Petualangan Tom Sawyer Karya Mark Twain Bagian 4
281 orang keluar masuk, kecuali di malam hari. Ia tak tahu sebabnya tentang keadaan yang aneh ini, memang ia ingin tahu, namun perasaan ingin tahu itu tak berapa kuat. Anak itu memuaskan rasa
ingin tahunya dengan merasa yakin, bahwa kamar itu ada hantunya. Malam kemarin ia melihat cahaya dalam kamar itu.
"Itulah yang kuketahui, Huck. Kukira itulah Nomor Dua yang kita cari."
"Begitulah, Tom. Kini apa yang akan kita kerjakan""
"Tunggu, kupikir sebentar."
Tom berpikir lama sekali, baru berkata lagi, "Beginilah. Pintu belakang dari No. 2 itu adalah pintu yang menghadap gang sempit di antara penginapan dan toko bata yang kecil dan tua. Nah, kini kumpulkanlah semua anak kunci yang bisa kau temui, aku akan mencopet semua milik Bibi. Di malam gelap yang pertama kita pergi ke tempat itu untuk mencoba semua kunci. Dan ingat harus kau perhatikan kalau-kalau kau melihat Joe si Indian. Mungkin ia datang sebab seperti katanya, ia akan mencari kesempatan untuk membalas dendam. Bila kau melihatnya ikuti dia. Jika ia tak pergi ke No. 2, maka itu bukanlah tempat yang tepat."
"Tuhanku! Aku tak ingin mengikuti dia sendiri!"
"Mengapa, pasti itu terjadi di malam hari. Ia tak akan melihat engkau. Kalau ia melihat, ia tak akan berpikir apa-apa, tak akan curiga."
"Baiklah, bila malamnya sangat gelap, mungkin
282 akan kuikuti dia. Aku tak tahu - aku tak tahu. Akan kucoba."
"Berani bertaruh, jika hari gelap dan kulihat dia, dia pasti kuikuti. Mungkin ia berpendapat, tak ada kesempatan baginya untuk membalas dendam dan membawa kabur uang itu."
"Betul juga, Tom, betul juga. Nah, biarlah, akan kuikuti dia, apa pun yang akan terjadi."
"Nah, itu baru perkataan seorang sahabat. Jangan kau berhati lemah, Huck, aku juga tidak."
283 Bab XXVIII BERHADAPAN DENGAN BAHAYA
MALAM itu Tom dan Huck siap untuk bertualang. Mereka berputar-putar di sekitar penginapan itu sampai lewat pukul sembilan. Seorang mengawasi gang kecil di sebelah penginapan itu dari jauh, yang lain mengawasi pintu penginapan. Tak seorang pun keluar atau masuk ke dalam gang, tak seorang pun yang mirip si Spanyol memasuki atau keluar dari pintu penginapan. Malam itu langit agaknya akan cerah. Maka Tom pulang dengan perjanjian, bila malam menjadi gelap Huck akan menyusulnya dan mengeong. Tom akan keluar dan mencoba kunci-kuncinya. Ternyata langit tetap cerah, Huck menghabisi waktu jaga dan tidur di dalam tong bekas gula sekitar pukul dua belas.
Hari Selasa anak-anak itu tetap sial. Begitu juga hari Rabu. Tapi hari Kamis agaknya ada harapan. Di saat yang baik Tom menyelinap keluar, membawa lentera seng tua milik bibinya dan selembar handuk besar untuk menutupi lentera. Lentera itu disembunyikan dalam tong gula Huck. Berdua
284 mereka mengawasi penginapan. Sejam sebelum tengah malam, penginapan tutup, lampunya (satu-satunya yang ada) dipadamkan. Tak ada seorang Spanyol pun terlihat. Tak ada orang keluar atau masuk gang. Semua memberi harapan baik. Langit mulai pekat, hanya terpecahkan oleh suara guruh di kejauhan.
Tom mengambil lenteranya, dinyalakannya di dalam tong, dibungkus erat-erat dengan handuk dan kedua orang petualang itu berjalan dalam kelam menuju ke penginapan. Huck berjaga di ujung gang, Tom masuk meraba-raba. Mulailah waktu menunggu bagi Huck, menunggu dengan was-was yang menekan hatinya seberat gunung. Ia berharap, agar ia bisa melihat kilasan cahaya lentera. Hal itu akan menakutkannya, namun setidak-tidaknya akan memberi bukti, bahwa Tom masih hidup. Rasanya telah berjam-jam Tom lenyap. Pastilah ia telah pingsan, mungkin juga mati. Mungkin hatinya meletus tak kuat menahan takut atau kegembiraan. Dalam kegelisahannya tak terasa Huck merambat makin lama makin dalam memasuki gang, takut akan hal-hal yang mengerikan dan mengharapkan bencana yang akan menghabiskan, napasnya. Tak banyak napasnya yang bisa dihabiskan, sebab ia hanya bisa bernapas sedikit dan pastilah dadanya akan segera rusak, disebabkan debarannya begitu keras. Tiba-tiba terlihat cahaya lentera dan Tom berlari di sampingnya sambil berteriak, "Lari, cepat! Selamatkan dirimu!"
285 Perintah itu tak perlu diulang, sekali sudah cukup. Sebelum ulangan sempat diucapkan, Huck telah berlari dengan kecepatan tiga puluh atau empat puluh mil sejam. Kedua anak berlari sampai mereka mencapai gudang terbuka yang tak terp
akai lagi dari rumah pembantaian di ujung desa. Tepat pada waktu mereka terlindung, hujan bercampur angin turun dengan lebatnya. Segera setelah Tom bisa berbicara lagi ia berkata, "Huck, mengerikan! Kucoba dua kunci perlahan-lahan. Tapi suaranya begitu keras, hingga aku ketakutan. Dengan dua kunci itu pintunya tak bisa dibuka. Tanpa kusadari kupegang tombol pintu, dan pintu itu terbuka! Ternyata sama sekali tak terkunci! Aku melompat masuk, membuka pembungkus lentera, dan... demi hantu Kaesar Agung!"
"Apa! Apa yang kau lihat, Tom""
"Huck, hampir saja aku menginjak tangan Joe si Indian!"
"Betulkah""
"Ya! Ia berbaring di lantai, tidur nyenyak, matanya tertutup kain, tangannya terbentang lebar."
"Tuhanku! Apa yang kau perbuat" Apakah ia terbangun""
"Tidak, tak bergerak sedikit pun. Mabuk, kukira. Kusambar handukku dan lari."
"Aku tak akan ingat akan handuk itu, pasti!"
"Terpaksa. Kalau tidak, pasti bibi marah padaku."
286 "Hai, Tom, kau lihat kotak itu""
"Huck, aku tak sempat melihat berkeliling. Tak kulihat peti itu, tak kulihat tanda silang. Tak kulihat apa pun, kecuali sebuah botol dan sebuah cangkir seng di lantai dekat si Joe; dan aku pun melihat dua tong serta banyak botol di kamar itu. Tahukah kau kini apa sebenarnya kamar hantu itu""
"Apa"" "Kamar itu dihantui minuman keras! Mungkin semua Penginapan Anti Minuman keras selalu mempunyai sebuah kamar hantu, bukan, Huck""
"Mungkin juga, siapa yang akan mengira" Tapi, Tom, kini saat yang tepat untuk mengambil kotak itu, bila si Joe mabuk."
"Betul, kau saja yang mengambilnya."
Huck gemetar sesaat. "Ah, tidak, jangan aku."
"Aku pun tak mau, Huck, hanya ada satu botol kosong di dekat Joe si Indian dan itu tak cukup. Bila ada tiga buah, ia mabuk dan aku berani."
Agak lama keduanya terdiam, berpikir-pikir. Kemudian Tom berkata, "Dengar Huck, baiklah kita tak mencoba, bila kita tahu, bahwa si Joe masih ada di sana. Sangat menakutkan. Kini kita awasi tiap malam, sampai kita merasa yakin benar ia tak ada di kamar itu. Begitu ia keluar, secepat kilat kita rampas kotaknya."
"Aku setuju. Akan kuawasi sepanjang malam, dan setiap malam pula, asal kau kerjakan tugas
288 yang lain itu." "Baiklah, yang harus kaukerjakan hanyalah lari satu blok ke jalan Hooper dan memeong - dan bila aku masih juga tidur, lemparkan beberapa kerikil ke jendelaku, pasti aku terbangun."
"Setuju." "Nah, Huck, hujan reda. Aku pulang. Dua jam lagi fajar menyingsing. Kau mau, bukan, mengawasi untuk dua jam lagi""
"Telah kukatakan, Tom, itu tugasku. Aku bersedia mengawasi penginapan itu tiap malam selama setahun. Aku akan tidur sepanjang siang, dan berjaga sepanjang malam."
"Bagus. Di mana kau tidur""
"Di gudang jerami Ben Rogers. Ia membolehkan, begitu juga budak Negro ayahnya, Paman Jake. Aku selalu mengangkut air untuk Paman Jake bila dimintanya, dan jika aku menginginkan makanan diberinya aku sedikit, kalau ada untuk berdua. Ia Negro yang baik. Ia senang padaku, sebab aku tak bertingkah seolah-olah aku berderajat lebih tinggi. Kadang-kadang aku malah duduk makan bersama dia. Tapi jangan ceriterakan hal itu pada siapa pun. Tiap orang harus melakukan yang tak disenanginya, bila ia sangat kelaparan."
"Nah, kalau kau tak kuperlukan di siang hari, akan kubiarkan kau tidur. Tak akan kuganggu kau. Dan tiap saat ada sesuatu yang penting di malam hari, jangan ragu untuk membangunkan aku."
289 Bab XXIX MEMBALAS DENDAM KABAR pertama yang sampai kepada Tom pada Jum'at pagi adalah suatu kabar gembira. Malam sebelumnya ternyata keluarga Hakim Thatcher telah kembali ke kota. Tentang si Joe, maupun tentang harta karun tersisihkan dalam pikirannya, dan Becky muncul dalam angan-angannya. Ia mengunjungi Becky bersama teman-teman lain. Mereka bermain sembunyi-sembunyian sampai lelah sehari suntuk. Dan hari itu disempurnakan dengan secara istimewa: Becky mendesak, agar ibunya menentukan esok harinya hari piknik yang telah lama dijanjikan dan ditunda-tunda. Ibu Becky setuju. Kegembiraan Becky tak terlukiskan; Tom begitu juga. Sebelum matahari terbenam undangan-undangan telah diedarkan, dan seketika itu juga semua kaum muda di des
a itu sibuk dengan persiapan, yang penuh kegembiraan. Tom tak bisa cepat tidur; besar harapannya akan mendengar suara mengeong Huck Finn, agar keesokan harinya ia bisa membuat Becky serta para peserta piknik
290 lainnya heran dengan harta karunnya. Tetapi ia kecewa, harapannya tak terkabul. Tak ada tanda-tanda sampai pagi tiba.
Pukul sepuluh esok harinya, sekelompok anak-anak dan beberapa orang muda yang gembira ria berkumpul di rumah Hakim Thatcher. Bukanlah adat daerah itu bagi orang-orang dewasa untuk mengurangi kegembiraan berpiknik. Anak-anak itu dianggap cukup aman di bawah perlindungan beberapa gadis berumur delapan belas tahun dan beberapa orang muda berumur sekitar dua puluh tiga tahun. Sebuah kapal tambang uap disewa untuk piknik itu. Beberapa saat setelah berkumpul, rombongan yang gembira itu memenuhi jalan, dibebani oleh keranjang-keranjang berisi perbekalan. Sid sakit, jadi tak bisa ikut, Mary harus merawatnya di rumah. Kata-kata terakhir yang diucapkan Nyonya Thatcher kepada Becky ialah:
"Kau akan pulang terlambat. Agaknya lebih baik bila kau bermalam di rumah teman-teman yang tinggal dekat pelabuhan kapal tambang."
"Kalau begitu, aku akan bermalam di rumah Susy Harper, Bu."
"Baiklah. Tapi ingat, baik-baiklah, jangan membuat kesulitan di rumah orang."
Beberapa saat kemudian setelah mereka meninggalkan rumah, Tom berkata pada Becky, "Dengar, kuberi tahu apa yang akan kita lakukan. Daripada pergi ke rumah Joe Harper lebih baik kita pulangnya mendaki bukit dan bermalam di
291 rumah Nyonya Janda Douglas. Pasti ia mempunyai es krim. Setiap hari ia membuatnya banyak sekali. Ia pun akan senang, bila kita berkunjung ke sana."
"Oh, senang juga, tapi apa kata ibuku nanti""
"Bagaimana ibumu bisa mengetahuinya""
Becky memikirkan usul Tom beberapa saat, kemudian menjawab agak ragu, "Kukira itu menyalahi janjiku, tapi..."
"Tapi apa! Ibumu tak akan tahu, jadi tak ada salahnya, bukan" Yang diinginkannya hanyalah agar kau selamat, dan aku berani bertaruh ia akan menyuruhmu bermalam di rumah Nyonya Janda, bila tadi dia teringat. Pasti itulah yang akan dikatakannya kepadamu."
Keramah-tamahan Janda Douglas merupakan godaan yang kuat, apalagi Tom membujuk terus, hingga akhirnya Becky menyerah. Diputuskan juga, mereka tak akan mengatakan rencana itu pada anak-anak lain. Namun, ketika Tom ingat akan janjinya pada Huck, kegembiraannya agak berkurang. Bagaimana, kalau nanti malam Huck memberi tanda ke rumahnya" Tetapi kesenangan yang bisa didapatnya di rumah Janda Douglas tak bisa dilalaikan begitu saja. Dan untuk apa kesempatan itu dilepaskan begitu saja. Malam yang lalu tanda yang dinanti-nanti itu tak kunjung datang, bagaimana mungkin malam itu akan datang" Kesenangan yang meyakinkan mengalahkan harta karun yang masih dalam keragu-raguan dan seperti halnya anak-anak sebayanya, ia menyerah pada daya
292 tarik yang lebih besar dan tak mengijinkan dirinya untuk memikirkan kotak harta karun di hari itu.
Tiga mil dari hulu kota, kapal tambang itu berhenti di mulut sebuah teluk yang berhutan dan berlabuhlah. Penumpangnya berlari-lari turun ke darat; hutan itu segera penuh dengan sorak sorai dan tawa ria. Setiap cara untuk melelahkan tubuh dijalankan dan akhirnya semua kembali dengan rasa lapar dan digempurlah makanan-makanan yang dibawa. Sehabis makan, mereka beristirahat, sambil bercakap-cakap di bawah naungan pohon-pohon yang besar. Tak lama kemudian terdengar seseorang berteriak, "Siapa yang berani masuk dalam gua""
Semua berani. Bungkusan-bungkusan lilin dikeluarkan, dan seketika itu juga semua berlomba-lomba menaiki bukit. Mulut gua terletak di sisi bukit, berbentuk huruf A. Pintu kayunya yang tebal dan kuat terbuka. Di balik pintu terdapat sebuah ruang kecil, dingin seperti lemari es, dindingnya dari batu kapur keras berembun dingin. Ruang itu menarik, karena penuh rahasia. Dalam kegelapan, memandang ke luar, ke lembah yang bermandikan sinar matahari. Tapi perasaan yang menimbulkan segan itu segera lenyap dan penjelajahan dimulai. Waktu sebatang lilin dinyalakan terjadi pengeroyokan atas yang menyalakan lilin itu. Perebutan dan
pertahanan dilakukan dengan sengit, akhirnya lilin itu padam. Mungkin jatuh atau tertiup, kemudian dimulailah kejar-mengejar dengan diiringi teriakan-teriakan dan tawa. Namun
293 semuanya ada akhirnya. Anak-anak itu mengadakan arak-arakan dengan lilin di gang-gang gelap dalam gua itu. Barisan lilin memperlihatkan langit-langit gua tempat dinding gua itu bertemu kira-kira enam puluh kaki di atas para peserta piknik. Gang utama dari gua itu lebarnya kira-kira delapan atau sepuluh kaki. Dari tepi kanan dan kiri terdapat gang-gang yang lebih kecil - sebab gua McDougal sebenarnya adalah sekelompok jalan setan yang terdiri dari gang-gang yang bengkak-bengkok, terjalin satu sama lain. Kata orang seseorang bisa mengembara berhari-hari dan bermalam-malam di jaringan yang membingungkan itu tanpa bisa menemukan ujung gang yang sedang dijalaninya. Bila diikuti jalan yang menurun, dan menurun terus, jauh ke dalam bumi, akan didapatinya hal yang sama, lingkaran setan demi lingkaran setan tak berujung. Tak seorang pun tahu keadaan di dalam gua itu. Banyak di antara orang muda mengetahui beberapa bagian dari gua ini, dan mereka menganggap bijaksana, jika tidak melewati batas yang telah mereka ketahui. Tom Sawyer tahu juga beberapa bagian dari gua itu.
Selama kira-kira tiga perempat mil, arak-arakan lilin menggunakan gang utama. Kemudian kelompok-kelompok kecil dan pasangan-pasangan mulai menyelinap ke gang-gang kecil di kanan kiri gang utama itu, berlari-larian di gang-gang yang seram untuk menakut-nakuti kelompok lain di gang-gang yang mereka lalui, kalau berpotongan
294 dengan gang lain. Kelompok-kelompok itu bisa menghindari pertemuan dengan kelompok-kelompok lain untuk setengah jam tanpa meninggalkan bagian yang telah dikenal baik.
Akhirnya, kelompok demi kelompok muncul kembali di pintu gua, terengah-engah, riuh-rendah, dari kepala sampai ke kaki kena tetesan lilin. Di sana-sini tubuh mereka berbecah lumpur, tapi semua girang, tandanya piknik itu berhasil baik. Semua tercengang, bagaimana waktu cepat berjalan dan malam hampir tiba. Selama setengah jam lonceng kapal berdentang-dentang memanggil mereka. Ini bagaikan menutup hari penuh petualangan dengan cara yang romantis, dan karena itu sangat memuaskan. Ketika kapal didorong ke dalam arus, tak seorang pun di antara para penumpang yang bertingkah laku liar itu peduli akan waktu, kecuali kapten.
Huck berjaga-jaga waktu lampu-lampu kapal gemerlapan melintasi dermaga. Ia tak mendengar suara ribut dari atas kapal itu, sebab kini para penumpangnya mulai lelah. Huck bertanya-tanya dalam hati, kapal apa itu dan mengapa tak berlabuh di dermaga. Tetapi pikiran itu segera lenyap, sebab perhatiannya tertuju pada tugasnya. Langit mendung dan gelap. Pukul sepuluh malam suara kendaraan tak terdengar lagi, lampu-lampu bergantian padam; orang yang berjalan kaki lenyap. Desa itu mulai tidur, meninggalkan jaga malam kecil itu hanya berteman kesunyian malam dan hantu-hantu.
295 Pukul sebelas, lampu penginapan dipadamkan. Kini semuanya gelap. Huck menunggu, baginya waktu berjalan amat lambat dan mengesalkan. Tapi tak ada yang terjadi. Kepercayaannya mulai goyah. Adakah gunanya ia berjaga" Apakah manfaatnya" Mengapa harus dihiraukan dan tidak tidur saja"
Ada suara terdengar; sekejap ia waspada. Pintu di gang penginapan tertutup pelahan. Huck melompat ke sudut tembok. Sesaat kemudian dua orang berlalu dekat sekali; seorang membawa benda berat di bawah lengannya. Pasti kotak harta karun itu! Mereka akan memindahkan hartanya! Mengapa harus memanggil Tom sekarang" Pikiran tolol: orang-orang itu akan lenyap dan tak bisa diketemu-kan lagi. Tidak, ia akan mengikuti mereka; kegelapan ini akan melindunginya. Setelah berunding sendiri, bagaikan kucing ia berjalan tak bersuara di belakang orang-orang itu. Dengan kaki telanjang ia menyelinap cukup jauh tak bisa dilihat dari depan.
Kedua orang itu bergerak sepanjang sungai kira-kira tiga blok, kemudian membelok ke kiri di sebuah perempatan jalan. Mereka mengikuti jalan itu, sampai jalan itu bercabang ke bukit Cardiff. Mereka mengambil jalan ini. Jalan itu menanjak,
mereka terus mendaki tanpa ragu, melewati rumah penjaga hutan di setengah jarak ke puncak bukit. Bagus, pikir Huck, mereka akan menanam harta itu di lobang galian bekas tambang. Tapi ternyata mereka tak berhenti di lobang galian itu. Mereka menuju jalan sempit di antara semak-semak yang
296 tinggi. Keduanya lenyap di kegelapan. Huck mempercepat langkah untuk mendekati mereka, sebab kini mereka tak akan bisa melihatnya lagi. Ia berlari-lari kecil, kemudian mengurangi kecepatan, takut kalau-kalau ia berjalan terlalu cepat. Setelah itu ia berhenti, mendengarkan; tak terdengar suara sedikit pun kecuali detakan jantungnya. Suara seekor burung hantu terdengar dari atas bukit. Tapi tak terdengar suara langkah kaki. Tuhanku, apakah ia telah kehilangan jejak" Huck sudah hampir saja lari, ketika tiba-tiba terdengar seseorang mendeham pada jarak kurang dari empat kaki di dekatnya! Jantung Huck bagaikan melompat ke mulutnya, namun cepat-cepat ditelannya kembali. Seketika itu juga Huck menggigil seakan-akan dua belas penyakit demam menjangkitnya serentak. Tubuhnya begitu lemah, hingga rasanya ia akan roboh. Ia tahu, di mana dia sekarang. Kira-kira lima langkah dari pintu kecil yang menuju halaman rumah besar Nyonya Janda. Biarlah, bila mereka akan menanamkan harta itu di situ, mudah mencarinya kelak.
Terdengar suara sangat rendah - suara Joe si Indian:
"Terkutuk dia, mungkin ia sedang menerima tamu, selarut ini lampunya masih menyala."
"Tak ada kulihat lampu."
Suara terakhir itu asing, suara orang asing di rumah hantu! Jantung Huck berhenti berdetak -inilah, jadi inilah pembalasan dendam yang di297 maksud itu! Pikiran pertamanya: lari! Kemudian teringat Janda Douglas yang suka memberi pertolongan, dan mungkin sekali orang-orang ini akan membunuh Nyonya yang baik hati itu. Ingin sekali ia memberi peringatan kepada Nyonya Douglas, namun ia tahu, ia tidak berani. Kedua orang itu mungkin akan mengejar dan menangkapnya. Ini dan banyak lagi menjadi bahan pikirannya dalam waktu antara jawaban si orang asing dengan kata-kata selanjutnya, yaitu:
"Semak-semak menghalangi matamu. Nah -kesinilah - kini kaulihat, bukan""
"Ya. Ada tamu di sana. Lebih baik kita gagalkan saja rencana ini."
"Gagalkan" Sedang ini adalah kali terakhir aku di tempat ini" Tak kan kudapat kesempatan lain. Telah berkali-kali kukatakan padamu. Aku tak peduli akan uangnya, boleh kauambil semua. Tetapi suaminya sangat kasar perlakuannya padaku - sering berlaku kasar padaku - lagi pula dialah hakim yang menghukumku hanya karena aku seorang gelandangan! Bukan itu saja. Itu sih soal kecil. Tetapi aku dicambukinya dengan cambuk kuda! Dicambuki bagai seorang negro! Di depan penjara, di depan seisi kota! Dicambuk! Mengertikah kau" Sungguh tidak adil, ia mampus sebelum aku sempat membalas dendam. Jadi dendam itu kubalaskan pada istrinya."
"Oh, jangan bunuh dia. Jangan!"
298 "Membunuh" Siapa berbicara tentang pembunuhan" Bila suaminya masih ada pasti ia kubunuh, tetapi tidak begitu dengan istrinya. Bukan begitu caranya pembalasan dendam pada seorang wanita - hancurkan mukanya! Robek cuping hidungnya, potong daun telinganya seperti babi."
"Demi Tuhan! Itu ..."
"Jangan ucapkan tanggapanmu, itu lebih aman bagimu. Ia akan kuikat di tempat tidur. Bila ia mampus kehabisan darah, apakah itu salahku" Aku tak akan menangis bila ia mampus. Kawan, kau harus membantuku dalam hal ini demi aku karena itulah kau ada di sini - mungkin tak bisa kukerjakan sendiri. Bila kau menolak, kubunuh kau, kubunuh dia - dan kukira tak akan ada lagi yang tahu, siapa yang mengerjakannya."
"Kalau begitu, mari cepat-cepat kita selesaikan saja. Lebih cepat lebih baik - badanku gemetar."
"Sekarang" Dengan tamu di sana" Dengar jangan buat aku curiga padamu, itulah yang harus kauingat. Tidak, kita tunggu sampai lampu-lampu itu padam. Tak perlu tergesa-gesa."
Huck merasa, bahwa mereka tak akan berbicara lagi dan kesunyian akan tiba - kesunyian yang lebih mengerikan daripada segunung percakapan perkara pembunuhan. Dengan menahan napas ia melangkah mundur. Satu per satu kakinya diangkat hati-hati, diletakkan dengan teguh
. Setelah berdiri agak lama dengan satu kaki hampir-hampir dia roboh. Langkah-langkah mundur itu diulangi de299 ngan cara yang sama, sampai tiba-tiba kakinya memijak sebatang ranting kering yang berderak patah! Napasnya terhenti, telinganya dipasang. Tapi tak terdengar suara, sunyi betul-betul. Rasa terimakasihnya tak terhingga. Kini di antara semak-semak dia memutar tubuh dengan perlahan seakan dirinya sebuah kapal di sebuah terusan - kemudian melangkah cepat dengan hati-hati. Waktu lobang galian lama dicapainya, ia merasa aman, kakinya yang tangkas membawa tubuhnya berlari. Terus, terus ke bawah, sampai dicapainya rumah penjaga hutan. Digedornya pintu rumah itu keras-keras sampai kepala penjaga hutan yang tua itu muncul bersama kedua orang anaknya yang tegap-tegap di jendela. Dia bertanya, "Keributan apa itu" Siapa yang menggedor pintu" Ada apa""
"Izinkan saya masuk - cepat! Nanti kuceritera-kan semuanya!"
"Wah, siapa engkau""
"Huckleberry Finn - cepat, izinkan aku masuk!"
"Astaga, Huckleberry Finn! Bukan nama yang bisa membukakan setiap pintu. Tapi biarlah dia masuk, anak-anak! Dan mari kita lihat apa yang mau jadi kesulitannya."
"Jangan katakan, bahwa aku yang berceritera," kata Huck mula-mula waktu ia telah di dalam. "Berjanjilah, kalau tidak aku pasti akan dibunuh. Nyonya Janda baik sekali padaku dan aku ingin katakan - aku akan katakan asal kau berjanji tak akan memberi tahu orang lain, bahwa yang berkata
300 adalah aku." "Demi Tuhan, agaknya ia mempunyai ceritera yang amat penting, kalau tidak tak mungkin begini tingkahnya!" seru penjaga hutan tua itu, "Katakanlah tak akan ada yang membuka rahasiamu di sini."
Tiga menit kemudian orang tua dan kedua anaknya telah menaiki bukit dengan persenjataan lengkap. Huck mengantar mereka sampai ke jalan kecil yang memasuki semak-semak, lebih dari itu tak berani. Ia bersembunyi di balik batu besar, memasang telinga. Lama sekali terasa kesunyian penuh ketegangan, sampai kesunyian itu dipecahkan oleh suara ledakan tembakan dan jeritan.
Dengan tidak menunggu lagi, Huck melompat dan bagaikan terbang dia lari turun dari bukit.
301 Bab XXX TOM DAN BECKY DALAM GUA
MENJELANG pagi di hari Minggu, Huck mendaki bukit dan mengetuk pintu penjaga hutan. Isi rumah masih tidur, namun tidur yang tak lelap oleh pengalaman tadi malam. Dari jendela terdengar: "Siapa itu""
Dengan berbisik Huck menjawab ketakutan, "Izinkan aku masuk. Aku Huck Finn."
"Nama itu bisa membuka pintu rumah ini siang atau malam, Nak! Selamat datang!"
Perkataan-perkataan itu sangat asing bagi anak gelandangan itu, tetapi yang paling merdu yang pernah didengarnya. Belum pernah kata-kata itu diucapkan padanya. Segera pintu terbuka, dan ia masuk. Ia diberi kursi untuk duduk, sementara itu si orang tua berpakaian, juga anak-anaknya yang bertubuh tinggi besar.
"Nah, Nak, kuharap kau betul lapar, sebab setelah matahari terbit sarapan akan siap. Sarapan hangat, jangan khawatir, aku dan anak-anak telah berharap kau akan kembali tadi malam."
"Aku sangat ketakutan," kata Huck, "dan aku
302 lari. Aku lari waktu kudengar suara pistol, dan tak berhenti-henti selama lima kilometer. Aku datang lagi karena ingin tahu tentang tadi malam, dan aku datang sebelum matahari terbit sebab aku tak ingin berpapasan dengan setan-setan itu, meskipun mereka telah mati."
"Anak malang, tampak sekali betapa menderitanya kau tadi malam. Tapi di sini kau bisa tidur nanti setelah sarapan. Tidak, Nak, mereka belum mati, kami sangat menyesal. Kau tahu, kami mengetahui dengan tepat di mana para penjahat itu sekarang berkat keteranganmu yang lengkap. Berjingkat kami mendekati mereka sampai kira-kira lima meter dari mereka. Gelap jalan di antara semak-semak itu - dan tepat pada saat itu hidungku terasa gatal akan bersin. Sial betul! kutahan, tapi tak berhasil. Aku di depan dengan pestol yang teracung, dan ketika aku bersin bangsat-bangsat itu melarikan diri. Maka aku berteriak, "Tembak, tembak!" Kami menembaki suara gemersak di semak-semak. Tetapi bangsat-bangsat itu lolos. Kami kejar menembus rimba. Kukira tembakan kami tak ada yang mengena. Bangsat-bangsat
itu membalas, masing-masing melepaskan satu kali tembakan, tetapi pelurunya berdesing lewat kami. Segera setelah suara kaki mereka lenyap, kami menghentikan pengejaran, dan pergi untuk membangunkan para petugas keamanan. Sekelompok menjaga tepian sungai, dan segera setelah agak terang sheriff dan pengawalnya akan menggeledah
303 hutan. Anak-anakku akan ikut dengan mereka. Kalau kami tahu rupa bangsat-bangsat itu pasti pekerjaan kami akan mudah. Tetapi agaknya kau tak bisa melihat wajahnya di kegelapan bukan, Nak""
"Oh, ya, aku mengikuti mereka dari kota." "Bagus! Katakan tanda-tanda mereka, nak, ayoh-lah!"
"Yang satu si orang Spanyol tua, bisu dan tuli, pernah berkeliaran di kota ini. Yang lain rupanya kejam, berpakaian compang-camping -."
"Cukup, nak, kami tahu mereka. Suatu hari kami memergoki keduanya di hutan, di belakang rumah Nyonya Janda. Mereka menyelinap pergi. Cepat berangkat, anak-anak, katakan kepada sheriff. Kalian sarapan nanti saja!"
Anak penjaga hutan itu segera berangkat. Waktu mereka sampai ke pintu, Huck melompat dan berteriak, "Oh, jangan katakan kepada siapa pun bahwa akulah yang menemukan mereka! Jangan sekali-kali!"
"Baiklah, kalau begitu keinginanmu, Huck, tapi sebenarnya engkaulah yang mendapat kehormatan."
"Oh, tidak, tidak! Jangan dikatakan!"
Ketika kedua orang muda itu telah pergi, si penjaga hutan berkata pada Huck, "Mereka tak akan membuka rahasia, Huck, begitu juga aku. Tapi mengapa kau tak mau jasa-jasamu disebut""
Huck tak mau menerangkan. Dia hanya menerangkan bahwa dia mengetahui benar tentang
304 salah seorang di antara kedua orang itu. Tetapi dia tidak suka, bila orang itu mengetahui, bahwa ia mengetahui rahasianya, sebab pastilah ia akan dibunuh.
Orang tua itu berjanji akan memegang teguh rahasianya dan bertanya, "Mengapa kau mengikuti kedua orang itu, Nak" Apa yang menyebabkan engkau curiga""
Huck terdiam sesaat, memikirkan jawaban yang tak membahayakan dirinya.
"Hm, seperti Bapak ketahui, aku keras kepala; demikianlah kata orang dan aku tak membantahnya - kadang-kadang aku tak bisa tidur memikirkan kehidupanku, mencari cara untuk merubahnya. Begitu juga malam tadi. Aku tak bisa tidur. Maka menjelang tengah malam aku berjalan-jalan, sambil berpikir-pikir dan ketika aku sampai ke toko kecil penjual batu bata dekat penginapan Anti Minuman Keras, aku bersandar di dinding untuk berpikir lagi. Tepat pada saat itu keluarlah kedua orang itu, menyelinap dengan membawa sesuatu di bawah lengan mereka. Kuduga, itu adalah hasil curian mereka. Seorang di antaranya mengisap cerutu, dan yang seorang lagi ingin juga mengisap cerutu, meminta api. Tepat di depanku keduanya berhenti dan cahaya api cerutu menerangi wajah mereka. Yang satu yang bertubuh besar adalah orang Spanyol yang bisu tuli itu, dengan cambang dan rambutnya yang putih serta memakai penutup mata. Yang lain ialah si setan berbaju compang305 camping..." "Bisakah kau melihat compang-camping bajunya itu dalam cahaya cerutu""
Huck tertegun sesaat. "Aku tak tahu. Tetapi seolah-olah begitulah kulihat."
"Mereka pergi terus dan engkau ..." "Mengikuti mereka, ya, begitulah. Aku ingin tahu, apa maksud mereka - maka aku membuntuti mereka. Kuikuti mereka hingga dekat pintu pagar Nyonya Janda. Aku bersembunyi di tempat gelap. Orang compang-camping itu meminta, agar Nyonya Janda jangan dibunuh, dan si Spanyol bersumpah akan menghancurkan mukanya seperti yang kukatakan kepada Bapak dan anak-anak Ba ..." "Apa! Orang Spanyol bisu tuli itu berbicara"" Huck telah membuat kesalahan besar! Dengan berbelit-belit ia mencoba untuk menyesatkan pikiran si penjaga hutan, agar tak bisa menduga, siapa sebenarnya orang Spanyol itu, namun betapapun agaknya lidahnya tak bisa dikuasainya. Ia berusaha lagi untuk berdusta, namun mata si penjaga hutan terus memandangnya dengan tak berkedip, hingga dusta-dusta Huck saling berbelitan tak keruan. Akhirnya si penjaga hutan itu berkata, "Anakku, jangan takut kepadaku. Kau tak akan kusakiti, walau seujung rambutmu sekalipun. Tidak - kau akan kulindungi. Orang Spanyol itu sebetulnya tidak bisu, tidak tuli. Hal itu telah kau
katakan tanpa kausadari. Tak bisa lagi kautarik kembali kata-katamu. Kau tahu siapa sebenarnya dia, tapi
306 kau tak mau mengatakannya. Kini percayalah padaku, katakan siapa sebenarnya dia, percayalah padaku - aku tak akan menghianatimu."
Huck memperhatikan mata orang tua itu yang jujur, menundukkan kepala dan berbisik, "Dia bukan orang Spanyol, melainkan Joe si Indian!"
Penjaga hutan itu hampir terlompat dari kursinya. Sesaat kemudian dia berkata, "Kini jelas semua bagiku. Waktu kau berkata tentang telinga yang dipotong dan hidung yang dirobek, kukira semua karanganmu saja, sebab tak mungkin orang kulit putih bisa membalas dendam sampai mempunyai rencana pembalasan dendam sebegitu rupa. Tapi seorang Indian! Lain lagi halnya."
Percakapan berlangsung selama sarapan. Menurut orang tua itu sebelum mereka pergi tidur ia dan anak-anaknya membawa lentera untuk memeriksa bekas tempat para penjahat itu guna mengetahui kalau-kalau ada bekas darah. Tetapi tidak ada, yang ada hanyalah sebungkus besar ..." "Sebungkus besar APA"" Kata-kata itu meluncur dengan kecepatan kilat dari mulut Huck dengan tiba-tiba dan bibir yang pucat. Matanya membesar, napasnya terhenti -menunggu jawaban. Penjaga hutan terkejut membalas dengan mata membesar juga - tiga detik - lima detik - sepuluh detik - baru ia menjawab.
"Sebungkus besar alat-alat pencuri. Wah, mengapa engkau ini""
Huck kembali duduk, terengah-engah, rasa terima
307 kasih membayang di mukanya. Tenang sekali penjaga hutan memandangnya penuh perhatian - kemudian berkata, "Ya, alat-alat pencuri. Kenapa kau terkejut" Apa yang kauharapkan kami temui""
Huck tersudut lagi; pandangan tajam itu tertuju kepadanya; betapa senangnya, bila ia bisa memberi jawaban yang tepat - tak ada pikiran sama sekali untuk itu - pandangan mata orang tua itu seakan menembus hatinya - suatu jawaban yang sama sekali tak masuk akal diberikan - tak ada waktu untuk mempertimbangkan, maka untung-untungan ia menjawab dengan lemah, "Mungkin buku-buku Sekolah Minggu."
Huck yang malang, terlalu sedih untuk tersenyum. Lain halnya dengan si penjaga hutan yang tertawa keras terbahak-bahak hingga seluruh tubuhnya bergetar. Diakhirinya tertawa itu dengan berkata, bahwa tawa semacam itu bagaikan uang. Dengan suka tertawa berkuranglah rekening dokter Ditambahkannya pula, "Anak malang, kau begitu pucat. Kau tidak sehat. Tak heran, kau selalu takut dan tak punya keseimbangan pikiran. Tapi kau pasti akan sehat kembali. Setelah tidur dan beristirahat, kau akan seperti sediakala."
Betapa marahnya Huck pada diri sendiri, yang secara tolol telah menunjukkan kecurigaan yang berlebih-lebihan. Ia telah menduga, bungkusan yang dibawa oleh Joe dan kawannya bukan harta karun setelah mendengarkan pembicaraan mereka di depan pintu kecil tadi malam. Ia hanya berpikir,
308 benda itu bukan harta karun - ia tak tahu dengan pasti - maka berita tentang bungkusan yang tertinggal itu membuatnya tak bisa menahan diri. Akhirnya ia merasa senang juga akan salah paham itu. Kini ia boleh yakin bahwa harta karun masih ada di penginapan. Tampaknya semua keadaan menguntungkan. Harta karun masih ada di No. 2. Kedua orang itu pasti tertangkap dan terpenjara, Tom dan dia tanpa kesukaran bisa mengambil emas itu nanti malam.
Begitu sarapan selesai, terdengar ketukan di pintu. Huck melompat untuk mencari tempat persembunyian, sebab ia tak mau terlibat dengan kejadian tadi malam. Penjaga hutan menyilakan masuk beberapa orang laki-laki dan perempuan di antaranya Nyonya Janda Douglas. Tampak juga penduduk desa sedang mendaki bukit untuk melihat pintu kecil pekarangan Nyonya Janda. Jadi berita tentang kejadian tadi malam telah meluas.
Penjaga hutan harus menceriterakan kejadian itu. Terimakasih Nyonya Janda yang sudah mendapat perlindungan, tidak terkira.
"Jangan berterima kasih padaku, Nyonya, ada orang lain yang lebih berhak untuk menerima ucapan itu daripada saya dan anak-anak saya. Sayang, ia melarang saya menyebutkan namanya. Tanpa dia, kami tak akan tahu tentang kejahatan itu."
Pernyataan itu menimbulkan rasa ingin tahu yang begitu besar hingga semua malahan mendesa
k minta 309 untuk mengetahui kejadian utamanya - tapi penjaga hutan tak mau memuaskan rasa ingin tahu para tamunya yang pasti nanti diteruskan ke seluruh isi kota. Ia tak mau membuka rahasianya. Ketika hal-hal lain telah diketahui, Nyonya Janda berkata, "Aku pergi membaca di tempat tidur. Aku sama sekali tak terbangun, walaupun terjadi keributan itu Mengapa aku tidak dibangunkan""
"Kami kira itu tak ada gunanya. Orang-orang itu tak akan datang kembali - mereka tak akan bisa bekerja tanpa alat-alat. Apa gunanya membangunkan dan menakut-nakuti Nyonya" Apa gunanya membangunkan Nyonya" Tiga orang budak Negro suruhan saya, berjaga semalam-malaman di rumah Nyonya; mereka baru saja kembali."
Makin banyak tamu datang, hingga ceritera itu harus diulang dan diulang lagi selama dua jam.
Dalam liburan sekolah, tak ada Sekolah Minggu, namun pagi-pagi telah banyak orang berkumpul di gereja. Berita yang menggemparkan itu telah tersebar. Berita terakhir mengatakan, bahwa jejak kedua orang penjahat belum diketemukan. Ketika upacara kebaktian selesai, Nyonya Hakim Thatcher menunggu Nyonya Harper yang sedang berjalan di gang antara kursi-kursi gereja. Setelah dekat dia berkata, "Apakah Becky anakku, akan tidur sepanjang hari" Mungkin ia hampir mati kelelahan."
"Becky Nyonya""
"Ya," dengan terkejut, "Apakah ia tidak bermalam di rumah Nyonya tadi malam""
310 "He, tidak." Nyonya Thatcher pucat seketika. Terhenyak dia di kursi yang terdekat pada saat Bibi Polly lewat sambil berbicara ramai dengan seorang teman. Melihat Nyonya Harper dan Nyonya Thatcher, bibi Polly berkata, "Selamat pagi Nyonya Thatcher, selamat pagi Nyonya Harper. Aku mempunyai seorang anak lelaki yang hilang. Kukira Tom tinggal di rumah Nyonya. Dan sekarang ia takut ke gereja. Ia harus berurusan dengan saya."
Nyonya Thatcher menggelengkan kepala dan makin pucat.
"Ia tidak bermalam di rumah kami," kata Nyonya Harper mulai khawatir. Kekhawatiran juga tampak di wajah Bibi Polly.
"Joe Harper, apakah kau melihat Tom pagi ini""
"Tidak, Nyonya."
"Kapan kau melihatnya paling akhir""
Joe mencoba mengingat-ingat, tapi tak begitu yakin ia bisa mengatakan. Orang-orang berhenti bergerak keluar gereja. Orang mulai berbisik-bisik; setiap muka mulai menunjukkan perasaan gelisah. Dengan cemas anak-anak ditanyai, begitu juga guru-guru muda. Semua mengatakan tak memperhatikan, apakah Becky dan Tom ada di kapal tambang dalam perjalanan pulang. Waktu itu hari telah gelap tak ada yang ingat untuk memeriksa, apakah ada yang ketinggalan. Akhirnya seorang pemuda menyatakan kekhawatirannya, jangan-jangan kedua anak itu masih di dalam gua. Nyonya
311 Thatcher seketika itu juga pingsan. Bibi Polly meremas-remas tangan sambil menangis.
Dari mulut ke mulut, dari kelompok ke kelompok, dari jalan ke jalan, berita duka itu tersiar. Dalam waktu lima menit lonceng dibunyikan dan seluruh isi kota terbangun! Kejadian di bukit Cardiff dilupakan orang, para penjahatnya tidak diingat lagi, pelana kuda dipasang, biduk disiapkan, kapal tambang diperintahkan untuk meninggalkan tugasnya, dan sebelum berita tentang hilangnya Tom dan Becky itu tersiar lama, dua ratus orang telah membanjir ke arah gua dengan menggunakan jalan darat dan jalan air.
Sepanjang sore hari desa itu tampak kosong dan mati. Banyak wanita mengunjungi Nyonya Thatcher dan Bibi Polly, untuk menghibur mereka. Mereka pun ikut menangis, yang lebih menghibur dari kata-kata. Malam tiba, seluruh kota masih menunggu berita. Tapi ketika pagi menyingsing, berita yang datang hanyalah, "Kirimkan lilin lebih banyak
dan kirim makanan." Nyonya Thatcher hampir-hampir gila; Bibi Polly demikian juga. Hakim Thatcher mengirimkan pesan yang penuh harapan dan menggembirakan dari dalam gua, namun pesan-pesan itu tak berisi kegembiraan yang sesungguhnya.
Si penjaga hutan tua tiba di rumahnya sebelum matahari terbit, seluruh tubuhnya penuh tetesan lilin dan goresan tanah liat; tenaganya habis. Ditemuinya Huck, yang masih terbaring di tempat
312 tidur dan mengigau karena demam. Dokter-dokter ikut pergi ke gua, maka Nyonya Janda Douglas datang untuk mengurus penderita kecil it
u. Nyonya Janda berkata ia akan merawat Huck sebaik-baiknya, tak peduli apakah ia baik atau jahat itu tidak penting. Bagaimanapun, ia adalah umat Tuhan dan umat Tuhan tak bisa diabaikan begitu saja. Si penjaga hutan berkata, bahwa Huck mempunyai titik-titik kebaikan. Nyonya janda menyahut, "Hal itu sudah pasti. Itulah tanda-tanda yang diberikan Tuhan pada setiap mahluk yang pernah diciptakan-nya."
Menjelang tengah hari orang-orang yang merasa letih mulai memasuki desa, sedang orang-orang yang masih kuat terus mencari. Berita yang dibawa hanyalah, bahwa sudut-sudut gua yang terjauh telah diselidiki semua, tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi manusia diperiksa; ke mana pun orang pergi di gang-gang lingkaran setan itu pasti akan melihat cahaya lilin di mana-mana, teriakan dan tembakan pistol sekali-sekali menggetarkan langit-langit gua. Di suatu tempat, jauh dari daerah yang biasa dilalui oleh para wisatawan, tertulis "BECKY & TOM" di dinding gua dengan asap lilin, dan di dekatnya terdapat pita yang penuh bekas lilin. Nyonya Thatcher mengenal pita itu dan menangis. Katanya, itulah peninggalan yang bisa dimilikinya dari anaknya yang hilang; tak ada benda yang lebih berharga dari pita itu, karena benda itu yang disentuh paling akhir sebelum maut
313 tiba. Ada yang berkata, bahwa sesekali di dalam gua, di kejauhan tampak kelipan cahaya, teriakan gembira yang diteriakkan dan orang-orang berlari-larian menuju tempat itu untuk menemukan kekecewaan sebab ternyata anak-anak itu tak ada di sana. Cahaya itu cahaya lampu kelompok pencari yang lain.
Tiga hari tiga malam terasa berat dan menyedihkan bagi desa itu, jam-jam berjalan amat lambat, seakan tak ada lagi harapan. Tak ada minat untuk mengerjakan apa pun bagi setiap orang. Suatu penemuan yang tak sengaja, yang mempunyai berita besar tidaklah menggugah perhatian penduduk. Penemuan itu adalah bahwa pemilik Penginapan Anti Minuman Keras mempunyai timbunan minuman keras. Pada suatu saat, waktu pikiran Huck terang, lemah sekali Huck memimpin percakapan tentang rumah penginapan dengan perawatnya, Nyonya Janda Douglas, dan akhirnya bertanya - dengan memendam rasa takut, apakah sesuatu telah diketemukan di Penginapan Anti Minuman Keras sejak ia sakit.
"Ya," jawab Nyonya Janda.
Huck tersentak bangun, matanya melebar.
"Apa" Apakah yang telah diketemukan""
"Minuman keras! Dan kini penginapan itu telah ditutup. Berbaringlah, Nak, engkau membikin aku terkejut."
"Katakan satu hal lagi - hanya satu hal - tolong beri tahu aku. Apakah Tom Sawyer yang menemu314 kannya"" Tiba-tiba Nyonya Janda mencucurkan air mata. "Diam, diam, nak, diamlah! Telah kukatakan, kau belum boleh berbicara. Kau sakit sekali."
Jadi hanya minuman keras yang diketemukan, akan ribut sekali bila yang diketemukan adalah emas. Maka harta karun itu telah lenyap - lenyap untuk selama-lamanya! Tapi, mengapa Nyonya Janda menangis" Aneh sekali.
Pikiran ini merambat dalam kegelapan otak Huck, dan pikiran ini membuatnya lelah hingga jatuh tertidur. Nyonya Janda berkata pada dirinya sendiri, "Nah, kini ia tidur, anak malang. Tom Sawyer menemukannya! Sedang untuk menemukan Tom Sawyer saja sudah sangat sulit! Ah, sudah tak banyak lagi orang mempunyai harapan dan tenaga untuk terus mencarinya."
315 Bab XXXI TERSESAT DI DALAM GUA
MARILAH kita kembali pada Tom dan Becky dalam pikniknya. Mereka menjelajahi gang-gang gelap bersama peserta piknik lainnya, mengunjungi keanehan-keanehan yang telah dikenal, misalnya "Kamar Tamu", "Gereja Besar", "Istana Alladin" dan sebagainya. Segera permainan sembunyi-sembunyian dimulai. Dengan penuh semangat Tom dan Becky menyertai permintaan itu sampai mereka merasa bosan. Kemudian mereka menjelajah suatu gang besar berkelok-kelok, lilin terangkat tinggi, membaca coretan-coretan di dinding, tulisan-tulisan nama, alamat, tanggal dan semboyan yang berdesak-desakan ditulis di dinding dengan asap lilin. Mereka mengikuti gang itu sambil bercakap-cakap, tak sadar bahwa dinding di sekitar mereka bersih dari tulisan-tulisan. Di bawah sebuah lekukan, mereka menuliskan nama mereka dan terus berjalan. Sampailah
mereka ke sebuah tempat, di mana sebuah anak sungai tercurah dari suatu batu ceper. Curahan itu dengan mengikis tempatnya mengalir sampai ke
316 lapisan batu paling keras yang tak terkikis hingga membentuk air terjun, semacam Niagara kecil yang berdesau-desau. Tom menyelinap ke belakang air terjun untuk meneranginya, agar bisa dinikmati keindahannya oleh Becky. Didapatinya, air terjun itu menutupi suatu tangga batu alam, terapit oleh dua dinding batu. Seketika itu juga keinginannya untuk menjadi seorang penemu menguasai dirinya dan Becky menyetujui ajakan Tom. Setelah membuat tanda di dinding untuk penuntun kelak dengan mempergunakan asap lilin, mereka memulai perjalanan penyelidikan. Mereka berbelok-belok mengikuti gang sempit, yang makin lama makin turun, jauh ke bawah ke kedalaman gua itu yang penuh rahasia. Tom membuat suatu tanda lagi dan membelok untuk mencari keanehan-keanehan yang bisa diceriterakan di atas tanah. Di suatu tempat mereka menemukan sebuah ruangan gua yang amat luas, yang atapnya penuh dengan batu stalaktit bersinar-sinar, sepanjang dan sebesar kaki manusia dewasa. Mereka berkeliling-keliling dalam ruangan besar ini, penuh kekaguman. Ruang itu mereka tinggalkan dengan memasuki salah satu dari sekian banyak gang yang masuk ke dalamnya. Gang itu membawa mereka ke sebuah sumber air yang menakjubkan, yang membentuk kolam dengan kristal-kristal air beku gemerlapan melengket di dinding-dindingnya. Kolam kecil itu di sebuah gua yang dinding-dindingnya ditopang oleh tiang-tiang aneh, terbentuk oleh pertemuan batu-batu stalaktit
317 dan stalagmit, hasil karya tetesan air selama berabad-abad. Di atap gua berkelompok-kelompok kelelawar bergantungan, ribuan ekor jumlahnya. Cahaya lilin mengganggu mereka dan beratus-ratus binatang itu terbang ke bawah, menjerit jerit menyambar ganas ke arah lilin. Tom tahu kebiasaan kelelawar dan mengerti bahaya serangan mereka. Maka disambarnya tangan Becky, diajak masuk ke dalam gang yang ditemuinya. Hampir terlambat, seekor kelelawar memadamkan lilin di tangan Becky. Kelelawar-kelelawar itu mengejar kedua anak sampai jauh, berbelok-belok memasuki gang dan akhirnya lolos dari kejaran mahluk-mahluk yang mengerikan itu. Tom menemukan sebuah danau di bawah tanah, yang tepi seberangnya tak terlihat dalam kegelapan. Ingin sekali ia menyelidiki sepanjang tepi danau itu, namun istirahat lebih perlu. Mereka berdua duduk. Dan kini kesunyian mendalam dari tempat itu mulai terasa mencengkam. Becky berkata, "Oh, tak kuperhatikan, tapi rasanya sudah lama aku tak mendengar kawan-kawan lain."
"Benar Becky, kita jauh di bawah mereka - dan entah berapa jauhnya ke sebelah utara, selatan atau timur atau ke mana pun. Kita tak akan bisa mendengarkan mereka di sini."
Becky merasa khawatir. "Berapa lama kita di sini, Tom" Lebih baik kita kembali saja."
"Kukira begitulah. Mungkin kita lebih baik
318 pulang saja." "Bisakah kau mencari jalan, Tom" Aku bingung."
"Kukira bisa kucari lagi - tapi kelelawar-kelelawar itu. Bila mereka mematikan kedua lilin kita, betul-betul akan berabe. Kita coba mencari jalan lain, supaya tak usah kita lewat sana."
"Baiklah, asal kita tak tersesat. Alangkah mengerikan, bila kita tersesat di tempat ini!" Becky menggigil memikirkan kemungkinan yang menakutkan itu.
Mereka berjalan sepanjang sebuah gang tanpa berbicara. Tiap gang muncul mereka memperhatikan mulutnya, mengingat-ingat apakah gang itu pernah mereka liwati. Tetapi semua tampak asing. Setiap Tom memeriksa suatu mulut gang, Becky memperhatikan wajahnya harap-harap cemas menunggu tanda yang menimbulkan harapan, tetapi Tom hanya berkata dengan nada gembira dibuat-buat, "Oh, bukan ini, tapi dengan segera akan kita temukan gang yang tepat."
Tapi harapannya kian lama kian habis setelah sekian lama tak menemui gang yang dicarinya. Segera ia memasuki gang-gang secara tidak teratur dengan harapan nekad bisa menemukan gang yang tepat. Ia masih mengatakan, bahwa gang-gang itu 'beres' tetapi hatinya dipenuhi rasa takut, hingga kata-kata itu bagi Becky terdengar seakan 'Tak ada harapan lagi!' Becky memegang erat-erat tangan Tom
, berusaha keras untuk menahan air mata, tapi akhirnya air mata itu pasti keluar. Becky
319 berkata, "Oh, Tom, jangan pedulikan kelelawar-kelelawar itu, mari kita kembali lewat sana lagi. Tampaknya makin lama kita makin tersesat."
Tom berhenti. "Dengarkan!" katanya.
Amat sunyi, begitu sunyinya sampai napas terdengar keras sekali rasanya. Tom berteriak. Teriakan itu dipantulkan ke sana ke mari berkali-kali oleh dinding-dinding, hingga akhirnya lenyap di kejauhan, membuat suara itu menyerupai suara tawa mengejek.
"Oh, Tom, jangan berteriak lagi, terlalu ngeri," desak Becky.
"Memang ngeri, Becky, tapi terpaksa. Mereka mungkin bisa mendengar suara kita," dan ia berteriak lagi.
Kata 'mungkin' itu lebih menakutkan daripada suara tawa setan yang disebabkan oleh teriakan Tom, sebab kata itu menunjukkan hilangnya harapan. Kedua anak terdiam memasang telinga, tapi tak ada akibat yang menyenangkan. Tom berbalik, mengikuti jalan yang pernah dilaluinya. Beberapa saat kemudian tampak suatu keraguan lagi dalam tindakannya, dan Becky sadar akan sebabnya - Tom tak bisa mencari jalan kembali!
"Oh, Tom, kau tak membuat tanda-tanda tadi!"
"Becky, aku betul tolol. Sangat tolol! Tak pernah kupikirkan, bahwa kita harus kembali! Tidak - aku tak bisa menemukan jalan kembali. Semuanya membingungkan."
320 "Tom, kita tersesat! Kita tersesat! Kita tak akan bisa lagi keluar dari tempat seram ini! Oh, mengapa, kita meninggalkan kawan-kawan!"
Becky roboh dan menangis begitu hebat, hingga Tom merasa takut, kalau-kalau gadis itu mati atau gila. Ia duduk di samping Becky, memeluknya. Becky membenamkan kepala di dada Tom, menyatakan rasa takutnya, rasa sesal yang sia-sia, sementara suaranya terus dipantulkan oleh dinding-dinding gua menjadi tawa ejekan. Tom memohon, agar Becky mengerahkan harapan lagi. Becky menjawab, ia tak mampu. Tom mulai berkeluh kesah, mengutuk dan memaki-maki dirinya yang telah menyeret Becky dalam keadaan celaka itu. Ini mempunyai akibat yang lebih baik dari hiburannya. Becky menyatakan akan mencoba menimbulkan harapan lagi. Ia akan mengikuti ke mana Tom membawanya, asal Tom tak berbicara lagi. Sebab menurut Becky yang bersalah bukan hanya Tom, tapi dirinya juga.
Mereka bergerak lagi - tak tentu arah. Yang mereka kerjakan hanya bergerak dan terus bergerak. Untuk beberapa saat harapan memang sedikit -tanpa alasan, kecuali memang begitu kebiasaan suatu pengharapan, bila sumbernya belum kering oleh umur dan terlalu banyak menjumpai kegagalan.
Setelah agak lama, Tom mengambil lilin Becky dan meniupnya padam. Penghematan ini besar sekali artinya. Kata-kata tak diperlukan untuk menerangkan tindakan itu. Becky mengerti, dan
321 harapannya lenyap kembali. Ia tahu, bahwa Tom masih mempunyai sebatang lilin serta tiga atau empat potong di kantungnya - namun ia harus menjalankan penghematan.
Petualangan Tom Sawyer Karya Mark Twain di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akhirnya kaki Becky tak mau diajak berjalan lagi. Tom pun beristirahat di sampingnya. Mereka membicarakan rumah, kawan-kawan, tempat tidur yang mengimbau, di atas segala-galanya: cahaya matahari! Becky menangis, Tom mencoba untuk menghiburnya, tapi semua percobaan telah usang dan kedengaran malah menyakitkan hati. Kelelahan begitu menekan Becky hingga tak terasa ia mengantuk dan tertidur. Tom berterimakasih karena itu. Ia duduk memperhatikan wajah Becky. Rasa ketakutan di wajah itu lama-lama berubah menjadi lembut oleh impian-impian yang menyenangkan, bahkan akhirnya tampak senyum di wajah itu yang tak terhapus lagi. Wajah penuh damai itu membuat jiwa Tom merasa damai dan segar lagi, pikirannya mengembara jauh ke masa-masa lalu dan kenang-kenangan indah. Waktu ia terbenam dalam renungannya, Becky terbangun dengan tawa kecil - tawa yang segera lenyap dan digantikan oleh keluhan.
"Oh, bagaimana aku bisa tertidur di saat seperti ini. Oh, betapa senangnya bila aku tak terbangun lagi! Jangan, jangan, Tom jangan melihatku begitu! Aku tak akan mengatakannya lagi."
"Aku gembira kau bisa tidur, Becky, kini tenagamu telah pulih. Akan kita cari jalan ke luar."
"Akan kita coba, Tom, tapi aku melihat suatu
322 negeri yang sangat indah dalam impian. Kukira, kita akan per
gi ke sana." "Mungkiri juga ya, mungkin juga tidak. Gembiralah, Becky, dan mari kita teruskan percobaan."
Mereka bangkit, berjalan lagi, bergandeng tangan, tidak mempunyai harapan. Mereka mencoba mengira-ngira sudah berapa lama mereka di dalam gua itu, tapi yang mereka ketahui hanya seakan-akan telah berhari-hari dan berminggu-minggu mereka di sana. Namun mereka pun tahu, hal itu tak mungkin sebab lilin belum habis. Lama setelah ini, mereka tak tahu sudah berapa lama, Tom berkata, mereka harus bergerak tanpa berbicara untuk mendengarkan tetetasan air; mereka harus mencari sumber air. Sumber air itu cepat juga diketemukan. Kata Tom, telah tiba waktunya untuk beristirahat. Keduanya amat lelah, tapi Becky berkata, ia masih sanggup berjalan agak jauh. Betapa herannya Becky, Tom menolak tawaran itu. Sama sekali tak dimengertinya. Mereka berdua duduk. Tom menancapkan lilinnya di depan mereka, dengan diperkuat lapisan lumpur pada batang lilin. Mereka diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kemudian Becky berkata, "Tom, aku lapar."
Tom mengambil sesuatu dari kantungnya.
"Ingatkah kau apa ini"" tanyanya.
Becky hampir tersenyum. "Kue pengantin kita, Tom."
"Ya alangkah senangnya bila kue ini sebesar tong, sebab tinggal ini sajalah milik kita."
324 "Aku telah menyisakannya dari kue piknik kita Tom, untuk bermimpi nanti. Seperti orang-orang dewasa bermimpi dengan kue pengantin - tak kuduga, kue ini akan menjadi -."
Becky memutuskan kalimatnya. Kue itu oleh Tom dibagi dua dan Becky makan dengan lahap, sementara Tom hanya menggigit bagiannya kecil-kecil. Banyak tersedia air dingin untuk mengakhiri pesta mereka. Kemudian Becky mengusulkan agar mereka berjalan lagi. Sesaat Tom berdiam dan berkata, "Becky, bisakah kau mendengarkan hal yang mengecewakan lagi""
Becky pucat, namun ia menjawab bisa.
"Nah, dengar, Becky. Kita harus tetap tinggal di sini, di mana ada air untuk minum. Potongan kecil lilin itu adalah lilin kita yang terakhir!"
Becky menangis tersedu sedan. Tom membujuknya, tapi hasilnya sedikit sekali. Akhirnya Becky berkata, "Tom!"
"Apa, Becky""
"Orang-orang pasti kehilangan kita, bukan"" "Ya, pasti! Mereka mesti mencari kita!" "Mungkin kini mereka sedang mencari kita, Tom."
"Kukira mungkin begitu. Mudah-mudahan!" "Kapan mereka merasa kehilangan kita, Tom"" "Bisa jadi waktu mereka kembali ke kapal." "Tom, waktu itu hari pasti sudah gelap. Mungkinkah mereka mengetahui, kita tidak ada""
325 "Aku tak tahu. Tetapi betapapun, ibumu akan tahu, engkau tidak ada di antara kawan-kawan."
Ketakutan tergambar di wajah Becky menyadarkan Tom, ia telah berbuat kesalahan. Becky tak diharapkan pulang malam itu! Kedua anak berdiam diri, berpikir-pikir. Sesaat kemudian kesedihan memancar lagi dari wajah Becky yang membuat Tom sadar bahwa yang terpikir olehnya terpikir pula oleh Becky, yaitu Minggu pagi akan lalu sebelum Nyonya Thatcher mengetahui, bahwa Becky tidak menginap di rumah Nyonya Harper.
Tom dan Becky terpaku memandang lilin, yang makin lama makin kecil, mencair perlahan. Akhirnya tinggal sumbu sepanjang satu senti berdiri sendiri. Kemudian sinar yang lemah naik turun sepanjang asap tipis menegak. Di puncak asap itu nyala kecil bermain-main sebentar; kemudian - gelaplah alam sekitar.
Berapa lamanya, Becky tak sadarkan diri menangis dalam pelukan Tom; keduanya tak tahu. Yang mereka ketahui hanyalah, mereka telah menjelang waktu yang panjang sekali dengan tidur bagai terbius dan bangun kembali menghadapi kemalangan. Tom berkata, hari itu mungkin hari Minggu - mungkin juga Senin. Dicobanya untuk membuat Becky berbicara, namun kesedihan Becky begitu menekan, sehingga semua harapannya lenyap, Menurut Tom, semua orang mesti telah mengetahui kehilangan mereka. Tak ragu lagi
326 rombongan pencari telah memasuki gua. Ia akan berteriak, mungkin ada yang mendengar. Ia betul-betul berteriak, namun suara gema di kejauhan itu begitu menakutkan hingga ia tak mencobanya lagi.
Waktu berlalu terus, dan mereka disiksa lapar. Sebagian dari separuh kue milik Tom masih ada. Bagian kecil itu dibagi dua. Namun setelah makan perasaan lapar makin menjadi. Ma
kanan yang sedikit malah menambah napsu makan.
Beberapa lama kemudian Tom berkata, "Ssssh! Kau dengarkah itu""
Keduanya menahan napas, memasang telinga. Terdengar suara yang melengking amat jauh. Seketika itu juga Tom berteriak menyahut. Sambil menuntun Becky ia meraba sepanjang gang ke arah teriakan tadi. Ia mendengarkan lagi, suara itu terdengar kembali, dan nyata sekali tempatnya makin dekat.
"Itu mereka," kata Tom, "mereka datang! Marilah, Becky, kini semuanya beres!"
Kegembiraan kedua orang tawanan itu meluap-luap. Namun mereka tak bisa bergerak cepat, sebab di tempat itu banyak jurang yang harus dihindari. Ada yang dalamnya hanya satu meter tapi ada pula yang lebih dari tiga puluh meter. Mereka tertahan oleh jurang-jurang itu, sama sekali tak ada jalan untuk melintasinya. Tom berbaring di tepi jurang, menjulurkan tangan ke bawah. Tak bisa menyentuh dasarnya. Terpaksa mereka berhenti, menunggu hingga para pencari tiba. Mereka mendengar-dengar327 kan, tetapi teriakan-teriakan itu makin jauh! Bahkan sesudah beberapa saat, teriakan-teriakan itu lenyap. Mereka berputus asa Tom berteriak hingga suaranya habis, namun tak ada gunanya. Dengan penuh harapan Tom mencoba menggembirakan Becky; namun setelah menunggu dengan harap-harap cemas selama waktu yang rasanya seabad, suara-suara tak terdengar lagi.
Kedua anak meraba-raba kembali ke tempat semula di dekat sumber air. Waktu berjalan penuh siksaan. Mereka tertidur lagi dan bangun dengan perasaan lapar dan sedih. Menurut Tom, hari itu hari Selasa.
Suatu pikiran muncul dalam benak Tom. Dekat di sana terdapat beberapa gang kecil. Daripada berputus asa dengan hampa, ia merasa lebih baik memeriksa gang-gang kecil tersebut. Tom mengeluarkan benang layang-layang dari sakunya, mengikatkan salah sebuah ujungnya pada sebuah batu yang mencuat dari dinding. Dia mengulur benang, sambil berjalan. Tom dan Becky bergerak lagi; Tom di depan dengan meraba-raba. Sesudah langkah kedua puluh, gang itu terputus oleh celah dalam. Tom bersimpuh di tanah, meraba ke bawah, kemudian meraba mengitari sudut belokan patah itu sebisa-bisa tangannya. Ia pun mencoba merenggangkan tubuhnya sejauh mungkin ke kanan dan saat itu, tak lebih dari dua puluh meter, ada tangan manusia dengan sebatang lilin tampak dari sebuah batu! Tom berteriak dan saat itu juga
328 muncul sebuah tubuh manusia: Joe si Indian! Tom serasa lumpuh, tak bisa bergerak. Betapa lega hatinya, si 'orang Spanyol' itu lari terbirit-birit dan lenyap dari pandangan. Heran sekali Tom, mengapa Joe tak mengenali suaranya dan datang untuk membunuhnya karena bersaksi di pengadilan. Agaknya gema di gua itu membuat suaranya tak bisa dikenal. Tak ragu lagi itulah sebabnya. Karena ketakutan, Tom merasa seluruh tubuhnya lemas. Ia berjanji, bila ia merasa kuat untuk kembali ke sumber air, ia akan terus di sana. Tidak ada yang bisa membikin dia pergi dari sana dengan kemungkinan akan bertemu lagi dengan Joe. Dia mesti berhati-hati, jangan sampai Becky mengetahui apa yang dilihatnya. Katanya ia berteriak hanya 'untung-untungan'.
Namun lama-kelamaan karena lapar dan sedih, dia tidak merasa takut lagi. Disebabkan terlalu lama menunggu dan sesudah lama tertidur, Tom membuat keputusan. Kedua anak itu terbangun oleh kelaparan. Tom mengira hari itu adalah hari Rabu atau Kamis; mungkin juga Jum'at atau Sabtu. Ia mengusulkan untuk menyelidiki gang yang lain. Ia bersedia untuk bertemu dengan Joe si Indian sekalipun atau dengan kengerian lainnya. Tapi Becky sangat lemah tubuhnya. Dia begitu berputus asa hingga tak ada minat untuk apa pun. Ia hanya berkata menunggu maut, yang pasti tak akan lama lagi tiba. Ia memperbolehkan Tom pergi dengan tali layang-layangnya untuk menyeli330 diki gang-gang sekitar, asal sebentar-sebentar ia kembali. Dan Tom harus berjanji. Bila maut tiba ia harus di sampingnya, memegang tangannya hingga semuanya selesai.
Dengan kerongkongan tersumbat Tom mencium Becky, dan berbuat seolah-olah ia yakin, kalau tidak bertemu dengan para pencari pasti ia menemukan jalan keluar. Kemudian diambilnya ujung tali layang-layang, merangkak melalui gang, s
edih oleh perasaan lapar dan nasib buruk yang dihadapinya.
331 Bab XXXII KELUAR! MEREKA DIKETEMUKAN!
SELASA sore. Kota kecil St. Petersburg masih diliputi suasana berkabung. Anak-anak yang hilang belum diketemukan. Do'a penduduk dipanjatkan untuk mereka. Selain itu banyak orang bermohon untuk keselamatan mereka. Tapi tak ada juga kabar baik dari gua. Sebagian besar dari yang mencari telah pulang dan kembali bekerja seperti biasa dengan mengatakan, anak-anak itu tak bisa diketemukan. Nyonya Thatcher sakit parah, mengigau sepanjang waktu. Kata orang sungguh membuat hati sedih untuk mendengarnya memanggil-manggil nama puterinya. Sesekali mengangkat kepala dan mendengar-dengarkan, kemudian berbaring lagi dengan berkeluh kesali. Bibi Polly merasa kehilangan semangat, rambutnya yang abu-abu tiba-tiba berubah menjadi putih. Malam itu seluruh desa tidur dengan perasaan sedih.
Namun tengah malam kesunyian dikoyakkan oleh suara lonceng berdentang-dentang. Seketika itu juga jalan-jalan diserbu penduduk dengan pakai332 an setengah dipakai, "Keluar! Keluar! Mereka sudah diketemukan!" Penggorengan seng dipukul-pukul, terompet ditiup menambah suara ribut. Orang berbondong-bondong menuju tepi sungai, menyambut rombongan yang mengantar Becky dan Tom. Keduanya naik kereta terbuka, ditarik orang banyak, dikelilingi dan diiringkan ke jalan utama dengan sorak riang gembira.
Lampu-lampu dinyalakan, tak seorang pun tidur lagi. Malam itu adalah malam paling meriah yang pernah dialami St. Petersburg. Selama setengah jam arak-arakan melalui rumah Hakim Thatcher, memeluk dan mencium kedua anak yang diselamatkan, berjabat tangan dengan Nyonya Thatcher. Tak ada yang bisa mengucapkan kata-kata, begitu terharunya, tempat itu betul-betul dihujani air mata.
Bibi Polly betul-betul gembira dan kegembiraan Nyonya Thatcher mencapai puncaknya setelah berita kegembiraan itu disampaikan pada suaminya, yang masih di dalam gua. Tom berbaring di sebuah sofa, dikerumuni oleh orang banyak yang sangat ingin mendengarkan pengalamannya. Tom tak mengecewakan mereka. Panjang lebar dia berceritera, membumbui sebanyak-banyaknya tentang petualangannya di dalam gua. Ceritera itu diakhiri dengan menceriterakan bagaimana ia meninggalkan Becky untuk mengadakan penyelidikan dengan mempergunakan tali layang-layang. Diceriterakan-nya bagaimana dua gang telah diselidikinya sampai benang layang-layang habis. Gang ketiga diselidiki333 nya, sejauh benang layang-layang itu mengijinkan, dan ia sudah hampir berpaling kembali ketika di kejauhan ia melihat sebuah titik yang nampaknya seperti sinar matahari. Dilepaskannya ujung benang yang dipegangnya dan ia merangkak menuju titik cahaya itu. Akhirnya ia meneroboskan kepala dan bahu di sebuah lubang dan terentanglah sungai raksasa Mississippi tenang di depannya! Kalau hal itu terjadi pada malam hari, niscaya ia tak akan melihat titik cahaya itu dan tak akan menyelidiki gang tadi sekali lagi! Diceriterakannya, bagaimana ia kembali kepada Becky untuk menceriterakan berita gembira itu. Becky meminta, agar Tom tak membujuknya lagi dengan kata-kata seperti itu karena ia merasa sangat lelah dan mungkin sudah dekat kepada maut. Diceriterakan Tom, bagaimana ia meyakinkan Becky, hingga Becky mau diajaknya ke tempat itu, bagaimana Becky kegirangan hampir mati, ketika melihat titik cahaya siang dengan mata kepala sendiri, bagaimana ia menerobos ke luar, kemudian menolong mengeluarkan Becky. Keduanya duduk di tepi sungai, di sinar matahari menangis kegirangan sampai beberapa orang datang dengan sebuah biduk. Tom memanggil mereka, dan menceriterakan keadaannya. Mula-mula orang-orang itu tak percaya. "Sebab," kata mereka "engkau berada tujuh kilometer di hilir sungai dari lembah di mana gua itu berada." Kemudian keduanya dibawa naik biduk itu ke sebuah rumah, di mana keduanya diberi makan dan disuruh beristirahat
334 selama dua atau tiga jam. Baru mereka diantarkan pulang.
Sebelum fajar, Hakim Thatcher dan beberapa orang pencari diketemukan di dalam gua, dengan mengikuti tali-tali yang direntangkan di belakang mereka dan diberi tahu tentang kabar
gembira itu. Tom dan Becky segera mengetahui bahwa tiga hari tiga malam dengan lelah dan lapar di dalam gua tidak bisa diabaikan begitu saja. Mereka terpaksa berbaring terus selama hari Rabu dan Kamis, malah merasa lebih lelah dan lemas. Tom bangkit di hari Kamis dan sudah bisa berjalan-jalan lagi di hari Jum'at. Hampir boleh dikatakan, ia sembuh sama sekali pada hari Sabtu. Tetapi Becky tak bisa meninggalkan kamarnya sampai hari Minggu, dan pada waktu ia bisa berjalan, seakan-akan ia baru saja sakit payah.
Hari Jum'at Tom mengetahui, Huck sakit, ia mengunjungi sahabatnya itu tapi belum boleh masuk ke tempat tidurnya, begitu pula hari Sabtu dan Minggu. Sesudah hari Minggu ia boleh masuk, namun tak boleh mempercakapkan hal-hal yang mengejutkan hati ataupun pengalamannya di gua. Selama berkunjung, Nyonya Janda Douglas menunggunya terus agar perintah tadi dipatuhi. Di rumah, Tom diberi tahu tentang 'peristiwa Bukit Cardiff dan tentang diketemukannya mayat 'si orang compang camping', kawan Joe si Indian di sungai dekat tambatan kapal tambang. Mungkin orang itu terbenam waktu akan melarikan diri.
335 Kira-kira dua minggu setelah Tom keluar dari gua, ia pergi mengunjungi Huck yang kini telah bisa dianggap kuat untuk mendengarkan ceritera-ceritera yang mengagetkan. Dan pada pikiran Tom ia punya sebuah ceritera yang pasti bisa membuat Huck terkejut. Dalam perjalanan Tom melewati rumah Hakim Thatcher, Tom singgah untuk melihat keadaan Becky. Hakim Thatcher dan beberapa orang rekannya mengajak Tom berbicara, dan seseorang dengan nada mengejek bertanya, apakah Tom mau masuk kembali ke dalam gua. Tom menjawab, tak ada alasan mengapa tidak mau.
"Hm, banyak orang seperti engkau, Tom," Hakim Thatcher ikut berbicara, "pasti. Namun hal itu telah aku cegah, tak akan ada yang bisa tersesat lagi dalam gua."
"Mengapa""
"Sebab pintu besarnya telah kututup dengan rangka besi dua minggu yang lalu dan kukunci dengan tiga buah kunci. Kunci-kuncinya semua kusimpan sendiri."
Mendadak wajah Tom pucat hingga Hakim Thatcher terkejut.
"Kenapa, Nak" Cepat, ambilkan air dingin!"
Air dingin segera dibawakan orang dan disiramkan ke muka Tom.
"Ah, kau kini telah sadar. Apa yang membuatmu terkejut, Tom""
"Oh, Tuan Hakim, Joe si Indian ada dalam gua itu!"
336 Bab XXXIII NASIB JOE SI INDIAN
DALAM waktu beberapa menit saja berita itu tersiar ke mana-mana. Lebih dari sepuluh biduk meluncur ke arah gua McDougal, penuh dengan yang akan mencari, disusul oleh kapal tambang yang juga penuh penumpang. Tom Sawyer sebiduk dengan Hakim Thatcher.
Ketika pintu gua dibuka, suatu pemandangan mengerikan menyambut orang-orang itu dalam remang-remang. Joe si Indian terkapar di tanah, mati, dengan matanya terpaku ke arah sebuah retak di pintu, seakan pandang terakhir, terpukau oleh cahaya dan kegembiraan dunia bebas di luar. Tom terharu, sebab dengan pengalamannya sendiri ia tahu, betapa penderitaan orang malang ini. Runtuh belas kasihannya, namun ia pun merasa lega dan aman kini yang membuatnya sadar besarnya ketakutan menekan hatinya sejak ia bersaksi melawan penjahat haus darah ini.
Pisau Joe tergeletak di dekatnya, logamnya patah jadi dua. Tiang dasar yang besar dari pintu gua telah dikerat dan diserpih-serpihkan. Dengan
337 rajin tapi sia-sia, sebab di luar tiang kayu itu batu karang membentuk bingkai yang tak bisa ditembus pisau. Yang rusak hanya pisau itu sendiri. Bahkan bila di luar tak terdapat bingkai karang ini, pekerjaan itu tetap sia-sia, sebab walaupun tiang dasar itu bisa dilobangi, takkan mungkin Joe bisa keluar melalui lobang yang kecil itu- Joe tahu pula hal ini; ia mengorek-ngorek tempat itu hanya untuk melewatkan waktu - untuk melupakan penderitaan. Biasanya orang menemukan potongan-potongan lilin tertancap di lekuk-lekuk dinding 'serambi' itu, tapi kini bersih, tak tampak bekas-bekas yang ditinggalkan oleh para wisatawan. Rupanya Joe si Indian telah memakannya semua. Ia juga telah menangkap kelelawar dan memakannya dengan hanya menyisakan kuku-kuku binatang itu. Tak jauh dari tempat dia meninggal, selama bertahun-tahun sebuah batu stalagmit tumbuh perlahan
dari tanah, terbentuk oleh tetesan air dari batu stalaktit di atasnya. Joe si Indian telah mematahkan batu stalagmit itu, dan pada patahannya ia meletakkan sebuah batu yang telah dibentuknya hingga cekung untuk menampung tetesan air dari atas. Tetesan itu jatuh tiap tiga menit sekali dengan ketetapan menetes yang membosankan bagaikan detik jarum arloji - kira-kira air sesendok teh tiap dua puluh empat jam. Tetesan itu menetes pada saat di Mesir dibangun piramida-piramida, pada saat Troya runtuh, pada saat sendi-sendi dasar Roma dibentuk, pada saat Yesus
338 disalib, pada saat sang penakluk membangun Kerajaan inggris, pada saat Kolumbus mulai berlayar, pada saat pembunuhan besar-besaran di Lexington merupakan berita hangat. Tetesan itu kini masih menetes, dan akan terus menetes kalau semua telah tenggelam dalam senja sejarah, bila adat istiadat mulai mengabur dan tenggelam di kekelaman kelalaian. Betulkah segala sesuatu itu diciptakan dengan maksud tertentu" Apakah tetesan air itu menetes selama lima ribu tahun dengan penuh kesabaran untuk memenuhi keinginan manusia yang hidup sangat pendek itu" Dan apakah tetesan air itu mempunyai tugas pula untuk masa sepuluh ribu tahun mendatang" Tidak mengapa, tak perlu dipikirkan. Tahun-tahun berlalu sejak peranakan Indian yang malang itu mengeruk sebuah batu untuk menampung tetesan yang baginya sangat berharga itu, tapi sampai saat ini para wisatawan mesti menatap batu yang beriwayat serta air yang menetes itu, bila mereka mengunjungi gua McDougal. Mangkuk Joe si Indian menduduki tempat pertama dalam urutan keajaiban gua itu bahkan 'Istana Aladdin' tak dapat mengalahkannya.
Joe dikubur dekat mulut gua, banyak orang datang untuk menonton penguburannya, naik kereta dan perahu, dari kota-kota dan desa-desa kecil sampai kira-kira sepuluh kilometer jauhnya. Mereka berdatangan membawa anak istri, serta berbagai macam bekal makanan. Menurut mereka, melihat
339 penguburan itu sama puasnya dengan melihat penggantungannya.
Penguburan ini menghentikan pula suatu hal yang sedang berkembang - yaitu permohonan kepada gubernur untuk mengampuni Joe si Indian. Surat permohonan itu telah banyak yang menandatangani; pertemuan-pertemuan yang bisa mencucurkan air mata dilangsungkan. Sebuah komite terdiri dari wanita-wanita yang banyak air matanya direncanakan dengan berpakaian berkabung guna menghadap gubernur, dan mengelilinginya dengan menangis, agar beliau mau menjadi keledai yang murah ampunnya serta menginjak-injak tugasnya. Diperkirakan Joe telah membunuh lima orang penduduk desa itu. Walaupun demikian, walaupun dia setan sendiri, pasti akan ada saja orang-orang lemah yang mau menuliskan namanya dalam surat permohonan ampun dan meneteskan air mata dari sumber yang tak kunjung kering.
Pagi hari setelah penguburan Joe, Tom membawa Huck ke suatu tempat sepi untuk pembicaraan rahasia. Huck telah mendengar segala pengalaman Tom dari Nyonya Janda Douglas dan si penjaga hutan, tapi menurut Tom ada satu hal yang belum diketahui oleh kedua orang itu, dan itulah yang akan dibicarakan dengan Huck. Huck menjadi sedih, dan ia berkata, "Aku tahu, apa yang akan kau katakan. Kau telah memasuki No. 2 dan tidak menemukan apa-apa, kecuali minuman keras. Dan tak seorang pun mengatakan, bahwa yang mem340 bongkar rahasia No. 2 itu engkaulah, namun segera setelah aku mendengar kabar itu, aku tahu kaulah yang menjadi biang keladinya. Dan aku tahu, kau tak berhasil mendapatkan uang itu, sebab bila tidak, pasti kaukatakan itu padaku, walaupun kau menutup mulut pada lain orang. Tom, aku mendapat firasat, kita tidak akan menemukan uang-uang itu."
"Wah, Huck, aku tak pernah membuka rahasia pemilik penginapan itu. Kau tahu penginapannya baik-baik saja di hari Sabtu, waktu aku pergi piknik. Tak ingatkah kau harus berjaga-jaga malam itu""
"Oh, ya. Wah, rasanya hal itu telah setahun yang lalu. Tepat malam itu aku mengikuti Joe si Indian ke rumah Nyonya Janda."
"Kau mengikutinya""
"Ya, tapi jangan kaukatakan pada siapa pun. Mungkin Joe masih punya banyak teman dan aku tak ingin mereka menganiaya aku karena ia pernah kubuat gagal
dalam rencananya. Kalau bukan karena aku, pasti Joe sekarang sudah ada di Texas."
Kemudian Huck menceriterakan pengalamannya pada Tom, dengan janji Tom harus menutup mulut. Hanya sebagian saja pengalaman Huck yang didengar Tom dari si Penjaga Hutan.
"Nah," kata. Huck setelah ceriteranya selesai. Kembali pada persoalan utama, "siapa pun yang menemukan minuman keras di No. 2, menemukan pula uangnya kukira. Tetapi uang itu tak bisa kita kejar lagi, Tom."
342 "Huck, uang itu tak pernah ada di No. 2!" "Apa!" Huck menatap wajah Tom, "Tom, apakah kau menemukan jejak uang itu"" "Huck, uang itu ada di gua!" Mata Huck bersinar. "Katakan lagi, Tom!" "Uang itu ada di gua!"
"Tom - jangan bergurau - betul-betul ataukah bercanda saja""
"Betul-betul, Huck - sungguh-sungguh, berani mati. Maukah kau masuk ke dalam gua bersama aku, membantu aku mengeluarkan uang itu""
"Tentu aku mau! Aku mau bila saja kita datangi tempat itu asal kita tidak sesat!"
"Huck, kita bisa ambil uang itu tanpa kesulitan sedikit pun."
"Bagus! Bagaimana, kau bisa yakin, bahwa uang itu -."
"Huck, tunggu sampai kita tiba di tempat itu. Bila kita tak menemukan uang itu, boleh kauambil genderangku dan semua barang yang kumiliki. Berani bersumpah""
"Bagus - jadilah! Kapan kita berangkat""
"Sekarang, kalau kau setuju. Cukup kuatkah engkau""
"Jauhkah tempatnya di gua" Aku baru bisa berjalan tiga atau empat hari, tapi rasanya aku tak akan kuat untuk berjalan lebih dari satu mil, Tom, setidak-tidaknya begitulah perkiraanku."
"Bila melalui jalan yang biasa ditempuh orang,
343 jaraknya kira-kira lima mil, Huck, tapi ada satu jalan memintas yang sangat singkat, yang hanya diketahui olehku. Huck, kubawa kau ke jalan itu dengan biduk. Kita berhanyut-hanyut dengan biduk itu, dan kembalinya aku saja yang berdayung, kau tak usah menggerakkan tangan."
"Mari kita berangkat, Tom."
"Baiklah. Kita harus membawa beberapa potong roti dan daging, juga pipa dan satu atau dua kantong tembakau dan dua atau tiga gulung benang layang-layang. Jangan lupa membawa benda baru yang bernama 'korek api'. Betapa senangnya dulu bila waktu aku tersesat mempunyai korek api baru ini."
Beberapa saat setelah tengah hari, kedua anak itu meminjam sebuah biduk yang pemiliknya sedang tak ada, dan berangkat segera. Ketika mereka sudah beberapa mil di sebelah hilir 'Gua Kosong', Tom berkata, "Kau lihat, Huck, batu-batu karang di tepi itu tampaknya sama semua, bila dilihat dari Gua Kosong. Tak ada rumah, tak ada tempat pengumpulan kayu, semak-semak liar melulu. Tapi tampakkah olehmu tempat putih di atas itu, bekas tanah longsor" Itulah salah satu tanda yang kuhapal. Kita sampai, sekarang."
Mereka mendarat. "Nah Huck, dari tempat kita berdiri ini, kau bisa menyentuh lobang tempat aku keluar, dari gua dengan mempergunakan tangkai pancing. Coba cari kalau bisa."
344 Huck mencari keadaan sekitarnya dengan teliti, namun tak bisa menemukan apa-apa. Dengan bangga Tom mendekati semak-semak dan berkata, "Inilah! Lihat Huck, inilah lobang yang paling tersembunyi di daerah ini. Kau harus tutup mulut. Sudah lama aku ingin menjadi perampok, tapi aku tahu harus mempunyai tempat semacam ini. Sebelum kutemui tempat ini, itulah salah satu kesulitan untuk bisa menjadi perampok yang baik. Kini kita telah mempunyai markas rahasia, kita harus menutup mulut tentang ini. Hanya Joe Harper dan Ben Rogers yang akan kita beri tahu, sebab mereka akan turut dengan gerombolan kita. Kalau tidak, tak akan mencukupi syarat. Gerombolan Tom Sawyer - enak bukan kedengarannya, Huck""
"Tepat sekali, Tom. Siapa yang akan kita rampok""
"Oh, semua orang. Kebanyakan kita hadang orang yang bepergian."
"Dan membunuh mereka""
"Tidak, tidak selalu. Kita sembunyikan mereka di gua, sampai mereka bisa mengumpulkan tebusan."
"Tebusan" Apa itu""
"Uang. Kita buat mereka mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dengan bantuan kawan-kawan mereka. Dan bila dalam setahun uang itu belum terkumpul, kita bunuh mereka. Itulah garis besar pekerjaan seorang perampok. Tetapi kaum wanita
345 tidak akan kita bunuh. Kita tawan wanita-wanita itu, tapi tidak akan dibunuh. Mereka cantik
dan kaya dan mulanya sangat ketakutan. Harta bendanya kita rampas, tapi kita perlakukan mereka dengan sopan. Tak ada orang yang lebih sopan daripada perampok. Bisa kaubuktikan dalam buku-buku. Nah, wanita-wanita itu lama-kelamaan akan jatuh cinta pada kita. Setelah satu-dua minggu di gua, mereka tak akan menangis lagi, malahan mereka tak ingin pulang. Bila mereka kita usir pasti mereka akan kembali lagi. Begitulah menurut buku-buku."
"Wah, Tom, alangkah menyenangkannya. Kukira itu lebih baik daripada jadi bajak laut."
"Ya, dalam beberapa hal lebih menyenangkan, sebab kita tak usah menjauhi rumah atau sirkus."
Saat itu mereka telah siap untuk masuk. Tom membimbing Huck. Payah mereka merangkak melalui terowongan sempit. Sesudah melalui terowongan, mereka berada dalam gua. Benang layang-layang yang telah mereka rangkap, mereka ikat erat-erat pada sebuah batu, dan mereka maju lagi. Beberapa langkah kemudian mereka tiba di sumber air, tempat Becky menanti maut. Tom menggigil. Ia menunjukkan pada Huck sisa lilinnya yang masih menancap di dinding, dilekatkan dengan tanah liat. Diceriterakanlah bagaimana ia dan Becky mengawasi lilin itu bernyala, yang makin lama makin kecil.
Kedua anak merasa ada yang menekan jiwa,
346 hingga mereka hanya berani berbicara dengan berbisik. Mereka maju, sampai mereka memasuki gang yang dulu diselidiki oleh Tom pertama kali. Diikutilah gang itu sampai ke tempat 'patahan', yang ternyata bukanlah sebuah jurang, namun hanya semacam bukit tanah liat, kira-kira dua puluh atau tiga puluh kaki tingginya, dan sangat curam. Tom berbisik, "Lihatlah, Huck!"
Diangkatnya lilin tinggi-tinggi dan berkata, "Lihat, di sudut itu, sejauh pandanganmu. Kau lihat itu" Tuh - di batu besar di sana - dibuat dengan asap lilin."
"Tom, itu tanda salib!"
"Nah, kauingat" Di manakah No. 2" yDi bawah tanda salib', hey" Tepat di tempat itu kulihat Joe si Indian mengangkat lilinnya."
Beberapa saat Huck bagai terpukau oleh tanda salib di dinding gua itu dan dengan suara gemetar ia berkata, "Tom, mari cepat-cepat kita pergi dari sini."
"Apa" Dan kita tinggalkan harta karun itu di sini""
"Ya - kita tinggalkan saja. Aku yakin hantu Joe si Indian berkeliaran di sini."
"Tidak, Huck, tak mungkin. Tak mungkin, ia akan menghantui tempatnya mati - di mulut gua - lima mil dari sini."
"Tidak, Tom, bukan begitu. Ia pasti menghantui tempat ia menyimpan uang. Aku paham akan kebiasaan hantu dan kau pun tahu."
347 Tom merasa takut bahwa Huck benar. Ia sudah akan kecewa, namun pikiran baru muncul di otaknya.
"Dengar, Huck, kita betul-betul tolol! Hantu Joe si Indian tak akan berani berkeliaran di sekitar tanda salib!"
Pendapat Tom dianggap betul. Akibatnya menggembirakan.
"Tom, hal itu tak terpikir olehku. Benar sekali. Untung, ada salib untuk pelindung kita. Nah, kalau begitu mari kita turun dan mencari kotak harta itu!"
Tom turun lebih dahulu, sambil menakik-nakik lereng bukit tanah itu untuk lewat Huck. Batu karang besar yang dilihat Tom tadi letaknya di tengah sebuah ruang gua, dengan empat buah lorong merupakan jalan keluar. Tiga buah lorong mereka selidiki tanpa hasil yang memuaskan. Mereka menemukan sebuah lobang dekat dasar batu karang, tapi isinya hanyalah setumpuk selimut, sebuah celana tua, kulit babi, dan tulang-tulang burung hantu, dua atau tiga ekor, licin tandas dagingnya digerogoti. Tak ada kotak uang. Anak-anak itu memeriksa dan memeriksa lagi, tetap nihil.
Tom berkata, "Joe si Indian berkata bahwa kotak itu ditaruhnya di bawah tanda salib. Di mana lagi" Inilah tempat yang terdekat di bawah tanda salib. Mungkinkah di bawah batu ini" Namun batu ini kokoh tertanam di tanah."
Mencari lagi di setiap tempat di sekitar itu tanpa
348 hasil, mereka duduk putus asa. Huck tak bisa mengusulkan apa-apa.
Akhirnya Tom berkata, "Dengar, Huck, kaulihat ini. Di sebelah batu ini banyak terlihat jejak kaki dan tetesan lilin, tapi di sebelah sana bersih sama sekali. Nah, apa artinya" Aku berani bertaruh, uang itu di bawah batu ini. Aku akan gali tanah liatnya." "Pikiran bagus, Tom!" sahut Huck gembira. Pisau 'Barlow asli' Tom segera keluar dan digunak
an. Belum sampai sepuluh sentimeter, pisau itu sudah menumbuk kayu. "He, Huck! Kau dengar"" Huck turut menggali serta mencakar-cakar tanah. Beberapa bilah papan tampak, yang segera mereka angkat. Di bawah papan-papan itu terdapat suatu lobang, yang membuat terowongan ke bawah batu karang. Tom melompat masuk ke dalam terowongan itu mengangkat lilin setinggi-tingginya. Tapi ujung terowongan tak bisa dilihatnya, ia menyarankan supaya terowongan diselidiki. Ia membungkuk, menyelinap masuk. Terowongan itu makin lama makin menurun. Tom terus mengikutinya, sekali berbelok ke kanan, sekali ke kiri, diikuti oleh Huck. Tom membelok di suatu belokan pendek dan berseru tiba-tiba: "Huck, lihat ini!"
Di hadapan mereka terlihat kotak harta karun itu, di sebuah gua kecil di mana juga tampak sebuah tong mesiu, dua buah senapan dalam bungkus kulit, dua atau tiga pasang sepatu Indian,
349 sebuah ikat pinggang kulit dan beberapa benda lain, semuanya dalam keadaan basah.
"Akhirnya kita temukan!" kata Huck, mempermainkan uang emas di tangannya. "Wah, kita kini kaya raya, Tom."
"Huck, aku selalu punya dugaan, akhirnya harta karun ini akan jatuh ke tangan kita. Dugaan yang tampaknya hayalan, namun akhirnya menjadi kenyataan! He, lebih baik kita tak lama-lama di sini, Huck. Mari cepat-cepat kita bawa ke luar. Coba, bisakah aku angkat kotak itu."
Berat kotak itu dua puluh lima kilo. Setelah berusaha keras Tom mengangkatnya, namun tak sanggup membawanya dengan mudah.
"Sudah kuduga," kata Tom, "di rumah hantu kemarin itu tampak, betapa sukar mereka membawanya. Ternyata betul dugaanku. Itulah sebabnya aku bawa kantong-kantong ini."
Uang-uang itu segera dipindahkan ke kantong-kantong itu dan kedua anak segera membawanya ke batu karang di bawah tanda salib.
"Mari kita ambil senapan itu," usul Huck.
"Tidak, Huck - biarkan benda-benda itu di sana, untuk alat-alat kita. Kita simpan di sana. Dan di sana pulalah akan kita adakan upacara rahasia. Tepat untuk keperluan semacam itu."
"Upacara rahasia apa""
"Aku tak tahu. Tapi perampok selalu mempunyai upacara rahasia, jadi kita pun harus punya. Marilah, Huck, kita sudah terlalu lama di sini. Telah malam
350 agaknya. Dan aku pun lapar. Kita makan dan merokok di biduk."
Ternyata hari masih senja, ketika dengan hati-hati mereka menyembulkan kepala di antara daun-daun semak. Segalanya aman. Mereka keluar dan segera makan serta merokok di dalam biduk. Ketika matahari mulai terbenam, Tom menjalankan biduknya, berdayung sepanjang tepian sambil bercakap-cakap gembira dengan Huck. Mereka berlabuh beberapa saat setelah gelap.
"Nah, Huck," kata Tom, "kita sembunyikan uang ini di tempat penimbunan kayu Nyonya Janda. Dan besok pagi kuambil untuk kita hitung dan kita bagi dua. Kemudian kita cari suatu tempat tersembunyi di hutan untuk menyembunyikannya. Tunggu dan jaga di sini, akan kuambilkan kereta tarik kecil milik Benny Taylor. Aku pergi hanya sebentar."
Betul-betul ia hanya pergi sebentar. Segera dia kembali dengan membawa kereta kecil. Kedua kantong berisi uang emas ditaruhnya di atas kereta, ditutupi beberapa kain rombeng. Berangkatlah keduanya. Tom yang menarik. Dekat rumah penjaga hutan mereka berhenti untuk beristirahat. Dan tepat pada saat mereka akan berangkat lagi si penjaga hutan keluar dari rumahnya, berseru, "Hallo, siapa itu""
"Huck dan Tom Sawyer."
"Bagus! Mari ikut aku, kalian membuat banyak orang menunggu. Ayo, cepat, biar kutarik keretamu
351 ini. Wah, tak seringan dugaanku, apa isinya" Batu bata atau besi tua""
"Besi tua," jawab Tom.
"Betul juga dugaanku. Anak-anak di kota ini lebih suka bermalas-malasan dan membuang-buang waktu dengan mencari besi tua yang hanya berharga enam ketip untuk dijual ke pandai besi daripada mendapatkan upah dua kali lipat dengan pekerjaan yang wajar. Tapi memang begitu sifat manusia. Ayo lari cepat!"
Kedua anak itu ingin tahu, mengapa mereka harus berlari-lari.
"Tak usah tahu. Nanti juga akan tahu, bila telah sampai di rumah Nyonya Janda Douglas."
Dengan penuh rasa khawatir - sebab ia sering mendapat tuduhan palsu Huck bertanya, "Tuan Jones, kami tak berbuat salah."
"Oh, a ku tak tahu, Huck, aku tak tahu tentang itu," si penjaga hutan tertawa, "bukankah kau dan Nyonya Janda bersahabat baik""
"Yah. Benar, betapapun ia pernah berbuat baik padaku."
"Nah, baiklah, untuk apa kau merasa takut""
Pertanyaan itu belum sampai terjawab oleh Huck sampai saat ia sadar bahwa dirinya didorong masuk bersama Tom ke dalam ruang tamu rumah Nyonya Janda Douglas. Tuan Jones' menaruh keretanya di dekat pintu dan ikut masuk.
Ruang itu diterangi gemilang dengan banyak lampu. Dan semua orang yang punya kedudukan di
352 desa itu hadir. Keluarga Thatcher, keluarga Harper, keluarga Rogers, Bibi Polly, Sid, Mary, pendeta, redaktur surat kabar dan banyak lagi, semua berpakaian bagus. Nyonya janda memaksa untuk menyambut kedua anak dengan hati riang. Keduanya penuh lumpur dan tetesan lilin. Merah wajah Bibi Polly kemalu-maluan melihat Tom. Tapi tak ada yang lebih menderita daripada kedua anak itu sendiri. Tuan Jones berkata, "Tom belum tiba di rumah, aku berputus asa mencarinya. Tapi aku kepergok dengan dia dan Huck dekat rumahku. Maka kuajak mereka datang ke mari."
"Tepat tindakanmu," kata Nyonya Janda, "ayoh, ikut aku, anak-anak!"
Tom dan Huck dibawa oleh Nyonya Janda ke sebuah kamar tidur.
"Nah, bersihkan tubuhmu dan berpakaianlah yang baik," kata Nyonya Janda, "ini ada dua pasang pakaian - kemeja, celana, kaus kaki, segalanya lengkap. Tak usah berterima kasih padaku, Huck, keduanya milikmu, tapi yang satu pembelian tuan Jones, dan yang satu pembelianku. Kukira keduanya cukup baik bagi kalian berdua. Nah, berpakaianlah cepat-cepat. Kami akan menunggu - cepat turun, bila kalian telah berdandan rapi."
Nyonya Janda meninggalkan mereka.
353 Bab XXXIV TIMBUNAN UANG MAS HUCK berkata, "Tom, kita bisa turun dengan menggunakan tali, jendela ini tak begitu tinggi."
"Bah, untuk apa kita turun""
"Aku tak pernah menghadapi orang banyak seperti di bawah itu. Aku tak tahan. Aku tak mau turun."
"Oh, jangan perdulikan mereka! Jangan takut. Kau akan kujaga." Sid muncul.
"Tom," katanya, "sepanjang hari Bibi menantimu. Mary telah menyiapkan pakaianmu untuk hari Minggu dan semua orang gelisah karena engkau. Eh, apakah ini bekas lumpur dan lilin di bajumu""
"Tuan Sidney, jangan campur perkara orang. Untuk apa keramaian ini""
"Oh, pesta biasa, seperti yang diadakan oleh Nyonya Janda. Kali ini untuk menghormati Penjaga Hutan dan anak-anaknya yang telah melindunginya beberapa malam yang lalu. Dan dengar, kalau kau ingin tahu bisa kukatakan padamu."
354 "Apakah itu""
"Tuan Jones tua itu malam ini akan membuat orang-orang tercengang dengan suatu rahasia. Tadi pagi aku telah mendengar rahasia itu, waktu ia mengatakannya pada Bibi. Kukira rahasia itu kini bukan rahasia lagi. Semua orang telah tahu, Nyonya Janda juga - walaupun ia pura-pura tak mengetahuinya. Tuan Jones berkata, bahwa Huck harus hadir. Tanpa kehadirannya dia tak bisa membuka rahasianya. Kau tahu."
"Rahasia tentang apa, Sid""
"Tentang Huck mengikuti para penjahat ke rumah Nyonya Janda! Kukira, Tuan Jones akan bangga membuat semua orang tercengang, tapi aku berani bertaruh ia pasti gagal."
Sid tertawa puas. "Sid, kaukah yang menyiarkan rahasianya""
"Oh, tidak menjadi soal, siapa yang menyiarkan. Pokoknya rahasia itu telah tersiar. Cukup, bukan""
"Sid, hanya ada seorang manusia di seluruh desa ini yang sifatnya begitu rendah untuk mengerjakan hal itu, dan orang yang rendah budi itu adalah engkau! Bila yang mengikuti para penjahat itu engkau dan bukan Huck, sudah pasti engkau akan lari puntang-panting tanpa memberitahukan kepada siapa pun. Kau tak. bisa mengerjakan apa pun, kecuali fitnah yang kotor-kotor! Kau tak tahan melihat orang lain dipuji, karena melakukan pekerjaan mulia. Nah, tak usah berterima kasih seperti kata Nyonya Janda tadi." Tom menem355 peleng Sid sekeras-kerasnya dan menendangnya berkali-kali, hingga Sid terpelanting ke luar pintu-"Kini mengadulah pada Bibi, jika berani - besok kuberi upah!"
Beberapa menit kemudian, semua tamu Nyonya Janda Douglas duduk mengelilingi meja untuk makan malam. Anak-anak makan di ruangan yang sama, di meja-meja kecil seperti menjadi
adat daerah itu. Pada saat yang direncanakan Tuan Jones mengucapkan pidato kecil, ia mengucapkan terimakasih kepada Nyonya Janda atas kehormatan yang diperolehnya beserta kedua anaknya, tetapi sesungguhnya kehormatan itu harus diterima oleh orang lain yang begitu bersifat sederhana, sehingga -.
Demikian seterusnya. Ia membuka rahasia tentang peranan Huck dalam peristiwa Bukit Cardiff. Gayanya sungguh baik, sebaik yang bisa dilakukannya, tetapi rasa tercengang para pendengarnya tidaklah murni lagi. Tidak semeriah dan seribut seperti harapannya. Namun nyonya janda sangat berhasil dalam berpura-pura terkejut. Dibanjirinya Huck dengan sanjungan dan ucapan-ucapan terimakasih, sehingga Huck hampir lupa akan pakaiannya yang hampir tak tertahankan di saat semua orang memandang kepadanya. Samasekali tak enak baginya.
Nyonya Janda Douglas berjanji untuk memberi Huck tempat bernaung di rumahnya serta menyekolahkannya; dan kelak bila ia bisa menyisihkan
356 uang, ia akan memberi Huck modal untuk pegangan hidup secara sederhana. Inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu Tom. Ia berkata, "Hal itu tidak perlu. Huck sudah kaya; ia tak memerlukan pemberian dari siapa pun."
Hanyalah karena kesopanan saja yang membuat hadirin tak tertawa atas 'lelucon' Tom itu. Tapi terasa juga betapa sunyi akibat pernyataan Tom yang kaku itu. Tom memecahkan kesunyian itu dengan berkata, "Huck mempunyai banyak uang. Mungkin kalian tak percaya, namun uangnya sungguh berlimpah-limpah. Oh, tak usah tertawa. Kukira, aku bisa menunjukkan buktinya. Tunggu sebentar!"
Tom berlari ke luar, melalui beberapa pintu. Hadirin saling pandang dengan perasaan tercengang dan memandang penuh tanya pada Huck yang merasa lidahnya kelu.
"Sid, kenapa Tom"" bisik Bibi Polly, "Ia - wah, betul-betul aku tak bisa memahami anak itu. Tak pernah aku -."
Tom masuk, terhuyung oleh kantong yang berat membuat Bibi Polly tak meneruskan pembicaraannya. Tom menuangkan uang emas itu ke atas meja dan berkata, "Nah, apa kataku" Separuh dari uang ini milik Huck, separuh milikku."
Semua orang lupa bernapas. Sesaat semua hanya melongo. Kemudian semua ribut minta penjelasan. Tom berkata, bahwa ia dengan senang hati akan memberi penjelasan. Ia menceriterakan suatu ceri357 tera yang panjang dan penuh hal-hal yang menarik. Hampir tak ada yang menyela, takut untuk memutuskan ceritera yang memikat itu.
Setelah Tom selesai, Tuan Jones berkata, "Kukira aku telah menyiapkan suatu ceritera yang menarik untuk pesta ini, namun ternyata ceriteraku tak berarti. Ceritera Tom membuat ceriteraku tidak berarti. Harus kuakui."
Uang itu dihitung, jumlahnya lebih sedikit dari dua belas ribu dollar. Jumlah itu jumlah paling banyak yang pernah dilihat siapa pun di antara hadirin dalam satu tumpukan, walaupun beberapa orang di antara mereka mempunyai kekayaan yang nilainya jauh lebih besar.
358 Bab XXXV HUCK YANG TERHORMAT MENYATUKAN DIRI DENGAN PETUALANG
PARA pembaca tentu tak perlu diberi tahu, bagaimana harta karun Tom dan Huck itu telah membuat geger di desa kecil yang miskin seperti St. Petersburg itu. Jumlah sebegitu besar dalam satu tumpukan, hampir-hampir tak dapat mereka bayangkan. Berita itu dibicarakan, diperdebatkan, diagung-agungkan, sampai banyak orang kehilangan akal. Semua 'rumah hantu' di sekitar St. Petersburg dibongkar, papan demi papan, bagian dasarnya digali untuk mencari harta karun. Bukan saja anak-anak, tetapi juga orang tua. Beberapa di antaranya adalah orang-orang yang selalu berpikir dan berbuat dengan kesungguhan hati, tak pernah bermain-main. Di mana pun, Tom dan Huck dikelilingi, dikagumi dan ditonton. Kedua anak itu tak pernah ingat sebelumnya, bahwa kata-kata mereka mempunyai arti. Kini setiap perkataan mereka dianggap berharga dan diulang-ulangi. Apa pun yang mereka kerjakan, selalu dianggap luar biasa. Agaknya mereka tak bisa berbuat atau
359 berbicara seperti orang biasa lagi. Juga pengalaman-pengalaman mereka di masa lalu diperbincangkan untuk membuktikan, bahwa masa lalu itu penuh dengan perbuatan dan perkataan yang mengandung tanda-tanda kemurnian yang nyata. Surat kabar di desa itu
bahkan membuat riwayat hidup kedua anak itu.
Nyonya Janda Douglas menyimpankan uang Huck di bank dengan bunga enam persen, begitu juga Hakim Thatcher berbuat yang sama atas uang Tom untuk memenuhi permintaan Bibi Polly. Kini kedua anak itu mempunyai gaji yang betul-betul termasuk luar biasa - sedollar tiap hari biasa dan setengah dollar di hari Minggu sepanjang tahun! Gaji yang sama seperti yang diterima tuan pendeta, setidak-tidaknya jumlah itulah yang dijanjikan kepadanya, namun jarang diterima. Satu seperempat dollar waktu itu cukup untuk sewa kamar dan makan seorang anak, serta pakaian dan cucian dalam waktu seminggu.
Hakim Thatcher mempunyai harapan besar akan masa depan Tom. Dalam pendapatnya, seorang anak biasa tak mungkin bisa mengeluarkan anak perempuannya dari dalam gua. Ketika Becky secara rahasia menceritakan bagaimana Tom berdusta untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman cambuk, hakim sangat terharu. Becky memohon ampun atas dusta Tom itu, dusta yang memindahkan hukuman cambuk dari punggungnya ke punggung Tom. Hakim Thatcher dengan penuh kebanggaan
360 mengatakan, dusta semacam itu adalah dusta dari hati mulia, dusta dari hati yang pemurah - dusta yang berharga untuk dikenangkan sejarah di samping kebenaran George Washington yang termasyhur tentang kapaknya. Bagi Becky, belum pernah ayahnya tampak begitu tinggi dan gagah seperti waktu beliau berjalan mondar-mandir sambil mengucapkan itu semua. Saat itu juga ia pergi untuk menemui Tom serta mengatakan hal itu.
Hakim Thatcher ingin melihat Tom menjadi seorang ahli hukum atau ahli militer yang termasyhur kelak. Ia berjanji untuk meratakan jalan bagi Tom guna memasuki Akademi Militer Nasional dan kemudian belajar di sekolah hukum yang terbaik di Amerika Serikat, agar ia siap untuk menjalankan salah satu dari bidang tadi atau kedua-duanya.
Kekayaan Huck Finn dan kenyataan bahwa kini ia berada di bawah naungan Nyonya Janda Douglas memperkenalkan dirinya pada pergaulan masyarakat beradab, bukan - bukan memperkenalkan, tapi menariknya, melontarkannya ke masyarakat dengan paksa - dan penderitaannya hampir tak tertahankan olehnya. Para pelayan Nyonya Janda selalu membuatnya bersih dan rapi, menyisir dan menyikat rambutnya, menidurkannya di tempat tidur yang tak bersahabat dengannya, segalanya putih bersih tak ada noda setitik pun, yang bisa ditekankan ke dadanya untuk dianggapnya sebagai sahabat. Ia harus makan dengan pisau dan garpu, ia harus
361 mempergunakan serbet, cangkir dan piring; ia harus belajar, ia harus pergi ke gereja; ia harus berbicara dengan sopan hingga baginya setiap perkataan terasa hambar di mulut; ke mana pun ia berpaling, belenggu dan terali peradaban mengungkungnya, mengikatnya erat-erat.
Tiga minggu dengan gagah berani dihadapinya semua penderitaan ini, dan kemudian ia lenyap. Empat puluh delapan jam Nyonya Janda mencarinya di mana-mana dengan hati sedih. Masyarakat pun ikut terpengaruh, mereka mencari Huck Finn di setiap tempat, menjelajahi sungai untuk mencari mayatnya. Di hari ketiga, pagi-pagi sekali, secara bijaksana Tom Sawyer turun tangan, mencari di antara tong-tong tua di belakang rumah pembantaian. Dan di salah sebuah tong diketemukannya anak hilang itu. Huck tidur di dalam tong, baru selesai dengan sarapan yang terdiri dari makanan-makanan curian, kini berbaring menikmati pipanya. Ia tampak tidak terurus, rambutnya tak disisir, berpakaian compang-camping yang membuatnya sedap dipandang, bebas, merdeka, bahagia. Tom menariknya ke luar tong, menceriterakan kekacauan yang diakibatkan olehnya dan meminta agar Huck segera pulang. Huck yang menghirup kemerdekaan itu sekarang menjadi sedih.
"Jangan berbicara tentang itu lagi, Tom," kata Huck, "telah kucoba, dan aku gagal. Kehidupan semacam itu tak cocok bagiku. Nyonya Janda memang baik padaku, tetapi aku tak tahan caranya
362 menjalankan hidupku. Ia membangunkan aku pada jam itu-itu juga tiap pagi, menyuruh aku mencuci muka, pelayannya menyisir rambutku habis-habisan, ia tak memperbolehkan aku tidur di gudang kayu, aku harus berpakaian yang ketat yang tak ada jalan keluar masuk bagi udara.
Pakaian-pakaian 363 itu begitu bagus, hingga aku tak dapat duduk atau berbaring atau bergulung di rumput. Aku tak pernah lagi menerobos pintu gudang di bawah tanah, rasanya telah bertahun-tahun! Aku harus pergi ke gereja, sampai aku bermandi peluh. Aku benci mendengarkan khotbah-khotbah; aku tak boleh menangkap lalat di sana atau mengunyah. Aku pun harus terus memakai sepatu sepanjang hari Minggu. Nyonya Janda makan menurut bunyi lonceng, tidur menurut bunyi lonceng; semuanya begitu ditetapkan waktu, hingga membuat orang tak tahan."
Petualangan Tom Sawyer Karya Mark Twain di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tetapi semua orang hidup secara itu, Huck."
"Tak ada bedanya, Tom. Aku tidak seperti orang lain, dan aku tak tahan. Aku tak senang untuk selalu hidup terkekang. Dan makanan mudah sekali didapat, aku tak senang pada makanan yang mudah didapat. Untuk pergi mengail aku harus minta ijin, untuk pergi berenang harus minta ijin - untuk segala-galanya harus minta ijin dulu. Dan aku harus berbicara dengan baik sehingga membuat aku tak enak badan, sampai terpaksa tiap hari aku harus naik ke loteng untuk bisa berbicara bebas, walaupun sendirian, agar bisa kurasakan kebebasan berbicara. Kalau tidak, pasti aku mampus. Nyonya Janda tak memperkenankan aku merokok, tak memperkenankan aku berteriak, tak memperkenankan aku melongo, menggaruk atau menggeliat di depan orang banyak." (Dengan tambahan perasaan derita dan luka hati istimewa) "dan sialan betul;
364 tiap saat ia berdo'a! Belum pernah kulihat seorang wanita seperti dia, Tom! Aku harus pergi, aku harus, Tom. Dan lagi sebentar lagi musim libur selesai dan sekolah dimulai. Aku pun harus masuk sekolah nanti - dan itu tak bisa kutahan. Tom, menjadi kaya ternyata tak seenak yang kubayangkan. Setiap saat khawatir, setiap saat berkeringat dan mengharapkan kedatangan kematian selalu. Nah, pakaian ini cocok bagiku, tong ini cocok bagiku, dan tak akan pernah kulepaskan lagi. Tom, aku tak akan pernah menemui kesulitan begini banyak, bila tidak karena uang itu. Kini, baiklah kauambil bagianku semua, hanya kadang-kadang berilah aku sepuluh sen - tak usah terlalu sering, sebab aku tak bisa menghargai yang bisa kudapatkan tanpa berusaha keras lebih dahulu. Dan tolong minta, agar Nyonya Janda melepaskan diriku."
"Oh, Huck, tak bisa kulakukan itu. Tak adil, cobalah sekali lagi, mungkin kau bisa menyukainya."
"Menyukainya - ya, mungkin akan kusukai seperti aku akan menyukai sebuah kompor panas, bila telah kududuki cukup lama. Tidak, Tom, aku tak mau kaya, dan aku tak mau hidup di rumah yang tak ada udaranya itu. Aku senang hidup di hutan, di sungai, di tong kosong, dan tak kan kuubah hidupku itu. Terkutuk semuanya! Pada waktu kita telah mempunyai senjata, dan gua, dan siap untuk merampok, semua ketololan ini muncul untuk menggagalkan rencana kita!"
365 Tom melihat kesempatan untuk mengubah pandangan Huck.
"Dengar Huck, kekayaan tak menghalangiku untuk menjadi perampok."
"Betulkah, Tom" Betulkah katamu itu""
"Betul, Huck. Tapi Huck, kau tak bisa masuk ke dalam gerombolan perampok, bila kau tidak mempunyai penghidupan yang terhormat. Kau tahu."
Kegembiraan Huck lenyap. "Aku tak boleh masuk, Tom" Bukankah kau memperbolehkan aku menjadi bajak laut""
"Ya, tapi beda sekali. Seorang perampok lebih tinggi derajatnya daripada seorang bajak laut - secara keseluruhannya. Di beberapa negara perampok terdiri dari bangsawan-bangsawan tinggi, pangeran dan sebangsanya."
"Tom, bukankah kau selalu bersahabat dengan aku" Kau tak akan mengeluarkan aku dari gerom-bolanmu, bukan" Kau tak akan sekejam itu."
"Huck, aku tak ingin dan tak akan bertindak semacam itu. Tapi apa kata orang banyak" Mereka pasti berkata, "Puh, gerombolan Tom Sawyer" Anggauta-anggautanya bertingkat rendah." Yang mereka maksudkan adalah engkau, Huck! Kau pasti tak suka dikatakan begitu, aku pun tidak."
Huck terdiam, pertarungan sengit terjadi dalam benaknya.
Akhirnya ia berkata, "Nah, baiklah, akan kucoba untuk hidup di rumah Nyonya Janda kira-kira sebulan. Akan kulihat apakah aku bisa menahan
366 penderitaan itu. Asal kau perkenankan aku jadi anggota gerombolanmu, Tom!"
"Baik, Huck, berjanjilah! Marilah, sahabat, akan
kuminta agar Nyonya Janda tak terlalu keras bertindak terhadapmu!"
"Betulkah, Tom betulkah akan kauminta pada Nyonya Janda" Bagus kalau begitu. Bila ia mau mengendurkan beberapa peraturan kerasnya, aku akan merokok dengan sembunyi-sembunyi, memaki bersembunyi-sembunyi, dan akan kujalani penghidupan itu sekuat hati. Kapankah kau mulai membentuk gerombolanmu""
"Oh, sekarang juga. Kita kumpulkan anak-anak dan mungkin malam ini kita buat upacara pen-tahbisan."
"Upacara apa""
"Pentahbisan." "Apa itu""
"Upacara sumpah setia satu dengan yang lain sesama anggauta gerombolan. Bersumpah untuk tidak membocorkan rahasia gerombolan, walaupun dicincang sampai lembut. Bersumpah untuk membunuh siapa saja, bersama seluruh sanak keluarganya yang berani menyakiti salah seorang anggauta gerombolan."
"Bagus, Tom, hebat sekali."
"Memang demikian. Dan sumpah itu harus dilakukan di malam hari, tengah malam, di suatu tempat yang paling sepi, paling seram. Kalau mungkin di sebuah rumah hantu. Sayangnya semua
367 rumah hantu telah dibongkar orang."
"Tengah malam cukup baik, Tom."
"Tepat. Dan kita harus bersumpah di dalam peti mati, menandatangani dengan darah."
"Bukan main hebatnya. Lebih hebat daripada menjadi bajak laut. Aku akan tinggal bersama Nyonya Janda sampai aku mati, Tom. Dan bila kelak aku telah menjadi seorang perampok yang termasyhur, pastilah Nyonya Janda merasa bangga telah menolong aku dari dalam lumpur."
368 PENUTUP DEMIKIANLAH, habis sudah ceritera ini. Karena ceritera ini ceritera tentang seorang anak, maka berakhirlah sampai di sini. Ceritera ini tak bisa, dilanjutkan sampai menjadi ceritera seorang dewasa. Bila seseorang menulis roman tentang orang dewasa, ia tahu, di mana harus berhenti - yaitu pada perkawinan; tapi bila yang ditulis itu ceritera tentang anak-anak, ia harus berhenti di mana ia bisa berhenti dengan sebaik-baiknya.
Hampir semua pelaku dalam ceritera ini masih hidup, sejahtera dan bahagia. Suatu hari mungkin ada baiknya untuk menelaah kembali ceritera kehidupan anak-anak guna melihat mereka menjadi apa setelah dewasa. Karena itu saat ini tak bijaksana untuk menceriterakan kehidupan mereka sekarang.
tamat Pendekar Lembah Naga 12 Pendekar Rajawali Sakti 158 Pasukan Alis Kuning Kaki Tiga Menjangan 34
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama