Tangled Karya Emma Chase Bagian 5
Dan dia masih menatap keluar jendela saat aku berjalan keluar.
*** Jangan khawatir - pertunjukan belum selesai. Aku masih punya
beberapa trik tersembunyi yang siap dipakai, dan aku selalu
menyimpan yang terbaik untuk yang terakhir. Kalian pasti tidak akan
mau ketinggalan yang satu ini.
Aku langsung menuju ke meja Erin. "Aku ingin kau menghubungi
toko bunga lewat telepon. Dan katering. Juga membuat janji temu
untukku - malam ini - dengan desainer interior yang kita bicarakan
kemarin." Dia mengangkat telepon dan menghubungi. "Aku sedang
melakukannya." Ya, kubilang desainer interior. Kalian tidak tahu buat apa, kan"
Ini grand final. Langkah Kemenanganku.
Kalian akan lihat nanti. Saat malam Minggu. *** *Ringling Brothers: perusahaan sirkus terkenal di Amerika
Bab 26 Lihat cowok gagah nan tampan memakai celana panjang dan kemeja
hitam dengan lengan tergulung setengah" Orang yang menata piring
porselen di atas meja"
Itulah aku. Drew Evans. Well, tidak lagi. Bukan diriku yang dulu. Ini adalah diriku yang baru
dan ditingkatkan. Ini adalah DAK. Bisakah kalian tebak apa
kepanjangannya" Setengah wanita di kota ini akan memberikan
payudara kirinya untuk menjadi diriku sekarang. Aku sudah bertekuk
lutut. Terobsesi. Jatuh cinta. Tapi hanya ada satu wanita yang mampu memposisikan aku di sini.
Sekarang aku hanya perlu menunjukkan padanya bahwa aku akan
tetap tinggal. Aku belum melihatnya selama dua hari. Dua hari yang
panjang dan menyiksa. Tidak separah seperti kejadian tujuh hari itu,
tapi nyaris. Omong-omong, lihatlah ke sekeliling ruangan. Bagaimana menurut
kalian" Apa ada yang kurang"
Bunga-bunga segar menutupi seisi ruangan. Aster putih. Dulu
kupikir melihat bunga aster akan mengingatkan Kate tentang
Warren, tapi aku sekarang tidak khawatir soal itu. Aster putih adalah
bunga favorit Kate, jadi bunga itu hanya cocok di sini. Suara Bocelli
mengalun lembut pada sound system. Lilin menerangi ruangan.
Ratusan lilin - di dalam dinding kaca.
Kalian tidak bisa melewatkan lilin. Lilin membuat semua orang
terlihat lebih baik. Lilin membuat segalanya berbau lebih enak.
Tok-tok-tok. Itu pasti Kate. Tepat waktu. aku mengamati ruangan sekali lagi. Ini
dia. Pertandingan Super Bowl-ku. Pertandingan final. Dan semuanya
sudah siap. Aku siap. Sangat siap. aku menghembuskan napas
panjang. Dan membuka pintu.
Dan kemudian aku tidak bisa bergerak. Aku tidak bisa berpikir.
Bagaimana dengan bernapas" Itu bukan salah satu pilihan.
Rambut hitam Kate disanggul tinggi di atas kepalanya. Sulur elegan
menyentuh lehernya, membelai titik di mana aku pernah
menghabiskan waktu selama berjam-jam mengigitnya belum lama
ini. Gaunnya berwarna merah tua - mengkilap - mungkin dari bahan
satin. Gaun Kate tergantung oleh tali halus yang melintasi bahunya
dan turun ke bawah punggungnya. Ujung gaun bagian bawah
berhenti di atas lutut, memamerkan kaki mulusnya inci demi inci.
Dan sepatunya...Demi Tuhan...Kate memakai sepatu dengan hak
yang sangat tinggi, dihubungkan oleh tali hitam rumit yang diikat di
bagian belakang pergelangan kakinya.
Ketika aku sudah mampu mengucapkan kata-kata, suaraku serak.
"Adakah cara agar kita bisa menegosiasi ulang persyaratan dilarangmemegangpantat" Karena aku harus memberitahumu, kau memakai
gaun itu" Ini akan sulit (keras)."
Dan itu bukan satu-satunya kesulitanku, jika kalian mengerti
maksudku. Dia tersenyum dan menggeleng. "Semua ketentuan masih berlaku."
Aku mundur saat Kate berjalan masuk, melihatku melalui sudut
matanya. Perhatikan wajahnya lebih cermat. Lihat bagaimana
matanya berubah menjadi gelap" Bagaimana ia menjilati bibir tanpa
menyadarinya" Seperti singa betina yang baru saja melihat seekor
rusa di rerumputan yang tinggi.
Kate suka dengan apa yang dilihatnya. Dia ingin memujiku. Dia
ingin mengucapkannya, tapi dia tidak mau. Ini adalah Kate yang
sedang kita bicarakan di sini. Kate pasca kekacauan akibat ucapanpenghinaanyang-kusesali. Meskipun sudah terjadi kemajuan
untukku, dia masih defensif. Sulit percaya. Waspada.
Tidak apa-apa. Aku tidak tersinggung. Matanya menjelaskan
segalanya padaku apa yang tidak mau dia katakan.
Aku membawa Kate ke ruang tamu, dan dia menggigit bibirnya saat
bertanya, "Jadi, kita mau kemana?"
Kemudian dia berhenti mendadak ketika melihat lilin. Bunga-bunga.
Dan meja sempurna yang ditata untuk dua orang.
Kukatakan dengan lembut, "Kita sudah ada di sini."
Dia memandang ke sekeliling ruangan. "Wow. Ini...sangat cantik,
Drew." Aku mengangkat bahu. "Ruangan ini bagus. Kau yang cantik."
Dia tersipu. Dan ini menakjubkan.
Aku ingin menciumnya. Sangat ingin.
Kalian pernah kehausan" Benar-benar kehausan" Seperti di siang
musim panas dengan suhu tigapuluh tujuh derajat celcius hingga
kalian tak punya cukup ludah di mulut bahkan untuk menelan" Kini
bayangkan seseorang menaruh segelas air es di depanmu. Dan kalian
dapat melihatnya, dan bayangkan betapa sempurna air es itu rasanya
- namun kalian tidak bisa menyentuhnya. Dan pasti tidak bisa
meminumnya. Keadaan itu mirip seperti yang sedang kualami sekarang.
Aku mengalihkan pandanganku menjauh dari wajah Kate dan
menyerahkan segelas anggur merah. Lalu aku meneguk anggurku
sendiri. "Apa yang terjadi dengan jarimu?" Dia menunjuk pada plester luka
yang menutupi empat dari sepuluh jariku.
"Gara-gara jamur. Bajingan kecil seperti sepon itu tidak
menghargaiku saat diiris."
Dia terlihat kaget. "Kau memasak?"
Aku berencana membawa Kate ke restoran. Yang terbaik di kota ini.
Tapi Kate segalanya tentang kualitas, ingat" Dan kupikir dia akan
lebih menghargai usahaku dibanding segala masakan koki gourmet
yang bisa mereka sajikan.
Aku tersenyum. "Aku punya banyak bakat. Kau hanya pernah
melihat segelintir."
Dan pernyataan ini mungkin masih benar. Karena aku belum pernah
memasak sebelumnya. Yang mana mengingatkanku - Martha Stewart1" Dia idola baruku.
Serius. Dulu aku berpikir segala hal yang dilakukannya hanyalah
lelucon. Siapa orangnya yang menjadi miliarder dengan
menunjukkan kepada penonton cara melipat serbet makan dengan
benar" Tapi itu dulu. Sebelum aku benar-benar mencoba untuk
menggunakan oven atau mengatur meja.
Sekarang Martha adalah seorang dewi. Seperti Buddha. Dan jika
resepnya membantuku menyelesaikan ini" Aku akan menyembah
kaki gemuk bersandalnya setiap hari sepanjang sisa hidupku.
Kate dan aku duduk di sofa.
"Jadi...bagaimana kabar di kantor?" Tanyaku.
Dia meneguk anggur dan mengusap kerutan yang sebenarnya tidak
ada di pakaiannya. "Bagus. Keadaan berjalan baik. Kau
tahu...tenang." "Dengan kata lain, kau bosan setengah mati tanpaku."
"Tidak. Hariku berjalan...produktif. Aku sudah menyelesaikan
banyak hal." Aku mencibir. "Kau merindukanku."
Dia mendengus. "Aku tidak bilang begitu."
Dia tidak perlu mengatakannya.
"Ayolah, Kate, aku sudah bersumpah untuk jujur di sini. Cukup adil
kalau kau melakukan hal yang sama." Aku membungkuk. "Tatap
mataku dan katakan kau tidak memikirkan tentang aku - sama sekali
- dalam beberapa hari terakhir."
"Aku - " Buzzzzz...buzzzzz...buzzzzz.
Makan malam sudah siap. Kate meneguk lagi anggur dari gelasnya.
"Kau harus mengeluarkannya, Drew. Jangan sampai nanti gosong."
Dan Kate diselamatkan oleh bel.
Untuk sementara. *** Ayam Marsala yang kubuat terlihat unik...sekarang setelah keluar
dari oven dan ada di atas piring kami.
Kuakui, sebenarnya ini sangat menakutkan.
Alis Kate berkerut saat ia mendorong gumpalan berwarna cokelat
seperti dia sedang membedah katak di kelas biologi. "Apa kau
mencampur tepung dengan air sebelum memasukkan adonannya?"
Air" Martha tidak mengatakan apa pun tentang air. Dasar jalang.
"Kau tahu, Drew, beberapa masakan terbaik dalam sejarah kuliner
terlihat menjijikkan. Penyajian tidak diperhitungkan terlalu banyak.
Semuanya tentang rasa."
"Benarkah?" Dia mengambil garpu, dan mengambil napas dalam-dalam. "Tidak.
Aku hanya berusaha membuatmu merasa lebih baik."
Aku menatap piring. "Terima kasih atas usahanya."
Sebelum kate menggigitnya, Aku mengulurkan tangan ke seberang
meja dan menahan tangannya. "Tunggu. Aku yang coba lebih dulu."
Dengan begitu, jika makanan ini membuatku jatuh pingsan seperti
makan ikan buntal, setidaknya salah satu dari kita masih sadar untuk
memanggil 911. Ditambah, kalau aku dirawat di rumah sakit, kurasa
ada peluang besar Kate akan kasihan dan mau bercinta denganku.
Dan jangan berpikir sedetik pun aku akan menolaknya. Dalam
sekejap aku akan menerimanya.
Aku mencoba tidak bernapas melalui hidung ketika menggigitnya.
Kate menatapku. Saat aku mengunyah.
Kemudian aku pelan-pelan mulai tersenyum. "Lumayan."
Dia tampak lega. Bahkan mungkin sedikit bangga. Dia menggeser
garpu ke bibirnya. Kemudian mengangguk. "Benar-benar enak. Aku
kagum." "Ya - Aku sering mendengarnya."
Sepanjang makan, percakapan kami mengalir dengan ringan.
Nyaman. Aku menjaga topik pembicaraan tetap aman. Kami bicara
tentang kliennya baru, hubungan Matthew dan Delores yang sedang
berkembang, dan tingkah konyol tanpa akhir para politikus yang
terjadi di Washington DC.
Untuk hidangan penutup, aku menyajikan stroberi dan krim. Stroberi
adalah favorit Kate. Aku mengetahuinya dari Lost Weekend kami.
Awalnya, aku memilih untuk membuat kue stroberi. Tapi kalian
tidak ingin tahu bagaimana hasil akhirnya. kurasa bahkan Matthew
pun tidak mau memakannya. Ketika Martha mengatakan aduk terus,
dia tidak main-main. Sementara kami menikmati sajian terakhir, aku menyinggung hadiah
untuk Mackenzie pada Natal mendatang.
Kate tertawa. Tidak percaya. "Kau tidak sungguh-sungguh mau
membelikan Mackenzie kuda poni, kan?"
"Tentu saja aku sungguh-sungguh. Dia seorang gadis kecil. Setiap
gadis kecil harus punya kuda poni."
Kate meneguk anggurnya. Kami sudah menghabiskan setengah botol
kedua. "Dan aku akan membeli salah satu kereta kuda seperti yang ada di
Central Park. Dengan begitu kudanya bisa mengantar dia ke
sekolah." "Ini New York City, Drew. Dimana mereka akan memeliharanya?"
"Mereka punya kondominium lima kamar. Dua kamar yang dipenuhi
dengan sampah tak berguna milik Alexandra. Kurasa mereka bisa
membersihkan satu kamar dan membuatkan ruangan untuk kuda
pony." Dia menatapku dengan ekspresi datar. "Ruangan untuk kuda pony?"
"Ya. Kenapa tidak?"
"Bagaimana caranya mereka membawa masuk ke lantai mereka?"
"Lift barang. Semua bangunan tua memilikinya."
Dia duduk menyandar di kursinya. "Well, kau sudah memikirkan
segalanya, bukan?" Aku meneguk minumku. "Aku selalu melakukannya."
"Sudahkah kau memikirkan tentang metode apa yang akan kakakmu
pakai untuk membunuhmu?"
"Aku yakin dia akan mengejutkanku. Maukah kau membelaku ketika
dia mencobanya?" Kate menyentuh gelas anggurnya dan melirik ke arahku dibalik bulu
mata panjangnya. "Tidak mau, Pony Boy. Alexandra lebih besar
daripada aku. Kau sendirian."
Aku meletakkan tanganku di jantungku. "Aku hancur."
Dia tak percaya. "Kau akan bisa melupakannya."
Tawa kami memudar menjadi senyuman rileks. Dan aku puas hanya
untuk memperhatikan Kate sejenak. Dia juga menatapku.
Kemudian dia berdeham dan berpaling. "Ini CD yang bagus."
Dia membicarakan musik yang sudah bermain sebagai pengiring
selama beberapa jam terakhir.
"Aku tidak bisa menerima semua pujian. Teman-teman membantuku
membakarnya." Seperti sudah direncanakan, lagu "I Touch Myself" oleh Divinyls
mengalir dari speaker. "Jack yang memilihkan lagu ini."
Kate tertawa, dan aku berdiri dan menekan tombol pemutar CD,
mengganti lagunya. "Dan karena Kemungkinan besar aku hanya punya waktu hidup
beberapa minggu - " Aku mengulurkan tangan kearah Kate " dapatkah aku berdansa denganmu?"
Sebuah lagu baru mengisi ruangan: "Then" oleh Brad Paisley. Aku
sebenarnya tidak suka musik country, tapi Brad cukup keren. Dia
seorang pria sejati, bahkan untuk seorang penyanyi.
Kate meraih tanganku dan berdiri. Lengannya melingkari leherku.
Dan tanganku memegang pinggangnya - aku berusaha untuk tidak
meremas. Dengan lembut, kita mulai bergoyang.
Aku menelan ludah saat matanya yang bulat dan gelap menatapku
tanpa frustrasi, marah atau sakit hati. Matanya sepenuhnya hangat,
seperti cokelat cair. Dan lututku menjadi lemas. Tanganku bergerak
keatas menelusuri tulang punggungnya sampai ke belakang
kepalanya. Kate menyandarkan pipinya dan meletakkan kepalanya
di dadaku. Dan aku menarik tubuh Kate kearahku semakin dekat semakin erat. Aku ingin memberitahu kalian seperti apa rasanya. Dapat
memeluknya lagi. Bisa melingkarkan lenganku di tubuhnya,
akhirnya, dan tubuh Kate menekan tubuhku.
Aku ingin mengatakannya, tapi aku tidak bisa.
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena tidak ada kata - dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya yang penggambarnya bahkan mampu mendekati apa yang kurasakan
saat ini. Aku menghirup aroma bunga manis dari rambutnya. Kalau racun
dalam kamar gas berbau seperti Kate maka setiap terpidana mati
akan meninggal dengan senyum di wajahnya.
Kate tidak mengangkat kepalanya saat ia berbisik, "Drew?"
"Mmmm?" "Aku ingin kau tahu...Aku memaafkanmu...atas apa yang kau
ucapkan waktu itu di kantormu. Aku percaya padamu, bahwa kau
tidak bermaksud begitu."
"Terima kasih."
"Dan, kalau diingat lagi, aku sadar tidak membantu memperbaiki
situasinya. Aku seharusnya mengatakan sesuatu,
memberimu...kepastian tentang bagaimana perasaanku...sebelum aku
pergi bicara dengan Billy. Aku minta maaf kalau aku tidak
melakukannya." "Aku menghargainya."
Dan kemudian suaranya berubah - menjadi lebih rendah.
Sedih. "Tapi itu tidak mengubah apa pun."
Ibu jariku menyapu bolak-balik melintasi kulit telanjang lehernya.
"Tentu saja tidak. Itu mengubah segalanya."
Dia mengangkat kepalanya. "Aku tidak bisa melakukan ini
denganmu, Drew." "Ya, kau bisa melakukannya."
Kate menatap dadaku saat mencoba menjelaskan. "Aku punya
tujuan. Aspirasi. Aku telah bekerja keras untuk tujuan itu berkorban demi tujuan itu."
"Dan aku ingin melihat kau mencapai tujuanmu, Kate. Aku ingin
membantu mewujudkan impianmu jadi kenyataan. Setiap tujuan."
Kate mendongak. Dan matanya memohon sekarang - memohon
pengertian. Memohon belas kasihan.
"Ketika Billy putus denganku, aku sangat sedih. Sungguh
menyakitkan. Tapi aku mampu untuk terus maju. Aku tidak berhenti.
Sedangkan denganmu...keadaannya berbeda. Ini...lebih dalam. Dan
aku tidak terlalu bangga untuk mengakui bahwa jika tidak berhasil,
aku takkan mampu memulihkan diri dan melanjutkan hidupku. Kau
bisa...Kau bisa menghancurkanku, Drew."
"Tapi aku tidak akan melakukannya."
Aku mengelus pipinya. Dan Kate menyandarkan pipinya ke
tanganku. "Aku tahu seperti apa rasanya menganggap bahwa aku telah
kehilanganmu, Kate. Dan aku tak pernah ingin merasakan seperti itu
lagi. Aku pria yang tahu apa yang diinginkannya, ingat" Dan aku
menginginkanmu." Kate menggeleng perlahan. "Kau menginginkanku malam ini. Tapi
bagaimana - " "Aku ingin kau malam ini, dan aku akan menginginkanmu besok
dan hari berikutnya. Dan sepuluh ribu hari setelah itu. Bukankah kau
sudah membaca tulisan yang ada di langit?"
"Kau mungkin akan berubah pikiran."
"Aku mungkin bisa disambar petir. Atau mungkin dimakan ikan hiu.
Dan keduanya jauh lebih mungkin terjadi padaku dibandingkan hari
ketika aku tidak lagi menginginkanmu. Percayalah."
Dan kurasa itu masalahnya, bukan"
Kate memandangku selama beberapa saat, lalu pandangannya jatuh
ke lantai. Lagunya berakhir. Dan dia mulai menarik diri. "Maafkan
aku, Drew. Aku...tidak bisa."
Aku mencoba untuk bertahan. Seperti seorang pria yang tenggelam
mencengkeram pelampungnya.
"Kate..." "Aku harus pergi."
Tidak tidak tidak tidak tidak. Aku kehilangan Kate.
"Jangan lakukan ini."
Matanya mengeras seperti lava cair saat mendingin menjadi batu
hitam. "Waktumu sudah hampir habis. Malam ini indah. Tapi..."
Ini tidak mungkin terjadi. Ini seperti pertandingan football saat
receiver tim kalian gagal menangkap bola padahal masih tertinggal
tiga poin dengan sisa waktu hanya dua puluh detik. Kate berbalik
menghadap pintu. Tapi aku meraih lengannya dan memaksa Kate
untuk menatapku. Suaraku terdengar putus asa. Karena memang
begitu. "Tahan dulu. Kau tidak bisa pergi sekarang. Ada satu hal lagi yang
harus kutunjukkan padamu. Beri aku sepuluh menit lagi. Kumohon,
Kate." Lihatlah wajahnya. Sekarang.
Kate ingin tetap berada disini. Tidak - Kate ingin aku
meyakinkannya untuk tetap disini. Memberi dia alasan untuk percaya
padaku lagi. Dan jika ini tidak berhasil, tidak ada apa pun di dunia
ini yang bisa berhasil. "Oke, Drew. Sepuluh menit lagi."
Aku menghembuskan napas panjang. "Terima kasih."
Aku melepaskan lengannya, meraih syal sutra hitam dari kursi dan
mengangkatnya. "Kau tidak boleh melepas syal ini sampai aku
memberitahumu, oke?"
Wajahnya diliputi rasa curiga. "Apa ini semacam seks yang aneh?"
Aku terkekeh. "Tidak. Tapi aku suka cara pikirmu."
Dia memutar matanya ke langit-langit tepat sebelum aku
menutupinya dengan syal, dan dunia yang dia kenal berubah menjadi
gelap. *** Bab 27 Setiap rekanan baru di Evans, Reinhart and Fisher boleh
mendekorasi ulang kantor mereka. Kami bukan satu-satunya
perusahaan dengan kebijakan semacam itu. Ini merupakan upaya
yang bagus. Membuat karyawan merasa nyaman, seperti mereka
memiliki sebagian dari perusahaan. Pilihan warna cat dan pola
furnitur bukannya tak terbatas - tapi di perusahaan seperti tempat
kami bekerja, pilihan warnanya cukup banyak. Begitulah aku
mendapat inspirasiku. Bagaimana caranya aku bisa tahu apa yang
Kate suka. Kate tidak suka motif bunga, dan aku bersyukur kepada Tuhan
karenanya. Dia menyukai motif garis-garis, paisley, dan warna tanah.
Kalau kalian tanya, kenapa aku mengatakan ini" Apakah ada
hubungannya dengan sesuatu"
Kalian ingat the Bat Cave, bukan" Kantor di rumahku. Anak
sulungku. Kawasan khusus pria" Well, ruangan itu sekarang
mengalami pergantian jenis kelamin. Tidak, ini tidak terlalu akurat.
Lebih mirip hermaprodit sekarang.
Perhatikan. Aku menyalakan lampu dan membawa Kate ketengah ruangan. Lalu
aku membuka syalnya. Matanya melebar. "Oh, my..."
Dinding yang dulu berwarna merah anggur sekarang berwarna biru
tua. Sofa kulit Inggris tinggal sejarah. Sebagai gantinya ada dua sofa,
bergaris-garis warna coklat hangat dan biru tua sama seperti
dindingnya. Mejaku digeser ke kiri - untuk menyediakan ruang bagi
meja kayu cherry yang lebih ringan yang ada di sebelahnya,
berdampingan, seperti pengantin pria dan wanita di hari pernikahan.
Jendela lebar di belakangnya di bingkai dengan tirai berbahan kain
yang sama seperti sofanya. Dan meja poker masih di sudut ruangan.
Tapi sekarang di atasnya ada penutup keras berwarna cokelat - untuk
menyangga pot tanaman berdaun lebar. Aku tidak biasanya
memelihara tanaman. Bakatku soal tanaman sama buruknya seperti
Morticia Addams1. Tapi penata interior mengatakan perempuan
menyukai tanaman. Suatu omong kosong tentang naluri memelihara.
Cukup menakjubkan apa yang bisa kalian selesaikan dalam waktu
singkat ketika kalian punya penata interior bersama para karyawan
yang siap kalian gunakan dan uang tidak jadi masalah, bukan" Tapi
sungguh menyebalkan menggantung tirainya. Aku melakukan
semuanya sendiri - ingin menambahkan beberapa sentuhan pribadi.
Dan selusin kali aku hampir saja membuat batang tirainya
menembus jendela sebelum akhirnya mampu membereskannya.
Aku memperhatikan wajah Kate dengan cermat. Tapi aku tidak bisa
memahami apa yang sedang dipikirkannya. Wajahnya kosong.
Tertegun. Seperti saksi mata suatu pembunuhan ganda.
Aku menelan ludah. Dan mulai mengucapkan kata-kata terpenting
dalam hidupku: "Aku menonton lagi film The Notebook."
Aku masih menganggap film itu sangat gay.
Namun... "Aku mengerti sekarang. Kenapa Noah menempatkan ruang seni
bersama untuk Allie. Itu bukan karena Noah banci, itu karena dia
tidak punya pilihan. Allie tercipta untuknya. Tidak peduli apa pun
yang Noah lakukan, takkan pernah ada orang lain kecuali Allie. Jadi
yang bisa dia lakukan adalah menyusun ruangan dan berharap
kepada Tuhan bahwa suatu hari Allie akan muncul untuk
menggunakannya. Dan itu sangat mirip bagaimana perasaanku
padamu. Jadi aku melakukan ini - " Aku menunjuk di sekitar
ruangan " - karena aku menginginkanmu dalam hidupku, Kate.
Secara permanen." Matanya tertuju padaku. Berlinang air mata.
"Aku ingin kau pindah kesini bersamaku. Setiap malam aku ingin
terlelap dengan rambutmu ada di wajahku. Aku ingin terbangun
memelukmu setiap pagi. Aku ingin kita menghabiskan seluruh akhir
pekan tanpa pakaian sama sekali. Aku ingin punya pertengkaran
yang bersih dan seks yang kotor setelah itu."
Kate tertawa pada kalimat terakhirku. Sebutir air mata diam-diam
tergelincir di pipinya. "Aku ingin bicara denganmu sampai matahari terbit, aku ingin
membawakanmu sereal ke tempat tidur setiap hari Minggu. Aku
ingin bekerja berjam-jam lamanya di kantor ini, tapi hanya kalau kau
ada di sampingku." Suara Kate nyaris seperti bisikan. "Seperti kemitraan" Pembagian
fifty-fifty?" Aku menggeleng. "Tidak. Bukan fifty-fifty. Kau tidak hanya
mendapatkan setengah dari diriku. Kau mendapatkan semuanya.
Seratus persen." Kate menghela napas dalam-dalam. Dan menggigit bibirnya. Melirik
ke arah mejanya. Lalu wajahnya menjadi kendur.
"Dari mana kau mendapatkannya?"
Ini foto pernikahan orangtuanya.
"Aku mencuri foto itu dari kantormu dan mengkopinya saat kau
makan siang." Dia menggeleng perlahan. Dan menatap kembali ke arahku. Dengan
kagum. "Aku tidak percaya kau melakukan semua ini."
Aku berjalan mendekat. "Kutahu kau baru saja putus sedangkan aku
belum pernah pacaran. Dan kutahu aku seharusnya mengatakan
kalau kau belum siap, itu tidak masalah. Aku akan bersabar dan
menunggu. Tapi...kalau aku mengucapkan kata-kata itu...Aku pasti
bohong. Karena...aku bukan jenis pria yang mau menunggu. Aku
jenis pria yang lebih suka menghadapi kesulitan tanpa rasa takut,
tetap mengejarmu sampai kau menyerah atau berubah menjadi gila."
Dia terkekeh lagi. "Jadi kalau ini tidak cukup, kalau kau memerlukan sesuatu yang
lebih - beritahu aku. Tidak peduli apa pun itu, aku akan
melakukannya. Untukmu."
Ketika aku selesai, Kate hanya berdiri di sana. Menatapku.
Dia menjilat bibir dan menyeka matanya. "Aku punya beberapa
syarat." Aku mengangguk waspada. "Tidak boleh bohong. Aku serius, Drew. Ketika kau mengatakan
sesuatu padaku, aku harus tahu bahwa itu yang sebenarnya. Bahwa
kau tidak punya maksud tersembunyi."
"Oke." "Dan tidak ada wanita lain. Kurasa aku cukup berani di tempat tidur
ketika bersama denganmu, tapi aku monogami. Aku tidak tukar
pasangan. Aku tidak melakukan Threesome."
Tidak masalah. Kejantananku hanya tertarik pada Kate.
"Aku juga. Well, kau tahu, tidak lagi. Maksudku...setuju."
Dan kemudian Kate tersenyum. sangat menyilaukan. Mempesona.
Sungguh berpijar. Kate melangkah ke arahku. "Well, Mr. Evans...sepertinya kau sudah
memperoleh merger." Itu saja yang perlu kudengar.
Aku bergerak seperti pegas yang sudah sangat lama dikokang terlalu
kencang. Dan sebelum Kate bisa mengambil napas, aku sudah
memeluk erat tubuhnya - menahannya, mengangkat Kate dari
kakinya. Mulut kami terkunci seperti dua magnet. Kate mencengkeram
kemejaku. Dan lidahku meluncur ke dalam mulutnya yang telah
menunggu. Ya Tuhan. Rasa bibirnya - ingatanku sangat tidak memadai. Aku
merasa seperti mantan pecandu kokain yang kembali kecanduan dan
tak pernah ingin berhenti.
Tangan kami saling meraba. Eksplosif. Membakar.
Burn, baby, burn. Bibirku mengisap di sepanjang rahangnya. Kate memiringkan kepala
untuk memberiku lebih banyak ruang, dan aku menyerang lehernya.
Dia terengah-engah. Kami berdua terengah-engah. Aku memegangi
rambutnya, memerangkapnya agar tidak bergerak. Tangan Kate di
dadaku, meluncur ke rusuk dan pinggangku. Aku tak tahu bagaimana
caranya dia membuka kemejaku. Aku hanya senang dia
melakukannya. Jemariku bergerak menuruni punggung kearah ujung
gaunnya. Lalu tanganku meluncur di bawah gaun Kate, menangkup
pantat mulusnya yang dan kencang.
Dia pasti memakai celana dalam thong.
Aku memijat dan meremas, menekan pinggul kami bersama. Bibir
Kate menggantikan tangannya, bergerak turun melintasi dadaku.
Dan aku mulai benar-benar kehilangan kendali. Dengan kedua
tangan kuraih bagian belakang gaunnya dan menyentak - merobek
gaun Kate hampir menjadi dua. Mirip seperti Incredible Hulk.
"Aku akan membelikan yang baru, sumpah."
Gaunnya melorot sampai pinggang. Dan dada telanjang kami
menempel satu sama lain. Ya ampun! Aku merindukan ini. Bagaimana mungkin aku pernah
melewatkan satu jam - apalagi berhari-hari - tanpa merasakan
tubuhnya seperti ini" Sungguh terlalu lama.
"Ya Tuhan, Drew."
Tangannya di punggungku sekarang. Menggaruk dan meremas.
Mulutku di telinganya, menuntut, "Apa pun celana dalam yang kau
pakai, akan aku simpan." Aku berlutut, memberikan ciuman panas di
antara payudara dan turun ke perutnya.
Kate terengah-engah. "Itu bisa jadi masalah."
"Kenapa?" Aku menarik turun gaunnya sampai ke lantai. Kemudian aku terpana
- terpesona - pada selangkangan telanjang Kate.
"Karena aku tidak memakai apapun."
Kejantananku merintih kesakitan. Lalu aku mendongak ke arahnya.
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau selalu berkomando untuk pertemuan bisnis dengan temantemanmu?"
Dia tersipu malu. "Kurasa aku berharap kau akan mengubah
pendirianku." Untuk sesaat, aku tercengang. Dia menginginkan ini. Sama parahnya
seperti diriku. Dan aku membuang-buang waktu dengan makan
ayam Marsala - ketika aku seharusnya bisa saja memakan milik
Kate. Ya Tuhan. Sial. Tanpa banyak bicara, aku melakukannya dengan sangat antusias.
Seperti balita merasakan lezatnya kue ulang tahun pertamanya. Aku
menenggelamkan wajahku - lidahku - ke kewanitaannya. Miliknya
terasa hangat dan lezat seperti gula cair di atas roti kayu manis, tapi
lebih manis. Lutut Kate menjadi goyah, tapi aku mengukuhkan tanganku di
punggungnya lalu menggeser kakinya di atas bahuku. Kemudian aku
berbaring di lantai sehingga Kate mengangkangi wajahku.
Seperti yang kuimpikan setiap malam.
Kate menggeliat dan terengah-engah di atasku. Tanpa malu-malu.
Dan aku melahapnya seperti orang kelaparan. Rintihannya semakin
tinggi. Lebih nyaring. Tangannya menggapai ke belakang. Membelai
kejantananku dari balik celana.
Kalian pernah dengar tentang ejakulasi dini" Well, jika Kate tidak
segera berhenti membelaiku, kalian akan segera melihatnya.
Aku menarik tangannya dan menjalin jemari kami bersama. Kate
menggunakannya untuk tumpuan saat ia memutar pinggulnya,
menggosok miliknya yang indah di atas mulutku. Dia bergerak
sekali, dua kali...kemudian orgasme. Meneriakkan namaku dengan
terputus-putus. Kate menarik napas dalam-dalam ketika orgasmenya mereda. Lalu
meluncur turun di sepanjang tubuhku sampai bibir kami sejajar.
Kami berciuman. Buas dan kasar. Menggunakan seluruh lidah dan
gigi. Tanganku menerobos rambutnya, menarik rambutnya hingga
tergerai. Pinggulnya menggesek kejantananku, dan cairan basahnya
merembes melalui celanaku.
"Persetan, Kate. Aku akan klimaks begitu keras."
Aku hanya berharap milikku di dalam dirinya ketika klimaks.
Kate memutar lidahnya di sekitar putingku sebelum berkata,
"Celana, Drew. Lepas."
Pinggulku terangkat dari lantai saat aku mengoyak kancing
celanaku. Aku berhasil mendorong celana dan boxerku sampai ke
lutut, tapi aku sudah kehilangan akal untuk melepas celanaku
sepenuhnya. Aku meraih pinggul Kate dan menurunkannya. Dan kejantananku
meluncur dengan mudah ke dalam dirinya.
Ya Tuhan. Kami membeku - wajah kami hanya berjarak beberapa mili - napas
kami berat dan berbaur. Aku terus menatap matanya. Kemudian dia
bergerak. Secara perlahan. Menarik kejantananku hampir
sepenuhnya keluar - sebelum merangsek turun kembali. Kepalaku
terjatuh, dan kelopak mataku tertutup.
Ini sangat sempurna. Surgawi.
Tanganku terentang di pinggul kate. Membantunya bergerak.
Mencengkeram cukup keras hingga mungkin membuat pinggulnya
memar. Kemudian dia duduk dengan tegak, melengkungkan
punggung sampai rambutnya menyentuh lututku. Aku memaksa
mataku terbuka, sangat ingin melihatnya. Kepalanya mendongak
kebelakang, payudaranya terangkat tinggi, dan bibirnya terbuka saat
rintihan euforia dan kata-kata tak masuk akal meluncur keluar.
Kalian pasti pernah membaca berita tentang foto telanjang istri dari
seorang pria tolol yang bocor ke Internet" Aku belum pernah
melakukannya. Tapi sekarang aku ingin melakukannya. Karena jika sekarang aku
memegang kamera pasti sudah memencet tombolnya seperti
paparazi yang panik. Untuk mengabadikan momen ini. Untuk
mengingat bagaimana Kate terlihat sekarang. Karena dia terlihat luar
biasa. Lebih menakjubkan daripada maha karya di museum Louvre
- lebih menakjubkan dibanding gabungan semua Tujuh Keajaiban
Dunia. Kate bergerak lebih cepat, lebih keras. Dan aku merasa tekanan
mulai terbangun di bagian bawah perutku.
"Ya, Kate. Tunggangi aku...ya seperti itu."
Payudaranya memantul bersama setiap dorongan. Menghipnosis.
Aku tidak tahan untuk segera merasakannya. Aku duduk dan
mengisap salah satu ujungnya dengan mulutku, membasahi dan
menjentik puncak runcingnya dengan lidahku. Dia menjerit saat
kakinya membungkus punggungku - menarikku lebih erat menggesek klitorisnya di sepanjang happy trail-ku.
Kate sudah dekat. Kami sangat dekat. Tapi aku tidak menginginkan
ini berakhir. Belum saatnya.
Jadi aku menggulingkan Kate di bawah tubuhku, menahan belakang
kepalanya dengan kedua tangan, melindunginya dari lantai kayu,
saat aku berbaring di atas tubuhnya. Paha Kate terbuka lebar
menyambutku, dan aku mendorong semakin jauh di dalam dirinya.
"Oh Tuhan...oh Tuhan..."
Suara benturan tubuh kami dan suara desahan Kate mengisi ruang
seperti simfoni erotis. The New York Philharmonic orchestra tidak
ada apa-apanya dibanding kami.
"Oh Tuhan! Oh Tuhan!"
Aku tersenyum saat aku meningkatkan kecepatan, "Aku yang sedang
bercinta denganmu, baby."
Tentu, aku sedang jatuh cinta, tapi ini masih tetap aku.
"Drew...Drew...ya...Drew!"
Jauh lebih baik. Kalian mengira sekarang aku akan mulai memuntahkan ungkapan
manis, tolol dan memuakkan, bukan" Maaf sudah membuat kalian
kecewa. Selain itu, aku suka kata bersetubuh. Kata ini menyiratkan panas
pada tingkat tertentu. Gairah. Dan kata ini spesifik. Kalau saja
Kongres bertanya pada Bill Clinton apakah dia bersetubuh dengan
Monica Lewinski, tidak akan ada pertanyaan tentang apa sih yang
sedang mereka bicarakan, benar, kan"
Toh, tidak jadi soal apa yang kalian ucapkan ketika sedang
bersetubuh. Atau bagaimana kalian melakukannya. Pelan dan lembut
atau cepat dan keras - perasaan di balik itu yang membuatnya
menjadi punya arti tertentu. Perasaan itu menjadikan bercinta
bermakna segalanya. Ya Tuhan, apakah aku sudah mendapat pencerahan" Tidakkah kalian
bangga padaku" Seharusnya kalian bangga.
Aku menekuk lengan dan melahap bibirnya dalam ciuman yang
kasar. Kemudian menjilat menuju bahunya dan terbawa suasana saat
ini, aku menggigitnya. Tidak cukup keras untuk melukai kulitnya
tapi dengan tekanan yang cukup untuk mengirim Kate terbang
melintasi tepian lagi. Aku meluruskan lengan sehingga bisa melihatnya. Kate melonjak
sekali lagi sebelum menjadi kaku dan mengetat di bawahku. Kuku
jari kakinya yang di cat sempurna melengkung di udara saat
orgasme. Ototnya meremasku dengan keras dari pangkal sampai ke
ujung, seperti tangan yang memeras pasta gigi dengan putus asa dari
bawah ke atas, meremas sampai tetes terakhir.
Kepalaku mendongak dan mataku tertutup saat aku menggeram dan
mengutuk. Aku tak berdaya seperti sebutir pasir dalam cengkeraman
gelombang tsunami. Kenikmatan menghantam dari setiap pori-pori
tubuhku saat aku klimaks dengan kekuatan bagaikan geyser.
Menakjubkan. Kami terbawa gelombang ekstasi bersama sampai kami berdua
kehabisan napas. Kemudian aku ambruk di atas tubuhnya. Pipiku
menempel di belahan payudaranya, perutku di antara pahanya. Dan
beberapa detik kemudian, tangan Kate mengelus punggungku
sebelum meluncur ke bawah tulang belakangku dengan cara yang
sangat menenangkan. Aku menangkup wajah Kate dan menciumnya. Perlahan-lahan
sekarang. Malas. Matanya yang bulat menatapku. Tapi tak satu pun
dari kami yang bicara. Kami tak perlu melakukannya.
Kemudian aku merasakannya.
Pernahkah kalian melihat kuda pacuan setelah dipinggirkan untuk
sementara waktu" Aku pernah. Ketika kuda pacu itu kembali ke
lintasan, seakan ada api yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah
mereka. Kuda itu hanya bisa terus berlari - putaran yang tak
terhitung jumlahnya - ber mil-mil sekaligus.
Kalian mengerti arah pembicaraan ini"
Aku berguling sehingga Kate sekali lagi ada di atasku, lututnya
mengangkangi pinggulku, kepalanya bersandar di dadaku. Kami
benar-benar harus pindah ke tempat tidur - lantai ini begitu keras.
Tapi, sekali lagi, kejantananku juga begitu keras. Dan ini yang lebih
diutamakan. Kate mengangkat kepala dengan mata terbelalak. "Lagi?"
Aku mengangkat alis. "Kita telah kehilangan banyak waktu yang
berkualitas akhir-akhir ini. Rupanya kejantananku ingin menebus
setiap detik yang terbuang. Kau mau lagi?"
Aku memutar pinggulku, dan Kate hanya sedikit mengerang.
Kuanggap itu sebagai tanda setuju.
*** 28 - Tamat Akhirnya, kami berhasil mencapai tempat tidur.
Beberapa jam dan tiga kali orgasme kemudian. Kami berbaring
berdampingan saling berhadapan. Berbagi bantal. Bantal itu.
"Katakan lagi."
Ini kesepuluh kalinya dia bertanya padaku. Tapi aku tidak keberatan.
Aku akan mengatakannya sampai wajahku membiru jika dia
menginginkanku. "Aku mencintaimu, Kate."
Dia menghela nafas. Kedengarannya puas. "Aku akan akan sangat
lengket dan butuh banyak perhatian untuk beberapa minggu ke
depan. Kau harus bersiap."
"Aku akan tidak nyaman dan mudah cemburu. Itu akan berhasil."
Ada senyuman dalam suaranya. "Kau bilang padaku kau tidak akan
cemburu." Aku mengangkat bahu. "Aku pun bilang padamu aku tidak akan
membohongimu lagi." Tangannya menyisir melalui belakang rambutku dengan lembut.
"Kapan kau tahu?"
Aku tersenyum. "Pertama kali kau membiarkan aku memasukimu
tanpa pengaman." Dia menarik rambutku. Keras.
"Ow! Ya Tuhan!"
Suaranya sangat jengkel. Seperti seorang ibu yang memergoki
anaknya mengambil kue terlarang untuk kesepuluh kalinya.
"Drew. Itu terdengar sangat tidak romantis."
"Kau tidak berpikir begitu?"
Aku menemukan kekuatan untuk mengangkat kepalaku. Dan
kemudian turun pada putingnya yang sudah mengeras. Aku
menghisapnya, menggoda dengan gigiku, sebelum perlahan-lahan
melepaskannya dengan suara pop.
"Karena kebetulan aku berpikir klimaks di dalam dirimu sangat,
sangat romantis." Ketika aku memberikan perlakuan yang sama pada puting lainnya,
dia terengah-engah. "Ini adalah poin yang bagus."
Aku tertawa. "Memang, sayang."
Merebahkan kepalaku kembali, aku menarik ujung jariku di atas
lengannya, terpesona oleh merinding yang muncul saat aku
melakukannya. "Bukannya kau mau bertanya kapan ketika aku mengetahuinya?"
Dia bertanya. "Kapan kau tahu apa?"
Dia berguling telungkup. Dan rambutnya menyebar ke bahunya,
mencapai kulit rusukku. Menggelitikku seperti bulu. Ini merangsang.
Sensual. Dan dengan cara seperti itu. Aku siap untuk
melanjutkannya lagi. Edward Cullen dapat meminum kekasihnya dan over dosis
karenanya. Kate adalah Viagra pribadiku sendiri.
"Ketika aku tahu bahwa aku jatuh cinta padamu."
Apakah kalian memperhatikan bahwa Kate belum membalas ucapan
"aku mencintaimu" dariku" Tentu saja aku memperhatikan. Tapi
seperti yang pernah kubilang - aku mencoba tidak terlalu percaya
pada kata-kata. Tindakan memberitahu kalian lebih banyak. Dan
setiap gerakan Kate memberitahuku bahwa kita berpikir dengan cara
yang sama. Namun, aku agak penasaran.
"Kapan?" Dia membungkuk ke depan dan mencium mataku...pipiku...dan
kemudian ujung hidungku sebelum memberikan satu ciuman yang
manis di bibirku. Kemudian dia bersandar kebelakang. "Apakah kau
ingat hari itu di kantorku" Setelah Billy dan aku putus, dan aku
menangis?" Aku mengangguk. "Aku seharusnya sudah hancur - untuk sesaat. Tapi kemudian kau
masuk, dan lenganmu memelukku. Dan aku tidak pernah ingin kau
melepaskanku. Ini seperti apa yang aku selalu butuhkan, segala
sesuatu yang kuinginkan. Ada di sana di depanku. Dan pada saat
itulah aku tahu. Entah bagaimana kau menghisapku, aku benar-benar
jatuh cinta padamu." Dia tertawa lembut. "Aku begitu takut..."
Aku yakin. "...karena sedikitpun aku tak pernah berpikir kau merasakan hal yang
sama." Aku mengusapkan ibu jariku pada bibir bawahnya yang indah, "Aku
sudah mengalaminya, Kate. Hanya saja aku belum menyadarinya."
Dia tersenyum dan merebahkan kepalanya di atas bantal. Suaranya
lembut dan tulus. "Ya. Terkadang kau bisa menjadi begitu tolol."
Apakah kalian berpikir dia akan mengatakannya" Aku juga tidak.
"Permisi?" Dia mengangkat alis dengan sombongnya. "Aku hanya mengatakan,
jika kau melihat sejarah kita - "
Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, aku sudah menindihnya di
bawahku, punggungnya di dadaku. "Itu kata-kata tantangan, Kate."
Jemariku perlahan turun pada tulang rusuknya. Dengan cara yang
menyiksa. Dia mulai menggeliat, dan pantatnya menggesek
kejantananku. Sangat menyenangkan. "Tarik kata-katamu."
"Tidak." Jemariku bergerak lembut dan cepat di atas kulitnya. Menggelitiknya
tanpa ampun. "Bilang, Drew Evans adalah seorang dewa. Dewa yang jenius dan
brilian." Dia melonjak dan memekik, "Drew! hentikan! hentikan!"
Aku tidak berhenti. "Memintaku secara baik-baik dan mungkin aku
akan menghentikannya. Memohonlah padaku."
Dia tertawa bahkan sambil berteriak, "Takkan pernah!"
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kalian tahu apa yang orang katakan tentang tidak pernah, bukan"
Oh ya - ini akan menjadi sangat menyenangkan.
*** Dia memohon. Apakah kalian punya keraguan" Kemudian dia berada di atasku, dan
giliran akulah yang memohon.
Sekarang aku merebahkan kepalaku di kaki Kate. Memijatnya.
Kepalanya di atas pahaku. Mau tahu bagaimana kami bisa berakhir
dalam posisi seperti ini" Tidak - aku akan membiarkan kalian
menggunakan imajinasimu sendiri.
"Jadi, apa yang sudah Alexandra katakan padamu?" Aku bertanya
padanya. "Mmmm?" Aku bersandar dengan sikuku dan menyangga kepala dengan
tanganku jadi aku bisa melihat wajah Kate. Dia terlihat benar-benar
lelah. Kehabisan energi. Dipakai habis-habisan. Ini terlihat sangat
bagus untuknya. "Hari itu, di kantormu, sebelum kau setuju untuk kencan denganku.
Kau terlihat berbeda. Lebih...mudah untuk menerima. Apakah
Alexandra mengancammu?"
Dia terkekeh setengah mengantuk dan memaksakan matanya
terbuka. "Tidak. Tidak ada ancaman. Dia mengatakan padaku untuk
berpikir dengan cara seorang wanita profesional. Melihatmu seperti
sebuah spekulasi bisnis. Bahwa setiap investasi memiliki risiko. Tapi
aku harus mempertimbangkan terhadap imbalannya. Dia
mengatakan bahwa berdasarkan performa terkini, kau adalah resiko
yang layak diambil."
Strategi yang bagus. Seharusnya aku memikirkan itu.
"Aku harus mengiriminya bunga."
Tangannya mengusap pahaku. "Tapi ini bukan alasan yang
meyakinkanku untuk memberimu kesempatan kedua."
Alisku berkerut. "Bukan?"
"Bukan." "Kalau begitu apa?"
Kate memutar tubuhnya sampai kepalanya bersandar di dadaku. Dan
tidak ada ruang bernafas diantara kami.
"Mackenzie." "Bagaimana dia melakukannya?"
"Dia bercerita padaku bagaimana kau membawanya ke Central Park
musim panas lalu. Dan seorang bocah laki-laki melemparkan pasir
kearahnya." Aku ingat hari itu. Aku hampir saja menawari uang lima puluh dolar
pada anak umur enam tahun untuk menendang bocah nakal itu.
"Kemudian bocah itu datang padanya dan mengatakan ia minta
maaf." Tapi Mackenzie tidak yakin jika dia ingin bermain dengan
bocah itu lagi. Dan Mackenzie bilang bahwa kau memberitahunya
terkadang anak laki-laki melakukan hal yang bodoh. Dan sering kali
mereka melakukan hal-hal bodoh. Jadi, sekali-kali dia harus berbelas
kasihan pada mereka. Dan jika mereka bilang mereka menyesal, dia
harus memberinya kesempatan kedua. Bukan kesempatan
ketiga...keempat...tapi kau bilang padanya bahwa setiap orang
berhak mendapatkan kesempatan kedua." Dia berhenti dan tertawa.
"Dan kemudian kau memberitahu Mackenzie jika bocah itu
mengulanginya lagi dia harus menendang selangkangannya."
Semua gadis harus tahu bagaimana cara membela diri. Tendangan
yang terarah akan berguna setiap saat.
Itu cukup menakjubkan. Bukankah begitu" Kalau bukan karena
keponakanku yang sempurna, kami sekarang mungkin tidak ada di
sini. "Mungkin aku harus membelikannya dua kuda poni."
Kate tersenyum. Matanya menatapku dengan cara yang sekarang aku
dambakan. Seperti aku berarti segalanya untuknya.
"Kau tidak punya naluri melindungi diri, bukan?"
Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak. Tidak pada saat ini. Aku
terlalu fokus pada...persetubuhan."
Kate menaruh lututnya pada pinggulku. "Aku akan membuatmu
begitu bahagia, Drew Evans."
Lenganku memeluk tubuhnya semakin erat. "Kau sudah
melakukannya. Setelah ini" Surga akan menjadi sesuatu yang sangat
mengecewakan." Aku menundukkan kepalaku dan menciumnya. Itu adalah ciuman
basah lambat dan indah. Dia balas menciumku. Seperti dia tidak
pernah ingin menghentikannya. Dan kalian tahu"
Ini benar-benar sesuai untukku.
*** Jadi, begitulah. Terima kasih sudah mengikuti perjalanan kami. Tapi
kalian harus benar-benar pergi sekarang. Jangan lagi mengintip
kehidupan seksku. Karena, ingat ketika aku mengatakan bahwa
semua pria berbicara tentang seks kepada teman-teman mereka"
Well, kami memang melakukannya.
Tapi tidak ada pria yang bicara kepada teman-temannya tentang seks
dengan pacarnya. Tidak pernah.
Apakah kalian sungguh berpikir aku akan membiarkan seseorang
bermasturbasi mendengarkan apa saja yang kulakukan pada Kate"
Atau apa yang dia lakukan padaku" Sama sekali tidak.
Jadi, ini saatnya kalian harus pergi. Bukan dengan cara yang
fantastis, tentu saja. Memang sayang sekali.
Namun...Setelah semua poin-poinnya yang telah kuberikan pada
kalian. Kurasa sepertinya aku berhutang kata-kata bijak. Sebuah
pelajaran. Sesuatu yang berarti. Jadi inilah:
Jangan berasumsi. Bahkan jika kalian berpikir sudah tahu segalanya.
Bahkan jika kalian yakin bahwa kalian memang benar. Segera
konfirmasi. Segala kata-kata klise tentang berasumsi" itu sangat
tepat. Dan jika kalian tidak berhati-hati, itu bisa berakibat
mengorbankan hal yang terbaik yang pernah terjadi pada kalian.
Dan satu hal lagi - jangan menjadi terlalu nyaman. Ambil
kesempatan. Jangan takut untuk berterus terang. Bahkan jika kalian
bahagia. Bahkan jika menganggap kehidupan kalian sudah
sempurna. Karena aku pernah punya kehidupan seperti itu. Kehidupan yang
kucintai. Itu konsisten. Menyenangkan.
Dapat diandalkan. Aman. Dan kemudian suatu malam. Seorang gadis cantik berambut hitam
datang. Menghancurkan Kehidupanku untuk selamanya. Sekarang
hidupku berantakan. Dalam cara yang baik. Jaring raksasa dari dari
pertengkaran dan berbaikan yang tak terduga. Frustasi dan
kelembutan. Kejengkelan dan kasih sayang. Nafsu dan cinta.
Tapi tidak masalah. Selama Kate Brooks dan aku terjerat di jaring
yang sama denganku" Well, aku tak bisa membayangkan sesuatu yang lebih baik daripada
ini. The End Assume: Make an ASS out of U and Me ;)
Bonus Scene 1: The Bitch Strike Back (Kate POV)
Pria suka film Star Wars. Bukan dengan cara yang sama seperti
wanita menyukai film Titanic atau The Notebook - aku menangis
tiap kali aku menontonnya. Tapi Star Wars berbeda bagi para pria.
Ini bukan sekedar hiburan.
Mereka mempercayainya. Ini adalah buku pegangan mereka, Alkitab mereka. Rupanya, semua
rahasia kehidupan dapat ditemukan di dalam film-film George
Lucas. Setidaknya dalam tiga film pertama. Menurut Drew, tiga film
terakhir "Sangat jelek."
Kami sekarang sedang menonton Star War Episode V: The Empire
Strikes Back. Drew dan aku telah tinggal bersama selama lebih dari sebulan. Tapi
rasanya seperti sudah lama. Kalian tahu saat melakukan highlight
pada rambut kalian" Dan hanya setelah satu atau dua hari kalian
tidak bisa ingat bagaimana penampilan kalian sebelumnya" Tak bisa
membayangkan saat rambut kalian tidak sehidup dan seberagam
warna seperti sekarang ini" Sangat mirip seperti itu.
Di sanalah kami - di atas lantai, meringkuk di bawah tumpukan
bantal dan selimut, makan popcorn - sementara Han Solo akan
segera di bekukan di dalam Carbonite. Oh, dan Mackenzie juga di
sini. Alexandra dan Steven meminta kami untuk mengawasinya sore
ini. "Aku tidak mengerti."
Tatapan Drew tidak lepas dari layar plasma. "Apa yang tidak kau
mengerti?" Aku duduk saat aku jelaskan padanya. "Pria itu kemungkinan besar
akan mati, dan wanita yang dia dambakan selama ini akhirnya
mengatakan kepadanya bahwa dia mencintainya - dan apa yang dia
katakan" Aku tahu" Ucapan macam apa itu?"
Drew terlihat benar-benar terkejut. "Uh...hal terbesar dalam sejarah
sinematografi?" "Kenapa dia tidak mengatakan bahwa dia juga mencintainya?"
Drew duduk tegak, memberiku perhatian penuh. Bersiap untuk
memberi pelajaran tentang seluk-beluk logika kaum pria.
"Karena dia Han Solo. Dia adalah pria paling dingin segalaksi. Dia
tidak harus mengatakan dia mencintainya - lihat semua yang telah
dia lakukan untuknya. Wanita itu seharusnya sudah tahu."
Khas cowok. Aku menggeleng dan menatap kearah Mackenzie, yang
duduk di antara kami. "Ketika kau jatuh cinta, pilihlah seorang
cowok seperti Luke."
Drew sangat tersinggung. "Tidak. Tidak mungkin..."
"Dia manis. Berani tapi sensitif."
"Luke itu pria cengeng yang menyebalkan sampai Return of the
Jedi." Mackenzie meraih kalkulatornya dan menambahkan sepuluh dolar
ke dalamnya. Apakah kalian tidak melihat Stoples Omongan Jorok
yang duduk di atas meja tamu" Ya - itu hampir penuh. Aku bilang
Drew seharusnya membelikan dia Ferari sekarang. Pada saat
Mackenzie sudah cukup umur untuk mengendarainya,
perhitungannya sudah impas.
"Kalau kau memutuskan ingin menikah, Mackenzie - suatu hari
nanti - harusnya kau memilih pria seperti Han."
Mackenzie memalingkan kepalanya dari Drew kearahku, seperti dia
menonton pertandingan tenis Wimbledon.
"Dia mementingkan diri sendiri dan egois. Selalu bersembunyi
dalam pesawat penjelajahnya - "
"Namanya Millennium Falcon." Drew menginterupsi.
Aku mengabaikan koreksinya. "Dia jelas seorang playboy! Mata
keranjang. Kenapa kau ingin Mackenzie bersama orang seperti itu?"
"Koreksi: ia seorang mata keranjang. Sampai dia bertemu Leia. Dia
mengubahnya. Dan Mackenzie - seperti Leia - akan menjadi
perempuan yang pintar, kuat dan berkuasa. Mackenzie akan
memakan orang lemah seperti Luke untuk sarapan. Han, disisi lain,
akan mengimbanginya. Tetap memuaskannya."
Dia menyeringai - dengan cara yang membuat perutku menegang saat ia menambahkan, "seperti kita."
Aku tersenyum menggoda. "Tapi aku tak pernah puas. Aku selalu
ingin lebih." Suara Drew merendah penuh arti. "Kalau begitu, kurasa aku harus
bekerja lebih keras lagi."
Dan hanya begitu saja kami sudah berada di pulau nafsu. Sudah
biasa - ini sering terjadi. Tatapan kami terkunci, dan mulut kami
tersedot satu sama lain. Tidak khawatir tentang Mackenzie; tidak ada
yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Drew sangat senang dengan PDA (pamer kemesraan). Karena ketika
berurusan dengan kasih sayang - dan segala sesuatunya, dalam hal
ini - dia tidak sabaran dan manja. Jadi jika ia ingin menyentuhku,
menciumku" Dia melakukannya. Dan dia benar-benar tidak peduli
siapa yang ada disekitar kami pada saat itu.
Ini bisa sangat menggairahkan - atau menjadi luar biasa frustasi,
tergantung keadaan. Sebelum bibir kami bersentuhan, telepon berdering. Dan kepala
pirang Mackenzie menyela diantara kami.
"Aku akan mengangkatnya."
Alexandra mengatakan akhir-akhir ini Mackenzie benar-benar suka
menjawab telepon. "Kediaman Evan-Brooks?"
Enak didengar, bukan"
Mackenzie mendengarkan, lalu berbalik pada Drew. "Paman Drew,
itu penjaga pintu. Dia bilang ada paket untukmu."
"Katakan padanya tandatangani saja untukku, aku akan
mengambilnya nanti."
Dia menurut. Lalu ia mendengarkan lagi dan berkata, "Dia
mengatakan barangnya tidak bisa-tahan-lama."
Alis Drew berkerut, bertanya-tanya bagaimana bisa. "Okay. Katakan
padanya untuk mengirimnya ke atas."
Drew menjeda filmnya. Sebelum ia berdiri, dia mengambil tanganku
dan menciumnya lembut. Dan matanya berjanji nanti memberikan
lebih. Ini adalah pertama kaliannya kami berpakaian saat akhir pekan. Dan
meskipun aku menyayangi Mackenzie, bohong kalau aku
mengatakan aku tidak berharap untuk suatu aktivitas non G-rate
nantinya. Ya - namaku adalah Kate. Dan aku adalah seorang
pecandu seks yang baru diindoktrinasi.
Tapi ayolah. Lihatlah pria itu. Bisakah kalian menyalahkanku"
Drew membuka pintu, dan seorang pria berseragam mengulurkan
sebuah clipboard sebelum menggeser kotak kardus besar - dengan
lubang diatasnya - melalui pintu. Drew menandatangani, melihat ke
bawah pada kotak, dan menendangnya dengan kakinya. "Apa yang
ada di - " Sebelum ia bisa menyelesaikan ucapannya, paduan suara-suara
muncul dari dalam kotak. Meong. Mackenzie ternganga saat ia berjalan ke depan. "Kedengarannya
seperti anak kucing!" Dia membuka tutup kotaknya. "Benar. Sekotak
penuh anak kucing!" Memang benar. Aku berdiri dan mengintip kedalam. Ada delapan
anak kucing, tepatnya. Drew terlihat menuduh pada sang pengirim. "Apa-apaan ini?"
"Ini adalah anak kucing angkat Anda."
"Apa?" Kitten Man memeriksa clipboard. "Drew Evan, bukan?"
Dia mengangguk. "Anda mendaftar menjadi orangtua angkat binatang. Ini dibawah
perawatan Anda selama empat sampai enam minggu berikutnya."
Drew sudah menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mendaftar untuk
omong kosong ini. Aku benci kucing - mereka itu hewan peliharaan
setan. Kitten Man mengulurkan Drew clipboard. "Itu bukan apa yang
tertulis di sini." Pada saat ini Mackenzie mendekat dan membelai kotak yang berisi
binatang berbulu dan mengeong. Dan aku menutup mulutku agar
tidak tertawa. Apakah kalian sudah mengetahuinya"
"Aku akan membunuh Alexandra. Aku bersumpah demi Tuhan. Aku
akan menjadi anak tunggal saat hari ini berakhir!"
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat itulah aku mulai tertawa. Keras. Saat aku bertanya padanya,
"Apa yang kau harapkan" Kau mengirim hewan ternak ke
kondominiumnya di Natal pagi."
"Ini adalah hadiah! Kalau yang ini benar-benar kejam!"
Drew mengembalikan clipboard kembali ke Kitten Man. "Bawa
mereka pulang. Ada kesalahpahaman. Mereka tak bisa tinggal."
Kitten Man terlihat kecewa. "Sayang sekali. Tanpa Anda, binatang
mungil ini akan di eutanasia pada akhir hari."
Mata biru besar dan bulat menatap kearah Drew.
"Apa artinya eufanasia, paman Drew?"
Drew melihat wajah mungil sedihnya selama sekitar lima detik. Lalu
ia menundukkan kepalanya sebagai tanda menyerah. "Terkutuk."
Aku tersenyum pada Mackenzie. "Ini artinya anak-anak kucing itu
boleh tinggal, sayang."
"Horeeeee!" Mackenzie mulai mengambil mereka keluar dari kotak
satu persatu. Kitten Man berbalik pergi. "Selamat berlibur. Tuhan memberkati
Anda." Drew cemberut. "Ya, ya. Selamat tahun baru yang menyebalkan."
Lalu ia menendang pintu hingga tertutup.
"Aku akan menamaimu Nala, kau Simba, kau Fluffy dan kau
Muffy... Dan aku akan memanggilmu Drew Junior! Dia mirip seperti
Paman Drew. Bukankah begitu, Tante Kate?"
Oh yeah! Aku sudah menjadi Tante Kate. Betapa hebatnya ini"
"Tepat. Dia sangat tampan dan tampak cerdas juga, bukankah begitu
Drew?" Dia masih cemberut. "Yeah. Fantastis. Hey, aku punya ide - mari
kita bawa Drew Junior dan teman-temannya ke Sungai Hudson dan
melihat apakah mereka bisa berenang?"
Aku berjalan ke arah pacarku. "Kau tak ingin melakukannya."
Dengan Mackenzie masih fokus pada anak-anak kucing itu, aku
menyelipkan tanganku di bawah T-shirt Drew dan mencakar kukuku
di atas otot perutnya. Itu mendapatkan perhatiannya.
"Kenapa tidak?"
Aku menjaga suaraku tetap rendah. "Tidak. Karena menyelamatkan
hewan tak berdaya membuatku benar-benar...panas."
Drew mengangkat alisnya. "Seberapa panas?"
Aku menjilat bibirku. Ia memperhatikan.
"Sangat panas. Aku mungkin akan membutuhkanmu untuk
mendinginkanku dengan...es batu...atau whipped cream..."
Dia meletakkan kedua tangannya di pinggulku dan menarikku ke
depan. "Mmm. Mungkin...anak-anak kucing ini punya makna yang
bagus." Aku tersenyum dan mengangguk. Dan kemudian bibir kami
menyatu. Aku melingkarkan kedua lenganku di lehernya, dan kakiku
meninggalkan lantai saat Drew mengangkatku.
Sesaat sebelum lidahnya keluar untuk bermain, Mackenzie berteriak.
"Paman Drew! Simba pipis di atas karpet!"
Drew mendesah. Dan menekan dahinya terhadap dahiku.
"Aku akan mengirim tagihan pada Si Menyebalkan ketika karpet ini
sudah bersih. Tidak...lebih baik...aku akan menggantinya. Itu akan
menjadi balasan setimpal untuknya (menggigit pantatnya)."
Aku tidak ingin dia terlalu fokus pada perang dengan kakak
perempuannya. Tidak ketika ada begitu banyak lainnya - yang lebih
menyenangkan - sesuatu yang bisa dia fokuskan.
"Biarkan saja, Drew. Dan setelah Mackenzie pergi, kau bisa
menggigit pantatku sebagai gantinya."
Dia tertawa. Dan menggigit telingaku.
"Kau benar. Itu jauh lebih menyenangkan."
*** Extra Scene 2: The Honeymoon's Over
Endorfin: zat kimia dalam otak yang mempengaruhi perasaan
nyaman atau euforia. Itu adalah alasan kenapa kami tetap kembali ke gym untuk berolah
raga dengan keras. Itu adalah alasan kenapa bahkan pria yang paling
kaku sedunia bisa tertidur setelah berhubungan seks. Mereka juga
bertanggung jawab untuk fenomena kecil yang sering di sebut
sebagai Masa Bulan Madu. Kalian tahu apa yang kubicarakan. Ini adalah awal dari sebuah
hubungan asmara - ketika segalanya adalah manis dan ringan. Setiap
orang berperilaku sebaik mungkin.
Pria tidak buang angin, wanita tidak akan makan.
Atau, jika mereka tidak bisa mencegahnya, bahkan kebiasaan
terburuk tampak seperti sesuatu yang paling menggemaskan sejak
sitkom Punky Bewster sialan itu. Mendengkurnya yang lucu,
menggigit kukunya yang menyenangkan.
Manusia bukan satu-satunya yang menjalani Masa Bulan Madu. Ini
adalah pengalaman antar spesies. Bahkan, tanpa itu hiu akan punah.
Tahu kan, hiu adalah predator alami. Mereka akan makan apapun termasuk anak-anak mereka sendiri.
Tepat setelah melahirkan, otak induk hiu dibanjiri endorfin,
membuatnya mengalami semacam koma oleh bergembira. Hal ini
memberikan kesempatan kepada anak hiu sekitar sepuluh menit
untuk berenang menjauh. Karena kalau anak hiu itu masih ada di sekitar induknya ketika
bangun" Dia adalah makan siangnya.
Yang membawa kita ke karakter universal dari Masa Bulan Madu.
Akhirnya, itu berakhir. *** "Hei, Kate?" Sekarang Sabtu sore. Matthew dan Steven datang berkunjung. Kami
berada di ruang tamu. Menonton pertandingan.
"Kate!" Dan kami butuh bir. Pasti, dia berada di kantor sedang bekerja, tapi pertandingan Yankees
sedang berlangsung. Dan aku seorang anak New York - lahir dan di
besarkan di sini. Yang berarti hanya ada dua tim yang aku suka:
Yankees dan tim manapun yang melawan Boston Red Sox.
"KAAATE!" Dia muncul di pintu masuk ke ruangan. bersedekap, pinggulnya
miring. Dia mengenakan gaun terusan pendek dengan pola bunga
seksi dan kancing di bagian depan agar mudah dibuka. Aku memuja
orang yang merancang gaun itu.
Suaranya kesal. "Apaan sih, Drew?"
Aku melemparnya sebuah senyuman. "Hei babe...bisakah kau
ambilkan kami beberapa bir dari kulkas?"
Binatang adalah makhluk non verbal. Seekor anjing betina tidak bisa
mengatakan pada anjing jantan; 'setubuhi aku sekarang, aku ingin
memiliki anak-anakmu'. Jadi, anjing betina mengangkat pantatnya di
udara. Sekarang, jika anjing jantan salah membaca sinyalnya" Jika
anjing jantan melompat ke anjing betina sebelum pantatnya
terangkat" Si anjing jantan mungkin bolanya akan di gigit.
Wanita sangat mirip binatang bertaring - atau anjing betina, jika
kalian ingin mengoreksi terminologinya - dan Tuhan akan
membantu pria yang salah membaca sinyal.
Kita akan membicarakan itu nanti.
Sedangkan sekarang, ketika Kate mengangkat satu alisnya padaku,
Aku tahu dia minta penjelasan. Aku menunjuk ke arah TV. "Jeter
akan mengalahkan rekor memukul sepanjang masa."
Dia mendesah. Menenangkan diri. "Okey." Lalu dia pergi menuju
dapur. Beberapa menit kemudian dia kembali dengan tangan yang penuh
dengan botol bir. Dia memberikan satu pada Matthew.
"Thanks, Kate."
Dan satu untuk Steven. "Terima kasih."
Dan satu untukku. Aku meneguk. Dan aku tersentak. "Ah, Ini
sehangat air kencing." Dan aku menyerahkan kembali padanya.
"Aku baru saja mengeluarkannya dari kulkas."
Tatapanku masih tertuju pada pertandingan. Aku menggerakkan
pergelangan tanganku, mengusirnya kembali ke dapur. "Kau harus
mengambilnya dari kulkas paling belakang. Di situlah bir yang
dingin...Ayolah, A-Rod! Berhentilah memikirkan urusan yang lain
dan kembali ke pertandingan!"
Dan kita harus berhenti di sini sebentar.
Ingat anjing-anjing yang aku bicarakan tadi" Isyaratnya" Sementara
aku sedang menonton TV, aku melewatkan segelintir isyarat itu.
Lihatlah: Steven tersenyum, nyaris tertawa. Setelah semua hukuman yang dia
terima dari kakak perempuanku selama bertahun-tahun, ia memiliki
sifat yang cukup sadis ketika berurusan dengan orang lain yang
mendapat siksaan. Lalu ada Matthew. Hanya Tuhan yang tahu jenis hukuman
menyakitkan dan terkutuk macam apa yang telah Delores jatuhkan
pada bajingan malang itu, karena dia terlihat ketakutan.
Kate, di sisi lain, menatap kearah tanganku seperti seekor kecoak.
Bahwa dia ingin melumatnya. Dan kemudian dia mendapat ide - ide
indah yang mengerikan. Jika kalian melihat dengan cermat, kalian
dapat melihat bola lampu menyala di atas kepalanya. Dia tersenyum
dan meninggalkan ruangan.
Aku melewatkan semua ini pada awalnya.
Beberapa menit kemudian, Kate kembali membawa ember es penuh
berisi bir. Tidak, bukan botol bir. Hanya bir. Dia berdiri di samping
sofa, dan aku - tatapan masih pada pertandingan - mengulurkan
tangan untuk meminta minumanku. Dan dia lalu mengangkat ember
dan mengguyurkannya di atas kepala sialanku.
Byur. Aku melompat. Basah kuyup dan tersedak. "Oh Ya Tuhan!"
Dia bertanya dengan manis. "Apakah itu cukup dingin untukmu,
sayang?" Aku menyeka wajah dengan tanganku dan melotot padanya. "Apa
kau gila!" Dia balas melotot. "Tidak - dan aku juga bukan seorang pelayan!
Meskipun aku berharap kau akan menunjukkan sedikit sopan santun
kepada mereka." Matthew berdiri. "Aku akan pergi ke bar McCarthy dan menonton
pertandingan di sana."
Steven mengambil jaketnya. "Aku akan ikut denganmu."
Aku memeras bagian bawah kemejaku. "Tahan taksinya, kawan. Aku
akan segera turun." Matthew tertawa. Dan menepuk punggungku. "Pastinya, bro. Bye,
Kate." "Sampai jumpa, Kate."
Kate tidak membalas mereka. Dia terlalu sibuk mencoba
membunuhku dengan tatapan matanya.
Dan dengan begitu, Matthew dan Steven melarikan diri.
Sementara Kate dan aku menatap tajam satu sama lain.
Teng-teng. Yup - bel itu. Ronde pertama baru saja dimulai.
*** Aku memulai dengan tenang. Ketika berdebat secara lisan dengan
seorang lawan, lebih baik selalu berkepala dingin. Pilih kata-kata
kalian dengan hati-hati. Jadilah pintar.
Dan mematikan. "Apa artinya ini?"
Rupanya, Kate tidak memiliki filosofi yang sama denganku.
"Kau yang jelaskan padaku, Drew! Kenapa Matthew dan Steven bisa
mengatakan tolong dan terima kasih tapi yang aku dapatkan darimu
adalah..." Dia mengibaskan tangannya dengan acuh. Menirukan
gerakanku sebelumnya. Dan sekali lagi, aku tetap tenang. Masih basah kuyup - tapi tenang.
"Jadi, kau mengatakan padaku membuang bir yang enak dan
menghancurkan Sabtu soreku karena aku lupa akan sopan
santunku?" "Kenapa kau tidak katakan saja?"
"Kenapa tidak bisa kau katakan saja, "Hai, Drew, ucapan terima
kasih akan lebih baik" Apakah perlu menjadi seperti ratu drama
terkutuk dalam urusan ini?"
Dia bersedekap dan mencemooh, "Aku bukan ratu drama."
Aku mengangkat jari-jariku. "Dua kata, Kate: setelan Channel."
Kalian ingat, kan" Setelan yang kubelikan untuknya di Saks" Setelah
marathon seks pertama kami"
Matanya menyipit. "Tentang apa itu?"
Kedua alisku naik. "Tentang apa itu" Kau membakarnya."
Yup - dia dan Delores berbuat layaknya tunawisma dan membakar
setelan itu di tempat sampah di luar apartemen lama Kate.
Dia mengangkat bahu. "Lalu" Kau tak ada artinya bagiku. Aku ingin
memastikan segala sesuatu yang kau berikan padaku juga tidak ada
artinya." Dan itu, kawan, disebut membuktikan maksudku. Aku menyeringai.
"Aku sungguh tidak perlu mengatakan apapun lagi."
Dia memutar matanya. "Terserah. Aku tidak menyiram bir padamu
hanya karena kau lupa mengucapkan terima kasih. Aku bukan
perempuan gila menyebalkan yang cerewet dan histeris."
Benar. Dan jika itu berjalan seperti bebek dan berbicara seperti
bebek...itu disebut kuda.
Dia melanjutkan. "Ada banyak hal yang mengangguku akhir-akhir
ini." "Seperti apa?" Aku benar-benar penasaran. Sejauh yang kutahu, Kate dan aku
memiliki hubungan yang sempurna. Dan aku - tentu saja - seorang
pacar yang sempurna. "Seperti bagaimana kau tak pernah membantuku membersihkan
dapur. Setiap kali kita memasak, kau menghilang sementara aku
terjebak dengan cucian, mengeringkan dan membereskan!"
Suaraku menjadi sedikit lebih keras. Defensif. "Kau sebagian besar
yang memasak. Kupikir kau ingin mengatur dapur! Aku tidak ingin
merusak rutinitasmu."
Dan ini sebagian benar. Tapi kalau aku benar-benar jujur, aku belum
pernah melihat ayahku mencuci piring dalam hidupnya. Bahkan
mencuci sebuah sendok. Dan Steven - satu kali dia mencoba
membantu Si Menyebalkan dengan laundry" Dia marah dan
mengeluh selama seminggu tentang bagaimana Steven
menghancurkan pakaian berbahan halus lembutnya. Apapun artinya
itu. "Dan kau tak pernah mengeluh tentang hal itu sebelumnya. Jika kau
ingin bantuanku, kenapa kau tak memintaku?"
Volumenya mencapai desibel maksimal. "Kenapa aku harus
memintamu" Kau pria dewasa! Kau seharusnya sudah tahu!"
Dan itulah anak-anak. Pikiran perempuan yang terkenal.
Singkatannya: Jika kalian tak bisa membaca pikiran mereka" Kalian
dalam masalah besar. Dan untuk ketenangan yang aku banggakan" Yeah - aku membantah
dengan marah. "Well, aku tak tahu! Demi Tuhan, jangan memberiku
tali untuk menggantung diri lalu kau memotong bolaku ketika aku
benar-benar melakukan! Kau seharusnya memberitahuku!"
Kate mendorong bahuku, dan kemejaku mengeluarkan suara basah.
"Baik. Kau ingin tahu" Aku akan memberitahumu sekarang."
Terlepas dari apa yang baru saja kukatakan, tidak, aku tidak ingin
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu. Tidak ada pria yang suka dikritik. Tidak seorang pun yang
ingin diberitahu bahwa mereka mengacau. Jadi, seperti layaknya pria
yang diserang, aku melakukan serangan.
"Kau juga tidak benar-benar menyenangkan untuk tinggal bersama
sepanjang waktu." Itu menghentikan omelan kate. Alisnya sedikit berkerut. "Apa itu
maksudnya?" Sejujurnya" Aku tak tahu. Aku punya dua reaksi terhadap apapun
yang kate lakukan: dia membuatku tersenyum atau membuatku
keras. Senyum, keras, senyum, keras, senyum...keras. Biasanya
keduanya pada saat yang sama. Kalian tahu lagu "Every Little Thing
She Does Is Magic?" Ini mirip seperti itu. Segala yang dia lakukan
membuatku bergairah. Tapi aku tidak akan membiarkan dia
mengetahuinya. Ini adalah argumen pertama kami.
Menang itu penting. Aku harus membuat sebuah contoh.
Jadi, betapa jeniusnya aku. Aku memuntahkan hal pertama yang
muncul di kepalaku. "Kau suka menggigit penamu."
"Apa?" Sudah terlambat sekarang - sebaiknya kuteruskan saja. "Ketika kita
sedang bekerja di kantor. Kau menggigiti penamu. Ini menganggu.
Kedengarannya seperti sejenis marmut gila sedang mencoba
memakan dinding. Chck, chkck, chck, chck."
Dia berpikir tentang hal itu sejenak. Kemudian mengangkat bahu.
"Baik. Aku tidak akan menggigiti penaku lagi. Tapi kita tidak sedang
membicarakan tentang diriku sekarang. Kita sedang membicarakan
tentang dirimu...dan...dan bagaimana kau tidak menghormatiku."
Tunggu dulu. Aku adalah orang yang sangat terhormat. Selalu.
Bahkan untuk gadis yang bilang lakukan-denganku-sekali-danjangan-pernah-bicaradenganku-lagi - Aku adalah seorang
gentleman. "Apa yang sedang kau bicarakan" Bagaimana aku tidak
menghormatimu?" Suaranya tercekat. Menuduh. "Kau tak pernah sekalipun mengganti
gulungan tisu toilet."
Dia bercanda, kan" Serius. Katakan dia sedang main-main
denganku. "Dan bagaimana tepatnya aku tidak mengganti gulungan tisu toilet
berarti tidak menghormatimu?"
Wajahnya kosong, seperti dia terkejut bahwa aku tidak segera
memahami kegilaannya. "Well, siapa menurutmu yang menggantinya?"
"Oh...bukan aku?"
Dia Merentangkan kedua lengannya, seperti aku baru saja
mengucapkan kata-kata ajaib.
"Tepat sekali."
Aku mencubit hidungku. Mungkin jika aku menghentikan aliran
darah ke otakku, aku akan pingsan.
Dia melanjutkan, "Kau tak berpikir tentang hal itu sama sekali! Kau
hanya berasumsi, 'Oh Kate akan melakukannya. Dia tidak punya
sesutu untuk dikerjakan'..."
Aku mengangkat tanganku, memotong perkataannya. "Tidak. Tidak
- aku tidak berpikir begitu! Jika aku butuh tisu toilet dan itu ada,
aku memakainya. Jika tidak, aku berimprovisasi."
Wajahnya berkerut. "Well, itu sungguh menjijikkan."
Jadi inilah rasanya terjebak dalam pasir hisap. Kalian menendang
dan berjuang...tapi kau terus saja tenggelam.
"Kau tahu" Ok, baiklah. Kau benar. Aku akan mengganti gulungan
tisu toilet mulai sekarang. Masalah terpecahkan."
Tapi rupanya tidak. Dia bersedekap. "Aku tidak ingin seperti ini, Drew. Aku tidak ingin
kau mengganti gulungan tisu toilet karena aku meneriakimu. Aku
ingin kau punya kemauan mengganti gulungan tisu toilet."
Oke - sekarang aku mulai tertawa. Aku tidak bisa menahannya.
"Kenapa ada orang yang mau mengganti gulungan tisu toilet!"
Dia tampak tersinggung. Sangat. "Untukku. Untukku, Drew! Kau
tahu. Kebetulan aku suka melakukan sesuatu untukmu karena aku
mencintaimu. Tapi hanya jika kau menghargainya. Ketika itu hanya
menjadi...diharapkan...dan aku merasa direndahkan. Dan itu
membuatku tidak ingin melakukan sesuatu untukmu."
Bibirnya bergerak. Aku tahu dia mencoba untuk mengatakan sesuatu
padaku. Apa itu" Aku tak tahu.
"Aku bahkan tak tahu apa artinya!"
Dia menudingkan jarinya padaku. Menggerakkannya naik dan turun.
"Ya. Kau tahu! Kau hanya pura-pura tidak mengerti maksudku untuk
membuatku marah." Tidak. Aku benar-benar tidak mengerti. Karena dilihat dari
percakapan ini" Dia sudah marah.
Dan kemudian sebuah pikiran muncul dikepalaku. "Apa kau sedang
datang bulan?" Mulutnya ternganga. Dan kalian mungkin ingin melangkah mundur,
karena kupikir mungkin kepalanya benar-benar akan meledak.
Dia meraih benda terdekat yang dia bisa dijangkau - sebuah foto
dari liburan kita dua bulan yang lalu - dan melemparkannya ke
kepalaku. Dengan gaya Frisbee. Untung bagiku, sasarannya tidak
tepat. Rak di belakangku" Tidak begitu beruntung.
Brakkk. "Kenapa setiap kali wanita marah karena suatu alasan, pria selalu
menyalahkan pada PMS?"
Ayolah. Aku sudah cukup sering menerima kegilaan induksi pramenstruasi dari
Alexandra untuk mengenali tanda-tandanya.
"Oh, aku tak tahu...mungkinkah karena biasanya itu alasannya?"
Saat itulah Kate mulai memukulku.
Dengan kedua tangannya. Seperti anak TK bertengkar memperebutkan krayon warna
favoritnya. "Kau...seorang...bajingan!"
Diantara pukulan kedua dan kelimanya, kejantananku mengintip
keluar dari tempatnya persembunyiannya sejak guyuran bir untuk
mengevaluasi ulang keadaan. Untuk melihat apakah ada cara untuk
mengubah keadaan menyedihkan ini menjadi sesuatu yang...sedikit
lebih disukainya. Menurut dia ada. Jadi aku menangkap pergelangan tangan Kate dan
mendorongnya ke dinding, memegang kedua tangannya di atas
kepalanya. Terkekang - pemandangan yang bagus untuknya.
Dagunya terangkat tinggi, dan matanya menyala dengan marah.
"Aku tidak begitu menyukaimu sekarang."
Aku menyeringai. "Aku merasakannya."
Dia menggeliat dan menyentak tapi tidak bisa melepaskan diri.
Seperti ikan cantik eksotis yang tertangkap dalam jaring.
"Kau pria brengsek tidak sensitif."
Aku bersandar kedepan, menekan tubuh bagian bawah kami
bersama-sama. "Aku membencinya. Kejantananku kebetulan sangat
sensitif. Mau lihat?"
Kate sadar pada apa yang akan terjadi dan membuka mulutnya untuk
memprotes. Yang sangat tepat untukku. Aku menyambar dan
menutup bibirnya dengan bibirku. Dia mencoba untuk memalingkan
kepalanya menjauh, tapi aku mengambil dagunya dan memegangnya
erat-erat. Yang memungkinkan dia untuk membawa tangan yang
baru saja bebas dan menenggelamkannya di rambutku.
Sebelum menyentak dengan sepenuh tenaga.
Aku mengangkat bibirku dari bibirnya. "Wanita agresif. Aku
menghargai usahamu membuat sesuatu menjadi lebih menarik, tapi
itu tidak perlu." Kemudian aku mencium lehernya, menggigit dan menghisap,
berlanjut turun ke belahan dadanya. Kate menampar bahuku, tapi
tidak ada upaya nyata di baliknya. Yang berarti aku sudah
melemahkannya. "Aku masih marah padamu."
"Aku yakin kau masih marah."
Aku menempelkan hidungku di atas kulitnya, menghirup dalamdalam. Lalu aku
memasukkan satu putingnya kedalam mulutku dari balik bajunya - menghisap dengan keras.
Lihat, payudara Kate seperti tombol start. Tidak perduli seberapa
lelah atau murungnya dia, sedikit perhatian pada anak nakal itu dapat
mengubah keadaan dengan cepat.
Kepalanya membentur terhadap dinding. Dan dia mengerang,
memegang kepalaku tetap di tempat.
Kami memiliki pengapian. Aku mencengkeram lututnya dan mengangkatnya sampai ke
pinggangku, memposisikan kami, dan menggesek kearahnya. Dan
meskipun pakaianku basah, aku bisa merasakan betapa panasnya dia.
Bergairah. "Kau bajingan."
Aku tertawa. "Begitulah yang pernah kau katakan."
Aku menciumnya lagi. Lidah kami dalam pertempuran sensual
mereka sendiri. Lalu aku menyelipkan tanganku di antara kami,
turun ke celana dalamnya. Dia licin dan lembut. Sudah basah. Ketika
aku mendorong dua jariku di dalam dirinya, suaranya berubah.
Mendesah dan mengerang - tak ada sisa kemarahan yang dapat
terdengar. *** Okay, ladies - apa yang sudah kita pelajari dari contoh ini" Yang
sederhana saja. Berlapang dada tapi tidak menjebak kita dengan
sesuatu yang spesifik. Ini hanya akan membingungkan kami kaum
pria. Kau brengsek. Kau pemalas. Berhenti menjadi seperti itu.
Apapun yang disebut di atas pasti berjalan dengan baik.
Adapun Kate dan aku" Kami mengalami pertengkaran pertama sejak
hidup-bersama-dalam-dosa. Sebuah tonggak. Selamat bagi kami.
Secara keseluruhan, kurasa ini berjalan cukup baik. Bahkan, jika
semua argumen kami berakhir seperti ini" Aku tidak akan mengeluh
sama sekali. Tidak. Tunggu. Aku cabut kembali kata-kataku.
Jika semua argumen kami berakhir seperti ini"
Aku berencana untuk banyak mengeluh.
*** Extra Scene 3: What a Difference a Year Makes
Kencan itu penting bagi wanita. Terutama bagi wanita dalam suatu
hubungan asmara. Ada hari libur besar: Natal, Valentine, Paskah. Ulang tahun - tentu
saja. Lalu ada hari dimana kalian pertama kali bertemu, hari dimana
kalian pertama kali pergi keluar berdua, hari kalian mengatakan
cinta, hari bertunangan, menikah...
Aku bisa terus melanjutkan, tapi aku sungguh tidak ingin
melakukannya. Karena ini masalahnya - pria tidak peduli tentang hal semacam itu.
Ketika kami berpura-pura peduli" Ini hanya untuk menghindari
pertengkaran yang pasti akan terjadi kalau kami bersikap sebaliknya.
Bagi kami, hanya ada satu hari berharga untuk diperingati. Satu
momen yang layak diakui. Hari paling suci yang wajib diperingati.
Aku suka menyebutnya - the Fuckiversary.
Ini hari pertama kau mengunci kesepakatan. Bercinta pertama kali.
Mencapai homerun. Atau dalam kasusku - mencapai grand slam.
Maksudku, serius, kalian bertemu dengan orang baru setiap hari; ini
umum terjadi. Namun kecuali jika kalian punya rekor termasyur
seperti diriku, kalian tidak akan bercinta dengan orang baru setiap
hari. Jadi untuk seorang pria, pertama kali kalian melakukannya
pasti adalah hari yang pantas untuk dirayakan.
Dan bagi aku dan Kate" Hari itu adalah sekarang, nak. Ini hari besar.
Satu tahun yang lalu, perjalanan hidupku berubah selamanya.
Pondasi dari eksistensiku diguncang.
Begitu juga tiang ranjangku.
Itulah sebabnya aku ada di dapur sekarang. Apakah kalian
melihatku" Bersiul, mengiris buah, dan menata berbagai macam
keju" Itu semua untuk nanti. Kami akan membutuhkannya menjaga energi tetap tinggi. Karena, dalam kamusku, kalian tidak
hanya mengenang hari fuckiversary. Kalian harus melaluinya. Dan
energi bar setara atlet olimpiade yang ditata malam ini" Aku punya
pekerjaan yang sangat sulit untuk dilakukan.
Tapi aku selalu siap untuk sebuah tantangan.
Aku tidak ingin kalian berpikir bahwa fuckiversary hanya tentang
bercinta layaknya anjing. Meskipun posisi itu selalu menyenangkan.
Tapi tidak, itu juga tentang tradisi. Perasaan.
Hadiah. Untuk ulang tahun pernikahan pertama, hadiah yang biasanya
terbuat dari kertas atau segala macam omong kosong tak berguna
seperti itu. Hadiahku jauh lebih baik - Santa pasti akan cemburu.
Kate akan terpana ketika dia melihatnya. Rahangnya akan jatuh ke
lantai. Dan celana dalamnya akan menyusul tepat di belakangnya.
Pintu depan terbuka. Pasti si wanita beruntung itu.
Aku meninggalkan kantor di siang hari - harus melakukan persiapan
- jadi aku belum melihat dia sejak siang. Aku berjalan ke ruang
tamu. Dan di sanalah dia - tas di tangan, mantel panjang melilit
tubuh mungilnya. Rambutnya di gelung dan mengkilap. Heels hitam
runcing menyelimuti jari kaki lezatnya yang suka kuhisap seperti
permen yang keras. Dia tersenyum. Dan seperti biasanya - senyumnya menghantamku seperti sebuah
pukulan ke perut. "Halo, boyfriend."
"Girlfriend." Memuakkan, bukan" Ada tong sampah di pojokan jika kalian merasa
ingin muntah. Aku berjalan kearahnya. "Bagaimana harimu, sayang?"
Dia meletakkan tasnya, tapi tidak melepas mantelnya.
"Itu...menganggu."
Aku berniat menanyakan apa artinya, tapi dia memotongku.
"Apa ini?" Dia menunjuk pada lilin yang menyala dan kelopak
mawar yang bertebaran disegaja penjuru.
Tergantung pada gaya hidup kalian, ada definisi yang berbeda-beda
dari kata romantis. Untuk beberapa orang itu berarti musik klasik,
pijat kaki, atau seprai satin. Secara pribadi, aku kebetulan berpikir
kalau blow job selama pertandingan Yankee sangatlah ideal. Tapi
Kate adalah jenis orang yang suka keromantisan khas wanita. Jadi
ini untuknya. "Lilin." Dia menyeringai. "Terima kasih, Captain Obvious. Maksudku untuk
apa itu?" Aku berjalan di dekatnya, mataku membelai setiap lekuk tubuhnya
dengan perlahan - seperti halnya tanganku akan melakukannya
dengan segera. Lalu aku membungkuk dan berbisik di samping
telinganya, "Ini adalah bagian dari kejutanmu. Karena hari ini adalah
hari yang sangat, sangat istimewa."
Dia merinding - dengan cara yang bagus. Dan suaranya berubah
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rendah. "Aku tahu. Satu tahun yang lalu, aku mengguncang
duniamu." "Kau mengguncang duniaku?"
Dia mengangguk, dan dia berkilau mata. "Yup. Langsung keluar dari
porosnya." "Aku cukup yakin itu terjadi sebaliknya."
Lidahnya terjulur keluar dan membasahi bibirnya. "Sayangnya kau
keliru, Mr. Evans." Aku bergerak mendekat. "Mungkin kau butuh penyegaran, Miss
Brooks." Dia memiringkan kepalanya, mendongak memandang mataku.
Menantangku. "Kurasa penyegaran adalah yang kubutuhkan."
Tanganku menjalar di lehernya, menariknya mendekat kearahku.
Dan bibir kami melebur bersama. Setahun yang lalu, aku tidak
menghargai makna dari berciuman. itu hanya pemikat - seperti
aliran tiada henti dari cuplikan film yang harus kalian tonton di
bioskop sebelum kalian menonton film utamanya.
Tapi dengan Kate, berciuman adalah acara keseluruhan itu sendiri.
Bagaimana dia rasanya. Bagaimana dia mengerang. Bagaimana dia
meluncurkan lidahnya bibirku. Ini sungguh memabukkan.
Tanganku naik untuk melepas mantelnya, tapi dia meraih tanganku.
Dan dia menarik diri, sedikit kehabisan napas. "Tunggu. Belum. Aku
meninggalkan kantor lebih awal hari ini - untuk menyerahkan
beberapa barang. Untukmu."
"Aku punya sesuatu untukmu juga. Bisa aku melakukannya lebih
dulu?" Aku suka menjadi yang pertama. Ini adalah sifatku.
"Oke." Aku berdiri di depannya. Lalu aku perlahan membuka kancing
kemejaku, menjaga kontak mata dengan Kate sepanjang waktu.
Kate mencoba menebak. "Apakah kau ikut kursus striptease?"
Aku tersenyum. "Tidak. Tapi aku akan mengingatnya untuk tahun
depan." Kemejaku menyentuh lantai. Aku mengangkat t-shirt putih
keluar dari kepalaku. Dan tangan Kate naik kedadaku dan
menelusuri bagian bawah perutku. Aku mundur dan menggoyanggoyangkan jariku.
"Sabar, Kate." Dia menghentak kakinya dan merengut. Dan aku ingin mengatakan
pada Kate di mana tepatnya dia bisa menaruh bibir cemberutnya itu.
Tapi aku tidak mengatakannya. Hadiah harus diutamakan.
Kemudian sekarang giliranku.
Ha - kalian melihatnya"
Aku berdiri menyamping dan melepas perban yang menutupi bisep
kanan atasku. Dan kemudian dia melihatnya. Matanya berkaca-kaca,
dan rahangnya berubah kendur.
Dan dia berbisik, "Kau pasang tato...dengan namaku?"
Ini berbentuk cambuk hitam - yang bertuliskan KATE.
Kuharap kalian tidak berpikir bahwa aku akan memberikan cincin
pertunangan atau semacamnya. Persetan dengan itu. Dijaman
sekarang ini, cincin tidak banyak berarti. Tanyakan pada setiap pria
yang sudah menikah yang sering pergi ke bar striptease - mereka
melepas cincinnya. Tapi tato" Itu abadi. Permanen - kecuali jika kalian menyukai
gagasan yang melibatkan beberapa lapisan kulit kalian dikerok.
Jari Kate meluncur disekitar tatoku dengan tak percaya. "Aku
menyukainya, Drew. Ini adalah hal yang paling menakjubkan...yang
pernah dilakukan untukku. Aku mencintaimu."
Aku menangkup pipinya dengan tanganku. "Tidak seperti aku
mencintaimu." Dia tersenyum sejenak. Tapi kemudian ekspresinya berubah. Dan dia
terlihat...kecewa. "Apa" Ada apa?"
"Tidak ada...hanya saja...kau mencap namaku di tubuhmu. Kurasa
aku hanya merasa sedikit bodoh. Yang akan kuberikan padamu
hanyalah mainan." Telingaku berdiri. Seperti anjing mendengar gemerisik tas makanan.
"Mainan" Apakah mainan ini...bersifat...nakal?"
Kate menggigit bibir. Dan mengangguk.
Ya Tuhan. Mulutku menjadi kering. "Bisa aku...melihatnya?"
Beberapa orang tidak suka mainan. Dildo - dengan segala fitur
tambahannya mereka - dapat mengintimidasi. Tapi tidak bagiku.
Aku menganggap mereka sebagai alat perdagangan. Perkakas listrik,
tepatnya, dan tidak ada rasa malu dalam menggunakannya. Bahkan
tukang kayu tidak akan berusaha membangun rumah tanpa gergaji
tangan dan palu, bukan"
Kate mengambil kantong dari tasnya. Dia merogoh dan
mengeluarkan cambuk berkuda pendek dengan ujungnya terbuat dari
bahan beludru. Dan kejantananku bangkit seperti monster Frankenstein.
Untuk kalian wanita di luar sana. Ambil catatan. Sex toys adalah
hadiah utama. Menyenangkan bagi seluruh keluarga. Oke, tidak
juga. Tapi sex toy merupakan hadiah yang selalu diberikan.
Dia menyerahkannya padaku. "Ingat beberapa minggu yang lalu" Di
ruang tamu ketika kau...kau tahu...dengan tanganmu?"
Suaraku terengah-engah. "Ya."
Tentu saja aku ingat. Kalian mungkin tidak mengetahuinya saat
menatap dia, tapi jauh di lubuk hatinya, Kate adalah wanita
menggoda yang sesungguhnya. Dia suka membuatku jengkel melihatku marah. Dan pada hari itu, dia terus menggodaku
sepanjang pagi, berjalan-jalan mengenakan tank top mungil tanpa
bra dan celana dalam. Pada suatu saat, dia duduk di pangkuanku dan
menggoyang tubuhnya. Lalu ia melompat turun mengatakan bahwa dia tidak punya waktu
untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai karena ia punya
pekerjaan yang harus dilakukan.
Dan aku kehilangan kesabaranku. Aku menariknya, melemparkan
tubuhnya di atas pahaku dan memukul pantatnya.
Seperti layaknya gadis nakal. Tidak sehebat seperti yang ditulis
dalam novel 'The Story of O' - hanya pukulan singkat di pantat. Tapi
itu menyenangkan. Kate tersenyum malu-malu. "Aku menyukainya."
Oh, baby - dia bukan satu-satunya orang yang menyukainya.
Kate menjangkau kembali ke dalam tas dari surganya. Dan menarik
keluar sebuah silinder kecil berwarna perak.
Ini vibrator. Hampir terlihat seperti salah satu lelucon bel listrik yang
kita semua miliki ketika kita masih anak-anak. Dia menyerahkannya
padaku. "Ini disebut - "
"Bullet," aku menyelesaikan untuknya. "Ya, aku tahu." Aku
menatapnya. Dan gambaran Kate menggeliat di bawahku - berada di
ambang kegilaan dan memohon untuk orgasme - mengisi kepalaku.
Suaraku berubah serak, tapi memuja. "Kau adalah pacar yang paling
mengagumkan yang pernah ada."
Aku membungkus lenganku di tubuh Kate dan menciumnya. Ini
lama, pelan dan penuh penghargaan.
Kate menarik diri dan tersenyum lebar. "Ada satu lagi. Aku
menyimpan yang terbaik untuk yang terakhir."
Dia melepas sabuk mantelnya dengan perlahan dan menggenggam
kerahnya dengan kedua tangannya. Kemudian, dalam satu gerakan
yang lancar, dia menjatuhkan mantelnya ke lantai.
Dan aku hampir klimaks saat itu juga.
Banyak wanita berpikir lingerie adalah unsur ajaib dalam merayu.
Mereka membeli sesuatu pakaian berenda yang mahal dan
mengharapkan kami para pria yang akan meneteskan air liur ke
pangkuan kami. Tapi itu sesungguhnya tidak seperti itu caranya.
Pada hari Natal, misalnya, ketika kalian melihat paket cerah besar
dibungkus di bawah pohon dengan nama kalian, kalian tertarik. Tapi
itu bukan kertas kado yang kalian harapkan. Ini adalah hadiah di
dalamnya. Begitu juga Lingerie. Ini bagus tapi telanjang selalu lebih
baik. Kecuali untuk ini. Ini adalah mimpi basah setiap pria yang lahir setelah tahun 1975.
Ini erotisme yang elit. Fantasi tertinggi. Oh ya - ini adalah bikini Putri Leia.
Mulutku ternganga. "Oh...aku...persetan."
Kate berputar perlahan. Dengan bangga. "Apa kau suka" Ini
*crotchless." Aku terdiam. Serius. Aku tak bisa berkata-kata. Aku cukup yakin setiap tetes darah
dalam tubuhku telah beralih ke kejantananku, jadi tidaklah cukup
tersisa di otakku untuk membentuk kata-kata.
Suara Kate pelan dan menggoda. "Kalau kau berjanji untuk bersikap
baik...Aku akan mengijinkanmu merantaiku seperti yang Jabba
lakukan pada Leia." Aku melepaskan diri dari kerasukan karena terangsangku. Aku
meraih lengan atasnya dan menyeret dia kearahku.
"Baby, satu-satunya hal yang kujanjikan adalah besok kau tidak akan
bisa berjalan." Aku mengangkatnya dan melemparkan tubuh ate diatas bahuku. Dia
menjerit. Dan tertawa. Dan aku berjalan menyusuri lorong, melewati
nampan makanan ringan yang sudah disiapkan.
Karena, sungguh - siapa yang membutuhkan makanan"
*** Aku meluncur Kate turun dari bahuku, mencengkeram pantat
manisnya ketika menurunkannya. Aku memutar tubuhnya sehingga
punggungnya menhadap kearahku. Lalu aku menekuk cambuk
berkudanya dan membiarkannya lepas.
Plakkk. Mendarat pada kulit yang terbuka di pipi pantatnya, dan ia melonjak
dengan menjerit. Kemudian dia cekikikan. "Mungkin ini bukan ide
yang bagus. Kekuasaan besar mendatangkan tanggung jawab besar,
Batman." Aku melepas celana panjang dan boxerku dalam waktu singkat.
"Jangan khawatir, sayang. Aku berencana untuk memuaskan setiap
tanggung jawab yang aku punya, lagi dan lagi dan lagi sebagai
tambahannya. Sekarang naiklah di tempat tidur."
Dia melakukan - Merangkak. Rambutnya jatuh di atas salah satu
bahunya, dan matanya tertuju padaku. Oh Tuhan, lihat dia. Semua
sudah siap - hanya untukku - menunggu.
Aku merasa seperti seorang anak kecil di toko permen.
Satu-satunya pertanyaan adalah: di mana akan memulai terlebih
dulu" Itu selalu menjadi teka-teki yang luar biasa. Setiap aset milik
Kate layak mendapat perhatian. Bahkan bagian belakang lututnya
juga seksi. Aku meluncur ujung cambuk beludru di dadanya, di antara
payudaranya, dan turun keperutnya. Aku berhenti di antara kedua
kakinya. Dan menggeseknya. Keindahan dari memakai alat semacam ini adalah bahwa semua
syaraf bereaksi ke bagian mana pun yang disentuhnya, membuat
kulit sangat sensitif. Tegang - seperti senar gitar disetel kencang
yang sangat ingin dipetik.
Mata Kate tertutup, dan kepalanya miring ke belakang. Aku
mengusap cambuk di atas vaginanya, maju mundur.
Lalu aku memukul perlahan.
Dan dia terengah-engah. Ketika aku berumur sepuluh tahun, orangtuaku memberiku sepeda
balap dimasa puncaknya trend sepeda BMX. Aku ingat pada waktu
sepeda BMX adalah hadiah terbesar yang pernah aku dapatkan.
Ternyata aku tolol sekali.
Aku mendekat ke tempat tidur, di atas tubuhnya, dan mencium
menjalari tulang belakang Kate dan di sekitar lehernya.
Aku menarik bikini berwarna emasnya turun dari salah satu
payudara montoknya dan mengunci bibirku di sana.
Lezat. Putingnya sudah keras berwarna merah muda, tapi aku tetap
menjentikkan lidahku di atasnya. Kate merintih. Dan mengangkat
satu tangan ke belakang kepalaku.
Aku memukul pantatnya dengan cambuknya. "Jangan bergerak."
Tangannya terkunci kembali ke tempat tidur.
Ini adalah...penyerahan. Ini bukan tentang degradasi atau
mempermalukan - itu tentang keyakinan. Membiarkan diri kalian
benar-benar terbuka, benar-benar terekspos. Menawarkan segala
sesuatu yang kalian punya, seluruh tubuhmu, kepada orang lain.
Membiarkan mereka melihat kalian yang sesungguhnya, bukan
hanya orang yang kalian inginkan. Setiap dosa, setiap fantasi, karena
kalian tahu mereka tidak akan menghakimimu. Tidak pernah
menyakitimu. Beberapa orang menjalani seluruh hidup mereka tanpa
mengetahui apa makna sebenarnya dari kepercayaan.
Tapi aku tahu. Aku memilikinya. Dengan Kate. Hanya dengan dia.
Aku memberi satu putingnya jilatan terakhir dan berpindah. Aku
menaruh cambuknya dan menyalakan vibrator.
Lalu aku berpindah ke pantat Kate. Sebuah tanda merah terang
disalah satu pantatnya. Aku menyejukkannya dengan mulutku. Dan
membawa bullet mendengung antara kedua kakinya, bergerak dalam
lingkaran lebar dan lambat - mendekati klitorisnya namun tidak
benar-benar menyentuhnya.
Antisipasi, kepuasan - kenikmatan dan rasa sakit - itu adalah
keseimbangan. Ketika dikombinasikan dalam jumlah yang tepat,
sensasinya bisa tak tertahankan. Dan karena aku seorang ahli
terhadap tubuh Kate, aku tahu bagaimana memainkan tubuhnya.
Kapan harus menambah kecepatan dan kapan harus melambat. Jika
Kate adalah sebuah orkestra, aku adalah maestronya.
Dia merintih dan menggoyangkan pantatnya, mencoba untuk
memindahkan hot spot-nya lebih dekat dengan mainan yang
bergetar. Tapi aku tidak mengijinkannya.
Belum. Aku mencengkeram bagian bawah bikini berwarna emas dari
belakang, menarik ke bawah pinggulnya dan melemparkannya ke
lantai. Karena meskipun celana dalam crotchless itu menyenangkan,
vagina Kate Brooks terlalu cantik untuk ditutupi.
Aku menggerakkan bullet dalam lingkaran yang semakin kecil di
depannya. Dan kemudian aku menenggelamkan kepalaku di antara
kedua kakinya yang terbuka dari belakang. Aku menggigitnya dari
luar, berlama-lama. Kemudian, aku menjulurkan lidahku jauh di
dalam dirinya. Bullet tu akhirnya mencapai klitnya - dan aku menekannya dengan
kuat. Kate mengerang saat ia orgasme. Dahinya menyentuh tempat tidur,
kedua lengan dan kakinya gemetar oleh getaran susulan. Dia
terengah-engah, "Drew...tolong...aku ingin...Oh Tuhan..."
Untuk semua burung bulbul di luar sana" Mereka harus bunuh diri
dengan senapan burung berukuran BB.
Karena suara Kate yang memohon adalah suara termanis yang
pernah diciptakan Tuhan. "Apa, baby...apa yang kau inginkan?"
Alih-alih memohon kejantananku, seperti yang kupikir dia akan
Tangled Karya Emma Chase di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lakukannya, Kate mengubah sasarannya kearahku. Dia berputar, dan
sebelum aku bisa berkedip, kejantanan keras yang menyakitkanku
sudah berada di tenggorokannya.
Kepalaku mendongak kebelakang. Dan aku cukup yakin aku baru
saja buta. "Oh Tuhan...Kate."
Dia menghisap dengan keras dan menggerakkan bibirnya naik turun
dengan cepat. Namun tidak seluar biasa sempurna seperti mulutnya.
Aku mendapatkan kekuatan untuk menariknya keluar, aku
membalikan tubuhnya, memegang pinggulnya dengan kedua
tanganku, dan mendorong masuk ke dalam dirinya dari belakang.
Dia mengerang panjang dan rendah. Dengan lega dan puas.
Atau mungkin itu adalah suaraku.
Kami berdua begitu terangsang - aku tak bisa menjelaskannya lagi.
Dia mendorong mundur kearahku saat aku menghentak ke depan.
Kepala Kate bersandar rendah, dan ayunan rambutnya seperti
pendulum saat kami bergoyang dan menumbuk terhadap satu sama
lain. Saling beradu. Doronganku bertambah keras. Mendorong tubuh
kami kedepan. Tapi aku ingin lebih. Aku ingin merasakan Kate - lebih dekat. Aku
dorongannya lebih jauh ke tempat tidur dan naik di belakangnya.
Kemudian, masih terkubur di dalam, aku menarik Kate dengan
kedua bahunya dan menekuk lututku sehingga dia mengangkangiku
- tapi memunggungiku. Gaya Cowgirl Terbalik.
Dadaku menekan punggungnya. Rambutnya menggelitik wajahku
saat bibirku melahap lehernya. Dia ada di mana-mana melingkupiku. Aromanya, rasa tubuhnya menempel ditubuhku, rasa
kulitnya, suaranya meneriakkan namaku.
Ini menyita pikiranku. Meluap-luap. Seperti tenggelam. Dan jika kalian ingin melakukannya" Percayalah - ini adalah
caranya. Kedua lenganku terlipat di atas dada Kate dan tanganku di bahunya,
mendorongnya turun saat pinggulku mendorong dengan keras.
Dan kata-katanya keluar bernada tinggi dan mendesak.
"Drew...Drew...Aku datang."
"Persetan...aku tahu...aku bisa merasakanmu."
Dinding kewanitaannya mengencang di sekitar kejantananku seperti
ular Boa yang sedang kelaparan.
Dan meskipun aku ingin bertahan, meskipun aku belum ingin
mengakhirinya - atau tidak ingin - kejantananku ternyata punya ide
yang lain, dan aku meledak di dalam dirinya.
Kedua tanganku jatuh di pinggang Kate, menariknya lebih dekat
ketubuhku, kepalanya bersandar pada lututku, dan mulutku di
punggungnya. Kami berdua terengah-engah, kehabisan nafas.
Tapi aku lebih dulu memperoleh suaraku.
"Hadiah...terbaik...yang pernah kuterima"
Kate tertawa di kedua kakiku. "Aku mendukungmu."
*** Lama setelah itu, Kate dan aku berbaring di tengah ranjang, di atas
selimut. Kekusutan dari tubuh yang lemas dan kulit berkeringat.
Aku suka bagian ini. Itu mungkin terdengar banci untuk mengakui, tapi mari kita melihat
kenyataan. Nama Kate tertato di lenganku. Mencoba berpura-pura
bahwa dia tidak memiliki bolaku di dalam tasnya" Sungguh tak
berguna pada saat ini. Kepalanya bersandar di dadaku. Dan aku merasakan senyumnya
sebelum ia berbisik, "Ceritakan sesuatu tentangmu. Sesuatu yang
tidak ada orang lain yang tahu."
Aku menatap ke langit-langit. Dan mengingat rahasia gelap
terdalamku. "Aku punya lagu Justin Bieber di IPod-ku."
Dia cekikikan, "Benarkah?"
"Ya. Lagu 'As Long as You Love Me'. Dan jika kau sampai
memberitahu teman-temanku, aku akan menyangkalnya sampai hari
kematianku." Dia menelusuri bisepku dengan jemarinya. Lalu aku berkata,
"Sekarang kau. Katakan sesuatu yang aku belum tahu."
Dia mencium dadaku perlahan saat ia berpikir, lalu ia mendongak
menatapku, "Tidak ada. Kau tahu segala sesuatu tentang diriku."
"Baiklah. Lalu...jika kau punya tiga permintaan. Apa yang kau
inginkan?" Aku pernah memberitahu Kate aku ingin membuat semua mimpinya
menjadi kenyataan. Dan aku tidak berpikir permintaannya bisa
terlaksana pada saat itu, tapi dia lebih berarti bagiku sekarang
dibanding saat aku mengatakan padanya malam itu. Jadi jika ada
sesuatu yang dia inginkan, sesuatu yang dia butuhkan" Surga dan
neraka lebih baik berhati-hati - karena aku akan menghantam
keduanya untuk mewujudkan keinginan Kate.
Dia berpikir lagi. Dan ketika dia bicara, suaranya berbisik dengan
terkejut dan penuh rasa syukur. "Aku tidak mengharapkan apa-apa."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, pada saat ini, aku memiliki semua yang kuinginkan.
Ibuku bahagia; aku mencintai pekerjaanku. Dan sesuatu yang
melebihi apa yang kuharapkan...ada di sini di depanku."
Aku menelan ludah. Apakah kalian mendengar jawaban itu" Ini
lebih baik dibanding sekarung penuh sex toys.
Oke - mungkin bukan cambuk berkuda.
Tapi itu pasti mendekati.
Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku dan
menciumnya. Hidup itu lucu, tahu" Maksudku, apakah kalian sungguh berpikir
satu tahun yang lalu - saat Kate dan aku akan bercinta untuk
pertama kalinya, terjatuh melalui pintu apartemenku - bahwa kami
pernah akan berakhir di sini" Pada saat itu, kupikir itu akan menjadi
one night stand yg lain. Menakjubkan - tidak perlu dipertanyakan tetap fantastis untuk mengobati dahaga panjangku.
Namun, di sinilah aku. Berkomitmen. Monogami. Sepenuhnya tergila-gila. Dan aku tak bisa lebih berbahagia lagi.
Dan ini baru satu tahun. Tidak akan melakukan apa yang ada di the
Notebook untuk kalian, tapi Kate dan aku memiliki banyak tahun
untuk dilalui di depan kami. Senilai seumur hidup.
Dan aku berencana untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
THE END *crotchless: underwear tanpa selangkangan sehingga daerah alat
vital terekspos. Dadu Setan 1 Pendekar Gila 6 Singa Jantan Dari Cina Utusan Dari Neraka 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama