Ceritasilat Novel Online

Imajinatta 1

Imajinatta Karya Mia Arsjad Bagian 1


Imajinatta situs baca secara online ini dibuat oleh Saiful .... admin http://cerita-silat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis Racun Ceritasilat.... thank.
_Satu_ "Aku cinta banget sama kamu, Natta. Selama ini aku selalu mandangin kamu diam-diam.
Merhatiin kamu dari jauh. Kamu mau kan jadi pacarku?" Mata tajam Ditto menatap lurus
ke mata Natta. Jantung Natta langsung bermambo cha cha cha... Mati akuuuuu...
Natta membalas tatapan Ditto dengan memasang wajah seimut mungkin. Siapa juga yang
nggak mau jadi pacar Ditto" Pangeran impiannya sepanjang masa. Eh, nggak sepanjang
masa sih, maksudnya sejak hampir dua tahun lalu waktu dia masuk SMA 1234 Bandung ini.
Natta menarik napas panjang. Masa depan cerah sudah di depan mata. Dia akan menjawab,
"Aku... aku... aku... ma... ma..."
"MATI! Mati! Eh mati!" pekikan Inna membuyarkan lamunan Natta.
Natta melirik judes. Baru juga mau nerima cinta Ditto. "Ck! Apaan sih"!" omel Natta sebal.
Tadi kan dia hampir aja dapat "ciuman pertama"-nya.
Sambil merengut Inna mengelap-ngelap roknya yang ketumpahan Cola akibat menabrak
punggung Natta tadi. Kayaknya ini udah yang kesejuta ribu kali deh Inna menabrak
punggung Natta gara-gara sahabatnya itu ngerem mendadak. "Kebiasaan sih berhenti
mendadak! Basah nih rok gue," sungut Inna. "Ada apa sih?" Lalu ia menjawab
pertanyaannya sendiri waktu melihat Ditto yang berjalan ke arah mereka dari ruang guru.
"Yaaah... pasti ngelamun lagi nih. Berkhayal lagi... gara-gara liat Ditto, kan?" tebak Inna
tepat sasaran. ?Anjungpaput Dara si kutu buku dan Kinkin si oriental yang hobi nyanyi ikut mengangguk-angguk. Untung
mereka berada dalam jarak aman, jadi mereka nggak tabrakan beruntun.
Natta nyengir. Inna yang amat sangat mengenal Natta banget tahu persis kebiasaan Natta
yang dalam waktu sepersekian detik bisa tiba-tiba berada di "dunia lain" dalam khayalannya.
"Gue baru aja mo nerima cintanya, dodol! Buyar deh." Natta mengembuskan napas pelan.
Sementara Ditto semakin dekat. "Kayaknya kali ini Ditto bener-bener mo nyamperin kita
deh. Tuh, arah jalannya bener-bener ke sini," bisik Natta sambil mengatur ritme jantungnya
yang makin heboh. Siapa tahu kali ini dream comes true alias mimpi jadi kenyataan. Natta
bakal bersyukur banget kalau akhirnya dia punya pacar. Dari SMP semua kecengannya kabur
waktu tahu dikecengin Natta. Cap "aneh", "tukang mimpi", "agak-agak kurang sesetrip"
sudah menempel sejak Natta SMP. Waktu SD sih belum. Kalau anak SD melamun sampe
melantur sih masih wajar. Lewat dari SD"! I"m sorry goodbye deh.
Ya ampun! Tuh, kan! Betul, kan! Bener, kan! Tuh, kan, tuh, kan! Natta mendadak panik
waktu Ditto mengangkat tangan dan melambai ke arah mereka sambil mengucapkan "hai"
tanpa suara. Natta tersenyum lebar sok akrab membalas lambaian Ditto. Ternyata yang ada
dalam khayalannya betul! Mereka memang nggak saling kenal, tapi Ditto memerhatikan dia
diam-diam. Yes! Yes! Ditto semakin dekat. Langkahnya semakin cepat. Kayaknya dia nggak sabar pengin cepatcepat menghampiri Natta.
Natta harus menyapa Ditto duluan! Hitung-hitung balasan buat Ditto yang melambai duluan
di depan orang banyak tadi. "Hai, Dit..."
"Hai, ..." Ik" IKut" IK-i" Lho" Emangnya mereka sekarang ada di keraton Yogyakarta apa pake bahasa
Jawa segala! IKan"! IKat"! Kok IK siiihhh"!
?Anjungpaput Terasa Inna menyikut pinggang Natta. "Maksudnya Oik..." bisik Inna membaca pikiran
Natta. Oik! Oik" Oh ya, Oik, si cantik ketua kelas 2D. Setelah mengendus-endus ala marmut, Natta
semakin yakin memang ada Oik di sekitar mereka"tepatnya di belakang mereka"dari
wangi parfumnya yang muahaaal ituuu... Gosipnya salah satu faktor dia terpilih jadi ketua
kelas ya karena kekayaan orangtuanya. Agak-agak asas manfaat dari teman-teman sekelasnya
(termasuk wali kelasnya), tapi Oik hepi-hepi aja karena berasa penting. Huh!
Klarifikasi: Tadi Ditto melambai dengan semangat ke arah Oik. OIK. Bukan Natta. Bukan
IKan bukan juga IKut atau IKat. Rasa-rasanya Natta jadi lemas. Matanya refleks
menerawang. Ngelamun lagi deh tuh.
"Eh, nama kamu Natta, kan?" Ditto yang sedang serius ngobrol sama Oik mendadak
nyuekin Oik dan menatap Natta.
Natta mengangguk pelan. "Aku Ditto..." Natta tersenyum super duper manis. "Kamu udah tahu namaku kan tadi?" jawabnya sok
flirting alias genit. Ditto menoleh cepat ke arah Oik. "Ik, lo duluan deh ke ruang OSIS. Gue pengin ngobrol dulu
sama..." Ditto menatap Natta lembut. "Natta..."
Ahhh, cara Ditto mengucapkan nama Natta seperti dewa memanggil...
"Toge!" Toge"! ?Anjungpaput Oh, ternyata Inna ngatain dia toge. Nggak ada ledekan yang lebih keren, apa" Toge. Apa
nama sayur-mayur bakal booming jadi bahan ledekan" Sebenar lagi dia bisa dipanggil
brokoli, pete, atau daun bawang dong"! "Ngelamun lagi kan, lo" Masih lanjut aja terus satu
episode," kata Inna sambil menyeret tangan Natta.
"Berharap kan boleh. Mimpi itu penyemangat manusia buat menggapai masa depan, tau!"
"Keblinger tau, mimpi melulu," sahut Kinkin.
"Ya kalo kebanyakan mimpi kayak lo, masa depannya RSJ!" Tangan Inna terus menyeret
Natta menjauh dari Ditto dan Oik sebelum kepala Natta bikin skenario baru. Kejadian apa
pun bisa jadi satu episode drama, sinetron, atau film layar lebar di kepala Natta. "Mendingan
kita ke kantin lagi. Minuman gue tumpah semua. Diminum aja belum. Gue masih haus, gila."
Natta nurut aja. Bukan sekali Inna ngomel-ngomel dan ngeledek Natta soal hobi dan sifat
anehnya. Dikatain segala macem sama Inna, Natta nggak akan pernah marah. Dia tahu banget
Inna cuma bercanda. Inna itu orang yang paling care sedunia pada Natta. Nggak peduli Natta
aneh. Nggak peduli Natta suka berkhayal dan bengong mendadak, Inna selalu ada di samping
Natta sejak mereka masih kelas 6 SD. Inna itu sahabat pertama Natta. Sampai akhirnya
mereka ketemu Dara dan Kinkin waktu SMP. Jadi deh geng mereka ini.
Biarpun Inna galak, judes, suka marah-marah, biarpun Natta kadang-kadang cemburu karena
Inna punya banyak teman lain, persahabatan mereka tetap jalan. Cuma karena semakin lama
Inna semakin supel, gaul, dan cantik, Natta cuma bisa berdoa semoga tak sekali pun tebersit
di kepala Inna untuk meninggalkan Natta. Dara dan Kinkin juga. Biarpun nggak sesupel Inna,
mereka punya banyak teman lain. Di mata Natta, selain dunia khayalannya, dunianya
bersama Inna, Dara, dan Kinkin adalah yang paling menyenangkan dalam hidupnya.
"Nih!" Fanta dibungkus kantong plastik disodorkan Inna ke arah Natta. Padahal Natta nggak
minta dibeliin. "Daripada lo ngelamun lagi, mendingan minum nih," perintahnya galak.
Natta tersenyum dramatis. Tuh kan, Inna memang sahabat sejati. "Makasih ya..." Beruntung
banget Natta punya seseorang kayak Inna.
?Anjungpaput "Seribu lima ratus." Inna menengadahkan tangan.
Hah"! Ralat! Nggak sejati-sejati banget sih! Pelitnya amit-amit. Seribu lima ratus aja minta ganti.
"Kirain gratis." Natta manyun merogoh sakunya, mengeluarkan seribuan lecek dan lima
ratusan karatan dari kantongnya. "Nih!"
"Nggak ada yang gratis di zaman sekarang ini, darling," sahut Inna sebelum ngeloyor sambil
cekikikan. Sambil manyun Natta mengikuti langkah Inna.
+++ _Dua_ "AYAH, Ibu, Natta berangkat, ya..." pamit Natta sambil mendorong pelan piring sarapannya.
"Hmm..." gumam Ayah cuek dari balik korannya.
?Anjungpaput Ibu malah lebih parah. Cuma melirik lalu melenggang ke kamar sambil menekan-nekan
tombol telepon nirkabel, menelepon Bu Indro. Ketahuan dari kalimat pertamanya, "Halo
Jeung Indro... ini Marini... iya... iya... pasti dooong..." suaranya menghilang di balik pintu.
Pasti arisan lagi. Natta sih sudah biasa dicuekin begini sama Ayah dan Ibu. Tepatnya sih sejak dia kelas 5 SD.
Hubungan keluarga mereka memang agak aneh. Ayah dan Ibu bersikap dingin satu sama lain.
Dulu Natta nggak ngerti kenapa. Akhirnya Natta ngerti juga. Natta ingat keluarga mereka
pernah kaya Nantaa waktu usaha batu bara ayahnya sukses. Waktu itu, keluarganya terasa
akrab dan harmonis. Ayah pengusaha sukses. Istri cantiknya yang hobi belanja selalu senang
karena bebas membeli apa pun yang dia mau. Sampai akhirnya usaha ayahnya ambruk akibat
salah satu stafnya korupsi dan membawa kabur uang perusahaan. Klien-klien nggak percaya
lagi, harta benda mereka banyak disita buat menghindarkan Ayah dari penjara, hingga
akhirnya beginilah kehidupan keluarga Natta sekarang.
Menengah. Tak kekurangan, tapi juga tidak berlebihan kayak dulu. Dengan sisa tabungan
Ayah, mereka membangun usaha toko onderdil motor dan tempat cuci motor. Sementara Ibu
masih pengin hidup mewah seperti dulu. Ibu sibuk arisan sana-sini, cari usaha ini-itu: MLM,
jualan segala macem demi mendapatkan kemewahan lagi, biarpun lebih banyak gagalnya.
Sementara Ayah kayaknya sudah nggak terlalu peduli. Dia tenang-tenang saja mengurus
usahanya. Begitulah, hubungan Ayah dan Ibu pun mendingin begitu saja.
Dampaknya buat Natta, dia juga ikut dicuekin. Begitu juga Nanta abangnya. Kayaknya buat
Nanta rumah cuma tempat transit. Kadang pulang kadang nggak. Makanya nggak heran kan
kenapa Natta "betah" banget di dunia angan-angannya" Natta nggak bisa menyebut
keluarganya broken home karena memang bukan. Dia nggak pernah disiksa ataupun
diperlakukan kasar. Ayah-Ibu juga selalu ada waktu di rumah kok, biarpun Ayah sibuk
ngurusin toko dan Ibu sibuk dengan acaranya sendiri. Tapi itu sama sekali jauh dari bayangan
Natta tentang keluarga harmonis. Mungkin keluarganya cuma aneh...
"Sayang, nanti siang kita makan siang bareng ya, sesudah kamu pulang sekolah" Ibu bakal
masak tumis cumi pake cabe ijo kesukaan kamu. Jangan telat ya?" Ibu tersenyum
superhangat. Dengan senyum lebar Natta sungkem pada Ibu. "Pasti, Bu, pasti. Aku nggak sabar nih
pengin makan cumi cabe ijo. Pasti enak banget deh."
"Ayah juga jadi pengin buru-buru pulang kerja," celetuk Ayah. "Selain cumi, Ayah juga
nggak tahan nih jauh-jauh dari Ibu," goda Ayah genit.
Ibu tersenyum malu-malu. "Ihhh, Ayah. Malu dong di depan Natta."
?Anjungpaput Lalu mereka tertawa bahagia ala iklan keluarga piknik sambil makan mi instan di atas meja
bertaplak kotak-kotak. "Lho, masih di sini" Katanya mau berangkat sekolah?" teguran Ibu membuyarkan khayalan
Natta. Khayalan favorit Natta sepanjang masa. Setiap pagi, Natta tak pernah melewatkan
mengkhayal episode keluarga bahagia dalam berbagai versi.
Natta buru-buru menyambar tasnya. "Ini juga mo pergi kok. Aku tadi..."
"Ngelamun lagi" Masih muda kerjaannya ngelamun melulu. Dari dulu kebiasaannya kok
nggak hilang-hilang. Kamu ini kan udah kelas dua SMA."
Eh, Ibu kok malah ngomel" Padahal dulu Ibu selalu bilang lucu setiap kali Natta melantur
ngalor-ngidul berkhayal standar soal pangeran berkuda putih. Yaaahhhh, waktu itu Natta
masih SD siiihhh... "Aku pergi, Bu..."
"Eh, Natta. Sebentar... tunggu, tunggu, kamu tunggu di sini, jangan pergi dulu." Ibu
melangkah ke kamar. Ngapain ya Ibu" Kayaknya ada yang mau diambil, pikir Natta menduga-duga.
Ibu masuk ke kamar, lalu tak lama keluar dengan membawa kado yang dibungkus lucu.
Pitanya bagus banget. Pasti Ibu bungkusnya di konter bungkus kado yang terkenal dengan
bahan-bahan recycle-nya. "Apaan tuh, Bu?" tanya Natta semangat.
?Anjungpaput Ibu tersenyum penuh arti. "Ini kado ulang tahunmu yang telat. Maaf ya, Sayang, pas hari Hnya Ibu malah nggak ngasih kamu kado. Soalnya Ibu bingung milih kado yang tepat. Setelah
nyari-nyari, akhirnya Ibu nemu ini. Ibu yakin kamu pasti suka," Ibu menyodorkan bungkusan
itu pada Natta. "Isinya apa nih, Bu?" Penasaran banget rasanya. Pasti isinya superkeren!
"Kamu pasti suka. Isinya..."
"...tagihan listrik."
Lho" Kok tagihan listrik sih" Sejak kapan tagihan listrik masuk daftar kado ulang tahun"
Hhh... sadar, Natta! Sadar! Lagi-lagi khayalan buyar tepat pada saat hampir punDit
skenarionya. Seperti biasa.
"Bisa, kan?" tanya Ibu.
"Bisa apa, Bu?"
Ibu geleng-geleng. "Kamu nggak dengerin Ibu" Pulang sekolah, kamu tolong bayar tagihan
listrik di bank. Bisa, kan?"
Oh, cuma bayar tagihan listrik. "Itu sih keciiil, Bu..."
"Nih uangnya." Ibu menyodorkan amplop berisi uang.
"Natta pergi dulu ya, Bu."
"Ehhh, Bu Kusnadi. Iya, Bu, jadi... jadi..." Ibu malah menjawab telepon dari Bu Kusnadi.
Ibu-ibu arisan ini bukan ibu-ibu sembarangan lho. Demi mempertahankan gengsi, Ibu
menjaga baik-baik hubungannya dengan para ibu dari kelas atas, teman-temannya pada masa
jaya. Satu lagi alasan Ibu untuk terus menjaring koneksi. Begitu katanya.
?Anjungpaput *** Ditto menendang! Ditto bertahan! Ditto melompat! Ditto kereeen!!!
"Gelisah banget sih" Bukannya lo emang pengin banget liat Ditto tanding karate?" teriak
Inna di kuping Natta. Hiruk-pikuk pendukung Ditto bikin mereka harus ngobrol teriak-teriak.
Natta menggoyang-goyangkan kakinya sampai-sampai kucir kudanya ikut berdisko ke kanankiri. Kacamatanya juga melorot beberapa kali. Andai aja nggak dianggap aneh, sebetulnya
Natta itu gadis berkacamata yang manis. Hidungnya bangir, alis tebal, rambut hitam dan
lurus. Manis. "Ini jam berapa sih" Ditto keren banget, yaaa..."
Inna mendelik. Kalimatnya kok nggak nyambung. "Jam dua. Kenapa?"
"Masih lama nggak, ya?"
Mata Inna melotot takjub. "Lo udah nggak betah liat Ditto"!"
Natta menggeleng cepat. "Bukan! Bukan! Bukan!"
"Terus?" Dara yang nggak jelas apa tujuannya ke sini (masa lagi nonton tanding karate tapi
malah duduk serius sambil baca buku nggak jelas setebal bantal kursi) ikut nyeletuk.
"Gue harus bayar listrik. Biasa, Nyokap." Natta menarik sedikit kertas tagihan listrik hingga
menyembul dari tasnya. ?Anjungpaput "Naek?" Kali ini Kinkin sok perhatian.
Natta memutar bola matanya memandang Kinkin dengan tatapan memangnya-naik apa-lagi.
"Ya angkot lah! Masa naek gajah bleduk."
"Nanya aja wajar, kali!" balas Kinkin sambil langsung ber-hmm-hmm-hmm nyanyiin entah
lagu apa. Natta manyun. "Habis... pertanyaan lo"eh, gimana dong" Gue masih pengin nonton Ditto
sampe selesai nih." Natta berpikir keras. Ibu bisa ngamuk kalau listrik mati cuma gara-gara
dia nonton karate jadi nggak bayar listrik. Tanggung jawab keluarga nih.
Sebagai anak yang bertanggung jawab, Natta harus sukses mengemban tugasnya sebagai
utusan Ibu membayar tagihan listrik. Jangan sampe listrik rumah diputus. Bisa gawat dong.
Oke, tugas rumah tangga lebih penting. Dia harus meninggalkan pertandingan karate ini.
Natta beranjak dari duduknya.
"Lho, mo ke mana lo?" Inna melirik heran.
"Bayar listrik."
"NATTA!" Suara itu... OHHH... Ditto dengan kostum karatenya berdiri di depan dinding tribun. Badannya masih berkeringat
karena habis bertarung satu ronde tadi. "Kamu mo ke mana?"
?Anjungpaput "Eng... bayar listrik." Ugh! Bego! O"on! Jawaban jujur yang nggak elite banget. Habis
gimana dong"! "Duduk, Nat. Aku pengin kamu nonton pertandinganku sampe selesai. Kamu penyemangat
aku, Nat." Ahhh... so sweet...
"Tapi..." Ditto melompat ke atas tribun, menghampiri Natta, lalu menempelkan telunjuknya di bibir
Natta. "Nanti aku anter kamu bayar listrik. Naik motorku. Kita nikmati angin sore sambil
boncengan." Mauuu... Mau! Mau! Mau! "Aku... aku mau..."
"Heh! Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Inna menepuk bahu Natta yang lagi cengarcengir sendiri.
"Hehehe..." Natta malah cengengesan. Udah keberapa juta kali ya Natta ketangkep basah
sama Inna lagi terbang ke awang-awang kayak gini" Bikin skenario sendiri di kepalanya,
skenario yang indah-indah sesuai kemauannya yang bisa bikin Natta senyam-senyum sendiri.
Inna cuma geleng-geleng. Sobatnya ini memang ajaib. Tapi Inna sayang kok sama
sahabatnya yang unik ini. Buat Inna itu bakat. Nggak segampang itu kan, nyiptain skenario
sendiri" "Urusan listrik, woi, gimana urusan listrik?"
?Anjungpaput Plok! Natta menepuk jidatnya. "Iya, ya. Gue belum mutusin. Bayar listriknya jauh, lagi. Kalo
nggak berangkat sekarang bisa-bisa keburu tutup."
Inna memutar bola matanya gemas. "Ya udah, cabut sana bayar listrik."
"Tapi pengin nonton Ditto."
"Jangan plin-plan dong jadi orang. Rugi tau, jadi orang plin-plan," celetuk Dara.
"Sok tua lo, Ag. Kebanyakan baca pantat kursi sihhh."
Dara mencibir sebal. *** Natta mengempaskan pantatnya di kursi taman yang warna kayunya mulai pudar. Akhirnya
dia memutuskan bayar listrik. Daripada Ibu murka?""
Taman ini tempat favorit Natta. Nama taman ini sama dengan nama institut terkenal di


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bandung karena masih berada di kompleks kampus itu. Tamannya teduh, adem, dengan
pohon-pohon besar dan rindang. Masih ada burung-burung liar beterbangan yang berkicaukicau hingga rasanya tambah adem aja.
Letak tamannya agak ke bawah. Di jalan atasnya ada wisata naik kuda. Kalau Sabtu-Minggu
ramenya minta ampun. ?Anjungpaput Anyway, sekali lagi ini adalah tempat favorit Natta. Tempat pastinya ya kursi ini. Di sini dia
sukaaa banget duduk-duduk sambil menikmati angin dan kicauan burung sambil...
berimajinasi, tentunya. Nggak ada yang ganggu. Nggak ada interupsi-interupsi nggak
penting. "Hhhh..." Natta mengembuskan napas pelan. Tangannya meraih ponsel dari dalam tas.
"Halo" Inna... gimana, Ditto menang nggak?" Sebelum pergi bayar listrik tadi, dia sudah
mewanti-wanti Inna supaya nggak beranjak dan nonton pertandingan itu sampai selesai.
"Kapan sih Ditto kalah?" jawab Inna ogah-ogahan. "Si Dara pake cabut ke perpus, lagi. Gue
sendirian aja di sini nontonin kecengan orang," sambungnya sinis.
Natta manyun. "Ihh... kok gitu sih" Kinkin mana?"
"Latihan nyanyi laaah. Hari ini ke mana lagi dia selain latihan nyanyi" Mengingat dia pengin
banget jadi the next Indonesian Idol."
"Ya udah, ya udah. Makasih ya, Inna. You"re the best friend ever deh. Ever ever forever,"
Nantau Natta garing. "Tapi Ditto menang, kan?"
"Iya, iya, dia menang. Lo di mana sih?"
Ups. "Nggg... gue di... di... baru aja balik bayar listrik. Mo ke rumah," bohong Natta. Ini
tempat rahasia Natta. Nggak ada satu pun orang yang tahu Natta sering numpang mengkhayal
di sini. Bukannya Natta nggak percaya sama teman-temannya, tapi... yaaa Natta pengin aja
punya tempat rahasianya sendiri.
Inna mendengus pelan. "Yah, payah. Tadinya gue mo ngajak lo makan bakso."
Mata Natta berbinar demi mendengar kata "bakso". Kalau Inna menyebut kata sandi bakso,
tujuannya pasti bakso Dit Udin. Enak tak ada dua. "Hah" Lo mo nraktir bakso?"
"Ya nggak lah. Lo yang traktir."
?Anjungpaput "Lho, kok gue?" tukas Natta heran.
Tok... tok... Inna terdengar mengetuk-ngetuk ponselnya. Kalau mereka ketemu langsung pasti
jidat Natta yang kena sasaran diketok. "Halooo... gue nungguin pertandingan karatenya Ditto
sampe selesei, gituuu... inget, darling, nggak ada yang gratis di dunia ini."
Dasar Inna! "Pelit! Masa gitu aja bayar?"
"Pelit pangkal kaya. Tanya aja papanya Kinkin." Inna cekikikan. Papa Kinkin memang
pelitnya minta ampun. Padahal kaya Nantaa bergelimang harta.
"Udah ah. Pulsa gue bisa abis nih ngobrol nggak penting," dumel Natta.
Inna malah ngakak. "Tuh kaaan, lo juga peliiit!"
Tanpa ba-bi-bu Natta memutuskan telepon. Dasar Inna gila.
Natta menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Menatap ke atas. Pasti seru banget kalau
Natta ternyata peri cantik yang bisa berkomunikasi dengan burung-burung yang beterbangan
itu... "Burung cantik, sampein salamku buat Ditto, pangeranku di dunia manusia, ya."
Burung cantik itu terbang mendekat dan berputar-putar di atas kepala Natta yang
menengadah menatap sayapnya yang indah. Sambil terus mengepaDitn sayapnya yang
indah, burung itu menjawab...
Prot! ?Anjungpaput "Ihhh! Burung nyebelin! Kalo mau ngebom di WC burung dong!" Dengan panik Natta
mengelap hidungnya yang kejatuhan bom burung.
+++ _Tiga_ Pas! Sepatu itu begitu pas di kaki Natta. Itu memang sepatunya. Sepatunya yang lepas waktu
malam itu dia buru-buru pulang setelah berdansa dengan Pangeran Ditto. Ternyata Ditto
begitu cinta padanya sampai mengutus pengawalnya mencarinya ke seluruh negeri.
Natta-lah Cinderella abad ini. Yang bakal pulang menuju istana dengan kereta kudanya
yang indah. Maunyaaa... "GIMANA, Mbak" Pas, ya?"
Dapno. Natta menatap name tag di dada pelayan toko yang membantunya memakai sepatu
yang dia coba. "Pas. Saya beli yang ini, Mas." Hhh... rasanya sebel deh kembali ke kenyataan, menyadari
adegan sebenarnya dari skenario Cinderella-abad-ini tadi adalah Natta sedang mencoba
sepatu di department store dibantu pelayan toko bernama Dapno.
?Anjungpaput Dapno mengangguk sambil memasuDitn sepatu pilihan Natta ke dusnya. Ayah katanya dapat
orderan bagus, jadi Natta dapat uang saku tambahan. Kebetulan dia lagi pengin banget sepatu
lucu yang sudah lama dia incar ini. Akhirnya kebeli juga.
"Sepatunya saya taruh di kassa satu ya, Mbak. Yang sebelah situ," kata Dapno, menunjuk
kassa di dekat eskalator.
Natta mengangguk. "Makasih." Lalu sibuk celingukan. Mana sih mereka" Katanya lihat-lihat
sepatu juga, tapi kok menghilang" Huh. Bukannya bantu ngasih pendapat soal sepatu pilihan
Natta. Mendingan bayar dulu deh. Natta bangkit dari kursi kecil tempat dia mencoba sepatu.
"Lho, udahan beli sepatunya?" ujar Inna yang tiba-tiba nongol.
"Kalian dari mana siiiih" Udah gue beli deh. Padahal mo nanya dulu bagus apa nggak."
Dara mendongak sedikit dari komik yang dia baca. (Bayangin! Baca sambil jalan di mall!
Dasar beneran Godmother of kutu-kutu buku!) "Pilihan kan akhirnya ada di tangan lo sendiri,
Nat." Hah! Jawaban yang terlalu datar.
*** "Sampe dibikin kayak sayembara gitu lho!" kata Kinkin semangat dengan mulut penuh salad.
Akhirnya mereka nongkrong di Pizza Hut buat makan siang. Pesen paket hemat yang bisa
patungan dan dimakan rame-rame dengan harga yang miring semiring-miringnya.
Kinkin semangat banget ngomongin soal sekolah mereka bakal ikutan Festival Film Indie
Pelajar. Di sekolah katanya lagi heboh penulisan naskah dilempar ke umum, dijadiin
semacam sayembara menulis. Semua boleh ikut. Tiga naskah terpilih akan difilmkan dan
diikutsertakan dalam Festival Film Indie Pelajar dengan biaya ditanggung sekolah. Si
pemenang berhak menerima lima puluh persen hadiahnya kalau menang. Tapi sebelumnya
sudah dapat hadiah dari sekolah dulu sebagai pemenang sayembara menulis naskah.
"Oh ya" Kok lo tau sih?" tanya Inna penasaran.
?Anjungpaput Kinkin memutar bola matanya, memberi isyarat plis-deh. "Makanya, baca mading dooong.
Mading segede dinding gitu dilewat gitu aja nggak dibaca."
"Ya iya lah segede dinding. Namanya aja majalah dinding," celetuk Dara nggak penting.
Bikin Kinkin makin mendelik sebal. "Kalo segede kasur majalah kasur. Kalo segede upil
majalah upil." "Anyway, pengumumannya ada di situ. Emangnya dari mana lagi seisi sekolah tau" TV
swasta?" Kinkin geleng-geleng. Payah banget sih temen-temennya ini. "Lo kan kutu buku,
Ag, masa nggak baca mading?" sindirnya, masih keki.
Dara mendongak sedikit. "Kan kutu buku. Bukan kutu dinding."
Hihihihihi! Dara itu keliatannya aja serius. Padahal bisa nyeletuk-nyeletuk nggak jelas kayak
gitu. Dianya aja nggak sadar itu lucu. Cuma mendelik heran waktu orang lain cekikikan geli.
Aneh. Kinkin geleng-geleng lagi putus asa. "Yaaa, pokoknya gitu deh. Pokoknya ada di mading
kalau itu naskah dijadiin sayembara. Siapa aja boleh ikut."
"Terus dapet apa?" Natta menggigit pizzanya.
Mata Kinkin berkilat-kilat bangga. Serasa paling hebat karena jadi satu-satunya yang tahu
soal informasi ini. "Pertama, lo bakal dapet piagam dan piala dari sekolah."
"Oooh..." Natta, Inna, dan Dara ber-ooh malas. Biasa banget hadiahnya.
?Anjungpaput Kinkin nggak terima cuma di-ooh-in begitu. "Heh! Jangan oooh dulu, masih ada lagi. Buat
masing-masing pemilik naskah yang terpilih bakal dapet hadiah uang lima ratus ribu."
"Hah" Serius?" sambar Inna cepat. Secara dia kan pelit dan mata duitan.
Natta melirik antusias. "Oh ya?" Kalau dapat lima ratus ribu, dia bisa beli tuh sweter rajut
lucu yang dia lihat di Rumah Mode waktu itu. Harganya 125 ribu. Sisanya kan masih banyak.
Plop. Amazingly Dara juga menutup komiknya mendengar kata "duit". "Lumayan juga ya,
bisa beli Harry Potter terbaru. Buat koleksi. Nggak puas deh kalo cuma pinjeman." Buku lagi,
buku lagi! Udah baca dari minjem masih pengin punya.
Hidung Kinkin kembang-kempis bangga karena berasa menyampaikan info yang penting
nggak tanggung-tanggung. Lima ratus ribu gitu lho! "Jangan pada histeris ya. Masih ada
lagi," katanya sok misterius.
"MASIH ADA LAGI?" seru Natta, Inna, dan Dara heboh. Apa lagi yang lebih heboh
daripada hadiah lima ratus ribu yang keluar dari kas sekolah" Hehehe, sekolah kan biasanya
pelit. Jarang bagi-bagi duit, yang ada malah mintain duit.
"Coba tebak?" dengan nggak penting Kinkin melempar tebak-tebakan yang semua orang
nggak mungkin bisa. Nyebelin banget.
Yang lain menggeleng nggak sabar.
"Nggak usah sok tebak-tebak berhadiah deh," omel Inna.
"Bukannya tebak-tebak buah manggis, ya?" celetuk Dara o"on.
Inna langsung melotot. Dara nyengir.
?Anjungpaput "Kalo naskah kita kepilih, kita bakal..."
"Bakal apa?" desak Inna galak.
"Bakal..." "Bakal apa sih, De" Jangan bikin orang deg-degan deh. Bakal diangkat mantu sama Kepala
Sekolah?" Natta bersungut sebal sekaligus ngeri. Terbayang Jokjay, anak Kepala Sekolah
yang rada-rada aneh. Hobinya ngaca dan ngelap kacamata. Celananya ketat. Hidungnya
berminyak. Jokjay singkatan dari Joko Jijay, bukan joke jayus kayak istilah yang sering
dipake orang-orang. Pokoknya dia nggak kayak anak Kepsek!
Kinkin bergidik. "Ya nggak lah, Nat! Bukan itu!"
"Ya habis apa dong, Kinkinaaaa?" Inna makin nafsu.
Kinkin manyun menatap Inna. "Kita bakal jadi sutradaranya!"
WHAT"! SUTRADARA"!
"Kebayang nggak sih" Kita yang nentuin siapa pemainnya. Casting! Wuih! Terus ngarahin
semua adegan, setting, semuanya! Yang paling asyik, kita bisa milih semua cowok Ditep di
sekolah. Hahaha! Nat, lo bisa milih si Ditto. Pasti jadi akrab. Secara pemain pasti butuh
banget dooong sama sutradaranya. Gue bisa pilih si Randy hihihi... Kita bisa ajak mereka
latihan di rumah. Yang pasti kita jadi tenar. Kita bakal jadi orang penting di sekolah. Kalo
sanggup dan ngerasa pede bisa akting, jadi pemeran juga boleh!" repet Kinkin berapi-api. Dia
memang naksir berat sama Randy. Tapi Randy udah punya pacar. Bukan Kinkin namanya
kalau menyerah begitu aja. Pantesan aja dia berapi-api. Tujuan utamanya pasti Randy!
?Anjungpaput "Gue sih pengin duitnya," gumam Inna.
Dara mengangguk. "Gue juga..."
Natta melamun... Ditto menepuk bahu Natta pelan. "Nat, pulang bareng, ya?" kata Ditto sambil
menyejajarkan langkahnya dengan Natta.
Pipi Natta pink tersipu-sipu. Lalu mengangguk pelan. Padahal dalam hatinya menganggukangguk liar saking girangnya diajak pulang bareng sama Ditto. Natta betul-betul bersyukur
naskahnya terpilih di sayembara menulis di sekolahnya itu. "Tapi aku harus..."
"Bayar listrik?" tebak Ditto menggoda.
"Ihhh... Ditto," rajuk Natta genit. "Aku harus bilang temen-temenku dulu, tauuu... aku kan
janji pulang sama mereka."
Senyum Ditto maniiis banget. Sweet. Sweet. Sweeeet... "Oke. Bilang sama mereka ya, aku
mo latihan sama kamu. Sebagai pemeran utama kan aku harus maksimal. Latihan langsung
sama sutradaranya. Terus, aku juga mau... ngapelin kamu."
Ihhhhhh!!! "Aku mau dua-duanya!" pekik Natta tiba-tiba.
"Dua-duanya apa" Aku siapa?" Kinkin yang berdiri di sebelah Natta kaget bercampur heran.
?Anjungpaput Natta meringis malu. "Hehehe, nggak, maksud gue, gue sih mau dua-duanya. Duitnya mau,
jadi sutradara juga. Dua-duanya kan penting... ya, nggak?"
Muka Kinkin berubah jail. "Pasti tadi mikirin Ditto, ya" Tadi lagi berduaan sama Ditto di
alam lamunan lo yang liar itu" Ya, kan" Ya, kan?"
"Apaan sih?" sungut Natta dengan muka merah padam. Tanpa ampun ketiga temannya
ngakak. Sadis. Tak memikirkan perasaan orang. Huh!
Inna mengangkat tangan, instruksi supaya semua mulut monyong teman-temannya berhenti
ketawa. "Oke, oke, jadi kita semua ikutan lomba naskah itu, ya" Gimana?"
"SETUJU!" pekik mereka kompak sambil saling tos.
Inna mengangkat tangan lagi. "Eh, tunggu, tunggu, kalo ada yang menang, siapa pun di
antara kita, seratus ribu harus disisihkan buat nraktir, ya" Di kantin aja."
Semua mengangguk setuju. "Kita kepeKinkinn banget sih. Emangnya seisi sekolah ini cuma kita yang bakal ikut"
Festival Film Indie, gituuu..." celetuk Dara.
Kinkin melotot. "Jangan pesimis dooong. Bisa aja, kan" Siapa tau. Namanya juga lomba,
siapa pun bisa menang."
Berbagai cerita berdatangan ke kepala Natta. Tokoh apa ya, yang pas buat Ditto"
_Empat_ ?Anjungpaput HARINYA cari inspirasi. Minggu, gitchu! Libuuurrr...
Natta merapikan rambutnya yang dikucir buntut kuda. Dia siap tempur hari ini. T-shirt
dengan lengan digulung bergambar hidung babi, celana jins selutut, dan sandal teplek. Tak
lupa tas selempang yang setia menemani. Isinya cuma kertas, kotak pensil, dompet, dan HP.
Hari ini dia akan serius menjalankan rencana mencari inspirasi untuk naskah film.
"Ke mana, Nat?"
Natta menoleh kaget. "Kakak" Kok ada di rumah?" Selalu aja surprise rasanya kalau melihat
Nanta ada di rumah. Kaget sekaligus senang. Plus penasaran juga. Pengiiin banget nanya ke
mana dia kalao nggak di rumah.
"Ada perlu," jawab Natta sambil memasuDitn sebatang cokelat yang baru saja dia putusin
harus dibawa ke tasnya. Buat ngemil.
Alis Nanta naik sesenti. "Gaya banget. Perlu apa sih" Paling pacaran."
Natta berjalan menuju pintu dan berhenti di depan Nanta yang masih melongok. "Nggak
punya pacar." Alis Nanta berkerut. "Masa siiih" Bo"ong banget. Ada perlu apa lagi sih anak seumur kamu"
Pacaran pastinya nomor satu."
Dengan kesal Natta mendorong Nanta yang menghalangi jalannya. "Makanya pulang!
Adiknya punya pacar atau nggak aja nggak tau!" semburnya galak, lalu bergegas pergi
meninggalkan Nanta yang bingung dan nggak berani memanggil Natta supaya jangan pergi
dulu. Sebenarnya dia pengin ngobrol, tapi Natta keburu menghilang.
*** ?Anjungpaput Lho" Siapa tuh" Natta menyipitkan mata. Ada cowok yang duduk di kursinya. Yah, kursi
taman sih. Tapi kan Natta selalu duduk di situ. Selama ini nggak ada tuh yang berminat
duduk di sana karena letaknya di pojok. Tersembunyi, kurang pemandangan, dan terlalu
dekat dengan pohon. Mungkin salah satu faktornya orang-orang takut ketimpa pohon. Kan
bisa mati tuh. Cowok itu diam waktu Natta mendekat. Nggak bergeser sedikit pun dari duduknya yang
terlalu di tengah. Setelah beberapa detik Natta ragu-ragu, akhirnya dia buka mulut juga. Niatnya hari ini nggak
boleh gagal gitu aja cuma gara-gara ada yang duduk di tengah-tengah kursi kesayangannya.
"Bisa geser dikit, nggak?" kata Natta akhirnya.
Hening. Cowok itu cuma menatap lurus ke depan.
Budek, kali! Udah pake piama, budek pula! rutuk Natta dalam hati begitu sadar cowok itu
duduk di taman umum cuma pake piama garis-garis. Kemungkinan besar dia belum mandi.
Huh! Bisa ganggu konsentrasi nih! "Ehem! Ehem! Mas...!"
Diam. "MAS!" "Eh!" cowok itu terlonjak kaget kayak terbangun dari mimpi. Masa tidur melotot" rutuk
Natta lagi, kayak dia sendiri bukan jago ngelamun aja. "Ada apa?"
Natta memutar matanya gemas. "Bisa geser dikit, nggak" Saya juga mo duduk. Biasanya saya
duduk di sini," kata Natta seolah menandai wilayah. Seperti kucing yang pipis di tempattempat yang dianggap teritorialnya.
Dengan gugup cowok itu menggeser duduknya. Panik ada cewek nggak dikenal galak begitu.
"Oh, maaf ya, saya nggak denger tadi. Saya lagi..."
?Anjungpaput "Ngelamun?" potong Natta sok asyik.
Ada senyum tipis di bibir cowok itu.
Natta duduk di samping si piama garis-garis. Ugh! Kayaknya bakalan kurang sukses nih.
Mana bisa cari inspirasi dengan tenang kalau ada orang tak dikenal duduk di sebelahnya
begini" Natta kan perlu konsentrasi, ketenangan, keheningan... Natta mencoba memejamkan
matanya. Maksudnya biar fokus.
Natta memandang sekelilingnya...
Dia ada di negeri dongeng. Padang rumput yang hijau membentang luaaas banget. Persis
seperti yang Natta lihat di film kesukaan Ayah, Sound of Music. Film jadul yang isinya
nyanyi melulu. Tapi Natta supersuka padang rumputnya.
Drap... drap... drap... Seekor kuda mendekat. Di atasnya ada pangeran yang wajahnya Natta belum bisa lihat jelas
karena tertimpa cahaya matahari.
Semakin dekat jelaslah wajahnya...
Ditto! Pangeran Ditto! "Oh... Pange?" AAAAAHHHHH!!!! Kok pake piama"! Kok jubahnya seprai"


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Anjungpaput Natta mengerjap-ngerjapkan matanya kesal. Masa pangeran pake piama" Piama garis-garis,
lagi, kayak... SET! Natta menoleh kesal ke arah cowok yang duduk di sebelahnya tadi.
Si cowok lempeng-lempeng aja. Asyik bengong sendiri. Padahal Natta menatap galak,
segalak bulldog rabies karena si cowok inilah yang sukses mengacaukan imajinasinya dengan
piama garis-garisnya yang sangat tidak pantas tampil di depan umum! Diam-diam Natta
melirik pergelangan tangan si cowok. Cari-cari kali ada penengnya. Bisa aja kan dia orang
gila yang kabur dari RSJ"
Buk! Natta membanting tasnya ke pangkuannya dengan kesal. Rencananya hari ini kayaknya
gagal total. Rupanya kesebalannya melihat bangku kesayangannya diduduki orang aneh yang
nggak minggir waktu dia datang telah sukses mengacaukan mood Natta. Dan imajinasinya.
"Kamu lagi marah?"
Natta melirik judes. Ya, muarrrah banget! Gara-gara kamu! jawab Natta dalam hati. Tapi
yang bisa ditangkap si cowok cuma dengusan setan neraka.
"Zaman sekarang kayaknya nggak ada ya manusia yang bebas dari masalah," gumam cowok
itu, lebih kayak ngomong sendiri, tapi terlalu keras sampai Natta bisa mendengarnya. "Cuma
ada yang berat, ada yang nggak. Ada yang bisa selesai, ada juga yang nggak," lanjutnya.
Natta menilik si cowok yang asyik ngomong sendiri sambil menatap lurus ke depan itu diamdiam. Penasaran banget, apa iya nggak ada penengnya" Kayaknya dia "agak-agak" deh. Apa
Natta lari aja, ya" "Aku Kenzi." Tiba-tiba dia menoleh dan mengulurkan tangannya pada Natta.
?Anjungpaput Natta membalas uluran tangannya ragu-ragu, tepatnya sih ketakutan. Menurut apa yang dia
dengar dari orang-orang, andaikata Kenzi ini betul-betul orang gila, Natta nggak boleh
melakukan gerakan tiba-tiba. Seperti kabur tunggang-langgang terompol-ompol. Dia harus
tetap tenang dan pergi pelan-pelan. "Shi... Natta..." suara Natta tercekik di kerongkongan.
Nyalinya menciut kayak kerupuk melempem. Tapi buat ukuran orgil lepas, tangan Kenzi
halus amat. Kenzi tersenyum. Natta baru sadar, untuk ukuran orang gila, Kenzi terlalu bersih. Kulitnya
putih bersih buat ukuran cowok yang nggak gila sekalipun. Bukannya orang gila item-item"
Kenzi terlalu rapi. Rambutnya kayaknya tercukur rapi ala Takuya Kimura, biarpun pagi ini
kayaknya dia baru bangun tidur. Orang gila nggak mungkin cukuran, kan" Lagian biasanya
rambutnya gimbal bau. Rambut Kenzi jelas nggak bau. Kenzi terlalu... terlalu... apa ya"
Terlalu ganteng buat orang gila. Hidungnya bangir, alisnya tegas, matanya dalam... yaaah,
sayang aja kalo ganteng-ganteng gila. Nama kamu bagus. Kamu suka nyiram bunga di depan
rumah?" "Eh?" "Natta... nyiram bunga. Pake Nattang?"
Natta bengong. "Eng..."
"Selang maksudnya. Lupain aja, aku cuma bercanda."
Oh. Garing. "Ah!" Natta memekik pelan.
"Kenapa?" "Anu, sori ya, Kenzi, aku... aku harus pergi. Ada perlu." Semoga Kenzi nggak ngamuk,
semoga Kenzi nggak ngamuk, doa Natta dalam hati. Biarpun jelas indikasi Kenzi itu gila
ternyata sangat minim"kecuali berkeliaran pake piama di depan umum"tetap aja kan nggak
bisa yakin seratus persen. Kemungkinan itu selalu ada.
?Anjungpaput Semoga... "Oke. Hati-hati ya di jalan." Senyum Kenzi mengembang. "Wejangannya" barusan
kayaknya datang dari dasar hati yang paling dalam. Natta jadi nggak enak. Mungkin dia
suuzan alias berprasangka buruk. Oke, tapi tetep Natta harus hati-hati. Mereka kan nggak
kenal"oke kenal"tapi baru sekitar satu jam kurang.
"Oke. Sampe ketemu." Ugh! Ngapain juga bilang sampe ketemu. Kayak kepengin ketemu
lagi aja. *** Inna lagi makan malam keluarga. Kinkin les nyanyi sama teman gerejanya yang katanya
ganteng banget kayak Rain yang bintang Korea itu. Buat Kinkin yang namanya kecengan
harus lebih dari satu. Biar kalau yang satu gagal masih ada yang lain. Jadi selain Randy, ada
Jonathan si guru nyanyi, terus masih ada si Ramadhan, ketua Karang Taruna kompleksnya,
yang pasti bakal ditentang habis keluarga Kinkin karena bukan warga keturunan dan beda
agama pula. Masih ada lagi Steven. Yang ini Kinkin belum kenal tapi dia sering joging
melewati depan rumah Kinkin. Dan menurut info dari Bik Yayah, pembantunya, nama cowok
itu Steven, tetangga baru mereka di rumah besar di ujung jalan.
Oke, oke, jadi hari ini yang available alias kosong buat dicurhatin cuma Dara. Biarpun Natta
yakin pas dia menekan nomor telepon, Dara pasti"ngapain lagi"selain baca buku.
"...gagal total rencana gue, Ag, buat cari inspirasi hari ini. Gara-gara cowok aneh yang bisa
jadi ternyata gila itu," tutup Natta berapi-api di akhir curhatannya tentang hari ini. Dengan
semangat Natta menceritakan kejadian di taman tadi. Tentunya setting-nya diubah. Natta
nggak ngebocorin tempat rahasianya, dia bilang dia lagi duduk-duduk di Taman Lansia di
Cisangkuy. Toh sama-sama taman. Tapi bukan taman yang sebenarnya. Natta kan udah
bertekad, taman itu harus tetap jadi tempat rahasianya.
"Lo yang aneh, tau." Idih! Kok Dara malah bilang gitu" Bukannya prihatin.
"Lho kok gitu sih?" Natta bersungut tak terima.
?Anjungpaput "Iya lah. Kok yakin amat lo nuduh tu cowok kemungkinan gila. Imajinasi lo aja tuh seperti
biasa terlalu liar. Terlalu meluas nggak keruan. Jadi deh mengkhayal yang nggak-nggak.
Aneh, padahal gue yang kutu buku, tapi lo yang suka berimajinasi gila-gilaan."
Natta manyun. "Yeee... itu sih bukan imajinasi gue, Ag. Jelas-jelas kok. Masa dia pake piama
di tempat umum begitu?"
"Bisa aja kan dia habis beli sarapan dan duduk-duduk dulu. Lo tau sendiri hari Minggu
taman-taman di Bandung penuh tukang jajanan. Termasuk di situ."
Deg! Iya juga ya. Natta terdiam sejenak.
"Tapi dia kayak nggak mandi gitu," Natta masih ngotot.
Dara membuang napas pelan. "Belum mandi, maksud lo" Ya iya lah. Kalo udah mandi mana
mungkin dia pake piama. Mungkin dia tinggal dekat situ. Cuma beli sarapan aja sih nggak
usah mandi dulu, kali."
Natta terdiam lagi. Betul juga nih Dara. Kok dia mendadak jadi analis andal gini" Tapi...
tapi... "Ntar dulu"bengong, ngomong sambil natap lurus ke depan, gue dateng nggak
nyadar, nggak geser... hayo, dia nggak fokus, kan?" Natta nggak rela disalahin dan terus
ngotot, berjuang demi ego. Hidup!
"Cuma dua kemungkinannya," cetus Dara. "Dia masih ngantuk. Atau dia tukang ngelamun.
Kayak lo," tembaknya langsung ke sasaran. "Ada juga kemungkinan ketiga. Dia gejala
budek." Skak mat! Natta memutar otak cari jawaban. "Ehhh, Ag, kalo dia tinggal di dekat situ, kok
gue nggak pernah liat?"
?Anjungpaput "Nattaaa!" pekik Dara histeris. "Sejak kapan lo jadi penjaga taman"! Sejak kapan lo jadi
petugas sensus"!"
Iya ya, mungkin betul kata Dara. Imajinasinya aja yang terlalu liar. Orang ngantuk dibilang
gila. Masa orang beli sarapan pake piama Natta sangka nggak waras" Natta jadi agak nggak
enak sama si Kenzi tadi. Semoga pas Natta ke taman lagi bisa sekali aja ketemu si Kenzi buat
minta maaf. "Ya udah deh, Ag. Gue mo sholat Magrib. Ntar kalo gue ketemu dia lagi gue
minta maaf udah nyangka dia gila."
Dara cekikikan. "Alah, gaya lo, Nat. Paling juga lo diem. Terus ngelamun deh. Ngebayangin
minta maaf, tapi nggak minta maaf beneran."
"Enak aja! Liat aja kalo gue ketemu dia lagi."
"Bener?" tantang Dara.
"Bener." Sekali lagi berjuang demi ego! Menerima tantangan bodoh! Hidup!
"Oke deh. Bye, Natta. Inget lo yang tadi nantang. Besok gue umumin ke anak-anak."
"Bye." Klik. *** Natta melenggang menuju kamar mandi di ruang tengah. Kayaknya Ayah juga baru selesai
sholat. Buktinya sudah dengan santai nonton TV sambil pake sarung. Ibu lagi asyik menata
meja makan. Dari plastik-plastik di atas meja, pasti Ibu seperti biasa bungkus masakan arisan.
?Anjungpaput "Kakak mana, Yah?" Natta teringat Nanta yang tadi pagi kena semprot karena usil ikut
campur ursannya. Sok tau sih. Sekarang Natta jadi agak menyesal. Ngobrol sedikit kayaknya
nggak asyik. Dia kangen juga sama Nanta.
Ayah menatap Natta heran. "Nanta?"
"Iya. Tadi Kakak pulang, kan?"
Ayah menatap Ibu. Ibu menggeleng. "Nggak tahu. Ibu nggak ketemu."
Ayah menatap Natta lagi. "Ayah juga nggak ketemu. Gimana sih tuh anak, pulang kok nggak
ketemu Ayah sama Ibu."
Wah, salah ngomong nih. Kok Natta kayak habis nyulut api" "Engg, ya udah, Yah, Natta mo
wudhu." Dari kamar mandi Natta bisa dengar Ayah dan Ibu berdebat soal Nanta.
Hhh... padahal dia pikir hari ini bisa makan malam dengan keluarga lengkap. Ngapain sih
Nanta pulang tadi" Masa cuma mau usil begitu doang" Kalau tahu malah bikin Ayah-Ibu
kesel, mendingan Natta nggak nanya deh tadi. Suasana makan malam pasti suram nih.
*** "Ya Allah, jadikan keluargaku selalu saling menyayangi. Semoga naskahku bisa cepat jadi
dan menang di sayembara itu. Dan ya Allah, maafin aku karena nuduh orang gila
sembarangan." Natta mengusap muka mengakhiri doanya. Setelah melipat mukena, Natta beranjak menuju
meja makan. Sesuram apa pun suasana makan malam nanti, dia tetap pengin makan bersama
di meja itu. Dia bangga punya ayah dan ibu yang selalu mengajaknya makan di meja makan
sama-sama. Rasanya sama seperti keluarga "normal" lainnya.
?Anjungpaput +++ _Lima_ Nama: ANatta Zahrantiara Panggilan: Natta Kelas: 2A Jabatan di kelas: - (tidak ada)
Jabatan di OSIS: - (tidak ada juga)
Prestasi di dunia menulis: - (belum ada)
"LIMA belas ribu."
Duuuh... Ditto jangan ngeliatin Natta terus doong. Kan jadi salting. Nggak enak sama yang
lain. Masa dadah-dadah sambil lempar sun jauh gitu. Ya ampuuun. Kan maluuu...
Natta menatap malu-malu Ditto yang duduk sama teman-temannya di belakang meja
administrasi OSIS. Aduh, Ditto... kamu keren banget. Sekeren...
"Lima belas ribu!" suara judes nan cempreng membuyarkan lamunan Natta yang langsung
berangan-angan begitu melihat sosok Ditto ada di situ. Nggak bisa distop! Refleeeks!
Namanya juga cinta terpendam.
?Anjungpaput Natta gelagapan. "Eh, oh iya, ini, Teh." Natta menyerahkan uang dua puluh ribu. Si Teteh
judes sambil cemberut kayak tikus mondok menyodorkan kembalian lima ribu.
Ternyata mendaftar sayembara naskah itu nggak gratis. Peserta harus daftar ke OSIS dan
bayar lima belas ribu. Huh! Dasar sekolah nggak mau rugi. Padahal yang menang nanti cuma
satu. Kalau yang daftarnya aja sebanyak ini, masa dari sekian banyak pendaftar kali lima
belas ribu hadiahnya cuma lima ratus ribu"! Payah.
Omong-omong, karena Ditto anggota OSIS, nggak heran dia ada di situ. Dia lagi asyik
ngobrol sama teman-temannya di belakang meja administrasi, dengan sukses langsung bikin
Natta berkhayal kayak tadi. Habis Ditto yang ganteng ada depan muka, lagi tertawa-tawa
lepas gitu. Tapi yang nyebelin, ngapain si Oik di situ" Dasar kecentilan.
"Kalo ngelamun melulu gitu, gimana naskahnya mo selese tepat waktu?" Sempet-sempetnya
si Teteh judes ngeledek Natta. Dasar barbar!
"Permisi, Teh, makasih," Natta langsung pamit, malas ngeladenin. Lagian Inna, Dara, dan
Kinkin sudah selesai daftar dan nunggu di luar. Mereka kan belum ke kantin. Bisa gawat
kalau belum isi perut. Habis ini pelajaran kimia! Otak mereka pasti nggak kuat kalau nggak
makan dulu. *** "Katanya lo ketemu cowok?" Inna menyikut Natta pelan. Biar pelan tapi sukses bikin
potongan bakwan yang tadinya lurus menuju mulut Natta berbelok ngepot tiba-tiba. "Ditep
nggak?" Pasti Dara nih yang ngember. "Cowok nggak penting. Kayak orang gila gitu."
"Ditep nggaaaak?" desak Inna nggak peduli. Pertanyaannya apa, jawabannya apa.
Natta memutar bola matanya bosan lalu hap! buru-buru melahap bakwannya sebelum
disenggol Inna lagi. Senggolan kedua biasanya lebih kenceng. Bukan cuma belok, tapi
potongan bakwan itu bisa mental ke Planet Pluto. "Nyam... yah... hmmm... lumayan."
?Anjungpaput "Sama Ditto?" Kinkin bertanya usil.
Natta melotot. "Jangan bandingin sama Ditto dong!"
"Ya Ditepan mana" Gue juga nggak nyuruh lo naksir cowok itu. Siapa namanya, Nat?"
"Kenzi." "Hmmm... Kenzi. Dari namanya kerenan Kenzi daripada Ditto (bukannya unikan Ditto"
:D)"secara nama lho ya. Gue cuma minta jawaban realistis." Kinkin sok diplomatis.
Kayaknya mereka bertiga lagi kompakan ngerjain Natta. Soalnya mereka tahu banget Natta
itu bukan tipe cewek yang gampang "mengingat" cowok kecuali Ditto. Tapi kan si Kenzi ini
diingat karena ngeselin! Biarpun Natta ingat persis mukanya yang... yang... ganteng itu.
Hehehe. Natta menelan bakwannya gemas. "Beda tipe lah!"
Mereka malah ngakak. "Berarti Diteeepp!" teriak Kinkin penuh kemenangan.
Bodo ah! Natta menyeruput es jeruknya. Nyebelin semua. Nggak ngalamin imajinasi buyar
siiiihh! Naskah itu kan penting untuk kemajuan hubungannya sama Ditto"kalau menang.
"Ehh, ehh, lo punya saingan berat ya, Nat?" tiba-tiba Inna bisik-bisik.
"Ha?" ?Anjungpaput "Tuh." Inna mngediDitn dagu ke arah pintu masuk kantin. Ditto dan... OIK! Huh!
Dara mengintip dari balik bukunya. "Mereka kayak pacaran aja, ya?"
Hah"! Pengin banget Natta mencolok lubang hidung Dara pakai sumpit mie ayam Kinkin.
Tak lupa dicelupin dulu ke sambel biar pedes. Komentarnya bikin mental orang drop aja.
"Bisa jadi tuh!" Kinkin ikut-ikutan.
Masa Natta harus mencolok empat lubang hidung sekaligus! Komentar mereka bukan
komentar support seorang teman tuh! Menjatuhkan mental! "Sok tau ah... mereka itu samasama anggota OSIS." Natta menghibur diri sendiri. Pokoknya Ditto tetap pangerannya!
Bukan pangeran Oik! Inna mencibir. "Masa cuma temen OSIS tapi mesra gitu! Kayaknya mereka akhir-akhir ini
sering bareng deh, iya nggak sih?" Inna minta persetujuan yang lain.
Yang lain ngangguk pula! Ya wajar aja sih jalan berdua, bisa aja kan Ditto ngajak Oik jalan berdua soalnya dia mau...
"Aku mau ngenalin Oik ke kamu, Nat..." Ditto berdiri di samping meja Natta dengan Oik
mengekor di belakangnya. Ada apa ya" "Berkali-kali aku bilang aku udah punya pacar, Oik selalu ngotot. Aku mau ngenalin dia
langsung sama kamu, Nat."
?Anjungpaput Oik melotot. Menggeleng-geleng sendiri gaya orang gila berhalusinasi.
Rambutnya juga kayaknya agak berdiri.
"Ngelamun lagiii... terima kenyataan, Natta, si Oik memang lagi deket sama pangeran negeri
dongeng lo itu. Tuh liat!" Inna menjawil Natta yang mulai berangan-angan.
Dengan berat hati Natta menatap Ditto yang membawakan minuman dingin buat Oik yang
duduk manis di kursi kantin. Dasar perempuan pemalas! Masa minuman aja minta diambilin"
Emangnya dia kurang kalsium sampe tulangnya nggak kuat kalo disuruh jalan beli teh botol"!
Kayak nenek keriput aja. Cewek manja menye-menye kayak gitu bagusnya di"
Natta berlari liar sambil mendengus dan berteriak, "HIAAAT!"
Lalu dengan jurus monyet lompat dari pohon jambu menerjang Oik yang asyik bermanjamanja kege-eran diambilin minum sama Ditto.
"Cewek pemalassss!!! Kalo mo minum, AMBIL AJA SENDIRI!! Jangan nyuruh-nyuruh
Dittoaaa!!!" pekik Natta histeris.
BRET! Jambak rambutnya. NGEK! Pencet hidungnya biar kehabisan napas.
DUK! Tendang tulang keringnya biar pincang!
?Anjungpaput BREEET! JAMBAK LAGIIIII!!!
"Nat! NAT!" Kinkin panik menepuk-nepuk bahu Natta. "Kenapa lo" Jangan kerasukan dong!
Kan nular!" Ngaco. "Masa iya sih selera Ditto serendah itu?" sahut Natta sinis.
Inna, Kinkin, dan Dara kontan melongo.
"Maksud lo" Cewek itu kan cantik, anggota OSIS, ketua kelas, tajir, supel. Bukannya selera
Ditto yang malah ketinggian?" repet Inna sadis.
Natta mencibir. "Tapi kan dia genit."
Kinkin menatap Natta heran. "Bukannya cowok malah suka cewek genit?"
Ugh! Nggak bisa nggak! Natta memang harus berjuang ekstra keras untuk bisa "kelihatan"
sama Ditto. Naskah itu harus jadi! Tapi dia kok malah nggak ada ide ya"
_Enam_ HARI Selasa. ?Anjungpaput

Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hari ini nggak ada kegiatan apa-apa. Tadinya Natta pengin jalan-jalan sih. Tapi Inna katanya
mo cari kado buat mama, kakak, dan adiknya. Kinkin katanya sih mau berkunjung ke rumah
Steven si tetangga baru. Bik Yayah sudah berikrar mo membantu misi Kinkin dengan
membuat kue buat hantaran, sok-sok sambutan tetangga. Dara" Dia bilang mo ke
perpustakaan kota, ada buku yang dia mo baca"DI PERPUSTAKAAN"bukan dibawa
pulang. Males amat Natta ikut. Buku yang dia suka cuma komik dan TeenLit.
Jadi... ke mana lagi kalo nggak ke taman rahasianya"
Natta melenggang menuju bangku favoritnya. Udara tetap terasa dingin walaupun sekarang
masih siang. Pulang sekolah Natta langsung ke sini. Masih pakai seragamnya yang rada bau
matahari. Di tasnya juga ada bakso tahu di kotak styrofoam dari kantin. Buat makan siang.
Kalo pulang dulu dia pasti kesorean.
Kosong! Untung kosong. Nggak ada lagi si cowok pengganggu.
Natta siap-siap mengeluarkan bakso tahunya. Makan dulu lebih enak kali ya. Perut kenyang
konsentrasi lebih gampang.
"Nyam..." Enak banget. Soalnya ikan asli sih. Nggak kayak bakso tahu lain yang kebanyakan
tepung. Hihihihi, mumpung nggak ada orang, lucu juga kali, bergaya Bondan Winarno yang
sering dia lihat di acara kuliner TV. "Hmmm... rasanya mak?"
"Apa kabar?" "Nyus?" Natta melotot kaget. Bukan kaget ding. Malu. Kepergok Kenzi.
"Aku boleh duduk di sini?"
Ugh!!! Ngapain sih dia nongol lagi"! Tapi Natta teringat janjinya pada teman-temannya. Dia
bakalan minta maaf kalo ketemu Kenzi lagi. "Boleh... bangkunya juga bukan punyaku kok."
?Anjungpaput Kenzi tersenyum manis. Kali ini dia pake... celana pendek dan T-shirt dilapisi jaket adidas
dengan setrip tiganya yang jadi trademark. "Masih inget aku?"
HIH! Menghina! Memangnya Natta nenek pikun konKinkinn apa" Baru juga dua hari lalu.
Ya nggak mungkin lah Natta udah lupa. Apalagi pertemuan mereka begitu "mengesankan".
Natta mendelik. "Ya masih lah. Emangnya tampangku kayak orang pikun, ya?"
Kenzi malah tersenyum manis lagi. "Makasih ya," katanya tulus.
Serrr!!! Darah Natta berdesir. Mukanya memerah. Dia jadi nggak enak udah sejudes itu sama
Kenzi. Jawaban Kenzi betul-betul bikin Natta malu sendiri.
"Terusin aja makannya. Aku nggak ganggu, kan?"
Natta menatap bakso tahunya dengan nggak nafsu.
"Jangan jadi nggak nafsu makan, ya" Kamu baru pulang sekolah, kan" Harus makan lho.
Atau biar deh aku pergi dulu aja sampe kamu selesai makan." Kenzi siap-siap beranjak.
"Eh, jangan!!" pekik Natta nggak enak. Lalu lagi-lagi malu sendiri. "Maksudnya, nggak usah.
Nggak papa kok. Ini kan bukan bangkuku. Kamu duduk aja. Aku makan."
Kenzi mengangguk senang. "Oke."
Nyam... ?Anjungpaput Nyam... nyam... Glek... Natta makan dalam diam dengan perasaan nggak enak. Rasanya gimanaaa gitu makan sambil
diliatin orang. Tapi Natta lapar. Lagian kan Natta yang duluan datang ke sini.
Karena pengin cepet selesai, Natta menambah kecepatan makannya dari macet di lampu
merah jadi ngebut. Nyam nyam nyam... nyam nyam nyam... "Ohok! Ohok! Ekhhh!!!"
Malapetaka apa lagi yang datang"! Kenapa tiba-tiba keselek tahu isi siomay! Natta panik
menggapai-gapai tasnya. Rasanya dia bawa air. Duh! Gini nih kalo makan buru-buru. Akibat
ngunyah asal-asalan, potongan masih gede ketelen juga! Aduh! "EHK! EHK!" HAH!
NGGAK ADA! Natta nggak bawa minum!!! Di mana martabat keluarganya bakal ditaruh
kalau Natta mati keselek siomay" pikirnya"seperti biasa"hiperbolis.
LHA! Dasar cowok gila! Dia malah berdiri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ya ampun!
Ternyata dia beneran gila! Sekarang Natta mau dibunuh! Ya Tuhan, mati keselek siomay
sama digebuk orang gila" Ibuuuu...
Buk! Ohok! Tuingg! Siomay sial itu mental keluar. Menembak bagaikan meriam. Natta bernapas lega. Ternyata
Kenzi cuma mau nolongin dia menepuk punggungnya. Fiuuuuhhh...
"Uhuk... uhuk..." Natta masih terbatuk-batuk kecil. Pengalaman keselek yang mengerikan.
?Anjungpaput "Kamu perlu minum." Kenzi menatap prihatin.
"Aku nggak bawa. Lupa."
Kenzi beranjak. "Bentar."
Tak lama dia balik lagi dengan sebotol Aqua di tangan. Rupanya dia beli minuman. Cepet
banget. kayaknya dia lari, buktinya napasnya ngos-ngosan gila-gilaan sampai keringat
bercucuran. Kayak habis lari ke Bogor aja. "Hhh... hhh... ini... hhh... mi...num... hhh... hhh...
dulu..." katanya sambil terengah-engah menyodorkan minuman pada Natta.
Kebingungan, Natta menerima botol Aqua-nya. Nih orang beli minum di mana sih" Apa
jangan-jangan dia malak terus kabur" "Makasih."
Kenzi tak menjawab. Dia bersandar sambil berusaha mengatur napas.
Natta diam menunggu napas Kenzi kembali normal. Ternyata dia baik juga. Natta jadi agak
semakin yakin dia bukan orang gila. Mungkin bener kata Dara waktu itu.
"Kamu udah enakan" Nggak ada lagi yang nyangkut di tenggorokan?" akhirnya Kenzi
ngomong lagi. Kayaknya dia nggak jadi mati setelah tadi kayaknya habis lari-lari ke
Wonosobo (hehehe lebih jauh lagi).
Natta menatap Kenzi heran. "Harusnya aku yang nanya. Kamu nggak papa" Kamu dapet
malak, ya" Kok kayaknya habis lari edan-edanan gitu?"
Kenzi cuma nyengir. "Namanya juga pertolongan pertama. Aku pernah ikut PMR lho. Kamu
bisa bercanda juga. Kirain cuma bisa galak doang."
?Anjungpaput Natta diam. Wah, mulai sok akrab nih. Harus jaga jarak. Bahaya. "Eh, kayaknya aku harus
cabut nih... takut kesorean sampe rumah."
Natta memutuskan untuk pergi aja. Dia baru dua kali ketemu Kenzi. Belum bisa dong cowok
itu disebut baik" Mereka kan belum kenal betul. Ketemunya juga di tempat kayak gini.
Nolongin keselek sekali belum bisa disebut "teman". Kali aja dia takut kalau Natta mati
keselek di sini dia yang dituduh. Bisa aja, kan" Jadi lebih baik jaga jarak deeeh... Lagian
Natta juga bukan tipe cewek yang suka asal-asal kenalan sama orang. Nggak aman.
Mata Kenzi yang dalam menyipit (bukannya emang udah sipit" :D). "Ke sini cuma buat
makan?" Ngng... "Gitu deh," jawab Natta nanggung.
"Oke, sampe ketemu, Natta."
Natta cuma nyengir garing. Lalu melangkah pergi. Dia harus bisa jaga diri. Soalnya zaman
sekarang ini kan banyak orang gil"YA AMPUN! Natta berhenti mendadak. Lalu ia berbalik
dan berjalan cepat kembali ke arah Kenzi.
Melihat Natta balik lagi dengan langkah terburu-buru, Kenzi bertanya-tanya dalam hati. Ada
yang ketinggalan, kali ya"
"Ada yang ketinggalan?"
Natta menggeleng cepat. Janji adalah janji! Dan dia sudah menerima tantangan temantemannya. Janji adalah kepercayaan dan harus dilaksanakan! Pesan almarhum kakek Natta,
janji itu utang. Sekalipun orang yang dijanjiin nggak tahu, Tuhan melihat kita menepati janji
kita atau nggak. Semua nasihat bijak Kakek bisa dibilang salah satu panduan hidup Natta.
"Aku mo minta maaf sama kamu," kata Natta cepat. Supercepat. Sampe nggak jelas ngomong
apa. Ah! Yang penting kan udah ngomong.
?Anjungpaput Kenzi bengong. "Apa?"
Busyet! Dia pake acara nggak denger, lagi. Masa harus diulang" Tadi aja udah males banget.
Oke, oke... nggak sah namanya kalo dia nggak denger. "Aku minta maaf."
Alis Kenzi berkerut heran. "Minta maaf" Soal?"
Nah ini dia bagian yang paling berisiko. Masa harus dijelasin" Minta maaf aja tanpa harus
ngasih alasan nggak boleh, ya" Jawab "iya" aja apa susahnya sih" "Soalnya... ngng..."
Duh! Kenzi jangan ngeliatin Natta kayak penasaran banget gitu dong! Makin nggak enak nih
mau bilang... "Waktu pertama ketemu aku..."
"Ya?" "Akuuu... aku nyangka kamu orang gila," kata Natta sama cepatnya kayak minta maafnya
yang pertama. Dwing! Muka Kenzi kelihatan kaget. Konyol banget. Mungkin ini pertama kali dalam
hidupnya dikatain gila. Atau dia betul-betul gila dan kaget karena ketahuan. Waduh! Kalau
alasan kedua, Natta harus siap-siap ambil langkah seribu maling kepergok ngembat BH ibu
RT nih. "Hahahaha!" Nah lho! Kenzi malah ngakak! Beneran gila nih kayaknya. Salah langkah nih.
?Anjungpaput "Kenzi..." desis Natta ketakutan.
"Hihihi, kamu... kamu betulan nyangka aku gila?"
Natta mengangguk takut-takut.
Kenzi menghabiskan sisa tawanya. Lalu menepuk-nepuk dadanya sendiri. Mungkin selain
gila, dia juga King Kong. "Oke... hihi... oke... ehem... kenapa" Kenapa kamu nyangka aku
gila?" Natta menjawab jujur. Piama, melamun, bla... bla... bla...
"Aku tinggal deket sini. Cuma lagi jalan-jalan pagi. Males mandi." Satu poin buat Dara!
"Aku emang hobi ngelamun"bukan ngelamun sih benernya, tapi berkhayal. Apalagi di
tempat tenang kayak gini." Dua poin buat Dara! "Kayaknya kamu juga, ya?"
Satu poin lagi Natta bener-bener kalah telak. Apa jawabannya untuk ngomong ngalor-ngidul
sambil menatap lurus ke depan itu" Meracau, ya"
"Aku cerewet, ya" Sori ya, kadang emang suka kebanyakan ngomong. Kebanyakan nonton
film drama, kali. Tapi emang bener kan zaman sekarang semua orang punya masalah?"
Semua poin buat Dara! Huh!
Natta terdiam, bingung mau ngapain.
?Anjungpaput "Oke," jawab Natta pendek. "Makanya sori. Aku... pergi dulu. Kamu maafin aku, kan?"
Kenzi mengangkat bahu. "Yah, lagian kalo kamu nggak ngomong juga aku nggak tau," jawab
Kenzi cekikikan. Dia nggak mungkin gila, ujar Natta dalam hati. "Oke. Bye." Natta langsung lari. Gara-gara
gengsi nih sampe harus bela-belain malu kayak gini. Huh! Awas aja Dara! Awassssss!
+++ _Tujuh_ "AHAHAHAHA... OHOOK... EHHHKKK..." Inna yang sedang asyik-asyiknya ngakak tibatiba kayak dicekik kuntilanak lewat. "EHHHK... EHK..." Pasti baksonya ketelen, duga Natta.
Siapa suruh lagi makan bakso urat segede tinju malah ngakak ngetawain orang.
JEDOTTT! Kinkin kejedot meja. Lagian... ketawanya heboh banget sambil nganggukngangguk, akhirnya bungkam karena kepalanya sukses membentur meja.
"HAHAHAHAHA!!!"
Semua itu khayalan Natta aja. Nyatanya teman-temannya masih aja tuh asyik ketawa ngakak
tanpa ampun. Nggak ada yang nelen bakso segede tinju, nggak ada yang kejedot meja. Yang
ada mereka lagi ngakak puas ngetawain Natta. Kinkin dan Inna, tepatnya. Dara memang
cuma senyam-senyum sambil terus memegang bukunya. Tapi secara nggak langsung dialah
pemenang medali emas. Halooo... kata-kata dia soal Kenzi kan semua betul-tul-tul-tul!
Tanpa perlu ketawa ngakak juga Natta tahu pasti si nenek moyangnya kutu buku ini sudah
ketawa ngakak dengan tampang penuh kemenangan dalam hati. Huh.
?Anjungpaput Hari ini Natta betul-betul jadi bahan bulan-bulanan gara-gara cerita pertemuannya dengan
Kenzi, juga tentang kenekatannya minta maaf.
"Udah makan siomay dari kantin sekolah, keselek sampe ampir mati, lagi! Hahahahaha!"
Dengan menyebalkan Inna mengulang cerita Natta.
NYESEEEEEL setengah mati Natta nyeritain bagian dia keselek siomay. Ya habis gimana
dong, Natta pengin banget nyeritain soal keheroikan Kenzi yang "menghajar" punggungnya
sampai siomay terkutuk itu mental keluar, plus lari entah ke mana untuk beliin minum.
Terpaksa bagian keselek itu ikut dalam cerita.
"Namanya juga orang keselek! Nggak usah hiperbolis gitu deh ketawanya." Natta jadi sebel.
"Kayak belum pernah keselek aja lo seumur hidup."
Kinkin mencibir. "Yeee... dia sensi. Gue keselek juga di rumah. nggak pake malu. Makanya,
kalo makan jangan sambil ngelamun," tuduh Kinkin.
Natta mendelik kesal. "Eh, siapa juga yang ngelamun" Gue kan udah bilang, gue jadi serba
nggak enak makannya gara-gara dia duduk di sebelah gue gitu. Jadinya gue makan buruburu."
Dara mengintip dari balik bukunya yang tebal dan berjudul ngng... nggak jelas itu. "Lo salah
tingkah" Emang lo naksir" Katanya dia gila."
Dweweeeng! Celetukan asal ala Dara. Natta melotot, lalu menoyor jidat Dara gemas. "Naksir
dari kecamatan Rusia Selatan"!"
"Bukannya dari Hong Kong" Lagian emangnya ada kecamatan Rusia Selatan"!" oceh Dara
nyebelin. ?Anjungpaput "Lo tuh yang asal, sembarangan aja lo ngomong naksir. Makanya jadi kecamatan Rusia
Selatan, soalnya nggak mungkin! Gimana mungkin gue naksir orang yang gue sangka orang
gila?" repet Natta. Inna menepuk bahu Natta. "Santai dong, Nat... kok jadi sensitif gitu" Emang bener
pertanyaan Dara. Ngapain juga lo salah tingkah."
Ini lagi ikut-ikutan. "Yang bilang gue salah tingkah siapa"! Gue bilang kan gue serba nggak
enak, serbasalah makan diliatin kayak gitu. Jadi pengin buru-buru cepet selesei makannya."
Setengah mati Natta membela diri.
"Tapi ternyata dia nggak gila, kan"! Ditaksir juga sah, kali," sambung Kinkin dengan
tampang tanpa dosa. Kayaknya hari ini mereka kompak banget jadiin Natta badut Ancol
dadakan. Diketawain habis-habisan.
"Iya, emang. Tapi gue ini tipe setia. Ditto ya Ditto. Masa gue ngelepas Ditto gara-gara gue
naksir cowok yang nggak jelas juntrungannya."
"Kayak Ditto jelas aja," gumam Inna bikin keki.
Natta diam dan mengunyah baksonya. Kalo diladenin mereka bakal tambah gila-gilaan.
Lagian kantin mulai sepi. Tanda bel masuk bakal segera menjerit-jerit nih. Kalo nggak buruburu ngehabisin baksonya, bisa-bisa rugi dan menyiksa. Menyiksa banget kalo ntar di dalem
kelas kebayang-bayang bakso yang masih nyisa di mangkuk. Hehehe. Lagian dosa. Nanti
baksonya nangis. Kan katanya nasi jangan disisain, nanti nangis. Bakso juga, kali. Kan samasama bangsa makanan. Secara ngeri aja gitu kalo beneran pada nangis.
*** Sepatu siapa nih" Natta menatap sepasang sepatu kanvas belel di depan pintu.
"Assalamualaikum..."
?Anjungpaput "Wa"alaikumsalam..." Teh Ipah, pembantu Natta, menjawab sambil membukakan pintu. Teh
Ipah nggak datang tiap hari. Cuma dua hari sekali. Masak untuk dua hari, terus ditaruh di
kulkas. Kalau mau makan tinggal manasin aja.
"Ada siapa, Teh?"
"Itu Kang Nanta."
Alis Natta berkerut. "Kakak pulang lagi?" rasanya aneh Nanta pulang lebih dari seminggu
sekali. "Iya. Tuh ada di kamar." Teh Ipah melanjutkan menyapu ruang tengah.
Tok tok tok. "Kak..."
Tak ada jawaban. Tok tok tok. "Kak. Kakak..."
Ceklek. Nanta membukakan pintu. "Natta?" suaranya serak.
"Kakak sakit?" Natta menatap Nanta heran. Matanya bengkak, mukanya aneh, hidungnya
juga kayaknya ingusan. Mengerikan. Refleks Natta mundur dua langkah karena takut
ketularan. ?Anjungpaput Nanta berdeham-deham. "Ehm... eng, flu, biasa lah," jawab Nanta dengan suara parau.
"Mo minum obat, Kak" Aku ada..."
Nanta menggeleng. "Nggak. Ehem... nggak usah. Kakak cukup tidur aja. Ehem... egh... ada
apa, Nat?" Natta menatap kakaknya iba. Pasti di luar sana dia nggak ada yang ngurus sampe ceking
begini. Giliran flu baru pulang. "Nggak, aku cuma pengin ketemu aja. Kaget Kakak pulang."
Nanta diam. "Kak, aku bikinin sup, ya" Biar enakan badannya. Ya?" Rasanya ada perasaan senang punya
anggota keluarga yang perlu diperhatiin. Ayah sama Ibu sih udah nggak mungkin. Mereka
kan supermandiri dan sibuk.
Tangan kurus Nanta malah mengucek-ngucek rambut Natta. "Nggak usah. Makasih.
Kayaknya aku lagi nggak sanggup makan deh. Ehm, hem... aku harus tidur nih."
Natta menatap kakaknya khawatir. "Tenggorokannya nggak enak banget ya, Kak" Ato aku
bikinin teh jahe aja, ya" Biar tenggorokannya enak. Mau, ya?"
Nanta tersenyum tipis. "Nanti aja. Kakak tidur dulu ya?"
Natta menatap kakaknya agak kecewa. Tapi demi melihat kakaknya yang kayaknya sudah
kepayahan, Natta mengangguk. "Ya udah. Kakak tidur aja dulu. Nanti sore deh aku bikinin."
"Oke. Makasih. Kakak tidur dulu ya?"
?Anjungpaput Natta mengangguk lagi. Ceklek. Nanta mengunci pintu dari dalam.
Bruak!!! Suara benda jatuh. Kayaknya Kakak saking pusingnya sampe nabrak sesuatu di
kamar sana. Padahal barang di kamarnya sedikit banget. Nabrak apa ya dia" Natta cuma
geleng-geleng. *** Natta nggak tahan lagi. Dia harus ngomong. "Yah, Ibu, Kakak nggak diajakin makan?" Natta
menatap orangtuanya bergantian. Dia dan Teh Ipah udah ngasih tau Kakak ada di kamar.
Ayah sama Ibu cuma bilang iya. Sekarang, makan malam Kakak nggak nongol masa nggak
dipanggil juga" Padahal mereka sudah setengah jalan makan malam. Natta juga tadi bilang
Kakak sakit flu berat dan sampai sekarang belum keluar kamar atau makan sama sekali. Cuek


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sih cuek, tapi kadang-kadang Ayah sama Ibu suka kelewat cuek deh.
Ayah menusuk perkedel dari piring saji. "Dia nggak laper mungkin, Nat. Anak laki-laki
sebesar kakakmu itu kalo laper ya pasti cari makan," jawab Ayah.
"Ntar malah ngambek, lagi, kalo disuruh-suruh. Ntar disangka dianggap anak kecil," tambah
Ibu. Kalau yang beginian aja pada kompak. Padahal sehari-hari jarang ngomong.
"Tapi kan Kakak sakit, Bu. orang sakit kan kalo nggak dipaksa suka nggak mau makan."
Ayah memandang Ibu, lalu beralih menatap Natta. "Ya kamu panggil aja sana."
Huh! Dari tadi juga Natta pengin manggil Kakak. Tapi kan tunggu kesadaran mereka dulu.
Masa anaknya yang jarang pulang, lagi sakit, nggak mau makan didiemin aja"
?Anjungpaput Tok tok tok! "Kak... Kakak..."
Hening. Tok tok tok! "Kakaaak... kata Ayah makaaan yuuuk..."
Ceklek. Wih! Tampang Nanta makin kusut. Sekarang bibirnya kelihatan jeding alias bengkak. Kakak
flu apa habis tinju sih" "Hih. Kakak yakin cuma flu biasa?"
"Ehmm... ehem... ha?"
"Kakak yakin, Kakak cuma flu biasa" Kayaknya parah deh, Kak, ngaca deh. Ke dokter gih,"
cerocos Natta panik. Nanta menjambak-jambak rambutnya sendiri sambil terus berdeham-deham dengan suaranya
yang parau. Mengerikan. Kayak suara tokoh film yang sedang dalam transisi menjadi
manusia serigala. "Enggh... nggak papa. Flu biasa. Kecapean juga kayaknya."
Natta menatap penuh selidik, nggak percaya. "Ya udah, makanya sekarang Kakak harus
makan. Ayo, Kak, semua udah di meja makan," paksa Natta.
"Tapi..." "Kakak! Kakak tuh harus makan!" perintah Natta.
?Anjungpaput Dengan terpaksa akhirnya Nanta nurut dan mengikuti langkah Natta ke meja makan.
Ayah dan Ibu tetap meneruskan makannya waktu Nanta datang. Nggak ada sapaan apa kabar,
nanya dari mana aja. Mereka cuma terus makan. Menikmati yang ada di piring masingmasing.
Nanta duduk di samping Natta. Di bawah cahaya lampu meja makan muka Nanta semakin
kelihatan mengerikan. Tampangnya betul-betul masuk kategori tampang yang seharusnya ada
di ICU. Tapi kok kayaknya Ayah sama Ibu nggak ngeh ya tampang anak laki-lakinya itu
udah kayak zombie" Tinggal keliling kompleks aja sambil mencekik semua orang yang
lewat, jadi deh zombie beneran.
"Nih, Kak, piringnya. Kakak mo makan apa" Biar aku yang ambilin ya, Kakak kan pasti
masih pusing," pancing Natta supaya Ayah dan Ibu ngeh Nanta udah kayak maling kolor
digebukin massa. Ayah dan Ibu cuma diem. Well, Ayah bergerak sih. Menyodorkan mangkuk nasi supaya lebih
dekat. Tapi sama sekali nggak melontarkan pertanyaan soal tampang Nanta yang babak belur
karena serangan virus flu itu.
"Kalo bersin ditutup lho, Nanta. Virus tuh. Nanti adikmu ketularan," kata Ibu.
WHAAAT"! Kok gitu sih komentar Ibu" Natta tahu maksud Ibu baik dan benar. Tapi kan
yang harus dikhawatirkan sekarang Nanta, bukan Natta.
Hhh... Natta nyerah deh. Ayah sama Ibu memang cuek. Coba aja mereka dulunya nggak
pernah jadi orang kaya. Mungkin nggak kayak gini. Ayah nggak perlu merasa bersalah, Ibu
nggak perlu mati-matian mempertahankan status soal mereka di mata orang-orang. Toh
orang-orang itu juga nggak peduli.
Nanta makan sedikit banget. Kayaknya flunya yang megaberat itu bikin dia eneg melihat
semua makanan di meja. Setiap satu sendok masuk ke mulutnya mukanya kayak dikentutin
gajah yang bauuu banget. Mau muntah. Natta jadi khawatir. Jangan-jangan Nanta disuruh
makan bukannya sembuh malah tambah sakit.
?Anjungpaput *** Bete! Makan malam tadi bikin bete. Padahal jarang-jarang mereka makan dengan anggota
keluarga lengkap begitu. Tapi berlalu begitu aja. Malah berakhir dengan Nanta muntahmuntah di kamar mandi berkat dipaksa makan sama Natta.
Ibu cuma menyuruh Natta mengantarkan sebutir obat flu sama minyak gosok buat Nanta.
Harusnya kan Ibu sendiri yang nganter sambil ngecek keadaannya. Kalo ngajak ke dokter sih
susah. Nanta orangnya ngotot, kalo nggak mau ya nggak mau. Kecuali kepalanya digetok
pake ulekan sampe pingsan, langsung aja diangkut ke RS. Itu bisa. Tapi kan nggak mungkin.
"Hhhh..." Natta mengembuskan napas pelan. Seenggaknya orangtuanya masih lengkap,
nggak berantem atau lempar-lemparan barang kayak cerita-cerita keluarga broken home yang
sering dia dengar. +++ _Delapan_ "PASS, Nat! Paaasss!!!" teriak Inna sambil melambai-lambai. Minta bola basket di tangan
Natta cepat-cepat dioper ke dia.
Enak aja Inna ngomong. Memangnya kalo dia jadi Natta dia mau nekat melempar bola dan
bersentuhan dengan... IHHH! Kenapa juga guru olahraga edan itu punya ide permainan
basket campuran" Kenapa juga tim mereka harus melawan tim yang beranggotakan si
Mansyur, manusia paling malas mandi sedunia ini" Kambing aja minder kalo ketemu dia.
Baunya amit-amit. Ya ketek, ya kaki, belum lagi kalo dia lupa gosok gigi. Belum lagi
mukanya yang berminyak. IHHH! Mana suka banget makan pete. Katanya dia manusia alam
yang hobi hidup di alam liar alias kemping dan pecinta alam. Tapi bukan berarti nggak
mandi, kaaaan"! Monyet aja mandi.
"Hahaha!" tawa si cowok alam menggelegar. Lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi
sampai Natta bisa mencium semilir bau keteknya yang spektakuler.
?Anjungpaput "PASSS, SHIIIIILL!" teriak Inna heboh.
Ughhhh... Gimana ya caranya"! "Ya ampun! Beruang madu!" pekik Natta sambil menoleh ke arah pintu aula.
Secara dia punya insting pecinta alam, Mansyur refleks menoleh. "Mana"!"
PASSS! "Tangkep, VIII!"
Set! Mansyur merasa tertipu tapi masih penasaran. "Di mana?"
"Di hutan laaaah... masa di terminaal" Emang kenek?" Natta buru-buru lari. Blo"on banget
sih. Gimana lagi dong" Natta nggak berbakat olahraga. Dan dia nggak mau kena salam tempel
keteknya Mansyur. Hiii!"AH!"Ada Ditto di pinggir lapangan! Ya ampun, dia keren banget
pake baju olahraga. Ditto pake apa aja emang keren siiih. Bikin orang terpesona... terpana...
melamun... Natta berlatih penuh semangat mengejar bola. Dia harus mencetak skor. harus!
"Passs, Viii!" posisi Natta pas banget nih buat lay up Timnya bisa menang.
?Anjungpaput Seeetttt! Bola itu melayang dari tangan Inna menuju Natta.
HAP! Tertangkap. Satu... dua... tiga... LAY UP! Dan SKOOOR! Lompatan Natta si jago basket betul-betul
tinggi dan spektakuler. "ADUH!" pekik Natta kesakitan. Posisi mendaratnya betul-betul salah. Pergelangan kakinya
keseleo. Natta pun nyungsep, eh jatuh terjerembap.
Ohhh... cring, cring, cring, cahaya berkilauan mengelilingi Ditto yang berlari heroik ke arah
Natta. Raut mukanya tampak hiper khawatir melihat Natta yang meringis kesakitan.
"AWAAAASSS!!!" Suara Ditto berteriak kencang. Dengan slow motion Natta menoleh ke
arah Ditto. Apa mimpinya jadi kenyataan" Kalo nggak kenapa Ditto berlari kencang ke
arahnya dengan muka panik" Se
perti mau menyelamatkan Natta dari...
DUNG!!! "Natta!!!" pekik Inna. Dara dan Kinkin yang duduk di pinggir lapangan ikut memekik heboh
melihat bola oranye bergaris-garis itu mendarat di jidat Natta dengan bunyi dung yang
mengerikan. Natta terduduk pusing. Busyet deh! Siapa yang ngelempar bola ke jidatnya" Kenceng banget!
Pembunuhan secara nggak langsung! Pasti dia sekarang gegar otak berat. Aduh! Aduuuh!!!
Sambil puyeng Natta roboh memegang jidatnya yang nyut-nyutan.
?Anjungpaput "Lo ngelamun apaan sih"! Bolanya ditangkep pake tangan dooong! Jangan pake jidat!!! Gue
kan udah teriak-teriak! Maen basket jangan bengong! BAHAYA, TAU! jidat lo sakit,
nggak!" Pusing, nggak" Mual-mual, nggak" NAT! NAT! Jawab dooong! Lo bisa berdiri,
kan?" repet Inna galak campur panik. Iya lah, siapa yang nggak panik temannya terjengkang
setelah menangkap bola basket yang dia lempar dengan jidatnya"
Sementara badannya diguncang-guncang Inna dan kupingnya nyaris budek spontan gara-gara
Inna terus merepet histeris memekik-mekik kayak burung beo disundut obor, Natta malah
melamun menatap ke arah...
"LO LIAT APAAN SIH"!" teriak Inna nggak sabar dan langsung mengikuti arah pandangan
Natta. Ditto. Pantesan aja! Pantesan juga pandangan mata Natta nanar dan sedih begitu. Kayak tatapan
anak tiri yang habis dijitak, disiram, diulek, dan dicaci maki ibu tirinya yang kejam dan
bermaskara tebal plus bibir menor di sinetron-sinetron. Ternyata Ditto, yang dengan ge-ernya
dipikir Natta pasti neriakin dia dan berlari panik juga mau nolongin dia, berniat nolongin Oik
yang sedang melenggang anggun melewati belakang ring basket yang sejajar dengan tempat
Natta berdiri. Ehhh, beruntung banget ada Natta, tu bola terhenti perjalanannya menuju Oik
di jidat Natta. Pada saat yang sama jidat Natta dihajar bola, Ditto malah menangkap bahu Oik dan dengan
gerakan superhero "menyelematkan" Oik menjauh dari situ. Sekarang mereka berdua lagi
saling menatap malu-malu. HUUUUHH! Sementara Natta yang pusing terjengkang malah
diteror teriakan nenek sihir Inna.
Dara dan Kinkin berlarian ke arah Natta yang dikerumunin orang. Termasuk Mansyur.
Ngapain sih si Mansyur ikut ngerubung juga" Huh!
"Ayo ke pinggir lapangan." Kinkin memberi kode pada Dara dan Inna supaya memapah
Natta ke kursi di tepi lapangan basket.
Kinkin menyodorkan sekotak jus pada Natta. "Lo ngapain coba, ngelamun di tengah
lapangan" Lo tau nggak kalo tu bola dari besi, lo udah mati," katanya ngawur. Tim Dara dan
Kinkin sudah selesai main. Makanya mereka bersantai-santai di pinggir lapangan. Asal
banget sih" Kalo bola basket dari besi Michael Jordan juga males, kali, maen basket.
?Anjungpaput "Meriam, kali," celetuk Dara sambil merogoh-rogoh tasnya. Pasti cari buku.
"HHHH!" Pusiiing deh dengerin perempuan-perempuan cerewet ini. "Udah ah, gue mo
merem! Pusing." Natta manyun sambil langsung merem menikmati nyut-nyutan di
kepalanya. *** "Mendingan lo lupain deh si Ditto. Udah jelas banget dia naksir Oik." Inna meletaDitn
nampan berisi sirup di meja kayu. "Realistis aja lah!"
Mereka berempat punya tempat nongkrong favorit. Di banding mal, bioskop, yang ini jauh
lebih asyik: atap rumah Inna.
Rumah Inna bergaya rumah-rumah di Amerika sana, beratap rata. Ada tangga naik dari lantai
dua menuju atap yang sebenarnya difungsikan buat tempat menjemur itu. Mereka
mengangkut kursi pantai yang dengan niat mereka beli buat duduk-duduk di atas. Rumah
Inna yang dikelilingi pohon-pohon besar membuat halaman loteng terasa teduh dan berangin.
Asyik banget deh. Belum lagi pemandangannya langsung menghadap jalan.
Natta menyeruput sirupnya. "Baru naksir kan belum tentu jadian. Waktu dulu inget, nggak"
Lo naksir berat sama Adin, eh lo malah jadian sama Figo. Hayo" Belum tentu juga Oik
nerima," sangkal Natta.
Kinkin mendelik. "Lo buta ya, Nat" Oik nggak nerima" Jelas-jelas gitu lho, Nat, Oik juga
naksir berat sama Ditto."
Natta angkat bahu. "Mereka pasti jadian," gumam Dara dari balik buku tebalnya dengan mulut penuh bola kukus
buatan mama Inna. ?Anjungpaput "Kalo Tuhan mengizinkan," sambung Natta. "Belum tentu diizinkan, kan?"
Inna, Dara, dan Kinkin berpandang-pandangan. Memang segitu istimewanya si Ditto sampe
Natta tak sanggup pindah ke lain hati"
_Sembilan_ HARI ini entah kenapa Natta sengaja membawa dua bungkus mie ayam ke taman rahasianya.
Percaya atau nggak, Natta bawa dua bungkus karena satu lagi dia siapkan buat KENZI.
Antisipasi kalau cowok itu ada di taman juga seperti beberapa kali sebelumnya.
Naksir" Ya nggak lah! sangkal Natta semangat. Memang nggak kok! Dia cuma nggak mau
makan sendirian lagi kalau ternyata di taman ada Kenzi. Tapi... Natta memang agak berharap
Kenzi ada di situ. Entah kenapa. Yang jelas, bukan perasaan naksir atau apa. Dia cuma
pengin aja ketemu Kenzi lagi. As a friend. Kayaknya Kenzi orangnya baik.
Semakin dekat ke bangku favoritnya, langkah Natta semakin pelan.
Dari balik pohon Natta mulai bisa melihat bangku kesayangannya. Dan...
KENZI ADA!!! Cowok berkulit putih pucat itu duduk sendirian sambil menengadah dengan
mata terpejam. Hari ini dia pakai celana panjang. Natta jadi ragu. Ke sana nggak, ya" Apa iya
dia nggak terlalu cepat menilai"! Belum tentu Kenzi "sebaik" itu. Bisa aja dia sengaja baik
buat memancing Natta. Menjebak Natta karena tahu Natta sering ke sini... jangan-jangan...
NATTA, STOP!!! Imajinasinya meliar lagi.
Natta mendekat. Kayaknya Kenzi nggak sadar Natta datang. Dia tetap bersandar sambil
tengadah dengan mata terpejam. Kayaknya tenaaang banget. Ngapain sih dia" Tidur"
Bangunin nggak, ya" Ngng... akhirnya Natta duduk pelan-pelan tanpa membangunkan Kenzi.
Kayaknya nggak sopan, mereka kan belum kenal betul.
"Lho" Natta?" Tiba-tiba Kenzi melek.
?Anjungpaput "Eh... hehehe... sori, sori, kebangun, ya" Asyik banget tidurnya." Natta cengengesan.
Jemari Kenzi merapikan rambutnya. "Tidur" Hahaha... siapa yang tidur?"
Natta mengerutkan alis. "Lha, tadi?"
Kenzi tertawa lebar. "Kayak orang tidur, ya" Nggak, lagi. Aku lagi ngebayangin..."
Alis Natta berkerut lagi. "Ngebayangin apa?"
"Seru aja, dari sini kedengeran suara langkah kaki kuda. Ngebayangin kalo kita lagi ada di
negeri dongeng kerajaan-kerajaan gitu. Kayak film-film Disney. Kayaknya seru. Aku lagi
lari-lari naik kuda di padang rumput liat-liat pemandangan." Kenzi berhenti ngoceh dan
melirik Natta yang bengong. "Eh, sori. Bingung, ya" Jangan disangka gila lagi, ya" Aku
emang hobi mengkhayal kayak gitu. Ngebayangin sesuatu yang nggak mungkin, yang indahindah... hehehe..."
Natta diam. "Halo?" Telapak tangan Kenzi melambai-lambai di depan mata Natta.
"Hah?" "Kamu kenapa" Tenang aja, aku beneran nggak gila kok. Kadang aku merasa nyaman aja
ngebayangin sesuatu sesuai kemauanku. Dunia yang nggak mungkin ada."
?Anjungpaput "Bukan, bukan gitu, tapi..." Kamu sama banget kayak aku, sambung Natta dalam hati. Dia
betul-betul nggak percaya ada orang yang punya kebiasaan yang sama kayak dia.
Maksudnya, halooo, berapa banyak sih orang yang suka berkhayal tiba-tiba tentang suatu
hal" Imajinasi yang suka hiperbolis" Jangan-jangan Kenzi menyelidiki kebiasaan Natta dan
pura-pura di depan Natta" Trik para penculik.
Tapi buat apa" Natta bukan anak orang kaya buat dimintain tebusan.
Menarik perhatian Natta" Hah! pemikiran orang ge-er tuh namanya. memangnya dia Hillary
Duff! "Numpang makan lagi?" selidik Kenzi, menatap bungkusan di tangan Natta.
Natta mendelik. "Hah?"
Dengan muka konyol Kenzi menunjuk bungkusan Natta. "Pasti makanan, kan?"
Oh iya, ya. Mie ayam. Gimana dong" Kasihin nggak, ya" Ugh! Kok hari ini hidup Natta
penuh dengan pertanyaan sih" Tadi dia sendiri yang niat bawa dua bungkus karena Kenzi.
Sekarang"! Oke! Oke! "Nih..." Natta menyodorkan mangkuk styrofoam tertutup pada Kenzi.
"Apa nih" Kok?"
"Aku punya dua. Buat kamu aja satu," kata Natta sok cuek.
Ada pancaran senang di mata Kenzi. Kayaknya dia kege-eran deh.
"Tadi temenku nitip. Tau-tau dia malah pulang duluan, jadinya mie ayamnya nggak kebawa.
Aku juga nggak segembul itu, kali, ngabisin dua mangkuk." Dengan berbagai cara Natta
ngeles supaya Kenzi jangan sampai menyangka dia memang sengaja beli dua.
?Anjungpaput Kenzi tetap senyam-senyum. "Makasih ya. Kirain emang beliin buat aku," katanya kalem
seperti membaca pikiran Natta. Huh!
"Ya nggak mungkin lah. Emangnya aku tau kamu ada di sini?" Rasanya muka Natta merah
padam nih. Panas banget rasanya. Ketahuan nggak, ya"
Akhirnya Natta makan mie ayam bareng Kenzi. Kayaknya dia suka banget deh. Apa laper
banget" Makannya lahap selahap-lahapnya kayak baru pertama kali dalam hidupnya makan
mie ayam. "Mie ayamnya enak. Beli di mana?" tanya Kenzi setelah mangkuknya bersih.
"Di sekolah. Biasa aja ah. Nggak istimewa. Emang kamu nggak pernah makan yang lebih
enak?" Kenzi menggeleng. Kurang gaul! kata Natta dalam hati. Mie ayam sekolahnya kan biasa banget. Enakan juga mie
ayam Mang Jujun yang rame banget itu. Mie-nya kenyal, kuahnya kentalnya pas, bumbu
ayamnya enak banget, terus...
"Kamu rajin ya ke sini" Kayaknya lama sebelum aku ke sini, kamu udah sering ke sini, ya?"
Natta mengangguk. "Dan ini bangku favoritku. Tenang, teduh..."
Kenzi tersenyum. "Langsung jadi bangku favoritku begitu aku pertama kali ke sini," potong
Kenzi. ?Anjungpaput Natta diam. Kenapa dia jadi berakrab ria sama Kenzi"
"Kamu pulang sekolah langsung ke sini, apa nggak dicariin?" Kenzi menatap Natta yang


Imajinatta Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih berputih abu-abu ria. "Ada ekskul?"
"Nggak. Nggak ada ekskul," ujar Natta tanpa menjawab pertanyaan pertama Kenzi. Nggak
mungkin dia ngomong sama cowok yang baru dia kenal ini bahwa Ibu dan Ayah cuek-cuek
aja. Itu mah sama aja bongkar aib keluarga ke orang tak dikenal dong.
Kayaknya Kenzi ngeh Natta nggak mau ngomong soal itu.
"Ke sini cuma numpang makan" Kayaknya waktu pertama ketemu kamu, ada yang mau
kamu kerjain deh di sini."
Natta melirik. "Sok tau."
"Waktu itu kamu bawa kertas sama bolpoin. Muka serius. kayaknya mau ngerjain sesuatu
yang penting." Iya! Naskah itu! Supaya bisa lebih deket sama Ditto. Gimana mungkin aku dapat inspirasi
kalau ternyata sekarang bangku rahasianya sudah punya penghuni lain" Aku kan perlu
ketenangan, sahut Natta dalam hati.
"Ini tempat rahasiaku lho." Entah kenapa, bukannya menjawab soal naskah, Natta malah
dengan o"onnya membocorkan rahasia yang bahkan sahabat-sahabatnya sendiri pun nggak
tahu. Pikir Natta, toh percuma juga nyembunyiin hal itu dari Kenzi. Cowok itu kan juga
sering ke sini. Kenzi nggak kenal sama teman-temannya, jadi kemungkinan dia
membocorkan pada mereka juga nol persen.
Kenzi malah tertawa kecil. Jangan-jangan dia ketawa karena mikir tempat rahasia kok di
tempat umum begini! ?Anjungpaput "Kamu kok ketawa?"
Kenzi menarik napas. "Percaya nggak?"
Mata Natta menyipit. "Ini juga aku putusin jadi tempat rahasiaku sejak pertama kali aku ke sini," kata Kenzi.
Wah! Kayaknya Kenzi betul-betul aneh deh! Kok bisa-bisanya dia nyama-nyamain Natta
terus"! "Kamu penguntit, ya?" Natta menggeser duduknya dengan muka ketakutan.
Kali ini Kenzi ngakak. "Dulu orang gila, sekarang penguntit, nggak sekalian aja kamu bilang
aku agen FBI yang lagi nyamar?"
"Habisnya..." Kenzi menatap Natta mantap. "Kalo ini tempat rahasia kamu, berarti kamu merasa tenang
dan nyaman kan, ada di sini" Sama, aku juga ke sini karena alasan itu. Di sini aku merasa
tenang, nyaman. Rahasia. Nggak ada yang bisa nyari aku ke sini, karena nggak ada yang tau."
Natta bergeser makin jauh. "Kamu... pembunuh bayaran?" desis Natta terbata-bata.
Tuing! Muka Kenzi berubah tolol menatap Natta tak percaya. "Kamu ini penuh imajinasi apa
curigaan sih" Masa kayak aku gini disebut pembunuh bayaran" Mo bunuh pake apa... pake...
pi?" "JANGAN BERGERAK! Kalo kamu berani ngeluarin senjata kamu, aku bakal teriak. Kamu
bakal diserang orang seisi taman dan semua tukang kuda," ancam Natta ketakutan waktu
Kenzi merogoh tasnya. Ternyata dugaannya benar, ada yang nggak beres soal Kenzi.
?Anjungpaput Kenzi menatap Natta bingung. "Kamu pikir aku mau ngeluarin senjata?"
"Jangan berani-berani. Aku betul-betul bakal teriak!" ancam Natta serius. Lututnya mulai
gemetaran. Duhhh... kok taman sepi banget hari ini"! Dia butuh bantuan manusia!!! Bukan
burung merpati gendut berbulu kucel yang mondar-mandir sambil matuk-matuk semua yang
bisa dipatuk. Kenzi mengangkat tangannya yang tadi siap merogoh tasnya. "Tenang, Nat, tenang... aku
nggak punya senjata. Nih ya aku ambil pelan-pelan, kalo bener senjata kamu boleh teriak
deh." Natta melotot. "Terus kamu mo ngeluarin apa" Kamu buronan polisi, ya?"
Kayaknya tadi Kenzi mo ketawa tapi nggak jadi karena melihat tampang Natta yang serius.
Bisa-bisa cewek ini teriak betulan. Dan Kenzi nggak mau digebukin cuma gara-gara mau
ngeluarin... "PISANG?" pekik Natta melihat pisang berukuran sedang di tangan Kenzi.
"Gimana caranya bunuh orang pake pisang" Dijejelin sampe orangnya mati keselek"
Hihihihi..." Natta mematung salting. Siapa sih yang nyangka seorang cowok yang duduk-duduk di taman
merogoh tasnya buat ngeluarin PISANG! Tapi yang ada di tangan Kenzi sekarang memang
betul-betul pisang. Iya, pisang! Dengan ragu-ragu Natta kembali duduk dan menatap Kenzi
dengan tatapan aneh. "Lo nggak ke mana-mana bawa pisang, kan?"
Kenzi nyengir. "Ya nggak sih..."
?Anjungpaput Oooo... "Kadang apel, pir, jeruk..."
HAH" Dia selalu bawa buah-buahan di tasnya" Apa dia sejenis anak mami yang selalu
dibekalin buah-buahan sama maminya" "Kamu vegetarian" Eh, tapi tadi kamu makan mie
ayam." Kenzi tersenyum lucu. "Nggak, aku suka aja makan buah. Hidup sehat."
"Oh. Mie ayam tadi nggak sehat tuh." Natta jadi bingung sendiri mo ngomong apa. Berarti
tadi Natta sukses dong meracuni "hidup sehat" Kenzi dengan membuat dia makan mie ayam
bersaus kental warna merah yang belum tentu terbuat dari tomat.
"Balance, kan?" kata Kenzi. "Tenang aja, Nat. Hidup sehat bukan berarti nggak makan
enak." "Ken, kamu masih sekolah" Maksudku..."
"Umurku berapa?" tebak Kenzi.
Natta mengangguk. "Aku baruuu aja pindah ke sini dari Bogor. Sebetulnya aku asli Bandung. Cuma kemarenkemaren papaku dinas di Jakarta. Sekarang minta dipindahin ke Bandung. Pulang kampung.
Enak. Kalo di sini ada apa-apa minta tolong aja ke saudara. Aku mungkin di atas kamu
setahun. Aku kelas tiga. Mo ujian nih. Hehehe..."
?Anjungpaput "Sekolah kamu di mana?"
Kenzi kelihatan kaget. Mungkin aneh, kali, ada cewek agresif nanya-nanya begini. Habis
Natta penasaran. Karena secara nggak langsung kan selama ini Kenzi udah tau tentang Natta.
"Di SMA 333." "Wah, jauh banget... rumah kamu di daerah sini, terus kamu sekolah di SMA 333?"
"Tau tuh, papaku yang masukin aku ke situ. Kayaknya karena dia alumnus situ. Biar turuntemurun, kali."
"Oh." Lagi-lagi oh. Tampaknya Natta harus benar-benar berhenti mencurigai Kenzi dan
mikir yang bukan-bukan tentang cowok ini. Lagian kalo cowok itu orang jahat, ngapain juga
terus-terusan mengincar mangsa yang sama" Mendingan cari korban lain kan, daripada
mengincar korban kayak Natta" Udah cerewet, curigaan, hiperbolis"tipe yang bisa bikin
repot penjahat. Mungkin nggak masalah juga Natta cerita sama Kenzi soal naskah itu. Siapa tau Kenzi bisa
bantu. Secara cowok itu juga suka berimajinasi dan berkhayal, sangat mungkin dia juga bisa
bantuin Natta bikin naskah itu. "Kenzi..."
"Ya?" jawab Kenzi sambil sekilas melirik jam tangannya. Tiba-tiba matanya melotot,
mukanya panik. "YA AMPUN!"
"Kenapa?" "Aduh! Sial! Darurat nih! Kalo telat bisa gawat!" Mukanya ketakutan. Tanpa menunggu
jawaban Natta, Kenzi bangkit dan berlari buru-buru. Sampe segitunya. Tahu-tahu, seolah
teringat sesuatu, Kenzi berhenti mendadak dan menoleh ke arah Natta. "Aku bakal ada di sini
hari Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu." Lalu dia melesat pergi.
?Anjungpaput Natta bengong. Ge-er banget tuh cowok! Kesannya Natta bakal ke sini dengan niat ketemu
lagi sama dia. Kalo sudah tau jadwalnya begitu, justru Natta malah lebih enak mengatur
jadwal kapan bangku ini kosong.
"Hhh..." Natta menghela napas. Baru aja mo minta tolong dia malah mendadak pergi. Janganjangan Kenzi itu anggota Power Rangers" Siapa tau...
"Kenzi..." suara gadis manis bernama Natta itu memanggil namanya pelan.
Kenzi menoleh, sekilas sempat melirik jam di tangannya. Ya ampun! Panggilan darurat.
Keadaan gawat... para Ranger diminta berkumpul! Kota diserang monster kecoak WC! "Ya
ampun! Aku harus segera pergi! ada keadaan darurat!" Kenzi bangkit dari tempat
duduknya, padahal kelihatannya cewek manis bernama Natta itu ingin mengatakan sesuatu.
Kenzi berlari cepat. Tapi kemudian langkahnya terhenti. Tatapan cewek itu mengganggu
pikirannya. Apa yang sebenarnya mau dia katakan" Kenzi menoleh dan menatap Natta yang
masih duduk di bangku taman. menatap kepergiannya dengan bingung. "Selasa, Kamis,
Sabtu, Minggu, aku selalu ada di sini." Entah kenapa Kenzi membocorkan jadwal patroli
Ranger-nya di taman ini. Dia berharap cewek itu mau datang lagi saat Kenzi di sini dan
mengatakan apa yang dia mau katakan tadi.
Natta diam. Tak menjawab.
Kenzi melesat pergi. Mencari tempat sepi di balik rerimbunan pohon yang agak-agak bau
pesing. Lalu... SET! SAT! SET-SET berubah! Jins dan T-shirt-nya menghilang entah ke
mana, berganti baju ketat berwarna mencolok dan bermotif nggak-banget lengkap dengan
topengnya. POWER RANGER!!!
"Hihihihi..." Natta nggak tahan untuk nggak cekikikan sendiri gara-gara khayalan aneh ini.
Power Ranger, gitu. Hari gini"!
Telepon Inna ahhh... "Halo?" jawab Inna di seberang sana.
?Anjungpaput "Vi, ternyata Kenzi itu Power Ranger."
"HAH"!" Hihihihihihi... +++ _Sepuluh_ KEADAAN Nanta kayaknya sudah pulih. Dia kelihatan segar bugar, nggak kayak waktu
terserang flu gawat waktu itu. Hari ini dia kelihatan lahap menyantap nasi uduk yang dibeli
Teh Ipah dalam perjalanannya ke sini. Teh Ipah itu perhatian banget. Sering banget dia
membelikan makanan-makanan enak buat sarapan. Serabi, nasi uduk, ketan bakar, dan lainlain.
"Udah sembuh, Kak?" Natta membuka bungkusan nasi uduk jatahnya.
"Ehm... lumayan."
"Kayaknya tenggorokannya masih agak nggak enak, ya?" Hmmm... teri, telur dadar, sambal.
Pas banget. Natta memandang isi bungkusan nasi uduknya.
Nanta mengangguk. ?Anjungpaput "Ayah udah pergi, ya?" Tahu-tahu Ibu nongol dari dalam kamar. Sudah dandan rapi dengan
semilir wangi parfum ke mana-mana. sepagi ini udah dandan begitu, mau ke mana ya"
"Udah, Bu, tadi pagi. Katanya mau ambil stok barang," jawab Teh Ipah yang baru datang dari
dapur sambil membawa nampan berisi teh manis hangat.
Ibu ngedumel nggak jelas. "Bukannya nungguin. Padahal Ibu pengin ikut sampe rumah Bu
Aan." "Ibu udah bilang sama Ayah?" tanya Natta.
"Ya nggak. Tapi kan mana Ibu tau Ayah bakal berangkat pagi-pagi buta begitu. Pasti pas Ibu
di kamar mandi." Ya ampun! Ayah dan ibunya ini betul-betul sudah nggak komunikasi lagi,
ya" Kenapa juga Ibu nggak bilang sama Ayah tadi malam kalo emang mau nebeng Ayah"
Separah itu ya masalah komunikasi mereka" "Terpaksa panggil taksi deh. Pah, panggilin
taksi ya di depan?" Teh Ipah mengangguk lalu bergegas pergi.
"Ibu mo ke mana sih" Rapi banget. Arisan lagi?" Kelihatan banget Ibu hari ini dandan habishabisan. Kayaknya ada acara penting. Kalaupun arisan kayaknya bukan arisan biasa deh.
"Ke Tasikmalaya."
"Hah" Jauh banget, Bu, arisannya," komentar Natta terheran-heran.
Nanta cuma diam mendengarkan obrolan mereka. Karena jarang ketemu Ibu dan Ayah,
kayaknya Nanta susah berakrab-akrab pada orangtuanya seperti Natta. Padahal dia tahu buat
Natta juga susah. Biarpun selalu ada di rumah, Natta juga jarang ngobrol sama orangtua
mereka. Kadang Nanta kasihan melihat adiknya ini. Dia betul-betul berusaha menganggap
keluarga mereka normal. ?Anjungpaput Ibu duduk di sebelah Natta. "Ini bukan arisan, Nat. Kamu doain aja Ibu berhasil. Kalo ini
sukses, kita bisa kayak dulu lagi," kata Ibu antusias.
"Emang Ibu mo ngapain ke Tasikmalaya" Bisnis?"
"Semacam itulah. Ada pertemuan. Kamu tau Tante Aan, kan" Sepupunya Tante Aan ikut
bisnis MLM. Udah banyak yang sukses lho, sampe punya Jaguar dan rumah mewah dalam
waktu singkat. Belum lagi jalan-jalan keluar negeri gratis kalo pangkat kita udah tinggi. Hari
ini ada presentasinya. Ibu sama Tante Aan downliner-nya sepupunya Tante Aan itu.
Pokoknya prospek cerah deh. Kita tinggal cari-cari anggota baru," cerocos Ibu semangat.
Mulai deh Ibu mimpi lagi. Sampe jauh-jauh nyamperin ke Tasikmalaya. Cari uang kan nggak
segitu gampangnya. Lagian apa itu yang paling penting buat Ibu" Kembali kaya Nantaa
kayak dulu. Huh. Harusnya dengan keadaan keluarga mereka seperti ini mereka jadi lebih
solid, kan" Ini kok malah jadi pada sibuk sendiri.
"Nasi uduknya nih, Bu." Natta menyodorkan bungkusan nasi uduk.
"Duh, nggak usah deh. Di sana pasti disediain makanan kok. Tuh taksinya dateng. Ya udah
ya... Nanta, kamu udah sembuh?" Masih inget juga Ibu sama Nanta.
Nanta mengangguk. "Tuh kan kata Ibu juga apa. Flu aja sih nggak usah dibesar-besarin. Cuma perlu istirahat."
Lalu Ibu pun pergi. *** "EH! EH! HEI!" ?Anjungpaput Inna menyikut Natta. "Kayaknya dia manggil kita deh."
Rasanya kepala Natta berdenyut-denyut saking kesenangan. Apa betul Ditto manggil
mereka" Atau manggil dia"! OMG! Mimpi jadi kenyataan!
Ditto berlari kecil ke arah mereka. BENAR! Kali ini tak salah lagi!!! Yes! Yes! Yes!!!
"Hai..." sapa Ditto sambil dengan keren abis mengusap rambutnya. Natta betul-betul terpana.
"Ada apa ya?" tembak Inna to the point.
Uh, Inna nih. Manis-manis dong sama Ditto. Bisa gawat seribu watt dong kalo Ditto takut
sama Inna. Nanti dia nggak jadi PDKT ke aku, pikir Natta ge-er abis.
Ditto garuk-garuk kepala canggung. "Eng, gini..."
Natta menatap Ditto terpana. Terpana... terpana...
Pipi Ditto kelihatan memerah dan cowok itu salah tingkah abis. Kayaknya dia grogi berat.
Natta tertunduk malu nggak sanggup memandang mata Ditto.
"Sebenarnya aku... anu... gini..."
?Anjungpaput Inna menatap Ditto nggak sabar. "Ada apa sih?"
Tiba-tiba sekeliling mereka berubah jadi negeri dongeng kerajaan. Natta bagai Cinderella
dengan gaun lusuhnya. Ditto sang pangeran berdiri canggung di depannya. Agak melenceng
dari cerita Cinderella asli, yang ini Cinderella-nya punya geng. Ada babu Dara, babu Inna,
dan babu Kinkin. "Natta... maukah kamu..." tangan Pangeran Ditto terulur... "jadi permaisuriku?"
Ohhhh... apakah ini mimpi"! Pangeran Ditto memintaku jadi permaisurinya"!
"Gimana" Mau nggak?" Suara Ditto di dunia nyata membuyarkan lamunan Natta. Tunggu...
tunggu... apa tadi katanya" Mau nggak" Ditto nanya mau nggak"
Mata Natta berbinar. Apa pun yang ditawarkan dan mungkin saja betul-betul meminta Natta
jadi permaisuri"secara Natta sibuk melamun dan melayang ke alam khayalannya sampe
nggak tau tadi Ditto ngomong apa"demi kentang goreng bumbu balado kesukaan Natta dan
demi bakpao isi kacang ijo yang enak banget itu, tentu aja Natta... "Iya, iya, mau," jawab
Istana Yang Suram 16 Amukan Pendekar Edan Serial Tujuh Manusia Harimau 8 Karya Motinggo Busye Sumpah Palapa 7

Cari Blog Ini