Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller Bagian 3
bahwa aku sudah siap untuk menghadapi takdir yang sudah
tersimpan untukku. "Ethan?" "Ya, sayang?" "Bagaimana kau tahu aku akan kembali ke sana-ke patung malaikat
putri duyung?" "Aku memasang GPS pada ponselmu beberapa waktu yang lalu."
Otot-ototnya sedikit menegang disekitar tubuhku. "Meskipun aku
tidak suka membaca 'Waterloo' dalam pesan teks itu," katanya,
berhenti sejenak untuk mengambil napas, "Aku senang kau
melakukan apa yang ingin kamu lakukan." Dia mencium keningku.
"Dan kau membawa ponselmu dalam kondisi menyala. Aku akan
terus menekankan padamu untuk tetap selalu membawanya ketika
kita berjauhan. Kita juga perlu berbicara mengenai keamanan itu
lagi." "Kenapa" Apa yang terjadi" "
Ia mengabaikan pertanyaanku dengan memberiku ciuman lagi,
kemudian bergumam sangat tegas "Nanti" di bibirku.
Aku tahu dari nada bicaranya berarti itu urusannya dan aku
membiarkannya. Lagi pula dia benar. Kami memiliki hal-hal lain
untuk ditangani terlebih dulu.
"Aku-aku ingin melihat tes itu sekarang."
"Sebelum kau melihat, aku harus mengatakan sesuatu." Sekarang
Ethanlah yang terdengar sangat cemas. Aku bisa merasakan
tubuhnya menegang dan sedikitpun aku tidak suka dengan
perubahan ini. Hal ini membuatku takut pada apa yang mungkin dia
katakan. Dan jika ia mengatakan apa yang aku takutkan itu, maka
aku tahu hal itu akan menjadi akhir dari hubungan kami. Ada satu
hal yang tidak bisa aku lakukan. Aku tahu aku tidak akan bisa. Aku
sudah pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya dan aku tidak
bisa melakukan itu lagi dan akan tetap bertahan.
"Baiklah. Katakan padaku." Aku merasakan perutku menegang dan
sangat gugup tapi bertekad untuk mendengarkan. Aku harus tahu.
Aku memejamkan mataku. "Lihat aku." Ia menelusuri jarinya di sepanjang sisi wajahku dan
berakhir di bibirku. "Aku ingin kau menatap mataku saat aku
mengatakan hal ini."
Aku membuka mata dan menemukan perhatian penuhnya yang
terfokus padaku. Intensitas dari cara dia menyampaikan
kebutuhannya padaku hampir membutakan ..
"Brynne, aku ingin kau tahu-tidak, aku ingin kau percaya-bahwa
apapun hasil tesnya, itu tidak akan mengubah perasaanku. Mungkin
ini bukan rencana yang ada dalam pikiranku denganmu, tetapi jika
ini memang benar... aku tidak akan merubahnya. Aku tahu kemana
aku ingin melangkah dan siapa yang kuinginkan untuk melangkah
bersamaku." Dia meletakkan tangannya di perutku dan menahannya
di sana. "Kau. Dan seseorang yang mungkin telah kita buat bersamasama ikut
denganku." Ekspresinya menunjukkan begitu penuh tekad,
tapi aku bisa melihat kerentanan di matanya juga, hampir seperti rasa
khawatir. Kata-katanya begitu meyakinkan, walaupun agak keras. Kurasa aku
mengerti apa yang ia katakan padaku, tapi aku ingin memastikan.
Secercah harapan mulai menyala didalam hatiku dan aku mencoba
menggali dalam-dalam, lebih dalam dari yang pernah aku lakukan
sebelumnya, untuk menemukan keberanian karena ingin
menanyakan bagian selanjutnya.
"Jadi...kau tidak akan memintaku untuk melakukan aborsi- "
"Sialan, tidak!" Dia memotongku. "Aku tidak bisa melakukan
pembunuhan itu, Brynne. Aku merasa bahwa itu salah... dan aku
sangat berharap kau merasakan hal yang sama."
Aku gemetar menghembuskan napas dalam-dalam. "Oh, terima
kasih Tuhan!" Aku merasa air mata menggenang di mataku. "Karena
aku tahu aku tidak ingin melakukan aborsi, bahkan jika kau
memaksakannya. Ibuku pernah mencoba memaksaku sebelumnya
dan hal itu- hal itulah yang membuatku putus asa ingin bunuh diri.
Aku tahu aku tidak akan sanggup..."
Dia memotong responku dengan menciumku kemudian
menyandarkan dahinya di atas dahiku. "Terima kasih," bisiknya, dia
mengusap wajahku dengan bibirnya yang lembut.
Aku hanya bernapas sebentar dan membiarkan dia terus memelukku
dengan merapatkan ke tubuhnya. Aku butuh meresapi itu semuanya
dan memahami perasaannya; dan aku sangat sangat lega. "Jadi, Kau
merasa lebih... senang?"
Dia bahkan tidak ragu. "Aku tidak tahu apakah 'senang' adalah kata
yang akan aku gunakan untuk menggambarkan bagaimana
perasaanku tentang kemungkinan kita akan menjadi orang tua, tapi
aku tahu apa yang dikatakan hati nuraniku kepadaku, dan jika kau
hamil... kurasa kejadian seperti ini sudah menjadi takdir, dan kita
harus menerimanya." Mata Ethan terlihat sangat biru saat ini, aku yakin aku bisa
tenggelam disana. "Apakah kau percaya pada takdir?"
Dia hanya mengangguk. Tidak ada kata-kata; sebaliknya ia memberi
gerakan yang terasa lebih intim dibandingkan jika dia
mengatakannya. "Oke, dimana itu?"
"Dimana apanya?"
"Hasil tesku. Sebelumnya berada di saku depan celana jeans-ku."
Sesaat tatapannya kosong kemudian mulai tertawa. Mengingat
keadaan itu rasanya tidak seperti biasanya bahkan untuk seorang
Ethan,. "Apa yang lucu?" Aku menuntut.
"Aku baru sadar aku tidak memilikinya lagi. Freddy yang tahu. Dia
satu-satunya orang yang tahu kebenarannya."
"Bagaimana dia tahu dan bukan kau?"
"Yah, dia harus pergi ke klinik untuk mendapatkan semua persediaan
yang dibutuhkan untuk infusmu dan sementara dia pergi, saat itulah
aku menemukan itu sudah jatuh di lantai." Dia mencium pelipisku.
"Aku hanya menatapnya di lantai ketika Fred masuk ke kamar. Dia
bertanya padaku apakah aku akan melihatnya. Aku menyuruhnya
untuk membacanya, tapi tidak usah memberitahuku. Dan itulah yang
dia lakukan. Dia melihat hasil tes itu kemudian memasukkannya ke
dalam saku kemejanya, aku pikir. Dia benar-benar fokus ingin
memasukkan cairan ke dalam tubuhmu, dan terus terang aku juga
begitu. Kau benar-benar tidak sadar. Kau tidak pernah bangun
bahkan ketika aku melepas pakaianmu. Kau sungguh-sungguh
membuatku ketakutan." Dia sedikit meremasku. "Jangan pernah
melakukan hal itu lagi, please."
"Percayalah, aku tidak ingin merasakan sakit itu lagi, terima kasih
banyak. Rasanya mengerikan..." Aku terdiam, menyadari kami
masih belum memiliki jawaban dari satu-satunya pertanyaan yang
kami inginkan. "Tunggu, aku akan melakukan tes yang kedua-" aku
mengingatkannya. "Ya, aku juga berpikir tentang itu. Aku ingin tahu apakah masih ada
lagi di bawah, di kamar kecil wanita." Ethan bangkit dari tempat
tidur dan meraih celana jinsnya. "Aku sangat berharap masih ada
demi kepentingan Fred, karena aku ragu dia akan mengerti jika
dibangunkan pada pukul dua pagi untuk memberi kita hasil tes yang
pertama." "Apakah kau akan turun untuk mencarinya?"
"Mmm-hmm," katanya, "Aku sudah menunggu berjam-jam untuk
mengetahui kebenarannya dan aku tidak ingin menunggu lebih lama
lagi." Dia memberiku tatapan intens lagi saat dia mengenakan
celananya. "Oke bagaimana denganmu?"
Aku mengangguk dan mengambil napas dalam-dalam. "Aku ingin
tahu juga." Dia berdiri dan memeriksa kantung infusku sebelum menciumku
dengan cepat di bibirku. "Jangan pergi ke manapun, sayang."
"Oh, aku tidak akan kemana-mana," kataku sinis, "Aku ingin ini
lepas dari aku." Aku menunjuk ke pergelangan tanganku.
"Kalau sudah pagi, kata Fred. Dia akan melepasnya." Dia merapikan
rambutku dengan lembut dan itulah cara yang dia lakukan seperti
biasanya untuk menenangkan aku. "Tetesan ini masuknya sangat
pelan sekarang." Dia memberiku senyuman yang sangat manis. Aku
senang melihat itu. Aku suka ketika Ethan tersenyum, setiap saat.
Karena hal itu mengubah seluruh wajahnya ke tempat di mana ia
benar-benar terlihat... bahagia.
"Aku akan di sini menunggu, kalau begitu." Aku mengangguk.
Dia kehilangan senyumannya dan mulai serius lagi tapi berbalik ke
pintu, mengenakan jins dan bertelanjang kaki, jari-jarinya
mengacak-acak rambutnya, jenggotnya tampak berantakan.
Dia membuatku terpesona. ?"" "Menuruni tangga besar, setelah berjam-jam, untuk pertama kalinya
aku bisa mengambil napas dengan rileks. Yah, mungkin rileks bukan
kata yang akurat, tapi rasa takut yang telah menghancurkan aku
seakan-akan benda berat yang ada di dadaku sudah diangkat dan
cukup membuatku bisa bernapas tanpa merasakan sakit secara fisik.
Dia sudah bangun kembali, untuk satu hal. Pertama-tama kami sudah
sepakat dengan kehamilan yang tanpa direncanakan ini. Sisanya
harus ditangani selangkah demi selangkah.
Langkah pertama adalah untuk menemukan test kit yang belum
digunakan. Barang itu tidak ada di kamar kecil wanita di mana terakhir kali aku
melihatnya, dan itu masuk akal karena rumah ini adalah hotel yang
hampir penuh setiap saat. Hannah tidak akan meninggalkan sesuatu
seperti itu di sebuah ruangan di mana para tamu bisa
menemukannya. Aku tidak mengharapkan itu masih berada di sana
pula. Setelah itu aku menuju ke dapur. Aku punya pemikiran di mana alat
itu mungkin ditempatkan dan menyalakan lampu. Pantry ini sangat
besar, dengan satu sisi, seluruh dinding dikhususkan untuk item nonpangan dan
persediaan untuk bisnisnya. Aku mengamati setiap rak,
dan kemudian bingo, disana. Kotak yang aku beli di apotek Kilve
kemarin tergeletak di rak bersama sabun. Aku membaca paket itu
lagi. "Lebih dari 99% akurat" dan "Seakurat tes dari dokter" itu
berarti sesuatu, kan"
Saat aku akan keluar meninggalkan dapur aku melewati rak dengan
foto di atasnya, foto ibuku dengan Hannah dan aku. Aku berhenti
dan mengambilnya. Ketika aku mengkaji foto itu, aku menyadari
beginilah caranya ketika aku selalu membayangkan dia.
Kecantikannya tertangkap dalam foto ini untuk terakhir kalinya
sebelum dia meninggal dan menjadi sesuatu yang lain. Aku menatap
gambarku saat berumur empat tahun, bagaimana aku bersandar
padanya dan bagaimana dia menyentuhku, tanganku di atas kakinya,
dan bertanya-tanya apakah aku pernah mengatakan padanya kalau
aku mencintainya. Tentu saja aku pernah mengatakan itu dalam
mimpiku dan doaku, tapi aku bertanya-tanya apakah aku pernah
mengatakan kata-kata itu pada ibuku sehingga ia bisa mendengar itu
datang dari aku. Namun, tidak ada seorangpun yang bisa aku tanyai.
Bahkan jika ada, aku tidak berpikir aku bisa menanyakan pertanyaan
itu pada mereka. Sesuatu yang tidak manusiawi karena mencoba
membuat ayahku atau Hannah diingatkan kembali akan sesuatu
seperti itu. Aku berpikir tentang kemana aku akan melangkah dan bagaimana
dengan Brynne dan aku akan melakukannya beberapa menit dari
sekarang, dan sangat berharap ibuku bisa tahu tentang hubungan
kami. Dan aku bisa meneleponnya dan mengatakan, "Aku punya
berita, Mum, dan aku berharap kau akan senang mendengarnya."
Aku menggosokkan jariku di atas gambar wajahnya yang cantik dan
meletakkannya kembali di rak, entah bagaimana aku merasakan ada
koneksi di sana dan mungkin ibuku tahu tentang aku. Aku
menyimpan harapan itu di dalam hatiku saat aku mematikan lampu
dan kembali ke atas untuk menemui gadisku.
Brynne sedang duduk di tempat tidur tampak cantik dan gelisah, dan
dorongan untuk melindunginya mengalir dalam diriku begitu sangat
intens, hal itu membuat aku berhenti sejenak. Dan aku menyadari
sesuatu yang sangat penting. Aku tahu pada momen ini, siapapun
yang berani mencoba untuk menyakitinya atau calon anak kami
harus membunuhku terlebih dahulu untuk mendapatkan mereka.
Wow. Aku mengangkat bahu karena bagaimanapun juga aku tidak
peduli pada diriku sendiri. Jika terjadi sesuatu pada dirinya, aku akan
mati. Ini adalah kebenaranku. "Kau menemukannya?" Tanyanya dengan suara manis.
Aku melambaikan kemasan itu di depanku ketika aku berjalan
mendekat. "Satu tes yang hilang."
"Oke, aku siap." Dia berbicara dengan pelan dan mengulurkan
tangannya. Aku meletakkan bungkusan itu di pangkuannya dan mengambil
tangan kanannya. Bukannya mencium ujung tangannya, aku malah
membaliknya dan menekan bibirku ke pergelangan tangannya. Aku
bisa merasakan denyut nadinya. Matanya dipenuhi dengan air mata,
jadi aku tersenyum dan mengatakan kebenaran itu pada dirinya.
"Semuanya pasti akan ada jalan keluarnya, memang sudah
ditakdirkan, sayang. Aku tidak memiliki keraguan pada hal itu."
"Bagaimana bisa?"
Aku mengangkat bahu. "Aku hanya tahu bahwa kita akan bersamasama, dan jika hal
ini bagian dari masa depan kita, sebaiknya kita
terus melangkah ke depan dengan semua itu." Aku menarik kembali
selimutnya dan membantunya keluar dari tempat tidur.
"Aku bisa berjalan," katanya. "Dan aku berjanji bahwa aku akan
keluar di pintu yang sama saat aku masuk kali ini." Dia menunduk,
merasa malu. Aku bisa bersikap sombong pada saat ini, jadi aku meraih
kesempatan itu meskipun hal itu membuatku seperti seorang
bajingan. "Ya, aku sangat yakin, cantikku. Kau pasti kesulitan
menuruni tangga dengan tiang itu dan aku tidak menyadarinya."
Rasa malunya langsung hilang dan matanya menyala sangat indah
melotot padaku. "Aku bisa memikirkan untuk menggunakan tiang
ini dengan baik." "Itu baru gadisku." Aku menuntunnya ke kamar mandi, mendorong
tiangnya, aku tidak bisa mengekang mulut sok usilku. "Kau tahu,
tiang ini benar-benar sangat bagus. Mungkin bagus karena praktis
memiliki beberapa kegunaan-"
Dia menutup pintu kamar mandi di depan wajahku dan
meninggalkan aku sendirian di balik pintu untuk kedua kalinya,
menunggu informasi dan sekarang aku berharap akan menjadi
kenyataan. Aneh, tapi dari awal, aku merangkum pemikiran itu tidak
lama setelah hal ini dibicarakan. Gambaran seorang bayi adalah
pemadangan yang menakutkan, tentu saja, tapi kami orang yang
cerdas dan pasti memiliki lebih banyak kelebihan daripada yang
dialami kebanyakan orang lain ketika mereka mulai berkeluarga.
Anak kami hanya sebagai pengikat bersama agar menjadi lebih
kokoh lagi, dan itu merupakan hal yang indah di mataku. Aku tahu
apa yang aku tahu, meski aku tidak bisa mengakui itu pada
seseorang di dunia ini. Kalau aku sudah membuat gadisku hamil,
kalau kami membuat seorang bayi bersama-sama dan sekarang
tumbuh di dalam dirinya, jadi aku tidak akan pernah kehilangan dia,
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia tidak akan pernah meninggalkan aku, tidak ada yang bisa
membawanya pergi. Aku tidak melihat apapun atau siapapun yang bisa membantah
logikaku. Sekali lagi, hal itu benar-benar masuk akal bagiku.
?"" Bab 10 "Ketika aku membuka pintu kamar mandi karena ingin keluar, hasil
tes kehamilan di tanganku, Ethan masih disana di mana aku
meninggalkannya ketika aku menutup pintu tepat di depan wajahnya
yang menyeringai. Tuhan memberkatinya saat mencoba
membujukku dan membuat situasi yang menegangkan menjadi
sedikit lebih mudah. Jika aku harus membaca wajahnya, aku akan
mengatakan dia bisa menangani kemungkinan menjadi seorang
ayah dengan sangat baik. Sebenarnya, ia tampaknya hampir berharap aku hamil. Aku
bertanya-tanya mengapa, dan tentu aku bisa mengatakan bahwa dia
dan aku tidak berada di tempat yang sama dalam memikirkan
tentang ini semua. Bahkan jauh lebih dari itu. Umur Ethan jauh lebih
tua. Delapan tahun lebih tua. Itulah yang membuat perbedaan
signifikan ketika berhadapan dengan kemungkinan akan terjadi suatu
perkawinan dan menjadi satu keluarga. Kehidupan yang sedang
terjadi begitu cepat dan hal itulah yang membuatku takut. Satusatunya yang
membuatku keluar dari kepanikanku yang benar-benar
gila ini adalah sikapnya menghadapi seluruh situasi ini, dia
menyakinkan aku kalau kami bisa menjalani ini.
Aku masih benar-benar tidak bisa melihat bagaimana mungkin aku
ternyata bisa hamil. Aku memiliki beberapa pertanyaan besar untuk
Dokterku, aku tahu pertanyaan itu akan sangat banyak. Seperti
bagaimana bisa pil KB tidak berhasil padahal tidak pernah
lupa diminum selama bertahun-tahun"
Dia melingkarkan lengannya di sekelilingku dan aku mulai
melangkah sambil membawa tiang infusku kembali ke tempat tidur.
"Kau menungguku di sini?" Aku mengintip ke arahnya.
"Tentu saja," kata Ethan, mengambil daguku dan mengangkatnya
untuk bertemu dengan bibirnya menjadi sebuah ciuman yang
perlahan-lahan, basah dan bergairah. Aku membutuhkan inia. Dia
tampaknya selalu tahu ketika aku membutuhkan kasih sayang dan
penghiburan, dan dia sangat bermurah hati untuk mewujudkan itu.
Aku menekan hasil tes itu ke tangannya dan melihat matanya
melebar. "Aku ingin kau yang pertama kali melihatnya. Kau lihat dulu baru
beritahu aku. Hanya butuh waktu beberapa menit untuk menunggu
hasilnya." Suaraku terdengar hampir sama gugupnya dengan apa
yang kurasakan. Dia tersenyum padaku. "Oke. Aku bisa melakukannya. Tapi
pertama-tama, waktunya kembali ke tempat tidur untuk gadisku."
Ethan mencium dahiku terlebih dahulu kemudian meletakkan hasil
tes di meja samping tempat tidur dan meninggalkannya di sana. Dia
menempatkan aku di tempat tidur, melepaskan celana jinsnya lagi
dan merangkak di sampingku. Dia menarikku mendekat dan
mengatur posisi kami seperti sebelumnya. Aku menyandarkan
kepalaku di dadanya dan menempatkan telapak tanganku diatas
ototnya yang keras. Aku memiliki banyak yang hal yang ingin
dikatakan, tapi hampir tidak tahu harus dimulai dari mana.
Sebaiknya mulai dari bagian yang paling penting dari percakapanku
ini. "Ethan?" "Ya?" "Aku sangat mencintaimu."
Begitu aku membisikkan kata-kata itu, seluruh tubuhnya menjadi
rileks. Aku merasakan kekerasan dalam dirinya melembut dan aku
tahu dia telah menunggu pernyataan itu dariku, mungkin telah lama,
selama beberapa jam pada hari sekaligus mimpi buruk ini. Aku tahu
aku tidak bisa mengucapkan kata-kata itu sesering mungkin dan
semudah yang biasa dilakukan Ethan, dan meskipun aku mencoba
untuk menunjukkan kepadanya, aku menyadari bahwa aku hanya
sedikit terbuka padanya, karena aku tidak nyaman melakukan itu.
Aku bisa mencoba melakukan upaya itu demi dirinya.
"Aku mencintaimu j-"
Aku mendiamkan dirinya dengan menempatkan jari-jariku di
bibirnya dan mengangkat kepalaku keatas. "Aku tahu kau
mencintaiku. Kau mengatakan padaku sepanjang waktu. Kau lebih
baik dari aku dalam mengekspresikan perasaanmu, dan aku ingin
kau tahu bahwa aku sudah melihatnya. Aku melihat bagaimana
caramu menangani ku dan bagaimana kau menyentuhku dan
bagaimana kau menunjukkan padaku untuk menjadi seorang yang
sangat solid dan baru saja...berada di sana untukku." Aku
mengambil napas dalam-dalam.
"Brynne...itu satu-satunya cara aku-"
"Kumohon biarkan aku menyelesaikannya." Aku menekan jari-jariku
kembali di atas bibirnya. "Aku harus mengatakan ini sebelum kita
melihat hasil tes itu dan aku menjadi kalut, apapun hasilnya nanti."
Mata birunya sudah mengatakan begitu banyak, meskipun mulutnya
tertutup. Dia mencium jari-jariku, yang masih di atas bibirnya, dan
menunggu aku melanjutkan kata-kataku.
Aku menarik napas dalam-dalam lagi.
"Aku melarikan diri darimu terakhir kali. Aku tidak mengatakan
'Waterloo' lagi padamu. Ini mengerikan bagaimana aku hanya pergi
begitu saja dan aku sangat malu aku begitu rapuh dan egois. Aku
bertindak seperti anak kecil dan aku bahkan tidak bisa
membayangkan apa yang akan dipikirkan keluargamu mengenai
diriku sekarang. Mereka seharusnya berdoa supaya aku tidak hamil,
hanya sakit flu parah, karena aku yakin mereka melihatku seperti
orang Amerika gila yang mencoba untuk menjebakmu-"
"Tidak. Tidak, tidak, tidak, tidak, mereka tidak berpikir begitu,"
selanya, bibirnya menemukan bibirku dan membungkam ucapanku
selamanya. Dia menggulingkan aku di bawahnya, sangat berhati-hati
dengan pergelangan tangan kiriku, membentangkan tanganku keatas
dan saling berjauhan. Menjadi Ethan seperti biasanya. Mengambil
alihku kontrol diriku dengan satu-satunya cara hanya dia yang tahu,
dan dengan cara seperti aku membutuhkan dia. Bagaimana dia
selalu tahu" Dia melumat bibirku, menjepit tubuhku dibawahnya dan dia
menemukan akses masuk dengan lidahnya berputar-putar berulang
kali didalam mulutku. Aku merasakan serangan sensasi kenikmatan
mendatangiku setiap kali kami bersama-sama. Kebutuhannya ingin
berada di dalam diriku digabung dengan kebutuhanku untuk
memiliki dia berada disana.
Dia mengangkat kepalanya dan menahanku di bawahnya, salah satu
tangannya menopang tubuhnya dan yang satunya memegang pipiku.
Dia memiliki wajah serius pada saat ini.
"Aku tahu kebenaran itu, Brynne. Aku disana sejak hari pertama
denganmu, ingatkah" Aku tahu betapa sulitnya aku harus melakukan
itu untuk mendapatkanmu."
Dia menunduk dan menyeret janggutnya di atas leherku untuk
menjilat dibawah telingaku. "Saat itu juga aku menginginkanmu,
seperti aku menginginkan kau sekarang ini, sepertinya aku akan
selalu menginginkan dirimu," katanya berbisik diantara gigitan
dengan menggunakan bibirnya melintasi leherku dan tenggorokanku,
kembali ke mulutku sehingga ia bisa melahapku lagi.
Aku berbunga-bunga di bawah belaiannya yang sangat intim,
menemukan jalan dimana aku seharusnya berada.
Dia menarik diri kebelakang, wajah tampannya yang keras di atasku,
tercermin dalam bayangan salah satu lampu dikamar ini. Dan tepat
saat ini waktu dini hari, terkubur ditengah serangkaian peristiwa
yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup kami selamanya,
Ethan-ku mengucapkan kata-kata yang paling sempurna.
"Aku berharap aku bisa bercinta denganmu sekarang. Sekarang.
Sebelum kita tahu apa hasil tesnya...karena hal itu tidak akan
mengubah apa-apa yang kurasakan disini...untukmu." Dia
mengangkat tangan kananku dan menempatkan di hatinya.
"Ya, kumohon," aku berusaha mengendalikan diri sebelum jatuh
disuatu tempat yang begitu jauh ke dalam cinta bersamanya yang
membuatku menyadari hal yang belum pernah aku ketahui
sebelumnya. Hal ini antara aku dan Ethan, benar-benar tidak bisa
diubah lagi. Dia bangkit dari atasku dan duduk di atas lututnya. Matanya biru
tajam, seakan meminta ijin karena dia biasanya seperti itu denganku.
Ethan tahu apa yang dia inginkan dan akan mengambilnya dari aku,
tapi dia harus tahu apakah aku bersedia.
Ya aku bersedia. Tidak ada kata-kata yang bisa diucapkan karena hal
itu tidak dibutuhkan. Benar-benar tidak dibutuhkan.
Perlahan-lahan aku mengangkat tanganku yang lain untuk
menyelaraskan tangan kiriku dan melengkungkan punggungku,
menawarkan diriku kepadanya dengan cara yang aku tahu dia pasti
menyukainya. Menyerahkan diriku dalam lindungannya dan
mengetahui dia akan membawa kami ke suatu tempat di mana kami
bisa seperti itu bersama-sama dengan cara yang sudah kami pahami
dengan baik. Dia melepas kausnya dan melemparkannya. Mataku
meresapi potongan otot-otot perutnya dan lekukan keras otot bahu
dan bisepnya. Aku bisa menatapnya sampai berjam-jam,
tapi biasanya tidak bisa selalu puas melihatnya.
Dia mendorong bajuku ke atas dan melewati kepalaku,
meninggalkannya berkumpul di tangan kiriku. Agaknya memang
harus tinggal di sana, karena aku masih terhubung dengan infus. Dia
menarik tangannya ke bawah, melayang tepat di atas kulitku, tidak
menyentuh saat ia menyapukan pandangannya pada tubuhku. Hal ini
mengingatkan aku pada seorang pianis yang sudah siap sebelum
mulai memainkan pianonya. Begitu indah saat memandangnya.
Dia membungkuk di atasku, mulai dari rongga tenggorokanku, dan
meluncur kebawah dengan lidahnya sejauh yang ia
bisa. Lidahnya dengan sangat lambat menyusuri diatas tulang
dadaku, turun ke bawah perut sampai pusarku, dimana ia memberi
perhatian khusus di lekukan itu. Dia sama sekali tidak mendekati
payudaraku dan jelas menghindarinya sehingga membuat tubuhku
mengelenyar kearahnya, tubuhku sudah terasa terbakar,
menginginkan sentuhannya.
Dia mendongak dari pusarku sebelum meraih ban pinggang leggingku. Lidahnya terus
kebawah sementara tangannya menarik turun
legging-ku, tepat di atas pusat tubuhku, lalu menjilat seksku.
Lidahnya mendorong diantara lipatan dan menemukan clit-ku yang
sudah membengkak dan nyeri ingin disentuh dirinya. Tubuhku
melengkung dari tempat tidur dan mengerang saat ia melahapku
untuk sampai ke jurang orgasme dengan bibir dan lidahnya.
"Belum, cantikku," sergahnya didepan vaginaku, memperlambat
sentuhan lidahnya untuk menahanku di tepi klimaks tanpa terjatuh.
Dia menekan satu telapak tangannya diatas perutku dan tangan yang
lain berhasil menarik legging lurus ke bawah dan
sepenuhnya lepas dari kakiku dengan sedikit
bantuan dariku mengangkat pinggulku.
Dia menarik salah satu kakiku agar terbuka dan menaik kemudian
menggeram dengan suara liar seseorang yang sedang bernafsu ,
menatap tubuhku yang terbuka lebar karena dia, telapak tangan
satunya masih di atas perutku. Ethan membuat diriku yang benarbenar terbuka dan
telanjang, menjepitkan tangannya ketika
dia merunduk lagi dan memasukkan lidahnya, menembusku sejauh
yang ia bisa. Dia melakukan keajaiban dengan lidahnya itu, dan aku
merasakan diriku jatuh karena semua yang ada di dalam tubuhku
ditarik menuju ke sebuah pelepasan. Mungkin aku akan mati jika ia
tidak memberikan itu untukku.
"Katakan padaku sekarang," perintahnya dengan napas yang kasar di
pusat tubuhku. Sekali lagi, aku memahami dia. Aku tahu persis apa yang ingin dia
dengar. "Aku mencintaimu, Ethan! Aku mencintaimu. Aku sangat
mencintaimu..." Aku terisak dengan pernyataanku, hampir tidak
dapat didengar bentuk kata-kataku itu.
Bagaimanapun juga, dia mendengarku.
Lidah sempurna Ethan menyelimuti disekeliling clitku dan
mengisapnya dengan keras. Aku meledak seperti bom nuklir,
awalnya pelan, berhenti sejenak sebelum api ledakan itu pecah
memisahkan aku menjadi potongan-potongan yang tak terhitung
jumlahnya. Potongan-potongan dari diriku hanya bisa dikumpulkan
dan disusun kembali oleh satu pria. Hanya Ethan yang bisa
melakukan itu. Kebenaran ini sepenuhnya aku pahami. Seseorang
memiliki kekuatan yang bisa membuatku menjadi potongan terpisah
dan juga satu-satunya orang dengan kekuatannya bisa
mengembalikan diriku lagi.
I returned to the thought that I might be dead by then.
Mata biru Ethan sedang melayang di atasku ketika aku membuka
mataku. Dia bergerak mundur diatas tubuhku, tangannya
ditempatkan dimana mulutnya baru saja berada disana, jemarinya
yang panjang meluncur perlahan didalam diriku, ibu jarinya
menekan diatas tumpukan saraf dengan sensasi kenikmatan yang
dekaden. Aku melayang di sana, masih terengah-engah, memandang ke
arahnya, menerima ciuman dan sentuhannya yang begitu intim. Rasa
diriku di bibirnya selalu membuatku merasa dihargai untuk beberapa
alasan. Sepertinya dia ingin berbagi pengalaman denganku. Dia
membawa jemarinya yang tadinya terkubur didalam diriku naik dan
menekannya melengkung, ke dalam mulutku, jemarinya meluncur
masuk dan keluar sepanjang lidahku. Inilah keintiman teratas dari
semua keintiman. Ethan berbisik mengenai sesuatu yang erotis
padaku tentang bagaimana nikmatnya aku dan penampilanku serta
rasa dan bauku, dan apa yang akan dia lakukan untukku selanjutnya.
Aku juga sangat tidak sabar untuk selanjutnya itu, terutama saat
merasakan kejantanannya yang sudah mengeras dan membesar
menempel di kakiku, akhirnya aku menyadari ia sudah melepas
celana boxernya. Aku mencoba untuk lebih mendekat dengan
memutarkan pinggulku terh adap miliknya yang panjang dan kaku
itu. Dia tertawa dan membisikkan sesuatu kalau dia akan memberiku
dengan tidak terburu-buru.
Aku langsung berpikir bahwa saat itu mungkin aku sudah mati.
"Ethan-ku..." Aku mencoba untuk menyentuhnya dengan tanganku,
tapi dia menyeret tanganku kembali di atas kepalaku dan memberiku
satu tatapan yang tidak perlu diterjemahkan. Aku menggelenggelengkan kepalaku,
membutuhkan lebih dan merasa putus asa.
"Katakan apa yang kau inginkan," ia bergumam dileherku.
Aku melengkung lagi, berusaha untuk menyatukan kami bersama,
tapi Ethan mengontrol kecepatan usahaku itu. "Aku ingin-aku ingin
merasakan kau berada dalam diriku," aku memohon padanya.
"Mmmm...ya, sayang," dia mendesis dengan suara parau. "Sekarang.
Aku akan memberimu kejantananku dengan sangat...sangat...pelan.
Begitu perlahan-lahan dan sejauh mungkin berada di dalam dirimu
dan kau akan merasakan setiap molekul diriku...didalam dirimu."
Aku akan mati. Aku merasakan dia bergeser ke posisi diantara kedua kakiku,
melebarkan kakiku, ujung batangnya yang panjang keras sudah siap
dan perlahan-lahan digoyangkan dipangkal pahaku yang sudah
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
basah, tapi dia belum memasuki diriku. Aku tahu apa yang dia
lakukan. Dia menikmati, memperpanjang penantian itu,
membiarkanku menikmati setiap sensasi sentuhan kecil dan
kenikmatan itu, begitu pelannya, seolah-olah kami memiliki ini
untuk selamanya. Malam ini aku menghadapi
Ethan yang sangat lembut dan sabar.
Ia menyangga tubuhnya dengan tangannya dan sedikit
menggoyangkan pinggulnya setiap kalinya, masih perlahan dan
terkontrol saat ia bergeser mengusap sedikit ujung kejantanannya
seakan mencium clit vaginaku yang sudah panas itu secara berulangulang. Tubuhnya bergetar di atasku, mata kami saling terkunci dan
terbakar, ketika ia menurunkan kepalanya untuk menyentuhkan
dahinya ke dahiku. Hanya sekali itu koneksi yang dibuat, ia
mendorong masuk ke kedalam diriku sepenuhnya, akhirnya
menyerah untuk menyelesaikan penantian itu, membenamkan
dirinya sampai ke bolanya saat suara desah yang paling erotis keluar
dari tenggorokannya. Aku menjerit karena kenikmatan itu.
Ethan menemukan bibirku lagi dan mendorong lidahnya ke dalam
diriku seiring dengan dorongan kejantannya yang meluncur dengan
elegan, mengambil waktunya untuk membawaku bersamanya. Aku
tahu dia akan menunda orgasmenya sampai aku datang lagi atau baru
akan datang. Ethan menemukan bibirku lagi dan mendorong lidahnya ke dalam
diriku seiring dengan dorongan kejantannya yang meluncur dengan
elegan, mengambil waktunya untuk membawaku bersamanya. Aku
tahu dia akan menunda orgasmenya sampai aku datang lagi atau baru
akan datang. Kecepatannya terus meningkat dengan stabil dan aku meremas
dinding didalam diriku sekeras yang aku bisa di sekelilingnya,
berusaha sebisa mungkin aku mendapatkan setiap bagian dari
dirinya. Aku tahu hal itu berhasil ketika ia membengkak lebih keras
dan mulai menarik napas dengan kasar pada setiap dorongannya.
Suara yang dia buat itu terdengar begitu indah bagiku, merasuk di
dalam kepalaku seiring dengan getaran cengkeraman pada pusat
tubuhku yang akan meluncur menuju klimaksku yang lain.
Ketika ia menutupi satu putingku dengan mulutnya dan merenggut
yang satunya dalam satu cubitan yang lembut, aku tiba-tiba orgasme,
menerjang tanpa terkendali bersama seperti gelombang pasang, ikut
membawa segalanya. Ethan menatapku saat ia meledak dengan
gemetar mengeluarkan suara teriakan dan mengisiku dengan
semburan panas, sisa getaran liar masih kencang sebelum melambat
menjadi putaran halus yang menarik bagian akhir kenikmatan di
antara kami sampai jatuh menuju keheningan.
Aku merasa penuh karena dirinya sekarang dan aku tidak ingin
perasaan seperti ini pergi. Aku ingin selamanya tetap seperti ini
bersamanya. Pada momen seperti ini, rasanya seperti untuk
selamanya adalah kemungkinan yang sangat menyenangkan.
Tapi dia berguling telentang dan membawaku bersama dengan dia
sampai aku berada di atasnya, pergelangan tangan kiriku benar-benar
tidak terganggu oleh semua yang baru saja kami lakukan. Sekarang
dia memperbolehkan aku menggunakan tanganku untuk
menyentuhnya. Aku membawa tanganku ke dadanya dan
merentangkan jemariku disana, merasakan debaran jantungnya di
bawah telapak tanganku. Dia menangkup wajahku dan menciumku sebentar, membisikkan
kata-kata tentang betapa dia mencintaiku dan aku adalah miliknya
apa pun yang terjadi dalam kehidupan kami, bahwa ia tidak akan
pernah berhenti mencintaiku. Dia mengusapkan tangannya perlahanlahan naik dan
turun di sepanjang punggungku.
Setelah beberapa saat momen intim dari belaian tangannya berlalu,
dia bergumam sambil menyapukan bibirnya dengan lembut ke
bibirku, "Jangan jatuh tertidur lagi."
"Tidak akan." "Apakah kamu siap?"
Aku mengangguk dan berbisik, "Ya."
"Dan tidak ada yang berubah dari kita."
"Tidak ada yang berubah bahwa kita saling mencintai," aku
mengklarifikasi. "Aku tahu kau tidak cuma cantik namun tidak punya kecerdasan dari
pertama kali aku pernah mendengarmu berbicara," katanya sambil
mengedipkan mata. Dia meraih alat tes di meja samping tempat tidur dan
mendekatkannya ke cahaya.
Detak jantungku berpacu dengan cepat, dan itu bukan berasal dari
orgasme yang indah tadi. "Benda itu menunjukkan tanda minus
untuk negatif dan tanda plus untuk positif," ujarku.
Ethan menaikkan satu alisnya kearahku. "Terima kasih atas
petunjuknya; kupikir aku mungkin sudah tahu bagian itu, sayang."
Dia melirik ke alat tes itu.
Aku membaringkan pipiku di atas dadanya dan mencoba bernapas.
Dia hanya menatap alat itu, dan kemudian tangannya mulai bergerak
perlahan ke atas dan bawah di lekukan punggungku seperti
sebelumnya. Rasanya seperti lama sekali waktu berlalu tapi dia tetap tenang,
hanya mengusap-usap punggungku dengan tangannya tanpa sadar,
kami masih terhubung, kemaluannya masih terkubur di dalam
tubuhku bahkan dalam keadaan setengah-keras, sampai aku tidak
bisa menahan waktu lagi untuk menunggu.
"Apa hasilnya?" Bisikku.
"Kau harus melihat ke arahku."
Keraguan pada diriku sendiriku yang sudah kukenal selama
bertahun-tahun, keraguan yang selalu dekat, keraguan yang memiliki
hubungan pribadi denganku, merangkak kembali menghancurkan
semua perasaan nyaman yang baru saja kami nikmati bersama-sama.
Ketakutan itu hampir melumpuhkanku, tapi Ethan tidak akan
membiarkannya. Dia terus mengusap punggungku, dan bahkan
menyenggolku sedikit untuk melepaskan aku dari rasa takut yang
mencekamku. "Lupakan semua yang lainnya dan tatap aku, Brynne."
Aku mengambil penuh semua keberanian dan mengangkat mataku.
Sejak pertama kali aku mengenal Ethan, perasaannya pasti selalu
terlihat jelas-dari ekspresi di wajahnya, nada suaranya sampai bahasa
tubuhnya. Itu mudah diketahui apakah dia senang, kesal, santai,
bergairah atau bahkan bahagia. Ekspresi bahagia Ethan tidak terlalu
sering, tapi Aku sudah pernah melihatnya cukup sering untuk
mengenalinya. Ketika aku melihat ke wajahnya, dia menunjukkan kepadaku
sekarang, aku yakin tentang satu hal.
Ethan tampak bahagia-benar-benar bahagia dengan fakta bahwa ia
akan menjadi seorang ayah.
?"" Bab 11 ?"Dari catatan yang dikirim oleh Dr. Greymont, saya sependapat
dengan hasil pemeriksaannya bahwa kehamilanmu berusia sekitar
tujuh minggu, Miss Bennett."
Dokter itu sudah cukup berumur, dan fakta bahwa aku diajarkan
untuk menghormati orang yang lebih tua dariku, karena aku yakin
tidak akan menyukai kemana letak tangannya sekarang. Dr.
Thaddeus Burnsley memasukkan alat ultrasound terbungkus kondom
ke dalam vagina Brynne untuk memeriksanya saat ia berusaha
mencari detak jantung bayi kami.
Untunglah ia hanya fokus pada monitor dan bukan pada vaginanya.
Rasanya agak canggung, tapi sial, itu adalah bagian dari proses
pemeriksaan, jadi sebaiknya aku harus membiasakan diriku untuk
itu. Meskipun begitu aku tidak tahu bagaimana seseorang melakukan
pekerjaan seperti itu. Wanita hamil sepanjang hari dengan bagian
tubuh mereka terlihat pada layar" Ya Tuhan, pria itu pasti sudah
sangat terbiasa. Fred merekomendasikan dia pada kami, jadi di
sinilah kami pertama kali membuat janji untuk menemuinya. Ethan
Blackstone dan Brynne Bennett, calon orang tua Bayi Blackstone,
akan lahir pada awal tahun depan.
"Jadi pada pertengahan Mei?" Brynne memandang dari tempat
dimana aku duduk di dekat bahunya. Aku mengedipkan mataku dan
meniupkan sebuah ciuman kearahnya. Aku tahu apa yang
dipikirkannya. Dia langsung menyadari bahwa aku langsung
menghamilinya. Dia memang benar. Sosok manusia gua didalam
diriku cukup bangga pada diriku sendiri, saat aku secara mental
melakukan kebiasaan seperti Tarzan yang memukul dadanya sambil
berteriak ole. Syukurlah aku cukup pandai untuk tutup mulut.
"Sepertinya begitu, sayangku. Ahhh, ini dia. Bersembunyi seperti
yang mereka suka lakukan ketika mereka masih begitu kecil. Itu
disana." Dr. Burnsley memusatkan perhatian pada sebuah gumpalan
putih kecil, di tengah-tengah gumpalan hitam yang lebih besar
terlihat di layar serta detak jantung berbunyi begitu cepat,
mengambang di dalam cairan, membuat kehadirannya diketahui.
Brynne terkesiap pelan dan aku meremas tangannya. Kami berdua
terpaku menatap betapa luar biasanya apa yang kami lihat. Hanya
sebuah tes namun memberikan perbedaan nyata ketika kau benarbenar bisa
melihatnya dengan matamu, dan bahkan mendengar
dengan telingamu sendiri. Aku sedang melihat manusia lain.
Makhluk kecil itulah yang kami buat bersama. Aku akan menjadi
seorang ayah. Brynne akan menjadi seorang ibu.
"Begitu kecil sekali," katanya dengan suara lembut.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Brynne meresapi semua
ini, karena aku merasa agak sedikit kewalahan. Aku tidak tahu
mengapa, tapi tiba-tiba seperti ada yang memukulku kalau ini adalah
nyata dan kami akan menjadi orang tua apakah kami suka atau tidak.
Persis seperti kata Hannah.
"Kira-kira seukuran sebuah blueberi dan sangat kuat terlihat dari
semua indikasinya. Memiliki detak jantung yang kencang dan
ukurannya cocok." Dia menekan tombol untuk mencetak selembar
gambar yang diambil dari pemeriksaannya. "Dari semua indikasi
ini, Anda bisa melihat perkiraan tanggal kelahiran minggu pertama
bulan Februari. Anda bisa berpakaian kemudian temui saya di
kantor. Kita akan berbicara lagi."
Dokter yang baik itu menyerahkan foto ke Brynne dan
meninggalkan kami. "Bagaimana keadaanmu, sayang?"
"Mencoba untuk mencerna semuanya," katanya. "Sebenarnya
rasanya sangat berbeda melihat dia laki-laki. . . atau perempuan. . ."
Dia duduk di atas meja dan menatap foto itu, mengamatinya. "Aku
masih tidak bisa mempercayainya. Ethan, mengapa kau begitu
tenang?" "Sebenarnya aku juga tidak," jawabku jujur. "Kakiku sangat
gemetaran. Aku ingin merokok serta minum dan aku yakin kau akan
menjadi sangat brilian menghadapi itu sedangkan aku benar-benar
menjadi seorang idiot yang tidak berguna."
"Wow. Sebuah perubahan besar dari akhir pekan lalu." Dia
tersenyum padaku. Kami sudah melalui ini dengan Fred. Aku tahu
dia tidak marah. Kami sudah membicarakan ini semuanya dan kami
berdua panik pada waktu yang berbeda dan telah mengambil langkah
maju. Saat ini hanyalah kunjungan resmi pertama ke dokter dan akan
ada banyak lagi. Kami berdua menerimanya bahwa matahari tetap
terbit dan bumi terus berputar, jadi yang terbaik hanyalah terus
melanjutkannya. Aku mendekat dan mengintip gambar-gambar itu. "Jadi ukuran
seperti blueberi, huh" Menakjubkan sekali si kecil hama ini bisa
membuatmu kesakitan."
Dia menusuk lenganku. "Apakah kamu memanggil bayi kita dengan
si kecil hama" Tolong beritahu padaku aku tidak ingin mendengar
yang baru saja kamu katakan itu!" ia mendengus.
"Lihat" Aku sudah melakukannya. Aku idiot benar-benar tidak
berguna menghina bayi blueberi kita." Aku menekan ibu jariku ke
dadaku. Dia tertawa dan bersandar padaku. Aku melingkarkan tanganku
disekelilingnya dan mengangkat dagunya, sangat senang melihat
matanya bercahaya. Jika aku bisa membuatnya tertawa, aku tahu ia
pasti baik-baik saja. Brynne tidak bisa menipu perasaannya
denganku. Jika dia sedih atau benar-benar kesulitan dengan masalah
ini, aku pasti tahu. Sial, kami berdua sangat ketakutan, tapi aku tahu
tanpa diragukan lagi dia akan sangat, sangat baik menjadi seorang
ibu. Tidak ada seberkas keraguan dalam pikiranku bahwa hal seperti
itu tidak akan terjadi. Dia akan menjadi seorang ibu yang sempurna.
"Aku mencintaimu, ibu dari bayi blueberi kita." Aku menciumnya,
ibu jariku mengusap pipinya, sambil berpikir wajahnya terlihat
sangat cerah dan bersinar sekarang.
"Terima kasih dengan caramu memperlakukan aku. Seandainya kau
berbeda. . . Aku tidak berpikir aku bisa mencintaimu seperti yang
kulakukan sekarang ini. Tahukah kau?" Bisiknya lagi.
Aku berbisik dan mengangguk, "Aku tahu."
Dia melompat turun ke bawah dan memakai
celana dalam berendanya kemudian celana panjang cokelat dan
sepatu. "Aku akan melihat apa yang bisa kulakukan untuk
membuatmu bersikap lebih baik dengan si blueberi," dia menunjuk
kearah perutnya, "Aku punya beberapa koneksi."
Sekarang dia membuatku tertawa. "Baiklah, gadis nakal, ayo kita
mengobrol dengan Dr. Banana Probe (Alat pemeriksa berbentuk
mirip pisang/lelucon untuk kejantanan pria) jadi kita bisa keluar dari
sini." "Lucu. Apakah aku pernah menyebutkan betapa seksinya logat
inggrismu ketika kau mengatakan banana?"
"Kau baru saja melakukannya." Aku meraih pantatnya dan
menciumnya lagi. "Aku akan memberimu pisangku jika kamu ingin."
Mulutnya terbuka kaget tapi dia mulai bermain dengan baik.
Gadisku mengulurkan tangannya dengan tepat dan menangkup
kejantanan dan bolaku. Dia menarikku dengan kuat dan mendorong
payudara indahnya ke dadaku. "Pisangmu perlu sedikit bekerja jika
kau akan melakukan sesuatu yang baik dengan itu."
"Gila, kakakku benar. Hormon kehamilan itu membuat kalian wanita
hamil menjadi liar pada penis. Aku mungkin mati karena
kebanyakan seks." Dia mengangkat bahu dan berbalik untuk meninggalkan ruang
pemeriksaan. "Yeah, tapi itu cara yang sangat menyenangkan untuk
mati, kan?" Aku meraih tangannya dan mengikutinya keluar, berterima kasih
kepada Tuhan untuk hormon kehamilan ini, dan aku cukup yakin
seringai konyol terpasang di wajahku.
"Semuanya terlihat sangat bagus. Saya ingin Anda mulai minum
vitamin prenatal dan saya setuju dengan obat anti-mual yang
diresepkan Dr Greymont, jadi teruskan saja meminumnya saat Anda
membutuhkannya. Anda sudah menghentikan semua obat yang
lain?" Dr Burnsley menanyakan dengan caranya yang efisien.
"Ya," jawab Brynne. "Dr Greymont mengatakan bahwa obat anti
depresiku mungkin berinteraksi dengan pil kontrasepsi dan itulah
sebabnya..." "Obat-obat itu bisa menjadi interaktif, ya. Itulah sebabnya ada
instruksi yang merekomendasikan tindakan pencegahan ganda. Aku
terkejut apotek tidak menawarkan konseling untuk obat baru."
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak ingat apakah mereka sudah pernah melakukannya, tapi
tidak aman untuk meminumnya jika aku hamil, kan?"
"Benar. Tidak ada alkohol, tidak boleh merokok dan tidak boleh
minum obat selain vitamin dan anti-mual yang Anda dapatkan
sampai bulan depan. Setelah itu nafsu makan Anda akan meningkat
dan masalah dengan mual akan berkurang, jadi Anda tidak akan
membutuhkan itu lagi. Bagaimanapun juga Saya benar-benar ingin
Anda mendapatkan asupan kalori. Anda sangat kurus. Kalau bisa
cobalah untuk menaikkan berat badan."
"Baiklah. Bagaimana dengan olahraga" Saya ingin berlari beberapa
mil di pagi hari." Pertanyaan bagus. Sudah terkesan dengan pertanyaannya yang
sangat cerdas dan bijaksana saat ia mengungkapkan semuanya pada
dokter, aku hanya duduk mendengarkan disana dan mencoba untuk
tidak terlalu terlihat bodoh. Aku tidak melewatkan bagian tentang
merokok juga. Aku mendengar pesan itu keras dan jelas. Aku harus
berhenti. Sangat penting agar aku berhenti. Aku tidak bisa merokok
di sekitar Brynne atau bayi kami demi kesehatan mereka. Jadi apa
yang dikatakan mengenai apa yang harus aku lakukan" Aku tahu apa
yang seharusnya kulakukan, aku hanya tidak tahu bagaimana aku
akan mengaturnya. "Sekarang Anda dapat melanjutkan semua aktivitas normal anda,
termasuk hubungan seksual."
Ada jeda panjang dari dokter pada saat memberitahu hal ini
membuatku memikirkan hal yang menyenangkan tentang kekasihku
yang diliputi hormon dan dengan berbagai cara agar aku bisa
membantunya. Dia, di sisi lain, wajahnya memerah dengan cantik,
membuatku menjadi keras, dan memastikan sisa hari kerjaku di
kantor akan berjalan kulewati dengan perlahan penuh derita
kesakitan karena aku seakan menyiksa diriku sendiri dengan
memiliki berbagai macam pikiran erotis tentang apa yang mungkin
tersedia untukku ketika aku sampai di rumah. Aku seorang bajingan
yang beruntung. "Dan olah raga secukupnya selalu menyehatkan."
Oh tentu saja, aku akan memberinya beberapa latihan, dokter.
Dr Burnsley melirik lagi pada catatannya. "Tapi Saya melihat di sini
kalau Anda bekerja sebagai konservator lukisan di sebuah galeri.
Apakah Anda langsung terpapar pelarut dan bahan kimia, substansi
dasar bahan-bahan itu?"
"Ya." Brynne mengangguk dan kemudian menatapku. "Selalu."
"Ahh, well, itu satu masalah. Ini berbahaya bagi perkembangan janin
jika Anda menghirup uap yang mengandung timbal, dan karena
Anda bekerja pada karya yang sangat kuno, justru itulah kontak
langsung Anda dengan zat-zat itu. Cat rumah tangga modern tidak
ada masalah, tapi ini adalah senyawa kimia lebih tua yang lebih
mengkhawatirkan. Anda harus menghentikan itu segera.
Bisakah Anda meminta beberapa bentuk pekerjaan lain selama
kehamilan Anda?" "Aku tidak tahu." Dia tampak gelisah sekarang. "Itu pekerjaanku.
Bagaimana aku memberitahu mereka bahwa aku tidak bisa
menyentuh pelarut selama delapan bulan ke depan?"
Dr Burnsley mengangkat dagunya dan sejenak menampilkan
ekspresi nyaman yang tidak bermaksud memperolok kami.
"Apakah Anda menginginkan bayi yang sehat, Miss Bennett?"
"Tentu saja ya. Aku hanya tidak menyang-" Dia mencengkeram
lengan kursi dan mengambil napas dalam-dalam. "Aku sudah pernah
memikirkan itu entah bagaimana. Maksudku, aku pasti bukanlah
konservator pertama yang pernah hamil." Dia melambaikan tangan
kemudian menempatkan tangannya di antara rambutnya. "Aku akan
bicara dengan pembimbingku di universitas dan melihat apa yang
bisa mereka lakukan."
Brynne tersenyum palsu padanya yang memberitahuku dia tidak
senang dengan sedikit perkembangan ini, tapi ia tidak akan berdebat
dengan saran medis. Gadisku sangat bijaksana dalam menanggapi
hal-hal yang penting. Aku tahu betapa penting pekerjaan itu baginya. Dia mencintai
pekerjaannya. Dia begitu brilian pada pekerjaannya. Tapi jika ada
bahaya dengan bahan kimia, maka pekerjaan itu harus ditinggalkan
untuk sementara waktu. Uang tidak pernah menjadi masalah antara
dia dan aku. Kami sama sekali belum pernah
berbicara serius mengenai hal itu. Tapi yang terpenting dia sudah
pindah ke apartemenku, dan tidak ada pertanyaan kemana kami
akan melanjutkan masa mendatang. Dia akan menjadi istriku, dan
apa yang jadi milikku akan menjadi miliknya. Kami akan memiliki
seorang anak. Langkah kami sudah jelas, tetapi segala tetek
bengek yang mengatur semuanya belum disusun. Aku tahu apa yang
kuinginkan, tapi waktunya sangat tidak tepat sekarang sehingga
secara harfiah tidak ada waktu luang untuk mempelajari rencananya.
Setidaknya sampai Olimpiade telah usai.
Setelah bom kehamilan yang mengejutkan pada akhir pekan lalu
dilemparkan ke kepala kami, kami segera pulang ke London dan
kembali ke pekerjaan. Kami bahkan belum memberitahu orang tua
kami, dan memohon agar kakakku dan Fred harus menjaga rahasia,
di bawah ancaman kematian jika mereka menyebar luaskan berita
sebelum kami melakukannya.
Kami mencoba untuk menyesuaikan diri dengan semuanya, di atas
tumpukan besar dari kewajiban bisnisku, pesta olahraga yang hanya
tinggal dua puluh satu hari lagi. Hampir tidak ada waktu untuk
pertemuan ini sekarang. Aku berharap bisa menghisap satu rokok.
Atau tiga. Setelah kami keluar dari kantor dokter, aku memeluknya
dan mengecup atas kepalanya. "Itu menyenangkan, sayang. Dr
Burnsley orang yang menarik, bukan?"
"Yeah, dia mengagumkan," katanya sinis dengan tangan dilipat di
bawah payudaranya. "Aww, ayolah, dia tidak seburuk itu," Kataku membujuk, "ia
menggunakan banana probe saat memeriksamu."
"Ya Tuhan, kau seperti keledai tolol!" Dia mendorong bahuku dan
tertawa tanpa suara. "Hanya kau yang bisa membuat lelucon tentang
situasi mengerikan dan membuatnya menjadi lucu!"
"Tapi berhasil, itu intinya," kataku saat kami berjalan.
"Aku agak khawatir tentang pekerjaanku. Aku tidak pernah berpikir
kemungkinan aku harus berhenti." Dia terdengar sedih bicara
tentang hal itu. "Mungkin cuti akan menjadi sesuatu yang baik. Ini akan memberimu
waktu untuk merencanakan apa yang akan kita hadapi."
Aku melihat perutnya tapi mencoba untuk bersikap optimis dan
santai mengahadapi hal itu. Yang terbaik tidak
menggali masalah terlalu dalam dan mengingatkan dia harus
mengorbankan sesuatu yang dicintainya untuk bulan-bulan
berikutnya. "Aku akan lebih suka kau lebih sering berada dirumah dan kau
membutuhkan banyak waktu untuk istirahat. Mungkin dengan cara
ini kau dapat memulai sebuah proyek atau sesuatu yang ingin kau
kerjakan karena sebelumnya tidak memiliki waktu untuk itu."
"Ya," jawabnya datar. Kupikir aku bisa melihat didalam kepala
indahnya seakan ada roda penggerak yang berputar dengan ide-ide.
Sulit untuk mengatakan itu apa, karena jika Brynne tidak sedang
ingin untuk berbagi, maka aku pasti tidak akan tahu.
"Aku akan memikirkannya."
"Tentu saja kau bisa." Aku meremas tubuhnya, membawa dia lebih
mendekat, benci karena aku harus meninggalkan dia dan kembali ke
kantorku. Aku ingin setiap jam berada di tempat tidur hanya saling
berpelukan. Hanya itu yang benar-benar kuinginkan.
Aku menghentikan langkah kami di trotoar dan
membalikkan tubuhnya untuk menghadapku. "Tapi tolong jangan
terlalu banyak mengkhawatir hal itu. Aku akan menjaga kalian
berdua." Aku meletakkan tanganku di perutnya. "Kau dan si kecil
bugg-eh. . . um, maksudku. . . blueberi, adalah prioritas utamaku
sekarang." Dia tersenyum dan kemudian bibir bawahnya mulai gemetar, dan
mata indahnya yang sangat hijau-kecoklatan di bawah langit musim
panas menjadi sangat basah. Dia menempatkan tangannya di atas
kedua tanganku. Aku melihat satu tetes air mata jatuh di wajah
cantik gadisku. Aku melebarkan mulutku membentuk satu senyuman yang bisa
kurasakan. Aku suka memiliki dia seperti ini. Membutuhkan aku
untuk menjaganya dan mengetahui dia akan membiarkan aku
melakukan itu. Aku benar-benar tidak butuh banyak. Hanya cinta
dan penerimaannya kepadaku bersama dengan kepedulianku.
Dia memutar matanya dengan malu-malu. "Lihatlah aku. Aku orang
aneh emosional dan kacau sekarang!"
"Aku tahu, dan kau melupakan sesuatu, sayang. Kau orang cantik
aneh emosional dan kacau." Aku mengusap air matanya dengan ibu
jariku dan menjilatnya. "Maksudku, jika kau akan menjalani ini
semua dan menjadi orang aneh berantakan, kau mungkin juga
terlihat cantik saat menjalaninya."
Aku membuatnya sedikit tertawa. "Sekarang, apakah kau suka
sandwich untuk makan siang?" Aku melihat jam tanganku. "Aku
berharap aku punya waktu lagi untuk sesuatu yang lebih baik
daripada makanan cepat saji yang dibawa pulang."
"Tidak, tidak apa-apa. Aku harus kembali juga." Dia menghela napas
dan kemudian tersenyum padaku. "Sepertinya aku punya
pengumuman untuk diberitahukan di tempat kerja."
Dia meraih tanganku dan melingkarkan tangannya disekelilingku
saat kami berjalan. Kami kebetulan berada tepat di seberang jalan dari toko akuarium air
laut ketika kami keluar dari toko makanan dengan membawa
sandwich kami dan duduk di bangku taman untuk makan. Aku
menunjuk keseberang jalan padanya dan bertanya apakah kami bisa
mampir sebentar begitu kami selesai makan karena aku akan
memesan layanan untuk perawatan berkala enam bulanan
untuk akuariumku. Brynne melihat sebentar kearah toko dan menyeringai.
"Toko Akuarium Fountaine."
Seringainya menjadi lebih lebar saat ia menggigit sandwich
kalkunnya. "Apa" Apa yang membuatmu tersenyum
seperti Kucing Cheshire (tokoh kucing aneh di film Alice's
Adventures in Wonderland)?"
Dia tidak menjawab pertanyaanku, tapi sebaliknya malah bertanya
balik. "Ethan, kapan kau mendapatkan Simba?"
"Enam bulan yang lalu, baru saja aku mengatakannya."
"Bukan itu maksudku, hari apa kau mendapatkannya?"
Aku memikirkan hal itu sejenak. "Well, sekarang setelah kau
bertanya, aku percaya saat itu malam menjelang Natal." Aku
menatapnya dan memiringkan kepalaku penuh tanda tanya.
"Itu kau! Ya!" seluruh wajahnya berseri-seri. "Aku berbelanja untuk
membeli hadiah untuk bibiku Marie dan saat itu dingin sekali hampir
membeku.Aku masih harus berjalan lagi, jadi aku masuk kesana agar
tidak kedinginan selama beberapa menit dan di dalamnya bagus.
Gelap dan hangat. Aku melihat-lihat semua ikan. Aku melihat
Simba." Dia tertawa sendiri lalu menggelengkan kepalanya dengan
tidak percaya. "Aku bahkan berbicara dengannya. Pegawainya
mengatakan kepadaku bahwa dia sudah laku terjual dan
pemiliknya akan datang untuk mengambilnya."
Kesadaranku muncul padaku seperti ledakan tiba-tiba. "Waktu itu
salju turun." Kataku dengan tercengang.
Dia mengangguk perlahan-lahan ke arahku. "Aku berjalan ke arah
pintu untuk keluar dan bersiap melawan dingin lagi, dan kau
melangkah masuk. Baumu begitu harum, tapi aku tidak melihatmu
karena aku tidak bisa mengalihkan pandanganku ke salju
itu. Saljunya mulai turun dari saat aku berada di dalam
toko menghangatkan di-"
"Dan kau terkejut ketika kau memandang di keluar pintu dan
melihatnya. Aku ingat. . ." Aku menyela ceritanya. "Kau terbungkus
dalam warna ungu. Kamu memakai topi ungu."
Dia hanya mengangguk, tampak cantik dan mungkin sedikit puas
pada dirinya sendiri. Aku bersumpah Brynne bisa mendorongku ke arah jalanan berbatu
dengan jari kelingkingnya jika dia ingin-aku terpana oleh apa yang
baru saja dia beritahukan padaku. Bicara tentang takdir di tangan
Tuhan. "Aku melihat kau melangkah keluar menembus salju dan
memeriksa dirimu di kaca jendela Roverku sebelum kau pergi."
"Ya." Dia membawa satu tangannya ke mulutnya. "Aku tidak
percaya bahwa itu kau. . . dan Simba, dan kita sebenarnya saling
berbicara, dua orang asing pada Malam Natal."
"Aku hampir tak percaya kita melakukan pembicaraan ini," aku
mengulangi, takjub masih terdengar dalam nada suaraku.
"Dan begitulah, sangat indah ketika aku keluar." Matanya menyala
kearahku saat ia mengingatnya. "Aku tidak akan pernah melupakan
seperti apa itu." "Jadi bauku harum, ya?"
"Sangat." Dia sedikit menggelengkan kepalanya kearahku. "Aku
ingat aku pernah berpikir siapapun yang bisa mencium baumu
disepanjang waktu adalah gadis yang beruntung."
"Oh Man, aku melewatkan kesempatan berbulan-bulan yang lalu
kau bisa mencium bauku. Aku tidak tahu apakah aku senang
mengetahui cerita ini atau tidak," kataku bercanda,
tapi sebenarnya serius. Tentu menyenangkan seandainya kami
pernah bertemu sebelum semua kekacauan ini. Mungkin kami sudah
menikah. . . "Aww, sayang, kau begitu manis," katanya padaku, menggelengkan
kepalanya kearahku seakan aku sinting tapi dia mencintaiku juga.
"Aku suka kalau kau memanggilku sayang."
"Aku tahu, dan itulah mengapa aku memanggilmu seperti itu,"
katanya lembut dengan kelembutan yang dia miliki. Salah satu hal
yang membuatku gila untuk memilikinya dan membuat dia terentang
telanjang dibawahku di mana aku bisa perlahan-lahan merangkak
dengan caraku untuk masuk kedalam dirinya, membuatnya datang
dan datang lagi, sambil meneriakkan namaku"Apa yang kau pikirkan, sayang?" Tanya dia, menyela pikiran erotis
dibenakku, sama seperti yang seharusnya dia lakukan.
Aku mengatakan sejujurnya mengenai kebenaran itu kepadanya,
tentu saja sambil berbisik, jadi tidak ada orang lain bisa
mendengarku. "Aku sedang berpikir tentang berapa kali aku bisa
membuatmu orgasme ketika aku pulang kerja nanti malam dan kau
telanjang, dan aku menggerayangi tubuhmu."
Brynne tidak menanggapi ocehan singkatku. Tapi sebaliknya,
napasnya tersentak saat ia menelan ludah dengan cepat, membuat
lekukan leher dan tenggorokannya bergerak perlahan-lahan seiring
dengan warna merah yang mulai merangkak naik ke wajahnya.
Sangat lezat. . . Angin pelan berhembus membuat untaian rambut cokelatnya yang
indah sesekali menari-nari menutupi wajahnya, membuat dia sering
kali menyingkirkannya. Brynne memiliki suatu yang istimewa pada
dirinya, suatu joie de vivre (semangat hidup penuh
kegembiraan ) yang mana orang lain bisa mengenalinya.
Ketika aku menatapnya seperti ini, begitu sulit untuk berpaling. Aku
tahu hal ini juga sulit bagi orang lain. Aku tidak suka orang lain
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperhatikan dan menatapnya. Rasanya menakutkan buatku, dan
aku tahu mengapa. Perhatian mereka membuatnya menjadi rentan
sebagai target, dan itulah sesuatu yang sama sekali tidak dapat
kuterima. Mataku melacak halaman diluar kebiasaan, memperhatikan para
pengunjung dari toko makanan ketika mereka datang silih berganti.
Hari yang indah pada bulan Juli, dan ramai. Olimpiade yang
mengubah tempat ini menjadi kerumunan dengan sebagian orangnya
jahat. Itulah kekhawatiranku juga. Ada ribuan orang dalam
perjalanan datang ke London sekarang. Banyak atlet dan timnya
datang setiap hari. Terima kasih Tuhan aku
tidak menanggung beban. Menjaga Klien VIP-ku sudah
cukup sulit dan membuatku sakit kepala.
Aku masih waspada setiap saat dengan Brynne, dan aku memiliki
alasan yang sangat bagus untuk itu. Sampai aku tahu siapa yang
mengirim pesan teks ke ponselnya, aku tidak mau mengambil risiko.
Terutama saat Neil berada di Amerika. Dia akan kembali pada hari
Sabtu membawa apa yang aku harapkan berupa beberapa petunjuk
tentang siapa bajingan ini. Jika itu mengarah kembali ke kamp
Senator Oakley, maka omong kosong ini tidak akan bisa dihindari
lagi. Aku mengenal beberapa orang-orang di dalam pemerintahan,
dan aku akan meminta bantuan jika itu dibutuhkan. Menyebut
gertakanku sebagai ancaman serius terhadap Brynne seperti
menyodok ular dengan tongkat. aku sudah siap menghadapi apapun
yang harus aku lakukan untuk melindunginya.
"Apakah kau sudah selesai?" Tanyaku, melihat dia berhenti
menggigit sandwich-nya. "Ya. Tapi masih pelan seperti langkah bayi." Dia meletakkan telapak
tangannya di perutnya. "Secara harfiah."
"Aku tahu, tapi kau harus makan. Dr Banana Probe bilang begitu.
Aku mendengarnya dengan jelas dan ia mutlak memiliki
kewenangan mengenai hal ini." Sambil melengkungkan alisku
kearahnya. "Yah aku sangat percaya bahwa dokter yang baik itu akan
menghindari makanan juga jika ia menghabiskan waktu sebanyak
aku membungkuk diatas toilet untuk memuntahkan isi perut setelah
makan." "Kasihan kau dan pendapatmu bagus, cantikku." Aku membungkuk
untuk mencium bibirnya. "Apa yang telah aku lakukan padamu?"
Dia mendengus dan membalas ciumanku. "Kupikir sudah cukup
jelas, mengingat di mana kita baru saja menghabiskan beberapa jam
terakhir." "Tapi obatnya membantu, kan?" Aku mengelus pipinya, menjaga
wajah kami tetap dekat. Aku benar-benar benci melihat gadisku
menderita. Dia mengangguk. "Ya. Obatnya membuat suatu keajaiban." Dia
berdiri dan berjalan untuk membuang bungkus sandwichnya di
tempat sampah. Bahkan perbuatan kecil itu telah mengumpulkan
perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Aku melihat setidaknya
tiga pria yang menatapnya dan satu perempuan. Tidak
heran para fotografer menginginkan dia untuk gambar
mereka. Brengsek sialan. Brynne sedikitpun tidak menyadarinya, yang mana membuatnya
semakin berbeda dari wanita lain.
Kami berjalan ke took Akuarium Fountaine dan saling tersenyum
ketika kami melintasi ambang pintu, kami berdua mengingat hari
itu dimana kami berbicara sebagai orang asing dan takdir
mengatakan tentang beberapa hal. Tokonya sangat sibuk dan kami
harus menunggu dalam antrian sampai petugas lain medatangi untuk
membantu. Di samping kami berdiri seorang wanita yang menggendong
anaknya dipunggung dengan menggunakan alat gendongan semacam
ransel. Aku ingat Hannah menggunakan alat serupa untuk Zara
ketika dia masih bayi. Kecuali anak ini yang tidak senang dengan hal
itu. Sama sekali tidak suka. Aku merasa sangat yakin kalau pria kecil
ini sudah bisa berbicara, udara di toko pasti sudah bernuansa biru
dengan ucapan 'brengsek kau' dan 'mundurlah sialan'. Dia menjerit
dan menendang, mencoba mencari jalan keluar. Ibu dari makhluk ini
hanya mengabaikannya seolah-olah tidak ada yang aneh soal
tangisan dan geliatan manusia kecil di punggungnya yang terus
melengking cukup keras bisa menghancurkan kaca jendela.
Aku menatap sekilas kearah Brynne dan melihat matanya melebar.
Apakah dia memikirkan apa yang aku pikirkan" Apakah bayi
kami akan bertingkah seperti itui" Oh, kumohon, Tuhan, jangan.
Kami bergerak maju di antrian, hanya tinggal satu orang lagi yang
didepan kami untuk ditunggu ketika si makhluk kecil berwajah
merah yang memiliki paru-paru berukuran penuh benar-benar mulai
benar-benar mengamuk. Aku pikir kepalaku akan meledak. Wanita
itu mundur, secara efektif mendorong setan kecil tepat di wajahku.
Toko itu begitu sempit sehingga aku terpojok menempel
counter tidak bisa kemana-mana. Aku memundurkan kepalaku
kebelakang sejauh yang kubisa, berpikir mungkin dengan menelepon
toko ini untuk menjadwalkan servis datang kerumah akan menjadi
ide yang terbaik. Brynne berusaha sangat keras untuk tidak menertawakan aku ketika
situasi semakin menjadi buruk, aku tidak bisa membayangkan
apakah itu mungkin. Oh, sangat memungkinkan. Makhluk itu
terlepas dengan pantatnya terhempas kurang dari satu kaki dari aku.
Tidak hanya ia memiliki tenaga yang bisa mengelupas cat dari
dinding, tapi kedengarannya sangat basah, yang menegaskan bahwa
bukan hanya pantatnya yang terjatuh. Anak
nakal itu menggeliat di kotorannya sendiri yang mana menjadi
terlalu dekat denganku sekarang. Ibunya berbalik menghadapku
dan melototi aku seolah-olah akulah penyebabnya. Sialan, biarkan
aku keluar! Brynne gemetar disampingku dengan tangannya menutupi mulutnya,
ketika pegawai toko bertanya apa yang bisa ia lakukan untukku. Aku
mencoba untuk tidak melompati meja dan memintai dia masker
oksigen. Aku tidak tahu sama sekali bagaimana aku
bertransaksi bisnis dengan segala jeritan dan bau yang memuakkan,
kemudian Brynne bergegas menuju pintu keluar sambil mengatakan
dia akan menunggu di luar. Ya, segera keluar, sayang, sebelum kau
sesak napas. Lari, dan jangan melihat ke belakang! Gadis pintarku,
tidak ada tempat bersembunyi di sini.
Ketika aku berhasil lolos keluar dari toko, Brynne berdiri di trotoar
sambil menonton arus pejalan kaki. Dia melihatku dan meledak
dalam tawa. Aku mengangkat satu tangan sambil mengacak
rambutku dan menarik napas dengan mengambil udara yang
banyak. Udara bersih segar dan murni London. Yah, mungkin tidak
murni, tapi setidaknya mataku tidak berair lagi. Atau
mungkin masih, penglihatanku kabur dan aku mendambakan
sebatang rokok. "Apakah kau baik-baik saja?" Aku bertanya padanya, bertanya-tanya
apakah sesuatu yang tidak menyenangkan di dalam toko itu telah
membuatnya muntah. "Bagaimana denganmu?" Dia tertawa ke arahku.
"Benar-benar kekacauan besar. Demi Tuhan, sangat menakutkan!
Katakan padaku bukan titisan Setan yang dibelakang sana!" Aku
mengangguk. "Apakah aku benar?"
Masih tertawa, ia menempatkan tangannya ke lenganku dan kami
berjalan ke mobil. "Ethan yang malang mendapatkan kotoran dari bayi bau," dia
terkikik. "Oke, itu bukan bayi bau!" Sebenarnya lebih mirip kontrasepsi yang
efektif. "Ya Tuhan, aku tidak bisa berpikir ada kata-kata yang
memadai untuk menjelaskan apa itu."
"Aww, kau takut." Dia menampilkan mimik seperti pura-pura
menaruh perhatian. "Persetan ya, aku takut. Kenapa kau tidak?"
Brynne tertawa lebih keras.
"Tolong beritahu aku blueberi kecil kita tidak akan berperilaku
seperti itu." Tertawa terbahak-bahak, dia mengulurkan tangan untuk menciumku,
dan mengatakan padaku lagi betapa dia mencintaiku. "Kurasa aku
perlu foto pada momen seperti ini, sayang. Tersenyumlah untukku."
Dia mengeluarkan ponselnya dan mengambil satu jepretan, masih
tertawa dengan caranya yang indah, mengingatkan aku apa hadiah
yang aku dapatkan ketika dia membalas cintaku.
?"" Bab 12 " Suara goresan Pulpen biru kehijauan Dr. Roswell terdengar sangat
indah di notebook-nya saat ia membuat catatan.
"Jadi pihak universitas benar-benar tidak bisa mengubah program itu
untukku. Aku masih harus melakukan praktikum untuk konservasi di
beberapa titik. Tapi mereka senang memberiku cuti dari Rothvale
dan sudah setuju menggantikanku untuk beberapa pekerjaan pada
penelitian." "Dan bagaimana perasaanmu tentang itu?" Aku tahu dia akan
menanyakan hal seperti itu.
"Um. . . tentu saja aku kecewa, tapi aku tidak punya pilihan." Aku
mengangkat bahu. "Rasanya aneh saja, tapi meskipun begitu aku
takut setengah mati memiliki seorang bayi, aku lebih takut lagi
melakukan sesuatu yang mungkin akan menyakiti bayiku."
Dr Roswell tersenyum padaku. "Kau akan menjadi ibu yang luar
biasa, Brynne." Well, itulah yang masih harus dilihat. "Aku tidak tahu bagaimana
menjadi seorang ibu atau bagaimana aku bisa masuk kedalam suatu
situasi seperti ini." Aku mengangkat kedua tanganku. "Aku bahkan
tidak mengenali kehidupanku sekarang dibandingkan dengan dua
bulan yang lalu. Aku tidak tahu apakah aku akan bisa mendapatkan
pekerjaan yang sama karena aku sudah memiliki pengalaman selama
ini. Aku tidak tahu banyak."
"Benar sekali, tapi aku dapat meyakinkanmu, memiliki perasaan
seperti itu sering terjadi pada setiap orang, di mana-mana."
Aku mempertimbangkan pernyataan yang sangat bijaksana dan
mengesankan itu. Wanita bisa mengatakan begitu banyak walau
hanya dengan sedikit kata-kata. Bagaimana bisa beberapa orang dari
kita dapat memprediksi masa depan atau mengetahui apakah kita
bisa atau mau melakukannya" Mustahil untuk bisa tahu. "Kurasa,
ya," kataku pada akhirnya.
"Dan Ethan" Kamu belum mengatakan banyak apa yang dia
inginkan." Aku memikirkan dia dan apa yang mungkin ia lakukan sekarang.
Bekerja keras untuk melindungi semua selebriti supaya
aman selama Olimpiade, sambil berteriak memberi
perintah saat meeting, dengan suara keras di konferensi via telepon,
dia lebih banyak memerintah, dan memberi tekanan. Aku
mengkhawatirkan dirinya meskipun ia tidak akan mendengar satu
katapun dariku tentang hal itu. Dia hanya sedikit terlibat banyak
pekerjaan dan tidak pernah mengeluh. Tapi mimpi buruknya terus
mendatangi, kan" "Ahh, Ethan orang yang sangat praktis dalam
menghadapi hal ini. Dia tidak pernah menunjukkan sesuatu padaku
tapi memberiku dukungan sejak awal. Dia tidak tampak ketakutan
atau terperangkap atau. . . sesuatu seperti itu. Jujur saja, aku
berharap dia merasa seperti itu. Kami belum lama saling mengenal,
dan kebanyakan pria akan berusaha keras untuk segera berlari ke
arah lain ketika dihadapkan dengan kehamilan yang tidak
direncanakan, tapi dia tidak." Aku menggelengkan kepalaku
padanya. "Dia bersikeras kami tidak akan berpisah. Dia mengatakan
dia tidak bisa melakukan itu. Aku dan bayi kami menjadi
prioritasnya sekarang."
Dia tersenyum lagi. "Kedengarannya dia sangat senang, dan itu
seharusnya memberimu perasaan aman."
"Ya. Dia ingin menikah secepat kami bisa mengaturnya setelah
Olimpiade selesai. Dia benar-benar ingin segera mengumumkan
pertunangan." Aku menunduk kearah pangkuanku. "Aku terus
menundanya, dan dia tidak senang dengan keputusanku."
Dia menulis sesuatu dan mengajukan pertanyaan berikutnya tanpa
mendongak. "Kenapa kau berpikir untuk menentang pengumuman
pertunangan itu?" "Oh, Tuhan. . . Aku tidak tahu. Satu-satunya cara yang bisa aku
jelaskan bahwa aku merasa begitu tidak berdaya, kurangnya kontrol
dalam hidupku. Rasanya aku terbawa arus. Aku tidak berusaha untuk
tetap bertahan atau terancam tenggelam, tapi aku tidak bisa keluar
dari situ. Arus itu terus menarikku dan membawaku ketempat yang
tidak pernah terpikir olehku untuk bisa pergi." Aku mulai merasa
sedikit emosional dan berharap aku tidak mengatakan apapun
padanya, tapi sudah terlambat. Pengakuan itu mulai mengalir keluar
dari diriku sekarang. "Aku tidak bisa mundur lagi dari awal. Aku
hanya bisa maju, apakah aku menginginkannya atau tidak."
"Apakah kau ingin melarikan diri?" Dr Roswell menawarkan
pilihan, seperti yang kutahu dia akan melakukan itu. "Karena kau
tidak harus memiliki bayi, atau bertunangan, atau menikah, atau
apapun itu. Kau tahu itu, Brynne."
Aku menggelengkan kepalaku, menatap perutku. Aku memikirkan
tentang apa yang telah kami ciptakan dan merasa bersalah meski
hanya menyuarakan kekhawatiranku. "Aku tidak ingin melarikan
diri. Aku mencintai Ethan. Dia mengatakan padaku dia mencintaiku
sepanjang waktu. Dan aku membutuhkan dia. . . sekarang."
"Brynne, apakah kau menyadari apa yang baru saja kau katakan?"
Aku mendongak ke matanya yang seakan tersenyum dan tahu aku
akan menumpahkan sisanya.
"Aku membutuhkan Ethan. Aku butuh dia untuk segalanya. Aku
membutuhkan dia untuk menjadi bahagia, dan menjadi ayah dari
bayi kami, dan mencintaiku dan peduli padaku. . ." Suaraku
berubah menjadi isakan yang terdengar begitu menyedihkan, aku
membenci diriku pada saat ini juga.
Dr Roswell berbicara begitu lembut, "Sangat menakutkan, bukan?"
Air mata mulai keluar dan aku mengambil tisu. "Ya," aku terisak,
mengambil waktu untuk meneruskan kata-kataku selanjutnya, "Aku
sangat membutuhkan dia. . . dan hal itu membuatku rentan sekali. . .
dan apa yang akan kulakukan jika suatu hari ia memutuskan tidak
menginginkanku lagi?"
"Inilah yang disebut kepercayaan, Brynne, dan sejauh ini merupakan
pemberian yang paling sulit untuk diberikan."
Dia benar tentang hal itu.
?"" " Makan malam sendirian sangat tidak menyenangkan. Meskipun
begitu, aku tidak akan mengeluh pada Ethan. Aku mengerti
bagaimana sibuknya dia di tempat kerja dan banyak sekali acara dia
pada malam hari belakangan ini. Aku menghabiskan makan malam
sup sayuran dan roti Prancis ku, yang sejauh ini masih tinggal
di perutku. Terima kasih Tuhan untuk obat anti-mual atau aku yakin
aku bisa mati pada saat itu. Tampaknya muntah telah
meninggalkanku di sebagian besar waktu, jika aku makan makanan
yang sangat sederhana dan minum obat secara teratur. Mereka
berdua Freddy dan Dr Burnsley mengatakan, aku mengalami sesuatu
yang disebut hiperemesis gravidarum, atau dalam bahasa Inggrisnya,
morning sickness atau mual dipagi hari yang sangat parah. Dalam
kasusku mualnya dimulai pada sore hari dan mengalami dehidrasi
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang parah, dan akhirnya bisa menyebabkan malnutrisi atau
kekurangan gizi jika tidak segera diobati. Bagus. Jadi cukuplah
untuk mengatakan itu, aku mencoba sebaik mungkin untuk makan.
Aku mendapat sms dari Ethan kurang lebih satu jam sebelumnya
yang mengatakan padaku bahwa ia akan pulang terlambat dan
makan malam di kantornya. Aku paham, tetapi itu tidak berarti aku
harus menyukainya. Olimpiade adalah perhelatan yang sangat besar
dan menarik karena itu akan terjadi penumpukan penonton pada
upacara pembukaannya yang semakin meningkat. Aku benar-benar
memahami Ethan berada di bawah tuntutan pekerjaan, dan itulah
yang membuatku merasa lebih baik karena mengetahui ia sangat
membencinya sama seperti yang kurasakan, atau bahkan lebih.
Setiap saat ia mengatakan padaku betapa dia berharap sekali-kali
bisa tinggal untuk makan malam masakan buatanku dan duduk di
depan televisi bersama dan seks sebagai pencuci mulut.
Ya, aku juga. Emosionalku sedang kacau dan aku tahu itu. Aku kesepian, dan
hormonal, dan sangat membutuhkan perhatian saat ini. Aku benci
merasa membutuhkan. Aku menatap penuh kerinduan ke arah mesin pembuat kopi Miele,
yang harganya lebih mahal dari koleksi sepatuku, dan merajuk saat
aku mengelap meja dapur yang terbuat dari granit. Tidak ada kopi
nikmat untuk tujuh bulan ke depan yang bisa dihirup aromanya
sebanyak waktu makan malam yang kuhabiskan sendirian. Aku tidak
akan meminum kopi tanpa kafein dan menganggap hal
seperti itu akan menyiksa diri sendiri dengan minum satu cangkir
sehari dan sepertinya sangat tidak layak untuk menghilangkan
kerumitan itu. Aku menemukan inner zen (ketenangan batin) pada diriku dan
sebagai gantinya memperoleh hubungan pribadi yang sangat dekat
dengan teh herbal. Ternyata rasa Raspberry dan Tangerine Zinger
sangat enak, aku harus mengakuinya. Aku membuat secangkir
Raspberry Zinger dan menelepon Benny.
"Halo, sayangku."
"Aku merindukanmu. Apa yang kau lakukan malam ini?" Tanyaku,
berharap suaraku tidak terdengar terlalu menyedihkan.
"Ricardo di sini dan kami baru saja selesai makan malam."
"Ahhh, well, mengapa kau mau menjawab telepon" Jika kau
memiliki kesibukan lain. Maaf mengganggu, aku hanya ingin
memberimu waktu dengan teman kencanmu."
"Tidak, tidak, tidak, sayangku. Jangan cepat ditutup. Apa yang
terjadi denganmu?" Tidak diragukan lagi Ben seorang pria yang
memiliki emosional paling tajam di planet ini. Secara tidak langsung
dia bisa mengendus hal yang paling kecil dan menjadi liar dengan
segala kemungkinan untuk membuat skenario. Aku sudah pernah
melihat dan cukup tahu aksinya itu.
"Tidak ada apa-apa denganku," kataku bohong. "Kau sibuk dan
memiliki tamu. Hubungi aku besok, oke?"
"Tidak. Ricardo sedang menelepon untuk menyelesaikan beberapa
bisnis pekerjaannya. Baru saja ia mulai bicara."
Aku mendesah di telepon. Mengapa aku menelepon Ben lagi"
"Aku tunggu, sayang. Apa yang terjadi denganmu?"
"Ben, aku baik-baik saja. Semuanya baik. Aku sudah pindah ke
tempat Ethan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya dan
Pertandingan segera dimulai. Aku hanya melakukan sesuatu hal
sendirian." "Jadi kau sendirian malam ini?" Ben pasti akan memintaku untuk
menceritakan secara detail, satu demi satu. Kadang-kadang aku
begitu bodoh. "Ya. Dia sangat sibuk meeting di perusahaannya sekarang."
"Kenapa sih kau tidak meneleponku" Aku akan mengajakmu keluar
untuk berkeliling." "Tidak, kau memiliki rencana dengan si tampan Ricardo yang
fantastis, ingat" Bagaimanapun juga aku sudah tidak ingin keluar
untuk berkeliling sampai di akhir zaman."
"Kau sedang tidak enak badan?"
Sial. "Tidak, Ben, aku benar-benar baik. Aku hanya sendirian di
rumah dan merindukan temanku dan ingin mendengar suaramu itu
saja. Kita belum berbicara sejak kau mengambil
fotoku yang mengenakan sepatu boot."
"Oh, Tuhan, itu sangat cantik. Aku akan mengirimkan beberapa
hasilnya lewat email."
"Aku tidak sabar melihat hasilnya." Aku tidak bisa menunggu, tapi
Ethan pasti bisa. Dia masih menyuarakan rasa tidak
senangnya mengenai aku sebagai foto model, tapi aku tidak
bergeming pada masalah ini. Apalagi sekarang. Jika aku tidak bisa
bekerja yang berhubungan dengan lukisan di Rothvale, maka aku
merasa yakin sekali akan memiliki waktu yang banyak untuk
pekerjaan lainnya sebagai modeling. Setidaknya sekarang, sebelum
tubuhku membesar. Aku bahkan berharap untuk melakukan
pengambilan beberapa gambar bertema kehamilan. Itu sesuatu yang
terlintas di benakku, bahkan jika aku tidak bisa berbagi kabar
mengenai kondisiku dengan siapa pun. Ben tidak tahu apa-apa, dan
begitu pula dengan Gaby. Mereka berdua akan membunuhku karena tidak memberitahu
mereka. "Jadi kau sudah pindah ke rumah Blackstone, ya?"
"Ya, Ben. Memang benar. Ethan benar-benar menuntut masalah itu.
Setelah apa yang terjadi di Galeri Nasional pada malam upacara
pembukaan Mallerton, ia seakan menancapkan kakinya kebawah.
Aku tetap membayar sewa apartemenku untuk membantu
meringankan Gaby sampai akhir tahun, tapi ya, kami sekarang hidup
bersama." "Kapan pernikahannya?" Tanya Ben melantur.
Aku menertawakannya. "Bisakah kau berhenti!"
"Aku serius, girl. Kau kelihatannya mengarah ke sana, dan jika aku
mengetahui sesuatu, semua itu berhubungan dengan Blackstone
yang sangat mencintaimu sekali, sayangku."
"Kau benar-benar melihat itu di dalam dirinya?"
Ben mendengus di telepon. "Seseorang seharusnya sudah mati
karena tidak melihat itu. Aku ikut bahagia untukmu. Kau layak
mendapatkannya, dan masih banyak lagi."
Oh, kami bisa mendatangi lebih banyak kebenaran lagi. "Aku akan
menangis jika kau mengucapkan sepatah kata yang lainnya, Ben, aku
serius." Aku tidak berbohong ini kali ini.
Tampaknya dia mendengar getaran suaraku dan menyalakan nada
bicaranya lagi. "Kau harus membiarkan aku membantu memilih
gaunmu. Berjanjilah padaku," pintanya. "Vintage, sangat cocok,
renda buatan tangan. . ." Suara dari khayalannya kembali lagi. "Kau
akan terlihat seperti sosok seorang dewi, kau tahu, jika kau
membiarkan aku melakukan ini untukmu."
Aku tersenyum di telepon dan berpikir tentang bagaimana
terkejutnya Ben bila mengetahui ia dan Ethan sepemikiran mengenai
hal itu. "Aku tidak mengatakan sepatah katapun, tolol. Aku harus
pergi tapi aku senang mendengar suaramu. Sudah terlalu lama aku
tidak mendengarmu." "Aku juga, gadis cantik. Kirim SMS jika kau sedang menganggur
dan ijinkan aku mengajakmu makan siang minggu depan?"
"Oke, Ben. Aku menyayangimu."
Wow, percakapan itu salah satunya hampir mendekati
kebenarannya, pikirku sambil menutup telepon. Lebih baik aku tidak
menelepon Gaby. Kedua juga pada Ayah, Ibu, maupun Bibi Marie.
Gaby pasti akan mengetahui kehamilanku yang tanpa direncanakan
dan setelah sekali saja melihat aku mengunjungi rumah sakit. Aku
tahu aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ethan telah
mendorongku untuk mengumumkan pertunangan kami, dan jika aku
tahu satu hal mengenai Ethan, itu berarti dia seperti biasanya pasti
akan mendapatkan apa yang ia inginkan.
Seakan menjadi orang tolol yang sedang mendapat hukuman,
selanjutnya aku masuk ke halaman Facebook-ku.
Sebuah pesan dari teman SMA-ku Jessica di kotak masuk. Kami
terus berhubungan melalui Facebook sejak aku pindah ke London.
Aku tidak memiliki banyak teman di profil-ku, dan sangat menjaga
privasi-ku. Ethan telah memeriksa secara menyeluruh dan katanya
tidak apa-apa. Dia mengatakan bahwa ancaman itu berasal dari
orang-orang yang sudah mengenalku, di mana aku tinggal dan
bekerja, sehingga memiliki Facebook tidak akan menjadi masalah.
Jessica Vettner: Hei sayang. Bagaimana kabarmu" Aku hanya
melakukan hal yang membosankan dengan pekerjaan dan
kehidupanku dan kau tidak akan pernah bisa menebak dengan siapa
aku bertemu pada hari ini. Karl Westman dari Bayside. Ingat dia
kan" Dia masih juga super seksi! LOL (Laughing Out Loud/ tertawa
keras) Dia meminta nomor teleponku. : Karl bekerja di Seattle dan
baru saja pulang kembali ke sini ke Marin. Dari semua tempat, aku
bertemu dia di gym. Aku masih suka pergi ke First Fitness selama di
Hemlock. Kadang-kadang aku melihat ayahmu disana dan kami
saling berbagi pelatih pribadi yang sama! Ayahmu orang yang baik
hati dan benar-benar bangga padamu. " Setiap saat ia berbicara
mengenai kamu dan mengatakan kau menjadi foto model dan dia
menyukai itu. Aku ikut bahagia untukmu, Bry. Aku ingin sekali
bertemu denganmu lagi! Kapan kamu kembali ke SF untuk
berkunjung" " Jess
Wow. Tidak diduga ada berita heboh dari masa lalu. Bukan Jessica,
tapi Karl. Aku tidak berpikir Jessica mengingatnya, tapi aku yakin
aku masih. Karl adalah teman kencanku untuk sementara waktu
setelah Lance pergi kuliah. Karl, yang membuat Lance sangat
cemburu ketika ia menemukan aku tidak menunggunya sampai dia
pulang dari universitas dan meniduri aku, atau hanya cerita itu yang
aku tahu. Alasan Lance dan teman-temannya melecehkan aku di
meja bilyar dan berpikir itu akan menjadi ide untuk memperolokku
dengan membuat sebuah video.
Aku tidak pernah bertemu atau berbicara dengan Lance lagi atau
bahkan Karl. Aku tahu beberapa kali Karl mencoba untuk
menghubungi aku sebelum aku dikirim ke New Mexico untuk
menjauh, tapi aku tidak melihat dia atau teman-teman lamaku, selain
Jessica. Aku tidak bisa kembali ke tempat tersebut pada saat itu; itu
merupakan alasan yang sama bahwa aku tidak pernah kembali ke
kota asalku selama empat tahun. Aku tidak punya niatan untuk
kembali. Sebuah pemikiran aneh tentang semua itu lagi. Aku tidak memiliki
perasaan dendam pada Karl, tidak ada perasaan seperti itu sampai
saat ini. Karl benar-benar memperlakukan aku dengan cukup sopan
mengingat apa yang menjadi reputasiku di SMA, tapi aku menjadi
tertutup setelah insiden tersebut dan tidak mau bertemu siapa pun
yang pernah menonton gambarku di video itu. Aku ingin tahu apa
yang dipikirkan Karl ketika melihatnya. Apakah ia mencoba untuk
menghiburku karena dia merasa menyesal atas apa yang telah
terjadi, atau apakah ia berharap untuk mendengar kemarahan yang
keluar dari diriku" Siapa yang tahu" Aku yakin aku tidak pernah
tahu pada saat itu, dan aku tidak terlalu peduli. Aku terlalu sibuk
berusaha untuk menemukan jalan keluar dari kehidupanku ini.
Aku membalas pesannya yang isinya selamat bersenang-senang
untuk Jess yang mengharapkan keberuntungan bertemu dengan Karl,
dan aku log out dari Facebook.
Aku punya kehidupan baru sekarang. Di London. . . dengan
Ethan. . . dan bayi yang kukandung.
*** " Neil duduk di hadapanku dan tampaknya dia merasa lebih bersalah
daripada yang pernah kulihat dalam hidupku.
Sebenarnya aku tidak menyalahkan dia. Mengatakan kepadanya
bahwa kami tidak perlu lagi mengkhawatirkan Brynne yang
mungkin mendapat makanan atau minuman beracun di acara gala,
itulah awal dari syoknya.
"Sialan (Blow me down/kata umpatan)!"
"Aku sudah menunggu seminggu untuk memberitahumu. Kami
bahkan belum memberitahu orang tua kami dan dia sedang berjuang
mengatasi muntah-muntahnya yang sangat parah karena
kehamilannya itu." Dia menggelengkan kepalanya dan meringis. "Apakah itu kau, E"
Kau seharusnya mendengar sendiri apa yang kau bicarakan."
"Apa?" Aku tidak bisa menunggu sampai Neil menempatkan dirinya
berada dalam situasi seperti aku. Sial, ia akan menikah beberapa
bulan lagi dan tidak lama ada kehamilan setelah itu, aku berani
bertaruh, sebelum dia datang ke kantorku, dia pasti tampak seperti
orang yang sangat emosional.
"Kau sepertinya tidak apa-apa mengalami ini. Kau akan menjadi
seorang ayah, sobat."
"Well, apa yang kau inginkan untuk aku katakan" Hal ini tidak
seperti yang kami rencanakan karena pil KBnya gagal, dan sungguh,
itu tidak mengubah apapun pada akhirnya," kataku, menyeringai.
"Terima kasih untuk petunjuknya. Aku menyadari itu."
Neil menyeringai. "Kau tampak bangga." Dia tertawa dan
menggelengkan kepalanya. "Kau cukup senang tentang ini, kan?"
Ya, dan aku tidak punya alasan untuk berbohong kepadanya. "Ya,
memang. Aku akan menikahinya juga. Dan itu akan terjadi sebelum
kau dan Elaina menikah," kataku menantang, sambil menaikkan satu
alis kearahnya. "Semakin cepat pengumuman keluar menjadi meluas
semakin lebih baik, kataku. Biarkan senator dan tukang pukulnya
membaca tentang hal ini di celebrity gossip. BLACKSTONE
MENIKAH DENGAN MODEL AMERIKA, DENGAN ANAK
PERTAMA YANG AKAN LAHIR. Semakin banyak publikasi
semakin lebih baik. Kataku. Bagaimana kalau: MODEL CANTIK
DARI AMERIKA YANG HAMIL MENIKAH DENGAN
MANTAN KAPTEN SF, SECURITY DETAIL UNTUK
KELUARGA KERAJAAN" Kurasa kedengarannya sedikit lebih
baik. Daftar tamu pasti mengesankan, aku bisa menjanjikan mu
sebanyak itu. Setiap selebriti yang kukenal akan mendapatkan
undangan. Semakin tinggi profilnya, semakin banyak lapisan yang
harus mereka terobos untuk mendatanginya. Bisakah kau
membayangkan jika ada pejabat AS yang tertangkap karena
menyakiti dia sekarang" Mereka mungkin akan memiliki satu
peperangan yang berada di tangan mereka. Semakin tenar selebriti
yang datang, semakin sulit baginya untuk menjadi sasaran. Hal ini
seperti gertakan buat mereka, dan aku sepenuhnya siap untuk
mengacaukan mereka dengan cukup kasar." Aku pura-pura
tersenyum. Neil mengangguk. "Aku ikut bahagia untukmu, E. Brynne seperti
obat bagimu, siapapun bisa melihatnya." Dia berhenti sejenak
sebelum bertanya, "Bagaimana perasaannya menjadi seorang ibu?"
Aku tidak bisa menahan gelombang kebanggaan yang membengkak
didalam diriku ketika Neil menanyakan bagian terakhir itu. "Kau
tahu bagaimana Brynne. Sangat bijaksana menghadapi sesuatu yang
sangat penting, dan ini adalah salah satunya, tapi aku tahu dia takut
seperti semua orang yang mengalami ini. Brengsek, itu
menakutkan!" Aku meraih Djarum Black dan menyalakannya.
"Yeah, tapi kalian berdua akan berhasil mengatasinya, aku yakin,"
Neil mengatakannya sebelum mengubah topik pembicaraan.
"Bagaimana pekerjaan Len selama aku pergi?"
"Len baik. Solid, handal. Bahkan, dia ada di apartemen sekarang dan
aku membayangkan saat kita semakin mendekati upacara
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pembukaan, hal itu akan menjadikan Len harus selalu bersamanya
pada sebagian besar waktunya. Aku akan membutuhkan kau untuk
menjalankan sesuatu di sini ketika aku pergi."
Len pengganti Neil yang bertugas menjaga Brynne. Dia
mengantarkan kemanapun Brynne ingin pergi, dan pada dasarnya
menjaga dengan ketat pintu masuk apartemen disetiap titik jika aku
tidak berada disana dengannya. Aku tidak bisa dan tidak akan
mengambil risiko bahwa Brynne akan ter ekspose menjadi lemah
untuk diserang. Semakin dekat kami menggali kedalam Senator
Oakley camp, semakin banyak petunjuk yang langsung tertuju pada
kemungkinan akan keterlibatannya senator dengan apa yang
sekarang aku yakini mengenai kecerdikannya menyamarkan berita
mengenai Montrose dan Fielding. Ada petunjuk bahwa Fielding
sudah mati, tapi tidak ada yang mengatakan mungkin pernah melihat
mayatnya, kalau saja ada yang pernah. Neil tentu saja sudah
menempatkan Secret Service untuk mengintai di sekitar apartemen
yang ditinggali Fielding di Los Angeles. Keparat itu pastu sudah
membongkarnya, aku berani bertaruh dengan medali Victoria Crossku.
"Waktunya untuk pergi dari sini, bos. Sudah
terlambat untukkmu ikut mengintai, dan wanitamu dirumah
sendirian," kata Neil.
"Setuju." Aku mendesah saat memikirkan bahwa larut malam masih
akan datang dalam beberapa minggu ke depan, mengambil batang
rokokku dan memadamkannya. Aku benar-benar membuat
perubahan menguranginya dengan menempatkannya ke bawah.
Kadang-kadang aku hanya membiarkan rokoknya terbakar tanpa
kuhisap. Neil menepuk punggungku saat kami keluar. "Jadi, Dad, kita
perlu membuatmu bersenang-senang dan mabuk untuk merayakan
kesempatan pertama. Kau sudah menghamili gadismu dan kau
menjadi terikat pada kehamilannya." Dia menggelengkan kepalanya
lagi sepertinya dia masih sangat terkejut. "Kau tidak melakukan
dengan sengaja, kan?"
"'Sayangnya tidak," gerutuku.
?"" " Apartemen gelap dan senyap ketika aku membiarkan diriku masuk
kedalam. Semua yang kuinginkan hanyalah menyentuh dirinya. Aku
selalu memiliki suatu momen merasa panik jika aku masuk dan
tempat ini terasa sepi. Tapi itu bodoh karena sekarang sudah begitu
sangat terlambat sekali untuk pulang dari kerja dan aku baru saja
membebaskan Len dari tugasnya menjaga pintu. Tentu saja dia
berada di dalam apartemen! Dia pasti sudah tertidur dan tempat ini
gelap. Aku melemparkan jaketku dan mulai melepaskan dasiku saat aku
menuju ke kamar tidur. Aku bersyukur aku tidak sampai masuk
kesana, karena aku bisa terkena serangan jantung ketika aku
menemukan tempat tidur kami kosong.
Aku berhenti mendadak ditengah jalan saat aku melihat dia terbaring
di sofa, e-readernya diatas perutnya, kabel iPod terhubung dengan
musik, dan masih di telinganya. kaki panjangnya terbelit selimut
yang lepas dari tubuhnya, satu tangan terentang di atas kepalanya,
rambut tersebar di bawahnya
Hanya sinar dari cahaya kota menembus lekungan jendela
menerangi ruangan, tapi itu sudah cukup bagiku untuk bisa melihat
dirinya. Dia mengenakan celana boxer sutra hitamku dan atasan
kecil warna hijau cukup memperlihatkan lekukan lembutnya yang
membuatku keras. Bagaimanapun juga tidak butuh waktu banyak
untuk membawaku kembali ke kehidupan. Semakin kami dipaksa
untuk menghabiskan waktu secara terpisah, semakin lebih buruk lagi
aku memiliki kebutuhan yang tidak rasional. Aku menginginkan dia.
Sepanjang waktu. Kenginginan. Kebutuhan. Hasrat. Aku kehilangan
pikiranku dan aku sangat yakin Brynne tahu itu. Dia
mengkhawatirkan aku dan mengetahui hal itu hanya membuat aku
semakin mencintainya. Akhirnya aku memiliki seseorang yang
peduli padaku karena pribadiku, bukan bagaimana aku terlihat atau
berapa banyak bintang tanda jasa yang kebetulan kumiliki.
Matanya terbuka dan dia menemukan aku.
Aku berdiri tidak bergerak setidaknya tujuh kaki dari tempatnya dan
melepaskan sepatuku. Dia bangun serta duduk di sofa lalu
menggeliat, melengkungkan punggungnya dan dadanya mengarah
kepadaku seakan mengundang.
Kami masih belum saling berbicara sepatah katapun, tapi begitu
banyak yang sudah dikomunikasikan. Kami akan menjadi seperti
hewan liar dan hal itu akan menjadi sangat luar biasa
menyenangkan. Sepertinya selalu. Jadi. . . memiliki sebuah
pertunjukan telanjang bersama, ya"
Kedengarannya sialan sempurna bagiku.
Pertama aku duluan. Aku memiliki pakaian lebih banyak untuk
disingkirkan daripada dia. Kurasa aku tersenyum. Jika itu tidak
terlihat di luar, aku memiliki seringaian seperti badut sialan yang ada
di dalam diriku. Aku melepaskan kancing kemejaku perlahan-lahan, mengawasi dia
menontonku saat matanya berkembang seperti berasap. Aku
mengeluarkan kemejaku melewati bahu dan membiarkannya jatuh
ke lantai. Aku menendang dengan kakiku dan berkedip padanya.
Sekarang giliran kamu, cantikku.
Dia melakukan sebuah gerakan yang sangat kucintai, dan salah satu
yang dia lakukan dengan baik itu seharusnya ilegal. Dia mengangkat
lengannya dan telapak tangan ditekuk di belakang lehernya dan
menyeret mereka ke atas melewati rambutnya, menekukkan lehernya
dengan satu jangkauan sebelum membawa tangannya kembali turun
ke bagian bawah kaus dalam hijaunya yang minim. Dia mengintip ke
arahku dan berhenti. Aku menggeram pelan di tenggorokan. Sepenuhnya insting
dan sama sekali tidak mungkin bisa menahan diriku. Aku ingin
melahap dirinya sekarang.
Perlahan-lahan ia menarik kaus dalam hijau itu ke atas,
mengungkapkan kulit perutnya yang seperti satin, sedikit tersangkut
di atas gundukan payudaranya, kemudian sedikit memantul ketika
mereka jatuh bebas, dan atasannya dilemparkan sedikit keatas. Dia
meluruskan lengannya dan menempatkan telapak tangannya di sofa.
Aku maju selangkah lebih dekat saat aku membuka sabukku
mengeluarkan dari celanaku dan menjatuhkannya ke lantai dengan
bunyi mendentang. Lidahku kuputar diatas bibirku seakan aku
membayangkan bagaimana sempurna payudaranya setelah aku
mencicipinya. Begitu manis.
Aku membuka kancing dan menurunkan ritsleting celana panjangku
dan membiarkannya jatuh dari pinggulku. Dengan cara yang sama
seperti kemejaku, celanaku kusingkirkan dengan menendangnya
melintasi lantai kayu. Dua jari Brynne terjebak di mulutnya dan perlahan-lahan
melepaskannya, melingkari salah satu putingnya, sekarang muncul
mengetat dan berwarna merah muda gelap.
Ya Tuhan indahnya, aku pasti akan meninggal malam ini.
Aku terpaku padanya menjadi begitu keras, mengingatkannya untuk
memahami aku. Aku membutuhkan mulutmu berada pada diriku, sayang.
Dia menatapku dengan mata berkabut dan menyambut pesanku. Dia
menyelipkan tangannya di bawah karet pinggang celana pendek
punyaku yang sangat suka dia kenakan, dan menggeser pinggulnya
keatas, menurunkannya sepanjang kakinya. Dia menjatuhkan sutra
hitam dari ujung-ujung jarinya dan bersandar seperti seorang dewi di
atas podium, kakinya sedikit melengkung, satu tangannya terentang
keluar, satunya ditekuk di siku. Menampilkan sebuah pose. Tak
ubahnya seperti yang mungkin dia lakukan untuk pemotretan. Tapi
pose ini hanya untukku. Dia tampak begitu cantik, aku hampir tidak ingin bergerak. Aku
butuh menonton dirinya terlebih dahulu. aku membutuhkan dia
sampai mabuk. Aku tidak pernah bisa cukup hanya melihat Brynneku.
Aku mengambil satu langkah dan menyingkirkan satu kaus kaki.
Melangkah lagi dan aku melepaskan yang satunya. Hanya diriku dan
celana pendekku sekarang.
Brynne menjilat bibirnya saat aku bergerak kesisi kanan dan
menunggu dia untuk menyentuhku.
Tubuhku mengencang sepertinya mungin aku akan datang, bolaku
terasa sakit dan aku tidak bisa melakukan apa-apa karena diriku
semakin bertambah besar dan ingin terkubur di dalam dirinya.
Dia duduk dihadapanku dan menyentuh kejantananku yang dilapasi
sutra boxer-ku. Aku mendorongnya ke tangannya dan memutar
kepalaku kebelakang. Aku merasa boxer-ku menuruni pahaku dan
melangkah keluar dari mereka dengan cepat. kejantananku
digenggam dengan satu tangan, bolaku dengan yang satunya.
Kemudian aku merasakan lidahnya yang lembut berada pada diriku.
"Fuuuuuuu*k, sayang. . ." Aku menarik napas saat dia mengambil
penisku dan membawanya masuk dan keluar dari hisapan mulutnya
yang mendalam. Dia mengangkat matanya yang indah dan bertemu
dengan mataku sambil mengisapku sampai belakang
tenggorokannya berulang kali. Seksi. Dalam. Piawai. Aku ingin
menahan orgasme-ku datang tapi tahu aku tidak akan bisa dengan
cara dia melakukan seperti itu terhadap penisku. Itu sudah terlalu
sialan nikmat dan aku sangat membutuhkan itu. Aku tersesat
didalam dirinya dan rasanya begitu sialan nikmat, aku tidak pernah
ingin ditemukan lagi. Hilang untuk selamanya pada momen ini
dengan dirinya. Aku bisa mati bahagia sekarang dan pasti sambil
tersenyum. "Ahhh, sial, aku akan datang!"
Dia melepas kejantananku dan berganti ke bolaku dengan menjilat
dan meremas. Aku melingkarkan kepalan tanganku disekitar pangkal
penisku dan menyentaknya dengan keras. Sekali. Dua kali. Tiga kali
dan aku mulai memasukkan ke mulutnya yang terbuka. Begitu sialan
seksi. Gadisku mengambilku seperti itu, mulutnya terbuka dengan
lidahnya keluar, menunggu untuk menangkap cairanku.
Ya ampun, aku akan melakukan ini lagi.
Teriakan gemetar keluar dari diriku saat aku pecah dan meledak
hingga selesai. Ketika aku menjadi rasional lagi, aku berlutut dengan Brynne yang
sedang membelai rambutku dan pipiku beristirahat di pangkuannya.
Aku membutuhkan satu atau dua menit untuk kembali ke Bumi.
"Kau tahu bagaimana cara menyambut kekasihmu pulang dari hari
sialnya," gumamku, tanganku mulai berkeliaran kekakinya yang
mulus. "Aku merindukanmu malam ini." Dia berbicara pelan dan terus
mengusap kepalaku. Sentuhannya selalu terasa menenangkan.
"Aku lebih merindukanmu," kataku dengan mengerang, "Aku benci
berjauhan denganmu di malam hari."
Dia sedikit santai. Aku merasakan perubahan dalam dirinya saat ia
merenggang di bawahku. Aku menarik napas dalam, menghirup
aroma tubuhnya, campuran bunga dengan kulitnya yang mengirimku
ke dalam kabut seksual yang begitu sangat mendalam, aku yakin aku
telah mengubur sisi kemanusiaanku. Sisi kebinatanganku muncul
menuju aroma gairahnya. Membuatku ingin melakukan hal-hal yang
sangat kinky kepadanya. Kepalaku mendongak dan tanganku kelututnya. Aku membuka
lebar kakinya sebelum aku menatap vaginanya yang telanjang. Dia
begitu cantik terpapar untukku. Hanya untukku" Aku melemparkan
pemikiran yang menyakitkan itu ke samping dan fokus pada harta
miliku untuk saat ini. "Ya Tuhan, Kau basah kuyup, cantikku. Kau membutuhkan
perhatian, bukan?" "Ya. . ." Bisiknya, mulutnya menganga saat dia mulai bernapas
dengan berat. "Aku begitu gegabah." Aku menyentak pinggulnya ke pinggir
bantalan dengan dratis dan menahannya terbuka. "Kau harus
memaafkanku." Aku meniup celahnya dan menyukai respon yang
aku dapatkan, dia melengkungkan pinggulnya dan mengerang
lembut dengan seksinya. Suara yang bisa dia buat. . .
Kejantananku siap untuk lebih dari hanya mendengar suara
dengungan seraknya itu. Aku masuk kedalam dan menutup dengan
satu jilatan yang dalam di vaginanya, membuka celahnya sehingga
aku bisa melakukan sesuatu pada tonjolan itu yang akan membuat
dia merasa benar-benar nikmat. Dia melengkungkan pinggulnya
keatas lagi dan mengeluarkan suara lebih seksi lagi untukku.
Aku berpesta sendiri. Tidak ada cara lain untuk menggambarkan hal
itu. Aku mengisap dan menjilat, menggigit dan menggigit, dan aku
bisa tinggal di sana selama lamanya untuk melakukan itu. Rasa
dirinya selalu membuatku gila.
Ketika aku merasa keketatannya di sekitar lidahku dan dua jari yang
telah menemukan jalan mereka kedalam vagina surgawi pada titik
tertentu, aku sudah siap dengan apa yang pasti datang. Secara
keseluruhan dia berada diatas kendaliku.
"Apakah kau siap, sayang?" Aku berhasil bertanya padanya, bibirku
di bibirnya. "Yeeeeees. . ."
Dia berteriak dengan lembut dan pelan dengan napas yang bergetar.
Jelas sangat indah bagiku, aku nyaris merasa benci untuk
membawanya kesana dan kehilangan suara itu. "Datanglah padaku."
Aku fokus pada klitorisnya dan menjepitnya dengan gigiku. "Benar.
Sekarang!" Sebuah perintah, dan seperti waktu yang lain, ia tampil dengan
sempurna untukku. Seluruh tubuhnya melengkung ke atas,
melambung pelan, menjerit bergetar dari dalam tenggorokannya saat
aku mendorong jariku yang berada di dalam dan berguling ke dalam
dirinya. Aku menyaksikan dengan mataku, mencicipi dengan lidahku,
mendengar dengan telingaku dan merasakan dengan jari-jariku saat
gadis cantikku mencapai klimaks-nya. Satu-satunya akal sehat yang
tidak aku gunakan saat ia datang dengan bicara terputus-putus. Tidak
ada kata untuk menggambarkan dirinya, juga tidak ada yang bisa aku
bentuk secara logis pada momen itu; dia seperti sebuah karya seni,
dan aku tidak bisa mengucapkan kata-kata itu.
?"" Bab 13 "Ethan meraupku dari sofa ke dalam pelukannya. Aku mendongak
dan melihat gelombang emosi itu lagi saat mata birunya
menemukanku. Aku sangat mencintainya sampai aku merasa sangat
ketakutan. Aku pernah mendengar orang lain berbicara tentang hal
itu. Aku juga pernah membacanya dalam buku. Sekarang aku
mengerti. Ketakutan yang kau miliki ketika akhirnya kau
menyerahkan hatimu pada orang lain. Hal seperti ini membuatmu
sangat rentan apabila kehilangan seseorang yang kau cintai itu. Jika
kau tidak pernah mencintai siapapun, maka kau tidak akan pernah
terluka ketika mereka tidak mencintaimu lagi atau ketika mereka
meninggalkanmu. Akhirnya aku memiliki pengalaman langsung tentang pemahaman
seperti itu. Rasanya tidak menyenangkan.
Kurasa Ethan juga merasakan pengalaman yang baru kurasakan itu.
Dia mengamatiku dengan intuitif yang terlihat dari mata birunya
yang tampak sangat gelap saat ini, dan menundukkan kepalanya
untuk mendekati bibirku. Dia menciumku di depan jendela sambil
Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menahan tubuhku yang telanjang ke dalam pelukannya. Aku meleleh
di dalam pelukannya dan menyerah pada emosi sialanku.
Dia membawaku menyusuri lorong menuju kamar tidur dan melepas
ciuman saat menurunkan aku ke ranjang. Dia menatapku.
"Oh, sayang...jangan menangis," bisiknya, menangkup wajahku dan
berbaring sambil memelukku.
Aku tidak bisa menahannya. Ada terlalu banyak di dalam diriku
untuk ditinggalkan disana. "Aku hanya sangat mencintaimu, Ethan,"
rengekku lalu aku memejamkan mata, mencoba menemukan tempat
perlindungan dari beberapa potongan kecil emosiku.
Dia pindah keatasku, merentangkan tubuhnya diatasku hingga tubuh
kami selaras dari kepala hingga kaki ketika dia mulai menciumiku.
Di mana-mana. "Aku lebih mencintaimu," bisiknya saat bibirnya
menciumi di atas air mataku dan menyekanya. Dia bergerak ke
rahangku kemudian leher lalu tenggorokanku, gerakan lidahnya
yang hangat di atas kulitku menempatkan aku agar bisa
mengendalikan keinginanku untuk menangis.
"Aku tahu apa yang kau butuhkan, dan aku akan selalu berada disini
untuk memberikan apa yang kau butuhkan." Dia mengulurkan
tangannya keatas hingga jarinya terjalin di rambutku saat mulutnya
menutupi satu puting dan mengisapnya. Dan hanya seperti itu dia
membawaku pergi memasuki dunia lain. Sebuah tempat dimana aku
merasa sangat dihargai, dan aku bisa melupakan saat-saat dimana
aku tidak pernah berani bermimpi tentang dicintai seperti ini.
Ethan secara bergantian menjentikkan lidahnya di antara putingku,
menjepit dengan bibirnya, menariknya dan mengeraskan ujungnya
sampai mencapai titik sangat kesakitan sambil menahan rambutku
dalam genggaman yang kuat. Tarikan pada rambutku membuat aku
melengkungkan dadaku untuk memenuhi mulutnya. Aku butuh apa
yang dia lakukan padaku. Hingga begitu buruknya.
Ketika ia mengangkat kepalanya dari payudaraku, aku memprotes
karena kehilangan mulutnya dan kenikmatan yang dia berikan
padaku. Dia ingin melihat hasil karyanya. Ethan suka melihat tubuh
kami selama berhubungan seks. Tidak ada bagian dari tubuhku yang
tidak dia lihat atau sentuh dengan baik dalam berbagai cara. Hal ini
membuatku menjadi percaya diri ketika dia melihat dan aku tahu dia
menyukai apa yang dia lihat.
"Apakah itu terasa nikmat ketika aku mengisap payudara indahmu
dan membuatnya menjadi keras?" Dia menarik-narik rambutku.
"Ya! Aku suka ketika kau mengisapnya." Aku mulai merasa begitu
putus asa. "Apa kau suka kalau aku menggigitnya?" Dia menjepit giginya pada
salah satu payudaraku, tidak begitu keras sampai menjadi kesakitan,
tapi cukup memberikan sentakan kenikmatan bersamaan dengan
sengatan rasa sakit yang langsung membuatku mengerang.
"Kupikir aku menganggap itu sebagai jawaban ya," gumamnya.
"Kau sangat cantik ketika kau mengeluarkan suara-suara itu..." Dia
menggigit puting lainnya, membuatku terkesiap dan menginginkan
lebih banyak lagi. Ethan telah menunjukkan padaku, sama sekali
tidak ada keraguan, bahwa aku memang makhluk seksual. Ketika dia
mendapati aku dalam keadaan seperti ini bahkan aku akan
menggolongkan diriku sendiri dengan baik ke dalam kategori
maniak seks. Tangannya meninggalkan rambutku saat ia menurunkan tangannya
untuk membuka lebar kakiku sehingga dia bisa menatap
kewanitaanku. "Tapi ini adalah apa yang kuinginkan sekarang,"
katanya dengan suara serak, membelai-belai bibir bawahku,
menyebarkan cairan licin dari orgasme sebelumnya ke bawah untuk
melumasi pantatku. Kami sudah pernah melakukan hal ini tapi hanya
sebentar, dan Ethan pelan-pelan membawa kami kesana. Aku belum
pernah melakukan anal seks dengan orang lain; dia akan menjadi
orang yang pertama. Rasanya menyenangkan menjadi perawan
dalam hal ini dan menyerahkannya hanya untuk dirinya bukan pada
orang lain. Dia mendorong dua jarinya masuk kedalam dan mendongak saat
melakukannya. "Aku menginginkan ini, sayang. Aku menginginkan
setiap bagian dari dirimu karena kau milikku, dan akan selalu
menjadi milikku." Sengatan akibat dari tekanan saat mengisiku membuatku melentur
diriku melawan dorongan dari jarinya itu. "Aku tahu," aku terengahengah di
bibirnya yang melumat bibirku. Kata-katanya hanya
membuatku merasakan lebih dari apa yang harus kuketahui darinya,
aku fokus pada hal itu dan membiarkan diriku pergi ke tempat yang
menyenangkan di dalam benakku. Kau milikku, dan akan selalu
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 8 Raja Petir 03 Pencuri Kitab-kitab Pusaka Menyelamatkan Kristal Android 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama