Ceritasilat Novel Online

Strangers 8

Strangers Karya Barbara Elsborg Bagian 8


"Hanya di sekolah. Bagaimana denganmu""
"Sama." "Ini kedengarannya sangat menyenangkan," kata Jody sambil tersenyum.
Charlie pikir itu kedengarannya seperti memerlukan banyak kerja keras, tapi Ethan bersikeras. RSC ingin membuat acara dua mingguan selebriti yang menampilkan sepuluh pertunjukan berbeda dan sejumlah bintang.
Mengumpulkan uang untuk suatu acara amal atau lainnya.
"Jadi kau mencoba untuk peran apa"" Tanya Jody.
"Hamlet." "Ingin berlatih""
Charlie mendesah. "Mengapa tidak""
Itu bukan hari yang penuh kegembiraan seperti yang Jody harapkan. Dipaksa terdengar antusias bermain dalam Regan in King Lear, dia harus melebarkan senyum di wajahnya yang membuat riasannya retak. Jody sudah berharap untuk berjuang keras demi bermain bersama Charlie, tapi mereka sudah memasukkan mereka ke Ophelia dan tidak mungkin dia akan bermain sebagai ibu Charlie, Gertrude. Jody masih mendidih karena mereka berani bertanya.
Dia berhasil membujuk Charlie berjalan berkeliling museum dengannya sesudah acara itu, tapi itu penuh dengan omong kosong. Potongan-potongan plastik merah muda norak menggantung dari langit-langit pada rantai logam, isi lemari kaca kamar mandi berserakan dalam lingkaran, persegi hitam besar dengan lonceng di tengah-tengah. Benar-benar aneh. Satu-satunya saat mata Charlie bersinar, adalah ketika ia melihat kaca mikropskop raksasa. Tapi tidak mungkin Jody akan mau melihatnya. Itu akan merobek celana Donna Karan barunya.
Jody menunggu Charlie di bawah, tapi kemudian tidak benar-benar melihat Charlie muncul karena tiga pria manis meminta tanda tangannya.
Jody memutuskan dia sudah menunggu cukup lama untuk membuat pendekatan pada Charlie. Charlie tertekan setelah pembeberan dirinya di media massa dan Jody ingin menghiburnya. Charlie masih sangat marah pada wanita yang sudah ditidurinya. Charlie membutuhkan seseorang untuk mengalihkan pikiran dari segala sesuatu. Makanan yang baik, sebotol anggur dan Jody di tempat tidurnya. Sempurna.
"Aku butuh hiburan," kata Jody. "Aku ingin membeli gaun. Mau ikut dan membantuku memilihnya""
Charlie mengangkat bahu. Jody menganggapnya itu sebagai jawaban ya. Jody tidak pernah menemukan seorang pria pun yang antusias berbelanja.
Empat jam kemudian, Jody kehilangan kesabaran dengan Charlie. Charlie menjadi tidak komunikatif sementara Jody mencoba gaun, merengut di atas secangkir kopi di Harrods dan merajuk ketika Jody mencoba untuk membelikannya dasi. Jody berhasil memperdebatkan ajakan kembali ke rumah Charlie tapi Charlie tetap ingin tinggal.
"Aku ingin pergi keluar," rengek Jody.
Apa sih gunanya membeli gaun jika Charlie ingin memesan pizza"
"Aku merasa sedang tidak ingin keluar," kata Charlie.
"Mari kita pergi ke tempat Gordon Ramsey di Chelsea." Jody meletakkan tangannya di lengan Charlie. Sejauh ini, Jody berhati-hati untuk tidak berlebihan dalam menyentuh, tapi dia frustrasi. Setelah adegan melempar tas, dia pikir Charlie akan menerima tawar
an bak mandi air panas, tapi ia malah melesat ke ruang musik dan mengunci diri.
Jody mengelus bisepnya. "Please"" Dia mencoba memberikan tatapan anak-anjingnya.
"Tempat itu selalu penuh."
Jody menahan kekesalannya. Charlie bisa masuk ke mana saja yang ia inginkan.
"Biar kucoba." Jody menekan beberapa tombol di telepon. Beberapa menit kemudian, ia mendapatkan meja dan taksi sudah di pesan.
"Sekarang pergi dan pakai sesuatu yang bagus," kata Jody. "Dan bercukur. Aku tak ingin dagumu menggores wajahku. Aku ada pemotretan besok."
"Aku tidak ingin pergi keluar."
"Well, aku mau. Aku ingin memakai gaun baruku. Aku harus menunjukkan aku kuat dan berani dan baik-baik saja pada pecundang itu. Kau harus melakukan hal yang sama. Kau tak bisa bersembunyi di sini selamanya. Biarkan pers melihat bahwa kau sudah melewati semua ini. Kita akan tersenyum dan menunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah sebuah united front."
Charlie melakukan seperti yang diperintahkan. Jody berpikir tentang bergabung dengannya di kamar mandi, tapi dia baru saja menata rambutnya sehingga ia memutuskan untuk tidak mau repot-repot. Tubuh Charlie yang telanjang adalah sesuatu yang dinantikan.
Saat Jody meraih majalah Charlie di sisi yang jauh dari meja ruang tamu, ponsel Charlie berdering. Jody melompat ke arah ponsel.
"Hallo," dia berkicau.
"Apakah Charlie di sana""
Curiga pada wanita manapun yang tidak dikenalnya, Jody berjaga-jaga. "Siapa yang menelepon""
Jody pantas mendapatkan medali emas Olimpiade untuk memukul mundur saingannya, meskipun ia tidak harus melakukan apa pun untuk menyingkirkan seorang pelayan kurus. Idiot itu sudah melakukan itu semua sendirian.
"Saya ibu Charlie. Apakah dia ada""
Ups, terima kasih Tuhan dia tidak mengatakan sesuatu yang buruk.
"Oh halo, Mrs. Storm. Ini Jody Morton. Saya adalah teman terdekat Charlie. Aku khawatir dia tidak ada di sini saat ini."
"Maukah kau memintanya untuk meneleponku""
"Tentu saja. Apakah itu penting" Bisakah sayamemberinya pesan""
"Ini tentang Kate. Tolong suruh dia meneleponku."
"Tentu saja." Tidak, pikir Jody. Tidak mungkin Jody akan menyebut nama Kate. Setelah malam ini, ia pikir Charlie bahkan tidak akan memikirkannya lagi.
*** Strangers Bab 29 Kate telah menyelesaikan puzzle. Well, hampir selesai. Ada satu bagian yang hilang. Dia menatap gambarnya sejenak, mengagumi bentuk kucing hutan, mengingat bagaimana Charlie berbaring santai seperti macan tutul, bagaimana mereka telah memainkan teka-teki bersama-sama. Lalu Kate meraup semuanya dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Jika Kate menginginkan kehidupan baru, dia harus menyingkirkan yang lama. Kate mengisi kantong-kantong hitam dengan semua bahan jahitan dan membawanya ke ruang tempat sampah bersama dengan komputer dan mesin jahit. Yang terakhir sudah berhenti bergerak dan mati ketika Kate pergi dan Kate tidak punya biaya untuk memperbaikinya.
Kate sudah tidak berhasrat untuk menjahit. Tidak ada gunanya lagi.
Sebelum Kate tahu, dia sudah membuang hampir semua yang dia miliki, kecuali untuk sejumlah kecil pakaian, ponsel dan catatan-catatan Post-It Charlie yang menempel di dindingnya. Hal itu tidak terlalu sakit seperti yang dia pikir. Mereka hanya barang. Bahkan tempat tidur. Itu bisa pergi bersama dengan apartemennya. Bagaimana dia bisa tidur di dalamnya lagi dan merasa bahagia" Kate meletakkan bintang peraknya di bawah bantal. Itu semua bagian dari mimpinya sekarang.
Ketika Kate akan berjalan ke bawah untuk yang keempat kalinya, membuang dua kantong lagi di ruang tempat sampah, ponselnya berdering.
"Kate" Ini Simon."
Kate begitu terkejut dia menelepon, sejenak Kate tidak bicara.
"Kate" Apa kau disana""
"Ya. Maaf." "Richard bilang kau ingin bicara denganku."
Kate terus menyaksikan pemandangan kerikil di bagian belakang mobilnya dan bersandar di dinding.
"Aku ingin bertanya tentang artikel yang kau tulis tentang Charlie," katanya.
"Dan di sini kupikir kau akan mengajakku berkencan." Simon terkekeh. Kate sedang tidak mood untuk tertawa.
"Charlie mengira aku sumbernya."
"Well, mungkin kau seharusnya mencerita
kannya dari sudut pandangmu. Seperti menjelaskan bagaimana kau mendapat tanda di wajahmu" Aku sudah punya judul utama Snow-Storm." jari-jari Kate naik ke pipinya dan menelusuri goresannya. Seseorang pasti sudah mengambil fotonya saat Kate meninggalkan rumah Charlie.
"Apakah dia memukulmu""
"Tidak. Aku terkena ranting. Simon, aku perlu tahu siapa yang bilang dia mencoba bunuh diri."
Ada napas dalam-dalam dari ujung telepon.
"Kau tahu aku tidak bisa memberitahukan itu padamu. Aku harus melindungi sumberku. Kau tak punya tanda ketika kau pergi ke rumah Charlie. Kau punya ketika kau keluar. Apa ada hutan di ruang itu, hah" Mungkin Jody Morton yang memukulmu. Dia mudah marah."
"Apa ibu Charlie yang mengatakan itu padamu""
Kate bertahan. "Aku tidak bisa mengatakannya."
"Ayahnya""
"Kate, aku tak bisa memberitahumu."
"Tapi Charlie pikir itu aku."
"Lalu kenapa kau tidak membiarkan aku mewawancaraimu" Kau dapat meluruskan kesalahpahaman itu. Kami akan bayar. Aku bisa datang ke sana sekarang. Kau dapat memberitahuku bagaimana kau mendapatkan tanda itu dan mungkin aku bisa memberi petunjuk tentang apa yang kau ingin tahu."
"Tidak." Kate mematikan telepon. Itu tidak akan membuat keadaan menjadi baik. Air mata jatuh dari mata Kate. Dia melatih dirinya untuk tidak menangis, mekanisme pertahanan yang lahir dari keniscayaan. Jika kau meneteskan air mata di panti asuhan, kau ditakdirkan untuk hidup dengan nama panggilan cengeng, tukang ngompol, gadis lemah. Tapi sekarang Kate membiarkan air matanya mengalir. Banjir dalam hening, karena tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Kate duduk dan menangis sampai tidak satu tetes air matapun yang tertinggal dalam dirinya.
*** "Kate" Apa yang kau lakukan di tempat ini"" tuntut Lucy.
"Melihat bintang-bintang," kata Kate. Hanya menginginkan satu bintang.
Fax berdiri di sebelah Lucy, tangannya di pinggang Lucy.
"Masuklah," kata Lucy. "Ini sudah lewat tengah malam dan dingin."
Kate berdiri terlalu cepat. Kepalanya pening dan dia bersandar di dinding.
"Kami khawatir tentangmu. Kami bertanya-tanya kau ada di mana. Kau terus menghilang."
"Aku menjauh selama beberapa hari."
"Kalau begitu kau tidak kembali dengan Charlie"" Tanya Lucy.
"Tidak. Itu sudah berakhir. Charlie berpikir aku menjual rahasianya pada pers. Aku tidak. Aku tidak mengerti dari mana mereka mendapatkan informasinya."
Kate menatap Fax. "Aku bicara dengan temanmu, Simon Baxter. Dia tidak mau mengatakan sumbernya."
"Dia bukan temanku, " kata Fax.
"Ayo masuk." Lucy memasukkan kode dan membuka pintu gedung. Kate memiliki harapan yang mendadak Fax mungkin bisa membantu.
"Simon pikir aku harus memberikannya cerita dari sisiku."
"Jangan," kata Fax. "Tetap diam. Itu semua akan reda."
"Tapi Charlie pikir aku mengkhianatinya." Seperti ada pita yang diperkencang di sekitar jantung Kate dan dia menahan rengekan.
"Ini bisa jadi salah satu orang yang dia tiduri," kata Lucy. "Gila, aku yakin daftarnya cukup panjang."
"Kenapa Charlie begitu yakin itu kau"" Tanya Fax.
"Karena ada satu hal yang koran cetak seharusnya hanya diketahui oleh kami berdua."
"Mungkin kau mengatakan pada seseorang secara tidak sengaja"" usul Fax.
"Tidak. Aku tidak pernah mengatakan pada siapa pun. Tidak akan." kecuali ayah Charlie. Kate menelan ludah.
Lucy berdiri di pintu apartemennya, kunci di tangannya, tapi dia tidak mencoba untuk memasukkannya ke dalam lubang kunci.
"Apa hal yang hanya kau dan Charlie yang tahu"" Apa bedanya sekarang" Seluruh dunia sudah tahu.
"Tentang dia mencoba untuk bunuh diri."
"Oh Tuhan. Bajingan itu." Lucy meletakkan tangannya ke mulutnya. "Kupikir itu Nick yang mengatakannya pada mereka. Catatanmu, Kate, yang kau tulis, memberitahu kita untuk tidak khawatir tentangmu dan menghubungi pengacaramu. Ingat""
"Tapi aku tidak memberikannya padamu. Aku membuangnya."
"Rachel menemukannya. Aku bilang pada Nick. Aku sangat menyesal."
"Catatan apa"" Tanya Fax.
Kate pikir Lucy sepertinya siap untuk muntah. Fax melingkarkankan lengannya dan memeluknya. Lucy menempel padanya. Kate merasa kepahitan sesaat bahwa dia bukan or
ang yang mendapatkan simpati.
"Siapa yang melihatnya"" Tanya Kate.
"Rachel menunjukkan padaku dan Dan. Kemudian aku mengatakannya pada Nick."
Oh Tuhan. Kate menghela napas dengan gemetar.
"Catatan apa"" Tanya Fax lagi. Lucy menatapnya kemudian Kate.
"Aku menulis surat...selamat tinggal," kata Kate. "Sehari setelah aku seharusnya menikahi Richard, aku berenang ke tengah laut. Kupikir aku takkan pernah kembali, hanya saja aku bertemu dengan Charlie yang kebetulan melakukan hal yang sama. Karena aku bilang aku bertemu Charlie di laut, kukira Nick pasti menarik kesimpulan. Dia tidak bisa tahu Charlie mencoba bunuh diri, tapi ia bisa menebak."
"Bisakah kau mencari tahu"" Tanya Lucy pada Fax. "Kau bisa menggunakan mempengaruhmu. Jika aku yang bertanya pada Nick, dia akan menyangkalnya. Lagipula kita hampir tidak berbicara."
"Aku akan mencoba."
*** Malam berikutnya, ketika Lucy menelepon Kate dan memintanya untuk turun ke bawah, Kate bisa tahu dari nada suaranya ada sesuatu yang tidak beres. Fax ada di sana juga.
"Duduklah," kata Lucy.
"Aku lebih suka berdiri." Kate ingin menyiapkan diri untuk lari.
"Apakah kau ingin berita baik atau berita buruk"" Tanya Fax.
Kate merasa lega itu tidak semuanya buruk.
"Yang baik," jawabnya.
"Nick adalah orang yang mengatakan pada Simon bahwa Charlie mencoba untuk bunuh diri." Kate mendesah.
"Aku yang menghadapinya, setelah Faks menegaskan hal itu," kata Lucy. "Bajingan itu mencoba untuk memberitahuku dia melakukannya untuk kami. Itu dibuktikan pada malam ketika Simon dan fotografernya mendapatkan jepretan foto-foto engkau dan Charlie di apartemenmu, mereka mengambil satu foto Nick yang datang menemuiku. Nick bilang ia perlu mendapatkan kembali foto itu sehingga istrinya tidak mengetahuinya. Ia menawarkanmu."
"Dia bukan satu-satunya sumber, " kata Fax. "Mereka mewawancarai banyak orang. Rupanya Simon telah mengumpulkan berita itu untuk sementara waktu."
"Tidak ada yang menyebutkanku atau orang tuanya mengatakan apapun"" tanya Kate.
Fax menggeleng. Kate gemetar dengan lega. Selama beberapa hari terakhir dia merasa seolah-olah dia jatuh tenggelam ke danau es dan tidak bisa menemukan jalan kembali ke permukaan. Sekarang dia berhasil menghirup udara pertamanya.
"Apa berita buruknya"" Tanya Kate.
"Aku benar-benar berpikir kau harus duduk sekarang," kata Lucy dan Kate meluncur ke sofa.
"Masih ada lagi yang akan dihadapi," kata Fax.
"Apa lagi"" Kate tidak mengerti.
"Ada lagi di koran Sunday berikutnya." Kate bergidik.
"Berapa banyak lagi yang bisa muncul""
"Bukan tentang Charlie. Tentangmu," kata Lucy. Otot-otot Kate menegang.
"Apa yang akan mereka katakan""
"Satu-satunya hal yang aku temukan adalah bahwa hal itu ada hubungannya dengan kasus pembunuhan lama," kata Fax.
Oh Tuhan, sangat mengerikan. Kate bisa merasakan mereka menatapnya, tapi ia tidak menatap salah satu dari mereka.
"Apakah...kau membunuh seseorang"" Bisik Lucy.
"Lucy!" Kata Fax.
"Apa yang bisa kulakukan untuk menghentikannya"" Tanya Kate.
"KUpikir kau tidak bisa melakukan apa pun selain weather the storm (berhasil melewati kesulitan)." Fax berhenti.
"Maaf, pilihan kata-kata yang buruk."
"Kami ada di sini untukmu Kate, kau tahu itu," kata Lucy.
Kate berpikir Lucy akan menyentuh tangannya dan dia meringkuk seperti seekor kerang.
"Apakah ada yang bisa kita lakukan"" Tanya Lucy.
"Buat pernyataan yang ditandatangani oleh Nick, yang mengatakan ia yang memberitahu 24/7 bahwa Charlie mencoba bunuh diri dan lagipula itu hanya menebak." Kate tidak serius, tapi Lucy mengangguk.
"Akan kucoba." Sekarang Fax tampak khawatir sama seperti Kate. Lucy mencium hidung Fax.
"Nick berutang padaku. Jika ia tidak melihatnya seperti itu, mungkin istrinya yang akan melihat. Aku selalu berangan-angan menjadi pemeras."
*** Kate tak bisa percaya apa yang dia pegang di tangannya. Sampai Lucy memberikannya, dia berpikir akan ada sedikit kesempatan untuk membuktikan apa yang sudah Nick lakukan. Kate sangat ingin menelpon Charlie, tapi Kate menebak dia akan mengumpat pada Kate lagi dan tidak mendengarkan kata-katanya, Kate memu
tuskan untuk bicara dulu kepada Ethan.
"Ethan, ini aku, Kate. Tolong jangan tutup teleponnya. Aku punya sesuatu yang penting untuk kuberitahu padamu."
"Apa"" Kate tidak akan tergoyahkan oleh sikap kasarnya. Kate terlalu bersemangat, hatinya memantul seperti kangguru.
"Aku punya bukti itu bukan aku yang mengatakan kepada pers tentang usaha bunuh diri Charlie. Aku memilikinya secara tertulis."
"Jadi"" Kate terhenyak kembali ke bumi. "Aku...aku ingin Charlie tahu yang sebenarnya." Diam di ujung telepon.
"Dia pikir aku mengkhianatinya, Ethan. Aku tidak. Aku ingin bicara dengannya."
"Oke. Datanglah ke Dorchester pukul sepuluh malam ini. Charlie ada sebuah wawancara terakhir di sana dengan Sky TV. Tanyakan tentang aku di resepsionis."
Kate seakan melambung berpikir untuk melihat Charlie lagi. Bahkan jika Charlie tidak ingin bertemu, Kate punya bukti dia tidak mengkhianatinya. Kate mandi dan mencuci rambutnya, mengenakan rok denim dan atasan linen pink pucat. Sebagian kecil dirinya berharap Charlie akan meminta maaf dan meraup Kate ke dalam pelukannya, tapi Kate sudah puas hanya dengan kebaikan di matanya.
*** Charlie mulai bersikap hangat pada Jody. Bukan sebagai pribadi, tapi sebagai pengalih perhatian. Setidaknya ketika ia bersama dengan Jody, pers membagi perhatiannya di antara mereka berdua. Jody mengeluh tentang fotografer, tapi Charlie tahu Jody menyukai mereka. Jodi tak pernah muncul dari mana saja tanpa memeriksa rambut dan wajahnya. Chalie tergoda untuk memberitahu Jody bahwa dia mempunyai bintik, hanya untuk melihatnya panik.
Meskipun dia membuang-buang waktu, Jody telah melakukan yang terbaik untuk menghiburnya. Jody membuatnya sangat jelas ingin pergi ke ranjang dengan Charlie dan Charlie mulai bertanya-tanya mengapa ia tidak tidur dengan Jody. Jody menginginkan Charlie melalukannya. Ethan menginginkannya juga. Apa masalahnya"
Tapi itu masalah. Charlie tidak ingin tidur dengan orang-orang yang tidak ia sayang. Semua yang bisa Charlie pikirkan adalah Kate. Charlie pikir dia bisa menghilangkan setiap emosi karena dia melihat koran sialan itu dan sekarang ia hanya sedih untuk apa yang hilang darinya, sedih untuk Kate juga.
Charlie tidak mengerti mengapa Kate melakukannya. Charlie hanya bisa berpikir itu karena ia mempertemukan ayahnya tapi Kate tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan, untuk mengatakan bahwa Charlie menyesal.
Charlie menerima telepon dari Ethan yang mengatakan ia ingin melihat dia dan Jody malam ini jam sembilan, di bar Penthouse di Dorchester, hotel tempat tinggal Jody. Charlie mengajak Jody untuk makan dahulu di Paviliun. Jody menghabiskan seluruh waktu makan mengoceh tentang rumahnya di Malibu dan betapa Charlie akan menyukainya dan apa dia sudah pernah mencoba surfing dan apa dia kenal Keanu dan kapan ia pindah ke Hollywood dan Jody bisa membantunya menemukan sebuah rumah. Charlie mengabaikannya lagi.
"Ingin makanan penutup"" Tanyanya, yakin Jody akan mengatakan tidak.
"Ceri." Charlie tidak ingin apapun. Dia minum sebagian besar botol anggur dan mereka sudah minum sampanye sebelumnya. Charlie sudah cukup pusing tapi dia tidak mabuk. Semangkuk ceri tiba dan Jody dengan cepat menggeser kursinya lebih dekat dengan kursi Charlie.
"Kita akan berbagi," katanya.
Ketika jari-jari Jody menyentuh risletingnya, Charlie membeku. Charlie mengamati ruangan, tapi tidak ada yang melihat ke arah mereka. Untungnya meja yang ditempatkan berjauhan. Charlie melirik pangkuannya. Taplak meja putih bersih menutupi fakta bahwa Jody sedang membuka ritsleting Charlie. Charlie menatap lurus ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan""
"Tunggu dan lihat saja."
Jody tersenyum, mengangkat setangkai ceri ke bibirnya dan menghisapnya ke dalam mulutnya. Charlie tidak suka bibirnya. Terlalu penuh. Dia menduga itu berarti Jody akan Charlie kehilangan arus pikirannya saat jari-jari Jody mengangkat kemaluannya keluar dari celana boxernya, keluar dari celananya. Charlie memandang sekeliling restoran mengharapkan lautan wajah yang terkejut tapi tidak ada yang melihat.
Kemaluan Charlie mengeras di bawah sentuhannya da
n dia mengeluarkan erangan kecil. Jody mengambil ceri lain, menelusuri di sepanjang bibirnya dan kemudian di bibir Charlie. Ketika Charlie membuka mulut untuk mengambilnya, Jody menjauhkannya. Itu menghilang, tapi tidak ke dalam mulut Jody. Charlie tersentak ketika buah itu menyentuh ujung kemaluannya dan berputar-putar di kepalanya yang sensitif. Jody menarik tangannya dan memasukkan ceri ke dalam mulutnya. Charlie mendorong mangkuk ke arahnya.
"Ambil yang lain."
Jody tertawa dan mengambil salah satu ceri dari mangkuk. Kali ini, Jody menggigit ujungnya sebelum ia memindahkan ke tangannya yang lain. Charlie mengeluarkan erangan pelan. Charlie tidak bergerak. Dia bahkan tidak berkedip. Dia bisa merasakan buah itu melumuri di ujung kemaluannya. Charlie tidak yakin apakah kelembaban tersebut dari ceri atau miliknya. Jody menyeringai, kemudian menempatkan buah dalam mulutnya, mengisap ceri dari tangkainya dan mengunyah.
"Lagi"" Tanya Chalie.
"Aku lebih suka merasakan sesuatu yang lain."
Charlie memasukkan kemaluannya kembali ke dalam celananya, menaikkan risleting dan bangkit berdiri. Charlie tahu dia tidak seharusnya melakukan ini, tapi kemaluannya menguasai otaknya.
Ethan masuk saat mereka berjalan keluar. Dia melihat bagaimana Charlie membawa jaketnya, melihat tangannya menggenggam tangan Jody dan mencoba untuk tidak tersenyum. Jody menyeringai begitu lebar hingga ia dalam bahaya kehilangan bagian bawah rahangnya.
"Apakah itu penting"" Tanya Charlie.
Ethan ragu-ragu. Dia bisa mengambil risiko atau ia bisa memastikan. Memastikan dia menang. Charlie terlalu tak terduga.
"Aku perlu bicara dengan Jody." Ethan menarik Jody ke satu sisi. "Bagaimana keadaannya""
"Kami akan pergi ke kamarku, memangnya kau pikir bagaimana keadaannya""
"Kate dalam perjalanan ke sini. Kupikir itu akan bagus bagi Charlie untuk melihat bahwa api berkobar dan benar-benar padam. Kate ingin rekonsiliasi. Ada ide bagaimana kita bisa meyakinkan dia bahwa itu sudah selesai di antara mereka""
Mata Jody mengeras. "Bagaimana kalau aku mendorongnya di tepi jurang""
Ethan terkekeh. "Kau tak perlu melakukannya sejauh itu. Biarkan dia melihat kalian di tempat tidur bersama-sama pasti sudah cukup."
"Bagaimana kita akan mengatur itu""
"Berikan aku salah satu kuncimu. Ketika Kate tiba, aku akan menyuruhnya naik ke atas. Aku akan meneleponmu dan biarkan teleponmu berdering sekali. Tahan si Casanova agar tidak menjauh sampai saat itu."
Jody mendesah. "Aku baru saja membuat dia bergairah ke dalam suasana hati yang tepat, sekarang kau ingin aku untuk membuatnya menunggu""
Ethan melihat arlojinya. "Dua puluh menit. Dia tidak akan terlambat."
Jody terus memunggungi Charlie dan menyerahkan salah satu kuncinya pada Ethan.
*** Strangers Bab 30 Kate menuju ke meja resepsionis di Dorchester seperti yang diperintahkan dan diarahkan ke ruang tunggu. Ethan duduk membaca majalah dan meminum apa yang kelihatan seperti sampanye. Dia berdiri saat Kate berjalan. Kate mengulurkan catatan yang ditulis oleh Nick seperti perisai di depannya. Kate melihat mata Ethan menyelami kata-kata dan kemudian ia menatap Kate.
"Jadi kau mencoba bunuh diri, juga""
"Sebuah upaya setengah hati, seperti Charlie."
"Aku akan memberitahu Charlie tentang hal ini." Ethan melambaikan kertas yang Kate berikan padanya.
"Aku akan menjelaskan kau tidak dapat disalahkan atas cerita itu dan bahwa kau sudah memberitahunya siapa yang melakukannya."
Kate mengangkat tangannya. "Aku yang akan menunjukkan itu padanya."
"Bisakah aku terus membawa ini untuk sementara waktu" Aku perlu bicara dengan beberapa orang membuat ketidaksenangan yang aku rasakan."
Kate ragu-ragu. "Apa Charlie baik-baik saja dengan semuanya"" Ethan tersenyum. "Dia di Suite Harlequin, menunggumu."
Ethan menawarkan kunci pada Kate. "Dia ingin aku kesana" Apakah kau yakin""
"Pergilah ke atas. Kau akan menyukai suitenya. Elizabeth Taylor tinggal di sana ketika dia mendapat berita tentang kesepakatan memecahkan rekor untuk perannya sebagai Cleopatra."
Saat Kate naik ke lift, ia bertanya-tanya apakah semuanya akan baik-baik sa
ja sekarang. Jika nanti akan ada sampanye yang menunggu dan permintaan maaf dari bibir indah Charlie. Kate membayangkan dirinya dalam pelukan Charlie, mendengar Charlie mengatakan maaf, membayangkan dia menciumnya, bercinta dengannya. Tubuh Kate bersemangat dengan antisipasi, kesemutan dari ujung jari-jarinya hingga ke pusat jantungnya. Ini adalah cinta. Kate mencintainya.
Kate tidak bisa melihat mengapa mereka tidak harus memulainya lagi. Kate harus minta maaf karena melarikan diri. Itu adalah sebuah kesalahan, tapi dia takut dan bereaksi berlebihan. Ia bisa membuat Charlie mengerti. Jika ia tidak lari, mungkin semua ini tidak akan terjadi karena ketika Charlie melihat koran, Kate akan bersama dengannya dan Charlie akan percaya padanya.
Kate mengetuk pintu. Meskipun Ethan telah memberinya kunci, dia tidak ingin masuk begitu saja. Tidak ada yang menjawab, sehingga Kate membiarkan dirinya masuk. Musik disetel dengan keras. James Blunt. Aneh. Charlie tidak menyukainya. Kate menarik napas saat ia berjalan melalui lobi cermin. Dia tidak bisa percaya ini adalah sebuah kamar hotel.
"Charlie"" Serunya.
Kate melewati ruang makan dan kamar mandi. Charlie tidak ada di ruang duduk yang panjang, jadi dia berjalan ke pintu lain. Satu pintu yang terbuka. Satu-satunya yang terdengar musik. Satu-satunya dengan Charlie di dalamnya.
Di seberang ruangan, Charlie berdiri memakai boxer hitam di sebelah tempat tidur besar. Di tempat tidur, bersandar seorang Jody Morton yang telanjang.
Ketika Charlie melihat Kate, matanya terbuka lebar. Dia tampak seolah membeku sama seperti yang Kate rasakan. Hanya saja Jody sedang bergerak, meraih Charlie.
Kate melarikan diri ke lift. Dia memukul-mukul tombol dan pintu terbuka seketika, seolah-olah mereka sudah tahu ia akan langsung datang kembali. Sesuatu telah robek dalam dirinya. Betapa bodohnya untuk berpikir surat Nick akan membuat perbedaan. Kerusakan itu terlalu parah. Charlie sudah move on.
Turun di lobi Kate melihat Ethan berdiri di dekat pintu keluar. Dia menyeringai saat Kate berjalan mendekatinya. Ethan sudah menunggunya. Jari Kate gatal untuk menampar wajahnya. Sebaliknya, Kate malah menyerahkan kartu kunci.
"Kenapa kau tidak memberitahuku saja"" Tanya Kate.
"Charlie ingin memastikan kau mendapat pesannya."
Sebuah semburan kepedihan berkobar di antara mata Kate pada pikiran bahwa Charlie yang menyiapkan ini. Tapi kalau Charlie yang melakukannya, kenapa dia tampak begitu terkejut melihat Kate" Mungkin Charlie ingin berada di tempat tidur dengan Jodie ketika ia melangkah masuk.
"Aku menelepon saat kau menuju lift dan mengatakan bahwa itu saatnya untuk memulai pertunjukan."
Ethan menatapnya ke atas dan ke bawah seolah-olah Kate adalah pelacur murahan. Kate tidak mengerti sedikitpun tentang semua ini.
"Kau mengatur semuanya hanya untuk menyakitiku""
"Untuk memastikan kau tidak berpaling menjadi Tiffany Samuels yang lain. Sudah berakhir, Kate. Selesai. Kau tidak benar-benar berpikir bahwa kau bisa memainkan peran menjadi keluarga bahagia dengan Charlie, kan"" Ethan tersenyum. Yang Kate lihat hanyalah gigi yang berderet-deret.
"Aku sudah memperingatkanmu seperti apa dia. Apa kau pikir kau akan menikah, punya anak, dan hidup bahagia selama-selamanya" Kau hanyalah satu orang dalam antrean panjang. Charlie akan menjadi mega-bintang dan kau...kau bukan apa-apa."
"Aku bukan sebuah benda," kata Kate. "Aku manusia yang punya perasaan. Aku punya hak seperti "
"Kau akan menjadi ibu macam apa" Melemparkan diri ke laut atas kekecewaan kecil. Bertahan dalam hubungan yang keji. Kau bahkan tidak tahu seperti apa kehidupan keluarga yang normal. Charlie tidak memerlukan orang seperti kau."
Kate tersentak. "Kenapa kau begitu kejam" Apa yang telah aku lakukan padamu""
"Inilah apa yang telah kau lakukan pada Charlie."
"Tapi aku tidak melakukan apa-apa. Aku memberimu surat itu. Itu membuktikan "
"Surat apa""
Kate menelan ludah. Ini semua hanya membuang-buang waktu. Ethan tidak akan menunjukkan surat itu pada Charlie dan mungkin Charlie tidak akan percaya juga. Kate merasa seolah-olah dia telah dir
acuni, ditusuk, terkubur dalam gempa bumi dan kemudian tenggelam oleh gelombang pasang berikutnya. Dia mulai bergerak melewati Ethan dan kemudian berubah pikiran. Kate tidak perlu menamparnya untuk membalas perbuatannya.
"Kau tahu, Mr. Silver, aku senang aku tidak ada di dalam duniamu jika itu diisi dengan orang-orang sepertimu, orang-orang yang tidak peduli tentang orang lain selain diri mereka sendiri, orang yang akan berbohong dan menipu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tidakkah kau bahkan peduli apa yang surat kabar cetak adalah kebenaran""
Ethan tertawa singkat. "Tapi mereka memang mencetak kebenaran." Kate meradang. "Aku ingin tahu apakah mereka akan tertarik pada kenyataan bahwa kau ingin memakai pakaian dalam wanita""
Kate merasakan kepingan kecil kesenangan karena menghapus senyum dari wajah Ethan.
"Itu gila." "Aku tidak bodoh. Mengapa kau hanya ingin sampel dalam ukuran besar" Aku melihat caramu menyentuh barang-barangku dan sorot matamu."
Ethan membuka mulutnya. Tapi Kate berbicara lagi sebelum Ethan bisa bicara.
"Tapi aku bukan orang jahat. Aku tahu yang benar dari yang salah. Aku tahu bagaimana menyimpan rahasia. Aku mungkin bukan apa-apa dalam sudut pandangan duniamu tapi aku pantas mendapatkan rasa hormat seperti halnya orang lain. Dalam hidupku, aku belum pernah kejam pada siapa pun seperti kau kejam padaku." Kate berjalan pergi.
*** "Keluar dari kamar mandi, Charlie." Jody terus menggedor pintu tapi Charlie tidak akan keluar sana sampai ia memakai pakaian kembali. Dia berpakaian cepat, berusaha mencari tahu apa yang baru saja terjadi. Dari mana sih Kate datang" Charlie hampir tidak pernah bisa mempercayai matanya. Karena itulah ia berdiri di sana melongo seperti orang idiot saat melihat Kate.
Kate. Oh sial. Ya Tuhan, mata Kate ketika ia melihatnya dan Jody. Charlie duduk di tepi bak mandi, kepalanya di tangannya, mencoba untuk berpikir.
"Charlie, buka pintu. Aku punya sesuatu yang ingin aku tunjukkan." Bagaimana Kate bisa masuk ke suite"
"Charlie, keluarlah. Berbaringlah telungkup di tempat tidur dan aku akan menunjukkan padamu apa yang bisa kulakukan dengan seteguk bourbon."
Semuanya mulai masuk akal. Charlie telah dipermainkan oleh seorang ahli. Dua orang ahli. Semua permainan dengan ceri-ceri sialan itu. Dia dijebak dengan sempurna. Itu semua dilakukan untuk menembus pertahanannya. Ceri sialan. Pasti Ethan yang memberikan kunci pada Kate. Bagaimana lagi caranya dia bisa masuk" Charlie menggertakkan gigi saat ia berpikir bagaimana Jody dan Ethan telah memanuver dirinya ke dalam situasi ini. Itulah apa yang mereka telah bicarakan saat Ethan menarik Jody ke samping, bagaimana mengatur semua ini. Jalang pembohong.
Charlie memikirkan tentang wajah Kate saat ia berdiri untuk beberapa momen mengerikan di ambang pintu. Beberapa detik membentang menjadi jam. Dia melihat goresan panjang di pipi Kate, dan menyadari ia yang melakukan itu ketika ia melemparkan tasnya, tapi yang jauh lebih buruk adalah rasa sakit di mata Kate. Kate menyakitinya, tapi Charlie seharusnya tidak balas menyakitinya. Dia tidak akan menyakiti Kate seperti ini.
"Charlie, apakah kau pernah mencoba cock ring (sejenis sex toys)""
Lebih parahnya lagi, seakan ada cacing picik kecil menggerogoti dirinya. Bagaimana jika Kate telah mengatakan yang sebenarnya" Bagaimana jika itu bukan dia yang bicara pada pers" Bagaimana Kate bisa memiliki keberanian untuk kembali dan menghadapinya setelah semua hal mengerikan yang ia katakan pada Kate, kecuali Kate tidak bersalah" Dan jika Kate tidak bersalah, apa yang baru saja Charlie lakukan"
"Charlie" Apa kau baik-baik saja""
Charlie berdiri dan membuka pintu. Jody berdiri di sana, masih telanjang, tersenyum ke arahnya, dengan gigi yang dikikir, rambut dicat, payudara yang terlalu bundar, terlalu kencang, terlalu sangat sempurna. Senyumnya terhenti saat melihat wajah Charlie.
"Ada yang tidak beres"" Tanya Jody.
"Bagaimana kau bisa mengatur waktunya begitu tepat""


Strangers Karya Barbara Elsborg di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Waktu apa""
"Melakukan seks denganku, dasar jalang manipulatif." Lanjut Charlie kembali ke kamar tidur.
"Jangan marah. Ayo ke tempat tidur," kata Jody.
"Enyahlah." Lampu samping tempat tidur baru saja melewatkan kepala Charlie saat ia berjalan keluar. Yang bisa ia pikirkan adalah Kate.
*** Kate berjalan ke apartemennya dari stasiun Greenwich, para pasangan bahagia bergegas lewati berjalan sambil bergandengan tangan. Kate mendidih dengan kemarahan, subjek kemarahannya berubah bersamaan dengan setiap beberapa meter ia menghentakkan kaki. Marah dengan Jody, karena orang-orang seperti dia selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Marah dengan Ethan, karena ia mepermainkan Kate seperti orang tolol. Dan marah dengan Charlie karena tidak memiliki keyakinan pada dirinya.
Kate kembali pada tengah malam, denyut nadinya berpacu. Kepala Kate berputar, dia merasa gelisah, gugup, nyaris diambang berteriak. Lucy memintanya menelepon untuk membiarkan dia tahu bagaimana perkembangannya dengan Charlie, tidak peduli jam berapa. Hanya saja bagaimana Kate bisa" Lucy mengharapkan berita gembira.
Kate mengambil tumpukan catatan Post-It yang telah Charlie tulis dan memasukkannya ke dalam saku, bersama dengan ponselnya. Mengambil kunci mobilnya, Kate melihat ke sekeliling rumah kecilnya untuk yang terakhir kali dan menutup pintu. Kate belum jauh mengemudi sebelum ia terpaksa berhenti.
Dia berbelok ke pinggir jalan dan mematikan mesin, terengah-engah saat kepedihan datang bergelombang, melonjak dari hatinya, menimpa tubuhnya, membuat dirinya terguncang dan limbung. Kate ingin seseorang untuk memeluknya dan memberitahunya bahwa semua akan baik-baik saja, tapi tidak ada seorangpun.
Charlie mencintainya, dia tahu Charlie mencintainya, tapi sekarang tidak. Sebaliknya, Charlie melakukan hal terburuk yang dia bisa untuk menunjukkan betapa ia membenci Kate. Kate menyandarkan kepalanya pada roda kemudi. Apa yang akan dia lakukan"
Kate lelah untuk memulai dari awal lagi, mencoba merasa senang pindah ke bed-sit kotor (ruang duduk dilengkapi dengan akomodasi tidur dan beberapa fasilitas lain), ketika semua yang benar-benar dia lihat adalah berapa banyak usaha yang harus dilakukan untuk membuatnya merasa aman. Setiap kali Kate pindah untuk hidup di tempat lain, ia mencoba untuk memelihara rumahnya sendiri, seolah-olah itu adalah suatu gulma sakit-sakitan yang hanya membutuhkan air dan makanan untuk mengubahnya menjadi bunga yang indah. Dia melukis puluhan dinding, menjahit tirai dan bantal, tapi tidak pernah menata rumah.
Apartemennya di Greenwich akan menjadi berbeda, tapi ternyata sama pada akhirnya. Ketika Kate mencoba untuk mengambil jalan yang berbeda ia terus di dorong ke jalan yang lain. Hanya saja kali ini, itu bukan salahnya. Kate bergoyang di kursinya.
Ketika sudah menenangkan diri, Kate melaju keluar dari London tanpa tujuan di kepalanya. Dia pikir semakin jauh dia mengemudi, semakin baik pula perasanya, tapi hal itu malah menumbuhkan rasa kesia-siaan di hidupnya yang meratakan pikirannya. Mungkin memiliki rumah dan semua isinya tidak seharusnya menjadi jalan Kate yang lain. Dia tak pernah terlalu menghiraukan tentang harta karena itu menjebak atau memanjakanmu. Lebih baik untuk tidak memiliki apapun.
Bahkan cinta sekalipun. Jika kau terikat pada sesuatu, itu hanya akan direnggut. Anak atau orang dewasa.
Mainan atau orang. Tidak ada bedanya.
Gagasan bahwa siapa pun pernah bisa mencintainya atau akan mencintainya, kemungkinannya sama seperti dirinya melakukan perjalanan ke ruang angkasa. Dia telah memberikan hatinya pada Charlie dan Charlie menghancurkannya.
Dan ia marah pada Charlie karena itu seharusnya tidak seperti itu. Belum lagi, rasa sakit di dadanya yang membuatnya tidak mampu mengemudi. Dia tidak aman di jalan. Ia tidak ingin menyakiti siapa pun. Berhenti di tempat parkir Burger King, Kate meringkuk di kursi belakang, matanya terbuka lebar, takut bila dia tidur, dia mungkin tidak akan pernah bangun.
*** Di pagi hari, Kate membeli sebotol air dari restoran dan membawanya kembali ke mobil. Tidak ada untuk dimakan. Tidak lapar. Kate mundur keluar dari tempat parkir, dan saat dia meletakkan kakinya di pedal gas dan bergerak maju, seor
ang anak berlari di depannya. Kate menginjak keras rem dan melihat mata gadis kecil itu menyadari apa yang akan terjadi.
Mobil tiba-tiba berhenti, menghempaskan Kate ke depan. Anak itu menghilang. Pikiran bahwa ia membunuh gadis itu hampir menghentikan jantung Kate. Pikiran Kate sedang kacau, dia tidak memperhatikan. Apa yang telah ia lakukan"
Semuanya tampak terjadi dalam gerakan lambat. Kate melihat seorang wanita dalam rok merah pendek berlari keluar dari restoran, mulutnya terbuka dan menjerit. Kate tidak bisa mendengar apa-apa. Seorang pria berambut gelap mengikuti wanita itu, wajahnya seperti awan abu-abu. Tapi ia menuju ke pintu mobil Kate.
Jangan biarkan aku membunuh gadis kecil itu, pikir Kate. Bunuh aku. Tolong bunuh aku.
Lalu ia melihat wanita itu berdiri dengan anak dalam pelukannya dan anak itu menangis, tapi masih hidup dan udara bergegas masuk ke paru-paru Kate. Pria itu membuka pintu dan Kate meringis, mengira ia akan memukul Kate.
"Anda baik-baik saja"" Tanya pria itu. Wanita dan anak itu datang ke sisinya.
"Saya sangat minta maaf," kata wanita itu. "Saya pikir Ruthie bersama kami. Kami hanya melepaskan pandangan kami darinya sebentar. Saya melihatnya lari ke depan mobil anda. Saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan jika "
Gadis kecil berbalik ke pelukan ibunya dan memandang Kate.
"Syukurlah kau mengerem tepat pada waktunya," kata pria itu. "Apakah kau baik-baik saja""
"Ya," Kate berhasil untuk memaksa kata-kata keluar. "Aku senang dia baik-baik saja."
Kate mengamati mereka bertiga berjalan kembali ke restoran. Lengan si pria di bahu istrinya, jari-jarinya di rambut indah putrinya. Dia menunduk dan mencium mereka berdua.
Hidup itu berharga. Apakah itu pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang Kate tidak punya kepercayaan padanya" Jika itu adalah salah satu tanda-tanda Charlie, Kate berpikir dia telah melewatkannya. Tidak ada yang tersisa di dalam dirinya sekarang tidak ada kemarahan, tidak ada kesedihan, tidak ada harapan. Kate keluar dari mobil dan berjalan pergi.
*** Strangers Bab 31 Dan tiba-tiba berhenti ketika melihat seorang pria aneh keluar dari apartemen Kate.
"Siapa kau" Dimana Kate"" Tanyanya.
"Jon Chadwick. Saya dari Locton and Moore."
"Apa kau seorang agen real estate" Kate menjual apartemennya" Apakah dia di dalam""
"Apartemen ini akan dijual, ya. Penjualannya sedang ditangani melalui pengacaranya. Tidak, dia tidak di dalam, tempat itu kosong. Well, hampir. Sebagian kecil perabot masih tertinggal."
Dan bergegas ke Rachel dan dia memanggil Lucy.
"Apa yang akan kita lakukan"" Tanya Rachel.
Lucy menarik jari-jarinya melalui rambutnya. "Kupikir sekarang semuanya akan baik-baik saja setelah dia memiliki surat dari Nick. Dia tidak menelepon, tapi kukira dia bersama Charlie."
"Yah, mungkin semuanya baik-baik saja, " kata Dan. "Dia bisa kembali bersama Charlie. Jika dia pindah, dia tidak perlu tempat ini lagi."
Ketiganya menatap satu sama lain. "Apa kau berpikir bahwa itu apa yang terjadi"" Tanya Rachel.
Dan ingin menjadi optimis tapi tahu wajahnya mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
*** Charlie membaca koran sambil duduk di luar di terasnya. Jody telah terbang kembali ke Amerika Serikat. Charlie berharap tidak pernah melihatnya lagi. Ia sudah pasti tidak akan pernah setuju untuk bekerja dengannya pada pekerjaan lain, dengan asumsi dia akan pernah bekerja lagi. Tangannya bergetar saat dia memegang koran. Judulnya adalah PENGEJAR STORM. Itu bukan halaman besar seperti yang mereka lakukan pada dirinya, hanya satu halaman berhadapan dengan sebuah artikel tentang beberapa anjing yang bisa menggonggong lagu kebangsaan.
Penulis itu membuat Kate terlihat seperti seorang penggemar selebriti gila. Mereka bahkan akan menyarankan insiden Tiffany dipentaskan. Charlie menelan ludah. Semakin banyak dia membaca, semakin dia merasa sakit. Minggu lalu mereka mengkritiknya dengan kejam, sekarang mereka sudah mengkritik Kate dengan kejam karena mengenalnya.
Mereka mewawancarai ayah Kate. Ada sedikit gambar Jim dengan salah satu lukisannya. Cerita tentang malam ketika ibunya meningg
al ada di sana dengan detail yang mengerikan, bersama dengan usul yang gila bahwa Kate seharusnya adalah orang yang di ada penjara. Fakta bahwa ia berumur tujuh tahun, tidak relevan.
Si Dickhead mengutip juga, dan ia memutar balikkan fakta apa yang telah dilakukannya, membuatnya tampak seolah-olah Kate yang sangat bersemangat untuk menikah, bahwa Kate yang telah memesan di kantor catatan sipil, bahwa Kate menjadi satu-satunya orang yang ingin melakukan semuanya dengan cara diam-diam. Keluarga Dex mencap Kate sebagai jalang tak berperasaan. Kate adalah seorang wanita rusak yang tujuan dalam hidupnya adalah menemukan seorang pria untuk mengurusnya. Dia serakah, manipulatif, dan egois.
Charlie adalah salah satu dalam barisan orang yang brengsek, tapi menjadi tangkapan terbesar. Surat kabar itu mengatakan Kate bahkan berenang ke laut untuk menjeratnya.
Dan saat Charlie membaca, ia menyadari bahwa dengan tidak mempercayai Kate, ia membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dia mencoba meneleponnya, namun ponselnya mati, telepon rumah tidak tersambung. Dia melaju ke apartemen Kate dengan jantung berdebar-debar dan kemudian menekan jarinya pada bel interkom. Suara seorang pria menjawab dan cakar tajam meraup hati Charlie.
"Aku mencari Kate. Apakah dia ada di sana""
"Tidak. Dia pindah."
"Pindah" Siapa kau""
"Agen real estate. Saya hanya menunjukkan beberapa calon pembeli berkeliling."
"Bisakah aku naik""
"Tidak, kecuali anda ingin membeli tempat ini," kata pria itu.
"Aku mungkin akan membelinya," kata Charlie kembali.
Pembuka pintu berdengung dan Charlie mendorong pintu terbuka. Pasangan muda pergi saat ia tiba di pintu Kate. Mereka menganga saat ia lewat.
Dia menerobos masuk ke apartemen dan bergegas dari kamar ke kamar. Dia tahu Kate tidak ada, namun ia harus melihatnya sendiri.
"Apa yang Anda lakukan"" Agen real estate muda mengikuti langkah Charlie. Charlie mengabaikannya. Dia membuka lemari, laci, lemari pakaian, tapi semuanya kosong.
"Ke mana perabotnya akan dibawa"" Tanya Charlie.
"Itu dijual bersama dengan properti." Charlie menatapnya.
"Tempat tidur""
"Segala sesuatu yang masih tersisa."
"Aku ingin tempat tidurnya."
"Well, er, itu dijual bersama apartemennya."
"Aku hanya ingin tempat tidurnya. Aku akan memberikan pada siapapun yang membeli apartemen ini 10.000 euro."
"Saya rasa saya tidak bisa melakukan itu."
"Maksudmu kau sudah menjualnya""
"Tidak, tapi saya harus bertanya pada Nona Snow jika itu dapat diterima. Hanya saja semuanya ditangani melalui pengacara-pengacaranya. Semua hasil penjualan diberikan kepada mereka. Saya percaya dia sedang membayar hutang."
Charlie tersendat. Sebuah hutang pada ayahnya. "Well, aku ingin tempat tidurnya."
Pria itu menatapnya seolah-olah dia sudah gila dan Charlie pikir dia mungkin memang gila. "Telepon dan tanya," kata Charlie.
Sementara pria itu berdiri di dapur, Charlie kembali ke kamar tidur.
"Oh Kate, di mana kau"" Bisiknya.
Dia berlutut di tempat tidur, menjatuhkan wajahnya dan menghirup. Dia masih bisa mencium aroma Kate. Sabun kelapa yang dia pakai, sampo beraroma lemon. Tangannya meluncur ke bawah bantal, menariknya lebih dekat dan ia merasakan logam terhadap pergelangan tangannya. Dia menarik tangannya dan melihat bintang perak.
"Mereka mengatakan mereka akan...Apa yang anda lakukan"" Tanya agen real estate.
"Tidak ada." Bantal jatuh dari jari-jarinya. Ketika Charlie bangkit dan berbalik menghadapnya, dia menggenggam kalung itu di kepalan tangannya.
"Jika anda memberikan saya nomor telepon anda, saya akan memberitahu anda setelah pengacaranya menghubungi saya kembali."
Pria itu menatap Charlie seolah-olah ia adalah sejenis orang yang tak waras. Charlie bertanya-tanya apakah sebuah artikel tentang dirinya mengendus bantal akan beredar di koran minggu depan.
Dia memberikan nomor telepon pada agen itu dan pergi mengetuk pintu Dan. Ketika tidak ada jawaban, ia berlari ke pintu Rachel.
"Apakah kau tahu di mana dia"" Tanya Charlie, saat pintu terbuka. Dan menggeleng dan bahu Charlie merosot.
"Masuklah," kata Dan. "Kami baru saja membicarakannya."
"Kapan terakhir kali kalian bertemu dengannya""
Charlie duduk dan kemudian bangkit lagi. Dirinya mulai panik.
"Dia pergi menemuimu membawa surat Nick."
"Surat"" tanya Charlie dan menyaksikan mereka berdua bertukar pandang.
"Nick adalah orang yang mengatakan pada 24/7 bahwa kau mencoba untuk bunuh diri," kata Dan.
Charlie merasakan segalanya runtuh di sekelilingnya, seolah-olah dia berdiri di tengah gempa bumi sementara bangunan hancur di bawah kakinya.
"Aku menemukan catatan bunuh diri Kate," jelas Rachel. "Itu jatuh dari gerobak sampah. Karena Kate mengatakan pada kami dia bertemu denganmu di laut, kami menarik kesimpulan."
"Aku bisa menyelam untuk menyelamatkannya, " bentak Charlie.
"Tapi kau tidak, kan"" Kata Dan.
Kepala Charlie merosot. "Lucy bilang pada Nick dan dia mengatakannya pada koran Sunday," kata Rachel.
"Kate kesal karena kau berpikir dia yang bicara pada pers. Lucy membujuk Nick untuk mengakuinya secara tertulis. Kate membawa buktinya untuk menunjukkan padamu dan sejak itu kami belum melihatnya. Dia seharusnya menelepon dan memberitahu kami apa yang terjadi, tapi dia tidak. Kami berharap kalian bersama-sama, tapi sepertinya kami salah."
"Sial." Kaki Charlie menyerah dan dia jatuh ke sofa.
"Dia tidak menjawab teleponnya," kata Dan. "Aku sudah mengirim sms tapi dia tidak membalas."
Rachel menggenggam tangan Dan. "Kami khawatir tentang dia, tapi kami tak tahu dia pergi kemana. Dia membuang semua yang dia punya. Komputernya, mesin jahit, bahkan piring dan alat makannya. Itu semua ada di ruang tempat sampah. Kemudian kami menemukan apartemennya sedang di pasarkan."
Mesin jahitnya" Charlie tidak ingin mendengar ini, ia ingin meletakkan tangannya di atas telinga dan membuat kebisingan sehingga ia tidak bisa mendengarkan.
"Ke mana dia pergi" Apakah kau tahu ke mana dia pergi sebelumnya"" Tanya Rachel.
Charlie bersemangat. Detektif Ethan menemukannya di Brighton. Dia pasti memiliki teman di sana. Charlie melompat berdiri.
"Mungkin Brighton. Aku bisa mencarinya."
"Hei, Charlie," kata Dan. "Sesuatu yang dikatakan koran tentang Kate" Kawan, ketika dia pindah, kondisinya babak belur. Tangannya patah dan matanya lebam. Pria ini, Dex, mereka berpendapat dia adalah pahlawan, kupikir dia yang memukul Kate. Koran-koran telah memutar balikkannya."
"Ya," kata Charlie dengan suara suram. "Mereka memiliki kebiasaan melakukan hal itu."
*** Ketika Ethan membuka pintu, Charlie menyikut masuk ke dalam.
"Aku baru saja akan meneleponmu. Aku sudah mendapat telepon dari RSC. Kau pasti sudah mengesankan mereka, Charlie. Mereka ingin kau memerankan Hamlet untuk bermain secara lengkap, bukan hanya untuk acara amal. Selamat untukmu. Ini akan menjadi sulit untuk masuk menyesuaikan diri, tapi memfilmkan " Ethan berhenti.
Charlie memelototinya. "Apakah kau tidak senang"" Tanya Ethan.
Charlie tertawa singkat. "Aku bertanya-tanya mengapa mereka memilihku."
"Karena kau seorang aktor berbakat""
"Apakah kau tahu peran sialannya, Ethan" Ini tentang seorang pria muda yang memiliki segalanya lalu kemudian membuangnya. Dia mengacaukan hidupnya. Pidato yang paling terkenal di dunia, 'Menjadi atau tidak menjadi', apa kau tahu itu tentang apa" Apakah dia harus membunuh dirinya sendiri. Dia bahkan tidak bisa melakukan itu dengan benar. Publisitas besar berhenti, memilih seorang aktor yang lemah yang hidupnya malang, untuk memerankan seorang pangeran yang lemah, yang hidupnya telah mati dengan cara yang sama." Charlie berjalan dalam lingkaran, tidak bisa diam.
"Ada apa denganmu sekarang"" Tanya Ethan.
"Aku butuh nama tempat tinggal Kate di Brighton."
"Kenapa"" "Karena aku harus menemukannya. Aku salah. Dia tidak memberitahu pers tentang usaha bunuh diri itu. Dia datang ke Dorchester untuk membuktikannya hanya saja aku tidak memberinya kesempatan."
"Selembar kertas tidak membuktikan apa-apa," kata Ethan. "Lupakan dia, Charlie. Kau sedang menuju ke atas, bukan ke bawah."
Charlie berhenti bergerak. Ada keheningan panjang sebelum ia bicara.
"Selembar kertas apa""
Ethan tidak mengatakan apa-apa, namun Charlie melihat rahangn
ya yang menegang. "Kau tahu! Kau benar-benar tahu, dan kau masih membiarkan dia naik dan melihatku akan menyetubuhi Jody Morton." Charlie bergetar oleh amarah.
"Kami " Ethan memulai.
"Kau dan Jody yang mengaturnya. Aku bertanya-tanya mengapa ia tidak merobek bajuku saat kami tiba di kamar. Kau luar biasa, kalian berdua." Charlie menggelengkan kepalanya dengan bingung.
"Kau biarkan aku berpikir Kate mengkhianatiku. Bukankah kau menginginkan aku bahagia""
"Kau bahagia dengan Jody Morton."
"Tidak, kau yang bahagia jika aku dengan Jody. Apa yang kau dapatkan dari itu, Ethan" Dia akan masuk agensimu jika kau bisa membuat dia naik ke tempat tidur denganku""
"Kau bertingkah gila. Kau harus tenang, Charlie. Mungkin semua ini adalah untuk yang terbaik. Kate jelas tidak stabil, dia "
"Di mana dia tinggal di Brighton"" Tuntut Charlie.
"Aku tidak yakin."
"Berikan padaku nomor telepon detektif itu."
"Dengar, jika dia tidak ingin ditemukan, dia tidak akan kembali ke tempat yang sama."
Charlie melangkah maju dan Ethan mundur.
"Berikan padaku nomor sialan itu."
"Aku tidak mempekerjakan siapa pun."
"Apa"" Perut Charlie seolah jatuh ke kakinya.
"Tidak ada gunanya," jelas Ethan. "Dia " Charlie mengepalkan tinjunya.
Ethan tidak tahu seberapa dekat dia akan membutuhkan gigi baru.
"Kau berbohong padaku. Kau mengenakan biaya untuk sebuah perusahaan penyelidik swasta yang tidak pernah kau sewa" Benar. Itu dia. Kita selesai."
Charlie berjalan lambat dan kemudian melonjak kembali. "Kau tahu hal apa yang benar-benar gila" Kupikir kau temanku. Kupikir setidaknya aku bisa mengandalkan agenku."
"Aku selalu bertindak untuk kepentingan terbaikmu," desak Ethan.
"Berhenti berpura-pura. Kau bertindak untuk kepentingan terbaikmu. Selalu. Kau monster sama sepertiku."
Charlie melangkah sehingga wajahnya seinci dari wajah Ethan. "Hanya saja aku tidak mengalami orgasme dengan memakai pakaian dalam wanita. Aku kira klienmu yang lain akan bertanya-tanya tentang itu juga."
Kemudian Charlie bergegas pergi.
Tapi begitu ia berdiri di luar rumah Ethan, dia tidak tahu ke mana harus pergi. Dia begitu yakin Ethan akan memberinya alamat, ia tidak berpikir di luar itu. Dia kembali ke dalam mobilnya, duduk sejenak dan kemudian menelepon ayah Kate.
"Jim" Ini Charlie. Aku kira kau tidak pernah mendengar kabar dari Kate""
"Tidak sejak malam itu di rumahmu, tidak."
"Apakah kau tahu mungkin dia ada di mana""
"Apa gunanya bertanya padaku" Aku tidak ada dalam hidupnya selama bertahun-tahun dan dia membuatnya jelas itulah cara yang dia suka."
"Dia menghilang," kata Charlie.
"Dia akan muncul lagi." Charlie tidak mendengar ada perhatian dalam suara Jim.
"Apakah kau tidak khawatir""
"Tidak. Ini adalah apa yang dia lakukan. Melarikan diri dari kehidupan."
"Dia menjual apartemennya dan mengembalikan uang itu padamu," kata Charlie.
Ada tertawa singkat di ujung telepon. "Apa dia begitu sekarang" Jadi apa yang salah, Charlie" Bukankan kau juga suka melarikan diri""
"Aku mencintainya," bisik Charlie.
"Kau mungkin mengatakan itu pada setiap wanita yang kau tiduri. Bagiku Kate terlihat tidak mampu menerima cinta. Kau tak akan pernah bisa membuatnya percaya bahwa kau sungguh-sungguh."
Charlie tidak tahan bicara dengan pria itu lagi. Dia memutuskan sambungan. Charlie menunduk ke roda kemudi dan mulai menangis. Ini salahnya. Dia tahu Kate seperti apa. Kate lari dari masalah. Dia tidak ingin menghadapinya, namun terlepas dari semua itu, Kate mencoba untuk bicara padanya, dua kali. Yang pertama Charlie melemparkan tas padanya, melukai wajahnya yang cantik dan menyuruhnya untuk enyah dan menyelesaikan apa yang ia mulai.
Kate masih belum menyerah pada Charlie. Tapi di waktu lain, Kate masuk ke kamar hotel dan melihatnya akan menyetubuhi Jody.
Ya Tuhan, apa yang akan dia lakukan jika yang terjadi sebaliknya, jika ia melihat Kate dengan pria lain" Charlie tidak bisa tahan untuk memikirkan orang lain selain dia memeluk Kate, mencintainya. Charlie telah menghancurkan satu-satunya hal baik yang dia punya. Aku mencintainya. Dia memikirkan tentang saat-saat ia memel
uk Kate dan mencoba untuk menghidupkan kembali momen-momen itu, tapi mereka lolos dari jari-jarinya seperti tali sutra. Dia menyedihkan. Seharusnya dia yang menyelesaikan apa yang dia mulai.
Charlie duduk tegak dan menatap ke depan. Apakah itu apa yang akan dilakukan Kate" Kembali ke pantai di mana mereka telah memulai" Ponsel berdering dan ia menyeretnya dari sakunya. Bukan Kate.
"Halo," gumamnya.
"Bagaimana kabarmu, Charlie"" Tanya ayahnya.
"Aku sudah lebih baik."
"Aku baru saja mendapat telepon dari polisi." Jantung Charlie yang bekerja terlalu keras meluncur.
"Tentang Kate," kata Paul.
"Apa"" Air es bergelombang melalui pembuluh darah Charlie.
"Mereka menemukan mobilnya, Charlie."
"Tidak." Dia tidak ingin mendengar ini.
"Ditinggalkan di luar Burger King di Flyton by-pass (jalan raya yang mengelilingi wilayah perkotaan sehingga lalu lintas tidak harus melewati pusat)."
"Kate"" Charlie berhasil memaksa keluar namanya.
"Mereka tidak tahu di mana dia." rasa lega dan ketakutan melonjak bersama-sama.
"Mengapa polisi menghubungimu""
"Mereka menemukan sebuah remasan secarik kertas di dalam mobil, alamat dan rute ke rumah kita tertulis di atasnya. Dia datang ke sini, Charlie."
"Kapan"" "Beberapa hari yang lalu. Ibumu baru saja bilang padaku."
"Apa yang dia inginkan"" Charlie mendengar keragu-raguan dalam suara ayahnya.
"Dia ingin bicara denganku. Dia membawakan kami sebuah lukisan. Ditinggal di depan pintu. Itu lukisan kau dan Michael. Indah. Ibumu tidak bisa berhenti memandanginya. Seseorang menyebut Dan Stevens yang melukisnya."
Charlie bertanya-tanya apakah ia bisa merasa lebih buruk lagi.
"Charlie" Ada sesuatu yang lain yang perlu kuberitahu padamu. Ketika kalian berdua datang ke sini hari itu, dan kau keluar dengan marah, kau ingat Kate kembali ke dalam rumah" Well, dia bilang padaku kau mencoba untuk bunuh diri. Kupikir untuk itulah dia datang ke sini dan bertanya padaku, apakah aku yang mengatakan kepada pers."
Charlie tidak mengatakan apa-apa.
"Aku tidak memberitahu siapa pun, nak. Bahkan ibumu. Aku berpikir Kate juga tidak melakukannya."
"Oh Tuhan." "Apakah sesuatu menjadi buruk""
"Ya." Dia mendengar nafas ayahnya bergetar.
"Pulanglah, Charlie."
"Aku harus menemukan Kate. Apa yang polisi pikirkan" Apakah mereka melakukan sesuatu""
"Tidak. Dia seorang dewasa dan meninggalkan mobilnya, itu saja. Ada insiden yang melibatkan seorang anak di luar restoran. Kate hampir menabraknya. Anak itu tidak terluka tapi tidak ada yang melihat Kate sejak itu."
"Aku harus menemukannya."
"Apakah ada yang bisa kami lakukan"" Tanya ayahnya.
"Tidak, tapi kalau dia datang kembali, jangan biarkan dia pergi."
*** Strangers Bab 32 Kate duduk di atas pasir, menatap laut berwarna hijau lumpur. Cuaca sangat menyedihkan, langitnya seribu nuansa abu-abu. Kate berharap dia bisa menghapus awan dan menemukan semburat biru kecil. Apakah itu sesuatu yang ibunya sering katakan" Cari langit yang cukup biru untuk membuat sepasang celana pelaut dan cuaca akan cerah malamnya. Mungkin itu bukan kata-kata ibunya. Mungkin itu adalah salah satu dari banyak pekerja sosialnya. Kate tidak yakin. Dia tidak yakin pada apa pun.
Sekarang mulai gerimis dan beberapa keluarga di pantai mulai berkemas dan pergi. Bahkan burung-burung camar terbang menjauh. Kate menarik jarinya yang kedinginan ke dalam lengan sweter birunya. Apakah dia sudah berusaha cukup keras untuk menempatkan segala sesuatu dengan benar" Dia pikir begitu. Dia meletakkan tangannya di saku dan mengeluarkan gumpalan catatan Post-It yang telah Charlie tinggalkan. Beberapa lipatan yang cekatan dan Kate merubahnya menjadi sebuah perahu kecil. Dia melemparkannya ke laut.
Lima belas menit kemudian, ada armada perahu kuning tergeletak di pasir. Air telah menjangkau beberapa dari mereka dan membanjirinya. Dia menyaksikan gelombang-gelombang datang dan bertanya-tanya apakah itu air yang sama yang terus-menerus terdorong kembali ke pasir, mencoba merangkak naik ke pantai sebelum menyusut. Segera, itu akan mencapai semua kapal kecil dan kemudian akan mencapai Kate. Mungkin ia har
us membiarkan laut menelan dirinya dan segala sesuatu yang salah dengannya.
Ada kenyamanan yang aneh dengan tidak memiliki apapun yang tersisa, tidak memiliki harta. Koper dengan sisa-sisa pakaiannya berada di bagasi mobil. Kate kehilangan tasnya di suatu tempat. Mungkin dalam kabin truk di mana dia menumpang. Dia masih memiliki ponselnya. Kate mengeluarkannya dari sakunya. Dia tidak menghidupkannya selama berhari-hari. Dia menekan tombol kecil di bagian atas dan menghapus panggilan tak terjawab dan pesan tanpa memeriksanya.
Dia tidak lagi tertarik pada apa yang orang katakan.
Dia mengetik satu sms di telepon, tapi tidak mengirimkannya.
Untuk Hippo, Maaf kita kehilangan satu sama lain.
Mermaid XX Kate menghapus tanda ciumannya (huruf X).
Kemudian meletakkannya kembali. Dia menempatkan telepon tegak di pasir diantara dirinya dan gelombang. Setelah beberapa saat, lampu pada layar mati. Beberapa perahu kertas yang lain berjuang dalam gelombang.
Bahkan dengan tubuh Kate yang memunggunginya, Charlie tahu itu adalah dia. Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan jika Kate tidak ada di sana. Pikiran bahwa ia datang terlambat hampir melumpuhkan dirinya. Charlie berjalan di bagian puncak pantai sampai berada tepat di belakang Kate yang melihat ke bawah dari sebuah bukit pasir. Kate tidak akan mendengarnya di atas kegaduhan laut. Kate dikelilingi oleh segitiga kertas kuning dan ponselnya berdiri tegak di pasir di depannya. Charlie mengambil ponsel dari sakunya dan mengetikkan pesan.
Kate tersentak ketika ponselnya menyala. Untuk beberapa saat, dia hanya duduk di sana, dan kemudian Charlie melhatnya meraih dengan sangat lambat dan mengambilnya.
Larilah bersamaku Dia menunggu untuk melihat apa yang akan Kate lakukan. Dia berharap Kate tidak akan terburu-buru masuk kedalam laut. Lautnya kelihatan sangat dingin, dan Charlie benar-benar tidak ingin lebih basah lagi. Dia mengirim sms lagi.
Sekarang Kate berbalik. Pada momen berhentinya jantung yang sangat singkat, Charlie pikir ia melihat senyum di wajah Kate yang kemudian menghilang. Saat Charlie berjalan ke arahnya, Kate bangkit berdiri. Charlie ingin lari dan menyapu Kate ke dalam pelukannya tetapi ia takut Kate akan mendorongnya pergi. Itu apa yang pantas dia dapatkan. Charlie berdiri di depannya. Dia memiliki begitu banyak dalam dirinya yang ingin ia katakan, dan sekarang dia menemukan dirinya tidak bisa bicara.
Kate berkedip, dan dia masih ada di sana. Charlie mengulurkan tangannya dan membuka jari-jarinya. Di tengah-tengah telapak tangannya terletak potongan terakhir dari puzzle milik Kate.
"Maaf," katanya.
Kate tidak bisa mengatakan apakah air di wajah Charlie datang dari matanya ataukah dari air hujan.
"Aku mengobrak-abrik apartemen mencari potongan itu," kata Kate. "kapan kau mengambilnya""
"Saat pertama kau membuka kotak itu."
Charlie membuka tangannya yang lain dan di sana terletak bintang perak yang Kate ditinggalkan di bawah bantalnya.
Dia maju selangkah lebih dekat, dan Kate beringsut mundur. Kate melihat bahu Charlie sedikit merosot, dan kemudian ia menegakkan tubuh dan menatap langsung ke arahnya.
"Aku datang untuk menyelamatkanmu," kata Charlie. "Aku siap untuk membunuh naga, mengusir bajak laut, mengeluarkan isi perut mutan dan mencekik rumput laut."
Kate berpikir sejenak. "Bagaimana kalau melawan T-Rex""
Charlie menyedot giginya. "Eh, tidak, itu tidak dalam deskripsi pekerjaanku. Jika kau bertemu seekor TRex, kau yang menghadapinya sendiri."
Charlie mengambil langkah lebih dekat dan kali ini Kate berdiri di tempat.
"Jadi, apakah kau sering datang ke sini"" Tanya Charlie.
"Hanya ketika aku perlu diselamatkan, tapi jika kau tidak bisa menghadapi T-Rex, mungkin kau tidak ada gunanya bagiku."
"Aku hanya bercanda tentang T-Rex. Panggil dia keluar. Aku tidak akan pernah membiarkan apapun menyakitimu."
"Kau tidak bisa menjanjikan itu, Charlie."
Charlie menarik kerah bajunya dan mengusap air hujan dari matanya.
"Kalau begitu aku berjanji aku tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku tahu aku mengecewakanmu dan aku minta maaf. Aku seharusnya mempercaya
imu." "Bagaimana dengan Jody Morton""
Kate menatap lurus ke arahnya. Tatapan Charlie tidak berkedip dari tatapannya.
"Dia sudah kembali ke Amerika."
"Jadi, apa ""
"Aku tidak pernah tidur dengannya, Kate. Dia dan Ethan yang mengaturnya sehingga kau menemukan kami. Aku mendengar dering telepon dan kukira itu adalah sinyal untuk " Charlie berhenti.
"Tapi kau akan melakukan itu."
Dia menunduk. Kate melihat rasa malu di wajahnya. Tangannya terkulai lemas di sisi tubuhnya.
"Mengapa Ethan melakukan itu" Apa yang telah aku lakukan"" Tanya Kate.
"Tidak ada. Kau tidak melakukan apapun. Kupikir Jody bilang pada Ethan dia akan menjadi agennya jika ia memasangkan kami bersama. Aku bahkan tidak menyukai Jody. Maafkan aku. Tolong katakan padaku kau memaafkanku."
"Mengapa kau akan berhubungan seks dengannya jika kau tidak menyukainya"" Charlie mengangkat kepalanya.
"Karena aku terluka, karena aku ingin melupakanmu, karena tanpamu aku lemah."
"Aku tidak ingin seseorang yang lemah."
"Kau membuatku kuat." Kate mendengar maksud tersembunyi dalam suaranya. "Aku sudah melakukan satu hal yang baik. Aku memecat Ethan. Dia tidak punya hak untuk memanipulasiku seperti itu, tapi yang lebih penting lagi dia tidak punya hak untuk menyakitimu." Charlie melarikan tangan ke rambutnya yang basah.
"Aku juga terus memikirkan tentang dia mengenakan pakaian dalammu dan itu membuatku takut."
Kate tersenyum kecil. "Ethan sudah keterlaluan, Kate. Dia hampir mengorbankan segala sesuatu yang aku sayangi." Charlie menatapnya, matanya seperti kolam tinta dalam cahaya yang redup.
"Mungkin dia sudah melakukannya."
"Itu Nick yang bicara pada pers."
Charlie mendengus. "Aku dengar dia kehilangan pekerjaannya di Radio Metro. Mereka tidak menyetujui fakta bahwa salah satu pegawai senior mereka menjual cerita yang seharusnya mereka muat."


Strangers Karya Barbara Elsborg di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi setiap orang baru saja mendapatkan makanan penutup mereka"" Tanya Kate.
"Aku tak tahu. Apakah mereka mendapatkannya""
Charlie melihat ke arahnya, bayangan hitam di bawah matanya, putus asa di seluruh wajahnya.
"Biarkan aku membawamu pulang, membuatmu hangat dan kering. Aku tidak akan meninggalkanmu di sini, Kate. Aku..." Dadanya terangkat. "Aku takut untuk menyentuhmu karena jika kau berjalan menjauh dariku, aku tidak akan pernah bisa meninggalkan pantai ini."
Kate tahu dia yang harus melakukan langkah pertama. Hanya satu gerakan yang ia ingin lakukan sejak pesan itu muncul di ponsel dan berbalik untuk melihat Charlie berdiri di depannya. Kate membuka tangannya dan cahaya di mata Charlie meledak menjadi api yang indah. Charlie jatuh ke pelukannya.
"Maafkan aku," isaknya. "Aku mengacaukannya, dan aku kira aku kehilanganmu." Dia mencengkeram begitu erat, Kate hampir tidak bisa bernapas.
"Aku hampir melakukannya, bukan" Jika aku tidak sampai di sini tepat waktu""
"Aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi aku tidak yakin aku akan pergi ke laut," bisik Kate.
"Kelihatannya sedikit dingin untuk berenang dan aku melihat beberapa rumput laut yang tampak ganas."
Charlie menekan wajahnya ke rambutnya, kemudian mengangkat kepalanya dan mengangguk ke arah air.
"Perahu-perahu kecil apa itu""
"Catatan Post-It mu yang kau tempel di dindingku."
"Oh, Tuhan. Aku tak akan pernah mengecewakanmu lagi, aku janji."
Dia memegang kepala Kate di tangannya dan menatap matanya.
"Katakan bahwa kau memaafkanku."
"Apakah kau benar-benar mau menaklukkan T-Rex""
"Dalam sekejap."
"Bahkan jika ada satu yang melompat-lompat menyusuri pantai, sekarang"" Charlie berhenti.
"Tidak ada satupun yang melompat-lompat ke pantai sekarang, ya kan""
Kate memeriksa melalui atas bahunya. "Tidak."
"Maka ya, pasti."
"Oke, kalau begitu," kata Kate. "Aku memaafkanmu, jika kau memaafkanku karena melarikan diri."
"Tapi aku tidak seharusnya "
Kate meletakkan jarinya di bibir Charlie. "Maafkan aku."
Charlie tersenyum. "Aku memaafkanmu."
Kemudian Charlie menciumnya, menyapu bibirnya dengan ragu-ragu terhadap bibir Kate berulang-ulang sampai Kate menggigitnya dengan giginya untuk membuatnya berhenti. Charlie mengerang saat lidah Kate men
yelinap ke dalam mulutnya. Kate mengerang saat lidah Charlie menyelinap ke dalam mulutnya. Charlie mencium dan menggoda, mendaratkan ciuman di seluruh wajahnya, menjilati hujan sampai kepala Kate semendung langit.
"Aku mencintaimu aku mencintaimu aku mencintaimu aku mencintaimu," bisiknya, memeluk Kate erat-erat.
"Hanya empat kali""
"Aku kehabisan napas. Ketika kita berciuman, kau mengisap semua udara dari paru-paruku."
Charlie menghapus setetes hujan dari hidungnya. "Tapi ketika aku bersamamu, aku merasa sangat hidup. Kurasa aku tak ingin berakting lagi. Aku ingin menjadi diriku. Aku ingin melakukan sesuatu denganmu. Aku ingin tahu segala sesuatu tentangmu, mengetahui impian dan ketakutanmu. Aku ingin membantu membuat hidupmu menjadi apa yang kau inginkan. Di atas segalanya, yang aku inginkan adalah membuatmu bahagia." Charlie membelai pipinya.
"Maukah kau membiarkanku mencoba untuk membuatmu bahagia""
"Oh Tuhan, Charlie." Kate menelan isaknya.
Charlie tersenyum. "Hal pertama yang akan aku lakukan adalah membuat hujan berhenti."
"Dan bagaimana oh." Kate tertawa saat hujan mereda. Charlie membungkuk.
"Hal kedua yang akan aku lakukan adalah menyediakan transportasi yang menyenangkan menuju mobil. Di punggungku."
Kate melompat dan ia terhuyung-huyung.
"Hei, aku tidak melemparkan diri padamu. Aku benar-benar berhati-hati," kata Charlie sambil mengerang.
"Apakah aku harus menggunakan cambukku"" Tanya Kate.
Charlie memegangnya erat-erat dan mulai berlari-lari kecil ke tempat parkir. Pada saat mereka sampai di mobilnya, ia melambat untuk berjalan dan hujan sudah berhenti.
"Apa hal ketiga yang akan kau lakukan"" Kate meluncur turun dari punggungnya.
"Membuat langit menjadi biru."
Kate mengangkat alisnya. "Apa yang bisa aku katakan"" Charlie berseri. "Aku punya bakat yang luar biasa. Dalam banyak hal." Tatapan Charlie jatuh ke selangkangannya.
Kate tak bisa menahan untuk melihat. Tonjolan di celananya sangat kentara.
"Buka bagasi," kata Kate.
Mata Charlie melebar. "Kita tidak bisa bercinta di bagasi."
Kate menahan tawanya. Ketika Charlie membukanya, Kate menelanjangi dirinya hingga hanya memakai pakaian dalam dan melemparkan pakaian dan sepatu ke dalamnya.
"Sekarang kau," katanya.
Charlie melakukan seperti yang diperintahkan dan melepas segala sesuatu kecuali celana boxer dan sepatu deknya.
"Ide bagus," katanya. "Kita tidak akan membuat berantakan mobilnya sekarang."
Kate tersenyum. "Mau taruhan""
Charlie melihat ke kursi belakang convertiblenya dan mengerang. Mereka pasti dirancang untuk penderita anoreksia tak berkaki.
"Duduk di kursi penumpang dan turunkan atapnya," kata Kate.
"Tidak, aku yang mengemudi." Kate menatapnya.
"Apa"" Tanya Charlie. Dan terus menatap.
"Pikirkan, Charlie." Akhirnya otaknya mengerti dan dia melompat ke dalam mobil. Atap diturunkan, kursi ditarik sejauh mungkin, senyum lebar di wajahnya dan kejantanannya baru saja ingin bernyanyi. Di sore dan cuaca buruk seperti ini, tak ada seorang pun yang akan datang ke pantai sekarang, kan"
Kate duduk di pangkuannya menghadap ke arahnya dan tersenyum. Kontak manis ketika bibir mereka bertemu membuat Charlie lupa apa yang telah dia khawatirkan. Dia lupa mereka basah, lupa mereka kedinginan, hanya ingat mereka bersama-sama dan ia memiliki Kate aman dalam pelukannya.
Well, mungkin tidak aman tapi...Dia membungkus tangannya disekeliling Kate dan memeluknya erat-erat.
Ciuman mereka yang lembut dan dengan mulut terbuka, bergeser lambat dari satu sudut ke sudut yang lain saat lidah mereka bergumul dalam duel lembut. Charlie melepas sepatu dengan jari-jari kakinya dan menarik kaki Kate ke bawah sehingga dia berbaring terbuka menghadapnya. Tidak banyak ruang untuk bergerak tapi cukup.
Kate menarik mulutnya dari mulut Charlie untuk mengambil napas. Jantung Charlie berdebar seolah-olah ia sedang dikejar oleh T-rex.
"Aku mencintaimu," bisik Kate.
Charlie menjepit tangannya di atas pinggul Kate. "Dan aku mencintaimu tapi jika kau tidak berhenti menggeliat aku akan mengecewakan kita berdua."
"Aku mencoba untuk melepaskan celana dalamku."
"O h, kalau begitu ..."
Charlie mencoba untuk melepas celana boxernya pada waktu yang bersamaan. Lengan dan kaki terjepit dan berdesakan bersama-sama, terjebak dalam sebuah permainan Twister yang mustahil, mereka tertawa karena mereka kesulitan untuk bergerak.
"Aku akan menukar Lexus sialan ini," gumam Charlie. "Kita akan pergi berkeliling ke semua showrooms mobil dan menemukan kendaraan dengan cukup ruang bagi kita untuk bercinta di berbagai posisi."
"Sebuah van kemping""
Charlie tertawa. Akhirnya telanjang, Kate menahan tubuhnya sementara Charlie menyentak celana pendek ke sisa perjalanan di kakinya. Akhirnya. Lalu ia menggenggam pinggang Kate dan menarik lipatan krimnya ke bawah untuk mencium kejantanannya yang putus asa. Tawa mereka memudar, dengan cepat digantikan oleh nafas yang tidak teratur.
"Nikmat sekaliii," kata Kate.
"Oh Kate, Kate," bisik Charlie.
Bolanya mengetat, tertarik keatas pada dasar kemaluannya, mendesaknya untuk menarik Kate ke bawah dan menyetubuhinya dengan keras. Tapi Kate menusuk dirinya sendiri tanpa Charlie harus melakukan apa pun kecuali duduk di sana. Charlie mempererat pegangannya di pinggul Kate saat dia tenggelam semakin ke bawah dan ke bawah. Dia mengeluarkan erangan rendah saat merasakan Kate begitu basah dan panas, cara kewanitaannya yang mencengkram kejantanannya, kehangatannya, kerapatannya. Asalkan Kate tidak bergerak untuk sementara waktu, Charlie akan baik-baik saja.
Kate bergerak. Sial. Sial. Kejantanannya berdenyut dan membengkak. Tidak ada gunanya berpura-pura dia yang memegang kendali, kecuali dia meraih pantat Kate dan menyeretnya ke bawah lebih keras. Dalam beberapa saat bolanya melayang dalam hiruk-pikuk antisipasi, berdenyut dengan kebutuhan untuk membuka pintu air, menembakkan kejantanannya untuk mengosongkan isinya ke dalam diri Kate. Sekarangsekarangsekarang. Dia menyerah dan mengalah, menyerah pada momen ini. Kate mengambil alih ritme dan Charlie menyelipkan tangannya ke payudara Kate saat dia bergerak turun di tubuh Charlie.
Berpikir dia membayangkan melakukan dengan lambat dan hati-hati. Charlie mencoba mengingat apakah dia pernah melakukan seperti itu dengan Kate" Kemudian otaknya berkabut. Dia memiliki waktu seumur hidup untuk mencintai Kate di depannya. Dia menyelipkan tangannya ke gundukan kewanitaan Kate dan meraih klitorisnya.
Sebuah jentikan jari Charlie sambil menyentakkan pinggulnya dan Kate menjerit saat ia klimaks, menjepit di sekeliling kejantanannya, kejang kecil yang sangat indah mendorong kejantanannya ke dalam kehampaan. Charlie memiliki kata-kata yang ingin ia katakan, tapi meninggalkannya terbendung di kepalanya, sementara ia membanjiri Kate dengan benihnya, menyemburkan ledakan api berulang-ulang sampai kejantanannya berhenti melakukannya dan dia bisa bergerak lagi.
"Gadis cantikku," bisik Charlie dan memeluk Kate erat-erat, jari-jarinya masih bermain di titik dimana tubuh mereka bersatu.
"Lelakiku yang tampan."
"Hei, lihat." Kate memiringkan kepalanya ke belakang di bahu Charlie.
"Semburat langit biru," kata Charlie.
*** Ketika pintu garasi meluncur tertutup di belakang mereka, Kate menarik napas gemetar dan Charlie mencengkeram tangannya.
"Apa kau ingin rumah ini menjadi rumah kita"" tanya Charlie. "Kita bisa mencari tempat yang lain, memilihnya bersama-sama""
Jantung Kate membengkak hingga nyaris pecah. "Rumah adalah di mana pun kau berada. Ini adalah rumah yang indah, Charlie dan aku akan suka tinggal di sini. Apalagi karena aku benar-benar tidak memiliki tempat tinggal saat ini. Aku menjual apartemennya karena aku ingin mengembalikan uang ayahku. Aku...Aku menyingkirkan semua barang-barangku. Bahkan tempat tidur."
"Aku membelinya." Kate menatapnya. "Well, aku bicara dengan agen real estate dan memintanya untuk bicara dengan pemiliknya. Aku tak tahu apakah tawaran itu akan diterima. Aku tidak akan mau bila lebih dari dua puluh pound." Kate tersenyum. "Berapa pound sebenarnya tawaranmu""
"Sepuluh ribu pound."
"Aku ambil dua puluh."
Charlie keluar dari mobil. "Kedengarannya tawaran bagus."
"Dua puluh ribu," kata Kate samb
il keluar di sisi lain. "Jadi." "Kau akan membelinya."
Charlie tertawa saat ia mengikutinya masuk ke dalam rumah. "Mandi, tidur atau hadiah ulang tahun"" Tanya Charlie.
"Hadiah"" Charlie mendengus. "Aku akan mencoba untuk tidak marah bahwa kau lebih suka memiliki hadiah daripada ke tempat tidur denganku. Itu ada di ruang musik."
Dia meraih tangan Kate, menariknya menyusuri koridor dan membuka pintu. Lantainya ditutupi dengan kertas coretan naskah, semuanya kecuali satu tempat di samping piano di mana potongan persegi kayu lapis diletakkan. Di tengah papan terletak sebuah kotak besar, dibungkus dengan begitu berantakan, Kate tahu Charlie yang melakukannya sendiri. Kate bertanya-tanya apakah itu sudah ada sejak malam dia melarikan diri.
Kate berlutut dan merobek kertas untuk membuka sebuah jigsaw delapan belas ribu keping puzzle sebuah pemandangan laut dengan putri duyung berekor hijau, kaleidoskop ikan tropis dan kapal karam berwarna gelap.
"Banyak sekali rumput laut," kata Charlie. "Kupikir kau harus berdamai dengan ketakutanmu. Kau suka""
"Delapan belas ribu keping" Ini akan menghabiskan waktu bertahun-tahun."
Charlie menyeringai. "Kupikir kau bisa berbaring telanjang di sini mencoba untuk mencocokkan kepingannya, sementara aku mencoba mencocokkan kata-kata kedalam musik."
Kate merobek kantong plastik dan menuangkan semua kepingan ke dalam kayu lapis. "Mulailah menggubah kalau begitu."
Charlie duduk di depan piano, menggerakkan jari-jarinya di atas tombol dan kemudian mulai bermain. Setelah beberapa bar, ia mulai menyanyi dan Kate berbalik untuk menatapnya. Suaranya mengirimkan getaran ke tulang belakang Kate dan membungkus dirinya dalam pelukannya.
"She was a stranger That girl in the sea Who came to me She filled my dreams And I gave her my heart &"
Charlie menatapnya sambil bernyanyi dan Kate harus mengedipkan kembali air matanya. Itu adalah lagu tentang kehilangan, tentang ia dan Kate, kesalahan yang ia buat dan betapa ia tak tahu apakah dirinya akan pernah menemukan Kate lagi. Saat nada terakhir yang bergema menjadi samar dan berhenti, Kate berdiri dan berjalan untuk berdiri di belakang Charlie. Dia menyelipkan tangannya di atas bahu Charlie dan menyilangkannya di atas dadanya.
"Kuharap kau menemukan anjingmu yang hilang," bisiknya dan Charlie bergidik. "Dan kau sedikit tidak selaras di bagian terakhir. Membuatku sangat terganggu." Untuk sesaat, Kate mengira Charlie menangis dan kemudian menyadari bahwa ia tertawa.
"Kau adalah orang paling kejam yang pernah kukenal," katanya.
"Itu indah, sungguh. Apa judulnya""
"Strangers. Itu seharusnya menjadi momen yang sangat romantis." Charlie berputar dan membenamkan wajahnya di dada Kate, melingkarkan tangannya di pinggang Kate. "Meskipun kau adalah orang yang paling kejam yang kukenal, aku masih mencintaimu." Dia mencium kening Kate.
"Dan meskipun kau tidak bisa bernyanyi dengan merdu, aku mencintaimu," jawab Kate.
Charlie mencium lembut di hidungnya.
"Kau bisa bernyanyi lagi jika kau suka," kata Kate. "Kau pasti akan lebih baik dengan berlatih."
"Apa saran kecil itu yang berlaku untuk semuanya"" Charlie menggigiti telinga Kate saat ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamnya. Kate mengerang.
"Kau hanya bisa jadi lebih baik," kata Kate dan menjerit ketika ia menggigitnya.
"Tidak ada lagi rahasia," bisik Charlie.
"Kau tahu segalanya tentangku." Dan itu benar, pikir Kate.
"Dan kau tahu segalanya tentangku," kata Charlie.
"Dan aku masih mencintaimu. Sungguh menakjubkan."
Charlie mencium payudaranya. "Aku ingin mengajakmu berlibur. Ke suatu tempat yang tidak ada hujan. Besok, kau akan mengisi aplikasi paspormu. Kemana kau ingin pergi" Pilihlah di mana saja di dunia."
"Gurun Gobi." "Pilih tempat yang lain di dunia ini."
Kate ragu-ragu. "Hawaii""
Charlie mengangkat pandangannya dari dada Kate. "Aku tak akan mengecewakanmu, Kate. Aku ingin memberimu dunia."
"Aku hanya menginginkanmu. Kau adalah duniaku."
Kate bisa merasakan jantung Charlie berdebar keras di bawah tangannya.
"Kate"" Kate menatap matanya. Charlie merayap ke lantai dan be
rlutut di depannya, memegang tangannya.
"Aku ingin menemukan tempat yang tepat untuk melakukan hal ini, momen yang sempurna. Aku mengacaukannya saat mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu dan aku tak ingin ini menjadi salah juga. Hanya saja aku menyadari bahwa aku tak perlu menemukan momen yang sempurna karena kau yang membuat momen menjadi sempurna. Jadi...Kate Snow, wanita yang aku cintai lebih dari hidupku, bersediakah kau melakukan kehormatan yang sangat besar untuk menjadi...orang yang akan memasakkanku sesuatu yang lezat untuk dimakan, yang akan menghiburku ketika aku sedih, yang akan mengatakan tidak padaku dan bersungguh-sungguh, yang akan melakukan semua hal untuk kejantananku dengan lidahnya setiap malam oke, mungkin setiap malam yang lain, yang akan mencintaiku selama-lamanya
sial, aku lupa apa yang akan kukatakan sekarang." bahu Kate bergetar saat ia tertawa.
"Oh ya, itu dia. Maukah kau menikah denganku""
Charlie menatap dengan mata gelapnya yang indah dan Kate menelan ludah.
Oh Tuhan. "Ya."
Charlie tersenyum, senyum indah khasnya dan air mata menggenang di mata Kate. Charlie berdiri dan menciumnya. Sebuah belaian manis lembut bibirnya terhadap bibir Kate. Ketika Charlie menegakkan tubuh, matanya bersinar.
"Aku mencintaimu. Kita akan sangat bersenang-senang. Kita bisa berhenti di Las Vegas di tengah perjalanan ke Hawaii dan menikah," katanya terburu-buru dengan bersemangat. "Tidak ada pers, tidak ada gangguan. Hanya kita."
"Bagaimana dengan ibu dan ayahmu""
"Mereka akan menyukai Vegas. Mereka bisa ikut bersama kita, hanya saja tidak ke Hawaii. Aku menginginkanmu untukku sendiri, disana."
"Bagaimana dengan Rachel dan Lucy juga Dan""
"Aku juga akan menerbangkan mereka."
Kate tertawa. Charlie menariknya keluar dari ruangan menuju tangga.
"Oke, kita akan menikah di London," kata Charlie. Kate menatap langit-langit putih dan Charlie mengikuti tatapannya.
"Aku mengeluarkan banyak uang untuk mengecat itu. Aku tidak ingin hal itu mengingatkanmu tentang kebodohanku."
"Kebodohanku juga," kata Kate. Charlie menariknya menaiki tangga.
"Bisakah kita pergi ke Vegas""
"Jika kau berjanji untuk tidak berjudi."
"Hei, aku sedang dalam kemenangan beruntun. Aku memilikimu. Tidak ada lagi yang tersisa."
"Kau akan mendapatkan seratus dolar per hari," kata Kate.
"Dan ketika itu hilang, itu hilang. Dan jangan berpikir aku tidak bersungguh-sungguh."
Charlie menyeretnya ke ranjang. "Aku sangat membutuhkanmu," bisik Charlie. "Kau detak jantungku, udara di paru-paruku. Kau membuatku merasa aman. Aku tidak ingin hidup tanpamu. Aku ingin menghabiskan hidupku membuatmu bahagia. Aku ingin kita bertambah tua bersama-sama dan ketika kita mati, aku ingin kita mati dalam pelukan masing-masing, karena aku tidak bisa hidup di dunia tanpa ada kau di sisiku."
"Kau tidak menyisakan apapun untuk ku ucapkan." Kate meraih dan mengelus pipi Charlie.
"Aku ingin " Kate meletakkan jarinya di bibir Charlie. "Itu bukan berarti aku tidak ingin mengatakan sesuatu. Aku mencintaimu, Charlie. Aku tak pernah berpikir aku bisa mencintai siapapun sebesar ini, dan aku membutuhkanmu juga. Jalanku yang lain membawaku padamu. Akhirnya aku ada di tempat dimana seharusnya aku berada."
"Di tempat tidurku dan di kamar mandiku dan "
"Jangan bilang di dapur," kata Kate padanya.
"Dalam hatiku." Charlie tersenyum.
*** Strangers - Epilog "Letakkan itu. Sekarang. Aku tidak ingin harus memberitahumu dua kali. Jangan...oh sialan...maksudku, mengganggu." Kate menyaksikan bola melayang di udara dan mendarat di bangunan kastil pasir setengah-jadi.
"Aku tidak menyebut itu yang namanya meletakkan sesuatu. Ke sini...Tidak, aku bilang ke sini, bukan turun ke air."
"Mark, lakukan apa yang diperintahkan. Ke sini." Charlie menghela napas berat. "Jangan ganggu rambut Lizzie. Tidak ada gunanya mengeluh dia menggigitmu jika kau akan melakukan itu."
"Lizzie, berhenti berusaha menarik turun celana Mark."
"Mark!" "Lizzie!" Kate berbalik menghadap Charlie dan mengangkat alis. Sesaat kemudian mereka mengejar si kembar sepanjang ombak. Charlie meraup Mark si lim
a tahun ke dalam pelukannya dan naik ke bahunya. Kate melakukan hal yang sama dengan Lizzie. Si kembar menjerit dengan tawa.
Setelah mereka kelelahan menunggangi kuda berkaki dua mereka, mereka diletakkan di atas selimut untuk makan hidangan piknik yang telah Kate siapkan.
"Apa ini sebabnya makanan ini disebut sandwich"" Tanya Lizzie, mengambil butiran pasir yang menempel di salah satu sandwich yang ia jatuhkan.
Kate mengambilnya dari tangannya dan memberikan padanya sandwich yang lain.
"Bukan, seorang pria bernama Earl of Sandwich yang menemukannya ketika ia terlalu sibuk bermain kartu untuk berhenti memakan makanan yang layak."
"Mommy, apa kau tahu segalanya"" Tanya Mark.
Kate tertawa. "Ya dan aku tahu yang terbaik."
"Jika kau tahu segalanya, apa yang sedang kupikirkan"" Tanya Charlie, menggerakkan tangannya di atas kaki Kate.
"Kau berpikir betapa beruntungnya dirimu yang memiliki seorang istri dan dua anak yang luar biasa lezat."
"Kita tidak lezat," kata Lizzie. "Cokelat yang lezat." Bertindak serempak, Kate dan Charlie menelentangkan si kembar dan meniup dengan keras di perut mereka yang menggeliat.
"Lezat," kata Kate dan Charlie.
"Nenek!" jerit Lizzie.
"Kakek!" gema Mark.
Kate mendongak dan melihat Paul dan Jill memegang es krim.
"Siapa yang ingin melihat ubur-ubur"" Tanya Paul.
Kate menggigil kembali ke dada Charlie dan ia melingkarkan lengannya di tubuh Kate. Si kembar berjalan pergi bergandengan tangan dengan kakek-nenek mereka dan Charlie mencium leher Kate.
"Aku mencintaimu," bisiknya.
"Aku mencintaimu."
"Aku juga cinta pantai ini." Charlie mempererat pelukannya pada tubuh Kate.
"Di sini bisa saja menjadi akhir tapi malah menjadi permulaan bagi kita. Kau tidak keberatan liburan di sini, kan""
"Apa" Sandwich berpasir, langit kelabu, laut yang sangat dingin, angin yang menggigit, hiu yang mengintai dan rupanya ubur-ubur apa yang tidak disukai""
"Apa kau masih mau ikut setiap tahunnya jika aku tidak menyuapmu dengan perjalanan ke Hawaii juga""
Kate berbalik dan mengusap jarinya di atas bibir Charlie. "Aku akan pergi ke mana pun denganmu."
"Apakah aku membuatmu bahagia""
"Ya." "Bisakah kau memaafkanku sesuatu""
"Eh...ya." Charlie tersenyum. Dia membawa tangannya dari balik punggung Kate dan menggantungkan sepotong rumput laut di depan wajahnya. Kate menjerit dan bergegas mundur menjauh dari selimut.
"Dasar kau " "Jangan di depan anak-anak."
Kate berbalik. Si kembar sedang menyusuri pantai, tapi dari sudut matanya ia melihat Charlie melompat kearahnya. Dia menjepit tubuh Kate ke bawah dan menciumnya dan menciumnya.
Mereka adalah orang terakhir yang meninggalkan pantai. Air laut merayap semakin dekat ke tempat mereka duduk, semakin dekat dengan kata yang telah mereka tulis di pasir.
HELLO *** THE EN tamat Pendekar Pemanah Rajawali 8 Satria Gendeng 11 Rencana Manusia Terkutuk Gerhana 3

Cari Blog Ini