. Tapi bukan untuk bermain. Ini obat." Mendengar itu, wajah
Lucy jadi mengernyit. "Bukan, bukan untuk diminum sebagai rebusan, atau harus
dicium supaya memabukkan, jadi Anda tak perlu memencet hidung Anda yang bagus
itu. Nanti saya beritahukan pada sahabat saya, Arthur, kesedihan apa yang harus
ditanggungnya, karena kecantikan orang yang amat dicintainya rusak. Nah, begitu,
nona cantik, supaya hidung yang bagus itu jadi lurus lagi. Ini memang untuk
obat, tapi Anda belum tahu bagaimana cara memakainya. Saya akan menaruhnya di
jendela Anda, dan saya juga akan membuat sebuah untaian bulat yang cantik, untuk
saya gantungkan di leher Anda, supaya Anda bisa tidur nyenyak. O, ya, khasiatnya
memang seperti bunga teratai yang bisa membuat kita melupakan kesusahan
kesusahan kita. Baunya seperti air Lethe, dan seperti air mancur berkhasiat yang
dicari orang-orang Conquistador di Florida, yang menemukannya setelah terlambat"
Sementara Van Helsing berbicara, Lucy melihat
263 lihat, lalu mencium bunga-bunga itu. Kemudian dilemparkannya sambil berkata
dengan setengah tertawa dan dengan jijik,
"Ah, Profesor, Anda hanya mempermainkan saya saja. Ini kan bunga bawang putih
biasa!" Aku heran melihat reaksi Van Helsing. Ia bangkit dan berkata dengan tegas,
rahangnya yang sekokoh besi nampak tegang, dan alisnya yang tebal itu bertaut,
"Jangan remehkan saya! Saya tak pernah berolok-olok! Semua yang saya lakukan
selalu punya tujuan serius. Dan saya peringatkan Anda, jangan membantah. Turuti
petunjuk-petunjuk saya, kalaupun bukan untuk kepentingan Anda sendiri, demi
orang-orang lainlah." Lalu, waktu dilihatnya Lucy ketakutan, hal yang memang
wajar sekali, ia berkata lagi dengan lebih halus, "Ah, kasihan kau, nona muda.
Jangan takut pada saya, nona manis. Saya melakukannya demi kebaikan Anda. Dan
bunga-bunga yang begitu sederhana itu bisa mendatangkan banyak kebaikan bagi
Anda. Nah, saya sendiri yang akan menaruhnya di kamar Anda ini, dan saya sendiri
pula yang akan membuatkan rangkaian yang harus Anda pakai. Tapi, hus! Jangan
ceritakan pada orang lain yang suka ingin tahu. Kita harus patuh, dan sikap
tutup mulut juga termasuk kepatuhan. Kepatuhan itulah yang akan mengantar Anda
ke dalam pelukan penuh kasih yang sedang menunggu-nunggu Anda. Sekarang duduk
diam-diam sebentar. Mari ikut aku, John, bantu aku mengatur bunga bawang putih
ini di 264 kamar. Ini datang dari jauh, dari Haarlem. Sahabatku Vanderpool menanam tumbuhtumbuhan obat di rumah kacanya, sepanjang tahun. Aku telah mengirim telegram
padanya kemarin. Kalau tidak, barang-barang ini belum akan tiba di sini hari
ini." Kami masuk ke kamar dengan membawa bunga-bunga itu. Tingkah laku profesor itu
memang aneh dan tak dapat dimengerti. Pertama-tama jendela diikatnya dan
dipasanginya palang kuat-kuat. Kemudian diambilnya segenggam bunga, lalu
digosokkannya ke seluruh daun jendela, seolah-olah untuk meyakinkan bahwa setiap
embusan udara yang mungkin masuk akan mengandung bau bawang putih itu. Lalu
dengan jumbainya, ia menggosok seluruh kusen pintu, di atas, di bawahnya, dan
pada setiap sisinya. Digosoknya pula sekeliling perapian, lama-lama. Semua itu
kurasa aneh sekali. Maka aku pun bertanya,
"Prof, saya tahu Anda selalu punya alasan untuk apa-apa yang Anda kerjakan, tapi
yang ini saya benar-benar tak mengerti. Untung saja tak ada orang yang suka
berpraduga. Kalau ada, dia pasti akan berkata bahwa Anda sedang berusaha
mengusir jin jahat" "Mungkin memang itu yang sedang kulakukan," sahutnya dengan tenang, lalu
mulailah ia membuat sebuah untaian melingkar yang harus dipakai Lucy di
lehernya. Lalu kami menunggu sampai Lucy selesai disiapkan untuk tidur. Waktu
gadis itu sudah berbaring di tempat tidurnya, Profesor men 265 datanginya, lalu mengalungkan untaian bunga bawang putih itu ke lehernya. Katakata terakhir yang diucapkannya pada Lucy adalah,
"Jaga supaya Anda tidak mengubah-ubah letaknya. Dan meski malam ini kamar ini
terasa pengap, jangan buka jendela atau pintu."
"Saya berjanji," kata Lucy, "dan terima kasih banyak atas kebaikan-kebaikan Anda
berdua pada saya! Ah, apa yang telah saya lakukan, hingga saya diberkati dengan
teman-teman sebaik Anda berdua?"
Waktu kami meninggalkan rumah itu, naik ke kendaraan yang menunggu, Van Helsing
berkata, "Malam ini aku bisa tidur dengan tenang. Aku memang membutuhkan tidur.
Dua malam aku dalam perjalanan, sedangkan siang harinya aku harus banyak
membaca, disusul dengan sehari penuh ketegangan keesokan harinya, lalu satu
malam jaga malam, tanpa tidur sekejap pun. Besok pagi-pagi jemput aku, dan kita
bersama-sama melihat nona cantik itu. Keadaannya pasti jauh lebih baik, berkat
penangkal yang telah kubuat itu. Ha! Ha!"
Ia nampak amat yakin. Tapi aku lalu teringat akan keyakinanku sendiri dua malam
yang lalu, yang akibatnya begitu menyedihkan. Aku merasa ngeri dan takut.
Mungkin karena aku lemah, aku jadi enggan menyampaikan perasaanku itu pada
Profesor. Tapi aku makin merasakannya, tak ubahnya seperti tangis yang tertahan.
. S. Bab 11 CATATAN HARIAN LUCY WESTENRA
12 September. Baik sekali mereka semua padaku. Aku suka sekali pada Prof. Van ?Helsing yang baik itu. Aku heran mengapa ia jadi amat marah mengenai bunga-bunga
ini. Ia membuatku takut tadi. Galak sekali dia. Padahal ia pasti benar, karena
sekarang pun aku sudah merasa tenang berkat bunga-bunga ini. Pokoknya aku tidak
takut seorang diri malam ini, dan aku bisa tidur dengan tenang. Aku takkan
mempedulikan bunyi-bunyi apa pun di luar jendela. Ah, alangkah beratnya
perjuanganku melawan tidur akhir-akhir ini, betapa sakitnya tak dapat tidur,
juga betapa sakitnya takut untuk tidur, takut entah terhadap apa! Sungguh
berbahagia orang-orang yang hidupnya tak mengenal rasa takut dan ngeri. Bagi
mereka, tidur adalah suatu berkat yang mereka rasakan setiap malam, dan hanya
membawakan mereka mimpi-mimpi yang manis. Nah, malam ini aku berharap bisa
tidur. Aku akan berbaring seperti Ophelia dalam Hamlet, yang berkalung bunga
lambang ke-267 266 perawanan. Selama ini aku tak suka bawang putih, tapi malam ini kurasakan baunya
sedap! Ada kedamaian dalam bau itu. Nah, aku mulai mengantuk. Selamat tidur
semuanya! CATATAN HARIAN DR. SEWARD
13 September. Aku pergi ke Berkeley, dan seperti biasanya kudapati Van Helsing
?sudah siap. Kendaraan yang kupesan dari hotel sudah menunggu. Profesor membawa
tasnya yang selalu dibawanya.
Aku ingin mencatat semuanya dengan cermat Aku dan Van Helsing tiba di Hillingham
jam delapan. Pagi ini indah. Sinar matahari cerah dan semua rasa segar di awal
musim gugur ini seakan merupakan penyempurnaan karya alam. Daun-daun berubah
menjadi bermacam-macam warna indah, tapi belum mulai berguguran dari pohonpohonnya. Waktu kami masuk, kami bertemu dengan Mrs. Westenra yang baru keluar
dari kamar duduk pribadinya. Ia selalu bangun awal. Ia menyambut kami dengan
hangat dan berkata, "Anda berdua pasti akan senang, karena Lucy sudah lebih baik. Anakku tersayang
itu masih tidur. Saya baru menjenguk ke kamarnya dan melibatnya, tapi saya tidak
masuk karena takut mengganggunya." Profesor tersenyum dan nampak amat gembira.
Digosok-gosoknya kedua belah tangannya, dan ia berkata,
"Wah, sudah saya duga bahwa diagnosis saya tentang kasus ini benar. Pengobatan
saya berhasil." 268 Tapi wanita itu langsung menjawab, "Jangan beranggapan bahwa semua itu berkat
jasa Anda sendiri, Dokter. Keadaan Lucy pagi ini adalah berkat jasa saya juga.*
"Apa maksud Anda, Madam?" tanya Profesor.
"Yah, semalam saya khawatir akan keadaan anak itu, jadi saya masuk ke kamarnya.
Dia tidur nyenyak sekali, hingga kedatangan saya pun tidak membangunkannya. Tapi
kamar itu terasa pengap. Banyak sekali bunga berbau tajam dan tak enak
berserakan di mana-mana. Dia bahkan memakai seikat bunga itu di lehernya. Saya
takut kalau kalau bau tak enak yang tajam itu akan mengganggu anak yang masih
lemah itu. Jadi semuanya saya buang, dan jendela saya buka sedikit, supaya udara
segar masuk. Saya yakin Anda akan senang melihat keadaannya sekarang."
Lalu ia pergi ke ruang duduk pribadinya, tempat ia biasanya sarapan. Saat ia
berbicara tadi, kuperhatikan wajah Profesor yang berubah kelabu. Ia bisa menahan
diri selagi wanita malang itu masih ada di situ, karena ia tahu keadaan wanita
itu, dan bahwa bila ia shock, keadaannya akan gawat sekali. Ia bahkan tersenyum
waktu membukakan pintu, ketika wanita itu akan keluar. Tapi begitu wanita itu
hilang dari pemandangan, direnggutkan-nya aku kuat-kuat ke dalam ruang makan,
lalu ditutupnya pintu. Baru kali itulah aku melihat Van Helsing kehilangan kendali dirinya. Mula-mula
diangkatnya tangannya tinggi-tinggi ke atas kepalanya dengan
269 sikap putus asa, tanpa berkata apa-apa. Lalu di tinju tinjunya telapak tangannya
sendiri. Akhirnya ia duduk sambil menutup mukanya dengan kedua belah tangan,
lalu menangis terisak-isak. Tangis itu agaknya keluar dari hatinya yang
tersiksa. Lalu diulurkannya lagi tangannya ke atas, seolah-olah akan memohon
pada seluruh alam. "Tuhan! Tuhan! Tuhan!" katanya. "Dosa apa yang telah kami
lakukan" Apa dosa anak malang itu, sampai kami dikepung oleh nasib buruk begini"
Apakah kami masih harus menjalani nasib yang diturunkan dari dunia tua yang
kafir" Ibu yang malang, yang karena tak tahu dan karena mengira bahwa itulah
yang terbaik, telah melakukan suatu hal yang bisa mengakibatkan dia kehilangan
jiwa dan raga putrinya. Dan kita tak boleh memberitahukan padanya, atau bahkan
memberinya peringatan, karena takut dia meninggal, lalu kedua-duanya meninggal.
Aduh, betapa malangnya kita! Rasanya semua kekuatan sedang mengepung kita!"
Tiba-tiba ia melompat bangkit. "Mari," katanya, "mari. Kita harus melihat dan
bertindak! Setan atau bukan setan atau semila setan sekaligus, aku tak peduli.
Kita harus melawannya." Kami pergi ke ruang depan untuk mengambil tasnya, dan
bersama-sama kami naik ke kamar Lucy.
Kali ini pun aku yang menarik kerai kerainya ke atas, sedangkan Van Helsing
berjalan langsung ke tempat tidur. Kali ini ia tidak terkejut melihat wajah
malang yang pucat dan seolah-olah terbuat dari lilin itu, seperti beberapa hari
yang lalu. Wa - 270 jahnya membayangkan kesedihan mendalam dan rasa iba yang amat sangat.
"Sudah kuduga," gumamnya dengan napas mendesis penuh arti. Tanpa berkata apaapa, ia pergi mengunci pintu, lalu dikeluarkannya ke atas meja kecil, alat-alat
untuk menjalankan transfusi lagi. Aku sudah tahu apa tujuan perbuatannya itu,
dan aku pun membuka jasku. Tapi ia menghentikan aku dengan mengangkat tangannya.
"Tidak!" katanya. "Hari ini kau yang harus melakukannya, dan aku yang memberikan
Dracula Karya Bram Stoker di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
darahku. Kau sudah cukup lemah." Sambil berkata-kata, dibukanya jasnya dan
digulungnya lengan kemejanya.
Lagi-lagi terjadi pengambilan dan perpindahan darah, kini pun diberikan suntikan
narkotik, kini pun pipi yang kelabu itu mulai bersemu merah, dan terdengar napas
teratur, pertanda tidur yang sehat Kali ini aku yang menjaga, sedangkan Van
Helsing mengurus dirinya sendiri dan beristirahat
Lalu disemp tkannya dirinya untuk member tahu Mrs. Westenra bahwa ia tak boleh
memindahkan apa pun juga dari kamar Lucy, tanpa seizinnya. Dikatakannya pula
bahwa bunga-bunga itu sebenarnya bernilai pengobatan, dan bahwa pengisapan
baunya merupakan bagian dari pengobatan pula. Lalu ia mengambil alih untuk
mengurus kasus itu sendiri. Dikatakannya bahwa ia yang akan jaga malam, malam
ini dan malam berikutnya, dan akan memberitahukan padaku kapan aku harus datang.
Satu jam kemudian, Lucy bangun dalam ke
271 adaan segar dan cerah, dan kelihatannya tidak terlaJu-mendenta akibat siksaannya
hebat itu. Apa arti semua ini" Aku jadi takut kalau kalau, gara-gara lama hidup di tengahtengah orang-orang gila, otakku sendiri mulai terganggu.
CATATAN HARIAN LUCY WESTENRA
"W 17 September. Empat hari empat malam penuh kedamaian. Rasanya aku sudah menjadi?begitu . kuat, hingga sulit rasanya aku mengenali diriku sendiri. Rasanya aku
baru saja melalui suatu mimpi buruk yang panjang, dan baru bangun dan melihat
sinar matahari yang indah, serta merasakan udara pagi yang segar di
sekelilingku. Samar-samar rasanya aku ingat akan saat-saat tegang penuh
penantian dan ketakutan berkepanjangan. Akan ke-n gelapan di mana aku bahkan tak
bisa berharap, kegelapan yang menjadikan kesedihanku makin pedih. Kemudian aku
mendapat serangan-serangan rasa hampa, disusul dengan rasa muncul kembali ke
kehidupan, seperti seorang penyelam yang naik ke permukaan air setelah merasakan
tekanan air yang besar. Tapi sejak Prof. Van Helsing bersamaku, semua mimpi
buruk itu serasa hilang, suara-suara yang biasanya membuatku ketakutan setengah
mati suara kepak-kepak sayap pada jendela, suara-suara di tempat jauh yang
?seolah-olah dekat padaku, suara keras yang entah berasal dari mana, yang
memerintahkan untuk melakukah entah apa semua itu sudah tak ada lagi. Sekarang
aku tidur tanpa rasa takut. Aku bahkan tidak mencoba
272 untuk tetap terjaga. Aku jadi suka akan bawang putih, dan setiap hari sekotak
bawang itu dikirimkan ke alamatku dari Haarlem. Malam ini Prof. Van Helsing
harus pulang, karena ia harus berada di Amsterdam sehari. Tapi aku tak perlu
dijaga lagi, aku sudah cukup sehat untuk ditinggalkan. Aku bersyukur pada Tuhan,
demi ibuku, demi Arthur, dan demi semua teman kami yang begitu baik! Kurasa aku
takkan merasakan perubahan apa-apa, karena semalam pun Prof. Van Helsing
?kebanyakan tidur di kursinya. Dua kali aku terbangun, dan aku menemukannya
sedang tidur, tapi aku tak takut tidur kembali, meskipun dahan-dahan atau
kelelawar atau entah apa mengetuk-ngetuk marah pada kaca jendela.
Harian Pall Mall Gazette, 18 September SERIGALA YANG LOLOS PETUALANGAN BERBAHAYA
DARI WARTAWAN KAMI Wawancara dengan Penjaga Kebun Binatang
Setelah sering meminta dan hampir selalu ditolak, dan berulang kali menggunakan
nama Pali Mall Gazette sebagai semacam azimat, akhirnya pada suatu kali saya
berhasil menemui penjaga Kebun Binatang, di mana terdapat bagian pemeliharaan
serigala. Thomas Bilder tinggal di salah satu pondok di dalam lingkungan itu, di
belakang kandang gajah. Saya temukan dia baru saja akan minum teh. Thomas dan
istrinya adalah orang - 273 X" 274 dan tak mau menjawab pertanyaan Anda. Bahkan waktu Anda mengancam akan meminta
izin langsung dari Bapak Kepala untuk menanyai saya pun, saya tetap tak mau
menjawab, juga waktu Anda akan memberi saya uang setengah pound itu saya tetap
marah pada Anda. Saya juga tak segan-segan mengatakan 'Persetan!' pada Anda,
bukan?" "Benar."
"Dan waktu Anda katakan bahwa Anda akan melaporkan saya karena telah menggunakan
perkataan kasar itu, saya tetap tak peduli. Tapi uang setengah pound itulah yang
memperbaiki keadaan. Saya tak mau bertengkar lagi, jadi saya suruh Anda menunggu
sampai usai jam makan dan minum, seperti serigala, singa, dan harimau. Nah,
setelah perempuan tua itu memberi saya sepotong kue cake, dan membilas kue itu
di tenggorokan saya dengan kopi dari tekonya yang berbunga-bunga itu, dan saya
pun sudah menyalakan rokok saya, nah, Anda boleh menggaruk telinga saya sepuas hati Anda, dan saya tidak akan marah. Silakan bertanya.
Saya tahu untuk apa Anda datang. Untuk menanyakan tentang serigala yang lolos
itu, bukan?" "Benar. Saya ingin tahu pendapat Anda tentang hal itu. Tolong ceritakan
bagaimana itu terjadi. Dan setelah saya tahu kejadiannya, saya ingin mendengar
pendapat Anda mengenai apa sebabnya, dan bagaimana menurut Anda peristiwa itu
akan berakhir." "Baiklah. Begini cerita seluruhnya. Serigala itu
275 orang yang ramah, mereka setengah baya dan tanpa anak. Hidup mereka pasti cukup
lumayan, meskipun penyambutan yang mereka perlihatkan pada saya biasa-biasa
saja. Setelah makan malam, barulah ia mau berbicara soal pekerjaannya, dan kami
semua senang. Lalu, setelah meja dibereskan semua, ia menyalakan pipanya, lalu
berkata, "Nah, sekarang Anda boleh menanyakan apa yang ingin Anda ketahui. Maafkan saya,
saya tak pernah mau berbicara tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan
saya sebelum waktu makan. Saya sendiri pun selalu memberikan teh pada serigalaserigala, jakal, dan anjing hutan di . seluruh bagian kami, sebelum saya mulai
bertanya pada mereka."
"Apa maksud Anda, bertanya pada mereka?" ^ tanyaku dengan tekad untuk membawanya
ke suasana percakapan. "Salah satu caranya adalah dengan memukul kepala mereka dengan kayu, atau
kadang-kadang menggaruk-garuk telinga mereka, bila yang jantan ingin bergaya di
hadapan betinanya. Saya tak begitu suka akan cara lama yaitu memukul kepala ?mereka dengan kayu sebelum memberi makan, tapi saya tunggu sampai mereka selesai
minum t sherry atau kopi kalau kita umpamakan mereka manusia, barulah saya mau
?menggaruk telinga mereka. Ingat," tambahnya berfilsafat, "banyak persamaan
antara kita manusia dan hewan. Anda misalnya, datang untuk menanyai saya tentang
pekerjaan saya. Saya tadi marah-marah dan mengomel,
kami beri nama Bersicker Dia adalah salah satu dari tiga ekor yang berwarna
kelabu, yang didatangkan dari Norwegia ke Kebun Binatang Jam rach. Dari situlah
kami membelinya empat tahun yang lalu. Dia adalah serigala yang baik tingkah
lakunya, dan tak sulit diajak berbicara. Saya terkejut sekali mengapa justru dia
yang ingin keluar. Tapi begitulah, serigala memang tak bisa dipercaya, sama
seperti wanita." 'Hus! Jangan terlalu didengarkan omongannya, Pak!" seru Mrs. Bilder sambil
tertawa ceria. "Dia sudah terlalu lama mengurus binatang-binatang. Masih untung
dia sendiri tidak menjadi serigala. Tapi dia lak merugikan."
"Nah, kemarin, kira-kira dua jam setelah waktu makan, saya mendengar keributan
pertama. Saya sedang menyiapkan rumput untuk tempat tidur seekor anak puma yang
sakit. Waktu mendengar suara menyalak dan melolong, langsung saya datangi tempat
itu. Saya lihat Bersicker mengamuk, menggila pada tiang-tiang besi, seperti
ingin keluar. Hari itu tak banyak pengunjung. Tapi di dekat tempat itu hanya ada
satu orang, seorang pria tinggi, kurus, hidungnya bengkok, dan janggutnya
runcing, diselingi uban. Matanya merah, dan pandangannya dingin dan keras. Saya
tak suka melihat laki-laki itu, karena kelihatannya dialah yang membuat marah
binatang itu. Dia memakai sarung tangan dari kulit. Dia menunjuk pada binatangbinatang itu dan berkata pada saya, 'Pak
276 Penjaga, serigala-serigala itu kelihatannya marah pada sesuatu.'
"'Mungkin pada Anda,' kata saya, karena saya tak suka pada tampangnya. Saya kira
dia akan marah, tapi ternyata tidak. Dia hanya tersenyum, tersenyum mengejek.
Dan kelihatanlah semua giginya yang putih dan tajam-tajam.
"'Oh, tidak, mereka takkan menyukai saya,' katanya. 'Oh, ya, mereka suka,' kata
saya, menirukan gaya bicaranya. 'Mereka suka makan tulang untuk membersihkan
gigi mereka pada jam minum teh. Dan Anda punya banyak sekali tulang.'
"Anehnya, waktu binatang-binatang itu melihat kami bercakap-cakap, mereka
langsung berbaring, dan waktu saya mendekati Bersicker, dia membiarkan saya
menggaruk telinganya seperti biasa. Laki-laki itu mendekat, dan ikut-ikut
menggaruk-garuk telinganya.
"'Hati-hati,' kata saya. 'Bersicker cepat sekali geraknya.'
"'Tak apa-apa,' katanya. 'Saya sudah biasa dengan mereka!'
"'Apakah Anda juga bekerja sebagai pengurus binatang"' tanya saya sambil membuka
topi, karena orang yang biasa berurusan dengan serigala dan hewan-hewan lain
bisa menjadi rekan yang baik bagi seorang pengurus kebun binatang.
"'Tidak,* sahutnya, 'tidak secara langsung, tapi saya memelihara beberapa ekor
sebagai binatang kesayangan.' Dan setelah berkata begitu, dia meng 277 angkat topinya, persis seperti seorang bangsawan, lalu pergi. Si Bersicker
memandanginya terus dari belakang, sampai orang itu tak kelihatan lagi. Lalu dia
pergi dan berbaring di sudut. Sepanjang malam dia tak mau keluar dari sudut itu.
Lalu semalam, begitu bulan naik, semua serigala di sini mulai melolong. Padahal
tak ada sebabnya. Tak ada seorang pun di dekat tempat ini, kecuali seseorang di
taman di belakang Park Road, yang sedang memanggil anjingnya. Sekali-dua kali
saya pergi untuk melihat kalau kalau ada apa-apa, tapi tak ada apa-apa. Lalu
suara melolong itu berhenti. Jam dua belas kurang sedikit, saya selalu
berkeliling lagi sebelum tidur. Nah, waktu itu di depan kandang si Bersicker
saya lihat pagar-pagar besinya patah-patah dan bengkok-bengkok, dan kandang itu
kosong. Hanya itulah yang saya ketahui."
"Adakah orang lain yang melihat sesuatu?"
"Salah seorang tukang kebun kami baru pulang dari kedai kopi, kira-kira pada
waktu itu. Katanya dia melihat seekor anjing besar berwarna kelabu keluar lewat
pagar hidup. Begitu katanya, tapi saya kurang percaya, karena kalau itu benar,
mengapa dia tak mengatakan apa-apa pada majikannya waktu dia datang. Setelah ada
pengumuman tentang lolosnya serigala itu, dan sepanjang malam kami pergi melacak
si Bersicker di taman, barulah dia ingat sesuatu. Menurut saya sih dia telah
minum terlalu banyak, dan agak mabuk."
"Nah, Mr. Bilder, bisakah Anda menjelaskan tentang sebab lolosnya serigala itu?"
278 "Yah, Pak," katanya dengan rendah hati bercampur curiga. "Saya rasa bisa, tapi
saya rasa Anda takkan puas dengan teori saya."
"Tentu saya puas. Bila seseorang seperti Anda, yang mengenal binatang-binatang
dari pengalaman, tak berani memberikan pendapatnya, siapa lagi yang bisa?"
"Yah, penjelasan saya tentang kejadian itu begini. Menurut saya, serigala itu
meloloskan diri hanya karena ingin keluar."
Mendengar Thomas dan istrinya tertawa ngakak setelah berkata begitu, tahulah
saya bahwa itu hanya olok-olok yang biasa mereka lakukan, dan bahwa penjelasan
itu memang sudah dipersiapkannya. Saya tak suka akan senda gurau itu, tapi saya
tahu ada jalan untuk membujuknya, dan saya pun berkata,
"Begini, Mr. Bilder, kita anggap saja bahwa uang setengah pound yang saya
berikan tadi sudah habis masa berlakunya, dan akan diberikan setengah pound lagi
bila Anda mau menceritakan apa yang menurut Anda akan terjadi."
"Anda memang pandai," katanya dengan bersemangat. "Maaf, Pak, Anda ingin tawarmenawar rupanya. Tapi perempuan tua ini sudah memberi isyarat supaya saya
bercerita terus." "Wah, bisa saja kau!" kata wanita tua itu.
"Pendapat saya begini. Serigala itu sedang bersembunyi di suatu tempat. Tukang
kebun itu berkata bahwa binatang itu berlari lebih cepat daripada kuda, ke arah
utara. Tapi saya tak percaya. Mana bisa serigala disamakan dengan kuda larinya.
Bentuk 279 tubuhnya saja berbeda. Dalam buku-buku cerita, serigala adalah binatang hebat
yang digambarkan sebagai makhluk yang suka bergerombol dan mengejar sesuatu. Itu
tentu mengerikan sekali, tapi lebih mengerikan lagi karena mereka dikatakan suka
melolong dengan ribut, lalu menyerang apa saja. Padahal, demi Tuhan, sebenarnya
seekor serigala itu lebih rendah daripada binatang yang paling rendah. Dia tak
sepintar, tak seberani, dan tak sebaik anjing, dan semangat berkelahinya lebih
kecil daripada anjing. Yang hilang ini tak bisa berkelahi, dan bahkan tak bisa
mencari makan sendiri. Jadi lebih besar kemungkinannya dia bersembunyi di
sekitar taman itu dan menggigil. Dan sekiranya dia bisa berpikir, dia akan
memikirkan dari mana dia akan mendapatkan sarapannya. Atau mungkin juga dia
sudah pergi ke suatu daerah dan bersembunyi di sebuah gudang batu bara. Wah,
betapa akan terkejutnya seorang juru masak bila terlihat olehnya matanya yang
hijau memancar ke arahnya dari tempat gelap! Bila dia tak bisa mendapatkan
makanan, dia akan pergi mencarinya, dan mungkin dia akan menyelinap masuk ke
dalam sebuah toko penjual daging. Atau kalau tidak, barangkali ada seorang
pengasuh anak yang berjalan-jalan membawa seorang bayi dalam keretanya, lalu
bertemu dengan seorang prajurit dan dia pergi meninggalkan bayi itu yah, tak ?mengherankan kalau bayi itu lalu hilang. Begitulah."
Saya sedang memberikan uang yang setengah-pound lagi, ketika di jendela muncul
sesuatu. Wa - 280 jah Mr. Bilder tampak bertambah panjang karena terperanjat
"Ya, Tuhan!" serunya. "Ini dia Bersicker kembali sendiri!"
Ia pergi ke pintu dan membukanya. Saya rasa sebenarnya ia tak perlu
melakukannya, karena seekor binatang buas tak pernah mempedulikan halangan di
antara dirinya dan manusia. Pengalaman pribadi saya menguatkan hal itu.
Tapi kebiasaan adalah segala-galanya, karena bagi Mr. Bilder dan istrinya
serigala itu tak lebih dari seekor anjing bagi kita, sedangkan binatang itu
sendiri begitu tenang dan baik tingkah lakunya, hingga kita seperti melihat
manusia yang ber-sarungkan kulit serigala untuk main film saja.
Pemandangan itu terasa lucu dan menimbulkan rasa iba. Serigala jahat yang selama
setengah hari telah melumpuhkan kota London dan membuat anak-anak menggigil
ketakutan, kini berdiri di situ dengan sikap menyesal, dan disambut serta
ditepuk-tepuk seperti anak hilang yang kembali. Pak Tua Bilder memeriksa seluruh
tubuhnya dengan teliti dan penuh kasih sayang. Setelah selesai, ia berkata,
"Nah, sudah kuduga dia akan mengalami kesulitan. Sudah kukatakan, bukan" Nih,
lihat kepalanya luka-luka dan penuh dengan pecahan kaca. Pasti dia telah mencoba
melompati tembok. Seharusnya orang-orang tak diperbolehkan memasang kaca-kaca di
atas temboknya. Ini akibatnya. Mari, Bersicker."
Serigala itu dibawanya, lalu dikurung di dalam
281 sebuah kandang, dengan sepotong daging berukuran besar, yang akan menyenangkan
binatang yang memang biasa diberi makan itu. Lalu ia pergi untuk memberikan
laporannya. Aku pun pergi untuk memberikan satu-satunya informasi khusus mengenai peristiwa
di Kebun Binatang itu. CATATAN HARIAN DR. SEWARD
17 September. Setelah makan malam, aku mengatur buku-bukuku yang sudah acak-?acakan, karena banyaknya pekerjaan lain dan seringnya aku harus mengunjungi
Lucy. Tiba-tiba pintu diterjang orang dengan kasar, dan pasienku menyerbu masuk
dengan wajah kejam penuh nafsu. Aku terkesiap, karena masuknya seorang pasien ke
dalam kamar kerja dokter, atas kehendaknya sendiri, boleh dikatakan tak pernah
terjadi. Tanpa menunggu sekejap pun ia langsung menyerangku. Ia menggenggam
sebilah pisau makan, dan aku segera menyadari bahwa ia berbahaya. Aku
mengusahakan supaya meja selalu berada di antara kami. Tapi ia terlalu cepat dan
terlalu kuat dibandingkan diriku, dan sebelum aku sempat mendapatkan
keseimbanganku, ia sudah menyerang dan melukai pergelangan tangan kiriku dengan
parah. Tapi sebelum ia menyerang lagi, kutinju dia dengan tangan kananku, dan ia
jatuh telentang ke lantai. Pergelangan tanganku mengeluarkan banyak darah, dan
menetes hingga menjadi bercak yang cukup besar di karpet Kulihat bahwa ia lalu
tak 282 punya keinginan lagi untuk meneruskan perjuangannya. Aku pun membalut
pergelangan tanganku sambil mengawasi tubuh yang tertelentang itu dengan
waspada. Waktu para petugas menyerbu masuk, dan kami mengalihkan perhatian kami
padanya, apa yang dikerjakannya membuat kami mual. Ia menelungkup di lantai, dan
seperti seekor an- * jing, menjilati darah yang tergenang di lantai dari pergelangan tanganku yang
luka. Dengan mudah ia diamankan, dan aku heran melihatnya mengikuti para petugas
dengan tenang. Berulang kali ia berkata, "Darah yang memberikan kehidupan!
Darahlah yang memberikan kehidupan!"
Saat ini aku tak boleh kehilangan darah lagi, karena akhir-akhir ini sudah
terlalu banyak darahku yang hilang. Padahal aku sendiri membutuh* kannya demi kesehatan tubuhku. Apalagi ketegangan berkepanjangan gara-gara
penyakit Lucy dan masa-masa menakutkan itu telah mempengaruhi keadaanku sendiri.
Aku terlalu kacau dan letih, dan aku memerlukan istirahat. Untung Van Helsing
Dracula Karya Bram Stoker di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak memanggilku. Aku tak mau tidur sebelum waktunya, karena nanti malam aku
tak boleh tidak tidur. ?" TELEGRAM DARI VAN HELSING,
ANTWERPEN, KEPADA SEWARD, CARFAX (Dikirim ke Carfax, Sussex. Karena tidak
mencantumkan nama daerah, terlambat dua puluh empat jam).
17 September. Harus berada di Hillingham
?283 malam ini. Kalau tidak terus-menerus menjaganya, kunjungilah, dan usahakan
supaya bunga-bunga tetap berada di tempatnya. Penting sekali. Jangan lengah.
Begitu tiba, aku akan menyertaimu.
CATATAN HARIAN DR. SEWARD
18 September. Baru saja berangkat mengejar kereta api untuk pergi ke London. ?Kedatangan telegram Van Helsing membuatku cemas. Satu malam sudah berlalu dengan
percuma. Berdasarkan pengalaman pahit, aku tahu betul apa yang mungkin terjadi.
Mungkin semuanya baik-baik saja, tapi apakah yang mungkin pula terjadi" Rasanya
kami terus dibayang-bayangi suatu kutukan, hingga semua usaha kami selalu
dirintangi oleh suatu kecelakaan. Tabung rekaman ini akan kubawa, lalu akan
kulanjutkan rekamanku pada fonograf Lucy.
CATATAN PENINGGALAN LUCY WESTENRA
17 September. Malam hari.
?Kutulis ini dan kutinggalkan untuk dibaca, supaya kelak takkan ada orang yang
mendapat kesulitan gara-gara aku. Ini merupakan catatan sebenarnya dari apa yang
terjadi malam ini. Kurasa aku akan mati lemas. Aku merasa tak cukup kuat untuk
menulis, tapi aku harus melakukannya, meskipun mungkin aku mati saat sedang
melakukannya. Aku pergi tidur seperti biasa, setelah mengurus
284 bunga-bunga supaya terletak di tempatnya masing-masing berdasarkan instruksi
Prof. Van Helsing. Aku langsung tertidur. Aku terbangun mendengar suara mengepak
di jendela. Suara itu selalu terdengar sejak aku berjalan dalam tidur ke tebing
karang di Whitby, saat Mina menyelamatkanku. Kini sudah kukenal betul suara itu.
Aku tak takut, * meskipun aku memang berharap Dr. Seward ada di kamar
sebelah Prof. Van Helsing telah men- janjikan hal itu supaya aku bisa
? ? ?memanggilnya sewaktu-waktu. Kucoba tidur lagi, tapi tak bisa. Lalu aku diserang
penyakit lama, yaitu takut tidur. Aku coba tetap bangun. Sulitnya, aku justru
mengantuk saat aku tak mau tidur. Karena takut seorang diri, kubuka pintu
kamarku dan berseri" ^ "Ada siapa?" Tak ada jawaban. Aku tak berani membangunkan
Ibu, jadi pintu kututup lagi. Di luar, di semak-semak, kudengar anjing melolong,
tapi lebih garang dan lebih dalam suaranya. Aku pergi ke jendela dan melihat ke
luar, tapi tak bisa melihat apa-apa, kecuali seekor kelelawar besar. Agaknya
kelelawar itulah yang mengetuk-ngetukkan sayapnya ke jendela. Jadi aku kembali
ke tempat tidur, tapi bertekad untuk tak tidur. Sebentar kemudian pintu terbuka,
dan Ibu menjenguk ke dalam. Melihat gerak-gerikku, Ibu tahu bahwa aku tak tidur.
Ia masuk dan duduk di sisiku. Ibu berbicara dengan lebih manis dan lebih halus
daripada biasanya. "Aku khawatir memikirkanmu, Sayang. Jadi aku masuk untuk melihat apakah kau tak
apa-apa." - 285 Aku takut ia masuk angin duduk di situ, jadi kuajak dia tidur bersamaku. Ia naik
ke tempat tidur dan berbaring di sebelahku. Kimononya tak dibuka, karena katanya
ia hanya akan tinggal sebentar saja, dan akan kembali ke tempat tidurnya
sendiri. Sementara kami berbaring berpelukan, pukulan pada jendela terdengar
lagi. Ibu terkejut dan agak ketakutan, lalu berseru, "Apa itu?" Aku mencoba
menenangkannya, dan berhasil. Ia berbaring lagi dengan tenang. Tapi masih
terdengar detak jantungnya yang hebat. Sebentar kemudian terdengar lagi suara
melolong di semak-semak di luar, disusul bunyi kaca pecah, dan banyak pecahan
kaca berhamburan di lantai. Kerai di jendela tertiup oleh angin yang masuk, dan
di lubang bekas kaca yang pecah itu muncul kepala seekor serigala kelabu yang
besar. Ibu berteriak ngeri. Dengan susah payah ia duduk dan menggapai akan
menangkap apa saja, apa saja yang dipikirnya bisa membantunya. Yang
dicengkeramnya antara lain adalah untaian bunga pada leherku yang telah
ditekankan oleh Prof. Van Helsing supaya kupakai terus. Untaian bunga itu
terlepas dari leherku. Setelah duduk selama satu-dua detik sambil menunjuk ke
serigala itu, terdengar suara aneh seperti terceguk-ceguk di lehernya. Lalu ia
jatuh tertelungkup, seolah tersambar petir, kepalanya terbentur ke dahiku,
membuatku pusing sebentar. Kamar dan isinya serasa berputar-putar. Aku terus
memandang ke jendela, tapi serigala itu menarik kembali kepalanya, dan banyak
sekali bintik-bintik 286 kecil beterbangan masuk lewat pecahan kaca itu. Bintik-bintik itu masuk
berguling-guling dan berputar-putar seperti pilar debu melingkar-lingkar yang
biasa dilukiskan oleh para pelancong yang melihat angin panas di gurun pasir.
Aku mencoba untuk bergerak, tapi serasa ada yang menahanku, apalagi tubuh Ibu
yang sudah mulai terasa dingin menindihku. Jantung ibuku sudah berhenti, dan aku
pun tak sadar beberapa lamanya.
Rasanya tak lama aku pingsan, tapi aku amat sangat ketakutan. Di suatu tempat
yang tak jauh, terdengar bunyi bel lewat. Anjing-anjing di seluruh daerah itu
melolong, dan dt'semak-semak terdekat di luar, seekor bulbul bernyanyi. Tubuhku
serasa membeku karena kesakitan, ketakutan, dan lemah, tapi suara bulbul itu
seperti suara ibuku yang sudah meninggal, yang kembali untuk menghiburku.
Rupanya suara-suara itu telah membangunkan para pelayan juga. Kudengar langkahlangkah kaki telanjang mereka di luar kamarku. Kupanggil mereka dan mereka
masuk. Waktu mereka melihat apa yang telah terjadi, dan apa yang menindih
tubuhku, mereka berteriak. Angin bertiup melalui lubang jendela yang kacanya
sudah pecah, dan pintu terbanting tertutup. Mereka mengangkat tubuh ibuku, dan
aku pun bangun. Lalu mereka baringkan tubuh Ibu di tempat tidur, dan mereka
tutupi dengan selimut. Mereka semua ketakutan dan gugup sekali, jadi kusuruh
mereka pergi ke ruang makan untuk minum anggur masing-masing segelas. Pintu
terbuka lebar sebentar, lalu tertutup
287 lagi. Pelayan-pelayan itu berteriak lagi, lalu dengan berdekapan pergi ke ruang
makan. Kuletakkan bunga-bunga di atas dada ibuku. Tiba-tiba aku ingat apa kata
Prof. Van Helsing mengenai bunga-bunga itu, tapi aku enggan mengambilnya lagi,
apalagi aku akan menyuruh pelayan-pelayan menjagaku. Aku heran mengapa mereka
tidak kembali. Kupanggil mereka, tapi tak ada jawaban, jadi aku pergi ke ruang
makan untuk mencari mereka.
Aku merasa putus asa melihat apa yang telah terjadi. Mereka berempat terbaring
di lantai, tanpa daya, dan bernapas dengan berat. Kendi anggur di atas meja
masih berisi setengahnya tapi minuman itu berbau aneh dan masam. Aku curiga,
maka kuperiksa kendi itu. Cairan di dalamnya berbau obat bius. Lalu aku melihat
ke b et dan kudapati botol obat yang diberikan dokter untuk ibuku sudah kosong.
Apa yang harus kulakukan" Apa yang harus kuperbuat" Aku kembali kepada Ibu di
kamar. Aku tak bisa meninggalkannya. Aku tinggal seorang diri, dengan pelayanpelayan yang tidur karena telah dibius oleh entah siapa. Seorang diri bersama
orang yang sudah meninggal! Aku tak berani keluar, karena kudengar suara lolong
rendah serigala lewat kaca jendela yang pecah.
Udara serasa penuh dengan bintik-bintik yang mengambang dan berputar-putar kena
angin jahat malam ini. Kertas ini akan kusembunyikan di dadaku. Orang akan
menemukannnya bila mereka akan membaringkan tubuhku. Ibuku sudah pergi! Sudah
tiba waktunya bagiku untuk pergi pula.
288 Selamat tinggal, Arthur tersayang. Bila aku tak bisa selamat malam ini. Tuhan
akan melindungimu, Sayang, dan, Tuhan, bantulah aku!
Scanned book (sbook) ini hanya untuk koleksi pribadi. DILARANG MENGKOMERSELKAN
atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan
BBSC 289 Bab 12 CATATAN HARIAN DR. SEWARD
18 September. Aku langsung berangkat ke Hillingham, dan tiba pagi-pagi benar. ?Taksi yang mengantarku kusuruh menunggu di pintu pagar, dan aku berjalan kaki di
jalan masuk. Kuketuk pintu perlahan-lahan, dan perlahan-lahan pula ku-tekan bel,
karena aku takut mengganggu Lucy atau ibunya. Aku hanya berharap seorang pelayan
membukakan pintu. Karena tak ada yang membukakan, aku mengetuk dan menekan bel
lagi. Dalam hati kusumpahi kemalasan para pelayan itu, yang pada jam begini
masih tidur, padahal sekarang sudah jam sepuluh. Kutekan lagi bel dan kuketuk
lagi pintu dengan tak sabar. Masih saja tak ada yang membukakan. Sejak tadi aku
hanya menyalahkan para pelayan. Tapi kini aku mulai diserang rasa takut yang
amat sangat. Apakah kesunyian ini hanya suatu mata rantai dari rangkaian kutukan
yang menjerat kami begitu ketat" Apakah rumah kematian yang kudatangi ini"
Terlambatkah aku" Aku tahu bahwa keterlambatan beberapa me-290
nit saja, bahkan beberapa detik saja, bisa berarti jam-jam penuh bahaya bagi
Lucy, bila serangannya yang mengerikan itu kumat Lalu aku mengitari rumah,
mencoba menemukan jalan masuk lain.
Aku tak berhasil menemukannya. Semua pintu dan jendela terkunci. Dengan kecewa
aku kembali ke serambi depan. Pada saat itu kudengar bunyi tapak kaki kuda yang
dikendarai dengan amat cepat. Kuda itu berhenti di pintu pagar, dan sebentar
kemudian aku bertemu Van Helsing yang berlari-lari di jalan masuk. Waktu
melihatku, ia bertanya dengan terengah-engah,
"Kau rupanya! Baru tiba juga! Bagaimana dia" Apa kita terlambat" Apa kau tidak
menerima telegramku?"
Cepat-cepat kujelaskan bahwa baru tadi pagi kuterima telegramnya, dan bahwa aku
tak menunda semenit pun untuk datang kemari. Juga bahwa aku tak berhasil minta
dibukakan pintu. Ia berhenti, lalu membuka topinya dan berkata dengan murung,
"Kalau begitu, kita terlambat Kehendak Tuhanlah yang terjadi!" Dengan energi
yang sebagaimana biasanya cepat pulih, ia berkata, "Mari. Kalau tak ada jalan
yang terbuka untuk masuk, kita harus membuatnya. Kita terdesak waktu sekarang."
Kami pergi ke bagian belakang rumah di mana terdapat jendela dapur. Profesor
mengeluarkan sebuah gergaji bedah dari tasnya. Benda itu diberikannya padaku,
sambil menunjuk ke palang-palang
291 besi yang ada di jendela. Aku segera mengerti dan mulai mengerjakannya, dan
dalam waktu singkat sudah terpotong olehku tiga buah. Lalu, dengan menggunakan
sebuah pisau panjang yang tipis, kami dorong gerendelnya, dan kami berhasil
membuka jendela itu. Kubantu Profesor masuk, dan aku menyusulnya. Tak ada
seorang pun di dapur itu, maupun di kamar-kamar pelayan yang berdekatan dengan
tempat itu. Kami mencoba semua pintu sambil terus berjalan. Di kamar makan yang
diterangi samar-samar oleh berkas-berkas cahaya yang masuk lewat kerai, kami
temukan empat pelayan wanita terbaring di lantai. Kami tak perlu menduga bahwa
mereka sudah meninggal, karena napas mereka yang mendengkur, dan bau asam obat
bius yang menyebar di ruangan itu membuat kami tidak meragukan lagi keadaan
mereka. Aku bertukar pandang dengan Van Helsing yang berkata, "Nanti saja kita
urus mereka." Lalu kami berjalan terus, dan naik ke kamar Lucy. Kami berhenti di
pintunya beberapa saat, dan memasang telinga, tapi tak mendengar apa-apa. Dengan
wajah pucat dan tangan gemetar, kami buka pintu perlahan-lahan, lalu masuk.
Bagaimana bisa aku melukiskan apa yang kami lihat" Di tempat tidur terbujur
tubuh dua orang wanita, Lucy dan ibunya. Ibunya terbaring di sisi terjauh,
ditutupi selimut putih. Tapi selimut itu tersingkap oleh tiupan angin lewat
jendela yang kacanya pecah, dan tampaklah wajah putih yang membayangkan rasa
ngeri. Di sebelahnya terbaring
" & . 29$ "JL..K \i- - S S" KM 5.4 1 . YOGf-KAftTA
Lucy, dengan wajah putih yang membayangkan kengerian lebih hebat lagi. Bunga
yang seharusnya terkalung di lehernya, kami temukan di atas dada ibunya.
Lehernya telanjang, dan di situ tampak dua luka kecil yang telah kami lihat
sebelumnya. Tapi kini luka itu nampak amat putih dan dalam keadaan terkoyak.
Tanpa berkata apa-apa, Profesor membungkuk, kepalanya hampir menyentuh dada
Lucy, dan ia cepat-cepat memiringkan kepalanya dengan sikap orang mendengarkan.
Lalu sambil melompat ia berseru,
"Belum terlambat! Cepat! Cepat! Ambil brendi!"
Aku berlari turun dan kembali dengan membawa brendi, setelah lebih dahulu
mencium dan mencicipinya, karena aku takut kalau kalau minuman itu sudah
dibubuhi obat bius pula seperti sherry di dalam kendi yang kudapati di meja.
Para pelayan masih bernapas dengan berat, tapi mereka kini gelisah. Kurasa obat
biusnya sudah tak bekerja lagi. Aku tak sempat menunggu untuk meyakinkan diri
mengenai hal itu, karena aku cepat-cepat kembali pada Van Helsing. Seperti pada
kesempatan sebelumnya, brendi itu diusapkannya pada bibir dan gusi Lucy, juga
pada pergelangan tangan dan telapak tangannya. Kemudian ia berkata, "Untuk
sementara, hanya ini yang bisa kulakukan. Pergilah membangunkan pelayan-pelayan
itu. Pukul wajah mereka dengan handuk basah, pukul kuat kuat Suruh mereka
menyalakan api dan menyiapkan air mandi. Tubuh anak malang ini sudah' hampir
sama dinginnya dengan yang di
sebelahnya. Dia perlu dipanaskan sebelum kita mengurus yang lain-lain."
Aku segera pergi. Tidak begitu sulit membangunkan tiga di antara pelayan-pelayan
itu. Yang keempat adalah gadis yang masih amat muda, dan agaknya obat bius itu
telah menyerangnya lebih kuat. Maka kuangkat dia ke sofa dan kubiarkan dia
tidur. Yang lain-lain mula-mula tertegun-tegun, tapi begitu sadar, mereka pun
menangis histeris. Tapi aku bersikap tegas terhadap mereka, dan tak kubiarkan
mereka berkata apa-apa. Kukatakan pada mereka bahwa kehilangan satu nyawa sudah
cukup menyedihkan, dan kalau mereka berlambat-lambat, mereka akan mengorbankan
nyawa Miss Lucy. Maka mereka pun mulai sibuk, meski masih terus menangis dan
terisak-isak, dan masih dalam pakaian tidur. Mereka menyiapkan api dan air.
Untung api untuk memasak masih hidup, dan air panas cukup banyak. Kami siapkan
air mandi, kami angkat Lucy, lalu kami masukkan ke dalam bak mandi. Ketika kami
sedang sibuk menggosok-gosok tubuhnya, terdengar ketukan di pintu ruang depan.
Salah seorang pelayan cepat-cepat mengenakan pakaian, dan berlari membukakan
pintu. Lalu ia kembali dan membisikkan bahwa ada seorang pria yang membawa pesan
dari Mr. Holmwood. Kuperintahkan dia untuk mempersilakan orang itu menunggu,
karena kami tak bisa menemui siapa-siapa sekarang. Ia pergi menyampaikan pesan
itu. Karena asyik de-294 ngan pekerjaan kami, aku sama sekali lupa pada tamu itu.
Sepanjang pengalamanku, tak pernah aku melihat Profesor bekerja setekun itu. Aku
tahu dan ia juga pasti tahu bahwa ini adalah perjuangan melawan kematian. ? ?Waktu kami berhenti sebentar, kukatakan hal itu padanya. Ia memberikan jawaban
dengan wajah yang sangat bersungguh-sungguh, tapi tak kupahami maksudnya,
"Kalau hanya itu, aku takkan mau melanjutkan usaha ini. Aku akan membiarkannya
pergi dengan damai, karena aku tidak melihat adanya harapan." Lalu
dilanjutkannya lagi pekerjaannya dengan penuh semangat dan kesungguhan yang
lebih besar. Kemudian kami sadari bahwa panas itu mulai memberikan pengaruh. Denyut jantung
Lucy terdengar lebih jelas pada stetoskop, dan paru-parunya mulai bekerja. Wajah
Van Helsing sudah boleh dikatakan berseri. Waktu kami mengangkat Lucy dari bak
mandi dan menggulungnya dalam selimut panas untuk mengeringkannya, ia berkata,
"Kita sudah memenangkan langkah pertama! Sekarang terserah Yang Mahakuasa!"
Kami bawa Lucy ke kamar lain yang sudah disiapkan. Kami baringkan dia di tempat
tidur, lalu kami paksakan meneteskan brendi ke kerongkongannya. Kulihat Van
Helsing melilitkan sehelai saputangan sutera halus di leher Lucy. Ia masih tak
sadar, dan keadaannya masih buruk, kalau tak boleh dikatakan buruk sekali.
Van Helsing memanggil salah seorang pelayan
295 dan menyuruhnya menjaga Lucy, dengan pesan bahwa dia tak boleh melepaskan
pandangannya dari Lucy sampai kami kembali. Lalu diisyaratkan nya padaku untuk
mengikutinya ke luar. "Kita harus merundingkan apa yang harus kita lakukan," katanya setelah kami
menuruni tangga. Dibukanya pintu ruang makan. Kami masuk, lalu pintu kamar itu
ditutupnya baik-baik. Jendela-jendelanya sudah dibuka, tapi kerainya sudah
diturunkan. Itu merupakan suatu tata cara yang dipatuhi dengan ketat oleh kaum
wanita Inggris dari golongan rendah, bila ada orang yang meninggal di rumah itu.
Oleh karenanya kamar itu jadi agak gelap, tapi kami tidak memerlukan cahaya.
Kesungguhan di wajah Van Helsing berganti dengan ekspresi bingung. Ia seperti
sedang memeras otaknya memikirkan sesuatu. Jadi aku diam saja. Akhirnya ia
berkata, "Apa yang harus kita lakukan sekarang" Ke mana kita harus meminta bantuan" Kita
harus memberikan transfusi darah lagi, secepat mungkin. Kalau tidak, dalam waktu
satu jam nyawa gadis malang itu takkan tertolong lagi. Kau sudah terlalu letih,
aku pun demikian. Aku tak berani mempercayai perempuan-perempuan itu, meskipun
mungkin mereka cukup berani berbuat begitu. Apa yang harus kita lakukan untuk
mencari orang yang mau memberikan darah padanya?"
'Bagaimana dengan saya?"
Suara itu datang dari sofa di seberang kamar. Nadanya melegakan dan menyenangkan
hatiku, ka 296 rena suara itu adalah suara Quincey Morris. Van Helsing mula-mula marah
Dracula Karya Bram Stoker di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendengarnya, tapi wajahnya menjadi lembut dan matanya membayangkan kegembiraan
waktu aku berseru, "Quincey Morris!" sambil berlari mendatanginya dengan lengan
terentang. "Mengapa kau sampai kemari?" seruku waktu tangan kami sudah saling menggenggam.
"Kurasa ini gara-gara Art"
Lalu diberikannya padaku sepucuk telegram, yang berbunyi,
Sudah tiga hari tak mendengar berita dari Seward. Khawatir sekali Tak bisa
pergi, keadaan Ayah tetap buruk Kirim berita bagaimana keadaan Lucy. Jangan
tunda. Holmwood. "Kurasa kedatanganku tepat sekali pada waktunya. Katakan saja apa yang harus
kulakukan." Van Helsing pun mendekat menyalami Quincey, dan sambil memandang tepat ke
matanya, ia berkata, "Darah seorang pria pemberani adalah yang terbaik di muka bumi ini, bila seorang
wanita berada dalam kesulitan. Anda pasti seorang pemberani, saya yakin itu.
Nah, setan boleh berusaha merintangi kita dengan sekuat tenaga, tapi Tuhan telah
mengirimkan laki-laki sejati tepat pada saat kita membutuhkannya."
Sekali lagi kami menjalankan pekerjaan mengerikan itu. Aku tak sampai hati
menuliskannya 297 sampai ke soal yang sekecil-kecilnya. Lucy telah mengalami shock hebat, dan hal
itu membawa akibat yang lebih mendalam daripada sebelumnya, karena meskipun
sudah banyak darah yang masuk' ke pembuluh darahnya, tubuhnya belum juga
bereaksi sebaik pada peristiwa-peristiwa sebelumnya. Ngeri melihat dan mendengar
perjuangannya untuk hidup kembali. Tapi kerja jantung dan paru-parunya membaik.
Seperti sebelumnya, Van Helsing memberikan suntikan morfin di bawah kulit, dan
hasilnya baik. Pingsannya berubah menjadi tidur nyenyak. Profesor terus
menjaganya, sedangkan aku mengantar Quincey turun ke lantai bawah. Kusuruh salah
seorang pelayan membayar kereta kuda sewaan yang masih menunggu. Setelah Quincey
kuberi minum segelas anggur, kusuruh ia beristirahat, lalu kutinggalkan. Kusuruh
juru masak menyiapkan sarapan yang enak. Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu,
maka aku cepat-cepat kembali ke kamar tempat Lucy berada. Waktu aku masuk
perlahan-lahan, kudapati Van Helsing sedang memegang beberapa lembar kertas.
Rupanya ia baru selesai membacanya, dan sedang memikirkannya sambil duduk dengan
memegang dahinya. Air mukanya yang serius membayangkan rasa puas, seperti orang
yang telah berbasil mendapatkan penyelesaian atas sesuatu yang diragukannya.
Kertas-kertas itu diberikannya padaku sambil berkata, "Ini tadi terjatuh dari
dada Lucy, waktu kita mengangkatnya ke kamar mandi."
298 Setelah selesai membacanya, aku memandangi Profesor, dan kemudian bertanya
padanya, "Demi Tuhan, apa artinya semua itu" Apakah dia gila" Bahaya mengerikan apa lagi
itu?" Aku bingung sekali, hingga tak tahu apa lagi yang harus kutanyakan. Van
Helsing mengulurkan tangannya dan mengambil kertas-kertas itu, sambil berkata,
"Jangan susahkan itu sekarang. Lupakan untuk sementara. Kelak kau akan tahu dan
mengerti, tapi mungkin masih lama. Apa yang ingin kaukatakan tadi?" Aku jadi
teringat lagi, dan sadar akan diriku.
"Saya datang untuk membicarakan soal surat keterangan kematian. Bila kita tidak
bertindak benar dan bijak, pasti akan diadakan pemeriksaan dan penyelidikan
resmi, dan kalau itu sampai terjadi, itu bisa menjadi penyebab kematian Lucy.
Saya tahu, Anda tahu, dan dokter lain yang menanganinya pun tahu bahwa Mrs.
Westenra adalah penderita sakit jantung" dan kita bisa menerangkan bahwa dia
meninggal karena penyakit itu. Sebaiknya segera kita isi surat keterangan
kematian, supaya bisa saya serahkan pada petugas pencatatnya, lalu saya langsung
pergi ke pengurus kematian."
"Bagus, John! Bagus pikiranmu itu. Sungguh, meskipun Miss Lucy tentu sedih akan
musibah-musibah yang menimpanya, setidaknya dia bisa merasa berbahagia karena
memiliki teman-teman yang menyayanginya. Tiga orang pria telah memberikan darah
mereka untuknya, ditambah satu
299 orang tua. Ya, aku tahu, John, aku tidak buta! Aku jadi makin menyukaimu!
Sekarang pergilah." Di ruang depan, aku bertemu dengan Quincey Morris yang sedang memegang sepucuk
telegram untuk Arthur, yang memberitakan bahwa Mrs. Westenra sudah meninggal,
bahwa Lucy juga sakit keras, tapi sekarang sudah membaik, dan sekarang
didampingi oleh Van Helsing dan aku. Kukatakan padanya ke mana aku akan pergi.
Diikutinya aku sampai ke luar. Sebelum aku berangkat, ia berkata, "Kalau kau
kembali nanti, Jack, bolehkah aku berbicara empat mata denganmu?" Aku
mengangguk, lalu pergi. Aku tak mengalami kesulitan dengan pencatat kematian.
Lalu aku pergi ke pengurus pemakaman, memintanya datang malam harinya untuk
mengukur peti mati dan mempersiapkan hal-hal lain.
Waktu aku kembali, Quincey sudah menungguku. Kukatakan padanya aku akan
berbicara dengannya segera setelah melihat keadaan Lucy. Lalu aku pun langsung
naik ke kamarnya. Ia masih tidur, dan agaknya Profesor tak beranjak dari
sisinya. Ia segera meletakkan jarinya ke mulut. Tahulah aku bahwa ia berharap
Lucy akan bangun setiap saat, dan ia takut Lucy akan bangun lebih cepat bila ada
gangguan. Jadi aku turun lagi menemui Quincey, dan mengajaknya ke ruang sarapan.
Di sana kerainya tak diturunkan, dan suasananya agak lebih ceria daripada di
kamar-kamar lain. Setelah kami tinggal berduaan saja, ia berkata,
300 "Jack Seward, aku tak ingin melibatkan diriku di mana aku tak berhak. Tapi ini
bukan urusan biasa. Kau tahu bahwa aku mencintai gadis itu, dan pernah ingin
menikahinya. Meskipun hal itu sudah berlalu, mau tak mau aku tetap saja khawatir
akan keadaannya. Ada apa dengan dia sebenarnya" Orang Belanda itu bisa kulihat ?bahwa dia seorang yang hebat dan kau, waktu kalian berdua masuk ke kamar itu,
?kalian berkata bahwa kalian harus menjalankan transfusi lagi, dan bahwa Arthur,
kau, dan orang tua itu sendiri sudah memberikan darah kalian. Aku tahu, orangorang di kalangan medis seperti kalian selalu berbicara dengan istilah-istilah,
dan orang lain tak boleh tahu apa yang kalian bahas. Tapi ini bukan persoalan
biasa, dan apa pun persoalan itu, aku juga sudah terlibat di dalamnya, bukan?"
"Betul," kataku, lalu ia berkata lagi,
"Kesimpulanku, kau dan Van Helsing telah memberikan darah kalian pula seperti
aku tadi. Betul begitu?" *
"Betul." "Dan kurasa Art' juga sudah berbuat begitu. Waktu aku bertemu dengannya di
rumahnya empat hari yang lalu, dia nampak aneh. Tak pernah aku melihat perubahan
secepat itu atas dirinya, sejak aku bersamanya di Pampas dulu. Waktu itu aku
memiliki seekor kuda betina yang sangat kusayangi. Pada suatu malam, kubiarkan
dia makan rumput di luar. Malam itu seekor kelelawar yang amat besar, yang
disebut orang vampir, me 301 nyerangnya dengan giginya yang tajam. Binatang kesayanganku itu ditinggalkannya
dengan pembuluh darah ternganga, dan dia tak punya cukup darah lagi, hingga
berdiri pun tak bisa. Aku terpaksa menembaknya. Nah, kalau boleh aku bertanya,
apakah Art orang yang pertama9" Sikapnya sangat khawatir waktu berbicara. Dia
nampak tegang dan tersiksa memikirkan wanita yang dicintainya itu. Dan dia
seperti tercekam rasa tersiksa yang makin hebat, karena dia sama sekali tak tahu
misteri mengerikan apa yang sedang terjadi ini. Hatinya pedih, dan hanya karena
malu saja dia tak sampai menangis. Aku diam sebentar sebelum menjawab, karena
menyadari bahwa aku tak boleh menceritakan apa yang menurut Profesor harus
dirahasiakan. Tapi dia sudah tahu banyak dan menduga banyak, hingga tak ada
alasan untuk tidak menjawab. Maka aku hanya berkata, "Memang begitu."
"Sudah berapa lama hal ini berlangsung?"
"Kira-kira sepuluh hari."
"Sepuluh hari! Kalau begitu, kurasa makhluk cantik yang sama-sama kita cintai
itu telah menerima darah dari empat orang pria yang kuat-kuat dalam jangka waktu
itu. Bukan main! Darah sebanyak itu sebenarnya tak tertampung oleh seluruh
tubuhnya." Didekatinya aku, dan ia berkata dengan setengah berbisik dan
bersemangat, "Jadi, apa yang menyebabkan darah itu habis terus?"
Aku menggeleng. "Itulah teka-tekinya," kataku. "Van Helsing amat kebingungan,
dan aku sudah 302 kehilangan akal. Aku bahkan tak berani menduga. Ada serangkaian peristiwa yang
menghancurkan semua perhitungan kami mengenai pengawasan ketat atas diri Lucy.
Tapi itu takkan terjadi lagi. Kami akan tetap di sini sampai semuanya berlalu
dengan baik atau mungkin dengan tak baik."?Quincey mengulurkan tangannya. "Ikut sertakan aku," katanya. "Kau dan orang
Belanda itu, katakan saja apa yang harus kulakukan, dan aku akan melakukannya."
Senja hari Lucy baru bangun. Begitu bangun, ia meraba dadanya. Aku heran
melihatnya mengeluarkan kertas-kertas yang telah diberikan Van Helsing padaku
untuk kubaca tadi. Rupanya Profesor yang cermat itu telah mengembalikannya ke
tempatnya semula, karena ia khawatir gadis itu akan terkejut bila ia kehilangan
kertas itu. Kemudian ia memandangi aku dan Van Helsing dengan mata berseri, dan
ia tampak gembira. Lalu ia melihat ke sekeliling kamar. Waktu melihat di mana ia
berada, ia tersentak la U terpekik, dan menutupi wajahnya yang pucat dengan
tangannya yang kurus. Kami berdua mengerti apa artinya, yaitu bahwa ia menyadari
kematian ibunya. Maka kami pun menghiburnya. Simpati dan hiburan kami pasti
telah meringankan penderitaannya, tapi ia tetap sangat sedih, dan dalam
keadaannya yang lemah, lama ia menangis. Kami katakan padanya bahwa salah
seorang di antara kami atau kami berdua sekarang akan tinggal terus bersamanya.
Agaknya hal itu menenangkannya. Menjelang ma-303
lam, ia tertidur lagi. Pada saat itu terjadilah hal yang aneh. Masih dalam
keadaan tidur, dikeluarkannya kertas-kertas tadi dari dadanya, lalu dirobeknya.
Van Helsing mendekat, lalu mengambil sobekan sobekan kertas itu. Tapi Lucy terus
saja membuat gerakan merobek, seolah-olah kertas itu masih ada di tangannya.
Akhirnya dibukanya tangannya, seolah menaburkan sobekan sobekan kertas itu. Van
Helsing nampak heran dan alisnya bertaut, berpikir, tapi ia tak mengatakan apaapa. 19 September. Semalam, sepanjang malam ia tidur nyenyak. Karena selalu takut
?tidur, maka waktu bangun ia nampak lemah.
Aku dan Profesor bergantian menjaganya. Tidak sesaat pun kami membiarkannya
tanpa penjagaan. Quincey Morris tidak berkata apa-apa lagi tentang niatnya, tapi
aku tahu bahwa sepanjang malam ia berjaga-jaga di sekeliling rumah.
Waktu hari sudah siang, sinar matahari menunjukkan betapa buruknya keadaan Lucy.
Ia hampir-hampir tak kuat memalingkan kepala, dan setelah dipaksakan makan
sedikit pun, hal itu tidak memberikan bekas. Kadang-kadang ia tidur, dan baik
Van Helsing maupun aku sendiri, melihat perubahan pada dirinya, antara tidur dan
bangun. Kalau sedang tidur, ia nampak lebih kuat, meskipun wajahnya lebih cekung
dan napasnya lebih halus. Mulutnya yang terbuka, menampakkan gusinya yang putih
sampai habis, dan dengan demikian giginya jadi kelihatan lebih panjang dan
304 lebih tajam daripada biasanya. Bila ia bangun, matanya yang lembut mengubah air
mukanya, karena ia kelihatan seperti dirinya yang biasa, meskipun ada bayangan
kematian di situ. Petang hari, ia menanyakan Arthur, dan kami mengirim telegram
padanya. Kemudian Quincey pergi menjemputnya ke stasiun.
Hampir jam enam sore ia baru tiba. Matahari sudah mulai tenggelam, meskipun
masih hangat. Sinarnya yang merah masuk lewat jendela, dan memberikan kesan
lebih merah pada pipi Lucy yang pucat. Waktu Arthur melihatnya, napasnya
tercekat karena emosi, dan tak ada di antara kami yang bisa berbicara. Jam-jam
terus berlalu. Ia makin sering tidur, atau lebih tepat kalau dikatakan dalam
keadaan koma, hingga kesempatan untuk berbicara dengannya lebih singkat. Namun
kehadiran Arthur agaknya memberikan dorongan, dan keadaannya membaik. Ia
berbicara pada Arthur dengan lebih ceria daripada dengan kami sejak kami tiba.
Arthur sendiri pun menguat nguatkan diri, dan berbicara seceria mungkin.
Pokoknya segala-galanya diusahakan sebaik-baiknya.
Sekarang jam satu mal m Arthur dan Van Helsing sedang duduk di dekat Lucy.
Seperempat jam lagi aku akan menggantikan mereka, dan catatan ini kurekam pada
fonograf Lucy. Kemudian mereka harus mencoba beristirahat sampai jam enam besok.
Aku khawatir besok penjagaan kami akan berakhir. Shock itu terlalu berat
baginya, dan 305 anak malang itu tak kuat menanggungnya. Semoga Tuhan membantu kami semua.
SURAT DARI MINA HARKER KEPADA LUCY WESTENRA (tak sempat dibukanya)
Lucy tersayang, 18 September.
Rasanya sudah seabad aku tak mendengar berita darimu, dan aku sendiri tak
menulis surat padamu. Aku yakin kau mau memaafkan kesalahanku, bila kau sudah
membaca catatan harianku. Yah, aku sudah berhasil membawa pulang suamiku. Waktu
kami tiba di Exeter, sebuah kereta sudah menunggu, dan Mr. Hawkins ada di
dalamnya, meskipun ia sedang mendapat serangan encok. Ia mengajak kami ke
rumahnya, di mana segala-galanya sudah disiapkan untuk kami. Kamar-kamarnya
bagus dan nyaman. Kami makan malam bersama. Setelah makan, Mr. Hawkins berkata,
"Kalian berdua yang kusayangi, aku ingin minum demi kesehatan dan kesejahteraan
kalian, dan semoga kalian berdua selalu diberkati Tuhan. Aku sudah mengenal
kalian berdua sejak kalian kanak-kanak, dan dengan rasa cinta dan bangga aku
melihat kalian tumbuh. Sekarang kuminta kalian mau tinggal bersamaku di sini.
Aku tak punya anak-istri lagi, semuanya sudah tiada. Dan dalam surat wasiatku
kuwariskan semuanya pada kalian."
Aku menangis, Lucy, waktu Jonathan berjabatan tangan dengan orang tua itu. Malam
itu kami berbahagia sekali.
306 Nah, sekarang kami sudah menetap di rumah kami yang indah dan tua ini. Baik dari
kamar tidurku, maupun dari kamar dudukku, aku bisa melihat pohon-pohon elm yang
besar-besar di pekarangan katedral. Cabang-cabangnya yang hitam dan besar
terentang ke dekat tembok katedral yang tua dan sudah menguning itu. Dan di atas
kudengar suara burung gagak mengobrol dan bergunjing sepanjang hari. Itu memang
merupakan kebiasaan burung gagak, seperti juga kebiasaan manusia.
Tak perlu kuceritakan bahwa aku sibuk mengatur rumah tangga dan segalanya.
Jonathan dan Mr. Hawkins selalu sibuk sepanjang hari, karena setelah Jonathan
menjadi mitra kerjanya sekarang, ia menceritakan segala-galanya tentang klienklien mereka. Bagaimana keadaan ibumu tersayang" Alangkah senangnya seandainya aku bisa lari
sebentar ke tempatmu, dan menginap di sana sehari-dua Tapi aku belum berani
pergi, sebab masih terlalu banyak tugasku, dan Jonathan masih memerlukan
pengawasanku. Ia sudah mulai gemuki Dulu ia lemah sekali gara-gara sakitnya yang
lama. Sekarang pun ia kadang-kadang terbangun dengan terkejut, dan seluruh
tubuhnya gemetar. Aku harus membujuknya sampai ia tenang kembali. Tapi syukurlah
keadaan seperti itu makin lama makin berkurang, dan aku yakin dalam beberapa
waktu lagi akan hilang sama sekali.
Nah, aku sudah menceritakan tentang keadaan
307 kami. Bagaimana dengan keadaanmu" Kapan kalian akan menikah, dan di mana" Siapa
yang akan mengatur upacaranya, apa yang akan kaukenakan, akan diadakan pesta
besar atau tidak" Ceritakan semuanya padaku, Sayang. Ceritakan tentang segalagalanya, karena semua kepentinganmu penting pula bagiku. Jonathan minta
disampaikan salam hormatnya padamu, tapi kurasa itu tak cocok, sebab itu akan
kusampaikan salam kasih sayangnya, karena ia mencintaiku, kau mencintaiku, dan
aku mencintai kalian berdua.
Good bye, Lucy tersayang, semoga kau diberkati selalu, v r i%. "c. a c 5 n
't Sahabatmu, ^ t t Mina Harker. "(j6*a -KARYA LAPORAN DARI PATRICK HENNESSEY M.D. KEPADA JOHN SEWARD M.D.
Dengan hormat, 20 September.
Sesuai keinginan Anda, bersama ini saya lampirkan laporan mengenai segalagalanya yang ditugaskan pada saya.... Mengenai pasien bernama Renfield, banyak
yang harus dilaporkan. Ia baru saja mendapat serangan lagi, yang mungkin bisa
berakibat mengerikan, tapi karena kebetulan sedang dijaga, tidak berakibat
buruk. Petang ini ada dua orang naik kereta kuda, ke rumah kosong yang halamannya
berbatasan dengan sanatorium kita. Anda tentu ingat, dua kali pasien kita lari
ke rumah itu. Karena; orang-orang itu asing, mereka berhenti di pintu gerbang
kita untuk 308 menanyakan jalan. Waktu itu saya baru saja makan, habis merokok, dan kebetulan
melihat ke luar jendela kamar kerja. Saya lihat salah seorang di antaranya
datang ke rumah kita. Waktu ia melewati jendela kamar Renfield, pasien kita itu
Jejak Di Balik Kabut 18 Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Dendam Sejagad 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama