Ceritasilat Novel Online

Sembilan Pembawa Cincin 7

Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien Bagian 7


Lima Pasukan, tujuh orang masih bersamanya: Dwalin, Gloin, Dori, Nori, Bifur,
Bofur, dan Bombur. Bombur sekarang gemuk sekali, sampai tak bisa berjalan dari
sofa ke kursi di depan meja, dan butuh enam Kurcaci muda untuk mengangkatnya.
"Dan apa yang terjadi dengan Balm, Ori, dan Oin?" tanya Frodo.
Wajah Gloin tampak muram. "Kami tidak tahu," jawabnya. "Sebagian besar
karena Balin-lah aku datang untuk meminta nasihat mereka Yang tinggal di
Rivendell. Tapi malam ini mari kita bicarakan hal-hal Yang lebih
menggembirakan!" Gloin kemudian mulai membahas pekerjaan rakyatnya, menceritakan Pada
Frodo tentang pekerjaan besar mereka di Lembah dan di bawah Gunung. "Kami
sudah berhasil baik," katanya. "Tapi dalam karya logam, kami belum bisa
menyaingi ayah-ayah kami, yang rahasia-rahasianya sudah banyak hilang. Kami
membuat baju baja bagus dan pedang-pedang tajam, tapi lempeng-lempeng baja
dan mata pisau yang kami buat mutunya tidak lagi sebagus yang dulu dibuat
sebelum kedatangan naga. Hanya dalam pertambangan dan pembangunan kami
melampaui keberhasilan zaman dulu. Kau perlu melihat saluran-saluran air di
Lembah, Frodo, juga air mancur, dan kolam-kolam! Kau harus melihat jalan
berlapis batu berwarna-warni! Loronglorong serta jalan-jalan besar di bawah
tanah, dengan lengkungan yang dipahat seperti pohon, dan teras-teras serta menara di
lereng Gunung! Maka kau akan melihat bahwa kami tidak berdiam diri."
"Aku akan datang, kalau bisa," kata Frodo. "Bilbo pasti akan kaget melihat
semua perubahan di Padang Gersang Smaug!"
Gloin memandang Frodo dan tersenyum. "Kau sangat sayang pada Bilbo,
bukan?" tanyanya. "Ya," jawab Frodo. "Aku lebih senang melihat dia daripada semua menara dan
istana di dunia." Akhirnya pesta itu selesai sudah. Elrond dan Arwen bangkit dan berjalan
melewati aula, diikuti berurutan oleh seluruh rombongan. Pintu-pintu dibuka,
mereka melewati selasar lebar serta pintu-pintu lain, dan masuk ke aula lain. Di
dalamnya tidak ada meja-meja, tapi api menyala terang di sebuah perapian besar,
di tengah-tengah tiang-tiang berukiran pada kedua sisinya.
Frodo berjalan bersama Gandalf. "Ini Aula Api," kata penyihir itu. "Di sini kau
akan mendengar banyak nyanyian dan kisah kalau kau bisa tetap terjaga. Tapi,
kecuali pada hari-hari raya, biasanya aula ini kosong dan sepi; orang-orang yang
mengharapkan kedamaian dan ingin merenung datang ke sini. Di sini selalu ada
api menyala, tapi hanya sedikit cahaya lain."
Halaman | 242 The Lord of The Rings Saat Elrond masuk dan berjalan menuju kursi yang disiapkan untuknya, para
Peri pemusik mulai memperdengarkan musik mereka yang indah. Lambat laun aula
itu terisi penuh, dan Frodo dengan gembira memandang wajah-wajah yang
berkumpul di sana; nyala api keemasan menyinari mereka dan berkilauan di
rambut mereka. Mendadak, tidak jauh dari ujung api sebelah sana, ia melihat
sebuah sosok kecil gelap duduk di bangku, dengan punggung bersandar pada
sebuah tiang. Di sebelahnya, di lantai, ada cangkir minuman dan sedikit roti.
Frodo bertanya-tanya apakah orang itu sakit (kalau ada yang bisa sakit di Rivendell),
dan tidak bisa menghadiri pesta tadi. Kepala orang itu tampak terkulai pada dadanya
karena tertidur, do ujung jubahnya yang gelap menutupi wajahnya.
Elrond maju ke depan dan berdiri di samping sosok diam itu. "Bangun, Tuan
kecil!" katanya dengan tersenyum. Lalu, sambil menoleh ke Frodo, ia memanggil.
"Sekarang sudah tiba saat yang kaudambakan, Frodo," katanya. "Inilah sahabat
yang sudah lama kaurindukan."
Sosok gelap itu mengangkat kepala dan memperlihatkan wajahnya. "Bilbo!"
seru Frodo, mengenalinya tiba-tiba, dan ia melompat maju.
"Halo, Frodo, anakku!" kata Bilbo. "Jadi, akhirnya kau sampai juga di sini.
Sudah kuharapkan kau akan berhasil. Wah, wah! Jadi, pesta pora ini untuk
menghormatimu, begitulah yang kudengar. Kuharap kau menikmatinya?"
"Kenapa kau tidak hadir?" teriak Frodo. "Dan mengapa aku tidak diizinkan
bertemu denganmu sebelum ini?"
"Karena kau tidur. Aku sudah banyak melihatmu. Aku duduk di sampingmu
bersama Sam setiap hari. Tapi tentang pesta, aku sudah tidak begitu senang pada
keramaian seperti itu. Dan aku harus menyelesaikan pekerjaan lain."
"Apa yang sedang kaulakukan?"
"Yah, duduk dan berpikir. Aku banyak melakukan dua hal itu sekarang ini, dan
inilah tempat terbaik bagiku untuk melakukannya. Bangun, yang benar saja!" kata
Bilbo sambil melirik Elrond. Ada kilatan cerah di matanya, dan sama sekali tidak
ada tanda-tanda mengantuk di sana. "Bangun! Aku tidak tidur, Master Elrond.
Kalau mau tahu, kalian semua terlalu cepat datang dari pesta, dan kalian
mengganggu aku - saat aku tengah menciptakan sebuah lagu. Aku sedang buntu
menyusun sebaris-dua baris dan sedang merenungkannya, tapi sekarang rasanya
aku takkan pernah menemukan kalimat yang tepat. Sebentar lagi akan ada begitu
banyak nyanyian, dan gagasan yang ada di kepalaku akan tersapu bersih. Aku
terpaksa minta bantuan sahabatku Dunadan. Di mana dia?"
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 243 Elrond tertawa. "Dia akan ditemukan," katanya. "Lalu kalian berdua akan pergi
ke pojok dan menyelesaikan tugas kalian, kami akan mendengarkannya dan
menilainya, sebelum kami mengakhiri pesta pora ini." Pelayan-pelayan disuruh
mencari sahabat Bilbo, meski tak ada yang tahu di mana ia berada, atau mengapa
ia tidak hadir di pesta itu.
Sementara itu, Frodo dan Bilbo duduk berdampingan. Sam datang dengan
cepat, dan menempatkan dirinya di dekat mereka. Mereka berbicara dengan suara
perlahan, tidak memedulikan keceriaan dan musik di sekitar mereka. Bilbo tidak
banyak bercerita tentang dirinya sendiri. Ketika meninggalkan Hobbiton, ia
berkelana tanpa tujuan, sepanjang Jalan atau di pedalaman di salah satu sisinya;
tapi, entah bagaimana, sepanjang waktu itu pengembaraannya selalu mengarah ke
Rivendell. "Aku sampai di sini tanpa banyak petualangan," katanya, "dan setelah
istirahat, aku pergi bersama para Kurcaci ke Lembah: perjalananku yang terakhir.
Aku tidak akan melancong lagi. Balin Tua sudah pergi. Lalu aku kembali ke sini,
dan di sinilah aku berada. Aku melakukan ini dan itu. Aku meneruskan menulis
bukuku. Dan, tent, raja, aku menciptakan beberapa lagu. Mereka sesekali
menyanyikannya: hanya untuk menyenangkan hatiku, kukira; karena, tentu saja,
lagu-lagu itu kurang bagus untuk Rivendell. Aku mendengarkan dan berpikir. Di
sini waktu seakan-akan tidak berlalu: waktu
selalu ada. Sebuah tempat yang luar biasa. Aku mendengar segala macam
berita, dari seberang Pegunungan, dan dari Selatan, tapi hampir tidak ada dari
Shire. Tentu aku mendengar tentang Cincin. Gandalf sudah sering kemari. Tapi dia
tidak banyak bercerita padaku; dia malah semakin tertutup beberapa tahun
terakhir ini. Malah Dunadan lebih banyak bercerita. Bayangkan, Cincin-ku itu menimbulkan
begitu banyak masalah! Sayang Gandalf tidak mengetahuinya lebih awal.
Seharusnya aku bisa membawa sendiri benda itu ke sini, tanpa banyak kesulitan.
Sering aku berpikir untuk kembali ke Hobbiton, mengambilnya: tapi aku sudah
mulai tua, dan mereka tidak mengizinkan aku: maksudku, Gandalf dan Elrond.
Mereka rupanya berpikir Musuh sedang mencariku di mana-mana, dan akan
mencincangku habis-habisan, kalau mereka menangkapku terhuyung-huyung
berkeliaran di Belantara.
"Dan Gandalf mengatakan, 'Cincin sudah beralih tangan, Bilbo. Tidak akan
membawa kebaikan bagimu atau yang lain, kalau kau berusaha mencampuri
urusan itu lagi.' Komentar yang aneh, seperti biasanya Gandalf. Tapi dia bilang
sedang mengawasimu, jadi kubiarkan saja. Aku sangat gembira melihatmu selamat
Halaman | 244 The Lord of The Rings dan what." ia berhenti dan menatap Frodo dengan ragu.
"Apakah kau membawanya?" tanya Bilbo sambil berbisik. "Mau tak mau aku
ingin tahu, setelah semua yang kudengar. Aku sangat ingin melihatnya, sebentar
saja." "Ya, aku membawanya," jawab Frodo, sambil merasakan keengganan yang
tak bisa dijelaskan. "Benda itu masih kelihatan sama seperti dulu."
"Yah, aku ingin melihatnya sebentar saja," kata Bilbo.
Tadi, ketika sedang berpakaian, Frodo menemukan bahwa sementara ia tidur,
Cincin itu digantungkan di lehernya dengan rantai baru, ringan tapi kuat.
Perlahanlahan ia mengeluarkannya. Bilbo mengulurkan tangan, tapi Frodo dengan
cepat menarik kembali Cincin itu. Dengan kaget dan sedih ia melihat bahwa ia tidak
lagi memandang Bilbo; sebuah bayangan seolah jatuh di antara mereka, dan dari
baliknya ia menyadari bahwa ia sedang menatap sebuah sosok keriput dengan
wajah lapar dan tangan kurus menggapai. Frodo merasakan keinginan kuat untuk
memukulnya. Musik dan nyanyian di sekitar mereka seolah terputus-putus dan tiba-tiba
sunyi. Bilbo melihat sejenak wajah Frodo, lalu menyeka matanya dengan tangan.
"Aku mengerti sekarang," katanya. "Simpanlah! Aku menyesal: menyesal kau jadi
menanggung beban ini: menyesal tentang segalanya. Apakah petualangan tak
pernah berakhir" Kukira tidak. Selalu mesti ada orang lain yang melanjutkan
kisahnya. Yah, apa boleh buat. Aku bertanyatanya, apakah ada manfaatnya
menyelesaikan bukuku" Tapi jangan kita cemaskan sekarang ayo kita dengarkan
berita yang sebenarnya! Ceritakan semua tentang Shire!"
Frodo menyembunyikan Cincin-nya, dan bayangan itu lenyap tanpa
meninggalkan sedikit pun bekas dalam ingatan. Cahaya dan musik Rivendell
kembali mengelilingi dirinya. Bilbo tersenyum dan tertawa bahagia. Setiap kabar
tentang Shire yang bisa diceritakan Frodo-dibantu dan dibetulkan sewaktu-waktu
oleh Sam-sangat menarik perhatiannya, mulai dari penebangan pohon kecil,
sampai ulah nakal anak terkecil di Hobbiton. Mereka begitu asyik membahas
peristiwa-peristiwa di Keempat Wilayah, sampai tidak memperhatikan kedatangan
seorang prig berpakaian hijau tua. Selama beberapa menit ia berdiri menatap
mereka sambil tersenyum. Mendadak Bilbo menengadah. "Ah, akhirnya kau datang juga, Dunadan!"
serunya. "Strider!" kata Frodo. "Kelihatannya kau mempunyai banyak nama."
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 245 "Ya, Strider salah satu yang belum kudengar," kata Bilbo. "Kenapa kau
memanggilnya begitu?"
"Mereka di Bree memanggilku dengan nama itu," kata Strider tertawa, "dan
dengan nama itulah aku diperkenalkan padanya."
"Dan mengapa kau memanggilnya Dunadan?" tanya Frodo.
"Sang Dunadan," kata Bilbo. "Dia sering dipanggil demikian di sini. Tapi kukira
kau cukup kenal bahasa Peri untuk setidaknya tahu arti dun-adan: Manusia dari
Barat, Numenorean. Tapi sekarang bukan waktu untuk pelajaran!" Bilbo berbicara
pada Strider. "Ke mana saja kau; sahabatku" Mengapa kau tidak hadir pada
jamuan makan" Lady Arwen hadir di sana."
Strider memandang Bilbo dengan muram. "Aku tahu," katanya. Tapi sering
aku harus mengesampingkan kegembiraan. Tak disangka-sangka, Elladan dan
Elrohir sudah kembali dari Belantara, dan mereka membawa berita yang ingin
segera kudengar." "Nah, sahabatku yang baik," kata Bilbo, "kini kau sudah dengar beritanya,
tidakkah kau bisa meluangkan waktu sejenak untukku" Aku butuh bantuanmu
untuk sesuatu yang gawat. Elrond bilang laguku harus diselesaikan sebelum akhir
senja ini, dan aku menemui kebuntuan. Ayo kita ke pojok dan menyelesaikannya!"
Strider tersenyum. "Ayolah!" katanya. "Perdengarkan padaku!" Frodo ditinggal
sendirian untuk sementara, karena Sam tertidur. Frodo merasa sendirian dan agak
sedih, meski di sekelilingnya semua penduduk Rivendell berkumpul. Tapi yang ada
di dekatnya diam, memperhatikan dengan saksama bunyi suara dan alat musik,
dan mereka tidak memedulikan semua yang lain. Frodo mulai mendengarkan.
Pada mulanya, keindahan nada dan jalinan kata-kata dalam bahasa Peri itu
memukaunya, meski ia hanya sedikit memahami. Kata-kata yang dinyanyikan itu
seolah langsung mengambil bentuk, dan pemandangan negeri-negeri jauh dan halhal
cerah yang belum pernah dibayangkannya terurai di depannya; aula yang
disinari nyala api itu menjadi seperti kabut keemasan yang melayang di atas
lautan buih yang mendesah di batas-batas dunia. Lain pesonanya makin seperti impian,
hingga Frodo merasa seolah ada sungai tak berujung, penuh emas dan perak
melimpah ruah, mengaliri dirinya, terlalu beragam polanya untuk bisa dipahami;
ia menjadi bagian dari udara yang berdenyut di sekelilingnya, menenggelamkan dan
membenamkannya. Dengan cepat Frodo terbenam di bawah bobotnya yang
berkilauan, masuk ke dalam tidur lelap.
Di sana ia berkeliaran lama sekali dalam impian musik yang berubah menjadi
Halaman | 246 The Lord of The Rings air mengalir, lalu mendadak menjadi suatu suara. Rupanya suara Bilbo yang
sedang menyanyikan sajak-sajak. Mula-mula perlahan, akhirnya semakin jelas
kata-katanya. Earendil seorang pelaut yang berlama-lama di Arvernien; Membangun kapal
dari batang kayu, 'tuk melancong di Nimbrethil; layarnya dianyam dari perak
indah, pun lenteranya dibuat dariperak, haluannya berbentuk angsa, dengan umbul-umbul
berkibar ringan. Dengan pakaian besi raja-raja kuno, dan rantai cincin ia mempersenjatai diri;
perisainya yang kemilau penuh torehan lambang 'tuk menangkis semua luka dan
kejahatan; busurnya terbuat dari tanduk naga, panahnya dari kayu eboni rompi
tempurnya dari perak sarung pedangnya dari batu manikam; pedang bajanya
gagah, topi bajanya tinggi kokoh, bulu garuda pada puncaknya, batu zamrud pada
dadanya. Di bawah Bulan dan bintang ia melancong jauh dari pantai-pantai utara,
tertegun pada jalan-jalan yang memukau melewati masa negeri manusia, dari
kertakan Es Sempit di mana kegelapan hinggap pada bukit-bukit membeku, dari
bawah panas dan puing terbakar ia kembali dengan tergesa, dan masih
mengembara di lautan jauh dari berbintang akhirnya tiba di Malam Ketiadan, dan
melewati tanpa pernah melihat pantai kemilau maupun cahaya yang dicarinya.
Angin kemurkaan datang mendorongnya, dengan membta ia berpacu dari barat ke
timur, tanpa tujuan, tanpa banyak cakap ia bergegas pulang.
Di sana Elwing berbang menemuinya, dan cahaya api menyala dalam
kegelapan; lebih cerah daripada cahaya berlian api diikat kepalanya Batu
Silmaril dipasangnya pada Earendil dan memahkotainya dengan cahaya hidup lalu dengan
berani dan semangat membara ia memutar haluan; dan di malam hari dari Dunia
Lain di seberang Laut badai kuat dan bebas kerkecamuk, angin kekuatan di
Tarmenel; pada jalan yang jarang dilalui manusia kapalnya tabah menjalani
seperti kekuatan maut di atas samudra kelabu dan sengsara yang sudah lama tak
dijelajahi: dari timur ke barat ia pergi
Melalui Malam Abadi kembalilah ia melintasi ombak hitam dan meraung yang
melompat melewati wilayah gelap dan pantai-pantai terbenam yang sudah tenggelam
sebelum Waktu berawal, sampai ia mendengar pada untaian mutiara di ujung dunia
nada-nada panjang, di mana ombak-ombak berbuih mengalun mengaliri emas
kuning dan permata memudar. Ia melihat Gunung menjulang sepi di mana senja
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 247 menggantung di atas lutut Valinor, Eldamar terlihat dari jauh di seberang
samudra. Pengembara yang lolos dari malam hari ke pelabuhan putih akhirnya ia datang, ke
rumah Peri nan hijau indah di mana udara jernih, pucat bagai kaca di bawah Bukit
Ilmarin kemilau di lembah dalam menara bercahaya dari Tirion tercermin di Telaga
Bayangan. Di sana ia tinggal lama, dan meraka mengajarinya nada-nada, kaum bijak tua
menuturkan dongeng ajaib, dan harpa emas di bawah kepadanya. Mereka
memakaikan busana Peri putih kepadanya, dan tujuh cahaya dikirimkan di
depannya, saat ia pergi lewat Calacirian ke negeri tersembunyi dengan hati
sedih. Tibalah ia di ruang-ruang abadi di mana tahun-tahun tak terhingga bercahaya, dan
Raja Bijak memerintah abadi di atas Gunung terjal Ilmarin; dan kata-kata tak


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikenal diucapkan kala itu tentang bangsa Manusia dan sanak Peri, di sebrang
dunia, di mana pemandangan nyata terlarang bagi mereka yang tinggal di sana
Sebuah kapal baru mereka bangun untuknya dari mithril dan kaca Peri dengan
haluan bercahaya, tanpa dayung terpotong atau layar pada tiang perak: Silmaril
bercahaya bagai lentera dan bendera terang dengan nyala hidup yang berkilauan
di atasnya dipasang sendiri oleh Elbereth yang datang ke sana dan membuat
sayap-sayap keabadian untuknya, memberkatinya dengan kehidupan kekal, untuk
berlayar di langit tak berpantai menyusul Matahari dan sinar Bulan Dari bukitbukit tinggi Evereven di mana air mancur memercik lembut sayapnya membawanya,
seberkas cahay berkelana, di luar Tembok Gunung yang perkasa. Dari Ujung
Dunia ia kembali, mendamba 'tuk menemukan rumahnya nan jauh di seberang
kegelapan, yang menyala seperti pulau bintang tinggi di atas kabut ia datang,
bak nyala api jauh di depan Matahari, mukjizat sebelum fajar datang di mana air
kelabu sungai Norland mengalir. Dan di atas Dunia Tengah ia berjalan hingga akhirnya mendengar tangisan
sedih para wanita dan gadis-gadis Peri di Zaman Peri, lama berselang. Tapi
takdir berat terbeban di pundaknya, sampai Bulan pudar dan bintang-bintang berlalu dan
tak pernah lagi tinggal di Pantai jauh tempat manusia berada; Selamanya menjadi
pengembara dalam tugas yang tak pernah selesai 'tuk membawa lampunya yang
besinar sang Flammifer dari Westernesse.
Nyanyian itu berakhir. Frodo membuka matanya dan melihat bahwa Bilbo
duduk di bangkunya, dikelilingi sekelompok pendengar yang tersenyum dan
bertepuk tangan. "Sekarang kita perlu mendengarnya lagi," kata seorang Peri.
Halaman | 248 The Lord of The Rings Bilbo bangkit dan membungkuk. "Aku tersanjung, Lindir," katanya. "Tapi akan
terlalu meletihkan kalau hams mengulanginya semua."
"Tidak meletihkan untukmu," para Peri menjawab sambil tertawa. "Kau tahu
kau tidak pernah jemu menyanyikan sajak-sajakmu sendiri. Tapi kami benar-benar
tak bisa menjawab pertanyaanmu kalau hanya satu kali mendengar!"
"Apa!" teriak Bilbo. "Kau tidak bisa membedakan mana bagianku dan mana
bagian Dunadan?" "Tidak mudah bagi kami untuk mengetahui perbedaan antara dua manusia,"
kata Peri itu. "Omong kosong, Lindir," dengus Bilbo. "Kalau kau tidak bisa membedakan
antara seorang Manusia dengan seorang Hobbit, maka penilaianmu lebih jelek
daripada yang kubayangkan. Mereka berbeda sekali, seperti kacang polong
dengan apel." "Mungkin. Bagi seekor domba, domba lain pasti kelihatan berbeda," tawa
Lindir. "Atau bagi penggembalanya. Tapi Manusia tidak menjadi bahan pelajaran
kami. Kami punya tugas lain."
"Aku tidak akan berdebat denganmu," kata Bilbo. "Aku sudah mengantuk
setelah begitu banyak musik dan bernyanyi. Aku akan membiarkan kalian
menebak, kalau kalian mau."
Bilbo bangkit dan berjalan ke arah Frodo. "Nah, selesai sudah,'? katanya
dengan suara pelan. "Lebih baik daripada dugaanku. Tidak sering aku diminta
menyitir untuk kedua kali. Bagaimana menurutmu?"
"Aku tidak akan berusaha menebak," kata Frodo sambil tersenyum.
"Tak perlu," kata Bilbo. "Sebenarnya semuanya hasil ciptaanku. Kecuali
bahwa Aragorn bersikeras memasukkan batu hijau di dalam' nya. Dia tampaknya
menganggap itu penting. Aku tidak tahu kenapa Selebihnya, dia menganggap
seluruhnya agak di luar kemampuanku, dan dia mengatakan bahwa kalau aku
berani membuat sajak tentang Earendil di rumah Elrond, maka itu urusanku.
Kupikir dia benar.' "Aku tidak tahu," kata Frodo. "Menurutku cukup pas, meski aku tak bisa
menjelaskannya. Aku setengah tertidur ketika kau memulai, dan tampaknya
nyanyianmu seperti kelanjutan dari sesuatu yang kumimpikan. Aku tidak tahu
kaulah yang sedang, berbicara, sampai hampir di akhirnya."
"Sulit sekali untuk tetap terjaga di sini, sampai kau terbiasa," kata Bilbo.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 249 "Hobbit tidak akan pernah tergila-gila pada musik, puisi, dan dongeng, seperti
kaum Peri. Bagi mereka, ketiga hat itu sudah seperti makanan, atau bahkan lebih.
Mereka masih akan berlama-lama menyanyi. Bagaimana kalu
kita menyelinap pergi untuk bercakap-cakap dengan lebih tenang?"
"Bisakah'?" tanya Frodo.
"Tentu saja. Ini pesta pora, bukan masalah tugas. Datang dan pergilah
sesukamu, selama kau tidak berisik."
Mereka bangkit dan diam-diam menyelinap ke dalam kegelapan, menuju
pintu. Mereka meninggalkan Sam, yang tertidur telap masih dengan senyuman
pada wajahnya. Meski Frodo senang berkumpul bersama Bilbo, ia merasa agak
menyesal ketika mereka keluar dari Aula Api. Sementara mereka melewati ambang
pintu, sebuah suara tunggal jernih muncul dalam nyanyian.
A Elbereth Gilthoniel, silivren penna miriel
. o menel aglar elenath! Na-chaered palan-diriel
. o galadhremmin ennorath, Fanuilos, le linnathon nef aear, si nef aearon!
Frodo berhenti sejenak, menoleh ke belakang. Elrond duduk di kursinya, dan
nyala api menyinari wajahnya, seperti cahaya musim Panas di atas pepohonan. Di
dekatnya duduk Lady Arwen. Dengan heran Frodo melihat Aragorn berdiri di
sebelahnya; jubahnya yang gelap tersingkap, dan ia tampak mengenakan baju
be;si kaum Peri. sebuah bintang bersinar di dadanya. Mereka berbicara berdua,
dan mendadak Frodo merasa Arwen menoleh ke arahnya, sinar matanya terarah
pada sosoknya, dan menusuk hatinya.
Frodo berdiri terpukau, sementara suku-suku kata manis lagu bangsa Peri
berjatuhan bagai permata jernih dari bauran kata dan irama. "Itu lagu memuja
Elbereth," kata Bilbo. "Mereka akan menyanyikan itu, dan lagu-lagu lain dari
Alam Berkah, sering sekali malam ini. Ayo!"
Bilbo menuntun Frodo ke kamarnya sendiri yang kecil Kamar itu membuka ke
arah kebun, dan menghadap ke selatan, ke seberang rang Bruinen. Di sana
mereka duduk sejenak, memandang ke luar jendela, ke bintang-bintang cerah di
atas hutan-hutan yang meiijulang, dan berbicara perlahan. Mereka tidak lagi
membicarakan kabar dari Shire yang jauh, tetapi tentang hal-hal indah yang
mereka lihat bersama di dunia, tentang kaum Peri, tentang pepohonan, dan musim
gugur yang lembut dalam tahun yang cerah di hutan.
Akhirnya terdengar ketukan di pintu. "Maaf," kata Sam, melongokkan
Halaman | 250 The Lord of The Rings kepalanya ke dalam, "tapi aku ingin tahu apakah Anda membutuhkan sesuatu."
"Maaf juga, Sam," jawab Bilbo. "Kukira maksudmu sudah waktunya
majikanmu tidur." "Well, Sir, kudengar besok pagi-pagi ada pertemuan Dewan, dan dia baru hari
ini bangun untuk pertama kalinya."
"Betul sekali, Sam," tawa Bilbo. "Kau bisa pergi dan mengatakan pada
Gandalf bahwa Frodo sudah pergi tidur. Selamat malam, Frodo! Senang sekali
bertemu denganmu lagi! Bagaimanapun, paling enak berbicara dengan hobbit. Aku
sudah mulai tua sekali, dan aku tidak yakin masih akan hidup untuk menyaksikan
bagianmu dalam kisah kita. Selamat malam! Aku akan berjalan-jalan, dan
memandang bintang-bintang Elbereth di kebun. Tidurlah dengan nyenyak!"
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 251 Dewan Penasehat Elrond Keesokan harinya Frodo bangun pagi, merasa segar dan sehat. Ia berjalan
sepanjang teras di atas Bruinen yang mengalir berisik, memperhatikan matahari
yang sejuk dan pucat terbit di atas pegunungan jauh di sana, sinarnya jatuh
miring melalui kabut tipis keperakan; embun berkilauan di atas dedaunan kuning, dan
anyaman jaring labah-labah berkelip di setiap semak. Sam berjalan di sampingnya,
tidak mengatakan apa pun, hanya menghirup udara, dan sesekali memandang
dengan penuh keheranan ke ketinggian yang menjulang di Timur. Salju putih
tampak di atas puncak-puncaknya.
Di bangku yang dipahat dari batu, di samping tikungan jalan, mereka bertemu
dengan Gandalf dan Bilbo yang sedang asyik bercakap-cakap. "Halo! Selamat
pagi!" kata Bilbo. "Sudah siap untuk rapat akbar?"
"Aku merasa siap untuk apa pun," jawab Frodo. "Tapi terlebih lagi aku ingin
berjalan kaki hari ini, menjelajahi lembah. Aku ingin masuk ke dalam hutan pinus
di atas sana." ia menunjuk jauh ke atas, di sisi Rivendell sebelah utara.
"Mungkin nanti kau akan mendapat kesempatan," kata Gandalf. "Tapi kita
belum bisa membuat rencana apa pun. Banyak yang harus didengar dan
diputuskan hari ini."
Tiba-tiba, sementara mereka bercakap-cakap, terdengar dentang nyaring
lonceng. "Itu lonceng panggilan untuk Rapat Dewan Penasihat Elrond," teriak
Halaman | 252 The Lord of The Rings Gandalf. "Ayo ikut sekarang! Baik kau maupun Bilbo ditunggu."
Frodo dan Bilbo mengikuti penyihir itu dengan cepat, melalui jalan berliku,
kembali ke rumah; Sam berjalan cepat di belakang mereka, tidak diundang dan
untuk sementara terlupakan.
Gandalf menuntun mereka ke teras di mana Frodo menemukan kawankawannya pada sore
sebelumnya. Cahaya pagi musim gugur yang jernih sekarang
bersinar di lembah. Air bergelembung naik dari dasar sungai yang berbuih.
Burungburung bernyanyi, dan kedamaian terasa di seluruh negeri. Bagi Frodo,
pelariannya yang penuh bahaya, dan desas-desus tentang kegelapan yang berkembang di
dunia luar, sekarang terasa seperti kenangan sebuah mimpi buruk belaka; tetapi
wajah-wajah yang menoleh menyambut mereka masuk, terlihat muram.
Elrond ada di sana, dan beberapa yang lain duduk diam di sekelilingnya.
Frodo melihat Glorfindel dan Gloin; dan di sebuah pojok Strider duduk sendirian,
memakai pakaian perjalanannya yang lama dan usang. Elrond menarik Frodo ke
kursi di sampingnya, dan memperkenalkannya pada seluruh kelompok itu, sambil
berkata, "Inilah, kawan-kawanku, hobbit bernama Frodo, putra Drogo. Tidak banyak
yang pernah datang kemari melalui bahaya yang lebih besar atau dengan urusan
yang lebih gawat." Lalu ia menunjuk dan menyebut nama mereka-mereka yang belum dijumpai
Frodo. Ada Kurcaci di sisi Gloin: putranya, Gimli. Di sebelah Glorfindel ada
beberapa penasihat rumah tangga Elrond, dengan Erestor sebagai ketuanya; dan
bersamanya ada Galdor, seorang Peri dari Grey Havens yang datang sebagai
utusan Cirdan the Shipwright, sang Pembuat Kapal. Ada juga seorang Peri asing
berpakaian hijau dan cokelat, Legolas, utusan ayahnya, Thranduil, Raja bangsa
Peri dari Mirkwood Utara. Dan duduk agak terpisah adalah pria jangkung berwajah
tampan dan agung, berambut gelap dan bermata kelabu, angkuh dan tajam
tatapannya. Ia berjubah dan bersepatu bot, seperti untuk perjalanan naik kuda; meski
pakaiannya mewah dan jubahnya berlapis bulu, namun tampak lusuh karena
perjalanan jauh. Ia memakai kalung perak bertatahkan satu batu permata putih;
rambutnya dipotong sebatas bahu. Ia membawa sebuah terompet besar berlapis
perak, yang sekarang diletakkan di atas lututnya: ia menatap Frodo dan Bilbo
dengan kagum. "Ini," kata Elrond, menoleh pada Gandalf, "adalah Boromir, pria dari Selatan.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 253 Dia tiba di pagi kelabu, untuk meminta nasihat. Aku memintanya hadir, karena di
sini pertanyaannya akan terjawab."
Tidak semua yang dibahas dan dibicarakan dalam Rapat Dewan perlu
diceritakan. Banyak yang diungkapkan tentang peristiwa-peristiwa di dunia luar,
terutama di Selatan, dan di negeri-negeri luas sebelah timur Pegunungan. Tentang
hal-hal ini, Frodo sudah banyak mendengar selentingan; tapi kisah Gloin baru
kali itu ia dengar, dan ketika orang kerdil itu berbicara, ia mendengarkan dengan
cermat. Rupanya di tengah kehebatan karya mereka, hati para Kurcaci dari
Gunung Sunyi sedang susah.
"Sudah lewat bertahun-tahun lalu," kata Gloin, "sejak bayangan kerisauan
timbul dalam hati rakyat kami. Dari mana datangnya, pada awalnya kami tidak
tahu. Kata-kata mulai dibisikkan secara rahasia: katanya kami terkurung dalam
tempat sempit, dan bahwa kekayaan lebih besar dan hebat akan ditemukan di
dunia yang lebih luas. Beberapa menyebut-nyebut Moria: karya hebat nenek
moyang kami, yang dalam bahasa kami disebut Khazaddum; dan mereka
menyatakan bahwa sekarang setidaknya kami mempunyai kekuatan dan jumlah
yang sesuai untuk kembali."
Gloin mengeluh. "Moria! Mori-a! Keajaiban dari dunia Utara! Terlalu dalam
kami menggali di sana, dan membangunkan ketakutan yang tidak bernama. Lama
sekali rumah-rumah besar di sana kosong, sejak anak-anak Durin melarikan diri.
Tapi sekarang kami membicarakannya lagi dengan penuh kerinduan, namun juga
den-an ketakutan; karena tak ada orang kerdil yang berani melewati pintu gerbang
Khazad-dum selama pemerintahan sekian banyak raja, kecuali Thor, dan dia sudah
mati. Akhirnya Balin mendengarkan juga bisikan-bisikan itu, dan memutuskan akan
per-i; dan meski Dain tidak mengizinkannya dengan ikhlas, dia membawa serta Ori
dan Oin serta banyak dari bangsa kami, dan mereka pergi ke selatan.
"Itu terjadi hampir tiga puluh tahun yang lalu. Untuk sementara, kami
menerima kabar yang tampaknya bagus: laporan-laporan memberitakan bahwa
Moria sudah dimasuki, dan pekerjaan besar sudah dimulai di sana. Lalu sunyi, dan
tidak pernah ada kabar lagi dari Moria sejak itu.
"Kemudian, setahun yang lalu, seorang utusan datang ke Dain, tapi bukan dari
Moria, melainkan dari Mordor: seorang penunggang kuda di malam hari, yang
memanggil Win ke gerbangnya. Lord Sauron Yang Perkasa, katanya,
mengharapkan persahabatan kami. Untuk itu dia akan memberikan cincin-cincin,
seperti dulu. Dan dia bertanya dengan mendesak tentang hobbit, jenis apa mereka,
dan di mana mereka tinggal. 'Karena Sauron tahu,' katanya, 'bahwa salah seorang
Halaman | 254 The Lord of The Rings dari mereka dikenal oleh bangsa kalian.'
"Mendengar ini, kami sangat cemas, dan tidak memberikan jawaban. Lain dia
merendahkan suaranya yang jahat, dan mungkin akan mempermanisnya kalau
bisa. 'Sebagai bukti persahabatan kalian, Sauron meminta kalian menemukan
pencuri ini,' begitu katanya, 'dan menambil darinya, dengan atau tanpa izinnya,
sebuah cincin kecil, cincin paling kecil yang dicurinya dulu. Permintaan Sauron
sangat sederhana, dan dengan memenuhinya, kalian bisa menunjukkan
kesungguhan niat baik kalian. Temukan itu, dan tiga cincin yang dimiliki rajaraja Kurcaci sejak dulu akan dikembalikan pada kalian, wilayah Moria pun akan
selamanya menjadi milik kalian. Carikan berita tentang pencuri itu, apakah dia
masih hidup dan di mana, dan kalian akan menerima imbalan besar serta
persahabatan abadi Sauron. Tolak permintaan ini, dan keadaan akan menjadi
kurang baik. Apa kalian menolak"'
"Pada saat itu napasnya keluar seperti desis ular, dan semua yang berdiri di
dekat situ menggigil, tapi Dain mengatakan, 'Aku tidak mengatakan ya maupun
tidak. Aku harus mempertimbangkan pesan ini, dan apa maksudnya, di balik
selubungnya yang manis. "'Pertimbangkan dengan baik, tapi jangan terlalu lama,' katanya.
"'Lamanya aku berpikir adalah urusanku sendiri,' jawab Dain.
"'Untuk sementara,' katanya, lalu dia melaju pergi ke dalam kegelapan.
"Hati pemimpin-pemimpin kami sejak malam itu terasa berat sekali. Kami tak
perlu mendengar suara jahat utusan itu untuk memperingatkan kami bahwa
katakatanya mengandung ancaman dan tipu daya; karena kami sudah tahu bahwa
kekuatan yang masuk kembali ke Mordor belum berubah, dan selamanya akan
mengkhianati kami, seperti dulu. Dua kali utusan itu datang kembali, dan pergi
tanpa menerima jawaban. Kali ketiga dan terakhir akan segera datang, katanya,
sebelum akhir tahun. "Karena itulah aku akhirnya diutus oleh Dain untuk memperingatkan Bilbo
bahwa dia dicari Musuh, dan untuk mengetahui, kalau boleh, mengapa dia
menginginkan cincin ini, yang paling kecil dari keseluruhan cincin" Kami juga
mendambakan nasihat Elrond. Karena Kegelapan semakin membesar dan


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin mendekat. Kami menemukan bahwa utusan-utusan juga datang ke Raja
Brand di Dale, dan bahwa dia takut. Kami khawatir dia akan menyerah. Perang
sudah mulai mengancam di perbatasannya di sebelah timur. Kalau kami tidak
menjawab, mungkin Musuh akan menggerakkan Manusia di bawah kekuasaannya
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 255 untuk menyerang Raja Brand, dan juga Dain."
"Tindakanmu datang kemari sudah tepat," kata Elrond. "Hari kau akan
mendengar semua yang kaubutuhkan, agar memahami tujuan Musuh. Tidak ada
yang bisa kaulakukan, selain menolak, dengan atau tanpa harapan. Tapi kau tidak
sendirian. Kau akan tahu bahwa masa lalumu hanya sebagian dari masalah
seluruh dunia barat. Cincin! Apa yang akan kita lakukan dengan Cincin, cincin
terkecil, hal sepele yang diinginkan Sauron" Itulah malapetaka yang harus kita
pertimbangkan. "Itulah tujuan kalian semua dipanggil kemari. Dipanggil, kataku, meski aku
tidak memanggil kalian, orang-orang asing dan negeri-negeri jauh. Kalian datang
dan bertemu di sini, tepat pada waktunya, seolah karena kebetulan. Namun bukan
begitu sebenarnya. Yakinlah bahwa sesungguhnya sudah diatur agar kitalah yang
duduk di sini, bukan orang lain, untuk mencari penyelesaian bagi bahaya yang
mengancam dunia. "Karena itu, segala sesuatu yang sebelumnya dirahasiakan, kecuali pada
beberapa orang, sekarang akan dibahas secara terbuka. Dan pertamatama, agar
semua yang hadir di sini bisa mengerti bahayanya, Kisah Cincin akan dipaparkan
dari awal sampai masa sekarang ini. Aku yang akan memulainya, meski orangorang
lainlah yang akan mengakhirinya."
Semua mendengarkan, sementara Elrond, dengan suaranya yang jernih,
membicarakan Sauron dan Cincin-Cincin Kekuasaan itu, serta pembuatannya di
Zaman Kedua dunia, di masa yang sudah lama berlalu. Sebagian kisah ini sudah
dikenal beberapa yang hadir di sana, tapi kisah selengkapnya belum ada yang
tahu. Semua mata menatap Elrond dengan takut dan heran ketika ia menceritakan
tentang para pandai besi bangsa Peri dari Eregion dan persahabatan mereka
dengan Moria, serta gairah mereka untuk menambah pengetahuan, yang
dimanfaatkan Sauron untuk menjerat mereka. Waktu itu Sauron belum tampak
jahat, maka mereka menerima bantuannya, dan menjadi sangat terampil dalam
pekerjaan kriya, sementara Sauron mempelajari semua rahasia mereka, dan
mengkhianati mereka, dan secara sembunyi-sembunyi menempa Cincin Utama-di
Gunung Api untuk menjadi penguasa mereka. Tapi Celebrimbor tahu rahasia
Sauron, dan menyembunyikan Tiga Cincin yang telah dibuatnya; maka perang pun
berkobar, negeri itu dikosongkan, dan gerbang Moria ditutup.
Kemudian, selama bertahun-tahun Sauron menelusuri jejak Cincin itu; tapi
kisah itu tidak akan diuraikan di sini, karena juga diceritakan di bagian lain,
bahkan Elrond sendiri menuliskannya di dalam buku-buku dongengnya. Kisah itu panjang
Halaman | 256 The Lord of The Rings sekali, penuh perbuatan besar dan mengerikan, dan meski Elrond berbicara sangat
singkat, tahu-tahu matahari sudah naik di langit, dan pagi itu lewat sebelum
ceritanya selesai. Ia membicarakan Numenor, keagungannya dan kejatuhannya, dan
kembalinya Raja-Raja Manusia ke Dunia Tengah dari kedalaman Laut,
menunggang sayap-sayap badai. Lalu Elendil si Jangkung dan putra-putranya yang
hebat, Isildur dan Anarion, menjadi pangeran-pangeran agung; merekalah yang
membangun wilayah Utara di Arnor, serta wilayah Selatan di Gondor, di atas mulut
Anduin. Tapi Sauron dari Mordor menyerang mereka, dan mereka membentuk
Persekutuan Terakhir Bangsa Peri dan Manusia, dan pasukan Gil-galad dan
Elendil dikerahkan di Arnor.
Sampai di situ Elrond berhenti sejenak dan mendesah. "Aku ingat betul
kecemerlangan bendera-bendera mereka," katanya. "Mengingatkanku pada
kegemilangan Zaman Peri dan pasukan-pasukan Beleriand; begitu banyak
pangeran dan kapten berkumpul. Meski begitu, tidak sebanyak atau sehebat ketika
Thangorodrim dikalahkan, dan bangsa Peri menganggap kejahatan sudah
selamanya dihentikan, walau ternyata tidak begitu."
"Kau ingat?" kata Frodo, berbicara keras karena terkejutnya. "Kukira... kukira
kejatuhan Gil-galad sudah berabad-abad yang lalu," katanya terbatabata, ketika
Elrond menoleh kepadanya.
"Memang begitu," jawab Elrond dengan khidmat. "Tapi ingatanku mencapai
Zaman Peri dulu. Earendil adalah ayahku, yang lahir di Gondolin sebelum
kejatuhannya; dan ibuku adalah Elwing, putri Dior, putra Luthien dari Doriath.
Aku sudah menyaksikan tiga zaman di bagian Barat dunia; banyak kekalahan dan
banyak kemenangan yang tidak berbuah.
"Aku adalah bentara Gil-galad dan berjalan bersama pasukannya. Aku hadir
dalam Pertempuran di Dagorlad, yang berlangsung di depan Gerbang Hitam
Mordor; kami lebih unggul, karena tak ada yang bisa melawan Tombak Gil-galad
dan Pedang Elendil, Aiglos dan Narsil. Aku menyaksikan pertarungan terakhir di
lereng-lereng Orodruin, di mana Gil-galad tewas, dan Elendil roboh, Narsil patah
di bawahnya; tapi Sauron sendiri dikalahkan, dan Isildur memotong Cincin dari
tangannya dengan pecahan pangkal pedang ayahnya, dan mengambilnya untuk
dirinya sendiri." ' Tepat pada saat itu, si orang asing Boromir memotong pembicaraan. "Jadi,
itulah yang terjadi dengan Cincin itu!" serunya. "Seandainya kisah ini pernah
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 257 diceritakan di Selatan, pasti itu sudah lama dilupaka". Aku mendengar tentang
Cincin Utama dari dia yang tidak kami sebutkan namanya; tapi kami percaya
bahwa cincin itu sudah lenyap dari dunia, dalam kehancuran alam pertama. Isildur
yang mengambilnya! Ini baru berita."
"Ya," kata Elrond. "Isildur mengambilnya, meski seharusnya tidak. Seharusnya
dia membuang cincin itu, saat itu juga, ke dalam api Orodruin yang berada dekat
tempat cincin itu dibuat. Tapi hanya sedikit yang memperhatikan perbuatan
Isildur. Hanya dia seorang yang mendampingi ayahnya dalam pertarungan maut terakhir
itu; dan yang mendampingi Gilgalad hanya Cirdan dan aku. Tapi Isildur tidak mau
mendengarkan nasihat kami.
"'Cincin ini akan kusimpan sebagai pemanis kenangan akan ayahku, dan
saudaraku,' katanya; maka, meski kami melarangnya, dia mengambilnya untuk
disimpan. Tapi tak lama kemudian dia dikhianati oleh cincin itu, sampai menemui
ajalnya; maka itu di Utara cincin ini disebut Kutukan Isildur. Namun kematian
barangkali lebih baik daripada nasib lain yang mungkin menimpanya.
"Hanya ke Utara berita ini menyebar, dan hanya pada beberapa orang. Maka
tidak mengherankan bila kau belum pernah mendengar tentang ini, Boromir. Dari
puing-puing Gladden Fields, tempat Isildur tewas, hanya tiga orang yang kembali
melalui pegunungan, setelah lama berkeliaran. Salah satunya adalah Ohtar,
panglima Isildur, yang membawa pecahan-pecahan pedang Elendil; dia
membawanya pada Valandil, ahli waris Isildur yang tetap tinggal di Rivendell,
karena masih kanak-kanak. Tapi Narsil sudah hancur dan cahayanya padam, dan
belum ditempa kembali. "Apakah tadi sudah kukatakan, bahwa kemenangan Persekutuan Terakhir itu
tidak berbuah" Memang tidak sepenuhnya demikian, tapi juga tidak mencapai
tujuannya. Sauron berhasil dihalau, tapi tidak dihancurkan. Cincinnya hilang,
tapi tidak dimusnahkan. Menara Kegelapan hancur, tapi fondasi-fondasinya tidak
dihilangkan; mereka dibangun dengan kekuatan Cincin, dan selama Cincin itu
masih ada, mereka juga akan bertahan. Banyak Peri dan Manusia hebat, serta
banyak kawan mereka, tewas dalam perang itu. Anarion tewas, juga Isildur tewas:
Gil-galad dan Elendil sudah mati. Takkan pernah lagi ada persekutuan bangsa Peri
dengan Manusia; karena Manusia berkembang biak dan kaum Peri berkurang, dan
kedua bangsa itu saling terasing. Sejak saat itu, bangsa Numenor semakin hancur,
dan masa hidup mereka semakin pendek.
Di Utara, setelah perang dan pembantaian di Gladden Fields, Orang-Orang
Westernesse berkurang jumlahnya; kota mereka, Annuminas, yang terletak di
Halaman | 258 The Lord of The Rings samping Danau Evendim, hancur menjadi puing-puing; pewarispewaris Valandil
pindah dan tinggal di Fornost, di dataran tinggi North Downs, dan itu pun
sekarang sudah kosong. Orang-orang menyebutnya Tanggul Orang-orang Mati, dan mereka
takut menginjakkan kaki di sana. Bangsa Arnor semakin menyusut, dilahap musuh
mereka, dan raja-raja mereka meninggal, hanya menyisakan gundukan-gundukan
hijau di bukit-bukit berumput.
"Di Selatan, kekuasaan Gondor bertahan lama; dan untuk sementara waktu
kegemilangannya berkembang, agak mengingatkan pada kejayaan Numenor
sebelum jatuh. Menara-menara tinggi yang dibangun orang-orang, bentengbenteng
kuat, pelabuhan untuk banyak kapal, dan mahkota bersayap dari RajaRaja Manusia
dikagumi bangsa dari berbagai bahasa. Ibu kota mereka adalah
Osgiliath, yang berarti Benteng Bintang-Bintang, dan di tengahnya mengalir
Sungai. Dan mereka membangun Minas Ithil, Menara Bulan Terbit, di sebelah
timur, di bahu bukit Pegunungan Bayang-Bayang; di sebelah barat, di kaki
pegunungan Putih, mereka membangun Minas Anor, Menara Matahari Terbenam.
Di sana, di halaman istana Raja, tumbuh sebatang pohon putih, dari benih yang
dibawa Isildur dari seberang lautan. Benih pohon itu sebelumnya berasal dari
Eressea, dan sebelumnya lagi dari Wilayah Paling Barat, di Masa sebelum
hitungan hari, ketika dunia masih muda.
"Tapi selama perjalanan tahun yang begitu cepat di Dunia Tengah, garis
keturunan Meneldil, putra Anarion, gagal, dan Pohon itu layu, darah bangsa
Numenor tercampur dengan manusia yang lebih rendah. Lalu penjagaan terhadap
dinding-dinding Mordor terlena, dan makhluk-makhluk kegelapan merangkak
kembali ke Gorgoroth. Suatu saat kejahatan mulai muncul, menduduki Minas Ithil
dan tinggal di dalamnya, membuatnya menjadi tempat mengerikan, hingga menara
itu disebut Minas Morgul, Menara Sihir. Lalu Minas Anor diberi nama baru Minas
Tirith, Menara Penjagaan; kedua kota itu selalu berperang, tapi Osgiliath yang
berada di tengahnya, menjadi kosong, dan di reruntuhannya bayang-bayang
berkeliaran. "Begitulah keadaannya sepanjang masa kehidupan banyak manusia. Tapi
para Penguasa Minas Tirith masih terus berperang, menjaga lintasan dari Sungai,
mulai dari Argonath sampai ke Lautan. Sekarang bagian kisah. yang kuceritakan
sudah mendekati akhirnya. Karena di masa Isildur, Cincin Penguasa hilang tak
diketahui rimbanya, dan Tiga Cincin lainnya dilepaskan. Tapi sekarang mereka
kembali berada dalam bahaya, karena ternyata Cincin Utama sudah ditemukan.
Biarlah orang-orang lain yang membicarakannya, sebab di situ peranku kecil
saja." Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 259 Elrond berhenti, tapi Boromir langsung berdiri, tinggi dan angkuh di depan
mereka. "Master Elrond," katanya. "Pertama-tama, izinkan aku menceritakan lebih
banyak tentang Gondor, karena aku datang dari negeri Gondor. Dan akan baik bagi
semua untuk mengetahui apa saja yang terjadi di sana. Sebab kurasa hanya
sedikit yang tahu tentang perbuatan-perbuatan kami, dan tak menduga bahaya
yang mengancam mereka, kalau kami akhirnya gagal.
"Jangan percaya bahwa di negeri Gondor darah Numenor dikucurkan sia-sia,
juga bahwa kebanggaan dan kehormatannya sudah dilupakan. Berkat keberanian
kami, bangsa-bangsa liar dari Timur masih bisa dikekang, dan teror dari Morgul
ditangkis; hanya karena itulah kedamaian dan kebebasan bisa dipertahankan di
negeri-negeri di belakang kami, benteng dunia Barat. Tapi kalau lintasan Sungai
jatuh ke tangan mereka, apa akibatnya"
"Tapi barangkali saat itu takkan bisa dicegah lebih lama lagi. Musuh Tak
Bernama sudah bangkit kembali. Asap mengepul lagi dari Orodruin, yang kami
sebut Gunung Ajal. Kekuatan Negeri Hitam semakin berkembang dan kami
dikepung. Ketika Musuh kembali, bangsa kami diusir dari Ithilien, wilayah kami
yang indah di sebelah timur Sungai, meski kami mempunyaibenteng di sana, dan
kekuatan senjata. Tapi tahun ini, di bulan Juni, perang mendadak menimpa kami
dari Mordor, dan kami disapu habis. Kami kalah dalam jumlah, karena Mordor
bersekutu dengan bangsa Easterling dan Haradrim yang kejam; tapi bukan karena
jumlah kami kalah. Ada kekuatan di sana, yang sebelumnya tidak kami rasakan.
"Beberapa mengatakan kekuatan itu bisa dilihat, seperti sosok penunggang
kuda hitam, bayang-bayang gelap di bawah bulan. Di mana pun dia datang,
kegilaan menimpa musuh-musuh kami, tapi ketakutan menimpa orang-orang kami
yang paling berani, sehingga kuda dan manusia menyerah dan lari. Hanya sisa
kecil pasukan timur kami Yang kembali, menghancurkan jembatan terakhir yang
masih berdiri di tengah reruntuhan Osgiliath.
"Aku berada dalam pasukan yang mempertahankan jembatan, sampai
dihancurkan di belakang kami. Hanya empat yang selamat dengan berenang:
kakakku dan aku, serta dua yang lain. Tapi kami masih bertempur,
mempertahankan semua pantai barat Anduin; dan mereka yang berlindung di
belakang kami memuji-muji kalau mendengar llama kami: banyak pujian, tapi
sedikit bantuan. Sekarang hanya dari Rohan masih ada yang mau datang kalau
kami panggil. "Dalam masa berbahaya ini, aku datang kepada Elrond dengan membawa
pesan, menempuh jarak jauh penuh bahaya: seratus sepuluh hari aku berjalan
Halaman | 260 The Lord of The Rings sendirian. Tapi aku tidak mencari sekutu untuk berperang. Konon kehebatan Elrond
bukan dalam senjata, melainkan dalam kebijaksanaan. Aku datang untuk meminta
nasihat dan pengungkapan arti kata-kata keras. Karena pada malam sebelum
serangan mendadak itu, kakakku mendapat mimpi selagi tidur gelisah; dan setelah
itu, mimpi yang sama sering datang lagi kepadanya, dan satu kali kepadaku.
"Dalam mimpi itu, aku merasa langit timur menjadi gelap, dan ada petir yang
sernakin keras, tapi di Barat sebuah cahaya pucat menggantung, dan dari sana
aku mendengar suara, jauh tapi jelas, meneriakkan:
Carilah Pedang yang sudah patah:
Di Imladris ia berada; Mesti diambil langkah-langkah
Yang lebih ampuh daripada
Morgul dan mantra-mantranya
Akan ada suatu tanda Bahwa Ajal sudah di depan mata,
Kar'na Kutukan Isildur akan terjaga,
Dan makhluk Hobbit akan maju ke muka.
Kami tak memahami kata-kata ini, dan kami bicara pada ayah kami, Denethor,
Penguasa Minas Tirith, yang ahli dalam adat-istiadat Gondor. Dia hanya bisa
mengatakan bahwa Imladris adalah nama yang pada zaman dahulu, di antara
bangsa Peri, menunjukkan rumah tempat tinggal Elrond sang Setengah Peri, yang
terbesar di antara para ahli pengetahuan. Maka kakakku, yang melihat betapa
mendesaknya kebutuhan kami, berniat menanyakan arti mimpi itu di Imladris; tapi
karena jalanan yang mesti ditempuh penuh bahaya dan kera-guan, maka aku
sendirilah yang pergi. Ayahku enggan sekali mengizinkan, dan sudah lama aku
menempuh jalanjalan yang telah lama dilupakan, mencari rumah Elrond yang
sudah banyak didengar orang, tapi hanya sedikit yang tahu letaknya."
"Dan di sini, di rumah Elrond, kau akan mendapatkan penjelasan lebih
banyak," kata Aragorn sambil bangkit berdiri. Ia melemparkan pedangnya ke atas
meja di depan Elrond, dan mata pedangnya ternyata terbelah dua. "Inilah Pedang
Patah itu!" katanya.
"Siapa kau ini, dan apa urusanmu dengan Minas Tirith?" tanya Boromir,
memandang penuh keheranan wajah kurus sang Penjaga Hutan, dan jubahnya
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 261 yang lusuh penuh noda. "Dia Aragorn, putra Arathorn," kata Elrond, "dan dia keturunan dari banyak
ayah dari Isildur, putra Elendil dari Minas Ithil. Dia Kepala Dunedain di Utara,
dan hanya sedikit yang sekarang tersisa dari bangsa itu."
"Kalau begitu, cincin itu milikmu, dan bukan milikku sama sekali!" seru Frodo
den-an kaget, melompat berdiri, seolah mengharapkan Cincin itu akan segera
dituntut darinya. "Cincin itu bukan milik salah satu dari kita!" kata Aragorn, "tapi, sudah
ditakdirkan kau yang memegangnya untuk sementara."
"Keluarkan Cincin itu, Frodo!" kata Gandalf dengan khidmat. "Saatnya sudah
datang. Angkatlah tinggi-tinggi, maka Boromir akan memahami akhir teka-tekinya."
Mendadak suasana sepi, dan semua menoleh ke arah Frodo. Frodo


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terguncang oleh rasa malu dan ketakutan yang tiba-tiba; ia merasa enggan sekali
mengeluarkan Cincin itu, dan tak ingin menyentuhnya. Ia berharap berada di
tempat yang jauh dari sana. Cincin itu berkilauan dan berkelip ketika ia
memegangnya di depan mereka dengan tangannya yang gemetar.
"Lihatlah Kutukan Isildur!" kata Elrond.
Mata Boromir bersinar-sinar ketika menatap cincin emas itu. "Hobbit!" ia
bergumam. "Apakah akhirnya ajal Minas Tirith sudah datang" Tapi, kalau begitu,
mengapa kami harus mencari pedang patah itu?"
"Bukan Ajal Minas Tirith yang disebutkan dalam mimpi itu," kata Aragorn.
"Tapi ajal dan perbuatan besar memang akan terjadi. Karena Pedang Patah itu
adalah pedang Elendil yang patah di bawahnya ketika dia jatuh. Pedang itu
disimpan dengan hati-hati oleh pewaris-pewarisnya, ketika semua peninggalan lain
hilang; karena di antara kami sudah sejak dulu direncanakan agar pedang itu
diperbaiki lagi, saat Cincin yang menjadi Kutukan Isildur telah ditemukan
kembali. Sekarang, setelah melihat Pedang yang kaucari, apa yang mau kautanyakan"
Apakah kau mengharapkan Rumah Elendil kembali ke Negeri Gondor?"
"Aku bukan dikirim untuk meminta anugerah, hanya untuk mencari tahu art,
sebuah teka-teki," jawab Boromir angkuh. "Meski begitu, kami sangat terdesak,
dan Pedang Elendil akan merupakan bantuan yang tak disangka-sangka - kalau benda
semacam itu memang bisa kembali dari bayangan masa lalu." ia menatap Aragorn
lagi, matanya menyorotkan keraguan.
Frodo merasa Bilbo bergerak gelisah di sampingnya. Rupanya ia merasa
Halaman | 262 The Lord of The Rings tersinggung demi kawannya. Tiba-tiba ia bangkit berdiri dan berkata:
Emas belum tentu gemerlap, Tak semua pengembara tersesat; Yang tua tapi
kokoh akan bertahan tetap, Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat. Dari
abu akan menyala api, Dari bayangan akan muncul cahaya; Mata pisau yang patah
akan diperbaharui: Yang tidak bermahkota 'kan kembali menjadi raja.
"Mungkin tidak begitu bagus, tapi tepat pada sasaran-kalau kau butuh lebih
dari kata-kata Elrond. Kalau itu sebanding dengan perjalanan seratus sepuluh
hari untuk didengar, sebaiknya kaudengarkan." Bilbo duduk kembali sambil
mendengus. "Aku sendiri yang mengarang itu," bisiknya pada Frodo, "untuk Dunadan,
sudah lama berselang, ketika dia pertama kali menceritakan tentang dirinya
padaku. Aku hampir mengharap petualanganku belum berakhir, dan bahwa aku
bisa pergi bersamanya bila saatnya tiba."
Aragorn tersenyum padanya, lalu menoleh lagi pada Boromir. "Aku
memaafkan keraguanmu," katanya. "Aku sama sekali tidak mirip sosok-sosok
Elendil dan Isildur yang terukir dalam keagungan mereka di aula di Denethor. Aku
hanyalah pewaris Isildur, bukan Isildur sendiri. Aku sudah mengalami hidup
panjang dan keras; dan jarak yang terbentang dari sini sampai ke Gondor hanyalah
sebagian kecil dari jumlah perjalananku yang sangat besar. Aku sudah banyak
melintasi pegunungan dan sungai, dan menginjak banyak padang, bahkan ke
dalam negeri-negeri jauh seperti Rhun dan Harad, yang bintang-bintangnya
terlihat asing. "Tapi rumahku sekarang adalah di Utara. Di sanalah pewaris-pewaris Valandil
tinggal, dalam garis keturunan yang tidak terputus, dari ayah sampai putra,
selama banyak generasi. Masa kami telah menggelap, dan jumlah kami sudah menyusut;
tapi Pedang sudah beralih ke tangan yang baru. Dan kukatakan ini padamu,
Boromir, sebelum aku mengakhiri. Kami adalah orang-orang kesepian, para
Penjaga Hutan dari belantara, pemburu-selamanya menjadi pemburu anak buah
Musuh; karena mereka bisa ditemukan di banyak tempat, bukan hanya di Mordor.
"Bila Gondor sudah berperan sebagai menara pendukung, kami pun sudah
memainkan peran lain. Banyak sekali kejahatan yang tak bisa ditahan oleh
dindingmu yang kuat dan pedangmu yang cemerlang. Van hanya tahu sedikit
sekali tentang negeri-negeri di luar batas negerimu. Kedamaian dan kebebasan,
katamu" Utara tidak akan mengenalnya kalau bukan karena kami. Ketakutan
sudah akan menghancurkan mereka. Tapi bila hal-hal gelap datang dari bukit-bukit
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 263 tak bertuan, atau merangkak keluar dari hutan-hutan gelap, mereka lari bila kami
dekati. Jalanan-jalanan mana yang berani diinjak orang, keamanan apa yang ada
di negeri-negeri tenang, atau di rumah-rumah orang-orang sederhana di malam
hari, kalau kaum Dunedain tidur, atau semua sudah masuk kuburan"
"Meski begitu, kami menerima lebih sedikit ucapan terima kasih daripadamu.
Pelancong-pelancong merengut melihat kami, dan penduduk berbagai negeri
memberi kami sebutan hina. 'Strider' begitu aku dipanggil oleh seorang lelaki
gemuk yang tinggal hanya satu hari perjalanan jaraknya dari musuh yang bisa
membekukan jantungnya, atau menghancurkan kotanya yang kecil, kalau dia tidak
dijaga tak putus-putus. Namun kami tak ingin lain dari itu. Kalau orang-orang
sederhana bebas dari keresahan dan ketakutan, maka mereka akan tetap
bersahaja, dan kami perlu bekerja diamdiam agar mereka tetap begitu. Itulah
tugas bangsaku, sementara tahuntahun berlalu dan rumput semakin tinggi.
"Tapi kini dunia berubah lagi. Zaman baru telah menjelang. Kutukan Isildur
ditemukan. Pertempuran sudah dekat. Pedang akan ditempa kembali. Aku akan
datang ke Minas Tirith."
"Kutukan Isildur sudah ditemukan, katamu," kata Boromir. "Aku sudah melihat
cincin gemerlap di tangan hobbit itu; tapi Isildur sudah mati sebelum awal abad
ini, kata orang. Bagaimana para Bijak tahu bahwa inilah cincinnya" Dan bagaimana
cincin ini bisa berpindah-pindah tangan selama bertahuntahun, sampai dibawa
kemari oleh utusan yang begitu aneh?"
"Itu akan diceritakan," kata Elrond.
"Tapi jangan dulu, kumohon, Master!" kata Bilbo. "Sekarang sudah tengah
hari, dan aku merasa perlu memperkuat diriku."
"Aku belum menyebut-nyebut dirimu," kata Elrond sambil tersenyum. "Tapi
sekarang aku akan menyebutmu. Ayo! Ceritakan kisahmu. Dan kalau kau belum
menuangkan kisah ini ke dalam sajak, kau boleh menceritakannya dengan katakata
biasa. Semakin singkat, semakin eepat kau bisa menyegarkan diri."
"Baiklah," kata Bilbo. "Akan kulakukan. Tapi sekarang aku akan menceritakan
kisah yang sebenarnya, dan kalau di sini ada yang pernah mendengar aku
menceritakannya lain" - ia melirik Gloin - "kuminta mereka melupakannya dan
memaafkan aku. Dulu aku hanya ingin mengakui cincin itu sebagai milikku, dan
terhindar dari sebutan pencuri yang diberikan padaku. Tapi mungkin sekarang
pemahamanku sudah lebih baik. Pokoknya, inilah yang terjadi."
Bagi beberapa yang hadir di sana, kisah Bilbo sama sekali bani, dan mereka
Halaman | 264 The Lord of The Rings mendengarkan dengan kagum sementara hobbit tua itu, bukan tanpa perasaan
senang, menceritakan petualangannya dengan Gollum secara lengkap. Tak satu
pun teka-tekinya ketinggalan. Bahkan ia juga akan menceritakan selengkapnya
tentang pesta dan lenyapnya dirinya dari Shire, kalau diizinkan, tapi Elrond
mengangkat tangannya. "Bagus sekali, kawanku," katanya, "tapi itu sudah cukup untuk saat ini. Untuk
sementara, cukup diketahui bahwa Cincin sudah beralih ke tangan Frodo,
pewarismu. Biarkan dia sekarang berbicara!"
Dengan tidak terlalu bergairah seperti Bilbo, Frodo menceritakan semua
kejadian sejak Cincin itu beralih ke tangannya. Setiap langkah perjalanannya
dari Hobbiton sampai ke Ford di Bruinen dipertanyakan dan dipertimbangkan, dan
semua yang bisa diingatnya tentang Penunggang Hitam diteliti. Akhirnya ia duduk
kembali. "Lumayan," kata Bilbo padanya. "Kau sebenarnya bisa menceritakan kisah
bagus, kalau saja mereka tidak terus-terusan memotongmu. Aku mencoba
membuat beberapa catatan, tapi kita harus memeriksanya bersama suatu waktu,
kalau aku berniat menuliskannya. Banyak sekali bahan cerita untuk mengisi babbab
sebelum kau sampai di sini!"
"Ya, memang kisah yang cukup panjang," jawab Frodo. ."Tapi cerita ini masih
belum lengkap bagiku. Aku masih ingin tahu banyak, terutama tentang Gandalf."
Galdor dari Havens, yang duduk di dekatnya, mendengar perkataan Frodo.
"Aku juga punya keinginan sama," serunya, dan sambil menoleh ke Elrond ia
berkata, "Para Bijak mungkin punya alasan baik untuk percaya bahwa harta yang
dibawa hobbit ini memang Cincin Utama yang diperebutkan itu, meski kelihatannya
tak mungkin bag, mereka yang hanya tahu sedikit. Tapi bolehkah kita mendengar
bukti-buktinya" Selain itu, ada hal lain yang ingin kutanyakan. Bagaimana dengan
Saruman" Dia pakar dalam hal pengetahuan tentang Cincin-Cincin itu, namun dia
tidak hadir di antara kita. Apa nasihatnya! kalau dia tahu hal-hal yang kita
dengar di sini'?" "Pertanyaan-pertanyaanmu, Galdor, saling berhubungan," kata Elrond. "Aku
bukan melupakannya, dan pertanyaan itu akan dijawab. Tapi hal-hal ini adalah
bagian Gandalf, dan aku akan memanggilnya paling akhir, karena itu tempat
kehormatan, dan dalam seluruh masalah ini dia menjadi pemimpinnya."
Gandalf berkata, "Galdor, ada orang-orang yang akan menganggap beritaberita dari
Gloin, dan pengejaran Frodo, sudah merupakan bukti cukup bahwa
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 265 harta itu merupakan benda yang sangat berharga bagi Musuh. Tapi harta itu
hanyalah sebuah cincin. Jadi, bagaimana" Yang Sembilan disimpan kaum Nazgul.
Yang Tujuh sudah diambil atau dihancurkan." Mendengar ini Gloin bergerak, tapi
tidak berbicara. "Yang Tiga kita ketahui keberadaannya. Jadi, apa sebabnya yang
satu ini begitu didambakan Musuh"
"Memang ada tenggang waktu lama yang hilang antara Sungai dan Gunung,
antara kehilangan dan ditemukannya lagi. Tapi kekosongan dalam pengetahuan
para Bijak akhirnya sudah terisi. Namun terlalu lamban. Karena Musuh sudah dekat
di belakang, lebih dekat daripada yang kukhawatirkan. Dan untunglah baru
tahunini, musim panas ini, Musuh mengetahui kebenaran selengkapnya.
"Beberapa yang hadir di sini tentunya ingat bahwa bertahun-tahun yang lalu,
aku sendiri berani melewati gerbang si ahli nujum di Dol Guldur, dan diam-diam
menyelidiki sepak terjangnya. Akhirnya kutemukan bahwa kekhawatiran kita
memang benar: dia tak lain dari Sauron, Musuh kita sejak dulu, yang akhirnya
mengambil bentuk dan mempunyai kekuatan lagi. Beberapa juga masih ingat
bahwa Saruman membujuk kami untuk tidak melakukan tindakan terbuka melawan
Sauron, dan untuk waktu lama kami hanya memperhatikannya. Tapi akhirnya,
ketika bayang-bayangnya semakin membesar, Saruman menyerah. Dewan
mengeluarkan kekuatannya dan mengusir kejahatan dari Mirkwood - dan itu terjadi
dalam tahun ditemukannya Cincin ini: kebetulan yang sangat aneh, kalau itu suatu
kebetulan. "Tapi kami sudah terlambat, seperti sudah diduga Elrond. Sauron juga sudah
mengamati kami, dan sudah lama mempersiapkan diri terhadap serangan kami.
Dia memerintah Mordor dari jauh, melalui Minas Morgul, di mana Sembilan anak
buahnya tinggal, sampai semuanya siap. Lalu dia mundur di depan kami, tapi
hanya berpura-pura melarikan diri, dan tak lama kemudian dia datang ke Menara
Gelap, dan menyatakan dirinya secara terbuka. Lalu, untuk terakhir kalinya,
Dewan mengadakan rapat; karena sekarang kami sudah tahu bahwa dia den-an gigih
sedang mencari Cincin Utama. Saat itu kami khawatir dia sudah mendengar kabar
yang belum kami ketahui. Tapi Saruman mengatakan tidak, dan mengulang apa
yang sebelumnya dikatakannya pada kami: bahwa Cincin Utama takkan pernah
ditemukan lagi di Dunia Tengah.
"'Seburuk-buruknya,' katanya, 'Musuh kita tahu kita tidak memilikinya, dan
bahwa Cincin itu masih hilang. Tapi apa yang hilang masih mungkin ditemukan,
begitu pikirnya. Jangan cemas! Harapannya akan menipunya. Bukankah aku sudah
mempelajari hal ini dengan cermat" Cincin itu jatuh ke dalam Sungai Besar
Anduin; Halaman | 266 The Lord of The Rings dan lama berselang, ketika Sauron tidur, cincin itu mengalir dari Sungai, masuk
ke Laut. Biarkan dia di sana, sampai Akhirnya tiba."'
Gandalf terdiam, sambil memandang ke timur dari beranda, ke puncakpuncak
Pegunungan Berkabut yang sudah sekian lama menyembunyikan bahaya yang
mengancam dunia di dalam akar-akarnya yang besar. Ia mengeluh.
"Di situlah aku membuat kesalahan," katanya. "Aku terlena oleh katakata
Saruman sang Bijak; kalau aku lebih cepat mencari tahu kebenarannya, bahaya
yang kita hadapi sekarang tentu tidak sebesar ini."
"Kita semua bersalah," kata Elrond, "dan kalau bukan berkat penjagaanmu,
Kegelapan mungkin sudah menguasai kita sekarang. Teruskan!"
"Sejak awal hatiku kurang tentram, melawan segala alasan yang kuketahui,"
kata Gandalf, "dan aku ingin tahu, bagaimana benda ini bisa sampai ke tangan
Gollum, dan sudah berapa lama dia memilikinya. Maka aku mengintainya,
menduga tak lama lagi dia akan keluar dari kegelapan untuk mencari hartanya. Dia
keluar, tapi dia lolos dan tak ditemukan. Lalu... ah! Aku membiarkan masalah
ini, hanya memperhatikan dan menunggu, seperti yang sudah terlalu sering kita
lakukan. "Waktu berlalu dengan membawa banyak masalah, sampai keraguanku
bangkit dengan ketakutan tiba-tiba. Dari mana datangnya cincin hobbit itu" Apa
yang harus dilakukan dengannya, kalau kecemasanku benar" Hal-hal itu perlu
kuputuskan. Tapi aku belum membicarakan kekhawatiranku dengan siapa pun,
karena menyadari bahayanya membisikkan sesuatu sebelum waktunya, apalagi
kalau bisikan itu sampai tersebar. Dalam semua perang panjang dengan Menara
Kegelapan, pengkhianatan selalu menjadi musuh terbesar kita.
"Itu tujuh belas tahun yang lalu. Segera aku menyadari bahwa matamata dari
segala jenis, bahkan burung dan binatang, berkumpul di sekitar Shire, dan
ketakutanku semakin bertambah. Aku meminta pertolongan bangsa Dunedain, dan
penjagaan mereka digandakan; dan aku membuka hatiku kepada Aragorn, pewaris
Isildur." "Dan aku," kata Aragorn, "menasihati agar kami mencari Gollum, meski
tampaknya sudah terlambat. Dan karena kuanggap pantas kalau pewaris Isildur
memperbaiki kesalahan Isildur, maka aku pergi bersama Gandalf dalam pencarian
panjang dan tanpa harapan."
Lalu Gandalf menceritakan bagaimana mereka menjelajahi seluruh Belantara,
bahkan sampai ke Pegunungan Bayang-Bayang dan pagar-pagar Mordor. "Di sana
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 267 kami menangkap selentingan tentang dia, dan kami menduga cukup lama dia
tinggal di perbukitan gelap itu; tapi kami tak pernah menemukannya, dan akhirnya
aku putus asa. Lalu dari keputusasaanku aku ingat sebuah ujian yang mungkin
membuat kami tak perlu meneruskan mencari Gollum. Cincin itu sendiri mungkin
akan menceritakan, apakah dia yang Utama. Ingatan akan pembicaraan di Dewan
terlintas lagi dalam pikiranku: kata-kata Saruman, yang hanya setengah
diperhatikan saat itu. Kata-kata itu terngiang jelas di telingaku.
"'Yang Sembilan, Yang Tujuh, dan yang Tiga,' katanya, 'semua mempunyai
permata yang serasi. Tapi Yang Utama tidak demikian. Yang Utama bentuknya
bulat, tidak berhias, seperti cincin biasa; tapi pembuatnya menorehkan
lambanglambang di atasnya, yang mungkin bisa dilihat dan dibaca para ahli.'
"Apa lambangnya, dia tidak cerita. Jadi, siapa yang tahu" Pembuatnya. Dan
Saruman" Meski pengetahuannya sangat luas, pasti ada sumbernya. Tangan
siapa selain Sauron yang pernah memegang benda ini, sebelum hilang" Hanya
tangan Isildur. ' "Dengan pikiran itu, aku membatalkan pengejaran, dan secepatnya pergi ke
Gondor. Di masa lalu, anak buah kelompokku diterima baik di sana, tapi terutama
Saruman yang paling disambut baik. Sering dia menjadi tamu para bangsawan di
Kota itu. Penyambutan Lord Denethor terhadapku kurang begitu ramah, tidak
seperti dulu, dan dengan menggerutu dia membolehkan aku mencari di antara
timbunan gulungan surat-surat dan buku-bukunya.
"'Kalau seperti katamu, kau hanya mencari laporan-laporan zaman kuno dan
awal mula Kota ini, silakan!' katanya. 'Karena bagiku yang sudah terjadi lebih
jelas daripada apa yang akan datang, dan itulah yang penting bagiku. Tapi kalau kau
tidak punya keterampilan lebih besar daripada Saruman yang sudah lama belajar di
sini, kau tidak bakal menemukan apa pun yang belum diketahui olehku, pakar


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengetahuan Kota ini.' "Begitulah kata Denethor. Namun dalam tumpukannya banyak terdapat
catatan yang hanya sedikit orang bisa membacanya. termasuk para pakar
pengetahuan, karena tulisan dan bahasa mereka sudah tak dikenal manusia
sesudahnya. Dan Boromir, di Minas Tirith kuduga masih ada sebuah gulungan
surat yang dibuat oleh Isildur sendiri, yang belum dibaca siapa pun kecuali
Saruman dan aku sendiri sejak kejatuhan raja-raja. Karena Isildur tidak langsung
pergi dari perang di Mordor, seperti yang diceritakan beberapa orang."
"Mungkin beberapa di Utara," potong Boromir. "Yang kami ketahui di Gondor
Halaman | 268 The Lord of The Rings adalah bahwa dia mula-mula pergi ke Minas Anor, tinggal bersama keponakannya,
Meneldil, untuk beberapa lama, mengajarinya, sebelum menyerahkan padanya
kepemimpinan Kerajaan Selatan. Di masa itu dia menanam di sana anak pohon
terakhir dari Pohon Putih, sebagai kenangan kepada kakaknya."
"Tapi pada masa itu dia juga membuat surat ini," kata Gandalf, "dan itu tidak
diingat di Gondor, rupanya. Karena surat ini mengenai Cincin, dan Isildur
menulis di dalamnya: Cincin Utama sekarang akan menjadi pusaka di Kerajaan Utara; tapi catatan
tentang ini akan ditinggal di Gondor, di mana tinggal keturunan Elendil, kalaukalau suatu saat nanti ingatan tentang peristiwa-peristiwa besar ini mulai memudar.
"Dan setelah kata-kata ini, Isildur menguraikan tentang Cincin yang
ditemukannya. Panas sekali ketika aku mengambilnya, panas bagai api, dun tanganku
terbakar, hingga aku ragu apakah aku akan pernah terbebas dari rasa sakitnya.
Tapi, sementara aku menulis, cincin itu sudah agak dingin, dan seolah menyusut,
meski tidak kehilangan keindahan maupun bentuknya. Tulisan di atasnya, yang
mula-mula jelas seperti nyala api merah, sudah mengabur dan sekarang hampir tak
bisa dibaca. Tulisan itu dibuat dalam tulisan Peri dari Eregion, karena mereka
di Mordor tak punya huruf untuk pekerjaan halus seperti itu; tapi bahasanya tidak
kukenal. Kuduga itu bahasa Negeri Hitam, karena keji dan kasar. Kekejian apa
yang terkandung di dalamnya, aku tidak tahu; tapi di sini aku menyalinnya agar
jangan hilang dari ingatan. Mungkin Cincin itu kehilangan kehangatan tangan
Sauron, yang hitam tapi menyala bagai api, dan begitulah Gil-galad dihancurkan;
dan mungkin kalau emasnya dipanasi lagi, tulisannya akan diperbaharui. Tapi aku
sendiri tak mau mengambil resiko dengan mencederai cincin ini: dari semua karya
Sauron, hanya ini yang paling indah. Benda ini berharga bagiku, meski aku
membelinya dengan kepedihan besar.
"Ketika membaca kata-kata ini, pencarianku berakhir. Karena tulisan yang
ditorehkan itu memang seperti yang diduga Isildur, dalam bahasa Mordor dan para
pelayan Menara. Dan apa yang dikatakan di dalamnya sudah diketahui. Karena
pada hari Sauron pertama kali memakainya, Celebrimbor, pembuat Tiga Cincin,
menyadari hal itu, dan dari jauh dia mendengar Sauron mengucapkan kata-kata itu,
dengan demikian menyingkap tujuan jahatnya.
"Segera aku minta diri pada Denethor, tapi ketika aku pergi ke utara,
beritaberita datang dari Lorien bahwa Aragorn sudah lewat sana, dan sudah
menemukan Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 269 makhluk bernama Gollum. Maka itu aku lebih dulu menemuinya dan
mendengarkan ceritanya. Tak berani aku menduga-duga, bahaya maut apa yang
ditembusnya sendirian."
"Tak perlu menceritakan itu," kata Aragorn. "Kalau seseorang sampai perlu
berjalan di depan Gerbang Hitam, atau menginjak bunga-bunga maut Morgul Vale,
pasti dia akan melalui bahaya besar. Aku juga akhirnya putus asa, dan mulai
berjalan pulang. Kebetulan aku tiba-tiba menemukan apa yang kucari: jejak kaki
lembut di samping kolam berlumpur. Tapi sekarang jejak itu segar dan cepat, dan
tidak menuju Mordor, tapi menjauh dari sana. Sepanjang tepi Rawa-Rawa Mati aku
mengikutinya, lalu menangkapnya. Bersembunyi dekat sebuah telaga
menggenang, menatap ke dalam air saat senja gelap turun, aku menangkapnya,
Gollum. Dia tertutup lumpur hijau. Dia takkan pernah menyukaiku, rasanya; karena
dia menggigitku, dan aku tidak bersikap lembut. Tak ada lagi yang kuperoleh dari
mulutnya, kecuali bekas gigitannya. Menurutku itu bagian terburuk dari
perjalananku, perjalanan kembali sambil mengawasinya siang-malam,
membuatnya berjalan di depanku dengan tali leher pada tengkuknya, disumpal
mulutnya, sampai dia jadi jinak karena kelaparan dan kehausan, sambil terus
mendorongnya ke arah Mirkwood. Akhirnya aku berhasil membawanya ke sana
dan memberikannya pada kaum Peri, karena kami sudah sepakat akan melakukan
itu; dan aku senang bisa lepas dari dia, karena dia bau. Aku akan senang kalau
tak perlu melihatnya lagi; tapi Gandalf datang dan bercakapcakap lama dengannya."
"Ya, percakapan panjang dan melelahkan," kata Gandalf, "tapi ada hasilnya.
Salah satunya, kisah yang dia ceritakan tentang kehilangan cincinnya cocok
dengan yang diceritakan Bilbo untuk pertama kali secara terbuka; tapi itu tidak
begitu penting, karena aku sudah men_ duganya. Tapi pertama-tama aku jadi tahu
bahwa cincin Gollum ke luar dari Sungai dekat ke Gladden Fields. Dan aku juga
jadi tahu bahwa Gollum sudah lama sekali memilikinya. Amat sangat lama.
Kekuatan Cincin itu sudah memperpanjang umurnya, jauh melewati jangka
hidupnya; tapi kekuatan semacam itu hanya dipunyai Cincin-Cincin Besar.
"Dan kalau itu belum cukup untuk bukti, Galdor, ada ujian yang kusebutkan
tadi. Pada cincin ini, yang kalian semua sudah lihat tadi, bulat dan tanpa
hiasan, huruf-huruf yang dilaporkan Isildur masih bisa dibaca, kalau kita mempunyai
kemauan kuat untuk memasukkan benda emas ini sebentar ke dalam api. Itu
sudah kulakukan, dan inilah yang kubaca: Ash nazg durbatuluk, ash nazg gimbatul,
ash nazg thrakatuluk agh burzum-ishi krimpatul."
Perubahan dalam suara penyihir itu sangat mengagetkan. Mendadak ia
Halaman | 270 The Lord of The Rings terdengar mengancam, berwibawa, dan keras seperti batu. Matahari yang sudah
tinggi seakan tertutup bayang-bayang, dan teras sejenak menjadi gelap. Semua
gemetar, para Peri menutup telinga.
"Belum pernah ada yang berani mengucapkan kata-kata dalam bahasa itu di
Imladris, Gandalf si Kelabu," kata Elrond, ketika bayang-bayang itu berlalu dan
rombongan itu bisa bernapas lagi.
"Dan mudah-mudahan tidak akan ada lagi yang mengucapkannya di sini,"
jawab Gandalf. "Bagaimanapun, aku tidak akan minta maaf, Master Elrond. Sebab
kalau bahasa itu tidak segera terdengar di setiap penjuru Barat, maka biarlah
semua melepaskan keraguan bahwa benda ini memang yang dinyatakan oleh para
Bijak: harta sang Musuh, penuh dengan semua kebenciannya; dan di dalamnya
tersimpan sebagian besar kekuatannya sejak dulu. Dari Tahun-Tahun Hitam,
datang kata-kata.yang didengar para pandai besi dari Eregion, dan mereka tahu
mereka sudah dikhianati: Satu Cincin 'tuk menguasai mereka semua, Satu Cincin
'tuk menemukan mereka semua, Satu Cincin 'tuk membawa mereka semua dan
mengikat mereka dalam Kegelapan.
"Ketahuilah juga, kawan-kawanku, bahwa aku mendengar lebih banyak lagi
dari Gollum. Dia enggan berbicara, dan kisahnya tidak jelas, tapi tak bisa
diragukan lagi, dia memang pergi ke Mordor, dan di sana dia dipaksa mengungkapkan semua
yang diketahuinya. Jadi, Musuh tahu bahwa Cincin Utama sudah ditemukan,
bahwa dia lama berada di Shire; dan karena anak buahnya sudah mengejarnya
hampir sampai ke pintu kita, dia akan segera tahu, atau sudah tahu, bahkan saat
aku berbicara sekarang, bahwa Cincin itu ada di sini."
Semua duduk diam beberapa saat, sampai akhirnya Boromir berbicara. "Dia
makhluk kecil, katamu, si Gollum ini" Kecil tapi kenakalannya besar. Apa yang
terjadi dengannya" Bagaimana kau menghukum dia?"
"Dia dipenjara, tapi tidak lebih buruk daripada itu," kata Aragorn. "Dia sudah
banyak menderita. Tak diragukan lagi, dia sengsara, dan rasa takut pada Sauron
menggantung berat di hatinya. Bagaimanapun, aku senang dia dijaga dengan baik
oleh kaum Peri yang waspada di Mirkwood. Kejahatannya besar sekali, dan
memberinya kekuatan tak terbayangkan dalam dirinya yang begitu kurus dan layu.
Dia masih bisa banyak berbuat jahat, seandainya dia bebas. Dan aku tidak ragu
dia diizinkan meninggalkan Mordor karena diberi tugas jahat."
"Aduh! Aduh!" seru Legolas, wajahnya yang tampan menunjukkan ekspresi
sedih. "Kabar yang harus kusampaikan mesti diceritakan sekarang. Bukan kabar
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 271 baik, tapi baru di sini aku tahu betapa jelek kabar ml bagi kami semua di sini.
Smeagol, yang sekarang dipanggil Gollum, sudah melarikan diri."
"Lari?" seru Aragorn. "Itu benar-benar kabar buruk. Kami semua akan
menyesalinya. Bagaimana mungkin bangsa Thranduil gagal dalam tugas mereka?"
"Bukan karena kurang waspada," kata Legolas, "tapi mungkin karena terlalu
baik hati. Dan kami khawatir tahanan kami mendapat bantuan dari pihak lain, dan
bahwa kegiatan kami lebih banyak diketahui daripada semestinya. Kami menjaga
makhluk ini siang-malam, atas permintaan Gandalf, meski kami sangat lelah
karena tugas ini. Tapi Gandalf meminta kami tetap menunggu dia sembuh, dan
kami tak sampai hati menahannya terus di ruang bawah tanah, di mana dia akan
tenggelam lagi dalam pikiranpikiran gelapnya yang lama."
"Kalian tidak selembut itu terhadapku," kata Gloin dengan kilatan marah di
matanya, ketika teringat kembali akan penahanannya di tempattempat dalam di
aula raja-raja Peri. "Sudahlah!" kata Gandalf. "Tolong jangan memotong, Gloin-ku yang budiman.
Kesalahpahaman itu patut disesalkan, tapi sudah lama dibetulkan. Kalau semua
dendam antara bangsa Peri dan Kurcaci akan dikemukakan di sini, sebaiknya kita
hentikan saja Rapat Akbar Dewan ini."
Gloin bangkit berdiri dan membungkuk, dan Legolas melanjutkan ceritanya.
"Kalau cuaca sedang bagus, kami menuntun Gollum ke dalam hutan; ada pohon
tinggi agak terpisah dari yang lain, yang suka dipanjatnya. Sering kami
membiarkannya memanjat dahan-dahan tertinggi, sampai dia bisa. merasakan
tiupan angin; tapi kami menempatkan penjaga di kaki pohon. Suatu hari dia
menolak turun, dan para penjaga tak mau memanjat mengejarnya, sebab dia
sudah mahir berpegangan erat pada dahan-dahan dengan kaki dan tangannya;
maka mereka duduk di bawah pohon sampai jauh malam.
"Tepat pada malam musim panas itu, yang tanpa bulan dan bintang,
sekelompok Orc mendadak menyerang kami. Kami berhasil memukul mundur
mereka setelah beberapa saat; jumlah mereka banyak dan mereka garang, tapi
mereka datang dari seberang pegunungan, dan tidak terbiasa dengan hutan.
Ketika pertempuran selesai, kami menemukan Gollum sudah hilang, para
penjaganya dibunuh atau ditawan. Baru jelas bagi kami bahwa penyerangan itu
adalah untuk membebaskan Gollum, dan bahwa dia sudah tahu itu sebelumnya.
Bagaimana itu direncanakan, kami tak bisa perkirakan; tapi Gollum memang cerdik,
dan mata-mata Musuh banyak sekali. Makhlukmakhluk kegelapan yang diusir
Halaman | 272 The Lord of The Rings dalam tahun kejatuhan Naga sudah kembali dalam jumlah lebih besar, dan
Mirkwood sudah menjadi tempat buruk lagi, kecuali di wilayah kami.
"Kami gagal menangkap kembali Gollum. Kami menemukan jejaknya di antara
jejak kaki rombongan Orc, masuk jauh sekali ke dalam Forest, ke arah selatan.
Tapi tak lama kemudian jejaknya melampaui kemampuan kami, dan kami tidak
berani melanjutkan perburuan; karena kami sudah mendekati Doi Guldur, dan itu
masih merupakan tempat jahat; kami tidak pernah pergi ke sana."
"Hm, jadi dia sudah pergi," kata Gandalf. "Kita tak punya waktu untuk
mencarinya lagi. Biarkan dia berbuat semaunya. Mungkin nanti dia akan
memainkan peran entah apa, yang tidak diketahui oleh dirinya sendiri maupun oleh
Sauron. "Dan sekarang aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaan Galdor yang lain.
Bagaimana dengan Saruman" Apa nasihatnya pada kita tentang masalah ini"
Kisah ini harus kuceritakan lengkap, karena baru Elrond yang mendengarnya, itu
pun secara singkat saja, tapi cerita ini sangat berpengaruh pada semua yang
harus kita pecahkan. Ini bab terakhir dalam Kisah Cincin, sejauh yang sudah berjalan.
"Di akhir Juni, aku berada di Shire, tapi hatiku berat oleh kecemasan besar.
Aku pun naik kuda ke perbatasan selatan negeri kecil itu, karena aku mendapat
firasat ada bahaya yang masih tersembunyi bagiku, tapi sudah semakin dekat. Di
sana aku mendapat kabar tentang perang dan kekalahan di Gondor, dan ketika
mendengar tentang Bayangan Hitam, jantungku didera kedinginan membeku. Tapi
aku tidak menemukan apa pun kecuali beberapa pelarian dari Selatan: kulihat ada
ketakutan dalam hati mereka, yang tak mau mereka ungkapkan. Saat itu aku
membelok ke timur dan utara, dan berjalan sepanjang Greenway; tidak jauh dari
Bree, aku bertemu seorang pelancong yang duduk di tebing pinggir jalan, den-an
kudanya makan rumput di sampingnya. Dia adalah Radagast si Cokelat, yang
pernah tingal di Rhosgobel, dekat perbatasan Mirkwood. Dia salah satu dari
kelompokku, tapiaku sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengannya.
"'Gandalf!' teriaknya. 'Aku sedang mencarimu. Tapi aku asing di wilayah ini.
Aku hanya tahu kau bisa ditemukan di suatu wilavah belantara dengan nama yang
kurang bagus, Shire.' "'Informasimu benar,' kataku. 'Tapi jangan bicara seperti itu, kalau kau
bertemu penduduknya. Kau berada dekat perbatasan Shire sekarang. Dan apa
yang kauinginkan denganku" Pasti mendesak. Kau tidak pernah melancong,
kecuali kalau terdorong kebutuhan mendesak.'
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 273 "'Memang ada masalah penting,' katanya. 'Beritaku buruk.' Lalu dia melihat
sekeliling, seolah pagar-pagar di situ punya telinga. 'Nazgul,' bisiknya.
'Kelompok Sembilan sudah mengembara lagi. Diam-diam mereka sudah melintasi Sungai, dan
sedang bergerak ke barat. Mereka menyamar sebagai Penunggang Hitam.'
"Saat itu tahulah aku apa yang kucemaskan di bawah sadarku.
"'Musuh pasti punya tujuan atau maksud penting,' kata Radagast, tapi apa
yang membuatnya mencari ke daerah yang begitu terasing dan kosong, aku tidak
tahu.' "'Apa maksudmu"' kataku.
Aku diberitahu bahwa ke mana pun mereka pergi, para Penunggang itu
menanyakan kabar tentang negeri yang disebut Shire.'
"'Shire,' kataku: tapi semangatku merosot. Sebab para Bijak pun mungkin
akan cemas untuk bertahan melawan Kelompok Sembilan, bila mereka berkumpul
di bawah pemimpin mereka yang kejam. Dulu dia seorang raja dan penyihir agung,
dan kini dia menimbulkan ketakutan besar. 'Siapa yang menceritakan itu padamu,
dan siapa yang mengirimmu"'
"'Saruman si Putih,' jawab Radagast. 'Dan dia mengatakan bahwa bila kau
merasa perlu, dia akan membantumu; tapi kau harus segera mencari
pertolongannya, kalau tidak mungkin sudah terlambat.'
"Pesan itu membawa harapan bagiku. Karena Saruman si Putih adalah yang
terbesar dari kelompokku. Memang Radagast juga seorang Penyihir terhormat, ahli
dalam bentuk dan perubahan warna; dia punya banyak pengetahuan tentang
tanaman dan hewan, dan terutama burung adalah sahabatnya. Tapi Saruman
sudah lama mempelajari keterampilan Musuh sendiri, karena itulah kami sering
mampu mencegahnya. Melalui peralatan yang dibuat Saruman, kami mengusirnya
dari Dol Guldur. Mungkin dia sudah menemukan senjata yang bisa memukul
mundur Kelompok Sembilan.
"'Aku akan pergi ke Saruman,' kataku.
"'Kalau begitu, kau harus pergi sekarang,' kata Radagast, 'karena aku sudah
membuang-buang waktu mencarimu, dan hari-hari sudah semakin pendek. Aku
disuruh menemukanmu sebelum Pertengahan Musim Panas, dan sekarang sudah
Pertengahan Musim Panas. Kalaupun kau berangkat dari tempat ini, mungkin
Kelompok Sembilan sudah menemukan negeri yang mereka cari sebelum kau
sempat bertemu Saruman. Aku sendiri akan segera pulang.' Lalu dia naik ke
Halaman | 274 The Lord of The Rings kudanya dan sudah akan langsung pergi.
"'Tunggu sebentar!' kataku. 'Kami akan membutuhkan pertolonganmu, dan
pertolongan semua makhluk yang mau memberikannya. Kirimlah pesan pada
semua hewan dan burung yang menjadi sahabatmu. Katakan pada mereka untuk
membawa semua kabar tentang masalah ini kepada Saruman dan Gandalf.
Biarkan pesan-pesan dikirimkan ke Orthanc.'
"'Akan' kulakukan,' katanya, dan dia melaju pergi, bagai dikejar Kelompok


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sembilan. "Aku tak bisa mengejarnya langsung. Aku sudah berjalan jauh hari itu, dan
sudah lelah seperti kudaku; aku juga perlu mempertimbangkan keadaan. Maka
malam itu aku menginap di Bree, dan memutuskan bahwa aku tak punya waktu
untuk kembali ke Shire. Belum pernah aku membuat kesalahan yang lebih besar!
"Aku menulis pesan pada Frodo, dan menitipkannya pada temanku si pemilik
penginapan. Aku pergi saat fajar, dan akhirnya tiba di tempat tinggal Saruman.
Dia tinggal jauh di selatan, di Isengard, di ujung Pegunungan Berkabut, tidak jauh
dari Celah Rohan. Boromir akan menceritakan bahwa ada lembah Was terbuka yang
terletak di antara Pegunungan Berkabut dan kaki perbukitan paling utara dari
Ered Nimrais, Pegunungan Putih dari kampung halamannya. Tetapi Isengard merupakan
lingkaran batu karang terjal yang mengurung sebuah lembah seperti dinding, dan
di tengah lembah itu ada menara batu yang dinamakan Orthanc. Menara itu bukan
dibuat Saruman, tapi oleh Orang-Orang Numenor lama berselang; menara itu tinggi
sekali dan banyak rahasianya, namun tidak kelihatan seperti karya kriya. Dia tak
bisa didekati, kecuali dengan mengelilingi lingkaran Isengard; dan dalam
lingkaran itu hanya ada satu gerbang.
"Larut senja aku sampai di gerbang itu, yang bentuknya seperti lengkungan
besar dalam dinding batu karang, dan dijaga ketat. Tetapi para penjaga gerbang
sudah mengetahui kedatanganku, dan mengatakan Saruman sudah menungguku.
Aku melaju di bawah lengkungan, dan gerbang itu tertutup tanpa suara di
belakangku. Mendadak aku merasa takut, meski aku tidak tahu sebabnya.
"Aku melaju sampai ke kaki Orthanc, dan sampai ke tangga Saruman; di sana
dia menemuiku, dan menuntunku sampai ke kamarnya, tinggi di atas. Dia memakai
sebentuk cincin di jarinya.
"'Jadi, akhirnya kau datang, Gandalf,' katanya padaku dengan khidmat; tapi di
matanya seolah ada cahaya putih, seakan-akan di hatinya ada tawa dingin.
"'Ya, aku datang,' kataku. 'Aku datang untuk meminta bantuanmu, Saruman si
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 275 Putih.' Rupanya gelar itu membuatnya marah.
"'Begitukah. Gandalf si Kelabu!' ejeknya. 'Kau minta bantuan" Jarang
terdengar bahwa Gandalf si Kelabu mencari bantuan.. Gandalf yang begitu cerdik
dan bijak, mengembara di seluruh negeri, dan mencampuri semua urusan, baik
urusannya sendiri maupun bukan.'
"Aku menatapnya dan merasa heran. 'Kalau aku tidak salah,' kataku, 'keadaan
saat ini mengharuskan kita semua menyatukan kekuatan.'
"'Mungkin memang begitu,' katanya, 'tapi pikiran itu muncul terlambat sekali
dalam benakmu. Sudah berapa lama kausembunyikan dariku, ketua Dewan, suatu
masalah yang sangat penting" Apa yang sekarang membawamu dari tempat
persembunyianmu di Shire"T
'"Kelompok Sembilan sudah muncul lagi,' jawabku. 'Mereka sudah melintasi
Sungai. Begitulah yang dikatakan Radagast padaku.'
"'Radagast si Cokelat!' tawa Saruman, tidak menyembunyikan lagi
cemoohannya. 'Radagast sang Penjinak Burung! Radagast yang Bersahaja!
Radagast yang Tolol! Meski begitu, dia masih punya akal untuk memainkan peran
yang kutugaskan padanya. Karena akhirnya kau datang, dan itu saja maksud
pesanku. Di sinilah kau akan tinggal, Gandalf si Kelabu, dan berhenti melancong.
Karena aku adalah Saruman yang Bijak, Saruman pembuat Cincin, Saruman yang
Berwarna Banyak!' "Saat itu aku memandangnya dan melihat jubahnya, yang semula tampak
putih, ternyata tidaklah putih, melainkan teranyam dari semua warna. Bila dia
bergerak, jubahnya berkilauan dan berganti nuansa, hingga membingungkan mata.
'" Aku lebih suka putih,' kataku.
"'Putih!' dia mengejek. 'Itu hanya untuk permulaan. Kain putih bisa diberi
warna. Halaman putih bisa ditulis ulang; dan cahaya putih bisa dipecahkan.'
'"Kalau begitu, dia tidak putih lagi,' kataku. 'Dan orang yang memecah sesuatu
untuk mencari tahu apa yang ada di dalamnya, berarti sudah meninggalkan jalan
kebijakan.' "'Jangan bicara padaku seperti kepada salah satu temanmu yang bodoh,'
katanya. 'Aku membawamu kemari bukan untuk memerintahku, tapi untuk
memberimu pilihan.' "Lalu dia bangkit berdiri dan mulai berdeklamasi, seolah menucapkan pidato
yang sudah lama dilatihnya. "Zaman Peri sudah lewat. Hari-Hari Pertengahan
Halaman | 276 The Lord of The Rings sedang berlalu. Masa-masa Lebih Baru akan dimulai. Masa kaum Peri sudah lewat,
tapi masa kita sudah dekat: dunia Manusia, yang harus Kita perintah. Tapi kita
harus mempunyai kekuatan, kekuatan untuk memerintah semuanya sekehendak
kita, demi kebaikan yang hanya bisa dilihat kaum Bijak.
"'Dan dengarlah, Gandalf, teman dan rekan lamaku!' katanya sambil mendekat
dan berbicara lebih perlahan. 'Kukatakan kita, karena kekuasaan itu bisa kita
pegang bersama, kalau kau mau bergabung denganku. Kekuatan Baru sedang
bangkit. Menghadapinya, semua sekutu dan kebijaksanaan lama sama sekali tidak
bermanfaat bagi kita. Tak ada harapan kepada bangsa Peri atau Numenor yang
sedang sekarat. Inilah pilihan yang ada di depanmu, di depan kita. Kita
bergabung dengan Kekuatan itu. Itu pilihan yang bijak, Gandalf. Dengan demikian, ada
harapan. Kemenangannya sudah dekat, dan akan ada imbalan besar bagi mereka
yang membantunya. Sementara Kekuatan itu tumbuh, mereka yang terbukti
sebagai sahabatsahabatnya juga akan tumbuh; dan kaum Bijak, seperti kau dan
aku, dengan kesabaran akhirnya akan bisa mengendalikannya, mengarahkannya.
Kita bisa menunggu waktu kita, kita bisa menyimpan pikiran-pikiran kita dalam
hati, mungkin menyesali beberapa kejahatan yang dilakukan dalam prosesnya, tapi
menyetujui tujuan tertinggi dan terutama: Pengetahuan, Hukum, Ketertiban; semua
hal yang sejauh ini sia-sia kita upayakan, karena lebih banyak dihambat daripada
dibantu oleh teman-teman yang lemah atau bermalas-malasan. Tak perlu ada, dan
tak akan ada, perubahan nyata dalam rencana kita, yang berubah hanya cara-cara
kita.' "'Saruman,' kataku, 'aku sudah pernah mendengar pidato semacam ini, tapi
hanya dari mulut utusan-utusan Mordor, untuk menipu mereka-mereka yang tidak
tahu. Aku tak habis pikir bahwa kau membuatku datang sejauh ini hanya untuk
melelahkan telingaku.' "Dia melirikku, dan berhenti sebentar untuk mempertimbangkan. 'Rupanya kau
belum berniat memilih arah yang bijak ini,' katanya. 'Belum" Belum kalau ada
cara lebih baik yang bisa ditemukan"'
"Dia mendekatiku dan meletakkan tangannya yang panjang di lenganku. 'Dan
mengapa tidak, Gandalf"' bisiknya. 'Mengapa tidak" Cincin Utama itu" Kalau kita
bisa memerintahnya, maka Kekuatan akan beralih pada kita. Itulah alasan
sesungguhnya aku membawamu kemari. Karena aku punya banyak mata, dan
kurasa kau tahu di mana benda berharga ini sekarang berada. Bukankah begitu"
Kalau tidak, kenapa Kelompok Sembilan menanyakan Shire, dan apa kegiatanmu
di sana"' Ketika dia mengatakan itu, suatu nafsu besar yang tak bisa ia
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 277 sembunyikan bersinar di matanya.
"'Saruman,' kataku, sambil berdiri menjauh darinya, 'hanya satu tangan pada
satu saat yang bisa memegang Cincin Utama, dan kau tahu betul itu, jadi jangan
repot-repot mengatakan kita! Tapi aku tidak akan memberikannya, tidak, aku
bahkan tidak akan memberi kabar tentang Cincin itu padamu, setelah aku tahu
pikiranmu. Kau menjadi ketua Dewan, tapi akhirnya kau membuka kedokmu
sendiri. Kelihatannya pilihanku adalah menyerah pada Sauron, atau pada dirimu.
Aku tidak akan memilih salah satunya. Apa kau punya tawaran lain"'
"Sekarang sikapnya dingin dan berbahaya. 'Ya,' katanya. 'Aku memang tidak
mengharapkan kau menunjukkan kebijakan, walau demi dirimu sendiri; tapi aku
sudah memberimu kesempatan untuk secara sukarela membantuku, dan dengan
demikian menghindarkanmu dari banyak kesulitan dan kepedihan. Pilihan ketiga
adalah tinggal di sini, sampai akhir.'
"'Sampai akhir apa"'
"'Sampai kau menunjukkan padaku, di mana Cincin Utama bisa ditemukan.
Aku bisa mencari cara untuk membujukmu. Atau setelah Cincin itu ditemukan,
meski kau menolak, dan sang Penguasa sudah punya waktu untuk menghadapi
masalah-masalah yang, lebih ringan: misalnya untuk merencanakan ganjaran yang
cocok bagi rintangan dan kekurangajaran Gandalf si Kelabu.'
"'Jangan terlalu menganggap ringan masalah itu,'
menertawakanku, karena kata-kataku kosong, dan dia tahu itu."
kataku. Dia "Mereka membawaku dan menempatkanku sendirian di puncak Orthanc, di
mana Saruman biasanya memperhatikan bintang-bintang. Tak ada jalan turun,
kecuali melalui tangga sempit yang terdiri atas beberapa ribu anak tangga, dan
lembah di bawah kelihatan sangat jauh. Aku memandangnya, dan melihat bahwa
bagian yang dulu kelihatan hijau dan indah, sekarang penuh dengan lubang-lubang
dan bengkel besi. Serigala dan Orc bertempat tinggal di Isengard, karena Saruman
mengumpulkan kekuatan besar untuk keperluannya sendiri, untuk bersaing dengan
Sauron, bukan untuk menjadi anak buah Sauron-belum. Di atas semua karyanya
itu menggantung asap gelap yang melilit sisi-sisi Orthanc. Aku berdiri sendirian
di sebuah pulau di tengah awan-awan; aku tak mungkin melarikan diri, dan harihariku
pahit sekali. Aku kedinginan, dan hanya mempunyai sedikit ruang untuk
melangkah ke sana kemari, memikirkan kedatangan para Penunggang Hitam ke
Utara. "Bahwa Kelompok Sembilan memang sudah bangkit, itu aku yakin, terpisah
Halaman | 278 The Lord of The Rings dari kata-kata Saruman yang mungkin saja bohong. Jauh sebelum aku datang ke
Isengard, aku sudah mendengar kabar yang tak mungkin salah. Aku selalu cemas
tentang teman-temanku di Shire, tapi aku masih punya harapan. Aku berharap
Frodo segera berangkat, seperti kudesak dia dalam suratku, dan bahwa dia sudah
mencapai Rivendell sebelum pengejaran maut dimulai. Dan baik harapan maupun
ketakutanku ternyata salah. Karena harapanku kutumpu pada seorang laki-laki
gemuk di Bree, dan ketakutanku didasarkan pada kecerdikan Sauron. Tapi laki-laki
gemuk yang menjual bir punya banyak urusan lain, dan kekuatan Sauron masih
kurang dari yang ditakutkan. Tapi dalam keadaan terjebak dan sendirian di
lingkaran Isengard, tak mudah untuk berpikir bahwa para pemburu yang dijauhi
semua, atau sudah menjatuhkan banyak orang, akan tertatih-tatih di Shire jauh di
sana." "Aku melihatmu!" teriak Frodo. "Kau berjalan bolak-balik. Bulan bersinar di
rambutmu." Gandalf berhenti dengan tercengang dan menatapnya. "Itu hanya mimpi," kata
Frodo, "tapi tiba-tiba teringat olehku. Aku hampir lupa hal itu. Mimpi aku
terjadi beberapa waktu yang lalu; rasanya setelah aku meninggalkan Shire."
"Kalau begitu, sudah terlambat," kata Gandalf, "seperti akan kaulihat nanti.
Situasiku buruk sekali. Dan mereka yang kenal aku akan setuju bahwa jarang aku
mengalami keadaan seperti itu, dan tak bisa bertahan dengan baik dalam keadaan
yang begitu tidak menguntungkan. Gandalf si Kelabu tertangkap seperti lalat
dalam sarang labah-labah yang sangat curang! Meski begitu, labah-labah terhebat juga
punya titik lemah. "Pada mulanya aku cemas, seperti pasti sudah diharapkan Saruman, bahwa
Radagast juga sudah menipuku. Tapi aku sama sekali tidak menangkap tandatanda
tidak wajar dalam suaranya, atau di matanya, dalam pertemuan kami waktu
itu. Seandainya ya, mungkin aku tidak akan pernah pergi ke Isengard, atau aku
akan pergi dengan lebih hati-hati. Rupanya Saruman sudah menduga, maka dia
menyembunyikan pikirannya yang jahat dan menipu utusannya itu. Tidak ada
gunanya kalau dia mencoba membujuk Radagast yang jujur untuk berkhianat.
Radagast menemui aku dengan penuh kepercayaan, karena itulah dia bisa
membujukku. "Di situlah Saruman membuat kesalahan. Karena Radagast tidak melihat
alasan untuk menolak permintaanku; dia melaju menuju Mirkwood, di mana dia
banyak mempunyai kawan lama. Elang-elang dari Pegunungan pergi jauh dan
menyebar, dan mereka melihat banyak hal: berkumpulnya para serigala dan
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 279 pengerahan bangsa Orc; dan Kelompok Sembilan pergi ke sana kemari di semua
negeri; dan mereka mendengar kabar tentang pelarian Gollum. Mereka
mengirimkan utusan untuk membawa kabar ini kepadaku.
"Maka, ketika musim panas sudah surut, datanglah malam bulan purnama,
dan Gwaihir si Penguasa Angin, yang tercepat di antara Elang-Elang Besar, tanpa
terduga datang ke Orthanc; dia menemukan aku berdiri di puncak. Aku berbicara
kepadanya, dari dia membawaku pergi, sebelum Saruman menyadarinya. Aku
sudah jauh dari Isengard, sebelum serigalaserigala dan Orc keluar dari
gerbanggerbang untuk mengejarku.
"'Berapa jauh kau bisa membawaku"' kataku pada Gwaihir.
"'Jauh sekali,' katanya, 'tapi tidak ke ujung dunia. Aku dikirim untuk membawa
berita, bukan beban.' "'Kalau begitu, aku perlu punya kuda di darat,' kataku, 'dan kuda yang sangat
cepat, karena aku sangat terburu-buru sekarang.'
"Kalau begitu, aku akan membawamu ke Edoras, di mana Penguasa Rohan
duduk di istananya,' katanya, 'tempat itu tidak jauh dari sini. Aku gembira,
karena di Riddermark Rohan tinggal kaum Rohirrim, para Penguasa Kuda, dan kuda-kuda
yang dibesarkan di lembah luas antara Pegunungan Berkabut dan Pegunungan
Putih sungguh tak ada tandingannya.
"'Apakah Orang-Orang Rohan masih bisa dipercaya, menurutmu" tanyaku
pada Gwaihir, karena pengkhianatan Saruman telah mengguncangkan
kepercayaanku. "'Mereka membayar upeti berupa kuda,' jawabnya, 'dan banyak mengirimkan
kuda setiap tahun ke Mordor, begitu kabarnya; tapi mereka belum ditindas
olehnya.- Namun kalau Saruman sudah menjadi jahat, seperti katamu, maka nasib
buruk mungkin menimpa mereka sebentar lagi.'
"Dia mengantarku ke negeri Rohan sebelum fajar; kisahku sudah kubeberkan
terlalu panjang. Sisanya harus lebih singkat. Di Rohan aku menemukan kejahatan
sudah bekerja: kebohongan Saruman; dan raja negeri itu sudah tak mau
mendengarkan peringatan-peringatanku. Dia memintaku mengambil seekor kuda
dan pergi; aku memilih satu yang sangat kusukai, tapi dia tak suka aku
mengambilnya. Aku mengambil kuda terbaik di negerinya, dan belum pernah aku
melihat yang semacam itu."
"Kalau begitu, dia pasti hewan mulia," kata Aragorn, "hatiku lebih pedih
Halaman | 280 The Lord of The Rings mendengar Sauron menerima upeti semacam itu, daripada ketika mendengar
kabar-kabar buruk lain. Ketika aku terakhir datang ke negeri itu, situasinya
belum seperti ini." "Sekarang pun tidak, aku bersumpah," kata Boromir. "Itu kebohongan yang
datang dari Musuh. Aku kenal Orang-Orang Rohan. Mereka jujur dan berani, dan
mereka sekutu kami, masih tinggal di negeri yang sudah sangat lama kami berikan
pada mereka." "Bayangan Mordor menutupi negeri-negeri jauh," jawab Aragorn. "Saruman
sudah jatuh di bawahnya. Rohan sudah diserang. Siapa tahu apa yang akan
kautemukan di sana, kalau kau kembali?"
"Tapi tak mungkin mereka mau membeli nyawa mereka dengan kudakuda,"
kata Boromir. "Mereka mencintai kuda-kuda itu, seperti keluarga mere ka
.sendiri. Dan bukan tanpa sebab, karena kuda-kuda Riddermark datang dari padangpadang
Utara, jauh dari Bayang-bayang. Dan seperti majikan mereka, kuda-kuda
itu adalah keturunan dari masa-masa merdeka di zaman dahulu kala."
"Memang benar!" kata Gandalf. "Dan ada satu di antara mereka yang mungkin
dilahirkan di pagi dunia. Kuda-kuda Kelompok Sembilan tak bisa menandinginya;
kuda ini tak kenal lelah, cepat bagai embusan angin. Mereka menyebutnya
Shadowfax. Di siang hari kulitnya berkilauan seperti perak, dan di malam hari


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia seperti bayangan; dia berlalu tanpa terlihat. Ringan sekali langkahnya! Belum
pernah ada orang yang menungganginya, tapi aku mengambilnya dan
menjinakkannya. Begitu cepat dia membawaku, hingga aku sampai di Shire ketika
Frodo berada di Barrow-downs, meski aku berangkat dari Rohan setelah dia
berangkat dari Hobbiton. "Namun kecemasan dalam diriku memuncak sementara. aku berkuda.
Semakin jauh ke Utara, aku mendengar kabar tentang para Penunggang itu,
dan meski semakin hari aku semakin mendekati mereka, mereka selalu berada di
depanku. Mereka membagi kelompok, kudengar: beberapa tetap di perbatasan
timur, tak jauh dari Greenway, dan beberapa menyusup ke dalam Shire dari
selatan. Aku datang ke Hobbiton dan Frodo sudah pergi; tapi aku sempat berbicara
dengan Gamgee tua. Banyak bicara, tapi sedikit yang bermakna. Dia banyak
membicarakan kekurangan para penghuni baru Bag End.
"'Aku tak bisa menerima perubahan,' katanya, 'tidak pada usiaku ini, dan
paling tidak bisa kalau perubahan itu ke arah yang buruk.' 'Perubahan ke arah
yang buruk,' sering diulanginya.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 281 "'Buruk adalah kata yang jelek,' kataku padanya, 'dan kuharap kau sudah tidak
hidup lagi untuk menyaksikannya.' Tapi di tengah percakapannya, aku
menyimpulkan bahwa akhirnya Frodo sudah meninggalkan Hobbiton kurang dari
seminggu sebelumnya, dan bahwa seorang penunggang kuda hitam datang ke
Bukit sore itu juga. Lalu aku meneruskan perjalanan dengan ketakutan. Aku datang
ke Buckland dan menemukannya dalam keadaan kacau, sesibuk sarang semut
yang diusik dengan tongkat. Aku datang ke rumah di Crickhollow, yang ternyata
sudah hancur dan kosong; tapi di ambang -pintu aku menemukan jubah yang
pernah menjadi milik Frodo. Untuk beberapa saat harapanku sirna, dan aku tidak
menunggu untuk mengumpulkan berita; kalau tidak, aku mungkin akan terhibur;
aku berjalan terus mengikuti jejak para Penunggang. Sulit dilacak, karena menuju
ke banyak arah, dan aku kebingungan. Tapi tampaknya satu atau dua sudah
berjalan menuju Bree; dan ke arah itulah aku pergi, karena aku memikirkan
kabarkabar yang mungkin sudah diberikan kepada pemilik penginapan.
"'Butterbur mereka memanggilnya,' pikirku. 'Kalau keterlambatan ini
kesalahannya, akan kulebur dia jadi mentega. Akan kupanggang si tua tolol itu di
atas api kecil.' Dia sudah menduga, rupanya, dan ketika melihatku dia jatuh
tengkurap dan langsung melebur di tempat itu juga."
"Apa yang kaulakukan padanya?" seru Frodo kaget. "ia sangat baik pada
kami, dan berusaha membantu sebisanya!"
Gandalf tertawa. "Jangan takut!" katanya. "Aku tidak menggigit, dan
gonggonganku hanya sedikit. Aku begitu gembira mendengar kabar yang
diberikannya saat dia berhenti gemetaran, sampai-sampai kupeluk si tua itu.
Bagaimana kejadiannya saat itu, aku tak bisa menebak, tapi aku diberitahu kau
berada di Bree malam sebelumnya, dan sudah berangkat pagi itu bersama Strider.
"'Strider!' teriakku, saking gembiranya.
"'Ya, Sir, aku khawatir begitu, Sir,' kata Butterbur, salah paham. "Dia menjerat
mereka, meski aku berusaha mencegah, dan mereka ikut dengannya. Sikap
mereka aneh sekali selama berada di sini: seolah sengaja begitu.'
"'Keledai! Tolol! Barliman yang budiman dan terhormat!' kataku. 'Ini berita
terbaik yang kudapat sejak pertengahan musim panas: ini berharga sedikitnya satu
lembar emas. Semoga bir-mu menjadi bir paling baik selama tujuh tahun!' kataku.
'Sekarang aku bisa tidur semalam, yang pertama sejak kapan aku sudah lupa.'
"Maka aku tinggal di sana malam itu, sambil bertanya-tanya dalam hati, apa
yang sudah terjadi dengan para Penunggang itu; karena baru dua yang terdengar
Halaman | 282 The Lord of The Rings kabarnya di Bree, rupanya. Tapi di malam hari kami mendengar lebih banyak.
Setidaknya lima datang dari barat, menjatuhkan gerbanggerbang dan melewati
Bree bagai raungan angin; penduduk Bree masih gemetar dan menunggu kiamat.
Aku bangun sebelum fajar, dan pergi menyusul mereka.
"Aku tidak tahu, tapi kelihatannya jelas bahwa inilah yang terjadi. Kapten
mereka bersembunyi di selatan Bree, sementara dua berjalan mendahului,
memasuki desa, dan empat lagi memasuki Shire. Tapi ketika mereka digagalkan di
Bree dan di Crickhollow, mereka kembali ke Kapten mereka dengan membawa
kabar, membiarkan Jalan tidak terjaga untuk sementara, kecuali oleh mata-mata
mereka. Lalu sang Kapten mengirimkan beberapa anak buahnya ke arah timur,
lurus melewati pedalaman, sementara dia sendiri berjalan bersama sisanya,
menelusuri Jalan dengan kemarahan besar.
"Aku berlari ke Weathertop bagai angin badai, dan sampai di sana sebelum
matahari terbenam, di hari kedua dari Bree - dan mereka sudah ada di sana
sebelum aku. Mereka menjauh dariku, karena merasakan amarahku,
dan mereka tidak berani menghadapinya sementara Matahari masih di langit.
Tapi mereka mengepungku di malam hari dan aku diserang di puncak bukit, di
lingkaran kuno Amon Sul. Aku benar-benar mendapat serangan hebat: cahaya dan
nyala api semacam itu pasti sudah lama tak terlihat di Weathertop, sejak menara
api perang di zaman dulu.
"Saat matahari terbit, aku lolos dan lari ke arah utara. Aku tak mungkin
berharap berbuat lebih dari itu. Sangat mustahil menemukanmu di belantara,
Frodo, dan akan sangat bodoh kalau aku mencobanya dengan Kelompok Sembilan
mengejarku. Maka aku terpaksa mempercayai Aragorn. Tapi aku berharap bisa
mengelabui beberapa dari mereka, dan tetap mencapai Rivendell sebelum kalian.
Empat penunggang memang mengikuti aku, tapi mereka berbalik setelah beberapa
saat, dan rupanya pergi ke Ford. Itu agak membantu, karena hanya ada lima,
bukan sembilan, ketika perkemahanmu diserang.
"Aku sampai di sini akhirnya, melalui jalan panjang dan sulit, mendaki
Hoarwell dan melewati Ettenmoors, dan turun dari utara. Hampir empat belas hari
kuhabiskan dari Weathertop, karena aku tak bisa mengendarai kuda di antara
bebatuan bangsa troll, dan Shadowfax meninggalkan aku. Aku mengirimnya
kembali ke majikannya, tapi di antara kami sudah terjalin persahabatan erat, dan
kalau aku membutuhkannya, dia akan datang memenuhi panggilanku. Tapi
begitulah, aku sampai di Rivendell hanya tiga hari sebelum Cincin itu datang,
dan kabar tentang bahaya yang. mengancamnya sudah dibawa ke sini yang ternyata
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 283 benar. "Begitulah, Frodo, akhir kisahku. Mudah-mudahan Elrond dan yang lain
memaafkan panjangnya. Tapi hal semacam ini belum pernah terjadi, bahwa
Gandalf tidak memenuhi janji untuk bertemu dan tidak datang pada waktu yang
telah dijanjikannya. Kurasa laporan tentang peristiwa yang begitu aneh perlu
diberikan pada pembawa Cincin.
"Nah, kisahnya sudah diceritakan sekarang, dari awal sampai akhir. Di sini kita
semua berada, juga Cincin itu. Tapi sedikit pun kita belum mendekati tujuan
kita. Apa yang mesti kita lakukan dengan Cincin itu?"
Sunyi sepi. Akhirnya Elrond berbicara lagi. "Berita tentang Saruman sangat
menyedihkan," katanya, "karena kami mempercayainya, dan dia memegang peran
sangat penting dalam semua dewan penasihat kami. Memang berbahaya
mempelajari terlalu mendalam seni keterampilan Musuh, entah demi kebaikan
ataupun kejahatan. Tapi kejatuhan dan pengkhianatan semacam itu sudah sering
terjadi sebelumnya, sayang sekali. Dan semua kisah yang kita dengar hari ini,
kisah Frodo yang paling aneh bagiku. Aku hanya kenal sedikit hobbit, kecuali
Bilbo; dan mungkin dia sebenarnya tidak begitu aneh dan khas seperti kukira dulu. Dunia
sudah banyak berubah sejak terakhir aku berada di jalan-jalan menuju ke barat.
"Hantu-hantu Barrow kita kenal dengan banyak sebutan; dan tentang Old
Forest banyak kisah sudah diceritakan: yang tertinggal sekarang hanya wilayah
terpencil dari bentangannya ke utara. Dulu seekor tupai bisa melompat dari pohon
ke pohon, mulai dari wilayah yang sekarang menjadi Shire, sampai ke Dunland di
sebelah barat Isengard. Di negeri-negeri itu dulu aku mengembara, dan banyak hal
liar dan aneh yang kukenal. Tapi aku sudah lupa tentang Bombadil, kalau dia
memang orang yang sama, yang dulu berjalan di hutan dan di bukit; saat itu pun
dia sudah lebih tua daripada yang paling tua. Kala itu namanya tidak begitu.
Kami memanggilnya Iarwain Benadar, yang tertua dan tak berayah. Tapi banyak nama
lain yang diberikan padanya oleh bangsa-bangsa lain sejak itu; Forn oleh bangsa
Kurcaci, Orald oleh Orang-Orang Utara, dan nama-nama lain di samping itu. Dia
makhluk aneh. Mungkin mestinya aku memanggilnya ke Rapat Akbar kita."
"Dia pasti tidak akan datang," kata Gandalf.
"Tak bisakah kita mengirimkan pesan kepadanya, dan meminta bantuannya?"
tanya Erestor. "Sepertinya dia punya kekuatan untuk mengendalikan Cincin itu."
"Tidak, menurutku bukan begitu," kata Gandalf. "Lebih tepat dikatakan bahwa
Cincin itu tak bisa menguasainya. Tom adalah majikan atas dirinya sendiri. Tapi
dia Halaman | 284 The Lord of The Rings tak bisa mengubah Cincin itu, tidak juga bisa mematahkan kekuasaannya terhadap
orang lain. Dan sekarang dia sudah tinggal terasing di suatu negeri kecil, dalam
batas-batas yang ditentukannya sendiri, meski tak ada yang bisa melihatnya,
mungkin menunggu perubahan masa, dan dia tak mau melangkah keluar dari
sana." "Tapi di dalam batas-batas itu kelihatannya tak ada yang menyulitkannya,"
kata Erestor. "Tidak maukah dia mengambil Cincin itu dan menyimpannya di sana,
agar tidak merusak selamanya?"
"Tidak," kata Gandalf, "tidak secara sukarela. Mungkin dia akan
Istana Durjana 2 Pendekar Kelana Sakti 11 Durjana Pemenggal Kepala Kisah Para Pendekar Pulau Es 19

Cari Blog Ini