Ceritasilat Novel Online

Bidadari Untuk Ikhwan 2

Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto Bagian 2


akan diterapkan kepada masyarakat. Harus melawati titik uji tentang keampuhan hukum
tersebut. Dengan kata lain, bahwa hukum tersebut mempunyai sifat yang haq (benar) dan
tetap serta tidak berubah-ubah. Untuk membuat sebuah kebenaran, maka seseorang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pembuat hukum harus mengetahui kebenaran itu sendiri. Untuk mengetahui kebenaran,
maka pembuat hukum pun harus menjadi orang yang benar. Dan untuk menjadi orang
yang benar, maka pembuat hukum harus melakukan kebenaran atau dalam kata lain
kegiatan kebenaran. Sehingga, akan terjadi stimulus (pembangkit) untuk melakukan
kebenaran itu sendiri. Sehingga para penegak hukum pun dengan serta merta akan
melakukan pembenaran tentang adanya kebenaran. Jikalau nyata-nyata sebuah kebenaran
itu adalah benar. Dinegara kita ini, tingkat masyarakat untuk memahami hukum memang sangat
rendah. Sama rendahnya dengan apa yang mereka pahami tentang Undang-Undang.
Hukum bagi masyarakat adalah sebuah kerangka penyekat dalam tingkahlaku mereka.
Karena anggapan mereka, hukum merupakan aturan yang terdiri dari pasal-pasal dan
ayat-ayat yang mengekekang kelakuan mereka terhadap orang lain. Hukum dinegara kita
ini, merupakan hukum yang berada pada penafsiran kegiatan kesalahan-kesalahan
manusia. Bukan merupakan tingkat aturan (hukum) tentang melakukan sebuah kebanaran
atau kebaikan. Jadi, masyarakat akan langsung takut manakalah hukum positif tersebut
diperdengarkan oleh mereka. Sikap antipati terhadap hukum positif inilah, yang akhirnya
masyarakat juga antipati terhadap hukum Islam. Masyarakat akan langsung mengatakan
bahwa hukum itu adalah tindakan yang bersifat punishment (hukuman). Bukan tindakan
yang bersifat mangatur hidup agar lebih baik. Jadi antipati seseorang terhadap hukum
Islam, hanya karena mereka tidak mengetahui tetang kejalasan hukum-hukum Islam.
Karena mereka trauma dengan hukum positif (hukum yang ada dinegara) yang bersifat
penghukuman bagi orang yang bersalah. Maka, hukum Islam identik dengan mati, potong
tangan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat hukum-hukum Islam menjadi hal yang
menakutkan bagi masyarakat. Padahal hukum Islam itu tidak hanya seperti itu. Islam
banyak mengatur tentang tata cara dalam berbagai hal. Seperti hukum nikah, hukum
pergaulan, hukum jual beli, hukum pidana, hukum perdata dan bahkan untuk memasuki
kamar mandi pun ada hukumnya. Nah, disinilah orang-orang seharusnya memahami
tentang hukum itu sendiri. Hukum Islam mengatur kehidupan, agar menjadi lebih terarah
dan teratur dalam menjalankan kehidupan yang sementara ini. Di dunia.
Ganjaran bagi orang-orang yang melakukan hukum (aturan) Islam. Menjadikan
mereka akan lebih taat kepada Rabb (Tuhan)nya. Saat orang Islam taat kepada hukumhukum Islam. Maka yang akan terjadi adalah keseimbangan dalam hidup, antara dunia
dan akhirat!" ucapku panjang lebar. "saya sanksi, saat Bapak mengatakan tentang
seorang pelaku hukum akan mentaati hukum manakalah perekonomian masyarakat sudah
tinggi. Terbukti dinegara maju, bahkan Amerika sekalipun. Tingkat pelanggaran hukum
juga tidak kalah banyaknya dengan negara kita. Di Los Angeles, tingkat perkosaan
mereka sangat tinggi. Setiap hari, ada sekitar 3000 wanita yang diperkosa melapor ke
LAPD (Los Angeles Police Depertement). Dan yang tidak melaporpun, sama banyaknya.
Sungguh ironis, jikalau hukum hanya mengatur tentang tingkah laku kesalahan mereka.
Karena hukum yang sesungguhnya, adalah mengatur manusia untuk lebih mencintai
hukum itu sendiri. Contohnya, seseorang yang membunuh. Dalam hukum Islam, dia harus qishah
(dibalas). Tetapi manakalah si pembunuh dimaafkan oleh keluarga yang dibunuh, maka
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pembunuh ini terbebas dari hukuman tersebut. Meskipun dalam hal ini ada peraturan juga
mengenai tata cara pengampunan dalam hukum Islam. Jadi, pandangan masyarakat
tentang hukuman mati dalam Islam. Banyak yang keliru dan salah. Tidak sedikit orang
yang mengatakan bahwa hukuman mati dalam Islam itu kejam. Tetapi, uniknya. Pada
saat ada seorang yang dibunuh, maka secara otomatis keluarga yang menjadi korban akan
menuntut hal yang serupa pada pelaku pembunuhan. Yaitu dibunuh. Jadi sebenarnya,
hukuman mati adalah sebuah fitrah dalam kehidupan. Jadi seseorang yang mengacuhkan
hukuman mati, atau bahkan menganggap hukuman mati adalah sebuah kekejaman atau
bahkan kekejian karena melanggar HAM (Hak Asasi Manusia). Maka seseorang itu,
tidaklah memahami esensi dalam sebuah kehidupan. Dalam Islam, pun telah diatur
tentang hukuman mati tersebut. Membunuh satu orang yang tidak bersalah, bagaikan
membunuh semua manusia yang ada didunia. Itulah esensi hukum Islam.
Sedangkan, apa yang tertera hukuman mati dalam hukum positif. Sangatlah
rancuh. Hukuman seseorang yang membunuh tanpa alasan yang benar. Tidaklah pantas
seseorang itu tetap hidup. Sedangkan, apa yang dilakukan Umar bin Khattab. Adalah
sebuah kebijaksanaan khalifah (pemimpin) dalam melaksanakan tugasnya. Umar bin
Khattab, sangat menjaga rakyatnya dalam masalah apapun. Termasuk kesejahteraan.
Tetapi, sedangkan pemimpin kita" Jadi sebuah pelaksanaan hukum, kalau menurut saya
adalah pada pelaksanaan dari hukum itu sendiri. Dalam pengertian, hukum bukanlah hal
yang mengekang atau membatasi kehendak kita. Tetapi sebenarnya, hukum adalah
sebuah perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari." Ucapku penuh yakin.
Prof. Susilo tersenyum. Dia menganggukan kepalanya pelan. Tanda setuju.
"Hem, saya paham apa yang kamu maksud Khalid!" ucap Prof. Susilo. "tetapi apakah
hukum positif tidak dapat menjadi sebuah kehidupan hukum sehari-hari?" sanggahnya.
"Saya rasa, begini Pak. Hukum merupakan sebuah pokok kehidupan. Manakalah hukum
itu baik, maka masyarakatnya pun akan baik. Saya ingin menanyakan kepada Bapak.
Apakah dalam hukum positif, terdapat sebuah pengaturan tentang hukum bertingkah laku
yang baik." Prof. Susilo terlihat memikirkannya.
Saat itulah aku langsung menjawab sendiri pertanyaanku "tidak Pak! Hukum positif,
tidak mengajarkan kita bertingkah laku yang baik. Tetapi hukum positi hanya, mengatur
orang yang bertingkah laku tidak baik. Atau dalam kata lain. Melanggar hukum. Tetapi
dalam hukum-hukum Islam. Kita pun diatur dalam bertingkah laku yang baik. Dan kita
pun diberitahu akibat dari perilaku yang baik. Maupun yang tidak baik. Jadi hukum,
seharusnya melihat dua hal. Yaitu sebab dan akibat. Bukan hanya hukum bersifat akibat
semata." Prof. Susilo tersenyum "Khalid, saya rasa kamu sudah sangat paham tentang masalah ini!
Saya rasa kamu lebih banyak menguasai argumen tentang ini. Dan stigma kamu, tentang
dua hukum itu bagus juga. Saya setuju, dengan argumen kamu."
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Terima kasih Pak!" jawabku senang.
"Khalid, sudah! Saya percaya sama kamu. Sekarang, kamu tinggal kerjakan semua
skripsi. Setelah selesai, kasihkan saya. Biar saya koreksi." Ucap Prof. Susilo.
"Untuk per Babnya gimana Pak" Apa saya nggak perlu bimbingan lagi?" tanyaku heran.
Prof. Susilo tersenyum sambil menggelengkan kepala. Setelah itu beliau berkata "Saya
yakin kamu sudah tidak perlu pembimbing lagi. Saat ini, saya menyatakan diri bukan
pembimbing skripsi kamu. Tetapi saya adalah teman diskusi skripsi kamu. Tetapi untuk
pengesahan legalitas, saya tetap pembimbing kamu"
Masya Allah. Apakah benar, kepintaranku sampai sebegitu hebatnya" Hingga Prof.
Susilo sangat percaya denganku. Yaa Allah. lindungi aku dari sifat takkabur dan ujub.
Ucapku lirih dalam hati. "Khalid, sejak lama saya ingin bertanya tentang sesuatu?" ucap Prof. Susilo, saat aku
sedang membayangkan apa yang dikatakan oleh Prof. Susilo. Membayangkan tentang
azab Allah, bagi orang-orang yang sombong. Apalagi yang bagi orang yang
membanggakan diri. Aku sedikit tersentak. "Apa itu Pak" Apakah menyangkut skripsi saya?" tanyaku heran.
"Oh, bukan. Ini diluar skripsi dan kuliah ini" jelasnya.
"Lalu, apa pak?" tanyaku penasaran.
"Khalid, saya sering mendengar aktivis Islam sangat tidak senang dengan hukum positif
negara ini. Saya sering mendengar bahwa hukum positif kita adalah hukum kufur. Jadi,
orang yang mempelajari hukum kufur maka dia kufur juga. Apa benar pernyataan itu
Khalid! Saya benar-benar bingung dengan ucapan seperti itu. Karena saya juga tidak
ingin dibilang kufur." Tanyanya bingung.
"Pak, memang banyak aktivis Islam yang mengatakan seperti itu. Bahkan beberapa
teman-teman saya pun. Mengatakan seperti itu. Tetapi pada hakekatnya, tujuan orang
belajar itulah yang menjadikan seorang itu kufur apa tidak." Jelasku.
"Maksudnya?" Prof. Susilo terlihat sangat penasaran.
"Begini, Pak. Seorang yang belajar merupakan sebuah kewajiban bagi Islam. Tak lupa
juga niat untuk belajar itu sendiri. Kalaulah niat sudah menyimpang dari tujuan awal.
Untuk tidak meraih kejayaan Islam kembali. Maka seseorang itu menjadi kufur. Tetapi
jikalau seseorang tetap berpegang teguh pada tujuan awal itu. Yaitu untuk menegakkan
nilai-nilai Islam. Maka Insya Allah, akan mendapatkan berkah dari Allah! Kalaulah
seorang aktivis Islam mengklaim bahwa belajar hukum positif itu haram atau kufur.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Maka seharusnya mereka pun tidak usah tinggal dinegara ini. Karena pada dasarnya
semua aktivis Islam di negara ini, merupakan pelaku pasif hukum positif. Jadi secara
tidak langsung, semua orang yang berada dinegara ini merupakan pelaku hukum positif.
Apalagi, saat mereka terkena kasus hukum. Apakah mereka akan diam" Tidak mereka
pasti akan mencari pengacara untuk membela mereka. Nah, disinilah letak yang
mendasar. Kalaulah semua aktivis Islam apatis dengan hukum positif. Lalu saat aktivis
Islam terkena kasus hukum, siapakah yang akan membela mereka" Siapakah yang akan
membela saudara seiman, jika semua aktivis Islam dihabisi dengan hukum positif ini?"
jelasku berapi-api. Karena, sebenarnya aku sendiri pernah ditanya dan dilecehkan oleh
sesama aktivis Islam yang lainnya. Karena aku berada di fakultas Hukum. Jurusan yang
keliru untuk aktivis Islam. Kata mereka.
"Aktivis Islam, seharusnya tidak apatis dengan hukum positif ini. Karena akan
menjadi bumerang tersendiri seandainya tidak ada orang-orang Islam yang mengerti
tentang hukum positif. Sedangkan kita, masih dikuasai hukum positif! Jadi orang yang
mengeklaim tentang kebenaran kekufuran pada aktivis Islam yang belajar hukum positif
merupakan aktivis Islam yang tidak mengetahui tentang esensi dari belajar itu sendiri."
lanjutku. "Iya, benar Khalid. Saya juga beberapa kali berfikir seperti apa yang kamu pikirkan.
Khalid, meskipun saya Professor tetapi gelar ini tidak membuatku mengerti tentang
hukum agama yang saya anuti sendiri. Islam. Saya menjadi lega saat ini. Dan terima
kasih atas penjelasannya, Khalid." Ucap beliau dengan senyum kelegaan, yang entah
sampai dasar apa kelegaan itu berada. "Baik, kalau begitu kita cukupkan dulu diskusi kita
saat ini. Terima kasih atas beberapa penjelasan kamu, Khalid"
"Alhamdulillah" Ucapku dalam hati. "Baik kalau gitu terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,
masih ada beberapa urusan."ucapku. Setelah itu aku langsung meninggalkan sekretariat
dosen. Tetapi tak lupa untuk mengucapkan "Assalamualiakum" kepada Prof. Susilo.
*** Siang begitu terik, mentari bersinar bagaikan bola api yang membara. Membakar
kulit. Rasanya malas sekali untuk berjalan menuju fakultas ekonomi. Untuk menepati
janji seorang yang ingin mempelajari Islam. Entah itu belajar, atau ajang debat mereka
yang ditujukan kepadaku. Entah, aku tak tahu. Semangat jihad ini menjadi kendur saat
melihat mentari bersinar terik sekali.
Tetapi terik matahari tak pernah mengalahkan tentara Muslim untuk berperang.
Bahkan sengatan panas mentari, bagaikan energi kekuatan yang diberikan oleh sang Ilahi.
Disaat berpuasa pun, tentara muslim berperang. Juga tak luput dari sengatan matahari.
Tetapi mereka tetap semangat, semangat yang membara untuk mendapatkan syurga.
Mendapatkan kenikmatan hidup bahagia diatas sana. Sesuai dengan apa yang telah
dijanjikan bagi para pencari syahid. Tak lupa, pun bidadari surga sudah menunggu untuk
dipeluk mesra. Oleh mujahid-mujahid yang syahid. Nah kan, bidadari lagi!.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Semangatku pun kembali, mengawali jihadku lagi. Tuk, mengharapkan
keridho"an-Nya. Juga mengharapkan surganya, serta tak lupa Bidadari-Nya. Nah kan,
bidadari lagi. Udah deh, pasti bidadari lagi.
Jarak antara fakultas hukum dengan fakultas ekonomi lumayan jauh. Kira-kira
700 meter. Langkahku kembali tegak melaju, menerobos mentari yang bersinar terik.
Memberikan cahaya kepada mahluk yang ada dibumi. Serta memberikan energi
kehidupan bagi mahluk-Nya. Langkahku takkan pernah surut, dengan jiwa yang
bergelora. Menanti surga yang akan dijanjikan-Nya. Pada mujahid dan mujahidah yang
ikhlas berjuang kerana-Nya. Sungguh nikmat rasanya, saat perjuangan tidak pernah
terdistorsi dengan kenikmatan dunia. Tidak terkotori oleh nafsu-nafsu kotor manusia.
Nafsu sesat yang membuat luntur ghiroh perjuangan. Nafsu untuk mendapatkan materi,
nafsu yang membuat manusia terlena karena kenikmatan dunia. Apalagi nafsu untuk
menunjukkan jati diri, pada sang kekasih. Wanita yang dia damba. Bukan kekasih Ilahi,
kekasih yang haq, diatas sana. Diatas segala-galanya. Diatas Arsy yang agung dan mulia.
Sungguh aku menginginkannya. Menginginkan bertemu maha agung diatas Arsy. Allah
swt. Tetap aku melangkah dalam setiap terik yang menyengat tubuh, menyengat
semua energiku. Tetapi tidak menyerap semangatku. Insya Allah. Setiap langkah, aku
selalu melihat sebuah kejadian yang menyedihkan. Menyedihkan bagi dunia pendidikan
dan memalukan bagi dunia kemahasiswaan apalagi dalam tingkat keimanan. Ironis.
Disetiap jalanku beberapa terlihat dan terlintas mahasiswa-mahasiswi yang sedang asyik
dalam perbincangan. Mereka terlihat sumringah dengan kesanangan mereka. Lucu,
mereka terlihat sangat percaya diri dengan dandanan mereka. Dandanan yang seronok
mengumbar nafsu. Apalagi, terlihat mahasiswa yang memeluk wanita dengan mesra.
Mereka tidak malu. Entah fikiran apa yang ada dihati mereka. Mungkin mereka
terpengaruh dengan para artis-artis yang sukanya cipika-cipiku (red"cium pipi kiri-cium
pipi kanan). Atau mungkin mereka berfikir itu sebuah kemodern. Entahlah, mereka hanya
terlihat lucu saja. Kasihan.
"FAKULTAS EKONOMI" tulisan itu yang tertera besar dihadapanku kini. Aku
langsung saja masuk kelas A. Tak terlalu jauh memang.
"Siang, semuanya!" salamku sambil memasuki kelas.
"Tuh, dia sudah datang!" ucap Hendra sambil menunjukku, terlihat lega.
"Wah lama banget, Lid!" gerutu Hendra.
"Iya, maaf-maaf. Tadi lama! Setelah bimbingan. Aku langsung sholat dhuhur dulu.
Setelah itu, langsung kemari." Jelasku kepada mereka
Hendra mengangguk, mengerti. Nova hanya tersenyum. Setelah itu Nova
langsung memperkenalkan teman-teman UK3nya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Lid, kenalkan. Ini Rani" Nova menunjuk gadis berkacamata, berkulit putih dan berwajah
oval. Setelah itu Nova memperkenalkan temannya yang lain "ini, Dewi." Seorang gadis
yang berkulit sawo matang. Berambut panjang berwajah seperti orang indo. Matanya
biru. "Khalid" ucapku sambil tersenyum dan merapatkan kedua telapak tanganku kearah
dadaku. "Ok, sekarang langsung aja Lid! Aku pengen bertanya. Lid, aku penasaran dengan Islam.
Sebenarnya Islam agama yang bagaimana sich?" ucapnya
Aku bagaikan seorang Ustad yang dikeliling oleh para jamaah. Tetapi model
pertanyaan Nova bagaikan aku sebagai terdakwa. Ini kesampatanku untuk mengatakan
kebenaran Islam, untuk menyampaikan agama yang haq ini. Aku tidak boleh gentar
dengan mereka. Ucapku lirih dalam hati.
"Baik. Islam! Adalah berarti selamat. Dalam kata lain juga Islam bisa diartikan sebuah
kedamaian. Atau penafsiran yang lain, bahwa Islam itulah yang membawa kesalamatan"
kataku santai. "Lid, tentang selamat itu sendiri. Konsepnya dalam Islam seperti apa?" tanya Nova.
"Konsep keselamatan dalam Islam itu adalah pasrah dan taqwah! Tetapi harus dibedakan
tentang arti pasrah itu sendiri. Pasrah dalam Islam, bukan berarti hanya diam menunggu.
Tetapi konsep pasrah dalam Islam adalah, melakukan sebuah perbuatan kebaikan dalam
dirinya sehingga tercapai kebaikan untuk alam ini. Seperti apa yang disebutkan dalam Al
Qur"an bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik dari umat-umat yang lain. Dari
perbuatan kebaikan itulah yang akan menjadikan ketakwaan bagi diri. Seperti halnya
berbuat adil. Dalam Islam perbuatan adil adalah sebuah perbuatan yang sangat baik.
Karena adil termasuk mendekati ketakwaan." Aku menghela nafas. "Sebentar! Untuk
lebih fokus. Lebih baik sebuah pertanyaan-pertanyaan itu adalah ajaran-ajaran Islam yang
kalian tidak mengerti. Jangan terpatok pada konsep keselamatan. Karena pada dasarnya
konsep keselamatan dalam Islam itu, sulit diterima dimata orang yang tidak mengerti
tentang Islam. Tetapi manakalah konsep itu dijalankan, maka akan terjadi gejolak-gejolak
jiwa untuk terus melakukannya. Dan dijamin tidak akan ada keraguannya." Selaku.
"Iya, sebaiknya seperti itu!" ucap Hendra.
"Baik, Lid! Aku mau tanya tentang pernikahan. Atau dalam hal ini, dibolehkannya pria
berpoligami" Dan kenapa wanita tidak boleh berpoliandri?" tanya Dewi.
Aku tersenyum, karena memang inilah yang sering dipertanyakan oleh orang-orang kafir
dan umat Islam yang ragu dengan keIslamannya.
"Dalam Al Qur"ann surat Ash-Shaff: 6. "Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:
"Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)"."
Surat ini menunjukkan tentang dibolehkannya poligami pada orang-orang Nasrani. Dan
itu ada dalam Al Qur"an bukan dalam Injil.
Lalu surat Al Qur"an An-Nisa: 3 "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budakbudak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya." Ini adalah sebagian besar dalil atau penguat dalam ajaran Islam untuk
berpoligami. Hikmah dari poligami sangat banyak. Kita sudah mendengar bahwa wanita
dijaman sekarang sangat banyak. Karena banyaknya wanita, hingga saat ini pun aku
sekarang dikelilingi oleh tiga wanita" candaku. Dewi dan Rani terlihat tersenyum sinis.
Kalau Hendra hanya tersenyum tanpa maksud. Nova, tidak menunjukkan senyumnya
sama sekali. Dia terlihat menunggu penjelasanku kembali.
Setelah itu aku meneruskan penjelasanku. "sesungguhnya, poligami merupakan
kebutuhan bagi pria. Bukan berarti, hanya karena nafsu syahwat pria lebih besar. Tetapi
lebih didasari oleh sebuah hal yang sakral atau suci. Dan ini membuktikan kebenaran Al
Qur"an. Bahwa dimasa yang akan datang, jumlah wanita lebih banyak dari jumlah pria.
Bahkan ada sebuah hadits yang menyatakan bahwan disuatu masa nanti para lelaki akan
dikelilingi oleh 40 wanita. Sebagai istrinya. Dan sekarangpun telah terjadi. Adanya
poligami membuat sebuah perlindungan untuk wanita, agar tidak terkena fitnah dunia.
Apalagi berzina. Perbuatan yang sangat dilaknat oleh Allah. Jikalau ada seorang wanita
yang tidak punya harta dan saudara, lalu kita membantunya. Meskipun melewati istri
kita. Pasti masyarakat akan berfikiran buruk terhadap wanita itu. Andaikata seorang
wanita yang tidak punya apa-apa dan siapa-siapa. Apakah kita akan membiarkan terlunta,
dengan ketidakpastian bantuan kita" Ataukah akan kita menolong dengan menikahinya!
Dan memuliakannya seperti wanita-wanita yang dimuliakan dengan jalan dinikahi.
Sungguh sebuah hal yang harus kita fikirkan dengan akal. Bukan dengan emosi dan
keegoisan kita sendiri. Kalaulah memang tidak ingin berpoligami, maka janganlah kita
mengecam poligami yang pada dasarnya itu memang benar. Bahkan benar menurut akal."
"Tapi, dalam Al Qur"an tadi. Manusia diharuskan berlaku adil. Apakah manusia bisa
berlaku adil?" tanya Dewi lagi.
Dalam Al Qur"an. Pun disebut "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di
antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS Annisa 123)." Yang dimaksud adil dalam Al Qur"an adalah. Mewajibkan keadilan
dalam perkataan dan perbuatan. Manakalah dia lebih condong kepada suatu ucapan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net ataupun perbuatan, maka itulah yang dikatakan ketidakadilan. Adapun adil dalam
percintaan, seorang manapun tidak akan pernah bisa berbuat adil. Seperti apa yang
menjadi doa Rasulullah Muhammad Saw. "Allahumma hadzaa fasmii fiimaa amliku falaa
talumnii fiimaa tamliku walaa amlik" yang artinya. "yaa Allah, inilah pembagianku pada
apa yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku pada apa yang Engkau miliki,
sedangkan aku tidak memiliki." Dalam doa Rasulullah ini sangat jelas, bahwa manusia
tidak dapat berlaku adil tentang cinta. Karena cinta merupakan sebuah rasa, yang hanya
Allahlah bisa berlaku adil, bukan manusia. Mahluk yang memiliki keterbatasan. Maka
syarat untuk berpoligami adalah keadilan dalam perkataan dan perbuatan. Bukan keadilan
dalam perkara yang terdapat dalam hati manusia! Bagaimana!" ucapku. Mereka berempat
terlihat diam. Setelah itu aku teruskan penjelasanku lagi "maka janganlah, kita
menganggap bahwa orang yang berpoligami itu rendah. Karena sebenarnya, orang yang
berpoligami dengan diiringi oleh pemahaman akhidahnya. Maka sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang mulia! Karena poligami adalah tindakan mulia. Tindakan untuk
menyelamatkan wanita. Tindakan untuk memuliakan wanita. Maka seharusnya wanita
yang mulia. Siap untuk memuliakan wanita lainnya. Dengan jalan memperbolehkan
suaminya untuk bertindak mulia. Berpoligami." Setelah itu aku tersenyum.
"Kalau begitu, lebih baik konsep pernikahan umat Kristen. Yang mereka, tidak ada
poligaminya. Dan sehidup semati!" seloroh Rani.
Aku tersenyum, ternyata banyak umat kristen yang tertipu dengan injilnya sendiri.
ucapku dalam hati. "bukan seperti itu, coba kamu buka Ulangan 24:3" serta mertapun
mereka mengambil injil yang berada di tas masing-masing. Setelah itu aku langsung saja
mengatakan "(Ulangan 24) "24:3 dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta lagi
kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta
menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia
menjadi isterinya itu mati, 24:4 maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia
pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah perempuan itu
dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN. Janganlah engkau
mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi
milik pusakamu." Juga kalian buka perjanjian baru Matius pasal 5. yang berbunyi "5:31
Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai
kepadanya. 5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya
kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah" disitu diterangkan bahwa seorang wanita
yang diceraikan. Maka haram untuk dinikahi kembali. Dan ini merupakan sebuah
penghinaan terbesar bagi seorang wanita. Manakalah seorang laki-laki yang sukanya
menganiaya istrinya. Dan istrinya memint cerai. Maka dalam hukum injil. Wanita itu
najis untuk dinikahi. Masih banyak pasal-pasal dalam injil yang membahas itu.
membahas kenajisan seorang wanita yang telah diceraikan.
Tetapi dalam Islam. Tidak! Seorang wanita tidaklah najis atau haram untuk
dinikahi manakalah sudah diceraikan. Meskipun dalam Islam cerai dibolehkan tetapi
cerai merupakan perbuatan yang halal tetapi sangat dibenci oleh Allah! Oh iya aku lupa.
Masalah tentang poliandri. Kenapa wanita tidak boleh menikah dengan pria lebih dari
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net satu kali. Mungkin jawabnya sangat mudah sekali. Apakah seorang wanita mampu
memberikan anak yang pasti pada masing-masing suaminya. Karena mengingat sperma
yang dihasilkan itukan terkumpul menjadi satu. Jadi kasihan tuh, anaknya! Bingung siapa
bapaknya! Karena pada saat berpoligami suami pasti tahu, itu adalah anaknya. Nah, kalau
poliandri apakah seorang istri tahu, siapa yang jadi bapak anaknya nanti?"
Seketika itu, mereka tertawa. Entah itu masuk dihati mereka, atau hanya dianggap
sebuah kebercandaa. Wallahualam.
"Tapi, Lid. Banyak orang yang berpoligami. Tapi akhirnya ya, istri-istrinya minta cerai.
Atau si suami tidak adil. Biasanya lebih condong ke istri mudanya!" tanya Hendra.
"Iya, Hen. Itulah yang terjadi sekarang. Karena mereka belum tahu ilmu tentang
berpoligami. Tetapi mereka memaksakan diri mereka sendiri. Jadi, karena kita sudah
mengetahui ilmu poligami. Maka kita tidak akan menentang poligami, bukan! Tetapi kita
harus menentang orang-orang yang menyimpang dari ajaran-ajaran berpoligami itu
sendiri." jawabku lugas.
Hendra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanda setuju.
"Apakah, nanti kamu juga akan berpoligami, Lid?" tanya Nova dengan nada datar. Serasa
menyimpan sesuatu dalam kalbunya.
Aku tersenyum, "yach, lihat nanti. Apakah istri pertamaku mengijinkan apa tidak!
Kalaulah aku tidak di ijinkan oleh istri pertamaku, untuk menikah lagi. Aku akan setia,
menunggu untuk diijinkan menikah lagi." jawabku.
"Yee sama aja. Berarti kamu nggak setia sama istri" ucap Rani.
"Eee" begini Ran. Sebuah kesetian adalah kata abstrak dalam kehidupan. Setia pun
relatif untuk diucapkan. Dalam Islam kesetian itu adalah keistiqomahan. Berbanggalah
seorang istri manakalah, suaminya istiqomah atau setia dalam agamanya. Termasuk
dalam poligami. Karena seorang yang istiqomah dalam agama Islam. Dia termasuk
orang-orang yang tidak akan menyakiti istrinya. Bahkan menikah lagi, seharusnya
menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi istri. Karena, dalam sebuah hadits. Dinyatakan
bahwa Rasulullah Muhammad Saw. akan berbangga pada kita yang mempunyai istri
lebih dari satu dan mempunyai anak banyak. Jadi kesetian bukan pada mahluk Allah.
Tetapi kesetian harus pada aturan Allah. Dan Allah sendiri." jelasku.
"hehe.. wah nggak ada tema lain yach selain pernikahan!" selaku.
Semua tersenyum, "Tema pernikahan itukan, lebih digemari" ucap Nova, sambil tersenyum simpul. Entah
apa maksud yang terkandung dalam hatinya. "Lid, kalau wanita dalam Islam wajib nggak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pake jilbab" Lalu kenapa harus pake" jilbab" Kan nggak bisa ngetren and nggak bisa
bebas! Kesannya kok dipaksakan, gitu." Tanya Nova.
"Wajib! Kenapa harus pake jilbab" kesannya nggak bebas! Hem". Begini Nov. Aku
jelaskan semuanya biar tahu. Jilbab banyak namanya. Seperti Hijab, Burqo, lalu abaya
atau dalam kata kita kebaya. Lalu ada juga khimar, kalau khimar ini bukan jilbab. Tetapi,
sebuah penutup kepala yang biasanya digunakan oleh orang nasrani dan yahudi. Khimar
tidak menutupi aurat, tetapi hanya menutupi kepala! Sedangkan Jilbab, Hijab, Burqo,
abaya atau kebaya. Adalah sebuah penutup aurat yang sangat sempurna, untuk menjaga
para mata-mata jahil yang ingin menikmati tubuh wanita. Namun sayang, jilbab dan
abaya atau kebaya, akhirnya terdistorsi menjadi pakaian yang tidak menurut syari"at.
Atau pakaian syar"i. Sekarang lebih banyak perempuan yang memaknai jilbab, abaya
atau kebaya yang sama dengan khimar.
Jilbab merupakan pakaian yang membebaskan para wanita dalam jeratan fitnah
dunia. Sungguh, jilbab merupakan sebuah pemuliaan terhadap wanita. Pemuliaan pada
tubuh-tubuh wanita yang sangat indah nan sempurna. Tidak ada pengecualian. Tidaklah
seorang yang mulia itu, memperlihatkan kemuliaannya pada yang bukan tempatnya.
Apalagi, dengan berjilbab seorang wanita tidak akan terpenjara mengikuti trend-trend
pakaian yang setiap tahun pasti berubah. Dengan berjilbab, seorang wanita akan terbebas
dari kehidupan glamour. Dan orang yang berjilbab tidak akan pusing-pusing mikirin
bajunya menurut trend apa tidak. Tetapi mereka akan lebih condong memikirkan apa
yang akan dia perbuat, dari keistiqomahan kepada Tuhannya. Sehingga dengan bebas,
wanita berjilbab dapat berbuat amal dengan ketenangan jiwanya. Dan Jilbab adalah
pakaian trendy, sejak jaman Rasulullah sampai akhirnya jaman nanti. Karena terbukti,
saat kemunculan Islam. Jilbab tidaklah pernah dipakai oleh wanita Arab. Dan pada
jaman-jaman sebelumnya pula, wanita-wanita hanya dijadikan sasaran nafsu syahwat
para lelaki. Dengan begitu, akhirnya Islam membebaskan wanita dari jeratan nafsu
syahwat lelaki. Subhanallah. Tetapi sekarang, wanita-wanita yang tidak berjilbab.
Mereka hanya menjadi objek pemandangan yang indah bagi para lelaki. Hanya untuk
nafsu syahwat lelaki. Masya Allah.
Kalaulah ada seorang yang mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian wanita Arab.
Atau jilbab merupakan pakaian kondisional di Arab. Karena daerahnya yang panas!
Maka secara tegas, pernyataan itu langsung ditolak oleh wanita-wanita yang ada di
negara ini. Karena menurut mereka, bahwa didaerah tropis kita yang cenderung berhawa
panas, mataharipun yang kadang tidak sungkan-sungkan bersinar terik. Lalu, wanitawanita negara ini sering berpendapat "apa nggak kepanasan tuh, kalau berjilbab!" inilah
yang sering dinyatakan oleh wanita-wanita negara ini. Dengan pernyataan seperti itu,
maka panas bukan berarti menghambat wanita untuk berjilbab. Karena di Arab, panas
terik matahari lebihi panas dari negara kita ini.
Maka dari itu, janganlah kita menganggap bahwa jilbab adalah sebuah pemaksaan
pakaian terhadap wanita. Tetapi seharusnya lebih diartikan bahwa jilbab adalah
kebutuhan bagi wanita. Karena jilbab adalah pembebasan bagi wanita. Mungkin jilbab
akan jadi kewajiban bagi seorang muslimah yang tidak begitu mengerti tentang agama
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Islam. Seperti layaknya bayi, yang wajib untuk kita suapi meskipun mereka menangis
tidak mau makan. Karena itu untuk kebaikan mereka sendiri. Dan jilbab akan menjadi
kebutuhan bagi wanita, manakalah seorang wanita sudah mengerti tentang arti jilbab bagi
dirinya sendiri. Seperti layaknya orang dewasa yang tidak diwajibkan untuk makan,
tetapi dengan sendirinya mereka membutuhkan makanan tersebut." Jelasku dengan
panjang lebar, dan tegas.
Mereka semua mengangguk, entah tanda mengerti atau setuju. Wallahualam.
"Oh ya Khalid, aku ingin bertanya!" sela Hendra.
"Apa, Hen?" "Mungkin ini rumor atau entah apalah namanya! Aku sering mendengar, bahwa orangorang yang dijuluki Ikhan apa Akhan entah apa namanya!"
"Ikhwan!" potongku.
"Iya, itu! Katanya sich lebih sering bergaul dengan sesame Ikhwan. Dan mereka nggak
mau bergabung dengan yang lainnya! Kesannya eksklusif banget gitu loh." Ujar Hendra
terlihat memikirkan sesuatu.
"Iya benar, kayak yang cewek-cewek jilbaber itu juga gitu!" sela Rani.
"Hem, iya. Aku sering mendengar seperti itu! Kadang seseorang itu merasa enjoy atau
senang jika mereka mempunyai kelompok sendiri! Kelompok yang dapat mengerti apa
yang kita inginkan. Nah mungkin disitu kesimpulan dasar! Tetapi memang, kita tidak
boleh menafikkan kebutuhan bersosialisasi dengan yang masyarakat. Hanya kadang,
banyak para ikhwan dan akhwat yang canggung jika berkumpul dengan selain mereka.
Kesannya seperti mereka itu orang aneh. Seperti juga kalau kalian barada pada kumpulan
Ikhwan atau Akhwat! " Candaku.
Mereka semua tersenyum setuju.
"Jadi, kalaulah kita tidak saling menganggap aneh. Dan mau menerima seseorang itu apa
adanya. Tidak mengkritik sesuatu hal yang memang nyata-nyata itu benar. Tidak saling
menghujat meskipun melihat sebuah kesalahan. Tetapi saling menyayangi dan
menyadarkan manakalah kita bersama-sama! Pasti tidak ada anggapan seperti. Tapi,
banyak juga kok Ikhwan atau Akhwat yang mereka juga senang bergaul dengan selain
golongan mereka. Ya bisa diambil contoh, aku" ucapku sambil tersenyum.
"Wah, sudah masuk waktu ashar nich. Ok, mungkin segitu aja. Insya Allah kalau
memang ada yang perlu ditanyakan lagi, bisa lain waktu." Kataku sambil melihat
arlojiku. Mereka mengangguk setuju.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Baik, semoga apa yang kita dapatkan menjadi sebuah pintu hidayah bagi kita. Untuk
dapat menemukan sang Maha haq. Maha pemilik kebenaran. Dan menjadi orang-orang
yang benar. Amien." Entah apa yang dilakukan Nova, layaknya dia mengucapkan "Amien." lirih dimulutnya.
Seakan khusyuk, meminta sebuah kebenaran. Meminta apa yang terlihat dimatanya.
Entah sebuah kebenaran, atau sebuah kebimbangan. Semoga saja kebenaran.
"Ok, aku duluan." Salamku ke mereka.
Lega sudah, pertemuanku dengan mereka. Ternyata mereka memang benar-benar
ingin belajar tentang Islam. tidak ada perdebatan yang sengit dalam pertemuan dua
pemeluk agama yang sangat bertolak belakang. Sungguh besar rahmat Allah, yang telah
menjadikan aku dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan teman-temanku yang non
Muslim. Kini langkahku menuju sebuah peraduan yang damai. Menuju rumah yang
nyaman. Menuju keindahan dalam balutan dan buaian sayang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 6 Sebuah kenikmatan yang teramat dalam. Saat sebuah kebutuhan telah aku
laksanakan. Layaknya kenyang, saat orang-orang menelan makanan-makanannya.
Bahkan layaknya tidak akan pernah kenyang. Bagaikan seorang yang memakan-makanan
yang lezat. Tetapi kenikmatanku bukan karena kekenyangan makanan, atau bahkan tidak
menikmati kekenyangan lezatnya makanan-makanan dunia. Tidak, bukan itu semua.
Yang aku nikmati adalah sebuah rasa kenyang dalam ruh, jiwa ini. Yang membuatkan
tidak kenyang adalah lezatnya dalam menyembah, bersimpuh. Pada sang Maha pencipta
kelezatan. Sungguh nikmat.
Aku masih duduk bersila. Menikmati dzikir-dzikirku yang terasa bagai sebuah
candu. Benar-benar sebuah candu. Memang ada benarnya apa yang dikatakan Karl Marx.
Kalaulah Karl Marx, menyatakan agama adalah candu. Maka sesungguhnya Karl Marx
lupa, atau mungkin bahkan Karl Marx tidak tahu. Candu yang diberikan dalam
kenikmatan beragama, merupakan esensi dari kehidupan. Candu yang tidak
memabukkan. Candu yang membuat orang akan terus ingat, tentang perbuatan
keburukannya. Candu yang membuat orang akan terus melakukan perbaikan dalam
dirinya. Candu yang membuat manusia-manusia terlena akan buaian kasih sayang-Nya.
Buaian yang akan membuat manusia ingat, akan ada hari pembalasan bagi
perbuatanannya. Yang membuat manusia, menjadi lebih sempurna. Karena rasa
keimananannya terhadap Tuhannya. Bukan seperti Karl Marx. Yang tidak bertuhan.
Senja memerah, matahari sudah semakin condong kebarat. Menandakan
pergantian masa dan waktu. Saat lama aku berdzikir. Entah apa yang terjadi dalam diriku.
Sebuah hal yang mengingatkanku terhadap janjiku. Janji untuk kembali melihat si dekil
yang berada dipersimpangan lampu merah. Aku melupakannya. Aku lupa akan mengajak
dia untuk ikut dalam kajian teman-teman seprofesinya. Aku harus kembali, dan mengajak
dia. Sebelum dia dihancurkan akhidahnya, oleh para missionaris.
Bergegas dengan cepat, aku langsung bangkit dari dzikir pribadiku. Aku harus
dapat membuat dzikir umum. Yang bisa membuat kemashalatan bagi seluruh alam. Dapat
mengentaskan kekeringan ruhiyah pada setiap mahluk di bumi Allah ini. Langkahku
tegap, cepat. Menuju lokasi si dekil itu.
Lalu-lalang mobil dan motor seakan tidak akan pernah henti. Di perempatan
lampu merah, aku mencari sesosok tubuh dekil. Tubuh, yang dihiasi oleh kotoran-kotoran
dunia. Tetapi, tetap berselimutkan kesucian. Kesucian anak yang tak tahu akan dosa.
Yang mereka tahu, hanya ingin memuaskan rasa perutnya untuk dapat hidup lebih lama
lagi. Mataku terus mencari. Mencari sosok yang membuat hatiku pedih. Sosok anak yang
membuatku harus kembali. Kembali untuk memberikan kasih dan sayang.
Lama sudah aku mencari sosok sidekil. Tetapi masih nihil. Tidak dapat aku
temukan. Kakiku melangkah menuju warteg yang berada tak jauh dari perempatan lampu
merah. Bermaksud untuk menanyakan keberadaan sidekil.


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Pak, permisih!" sapaku pada pemilik warteg
"Iya, ada apa dek?" jawabnya
"Bapak tahu anak kecil yang sering berada di lampu merah itu!" tanyaku sambil
menunjukan jariku kearah lampu merah.
"Oh, Ujang maksud mas yach!" jawab pemilik warteg
"Iya, pak!" jawabku sekenanya, karena aku sendiri belum tahu namanya. "lalu sekarang
Ujang kemana Pak?" ucapku lanjut.
"Ujang sudah nggak disini lagi mas!" jawabnya pemilik warteg singkat.
"Hem, lalu dimana Ujang sekarang Pak?" sergahku
"Ujang kecelakaan, ditabrak mobil! Biasa Mas, tabrak lari" jawabnya pemilik warteg
dengan enteng. Seketika itu pun jantungku berdetak keras. Entah kenapa, aku benar-benar khawatir
dengan kondisi Ujang. "Apa Ujang di rumah sakit?" tanyaku.
"Nggak mas, setelah tertabrak Ujang langsung mati mas! Mas apanya Ujang?"
Bagaikan sebuah cambuk yang mendera ditubuh ini. sekujur tubuhku merasakan rasa
sakit yang teramat. "Saya bukan siapa-siapanya Ujang pak! Kalau gitu permisi dulu pak!"
Pemilik warung itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Langkah kakiku begitu berat, seraya aral menggelayuti tubuhku. Aku tak kuasa, aku telah
terlambat. Terlambat untuk menolong Ujang. Terlambat untuk menapak pahala yang ada
didepan mata. Terlambat dari segala-galanya. Aku adalah orang terbodoh, aku adalah
orang yang terkejam. Aku adalah orang yang dholim. Anak kecil yang butuh bantuan,
uluran tangan, kasih-sayang tidak dapat aku berikan. Kini ia sudah berada di akhirat.
Menanti surga yang dijanjikan sang penguasa alam. Surga bagi Si suci yang tak tahu
akan dosa. Lamunanku tersentak saat didapanku sosok alim yang aku segani sedang
memandangiku. Terlihat sangat khawatir. Ustad Fadlan.
"Assalamualiakum!" salam Ustad Fadlan. Saat mendekatiku.
"Walaikumsalam" jawabku sambil menyalami tangan Ustad Fadlan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Khalid, antum kenapa! Ana lihat antum berjalan dengan perasaan yang bimbang.
Bahkan dengan tatapan yang menerawang tak tentu apa yang antum lihat! Apakah antum
ada masalah" sergah ustad Fadlan langsung.
"Nggak ada apa-apa kok Ustad! Ana cuma sedih, karena tidak dapat menolong mahluk
Allah." jawabku. "Eh.. ngomong-ngomong Ustad dari mana?" tanyaku langsung.
"Oh" ana baru dari ngisi kajian dimasjid kampus! Iya, ana sebenarnya ada perlu sama
antum. Ayo antum ikut kerumah sebentar, ada yang perlu ana bicarakan sama antum!
Jelas ustad Fadlan. Aku hanya mengangguk, sambil menaiki SupraX yang dikendarai Ustad Fadlan.
Motor melaju dikeramaian jalan yang dipenuhi manusia yang mempunyai hajat mereka
masing-masing. *** "Khalid, ceritakan apa yang membuat antum sedih!" pinta Ustad Fadlan.
"Ustad, saat ana sedang berjalan kerumah antum untuk Liqo"! Ana melihat seorang anak
kecil yang sedang mengais rezeki di perempatan lampu merah. Ana ingin mengajak dia
masuk kerumah singgah, dan ingin memberikan perhatian kepada dia untuk bisa menjadi
anak yang sholeh. Karena saat itu ana sedang terburu-buru. Akhirnya ana menunda,
un tuk mengajak dia kerumah singgah. Akhirnya tadi setelah sholat Ashar, ana berencana
ingin bertemu dia. Tetapi saat ana cari, anak itu tidak ada. Akhirnya ana tanya seorang
pemilik warung. Dan ternyata nama anak itu adalah Ujang. Tetapi sayang, ana
terlambat!" "Maksud antum terlambat kenapa?" tanya ustad Fadlan
"Anak itu telah meninggal. Dia korban tabrak lari! Ana sedih karena terlambat menolong
anak itu." Jawabku menyesal.
Ustad Fadlan tersenyum, lalu mengatakan "Khalid, semua itu adalah takdir. Antum
terlambat menolong anak itu, bukan berarti antum terlambat. Tetapi memang itu sudah
ditakdirkan oleh Allah. Meskipun antum mengajak anak itu kerumah singgah, tetapi
kalau takdirnya meninggal. Pasti meninggal. Jadi, antum tidak usah terlalu sedih.
Cukuplah antum mendoakan anak itu. Dan jangan lupa, anak yang belum baliqh. Adalah
anak yang masih suci dari pandangan Allah. Maka anak itu, sudah ditunggu oleh
surganya Allah." Jelas ustad Fadlan.
Memang taujih ustad Fadlan, membuatku menjadi lebih tenang.
"Khalid, ana mau membicarakan sesuatu hal!" sergah ustad Fadlan. Saat aku sedang
merenungi apa yang diucapkan ustad Fadlan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Apa itu, ustad?" tanyaku penasaran.
"Khalid, antum sekarang sudah hampir menyelesaikan skripsi. Sebentar lagi antum akan
menyelesaikan kuliah. Khalid, ana ada sebuah permintaan! Entah, antum bisa
menerimanya apa tidak! Ana sangat percaya dengan antum, makanya ana ingin meminta
sesuatu kepada antum!" ustad Fadlan memberhentikan perkataannya. Terlihat raut
wajahnya gusar, entah kegusaran apa yang melanda pada diri ustad Fadlan.
"Ustad, seandainya ana bisa menolong antum. Maka ana akan merasa sangat bangga
sekali! Apa yang bisa ana bantu ustad!" Ucapku mantap.
Ustad Fadlan menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengatakan "Khalid, ana punya
keponakan perempuan. Ana diserahi orang tuanya untuk memilihkan seorang pemuda
yang bertanggung jawab, untuk menikah dengan keponakan ana ini! Khalid, apakah
antum bersedia menikah dengan keponakan ana?"
Entah apa yang terjadi pada diriku. Aku terdiam. Bagaikan sebuah beban berat mendarat
pada diriku. Beban yang aku sendiri tidak kuat untuk memikulnya. Aku termenung. Aku
tidak dapat menolak permintaan seorang yang telah membimbingku. Seorang yang selalu
menjadi orang tuaku. Tapi apakah aku mampu, menikahi seorang wanita yang dilahirkan
dari nasab orang-orang yang istqomah. Nasab orang-orang yang telah berjuang untuk
selalu menyebarkan dakwah Islam ini.
"Khalid, ada apa" Apakah antum tidak berkenan?" tanya ustad Fadlan, cemas.
Aku tergagap mendengar ustad Fadlan bertanya seperti itu. Bagaimana aku menolak
permintaan manusia berwibawa seperti ustad Fadlan. Pastilah permintaan dan keputusan
ustad Fadlan memilihku bukan main-main. Pasti dengan pertimbangan yang sangat
matang sekali. Karena ini menyangkut masa depan seseorang. Tetapi apakah aku mampu.
"Bukan begitu Ustad!" jawabku
"Lalu kenapa" Apakah antum sudah dijodohkan!" sela ustad Fadlan.
"Tidak, Ustad! Ana belum dijodohkan. Maksud ana bagini Ustad. Apakah ana pantas
menikahi seorang akhwat yang antum pilihkan itu, Ustad" Jawabku pelan
Ustad Fadlan tersenyum, lalu mengatakan "Khalid, ana memilih antum dengan
pertimbangan-pertimbangan yang sangat matang."
"Tapi, Ustad. Ana belum bekerja. Bagaimana ana akan menghidupi istri ana nanti?"
sergahku. Ustad Fadlan tersenyum kembali, sambil mengatakan "Khalid, rezeki dan jodoh Allah
yang mengatur. Janganlah kita khawatir dengan semua itu. Pasti dengan menikah rezeki
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net akan datang dengan sendirinya. Itu janji Rasulullah. Kalaulah antum belum punya
kerjaan. Nanti kita pikirkan. Yang terpenting, apakah antum bersedia apa tidak?" ucap
ustad Fadlan tegas. "Ustad, kalaulah ustad sudah memandang ana pantas menikah. Dan akhwat yang antum
pilihkan itu adalah yang terbaik buat ana. Ana, bersedia ustad!" ucapku lirih.
"Alhamdulillah.. baik kalau gitu kita atur besok." Ustad Fadlan terlihat sangat senang.
"Ustad. Kalau boleh tahu, siapa nama akhwatnya?" tanyaku
"Namanya, Zahra! Insya Allah antum tidak akan kecewa!" ucap ustad Fadlan tegas
sambil tersenyum. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 7 Dikamar, aku memikirkan apa yang telah aku ucapkan. Entah aku begitu bimbang
dengan perkataanku. Atau mungkin aku terlalu terburu-buru menjawabnya. Aku
seharusnya meminta waktu untuk memikirkannya. Aku tak tahu harus berbuat apa.
Kebimbangan menggelayuti diriku. Pikiranku melayang, entah apa yang aku pikirkan.
Seakan, bayang-bayang sekilas wajah-wajah wanita yang aku kenal berjalan bergantian.
Nova, wanita cantik itu berjalan sambil tersenyum padaku. Wajah indonya memukauku.
Sungguh kecantikan yang luar biasa dianugerahkan Allah pada gadis kafir itu. Ukhti
Farah, bagaikan seorang bidadari yang tersenyum anggun padaku. Wajahnya tertunduk,
malu. Sesekali matanya melirikku dan saat aku melihat matanya dia langsung
menunduduk. Benar-benar seorang bidadari. Sungguh wanita-wanita dambaan pria.
Tetapi mereka akan lepas dariku. Mereka tidak akan menjadi milikku. Dan aku tidak
boleh lagi memikirkan mereka. Memang benar kata teman-temanku kalau "Ikhwan juga
manusia, punya rasa cinta juga. Jangan samakan dengan Rasulullah."
Pagi ini matahari bersinar cerah, secerah suasana yang telah dianugerahkan Allah
pada manusia. Tetapi aku masih tetap bimbang. Entah kegusaran apa yang melanda pada
sendi-sendi fikirku. Padahal aku akan mendapatkan seorang bidadari pilihan. Seorang
yang telah dipilih untuk pendamping hidupku. Dan yang memilihkan bukan orang
sembarangan. Beliau merupakan seorang yang aku segani. Karena kewibawaan beliau.
Sungguh aku tidak dapat menolak permintaan seorang yang benar-benar mulia.
Saat aku akan beranjak pergi. Suara dering telephone mengharuskan aku untuk
mengangkatnya. "Hallo"!" sapaku
"Hallo" asssalamualaikum!" jawab si penelphone.
"Akhi Khalidnya ada?" tanya si penelephone
"Iya saya sendiri, ini siapa yach?" tanyaku penasaran. Penasaran karena baru dua kali aku
ditelephone seorang wanita pagi-pagi.
"Ini Farah!" jawab si penelphone.
Bagaikan sebuah petir menggelegar. Seorang akhwat yang aku kagumi menelephon aku.
Saat-saat aku akan menikah dengan seseorang akhwat yang aku tidak mengenalnya.
"Iya, ada apa Ukh?" tanyaku
"Gini Akh, ana butuh bantuan antum! Ana kan lagi ada acara ditempat kajian. Nah ana
butuh seorang ikhwan untuk mengisi kajian ditempat ikhwannya. Antum bisa nggak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Akh" Ana benar-benar meminta tolong sama antum akh" Soalnya ana nggak begitu kenal
banyak para ikhwan, selain antum!"
Entah siapa yang bisa menolak keinginan bidadari. Apalagi dia sangat berharap sekali.
"Kapan, Ukh?" tanyaku
"Nanti jam 8 pagi!" jawabnya
Seorang akhwat yang aku kagumi meminta tolong dengan berharap. Aku tidak dapat
menolaknya, tetapi aku juga tidak dapat mengingkari janjiku.
"Afwan, ukh. Ana tidak bisa menuruti rencana anti! Ana ada janji ukh" Jawabku singkat.
"Oh.. kalau gitu afwan yach Akh! Syukron atas waktunya. Assalamualaikum!" ucap
Farah, terdengar sangat kecewa.
"Walaikumsalam" jawabku. Sedih sekali menyakiti hati seorang yang aku kagumi.
Aku tutup gagang telphone. Dan berangkat pergi kerumah ustad Fadlan. Janji
untuk melihat seorang calon pendamping hidupku. Pendamping yang akan
mendampingiku dalam segala hal.
Dalam perjalanan menuju rumah ustad Fadlan untuk berta"aruf dengan seorang
akhwat yang akan dijadikan calon istriku. Aku naik angkot. Itung-itung biar nggak malu
karena bau keringat. Nggak lucu, kalau mau ta"aruf si akhwat bersin-bersin saat ngobrol
dengan aku. Karena mencium aroma minyak wangi alami. Tetapi, pikiranku terus
menarawang jauh. Menarawang dalam asa pikir yang tak terjangkau. Sungguh aku benarbenar bingung. Bingung dengan kejadian semua ini. Aku menjadi takut, ragu dan juga
bimbang. Karena aku belum memberitahukan kabar yang sangat penting ini kepada
kedua orang tuaku. Mungkin kedua orang tuaku akan mengatakan
"Waduh, disekolahkan tinggi-tinggi kok yach nikah nggak bilang-bilang!" atau
"Khalid, nikah ya kok nggak minta restu orang tua!" atau malah yang lebih parah
"Nikah kok nggak bilang, sama orang tua. Apa sudah nggak butuh lagi sama orang tua!"
Aku benar-benar bingung. Angkot melaju dalam kecepatan yang tak terlalu tinggi. Biasalah, angkot
perkotaan jalannya seperti kura-kura. Silih bargantinya penumpang juga seperti ikan asin
yang digoreng. Kalau sudah waktunya matang langsung diangkat biar nggak gosong.
Hem, emang apa hubungannya. Aku masih bimbang dalam perasaan yang tak menentu.
Perasaan yang membuatku akan menjadi ragu. Ragu dalam ketidaksadaran akan
pernikahan yang terlalu cepat. Bagiku. Tetapi aku memang mengharapkan untuk
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net menikah. Tetapi bukan pernikahan yang seperti ini. Terlihat dipaksakan sekali. Entahlah
perasaanku benar-benar berkecambuk.
"Mas, mau turun dimana?" ucap supir angkot mengagetkan lamunanku.
"Oh, mau turun di Jl. Teungku Umar pak!" jawabku sekenanya.
"Mas ini gimana, ya sudah kelewatan! Inikan sudah diterminal" kata supir angkot,
enteng. "Waduh, sama juga bo"ong! Jalan" jalan deh" gumamku lirih.
Aku rogoh uang ribuan untuk bayar angkot. Setelah itu aku berjalan menuju
rumah Ustad Fadlan. Jarak rumah ustad Fadlan dengan terminal sekitar 1 km. Cukup
untuk memeras keringat. Berjalan dalam persimpangan gang-gang perumahan. Tak
jarang beberapa anak-anak kecil perumahan yang sedang terlihat bermain ayunan.
Mereka riang, gembira. Mereka benar-benar manusia suci, sebelum mengetahui
kekotoran dan kekejian dunia ini.
Rumah ustad Fadlan sudah terlihat. Tak seperti biasanya. Ada sebuah mobil sedan
parkir didepan rumah ustad Fadlan. Langkah demi langkah kakiku sangat berat. Bagaikan
berjalan dengan beban berat yang teramat sangat. Kakiku telah menapaki pekarangan
rumah ustad Fadlan. Tinggal selangkah lagi, aku sudah sampai didepan pintu. Kakiku
semakin berat, sungguh berat sekali. Akhirnya, setelah dengan perjuangan yang
melelahkan. Aku sudah berada didepan pintu rumah ustad Fadlan. Kini saatnya aku harus
berjuang kembali. Mengumpulkan sisa-sisa energiku, untuk bisa mengetuk pintu yang
sudah tepat berada didepanku.
"Tok"tok"tok! Assalamualaikum" entah tangan siapa itu, yang pasti bukan aku yang
menggerakkan tanganku. Nah lalu siapa"
"Walaikumsalam!" jawab seisi rumah.
"Deg"." Seketika jantungku bagaikan berhenti. Aku sudah ditunggu, sudah banyak
orang yang berada dirumah ustad Fadlan. Pasti mereka menantikan aku. Pikirku.
Seseorang membuka pintu. "Khalid!" serta merta ustad Fadlan memelukku erat. Pelukan sebuah persaudaraan. Atau
mungkin layaknya pelukan seorang Bapak pada anaknya. "Ayo, masuk Khalid!" ucap
ustad Fadlan. "Sebentar yach Khalid! Masih ada tamu, biasa pertemuan pengurus masjid perumahan"
kata Ustad Fadlan sambil mempersilahkan aku masuk ke bilik tengah.
"Iya, Ustad!" aku langsung memasuki ruangan bilik tengah.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Ruang yang biasanya dipakai oleh ustadzah Heni untuk mengisi kajian. Terlihat
deretan tengah terpampang tabir (kain pembatas) antara laki-laki dan wanita. Aku masuk
dalam ruang itu, sesuai dengan perintah ustad Fadlan.
Alhamdulillah, ternyata pikiranku salah! Aku benar-benar mengira kalau itu keluarga si
Akhwat. Hem.. pasti aku akan benar-benar kikuk kalau bertemu dengan si Akhwat
Sekarang. Gumamku sendiri
Tak seberapa lama ustad Fadlan datang dengan istrinya. Ustadzah Heni. Dengan cepat
ustadzah Heni langsung masuk pada ruangan tabir kedua.
"Gimana, ustad" Apa sudah selesai!" ucapku membuka percakapan.
"Alhamdulillah. Semuanya lancar!" jawab ustad Fadlan dengan senyum.
"Untuk ta"arufnya, jadi nggak ustad?" tanyaku penasaran.
"Ya pasti jadi, Akh! Nah akhwatnya kan sudah dari tadi diruang tabir kedua" Jawab
Ustad Fadlan. Hatiku bagaikan diterjang gelombang pasang yang besar. Karena pastilah gumamku
didengar jelas si Akhwat. Entah, apakah aku masih siap menatap si Akhwat. Karena rasa
malu ku sudah teramat sangat.
"Oh!" kataku pasrah.
Ustad Fadlan hanya tersenyum.
"Assalamualaikum" terdengar ustadzah Heni, istri ustad Fadlan mengucap salam dari
balik tabir. "Walaikumsalam" serempak aku dan ustad Fadlan menjawab salam.
"Gimana Bi, apa sudah bisa dimulai proses ta"arufnya" tanya ustadzah Heni pada ustad
Fadlan. "Iya, bisa langsung dimulai!" ucap ustad Fadlan. "Silakan akh Khalid, untuk menanyakan
sesuatu hal yang ingin antum tanyakan" ucap lanjut ustad Fadlan, mempersilahkan.
Aku benar-benar kikuk. Entah malu, atau bahkan malu-maluin. Mulutku bagaikan
terkunci. Berat sekali untuk membuka sebuah percakapan. Apalagi bertanya tentang
sesuatu hal pada si Akhwat.
"Ehm?" ustad Fadlan memperingatkan aku untuk segera bertanya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Tak seberapa lama langsung ustadzah Heni berkata "Abi, biarkan akh Khalid. Biasalah,


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perjumpaan pertama sama-sama malu. Nanti juga kalau sudah jadi suami istri, pasti
sama-sama mau" Ustad Fadlan langsung tertawa, sambil mengatakan "Umi, ada-ada saja!"
Aku hanya tersenyum malu. Entah, mungkin si Akhwat juga tersenyum malu dibalik
tabir. "Assalamualaikum, Ukhti" salamku pada si Akhwat.
"Walaikumsalam" jawab si Akhwat dengan lembut.
Sejenak hatiku berdesir. Mendengar suara si Akhwat yang benar-benar lembut. Sungguh
kelembutan suara yang pernah aku dengar. Kelembutan suara yang membuat
bulukudukku merinding. Tetapi tetap, aku tidak boleh tertipu suaranya.
"Nama anti, ukhti Zahra?" tanyaku
"Iya!" jawabnya singkat
"Ukhti, sudah kerja apa masih kuliah" tanyaku.
"Ana, masih kuliah!" jawabnya singkat.
"Apa anti sudah siap, menikah dengan ana Ukh?" tanyaku lagi
"Ana, siap!" jawabnya. Lagi-lagi dengan singkat.
"Ana cuma mau mengingatkan anti. Kalau ana, belum kerja! Masih berstatus mahasiswa.
Dan keluarga ana tidak begitu kaya. Bisa digolongkan, dari golongan menengah
kebawah" kataku menakut-nakuti.
"Akhi, ana pengen menikah dengan antum bukan karena harta antum. Atau bahkan
jaminan antum! Kalaulah antum belum bekerja. Asal antum mau, pasti ada pekerjaan
buat antum! Ana cuma mengingatkan antum saja. Bahwa antum, tidak akan bisa
memberikan ana jaminan kepastian untuk bisa menghidupi ana! Kalaulah ana menikah
dengan antum, antum bukanlah penjamin hidup ana. Atau bahkan bisa memberikan
nafkah kepada ana! Allahlah yang menjamin rezeki tiap-tiap umatnya. Lalu kenapa kita
harus takut untuk melangkah dalam pernikahan, karena alasan soal rezeki atau nafkah.
Semua serahkan ke Allah. Kalau ana jadi istri antum, ana siap hidup menderita karena
harta. Tetapi berlimpah-limpah keimanan! Dan ingat akh, menikah juga termasuk salah
satu pintu rezeki! Subhanallah ucapku lirih dalam hati. Yaa Allah, aku siap menikah sekarang juga, kalau
engkau memang memberikan bidadari ini padaku. Ucapannya lembut, tutur katanya
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net santun. Tidak menggurui. Tetapi tetap, dalam dihati. Sungguh bidadari yang turun
kebumi. Entah siapa dia. Pokoknya aku sudah tidak butuh lagi wajah cantiknya. Aku
tidak butuh lagi keindahan dan kemerduan suaranya. Asal wanita ini siap berjalan
denganku menuju Jannah Illahi. Aku akan menikahinya. Tetapi tetap, kalau bisa yang
cantik dan mempunyai kemerduan suara yang seperti ini.
"Akh Khalid! Antum kenapa melamun" suara ustad Fadlan mengagetkanku.
"Oh, tidak ada apa-apa ustad" jawabku sekananya. "Ukhti, apakah anti benar-benar siap
menikah dengan ana?" tanyaku.
"Ana siap, sesiap antum yang telah meluangkan waktu untuk hadir disini!" ucap si
akhwat serius. Sebenarnya aku jadi malu sendiri. Karena sebenarnya aku sama sekali belum siap. Belum
siap untuk menikah secepatnya ini. Tetapi mungkin bukan belum siap, hanya kaget saja.
"Afwan ukhti, bukan maksud ana ingin menyinggung atau bahkan menyakiti perasaan
anti! Ana hanya ingin meminta sesuatu hal sebelum kita menikah"
"Apa itu akhi?" sela Akhwat terlihat dengan nada cemas.
"Seperti dalam sebuah hadist muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, menuturkan
Aku berada di sisi Rasulullah, lalu seseorang datang kepada beliau untuk
memberitahukan bahwa dirinya ingin menikahi seorang wanita Anshar, maka Rasulullah
bertanya : "Apakah engkau telah melihatnya?" Ia menjawab: "Belum." Rasulullah
bersabda: "Pergilah dan lihatlah dia; sebab di mata orang-orang Anshar ada sesuatu"
Maksud ana, bahwa sebenarnya saat kita akan menikahi seseorang. Maka kita
diperbolehkan untuk melihat orang yang akan kita nikahi! Apakah ana boleh melihat
anti" Jelasku Entah kenapa suasana menjadi hening. Hanya terdengar sayup-sayup bisikan antara
akhwat dan ustadzah Heni. Tak lama ustadzah Heni keluar dari tabir, sambil membuka
sedikit kain tabir yang memanjang itu. Lalu ustadzah Heni, memanggil suaminya. Ustad
Fadlan. Tak lama setelah mereka berdua berbincang-bincang. Ustad Fadlan
mendatangiku. "Akh Khalid, apa antum sudah selesai dengan semua pertanyaan antum?" tanya ustad
Fadlan. Aku hanya mengangguk. Menandakan selesai.
Hem, mungkin si akhwat malu kalau dilihat langsung. Ya sudahlah! gumamku dalam
hati, agak menyesal. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Kalau begitu, silahkan antum melihat calon antum" ucap ustad Fadlan mempersilahkan
aku melihat dari balik tabir yang terbuka.
Alhamdulillah ucapku syukur dalam hati. Minimal aku bisa melihat wajah calon istriku.
Kalaulah dia tidak secantik dugaanku, tetapi aku sudah melihatnya. Maka aku tidak akan
pernah kecewa dengan dia. Tetapi seadainya dia cantik. Mungkin Allah memang
bermaksud memberikan aku ujian. Ujian menerima istri yang cantik, tentunya.
Aku melangkah menuju tabir yang sedikit terbuka. Jantungku berdegup kencang,
seakan-akan jantung ini ingin meloncat keluar. Tubuhku menjadi panas dingin dan
tanganku bergetar. Aku benar-benar gugup sekali. Entah kenapa. Saat tanganku
menggapai kain tabir, mencoba untuk melihat. Masya Allah.
Lututku menjadi lemas. Tubuhku pun tak ayal menjadi lemas, ingin ku terjatuh.
Tetapi aku masih tetap berusaha mempertahankan kondisi tubuhku. Keringat dingin pun
mengucur lirih dalam pelipis keningku. Mataku pun sangat susah untuk berkedip,
bagaikan aku melihat sebuah bencana besar. Jantung dan nafasku pun, bagaikan terhenti.
Mulutku tidak dapat berkata apapun. Semuanya kaku.
"Akh Khalid! Antum sudah selesai?" tegur ustad Fadlan, mengagetkanku.
"I..ya ustad, sudah selesai!" ucapku terbata-bata.
Serta mertapun ustad Fadlan menutup kain tabir itu kembali. Menghilangkan pandangan
yang membuat mati rasa tubuhku. Sungguh benar-benar diluar dugaanku. Diluar
kesadaranmanusia. Sungguh perencanan Maha perencanaan yang sangat matang. Maha
mengetahui kegelisahan hati hambanya. Maha mengetahui akan kebutuhan hambanya.
Dan Maha membuat kehidupan hambanya lebih berarti. Aku masih tetap terdiam.
Terpaku dan membisu, tidak dapat berkata apapun. Tubuhku masih tetap merasa sangat
lemas. Teapi kini mulut dan hatiku, akhirnya bisa aku kuasai. Kini aku bisa mengucap
syukur dan takbir, berkali-kali.
"Apa ada pertanyaan lagi, Akh?" ucap Akhwat, dibalik tabir.
"Masih, ada" Ana mau bertanya tiga hal!" ucapku.
"Apa itu, akhi?" ucapnya lembut
lagi-lagi suara ini membuat jantungku lemah. Sungguh kemerduan sebuah suara bidadari
dunia. "Sebenarnya, nama lengkap anti siapa?" ucapku
"Nama ana, Farah Zahrani! Kalau dikampus biasa dipanggil Farah, tetapi kalau untuk
dirumah ana dipanggil Zahra"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Apakah anti tahu, kalau anti akan dijodohkan dengan ana?" tanyaku lagi
"Ana tahu! Dan ana setuju saat keluarga menjodohkan ana dengan antum" ucapnya
lembut. "Satu lagi. Kalaulah anti tahu, lalu kenapa anti meminta ana untuk mengisi kajian yang
anti selenggarakan" tanyaku, dengan nada yang agak bingung
"Akhi, apa antum lupa kalau antum dulu sering ngetest para akhwat! Nah sekarang ana,
gantian akhwat yang ngetest antum. Tetapi Alhamdulillah, paman ana. Ustad Fadlan.
Tidak salah memilihkan seorang ikhwan yang akan menjadi suami ana kelak" ucap Farah
dengan kelembutan hati dan suara.
Ustad Fadlan terlihat hanya tersenyum, sambil mengangguk-agukkan kepala.
Sungguh benar-benar kenikmatan yang tiadatara. Aku telah mendapatkan bidadari dunia.
Yang akan mendapingiku selama-lamanya. Bahkan diakhirat kelak, dia akan menjadi
bidadariku. Tak henti-hentinya ucapan takhmid dan takbir, berkumandang lirih
dimulutku. "Terima kasih ukh! Sudah semua pertanyaan ana" kataku, sambil melihat dan
menganggukan kepala pada ustad Fadlan.
"Baik, kalau gitu kita sudahi dulu acara ta"aruf kita ini. Tinggal penghitbahannya! Ana
akan telphone antum jika sudah matang rencananya" ucapUstad Fadlan.
Aku hanya mengangguk pelan.
*** Dalam perjalanan pulang kerumah kontrakan. Cuaca begitu panas dan terik, tak
aku rasakan. Langkahku mantap, menapaki perjalanan dalam setiap panas yang
menyengat tubuh ini. Sungguh, aku benar-benar sangat gembira. Entah kegembiraanku
karena akan menikahi wanita cantik, atau karena menikah dengan gadis impian. Farah
Zahrani. Yang terpenting bahwa aku telah mendapatkan seorang bidadari. Seorang wanita
yang sempurna dalam segala hal. Wajah, tubuh, kecantikannya tidaklah membuat Farah
lupa dengan menjaga kesempurnaannya. Jilbab.
Lalu lalang mobil dan motor yang sedang hilir mudik. Bagaikan sebuah pernakpernik hiasan dunia. Manakala hati benar-benar telah dirasuki cinta. Cinta, ya benar kata
itu yang tepat untukku saat ini. Entah apakah perasaanku ini sudah bisa disebut cinta.
Cinta memang membuat orang buta. Cinta membuat orang menjadi lupa, terlena hingga
akhirnya terjebak dengan kata cinta. Cinta, tak ayal adalah kata yang selalu menghiasi
para laki-laki dan perempuan didunia ini. Cinta, selalu membuat keleluasaan manusia
dalam menghalalkan segalanya. Cinta, yang akhirnya menjadikan orang benar-benar
terlihat gila. Entah apa makna cinta. Kata orang, cinta itu adalah perasaan yang berbungaFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net bunga saat berdekatan dengan yang dicintainya. Lalu kata pelajar, cinta adalah rasa
senang saat berduaan dengan yang dicintainya. Kata remaja, cinta adalah gabungan rasa
antara dua lawan jenis yang sedang dilanda asmara. Atau kata sufi, cinta adalah rasa
penghambaan diri pada sang pencipta. Entah mana yang benar. Tetapi menurutku apa
yang dikatakan Ibn al-Qyyim ada benarnya "cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas,
bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan
tidak jelas, (berarti) definis cinta adalah cinta itu sendiri."
Tapak kaki terus berjalan. Menembus rintangan-rintangan aspal yang
bergelombang, bergelombang karena tergerus arus deras air hujan yang menjatuhkan diri
didaerah perkotaan. Lubang-lubang tanah aspal yang tak beraturan, terus aku terjang. Tak
pernah aku perdulikan. Karena memang, seharusnya yang memperdulikan pemerintahan.
Terus aku melangkah, dalam setiap rasa panas yang mendera. Kini tinggal beberapa blok
saja, aku sudah sampai dirumah kontrakan.
Tak terasa didepan sudah terlihat rumah kontrakanku. Bergegas aku mempercepat
langkahku. Kini aku sudah berada pada titik awal pintu masuk rumah. Sebelum menuju
titik kedua pintu rumah. Kamarku. Aku rogoh saku celana kusamku, mencari kunci dari
rumah kontrakanku. Lega rasanya sudah masuk rumah. Berteguk-teguk air putih, telah menghilangkan
dahagaku. Aku rebahkan tubuhku dikasur. Sungguh terasa nikmat sekali. Setelah berjalan
menerjang panas, lubang-lubang aspal yang membara. Kini, aku tinggal marasakan
kesejukan semilir sepoi kipas angin berputar. Wajah Farah, hadir kembali dalam
ingatanku. Rongga-rongga otakku layak sebuah poros yang berputar, hanya untuk
memikirkan satu orang. Farah. Kecantikannya benar-benar luar biasa. Berbalut jilbab
yang besar, layak sebuah prisai yang tak akan pernah bisa ditembus. Sungguh
kehormatan yang luar biasa bagiku. Bisa memperistri dia. Aku takkan takut-takut lagi
untuk memberitahukan kepada keluarga, tentang rencana pernikahanku. Entahlah,
mungkin aku akan dikira oleh keluargaku sudah nggak tahan pengen nikah. Atau
mungkin, orang-orang desa mengira kalau aku menghamili anak orang. Hingga pengen
cepat-cepat menikah. Memang begitulah orang kampung. Kalau ada seorang pemuda
yang berpacaran mereka melihatnya biasa. Kalau ada pemuda yang bertunangan mereka
menganggap luar biasa. Hingga layaknya sebuah pertunangan adalah pesta pernikahan.
Dan membiarkan anaknya, yang hanya sekedar bertunangan dilepas bagai seorang yang
sudah menikah. Mereka menganggap pertunangan hanya sekedar pelegalan hubungan
mereka. Mereka lupa dengan hukum-hukum Islam. Sangat lupa atau bahkan tidak
mengerti sama sekali. Orang yang ingin menikah muda, malah sering dibilang nafsunya besar, atau
hamil diluar nikah. Kalau alasan yang kedua ini sering sekali. Mereka tidak menganggap
orang yang ingin menikah muda, adalah seorang yang ingin menjaga kehormatannya.
Baik kehormatan bagi pemuda itu maupun kehormatan bagi keluarga. Seorang yang
menikah muda, tidak diidetikkan seorang yang menjaga agamanya. Tapi malah dibilang
yang nggak karuan. Tetapi aku yakin, dengan pemahaman Bapak yang begitu luas. Pasti
Bapak tidak akan menganggap jelek pernikahannku. Apalagi Ibu. Seorang wanita yang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net selalu membimbingku dalam setiap langkah perbuatan kebaikan "Jikalau itu adalah
kebaikan maka janganlah engkau ragu ikut dengan kebaikan itu" ucap Ibu saat-saat aku
akan meninggalkan beliau. Sungguh mulia kedua orang tuaku. Kalau untuk adekku,
Nurul. Dia pasti akan mendukungku. Karena dari dulu Nurul ingin mempunyai kakak
perempuan yang cantik dan baik hati.
Aku bangkit dari kasur kusamku, mengambil alat tulis. Dari pada telphone, lebih
baik aku kirim surat untuk memudahkan maksud. Aku akan memberitahukan keluarga
dikampung, kalau sebentar lagi aku akan menikah. Menikah dengan seorang wanita yang
sempurna. Sempurna karena kecantikan hatinya. Dan kekuatan iman yang menopang
kecantikannya. Hingga dia pantas disebut. Sang bidadari.
Assalamulaikum wr, wb. Untuk Bapak dan ibu yang berada dikampung
Serta Nurul adekku. Bapak dan Ibu yang dimuliakan oleh Allah
Bagaimana kabar keluarga disana" Khalid harap, baik-baik saja. Karena Khalid
disini alhamdulillah juga baik-baik saja. Sekolah Nurul bagaiamana" Apa sudah ujian"
Semoga Nurul tetap giat dalam belajar. Alhamdulillah Khalid sudah melaksanakan
skripsi dan Insya Allah akan selesai kuliah ditahun-tahun ini. Dikota, Khalid juga sudah
bekerja. Alhamdulillah Khalid selalu dapat beasiswa dan tulisan-tulisan yang Khalid
kirim ke media sering dimuat. Jadi Khalid masih belum membutuhkan uang. Bapak Ibu
tidak usah mengkhawatirkan Khalid dikota. Alhamdulillah untuk masalah biaya kuliah
dan kehidupan Khalid sehari-hari, sudah tercukupi.
Bapak dan Ibu. Sehubungan dengan Khalid menulis surat ini. Ada suatu hal yang
sangat penting sekali, yang ingin Khalid sampaikan. Yaitu berkenaan dengan
pernikahan. Khalid telah bertemu dengan seorang wanita yang sangat baik. Wanita ini
adalah teman sekuliah Khalid. Namanya Farah Zahrani. Farah adalah muslimah yang
berjilbab. Dan selalu menjalankan perintah agama Islam dengan taat. Tiada yang tersisa
dari sunnah dan hukum Islam yang dia lalaikan. Sungguh, Khalid benar-benar bangga
dan senang yang teramat sangat. Jika Farah Zahrani menjadi istri Khalid. Khalid
sebenarnya sudah berencana akan menikah ditahun ini. Bapak dan Ibu tidak usah
khawatir masalah pernikahan kami ini. Karena memang tidak ada masalah dalam
pernikahan kami. Tidak seperti yang dilakukan oleh teman-teman Khalid didesa. Yang
menikah cepat karena ada sesuatu yang terlanjur. Seperti hamil diluar nikah. Khalid dan
Farah tidak pernah berpacaran. Kamipun tidak pernah berduaan.
Jadi, seorang wanita yang bernama Farah Zahrani. Adalah seorang muslimah
yang beriman. Bapak dan Ibu pasti akan rugi sekali jika tidak menjadikan Farah
menantu Bapak dan Ibu. Keluarga Farah Zahrani, adalah seorang ulama dikota. Dan
Farah Zahrani termasuk saudara ustadnya Khalid. Jadi Khalid pasti sangat beruntung
jika mempunyai istri Farah. Bapak dan Ibu. Khalid mengharapkan sekali restu Bapak
dan Ibu. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Demikian surat Khalid. Semoga Bapak dan Ibu dapat mengerti keinginan Khalid.
Salam sungkem kepada Bapak dan Ibu. Semoga Allah selalu membimbing kita.
Wassalamualaikum wr, wb. Khalid Hendriansyah Selesai sudah menulis surat untuk kedua orang tuaku. Kini tinggal
mengamplopinya dan membelikan perangko. Setelah itu besok langsung dikirim. Kilat
khusus. Aku nyalakan tipe simbaku. Tak lama nasyid penggerak semangat pun
berkumandang. "Islam adalah satu, satu iman satu hati satu jiwa
adilnya tertinggi dihadapan Rabbi?"
Aku merebahkan tubuh ini. Capek yang aku rasakan cukup membuat kantukku
tak tertahan. Bayangan-bayangan perjuangan pun merasuk dalam angan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 8 Suasana pagi begitu sejuk. Matahari bersinar tetapi tidak begitu terik. Temanteman kontrakan sudah banyak yang bersiap untuk berangkat kuliah. Seperti biasanya.
Aku masih santai duduk-duduk diteras, sambil menunggu siapa yang akan berangkat
duluan. Itung-itung bisa nitip ngeposkan surat dikampung. Tak lama muncul Heri
dengan, terlihat sudah siap untuk berangkat kuliah.
"Akh, mau berangkat yach!" sapaku
"Iya! Antum nggak bimbingan Akh?"
"Nggak, lagi pengen nyantai dulu! Oh ya, ana bisa nitip ngeposkan surat akh?"
"Wah surat-suratan sama siapa nich!" setelah Heri melihat alamat yang dituju. Dia
mengatakan "Kenapa nggak lewat telphon aja" Kan lebih cepat dan efisien!" Jelasnya.


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hem" nggak, ana lebih leluasa kalau pake surat! Biasalah, katakan dengan penamu"
ucapku bercanda. Heri mengangguk-angguk sambil terlihat senyum.
"Ok, akh! Ana berangkat dulu. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam! Akh, ini uang untuk beli perangkonya" kataku sambil merogoh saku
celana. "Nggak usah, Akh! Nanti aja, totalan belakang" ucapnya sambil ketawa-ketawa.
"Ok deh, makasih!"
Kini surat telah dikirim. Tinggal menunggu balasannya. Aku masih tetap dudukduduk dalam ruang batas yang tak tentu. Anganku kini menerawang, menembus megamega yang riak berarak mengelilingi bumi dengan putihnya. Sosok Farah kembali
bersamayam di otakku. Farah bagaikan hantu yang terus mengikutiku. Menjadikan aku
lupa akan semuanya. Mungkin Allah ingin menguji tentang keistiqomahanku untuk
menjaga niat. Niat untuk menyempurnakan agama Islam ini. Menikah. Aku seharusnya
tidak boleh termakan oleh rayuan bayang-bayang fana ini. Bayang-bayang Farah adalah
syetan yang menginginkanku untuk melepaskan niatku. Sungguh cobaan yang sangat
sulit untuk dipertahankan. Tetapi aku harus bisa. Aku harus bisa mempertahankan,
menjaga niatku. Untuk aku persembahkan pada istriku kelak. Farah Zahrani.
"Akh, ngelamun aja!"
Sontak aku kaget. Saat Samsul menegurku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem" antum ini kok senangnya ngagetin orang!"
"Nah, antum sendiri kok ngelamun aja! Antum nggak bimbingan?"
"Nggak! Ana sudah bisa nyantai sekarang. Tinggal nunggu ujian skripsinya aja!"
"Wah enaknya, antum sudah nggak ada beban lagi! Nggak kayak kita-kita lagi. Yang
beban kuliah masih berada dipundak. Berat!" ujar Yanto yang sudah berada disamping
Samsul. "Iya dong! Makanya kalian kuliah yang baik-baik. Jangan sampai mengecewakan orang
tua! Orang tua kalian itu susah-susah bayar kuliah, makanya jadi anak yang bisa
membanggakan orang tua" kataku sambil berlagak jadi orang tua.
"Iya" Mbah!!!" serentak ucap Yanto dan Samsul, sambil ketawa.
"Akh Deni kemana" Apa nggak ada kuliah dia" Ana dari tadi nggak melihatnya!"
"Loh, antum itu gimana! Akh Deni kan pulang kekampung. Katanya, kakak
perempuannya mau menikah!" jawab Yanto.
Samsul mengiyakan perkataan Yanto, dengan mengangguk-anggukan kepala.
"Oh!" "Nah kalau antum kapan Akh?" tanya Yanto
"Antum" Siapa nich! Ana apa Akh Samsul?" jawabku sok tidak tahu maksud Yanto.
"Antum itu ngeles aja Akh!" ujar Samsul
"Udah-udah nanti antum terlambat loh! Tuh dah pukul 8.30!" ucapku mencoba
mengakhiri pembicaraan. "Hehehe" ada yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan! Ana dengar-dengar
sudah ada seorang Ikhwan yang berta"aruf dengan ukhti Farah, loh Akh!" ucap Yanto
ngejek "Hehhee" antum keduluan nich akh!" ujar Samsul sambil cengengesan.
"Yeee" biarin. Tuh ikhwan pasti orangnya cakep and smart! Soalnya, sudah berani
berta"aruf dengan ukhti Farah" ujarku
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Yup" pasti! Yang pasti sich, nich ikhwan kalau kemana-mana nggak jalan kaki. Nggak
suka blusukan diperkampungan kumuh. Lalu nggak bergaul dengan preman-preman
kampung" ujar Samsul sambil ketawa.
Kami serempak ketawa bareng.
"Udah deh! Ana berangkat dulu, nanti bisa-bisa ana nggak boleh masuk kelas" ucap
Samsul "Iya, ana juga mau berangkat!" sahut Yanto
"Assalamualaikum" serempak mereka berdua mengucap salam
"Walaikumsalam"
Teman-temanku belum tahu, kalau sebenarnya. Seorang ikhwan beruntung, yang akan
menikahi ukhti Farah. Adalah ikhwan yang biasanya kalau kemana-mana jalan kaki.
Sukanya blusukan diperkampungan kumuh. Lalu senangnya bergaul dengan premanpreman kampung. Ucapku dalam hati. Aku masih duduk dalam kesendirian. Sendiri
karena teman hidup masih belum terikat. Terikat dalam janji suci Ilahi. Teh dan sebuah
buku Fiqih Prioritasnya Dr. Yusuf Qaradhawi, menemaniku. Suasana lambat laun
menjadi sepi, keramaian hilir mudik para mahasiswa, siswa sekolah dan pekerja. Sudah
tak tampak lagi. "Kebanyakan orang-orang yang pergi ke tanah suci pada musim haji setiap tahun
adalah orang-orang yang tidak lagi dibebani untuk melaksanakan kewajiban ini, karena
mereka telah melakukannya pada masa-masa sebelumnya. Orang-orang yang pergi ke
tanah suci dan sebelumnya belum pernah melaksanakan ibadah ini, jumlah mereka tidak
lebih dari 15%. Kalau kita asumsikan bahwa jumlah jamaah haji 2.000.000 orang, maka
jumlah orang yang baru pertama kali melakukan ibadah ini tidak lebih dari 300.000
orang. Alangkah baiknya bila dana yang mereka keluarkan untuk ibadah sunnah itu,
dimana jumlah mereka ada mayoritas, begitu pula orang-orang yang melakukan ibadah
umrah sunnah sepanjang tahun, khususnya pada bulan Ramadhan. Dialihkan untuk
mendanai perjuangan di jalan Allah SWT. Atau untuk menyelamatkan saudara-saudara
mereka, muslimin dan muslimat, yang terancam kehancuran material maupun spiritual.
Dan untuk membiayai mereka dalam menghadapi musuh-musuh mereka yang ganas,
yang menginjak-injak kehormatan mereka, dan tidak menginginkan keberadaan mereka
di dunia ini. Negara-negara di dunia ini sebenarnya melihat dan mendengar keadaan
mereka, akan tetapi mereka berdiam diri dan tidak bergerak, karena sesungguhnya
kemenangan itu berada di pihak yang kuat dan bukan kekuatan di pihak yang benar.
Bisyr al-Hafi pernah mengatakan, "kalau kaum Muslimin mau memahami, memiliki
keimanan yang benar, dan mengetahui makna fiqih prioritas, maka dia akan merasakan
kebahagiaan yang lebih besar dan suasana kerohanian yang lebih kuat. Setiap kali dia
dapat mengalihkan dana ibadah haji untuk memelihara anak-anak yatim, memberi makan
orang-orang yang kelaparan, memberi tempat perlindungan orang-orang yang terlantar,
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net mengobati orang sakit, mendidik orang-orang yang bodoh, atau memberi kesempatan
kerja kepada para penganggur."
Masya Allah. Ucapku lirih dalam hati.Buku fiqih prioritasnya Dr. Yusuf Al Qaradhawy,
seharusnya dapat menggugah para orang-orang muslim yang kaya untuk dapat bersatu
merapatkan shaff dalam barisan perjuangan. Sehingga tidak terjadi suatu kehendak yang
hanya bersifat keshalehan pribadi, tetapi tidak mendapatkan sebuah kemaslahatan pada
masyarakat. Banyak sekali orang-orang yang hanya menginginkan keshalehan individu.
Sehingga menafikkan keshalehan umum. Menganggap bahwa, suatu hal yang menurut
kehendaknya menyenangkan. Maka itulah yang harus dia lakukan, untuk menyenangkan
hatinya. Yaitu sebuah kesenangan yang hanya menentramkan hatinya, tetapi
mengacuhkan kesenangan saudara-saudaranya. Banyak orang-orang muslim yang masih
sangat membutuhkan uluran tangan dari saudara-saudara muslim yang lainnya. Kalau lah
kita hanya menyalahkan para misionaris yang sedang gencar-gencarnya memurtadkan
orang-orang Islam. Itu tidaklah adil. Karena letak dari kesalahannya, adalah karena kita
tidak pernah perduli dengan saudara-saudara kita sesama muslim. Sehingga Itsar, satu
kata dalam barisan muslimin telah terkoyak dan rusak. Itsar hanya menjadi selogan
kosong, dan hanya menjadi kenangan sejarah yang menganggumkan. Bukan menjadikan
semangat kita, untuk menjadikan contoh bagi diri dalam mencintai saudara-saudara
muslim. Aku jadi teringat sebuah cerita para pasukan muslim yang akan bertempur
malawan tentara kafir. Saat-saat para tentara kafir mengira bahwa tentara Islam tidak
pernah melatih kekompakan. Tetapi, tidak diduga-duga. Saat tentara kafir melihat tentara
Islam yang sedang menyebrang sungai. Hingga salah satu tentara Islam kehilangan
kantong air minumnya kedalam sungai. Tanpa dikomandopun, seluruh tentara Islam
langsung mencari kantong air milik saudara seimannya. Melihat kejadian itu, seketika
tentara kafir langsung menyerah. "Bagaimana kita akan menyerang sebuah pasukan.
Yang pasukan itu sangat perduli dengan temannya. Kalau kita bunuh salah satu tentara
Islam. pastilah mereka semua akan membinasakan kita" ucap panglima perang tentara
kafir. Sungguh ini menjadi pelajaran bagi umat Islam. Pelajaran untuk saling perduli
dengan saudara seimannya. Itsar.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 9 Aku beranjak dari tempat dudukku. Teringat, kalau aku mempunyai sebuah
kewajiban. Kewajiban untuk saling mengingatkan. Aku ingat, kalau saat aku harus
mengisi kajian para preman. Bergegas aku mengambil handuk serta peralataan untuk
mandi. Biasa, kalau lagi nggak kuliah atau nggak ada kegiatan. Mandi hanya sore saja.
Paling nggak aku harus sudah membiasakan diri mandi dua kali sehari. Agar nanti nggak
malu kalau sudah menikah dengan seorang bidadari.
Benar-benar segar rasanya. Sungguh Allah benar-benar maha sempurna.
Menciptakan sesuatu tiada yang sia-sia. Bahkan air pun, sungguh sangat berharga.
Sampai-sampai Allah, selalu mengiming-imingkan surganya dengan air sungai yang
mengalir segar. Sungguh bodoh bagi orang-orang yang mengatakan "perumpamaan Allah
itu hanya untuk orang-orang Arab saja! Allah, hanya menakut-nakuti orang Arab dengan
Api. Dan memberikan gambaran surganya dengan air! Ya, memang orang Arab pasti
takut api karena mereka tinggal didaerah panas. Dan mereka akan senang dengan air
karena mereka benar-benar membutuhkan"
Pernyataan yang bodoh. Sesungguhnya semua manusia pada dasarnya menyukai
air dan tidak menyukai api atau yang berhawa panas. Lalu apakah orang-orang Eskimo
suka memakan api" Karena mereka tinggal di kutub! Tentu tidak, jikalau mereka terbakar
mereka pun akan kepanasan. Dan sesungguhnya, api yang sangat kecil pun bisa
menyakiti manusia. Tidak seperti es atau air.
Kini aku sudah bersiap untuk berangkat. Menuju ladang pahala yang siap untuk
dicangkul. Dan semoga aku dapat menuai hasilnya kelak. Desa kumuh tempat mangkal
kajian para preman tidak jauh dari tempatku. Jadi hanya dengan berjalan kaki, maka akan
lebih cepat. Kalau naik angkot, malah harus muter-muter dulu. Matahari begitu terik,
meskipun waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi. Langkahku tegap penuh semangat,
menuju pahala yang menanti untuk aku petik. Dan aku nikmati kelak dimasa yang akan
datang. Mata ini sudah memandang sederetan rumah-rumah kumuh yang membentang.
Beda sekali dengan perumahan-perumahan yang aku lewati. Sungguh ironis, kehidupan
hedonis yang menyekat mereka. Menyekat antara si miskin dan si kaya. Apalagi kekuatan
kapitalis yang begitu gencarnya menghancurkan orang-orang miskin. Tapi tunggu, umat
Islam akan bangkit. Memumpuk kejayaan masa silam yang gemilang. Dan umat-umat
kafir menjadi umat-umat yang meminta perlindungan umat Islam. Allahu Akbar.
Sebuah rumah kecil, sudah terlihat. Tempat mangkal kajian para preman. Rumah
Bang Jamal. "Assalamualaikum" salamku
serentak orang-orang yang didalam rumah menjawab "Walaikumsalam"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Sungguh lega, kini aku sudah dikelilingi orang orang-orang yang siap untuk menimba
ilmu. Berjihad dalam mencari Ilmu.
"Maaf, saya terlambat yach?"
Bang Jamal tersenyum. "Oh, tidak Khalid! Kita hanya berkumpul lebih awal saja"
"Wah ada sesuatu yang penting yach Bang?" tanyaku heran
"Iya, Khalid! Bahkan sangat penting sekali. Kita berkumpul lebih awal disini, untuk
membicarakan sesuatu pada kamu, Khalid!" ucap bang Jamal
"Apa itu Bang?" tanyaku penasaran.
"Kita lagi mau meminta pendapat kamu. Apa hukuman bagi orang yang keluar dari
agama Islam?" ucap bang Jamal. Dan serentak anak buah bang Jamal pun berharap
meminta jawaban kepadaku.
"Hukum bagi orang yang murtad, dalam Islam! Pertama-tama si murtadin itu disuruh
untuk kembali pada agama Islam dan bertobat. Tetapi kalau tidak mau kembali ke agama
Islam, maka harus dipenggal kepalanya atau dibunuh!"
Semua orang-orang yang berada dirumah Bang Jamal, memperhatikan penjelasanku.
"Kalau begitu, kita harus membunuhnya sekarang!" sontak teriak Udin, anak buah bang
Jamal. "Iya, kita harus memenggal kepalanya!" ucap Ghofar menyetujuinya. Anak buah bang
Jamal yang satu ini memperlihatkan raut muka yang sangat geram.
"Sebentar! Sebentar, Bang! Ini ada apa?"
"Khalid, Efendi telah murtad! Dia sudah tidak beragama Islam lagi" ucap bang Jamal.
"Oh! Tapi sebentar! Seharusnya kita harus mempertanyakan kebenarannya dulu, dan
setelah itu kita harus memperingatkan Efendi dulu, untuk masuk pada agama Islam lagi
dan menyuruhnya untuk bertobat! Dalam Islam orang murtad tidak langsung dipenggal
atau dibunuh" ucapku
"Tapi, Efendi sudah nyata-nyata murtad kok! Dia sendiri yang bilang kalau dia sudah
pindah agama" ucap Udin.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem, kalau seperti itu pun. Kita tidak boleh membunuh Efendi! Karena kita bukan
dinegara Islam. Kita dinegara yang memiliki hukum sendiri. Jadi kita tidak bisa
seenaknya menghukum orang dengan sekehendak kita" kataku.
"Tapi, Khalid. Efendi telah murtad. Bukankah dalam hukum Islam, seorang yang murtad
harus dibunuh" sahut Ghofar lagi, sembari mengepalkan jarinya. Seraya ingin sekali
menghajar efendi. Memang jika para preman sudah dibekali dengan pemahaman ilmu agama yang kuat.
Semangat mereka untuk menerapkan agama Islam menjadi sangat tinggi. Tetapi, tetap
aku harus bisa mengontrol semangat para preman ini. Karena, jika tidak. Para mujahidmujahid ini akan mengalami kesulitan hukum. Dan sebagai murabi, aku harus bisa
mengarahkan pandangan para preman ini. Pikirku.
"Khalid, sebaiknya kita datangi saja Efendi. Lalu kita tanya tentang kemurtadannya. Itu
akan lebih baik" ucap bang Jamal.
"Iya, memang sebaiknya begitu. Tetapi jika memang Efendi murtad. Dan tidak lagi dapat
diajak kembali kedalam agama Islam. Saya harap, tidak ada kekerasan. Biarlah Efendi
tetap berpegang teguh dengan keyakinannya. Tetapi kita, tidak akan berhenti berjuang
untuk membela agama yang haq ini" kataku tegas.
"Kami tidak akan melakukan tindakan kekerasan, Khalid! Kamu bisa percaya pada
kami!" ucap bang Jamal.
Aku hanya mengangguk. Kami pun berangkat menuju rumah Efendi. Barisan-barisan
mujahid yang terlihat garang dengan kemurtadan saudaranya. Bagaikan sebuah gemuruh
ombak yang melaju untuk menyingkirkan batu karang. Langkah-langkah tegap, terus
manapaki jejak-jejak para mujahid. Sebuah rumah yang terlihat sama dengan rumah
lainnya sudah terlihat dihadapan.
"Efendi keluar kami"!" teriak Ghofar dengan keras.
"Iya cepat keluar kamu"! Kita nggak sudih melihat orang munafik seperti kami" ucap
Udin. "Iya".!" Serentak mengiyakannya.
Tak lama Efendi keluar dari rumah. Dandanan kumuh, kusam, kusut. Tidak
ditemui lagi pada sosok Efendi. Kulitnya yang hitam kusam, sekarang menjadi hitam
manis. Rambut yang biasanya awut-awutan, menjadi licin dan mengkilat. Sungguh benarbenar berbeda sekali dengan Efendi yang dulu.
"Ada apa, ini?" Tanya Efendi.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Dasar munafik! Sok tidak tahu kedatangan kita!" Ucap Ghofar keras, sambil
mengepalkan jemari tangannya.
"Sebentar kawan-kawan!" ucapku serius, "kita tanya dulu kebenaran berita itu kepada
Efendi. Kita masih ingat janji kita sebelum datang kesini bukan! Ingat tidak boleh ada
kekerasan sama sekali. Saya yang bertanggung jawab atas semua ini"
"Iya! Kawan-kawan. Biar Khalid yang menanyainya, dan kita tetap harus memegang
janji-janji kita sejak awal" ucap bang Jamal.
Semua memandang Efendi dengan tatapan yang tajam. Tatapan kebencian yang
memuncak. Tetapi tetap, mereka harus bisa menahan diri. Efendi terlihat begitu santai,
dia tidak memperlihatkan rasa takutnya kepada teman-temannya. Wajahnya terlihat
sangat yakin, bahwa dia tidak akan disakiti.
"Efendi, apa kamu tahu kami datang kesini bermaksud untuk apa?" tanyaku
"Aku tidak tahu! Apa yang sebenarnya kalian inginkan dari aku?"
aku tersenyum, lalu mengatakan "Efendi, kami dengar engkau sudah keluar dari agama
Islam" Kami kesini untuk menanyakan hal itu!"
"Oh"! Hanya masalah itu" ucap Efendi dengan agak sombong. "ya.. aku memang sudah
keluar dari agama Islam! Karena kalau aku tetap beragama Islam maka aku akan seperti
kalian. Yang kumuh, kotor dan miskin!" lanjutnya.
"Sialan kau"! Dasar munafik! Pengkhianat!" umpat beberapa para pengikut bang Jamal
kepada Efendi. Serentak hampir-hampir mereka akan menghajar Efendi.
"Berhenti".! Sabar"! Sabar... teman-teman" teriakku.
"Ini sudah penghinaan Khalid! Aku tidak akan membiarkan munafik itu hidup!" ucap
bang Jamal dengan keras. Bang Jamal yang tadinya bersikap tenang. Menjadi benarbenar marah. Wajah kebenciannya tertuju pada seorang murtadin, yang telah menghina
agama Islam. "Iya Bang..! Tapi kita harus tetap sabar. Ingat janji kita tadi sebelum berangkat! Sabar
Bang. Dan tolong percayakan semua pada saya" ucapku menenangkan bang Jamal.
Lambat laun emosi bang Jamal kian mereda. Nafas yang memburu sudah bisa
dikendalikan. Wajah merah dan tatapan tajam berangsur-angsur mereda. Tetapi Efendi
hanya tersenyum sinis. Efendi benar-benar tidak menampakkan wajah seorang yang


Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketakutan. Dia terlihat sangat yakin dengan keyakinan yang dia anuti sekarang.
"Kawan-kawan, ingat kepala kita harus tetap dingin. Hati boleh panas, tetapi kepala tetap
bisa berfikir realitas. Kita bisa melihat Efendi, sebenarnya dia ketakutan. Tetapi karena
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net dia meyakini agama yang dia anuti sekarang. Dia merasa sangat yakin bahwa dia akan
selamat dari kita. Ingat kawan-kawan, Islam adalah rahmatanlil"alamin. Dalam syariat
Islam, kita harus melindungi orang yang berada di sekitar kita. Meskipun ada
sekolompok yang kita lindungi itu adalah orang-orang kafir. Tetap kita harus melindungi
dia. Sungguh, sangat besar nikmat Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kita.
Sehingga kita mengetahui yang benar dan yang salah. Saat ini, kita sedang diuji untuk
mengetahui itu semua. Efendi sangat yakin dia tidak akan kita sakiti. Karena Efendi tahu
bahwa Islam tidak pernah menyakiti siapa pun. Jadi kita tetap harus bersifat sabar.
Meskipun Efendi murtad dari agama Islam. Tetapi ingat, kita hidup bukan di Negara
Islam. Saya tidak mau, ada orang yang terpancing dengan ucapan-ucapan Efendi yang
menyakitkan. Kita harus ingat tujuan awal kita! Yaitu hanya mengklarifikasi kemurtadan
Efendi. Tidak lebih dari itu! Sekarang kita sudah tahu bahwa Efendi sudah murtad.
Dengan begini maka kita harus lebih waspada terhadap pemurtadan di daerah kita."
"Tapi Khalid. Apa yang akan kita lakukan kepada Efendi?" tanya Ghofar
"Tidak ada! Yang bisa kita lakukan adalah, berdoa kepada Allah agar Efendi diberi
hidayah kembali oleh Allah. Sekarang kita bubar saja. Dan saya tidak ingin terjadi
sesuatu pada Efendi. Ingat bahwa kita umat Islam, yang cinta damai, menebarkan
selamat, dan menjadi rahmat"
"Hem, baik Khalid! Saya yang akan menjamin tidak akan terjadi apapun di daerah ini"
ucap bang Jamal. Tatapan sinis Efendi, menebarkan permusuhan kepada umat Islam. Serentak kami
pun membubarkan diri. Tidak akan pernah terjadi kerusuhan, selama umat Islam tidak di
terzhalimi. Tidak akan pernah terjadi perusakan didaerah Islam, meskipun daerah itu juga
dihuni oleh orang-orang non Islam. Karena Islam adalah memberi kedamaian,
keselamatan dan kebahagiaan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 10 Langkahku gontai, semangatku pun menurun. Semua ini adalah sebuah kesalahan
besar. Kesalahan yang telah menyebabkan seorang harus keluar dari agamanya. Sungguh
aku sangat malu. Sangat berdosa. Ternyata dakwahku tidak sebagus apa yang aku
impikan. Ternyata dakwahku tidak seindah angan-anganku. Terciptanya daerah kumuh
yang Islami, masyarakat kumuh yang bisa mandiri. Sungguh sangat memalukan, sangat
ironis dengan kenyataan yang aku bayangkan. Aku telah gagal. Gagal dalam memberikan
hidayah kepada seseorang, dan gagal dalam membina sebuah kebenaran.
Tetap, langkahku gontai dalam setiap menit penderitaan jiwa yang meronta atas
semua yang telah terjadi. Aku menyangka, bahwa aku sudah dapat menjadikan seorang
bermental baja, kuat dalam agamanya, dan tidak mudah luntur dalam melihat sebuah
gemerlapnya dunia. Sungguh semua itu telah gagal. Aku kembali ke rumah kontrakan
dengan kekalutan jiwa. Rasa bersalah yang teramat dalam, serta rasa berdosa yang terus
menekan rongga pikiran. *** Aku dudukkan tubuh ini dalam kursi kayu bercat cokelat yang mengelupas. Aku
ambil segelas air minum. Dinginnya air yang telah aku minum, sedikit membuatku terasa
lebih baik. Tetapi semua itu hanya sementara. Rasa bersalah kembali hinggap, hingga
menyesakkan dada. Rasa berdosa pun tidak luput menekan rongga fikirku. Semuanya
berada tepat dihadapanku. Semuanya. Iya benar, semua kesalahan terletak kepadaku.
Terletak pada kelalaianku, ketidak seriusanku dalam berdakwah, ketidak pekaanku dalam
mengetahui permasalahan yang ada. Sungguh semua ini benar-benar kesalahanku.
Inginku berteriak keras. Tetapi aku takut. Takut jika para tetangga dengar, dan
mengira aku gila. Inginku menangis tersedu-sedu kepada Allah. Tetapi aku takut, jika
tangisanku akan membuat teman-temanku bingung dikira ingin menikah. Sungguh aku
bingung dan berdosa. "Tlluuutt".tlluuuut"
Hem, deringan telphone ini tidak mengetahui kegalauan hati. Dari tadi bunyi terus.
Teman-teman pada kemana sich. Ucapku dalam hati. Dengan langkah yang teramat
malas aku mengangkat telephone.
"Halo"!" "Halo..selamat malam!"
Hem nih akhwat kok telephone malam-malam! Pasti mau cari Samsul untuk ngingetin
kalau besok ada syuro".
"Bisa bicara dengan Khalid!" ucap wanita itu membuyarkan lamunanku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya ini Khalid! Ini siapa yach?" tanyaku penasaran. Penasaran baru kali ini di telephone
akhwat malam-malam. "Ini aku Lid! Nova" ucapnya
"Oh, iya ada apa Nov! Kok tumben malam-malam telephone" ucapku. Padahal dalam
hatiku mengatakan Hem wanita kok telphone malam-malam. Nggak sopan, tau!
"Maaf ya Lid. Aku telephone malam-malam. Aku cuma mau memberitahu kamu!"
Wah aku harus hati-hati nih. Ternyata nih cewek bisa baca pikiranku pikirku dalam hati
sambil ngetawain diri sendiri.
"Wah ada apa nich Nov?" tanyaku penasaran
"Khalid, aku tahu kamu marah sekarang! Kamu marah karena ada seorang muridmu yang
telah keluar dari agama Islam"
Loh tahu dari mana Nova" Ucapku dalah hati
"Kamu tahu dari mana Nov?" tanyaku penasaran
"Aku tahu semuanya Lid! Semua itu adalah hasil usaha dari papaku. Kini Efendi sedang
menyusun sebuah rencana untuk mengkristenkan semua desa kumuh itu Lid! Dan kamu
harus hati-hati Lid. Efendi dan teman-teman papaku, merencanakan sesuatu yang akan
mencelakakanmu. Saya mohon kamu berhati-hati!"
"Hem, terima kasih Nov! Tetapi kenapa kamu memberitahukan itu semua kepadaku!"
"Khalid, aku tidak ingin kamu celaka. Aku tidak ingin seorang yang bisa membimbingku
dari jalan kegelapan menuju kejalan yang terang, celaka. Sungguh Khalid aku sangat
mengkhawatirkan kamu!"
"Iya Insya Allah aku akan berhati-hati! Kamu tidak usah begitu khawatir terhadapku.
Karena semua takdir ada di tangan Allah. Kita pasrahkan saja kepada Allah" ucapku
"Iya, sudah dulu Khalid! Mungkin kita tidak akan bertemu lagi seperti ini. Aku mohon
kamu berhati-hati" Tak sempat aku mengucapkan beberapa kata perpisahan. Nova menutup
telephonenya. Sungguh ironis. Benar-benar menjadi sebuah peringatan bagiku. Bahwa musuhmusuh Allah selalu akan mencelakai umat Islam dengan cara apapun. Gundah hati ini
semakin memuncak. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku kembali ke kamar, dan mengambil buku suci pedoman hidup manusia. Al
Qur"an. Hanya inilah cara satu-satunya yang dapat memperkuat diriku lagi.
[2.214] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu" Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacammacam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat. [16.110] Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah
sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu
sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[2.218] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
[3.142] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.
[5.35] Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan [5.54] Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.
[9.16] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah
belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan
tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[9.41] Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.
[25.52] Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap
mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar.
Kini aku sudah menjadi kuat kembali. Semangat dan tenagaku telah pulih
kembali. Layaknya mobil yang telah diisi dengan bahan bakarnya, yang bisa melaju dan
melesat jauh. Maka aku pun begitu. Kini semua tenagaku pulih kembali. Aku sudah siap
untuk kembali ke medan pertempuran. Aku tidak akan pernah takut lagi.Ghirohku adalah
sebuah kobaran api yang akan melalap para penghina dan musuh-musuh Islam. Allahu
Akbar. *** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Pagi begitu cerah. Tetap sama seperti biasanya. Hilir mudik para pelajar,
mahasiswa, pekerja. Semua tetap sama. Tapi kini aku kembali diisi dengan tenaga yang
tak akan mudah menyerah. Semuanya telah masuk kedalam relung darahku. Menambah
semangat juangku. Untuk kembali lagi seperti dulu. Bukan orang-orang yang kehilangan,
ghiroh untuk berjuang. Tetapi tidak seperti biasanya. Kontrakan yang biasanya ramai dengan para ikhwan
yang akan berangkat kuliah. Sekarang menjadi sepi. Entah kemana saudara-saudara
seperjuanganku. Semenjak dari tadi malam. Tidak terdengar suara gaduh para ikhwan
yang sedang bercengkrama, atau ramai berdiskusi tentang segala hal. Entah kemana
mereka. Sebuah kertas yang berserakan, berada di depan pintu kontrakan. Entah kertas
siapa ini. Mungkin saja hasil ujian teman-teman yang terjatuh. Tak berpikir panjang aku
segera menyelamatkan kertas itu. Dari pada nanti, diambil orang. Sehingga tahu aib
terbesar di kontrakanku. Pantang mendapat nilai D. Bisa-bisa menjadi rumor atau gosip
paling baru. Setelah aku ambil. Terlihat sekilas, bukan seperti kertas ujian. Tetapi
terdapat sebuah tulisan dibaliknya. Entah dari mana pikiran ini. Serasa ingin membaca
sebuah tulisan yang terlihat sangat acak-acakan. Aku tak ambil pusing, langsung saja aku
membacanya. *** Masya Allah. Sungguh ini bukan tulisan biasa. Ini sebuah untaian kata-kata
seorang ikhwan yang putus asa. Entah punya siapa ini. Apakah kepunyaan temantemanku" Terbesit tanya dipikiranku. Kata-kata yang menusuk jiwa. Sebuah penyadaran
yang aku harus sadar dengan kata-kata itu. Aku harus menyembunyikan kertas ini.
Sebelum dibaca teman-teman. Aku harus tahu, ini kertas siapa!
"Assalamualaikum!" ucap Samsul dan Deni saat baru datang.
"Walaikumsalam" jawabku. "dari mana Akh! Kok pulangnya cepat banget"
"Nggak dari mana-mana!" ucap Samsul malas.
Sekilas Heri, mengerdipkan mata kanannya. Seraya memberikan pesan untuk tidak
meneruskan pertanyaanku. Memang tidak seperti biasanya sahabatku yang satu ini. Samsul. Seorang ikhwan
yang sangat bersamangat. Kini terlihat sangat layu. Sangat tidak bersemangat. Entah apa
yang membuat dirinya menjadi seperti itu. Tak seberapa lama, Samsul langsung masuk
kekamarnya. Raut mukanya terlihat sangat gelisah.
"Akh, emangnya ada apa?" tanyaku kepada Heri.
"Entahlah Akh! Nggak jelas. Mungkin karena gosip teman-teman" ucapnya malas
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ha! Gosip" Emang Akh Samsul di gosipin apa" Seperti artis aja!" ucapku sambil
tersenyum. "Antum kok malah bergurau Akh!"
"Nggak, bukan begitu. Ana hanya bingung aja!" ucapku
"Bingung, kenapa?"
"Iya, bingung. Kok masih ada gosip" Kita kan dilarang untuk ghibah!"
"Nah itu Akh. Ana juga bingung! Malah gosipnya menyebar luas sekali dikalangan kita."
ucap Heri dengan agak bingung.
"Hem, ternyata kita memang harus banyak belajar untuk menjaga lisan kita ya Akh!
Emangnya gosipnya apa, Akh?"
"Afwan, Akh! Kalau antum pengen bertabayun, mendingan langsung kepada Akh Samsul
aja. Biar lebih jelas"
"Hem, iya benar juga! Harus langsung kepada orangnya. Agar lebih jelas"
Tak seberapa lama Samsul keluar dari kamar. Wajahnya masih terlihat lesu.
Seperti sedang mencari sesuatu yang hilang.
"Akh, mencari apa?" tanyaku penasaran
"Afwan, Akh! Antum tahu potongan kertas nggak. Mungkin aja terjatuh disekitar sini!"
"Ini!" jawabku, sambil menunjukkan potongan kertas yang dimaksud.
Samsul mengangguk dan diambilnya kertas itu dari aku. "Akh, Antum membaca isi
kertas ini?" tanya Samsul, terlihat agak malu.
"Iya! Ana baca. Afwan, ana lancang membacanya."
"Tidak apa-apa! ini memang salah ana. Tidak menempatkan sesuatu yang penting pada
tempatnya!" ucapnya, terlihat kesal dan malu.
"Akh, ana pengen bicara dengan antum! Bisa?" sergahku, saat Samsul akan memasuki
kamarnya. "Tafadhol! Dikamar ana aja, Akh" Samsul sambil membuka pintu kamarnya.
Aku langsung saja masuk kekamar Samsul.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Ada apa, Akh?" tanya Samsul
Aku tersenyum. "Bukan ana, yang ada apa! Tetapi antum, ada apa" Boleh tahu?"
Samsul menunduk lesu dia terdiam. Setetes air matanya jatuh. Tak lama, Samsul
mengangkat kepalanya. Terlihat berat sekali.
"Akh, ana telah melakukan sesuatu kesalahan yang besar! Kesalahan yang membuat ana
menjadi benar-benar terjerembab kedalam lubang kenistaan. Lubang fitnah yang teramat
dalam. Ana, tak sanggup berdiri lagi akh! Ana malu. Sungguh ana malu" ucap Samsul
dengan deraian air mata yang sudah tak tertahankan lagi.
"Afwan, memangnya apa kesalahan antum!" tanyaku penasaran.
"Akh, suatu kali ana pernah membonceng seorang akhwat! Yang pada saat itu, dia
memang tidak mempunyai uang lagi untuk pulang. Ana pada saat itu kasihan! Sehingga
muncul ide untuk membonceng akhwat itu. Karena pada saat itu ana juga nggak punya
uang untuk ana berikan kepada akhwat itu!" Samsul berhenti sejenak, mengusap air
matanya. "Ana yang memaksa akhwat itu untuk mau dibonceng. Dengan dalih bahwa ana
saat itu membawa tas yang besar, yang dapat menjaga hijab antara ana dan akhwat itu!
Setelah itu, ana mengantar akhwat itu pulang. Lalu tak lama munculah ghibah (gosip)
antara ana dan akhwat itu. Mengingat ana dan akhwat itu memang dekat. Dekat dalam
artian, bahwa akhwat itu adalah sekretaris ana." Secara mendadak Samsul langsung
menghentikan perkataannya. Tangisnya berderai kembali, sambil terisak dia kembali
mengatakan "ana telah merusak Akhwat itu! Dia telah tercemar dengan noda yang ana
buat. Dan orang yang paling ana segani, malah percaya dengan orang lain. Dari pada
dengan ana." "Mentor antum?" tanyaku
"I..ya!" jawab Samsul terbata-bata.
"Ana boleh tahu, mentor antum siapa?"
"Akhi Shulthon!" jawabnya singkat.
"Akhi Shulthon! Ikhwan ekonomi itu yach" Adek kelas ana!" tanyaku penasaran.
"Iya, akh!" "Hem! Begini akh! Ana mungkin, perlu menceritakan tentang kasus ikhwan yang lain.
Pernah ada seorang ikhwan yang pada saat itu dia sedang naik angkot. Yang pada saat
itu, angkotnya sangat penuh. Sehingga ikhwan itu harus berdesak-desakan dengan
penumpang yang lainnya. Dan lucunya, disamping Ikhwan itu ada seorang akhwat. Yang
terpepet juga bersama sang ikhwan. Ironisnya lagi, si akhwat berada pas disamping kanan
ikhwan, yang pada saat itu si akhwat sudah sangat terpojok. Sehingga terlihat, bahwa si
Ikhwan sedang berdua-duan dengan si akhwat. Sesudah peristiwa itu, tak lama. Muncul
Kisah Para Pendekar Pulau Es 13 Wiro Sableng 007 Tiga Setan Darah Dan Cambuk Api Angin Panji Tengkorak Darah 6

Cari Blog Ini