Ceritasilat Novel Online

The Wednesday Letters 4

The Wednesday Letters Karya Jason F.wright Bagian 4


ke ruang makan, Allyson sudah bergabung dengan Samantha dan Malcolm di
meja. Samantha memainkan piringan hitam milik ayahnya, sebuah lagu berjudul Kind
of BLue karya Miles Davis yang merupakan kesukaan Jack. Saat bait-bait lagu
mengisi lantai pertama penginapan" Allyson memberikan sepucuk surat kepada
Malcolm. "Baca ini," katanya.
29 May 1957 LAurel www.ac-zzz.blogspot.com Aku harus pergi ke stasiun kereta hari ini untuk menjemput Scott keebler dari
Richmond (ia bekerja di universitas Richmond,kau pernah bertemu dengannya
tahun lalu). Aku tidak bisa pergi ke sana tanpa teringat pada hari aku menghadiri sebuah
reuni di chicago. Aku melihatmu di atas peron.Aku melihatmu tersenyum dan melambai di
samping matthew.Matthew juga melambai,tapi ia tidak tersenyum.Aku
melihatnya memandangimu tepat saat peron itu berangsur-angsur sirna dari
pandanganku.Aku tidak bisa mendengar apa yang ia katakan,tapi aku berpikir ia
sedang bertanya padamu,kenapa aku pergi tanpa mengajaknya dan kapan aku
akan kembali. Padahal aku hanya pergi selama empat hari.Kenapa acara reuni itu sangat
penting bagiku"Kenapa aku meninggalkanmu sendirian"kenapa aku begitu kukuh
menghadiri acara yang akan mempertemukanku dengan segerombolan laki-laki
yang menjadi teman bermain baseball dulu"padahal saat kami muda,perhatian
kami tercurah pada permainan dan para gadis"
KENAPA AKU MENINGGALKANMU SENDIRIAN"
Aku hanya mengingat satu pelajaran dari sekolah minggu dulu mengenai
pilihan.Apa aku pernah menceritakan kisah kereta kepadamu"
Sejujurnya,aku tidak suka sekolah minggu.Kursinya keras dan pantatku
kurus.Ruangannya selalu panas,tetapi kami tidak diizinkan membuka
jendela.Mereka bilang iblis dapat mendengar kami jika jendela dibuka.Kurasa
mereka tidak mengizinkan kami untuk membuka jendela karena ada terlalu
banyak polisi asap di luar.
Karena aku tidak suka sekolah minggu.Setidaknya pada saat itu kelas yang
kuhadiri sarat akan orang tua yang menguliahiku tentang hal-hal yang bahkan
belum kumengerti.Tapi pada suatu hari di hari minggu,guru kami yang bernama
Robert snow,seorang guru yang gemar melucu dan sangat pintar mengajari
kami tentang pilihan. Setelah dipikir-pikir,Robert snow adalah satu-satunya alasan aku mengikuti
sekolah minggu dulu. Beliau menjelaskan kepada kami mengenai sebuah kereta yang melintasi benua
amerika di utara ke barat yang melewati oklahoma city.Kereta itu seharusnya
mengantar barang,aku lupa barang apa,ke san diego.NAmun,karena ada
sebagaian kecil dari rel kereta yang luput dipindahkan,kereta itu justru
berakhir di oregon. Satu pilihan kecil, kata Robert snow, bisa membawa kita pada haluan yang
sangat jauh dari keinginan kita.Aku tidak tahu kenapa aku mengingat cerita
itu.Mungkin tidak ada kebenaran di sana.Kurasa aku hanya kangen pada Robert
snow dan sekolah minggu juga.sedikit.
Hari ini aku berpikir tentang kehidupan kita dan hari dimana aku
meninggalkanmu seorang diri.Apa sih yang begitu penting dari hari itu"aku
pergi ke chicago untuk berjumpa dengan teman-teman sekolahku dulu dan
sejumlah prajurit yang berhasil kembali dari perang dalam keadaan hidup.Kau
tinggal di rumah bersama Matthew.Kau bekerja.Aku pergi ke sebuah acara
reuni. www.ac-zzz.blogspot.com Satu hari.Satu pilihan.Sesuatu yang sangat kecil,tapi lihat lah bagaimana hari
itu telah mengubah kehidupan kita.
Aku menyesal karena telah meninggalkanmu.Aku egois.Aku menyesal kau
tinggal dirumah seorang diri.Aku menyesal aku tidak ada di sana
bersamamu.Aku menyesali semua penderitaan yang kita lalui.
Setidaknya saat pilihanku membuat kita harus menderita,pilihanmu
memmbawa berkah: Malcolm.
Kurasa jika nanti ada tamu yang perlu dijemput di stasiu kereta,aku akan
mengirim orang lain. Akumencintaimu Laurel.Sungguh
JAck Perlahan-lahan, Malcolm melipat SUrat itu mengikuti bekas garis yang ada
sebelum memasukkannya kembali-ke dalam amplop. Ia menatap wajah adik
ibunya. Meski tubuh Allyson lebih pendek, bulat dengan kulit lebih putih dari
Laurel, namun mata, hidung dan mulutrrya sangat mirip dengan milik mendiang
kakaknya. Allyson bangkit dari kursinya dan mengitari meja, Ia meremas pundak
Samantha, lalu berhenti di belakang kursi kosong di samping Malcolm. Ia
mengecup kepala Malcolm dan mengambll tempat di sisinya.
"Allyson?" kata Malcolm.
Kedua mata Allyson menjawab, Ya, Sayang"namun, bibirnya tidak berucap apaapa.
Malcolm menarik napas panjang dan menghelanya keras?keras. Ia menggeser
kursinya sedikit menjauh dari meja. Ia men?gosok matanya. Ia melipat tangan
dan menggaruk otot tangannya di bawah lengan kaus yang ia kenakan.
Allyson menanyakan apa yang ada di benak ketiga kemenakannya, "Apa yang
terjadi saat Jack ada di Chicago!"
Samantha mengangguk. Ia bangkit dari kursi dan pindah ke kursi lain di dekat
Matthew. Keempatnya duduk berseberangan di meja itu. Matthew
menggenggam tangan adik perempuannya.
Malcolm menatap Allyson, "Ya."
"KAlian harus tahu bahwa pembicaraan kita sekarang bukanlah sesuatu yang
bisa direncanakan." Allyson merasa ragu. "Mungkin orang tua kalian punya
rencana untuk menceritakan semua ini entah kapan,semasa hidup mereka.
Setahuku, mereka sering membicarakannya, terurama,sejak ayah kalian jatuh
sakit. Kuakui, aku selalu bertanya-tanya kapan mereka akan bercerita kepada
kalian tentang apa yang terjadi. Seringkali aku membayangkan bagaimana
reaksi kalian nanti, Tapi dalam pikiranku, aku tidak pernah membayangkan
akan menjadi orang yang harus menceritakan kebenarannya kepada kalian. Aku
selalu mengira bahwa orang tua kalian, yang akan duduk di sini dan berbicara
kepada kalian." jemarinya, Allyson berrnain-main dengan setummuk surat,
"Ternyata, hal ini lebih sulit dari bayanganku." Ia mengetulkan jemarinya ke
sudut amplop, menebar amplop-amplop tersebut hingga membentuk lingkaran,
lalu menumpuknya lagi seperti kartu remi. "Aku tidak pernah mempersiapkan
www.ac-zzz.blogspot.com diri untuk melakukan ini. Tapi hidup ini memang jarang mempersiapkan kita
untuk banyak hal, ya Ayah dan ibumu tidak mencoba untuk
punya anak saat kau dikandung, Malcolm. Bahkan mereka sangat hati-hati
merngenai hal tersebut. Mereka ingin menunggu setahun lagi sebelum punya
anak kedua. Meski begitu,ayahmu tetap senang saat Laurel mengatakan
padanya bahwa ia mengandung." Allyson mengangkat sudut bibirnya. "jack pikir
kau adalah anak yang tidak disengaja." Ia menatap Samantha. "ibumu
mencintaimu, Sammie, dan kau juga, Matt." Allyson kembali menatap Malcolm.
"Kalian semua sungguh dicintai. Lebih dari segalanya, ayah kalian menginginkan
agar kalian sukses. ia sangat bangga terhadap kalian semua ..."
"Ada satu alasan kenapa kalian mengabaikan kebenaran tentang hidup orang
tua kalian. Kalian harus tahu itu, Terurama kau, Malcolm. Kau harus tahu
bahwa semua ini tidak penting apabila dibandingkan dengan cinta Jack dan
Laurel terhadapmu, karena mereka mencintaimu sama besarnya dengan cinta
mereka terhadap Matt dan Sammie. Tidak, ada perbedaan pada cara mereka
menyayangimu, tidak ada.."
"Ally." Malcolm meletakkan tangannya di lengan Allyson.
"Ayah kalian tidak perlu menghadiri acara reuni di Chicago. Bahkan, ia menolak
untuk pergi. Tapi ibu kalian memaksa, karena ia pikir jack akan menyesalinya
di kemudian hari apabila ia tidak pergi ke sana. Akhir pekan itu adalah, kali
pertama Jack melihat teman-teman sekolahnya sejak masa SMA. itu adalah kali
pertama ia mengetahui siapa yang masih hidup. Ia sedih sekali mendapati
sekian banyak temannya meninggal di medan perang. Hal itu mengingatkannya
pada satu kegagalan dalam hidupnya .... "
Allyson menatap Matthew. "Kau dititipkan pada seorang wanita malam itu. Kau
ingat pada Nyonya Hatch?"
'Ya." Matthew tersenyum. "Ibu selalu bercerita ten tang Nyonya Hatch."
"Nyonya Hatch menjagamu dua hari dalam seminggu, atau muagkin tiga,aku
tidak ingat. Ia tinggal di dekat Jalan Old Lynchburg dibagian utara kota
Woodstock, dan selalu menjagamu saat ibumu bekerja di apotek rumah sakit.
Nyonya Hatch memiliki seekor anjing kecil, kalau tidak salah anjing jenis
terrier. Aku luPa nama anjing itu, tetapi aku ingat ia selalu menyalak pada
sesiap orang yang ada di sekitarnya. Aku ragu apa kau bisa mengingat semua
ini, tapi Nyonya Hatch sangat baik terhadap ibumu. Seorang sahabat, Nyonya
Hatch dan Laurel terus berkomunikasi setelah Malcolm lahir dan ibumu
berhenti bekerja, Nyonya Hatch adalah seorang wanita yang baik hati.
"Sore itu, pada hari yang sama kau dan ibumu mengantar Jack ke stasiun
kereta, Laurel menitipkanmu pada keluarga Hatch dan berangkat kerja. Ia
harus bekerja selama enam belas jam, dengan waktu istirahat tidak Iebih dari
sejam. Ia melakukannya karena bayarannya cukup besar dan orang tuamu
sedang berusaha untuk mengumpulkan uang untuk mendirikan penginapan ini,
"Terkadang Laurel menghabiskan waktu istirahatnya di rumah sakit, dan
terkadang ia pulang kerumah untuk makan demi mengirit pengeluaran. Malam
itu, ia pulaag dan makan spaghetti di rumah,sisa dari yang dibuatnya pagi itu
untuk ayahmu, agar Jack tidak kelaparan selama perjalanan ke Chicago. Laurel
tidak berlama-lama di rumah, ia masuk dan makan secepat mungkin. Kalian
www.ac-zzz.blogspot.com tahu sendiri, ibu kalian bukan orang yang bisa bertele-tele dalam hal apa
pun." , Ruangan itu sunyi, tidak ada komentar beterbangan atau pun canda-tawa
terselip keluar dari bibir anak-anak keluarga Cooper.
"Saat Laurel selesai menyantap makan malamnya," Allyson melanjutkan, "ia
berbaring di atas sofa untuk memejamkan mata sebentar, Laurel dan
Jack,tentunya kau juga, Matthew,tinggal dekat sekali dengan rumah sakir
tempat Laurel bekerja, Paling hanya empat atau lima blok jauhnya dari rumah
kalian. Tapi kalian juga tinggal tidak jauh dari rumah pengungsian yang
didirikan pemerintah untuk para gdandangan. Hal ini selalu membuat Jack
waswas, dan Laurel mengatakan bahwa jack terlalu berlebihan. Para
gelandangan itu selalu berbaik hati pada Laurel dan sesekali Laurel
membawakan mereka roti buatannya sendiri yang terkenal enaknya.
"Malam itu, Laurel tertidur di atas sofa ... di ruang utama apartemen kecil
tersebut. Laurel menggunakan jaketnya sebagai selimut, Kalian tahu kan bahwa
ibu kalian bukan seorang apoteker" Tentu kalian tahu. Tapi apa kalian tahu
bahwa Laurel selalu memaksa agar semua orang, bahkan para asisten dan kasir
mengenakan jaket putih panjang" Katanya agar mereka tampak bersih, murni."
Allyson memandang Malcolm dan menggelengkan kepalanya, pundaknya mulai
bergoyang, "Beberapa menit setelah ia jatuh tertidur," napas Allyson memburu,
"Tidak ada yang tahu betapa lama ia tertidur ... tapi, ia terbangun mendapati
ada seorang laki?laki di atasnya. Mata laki-laki itu merah dan tampak seolah
sedang kerasukan. Laki-laki itu menindih Laurel, mengoyak pakaiannya,
menyentuhnya." Allyson menatap Samantha, yang balas menatapnya dengan
mulut ternganga dan mata basah oleh air mata. "Laki-laki itu memaksakan
kehendaknya pada ibu kalian," kata Allyson lirih.
"tidak mungkin," bisik Malcolm.
"Ya. Ibu kalian diperkosa."
Diperkosa,pikir Malcolm. Ia membayangkan ibunya bergulat di apartemen kecil
dan remang-remang.Pergulatan yang mengguncang seisi apartemen sebelum si
pemerkosa mencapai kepuasan bengis.
Malcolm bangkit dari kursinya dan berlari ke kamar mandi, ia memuntahakan isi
perutnya. MAtthew mendekatkan dirinya kepada Samantha dan memeluk adik
perempuannya. Samantha terisak dan tubuhnya gemetar seolah dia merasakan
pendertitaan ibunya. Ia berusaha untuk mengeluarkan pertanyaan,atau
mengatakan sesuatu, tapi kata-katanya tenggelam dalam luapan air mata dan
kesedihan. Samantha tidak pernah menangis sesedih ini, dengan isakan yang
mencengkram perutnya membuat kepalanya sakit, bahkan saat ia mendengar
kabar kematian orang tuanya sekalipun.
Allyson juga menangis,namun diam-diam. Ia menangisi Malcolm.Beberapa
menit kemudian, mereka mendengar suara kakus yang disiram,lalu pintu kamar
mandi yang ditutup kembali.
"Biarkan aku yang bicara padanya," Matthew menawarkan diri.
www.ac-zzz.blogspot.com "jangan," Allyson bangkit berrdiri "Biarkan aku yang melakukannya." Ia
menlnggalkan ruangan itu dan menemukan Malcolm, sedang duduk di ayunan di
pekarangan belakang penginapan.
"AKU tidak percaya," Matthew berkata pada adiknya. "Aku ... tidak percaya. Ibu
diperkosa dan kita tidak pernah tahu. Aku tidak percaya." Ia beranjak ke dapur
dan mengambil segelas air. Saat ia kembali, Samantha sudah membuka amplopamplop
surat lainnya."Sebaiknya kita menunggu."
"Menunggu apa?"
"Malcolm dan Allyson."
"lbu diperkosa. Siapa yang memperkosa beliau" Kenapa beliau diperkosa"apa
kita harus percaya bahwa ibu mengandung anak haram" Apa kita harus percaya
bahwa Malcolm adalah anak haram"'
"Lebih baik kita menunggu sampai mereka kembali untuk menemukan jawaban
itu." Matthew kembali memasuki dapur, tapi kali ini ia mengisi dua gelas kecil
dengan susu. Samantha mengikuti langkah kakaknya, memandangi Matthew dari ambang
pintu. "Bagaimana mungkin kau tidak pernah tahu?"
"Tentang kejadian itu?"
"ya." "Aku masih kecil, Sam. Aku bahkan tidak ingat apartemen tempat kami tinggal
saat itu. Aku bahkan tidak begitu ingat rupa Nyonya Hatch,"
"Tapi Ibu kan diperkosa. Diperkosa! Pasti ada penangkapan oleh polisi, deposisi,
sidang di pengadilan. Kau tidak pernah menyimak semua itu" Rasanya..."
"Rasanya apa, Samantha" Kau pikir aku tahu semua ini dan sengaja
menyembunyikannya" Bahkan Ayah tidak tahu sampai Malcolm berusia satu
tahun, kan?" Samantha bersandar pada tiang pintu. "Kenapa Ibu tidak mau menceritakan
kejadiannya pada Ayah" Kenapa beliau harus memaksa melalui penderitaan itu
sendirian" Bagaimana mungkin ada orang yang bisa menyembunyikan hal
sebesar itu dari keluarganya?"
"Ayah juga pasti sedang kalut dengan masalahnya sendiri. Ibu mungkin berpikir
bahwa beliau hanya berusaha untuk melindungi Ayah."
"Jadi beliau menanggung derita ini seorang diri?"
"Kurasa beliau meanggungnya bersama Allyson." "Kau benar,"
Dua puhuh menit kemudian, Malcolm dan Allyson masuk ke ruang makan lewat
pintu dapur dan mengambil tempat duduk masing-masing di sekitar meja
makan, Samantha sedang menelepon di dapur, Matthew sedang di kamar
mandi, Malcolm menatap kosong saat Allyson mencari-cari surat untuk
dibacanya sampai ia menemukan sepucuk surat tertanggal Maret 1959.
"Pas sekali," kata Allyson. Malcolm mengangguk. "Apa kita harus menunggu
sampai yang lain kembali?" Malcolm mengangguk lagi.
Saat Samantha dan Matthew kembali berkumpul di meja makan, Allyson
bertanya, "Bolehkah aku membacanya?"
Malcom mengangguk sekali lagi.
4 Maret 1959 Laurel sayang www.ac-zzz.blogspot.com Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan ini padamu. Tapi aku minta maaf
karena pergi dari rumah sore ini. Kapan sih aku akan belajar untuk
mendengarkan nasihatmu"
Ruang pengadilan nyaris kosong saat aku tiba.Paling hanya ada tiga orang dari
penjara,termasuk penjaga Bradenburg,penasihat kota dan panel pembela.
Pengacara yang ditunjuk oleh pengadilan untuknya juga ada disan. Pengacara
itu tersenyum padaku,senyumnya yang mungkin jika aku cukup peduli bisa
membuatku berjabat tangan degannya. Tapi aku tidak melakukan itu.
Aku jadi saksi pertama.Aku tidak menyukai itu, tapi toh tidak ada bedanya.Aku


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyampaikan kata demi kata semua yang kukatakan padamu selama tiga
tahun terakhir.Bhawa tiga tahun bukan waktu yang cukup. Bagaimana kita tahu
bahwa ia takkan menggangu kita lagi.BAhwa ia takkan mabuk lagi.Bahwa ia
sudah berubah sejak ia masuk penjara"
Saksi lainnya menyampaikan niatnya untuk bertobat.tentang perjuangannyaa
menjadi orang baik-baik,tetapi aku tidak ingin mempercayainya.Aku tidak ingin
memaafkannya. Aku ingin agar ia mabuk-mabukkan malam ini juga,agar ia bisa berbuat
kesalahan, pergi dari negara bagian ini dan ditahan di tempat yang jauh dari
kita atas perbuatannya yang melanggar hukum.Aku tidak ingin i amelukai orang
lain,aku hanya ingin agar ia melukai dirinya sendiri.
Aku ingin agar ia msuk penjara selama mungkin,sehingga ia tidak punya
kesemptan untuk melihat dunia luar sampai kau dan aku meninggal.
Pengacarnya bilang padaku bahwa ia berhak di beri kesempatan untuk berubah.
Pengacara itu ngoceh panjang lebar tentang kunjungan-kunjungannya serta
jurnal yang ditulis 'si tahanan' semasa dalam penjara. Kata si pengacara 'si
tahanan' sudah mulai menghafal isi alkitab, bahwa 'si tahanan' berhak
mendapat kesempatan untuk menemukan tuhan. Untuk menolon gorang lain ,
untuk menjadi manusia yang utuh lagi.
Seandainya saja aku tidak menjadi saksi pertama.
Aku tidak bisa berbicara padamu atau terhadap tuhan mengenai apa yang
kulihat. Ia belum banyak berubah, tapi ia sedang dalam proses 'perubahan'.Saat
penuntut menanyakan apakah menurutnya ia berhak mendapatkan
kebebebasan,ia menjawab bahwa ia tahu, ia bukan manusia sempurna,bahwa
ia takkan bisa menjad manusia sempurna dan bahwa ia yakin akan berbuat
kesalahan seumur hidupnya.Ia juga mengatakan bahwa ia menerima dengan
lapang dada apa pun keputusan pengadilan.Ia bahkan menangis saat ia
mengatakan bahwa baik di dalam penjara maupun di dunia luar, ia akan
menghabiskan seumur hidupnya membayar kesalahan yang dilakukannya saat
mabuk-mabukkan. kemudian,ia mengatakan hal lain yang membuatku terkejut.Katanya ia tidak
akan lagi membuat kesalahan yang menyakiti orang lain.Perkataan itu sungguh
luar biasa. Setidaknya,aku merasa ia tulus mengatakannya.
Laurel demi dirimu aku ingin membencinya.Entah kenapa kurasa jika
membencinya maka itu adalah sesuatu yang lumrah dan bisa dimengerti.Aku
ingin melihatnya menderita,tersungkur di atas tanah,menangis dan berteriak
www.ac-zzz.blogspot.com minta ampun.Aku tidak ingin seseorang menyelamatkannya.Aku ingin ia
selamanya tersungkur di sana.
Namun, didalam ruang pengadilan itu, yang kulihat adalah sepasang mata yang
tidak dipengaruhi alkohol dan benar-benar bersih.Saat pengadilan memutuskan
untuk membebaskannya secara bersyarat, yang kurasakan adalah belas kasihan
dan penyesalan, setidaknya ia mencoba untuk menjadi lebih baik.Kau juga
mencoba.Sementara aku tidak.
Semoga tuhan memaafkanku Jack "Aku malu sekali, Malcolm. Aku memohon kepada ibumu agar menggugurkan
kandungannya. Menggngurkanmu." Allyson memutar kursinya menghadap
Malcolm dan meletakkan kedua tangannya di atas lutut Malcolm. "Aku
mengatakan pada Laurel bahwa mengandungmu adalah satu kesalahan dan
bahwa semua orang akan mengerti apabila ia menggugurkanmu."
"Ally-" "Tldak, Sam. Ia butuh mendengar semua ini.' Allyson menatap ke dalam mata
Malcolm yang tampak lelah. "Tidak ada seorang pun yang akan menghakimi
ibumu apabila dia menggugurkan kandungannya. Kehamilan itu bukanlah
pilihannya dan kebanyakan pastur akan mendukungnya apabila ia ingin
menggugurkan kandungannya."
"Bagaimana dengan Ayah?" tanya Matthew "Bagaimana mungkin lbu bisa
mengelabui Ayah" Bukankah Ibu mengkhianati Ayab karena tidak mengatakan
yang sebenarnya?" Malcolm memperhatikan wajah Matthew saat kakaknya itu angkat suara.
"IbumU ketakutan; Ia pikir kebenaran itu akan menghantui ayah kalian dengan
amarah dan rasa bersalah yang takkan ada habisnya," kata Allyson.
"Tapi bukankah pada akhirnya Ayah juga merasakan semua itu?" tanya Matthew.
"Baca saja surat-suratnya,beliau merasa begitu berat hati, begitu tidak
bernyawa," "Memang, tapi ibu kalian tetap kukuh pada keputusannya untuk melahirkan bayi
itu. Ia tidak pernah benar-benar serius ingin menggugurkan kandungannya."
Allyson menatap Malcolm. "Ia percaya bahwa kau adalah hadiah dari Tuhan,"
kata Allyson. "Bahwa Tuhan telah mengirimu ke bumi, Malcolm. Kau adalah
sebuah kehidupan baru. Kau dalah nyawa yang sudah bernaung di dalam perut
ibumu. Laurel takkan mengakhiri semua itu. Dia takkan meng.."
" ... pokoknya takkan mau mengakhiri kehamilannya. Tak percaya bahwa
pilihan itu tidak ada di tangannya. Sekali benih itu tertanam, kau sudah
menjadi seorang manusia, Titik."
Di seberang ruangan,Samantha menatap bayangannya sendiri di kaca lemari
pajangan. Ia membayangkan ayahnya yang sedang memarahi mantan suaminya,
Will, di dalam ruang tamu apartemenya dulu. Ia bisa mendengar suara ayahnya
menggelegar saat membahas perselingkuhan Will. Salah Satu dari
perselingkuhan itu pada akhirnya mengakhiri pernikahan mereka.
www.ac-zzz.blogspot.com Samantha bangkit dari duduknya. "Kalian tahu tidak" Jika Ayah tahu apa yang
terjadi, beliau mungkin akan membunuh laki-laki itu" la memutari meja makan
dan berdiri di belakang Malcolm. Ia meletakkan kedua tangannya di atas
pundak Malcolm dan dengan lembut mengelus leher kakaknya. "ayah pasti akan
membunuh laki-laki itu. Lalu, beliau akan masuk penjara karenanya. Dan
Ibu...Ibu bisa kehilangan bayinya.. Beliau bisa kehilangan dirimu.!
"Kau benar, Sam." Allyson terus memandangi Malcolm.
"Laurel tahu sifat ayahmu. Kalian semua tahu sifat Jack. ia selalu melindungi
keluarganya bahkan terhadapku juga begitu. Jika laurel ingin mempertahankan
kandungannya, maka ia harus memaafkan laki-laki yang merenggut
kehormatannya. Dan jika ibu kalian sanggup, maka ayah kalian juga sanggup.
Saat Laurel mengatakan yang sebenarnya pada Jack, Malcolm sudah menjadi
bagian keluarga Cooper. Percayalah padaku,terutama kau Malcolm-ibu kalian
berusaha berkali-kali uutuk menceritakan yang sebenarnya pada Jack sebelum
itu. Ia bergulat dengan batinnya sendiri. Ia ingin jujur pada ayah kalian
sebelum akhirnya ia bercerita pada Jack malam itu. Laurel selalu berdiskusi
denganku tentang hal ini. Dan memang, ia menceritakan semuanya di hari kau
mulai berjalan, MalcoLm-seperti yang ditulisnya dalam . surat. Sebelumnya,
Laurel menuggu sebuah tanda, atau sinyal dari Tuhan, untuk waktu yang tepat.
Langkah pertamamu adalah tanda yang telah ia tunggu-tunggu untuk
menumpahkan semua yang memberatkan dadanya. Sama seperti dirimu
sekarang, ia juga menjajaki sesuatu yang tidak ia ketahui bagaimana akhirnya."
Allyson memandang Malcolm lekat-lekat, "Sudah waktunya Jack tahu kebenaran
itu," "Jack Cooper adalah ayahmu," kata Samantha, melingkarkan lengannya
disekeliling leher Malcolm. "Sama seperti beliau adalah ayahku dan Matt. Beliau
bekerja seumur hidupnya untukmu; beliau juga berkorban untukmu. Beliau ada
dalam aliran darahmu."
"Malcolm?" Allyson menggenggam kedua tangan keponakanya."Kau baik-baik
saja?" Malcolm, tidak sekalipun melepaskan tatapannya dari Matthw. Dalam
pikirannya, ia kembali ke masa Ialu kerika Jack dan MattheW sering pergi
kemping dan berjalan-jalan berdua ke Charlottesville, dan betapa Jack memuja
Matthew. "Mal,.kau baik-baik saja?" tanya Matthew.
"Kau tahu," "Tentang hal ini?" Matthew tidak memercayai tuduhan adik laki-lakinya.
"Tentang semuanya."
"Malcolm, kau salah sangka. Aku tidak.."
"Kau tahu!"Malcolm segera bangkit, menendang kursinya hingga jatuh dan
mendorong Samantha serta Allyson agar menjauh darinya.ia mengitari meja
makan untuk menghampiri kakaknya, "Bangun pembohong!"
"Malcolm tenang dulu.."
"Kau tahu alku tidak sama dengan kalian!" Malcolm menarik kerah kemeja yang
dikenakan Matthew dan mengguncangnya. "Kau tahu Ibu diperkosa!Kau tahu
aku berbeda dengan kalian!"
www.ac-zzz.blogspot.com Allyson dan Samantha buru-buru menghampiri Malcolm. "Tidak, Sayang," kata
Allyson. "Matthew tidak tahu apa-apa. Aku tahu. Ibumu tahu. Polisi tahu. Hanya
itu." "Tidak" Malcolm mendorong Matthew sekeras mungkin melepas cengkeraman
tangannya pada kemeja Matthew dan membuar kakaknya terjatuh ke lantai.
"Kau adalah yang tetua dari kita bertiga. Kau dan Ayah selalu melakukan
semuanya bersama, kalian berolahraga bersama dan beliau selalu mengajakmu
pergi jalan-jalan karena kau tahu kebenarannya!"
"Aku.." "Kausengaja menyembunyikan ini darikU karna kau. merasa spesial!" teriakan
Malcolm menggema ke seisi penginapan.
"Malcolm-" Malcolm melarikan lengannya ke atas meja dalam gerakan setengah lingkaran,
melempar tumpukan surat ke udara hingga berserakan ke mana-mana.
"Tolonglah, Malcolm." Matthew bangkit berdiri dan meregangkan kedua
lengannya lebar-lebar, "Aku tahu saat kautahu, kau harus percaya itu."
Malcolm memukul kedua pergelangan tangan Matthew dengan kepalan
tangannya. Nyaris semenit berlalu sebelum Malcolm menarik napas dan
menatap kakaknya dengan pandangan penuh amarah."Kau berbohong."
"Tidak." "Kau berbohong padaku."
Malcolm membalikkan tubuhnya, pergi meninggalkan ruagan ketika dilihatnya
Joe sedang berdiri di ambang pintu.
"Kalian semua berbohong," katanya, beranjak meninggalkan ruangan dan
melewati Joe begitcu saja.
Beberapa saat kemudian, mereka mendengar deru truk Chevy milik Jack. Roda
kendaraan mulai menggelinding menuju Rute 11 dan derunya hilang ditelan
malam. Samantha dan Allyson saling berpelukan. Samantha mengusap air matanya di
atas bahu Allyson. Joe terdiam sesaat, lalu diam-diam pergi meninggalkan ruang makan dan
kembali ke kamarnya, Matthew, dengan tangan gemetar, berlutut dan memunguti surat-surat yang
berserakan di bawah meja dan kursi.
Malcolm berkendara melewati Bar Woody's di Jalan Main. Ia melewati museum
teater, bank, tugu ,Ben Franklin dan tugu-tugu Lain di Kota woodstock yang
sehari sebelumnya menyambut kedatangannya.
Di perempatan terakhir yang berada di dalam batas kota Woodstock, ia
berputar dan berkendara ke arah Selatan, Ia berhenti sebentar di depan rumah
Rain. Tirai jendela rumah itu tergerai, dan ia membayangkan Rain yang
terlelap, sendirian, damai, tanpa ada rasa takut menggerogotinya. Ia
membayangkan Rain tertidur di atas sofa, dengan buku tertelungkup di atas
dadanya, Lalu, Malcolm membayangkan ibunya.Tiba-tiba,ia memikirkan
kemungkinan untuk berpamitan pada Rain.
www.ac-zzz.blogspot.com Dua puluh lima menit kemudian, Malcolm berkendara menjauh dari kediaman
Rain. Dari cermin mobilnya, ia menatap jendela rumah Rain. Jendela-jendela
itu masih gelap. Malcolm berhenti di sebuah pom bensin disudut antara Rute 31 dan jalan
Reservoir. Ia memenuhi tangki bensin mobil dan berkendara kembali melalui
tengah kota menuju Menara Woodstock.Ia menepi di jalanan berbatu,lalu
mengambil senter Maglite dari laci dasbor dan sehelai selimut berbahan wol
dari sebuah kotak kayu yang dijejalkan ke belakang kursi penumpang.
Malcolm menapaki jalan kecil menuju menara,suara kakinya yang bergesekan
dengan tanah basah mengisi rongga telinganya.Ia memanjat tangga menara dan
duduk dalam kegelapan.Ia mencabik-cabik lapisan cat kering di pinggir
jeruji,membuang serpihannya ke udara dan mengarahkan sinar senter pada
jatuhnya serpihan yang terlihat bak salju.Sesaat kemudian ia berbaring di atas
punggungnya dan memandangi langit kelam yang penuh bintang hingga air
matanya membuat cahaya-cahaya kecil itu terbias jadi satu.
Serangkaian acara ulang tahun terlintas di kepalanya,tahun demi tahun sampai
yang diingatnya hanyalah pengalamannya makan kue di atas meja piknik anakanak
yang terbuat dari plastik di halaman belakang rumahnya,sementara
Matthew berlarian bersama anak-anak tetangga.
Jack mengawasi mereka dari beranda.
Ibunya berdansa. "Malcolm"bangun,Malcolm."
Seseorang mengguncang pundaknya.
"Rain?" "Hai,duduklah."Malcolm menuruti permintaan Rain dan wanita itu duduk
disisinya,bergeser mendekat hingga kaki mereka bersentuhan.Rain menarik
selimut yang dibawa Malcolm untuk menutupi tubuh mereka berdua.
"Bagaimana kau tahu aku ada disini?"
"Samantha." "Bagaimana dia tahu aku ada disini?"
"Dia adikmu." Malcolm Mengganguk."Dia meneleponmu?"
"Dia menunggu, kurasa mereka semua menunggu,sampai kau kembali.Saat kau
tidak kembali,dia meneleponku.Menurutnya hanya aku yang bisa menemuimu
sekarang." Malcolm mengambil senter yang tergeletak disampingnya dan menyaksikan
serpihan cat kering berjatuhan di atanh."Kenapa kau ada di sini?"tanya
Malcolm. "apa itu sebuah pertanyaan?"
Malcolm mengganguk. "aku datang untuk menyelamatkanmu."
"Dari apa?" "Dari dirimu sendiri."
"Kenapa begitu?"
"Kau adalah pria yang emosional."Rain menyikutnya."aku tidak ingin kau
melakukan sesuatu yang gila."
www.ac-zzz.blogspot.com "Seperti apa"bunuh diri dari atas menara pengawas"dengan ketinggian macam
ini,aku beruntung jika bisa mematahkan kaki."
Rain terseayum. "Bukan, aku tidak pernah membayangkan mu sebagai orang
yang suka terjun untuk bunuh diri.Aku selalu membayangkan kau akan mati
dengan cara lain."Ia menatap Malcolm dan tertegun sesaat."Mungkin di atas
perahu yang kebakaran."
"Perahu kebakaran?"
Rain tertawa. "Hanya itu yang terpikir olehku sekarang,"
Malcolm bersungut penuh canda. Lalu, ia meniup setumpuk serpihan cat kering
yang teronggok di atas, telapak tangannya.
"Kata Samantha ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku."
Malcolm mengelupas cat kering di pinggiran jeruji Tanpa memandang Wajah
Rain. "Dia tidak mengatakannya padamu."
"apa itu sebuah pertanyaan?"
"Dia tidak mengatakannya padamu?"
"tidak." Malcolm menceritakan semuanya dengan nada tenang yang menandakan bahwa
akhir cerita itu sendiri tidak penting baginya, Ia mengulang perkataan Allyson
sebagaimana diceritakan kepadanya.tetapi saat Rain berusaha untuk
membayangkan kejadian yang sedang dibicarakan Malcolm, yang didapatnya
justru hanya campuran kalimat yang dinodai oleh kepedihan.
"Kupikir Ibu selingkuh, .. Jack tidak pernah meninggalkannya ... .Suratsurat ... Sofa...Ibu diperkosa ... Ayah tetap mendampinginya ... Rasa bersalah .... Aku
tidak ingin tahu siapa yang ...
Aku membentak Matthew...Ibu sendirian.... Ibu menderita sendirian... Ayah
tetap tinggal... Memaafkan ... Ibu adalah seorang pemberani ... Keputusan ...
Korban .... " Rain mermeluk Malcolm. Ia menangis di atas dada Malcolm, meninggalkan noda
air mata berbentuk lingkaran abu-abu di atas selimut, "Aku turut menyesal,"


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisik Rain. "Aku sangat menyesal."
WAKTU berlalu dan matahari mulai terbit di atas Lembah.
"Apa kau ingat Hari Bolos Bersama?" tanya Rain tiba-tiba.
"Tentu saja,seharusnya kan aku tidak.ikut."
"Tapi aku berhasil membujukmu."
"Ya, kau berhasil." Rain tersenyum mendengar respon Malcolm.
"Berapa anak yang ikut bolos hari itu" Selusin" Kita bersama?sama mendaki
Bebatuan Humpback untuk melihat matahari terbit."
"Kau menggendong Marge Graves saat kita menuruni jalan setapak karena
pergelangan kakinya bengkak, kauingat itu" Berapa jauh kau menggendongnya,tiga kilometer?"
"Tidak sejauh itu,"
"Setidaknya sejauh itu."
"Mungkin.' "Kau tahu apa yang lucu dari kejadian tersebut" Marge bilang padaku bahwa ia
tadinya berpikir bahwa selama setahun penuh aku membencinya."
"Kenapa?" www.ac-zzz.blogspot.com "Karena kau menggendongnya, merawatnya."
"Ah, itu pemikiran bodoh,"
"Marge adalab anak manis, pintar lagi. Tapi aku tidak berbicara padanya
setelah itu .... " Rain meniup kedua tangannya. Ia menerawang kedalam
bayang-bayang pepohonan dalam hutan lebat di hadapan mereka. "Kau harus
tahu," ujarnya pelan. Ia tidak perlu melihat Malcolm menggeleng. "Ya, kau
harus tahu. Mungkin laki-laki itu tinggal di kota ini.Mungkin laki-laki itu
mengenal 0rang tuamu,"
"Kenapa ia harus tinggal di kota ini"Tidak. Dia hanya seorang pemabuk, seorang
gelandangan. Mungkin sekarang ia sudah mati. terlantar, Mudah-mudahan saja."
Rain menggosok kedua tangannya untuk mengusir dingin. "Kenapa udara selalu
menjadi lebih dingin saat matahari terbit?"
Malcolm tidak menjawab. "Mungkin Nathan bisa membantumu,Atau adikmu. Sam mungkin bisa
melacaknya dari catatan polisi yang ada. Cari tahu apa yang terJadi pada
lakilaki itu." "Tidak." mereka terdiam lagi, diselimuti oleh cahaya mentari pagi yang menembus
kumpulan kabut di bawah mereka dan memandikan pepohonan hingga terlihat
begitu indah. "Kau Ingat kencan pertama kita?" tanya Rain, meski ia tahu jawaban malcolm'.
"Tentu." "Nonton di bioskop, lalu piknik di atas menara. Pahlawanku."
Seperti film, adegan Itu terulang di kepalanya.
"Kau membawa sebuah lentera kemari, yang menurutku amat berbahaya
Kauingat?" Malcolm mengangguk' "Kau Juga membawa selimut,"
Malcolm tersenyum. "Kau begitu baik terhadapku."
Malcolm menatap Rain dalam-dalam untuk pertama kalinya malam itu. Ia
mencondongkan wajahnya lebih dekat kepada Rain.
Rain buru-buru melepaskan selimut yang menyelubunginya dan bangkit berdiri,
meregangkan kedua lengannya untuk menyambut udara pagi yang segar.
Tubuhnya gemetar."Sebaiknya kita pergi dari sini," Dengan hati-hati, Rain mulai
menuruni tangga menara. Malcolm melipat selimut yang dibawanya, menyimpan senternya ke dalam
saku, dan mengikuti langkah Rain menuruni menara. Mereka menelusuri jalan
setapak kembali ke mobil masing-masing.
"Setidaknya pikirkanlah," kata Rain sembari membuka pintu mobilnya sendiri.
"Apa"' "Mungkin laki-laki itu sudah berubah, seperti yang dikatakan ayahmu." Rain
menundukkan kepalanya sedikit. "Semua . orang bisa berubah.mal."
"Tidak semua orang."
Rain duduk di balik kemudi dan memasukkan kunci mobil ke dalam mesin. "Apa
aku akan melihatmu di misa gereja pagi ini?" ia bertanya seraya tersenyum.
www.ac-zzz.blogspot.com "Sepertinya aku tidak akan datang," jawab Malcolm, melempar selimut ke
belakang truk. "Aku mengerti," kata Rain mengalah. "Tapi kau akan datang ke acara
pemakaman malam ini.' "Itu suatu pertanyaan?"
"Tidak juga." Rain melangkah keluar dari mobil dan memeluk Malcolm. "Kau
akan baik-baik saja, Mal."
Malcolm menarik napas panjang. "Kau pikir begitu?" Harum tubuhnya membuat
Malcolm luluh, bahkan setelah mereka menghabiskan waktu semalaman di atas
menara. "Aku yakin," "Mungkjn, tapi tanpamu semuanya jadi terasa lebih sulit,"
"Kau masih memiliki aku."
"Tidak, Nathan yang memilikimu."
Rain menjatuhkan lengannya dari tubuh Malcolm. "Aku sudah berjanJi Malcolm.
Aku sudah berjanji padanya,"
"AKU tahu." MalClm membuka pintu truknya dan duduk di balik kemud;i. "Aku
tahu." "Tapi, suka atau tidak," Rain mengedipkan matanya, "kau masih memilikiku
dalam segala hal yang paling kau butuhkan,"
"'Aku tahu." Malcolm menutup pintu truknya. ia melempar sebuah senyuman
palsu, melambaikan tangannya, dan memutar kunci mobilnya. Ia mengagumi
dan membeoci kode etik Rain.
Edit teks bu nora http://ebukita.wordpress.com 30
Minggu Pagi Samantha dan Matthew sedang menyantap sarapan ketika Malcolm tiba kembali
di Domus Jefferson. "Selamat datang," sapa Samantha begitu kakaknya melangkah masuk ke dalam
penginapan. "Terima kasih."
"Sudah merasa baikan?" tanya Matthew
"Sedikit." "Kau lapar?" "Keroncongan. Rasanya seperti aku sudah berhari-hari tidak makan."
"Memang kau belum makan selama dua hari," kata adiknya, menggiring Malcolm
pada sebuah kursi, Samantha meletakkan piring di hadapan Malcolm dan
menuangkan jus jeruk ke dalam gelas kosong. "Kurasa kau tidak ingin mengikuti
misa pagi ini." "Tidak, aku benar-benar.."
www.ac-zzz.blogspot.com "Jangan khawatir. Kami juga berpikir kau takkan ingin datang, Kami akan
bilang; pada orang-orang bahwa kau butuh istirahat,mungkin karena mabuk
pesawat atau hal lain yang masuk akal."
"Sebenarnya, kauperlu tidur," tambah Matthew. "Aku sendiri ingin tidur siang
nanti sebelum acara pemakaman. Mungkin dua jam saja."
Samantha meletakkan telur orak-arik ke atas irisan daging ham ala virginia di
piring makan Malcolm. "HeY,soal semalam ... aku minta maaf Aku tidak tahu harus bilang apa lagi."
"Permintaan maaf saja sudah lebih dari cukup,"
Samantha membungkuk dan mengecup pipi Malcolm. "Tidak usah dipikirkan.
Kau melakukan apa yang pasti akan kami lakukan jika kami ada di posisimu,
jika siapa pun ada di posisimu."
Malcolm menatap ragu ke seberang meja, ke dalam mata kakaknya.
'Matthew tersenyum. "Dengarkan adikmu," katanya sembari bangkit dari kursi
dan mendorong kursinya kembali ke dekat meja makan. "Jangan khawatir."
"Semalam aku.."
"Kau harus mengeluarkan uneg-unegmu, meledak, meringankan bebanmu. Kami
tahu itu akan terjadi kok, Lepaskanlah semuanya" Matthew menarik jaket dari
belakang kursi. "Aku akan menggosok gigi dulu. Lima menit lagi sudah siap, ya
Sam?" "Lima menit," matthew berlari kecil menaiki tangga sementara Samantha
mengambil botol kecil berisi pil dari dalam kabinet dapur."Nih!" Ia meletakkan
dua butir pil di samping piring makan Malcolm. "Minumlah pil-pil ini Jika kau
sudah selesai makan."
"Ini obat apa?"
"Obat tidur," "Milik lbu?" "Milik Ayah.beliau membutuhkannya sesekali.Terutama
menjelang kematiannya."
"Terima kasih."
Samantha mencium pipi Malcolm sekali lagi dan meletakkan botol pil itu ke
dalam tasnya. "Tidurlah, Ally sudah pergi ke gereja bersama A&P. Joe juga
menelepon Pastur Braithwaite untuk minta tumpangan ke Gunung Jackson.
Tempat ini sepi. Tidurlah selamna kau mau dan kita akan berbincang lagi nanti
sore sebelum pemakaman."
"Terima kasih, Sam,"
"Kau janji akan tidur?"
"janji." "Dan Mal ... jangan membaca surat-surat Tidurlah."
"Mana aku punya tenaga untuk membaca surat?" Malcolm melemparkan senyum
simpul dan menuang beberapa tetes saus tabasco di atas telur orak-ariknya.
Beberapa menit kemudian, Matthew dan Samantha meneriakkan kata-kata
pamit dari pintu depan penginapan sebelum berkendara pergi untuk menghadiri
misa gereja dan acara makan siang.
TIGA menit setelah itu,sebuah mobil menepi di pelataran parkir penginapan.
Malcolm mendengar suara langkah kaki menapak di atas bebatuan sebelum tiba
www.ac-zzz.blogspot.com dipintu samping penginapan. Langkah kaki yang sama menaiki empat anak
tangga menuju pintu dapur.
"Masuklah." kata Malcolm menyambut tiga ketukan pada pintu. Pintu tersebut
terbuka. "Hai, Malcolm."
"Nathan." "Kau tidak datang ke gereja," kata Nathan. "Sepertinya kau juga sama." sahut
Malcolm. Nathan tidak mengindahkan perkataan Malcolm dan segera menjatuhkan
sebentuk tas kecil ke atas meja tidak jauh dari piring makan Malcolm, sebelum
ia mengambil tempat di meja yang sama,"Kau akan membuat perutmu busuk
mengonsumsi ini," kritik Nathan, membaca label di belakang botol tabasco.
"Kalau itu yang akan membunuhku, aku pasti dalam keadaan sehat walafiat
sekarang." Malcolm merampas botol itu dari tangan Nathan dan menuangkan
porsi yang lebih besar ke atas sisa makanannya,
"Kudengar, kau sempat melihat-lihat tempat bersejarah di sekitar sini untuk
mengenang masa lalu."Nathan menuang segelas Jus untuk dirinya sendiri.
"Apa maksudmu?"
"Menara WoOdstock."
Malcolm mengunyah sepotong daging ham.
"Itu tidak ada da1am perjanjian kita saat aku memberikanmu kebebasan untuk
bepergiaa di dalam kota."
"Menara itu kan tidak jauh dari sini,"
"Tetap saja, kau tidak berlaku sesuai dengan perjanjian kita.Perjanjiannya
adalah kau harus selalu berada di dekat Sam dan Matt. Berdiam diri di
penginapan kecuali ada acara keluarga yang mendesak."
"Termasuk menjauhi pacarmu, kau lupa bagian itu." "Tunangan. Dan aku tidak
Iupa, aku baru saja hendak mengingatkanmu akan hal tersebut."
"Tunangan" Kudengar status kalian berubah terus. Dan sekarang kalian belum
resmi bertunangan lagi."
"Itu informasi yang salah, Malcolm Ceoper,buronan, pelarian, kriminal,Bagaimanapun, itu bukan urusanmu."
"Tentu saja itu urusanku, karena malam itu kau telah berbohong padaku,"
"Apa iya?" Nathan memutar borol garam di atas meja.
"Kau tidak bertunangan dengan Rain, karena Rain belum mengiyakan
lamaranmu." Nathan memutar botol garam itu lagi, "Kau tahu, aku mencintainya."
"Ya, kau benar-benar menunjukkan cintamu."Malcolm memutar matanya.
"Kau dan aku tidak jauh berbeda Malcolm, Kita berdua adalah laki-lakl kuat,
suka bersaing, dan sangat berbakat dalam hal mengecewakan orang tua kita,
Hidup kita berbeda, rencana kira berbeda tapi karakter kita sama,apa kau
setuju?" Ia memutar botol garam dengan kasar. "Aku tidak memaksamu
memukuli laki-laki itu sampai berlumuran darah, dan aku tidak memaksamu
untuk meninjuku.' "Dua kali." www.ac-zzz.blogspot.com "Benar," geram Nathan. "Aku juga tidak memaksamu untuk mengambil tiket
pesawat itu." Malcolm melumuri sisa daging hamnya dengan tabasco sampai botol itu kosong,
lalu melempar betolnya ke dalam tong sampah di seberang ruangan.
"Aku tidak ada alasan untuk tinggal di kota ini," "Benar Bahkan sekarang pUn
halnya sama." Malcolm mengunyah sepotOng daging ham lagi. "Sedang apa kau disini?"
"Uonrk rnembuat perjanjian."
"Aku tidak tertarik, Bukankah seharusnya kita berbicara hari Senin" Aku ingin
Matt dan Sammie di sampingku. itu perjanjian kita."
"Baik sekali kaU mengingat mereka.tapi kita tidak butuh kehadiran mereka
untuk melakukan ini." Nathan menggeser tas berbahan kain nilon lebih dekat ke
samping Malcolm. Malcolm memandang tas itu.
"Silakan Lihat saja apa isinya."
"Aku sudah bisa membayangkan isinya."
"Aku hanya mendapatkan dua tahun kedamaian dari tiket pesawat yang kau
ambil." "Kalau kau punya keluhan laporkan saja pada orang tuaku."
"Aku tidak mengeluh. Percaya atau tidak, aku suka kedua orang tuamu. Mereka
orang baik-baik." Nathan. mengulurkan tangannya dan membuka ritsleting tas,
Ia mengeluarkan tumpukan uang dua puluh dolaran ke atas meja, "Berapa lama
yang akan kauberikan padaku untuk dua puluh lima ribu dolar?"
"Dua puluh lima ribu dolar?"
"Dua puluh lima ribu dolar,"
"Kaurela membayarku sebesar ini hanya untuk pergi dari kehidupanmu?" Nathan
pernah membuat Malcolm terkejut sebelumnya, tapi jumlah uang yang
dikeluarkan Nathan saat ini membuat kepalanya mabuk.
Nathan tersenyum bangga sambil mengacak tumpukan uang dihadapannya.
"Apa yang kauingin aku lakukan" Aku pergi ke Brazil atau ke mana pun aku mau,
dan berjanji takkan mengganggu kehidupanmu?"
"Setidaknya se1ama lima tahun. Pada saat itu, aku dan Rain pasti sudah
memiliki satu atau dua anak dan mungkin aku sudah berada di Richmond
bekerja sebagai Senator Negara Bagian, atau setidaknya seorang delegasi.
Setelah itu, terserah apa yang ingin kau lakukan. Aku takkan mengkhawatirkan
dirimu lagi." Malcolm membayangkan dirinya kembali ke tengah hutan Amazon, membawa
berkardus-kardus buku untuk anak-anak di sana, bahkan obat-obatan dan


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penyaring air. Ia membayangkan sampul buku yang belum selesai ditulisnya. l
"Jadi aku boleh menyimpan uang ini, kabur, dan hidup tanpa berada di bawah
pengawasanmu." Ia memiringkan kepalanya. "Atau aku bisa menceritakan
persekongkolan kita selama ini serta penyuapan yang terjadi kepada atasanmu,
adikku, penata rambut ibuku dan biarkan Rain memutuskan siapa yang lebih
dulu keluar dari penjara di antara kita berdua.'
"Itu takkan terjadi."
"Kenapa?" www.ac-zzz.blogspot.com "Karena kau tidak akan sanggup membuatnya menderita seperti itu."
"Akan kupikirkan lagi," kata Malcolm, meski Ia tahu Nathan benar.
"Berpikirlah secepat mungkin, pemakaman akan diadakan malam ini,"
"Aku tahu kapan pemakaman akan dilangsungkan."
Nathan mulai mengepak lembaran uang kontan yang meumpuk di atas meja
kembaii ke dalam tas. "Tinggal kan saja."
"Tinggalkan saja?"
"Mungkin dengan adanya uang ini di atas meja, aku bisa mengambil keputusan
lebih cepat,"Malcolm beralasan.
"Baiklah. Tapi jika kau tidak mengendarai mobil sewaan itu kembali ke bandara
begitu acara pemakaman selesai, aku akan melemparmu ke dalam penjara
selama sebulan sambil memikirkan tuduhan apa saja yang bisa kujatuhkau
kepadamu." Nathan tersenyum dingin. "Melanggar masa percobaan. Melaaggar
masa jaminan. Biaya kerusakan yang belum terbayar; Tuntutan penganiayaan
yang belum terproses." Dengan setiap tuntutan, Nathan mennggeser setumpuk
uang kontan lebih dekat kepada Malcolm.
"Selamat tinggal" Nathan," kata Malcolm, mengulurkan tangannya.
Nathan menjabat tangan Malcolm. "Selamar Hari Sabar."
MAlCOLM menelan dua butir pil tidur yang ditinggalkan Samantha dan
memasukkan piring kotornya kedalam mesin pencuci piring. Ia melangkah
melalui ruang makan dan melihat bahwa surat-surat Orang tuanya sudah
disusun kembali dalam tumpukan rapi. Tulisan tangan Samantha tertera di atas
lembaran post-it yang tercantum di atas setiap tumpukkan surat untuk menandakan
urutan tahun.Proyek itu terlihat sudah hampir selesai. Lembaran surat dan
amplop yang belum ditentukan alokasi tumpukkannya tergeletak di lantai,
bersandar pada tembok, Malcolm bertanya-tanya apakah ada salah satu surat yang menyimpan nama
orang yang menyerang ibunya. Tanpa memperhatikan catatan bulan atau
tahun, ia mengambil sejumlah amplop dan naik ke lantai atas. Ia memandangi
kamar ridur orang tuanya beberapa saat sebelum masuk ke kamarnya sendiri,
berbaring di atas ranjang.
Ia lanjut membaca sampai pil-pil tidur yang ditenggaknya mulai bekerja.
21 oktober 1987 Laurel Beberapa hari yang lalu aku mendengar sebuah lagu di radio yang
mengingatkanku padamu.Sebenarnya lagu itu mengingatkanku pada kita dan
arti kehidupan kita berdua.
Aku behitu menyukai lagu tersebut sampai membujuk rain agar menuliskan
liriknya untukku (Sebagai gantinya aku berjanji bahwa ia bisa mengambil satu
hari libur ekstra bulan depan)
Lagu ini bergaya campuran antara musik rakyat dan musik country.tapi nadanya
benar-benar pelan dan enak didengar.PEnyanyinya adalah seorang pemdua
bernama Jason Steadman.Kalau tidak salah dia juga yang menggubah lagu ini.
Nothing exciting www.ac-zzz.blogspot.com ================ Oleh Jason Steadman We wrote it down on a paper
a map to the treasure hit down by the shore we crossed our step as we wandered
we kicked in the water you incited a war i wote yor name in the sand
'crooked heart dotted i' i wrote my name in your hand while staring up at the sky
we gathered shells under seaweed til quater past nine
we built a fire with driftwood
drank tonics with limes nothing exciting,except that i was with you
we took a stroll on the boardwalk
ate raspberry snow cones i chocked on the ice i threw baseballs at milk jugs
i couldn't quite hit them we left with no prize i didn't notice that mustard was aweared on my chin
you tried to swallow you laughter
couldn't hold it qute in You held my arm on the coaster
wouldn't open your eyes we headed home with the top down clouds rolling by
nothing exciting,except that i was with you
i'd seen old yeller before
but this time cried when he died
i never took time before to watch cloud in the sky
i didn't realize that mothers
gave helpful advice i hadn't notice some people
are hurting inside my life is turning my world is changing with you
i bought a yellow tobaggan
you lost your wool wittens
i started curse i sang a verse 'white christmas'
but forgot the chorus you wade up some word you double-dipped in my chocolate
www.ac-zzz.blogspot.com when i looked away you look so cute when you're guilty
i didn't know what to say
i nearly making angels but thawed by the fire we ent to bed at eight-thirty
though we wern't that tired
nothing exciting,except that i was with you
i'd seen old yeller before
but this time cried when he died
i never took time before to watch cloud in the sky
i didn't realize that mothers
gave helpful advice i hadn't notice that lately
there are stars in my eyes
life is exciting each moment i spend with you.
10 Juli 1968 Laurel Aku tidak akan menjabarkan bagaimana rupa tempat ini.KAu harus
mengaguminya dengan mata kepalamu sendiri. Tempat ini layaknya surga.
Aku meniginap di salah satukamar tamu penginapan atas permintaan tuan dan
nyonya condie.Menurut mereka, aku harus mencoba menghabiskan waktu di
penginapan saat malam hari.Kurasa aku benar-benar betah disini.Suasananya
sangat tenag Laurel dan memberiakan perasaan damai didada yang tidak ingin
kulewatkan.Aku berharap saat aku menyingkap tirai kamar tidurku besok pagi
aku akan melihat kabut beranjak di padang rumput di bawah penginapan dan
hantu-hantu prajurit perang menyelinap diam-diam diantaranya. Aku merasa
seolah-olah aku akan tidur di dalam buku sejarah malam ini.
Aku menghabiskan waktu di sebuah rumah makan di tengah kota malam
ini.Kalau tidak salah di jalan Main.Dikota ini hanya ada satu jalan utama dan
jalan ini melintas sepanjang pusat kota.Jalan ini juga kerap disebut Rute 11
atau old valley pike memanjang sepanjang sejauh berpuluh-puluh kilometer
dari utara ke selatan, menjadi penghubung antar kota-kota kecil disekitar
Woodstock.Kurasa Woodstock adalah pusatnya.
Tempat ini memiliki sejarah yang luar biasa.Aku belajar dari seorang wanita di
rumah makan ini, yang bernama Tiffanee (apa aku benarmengejanya"),mengenai seorang pria bernama John Peter Muhlenberg
(apa aku benar mengejanya") dan yang biasa di panggil pastur pejuang, nah itu
baru nama panggilan yang bagus.
John datang ke Woodstock di akhir tahun 1700 an untuk menjadi pastur di
kongregasi se kabupaten.Pada tahun 1776 mana,seperti kau tahu, adalah tahun
kesukaan ku,beliau memberikan khotbah yang mengajak para sukarelawan
untuk bergabung dengan tentara kontinental. Di akhir khotbahnyaa,beliau
merobek jubah gerejanya untuk menampangkan seragam prajurit di bawahnya.
www.ac-zzz.blogspot.com Beliau berteriak "Ada waktu untuk berdoa dan ada waktu untuk berjuang."Wah
betapa hebatnya orng itu.
Kota ini pernah menampung jenderal serta prajurit-prajurit dari dua belah
kubu yang bertempur di perang saudara. Dan tebak siapa yang merancang
gedung pengadilan kota"jefferson.Bebatuan yang digunakan untuk membanngun
gedung itu adalah batu terindah yang pernah ku lihat.
Sayang,tempat ini benar-benar terasa seperti rumah bagiku.Penginapan ini
butuh beberapa perbaikan di sejumlah bagian,tapi tidak ada yang tidak bisa
dilakukan oleh suamimu sendiri (tentunya dengan bantuan MAlcolm dan
Matthew).Aku memmbayangkan untuk menaruh pajangan baru di
dinding,perabotan baru di kamar-kamar penginapan dan kasur-kasur baru di
rumah pondokku.KAsur-kasur yang ada sekarang terlihat kusam seolah
kebanyakan diinjak dan dikencingi anak-anak.
Kedengarannya konyol memang,tetapi aku tidak sabar sampai kau bisa melihat
kotak surat disini.Kotak surat itu adalah hal pertama yang kuperhatikan.Warnanya merah seperti warna karatan.dengan patung kecil
seekor merpati putih yang sedang membawa amplop surat di paruhnya.Kotak
surat ini akan menyimpan surat-surat hari rabu kita dengan bangga dan
memohon agar kau membacanya keras-keras.Benar kan"sudah kubilang aku
terdengar konyol. Kita tidak perlu mengambil keputusan dalam waktu seminggu ini,tapi kita juga
tidak bisa menunggu terlalulama.Keluarga Condie ingin segera mengesahkan
penjualan penginapan ini agar dalam waktu sebulan mereka bisa pindah Ke
Boulder. Aku akan merasa tenag jika nanti meninggal di dalam rumah ini. Tempatnya
tampak seolah begitu dekat dengan tuhan.
Sampai jumpa beberapa hari lagi.
Jack 26 Agustus 1981 LAurel Saat ini pukul 3 sore di hari Rabu.Maukah kau mendengar cerita perihal mimpi
aneh yang mendatangiku semalam"
Kita sedang berlibur,entah di Utah,Idaho atauMontana dan kita tinggal si
sebuah penginapan yang bersebelahan dengan toko serba ada model zaman
dahulu.Dari luar toko itu tampak antik.
Kita masuk ke dalam toko itu dan si empunya toko terlihat seperti orang paling
menyeramkan yang pernah kulihat.Lalu semua yang ingin kita beli tidak dijual
disana atau tidak baik untuk kita.
Saat kau ingin membeli telur.Siempunya mengeluarkan suara 'bleh' yang aneh
dan berpura-pura meludah.Saat kau ingin membeli kopi,hanya untuk
mengetesnya (karena sebenarnya kau tidak pernah minum kopi).Ia berkata."Itu
minuman jahanam!" satu-satunya yang kita lihat berada di dalam lemari es adalah susu, seoalh
hanya itu yang dijual disana.
Aku setengah berharap meonster-monster kecil akan berhamburan dari
belakang meja kasir dan memakan kita hidup-hidup.Oh seraaammmmmm.
www.ac-zzz.blogspot.com Tapi dalam dunia mimpi,kejadian itu bisa saja berubah lebih buruk ya"
Jack sekitar 150 orang datang menghadiri acara penghormatan dan makan siang di
Pegunungan Jackson. Banyak dari tamu da?tang berkunjung, hingga pada pukul
2 siang mereka baru kemba1i' ke Demus Jefferson.
A&P ikut berberes' hingga pukul 3 sore, Ialu kembali ke rumahnya unruk
mengajak Castro jalan-jalan dan mengisi seratus senter Maglite dengan batere,
Rain menawarkan membantuya dan mengikuti A&P sampai ke rumah.
Nathan berkurar dengan pekerjaannya eli kantor,
Pastur Braithwaite membaca PUIang catatannya untuk ' acara pemakaman
berkali-kali dan melatih pidatonya keras-keras; sebanyak dua kali.
Pastur Doug duduk di barisan pertama di dalam' gereja sambil mendengarkan,
mengagumi, dan berdoa. Joe berjalan-jalan di sekirar Pegunungan jackson. Ia duduk di sebuah taman. Ia
membaca koran Washington POSe edisi bart Minggu dan mencari lowongan
kerja. Samatha pergi melihat keadaan Angela di kediaman keluarga GodHey dan
kembali ke penginapan untuk mencuci baju dan tidur siang.
Domus jefferson tampak sunyi saat Matthew dan Allyson melangkah masuk
melalui pintu depan. Mereka menaiki tangga ke lantai atas dan menemukan
Malcolm tertidur di tengah ranjang.Allyson menutup pintu kamar Malcolm.
"Tidak perlu membangunkannya sekarang, Masih ada cukup waktu."
Matthew memeluk Allyson dan berterima kasih padanya karena sudah jauh-jauh
datang. Lalu ia Iekas beranjak ke dalam kamar untuk tidur siang.
Di dalam penginapan yang sepi, Allyson membaca dan mengatur tumpukkan
surat-surat sarnpai pukul 5 sore, Ketukan di pintu depan membuyarkan
kousentrasinya saat sedang membaca salah, SatU surat yang ditulis, tangan
oleh Jack dari Makam ArlingtOn.
Allyson mendorong pintu kasa hingga terbuka lebar. "Monica!"
"Hai Allyson." "Kupikir kau tridak bisa datang,"
"Tadinya kupikir juga begitu."
"Kau berkendara kemari?" tanya Allyson.
"Ya. Tidak terlalu jauh juga, hanya enam sampai tujuh jam perjalanan. Aku
juga menikmati waktu itu untuk berpikir,"
"Terpujilah hatimu.Masuklah." A11ysOn memmpersilakan Monica masuk
kedalam penginapan dan memeluknya erat-erat, "Aku sungguh bahagia kau ada
di sini." Ia melepaskan pelukannya meski kedua tangannya tetap
mencengkeram lengan Monica. "Kau tampak luar biasa, Benar-benar luar biasa."


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Monica mengenakan sepasangg celana denim mahal, sebuah baju berkerah
tinggi berwarna putih, dan baju dingin berwarna merah, Rambutnya yang
berwarna pirang tergerai sebatas bahu; matanya yang berwarna biru tampak
Lelah tapi tetap bersinar, Ia menjinjing sebentuk amplop besar di kepitan
lengannya. "Kau juga tampak luar biasa. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu, ya?"
www.ac-zzz.blogspot.com "Sudah cukup lama Sayang. Terlalu lama."
"Samantha meneleponku semalaman." Monica memandangi sepatu Adidasnya
yang baru dibeli dan berwarna biru tua. "Aku turut berduka cita Allyson, atas
meninggal nya Jack dan kakakmu."
"Mereka juga keluargamu. Tidak peduli kau sering, bertemu dengan mereka
atau tidak, kau tetap bagian dari keluarga ini,"Allyson meraih tangan Monica
dan menggiringnya melalui serambi penginapan menuju ke ruang makan.
Monica mengamati seisi ruangan dan tumpukan sejarah keluarga Cooper di atas
meja makan, "Matt ada di mana?"
Allyson menggerakkan kepalanya ke arah lantai atas. Monica menapakkan
kakinya ke atas anak tangga dan menjulurkan kepalanya ke dalam setiap kamar
sebelum membuka pintu tempat Matthew menginap dan masuk ke kamarnya.
Enam menit kemudian, Matthew menarik pintu yang'sama hingga terbuka
lebar,"Aku akan jadi seorang ayah!" la berlarian ke bawah, berteriak,
"Yeaaaaaaaaa!" Ia masuk ke dalam serambi penginapan mengenakan kaus kaki
hitam dan harus mundur sebentar untuk melihat Allyson yang sedang duduk di
meja makan. Ia mengangkat selembar foto yang menunjukkan wajah seorang bayi berkulit
hitam botak, cantik dan bermata besar."Ini putera ku."
"Matthew, Matthew!"Allyson bangkit dari kursinya dan merebut foto itu dari
tangan Matthew. Ia menatap foto itu sekali lagi dan merangkul
keponakannya."Kau akan menjadi seorang ayah.Aku tahu hal ini pasti akan
terjadi." Monica memandangi keduanya dari pucuk tangga."DAn kau akan menjadi nenek
yang luar biasa,untuk kedua kalinya."
"Ada apa sih?"Malcolm berteriak dari atas ranjangnya.
"Turunlah,paman Malcolm!"
Malcolm melangkah keluar dari kamarnya, menggosok matanya dan melihat
Monica.Ia menggosok matanya sekali lagi.
"Ini aku,"Kata Monica tersenyum.
"Kau ada di sini."
"Ya, sepertinya semua orang sudah melihat itu."
"Malcolm, lihat!"Matthew berdiri di serambi penginapan dan mengangkat foto
bayi kecil tadi di atas kepalanya."Perkenalkan putera baruku."
"Kalau begitu urusanmu di Newark berjalan lancar ya?"Malcolm menatap
Monica. "Ya.Akhirnya bayi itu jadi milik kami.KAmi akan menjemputnya dalam waktu
dua minggu." "Siapa namanya?"tanya MAlcolm.
"Pertanyaan yang bagus."Matthew menatap isterinya."Mon?"
"Aku suka nama Jack."jawab Monica sambil tersenyum.
"Aku juga suka nama itu."Matthew memandangi mata si bayi yang besar.
"Itu bagus sekali," Malcolm melihgkarkan lengannya di sekitar tubuh Monica dan
memeluk saudari Iparnya untuk yang pertama kali dalam waktu bertahuntahun.
"Sam bilang padaku-" Monica berbisik,
www.ac-zzz.blogspot.com Malcolm mengangkat jarinya di udara. "Tidak sekarang. Sekarang ini adalah
saat kebahagiaanmu. Turunlah dan kendalikan suamimu." .
Monica rnengikuti saran Malcolm, sementara Malcolm mandi dan bercukur
untuk menghadiri pemakaman ibunya dan Jack Cooper.
matthew dan Monica mengendarai limosin yang berada di urutan paling depan
dalam iring-iringan menuju acara pemakaman di gereja. Malcolm dan Samantha
berkendara bersarna Allyson, Angela, dan Paman Joe ,di dalam limosin kedua
yang juga berwarna hitam. Kedua limosin yang mereka tumpngi melewati
Taman WoodstOck, kuburan tempat Jack dan Laruel akan dimakamkan malam
itu juga, lalu memotong jalan di Rute 11 antara penginapan dan Pegunungan
Jackson. Pastur Braithwaite menyapa keluarga Cooper di muka gereja.Tim penyambut
keluarga yang berkabung, termasuk keluarga Gutherie dan dua karyawan yang
bekerja di rumah duka. "Selamat datang," sapa. mereka, menyalami tangan
masing-mastng anggota keluarga Cooper, "Selamat datang."
Kelompok paduan suara gereja menyanyikan lagu, Amazing Grace", yang juga
merupakan lagu kesukaan Jack, sementara Allyson mengucapkan doa dalam
hati untuk mendiang Jack dan Laurel.Dari mimbar gereja, Pastur Braithwaite
menyaPa para kogregasi, berterima kasih kepada mereka yang telah jauh-jauh
datang untuk mendukung keluarga Cooper, dan memberkati mereka karena niat
yang tulus. 'Di belakang Pastur Braithwaite, gambaran Yesus Sang Penyelamat
menatap darii atas dengan tangan terentang lebar terlukis edi jendela yang
sangat indah. Rangkaian bunga dan ranting memenuhi seperempat muka
gereja. Jack dan Laarel beristirahat di dalam peti masing-masing di kedua sisi
mimbar. Sang pastur memandangi seluruh keluarga yang hadir, yang mengambil tempat
di barisan utama, sementara Rain dan Nathan,duduk di barisan berikutnya, Ia
memandangi kumpulan wajah yang memenuhi gereja, ada yang dikenalnya,
namun sebagian besar asing' baginya. Ia melihat Maria Lewia, keluarga
Rovnyak, dan pengacara Jack, Alex Palmer, yang di temuinya malam
sebelumnya, Dengan sebuah anggukan kepala, Pastur Braithwaite menyapa
para walikota dari kota-kota terangga yang juga hadir di gereja bersama
pasangan mereka dan duduk berkumpul di beberapa baris darii depan . .Ia
setengah melambai kepada A&P yang duduk di posisi langganannya, di belakang
gereja, Ia mendapati sejumlah anak yang mulai bosan dan tersenyum pada
orang tua mereka seolah hendak mengatakan. Tidak apa, mereka adalah anakapak
Tuhan, maka ini adalah rumah mereka juga.
Ia memandangi teman lama dan muridnya, Pastur Doug, yang duduk disudut
belakang gereja seraya memeluk Alkitab dan mendengarkan dengan saksama.
Lalu, Pastur Braithwaite mengedipkan mata pada istri dan ibu mertuanya yang
duduk di barisan depan di samping keluarga Cooper.
Gereja yang sempit memanjang tampak penuh. Ia memulai pemakaman itu.
"Teman-teman, malam ini kita berkumpul untuk berkabung,' tetapi juga untuk
merayakan hidup kedua pelayan Tuhan di hadapan kita.'
Seseorang meneriakkan kata. "haleluya" dari barisan belakang.
www.ac-zzz.blogspot.com "Kita tidak akan bersedih, trapi bergembira, Kita takkan menangis, tap.i
tertawa. Kita tidak menghakimi, tapi memaafkan; dan kita akan menghitung
hari sampai kita berjumpa lagi dengan mereka di Hari Kebangkitan," Pastur
Braithwaite melanjutkan dengan mernbaca beberapa ayat dari Perjanjian Baru
sebelum mempersilakan Matthew untuk naik keatas mirnbar dan membacakan
kata-kata pujian, "Saya tidak sempat menuliS apa-apa,"matthew memulai
karena saya tahu betapa sulitnya bagi saya untuk mempersiapkan pidato
tertulis hari ini. Saya tidak pandai berkata-kata, seperti yang kalian ketahui,
itu adalah kemahiran Malcolm."
Aliyson mengelus permukaan tangan Malcolm.
"Sekaraag kami sudah mempelajari bahwa menulis adalah kemahiran Ayah
juga," lanjut Matthew.
Matthew memandangi isrrinya. Monica mengusap air mata yang membasahi pipi
dan mengedipkan kedua matanya, "Usia saya baru tujuh belas tahun saat
keluarga saya pindah ke Lembah ini. Ayah ingin agar saya melamar menjadi
siswa SMA di sini dan menjadi bagian dari kelompok Woodstock Falcon. Beliau
ingin agar saya bisa berrnain bola kaki setahun lagi." la memandangi peti Jack.
"Tapi saya ingin keluar dari rumah. Saya tidak pernah khawatir meninggalkan
rumah kami di Charlottesville karena saya pikir saya sudah dewasa. Saya siap
untuk tantangan yang lebih besar, Tapi melihat kalian di sini dan setelah
bercengkerama dengan kalian minggu ini saya tahu bahwa seumur hidup saya
akan menyesali kesempatan yang saya lewatkan untuk menjadi anggota tim
Falcon." "Hidup Falcon!" teriak seseorang dari sisi kiri gereja. Yang lain tertawa.
"Benar Hidup Falcon." Matthew menarik sepucuk sapu tangan dari sakunya,
"Jack dan Laurel Cooper bukanlah pasangan yang sempurna. Ayah cepat marah,
seperti yang kalian ketahui. Dan Ibu .... Nah, mungkin Ibu adalah orang yang
sermpurna," "Amin," sahut suara lain.
Matthew lalu menceritakan beberapa kisah, dan sebagian diambilnYa dari
surat-surat yang sudah dibacanya selama berjam?jam, Ia menceritakan kisah di
mana ibunya mengambil pakaian Jack dari danau, Para pengunjung terpana,
lalu tergelak. Ia membuat tamu-tamu yang datang untuk berkabung tertawa di
ujung kursi mereka saat ia menyampaikan pengalaman orang tuanya ketika
berkunjung ke graceland dan berpura-pura bahwa Laurel sekarat.
Ia mengambil sepucuk surat dari saku jaketnya dan membacakan bait lagu yang
ditulis ayahnya di tahun 1961. "Saat hujan turun dl dalam kepalaku, dan
percikan airnya membasahi mataku, aku berpikir tentang cinta yang Ia bagi
kepadaku, di atas salib, di bukit Calvary;" Matthew tidak berencana untuk
melakukan apa yang kemudian ia Iakukan, tapi ia mendengar nada itu keluar
mengiringi lirik yang sedang dibacanya, hingga ia terdengar menyanyikan bait
reff dari agu karangan ayahnya. "Aku harus belajar unruk meminta dari Tuhan,
dalam segala hal yang kulakukan. Ya, aku akan belajar unruk meminta dari
Tuhan, dan semua impianku akan jadi kenyaraan." Riuh-rendah tepuk tangan
menyambut nada terakhirnya.
www.ac-zzz.blogspot.com "Ayah dan Ibu belajar untuk meminta dari Tuhan. Mereka sering meminta
karena dalam hidup memang sudah selayaknya begitu. Terkadang doa mereka
dijawab dengan kesunyian, tapi itu karena mereka sudah tahu jalan mana yang
harus mereka ambil saat mereka menyampaikan doa tersebut. Di saat lain,
mereka dibimbing pada keputusan-keputusan yang sebelunnya bahkan tidak
pernah terpikirkan. Keputusan-keputusan itulah yang menjadi berkah dalam
hidup mereka. Keputusan yang mudah dlambil hanya akan membawa kepuasan
sesaat kan?" Ia menatap Mal?colm. "Keputusan yang sulit diambil membawa
kebahagiaan yang tak ada habisnya. Keputusan macam itulah yang membawa
kebesaran Tuhan, kebesaran kalian semua, kebesaran saya. Keputusan yang
sulit membawa kehidupan baru," Matthew dan adik laki?lakinya secara
bersamaan membersit hidung mereka.
"Sekarang saya tidak perlu khawatir akan sakit kepala yang mendera Ayah dan
membuat beliau sulit tidur, Atau apakah Ibu mendapat cukup waktu istirahat.
Saya tidak perlu bertanya-tanya di mana 0rang tua saya hari ini; karena saya
tahu mereka ada bersamaNya." Ia menunjuk ke.arah gambaran Yews di
belakangnya. "Saya sangat yakin akan hal itu." Ia menatap Istrinya. "Terima
kasih. Terima kasih atas kedatangan kalian .... Amin,"
"Amin." Pastur Braithwaite kembali berdiri di atas podium. "Atas perminnaan keluarga,
kami ingin mempersilakan siapa saja yang hendak menyampaikan pesan mereka
di atas mimbar, Kami memanggil Anda untuk naik kemari."
Beberapa tamu mulai berbicara termasuk seorang penjaja keliling dari
Philadelphia yang sempat menjual sebuah iklan brosur pada Jack dan Laurel
Cooper, "Saya tidak pernah bertemu muka dengan mereka," akunya. "Tapi saya
tetap datang." Penata rambut Laurel, Nancy Nightbell, juga berbicara. Begitu pula Angela dan
A&P. A&P menangis sejadi-jadinya, Dengan tubuh gemetar dan napas
memburu, ia menceritakan kebaikan keluarga Cooper padanya selama
bertahun-tahun. "Saya takkan mungkin ada di sini tanpa mereka," Tidak ada
seorang pun yang Hadir malam itu yang meragukan ucapan A&P.
Samantha berbicara sebentar, berterima kasih kepada semua orang yang telah
membantu selama jack sakit-sakitan.ia berterima kasih kepada Kepala Polisi
Romenesko, yang berdiri kaku di balik dinding. Ia memandangi Nathan. "Terima
kasih, Nathan Crescimanno, untuk dukunganmu minggu ini,"
Malcolm bergeser di atas kursinya, tahu benar apa maksud Samantha.
Paseur Doug juga berbicara, Ia memperkenalkan dirinya pada para tamu dan
memuji hidup jack dan Laurel. Ia berusaha untuk tenang saat menghaturkan
rasa terima kasihnya terhadap jack karena telah mengirimkan surat-surat
lamaran dan menelepon banyak orang demi mencarikannya peketjaan. Ia
memuja ikatan pernikahan Jack dan Laurel yang sangat kuat dan cinta mereka
yang langgeng. Terakhir, ia menatap ke arah Pastur Braithwaite,menyebutnya
sebagai "saudara" dan berterima kasih kepadanya karena telah mengajarinya
banyak hal. Setelah Pasrur Doug selesai berbicara.timbul keheningan dan tidak ada orang
lain yang menawarkan diri untuk naik ke mimbar, Akhinya, Pastur Braithwaite
www.ac-zzz.blogspot.com berdiri. "Kita sudah diberkati malam ini, teman-teman. Kalau tidak ada lagi
yang ingin berbicara, maka saya akan.."
"Pastur?" Joe berdiri. "Apa saya boleh berbicara"'
Joe mengambil gilirannya di atas mimbar dan berdiri menghadap ke seluruh
kongregasi. "Nama saya Joe Cooper. Saya adalah saudara kembar Jack" Para tamu
mendesah dan mengenali kemiripan Joe dan Jack. "Selama bertahun-tahun,
saya sering sekali keluar-masuk kota ini.Beberapa dari kalian mengenal saya,
sementara lainnya mungkin tidak. Bagi kalian yang tidak mengenal saya, kalian
beruntung" Ia mencengkeram kedua sisi mimbar hingga buku-buku jarinya
memutih, "Saya telah membuat banyak kesalahan," lanjut joe. "Saya tidak sebaik Jack
atau pun kedua putranya. Tentunya, saya tidak sebaik Laurel maupun
Samantha atau kalian." Air mata berkumpul di pelupuk mata joe dan turun
membasahi pipinya. 'Maafkan saya ... maafkan saya untuk segalanya ... karena telah mengabaikan
kalian semua. Saya minta maaf untuk semua kesalahan yang saya perbuat." Ia
mulai terisak. "Saya minta maaf karena
telah membuat kalian malu, karena telah melukai keluarga kita. Saya sudah
membuang begitu banyak. .. waktu." Ia tersungkur di atas kedua Iututnya dan
membenamkan wajahnya ke dalam kedua tangan.
Pastur Braithwaite mendekat dan berlutus dl samping Joe. Ia merangkul J0e.
"Tuhan mencintaimu, J0e. Yakinlah. Ia mencintaimu. Ja memaafkanmu."
Perut Malcolm keram dan sekali lagi,ia merasa ada gumpalan dalam dadanya
yang kini bergerak ke tenggoroknya.
Joe kembali ke tempat duduknya dan Angela merangkulnya Pnuh kasih sayang.
"Itulah semangat keluarga Cooper," Pastur Braithwaite menunjukkan. "Cinta
yang mereka miliki tak bersyarat. Saya sendiri sudah merasakannya. Saya juga
sudah merasakan pertobatan mereka." Ia berjalan menghampiri Sang Pianis
gereja dan membisikkan sesuatu di telinganya. Pianis tersebut balas
mengangguk. "Saya rasa, saatnya tepat bagi kita untuk menutup acara ini dengan
menyanyikan sekali lagi lagu amazing Grace."
setelah mengucapkan doa syukur, yang datang dari isteri Matthew, Monica,
kerumunan pengunJung berpencar di pelataran parkir yang gelap dan satu demi
satu mereka mulai berkendara menuju Taman woodstock.
Saat para pengunjung mendekati lokasi makam, anggOta paduan suara mulai
memmbagikan lebih dari seratus- buah senter Maglire. Setiap orang
mengarahkan cahaya senter mereka pada peri-peri yang diusung dari mobil
jenazah ke atas bukit kecil tempat peri-peri itu diletakkan di atas penyanggah
berwarna hijau sebelum nanti diturunkan ke dalam lubang sedalam dua meter,
www.ac-zzz.blogspot.com Cahaya-cahaya yang bersatu menciptakan luapan sinar yang tidak lazim dilihat
para pengunjung. Pastur Doug menyampaikan doa terakhir, sebelum meminta para tamu untuk
mengarahkan senter mereka ke langit kelam, setiap cahaya senter bertemu
dengan lainnya dan menciptakan cahaya putih bersih yang bersinar menuju
surga. Masing-masing angota- keluarga meletakkan setangkai bunga mawar putih di
atas peti Laurel. Matthew meletakkan pin kampanye Ronal Reagan dari tahun
1984 di atas peti Jack. Semua orang berpelukan, saling mencium pipi, berjanji
untuk terus berkomumikasi; dan para tamu pun pergi secepat mereka datang,
letih karena telah menghabiskan akhir pekan mereka berkabung.
Tiba-tiba semua orang baru menyadari kepergian Jack dan LaUrel.
Keluarga dan teman-teman dekat berdiri di setiap sisi makam sambil berbiSik
ketikabayangan seseorang bergulir melewati batu?baru nisan disekitar dan
menghampiri mereka, Sosok itu berhenti di salah satu nisan tetangga. "Maaf," kata laki-laki itu ..


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua tangannya dibenamkan di dalam sakku depan celananya yang gelap. Ia
mengenakaa jaket berbahan woL.
Nathan membutuhkan waktu cukup lama untuk mengenali SOSok tersebut,
tetapi Rain dengan cepat mengenalinya.
Laki-laki itu menghampiri pastur Braithwaite dan mengulurkan tangannya. "Misa
yang mengharukan, Pastur, Bagus sekali.
"Tuan," Nathan menyela. "Saya rasa kehadiran, Anda di sini sungguh tidak
pantas ka.." Laki-laki itu mengalihkan perhatiannya pada Malcolm, bibirnyla tersungging dan
membentuk sebuah senyuman kecil,"Hai,malcolm."
?"WOl,"Malcolm menggumam pada dirinya sendiri, mengenali laki-laki itu.
"Tuan, ini benar-benar.."
"Tuan"Tuan adalah panggilan yang terlalu formal untuk sepasang teman lama
seperti kita," kata laki-laki itu.
"Apa yang dia lakukan di sini?" Rain bertanya pada Nathan. "aku sempat
menuntut ilmu di sekolah hukum bersarna Tuan Nathan Crescimanno." Wol
menatap Rain. "aku berasal dari Winchester. Aku punya praktik hukum di
Leesburg." "Nathan?" Rain menarik tangan kekasihnya. "Kau kenal dengan dia?"
Nathan menggores sebuah senyum terpaksa dan berbisik lemah, "Kurasa, ia
sedang mabuk," Wol berbicara saat mendekati peti Jack, "Aku tidak begitu mengenal Jack dan
Laurel Cooper, kecuali dari reputasi mereka. Tapi kudengar belakangan ini Jack
sempat sakit-sakitan." Ia mengelus permukaan peti. "Banyak gosip yang
betebaran di Lembah ini."ia beralih ke peti Laurel. "jika mereka memang orang
baik seperti yang kalian katakan, maka aku suka pada mereka."
Nathan menjauhkan dirinya dari Rain, "Ini bukan waktu yang tepat, Mull. lni
bukan tempat.." "Menjauhlah, Nathan," kata Malcolm. "Biarkan orang in! bicara atau kan boleh
pergi." www.ac-zzz.blogspot.com "Jangan lakukan ini, Nathan, jangan berlaku sebagai seerang Penuntut umum
terhadapku, Aku sudah menunggu selama acara misa pemakaman untuk melihat
apakah kau akan bangkit berdiri dan berbicara di atas mimbar, Aku sudah
menunggu lama agar kau bisa merasakan apa yang kurasakan selama dua tahun
Ini."'ia menatap Rain. "Aku sudah merasakan malu dan penyesalan yang tak ada
habisnya. Aku ingin sekali kembali ke kota ini lusinan kali, tapi tak pernah
berani.' "Ini konyol," kata Nathan. "Laki-laki ini.."
"Laki-laki ini apa?" sela Mull. "Laki-laki ini ingin menceritakan seSuatu" Kau
benar," Ia berbisik di telinga Nathan. "Semua ini akan terjadi sekarang, Malam
Ini kita berdua akan melepaskan beban yang mendersa kita. Kau atau aku yang
akan bebas?" Mull mengenali rasa takut dan keputusasaan yang memenuhi pandangan
Nathan. "'Kau atau aku?"ulangnya.
"Malcolm, Matthew, kalian semua, orang ini jelas-jelas mabuk. Dia tidak tahu
apa yang ia katakan.."
"Tidak," Mull menatap Rain dan suaranya berangsur lembut. "Aku tahu apa yang
kukatakan." Rasa bersalah yang menghantuinya selama berminggu-minggu dan
berbulan-bulan membuatnya berani untukangkat suara. "aku menyerang wanita
ini dua tahun yang lalu."
Mull mengambil langkah untuk mendekati Rain. Rain menjauh darinya, "Semua
itu seharusnya tak lebih dari sebuah permainan. Permainan iseng. Nathan
memintaku untuk menggodamu,untuk menjadi orang brengsek."
Nathan menjatuhkan diri ke atas salah satu kursi lipat.
"Aku memandangimu di bar semalaman dan aku menggodamu. Seharusnya hal
itu tidak lebih dari taruhan dua orang iseng, dua orang bOdoh dan tidak tahu
diri." Suaranya pecah. Ia menghela napas panjang dan menatap Malcolm. "Lalu,
aku menantimu. Aku menunggu semalaman agar kau datang. Hari itu hari ]
Umat. Malam pertandingan bola kaki. Kau datang tepat pada waaktunya. Kami
tahu, kau akan mengikuti Rain ke luar bar, tapi kami tidak menyangka bahwa
kau akan bereaksi segila itu." Kedua
matanya menyampaikan permohonan maaf terhadap Malcolm. "Kami
memancingmu," Kedua kaki Malcolm kontan tegang
"Dan kau terpancing."
"Apa yang sedang dia katakan, Nathan?" tuntut Rain. "Nathan?"
"Nathan memintaku untuk bersenang-senang sedikit tapi aku kelewatan. Sudah
jelaskan?" Mull kembali mendekati peti Jack dan Laurel. "Niatku hanya ingin
iseng, berpura-pura agar terlihat seperti orang yang memang brengsek"
Suaranya pecah lagi, "Asal kaliantahu, aku takkan pernah .... "
"Nathan?" tanya Rain dengan nada pelan. "Apa semua ini benar?"
Tidak ada Orang selain adiknya yang pernah melihat Nathan menangis.
Sekarang ia mengubur wajahnya ke dalam kedua tangan dan menangis sejadijadinya,
www.ac-zzz.blogspot.com "Nathan" Apa kau membayarnya untuk menggodaku" Apa kau menjebak aku dan
Malcolm" Apa kau yang melukaiku" Melukai Malcolm?" Dengan keluarnya setiap
pertanyaan, suara Rain' meninggi.
Masih dalam posisi duduk, Nathan menatap tanah di bawah kakinya dan
mengusap hidungnya dengan sapu tangan."Aku ingin tahu," katanya dengan
nada lirih hingga sulit didengar oleh orang-orang di sekelilingnya.
"Apa?" "Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan Malcolm."
Rain berjongkok di samping Nathan, "Kenapa?" ia bertanya lirih. "Kenapakau
begitu ingin tahu?" Anggota keluarga lain, A&P dan kedua Pastur Doug serta Pastur Braithwaite
mohon diri kepada Malcolm dan berjalan ke mobil mereka masing-masing,
Sesekali mereka menoleh ke belakang,penasaran apa yang sedang terJadi.
Malcolm berdiri disampjng peti ibunya,
Mull memohon maaf sekali lagi, Rain dan Malcolm menganggukkan kepala
mereka."Mull berjalan kembali melalui barisan nisan di makam 'dan kembali ke
mobilnya yang terparkir di sisi lain taman.
Rain duduk di sisi Nathan. "Kenapa?"
"Karena aku tidak ingin hidup dibayang-bayangi olehnya."
"Kau tidak percaya padaku?"
"Aku percaya padamu." Akhirnya, ia menatap Rain. "Aku selalu
mempercayaimu." "Lalu apa yang kaupikir akan terjadi"'
"Entahlah," jawab Nathan, kepalanya masih tertunduk. Malcolm bergerak
mendekati mereka, tapi Rain melambaikan tangannya dan mengisyaratkan agar
ia tidak rmelakukannya. Malcolm berjaga di sekitar makam 0rang tuanya.
"Apa .kau berharap Malcolm akan membiarkan laki-laki itu ... " Apa kau pikir
Malcolm merasa semua itu lucu atau cerdik?"
"Tidak." "malcolm mencintaiku,tentu saja,dan ia membelaku.Laki-laki manapun
memebelaku." "Aku tahu." Rain memutar dagu Nathan dan memandangi kedua matanya yang basah."Kau
mengusir Malcolm." "Ya." "Kau berbohong padaku."
Nathan mengangguk. "Kau berbohong padaku," ujar Rain pelan seraya memalingkan wajahnya,
Nathan pulang sendirian. KEDUA limosin yang ditumpangi keluarga cooper kembali ke penginapan dan,
atas permintaan Alex Palmer, semua anggota keluarga Cooper beserta teman
dekat mereka berkumpul di ruang tamu Domas Jefferson.
"Saya tahu kalian sudah melalui masa yang sulit,' Tuan Palmer mulai berbicara
saat keluarga Cooper mengambil tempat duduk di atas sofa dan kursi. ia
menarik sebentuk kursi dari ruang makan dan duduk di ambang pintu.
www.ac-zzz.blogspot.com Malcolm duduk di dekat perapian, menyaksikan adegan itu berlangsung," meski
di kepalanya ia terus membayangkan reaksi pamannya di atas mimbar,
Rain duduk di sisi Malcolm, matanya merah. Ia meremas sehelai sapu tangan.
A&P dan Allyson duduk di satu sofa.
Pastur Braithwaite berdiri di sudut ruangan, bersandar dalam posisi aneh pada
dinding. Pastur Doug berdiri disampingnya.
"Ini adalah akhir pekan yang sulit," lanjut Tuan Palmer, Kepala-kepala di
sekitarnya mengangguk setuju, "Saya Sungguh merasa bersyukur karena telah
mengenal keluarga kalian, Orang tua kalian sungguh luar biasa. Jack Cooper
adalah orang yang jujUr dan setia. Saya sangat mengagumi beliau. Dan ibu
kalian memiliki jiwa yang tegar dan unik, Sebuah contoh bagi kita semua.
Wanita yang penuh keajaiban. Kalian semua tahu itu."
ia menarik sebentuk map dari dalam tas kerjanya. "Saya berharap kita bisa
melakukan ini di waktu lain, tapi ini adalah kehendak ayah kalian. Bahkan,
beliau memaksa, Beliau pasti punya alasan sendiri," Tuan Palmer mengangkat
map itu,"Semuanya ada di sini."
Rain menarik napas panjang dan mengunci jemarinya dengan jemari Malcolm. .
"Sekarang kalian tahu bahwa ayah kalian adalah seseorang yang gemar menulis
surat dan orang yang sangat mahir dalam hal itu." TUan Palmer meraih ke
dalam map yang digenggamnya dan menarik sebuah amplop."Jack memberi
instruksi agar kita semua membacanya malam ini." Amplop itu sudah terbuka,
Ia mengeluarkan beberapa carik kertas-dari dalamnya.
Monica, pindah ke atas sofa tempat Matthew duduk berdampingah dengan
Samantha dan menyempilkan dirinya di samping suaminya. Angela duduk di
kaki ibunya. Allyson bergeser lebih dekat dengan A&P dan memberi tanda pada joe agar
bergabung dengannya. Joe duduk di samping Allyson. Allyson menggenggam
kedua tangan Joe. Pastur Braithwaite dan Pastur Doug mengawasi dengan saksama.
"Apa ada di antara kalian yang ingin membacakan surat terakhir dari ayah
kalian untuk ibu kalian?"
"Ya, kata samantha, mengulurkan tangannya. "Biarkan aku yang membacanya."
Tuan Palmer menyerahkan surat itu kepada Samantha.
13 April 1988 Laurel tersayang Kau tidak pernah berhenti mengejutkanku.Malam ini kau membuatku bertanyatanya
lagi. Disini aku duduk sendiri,meski kau masih berada disisiku,terbaring damai di
atas ranjang yang kita bagi selama hampir empat puluh tahun.Aku tidak bisa
hidup tanpamu. Bukankah kau yang seharusnya menulis suratterakhir untukku"Setelah aku
meninggal dalam tidur,seharusnya kau bangun dan menemukanku dalam
keadaan mati.Lalu kau akan menulis surat terakhir dan menyimpannya sampai
kau tidak tahan berada jauh-jauh dariku dan menemaniku lagi di atas langit.
Tapi sekarang justru aku yang ditinggal sendiri.
www.ac-zzz.blogspot.com Sebentar lagi hidup kita akan jadi sejarah bagi ketiga putra-putri kita.Sebuah
buku yang terbuka,secara harfiah.Sudah lama aku mengira bahwa dari ketiga
putra-putri kita,Malcolm lah yang paling menghargai surat-surat ini.Dia adalah
si ahli kata-kata.MAtthew akan berpikir bahwa surat-surat ini bersifat
misterius. dan Samantha akan merengkuhnya sekuat tenaga hingga perlu
sekitar sepuluh pria untuk memisahkannya dari surat-surat ini.Ia bahkan
mungkin takkan bisa tidur selama berminggu-minggu.Kuharap ketiganya bisa
belajar dari surat-surat ini.
Laurel,pernikahan kita memang tidak sempurna.Kita telahmelalui banyak
cobaan.Kita telah diuji dengan hal-hal yang lebih berat dari yang pernah kita
bayangkan saat kita setuju untuk mengharungi bahtera ini.Tapi perjalanan ini
sungguh mulia.Aku telah diangkat olehmu.Dan kau telah melakukan lebih dari
itu.KAu telah menempati semua janjimu. Terima kasih karena telah
mempercayai rencana besar Tuhan sebelum aku siap menerimanya.
Aku telah menulis banyak surat dan kata-kata pada hari Rabu.Tetap saja masih
banyak yang ingin kusampaikan padamu.NAmun sebentar lagi aku akan bertemu
denganmu.Sebelumm itu, aku harus menunggu anak-anak.
Aku menyesal karena kau bekerja terlalu keras,hingga jarang menghabiskan
waktu bersama mereka.Aku menyesal karena selalu harus membaca semua
artikel koran dan tidur lebih lama di pagi saat kita seharusnya pergi
memancing. Aku menyesal karena mereka telahh mendengar bentakkanku.Aku
sangat malu karena pernah membentak mereka.Atau siapa pun juga.
Kuharap mereka akan memaafkanku karena gagal menjadi ayah yang dijanjikan
terhadap mereka. Semoga tuhan juga akan memaafkan kekuranganku.Semoga mereka memaafkan
satu sama lain. Semoga ratusan tahun akan berlalu sebelum mereka kembali kepada kita di
atas sana. Jack Samantha menghapus jejak air mata yang membasahi kantong matanya dengan
kedua jari tengahnya. Matthew merangkul pundak adik perempuannya dan
membisikkan sesuatu di telinga Samantha.Samantha tersenyum.
"Masih ada tiga surat disini,satu untuk setiap anak."Kata Tuan Palmer.
"Kurasa aku takkan sanggup membaca surat lain" kata Samantha.
Matthew memandangi adik laki-lakinya di dekat perapian,
Malcolm menggeleng. "Kalau begitu biarkan aku yang membacanya." Matthew mengambil surat-surat
itu dan mulai membaca. Untuk Matthew Putra sulungku Ada alasan kenapa kau menjadi putra sulungku nak,Pikiran dan semangatmu
membawa inspirasi bagi banyak orang. Apa kau sadar akan hal itu"Apa kau tahu
betapa aku menghargaimu dan terpana oleh talenta yang kau miliki"kau
adalkah seorang pria berbakat yang memutuskan untuk menggandakan
bakatmu.KAu telah membuatnya bangga.Kau telah membuatku bangga.Aku
www.ac-zzz.blogspot.com tidak sabar sampai kau menjadi seorang ayah.kau akan melakukannya dengan
luar biasa. Matthew,cintailah isterimu.Cintailah dia seolah hanya dialah yang kau miliki di
dunia ini.Dari suatu hari,kau akan sadar bahwa hanya dia yang kau miliki di
dunia ini. aku menyayangimu Ayah Teruntuk Samantha Bintang Broadwayku Di hari yang panjang,saat aku lelah menghadapi kebosanan di universitas dan
orang-orang yang malas bekerja,aku mengingatmu.Aku berkendara pulang di
hari seperti itu,menantikan adegan apa yang telah kau siapkan untukku,peran
apa yang kau ingin aku mainkan.Peran apa pun akan ku lakukan,asal aku bisa
berada dalam satu pertunjukkan bersamamu.
Kembalilah ke atas panggung.Sudah saatnya.Temukan cahayamu.
Aku sudah lusinan kali berkata kepadamu, dan sekarang dalam keadaan mati
pun aku akan mengatakannya sekali lagi,Sammie biarkan cucuku yang cantik
mengenal ayahnya.Dia mungkin bukan ayah yang sempurna,tetapi ia tetap
ayahnya. Kau selalu bersinar Sammie.Aku akan berbagi panggung denganmu,kapan pun
kau mau Aku menyayangimu Ayah Teruntuk Malcolm Penulisku,putraku Aku selalu bertanya-tanya semarah apakah dirimu hari ini.Aku sering menangis
di malam hari dan memimpikanmu.Aku memimpikan amarahmu.Aku berdoa
semoga aku salah.Tapi aku akan mengerti jika aku benar.
Kukatakan padamu nak,bahwa penemuanmu bukanlah tentang siapa
ayahmu.Hal itu belum berubah.Sejak pertama kali aku memelukmu dalam
pangkuanku setelah pengakuan ibumu,di hari aku kembali dari kediaman
nenekmu di Chicago,sejak saat itu, aku selalu melihat putraku. Aku melihat
seorang anak laki-laki milikku dan yang menjadi bagian dari diriku seperti
halnya Matthew. Aku melihat sebuah berkah dari tuhan yang diberikan
kepadaku.Tidak ada satu alasan kenapa kau perlu tahu tentang malam ketika
hidup ibumu berubah. Apa yang nayata kemarin tetap nyata hari ini. Akulah ayahmu,, ibumu bisa


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memaafkan. Aku memaafkan.Tuhanmu memaafkan.Begitu juga seharusnya
dirimu. Malcolm,jika kau belum menyelesaikan bukumu selesaikanlah.Tolong.lalu
tulislah buku-buku lain.Kau harus tahu bahwa aku berharap akan berjumpa lagi
denganmu.Ibumu dan aku tidak sabar untuk melihat anak-anakmu.Menurut
kami,anak-anak itu akan mirip dengan Rain.Kau tidak salah baca.Nak kami
selalu tahu apa yang kalian berdua belum bisa lihat.Kalian ditakdirkan untuk
bersama. Aku menyanyangimu www.ac-zzz.blogspot.com Ayahmu. Ruangan itu berubah sunyi. Malcolm mengubUr kepalanya kedalam rengkuhan
tangannya dan menangis. Rain mengelus punggung Malcolm dengan sebelah
tangan dan menghapus air matanya sendiri dengan tangan lain.
Hanya mata Pastur Doug yang kering, "Boleh aku berbicara?" ia bertanya,
menatap ke seberang ruangan, ke arah Tuan Palmer.
"Tentu saja." "Kalian mungkin SUdah mengetahui ini, tapi aku takkan mlungkin berada disini
tanpa bantuan ayah kalian." Irama kalimat yang keluar dari mulutnya berubah
cepat. "Ayah kalian yang mencarikan pekerjaan untukku, bersama dengan
saudaraku di sana." ia menatap Pastur Braithwaite, "Ada sebuah perseteruan di
Winchester saat aku tiba di sana. Katanya ada banyak orang yang meragukanku.
Lagipula, aku ini adalah mantan narapidana dan banyak yang bertanya-tanya;
apakah aku sudah benar-benar tobat."
Pastur Braithwaite meletakkan sebelah lengan di sekeliling pundak Pastur Doug
dan meremasnya untuk memberi dorongan moral.
"Tapi kau tahu yang sebenarnya saat itu, kan?" Tanya Pastur Doug.
pastur Braithwaite mengangguk,
"AkU bertemu dengan seseorang dalam penjara, orang yang sangat baik, Aku
menghabiskan waktu berjam-jam bersamanya. la membantuku bertemu dengan
Sang Penyelamat saat yang kulihat adalah kekotoran dan keputusasaan, Orang
ini, saudaraku, membawaku kemari," Untuk pertama kalinya selama akhir
pekan itu Pastur Doug menangis.
"Beberapa tahun lalu, aku tinggal di charlottesville, Aku bekerja sebagai
seorang mekanik. Tapi bukannya bekerja, aku lebih banyak menghabiskan
waktuku menggunakan obat-obat terlarang dan minum-miauman beralkohol.
Aku bahkan berusaha menjadi bandar obat-obatan terlarang, tapi aku tidak
cukup lihai untuk itu. bayangkan saja.
"Pada satu titik, aku sempat menjadi gelandangan. Ketika aku dipecat dati
bengkel, aku juga kehilangan apartemenku, Aku menghabiskan waktu teler dan
berada dalam pengaruh obat-obatan. Jarang sekali pikiranku ini lurus, bahkan
terkadang aku tidak bisa berpikir sama sekali. Percaya atau tidak, dulu aku
sempat tinggal di dekat rumah sakit karena akul ingin bahwa jika suatu hari aku
terkapar atau mati di tengah jalan, aku tidak ingin siapa pun harus
menggotongku jauh-jauh ke rumah sakit,"
Malcolm meagangkat wajahnya.
Pastur Doug memainkan jam tangannya dan melanjutkan perkataannya.
"Suatu malam, aku melihat seorang wanita cantik mengenakan pakaian putihputih
sedang berjalan pulang Dari kejauhan, ia tampak bagai malaikat.
"Aku melihatnya masuk ke dalam sebuah apartemen. Aku berdiri di luar selama
beberapa menit, Aku tidak Ingat berapa lama, karena aku sedang teler Entah
bagaimana, aku pasti telah mencongkel pintu depan apartemen itu,agar bisa
masuk. "Dia tertidur dia atas sofa." Pastur Doug menggeleng dan sebuah isak tangis
meluap dari dadanya. ia terdiam sesaat untuk mengambil napas. "Aku bahkan
www.ac-zzz.blogspot.com tidak melihat seorang wanita di sana. Aka tidak tahu apa yang aku lihat di
sana." Pastur Braithwaite mengeratkan rangkulanya.
"Saat semuanya berakhir," lanjut Pastur Doug, "saat semua suara-suara berhenti
mengisi kepalaku, ia sudah tersungkur dalam posisi meringkuk di atas lanrtai,
Sedangkan aku berdiri di dekat pintu, menatapi langit-langit."
Pastur Braithwaite menopang saudaranya agar terus berdiri. "AkU melangkah
pergi dan terhuyung-huyung masuk ke dalam rumah pengungsian . .ltu adalah,
malam terakhir yang kuhabiskan disana. Besok paginya, aku masuk ke dalam
penjara." Malcolm berdiri. "Ternyata kau?"
"ya." "kau yang melakukan semua ini?"
"ya." "Kau adalah ayahku?" "Kedua tangan Malcolm terasa kram dan urat nadi di
lehernya ikut menegang. "Bukan, malcolm. ]ack adalah ayahmu."
Pastur Doug berdiri seorang diri saat yang lain, termasuk Pastur Braithwaite,
berkumpul dan memeluk Malcolm dalam luapan air mata hangat.
Air mata Malcolm membuat tubuhnya gemetar,
Paman Joe merengkuh nya dalam pelukan.
Malc0lm berbisik, "Maafkan aku."
Rain bergabung dengan keduanya dan mereka berdiri di tengah kerunmunan
orang yang saling berpelukan, lengan mereka terpaku di bahu satu sama lain.
"Maafkan aku," kata Pastur Doug. "Lebih dari sekadar kata?kata, aku
sungguhSungguh menyesal. Mengakui semua ini kepadamu Malcolm, adalah suatu
perhentian dalam perjalananku ke sUrga yang tidak bisa kulewatkan. Tanpa
maafmu, hidupku takkan pernah lengkap,"
Mereka semua menangis. EPILOG 24 Agustus 2007 mulut Noah setengah ternganga. Ia menatap ayahnya. Malcolm terus
melemparkan serpihan cat kering ke udara lembap dan rnenyinari serpihan itu
dengan cahaya senter Maglite. Mereka duduk berdampingan di atas Menara
woodstock. "Jadi Kakek Jack bukan benar-benar kakekku?"
"Tentu saja beliau adalah kakekmu."
"Lalu bagaimana dengan Pastur Doug?"
"Beliau adalah ayah biologisku."
Noah mengambil segenggam batang pretzel dari kantong besar dan meletakkan
tiga batang dalam mulutnya. "Aku bingung,"
"Kami tahu kau pasti bingung."
www.ac-zzz.blogspot.com "Luar biasa!" SUara Noah yang lantang memecahkan udara malam. "Dan semua
orang tahu tentang ini" Semua orang dalam keluarga kita?"
"Kau mendengarkan ceritanya tidak sih?" Malcolm tergelak.
"Tentu saja semua orang tahu. Semua orang ,yang perlu tahu, tahu."
"sulit dipercaya. Ayah menceritakannya seolah ini adalah kabar lama,seolah
Ayah membacanya di situs internet dan menyampaikannya pada orang lain.
'Hey tahu tidak" Kakekmu bukan benar-benar kakekmu, sebenarnya kakekmu
adalah seorang pastur yang ... ."Noah tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya,
"Aku tahu ini sulit untuk diterima, Nak, tapi inilah sejarah hidupmu. Sudah
saatnya kau tahu. Tidak ada yang berubah. fakta adalah fakta. Kau tetap
anggota keluarga Cooper."
Mereka duduk menatap serpihan cat kering yang berjatuhan ke tanah.
"Kenapa Ayah baru menceritakannya sekarang?"
"Karena kau sudah, dewasa, Kau sudah tumbuh besar dan menjalankan hidupmu
ke tahap berikutnya. Kau adalah seorang anak kuliahan.'
"Tidak sampai hari Senin."
"Sudah cukup dekat." Malcolm tersenyum dan melemparkan sebatang pretzel ke
arah putranya. "Dan kalian semua memaafkannya," Noah menatap ayahnya,"seolah tidak
pernah terjadi apa-apa."
"Kami memaafkannya, karena Tuhan memaafkannya, Kita tidak bisa memilih
jalan lain." "LUar biasa." "Dengar noah kami memaafkannya bukan seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Kami memaafkan, tapi melupakan tidak semudah itu. Kautahu bahwa
keluargamu tidak sempurna." Malcolm menatap putranya lekat-lekat. "Hal ini
tidak mudah, Noah. Kami semua menderita untuk waktu yang lama."
"Semua orang tampak baik-baik saja sekarng."
noah memandangi ayahnya dan untuk pertama kali Malcolm melihat wajah
seorang lelaki dewasa pada diri putranya.
"Bagaimana dengan Ayah sendiri!" tanya Noah.
"Ibumu membuatku pergi menemui seOrang ahli terapi yang juga merupakan
sahabatnya di Harrisonburg. Aku menemui ahli terapis itu selama enam bulan
sekadar untuk memproses semua yang terjadi." "
"Apa terapi itu menolong Ayah?" Tanpa menunggu jawaban dari ayahnya, Noah
menjawab pertanyaannya sendiri, "Kurasa begitu, karena Ayah masih ada di
sekitar sini." , "Suka tidak suka, aku tetap di sini."
Noah meneguk air minum dari dalam botol.
"Nak, ini adalah sejarah. Sejarah keluarga kita. Beberapa bagian dari sejarah
ini menyakitkan, dan bagian lain sangat indah. Tapi inilah diri kita yang
sebenarnya," Noah terdiam sebentar dan bertanya, "apa aku boleh menemuinya"'
"Tidak dalam waktu dekat. Beliau meninggal empat atau lima tahun yang lalu,"
"Apa Ayah pernah menemuinya lagi sejak malam itu?" "Tentu saja. Ibumu dan
Ayah selalu makan siang bersamanya dan Pastur Braithwaite sekali atau dua
www.ac-zzz.blogspot.com kali setahun selama beberapa tahun. Sebagai bagian dari proses penyembuhan
kata ibumu." "Memang terdengar seperti ide Ibu,"
"Pastur Doug hidup dengan baik."
"Meninggal sebagai pastur juga?"
"Meninggal sebagai pastur, pelayan Tuhan."
"Lu-ar-bi-a-sa."
Malcolm meletakkan tangan kirinya diatas pundak putranya, "Doug White
membawa banyak orang ke jalan Tuhan. Kongregasinya menjadi tempat
perlindungan bagi mereka yang butuh kesempatan kedua dalam hidup, Ia
mengikuti contoh Pastur Braithwaite dan menjalankan tugasnya di rumah
pengungsian serta penjara.Pastur Doug mendedikasikan seluruh hidupnya
kepada Tuhan.", Noah kembali mencabik lapisan cat kering pada jeruji menara. ia meminjam
senter ayahnya. "Bagaimana dengan Nathan?" tanya Noah, menyaksikan dua serpihan cat
berlomba jatuh ke tanah. "Apa yang terjadi padanya?"
"Dia masuk penjara, tapi hanya sebentar, Pengadilan mengampuninya. Kami
semua mengampuninya,"
"Di mana Nathan sekarang?"
"Ia pergi ke Richmond, seperti yang ia inginkan. Tapi ia tidak pernah
mencalonkan diri sebagai pejabat. Ia memdapat izin untuk praktik hukum
dengan syarat ia bekerja sebagai pembela umum."
"Apa. ia pernah menikah?"
"Setahu Ayah tidak,"
Noah mengunyah segemggam barangpre4:Zei. "Bagaimana dengan Ayah"
Bagaimana ayah bisa menghindari
hukuman"' "Aku tidak menghindari hukuman, Aku dihukum melakukan kegiatan sosial
selama seratus jam lebih, mendapat masa per'cobaan selama tiga tahun, dan
sebuah denda dari pengadilan karena telah melanggar masa jaminanku yang
pertama kali, Selain itu, seseorang harus mengambil alih usaha penginapan.
Hakimnya mengerti semua itu." Malcolm rmelempar sebatang pretzel ke dalam
mulutnya. "Harga kecil yang harus kubayar untuk membela wanita yang
kucintai," "Dan uangnya?" tanya Noah. "Duit puluh lima ribu dolar?"
"Ah, ya, uang itu. Mull meninggalkan makam malam itu dan menyerahkan
dirinya ke polisi keesokan paginya karena telah menjadi bagian dari rencana
Nathan dan berbohong selama bertahun-tahun," Malcolm membenarkan kaca
matanya. "Kami gunakan uang itu untuk menebusnya keluar dari peajara sore
itu juga. Seperti yang kukatakan, kita harus saling mengampuni. Dan ketika ia
membayar kami, uang itu karmi berikan lagi ke orang lain."
"Siapa?" "Kepada siapa, maksudmu?"
"Terserahlah, Yah. Siapa yang menerima uang itu?"
www.ac-zzz.blogspot.com "Kepada Penampungan Anak-anak Alan & Anna Belle Prestwich di Washington,
D.C." "A&P?" Malcolm tersenyum Lebar. "Bagus sekali.' Noah dan Malcolm tidak beranjak dari atas beranda. Langit malam terlihat
semakin gelap dan bintang-bintang mulai bermunculan.
"Bagaimana dengan surat yang lain?"
"Surat yang mana?" Malcolm menolehkan kepalanya ke arah Noah.
"Yang ditulis Ibu. Yang ditulis Ibu saat Ayab ada di Brazil. Yang Ayah bilang
tidak pernah Ayah dapatkan."
"Ahh.kukira kau sudah lupa soal itu. Anakku memang seorang genius."
"Ayah berbohongkan pada Ibu dan mengatakan bahwa Ayah tidak pernah
menerima surat tersebut?"
"Mungkin." "Ayah pasti berbohong!" Noah meninju lengan ayahnya. "Apa Ayah sempat
membacanya?" "Mungkin." "Apa isi surat itu ?"
"Maaf Genius, kau harus tanya pada ibumu soal itu." Malcolm memindahkan
setumpuk serpihan cat kering ke atas tangan putranya.
Noah meniup tumpukan itu dan membuat serpihan-serpihan tersebut
beterbangan di udara. Kedua mata Malcolm mengikuti salah satu serpihan yang melayang-layang di
udara menuju ke tanah. ia tidak melihat serpihan itu di permukaan tanah.
tamat Pendekar Pedang Kail Emas 8 The Da Vinci Code Karya Dan Brown Pendekar Patung Emas 10

Cari Blog Ini