Ceritasilat Novel Online

Romantic Story About Serena 1

A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha Bagian 1


A Romantic Story About Serena
Santhy Agatha situs baca secara online ini dibuat oleh Saiful .... admin http://ceritasilat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis
Racun Ceritasilat.... thank.
Sinopsis: "Dalam hidupnya, Impian Serena hanyalah ingin menjadi perempuan yang biasabiasa
saja. Dia ingin menikah dengan Rafi kekasihnya, membentuk keluarga kecil
yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya: bergandengan tangan di
usia senja, melangkah menuju matahari terbenam.
Tetapi ternyata apa yang dia inginkan meskipun sederhana, tidak semudah itu
menjadi kenyataan. Kecelakaan itu telah merenggut semua yang diimpikannya,
orang tuanya, merenggut rencana pernikahannya dengan Rafi yang kemudian
tak berdaya dan membuatnya harus berjuang sendirian, dan menghancurkan
semua mimpi-mimpinya yang sebelumnya terbungkus dalam rencana masa
depan yang telah tersusun rapi. Semuanya hancur.
Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah dia harus berhubungan dengan
Damian, seorang taipan kaya yang sombong, arogan, suka memaksakan
kehendak, dan... Punya obsesi seksual terpendam terhadap dirinya. Serena membutuhkan Damian
lebih demi menyelamatkan Rafi, sedangkan Damian membutuhkan Serena untuk
memuaskan hasrat obsesif yang terus menerus menyiksanya terhadap Serena.
Dua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan inipun dipertemukan
oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi
dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar
biasa sampai mereka bisa terbakar habis di dalamnya. Mereka menjalin
hubungan karena keterpaksaan, yang lama kelamaan menjadi hubungan saling
membutuhkan, saling merindukan dan saling memuaskan dan..... akhirnya
menyerah untuk saling mencintai.
Sampai kemudian tiba saatnya Serena harus memilih antara Hasratnya pada
Damian, lelaki arogan yang terus menerus menyakitinya tetapi berhasil
merenggut hatinya, atau cintanya kepada Rafi, lelaki yang baik, yang pernah
meninggalkannya untuk berjuang sendirian, tetapi tetap menjaga janjinya dalam
sebentuk cincin pertunangan di jari manisnya."
Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk
mengambil payung" Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya,
atau jika dia tak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus
payung itu. Apalagi Serena tahu bosnya itu sangat sibuk,
Gosip yang terdengar mengatakan Mr.Damian adalah workaholic sejati yang
menghabiskan waktu 20 jam sehari untuk bekerja.
Atau, kenapa tidak dia buang saja payung itu" Toh aku juga tak akan berani
menagihnya, pikir Serena sambil mengerutkan kening di dalam lift yang
mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO mereka. Ini kali kedua dia ke ruangan
ini, sungguh tak disangka, dua tahun bekerja disini dia hampir tak pernah
bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan
itu, tetapi sekarang, dua hari berturut-turut dia dipanggil menghadap Mr.
Damian. Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah.
Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu
menatap Serena dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa
pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke
sang CEO, padahal setahunya Mr.Damian hanya berkomunikasi dengan anggota
direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting
resmi perusahaan dan melalui seleksi janji temu yang rumit.
"Mr. Damian sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya sudah
menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan
anda langsung masuk", gumam sekertaris itu dingin.
*** Damian baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali
ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat
kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah
tadi pagi, menjelaskan alasan keterlambatan gadis itu.
kegirangan karena teleponnya, hingga seolah-olah tak
sampai terlambat. dia begitu terburu-buru menelpon atasan Serena Dan atasan Serena begitu peduli lagi kenapa Serena
Yah mungkin setidaknya gadis itu akan berterimakasih padaku,...atau malah
jengkel" Damian tersenyum sinis, menilik sifat gadis itu, sepertinya Serena akan
tambah jengkel dengannya.
Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian
personalia padanya, Damian termenung.
Gadis itu tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan
alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis
itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi,
'Saya tinggal sendirian', begitu ucapnya tadi. Apakah gadis itu benar-benar
sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di
kamar kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang
harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun"
Apakah dia sakit" Memikirkan kemungkinan itu, Dada Damian langsung merasa
nyeri, Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak, gadis itu sehat, kalau tidak dia
pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke
perusahaan ini. Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang, Damian
menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Damian rela
memberikan uang sebanyak yang Serena mau asal Serena mau melayaninya.
Ia sangat kaya, dan memiliki gadis seperti Serena yang benar-benar memacu
hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.
Lamunannya terhenti ketika intercom
Serena. berbunyi memberitahukan kedatangan
Damian menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti
mangsanya, Dia punya penawaran bagus, dan jika gadis itu seperti yang
diduganya, Serena pasti tak akan mampu menolaknya.
*** "Kata Pak Edwin anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang
tadi tertinggal", gumam Serena sopan ketika Damian mempersilahkannya duduk.
Damian tidak menjawab hingga Serena menatap Damian bingung, lelaki itu
sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi
pikirannya seolah tak ada di situ.
"Mr. Damian?", Lelaki itu mengerjap. "Oh! Payung" gumamnya seolah baru teringat akan hal itu, "ada di meja
sekertarisku, kau bisa memintanya padanya",
Lalu kenapa sang CEO ini, yang katanya
menghadapnya" Serena mengerutkan kening,
sangat sibuk menyuruhku Ketika Mr. Damian sepertinya tidak akan berkata apa-apa lagi, Serena segera
bangkit dari kursinya, "Kalau begitu saya akan segera mengambilnya, terimakasih sudah merepotkan
anda, permisi Mr. Damian", gumamnya setengah berbalik,
"Tunggu Serena",
Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Serena membalikkan
tubuh, Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan berdiri
berhadap-hadapan dengan Serena,
"Aku meralat ucapanku tadi pagi",gumamnya misterius.
Serena mengerutkan keningnya,
"Tentang...?" "Tentang kau bukan tipeku dan aku tidak mungkin tertarik padamu, sebenarnya
selama ini aku memperhatikanmu karena tak tahu kenapa, kau membuatku
sangat bergairah", Mulut Serena ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, pernyataan itu begitu
mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.
"Aku ingin kau menjadi kekasihku,...mmm...,bukan kekasih,...apa ya istilahnya di
Indonesia" Wanita simpanan?",
Damian tampak sangat bersemangat dengan tawarannya sehingga tidak
memperhatikan ekspresi shock Serena,
"Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, memuaskan aku", Suaranya menjadi
rendah dan merayu, "Dan kau tak perlu kuatir akan rugi, kau tahu aku kekasih
yang murah hati, aku akan membelikanmu apartemen mewah sehingga kau bisa
pindah dari tempat kost kecilmu itu, dengan begitu aku bisa leluasa
mengunjungimu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupanmu,
apapun yang kau inginkan akan kuberikan, mobil mewah, perhiasan mahal ,bajubaju
rancangan disainer terkenal, perawatan di salon terkemuka, aku tahu kau
menyukainya Serena karena gaya hidupmu sepertinya sangat mahal sampaisampai kau
harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin
kalau kau bisa menyenangkanku, hutangmu itu akan kulunasi. Bagaimana
Serena" Aku akan memenuhi semua permintaanmu dan kau hanya harus ada
saat aku membutuhkanmu",
Ketika Mr. Damian akhirnya mengakhiri pidatonya, Serena sudah begitu pucat
sampai tak bisa berkata-kata. Tawaran itu memang amat sangat menggoda,
apabila ditawarkan pada pelacur atau wanita yang tidak punya harga diri!!! tapi
lelaki itu menawarkan kepadanya?"! Kepadanya!! Berani-Beraninya lelaki itu!
Berani-beraninya dia merendahkannya sampai seperti ini!,
"Kenapa kau diam saja" Kau tak perlu sok malu-malu atau sok suci, aku tahu
wanita seperti apa kamu dibalik sikapmu yang sok menjunjung moralitas...."
PLAAAKKK!!! Tamparan itu begitu keras sampai kepala Damian terlempar ke belakang, suara
tamparan itu menggema di ruangan yang luas itu,
"Berani-beraninya anda!!,", napas Serena terengah-engah, "Berani-beraninya
anda menawarkan sesuatu yang begitu menjijikkan kepada saya!! Anda pikir
saya wanita macam apa?" Anda benar-benar sesuai dengan apa yang saya
pikirkan, lelaki tak bermoral, bejat, menjijikkan dan...", suara Serena terhenti
melihat ekspresi Damian. "Menjijikkan katamu?", jika tadi Damian tak marah karena tamparan Serena,
sekarang dia benar-benar marah,"jika menurutmu aku menjijikkan...",
Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih,
"Jika menurutmu aku menjijikkan..."
Entah bagaimana Serena mengetahui kapan kendali diri lelaki itu lepas, dengan
panik dan takut Serena setengah berlari menuju pintu,
Tapi terlambat, Damian bergerak secepat kilat menerjangnya, Serena berhasil
membuka pintu sedikit ketika dengan kasar Damian mendorongnya kembali
tertutup. Lelaki itu menghimpitnya dipintu, desah napas mereka bersahutan, yang satu
ketakutan, yang lain bergairah,
"Le.... lepaskan saya!!!, atau saya akan berteriak dan menuntut anda atas
pelecehan..." Damian tak peduli, lagipula ruangan itu kedap suara.
Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Serena, bibir Damian mencari-cari
bibir Serena, tubuhnya makin menekan Serena ke pintu,
Serena menggelengkan kepala menghindar dengan membabi buta hingga bibir
Damian hanya menempel di rahangnya, dia mencoba meronta melepaskan diri
tapi tubuh Damian menghimpitnya ke pintu dan tangannya mencengkeram
kedua tangan Serena di kiri dan kanan kepalanya.
Mereka bergulat beberapa saat, tetapi Damian tak mau menyerah dari
perlawanan Serena. Sampai kemudian ketika Serena membuka mulut untuk
berteriak, Damian memagut bibir itu.
Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka, Damian
melumat bibir Serena seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya sangat liar
dan lapar mengecap, melumat dan menikmati bibir Serena yang selembut madu.
Serena terpana merasakan ciuman yang sangat intim ini, yang baru pertama kali
dirasakannya. Dan hal itu memberi kesempatan Damian untuk mencium semakin
dalam, seluruh tubuhnya menempel ditubuh Serena, makin mendorong Serena
ke pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa bibir Serena, lidah
Damian mulai mencecap dan mencoba-coba mulai membelai masuk ke dalam
bibir Serena. Serena mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu!
Tapi Damian begitu lembut dan begitu lidahnya masuk ciumannya menjadi
makin bergairah,lidahnya menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan
manisnya mulut Serena, Damian mengerang dalam ciumannya, oh ya Tuhan
nikmat sekali! Erangnya dalam hati, dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan
roket, Gadis itu terasa begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan, sekujur
tubuh Damian menginginkan gadis itu, sangat menginginkannya! Tangannya
merayap naik dan menyelinap di antara jari Serena sehingga Jari-jari mereka
saling bertautan, Damian mencengkeramnya erat-erat seolah itu pegangannya
untuk hidup. Sejenak Serena merasakan matanya gelap, semua ini begitu aneh dan
mengejutkan, dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini...Ya
Tuhan , Rafi tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang ajar ini, Rafi...Ya
Tuhan!! Serena mengerahkan segenap kekuatan dan seluruh kendali dirinya untuk
melepaskan bibirnya dari pagutan Damian, Mulut Damian yang lapar masih
mencari-cari, masih memagutnya sekali lagi, Serena mendorongnya kuat kuat
hingga bibir mereka terlepas.
Suasana Ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan,
Serena bahkan tak tahu itu napas siapa. Damian masih mencengkeram kedua
tangannya di sisi kepalanya, Bibirnya begitu dekat dengan bibir Serena, hingga
napasnya yang panas menyatu dengan napas Serena. Mata Damian tampak
berkabut, tapi ketika menatap mata Serena sinarnya begitu tajam,
"Kau menikmatinya kan" Aku merasakan dari bibirmu yang melembut ketika
lidahku melumatmu, kau bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tubuhmu tak
bisa berbohong....",
Dengan tiba-tiba Serena mendorong Damian hingga mundur beberapa langkah,
ditatapnya Damian dengan mata marah menyala-nyala,
"Dasar bajingan!!, kau bermimpi kalau aku menginginkanmu, kau tak akan
pernah bisa menyentuh tubuhku lagi!!, kau begitu menjijikkan!!!"
Suara Serena semakin serak karena menahan tangis,...jangan..., jangan! Kau tak
boleh menangis Serena! Nanti dia akan semakin merendahkanmu! Desisnya
dalam hati. Damian memandang Serena dengan pandangan tajam merendahkan,
"Saat ini kau boleh menghina dan menolakku, tapi aku yakin, nanti kau akan
datang padaku, merangkak dan memohon agar aku mau menerimamu."
"Lebih baik aku mati!!"
Serena setengah berteriak ketika buru-buru melangkah keluar dan membanting
pintu di belakangnya. Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Serena yakin
saat itu penampilannya patut dipertanyakan, rambutnya kusut masai dan
mukanya merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
Tapi Serena tak peduli lagi, yang dia inginkan hanya menjauh secepatnya dari
tempat terkutuk itu! Dengan langkah berderap, Serena memasuki lift
meninggalkan ruangan itu.
*** Damian mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh,
karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa
menyebarkan gosip. Damian menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di
tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Damian tidak
merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.
Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Damian mengernyit, tidak begitu
menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli
di ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas
kendali.

A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu. Titik.
Masih mengernyit Damian menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Tapi jika gadis itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu" Seharusnya
gadis itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan. Apakah dia
salah" Dan apakah dia telah menyinggung gadis itu"
Tidak! Dengan cepat Damian menyingkirkan keragu-raguannya. Semua gadis
sama saja, Damian tidak pernah salah, Beri gadis-gadis itu kemewahan dan dia
akan takluk padamu. Mungkin tawarannya masih kurang bagi Serena, Damian mungkin harus
menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.
Atau mungkin, Serena hanya mencoba jual mahal. Wajah Damian menggelap
mengingat kata hinaan Serena barusan, Menjijikkan katanya ?"
"Lihat saja Serena, Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi
padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan
mempermalukanmu", sumpah Damian dalam hati.
*** Suasana hati Serena benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina,
kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk
dalam hatinya. Serena merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang
dilakukan Mr. Damian tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki
ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar
dengannya Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster Ana
menyongsongnya dengan wajah pucat pasi,
"Kemana saja kau nak"!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi
kau tak bisa dihubungi!"
Wajah Serena langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari
menelusuri lorong menuju kamar tempat Rafi dirawat.
Suster Ana tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.
Serena terpaku di depan ruangan Rafi dengan napas terengah-engah, dokter
dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi
Rafi, Suster ana tiba dibelakang Serena dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba
menenangkannya, "Dia sudah tidak apa-apa Serena, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami
serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi
tidak bisa dihubungi" Aku mencoba menghubungimu saat Rafi dalam kondisi
paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya",
Air mata mengalir di pipi Serena. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan
pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Rafi
kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Serena mulai lengah, melupakan bahwa
serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Rafi....
Serena memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia
tak berani membayangkan semua itu.
Suster Ana memeluknya menumpahkan air matanya. dengan penuh keibuan sementara Serena Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Serena makin
cemas, "Bagaimana kondisinya dokter?", suara Serena gemetar, ketakutan
Dokter itu menarik napas panjang
"Rafi pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan sampai
sekarang, tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami berusaha
memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi hal itu
berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya Serena",
"Mengoperasi ginjalnya?", Serena mengulang pernyataan dokter itu dengan
histeris, "Mengoperasi ginjalnya"! Ya Tuhan!!",
Tubuh Serena menjadi lunglai, untung suster Ana menyangganya, air mata
mengalir semakin deras dipipinya,
"Apakah... Apakah tidak ada cara lain ...?",
Dokter itu menarik napas prihatin,
"Rafi dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan apapun
tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi akan
lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu harus
dilakukan sesegera mungkin Serena"
Serena menarik napas dalam dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh
tekad, "Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Rafi selamat", suaranya mulai
gemetar, "Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk melakukan operasi
tersebut dok?", Seluruh tubuh Serena menegang, tangannya terkepal seolah olah menanti
hukuman. Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika
menjawab, "Untuk prosedur operasi ginjal dan perawatan atas kemungkinan terjadi
komplikasi lainnya, kau setidaknya harus memiliki Tiga ratus Juta, Serena",
*** Hujan turun lagi dengan derasnya, bahkan payung itupun tak bisa melindungi
dirinya dari percikan air hujan. Tapi Serena tak peduli.
Dimana Dia?"! Serena menatap sekeliling parkiran itu dengan panik, hari sudah gelap dan
hampir tidak ada orang di parkiran itu, apalagi hujan turun dengan begitu
derasnya sehingga tak akan ada orang yang begitu bodohnya berada diluar
ruangan. Kecuali dirinya sendiri tentunya
Ya Tuhan ... Dimana Dia?"!
Serena menatap mobil mercedes mewah yang masih terparkir di tempat parkir
direksi yang tak kalah mewah dengan atap yang luas dan posisi yang lebih tinggi
sehingga terlindung dari derasnya hujan.
Lelaki itu pasti belum pulang, mobilnya masih terparkir dan semua orang bilang
bahwa bos yang satu itu baru pulang setelah lewat jam 8 malam, dan lebih
malam lagi pada hari Jumat karena besoknya akhir pekan.
Sekarang hari jumat. Dan Serena menunggu dengan cemas, bagaimana jika lelaki itu sebenarnya
sudah pulang" Jika bukan hari ini, akal sehatnya akan kembali dan dia akan
kehilangan keberanian. Berbagai pikiran buruk berkelebat hingga Serena tidak memperhatikan derasnya
hujan yang mulai membasahi tempat-tempat yang tidak terlindung oleh payung
kecilnya, Lalu pintu lobby itu terbuka, dan sosok yang ditunggu-tunggu Serena melangkah
keluar. *** Seorang satpam membawa payung hitam besar dan memayunginya ketika
Damian melangkah menyeberangi jalan kecil yang membelah taman menuju
parkiran direksi, Hujan deras membuatnya tidak menyadari kehadiran Serena. Tetapi ketika jarak
mereka semakin dekat, Damian menyadari bahwa Serenalah yang berdiri dengan
payung mungil ditengah hujan menunggunya, dan mulutnya menegang,
"Wah, ada apa gerangan sampai anda menyempatkan diri menunggu saya
disini?", Sebenarnya Damian sangat geram, tetapi dia menahan diri karena kehadiran
satpam yang memayunginya.
"Ssaa...ssaya...ingin bicara dengan anda",
Damian mengernyit menyadari suara Serena yang gemetar dan wajahnya yang
pucat pasi, apakah gadis itu kedinginan " berapa lama gadis itu menunggunya di
luar sini" TIba-tiba dorongan posesif membuatnya ingin meraih gadis itu, memeluknya dan
menyalurkan kehangatan tubuhnya.
Damian melangkah ke bawah atap tempat parkir direksi yang menaunginya dari
hujan, lalu mengisyaratkan satpam itu untuk meninggalkan mereka.
Setelah Satpam itu jauh, Damian menatap Serena dengan gusar,
"Demi Tuhan!! tidak bisakah kau kemari berlindung di bawah atap ini" Payung
itu tak berguna, kau hampir basah kuyup!",
Sejenak Serena ragu, tapi Damian benar, tubuhnya mulai basah kuyup karena
hujan deras itu disertai tiupan angin kencang.
Dengan hati-hati, dia melangkah ke bawah atap yang sama dengan Damian.
Lelaki itu menatapnya kejengkelannya. tajam, sama sekali tidak menyembunyikan "Apa yang ingin kau bicarakan" Aku ada undangan makan malam, waktuku tak
banyak", gumamnya sombong.
Serena menatap Damian penuh tekad meski gemetaran,
"Sa...Saya menawarkan diri kepada anda, anda boleh memiliki saya semau
anda". Damian menyipitkan mata, menahan gumpalan kekecewaan yang menyeruak di
hatinya karena semudah dan secepat itu gadis ini menyerahkan diri kepadanya.
"Kau pikir aku masih berminat padamu?", gumamnya mengejek
Wajah Serena pucat pasi, kata-kata Damian bagaikan menamparnya keras. tapi
dia bertahan, Demi Rafi, tekadnya dalam hati
"Anda boleh memiliki saya sepenuhnya, saya hanya meminta pembayaran di
muka, setelah itu saya tak akan meminta apa-apa lagi",
"Memangnya kau terlibat hutang judi atau apa?"!",
Damian membentak keras, gusar karena sikap penuh tekad Serena, dan gusar
atas godaan dalam dirinya yang tak tertahankan untuk langsung menerima
tawaran gadis itu. Tapi ketika melihat Serena hampir terlonjak kaget karena
bentakannya, spontan Damian melembut,
"Oke, Berapa?" Serena mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan tiba-tiba itu
Damian mendesah tak sabar,
"Cepat katakan berapa kau menjual dirimu, lalu aku akan menawar sebelum
mencapai kesepakatan", dengan sengaja dia melirik jam tangannya seolah tak
tertarik, "aku tak punya banyak waktu untukmu"
Serena menelan ludah, "Ti..Tiga ratus...juta.."
"Apa?", Damian membelalakkan mata tak percaya.
"Tiga ratus juta", kali ini Serena berhasil terdengar mantap.
Damian mengernyit jijik, "Kau bercanda"! Kau pikir kau pantas dihargai semahal itu?"!",
"I..itu pembayaran lunas sepenuhnya, setelah itu anda memiliki saya dan saya
tak akan meminta apapun lagi"
"Kau pikir aku bodoh atau apa?", desis Damian, "Bagaimana aku bisa tahu kau
tak akan mangkir dari perjanjian ini" Bagaimanapun melakukan pembayaran di
muka itu beresiko" "Kalau begitu anda bisa membuat surat perjanjian yang sah secara hukum untuk
mengatur perjanjian ini",
Serena mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan gugup, mulai merasa tidak
nyaman dengan situasi ini, mereka mengobrolkan penjualan harga dirinya seolah
olah mengobrolkan penjualan barang.
Damian terdiam, tampak menimang-nimang usulan Serena, lalu wajahnya
mengeras, "Tidak, ini konyol, aku sudah tak tertarik, lagipula...", ia memandang Serena
dengan tatapan menghina, "Baru tadi siang kau menolakku mentah-mentah dan
aku berkata kau pasti akan merangkak memintaku menerimamu, sekarang kau
hampir bisa disebut merangkak padaku dalam waktu kurang dari 24 jam",
Damian hendak membalikkan badan meninggalkan Serena,
"Lupakan saja, gadis yang terlalu murahan memadamkan gairahku"
Serena langsung panik melihat Damian membalikkan tubuh mengarah ke
mobilnya, Tidak!! Oh Tidak !! Laki-laki itu tak boleh menolaknya!! Dialah
satusatunya harapan Serena untuk menyelamatkan nyawa Rafi!!
Dengan setengah histeris, Serena melakukan tindakan yang pasti akan ditentang
akal sehatnya jika dia dalam keadaan tak terdesak,
Ditariknya lengan Damian, dan ketika lelaki itu menoleh dengan marah, Serena
berjinjit, merangkul kepala Damian dan mencium bibirnya!
Tubuh Damian kaku dengan rasa terkejut dan luar biasa, gadis itu dengan bibir
yang lembut mencoba menciumnya dengan membabi-buta, jelas-jelas sangat
tidak berpengalaman dan tanpa teknik ciuman yang memadai, tapi tetap saja
gairah Damian langsung meledak tak terkendali.
Dengan kasar dirangkulnya pinggang Serena, setengah mengangkatnya agar
merapat ke tubuhnya dan diciumnya bibir gadis itu habis-habisan.
Ciuman Damian sangat ganas dan penuh gairah, dan gadis itu meskipun
bersusah payah, berusaha mengimbanginya. Tubuh Damian menegang dan
terasa nyeri, begitu menginginkan Serena. Dengan erangan yang parau, dia
memperdalam ciumannya. Entah berapa lama mereka berciuman di tempat parkir dengan diiringi derasnya
hujan. Damian benar-benar hanyut dalam kenikmatan dan dia menyadari kalau
dia tak akan bisa menolak gadis ini.
Damian baru melepaskan ciumannya ketika menyadari napas Serena yang mulai
megap-megap. Mereka berdiri dengan rapat dan Damian masih memeluk pinggang Serena,
setengah mengangkat Serena, tangan gadis itu berpegangan pada pundaknya
seolah-olah takut terjatuh.
Damian menatap Serena tajam, bibir gadis itu agak bengkak karena tekanan
ciumannya yang panas dan habis-habisan, bibirnya pasti juga seperti itu karena
rasa panas di bibirnya belum juga hilang,
Well cium saja aku dan aku akan terbakar, geram Damian dalam hati,
Dengan kaku diturunkannya pinggang Serena, lalu dilepaskan pegangannya,
"Baik, aku akan membayarmu, besok pagi kau akan mendapatkan uang itu
beserta surat perjanjian yang harus kau tandatangani",
Damian menatap Serena geram, lalu membalikkan tubuhnya menuju mobilnya,
"Masuk ke mobil! malam ini aku akan mencoba barang yang sudah kubeli".
*** Serena melirik Damian agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya
ke areal hotel berbintang lima. Lelaki itu sama sekali tak mengajaknya bicara.
Dia menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan
marah. Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan
kemarahannya" Tadi siang dia sudah menghina lelaki itu dan dia menyadari bahwa ego seorang
lelaki sangat mudah terluka. Dia ketakutan kalau Damian akan melampiaskan
kemarahannya dengan kasar, dia tidak pernah disentuh lelaki sebelumnya selain
ciuman dan pelukan dari Rafi yang tidak pernah melebihi batas.
Apakah dia harus memberitahu Damian kalau dia masih perawan" Lelaki itu dari
awal sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika...
Serena terlonjak ketika pintu terbuka, ternyata Damian sudah keluar dari mobil
dan membukakan pintu penumpang,
Lelaki itu mengernyit ketika melihat wajah Serena yang pucat pasi,
"Ayo", gumamnya kaku, dan meraih tangan Serena untuk membantunya keluar
dari mobil. Setelah Damian menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk
diparkir, mereka berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah.
Resepsionis hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar
yang dipilih Damian, Bahkan di dalam liftpun mereka lewati dengan keheningan.
Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Serena terpaku sambil
terkagum-kagum akan keindahan interiornya.
Damian hanya berdiri di sana menatapnya,
"Kau pasti belum makan, aku akan memesan makan malam di kamar", lalu lelaki
itu melirik Serena dengan sinis, "sementara itu, kupersilahkan kau mandi duluan,
badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat"
"Ta...tapi, saya tidak membawa baju..."
Damian sengaja menatap Serena dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan
begitu intens sehingga wajah Serena merah padam.
"Aku akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan


A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diantarkan kemari. Bajumu yang basah letakkan ditempat yang disediakan di
kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry, sementara
itu....", Damian sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti, "malam ini kau tak
perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya",
Kalau wajah Serena bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa
malunya dia dengan kata-kata vulgar Damian.
Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Serena
setengah berlari menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Serena merasa sedikit aman, disandarkannya
punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal. Dia takut
pada Damian, lelaki itu seperti seekor singa yang menemukan domba lemah, lalu
memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.
Serena melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih
dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas,
Setelah selesai mencuci rambutnya, Serena menyandarkan kepalanya di tembok
dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat.
Dia takut menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Rafi, air matanya
menetes, mengalir bersama siraman shower,
Maafkan aku Rafi, setelah ini mungkin aku akan menjadi wanita kotor dan tak
pantas untukmu, tapi hatiku tetap milikmu.
*** Ketika selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Serena memandang
bayangan dirinya dicermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak
pucat lagi, sudah ada rona merah disana setelah mandi air hangat.
Ketukan di pintu hampir membuat tubuh Serena melonjak,
"Kau lama sekali, apa kau baik-baik saja disana?", tanya Damian tak sabar,
"Yyaaa...sebentar lagi saya selesai", Serena menjawab sambil mengedarkan
pandangan ke sekeliling, Apakah aku harus keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang?"
Matanya menatap tumpukan baju kotornya memikirkan kemungkinan
mengenakan bajunya lagi, dan membayangkan mengenakan baju yang hampir
basah kuyup itu membuatnya begidik.
Senyumnya muncul ketika menemukan tumpukan handuk berwarna biru tua di
lemari samping wastafel, dan dia beruntung, bukan hanya handuk, tapi dia
menemukan sepasang jubah mandi dengan warna yang sama. Yang satu
berukuran besar dan yang satu berukuran kecil.
Dikenakannya jubah mandi ukuran kecil yang masih kebesaran ditubuhnya
sambil mengernyit, bahkan perlengkapan kamar mandi ini seperti sengaja
ditujukan untuk pasangan, sepasang jubah mandi, sepasang sikat gigi, dan
sepasang handuk. Ditatapnya bayangannya di cermin, wah lumayan, lebih dari lumayan malah,
jubah itu menutup rapat dadanya dan karena kebesaran, panjangnya hampir
mencapai mata kaki, dia kelihatan cukup sopan meski sebenarnya tidak
mengenakan apa-apa lagi di balik jubah mandinya.
Ketika Serena keluar dari kamar mandi, Damian sedang memberikan instruksi
pada pelayan hotel yang menata makan malam di meja. Lelaki itu hanya
mengangkat alis melihat akal Serena memakai jubah mandi,lalu memberikan tips
pada pelayan sebelum dia pergi.
"Duduklah, makan dulu",
Gumam Damian mulai santai sambil menunjuk kursi di depannya,
Serena duduk dengan gugup di kursi dan menatap makanan yang tersaji di
meja. Air liurnya langsung terbit melihat sajian yang kelihatannya lezat itu,
ada sup krim yang sangat panas yang pasti rasanya sangat nikmat untuk orang yang
habis basah kuyup kehujanan, lalu daging panggang dengan bumbu keju dan
saus yang sangat menggunggah selera, salad buah-buahan dan cokelat panas
yang pasti untuknya, karena Damian sudah menyesap kopinya.
Lelaki itu dengan penuh perhatian menuangkan sup di mangkuk dan
menyodorkannya pada Serena.
Serena menatap Damian ragu, dan untuk pertama kalinya hari itu, Damian
tersenyum lembut padanya,
"Ayo makan, aku tahu kau lapar, aku sendiri lapar sekali."
Mereka mulai makan dalam keheningan, dari sudut matanya, Serena dengan
hati-hati melirik Damian dan menyadari lelaki itu mulai santai, jasnya sudah
dilepas dan kancing kemejanya dibuka dua dengan dasi yang sudah dibuka
ikatannya.meskipun begitu, cara makannya sangat elegan hingga membuat
Serena malu. "Serena?", Suara itu menembus lamunannya dengan keras hingga membuat Serena hampir
melonjak karena terkejut.
Matanya mengerjap menatap Damian,
"a...apa?" "Kau hanya mengaduk-aduk supmu, apa tidak enak?"
Dengan terburu-buru Serena menyuap sesendok sup dan menelannya,
"Ti..tidak, ssayaa hanya sedang berpikir"
Damian tersenyum, lalu sekali lagi menatap jubah tidur Serena,
"Pintar sekali kau memakai jubah itu, jadi kau tak perlu tampil telanjang di
depanku" Komentar yang diucapkan dengan santai itu hampir saja membuat Serena
tersedak, pipinya langsung merona merah.
Damian menyesap kopinya sambil tetap memandang Serena, lalu meletakkan
cangkirnya, "Oke, giliranku mandi, makanlah sepuasmu,lalu taruh saja disitu aku akan
menelpon pelayan untuk membereskannya 30 menit lagi",
Dengan santai lelaki itu melenggang ke dalam kamar mandi,
Setelah menyesap cokelatnya, Serena tidak tahu harus mengerjakan apa lagi,
jadi dia duduk di pinggir ranjang dan menyalakan televisi,
Beberapa saat kemudian pelayan datang dengan sopan dan membereskan
makanan mereka. Serena hanya terdiam agak malu karena menyadari
keadaannya yang hanya mengenakan jubah mandi.
Detik-detik berlalu dan terasa begitu mencekam bagi Serena, sangat kontras
dengan Damian yang sedang di kamar mandi, lelaki itu mandi dengan santai,
bahkan Serena mendengar lelaki itu bersenandung di shower.
Ketika Lelaki itu keluar dari kamar mandi, Serena sudah hampir tertidur di atas
ranjang, pertarungan batin yang bertubi-tubi sudah membuat jiwa dan raganya
kelelahan, sehingga berdiam diri berbaring di atas ranjang yang nyaman itu
membuatnya merasa sangat mengantuk.
Damian mengernyit sambil mengencangkan tali jubah mandinya, ditatapnya
Serena yang berbaring miring membelakanginya dengan posisi meringkuk seperti
janin di dalam kandungan, pemandangan itu membuat hatinya terasa sakit,
entah kenapa, seperti ada dorongan untuk merengkuh gadis itu dan melawan
seluruh dunia demi dirinya.
Kernyitan Damian semakin dalam, tidak pernah dia merasa seperti itu
sebelumnya pada seorang perempuan, gadis ini telah membangkitkan semacam
hasrat liar yang selama ini tersembunyi rapat-rapat dalam jiwa Damian, dan
bukan hanya hasrat tapi dibarengi oleh rasa obsesif dan posesif yang mendalam.
Tidak!! geram Damian dalam hati, hasrat ini tidak boleh sampai membuat dirinya
lemah, dia harus menunjukkan siapa yang berkuasa.
Dengan pelan Damian naik ke ranjang dibelakang Serena yang
memunggunginya, lalu diraihnya pundak Serena, gadis itu terperanjat karena
dibangunkan dari kondisi tidur-tidur ayamnya, dengan mata yang masih sayu
setengah tidur ditatapnya Damian.
Damian melihat sekelumit ketakutan didalam mata itu, dan dengan sedikit kasar
dibaliknya tubuh Serena menghadap dirinya,
"Aku membayar kamar di hotel ini bukan hanya untuk tidur", geramnya parau
lalu dikecupnya bibir Serena,
Dan......meledaklah, Damian merasa hasrat langsung membakar tubuhnya
sekaligus, menghanguskannya, sejenak dia merasa ragu melampiaskan
hasratnya seratus persen karena dirinya cenderung kasar ketika sangat
berhasrat, tapi mengingat bagaimana Serena menawarkan diri padanya hanya
demi uang dan goresan rasa kecewa yang nyeri di hatinya karenanya membuat
Damian tak peduli lagi, toh gadis ini pasti sudah berpengalaman dan mungkin
sudah lebih dari sekali dia menjual dirinya demi uang. Tapi benarkah gadis itu
sudah berpengalaman"
Damian teringat ciuman Serena yang tanpa teknik memadai di tempat parkir
tadi. Tidak!! putusnya dalam hati, mungkin gadis itu hanya tidak pandai
berciuman, Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur!!.
*** Serena masih terkejut ketika tiba-tiba saja tubuhnya dibalik dan dicium
habishabisan, dia masih setengah tertidur tadi dan benar-benar tak berdaya,
Damian sudah melampiaskan hasratnya tanpa ditahan-tahan, ciuman-ciumannya tanpa
jeda seolah-olah lelaki itu tak tahan sedetikpun tidak berciuman dengannya.
Ketika Damian mengangkat kepalanya, matanya berkabut, pupil matanya
membesar terlihat kontras dengan iris matanya yang berubah menjadi biru
pucat, "aku ingin bercinta, aku ingin memasukimu...Ah kau tidak tahu betapa aku...",
suara Damian tersengal, lalu melumat bibir Serena lagi dengan membabi buta,
Kata-kata vulgar Damian itu membuat pipi Serena merona malu. Tidak
terbayangkan, dia, perempuan yang tidak pernah intim dengan lelaki manapun,
sekarang terbaring dengan jubah mandi yang sudah acak-acakan, ditindih oleh
lelaki yang mungkin sampai beberapa hari yang lalu tidak dikenalnya dengan
baik. Tangan Damian menelusup di balik jubah mandinya, menemukan payudaranya
yang hangat dan lembut, lalu meremasnya. Sedikit terlalu bergairah sehingga
Serena mengerang. Damian menghentikan gerakannya, lalu menatap Serena lembut,
"Sakitkah?", bisiknya parau
Serena terpaku, suaranya seakan tertelan di tenggorokan, bagaimana dia harus
menjawabnya" Tetapi Damian tidak memerlukan jawaban, lelaki itu tersenyum, lalu
menggerakkan tangannya lagi menyentuh payudara Serena, dengan ahli dia
menyingkirkan jubah mandi Serena yang menghalangi, dan menemukan
keindahan ranum di baliknya,
"Oh Indahnya", bisik Damian serak, membiarkan Serena memalingkan muka
dengan malu dibawah tatapan tajam dan memuja lelaki itu.
Lalu bibir Damian yang panas menelungkupi puting payudaranya, lidahnya
bermain di sana terasa panas, membakar seluruh tubuh Serena, membuatnya
terpaksa merintih. Bingung dengan gejolak yang menyebar di seluruh tubuhnya.
Damian begitu ahli sedang Serena sama sekali tidak berpengalaman, dan lelaki
itu tampaknya tidak merasa perlu menahan dirinya.
Entah kapan, mereka sudah telanjang bersama di atas tempat tidur itu, Tubuh
Damian yang keras, melingkupi tubuh Serena yang mungil di bawahnya,
menggodanya, menggeseknya dengan kekuatannya, membawa gairah Serena
makin naik, sedikit demi sedikit ke puncaknya.
Kemudian Serena merasakan kejantanan Damian, yang tidak terhalang apapun
menyentuh pusat dirinya. Pelan, tapi membuatnya terkesiap. Serena membuka
matanya yang terpejam, menatap Damian di atasnya. Lelaki itu menatapnya
dengan tajam, matanya berkabut, napasnya terengah, dan sejumput rambut
tampak jatuh di dahinya, membuatnya tampak begitu liar.
"Ah, ya manis...Kau pasti akan sangat menyukainya", geram Damian pelan, lalu
mulai mendorong, menekan dan menyentuh Serena, "Kau sudah siap", erang
Damian, "Kau sudah basah dan panas, siap untuk diriku..."
Jantung Serena berdegup kencang, beriringan dengan detak jantung Damian
yang bahkan lebih parah. Dengan perlahan, Serena memejamkan matanya,
melepaskan hatinya, Demi kamu Rafi, bisiknya dalam hati bagaikan mantra yang
menyelamatkan jiwanya. Ini adalah sensasi baru bagi Serena, merasakan kejantanan seorang lelaki yang
mencoba memasukinya, menyatu dengannya. Rasanya panas dan membuat
seluruh saraf ditubuhnya menggila, membuatnya begitu sensitif oleh kebutuhan
yang sampai saat ini tidak pernah diketahuinya, kebutuhan untuk mencapai
puncak. Hingga rasa sakit yang menyengat tiba-tiba menyentakkannya ke alam sadar,
Serena mengerang kesakitan, tubuhnya mengejang, dengan panik
dicengkeramnya pundak Damian dan menggeleng-gelengkan kepala ketakutan
atas usaha Damian untuk menyatu semakin dalam dengannya.
*** Dan ketika merasakan sesuatu yang menghalanginya, mendengar erangan
Serena yang jelas-jelas kesakitan serta pandangan ketakutan yang membayangi
mata Serena, Damian sadar bahwa semua prasangkanya itu salah, meski tetap
tak bisa menjelaskan kenapa Serena dengan mudahnya menjual dirinya, tapi ini
sudah menunjukkan bahwa Serena bukan wanita gampangan, Damian adalah
lelaki pertamanya. Menyadari kesakitan yang mendera Serena, Damian mengalihkan perhatian
Serena denga cumbuannya dengan segenap keahliannya, rasa senang tak
tertahankan membanjiri pikirannya ketika menyadari dirinya adalah lelaki
pertama gadis itu. Diciumnya bibir Serena dengan lembut, bibir ranum yang sekarang menjadi
miliknya. Napas Serena terengah-engah dan Damian melihat di matanya, ada
ketakutan dan kesakitan. Damian tidak pernah bercinta dengan perawan
sebelumnya, dia tidak tahu seperti apa rasa sakitnya, dia tidak mengerti
bagaimana meredakannya. Tetapi Damian tidak suka melihat rasa sakit itu
mendera di mata Serena, "Sssh...Sayang, aku tidak bermaksud menyakitimu", Dengan lembut Damian
menelusurkan tangannya di sisi tubuh Serena, lalu berhenti di pinggul Serena,
menahan pinggangnya yang sedikit meronta, mencegah tubuh mereka yang
sudah setengah menyatu supaya tidak terpisah, "Mungkin akan sedikit sakit tapi
semua akan baik, tubuhmu akan menerimaku seutuhnya...", Suara Damian
terhenti ketika dia mendorong dengan kuat, menembus batas keperawanan
Serena dan menyatukan tubuhnya sepenuhnya dengan Serena.
Serena berteriak kencang merasakan pedih yang amat sangat ketika Damian
menembusnya, jemarinya tanpa sadar mencengkeram pundak Damian dengan
keras. Tetapi Damian tidak berhenti karena dia sadar kalau dia berhenti dia akan
menyakiti Serena. Dengan perlahan, Damian menggerakkan tubuhnya. Oh Tuhan
! Sekujur tubuhnya terasa nyeri menahan diri. Serena terlalu rapat, terlalu
basah, terlalu panas, mencengkeram tubuhnya di bawah sana. Dia hampir-hampir tidak
tahan dan dorongan untuk memuaskan diri dengan brutal di tubuh Serena
semakin menyiksa. Tetapi Damian sadar, ini pengalaman pertama bagi Serena, dia harus
membuatnya seindah mungkin, dia tidak boleh menyakiti Serena. Karena itu
sambil menggertakkan diri menahan gairahnya, Damian mencoba bergerak
selembut mungkin, menarik tubuhnya pelan dari balutan sutra basah dan panas
itu, untuk kemudian menghujamkannya lembut. Lagi dan lagi.
Lalu ketika desah napas Serena menjadi pendek-pendek serta pegangannya
pada pundak Damian makin kencang, Damian sadar, dia telah membuat Serena
mencapai orgasme pertamanya. Pemandangan ekspresi wajah Serena saat itu
sungguh tak tergantikan, mendorongnya terlempar menuju puncak kepuasan
yang sangat tinggi, sangat tak tertahankan seolah-olah dunia melededak
dibawahnya. Dan Damian benar-benar meledak di dalam tubuh Serena.
Orgasme ini terasa begitu dasyat, sebuah pelepasan dari akumulasi gejolak yang
ditahannya selama ini. Kenikmatan yang luar biasa ini membuat Damian merasa
sedikit sesak napas,seolah olah dia terhanyut dalam pusaran gairah yang tak
tertahankan terus menerus menghantamnya tanpa henti,erangan parau keluar
dari bibirnya ketika dia menenggelamkan wajahnya dalam-dalam di sisi leher
Serena. Ketika usai, mereka berbaring berpelukan sambil berusaha menormalkan
napasnya. "Wow" hanya itu yang terlintas dipikiran Damian, dan dia tak sadar telah
mengucapkannya keras setelah menyadari rona merah yang merayap di leher
Serena. Dengan lembut dikecupnya leher Serena,,,diangkatnya kepalanya, dan mereka
bertatapan, mata biru yang tajam,yang agak berkabut setelah mencapai
orgasme terhebat sepanjang eksistensi kehidupannya bertemu dengan mata
hitam yang berkaca-kaca. "Apakah kau...", Damian berdehem
parau,"apakah kau baik-baik saja?"


A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika menyadari suaranya sangat Serena tampak tidak tahan ditatap dengan sedemikian intens apalagi dalam
posisi yang sangat intim, dipalingkannya kepalanya setelah mengangguk
pelan.Damian menarik napas pelan, kemudian dengan hati-hati, sangat berhatihati,
dia mengangkat tubuhnya dari atas Serena dan bergeser ke samping,
menyadari kernyitan tidak nyaman di wajah Serena ketika dia menarik diri.
Tanpa sadar Damian bersikap begitu lembut, sikap yang tidak pernah
ditunjukkannya ketika usai bercinta dengan wanita-wanita yang lain.
Direngkuhnya tubuh mungil Serena, diletakkannya kepalanya di lengannya, gadis
itu tampak pasrah, mungkin sudah terlalu lelah, kasihan, kasihan Serenanya
yang masih suci. Ternyata selama ini dia salah paham, gadis ini benar-benar
masih suci. Kepuasan seksual yang luar biasa masih mempengaruhi pikirannya yang
berkabut, tangannya dengan santai mengelus punggung Serena yang bergelung
dipelukannya, sampai lama kemudian disadarinya pundak Serena berubah santai
dan napasnya mulai teratur pelan. Gadis itu tertidur. Damian mengatur posisinya
dengan lebih nyaman. tak pernah sebelumnya dia seintim ini setelah bercinta,
gadis ini benar-benar mempengaruhinya...
*** Serena merasakan seluruh tubuhnya sakit dan pegal. Dengan mengerutkan dahi
dia mencoba menggerakkan badannya. Oh...memang pegal sekali rasanya, pelan
pelan dibukanya matanya, cahaya kamar masih tampak redup, suasana kamar
terasa sejuk dan menyenangkan,
"Selamat pagi" Sapaan itu begitu mengejutkan, menembus kesadarannya yang masih berkabut,
hingga badan Serena terlonjak duduk,lalu selimutnya turun sampai ke pinggang
dan barulah Serena menyadari kalau dia telanjang. Dengan gugup ditariknya
selimut menutup dadanya. Matanya langsung bertatapan dengan Damian yang
duduk disofa,tepat dihadapannya. Sedikit senyum tersirat di sana melihat
kegugupan Serena. Sekali lagi Serena benar-benar malu, Damian sudah tampil sangat rapi dan
elegan dengan pakaian santai dan sedang menyesap kopi sambil membaca
koran paginya, penampilannya benar-benar sempurna di pagi hari, sedangkan
Serena....Astaga, jam berapakah ini"
"Ini masih pagi sekali, masih gelap, tadi aku bangun dan memutuskan mandi air
dingin, kalau tidak aku tidak akan bisa menahan diri untuk membangunkanmu
dan bercinta lagi denganmu",
Suara lelaki itu datar seperti sedang membicarakan acara televisi favoritnya,
tak dipedulikannya wajah Serena yang memerah.
"Bukannya aku tidak bisa, tapi sepertinya aku harus menghormati virginitasmu
yang baru hilang", Tatapan Damian berubah tajam, seperti yang selalu dilakukannya di saat
meeting di saat dia membuat lawan-lawan bisnisnya mengekeret ketakutan.
"Kenapa kau yang masih perawan itu bisa dengan mudahnya menjual diri
padaku" Apa tujuanmu sebenarnya"
Tanya Damian tanpa ampun.
Serena duduk disana dalam kondisi paling tidak siap dan Damian melemparkan
pertanyaan paling sulit untuk di jawab, apakah laki-laki itu sengaja"
Tentu saja Damian sengaja! Seru Serena dalam hati, lelaki seperti dia tak akan
sesukses ini dalam bisnis jika tidak tahu cara menyerang lawannya di titik
lemah. Sekarang dia harus menjawab apa" Serena benar-benar kebingungan. Kalau dia
menceritakan seluruh kisahnya, akankah Damian percaya" Lagipula dia tidak
ingin melibatkan Rafi disini, jangan sampai Damian tahu tentang Rafinya, dia
harus melindungi Rafi dari lelaki kejam seperti Damian, siapa yang tahu apa
yang akan dilakukan Damian kepada Rafi hanya untuk memerasnya nanti"
Dengan tegar Serena menegakkan dagunya,
"Saya rasa alasan saya melakukan ini bukan urusan anda, yang penting saya
tidak akan merugikan diri anda."
Rahang Damian mengeras mendengar jawaban Serena tadi. Sejenak tadi dia
merasa Serena patut diberi kesempatan, mungkin saja Serena melakukan itu
untuk membiayai saudaranya atau apa, Tetapi ternyata dia salah, bodohnya dia,
wanita dimanapun sama saja.
Serena mungkin hanya menunggu kesempatan untuk menjual keperawanannya
dengan harga mahal, bukan bermaksud menjaganya. Bodohnya dia sempat
berpikir untuk mempercayai gadis itu.
"Oke, bussiness is bussiness, aku tidak akan bertanya lagi tentang tujuanmu,
asal jangan sampai kau merugikanku...", mata Damian menyipit kejam, "kalau
kau berani berani melakukannya, aku akan membuatmu menderita."
Serena tanpa sadar beringsut menjauh, ketakutan dengan nada suara dan
tatapan kejam Damian. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdiri dari duduknya setelah membanting gelas
kopinya di meja, Serena menatap lelaki itu dengan cemas, apa yang salah dari ucapannya"
Kenapa lelaki itu tampak begitu marah padanya"
Damian melirik jam tangannya,
"Aku sudah membuat janji dengan pengacaraku tiga jam lagi, akan kubuat
kontrak hitam di atas putih atas perjanjian jual beli kita ini, dan selama aku
menunggu jam itu.....",
Mata Damian menelusuri tubuh Serena yang berusaha menutupinya dengan
selimut. Tatapan matanya sangat melecehkan.
"Well kurasa sudah cukup kan penghormatanku atas virginitasmu?"
Lalu Damian naik ke ranjang dan merenggut tubuh Serena. Membawanya ke
tempat tidur bersamanya. Kali ini tidak ada kelembutan. Lelaki itu tidak
menahan-nahan diri lagi. Dan dia sudah siap. Dengan kasar dibukannya paha
Serena dan tanpa basa basi dia menyatukan tubuhnya dengan Serena, yang
entah kenapa sudah siap menerimanya.
Damian menyatukan tubuhnya dalam-dalam, sebuah erangan nikmat lolos dari
mulutnya ketika dia merasakan kenikmatan yang menyengat, lelaki itu menatap
Serena, antara bingung dan marah tercampur di dalam matanya,
"Kau...Sungguh membuatku tergila-gila", Erangnya kasar sebelum bergerak
dengan begitu ahlinya, membawa Serena menuju puncak kenikmatan.
*** Serena menatap tubuh telanjangnya di cermin, air panas mengalir dari pancuran
menimpa tubuhnya, kamar mandi itu beruap, sehingga bayangan tubuhnya
terpantul samar-samar di cermin.
Tadi Damian tidak lembut, well meskipun tidak sampai menyakitinya, tetapi lelaki
itu berbeda dari semalam, gairahnya liar dan tidak ditahan-tahan lagi,
meluapluap seolah olah sudah bertahun-tahun laki-laki itu tidak melampiaskan
hasratnya. Tapi itu tidak mungkin kan" Serena tanpa sengaja mengerutkan dahinya,
Damian terkenal suka gonta ganti perempuan, parempuan yang dipacarinya
selalu setipe, cantik bagaikan boneka, langsing, dari kelas atas dan terkenal,
entah itu model, artis dan kebanyakan orang luar. Semua wanita itu rela
menyerahkan dirinya pada Damian dengan sukarela.
Desas desus berkembang bahwa Damian kekasih yang sangat bergairah dan
murah hati, tetapi tidak tanggung-tanggung mendepak pasangannya dengan
kejam, karena dia tak pernah memakai hati dalam berhubungan.
Kekasih terakhir Damian, yang kemarin baru digandengya dalam acara
pernikahan seorang anak direksi adalah artis film yang sedang naik daun,
keturunan indo Jerman yang sangat cantik bernama Shanon, tubuhnya tinggi
langsing semampai dengan rambut cokelat bergelombang yang sangat halus
bagaikan sutera,kulitnyapun tak kalah halusnya sepertu buah peach dan dia
tampak sangat serasi, bergelayut manja di lengan Damian dengan tatapan
memuja. Apakah Damian juga akan melecehkan Shanon seperti melecehkanku" Apa yang
akan dilakukan Shanon jika dia mengetahu semua ini" Tidak, apa yang akan
dikatakan semua orang"
Serena mengernyit melihat bekas bekas ciuman memerah di pundak dan sekitar
buah dadanya. Damian lelaki yang suka meninggalkan tanda. Seperti singa
jantan yang menandai betinanya, Serena tahu lelaki itu sengaja meninggalkan
bekas-bekas ciuman di tubuhnya....bahkan ada yang di sekitar pinggulnya....
Astaga...apa yang telah kulakukan ya Tuhan" Apakah aku sudah melakukan
keputusan yang paling benar" Serena sudah tidak dapat menangis lagi, air
matanya sudah habis dan hatinya sekarang terasa amat hampa.
Dengan pelan Serena meraih handuk dan mengeringkan tubuhnya lalu meraih
jubah mandi yang tadi ditemukannya tergeletak di karpet, sepertinya Damian
semalam melemparkannya ke lantai.
Dengan langkah pelan Serena keluar dari kamar mandi, bingung mau berbuat
apa, dan bertanya-tanya dimanakah pakaiannya sekarang"
Tatapannya menuju ke arah sofa, di situ ada kemasan pakaian. Serena
melangkah dan mengambil kemasan itu, ya, ini pakaian wanita, masih baru, dari
butik ternama lengkap dengan pakaian dalamnya...Apakah ini untuknya" Serena
memegang kemasan itu dengan ragu.
Tapi dia juga tak mungkin memakai jubah mandi dalam kondisi telanjang
seharian kan" Dengan hati-hati Serena membuka kemasan itu, sebuah gaun santai berwarna
merah muda dari bahan yang sangat halus, apakah ini sutra" Dan pakaian dalam
senada, Serena melihat ukurannya dan semuanya pas, Damiankah yang
memesaannya" Dengan gerakan pelan dan tanpa menimbulkan suara Serena memakai pakaian
itu, gaunnya terasa sangat nyaman menempel ditubuhnya, sebuah gaun santai
satu potong sepanjang bawah lutut yang sangat elegan.
Setelah itu selama beberapa lama Serena berdiri ditengah kamar itu tanpa
berbuat apa-apa. Pandangannya mengarah ke arah ranjang yang seperti habis diserang badai,
Dan tubuh Damian terbaring disana, punggungnya tampak kecokelatan terlihat
di balik selimut kamar yang putih bersih.
Lelaki itu berbaring tengkurap salah satu lengan membingkai kepalanya, dan
tubuhnya diam tak bergerak,
Kepalanya terbaring miring di atas bantal. Serena mendekat pelan kesisi ranjang
tempat Damian berbaring, wajahnya tampak damai sekali, kalau sedang tidur,
dia tak tampak berbahaya.
Serena melirik ke arah jam dinding, satu jam lagi, seperti yang dikatakan oleh
Damian tadi, dia ada janji dengan pengacaranya....haruskah Serena
membangunkannya" Tapi bagaimana nanti kalau Damian marah dan
menuduhnya berani mengganggunya karena ingin segera mendapatkan uang
pembayaran" Bukannya Serena tidak ingin segera mendapatkan uang itu,
Semakin cepat dia bisa membayar ke rumah sakit, semakin cepat Rafi bisa
dioperasi. Tetapi Damian sudah cukup banyak memandang rendah dan
melecehkannya... Tiba-tiba handphone Damian yang diletakkan di meja samping ranjang berbunyi
keras, membuat Serena hampir terlonjak karena terkejut.
Tubuh Damian bergerak dan mata biru yang tajam itu terbuka,langsung
menatap Serena. Meski baru bangun tidur, rupanya Damian tipe lelaki yang
langsung terjaga sepenuhnya detik itu juga.
Matanya langsung menelusuri tubuh Serena dari atas ke bawah tanpa satu
incipun terlewatkan, tersenyum puas melihat penampilan Serena dengan baju
barunya. "Ternyata pilihanku tepat", desisnya parau sambil mengangkat telephone.
Telephone itu dari pengacaranya. Damian menyuruh Pengacara itu menunggu di
restoran hotel satu jam lagi.
Ketika Damian meletakkan telephonnya, Serena masih berdiri diam di tempatnya
semula, tak tahu musti mengatakan apa.
"Pengacara akan datang sejam lagi", dengan santai Damian berdiri dari ranjang,
tak peduli dengan ketelanjangan tubuhnya, dan mengangkat alis tersenyum
melihat Serena memalingkan muka.
Dengan sengaja dia mendekat berdiri di depan Serena dan mengangkat dagu
Serena agar menghadapnya,
"Kenapa manis" Kau malu melihatku telanjang"
menghabiskan waktu berjam-jam telanjang bersama?"
Bukankah Wajah Serena merah padam, tapi dia tidak berkata apa-apa.
kita sudah Damian mendengus lalu melepaskan Serena dan melangkah ke kamar mandi.
"Bagus kau sudah siap. Aku akan mandi setelah itu kita sarapan, lalu kita akan
tandatangani kontrak perjanjian, setelah itu kau akan mendapatkan uangmu"
*** Serena mengaduk-aduk supnya dengan pikiran menerawang, dia memikirkan
Rafi, kemarin sore dia meninggalkannya dan menitipkannya pada suster Ana,
sore ini dia harus menjenguknya. Bagaimana kondisi Rafi" dia habis mengalami
serangan, bagaimana kalau dia mengalami serangan lagi"
Damian menatap Serena dari seberang meja, apa yang dipikirkan gadis itu"
Kenapa dia tampak begitu tidak bahagia" Bukankah dia baru saja mendapatkan
uang dalam jumlah banyak yang bebas digunakannya melakukan apapun"
Ataukah dia menyesal sudah menyerahkan diri padaku?"" Pikiran buruk itu tibatiba
menyergap otaknya. Dalam Kapasitas apa dia menyesali sudah
menyerahkan diri padaku"
Damian menggertakkan giginya, seharusnya wanita ini Bangga, aku, Damian
Marcuss, orang yang sangat kaya dan berasal dari keturunan keluarga kaya
terpandang di negaranya, yang bisa mendapatkan wanita manapun yang dia
mau, bersedia menidurinya!
Damian memikirkan semua keputusannya semalam. Ternyata ini bukan obsesi
mau pun kegilaan sesaat, ternyata bahkan setelah percintaan marathon mereka
semalam dan tadi pagi, dirinya masih menginginkan Serena. Amat sangat
menginginkannya malahan, Setelah hasratnya terpuaskan pada tubuh Serena,
bukannya semakin reda dia malahn makin ingin dan ingin lagi, gadis itu begitu
polos tapi menggairahkan dan di dalam otaknya ini penuh dengan hasrat untuk
mengajari gadis itu bagaimana cara memuaskannya.
Dengan kesal dia mengutuk pemikirannya itu, apakah aku sudah menjadi
seorang maniak seks"
Damian memikirkan jeda sejenak tadi, ketika dia menghubungi Ferdy pengacara
kepercayaannya dan menyatakan niatnya serta minta dibuatkan draft surat
perjanjiaannya. Ferdy adalah pengacara kepercayaannya sejak dulu, sekaligus
sahabatnya. Lelaki indonesia ini telah menempuh pendidikan hukum di Jerman, dan disanalah
mereka berkenalan. Beberapa tahun kemudian, setelah Ferdy pulang ke
indonesia, dia membangun karir menjadi pengacara yang hebat. Dan ketika
Damian memutuskan memimpin cabang di indonesia, mereka bertemu lagi, lalu
menjalin kerjasama kerja sekaligus persahabatan.
Damian tahu Ferdy tidak akan bertanya apapun yang tidak perlu tentang
keputusannya. Lelaki itu sudah terbiasa dengan keputusan dan rencana-rencana
bisnis Damian yang ekstrim.
Tetapi saat Damian membicarakan hal tersebut, ada kecemasan dalam suara
Ferdy, "Kau yakin" Ini memang surat jual beli, tapi ini ekstrin Damian, jual beli
manusia, jual beli pelayanan seks. kau bisa dibilang melanggar hukum malahan kalau
suatu saat nanti terjadi masalah, apalagi mengingat kau warga negara asing"
Damian tersenyum, Serena tidak akan berpikir sejauh itu, bukannya gadis itu
bodoh, tapi dia terlalu polos, entah kenapa Damian percaya bahwa Serena akan
menepati janjinya. "Buat saja Ferdy, selanjutnya biar aku yang menanggung", gumamnya yakin.
Ferdy tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Damian yakin lelaki itu menunggu
sampai mereka bertatap muka baru dia akan mengajukan pertanyaan mendetail.
Ferdy adalah lelaki yang sangat analisis, Damian menahan senyumnya.
Pikirannya kembali ke masa sekarang, dan menatap Serena yang seolah tidak
selera makan, "Kenapa kau tidak memakan makananmu?", desis Damian, hanya sebuah
desisan dan Serena terlonjak kaget, apakah dia sebegitu menakutkannya bagi
Serena. "Mr. Damian", Serena menyebutkan nama Damian dengan pelan, di telinga
Damian suaranya terdengar begitu merdu bagaikan ajakan bercinta."
"Sesuai perjanjian kemarin, aku akan selalu ada kapanpun kamu
membutuhkanku", pipi Serena bersemu merah mengingat arti dari kata,


A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku...bolehkah aku meminta waktu untuk diriku sendiri setiap harinya dari jam
pulang kantor sampai jam sembilan malam?", suara Serena terdengar tertelan
dan takut-takut. Damian mengerutkan keningnya, sebenarnya itu bukan masalah, Damian
terbiasa bekerja sampai larut malam, biasanya jam sepuluh atau sebelas malam
dia baru sampai di rumah,
"Bukan masalah, aku selalu pulang larut malam", Damian berdehem, "tempat
tinggalmu sekarang, apakah memperbolehkan lelaki masuk?",
Serena mengernyitkan kening,
"itu tempat kost perempuan satu kamar milik sebuah keluarga, tentu saja kau
boleh masuk, ada ruang tamu yang disediakan"
"Ruang tamu?", Damian mengangkat alis penuh arti dengan tatapan sedemikian
rupa "Oh", pipi Serena bersemu dan tak berani menatap Damian ketika menyadari arti
tatapannya. "Aku tak mungkin bukan 'berkunjung' setiap malam ke tempatmu?", tatapannya
tampak menahan senyum. Dan Serena menyadari kebenaran kata-kata Damian, tempat kostnya hanyalah
sebuah kamar sederhana seadanya yang penting bisa tidur setiap malam. Bukan
level Damian untuk berada di sana, Serena melemparkan pandangan sekilas ke
sekeliling ruangan. "Aku tak mungkin membawamu setiap malam ke hotel, karena jam pulang
kerjaku yang tak tentu, tidak mungkin pula menyuruhmu stand by di hotel setiap
harinya", Damian merenung, "Tak mungkin juga membawamu tinggal di
rumahku, kalau sampai ada orang yang tahu bisa berbahaya buatmu juga",
Dengan santai Damian menyesap kopinya, "Oke, nanti siang setelah bertemu
dengan pengacaraku, kita cari apartement di dekat kantor"
Serena hampir menyemburkan teh yang disesapnya mendengarnya, lelaki ini
bercanda" Apartemen" Di dekat kantor" Kantor mereka berada di kompleks perkantoran
dan bisnis yang mewah, apartmen pun pasti juga kelas atas dan mahal,
bagaimana lelaki itu bisa mengatakan tentang mencari apartemen semudah itu"
Damian sepertinya mengetahui pemikiran Serena,
"Lebih mudah bagiku Serena, aku biasanya capek dan bertemperamen buruk
setelah bekerja, aku tak mau repot-repot menjemput atau tetek bengek
reservasi hotel jika malam-malam tiba-tiba aku menginginkan bersamamu",
Damian tersenyum," apartemen akan memudahkan kita, bukan berarti aku akan
mengunjungimu setiap malam", tambahnya cepat.
Serena mengangguk gugup, yah, dia kan hanya mahluk yang sudah dibeli, dia
hanya bisa menuruti apapun kemauan Damian.
Setelah menghabiskan kopinya Damian melirik jam tangannya,
"Well, pengacaraku pasti sudah menunggu di bawah, enjoy your time, aku akan
menemuinya sebentar",
dengan santai lelaki itu berdiri, lalu tanpa diduga-duga menarik Serena berdiri,
mendorongnya ke tembok lalu menciumnya dengan penuh gairah, lama dan
hangat dengan teknik yang sangat ahli, sehingga ketika dia melepas ciumannya,
Serena hampir tak bisa berdiri membuat Damian musti menahan tubuhnya,
dengan lembut lelaki itu mendudukkan Serena di kursi,
"Sebenarnya sudah sejak tadi aku ingin melakukan itu", gumamnya dalam
senyum puas sebelum pergi meninggalkan Serena.
*** "Kau benar-benar serius tentang ini Damian?", Freddy bertanya saat Damian
mempelajari salinan kontrak itu,
Damian mengangkat matanya dan menatap Freddy, lalu menunjukkan kontrak
itu, "Kau pikir aku tidak serius" Perjanjian ini senilai tiga ratus juta man!"
"Aku tak habis pikir, kenapa seseorang sepertimu yang bisa mendapatkan wanita
manapun yang kau mau, melakukan hal seperti ini demi seorang wanita" Wanita
yang sangat murahan dan materialistis sehingga terang-terangan menjual dirinya
padamu demi uang" Apa yang ada dipikiranmu Bos?"
Kening Damian berkerut tidak suka mendengar kata-kata Freddy, meskipun dia
tahu itu semua benar. "Kau tahu bagaimana rasanya ketika melihat seorang perempuan, dan tiba-tiba
seluruh tubuhmu menginginkannya?", Damian tersenyum melihat ekspresi
skeptis Freddy, tentu saja Freddy tidak tahu, dia sendiri merasa aneh dengan
perasaannya, "Yang pasti aku menginginkannya, dan aku masih belum bosan,
tiga ratus juta tak ada artinya buatku"
"Tapi kau orang yang sangat pembosan, seminggu lagi kau pasti akan
mencampakkannya, dan menyesali kontrak ini"
"Dan aku tetap akan merasa puas karena setidaknya aku tidak penasaran lagi",
jawab Damian yakin. Freddy mengangkat bahu, "Aku tetap tidak setuju, tapi ini semua keputusanmu, serahkan kontrak pada
wanita itu, pastikan dia tandatangan, beri salinannya, lalu serahkan yang asli
padaku", Freddy menyandarkan tubuhnya dikursi, "Miss. Serena ini, apakah aku pernah
melihatnya sebelumnya?"
Damian menggeleng, "Dia hanya pegawai biasa, seorang supervisor lapangan, kau tidak mungkin
pernah melihatnya", jawabnya tegas.
"Apakah dia gadis mungil dengan rambut sebahu dan wajah polos dan tatapan
seperti anak kecil yang ada di area pameran mendampingi bosnya yang penjilat
waktu itu?" Damian langsung bersiaga, Kenapa Freddy ingat pada Serena" Apakah Freddy
juga memperhatikan Serena" Apakah dia juga tertarik padanya"Insting
posesifnya langsung menyeruak keluar,
Freddy tertawa melihat tatapan tajam Damian,
"Hey hey jangan menatapku seperti itu, aku memperhatikannya karena waktu itu
kau memandangnya dengan begitu intens, tatapanmu seolah-olah tak bisa lepas
darinya, seperti pemburu yang ingin melahap mangsanya",
Fredy mengangkat bahu, "Orang lain mungkin tak akan menyadarinya, tapi aku sudah mengenalmu sejak
lama, dan aku tahu betapa intensnya kau jika sudah berkonsentrasi pada satu
hal, malam itu kau kehilangan konsentrasimu, gadis itu menarik seluruh
perhatianmu, kau sulit berkonsentrasi pada hal lain selain itu",
Freddy menarik napas panjang, "Well jika dengan gadis yang sama ini kau
terlibat, semoga Tuhan memberkatimu sahabatku."
*** Semua terjadi begitu cepat, Damian langsung mendapatkan apartemen yang
diinginkannya, sebuah apartemen yang sangat mewah dengan privasi yang
sangat terjamin, Serena tidak berani membayangkan berapa harganya, tapi
Damian bersikap sangat santai, katanya itu semua hanyalah investasi.
Dengan sangat efisien Damian membantu Serena membereskan barangbarangnya yang
tentu saja tidak banyak, untuk dipindahkan ke aprtement, lalu
menyelesaikan pembayaran kost dan sekaligus berpamitan dengan induk
semangnya. Mereka berdua berdiri di tengah ruang tamu apartemen yang sangat mewah itu,
Damian tersenyum pada Serena yang berdiri kaku di tengah ruangan,
"Well anggap saja ini rumahmu sendiri", dia lalu melirik jam tangannya, "Aku
harus kembali rumahku, pengurus rumah tanggaku pasti bertanya-tanya apa
yang kulakukan sampai aku tidak memberi kabar, dia akan kebingungan
menjawab telepon yang masuk, kau, silahkan atur apartemen ini sesuai
seleramu, jika ada yang kurang ata kau ingin menambah sesuatu, bilang saja"
Serena memandang sekeliling apartemen yang penuh dengan interior mewah
dan elegan itu, penataannya saja terlalu mewah dan mungkin berlebihan
untuknya, tidak, dia mau mengganti apalagi"
"Sementara kau pergi,,,,bolehkah aku keluar sebentar" Kau ingat" Sedikit waktu
untuk diriku sendiri seperti yang kaujanjikan?"
Damian mengangkat bahu, "Silahkan", dia mengeluarkan dompetnya,"Kau butuh uang?",
"Tidak...!", Serena menjawab tegas, uang Tiga ratus juta yang ditransfer Damian
tadi siang sudah lebih dari cukup, dia tidak butuh uang apa-apa lagi dari lelaki
itu, Damian sepertinya bisa membaca pikiran Serena,
"Uang yang kuberi tadi, itu murni untukmu silahkan kau gunakan sesuka hatimu,
tetapi untuk sehari-hari, aku sudah berjanji akan membiayaimu, ingat kan
penawaranku di ruangan kerjaku dulu?",
Damian mengeluarkan kartu berwarna keemasan dari dompetnya,
"Ini kartu debit, isinya lebih dari cukup jika kau ingin membeli sepuluh mobil
sekalipun", dia lalu menyebutkan nomor PIN nya dan menyuruh Serena
mengingatnya baik-baik. Serena sebenarnya ingin menolaknya, tapi dia tak ingin
berlama-lama berdebat dengan Damian disini, lagipula dia tinggal
menyimpannya di dompet dan tak akan pernah memakainya, toh Damian tidak
akan tahu. Damian memakai jasnya , puas karena Serena menerima kartu debitnya, "Kita
akan buat kartu kredit atas namamu besok. Nanti malam, kalau tak ada urusan
aku akan kesini", Tatapan Damian ketika mengucapkan 'nanti malam' begitu
intens, membuat pipi Serena memerah.
Sepeninggal Damian, Serena segera memakai jaket, membawa tas tangannya
dan melangkah pergi, lobyy apartemen yang begitu mewah itu benar-benar
membuatnya minder, apalagi penjaga pintu menyapanya dengan begitu penuh
hormat ketika dia melangkah keluar,
"Anda ingin dipanggilkan taxi, miss?", sapanya dengan sopan.
Serena cepat-cepat menggeleng, tidak mungkin kan dia bilang kalau dia mau
menunggu kendaraan umum di depan perempatan sana"
"Tidak", jawabnya," saya menunggu jemputan, di depan", gumamnya singkat,
lalu sebelum penjaga pintu itu bertanya-tanya lagi, Serena segera mengangguk
sopan dan melangkah pergi.
Perjalanan ke rumah sakit tidak berlangsung lama, mungkin karena hari minggu
jadi jalanan tidak begitu macet,
Serena berpapasan dengan suster Ana ketika dia hendak memasuki ruangan
perawatan Rafi, "Kau tidak apa-apa Serena?", kau kelihatan pucat,
Serena meraba pipinya, benarkah" Apakah dia tampak berbeda sekarang"
Setelah dia menyerahkan.....
"Aku,,, aku mencari uang untuk biaya operasi Rafi", gumamnya gugup,
Suster Ana menatap Serena sedih,
"Serena uang tiga ratus juta itu sangat banyak, aku juga tahu kalau kau masih
menanggung hutang di perusahaan sebanyak empat puluh juta, begini nak, aku
punya simpanan sekitar lima puluh juta, mungkin itu bisa membantu, dan kalau
aku bisa menaruh surat tanahku di bank untuk mengajukan pinjaman, mungkin
kita bisa mendapat beberapa tambahan...."
"Suster, saya sudah mendapatkan uangnya", Serena bergumam lemah,
Kata-kata suster Ana langsung terhenti seketika,
"Apa"....Sudah mendapatkan uangnya" Apa maksudmu nak" Darimana....?",
kata-katanya langsung terhenti melihat Serena mulai menangis,
"Ada apa nak" Ceritakan padaku jika itu bisa membantu, mungkin itu bisa
membuatmu lega", "Mungkin setelah ini suster akan jijik pada saya", Serena terisak pelan.
Suster Ana mengelus rambut Serena dengan lembut,
"Tidak akan anakku, aku menyayangimu seperti anakku sendiri, dan seorang ibu
pasti akan menerima anaknya apa adanya"
Serena menarik napas panjang, dia memang sangat membutuhkan tempat untuk
berbagi cerita, dan amat sangat bersyukur ada Suster Ana yang mau
mendengarkannya, lalu meluncurlah cerita itu dari bibirnya,
"Aku tidak menyalahkanmu Serena, yang aku tidak habis pikir, betapa bejatnya
bosmu itu memanfaatkan kondisimu untuk kepuasan dirinya!", geram Suster
Ana. Serena buru-buru mencegah kemarahan suster Ana,
"Bukan suster, sampai sekarang Mr. Damian tidak tahu kalau aku memerlukan
uang itu untuk biaya perawatan Rafi, dia mengira aku perempuan muda dengan
gaya hidup berfoya-foya yang punya banyak hutang karena gaya hidupku, jadi
dia tidak segan-segan mengambil atas pembayarannya"
Suster Ana mengerutkan keningnya,
"Kenapa kau tidak mengatakannya Serena" setidaknya
menghargaimu jika tahu alasanmu yang sebenarnya",
Serena menggelengkan kepalanya,
dia bisa lebih "Tidak suster, aku tidak mau Mr. Damian mengetahui tentang Rafi, lelaki itu
tidak mudah ditebak, tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika tahu tentang
Rafi nanti", Suster Ana menarik napas,
"Setidaknya dia tidak brengsek seperti lelaki hidung belang yang mungkin
nantinya akan menjerumuskanmu", tiba-tiba tatapan suster Ana berubah intens
dan hati-hati, "Apakah dia berbuat kasar atau tidak Serena?"
Serena saat itu sedang melamun sehingga tidak menyadari maksud kata-kata
Suster Ana, "Eh" Apa Suster?"
Suster Ana tampak salah tingkah,
"Apakah dia bertindak kasar semalam Serena", maksudku itu kan pertama
kalinya, kebanyakan wanita akan merasa tidak nyaman, apalagi jika
pasangannya bertindak kasar",
Wajah Serena langsung merah padam,
"Tidak, Mr. Damian tidak kasar....Oh Tuhan!", Serena menutup mukanya dengan
kedua tangannya,"Aku malu sekali suster, tiap kali aku memandang diriku di
cermin aku merasa seperti perempuan yang sangat tidak berharga."
Suster Ana menepuk pundak Serena lembut, menenangkannya,
"Serena, kita semua tahu alasanmu melakukan ini, aku sendiri dapat mengerti
dan menerimanya, pengorbananmu demi Rafi sudah luar biasa besarnya, aku
yakin Tuhan pasti akan mengerti", tiba-tiba wajahnya berubah profesional,
"Serena aku yakin, Mr. Damian ini akan 'mengunjungimu' secara berkala bukan"
Mungkin pertanyaan ini mengganggumu, tapi aku harus bertanya,apakah
kemarin dia menggunakan pengaman?",
Serena memandang Suster Ana dengan bodoh,
"Pengaman?" Barulah ketika Suster Ana menatapnya dengan intens dan penuh arti, Serena
menangkap maksudnya, wajahnya memerah lagi,
"Oh, itu...", suara Serena hilang, "kemarin dia memakainya"
Suster Ana berdehem, "Baik, kalau begitu dia lelaki yang cukup bertanggung jawab, bagaimana kondisi
tubuhmu sayang?", "Eh, aku baik-baik saja Suster"
"Kalau begitu mari kita bicarakan tentang kontrasepsi, kau juga perlu
membicarakan ini dengan Mr. Damian "
*** Serena meletakkan barang belanjaannya di meja dapur, tadi dia mampir
sebentar ke supermarket untuk membeli bahan makanan.
Kondisi Rafi baik-baik saja dan cukup stabil, itu sudah membuatnya cukup
tenang, Operasi sudah dijadwalkan 1minggu lagi, Sekarang Serena hanya bisa
berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan,
Dengan ragu, Serena memandang sekeliling apartemen, lalu menarik napas
panjang, semua ini terlalu mewah, terlalu berlebihan untuknya tinggal seorang
diri di tempat seluas dan semewah ini, tadi dia menyempatkan diri mengatur
pakaiannya yang sedikit, sehingga hanya memerlukan waktu sebentar, setelah
itu dia sempat terdiam lama bingung mau berbuat apa, apalagi ditempat yang
luas begini, suasana terasa sangat lengang dan sendirian. Baru kemudian Serena
menyadari bahwa dia belum sempat sarapan sejak tadi pagi, jadi dia
memutuskan memasak makan malamnya.
Setelah mengatur belanjaannya yang sedikit itu di dalam lemari es raksasa,
sehingga tampak menggelikan karena lemari itu terlihat kosong,
Serena mengeluarkan beberapa butir telur, sedikit sosis dan sayuran, dikocoknya
dengan pelan sambil berdendang, lalu dituangnya adonan omelet sederhana ini
ke wajan mungil yang sudah diberi mentega.
Aroma harum telur menyeruak ke seluruh dapur,
"Baunya enak sekali"
Suara itu terdengar begitu tiba-tiba, tak disangka dan sangat menegejutkan
sehingga Serena hampir menjatuhkan mangkuk bekas adonan telurnya,


A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan gugup dia menoleh ke pintu dapur, Damian bersandar di sana,
mengenakan baju santai dan tampaknya habis mandi,
"I,,,iya, aku memasak makan malamku", jawabnya gugup lalu memusatkan
perhatiannya lagi ke telurnya.
Damian melangkah dengan santai masuk ke dapur, tak mempedulikan
kegugupan Serena, dia berdiri dekat di belakang Serena, lalu menengok
penggorengan, "Apa itu?", tanyanya tertarik melihat masakan Serena.
"Eh, ini" Ini telur goreng kuberi campuran sosis dan sayuran", Serena berusaha
bertingkah wajar, "Seperti omelet?", kali ini Damian tampak benar-benar tertarik,
"Ya seperti itu, tapi ini lebih sederhana. Serena menjawab sambil melirik ke
ekspresi Damian, baru sekarang Serena sadar, ternyata lelaki ini tertarik pada
hal-hal baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya.
"Buatkan aku satu ya"
Serena menoleh mendengar permintaan Damian,
"Memangnya kamu mau?", tanyanya ragu.
Lelaki itu mengangkat bahunya,
"Siapa tahu" Lagipula aku lapar sekali, setelah menyelesaijan urusan rumah, aku
langsung kemari, kau kan masih penyesuaian diri disini, jadi aku ingin melihat
kondisimu." Dasar perayu ulung, Serena memaki dalam hati, orang seperti Damian tidak
segan-segan memanipulasi pikiran perempuan agar mau melakukan apapun
yang dia inginkan, pura-pura mengkuatirkanku, huh!
Damian masih berdiri di belakangnya, napasnya terasa hangat di ubun-ubunnya
karena Damian memang jauh lebih tinggi dibanding Serena, tiba-tiba saja,
tangan lelaki itu ,mencengkeram pundak Serena mendekatkannya ke belakang,
kepalanya turun dan bibirnya mengecup leher Serena dari samping dengan
kecupan selembut bulu dan panas, sehingga tubuh Serena bagaikan disetrum
dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Aku menunggu di sofa ya, kita makan disana saja", gumam Damian pelan, lalu
melangkah pergi meninggalkan Serena di dapur, yang mencoba menetralkan
nafasnya. *** Lelaki itu makan seperti biasa, dengan elegan. Sedangkan Serena tidak bisa
berkonsentrasi pada makanannya, dia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari
Damian. Ternyata Damian suka masakan biasa, dari penampilan dan gayanya,
kelihatannya lelaki itu hanya mau makan makanan tertentu dan yang pasti kelas
atas, tak disangka dia bisa duduk santai di sofa menikmati sepiring omelet
sederhana. "Kenapa?", Damian tiba-tiba menatap tajam setelah suapan terahkirnya, dia
merasakan tatapan Serena selama dia makan,
Serena langsung menundukkan kepalanya gugup,
"Eh....tidak, tidak apa-apa."
Damian tersenyum, "Pasti kau heran kenapa aku mau makanan rumahan kan?",
Dia lalu meletakkan piringnya, "Aku juga manusia Serena, kita tidak ada
bedanya, kadangkala penampilan seseorang membuat kita berpikir bahwa
manusia yang satu berbeda dengan yang lain",
Damian mengangkat bahunya, "kuakui memang aku menyukai makanan
berkualitas dan bercitarasa tinggi, tapi kadangkala, aku bosan, masakan
sederhana buatan sendiri terasa lebih nikmat",
Dengan santai lelaki itu berdiri lalu menuang kopi dari poci di atas meja
minuman, dan menyesapnya ringan.
"Dan suka minum kopi",
Tanpa sadar Serena mengomentari kebiasaan Damian, sejak
diamatinya Damian selalu meminum kopi setiap ada kesempatan.
kemarin, Lelaki itu tertawa mendengar komentar Serena,
"Ya, kopi berkualiatas juga", gumamnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Serena menunduk, entah kenapa Damian yang santai dan ramah ini lebih
membuatnya merasa nyaman, dibandingkan Damian yang kaku dan dingin di
kantor, "Habiskan makananmu, setelah itu kita pindah ke ruang baca, kau bisa membaca
atau melihat televisi, ada beberapa pekerjaan lagi yang musti kubereskan.
Serena segera menyelesaikan makannya dan mencuci piring sementara Damian
membuat secangkir kopi lagi, sekaligus secangkir teh untuk Serena,dan
membawanya ke ruang baca,
Dengan enggan Serena menyusul ke ruang baca, Damian sedang duduk di sofa,
menghadap notebooknya dan tampak Serius, dia hanya melihat sekilas pada
Serena, "Duduklah, minum tehmu", gumamnya, lalu kembali serius lagi menghadap
notebooknya. Serena sebenarnya mengantuk, tapi dia tidak enak kalau harus masuk kamar
duluan, apalagi apartemen ini hanya mempunyai satu kamar yang luas, kamar
lain hanya kecil dan diperuntukkan sebagai kamar pembantu, Serena tidak tahu,
apakah Damian akan menginap ataupun pulang, dia sama sekali tidak
mengatakan rencananya. Serena menghirup tehnya, lalu duduk di sofa di seberang Damian, dia
mengambil sebuah majalah dan membacanya sambil menenggelamkan tubuhnya
di sofa. Bacaan itu menarik, dan keheningan itu membuatnya merasa nyaman, hingga
lama-lama dia tak bisa menahan kantuknya.
*** Serena merasa ada yang mengusap lembut rambutnya, lalu tubuhnya terangkat
dan terasa dipeluk hangat, dia merasakan tubuhnya terayun-ayun. Ketika dia
membuka matanya yang berat, dia menyadari Damian sedang menggendongnya
ke kamar, lelaki itu tak menyadari Serena membuka matanya, dengan langkah
pelan dan hati-hati, dia berjalan ke arah kamar,
Serena langsung pura-pura memejamkan matanya lagi begitu Damian dengan
lembut membaringkan tubuhnya di ranjang dan menyelimutinya.
Setelah itu tak ada gerakan, tetapi Serena masih belum berani membuka
matanya, Apakah Damian memutuskan pulang atau tinggal"
Lalu ada gerakan di ranjang di belakangnya, ternyata lelaki itu menginap disini,
Serena menyadari dari selimut yang tersingkap dan gerakan tubuh lelaki itu
menyelinap di balik selimut,
Kemudian, tubuh hangat Damian mendekat dan merengkuh Serena dari
belakang, Pertama kali Serena merasa tidak nyaman, tapi kemudian rasanya
hangat ditengah kamar yang dingin itu, dan dia terlelap.
*** Serena terbangun dengan rasa haus yang amat sangat, biasanya sebelum tidur
dia meminum air putih, tapi tadi malam dia tidak melakukannya.
Dengan tak nyaman dia bergerak gerak gelisah,
"Ada apa Serena?", sosok yang memeluknya dari belakang bertanya, suaranya
sangat segar, Tidakkah dia tidur" Gumam Serena dalam hati,
"Haus", ahkirnya Serena bisa bersuara meskipun parau.
Damian langsung bergerak turun dari ranjang dan menuang segelas air di meja
minum, lalu mengitari ranjang berdiri di samping sisi Serena terbaring, lelaki
itu tampak tinggi menjulang, hanya menggunakan celana piyama sutra hitam dan
telanjang dada, "Duduk, minum."
Dengan pelan Serena duduk dan menerima gelas besar berisi air putih itu, masih
setengah minuman tersisa, Damian mengambil gelas itu,
"Apakah kau sudah bangun?", Serena mengernyit karena suara Damian sekarang
menjadi parau. Dengan masih bingung dia menganggukkan kepalanya,
"Bagus", Damian menenggak sisa air putih di gelas Serena sampai tandas lalu
setengah membantingnya di meja samping ranjang.
Kemudian dengan gerakan tiba-tiba, dia mendorong Serena hingga terbaring di
ranjang dan menindihnya, napasnya terasa hangat di atas tubuh Serena, dan
mata birunya tampak berkabut dengan pupil yang mengecil sehingga tampak
hitam, di tengah-tengah mata birunya.
Serena agak terperanjat setengah membelalak memandang wajah Damian yang
sangat dekat di atasnya, napasnya terangah-engah penuh antisipasi, ketika
kemudian Damian mengecup bibirnya dengan sangat intim, semula hanya
ciuman biasa, bibir dengan bibir, itupun sudah membuat Serena panas dingin
karena begitu ahlinya Damian.
Menggerakkan bibirnya, Setelah sebuah ciuman yang lama dan panas Damian
mengangkat wajahnya dan tersenyum,Serena bisa merasakannya karena bibir
Damian hanya berjarak beberapa inci dari bibirnya,
"Kau tidak biasa berciuman ya?"
Serena memalingkan mukanya dengan pipi memerah mendengar pertanyaan
blak-blakan itu, tapi Damian meraih dagunya dan menempelkan bibir mereka
lagi, "Tirulah apa yang kulakukan padamu", bibir Damian bergerak di bibir Serena,
dan ketika Serena mengikutinya, Damian mengerang senang, "ya...ya bagus,
begitu....tidak,,,jangan gigit....bagus...bagus....buka mulutmu....ah
sayang.....", Damian terus memberikan instruksi di sela sela ciumannya yang makin panas
dan bergairah, dan Serena menurutinya, lebih dikarenakan ingin tahu, ketika
Damian membuka mulutnya Serena mengikutinya,ketika lumatan Damian makin
dalam dan belaian lidahnya membelai Serena dengan ahli, Serena mengikutinya
dengan tersendat-sendat, meskipun sepertinya itu cukup memuaskan bagi
Damian karena lelaki itu mengerang lagi dan memperdalam ciumannya, ciuman
dengan bibir terbuka dan permainan lidah yang begitu panas dan seolah tidak
akan berahkir, Serena bahkan tidak pernah menyadari bahwa sebuah ciuman
bisa dilakukan dengan sedalam dan seintim itu!
Lama kemudian Damian mengangkat kepalanya, hanya sedikit seolah olah ingin
tetap berdekatan dengan Serena, matanya tampak berkabut dan napasnya
terasa bergemuruh di dadanya,
"Itu tadi yang namanya french kiss...",gumamnya lembut, lalu tangannya mulai
bergerak dengan ahli membuat Serena melengkungkan punggungnya merasakan
sengatan kenikmatan yang tidak diantisipasinya,
Tubuh telanjang mereka berdua bergesekan. Dengan lembut Damian mengajari
Serena bagaimana cara menyentuhnya, bagaimana cara memuaskannya. Lelaki
itu suka disentuh dimana-mana, dia akan mengeluarkan erangan pendek
tertahan ketika Serena menyentuhnya.
Dan itu mempesona Serena, seorang lelaki yang begitu dominan dan jantan
seperti Damien, mengerang nikmat di bawah sentuhannya. Dengan takut-takut
Serena menyusuri bagian dalam lengan Damian yang kekar, membuat napas
Damian terengah, "Kau akan membunuhku dalam kenikmatan", bisik Damian Serak, lalu melumat
bibir Serena penuh gairah, "Dan aku akan mati bahagia", desahnya.
Damian menyatukan dirinya dengan lembut, melihat reaksi Serena, dan ketika
dia yakin tidak ada kesakitan lagi, dia mendesak perlahan, menembus
kehangatan yang langsung membungkusnya rapat, membuatnya tergila-gila.
"Bagus sayang, jangan ditahan, aku akan mengajarimu....ah...kau begitu hangat
dan siap untukku...."
Suara Damian tenggelam di sela sela cumbuannya yang sangat ahli,
menghanyutkan Serena kedalam pusaran gairah yang selama ini tidak pernah
dikenalnya. Dan ketika Damian membuat Serena mencapai puncak kenikmatan
untuk kesekian kalinya. Lelaki itupun menyerah dalam beberapa hujaman tajam,
mengejar kenikmatannya sendiri.
*** Serena terbangun merasakan sinar matahari menerpanya, dia mengernyitkan
alisnya dan membuka matanya pelan-pelan, Sinar matahari memang sudah
mengintip malu malu dari balik gorden jendela balkon kamar apartemen itu,
Serena menyadari ada tangan kekar yang memeluk perutnya dengan posesif,
Damian masih tidur, napasnya terasa naik turun dengan teratur di punggung
Serena. Mereka berbaring miring seperti sendok dan garpu, dengan Serena
membelakangi Damian berbantalkan salah satu lengan Damian, sementara
lengannya yang lain memeluk Serena erat, menempelkan punggung Serena
sedekat mungkin dengan dadanya.
Mereka telanjang, dan selimut tebal yang seharusnya menyelimuti mereka sudah
tertendang oleh Damian entah kemana, Seharusnya Serena kedinginan, tapi
tidak, karena Damian memeluknya dengan begitu eratnya,
Tiba-tiba sengatan rasa bersalah seperti memukulnya, disinilah dia berbaring
nyaman dalam pelukan laki-laki yang membelinya sementara Rafi.....
Helaan napas Serena pasti membangunkan Damian karena lelaki itu terasa mulai
bergerak, lalu sebuah kecupan lembut mendarat di pelipis Serena,
"Selamat pagi", suara lelaki itu terdengar serak tapi sarat dengan kepuasan
sensual yang dalam. Tentu saja lelaki itu puas, dia hampir tidak membiarkan
Serena tidur semalaman. Serena tidak menjawab, tetapi berusaha menarik selimut yang terlempar jauh di
kakinya untuk menutupi ketelanjangannya.
Usahanya gagal karena Damian mempererat pelukannya di pinggangnya
sehingga Serena tidak bisa bergerak,
"Tidak perlu selimut sayang, aku sudah mengenal setiap jengkal tubuhmu secara
intim, tak ada yang terlewatkan....begitu juga sebaliknya hmmm?"
Wajah Serena memerah sampai semerah-merahnya, bahkan telinganyapun
memerah dan Damian terkekeh melihatnya,
Lalu tiba tiba tawa itu hilang dan Serena merasakan gairah Damian bangkit lagi,
Dengan bingung dia menolehkan kepalanya dan langsung bertatapan dengan
mata biru Damian yang menyala penuh gairah,
"Lagi?", Serena tanpa sadar mengucapkan ketakjubannya, sebegitu cepat
Damian menginginkannya lagi setelah semalam", hanya Tuhan dan dirinya yang
tahu bagaimana bergairahnya Damian semalam, Serena pikir Damian sudah
terpuaskan, tetapi sepertinya dia salah.
"Aku juga tidak menyangka", gumam Damian parau, "Sepertinya kau akan
menjadi penyebab kematianku"
kemudian Damian meraih Serena lagi ke dalam pelukan penuh gairahnya.
*** Serena hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam
absennya...hanya kurang satu menit.
Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya
sudah mulai sibuk bekerja. Serenapun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya
menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat ke kejadian semalam
dan dia mengernyit, Dia merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu
tetapi terlena dengan rayuannya. Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan
Eros penakluk wanita dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara
Serena baru pertama kalinya bercinta.
Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Serena memejamkan matanya dan
menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.
"Iya, aku juga tidak menyangka", suara berbisik dua rekan disebelahnya menarik
perhatian Serena, "Rasanya seperti bukan Mr. Damian."
Mendengar nama lelaki itu disebut mau tak mau Serena menajamkan telinganya,
mendengarkan. "Tadi kami serombongan habis sarapan berpapasan dengan Mr. Damian, kami
hanya menunduk karena biasanya Bos besar itu hanya melirik dari sudut
matanya, mengangguk selama sedetik lalu pergi dengan acuh tak acuh."
Wanita itu menghembuskan napas takjub, "tapi tadi,,,, astaga! Mr. Damian
bahkan berhenti, tersenyum ramah dan menanyakan kabar kita semua....",
suaranya terpekik hampir histeris, "Dan senyumnya yang sangat jarang
itu,,,bukannya menjawab semuanya malah terpesona dengan mulut menganga,
ada yang mencoba menjawab tp yang keluar hanya suara tercekik", lanjutnya
menggebu-gebu. "Mr. Damian sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap konyol kami. Dia
malah tertawa geli dan melambaikan tangan ramah sebelum pergi......benar
benar anugerah tak terlupakan! Menurutmu.........."
Serena beranjak berdiri ke kamar mandi, tak tahan mendengarkan pemujaan
pemujaan terhadap laki-laki itu.
Tapi tetap saja dia ikut bertanya tanya, Serena terpekur di depan pintu kamar
mandi. Dia berpikir mengenai perubahan sikap Damian dikantor, bosnya itu memang
selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang bicara, banyak wanita di sini
yang takut sekaligus memujanya karena sikapnya itu........tapi kenapa dia
berubah ramah"

A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Memikirkanku?"
Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Serena
membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget dan hampir menabrak
orang yang berdiri dibelakangnya.
Matanya langsung bertatapan dengan mata birunya yang tajam, obyek
pikirannya. Dan kenapa si bos ada di sini" Di lorong menuju kamar mandi lantai 3 padahal
dia punya kamar mandi sendiri di ruangannya"
Tanpa sadar Serena mengucapkan pertanyaannya keras-keras,
Damian tertawa, "Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama, tiba tiba ingin ke
toilet, tidak bolehkah?", suaranya makin melembut, lalu matanya berubah tajam.
Dan Serena mengenali tatapan itu, tatapan kalau....
"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"
Dengan cepat Damian meraih Serena,lalu menciumnya, dengan gairah
menggebu-gebu seolah-olah sudah lama tidak berciuman, padahal baru tadi pagi
mereka..... Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuat Serena terperanjat,dengan secepat kilat didorongnya Damian dan dia setengah berlari
masuk ke toilet perempuan.
Didengarnya suara Damian dengan ramah membalas sapaan orang-orang yang
baru datang ke toliet, Suaranya terdengar biasa saja bahkan sedikit kegembiraan
kecil terselip di sana. Apakah lelaki itu geli atas sikapnya"
Sialan dia! Tak sadarkah dia kalau menyergapnya seperti itu di toilet kantor
benar-benar tindakan nekat" Jantungnya masih berdentam-dentam dengan
kuatnya seakan ingin meloncat dari tempatnya....
Tapi...Serena mengernyit, apakah jantungnya berdetak keras karena
ketakutan....ataukah karena ciuman spontan yang tidak diduganya itu....."
*** "Kau tampak senang", Freddy menatap Damian yang sedang memeriksa berkas
kontrak kerja mereka dengan supplier baru.
Damian mengalihkan tatapannya dari berkas di mejanya dan menatap Freddy
muram, "Bukannya itu bagus" Tapi kenapa aku mendengar nada mencela dari suaramu?"
Freddy mengangkat bahu, "Aku cuma tak ingin kau mabuk kepayang dan melakukan hal-hal yang akan kau
sesali nanti." Tatapan Damian berubah tajam,
"Aku?",,,, Mabuk kepayang?""... Apakah kau sedang bercanda?"
"Bukan begitu maksudku, tapi sepertinya kau agak berubah, kau tahu, agak
tidak fokus, bahkan kata sekertarismu tadi pagi kau terlambat, pertama kalinya,
katanya." "Dan kau kira itu karna aku mabuk kepayang pada serena, begitu?"?"...baik !!
Memang aku terlambat karena terlalu asyik bercinta dengan Serena, lalu
kenapa?" Perusahaan ini sebagian besar milikku!! Apakah seorang pemilik tidak
diperbolehkan terlambat?", toh keterlambatanku tidak merugikan perusahaan
ini!! "Damian", Freddy berusaha meredakan emosi Damian, "Aku tidak bermaksud
membuatmu marah, aku hanya mencemaskanmu."
Sejenak Damian tidak berkata-kata, tatapannya menyala-nyala, matanya
bagaikan api biru yang membakar. Tapi kemudian dia berhasil mengendalikan
emosinya. Dihelanya napas keras-keras.
"Kau benar, maafkan aku Freddy."
Sebelum Freddy dapat menjawab, ponsel Damian berdering, Damian meliriknya
dan dahinya berkerut melihat siapa yang menelponnya.
"Ada apa Shanon?"
Mendengar nama Shanon disebut, Freddy langsung berdiri dan memberi isyarat
berpamitan pada Damian, Damian mengangguk mempersilahkan dan Freddy
berjalan keluar ruangan. Di seberang, suara Shanon yang lembut dan elegan terdengar mengalun.
"Aku bertanya-tanya, kenapa kau tak menghubungiku sayang, sabtu kemarin
kau mendadak membatalkan acara makan malam kita, dan kemudian aku sama
sekali tak bisa menemukanmu, apakah ada pekerjaan mendadak yang
menyulitkanmu?" Wajah Damian berubah dingin, dia sama sekali tidak pernah menjalin komitmen
dengan Shanon. Mereka diperkenalkan pada suatu acara makan malam, setelah
itu Shanon menghubunginya, mengajak makan malam berdua karena ingin
mengenal lebih dekat. Damian tidak menolaknya.
baginya Shanon cukup cantik dan saat wanita itu mendekatinya, kenapa tidak"
Pertemuan mereka berlanjut ke pertemuan-pertemuan berikutnya, Tetapi di
saat awal Damian sudah menegaskan kepada Shanon bahwa hubungan yang
mereka jalin adalah hubungan tanpa ikatan. Saat Shanon mengundangnya ke
tempat tidurnyapun Damian sudah menegaskan itu dia lakukan tanpa ikatan dan
tanpa cinta. Tapi sekarang Shanon sepertinya besar kepala karena Damian saat itu tidak
dekat dengan wanita lain selain dirinya, dalam otaknya dia mengira bahwa
dirinya telah berhasil menaklukkan Damian dan membuat lelaki itu setia
padanya, Dia tidak tahu bahwa saat itu pikiran Damian sedang terpaku untuk
mendapatkan wanita lain, Serena.
Sekarang Damian merasa muak dengan tingkah Shanon yang bertindak seolaholah
mereka sepasang kekasih, yang harus selalu mengetahui kegiatan Damian
dan merasa berhak mengatur-atur Damian.
"Sayangku, Damian" Kau masih disana?"
"Shanon, maafkan aku sedang sibuk sekali."
Terdengar helaan napas dramatis di sana, sudah pasti wanita ini tidak akan
menyerah, dia terbiasa dikejar kejar dan dipuja lelaki, penolakan hanya
membuatnya lebih gigih mengejar.
"Begini sayang, aku ada undangan pesta di rumah Richard, kau tau kan pelukis
terkenal itu" Dia mengadakan pesta di pembukaan pameran lukisannya....Aku
belum punya pasangan untuk datang ke sana, kau mau kan menemaniku?"
Damian menghela napas keras.
"Shanon, sudah kubilang aku sibuk, aku tak bisa menemanimu ke pesta
manapun, lebih baik kau ajak kekasihmu atau laki laki lain, pasti mereka dengan
senang hati akan menemanimu."
"Tapi Damian, aku mencintaimu dan aku ingin kamu...."
"Aku bukan kekasihmu Shanon, dan tak akan pernah, ingat itu, jadi jangan
meminta macam-macam dariku, Oke ?", Damian langsung menyela dengan
kesal. "Oke, Oke !!" Shanon setengah menjerit, "kau sudah pernah mengatakan itu
berulang kali padaku, tapi tidakkah kebersamaan kita selama ini....."
"Shanon, aku sibuk. Maaf!", Damian langsung menutup percakapan,
menyudahinya karena dia yakin Shanon tidak akan menyerah dengan segera.
*** Serena baru saja membuka pintu apartemen ketika teleponnya berdering, dia
segera mengangkatnya dan langsung terdengar suara Damian diseberang sana,
"Kau suka masakan cina?"
"Hah?", Serena terperangah mendengar sapaan pertama Damian yang tanpa
basa-basi, baru ketika Damian mengulang pertanyaannya dia mengerti, dan
tanpa sadar mengangguk. "Serena?" Mendengar pertanyaan Damian Serena baru sadar kalau dari tadi dia hanya
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Eh...iya...iya.."
"Oke, kalau begitu jangan memasak malam ini, kubawakan dua porsi untuk kita."
Telepon ditutup. Meninggalkan Serena yang yang masih terperangah.
Satu jam kemudian, ketika Serena menyeduh kopi, Damian datang, langsung ke
dapur, masih mengenakan jas resminya, tapi dengan dasi yang sudah
dikendorkan. Dia meletakkan Kantong kertas berisi makanan yang masih panas,
berlogokan nama hotel bintang lima.
"Tadi ada undangan pertemuan dengan kilen di sana, hanya minum kopi, tapi
aku lalu ingat kalau masakan cina di hotel ini terkenal enaknya, dan aku ingat
kamu." Damian mengedipkan sebelah matanya, "Siapkan ya, aku mandi dulu."
Dengan langkah anggun Damian membalikkan badan menuju kamar.
Serena mengatur masakan berbau harum itu pada piring saji, sambil mengatur
poci kopi di nampan untuk Damian, untuk dirinya dia menyeduh secangkir teh.
Damian muncul di dapur setengah jam kemudian, dengan piyama sutra hitam,
lali duduk di kursi di meja dapur.
"Aku lapar sekali, tadi jalanan macet."
Serena duduk di hadapan Damian, memperhatikan lelaki itu mulai menyantap
hidangannya dengan penuh minat.
"Tadi, di pertemuan tidak ada makan malam?", setahu Serena pertemuan bisnis
di hotel seperti itu selalu disertai dengan jamuan makan malam.
"Ada, tapi aku menolaknya, hanya minum kopi tadi", Damian menatap Serena
dengan tiba-tina hingga Serena kaget, "Kenapa tidak kamu makan " ayo, enak
lho." Dengan gugup Serena menyantap makanannya, memang enak sekali, guman
Serena pada suapan pertama, Tanpa sadar dia makan dengan lahap, dan baru
berhenti ketika menyadari Damian menatapnya geli, pipinya langsung bersemu
merah. Damian langsung terkekeh geli.
Serena baru mengetahui kepribadian Damian yang seperti ini, santai dan penuh
tawa, berbeda sekali dengan apa yang ditampilkannya di kantor.
Selesai makan seperti biasa Damian minta ditemani saat mengerjakan tugas
kantornya, lelaki itu tampak serius mengahadapi notebooknya, sambil sesekali
menyesap kopi, sementara Serena menyibukkan diri denga menonton chanel
masak memasak di TV kabel. Benaknya berkecamuk, apakah Damian akan
bercinta dengannya lagi" Bodoh! Tentu saja, kalau bukan untuk itu buat apa
lelaki itu menginap disini"
"Kau bisa memasak yang seperti itu?" Suara celetukan Damian hampir membuat
Serena terlonjak karena kaget.
Serena menatap ke arah Damian, lelaki itu sudah bersandar di sofa, dengan
santai menyesap kopinya sambil menatap televisi. Notebooknya sudah tertutup
dan berkas-berkasnya sudah tersusun rapi, Astaga...berapa lama tadi dia
melamun" Sudah berapa lama Damian menyelesaikan pekerjaannya"
Dengan buru buru Serena menoleh ke televisi, adegan disana menampilkan cara
memasak sup jagung dengan berbagai modifikasinya.
"Bisa...aku pernah membuatnya meski tidak persis seperti itu."
Damian tersenyum. "Aku jadi ingat saat aku sakit waktu kecil dulu, ibuku selalu membuatkanku sup
jagung, tidak ada yang mengalahkan rasa sup buatannya."
Serena ikut tersenyum mengenang.
"Ibu dulu membuatkanku bubur ayam. Rasanya tidak enak hingga aku selalu
ingin memuntahkannya."
Damian tertawa geli mendengarnya.
"Aku belum pernah menemui wanita sepertimu sebelumnya", gumamnya dalam
tawa. Serena menoleh pada Damian dengan bingung.
"Wanita sepertiku.....?"
"Polos, jujur dan tidak berusaha memanipulasiku", senyum Damian berubah
sensual," dan masih bisa tersipu sampai memerah di sekujur kulitnya,padahal
sudah berkali-kali kusentuh."
Kali ini Serena hampir tersedak tehnya,dengan cepat diletakkannya cangkirnya
dan ditatapnya Damian dengan waspada. Lelaki itu juga sedang menyesap
kopinya, tapi mata birunya yang tajam itu menatap serius pada Serena.
"Kau seperti kelinci yang terjebak ketakutan", gumam Damian
menyipitkan matanya, "apakah cara bercintaku menyakitimu?"
sambil Pipi Serena langsung memerah mendengar pertanyaan Damian yang blak-blakan
itu, "Ti...tidak, bukan begitu...saya....saya hanya belum....terbiasa..."
Serena menelan ludah ketika Damian beranjak dari sofanya dan berdiri di depan
Serena,lalu menarik Serena berdiri dan langsung mencium bibirnya dengan
lembut, "Kalau begitu, tidak ada yang bisa kulakukan selain membuatmu terbiasa
bukan?", suara Damian berubah serak, lalu dengan cepat mengangkat Serena
dan membawanya ke kamar. *** Jam dua pagi, ketika Damian terbangun dan menyadari ada tubuh hangat dalam
pelukannya. Serena berbaring meringkuk di dadanya, tubuhnya begitu mungil
hingga Damian merasa bisa meremukkannya dalam sekejap kalau dia mau.
Damn! Kadangkala karena Serena begitu mungilnya jika dibandingkan dengan
tubuhnya yang tinggi besar, Damian seperti merasa sedang melakukan
pelecehan seksual pada anak di bawah umur.
Tanpa sadar tangan Damian mengelus punggung polos Serena, dan dalam
tidurnya, Serena bergumam tidak jelas, lalu meringkuk makin rapat ke dada
Damian. Tidak! Mungkin ukuran tubuhnya seperti anak-anak, tapi tubuhnya benar-benar
tubuh wanita dewasa. Damian tidak pernah merasa begitu bergairah sekaligus
begitu terpuaskan selain dengan Serena. Tubuh mungil itu telah memberikan
kepuasan yang sangat dalam bagi Damian.
"Aku mungkin tak akan pernah melepaskanmu" guman Damian di kegelapan,
"kau milikku Serena"
Seolah mendengar ancaman Damian di alam bawah sadarnya, alis Serena
berkerut dan menggumam tak jelas.
Damian tertawa geli melihatnya, lalu dikecupnya dahi Serena dengan lembut.
Anak kecil ini benar-benar tidak terduga, tidak disangka dia akan menyerah di
pelukan gadis seperti ini.
"Ra....fi" Damian langsung menoleh secepat kilat ke arah Serena, Apa?" Tadi gadis itu
bilang apa?"!! "Rafi", kali ini gumaman Serena terdengar lebih jelas. Bahkan Damian melihat ada air
mata di sudut matanya. Rahang Damian menegang karena marah, siapa lelaki yang disebut Serena itu"
Kenapa dia tidak pernah mendengarnya" Dia sudah menyelidiki Serena bukan"
Selama ini Serena tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, dia bahkan masih
perawan! Dengan gusar Damian menghapus air mata di sudut mata Serena, lalu
mengguncang tubuh Serena pelan.
Dan mata lebar yang polos itu terbuka menatap Damian dengan bingung karena
dibangunkan tiba-tiba, "Berani-beraninya kau!" desis Damian dengan tatapan membara, "Beraniberaninya
kau menyebut nama lelaki lain dan menangis untuknya di atas
ranjangku!" Serena benar-benar tidak siap ketika Damian menyerangnya dengan cumbuan
yang sangat hangat dan menggelora. Kali ini Damian berbeda dengan
biasanya,dia seperti....seperti membara, seolah olah tidak ditahan-tahan lagi,
ada apa" Ada apa sebenarnya"
Tapi Serena sudah tidak dapat berpikir lagi karena Damian sudah
menenggelamkan kesadarannya dengan cumbuan dan belaian jemarinya yang
sangat ahli. Sungguh nikmat....dan Serena ahkirnya menyerah dalam pelukan
Damian. *** Serena terbangun sendirian di ranjang itu. Damian sudah tidak ada. Yah lelaki
itu mungkin sudah pergi pagi-pagi sekali kembali kerumahnya sebelum berangkat ke
kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin kan dia terus-terusan berada di
apartement ini" Tapi entah mengapa Serena merasa ada yang kosong, setelah beberapa kali dia
terbangun dengan Damian di sisinya, entah kenapa ada yang kurang saat dia
terbangun sendirian sekarang.
Bodoh! Apa yang kau pikirkan Serena" Kau hanyalah wanita simpanannya, yang
dibelinya untuk memuaskan nafsunya! Jangan pernah berpikir macam-macam.


A Romantic Story About Serena Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lagian masih ada Rafi yang harus kau cemaskan.
Sambil membungkus tubuhnya dengan seprai, Serena melangkah ke kamar
mandi, tubuhnya terasa agak nyeri, karena entah kenapa pagi tadi Damian
bercinta seolah-olah kesetanan dan tidak menahana-nahan diri.
Ketika mengaca dan menurunkan selimutnya Serena mengernyit.
Dari Leher, buah dada sampai perutnya, semuanya penuh dengan bekas ciuman
Damian. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak di mana-mana. Warnanya
merah di sekujur tubuh Serena, dan Serena yakin tak lama lagi akan berubah
menjadi ungu. Dasar Damian! Siapapun yang melihat akan tahu kalau ini bekas ciuman, di
bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher"
Serena belum pernah mendapatkan bekas ciuman seperti ini di tubuhnya
sebelumnya. Percintaannya dengan Rafi selalu sopan dan tidak pernah sepanas itu sehingga
Rafi bisa meninggalkan bekas-bekas ciuman di kulitnya. Tapi Serena tahu bekas
ciuman seperti ini butuh beberapa hari untuk hilang.
Dasar Damian bodoh! Gerutunya sambil mencari cari turtle neck yang dapat
menutupi tubuhnya sampai ke leher lalu memadankannya dengan blazer, Serena
hanya menyapukan bedak tipis ke mukanya, lalu segera melangkah keluar,
jangan sampai dia terlambat ke kantor lagi.
Ketika berdiri di tepi jalan menanti kendaraan umum, Serena merasakan
sengatan sakit yang tiba-tiba di kepalanya.
Aduh! Di saat seperti ini migrainnya kambuh. Tapi tentu saja hal itu terjadi,
dia belum sarapan, dan dia kurang tidur gara-gara Damian hampir tidak pernah
membiarkan tidur nyenyak tiap malam.
Dengan memaksakan diri Serena naik ke dalam bus menuju kantornya.
*** "Wajahmu pucat sekali", salah seorang temannya memandang Serena dengan
cemas ketika Serena mendudukkan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat
dan setengah berlari ke mesin absen.
Serena memegang pipinya, memang terasa agak panas, apakah dia demam"
Dan kepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum,
"Engga apa-apa kok, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh
hangat pasti agak baikan."
Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa
nyeri,bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit, badannya
juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Serena
bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak
tertahankan, "Serena coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?",
salah seorang rekannya memanggilnya.
Dengan mengernyit Serena mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia
berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.
Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja
rekannya. Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan
semuanya menjadi gelap. *** "Pingsan?"!"
Damian setengah berteriak kepada Freddy yang menyampaikan kabar itu
padanya, "Kapan"! Dimana"!", Damian mulai berdiri dari balik meja besarnya.
Freddy hanya duduk santai di sofa kulit hitam di ruangan kantor Damian, "Tadi
dalam perjalanan ke sini aku kan mengambil arsip di sebelah klinik, ada
keributan di luar, gadis itu sedang digendong salah seorang rekannya ke klinik
dan di antar beberapa rekannya yang lain juga, dalam kondisi pingsan, dia pucat
sekali seperti kelelahan ", tambah Freddy penuh arti.
"Digendong?", kali ini wajah Damian menegang karena marah, "laki-laki?"
Freddy tiba-tiba saja tidak bisa menahan tawanya,
"Simpananmu pingsan dan kau meributkan siapa yang menggendongnya?",
Tawa Freddy kembali terdengar tak peduli pada wajah Damian yang marah,"
Tentu saja laki-laki, mana mungkin perempuan?"
Damian mendengus marah dan hendak melangkah keluar ruangan, tapi Freddy
berdiri dan menahannya, "Kau pikir kau mau kemana Damian?"
Damian menatap tangan Freddy yang menahan lengannya dengan marah,
"Tentu saja melihat Serena!"
"Dan membuat kehebohan di luar" Seorang CEO perusahaan yang jarang terlihat
saking sibuknya, yang bahkan untuk berkonsultasi dengannya harus melalui
perjanjian temu yang sulit, tiba-tiba saja turun menjenguk seorang staff biasa"
Kuulangi seorang staff biasa, yang tidak ada hubungan apapun dengannya",
Freddy menatap Damian tajam, "dan bahkan dengan wajah pucat pasi lebih
pucat dari yang pingsan kalau boleh kutambahkan", Freddy mulai terkekeh geli.
Damian melotot marah padanya, tapi kemudian menarik napas dan tersenyum
skeptis, "Kau benar, aku tak bisa", dengan pelan dia melangkah dan duduk di sofa.
Freddy menuangkan minuman untuknya dari meja bar kecil dan memberikan
kepada Damian yang langsung menyesapnya.
"Kau tak pernah begitu sebelumnya Damian, dan tak kusangka kau sebegitu
perhatiannya kepada gadis kecil ini, kukira kau hanya menganggapnya tubuh
yang sudah kau beli?"
Damian meletakkan gelasnya, lalu menatap tajam Freddy
"Dan tubuh yang kau katakan itu yang sekarang terbaring pingsan."
Freddy tersenyum dan duduk di sebelah Damian,
"Kemarin aku baru saja bilang kalau gadis itu membuatmu lelah dan tidak
berkonsentrasi, ternyata kau berbuat lebih parah padanya", Freddy tak dapat
menahan diri untuk tersenyum lebar, "Kau apakan saja gadis kecil itu Damian?"
Damian mengacak rambutnya bingung,
"Aku juga tidak menyangka bisa jadi begitu terobsesi kepadanya, kau
tahu.....rasanya tidak ingin berhenti, aku ingin terus menerus menyentuhnya,
ingin terus menerus merasakannya....jadi tiap malam aku..aku.."
"Kau bermaksud bilang tiap malam kau hampir tidak pernah membiarkannya
tidur?", kali ini alis Freddy berkerut.
Damian menghindari tatapan Freddy,
"Aku baru beberapa hari bersamanya, aku masih belum merasa puas",
gumamnya tak Jelas. Freddy menarik napas dalam,
"Damian, aku tahu kau terbiasa dengan wanita dewasa yang berpengalaman,
yang mungkin akan melayani marathon seksmu dengan senang hati kalau kau
mau, tapi ini, seorang perawan, seorang gadis kecil tak berpengalaman,
seharusnya kau lebih menahan dirimu."
"Aku tahu!", Damian menyela dengan keras, frustasi kepada dirinya sendiri,
"tapi...ah, kau tidak tahu rasanya Freddy..."
"Betul aku tidak tahu, karena itulah aku tidak mengerti, kalau memang nafsumu
sebegitu besarnya, kenapa kau tidak mencari wanita lain sebagai pelampiasan"
Wanita lain yang lebih bisa mengimbangimu" Jadi kau tetap bisa menjaga
kondisi tubuh gadis itu, tubuh yang kau beli seharga 100 juta", Freddy
mengingatkannya. "Ah ya...ya, bisakah kau jangan menyebutnya sebagai 'gadis itu atau 'tubuh
itu.." Dia punya nama Freddy, namanya Serena."
"Baiklah, Serena ini, kalau kau tidak mau menyakitinya, seharusnya kau mencari
wanita lain untuk mengimbangimu."
Damian mengernyit, wanita lain" Sepertinya itu ide yang bagus, kalau hasratnya
membuat tubuh Serena lemah, dia seharusnya menyalurkannya kepada wanita
lain, tapi. Damian tidak bisa membayangkan wanita manapun, dia mau Serena,
hanya Serena yang membuat tubuhnya berhasrat sampai seperti ini,
"Tidak bisa kalau bukan dia Freddy, kau tahu aku bukan maniak seks, bercinta
selama ini menjadi kebutuhan nomor duaku, bahkan aku selalu mementingkan
pekerjaan dibandingkan janji temuku dengan wanita-wanita itu, tapi Serena...
Dia seperti ada magnet dalam tubuhnya yang mengubahku menjadi seperti ini"
Freddy menarik napas, "Kalau begitu, kau harus belajar menahan diri Damian dan lebih peka, kalau dia
terlihat lelah, jangan memaksakan kehendakmu."
*** "Apa yang kau lakukan padanya?",
gumam dokter Vanesa, janda berusia 33 tahun yang sangat cantik, yang
kebetulan adalah sahabat Damian juga, ketika melihat Damian masuk ke
ruangan klinik itu, suasana sudah sepi dan dokter Vanesa sudah mengusir
rekanrekan kerja Serena dari klinik itu,
Damian mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Vanesa,
"Kenapa kau tersinggung. langsung menuduhku seperti itu?", gumamnya pura-pura Vanesa melirik ke arah Serena yang tertidur pulas, tadi Serena sempat bangun
dan Vanesa sengaja memberinya obat yang membuatnya mengantuk agar gadis
itu bisa beristirahat, "Seorang staff rendahan pingsan dan beberapa waktu kemudian sang CEO
perusahaan yang tidak pernah menginjakkan kakinya di klinik ini tiba-tiba
datang" Kau pikir ini kebetulan?"
Damian tersenyum miring, "Setidaknya kecerdasanmu tidak berubah Vanesa",
Vanesa terkekeh pelan, Pendekar Latah 30 Pendekar Mabuk 113 Tabib Sesat Permainan Di Ujung Maut 3

Cari Blog Ini