Ceritasilat Novel Online

Inferno 7

Inferno Karya Dan Brown Bagian 7


"Siapa bilang tidak!"
Lelaki di telepon menghela napas panjang, dan kini bicara
de?ngan sangat lembut. "Anda dan saya punya banyak waktu un?
tuk memperdebatkan etika tindakan saya. Saya tahu, Anda tidak
me?ngenal saya, tapi saya tahu cukup banyak mengenai Anda.
Mr. Zobrist membayar saya banyak sekali untuk menjauhkan
Anda dan yang lain darinya selama setahun terakhir ini. Kini sa?
ya melanggar protokol ketat saya sendiri dengan menghubungi
Anda. Akan tetapi, saya yakin kita tak punya pilihan, kecuali
meng??ga??bungkan semua sumber-daya kita. Saya khawatir Bertrand
Zobrist telah melakukan sesuatu yang mengerikan."
Sinskey tidak bisa membayangkan siapa lelaki ini. "Anda
baru saja mengetahuinya sekarang"!"
"Ya, itu benar. Baru saja." Nadanya jujur.
Sinskey berupaya mengenyahkan kebingungannya. "Siapa
Anda?" "Seseorang yang ingin membantu Anda sebelum terlambat.
Saya memiliki pesan video yang dibuat oleh Bertrand Zobrist. Dia
meminta saya untuk menyebarkannya ke seluruh dunia ... besok.
Saya rasa, Anda harus segera melihatnya."
"Apa isinya?" "Tidak lewat telepon. Kita harus bertemu."
"Bagaimana saya bisa memercayai Anda?"
isi INFERNO [SC].indd 407
408 D an B rown "Karena saya hendak memberi tahu Anda di mana Robert
Lang?don berada ... dan mengapa dia bertingkah laku begitu
gan?jil." Sinskey tersentak ketika mendengar nama Langdon, dan dia
mendengarkan penjelasan aneh dari lelaki ini dengan takjub.
Tampaknya, lelaki misterius ini telah bekerja sama dengan musuh
Sinskey selama setahun terakhir. Namun, ketika mendengarkan
detail-detailnya, insting Sinskey mengatakan bahwa dia harus
memercayai apa yang dikatakan oleh lelaki ini.
Aku tidak punya pilihan, kecuali bekerja sama.
Gabungan sumber-daya mereka langsung berhasil menguasai
pesawat Citation Excel NetJets yang "tercampakkan" itu. Kini
Sinskey dan para tentara itu melakukan pe?nge?jaran, melesat
me?nuju Venesia yang, menurut informasi dari lelaki itu, adalah
tem??pat Langdon dan kedua rekan perjalanannya berada saat ini.
Su?dah terlambat untuk menghubungi pihak ber?we?nang lokal, tapi
lelaki di telepon menyatakan tahu tujuan Langdon.
Alun-Alun Santo Markus" Sinskey merinding ketika memba?
yang?kan kerumunan orang di area terpadat di Venesia itu.
"Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Tidak lewat telepon," kata lelaki itu. "Tapi Anda harus
me?nya?dari Robert Langdon tak tahu bahwa dia pergi bersama
se?orang individu yang sangat berbahaya."
"Siapa"!" desak Sinskey.
"Salah satu orang kepercayaan terdekat Zobrist." Lelaki itu
mendesah panjang. "Seseorang yang saya percayai. Dengan tolol?
nya. Seseorang yang kini saya yakini menjadi ancaman besar."
Ketika jet melesat menuju Bandara Marco Polo Venesia meng?
angkut Sinskey dan keenam tentara, pikiran Sinskey kembali
pada Robert Langdon. Dia kehilangan ingatan" Dia tidak mengingat
se?suatu pun" Berita ganjil itu, walaupun menjelaskan beberapa
hal, membuat Sinskey merasa semakin tak enak lagi karena telah
me?li?batkan akademisi terkemuka itu dalam krisis ini.
Aku tidak memberinya pilihan.
isi INFERNO [SC].indd 408
409 Infern o Dua hari lalu, ketika Sinskey merekrut Langdon, dia bahkan
tak mengizinkan lelaki itu untuk pulang mengambil paspor.
Dia malah mengatur perjalanan diam-diam Langdon melewati
Bandara Florence sebagai humas khusus WHO.
Ketika pesawat C-130 yang mereka tumpangi melesat ke
udara dan mengarah ke timur melintasi Lautan Atlantik, Sinskey
melirik Langdon di sampingnya dan memperhatikan bahwa lelaki
itu tampak tidak sehat. Langdon menatap serius dinding pesawat
tanpa-jendela itu. "Profesor, Anda tentu tahu bahwa pesawat ini tidak berjen?
dela" Sebelumnya, pesawat ini digunakan sebagai transportasi
militer." Langdon menoleh, wajahnya pucat. "Ya, saya memperhati?
kan?nya begitu saya melangkah masuk. Saya tidak begitu nyaman
berada dalam ruang tertutup."
"Jadi, Anda berpura-pura memandang ke luar dari jendela
khayalan?" Langdon tersenyum malu. "Kira-kira begitu. Ya."
"Yah, lihat ini saja." Sinskey mengeluarkan foto musuh bebu?
yutannya yang jangkung dan bermata hijau, meletakkannya di
hadapan Langdon. "Ini Bertrand Zobrist."
Sinskey sudah menceritakan kepada Langdon mengenai kon?
frontasinya dengan Zobrist di Council on Foreign Relations, obsesi
lelaki itu terhadap Population Apocalypse Equation, komentarkomentarnya yang beredar luas mengenai manfaat global Wabah
Hitam, dan, yang paling menyeramkan, menghilangnya lelaki itu
secara total selama setahun terakhir.
"Bagaimana seseorang yang begitu terkemuka bisa bersem?
bunyi selama itu?" tanya Langdon.
"Dia mendapat banyak bantuan. Bantuan profesional. Mung?
kin bahkan dari pemerintah asing."
"Pemerintah mana yang mau menyetujui penciptaan wa?
bah?" "Pemerintah yang sama yang berupaya memperoleh hululedak nuklir dari pasar gelap. Jangan lupa bahwa wabah yang
isi INFERNO [SC].indd 409
410 D an B rown efektif adalah senjata biokimia terunggul, dan nilainya sangat
tinggi. Dengan mudah Zobrist bisa berbohong kepada mitramitranya dan meyakinkan mereka bahwa ciptaannya punya
jangkauan terbatas. Zobrist akan menjadi satu-satunya orang yang
tahu seperti apa akibat yang bisa ditimbulkan ciptaannya itu."
Langdon terdiam. "Bagaimanapun," lanjut Sinskey, "jika bukan untuk ke?kuasaan
atau uang, mereka yang membantu Zobrist melaku?kannya bisa
jadi karena memiliki ideologi yang sama dengannya. Zobrist tidak
pernah kekurangan murid yang bersedia melakukan apa saja
untuknya. Dia selebriti yang cukup terkenal. Sesungguhnya, be?
lum lama ini dia menyampaikan pidato di universitas Anda."
"Di Harvard?" Sinskey mengambil pena dan menulis di pinggir foto
Zobrist"huruf H diikuti oleh tanda plus. "Anda ahli simbol,"
ka??ta??nya. "Anda mengenal simbol ini?"
"H-plus," bisik Langdon sambil mengangguk pelan. "Pasti,
beberapa musim panas yang lalu, simbol itu dipasang di seluruh
kampus. Saya berasumsi itu semacam konferensi kimia."
Sinskey tergelak. "Tidak, itu tanda untuk Pertemuan "Hu?
manity-plus" 2010"salah satu pertemuan Transhumanisme ter?
besar yang pernah diselenggarakan. H-plus adalah simbol gerakan
Transhumanis." Langdon memiringkan kepala, seakan berupaya mengingat
istilah itu. "Transhumanisme," jelas Sinskey, "adalah gerakan intelektual,
semacam filsafat yang dengan cepat berakar dalam komunitas
ilmiah. Gerakan itu pada dasarnya menyatakan bahwa manusia
harus menggunakan teknologi untuk mengatasi kelemahan ba?
waan dalam tubuh manusia kita. Dengan kata lain, langkah selan?
jutnya dalam evolusi manusia adalah kita mulai merekayasa diri
kita sendiri secara biologis."
isi INFERNO [SC].indd 410
411 Infern o "Kedengarannya menyeramkan," kata Langdon.
"Seperti semua perubahan, itu hanya masalah derajat. Secara
teknis, kita telah merekayasa diri kita sendiri selama bertahuntahun"mengembangkan vaksin yang membuat anak-anak kebal
terhadap beberapa penyakit tertentu ... polio, cacar air, tifus. Per?
bedaannya adalah, dengan terobosan baru Zobrist dalam reka?yasa
genetika germ-line, kita belajar cara men?ciptakan imunisasi yang
bisa diturunkan, imunisasi yang akan memengaruhi penerimanya
di tingkat germ-line inti"membuat semua generasi berikutnya
kebal terhadap pe?nyakit tertentu."
Langdon tampak terkejut. "Jadi, spesies manusia pada dasar?
nya akan mengalami evolusi yang menjadikannya kebal terhadap
tifus, misalnya?" "Lebih tepat disebut evolusi terbantu," kata Sinskey membetul?
kan. "Normalnya, proses evolusi"tak peduli ikan-berparu yang
mengembangkan kaki atau monyet yang mengembangkan jempol
yang bisa diputar"memerlukan waktu satu milenium untuk
terwujud. Kini kita bisa melakukan adaptasi genetik radikal dalam
satu generasi saja. Pendukung teknologi ini menganggapnya
sebagai perwujudan tertinggi dari "seleksi alam"-nya Darwin"
manusia menjadi spesies yang belajar mengembangkan proses
evolusinya sendiri."
"Kedengarannya lebih seperti berperan menjadi Tuhan,"
jawab Lang?don. "Saya setuju sepenuhnya," kata Sinskey. "Tapi, Zobrist, se?
perti banyak Transhumanis lain, mendebat mati-matian bahwa
ke?wa?jiban evolusioner umat manusia adalah menggunakan semua
daya yang kita miliki"misalnya, mutasi genetik germ-line"untuk
meningkatkan diri kita sebagai spesies. Masalahnya, susunan
genetik kita menyerupai rumah yang disusun dari kartu remi"
setiap bagian berhubungan dengan dan disokong oleh bagian
lain yang tak terhitung banyaknya"sering kali dengan cara-cara
yang tidak kita pahami. Jika kita berupaya menghilangkan satu
ciri manusia saja, kita bisa menyebabkan ratusan ciri lain bergeser
se?cara serempak, mungkin dengan efek yang merusak."
isi INFERNO [SC].indd 411
412 D an B rown Langdon mengangguk. "Ada alasan mengapa evolusi adalah
proses yang bertahap."
"Tepat sekali!" kata Sinskey, yang semakin lama semakin
mengagumi Langdon. "Kita mengotak-atik proses yang perlu
waktu beribu-ribu tahun untuk terwujud. Ini masa yang berbahaya.
Secara harfiah, kita punya kapasitas untuk mengaktifkan urutanurutan gen tertentu yang akan mengakibatkan keturunan kita
memiliki peningkatan ketangkasan, stamina, kekuatan, bahkan
kecerdasan"pada hakikatnya ras-super. Individu yang secara
hipotetis "maju" inilah yang disebut oleh Transhumanis sebagai
pascamanusia, yang diyakini oleh sebagian orang sebagai masa
depan spesies kita."
"Kedengarannya mengerikan, seperti eugenics," jawab Lang?
don. Referensi itu membuat kulit Sinskey merinding.
Pada 1940-an, para ilmuwan Nazi mengotak-atik tek?nologi
yang mereka sebut eugenics"upaya menggunakan rekayasa
genetika sederhana untuk meningkatkan tingkat kelahiran ma?
nusia dengan ciri-ciri genetik tertentu yang "dikehendaki", se?
ka?ligus menurunkan tingkat kelahiran manusia dengan ciri-ciri
etnis "yang kurang dikehendaki".
Pembersihan etnis di tingkat genetik.
"Ada kesamaan-kesamaannya," kata Sinskey mengakui,
"dan, walaupun sulit untuk memahami mengapa seseorang mau
mere?kayasa ras manusia baru, ada banyak orang pintar yang
percaya bahwa kita harus memulai proses itu demi kelangsungan
hidup kita. Salah seorang penulis majalah Transhumanis, H+,
menjelaskan rekayasa genetika germ-line sebagai "langkah nyata
selanjutnya", dan menyatakan bahwa itu "melambangkan potensi
sejati spesies kita"." Sinskey terdiam. "Tapi, sebagai penyeimbang,
mereka juga menayangkan artikel dalam ma?jalah Discover yang
berjudul "Ga?gasan Paling Berbahaya di Se?luruh Dunia"."
"Saya rasa, saya berpihak pada yang terakhir itu," kata Lang?
don. "Setidaknya dari sudut pandang sosiokultural."
"Mengapa begitu?"
isi INFERNO [SC].indd 412
413 Infern o "Yah, saya berasumsi bahwa peningkatan genetik"yang
sangat menyerupai pembedahan kosmetik"menelan biaya sangat
besar, bukan?" "Tentu saja. Tidak semua orang mampu meningkatkan diri
mereka atau anak-anak mereka."
"Dan ini berarti legalisasi peningkatan genetik akan langsung
menciptakan dunia orang-berpunya dan tidak-berpunya. Kita
sudah punya jurang yang semakin besar antara orang kaya dan
orang miskin, tapi rekayasa genetika akan menciptakan ras ma?
nusia-super dan ... apa yang dianggap submanusia. Sekarang saja
orang sudah mencemaskan dominasi satu persen orang ultra?kaya
yang memimpin dunia, bayangkan jika yang satu persen itu juga,
secara harfiah, adalah spesies superior"lebih pintar, lebih kuat,
lebih sehat. Inilah jenis situasi yang siap memunculkan per?bu?
dak?an atau pembersihan etnis."
Sinskey tersenyum kepada akademisi tampan di sampingnya.
"Profesor, Anda cepat sekali menangkap apa yang saya yakini
se??bagai jebakan paling serius dalam rekayasa genetika."
"Saya mungkin telah menangkapnya, tapi saya masih bingung
mengenai Zobrist. Semua pemikiran Transhumanis ini seakan
mengenai perbaikan umat manusia, menjadikan kita lebih sehat,
menyembuhkan penyakit mematikan, memperpanjang usia kita.
Akan tetapi, pandangan Zobrist mengenai overpopulasi seakan
mendukung pembunuhan manusia. Gagasannya mengenai


Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Transhumanisme dan overpopulasi seakan saling bertentangan,
bukan?" Sinskey mendesah berat. Itu pertanyaan yang bagus, dan
sa?yangnya punya jawaban yang jelas dan meresahkan. "Zobrist
percaya sepenuhnya pada Transhumanisme"pada perbaikan
spesies melalui teknologi; tapi dia juga percaya spesies kita akan
punah sebelum kita punya kesempatan untuk melakukan hal itu.
Akibatnya, jika tak seorang pun bertindak, pertambahan jumlah
populasi manusia yang luar biasa ini akan memusnahkan spesies
manusia sebe?lum kita punya kesempatan untuk mewujudkan
potensi rekayasa genetika."
isi INFERNO [SC].indd 413
414 D an B rown Mata Langdon membelalak. "Jadi, Zobrist ingin menipiskan
kawanan ... untuk memberinya lebih banyak waktu?"
Sinskey mengangguk. "Dia pernah menggambarkan dirinya
sebagai seseorang yang terperangkap di atas kapal yang jumlah
penumpangnya berlipat dua setiap jamnya, sementara dia matimatian berupaya membuat sekoci-penyelamat sebelum kapal
itu tenggelam karena keberatan." Dia terdiam sejenak sebelum
menambahkan. "Dia menyarankan untuk melemparkan setengah
dari keseluruhan penumpang itu ke laut."
Langdon meringis. "Pikiran yang mengerikan."
"Memang. Jangan keliru," kata Sinskey. "Zobrist sangat yakin
bah?wa suatu hari nanti pengendalian drastis populasi ma?nusia
akan diingat sebagai tindakan heroisme tertinggi ... saat me?nen?
tukan ketika umat manusia memilih untuk tetap memper?tahankan
kelangsungan hidup mereka."
"Seperti yang saya bilang, itu mengerikan."
"Terlebih lagi karena Zobrist tidak sendirian dalam pemikir?
annya. Ketika Zobrist tewas, dia menjadi martir bagi banyak
orang. Saya sama sekali tidak tahu siapa yang akan kita jumpai
ketika kita tiba di Florence, tapi kita harus sangat berhati-hati. Kita
bukan satu-satunya yang berupaya untuk menemukan wabah ini
dan, demi keamanan Anda sendiri, kita tidak bisa membiarkan
seorang pun tahu kalau Anda sedang berada di Italia untuk
mencarinya." Langdon memberi tahu Sinskey tentang temannya, Ignazio
Busoni, seorang spesialis Dante, yang diyakini Langdon bisa
me??ma??sukkannya ke dalam Palazzo Vecchio setelah jam tutup.
Dia mengusulkan masuk setelah jam tutup agar bisa melihat
dengan tenang lukisan yang mengandung kata-kata cerca trova
seperti dalam proyektor kecil Zobrist. Mungkin juga Busoni bisa
mem??bantu Langdon memahami kutipan aneh mengenai mata
ke?ma?tian itu. Sinskey menarik rambut perak panjangnya ke belakang
dan memandang Langdon dengan serius. "Cari dan temukan,
Profesor. Waktu hampir habis."
isi INFERNO [SC].indd 414
415 Infern o Sinskey pergi ke ruang-penyimpanan di pesawat dan meng?
ambil tabung penyimpan materi paling aman yang dimiliki
WHO"sebuah model dengan kemampuan penyegelan bio?
metrik. "Berikan jempol Anda," katanya sambil meletakkan wadah
itu di depan Langdon. Langdon tampak kebingungan, tapi patuh.
Sinskey memprogram tabung itu sehingga hanya Langdon
yang bisa membukanya. Lalu dia mengambil silinder proyektor
kecil itu dan memasukkannya ke dalam tabung.
"Anggaplah ini sebagai kotak-penyimpanan portabel," kata?
nya sambil tersenyum. "Dengan simbol biohazard?" Langdon tampak tidak nya?
man. "Hanya ini yang kami miliki. Sisi baiknya, tak seorang pun
akan mengusiknya." Langdon pamit untuk meregangkan kaki dan menggunakan
toilet. Sementara dia pergi, Sinskey berupaya memasukkan wadah
tersegel tadi ke dalam saku jaket Langdon. Sayangnya, benda itu
terlalu besar. Tidak mungkin dia membawa proyektor ini ke mana-mana secara
mencolok. Sejenak Sinskey berpikir, lalu berjalan kembali ke
ruang-penyimpanan untuk mengambil pisau bedah dan per?alat?
an menjahit. Dengan sangat akurat dan ahli, dia mengiris lapisan
dalam jaket Langdon dan dengan cermat menjahitkan sebuah
saku-tersembunyi dengan ukuran yang pas untuk me?nyem?bu?
nyi??kan tabung-bio itu. Ketika Langdon kembali, Sinskey baru saja menyelesaikan
jahitan terakhirnya. Profesor itu langsung berhenti berjalan, dan menatap seakan
Sinskey telah merusak lukisan Mona Lisa. "Anda mengiris lapisan
dalam Harris Tweed saya?"
"Tenang, Profesor," kata Sinskey. "Saya ahli bedah terlatih.
Jahitan ini cukup profesional."[]
isi INFERNO [SC].indd 415
BAB tasiun Kereta Api Santa Lucia Venesia berupa sebuah ba?
ngunan simpel dan elegan yang terbuat dari batu kelabu
dan beton. Bangunan itu dirancang dalam gaya modern
mi?nimalis, dengan fasad anggun tanpa pernik apa pun, kecuali
satu simbol"huruf FS bersayap"ikon sistem kereta api negara,
Ferrovie dello Stato. Karena stasiun itu terletak di ujung paling barat Grand Canal,
para penumpang yang tiba di Venesia hanya perlu melang?kah
keluar stasiun untuk mendapati diri mereka tenggelam sepenuh?
nya dalam pemandangan, aroma, dan suara khas Kota Venesia.
Bagi Langdon, udara asinlah yang selalu melandanya ter?le?
bih dahulu"angin laut bersih sepoi-sepoi dibumbui aroma piza
putih yang dijual oleh para penjaja jalanan di luar stasiun. Hari
ini anginnya bertiup dari timur, dan udaranya juga membawa
bau tajam bahan bakar diesel dari deretan panjang taksi-air yang
berhenti di dekat sana, di perairan luas Grand Canal. Lusinan
kap??ten kapal melambai-lambaikan lengan dan meneriaki turisturis, berharap bisa memikat penumpang baru ke dalam taksi,
gon?dola, vaporetto, dan speedboat pribadi mereka.
Kekacauan di atas air, pikir Langdon sambil memandang ke?
ma?cetan lalu lintas terapung itu. Entah bagaimana, kepadatan
itu"yang akan dianggap menjengkelkan di Boston"terasa antik
di Venesia. Selemparan batu jauhnya di seberang kanal, kubah hijau
ikonik San Simeone Piccolo menjulang di langit siang. Gereja itu
ada?lah salah satu bangunan paling eklektik secara arsitektural di
seluruh Eropa. Kubah yang sangat curam dan ruangan suci me?
isi INFERNO [SC].indd 416
417 Infern o ling?karnya bergaya Bizantium, sementara serambi bertiang pua?
lamnya jelas meniru jalan masuk Yunani klasik menuju Pantheon
di Roma. Di atas pintu masuk utama, terdapat pilar atap segi tiga
spektakuler berhias relief pualam rumit yang menggambarkan
sejumlah santo martir. Venesia adalah museum terbuka, pikir Langdon sambil menun?
duk memandang air kanal yang beriak menerpa tangga gereja.
Mu?seum yang perlahan-lahan tenggelam. Walaupun demikian,
po?tensi banjir seakan tidak penting jika dibandingkan dengan
an??caman yang dikhawatirkan Langdon sedang bersembunyi di
ba?wah kota itu. Dan tak seorang pun tahu.
Puisi di bagian belakang topeng kematian Dante masih terus
terngiang di benak Langdon, dan dia bertanya-tanya ke mana
bait-bait itu akan membawa mereka. Dia punya salinan puisi itu
di sakunya, tapi topeng plester itu sendiri"berdasarkan saran
dari Sienna"telah dibungkus koran dan diam-diam dimasukkan
ke dalam loker swalayan di stasiun kereta api oleh Langdon. Wa?
laupun itu tempat peristirahatan yang sangat tidak pantas untuk
artefak yang begitu berharga, jelas loker itu jauh lebih aman jika
dibandingkan dengan membawa topeng berharga tersebut ke
mana-mana di kota yang penuh air.
"Robert?" Sienna, yang berjalan mendahului bersama Ferris,
menunjuk ke arah taksi-air. "Kita tidak punya banyak waktu."
Langdon bergegas menyusul mereka walaupun, sebagai peng?
gemar arsitektur, dia nyaris tidak bisa membayangkan perjalanan
terburu-buru menyusuri Grand Canal. Tak banyak pengalaman
di Venesia yang lebih menyenangkan daripada menaiki vaporetto
no. 1"bus-air terbuka utama di kota itu"khususnya di malam
hari, lalu duduk di depan, di udara terbuka, menikmati semua
ka?te?dral dan istana yang dibanjiri cahaya melayang lewat.
Hari ini tidak ada vaporetto, pikir Langdon. Bus-air vaporetto
ter?ke?nal lamban, dan taksi-air adalah pilihan yang lebih cepat.
Sa??yangnya, antrean taksi di luar stasiun kereta api tampak tak
ber??ke?sudahan. isi INFERNO [SC].indd 417
418 D an B rown Ferris, yang tampaknya sedang tidak ingin menunggu, dengan
cepat menangani masalah itu. Dengan setumpuk besar uang,
cepat-cepat dia memanggil limosin-air"Veneziano Convertible
yang sangat mengilat, terbuat dari kayu mahoni Afrika Selatan.
Walaupun perahu elegan itu jelas terlalu berlebihan, perjalanan
mereka akan privat dan cepat"hanya lima belas menit menyusuri
Grand Canal menuju Alun-Alun Santo Markus.
Pengemudi perahu mereka adalah seorang lelaki yang sangat
tampan, berbaju setelan Armani jahitan khusus. Dia lebih me?nye?
rupai bintang film daripada nakhoda. Namun, bagaima?napun, ini
adalah Venesia, ibu kota keanggunan di Italia.
"Maurizio Pimponi," kata lelaki itu, sambil mengedipkan
sebelah mata kepada Sienna ketika dia menyambut mereka semua
di atas perahu. "Prosecco" Limoncello" Sampanye?"
"No, grazie," jawab Sienna, sambil memerintahkannya dalam
bahasa Italia cepat untuk mengantar mereka ke Alun-Alun Santo
Markus secepat mungkin. "Ma certo!"Tentu saja!" Kembali Maurizio mengedipkan sebe?
lah mata. "Perahuku paling cepat di seluruh Venesia ...."
Ketika Langdon dan yang lainnya sudah duduk di kursi em?puk
di buritan terbuka, Maurizio memundurkan mesin Volvo Penta
perahu itu, dengan ahli menjauhi bantaran. Lalu dia memutar
kemudi ke kanan dan memajukan mesin, menggerakkan perahu
besarnya melewati kerumunan gondola, meninggalkan sejumlah
gondolier berbaju garis-garis yang mengacungkan kepalan tangan
kesal ketika gondola-gondola mereka terayun-ayun terkena imbas
empasan gelombang. "Scusate!" teriak Maurizio meminta maaf. "VIP!"
Dalam hitungan detik, Maurizio telah menjauhi kepadatan
Stasiun Santa Lucia dan melesat ke timur sepanjang Grand Canal.
Ketika mereka melaju di bawah bentangan elegan Ponte degli
Scalzi, Langdon mencium aroma manis khas penganan lokal seppie
al nero"masakan cumi dalam tintanya sendiri"yang melayang
ke?luar dari restoran-restoran berkanopi di sepanjang bantaran.
isi INFERNO [SC].indd 418
419 Infern o Ketika mereka berbelok, Gereja San Geremia yang besar dan
berkubah muncul dalam pandangan.
"Santa Lucia," bisik Langdon, yang membaca nama orang
kudus itu dari tulisan di samping gereja. "Tulang-tulang orang
buta." "Maaf?" Sienna melirik, tampak berharap Langdon telah
memecahkan lebih banyak lagi puisi misterius Zobrist.
"Tidak apa-apa," kata Langdon. "Pikiran aneh. Mungkin tidak
ada artinya." Dia menunjuk gereja itu. "Kau lihat tulisannya"
Santa Lucia dimakamkan di sana. Terkadang aku menyampaikan
cera?mah mengenai seni hagiografi"seni yang menggambarkan
orang-orang kudus Kristen"dan baru saja terpikirkan olehku
bahwa Santa Lucia adalah santa pelindung orang buta."
"S?, santa Lucia!" sela Maurizio, bersemangat untuk melayani.
"Santa orang buta! Kalian tahu ceritanya, tidak?" Pengemudi pe?
rahu itu menoleh ke belakang dan berteriak mengatasi suara me?
sin. "Lucia begitu cantik sehingga semua lelaki bernafsu ter?ha??dap?
nya. Jadi, Lucia, agar tetap murni bagi Tuhan dan un?tuk menjaga
kepe?rawanannya, mencongkel kedua matanya sen?diri."
Sienna mengerang. "Itu baru komitmen."
"Sebagai ganjaran atas pengorbanannya," imbuh Maurizio,
"Tuhan memberi Lucia sepasang mata yang bahkan lebih in?
dah!" Sienna memandang Langdon. "Dia tahu kalau itu tidak masuk
akal, bukan?" "Tuhan bekerja dengan cara yang misterius," jawab Langdon,
sambil membayangkan sekitar dua puluh lukisan Old Master8
terkenal yang menggambarkan Santa Lucia membawa bola mata?
nya di atas nampan. Walaupun ada banyak versi dari cerita Santa Lucia, semua?
nya melibatkan Lucia mencongkel sepasang matanya yang
menimbulkan hawa nafsu itu dan meletakkan keduanya di atas
8. Lukisan Old Master adalah lukisan yang dibuat seniman pada era 1800-an. Secara teori, lukisan Old Master
haruslah karya seniman yang sudah ahli atau menjadi master dan bekerja secara independen. Tetapi, pada
praktiknya, lukisan apa pun pada era tersebut bisa disebut lukisan Old Master."penerj.
isi INFERNO [SC].indd 419
420 D an B rown

Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nampan untuk peminangnya yang bersemangat, lalu dengan
berani mengatakan, "Ini, ambillah apa yang sangat kau dambakan
... dan selanjutnya, kumohon, tinggalkan aku dalam kedamaian!"
Yang mengerikan, Kitab Suci-lah yang menginspirasi Lucia untuk
memutilasi dirinya sendiri, dan selamanya menghubungkan na?
manya dengan nasihat terkenal Kristus: "Dan jika matamu me?
nyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu."
Cungkil, pikir Langdon, menyadari kata yang sama yang
digu?nakan dalam puisi itu. Carilah doge Venesia pengkhianat yang
... mencungkil tulang-tulang orang buta.
Langdon, yang heran karena kebetulan itu, bertanya-tanya
apa?kah mungkin ini isyarat tersirat bahwa Santa Lucia adalah
orang buta yang dirujuk dalam puisi itu.
"Maurizio," teriak Langdon sambil menunjuk Gereja San Ge?
re??mia. "Tulang-tulang Santa Lucia ada dalam gereja itu, ti?dak?"
"Ya, sebagian kecil," jawab Maurizio, sambil mengemudikan
perahu dengan satu tangan dan menoleh ke belakang memandang
para penumpangnya, mengabaikan lalu lintas perahu di depan.
"Tapi, sebagian besarnya tidak. Santa Lucia begitu dicintai, sehing?
ga tubuhnya disebarkan ke gereja-gereja di seluruh dunia. Tentu
saja orang Venesia yang paling mencintai Santa Lucia, se?hingga
kami merayakan?" "Maurizio!" teriak Ferris. "Santa Lucia buta, tapi kau tidak.
Ha?rap lihat depan!"
Maurizio tertawa riang, dan menoleh ke depan tepat waktu?
nya untuk dengan ahlinya menghindari benturan dengan perahu
yang datang. Sienna mengamati Langdon. "Apa maksudmu" Doge peng?
khianat yang mencungkil tulang-tulang orang buta?"
Langdon mengerutkan bibir. "Aku tidak yakin."
Dengan cepat, dia menceritakan sejarah relik Santa Lucia ke?
pada Sienna dan Ferris"sejarah yang paling ganjil dalam semua
hagiografi. Konon, ketika Lucia yang cantik menolak rayuan se?
orang peminang yang berpengaruh, lelaki itu mengutuknya dan
memerintahkan agar dia dibakar di tiang. Dan, menurut legenda,
isi INFERNO [SC].indd 420
421 Infern o tubuh Lucia tidak terbakar. Karena dagingnya tahan api, reliknya
diyakini memiliki kekuatan istimewa, dan siapa pun yang me?mi?
likinya akan menikmati usia yang luar biasa panjang.
"Tulang-tulang ajaib?" tanya Sienna.
"Diyakini begitu, ya, dan itulah alasan mengapa reliknya
ter?sebar di seluruh dunia. Selama dua milenium, para pemimpin
yang berkuasa berupaya menghalangi penuaan dan kematian
dengan memiliki tulang-tulang Santa Lucia. Kerangkanya telah
dicuri, dicuri-ulang, dipindahkan, dan dibagi-bagi lebih sering
daripada kerangka orang kudus mana pun lainnya dalam sejarah.
Tulang-tulangnya diedarkan melalui setidaknya selusin orang
yang paling berkuasa dalam sejarah."
"Termasuk," tanya Sienna, "seorang doge pengkhianat?"
Carilah doge Venesia pengkhianat yang memenggal kepala kudakuda ... dan mencungkil tulang-tulang orang buta.
"Mungkin saja," jawab Langdon, yang kini menyadari bah?wa
Inferno Dante menyebut Santa Lucia dengan sangat men?colok.
Lucia adalah salah satu dari tiga perempuan yang diber?kati"le
"tre donne benedette?"yang memanggil Virgil untuk mem?ban?tu
Dante lolos dari dunia-bawah. Kedua perempuan lain?nya adalah
Perawan Maria dan Beatrice Dante tercinta, tetapi Dante me?nem?
patkan Santa Lucia sebagai yang tertinggi dari ke?tiga?nya.
"Jika kau benar soal ini," kata Sienna penuh semangat, "maka
doge pengkhianat yang sama, yang memenggal kepala kuda-kuda
...." "... juga mencuri tulang-tulang Santa Lucia," simpul Lang?
don. Sienna mengangguk. "Dan ini seharusnya sangat memper?
sempit daftar kita." Dia melirik Ferris. "Kau yakin ponselmu tidak
berfungsi" Kita mungkin bisa mencari?"
"Mati total," jawab Ferris. "Baru saja aku periksa. Maaf."
"Kita akan segera tiba," kata Langdon. "Aku yakin kita akan
bisa menemukan jawaban di Basilika Santo Markus."
Basilika Santo Markus adalah satu-satunya potongan tekateki yang terasa sangat pasti bagi Langdon. Mouseion kebijakan
isi INFERNO [SC].indd 421
422 D an B rown suci. Langdon mengandalkan basilika itu untuk mengungkapkan
identitas doge misterius mereka ... dan dari sana, jika beruntung,
mengungkapkan istana spesifik yang dipilih Zobrist untuk mele?
paskan wabahnya. Karena di sini, dalam kegelapan, monster chthonic
menanti. Langdon berupaya menyingkirkan gambaran-gambaran
wa?bah dari benaknya, tapi itu tidak ada gunanya. Dia sering kali
bertanya-tanya seperti apa kota yang luar biasa ini pada masa
kejayaannya ... sebelum wabah memperlemahnya hingga bisa
ditaklukkan oleh Dinasti Ottoman, lalu oleh Napoleon ... dulu
ke??tika Venesia dengan gemilang menjadi pusat perdagangan
Eropa. Konon, tidak ada kota yang lebih indah daripada Venesia
di seluruh dunia; kekayaan dan kebudayaan penduduknya tidak
ter??tandingi. Ironisnya, kegemaran penduduk Venesia terhadap kemewahan
asinglah yang mendatangkan kehancurannya"wabah hitam
mematikan berangkat dari Cina ke Venesia di atas punggung
ti?kus-tikus yang bersembunyi di kapal dagang. Wabah yang
sama, yang menghancurkan dua pertiga penduduk Cina, tiba di
Ero?pa dan dengan cepat membunuh satu dari tiga orang"baik
tua maupun muda, kaya maupun miskin.
Langdon pernah membaca penjelasan mengenai kehidupan
di Venesia selama wabah hitam mengamuk. Dengan sedikit atau
tanpa adanya tanah kering untuk menguburkan orang mati,
ma?yat-mayat menggembung mengapung di kanal-kanal, dan
be?berapa area begitu dipadati oleh mayat sehingga para pekerja
harus membanting tulang seperti pengangkut kayu dan men?
dorong mayat-mayat itu ke laut. Sebanyak apa pun doa di?pan?jat?
kan, sepertinya tidak bisa meredakan kemarahan wabah itu. Saat
akhirnya para pejabat kota menyadari bahwa tikus-tikuslah yang
menyebabkan wabah, semua sudah terlambat. Namun tetap saja,
Venesia akhirnya menerapkan dekrit yang menyatakan bahwa
semua kapal yang masuk harus berlabuh di lepas pantai selama
empat puluh hari penuh sebelum diizinkan membongkar muatan.
Hingga hari ini, angka empat puluh"quaranta dalam bahasa
isi INFERNO [SC].indd 422
423 Infern o Italia"berfungsi sebagai pengingat muram asal kata quarantine,
karantina. Ketika perahu mereka melesat melewati belokan lain di kanal,
sebuah kanopi kanvas berwarna merah meriah berkepak-kepak
tertiup angin, dan perhatian Langdon teralihkan dari pikiran
muramnya mengenai kematian ke struktur bangunan tiga-tingkat
yang elegan di sebelah kirinya.
CASIN? DI VENEZIA: AN INFINITE EMOTION.
Walaupun Langdon tidak terlalu mengerti maksud spanduk
itu, istana gaya-Renaisans yang spektakuler ini telah menjadi ba?
gian dari pemandangan Venesia sejak abad keenam belas. Dulu
ber?fungsi sebagai kediaman mewah, istana itu kini menjadi kasino
yang terkenal, karena menjadi lokasi tewasnya komposer Richard
Wagner akibat serangan jantung pada 1883, tidak lama setelah dia
menggubah operanya, Parsifal.
Di sebelah kanan kasino, di sebuah fasad kasar gaya Baroque,
terpasang spanduk yang bahkan lebih besar berwarna biru tua,
mengumumkan CA" PESARO: GALLERIA INTERNAZIONALE
D"ARTE MODERNA"galeri seni modern. Bertahun-tahun silam,
Langdon pernah masuk ke sana dan melihat mahakarya Gustav
Klimt, The Kiss, yang dipinjamkan dari Wina, Austria. Lembar
ke?emasan menakjubkan karya Klimt yang menggambarkan dua
ke?kasih bertautan telah memicu kegairahan Langdon terhadap
karya se?ni?man itu, dan hingga hari ini Langdon menganggap Ca"
Pesaro Venesia telah membangkitkan minat seumur hidupnya
terhadap karya seni modern.
Maurizio terus mengemudikan perahunya, kini semakin cepat
di kanal yang lebih lebar.
Di depan, Jembatan Rialto yang terkenal menjulang"setengah
per?jalanan menuju Alun-Alun Santo Markus. Ketika mereka men?
dekati jembatan, bersiap untuk lewat di bawahnya, Langdon men?
dongak dan melihat sebuah sosok berdiri tak bergerak di pagar,
menunduk memandang mereka dengan wajah muram.
Wajah itu tidak asing lagi ... dan mengerikan.
Naluriah, Langdon tersentak.
isi INFERNO [SC].indd 423
424 D an B rown Wajah itu berwarna kelabu dan memanjang, bermata mati
dan dingin, dan berhidung paruh panjang.
Perahu menyelinap di bawah sosok mengancam tadi, tepat
ke?tika Langdon menyadari bahwa itu hanyalah seorang turis
yang sedang memamerkan belanjaan barunya"salah satu dari
ra?tus??an topeng wabah yang dijual setiap hari di Pasar Rialto di
de?kat situ. Namun, hari ini kostum itu sama sekali tidak menyenang?
kan.[] isi INFERNO [SC].indd 424
BAB lun-Alun Santo Markus terletak di ujung selatan, tem?
pat muara Grand Canal Venesia bergabung dengan
laut terbuka. Menghadap muara terbuka ini, terdapat
ben?teng segi tiga sederhana Dogana da Mar"Kantor Pabean
Maritim"yang menara-pengawasnya pernah menjaga Venesia
dari serangan asing. Kini menara itu telah digantikan oleh bulatandunia emas besar dan penunjuk arah angin berbentuk dewi ke?
ber?untungan"yang pergeseran arahnya karena angin sepoi-sepoi
berfungsi sebagai pengingat mengenai ketidakpastian takdir bagi
para pelaut yang hendak berlayar.
Ketika Maurizio mengemudi perahu ramping itu menuju
ujung kanal, lautan bergelombang membentang dan mengancam
di depan mereka. Robert Langdon sudah sering menjalani rute
ini, wa?lau?pun selalu mengendarai vaporetto yang jauh lebih besar,
dan dia merasa tidak nyaman ketika perahu limosin mereka ber?
guncang-guncang di atas gelombang yang semakin besar.
Untuk mencapai dermaga di Alun-Alun Santo Markus, pera?
hu mereka harus melintasi bentangan laguna terbuka yang airnya
dipenuhi ratusan perahu"mulai dari kapal pesiar mewah hingga
tanker, perahu layar privat, dan kapal pesiar besar. Rasanya se?
akan mereka sedang meninggalkan jalanan desa dan masuk ke
jalan raya besar delapan-jalur.
Sienna juga tampak tidak yakin ketika memandang kapal
pesiar sepuluh-tingkat menjulang yang kini lewat di depan
mereka, hanya tiga ratus meter jauhnya. Dek-dek kapal itu penuh
pe?numpang, semuanya berkumpul di pagar, memotret Alun-Alun
Santo Markus. Di belakang kapal ini, tiga kapal pesiar lain antre,
isi INFERNO [SC].indd 425
426 D an B rown me?nung?gu kesempatan untuk melewati landmark paling terkenal
di Venesia itu. Langdon mendengar bahwa dalam tahun-tahun
be?la?kangan ini jumlah kapal telah berlipat ganda sedemikian
cepat, sehingga tak terhitung banyaknya barisan kapal pesiar
yang lewat sepanjang siang dan malam.
Di kemudi, Maurizio mengamati barisan kapal pesiar yang
masuk, lalu memandang dermaga berkanopi tak jauh di sebelah
kirinya. "Saya parkir di Harry"s Bar?" Dia menunjuk restoran yang
terkenal gara-gara menciptakan minuman koktail Bellini. "AlunAlun Santo Markus bisa dicapai dengan sedikit berjalan kaki."
"Tidak, antar kami sampai di sana," perintah Ferris sambil
me?nunjuk ke seberang laguna, ke arah dermaga di Alun-Alun
Santo Markus. Maurizio mengangkat bahu ringan. "Terserah Anda. Pe?
gangan!" Mesin berderum dan limosin itu mulai memotong melintasi
gelombang besar, memasuki salah satu jalur perjalanan yang di?
tandai dengan pelampung. Kapal-kapal pesiar yang lewat tam?
pak seperti gedung apartemen mengapung, ombak yang mereka
tinggalkan mengombang-ambingkan perahu-perahu lain seperti
gabus. Yang mengejutkan Langdon, lusinan gondola melakukan
pe?nye?berangan yang sama. Lambung-lambung ramping mere?
ka"panjang hampir dua belas meter dan berat hampir enam
ratus lima puluh kilogram"tampak luar biasa stabil di perairan
ber?gelora. Setiap perahu dikemudikan oleh gondolier berkaki
ko?koh"yang berdiri di panggung di sisi kiri buritan, memakai
kaus bergaris-garis hitam-dan-putih tradisional dan mengayuh
dayung yang melekat di pinggir kanan perahu. Bahkan, di
perairan bergelora sekalipun, jelas setiap gondola miring secara
misterius ke kiri, keganjilan yang diketahui Langdon disebabkan
oleh kons?truksi perahu yang tak simetris. Setiap lambung gondola
dibuat melengkung ke kanan, menjauh dari gondolier-nya, me?
na?han kecenderungan perahu itu untuk berbelok ke kiri akibat
pen?dayungan di sisi kanan.
isi INFERNO [SC].indd 426
427 Infern o Dengan bangga, Maurizio menunjuk salah satu gondola ketika
mereka melesat melewatinya. "Kalian lihat rancangan logam di


Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagian depannya?" teriaknya sambil menoleh ke belakang dan
menunjuk ornamen elegan yang menonjol dari haluan gondola
itu. "Itulah satu-satunya logam pada sebuah gondola"disebut
ferro di prua"besi di haluan. Itu menggambarkan Venesia!"
Maurizio menjelaskan bahwa dekorasi mirip sabit yang me?
nonjol dari haluan setiap gondola Venesia punya arti simbolis.
Bentuk melengkung ferro merepresentasikan Grand Canal, keenam
giginya merefleksikan enam sestieri atau distrik di Venesia, dan
bilah persegi panjangnya adalah topi-baja doge Venesia yang pe?
nuh gaya. Doge, pikir Langdon, pikirannya kembali pada tugas di depan
mata. Carilah doge Venesia pengkhianat yang memenggal kepala kudakuda ... dan mencungkil tulang-tulang orang buta.
Langdon mendongak memandang garis-pantai di depan, di
tempat taman kecil berpepohonan bertemu dengan tepian air. Di
atas pepohonan itu, membentuk siluet dilatari langit tak berawan,
menjulanglah puncak bata merah menara-lonceng Santo Markus,
dan di atasnya Malaikat Gabriel bersepuh emas memandang dari
ketinggian sembilan puluh meter yang memusingkan.
Di kota tanpa gedung-gedung tinggi karena kecenderungan
mereka untuk tenggelam, Campanile di San Marco yang men?ju?
lang berfungsi sebagai mercusuar navigasi bagi semua orang yang
memasuki labirin kanal dan terusan Venesia; seorang pelancong
tersesat, dengan sekali pandang ke arah langit, akan melihat
jalan kembali menuju Alun-Alun Santo Markus. Masih sulit bagi
Langdon untuk percaya bahwa menara kokoh ini pernah runtuh
pada 1902, meninggalkan tumpukan besar puing di Alun-Alun
Santo Markus. Yang luar biasa, satu-satunya korban dalam
bencana ini hanyalah seekor kucing.
Para pengunjung bisa menyelami atmosfer kota yang ti?dak
ada duanya itu di sejumlah tempat menakjubkan, tapi favo?
rit Langdon selalu Riva degli Schiavoni. Promenade batu lebar
sepanjang tepian air. Trotoar lebar itu dibuat pada abad ke?sem?
isi INFERNO [SC].indd 427
428 D an B rown bilan dari lumpur kerukan sungai dan memanjang dari gu?dang
senjata dan galangan kapal kuno Arsenal hingga ke Alun-Alun
Santo Markus. Riva, yang didereti kafe, hotel elegan, dan bahkan gereja
Antonio Vivaldi, bermula dari Arsenal, tempat aroma pinus
yang datang dari getah kayu mendidih pernah memenuhi udara
ketika para pembangun kapal mengoleskan aspal panas pada
lam?bung kapal untuk menyumbat bocor. Konon, kunjungan
ke galangan kapal inilah yang menginspirasi Dante Alighieri
untuk me?nyertakan sungai-sungai aspal mendidih sebagai alat
pe?nyiksaan dalam Inferno.
Pandangan Langdon beralih ke kanan, menelusuri Riva di
sepanjang tepian air dan berhenti di ujung dramatis promenade
itu. Di sana, di ujung selatan Alun-Alun Santo Markus, bentangan
luas trotoar itu bertemu lautan terbuka. Selama masa keemasan
Venesia, tebing ini dijuluki dengan bangga sebagai "tubir semua
peradaban". Hari ini, bentangan sepanjang tiga ratus meter tempat AlunAlun Santo Markus bertemu dengan lautan itu didereti, seperti
biasa, oleh sekurangnya seratus gondola hitam yang melambunglambung menarik tali penambat masing-masing, ornamen mirip
sabit di haluan mereka tampak naik turun dilatari pualam putih
gedung-gedung di piazza. Masih sulit bagi Langdon untuk memahami bahwa kota mu?
ngil ini"hanya dua kali ukuran Central Park di New York"entah
bagaimana pernah menjadi kerajaan terbesar dan terkaya di
barat. Ketika Maurizio menjalankan perahunya lebih dekat, Lang?
don bisa melihat bahwa alun-alun utama itu jelas dipenuhi orang.
Napoleon pernah menyebut Alun-Alun Santo Markus sebagai
"ruang tamu Eropa", dan kelihatannya "ruangan" ini sedang
menyelenggarakan pesta untuk terlalu banyak orang. Seluruh
piazza tampak seakan hendak tenggelam di bawah bobot para
pengagumnya. "Astaga," bisik Sienna menatap kerumunan itu.
isi INFERNO [SC].indd 428
429 Infern o Langdon tidak yakin apakah Sienna mengatakan ini kare?na
khawatir Zobrist memilih lokasi yang begitu padat untuk me?
le?paskan wabahnya ... atau karena dia merasa Zobrist sesung?
guhnya ada benarnya ketika memperingatkan mengenai bahaya
overpopulasi. Venesia menerima banyak sekali kunjungan turis setiap
tahun"kira-kira sepertiga dari 1 persen populasi dunia"seki?tar
dua puluh juta pengunjung pada tahun 2000. Dengan pe?nam?
bahan satu miliar populasi dunia sejak itu, kota itu kini meng?
e?rang di bawah bobot lebih dari dua puluh tiga juta turis per
tahun. Venesia, seperti bumi tempatnya berada, punya jumlah
ruang yang terbatas, dan pada suatu saat nanti tak akan lagi bisa
mendatangkan cukup banyak makanan, membuang cukup ba?
nyak limbah, atau menemukan cukup banyak ranjang bagi semua
orang yang ingin mengunjunginya.
Ferris berdiri di dekat mereka, matanya tidak mengarah ke
da??rat?an utama, tetapi ke laut, mengamati semua kapal yang da?
tang. "Kau baik-baik saja?" tanya Sienna menatapnya penasaran.
Cepat-cepat Ferris menoleh. "Ya, baik-baik saja ... hanya se?
dang berpikir." Dia menghadap ke depan dan berteriak kepada
Maurizio, "Parkirlah sedekat mungkin dengan Alun-Alun Santo
Markus." "Tak masalah!" Pengemudi perahu mereka melambaikan
tangan. "Dua menit lagi!"
Limosin itu kini sejajar dengan Alun-Alun Santo Markus, dan
Istana Doge menjulang megah di sebelah kanan mereka, men?
dominasi garis-pantai. Istana itu, yang merupakan contoh sempurna arsitektur Gotik
Venesia, merupakan perwujudan dari keanggunan bersahaja.
Tanpa menara atau kubah yang umumnya dihubungkan dengan
istana Prancis atau Inggris, gedung itu dibangun berbentuk pris?
ma persegi panjang besar, sehingga memberikan ruang dalam
seluas mungkin untuk menampung pemerintahan besar dan staf
pen?dukung doge. isi INFERNO [SC].indd 429
430 D an B rown Dari laut, bentangan luas batu kapur putih istana itu pasti
tampak angkuh seandainya tidak diperlembut dengan penam?
bahan serambi bertiang, pilar-pilar, balkon-terbuka, dan lubanglubang bermotif quatrefoil atau empat kelopak daun semanggi.
Pola geometris batu kapur merah dadu memanjang di seluruh
bagian luarnya, mengingatkan Langdon pada Alhambra di
Spanyol. Ketika perahu semakin mendekati tambatan, Ferris seakan
mengkhawatirkan kumpulan orang di depan istana itu. Seke?lom?
pok besar orang telah berkumpul di atas jembatan, dan semuanya
menunjuk ke bawah, ke kanal sempit yang membelah dua bagian
besar Istana Doge. "Mereka sedang melihat apa?" tanya Ferris, kedengaran
gugup. "Il Ponte dei Sospiri," jawab Sienna. "Jembatan Venesia yang
terkenal." Langdon mengintip terusan sempit itu dan melihat terowongan
tertutup berukir indah yang melengkung di antara dua gedung.
Jembatan Desah"The Bridge of Sighs, pikirnya, mengingat salah
satu film remaja favoritnya, A Little Romance, yang didasarkan
pada legenda bahwa jika sepasang kekasih muda berciuman di
bawah jembatan ini pada saat matahari terbenam, ketika loncenglonceng Basilika Santo Markus berdentang, mereka akan saling
men?cintai untuk selamanya. Gagasan yang sangat romantis itu
diingat oleh Langdon sepanjang hidupnya. Apalagi film itu juga
menampilkan seorang pendatang baru yang menawan berusia
empat belas tahun, Diane Lane, yang langsung digandrungi oleh
Langdon muda ... kegandrungan yang, diakuinya, tidak pernah
bisa benar-benar dilenyapkannya.
Bertahun-tahun kemudian, Langdon sangat kaget ketika
mengetahui bahwa Jembatan Desah mendapat namanya bukan
dari desah gairah ... melainkan desah penderitaan. Ternyata jem?
batan tertutup itu adalah penghubung antara Istana Doge dan
pen?jara, tempat para tahanan menderita dan mati, erangan pen?
isi INFERNO [SC].indd 430
431 Infern o de?ritaan mereka menggema keluar dari jendela-jendela berkisi di
sepanjang kanal sempit. Langdon pernah mengunjungi penjara itu, dan terkejut ketika
mengetahui bahwa sel-sel yang paling mengerikan bukanlah yang
berada di permukaan air dan sering kali kebanjiran, melainkan
yang berada di lantai paling atas istana"disebut piombi karena
gen?ting-gentingnya yang terbuat dari timah. Akibatnya, piombi
menjadi sangat panas di musim panas dan dingin membekukan di
musim dingin. Perayu Ulung Casanova pernah menjadi tahanan
di piombi; dihukum oleh Inkuisisi karena berzina dan menjadi
mata-mata, dia bertahan selama lima belas bulan di penjara dan
kabur dengan memperdaya penjaga.
"Sta" attento!"Awas!" teriak Maurizio kepada seorang penda?
yung gondola ketika limosinnya menyelinap ke dalam ruang yang
baru saja ditinggalkan oleh gondola itu. Dia telah menemukan
tempat berlabuh di depan Hotel Danieli, hanya seratus meter dari
Alun-Alun Santo Markus dan Istana Doge.
Maurizio melemparkan tali ke pasak penambat dan melompat
ke darat seakan sedang melakukan audisi untuk sebuah film pe?
tualangan. Setelah mengikat perahu, dia berbalik dan men?ju?lurkan
tangan, menawarkan diri untuk membantu para penumpangnya
keluar. "Terima kasih," kata Langdon ketika orang Italia berotot itu
menariknya ke darat. Ferris mengikuti, tampak sedikit resah dan sekali lagi meman?
dang ke laut. Sienna adalah yang terakhir turun. Ketika mengangkatnya ke
darat, Maurizio yang luar biasa tampan memberinya tatapan tajam
yang seakan mengisyaratkan Sienna akan bisa lebih bersenangsenang jika membuang kedua rekannya dan tinggal di perahu
ber?samanya. Sienna sepertinya tak menyadari.
"Grazie, Maurizio," katanya menerawang, pandangannya
terpusat pada Istana Doge.
Lalu, tanpa membuang-buang waktu, dia menuntun Langdon
dan Ferris memasuki kerumunan orang.[]
isi INFERNO [SC].indd 431
Ba b inamai berdasarkan salah seorang penjelajah paling
ternama dalam sejarah, Marco Polo International Airport
terletak enam setengah kilometer di utara Alun-Alun
Santo Markus di atas perairan Laguna Veneta.
Berkat keunggulan penerbangan pribadi, sepuluh menit se?
telah turun pesawat, Elizabeth Sinskey telah membelah laguna
dengan perahu motor hitam bergaya futuristik"Dubois SR52
Blackbird"dikirim oleh orang asing yang tadi meneleponnya.
Provos. Bagi Sinskey, setelah duduk setengah terbius di bangku bela?
kang van seharian, udara laut terasa melegakan. Dia membiarkan
angin bergaram menerpa wajah dan rambut peraknya berkibarkibar di belakangnya. Hampir dua jam telah berlalu sejak suntikan
terakhir diterimanya, dan dia akhirnya merasa terjaga. Untuk
per?tama kalinya sejak semalam, Elizabeth Sinskey menjadi dirinya
sendiri. Agen Br?der duduk di sampingnya bersama anak buahnya.
Semuanya diam. Kalaupun mereka mengkhawatirkan pertemuan
di luar kebiasaan ini, mereka menyadari bahwa pendapat mereka
tidak relevan; keputusan tidak berada di tangan mereka.
Seiring laju perahu motor, sebuah pulau besar tampak men?
julang di kanan mereka, pantainya diwarnai titik-titik bangunan
bata pendek dan cerobong asap. Murano, Elizabeth mengenali
pa?brik-pabrik peniupan kaca tersohor itu.
Hampir tak bisa dipercaya rasanya. Aku kembali, batinnya, diba?
rengi kesedihan menyengat. Siklus sempurna.
isi INFERNO [SC].indd 432
433 Infern o Bertahun-tahun silam, ketika masih kuliah di fakultas kedok?
teran, dia pergi ke Venesia bersama tunangannya dan mengunjungi
Murano Glass Museum. Di sana, tunangannya melihat hiasan
gantung kaca tiup cantik dan tanpa berpikir panjang berkomentar
bahwa dirinya ingin menggantungkan hiasan semacam itu di
kamar bayi mereka kelak. Tersiksa oleh rasa bersalah karena telah
menyimpan rahasia menyakitkan terlalu lama, Elizabeth akhirnya
menjelaskan kepadanya tentang penyakit asma yang dideritanya
semasa kanak-kanak dan perawatan glucocorticoid tragis yang telah
merusak sistem reproduksinya.
Hingga kini, Elizabeth tidak mengerti apakah hati pria itu
berubah menjadi batu karena Elizabeth berbohong atau karena
mandul. Namun yang jelas, sepekan kemudian, Elizabeth me?
ning??galkan Venesia tanpa cincin pertunangannya.
Satu-satunya kenangan dari perjalanan yang menghancurkan
hati itu adalah sebuah jimat lapislazuli. Tongkat Asclepius me?
ru?pakan simbol pengobatan"pengobatan pahit dalam hal ini"
namun sejak saat itu Elizabeth memakainya setiap hari.
Jimatku yang berharga, dia membatin. Hadiah perpisahan dari
se?orang pria yang menginginkanku mengandung anak-anaknya.
Saat ini kepulauan Venesia sama sekali tidak mengesankan
romansa baginya. Desa-desa terpencilnya tidak memunculkan pi?
kiran tentang cinta, tetapi mengingatkannya sebagai koloni-koloni
karantina dalam upaya menanggulangi Wabah Hitam.


Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara perahu motor Blackbird melesat melewati Isola San
Pietro, Elizabeth menyadari bahwa mereka tengah menghampiri
sebuah kapal pesiar kelabu besar, yang sepertinya membuang
sauh di sebuah selat dalam, menantikan kedatangan mereka.
Kapal kelabu logam itu menyerupai sesuatu yang berasal dari
operasi siluman militer AS. Nama yang terpampang di bagian
belakangnya tidak memberikan petunjuk apa pun.
The Mendacium" Mereka kian dekat dan sesaat kemudian Sinskey melihat sese?
orang berdiri di geladak belakang"seorang pria bertubuh kecil,
berkulit gelap, memandang mereka dari balik teropong. Ketika
isi INFERNO [SC].indd 433
434 D an B rown perahu motor mereka tiba di galangan belakang kapal yang luas,
pria itu menuruni tangga dan menyambut mereka.
"Dr. Sinskey, selamat datang." Pria berkulit terbakar matahari
itu dengan sopan menjabat tangannya, telapaknya lembut dan
halus, sama sekali tidak mencerminkan tangan awak kapal. "Saya
menghargai kedatangan Anda. Silakan ikuti saya."
Selagi mereka menaiki geladak, Sinskey sekilas melihat kesi?
bukan di berbagai ruangan. Kapal aneh ini ternyata dipenuhi
orang, namun tak ada yang terlihat santai"mereka semua sedang
be?kerja. Mengerjakan apa" Ketika mereka masih berjalan, Sinskey mendengar mesin
be?sar kapal itu menderu, menciptakan ombak besar dengan ge?
rak?annya. Hendak ke mana kita" pikirnya, waspada.
"Saya hendak berbicara empat mata dengan Dr. Sinskey,"
ka?ta pria itu kepada para tentara, lalu menatap Sinskey. "Jika
Anda tidak keberatan?"
Elizabeth mengangguk. "Sir," ujar Br?der dengan nada mendesak, "saya mereko?men?
dasikan Dr. Sinskey untuk diperiksa oleh dokter kapal Anda. Dia
memiliki masalah medis?"
"Saya baik-baik saja," potong Sinskey. "Sungguh. Terima
ka??sih." Provos menatap Br?der lama, kemudian menunjuk meja
ber?isi makanan dan minuman yang sudah disiapkan di geladak.
"Istirahatlah. Kau akan membutuhkannya. Sebentar lagi kau harus
kembali ke darat." Tanpa berbasa-basi, Provos berbalik dan menggiring Sinskey
ke ruang kerja pribadi nan elegan, lalu menutup pintu.
"Minum?" tanyanya, menunjuk bar.
Sinskey menggeleng, masih berusaha mencermati keanehan
di sekelilingnya. Siapa orang ini" Apa yang dilakukannya di sini"
isi INFERNO [SC].indd 434
435 Infern o Sang tuan rumah tengah mengamatinya sekarang, jemarinya
saling menjalin di bawah dagu. "Tahukah Anda bahwa klien saya
Bertrand Zobrist menjuluki Anda "iblis berambut perak?""
"Saya juga punya beberapa julukan untuknya."
Tanpa menunjukkan emosi apa pun, pria itu menghampiri
mejanya dan menunjuk sebuah buku besar. "Silakan lihat ini."
Sinskey mendekat dan memandang buku tebal itu. Inferno
karya Dante" Dia teringat gambaran-gambaran kematian menge?
rikan yang ditunjukkan oleh Zobrist dalam pertemuan mereka di
Council on Foreign Relations.
"Zobrist menyerahkan ini kepada saya dua minggu lalu. Ada
tulisan di dalamnya."
Sinskey membaca tulisan tangan di halaman judul. Tanda
tangan Zobrist tertera di sana.
Sobatku terkasih, terima kasih karena telah membantuku menemukan
jalan itu. Dunia juga berterima kasih kepadamu.
Sinskey merinding. "Anda membantunya menemukan jalan
apa?" "Saya pun tidak tahu. Atau lebih tepatnya, saya tidak tahu
hingga beberapa jam lalu."
"Dan sekarang?"
"Nah, ini jarang terjadi, namun saya telah membuat penge?
cualian terhadap protokol ... dan meminta pertolongan Anda."
Sinskey baru saja menempuh perjalanan panjang dan tidak
berminat mengikuti pembicaraan berbelit-belit. "Sir, saya tidak
mengenal Anda, atau apa yang Anda kerjakan di kapal ini, tetapi
Anda berutang penjelasan kepada saya. Tolong katakan mengapa
Anda menyembunyikan seseorang yang tengah di?buru secara
aktif oleh WHO." Walaupun Sinskey berbicara dengan nada berapi-api, pria
itu menjawab dengan bisikan tenang. "Saya menyadari bahwa
tu?juan pekerjaan kita bertolak belakang, tetapi sebaiknya kita
isi INFERNO [SC].indd 435
436 D an B rown me??lu??pakan masa lalu. Masa lalu sudah lewat. Masa depan, saya
rasa, lebih membutuhkan perhatian kita."
Pria itu mengeluarkan sebuah memory stick merah kecil dan
mema?sukkannya ke komputer, kemudian mengisyaratkan kepada
Sin?skey untuk duduk. "Bertrand Zobrist membuat video ini. Dia
meng?harapkan saya merilisnya ke media besok."
Sebelum Sinskey sempat menanggapi, layar komputer mere?
dup, dan dia mendengar irama lembut kecipak air. Dari tengah
kegelapan, sebuah bentuk mewujud di layar ... bagian dalam
sebuah gua yang penuh air ... semacam kolam bawah tanah.
Anehnya, cahaya yang menerangi air gua itu seolah-olah berasal
dari dalam kolam ... berpendar merah janggal.
Masih diiringi kecipak air, kamera menyorot ke bawah,
menembus permukaan air, berfokus ke lantai gua yang berlapis
endapan lumpur. Sebuah plakat kotak mengilap terpasang di sana,
menampilkan sebuah tulisan, tanggal, dan nama.
DI TEMPAT INI, PADA TANGGAL INI,
DUNIA BERUBAH SELAMANYA. Tanggal yang tertera adalah besok. Nama yang terpampang
adalah Bertrand Zobrist. Elizabeth Sinskey bergidik. "Tempat apa ini"!" dia menuntut
penjelasan. "Di mana tempat ini"!"
Sebagai jawaban, sang Provos untuk pertama kalinya menun?
juk?kan sekelumit tanda bahwa dia juga memiliki emosi"desah
panjang yang sarat kekecewaan dan kekhawatiran. "Dr. Sinskey,"
jawabnya, "saya berharap Anda mengetahui jawaban atas perta?
nyaan itu." ______ Sekitar satu setengah kilometer dari mereka, di jalan pinggir
pantai Riva degli Schiavoni, pemandangan laut sedikit berganti.
Siapa pun yang memiliki pengamatan cermat akan melihat sebuah
isi INFERNO [SC].indd 436
437 Infern o kapal pesiar kelabu besar baru saja mengitari pulau menuju timur.
Kapal itu kini melaju dengan kecepatan penuh ke Alun-Alun
Santo Markus. The Mendacium, FS-2080 mendadak dicekam ketakutan.
Lambung kelabu kapal itu tampak mencolok.
Provos sudah datang ... dan waktu mulai habis.[]
isi INFERNO [SC].indd 437
Ba b erkelok-kelok menguak kerumunan orang di Riva degli
Schiavoni, Langdon, Sienna, dan Ferris tidak pernah men?
jauh dari pantai, bergerak menuju Alun-Alun Santo Mar?
kus dan tiba di batas paling selatannya, di ujung tempat piazza
bertemu dengan laut. Di sini, kerumunan wisatawan nyaris tidak tertembus, me?
nim?bulkan ancaman klaustrofobia bagi Langdon. Orang-orang
ber?duyun-duyun mengabadikan dua pilar raksasa yang berdiri
di sana, membingkai alun-alun.
Gerbang resmi kota ini, Langdon membatin ironis, mengetahui
bahwa tempat itu juga digunakan untuk tempat eksekusi publik
hingga akhir abad kedelapan belas.
Di atas salah satu pilar gerbang, dia melihat patung aneh St.
Theodore, berpose garang bersama salah satu naga bantaian legen?
darisnya, yang di mata Langdon selalu tampak lebih menyerupai
buaya. Di atas pilar kedua, berdiri simbol Venesia yang terlihat di
mana-mana"singa bersayap. Di seluruh kota, singa bersayap
terlihat dengan gagah menginjakkan satu kaki ke sebuah buku
terbuka bertulisan Latin Pax tibi Marce, evangelista meus (Semoga
Damai Menyertaimu, Markus, Evangelisku). Menurut legenda, katakata itu diucapkan oleh sesosok malaikat ketika Santo Markus tiba
di Venesia, bersama ramalan bahwa kelak jenazahnya akan ber?isti?
rahat di sini. Legenda tersohor ini kemudian dimanfaatkan oleh
warga Venesia untuk membenarkan pencurian tulang belulang
Santo Markus dari Aleksandria untuk dimakamkan kembali di
isi INFERNO [SC].indd 438
439 Infern o Basilika Santo Markus. Hingga kini, singa bersayap menjadi lam?
bang kota dan terlihat di hampir semua belokan.
Langdon menunjuk ke kanan, melewati pilar, ke seberang alunalun. "Jika terpisah, kita berkumpul lagi di depan pintu ba?silika."
Yang lain setuju dan segera menyisih ke tepi kerumunan
mengikuti tembok barat Istana Doge menuju alun-alun. Walaupun
turis dilarang keras memberikan makanan, merpati-merpati
Venesia tampak sehat dan bugar, sebagian mematuk-matuk di
dekat kaki para turis dan sebagian lainnya menukik ke kafe-kafe
ter?buka, mengincar keranjang-keranjang roti yang tidak dilin?
dungi dan menyiksa para pelayan bertuksedo yang harus selalu
waspada mengusir mereka. Piazza besar ini, berbeda dengan kebiasaan di Eropa, tidak
ber?ben?tuk segi empat, tetapi lebih menyerupai huruf L. Kaki
pen??deknya"lebih jamak disebut piazzetta"menghubungkan
laut dengan Basilika Santo Markus. Jauh di depan, alun-alun
ber?belok sembilan puluh derajat ke kiri menuju kaki panjangnya,
yang membentang dari basilika menuju Museo Correr. Anehnya,
alun-alun ini tidak berbentuk persegi panjang, tetapi trapesium,
me?nyempit di salah satu ujungnya. Ilusi rumah miring ini menja?
dikan piazza tampak lebih panjang daripada yang sesungguhnya,
efek yang dipertajam lagi oleh ubin kotak-kotak yang polanya
mencerminkan garis-garis pembatas kios para pedagang kaki
lima asli dari abad kelima belas.
Ketika berbelok menuju siku alun-alun, Langdon melihat,
jauh di depannya, permukaan kaca biru mengilap Menara Jam
Santo Markus"jam astronomi tempat James Bond melemparkan
pen?jahat di film Moonraker.
Baru saat inilah, ketika dia memasuki bagian beratap dari
alun-alun, Langdon dapat sepenuhnya menghargai kelebihan
ter?unik kota ini. Suara. Tanpa mobil atau kendaraan bermotor jenis apa pun, Ve?nesia
menikmati kedamaian tanpa gangguan suara lalu lintas, kereta
bawah tanah, dan sirene, menyisakan ruang sonik untuk me?non?
isi INFERNO [SC].indd 439
440 D an B rown jolkan kesederhanaan suara manusia, dekut merpati, dan alunan
biola yang dimainkan pemusik di kafe-kafe terbuka. Venesia
terdengar sama sekali berbeda dengan pusat metropolitan lainnya
di dunia. Ketika sinar matahari sore menyoroti alun-alun dari barat,
men?ciptakan bayangan panjang di sepanjang ubin alun-alun,
Lang?don melirik ke menara berlonceng yang menjulang tinggi
dan mendominasi garis langit Venesia. Galeri di bagian atas me?
nara dipenuhi ratusan orang. Bahkan, gagasan berada di sana saja
sudah membuatnya bergidik, sehingga Langdon menunduk dan
meneruskan usahanya menembus lautan manusia.
______ Sienna bisa dengan mudah menyusul Langdon, namun Ferris ter?
tinggal di belakang, dan Sienna memutuskan untuk memper?lam?
bat langkah agar kedua pria itu tetap terlihat olehnya. Namun, saat
jarak di antara mereka semakin lebar, dia me?noleh ke belakang
dengan tak sabar. Ferris menunjuk dadanya, meng?isyaratkan
bahwa dia kehabisan napas dan menyuruh Sienna terus maju.
Menurutinya, Sienna bergegas mengejar Langdon dan me?
ning?galkan Ferris. Namun, selama dia menerobos kerumunan
orang, sesuatu mengusik benaknya"kecurigaan aneh bahwa
Ferris memang sengaja memperlambat langkah ... seakan-akan
ber?usaha memperlebar jarak di antara mereka.
Sienna, yang telah lama belajar untuk memercayai nalurinya,
segera menyelinap ke sebuah ceruk. Dari balik bayang-bayang,
dia memindai kerumunan orang di belakangnya, mencari-cari
sosok Ferris. Ke mana dia pergi"! Lelaki itu sepertinya memang sudah tidak berniat lagi meng?
ikuti mereka. Sienna mengamati wajah-wajah di kerumunan,
dan akhirnya melihatnya. Dia terkejut ketika Ferris berhenti dan
ber?jong?kok, lalu mengetikkan sesuatu ke ponselnya.
Katanya, baterai ponsel itu sudah habis.
isi INFERNO [SC].indd 440
441 Infern o

Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rasa takut sekonyong-konyong menderanya, dan lagi-lagi
Sienna yakin bahwa dia harus memercayai perasaannya.
Dia berbohong kepadaku saat di kereta.
Sienna mengamati Ferris, mencoba membayangkan apa yang
tengah diperbuat lelaki itu. Diam-diam mengirim pesan kepada
seseorang" Melakukan riset tanpa setahu Sienna dan Langdon"
Mencoba memecahkan misteri puisi Zobrist sebelum Langdon
dan Sienna berhasil"
Apa pun alasannya, yang jelas Ferris telah berbohong.
Aku tidak bisa memercayainya.
Sienna menimbang-nimbang untuk mendatangi dan mengon?
frontasinya, tetapi dia cepat-cepat memutuskan untuk kembali
ber??baur dengan kerumunan orang sebelum Ferris melihatnya.
Dia kem??bali berjalan menuju basilika, mencari Langdon. Aku
harus mem??per?ingatkannya agar tidak mengungkapkan apa-apa lagi
kepada Ferris. Sekitar empat puluh lima meter dari basilika, Sienna merasa?
kan tangan kokoh menarik sweternya dari belakang.
Dia berputar dan mendapati dirinya berhadapan dengan
Ferris. Lelaki itu terengah-engah, wajahnya merah padam, jelas telah
berlari menembus keramaian untuk mengejarnya. Ada kesan
panik yang belum pernah dilihat oleh Sienna dari diri lelaki itu.
"Maaf," katanya, berusaha mengatur napas. "Aku tadi tersesat
di kerumunan." Begitu melihat mata Ferris, Sienna langsung
menyadari. Dia menyembunyikan sesuatu.
______ Setibanya di depan Basilika Santo Markus, Langdon heran men?
dapati kedua rekannya tidak terlihat di belakangnya. Dia juga
heran karena tidak menemukan antrean turis yang berniat me?
ma?suki gereja. Namun, Langdon menyadari bahwa hari telah
meng?injak senja, waktu ketika sebagian besar turis"yang sudah
isi INFERNO [SC].indd 441
442 D an B rown keha?bisan energi gara-gara makan siang berat berupa pasta dan
anggur"memutuskan untuk berjalan-jalan saja di piazza atau
minum kopi daripada berusaha menyerap lebih banyak lagi
informasi sejarah. Menduga bahwa Sienna dan Ferris akan segera tiba, Langdon
mengalihkan pandangan ke pintu masuk basilika di depannya.
Ka?dang-kadang dituduh sebagai "jalan masuk yang terlalu meng?
undang", serambi bangunan itu hampir seluruhnya dikuasai lima
pintu masuk yang pilar, lengkungan, dan lapisan kuningan di
daun pintunya mengesankan bahwa bangunan itu, singkatnya,
sangat terbuka. Sebagai salah satu spesimen terbaik arsitektur Bizantium di
Eropa, Basilika Santo Markus memiliki penampilan lembut dan
ramah. Berkebalikan dengan menara kelabu polos Notre-Dame
atau Chartres, Basilika Santo Markus tampak menakjubkan,
na?mun, entah bagaimana, jauh lebih merakyat. Berbentuk ba?
ngun?an yang luas, dan tidak tinggi, gereja itu dipayungi lima
ku?bah berkapur putih yang memberi kesan ceria, nyaris meriah,
me??man?cing sekian banyak buku panduan untuk mem?ban?ding?
kan?nya dengan kue pernikahan berlapis meringue.
Tinggi di atas puncak tengah gereja, patung ramping Santo
Markus menatap ke bawah, ke arah alun-alun yang menyandang
namanya. Kakinya meng?injak lengkungan yang dicat biru langit
malam dan berhias bintang-bintang emas. Di depan latar belakang
penuh warna itu, maskot Kota Venesia, sang singa bersayap,
berdiri gagah. Di bawah singa emas itulah, gereja Santo Markus memamerkan
salah satu harta paling tersohornya"patung tembaga empat ekor
kuda jantan besar"yang saat itu tampak berkilauan di bawah
sinar matahari sore. The Horses of St. Mark"s"Kuda-Kuda Santo Markus.
Siaga, seolah-olah siap melompat kapan pun ke alun-alun,
keempat kuda jantan berharga itu"seperti begitu banyak harta
lainnya di Venesia"dijarah dari Konstantinopel selama Perang
Salib. Karya seni jarahan lainnya dipamerkan di bawah kuda-kuda
isi INFERNO [SC].indd 442
443 Infern o tersebut di sudut barat daya gereja"sebuah pahatan batu porphyry
ungu yang dikenal dengan nama The Tetrarchs. Patung itu tersohor
karena salah satu kakinya yang hilang, patah ketika dipindahkan
dari Konstantinopel pada abad ketiga belas. Ajaibnya, pada
1960-an, kaki yang hilang itu ditemukan di Istanbul. Venesia
meng?ajukan petisi untuk memintanya, namun pemerintah Turki
men?ja?wabnya dengan pesan singkat: Kalian telah mencuri patung
itu"kami akan menyimpan kaki kami.
"Mister, mau beli?" terdengar suara seorang wanita, membuat
Langdon menoleh. Seorang wanita gipsi gemuk mengacungkan tongkat panjang
yang digantungi koleksi topeng khas Venesia. Sebagian besar di
antaranya bergaya populer volto intero"topeng putih sepenuh
wajah yang kerap dikenakan oleh wanita selama Carnevale.
Koleksinya juga mencakup topeng Colombina separuh wajah
bermotif cerah, beberapa topeng bauta berdagu segi tiga, dan
sebuah Moretta tanpa tali. Di antara beraneka ragam topeng warnawarni yang ditawarkan oleh wanita itu, perhatian Langdon malah
tertuju pada topeng kelabu kehitaman di ujung teratas tongkat,
dengan mata mematikan yang seolah-olah menatap langsung
kepadanya dari atas hidung panjang yang mirip paruh.
Dokter wabah. Langdon mengalihkan pandangan, teringat lagi
akan alasannya berada di Venesia.
"Mau beli?" ulang si gipsi.
Langdon tersenyum lemah dan menggeleng. "Sono molto belle,
ma no, grazie"Topeng-topeng yang bagus, tapi tidak, terima ka?sih."
Saat wanita itu berlalu, tatapan Langdon mengikuti topeng
wa?bah yang bergoyang-goyang di ujung tongkat di antara kera?
maian. Dia mendesah panjang dan kembali memandang keempat
kuda jantan tembaga di balkon lantai dua.
Seketika itu juga, sebuah pemikiran menerpanya.
Langdon sekonyong-konyong merasakan berbagai elemen
saling bertubrukan"Kuda-Kuda Santo Markus, topeng Venesia,
dan harta-harta jarahan dari Konstantinopel.
"Tuhanku," bisiknya. "Itu dia!"[]
isi INFERNO [SC].indd 443
Ba b obert Langdon terperangah.
Kuda-Kuda Santo Markus! Keempat kuda gagah itu"dengan leher anggun yang
di?ling?kari hiasan pending mewah"mendadak dan tanpa ter?duga
menghadirkan sebuah kenangan, yang kini disadarinya me?ngan?
dung penjelasan mengenai elemen penting dari puisi misterius
yang tercetak di topeng kematian Dante.
Langdon pernah menghadiri sebuah resepsi pernikahan
selebriti di salah satu tempat bersejarah di New Hampshire,
Runnymede Farm"kandang Dancer"s Image, kuda balap peme?
nang Kentucky Derby. Sebagai bagian dari hiburan, para tamu
disuguhi penampilan kelompok teater kuda tersohor Behind the
Mask. Tontonan menawan dengan para penunggang kuda yang
mengenakan kostum Venesia penuh warna dan menyembunyikan
wajah di balik topeng volto intero yang menutupi seluruh wajah.
Kuda-kuda Friesian hitam kelam yang digunakan kelompok itu
adalah kuda tunggangan terbesar yang pernah dilihat Langdon.
Dengan postur tinggi besarnya, binatang-binatang memesona itu
melesat melintasi lapangan, meninggalkan kelebat getaran otot,
kaki berbulu, dan surai sepanjang 90 sentimeter yang berkibarkibar di belakang leher panjang nan anggun mereka.
Kecantikan binatang-binatang itu meninggalkan kesan men?
dalam di benak Langdon sehingga setibanya di rumah, dia langsung
mencari informasi di Internet dan menemukan bahwa kuda jenis
itu pernah menjadi favorit raja Abad Pertengahan untuk dijadikan
kuda perang dan baru beberapa tahun silam dikembalikan dari
ambang kepunahan. Pada awalnya dikenal sebagai Equus robustus,
isi INFERNO [SC].indd 444
445 Infern o nama modern kuda itu, Friesian, merupakan penghormatan bagi
tempat asal mereka, yakni Friesland, sebuah provinsi di Belanda
yang melahirkan seniman grafis brilian M.C. Escher.
Ternyata, perawakan perkasa kuda-kuda Friesian menjadi
in?spirasi estetika Kuda-Kuda Santo Markus di Venesia. Menurut
situs yang dibaca Langdon, saking cantiknya, patung Kuda-Kuda
Santo Markus menjadi "karya seni yang paling sering dicuri da?
lam sejarah". Langdon, yang sebelumnya mengira bahwa status terhormat
itu disandang oleh Ghent Altarpiece9, menyempatkan diri me?
ngun?jungi situs ARCA untuk memastikan teorinya itu. Situs The
Association for Research into Crimes Against Art (ARCA) tidak
memberikan peringkat yang jelas, namun terdapat sejarah leng?
kap tentang patung-patung kuda yang sering menjadi sasaran
pencurian dan penjarahan.
Keempat kuda tembaga itu diciptakan pada abad keempat
oleh seorang pematung Yunani yang tidak diketahui namanya
di Pulau Chios, tempat kuda-kuda itu berada hingga Theodosius
II mengangkutnya ke Konstantinopel untuk dipamerkan di
Hippodrome. Kemudian, selama Perang Salib Keempat, ketika
pasukan Venesia menduduki Konstantinopel, doge yang berkuasa
di Venesia menuntut agar keempat patung berharga itu diangkut
menggunakan kapal kem?bali ke Venesia, sesuatu yang nyaris
mustahil dilakukan karena ukuran dan bobot kuda-kuda itu
yang luar biasa. Tetapi, kuda-kuda itu akhirnya tiba di Venesia
pada 1254 dan ditempatkan di depan serambi Katedral Santo
Markus. Lebih dari separuh milenia kemudian, pada 1797, Napoleon
menaklukkan Venesia dan merebut kuda-kuda itu untuk dirinya
sendiri. Dia membawa patung itu ke Paris dan dengan bangga
memajangnya di atas Arc de Triomphe. Akhirnya, pada 1815, me?
nyusul kekalahan Napoleon di Waterloo dan pembuangannya,
9. Ghent Altarpiece?dikenal juga sebagai Adoration of the Mystic Lamb?atau?The Lamb of God adalah lukisan
panel polyptich besar yang kompleks dari awal abad kelima belas. Lukisan penghias altar ini terdiri atas
12 panel berengsel yang dilukisi di dua sisinya."penerj.
isi INFERNO [SC].indd 445
446 D an B rown kuda-kuda itu diturunkan dari Arc de Triomphe dan dikapalkan
kembali ke Venesia, kemudian dipasang kembali di balkon depan
Basilika Santo Markus. Walaupun Langdon sudah cukup banyak mengetahui sejarah
kuda-kuda itu, sederet kalimat yang tertera di situs ARCA tetap
mengagetkannya. Pending ditambahkan ke leher kuda-kuda itu pada 1204 oleh
penguasa Venesia untuk menutupi bekas penggalan di kepala
demi mempermudah pemindahan menggunakan kapal dari
Konstantinopel ke Venesia.
Doge Venesia memerintahkan pemenggalan kepala Kuda-Kuda
Santo Markus" Itu tidak terpikirkan oleh Langdon.
"Robert"!" suara Sienna memanggilnya.
Langdon terenyak dari lamunannya, menoleh dan meli?hat
Sienna menerobos kerumunan orang bersama Ferris di sam?ping?
nya. "Kuda-kuda di puisi itu!" Langdon berseru penuh semangat.
"Aku sudah menemukannya!"
"Apa?" Sienna tampak bingung.
"Kita sedang mencari doge pengkhianat yang memenggal
kepala kuda-kuda!" "Ya?" "Puisi itu tidak merujuk pada kuda-kuda hidup." Langdon
menunjuk ke serambi Santo Markus, tempat seberkas sinar ma?
tahari menerangi keempat patung tembaga itu. "Tapi kuda-kuda
itu!"[] isi INFERNO [SC].indd 446
Ba b i dalam The Mendacium, kedua tangan Dr. Elizabeth
Sinskey gemetar. Dia menyaksikan video di ruang kerja
Provos, dan kendati dia sudah pernah melihat beberapa
peristiwa mengerikan dalam kehidupannya, film yang sulit di?
mengerti ini, yang dibuat oleh Bertrand Zobrist sebelum bunuh
diri, membuat sekujur tubuhnya membeku.
Di layar di hadapannya, bayangan wajah berparuh bergetar,
terpantul di dinding basah gua bawah tanah. Siluet itu terus ber?
bicara, dengan bangga menggambarkan adikaryanya"sebuah
ciptaan bernama Inferno"yang akan menyelamatkan dunia
dengan cara menyortir populasi manusia.
Selamatkan kami, Tuhan, pikir Sinskey. "Kita harus ...," katanya,
suaranya bergetar. "Kita harus menemukan lokasinya. Sekarang
mungkin belum terlambat."
"Teruslah menonton," jawab Provos. "Ini akan semakin
aneh." Tiba-tiba bayangan topeng tampak membesar di dinding yang
basah, menjulang tinggi di hadapan Sinskey, hingga sekonyongkonyong sesosok manusia melangkah ke depan kamera.
Ya ampun. Sinskey berhadapan dengan seorang dokter wabah berbusana
lengkap"komplet dengan mantel hitam dan topeng berparuh
mengerikannya. Sang dokter wabah berjalan langsung ke arah
kamera, topengnya memenuhi seluruh layar, menghasilkan efek
menyeramkan. ?"Tempat tergelap di neraka,?" bisiknya, ?"dicadangkan bagi
mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis mo?ral.?"
isi INFERNO [SC].indd 447


Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

448 D an B rown Sinskey merasakan bulu kuduknya meremang. Kutipan itulah
yang ditinggalkan Zobrist untuknya di bandara ketika Sinskey
melarikan diri darinya di New York setahun silam.
"Aku tahu," lanjut sang dokter wabah, "bahwa sebagian
orang menyebutku monster." Dia terdiam, dan Sinskey merasakan
bahwa kata-kata itu ditujukan kepadanya. "Aku tahu bahwa seba?
gian orang menganggapku binatang tak berhati yang bersembunyi
di balik kedok." Dia terdiam lagi dan melangkah lebih dekat ke
kamera. "Tapi aku bukan tidak berwajah. Aku pun bukan tidak
berhati." Kemudian Zobrist membuka topeng dan menurunkan tudung
mantelnya"membiarkan wajahnya telanjang. Sinskey mematung,
menatap mata hijau yang sudah dikenalnya. Mata yang terakhir
kali dilihatnya dalam keremangan sebuah ruang rapat di Council
of Foreign Relations. Mata Zobrist di video itu menyorotkan gairah
dan semangat yang sama, namun ada sesuatu yang lain"energi
membabi buta seorang gila.
"Namaku Bertrand Zobrist," katanya, menatap kamera. "Dan
ini wajahku, tanpa kedok, telanjang untuk dilihat dunia. Se?dang?
kan jiwaku ... kalau saja aku bisa mengekangnya di hati?ku yang
membara, sebagaimana hati Dante untuk Beatrice ter?cin?tanya,
kau akan melihat bahwa cintaku melimpah ruah. Cinta yang
ter?dalam. Bagi kalian semua. Dan, di atas semuanya, bagi salah
satu dari kalian." Zobrist terus mendekat, menatap tajam ke kamera dan berbi?
cara dengan nada lembut, seperti kepada seorang kekasih.
"Cintaku," bisiknya, "cintaku yang berharga. Kaulah rah?
mat??ku, penghancur segala niat burukku, pendukung segala ke?
mu??lia?an?ku, penyelamatku. Kaulah yang berbaring telanjang di
sam??pingku dan tanpa sadar menolongku menyeberangi jurang
terdalam, memberiku kekuatan untuk melaksanakan tugasku."
Sinskey mendengarkan dengan jijik.
"Cintaku," Zobrist melanjutkan dengan bisikan sendu yang
bergema di seluruh gua bawah tanah itu. "Kaulah pemberi inspi?
rasi dan pemanduku, Virgil sekaligus Beatrice-ku, dan karya besar
isi INFERNO [SC].indd 448
449 Infern o ini tidak hanya milikku, tetapi juga milikmu. Jika kau dan aku,
sebagai pasangan kekasih yang tidak mendapat restu dari langit,
tak pernah bersentuhan lagi, aku akan memperoleh kedamaian
saat mengetahui bahwa aku meninggalkan masa depan di tangan
lembutmu. Tugasku sudah selesai. Dan kini sudah tiba waktuku
untuk mendaki kembali ke dunia di atas ... dan menatap bintangbintang."
Zobrist berhenti bicara, dan kata bintang bergema sesaat di
gua. Kemudian, dengan sangat tenang, Zobrist menggapai dan
menyentuh kamera, mengakhiri rekamannya.
Layar pun menghitam. "Kami tidak mengenali lokasi gua bawah tanah itu," kata
Provos, mematikan monitor. "Bagaimana dengan Anda?"
Sinskey menggeleng. Aku tidak pernah melihat yang seperti itu.
Dia memikirkan Robert Langdon, bertanya-tanya apakah pro?
fesor itu lebih berhasil memecahkan petunjuk Zobrist daripada
mereka. "Jika ini bisa membantu," kata Provos, "saya yakin tentang
siapa kekasih Zobrist." Dia terdiam. "Seseorang yang punya kode
nama FS-2080." Sinskey terlonjak. "FS-2080"!" Dia menatap Provos, sangat
terkejut. Pria itu tampak sama terkejutnya. "Kode itu bermakna sesuatu
bagi Anda?" Sinskey mengangguk takjub. "Tentu saja."
Jantung Sinskey berdegup kencang. FS-2080. Walaupun tidak
mengetahui identitas si pemilik kode, dia jelas mengetahui apa
makna kode itu. WHO telah bertahun-tahun memonitor ko?dekode yang mirip.
"Gerakan Transhumanis," katanya. "Apakah Anda familier
dengan istilah ini?"
Provos menggeleng. "Singkatnya," Sinskey menjelaskan, "Transhumanisme adalah
filosofi yang menyatakan bahwa manusia harus menggunakan
isi INFERNO [SC].indd 449
450 D an B rown semua teknologi yang ada untuk merekayasa spesies kita sendiri
agar lebih kuat. Seleksi alam."
Provos mengangkat bahu seolah-olah tidak terkesan.
"Secara umum," Sinskey melanjutkan, "gerakan Transhu?
manis dibentuk oleh individu-individu bertanggung ja?wab"para
ilmuwan, futuris, visioner yang secara etis dapat di?per?caya"te?
tapi, seperti dalam kebanyakan gerakan, terdapat faksi-faksi kecil
namun militan yang percaya bahwa pergerakan mereka kurang
cepat. Mereka terdiri atas para pemikir apokaliptik yang meyakini
bahwa akhir dunia sudah dekat dan harus ada yang mengambil
tindakan drastis untuk menyelamatkan masa depan spesies."
"Dan saya menduga," kata Provos, "bahwa Bertrand Zobrist
salah satu dari mereka?"
"Jelas," kata Sinskey. "Pemimpin pergerakan. Selain sangat
terpelajar, dia juga luar biasa karismatik dan menulis banyak artikel
tentang kiamat yang menelurkan sekte Transhumanisme garis
keras. Saat ini, kebanyakan pengikut fanatiknya menggunakan
kode semacam itu, semuanya berbentuk serupa"dua huruf dan
empat digit angka"misalnya, DG-2064, BA-2105, atau yang baru
saja Anda sebutkan."
"FS-2080." Sinskey mengangguk. "Itu hanya mungkin berarti kode
Transhumanis." "Apakah huruf dan angka itu memiliki makna?"
Sinskey menunjuk komputer. "Buka browser Anda. Saya akan
menunjukkannya." Provos tampak ragu, namun tetap menghampiri komputer?nya
dan membuka mesin pencarian.
"Coba cari "FM-2030"," kata Sinskey, berdiri di belakang?nya.
Provos mengetik FM-2030, dan ribuan laman web langsung
ter?pampang. "Klik salah satunya, yang mana saja," kata Sinskey.
Provos mengeklik hasil teratas, yang menampilkan halaman
Wikipedia berisi foto seorang pria Iran tampan"Fereidoun M.
Esfandiary"yang diperkenalkan sebagai seorang penulis, filosof,
isi INFERNO [SC].indd 450
451 Infern o futuris, dan pendiri gerakan Transhumanis. Lahir pada 1930, dia
dianggap berjasa telah memperkenalkan filosofi Transhumanis
kepada publik, meramalkan kejayaan fertilisasi in vitro, rekayasa
genetika, dan globalisasi peradaban.
Menurut Wikipedia, Esfandiary pernah berkata bahwa tek?no?
logi baru akan memungkinkannya hidup sampai berusia seratus
tahun, sesuatu yang langka dalam generasinya. Untuk me?nun?
juk?kan keyakinannya akan teknologi masa depan, Fereidoun M.
Esfandiary mengganti namanya menjadi FM-2030, kode yang
diciptakan dengan mengombinasikan inisial nama depan dan
tengahnya beserta tahun ketika usianya akan menjadi seratus.
Sayangnya, dia harus takluk pada penyakit kanker pankreas di
usia tujuh puluh dan tidak pernah mencapai tujuannya. Tetapi,
para pengikut Transhumanis garis keras masih memberikan
penghormatan kepada FM-2030 dengan mengadopsi teknik pe?
namaannya. Setelah selesai membaca, Provos bangkit dan berjalan meng???
ham?piri jendela, menatap kosong ke laut selama beberapa wak?
tu. "Jadi," dia akhirnya berbisik, seolah-olah menyuarakan pikir?
annya. "Kekasih Bertrand Zobrist"si FS-2080 ini"adalah salah
satu ... Transhumanis."
"Tidak diragukan lagi," jawab Sinskey. "Maaf, kalau saya
ti?dak tahu siapa tepatnya si FS-2080 ini, tapi?"
"Itu maksud saya," potong Provos, masih sambil menatap
laut. "Saya tahu. Saya tahu betul siapa dia."[]
isi INFERNO [SC].indd 451
Ba b daranya pun seolah-olah terbuat dari emas.
Robert Langdon pernah mengunjungi banyak kated?
ral besar sepanjang hidupnya, namun nuansa Chiesa
d"Oro di Santo Markus selalu menawannya. Sudah ber?abad-abad
orang-orang percaya bahwa hanya dengan menghirup udara
Santo Markus akan membuat mereka lebih kaya. Pernyataan itu
tidak hanya bisa dipahami secara metafora, tetapi juga secara
harfiah. Dengan interior berlapis beberapa juta ubin emas kuno,
banyak partikel debu di udara yang konon mengandung serpihan
emas. Serbuk emas yang melayang di udara, berpadu dengan sinar
matahari yang menerobos melalui jendela-jendela besar di barat,
menghasilkan atmosfer cemerlang yang membantu jemaat meraih
kekayaan spiritual dan, jika mereka menghela napas dalam-dalam,
kekayaan duniawi dalam bentuk lapisan emas di paru-paru.
Sore ini, sinar matahari yang masuk dari jendela barat
menyebar di atas kepala Langdon bagaikan kipas angin besar
berkilauan, atau payung sutra gemerlapan. Mau tak mau Langdon
menarik napas takjub, dan dia bisa merasakan Sienna dan Ferris
melakukan hal yang sama di sampingnya.
"Lewat mana?" bisik Sienna.
Langdon menunjuk sebuah tangga ke atas. Bagian museum
gereja terletak di lantai atas dan menampung banyak artefak
yang berkaitan dengan Kuda-Kuda Santo Markus, yang diyakini
Langdon akan segera mengungkap identitas doge misterius yang
telah memenggal kepala kuda-kuda.
isi INFERNO [SC].indd 452
453 Infern o Ketika mereka mendaki tangga, Langdon bisa melihat bahwa
napas Ferris tersengal-sengal lagi. Lalu Langdon menangkap
tatapan Sienna. Rupanya sejak beberapa saat lalu, perempuan itu
berusaha menarik perhatian Langdon. Sienna, dengan ekspresi
hati-hati, diam-diam mengangguk ke arah Ferris dan meng?ge?
rak?kan mulut, menyampaikan sesuatu yang tidak dimengerti
Langdon. Namun, sebelum dia sempat meminta penjelasan,
Ferris telah mengangkat pandang. Sienna buru-buru melengos,
dan menatap tepat ke arah Ferris.
"Anda baik-baik saja, Dokter?" tanyanya polos.
Ferris mengangguk dan melangkah lebih cepat.
Dasar aktris berbakat, pikir Langdon, tapi apakah yang hendak
disampaikannya kepadaku"
Setibanya di lantai dua, mereka bisa melihat seluruh basilika
terbentang di bawah mereka. Tempat peribadatan itu dibangun
dengan bentuk Salib Yunani, jauh lebih menyerupai bujur sangkar
daripada persegi panjang seperti Basilika Santo Petrus atau NotreDame. Dengan jarak lebih pendek antara serambi dan altar, gereja
Santo Markus berkesan kokoh dan lebih mudah diakses.
Agar tidak terkesan terlalu terbuka, altar gereja diletakkan
di balik sekat berkolom-kolom dengan salib besar di atasnya.
Altar itu dipayungi oleh kanopi elegan dan menyimpan salah
satu perangkat altar paling berharga di dunia"Pala d"Oro yang
termasyhur. Bentangan hiasan ukir perak bersepuh emas, yang
dikenal juga sebagai "kain emas" karena gaya ukirannya yang
mirip bentangan permadani. Pala d"Oro tersusun dari berbagai
karya ukiran zaman dulu, sebagian besar berupa enamel Bizantium
yang dirangkai dalam bingkai Gotik. Bertatahkan seribu tiga ratus
butir mutiara, empat ratus batu mirah delima, tiga ratus batu safir,
selain zamrud, ametis, dan rubi, Pala d"Oro, bersama Kuda-Kuda
Santo Markus, dianggap sebagai harta terindah di Venesia.
Dalam arsitektur, kata basilica bermakna gereja bergaya
Bi?zantium timur yang didirikan di Eropa atau Barat. Sebagai
replika Basilika Justinian of the Holy Apostles di Konstantinopel,
Basilika Santo Markus sangat bergaya ketimuran sehingga bukuisi INFERNO [SC].indd 453
454 D an B rown buku panduan wisata kerap menyebutnya sebagai alternatif
mengunjungi masjid-masjid Turki, yang kebanyakan merupakan
katedral Bizantium yang telah diubah menjadi rumah peribadatan
Muslim. Walaupun Langdon tidak akan pernah menganggap Basilika
Santo Markus pengganti bagi masjid-masjid spektakuler di
Turki, dia harus mengakui bahwa minat seseorang akan karya
seni Bizantium akan terpuaskan dengan mengunjungi bilik-bilik
rahasia di sayap kanan gereja ini. Tempat persembunyian harta
karun Basilika Santo Markus tersohor"koleksi mahal yang terdiri
atas 283 ikon, perhiasan, dan cawan yang diperoleh dari masa
penjarahan di Konstantinopel.
Langdon senang karena mendapati basilika relatif sepi sore
itu. Masih ada banyak orang di sana, tetapi setidaknya ada
ruang untuk bermanuver. Melewati berbagai kelompok turis,
Langdon memandu Ferris dan Sienna ke jendela barat, tempat
para pengunjung dapat melangkah ke luar dan melihat patung
kuda-kuda di balkon. Walaupun Langdon yakin bahwa mereka
akan bisa mengungkap identitas sang doge, dia masih merisaukan
langkah yang harus mereka ambil sesudahnya"mencari sang doge.
Ku??bur??annya" Patungnya" Mereka mungkin akan memerlukan
ban?tuan, mengingat terdapat ratusan patung di wilayah gereja,


Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuburan di bawahnya, dan kuburan berkubah di sepanjang sayap
utara gereja. Langdon melihat seorang pemandu muda wanita yang sedang
me?mim?pin sebuah tur, dan dengan sopan bertanya. "Permisi,"
ka?ta?nya. "Apakah Ettore Vio ada di sini sore ini?"
"Ettore Vio?" wanita itu melontarkan tatapan aneh kepada
Langdon. "S?, certo, ma"Ya, tentu saja, tapi ...." Dia mendadak
ter?diam, matanya berbinar-binar. "Lei ? Robert Langdon, vero"!"
Anda Robert Langdon, ya"
Langdon tersenyum sabar. "S?, sono io"Ya, benar. Bisakah
saya berbicara dengan Ettore?"
"S?, s?"Tentu!" Wanita itu mengisyaratkan kepada grup
turnya untuk menunggu sejenak dan bergegas pergi.
isi INFERNO [SC].indd 454
455 Infern o Langdon dan kurator museum itu, Ettore Vio, pernah tampil
bersama dalam sebuah film dokumenter pendek tentang basilika
itu, dan sejak itu mereka terus berhubungan. "Ettore pernah me?
nulis buku tentang basilika ini," Langdon menjelaskan kepada
Sienna. "Beberapa judul, malah."
Sienna masih tampak digelisahkan oleh kehadiran Ferris, yang
terus menempel ketat saat Langdon memimpin mereka menuju
jendela barat, di mana mereka dapat melihat patung kuda-kuda.
Semakin mendekati jendela, siluet paha kekar kuda-kuda jantan
itu semakin terlihat. Di balkon, para turis berkeliaran menikmati
kedekatan dengan kuda-kuda tersohor itu dan panorama spek?
takuler Alun-Alun Santo Markus.
"Itu mereka!" seru Sienna, menghampiri pintu menuju bal?
kon. "Tidak juga," kata Langdon. "Patung kuda di balkon hanyalah
replika. Kuda-Kuda Santo Markus yang asli disimpan di dalam
untuk alasan keamanan dan pelestarian."
Langdon memandu Sienna dan Ferris melewati koridor
menuju ceruk terang tempat patung empat ekor kuda yang sama
tampak berpacu ke arah mereka dengan latar belakang lengkung
batu bata. Langdon menunjuk patung itu dengan penuh kekaguman.
"Inilah yang asli."
Setiap kali Langdon melihat kuda-kuda itu dari dekat, mau tak
mau dia terpesona pada tekstur dan detail otot-ototnya. Lapisan
verdigris hijau keemasan yang menyelimuti seluruh permukaan
menambahkan kesan dramatis lekak-lekuk kulit mereka. Melihat
keempat kuda jantan ini terawat sempurna setelah melewati masa
lalu yang kelam, selalu menjadi pengingat bagi Langdon akan
pentingnya melestarikan karya-karya seni besar.
"Pending hiasan leher mereka," kata Sienna, menunjuk hiasan
yang melingkari leher kuda-kuda itu. "Katamu itu tambahan"
Untuk menutupi bekas penggalan?"
Langdon telah memberi tahu Sienna dan Ferris tentang detail
aneh "kepala yang terpenggal" yang dibacanya di situs ARCA.
isi INFERNO [SC].indd 455
456 D an B rown "Rupanya iya," kata Langdon, menghampiri plakat informasi
di dekat patung itu. "Roberto!" sebuah suara ramah membahana di belakang
mereka. "Kau membuatku tersinggung!"
Langdon menoleh dan melihat Ettore Vio, pria ramah be?
ram??but putih, bersetelan biru dengan kacamata yang rantainya
ter?kalung di leher, menerobos kerumunan turis. "Bisa-bisanya
kau datang ke Venesia tanpa meneleponku dulu?"
Langdon tersenyum dan menjabat tangan pria itu. "Aku
me?mang ingin mengejutkanmu, Ettore. Kau kelihatan sehat. Ini
teman-temanku, dr. Brooks dan dr. Ferris."
Ettore menyapa mereka, lalu mundur selangkah, mengamati
Langdon. "Bepergian dengan dokter" Memangnya kau sakit" Dan
bajumu ini" Apa kau sudah menjadi pria Italia?"
"Dua-duanya salah," Langdon terkekeh. "Aku kemari untuk
mencari informasi mengenai kuda-kuda itu."
Ettore tampak tertarik. "Memangnya ada yang belum dike?
tahui oleh sang profesor ternama?"
Langdon tertawa. "Aku perlu mempelajari tentang pemeng?
galan kepala kuda-kuda itu saat mereka dipindahkan selama
Perang Salib." Ettore Vio menatap Langdon seolah-olah dia baru saja ber?
ta?nya tentang penyakit wasir sang Ratu. "Ya ampun, Robert,"
bi?sik?nya, "kita tidak boleh membicarakan soal itu. Kalau kau
mau melihat kepala yang terpenggal, aku bisa menunjukkan Car?
magnola yang memang terkenal untuk itu atau?"
"Ettore, aku harus mengetahui doge Venesia mana yang
memenggal kepala mereka."
"Itu tidak pernah terjadi," sanggah Ettore defensif. "Aku
pernah mendengar cerita, tentunya, tapi tidak ada bukti sejarah
tentang doge mana pun yang melakukan?"
"Ettore, kumohon, hibur aku," kata Langdon. "Menurut cerita
itu, doge manakah yang melakukannya?"
isi INFERNO [SC].indd 456
457 Infern o Ettore menatap Langdon dari balik kacamatanya. "Yah, me?
nurut cerita itu, kuda-kuda kesayangan kita ini dipindahkan oleh
doge tercerdas dan terculas di Venesia."
"Culas?" "Ya, doge yang mengelabui semua orang agar mendukung
Perang Salib." Dia menatap Langdon penuh harap. "Doge yang
menilap uang negara untuk berlayar ke Mesir ... namun malah
membelokkan pasukannya dan menjarah Konstantinopel."
Kedengarannya seperti pengkhianatan, pikir Langdon. "Dan
siapakah namanya?" Ettore mengernyitkan kening. "Robert, aku pikir kau ini ahli
sejarah dunia." "Ya, tapi dunia itu luas, dan sejarah itu panjang. Aku butuh
bantuan." "Baiklah, kalau begitu, satu petunjuk terakhir."
Langdon hendak memprotes, namun dia merasa itu akan
membuang-buang waktu saja.
"Doge-mu hidup sampai nyaris seabad," kata Ettore. "Sebuah
mukjizat pada masanya. Orang-orang yang memercayai takhayul
menghubungkan usianya yang panjang dengan aksi gagah bera?
ninya menyelamatkan tulang belulang Santa Lucia dari Kon?
stan?tinopel dan membawanya kembali ke Venesia. Santa Lucia
ke?hilangan mata karena?"
"Doge itu mencungkil tulang belulang orang buta!" sembur
Sienna, melirik Langdon, yang memiliki pikiran sama.
Ettore menatap aneh Sienna. "Bisa dibilang begitu, kurasa."
Ferris mendadak tampak pucat, seolah-olah belum berhasil
meng?atur napas dari perjalanan panjang melintasi plaza dan
men?daki tangga. "Aku sebaiknya menambahkan," kata Ettore, "bahwa si doge
ini sangat mencintai Santa Lucia karena dia sendiri buta. Pada
usianya yang kesembilan puluh, dia berdiri di alun-alun ini, tanpa
bisa melihat apa pun, dan menyerukan Perang Salib."
"Aku tahu siapa dia," kata Langdon.
"Yah, kuharap kau tahu!" jawab Ettore sambil tersenyum.
isi INFERNO [SC].indd 457
458 D an B rown Karena ingatan eidetiknya lebih cocok dengan gambar dari?
pada gagasan yang hanya di awang-awang, kesadaran Langdon
datang dalam bentuk sebuah karya seni"ilustrasi ternama oleh
Gustave Dor? yang menggambarkan seorang doge tua renta dan
buta, mengacungkan lengan tinggi-tinggi, mengimbau masyarakat
agar terjun dalam Perang Salib. Judul ilustrasi Dor? itu menjelma
begitu jelas di benaknya: Dandolo Menyerukan Perang Salib.
"Enrico Dandolo," Langdon menyebutkannya. "Doge yang
hidup selamanya." "Finalmente!"Akhirnya!" seru Ettore. "Aku khawatir otakmu
su?dah menua, Kawan."
"Bersama sebagian besar dari diriku. Apakah dia dimakamkan
di sini?" "Dandolo?" Ettore menggeleng. "Tidak, tidak di sini."
"Jadi, di mana?" tuntut Sienna. "Di Istana Doge?"
Ettore membuka kacamata, berpikir sejenak. "Sebentar. Ada
begitu banyak doge, aku tidak ingat?"
Sebelum Ettore sempat menyelesaikan kalimatnya, seorang
pemandu berlari ke arah mereka dengan ekspresi panik dan
menarik Ettore ke pinggir, lalu berbisik-bisik ke telinganya. Ettore
menegakkan badan, tampak waspada, bergegas menghampiri
langkan dan melongok ke bawah. Sejenak kemudian, dia berpaling
kembali kepada Langdon. "Aku akan segera kembali," serunya dan beranjak pergi tanpa
mengucapkan apa-apa lagi.
Bingung, Langdon menghampiri langkan dan melongok ke
bawah. Apakah yang sedang terjadi di sana"
Mula-mula dia tidak melihat apa-apa, hanya turis yang ber?
keru?mun di sana-sini. Sejenak kemudian, dia menyadari bahwa
sebagian besar pengunjung tengah menatap ke arah yang sama,
yakni pintu masuk utama, tempat sekelompok tentara berseragam
hitam tengah memasuki gereja dan menyebar di serambi, meng?
hadang di semua pintu keluar.
Tentara berseragam hitam. Langdon mencengkeram langkan.
"Robert!" Sienna berseru di belakangnya.
isi INFERNO [SC].indd 458
459 Infern o Langdon tetap terpaku menatap tentara itu. Bagaimana mereka
bisa menemukan kami"!
"Robert," panggil Sienna dengan nada lebih mendesak. "Ada
masalah! Tolong aku!"
Langdon menoleh dari langkan, heran mendengar teriakan
permintaan tolong Sienna.
Ke mana dia pergi" Sesaat kemudian, tatapannya menemukan Sienna dan Ferris.
Di lantai di depan patung Kuda-Kuda Santo Markus, Sienna te?
ngah ber?lutut di samping dr. Ferris ... yang ambruk, menceng?ke?
ram dadanya.[] isi INFERNO [SC].indd 459
Ba b "S epertinya dia terkena serangan jantung!" seru Sien?
na. Langdon bergegas menghampiri dr. Ferris yang
tergeletak di lantai. Pria itu terengah-engah, kesulitan menarik
na?pas. Apa yang terjadi padanya"! Bagi Langdon, semuanya seko?
nyong-konyong terasa sangat kacau dan membingungkan. De?
ngan kedatangan para tentara di bawah dan Ferris yang ter?kapar
di lantai, sejenak Langdon seolah-olah lumpuh, tidak yakin harus
menoleh ke mana. Sienna berjongkok di samping Ferris, melonggarkan dasi pria
itu dan membuka beberapa kancing kemeja teratas untuk mem?
bantunya bernapas. Namun, ketika bagian atas kemeja pria itu
ter?buka, Sienna tersentak dan menjerit kaget, menutup mu?lut?nya
sambil beringsut mundur, menatap dada telanjang pria itu.
Langdon juga melihatnya. Perbedaan warna di kulit dada Ferris tampak mencolok. Lebam
besar biru kehitaman seukuran bola sepak menutupi dadanya.
Ferris seolah-olah baru saja terhantam peluru meriam.
"Itu pendarahan dalam," kata Sienna, menatap Langdon
dengan syok. "Pantas dia kesulitan bernapas seharian."
Ferris menoleh, jelas berusaha mengucapkan sesuatu, namun
hanya sanggup mengeluarkan desisan samar. Para turis mulai
mengerumuni mereka, dan Langdon bisa merasakan situasi yang
mulai kacau. "Ada tentara di bawah," Langdon memperingatkan Sienna.
"Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa menemukan kita."
isi INFERNO [SC].indd 460
461 Infern o Ekspresi terkejut dan ketakutan di wajah Sienna mendadak
berubah menjadi amarah. Dia menatap tajam Ferris di bawahnya.
"Kau telah membohongi kami, kan?"
Ferris mencoba berbicara lagi, namun tidak ada suara yang
keluar dari mulutnya. Sienna dengan kasar merogoh saku Ferris
dan menarik dompet serta ponselnya, lalu memasukkannya ke
sakunya sendiri. Kini dia berdiri menjulang di atas Ferris dan
menatap pria itu dengan sorot menuduh.
Pada saat yang sama, seorang wanita Italia tua menerobos
keru?munan dan berseru marah kepada Sienna. "L"hai colpito al
petto?!" Dia menekan-nekankan tinjunya ke dadanya sendiri.
"No!" tukas Sienna. "CPR akan membunuhnya! Lihat da?
danya!" Dia menoleh kepada Langdon. "Robert, kita harus keluar
dari sini. Sekarang juga."
Langdon menunduk kepada Ferris, yang berusaha keras me?
natap matanya dengan pandangan memohon, seolah-olah hendak
menyampaikan sesuatu. "Kita tak bisa meninggalkannya begitu saja," ujar Langdon,
panik.

Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Percayalah padaku," kata Sienna. "Ini bukan serangan
jantung. Dan kita sebaiknya pergi. Sekarang juga."
Semakin banyak orang mengerumuni mereka, dan para turis
mulai berteriak-teriak meminta tolong. Sienna mencengkeram
lengan Langdon dengan kekuatan mengejutkan dan menyeretnya
dari keramaian, keluar menyongsong udara segar di balkon.
Sejenak, Langdon seolah-olah buta. Matahari berada tepat
di depan matanya, tenggelam di ujung barat Alun-Alun Santo
Markus, memandikan seluruh balkon dengan cahaya keemasan.
Sienna menarik Langdon ke kiri, menyusuri teras lantai dua,
menerobos kerumunan turis yang keluar untuk mengagumi
piazza dan replika Kuda-Kuda Santo Markus.
Saat mereka bergegas melintasi bagian depan basilika, laguna
berada tepat di hadapan mereka. Di atas permukaan air, sebuah
siluet aneh tertangkap oleh mata Langdon"sebuah kapal pesiar
ultramodern yang terlihat seperti kapal perang futuristik.
isi INFERNO [SC].indd 461
462 D an B rown Sebelum Langdon sempat berubah pikiran, mereka telah
berbelok ke kiri, mengikuti balkon yang mengarah ke sudut
ba?rat daya basilika menuju "Pintu Kertas?"lorong yang meng?
hu?bungkan basilika dengan Istana Doge"dinamai demikian
karena para doge menempelkan dekrit di sana untuk dibaca oleh
warga. Bukan serangan jantung" Bayangan lebam biru kehitaman di
dada Ferris tercetak di benak Langdon, dan dia mendadak cemas
akan kemungkinan mendengar diagnosis Sienna tentang penyakit
yang sesungguhnya diderita pria itu. Terlebih lagi, sepertinya
se?suatu telah terjadi, dan Sienna tidak lagi memercayai Ferris.
Ka?rena itukah dia berusaha memberiku isyarat tadi"
Sienna mendadak berhenti dan melongok dari atas langkan,
menatap sudut sunyi alun-alun jauh di bawah mereka.
"Sial," katanya. "Kita lebih tinggi dari yang kukira."
Langdon menatapnya. Kau berencana untuk melompat"!
Sienna tampak ketakutan. "Jangan sampai mereka menangkap
kita, Robert." Langdon kembali menoleh ke arah basilika, mengamati pintu
besar dari besi tempa dan kaca tepat di belakang mereka. Para
turis keluar masuk, dan jika perhitungan Langdon benar, pintu
itu akan membawa mereka kembali ke dalam museum di dekat
bagian belakang gereja. "Mereka sudah menutup semua jalan keluar," kata Sienna.
Langdon menimbang-nimbang berbagai pilihan pelarian dan
hanya berhasil mengambil satu keputusan. "Kurasa, aku melihat
sesuatu di dalam yang bisa memecahkan masalah itu."
Kendati masih meraba-raba rencananya, Langdon tetap
memandu Sienna kembali memasuki basilika. Mereka melintasi
bagian pinggir museum, berusaha membaur di tengah kerumunan
turis, yang sebagian besar kini menatap bagian terbuka di tengah
ruangan yang masih riuh akibat Ferris. Langdon melihat si
wanita Italia tua pemarah tadi mengarahkan dua orang tentara
berseragam hitam ke balkon, menunjukkan rute pelarian Langdon
dan Sienna. isi INFERNO [SC].indd 462
463 Infern o Kita harus buru-buru, pikir Langdon, mengamati dinding dan
akhirnya melihat apa yang dicarinya di dekat sebuah permadani
gantung besar. Perangkat di dinding itu berwarna kuning cemerlang dan
ditempeli stiker peringatan merah: ALLARME ANTIN?CEN?
DIO. "Alarm kebakaran?" kata Sienna. "Itu rencanamu?"
"Kita bisa menyelinap keluar di tengah kerumunan orang."
Langdon menggapai dan menyambar tuas alarm. Baiklah. Ber?tin?
dak cepat sebelum dia berubah pikiran, Langdon menarik tuas itu
turun, menyaksikan mekanisme yang dengan rapi me?me?cah?kan
silinder kaca kecil di dalamnya.
Sirene dan huru-hara yang dinanti Langdon tak pernah
datang. Yang ada hanya keheningan.
Dia menarik tuas sekali lagi.
Tidak ada yang terjadi. Sienna menatapnya seolah-olah dia gila. "Robert, kita berada
di katedral batu penuh turis! Kau pikir alarm kebakaran ini aktif
jika satu orang iseng saja bisa?"
"Tentu saja! Undang-undang kebakaran di Amerika?"
"Kau di Eropa. Kami tidak punya banyak pengacara." Dia
menunjuk melampaui bahu Langdon. "Dan kita sudah kehabisan
waktu." Langdon menoleh ke pintu kaca yang baru saja mereka le?
wati dan melihat dua orang tentara bergegas masuk dari arah
bal?kon, mengamati area itu. Langdon mengenali salah satunya
se?ba?gai agen berbadan kekar yang menembaki mereka di Trike
saat mereka kabur dari apartemen Sienna.
Dengan hanya beberapa pilihan yang tersisa, Langdon dan
Sienna menyelinap menuju tangga spiral di dekat mereka, kembali
turun ke lantai dasar. Setibanya di bawah, mereka berhenti di
ba?wah bayangan tangga. Di seberang ruangan, beberapa orang
tentara menjaga pintu keluar, mata mereka tajam menyapu selu?
ruh ruangan. isi INFERNO [SC].indd 463
464 D an B rown "Kalau kita menjauh dari tangga ini, mereka akan melihat
kita," kata Langdon.
"Kita bisa melanjutkan turun dengan tangga ini," bisik Sienna,
menunjuk tali penghalang yang dipasangi tanda ACCESSO
VIETATO"dilarang masuk"di anak tangga di bawah mereka.
Di balik tali itu, tampaklah ruas tangga yang terus mengulir turun
menuju kegelapan pekat. Ide buruk, pikir Langdon. Kuburan bawah tanah tanpa jalan ke?
luar. Tetapi, Sienna telah melangkah melompati tali dan merabaraba menuruni lorong spiral, lalu menghilang dalam kegelapan.
"Ini terbuka," bisik Sienna dari bawah.
Langdon tidak heran. Kuburan bawah tanah Basilika Santo
Markus berbeda dengan kebanyakan tempat serupa karena ber?
fungsi juga sebagai kapel, tempat misa sering dilangsungkan di
hadapan tulang belulang Santo Markus.
"Sepertinya aku melihat cahaya alami!" bisik Sienna.
Bagaimana mungkin" Langdon berusaha mengingat-ingat kun?
jungan terakhirnya ke ruang bawah tanah sakral ini dan men?duga
bahwa yang dilihat Sienna mungkin lux eterna"cahaya elektrik
yang terus dinyalakan di atas kuburan Santo Markus di tengah
ruang bawah tanah. Dengan derap langkah yang men?dekat dari
atasnya, bagaimanapun, Langdon tidak sempat me?mikir?kan?nya.
Dia cepat-cepat melompati tali, memastikan untuk tidak meng?
gesernya, lalu menempelkan telapak tangannya ke dinding batu
kasar, meraba-raba turun melewati tangga spiral dan lenyap dari
pandangan. Sienna menantinya di dasar tangga. Di belakangnya, ruang
bawah tanah terlihat samar-samar dalam kegelapan. Langit-langit
batu di ruang bawah tanah itu sangat rendah, disangga oleh pilarpilar kuno dan lengkung-lengkung batu bata. Beban seluruh basilika
ditanggung oleh pilar-pilar ini, pikir Langdon, mulai merasakan
tekanan klaustrofobia. isi INFERNO [SC].indd 464
465 Infern o "Aku bilang juga apa," bisik Sienna, paras cantiknya samarsamar diterangi oleh berkas cahaya alami. Dia menunjuk beberapa
jendela lengkung kecil yang terpasang tinggi di dinding.
Lubang-lubang cahaya, Langdon menyadari, baru teringat
sekarang. Lubang-lubang itu"dirancang untuk memasukkan
cahaya dan udara segar ke ruang bawah tanah yang pengap ini"
terbuka menuju lorong-lorong dalam yang terhubung dengan
Alun-Alun Santo Markus di atas. Jendela kacanya diperkuat de?
ngan jeruji besi berpola lima belas lingkaran yang saling menjalin,
dan walaupun Langdon menduga bahwa jendela itu bisa dibuka
dari dalam, jendela itu tingginya sebahu dan sangat sempit.
Kalaupun mereka berhasil melewati jendela dan memasuki
lorong, mustahil untuk memanjat karena kedalamannya mencapai
tiga meter dan tingkap pengaman berat menanti di atas.
Di bawah cahaya temaram yang masuk melalui lubang-lu?
bang itu, ruang bawah tanah Santo Markus menyerupai hutan
yang bermandikan sinar bulan"rimba belantara pilar mirip
pohon yang menghadirkan bayangan panjang dan gelap di lantai.
Langdon mengalihkan pandangan ke tengah ruangan, tempat
satu-satunya cahaya menyala di makam Santo Markus. Sosok yang
namanya diabadikan di basilika ini berbaring di dalam sarkofagus
batu di balik sebuah altar, di hadapan beberapa bangku yang
di?per?untukkan bagi beberapa orang beruntung yang diundang
untuk berdoa di sini, di jantung Kekristenan Venesia.
Seberkas cahaya kecil mendadak menyala di sampingnya, dan
Langdon menoleh, mendapati Sienna memegang ponsel Ferris
yang berlayar terang. Langdon diam sejenak. "Kupikir Ferris tadi mengatakan bate?
rainya sudah habis!"
"Dia berbohong," kata Sienna, masih mengetik. "Tentang
ba?nyak hal." Dia mengernyitkan kening ke ponsel itu dan meng?
geleng. "Tidak ada sinyal. Kupikir aku mungkin bisa mencari
lokasi kuburan Enrico Dandolo." Dia bergegas menghampiri lu?
bang cahaya dan mengacungkan ponsel ke dekat kaca, berusaha
men?da?patkan sinyal. isi INFERNO [SC].indd 465
466 D an B rown Enrico Dandolo, pikir Langdon, yang tidak sempat memikirkan
doge itu karena harus segera kabur. Walaupun sekarang mereka
dalam posisi sulit, kunjungan mereka ke Basilika Santo Markus
sesung?guhnya membuahkan hasil. Mereka berhasil mengungkap
iden?titas doge pengkhianat yang memenggal kepala kuda-kuda ...
dan mencungkil tulang-tulang orang buta.
Sayangnya, Langdon tidak tahu di mana lokasi kuburan
Enrico Dandolo, demikian pula Ettore Vio. Dia mengenal setiap inci
basilika ini ... barangkali termasuk Istana Doge. Fakta bahwa Ettore
tidak secara langsung menyebutkan lokasi kuburan Dandolo
mengungkapkan kepada Langdon bahwa letaknya barangkali
sama sekali tidak berada di dekat Basilika Santo Markus atau
Istana Doge. Jadi, di mana" Langdon melirik Sienna, yang kini sedang berdiri di atas bang?
ku yang telah didorongnya ke bawah salah satu lubang cahaya.
Dia membuka jendela dan mengacungkan ponsel Ferris ke udara
terbuka di lorong. Suara-suara dari alun-alun menerobos dari atas, dan Langdon
seketika itu juga berpikir bahwa mungkin ada jalan keluar dari
sini. Ada sederet kursi lipat di belakang bangku, dan Langdon
ber?pikir mungkin dia bisa mengangkat kursi ke lubang cahaya.
Mung?kinkah tingkap di atas juga bisa dibuka dari dalam"
Langdon bergegas menembus kegelapan untuk menghampiri
Sienna. Dia baru berjalan beberapa langkah ketika sesuatu meng?
hantam keningnya dengan keras dan membuatnya terjengkang.
Dia berlutut, sejenak mengira dirinya telah diserang. Ternyata
tidak, dia baru menyadari, lalu memaki dirinya sendiri karena
tidak memperhitungkan bahwa posturnya yang setinggi 180 sen?
timeter jauh melampaui tinggi langit-langit yang dibangun untuk
tinggi rata-rata manusia lebih dari seribu tahun silam.
Saat berlutut di lantai batu keras dan menunggu sakit kepala?
nya memudar, Langdon mendapati dirinya menatap tulisan di
lantai. Sanctus Marcus. isi INFERNO [SC].indd 466
467 Infern o Dia menatapnya lama. Bukan nama Santo Markus yang me?
mu?kaunya, melainkan bahasa yang digunakan untuk menulis
na?ma itu. Latin. Setelah seharian menggunakan bahasa Italia modern, Langdon
merasa agak bingung ketika melihat nama Santo Markus ditulis
menggunakan bahasa Latin. Dia baru teringat bahwa bahasa yang
telah mati itu merupakan bahasa ibu Kerajaan Romawi pada saat
kematian Santo Markus. Kemudian, pikiran kedua menerpa Langdon.
Selama awal abad ketiga belas"pada masa Enrico Dandolo
dan Perang Salib Keempat"bahasa Latin masih menjadi bahasa
kekuasaan. Seorang doge Venesia yang menghadirkan kejayaan
bagi Kerajaan Romawi dengan menduduki ulang Konstantinopel
tidak akan dimakamkan di sini dengan nama Enrico Dandolo ...
tetapi nama Latinnya. Henricus Dandolo. Dan seketika itu juga, gambaran yang sudah lama terlupakan
menyengatnya bagaikan listrik. Walaupun ingatan itu datang
saat dia tengah berlutut di kapel, dia tahu bahwa ini bukanlah
wahyu ilahi. Lebih tepatnya, ini hanyalah petunjuk visual yang
memicu otaknya untuk menyambung-nyambungkan informasi.
Gambaran yang mendadak menyeruak dari kedalaman benak
Langdon adalah nama Latin Dandolo ... terukir di atas permukaan
marmer tua, dikelilingi ubin yang indah.
Henricus Dandolo. Jantung Langdon berdentam-dentam saat dia mengingatingat penanda kuburan sederhana sang doge. Aku pernah berada di
sana. Tepat seperti yang dijanjikan oleh puisi itu, Enrico Dandolo


Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dima?kamkan di sebuah museum megah"mouseion kebijakan suci
ber?sepuh emas"namun bukan Basilika Santo Markus.
Saat kebenaran itu mengendap, Langdon perlahan-lahan
bangkit. "Aku tidak bisa mendapat sinyal," kata Sienna, tu??run dari
lubang cahaya dan menghampiri Langdon.
isi INFERNO [SC].indd 467
468 D an B rown "Tidak perlu," Langdon berhasil berkata. "Mouseion kebijakan
suci bersepuh emas ...." Dia menarik napas dalam. "Aku ... mem?
buat kesalahan." Wajah Sienna mendadak pucat. "Jangan bilang kita salah
Pendekar Bloon 18 Briliance Of The Moon Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Menuntut Balas 11

Cari Blog Ini