The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo Bagian 4
kata Hagen. "Mereka harus mengambil pecahan tulang dari gusimu dan menurut
mereka undakan itu sangat menyakitkan. Lagi pula, kau memang sama sekali tidak sadarkan diri."
"Ada hal lain yang tidak beres denganku?" tanya Michael.
"Tidak," jawab Hagen. "Sonny ingin kau pulang ke rumah di Long Beach. Kau merasa
sudah cukup kuat?" "Tentu saja," kata Michael. "Don baik-baik saja?"
Wajah Hagen memerah. "Kurasa kita berhasil memecahkan masalah itu sekarang. Kita
menyewa biro detektif swasta dan mereka menjaga seluruh tempat ini. Akan kuceritakan lebih
banyak di mobil nanti." Clemenza yang mengemudi, Michael dan Hagen duduk
192 di kursi belakang. Kepala Michael terasa berdenyut-denyut. "Jadi apa yang
sebenarnya terjadi semalam, apa kalian sudah menyelidikinya?"
Hagen berbicara pelan. "Sonny memiliki orang dalam, Detektif Phillips, yang
semalam berusaha melindungi dirimu. Ia memberitahukan apa yang terjadi pada kita. Si kapten
polisi, McCluskey, orang yang sangat korup sejak masih menjadi petugas patroli. Keluarga kita membayar
lumayan padanya. Dan ia orang yang serakah, selain tidak bisa dipercaya untuk bekerja sama. Tapi
Sollozzo pasti memberinya bayaran yang sangat besar. McCluskey memerintahkan penangkapan
seluruh anak buah Tessio di dalam dan sekitar rumah sakit sesudah jam berkunjung berakhir. Fakta
bahwa beberapa dari mereka membawa pistol membuat semua jadi lebih merepotkan. Lalu McCluskey
menarik detektif yang menjaga pintu kamar Don. Katanya ia membutuhkan mereka dan akan ada petugas
lain yang dikirim ke sana untuk menggantikan mereka, tapi penugasannya tetselip entah di
mana. Omong kosong. Ia dibayar untuk membiarkan Don celaka. Dan Phillips mengatakan orang
seperti McCluskey akan mencoba lagi. Sollozzo pasti memberinya uang yang sangat banyak di tahap
awal dan menjanjikan lebih banyak lagi di masa depan."
"Apa peristiwa penganiayaan diriku masuk koran?"
"Tidak," jawab Hagen. "Kita menjaga agar berita itu tidak tersiar. Tidak seorang
pun menginginkan kejadian itu diketahui. Polisi tidak. Kita juga tidak."
"Bagus," kata Michael. "Si Enzo bisa lolos?"
"Yeah," kata Hagen. "Ia lebih cerdik daripada dirimu. Sewaktu polisi datang ia
langsung menghilang. Katanya ia bersama dirimu sewaktu mobil Sollozzo melintas. Benar?"
"Yeah," kata Michael. "Ia anak yang baik."
"Ia akan mendapatkan imbalan," kata Hagen. "Kau baik-baik saja?" Wajahnya tampak
penuh perhatian. "Kau tampak tidak sehat."
"Aku tidak apa-apa," kata Michael. "Siapa nama kapten polisi itu?"
"McCluskey," jawab Hagen. "Oh ya, mungkin kau akan merasa lebih baik kalau
mengetahui Keluarga Corleone aldiirnya bisa mengejar ketertinggalan. Bruno Tattaglia, pukul empat
pagi tadi." Michael menegakkan duduk. "Bagaimana bisa" Kukira kita harus berdiam diri."
Hagen mengangkat bahu. "Sesudah apa yang terjadi di rumah sakit, Sonny menjadi
panas. Anak buah disebar ke seluruh New York dan New Jersey. Kami menyusun daftar semalam. Aku
sudah berusaha mencegah Sonny, Mike. Mungkin kau bisa bicara dengannya. Seluruh masalah ini
bisa diselesaikan tanpa perang habis-habisan."
"Aku akan bicara dengannya," kata Michael. "Ada rapat pagi ini?"
"Yeah," kata Hagen. "Sollozzo akhirnya menghubungi kita dan ingin berunding.
Negosiator mengatur rinciannya. Itu berarti kita menang, Sollozzo mengetahui dirinya kalah dan ingin
menyelamatkan jiwanya." Hagen terdiam. "Mungkin ia mengira kita lunak, siap diambil alih,
sebab kita tidak balas menyerang. Sekarang dengan kematian salah satu anak Tattaglia, ia mengetahui
kita tidak main-main. Ia benar-benar berjudi ketika berusaha membunuh Don. Oh ya, kita sudah mendapat
konfirmasi mengenai Luca. Di kelab malam Bruno. Bisa kaubayangkan?"
Michael berkata, "Tidak heran mereka bisa menyergapnya tiba-tiba."
* Di rumah-rumah di Long Beach, pintu masuk ke kompleks dihalangi mobil hitam
panjang yang diparkir melintang. Dua pria bersandar ke kap mesinnya. Michael bisa melihat
jendela-jendela lantai atas dua rumah di kiri-kanan pintu masuk terbuka. Ya Tuhan, Sonny pasti tidak
main-main. Clemenza memarkir mobil di luar kompleks dan mereka berjalan masuk. Kedua
penjaga itu anak buah Clemenza dan ia mengernyit pada mereka sebagai salam. Kedua pria tersebut
mengangguk sebagai jawaban. Tidak ada senyuman, tidak ada kata-kata. Clemenza mendului Hagen dan
Michael Corleone masuk ke rumah. Pintu dibuka penjaga lain sebelum mereka membunyikan bel. Jelas sekali mereka
diawasi dari balik jendela. Mereka masuk ke kantor sudut dan mendapati Sonny menunggu bersama
Tessio di sana. Sonny menyambut Michael, memegang kepala adiknya dan berkata sambil bergurau,
"Cantik. Cantik." Michael menepiskan tangan kakaknya, melangkah ke meja tulis, dan
menuangkan sedikit scotch, berharap minuman itu akan meredakan rasa sakit pada rahangnya yang
dikawat. Mereka berlima duduk berkeliling dalam ruangan, tapi suasananya berbeda dengan
pertemuan sebelumnya. Sonny lebih gembira, lebih periang, dan Michael menyadari arti
kegembiraannya. Tidak ada lagi keraguan dalam pikiran kakaknya. Kakaknya telah mulai bertindak dan
tidak ada yang akan menggoyahkannya. Usaha Sollozzo tadi malam merupakan tindakan orang yang putus
asa. Tidak ada lagi gencatan senjata. "Kita ditelepon negosiator saat kau pergi," kata Sonny pada Hagen. "Sekarang si
Turki ingin bertemu." Sonny tertawa. "Keparat itu benar-benar bernyali," katanya kagum.
"Sesudah bertingkah semalam, sekarang ia menginginkan pertemuan hari ini atau besok. Sementara itu
kita dianggap akan duduk berpangku tangan dan menerima apa saja yang disajikan. Benar-benar
terkutuk." Tom bertanya
hati-hati, "Bagaimana jawabanmu?" Sonny tersenyum. "Kukatakan, baik, kenapa
tidak" Kapan saja ia
mau, aku tidak terburu-buru. Ada seratus anak buahku di jalan dua puluh empat
jam sehari. Kalau Sollozzo memperlihatkan sedikit saja belangnya, ia mampus. Biar saja mereka
mengulur waktu sesukanya." Hagen bertanya, "Apakah ada usul yang pasti?" "Yeah," jawab Sonny.
"Ia ingin kita mengirim Mike menemuinya dan mendengar usulnya. Si negosiator menjamin
keselamatan Mike. Sollozzo tidak meminta kita menjamin keselamatannya, ia mengetahui tidak bisa
memintanya. Tak masalah. Jadi pertemuan akan diatur pihaknya. Anak buahnya akan menjemput dan
membawa Mike ke tempat pertemuan. Mike akan mendengarkan apa yang harus dikatakan Sollozzo, lalu
mereka akan membebaskan dirinya. Tapi tempat pertemuan dirahasiakan. Mereka menjanjikan
kesepakatannya akan begitu bagus hingga kita tidak bisa menolak."
Hagen bertanya, "Bagaimana dengan Keluarga Tattaglia" Apa yang mereka lakukan
sehubungan dengan Bruno?" "Itu bagian dari persetujuannya. Negosiator mengatakan Keluarga Tattaglia akan
mengikuti keputusan Sollozzo. Mereka akan melupakan masalah Bruno Tattaglia. Ia yang mendapat
balasan untuk apa yang mereka lakukan pada ayahku. Yang satu menetralkan yang lain." Sonny kembali
tertawa. "Keparatkeparat ini benar-benar berani."
Hagen berkata hati-hati, "Kita harus mendengar apa yang akan mereka katakan."
196 Sonny menggeleng. "Tidak, tidak, Consigliori, kali ini tidak." Suaranya
mengandung sedikit aksen Italia. Ia sengaja meniru gaya bicara ayahnya untuk bergurau. "Tidak ada
pertemuan lagi. Tidak ada
pembicaraan lagi. Tidak ada tipuan Sollozzo yang lain. Sesudah negosiator
menghubungi kita lagi untuk mendapatkan jawaban, kuminta kau memberinya satu pesan. Aku menginginkan
Sollozzo. Kalau tidak, akan ada perang habis-habisan. Kita akan buka kamar dan menyebar
semua anak buah di jalan. Bisnis terpaksa harus merugi."
"Keluarga-Keluarga lain tidak akan menginginkan perang habis-habisan," kata
Hagen. "Terlalu berbahaya bagi setiap orang."
Sonny mengangkat bahu. "Mereka memiliki pemecahan sederhana. Berikan Sollozzo
padaku. Kalau tidak, bertempur dengan Keluarga Corleone." Sonny terdiam sejenak, lalu berkata
kasar, "Tidak ada lagi nasihat tentang bagaimana harus memperbaikinya, Tom. Keputusan sudah
diambil. Tugasmu adalah membantuku meraih kemenangan. Mengerti?"
Hagen menunduk. Ia berpikir keras sejenak. Lalu berkata, "Aku sudah berbicara
dengan kontakmu di kantor polisi. Ia mengatakan Kapten McCluskey memang masuk dalam daftar suap
Sollozzo dan mendapat banyak uang. Bukan hanya itu, McCluskey akan mendapat bagian dari
operasi narkotika. McCluskey setuju menjadi pengawal pribadi Sollozzo. Si Turki tidak akan
menyembulkan batang hidungnya dari lubang mana pun tanpa McCluskey. Sewaktu ia bertemu Mike untuk
berunding, McCluskey akan duduk di sisinya. Dengan pakaian preman, tapi membawa pistol.
Sekarang yang perlu kaupahami, Sonny, adalah selama Sollozzo dijaga seperti ini, ia sangat kuat.
Tidak ada yang menembak kapten polisi New York dan bisa lolos dari hukuman. Suasana panas di
kota ini tidak akan tertahankan, apalagi dengan ikut campurnya koran, seluruh departemen kepolisian,
gereja, segalanya. Itu akan menjadi bencana. Keluarga-keluarga akan memburumu. Keluarga Corleone
akan dikucilkan. Bahkan koneksi politik Don yang biasa memberikan perlindungan akan berlari
menyelamatkan diri. Jadi pertimbangkan semuanya."
Sonny mengangkat bahu. "McCluskey tidak akan bisa mendampingi si Turki
selamanya. Kita akan menunggu." Tessio dan Clemenza mengisap cerutu dengan gelisah, tidak berani bicara,
keringat mereka bercucuran. Merekalah yang akan celaka kalau keputusan yang diambil salah.
Michael berbicara untuk pertama kalinya. Ia bertanya pada Hagen, "Bisakah ayahku
dipindahkan dari rumah sakit ke kompleks ini?"
Hagen menggeleng. "Itu hal pertama yang kutanyakan. Tidak mungkin. Ia dalam
kondisi yang sangat parah. Ia akan bisa sembuh tapi memerlukan segala macam perawatan, mungkin
beberapa operasi lagi. Tidak mungkin." "Kalau begitu kalian harus segera mendapatkan Sollozzo," kata Michael. "Kha
tidak bisa menunggu. Orang itu terlalu berbahaya Ia akan mendapat gagasan baru. Jangan lupa, kuncinya
tetap bahwa ia harus menyingkirkan ayahku. Ia mengetahuinya. Oke, ia sekarang tahu itu sulit
sekali hingga ia bersedia menerima kekalahan demi keselamatan jiwanya. Tapi kalau jiwanya tetap
terancam, ia pasti akan mencoba membunuh Don lagi. Dan dengan bantuan kapten polisi itu, siapa yang
tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak bisa mengambil risiko itu. Kita harus segera
mendapatkan Sollozzo."
Sonny menggaruk-garuk dagu sambil berpikir. "Kau benar,
Mike," katanya. "Kau benar dalam hal ini. Kita tidak boleh membiarkan Sollozzo
mencoba membunuh Pop lagi." Hagen berkata pelan, "Bagaimana dengan Kapten
McCluskey?" Sonny berpaling pada Michael sambil tersenyum tipis yang aneh. "Yeah, Mike,
bagaimana dengan kapten polisi yang tangguh itu?"
Michael berkata pelan, "Oke, itu masalah yang ekstrem. Tapi ada saatnya tindakan
yang sangat ekstrem bisa dibenarkan. Mari kita berpikir sekarang bahwa kita harus membunuh
McCluskey. Caranya dengan membuat dirinya sangat terlibat hingga ia bukan lagi kapten
polisi jujur yang sedang menjalankan tugas, tapi oknum polisi jahat yang terlibat dalam kegiatan
melanggar hukum dan mendapatkan balasan, seperti penjahat lain. Kita memiliki orang-orang koran
dalam daftar suap kita yang bisa kita beri cerita itu dengan bukti secukupnya sehingga mereka bisa
mendukungnya. Itu akan sedikit meredakan panasnya suasana. Bagaimana?" Michael memandang sekelilingnya,
menatap yang lain satu per satu. Wajah Tessio dan Clemenza tetap muram dan mereka tetap
membisu. Sonny berkata sambil tersenyum aneh seperti tadi, "Lanjutkan, Mike, kau hebat sekali.
Keluar dari mulut bayi, seperti yang biasa dikatakan Don. Lanjutkan, Mike, katakan lebih banyak
lagi pada kami."
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hagen turut tersenyum sedikit dan berpaling. Wajah Michael memerah. "Baiklah,
mereka menginginkan diriku berunding dengan Sollozzo. Yang ada hanyalah aku, Sollozzo,
dan McCluskey, tanpa orang lain. Rencanakan pertemuannya dua hari dari sekarang, kemudian
perintahkan informan kita menyelidiki di mana pertemuan akan dilangsungkan. Minta pertemuan dilakukan
di tempat umum, aku tidak mau mereka membawaku ke apartemen atau rumah. Biar pertemuannya
dilangsungkan di restoran atau bar pada jam-jam^ makan yang ramai, semacam itu,
agar aku merasa aman. Mereka juga akan merasa aman. Bahkan Sollozzo tidak bakal mengira kita
berani menembak si kapten. Mereka akan menggeledah diriku sewaktu menemui mereka, jadi aku harus
bersih saat itu. Tapi pikirkan cara untuk memberiku senjata sementara aku bertemu mereka. Sesudah
itu akan kubunuh mereka berdua."
Keempat kepala lain berpaling dan memandang dirinya. Clemenza dan Tessio sangat
terkejut. Hagen tampak agak sedih tapi tidak heran. Ia hendak bicara tapi lalu membatalkan
niatnya. Tapi Sonny, wajah Cupido-nya yang gemuk bergerak-gerak menahan geli, tiba-tiba tertawa
terbahak-bahak. Tawanya tidak dibuat-buat. Ia benar-benar lepas kendali. Ia menunjuk Michael,
mencoba bicara di sela-sela tawanya. "Kau, mahasiswa kelas atas, kau tidak pernah mencampuri
bisnis Keluarga. Sekarang kau ingin membunuh kapten polisi dan si Turki hanya karena wajahmu
dihajar McCluskey. Kau menganggap kejadian itu masalah pribadi, itu hanya masalah bisnis dan kau
menganggapnya sebagai masalah pribadi. Kau ingin membunuh dua orang hanya karena wajahmu
ditampar. Ini semua omong kosong. Selama bertahun-tahun, semuanya omong kosong belaka."
Clemenza dan Tessio, sama sekali tidak paham, menduga Sonny menertawakan
kelancangan adiknya karena mengajukan tawaran seperti itu, juga tersenyum lebar dan agak kasihan
pada Michael. Hanya Hagen yang wajahnya tetap pasif.
Michael memandang mereka semua, lalu menatap Sonny, yang masih belum berhenti
tertawa. "Kau akan membunuh keduanya?" kata Sonny. "Hei, kid, mereka tidak akan memberimu
medali, mereka akan mendudukkan dirimu di kursi
listrik. Kau tahu itu" Ini bukan soal jadi pahlawan, kid, kau tidak akan
menembak orang dari jarak satu
mil. Kau menembak sesudah bisa melihat putih mata mereka, seperti yang diajarkan
di sekolah, ingat" Kau harus berdiri dekat sekali dengan mereka dan meledakkan kepala mereka sampai
otak mereka berhamburan mengotori jas Ivy League yang kaukenakan. Bagaimana, kid". Kau mau
melakukannya hanya karena polisi bodoh memukulmu?" Ia masih tertawa.
Michael bangkit. "Sebaiknya kau berhenti tertawa," katanya. Perubahan pada
dirinya begitu luar biasa
sehingga senyum menghilang dari wajah Clemenza dan Tessio. Michael tidak
jangkung atau tegap, tapi kehadirannya seperti memancarkan bahaya. Pada saat itu ia seperti
reinkarnasi Don Corleone sendiri. Matanya jadi cokelat muda dan wajahnya pucat. Tampaknya setiap saat
bisa saja ia menerjang kakaknya yang lebih kuat. Tidak diragukan lagi, seandainya ia memegang senjata,
Sonny pasti dalam bahaya. Sonny berhenti tertawa dan Michael berkata padanya dengan suara yang
sangat dingin, "Menurutmu aku tidak bisa melakukannya, bangsat?"
Gelombang tawa Sonny sudah berlalu. "Aku tahu kau bisa melakukannya," katanya.
"Aku tidak menertawakan apa yang kaukatakan. Aku selalu mengatakan kau yang paling tangguh
di Keluarga, lebih tangguh daripada Don sendiri. Kau satu-satunya yang berani menentang Pop.
Aku masih ingat sewaktu kau masih kanak-kanak. Betapa pemarahnya dirimu waktu itu. Sialan, kau
bahkan biasa berkelahi melawanku padahal aku jauh lebih tua daripada kau. Dan Freddie harus
menghajarmu habishabisan sedikitnya seminggu sekali. Sekarang Sollozzo mengira
kau yang paling lembek dalam
Keluarga karena kau membiarkan McCluskey memukulmu tanpa melawan dan kau tidak
mau ikut campur dalam pertempuran Keluarga. Menurut perhitungannya, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan kalau ia berhadapan muka denganmu. McCluskey juga, ia menganggapmu kelinci penakut."
Sonny terdiam sejenak, kemudian berkata dengan suara pelan, "Tapi bagaimanapun, kau Corleone,
keparat. Dan aku satu-satunya yang mengetahuinya. Aku duduk di sini menunggu selama tiga hari
terakhir, sejak Pop ditembak, menunggu kau keluar dari topeng Ivy League, pahlawan omong kosong,
yang kaupakai. Aku menunggumu menjadi tangan kananku hingga kita bisa menghajar keparat-keparat
yang berusaha menghabisi Pop dan keluarga kita. Dan yang diperlukan hanyalah hantaman di
rahang. Bagaimana rasanya?" Sonny menggerak-gerakkan tangan dengan sikap bergurau, seperti orang
memukul, dan bertanya sekali lagi. "Bagaimana rasanya?"
Ketegangan dalam ruangan mereda. Mike menggeleng. "Sonny, aku melakukannya
karena hanya itulah yang dapat dilakukan. Aku tidak bisa membiarkan Sollozzo berusaha
membunuh ayahku lagi. Hanya aku satu-satunya yang bisa cukup dekat dengannya. Dan aku sudah
memperhitungkannya. Kurasa kau tidak akan bisa memerintahkan orang lain menghabisi kapten polisi.
Mungkin kau akan melakukannya, Sonny, tapi kau memiliki anak dan istri, dan kau harus menangani
bisnis Keluarga hingga Pop benar-benar sehat. Jadi yang tersisa hanya aku dan Freddie. Freddie
begitu terguncang hingga tidak mungkin bisa bertindak. Akhirnya yang tersisa hanya aku. Ini semua
logis. Pukulan di rahang sama sekali tidak ada kaitannya."
Sonny mendekat dan memeluknya. "Aku tidak peduli apa alasannya, yang penting kau
bersama kami sekarang. Dan kukatakan padamu satu hal lagi, kau benar sepenuhnya. Tom, apa
pendapatmu?" 202 Hagen mengangkat bahu. "Pertimbangannya sahih. Yang membuatku berpikir begitu,
kurasa si Turki tidak akan menepati perjanjiannya sendiri. Kurasa ia akan tetap berusaha
membunuh Don. Bagaimana sikapnya sebelumnya, itulah yang mendasari penilaian kita atas dirinya. Jadi
kita harus berusaha menghabisi Sollozzo. Kita harus menghabisinya walau untuk itu kita terpaksa
harus menghabisi seorang kapten polisi juga. Tapi siapa pun yang melakukannya akan diburu. Apakah
harus Mike yang melakukannya?" Sonny berkata pelan, "Aku bisa melakukannya."
Hagen menggeleng tidak sabar. "Sollozzo tidak akan membiarkan kau mendekatinya
dalam jarak satu mil sekalipun ia ditemani sepuluh kapten polisi. Selain itu, kau kepala Keluarga
untuk sementara ini. Kau tidak boleh mengambil risiko itu." Hagen terdiam sejenak, lalu berkata pada
Clemenza dan Tessio, "Apa ada salah satu dari kalian yang memiliki orang penting, orang yang
benar-benar istimewa, yang bisa menyelesaikan tugas ini" Ia tidak perlu mengkhawatirkan uang
untuk sepanjang sisa hidupnya." Clemenza yang berbicara lebih dulu. "Tak ada yang tidak dikenali Sollozzo, ia
akan langsung mengetahuinya. Ia juga akan langsung tahu kalau aku atau Tessio yang pergi."
Hagen bertanya, "Bagaimana kalau seseorang yang benar-benar tangguh tapi belum
dikenal, anak bawang yang andal?" Kedua caporegime itu menggeleng. Tessio tersenyum untuk mengurangi ketajaman
kata-katanya. "Itu sama saja seperti memakai pemain bisbol anak-anak untuk bermain di Seri Dunia."
Sonny menyela ketus, "Jadi harus Mike yang melakukannya. Karena sejuta alasan.
Yang paling penting, mereka menganggap dirinya cengeng. Dan ia bisa melakukannya, aku berani
menjamin. Dan itu yang penting, karena ini
satu-satunya kesempatan kita menyingkirkan si Turki keparat yang selicik ular
itu. Sekarang kita hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk mendukung Mike. Tom, Clemenza, Tessio,
selidiki ke mana Sollozzo akan membawanya berunding, aku tidak peduli berapa banyak biaya
yang harus dikeluarkan. Sesudah mengetahuinya, kita bisa memikirkan bagaimana cara
memberikan senjata pada Mike. Clemenza, kuminta kaucarikan Mike pistol yang benar-benar 'aman' dari
koleksimu, yang paling 'dingin' yang kaumiliki. Yang tidak mungkin dilacak. Usahakan pilih
pistol yang berlaras pendek dengan kekuatan ledak besar. Tidak harus akurat. Ia akan sangat dekat
dengan mereka sewaktu menggunakannya. Mike, setelah kaugunakan pistol itu, jatuhkan ke lantai. Jangan
sampai kau tertangkap basah memegang pistol itu. Clemenza, rekatkan selotip khusus pada
gagang dan picunya agar tidak ada sidik jari. Jangan lupa, Mike, kami bisa membereskan segalanya,
saksi mata dan sebagainya, tapi kalau kau tertangkap basah membawa pistol, kami tidak bisa
membereskannya. Akan kami siapkan transportasi dan perlindungan, lalu kami buat kau menghilang dalam
liburan panjang yang menyenangkan sampai suasana panas mereda. Kau akan menghilang lama sekali,
Mike, tapi aku tidak ingin kau mengucapkan selamat tinggal pada kekasihmu atau bahkan
meneleponnya. Sesudah semua berakhir dan kau berada di luar negeri, akan kukirim berita padanya bahwa
kau baik-baik saja. Ini perintah." Sonny tersenyum pada adiknya. "Sekarang, jangan jauh-jauh dari
Clemenza dan biasakan diri dengan pistol yang dipilihkannya untukmu. Mungkin bahkan berlatih
sedikit. Kami akan membereskan yang lain. Semuanya. Oke, kiaT
Sekali lagi Michael Corleone merasakan gelombang dingin yang nikmat dan
menyegarkan melanda seluruh tubuhnya. 204 Ia berkata pada kakaknya, "Kau tidak perlu memberitahukan semua omong kosong
mengenai tidak boleh berbicara pada kekasihku tentang hal-hal seperti ini. Menurutmu apa yang
akan kulakukan, meneleponnya untuk mengucapkan selamat
tinggal?" Sonny tergesa-gesa berkata, "Oke, tapi kau tetap saja anak baru dan aku harus
menjelaskan semuanya. Lupakanlah." Michael berkata sambil nyengir, "Sialan, apa maksudmu aku anak baru" Aku
mendengarkan kata-kata Pop sama cermatnya seperti dirimu. Menurutmu bagaimana aku bisa sepandai ini?"
Mereka berdua tertawa. Hagen menuangkan minuman bagi setiap orang. Ia tampak agak murung. Negarawan
harus maju berperang, dan pengacara harus menangani masalah hukum. "Yah, setidaknya
sekarang kita mengetahui apa yang akan kita lakukan," katanya.
205 Bab 11 Kapten Mark McCluskey duduk di kantornya sambil meraba-raba tiga amplop yang
menggembung penuh kupon taruhan. Ia mengernyit dan ingin sekali bisa memecahkan sandi pada
kupon-kupon itu. Penting sekali baginya untuk bisa memecahkan sandi-sandi tersebut. Amplop-amplop
berisi kupon taruhan ku didapat regu razia sewaktu menggerebek salah satu penjual kupon
taruhan Keluarga Corleone malam sebelumnya. Sekarang si penjual kupon harus menebus kembali
kupon-kupon itu agar para pembelinya tidak bisa mengklaim kemenangan dan membangkrutkan dirinya.
Penting sekali bagi Kapten McCluskey untuk memecahkan sandi kupon-kupon itu
karena ia tidak ingin ditipu sewaktu menjual kembali kupon tersebut pada penjualnya. Kalau
operasi itu bernilai lima
puluh ribu, mungkin ia bisa menjualnya kembali dengan harga lima ribu. Tapi
kalau banyak petaruh besar dan kupon-kupon itu bernilai seratus ribu atau mungkin bahkan dua ratus
ribu, harganya pasti lebih tinggi. McCluskey menimang-nimang amplop, lalu memutuskan membiarkan
penjualnya berkeringat dingin sedikit dan
mengajukan tawaran duluan. Itu mungkin bisa memberitahukan nilai yang
sesungguhnya. McCluskey memandang jam dinding di kantor. Sudah waktunya menjemput si Turki
dekil yang licin, Sollozzo, dan membawanya ke mana pun ia akan menemui Keluarga Corleone.
McCluskey melangkah ke lemari di dinding dan mengganti seragam dengan pakaian preman. Setelah
selesai, ia menelepon istrinya dan memberitahukan tidak akan pulang untuk makan malam, ia akan keluar
untuk melaksanakan tugas. Ia tidak pernah menceritakan apa pun pada istrinya. Istrinya
mengira mereka hidup seperti sekarang dengan gaji polisi. McCluskey mendengus geli. Ibunya juga
berpikiran begitu,
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tapi ia sendiri belajar sejak kecil. Ayahnya telah menunjukkan caranya padanya.
Ayahnya dulu sersan polisi, dan setiap minggu ayah dan anak berjalan-jalan di
distriknya. McCluskey Senior memperkenalkan anaknya yang berusia enam tahun pada para pemilik toko
dengan berkata, "Dan ini putraku."
Para pemilik toko menjabat tangannya, memberinya pujian yang berlimpah-limpah,
dan membuka laci uang untuk memberi bocah itu lima atau sepuluh dolar. Pada sore hari, si kecil
Mark McCluskey telah memenuhi seluruh sakunya dengan uang kertas. Ia bangga sekali teman-teman
ayahnya begitu menyukai dirinya sehingga memberinya hadiah setiap bulan waktu mereka bertemu.
Tentu saja ayahnya memasukkan uang itu ke bank atas namanya, untuk membiayai pendidikannya
di perguruan tinggi, dan si kecil Mark paling banyak mendapat lima puluh sen dari setiap
dolar. Lalu ketika Mark sampai di rumah, paman-pamannya yang juga polisi bertanya
padanya ingin menjadi apa ia dewasa nanti. Dan ia menjawab dengan suara kanak-kanak yang cadel, "Jadi
polisi," yang disambut gelak tawa paman-pamannya. Tentu saja kemudian, sekalipun ayahnya ingin
ia masuk perguruan tinggi dulu, ia langsung mendaftar ke sekolah kepolisian begitu lulus
SMA. Ia menjadi polisi yang baik, polisi yang berani. Anak-anak muda brengsek yang
mengganggu keamanan di sudut-sudut jalan melarikan diri kalau ia datang dan akhirnya
semuanya menghilang. Ia polisi yang tangguh dan sangat jujur. Ia tidak pernah mengajak putranya
berkeliling ke toko-toko untuk memungut hadiah uang karena mengabaikan pelanggaran peraturan membuang
sampah dan pelanggaran parkir. Ia menerima uangnya secara langsung, sebab ia merasa pantas
menerimanya. Ia tidak pernah masuk gedung bioskop atau rumah makan sewaktu berpatroli jalan kaki
seperti yang dilakukan beberapa polisi lain, terutama pada malam-malam musim dingin. Ia
selalu berkeliling seperti seharusnya. Ia memberikan perlindungan dan layanan terbaik pada tokotoko di distriknya. Kalau para pemabuk keluar dari Bowery untuk mengganggu ketenteraman pada saat ia
bertugas, ia mengusir mereka begitu keras hingga mereka tidak berani kembali. Para pedagang
di distriknya sangat berterima kasih padanya. Dan mereka menunjukkan rasa terima kasih mereka.
Ia juga mematuhi sistem yang berlaku. Para penjual kupon taruhan di distriknya
mengetahui ia takkan bikin ribut untuk mendapat pembayaran tambahan bagi dirinya sendiri, dan ia
sudah puas dengan jatahnya dari upeti untuk kantor. Namanya tercantum dalam daftar seperti yang
lain dan ia tidak pernah mencari uang tambahan. Ia polisi jujur yang hanya menerima sogokan yang
bersih, dan kenaikan pangkat dalam kepolisian yang teratur, kalau tidak bisa dikatakan
spektakuler. Selama masa itu ia membangun keluarga besar dengan
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
empat putra, dan tidak seorang pun menjadi polisi. Mereka semua masuk
Universitas Fordham dan karena waktu itu Mark McCluskey naik pangkat dari sersan menjadi letnan dan
akhirnya menjadi kapten, mereka tidak pernah kekurangan apa pun. Pada waktu itulah McCluskey
memperoleh reputasi sebagai orang yang keras dalam tawar-menawar. Penjual kupon taruhan di
distriknya membayar uang perlindungan yang lebih banyak daripada yang dibayarkan para penjual kupon di
distrik lain di kota, tapi mungkin itu karena biaya menyekolahkan empat anak ke perguruan tinggi.
McCluskey sendiri merasa tidak ada yang salah kalau ia menerima sogokan yang
bersih. Mengapa anak-anaknya harus bersekolah di CCNY atau perguruan tinggi murah di Selatan
hanya karena Departemen Kepolisian tidak menggaji anggotanya cukup besar untuk bisa hidup dan
menanggung keluarga selayaknya" Ia melindungi semua orang ini dengan mempertaruhkan nyawa
dan catatan prestasinya menunjukkan adanya surat pujian untuk duel bersenjata dengan para
penodong, pemeras, dan pelindung pelacuran di wilayah kekuasaannya. Ia membasmi mereka semua. Ia
menjaga sudut kecil di kota yang menjadi wilayah kekuasaannya hingga aman bagi orang biasa dan
ia berhak mendapat lebih dari seratus dolar seminggu. Tapi ia tidak jengkel karena gajinya
yang rendah, ia mengetahui setiap orang harus mengurus diri sendiri.
Bruno Tattaglia teman lamanya. Bruno kuliah di Fordham bersama salah seorang
putranya, kemudian Bruno membuka kelab malam. Dan setiap kali keluarga McCluskey bermalam di kota,
yang kadang mereka lakukan, mereka bisa menikmati pertunjukan kabaret sambil minum-minum dan
makan malamsemuanya gratis. Di malam Tahun Baru mereka menerima undangan mewah untuk
menjadi tamu manajemen dan selalu mendapat meja terbaik. Bruno selalu memastikan mereka diperkenalkan
pada orang-orang ternama yang mengadakan pertunjukan di kelabnya, beberapa di antaranya penyanyi
terkenal dan bintang Hollywood. Tentu saja, terkadang ia meminta sedikit bantuan, seperti
"membersihkan" karyawan dengan catatan kriminal agar mendapat izin kerja kabaret, biasanya
gadis cantik yang dalam arsip kepolisian dikenal sebagai pelacur atau wanita panggilan. Dan McCluskey
dengan senang hari memenuhi permintaan Bruno.
McCluskey membuat kebijakan untuk tidak pernah menunjukkan ia memahami apa yang
akan dilakukan orang lain. Sewaktu Sollozzo menemui dirinya dengan tawaran agar
membiarkan Pak Tua Corleone tidak dijaga di rumah sakit, McCluskey tidak menanyakan alasannya. Ia
menanyakan harganya. Sewaktu Sollozzo mengatakan sepuluh ribu dolar, McCluskey pun
mengetahui alasannya. Ia tidak ragu. Corleone salah satu kepala Mafia terbesar di Amerika dengan koneksi
politik yang lebih banyak daripada yang pernah dimiliki Capone. Siapa pun yang menghabisinya akan
berjasa besar pada negara. McCluskey menerima pembayaran di depan dan sesudahnya baru melakukan
pekerjaan. Sewaktu menerima telepon dari Sollozzo bahwa masih ada dua anak buah Corleone di
depan rumah sakit, ia langsung marah. Ia sudah mengurung semua anak buah Tessio, dan menarik
detektif yang menjaga pintu kamar Corleone di rumah sakit. Dan sekarang, sebagai orang yang
memegang prinsip dengan teguh, ia terpaksa mengembalikan uang sepuluh ribu itu, uang yang
diperuntukkannya untuk memastikan pendidikan cucu-cucunya. Dalam kemarahan seperti itulah ia pergi ke
rumah sakit dan memukul Michael Corleone.
Tapi semua ternyata berakhir dengan baik. Ia bertemu Sollozzo di kelab malam
Tattaglia dan mereka mengadakan transaksi yang bahkan lebih baik lagi. Sekali lagi McCluskey tidak bertanya,
karena ia sudah mengetahui semua jawabannya. Ia hanya memastikan harganya. Tidak pernah
terlintas dalam pikirannya bahwa ia bisa terancam bahaya. Kalau ada orang yang berniat membunuh
kapten polisi New York City, itu rasanya tindakan yang terlalu fantastis. Bajingan Mafia
paling tangguh harus diam
saja kalau polisi patroli berpangkat paling rendah memutuskan menghajarnya. Sama
sekali tidak ada peluang selamat bagi pembunuh polisi. Sebab tiba-tiba saja akan banyak penjahat
yang tewas ketika menolak penangkapan atau melarikan diri dari tempat kejadian perkara, dan siapa
yang berani mengganggu gugat hal-hal seperti itu"
McCluskey menghela napas dan bersiap-siap meninggalkan kantor polisi. Masalah,
selalu ada masalah. Saudara perempuan istrinya di Irlandia baru saja meninggal setelah
bertahun-tahun menderita kanker dan penyakit itu menghabiskan banyak uang McCluskey. Sekarang
pemakaman akan menghabiskan uangnya lebih banyak lagi. Para paman dan bibinya sendiri di
kampung halaman selalu membutuhkan bantuannya untuk mempertahankan ladang kentang mereka dan ia
mengirimkan uang kepada mereka untuk membantu. Ia tidak pernah menyesalinya. Lalu, sewaktu ia dan
istrinya mengunjungi kampung halaman, mereka diperlakukan bagai raja dan ratu. Mungkin
mereka akan berkunjung ke sana lagi musim panas mendatang setelah perang berakhir, membawa
semua uang tambahan yang diterimanya. McCluskey memberitahu polisi yang bertugas di meja
depan di mana dirinya berada kalau diperlukan. Ia tidak merasa perlu berhati-hati. Ia selalu
bisa bilang Sollozzo informan yang ditemuinya. Di luar kantor polisi ia berjalan sejauh beberapa blok
kemudian naik taksi ke tempat ia akan bertemu Sollozzo.
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Tom Hagen-lah yang mengatur segala urusan menyangkut kepergian Michael ke luar
negeri, paspor palsunya, kartu pelaut, kamarnya di kapal barang Italia yang akan berlabuh di
pelabuhan Sisilia. Utusan dikirim hari itu juga menggunakan pesawat terbang ke Sisilia untuk
menyiapkan tempat persembunyian dengan kepala Mafia di daerah pegunungan.
Sonny mengatur agar mobil dengan sopir yang bisa dipercaya sepenuhnya menunggu
Michael sewaktu ia keluar dari tempat ia bertemu Sollozzo. Sopirnya Tessio sendiri, yang
sukarela mengajukan diri untuk menangani tugas itu. Mobilnya harus tampak bobrok tapi dengan mesin yang
bagus. Pelat nomornya palsu dan mobil itu sendiri tidak bisa dilacak. Mobil tersebut sudah
lama disiapkan untuk tugas istimewa yang memerlukan hasil paling baik.
Michael melewatkan hari itu bersama Clemenza, berlatih menggunakan pistol kecil
yang akan diberikan padanya. Pistol itu kaliber .22 berisi peluru dengan ujung bulat yang
akan menembus masuk dengan lubang kecil, tapi keluar dengan meninggalkan lubang menganga pada tubuh
manusia. Ia mendapati pistol itu akurat dalam jarak lima langkah dari sasaran. Sesudah itu
pelurunya bisa melesat ke mana saja. Picunya keras, tapi Clemenza memodifikasinya hingga tarikannya
lebih ringan. Mereka memutuskan membiarkan bunyi letusannya tetap keras. Mereka tidak ingin orang
yang tidak memahami situasi ikut campur dengan keberanian yang bodoh. Dentuman pistol akan
menjauhkan orang-orang dari Michael.
Clemenza terus memberikan instruksi padanya selama latihan. "Jatuhkan senjata
begitu kau selesai menggunakannya. Biarkan lenganmu menjuntai lemas di sisi tubuhmu dan lepaskan pistolnya. Tidak
ada yang akan memerhatikan. Mereka akan mengira kau masih bersenjata. Mereka akan menatap
wajahmu. Berjalanlah keluar dari tempat itu secepat mungkin, tapi jangan berlari. Jangan
memandang mata siapa pun, tapi juga jangan membuang muka dari mereka. Ingat, mereka akan takut
padamu, percayalah, mereka akan takut padamu. Tidak seorang pun akan ikut campur. Begitu
kau keluar, Tessio akan menunggumu di mobil. Masuklah dan serahkan urusan selebihnya
padanya. Jangan mengkhawatirkan kecelakaan. Kau akan heran melihat betapa lancarnya masalah ini.
Sekarang pakai topi ini dan kita lihat seperti apa tampangmu." Clemenza memakaikan topi fedora
abu-abu di kepala Michael. Michael, yang tidak pernah memakai topi, mengernyit. Clemenza
menenangkannya. "Topi
ini akan membantu mengacaukan identifikasi, sekadar berjaga-jaga. Dengan adanya
topi ini, para saksi mata akan memiliki alasan mengubah kesaksian mereka sesudah kita beri
petunjuk. Ingat, Mike, jangan memikirkan masalah sidik jari. Gagang dan picunya sudah diberi selotip
khusus. Jangan menyentuh bagian pistol yang lain, ingat itu."
Michael bertanya, "Apa Sonny sudah tahu ke mana Sollozzo akan membawaku?"
Clemenza mengangkat bahu. "Belum. Sollozzo sangat berhati-hati. Tapi jangan
khawatir ia akan mencelakakan dirimu. Si negosiator tetap berada di tangan kita sampai kau pulang
dengan selamat. Kalau ada apa-apa denganmu, si negosiator yang akan menanggung akibatnya."
"Kenapa ia mau mempertaruhkan nyawa?" tanya Michael.
"Ia mendapat upah besar," jawab Clemenza. "Harta yang lumayan banyaknya. Juga ia
orang penting dalam Keluarga. Ia tahu Sollozzo tidak boleh membiarkan terjadi apa-apa
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
atas dirinya. Nyawamu tidak sepenting nyawa si negosiator bagi Sollozzo.
Sederhana sekali. Kau akan
aman. Kitalah pihak yang akan mendapatkan kerepotan sesudahnya." "Seburuk apa
nanti?" tanya Michael. "Sangat buruk," jawab Clemenza. "Berarti perang habis-habisan antara
Keluarga Tattaglia
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melawan Keluarga Corleone. Kebanyakan keluarga lain akan berpihak pada Keluarga
Tattaglia. Dinas Kebersihan akan menyapu banyak sekali mayat musim panas ini." Ia mengangkat
bahu. "Hal-hal seperti ini terjadi kira-kira sepuluh tahun sekali. Untuk menyingkirkan darah
kotor. Dan kalau kita biarkan mereka memaksa kita dalam hal-hal kecil, mereka bakal ingin menguasai
semuanya. Kita harus menghentikan mereka sejak awal. Seperti mereka seharusnya menghentikan
Hitler di Munich, mereka seharusnya tidak membiarkan ia lolos, mereka hanya mencari masalah besar
ketika membiarkan ia lepas."
Michael pernah mendengar ayahnya mengatakan hal yang sama, tapi pada tahun 1939
sebelum perang benar-benar dimulai. Seandainya keluarga-keluarga menguasai Departemen Luar
Negeri, tidak akan terjadi Perang Dunia II, pikirnya sambil tersenyum.
Mereka bermobil kembali ke markas besar Sonny, di kompleks perumahan Don.
Michael bertanyatanya dalam hati berapa lama lagi Sonny bisa mengurung diri di
dalam lingkungan kompleks yang
aman. Akhirnya ia harus keluar juga. Mereka mendapati Sonny tidur siang di sofa.
Di meja kopi ada sisa-sisa makan siang yang terlambat, beberapa sayatan bistik dan remah-remah
roti serta sebotol wiski yang setengah kosong.
Kantor ayahnya yang biasanya rapi kini tampak berantakan. Michael mengguncang
tubuh kakaknya untuk membangun- 214 kannya dan berkata, "Bagaimana kalau kau berhenti hidup seperti gelandangan dan
membersihkan kamar ini?" Sonny menguap. "Kau ini apa, komandan yang menginspeksi barak" Mike, kita belum
mengetahui ke mana mereka akan membawamu, si keparat Sollozzo dan McCluskey itu. Kalau kita
tidak berhasil mengetahuinya, bagaimana kami bisa memberikan pistol padamu?"
"Aku tidak bisa membawanya saja?" tanya Michael. "Siapa tahu mereka tidak
menggeledahku, bahkan seandainya menggeledah, mungkin mereka tidak menemukannya kalau kita pintar. Dan
kalaupun mereka menemukannyalalu apa" Mereka hanya bakal merampasnya dan tidak ada yang
akan celaka." Sonny menggeleng. "Tidak," katanya. "Kita harus memastikan segalanya kalau
menghadapi Sollozzo keparat ini. Ingat, sedapat mungkin dului dirinya dan habisi dia. McCluskey
lebih lamban dan bodoh. Kau memiliki banyak waktu untuk menghabisinya. Clemenza sudah memberitahumu
untuk membuang pistolnya?"
"Sejuta kali," kata Michael.
Sonny bangkit dari sofa dan menggeliat. "Bagaimana rahangmu, Mike?"
"Sakit," jawab Michael. Sisi kepalanya terasa nyeri, kecuali bagian-bagian yang
dikawat karena diberi obat bius. Ia mengambil botol wiski dari meja dan menenggak isinya langsung.
Rasa nyerinya mereda Sonny berkata, "Easy, Mike, ini bukan saatnya menjadi lamban karena minuman
keras." Michael berkata, "Ya Tuhan, Sonny, berhentilah bertingkah seperti kakak. Aku
pernah bertempur melawan orang-orang yang lebih tangguh daripada Sollozzo dan dalam kondisi yang
lebih buruk. Di mana mortir Sollozzo" Apa ia memiliki
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
perlindungan serangan udara" Artileri berat" Ranjau darat" Ia hanya keparat sok
tahu dengan polisi yang senang memukul. Begitu ada yang memutuskan membunuh mereka, yang lain tidak
menjadi masalah. Itu bagian yang sulit, mengambil keputusan. Mereka tidak akan
mengetahui apa yang menyerang mereka." Tom Hagen masuk ke ruangan. Ia menyapa mereka dengan anggukan dan langsung
melangkah ke telepon yang didaftarkan dengan nama palsu. Ia menelepon beberapa kali lalu
menggeleng pada Sonny. "Tidak ada jawaban sama sekali," katanya "Sollozzo merahasiakannya selama
mungkin." Telepon berdering. Sonny menerimanya dan mengangkat tangan, memberi isyarat agar
semua diam walau tidak ada yang bicara. Ia mencorat-coret buku catatan, lalu berkata, "Oke,
ia akan ke sana," dan
meletakkan telepon. Sonny tertawa. "Sollozzo bangsat, ia benar-benar hebat. Begini rencananya. Pukul
delapan malam ini ia dan Kapten McCluskey akan menjemput Mike di depan bar Jack Dempsey di
Broadway. Mereka pergi ke suatu tempat untuk bicara, dan dengarkan ini. Mike dan Sollozzo akan
berbicara dalam bahasa Italia agar si polisi Irlandia itu tidak mengetahui apa yang mereka
katakan. Ia bahkan mengatakan padaku, jangan khawatir, ia mengetahui McCluskey tidak mengerti
sepatah kata pun bahasa Italia kecuali 'soldi' dan ia sudah menyelidikimu, Mike, dan mengetahui
kau memahami dialek Sisilia." Michael berkata singkat, "Kami tidak akan berbicara lama"
Tom Hagen berkata, "Kita tidak akan membiarkan Mike pergi sebelum kita
mendapatkan negosiatornya. Itu sudah dibereskan?"
Clemenza mengangguk. "Si negosiator ada di rumahku,
bermain pinokel dengan tiga anak buahku. Mereka menunggu telepon dariku sebelum
melepaskannya." Sonny menyandar ke kursi kulit berlengan. "Sekarang bagaimana kita mengetahui di
mana tempat pertemuannya" Tom, kita memiliki informan dalam Keluarga Tattaglia, kenapa
mereka belum mengabari kita?" Hagen mengangkat bahu. "Sollozzo benar-benar sangat cerdik, sialan. Ia sangat
merahasiakan informasi ini, begitu rapat hingga tidak menggunakan siapa pun sebagai
pelindung. Ia menganggap si
kapten saja sudah mencukupi dan bahwa keamanan lebih penting daripada banyak
senjata. Ia benar. Kita terpaksa harus mengikuti Mike dan mengharapkan yang paling baik."
Sonny menggeleng. "Tidak, setiap orang bisa meloloskan diri dari siapa pun yang
mengikuti kalau benar-benar menginginkannya. Itu yang pertama kali mereka periksa."
Saat itu waktu telah menunjukkan pukul lima sore. Sonny, dengan ekspresi
gelisah, berkata, "Mungkin
kita harus membiarkan Mike menembak siapa saja yang ada di dalam mobil sewaktu
mereka menjemputnya." Hagen menggeleng. "Bagaimana kalau Sollozzo tidak ada di dalam mobil" Kita
membuka kartu tanpa mendapatkan hasil apa pun. Sialan, kita harus mengetahui ke mana Sollozzo akan
membawanya." Clemenza menyela, "Mungkin kita harus mulai berusaha memikirkan kenapa ia
merahasiakan ini mati-matian." Michael berkata tidak sabar, "Karena ini berkaitan dengan kesempatan. Buat apa
ia memberitahu kita apa yang bisa disembunyikannya" Selain itu, ia mencium adanya bahaya. Ia pasti
ketakutan setengah mati sekalipun dibayangi kapten polisi itu."
Hagen menjentikkan jari. "Detektif itu, orang yang bernama Phillips. Bagaimana
kalau kau meneleponnya, Sonny" Mungkin ia bisa mencari tahu di mana si kapten bisa
dihubungi. Itu layak dicoba. McCluskey tidak peduli sedikit pun kalau ada yang mengetahui ke mana ia
pergi." Sonny mengangkat telepon dan memutar sebuah nomor. Ia berbicara pelan ke
telepon, lalu meletakkannya. "Ia akan menelepon kita nanti," katanya.
Mereka menunggu selama hampir tiga puluh menit, kemudian telepon berdering. Dari
Phillips. Sonny menulis di buku catatan, lalu meletakkan telepon. Wajahnya tegang. "Kurasa kita
mendapatkannya," katanya. "Kapten McCluskey selalu meninggalkan pesan di mana ia bisa dihubungi.
Dari pukul delapan hingga sepuluh malam ini ia akan berada di Luna Azure di Bronx. Ada yang
mengetahui tempat itu?" Tessio berbicara penuh keyakinan. "Aku tahu. Tempat itu sempurna bagi kita.
Tempat kecil milik keluarga dengan bilik-bilik besar di mana orang bisa berbicara secara pribadi.
Hidangannya lezat. Setiap orang memikirkan masalahnya sendiri. Sangat sempurna." Ia mencondongkan
tubuh di atas meja tulis Sonny dan menata puntung-puntung rokok menjadi denah. "Ini pintu
masuk. Mike, sesudah kau melakukannya, berjalanlah keluar dan belok kiri, kemudian belok di tikungan
ini Aku akan melihatmu dan menyalakan lampu depan mobil, lalu menjemputmu sewaktu kau
melarikan diri. Kalau kau mendapat kesulitan, berteriaklah dan aku akan membantumu keluar. Clemenza,
kau harus bekerja cepat. Kirimkan orang ke sana untuk meletakkan pistolnya. Mereka memiliki toilet
model kuno dengan celah di antara tempat air dan dinding. Suruh anak buahmu menempelkan
pistolnya di sana. Mike, sesudah menggeledahmu di mobil dan mendapati dirimu bersih, mereka tidak
akan mengkhawatirkan kau. Di dalam restoran, tunggu sebentar sebelum kau pergi
ke kamar kecil. Tidak, lebih baik kau meminta izin ke sana. Berpura-puralah
mengalami kesulitan dulu, itu wajar. Mereka tidak akan memperhitungkan apa pun. Tapi begitu kau
keluar lagi, jangan membuang-buang waktu. Jangan duduk lagi bersama mereka, tapi langsung saja
tembak. Dan jangan mengambil risiko. Di kepala, dua kali setiap orangnya, dan keluar secepat kakimu
bisa melangkah." Sonny mendengarkan dengan tekun. "Kuminta seseorang yang sangat andal, sangat
aman, untuk menempatkan pistolnya," katanya pada Clemenza. "Aku tidak ingin adikku keluar
dari toilet hanya membawa kemaluannya."
Clemenza berkata tegas, "Pistol itu akan ada di sana."
"Oke," kata Sonny. "Semuanya mulai bergerak."
Tessio dan Clemenza berlalu. Tom Hagen berkata, "Sonny, perlukah aku mengantar
Mike ke New York?" "Tidak," kata Sonny. "Kuminta kau tetap di sini. Sesudah Mike selesai, pekerjaan
kita dimulai dan aku membutuhkan dirimu. Kau sudah mempersiapkan orang-orang koran?"
Hagen mengangguk. "Akan kuberi mereka informasi segera sesudah semuanya
terjadi." Sonny bangkit dan mendekati Michael, berdiri di hadapannya. Ia menjabat tangan
adiknya. "Baiklah, Mike," katanya. "Kau mulai. Aku akan menjelaskan pada Ma mengapa kau tidak
menemuinya sebelum pergi. Dan aku akan mengirimkan pesan pada kekasihmu setelah kurasa
waktunya tepat. Oke?" "Oke," jawab Mike. "Menurutmu berapa lama baru aku bisa kembali?"
"Paling sedikit setahun," kata Sonny.
Tom Hagen menyela, "Don mungkin bisa bekerja lebih cepat daripada itu, Mike,
tapi jangan mengandalkan hal tersebut. Faktor waktu tergantung pada banyak hal. Sebaik apa
kita bisa menanamkan cerita pada orang-orang pers.
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Seberapa banyak Dinas Kepolisian ingin menutupi kenyataan. Akan terjadi banyak
sekali kekalutan dan kesulitan. Hanya itulah yang bisa kita pastikan."
Michael menjabat tangan Tom Hagen. "Lakukan sebaik-baiknya," katanya. "Aku tidak
ingin meninggalkan rumah selama tiga tahun lagi."
Hagen berkata lembut, "Belum terlambat untuk mundur lagi, Mike. Kita bisa
mengirim orang lain, kita bisa memikirkan alternatif. Mungkin juga tidak perlu menyingkirkan
Sollozzo." Michael tertawa. "Kita bisa membujuk diri sendiri menerima sudut pandang apa
saja," katanya. "Tapi
dari awal kita sudah benar. Aku menikmati hidup yang nyaman selama ini, sekarang
riba waktunya menunaikan kewajiban."
"Kau tidak boleh membiarkan rahang yang patah itu me-mengaruhimu," kata Hagen.
"McCluskey orang yang tolol dan ini urusan bisnis, bukan masalah pribadi."
Untuk kedua kalinya ia melihat wajah Michael Corleone membeku menjadi topeng
yang mirip sekali dengan wajah Don. "Tom, jangan biarkan orang membodohimu. Ini semua urusan
pribadi, setiap segi bisnis. Semua tahi kucing yang harus dimakan setiap orang setiap hari dalam
hidupnya adalah urusan pribadi. Mereka menyebutnya bisnis. Oke. Tapi itu pribadi sepenuhnya. Kau tahu
dari mana aku mempelajari ini" Dari Don. Ayahku. Godfather. Seandainya petir menyambar salah
seorang sahabatnya, ayahku menerimanya sebagai urusan pribadi. Ia menganggap kepergianku
masuk Marinir sebagai masalah pribadi. Itulah yang membuat ia besar. Don yang Hebat. Ia
menganggap semuanya masalah pribadi. Seperti Tuhan. Ia tahu setiap bulu yang jatuh dari ekor burung
gereja atau urusan lainnya. Benar, kan" Dan kau tahu ini. Kecelakaan tidak menimpa orang yang
menganggap kecelakaan sebagai penghinaan pribadi. Aku memang
220
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
datang terlambat, oke, tapi aku toh tetap datang. Betul sekali, aku menganggap
rahang yang patah sebagai masalah pribadi; dan aku juga menganggap usaha Sollozzo membunuh ayahku
sebagai urusan pribadi." Michael tertawa. "Katakan pada ayahku bahwa aku mempelajari itu semua
dari dirinya dan aku gembira mendapatkan kesempatan ini untuk membalas budi atas semua yang
dilakukannya bagiku. Ia ayah yang baik." Ia berhenti bicara sebentar lalu berkata serius pada
Hagen, "Ketahuilah, aku tidak pernah ingat ia pernah memukulku. Atau Sonny. Atau Freddie. Dan tentu
saja Connie, Pop bahkan tidak pernah membentaknya. Dan katakan padaku sejujurnya, Tom, berapa
banyak orang yang menurutmu sudah dibunuh Don, sekarang atau dulu?"
Tom Hagen membuang muka. "Aku akan mengatakan padamu satu hal yang tidak
kaupelajari dari dirinya: caramu bicara sekarang. Ada hal-hal yang harus dilakukan, orang
melakukannya dan tak pernah membicarakannya. Orang tidak berusaha membenarkan tindakannya Tindakantindakan seperti itu tidak bisa diberi pembenaran. Orang hanya melakukannya, lalu melupakannya."
Michael Corleone mengernyit. Ia berkata pelan, "Sebagai consigliori, kau
sependapat bahwa membiarkan Sollozzo tetap hidup berbahaya bagi Don dan Keluarga?"
"Ya," jawab Hagen.
"Oke," kata Michael. "Kalau begitu aku harus membunuhnya."
Michael Corleone berdiri di depan restoran Jack Dempsey di Broadway dan menunggu
jemputan. Ia memandang arloji. Jarumnya menunjukkan pukul delapan kurang lima menit. Sollozzo
akan menepati waktu. Michael memastikan dirinya tiba di tempat itu lama sebelum waktunya. Ia
telah menunggu lima belas menit di sana.
221 Selama perjalanan dari Long Beach ke kota, ia berusaha tidak melupakan apa yang
dikatakannya pada Hagen. Sebab kalau ia yakin pada apa yang dikatakannya, hidupnya telah
ditetapkan pada jalan yang
tidak bisa diubah lagi. Sekalipun begitu, mungkinkah jalan hidupnya akan berubah
180 derajat setelah malam ini" Mungkin ia akan tewas nanti malam kalau tidak menghentikan semua
omong kosong ini, pikir Michael muram. Ia harus memusatkan pikiran pada masalah yang mesti
ditangani. Sollozzo bukan orang bodoh dan McCluskey sangat tangguh. Ia merasakan nyeri pada rahang
yang dikawat dan menyambut baik rasa sakit itu, yang menyebabkan ia tetap waspada.
Broadway tidak begitu ramai di malam musim dingin, walaupun pertunjukan teater
hampir dimulai. Michael mengernyit sewaktu mobil hitam panjang berhenti di tepi jalan dan
sopirnya, sambil membungkuk, membuka pintu depan dan berkata, "Masuklah, Mike." Ia tidak mengenal
sopir itu, pemuda berambut hitam licin dan mengenakan kemeja terbuka, tapi ia masuk. Di
kursi belakang duduk Kapten McCluskey dan Sollozzo.
Sollozzo mengulurkan tangan melewati sandaran kursi dan Michael menjabatnya.
Tangannya kokoh, hangat, dan kering. Sollozzo berkata, "Aku senang kau datang, Mike. Kuharap kita
bisa membereskan masalah ini. Semua ini mengerikan, sama sekali tidak seperti yang kuinginkan.
Seharusnya tidak begini kejadiannya."
Michael Corleone berkata pelan, "Kuharap kita bisa membereskan semuanya malam
ini, aku tidak ingin ayahku diganggu lagi."
"Ia tidak akan diganggu lagi," kata Sollozzo tulus. "Aku bersumpah padamu demi
anak-anakku, ia tidak akan diganggu lagi. Tetap buka pikiran saat kita bicara nanti. Kuharap kau
bukan orang yang pemarah seperti kakakmu Sonny. Tidak mungkin berbicara bisnis
dengannya." Kapten McCluskey menggeram. "Ia anak yang baik, anak yang oke." Ia mencondongkan
tubuh dan menepuk bahu Michael dengan sayang. "Kusesali kejadian malam itu, Mike. Aku
terlalu tua untuk tugasku, terlalu mudah tersinggung. Kurasa aku harus segera pensiun. Tidak tahan
dengan segala yang menjengkelkan, setiap hari ada saja yang menjengkelkan. Kau tahu bagaimana
keadaannya." Lalu, sambil menghela napas, ia menggeledah Michael dengan teliti untuk mencari
senjata. Michael melihat senyum tipis di bibir sopir. Mobil melaju ke barat tanpa
terlihat berusaha menghindari mobil lain yang mengikuti. Mereka memasuki West Side Highway, melaju
keluar-masuk di keramaian lalu lintas. Siapa pun yang mengikuti mereka harus melakukan
tindakan yang sama. Lalu dengan perasaan kurang senang Michael melihat mobil mengambil jalan keluar
menuju jembatan George Washington, dan mereka menuju New Jersey. Siapa pun yang memberikan
informasi pada Sonny mengenai tempat pertemuan telah memberinya petunjuk yang salah.
Mobil mendekati pintu masuk jembatan, lalu melaju di atasnya, meninggalkan kota
yang gemerlapan. Michael menjaga ekspresi wajahnya tidak berubah. Apakah mereka akan membuangnya
di rawa-rawa atau Sollozzo yang cerdik mengubah tempat pertemuan pada detik terakhir" Tapi
ketika mereka nyaris tiba di ujung jembatan, sopir membanting setir sekuat tenaga. Mobil berat itu
melayang di udara setelah menghantam beton pemisah dan mendarat di jalur yang menuju New York
City. McCluskey dan Sollozzo berpaling ke belakang untuk melihat apakah ada orang yang mencoba
melakukan tindakan yang sama. Sopir ngebut
menjalankan mobil kembali ke New York dan setelah melewati jembatan, mereka
menuju East Bronx. Mereka melewati jalan-jalan kecil tanpa diikuti mobil lain. Waktu itu sudah
hampir pukul sembilan malam. Mereka melihat tidak ada yang membuntuti. Sollozzo menyulut rokok setelah
menawari McCluskey dan Michael, yang sama-sama menolak Sollozzo berkata pada sopirnya,
"Kerja yang bagus, aku akan mengingatnya."
Sepuluh menit kemudian mobil berhenti di depan restoran kecil di daerah orang
Italia. Tidak ada seorang pun di jalan dan karena malam telah larut, hanya ada beberapa orang yang
makan. Michael khawatir sopir masuk bersama mereka, tapi ternyata ia tetap berada di luar, di
mobilnya. Si negosiator tidak mengatakan apa-apa mengenai sopir, tidak ada yang menyinggung hal itu.
Secara teknis Sollozzo telah melanggar perjanjian dengan mengajak sopir. Tapi Michael
memutuskan tidak meributkannya, mengetahui mereka akan menganggap dirinya takut menyinggung hal
itu, khawatir tindakan itu akan merusak perundingan.
Mereka bertiga duduk mengelilingi satu-satunya meja bulat yang ada, Sollozzo
tidak mau duduk dalam bilik. Hanya ada dua orang lain di restoran. Michael bertanya-tanya
sendiri apakah mereka orang-orang yang ditempatkan Sollozzo. Tapi itu tidak penting. Sebelum mereka
sempat ikut campur, semua akan sudah berakhir.
McCluskey bertanya serius, "Apa hidangan Italia di sini lezat?"
Sollozzo menenangkannya. "Cobalah hidangan daging anak sapi, itu yang paling
lezat di seluruh New York." Satu-satunya pelayan membawakan sebotol anggur ke meja dan membukanya. Ia
menuangkannya ke tiga gelas hingga penuh. Anehnya McCluskey tidak minum.
"Aku pasti satu-satunya orang Irlandia yang tidak suka minuman keras," katanya.
"Aku melihat terlalu
banyak orang baik-baik yang mendapat masalah karena minuman keras."
Sollozzo berkata sopan pada Kapten, "Aku akan bicara dalam bahasa Italia dengan
Mike, bukan karena aku tidak percaya padamu, tapi karena aku tidak bisa menjelaskan dengan
benar dalam bahasa Inggris dan aku ingin meyakinkan Michael bahwa aku berniat baik, dan demi
kebaikan semua pihak, kami harus mencapai persetujuan malam ini. Jangan tersinggung, ini bukan karena
aku tidak memercayai dirimu." Kapten McCluskey tersenyum ironis pada mereka berdua. "Tentu saja, silakan,"
katanya. "Aku akan memusatkan perhatian pada masakan daging sapi dan spaghetti"
Sollozzo mulai berbicara pada Michael dalam bahasa Sisilia yang cepat. Ia
berkata, "Kau pasti memahami bahwa apa yang terjadi antara aku dan ayahmu semata-mata masalah
bisnis. Aku sangat menghormati Don Corleone dan bersedia memohon untuk dapat kesempatan
melayaninya. Tapi kau harus mengerti bahwa ayahmu kuno. Ia menghalangi kemajuan. Bisnis yang kulakukan
adalah barang masa depan, gelombang masa datang, dan ada uang berjuta-juta dolar yang bisa
diperoleh setiap orang. Tapi ayahmu menghalangi karena hal-hal sepele tertentu yang tidak
realistis. Dengan berbuat
begitu ia memaksakan kehendaknya pada orang-orang seperti diriku. Ya, ya, aku
tahu, ia berkata padaku, 'Teruskan saja, itu bisnismu,' tapi kita berdua tahu itu tidak
realistis. Kami terpaksa saling
menginjak kaki yang lain. Yang sesungguhnya dikatakannya padaku adalah aku tidak
bisa mengoperasikan bisnisku. Aku orang yang menghormati diri sendiri dan tidak bisa
membiarkan orang lain memaksa kan kehendaknya padaku sehingga apa yang seharusnya ter
221 (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
jadi, terjadi. Izinkan aku mengatakan bahwa aku punya dukungan, dukungan diamdiam dari semua Keluarga New York. Dan Keluarga Tattaglia menjadi partnerku. Kalau perselisihan
ini berlangsung terus, Keluarga Corleone akan sendirian melawan setiap orang. Mungkin kalau
ayahmu sehat, itu bisa dilakukan. Tapi anaknya yang sulung tidaklah seperti Godfather, tanpa bermaksud
bersikap tidak hormat. Dan consigliori Irlandia itu, Hagen, tidak seperti Genco Abbandando,
semoga ia beristirahat dengan tenang. Jadi ku-usulkan perdamaian, gencatan senjata. Marilah kita
menghentikan semua permusuhan hingga ayahmu sehat kembali dan bisa ikut ambil bagian dalam
transaksi ini. Keluarga Tattaglia setuju, dengan bujukan dan ganti rugi yang kutawarkan, untuk tidak
menuntut balas bagi anak mereka Bruno. Kita akan mendapatkan perdamaian. Sementara itu, aku harus
mencari nafkah dan akan melakukan sedikit perdagangan dalam bisnisku. Aku tidak meminta kerja
samamu, tapi aku minta padamu, Keluarga Corleone, supaya tidak ikut campur atau menghalangi.
Inilah usulku. Aku menduga kau punya wewenang untuk menyepakati, membuat persetujuan."
Michael berbicara dalam bahasa Sisilia, "Ceritakan padaku lebih banyak tentang
bagaimana rencanamu memulai bisnis, tepatnya peran apa yang harus dimainkan Keluargaku di
dalamnya dan keuntungan apa yang bisa kami peroleh dari bisnis itu."
"Kalau begitu kau menginginkan seluruh usulku secara terinci?" tanya Sollozzo.
Michael berkata murung, "Yang paling penting adalah aku harus mendapat jaminan
yang pasti bahwa tidak akan ada lagi percobaan pembunuhan terhadap ayahku."
Sollozzo mengangkat tangan untuk mengekspresikan kata-katanya. "Jaminan apa yang
bisa kuberikan padamu" Akulah buronannya. Aku telah kehilangan kesempatan. Kau menganggap
diriku terlalu tinggi, Sobat. Aku tidak sepintar itu."
Michael sekarang yakin perundingan ini hanya untuk mengulur waktu selama
beberapa hari lagi. Bahwa Sollozzo akan mencoba membunuh Don kembali. Untunglah si Turki meremehkan
dirinya sebagai anak yang cengeng. Michael merasakan gelombang dingin yang aneh dan
nikmat memenuhi tubuhnya. Ia membuat wajahnya tampak gundah. Sollozzo bertanya tajam, "Ada apa?"
Michael berkata malu-malu. "Anggur itu langsung mengalir ke kandung kemihku.
Dari tadi aku menahannya. Boleh aku ke kamar mandi?"
Sollozzo mengamati dengan matanya yang hitam. Ia mengulurkan tangan dan dengan
kasar merabaraba sekitar kemaluan Michael, mencari senjata. Michael tampak
tersinggung. McCluskey berkata
singkat, "Aku sudah menggeledahnya. Aku pernah menggeledah ribuan bajingan muda.
Ia bersih." Sollozzo tidak suka. Tanpa alasan sama sekali, ia merasa tidak suka. Ia menatap
pria yang duduk di meja seberang dan mengangkat alis ke arah kamar mandi. Orang itu mengangguk
sedikit untuk menyatakan ia telah memeriksanya, tidak ada orang di dalam. Sollozzo berkata
enggan, "Jangan lamalama." Ia memiliki indra yang sangat hebat, ia merasa
gelisah. Michael bangkit dan pergi ke kamar mandi. Tempat buang airnya dilengkapi
sepotong sabun yang diletakkan di jala kawat. Ia masuk ke WC. Ia benar-benar ingin buang air besar,
perutnya terasa mulas. Ia melakukannya dengan cepat, lalu mengulurkan tangan ke belakang tempat air
dari email dan menyentuh pistol kecil berlaras pendek yang ditempelkan dengan selotip di sana.
Ia mencabut pistol itu, teringat kata-kata Clemenza untuk tidak meninggalkan
sidik jari. Ia menyelipkan pistol itu ke sabuk, laki mengancingkan jas menutupinya. Ia mencuci
tangan dan
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membasahi rambut. Sidik jari di keran air dihapus dengan saputangan. Lalu ia
meninggalkan toilet. Sollozzo duduk menghadap pintu toilet, matanya yang hitam berkilau waspada.
Michael tersenyum. "Sekarang aku bisa bicara," katanya sambil menghela napas lega.
Kapten McCluskey tengah menyantap seporsi hidangan daging sapi muda dan
spaghetti yang telah diantarkan. Pria di dinding kejauhan tadinya tegang, tapi sekarang tampak jelas
santai. Michael duduk kembali. Ia ingat Clemenza memerintahkannya menembak begitu keluar
dari toilet. Tapi entah karena naluri yang memperingatkan dirinya atau karena merasa
tertekan, Michael tidak melakukannya. Ia merasa kalau bergerak terlalu cepat, ia akan ditembak. Sekarang
ia merasa aman dan rupanya sejak tadi ketakutan, karena ia bersyukur sekarang tidak lagi
berdiri di atas kakinya. Kedua kakinya lemas dan gemetar.
Sollozzo mencondongkan tubuh ke arahnya. Michael, dengan perut tertutup meja,
membuka jas dan mendengarkan dengan tekun. Ia tidak memahami sepatah kata pun yang diutarakan
orang itu. Baginya kata-kata tersebut hanyalah celoteh tanpa arti. Otaknya begitu penuh darah yang
berdenyut-denyut sehingga tidak ada kata-kata yang dipahaminya. Di bawah meja, tangannya bergerak
ke arah pistol yang diselipkan di sabuk dan mencabutnya. Saat itu pelayan datang untuk mencatat
pesanan mereka dan Sollozzo berpaling untuk berbicara padanya. Michael mendorong meja dengan
tangan kiri dan tangan kanannya menodongkan pistol hingga nyaris menempel di kepala Sollozzo.
Koordinasi orang itu begitu cepat hingga ia sudah mulai menjauhkan diri begitu Michael bergerak. Tapi
Michael, yang lebih muda, dengan refleks yang lebih tajam, menarik picu. Peluru mengenai Sollozzo tepat di antara
mata dan telinganya, dan sewaktu keluar di sisi kepala yang lain, darah
bercampur serpihan tulang
tengkorak berhamburan mengenai jas pelayan yang terpaku. Secara naluriah Michael
mengetahui satu peluru saja sudah cukup. Sollozzo berpaling pada saat terakhir dan Michael
melihat cahaya kehidupan padam dari mata orang itu sejelas lilin yang ditiup.
Hanya satu detik berlalu saat Michael berputar untuk mengarahkan pistol pada
McCluskey. Si kapten polisi terbelalak keheranan memandang Sollozzo, seakan kejadian ini tidak ada
kaitannya dengan dirinya. Tampaknya ia tidak begitu menyadari bahwa ia terancam bahaya. Garpunya
yang menancap di daging sapi terangkat dan pandangannya baru saja teralih ke Michael. Dan
ekspresi wajahnya, matanya, menunjukkan kemarahan yang begitu penuh keyakinan, seakan ia menduga
Michael akan menyerahkan diri atau lari, sehingga Michael tersenyum padanya sambil menarik
picu. Tembakan itu hanya menyebabkan luka parah, tidak mematikan. Peluru mengenai leher McCluskey
yang besar seperti leher kerbau jantan, dan ia mulai tercekik begitu keras seolah menelan
sebongkah besar daging sapi. Lalu udara seperti dipenuhi kabut tipis darah yang tersembur ketika
McCluskey terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah dari paru-parunya yang hancur. Dengan dingin, tanpa
tergesa-gesa, Michael menembak sekali lagi kepala McCluskey yang beruban.
Udara bagai dipenuhi kabut merah muda. Michael memutar tubuh menghadapi pria
yang duduk di dekat dinding. Orang itu tidak bergerak. Ia tampak seperti lumpuh. Sekarang,
dengan hati-hati, ia meletakkan kedua tangan di meja dan membuang muka. Pelayan terhuyung-huyung
mundur ke dapur, wajahnya memancarkan kengerian, memandang Michael dengan tertegun. Sollozzo
masih duduk di kursi, sisi tubuhnya disangga meja. McCluskey, tubuhnya yang berat tersungkur ke
depan, jatuh dari kursi ke lantai. Michael membiarkan pistol terlepas dari tangannya dan jatuh
tanpa suara. Ia melihat orang di dekat dinding maupun pelayan tidak menyadari ia telah menjatuhkan
pistol. Ia berjalan ke pintu dan membukanya. Mobil Sollozzo masih diparkir di tepi jalan, tapi sopirnya
tidak terlihat di mana pun. Michael berbelok ke kiri dan berbelok lagi di tikungan. Lampu depan
mobil memancar dan sedan bobrok berhenti di dekatnya, pintunya dibuka. Ia melompat masuk, mobil
langsung melesat pergi. Ia melihat Tessio memegang kemudi, wajahnya yang bersih sekaku marmer.
"Kau sudah mengerjai SoUozzo?" tanya Tessio. Sesaat Michael tersentak dengan
ungkapan yang digunakan Tessio. Biasanya ungkapan itu digunakan dalam konteks seksual,
mengerjai wanita berarti menggaulinya. Aneh juga Tessio sekarang menggunakan kata-kata itu. "Keduanya,"
kata Michael. "Kau yakin?" tanya Tessio. "Aku melihat otak mereka," kata Michael. Ada pakaian
ganti untuk Michael di dalam mobil. Dua puluh menit kemudian ia telah berada di kapal barang
Italia yang akan berlayar ke Sisilia, Dua jam kemudian kapal barang itu berlayar dan dari
kabinnya Michael bisa melihat lampu-lampu New York City terang benderang seperti api neraka. Ia merasa
sangat lega. Ia sudah melewatinya sekarang. Perasaan ini tidak asing baginya dan ia teringat
saat dibawa dari pantai pulau yang diserbu divisi Marinir-nya. Pertempuran
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
masih berlangsung, tapi ia mendapat luka ringan dan dikirim ke kapal rumah
sakit. Ia merasakan kelegaan yang sama kuatnya seperti yang dirasakannya sekarang. Kepanikan akan
mulai berkobar, tapi ia tidak akan ada lagi di sana.
Sehari sesudah pembunuhan Sollozzo dan Kapten McCluskey, para kapten dan letnan
di setiap kantor polisi New York City memberikan satu perintah: tidak boleh ada lagi perjudian,
tidak boleh ada lagi pelacuran, tidak boleh ada lagi transaksi macam apa pun hingga pembunuh Kapten
McCluskey tertangkap. Penggerebekan besar-besaran dimulai di seluruh kota. Semua kegiatan
yang melanggar hukum berhenti sama sekali.
Pada hari itu juga utusan Keluarga-Keluarga bertanya pada Keluarga Corleone
apakah mereka mau menyerahkan si pembunuh. Utusan itu diberitahu bahwa masalah itu bukan urusan
mereka. Malam itu bom meledak di kompleks Keluarga Corleone di Long Beach, dilemparkan dari mobil
yang berhenti di dekat rantai penghalang, lalu melaju pergi. Malam itu juga dua prajurit Keluarga
Corleone dibunuh sewaktu makan dengan tenang di restoran Italia kecil di Greenwich Village.
Perang Lima Keluarga tahun 1946 pun dimulai. 231 Buku Dua Bab 12 Johnny Fontane melambai santai untuk mengusir pelayan dan berkata, "Sampai
ketemu besok pagi, Billy." Kepala pelayan berkulit berwarna itu membungkuk sebelum keluar dari
ruang makan yang sekaligus ruang duduk luas, dengan jendela menghadap Samudra Pasifik. Ia
membungkuk sebagai ucapan selamat berpisah yang bersahabat, bukan sebagai pelayan, dan hanya
dilakukan karena Johnny Fontane menjamu tamu untuk makan malamnya.
Tamu Johnny bernama Sharon Moore, gadis dari Greenwich Village, New York City.
Ia pergi ke Hollywood untuk mencoba mendapat peran kecil dalam film yang diproduksi mantan
kekasih yang sukses. Ia mengunjungi studio sewaktu Johnny berakting dalam film Woltz. Johnny
menganggap gadis yang masih muda dan segar ini memesona dan cerdas, dan mengundangnya makan malam
di rumahnya sore hari itu. Undangan makan malamnya terkenal dan memiliki kekuatan
seperti perintah raja. Tentu saja gadis itu menerima. Sharon Moore jelas menganggap Johnny akan
langsung menyerbunya" karena reputasinya" tapi Johnny membenci pendekatan "sepotong
daging" gaya Hollywood. Ia meniduri gadis hanya kalau ada yang benar-benar disukainya pada diri gadis itu. Kecuali,
tentu saja, waktu ia kadang mabuk berat dan mendapati dirinya di ranjang bersama gadis yang bahkan
tidak diingatnya kapan atau di mana ia menemuinya. Dan sekarang Johnny Fontane berusia 35 tahun,
pernah bercerai, berpisah dengan istri keduanya, dan mungkin karena sudah meniduri seribu wanita,
ia tidak terlalu bergairah. Tapi ada sesuatu pada diri Sharon Moore yang membangkitkan rasa
sayang dalam dirinya hingga ia mengundang gadis itu makan malam.
Ia tidak pernah makan banyak, tapi mengetahui gadis muda yang cantik sengaja
menahan lapar agar bisa mengenakan pakaian-pakaian indah dan biasanya makan banyak saat kencan
sehingga ia menyajikan berbagai makanan di meja. Juga tersedia minuman yang melimpah;
sampanye dalam ember, scotch, rye, brendi, dan minuman keras lain di meja dekat dinding Johnny
menyajikan minuman dan piring-piring makan telah disiapkan. Sesudah mereka makan, Johnny
mengajak gadis itu ke ruang tengah yang luas dengan dinding kaca menghadap Samudra Pasifik. Ia
memasang piringan hitam Ella Fitzgerald pada hi-fi set dan duduk santai di sofa bersama Sharon. Ia
bercakap-cakap santai dengan Sharon dan menyelidiki seperti apa gadis itu ketika masih kanak-kanak,
apakah ia tomboi atau gadis yang gila cowok, apakah k sederhana atau cantik, kesepian atau periang.
Johnny Fontane menganggap rincian seperti itu menarik, selalu membangkitkan kelembutan yang
diperlukannya untuk bercinta. Mereka duduk berpelukan di sofa, sangat akrab, sangat nyaman. Johnny mencium
bibir gadis itu, ciuman persahabatan yang tenang, dan kalau gadis itu membatasi hanya sampai di
situ, ia pun akan menurut. Di luar dinding kaca
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
yang lebar, ia bisa melihat Samudra Pasifik yang biru dan rata di bawah sinar
bulan. "Kenapa kau tidak memutar salah satu rekamanmu sendiri?" tanya Sharon. Nadanya
menggoda. Johnny tersenyum padanya. Ia senang gadis itu menggodanya. "Aku tidak seHollywood itu," katanya.
"Putarkan rekamanmu untukku," kata Sharon. "Atau menyanyilah untukku. Kau tahu,
seperti di film. Aku akan merasa bangga sekali dan meleleh tidak berdaya seperti gadis-gadis di
layar putih." Johnny langsung tertawa. Sewaktu lebih muda, ia melakukan tepat seperti itu, dan
hasilnya selalu seperti dibuat-buatgadis-gadis berusaha tampak seksi dan menyerah, membuat mata
mereka dipenuhi gairah untuk kamera khayalan. Sekarang ia tidak pernah bermimpi menyanyi lagi
bagi gadis; salah satu alasannya, ia sudah berbulan-bulan tidak bernyanyi, dan ia tidak lagi
memercayai suaranya. Penyebab lain, orang awam tidak menyadari betapa besar ketergantungan para
profesional pada bantuan teknis agar suara mereka terdengar begitu bagus. Ia bisa memutar
rekamannya tapi malu mendengar suara masa mudanya yang penuh semangat, seperti pria paro baya botak
dan gemuk yang memperlihatkan foto dirinya di masa muda yang penuh kejantanan.
"Suaraku tidak seperti dulu lagi," katanya. "Dan sungguh, aku muak mendengar
nyanyianku sendiri."
Mereka berdua menghirup minuman masing-masing. "Kudengar kau hebat di film ini,"
kata Sharon. "Apa benar kau melakukannya tanpa dibayar?"
"Hanya bayaran sekadarnya," kata Johnny.
Ia berdiri untuk mengisi kembali gelas brendi Sharon, memberinya sebatang rokok
bermonogram emas, dan menyalakan korek untuk gadis itu. Sharon mengembuskan
asap rokok dan menghirup minuman. Johnny kembali duduk di sisinya. Isi gelas
brendinya lebih banyak daripada gelas Sharon, sebab ia perlu menghangatkan tubuh, menggembirakan
hati, membangkitkan semangat. Situasinya berlawanan dengan percintaan biasa. Ia harus
memabukkan diri, bukan memabukkan si gadis. Biasanya gadisnya terlalu bernafsu, sementara ia
sendiri tidak. Selama dua tahun terakhir ia merasakan martabat dirinya merosot drastis, dan ia
menggunakan cara yang sederhana itu untuk memulihkannyatidur dengan gadis yang masih segar,
mengajaknya makan malam beberapa kali, memberinya hadiah mahal, lalu menyingkirkannya dengan cara paling
manis yang bisa dilakukannya sehingga tidak menyakiti hati gadis itu. Kemudian mereka selalu
bisa mengatakan pernah berhubungan dengan Johnny Fontane yang terkenal. Itu bukan cinta sejati,
tapi orang tidak bisa menolak kalau gadisnya cantik dan benar-benar baik. Ia membenci wanita yang
keras dan menyebalkan, wa-nita yang bercinta dengannya lalu memberitahu teman-temannya
bahwa ia pernah bercinta dengan Johnny Fontane yang terkenal, selalu menambahkan bahwa mereka
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pernah merasakan yang lebih dahsyat. Yang membuatnya lebih tertegun lagi dibandingkan apa pun
sepanjang kariernya adalah para suami pasrah yang nyaris memberitahunya terang-terangan bahwa mereka
memaafkan istri mereka karena wanita yang paling suci sekalipun boleh berselingkuh dengan
penyanyi dan bintang film besar seperti Johnny Fontane. Itu benar-benar membuatnya terpana.
Ia menyukai rekaman lagu-lagu Ella Fitzgerald. Ia menyukai nyanyian bersih
sepera itu, lantunan kata-kata sejenuh itu. Itulah satu-satunya yang dipahaminya dalam hidup ini dan
ia mengetahui ia lebih memahaminya daripada siapa pun di bumi ini. Sekarang, menyandar di sofa,
brendi (Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
menghangatkan kerongkongannya, ia merasakan keinginan bernyanyi, bukan bermain
musik, tapi mengikuti rekamannya. Namun ia mustahil berbuat begitu di depan orang tak
dikenal. Ia meletakkan tangannya yang bebas di pangkuan Sharon, menghirup minuman di tangannya yang
lain. Tanpa kelicikan apa pun tapi dengan sensualitas kanak-kanak yang mencari kehangatan,
tangannya di pangkuan Sharon menarik gaun sutranya ke atas hingga menampakkan kulit paha yang
seputih susu di atas stoking jala emas tipis, dan seperti biasa, biarpun sudah meniduri banyak
wanita selama bertahuntahun, sehingga semua terasa farnilier, Johnny merasakan
kehangatan yang cair membanjiri tubuhnya
saat melihat pemandangan itu. Keajaiban masih terjadi, dan apa yang akan
dilakukannya kalau keajaiban itu juga gagal seperti suaranya"
Ia siap sekarang. Ia meletakkan minuman di meja cocktail panjang dan memutar
tubuh menghadap Sharon. Ia sangat yakin, sangat hati-hati, tapi lembut. Tidak ada kelicikan atau
nafsu dalam belaiannya. Ia mencium bibir Sharon sementara tangannya merayap ke payudara
gadis itu. Tangannya jatuh ke paha Sharon yang hangat, kulit Sharon terasa bagai sutra saat disentuh.
Ciuman balasan Sharon hangat tapi tidak bernafsu dan Johnny lebih suka begitu saat ini. Ia
benci gadis yang tiba-tiba
bernafsu seakan tubuh mereka mesin yang tiba-tiba hidup akibat sentuhan sakelar
berbulu. Lalu Johnny melakukan apa yang selalu dilakukannya, apa yang tidak pernah gagal
merangsang dirinya. Dengan hati-hati dan seringan mungkin tapi masih bisa terasa, ia
menyapukan ujung jari tengahnya jauh di dalam sela paha Sharon. Ada gadis yang bahkan tidak merasakan
langkah awal menuju percintaan itu. Beberapa gadis teralih perhatiannya, tidak yakin sentuhan
Itu benar-benar terjadi, karena pada saat yang bersamaan Johnny selalu mencium bibir
mereka dalam-dalam. Sekalipun begitu, ada gadis-gadis yang seakan mengisap
jarinya atau melahapnya dengan gerakan pinggul. Dan, tentu saja, sebelum ia terkenal, ada
gadis-gadis yang menampar wajahnya. Itulah seluruh tekniknya dan biasanya cukup berhasil.
Reaksi Sharon tidak biasa. Ia menerima semuanya, sentuhannya, ciumannya, tapi
lalu menjauhkan bibirnya dari bibir Johnny, mundur sedikit di sofa, dan meraih minuman.
Tindakannya tenang tapi jelas merupakan penolakan. Terkadang terjadi seperti itu. Jarang; tapi pernah.
Johnny meraih minuman dan menyulut sebatang rokok.
Sharon berbicara dengan sangat manis, sangat hati-hati. "Bukan karena aku tidak
menyukaimu, Johnny, kau lebih manis daripada dugaanku. Dan bukan karena aku bukan gadis
seperti itu. Hanya saja aku harus terangsang dulu untuk melakukannya dengan pria, kau mengerti
maksudku?" Johnny Fontane tersenyum padanya. "Dan aku tidak merangsangmu?"
Sharon agak malu. "Yah, kau tahu, sewaktu kau begitu hebat sebagai penyanyi, aku
masih kecil. Aku seperti kehilangan kau, aku dari generasi berikut. Sungguh, bukan berarti aku
sok alim. Seandainya kau menjadi bintang film sewaktu aku tumbuh dewasa, dalam sekejap mata aku pasti
sudah menyerbumu." Sekarang Johnny tidak terlalu menyukainya. Sharon manis, cerdas, dan begitu
pandai. Sharon tidak langsung takluk di bawah telapak kakinya atau menipunya karena koneksinya akan
memberi banyak bantuan dalam bisnis pertunjukan. Sharon benar-benar gadis yang jujur. Tapi ada
sesuatu yang dikenali Johnny. Kejadian seperti ini pernah terjadi beberapa kali. Ada gadis
yang mau diajak kencan dengan tekad bulat tidak akan bersedia diajaknya ke tempat tidur, tidak peduli
sebesar apa gadis itu menyukai dirinya, hanya agar bisa bercerita pada temantemannya, dan terlebih lagi, pada dirinya sendiri, bahwa ia pernah menolak kesempatan bercinta dengan
Johnny Fontane yang terkenal. Ia memahami hal itu sekarang, sesudah dirinya lebih tua, dan ia tidak
marah karenanya. Ia hanya tidak terlalu menyukai gadis ini, walau tadi ia sangat menyukainya.
Dan sekarang sesudah merasa tidak begitu menyukai gadis itu, ia merasa lebih
santai. Ia menenggak minuman dan memandangi Samudra Pasifik. Sharon berkata, "Kuharap kau tidak
marah, Johnny. Kurasa aku terlalu lurus, kurasa di Hollywood seorang gadis melakukannya dengan
mudah seperti mencium pria sebagai ucapan selamat malam. Tapi aku belum lama tinggal di sini."
Johnny tersenyum padanya dan menepuk pipinya. Tangannya turun untk merapikan
gaun gadis itu di atas lututnya yang membulat dan mulus seperti sutra. "Aku tidak marah," katanya.
"Senang berkencan seperti zaman dulu." Ia tidak mengatakan apa yang dirasakannya: rasa lega karena
tidak harus membuktikan diri sebagai pencinta yang hebat, tidak harus membuktikan citranya
di layar putih yang seperti dewa. Tidak harus mendengarkan si gadis berusaha bereaksi seakan ia
sesuai dengan citra tersebut, membesar-besarkan suatu hal melebihi kenyataan.
Mereka minum lagi, berciuman beberapa kali, kemudian Sharon memutuskan untuk
pergi. Johnny berkata sopan, "Boleh aku mengajakmu makan malam kapan-kapan?"
Sharon tetap terus terang dan jujur sampai akhir. "Aku tahu kau tidak ingin
membuang-buang waktu kemudian kecewa," katanya. "Terima kasih untuk sore yang indah ini. Pada suatu
hari kelak aku akan bercerita pada anak-anakku
bahwa aku pernah makan malam bersama Johnny Fontane yang termasyhur, hanya
berdua di apartemennya." Johnny tersenyum padanya. "Dan bahwa kau tidak menyerah," katanya. Mereka berdua
tertawa. "Mereka tidak akan memercayai itu," kata Sharon. Lalu Johnny ganti sedikit
berbohong, berkata, "Aku akan memberikan pernyataan tertulis, kau mau?" Sharon menggeleng. Johnny
meneruskan, "Setiap orang akan meragukan kata-katamu; kalau itu sampai terjadi, teleponlah
aku, dan aku akan meluruskannya. Akan kukatakan pada mereka bagaimana aku mengejar-ngejarmu di
apartemen tapi kau tetap mempertahankan kehormatan. Oke?"
Akhirnya Johnny terlampau kejam dan terkejut melihat ekspresi sakit hati pada
wajah Sharon yang muda. Sharon mengerti bahwa Johnny secara tidak langsung mengatakan ia tidak
berusaha terlalu keras. Johnny merebut kemanisan kemenangan dari dirinya. Kini ia merasa pasti
dirinya yang kurang memesona atau kurang menarik yang menyebabkan ia menjadi pemenang malam itu. Dan
sebagai gadis yang jujur, ketika menceritakan bagaimana ia menolak Johnny Fontane yang
hebat, ia akan selalu menambahkan dengan senyum masam, "Tentu saja, ia tidak berusaha terlalu
keras." Maka kini dengan rasa belas kasihan padanya, Johnny berkata, "Kalau kau merasa jemu,
teleponlah aku. Oke"
Aku tidak harus bercinta dengan setiap gadis yang kukenal."
"Baiklah," kata Sharon. Ia pergi ke pintu.
Johnny ditinggalkan dengan sisa sore yang masih panjang. Ia bisa menggunakan apa
yang disebut Jack Woltz "pabrik daging", kandang penuh bintang muda yang bersedia diajak
berkencan, tapi ia memerlukan teman dalam hubungan yang manusiawi. Ia ingin bercakap-cakap seperti
manusia pada umumnya. Ia ingin memikirkan istri pertamanya, Virginia.
Sekarang setelah pekerjaan film selesai, ia akan punya banyak waktu lebih banyak
untuk anak-anak. Ia ingin menjadi bagian dari kehidupan mereka lagi. Dan ia juga mengkhawatirkan
Virginia. Wanita itu tidak siap menghadapi laki-laki hidung belang Hollywood yang mungkin akan datang
mengejarnya hanya supaya bisa membual bahwa mereka pernah menggauli istri Johnny Fontane.
Sejauh yang diketahuinya, belum ada laki-laki yang membual seperti itu. Tapi setiap orang
bisa bicara begitu tentang istri keduanya, pikir Johnny kesal. Ia mengangkat telepon.
Johnny seketika mengenali suara istrinya dan itu tidak mengherankan. Ia
mendengarnya pertama kali
ketika berumur sepuluh tahun dan mereka di 4B bersama-sama, "Hai, Ginny,"
katanya. "Kau sibuk malam ini" Boleh aku datang ke rumahmu sebentar?"
"Baiklah," kata Virginia, "tapi anak-anak sudah tidur; aku tidak ingin
membangunkan mereka."
"Tidak apa-apa," kata Johnny. "Aku hanya ingin bercakap-cakap denganmu."
Suara Virginia terdengar agak ragu-ragu, lalu dikendalikan dengan hati-hati agar
tidak memperdengarkan kekhawatiran. Ia bertanya, "Apakah masalahnya berat, penting?"
"Tidak," jawab Johnny. "Aku baru saja menyelesaikan film hari ini dan kupikir
mungkin aku bisa menemuimu dan mengobrol sedikit. Mungkin aku bisa menengok anak-anak kalau kau
yakin mereka tidak akan terbangun."
"Oke," kata Virginia. "Aku ikut senang kau mendapat peran yang kauinginkan."
"Terima kasih," kata Johnny. "Akan kutemui kau kira-kira setengah jam lagi."
Setelah tiba di rumah yang dulu miliknya di Beverly Hills, Johnny Fontane duduk
di mobil sejenak, memandangi rumah. Ia teringat pada apa yang dikatakan Godfather, bahwa ia bisa membuat
kehidupan seperti yang diinginkannya. Tapi apa yang diinginkannya"
Istri pertamanya menunggunya di pintu. Ia cantik, mungil, berambut cokelat,
gadis Italia yang manis, anak tetangga yang tidak pernah bermain dengan pria lain, dan itu penting
baginya. Apakah aku masih
menginginkan Virginia" tanya Johnny dalam hati, dan jawabannya adalah tidak.
Salah satu alasannya, ia tidak lagi bisa bercinta dengan Virginia, kasih sayang mereka telah terlalu
tua. Dan ada beberapa alasan kin, yang tidak berkaitan dengan seksistrinya tidak akan bisa
memaafkannya. Tapi mereka
tidak lagi bermusuhan. Virginia menyeduhkan kopi dan menyajikan kue buatan sendiri di ruang duduk.
"Santailah di sofa,"
katanya. "Kau tampak kelelahan." Johnny menanggalkan jas dan sepatu,
mengendurkan dasi sementara istrinya duduk di kursi di hadapannya sambil tersenyum sedih. "Lucu
sekali," katanya. "Apanya yang lucu?" tanya Johnny, sambil menghirup kopi yang tercecer sedikit di
kemejanya. "Johnny Fontane yang terkenal tidak punya teman kencan," kata Virginia.
"Johnny Fontane yang terkenal beruntung kalau bisa mendapatkan teman kencan
lagi," kata Johnny. Johnny tidak biasa bicara seterus terang ini. Ginny bertanya, "Apakah ada yang
benar-benar merupakan masalah?" Johnny tersenyum padanya. "Aku kencan dengan gadis di apartemenku dan ia menolak
ajakanku. Tapi aku justru merasa lega."
Johnny heran melihat kemarahan melintas di wajah Ginny. "Jangan cemas memikirkan
sundal kecil itu," kata Ginny. "Ia pasti menganggap itu cara agar kau tertarik padanya."
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
Dan Johnny menyadari dengan geli bahwa Ginny benar-benar marah pada gadis yang
menolak dirinya tersebut. "Ah, persetan," kata Johnny. "Aku sudah bosan dengan hal-hal seperti itu. Aku
harus dewasa, bukan"
Dan sekarang sesudah tidak bisa menyanyi lagi, kurasa aku akan mengalami
kesulitan dengan gadisgadis. Kau tahu, aku tidak pernah bisa mengandalkan
tampangku." Ginny berkata dengan loyal, "Kau tampak lebih tampan daripada fotomu."
Johnny menggeleng. "Aku mulai gemuk dan botak. Persetan, kalau film ini tidak
bisa membuatku menjadi besar lagi, sebaiknya aku belajar cara membuat pizza. Atau mungkin
sebaiknya kubawa kau ke dunia film, kau tampak hebat."
Ginny tampak sebagaimana usianya yang sudah 35 tahun. Wanita berusia 35 tahun
yang cantik, tapi tetap saja berusia 35 tahun. Dan di Hollywood itu sama saja dengan usia seratus
tahun. Gadis-gadis muda yang cantik berderet di kota seperti tikus kutub, hanya bertahan selama
setahun, ada yang hingga dua tahun. Beberapa di antara mereka begitu cantik sehingga bisa
menyebabkan jantung para pria nyaris berhenti berdetak sampai mereka membuka mulut, sampai harapan
serakah tentang keberhasilan menggelapkan kecantikan mata mereka. Wanita biasa tidak boleh
berharap bisa bersaing
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan mereka secara fisik. Dan orang bisa berbicara sebanyak yang diinginkannya
tentang pesona, kecerdasan, kerapian berpakaian, sikap yang menawan, kecantikan gadis-gadis ini
mengalahkan segalanya. Mungkin kalau tidak terlalu banyak gadis seperti mereka, akan ada
peluang bagi wanita biasa yang cantik. Dan karena Johnny Fontane bisa memiliki mereka semua, atau
nyaris mereka semua, Ginny mengetahui Johnny mengatakan begitu hanya untuk menyenangkan
hatinya. Sikap Johnny memang selalu semanis itu.
245 Johnny sejak dulu sopan pada wanita, bahkan di puncak ketenarannya, senang
memuji mereka, menyalakan rokok mereka dengan korek apinya, membukakan pintu bagi mereka. Dan
karena semua itu biasanya dilakukan orang bagi dirinya, tindakan tersebut terasa semakin
mengesankan bagi gadisgadis yang dikencaninya. Dan Johnny melakukannya untuk
semua wanita, bahkan wanita yang hanya
berkencan semalam dengannya, gadis yang bahkan namanya sama sekali tidak
diketahuinya. Ginny tersenyum padanya, senyum ramah. "Kau sudah menjadikan diriku bintang
film, Johnny, ingat"
Selama dua belas tahun. Kau tidak perlu berbuat begitu lagi untukku."
Johnny menghela napas dan menjulurkan kaki di sofa. "Sungguh, Ginny, kau tampak
hebat. Aku ingin sekali bisa tampak sehebat dirimu."
Ginny tidak menjawab. Ia bisa melihat Johnny merasa tertekan. "Menurutmu film
itu bagus" Apa film itu akan berguna bagimu?" tanyanya.
Johnny mengangguk. "Yeah. Film itu bisa membuatku terkenal kembali. Kalau bisa
mendapatkan Oscar dan memainkan kartuku dengan baik, aku bisa menjadi besar lagi bahkan
tanpa menyanyi. Lalu mungkin aku bisa memberimu dan anak-anak uang yang lebih banyak." "Kami sudah
mendapatkan lebih dari cukup," kata Ginny. "Aku juga ingin lebih sering bertemu anak-anak,"
kata Johnny. "Aku ingin menenangkan diri sebentar. Kenapa aku tidak boleh datang kemari setiap
Jumat malam untuk makan di sini" Aku bersumpah tidak akan melewatkan satu hari Jumat pun, tidak
peduli seberapa jauh atau sesibuk apa pun aku dengan pekerjaan. Dan setiap kali bisa, aku akan
melewatkan akhir pekan dengan anak-anak atau mereka melewatkan sebagian liburan bersamaku."
Ginny meletakkan asbak di dada Johnny. "Aku tidak keberatan," katanya. "Aku
tidak menikah lagi karena ingin kau selalu menjadi ayah mereka." Ia mengatakannya tanpa emosi apa
pun. Tapi Johnny Fontane, yang menatap langit-langit, mengetahui istrinya mengatakan hal itu
sebagai penebusan atas hal-hal lain, atas kata-kata kejam yang pernah dilontarkan istrinya padanya
sewaktu pernikahan mereka berantakan, sewaktu kariernya mulai merosot.
"Oh ya, coba tebak siapa yang meneleponku," kata Ginny.
Johnny tidak suka menebak, tidak pernah. "Siapa?" tanyanya.
Ginny berkata, "Kau boleh menebak satu kali." Johnny tidak menjawab. "Ayah
baptismu," kata Ginny.
Johnny benar-benar terkejut. "Ia tidak pernah berbicara pada siapa pun melalui
telepon. Apa yang dikatakannya padamu?"
"Ia memintaku membantumu," jawab Ginny. "Katanya kau bisa mencapai kebesaranmu
seperti dulu lagi, bahwa kau dalam perjalanan kembali, tapi kau membutuhkan orang yang
memercayai dirimu. Kutanyakan padanya kenapa harus aku. Dan katanya karena kau ayah anak-anakku. Ia
orangtua yang begitu manis dan mereka menyebarkan cerita-cerita mengerikan tentang dirinya."
Virginia membenci telepon dan memutus semua sambungan kecuali di kamar tidur dan
dapur. Sekarang mereka bisa mendengar suara telepon di dapur berdering. Ia pergi untuk
menerimanya. Sekembalinya ia ke ruang duduk, ekspresi wajahnya memancarkan keheranan.
"Telepon untukmu, Johnny," katanya. "Dari Tom Hagen. Katanya penting."
Johnny pergi ke dapur dan mengangkat telepon. "Yeah, Tom," katanya.
Suara Tom Hagen terdengar dingin. "Johnny, Godfather memintaku menemuimu dan
mengatur beberapa hal agar kau bisa keluar sekarang sesudah pembuatan film selesai. Ia
ingin aku menggunakan penerbangan pagi. Kau bisa menemui aku di Los Angeles" Aku harus kembali ke New
York malam itu juga agar kau tidak perlu mengorbankan waktu di malam hari untukku."
"Baik, Tom," kata Johnny. "Dan jangan khawatir aku rugi semalam. Menginap dan
santailah sedikit. Akan ku-selenggarakan pesta untukmu dan kau bisa bertemu orang-orang film." Ia
selalu mengajukan tawaran seperti itu, tidak ingin orang-orang dari lingkungannya yang dulu
menganggap ia malu pada mereka. "Terima kasih," kata Hagen. "Tapi aku benar-benar harus kembali dengan
penerbangan pagi. Oke, kau
bisa menjemputku di penerbangan yang berangkat dari New York pukul setengah dua
belas?" "Tentu saja," kata Johnny. "Tetaplah di mobil," kata Hagen. "Kirimkan salah seorang anak buahmu untuk
menjemputku sewaktu aku turun dari pesawat dan mengantarku menemuimu."
"Baik," kata Johnny.
Johnny kembali ke ruang duduk dan Ginny memandangnya dengan penasaran.
"Godfather memiliki rencana bagiku, untuk membantuku keluar," kata Johnny. "Ia mendapatkan peran di
film untukku, aku tidak mengetahui bagaimana caranya. Tapi aku tidak ingin ia mencampuri hal-hal
lain." Johnny kembali ke sofa. Ia merasa kelelahan. Ginny berkata, "Bagaimana kalau kau
tidur di kamar tamu malam ini dan tidak pulang" Kau bisa sarapan bersama anak-anak dan tidak
perlu mengemudi pulang selarut ini. Lagi pula, aku
(Kunjungi http://vodozom.wordpress.com)
tidak senang membayangkan kau sendirian di rumah. Kau
kesepian?" "Aku jarang di rumah," kata Johnny.
Ginny tertawa dan berkata, "Kalau begitu kau belum banyak berubah." Ia terdiam
sejenak lalu berkata, "Kusiapkan kamar tidur tamu untukmu?"
Johny berkata, "Kenapa aku tidak boleh tidur di kamarmu?"
Wajah Ginny memerah. "Tidak," katanya. Ia tersenyum pada Johnny dan Johnny
membalasnya. Mereka masih bersahabat. 4
Sewaktu terjaga keesokan harinya, Johnny mengetahui hari telah siang dari sinar
matahari yang menerobos celah-celah kerai yang tertutup. Cahayanya tidak pernah seperti itu
kecuali hari telah siang. Ia berseru, "Hei, Ginny, aku masih dapat sarapan?" Dan dari kejauhan ia
mendengar suara Ginny menjawab, "Sebentar."
Dan ia memang hanya perlu menunggu sebentar. Ginny pasti telah menyiapkan
segalanya, panas di dalam oven, baki siap diisi, sebab sewaktu Johnny menyulut rokok pertama hari
itu, pintu kamar tidurnya terbuka dan kedua putrinya yang masih kecil masuk sambil mendorong
kereta sarapan. Mereka begitu cantik hingga Johnny merasa hatinya sakit. Wajah mereka berseriseri dan jernih, mata mereka hidup oleh rasa ingin tahu dan keinginan untuk segera berlari
mendatanginya. Rambut mereka
dikepang dan mereka mengenakan rok model lama serta sepatu kulit putih. Mereka
berdiri di samping kereta sarapan, memerhatikannya sementara ia mematikan rokok, menunggu ia
memanggil dan membentangkan tangan lebar-lebar.
Mereka berlari mendekatinya. Johnny membenamkan wajah
di antara dua pipi yang segar dan harum, dan menggaruk mereka dengan dagunya
hingga mereka memekik. Ginny muncul di pintu kamar tidur dan meneruskan mendorong kereta agar
Johnny bisa sarapan di ranjang. Ia duduk di samping Johnny di tepi ranjang, menuangkan kopi,
dan mengoleskan mentega di rod bakar. Kedua putrinya duduk di sofa kamar tidur dan mengamati Johnny sarapan. Sekarang
mereka terlalu besar untuk perang bantal atau dilambung-lambungkan. Mereka sudah merapikan
rambut yang diacakacaknya tadi. Ya Tuhan, pikir Johnny, tidak lama lagi mereka
akan tumbuh dewasa, dan pemudapemuda Hollywood akan mengejar mereka.
Johnny membagi roti bakar dan daging asapnya dengan mereka sambil makan, dan
mengizinkan mereka ikut meneguk kopinya. Itu kebiasaan sejak ia masih bernyanyi bersama band
dan jarang makan bersama mereka sehingga mereka senang berbagi makanan dengannya sewaktu ia
makan di jam-jam yang tidak semestinya, seperti sarapan di sore hari atau makan malam di
pagi hari. Perubahan jenis makanan membuat mereka gembiramakan bistik dan kentang goreng pada pukul
tujuh pagi, telur dan daging asap di sore hari.
Hanya Ginny dan beberapa teman dekatnya yang mengetahui betapa Johnny sangat
memuja putriputrinya. Itu hal yang paling buruk dari perceraian dan keharusan
meninggalkan rumah. Satu-satunya
yang diperjuangkan Johnny hanyalah kedudukannya sebagai ayah mereka. Dengan cara
yang sangat licin ia membuat Ginny memahami ia tidak senang bila mantan istrinya itu menikah
lagi. Bukan karena cemburu, tapi karena ia tidak ingin kehilangan kedudukannya sebagai ayah.
Ia mengatur uang dibayarkan pada Ginny sehingga dari segi keuangan Ginny menerima jauh lebih
besar daripada kalau ia menikah lagi. Mereka juga sama-sama memahami Ginny boleh memiliki
kekasih selama tidak diperkenalkan dengan kehidupan di rumahnya. Tapi dalam hal ini Johnny
memercayai Ginny sepenuhnya. Ia salah seorang wanita yang sangat pemalu dan berpendirian kuno
dalam hal seks. Para gigolo Hollywood gigit jari sewaktu mereka mulai mengerumuninya, mencium bau
uang dan bantuan yang bisa diberikan suaminya yang terkenal.
Johnny tidak takut istrinya berharap mereka bisa rujuk kembali karena ia ingin
tidur bersamanya semalam. Tidak satu pun dari mereka ingin memperbarui pernikahan. Ginny memahami
kehausan suaminya akan kecantikan, dorongannya yang sulit dibendung dalam mengejar-ngejar
wanita muda yang jauh lebih cantik daripada dirinya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Johnny
selalu tidur dengan aktris lawan mainnya sedikitnya satu kali. Mereka tidak mampu menahan
pesona Johnny yang kekanak-kanakan, sebagaimana Johnny tidak mampu melawan kecantikan mereka.
"Kau harus segera berpakaian," kata Ginny. "Pesawat Tom akan segera aba." Ia
memerintahkan kedua putri mereka keluar kamar.
"Yeah," kata Johnny. "Oh ya, Ginny, kau tahu aku akan segera bercerai" Aku akan
menjadi pria bebas lagi." Ginny mengawasi Johnny berpakaian. Johnny selalu menyimpan pakaian bersih di
rumahnya sejak mereka membuat persetujuan baru setelah pernikahan putri Don Corleone. "Natal
tinggal dua minggu lagi," kata Ginny. "Boleh aku merencanakan kunjunganmu kemari?"
Ini pertama kalinya Johnny memikirkan liburan. Sewaktu suaranya masih bagus,
liburan selalu penuh dengan acara menyanyi, tapi Hari Natal masih dianggapnya sebagai sesuatu yang
suci. Kalau ia melewatkan Natal ini, itu akan jadi
yang kedua kalinya. Tahun lalu ia mengejar-ngejar istri keduanya di Spanyol,
berusaha agar wanita itu bersedia menikah dengannya.
"Yeah," kata Johnny. "Malam Natal dan Hari Natal." Ia tidak menyebutkan malam
Tahun Baru. Itu akan merupakan malam pesta gila-gilaan yang terkadang dibutuhkannya, untuk
bermabuk-mabukan dengan teman-teman, dan pada saat-saat seperti itu ia tidak ingin ditemani
istri. Ia tidak merasa bersalah mengenai hal itu.
Ginny membantunya mengenakan jas dan menyikatnya. Johnny selalu sangat rapi
dalam berpakaian. Ginny bisa melihatnya mengernyit karena kemeja yang dikenakannya tidak dicuci
seperti yang diinginkannya, dan mansetnya, yang cukup lama tidak dikenakannya, sekarang
terasa terlalu meriah untuk selera berpakaiannya. Ginny tertawa pelan dan berkata, "Tom tidak akan
menyadari bedanya." Tiga wanita dalam keluarga itu mengantarnya ke pintu dan melintasi halaman ke
mobilnya. Kedua gadis ciliknya memegangi tangannya, satu orang pada satu tangan. Istrinya
berjalan agak di belakang.
Ginny senang melihat betapa bahagia Johnny tampaknya. Setelah tiba di mobil,
Johnny berbalik dan mengangkat kedua putrinya tinggi-tinggi ke udara bergantian dan mencium mereka
saat menurunkannya. Lalu ia mencium istrinya dan masuk ke mobil. Ia tidak pernah
menyukai perpisahan yang suram. Orang humas dan asistennya telah membuat persiapan. Oi rumahnya, mobil mewah
dengan sopir telah menunggu, mobil sewaan. Di dalamnya menunggu orang humas dan asistennya. Johnny
parkir dan masuk ke mobil itu, dan mereka pun melaju ke bandara. Ia menunggu di mobil
sementara orang humasnya menjemput Tom Hagen begitu turun
The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
252 dari pesawat. Setelah Tom masuk ke mobil, mereka berjabatan dan mobil meluncur
kembali ke rumahnya. Akhirnya ia dan Tom sendirian di ruang duduk. Ada suasana dingin di antara
mereka. Johnny tidak pernah memaafkan Hagen karena bertindak sebagai penghalang ketika ia ingin
menghubungi Don sewaktu Don marah padanya, selama hari-hari yang buruk sebelum perkawinan
Connie. Hagen tidak pernah mengajukan dalih untuk tindakannya. Ia tidak bisa berbuat begitu. Itu
merupakan bagian tugasnya, jadi penangkal petir bagi kekesalan orang yang terlalu takut
mengarahkannya pada Don sendiri walaupun mestinya begitu.
"Godfather mengirimku ke sini untuk memberimu bantuan dalam beberapa hal," kata
Hagen. "Aku ingin menyelesaikannya sebelum Natal."
Johnny Fontane mengangkat bahu. "Pembuatan film sudah selesai. Sutradara baik
dan memperlakukanku sebagaimana mestinya. Adegan-adeganku juga terlalu penting
sehingga tidak bisa ditinggalkan di lantai kamar editing hanya supaya Woltz bisa menyingkirkanku. Ia
tidak bisa merusak film yang bernilai sepuluh juta dolar. Jadi sekarang semuanya tergantung pada
pendapat orang-orang seberapa bagus diriku dalam film itu."
Hagen berkata hati-hati, "Apakah memenangkan Oscar begitu penting bagi karier
aktor, atau itu hanya tetek-bengek publikasi yang sebenarnya tidak berarti sama sekali?" Ia berhenti
bicara sebentar dan menambahkan ragu-ragu, "Kecuali, tentu saja, kemenangannya, setiap orang
menyukai kemenangan."
Johnny Fontane tersenyum padanya. "Kecuali Godfather. Kecuali kau. Tidak, Tom,
Oscar bukan sekadar untuk publikasi. Oscar bisa membuat aktor bertahan sepuluh tahun. Ia
bisa memilih sendiri perannya. Publik ke bioskop
untuk melihatnya. Memang itu bukan segalanya, tapi bagi aktor, itu hal yang
paling penting dalam bisnis. Bukan karena aku aktor besar, tapi karena aku mula-mula dikenal sebagai
penyanyi dan peran itu sempurna sekali. Dan aku juga cukup baik, jelas."
Tom Hagen mengangkat bahu dan berkata, "Godfather mengatakan padaku bahwa
mengingat keadaan sekarang, kau tidak punya peluang memenangkan hadiah itu."
Johnny Fontane marah. "Sialan, apa maksudmu" Film itu dipotong pun belum,
apalagi diputar. Don bahkan tidak berkecimpung dalam bisnis perfilman. Mengapa kau terbang sejauh
tiga ribu mil hanya untuk mengatakan tahi kucing itu?" Ia begitu terguncang sehingga hampir
menangis. Hagen berkata cemas, "Johnny, aku tidak tahu sedikit pun tentang film. Ingat,
aku hanya pesuruh Don. Tapi kami sudah membicarakan seluruh urusanmu ini berkali-kali. Ia mencemaskan
dirimu, mencemaskan masa depanmu. Ia merasa kau masih memerlukan pertolongannya dan ia
ingin menyelesaikan masalahmu untuk selamanya. Itulah sebabnya aku di sini sekarang,
untuk mengusahakan agar segala sesuatu berjalan lancar. Tapi kau harus mulai dewasa,
Johnny. Kau harus berhenti memikirkan dirimu sebagai penyanyi atau aktor. Kau harus mulai
memikirkan dirimu sebagai
penggerak utama, pria yang memiliki kekuatan."
Johnny Fontane tertawa dan mengisi gelas. "Kalau aku tidak memenangkan Oscar,
kekuatanku sama seperti kekuatan putriku. Suaraku sudah hilang; kalau aku memperoleh kembali
suaraku, aku bisa bertindak. Ah, persetan. Bagaimana Godfather tahu aku tidak akan memenangkannya"
Oke, aku percaya ia tahu. Ia tidak pernah keliru."
Hagen menyulut sebatang cerutu kecil. "Kami mendapat kabar bahwa Jack Woltz
tidak mau menggunakan uang studio untuk mendukung pencalonanmu. Bahkan ia mengatakan pada setiap orang yang
memiliki hak suara bahwa ia tidak menginginkan kau menang. Tapi menahan uang untuk iklan dan
segalanya mungkin akan berhasil. Ia juga mengatur agar seseorang mendapat sebanyak mungkin
suara yang mestinya mendukungmu. Ia bisa menggunakan segala jenis penyuapanpekerjaan, uang,
pelacur, apa saja. Dan ia berusaha melakukannya tanpa merugikan filmnya atau kalaupun merugi,
pasti hanya pada batas seminimal mungkin."
Johnny Fontane mengangkat bahu. Ia mengisi gelasnya dengan wiski dan
menenggaknya habis. "Kalau
begitu riwayatku tamat."
Hagen memerhatikan dengan mencibir. "Minum tidak menolong suaramu," katanya.
"Persetan kau," kata Johnny.
Wjaah Hagen tiba-tiba berubah pasif tanpa perasaan. Lalu ia berkata, "Oke,
kuanggap semua ini masalah bisnis semata."
Johnny Fontane meletakkan gelas dan melangkah ke hadapan Hagen. "Maafkan katakataku, Tom," katanya. "Ya Tuhan, aku sangat menyesal. Kulampiaskan kemarahanku padamu karena
aku ingin membunuh Jack Woltz keparat itu dan aku takut mengatakannya pada Godfather. Aku
jadi jengkel padamu." Mata Johnny berkaca-kaca. Ia melemparkan gelas wiski kosong ke dinding,
tapi tenaganya begitu lemah hingga gelas yang berat itu bahkan tidak pecah dan menggelinding
kembali ke dirinya. Johnny memandangi gelas itu dengan marah bercampur heran. Lalu ia tertawa. "Ya
Tuhan," katanya. Ia melintasi ruangan dan duduk di seberang Hagen. "Asal kau tahu, lama sekali
aku dapat berbuat sesuka hati. Lalu kuceraikan Ginny dan segalanya mulai merosot. Aku
Dendam Empu Bharada 30 Goosebumps - Manusia Serigala Rawa Demam Memburu Manusia Makam Keramat 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama