Ceritasilat Novel Online

Ketika Elang Mencintai Dara 2

Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati Bagian 2


"Tahan emosi lo!" kata Elang. "Nggak ada gunanya lo marah2!"
Akhirnya aku menyerah. Sebelum Elang berhasil menjauhkan aku dari Cakra, aku sempat berteriak.
"Cowok brengsek lo!"
Adzy berlari menyusul kami.
"Dara." Katanya.
"Adzy, maafin gue." Kataku seraya memeluk kakakku itu. "Maafin gue, Zy. Gue salah."
Spontan aku menangis. Adzy kemudian mengelus lembut kepalaku.
"Gue yang seharusnya minta maaf, gue udah ngebentak lo tadi siang." Kata Adzy. "Udahan
dong, lo jangan nangis."
Aku melepas pelukan Adzy.
"Abisnya gue sebal!" gerutuku.
"Tapi lo udah ngeluapin emosi lo, kan" Gue kaget lo bisa ngomong kasar kayak tadi." Kata Adzy
sambil tersenyum tipis. "Tapi nggak apa2, gue rasa Cakra emang pantes ngedapetinnya."
Aku tersenyum senang. "Pulang yuk." Ajak Adzy. "Lang, makasih ya. Lo udah ngejagain Dara. Biar Dara pulang sama
gue aja." "Sama2, sob!" kata Elang sambil tersenyum.
Hatiku lega. Sampai di rumah nanti aku akan menelepon Lala.
*** "Apa" Tadi Adzy ribut sama Cakra" Kok bisa sih" Ya ampun" Kok lo nggak bilang sama gue
sih?" Aku nggak nyangka reaksinyya seheboh itu setelah aku meneleponnya.
"Mana gue sempet, La. Tadi itu gue lagi panik sama Elang, nggak kepikiran ngasih tau lo. Tadi
sore kan jadwal lo latihan basket. Kalopun gue telepon, lo pasti nggak bakalan ngangkat telepon
gue." Kataku. "Jadi, lo sama Elang" Terus gimana, Ra" Gimana ceritanya?"
Aku lalu menceritakan kejadian tadi.
"Gue minta maaf, La?" kataku kemudian. "Gue nyesel dulu nggak percaya sama lo. Seandainya
waktu itu gue dengerin omongan lo?"
"Nggak ada yang perlu disesali, Ra." Potong Lala. "Yang penting sekarang lo udah tau siapa
Cakra sebenarnya. Lo udah liat sendiri. Sekarang lo udah lega, kan" Dan pastinya sekarang lo
udah tau kan, kalo Elang ternyata lebih baik daripada Cakra?"
"Lala, kok ngebahas Elang sih?"
Tiba2 aku merasa pipiku memerah lagi.
"Udahlah, Ra. Lo cocok banget sama Elang. Gue bakal mendukung banget kalo lo jadian sama
dia." "Hah" Jadian" Lala, lo apa2an sih" Nggak mungkinlah gue jadian sama Elang. Jangan ngaco
deh!" "Lho, kok nggak mungkin sih" Maka"y lo kasih kesempatan dong buat Elang."
"Kesempatan apa" Emangnya Elang lagi ngarepin gue jadi pacarnya" Udah deh, La. Nggak usah
ngebahas itu lagi. Gue capek nih, mau istirahat dulu. Besok aja deh ya, kita ngobrol lagi."
Aku pura2 menguap. "Halah, giliran ngomongin Elang lo minta istirahat. Ya udah deh, sampe ketemu besok!"
Untung saja Lala nggak tambah cerewet.
Elang sudah cukup bikin aku pusing.
BAB 9 Hari ini seperti biasa aku berangkat sekolah bareng Adzy dan Lala.
"Ra, hari ini ada pembinaan olimpiade fisika lagi. Kemaren lo bolos, kan" Ntar lo ikut ya, gue
ditanya melulu sama Pak Bambang." Kata Adzy sambil menyetir mobil.
Ya ampun, aku lupa" "Ng" Gue males, Zy. Ikut olimpiade fisika bukan target gue. Gue cuma pengin dapet nilai
bagus, itu aja udah cukup kok buat gue." Kataku sedikit memelas.
"Tapi Pak Bambang udah milih lo ikut. Lagian sekarang kan lo udah pinter. Nggak ada salahnya
lo ikutin jejak gue." Ujar Adzy.
"Bener, Ra. Lo ikut aja. Jangan sia2kan kepintaran yang lo punya. Atau kalo lo nggak mau
olimpiade fisika, gimana kalo olimpiade matematika?" Lala menawarkan.
"Zy, lo ngomong ke Pak Bambang ya, gue nggak mau ikut. Gue nggak bakal bisa bersaing. Gue
nggak pinter2 amat dibadingin lo sama Lala." Bujukku.
"Nggak bisa, Ra. Kalo Pak Bambang udah memutuskan, ya susah banget dibantah. Udah saatnya
lo berprestasi. Coba lo pikir, lo punya prestasi lain nggak selain kesempatan ikut olimpiade
fisika?" Tanya Adzy.
Bagus, Zy. Lo bikin gue mati kutu.
"Kok diem, Ra" Mau ikut, kan?" Tanya Adzy lagi.
Sampai sekolah pun aku hanya diam.
"Ra, kok diem sih" Ngomong dong" Lo lagi bingung, ya?" Tanya Lala sesampainya kami di
kelas. "Iya, gue bingung, La. Kalo jawab soal ulangan, gue emang bisa. Tapi kalo soalnya standar
olimpiade, gue pasti nggak bisa. Otak gue pas2an, La?" kataku.
"Gimana kalo lo ikut pembinaan matematika aja" Bareng2 Elang, gimana?" Lala menawarkan.
"Duh, Lala. Kok Elang lagi sih?" gerutuku.
"Dara, lo nggak sadar2 juga kalo Elang suka sama lo?" pekik Lala.
Dengan spontan aku mendekap mulut Lala.
Aku merasa kaum hawa menoleh ke arah kami.
"Elang kenapa?" Tanya Farah.
"Elang ikut olimpiade matematika." Jawabku cepat. "Pinter ya dia" Ya, kan?"
Aku masih mendekap mulut Lala yang meronta-ronta.
"Oh, kalo yang itu sih gue udah tau.Dia kan emang pinter banget. Udah cakep, keren, pinter,
lagi!" kata Farah bersemangat. "Tapi dulu gue sempet ngefans sama kakak lo, Ra. Cuma
keduluan sama Lala. But it"s okay, masih ada Elang yang bisa gue kagumi setiap hari."
Aku melepas dekapan tangan tanganku.
"Apa" Lo sempet ngefans sama Adzy" Tapi sekarang lo udah nggak ngefans lagi, kan?" Tanya
Lala. "Ya nggaklah. Lo tenang aja, kali. Gue nggak bakal ngerebut Adzy dari lo." Kata Farah seraya
melenggang pergi. "Lala, lain kali lo harus hati2 kalo omong." Kataku.
"Sori, Ra. Abisnya gue gemes sama lo. Masa sih lo nggak ada perasaan apa2 ke Elang?" Tanya
Lala. Aku bingung bagaimana menjawab pertanyaan Lala. Aku deg2an kalo dekat2 dia dan merasa dia
itu keren. Kadang2 aku merasa hatiku belum berkata suka ke Elang.
"Bingung, kan" Awal2 suka sama orang emang gitu, Ra. Lo pasti suka kan sama Elang" Suka
deg2an nggak kalo ketemu Elang" Elang kurang apa sih" Dia kan keren banget?"
"Lala, gue perlu waktu untuk mastiin perasaan gue sendiri." Potongku cepat.
"Tuh, kan! Lo pasti ada rasa. Mungkin baru sedikit. Tapi lama2 bakal jadi cinta. Wow" apalagi
Elang udah ngasih sinyal2?"
"Lala, gue kan udah bilang, hati2 kalo ngomong." Potongku lagi.
Faisal masuk kelas sambil berteriak.
"Pengumuman! Ada murid baru! Cantik banget! Sumpah, cantik banget! Anak kelas sebelas!"
teriaknya. Kayaknya nggak penting buat aku.
Anak2 cowok kelihatan heboh. Mereka berhamburan keluar kelas untuk memastikan kebenaran
berita dari Faisal. "Aduh, cewek cantik, ya" Jangan bilang dia lebih cantik daripada gue. Kalo Elang suka sama dia
gimana?" pekik Farah sambill memelintir rambutnya.
Cewek2 pun juga langsung berhamburan keluar kelas. Lala ikut menarikku keluar kelas.
"Kita harus liat saingan lo, Ra!" katanya.
Apa" Sainganku"
"Itu dia!" Faisal menunjuk ke arah seorang cewek yang sedang berjalan menyusuri koridor kelas.
Cewek itu kelihatan tinggi semampai dan rambutnya panjang. Dari gayanya, aku berani menebak
dia cewek fashionable. "Apanya yang cantik, Sal?" Tanya Farah jutek.
"Kalo dia udah deket, nanti kita buktiin. Lo bakalan merasa kalah jauh deh!" sahut Faisal. "Liat
dong, dari jauh aja bodinya udah gimana gitu?"
"Huuuuuu"!" anak2 pada nyorakin Faisal. "Dasar lo!"
Entah kenapa aku jadi ikut penasaran sama cewek itu. Dia sudah semakin dekat. Cewek itu pasti
cantik banget dan bakalan jadi primadona sekolah.
"Ra, menurut lo gimana?" Tanya Lala.
"Hah" Gue" Kayaknya Sasha lewat deh." Sahutku.
Ketika cewek itu melintas di depan kelas, dia menebar senyumnya yang begitu manis. Cowok2
kelihatannya pada terbuai sama pesona cewek itu.
"Gila, tuh cewek bener2 idaman gue!" seru Randy.
"Bener kan kata gue" Sasha mah lewat!" kata Faisal.
"Gue harus cari tau info tentang cewek itu." Kata Farah dengan pandangan sinis.
"Emangnya penting buat lo?" Tanya Lala.
"Ya pentinglah, La! Siapa tau dia suka sama Elang juga. Dia bisa jadi siangan terberat gue."
Sahut Farah. Aku hanya bisa menghela napas panjang.
*** Masih di hari yang sama. Di toilet cewek.
Tumben banget aku kebelet pipis di sekolah. Aku baru saja akan keluar dari toilet ketika
mendengar ada suara2 cewek yang sepertinya nggak asing lagi di telingaku.
"Gila! Tuh cewek bener2 keren, Sha! Dia itu pindahan dari Australia!" aku mendengar suara
Yuka, salah satu dayang2 Sasha.
Aku nggak jadi keluar dari toilet.
"Kesempatan gue buat deketin Elang bisa hilang kalo tuh anak juga suka sama Elang." Ujar
Sasha. "Tapi" mungkin nggak sih dia juga suka sama Elang?"
"Ya mungkin lah! Secara Elang cakep, gila. Siapa sih yang nggak suka" Gue denger, anak baru
itu dulu satu sekolah sama Elang. Kemungkinan mereka bisa aja udah saling kenal." Kata Yuka.
Tiba2 saja perasaanku jadi nggak enak.
"Saling kenal" Gawat kalo gitu." Kata Sasha. "Oh ya, kemaren gue liat Elang sama cewek di
kantin. Kalo nggak salah, cewek itu adik"y Adzy. Lo tau nggak?"
Apa" Sasha masih ingat kejadian kemarin"
"Oh, namanya Dara. Gue denger belakangan ini tuh cewek emang deket sama Elang." Kata
Yuka. Hah" Jadi anak2 gosipin aku kayak begitu"
"Apa" Mereka deket?" Sasha setengah memekik.
"Lo gimana sih, Sha" Elang kan sahabatan sama Adzy. Pastinya adiknya Adzy juga bisa aja kan,
deket sama Elang. Pake logika dong! Tapi menurut gue, Dara sih bukan apa2 dibandingin elo.
Elang nggak mungkin lah suka sama dia. Nggak level!" kata Yuka enteng.
Sadis. Sabar2" "Ya, lo bener juga. Tapi kita harus cari tau informasi tentang anak baru itu. Siapa namanya?"
Tanya Sasha. "Safira." Sahut Yuka.
Oh, jadi namanya Safira"
"Ya, Safira. Kita harus selidiki dia." Kata Sasha.
Setelah itu nggak ada pembicaraan lagi.
Setelah memastikan Sasha dan Yuka lenyap dari pandanganku, aku keluar dari bilik toilet sangat
hati2. Kenapa hatiku jadi mencelos begitu mendengar Yuka ngomong kalo aku ini nggak selevel sama
Elang" Apa aku sudah terlanjur suka sama Elang"
Nggak! Nggak boleh! "Dara!" Ada yang memanggilku. "Cakra?" aku setengah memekik.
"Ra, gue mau ngomong sama lo." Kata Cakra seraya mendekatiku.
Spontan aku agak menjauh.
"Ra, gue minta maaf sama lo." Katanya.
"Minta maaf" Buat apa?" tanyaku sambil menahan emosi.
"Gue tau gue salah, Ra. Tapi lo salah paham. Gue?"
"Gue" Salah paham?" potongku. "Gue nggak ngerti. Jelas2 lo kemaren bilang?"
"Nggak semua yang lo denger itu bener, Ra?"
"Sori, lo udah ngecewain gue banget. Gue udah nggak mau ketemu sama lo lagi, ngerti lo?"
Aku cepat2 berbalik untuk menghindar, tapi Cakra menarik tanganku.
"Cakra! Lo apa2an sih" Lepasin gue!" bentakku.
Beberapa orang memperhatikan aku dan Cakra.
"Please" Gue mau ngomong sama lo." Kata Cakra.
"Tapi gue nggak mau!" aku memekik.
"Ini penting, Ra?"
"Cakra!" aku mendengar suara teriakan Lala. "Cakra! Lepasin Dara!" katanya begitu dia berdiri
di hadapan Cakra. "Tolong, La. Gue mau ngomong sama Dara." Kata Cakra sedikit memelas.
"Tapi nggak gini caranya!" kata Lala tegas. Dia lalu menarik tanganku yang satu lagi. "Lepasin
nggak?" ancam Lala. Cakra malah menarik tanganku. Lala juga menarik tanganku. Aku jadi kayak boneka yang
direbutin dua kakak-beradik yang lagi berantem.
"Cakra! Dara kesakitan kalo lo tarik2!" kata Lala.
"Ya makanya lo jangan ikutan narik dong!" balas Cakra ngeyel.
"Lo yang lepas!" bentak Lala.
"Lepasin gue!" teriakku. Lala spontan melepas tanganku. Tapi Cakra nggak melakukan hal yang
sama. "Cakra! Lepasin gue!" teriakku lagi. Wajahku terasa panas.
Akhirnya Cakra melepas tanganku. Tanpa basa-basi aku berbalik dan pergi.
"Dara!" aku mendengar Cakra berteriak lagi.
Aku nggak akan menoleh. "Dara! Gue suka sama lo!"
Apa itu Cakra yang berteriak"
"Hah?" aku mendengar Lala memekik.
Langkahku terhenti. "Dia bilang apa?" tanyaku dengan tampang shock ke Lala.
"Dia bilang dia suka sama lo." Sahut Lala dengan tampang yang nggak kalah shock.
"Dia serius?" tanyaku lagi.
"Sepertinya serius, gue kenal Cakra. Dia nggak pernah main2 sama ucapannya walaupun dia
brengsek." Ujar Lala. "Kita harus pergi, Ra. Sebelum dia jadi tambah gila!"
Lala lalu menarik tanganku untuk beranjak pergi.
BAB 10 "Dara" Lala" Kenapa jalannya cepet2?" Aku dan Lala spontan berhenti begitu Elang muncul di
hadapan kami. Lala malah beranjak pergi. Aku baru saja akan menyusul, tapi Elang keburu
mencegahku. "Kalian kenapa sih?" Tanya Elang penasaran. "Muka lo kenapa pucat" Lo sakit?"
"Nggak. Gue nggak kenapa-napa kok." Sahutku.
"Bohong, lo pasti lagi kenapa- napa." Kata Elang. Aku nggak mau berlama-lama sama Elang.
"Ra" Kok diem?" Tanya Elang.
"Gue mau ke kelas dulu." Kataku seraya cepat2 menghindar dari Elang.
Di kelas aku melihat Lala terdiam. "Lala!" kataku jutek.
"Kenapa, Ra?" tanyanya dengan tampang masih shock.
"Kenapa, Ra?" sahutku seraya mengulang pertanyaannya. "Gue yang harusnya nanya kenapa!
Kenapa tadi lo kabur" Gue jadi terjebak sama situasi yang enggak enak, tau!"
"Situasi nggak enak gimana" Kan lo bisa berduaan sama Elang. Gimana sih?"
"Berduaan" Siapa yang mau berduaan" Lo mau gue mati dihajar fans2nya Elang" Lain kali lo
jangan gitu dong!" "Tapi kan gue cuma ngasih kesempatan ke Elang, biar dia bisa ngasih perhatiannya ke elo. Terus
tadi gimana?" Lala menatapku dengan eksoresi ingin tahu. "Gimana apanya" Gue ikutan kabur
kok!" sahutku ketus.
"Hah" Lo kok menghindar sih" Kasih Elang kesempatan dong?"
"Kesempatan apa, La" Udah deh, lo nggak usah sok nyomblangin gue sama Elang. Gue nggak
pantes sama Elang. Gue enggak mau bikin orang2 mencemooh gue." "Helooow" Dara, lo tuh
kenapa sih" Minder amat! Ya udah, terserah lo deh. Kalo lo mau Elang lebih memilih orang lain,
silakan. Tapi jangan nyesel, ya" Tumben2an lo disukai sama cowok cakep!" Kata2 Lala tadi
begitu mengena. Aku butuh waktu untuk merenung. "Pikirin baik2, Ra. Gue ngerti kok, perasaan
lo gimana. Tapi nggak mudah melepas orang yang kita sukai." Kata Lala lagi. "By the way, tadi
gue udah ngomong sama Pak Bambang. Pak Bambang setuju untuk daftarin nama lo buat ikut
pembinaan olimpiade matematika."
"Apa"!" aku kaget luar biasa.
"Nggak usah kaget gitu. Gue tau lo punya bakat matematika. Mulai besok lo bisa ikut pembinaan
bareng Elang." Kata Lala enteng.
"Lala! Lo kelewatan banget?"
"Apanya yang kelewatan" Gue cuma mau bantu lo untuk nunjukin ke semua orang kalo lo itu
hebat!" kata Lala bersemangat. "Tunjukin kalo lo nggak bisa diremehin, Ra. Kalo lo punya
prestasi, lo bakal di kenal banyak orang. Dan lo nggak bakalan minder dekat2 Elang." Benar
juga. "Gimana" Ide bagus, kan?" Tanya Lala sambil tersenyum tipis.
"Ya, ide lo lumayan bagus." Kataku lemah. "Tapi gue masih kepikiran sama Cakra. Apa maksud
dia teriak2 kayak gitu tadi?"
"Gue jua kepikiran, Ra. Kayaknya Cakra beneran suka sama lo. Gue udah kenal dia. Kalo dia
sampai nekat gitu, itu artinya dia lagi serius. Tapi maksud di balik itu semua, gue nggak tau."
Kata Lala. "Tapi lo nggak usah terlalu mikirin itu?"
"Cakra orangnya nekat" Gini, La. Justru gue takut, kalo gue cuek, dia malah semakin nekat.
Tingkahnya semakin aneh. Gimana dong, La?" aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana.
"Kalo dia serius suka sama lo, berarti lo harus jujur sama dia tentang perasaan lo ke dia. Gue
yakin Cakra bisa menerima." Kata Lala tenang. "Meski beringasan, Cakra bukan tipe cowok


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengandalkan segala cara buat ngedapetin sesuatu." Mungkin Lala benar. Apa Cakra bisa
dipercaya" "Ya, gue nggak boleh menghindar." Kataku lemah.
"By the way, tadi di toilet gue denger pembicaraan Sasha sama yuka?" Aku lalu menceritakan
apa yang kudengar ke Lala. "La, kenapa perasaan gue ikut2an jadi nggak enak ya?" tanyaku
kemudian. Lala menjetikkan jarinya. "Nah, itu dia! Lo jatuh cinta! Asli jatuh cinta!" kata Lala bersemangat.
"Maka dari itu, lo harus ikut olimpiade matematika. Lo harus dapetin cinta Elang. Lo harus
tunjukin?" Aku cepat2 membekap mulut Lala. "La, gue kan udah bilang, kalo ngomong tuh
pelan2?" *** Elang sekarang mengganggu pikiranku, padahal dia lagi nggak ada di dekatku. Sudah dua jam
aku terbaring di tempat tidur, tapi mataku nggak bisa terpejam. Sepertinya Lala benar. Aku
terlanjur jatuh cinta. Besok aku ikut pembinaan olimpiade matematika. Aku bisa berada di dekat
Elang dan punya kesempatan untuk semakin akrab dengan cowok itu. Sepertinya aku harus
mempersiapkan diri untuk besok. Aku bangkit dari tempat tidurku, dan semangan juang tinggi
aku mengumpulkan catatan dan buku matematikaku. Aku yakin bisa berprestasi di bidang ini.
Tadi sore Adzy memberiku buku kumpulan soal matematika standar olimpiade. Hmm"
memang agak sulit, tapi pasti aku kerjakan. Aku baru mengerjakan lima soal ketika HP-ku
berbunyi. "Halo?" "Halo, Dara?" Tanya orang menelepon.
"Cakra" Ngapain lo nelepon gue malem2?" tanyaku dengan suara sedikit bergetar.
"Gue mau minta maaf. Tadi siang gue kelepasan. Soalnya?"
"Maksud lo apa, Cak?" potongku. "Lo beneran suka sama gue" Biar gue malu, gitu?" kataku
nggak bisa menahan emosi.
"Gue serius, Ra. Gue nggak bercanda. Gue pengin jelasin ke elo, semula gue emang punya
maksud begitu tau lo adiknya Adzy. Gue pengin Adzy merasa kehilangan lo. Tapi ternyata gue
nggak bisa?" "Apanya yang nggak bisa" Lo udah hampir berhasil kok bikin gue ribut sama Adzy." Kataku
ketus. "Bukan itu, Ra. Gue nggak bisa bohongin perasaan gue sendiri. Awalnya gue emang bermaksud
nggak baik, tapi ternyata gue jadi beneran suka sama lo?" Apa kata2nya bisa dipercaya" "Ra,
gue suka sama lo?" Aku bingung harus berkata apa sampai2 tanpa sadar aku telah menutup telepon dari Cakra.
Samua kata2 Cakra tadi membuat konsentrasiku buyar. Aku memegang kepalaku yang mulai
berdenyut. Bagaimana kalau besok Cakra menemuiku lagi" Bagaimana aku bisa memercayai
kata2nya" BAB 11 Lala membelalakkan mata waktu aku bilang Cakra meneleponku.
"Kalo Cakra ketemu atau nelepon gue lagi, gimana dong, La?" tanyaku. "Konsentrasi gue bisa
buyar nih. Gimana gue bisa ikutan olimpiade?"
"Menurut gue, lo harus hadapi semuanya. Lo harus tegas. Kan gue udah kasih tau, lo harus jujur
tentang perasaan lo ke dia." Kata Lala.
Tadi pas jam istirahat aku memilih diam saja di kelas sambil mengerjakan soal latihan
matematika. "Bentar lagi pembinaan, Ra. Lo rapiin dulu gih, buku2 lo." Kata Lala kemudian. "Lo jangan
mikirin Cakra dulu. Fokus ke soal2 yang bakal lo kerjain."
Aku memasukkan buku2 pelajaran ke tas.
"Ra, gue kuatir sama lo. Lo nggak apa2, kan?" Tanya Lala.
"Gue nggak apa2 kok, La. Ke perpus yuk, ntar keburu mulai." Ajakku.
Aku beranjak dari tempat dudukku.
Ketika aku ingin melangkahkan kakiku ke luar kelas, aku dikagetkan oleh kehadiran seseorang.
Elang. Dia berdiri di hadapanku dengan membawa setumpuk buku.
"Lo ikut pembinaan olimpiade matematika juga, kan?" tanyanya.
"Iya, Dara ikut." Lala langsung menyambar pertanyaan Elang. "Kalian bareng aja, gue mau nyari
Adzy dulu. Gue kan barengnya sama Adzy, ikut pembinaan fisika." Kata Lala dengan lagak sok
polos. "Oke. Ayo, Ra. Kita ke perpus duluan." Ajak Elang.
Elang berjalan lebih dulu, kemudian aku berusaha menyamai langkahnya sampai akhirnya aku
berjalan beriringan dengannya.
"Lo udah latihan soal, Ra?" Tanya Elang.
"Tadi sih udah di kelas, pas jam istirahat." Sahutku.
"Berarti lo nggak dapet istirahat dong" Nggak capek?"
"Nggak kok" Gue tadi lagi males keluar kelas aja. Daripada diem, mending gue latihan soal,
kan?" Tiba2 Elang menghentikan langkahnya. Dia kemudian menatap wajahku dalam2. Aku mulai
merasakan wajahku panas dan bisa kupastikan pipiku jadi merah lagi.
"Lo nggak apa2?" Tanya Elang. "Pipi lo merah."
"Nggak, gue nggak apa2. Emangnya pipi gue merah" Biasa aja, kali." Kataku berusaha santai.
"Yakin lo" Lo lagi nggak ada masalah, kan?" Tanya Elang lagi. Tatapannya sangat serius. Aku
sudah nggak bisa mengendalikan degup jantungku yang berdetak semakin cepat.
"Emangnya gue keliatan lagi ada masalah?" tanyaku seraya memaksakan diri membalas tatapan
mata Elang. "Ya. Pasti ada yang lagi lo pikirin, kan" Abisnya aneh banget, tumben2an lo nggak keluar
kelas." Kata Elang. Pandangannya masih tertuju padaku.
"Jangan ngeliatin gue kayak gitu dong!" kataku spontan.
"Kenapa" Kalo ngeliatin orang gue emang kayak gini. Mata gue bagus, ya?"
Mulai deh narsisnya. "Apaan sih" Buruan yuk ke perpus. Ntar keburu mulai." Kataku.
Aku berjalan dengan cepat. Elang kemudian mengikutiku.
"Ra, mata gue bagus, kan?" tanyanya. "Iya, kan" Ya, kan?"
"Biasa aja." Sahutku.
"Masa sih biasa aja" Orang2 pada bilang mata gue bagus?"
"Tapi menurut gue biasa aja."
"Kalo biasa aja, kenapa pipi lo jadi merah pas gue liatin" Dara, lo suka sama gue, ya?"
"Hah"!" aku memekik kaget.
"Tuh kan, pipi lo merah lagi." Elang lalu tertawa kecil.
"Elang! Lo jangan ngeledekin gue!" pekikku. Aku memukul-mukul badan Elang.
"Eh, nggak boleh mukul! KDRT nih!" kata Elang seraya berusaha menghindari pukulanku. Dia
kemudian berlari dan aku spontan mengejarnya.
Orang2 jenius yang sudah stand by di perpustakaan awalnya melihat kami dengan tampang
keheranan. Kami lalu berusaha bersikap normal.
Aku nggak tahu apa aku bisa mengikuti pembinaan ini dengan lancar. Akhirnya guru matematika
datang. Oh God" Help me please"
*** Pembinaan olimpiade matematika ternyata nggak seseram yang aku bayangkan. Beberapa kali
Pak Johan menyemangatiku untuk menjawab soal lebih cepat dan benar.
Masih tersisa satu soal lagi.
"Lo nggak ngerti, Ra?" Tanya Elang.
"Nggak. Kan gue belum dapetin materinya di kelas sepuluh." Jawabku.
Elang lalu menyodorkan buku catatannya. Aku lebih cepat mengerti apa yang ditulis Elang. Tapi
dari cara dia menjawab soal, aku jadi teringat Cakra.
Mirip Cakra. Aku merasa mood-ku mulai berubah.
"Ngerti nggak?" Tanya Elang lagi.
"Ng" sedikit." Sahutku.
Pak Johan kemudian meminta Elang untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.
Setelah pertanyaan terakhir dijawab Elang, pembinaan selesai.
Aku cepat2 beranjak keluar.
"Ra, kok buru2?" Tanya Elang.
"Ntar gue ditinggal sama Adzy." Jawabku.
"Nggak mungkinlah Adzy ninggalin elo." Kata Elang seraya menyusulku.
Kami kemudian berjalan beriringan lagi.
Di saat aku dan Elang berjalan bersama menuju parkiran, tiba2 saja Safira muncul di hadapan
kami. "Hai, Lang!" sapanya seraya tersenyum ke arah Elang. "Hai!" sapanya lagi kepadaku.
"Mau ngapain lo?" Tanya Elang agak ketus.
Aku nggak ngerti kenapa Elang ketus.
"Ya ampun" Lo nggak berubah ya dari dulu" Gue udah susulin ke sini ternyata lo masih aja
jutek ke gue." Kata Safira.
"Jadi kalian udah saling kenal dari dulu?" tanyaku spontan.
Safira tersenyum. "Iya, dulu gue sama Elang satu sekolah di Melbourne. Gue sengaja pindah
sekolah ke sini karena mau nyusul Elang." Katanya. "Oh ya, nama lo siapa" Ikut pembinaan
olimpiade juga?" "Gue?" "Buruan yuk, Ra! Kita pulang aja." Elang memotong ucapanku sambil menarik taganku untuk
menjauh dari Safira. "Tapi, Lang?" "Udahlah, ntar lo ditinggal sama Adzy." Potong Elang lagi.
Kami kemudian meninggalkan Safira."Lang, lo kenapa sih" Lo ada apa sama Safira?" tanyaku.
Jangan2 mereka dulu punya hubungan khusus.
"Gue nggak suka aja sama dia." Jawab Elang enteng.
"Nggak suka" Kenapa nggak suka" Safira keliatannya baik kok, buktinya tadi dia nyapa kita."
"Lang! Gue nanya, lo denger nggak sih?" tanyaku kesal.
Elang lalu menghentikan langkahnya. Dia menatapku serius.
"Sekarang gue nanya, lo suka nggak kalo gue suka sama Safira?" tanyanya.
Hah" Kenapa hari ini Elang meolontarkan pertanyaan2 aneh kepadaku" Aku bingung harus
menjawab apa. Untung saja HP-ku berbunyi. Ada SMS dari Adzy.
Cepat2 aku baca SMSnya. Ra, gw plg duluan sm Lala. Gw udh selesai dr td. Sori bgt ya. Lo bs plg sm elang, kan"
"Apa"!" aku memekik.
"Kenapa, Ra?" Tanya Elang.
"Gue ditinggal sama Adzy." Sahutku dengan tampang jutek. "Dia pulang duluan sama Lala."
"Ya udah, gue anter lo pulang." Kata Elang.
Ya, gue emang mau pulang sama lo, kataku dalam hati.
Aku mengikuti Elang menuju mobilnya.
"Lang, gue boleh nanya lagi nggak?" tanyaku pada Elang di mobil.
"Nanya apaan" Safira lagi?" Elang balik nanya. "Emang kenapa sih" Penting, ya?"
"Abisnya lo keliatan nggak suka gitu. Kenapa sih" Lo dulu punya hubungan khusus, ya, sama
Safira?" Elang sempat melirikku beberapa detik.
"Safira mantan gue." Jawab"y pendek.
"Mantan lo?" aku memekik kaget.
"Nggak usah heboh gitu, kali. Biasa aja." Kata Elang. "Safira itu mantan gue waktu gue masih
sekolah di Australia. Udah puas?"
"Sori" gue kelepasan." Kataku cepat. "Terus" kenapa bisa putus?" tanyaku lagi.
"Gue nggak betah." Sahut Elang. "Safira hobi belanja, hampir tiap hari gue nemenin dia
shopping. Nggak cuma itu, gue juga harus nemenin dia ke salon, crambath-lah, meni-pedi-lah,
facial-lah, dan apalah namanya itu. Tiada hari tanpa perawatan. Dan yang paling gue nggak suka,
dia bisa2nya selingkuh sama ntemen gue sendiri."
"Jadi Safira selingkuh?" aku agak kaget. Gila, cowok secakep dan sekeren Elang diselingkuhin.
"Kenapa" Kaget" Nggak usah kaget, dia emang gitu. Nggak pernah serius."
"Nggak pernah serius" Tapi dia bilang ke sini buat nyusul elo. Apa itu nggak serius?"
"Halah" paling dia udah dicampakin sama selingkuhannya. Makanya dia ikut2an ke sini. Atau
duitnya udah abis buat biaya hidup di Melbourne." Ujar Elang seraya tertawa ringan.
"Lo sendiri kenapa pindah?"
"Bokap gue udah selesai tugas di Melbourne. Gue nggak mau menghindar kok." Sahut Elang.
"Kenapa sih lo nanya2 Safira melulu?"
"Nggak apa2. Gue cuma penasaran." Sahutku.
Aku sudah sampai di rumah. Begitu turun dari mobil Elang, aku malah nggak melihat mobil
Adzy di garasi. "Kenapa, Ra" Kok nggak langsung masuk rumah?" Tanya Elang dari dalam mobil.
"Mobil Adzy nggak ada. Pasti dia jalan2 sama Lala. Tuh anak curang banget sih?" gerutuku.
Elang tertawa mendengar gerutuanku.
"Udahlah, Adzy kan perlu refreshing." Katanya. "Gue cabut dulu ya, gue ngantuk banget."
Elang tancap gas. Aku hanya bisa melihat mobilnya melaju dengan kencang.
BAB 12 Kemarin begitu Adzy sampai di rumah, aku langsung menyerangnya dengan beberapa pukulan.
Tadi pagi di mobil ketika aku berangkat sekolah, Adzy dan Lala kelihatan senang. Ternyata
nggak cuma Lala yang sok jadi makcomblang, tapi juga Adzy!
Hari ini aku nggak berminat ke luar kelas.
"Ra, ke kantin yuk, temenin gue makan. Gue laper." Ajak Lala.
"Males, La. Lo sama Adzy aja."
"Ih, lo kenapa sih" Gue males ke kelasnya Adzy. Sama lo aja deh. Lo jangan menutup diri dari
dunia luar dong." "Yang menutup diri itu siapa" Gue kan udah bilang gue males."
"Ah, lo nggak asyik, Ra! Jangan bilang lo males keluar gara2 Cakra, ya!" Lala menatapku
dengan serius. Aku hanya diam. "Ra! Ayo ke kantin!" bujuk Lala.
Lala menarikku ke luar kelas dan menyeretku ke kantin.
Lala baru saja memesan semangkuk mi ayam bakso spesial dan es jeruk segar ketika tiba2 aku
kebelet pipis. "La, gue kebelet. Gue ke toilet dulu, ya?" aku langsung berlari menuju toilet.
Aku merasa lega. Ketika aku mencuci tanganku di wastafel, aku melihat Safira berdiri menatap
cermin. "Hai, lo masih inget gue, kan?" tanyanya.
"Ya, gue inget." Sahutku.
Safir memandangiku dari atas sampai bawah. Dia hanya memperhatikan aku sambil memelintir
rambutnya. "Kayaknya lagi lo deket sama Elang, ya" Sedeket apa sih lo sama Elang?" tanyanya.
"Bukan urusan lo." Kataku berusaha cuek.
"Bukan urusan gue?" Safira lalu tersenyum sinis. "Lo tau siapa gue?"
"Tau. Lo mantannya Elang, kan?"
"Kayaknya Elang udah cerita banyak ke elo ya. Gue cuma mau ngasih tau lo, gue nggak mau
tujuan gue jauh2 datang ke sini jadi gagal. Sebaiknya lo minggir dan jangan deketin Elang lagi.
Ngerti lo?" "Apa hak lo ngelarang gue?" tanyaku agak sewot.
"Oh, jadi lo berani sama gue" Oke, gue bakal bikin lo menyesal!"
Safira berbalik seraya mengibaskan rambutnya yang ikal bergelombang.
Setelah aku keluar dari toilet, aku ketemu Sasha.
"Lo Dara, kan?" Tanya Sasha. "Bener2 nggak pantes sama Elang." Katanya dengan nada kejam.
"Bener2 nggak pantes."
"Lo sendiri pantes?" bentakku.
"Oh, jelas" Lo nggak usah sering2 deket Elang deh. Satu sekolah juga udah tau, kalo lo berdiri
di sebelah Elang, bakalan jomplang banget. Mending juga Elang ada di deket gue."
"Hah" Elang" Di deket lo" Bisa2 Elang muntah!" kataku seraya pergi menjauh dari Sasha.
"Lala! Gue mau cerita!" kataku dengan tampang jutek.
"Cerita apa?" Tanya Lala dengan mulut penuh makanan.
"Abisin dulu makanan lo! Cepetan!" kataku jutek.
Lala kemudian cepet2 menghabiskan makanannya.
"Cerita apaan?" Tanya Lala.
"Tadi Safira sama Sasha sok2an ngancem gue." Kataku.
"Hah" Ngancem lo?" Lala memekik kaget.
Dengan kesel aku menceritakan apa yang Safira dan Sasha lakukan padaku di toilet.
"Lo harus lawan terus!" kata Lala bersemangat.
"Lama2 gue bisa dimusuhin banyak orang, La!" kataku kesal. "Mereka nggak akan tinggal diam.
Kayaknya gue tadi nyari masalah deh. Seharusnya gue ngalah aja kan, ya?"
"Eh, nggak boleh ngalah! Justru lo harus tunjukin kalo lo itu nggak bisa diremehin."
"Kalo mereka menghasut fans2 Elang biar benci sama gue gimana?"
"Yang penting Elang nggak benci lo, kan" Kalo Elang nggak benci sama lo, ya aman2 aja." Kata
Elang enteng. "Jadi tenang aja, Ra. Lo masih punya gue. Temen lo."
Benar juga. "Gimana, Ra" Lo udah ngerti, kan?" Tanya Lala.
"Ya, gue ngerti." Sahutku.
"Baguslah kalo lo ngerti. Ntar lo pulang bareng Elang lagi ya, Adzy mau nungguin gue latihan
basket, katanya." "Apa" Eh, kok jadi lo yang ngatur gue sih" Nggak mau ah! Gue mau pulang sama Adzy."
"Ya udah. Berarti lo nungguin gue latihan basket juga."
Ribet banget sih hari ini"
*** Nungguin Lala latihan basket benar2 membosankan. Adzy betah banget nungguin Lala sambil
main game di laptopnya. Sementara aku hanya bisa memandangi beberapa cewek yang lagi operoperan bola.
"Zy, gue ke toilet bentar, ya" Gue kebelet." Kataku. Sebenarnya sih aku nggak mau ke toilet.
Aku cuma pengin keliling2 biar nggak bosan.
"Ya." Kata Adzy.
"Kalo Lala udah selesai, lo SMS atau telepon gue, ya" Jangan tinggalin gue lagi." Kataku.
"Emangnya lo bakalan lama di toilet?" Tanya Adzy.


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Banget." Jawabku cuek seraya beranjak pergi.
Sambil bernyanyi kecil aku menyusuri koridor sekolah yang agak sepi.
Dari kejauhan aku melihat anak2 jurnalistik lagi nempelin beriya terbaru di mading sekolah. Aku
mempercepat langkahku. Aku membaca satu demi satu judul artikel yang ditempel di mading.
DUKUNG TIM BASKET SEKOLAH DI TURNAMEN BASKET ANTARA SMA.
PEMBINAAN OLIMPIADE SAINS, PERSIAPAN UNTUK GO INTERNATIONAL.
Aku senang banget, namaku tercantum di situ sebagai peserta olimpiade matematika.
Setelah membaca artikel itu, aku beralih ke artikel lain.
SAFIRA: TRENDSETTER BARU DARI AUSTRALIA
Buset" artikel apaan nih"
Tanpa aku sadari, dahiku sudah berkerut-kerut gara2 membaca judul artikel yang dibuat itu.
Artikel itu dilengkapi dengan foto Safira.
"Kenapa, Ra" Kok muka lo bete gitu?"
Aku kaget ada orang yang tiba2 bertanya padaku.
Aku melihat Cakra berdiri di sebelahku.
"Bukan urusan lo." Sahutku agak ketus.
Cakra lalu membaca artikel yang tertempel di madding satu per satu.
"Jadi Safira trendsetter baru, ya?" gumamnya.
"Jangan baca yang itu!" kataku spontan.
"Oh" jadi gara2 artikel ini?" Cakra lalu tersenyum tipis. "Kenapa, Ra" Lo nggak suka sama
Safira?" "Gue kan udah bilang, bukan urusan lo!" kataku jutek.
Aku berusaha menjauh dari Cakra, tapi Cakra malah mengikutiku.
"Ra, gue mau ngomong sama lo." Kata Cakra.
"Ngomong apaan sih" Lo sadar nggak sih kalo gue itu sebel banget sama lo?" kataku kesal.
"Iya, gue tau. Makanya gue mau jelasin ke elo kalo gue?"
"Lo mau bilang kalo lo suka sama gue lagi?" potongku. Aku menghentikan langkahku dan
melotot ke arah Cakra. "Weits" jangan galak2 gitu dong, Ra. Gue nggak mau bilang itu kok. Gue cuma mau bilang
kalo gue pengin temenan lagi sama lo, itu aja. Gue pengin memperbaiki hubungan gue sama lo,
sama Adzy. Gue udah pikirin semuanya. Capek juga kalo terus2an sirik dan hubungan jadi nggak
baik." Ujar Cakra dengan tampang serius.
"Oh gitu" Apa lo bisa dipercaya?" tanyaku sinis.
"Ra, gue serius. Lo mesti percaya sama gue."
"Gimana caranya gue bisa percaya sama lo?"
Cakra terdiam. Dia hanya memandangiku tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
"Diem, kan" Lo nggak bisa jawab, kan?" aku kesal.
"Ra?" ujar Cakra.
"Apa?" tanyaku.
"Elang?" "Elang?" Kenapa dia jadi nyebut2 Elang"
"Ng" nggaak apa2. Kita ke sana yuk." Cakra menunjuk ke aula. "Di situ anak2 musik lagi
latihan." "Tunggu. Lo tadi bilang apa" Elang?" tanyaku dengan kening berkerut.
"Nggak. Gue nggak bilang Elang. Gue cuma bilang?"
"Cakra, lo tadi bilang Elang! Mana Elang?" tanyaku kesal.
Sepertinya Cakra tadi tidak memandangiku. Tapi dia melihat sesuatu di belakangku.
Spontan aku menoleh ke belakang. Aku melihat dari balik jendela kelas XII.
Apa yang aku lihat di sana benar2 membuat hatiku mencelos. Elang lagi pelukan sama Safira!
Cakra cepat2 membalikkan tubuhku dan berusaha mengajakku pergi. Tapi terlambat. Safira
berada di pelukan Elang. Safira begitu manja berada di pelukan orang yang aku sayang. Aku
merasa kali ini aku sudah PATAH HATI.
"Ra, ayo pergi!" kata Cakra.
Dia kemudian memaksaku pergi. Dia mengajakku duduk di bangku semen di halaman sekolah.
Tanpa sadar air mataku mengalir.
"Ra, lo suka sama Elang, ya?" tanyanya.
Aku nggak menjawab pertanyaannya.
"Itu juga alasan lo nggak suka sama Safira?" Tanya Cakra lagi. "Udahlah, Ra. Apa yang lo liat
belum tentu bener." Cakra berusaha menghibur.
Cakra menghela napas. "Ra, jangan nangis dong. Gue yakin Elang pasti nggak ada hubungan apa2 sama Safira."
Katanya lagi. "Lo nggak usah sok menghibur gue deh." Kataku sambil menangis.
"Oke. Nggak masalah lo masih kesel sama gue. Tapi gue nggak mau ngeliat lo nangis. Apa perlu
gue cari Elang sekarang, terus gue hajar, gue abisin karena dia udah ngecewain lo?"
"Udah gue bilang, lo nggak usah menghibur gue! Lo nggak usah cari Elang! Elang emang nggak
suka sama gue! Dia sukanya sama Safira!" kataku penuh emosi.
"Lo salah, Ra. Elang suka sama lo." Kata Cakra kemudian dengan suara pelan.
Spontan aku menatap Cakra dengan serius.
"Dari mana lo tau Elang suka sama gue" Lo jangan sok tau." Kataku.
"Lo nggak sadar, Ra" Lo nggak sadar kalo Elang selama ini selalu muncul di saat lo butuh dia"
Lo inget nggak, waktu gue berantem sama Elang gara2 Elang belain lo" Lo inget nggak, waktu
Elang maksa ngajakin lo makan di kantin, waktu lo pengin ketemu sama gue" Lo inget nggak,
waktu kejadian di konser musik" Coba lo inget2, apa yang udah Elang lakuin buat lo!"
Aku nggak nyangka Cakra sepeka itu.
"Gue selalu bersikap fair kok. Kalo lo emang suka sama Elang, gue nggak masalah. Tapi kali ini
gue nggak ngerti. Elang udah bikin lo nangis. Seharusnya dia nggak ngelakuin hal bodoh kayak
tadi!" kata Cakra berapi-rapi. "Lo tenang aja, Ra."
Cakra lalu berdiri. "Lo mau ke mana?" tanyaku lebih kaget lagi.
"Gue mau cari Elang!" jawab Cakra.
Cakra lalu berjalan cepat ke ruang kelas tempat Elang pelukan sama Safira tadi.
"Cakra!" aku berteriak. Dengan cepat aku menarik lengan cowok itu. "Cakra! Lo mau ngapain
nyari Elang?" tanyaku kesal.
"Gue mau ngasih dia pelajaran!" sahut Cakra galak.
"Nggak perlu! Elang berhak memilih siapa pun yang dia suka! Dia bukan buat gue, dia suka"y
sama Safira!" kataku. Aku takut Elang tahu aku suka sama dia.
Cakra mengibaskan lengannya dan terus berjalan cepat mencari Elang.
"Cakra!" teriakku lagi.
Cakra malah makin mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya dia menemukan Elang. Aku
makin kaget begitu melihat Elang ternyata masih bersama Safira. Tapi kali ini mereka nggak
sedang berpelukan. "Brengsek lo!" kata Cakra penuh emosi.
"Weit" Tunggu, man! Ada apa nih?" kata Elang berusaha santai. "Ada apa, Ra?" tanyanya
kemudian padaku. "Lo nggak usah berlagak bego deh!" bentak Cakra. "Lo udah bikin Dara nangis, dan gue nggak
bisa ngebiarin lo tenang2 aja sama cewek itu!" kata Cakra sambil menunjuk Safira.
Wajahku mendadak memerah begitu Cakra ngomong begitu.
"Kayaknya lo salah paham. Kita bisa omongin ini baik2, kan" Gue nggak ngerti sama apa yang
lo bilang tadi." Kata Elang kemudian.
"Gue udah terlanjur emosi." Kata Cakra. Dia kemudian maju dan mendekat ke arah Elang dan
menarik kerah baju Elang. "Lo jangan seenaknya mainin perasaan cewek!"
Elang kemudian mendorong Cakra dengan emosi yang sudah mulai melonjak.
"Maksud lo apa" Lo jangan nuduh gue sembarangan!" katanya.
Mereka saling dorong sambil mengumpat dan mengatai-ngatai satu sama lain.
"Cakra! Udahan! Nggak usah pake berantem segala!" kataku pada Cakra.
"Cakra! Elang! Berhenti!" teriakku.
Cakra dan Elang sudah mulai tonjok2an dan aku semakin kesal karena Safira nggak ada usaha
untuk melerai. "Safira, lo suruh mereka berhenti dong!" kataku kesal.
"Gue harus ngapain lagi?" Tanya Safira dengan tampang masa bodohnya yang begitu
menyebalkan. "Heh! Kalian ngeributin apa sih" Oke, kalo ini memang kemauan kalian, silakan berantem
sampe puas! Gue nggak peduli!" kataku setengah berteriak. "Gue males ngeliatin kalian kayak
gini!" Cakra dan Elang tiba2 menghentikan pertengkaran. Mereka berdua sama2 termangu
memandangku. Beberapa detik kemudian Adzy muncul dengan ekspresi keheranan.
"Ada apa nih?" tanyanya.
Aku sedang menahan tangisku yang sebentar lagi mau pecah karena emosi.
"Gara2 dia!" tunjuk cakra. "Asal lo tau, Zy. Dia udah bikin Dara sakit hati!"
"Heh" Maksud lo apa" Bukannya lo yang udah bikin Dara sakit hati?" balas Elang.
"Diam!" bentakku. Spontan Adzy memelukku.
"Kita cari tempat yang lebih tenang, Ra." Kata Adzy. Dia kemudian mengajakku pergi.
Adzy mengajakku kembali ke lapangan basket.
"Dara, lo nangis?" Tanya Lala kaget.
Aku hanya diam. "Ada apa, Zy?" Tanya Lala.
"Gue juga nggak ngerti. Biarin Dara menenangkan diri dulu." Sahut Adzy.
"Ntar aja deh gue cerita di mobil." Kataku.
BAB 13 "Gue nggak ngerti semuanya." kataku pada Adzy dan Lala.
Adzy hanya diam sambil menyetir mobil.
"Jadi Cakra membalas rasa sakit hati lo ke Elang?" gumam Lala.
"Jadi lo sebenarnya suka sama Elang?" Tanya Adzy tiba2.
Aku lupa. Adzy nggak pernah tahu bahwa aku suka sama Elang.
"Dan Cakra ngakunya suka sama lo?" Tanya Adzy lagi.
Ooh" Adzy juga belum tahu bahwa Cakra mengaku suka sama aku.
"Ya" gitu deh." Kataku pelan.
Adzy kemudian diam lagi. "Ra, lo harus denger penjelasan Elang." Kata Lala.
"Apa lagi yang harus dijelasin, La?" tanyaku kesal. "Gue udah terlanjur ngeliat semuanya. Dia
mau ngejelasin apa lagi?"
"Kali aja yang lo liat itu nggak sepenuhnya bener." Ujar Lala.
"Apanya yang nggak bener sih, La?"
"Lo bisa aja salah paham." Sahut Lala. "Tapi sebaiknya lo tenangin diri dulu. Jangan mikir yang
macem2." Aku hanya bisa menarik napas panjang. Sabar" Sabar"
"Ra, gue turun ya. Kalo lo butuh gue, lo telepon gue aja." Kata Lala. Nggak terasa ternyata kami
sudah sampai di rumah Lala.
Sampai di rumah, aku dan Adzy nggak bicara satu patah kata pun.
"Kok tampang kalian pada tegang2 gitu sih?" Tanya Mama begitu melihat aku dan Adzy datang.
"Lagi bete, Ma." Sahutku.
"Bete kenapa?" Tanya Mama.
"PR lagi banyak." Kataku seraya masuk ke kamarku.
Setelah itu Mama kembali asyik nonton acara gossip favoritnya.
Di kamar aku hanya merebahkan diri di tempat tidurku yang empuk.
Aku berguling-guling di tempat tdiruku sekitar dua jam ketika Mama memanggilku.
"Ra! Ada yang nyariin kamu tuh." Kata Mama.
"Siapa, Ma?" tanyaku sambil membuka pintu kamar.
"Elang." Jawab Mama dari ruang depan.
Spontan aku menutup pintu kamarku lagi.
No! Aku nggak mau ketemu dia.
"Ra" Kok kamu nggak keluar2 sih?" Tanya Mama. "Ra?" Mama memanggilku sekali lagi sambil
mengetuk pintu kamarku. "Ra, Elang nyariin kamu tuh!"
"Aku lagi nggak enak badan, Ma!" sahutku.
"Nggak enak badan" Nggak enak badan kenapa" Perasaan tadi pulang sekolah kamu baik2 aja
deh. Keluar, Ra. Ditungguin tuh." Kata Mama masih dari balik pintu kamarku.
"Aduh, Ma. Aku lagi males banget nih."
"Nggak boleh gitu dong sayang. Kasian Elang udah jauh2 datang ke sini, kamunya males.
Pokoknya kamu harus ketemu Elang. Titik."
Aaargh" Sabar2" "Dara." Sapa Elang begitu aku menemuinya di ruang tamu.
"Ada apa, Lang?" aku berusaha tenang.
"Gue mau minta maaf." Sahut Elang.
"Minta maaf" Buat apa?" tanyaku.
"Soal kejadian tadi. Lo salah paham, Ra. Gue pelukan sama Safira?"
"Apa hubungannya sama gue, Lang?" potongku. "Lo mau peluk2 sama Safira ya urusan lo."
"Tapi gue mau jelasin ke elo, kalo tadi itu Safira yang meluk gue."
"Safira meluk lo" Ya udah, masalahnya apa?"
"Gue takut lo salah paham. Gue tadi bingung harus gimana karena Safira tiba2 meluk gue. Dan
gue yakin banget, Ra. Safira sama Cakra pasti kerja sama mau ngejebak gue."
"Elang! Plis, lo jangan bawa2 Cakra dong! Lo jangan cari alasan." Kataku jutek.
"Gue nggak cari2 alasan, Ra. Nggak mungkin lo sama Cakra kebetulan ngeliat gue lagi pelukan
sama Safira." Nggak mungkin. Cakra nggak mungkin kerja sama dengan Safira. Menurutku pasti Safira yang
langsung ambil kesempatan untuk membuatku cemburu.
"Nggak. Nggak mungkin, Lang." kataku. "Gini ya, soal kejadian tadi, itu bukan urusan gue.
Terserah lo deh mau mikirnya gimana."
"Terus, kenapa Cakra jadi ngotot gitu ke gue" Bilang gue mainin perasaan cewek-lah, terus
bilang gue bikin lo sakit hati-lah. Kenapa dia jadi kayak gitu?" Tanya Elang kemudian seraya
menatapku tajam. Sekarang aku nggak bisa berkata apa2 lagi.
"Kenapa, Ra" Gue dipeluk sama Safira jadi masalah buat lo?"tanyanya lagi.
Aku nggak bisa menjawab pertanyaan Elang.
Tiba2 saja kedua tangan Elang memegang pundakku. Elang berdiri tepat di hadapanku.
"Gue ngerti perasaan lo. Plis, percaya sama gue. Gue sama Safira nggak ada hubungan apa2,
kejadian tadi cuma salah paham." Kata Elang lembut. "Lo percaya kan sama gue?"
Perlahan aku mengangkat wajahku. Aku nggak bisa kalau harus nggak percaya sama Elang.
Aku terlanjur cinta sama Elang.
Aku mengangguk pelan. "Makasih, Ra. Lo udah percaya sama gue." Katanya.
"Sekarang lo pulang aja." Kataku cepat2.
"Kok pulang sih" Lo ngusir gue?" tanyanya.
"Gue mau istirahat." Jawabku pendek.
"Tapi lo maafin gue, kan?"
"Lo kan nggak ada salah sama gue."
"Ya tapi lo udah ngerti kan maksud gue."
"Udah. Sekarang lo pulang. Plis?"
Elang menatapku selama beberapa detik sebelum akhirnya dia berbalik oulang.
Aku bisa bernapas lega sekarang.
Aku percaya sama Elang. *** Hujan rintik2. Sore itu, seorang gadis cantik, berjalan sendirian di taman yang sepi. Tangan kanannya
memegang payung berwarna merah jambu. Senyum tipis terukir di wajahnya.
Dia Safira. Senyumnya semakin lebar begitu melihat seorang cowok urakan duduk sendirian di tepi kolam
teratai. Cowok itu tidak memakai payung.
"Cakra?" sapa Safira.
"Elo?" katanya.
"Gue seneng ketemu lo." Ujar Safira seraya duduk di samping Cakra.
Cakra tersenyum dingin. "Lo membawa keberuntungan buat gue. Karena lo, gue bisa?"
"Bikin Dara salah paham?" potong Cakra.
Safira tersenyum manis. "Iya. Makasih ya?"
"Makasih" Lo emang ratu drama. Hebat!" Cakra kemudian tertawa kecil.
Safira masih tersenyum. "Lo suka sama Dara, kan?"
Cakra terdiam. "Gimana kalo lo bikin Dara jatuh cinta sama lo, dan gue bikin Elang balik lagi ke gue?" Tanya
Safira menawarkan rencana terbarunya.
Cakra menatap Safira lekat.
"Kenapa, Cakra" Lo dilemma" Gue rasa berjuang untuk mendapatkan cinta dari seseorang itu
sah2 aja." Kata Safira.
Dia kemudian bangkit berdiri.
Safira hanya tersenyum, kemudian pergi meninggalkan Cakra.
BAB 14 Hari ini sekolah tampak seperti biasa.
Di sepanjang koridor anak2 bergosip, berbisk-bisik, menunjuk-nunjuk, memandang sirik
padaku" "Hai, Ra!" Tiba2 saja ada yang merangkul pundakku.
ELANG. Dan dia tersenyum. "Kenapa, Ra" Kenapa muka lo pucet gitu" Lo sakit?" Tanya Elang.
"Singkirin tangan lo." Kataku dengan suara tertahan.
"Loh, kenapa" Elo nggak suka" Ya udah." Elang menurunkan tangannya. "Lo ada pelajaran apa
hari ini?"

Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lang, lo bisa jauh2 nggak dari gue?" tanyaku dengan suara yang lebih tertahan.
Elang mengerutkan kening. "Apa" Jauh2" Lo masih marah sama gue?"
"Bukan" Gue nggak nyaman aja." Sahutku. Aku mempercepat langkahku.
"Eit, tunggu dulu, Ra! Nggak nyaman gimana?" Elang berusaha menyamai langkahku. "Hmm"
Gue ngerti. Oke, gue jauh2 deh. Biar lo nggak risi."
Elang lalu berbelok menuju kelasnya.
"Hai, Lang!" Buset dah" Aku mendengar suara nenek sihir menyapa Elang.
SAFIRA. Tiba2 datang seoang cewek lagi.
"Hai, Lang! Apa kabar lo?"
SASHA. Aargh" dua2nya bikin aku enek!
"Hai, Ra!" Cakra tiba2 muncul di hadapanku. Hari ini dia terlihat rapi. Piercing di lepas semua. Lebih
wangi. Aku perlu beberapa detik untuk mengenal dia.
*** "Apa"! Cakra nyapa lo pagi2, tanpa piercing, tanpa bau rokok, tanpa baju berantakan?" pekik
Lala. "Ra, lo serius" Beneran yang lo liat tadi itu Cakra?"
"Beneren, La! Gue yakin itu Cakra." Kataku. "Gue nggak ngerti. Kenapa begitu Elang ngejauhin
gue, Safira sama Sasha datang buat ngedeketin Elang. Terus tiba2 di depan gue nongol si Cakra
dengan penampilan yang" yah, gue akui lebih baik. Tapi gue merasa aneh."
Lala kelihatan berpikir. "Lo bener. Ini aneh." Ujarnya.
"Menurut lo gimana" Apa ini cuma kebetulan?" tanyaku.
"Nggak. Ini bukan kebetulan. Pasti mereka kerja sama."
"Mereka?" "Bisa aja Cakra sama Safira atau Cakra sama Sasha punya maksud tertentu. Tapi menurut gue
yang kerja sama itu Cakra sama Safira. Pasti. Nggak salah lagi. Cakra pengin ngedeketin lo,
terus Safira pengin deketin Elang lagi. Pas, kan?"
Aku sebenarnya malas jika harus menganalisis seperti ini. Come on" I just want to love
someone who can catch my heart"
Kami mendengar suara ribut2 dari luar kelas. Samar2 aku mendengar teriakan. "Hayo! Hayo!"
ramai sekali. Kami ikut keluar dan menyaksikan duel seru. Safira dan Sasha"
Mereka berantem! Mereka saling cakar. Sadis.
Mereka sudah kelihatan berantakan banget. Aku melihat Elang berusaha melerai mereka. Sampai
akhirnya Pak Deddy, guru BK itu datang untuk menghentikan pertikaian.
"Hentikan! Apa2an ini?" katanya setengah berteriak.
Tapi Safira dan Sasha nggak peduli!
"Safira! Sasha! Kalian mau dikeluarkan dari sekolah?" teriak Pak Deddy geram.
Safira dan Sasha spontan berhenti.
"Kalian ikut saya." Kata Pak Deddy dengan suara datar.
"Ikut saya!" kata Pak Deddy dengan suara lebih keras.
Safira dan Sasha mengikuti Pak Deddy menuju ruang BK. Mereka pasti bakalan kena skorsing
paling nggak satu minggu.
Perlahan kerumunan siswa mulai bubar. Elang mendekatiku dengan tampang stres dan Lala
lantas pergi meninggalkanku.
"Ra, lo liat" Sumpah, Ra. Mereka gila!" kata Elang sambil memegang jidatnya.
"Kenapa mereka berantem gitu?" tanyaku.
"Gue bukannya ge-er. Lo liat kan tadi pagi mereka sama2 ngedeketin gue" Safira nggak suka
Sasha deket gue. Sasha juga nggak suka Safira deket gue. Mereka perang mulut dan setelah itu"
yah" seperti yang lo liat tadi."
Hah" Gara2 itu"
"Oh ya, Ra. Tadi Pak Bambang pesen. Kita hari ini nggak ikut pelajaran di kelas. Pembinaan
matematika dimulai jam delapan pagi di perpustakaan. Minggu depan kita udah lomba." Kata
Elang. "Apa" Minggu depan?" pekikku kaget.
"Iya, minggu depan kita lomba, tingkat provinsi."
"Kita?" "Iya, kita. Kenapa, Ra" Lo kok kaget gitu" Bukannya kita emang dipersiapkan untuk ikut
lomba?" "Ng" Yang ikut lomba berapa orang?" tanyaku dengan suara pelan.
"Ya kita berdua. Elo sama gue." Sahut Elang enteng.
"Apa?" aku memekik kaget.
"Lo kenapa sih, Ra" Nggak usah kaget gitu. Ayo buruan, siapin buku2. Kita ke perpus bareng,
oke?" BAB 15 Hari ini hanya ada aku dan Elang di perpustakaan, mengerjakan seabrek soal latihan.
"Kenapa, Ra?" kayaknya Elang udah sepuluh kali ngasih pertanyaan yang yang sama ke aku.
Tapi aku hanya menggeleng. "Lo sakit?" tanyanya lagi. "Lo capek, ya" Baru juga dua jam, Ra."
"Ra, lo takut ikut lomba?" Tanya Elang lagi.
Spontan aku memandang Elang penuh harap.
"Pak Johan pasti nggak sembarangan milih lo. Kalo sampe Pak Johan milih lo, itu artinya lo
bener2 punya kemampuan. Percaya diri dong!" Elang berusaha memberiku semangat.
"Kayaknya Pak Johan berhalangan hadir nih, udah dua jam tapi belom nongol juga. Gimana kalo
kita istirahat dulu?" Elang menawarkan.
"Boleh." Sahutku.
"Lo mau makan?" Tanya Elang.
"Iya, gue mau makan banyak." Sahutku.
Elang tertawa kecil. "Pantes aja badan lo bongsor, makan lo banyak." Katanya.
"Apa lo bilang" Badan gue bongsor?" Aargh" nih anak nyebelin banget.
Dengan cuek Elang lalu melangkah ke luar perpustakaan.
Aku berusaha menyamai langkahnya. Setahuku, badanku itu jangkung, bukan bongsor.
"Elang! Maksud lo apa bilang badan gue bongsor?" aku memekik.
Elang masih berjalan cuek tanpa menggubris kata2ku. Dia emang bener2 bisa bikin orang kesel
setengah mati! Aku tetap mengikuti Elang. Kami terus berjalan beriringan hingga aku melihat Safira setengah
berlari dari kejauhan seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.
Aku melirik Elang, sepertinya dia tidak memperhatikan Safira. Safira berlari semakin cepat dan
kelihatannya dia berlari ke arahku. What"s wrong with her"
Elang masih asyik bersiul dan belum menyadari Safira yang berlari dari kejauhan. Kini Sfaira
semakin dekat. Sampai akhirnya Safira tinggal beberapa langkah lagi dari tempatku berdiri
dan" "Elang!" Safira memekik dan spontan memeluk Elang.
Elang kelihatan sangat kaget.
"Elang, gue diskors satu minggu. Gue bingung" Gara2 Sasha!" kata Safira sambil terisak dan
mendekap Elang dengan erat. Tapi hatiku benar2 mencelos ,melihat Safira memeluk Elang
seperti itu. "Safira, plis" nggak harus meluk2 gue, kali!" kata Elang.
Tapi Safira nggak mau melepaskan dekapannya.
"Ng" gue mau ke toilet dulu." Kataku cepat.
"Dara!" aku mendengar Elang memanggilku. Aku kesal. Kenapa dia nggak berusaha melepaskan
pelukan Safira" Paling2 dia senang dipeluk sama Safira!
"Dara, tunggu!" teriak Elang sekali lagi. Sepertinya dia mengikutiku. Aku mempercepat lariku.
Tiba2" Buk! Aku menabrak seseorang. Aku terduduk di lantai.
"Dara" Kok buru2?"
Aku menabrak Cakra. Segera aku berdiri dan spontan memeluk cowok itu.
"Lo kenapa sih?" Tanya Cakra.
Aku hanya diam. "Kok diem" Lo kenapa?" Tanya Cakra lagi.
Aku masih diam sampai akhirnya Elang muncul.
"Dara!" katanya.
"Oh, jadi gara2 lo lagi?" Tanya Cakra galak.
"Nggak! Bukan karena Elang! Gue Cuma kangen sama lo!" kataku.
Oh God" aku nggak percaya mengeluarkan kata2 seperti tu.
Ya Tuhan" Bunuh aku sekarang!
*** "What" Lo omong apa ke Cakra?" Lala memekik kaget.
"La, gue nggak tau harus gimana tadi." Kataku. "Gue" gue refleks aja meluk Cakra, soalnya
tiba2 ada di depan gue dan?" aku terbata-bata menjelaskannya pada Lala. "Udah gue bilang kan
tadi gue ngomong apa?"
"Dara! Lo bego!" kata Lala gemas.
Dia bilang aku bego" Agak kesal juga mendengarnya.
"Kenapa lo mesti meluk2 Cakra segala" Bilang kangen, lagi! Parah lo! Lo kan bisa
menghindar?" "Gue nggak bisa." Potongku.
"Lo bisa. Karena lo bego, lo nggak bisa!" Lala kelihatannya masih sangat gemas.
"Terus gue harus gimana, La?" tanyaku putus asa. Aku masih ingat tampang Cakra tadi bener2
kayak orang shock berat. Aku nggak sempat melihat ekspresi Elang, karena setelah itu aku
langsung kabur ke toilet cewek.
"Gue yakin Elang nggak seburuk yang lo pikir." Ujar Lala pelan. "Dia nggak mungkin suka
sama Safira lagi." "Kenapa lo sebegitu yakin?"
"Karena Elang cowok yang pintar. Cowok pintar nggak mungkin suka sama Safira, cewek yang
bego." "Gue juga bego, lo yang bilang."
"Dara, lo juga bego karena lo terlalu gegabah. Tindakan lo bisa bikin Elang jadi nggak suka
sama lo." "Emang itu yang gue cari."
"Berarti lo bener2 bego. Kenapa sih lo" Ayolah" Elang itu cowok baik kok?"
"Nggak, La. Gue nggak mau terlalu berharap."
BAB 16 Hari-hariku terasa seperti kertas buram. Aku memutuskan untuk mundur dari olimpiade
Matematika. "Kenapa kamu harus mundur, Dara" Kamu yakin dengan keputusan kamu?" Tanya Pak Johan.
"Yakin, Pak. Saya merasa belum punya kemampuan yang cukup untuk jadi peserta." Jawabku.
"Sayang sekali. Padahal kamu sebenarnya punya kemampuan luar biasa. Sebaiknya kamu
pertimbangkan lagi keputusan kamu." Kata Pak Johan penuh harap.
"Saya nggak akan mempertimbangkannya lagi, Pak. Saya nggak seperti kakak saya saya yang
pintar. Kemampuan saya sebenarnya biasa2 aja. Saya belum bisa beradaptasi dengan gaya
belajar yang bagi saya cukup berat. Saya nggak sanggup, Pak."
"Saya merasa agak kaget, karena sebelumnya saya belum pernah jawab soal2 yang rumit setiap
hari. Bapak bisa mengerti kan. Mungkin kalau anak jenius, mereka nggak perlu bekerja keras
seperti saya. Tapi saya nggak lebih dari anak dengan otak pas2an yang perlu bekerja sepuluh kali
lipat dibandingkan anak jenius."
Alasan yang benar2 meyakinkan.
"Baiklah. Kalau memang itu keputusan kamu, Bapak harus bagaimana lagi" Tapi kalau suatu
saat kamu berubah pikiran, Bapak akan menerima dengan tangan terbuka." Kata Pak Johan.
"Terima kasih, Pak. Saya permisi." Kataku.
Aku keluar dari ruang guru dengan perasaan lega.
"Dara! Dara!" Aku mendengar suara Elang memanggilku.
Aku berusaha mempercepat langkahku.
"Dara!" panggil Elang lagi. Kali ini dia berhasil menepuk pundakku.
"Sori, Lang. Gue buru2." Kataku.
"Buru2" Gue mau jelasin ke elo masalah kemarin." Kata Elang.
"Masalah" Masalah yang mana?" tanyaku pura2 bego. "Emangnya ada masalah?"
"Dara, kemarin gue?"
"Udahlah, Lang. Gue merasa nggak ada masalah apa2 kok. Sori banget nih, gue kebelet."
"Tapi, Ra" Yang kemarin itu lo beneran?"
"Beneran apa?" potongku lagi. "Udah ya, gue bener2 kebelet. Plis?"
Aku langsung berlari ke toilet cewek.
*** Ketika aku keluar dari toilet, aku nggak melihat Elang.
Tapi aku melihat Cakra, dengan senyumnya yang lebar berdiri di hadapanku.
"Hai, Ra!" sapanya.
"Hai." Kataku datar.
"Kok sendirian aja, mau ikut sama gue nggak?" tanyanya.
"Ke mana?" "Ke kantin. Jam istirahat masih lama kok. Mau ikut nggak?" tawarnya lagi.
"Oke." Sahutku.
Aku mengikuti Cakra ke kantin. Kami lalu duduk di salah satu sudut kantin.
"Mau makan apa, Ra?" Tanya Cakra.
"Apa aja, yang penting kenyang." Kataku.
Aku melihat Elang duduk di salah satu tempat dan sedang memandang ke arahku!
Aku cepat2 memalingkan wajah.
"Gue bakso aja, yang pedes." Kataku.
"Bakso" Padahal baru aja mau gue pesenin siomay." Kata Cakra. "Katanya apa aja."
"Bakso aja." Kataku lagi. "Tapi yang pedes."
"Terlalu pedes nggak bagus juga lho."
"Gue kan bilang pedes, bukan terlalu pedes."
Cakra tertawa ringan. "Lo ada2 aja. Ya udah deh. Lo tunggu ya, gue mau pesen dulu."
Cakra lalu beranjak. "Ups, hampir lupa. Minum"y apa, Ra?" Tanya Cakra.
"Es jeruk manis." Sahutku.
"Oke." Cakra kemudian beranjak pergi.
Aku iseng melirik kea rah Elang. Elang keliatan asyik ngobrol sama Safira!
"Kenapa, Ra" Kok muka lo ditekuk-tekuk gitu?" Tanya Cakra. Cakra kembali dengan membawa
dua gelas minuman. "Bakso"y nyusul, sabar ya."
Aku hanya diam selama beberapa detik sebelum menyeruput minumann itu sampai tinggal
setengah. "Lo haus apa doyan?" Tanya Cakra.
"Haus! Gue gerah!" sahutku sebal.
Cakra tersenyum kecil. "Kenapa sih lo?" tanyanya. "Nggak suka makan sama gue?"
"Eh, nggak kok." Cepat2 aku menyahut. "Gue sih suka2 aja diajak makan. By the way, lo masih
suka jadi anak nakal, suka berantem gitu" Secara sekarang penampilan lo kan jauh lebih rapi,
nggak berantakan kayak dulu." Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Cakra tertawa. "Gue udah lama nggak nonjok orang nih. Temen2 gue aja pada heran sama perubahan gue."
"Mereka nggak protes atau gimana gitu ke elo?"
"Gue jadi jarang maen lagi sih, tapi mereka masih biasa2 aja kok. Nggak ada masalah. Mereka
nggak mungkin beranilah sama gue." Cakra lalu tertawa kecil. "Paling gue diledekin aja kenapa
jadi rapi gini. Mereka ngiranya gue lagi jatuh cinta, sampai rela ngubah penampilan kayak gini."
"Really" Terus kenapa lo berubah?" desakku. "Apa bener lo lagi jatuh cinta?"
Cakra tertawa lagi. "Pantes aja Elang lama banget pedekatenya ke elo." Katanya. "Lo nggak peka banget."
Hah" Lala juga bilang aku nggak peka.
"Ya udahlah, nggak usah dibahas. Lo sendiri, kenapa mau-maunya makan bareng sama gue" Lo
pasti ada maunya nih." Ujar Cakra.
"Ada mau"y" Ah, nggak kok. Nggak ada salahnya kan, gue makan bareng sama lo" Daripada
kita berantem." Kataku berkelit.
"Hmm" kalo gitu, boleh dong besok2 gue ajak lo makan lagi?"
"Ng" boleh?"
"Kalo gue ajak jalan?"
"Hmm" gue pikir2 dulu." Kataku.
Dan Cakra hanya tertawa lepas mendengarnya.
BAB 17 Oh my God" Aku sedang mencatat rumus yang ditulis Pak Bambang di papan, ketika aku melihat Elang
,melintas di depan kelasku. Dia sedang bersama SAFIRA.
Aku mengambil pensilku dan mencoratcoret catatanku dengan kata2 "DASAR COWOK
GANJEN!" Saat aku menulis kata2 itu, Farah yang duduk di sebelahku curiga. Dia melirik ke catatanku, tapi
cepat2 aku tutup bukuku. Darah kelihatan tidak senang.
Kata terakhir yang aku tulis adalah "I HATE YOU ELANG!"
Aku benar2 terbakar cemburu.
Aku menggigit bibirku. "Lo kenapa sih?" bisik Farah.
Aku tak menyahut. Tak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi. Farah cepat2 memasukkan semua bukunya ke
tas. "Gue duluan ya, Ra. Gue penasaran, cowok yang tadi gue lihat jalan sama Safira itu beneran
Elang apa bukan." Katanya seraya beranjak pergi.
Ternyata Farah melihatnya juga.
Dengan tatapan kosong aku memasukkan semua buku ke tas dan beranjak keluar kelas mengikuti
Lala. "Jangan bengong. Ntar kesambet lho." Kata Lala lagi.
Aku hanya diam.

Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kami menyusuri koridor sekolah dalam diam. Aku berjalan dengan sangat pelan, dan Lala juga
mengatur kecepatan kakinya sama sepertiku.
Langkah kaki kami nyaris tak terdengar sampai akhirnya ku mendengar suara langkah kaki lagi
di belakang kami. "Dara!" aku mendengar satu suara memanggilku.
Aku dan Lala menoleh ke belakang. Elang. Dia tepat berdiri di belakangku dengan mimik kesal.
"Dara! Gue mau ngomong sama lo!" katanya dengan suara keras.
"Eh, lo yang sopan dikit kenapa sih?" Lala ikut mengeraskan suaranya.
"Biarin aja, La!" kataku. Lalu aku menatap Elang. "Lo mau ngomong apa?" tanyaku.
"Jelasin ke gue, kenapa lo mundur dari olimpiade matematika?" Elang menatap mataku lekat2.
Aku dapat merasakan Lala ikutan shock mendengar pertanyaan Elang.
"Jawab, Ra. Kenapa lo mundur?" desak Elang.
Aku masih terdiam. "Ra, lo beneran mundur?" Tanya Lala. "Ra, bilang ke gue kalo itu nggak bener. Apa alasan lo?"
"Suka2 gue kalo gue mundur!" teriakku emosi.
Aku lalu berbalik dan berusaha menghindar.
"Ra! Tunggu!" kata Elang. Dia menarik tanganku. "Jawab dulu pertanyaan gue!"
"Lepasin gue!" bentakku. Aku menyentakkan tanganku, kemudian berjalan cepat menjauh dari
Elang. Lala mengikutiku dengan ekspresi keheranan.
"Dara! Apa karena lo menghindar dari gue"!" teriak Elang.
Tapi aku nggak menggubrisnya.
"Atau karena Cakra?" pekik Elang.
Aku menghentikan langkahku dan menoleh ke belakang.
"BUKAN!" kataku tegas dengan wajah memerah.
Aku lalu berjalan lebih cepat.
"Dara! Jelasin ke gue apa yang terjadi?" desak Lala seraya berusaha menyamai langkahku.
"Gue lagi males ngebahas." Sahutku.
"Kenapa lo mundur" Kenapa nama Cakra sampai di bawa2?" Tanya Lala lagi.
"Gue nggak bisa deket2 sama Elang. Dia nggak ngerti perasaan gue." Kataku.
"Nggak ngerti perasaan lo gimana?" Tanya Lala dengan dahi mengernyit. "Oh" karena Safira
selalu ngedeketin Elang dan lo nggak tahan ngeliat mereka berdua dekatan, gitu" Jadi lo
cemburu" Ra, sekarang lo tanya diri lo sendiri. Lo pernah bilang suka nggak ke Elang" Lo
sendiri ngerti nggak perasaan Elang, yang dari dulu udah ngasih sinyal suka ke elo, tapi elonya
nggak respons?" Aku memandang Lala dengan tatapan kosong.
"Gue tetep nggak bisa. Elang bukan buat gue, tapi buat Safira! Safira yang pantes, La! Safira!
Bukan gue!" pekikku.
"Safira!" dengus Lala. "Siapa sih dia" Oke, kalo lo lebih memilih menyerah. Tapi awas kalo lo
suatu saat nanti nyesel sama keputusan lo sendiri. Gue udah nggak bisa ngomong apa2 lagi."
Aku pikir aku nggak akan menyesal dengan keputusanku. Aku nggak bisa memaksakan diri
untuk tetap dekat dengan Elang sementara masih ada orang lain yang juga sangat
mengharapkannya. Dan sepertinya Elang lebih memilih orang itu"
*** Semakin lama semua terasa semakin menyakitkan saja. Setiap menengok ke jendela kelas, aku
selalu melihat sosok Elang yang berjalan beriringan bersama Safira. Aku jadi semakin yakin,
Elang sudah bisa menerima Safira lagi.
Aku benci melihatnya. "Ra" Kayaknya Elang sama Safira jadian, ya" Patah hati gue, Ra?" ujar Farah. "Lo nggak
patah hati, Ra" Gue sih nggak rela, Ra" Lo juga nggak rela kan, Ra?""
Farah ngomong apaan sih" Aku sedang tidak ingin mengobrol dengannya. Daya mata tangkap
Bu Mira terlalu jeli. Bisa2 aku kena semprot. Aku biarkan saja Farah menggumam sendiri.
"Ra" gue nggak rela." Gumam Farah.
Aku diam saja. Sampai jam bubaran sekolah, aku masih mendiamkan Farah. Sepertinya dia kesal aku cuek
padanya. "Ra! Tadi kok lo ngacangin gue sih?"
"Farah, kalo gue ngeladenin lo, Bu Mira bisa ngomelin kita. Lo tau kan omelannya Bu Mira
kayak apa" Bisa2 kelas sebelah juga ikutan denger." Kataku nggak kalah sebal.
"Tapi lo suka kan sama Elang?" Tanya Farah dengan tatapan menyelidik.
"Apa?" aku balik bertanya karena sedikit shock.
"Lo suka kan sama Elang" Kenapa sih, Ra, mesti ditutup-tutupin" Anak2 pada ngegosip elo
deket sama Elang, tapi sekarang gosip itu udah nggak kedengaran lagi sejak Safira muncul. Lo
beneran suka sama Elang?"
"Plis deh, Farah. Gue?"
"Ra, kalo lo suka sama Elang, seharusnya lo nggak boleh biarin Elang deket sama Safira?"
"Itu bukan urusan gue." Potongku.
"Jelas urusan lo! Elang kan sukanya sama lo, bukan sama Safira."
"Apa?" kali ini aku lebih kaget lagi.
"Elang tuh sukanya sama lo! Lo gimana sih" Keliatan, Ra" Dari cara dia ngeliatin lo, gimana
gitu" Terus cuma lo yang bisa deket dan akrab sama Elang. Masa lo nggak nyadar sih?"
Farah menatapku srius. "Gue rasa lo harus mempertahankan cowok secakep Elang. Kalo gue jadi elo, gue jambak2 tuh
rambutnya Safira." Ujarnya.
"Lo nggak kesel sama gue?" tanyaku. Soalnya Farah kan fans berat Elang.
"Nggak. Gue malah ngedukung. Gue cuma ngefans. Gue nggak ngarep Elang jadi cowok gue.
Tapi kalo jadi cowok gue, ya syukur. Menurut gue, lo cocok sama Elang."
"Nggak. Gue nggak cocok. Dia cocoknya sama Safira." Tukasku.
"Lo cocok lagi sama dia."
"Nggak, Far! Nggak!"
"Ya udah, terserah. Tapi jangan nyesel ya, kalo besok2 lo ngeliat Elang ciuman sama Safira."
Ciuman" Separah itukah yang harus aku lihat"
Farah berlalu. "Lo denger, kan" Farah aja ngedukung lo sama Elang." Kata Lala yang tiba2 saja berdiri di
sampingku. "Gue hari ini ada latihan basket. Lo pulang duluan aja sama Adzy."
"Terus, lo gimana" Nggak mau gue tungguin?" tanyaku.
"Nggak usah. Kasian lo kelamaan. Ntar biar gue pulang sendiri, nggak apa2 kok." Sahut Lala.
"Gue duluan ya."
Lala menenteng tasnya ke luar kelas.
Aku menghela napas panjang. Entah kenapa aku merasa malas sekali hari ini.
Aku keluar kelas dengan langkah gontai. Nggak lama kemudian handphone-ku berbunyi. Ada
SMS masuk dari Adzy. Dara" sori. Gw gk bs plg cepat. Gw ada latihan soal fisika sm Pak bambang. Olimpiade tggal
bntr lg. Jd plgny agak telat. Lo mw nunggu" Ato plg duluan"
Menunggu itu membosankan. Kalo pulang duluan, aku pulang sama siapa" Naik angkot.
Walaupun sebelumnya aku nggak pernah pulang naik angkot.
Begitu aku sampai di gerbang sekolah dan celingak-celinguk ngeliatin angkot, Cakra
menghampiriku. Hari ini dia membawa motor gedenya.
"Pulang sendiri, Ra?" tanyanya.
"Iya, lagi nyari angkot." Sahutku.
"Tumben. Adzy mana?" Tanya Cakra lagi.
"Lagi latihan soal, buat persiapan olimpiade."
"Oh" gue anter lo pulang, ya?"
"Hah?" "Gue anter lo pulang, gimana?"
Aku berpikir sejenak. Tapi kemudian konsentrasiku terpecah, mobil Elang melintas di depanku. Aku melihat Elang
dengan jelas di mobil. Dia sedang melihat ke arahku.
"Oke deh! Lo anterin gue pulang, ya?"
Spontan aku naik ke motor Cakra dan Cakra sedikit kaget. Aku melihat senyum menghiasi wajah
Elang dan mobilnya melaju kencang. Aku nggak mengerti kenapa Elang tersenyum.
*** Oh God" aku masih nggak percaya dengan apa yang aku dengar sepulang sekolah tadi. Cakra
mengatakan sesuatu. "Ra, besok malem lo ada acara" Kita jalan yuk, gue traktir lo makan malam di tempat paling
romantis, gimana?" Aku hanya menatapnya dengan tampang bego. Aku hanya diam, Cakra lalu tersenyum kemudian
berlalu begitu saja. Dia SMS aku. Aku harus menjawab iya atau nggak"
Setelah aku pikir2" Cakra sekarang sudah jauh lebih baik. Jadi ajakan ini nggak boleh
dilewatkan. Segera aku kirim SMS. Gw bsok gk ada acara" oke deh. Jmput gw bsok, makasi uda ngajak makan malam"
BAB 18 I don"t believe it"
Cakra benar2 datang menjemputku!
Entah kenapa sebelum Cakra datang, aku ingin sekali dandan secantik mungkin. Aku memakai
gaun warna kuning lembut yang Mama belikan untukku.
Aku juga pakai make up! Mama yang bantuin aku. Mama juga menata rambutku.
"Kamu cantik, Ra. Ini baru anak Mama." Kata Mama setelah menata rambutku. Rambutku
dikeriting pada bagian ujungnya. Aku jadi merasa seperti boneka di kotak musik.
Sampai akhirnya Cakra menjemputku. Dan dia juga bilang. "Dara, lo cantik banget! Sumpah!"
Hari ini Cakra juga keren. Dia memakai kameja kotak2 berwarna gelap dan celana jins.
Adzy pun melihatku dengan tampang nggak percaya.
"Ra, itu elo?" tanyanya.
Adzy sepertinya kurang suka aku pergi sama Cakra, sebelum kami pergi dia mengatakan.
"Cakra, jaga adik gue baik2."
Cakra kali ini membawa mobil sportnya.
"Kok diem aja, Ra?" Tanya Cakra seraya menyetir mobil. "Lo lagi mikirin apa?"
"Ng" nggak kok. Gue uma heran, tumben lo ngajakin gue makan." Sahutku agak ragu.
"Gue pengin ngajakin lo makan karena sesuatu, Ra. Ntar juga lo tau sendiri." Ujar Cakra.
"Sesuatu apa?" desakku.
"Ada deh." Sahut Cakra tersenyum. "Sesuatu yang lo tunggu2 pastinya."
Emangnya dia tahu sesuatu yang sedang aku tunggu2"
Cakra berbelok ke sebuah restoran yang belum pernah aku kunjungi. Restoran itu bergaya etnik
dan kelihatannya sangat cocok untuk candle light dinner.
"Lo belum pernah ke sini, kan" Makanya enak lho. Gue udah booking tempat tadi." Kata Cakra
seraya menuntunku masuk resto
ran. Kami berjalan beriringan menuju meja yang sudah di booking Cakra.
"Lo suka tempatnya?" Tanya Cakra.
"Iya. Gue suka. Dulu Papa pernah nunjukin gambar restoran bergaya etnik di majalah. Sejak itu
gue jadi suka sama gaya etnik. Kesannya natural." Sahutku sambil melihat ke sekelilingku.
It"s very beautiful candle light dinner"
Cakra memesan orange juice untuk kami berdua.
"Ra, gue ke belakang dulu ya." Kata Cakra. "Nggak lama kok."
Dia kemudian berjalan menuju toilet.
Kenapa Cakra lama banget di toilet" Sekitar sepuluh menit aku menunggunya, tapi dia nggak
kunjung muncul. Beberapa detik menunduk, aku merasa ada seseorang yang duduk di depanku. Aku siap2
mengomel padanya. "Cakra, lo lama" banget?"
Aku terpaku. Suaraku melemah saat aku melihat sosok yang sedang duduk di depanku.
"Hai, Dara?" ELANG!!! Elang duduk di depanku dan menyapaku dengan senyumnya.
"Elang" Lo?" aku nggak sanggup melanjutkan kata2ku. "Cakra mana?" tanyaku spontan.
Elang tersenyum. Manis sekali.
"Kenapa lo ada di sini?" tanyaku lagi. "Lo Elang, kan?" pertanyaan bodoh terlontar dari
mulutku. "Lo kenapa sih, Ra" Iya, ini gue. Gue ke sini untuk ketemu sama lo. Buat dinner." Kata Elang
tenang. "Maksud lo?" "Ini semua rencana Cakra."
"Apa?" aku memekik kaget.
"Cakra yang bikin ini semua." Kata Elang tetap tenang.
"Buat apa?" tanyaku.
"Buat ngebantu gue untuk mengutarakan perasaan gue ke elo." Jawab Elang.
DEG. Jantungku berdegup kencang.
Tiba2 saja Elang meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat. Belum lagi tatapan Elang
yang begitu tajam. "Mungkin gue terlalu lama memendam rasa gue, Ra." Kata Elang lagi. "Lo masih inget kejadian
waktu di kantin dulu" Waktu gue mergokin lo nggak bisa ngerjain soal fisika?" Elang berhenti
sejenak. "Waktu itu lo bener2 bikin gue penasaran. Dan gue semakin penasaran begitu lo bilang
kalo lo adiknya Adzy."
Tanganku sudah lemas dalam genggaman Elang.
"Lo mungkin sering merasa gue ngikutin elo dan selalu muncul di saat2 yang nggak lo duga.
Gue emang ngikutin lo, Ra. Lo masih inget, gue maksa lo ngajakin ke kantin" Itu karena gue
nggak mau lo ketemu Cakra. Gue selalu khawatir setiap merhatiin gerak-gerik lo kalo ketemu
Cakra. Lo juga masih inget kan, gue juga ngikutin lo pas lo sama Cakra nonton konser
underground" Itu karena gue khawatir banget sama lo?"
Jadi selama ini, Elang benar2 memperhatikan aku"
"Dan gue takut banget waktu Safira bikin ulah. Gue takut lo salah paham. Gue sama Safira
nggak ada hubungan apa2?"
"Tapi lo sering jalan sama dia." Potongku.
"Lo tau kenapa" Gue pengin tau reaksi lo, Ra?"
Pengin tahu reaksiku"
"Ternyata kedekatan gue sama Safira bikin lo jadi deket sama Cakra." Kata Elang pelan. "Dan
itu bikin gue marah sama diri gue sendiri. Kenapa gue harus ngelakuin hal itu kalo ternayat bikin
lo malah deket sama Cakra?"
Aku sanggup berkata apa2.
"Gue pengin tau, apa lo juga ngerasain hal yang sama kayak gue. Gue minta maaf sama lo.
Mungkin gue terlalu lama untuk bilang kalo gue?"
"Gue sayang sama lo, Ra. Gue cinta sama lo?"
Aku merasa jantungku sudah copot. Elang menatapku dalam.
"Maaf kalo selama ini gue bikin lo sebel. Tapi setelah ini gue janji nggak akan bikin lo sebel
lagi." Katanya lembut.
Elang menggenggam tanganku semakin erat.
"Dara, kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Aku semakin lemas. Aku mencoba bicara. "Elang, aku?" aku nggak sanggup melanjutkan kata2ku.
"Aku juga sayang sama kamu?" akhirnya aku mengatakan juga. Aku tertunduk malu.
Perlahan aku mengangkat wajahku. Senyum lebar menghiasi wajah Elang. Dia benar2 tampan.
"Makasih, Ra! Makasih!" serunya senang.
*** Dear Dara, Gimana, Ra" Lo seneng kan dengan surprise yang gue kasih ke elo" Tapi gue yakin, yang lo
tunggu2 akhir"y terjadi juga, kan"
Tapi" sori kalo gue bikin lo kaget dan mungkin shock, hehe"
Gue mau minta maaf kalo gue penah ngecewain lo.
Gue mau berterima kasih ke lo, karena lo udah bikin gue berubah. Gue berusaha ngejauhin rokok
dan minuman keras yang selama ini jadi teman setia gue. Dan yang paling penting, gue sekarang
udah nggak pernah berantem lagi.
Gue harus ngomong sori lagi nih, Ra. Gue mau pamit ke elo. Gue harus pergi ke Amrik.
Mungkin saat lo baca surat ini, gue lagi terbang ke Amrik. Gue pergi mungkin" yah, kira2
setaunan, kalo semua"y beres.
Okay, I think that"s enough" Semoga lo bahagia sama Elang, awet sampe kakek-nenek.
Amien" Your rebel friend, Cakra Aku tercengan membaca surat yang dititipkan Cakra untukku lewat Elang. Setelah kemarin aku
melewati malam yang begitu indah bersama Elang, Cakra nggak muncul lagi di hadapanku.
Kenapa dia harus pergi ke Amrik"
"Kenapa?" gumamku.
Elang merangkul pundakku dengan lembut.
"Cakra harus pergi, Ra. Tapi kita harus doain yang terbaik untuk dia. Dia udah ngelakuin sesuatu
yang berarti buat kita." Kata Elang.
"Tapi kenapa dia harus pergi" Kenapa dia nggak ngasih tau alasannya apa?" tanyaku.
Elang diam. "Kenapa, Lang?" tanyaku lagi.
Elang menatapku dengan lembut.
"Cakra sakit." Katanya. "Dia harus berobat."
"Sakit?" pekikku pelan.
"Iya" Rokok dan minuman keras berlebihan sudah merusak hati dan ginjalnya. Makanya, kita
doain biar Cakra cepat sembuh." Kata Elang pelan. "Kita masih bisa kirim e-mail kok atau
chatting, kan ada Facebook, Twitter, YM" Jadi kamu nggak usah kuatir."
Elang tersenyum. Manis sekali.
Hatiku memang untuk Elang. Tapi tanpa kamu, Cakra, aku nggak akan bisa mengutarakan
perasaanku ke Elang. Thanks, Cakra" I hope you will come back"
Elang merangkulku semakin erat.
"Supaya Cakra nggak sia-sia bikinin rencana buat aku, aku nggak akan nyakitin kamu, Ra?"


Ketika Elang Mencintai Dara Karya Putu Kurniawati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya. "I love you, Dara."
"I love you too, Elang?"
-END- Sumber: https://www.facebook.com/pages/Kumpulan-cerbungcerpen-dan-novelremaja/398889196838615"fref=photo
Payung Sengkala 11 Pendekar Hina Kelana 14 Kembalinya Siluman Harimau Kumbang Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 20

Cari Blog Ini