Inferno Karya Dan Brown Bagian 8
museum." "Sienna," bisik Langdon, merasa mual. "Kita salah nega?
ra."[] isi INFERNO [SC].indd 468
Ba b i Alun-Alun Santo Markus, wanita gipsi penjual topeng
Venesia tengah beristirahat, bersandar ke tembok luar
basilika. Seperti biasanya, dia menduduki tempat
favoritnya"ceruk kecil di antara dua tingkap logam di trotoar"
yang ideal untuk meletakkan beban beratnya dan menyaksikan
matahari tenggelam. Dia telah melihat banyak hal di Alun-Alun Santo Markus
se?lama bertahun-tahun, namun peristiwa janggal yang kini me?
na?rik perhatiannya tidak terjadi di alun-alun ... tetapi di ba?wah?
nya. Terkejut mendengar bunyi nyaring di kakinya, wanita itu
meng?intip ke bawah melalui tingkap ke dalam lubang sempit,
yang kira-kira berkedalaman tiga meter. Jendela di dasar lubang
itu ter?buka dan sebuah kursi lipat didorong memasuki dasar lu?
bang, menggesek-gesek dinding lubang.
Si gipsi terperangah ketika kursi itu disusul oleh seorang
wanita cantik berambut ekor kuda pirang, yang sepertinya
diangkat dari bawah dan kini tengah memanjat keluar dari bukaan
kecil jendela. Wanita pirang berdiri dan mendongak, terkejut saat melihat
si gipsi memelototinya dari tingkap. Dia menempelkan telunjuk
ke bibir dan tersenyum manis, kemudian dia membuka lipatan
kursi dan memanjatnya, meraih ke tingkap.
Kau terlalu pendek, pikir si gipsi. Lagi pula, apa yang sedang kau
?lakukan" Si wanita pirang turun kembali dari kursi dan berbicara kepada
seseorang di dalam. Walaupun hanya ada sedikit ruangan untuk
berdiri di samping kursi di lubang sempit itu, dia menyingkir
isi INFERNO [SC].indd 469
470 D an B rown untuk memberi jalan kepada orang kedua"pria jangkung be?
rambut gelap dalam balutan setelan mahal"mengangkat diri dari
ruang bawah tanah basilika menuju lorong yang sesak.
Pria itu pun mendongak, bertatapan muka dengan si wanita
gipsi melalui tingkap besi. Kemudian, dengan gerakan canggung,
dia bertukar posisi dengan si wanita pirang dan naik ke atas kursi
yang rapuh. Dia lebih jangkung, dan saat menggapai ke atas, dia
bisa membuka kunci pengaman di bawah tingkap. Dia berjinjit
dan mendorong tingkap dengan tangannya. Tingkap logam itu
terangkat sekitar seinci sebelum dia harus melepaskannya lagi.
"Pu? darci una mano?" si wanita pirang memanggil si gipsi.
Menolong kalian" si gipsi membatin, tidak berminat melibatkan
diri dalam urusan mereka. Memangnya kalian sedang apa"
Wanita pirang itu mengeluarkan sebuah dompet pria dari
sa?kunya dan menarik selembar pecahan seratus euro, melam?
bai?kannya sebagai penawaran. Itu lebih banyak daripada uang
yang diha?silkan si gipsi dengan berjualan topeng selama tiga hari.
Sudah terbiasa bernegosiasi, dia menggeleng dan mengacungkan
dua jari. Si wanita pirang menarik lembar kedua.
Takjub akan keberuntungannya, si gipsi dengan enggan
mengangkat bahu untuk mengiyakan, berusaha tetap bersikap
acuh tak acuh saat membungkuk dan mencengkeram jeruji
ting??kap, menatap mata si pria agar mereka bisa menyamakan
tin??dak?an. Ketika si pria mendorong lagi, si gipsi menarik dengan le?ngan?
nya yang kokoh berkat bertahun-tahun mengusung dagangan,
dan tingkap pun berayun ke atas ... setengah terbuka. Tepat ketika
si gipsi mengira mereka berhasil, dentang nyaring terdengar dari
bawah, dan pria itu lenyap, jatuh bersama kursi lipat yang ambruk
di bawah pijakannya. Tingkap besi itu mendadak terasa begitu berat di tangan si
gipsi, dan dia ingin menjatuhkannya, namun janji senilai dua
ratus euro memberinya kekuatan, dan dia berhasil mengangkat
tingkap itu hingga terbuka, lalu menjatuhkannya dengan dentang
nyaring. isi INFERNO [SC].indd 470
471 Infern o Terengah-engah, si gipsi melongok ke lubang pada kedua
orang yang saling bertumpukan dan kursi yang patah. Saat si pria
bangkit dan membersihkan bajunya dari debu, si gipsi meraih ke
dalam lubang, mengulurkan tangan untuk meminta uangnya.
Si wanita pirang mengangguk berterima kasih dan meng?
ulurkan dua lembar uang. Si gipsi mencoba meraih ke bawah,
namun masih tak terjangkau.
Berikan uangnya kepada pria itu.
Tiba-tiba keributan terjadi di lorong"teriakan-teriakan marah
terdengar dari dalam basilika. Pria dan wanita itu sama-sama
menoleh penuh ketakutan, menjauh dari jendela.
Kemudian, semuanya kacau.
Si pria berambut gelap mengambil alih kendali, berjongkok
dan dengan tegas memerintah si wanita berdiri di pijakan yang
di?bentuknya dengan mengaitkan jemari. Si wanita menginjak?kan
kakinya dan mengangkat badannya ke atas. Dia membentangkan
ke?dua tangannya ke kedua sisi lorong, menggigit uang agar kedua
tangannya bebas saat dia meraih bibir lorong. Si pria meng?ang?
katnya, lebih tinggi ... dan lebih tinggi ... hingga akhirnya si wanita
berhasil mencengkeram tepi lorong.
Dengan susah payah, dia mengangkat badannya ke alun-alun
seolah-olah baru keluar dari kolam renang. Dia menjejalkan uang
ke tangan si gipsi dan segera berputar, berlutut di tepi lubang,
lalu mengulurkan tangan kepada si pria.
Namun, terlambat. Lengan-lengan kokoh berbalut seragam hitam menjulur dan
meraih bagaikan tentakel monster lapar yang mengobrak-abrik
lubang, mencengkeram kaki si pria, lalu menariknya kembali ke
bawah. "Lari, Sienna!" seru si pria sambil meronta-ronta. "Seka?
rang!" Si gipsi melihat keduanya bertukar tatapan penuh penyesalan
... kemudian semuanya berakhir.
Si pria diseret secara semena-mena melewati jendela, kembali
ke dalam basilika. isi INFERNO [SC].indd 471
472 D an B rown Si wanita pirang menatap ke bawah dengan syok, matanya
berkaca-kaca. "Maafkan aku, Robert," bisiknya. Kemudian, setelah diam
se?jenak, dia menambahkan, "Untuk semuanya."
Sesaat kemudian, wanita itu telah berlari menerobos keru?
mun?an manusia, kuncir ekor kudanya terayun-ayun selama dia
me?lin?tasi gang sempit di Merceria dell"Orologio ... dan meng?hi?
lang di jan?tung Venesia.[]
isi INFERNO [SC].indd 472
Ba b unyi lembut tepukan air perlahan-lahan mengembalikan
kesadaran Robert Langdon. Dia mencium bau steril me?
nye?ngat antiseptik yang bercampur dengan udara laut
ber?garam dan merasakan dunia terayun-ayun di bawahnya.
Di manakah aku" Sepertinya, baru sesaat yang lalu dia memberontak dari be?
lenggu tangan-tangan kokoh yang menyeretnya kembali ke ruang
bawah tanah basilika. Kini, anehnya, bukan dinginnya lantai batu
makam bawah tanah Santo Markus yang dia rasakan ... melainkan
kasur yang lembut. Langdon membuka mata dan mengamati sekeliling"sebuah
ruangan kecil rapi dan steril dengan satu jendela bulat. Gerakan
mengayun terus dirasakannya.
Apakah aku berada di atas kapal"
Ingatan terakhir Langdon adalah ditindih di lantai ruang
ba?wah tanah oleh salah seorang tentara berseragam hitam, yang
men?desis marah kepadanya, "Jangan coba-coba kabur lagi!"
Langdon berteriak-teriak meminta pertolongan, dan para
tentara itu berusaha membungkamnya.
"Kita harus mengeluarkannya dari sini," kata salah seorang
tentara. Rekannya dengan enggan mengangguk. "Ayo."
Langdon merasakan ujung-ujung jemari yang dengan ahli
mencari pembuluh arteri dan vena di lehernya. Kemudian, setelah
dengan tepat menentukan letak karotid, jemari itu memberikan
tekanan kuat. Dalam hitungan detik, pandangan Langdon mulai
isi INFERNO [SC].indd 473
474 D an B rown kabur dan kesadarannya melayang bersama oksigen yang me?
nipis dari otaknya. Mereka membunuhku, pikir Langdon. Tepat di samping kuburan
Santo Markus. Kegelapan datang, namun tidak pekat ... lebih menyerupai
selu?bung kelabu yang ditingkahi oleh kelebatan bentuk dan
suara. Langdon kehilangan jejak waktu, namun dunia kembali
ber??fokus di matanya. Sejauh pengetahuannya, dia berada di da?
lam semacam klinik kapal. Lingkungan yang steril dan aroma
alkohol isopropil menciptakan d?j? vu aneh"dia seolah-olah
telah menggenapi siklusnya, lalu terbangun seperti malam sebe?
lum?nya, di sebuah ranjang rumah sakit asing dengan ingatan
samar-samar. Pikirannya langsung melayang kepada Sienna dan kesela?
mat?annya. Dia masih bisa melihat mata cokelat lembutnya, penuh
penyesalan dan kecemasan. Langdon berharap Sienna berhasil
me?lo?loskan diri dan bisa keluar dari Venesia dengan aman.
Kita salah negara, Langdon memberitahunya ketika dia me?
nya??dari lokasi kuburan Enrico Dandolo yang sesungguhnya.
Mouseion kebijakan suci yang disebutkan di puisi itu sama sekali
tidak berada di Venesia ... tetapi di belahan dunia lain. Tepat se?ba??
gaimana yang telah diperingatkan oleh tulisan Dante, makna puisi
itu tersembunyi "di balik selubung bait-bait yang begitu kabur".
Langdon berniat untuk menjelaskan semuanya kepada Sienna
begitu mereka berhasil meloloskan diri dari ruang bawah tanah,
namun kesempatan itu tidak pernah diperolehnya.
Dia kabur hanya dengan mengetahui bahwa aku telah gagal.
Langdon mulas. Wabah itu masih berada di sana ... di belahan dunia lain.
Terdengar derap nyaring sepatu bot di koridor di luar. Lang?
don menoleh dan melihat seorang pria berpakaian hitam masuk.
Dia tentara kekar yang menindihnya di lantai ruang bawah tanah.
Tatapannya sedingin es. Naluri Langdon menyuruhnya mundur
saat lelaki itu mendekat, namun tidak ada tempat untuk kabur.
isi INFERNO [SC].indd 474
475 Infern o Apa pun yang dikehendaki orang-orang ini dariku, mereka akan bisa
mendapatkannya. "Di mana aku?" tanya Langdon, sebisa mungkin berkata ga?
gah berani. "Di dalam kapal pesiar yang tertambat di dekat Venesia."
Langdon mengamati medali hijau di seragam lelaki itu"se?
buah bola bumi yang dikelilingi oleh abjad ECDC. Langdon tidak
pernah melihat simbol ataupun akronim itu.
"Kami membutuhkan informasi dari Anda," kata si tentara,
"dan kami tidak punya banyak waktu."
"Untuk apa aku memberimu informasi?" tanya Langdon.
"Kau nyaris membunuhku."
"Sama sekali tidak. Kami menggunakan teknik demobilisasi
judo yang bernama shime waza. Kami tidak berniat menyakiti
Anda." "Kau menembakku tadi pagi!" kata Langdon, masih jelas meng?
ingat dentang peluru di Trike Sienna yang tengah melaju kencang.
"Pelurumu nyaris mengenai pangkal tulang pung?gungku!"
Mata lelaki itu menyipit. "Kalau saya memang bermaksud
mengenai pangkal tulang punggung Anda, tembakan saya tidak
akan meleset. Saya menembak satu kali, berusaha mengenai ban
belakang Anda agar Anda tidak kabur. Saya mendapat perintah
untuk membuat kontak dengan Anda dan memastikan mengapa
tindakan Anda sangat sulit ditebak."
Sebelum Langdon dapat mencerna kata-katanya, dua orang
tentara lain masuk, mengapit seorang perempuan.
Sesosok penampakan. Sosok maya dari dunia lain.
Langdon langsung mengenalinya sebagai penampakan dari
halusinasinya. Perempuan di hadapannya cantik, berambut perak
panjang, dan mengenakan jimat batu lapislazuli biru. Karena
sebelumnya pe?rempuan itu terlihat di antara mayat-mayat meng?
enaskan, Langdon butuh waktu untuk memercayai bahwa dia
benar-benar berdiri di hadapannya.
isi INFERNO [SC].indd 475
476 D an B rown
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Profesor Langdon," kata perempuan itu, tersenyum letih dan
menghampiri ranjangnya. "Saya lega karena Anda baik-baik saja."
Dia duduk dan memeriksa denyut nadi Langdon. "Saya diberi
tahu bahwa Anda menderita amnesia. Apakah Anda mengingat
saya?" Langdon mengamatinya sejenak. "Saya pernah ... memperoleh
bayangan tentang Anda, namun saya tidak ingat apakah kita
pernah bertemu." Perempuan itu mencondongkan badan ke arahnya, ekspre?si?
nya memancarkan empati. "Nama saya Elizabeth Sinskey. Saya
Direktur WHO, dan saya merekrut Anda untuk membantu saya
mencari?" "Wabah," Langdon melanjutkan. "Yang diciptakan oleh
Bertrand Zobrist." Sinskey mengangguk, tampak bersemangat. "Anda ingat?"
"Tidak, saya terbangun di sebuah rumah sakit dengan proyek?
tor kecil aneh dan bayangan Anda yang menyuruh saya mencari.
Itulah yang sedang saya lakukan ketika orang-orang ini hendak
membunuh saya." Langdon menunjuk para tentara.
Si kekar tampak kesal, jelas ingin menanggapi, namun Eliza?
beth membungkamnya dengan kibasan tangan.
"Profesor," ujarnya lembut, "saya memahami kebingungan
Anda. Sebagai orang yang menyeret Anda ke dalam semua ini,
saya juga resah melihat perkembangan kasus ini, namun saya
bersyukur Anda selamat."
"Selamat?" jawab Langdon. "Saya ditawan di sebuah kapal!"
Begitu pula Anda! Perempuan berambut perak itu mengangguk penuh penger?
tian. "Saya khawatir bahwa karena amnesia yang Anda derita,
Anda tidak akan memahami sebagian aspek dari apa yang hendak
saya sampaikan. Namun, waktu kita terbatas, dan ada banyak
orang yang memerlukan bantuan Anda."
Sinskey terdiam, seolah-olah tidak yakin harus memulai dari
mana. "Pertama-tama," katanya, "saya meminta Anda untuk
me?ng?erti bahwa Agen Br?der dan timnya tidak pernah mencoba
isi INFERNO [SC].indd 476
477 Infern o mem??ba?hayakan Anda. Mereka berada di bawah perintah tegas
untuk menjalin kembali kontak dengan Anda memakai cara apa
pun." "Menjalin kembali" Saya tidak?"
"Saya mohon, Profesor, dengarkan saja. Semuanya akan
menjadi jelas. Saya berjanji."
Langdon kembali berbaring di ranjang klinik, pikirannya terus
bekerja selama Dr. Sinskey melanjutkan penjelasannya.
"Agen Br?der dan para anak buahnya adalah tim SRS"Sur?
veillance and Response Support. Mereka bekerja di bawah peng?
awasan European Center for Disease Prevention and Control."
Langdon melirik medali ECDC di seragam mereka. Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit"
"Spesialisasi timnya," lanjut Dr. Sinskey, "adalah mendeteksi
dan menanggulangi ancaman penyakit yang rawan menyebar.
Dengan kata lain, mereka adalah tim SWAT untuk mencegah
penyebaran risiko kesehatan yang akut dan berskala besar.
Andalah harapan utama saya untuk menemukan lokasi bibit
wabah yang diciptakan Zobrist, jadi ketika Anda menghilang, saya
menugasi tim SRS untuk mencari Anda .... Saya mendatangkan
mereka ke Florence untuk membantu saya."
Langdon terpaku. "Tentara-tentara itu bekerja untuk Anda?"
Dr. Sinskey mengangguk. "Sebagai pinjaman dari ECDC.
Semalam, ketika Anda menghilang dan berhenti menelepon,
kami mengira sesuatu telah menimpa Anda. Baru tadi pagi, saat
tim bantuan teknis kami melihat Anda memeriksa akun e-mail
Harvard Anda, kami mengetahui bahwa Anda masih hidup.
Ke?ti?ka itu, penjelasan satu-satunya yang kami miliki mengenai
peri?laku aneh Anda adalah bahwa Anda telah menyeberang ke
pihak lain ... mungkin karena mendapatkan bayaran yang lebih
besar untuk mencari lokasi bibit wabah itu untuk orang lain."
Langdon menggeleng. "Itu tuduhan konyol!"
"Ya, skenario itu sepertinya janggal, namun itulah satu-satu?
nya penjelasan yang masuk akal"dan karena taruhannya begitu
tinggi, kami tidak boleh main-main. Tentu saja, kami tidak pernah
isi INFERNO [SC].indd 477
478 D an B rown memperkirakan Anda menderita amnesia. Ketika tim teknis kami
melihat akun e-mail Harvard Anda tiba-tiba aktif, kami melacak
alamat IP komputer Anda ke sebuah apartemen di Florence dan
bergerak ke sana. Namun, Anda melarikan diri bersama seorang
wanita, yang semakin menambah kecurigaan kami bahwa Anda
telah bekerja untuk orang lain."
"Kami berpapasan dengan Anda!" Langdon tercekat. "Saya
melihat Anda di bangku belakang sebuah van hitam, dikelilingi
tentara. Saya menyangka Anda ditahan. Anda sepertinya kehi?
langan kesadaran, seolah-olah mereka telah mencekoki Anda
dengan obat." "Anda melihat kami?" Dr. Sinskey tampak terkejut. "Aneh?
nya, Anda benar ... mereka telah mencekoki saya dengan obat."
Dia terdiam. "Namun, hanya karena saya sendiri yang meme?
rin?tahkannya." Langdon kini benar-benar bingung. Dia menyuruh mereka
men?cekokinya" "Anda mungkin tidak ingat," kata Sinskey, "ketika C-130
kami mendarat di Florence, terjadi perubahan tekanan, dan saya
mengidap sesuatu yang dikenal sebagai paroxysmal positional
vertigo"kondisi yang menyerang telinga bagian dalam parah,
yang pernah saya alami dulu. Keadaan itu bersifat sementara
dan tidak serius, tetapi korbannya akan sangat pening dan mual
sehingga kesulitan menegakkan kepala. Biasanya, saya akan
lang?sung tidur untuk menanggulangi rasa mual yang menyiksa,
namun kita tengah menghadapi krisis Zobrist, sehingga saya
meresepkan suntikan metoclopramide setiap jam untuk diri saya
sendiri agar mencegah muntah. Obat itu memiliki efek samping
serius, yakni menyebabkan kantuk parah, namun setidaknya saya
masih bisa menjalankan operasi melalui telepon dari bagian bela?
kang van. Tim SRS ingin membawa saya ke rumah sakit, tapi saya
me?merintahkan mereka untuk menundanya hingga kami menye?
lesaikan misi mendapatkan Anda kembali. Untunglah, serangan
vertigo itu berakhir dalam penerbangan ke Venesia."
isi INFERNO [SC].indd 478
479 Infern o Langdon terkulai lemas di ranjang. Seharian ini aku melarikan
diri dari WHO"orang-orang yang mempekerjakanku.
"Sekarang kita harus berkonsentrasi, Profesor," Sinskey me?
nya?takan dengan nada mendesak. "Wabah Zobrist ... tahukah
Anda di mana lokasinya?" Dia menatap Langdon dengan ekspresi
penuh harap. "Waktu kita sangat terbatas."
Jauh sekali, Langdon ingin mengatakan, namun sesuatu meng?
hentikannya. Dia melirik Br?der, lelaki yang menembaknya dan
nyaris mencederainya sesaat yang lalu. Bagi Langdon, tanah yang
dipijaknya bergeser begitu cepat sampai-sampai dia tidak tahu
ha?rus memercayai siapa lagi.
Sinskey mencondongkan badan, tampak semakin berharap.
"Kami mendapat kesan bahwa bibit wabah itu ada di Venesia ini.
Benarkah" Tolong katakan lokasinya kepada kami, dan saya akan
mengirim tim ke sana."
Langdon ragu-ragu. "Sir!" bentak Br?der, kehilangan kesabaran. "Anda jelas me?
ngetahui sesuatu ... katakan di mana tempatnya! Tahukah Anda
apa yang akan terjadi?"
"Agen Br?der!" Sinskey menukas kesal. "Cukup," perintahnya
sebelum berpaling kembali kepada Langdon dan berbicara tenang.
"Mengingat apa yang telah Anda lalui, dapat dipahami bahwa
Anda bingung dan tidak tahu harus memercayai siapa." Dia ter?
diam, menatap dalam-dalam mata Langdon. "Namun, waktu kita
terbatas, dan saya berharap Anda mau memercayai saya."
"Bisakah Langdon berdiri?" sebuah suara bertanya.
Seorang pria kecil berpenampilan rapi dengan kulit gelap ter?
bakar matahari muncul di ambang pintu. Dia menatap Langdon
dengan tenang, namun Langdon melihat bahaya di matanya.
Sinskey mengisyaratkan kepada Langdon untuk berdiri.
"Profesor, kalau saya bisa memilih, saya sebenarnya tidak ingin
bekerja sama dengannya, namun situasi ini sangat serius sehingga
kami tidak punya pilihan lagi."
isi INFERNO [SC].indd 479
480 D an B rown Ragu-ragu, Langdon mengayunkan kaki ke pinggir ranjang
dan berdiri tegak, membutuhkan beberapa saat untuk memulihkan
keseimbangannya. "Ikuti saya," kata pria itu, bergerak ke pintu. "Ada sesuatu
yang harus Anda lihat."
Langdon bergeming. "Siapa Anda?"
Pria itu berhenti dan mengaitkan jemarinya. "Nama saya tidak
penting. Anda bisa menyebut saya, Provos. Saya menjalankan se?
buah organisasi ... yang, dengan menyesal harus saya akui, telah
membuat kesalahan dengan membantu Bertrand Zobrist meraih
tujuannya. Sekarang saya berusaha memperbaiki kesalahan itu
sebelum semua terlambat."
"Apakah yang hendak Anda tunjukkan kepada saya?" tanya
Langdon. Pria itu menatap tajam Langdon. "Sesuatu yang tidak akan
me?nyisakan keraguan di benak Anda bahwa kita berada di pihak
yang sama."[] isi INFERNO [SC].indd 480
Ba b angdon mengikuti pria berkulit gelap itu melewati labirin
koridor sempit di geladak bawah bersama Dr. Sinskey
dan para tentara ECDC yang berbaris di belakang. Ketika
mereka mendekati ruas tangga, Langdon berharap mereka
naik menyongsong sinar matahari, namun mereka malah turun
semakin dalam ke lambung kapal.
Jauh di lambung kapal, Provos membawa mereka mele?wati
deretan bilik kaca"sebagian di antaranya berdinding trans?paran
dan sebagian lainnya berdinding buram. Di dalam masing-ma?
sing ruang kedap suara itu, tampaklah para pekerja yang giat
me?ngetik di komputer atau berbicara di telepon. Para pekerja
yang mendongak saat mereka lewat tampak waspada melihat
se??ke?lom?pok orang asing di bagian kapal ini. Si pria berkulit gelap
meng?ang?guk untuk menenangkan mereka dan terus berjalan.
Tempat apa ini" Langdon menebak-nebak saat mereka mene?
ruskan perjalanan melewati area lain yang sama sibuknya.
Akhirnya, sang tuan rumah tiba di sebuah ruang konferensi
luas, dan mereka semua masuk. Sesudah mereka semua duduk,
pria itu menekan sebuah tombol, dan dinding kaca mendadak
berdesis dan memburam, mengunci mereka di dalam. Langdon
terperanjat, belum pernah melihat mekanisme semacam ini.
"Di mana kita?" Langdon akhirnya bertanya.
"Ini kapal saya"The Mendacium."
"Mendacium?" tanya Langdon. "Seperti dalam ... istilah Latin
untuk Pseudologos"dewa penipuan dalam legenda Yunani?"
Pria itu tampak terkesan. "Tidak banyak yang mengetahui
soal itu." isi INFERNO [SC].indd 481
482 D an B rown Bukan nama yang mulia, pikir Langdon. Mendacium adalah
dewa misterius yang menguasai semua pseudologoi"roh-roh yang
khusus menangani dusta, penipuan, dan omong kosong.
Provos mengeluarkan sebuah memory stick merah kecil dan
mema?sukkannya ke perangkat elektronik di bagian belakang
ruangan. Sebuah LCD besar berlayar datar menyala, dan lampulampu di atas mereka meredup.
Dalam keheningan yang menyusul, Langdon mendengar riak
lembut air. Mula-mula dia mengira suara itu berasal dari luar
kapal, namun kemudian dia menyadari bahwa bunyi itu terdengar
dari pengeras suara di layar LCD. Perlahan-lahan, sebuah gambar
muncul"dinding gua yang basah, diterangi cahaya kemerahan
samar-samar. "Bertrand Zobrist membuat video ini," kata Provos. "Dan dia
meminta saya untuk merilisnya ke seluruh dunia besok."
Terpana, Langdon menyaksikan video aneh itu ... sebuah
gua dan laguna dengan air beriak ... yang kemudian dimasuki
ka??mera ... menyelam untuk memperlihatkan lantai ubin berlapis
lum??pur dengan sebuah plakat bertulisan DI TEMPAT INI, PADA
TANG?GAL INI, DUNIA BERUBAH SELAMANYA.
Sebuah nama menandai plakat itu: BERTRAND ZOBRIST.
Tanggal yang tertera adalah besok.
Tuhanku! Langdon menoleh kepada Sinskey dalam kegelapan,
namun perempuan itu menunduk menatap lantai. Rupanya dia
sudah menonton film itu, dan jelas tidak sanggup melihatnya
lagi. Kamera bergeser ke kiri, dan Langdon terpana saat melihat,
terombang-ambing di bawah permukaan air, sebuah gelembung
plastik transparan berisi cairan kental kuning kecokelatan. Bung?
kusan bulat rapuh itu tampaknya diikat agar tidak meng?apung
ke permukaan air. Apa-apaan" Langdon mengamati kantong itu. Isinya yang
kental tampaknya perlahan-lahan berputar ... seakan membara.
Ketika kesadaran menerpanya, napas Langdon terhenti. Wa?
bah Zobrist.
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
isi INFERNO [SC].indd 482
483 Infern o "Hentikan dahulu," kata Sinskey dalam kegelapan.
Gambar di layar terhenti"kantong plastik terikat yang ter?om?
bang-ambing di bawah permukaan air"segumpal cairan tersegel
yang masih tertahan. "Saya rasa, Anda bisa menebak apa itu," kata Sinskey. "Perta?
nya?annya, hingga kapan cairan itu akan tetap tertampung?" Dia
menghampiri LCD dan menunjuk tanda kecil di kantong trans?
paran itu. "Sayangnya, dari tanda ini, kita tahu dari bahan apa
kantong ini terbuat. Bisakah Anda membacanya?"
Dengan jantung berdegup kencang, Langdon memicingkan
mata untuk membaca tulisan yang ternyata merek dagang kan?
tong itu: Solublon?. "Pabrik plastik-terurai-di-air terbesar di dunia," kata
Sinskey. Langdon merasakan perutnya mencelus. "Jadi, kantong ini
... terurai"!" Sinskey mengangguk dengan wajah serius. "Kami sudah
menghubungi pabrik itu dan mengetahui bahwa, sayangnya,
mereka memproduksi puluhan macam plastik seperti ini, dengan
kemampuan penguraian dari sepuluh menit hingga sepu?luh
ming??gu, bergantung pada penggunaannya. Kecepatan peng?urai?
an ber?variasi, bergantung pada tipe air dan temperatur, namun
kami yakin bahwa Zobrist telah memperhitungkan faktor itu
dengan baik." Dia terdiam. "Kantong ini, kami yakin, akan terurai
pada?" "Besok," potong Provos. "Besok adalah tanggal yang dilingkari
Zobrist di kalender saya. Dan juga tanggal di plakat itu."
Langdon tidak mampu berkata-kata lagi.
"Tunjukkan sisanya," kata Sinskey.
Di layar LCD, video bergerak kembali. Kali ini kamera me?nyo?
roti air yang berpendar dan kegelapan gua. Langdon yakin bahwa
lokasi ini yang diacu dalam puisi. Laguna yang tak memantulkan
bintang-bintang. Adegan selanjutnya menunjukkan gambaran Dante tentang
neraka ... Sungai Cocytus yang mengalir di gua bawah tanah.
isi INFERNO [SC].indd 483
484 D an B rown Di mana pun letak laguna itu, airnya tertahan oleh dinding
cu?ram dan berlumut yang, menurut firasat Langdon, tentu buat??
an manusia. Firasatnya juga mengatakan bahwa kamera ha?nya
menyoroti satu sudut dari ruangan yang sangat luas, dan pen?da?
pat ini didukung oleh bayangan-bayangan vertikal sa?mar-samar
di dinding. Bayangan-bayangan itu lebar, tegak, dan ber?jarak
ter?atur. Pilar, Langdon menyadari.
Langit-langit gua ini disangga oleh pilar-pilar.
Laguna itu tidak berada di dalam gua, tetapi di sebuah ru?
angan luas. Ikuti jauh ke dalam istana tenggelam ....
Sebelum dia sempat berkata, perhatiannya telah teralihkan
oleh kehadiran bayangan baru di dinding ... sosok menyerupai
manusia dengan hidung panjang mirip paruh.
Oh, Tuhanku .... Bayangan itu mulai berbicara, kata-katanya teredam, bisik?
an yang menyeberangi permukaan air dengan irama meng?
getarkan. "Akulah keselamatanmu. Akulah sang Arwah."
Hingga beberapa menit kemudian, Langdon menonton film
paling menakutkan sepanjang hidupnya. Solilokui Bertrand
Zobrist jelas merupakan ceracau genius sinting"disampaikan
dengan samaran sebagai dokter wabah. Sarat akan referensi In?
ferno karya Dante dan menyampaikan pesan yang sangat jelas:
per?tumbuhan populasi manusia telah sulit dikendalikan, dan
kelestarian umat manusia berada di ujung tanduk.
Di layar, suara itu merapalkan:
"Tidak melakukan sesuatu apa pun berarti menyambut
neraka Dante ... berjejalan dan kelaparan, bergelimang Dosa.
Maka, dengan sangat berani, aku bertindak. Beberapa orang akan
isi INFERNO [SC].indd 484
485 Infern o menciut ketakutan, tapi semua keselamatan ada harganya. Suatu
hari nanti, dunia akan memahami keindahan pengorbananku."
Langdon terenyak ketika Zobrist mendadak muncul, mema?
kai kostum dokter wabah Abad Pertengahan, lalu menanggalkan
topengnya. Langdon menatap wajah tirus dan mata hijau nyalang
lelaki itu, menyadari bahwa dia akhirnya me?lihat wajah sosok
yang menjadi inti krisis ini. Kini Zobrist meng??ung?kapkan cintanya
kepada seseorang yang menjadi ins?pirasinya.
"Aku meninggalkan masa depan di tangan lembutmu.
Tugasku sudah selesai. Dan kini sudah tiba waktuku untuk men?
daki kembali ke dunia di atas ... dan menatap bintang-bintang."
Saat video itu berakhir, Langdon menyadari bahwa katakata penutup Zobrist nyaris menyamai kata-kata penutup Dante
dalam Inferno. Di kegelapan ruang konferensi, Langdon menyadari bahwa
semua ketakutan yang dialaminya hari ini telah mengkristal
menjadi satu kenyataan mengerikan.
Bertrand Zobrist kini memiliki wajah ... dan suara.
Lampu-lampu ruang konferensi menyala, dan Langdon me?
lihat semua menatapnya penuh harap.
Ekspresi Elizabeth Sinskey seolah-olah membeku saat dia
berdiri dan dengan gugup membelai jimat yang tergantung di
lehernya. "Profesor, sudah jelas bahwa waktu kita sangat ter?
batas. Satu-satunya kabar baik sejauh ini adalah tidak adanya
kasus deteksi patogen atau laporan penyakit baru, jadi kami
meng?asumsikan bahwa kantong Solublon itu masih utuh. Tetapi,
kami tidak tahu ke mana harus mencari. Tujuan kami adalah
me?netralisasi ancaman ini dengan mengamankan kantong itu
sebelum robek. Satu-satunya cara untuk melakukan itu, tentunya,
adalah dengan sesegera mungkin menemukan lokasinya."
isi INFERNO [SC].indd 485
486 D an B rown Agen Br?der kini berdiri, menatap Langdon tajam. "Kami
me?ngira Anda mendatangi Venesia karena sudah mengetahui
bah?wa di sinilah Zobrist menyembunyikan wabahnya."
Langdon menatap orang-orang di hadapannya, wajahwajah yang memancarkan ketakutan, mengharapkan mukjizat,
dan berharap dirinya memiliki kabar yang lebih bagus untuk
disampaikan. "Kita salah negara," Langdon menyampaikan. "Yang kalian
cari terletak hampir 1.600 kilometer dari sini."
______ Jantung Langdon berdegup seirama dengan derum mesin The
Mendacium ketika kapal itu berputar, kembali menuju Bandara
Venesia. Di dalam kapal, kekacauan terjadi. Provos bergegas mene?
riakkan perintah kepada krunya. Elizabeth Sinskey menyambar
ponsel dan menelepon pilot pesawat C-130 milik WHO, meme?
rin?tahkan mereka untuk secepat mungkin bersiap-siap terbang
keluar dari Bandara Venesia. Dan Agen Br?der melompat ke
lap?topnya, mencari koordinat agar bisa mengirim semacam tim
pen?dahulu di tujuan akhir mereka.
Di belahan dunia lain. Provos kini kembali ke ruang konferensi dan dengan nada
mendesak berbicara kepada Br?der. "Sudah ada kabar dari pihak
berwenang di Venesia?"
Br?der menggeleng. "Tak ada jejak. Mereka masih mencari,
tapi Sienna Brooks telah lenyap."
Langdon turut mendengarkan. Mereka sedang mencari Sienna"
Sinskey menutup teleponnya dan bergabung dengan mereka.
"Belum ada yang berhasil menemukannya?"
Provos menggeleng. "Kalau Anda setuju, menurut saya, jika
perlu WHO bisa memaksa dia untuk menyerahkan diri."
Langdon bangkit seketika itu juga. "Untuk apa" Sienna Brooks
tidak terlibat dalam semua ini!"
isi INFERNO [SC].indd 486
487 Infern o Mata hitam Provos menatap tajam Langdon. "Profesor,
ada beberapa hal yang harus saya ungkapkan mengenai Nona
Brooks."[] isi INFERNO [SC].indd 487
Ba b ienna Brooks menembus keramaian turis di Jembatan Rialto
dan berlari lagi, memacu langkah ke barat di sepanjang tepi
kanal Fondamenta Vin Castello.
Mereka menangkap Robert. Dia masih bisa melihat tatapan putus asa Langdon ketika
para tentara menyeretnya kembali ke ruang bawah tanah. Sienna
yakin bahwa, entah dengan cara apa, para tentara itu akan segera
berhasil mengorek semua yang telah mereka temukan.
Kita salah negara. Yang jauh lebih tragis, Sienna yakin para penangkap Langdon
tidak akan membuang waktu untuk mengungkapkan yang se?
sung?guhnya terjadi. Maafkan aku, Robert. Untuk semuanya. Tolong pahamilah, aku tak punya pilihan.
Anehnya, Sienna sudah mulai merindukan Robert. Di sini, di
te?ngah keriuhan Venesia, rasa kesepian yang sudah diakrabinya
me??ner?pa. Perasaan yang tidak asing lagi.
Sejak kecil, Sienna Brooks sudah merasa kesepian.
Tumbuh dewasa dengan kecerdasan luar biasa, Sienna meng?
habiskan masa mudanya merasa seperti orang asing di negeri
antah-berantah ... makhluk asing yang terperangkap di dunia
su??nyi. Dia mencoba berteman, namun anak-anak sebayanya sibuk
dengan hal-hal sepele yang tidak menarik minatnya. Dia mencoba
meng??hormati orang-orang yang lebih tua daripadanya, namun
se?ba?gian besar orang dewasa tidak lebih dari anak-anak berusia
isi INFERNO [SC].indd 488
489 Infern o tua baginya, yang bahkan kurang memahami hal-hal paling men?
dasar di dunia dan, yang lebih menyebalkan, kekurangan rasa
pe??na?saran ataupun kepedulian terhadap dunia.
Aku merasa bukan bagian dari apa pun.
Maka, Sienna Brooks belajar menjadi hantu. Tidak kasatmata.
Dia belajar menjadi bunglon, berpura-pura, wajah yang menyaru
dalam keramaian. Cita-cita masa kecilnya untuk menjadi pemain
drama tidak diragukan lagi berakar dari impian seumur hidupnya
untuk menjadi orang lain.
Seseorang yang normal. Penampilannya dalam A Midsummer Night"s Dream karya
Sha?kespeare membantunya merasa menjadi bagian dari sesuatu,
dan para aktor dewasa memberikan dukungan tanpa menggurui.
Ke?gem?biraannya, bagaimanapun, hanya bertahan singkat, lalu
menguap begitu dia turun dari panggung pada malam pem?bu?
kaan dan menghadapi kerumunan awak media yang me?ren?tet?kan
pertanyaan, sementara rekan-rekan aktornya diam-diam me?nye?
linap dari pintu belakang.
Sekarang mereka juga membenciku.
Saat berusia tujuh tahun, Sienna sudah membaca cukup ba?
nyak sehingga bisa merasakan bahwa dirinya menderita depresi
akut. Ketika dia mengungkapkan hal itu kepada orangtuanya,
mereka tampak terperangah seperti biasanya saat berhadapan
dengan keanehan putri mereka sendiri. Kendati begitu, mereka
mempertemukannya dengan seorang psikiater. Dokter itu
memberi Sienna banyak pertanyaan, yang juga sudah ditanyakan
sendiri oleh Sienna, dan meresepkan kombinasi antara amitriptyline
dan chlordiazepoxide. Dengan marah, Sienna melompat dari sofa. "Amitriptyline"!"
tantangnya. "Aku ingin lebih bahagia"bukan menjadi zombie."
Si psikiater patut dipuji karena tetap tenang menghadapi
amu?kan Sienna. Kemudian dia memberikan usul lain, "Sienna,
ka?lau kau lebih memilih untuk tidak mengonsumsi obat, kita bisa
mencoba pendekatan yang lebih holistik." Dia diam sejenak. "Ke?
dengarannya kau terperangkap di dalam siklus berpikir tentang
isi INFERNO [SC].indd 489
490 D an B rown dirimu sendiri dan betapa kau tidak merasa diterima di dunia
ini." "Itu benar," jawab Sienna. "Aku mencoba menghentikannya,
tapi tidak bisa!" Si psikiater tersenyum tenang. "Tentu saja tidak bisa. Secara
fisik, mustahil otak manusia tidak memikirkan apa pun. Jiwa
mendambakan emosi, dan akan terus mencari bahan bakar untuk
emosi itu"baik ataupun buruk. Masalahmu adalah kau memberi
bahan bakar yang salah bagi jiwamu."
Sienna tidak pernah mendengar siapa pun berbicara tentang
pikiran menggunakan istilah teknis semacam itu, dan dia lang?
sung tertarik. "Bagaimana aku bisa memberinya bahan bakar
yang lain?"
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau harus mengalihkan fokus intelektualmu," kata si psi?
kiater. "Saat ini, pikiran utamamu adalah dirimu sendiri. Kau
te?rus bertanya-tanya mengapa kau tidak cocok berada di mana
pun ... dan apa yang salah dengan dirimu."
"Itu benar," kata Sienna lagi, "tapi aku sedang berusaha meme?
cahkan masalah ini. Aku sudah mencoba membaur. Mana bisa aku
memecahkan masalahku kalau aku tidak memikirkannya."
Si psikiater terkekeh. "Aku yakin bahwa memikirkan ma?
salah ... adalah masalahmu." Dia menyarankan agar Sienna men??
coba menggeser fokusnya dari dirinya dan masalahnya ... dan
mengalihkan perhatian ke dunia di sekitarnya ... beserta ma?sa?
lah?nya. Saat itulah, semuanya berubah.
Sienna mulai mencurahkan seluruh energinya tidak untuk
mengasihani dirinya ... tetapi mengasihani orang lain. Dia mulai
mengambil inisiatif untuk bederma, menyajikan sup di rumah
singgah tunawisma, dan membacakan buku untuk orang buta.
Hebatnya, tidak seorang pun yang dia tolong sepertinya menya?
dari bahwa dia berbeda. Mereka hanya bersyukur karena ada
yang memedulikan mereka. isi INFERNO [SC].indd 490
491 Infern o Sienna bekerja semakin keras setiap minggu, nyaris tak sem?
pat tidur karena menyadari bahwa ada begitu banyak orang yang
membutuhkan bantuannya. "Sienna, pelan-pelan saja!" orang-orang akan memper?ingat?
kannya. "Kau tidak bisa menyelamatkan dunia!"
Tega sekali mereka berkata seperti itu.
Melalui aksi layanan masyarakatnya, Sienna berkenalan de?
ngan beberapa anggota kelompok kemanusiaan setempat. Ketika
mereka mengundangnya untuk mengikuti perjalanan sebulan
penuh ke Filipina, dia menyambutnya dengan gembira.
Dalam bayangan Sienna, mereka akan membagikan makanan
kepada para nelayan dan petani miskin di pedesaan, yang menu?
rut buku-buku yang dibacanya bagaikan negeri dongeng cantik,
dengan laut cemerlang dan daratan memesona. Maka, ketika
ke?lompok itu menggelar kegiatannya di tengah keramaian Kota
Manila"kota berpopulasi terpadat di dunia"Sienna hanya bisa
terperangah ngeri. Dia belum pernah melihat kemiskinan dengan
skala semasif ini. Bagaimana mungkin satu orang bisa membuat perbedaan"
Untuk setiap orang yang menerima makanan dari Sienna,
ada ratusan yang memberinya tatapan memelas. Manila terkenal
akan kemacetan lalu lintas yang bisa berlangsung sampai enam
jam, polusi udara yang menyesakkan, dan prostitusi, yang para
pe?ker?janya mayoritas masih berusia kanak-kanak dan kebanyak?an
dijual kepada mucikari oleh orangtua mereka sendiri yang ber?
pikir setidaknya dengan begitu anaknya tak akan kelaparan.
Di tengah lautan prostitusi di bawah umur, peminta-minta,
pencopet, dan hal-hal lain yang lebih buruk, Sienna mendadak
men?dapati dirinya tak berdaya. Di sekelilingnya, dia dapat melihat
kemanusiaan ditaklukkan oleh naluri dasar untuk bertahan hidup.
Ketika dihadapkan pada keputusasaan ... manusia berubah menjadi
binatang. Bagi Sienna, masa depresinya melanda kembali. Mendadak
dia memahami manusia sebagaimana adanya"spesies yang ber?
ada di ambang kepunahan. isi INFERNO [SC].indd 491
492 D an B rown Aku salah, pikirnya. Aku tidak bisa menyelamatkan dunia.
Tidak sanggup lagi menahan ledakan emosinya, Sienna berlari
melintasi jalanan kota, menerobos kerumunan manusia, menyikut
dan mendorong, mencari tempat terbuka.
Aku tercekik tubuh-tubuh manusia!
Selama berlari, dia bisa merasakan mata-mata menatapnya.
Dia tidak bisa membaur lagi. Dia jangkung, berkulit putih, dan
ber?ambut ekor kuda pirang. Para pria memandangnya seolaholah dia telan?jang.
Ketika kakinya akhirnya menyerah, Sienna tidak tahu sejauh
apa dia telah berlari atau di mana dia berada. Dia mengusap air
mata dan mendapati dirinya berdiri di tengah daerah kumuh"
sebuah kota yang bangunan-bangunannya terbuat dari rangkaian
logam ke?ro?pos dan kardus. Di sekelilingnya, tangisan bayi me?
me?kakkan te?linga dan bau kotoran manusia menggantung di
udara. Aku telah berlari melewati gerbang neraka.
"Turista," sebuah suara dalam terdengar dari belakangnya.
"Magkano?" Berapa"
Sienna berputar dan melihat tiga orang pemuda mengham?
pi?rinya, meneteskan air liur mirip serigala. Seketika itu juga dia
menyadari bahwa dirinya dalam bahaya dan berusaha meng?hin?
dar, namun mereka mengepungnya, seperti sekelompok pre?da?tor
yang memburu mangsa. Sienna menjerit meminta tolong, namun tidak seorang pun
memedulikannya. Sekitar lima meter dari sana, dia melihat se?
orang wanita tua duduk di atas ban bekas, mengiris-iris bawang
keriput menggunakan pisau berkarat. Wanita itu sama sekali tidak
mendongak saat Sienna berteriak.
Ketika para pemuda itu merengkuh dan menyeretnya ke
dalam sebuah gubuk kecil, Sienna sudah menyadari apa yang akan
terjadi kemudian, dan rasa takut mencekamnya. Dia mengerahkan
seluruh tenaganya untuk melawan, namun mereka terlampau
kuat dan dalam waktu singkat telah menindihnya di atas selembar
ka?sur usang dan kotor. isi INFERNO [SC].indd 492
493 Infern o Mereka merobek bajunya, mencakar kulit lembutnya. Saat dia
menjerit, mereka menjejalkan bajunya dalam-dalam ke mulutnya
sampai Sienna nyaris kehabisan napas. Kemudian mereka me?
neng?kurapkannya, menekan wajahnya ke kasur yang bau.
Sienna Brooks selalu mengasihani orang-orang tidak berpe?
ngetahuan yang tetap memercayai Tuhan di dunia yang penuh
penderitaan, namun saat itu dia berdoa ... berdoa sepenuh hati?
nya. Kumohon, Tuhan, jauhkanlah aku dari kejahatan.
Bahkan saat berdoa, dia bisa mendengar pemuda-pemuda
itu tertawa, menggodanya sembari menggerakkan tangan-tangan
nista mereka. Menarik lepas celana jins Sienna. Salah seorang dari
mereka menindih punggungnya, berat dan berkeringat, me?ne?tes?
kan peluh ke kulitnya. Aku masih perawan, pikir Sienna. Inilah yang akan mengakhiri?
nya. Tiba-tiba, pria di punggungnya melompat, dan tawa mesum?
nya berubah menjadi jeritan marah dan ngeri. Keringat hangat
yang semula menetes ke punggung Sienna mendadak menyembur
... membasahi kasur dengan warna merah.
Ketika berguling untuk melihat apa yang terjadi, Sienna men?
dapati wanita tua tadi, masih membawa bawang yang setengah
ter?kupas dan pisau berkarat, menjulang di atas penyerangnya,
yang kini bersimbah darah dari luka di punggungnya.
Wanita tua itu melontarkan tatapan mengancam kepada
ke??dua pemuda yang lain, mengacung-acungkan pisaunya yang
ber??simbah darah ke udara hingga ketiga pemuda itu lari tunggang
lang?gang. Tanpa berkata-kata, wanita tua itu membantu Sienna me?
ngum??pulkan dan mengenakan pakaiannya.
"Salamat," bisik Sienna dengan air mata mengucur. "Terima
kasih." Wanita tua itu menepuk-nepuk telinganya, mengisyaratkan
bah?wa dia tuli. isi INFERNO [SC].indd 493
494 D an B rown Sienna menempelkan kedua telapak tangannya, memejam?kan
mata, dan menunduk sebagai isyarat penghormatan. Ketika dia
mem?buka mata, wanita itu telah pergi.
Seketika itu juga Sienna meninggalkan Filipina, bahkan tan?pa
mengucapkan selamat tinggal kepada anggota grup yang lain.
Dia tidak pernah membicarakan apa yang terjadi pada? dirinya.
Dia berharap akan bisa melupakan insiden itu dengan meng?abai?
kannya, namun itu justru menjadikan keadaannya lebih parah.
Ber?bulan-bulan kemudian, Sienna masih dihantui oleh mimpi
buruk, dan dia tidak lagi merasa aman di mana pun. Dia mengikuti
kursus bela diri, dan walaupun bisa dengan cepat menguasai
tek?nik mematikan dim mak, dia masih merasa terancam di mana
pun dirinya pergi. Depresinya kembali, lebih parah hingga sepuluh kali li?pat,
dan akhirnya Sienna tidak pernah bisa tidur lagi. Setiap me?nyi?
sir rambut, Sienna melihat untaian yang rontok, kian hari kian
banyak. Dalam hitungan minggu, dia telah separuh botak, me?
nun?jukkan gejala yang didiagnosisnya sendiri sebagai telegenic
effluvium"kebotakan yang berkaitan dengan stres dan hanya
dapat disembuhkan dengan menanggulangi akar stres tersebut.
Setiap kali dia menatap cermin, kepalanya yang botak membuat
jan?tungnya berdebar lebih kencang.
Aku mirip wanita tua! Akhirnya, Sienna tidak memiliki pilihan selain mencukur
habis rambutnya. Paling tidak, dia tak akan terlihat tua. Dia hanya
akan terlihat sakit. Tidak ingin disangka sebagai korban kanker,
Sienna membeli wig pirang dan menatanya dengan gaya ekor
ku?da, setidaknya terlihat menyerupai dirinya lagi.
Di dalam hatinya, bagaimanapun, Sienna Brooks telah ber?
ubah. Aku barang rusak. Dalam upaya putus asanya untuk melupakan masa lalu,
Sienna pergi ke Amerika dan mempelajari kedokteran. Dia selalu
me?miliki minat besar untuk dunia kedokteran dan berharap de?
ngan menjadi dokter, dirinya akan merasa membantu ... seolahisi INFERNO [SC].indd 494
495 Infern o olah melakukan sesuatu untuk setidaknya mengurangi kepedihan
di dunia yang sakit ini. Walaupun jam kuliahnya panjang, Sienna sama sekali tidak
mengalami kesulitan, dan selagi teman-teman seangkatannya te?
kun belajar, Sienna berakting paruh-waktu untuk mendapatkan
tambahan uang. Dia tidak mementaskan drama-drama Shakes?
peare, namun keahliannya menguasai bahasa dan menghafal
menjadikan akting tidak terasa seperti pekerjaan, tetapi peristi?ra?
hatan tempat Sienna bisa melupakan siapa dirinya ... dan menjadi
orang lain. Siapa pun. Sienna telah berusaha melarikan diri dari identitasnya sejak
dia pertama kali bisa bicara. Sebagai bocah, dia enggan memakai
nama panggilannya, Felicity, dan lebih memilih nama tengahnya,
Sienna. Felicity berarti "beruntung", dan dia tahu dirinya sama
sekali tidak beruntung. Alihkan fokusmu dari masalahmu sendiri, dia mengingatkan di?
ri?nya. Berfokuslah pada masalah dunia.
Serangan panik yang dialaminya di jalanan ramai di Manila
telah membuahkan kekhawatiran di benak Sienna tentang populasi
dunia yang terlalu padat. Ketika itulah dia menemukan tulisan
Bertrand Zobrist, seorang insinyur genetika yang menyampaikan
beberapa teori sangat progresif tentang populasi dunia.
Orang ini genius, pikir Sienna saat membaca karyanya. Sienna
tidak pernah sesemangat itu ketika membaca ataupun berinteraksi
dengan manusia lain. Semakin banyak karya Zobrist yang di?
ba?canya, semakin Sienna merasa tengah memandang be?lahan
jiwanya. Artikelnya, "Anda Tidak Bisa Menyelamatkan Dunia",
mengingatkan Sienna akan perkataan semua orang ke?padanya
waktu dia masih kanak-kanak ... namun Zobrist justru me?yakini
kebalikannya. Anda BISA menyelamatkan dunia, tulis Zobrist. Jika bukan Anda,
siapa yang akan melakukannya" Jika bukan sekarang, kapan"
Sienna mempelajari persamaan matematika Zobrist dengan
cermat, menelaah prediksi Zobrist tentang bencana Malthusian
isi INFERNO [SC].indd 495
496 D an B rown dan kepunahan spesies manusia yang akan segera terjadi. Otak
genius Sienna menyukai spekulasi tingkat tinggi yang diajukan
Zobrist, tetapi level stresnya meningkat saat dia melihat masa
depan yang akan terjadi ... terjamin secara matematis ... begitu
nyata ... dan tidak terhindarkan.
Mengapa orang lain tidak melihat hal ini"
Walaupun gagasan Zobrist membuat Sienna resah, dia tetap
terobsesi kepada lelaki itu, menonton video-video presentasinya,
membaca semua yang pernah ditulisnya. Ketika terdengar kabar
bahwa Zobrist akan berceramah di Amerika Serikat, Sienna tahu
bahwa dia harus menemuinya. Dan malam itu, seluruh dunianya
berubah. Seulas senyum mengembang di wajahnya, sebuah momen
bahagia yang jarang terjadi, saat Sienna membayangkan lagi
ma?lam penuh keajaiban itu ... malam yang baru dikenangnya
be?berapa jam lalu ketika dia duduk di kereta bersama Langdon
dan Ferris. Chicago. Badai salju. Januari, enam tahun lalu ... tapi masih terasa seperti kemarin. Aku
berjalan melewati gundukan-gundukan salju di sepanjang Magnificent
Mile yang tersapu angin, dengan kerah ditegakkan untuk menahan badai
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
salju yang membutakan. Walaupun udara dingin, aku bertekad bahwa
tidak ada sesuatu pun yang bisa menghalangiku dari tujuanku. Malam
ini adalah kesempatanku untuk mendengar Bertrand Zobrist yang agung
bicara ... secara langsung.
Aula nyaris kosong ketika Bertrand naik ke panggung, dan dia
jang??kung ... teramat sangat jangkung ... dengan mata hijau menyala
yang seakan menampung semua misteri dunia.
"Persetan dengan auditorium kosong ini," katanya. "Ayo, kita
pergi ke bar!" Kemudian, kami pun pergi, hanya beberapa orang, menduduki sudut
yang hening, mendengarkan dia berbicara tentang genetika, populasi,
dan gairah terbarunya ... Transhumanisme.
Dengan minuman yang terus mengalir, aku merasa seakan sedang
bertemu dengan seorang bintang rock secara pribadi. Setiap kali Zobrist
isi INFERNO [SC].indd 496
497 Infern o memandangku, mata hijaunya menyalakan perasaan yang benar-benar
tak terduga dalam diriku ... ketertarikan seksual.
Itu sensasi yang benar-benar baru bagiku.
Kemudian, hanya tinggal kami berdua.
"Terima kasih untuk malam ini," kataku kepadanya, merasa agak
mabuk. "Anda guru yang menakjub?kan."
"Sanjungan?" Zobrist tersenyum dan mencondongkan tubuh lebih
dekat, dan kini kaki kami bersentuhan. "Itu bisa membawamu ke mana
saja." Rayuan ini jelas tidak pantas, tapi itu malam bersalju di sebuah
hotel Chicago yang sepi, dan rasanya seakan seluruh dunia berhenti
ber??ge?rak. "Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Zobrist. "Minum sebelum
tidur di kamarku?" Aku membeku, menyadari diriku pasti tampak seperti kijang terkena
sorotan lampu depan mobil. Aku tidak tahu harus bagaimana!
Mata Zobrist berkilat-kilat hangat. "Biar kutebak," bisiknya. "Kau
belum pernah bersama lelaki terkenal."
Aku merasakan diriku tersipu-sipu, berupaya menyembunyikan
luapan semua emo?si"rasa malu, rasa senang, rasa takut. "Sesungguhnya,
sejujurnya," kataku kepadanya, "aku belum pernah bersama lelaki mana
pun." Zobrist tersenyum dan beringsut lebih dekat. "Aku tidak yakin apa
yang kau t? unggu, tapi biarlah aku menjadi yang pertama bagi?mu."
Saat itulah, semua ketakutan seksual dan perasaan frustrasi di masa
kecilku lenyap ... menguap dalam malam bersalju.
Kemudian, aku telanjang dalam pelukannya.
"Santai saja, Sienna," bisiknya. Kemudian, dengan sepasang ta?
ngan?nya yang penuh kesabaran, dia memunculkan sensasi-sensasi yang
belum pernah kurasakan dari tubuh tidak berpengalamanku.
Meringkuk dalam kepompong pelukan Zobrist, aku merasa seakan
segalanya baik-baik saja di du?nia, dan aku tahu bahwa hidupku me?miliki
tujuan. Aku telah menemukan Cinta.
Dan aku akan mengikutinya ke mana pun.[]
isi INFERNO [SC].indd 497
Ba b i atas The Mendacium, Langdon mencengkeram pagar
pembatas dek dari kayu jati halus, menegakkan kakinya
yang lemas, dan berusaha menarik napas. Udara laut
semakin dingin, dan deru pesawat jet komersial yang terbang
rendah memberitahunya bahwa mereka telah mendekati Bandara
Venesia. Ada beberapa hal yang harus saya ungkapkan mengenai Nona
Brooks. Di sampingnya, Provos dan Dr. Sinskey tetap diam, namun
memperhatikannya, memberinya waktu untuk mencerna informasi
yang baru saja didengarnya. Kabar yang mereka sampaikan di
ba?wah membuat Langdon sangat bingung dan kecewa sehingga
Sinskey mengajaknya keluar untuk mencari udara segar.
Udara laut menyegarkan, tetapi kepala Langdon masih pening.
Dia hanya bisa menatap kosong riak-riak di dekat lambung kapal,
mencoba menalar apa yang baru saja didengarnya.
Menurut Provos, Sienna Brooks dan Bertrand Zobrist telah
lama menjalin hubungan asmara. Mereka sama-sama aktif di
dalam semacam gerakan Transhumanis bawah tanah. Nama
lengkapnya adalah Felicity Sienna Brooks, namun dia juga dikenal
dengan kode FS-2080 ... kode dari inisialnya dan tahun saat nanti
usianya mencapai seratus.
Ini semua tidak masuk akal!
"Saya mengenal Sienna Brooks dari sumber lain," kata Provos
kepada Langdon, "dan saya memercayainya. Maka, ketika dia
men?datangi saya tahun lalu dan meminta saya menemui seorang
klien potensial, saya setuju. Klien yang dimaksud ternyata
isi INFERNO [SC].indd 498
499 Infern o Bertrand Zobrist. Lelaki itu menyewa saya untuk menyediakan
tem?pat berlindung yang aman agar dia bisa menyelesaikan "ma??ha??
karyanya" tanpa terdeteksi. Saya berasumsi dia tengah me?ngem?
bangkan teknologi baru dan tidak ingin orang lain mem??ba?jaknya
... atau mungkin sedang melakukan riset genetika be??ri?siko tinggi
yang melanggar kode etik WHO .... Saya tidak ber?tanya, tapi
percayalah, saya tidak pernah membayangkan bahwa dia se?dang
menciptakan ... sebuah wabah."
Langdon hanya sanggup mengangguk-angguk ... bingung.
"Zobrist adalah penggemar fanatik Dante," lanjut Provos,
"se?hingga dia memilih Florence sebagai tempat persembunyian.
Maka, organisasi saya menyiapkan segala sesuatu yang diperlu?
kan?nya"sebuah lab rahasia dengan tempat tinggal, berbagai
macam alias, jalur komunikasi yang aman, dan asisten pribadi
yang mengawasi semuanya dari urusan keamanan hingga pem?
belian makanan dan perbekalan lainnya. Zobrist tidak pernah
meng?gunakan kartu kreditnya atau muncul di depan umum
se?hingga mustahil untuk melacaknya. Kami bahkan membantu
pe?nya?maran, memberikan alias, dan memalsukan dokumennya
agar dia bisa bepergian tanpa diketahui." Dia terdiam. "Dokumen
yang tampaknya dia gunakan untuk be?pergian dan meletakkan
kantong Solublon itu."
Sinskey mengembuskan napas, sama sekali tidak berusaha
menyembunyikan rasa frustrasinya. "WHO sudah memburunya
sejak tahun lalu, tapi dia seolah-olah lenyap dari muka bumi."
"Dia bahkan bersembunyi dari Sienna," kata Provos.
"Maaf?" Langdon mendongak, berdeham. "Bukankah kata
Anda mereka pasangan kekasih?"
"Itu betul, tapi Zobrist mendadak memutuskan hubungan
dari Sienna saat dia bersembunyi. Meskipun Sienna yang mem?
per?kenalkannya kepada kami, hubungan kerja saya hanyalah
dengan Zobrist, dan sebagian dari kesepakatan kami adalah saat
dia menghilang, dia akan lenyap dari seluruh dunia, termasuk
dari Sienna. Rupanya, setelah berada di tempat persembunyian,
Zobrist mengirim surat perpisahan untuk Sienna, mengungkapkan
isi INFERNO [SC].indd 499
500 D an B rown bahwa dia sakit parah dan tinggal memiliki waktu sekitar satu
tahun. Dia tak ingin Sienna melihatnya sekarat."
Zobrist mencampakkan Sienna"
"Sienna mencoba mengontak saya untuk mengorek informasi,"
kata Provos, "tapi saya tidak pernah mengangkat telepon darinya.
Saya harus menghormati permintaan klien saya."
"Dua minggu lalu," Sinskey melanjutkan, "Zobrist mendatangi
sebuah bank di Florence dan secara anonim menyewa sebuah
kotak penyimpanan. Setelah dia pergi, kami menerima kabar bah?
wa perangkat lunak pengenal wajah yang baru saja dipasang di
bank tersebut berhasil mengidentifikasi pria dalam penyamaran
itu sebagai Bertrand Zobrist. Tim saya segera terbang ke Florence
dan membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari rumah per?
sembunyiannya, yang sudah kosong, namun di dalamnya kami
menemukan bukti bahwa dia telah menciptakan semacam patogen
yang amat menular dan menyembunyikannya di tempat lain."
Sinskey terdiam. "Kami harus menemukannya. Keesokan pa?
gi?nya, sebelum matahari terbit, kami melihat dia berjalan di Arno
dan langsung mengejarnya. Ketika itulah dia kabur ke menara
Badia dan menjatuhkan diri dari sana."
"Bisa jadi dia memang sudah merencanakan itu," Provos
me?nam?bahkan. "Dia yakin bahwa masa hidupnya tidak lama
lagi." "Ternyata," kata Sinskey, "Sienna juga sedang mencarinya.
Entah bagaimana, dia tahu bahwa kami telah bergerak ke Flo?
rence dan dia selalu membuntuti kami, berpikir bahwa kami
akan menemukan Zobrist. Sayangnya, dia menyaksikan ketika
Zobrist melompat." Sinskey mendesah. "Sepertinya, menyaksikan
kekasih dan mentornya terjun menyongsong kematian menjadi
peng?alaman yang sangat traumatis baginya."
Langdon merasa mual, sulit memahami apa yang mereka
sam?paikan. Satu-satunya orang yang dia percayai dalam seluruh
skenario ini adalah Sienna, dan orang-orang ini memberitahunya
bahwa perempuan itu tak seperti pengakuannya kepada Langdon"
isi INFERNO [SC].indd 500
501 Infern o Apa pun yang mereka katakan, dia tidak percaya Sienna akan
men?dukung ke?inginan Zobrist untuk menciptakan wabah.
Atau, mungkin saja" Maukah kau membunuh setengah populasi hari ini, per?tanyaan
Sienna terngiang di benak Langdon, demi menyela?matkan spesies
kita dari kepunahan"
Langdon bergidik. "Setelah Zobrist tewas," Sinskey menjelaskan, "saya menggu?
nakan pengaruh untuk memaksa bank membuka kotak penyim?
panan Zobrist, yang ironisnya berisi selembar surat untuk saya
... beserta sebuah alat kecil yang aneh."
"Proyektor itu," Langdon menebak.
"Tepat. Di dalam suratnya, dia meminta saya menjadi orang
pertama yang mengunjungi titik nol, yang tidak akan ditemukan
oleh siapa pun tanpa mengikuti Map of Hell."
Langdon membayangkan lukisan Botticelli yang sudah dimo?
difikasi terpancar dari proyektor mungil itu.
Provos menambahkan, "Zobrist telah mengontrak saya untuk
mengirimkan isi kotak penyimpanannya kepada Dr. Sinskey,
namun baru setelah besok pagi. Saat Dr. Sinskey lebih cepat men?da?
patkannya, kami panik dan segera mengambil tindakan, berusaha
mengembalikan keadaan sesuai dengan harapan klien kami."
Sinskey menatap Langdon. "Saya tidak berharap banyak da?
pat memahami peta itu sebelum waktu habis, maka saya merekrut
Anda untuk membantu saya. Sudahkah Anda mengingat hal ini,
se?karang?" Langdon menggeleng. "Kami diam-diam menerbangkan Anda ke Florence, tempat
Anda membuat janji temu dengan seseorang yang menurut Anda
bisa membantu." Ignazio Busoni. "Anda menjumpainya semalam," kata Sinskey, "kemudian
An?da menghilang. Kami mengira sesuatu telah menimpa An?
da." isi INFERNO [SC].indd 501
502 D an B rown "Faktanya," kata Provos, "sesuatu memang menimpa Anda.
Dalam upaya memperoleh kembali proyektor itu, kami menu?
gas?i agen saya yang bernama Vayentha untuk membuntuti Anda
dari bandara. Dia kehilangan jejak Anda di sekitar Piazza della
Signoria." Dia mengernyitkan wajah. "Kehilangan jejak Anda
adalah sebuah kesalahan besar. Dan Vayentha berani-beraninya
me?nya?lahkan seekor burung."
"Maaf?" "Seekor merpati. Menurut Vayentha, dia sudah berada di po?
sisi sempurna, mengawasi Anda dari sebuah ceruk gelap, ketika
sekelompok turis lewat. Katanya, seekor merpati mendadak
men?dekut nyaring dari jendela di atas kepalanya, menyebabkan
para turis itu berhenti dan menghalangi pandangannya. Ketika
dia menyelinap kembali ke gang, Anda sudah pergi." Provos
meng??geleng kesal. "Omong-omong, dia kehilangan jejak Anda
se?lama be?berapa jam. Akhirnya, dia berhasil menemukan Anda
lagi"dan ketika itu Anda sudah bersama seorang pria."
Ignazio, Langdon membatin. Aku dan dia tentu telah keluar dari
Palazzo Vecchio dengan membawa topeng.
"Dia berhasil membuntuti kalian berdua ke arah Piazza della
Signoria, namun kalian rupanya melihatnya dan memutuskan
untuk kabur, pergi ke arah berbeda."
Itu masuk akal, pikir Langdon. Ignazio melarikan diri dengan
mem?bawa topeng Dante dan menyembunyikannya di rumah pembaptisan
se?belum dia terkena serangan jantung.
"Ketika itulah Vayentha membuat kesalahan besar," kata si
Provos. "Dia menembak kepala saya?"
"Tidak, dia terlalu dini mengungkapkan jati dirinya. Dia me?
nangkap dan menginterogasi Anda sebelum Anda mengetahui
apa pun. Kami perlu mengetahui apakah Anda sudah memahami
peta atau memberikan informasi kepada Dr. Sinskey. Anda
menolak menjawab. Kata Anda, lebih baik Anda mati."
Aku sedang mencari wabah mematikan! Aku mungkin mengira kau
pembunuh bayaran yang sedang memburu senjata biologis!
isi INFERNO [SC].indd 502
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
503 Infern o Mesin besar kapal mendadak berpindah ke gigi mundur,
me??lam?batkan laju saat kapal mendekati dermaga di bandara.
Di kejauhan, Langdon dapat melihat lambung pesawat C-130
yang tengah diisi bahan bakar. Di badan pesawat terlihat tulisan
WORLD HEALTH ORGANIZATION.
Br?der menghampiri mereka, ekspresinya muram. "Saya baru
saja mendengar bahwa satu-satunya tim yang bisa diandalkan
da?lam radius lima jam dari situs itu adalah kita, yang berarti kita
be?kerja sendirian."
Sinskey tampak lemas. "Koordinasi dengan pihak berwenang
setempat?" Br?der tampak berhati-hati. "Belum. Itu rekomendasi saya.
Kita belum memperoleh lokasi yang tepat saat ini, jadi tidak ada
yang bisa mereka lakukan. Terlebih lagi, operasi penanggulangan
ber?ada jauh di luar keahlian mereka, dan kitalah yang harus me?
nang?gung risiko jika mereka lebih banyak membuat kerusakan
daripada manfaat." "Primum non nocere," bisik Sinskey seraya mengangguk,
me??la?fal?kan prinsip dasar kode etik kedokteran: Pertama, jangan
me?ru?gi?kan. "Yang terakhir," kata Br?der, "kita masih belum mendapatkan
kabar tentang Sienna Brooks." Dia menatap Provos. "Tahukah
Anda apakah Sienna memiliki kenalan di Venesia yang mungkin
bersedia menolongnya?"
"Mungkin sekali," jawab Provos. "Pengikut Zobrist ada di
ma?na-mana, dan mengingat watak Sienna, dia akan menggunakan
semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuannya."
"Jangan sampai dia keluar Venesia," kata Sinskey. "Kita tidak
tahu bagaimana kondisi kantong Solublon itu saat ini. Jika ada
yang sampai menemukannya, yang dibutuhkan saat ini hanyalah
sentuhan ringan untuk memecah plastik itu dan menyebarkan
wabah ke air." Keheningan meraja saat semua orang menyadari keseriusan
situasi yang mereka hadapi.
isi INFERNO [SC].indd 503
504 D an B rown "Sayangnya, saya juga punya kabar buruk," kata Langdon.
"Mouseion kebijakan suci bersepuh emas." Dia terdiam. "Sienna
mengetahui letaknya. Dia tahu ke mana kita akan pergi."
"Apa"!" Sinskey terkejut. "Bukankah Anda tidak sempat
mem?beri tahu Sienna tentang hasil pemikiran Anda" Kata Anda,
yang Anda katakan kepadanya hanyalah bahwa kalian salah
ne?gara." "Itu benar," kata Langdon. "Tapi dia tahu bahwa kita sedang
mencari kuburan Enrico Dandolo. Pencarian singkat di Internet
akan memberitahunya di mana letak kuburan itu. Dan begitu dia
menemukan kuburan Dandolo ... plastik lumer itu tidak akan jauh
darinya. Puisi itu menyuruh kita mengikuti gemericik air menuju
istana yang tenggelam."
"Keparat!" Br?der mengumpat dan menghambur keluar.
"Dia tidak akan lebih cepat daripada kita," kata Provos. "Kita
lebih dahulu berangkat."
Sinskey mendesah panjang. "Saya tidak seyakin itu. Trans?
portasi kita lambat, dan tampaknya Sienna Brooks sangat pintar
mencari jalan keluar."
Selagi The Mendacium membuang sauh di dermaga, Langdon
mendapati dirinya menatap gelisah C-130 berbadan besar di lan?
dasan pacu. Pesawat itu tampak kurang layak terbang dan tidak
berjendela. Pernahkah aku menumpang pesawat itu" Langdon sama
sekali tak ingat. Entah gara-gara gerakan kapal yang tengah bersauh, atau
ke?ge?lisahannya akibat ancaman klaustrofobia dari pesawat,
Langdon mendadak merasa mual.
Dia menoleh kepada Sinskey. "Saya ragu apakah saya cukup
sehat untuk terbang."
"Anda baik-baik saja," kata Sinskey. "Anda mengalami keja?
dian buruk hari ini, dan tentu saja, ada toksin di tubuh Anda."
"Toksin?" Langdon mundur selangkah. "Apa maksud An?
da?" Sinskey mengalihkan pandangan, jelas telah mengungkapkan
lebih banyak daripada yang semestinya.
isi INFERNO [SC].indd 504
505 Infern o "Profesor, maaf. Sayangnya, saya baru saja mengetahui bahwa
kondisi medis Anda sedikit lebih rumit daripada sekadar luka
biasa di kepala." Langdon dicekam ketakutan saat membayangkan lebam hi?
tam di dada Ferris ketika pria itu ambruk di basilika.
"Ada apa dengan saya?" Langdon menuntut penjelasan.
Sinskey tampak ragu, seolah-olah tidak tahu harus menjawab
apa. "Mari kita masuk ke pesawat terlebih dahulu."[]
isi INFERNO [SC].indd 505
Ba b erletak tepat di timur gereja Frari yang megah, Atelier Pietro
Longhi sudah lama menjadi salah satu penyedia kostum,
wig, dan aksesori sejarah terkemuka di Venesia. Daftar
kliennya mencakup berbagai perusahaan film dan kelompok tea?
ter, begitu pula masyarakat yang mengandalkan keahlian para staf
mendandani mereka untuk pesta dansa termewah Carnevale.
Toko sudah hendak tutup malam itu ketika bel di pintu ber?
gemerincing. Pramuniaga mendongak dan melihat seorang wanita
cantik berambut ekor kuda pirang menghambur masuk. Wanita
itu terengah-engah, seolah-olah baru saja lari berkilo-kilometer.
Dia bergegas menghampiri konter, mata cokelatnya liar dan me?
man?carkan keputusasaan. "Aku ingin bertemu dengan Giorgio Venci," katanya, berusa?
ha mengatur napas. Semua orang juga begitu, si pramuniaga membatin. Tapi, tidak
ada yang bisa menemui sang penyihir.
Giorgio Venci"kepala desainer perusahaan kostum itu"
mem?buat keajaiban dari balik tirai, sangat jarang berbicara kepada
klien, itu pun harus dengan janji sebelumnya. Sebagai pria yang
me?miliki kekayaan dan pengaruh besar, pantas jika Giorgio
ber?tingkah eksentrik, termasuk lebih menyukai kesunyian. Dia
makan sendirian, terbang sendirian, dan tidak henti-hentinya
me?nge?luh tentang jumlah turis di Venesia yang terus meningkat.
Dia tidak suka ditemani. "Maaf," kata si pramuniaga dengan senyum terlatih. "Signor
Venci sedang tidak ada di tempat. Barangkali ada yang bisa saya
bantu?" isi INFERNO [SC].indd 506
507 Infern o "Giorgio ada di sini," wanita itu menegaskan. "Flatnya ada di
lantai atas. Aku bisa melihat lampunya menyala. Aku temannya.
Ini darurat." Wanita itu memperlihatkan tekad membara. Teman, katanya"
"Bisakah saya memberitahukan nama Anda kepada Giorgio?"
Wanita itu meraih selembar kertas dari meja dan mencoretkan
serangkaian abjad dan angka.
"Berikan ini kepadanya," katanya, menyerahkan kertas itu
ke?pada si pramuniaga. "Dan cepatlah. Aku tidak punya banyak
waktu." Walaupun enggan, si pramuniaga membawa kertas itu ke atas
dan meletakkannya di atas meja pola panjang, tempat Giorgio
tengah menekuni mesin jahitnya.
"Signore," bisiknya. "Ada yang kemari mencari Anda. Katanya
ini darurat." Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaannya ataupun
men?dongak, pria itu mengulurkan satu tangan dan meraih kertas,
lalu membaca tulisannya. Gerakan mesin jahitnya seketika berhenti.
"Suruh dia ke atas sekarang juga," perintah Giorgio sambil
merobek-robek kertas itu menjadi serpihan-serpihan kecil.[]
isi INFERNO [SC].indd 507
Ba b esawat berbadan besar C-130 itu masih terus menambah
ketinggian ke arah tenggara, menderu melintasi Laut
Adriatik. Di dalamnya, Robert Langdon merasakan kram
dan mual di perutnya kian parah"tertekan oleh ketiadaan jen?
dela di pesawat dan resah oleh seluruh pertanyaan yang belum
ter?ja?wab di otaknya. Kondisi medis Anda, Sinskey memberitahunya, sedikit lebih rumit
daripada sekadar luka biasa di kepala.
Jantung Langdon berdegup kencang saat dia memikirkan apa
yang akan dikatakan Sinskey, namun saat ini wanita itu masih
sibuk membahas strategi penanggulangan dengan tim SRS. Br?der
tengah menelepon di dekatnya, berbicara dengan agen pemerintah
tentang Sienna Brooks, mencari tahu hasil upaya semua orang
untuk mencarinya. Sienna .... Langdon masih berusaha memahami bahwa perempuan itu
terlibat dalam semua kekacauan ini. Ketika pesawat telah mencapai
ketinggian yang dikehendaki, pria kecil yang menyebut dirinya
Provos berjalan melintasi kabin dan duduk di hadapan Langdon.
Dia menjalin jemarinya di bawah dagu dan mengerucutkan bibir.
"Dr. Sinskey meminta saya untuk memberikan keterangan kepada
Anda ... agar situasi Anda menjadi jelas."
Langdon menduga-duga apa yang akan disampaikan oleh
pria ini untuk menjernihkan kekeruhan.
isi INFERNO [SC].indd 508
509 Infern o "Seperti yang sudah saya katakan tadi," kata Provos, "seba?
gian besar masalah ini dimulai setelah agen saya Vayentha ter?lalu
dini berkonfrontasi dengan Anda. Kami tidak tahu sejauh apa
kema?juan yang telah Anda buat untuk Dr. Sinskey, atau sebe?rapa
banyak yang telah Anda ungkapkan kepadanya. Tetapi kami
khawatir jika dia mengetahui lokasi proyek klien kami yang sudah
seharusnya kami lindungi, dia akan menyita atau meng???han?cur?
kannya. Kami harus menemukannya sebelum dia, maka kami
me?merlukan Anda bekerja untuk kami ... bukan untuk Sinskey."
Provos terdiam. "Sayangnya, kami sudah membuka kartu kami
... dan Anda tidak memercayai kami."
"Jadi, kalian menembak kepala saya?" tukas Langdon, ke?
sal. "Kami membuat rencana untuk membuat Anda memercayai
kami." Langdon merasa tersesat. "Bagaimana kalian membuat sese??
orang memercayai kalian ... setelah kalian menculik dan meng?
interogasinya?" Pria itu bergerak-gerak gelisah sekarang. "Profesor, apakah
Anda familier dengan keluarga bahan kimia yang dikenal dengan
nama benzodiazepine?"
Langdon menggeleng. "Itu adalah jenis obat yang digunakan untuk, di antaranya,
perawatan stres pascatrauma. Sebagaimana yang mungkin su?
dah Anda ketahui, ketika seseorang mengalami kejadian me?nge?
rikan, seperti kecelakaan mobil atau kekerasan seksual, memori
jangka panjang mereka bisa melemah secara permanen. De?ngan
menggunakan benzodiazepine, para ahli saraf kini bisa mera?wat
stres pascatrauma, seolah-olah trauma itu tidak pernah ter?jadi."
Langdon mendengarkan tanpa berkomentar, tidak mampu
membayangkan arah percakapan ini.
"Saat memori baru terbentuk," lanjut Provos, "mereka tersim?
pan di memori jangka pendek selama sekitar empat puluh delapan
jam sebelum pindah ke memori jangka panjang. Menggunakan
ramuan baru benzodiazepine, kita dapat dengan mudah mengatur
isi INFERNO [SC].indd 509
510 D an B rown ulang memori jangka pendek ... pada dasarnya menghapus isinya
sebe?lum memori baru bermigrasi, katakanlah, ke memori jangka
panjang. Seorang korban penyerangan, misalnya, jika diberi ben?
zodiazepine beberapa jam sesudahnya, akan kehilangan ingatan
akan penyerangan itu untuk selamanya, sehingga traumanya
tidak akan pernah menjadi bagian dari psikisnya. Satu-satunya
kekurangan adalah dia akan kehilangan seluruh ingatan tentang
beberapa hari dalam kehidupannya."
Langdon menatap pria kecil itu dengan kaget. "Kalian mem?
buat saya amnesia!" Provos mendesah penuh penyesalan. "Sayangnya begitu.
Se?cara kimia. Sangat aman. Tapi, ya, menghilangkan memori
jang?ka pendek Anda." Dia terdiam. "Selama kehilangan kesa?
dar??an, Anda menggumamkan sesuatu tentang wabah, yang kami
asum??sikan sebagai dampak dari gambar yang Anda lihat melalui
pro?yektor itu. Kami tidak pernah membayangkan Zobrist telah
men?ciptakan wabah sungguhan." Dia terdiam. "Anda juga terus
meng?gu?mamkan kata-kata yang bagi kami kedengarannya seperti
"Very sorry. Very sorry.?"
Vasari. Pasti baru itu yang dipecahkannya dari proyektor ke?
tika itu. Cerca trova. "Tapi ... saya pikir amnesia saya disebabkan
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
oleh luka di kepala. Seseorang menembak saya."
Si Provos menggeleng. "Tidak ada yang menembak Anda,
Pro??fesor. Anda tidak terluka."
"Apa"!" Seketika itu juga Langdon meraba jahitan dan beng?
kak di bagian belakang kepalanya. "Kalau begitu, ini apa?" Dia
meng?angkat rambutnya dan menunjukkan bagian yang tercu?
kur. "Bagian dari ilusi. Kami membuat irisan kecil di kulit kepala
Anda, lalu cepat-cepat menjahitnya. Anda harus percaya bahwa
Anda telah diserang."
Ini bukan luka tembak"!
"Saat Anda siuman," kata Provos, "kami ingin Anda yakin
bah??wa ada orang-orang yang tengah berusaha membunuh Anda
... bahwa Anda dalam bahaya."
isi INFERNO [SC].indd 510
511 Infern o "Memang ada orang-orang yang berusaha membunuh saya!"
seru Langdon, ledakan emosinya memancing tatapan para pe?
numpang lain di pesawat. "Saya melihat dokter di rumah sakit
itu"dr. Marconi"ditembak dengan darah dingin!"
"Itulah yang Anda lihat," ujar Provos dengan tenang, "tapi
bukan itu yang terjadi. Vayentha bekerja untuk saya. Dia punya
keahlian luar biasa untuk pekerjaan semacam ini."
"Membunuh orang?" tanya Langdon.
"Bukan," kata Provos, tenang. "Berpura-pura membunuh
orang." Langdon menatap pria itu lama, membayangkan dokter
ber??jenggot abu-abu dan beralis lebat yang tersungkur di lantai,
ber?simbah darah dari luka dada.
"Pistol Vayentha berisi peluru karet," kata Provos. "Tembak?
an?nya memicu semacam kembang api yang dikendalikan dari
jarak jauh, yang meledakkan kantong berisi darah di dada dr.
Marconi. Dia baik-baik saja, omong-omong."
Langdon memejamkan mata, terperangah mendengar hal itu.
"Dan ... kamar rumah sakit itu?"
"Set yang dibuat dengan cepat," kata Provos. "Profesor, saya
tahu ini semua sangat sulit diserap. Kami bekerja dengan ter??
gesa-gesa, dan kondisi Anda sedang lemah, jadi ini tidak perlu
sem?purna. Saat siuman, Anda melihat apa yang kami ingin Anda
lihat"peralatan rumah sakit, beberapa aktor, dan adegan pe?nye?
rangan yang terkoreografi."
Langdon merasa lemas. "Inilah yang dilakukan oleh perusahaan kami," kata Provos.
"Kami sangat ahli menciptakan ilusi."
"Bagaimana dengan Sienna?" tanya Langdon, menggosokgosok matanya.
"Saya harus membuat keputusan cepat dan saya memilih
untuk bekerja sama dengannya. Prioritas saya adalah melindungi
proyek klien saya dari Dr. Sinskey, sehingga saya dan Sienna
memiliki tujuan sama. Untuk meraih kepercayaan Anda, Sienna
menyelamatkan Anda dari si pembunuh dan membantu Anda
isi INFERNO [SC].indd 511
512 D an B rown melarikan diri ke gang belakang. Taksi yang sudah menunggu
juga milik kami, dengan kembang api berpengendali jarak jauh
di jendela belakang untuk menciptakan efek terakhir saat Anda
melarikan diri. Taksi itu membawa Anda ke sebuah apartemen
yang buru-buru kami siapkan."
Apartemen kecil Sienna, Langdon membatin, kini mengerti
mengapa tempat itu tampak seolah-olah diisi dengan perabot dari
katalog obralan. Dan ini juga menjelaskan mengapa "tetangga"
Sienna memiliki baju yang pas di badannya, sebuah "kebetulan"
yang aneh. Semuanya sudah diatur. Bahkan, panggilan telepon penting dari teman Sienna di ru?
mah sakit ternyata palsu. Sienna, ini Danikova!
"Ketika Anda menelepon Konsulat AS," kata Provos, "yang
Anda tekan adalah nomor yang dicarikan Sienna untuk Anda. Itu
adalah nomor yang tersambung dengan The Mendacium."
"Saya tidak pernah menelepon konsulat ...."
"Betul." Tetaplah di sana, pegawai konsulat palsu itu mendesaknya.
Saya akan segera mengirim seseorang ke sana. Kemudian, ketika
Va?yentha datang, Sienna berpura-pura melihatnya di seberang
jalan dan menghubungkan fakta. Robert, pemerintahmu berusaha
mem?bu?nuhmu! Jangan pernah melibatkan pihak berwenang mana pun!
Satu-satunya harapanmu adalah mencari tahu makna proyektor itu.
Provos dan organisasi misteriusnya"apa pun itu"telah se?
cara efektif membuat Langdon berhenti bekerja untuk Sinskey
dan berpaling kepada mereka. Ilusi mereka lengkap.
Sienna secara sempurna telah mempermainkanku, pikir Langdon,
lebih merasa sedih daripada marah. Langdon mulai menyukai
perempuan itu setelah menghabiskan waktu yang singkat ber?sa?
manya. Yang pa?ling merisaukannya adalah pertanyaan ba?gai?ma?na
orang se?ce?merlang dan sehangat Sienna bisa sepe?nuhnya meng?
ab?dikan diri pada solusi maniak Zobrist untuk over?po?pulasi.
isi INFERNO [SC].indd 512
513 Infern o Aku bisa bilang tanpa ragu, Sienna pernah mengatakan kepa?da?
nya, bahwa tanpa semacam perubahan drastis, akhir spesies kita sedang
menjelang .... Hitungan matematikanya tak terbantah.
"Dan artikel-artikel tentang Sienna?" tanya Langdon, teringat
pada buklet tentang drama Shakespeare dan tulisan tentang IQ
Sienna yang melangit. "Autentik," jawab Provos. "Ilusi terbaik melibatkan sebanyak
mungkin kebenaran di dunia nyata. Kami tidak punya banyak
waktu untuk bersiap-siap, sehingga hanya komputer Sienna dan
arsip pribadinya yang bisa kami gunakan. Anda tidak akan di?
per??kenankan melihat semua itu, kecuali Anda mulai meragukan
ke?asliannya." "Ataupun menggunakan komputernya," kata Langdon.
"Ya, ketika itulah kami kehilangan kendali. Sienna tidak pernah
menyangka tim SRS Sinskey akan menemukan apartemennya,
sehingga ketika para tentara itu menyerbu, Sienna panik dan harus
berimprovisasi. Dia kabur dengan sepeda motor bersama Anda,
berusaha terus menghidupkan ilusi. Seiring berjalannya mi?si
ini, saya tidak punya pilihan selain memberhentikan Vayentha,
walaupun dia sudah melanggar protokol dan mengejar Anda."
"Dia nyaris membunuh saya," kata Langdon, menceritakan
kepada Provos tentang pertikaian di loteng Palazzo Vecchio, ke?
tika Vayentha menodongkan pistol dan membidik langsung dada
Langdon. Sakitnya hanya sebentar ... tapi ini satu-satunya pilihanku.
Ketika itulah Sienna menubruk dan mendorong agen itu hingga
Vayentha jatuh dan tewas.
Provos mendesah panjang, merenungkan ucapan Langdon.
"Saya ragu Vayentha berusaha membunuh Anda ... pistolnya
ha?nya berisi peluru karet. Satu-satunya harapannya untuk mene?
bus kesalahan ketika itu adalah dengan mengendalikan Anda.
Dia mungkin mengira jika dia menembak Anda dengan peluru
karet, Anda akan mengerti bahwa dia bukan pembunuh dan Anda
hanya sedang terjerat dalam sebuah ilusi."
Provos terdiam, berpikir sejenak, lalu melanjutkan. "Entah
Sienna memang bermaksud membunuh Vayentha atau hanya
isi INFERNO [SC].indd 513
514 D an B rown ______ mencoba menggagalkan tembakan itu, saya tidak berani mener?
ka. Yang jelas, saya mulai menyadari bahwa saya tidak mengenal
Sienna Brooks sebaik yang saya duga."
Aku juga, Langdon sependapat, walaupun saat dia mengingat
ekspresi syok dan penyesalan di wajah perempuan muda itu, dia
bisa merasakan apa yang terjadi pada agen berambut duri itu se?
pe?nuhnya kecelakaan. Langdon merasa kehilangan pegangan ... dan benar-benar
sen?dirian. Dia menoleh ke dinding pesawat, mendamba bisa me?
lihat dunia di bawahnya, namun yang bisa ditatapnya hanyalah
dinding kosong. Aku harus keluar dari sini.
"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Provos, menatapnya
khawatir. "Tidak," jawab Langdon. "Saya jauh dari baik-baik saja."
Dia akan baik-baik saja, pikir Provos. Dia hanya sedang berusaha me?
ma?hami kenyataan baru yang sekarang dia hadapi.
Profesor Amerika itu kelihatan seperti baru saja diangkat dari
tanah oleh angin topan, diputar-putar di udara, lalu dibanting di
negeri asing sehingga dia terguncang dan kebingungan.
Para individu yang menjadi target Konsorsium jarang menya?
dari kebenaran di balik sandiwara yang mereka saksikan, dan
kalaupun itu terjadi, Provos jelas tidak pernah tampil untuk
men?jelaskan duduk perkaranya. Hari ini, selain merasa bersalah
saat me?lihat kebingungan Langdon, pria itu juga dibebani oleh
tang?gung jawab atas terjadinya krisis ini.
Aku telah menerima klien yang salah. Bertrand Zobrist.
Aku telah memercayai orang yang salah. Sienna Brooks.
Kini Provos sedang terbang ke mata badai"episentrum dari
sesuatu yang mungkin saja menjadi sebuah wabah mematikan
yang berpotensi mengacaukan dunia. Kalaupun dia berhasil keluar
isi INFERNO [SC].indd 514
515 Infern o dengan selamat dari semua ini, dia menduga Konsorsiumnya tak
akan bisa bertahan. Akan ada banyak pertanyaan dan tuduhan.
Dengan cara inikah segalanya akan berakhir bagiku"[]
isi INFERNO [SC].indd 515
Ba b ku butuh udara segar, pikir Langdon. Pemandangan ... apa
pun. Pesawat tanpa jendela itu seolah-olah mengimpit?nya.
Tentu saja, cerita aneh tentang apa yang sesungguhnya terjadi
pada dirinya hari ini sama sekali tidak membantu. Otaknya ber?
denyut-denyut memikirkan berbagai pertanyaan yang tidak ter?
jawab ... sebagian besar tentang Sienna.
Anehnya, dia merindukan Sienna.
Dia hanya berakting, Langdon mengingatkan dirinya. Meman?
faatkanku. Tanpa mengucapkan apa pun, Langdon meninggalkan Provos
dan berjalan ke bagian depan pesawat. Pintu kokpit terbuka, dan
cahaya alami yang menerobos masuk menariknya seperti sinar
mercusuar. Berdiri di ambang pintu, tidak terlihat oleh para pilot,
Langdon membiarkan sinar matahari menghangatkan wajahnya.
Angkasa yang membentang di hadapannya terasa bagaikan
hidangan dari surga. Langit biru jernih yang terlihat sangat damai
... sangat abadi. Tidak ada yang abadi, Langdon mengingatkan diri sendiri,
masih berusaha memahami potensi bencana yang tengah mereka
hadapi. "Profesor?" seseorang di belakangnya memanggilnya lirih,
dan dia menoleh. Langdon mundur selangkah, terperanjat. Yang berdiri di
ha?dapannya adalah dr. Ferris. Terakhir kali Langdon melihat dr.
Ferris adalah ketika pria itu menggelepar-gelepar di lantai Basilika
Santo Markus, sesak napas. Kini pria itu berada di dalam pesa?
isi INFERNO [SC].indd 516
517 Infern o wat, bersandar ke sekat antara kabin, mengenakan topi bisbol,
wajah?nya yang ber?balur losion kalamin tampak merah jambu
pucat. Dada dan pe?rutnya dibalut perban tebal, dan napasnya
ter?sengal-sengal. Kalaupun Ferris terjangkit wabah, sepertinya
tidak ada yang pe?duli jika dia akan menularkannya.
"Kau masih ... hidup?" kata Langdon, menatapnya.
Ferris mengangguk letih. "Kurang lebih." Perangai pria itu
berubah dramatis, tampak jauh lebih santai.
"Tapi kupikir?" Langdon terdiam. "Sebenarnya ... aku tidak
yakin harus berpikir bagaimana lagi."
Ferris memberinya senyuman empatik. "Kau sudah mende?
ngar banyak dusta hari ini. Kurasa, aku harus meminta maaf.
Se?perti yang mungkin sudah kau duga, aku tidak bekerja untuk
WHO dan tidak merekrutmu di Cambridge."
Langdon mengangguk, terlalu letih untuk dikejutkan oleh
apa pun saat ini. "Kau bekerja untuk Provos."
"Ya. Dia mengirimku untuk memberikan dukungan lapangan
darurat bagimu dan Sienna ... dan membantumu melarikan diri
dari tim SRS." "Itu berarti kau melakukan tugasmu dengan sempurna,"
kata Langdon, teringat bagaimana Ferris muncul di rumah pem?
baptisan, meyakinkan Langdon bahwa dia pegawai WHO, lalu
memfasilitasi pelariannya dan Sienna dari Florence. "Yang jelas,
kau pasti bukan dokter."
Ferris menggeleng. "Bukan, tapi itu peranku hari ini. Tugasku
adalah membantu Sienna untuk terus menghidupkan ilusi agar
kau bisa memikirkan apa yang diungkapkan oleh proyektor itu.
Provos berkeras untuk menemukan kreasi Zobrist agar dia bisa
melindunginya dari Sinskey."
"Kau sama sekali tidak tahu bahwa itu wabah?" kata Langdon,
masih penasaran tentang ruam aneh dan pendarahan dalam yang
diderita Ferris. "Tentu tidak! Waktu kau menyebutkan soal wabah, kupikir itu
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cuma cerita yang dikarang oleh Sienna agar kau tetap bersemangat.
isi INFERNO [SC].indd 517
518 D an B rown Jadi aku ikut saja. Aku membawa kita semua menumpang kereta
ke Venesia ... kemudian semuanya berubah."
"Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Provos menonton video sinting Zobrist."
Itu masuk akal. "Dia menyadari bahwa Zobrist orang gila."
"Tepat. Provos tiba-tiba menyadari kasus apa yang menje?rat
Konsorsium, dan dia ketakutan. Dia langsung meminta untuk
dipertemukan dengan orang yang paling mengenal Zobrist"FS2080"untuk mencari tahu apakah orang itu mengetahui apa yang
telah diperbuat oleh Zobrist."
"FS-2080?" "Maaf, Sienna Brooks. Itu kode yang dipilihnya untuk operasi
ini. Ternyata itu identitas khas Transhumanis. Dan Provos tidak
bisa menghubungi Sienna, kecuali melalui aku."
"Panggilan telepon di kereta," kata Langdon. "Ibumu yang
sakit." "Yah, aku jelas tidak bisa menerima telepon dari Provos di
depanmu, jadi aku keluar. Dia memberitahuku soal video itu, dan
aku panik. Provos mengira Sienna juga dikelabui Zobrist, tapi saat
aku memberi tahu bahwa kau dan Sienna terus-menerus bicara
soal wabah dan sepertinya tidak berminat mengakhiri misi ini,
dia langsung menyadari bahwa Sienna dan Zobrist bekerja sama.
Seketika itu juga Sienna menjadi lawan. Provos menyuruhku terus
mengabarkan posisi kita di Venesia ... dan mengatakan bahwa dia
akan mengirim tim untuk menghentikannya. Tim Agen Br?der
nyaris menangkap Sienna di Basilika Santo Markus ... tapi dia
ber?hasil meloloskan diri."
Langdon menatap kosong ke lantai, masih teringat pada mata
cokelat cantik Sienna yang menatapnya sebelum perempuan itu
melarikan diri. Maafkan aku, Robert. Untuk semuanya.
"Dia tangguh," kata Ferris. "Kau mungkin tidak melihatnya
menyerangku di basilika."
"Menyerangmu?" isi INFERNO [SC].indd 518
519 Infern o "Ya, waktu para tentara masuk, aku hendak berteriak untuk
memberitahukan lokasi Sienna, tapi dia pasti sudah menduganya.
Dia menyodokkan pangkal telapak tangannya tepat ke tengah
dadaku." "Apa"!" "Aku tidak tahu apa yang menghantamku. Semacam gerakan
bela diri, mungkin. Karena dadaku sudah memar parah, rasa
sakitnya menjadi tidak tertahankan. Aku butuh lima menit untuk
pulih. Sienna menyeretmu keluar ke balkon sebelum ada saksi
yang bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi."
Langdon terpaku, teringat kembali kepada wanita Italia tua
yang membentak Sienna?"L"hai colpito al petto!?"dan meng?han?
tam-hantamkan tinjunya ke dadanya sendiri.
Tidak bisa! Jawab Sienna. CPR akan membunuhnya! Lihat dada?
nya! Ketika mengingat kembali adegan itu di benaknya, Langdon
menyadari betapa sigapnya Sienna Brooks berpikir. Secara cerdas
Sienna telah menerjemahkan dengan keliru bahasa Italia wanita
tua itu. L"hai colpito al petto bukan saran untuk melakukan CPR ...
itu ada?lah tuduhan penuh amarah: Kau menyodok dadanya!
Akibat seluruh kekacauan yang terjadi, Langdon tidak me?
nya?darinya. Ferris meringis kesakitan. "Seperti yang mungkin sudah kau
dengar, Sienna Brooks sangat cerdas."
Langdon mengangguk. Itulah yang kudengar.
"Orang-orang Sinskey membawaku ke The Mendacium dan
merawatku. Provos memintaku untuk mendukung tim intel ka?
rena akulah satu-satunya orang selain kau yang menghabiskan
waktu bersama Sienna hari ini."
Langdon mengangguk, perhatiannya teralihkan oleh ruam
yang diderita lelaki itu. "Wajahmu?" tanya Langdon. "Dan memar
di dadamu" Itu bukan ...."
"Wabah?" Ferris tertawa dan menggeleng. "Entah kau sudah
diberi tahu atau belum, tapi yang jelas aku memerankan dua dok?
ter hari ini." isi INFERNO [SC].indd 519
520 D an B rown "Maaf?" "Waktu aku muncul di rumah pembaptisan, katamu aku ke?
lihatan familier." "Memang. Samar-samar. Matamu, mungkin. Katamu karena
kaulah yang merekrutku di Cambridge ...," Langdon terdiam.
"Tapi sekarang aku tahu bahwa itu bohong, jadi ...."
"Aku kelihatan familier karena kita sudah pernah bertemu.
Tapi bukan di Cambridge." Pria itu menatap Langdon, meman?
cing ingatannya. "Sebenarnya, akulah orang pertama yang kau
lihat waktu kau terbangun pagi tadi di rumah sakit."
Langdon membayangkan kamar rumah sakit yang kecil dan
suram tempatnya terbangun. Kondisinya lemah, namun peng?
lihatannya masih tajam, dan dia cukup yakin bahwa orang per?
tama yang dilihatnya ketika dia siuman adalah seorang dokter tua
berkulit pucat dengan alis lebat dan jenggot kelabu acak-acakan
yang hanya bisa berbahasa Italia.
"Tidak," kata Langdon. "Dr. Marconi adalah orang pertama
yang kulihat ketika?"
"Scusi, Professore," pria itu memotong dengan aksen Italia tanpa
cela. "Ma non si ricorda di me?" Dia membungkukkan punggung
seperti pria tua, berpura-pura menggosok-gosok alis tebal dan
mengelus jenggot kelabu yang tidak ada. "Sono il dottor Marconi."
Mulut Langdon ternganga. "Dr. Marconi ternyata ... kau?"
"Karena itulah mataku kelihatan familier. Aku tidak pernah
memakai jenggot dan alis palsu sebelumnya, dan sayangnya aku
terlambat menyadari bahwa bahan penempelnya"semacam ka?
ret lateks"membuatku alergi, sehingga kulitku menjadi gatal dan
panas. Aku yakin kau pasti panik saat melihatku di rumah pem??
baptisan ... mengingat kau sedang mewaspadai potensi wa?bah."
Langdon hanya bisa menatapnya tanpa kata, teringat bahwa
dr. Marconi baru saja menggaruk-garuk dagunya sebelum serang?
an Vayentha membuatnya tergeletak di lantai rumah sakit dengan
dada bersimbah darah. "Yang semakin memperburuk masalah," kata Ferris, menun?
juk perban yang membebat dadanya, "kantong darahku bergeser
isi INFERNO [SC].indd 520
521 Infern o ketika aksi sudah dimulai. Aku ti?dak sempat membenahi letak?
nya, sehingga ketika meledak, su?dutnya salah. Seruas tulang
igaku patah dan dadaku memar parah. Aku kesulitan bernapas
seharian ini." Dan aku mengira kau terkena wabah.
Ferris menarik napas panjang dan mengernyitkan wajah.
"Kurasa aku sebaiknya duduk lagi." Sambil berlalu, dia menunjuk
ke belakang Langdon. "Lagi pula, sepertinya ada yang ingin me?
ngobrol denganmu." Langdon menoleh dan melihat Dr. Sinskey melintasi kabin,
rambut perak panjangnya terurai di belakangnya. "Profesor, ter?
nyata Anda di sini!"
Direktur WHO itu tampak lelah, namun anehnya, Langdon
melihat secercah harapan yang menyegarkan di matanya. Dia
telah menemukan sesuatu. ?"Maafkan saya karena meninggalkan Anda," kata Sinskey,
berdiri di samping Langdon. "Kami telah melakukan koordinasi
dan menjalankan riset." Dia menunjuk pintu kokpit yang terbuka.
"Anda mencari sinar matahari, ya?"
Langdon mengangkat bahu. "Pesawat Anda butuh jen?de?
la." Perempuan itu tersenyum hangat. "Omong-omong soal ca?
ha?ya, sudahkah Provos membeberkan tentang apa yang sesung?
guh?nya terjadi kepada Anda?"
"Ya, walaupun tidak ada yang membuat saya senang."
"Saya juga," kata Dr. Sinskey, mengedarkan pandang un?tuk
memastikan bahwa hanya ada mereka berdua di sana. "Per?ca?
yalah," bisiknya, "akan ada perombakan besar-besaran un?tuk??nya
dan organisasinya. Saya akan memastikannya. Untuk saat ini,
bagaimanapun, kita semua harus berfokus untuk mene?mu?kan
lokasi kantong itu sebelum lumer dan melepaskan wabah."
Atau sebelum Sienna sampai di sana dan melumerkannya.
"Saya perlu bicara dengan Anda tentang bangunan yang me?
naungi kuburan Dandolo."
isi INFERNO [SC].indd 521
522 D an B rown Langdon telah membayangkan bangunan spektakuler itu
sejak dia menyadari bahwa tempat itu adalah tujuan mereka.
Mouseion kebijakan suci. "Saya baru saja mengetahui sesuatu yang menarik," kata
Sinskey. "Kami sudah menelepon seorang sejarahwan setempat,"
katanya. "Dia heran mengapa kami menanyainya tentang kuburan
Dandolo, tentunya, tapi saya bertanya apakah dia tahu ada apa di
bawah kuburan itu, dan tebak apa jawabannya." Dia tersenyum.
"Air." Langdon terkejut. "Sungguh?"
"Ya, sepertinya lantai terbawah bangunan itu pernah dilanda
banjir. Selama berabad-abad, tinggi permukaan air di bawah ba?
ngunan itu terus meningkat, menenggelamkan paling tidak dua
lantai terbawah. Tapi, katanya ada banyak rongga udara dan
tem?pat-tempat yang hanya sebagian terendam di sana."
Tuhanku. Langdon membayangkan video Zobrist dan gua
bawah tanah yang bercahaya remang-remang dengan dinding
berlumut tempat bayangan pilar-pilar vertikal samar-samar
terlihat. "Itu adalah ruang bawah tanah."
"Tepat." "Tapi ... bagaimana Zobrist bisa turun ke sana?"
Mata Sinskey berbinar-binar. "Itulah bagian yang luar biasa.
An?da tidak akan memercayai apa yang baru saja kami temu?kan."
______ Tepat ketika itu, berjarak kurang dari dua kilometer dari pesisir
Venesia, di sebuah pulau kecil bernama Lido, sebuah Cessna
Citation Mustang ramping melesat dari tarmak Bandara Nicelli
dan membelah langit senja yang mulai gelap.
Pemilik pesawat jet itu, perancang kostum ternama Giorgio
Venci, tidak ada di pesawat, namun dia telah memerintahkan para
pilotnya untuk mengantarkan penumpang, seorang perempuan
muda yang menarik, ke mana pun penumpang itu ingin menuju.[]
isi INFERNO [SC].indd 522
Ba b enja turun di ibu kota Bizantium kuno.
Di sepanjang tepi Laut Marmara, lampu-lampu mulai
berkelap-kelip, menerangi kaki langit yang dipenuhi mas?
jid megah dan menara ramping. Waktu magrib telah tiba, dan
pengeras-pengeras suara di seluruh kota memperdengarkan
lan?tunan syahdu azan, panggilan shalat.
La-ilaha-illa-Allah. Tiada Tuhan selain Allah.
Sementara mereka yang beriman bergegas ke masjid, pen?
duduk kota lainnya melanjutkan urusan mereka; para mahasiswa
minum bir dengan berisik, para pengusaha menutup kesepakatan,
para pedagang menjajakan rempah-rempah dan permadani, dan
para turis menonton semuanya dengan penuh kekaguman.
Ini adalah dunia yang terbelah, kota dengan dua kubu"reli?
gius, sekuler; kuno, modern; Timur, Barat. Secara geografis berada
di perbatasan antara Eropa dan Asia, kota yang tak lekang oleh
waktu ini secara harfiah menjadi jembatan dari Dunia Kuno ...
menuju dunia yang jauh lebih kuno.
Istanbul. Walaupun sudah tidak menjadi ibu kota Turki, selama ber?
abad-abad kota itu menjadi episentrum tiga kekaisaran besar"
Bizantium, Romawi, dan Ottoman. Untuk alasan inilah, Istanbul
menjadi salah satu tempat yang memiliki keanekaragaman seja?rah
terkaya di dunia. Dari Istana Topkapi, Masjid Biru, hingga Kastel
Tujuh Menara, kota ini diwarnai oleh kisah-kisah rakyat tentang
pertempuran, kejayaan, dan kekalahan.
isi INFERNO [SC].indd 523
524 D an B rown Malam ini, tinggi di langit malam di atas keriuhan kota, se?
buah pesawat pengangkut C-130 turun menembus awan badai
dan mendekati Bandara Atat?rk. Di dalam kokpit, duduk aman di
belakang para pilot, Robert Langdon menatap ke luar dari jendela
depan, lega karena memperoleh kursi dengan pemandangan ke
luar. Dia merasa lebih segar setelah makan, lalu tidur di bagian
belakang pesawat selama hampir satu jam.
Sekarang, di sebelah kanannya, Langdon dapat melihat lam?
pu-lampu di Istanbul, semenanjung cemerlang berbentuk tanduk
yang menjorok ke Laut Marmara yang legam. Ini adalah sisi Eropa,
dipisahkan dari saudari Asia-nya oleh selekuk kegelapan.
Selat Bosporus.
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekilas, Bosporus menyerupai celah lebar yang membelah
Istanbul menjadi dua bagian. Tetapi, jalur air itu sebenarnya
adalah urat nadi perdagangan Istanbul. Selain memberikan dua
garis pantai bagi Istanbul, Bosporus memungkinkan kapal me?
lintas dari Mediterania ke Laut Hitam, sehingga Istanbul menjadi
pelabuhan transit antara dua dunia.
Selagi pesawat turun menembus lapisan kabut, mata Langdon
dengan cermat mengamati kota di bawahnya, berusaha mencari
bangunan besar yang hendak mereka datangi.
Makam Enrico Dandolo. Ternyata, Enrico Dandolo"sang doge Venesia pengkhianat"
tidak dimakamkan di Venesia; jasadnya dikuburkan di jantung
kota yang ditaklukkannya pada 1202 ... kota meriah di bawah
mereka. Sesuai dengan sosoknya, Dandolo dibaringkan di tempat
peribadatan paling spektakuler di kota jajahannya"sebuah
bangunan yang hingga kini tetap menjadi permata kota itu.
Hagia Sophia. Dibangun pada 360 M, Hagia Sophia berfungsi sebagai
ka?te??dral Ortodoks Timur hingga 1204, ketika Enrico Dandolo
dan Perang Salib Keempat menduduki kota dan mengubahnya
men??jadi gereja Katolik. Selanjutnya, pada abad kelima belas, me?
nyu??sul penaklukan Konstantinopel oleh Fatih Sultan Mehmed,
isi INFERNO [SC].indd 524
525 Infern o ba??ngun?an itu diubah menjadi masjid, dan tetap menjadi rumah
per?iba?dat?an Islam hingga 1935, ketika bangunan itu disekulerkan
dan di?jadikan museum. Mouseion kebijakan suci bersepuh emas, Langdon membatin.
Hagia Sophia tak hanya memiliki lapisan ubin emas lebih
ba?n yak daripada Basilika Santo Markus, namanya"Hagia
Sophia"secara harfiah bermakna "Kebijakan Suci".
Langdon mem??ba??yangkan bangunan kolosal itu dan men?coba
mencerna fakta bahwa di suatu tempat di bawahnya ter?dapat
sebuah laguna gelap tempat sebuah kantong plastik te?rom?bangambing di bawah air, per?lahan-lahan lumer dan siap me?mun?tah?
kan isinya. Langdon berdoa semoga mereka belum terlambat.
"Lantai terbawah bangunan itu terendam banjir," kata Sinskey
tadi, penuh semangat mengisyaratkan Langdon untuk mengikuti
ke area kerjanya. "Anda tidak akan memercayai apa yang baru saja
kami temukan. Pernahkah Anda mendengar tentang sutradara
film dokumenter bernama G?ksel G?lensoy?"
Langdon menggeleng. "Ketika sedang melakukan riset tentang Hagia Sophia,"
Sinskey menjelaskan, "saya menemukan film tentang bangunan
itu. Sebuah film dokumenter yang dibuat oleh G?lensoy beberapa
tahun silam." "Ada puluhan film tentang Hagia Sophia."
"Ya," kata Sinskey, tiba di area kerjanya, "tapi tidak ada yang
seperti ini." Dia memutar laptopnya agar Langdon bisa meli?hat?
nya. "Bacalah."
Langdon duduk dan mengamati artikel itu"sebuah rang?
kum?an dari berbagai sumber berita, termasuk dari H?rriyet Daily
News"yang membahas tentang film terbaru G?lensoy: In the
Depths of Hagia Sophia. Saat mulai membaca, Langdon langsung menyadari kegem?
biraan Sinskey. Dua kata pertamanya saja sudah berhasil membuat
Langdon menatap Sinskey takjub. Scuba diving"
"Saya tahu," kata Sinskey. "Baca saja dahulu."
isi INFERNO [SC].indd 525
526 D an B rown Langdon kembali membaca artikel itu.
SCUBA DIVING DI BAWAH HAGIA SOPHIA: Sutradara film
dokumenter G?ksel G?lensoy dan tim penjelajah skubanya telah
menemukan basin yang terendam banjir ratusan meter di bawah
bangunan religius yang populer di kalangan turis di Istanbul.
Selama pencarian tempat itu, mereka menemukan sejumlah
besar keajaiban arsitektur, termasuk kuburan bawah tanah
berumur 800 tahun yang menjadi tempat peristirahatan anak-anak
martir, dan lorong-lorong bawah tanah yang menghubungkan
Hagia Sophia dengan Istana Topkapi, Istana Tekfur, dan bangunan
tambahan Penjara Bawah Tanah Anemas yang sejauh ini hanya
dikenal sebagai rumor. "Saya yakin, yang ada di bawah Hagia Sophia jauh lebih
menarik daripada yang ada di atasnya," G?lensoy men?jelaskan
bagaimana dia terinspirasi untuk mem?buat film setelah melihat
sebuah foto tua para peneliti yang tengah memeriksa fondasi
Hagia Sophia dengan perahu, mendayung melewati aula-aula
be?sar yang sebagian te?ren?dam air.
"Kita jelas telah menemukan bangunan yang tepat!" seru
Sinskey. "Dan sepertinya ada banyak rongga besar yang bisa
dimasuki di bawah bangunan itu, sebagian bahkan bisa diakses
tanpa peralatan selam ... yang menjelaskan apa yang kita lihat di
video Zobrist." Agen Br?der berdiri di belakang mereka, mengamati layar
laptop. "Sepertinya juga ada jalur-jalur air di bawah bangunan
itu yang merambah banyak area lain. Jika kantong Solublon itu
lumer sebelum kita tiba, tidak ada jalan lagi untuk menghentikan
isinya menyebar." "Isinya ...," kata Langdon. "Tahukah kalian apa itu" Maksud
saya, secara pasti" Saya tahu bahwa kita tengah berurusan dengan
patogen, tapi?" "Kami sudah menganalisis video itu," kata Br?der, "dan
menyimpulkan bahwa isi kantong itu lebih bersifat biologis da?
ri?pada kimiawi ... dengan kata lain, sesuatu yang hidup. Meng?
isi INFERNO [SC].indd 526
527 Infern o ingat kantong itu berukuran kecil, kami mengasumsikan isinya
sangat menular dan memiliki kemampuan bereplikasi. Entah itu
bibit penyakit yang menyebar melalui air seperti bakteri, atau
berpotensi menyebar melalui udara setelah terlepas seperti virus,
kami masih ragu, tapi apa pun mungkin."
Sinskey berkata, "Saat ini kami sedang mengumpulkan data
tentang temperatur air di area itu, mencoba mencari tahu tentang
bibit penyakit apa yang bisa bertahan di area bawah tanah sema?
cam itu, namun Zobrist luar biasa berbakat dan dengan mudah
bisa merekayasa sesuatu yang memiliki kemampuan unik. Dan
saya rasa, Zobrist punya alasan kuat memilih lokasi ini."
Br?der mengangguk pasrah dan segera memaparkan peni?
lai?annya tentang mekanisme pelepasan wabah luar biasa ini"
kantong Solublon yang diletakkan di dalam air"hasil pemikiran
brilian yang sederhana dan mulai dipahami oleh mereka semua.
Dengan meletakkan kantong itu di dalam air di bawah tanah,
Zobrist telah menciptakan lingkungan inkubasi yang benarbenar stabil: lingkungan dengan temperatur air yang konsisten,
tanpa radiasi matahari, bebas gangguan kinetik, dan kerahasiaan
total. Dengan memilih kantong yang memiliki daya tahan tepat,
Zobrist bisa meninggalkan bibit penyakit itu begitu saja untuk
mematangkannya dalam durasi spesifik sebelum wabah itu
tersebar dengan sendirinya sesuai jadwal.
Walaupun Zobrist tidak pernah kembali ke sana.
Guncangan kuat saat pesawat mendarat menyadarkan Lang?
don dari lamunannya. Pilot mengerem dengan mantap, lalu men?
ja?lankan pesawat ke hanggar terpencil.
Langdon setengah menyangka akan disambut oleh serom?
bongan pegawai WHO berpakaian hazmat penangkal penyakit.
Anehnya, satu-satunya orang yang menunggu kedatangan mereka
hanyalah sopir sebuah van putih yang menyandang lambang
pa??lang merah. Palang Merah ada di sini" Langdon menatap mobil itu lagi,
lalu teringat bahwa ada lembaga lain yang juga menggunakan
lambang tersebut. Kedutaan Besar Swiss.
isi INFERNO [SC].indd 527
528 D an B rown Dia membuka sabuk pengaman dan melihat Sinskey ketika
semua orang bersiap-siap untuk turun dari pesawat.
"Di mana yang lainnya?" tanya Langdon. "Tim WHO" Pe?
merintah Turki" Apakah semua orang sudah menunggu di Hagia
Sophia?" Sinskey menatapnya, tampak gelisah. "Sebenarnya," dia
menjelaskan, "kami telah memutuskan untuk tidak mengabari
pemerintah setempat. Kami sudah disertai oleh tim SRS terbaik
dari ECDC, dan sepertinya lebih baik jika operasi ini dirahasiakan
untuk saat ini, daripada kita menyebarkan kepanikan."
Di dekat mereka, Langdon melihat Br?der dan timnya me?
nyiap?kan tas-tas tenteng hitam yang berisi berbagai macam per?
alatan penangkal penyakit"biosuit, respirator, dan perleng?kapan
deteksi elektrik. Br?der menyandang tasnya di bahu dan menghampiri mereka.
"Kami sudah siap. Kami akan memasuki bangunan, mencari
kuburan Dandolo, mendengarkan gemericik air sebagaimana
saran puisi itu, lalu saya dan tim saya akan menganalisis situasi
dan mempertimbangkan untuk meminta dukungan dari pihak
berwenang setempat."
Langdon seketika itu juga melihat masalah dalam rencana itu.
"Hagia Sophia ditutup saat matahari tenggelam, jadi tanpa ban?
tuan pihak berwenang setempat, kita tidak akan bisa masuk."
"Itu bukan masalah," kata Sinskey. "Saya sudah menghubungi
Kedutaan Besar Swiss, dan mereka menghubungi kurator Mu?
seum Hagia Sophia untuk meminta tur VIP pribadi begitu kita
tiba. Kuratornya sudah setuju."
Langdon nyaris tergelak. "Tur VIP untuk direktur WHO" Ber?
sama sepasukan tentara yang menyandang tas berisi perangkat
penangkal penyakit" Menurut Anda, itu tidak akan mengundang
keheranan?" "Tim SRS beserta perlengkapan mereka akan menunggu di
mobil selagi Br?der, Anda, dan saya menilai situasi," kata Sinskey.
"Selain itu, sebagai catatan, bukan saya VIP-nya. Tapi Anda."
"Maaf"!" isi INFERNO [SC].indd 528
529 Infern o "Kami mengatakan pada museum bahwa seorang profesor
Amerika ternama akan terbang ke Istanbul bersama tim risetnya
untuk menulis sebuah artikel tentang simbol-simbol Hagia Sophia,
namun pesawat mereka terlambat lima jam dari jadwal dan dia
kehilangan kesempatan untuk melihat bangunan itu. Karena dia
dan timnya akan bertolak besok pagi, kami berharap?"
"Oke," kata Langdon. "Saya mengerti."
"Pihak museum mengirim seorang pegawai mereka untuk
menyambut kita di sana secara pribadi. Ternyata, pegawai itu
penggemar berat tulisan-tulisan Anda tentang karya seni Islam."
Sinskey tersenyum letih, namun jelas berusaha kelihatan op?ti?
mistis. "Kami sudah mendapatkan kepastian bahwa Anda akan
diberi akses ke setiap sudut bangunan itu."
"Dan yang lebih penting," Br?der menyatakan, "hanya akan
ada kita di tempat itu."[]
isi INFERNO [SC].indd 529
Ba b obert Langdon menatap kosong ke luar jendela saat van
yang ditumpanginya melaju di sepanjang jalan tol tepi
pantai yang menghubungkan Bandara Atat?rk dengan
pusat Kota Istanbul. Entah dengan cara apa, para pejabat Swiss
telah membantu proses imigrasi mereka sehingga Langdon,
Sinskey, dan yang lainnya dapat keluar dari bandara hanya dalam
hitungan menit. Sinskey telah memerintah Provos dan Ferris untuk tetap
berada di dalam C-130 bersama beberapa staf WHO dan melan?
jutkan melacak keberadaan Sienna Brooks.
Walaupun tidak ada yang percaya bahwa Sienna akan tiba
tepat waktu di Istanbul, ada kekhawatiran dia akan menghubungi
para pengikut Zobrist di Turki dan meminta bantuan untuk me?
wu?judkan rencana gila Zobrist sebelum tim Sinskey sempat turun
tangan. Mungkinkah Sienna berani melakukan pembunuhan massal"
Langdon masih berjuang untuk mencerna semua yang telah ter?
jadi hari ini. Ini menyakitkan baginya, namun dia terpaksa me?
wu?judkan kebenaran. Kau tidak pernah mengenalnya, Robert. Sienna
telah mempermainkanmu. Gerimis mulai turun, dan Langdon sekonyong-konyong
mera?sa letih saat mendengar gesekan berulang wiper di kaca
jen?dela mobil. Di kanannya, di tengah Laut Marmara, dia bisa
me?lihat kerlap-kerlip lampu kapal-kapal pesiar mewah dan
kapal-kapal tanker besar yang lalu-lalang. Di sepanjang pantai,
menara-menara yang diterangi cahaya menjulang ramping dan
anggun di atas kubah-kubah masjid, menjadi pengingat bahwa
isi INFERNO [SC].indd 530
531 Infern o walaupun Istanbul kota yang modern dan sekuler, agama tetap
menjadi jati dirinya. Langdon selalu menganggap jalan tol sepanjang 16 kilometer
ini sebagai salah satu jalan tercantik di Eropa. Contoh sempurna
perpaduan antara masa lalu dan masa kini, jalan itu terbentang
di samping sebagian tembok Konstantinopel, dan telah dibangun
lebih dari enam belas abad sebelum kelahiran John F. Kennedy,
yang namanya di?abadikan sebagai nama jalan ini. Mantan Presiden
Inferno Karya Dan Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
AS itu adalah pengagum berat visi Kemal Atat?rk tentang republik
Turki yang bangkit dari abu reruntuhan kekaisaran.
Menyajikan pemandangan laut tanpa batas, Kennedy Avenue
membelah deretan pepohonan asri dan taman-taman bersejarah,
melewati pelabuhan di Yenikapi, dan akhirnya memasuki kota
serta melintasi Selat Bosporus, lalu terus ke utara hingga mencapai
Golden Horn. Di sana, jauh di atas kota, berdirilah pusat kekuasaan
Ottoman, yakni Istana Topkapi. Dengan pemandangan strategis
ke jalur air Bosporus, istana itu menjadi favorit di kalangan
turis, yang mengunjunginya untuk mengagumi keindahan pe?
man?dangan dan koleksi menawan harta karun Ottoman yang
men?cakup jubah dan pedang yang konon pernah digunakan oleh
Nabi Muhammad. Kami tidak akan bermobil sejauh itu, Langdon menyadari, mem?
bayangkan tujuan mereka, Hagia Sophia, yang berdiri di pinggir
pusat kota, tak jauh di depan mereka.
Saat mereka keluar dari Kennedy Avenue dan mulai memasuki
kota yang padat, Langdon menatap kerumunan orang di jalanan
dan trotoar, dan merasa terhantui oleh percakapan hari itu.
Overpopulasi. Wabah. Pemikiran sinting Zobrist.
Meskipun sekilas Langdon telah memahami arah misi SRS
ini, baru sekarang dia benar-benar bisa memprosesnya. Kami
akan mendatangi titik nol"tempat serangan akan dimulai. Dia
mem?bayangkan kantong berisi cairan kuning kecokelatan yang
isi INFERNO [SC].indd 531
532 D an B rown per?lahan-lahan lumer dan bertanya-tanya bagaimana mungkin
dia membiarkan diri terlibat hingga sejauh ini.
Puisi aneh yang ditemukan Langdon dan Sienna di balik
to?peng kematian Dante akhirnya memandunya kemari, ke Istan?
bul. Langdon telah mengarahkan tim SRS ke Hagia Sophia, dan
dia menyadari akan ada banyak yang harus mereka kerjakan
setibanya di sana. B e r lututl ah di dal am mousei on k eb i ja k a n s u ci b ers ep u h
e mas, dan l etakkan tel i ngamu di tana h ,
dengarkan suara air menetes.
Ikuti jauh ke dalam istana ten g g e l a m . . .
kar e n a di si ni , dal am kegel apan , m o n s t er ch t h o n i c m en a n t i ,
t e ngg el am dal am ai r semerah da ra h ...
di laguna yang tak memantul ka n b i n t a n g - b i n t a n g .
Lagi-lagi Langdon risau saat menyadari bahwa canto terakhir
dari Inferno karya Dante berujung pada adegan yang nyaris sama:
Setelah jauh menuruni dunia bawah tanah, Dante dan Virgil tiba
di titik terendah neraka. Di sana, mereka tak menemukan jalan
keluar, namun mendengar gemericik air yang mengalir me?lewati
bebatuan di bawah mereka, lalu mereka mengikuti sungai kecil
itu menuju celah dan ceruk ... dan akhirnya mendapat ke?se?la?
mat?an. Dante menulis: "Ada sebuah tempat di bawah ... yang tidak terlihat
oleh mata, namun terdengar gemericik airnya, mengalir melewati rongga
sebongkah batu ... dan melalui jalan tersembunyi itu, aku dan pemanduku
masuk, untuk kembali ke dunia fana."
Jelas bahwa adegan Dante itulah yang menjadi inspirasi puisi
Zobrist, walaupun dalam hal ini sepertinya Zobrist men?jung?
kirbalikkan semuanya. Langdon dan yang lainnya akan mengikuti
gemericik air, namun tidak seperti Dante, mereka ti?dak akan
menjauh dari inferno ... tapi langsung mema?sukinya.
isi INFERNO [SC].indd 532
533 Infern o Selagi van bermanuver melewati jalan-jalan sempit dan
ling?kungan yang kian padat, Langdon mulai memahami logika
Zobrist memilih Istanbul sebagai episentrum sebuah pandemi.
Pertemuan Timur dan Barat.
Persimpangan dunia. Menurut sejarah, Istanbul telah berkali-kali dilanda wabah
mematikan yang membunuh sejumlah besar penduduknya. Bah?
kan, selama fase terakhir Kematian Hitam, kota ini disebut sebagai
"pusat wabah" kekaisaran, dan penyakit itu konon mem?bunuh
lebih dari sepuluh ribu jiwa setiap hari. Beberapa lukisan Ottoman
terkenal menggambarkan warga kota yang dengan putus asa
menggali liang lahat untuk mengubur timbunan mayat di dekat
lahan-lahan pertanian di Taksim.
Langdon berharap Karl Marx salah saat mengatakan, "Sejarah
Anak Rajawali 21 Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan Karya Hong San Khek Harimau Kemala Putih 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama