Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown Bagian 1
http://ac-zzz.blogspot.com/
Bittersweet Rain Sandra Brown Bab 1 ANDA yakin"" Dokter itu mengangguk muram. Seragam operasinya yang
berwarna hijau masih bersih. Ia tidak cukup lama berada di ruang operasi,
tidak sampai membuatnya keringatan. "Maafkan saya, Mrs. Lancaster.
Penyakitnya sudah menjalar ke mana-mana."
"Tak ada cara untuk menyembuhkannya""
"Kecuali untuk mengurangi rasa sakitnya, tidak ada." Si dokter menyentuh
lengan Mrs. La'ncaster dan melirik pria yang berdiri di samping wanita itu
dengan penuh arti. "Ia takkan mampu ber-tahan lama. Maksimal beberapa
minggu." "Ya, saya paham...." Mrs. Lancaster menyeka matanya dengan tisu yang basah
dan kusut. Iba hati si dokter melihat wanita itu. Ketika keluarga pasien menjadi histeris
saat mendengar kondisi buruk si pasien, ia merasa mampu me-nenangkan
mereka. Namun sikap berani perem-puan tersebut, yang penampilannya sangat
feminin dan rapuh, ketika menerima kabar tadi membuatnya merasa seperti
dokter yang belum berpengalaman dan canggung. "Andai suami Anda
memeriksakannya lebih cepat, barangkali...."
Mrs. Lancaster menyunggingkan senyum getir, kehilangan harapan. "Tetapi ia
tidak mau. Sudah saya bujuk dia untuk memeriksakan perutnya yang tidak
enak. Ia berkeras itu cuma masalah pencernaan."
"Kita semua tahu Roscoe keras kepala," pria yang berdiri di samping Mrs.
Lancaster menyela. Dengan lembut Granger Hopkins menggenggam-kan jari-jari
Caroline Lancaster di lengannya. "Apakah ia boleh menjenguknya""
"Beberapa jam lagi," sahut si dokter. "Pengaruh obat biusnya baru akan hilang
nanti sore. Bagai-mana kalau Anda berdua pulang saja dulu dan beristirahat""
Caroline mengangguk. Dibiarkannya Granger, pengacara yang juga sahabatnya,
menggandengnya menuju lift. Mereka menunggu lift dalam diam. Caroline
merasa agak bingung, tapi tidak terkejut. Hidupnya tidak pernah berjalan
mulus-mulus saja dan tanpa masalah. Mengapa ia begitu ber-pegang pada
harapan bahwa operasi besar Roscoe hanya akan membuktikan suaminya itu
cuma mengidap usus buntu"
"Kau tak apa-apa, kan"" Granger bertanya lembut ketika pintu lift menutup dan
mereka aman dari tatapan menyelidik orang-orang di sekeliling mereka.
Mrs. Lancaster menarik napas panjang. "Sebaik yang mampu dirasakan
perempuan yang mengetahui suaminya akan meninggal. Segera."
"Maafkan aku." www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 001
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 001
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 002
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 002
http://ac-zzz.blogspot.com/
menumpangkan tangannya di tangan Granger yang diletakkan di jendela pintu
mobilnya. "Terima kasih untuk semuanya."
Wajah Granger bersahaja dan biasa saja, mirip muka anjing jenis basset,
panjang dan murung. Pipinya menggelayut seperti tas kulit kosong yang
tergantung di kedua sisi rahangnya. Waktu Caroline mengelus pipinya, wajah
Granger merah padam seperti remaja. Ia sudah keriput dan bungkuk,
gerakannya lamban, bicaranya lembut dan ramah, tetapi penampilan dan
perilakunya itu mengelabui banyak orang. Di balik wajahnya yang biasa itu
tersembunyi otak yang cerdik dan jujur. "Aku senang bila bisa menolongmu.
Apa lagi yang bisa kubantu""
Caroline menggeleng. Ia lega Granger bersedia menelepon Rink. Mana mungkin
ia sanggup melakukan hal itu" "Aku harus memberitahu Laura Jane." Bola
matanya yang keabu-abuan berkaca-kaca. "Menyampaikan berita seperti ini
pada Laura bukan hal mudah."
"Kau yang paling mampu melakukannya." Granger mengelus tangan Caroline
lalu melang-kah mundur. "Nanti sore kutelepon lagi. Bila perlu, aku bersedia
mengantarmu kembali ke rumah sakit."
Caroline mengangguk, menyalakan mesin mo-bil, dan memasukkan gigi. Lalu
lintas kota padat ketika ia melaju. Roscoe, suaminya, dijadwalkan dioperasi
pagi dini hari tadi. Siang begini dunia sedang sibuk-sibuknya. Orang-orang
membereskan urusannya sebagaimana biasanya, mereka t
idak menyadari dunia Caroline Dawson Lancaster untuk kesekian kalinya kembali akan terjungkal.
Pria yang disayanginya, yang semula majikan-nya, kemudian menjadi suaminya,
akan mening-gal. Masa depannya, yang selama ini tampaknya aman, kembali
akan mengalamai kekacauan. Ke-matian Roscoe tidak hanya akan membuatnya
kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya, tetapi juga
kehilangan kehidupan baru-nya.
Caroline mengemudikan mobil melewati Lancaster Gin. Mereka akan panen
raya kapas tahun ini. Mandor-mandor pabrik harus segera diberitahu perihal
keadaan Roscoe. Ia yang harus memberitahukannya, karena selama beberapa
bu-lan ini, sejak kesehatan Roscoe tak memungkin-kannya menjalankan bisnis,
ialah yang melakukan semuanya. Para mandorlah nantinya yang akan
meneruskan berita tersebut kepada para kar-yawan. Dalam waktu singkat,
seluruh warga kota akan tahu Roscoe Lancaster sakit berat.
Pernikahan Caroline Dawson dengan Roscoe Lancaster menjadi peristiwa yang
paling hangat digosipkan di seluruh penjuru kota, karena pria yang menikahinya
itu tiga puluh tahun lebih tua daripada dirinya. Mereka mengatakan putri
keluarga Dawson yang melarat berhasil menaik-kan status sosial keluarganya,
tinggal di The Retreat, naik mobil Lincoln baru dan mengilap, dan selalu
berpakaian bagus. Hebat! Memangnya siapa dia" Seingat mereka, Caroline
hanyalah gadis berpakaian lusuh yang bekerja di Wool-worth sepulang sekolah.
Kini setelah menjadi Mrs. Roscoe Lancaster, istri orang terkaya di kota, ia
berlagak betul! Sebenarnya, Caroline menghindari warga kota karena tidak tahan melihat cara
mereka me-mandang dirinya, pandangan yang dirasanya pe-nuh prasangka,
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 003
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 003
http://ac-zzz.blogspot.com/
sorot mata penuh tuduhan bahwa ia memakai kekuatan magis untuk membuat
Roscoe menikahinya setelah bertahun-tahun men-duda.
Tak lama lagi orang-orang itu pula yang akan menemuinya untuk
menyampaikan penghor-matan padanya. Caroline memejamkan mata se-saat,
tubuhnya gemetar membayangkannya. Ha-nya ingatan akan The Retreat yang
mampu meringankan kepedihannya. Sampai saat ajal menjemputnya pun,
membayangkan rumah itu walau sekilas tetap akan menggetarkan hatinya.
Sejak pertama kali Caroline melihatnya, ketika masih kecil, mengendap-endap
memandangi ru-mah besar itu dari celah-celah pepohonan, rumah itu sudah
menawan hatinya. Pohon-pohon ek yang rindang tumbuh menge-lilingi rumah. Cabang-cabang
pohonnya yang kokoh, yang penuh ditumbuhi lumut keabu-abuan keriting yang
menjuntai, terjulur menge-lilinginya seperti tangan-tangan kuat yang selalu
siap memberi perlindungan. Rumah itu terletak di tengah, seperti perempuan
yang penuh pesona, yang memakai rok lebar menggelembung. Din-ding batanya
dicat putih bersih. Pilar bergaya Corinthian tegak menjulang di bagian depan,
tiga pilar di setiap sisi pintu depan. Pilar-pilar itulah yang menyangga lantai
dua rumah dengan teras yang luas di sekelilingnya. Seperangkat meja-kursi dari
rotan yang berwarna putih menghiasi teras. Meja-kursi itu hanya dimasukkan
pada musim dingin, pada bulan-bulan yang cuacanya terlalu dingin dan basah.
Besi tempa putih, indah seperti renda pakaian dalam perempuan, memagari
balkon. Daun jendela berwarna hijau daun mengapit jendela berukuran besar
yang mengilap seperti cermin di bawah sinar matahari.
Pada musim panas, serangga-serangga beter-bangan dengan riang mengelilingi
bunga-bunga yang bermekaran, warna mereka sangat mencolok sehingga
menyakitkan mata. Tidak ada tempat di muka bumi ini yang memiliki
rerumputan sehijau dan setebal rumput yang tumbuh di sekeliling The Retreat.
Keheningan menyelimuti rumah bak kabut sihir yang mengelilingi puri dalam
dongeng. Sepanjang pengetahuan Caroline, rumah itu me-rupakan perwujudan
semua yang didamba orang di dunia ini. Kini dia menjadi penghuni rumah
tersebut. Setelah peristiwa pagi tadi, Caroline sadar ia hanya menghuni rumah
itu u ntuk sementara waktu. Caroline menghentikan mobil di halaman yang berbatu-batu, yang dibentuk
melingkar di depan rumah. Sejenak Caroline berusaha menenangkan pikiran
dan mengumpulkan seluruh kekuatan, yang mungkin dibutuhkannya beberapa
jam lagi. Petang ini takkan menjadi petang yang menye-nangkan.
Ruang depan menjadi terasa remang-remang setelah sinar matahari yang
membutakan di luar. The Retreat memang didesain dengan gaya rumah
pertanian di zaman Perang Saudara Amerika. Di bagian tengah ada foyer yang
membentang dari pintu depan sampai belakang. Di salah satu sisinya dibangun
ruangan perjamuan resmi dan perpustakaan, yang digunakan Roscoe sebagai
ruang kerja. Di sisi lainnya ada ruang tamu resmi dan tidak resmi, yang
dipisahkan dari foyer dengan pintu geser berukuran besar yang menghilang ke
dalam dinding. Seingat Caroline, pintu itu tidak pernah dipakai. Tangga besar
meliuk naik dengan anggun menuju lantai dua, tempat empat kamar tidur.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 004
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 004
http://ac-zzz.blogspot.com/
Udara di dalam rumah sejuk, tempat berlindung dari udara musim panas yang
lembap. Caroline melepas jas, menyangkutkannya pada gantungan mantel, lalu
menarik blus sutra yang lengket di punggungnya yang basah.
"Well" Bagaimana kabarnya""
Pengurus rumah tangga, Haney, yang bekerja di rumah itu sejak mendiang istri
Roscoe, Marlena Winston, menikah dengan Roscoe Lancaster, berdiri di ambang
pintu melengkung yang menuju ruang makan. Sambil berjalan dari dapur yang
letaknya berseberangan dengan ruangan itu, ia mengeringkan tangannya yang
terampil, kasar, dan besar, sesuai dengan ukuran bagian tubuhnya yang lain,
dengan handuk tipis. Perlahan Caroline menghampirinya lalu me-meluknya. Lengan pengurus rumah
tangga yang gemuk itu balas mendekap tubuh Caroline yang ramping. "Buruk""
tanyanya lembut sambil mengelus-elus punggung Caroline.
"Yang terburuk. Kanker. Dia takkan pulang ke rumah lagi."
Dada Haney yang besar bergetar karena me-nahan tangis. Kedua perempuan itu
saling meng-hibur. Haney tidak suka pada Roscoe, kendati ia sudah bekerja
pada pria itu lebih dari tiga puluh tahun. Kesedihan yang dirasakannya terutama ditujukan pada orang-orang yang di-tinggalkan Roscoe, termasuk
jandanya yang masih muda.
Semula Haney mencurigai dan menolak ke-datangan nyonya baru di The
Retreat. Tetapi ketika melihat Caroline tidak mengubah tatanan rumah sama
sekali, tetap membiarkannya sebagai-mana ketika almarhumah Marlena masih
hidup, mulailah ia menyukai Caroline. Caroline kan tidak bisa berbuat apa-apa
bahwa ia berasal dari keluarga miskin. Tetapi Haney tidak ingin ber-prasangka
padanya gara-gara asal-muasai keluarga-nya. Apalagi Caroline menunjukkan
sikap penuh kasih sayang dan lembut terhadap Laura Jane. Itu sudah cukup
bagi Haney untuk menganggap Caroline punya hati malaikat.
"Haney" Caroline" Ada apa"" Keduanya ber-balik dan melihat Laura Jane berdiri
di anak tangga bawah. Dalam usia dua puluh dua tahun, putri Roscoe itu
kelihatan masih seperti gadis remaja saja. Rambutnya yang cokelat dibelah
tengah dan tergerai lurus ke bawah. Rambut itu membingkai wajahnya yang
lembut. Kulitnya seputih porselen. Matanya besar dan berwarna cokelat,
dengan bulu mata yang panjang. Tubuh-nya berkembang sejalan perkembangan
pikiran-nya. Laura Jane bak kuntum bunga yang belum mekar sepenuhnya.
Lekuk tubuh perempuannya mulai tampak, tetapi takkan pernah sempurna.
Seperti pikirannya yang berhenti tumbuh, begitu pun tubuhnya. Laura Jane
takkan pernah beru-bah seiring berlalunya waktu.
"Operasi Daddy sudah selesai" Ia akan pulang hari ini""
"Selamat pagi, Laura Jane," sapa Caroline sambil menghampiri anak tirinya,
yang lima tahun lebih muda darinya. Digandengnya lengan gadis itu. "Mau
menemaniku jalan-jalan di luar" Udara cerah hari ini."
"Mau. Tetapi kenapa Haney menangis"" Haney tampak tengah menyeka mata
dengan kain handuk. "Ia sedih." "Kenapa"" www.diduniadownload .blogspot.com software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 005
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 005
http://ac-zzz.blogspot.com/
Caroline menarik tubuh gadis muda itu ke arah pintu depan dan
menggandengnya menuju ke teras. "Karena Roscoe. Sakitnya parah, Laura
Jane." "Aku tahu. Ia selalu mengeluh sakit perut."
"Kata dokter, perutnya tidak bisa disembuhkan lagi."
Mereka berjalan menyusuri rerumputan taman yang terawat rapi.
Dua minggu sekali, setiap musim, didatangkan sekelompok tukang kebun untuk
merapikan ta-man The Retreat. Laura Jane memetik sekuntum bunga daisy dari
rumpunnya yang tumbuh di dekat jalan setapak batu yang penuh lumut. "Daddy
kena kanker"" Terkadang kecerdasan gadis ini mengejutkan mereka. "Ya, benar," sahut
Caroline. Ia tidak ingin menutup-nutupi keadaan ayahnya. Itu tin-dakan yang
keji. "Aku banyak mendengar soal kanker di tele-visi," katanya sambil menghentikan
langkah dan menatap Caroline. Kedua perempuan yang ham-pir sama tinggi itu
saling memandang. "Daddy bisa meninggal karena kanker."
Caroline mengangguk. "Ia memang akan me-ninggal, Laura Jane. Kata dokter,
ia bisa me-ninggal dalam waktu seminggu atau lebih."
Bola mata yang cokelat itu tetap tak berkaca-kaca. Laura Jane mendekatkan
bunga daisy ke hidungnya dan menciumnya. Kemudian ia me-noleh pada
Caroline lagi. "Ia akan ke surga, kan""
"Kurasa begitu... Ya, ya, pasti, ke surga."
"Kalau begitu Daddy akan bersama Mama lagi. Sudah lama Mama berada di
sana. Pasti Mama senang berjumpa dia. Dan aku masih tetap punya kau, Haney,
dan Steve." Ia melirik ke arah kandang kuda. "Dan Rink. Rink selalu mengirimiku
surat setiap minggu. Katanya ia selalu menyayangi dan merawatku. Apakah
Rink akan melakukannya, Caroline""
"Tentu saja." Caroline mengatupkan bibir, me-nahan tangis. Akankah Rink
pernah menepati janji" Bahkan terhadap adik perempuannya"
"Tetapi mengapa Rink tidak mau tinggal ber-sama kita"" tanya Laura Jane.
"Mungkin ia akan segera ptilang." Caroline tidak ingin memberitahu Laura
bahwa tidak lama lagi Rink memang akan tiba di rumah sampai ia melihat
sendiri Rink muncul. Laura Jane jadi tenang. "Steve menungguku. Kuda betinanya melahirkan
semalam. Ayo kita lihat."
Diraihnya tangan Caroline, lalu ditariknya me-nuju kandang kuda. Caroline iri
melihat kegem-biraan Laura dan berharap ia pun bisa menerima kematian
Roscoe dengan pikiran sesederhana putri Roscoe itu.
Udara di kandang kuda hangat, berbaur de-ngan bau kuda, kulit, dan jerami
yang tajam. "Steve," panggil Laura Jane riang.
"Di sini," jawab suara bernada rendah.
Steve Bishop bekerja sebagai manajer kandang kuda keluarga Lancaster.
Mengembang-biakkan kuda-kuda keturunan murni termasuk salah satu kesukaan
Roscoe, tapi ia tidak terlalu memeduli-kan perawatan kuda. Bishop muncul dari
lorong salah satu kandang kuda. Tubuhnya tidak terlalu .tinggi, tetapi sangat
tegap. Wajahnya persegi dan kasar, tetapi terkadang terpancar ekspresi yang
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 006
Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 006
http://ac-zzz.blogspot.com/
melembutkan kekasarannya. Ia membiarkan rambutnya tumbuh panjang,
seperti biasanya se-helai bandana diikatkan di kepalanya, dan topi koboi dari
jerami menutupi kepalanya. Celana jinsnya sudah tua dan kumal, sepatu
botnya penuh debu, kemejanya penuh bercak keringat. Tetapi ia tersenyum
berseri-seri ketika melihat Laura Jane berlari mendekatinya. Hanya saja, sorot
kepedihan dan keputusasaan tak pernah lenyap dari matanya, kendati bibirnya
tersenyum. Wajahnya kelihatan lebih tua daripada usianya, yang baru tiga
puluh tujuh tahun. "Steve, kami ingin melihat anak kuda itu," kata Laura Jane terengah-engah.
"Di sana." Steve menoleh ke arah kandang kuda yang baru ditinggalkannya.
Laura Jane masuk ke kandang kuda. Steve menatap Caroline dengan pandangan
bertanya. "Kanker," ujar Caroline menjawab pertanyaan Steve yang tak
terucap. "Tinggal menunggu waktu."
Steve menyumpah pelan sambil memandang perempuan muda yang berlutut di
tumpukan jerami, mengelus-elus anak kuda. "Kau sudah memberitahunya""
"Ya. Ia bisa menerimanya lebih baik daripada kita semua."
Steve menggangguk dan tersenyum sendu pada Caroline. "Ya. Pasti."
"Oh, Steve. Anak kuda betina ini cantik sekali ya""
Steve menepuk bahu Caroline dengan penuh kesadaran, kemudian masuk ke
dalam kandang. Caroline mengikutinya, dan mengawasinya saat pria itu dengan
gerakan kaku berlutut di sebelah Laura Jane. Perang Vietnam membuat Steve
ke-hilangan separo kaki kirinya. Ia tidak kentara memakai kaki palsu, kecuali
bila ia harus ber-lutut, seperti saat itu.
"Ia cantik sekali, kan" Dan induknya kelihatan sangat bangga pada anaknya."
Steve mengelus surai kuda betina itu, tetapi matanya tetap tertuju pada Laura
Jane. Caroline terus memerhatikan-nya, ketika Steve menjulurkan tangan
untuk menjumput jerami yang menempel di rambut Laura Jane. Jari-jarinya
mengelus pipi Laura Jane yang sangat halus. Laura Jane menatap Steve dan
mereka saling tersenyum. Sejenak Caroline tertegun menyaksikan ke-mesraan di antara kedua orang itu.
Apakah mereka saling mengasihi" Caroline bingung men-dapati kenyataan ini.
Caroline bersikap taktis, ia berniat meninggalkan tempat itu, tetapi Steve
melihatnya. "Mrs. Lancaster, bila ada yang bisa saya lakukan..." Steve tak
melanjutkan kata-katanya.
"Terima kasih, Steve. Untuk sementara ini lakukan saja apa yang menjadi
tugasmu seperti biasa."
"Baik, Mrs. Lancaster." Steve tahu, Carolinelah yang menolongnya bisa menjadi
karyawan Roscoe. Wanita itu masih karyawan Roscoe ketika Steve Bishop
melamar pekerjaan sebagai manajer kandang kuda, dengan memanfaatkan air
muka penuh kegetiran sebagai senjatanya di hadapan Roscoe. Rambutnya
diekor kuda sampai pung-gung, rompinya yang terbuat dari bahan denim
dipenuhi lencana perdamaian dan tambalan slogan antiperang dan antiAmerika. Dengan air mukanya yang masam dan tampak suka ber-kelahi, Steve
menantang Roscoe untuk berani memberikan pekerjaan, kesemparan padanya,
se-mentara banyak orang lain yang menolak.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 007
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 007
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 008
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 008
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 009
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 009
http://ac-zzz.blogspot.com/
melihatnya, menggugah perasaannya lagi. Orang yang tidak punya imajinasi
akan me-nyebutnya cokelat muda. Padahal warnanya ke-emasan, seperti warna
madu murni, liquor paling mahal, seperti batu ratna cempaka berkilau.
Terakhir kali ia berjumpa pria itu, mata tersebut penuh gairah. Besok... Besok,
sayangku. Di sini. Di tempat kita ini. Oh, Tuhan, Caroline, cium aku lagi.
Kemudian: Besok, besok. Hanya saja ia tidak muncul keesokan harinya, dan
selamanya. "Lucu," komentarnya dengan nada yang mem-buat Caroline berpikir sebaliknya,
"kita menyan-dang nama keluarga yang sama."
Tak ada tanggapan untuk yang satu itu. Ingin rasanya Caroline berteriak bahwa
mereka bisa memakai nama keluarga yang sama beberapa tahun yang lalu
andai pria itu bukan penipu, andai ia tidak mengkhianatinya. Ada beberapa hal
yang lebih baik tidak diungkapkan. "Aku tidak melihat mobilmu."
"Aku terbang, mendarat, dan berjalan kaki kesini.
Landasan pacu kira-kira satu setengah kilo-meter jauhnya. "Oh. Mengapa""
"Mungkin karena ingin tahu bagaimana sam-butan yang akan kuterima."
"Ini kan rumahmu, Rink."
Ia memaki. "Yeah, tentu rumahku."
Caroline membasahi bibir dengan lidah dan berharap punya keberanian untuk
tetap meng-hadapinya. Ia takut kakinya tak mampu me-nopang tubuhnya. "Kau
tidak menanyakan kabar ayahmu."
"Granger sudah memberitahu aku."
"Kalau begitu kau tahu ia sekarat."
"Ya. Dan ia ingin bertemu aku. Rupan
ya keajaiban tak pernah lenyap."
Komentarnya yang menyakitkan itu membuat Caroline bangkit dari duduk tanpa
berpikir dua kali. "Ia sakit keras, Rink. Bukan seperti yang kaukenal dulu."
"Andai masih tersisa satu tarikan napas dalam tubuhnya pun, ia persis seperti
aku mengingatnya." "Aku tak mau berdebat denganmu tentang hal itu."
"Aku bukan berdebat."
"Dan aku takkan membiarkan kau mengecewa-kannya atau Laura Jane atau
Haney. Mereka ingin bertemu denganmu."
"Kau tidak akan membiarkan" Astaga, astaga. Kau betul-betul menganggap
dirimu nyonya rumah The Retreat, ya""
"Tolonglah, Rink. Beberapa minggu ke depan segalanya akan cukup sulit
tanpa...." "Aku tahu, aku tahu." Tarikan napas panjang-nya terdengar sampai ke tempat
Caroline berdiri tegang di teras, tangannya mengepal erat. Ia meletakkan gelas
es teh di pagar teras karena takut menjatuhkannya. "Aku juga tidak sabar
hendak bertemu mereka," katanya dan melirik ke arah kandang kuda. "Aku lihat
Laura Jane keluar dari rumah itu beberapa saat yang lalu, tetapi aku tidak
ingin muncul tiba-tiba dalam gelap dan mengejutkannya. Aku mengingatnya
sebagai gadis kecil. Tak kusangka ia sudah dewasa sekarang."
Ingatan akan Laura Jane dan Steve yang berlutut di tumpukan jerami di
kandang kuda, jari-jari Steve mengelus pipi Laura, melintas di benak Caroline.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 010
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 010
http://ac-zzz.blogspot.com/
Ia tidak tahu apa pendapat Rink bila tahu hubungan asmara adik perempuannya itu. Ia jadi resah menerka-nerka. "Ia perempuan dewasa sekarang,
Rink." Caroline merasakan tatapan mata Rink pada dirinya, menelusuri, menganalisis,
menilai. Tu-buhnya seperti dilumuri brendi yang menyentuh setiap inci. "Dan
kau," katanya lembut. "Kau juga perempuan dewasa sekarang, bukan, Caroline"
Perempuan dewasa." Caroline sama sekali tidak berubah. Kecantikan gadis lima belas tahun yang
dikenalnya kini mendewasa. Ia berharap bertemu Caroline yang gendut, kumal,
kusut, berambut kusam, dan berpaha besar. Ternyata ia masih ramping,
dengan pinggang yang seolah akan patah bila ditiup angin. Dadanya berisi dan
lembut, namun tetap tegak, bulat, dan mengundang. Sialan! Seberapa sering
ayahnya menyentuhnya"
Ia menaiki anak tangga perlahan-lahan, seperti pemangsa yang kelaparan tetapi
hendak menyiksa korban sebelum melahapnya. Matanya yang ke-emasan,
berkilat dalam kegelapan, nanar menatap Caroline. Senyum lebar di bibirnya
menyiratkan pemahaman yang licik, seakan pria itu tahu apa yang ada dalam
benak Caroline yang ingin di-lupakannya, bagaimana bibir pria itu menyentuh
bibirnya, lehernya, dadanya.
Caroline berbalik. "Aku panggilkan Haney. Mungkin ia...."
Tangan Rink menyambar pinggang Caroline, membuat langkahnya terhenti. Ia
memaksa Caroline menghadap ke arahnya "Tunggu seben-tar," katanya tenang.
"Setelah dua belas tahun, tidakkah kau merasa kita bisa saling menyapa dengan
lebih akrab"" Tangannya yang bebas menyentuh tengkuk Caroline dan mendorong wajah
wanita itu ke wajahnya. "Ingat, kita sekarang keluarga," bisik-nya dengan nada
mengejek. Kemudian bibirnya mencium bibir Caroline, kasar dan penuh kemarahan. Diciuminya bibir Caroline dengan liar, seakan hendak menghukumnya
karena malam-malam ketika ia memikirkan Caroline, Caroline-nya yang polos,
yang berbagi tempat tidur, tubuhnya, dengan ayahnya.
Caroline menyarangkan tinju ke dada pria itu. Terdengar suara mengerang
keras. Lututnya lemas. Ia berusaha memberontak. Ia memberon-tak lebih
keras. Karena ia ingin memeluk laki-laki itu, mendekapnya erat, merasakan
kembali getaran yang pernah dirasakannya ketika berada dalam pelukannya.
Tetapi ini bukanlah pelukan, ini penghinaan. Ia bergulat sekuat tenaga untuk
membebaskan bibirnya. Ketika ia berhasil melepaskan diri, Rink me-masukkan tangan ke saku celana
jinsnya dan tersenyum mengejek penuh kemenangan melihat ekspresi marah
dan bibir merah Caroline. "Salam, Mom," dengusnya.
Bab 2 CAROLINE merasa napasny a sesak. Dadanya turun-naik menahan amarah dan
perasaan terhina. "Kasar sekali bicaramu. Bagaimana kau bisa sekejam itu""
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 011
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 011
http://ac-zzz.blogspot.com/
"Bagaimana kau bisa menikah dengan laki-laki tua bajingan yang kebetulan
ayahku itu"" "Ia bukan bajingan. Ia sangat baik padaku."
Tawa Rink pendek. "Oh, jadi ia sangat baik padamu. Karena mutiara di
telingamu itu" Berkat berlian yang gemerlap di jarimu" Kau sekarang orang
terhormat di dunia ya, Caroline si gadis sungai" Kini kau penghuni rumah
mewah The Retreat. Tidakkah kau ingat, kau pernah me-ngatakan padaku kau
bersedia melakukan apa pun agar bisa menghuni rumah ini"" Rink agak
memiringkan badan ke arah Caroline ketika mengucapkan kata-kata itu sambil
mendengus. "Biar kutebak apa yang kaulakukan pada ayahku sampai ia mau
menikahimu." Caroline menampar muka Rink keras-keras. Itu dilakukan Caroline tanpa
berpikir panjang. Sedetik yang lalu Rink melontarkan penghinaan-nya, detik berikutnya Caroline
mendaratkan tela-pak tangannya di pipi Rink. Membuat telapak tangannya
terasa panas. Ia berharap demikian pula pipi Rink.
Rink melangkah mundur sambil tersenyum sinis. Senyum yang membuat amarah
Caroline lebih menggelegak daripada ucapannya yang me-nyakitkan. "Apa pun
yang kulakukan pada ayah-mu, jauh lebih baik daripada apa yang kaulaku-kan
padaku selama dua belas tahun ini. Ayahmu nelangsa, sendirian di rumah ini,
menyesali dirimu. Tawa Rink kembali terdengar. "Menyesali" Indah sekali, Caroline. Menyesali."
Rink menekuk salah satu lututnya, sehingga berat badannya bertumpu pada
kaki yang satu lagi dengan sikap angkuh. "Mengapa aku sulit membayangkan
ayahku menyesali sesuatu" Apalagi kepergianku."
"Aku yakin ia ingin kau tinggal di sini."
"Ia bahagia kalau tidak berurusan denganku, begitu juga sebaliknya," jawab
Rink kasar. "Ja-ngan bermanis-manis lagi. Kalau kaupikir Roscoe sayang padaku,
kau cuma berkhayal."
"Aku tidak tahu apa penyebab pertengkaran kalian dulu. Yang jelas, sekarang ia
sakit parah, Rink. Ia sekarat. Janganlah mempersulit situasi yang sudah sulit."
"Siapa yang punya gagasan menghubungi aku, kau atau Granger""
"Roscoe." "Granger bilang begitu. Tetapi aku tidak per-caya."
"Tetapi begitulah adanya."
"Kalau begiru, ia punya alasan lain."
"Roscoe ingin melihat putranya sebelum me-ninggal!" teriak Caroline. "Itu
alasan yang cukup kuat!"
"Tidak untuk Roscoe. Ia manusia licik, mani-pulatif, bajingan. Andai ia ingin aku
di sisinya menjelang ajalnya, percayalah, ia pasti punya alasan."
"Tidak pantas kaubicara seperti itu tentang ayahmu padaku. Ayahmu suamiku."
"Itu masalahmu."
"Caroline" Siapa Oh, Tuhan. Rink!" Haney menghambur keluar melewati pintu
kasa lalu memeluk Rink erat-erat. Rink membalas pelukan-nya. Caroline
berkaca-kaca ketika melihat ke-getiran dan kesinisan di wajah Rink berganti
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 012
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 012
http://ac-zzz.blogspot.com/
dengan senyum riang. Matanya yang keemasan memancarkan kebahagiaan,
giginya yang putih berkilat di balik senyumnya yang lebar.
"Haney! Oh, aku sangat merindukanmu."
"Seharusnya kau lebih sering mengirim surat padaku," gerutu Haney sambil
menegakkan tu-buh dan pura-pura marah.
"Maafkan aku," jawab Rink singkat, sementara matanya tetap menyiratkan
kebandelan seperti dulu, saat Haney menangkap basah ia mencuri kue dari
stoples. Dan ia selalu berhasil meloloskan diri. Seperti yang dilakukannya
sekarang lni. "Jadi kau sudah bertemu Caroline," kata Haney, sambil menatap keduanya
dengan mata berbinar-binar.
"Oh, ya. Aku sudah bertemu Caroline. Kami sedang mengobrol."
Perempuan tua itu tidak melihat lirikan mata yang sekilas dilemparkan Rink
kepada Caroline. "Makanmu pasti tidak benar, aku yakin. Kerja keras mencari
uang, muncul di berbagai surat kabar te
rus, tetapi badanmu tetap saja seperti
orang kurang makan. Ayo masuk. Aku sudah menghangatkan makan malammu."
"Dan pecan pie. Baunya tercium dari sini," goda Rink, sambil mendorong tubuh
Haney ke pintu. "Aku membuatnya bukan khusus untukmu saja.
"Jangan begitu, Haney. Kita kan sudah kenal lama."
"Kebetulan juga kami masak ayam untuk makan malam."
Pada minggu-minggu pertama kepindahannya sebagai nyonya rumah yang baru
di The Retreat ini, Caroline merasa dirinya seperti tamu tak diundang. Tetapi
bulan-bulan berlalu. Laura Jane bisa menerimanya sebagai sahabat. Haney pun
mulai menyukai dirinya. Tetapi saat ini, melihat Rink di rumah ini, mendengar
derap sepatu botnya di lantai kayu dan suaranya yang meng-gema di ruangan
yang berlangit-langit tinggi, kembali Caroline merasakan dirinya seperti orang
asing. Rink-lah pemilik rumah ini. Bukan diri-nya.
Ketika mengikuti mereka sampai ke dapur, Caroline melihat Haney menyuruh
Rink duduk di meja bundar dari kayu ek yang penuh ber-macam-macam
hidangan. Rink mengamati ruangan itu. "Tak ada yang berubah," kata Rink
hangat. "Dapurnya kucat lagi beberapa tahun yang lalu," ujar Haney. "Tetapi kuberitahu
ayahmu aku tak akan mengganti warna catnya. Aku ingin segalanya tetap sama
seperti ketika kau masih tinggal di sini."
Rink menelan, dan menggeser-geser makanan di piringnya dengan garpu. "Aku
tidak akan tinggal di rumah ini selamanya, Haney. Hanya sampai Daddy...
kembali pulih seperti semula."
Tangan Haney yang sibuk bekerja langsung berhenti. Ia menatap Rink seperti
menatap anak laki-laki momongannya. "Aku tak ingin kau pergi dari rumah ini
lagi, Rink. Ini rumahmu."
Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mata Rink melirik Caroline sesaat, lalu kem-bali pada piring makanannya. "Tak
ada gunanya lagi aku tinggal di sini," ujar Rink marah sebelum menyuapkan
makanan ke mulut. "Siapa bilang" Masih ada Laura Jane," Caroline mengingatkan Rink dengan suara
lembut. Karena tidak mau hanya berdiri di dekat pintu, Caroline memaksakan
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 013
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 013
http://ac-zzz.blogspot.com/
diri melangkah masuk ke dapur. Caroline tidak ingin Rink tahu kedatangan pria
itu di rumah ini membuatnya merasa terancam di rumahnya sendiri. Ia toh
belum menjadi janda Roscoe. Sebagai istri, Caroline merasa pu-nya hak tetap
tinggal di rumah ini. Caroline berjalan ke lemari es, mengambil segelas teh es
yang sebetulnya tak diinginkannya.
"Diberkatilah dia, Rink," ujar Haney sambil mengelap gelas yang sudah mengilap
bersih. "Tiap hari ia menyuruhku memeriksa kotak pos, kalau-kalau ada surat
darimu. Demi dia, kau tidak boleh meninggalkan rumah ini, kendati kau
bertengkar hebat dengan ayahmu."
"Aku benci tidak bisa tinggal di sini untuk dia. Apakah ia baik-baik saja""
"Tentu, tentu. Sangat cantik." "Bukan itu maksudku."
Haney meletakkan gelas di meja. "Aku tahu yang kaumaksud," ujar Haney
datar. "Ya, Laura baik-baik saja. Aku tahu dari pertanyaan-per-tanyaanmu
tentang dia di dalam surat-suratmu bahwa kau tidak dapat membayangkan
bagai-mana keadaan Laura, Rink. Laura memang tidak pandai secara akademis,
tetapi banyak hal yang dipelajarinya dari sekelilingnya. Kau memang tidak ada
di sini untuk melindunginya, tetapi perasaan posesifmu sekuat induk beruang
terhadap anaknya. Laura tumbuh menjadi perem-puan cantik. Ingat. Ia sudah
dewasa sekarang, barangkali tak bisa lagi diperlakukan seperti benda rapuh
yang mudah. pecah. Ia perempuan muda yang cantik. Bila kebetulan warga
setempat berjumpa dengannya, sedikit yang menyadari ia berbeda."
"Tetapi ia berbeda," tukas Rink.
"Tidak terlalu," sela Caroline. "Ia tahu perkem-bangan dunia, tetapi emosinya
tidak stabil. Aku lebih mencemaskan kelabilan jiwanya ketimbang
perkembangan mentalnya. Andai orang yang di-cintainya mengecewakannya,
sakit hatinya pasti sulit disembuhkan."
Mata Rink tak beralih sedikit pun dari wajah Caroline ketika ia mengelap
mulutnya dengan serbet dari bahan katun. Dilemparkannya serbet itu, l
alu menarik kursinya dari meja. "Terima kasih untuk ceramahnya, Kakak Caroline.
Akan selalu kucamkan hal itu."
"Aku bukannya bermaksud "
"Begitulah yang kaumaksud," potong Rink sambil mengambil teko kopi,
menuang isinya ke dalam cangkir.
"Rink Lancaster, tidak pantas kau bersikap begitu pada Caroline." Haney
terkejut melihat sikap bermusuhan kedua orang di hadapannya. Belum lima
menit mereka berkenaJan, tetapi sudah saling bermusuhan. Jelas Rink tidak
setuju ayahnya mengambil wanita muda seperti Caroline sebagai istri. Namun
Rink sendiri sudah dua belas tahun meninggalkan rumah. Apakah ada pengaruh
pernikahan Roscoe bagi dirinya" Ke-cuali kalau menyangkut The Retreat. "Mana
tata krama yang ibumu dan aku ajarkan" Ingat, Caroline istri ayahmu. Ia harus
kauhormati se-bagaimana mestinya."
Rink, yang terus menatap Caroline, mencibir sinis. "Ibu tiriku. Aku selalu lupa
hal itu." "Itu Laura Jane datang," seru Haney sambil memandang kedua orang yang ada
di dapur tersebut. "Jangan kacaukan hatinya, Rink. Cukup satu kejutan yang
harus ia terima hari ini dan ia berhasil mengatasinya dengan baik."
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 014
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 014
http://ac-zzz.blogspot.com/
Suara Laura Jane yang lembut menembus pintu kasa sebelum ia membukanya.
Laura berdiri tertegun. Tubuhnya yang ramping seperti patung dewi Yunani,
diam tak bergerak di ambang pintu ketika melihat kakak laki-lakinya. Sesaat ia
bengong, baru kemudian tampak berseri-seri, keceriaan terpancar di matanya,
di pipinya, dan akhirnya seulas senyum ceria tersungging di bibir-nya. "Rink,"
panggilnya lirih. Ia langsung menghambur mendekati Rink, melingkarkan tangannya yang kurus
di leher kakak laki-lakinya itu dan membenamkan wajah di leher kemeja Rink.
Rink balas memeluk Laura, mengangkatnya, lalu mengayun-ayunnya ke de-pan
dan ke belakang sambil tetap mendekapnya. Matanya dipejamkannya rapatrapat untuk menekan emosi yang menguasai perasaannya. Laura Jane-lah yang
pertama melepaskan pelukan. Dengan jemarinya yang kelihatan rapuh seperti
tanpa "semangat hidup, dielusnya wajah kakak laki-lakinya, rambutnya,
bahunya, seakan hendak meyakinkan diri bahwa kakaknya benar-benar ada di
hadapannya. "Kau jangkung sekali," komentar Laura. "Dan tegap." Laura tertawa, memegang
otot lengan Rink. "Kau cantik dan begitu dewasa." Rink menga-mati tubuh Laura, gadis muda
yang cantik dan halus. Kemudian keduanya tertawa bahagia ka-rena bisa
berjumpa. Kembali mereka berpelukan.
"Daddy akan meninggal, Rink," ujar Laura Jane serius ketika akhirnya mereka
saling me-lepaskan pelukan. "Caroline sudah memberitahumu...
"Ya," jawab Rink pelan sambil menelusuri dagu adik perempuannya itu dengan
jari telun-juknya. "Tetapi sekarang kau sudah ada di rumah. Haney, Caroline, dan Steve... Oh, ya
ampun! Aku lupa memperkenalkannya padamu." Laura berbalik ke arah
manajer kandang kuda itu, yang mengantarnya pulang dan sejak tadi berdiri di
depan pintu kasa. Laura Jane meraih tangan-nya dan menariknya maju. "Steve
Bishop, ini kakakku, Rink."
Steve melepaskan jarinya dari genggaman tangan Laura untuk menyalami Rink,
yang memandangnya dengan sorot mata penuh selidik. "Mr. Lancaster, apa
kabar"" "Panggil Rink saja," jawab Rink, menjabat tangan Steve kuat-kuat. "Sudah
berapa lama bekerja di sini""
"Setahun lebih sedikit."
Rink melirik adik perempuannya lalu kembali memandang si manajer kandang
kuda. "Laura Jane pernah menyebut namamu dalam suratnya."
"Salah satu kuda betina melahirkan kemarin, Rink," Laura Jane memberitahu
Rink dengan suara riang. "Steve yang menolongnya melahir-kan."
"Saya harus kembali untuk melihat keadaan mereka," kata Steve.
"Tinggallah di sini sebentar, minum teh dan menikmati kue-kue kecil bersama
kami," ajak Haney. Sejenak Steve menatap Rink, lalu memalingkan wajah. "Terima kasih. Saya
harus segera melihat anak kuda yang baru lahir itu."
"Besok pagi aku akan menjenguknya, Steve: Boleh"" Laura Jane bertanya sa
mbil menggeng-gam tangan Steve lagi.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 015
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 015
http://ac-zzz.blogspot.com/
"Tentu saja," jawab Steve lembut sambil ter-senyum melihat kepolosan sikap
Laura. "Ia pasti rindu sekali padamu bila kau tidak menjenguknya.
Steve melepaskan genggaman tangan Laura dan keluar lewat pintu belakang.
"Selamat malam, Steve," ucap Laura.
"Selamat malam, Laura," jawab Steve. Kemu-dian Steve menyentuh pinggir topi
koboinya sebagai salam hormat kepada yang lain, meng-hilang di kegelapan
malam dengan langkah ter-pincang-pincang.
Rink menatap kepergiannya lalu menutup pintu. Haney sibuk memotong kue
pecan pie dan menyendokkan es krim vanila ke atasnya.
"Aku tidak mau, Haney. Terima kasih," ujar Caroline. Lewat ekor matanya, ia
melihat Rink memandanginya. "Hari ini aku letih sekali. Ku-ra$a aku mau
isdrahat dulu." "Ada yang kaubutuhkan"" tanya Haney, pri-hatin.
"Tidur nyenyak," jawab Caroline. Dicon-dongkannya badannya ke arah Laura
Jane, lalu diciumnya pipinya. "Selamat malam. Besok pagi kita sama-sama ke
rumah sakit dan kau bisa menemui ayahmu."
"Ya, aku mau. Selamat malam. Kau juga gembira Rink pulang, kan, Caroline""
"Ya, tentu saja." Caroline menegakkan tubuh dan bertemu pandang dengan
Rink. "Haney sudah menyiapkan kamarmu. Selamat malam, Rink."
Sebelum Rink sempat menjawab, Caroline su-dah keluar pintu, meninggalkan
ruang makan menuju loteng. Ternyata berat buat Caroline untuk berada dalam
satu ruangan dengan Rink. Selain itu, Rink, Laura Jane, dan Haney, yang
mengasuh mereka sepeninggal Marlena, perlu waktu bersama mereka tanpa
dirinya. Suara langkah kakinya di lorong atas teredam karpet Oriental yang terhampar
di sepanjang lorong. Dua lampu di sisi ranjang menerangi kamar tidurnya. Salah
satu lampu itu dimatikan-nya. Berada dalam kegelapan terasa lebih nyaman
bagi Caroline malam itu; seakan kegelapan mam-pu menyembunyikan sesuatu
yang tidak ingin dilihatnya, tak ingin dipikirkannya. Caroline ber-diri di dekat
jendela besar yang menghadap ke halaman belakang The Retreat yang luas 4an
dataran landai ditumbuhi rerumputan yang mengarah ke sungai. Bulan separo
tampak di langit, tetapi ia dapat melihat pantulannya di permukaan air dari
kejauhan. Segalanya terasa begitu damai.
Caroline hanya butuh ketenteraman. Tiga pu-kulan berat menghantamnya hari
ini. Ia tahu suaminya akan meninggal. Steve bersikap lebih daripada sekadar
teman terhadap Laura Jane, bahkan lebih daripada mengasihani. Dan Rink,
yang kini pulang. Sambil menarik napas dalam, ia menjauhi jendela dan membuka pakaiannya.
Setelah bathtub dipenuhi air hangat, Caroline berendam di dalam bathtub yang
penuh busa wangi sambil memejamkan mata. Saat itulah dibiarkannya dirinya
menangis. Untuk Roscoe. Selama ini Roscoe frustrasi gara-gara penyakitnya,
tetapi laki-laki itu berkeras tidak mau memeriksakan diri ke dokter. Buat pria
yang penuh vitalitas seperti Roscoe, kenyataan dirinya diserang penyakit sulit
diterima. Barangkali akan jauh lebih baik bila maut segera menjemputnya.
Memaksa Roscoe yang selalu penuh semangat dan ambisi berbaring tak berdaya
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 016
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 016
http://ac-zzz.blogspot.com/
dan hanya bisa mengeluh kesakitan di ranjang rumah sakit selama berbulanbulan juga sangat tidak manusiawi.
Caroline berendam di bathtub beberapa lama sampai air matanya mengering
dan air mandinya dingin. Ia ingin cepat-cepat tidur. Seisi rumah sudah senyap.
Terdengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya ketika ia menarik bedcover
ran-jang. Caroline terlonjak karena terkejut.
Dari pintu kamar yang dibukanya sedikit, Caroline melihat sosok seseorang di
bawah cahaya remang-remang, berdiri di lorong rumah yang sunyi. "Ada apa""
"Aku mau bicara denganmu."
Rink langsung menerobos masuk. Karena tidak ingin menimbulkan kegaduhan
, Caroline tak pu-nya pilihan lain kecuali membiarkan pria itu masuk dan
menutup pintu kamarnya. Rink ber-diri di tengah kamar, pelan-pelan berbalik,
memerhatikan semua perabot yang ada di dalam kamar. Ia melangkah ke dekat
jendela, tangannya menyentuh tirai, seperti mengingat-ingat suasana kamar itu
di masa lalu. Diamatinya barang-barang antik yang ada di meja rias. Ia melirik
ke arah cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Apakah ia mencari sosok
anak laki-laki kecil seperti dulu"
"Dulu ini kamar tidur ibuku," ucap Rink akhirnya.
Tangan Caroline yang berkeringat saling meng-genggam di pinggang. "Ya, aku
tahu. Kamar yang cantik. Salah satu yang kusuka di rumah ini.
"Cocok untukmu," komentar Rink, sambil mengamati pantulan tubuh Caroline
yang berdiri di belakangnya di cermin. "Sebagaimana cocok untuk ibuku. Kamar
ini sangat perempuan."
Ketika Rink tak juga mengalihkan pandangan dari dirinya, sadarlah Caroline
akan pakaian yang membungkus tubuhnya. Pakaian tidur beri-kut jubah luarnya
itulah yang jelas membuat tatapan mata Rink yang penuh hasrat tersebut
tertuju padanya. Caroline sadar ia belum menge-nakan apa-apa di balik baju
tidur, meskipun tubuhnya tertutup dari dada sampai ujung kaki. Dan yang
paling meresahkannya adalah mengetahui Rink menyadari hal itu juga.
Tatapan matanya yang tajam berhenti di dadanya, di pinggangnya, di bawah
pinggangnya. Seperti merespons perintah tanpa kata-kata, bagian-bagian tubuh
itu bangkit dan bereaksi. Dada Caroline menegang. Pangkal pahanya bagai
merekah. Caroline memaki-maki tubuhnya, menyumpahi diri, tetapi juga tak
berdaya menekan dorongan hasrat yang menggebu-gebu, mengaliri setiap
simpul saraf tubuhnya karena sorot mata keemasan itu.
Rink menggenggam segelas bourbon, lalu me-neguknya dengan penuh
kenikmatan. Ia betul-betul menikmati cairan minuman keras yang membakar
tenggorokan itu mengalir turun me-nuju perutnya. "Rupanya Daddy tetap
menyukai wiski mahal," komentar Rink. "Dan perempuan cantik. Kau kelihatan
sangat cantik di dalam kamar ini, Caroline, apalagi dengan sinar lampu remangremang yang menimpa rambutmu." Kembali Rink mengamati sekujur tubuh
Caroline lewat cermin, kemudian berbalik dan menjauh.
Rink melangkah ke arah kursi malas di pojok kamar dan merebahkan diri di
kursi itu. Tetapi rupanya kursi tersebut dirancang untuk tubuh perempuan,
bukan Rink. Ujung sepatu botnya menggantung. Dengan satu tangan
dipeganginya botol minuman keras yang diletakkannya di pe-rur, sementara
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 017
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 017
http://ac-zzz.blogspot.com/
tangannya yang satu lagi diletak-kan di bawah kepala, sambil matanya tetap
memandangi Caroline bak burung rajawali yang mengincar mangsa. Caroline
berdiri resah di tempat yang sama dengan ketika Rink memasuki kamar.
"Ibu dan Daddy tidak pernah tidur bersama di kamar ini," kata Rink enteng,
tetapi Caroline tidak tertipu. Tak pernah Rink mengatakan se-suatu tanpa
alasan. "Masih segar dalam ingatanku peristiwa hari itu, ketika Daddy meminta
ibuku tidak mempersoalkan keinginannya pindah ke kamar tidurnya sendiri
setelah Laura Jane lahir. Berjam-jam lamanya Ibu menangis. Sejak itu Daddy
tidak pernah tidur bersama Ibu lagi." Kembali Rink meneguk wiskinya dan
tertawa keras. "Kurasa Daddy tak pernah memaafkannya gara-gara Laura Jane."
"Ia mengasihi Laura Jane," protes Caroline. "Ia selalu berusaha melakukan yang
terbaik buat Laura."
Kembali tawa Rink meledak, kali ini lebih keras lagi. "Oh ya" Ia memang pandai
melakukan hal-hal seperti itu. Melakukan hal yang dipikirnya baik untuk
seseorang." Caroline memaksa dirinya bergerak. Ia melang-kah ke arah ranjang lalu duduk
di pinggirnya, mengencangkan tali pinggang baju tidurnya. "Jadi masalah ini
yang hendak kaubicarakan denganku""
"Tentang suami-istri yang tidur seranjang"' tanya Rink, sambil menaikkan salah
satu alis matanya. "Atau tentang Laura Jane""
Jelas Rink mencari gara-gara. Di mana kelem-butan lak
i-laki ini" Kelembutan
yang pernah ditunjukkan pria itu kepadanya ketika mereka berjumpa sembunyisembunyi atau ketika mereka saling mencurahkan isi hati" Rink seperti orang
asing baginya, padahal dulu ia begitu akrab dengannya.
Kemeja Rink tidak dikancing, terbuka. Dada-nya kelihatan bergerak naik-turun
tiap kali ia menarik napas. Caroline masih ingat penampilan Rink ketika ia
pertama kali melihatnya, air sungai menitik turun di dadanya yang bidang dan
rambut hitamnya yang kusut. Perutnya masih keras dan rata sekarang, tetap
berotot. Sebaris rambut hitam membelah tubuh itu menjadi dua bagian yang
sempurna, sebelum akhirnya ter-tutup garis pinggang celana jinsnya. Di balik
celana jins yang ketat itu membayang kejantanan-nya.
Dengan gugup Caroline cepat-cepat mem-buang pandangan dari tubuh Rink.
"Mengapa kau ingin membicarakan masalah itu denganku" Aku tidak ingin
terlibat dalam pertengkaran antara kau dan ayahmu."
Rink merasa kata-kata Caroline lucu dan ia tertawa geli beberapa saat, sambil
tetap dengan asyik menghabiskan wiski. Kemudian ia bangkit dari kursi malas
dan berjalan menghampiri Caroline. Sinar lampu kamar yang satu-satunya itu
Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memantulkan bayangan hitam tubuh Rink. Ia menakutkan, berbahaya, dan
memikat. Caroline berusaha tidak menunjukkan perasaan takutnya terhadap
Rink. Bukan takut mem-bayangkan apa yang akan dilakukan Rink ter-hadap
dirinya, tetapi takut terhadap respons yang muncul dari dalam dirinya bila Rink
benar-benar melakukan sesuatu.
"Aku butuh mobil besok pagi. Aku menemui-mu untuk meminjam mobil."
"Oh, boleh," sahut Caroline sambil menarik napas lega. "Kuambilkan kuncinya."
Caroline bangkit dari ranjang, berusaha sebisa mungkin tidak bersinggungan
dengan tubuh Rink ketika bangkit. Namun ketika ia melewati Rink, sesaat
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 018
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 018
http://ac-zzz.blogspot.com/
pahanya menyentuh paha Rink dan ia merasakan ototnya berkontraksi. Caroline
cepat-cepat bergerak menjauh menuju lemari tempat ia menyim-pan tas.
Dengan jari-jari gemetar, Caroline men-cari-cari kunci mobilnya, yang akhirnya
ditemukannya dan langsung diletakkannya di telapak tangan Rink. "Mau ke
mana kau pagi-pagi""
"Aku ingin menemui dokternya sebelum ber-temu Daddy. Aku akan kembali
menjelang siang untuk mengantarmu dan Laura Jane ke rumah sakit, bila kau
bersedia." "Ya, boleh saja. Tetapi pagi-pagi ada urusan yang harus kuselesaikan lebih
dulu." "Urusan di pemintalan kapas"" "Ya, aku harus memeriksa pembukuannya."
"Ya, kudengar soal itu dari Granger. Katanya, kau banyak membantu pekerjaan
Daddy sebelum menikah dengannya." Rink maju selangkah lebih dekat.
Napasnya yang hangat dan berbau bourbon mahal menerpa wajah Caroline.
"Granger berlebihan." Caroline berusaha memiringkan tubuh, tetapi dengan
sengaja Rink juga memiringkan tubuh. Yang terjadi, taktik yang semula
dilakukan untuk menghindari Rink malah membuat tubuh mereka lebih rapat.
"Aku tidak yakin. Aku berani bertaruh kau sangat diperlukan Daddy dalam
banyak hal, bukan""
Mata Caroline berkilat marah ketika melirik Rink. "Mengapa kau menyindirku
terus-menerus, Rink""
"Karena aku selalu tergelitik untuk melihat reaksimu dengan mengganggumu,
itulah alasan-nya. Caroline, yang begitu muda, begitu manis, begitu sederhana,
begitu... polos." Kata-kata itu meluncur deras dari bibir Rink bak air yang
mengucur dari keran yang terbuka.
Caroline mengangkat tangan, tetapi Rink me-nangkap tangan itu dan
memelintirnya ke bela-kangnya, menarik tubuh Caroline mendekat ke
tubuhnya. Dada Caroline menempel di dada Rink yang bidang. Ibu jari kaki
Caroline ber-singgungan dengan ujung sepatu bot Rink. Wajah Rink hanya
beberapa inci dari wajahnya. Ketika ia berbicara, setiap kata yang meluncur
dari bibirnya diucapkan dengan penuh amarah.
"Pernah kubiarkan kau menamparku, tetapi bila kau berani menamparku lagi,
kau akan menyesali perbuatanmu."
"Apa yang akan kaulakukan" Balas menampar-ku""
Rink t ersenyum mengejek. "Oh, tidak akan. Bukan begitu caraku membalasnya.
Aku akan melakukan sesuatu yang sangat tidak kausukai." Rink merapatkan
tubuh Caroline ke tubuhnya yang bereaksi, membuat Caroline seketika mengerti maksud ucapan Rink. Rink menundukkan kepalanya lebih dekat. "Atau
kau menyukainya, Caroline" Hmm"" Gesper ikat pinggang Rink menyentuh
pakaian tidur Caroline, menggores perutnya. "Di mata setiap orang kau memang
Mrs. Roscoe Lancaster. Tetapi bagiku kau tetap Caroline Dawson. Gadis muda
yang melintas hutan untuk bekerja di musim panas... sambil perlahan-lahan
membuatku gila." Caroline menatap Rink. Sorot matanya menan-tang. Penuh amarah, bak awan
badai yang berembus dari Teluk yang membawa hujan, angin, dan petir.
Rambut Caroline yang tadi dipuji Rink tergerai dari wajahnya ke punggung.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 019
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 019
http://ac-zzz.blogspot.com/
"Jadi kau masih ingat, Rink. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah kau masih
punya ke-nangan akan hal itu."
Sesaat mata Rink membelalak, kemudian me-nyipit. Ia menatap wajah Caroline
dengan panas, lama berhenti di bibirnya, kemudian turun dari leher ke buah
dadanya, yang kini agak menyem-bul dari balik baju tidurnya, lalu kembali ke
atas lagi. Sorot matanya memancarkan per-golakan, pertanda terjadi
pergulatan di dalam diri Rink.
"Ya," jawab Rink kasar. "Ya, brengsek! Aku masih mengingatnya."
Caroline dibebaskan begitu mendadak sehingga ia terhuyung dan bersandar di
meja riasnya. Ketika keseimbangan tubuhnya kembali, Rink melangkah keluar
dari kamar dengan sikap murka.
Sialan! Ia berharap ia tidak ingat semua kenangan manis itu.
Di kamarnya, Rink membuka kemeja, mengisi gelas dengan minuman keras dari
botol yang dicurinya di lemari minuman keras ayahnya, lalu merebahkan diri di
kursi malas yang selalu diletakkan di dekat jendela. Diteguknya wiski itu, tetapi
karena minuman itu sudah kehilangan rasa, diletakkannya gelas tersebut
dengan jengkel. Ia membungkuk, membuka sepatu bot, lalu me-lemparkannya
ke permadani sehingga menimbul-kan suara gedebuk perlahan.
Sambil bersandar, kepalanya di bantalan kursi yang empuk, dibiarkannya
pikirannya menerawang ke masa lalu, ke suatu musim panas ketika ia berusaha
kabur dari pemintalan kapas, pengawasan ayahnya, dan panas matahari
Mississipi yang menyengat. Ia pergi ke tepi sungai, tanpa pakaian selembar pun
terjun ke sungai yang airnya dingin. Ketika ia naik ke darat kembali, sewaktu
sedang mengeringkan tubuh dan memakai celana jins, ia melihat perempuan
itu.... "Astaga!" teriak Rink. Jari-jarinya meraba-raba hendak menutup ritsleting
celana jins. "Sudah berapa lama kau di situ"" Rink ingin tertawa melihat
reaksinya. Kalau Rink hanya terkejut melihatnya, gadis itu seperti lumpuh.
Rink tidak mengira gadis itu akan menjawab, tetapi kemudian dengan tergagap
ia berkata, "Aku... aku baru saja sampai di sini."
"Hmmm, baguslah, karena aku tadi berenang telanjang bulat. Bila kau datang
lebih cepat, kita berdua bisa malu."
Senyum Rink lebar dan penuh percaya diri, penuh keangkuhan. Meski si gadis
yang memakai kaus kaki pendek dan sepatu murahan itu masih terkejut dan
gemetar, ia berusaha membalas ter-senyum dengan malu-malu. "Kuharap aku
tidak mengganggumu," katanya dengan kesopanan yang, dalam situasi seperti
ini, membuat Rink geli. "Tidak, aku sudah selesai. Udara panas sekali. Aku jadi ingin berenang."
"Ya, udaranya memang panas. Karena itulah aku mengambil jalan pintas ini. Di
sini lebih teduh ketimbang di jalan raya."
Sejak awal Rink sudah tertarik pada gadis itu. Bukan hanya karena wajahnya
yang cantik, tetapi juga karena penampilannya yang berbeda. Roknya yang
terbuat bahan katun bersih dan licin, tetapi sudah ketinggalan zaman. Blusnya
juga terbuat dari bahan katun berwarna putih, menebarkan aroma sabun cuci,
bukan wewangian Youth Dew, yang sepertinya dipakai semua gadis masa itu.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 020
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 020
http://ac-zzz.blogspot.com/
Di balik blus gadis tersebut, Rink melihat garis-garis branya yang putih, yang
pastilah sangat tidak nyaman. Gadis-gadis umumnya memakai model yang
disebut push-up bra bra untuk menaikkan payudara, yang bertujuan, Rink
yakin, membuat teman kencan mereka tergila-gila.
Ia mengalihkan pandangannya dari payudara si gadis, merasa malu pada dirinya
sendiri karena membuat analisis seperti yang dilakukannya ter-hadap gadisgadis yang dikenalnya. Ia hanya gadis kecil. Lima belas" Enam belas" Palingpaling. Ia tampaknya takut sekali padanya.
Tetapi ya ampun, gadis itu cantik sekali. Kulitnya bersih; matanya kelabu bagai
kabut yang melayang rendah di rawa-rawa; tubuhnya indah, molek,
menunjukkan lekuk feminin. Ram-butnya mengilap, seperti kayu mahoni yang
di-pernis. Tiap kali angin meniup pepohonan di atas kepalanya, sinar matahari
menerpa rambut-nya seperti kilatan cahaya di rambut yang lebat itu.
"Kau mau ke mana""
"Ke kota. Aku kerja di toserba Woolworth."
Rink tidak pernah mengenal gadis yang harus bekerja pada musim panas.
Umumnya mereka menghabiskan musim panas dengan berjemur di dekat kolam
renang, milik pribadi atau milik umum, sampai bertemu seseorang yang mereka
kenal dan merencanakan pesta untuk malam harinya.
"Namaku Rink Lancaster."
Ia menatap Rink dengan sorot mata aneh. Rink mengira karena ia telanjang
bulat. Gadis itu berusaha menekan rasa ingin tahunya, tetapi matanya terus
berkelebat ke dada Rink, perutnya, dan ritsleting celana jinsnya yang belum
tertutup. Biasanya itu justru menaikkan rasa percaya diri Rink, meyakinkannya
bahwa dengan mudah gadis itu bisa ditaklukkannya. Ia menganggap reaksi
seperti itu sebagai pemberitahuan si gadis tertarik padanya dan bisa diajak
kencan. Tetapi sorot mata gadis tersebut yang demikian polos justru
menjengkelkan hatinya. Dengan tatapan matanya yang selalu tertuju ke
ritsleting celana-nya, Rink resah menyadari hasrat yang tak di-inginkannya
makin menggebu saat itu. Untuk menunjukkan sikap santunnya, ia maju selangkah hendak menyalaminya.
Sesaat gadis itu terkejut, tetapi kemudian ia pun menyambut tangan Rink
dengan malu-malu. "Caroline Dawson," jawabnya dengan suara gemetar, sambil
menatap mata Rink. Mereka berpandangan. Waktu bergulir, serangga berderik di atas ke-pala mereka, pesawat menderu di
langit tinggi, air mengalir membasahi batu-batuan di tepi su-ngai yang
berlumut. Sesudah beberapa lama baru-lah keduanya bergerak dan melepaskan
tangan masing-masing. "Dawson"' Rink mengulang nama keluarga si gadis dan heran mendengar
suaranya sendiri jadi sama seperti sepuluh tahun yang lalu, sebelum terjadi
"perubahan". "Putri Pete Dawson""
Gadis itu menunduk dan Rink melihat bahu-nya terkulai. Bodoh! Mengapa ia
mengajukan pertanyaan dengan nada tidak percaya seperti itu" Setiap orang
kenal siapa Pete Dawson. Se-panjang hari kerjanya main kartu, minta uang
pada orang bodoh yang kebetulan bertemu atau berbicara dengannya, sampai
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 021
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 021
http://ac-zzz.blogspot.com/
ia mendapat uang cukup untuk membeli minuman yang bisa di-nikmatinya
sampai keesokan hari. "Ya," jawab gadis itu lembut. Kemudian, meski agak gemetar, ia mengangkat
kepala dengan sikap percaya diri yang membuat Rink lega kembali, dan
berkata, "Aku harus segera pergi, kalau tidak nanti aku terlambat kerja."
"Aku senang berkenalan denganmu."
"Aku juga." "Hati-hati berjalan di hutan." Gadis itu ter-tawa. "Apa yang lucu""
"Kau memperingatkanku agar berhati-hati, se-mentara kau sendiri berenang di
sungai." Gadis itu menunjuk sungai. "Mungkin saja di sana ada ular berbisa, dan
siapa yang tahu ada makhluk-makhluk lain apa di sana. Mengapa kau tidak
berenang di kolam renang di kota saja""
Rink mengangkat bahu. "Aku merasa kepanasan."
Ia kepanasan. Tuhan, ia merasa sa
ngat ke-panasan. Ketika tertawa, gadis itu
menengadahkan kepalanya ke belakang, menampakkan lehernya yang putih,
mulus, dan begitu mengundang. Rambutnya mengilap menutupi leher dan
bahu. Bau sabun cuci dan tepung kanji mulai tercium lebih wangi di hidung
Rink daripada parfum mahal mana pun. Bau itu begitu membaur dengan aroma
kulitnya yang segar. Tawanya yang renyah dan tulus menyentuh hati Rink. Tawa
itu mengelus bagian hatinya yang sakit luar biasa.
Ya, Rink kepanasan. Terbakar karena cuaca yang panas. "Pukul berapa kau
pulang kerja"" Rink sama terkejutnya seperti Caroline ketika mendengar
pertanyaan yang mendadak meluncur keluar dari mulutnya tersebut.
"Pukul sembilan." Dengan hati-hati Caroline mulai melangkah mundur.
"Malam hari" Kau pulang sendirian malam hari"'
"Ya. Tetapi aku tidak lewat hutan. Aku hanya lewat di sini pada siang hari."
Sejenak Rink membayangkannya. Gadis ini berbeda dengan gadis-gadis yang
pernah dikenal-nya, di kota Winstonville ini atau di Ol'Miss.
"Aku akan terlambat kerja," ujar Caroline dan makin menjauhkan diri, namun
Rink me-rasakan keengganan dalam diri gadis itu.
"Ya, tentu. Jangan sampai terlambat. Sampai nanti, Caroline."
"Sampai jumpa, Rink."
Banyak yang tak terucapkan dengan kata-kata pada waktu mereka berpisah.
Rink ingin mereka bertemu lagi. Caroline tak pernah membayangkan mereka
bisa berjumpa lagi. Rink masuk ke mobil convertible-nya. tanpa lewat pintu. Ia langsung melaju
pulang ke ru-mahnya, The Retreat, dengan kecepatan tinggi dan masuk ke
kamarnya, naik dua anak tangga sekali langkah, dan....
Kini, sebagaimana sebelumnya, bayangan Caroline memenuhi benaknya. Rink
ingat memasuki kamar yang sama di suatu sore dua belas tahun yang lalu.
Dilemparkannya pakaiannya ke lantai tetapi ternyata pakaian itu jatuh ke kursi
yang sama. Ia duduk santai di kursi yang sama saat ini, dengan bayangan
perempuan yang sama memenuhi benaknya. Caroline masih menyimpan
misteri, masih sulit dipabami, menghantui dan menguasai-nya.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 022software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 022
http://ac-zzz.blogspot.com/
ia mendapat uang cukup untuk membeli minuman yang bisa di-nikmatinya
sampai keesokan hari. "Ya," jawab gadis itu lembut. Kemudian, meski agak gemetar, ia mengangkat
kepala dengan sikap percaya diri yang membuat Rink lega kembali, dan
berkata, "Aku harus segera pergi, kalau tidak nanti aku terlambat kerja."
"Aku senang berkenalan denganmu."
"Aku juga." "Hati-hati berjalan di hutan." Gadis itu ter-tawa. "Apa yang lucu""
"Kau memperingatkanku agar berhati-hati, se-mentara kau sendiri berenang di
sungai." Gadis itu menunjuk sungai. "Mungkin saja di sana ada ular berbisa, dan
siapa yang tahu ada makhluk-makhluk lain apa di sana. Mengapa kau tidak
berenang di kolam renang di kota saja""
Rink mengangkat bahu. "Aku merasa kepanasan."
Ia kepanasan. Tuhan, ia merasa sangat ke-panasan. Ketika tertawa, gadis itu
menengadahkan kepalanya ke belakang, menampakkan lehernya yang putih,
mulus, dan begitu mengundang. Rambutnya mengilap menutupi leher dan
bahu. Bau sabun cuci dan tepung kanji mulai tercium lebih wangi di hidung
Rink daripada parfum mahal mana pun. Bau itu begitu membaur dengan aroma
kulitnya yang segar. Tawanya yang renyah dan tulus menyentuh hati Rink. Tawa
itu mengelus bagian hatinya yang sakit luar biasa.
Ya, Rink kepanasan. Terbakar karena cuaca yang panas. "Pukul berapa kau
pulang kerja"" Rink sama terkejutnya seperti Caroline ketika mendengar
pertanyaan yang mendadak meluncur keluar dari mulutnya tersebut.
"Pukul sembilan." Dengan hati-hati Caroline mulai melangkah mundur.
"Malam hari" Kau pulang sendirian malam hari"'
"Ya. Tetapi aku tidak lewat hutan. Aku hanya lewat di sini pada siang hari."
Sejenak Rink membayangkannya. Gadis ini berbeda dengan gadis-gadis yang
pernah dikenal-nya, di kota Winstonville ini atau di Ol'Miss.
"Aku akan terlambat kerja," ujar Caroline dan makin menjauhkan diri, namun
Rink me-rasakan keengganan dalam diri gadis it
u. "Ya, tentu. Jangan sampai terlambat. Sampai nanti, Caroline."
"Sampai jumpa, Rink."
Banyak yang tak terucapkan dengan kata-kata pada waktu mereka berpisah.
Rink ingin mereka bertemu lagi. Caroline tak pernah membayangkan mereka
bisa berjumpa lagi. Rink masuk ke mobil convertible-nya. tanpa lewat pintu. Ia langsung melaju
pulang ke ru-mahnya, The Retreat, dengan kecepatan tinggi dan masuk ke
Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kamarnya, naik dua anak tangga sekali langkah, dan....
Kini, sebagaimana sebelumnya, bayangan Caroline memenuhi benaknya. Rink
ingat memasuki kamar yang sama di suatu sore dua belas tahun yang lalu.
Dilemparkannya pakaiannya ke lantai tetapi ternyata pakaian itu jatuh ke kursi
yang sama. Ia duduk santai di kursi yang sama saat ini, dengan bayangan
perempuan yang sama memenuhi benaknya. Caroline masih menyimpan
misteri, masih sulit dipabami, menghantui dan menguasai-nya.
http://ac-zzz.blogspot.com/
Dan kini, seperti waktu itu, ia sadar, upaya apa pun yang ia lakukan tak
mungkin bisa mengobati luka hatinya, tak bisa meredam gejo-lak hasratnya
yang membara. Bab 3 HARI masih pagi ketika ia terbangun. Caroline ingin tidur lebih lama, tidak ingin
bangun, tak ingin menghadapi rangkaian krisis berupa penyakit yang diderita
Roscoe dan bertemu Rink yang kini kembali tinggal di Winstonville.
Ia mendengar suara pintu depan di lantai bawah dibuka dan ditutup kembali
dengan per-lahan sekali. Disibakkannya penutup ranjangnya, lalu berjalan
menyusuri lorong yang menuju teras rumah di lantai dua. Sinar matahari belum
lagi menerangi pucuk pepohonan, namun cahaya-nya yang berwarna jingga
sudah mewarnai langit di ufuk timur. Sebuah bintang dan bulan separo tampak
jelas di langit yang bersih. Kabut ber-gulung naik, meninggalkan permukaan
rumput yang berembun. Lagi-lagi udara akan lembap hari ini.
Tepat di bawah lantai ia berdiri, Caroline melihat Rink memasuki serambi. Rink
tampak terpaku di anak tangga paling bawah dan melempar pandangan ke
sekeliling rumah, yang Caroline tahu pasti tempat yang sangat disayangi Rink.
Tempat yang sangat berarti buat Rink, sepenting tarikan napasnya. Caroline
merasa iba, membayangkan Rink, yang memaksakan diri ber-tahun-tahun
tinggal jauh dari rumah yang sangat disayanginya.
Dengan langkah pelan Rink menuju mobil yang diparkir di depan rumah. Ia
mengenakan celana jins dan mantel bergaya sport, gaya ber-pakaian yang
terlalu mewah untuk koboi pekerja, tetapi cocok buat Rink. Celana jinsnya
belel modis, dikanji dan disetrika licin. Caroline terus mengamati Rink yang
merogoh saku depan, mencari-cari kunci mobil.
Rink membuka pintu mobil lebar-lebar. Saat itulah tanpa disengaja ia melihat
Caroline yang memandanginya dari teras rumah di lantai dua. Rink
menopangkan tangan pada atap mobil, balas menatap Caroline.
Caroline tetap berdiri terpaku, tidak berbicara, tidak pula memberi salam pada
Rink, hanya matanya yang bicara. Mereka saling menatap. Saiing memandang.
Beberapa saat lamanya, di pagi hari yang berlangit keemasan, mereka saling
menatap. Di keremangan sinar matahari pagi sosok mereka seperti tidak nyata,
di luar jang-kauan waktu. Dalam keakraban yang hening itu mereka melepaskan
semua pertahanan diri. Keduanya hanyut mengikuti suara hati mereka.
Tak ada apa pun lagi di dunia ini yang mampu menyelamatkan keduanya.
Sampai akhirnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Rink memasuk mobil
Lincoln-nya dan melaju pergi. Dengan perasaan sedih Caroline kembali ke
kamar dan berganti pakaian. Dipandanginya dirinya di depan cermin, bertanya-tanya, "Bagaimana bisa terjadi seperti ini""
Satu-satunya pria yang pernah dicintainya, atau pria yang hampir pernah
dicintainya, hanyalah Rink Lancaster. Sesaat mereka menikmati sesuatu; yang
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 023
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 023
http://ac-zzz.blogspot.com/
sangat istimewa dan langka. Paling tidak, begitulah buat Caroline. Dibiarkannya
dirinya berkhayal mendapatkan sesuatu yang kecil ke-mungkinannya
bisa diraihnya. Ia tolol sekali waktu itu, begitu memercayai cerita Rink di musim
panas itu. Padahal kata-kata Rink tidak punya arti apa-apa. Dirinya hanyalah
sekadar| mainan baru buat Rink.
Namun nasib yang tak bisa ditebak menentu-kan lain dia menikah dengan ayah
Rink. Ayah Rinkl Ketika Roscoe melamarnya untuk menjadi istri, lamaran itu
bak jalan untuk mewujudkan; mimpi-mimpinya. Untuk mendapatkan kehormatan, uang. Orang-orang yang selama ini me-rendahkannya, menghinanya
selama hidupnya, harus menghormatinya.
Rink sudah pergi, takkan pernah muncul kem-bali. Mengapa tak pernah
terlintas dalam benak-nya ada kemungkinan Rink akan kembali" Bagaimana
perasaannya bila Rink benar-benar kembali" Benarkah selama ini ia bersikap
jujur terhadap dirinya" Apakah ia menikah dengan Roscoe ka-rena ingin
membahagiakan Roscoe, membantu mengurus bisnisnya, menjadi teman Laura
Jane, bukan karena ingin membuat Rink cemburu dan sedih sebab laki-laki itu
meninggalkan diri-nya seenaknya" Tidakkah ini hanya pembalasan untuk
perasaan sakit hati yang harus ditanggung-nya ketika Rink meninggalkannya"
Tidakkah diam-diam ia berharap Rink mendengar kabar pernikahannya, teringat
peristiwa di musim panas dua belas tahun yang lalu, menyulut murka dalam
hati Rink" Caroline tersenyum getir saat melihat pantulan dirinya di cermdn. "Ia hanya
geli, Caroline. Ia cuma geli dan jijik."
Haney sudah ada di dapur ketika Caroline turun beberapa saat kemudian untuk
minum kopi. "Selamat pagi."
"Pagi sekali kau bangun," komentar Haney dari balik punggungnya.
"Aku harus membayar gaji karyawan, ingin kuselesaikan secepatnya supaya bisa
beristirahat." Caroline menyeruput kopi. "Kau juga bangun lebih pagi daripada
biasanya." "Aku ingin menyiapkan sarapan istimewa un-tuk Rink."
"Ia sudah pergi, Haney."
Haney berbalik dan menatap Caroline, seakan memintanya menegaskan
kembali apa yang di-dengarnya. "Sudah pergi""
"Ya, kira-kira sejam yang lalu."
Haney menggelengkan kepala, sambil berdecak. "Tidak teratur makannya dia
itu. Aku sibuk membuat sarapan, ia malah keluar lebih cepat, bahkan sebelum
aku sempat menghidangkan-nya.
Caroline meletakkan tangannya di pundak Haney, menghiburnya. "Mengapa
tidak diberikan kepada Laura Jane" Minta Laura memanggil Steve ke sini untuk
menikmatinya bersamanya. Aku yakin mereka akan senang."
"Baiklah," sahutnya, sambil menggerutu. "Te-tapi suasana tetap lain kalau
tanpa Rink. Tidak ada yang sama lagi di rumah ini sejak Rink menikah dengan
perempuan itu dan meninggal-kan kota ini."
Haney betul dalam hal itu, batin Caroline sambil berjalan ke pintu belakang
menuju kamar kerja Roscoe. Dengan perasaan sakit ia menge-nang peristiwa
yang terjadi hari itu, hari Rink tidak muncul di tempat pertemuan mereka. Hari
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 024
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 024
http://ac-zzz.blogspot.com/
itu, di tempat kerjanya, dengan perasaan hancur Caroline mendengar kabar
tentang Rink Lancaster yang akan menikah dengan Marilee George, gadis dari
keluarga terkemuka di kota Winstonville. Dunia Caroline pun berubah.
Caroline memeriksa pembukuan cepat-cepat tanpa berpikir. Waktu ia
menelepon ke pabrik pemintalan kapas, mandor jaga pagi melaporkan
segalanya berjalan lancar.
"Tetapi ada satu mesin yang tidak beres. Na-mun Anda tak perlu
mencemaskannya pada saat seperti sekarang ini."
"Aku yakin kau mampu mengatasinya, seperti biasa, Barnes. Selama Roscoe
masih hidup, tang-gung jawab tetap ada pada Roscoe, aku akan memberikan
laporan kepadanya." "Baik, Ma'am," jawab mandor itu sebelum menutup telepon.
Caroline tahu beberapa karyawan laki-laki di pabrik tidak suka menerima
perintah dari perem-puan, terutama perintah darinya, putri Pete Dawson.
Namun, andai pun perkiraannya itu benar, mereka tidak akan pernah berani
meng-ungkapkan pendapat mereka itu. Mereka sangat takut pada Roscoe.
Tetapi apa yang akan terjadi bila Roscoe tiada"
"Ada masalah""
Caroline seketika mendongak dan melihat R
ink di ambang pintu. Caroline sadar
alis mata-nya berkerut karena dilanda perasaan cemas, tapi ia berusaha
menenangkan diri. "Masalah kecil. Kau kan paham keadaan di pabrik pemintalan kapas ini."
"Sebetulnya, aku tidak tahu." Rink menjawab sambil melangkah masuk. Jaket
sport disampirkan di pundak, ditahan jari telunjuknya. Tiga kancing pertama
kemejanya dibiarkan terbuka, memperlihatkan lehernya yang kecokelatan dan
bulu dadanya yang hitam lebat. "Aku meninggalkan kota kelahiranku ini
sebelum banyak terlibat dengan urusan di pemintalan." Kini Rink berdiri di
dekat mejanya. Tubuhnya dicondongkan ke depan, sampai wajahnya sejajar
dengan wajah Caroline. "Bagaimana kalau kauberitahu aku, boss ladyr
Tersulut perasaan marah, Caroline langsung bangkit, menyebabkan kursi
berodanya meluncur ke belakang. Mereka berhadapan seperti dua petinju yang
siap bertanding di arena, menanti-kan bunyi bel untuk memulai pertandingan.
"Rink, Haney memintaku datang ke sini untuk memberitahumu. Ia menyiapkan
sarapan untuk-mu dan ia ingin kau memakannya." Dengan riang Laura Jane
memasuki ruangan dan me-meluk Rink, kakak laki-lakinya. "Selamat pagi,
Caroline. Aku juga diminta membawakan sarapan untukmu. Haney berpesan
kau tidak boleh menolaknya."
Mereka tidak jadi berdebat lagi, tetapi Rink tidak membiarkan Caroline lolos
begitu saja. Ia menjulurkan tangan ke hadapan Caroline. "Caroline." Caroline
ridak punya pilihan lain, kecuali membiarkan tangannya digenggam tangan Rink
dan membiarkan dirinya dituntun ke meja makan. Namun Rink tidak
melepaskan geng-gaman tangannya meski mereka sudah berada di ruang
makan. Kalau Rink menggenggam tangan Laura Jane, itu tidak jadi masalah.
Tetapi bila telapak tangan Rink bersentuhan dengan telapak tangannya, jarijarinya mencengkeram kuat jemarinya seakan ia miliknya, bulu roma Caroline
jadi bergidik. www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 025
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 025
http://ac-zzz.blogspot.com/
Kendati makanan yang dihidangkan Haney sangat istimewa, Caroline tidak
dapat menikmati-nya. Rink kelihatan tidak terlalu senang melihat Steve duduk
di samping Laura Jane. Steve ber-kali-kali melemparkan pandang resah ke
sekeliling ruangan, seperti mengisyaratkan ingin segera di-izinkan
meninggalkan ruang makan. Sikap per-musuhan antara Rink dan Caroline
demikian kentara, meskipun mereka tetap bersikap sopan. Haney tidak habis
mengerti, ia malah tersinggung karena ketegangan di antara kedua orang itu
menghancurkan segala upayanya untuk menjadi-kan saat itu sebagai hari
istimewa menyambut kepulangan kembali Rink ke rumah.
"Mengapa semua marah-marah"" tanya Laura Jane tiba-tiba.
Semua mata tertuju padanya, terkesima. Hanya Laura Jane yang kelihatan
gembira, menikmati kehadiran orang yang dikasihinya. Tetapi komen-tarnya
memang benar, dan ia bisa menangkap ketegangan yang terjadi di meja
makan. Caroline-lah akhirnya yang membuka suara, "Kami semua mengkhawatirkan
kondisi Roscoe," katanya lembut, sambil mengulurkan tangan, mengelus tangan
Laura Jane. "Tetapi Rink sudah di sini. Juga Steve." Laura menatap Steve dengan mesra.
"Kita harus ber-gembira."
Laura Jane membuat yang lain merasa malu pada diri mereka sendiri. Rink
tidak lagi menatap Steve dengan pandangan curiga atau kelihatan tegang setiap
kali mendapati Steve menatap Laura Jane. Ia dan Caroline berhenti saling
menatap penuh permusuhan; keduanya bahkan mengobrol tentang orang-orang
yang dikenal Rink beberapa tahun yang lalu. Caroline memberitahu Rink siapa
saja yang menikah, siapa yang bercerai, siapa yang makin kaya, dan siapa yang
menjadi miskin. Begitu selesai makan, Steve berdiri, mengucap-kan terima kasih pada Haney,
kemudian langsung berjalan ke arah dapur. "Tunggu sebentar, Steve," panggil
Laura Jane. "Aku ikut, aku ingin me-nengok anak kuda itu."
"Kita akan pergi ke rumah sakir, Laura Jane," kata Rink singkat.
"Tetapi aku ingin melihat anak kuda itu. Aku sudah janji pada Steve akan
menengoknya di kanda ng pagi ini." Steve langsung menangkap maksud Rink. "Laura Jane, ayahmu akan kecewa bila
kau tidak menjenguknya. Anak kuda itu tidak akan pergi kemana-mana," canda
Steve. "Kau bisa men-jenguknya kapan saja kau mau."
"Baiklah, Steve," Laura menyetujui dengan suara lirih. "Aku akan menemuimu
begitu kem-bali." Steve mengangguk, sekali lagi berterima kasih pada Haney dan cepat-cepat
berlalu. Ia tidak menatap Rink ketika meninggalkan ruangan.
Caroline buru-buru bangkit. "Aku akan ber-siap-siap, Rink. Laura Jane, mau
dandan dulu sebelum pergi""
"Ya, kurasa." Mereka turun ke lantai bawah kembali be-berapa menit kemudian. Rink sudah
menunggu mereka di teras. Haney berdiri di sampingnya, memegang vas berisi
bunga-bunga mawar yang baru dipotong. "Haney akan menyusul dengan
mobilnya, karena ia ingin membawa bunga ma-war untuk Daddy. Dan ia ingin
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 026
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 026
http://ac-zzz.blogspot.com/
pulang dari rumah sakit lebih dulu. Laura Jane, kau ikut mobil Haney saja,
pegangi vas bunganya supaya airnya tidak tumpah."
"Biar aku saja yang memeganginya." Caroline buru-buru menawarkan diri.
Tatapan mata Rink yang tajam padanya mengisyaratkan sikap tidak setuju.
"Aku ingin bicara denganmu selama perjalanan." Tanpa bisa dibantah, Rink
mengantar Caroline dengan mobil Lincoln-nya, sementara Haney me-laju
dengan mobil station wagon, yang sebenarnya milik The Retreat tetapi
dipercayakan kepadanya. "Apakah kau bertemu dokternya tadi pagi"" tanya Caroline, memecah
keheningan. "Ya. Ia menceritakan apa yang disampaikannya padamu dan Granger."
"Apakah... apakah dokter memberitahukan ka-pan...
"Bisa terjadi kapan saja."
Mereka melaju di jalan tol, menuju pusat kota, sebelum Rink menyinggung hal
lain, "Siapa Steve""
"Steve Bishop." Caroline langsung bersikap defensif. Ia yakin tahu apa yang
bakal terjadi dan tidak ingin hal itu terjadi.
Rink mencibir kesal. "Bisa memberi penjelasan lebih mendetail lagi""
"Ia veteran Perang Vietnam."
"Karena itukah jalannya pincang" Cedera se-waktu perang""
"Ia kehilangan kaki kirinya dari lutut ke ba-wah." Caroline mengatakan hal itu
sambil me-malingkan wajah ke arah Rink. Rink terus meng-arahkan pandangan
ke jalan, namun Caroline melihat tangan Rink mencengkeram kemudi dan i
otot-otot tangannya menonjol. Air mukanya te-f gang, menyiratkan kekerasan
hati, tak tergoyah-kan. Dan keangkuhan. Keangkuhan vang ber-lebihan.
Caroline tahu Rink ingin tidak menyukai Steve. Mengetahui Steve cacat seumur
hidup akan membuatnya sulit melakukannya. "Ketika I melamar pekerjaan, ia
bersikap getir dan agak kasar. Tetapi aku yakin itu cuma cara yang
digunakannya untuk mempertahankan diri meng-hadapi penolakan. Sebetulnya
Steve pribadi yang sangat berhati-hati, pekerja keras, dan jujur."
"Aku tidak suka kedekatannya dengan Laura."
"Mengapa""
"Kau masih perlu bertanya"" tanya Rink, sam-bil memalingkan kepala. "Tidak
sehat dan ber-bahaya, itu sebabnya. Laura Jane tidak punya urusan untuk
berkeliaran di dekat laki-laki lajang sepanjang waktu."
"Aku tidak melihat salahnya. Laura Jane juga lajang."
"Dan masih lugu soal seks. Sangat lugu. Aku tidak yakin Laura Jane paham
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan mengapa ada per-bedaan."
"Ia pasti tahu!"
"Baiklah, kalau begitu makin kuat alasan buat Laura Jane untuk tidak perlu
sering bersama Steve. Karena aku yakin Steve mengerti per-bedaan itu."
"Kurasa Steve baik terhadap Laura. Ia sangat baik hati dan penyabar. Ia
memang pernah terluka, bukan hanya secara fisik. Steve tahu bagaimafia
rasanya menjadi orang yang terbuang dan merasa ditolak seperti yang
Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirasakan Laura Jane selama ini."
"Bagaimana bila ia memanfaatkan rasa suka Laura" Secara seksual...."
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 027
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 027
http://ac-zzz.blogspot.com/
"la tidak akan mela kukan hal seperti itu."
Rink mendengus. "Pasti begitu. Ia kan laki-laki dan Laura Jane perempuan
cantik, sementara banyak kesempatan bagi mereka untuk hal itu."
"Sepertinya kau tahu banyak."
Kata-kata tajam itu meluncur keluar dari bibir -Caroline tanpa bisa ditahannya.
Rink mengerem mobil di halaman parkir rumah sakit dengan mendadak, lalu
berbalik menghadap ke arah Caroline. Air mukanya menunjukkan kemurkaan,
seperti juga Caroline. Caroline sudah memulai, jadi sekarang tak ada gunanya
bertindak setengah-setengah.
"Kau jelas sangat paham soal memanfaatkan gadis lugu, membohonginya,
membuat janji-janji yang tidak akan pernah kautepati."
"Maksudmu soal janji di musim panas itu""
"Ya! Aku heran, bisa-bisanya kau menjalin hubungan denganku tapi menghamili
Marilee. Kau pasti kehabisan tenaga. Atau kauanggap aku hanya sebagai
pemanasan sebelum menikmati hal yang lebih menyenangkan""
Rink membiarkan Caroline bicara panjang-lebar sebelum membuka pintu mobil
dan me-nutupnya kembali keras-keras. Saat itulah Caroline baru menyadari
Haney dan Laura JaMe sudah berdiri menunggu di pintu masuk rumah sakit dan
memandangi mereka. Caroline merasakan jari-jemarinya dingin ketika ia
mengepalkannya, tetapi ia mencoba tetap bersikap tenang ketika Rink
membukakan pintu mobil dan membantunya keluar. Ia berusaha menunjukkan
sikap tenang saat mereka bersama-sama memasuki lobi rumah sakit lalu
menaiki lift. Perawat yang bertugas di lantai kamar Roscoe memberitahu mereka boleh
masuk sekaligus asal tidak terlalu lama. "Ia tidak bisa tidur. Ke-sakitan," kata
perawat itu kepada mereka dengan sedih.
"Mungkin sebaiknya aku masuk lebih dulu dan memberitahu Roscoe kalian
datang men-jenguknya," kata Caroline. Tak ada yang ke-beratan. Rink bersikap
dingin dan menjauhkan diri. Haney, tidak seperti biasanya, berdiam diri. Laura
Jane membelalak dan tampak ingin kabur.
Caroline mendorong pintu kamar rumah sakit yang berat dan melangkah
memasuki kamar. Rumah sakit memberikan kamar yang paling besar dan paling
mahal. Karangan bunga ber-deret-deret di sepanjang kusen jendela dan di
meja teve. Caroline tidak suka mengakuinya, tapi Roscoe memang tidak disukai
orang-orang yang pernah berurusan dengannya. Tetapi banyak yang
menghormati atau takut padanya, terbukti dari tumpukan kartu ucapan cepat
sembuh dan deretan %arangan bunga yang dikirim untuk-nya.
Roscoe tidak tampak menakutkan sekarang ketika ia membuka mata dan
melihat kedatangan Caroline. Kulitnya abu-abu kekuningan, pucat seperti
mayat. Lingkaran hitam tampak di seputar matanya. Bibirnya biru. Tetapi
matanya tetap tajam dan berbinar-binar sebagaimana biasanya. "Selamat pagi."
Caroline membungkukkan ba-dan ke arah Rocoe, menggenggam tangan Roscoe
dan mencium keningnya. "Kata perawat kau tidak tenang sepanjang malam.
Sama sekali tidak bisa istirahat""
"Tak usah mengatur-ngatur aku, Caroline." Roscoe menarik tangannya. "Aku
akan segera pergi ke alam keabadian untuk beristirahat." Roscoe tertawa
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 028
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 028
http://ac-zzz.blogspot.com/
dengan susah payah. "Atau untuk dibakar, aku yakin demikian. Kau sudah
menyelesaikan semua pembayaran gaji""
"Ya," jawab Caroline, sambil melangkah mundur dan menerima penolakan
Roscoe atas per-hatian yang diberikannya dengan penuh penger-tian. Roscoe
sakit parah. Bisa dipahami kalau ada sikapnya yang tidak menyenangkan. "Pagi
ini. Aku akan mengantarkan ceknya ke pemintalan petang nanti."
"Bagus. Aku tidak ingin mereka mengira aku sudah mati." Roscoe meletakkan
salah satu tangannya di perut dan meringis kesakitan, sambil menyumpahnyumpah.
Ketika rasa sakit Roscoe mereda, Cardline ber-kata lembut, "Kau bersedia
menerima tamu lain""
"Siapa"" "Laura Jane dan Haney."
"Haney! Perempuan munafik. Ia sangat mem-benciku sejak pertama kali
mengenalku. Ia mengira aku menikahi Marlena karena uangnya dan ingin
memiliki The Retreat. Ia menyalahkan aku sebagai orang yang men
yebabkan Rink kabur dari rumah. Ia menimpakan kesalahan padaku atas setiap kejadian
yang tidak beres dalam keluarga ini."
Caroline pura-pura menentang Roscoe. "Mengapa kau tidak memecatnya
beberapa tahun yang lalu""
Roscoe tertawa keras-keras dan baru berhenti ketika rasa sakit kembali
menyerangnya. "Karena aku suka bertengkar dengannya. Ia mempertajam
otakku. Sekarang ia menjengukku untuk menge-jekku yang terkapar di ranjang
ini. Ha!" Caroline pernah menyaksikan sikap Roscoe yang seperti ini, tetapi ia
tidak pernah memedulikan-nya dan membiarkannya sampai semua berlalu.
Caroline menyesali Roscoe yang memilih bersikap seperti itu selama hari-hari
terakhir mereka ber-sama. "Sudahlah, Roscoe. Tak usah marah-marah: Haney
memetik bunga mawar dari taman untuk-mu."
Roscoe mendengus menyetujui bertemu Haney, pengurus rumah tangganya.
"Laura Jane tidak perlu datang ke sini. Tempat ini pasti sangat menakutkan
anak bodoh itu. Apakah ia tahu aku tidak akan pulang ke rumah lagi""
Caroline membuang pandang, menghindari ta-tapan mata Roscoe yang tajam
menembus. "Ya. Aku memberitahu dia kemarin."
"Apa katanya"" :
"Ia bilang kau akan pergi ke surga dan bersama-sama Marlena."
Roscoe tertawa sampai sakit kembali menye-rangnya. "Hmmm, hanya orang
tolol yang berpikir demikian."
Kata-kata yang diucapkan Roscoe sungguh menyinggung perasaan Caroline,
tetapi ia berusaha tetap tenang. Hampir tak pernah ia mendebat Roscoe
tentang apa pun, bahkan termasuk cara Roscoe menyelesaikan masalah. "Boleh
ku ajak mereka masuk""
"Ya, ya," jawab Roscoe, sambil melambaikan tangan dengan gerakan lemah.
"Lebih baik kita. segera menyelesaikannya."
"Ada seorang lagi, Roscoe."
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 029software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 029
http://ac-zzz.blogspot.com/
dengan susah payah. "Atau untuk dibakar, aku yakin demikian. Kau sudah
menyelesaikan semua pembayaran gaji""
"Ya," jawab Caroline, sambil melangkah mundur dan menerima penolakan
Roscoe atas per-hatian yang diberikannya dengan penuh penger-tian. Roscoe
sakit parah. Bisa dipahami kalau ada sikapnya yang tidak menyenangkan. "Pagi
ini. Aku akan mengantarkan ceknya ke pemintalan petang nanti."
"Bagus. Aku tidak ingin mereka mengira aku sudah mati." Roscoe meletakkan
salah satu tangannya di perut dan meringis kesakitan, sambil menyumpahnyumpah.
Ketika rasa sakit Roscoe mereda, Cardline ber-kata lembut, "Kau bersedia
menerima tamu lain""
"Siapa"" "Laura Jane dan Haney."
"Haney! Perempuan munafik. Ia sangat mem-benciku sejak pertama kali
mengenalku. Ia mengira aku menikahi Marlena karena uangnya dan ingin
memiliki The Retreat. Ia menyalahkan aku sebagai orang yang menyebabkan
Rink kabur dari rumah. Ia menimpakan kesalahan padaku atas setiap kejadian
yang tidak beres dalam keluarga ini."
Caroline pura-pura menentang Roscoe. "Mengapa kau tidak memecatnya
beberapa tahun yang lalu""
Roscoe tertawa keras-keras dan baru berhenti ketika rasa sakit kembali
menyerangnya. "Karena aku suka bertengkar dengannya. Ia mempertajam
otakku. Sekarang ia menjengukku untuk menge-jekku yang terkapar di ranjang
ini. Ha!" Caroline pernah menyaksikan sikap Roscoe yang seperti ini, tetapi ia
tidak pernah memedulikan-nya dan membiarkannya sampai semua berlalu.
Caroline menyesali Roscoe yang memilih bersikap seperti itu selama hari-hari
terakhir mereka ber-sama. "Sudahlah, Roscoe. Tak usah marah-marah: Haney
memetik bunga mawar dari taman untuk-mu."
Roscoe mendengus menyetujui bertemu Haney, pengurus rumah tangganya.
"Laura Jane tidak perlu datang ke sini. Tempat ini pasti sangat menakutkan
anak bodoh itu. Apakah ia tahu aku tidak akan pulang ke rumah lagi""
Caroline membuang pandang, menghindari ta-tapan mata Roscoe yang tajam
menembus. "Ya. Aku memberitahu dia kemarin."
"Apa katanya"" :
"Ia bilang kau akan pergi ke surga dan bersama-sama Marlena."
Roscoe tertawa sampai sakit kembali menye-rangnya. "Hmmm, hanya orang
tolol yang berpikir demikian."
Kata-kata yang diucapkan Roscoe sungguh menyi
nggung perasaan Caroline,
tetapi ia berusaha tetap tenang. Hampir tak pernah ia mendebat Roscoe
tentang apa pun, bahkan termasuk cara Roscoe menyelesaikan masalah. "Boleh
ku ajak mereka masuk""
"Ya, ya," jawab Roscoe, sambil melambaikan tangan dengan gerakan lemah.
"Lebih baik kita. segera menyelesaikannya."
"Ada seorang lagi, Roscoe."
http://ac-zzz.blogspot.com/
Suara Caroline yang tenang membuat mata Roscoe kembali menatapnya nanar.
Roscoe me-mandang Caroline dengan tatapan mata tajam,, menyelidik,
membuat Caroline merasa tidak enak. "Rink" Rink yang datang""
Caroline mengangguk. "Begitu Granger me-. neleponnya." "
"Bagus, bagus, aku ingin berjumpa putraku, untuk menyampaikan beberapa hal
padanya se-belum ajalku tiba."
Hati Caroline dipenuhi perasaan gembira. Ini-lah saat bagi kedua laki-laki keras
kepala itu untuk menyelesaikan pertengkaran di antara me-reka. Cepat-cepat
Caroline berjalan ke pintu; tidak sempat menangkap sorot mata dingin dan licik
yang terpancar dari mata Roscoe ketika melihat Caroline melangkah keluar dari
kamar-nya. Laura Jane yang pertama kali masuk ke kamar. Ia lari menghambur ke ranjang
dan melingkarkan tangan di leher ayahnya, memeluknya erat-erat. "Aku rindu
Daddy pulang ke rumah," katanya. "Kita punya seekor anak kuda. Cantik sekali."
"Hmmm, baguslah, Laura Jane," jawab Roscoe, lalu dengan lembut mendorong
badan Laura Jane menjauh darinya. Caroline mengamati, ber-harap sekali saat
itu Roscoe membalas luapan sayang spontan yang diperlihatkan putrinya
kepadanya. "Memetik bunga mawar, kulihat," Roscoe menggumam dengan nada
marah sambil melirik pengurus rumah tangganya dengan alis berkerut.
Haney kerap jadi sasaran kemarahan Roscoe selama bertahun-tahun. Ia tidak
akan termakan kata-kata Roscoe sekarang. "Ya. Ini hanya se-bagian dari mawar
yang ada. Yang lainnya di-letakkan di ruang makan."
Roscoe mengagumi keberanian Haney. Sudah tiga puluh tahun mereka perang
dingin, dan Roscoe menganggap Haney sebagai lawan yang seimbang baginya.
"Persetan dengan bunga-bunga itu. Kau tidak bawa makanan untukku""
"Kau tahu, kau tidak boleh menyantap ma-kanan yang bukan berasal dari rumah
sakit." "Apa bedanya"" teriak Roscoe. "Hah" Coba jawab."
Roscoe menatap perempuan-perempuan itu se-orang demi seorang dengan
tatapan marah, baru kemudian memalingkan kepala ke arah putranya dengan
sorot mata berapi-api. Beberapa saat kedua pria itu saling menatap. Tak ada
yang bergerak. Akhirnya dada Roscoe bergerak per-lahan, memperdengarkan
suara tawa rendah, de-ngan nada yang agak parau. "Masih marah padaku, Rink""
"Aku sudah melupakan kemarahan itu beberapa tahun yang lalu, Sir."
"Itukah sebabnya kau pulang kembali" Berdamai dengan orang tua ini sebelum
ia meninggal. Atau ingin menghadiri pembacaan surat wasiatnya""
"Aku tidak punya kepentingan dengan surat wasiat itu."
Dengan bijaksana Haney maju selangkah. Ia kbawatir pertemuan ini berubah
menjadi tidak menyenangkan. "Aku akan mengajak Laura Jane pulang sekarang.
Laura Jane, cium Daddy, ayo kita pulang." Gadis itu dengan patuh melakukan
apa yang diperintahkan Haney.
Roscoe tidak memedulikan kepergian mereb. Matanya tetap tertuju pada
putranya. Caroline dibiarkan sendirian bersama dua generasi Lancaster yang
hidup terpisah selama bertahun-tahun itu.
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 030software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 030
http://ac-zzz.blogspot.com/
Suara Caroline yang tenang membuat mata Roscoe kembali menatapnya nanar.
Roscoe me-mandang Caroline dengan tatapan mata tajam,, menyelidik,
membuat Caroline merasa tidak enak. "Rink" Rink yang datang""
Caroline mengangguk. "Begitu Granger me-. neleponnya." "
"Bagus, bagus, aku ingin berjumpa putraku, untuk menyampaikan beberapa hal
padanya se-belum ajalku tiba."
Hati Caroline dipenuhi perasaan gembira. Ini-lah saat bagi kedua laki-laki keras
kepala itu untuk menyelesaikan pertengkaran di antara me-reka. Cepat-cepat
Caroline berjalan ke pintu; tidak sempat menangkap sorot mata dingin dan licik
yang terpancar dari mata Roscoe ketika melihat Caroline melangkah keluar dari
kamar-nya. Laura Jane yang pertama kali masuk ke kamar. Ia lari menghambur ke ranjang
dan melingkarkan tangan di leher ayahnya, memeluknya erat-erat. "Aku rindu
Daddy pulang ke rumah," katanya. "Kita punya seekor anak kuda. Cantik sekali."
"Hmmm, baguslah, Laura Jane," jawab Roscoe, lalu dengan lembut mendorong
badan Laura Jane menjauh darinya. Caroline mengamati, ber-harap sekali saat
itu Roscoe membalas luapan sayang spontan yang diperlihatkan putrinya
kepadanya. "Memetik bunga mawar, kulihat," Roscoe menggumam dengan nada
marah sambil melirik pengurus rumah tangganya dengan alis berkerut.
Haney kerap jadi sasaran kemarahan Roscoe selama bertahun-tahun. Ia tidak
akan termakan kata-kata Roscoe sekarang. "Ya. Ini hanya se-bagian dari mawar
yang ada. Yang lainnya di-letakkan di ruang makan."
Roscoe mengagumi keberanian Haney. Sudah tiga puluh tahun mereka perang
dingin, dan Roscoe menganggap Haney sebagai lawan yang seimbang baginya.
"Persetan dengan bunga-bunga itu. Kau tidak bawa makanan untukku""
"Kau tahu, kau tidak boleh menyantap ma-kanan yang bukan berasal dari rumah
sakit." "Apa bedanya"" teriak Roscoe. "Hah" Coba jawab."
Roscoe menatap perempuan-perempuan itu se-orang demi seorang dengan
tatapan marah, baru kemudian memalingkan kepala ke arah putranya dengan
sorot mata berapi-api. Beberapa saat kedua pria itu saling menatap. Tak ada
yang bergerak. Akhirnya dada Roscoe bergerak per-lahan, memperdengarkan
suara tawa rendah, de-ngan nada yang agak parau. "Masih marah padaku, Rink""
"Aku sudah melupakan kemarahan itu beberapa tahun yang lalu, Sir."
"Itukah sebabnya kau pulang kembali" Berdamai dengan orang tua ini sebelum
ia meninggal. Atau ingin menghadiri pembacaan surat wasiatnya""
"Aku tidak punya kepentingan dengan surat wasiat itu."
Dengan bijaksana Haney maju selangkah. Ia kbawatir pertemuan ini berubah
menjadi tidak menyenangkan. "Aku akan mengajak Laura Jane pulang sekarang.
Laura Jane, cium Daddy, ayo kita pulang." Gadis itu dengan patuh melakukan
apa yang diperintahkan Haney.
Roscoe tidak memedulikan kepergian mereb. Matanya tetap tertuju pada
putranya. Caroline dibiarkan sendirian bersama dua generasi Lancaster yang
hidup terpisah selama bertahun-tahun itu.
http://ac-zzz.blogspot.com/
"Kau tampak tampan, Rink," kata Roscoe menganalisis. "Keras dan licik juga.
Kelicikanmu tidak kelihatan di foto-foto penuh senyum yang muncul di surat
kabar, tetapi aku melihatnya."
"Aku punya guru yang hebat." Tawa yang sama, tawa yang penuh kelicikan,
kembali menggema di dalam ruangan. "Kau benar sekali, sonny, kau memang
punya guru yang hebat. Satu-satunya orang yang tahu cara bertahan hidup di
Dalam Derai Hujan Bittersweet Rain Karya Sandra Brown di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dunia ini. Bersikap licik ter-hadap setiap orang dan tak seorang pun bisa
mengalahkanmu." Roscoe memberi isyarat dengan sikap tidak sabar, "Kalian
berdua, duduk." "Aku lebih suka berdiri, terima kasih," jawab Rink. Caroline duduk di bangku
yang tersedia. Tak pernah ia melihat air muka Roscoe semasam itu. Pantas saja
Rink terpaksa meninggalkan ru-mah. Ia tahu persaingan di antara mereka,
tetapi tak terbayangkan situasinya seperti ini.
"Dari berita-berita yang kubaca, perusahaan penerbanganmu membuatmu kaya
raya." "Rekanku dan aku sejak semula melihat pe-luang untuk Air Dbcie. Sampai saat
ini kami memang sudah melampaui target."
"Kau punya filosofi bagus. Mengangkut pe-numpang, menurunkan penumpang,
tarif rendah, pesawat tak pernah berhenti terbang. Kau meraup untung
sementara penerbangan lain tak sanggup bertahan di bisnis penerbangan."
Andaipun Rink terkejut mendengar ternyata ayahnya mengikuti kesuksesan
perusahan pener-bangannya, ia tidak memperlihatkannya. "Seperti yang
kukatakan, kami senang dengan kesuksesan ltu.
Perawat masuk ruangan dengan membawa baki berisi jarum suntik. "Saya ingin
menyuntikkan obat penghilang rasa sakit, Mr. Lancaster."
"Suntikkan saja jarum itu ke bokongmu sen-diri, jangan ganggu bokongku,"
teriak Roscoe pada si perawat.
"Roscoe," ujar Caroline, terkejut dengan ke-kasa
rannya. "Dokter yang memerintahkannya, Mr. Lancaster," jawab perawat itu tegas.
"Aku tak peduli omong kosong dokter. Ini hidupku, hanya ini yang kumiliki, dan
aku tidak ingin mendapat suntikan penghilang rasa sakit. Aku ingin merasakan
segalanya. Mengerti" Sekarang, cepat keluar dari sini."
Si perawat mengatupkan bibir, menunjukkan sikap tidak setuju, tetapi ia keluar
juga dari kamar. "Roscoe, ia hanya melakukan...."
"Tak usah mengatur-atur aku, Caroline!" Tak pernah Roscoe bicara dengan nada
seperti itu pada Caroline sebelumnya. Caroline segera mun-dur, seperti habis.
ditampar. Ia diam, mengatup-kan bibir. "Jika yang kudapat darimu hanyalah
perasaan iba yang menyebalkan, kau tak usah datang lagi."
Sambil menarik napas panjang, Caroline me-nyambar tas lalu meninggalkan
kamar dengan sikap penuh wibawa. Begitu pintu kamar tertutup kembali, Rink
berbalik ke arah ayahnya.
"Kau memang manusia brengsek." Mata Rink yang keemasan tampak berapi-api.
Setiap otot di tubuhnya yang atletis menegang karena me-nahan marah. "Kau
tidak berhak bicara padanya seperti itu, aku tak peduli betapa parah sakitmu."
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 031
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 031
http://ac-zzz.blogspot.com/
Roscoe tertawa geli, suara tawanya seperti tawa iblis, sejahat ekspresi yang
terpancar di wajahnya. "Aku punya hak. Dia istriku. Ingat""
Rink mengepalkan tinjunya di paha. Ia tidak tahan untuk tidak mendengus
marah sebelum meninggalkan kamar itu.
Mula-mula Rink tidak melihat Caroline. Terapi kemudian ia melihat Caroline di
ujung lorong. Ia tersandar di dinding, memandang jauh ke luar jendela. Rink
mendekatinya dari belakang. Ia mengangkat tangan hendak menyentuhnya,
sejenak berhenti untuk mempertimbangkan tin-dakannya, tetapi kemudian
berpikir, Persetan, lalu ia pun meletakkan tangannya di pundak Caroline. Serta
merta Caroline bereaksi, diam terpaku.
"Kau tidak apa-apa""
Oh, Tuhan, batin Caroline. Mengapa ia mengajukan pertanyaan itu, dengan
suara yang khas tersebut" Nada bertanyanya, pertanyaan yang diajukan Rink
persis seperti yang pernah diajukannya pada suatu waktu dulu. Kata-kata yang
sama, kalimat yang sama, kepedulian yang me-' nyentuh perasaan, dengan
getar suara parau yang sama pula. l
Perlahan Caroline menoleh sedikit dan me-mandang Rink dari balik pundak.
Matanya ber-kaca-kaca. Bisa jadi air matanya karena peng-hinaan yang
dilontarkan suaminya. Namun se-sungguhnya bukan karena alasan itu. Air mata
Caroline air mata penuh kenangan. Caroline menatap mata Rink, terlambung ke
kenangan lama, ke masa dulu, ke malam pertama itu....
Sinar lampu mobil menyorot di belakangnya; Caroline mempercepat langkah. Ia
sebenarnya tidak suka berjalan kaki sendirian ketika pulang. Memang, ia bisa
menunggu ayahnya, tetapi siapa pun tahu ia tak bisa dipastikan kapan pulang.
Selain itu, dalam kondisinya sekarang, ayahnya juga tidak bisa menolong andai
seseorang menyerangnya. Caroline serasa hampir mati menanggung malu petang itu ketika Rink Lancaster
tahu ia putri laki-laki yang terkenal sebagai pemabuk di kota itu. Rink akan
tahu mereka tinggal di rumah reyot; ibunya menjadi kuli cuci agar ada yang
bisa dihidangkan di meja makan dan mereka mampu membeli pakaian bekas
layak pakai dari langganannya untuk Caroline.
Caroline langsung tahu siapa Rink sebenarnya,
Setiap orang di kota itu kenal keluarga Lancaster. Ia sering melihat Rink dari
kejauhan, ketika pria itu melaju dengan mobil sport merahnya dengan
kecepatan tinggi, atapnya terbuka, me-nyebabkan angin mempermainkan
rambutnya yang hitam. Biasanya ada gadis duduk di sebelah-nya, tangan kirinya
tersampir di bahu Rink. Suara radionya berdentam nyaring. Rink mem-bunyikan
klakson mobil keras-keras dan me-lambaikan tangan pada setiap orang yang
dikenal-nya, termasuk Sheriff, yang memaklumi pelang-garan yang jelas-jelas
dilakukan Rink, yang me-larikan mobil dengan kecepatan lebih daripada
semestinya. Setiap orang kenal Rink Lancaster, bintang f
ootball, kapten regu basket, juara lari, serta ahli waris rumah The Retreat dan pabrik pemintalan
kapas terbesar di lima county.
Sosok Rink memenuhi benak Caroline selama jam-jam kerjanya di Woolworth.
Saat ini Caroline tergesa-gesa berjalan pulang agar segera bisa naik ke tempat
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 032
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 032
http://ac-zzz.blogspot.com/
tidur untuk melamun tentang Rink dan apa yang dikatakan pria itu padanya hari
itu. Tentulah Rink tidak akan ingat padanya....
"Hai, Caroline." Mobil itu melintas dari bela-kang Caroline dan berhenti di
sisinya. Dengan takjub Caroline memandang wajah Rink yang tersenyum
padanya sambil memiringkan tubuh ke arah kursi penumpang di sebelahnya dan
membukakan pintu mobil. "Ayo naik. Aku antar kau ke rumah."
Caroline melihat ke kiri dan kanan, seperti orang yang baru saja melakukan
kesalahan. "Ku-rasa sebaiknya jangan."
Rink tertawa. "Mengapa"" Karena pria seperti Rink Lancaster tidak akan
mengajak gadis seperti Caroline Dawson ber-keliling naik mobil sport, itulah
sebabnya. Na-mun Caroline tidak mengatakannya. Ia tidak mengucapkan
sepatah kata pun. Debar jantung-nya terasa sampai ke tenggorokannya,
membuat-nya tak mampu berkata-kata.
"Ayolah, naik," bujuk Rink dengan senyum yang amat memesona. Caroline pun
duduk di jok kulit dan menutup pintu mobil. Bangku mobil yang empuk itu
menghanyutkannya ke alam kemewahan, dan ia harus berusaha keras menahan
keinginanhatinya mengelus kelembutan jok mobil tersebut. Alat-alat di dasbor
mobil seperti memancarkan beribu kelip warna-warni ke arah Caroline.
"Kau suka milk shake cokelat"" Baru sekali Caroline mencicipinya selama
hidupnya. Ketika ibunya baru gajian dan mereka makan siang di sebuah kedai di
kota, ibunya membelikan milk shake cokelat untuk mereka nikmati berdua
dalam rangka merayakan hari istimewa itu. "Ya."
"Aku tadi berhenti di Dairy Mart. Kau pilih saja sendiri." Rink memiringkan
kepala ke arah gelas kertas yang terselip di antara tempat duduk.
Gelas itu tertutup, tetapi sedotannya mencuat dari lubang di bagian atasnya.
"Terima kasih," ujar Caroline malu-malu. Di-ambilnya gelas itu lalu diisapnya
isinya melalui sedotan. Rasanya dingin, mantap, dan enak. Caroline tersenyum
senang. Rink balas tersenyum.
Radionya tidak dibunyikan keras-keras dan atap mobilnya tidak dibuka. Rink
tidak ingin ada yang melihat ia bersama Caroline. Caroline mengerti dan tidak
keberatan. Rink datang men-jemputnya; ia membelikannya milk shake cokelat.
Itu saja sudah cukup buat Caroline.
"Bagaimana kerjamu tadi""
"Aku menjual satu set piring makan."
"Oh ya"" "Perabot jelek. Kurasa aku tidak bisa makan dengan piring seperti itu."
Rink tertawa. "Tapi kau kan tidak ingin men-jual piring seumur hidupmu""
"Ya." "Apa yang ingin kaulakukan""
Kuliah, jawab Caroline dalam hati dengan perasaan putus asa. "Entahlah. Aku
suka mate-matika. Aku jadi juara dua tahun berturut-turut."
Caroline merasa perlu menunjukkan kelebihan dirinya, bercerita pada Rink
tentang sesuatu yang membuatnya takkan lupa peristiwa malam ini, karena ia
tahu, ia sendiri tidak akan pernah melupakannya seumur hidup. Dia, Caroline
Dawson, berkeliling dengan mobil Rink Lancaster! Tetapi, apa peduli Rink" Ia
bisa memilih gadis mana pun yang ia suka, gadis yang lebih tua dan lebih
www.diduniadownload.blogspot.com
software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 033software full version, ebook, komik, mp3, subtitle 033
http://ac-zzz.blogspot.com/
tidur untuk melamun tentang Rink dan apa yang dikatakan pria itu padanya hari
itu. Tentulah Rink tidak akan ingat padanya....
"Hai, Caroline." Mobil itu melintas dari bela-kang Caroline dan berhenti di
sisinya. Dengan takjub Caroline memandang wajah Rink yang tersenyum
padanya sambil memiringkan tubuh ke arah kursi penumpang di sebelahnya dan
membukakan pintu mobil. "Ayo naik. Aku antar kau ke rumah."
Caroline melihat ke kiri dan kanan, seperti orang yang baru saja melakuk
an kesalahan. "Ku-rasa sebaiknya jangan."
Rink tertawa. "Mengapa"" Karena pria seperti Rink Lancaster tidak akan
mengajak gadis seperti Caroline Dawson ber-keliling naik mobil sport, itulah
sebabnya. Na-mun Caroline tidak mengatakannya. Ia tidak mengucapkan
sepatah kata pun. Debar jantung-nya terasa sampai ke tenggorokannya,
membuat-nya tak mampu berkata-kata.
"Ayolah, naik," bujuk Rink dengan senyum yang amat memesona. Caroline pun
duduk di jok kulit dan menutup pintu mobil. Bangku mobil yang empuk itu
menghanyutkannya ke alam kemewahan, dan ia harus berusaha keras menahan
keinginanhatinya mengelus kelembutan jok mobil tersebut. Alat-alat di dasbor
mobil seperti memancarkan beribu kelip warna-warni ke arah Caroline.
"Kau suka milk shake cokelat"" Baru sekali Caroline mencicipinya selama
hidupnya. Ketika ibunya baru gajian dan mereka makan siang di sebuah kedai di
kota, ibunya membelikan milk shake cokelat untuk mereka nikmati berdua
dalam rangka merayakan hari istimewa itu. "Ya."
"Aku tadi berhenti di Dairy Mart. Kau pilih saja sendiri." Rink memiringkan
kepala ke arah gelas kertas yang terselip di antara tempat duduk.
Gelas itu tertutup, tetapi sedotannya mencuat dari lubang di bagian atasnya.
"Terima kasih," ujar Caroline malu-malu. Di-ambilnya gelas itu lalu diisapnya
isinya melalui sedotan. Rasanya dingin, mantap, dan enak. Caroline tersenyum
senang. Rink balas tersenyum.
Radionya tidak dibunyikan keras-keras dan atap mobilnya tidak dibuka. Rink
tidak ingin ada yang melihat ia bersama Caroline. Caroline mengerti dan tidak
keberatan. Rink datang men-jemputnya; ia membelikannya milk shake cokelat.
Itu saja sudah cukup buat Caroline.
"Bagaimana kerjamu tadi""
"Aku menjual satu set piring makan."
"Oh ya"" "Perabot jelek. Kurasa aku tidak bisa makan dengan piring seperti itu."
Rink tertawa. "Tapi kau kan tidak ingin men-jual piring seumur hidupmu""
"Ya." "Apa yang ingin kaulakukan""
Kuliah, jawab Caroline dalam hati dengan perasaan putus asa. "Entahlah. Aku
suka mate-matika. Aku jadi juara dua tahun berturut-turut."
Caroline merasa perlu menunjukkan kelebihan dirinya, bercerita pada Rink
tentang sesuatu yang membuatnya takkan lupa peristiwa malam ini, karena ia
tahu, ia sendiri tidak akan pernah melupakannya seumur hidup. Dia, Caroline
Dawson, berkeliling dengan mobil Rink Lancaster! Tetapi, apa peduli Rink" Ia
bisa memilih gadis mana pun yang ia suka, gadis yang lebih tua dan lebih
http://ac-zzz.blogspot.com/
bergaya daripada dirinya. Gadis yang berpakaian lebih. indah dan suka
berkumpul di klub, gadis-gadis yang ibunya duduk dalam komite dan naik mobil
mewah, gadis-gadis yang merasa malu bicara dengan Caroline Dawson.
"Matematika, heh" Mungkin aku butuh per-tolonganmu untuk mengerjakan
tugas akademis-ku. Aku nyaris tidak lulus kuliah matematika."
"Apakah kau suka kuliah""
"Tentu saja. Asyik sekali. Tetapi aku senang sudah keluar."
"Kau sudah lulus""
"Enam minggu yang lalu."
"Kuliah jurusan apa""
"Pilihanku antara pertanian atau teknik. Aku merasa cukup banyak tahu tentang
pertanian, karena itu aku memilih teknik."
"Itu akan sangat membantu di pabrik pemin-talan kapasmu."
"Kurasa begitu." Tanpa menanyakan arah, Rink keluar dari jalan raya ke jalan
kecil yang menuju rumahnya.
"Kau tak perlu mengantarku sampai rumah," kata Caroline cepat-cepat.
"Di sini gelap gulita seperti dalam tero-wongan."
"Aku tidak takut, sungguh. Tolong, berhenti di sini saja."
Tanpa membantah, Rink mengerem mobil. Caroline tidak ingin Rink
mengantarnya sampai ke rumah. Karena kalau ya, ia harus memberi penjelasan
tentang semuanya pada ibunya. Hari ini terlalu istimewa. Ia tidak ingin berbagi
ke-istimewaan hari ini dengan orang lain. Ia ter-utama tidak ingin Rink
berjumpa ibunya di rumahnya yang reyot.
Setelah mesin mobil dimatikan, segalanya jadi senyap. Rink mematikan lampu
mobil dan me-nurunkan atapnya. Sinar rembulan yang putih keperakan
menimpa wajah mereka. Sementara angin yang bertiup semilir mempermainkan
rambut mereka. Rink merentangkan tangan ke sandaran tempat duduk Car
oline. Lutut Rink menyentuh lutut Caroline ketika ia berputar hendak menatap Caroline. Rink
tidak menggeserkan lututnya. Caroline dapat mencium aroma cologne yang
dipakai Rink, melihat bayang-bayang kumis halus yang tumbuh. Rink bukan
anak-anak lagi, ia laki-laki dewasa. Caroline belum pernah berken-can, belum
pernah berduaan saja dengan pria.
Menyadari Rink tak bicara sepatah kata pun, Caroline melanjutkan menyedot
minuman. Rink mengamatinya dengan saksama. Caroline melihat Rink
memerhatikan bibirnya yang menyedot minuman. Terdengar suara keras ketika
akhirnya minumannya habis. Ia menatap Rink dengan perasaan malu.
Rink tersenyum. "Enak milk sbake-nya""
"Enak sekali. Terima kasih." Caroline memberi-kan gelas kosongnya kepada
Rink, yang lalu menyelipkannya ke bawah bangku.
Ketika tegak kembali, Rink agak memiringkan tubuh sehingga wajah mereka
berhadapan. Ma-lam itu percakapan mereka berakhir karena rasa ingin tahu
Manusia Siluman 2 Pendekar Naga Putih 47 Bangkitnya Malaikat Petir Harimau Mendekam Naga Sembunyi 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama