Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon Bagian 3
"Di mana ayahku?" tanya Elizabeth.
"Beliau harus pergi ke Australia untuk urusan sangat mendesak. Tetapi beliau meninggalkan banyak hadiah indah untuk Anda. Hari Natal nanti pasfi menyenangkan."
BAB 11 ELIZABETH membawa si Buku bersamanya. Dia berdiri
di ruang depan vila, mengamati lukisan Samuel Roffe, dan Terenia di sebelahnya, meresapi kehadiran-mereka,
seolah-olah rnereka hidup kembali. Setelah lama sekali, Elizabeth berbalik dan menaiki tangga ke kamar menara, sambil membawa si Buku. Setiap hari dia melewatkan waktu berjam-jam di kamar menara, membaca dan
membaca ulang, dan setiap kali dia merasa lebih dekat kepada Samuel dan Terenia, abad-abad yang memisahkan mereka pun sirna. .
Dalam beberapa tahun berikutnya, demikian Elizabeth membaca, Samuel melewatkan waktu berjam-jam di
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
laboratorium Dr. Wal, membantu dokter itu meramu salep dan obat-obatan, dan mempelajari khasiatnya. Selama itu, Terenia selaIu ada di latar belakang, membayangi dan cantik. Meski sekilas, kehadiran gadis itu sudah cukup untuk tetap menghidupkan impian Samuel bahwa pada
suatu hari dia akan menjadi miliknya. Samuel cukup akur dengan Dr. Wal, tetapi lain lagi dengan ibu Terenia. Dia wanita garang bermulut tajam, suka pamer, dan membenci Samuel. Samuel berusaha menghindarinya.
Samuel sangat terkesan akan sekian banyak obat-obatan yang dapat menyembuhkan manusia. Sebuah naskah
papirus yang diketemukan mencatat 811 resep yang
dipakai bangsa Mesir pada tahun 1550 SM. Harapan hidup pada kelahiran di waktu itu adalah lima belas tahun, dan Samuel bisa mengerti sebabnya setelah membaca beberapa dari resep-resep itu: kotoran buaya, daging kadal, darah kelelawar, ludah unta, hati singa, kaki katak, serbuk tanduk kuda purbakala. Tanda Rx pada setiap resep tak lain dari doa kuno kepada Horatus, dewa penyembuhan Mesir. Bahkan kata "kimia" berasal dari nama kuno Mesir, negara Kahmi, atau Khemi. Pendeta-dukun disebut magi, begitulah yang dipelajari Samuel.
Toko-toko obat di dalam geto dan Krakov sendiri sangat terbelakang. Sebagian besar botol dan guci di situ berisi bahan obat-obatan yang belum dikaji dan dicoba. Sebagian tidak berguna, sebagian lagi berbahaya. Samuel akrab dengan semua bahan-bahan itu. Ada kastroli, obat pen-cahar, dan kelembak, senyawa yodium dan kodein dan akar ipekak. Orang bisa membeli obat manjur untuk batuk rejan, kejang perut, dan demam tipus. Karena sama sekali tidak ada usaha menjaga kebersihan, sudah biasa bahwa salep dan obat kumur tercemar bangkai serangga, kacoak,
kotoran tikus, dan bulu-bulu binatang. Sebagian besar
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
penderita sakit yang menggunakan obat-obatan itu mati; bisa jadi karena penyakitnya, tetapi mungkin juga
disebabkan obat itu sendiri.
Beberapa berkala cetak mengkhususkan diri pada
pemberitaan obat-obatan, dan Samuel keranjingan membaca semuanya. Dia membicarakan pandangan-pandangannya dengan Dr. Wal.
"Menurut akal sehat," kata Samuel dengan penuh
keyakinan, "mestinya ada bahan penyembuh untuk setiap penyakit. Kesehatan adalah wajar, penyakit adalah
ketidakwajaran." 'Mungkin," kata Dr. Wal, "tetapi sebagian besar pasienku tak membiarkan aku mencobakan obat-obat baru pada
mereka." Dan dia menambahkan dengan suara datar, "Dan kukira mereka bijaksana."
Samuel melahap kepustakaan Dr. Wal tentang obat-obatan yang tidak seberapa itu. Setelah membaca dan membaca ulang buku-buku itu, dia kesal terhadap berbagai pertanyaan yang terselinap dan tak terjawab.
Samuel terangsang oleh revolusi yang berlangsung.
Beberapa ilmuwan yakin bahwa ada kemungkinan untuk melawan sebab-sebab penyakit dengan membangun suatu pertahanan yang bisa menghancurkan penyakit itu. Dr. Wal pernah mencobanya sekali. Dia mengambil darah seorang penderita difteri dan menyuntikkannya kepada seekor kuda. Ketika kuda itu mati, Dr.
Wal menghentikan percobaannya. Tetapi Samuel muda
yakin bahwa Dr. Wal telah menapak jejak yang benar.
"Anda tak boleh berhenti sekarang," kata Samuel. "Saya yakin pasti akan berhasil."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dr. Wal menggelengkan kepalanya. "Itu karena kau
beruur tujuh belas, Samuel. Kalau kau seumurku, kau tidak akan terlalu meyakini sesuatu. Buang saja dari pikiranmu."
Namun, Samuel tidak puas. Dia ingin meneruskan
percobaannya, tetapi untuk itu Samuel membutuhkan
binatang. Padahal tidak banyak binatang yang bisa
diperolehnya, selain kucing-kucing liar dan tikus yang dapat ditangkapnya. Betapapun kecil dosis yang diberikan Samuel, mereka semua mati. Mereka terlalu kecil, pikir Samuel. Aku butuh binatang yang lebih besar. Seekor kuda, atau sapi, atau domba. Tetapi di mana aku bisa
memperolehnya" Pada suatu senja ketika Samuel tiba di rumah, di depan rumah ada seekor kuda tua dan gerobak. Pada sisi gerobak tergantung papan dengan tulisan kasar: "ROFFE & SON".
Samuel memandang dengan mata tak percaya, Ialu berlari ke dalam rumah mencari ayahnya. "Kuda-kuda yang di luar itu," dia berseru. "Dari mana Ayah dapat?"
Ayahnya tersenyum bangga. "Beli. Kita bisa menjelajahi daerah lebih luas dengan seekor kuda. Mungkin dalam empat atau lima tahun kita dapat membeli seekor kuda lagi.
Coba bayangkan. Kita akan mempunyai dua ekor kuda."
Itulah segala cita-cita ayahnya, memiliki dua ekor kuda renta untuk menarik gerobak sepanjang jalanan geto Krakov yang sempit dan kotor. Hal itu membuat Samuel ingin menangis.
Malam itu setelah semua tertidur, Samuel keluar ke kandang dan memeriksa kuda yang mereka namakan Ferd.
Di antara segala jenis kuda, yang seekor ini tak pelak lagi paling
rendah mutunya. Seekor kuda tua renta, berpunggung lengkung dan hampir lumpuh. Patut
diragukan apakah dia mampu bergerak lebih cepat
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
daripada ayah Samuel. Tapi hal itu tak menjadi soal. Yang penting bagi Samuel ialah bahwa dia sekarang memiliki hewan percobaannya. Dia bisa menjalankan percobaannya tanpa harus kebingungan menangkap tikus-tikus dan
kucing-kucing liar. Tentu saja, dia harus berhati-hati.
Ayahnya tak boleh mengetahui apa yang dilakukannya. Samuel membelai kepala kuda itu. "Kau akan terjun dalam usaha obat-obatan," dia memberitahu Ferd.
Samuel mereka-reka laboratoriumnya sendiri, menggunakan sebuah sudut di tempat Ferd dikandangkan.
Dia membiakkan kultur kuman-kuman difteri dalam
sebuah cawan berisi kaldu murni. Ketika kaldu mulai berubah menjadi keruh, dia memindahkan sebagian ke tempat lain. Kemudian dia melemahkan kaldu itu,
mula-mula dengan mengencerkan lalu memanaskannya.
Dia mengisikan bahan itu ke sebuah botol suntikan dan menghampiri Ferd. "Masih ingat apa yang kukatakan
kepadamu?" bisik Samuel. "Nah, inilah hari bersejarah itu."
Samuel memasukkan isi botol suntikan ke kulit pundak kuda,
sebagaimana dia sering melihat Dr. Wal melakukannya. Ferd menoleh serta memandangnya dengan mata menuduh, lalu menyiramnya dengan air kencing.
Samuel memperkirakan bahwa kultur itu membutuhkan
waktu sekitar tujuh puluh dua jam untuk berbiak dalam tubuh Ferd. Pada akhir jangka waktu itu, Samuel akan memberinya dosis lebih besar. Kemudian lagi. Kalau teori antibodi itu benar, setiap dosis akan membentuk ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit itu di dalam darah.
Samuel akan memperoleh vaksinnya. Kelak, dia tentu harus mencari seorang manusia untuk dicoba, tetapi hal itu tak akan sulit. Seorang korban penyakit yang mengerikan itu, dengan segala senang hati pasti akan bersedia mencoba
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
sesuatu yang mengandung kemungkinan untuk menyelamatkan nyawanya. Dalam dua hari berikut Samuel nyaris melewatkan
segenap waktunya bersama Ferd.
"Aku belum pernah melihat seseorang yang begitu
mencintai binatang," kata ayahnya. "Kau tidak bisa pisah dengannya, bukan?"
Samuel menggumamkan suatu jawaban yang tak jelas.
Dia diliputi sekelumit rasa salah tentang apa yang telah dilakukannya, tetapi dia tahu apa yang akan terjadi kalau menceritakan hal itu kepada ayahnya. Betapapun, ayahnya tak perlu tahu. Satu-satunya yang perlu dilakukan Samuel adalah mengambil darah secukupnya dari Ferd untuk
membuat serum satu atau dua botol kecil. Dan tak seorang pun akan tahu.
Pada pagi hari ketiga dan hari yang menentukan pula, Samuel terbangun oleh suara ayahnya di depan rumah.
Samuel bangkit dari tempat tidur, bergegas ke jendela dan memandang ke luar. Ayahnya berdiri di jalanan dengan gerobaknya, berteriak sekeras-kerasnya. Ferd tidak nampak. Samuel menyambar pakaian dan bergegas keluar.
"Momser!" teriak ayahnya. "Penipu! Pembohong!
Maling!" Samuel mendesak gerombolan orang yang mulai
berkerumun sekeliling ayahnya.
"Di mana Ferd?" tuntut Samuel.
"Syukur kau menanyakannya," ayahnya mengerang. "Dia mati. Dia mati di jalan seperti seekor anjing."
Hati Samuel serasa tenggelam.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Semua berjalan baik selama ini. Aku mengurus
jualanku, tidak menghardiknya. Percayalah. Tidak mencambuknya, atau mendorong-dorongnya seperti sejumlah pedagang gerobak lain, yang bisa kusebutkan namanya.
Tetapi, bagaimana dia menunjukkan penghargaan terhadap sikap itu" Dia tersuruk mati. Kalau aku ketemu si gonif yang menjual binatang itu, akan kubunuh dia!"
Samuel beranjak pergi dengan perasaan hancur luluh.
Kematian Ferd bukan hanya sekadar itu.
Impian Samuel pun mati. Bersama Ferd lenyap pula
kesempatan meloloskan diri dari geto, kebebasan, rumah yang indah untuk Terenia dan anak-anak mereka.
Namun, bencana yang lebih besar masih akan terjadi.
Pada hari setelah kematian Ferd, Samuel mendapat
kabar bahwa Dr. Wal dan istrinya merencanakan untuk menikahkan Terenia dengan seorang rabi. Samuel tak bisa mempercayai hal itu. Terenia adalah milik nya! Samuel bergegas ke rumah keluarga Wal. Dia menemukan Dr. dan Mrs. Wal di ruang tamu. Dia menghampiri mereka, menarik napas dalam-dalam dan
menyatakan, "Ada suatu kekeliruan, kekeliruan Terenia. Terenia akan menikah dengan saya."
Mereka memandang dengan mata terbelalak kepadanya.
"Saya tahu saya kurang layak untuknya," Samuel
bergegas menambahkan, "tetapi dia tidak akan bahagia menikah dengan siapa pun selain saya. Rabi itu terlalu tua untuk ?"
"Nebbich! Keluar! Keluar!" seru ibu Terenia tak mampu mengendalikan diri.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Enam puluh detik kemudian Samud berada di jalanan, dilarang keras menginjak rumah keluarga Wal untuk
selama-lamanya. Di tengah malam Samuel menjalin percakapan panjang dengan Tuhan.
"Apa yang Kaukehendaki dariku" Kalau aku tak boleh memiliki Terenia, kenapa Kaubiarkan aku mencintainya"
Apakah Kau tidak berperasaan?" Dalam keputusasaannya, Samuel mengeraskan suaranya dan berteriak, "Kau dengar aku?"
Dan orang-orang lain dalam rumah kecil yang penuh
sesak itu berteriak kembali, "Kami semua bisa mendengarmu, Samuel. Demi Tuhan, tutup mulutmu, dan biarkan semua tidur sebentar!"
Sore hari berikutnya Dr. Wal memanggil Samuel. Dia dibawa masuk ke ruang tamu, di mana Dr. dan Mrs. Wal dan Terenia berkumpul.
"Rupanya kami menghadapi suatu masalah," kata Dr.
Wal membuka pembicaraan. "Anak gadis kami memang
bisa keras kepala. Dengan beberapa alasan, dia rupanya menaruh minat kepadamu. Saya tidak bisa menyebutnya cinta, Samuel, karena saya tidak yakin bahwa gadis remaja tahu apa artinya cinta. Namun, dia ternyata menolak untuk menikah dengan Rabi Rabinowitz. Dia merasa ingin
menikah denganmu." Samuel mencuri pandang kepada Terenia. Cadis itu
tersenyum kepadanya, dan Samuel nyaris meluap
kegirangan. Getaran itu hanya sekejap.
Dr. Wal meneruskan, "Kau mengatakan bahwa kau
mencintai anakku." Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Y-y-ya, Tuan," jawab Samuel terbata-bata. Dia
menjawab lagi, dengan suara lebih mantap, "Ya, Tuan."
"Kalau begitu, aku ingin menanyakan sesuatu, Samuel.
Apa kau ingin Terenia melewatkan sisa hidupnya menjadi istri pendorong gerobak?"
Samuel segera melihat jebakan mereka, tetapi tidak ada langkah mundur. Dia memandang kepada Terenia lagi, dan berkata perlahan, "Tidak, Tuan."
"Nah, kalau begitu kau mehhat masalahnya. Tidak
seorang pun di antara kita menginginkan Terenia menikah drjngan pendorong gerobak. Padahal kau seorang
pendorong gerobak, Samuel."
"Saya tidak akan selamanya begitu, Dr. Wal." Suara Samuel kuat dan tegas.
"Lalu kau mau jadi apa?" tukas Mrs. Wal. "Kau berasal dari keluarga pendorong gerobak, kau akan tetap menjadi keluarga pendorong gerobak. Aku tidak akan membiarkan anak gadisku mengawini orang seperti itu."
Samuel memandangi mereka bertiga dengan pikiran
kalut. Dia telah datang kemari dengan kegelisahan dan keputusasaan, lalu diangkat ke puncak kegembiraan, dan sekarang dia dibanting ke jurang kesedihan yang hitam kelam. Apa yang mereka inginkan darinya"
"Kami telah mencapai suatu kesepakatan," kata Dr. Wal.
"Kami akan beri waktu enam bulan kepadamu, untuk
membuktikan bahwa kau lebih dari sekadar pendorong gerobak. Kalau pada akhir waktu itu, kau tidak mampu memberi kehidupan layak kepada Terenia, seperti yang selama ini dialaminya, maka dia akan menikah dengan Rabi Rabinowitz."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Samuel memandang terbengong-bengong kepadanya.
"Enam bulan!" Tak seorang pun bisa mencapai keberhasilan dalam
enam bulan! jelas tidak seorang penghuni geto Krakov pun.
"Kau mengerti?" tanya Dr. Wal.
"Ya, Tuan." Samuel mengerti sekali. Perutnya terasa seperti dijejah besi. Dia tidak cuma perlu jalan keluar. Dia membutuhkan mukjizat. Keluarga Wal hanya mau
menerima seorang dokter, atau seorang rabi, atau seorang kaya sebagai menantu. Samuel dengan cepat meneliti setiap kemungkinan.
Hukum melarangnya menjadi seorang dokter.
Seorang rabi" Pendidikan untuk menjadi seorang rabi dimulai pada umur tiga belas, dan
Samuel sudah hampir delapan belas sekarang.
Kekayaan" Hal itu di luar jangkauan. Meskipun dia
bekerja dua puluh empat jam setiap hari, menjajakan barang dagangannya di jalanan daerah geto sampai umur sembilan puluh, dia akan tetap dililit kemiskinan. Keluarga Wal
melemparkan tugas yang mustahil baginya. Kelihatannya mereka menuruti Terenia dengan menunda perkawinannya dengan seorang rabi, sambil menetapkan syarat yang mereka tahu tak mungkin dipenuhi Samuel.
Hanya Terenia satu-satunya orang yang percaya kepadanya. Dia memiliki keyakinan bahwa Samuel dapat menemukan suatu kehebatan atau keberuntungan, dalam enam bulan. Dia lebih edan daripadaku, pikir Samuel putus asa.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Masa enam bulan itu pun mulai, dan waktu berjalan
pesat. Samuel melewatkan hari-harinya sebagai pedagang kelontong, membantu ayahnya. Tetapi begitu matahari mulai membentuk bayang-bayang senja di tembok-tembok geto, Samuel bergegas pulang. Dia makan secepat kilat, lalu membenamkan diri bekerja di laboratoriumnya. Dia
membuat ratusan campuran serum, dan menyuntik kelinci, dan kucing, dan anjing, dan burung; dan semua binatang itu mati. Mereka terlalu kecil, pikir Samuel putus asa. Aku butuh hewan yang lebih besar.
Tetapi dia tak punya seekor pun, dan waktu berpacu cepat.
Dua kali seminggu Samuel pergi ke Krakov untuk
menambah persediaan barang dagangan yang dia jual
bersama ayahnya dari gerobak. Dia selalu berdiri di balik gerbang yang terkunci di waktu fajar, dikelilingi para pedagang gerobak lainnya. Namun, dia tak melihat maupun mendengar mereka. Pikirannya berada di dunia lain.
Pada suatu pagi sementara Samuel berdiri tercenung di situ, sebuah suara membentak, "Kau! Yahudi! Ayo
bergerak!" Samuel mendongak. Pintu-pintu gerbang telah dibuka, dan gerobaknya menghalangi jalan. Salah seorang penjaga dengan gusar memerintahkan Samuel untuk bergerak. Di depan pintu gerbang selalu ada dua penjaga yang bertugas.
Mereka berseragam hijau dengan tanda-tanda khusus, dan dipersenjatai pistol dan pentungan berat Salah seorang dari penjaga itu membawa sebuah kunci besar, terikat dengan rantai di pinggannya. Kunci itulah yang dipakai untuk mengunci dan membuka pintu-pintu gerbang. Sepanjang tepi daerah geto mengalir sungai kecil. Jembatan kayu tua terbentang di atasnya. Di seberang jembatan terletak
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
asrama polisi tempat para penjaga geto berpangkal. Lebih dari sekali Samuel menyaksikan seorang Yahudi yang tak berdaya, diseret melewati jembatan. Kejadian itu selalu merupakan perjalanan satu kali saja. Orang-orang Yahudi harus masuk ke dalam geto pada waktu matahari
terbenam. Setiap orang Yahudi yang tertangkap di luar geto setelah hari gelap akan ditahan dan diangkut ke sebuah kamp kerja. Itulah mimpi buruk setiap orang Yahudi, kalau dirinya sampai tertangkap di luar geto setelah matahari terbenam.
Kedua penjaga harus tetap berada di tempat tugas,
patroli di depan pintu-pintu gerbang sepanjang malam.
Tetapi sudah menjadi rahasia umum di kalangan penghuni geto, bahwa setelah orang-orang Yahudi terkunci di dalam, salah seorang dari kedua penjaga itu ngeluyur ke kota untuk menikmati hiburan malam. Sesaat menjelang fajar dia akan kembali untuk membantu rekannya membuka
pintu-pintu gerbang sebagai awal suatu hari baru.
Kedua penjaga yang biasanya ditempatkan di sana
bernama Paul dan Aram. Paul lelaki yang ramah dan
periang. Aram sangat berlawanan. Dia kejam seperti binatang buas, berkulit gelap dan tinggi besar, dengan tangan-tangan kekar dan tubuh gendut seperti tong bir. Dia seorang pemukul Yahudi. Setiap kali dia bertugas, semua orang Yahudi di luar pintu gerbang berusaha keras untuk tidak pulang kesorean. Tak ada hal yang lebih disukai Aram kecuali menghadang jalan masuk seorang Yahudi,
memukulinya sampai tak berdaya, dan menyeretnya lewat jembatan ke asrama polisi yang mereka takutkan.
Pagi itu Aram-lah yang berdiri membentak Samuel untuk menggerakkan gerobaknya. Samuel bergegas keluar pintu
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
gerbang menuju kota, dan merasakan mata Aram
menghunjam di punggungnya.
Masa enam bulan bagi Samuel cepat menyusut menjadi lima bulan, dan kemudian empat bulan, lalu tiga. Tak ada sehari, tidak satu jam pun, di mana Samuel tidak memeras otak
untuk mencari suatu, pemecahan terhadap masalahnya, atau bergelut di dalam laboratoriumnya. Dia berusaha bicara kepada beberapa saudagar kaya di lingkungan geto, tetapi hanya sedikit yang bersedia
meluangkan waktu baginya. Mereka yang mempunyai
waktu itu hanya memberi saran tak berharga.
"Kau ingin mendapat uang" Tabunglah uangmu, Nak, dan pada suatu hari kau akan mempunyai cukup uang untuk membeli perusahaan bagus seperti milikku."
Mudah bagi mereka untuk berkata begitu - sebagian
besar dari mereka berasal dari keluarga kaya.
Samuel terpikir untuk membawa Terenia, dan pergi
melarikan diri. Tapi ke mana" Pada akhir perjalanan akan ada geto lain, dan dia tetap nebbich yang tak beruang.
Tidak, dia terlalu mencintai Terenia. Dia tak sampai hati melakukan hal itu kepadanya. Di sinilah letak perangkap itu, dan dia telah telebak di dalamnya.
Waktu berjalan terus tanpa bisa dihalangi, dan tiga bulan itu menjadi dua bulan, lalu satu bulan. Satu-satunya hiburan bagi Samuel pada waktu itu hanyalah bahwa dia boleh melihat kekasihnya, Terenia, tiga kali seminggu.
Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tentu saja Terenia disertai seorang pendamping dalam pertemuan itu, dan setiap kali Samuel menerminya, dia semakin mencintainya. Namun, semuanya menumbuhkan
perasaan pedih, karena semakin sering dia menjumpainya, semakin dekat dia menjelang saat akan kehilangan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kekasihnya. "Kau pasti menemukan suatu jalan," Terenia terus-menerus meyakinkannya.
Tetapi sekarang tinggal tiga minggu lagi, dan Samuel belum juga menemukan jalan keluar. Keadaan masih tetap seperti awal masa itu.
Pada suatu malam Terenia datang menjenguk Samuel di kandang. Dia melingkarkan lengannya ke bahu pemuda itu, dan berkata, "Ayo kita melarikan diri, Samuel."
Samuel belum pernah mencintainya begitu mendalam
seperti saat itu. Gadis itu bersedia merendahkan
derajatnya, melepaskan ayah dan ibunya, kehidupannya yang serba nyaman, untuk dirinya.
Dia memeluk gadis itu erat-erat, dan berkata, "Kita tidak bisa. Ke mana pun kita pergi, aku masih tetap pendorong gerobak."
"Aku tak peduli."
Samuel membayangkan rumah Terenia yang indah,
dengan kamar-kamar yang luas dan para pelayan. Lalu dia membayangkan kamar kecil jorok yang dipakainya
bersama ayah dan bibinya, dan dia berkata, "Aku peduli, Terenia."
Gadis itu pun membalik lalu pergi.
Keesokan pagi Samuel bertemu Isaac, mantan teman
sekolahnya, yang berjalan menuntun seekor kuda. Kuda itu hanya bermata satu, menderita kejang akut, lumpuh dan tuli.
"Pag! Samuel." Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Pagi, Isaac. Aku tak tahu kau mau pergi ke mana dengan kuda yang malang itu, tapi kau sebaiknya bergegas.
Tampaknya dia tak punya waktu lama lagi."
"Dia tak perlu berlama-lama. Aku mau membawa Lottie ke pabrik perekat."
Mendadak Samuel mengamati binatang itu dengan
penuh minat. "Rasanya mereka tak akan membayarmu
terlalu mahal untuknya."
"Aku tahu. Aku hanya ingin beberapa florin untuk
membeli gerobak." Hati Samuel mulai berdebar keras. "Rasanya aku bisa menolongmu, sehingga tak perlu menempuh perjalanan panjang. Aku bersedia menukar gerobakku dengan
kudamu." Tawar-menawar itu tidak sampai lima menit.
Sekarang, Samuel hanya perlu merakit sebuah gerobak lain, dan menjelaskan kepada ayahnya bagaimana dia kehilangan gerobak lama mereka, dan bagaimana dia
sampai memiliki seekor kuda yang sedang sekarat.
Samuel menuntun Lottie ke kandang, tempat dia dulu menaruh Ferd. Dari pengamatan yang lebih dekat, tampang kuda ini lebih mencemaskan lagi. Samuel menepuk
binatang itu, dan berkata, "Jangan khawatir, Lottie. Kau akan membuat sejarah pengobatan."
Beberapa menit kemudian, Samuel mulai mengerjakan
sebuah serum baru. Karena kondisi geto yang padat dan kotor, wabah
penyakit sering berjangkit. Wabah terakhir ialah sejenis
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
demam yang mengakibatkan batuk parah, pembengkakan kelenjar-kelenjar, dan kematian yang memilukan. Para dokter tidak mengetahui penyebabnya, atau bagaimana melawan penyakit itu. Ayah Isaac terkena penyakit itu.
Ketika Samuel mendengar berita itu, dia bergegas menemui Issac.
"Dokter sudah ke sini," kata pemuda yang terisak-isak itu kepada Samuel. "Dia bilang tidak ada yang bisa dia lakukan."
Dari tingkat atas mereka bisa mendengar suara
batuk-batuk yang memilukan, yang rasanya tak akan
kunjung berhenti. "Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku," kata
Samuel. "Berikan padaku sehelai saputangan milik
ayahmu." Isaac memandang keheranan kepadanya.
"Apa?" "Saputangan bekas yang dipakainya. Dan hati-hati,
saputangan itu penuh kuman."
Satu jam kemudian, Samuel kembali ke kandang. Dia
memindahkan isi saputangan dengan sangat hati-hati ke sebuah cawan berisi kaldu.
Dia bekerja sepanjang malam itu, dan sehari penuh
esoknya, dan hari berikutnya. Dia menyuntikkan dosis-dosis kecil dari bahan itu kepada Lottie yang sabar, kemudian dosis-dosis lebih besar. Dia melawan waktu, berusaha menyelamatkan hidup ayah Isaac.
Dia berusaha menyelamatkan hidupnya sendiri.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
-odwo- Bertahun-tahun kemudian, Samuel tak pernah yakin,
apakah Tuhan memilihnya, atau si kuda tua renta itu.
Namun, Lottie mampu bertahan menghadapi dosis yang semakin meningka
t, dan Samuel memperoleh adonan
antitoksinnya yang pertama. Tugas berikutnya adalah membujuk ayah Isaac untuk mengizinkannya mencobakan serum itu kepadanya.
Ternyata upaya itu tidak memerlukan banyak rayuan.
Ketika Samuel sampai ke rumah Isaac rumah itu penuh sesak dengan sanak keluarga yang menangisi lelaki yang sedang menyabung nyawa di tingkat atas.
"Dia hanya punya waktu sebentar lagi," tutur Isaac kepada Samuel.
"Boleh aku menengoknya?"
Kedua pemuda itu naik ke tingkat atas. Ayah Isaac
terbaring di tempat tidur, dengan wajah merah padam karena demam. Setiap batuk yang menyakitkan, membuat tubuhnya tegang, dan keadaannya makin melemah.
Tampak nyata bahwa dia menghadapi maut.
Samuel menarik napas dalam-dalam, dan berkata, "Aku ingin bicara padamu dan ibumu."
Tak seorang pun dari mereka berdua menaruh
kepercayaan pada botol kecil yang dibawa Samuel, tetapi bagaimanapun tak ada kemungkinan lain kecuali mati.
Mereka mengambil risiko, semata-mata karena tidak akan rugi.
Samuel menyuntik ayah Isaac dengan serumnya. Dia
menunggu di samping tempat tidur sampai tiga jam, dan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
tidak tampak tanda-tanda perubahan. Serum itu tidak bekerja. Malah sebaliknya, batuk si sakit tampak semakin gencar. Akhirnya, Samuel pergi tanpa berani menatap mata Isaac.
Di waktu fajar keesokan harinya, Samuel harus pergi ke Krakov untuk membeli barang-barang. Dia sudah tak sabar ingin kembali pulang untuk melihat apakah ayah Isaac masih hidup.
Pasar penuh sesak dengan manusia, dan bagi Samuel
terasa bagaikan seabad untuk menyelesaikan semua
kebutuhannya. Hari sudah senja ketika gerobaknya
akhirnya terisi, dan dia melangkah kembali ke arah geto.
Ketika Samuel masih berada pada jarak dua mil dari pintu-pintu gerbang, terjadi suatu bencana. Salah satu roda gerobaknya patah menjadi dua, dan seluruh barang
dagangannya berhamburan di pinggir jalan. Samuel
bagaikan menghadapi buah simalakama. Dia harus mencari sebuah roda baru, namun tak berani meninggalkan
gerobaknya tanpa penjagaan. Gerombolan orang mulai berkerumun
di sekitarnya, memandangi barang dagangannya dengan mata serakah. Samuel melihat
seorang polisi berseragam menuju kepadanya - seorang kafir - dan dia maklum, malang tak dapat dihindari. Mereka akan mengambil segala-galanya darinya. Polisi itu
menyeruak di antara gerombolan orang, dan berpaling kepada pemuda yang diliputi ketakutan itu. "Gerobakmu butuh roda baru."
"Y-ya, Tuan." "Kau tahu di mana bisa mendapatkannya?"
"Tidak, Tuan." Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Polisi itu menuliskan sesuatu pada secarik kertas.
"Pergilah ke tempat ini. Katakan apa yang kaubutuhkan."
Samuel berkata, "Saya tak mungkin meninggalkan
gerobak." "Bisa saja," kata polisi itu. Dia memandang dengan tegas ke arah kerumunan orang. "Saya akan menjaga di sini.
Cepatlah!" Samuel berlari sepanjang jalan. Dengan mengikuti
petunjuk pada secarik kertas itu, dia akhirnya sampai ke sebuah bengkel besi. Ketika Samuel menceritakan
keadaannya, si pandai besi menemukan sebuah roda
dengan ukuran yang tepat untuk gerobaknya. Samuel
membayar roda itu dengan uang dari kantong kecil yang dibawanya. Dia masih mempunyai sisa enam keping uang perak.
Dia berlari kembali ke tempat gerobaknya, dengan
menggelindingkan roda itu di depannya. Polisi itu masih berdiri di sana, dan gerombolan orang sudah bubar.
Barang-barang dagangannya selamat. Dengan bantuan
polisi itu, dia masih menghabiskan waktu setengah jam lagi untuk memasang roda dan mengencangkannya. Sekali lagi dia beranjak pulang. Pikirannya melayang kepada ayah Isaac. Apakah Samuel akan menemukannya dalam keadaan hidup, atau mati" Dia merasa tak tahan berada dalam ketidaktahuan lebih lama lagi.
Kini dia hanya beriarak satu mil dari geto. Samuel bisa melihat tembok-temboknya yang tinggi menjulang di
angkasa. Ketika dia mengamatinya, matahari terbenam di ufuk barat, dan jalan-jalan yang asing itu diliputi kegelapan.
Karena segala kejadian yang menegangkan sehari itu, Samuel jadi lupa waktu. Hari sudah lewat senja, dan dia masih berada di luar pintu gerbang! Dia mulai berlari,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mendorong gerobak yang berat di depannya. Hatinya
berguncang keras sampai serasa akan copot. Pintu-pintu gerbang sudah akan ditutup. Samuel teringat akan segala cerita mengerikan yang pernah didengarnya, tentang orang-orang Yahudi yang terkunci di luar pintu .gerbang pada malam hari. Dia mulai berlari lebih cepat lagL Ada kemungkinan kali ini hanya ada seorang penjaga yang bertugas. Kalau kebetulan Paul yang ramah itu, mungkin Samuel masih mempunyai kesempatan. Tetapi kalau
Aram-Samuel tidak berani memikirkan hal itu. Kegelapan makin memekat sekarang, menyelimuti dirinya bagai kabut hitam, dan hujan pun turun rintik-rintik. Samuel sudah mendekati tembok-tembok geto, tinggal dua blok lagi, dan tiba-tiba pintu gerbang yang besar pun menjulang di depan mata. Keduanya sudah tertutup.
Samuel belum pernah menyaksikan kedua pintu gerbang itu dari sisi luar dalam keadaan tertutup. Kehidupan rasanya seperti dijungkir balik, dan dia gemetar ketakutan.
Dia tertutup dari keluarganya, dari dunianya, dari segala yang akrab baginya. Dia memperlambat langkahnya,
menghampiri pintu gerbang dengan waspada, sambil
mencari-cari para penjaga. Mereka tidak tampak. Samuel mendadak dijalari segelintir harapan. Mungkin para penjaga sedang dipanggil untuk suatu urusan darurat.
Samuel akan mencari akal untuk membuka pintu gerbang, atau memanjat tembok-tembok tanpa terlihat. Ketika dia sampai ke pintu gerbang, sosok seorang penjaga melangkah dari kegelapan.
"Ayo maju," perintah penjaga itu.
Samuel tak mampu melihat wajah si penjaga dalam
kegelapan. Namun, dia mengenali suaranya. Aram.
"Ayo sini, mendekat."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dengan wajah menyeringai Aram mengawasi Samuel
mendekat. Pemuda itu belalan terhuyung-huyung"Nah, begitu," ujar Aram memberi dorongan.
"Jalan terus." Perlahan-lahan, Samuel melangkah menuju raksasa itu.
Perutnya terasa mual. Kepalanya berdenyut-denyut.
"Tuan," kata Samuel. "Biarkan saya memberi penjelasan.
Saya mengalami kecelakaan. Gerobak saya ?"
Aram mengulurkan tinjunya yang kokoh, merenggut
Samuel pada leher bajunya, dan mengangkatnya ke atas.
"Anak Yahudi keparat," geramnya lirih. "Apa kaukira aku kepingin tahu kau dari mana" Kau berada di sisi yang keliru dari pintu gerbang. Kau tahu apa yang akan terjadi dengan dirimu?"
Pemuda itu menggelengkan kepalanya penuh ketakutan.
"Biar kuberitahu;' kata Aram. "Kita mengeluarkan
maklumat baru minggu yang lalu. Setiap orang Yahudi yang tertangkap di luar pintu gerbang setelah matabari
terbenam, akan dikapalkan ke Silesia. Sepuluh tahun kerja paksa. Bagaimana pendapatmu tentang hal itu?"
Samuel tak bisa mempercayai hal itu. "Tapi saya - saya tidak melakukan apa-apa. Saya -"
Dengan tangan kanannya Aram meninju mulut Samuel
sekuat-kuatnya, kemudian membiarkan pemuda itu
terkapar di tanah. "Ayo kita pergi," perintah Aram.
"Ke - ke mana?" tanya Samuel. Suaranya tersendat
dicekam ketakutan. "Ke asrama polisi. Pada pagi hari kau akan dikapalkan dengan bajingan-bajingan yang lain. Berdiri."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Samuel masih tetap terkapar, tak mampu memusatkan
pikirannya. "Saya - saya harus masuk untuk pamitan dengan keluarga saya."
Aram menyeringai. "Mereka tak akan kehilangan
dirimu." "Saya mohon!" pinta Samuel mengiba-iba. "Biarkan biarkan saya setidaknya mengirim pesan kepada mereka."
Senyum lenyap dari wajah Aram. Dia berdiri di depan Samuel dengan sikap mengancam. Ketika dia berbicara lagi, suaranya lirih. "Aku bilang, bangun, Yahudi keparat! Kalau aku harus mengatakannya sekali lagi, akan kutendang kemaluanmu sampai hancur."
Perlahan-lahan, Samuel bangkit. Aram menggamit
lengannya dengan cengkeraman kuat, dan mulai menyeretnya ke asrama polisi. Sepuluh tahun kerja paksa di Silesia! Tak seorang pun pernah kembali dari sana. Dia mendongak kepada orang yang mencengkeram lengannya, menyeretnya ke jembatan yang menuju asrama polisi.
"Ampun, jangan lakukan hal ini terhadap saya," pinta Samuel sekali lagi. "Lepaskan saya."
Aram makin mengencangkan cengkeramannya, sehingga
darah seperti berhenti mengalir di tempat itu. "Merengeklah terus," kata Aram. "Aku senang mendengar orang Yahudi merengek minta dikasihani. Kau pernah mendengar tentang Silesia" Kau akan tepat menghadapi musim dingin. Tapi, tak perlu cemas. Tambang bawah tanah cukup hangat dan nyaman. Kalau nanti paru-parumu mulai menghitam oleh batu bara, dan kau mulai
batuk-batuk, mereka akan mengeluarkanmu untuk mati di padang salju."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Di seberang jembatan di depan mereka, yang nyaris tak kelihatan karena hujan, terletak bangunan kaku yang berfungsi sebagai asrama polisi.
"Lebih cepat!" seru Aram.
Tiba-tiba Samuel tahu bahwa dia tak akan membiarkan seorang pun melakukan hal ini terhadap dirinya. Dia berpikir tentang Terenia, dan keluarganya, dan ayah Isaac.
Tak seorang pun boleh mencabut nyawanya. Bagaimanapun dia harus meloloskan diri, untuk menyelamatkan dirinya. Mereka sekarang rneUntasi
jembatan sempit itu. Sungai di bawahnya mengalir deras, penuh air oleh hujan musim dingin. Mereka tinggal
menempuh tiga puluh meter lagi. Apa pun yang harus dilakukan, harus dilakukan sekarang. Tetapi, bagaimana dia bisa meloloskan diri" Aram bersenjata, dan meski tanpa senjata pun penjaga bertubuh raksasa itu akan dapat membunuhnya dengan mudah. Dia hampir dua kali lebih besar daripada Samuel, dan jauh lebih kuat. Mereka sampai di sisi lain dari jembatan sekarang, dan asrama polisi tidak jauh lagi di depan mereka.
"Ayo cepat," bentak Aram, sambil menyeret Samuel.
"Aku masih punya tugas lain."
Mereka sudah begitu dekat dengan bangunan asrama
polisi, sehingga Samuel bisa mendengar gelak tawa para petugas
dari dalam. Aram lebih mengencangkan cengkeramannya, dan mulai menyeret pemuda itu ke
halaman berbatu kerikil yang menuju asrama polisi. Waktu hanya tinggal beberapa detik. Samuel merogoh ke dalam sakunya dengan tangan kanan, dan merasakan kantong yang berisi enam keping uang perak. Jari-jemarinya menggenggam kantong itu, dan darahnya mulai bergolak penuh ketegangan. Dengan hati-hati, dia menarik kantong
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
itu keluar dari sakunya dengan tangannya yang bebas, melepaskan tali pengikatnya, dan menumpahkan isinya.
Uang-uang keping itu bergerincing di atas batu-batuan.
Aram mendadak berhenti. "Apa itu?"
"Tidak apa-apa," sahut Samuel cepat.
Aram memandang tajam ke mata pemuda dan
menyeringai. Sambil tetap mencengkeram Samuel kuat-kuat, dia mundur selangkah, memandang ke tanah, dan melihat kantong uang yang terbuka.
"Kau tidak perlu uang di tempat tujuanmu itu," kata Aram.
Dia membungkuk untuk memungut kantong itu, dan
pada saat itu Samuel membungkuk juga. Aram meraih
kantong berisi uang itu darinya. Tetapi bukan kantong uang itu yang diincar Samuel. Tangannya menggenggam salah satu batu kerikil besar di tanah, dan ketika Samuel berdiri lagi, dia melemparkan batu itu ke mata Aram dengan sekuat tenaga, membuat mata itu berubah menjadi
agar-agar merah. Dia terus melempar bertubi-tubi. Dia menyaksikan hidung penjaga itu melesak ke dalam,
kemudian mulutnya, sampai akhirnya wajahnya tak lain dari seonggok darah merah. Namun demikian, Aram masih tegak di atas kedua kakinya, bagaikan makhluk buta yang mengerikan. Samuel memandang dengan penuh ketakutan, tetapi tak bertenaga untuk melemparinya lagi. Lalu perlahan-lahan, tubuh raksasa itu pun roboh. Samuel memandang terbelalak kepada penjaga yang tak bernyawa itu, sulit mempercayai apa yang telah dilakukannya. Dia mendengar suara-suara dari asrama polisi, dan tiba-tiba menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Kalau mereka memergoki
dirinya sekarang, mereka tak akan mengirimnya ke Silesia. Mereka akan mengulitinya
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
hidup-hidup, dan menggantungnya di lapangan kota.
Memukul polisi saja diancam hukuman mati, padahal dia membunuh salah seorang dari mereka. Dia harus
menyingkir secepat mungkin. Dia bisa mencoba lari ke luar perbatasan, tetapi kemudian dia akan menjadi buronan seumur hidup. Harus cari jalan keluar lain. Dia memandangi mayat yang tak berwajah itu, dan tiba-tiba tahu apa yang
harus dilakukannya. Dia membungkuk dan menggerayangi tubuh penjaga itu sampai menemukan
kunci besar untuk membuka pintu gerbang. Kemudian, sambil mengatasi perubahan perasaan yang mendadak
meliputi dirinya, Samuel menarik sepatu bot Aram lalu menyeret penjaga itu ke tepi sungai. Orang mati itu seperti satu ton beratnya. Samuel terus menyeret, dipacu oleh suara-suara dari asrama. Dia sampai ke tepi sungai. Sejenak dia berhenti untuk mengatur napasnya, lalu mendorong tubuh itu dari tepi tanggul yang curam, dan mengamatinya berguling ke dalam arus air di bawahnya. Suatu saat, yang terasa seperti keabadian, satu tangan tersangkut pinggiran sungai, tapi kemudian tubuh itu hanyut perlahan-lahan, sampai hilang dari pandangan. Samuel berdiri terpaku di sana, amat sangat ketakutan akan apa yang telah
dilakukannya. Dia memungut batu yang dipakainya tadi, dan melemparkannya ke dalam air. Dia masih tetap diliputi bahaya besar. Dia membalik dan lari melintasi jembatan, menuju pintu gerbang geto yang besar dan terkunci. Sekitar gerbang itu sunyi senyap. Dengan jari-jari gemetar, Samuel memasukkan kunci ke lubang dan memutarnya. Dia
Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik daun pintu gerbang kayu yang berat. Sedikit pun tidak bergeser. Pintu-pintu itu terlalu berat untuknya.
Tetapi pada malam itu tak ada kata tak mungkin bagi Samuel. Dia dipenuhi suatu kekuatan yang datang dari luar, dan dia menarik pintu-pintu gerbang yang berat sampai terbuka. Dia mendorong gerobaknya masuk, kemudian
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
menutup gerbang di belakangnya, lalu lari ke rumahnya sambil
mendorong gerobak. Penghuninya sedang berkumpul di ruang duduk, dan ketika Samuel melangkah masuk, mereka memandang kepadanya seperti melihat
hantu. "Mereka membiarkanmu pulang!"
"Aku - aku tak mengerti," kata ayahnya terbata-bata.
"Kami mengira kau ?"
Segera Samuel menceritakan apa yang terjadi, dan raut wajah
mereka berubah memancarkan pandangan ketakutan. "Ya, Tuhan," keluh ayah Samuel. "Mereka akan
membunuh kita semua."
"Tidak, kalau kalian dengarkan aku," kata Samuel. Dia menjelaskan rencananya.
Lima belas menit kemudian Samuel beserta ayahnya,
dan dua orang tetangga mereka, berdiri di pintu gerbang geto.
"Bagaimana kalau penjaga yang satu lagi kembali?" bisik ayah Samuel.
Samuel berkata, "Kita harus berani menghadapi
kemungkinan itu. Kalau dia ada di sana, aku yang akan bertanggung jawab."
Samuel mendorong pintu gerbang yang besar, dan
menyelinap keluar sendirian, siap disergap setiap saat. Dia memasukkan kunci besar itu ke dalam lubang, dan
memutarnya. Pintu-pintu gerbang geto sekarang terkunci dari luar. Samuel mengikatkan kunci itu ke pinggangnya, dan berjalan beberapa meter ke samping kiri pintu
gerbang. Tak lama kemudian seutas tambang terjulur turun
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
sepanjang tembok seperti seekor ular gemuk. Samuel berpegang pada tambang itu, sementara di balik tembok, ayah bersama para tetangganya mulai menariknya naik.
Ketika sampai di puncak tembok, Samuel membuat simpul pada salah satu ujung tarnbang, dan mengikatnya pada sebuah pasak besi, lalu merosot turun ke tanah. Setelah tiba dengan selamat di bawah, dia mengguncang-guncangkan tali sampai lepas.
"Ya, Tuhan!" gumam ayahnya. "Apa yang akan terjadi pada waktu fajar?"
Samuel memandang kepadanya, dan menyahut, "Kita
akan menggedor-gedor gerbang, minta mereka supaya
membukakannya." Pada waktu fajar, geto penuh polisi dan tentara
berseragam. Mereka terpaksa harus mencari kunci khusus untuk membuka pintu-pintu gerbang ketika matahari
terbit, untuk mengeluarkan para pedagang yang sementara itu sudah berteriak-teriak. Paul, penjaga yang kedua, mengaku meninggalkan tempat tugasnya, dan melewatkan sepanjang malam di Krakov. Dia langsung ditahan. Namun, hal itu belum memecahkan teka-teka sekitar Aram.
Biasanya, hilangnya seorang penjaga dalam jarak begitu dekat dengan geto sudah merupakan alasan cukup untuk suatu pogrom. Tetapi, polisi terkecoh oleh pintu gerbang yang tertutup. Karena orang-orang Yahudi itu terkunci aman di dalam, mereka sudah pasti tak mungkin membunuh Aram. Akhirnya mereka sepakat, bahwa Aram pasti lari bersama salah satu dari sekian banyak kawan wanitanya. Mereka memperkirakan bahwa dia membuang kunci yang berat, dan tidak praktis itu. Mereka mencari di mana-mana, tetapi tidak berhasil menemukannya. Tidak
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mengherankan, karena kunci itu terkubur dalam-dalam di tanah, di bawah rumah Samuel.
Karena kelelahan fisik dan emosional, Samuel terempas di ranjangnya dan langsung tertidur seketika itu juga. Dia terbangun
oleh seseorang yang berteriak dan mengguncang-guncangkan tubuhnya. Pikiran Samuel yang pertama ialah: Mereka telah menemukan tubuh Aram.
Mereka datang untuk menangkapku.
Dia membuka matanya. Isaac berdiri di depannya dalam keadaan tak terkendali. "Sudah berhenti!" teriak Isaac.
"Batuk-batuk itu berhenti. Benar-benar suatu bracha! Ayo, ikut ke rumah."
Ayah Isaac duduk di tempat tidurnya. Demamnya lenyap secara ajaib, dan batuk-batuknya berhenti.
Ketika Samuel melangkah ke sisi ranjang, lelaki tua itu berkata, "Rasanya aku ingin makan sup ayam," dan Samuel pun terisak-isak.
Dalam satu hari dia mencabut satu nyawa, dan
menyelamatkan satu nyawa pula.
Berita tentang ayah Wac menjalar cepat ke seluruh geto.
Keluarga orang-orang yang berada di ambang kematian berduyun-duyun mendatangi rumah keluarga Roffe,
memohon kepada Samuel untuk diberi sedikit serum
ajaibnya. Samuel kewalahan melayani permintaan mereka.
Dia pergi menemui Dr. Wal. Dokter itu telah mendengar apa yang dilakukan Samuel, tetapi dia belum yakin.
"Saya harus melihat dengan mata kepala sendiri," dia berkata. "Buatlah satu adonan serum, dan aku akan
mencobanya pada salah satu pasienku."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Ada puluhan pilihan, dan Dr. Wal memilih seorang yang paling tidak punya harapan hidup. Dalam waktu dua puluh empat jam, pasien itu sudah menuju kesembuhan.
Dr. Wal pergi ke kandang tempat Samuel bekerja
siang-malam mempersiapkan serum, dan berkata, "Serum itu bekerja, Samuel. Kau berhasil. Apa yang kauinginkan sebagai mas kawin?"
Samuel pun mendongak, dan menjawab letih,
"Seekor kuda lagi."
Tahun itu, 1868, adalah awal dari Roffe Sons.
Samuel dan Terenia menikah, dan Samuel menerima
mas kawin berupa enam ekor kuda dan sebuah
laboratorium kecil, tetapi dengan peralatan lengkap.
Samuel mengembangkan percobaan-percobaannya. Dia
mulai menyuling ramuan dari tumbuh-tumbuhan, dan
segera para tetangganya mulai mendatangi laboratorium kecil itu untuk membeli obat-obatan untuk pelbagai penyakit mereka. Mereka tertolong, dan ketenaran Samuel terus menyebar. Kepada mereka yang tak mampu
membayar, Samuel selalu mengatakan, "Tak perlu risau.
Ambil sajalah." Sedang kepada Terenia, "Obat adalah untuk menyembuhkan, bukan untuk mencari keuntungan."
Usahanya terus maju, dan tak lama kemudian dia bisa berkata kepada Terenia, "Kukira sudah waktunya
membuka toko obat kecil, di mana kita bisa menjual salep, dan serbuk obat, dan barang-barang lain, di samping resep."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Toko itu berhasil sejak awal. Para hartawan yang dulu menolak untuk membantu Samuel, sekarang datang
kepadanya dengan tawaran uang.
"Kita bisa jadi mitra usaha," kata mereka. "Mari kita membuka rantai pertokoan."
Samuel membicarakannya dengan Terenia.
"Aku takut terhadap mitra usaha. Ini usaha kita. Aku tidak menyukai gagasan bahwa orang-orang luar ikut memiliki bagian hidup kita."
Terenia sependapat dengannya.
Ketika usaha itu terus maju dan berkembang dengan
toko-toko tambahan, tawaran uang terus mengalir. Samuel tetap menolak mereka.
Ketika ayah mertuanya menanyakan kenapa, Samuel
menjawab, "Jangan sekali-kali memasukkan rubah yang ramah ke kandang ayam kita. Suatu hari dia akan merasa lapar."
Sementara usahanya terus berkembang, demikian pula perkawinan Samuel dan Terenia. Wanita itu melahirkan lima anak lelaki - Abraham, Joseph, Anton, Jan, dan Pitor dan bersama kelahiran setiap anak lelaki itu, Samuel membuka sebuah apotek baru, setiap kali lebih besar daripada sebelumnya. Mulanya Samuel menggaji tenaga satu orang untuk bekerja padanya, kemudian dua, dan dalam waktu singkat dia sudah mempunyai lebih dari dua lusin karyawan.
Pada suatu hari Samuel menerima kunjungan seorang
pejabat pemerintah. "Kami menghapuskan beberapa
batasan terhadap orang-orang Yahudi," dia berkata. "Kami
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
ingin Anda membuka sebuah apotek dan toko obat di
Krakov." Samuel pun melaksanakannya. Tiga tahun kemudian dia sudah cukup makmur untuk mendirikan bangunannya
sendiri di pusat kota Krakov, dan membelikan sebuah rumah indah untuk Terenia di kota. Samuel akhirnya mencapai impiannya untuk keluar dari geto.
Namun, impiannya jauh menembus batas-batas Krakov.
Ketika anak-anaknya semakin besar Samuel menggaji
guru-guru pribadi untuk mereka, dan setiap anak lelaki itu belajar bahasa yang berbedabeda.
"Dia sudah gila," ujar ibu mertua Samuel. "Dia menjadi bahan tertawaan tetangga sekitarnya, dengan menyuruh Abraham dan Jan belajar bahasa Inggris, Joseph bahasa Jerman, Anton bahasa Prancis, dan Pitor bahasa Italia.
Mereka mau bicara kepada siapa" Tak seorang pun di sini bicara bahasa-bahasa tak keruan itu. Anak-anak itu bahkan tak bisa saling berbicara satu kepada yang lain."
Samuel hanya tersenyum, dan berkata sabar, "Itu
merupakan bagian dari pendidikan mereka." Dia tahu kepada siapa anak-anaknya akan berbicara.
Ketika anak-anak itu menginjak masa remaja, mereka telah bepergian ke berbagai negara bersama ayah mereka.
Dalam setiap perjalanan Samuel meletakkan dasar-dasar untuk rencana masa depannya. Ketika Abraham berumur dua puluh satu tahun, Samuel mengumpulkan seluruh
keluarga, dan menyatakan, "Abraham akan menetap di Amerika."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Amerika!" teriak ibu Terenia. "Negara itu penuh
orang-orang buas! Aku tak akan membiarkanmu melakukan hal itu kepada cucuku. Anak itu akan tetap di sini supaya tetap aman."
Aman. Samuel terpikir akan segala pogrom dan Aram, dan pembunuhan ibunya.
"Dia harus pergi ke luar negeri," Samuel menegaskan.
Dia berpaling kepada Abraham, "Kau harus membuka
sebuah pabrik di New York, dan mengendalikan usaha di sana."
Abraham menjawab bangga, "Baik, Ayah."
Samuel berpaling kepada Joseph. "Pada hari ulang
tahunmu kedua puluh satu, kau akan pergi ke Berlin."
Joseph mengangguk. Anton berkata, "Dan aku akan pergi ke Prancis.
Mudah-mudahan, Paris."
"Awas, hati-hati kau," geram Samuel. "Gadis-gadis kafir di sana sangat cantik."
Dia berpaling kepada Jan, "Kau akan pergi ke Inggris."
Pitor, si bungsu, berkata dengan penuh semangat, "Dan aku akan pergi ke Italia, Ayah. Kapan aku boleh berangkat?"
Samuel tertawa, dan menyahut, "Tidak malam ini, Pitor.
Kau harus menunggu sampai umur dua puluh satu."
Demikianlah yang terjadi. Samuel berhasil mengirim anak-anak lelakinya ke luar negeri, dan membantu mereka membuka kantor dan membangun pabrik. Dalam tujuh
tahun kemudian, sudah ada lima cabang keluarga Roffe di lima mancanegara. Mereka sudah hampir menjadi sebuah dinasti, dan Samuel memerintahkan pengacaranya untuk
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mengatur sedemikian rupa, agar meskipun setiap
perusahaan adalah bebas, pada saat bersamaan mereka bertanggung jawab terhadap perusahaan induk.
"Jangan ada orang luar," Samuel terus mengingatkan pengacaranya. "Saham tak boleh meninggalkan keluarga."
'Tidak akan," pengacara meyakinkannya. "Tetapi kalau anak-anak Anda tak bisa menjual saham-saham mereka, Samuel, bagaimana mereka harus hidup" Saya yakin Anda menginginkan mereka hidup berkecukupan."
Samuel mengangguk. "Kita akan mengatur agar mereka tinggal di rumah-rumah yang indah. Mereka akan
menerima gaji dan tunjangan hidup berlebihan, tetapi yang lain harus dimasukkan kembali dalam usaha. Kalau mereka ingin menjual saham, harus ada kesepakatan bulat. Saham terbesar akan menjadi milik anakku yang paling sulung, dan keturunannya. Kita akan menjadi besar. Kita akan lebih besar daripada keluarga Rothschild."
Dalam tahun-tahun berikutnya, ramalan Samuel menjadi kenyataan. Perusahaan itu tumbuh dan berkembang.
Meskipun keluarga itu terpencar-pencar, Samuel dan Terenia mengusahakan agar mereka sedapat mungkin
tetap terlibat dalam suatu ikatan erat. Anak-anak mereka selalu pulang ke rumah pada hari-hari ulang tahun dan hari raya. Namun, mereka tidak sekadar pulang untuk berpesta ria. Anak-anak itu segera menyingkir bersama ayah
mereka, dan membicarakan masalah perusahaan. Mereka bahkan memiliki jaringan mata-mata sendiri. Setiap kali salah seorang dari mereka, di salah satu negara, mendengar tentang perkembangan suatu obat baru, dia akan mengirim petugas untuk melaporkan kepada yang lain-lain. Mereka lalu akan memproduksi obat itu sendiri. Dengan demikian
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mereka selalu berusaha mendahului pesaing-pesaing
mereka. Sejalan dengan perputaran waktu, anak-anak lelaki itu menikah, dan mendapat anak-anak, dan memberi
cucu-cucu kepada Samuel. Abraham pergi ke Amerika pada ulang tahunnya kedua puluh satu, dalam tahun 1891. Tujuh tahun kemudian, dia mengawini seorang gadis Amerika.
Dalam tahun 1905, wanita itu melahirkan cucu Samuel yang pertama, Woodrow, yang kemudian mempunyai anak bernama Sam. Joseph
mengawini seorang gadis Jerman, yang melahirkan
seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Si anak lelaki pada gilirannya menikah dengan seorang gadis yang memberinya seorang anak perempuan, Anna. Anna kawin dengan seorang pernuda Jerman, Walther Cassner. Di Prancis, Anton mengawini seorang gadis Prancis, dan mendapat dua orang anak lelaki. Seorang anaknya bunuh diri. Yang seorang lagi menikah dan mempunyai seorang anak perempuan, Helene. Dia menikah beberapa kali, tetapi tidak mempunyai anak. Sementara di London, Jan
mengawini seorang gadis Inggris. Anak perempuan tunggal mereka menikah dengan seorang baronet bernama Nichols, dan mempunyai seorang anak yang mereka namakan Alec.
Di Roma, Pitor mengawini seorang gadis Italia. Mereka mempunyai seorang anak lelaki dan seorang anak
perempuan, Ketika si anak lelaki itu menikah istrinya melahirkan seorang anak perempuan, Simonetta, yang kemudian jatuh cinta dan menikah dengan seorang arsitek muda, Ivo Palazzi.
Itulah keturunan Samuel dan Terenia Roffe.
Samuel hidup cukup lama, sehingga bisa menyaksikan angin
perubahan yang melanda dunia. Marconi Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
menciptakan telegrafi tak berkawat, dan kakak-beradik Wright meluncurkan pesawat terbang mereka yang
pertama di Kitty Hawk. Kasus Dreyfus menjadi
berita-berita utama dan Laksamana Peary mencapai Kutub Utara. Model-T dari Ford memasuki produksi masal; ada lampu-lampu listrik dan telepon. Dalam dunia obat-obatan, kuman-kuman penyebab tuberkulosis dan tifus dan malaria berhasil diisolasi dan dijinakkan.
Tidak lebih dari setengah abad setelah didirikan, Roffe and Sons berhasil menjadi raksasa multinasional yang melingkari dunia.
Samuel dan kuda rentanya, Lottie, telah menciptakan suatu dinasti.
Setelah selesai membaca Buku itu, mungkin untuk
kelima kali, Elizabeth dengan tenang mengembalikannya ke tempatnya, di balik lemari kaca. Dia tidak memerlukannya lagi. Dia merupakan bagian darinya, sebagaimana. Buku itu merupakan bagian dari dirinya.
Untuk pertama kall dalam hidupnya, Elizabeth tahu
siapa dirinya, dan dari mana asal-usulnya.
BAB 12 ELIZABETH bertemu Rhys Williams untuk pertama kali pada hari ulang tahunnya yang kelima belas, semester kedua tahun pertama di sekolah. Lelaki Itu singgah di sekolah untuk membawakan Elizabeth hadiah ulang tahun dari ayahnya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Dia sebenamya ingin datang sendiri," Rhys menjelaskan,
"tetapi dia sibuk sekali." Elizabeth berusaha menyembunyikan kekecewaannya, tetapi Rhys cepat
menyimak hal itu. Ada suatu kesenduan pada gadis itu, suatu kepolosan yang menyentuh hatinya. Tanpa pikir panjang, dia berkata, "Bagaimana kalau kau dan aku makan malam bersama?"
Itu gagasan yang paling celaka, pikir Elizabeth. Dia bisa membayangkan mereka berdua berjalan bersama, masuk ke sebuah restoran: dia, pria tampan luar biasa, sopan; sedang dirinya, gemuk, berwajah tembam, dengan gigi berkawat. "Terima kasih, tidak," sahut Elizabeth kaku.
"Saya - saya banyak pelajaran."
Tetapi, Rhys Williams tidak mau menerima penolakan.
Dia membayangkan berbagai ulang tahunnya sendiri, yang harus
berlalu dalam kesepian. Dia berhasil mendapatkan.izin dari kepala sekolah untuk keluar, membawa Elizabeth makan malam. Mereka masuk ke mobil Rhys, dan mulai mengarah ke bandar udara.
"Neuchatel ke sana," kata Elizabeth.
Rhys memandang kepadanya, dan berkata dengan polos,
"Siapa bilang kita mau ke Neuchatel?"
"Jadi, kita pergi ke mana?"
"Maxim. Itulah satu-satunya tempat untuk merayakan ulang tahun kelima belas."
Mereka terbang ke Paris dengan pesawat jet pribadi, dan menikmati makan malam yang hebat. Hidangan dibuka
dengan pastel hati bebek dengan jamur, sup udang besar, bistik panggang saus jeruk, dan selada istimewa Maxim, lalu ditutup dengan sampanye dan kue ulang tahun.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Kemudian Rhys membawa Elizabeth ke Champs Elysees, dan mereka kembali ke Swiss larut malam itu.
Itulah malam paling manis dalam hidup Elizabeth. Entah bagaimana, Rhys berhasil membuatnya merasa menarik, dan cantik, dan itu merupakan pengalaman yang
memabukkan. Ketika Rhys menurunkannya di sekolah,
Elizabeth berkata, "Aku tak tahu bagaimana harus
berterima kasih kepadamu. Aku " ini saat paling indah yang pernah kualami."
"Berterima kasihlah kepada ayahmu," sahut Rhys sambil menyeringai. "Semua ini atas anjurannya."
Tetapi Elizabeth tahu hal itu tidak benar.
Dia menyimpulkan bahwa Rhys Williams adalah lelaki paling mengagumkan yang pernah dijumpainya. Tak
diragukan, juga lelaki paling menawan. Malam itu, dia naik ke tempat tidur sambil memikirkan lelaki itu. Kemudian dia bangkit, dan melangkah ke meja kecil di bawah jendela. Dia mengambil sehelai kertas dan sebuah pena, serta menulis,
"Mrs. Rhys Williams."
Lama sekali dia menatap kata-kata itu.
Rhys terlambat dua puluh empat jam untuk kencannya dengan aktris Prancis yang seksi, tetapi dia tidak risau.
Mereka pergi ke Maxim juga. Dan Rhys tak bisa
mengingkari bahwa saat bersama Elizabeth malam itu di tempat yang sama, ternyata lebih menarik.
Suatu saat kelak, gadis itu akan menjadi seseorang yang patut diperhitungkan.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth tak pernah yakin siapa yang lebih bertanggung jawab atas perubahan yang terjadi pada dirinya - Samuel atau Rhys Williams - tetapi dia mulai merasa bangga pada dirinya sendiri. Dia tidak lagi makan terus-menerus, dan tubuhnya mulai melangsing. Dia mulai menikmati olahraga, dan mulai berminat pada kehidupan di sekolah. Dia
berusaha untuk bergaul dengan siswi-siswi lain. Mereka nyaris tak percaya.
Mereka sering mengundang Elizabeth ke pesta piyama mereka, dan dia selalu menolak. Tanpa diduga, pada suatu malam dia muncul di suatu pesta piyama.
Pesta itu berlangsung di sebuah kamar yang dihuni
empat orang gadis, dan ketika Elizabeth datang, kamar itu penuh sesak dengan sedikitnya dua. lusin siswi, semua berpakaian piyama atau baju tidur. Salah satu gadis mendongak tak percaya, dan berkata, "Coba lihat, siapa yang datang. Kami sudah bertaruh bahwa kau tak akan datang."
'Tapi aku-aku ada di sini."
Udara diliputi asap rokok yang tajam. Elizabeth tahu bahwa banyak di antara gadis-gadis itu mengisap
mariyuana, tetapi dia belum pernah mencoba sekali pun.
Penjamunya, seorang gadis Prancis bernama Renee Tocar, menghampiri Elizabeth sambil mengisap sebatang rokok coklat. Dia menghirup dalam-dalam, kemudian men-julurkannya kepada. Elizabeth. "Kau merokok?"
Kalimat itu lebih merupakan pemyataan daripada
pertanyaan. "Tentu," sahut Elizabeth berbohong. Dia menerima
rokok itu, dan bimbang sejenak, kemudian meletakkannya di antara kedua bibirnya dan mulai menghirup. Dia
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
merasakan wajahnya berubah hijau, dan paru-parunya bergolak, tetapi dia mampu mengulum senyum dan
berkata, "Asyik."
Pada saat Renee berpaling, Elizabeth mengempaskan
diri ke bangku. Dia mengalami kepeningan, tetapi tak lama kemudian lenyap. Dia mencoba satu hirupan lagi.
Kepalanya. terasa ringan luar biasa. Elizabeth pernah membaca dan mendengar tentang akibat mariyuana. Bahan itu konon berkhasiat menumbuhkan perasaan bebas,
melepaskan seseorang dari dirinya. Dia menghirup lagi, kali ini lebih dalam, dan mulai merasa dirinya melayang-layang tapi nyaman, seperti berada di suatu planet lain. Dia dapat melihat kawan-kawannya di dalam kamar dan mendengar mereka bercakap-cakap, tetapi semua hanya samar-samar, dan suara-suara itu seperti bisu dan jauh sekali. Cahaya lampu tampak terang benderang, dan dia memejamkan
matanya. Bregitu menutup mata, dia. langsung melayang ke ruang angkasa. Perasaan itu sangat menyenangkan. Dia bisa melihat dirinya melayang di atas atap gedung sekolah, terus membubung ke atas, melewati Pegunungan Alpen yang bersalju menuju gumpalan kapas putih awan.
Seseorang menyebut namanya, memanggilnya kembali ke bumi. Dengan ogah-ogahan, Elizabeth membuka matanya.
Renee membungkuk di depannya, dengan pandangan
penuh kekhawatiran. "Kau tidak apa-apa, Roffe?"
Elizabeth tersenyum lamban, penuh kepuasan, dan
berkata. samar-samar, "Oh, aku merasa hebat." Dalam keadaan yang masih melayang-layang itu, dia mengaku,
Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku belum pernah mengisap mariyuana."
Renee memandang terbelalak kepadanya, "Mariyuana"
Itu tadi rokok Cauloise."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Di sisi lain dari desa Neuchatel ada sekolah putra, dan pada setiap kesempatan kawan-kawan sekelas Elizabeth mencuri waktu untuk kencan. Gadis-gadis itu tak kunjung henti
menggunjingkan para pemuda. Mereka membicarakan sosok tubuh para pemuda sampai bagian yang paling tertutup, hal-hal yang mereka biarkan
dilakukan para pemuda itu terhadap diri mereka, dan sebaliknya, hal-hal yang mereka lakukan terhadap para pemuda itu. Terkadang Elizabeth merasa telah terjerumus dalam sebuah sekolah penuh biang maniak seks. Seks merupakan obsesi bagi mereka. Salah satu permainan tubuh di sekolah ialah frolage. Seorang gadis berbaring telanjang bulat di ranjang, sementara seorang gadis lain harus membelainya dari dada ke paha. Upah untuk si pembelai ialah kue yang dibeli di warung desa. Untuk frolage sepuluh menit diupah sepotong kue. Pada akhir sepuluh menit si gadis biasanya sudah mencapai puncak kenikmatan, tetapi kalau belum, si pembelai akan
meneruskan belaiannya dan mendapat kue tambahan.
Permainan seks lain yang digemari berlangsung di
kamar mandi. Sekolah itu memiliki bak-bak mandi kuno, dengan dus tangan yang bisa dilepas dari sangkutannya di dinding samping. Gadis-gadis itu duduk dalam bak mandi lalu membuka keran air. Sementara air hangat memancar keluar, mereka menekankan kepala dus di antara kedua kaki dan menggosokkannya perlahan-lahan.
Elizabeth tak pernah ikut-ikutan, baik dengan permainan frolage maupun gosokan kepala dus, tetapi gairah berahi pada dirinya mulai meningkat dan semakin kuat. Sekitar saat
itulah dia sampai pada kesimpulan yang mengguncangkan. Salah satu guru Elizabeth, seorang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
wanita kecil mungil, bernama Chantal Harriot. Dia berumur akhir dua puluhan, tak berbeda jauh dengan siswi-siswinya.
Dia berparas menarik, dan semakin cantik kalau
tersenyum. Dia guru Elizabeth yang paling simpatik, dan Elizabeth merasakan suatu ikatan kuat dengannya. Jika sedang gundah, Elizabeth datang kepada Mlle. Harriot, dan menceritakan kesulitannya. Mlle. Harriot pendengar yang penuh pengertian. Dia lalu menggamit tangan Elizabeth dan membelainya, memberinya nasihat yang menenteramkan dan secangkir coklat panas dan biskuit, dan Elizabeth segera merasa lebih lega.
Mlle. Harriot mengajar bahasa Prancis dan juga tata busana, di mana dia menekankan gaya dan keserasian wama, dan aksesori yang tepat.
"Ingat, Anak-anak," dia selalu berkata, "pakaian yang terindah di dunia pun akan tampak jelek kalau kalian tidak memilih aksesori yang tepat." "Aksesori" merupakan semboyan Mlle. Harriot.
Jika Elizabeth merebahkan diri dalam bak mandi yang hangat, dia memikirkan Mlle. Harriot, roman mukanya waktu mereka ngobrol dan cara Mlle. Harriot membelai tangannya, dengan halus dan lembut. Ketika Elizabeth berada dalam kelas-kelas lain, pikirannya melayang kepada Mlle. Harriot. Dia teringat pada saat-saat guru itu merangkul
dan menghiburnya, dan menyentuh payudaranya. Semula Elizabeth yakin bahwa sentuhan-sentuhan itu tidak sengaja, tetapi hal itu makin sering terjadi, dan setiap kali Mlle. Harriot melemparkan pandangan lembut penuh tanda tanya, seolah-olah
menunggu suatu tanggapan. Dalam benaknya, Elizabeth membayangkan Mlle. Harriot, dengan payudaranya yang lembut menonjol, dan kedua kakinya yang jenjang, dan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
terpikir olehnya bagaimana sosoknya dalam keadaan
telanjang, di ranjang. Pada saat itulah kenyataan tersebut mengejutkan Elizabeth.
Dia seorang lesbian. Dia tidak berminat pada pemuda, karena tertarik pada gadis-gadis. Bukan gadis-gadis cilik dungu yang menjadi kawan-kawan sekelasnya, tetapi seorang yang perasa dan penuh pengertian, seperti Mlle. Harriot. Elizabeth bisa membayangkan mereka berduaan di ranjang, saling
memeluk dan membesarkan hati.
Elizabeth telah banyak membaca dan mendengar
tentang kaum lesbian, sehingga tahu betapa sulit kehidupan mereka. Masyarakat tidak setuju. Lesbianisme dianggap suatu kejahatan terhadap alam. Padahal, pikir Elizabeth, apa salahnya mencintai seseorang begitu mendalam dan mesra" Kenapa mesti dipersoalkan, apakah kita mencintai seorang lelaki atau perempuan" Bukankah cinta itu sendiri yang paling penting" Apakah perkawinan antara dua orang berlainan jenis kelamin tetapi tanpa cinta lebih baik daripada hubungan cinta antara dua orang sejenis kelamin"
Terpikir oleh Elizabeth betapa terkejut ayahnya nanti kalau mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya. Yah, dia harus menghadapinya. Dia harus menata kernbali cita-citanya tentang masa depan. Dia tak akan mungkin menjalani kehidupan yang dianggap wajar seperti
gadis-gadis lain, dengan seorang suami dan anak-anak. Ke mana pun dia pergi, dia akan menjadi seorang yang
dikucilkan, seorang pemberontak, hidup melawan arus yang berlaku dalam masyarakat. Dia dan Nflle. Harriot-Chantal - akan mencari sebuah apartemen kecil di suatu tempat, atau mungkin sebuah rumah mungil. Elizabeth akan menatanya secantik mungkin, dengan warna-warna
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
pastel, dengan aksesori yang tepat. Dia akan memilih perabotan Prancis dan lukisan-lukisan indah di dinding.
Ayahnya bisa membantu - tidak, dia tidak boleh
mengharapkan bantuan apa pun dari ayahnya. Kemungkinan besar ayahnya tak akan mau bicara lagi dengannya.
Elizabeth memikirkan pakaian-pakaiannya. Dia boleh saja seorang lesbian, tetapi tidak berniat berpakaian seperti mereka. Bukan setelan celana panjang, dan topi pria.
Barang-barang itu merupakan lonceng kusta wanita-wanita tuna rasa. Dia akan berusaha untuk tetap tampak sebagai wanita sejati.
Elizabeth berniat akan belajar menjadi ahli masak ulung, sehingga dapat menyediakan masakan kesayangan Mlle.
Harriot-Chantal. Dia membayangkan mereka berdua duduk di apartemen kecil, atau rumah mungil mereka, menikmati makan malam yang disiapkan Elizabeth di bawah cahaya lilin. Pertama-tama, dia akan menghidangkan sup kacang putih dari Vichy, disusul selada segar, kemudian hidangan udang, atau bistik, dan es krim nikmat sebagai hidangan penutup. Setelah makan mereka akan duduk-duduk di
lantai di depan perapian yang berkobar-kobar, mengamati butir-butir salju yang berjatuhan di luar jendela. Butir-butir saiju. Kalau begitu, mestinya musim dingin. Elizabeth cepat-cepat mengubah menu masakannya. Sebagai pengganti sup kacang, dia akan menyiapkan sup bawang yang panas, dan mungkin membuat fondue. Sebagai hidangan penutup bisa souffle.
Dia harus belajar mengukur waktu yang tepat, supaya souffle-nya tidak kempes. Kemudian mereka berdua akan duduk di lantai di depan perapian, dan saling membacakan syair. Mungkin T.S. Eliot. Atau V.J. Rajadhon.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Waktu adalah musuh cinta Pencuri yang memendekkan Semua saat-saat ems Aku tak pernah bisa mengerti
Kenapa para kekasih mengukur kebahagiaan mereka Dalam hari dan malam dan tahun,
Sementara cinta kita hanya bisa diukur
Dalam kesenangan dan tarikan napas dan air mata.
Ah ya, Elizabeth bisa melihat tahun-tahun panjang yang terhampar di depan mereka berdua, dan kurun waktu akan mulai melebur dalam sinar keemasan yang hangat.
Dia kemudian tertidur. Elizabeth sudah menduga, namun ketika hal itu terjadi dia terperangah juga. Pada suatu malam dia terbangun oleh suara seseorang yang memasuki kamarnya, dan menutup pintu perlahan-lahan. Mata Elizabeth terbuka lebar-lebar.
Di dalam kamar yang disinari cahaya bulan itu, tampak olehnya sebuah bayangan melangkah ke tempat tidurnya, dan seberkas sinar bulan menerangi wajah Mlle.
Harriot-Chantal. Hati Elizabeth mulai berdebar keras.
Chantal berbisik, "Elizabeth," dan berdiri di sana, membuka pakaian tidurnya. Dia tak memakai selembar kain pun di bawah pakaian tidurnya. Mulut Elizabeth segera terasa kering. Dia sering membayangkan saat-saat itu, namun ketika benar-benar terjadi dia kebingungan.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Terus terang, dia tidak tahu pasti harus berbuat apa atau bagaimana. Dia tidak ingin berlaku konyol di hadapan wanita yang dicintainya.
"Pandanglah aku," perintah Chantal dengan suara serak.
Elizabeth menurutinya. Matanya menelusuri tubuh telanjang itu. Dalam keadaan tanpa pakaian, Chantal-Harriot tidak tepat seperti yang dibayangkan Elizabeth.
Payudaranya menyerupai apel yang sudah keriput, dan sudah agak merosot. Perutnya agak buncit, dan pantat-nya-Elizabeth tak bisa menemukan istilah yang tepat-agak kedodoran.
Tetapi semua itu tidak penting. Yang penting adalah bagian dalam, jiwa perempuan itu, ketabahan dan
keberaniannya untuk berbeda dari orang-orang lain, menentang dunia dan keinginannya untuk melewatkan sisa hidupnya bersama Elizabeth.
"Bergeserlah sedikit, mon petit ange," dia berbisik.
Elizabeth menjalankan apa yang diperintahkan kepadanya, dan guru itu merebahkan diri di sampingnya.
Dia berpaling kepada Elizabeth dan merangkulnya, serta berkata, "Oh, cherie, aku sudah sering membayangkan saat-saat ini." Dia mencium bibir Elizabeth, mendorong lidahnya
ke dalam mulut Elizabeth, sambil mengerang-erang. Tak pelak lagi saat itu merupakan sensasi paling tidak nyaman bagi Elizabeth. Dia terbujur dicekam kejutan luar biasa. Jari-jemari Chantal-Mlle Harriot - menggerayangi tubuhnya, perlahan-lahan turun menyusur perutnya.
Selama itu bibirnya melumat-lumat bibir Elizabeth, seperti seekor hewan.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Inilah dia. Inilah saat gaib yang indah. Kalau kita, kau dan aku adalah satu, bersama-sama kita akan membentuk dunia
untuk menggugurkan bintang-bintang dan mengguncangkan surga. Tangan-tangan Mlle. Harriot bergerak turun, membelai paha
Elizabeth. Secepat kilat, Elizabeth
berusaha membayangkan acara makan di bawah cahaya lilin dan souffle dan malam-malam di depan perapian, dan
tahun-tahun indah yang akan mereka lewatkan berdua; tetapi semua sia-sia. Pikiran dan tubuh Elizabeth
meronta-ronta. Dia merasa tubuhnya seperti dinodai.
Mlle. Harriot mengerang, "Oh, cherie, aku ingin main cinta bersamamu."
Namun, Elizabeth hanya bisa mengatakan, "Ada satu
masalah. Salah seorang di antara kita tidak memakai aksesori yang tepat."
Dia pun tertawa dan menangis tak terkendali, menangisi bayangan acara makan malam indah di bawah cahaya lilin yang lenyap, dan tertawa karena dia ternyata seorang gadis sehat dan normal, yang baru saja menyadari bahwa dirinya bebas.
Keesokan harinya, Elizabeth mencoba kepala dus.
BAB 13 DALAM liburan Paskah pada tahun terakhir di sekolah ketika berumur delapan belas, Elizabeth pergi ke vila di Sardinia untuk melewatkan sepuluh hari di sana. Dia sudah belajar mengemudikan mobil, dan untuk pertama kali
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
bebas menjelajahi pulau itu seorang diri. Dia menyusuri jalan
sepanjang pantai dan mengunjungi kam- pung-kampung nelayan kecil. Dia berenang di vila, di bawah matahari Laut Tengah yang hangat. Di malam hari dia berbaring di tempat tidur mendengarkan senandung sendu dindingdinding karang saat angin bertiup lembut lewat celah-celahnya. Dia menghadiri sebuah karnaval di Tempio, di mana seluruh penduduk desa mengenakan
pakaian daerah. Tersamar di balik topeng-topeng penutup mata, para gadis mengundang pemuda-pemuda berdansa, dan setiap orang merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang tidak berani mereka lakukan di waktu waktu lain.
Seorang pemuda bisa saja merasa
yakin gadis mana yang dicumbunya malam itu, tetapi keesokan hari dia tak bisa mengatakan dengan pasti.
Rasanya, pikir Elizabeth, seluruh desa seperti memainkan Sang Pengawal.
Dia mengendarai mobil ke Punta Murra dan menyaksikan para Sardos memanggang anak domba di api terbuka. Para penduduk setempat memberinya seada, adonan keju kambing disiram madu panas. Dia minum
selememont, anggur putih setempat yang lezat, yang tidak bisa diperoleh di tempat lain di dunia, karena terlalu enak untuk dikirim ke luar.
Salah satu tempat kesayangan yang paling sering
dikunjungi Elizabeth ialah Red Lion Inn di Porto Cervo.
Sebuah pub kecil di bawah tanah dengan sepuluh meja untuk makan dan sebuah bar kuno.
Elizabeth menjuluki liburan itu Masa Para Pemuda.
Mereka anak-anak golongan atas, yang mengerumuninya serta mengajak Elizabeth berenang dan menunggang kuda.
Itulah langkah pertama menuju pencarian jodoh.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Mereka semua sangat memenuhi syarat," ayah
Elizabeth meyakinkannya. Bagi Elizabeth, mereka tong kosong belaka.
Mereka terlalu banyak minum, terlalu banyak omong
dan mencoba-coba menggaetnya. Dia yakin mereka tidak menginginkan dirinya karena dia cerdas atau seorang manusia yang bermartabat, tetapi karena dia keturunan Roffe, ahli waris dinasti Roffe. Elizabeth sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik. Baginya lebih mudah mempercayai kenyataan masa lalu daripada bayangan yang dipantulkan cerminnya.
Para pemuda itu menyanjung-nyanjungnya dan berusaha menyeretnya ke tempat tidur. mereka tahu
Elizabeth masih perawan, dan mereka terkecoh oleh
gagasan keliru dalam ego kelelakian mereka. Mereka membangun keyakinan bahwa Elizabeth akan jatuh cinta setengah mati pada lelaki yang bisa merobek keperawanannya, dan bersedia menjadi budaknya seumur hidup.
Mereka tak mau menyerah. Ke mana pun mereka
membawa Elizabeth, selalu sama saja akhirnya. "Ayo kita pergi tidur." Dan setiap kali Elizabeth menolak dengan sopan.
Mereka tak tahu bagaimana harus menghadapi
Elizabeth. Mereka tahu dia cantik, dan menganggap dengan sendirinya dia pun bodoh. Tak pernah terpikir oleh mereka bahwa gadis itu jauh lebih cerdas daripada mereka. Siapa sih yang pernah mendengar tentang seorang gadis yang cantik sekaligus cerdas"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Maka Elizabeth pun pergi dengan pemuda-pemuda itu
untuk menyenangkan hati ayahnya, tetapi mereka semua membosankan baginya.
Rhys Williams datang ke vila, dan Elizabeth heran
karena dirinya merasa begitu bersemangat dan gembira melihatnya lagi. Lelaki itu bahkan lebih tampan daripada yang diingatnya.
Rhys tampak senang melihatnya. "Apa yang terjadi
padamu?" dia bertanya.
"Apa maksudmu?"
"Kau sudah menengok ke cermin belakangan ini?"
Dia tersipu-sipu. "Tidak."
Dia berpaling kepada Sam. "Barangkali semua pemuda tuli, dungu, dan buta. Aku berani bertaruh bahwa Liz tak akan terlalu lama bersama kita."
Kita! Elizabeth senang mendengamya berucap begitu.
Dia mendampingi kedua pria itu sebatas keberaniannya, menyiapkan minuman dan mengerjakan berbagai tugas
untuk mereka. Dia sudah puas serta senang dengan
menatap Rhys. Terkadang Elizabeth duduk di latar belakang, mendengarkan mereka merembukkan masalahmasalah perusahaan, dan dia terkesan sekali. Mereka bicara tentang penggabungan dan pabrik-pabrik baru, dan produk-produk yang berhasil dan produk-produk lain yang gagal serta sebabsebabnya. Mereka bicara tentang para pesaing mereka, dan menyusun siasat dan siasat-balik. Bagi Elizabeth semua serba memusingkan.
Pada suatu hari ketika Sam asyik bekerja di kamar
menara, Rhys mengajak Elizabeth pergi makan siang. Dia membawa lelaki itu ke Red Lion dan mengamatinya main
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
lempar panah dengan para pengunjung bar. Elizabeth kagum betapa enak pembawaan Rhys. Lelaki itu rupanya mudah menyesuaikan diri di setiap tempat. Dia pernah mendengar sebuah ungkapan Spanyol yang kurang
dipahaminya, tetapi kini dia maklum ketika menyaksikan Rhys. Dia seorang yang masuk kandang kerbau menguak, masuk kandang kambing mengembik.
Mereka duduk di sudut, menghadapi sebuah meja kecil bertaplak merah-putih, makan pie dan minum bir putih, dan bercakap-cakap. Rhys menanyakan tentang keadaan sekolah.
"Yah, ternyata lumayan," Elizabeth mengaku. "Aku
sekarang menyadari betapa sedikit yang kuketahui."
Rhys tersenyum. "Tidak banyak orang yang mencapai
tahap itu. Kau selesai bulan Juni, bukan?"
Elizabeth heran dari mana dia tahu. "Ya."
"Sudah tahu apa yang akan kaulakukan setelah itu?"
Itu pertanyaan yang akhir-akhir ini diajukannya pada diri sendiri. "Belum. Belum tahu benar."
"Ada minat untuk menikah?"
Sesaat jantungnya seperti berhenti berdetak. Kemudian dia menyadari bahwa pertanyaan itu wajar saja. "Aku belum menemukan orang yang tepat." Dia terpikir tentang Mlle. Harriot dan acara makan malam yang mesra di depan perapian dan butir-butir salju, dan dia tertawa keras.
"Rahasia?" tanya Rhys.
"Rahasia." Betapa dia ingin mengungkapkannya kepada lelaki itu, tetapi dia tidak cukup mengenalnya. Malah sebenarnya, begitu Elizabeth menyadari, dia sama sekali
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
tidak mengenal Rhys. Dia seorang asing yang memikat, tampan, yang sekali pernah merasa. kasihan kepadanya dan membawanya terbang ke Paris untuk makan malam
merayakan ulang tahunnya. Dia tahu lelaki itu sangat cemerlang
di bidang usaha dan ayahnya sangat mengandalkannya. Tetapi dia tak tahu sedikit pun tentang kehidupan pribadinya, atau seperti apa jatidiri sebenarnya.
Sementara menelitinya, Elizabeth merasa bahwa Rhys Williams terdiri atas beberapa lapis, bahwa perasaanperasaan yang
diungkapkannya justru untuk menutupi gejolak-gejolak yang dirasakannya, dan Elizabeth bertanya-tanya adakah orang yang benar-benar mengenal Rhys Williams.
Gara-gara Rhys Williams, Elizabeth kehilangan keperawanannya. Gagasan untuk pergi tidur bersama seorang lelaki
semakin menarik bagi Elizabeth. Sebagian dari gagasan itu adalah desakan jasmani yang terkadang membuatnya tak berdaya dan menjeratnya dalam keputusasaan, suatu
kepedihan fisik yang mendesak-desak, yang tak kunjung menyingkir. Tetapi ada juga suatu keingintahuan yang kuat, kebutuhan untuk mengetahui bagaimana hal itu rasanya.
Tentu saja, dia tak mungkin tidur dengan sembarang orang.
Lelaki itu harus istimewa, seorang yang bisa dipujanya, seorang yang akan memujanya.
Pada suatu Sabtu malam, ayah Elizabeth menyelenggarakan jamuan gala di vila.
"Kenakan pakaianmu yang terbagus," kata Rhys kepada Elizabeth. "Aku ingin memamerkan dirimu kepada setiap orang."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dengan hati berdebar-debar, Elizabeth menganggap
bahwa dia akan menjadi pasangan kencan Rhys. Ketika Rhys datang, dia mengajak seorang putri Italia cantik berambut pirang. Elizabeth merasa begitu terpukul dan dikhianati sehingga meninggalkan jamuan itu pada tengah malam, dan pergi tidur bersama seorang pelukis Rusia berjanggut dan mabuk pula, bernama Vassilov.
Seluruh kejadian singkat itu malapetaka belaka.
Elizabeth begitu gugup dan Vassilov begitu mabuk,
sehingga baginya terasa seperti tak ada awal, pertengahan, maupun akhir. Tahap pemanasan berlangsung dengan
Vassilov membuka celananya dan mengempaskan diri di tempat tidur. Pada saat itu Elizabeth sebenarnya ingin melarikan diri tetapi dia bertekad untuk menghukum Rhys karena kecurangannya. Dia membuka pakaiannya dan
merangkak ke tempat tidur. Sesaat kemudian, tanpa
ancang-ancang, Vassilov sudah menindihnya. Hal itu terasa aneh. Bukannya tidak menyenangkan, tetapi tidak pula mengguncangkan. Dia merasakan tubuh Vassilov bergetar cepat, dan tak lama kemudian lelaki itu sudah mendengkur.
Elizabeth terbaring di sana dengan perasaan muak. Sulit dipercaya bahwa semua lagu dan buku dan syair
mendengung dengungkan hal ini. Dia memikirkan Rhys, dan ingin menangis. Dengan tenang, Elizabeth memakai pakaiannya dan pulang ke rumah. Ketika pelukis itu meneleponnya esok hari, Elizabeth memerintahkan
pelayannya untuk mengatakan kepada lelaki itu bahwa dia tidak ada. Keesokan harinya Elizabeth kembali ke sekolah.
Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia terbang kembali bersama ayahnya dan Rhys.
Pesawat, yang aslinya dibangun untuk mengangkut seratus penumpang, telah diubah menjadi pesawat mewah. Di
bagian ekor ada dua kamar tidur dengan dekorasi indah, lengkap dengan kamar mandi. Ruang kerja yang nyaman,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
ruang duduk berhias lukisan-lukisan terletak di bagian tengah, dan dapur dengan peralatan lengkap di depan.
Elizabeth sering menganggap pesawat itu sebagai
permadani ajaib ayahnya. Sepanjang waktu kedua pria itu membicarakan masalah perusahaan. Ketika Rhys agak senggang, dia dan Elizabeth bermain catur. Elizabeth memaksanya menyerah dalam kedudukan seri, dan ketika Rhys berkata, "Aku benar-benar terkesan," dia tersipu-sipu kegirangan.
Bulan-bulan terakhir di sekolah berlalu cepat. Sudah waktunya untuk mulai memikirkan hari depannya.
Elizabeth memikirkan pertanyaan Rhys, Sudah tahu apa yang akan kaulakukan dengan hidupmu" Dia masih bimbang. Tetapi karena Samuel tua, Elizabeth jadi terkesan akan perusahaan keluarga, dan tahu bahwa dia ingin menjadi bagian dari usaha itu. Dia masih belum yakin apa yang bisa dilakukannya. Mungkin dia bisa mulai dengan membantu ayahnya. Dia teringat akan cerita-cerita betapa hebat ibunya berperan sebagai pendamping ayahnya,
betapa dia berhasil membuat dirinya sangat berarti bagi Sam. Dia akan berusaha menggantikan tempat ibunya. Itu akan menjadi langkah awal.
BAB 14 TANGAN duta besar Swedia yang bebas membelai-belai pantat Elizabeth sementara mereka berdansa mengitari ruangan. Dengan senyum mengulum di bibir, Elizabeth berusaha untuk tidak menggubrisnya. Dengan ahli,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
matanya mengamati para tamu yang berpakaian anggun, orkes pengiring, para pelayan yang berseragam, meja makan yang penuh hidangan eksotik dan anggur bermutu, dan dia merasa puas terhadap dirinya sendiri. Sebuah jamuan yang sempurna.
Mereka berada di ruang dansa rumah Long Island. Tamu yang hadir sekitar dua ratusan, semua tokoh-tokoh penting untuk Roffe and Sons. Elizabeth menyadari bahwa sang dubes
makin merapatkan tubuhnya, berusaha merangsangnya. Dia membelaikan lidahnya di telinga Elizabeth dan berbisik, "Anda mahir berdansa."
"Begitu juga Anda," sahut Elizabeth sambil tersenyum.
Mendadak dia melakukan kesalahan langkah, yang berakhir dengan injakan keras dengan tumit sepatunya yang runcing di kaki sang dubes. Duta besar itu mengaduh kesakitan dan Elizabeth berkata dengan penuh penyesalan, "Oh, maaf, Yang Mulia. Biar saya ambilkan minum untuk Anda."
Dia pun meninggalkannya dan berjalan ke arah bar,
melangkah ringan di antara para tamu. Matanya dengan cermat menyapu ruangan, meneliti bahwa semua beres.
Kesempurnaan - itulah tuntutan ayahnya. Kini Elizabeth sudah berperan sebagai nyonya rumah untuk ratusan
jamuan yang diselenggarakan Sam, tetapi dia belum bisa belajar santai. Setiap jamuan menandai suatu peristiwa, suatu malam pembukaan, dengan puluhan hal yang bisa salah.
Meski demikian, dia belum pernah merasakan kebahagiaan seperti itu. Impian semasa gadisnya untuk dekat pada ayahnya, agar ayahnya menginginkan dirinya, membutuhkannya, telah menjadi kenyataan. Dia belajar untuk menerima kenyataan bahwa kebutuhan ayahnya
lepas dari unsur pribadi. Arti dirinya bagi ayahnya diukur
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
berdasarkan peran yang bisa diberikannya kepada
perusahaan. Itulah satu-satunya tolok ukur Sam Roffe untuk menilai orang. Elizabeth telah mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya. Dia menjadi
pendamping ayahnya. Tetapi karena Elizabeth sangat cerdas, dia tidak hanya berhenti sampai di situ. Dia menghadiri berbagai pertemuan bisnis bersama Sam, di berbagai pesawat dan ruang VIP hotel mancanegara, dan pabrik, dan kedutaan besar, dan istana. Dia menyaksikan ayahnya menggunakan kekuasaannya, menebar milyaran dolar atas perintahnya untuk membeli dan menjual,
menghancurkan dan membangun. Roffe and Sons bagaikan piala besar yang tumpah ruah, dan Elizabeth menyaksikan ayahnya melimpahkan rezeki pada kawan-kawan Roffe and Sons, tetapi menahan rezeki itu bagi lawan-lawannya. Suatu dunia yang memukau, penuh dengan orang-orang yang
menarik, dan Sam Roffe merupakan dewa bagi mereka
semua. Selagi Elizabeth memandang sekeliling ruangan sekarang ini, dia melihat Sam berdiri di bar, berbincang-bincang dengan Rhys, seorang perdana menteri dan seorang senator dari California. Ayahnya melihat Elizabeth
dan melambaikan tangan, memanggilnya.
Sementara berjalan menuju ayahnya, pikirannya melayang ke masa tiga tahun yang lalu, ketika semua itu mulai.
Elizabeth terbang pulang pada hari wisudanya. Dia
berumur delapan belas tahun. P ulang, pada waktu itu adalah apartemen di Beekman Place di Manhattan. Rhys berada di sana bersama ayahnya. Dia sudah menduga
bahwa lelaki itu ada di sana. Dia membawa bayangan lelaki itu dalam relung-relung tersembunyi di benaknya. Setiap
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kali merasa kesepian, atau gundah, atau terpukul, dia mengeluarkan bayangan itu untuk menghangatkan hatinya dengan kenangan. Pada awalnya, terasa bagaikan mustahil.
Seorang anak sekolah umur lima belas dan seorang lelaki berumur dua puluh lina. Perbedaan sepuluh tahun itu serasa seabad. Tetapi lewat suatu alkimia matematik yang indah, pada umur delapan belas perbedaan umur itu
kurang begitu penting. Sepertinya dia lebih cepat
bertambah umur daripada Rhys, berusaha menyusulnya.
Kedua lelaki itu bangkit ketika dia melangkah masuk ke ruang
perpustakaan, di mana mereka sedang membicarakan perusahaan. Ayahnya berkata ringan,
"Elizabeth. Baru datang?"
"Ya." "Ah. Sekolah sudah selesai?"
"Ya." "Bagus." Itulah keseluruhan sambutan selamat datang terhadap kepulangannya. Rhys menghampirinya sambil tersenyum.
Dia tampak senang betul melihatnya. "Kau tampak hebat, Liz. Bagaimana upacara wisuda" Sam ingin sekali hadir tetapi tak bisa meninggalkan pekerjaan."
Dia mengucapkan semua kata-kata yang seharusnya
diucapkan ayahnya. Elisabeth kesal pada dirinya sendiri bahwa dia merasa sakit hati. Ayahnya bukannya tidak mencintainya, dia berkata dalam hati, tetapi semata-mata karena seluruh pengabdiannya tercurah pada suatu dunia, di mana dia tidak turut ambil bagian. Seorang anak lelaki dengan sendirinya akan ditariknya ke dunia itu; tetapi seorang anak
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
perempuan bagaikan makhluk asing baginya. Dia tidak masuk dalam Rencana Perusahaan.
"Aku mengganggu agaknya." Dia bersiap melangkah ke pintu.
"Tunggu dulu," ujar Rhys. Dia berpaling kepada Sam. "Liz pulang tepat pada waktunya. Dia bisa membantu pada jamuan hari Sabtu malam."
Sam menoleh kepada Elizabeth, mengamatinya dengan
cermat, seolah-olah menilainya untuk pertama kali. Gadis itu mirip ibunya. Sama cantik, sama anggun. Mata Sam mulai berbinar penuh minat. Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa anak gadisnya merupakan aset potensial bagi Roffe and Sons. "Kau punya pakaian resmi?"
Elizabeth memandang terperangah kepadanya. "Aku ?"
"Ah sudahlah, tak perlu pusing. Pergilah dan beli. Kau tahu bagaimana menyelenggarakan sebuah jamuan?"
Elizabeth menelan ludah dan berkata, 'Tentu." Bukankah itu salah satu keuntungan dari pendidikan di sekolah putri Swiss" Mereka mengajarkan segala tata krama pergaulan.
"Tentu aku tahu caranya menyelenggarakan perjamuan."
"Bagus. Aku mengundang suatu kelompok dari Saudi
Arabia. Jumlah mereka sekitar ?" Dia berpaling kepada Rhys.
Rhys tersenyum kepada Elizabeth dan berkata, "Empat puluh. Kurang lebih sekitar itu."
"Serahkan semuanya padaku," kata Elizabeth penuh
keyakinam Jamuan makan itu ternyata suatu bencana.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth memerintahkan kepala juru masak untuk
menyiapkan koktil kepiting, disusul hidangan kacang putih dan daging cincang untuk masing-masing orang, disajikan dengan anggur tua. Celakanya, hidangan daging cincang mengandung babi, dan tamu-tamu Arab itu tidak memakan kerang-kerangan, apalagi daging babi. Mereka pun tidak minum minuman beralkohol. Para tamu itu hanya
memandangi makanan yang terhidang dan tidak menjamah secuil pun. Elizabeth duduk di seberang ayahnya di ujung meja panjang, dengan hati kecut, dan merasa sangat terpukul.
Rhys Wilhams-lah yang menyelamatkan malam itu. Dia menghilang ke ruang kerja sejenak dan berbicara di telepon. Kemudian dia kembali ke ruang makan dan
menghibur para tamu dengan cerita-cerita menarik,
sementara para pelayan membersihkan meja.
Dalam waktu yang terasa amat singkat, searmada mobil jasa boga berdatangan, dan seolah-olah dengan ketukan ajaib muncul berbagai jenis hidangan. Daging kuskus dan kambing bakar, dan nasi, dan ayam, dan ikan panggang, disusul manisan dan keju, dan buah-buahan segar. Setiap orang menikmati hidangan itu, kecuali Elizabeth.
Dia begitu kesal sehingga tak mampu menelan sesuap pun. Setiap kali dia mengangkat muka melihat Rhys, laki-laki itu sedang memperhatikannya, dengan mata memancarkan
persekongkolan. Elizabeth tak bisa menjelaskan kenapa, tetapi dia malu sekali bahwa Rhys tidak hanya menyakksikan dirinya kehilangan muka, tetapi menjadi juru selamatnya pula. Ketika malam itu akhirnya usai, dan tamu-tarnu terakhir beranjak dengan perasaan segan pada awal dinihari, Elizabeth dan Sam, dan Rhys
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
berbincang-bincang di ruang duduk. Rhys menuang segelas brendi.
Elizabeth menarik napas panjang dan berpaling kepada ayahnya, "Aku minta maaf tentang jamuan makan tadi.
Seandainya tidak ada Rhys-"
"Aku percaya lain kali pasti lebih baik," kata Sam datar.
Sam memang benar. Sejak saat itu, jika menyelenggarakan suatu perjamuan, tak peduli untuk empat atau empat ratus orang, Elizabeth meneliti para tamu. Dia mencari keterangan tentang kesukaan dan ketidaksukaan mereka, makanan dan minuman kegemaran mereka, dan
hiburan yang mereka senangi. Dia menyimpan sebuah
daftar dengan kartu-kartu tentang setiap orang. Para tamu merasa tersanjung menghadapi merek anggur, atau wiski, atau cerutu kegemaran mereka di depan mereka, dan
bahwa Elizabeth ternyata mampu berbicara dan tahu
sepenuhnya tentang pekerjaan mereka.
Rhys menghadiri sebagian besar dari jamuan-jamuan itu, dan selalu ditemani wanita-wanita paling cantik. Elizabeth membenci mereka. Dia berusaha meniru mereka. Kalau Rhys membawa seorang gadis dengan rambut disanggul, Elizabeth mengikuti tata rambut serupa. Dia berusaha berpakaian menurut gaya kawan-kawan wanita Rhys, bertingkah laku seperti mereka. Tetapi upaya itu tak sedikit pun berhasil menarik perhatian Rhys. Lelaki itu bahkan seperti tak melihat. Setengah putus asa, Elizabeth kemudian memutuskan untuk tetap tampil sebagai dirinya sendiri.
Pagi hari pada ulang tahunnya kedua puluh satu, ketika Elizabeth turun untuk sarapan, Sam berkata, "Pesankan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
karcis teater untuk nanti malam. Kemudian makan tengah malam di "Twenty-one?".
Dia ingat, pikir Elizabeth, dan hatinya meluap-luap kegirangan.
Kemudian ayahnya menambahkan, "Kami berdua belas,
dalam rangka menjajaki kontrak Bolivia yang baru."
Dia tak berkata sepatah pun tentang ulang tahunnya. Dia menerima beberapa telegram dari segelintir mantan kawan sekelas. Hanya itu saja. Setidaknya begitulah sampai pukul enam sore, ketika tiba sebuah karangan bunga besar untuknya. Elizabeth yakin bunga itu dari ayahnya. Tetapi pada kartu yang menyertainya tertera: "Hari yang indah untuk seorang wanita cantik." Kartu itu bertanda tangan "Rhys".
Ayahnya meninggalkan rumah pukul tujuh malam untuk pergi ke teater. Dia melihat karangan bunga itu dan berkata acuh tak acuh, "Dari pacar rupanya."
Elizabeth tergoda untuk mengatakan, "Itu hadiah ulang tahun," tetapi apa gunanya" Benar-benar keterlaluan kalau kita harus rnengingatkan orang yang kita cintai bahwa kita berulang tahun hari ini.
Dia menyaksikan ayahnya pergi, dan bertanya-tanya apa yang akan dilakukannya malam itu. Dua puluh satu rasanya merupakan
suatu tonggak penting. Menyiratkan kedewasaan, memiliki kebebasan, menjadi seorang wanita.
Yah, inilah hari bersejarah itu, dan dia tidak merasa berbeda dengan yang dirasakannya tahun lalu, atau tahun sebelumnya. Mengapa ayahnya lupa" Akan ingatkah dia kalau dirinya seorang anak lelaki"
Kepala pelayan muncul untuk menanyakan tentang
makan malam. Elizabeth tidak lapar. Dia merasa kesepian dan terpencil. Dia sadar bahwa dia iba pada dirinya sendiri,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
namun dia tidak hanya menangisi tiadanya peringatan ulang tahun sekarang ini. Tetapi semua ulang tahun yang selalu sepi di masa-masa lalu, kepedihan harus tumbuh seorang diri, tanpa seorang ibu atau ayah atau siapa pun yang peduli.
Pada pukul sepuluh malam, hanya mengenakan baju
tidur, dia duduk dalam kegelapan ruang duduk di depan perapian. Tiba-tiba ada suara mengatakan, "Selamat ulang tahun."
Lampu-lampu menyala dan Rhys Williams berdiri di
sana. Dia menghampirinya dan berkata mengecam, "Ini bukan perayaan namanya. Berapa kali seorang gadis
mengalami ulang tahun kedua puluh satu?"
"Kukira kau bersama ayahku malam ini," kata Elizabeth gugup.
"Memang. Dia menceritakan bahwa kau sendirian di
rumah. Ayo, cepatlah berpakaian. Kita pergi makan malam."
Elizabeth menggelengkan kepala. Dia tak mau dikasihani. "Terima kasih, Rhys. Aku - aku tidak lapar."
"Aku lapar, dan aku tidak senang makan sendirian.
Kuberi kau waktu lima menit untuk berganti pakaian, atau kubawa kau dengan pakaian seperti itu."
Mereka makan malam di Long Island, dan menyantap
hamburger dengan saus cabai, dan kentang goreng bawang, dan root bir. Mereka berbincang-bincang, dan Elizabeth merasakan kah ini lebih nyaman daripada makan malam yang dinikmatinya di Maxim. Seluruh perhatian Rhys tercurah padanya, dan dia mengerti kenapa para wanita selalu tertarik kepada lelaki itu. Bukan hanya karena tampangnya. Tetapi kenyataan bahwa dia benar-benar menyukai wanita, dan menikmati saat-saat bersama
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mereka. Dia membuat Elizabeth merasa istimewa, bahwa dia ingin bersamanya melebihi orang lain di dunia. Tidak heran, pikir Elizabeth, setiap orang jatuh cinta kepadanya.
Rhys menceritakan sekelumit masa kanak-kanaknya di Wales, dan dia membuat ceritanya kedengaran begitu indah, dan penuh petualangan dan kegembiraan. "Aku lari dari rumah," dia berkata, "karena ada keinginan tak terbendung pada diriku untuk melihat semuanya dan melakukan segalanya. Aku ingin menjadi setiap orang yang kulihat. Aku tidak cukup bagi diriku. Kau bisa mengerti hal itu?"
Oh, dia sangat mengerti. "Aku bekerja di taman ria, dan pantai, dan pada musim panas aku bertugas membawa wisatawan menyusuri
Rhosili naik korakel, dan ?"
"Tunggu dulu," Elizabeth menyela. "Rhosili itu apa, dan apa itu ko - korakel?"
"Rhosili ialah sungai berarus deras dengan riam dan jeram-jeram berbahaya. Korakel ialah perahu kano kuno dari papan dan kulit hewan yang kedap air, yang berasal dari zaman pra-Romawi. Kau belum pernah lihat tanah Wales, bukan?" Dia menggelengkan kepalanya. "Ah, kau pasti akan menyukainya." Dia yakin akan hal itu. "Di sana ada air terjun di Vale of Neath yang menyajikan salah satu pemandangan paling indah di dunia. Dan tempat-tempat bagus yang patut dilihat: Aber-Eiddi dan Caerbwdi dan Porthdais dan Kilgetty dan Llangwm." Kata-kata itu meluncur dari mulutnya seperti nada-nada musik. "Tanah yang masih ganas, belum dijinakkan, penuh dengan
kejutan-kejutan ajaib."
"Meski begitu kau meninggalkan tanah Wales."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Rhys tersenyum kepadanya, dan berkata, "Karena
perasaan lapar dalam diriku. Aku ingin memiliki dunia."
Dia tidak menceritakan bahwa perasaan lapar itu masih tetap ada sampai sekarang.
Dalam tiga tahun berikutnya, Elizabeth menjadi tenaga andalan bagi ayahnya. Tugasnya adalah membuat hidup ayahnya nyaman, sehingga dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting baginya: bidang usahanya.
Pengelolaan soal-soal kecil sepenuhnya diserahkan kepada Elizabeth. Dia mengangkat dan memecat pelayan,
membuka dan mengunci pelbagai rumah sesuai kebutuhan ayahnya, dan menyelenggarakan jamuan baginya.
Lebih dari itu, dia menjadi mata dan telinga ayahnya.
Setelah suatu pertemuan bisnis, Sam selalu menanyakan kesan Elizabeth tentang seseorang, atau menjelaskan kepadanya kenapa dia bertindak dengan gaya tertentu.
Elizabeth menyaksikan ayahnya mengambil keputusan
yang mempengaruhi kehidupan ribuan orang dan
menyangkut ratusan juta dolar. Dia mendengar kepala-kepala negara memohon kepada Sam untuk
membuka, atau minta dengan sangat untuk tidak menutup sebuah pabrik.
Sehabis salah satu pertemuan macam itu Elizabeth
berkata, "Sulit dipercaya. Tampaknya seperti - seperti kau mengatur sebuah negara."
Ayahnya tertawa dan menjawab, "Penghasilan Rof
fe and Sons lebih besar daripada tiga perempat negara-negara sedunia."
Dalam perjalanan bersama ayahnya, Elizabeth jadi
mengenal kembali anggota keluarga Roffe yang lain,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Lima Utusan Akherat 1 Setannya Kok Beneran Karya Dyah Ratna Si Bungkuk Pendekar Aneh 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama