Ceritasilat Novel Online

Kembaran Ketiga 6

Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett Bagian 6


dekat tempatmu itu""
Tentu, yang di Chestnut itu, aku melewatinya setiap hari."
Dia bakal di sana sekita r pukul dua siang." Dari mana aku bisa tahu bahwa dia orangnya""
Jangkung, rambutnya berwarna gelap, pakai giwang hidung, sekitar tiga
puluhan." Banyak cewek yang seperti itu."
Sepertinya dia bakal naik sebuah mobil Mercedes merah yang sudah tua."
Itu lebih spesifik."
Oke, tapi jangan lupa, cowoknya sudah dilepas sebagai tahanan luar."
Anak muda itu mengerutkan alisnya. Lalu kenapa""
Andai kata dia mendapat kecelakaan, setelah dia terlihat bersamamu &"
Aku mengerti. Mereka akan mengira aku cowoknya."
Dari dulu otakmu memang encer sekali, Nak."
Si anak muda tertawa. Dan Anda dari dulu lihai sekali. Paman."
Satu hal lagi." Aku masih di sini." Dia cantik sekali. Jadi, nikmati itu."
Bye, Paman Jim. Dan trims."
KAMIS 336 BAB 30 e Annie bermimpi tentang mobil Thunderbird itu
Bagian pertama mimpi itu memang benar-benar pernah terjadi, ketika ia baru
berusia sembilan tahun dan adiknya enam tahun, dan ayah mereka masih
untuk sesaat tinggal bersama mereka. Ia punya banyak uang ketika itu (dan
baru beberapa tahun kemudian Jeannie menyadari bahwa uang itu hasil
perampokan yang sukses). Ia membawa pulang sebuah mobil Ford Thunderbird
yang baru. berwarna biru kehijauan, dengan bangku dalam warna yang sama.
Benar-benar mobil paling keren yang dapat diimpikan seorang gadis kecil
berusia sembilan tahun. Mereka semua lalu pergi berjalan-jalan, Jeannie dan
Patty duduk di bangku depan, di antara Daddy dan Mom. Saat melintasi George
Washington Memorial Parkway, Daddy memangku Jeannie dan membiarkannya
memegang kemudi. Dalam kehidupan sesungguhnya, mobil itu meluncur ke jalur cepat, dan ia
sempat panik saat sebuah mobil yang mencoba menyusul mereka menekan
klaksonnya dengan keras. Dad langsung mengentakkan kemudi dan
mengembalikan mobil Thunderbird itu pada jalurnya semula. Tapi dalam
mimpinya, Daddy tidak di situ ia sedang mengemudikan mobil tanpa bantuan,
sementara lagi 339 Mom dan Patty duduk dengan santai di sebelahnya, meskipun mereka tahu
bahwa ia tidak dapat melihat melalui dasbor itu, dan ia cuma mencengkeram
kemudinya erat-erat, semakin erat dan semakin erat, menanti momentum
terjadinya tabrakan itu, sementara kendaraan-kendaraan lain terus
mengklakson bel pintunya kencang-kencang, dan semakin kencang.
Jeannie tersentak bangun dengan kuku-kuku terbenam dalam telapak
tangannya, sementara bel pintunya masih terus berdering nyaring di
telinganya. Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Untuk sesaat ia cuma
berbaring diam-diam, menikmati rasa lega yang meliputi Tdirinya begitu
menyadari bahwa tadi itu cuma mimpi. Kemudian ia melompat turun dari
tempat tidurnya dan melangkah ke pesawat interkomnya. Halo""
Aku Ghita, ayo bangun dan biarkan aku masuk."
Ghita tinggal di Baltimore, tapi bekerja di markas besar FBI di Washington.
Tentunya ia sedang dalam perjalanan ke kantor, ujar Jeannie pada dirinya. Ia
menekan sebuah tombol untuk membuka pintunya.
Jeannie mengenakan sehelai baju kaus berukuran besar yang panjangnya nyaris
mencapai lutut; cukup sopan untuk menerima seorang teman wanita. Ghita
muncul lewat tangga. Sosoknya seperti seorang eksekutif yang sedang naik
daun dalam setelan linen berwarna biru laut, rambut hitam model bob, giwang
besar, kacamata lebar berkesan ringan, sambil mengepit New York Times. Ada
apa sih sebenarnya"" tanya Ghita tanpa basa-basi lebih dulu.
Jeannie berkata, Aku nggak tahu, aku baru bangun." Beritanya bakal kurang
bagus, ia dapat melihat itu.
Bosku menelepon aku di rumah tadi malam, dan memerintahkan agar aku
tidak berurusan lagi denganmu."
Wah!" Jeannie membutuhkan data-data FBI itu untuk membuktikan bahwa
metodenya relevan, meskipun ter
340 nyata ada kesimpangsiuran mengenai Steven dan Dennis. Sial! Apa dia bilang
alasannya"" Katanya metodemu melanggar hak keleluasaan pribadi orang."
Tidak biasanya FBI meributkan soal-soal seremeh itu."
Sepertinya New York Times juga bereaksi seperti itu." Ghita menyodorkan
korannya ke arah Jeannie. Di halaman mukanya terpampang sebuah artikel
berjudul: Keetisan Penelitian Gen: Keresahan, Kecemasan, dan suatu Ketidaksepakatan
Jeannie merasa khawatir b
ahwa istilah Ketidaksepakatan" lebih dimaksudkan
untuk menggambarkan situasi dirinya, dan ternyata ia benar.
Jeannie Ferrami adalah seorang wanita muda yang kukuh. Bertentangan dengan
harapan para koleganya dan pimpinan Jones Falls University di Baltimore, Md
dengan nekad ia bersikeras untuk terus menelusuri data-data medis yang ada,
untuk melacak pasangan-pasangan kembar.
Aku sudah punya kontrak," sanggahnya. Mereka tidak berhak melakukan itu."
Sementara keresahan yang berkisar sekitar keetisaan kegiatannya rupanya tidak
membuatnya mundur. Jeannie merasa perutnya mual. Ya Tuhan. Ini gawat," ujarnya.
Liputan itu kemudian beralih ke topik lain, mengenai riset yang dilakukan atas
embrio manusia; Jeannie terpaksa membalik sampai ke halaman 19 sebelum
sampai kepada bagian yang menyinggung dirinya lagi
341 Suatu masalah baru untuk jajaran pimpinan perguruan tinggi timbul gara-gara
kasus Dr. Jean Ferrami dari departemen psikologi Jones Falls. Meskipun
pimpinan universitas, Dr. Maurice Obeli, dan pakar ilmu psikologi terkemuka,
Prof. Berrington Jones, sama-sama berpendapat bahwa pekerjaan yang sedang
ditekuninya itu tidak etis. ia masih tetap bersikeras untuk melanjutkannya, dan
sepertinya tidak ada sesuatu pun yang dapat menahannya lagi.
Jeannie membaca seluruh artikel itu sampai tamat, namun koran itu rupanya
sama sekali tidak menyinggung soal sikap teguhnya bahwa secara etis, apa yang
ia kerjakan sama sekali tidak melanggar apa-apa. Yang dijadikan permasalahan
sebetulnya cuma drama dari sikap menentangnya.
Betul-betul mengejutkan dan menyakitkan, diserang seperti ini. Ia merasa
terluka sekaligus marah, persis seperti ketika seorang maling menabraknya,
kemudian menyambar lembaran uangnya yang terbang di sebuah pasar
swalayan di Minneapolis beberapa tahun yang lalu. Meskipun ia tahu si
wartawan memang berniat menjatuhkannya, ia toh merasa malu, seakan apa
yang ia lakukan ifu salah. Dan ia merasa seakan dirinya ditelanjangi, untuk
dinilai oleh seluruh negeri.
Bakal sulit bagiku sekarang untuk menemukan seseorang yang mau
membantuku menelusuri suatu database," ujarnya dalam nada sendu. Kau
mau kopi" Aku butuh sesuatu untuk membangkitkan semangatku kembali Tidak
semua hari harus dimulai dengan cara kurang menyenangkan seperti ini."
Aku menyesal sekali, Jeannie, tapi aku juga sedang dapat masalah, karena
melibatkan FBI dalam kasus ini."
Saat menyalakan mesin kopinya, sesuatu melintas da
342 lam pikiran Jeannie. Artikel ini sama sekali tidak adil, tapi kalau bosmu
meneleponmu tadi malam, tentunya bukan koran yang membuatnya mengambil
tindakan itu." Mungkin dia tahu artikel itu bakal muncul."
Entah siapa yang memberikan masukan itu kepadanya."
Dia tidak menyebut persisnya siapa. Dia cuma bilang ada yang meneleponnya
dari Capitol Hill." Jeannie mengerutkan alisnya. Sepertinya ada unsur politisnya-Apa yang
membuat seorang anggota kongres atau senator menaruh minat begitu besar
pada proyekku, sehingga merasa perlu memberikan instruksi kepada FBI untuk
tidak membantuku""
Mungkin itu cuma dimaksudkan sebagai masukan dari seorang teman yang tahu
mengenai artikel itu."
Jeannie menggeleng-gelengkan kepala. Di dalam artikel itu tidak disebut-sebut soal FBI. Tak seorang pun tahu bahwa aku sedang melacak arsip-arsip FBI.
Aku bahkan belum pernah mengungkapkannya kepada Berrington."
Aku akan cari tahu, dari mana asal masukan itu." Jeannie melongok ke dalam
lemari esnya. Kau sudah sarapan" Aku punya roti bumbu kayu manis." Tidak
usah, terima kasih."
Kurasa aku juga tidak lapar." Ia menutup pintu lemari esnya. Ia merasa sedih.
Apakah tidak ada yang dapat dilakukannya" Ghita, tentunya kau nggak bisa
menelusuri data-dataku tanpa izin bosmu, ya""
Sepertinya kecil sekali kemungkinan bahwa Ghita akan mengatakan bisa.
Namun jawaban yang ia peroleh toh mencengangkannya. Ghita mengerutkan
alisnya, lalu berkata, Kau belum terima E-mail-ku kemarin""
Aku meninggalkan kantorku lebih awal. Apa isinya""
Bahwa aku akan menelusuri data-datamu tadi malam."
Dan itu sudah kaulakukan""
343 Sudah. Karena itulah aku kemari sekarang. Aku sudah
keburu melakukan itu tadi malam, sebelum bosku meneleponku."
Tiba-tiba hati Jeannie melonjak lagi. Apa" Dan kau memperoleh hasilnya""
Aku sudah kirim semuanya ke tempatmu melalui E-mail"
Hati Jeannie kembali berbunga. Hebat sekali! Kau melihat isinya" Banyak
pasangan kembarnya""
Lumayan, sekitar dua puluh sampai tiga puluh pasangan."
Bagus! Aninya sistemku relevan."
Tapi aku mengatakan kepada bosku bahwa aku belum melakukannya. Aku
ketakutan, lalu berbohong."
Jeannie mengerutkan alisnya. Wah. Maksudku, bagaimana kalau dia sampai
tahu, entah kapan di suatu masa""
Itulah. Jeannie, kau harus menghancurkan daftar itu."
Apa"" Kalau dia sampai tahu mengenai itu, hancurlah aku."
Tapi aku tidak bisa menghancurkannya! Tidak, kalau itu bisa membuktikan
bahwa aku benar!" Wajah Ghita berubah serius. Kau harus melakukannya."
Wah, repot," ujar Jeannie dalam nada menyesal. Bagaimana aku bisa
menghancurkan sesuatu yang mungkin dapat menyelamatkan diriku""
Aku terlibat dalam hal ini hanya karena aku ingin menyenangkan hatimu,"
ujar Ghita sambil mengangkat jarinya. Kau hams menolongku!"
Jeannie tidak melihat bahwa secara keseluruhan ini merupakan kesalahannya.
Dalam nada agak getir ia berkata, Aku kan nggak menyuruhmu berbohong
kepada bosmu." 344 Kata-kata itu membuat Ghita marah. Aku kan sedang ketakutan!"
Sebentar," ujar Jeannie. Coba tenang dulu." Ia menuang kopinya ke dalam
cangkir-cangkir, lalu menyodorkan sebuah ke arah Ghita. Umpamanya kau
masuk kerja hari ini dan mengatakan kepada bosmu bahwa telah terjadi
kesalahpahaman. Kau sudah memberikan instruksi untuk membatalkan
penelusuran itu, tapi kemudian ternyata data-datanya sudah keluar dan dikirim
melalui E-mail" Ghita menerima cangkir kopinya, namun tidak meminum isinya. Sepertinya ia
sedang berusaha menahan air matanya. Kau bisa bayangkan apa yang terjadi
kalau kau bekerja untuk FBI" Aku bergumul dengan sosok-sosok paling macho di
Amerika. Mereka terus mencari segala alasan untuk mengatakan bahwa kaum
perempuan tidak becus."
Tapi kau kan tidak akan dipecat."
Kau membuat posisiku menjadi serba salah."
Tapi Jeannie berkata. Ah. kau. Maksudku kan tidak begitu."
Hati Ghita tidak mencair. Tapi situasinya menjadi begitu. Aku meminta
padamu untuk menghancurkan daftar itu."
Tidak bisa." Kalau begitu, tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Ghita melangkah ke
arah pintu. Jangan pergi dengan cara seperti ini," ujar Jeannie. Kita sudah berteman
untuk waktu yang lama sekali."
Ghita toh pergi. Sial," umpat Jeannie. Sial."
Pintu luar dibanting. Apakah aku baru saja kehilangan salah seorang temanku yang terbaik" ujar
Jeannie pada dirinya. Ghita telah mengecewakannya. Jeannie dapat mengerti alasannya: wanita
muda itu menghadapi banyak tekanan
345 dalam menjalankan kariernya. Namun Jeannie lah yang saat ini sedang
diserang, bukan Ghita. Persahabatannya dengan Ghita ternyata tidak cukup
kuat untuk melewati suatu krisis.
Jeannie mempertanyakan pada dirinya, apakah teman-temannya yang lain juga
akan melakukan hal yang sama.
Dengan hati tidak keruan, ia cepat-cepat mandi dan berpakaian. Kemudian ia
berhenti sebentar untuk berpikir. Ia akan segera terjun dalam suatu anjang
pertempuran; sebaiknya ia berpakaian lebih baik untuk menghadapinya. Ia
melepaskan celana jeans hitam dan baju kaus merahnya, lalu memulai lagi dari
awal. Ia mencuci dan mengeringkan rambutnya. Sesudah itu ia mendandani
wajahnya dengan cermat: alas bedak, bedak, maskara, dan lipstik. Ia
mengenakan setelan hitam dengan blus abu-abu merpati, stocking tipis, dan
sepatu pantofel kulit bertumit tinggi. Ia mengganti anting-anting hidungnya
dengan sebuah giwang yang lebih sederhana.
Ia mengamati penampilannya di sebuah cermin panjang. Ia merasa tampangnya
berkesan berbahaya dan menakutkan. Bunuh, Jeannie, bunuh," gumamnya
Kemudian ia melangkah keluar.
346 BAB 31 Jeannie memikirkan Steve Logan dalam perjalanannya ke JFU. Ia telah
menyebut Steve seorang bocah besar yang kuat, tapi sesungguhnya anak muda
itu lebih matang daripada kebanyakan laki-laki. Jeannie telah menangis di
pundaknya, dan itu berarti
ia mempercayai Steve. Ia menyukai aroma
rubuhnya, yang mengingatkan akan bau tembaku sebelum dinyalakan Walaupun
hatinya sedang gundah, ia toh menyadari gairah Steve, meskipun Steve sudah
berusaha membuatnya tidak memperhatikan itu. Rasanya bangga juga bahwa
anak muda itu bisa begitu terangsang dengan sekadar memeluknya, dan ia
tersenyum saat mengingat kembali kejadian itu. Sayangnya Steve tidak sepuluh
atau lima belas tahun lebih tua.
Steve amat mengingatkan dirinya akan cinta pertamanya, Bobby Springfield. Ia
berusia tiga belas tahun ketika itu, sedangkan Bobby lima belas, la belum
mengerti apa-apa mengenai cinta dan seks, dan ternyata Bobby pun masih
sama polosnya. Berdua mereka menjajaki suatu alam penemuan yang baru.
Wajah Jeannie merona begitu teringat hal-hal yang pernah mereka lakukan di
barisan paling belakang Movic-dromc setiap Sabtu malam. Yang paling
menyenangkan mengenai Bobby adalah, sama seperti Steve, ada suatu
perluapan 347 fiai perasaan yang tertahan. Bobby begitu menginginkan dirinya, dan bisa menjadi
begitu terangsang hanya de ngan menyentuh puting susu atau celana dalamnya,
sehingga Jeannie nyaris merasa punya kuasa. Untuk beberapa waktu ia sempat
menggunakannya, dengari membuat Bobby benar-benar panas dan penasaran,
hanya untuk membuktikan bahwa ia dapat melakukannya. Tapi dalam waktu


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tidak terlalu lama, ia menyadari, meski usianya baru tiga belas tahun,
bahwa permainan itu konyol sekali. Namun keberaniannya untuk mengambil
risiko, untuk menikmati permainannya dengan api yang berbahaya, tidak
pernah mereda. Dan hal yang sama itu ia rasakan terhadap Steve.
Steve merupakan satu-satunya faktor yang menyenangkan dalam dunianya saat
ini. Ia sedang menghadapi masalah besar. Ia tidak dapat mengundurkan diri
dari jabatannya di JFU sekarang. Setelah New York Times menyebarluaskan
sikap membangkangnya dalam menghadapi para atasannya, akan sulit baginya
untuk mendapatkan pekerjaan ilmiah yang lain. Andai kata aku seorang
profesor, aku tidak akan mempekerjakan seseorang yang bakal menimbulkan
masalah semacam ini, ujarnya pada dirinya.
Tapi sudah terlambat baginya untuk mengambil sikap lain. Satu-satunya
harapannya adalah untuk tetap bersiteguh menggunakan data-data FBI itu, dan
mewujudkan hasil yang begitu meyakinkan secara ilmiah, sehingga orang-orang
mau menelaah sekali lagi metodologinya serta memperdebatkan segi etisnya
dengan lebih serius. Waktu menunjukkan pukul sembilan saat ia memasuki tempat parkir. Ketika
mengunci pintu mobilnya dan melangkah masuk ke dalam Nut House, ia merasa
agak mual; terlalu tegang, sementara perutnya kosong.
Begitu melangkah ke dalam ruang kerjanya, ia tahu bahwa seseorang sudah
masuk ke sana. Bukan para petugas kebersihan. Ia sudah terbiasa
348 dengan perubahan-perubahan yang mereka lakukan: kursi-kursi yang akan
bergeser seinci dua inci, segalanya digosok bersih, keranjang sampah di sisi lain
meja tulisnya. Tapi kali ini lain. Seseorang telah duduk di belakang perangkat
komputernya. Papan tutsnya terletak pada kemiringan yang salah; si penyusup
telah secara tak sadar menggesernya ke posisi yang nyaman untuk dirinya
sendiri. Mouse-nya ditinggal begitu saja di tengah-tengah bantalannya, padahal
ia sendiri selalu mengembalikannya dengan rapi, persis di sisi papan tutsnya.
Saat melayangkan pandang, ia melihat pintu lemarinya terbuka sedikit dan
sudut sehelai kertas muncul keluar dari tepi lemari arsipnya.
Ruang kerjanya habis digeledah seseorang.
Setidaknya, ujarnya pada dirinya, penggeledahan itu telah dilakukan secara
amatiran. Jelas bahwa yang sedang menguntitnya bukan pihak CIA. Namun
demikian, hal itu toh membuatnya resah, dan perutnya terasa semakin tidak
enak saat ia duduk, lalu menyalakan perangkat komputernya. Siapa yang ke sini
tadi" Seseorang dari fakultasnya" Seorang mahasiswa" Seorang petugas sekuriti
yang disogok" Orang luar" Lalu untuk apa"
Sebuah amplop telah diselipkan seseorang di bawah pintunya. Isinya sebuah
surat kuasa yang ditandatangani oleh Lorraine Logan, yang difaks ke Nut House
oleh Steve. Jeannie mengeluarkan surat kuasa Charlotte Pinker dari dala
m sebuah map, lalu memasukkan keduanya ke dalam tas kerjanya, la akan
memfaks surat-surat itu ke Aventine Clinic.
Ia duduk di belakang mejanya, lalu membuka file E-mail-nya. Hanya ada satu
pesan: hasil scanning FBI-nya. Syukurlah," desahnya.
Ia segera merekam daftar nama dan alamat itu dengan hati teramat lega.
Ternyata ia benar: proses scanning itu betul-betul menemukan pasangan-pasangan kembar. Ia hampir tak sabar lagi untuk mengecek hasilnya dan
349 memastikan apakah masih ada kasus-kasus lain semacam Steve dan Dennis.
Seingat Jeannie, Ghita telah mengirim suatu pesan E-mail untuknya,
menyatakan bahwa ia akan melakukan scanning itu. Apa yang terjadi" Ia
mempertanyakan apakah pesan itu sudah dikutip oleh si penyusup. Mungkin itu
sebabnya bos Ghita menelepon malam-malam
Saat akan menelusuri nama-nama yang tercantum dalam daftar itu, pesawat
telepon Jeannie berdering. Ternyata dari pimpinan universitas. Aku Maurice
Obeli. Ada baiknya kita segera mendiskusikan liputan dalam New York Times
ini, bukan"" Perut Jeannie terasa kencang. Ini dia, ujarnya pada dirinya. Mulailah. Tentu,"
ujarnya. Kapan waktu yang sesuai untuk Anda""
Tadinya aku berharap kau bisa ke kantorku sekarang juga."
Aku akan muncul di sana dalam waktu lima menit."
Jeannie membuat copy dari data-data FBI itu dalam sebuah disket floppy,
kemudian keluar dari jaringan Internet, la mengeluarkan disket itu dari
komputernya, lalu meraih sebuah pena. Ia berpikir sebentar, kemudian menulis
di atas labelnya SHOPPING.LST. Jelas itu merupakan langkah-langkah
pengamanan yang sebetulnya tidak perlu ia lakukan, namun perasaannya
menjadi lebih lega. Ia menyisipkan disket itu ke dalam sebuah kotak berisi file-file cadangannya,
kemudian keluar. Hari sudah bertambah panas. Saat melintasi kawasan kampus, ia
mempertanyakan pada dirinya, apa yang ingin ia raih dari hasil penemuannya
dengan Obell. Targetnya cuma agar ia diperbolehkan melanjutkan risetnya, la
harus memperlihatkan sikap teguh bahwa ia tidak berniat untuk dilecehkan;
tapi lebih ideal kalau ia dapat meredakan amarah pihak pimpinan universitas
dan menetralisir konflik itu.
la merasa lega bahwa ia mengenakan setelan hitam
350 nya, meskipun ia sudah mulai berkeringat di dalamnya; tampangnya menjadi
lebih tua dan berwibawa. Sepatu tumit tingginya berbunyi saat ia melangkah di
atas batuan hampar, menuju Hillside Hall. Ia langsung dipersilakan masuk ke
dalam ruang kerja pimpinan universitas yang mewah itu.
Berrington Jones sudah duduk di sana, dengan copy New York Times di tangan.
Jeannie tersenyum ke arahnya, lega bahwa ia memiliki seorang sekutu.
Berrington mengangguk, sedikit kaku, lalu berkata, Selamat pagi. Jeannie."
Maurice Obell duduk di kursi rodanya, di belakang meja tulisnya yang besar.
Dalam gayanya yang tidak banyak berbasa-basi ia berkata, Pihak universitas
tidak dapat mentoleransi ini, Dr. Ferrami."
Meskipun tidak dipersilakan duduk, Jeannie tidak berniat membiarkan dirinya
diperlakukan seperti seorang anak sekolah, karenanya ia memilih sebuah kursi,
menggesernya, Ialu duduk sambil menyilangkan kaki. Patut disesalkan bahwa
Anda menyaWtan kepada pihak pers bahwa Anda sudah memblokir proyekku
sebelum mengecek apakah secara hukum Anda berhak melakukan itu," ujar
Jeannie dalam nada setenang mungkin. Aku sependapat dengan Anda bahwa
itu menjatuhkan wibawa pihak universitas."
Bukan aku yang membuat pihak universitas jatuh wibawa," sanggah Obell.
Jeannie memutuskan bahwa ia sudah cukup banyak memperlihatkan sikapnya;
kini saatnya menyatakan kepada atasannya bahwa mereka sebetulnya berada di
pihak yang sama. Ia mengubah posisi duduknya. Tentu saja tidak," ujarnya.
Masalahnya cuma kita sama-sama telah bertindak sedikit terlalu terburu-buru, sehingga pihak perslah yang menarik keuntungannya." ^
Berrington memotong. Kekisruhan itu sudah terjadi Percuma meminta maaf
sekarang." 351 adi Aku tidak meminta maaf," sergah Jeannie. Ia berpaling ke arah Obell kembali,
lalu tersenyum. Namun kukira ada baiknya kalau kita berhenti saling
menyalahkan.* Sekali lagi Berrington-lah yang menanggapinya. Sudah terlamb
at," ujarnya. Aku yakin tidak," ujar Jeannie. Ia mempertanyakan dalam hati, mengapa
Berrington mengatakan itu. Seharusnya laki-laki itu menginginkan mereka
mendapatkan titik temu; kenapa ia harus bersikap begitu sengit" Jeannie masih
mengarahkan perhatian dan senyumnya ke si pimpinan universitas. Kita kan
orang-orang yang rasional. Seharusnya kita dapat menemukan suatu kompromi
yang memungkinkan aku melanjutkan pekerjaanku, tapi sekaligus tetap
mempertahankan wibawa universitas"
Jelas bahwa Obell menyukai ide itu, meskipun ia mengerutkan keningnya dan
berkata, Aku masih belum melihat bagaimana &"
Kita cuma membuaift-buang waktu," ujar Berrington dalam nada tak sabar.
Sudah tiga kali ia memotong untuk menyulut perdebatan. Jeannie menelan
kembali kata-katanya yang akan keluar. Kenapa Berrington bersikap seperti itu"
Apakah ia ingin Jeannie menghentikan risetnya, punya masalah dengan pihak
universitas dan sekaligus didis-kreditkan" Sepertinya memang begitu. Apakah
Berrington yang menyelinap ke dalam ruang kerjanya, lalu mengutip E-mail-nya, dan mengadukannya ke FBI"
Apakah mungkin justru Berrington-lah yang memberikan masukan itu kepada
pihak New York Times, kemudian mengawali seluruh kekisruhan ini" Jeannie
begitu bingung menghadapi kendala yang tidak masuk akal ini, seb^igga untuk
sesaat ia betul-betul diam.
Kami sudah memutuskan jalan apa yang akan ditempuh oleh pihak
universitas," ujar Berrington.
352 Jeannie menyadari bahwa ia telah keliru dalam memperhitungkan struktur
otoritas di dalam ruangan itu. Berrington-lah bos di sini. bukan Obell.
Berrington adalah mata rantai dana riset jutaan dolar mereka dan pihak
Genetico, yang amat dibutuhkan Obell. Berrington sama sekali tidak takut pada
Obell; malah justru sebaliknya. Selama ini Jeannie hanya memusatkan
perhatiannya kepada si monyet, bukan si pemain organnya.
Berrington tidak berbasa-basi lagi sekarang, mengenai siapa sebenarnya yang
punya kuasa. Kami tidak memintamu ke sini untuk menanyakan pendapatmu,"
ujarnya. Lalu untuk apa Anda memintaku ke sini"" tanya Jeannie.
Untuk memecatmu," sahut Berrington.
Jeannie terpukau. Ia memang tahu bahwa ia akan dipersilakan keluar, tapi
tidak dengan cara seperti iriT Ia mencoba mencerna situasinya Apa maksud
Anda"" ujarnya seperti orang bodoh.
Maksudku kau dipecat," ujar Berrington. la mengusap alisnya dengan ujung
jari telunjuk kanannya, suatu tanda bahwa ia merasa puas dengan dirinya.
Jeannie merasa seakan baru saja ditinju seseorang. Mana mungkin aku dipecat,
ujarnya pada dirinya. Aku baru beberapa minggu di sini. Segalanya berjalan
dengan begitu baik. Aku mengira mereka semua suka padaku, kecuali Sophie
Chappie. Mana mungkin ini hisa terjadi begitu saja"
Ia mencoba menguasai diri. Anda tidak bisa memecatku," ujarnya.
Kami baru saja melakukan itu."
Tidak." Begitu berhasil mengatasi guncangan itu, ia mulai merasa marah dan
sengit. Anda tidak berfungsi sebagai kepala suatu suku yang masih primitif di
sini. Tentunya ada suatu prosedur yang harus dipatuhi." Pihak universitas
biasanya tidak dapat memecat seseorang tanpa
353 melalui semacam sidang pemeriksaan. Itu disebutkan di dalam kontraknya,
meskipun ia belum pernah mengecek detail-detailnya. Tiba-tiba itu menjadi
amat penting baginya. Maurice Obell mensuplainya dengan informasi yang dibutuhkannya. Akan ada
suatu sidang pemeriksaan di hadapan komite penerapan disiplin senat
universitas, tentu saja," ujarnya. Biasanya dibutuhkan tenggang waktu empat
minggu untuk itu; tapi mengingat publisitas yang tidak menguntungkan
sehubungan dengan kasus ini, aku, sebagai pimpinan universitas, sudah
mengajukan agar prosedur ini dipercepat, sehingga sidang pemeriksaan itu
dapat diadakan besok pagi."
Jeannie betul-betul tercengang menanggapi betapa cepatnya mereka
bertindak. Komite penerapan disiplin" Prosedur yang dipercepat" Besok pagi" Ini
bukan suatu forum diskusi, melainkan suatu proses penahanan. Sudah setengah
terbayang olehnya Obell menyebutkan hak-haknya.
Ternyata ia memang melakukan sesuatu semacam itu. Ia menyodorkan sebuah
map ke arah Jeannie. Di dalam ini kau akan me
nemukan peraturan-peraturan
prosedur komite itu. Kau boleh minta diwakili oleh seorang pengacara atau
pembela hukum lainnya, dengan syarat kau memberitahu pihak pimpinan
komite sebelumnya." Jeannie akhirnya berhasil menemukan pertanyaan yang masuk akal. Siapa
pimpinan komitenya"" Jack Budgen," sahut Obell.
Berrington mengangkat wajahnya. Apa itu sudah pasti""
Pemilihannya biasanya diadakan setahun sekali," ujar Obell. Jack sudah
duduk di situ sejak awal semester ini."
Aku tidak tahu mengenai itu." Berrington sepertinya tidak suka, dan Jeannie
tahu alasannya. Jack Budgen
354 adalah partner tenis Jeannie. Itu suatu fakta yang membesarkan hati: Jack
tentunya akan adil padanya. Situasinya tidak sebegitu gawatnya. Ia akan punya
ke-* sempatan untuk membela diri, dan metode risetnya, di muka sekelompok
akademikus. Akan ada diskusi serius. bukan cuma asal tuding ala New York
Times. Dan ia sudah memiliki data-data hasil scanning FBI-nya. Ia mulai melihat cara
untuk membela diri. Ia akan menyodorkan data-data FBI-nya pada komite itu.
Siapa tahu akan ada satu-dua pasangan di situ yang tidak tahu bahwa mereka
sebetulnya kembar. Itu akan amat mengesankan. Kemudian ia dapat
memberikan penjelasan mengenai tindakan-tindakan pengamanan yang
dilakukannya untuk melindungi hak keleluasaan pribadi orang-orang ini.
Kukira sementara ini cukup," ujar Maurice Obell.
Jeannie sudah dipersilakan keluar, la berdiri. Sayang sekali akhirnya harus
begini," ujarnya. Dengan cepat Berrington berkata, Kau yang mengarahkannya ke sini."
Sikapnya betul-betul seperti seorang bocah yang mau menang sendiri. Jeannie
merasa enggan meladeni omongannya yang tidak berujung pangkal itu. Ia cuma
melayangkan pandangan menyesal ke arah Berrington, lalu meninggalkan
ruangan itu Saat melintasi kawasan kampus, ia menyadari dengan hati sebal bahwa ia
betul-betul tidak berhasil memenuhi targetnya sendiri. Semula ia ingin
mengajak mereka bernegosiasi, namun yang ia hadapi ternyata suatu kontes
argumentasi. Rupanya Berrington dan Obell sudah mengambil keputusan
sebelum ia melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Kehadirannya cuma sebagai
formalitas. Ia kembali ke r*Jnt House. Saat hampir sampai di ruang kerjanya, ia melihat
para petugas kebersihan telah meninggalkan sebuah, kantong plastik besar
hitam, persis di muka pintunya. Ia akan memanggil mereka. Tapi
355 saat ia mencoba membuka pintu ruang kerjanya, sepertinya ada masalah. Ia
menggesek kartunya melalui alat penelusur kartu sampai beberapa kali, namun
pintu itu tetap tertutup. Sewaktu akan melangkah* ke meja piket untuk
memanggil bagian pengelolaan gedung, suatu ide yang kurang menyenangkan
melintas di kepalanya. la membuka kantong plastik hitam itu. Isinya ternyata bukan. sampah kertas
dan cangkir-cangkir dari bahan styrofoam. Yang pertama tampak adalah tas
kerja kanvas Land s End-nya. Juga kotak Kleenex dari dalam lacinya, sebuah
buku saku A Thousand Acres karya Jane Smiley, dua buah foto dalam bingkai,
dan sikat rambutnya. Rupanya mereka telah mengeluarkan isi meja tulisnya dan dengan sengaja
mengunci kamar kerjanya. Ia merasa sangat terpukul. Ini lebih menyakitkan daripada apa yang baru saja
dialaminya di kantor Maurice Obell. Tadi itu cuma kata-kata, sedangkan yang
ini membuatnya merasa seakan suatu bagian yang amat berarti dalam hidupnya
diamputasi dengan begitu saja. Ini kan kamar kerjaku, ujarnya pada dirinya;
kok bisa-bisanya mereka melakukan ini terhadapku" Sial," umpatnya.
Ini pasti dilakukan oleh orang-orang sekuriti saat ia sedang berada di mang
kerja Obell. Tentu saja mereka tidak memberitahukan apa-apa padanya
terlebih dahulu; itu akan memberikan peluang baginya untuk segera
mengamankan apa yang betul-betul ia butuhkan. Sekali lagi ia dikejutkan oleh
kelihaian mereka. Ini benar-benar suatu pengamputasian Mereka telah merenggut ilmunya,
pekerjaannya. Ia-tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan dirinya, ke mana
ia harus pergi. Selama sebelas tahun ia mengabdikan dirinya untuk ilmu
pengetahuan sefcagai seorang mahasiswa junior, mahasiswa, mahasiswa
senior, pasca sarjana, dan seorang asisten profes
or. Kini, secara tiba-tiba, ia
bukan apa-apa lagi. 356 Sementara semangatnya terus melorot sampai ke tahap putus asa, tiba-tiba ia
teringat disketnya yang berisi data-data dari FBI Ia mengaduk-aduk isi kantong
plastik itu, namun tidak menemukan sebuah disket pun. Data-data itu, bagian
paling vital untuk membela dirinya, terkunci di dalam kamar itu.


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia menggedor pintunya dengan tinjunya. Seorang mahasiswa yang kebetulan
lewat, yang mengikuti kuliah statistiknya, menatapnya dengan tercengang, lalu
bertanya, Bisa kubantu, Profesor""
Jeannie ingat nama anak muda itu. Hai, Ben. Bagaimana kalau kaudobrak
pintu sial ini sampai roboh""
Ben mengalihkan perhatiannya ke arah pintu dengan tampang bingung.
Aku cuma main-main," ujar Jeannie. Aku tidak apa-apa. trims."
Ben angkat bahu. lalu melanjutkan langkahnya.
Percuma berdiri di situ sambil menerawang! pintu yang terkunci itu Ia
memungut kantong plastik hitam itu lalu melangkah ke dalam laboratorium.
Lisa sedang berada di belakang mejanya, memasukkan data-data ke dalam
komputer. Aku dipecat," ujar Jeannie.
Lisa menoleh ke arahnya. Apa""
Mereka mengunci ruang kerjaku dan memasukkan semua barangku ke dalam
kantong sampah sial ini."
Aku-nggak percaya!" Jeannie mengeluarkan tas kerjanya dari dalam kantong hitam itu. lalu
mengambil New York Times dari dalamnya. Gara-gara ini."
Lisa membaca dua alinea pertama, lalu berkata, Tapi ini kan omong kosong."
Jeannie mengempaskan tubuhnya ke kursi. Aku tahu. Tapi kenapa Berrington
harus berpura-pura menanggapinya dengan begitu serius"**
Menurutmu dia berpura-pura""
Aku yakin dia berpura-pura. Dia terlalu lihai untuk
357 membiarkan dirinya digoyahkan oleh hal begini. Pasti ada suatu acara lain di
agendanya Jeannie mengetuk-ngetukkan tumitnya di lantai, tidak berdaya
mengatasi frustrasinya. Rupanya dia siap melakukan apa pun, mengorbankan
apa pun & pasti ada sesuatu yang besar yang dia pertaruhkan." Mungkin
jawahannya akan ia temukan dalam catatan medis Aventine Clinic di
Philadelphia, la mengecek arlojinya. Ia harus berada di sana pada pukul dua
siang; ia harus segera berangkat.
Lisa masih belum dapat mencerna apa yang baru didengarnya. Mereka kan
nggak bisa memecatmu begitu saja," ujarnya dalam nada emosi.
Akan ada sidang penerapan disiplin besok."
Wah, mereka serius sekali rupanya."
Memang begitu." Apa ada yang dapat kulakukan"**
Sebetulnya ada, tapi Jeannie merasa rikuh untuk memintanya. Ia menatap Lisa.
Lisa mengenakan baju berleher tinggi dengan sebuah baju hangat yang agak
longgar di atasnya, meskipun udara panas sekali; ia sedang berusaha menutupi
tubuhnya, suatu reaksi dari peristiwa pemerkosaan itu, tentunya. Ia masih
banyak diam, sebagaimana layaknya orang yang baru kehilangan sesuatu yang
amat berharga. Apakah persahabatan mereka juga serapuh persahabatannya dengan Ghita"
Jeannie merasa takut untuk mendengar jawabannya. Andai kata Lisa ternyata
tega untuk mengecewakannya, siapakah nanti temannya yang tinggal" Namun ia
toh harus menjajakinya, meskipun waktunya sepertinya kurang tepat. Kau bisa
mengupayakan sesuatu untuk masuk ke dalam ruang kerjaku," ujarnya dalam
nada ragu. Data-data yang kuperoleh dari FBI ada di dalam sana."
Lisa tidak langsung menjawab. Apa mereka mengubah kuncimu""
Malah lebih sederhana daripada itu. Mereka cuma
358 mengubah kodenya secara elektronis, sehingga kartumu tidak berfungsi lagi.
Aku berani taruhan bahwa dalam waktu beberapa jam nanti, aku tidak bakal
bisa masuk ke dalam gedung ini lagi.*
Aku nggak ngerti, kok semuanya begitu mendadak."
Jeannie merasa enggan untuk memaksa Lisa. Ia mencoba memutar otak untuk
memperoleh pemecahannya. Mungkin aku mesti coba sendiri. Mungkin ada
petugas kebersihan yang bisa menolongku, tapi kukira kuncinya juga tidak akan
bereaksi dengan kartu mereka. Kalau aku tidak memakai kamar itu. tentunya
tidak ada yang perlu dibersihkan lagi. Tapi para petugas sekuriti pasti bisa
masuk." Mereka tidak akan mau membantumu. Mereka akan tahu bahwa kamarmu
memang dengan sengaja dikunci.**
Kau benar," ujar Jeannie. Tapi mereka akan mengizinkan kau masuk. Kau
bi sa bilang pada mereka bahwa kau membutuhkan sesuatu dari kamarku."
Lisa tampak menimbang-nimbang.
Aku nggak suka sebetulnya meminta ini darimu," ujar Jeannie.
Kemudian ekspresi wajah Lisa berubah. Ya," ujarnya akhirnya. Tentu saja
aku akan mencobanya."
Jeannie merasa seakan tenggorokannya tersumbat. Trims," ujarnya. Ia
menggigit bibirnya. Kau benar-benar seorang teman." Ia mengulurkan
lengannya untuk meremas tangan Lisa.
Lisa merasa rikuh menanggapi emosi Jeannie. Di mana persisnya di ruang
kerjamu kausimpan daftar dari FBI itu"" tanyanya dalam nada praktis.
Di dalam sebuah disket floppy berlabel SHOPPING.LST, di dalam sebuah dus-disket di laci meja tulisku."
Oke." Lisa mengerutkan alisnya. Aku tidak mengerti kenapa mereka bersikap
begitu memusuhimu." Semuanya berawal dengan kemunculan Steve Lo
359 gan," ujar Jeannie. Sejak Berrington bertemu dengannya di sini, langsung
timbul masalah. Tapi kukira aku mulai mengerti alasannya." Ia berdiri.
Apa yang akan kaulakukan sekarang"" tanya Lisa.
Aku mau pergi ke Philadelphia dulu."
360 BAB 32 Berrington menatap ke luar jendela kamar kerjanya. Tidak ada yang
menggunakan lapangan tenis itu pagi ini. Ia membayangkan Jeannie sedang
bermain di situ. Ia mulai memperhatikan kehadirannya di sana pada hari
pertama atau kedua semester itu, berlari ke sana kemari melintasi lapangan
dalam rok pendekuya, dengan tungkai-tungkainya yang kecokelatan dan
sepatunya yang putih bersih. Ia jatuh hati padanya sejak itu. Berrington
mengerutkan kening. Ia mempertanyakan pada dirinya, kenapa ia begitu
terkesan oleh penampilan Jeannie yang atletis. Menyaksikan kaum wanita
berolahraga bukanlah sesuatu yang amat menarik baginya. Ia tidak pernah
menonton American Gladiator, seperti Profesor Gormley dari departemen
Egyptologi, yang merekam setiap tayangan di pita video untuk diputar kembali,
menurut desas-desus, sampai larut malam di ruang duduk rumahnya. Tapi
begitu Jeannie main tenis, penampilannya menjadi ekstra menarik. Kesannya
seperti menonton seekor singa yang lari dalam sebuah film mengenai kehidupan
bebas: otot-ototnya menegang di bawah permukaan kulitnya rambutnya
berkibar, tubuhnya bergerak, berhenti, membalik, kemudian bergerak lagi
dengan kecepatan menakjubkan dan luar biasa. Sungguh-sungguh memesona
untuk dilihat. Kini Jeannie merupa
361 kan ancaman bagi segala yang diperjuangkan Berrington seumur hidupnya.
Meskipun demikian, ia toh berharap masih dapat menyaksikan permainannya
satu kali lagi. Ia merasa frustrasi bahwa ia tidak dapat memecat Jeannie begitu saja,
meskipun gajinya sebetulnya dibayar olehnya. Jeannie bekerja untuk Jones
Falls University, dan pihak Genetico sudah menyerahkan uang itu kepada
mereka. Sebuah perguruan tinggi tidak dapat memecat seorang akademikus
seperti sebuah restoran memecat seorang pelayan yang kurang kompeten.
Karena itulah ia terpaksa melewati prosedur yang berbelit-belit ini.
Persetan dengannya," umpatnya, kemudian ia melangkah ke meja tulisnya
kembali. Pembicaraan mereka pagi ini berlangsung cukup lancar, sampai pengungkapan
mengenai Jack Budgen itu. Berrington sudah mempersiapkan Maurice dengan
sebaik-baiknya, dan ia telah mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
menghindari terjadinya persepakatan antara pimpinan universitas itu dengan
Jeannie. Tapi ia betul-betul tidak memperhitungkan bahwa kepala komite
penerapan disiplin itu adalah partner tenis Jeannie. Berrington memang tidak
melakukan pengecekan mengenai hal itu sebelumnya; ia menganggap dapat
mempengaruhi siapa pun yang akan menempati posisLdi dalam komite itu, dan
merasa berkecil hati begitu mengetahui bahwa penyeleksiannya sudah
dilaksanakan. Risikonya adalah bahwa Jack akan memihak Jeannie.
Berrington menggaruk-garuk kepalanya, la tidak pernah bergaul dengan kolega-kolega akademisnya ia lebih suka berada di antara tokoh-tokoh politik dan
media massa yang lebih glamor. Tapi ia tahu sesuatu mengenai latar belakang
Jack Budgen. Jack mengundurkan diri dari ajang tenis profesional sewaktu
berusia tiga puluh tahun, dan kembali ke dunia perguruan tinggi untuk meraih
gelar doktornya. Meng ingat ia sudah terlalu tua untuk memulai karier dalam
bidang ilmu kimia, yang 362 merupakan topik yang ditekuninya, ia akhirnya menjadi seorang administrator,
la mengelola kompleks perpustakaan universitas dan berusaha memenuhi
tuntutan dari departemen-departemen lain; ini membutuhkan pembawaan yang
taktis dan penuh dedikasi, seperti yang dimiliki Jack.
Bagaimana cara untuk menggoyahkan Jack" la bukan seorang laki-laki culas;
malah sebaliknya, sikapnya yang tenang diimbangi oleh semacam kenaifan, la
akan merasa tersinggung kalau Berrington secara blak-blakan berusaha
mendekatinya, atau menawarkan kepadanya semacam uang sogokan. Tapi
mungkin ia dapat dipengaruhi melalui cara yang lebih bijaksana.
Berrington sendiri pernah menerima sogokan satu kali. la masih merasa tidak
enak setiap kali teringat akan peristiwa itu Kejadiannya di awal masa
kariernya, sebelum ia menjadi seorang profesor penuh. Seorang mahasiswi
junior tertangkap basah melakukan kecurangan membayar seorang mahasiswa
lain untuk membuat skripsinya. Namanya Judy Gilmore dan tampangnya
menggemaskan sekali. Mestinya ia dipecat dari universitas itu, tapi seorang
kepala departemen memiliki mandat untuk mengurangi vonis tersebut. Judy
muncul di niang kerja Berringion untuk membicarakan masalah itu". Sambil
menyilangkan kakinya, ia menatap Berrington dengan mata sendu, lalu
mendoyongkan -tubuhnya ke muka, sehingga Berrington dapai melihat sekilas
BH-nya yang terbuat dari bahan renda. Berrington menyatakan simpatinya dan
berjanji akan melakukan sesuatu untuknya. Gilmore mengucurkan air mata,
mengucapkan terima kasih, sesudah itu menjabat tangannya, menciumnya di
bibir, dan akhirnya membuka ritsleting celananya.
Gadis itu tidak menjanjikan apa-apa padanya. Ia tidak menawarkan seks
sebelum Berrington menyatakan janjinya untuk membantu, dan setelah mereka
bercinta di lantai, dengan .tenang ia berpakaian kembali, menyisir
rambutnya, mencium Berrington, lalu pergi. Tapi pada hari berikutnya,
Berrington membujuk kepala departemennya untuk melepas gadis itu dengan
suatu peringatan keras. Ia menerima sogokan itu karena ia bisa mengatakan kepada dirinya bahwa itu
bukan sogokan. Judy meminta bantuannya, ia menyatakan bersedia membantu,
gadis itu terkesan oleh simpatinya, lalu mereka bercinta. Sementara waktu
terus berjalan, ia mulai melihat ini sebagai suatu ide yang sesat. Tawaran seks
itu merupakan hal yang mutlak untuk si gadis, dan pada waktu Berrington
menjanjikan apa yang memang ia harapkan, dengan bijaksana ia menutup
transaksi itu Berrington senang dianggap sebagai orang yang memiliki prinsip
namun ia toh telah melakukan sesuatu yang betul-betul memalukan.
Menyogok seseorang hampir sama tidak etisnya seperti menerima sogokan.
Namun ia toh akan menyogok Jack Budgen kalau bisa. Ide itu membuatnya
menyeringai sinis, tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia benar-benar sudah
terjepit. Ia akan melakukan itu dengan cara Judy dulu dengan memberikan kepada
Jack kesempatan untuk me-nyarukan masalahnya.
Berrington menimbang-nimbang selama beberapa menit lagi, lalu meraih
pesawatnya untuk menelepon Jack.
Trims untuk mengirim copy memomu mengenai perluasan perpustakaan
biofisika itu," ujarnya
Untuk sesaat tidak ada jawaban. Oh, ya. Yang sudah beberapa lama itu tapi
aku senang kau menyempatkan waktu untuk membacanya."
Bisa dikatakan Berrington hampir tak pernah melihat dokumen itu, walaupun
cuma sekilas. Menurutku usulanmu itu masuk akal. Aku menelepon cuma
untuk mengatakan bahwa aku akan mendukungmu begitu surat itu ditampilkan
di muka dewan direksi."
364 Terima kasih. Aku menghargai itu."
Sepertinya aku bisa membujuk pihak Genetico untuk menutupi sebagian
pendanaannya." Jack menanggapi ide itu dengan antusias. Kita bisa menamakan perpustakaan
itu Genetico Biophysics Library."
Bagus. Aku akan membicarakannya dengan mereka." Berrington mencari cara
untuk mengalihkan percakapan itu ke arah Jeannie. Mungkin bisa lewat topik
mengenai tenis. Bagaimana dengan liburan musim panasmu"" tanyanya. Apa
kau sampai ke Wimbledon""
Tidak tahun ini. Aku terlalu sibuk."
Sayang sekali." Dengan hati waswas ia berpura-pura akan mengakhiri
percakapan itu. Aku akan menghubungimu lagi."
Persis sebagaimana yang ia harapkan, Jack memotongnya. Ehm, Berry,
bagaimana menurutmu mengenai desas-desus dalam koran itu" Mengenai
Jeannie"" Berrington berusaha menutupi perasaan leganya, lalu berkata dalam nada
sambil lalu, Oh, itu suatu kehebohan yang tidak berarti."
Aku sudah mencoba meneleponnya, tapi rupanya dia tidak di ruang kerjanya."
Jangan khawatir soal Genetico," ujar Berrington. meskipun Jack sama sekali
tidak menyebut nama perusahaan itu. Mereka masih tetap berkepala dingin
dalam menanggapi masalah itu. Untungnya Maurice Obell langsung bergerak
dan mengambil tindakan tepat."
Maksudmu tentang sidang penerapan disiplin itu""
Kukira itu cuma suatu formalitas. Dia menempatkan pihak universitas dalam
situasi serba salah, menolak untuk tidak melanjutkan kegiatannya, lalu
menghubungi pihak pers. Aku tidak yakin dia bahkan peduli untuk membela
dirinya Aku sudah menyampaikan pada orang orang Genetico bahwa situasinya
sudah berhasil kita atasi. Sejauh ini tidak ada masalah antara pihak universitas-dengan mereka."
365 Itu bagus." Tentu saja andai kata komite memihak Jeannie melawan Maurice, entah
dengan alasan apa, kita akan dapat masalah. Tapi kukira itu tidak mungkin
terjadi, bukan"" Berrington menahan napas.
Kau tahu bahwa aku pimpinan komite itu""
Jack memilih untuk mengalihkan pertanyaan itu. Sial. Ya, dan aku merasa
lega bahwa seseorang yang berkepala dinginlah yang akan menangani prosedur
itu." Berrington menyebutkan nama seorang profesor filsafat berkepala botak.
Andai kata Malcolm Barnet yang duduk di situ, entah apa yang akan terjadi."
Jack tertawa. Orang-orang senat memang tidak sembarangan. Mereka tidak
akan memilih orang seperti Malcolm dia pernah mencoba memakai komite
sebagai sarana untuk mencapai suatu perubahan."
Tapi dengan kau di situ, komite tentunya akan mendukung presiden."
Sekali lagi jawaban Jack kurang menjanjikan. Tidak semua anggota komite
dapat diprediksi." Brengsek, apa kau sengaja melakukan ini untuk menyiksaku" Tapi pihak
pimpinan kan punya pengaruh, setahuku." Berrington menghapus setetes
keringat di keningnya. Untuk sesaat tidak ada jawaban. Berry, rasanya kurang tepat bagiku kalau aku
sudah menentukan sikap mengenai isu itu sebelum &"
Persetan kau! Tapi kukira aku bisa bilang bahwa pihak Genetico tidak usah khawatir tentang
masalah ini." Akhirnya! Trims, Jack. Aku menghargai itu." Tapi ini betul-betul hanya di
antara kita, tentunya." Jelas."
Sampai ketemu besok, kalau begitu." Bye." Berrington menutup pesawatnya.
Wauw, sama sekali tidak mudah!
366 Apakah Jack sungguh-sungguh tidak menyadari bahwa ia baru saja disogok"
Apakah ia mencoba mengelabui dirinya sendiri" Atau ia mengerti tapi berlagak
bodoh"

Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peduli apa, selama ia mempengaruhi komite sebagaimana mestinya.
Tapi tentu saja itu belum merupakan akhir dari masalah ini. Keputusan komite
baru akan sah kalau dihadiri oleh seluruh jajaran senat. Kemungkinan lain
adalah Jeannie memakai seorang pengacara yang hebat, dan mulai menuntut
berbagai kompensasi dari pihak universitas. Kasus ini bisa berlarut-larut sampai
beberapa tahun. Tapi penyidikannya akan terhenti, dan itu yang paling
penting. Namun demikian, keputusan komite belum bisa disebut relevan. Kalau ada yang
meleset besok pagi, Jeannie akan duduk kembali di belakang mejanya besok
siang, sibuk mengotak-atik kesalahan-kesalahan masa lalu pihak Genetico.
Berrington menggigil: amit-amit. Ia meraih sebuah bloknot, lalu menuliskan
nama-nama para anggota komite itu.
Jack Budgen Perpustakaan Tenniel BWdenham Sejarah Budaya Milton Powers
Matematika Mark Trader Antropologi Jane Edelsborough Ilmu Fisika
Biddenham, Powers, dan Trader merupakan tokoh-tokoh yang amat
konvensional, profesor-profesor yang sudah punya nama dan lama memiliki
ikatan dengan Jones Falls, berikut prestise dan kesuksesannya. Berrington yakin
mereka bisa diandalkan akan mendukung pimpinan universitas. Yang bisa
menjadi batu sandungan adalah seorang wanita. Jane Edelsborough.
Berrington akan menan ganinya sesudah ini. 367 BAB 33 Dalam perjalanan menuju Philadelphia di 1-95, Jeannie kembali memikirkan
Steve Logan. Ia telah memberikan kecupan selamat malam pada Steve tadi
malam, di pelataran parkir untuk tamu kampus Jones Falls. Ia menyesal
momentum itu hanya berlangsung sekilas. Bibir anak muda itu terasa penuh dan
kering, permukaan kulitnya hangat. Jeannie ingin melakukan itu sekali lagi.
Kenapa ia merasa begitu sangsi menghadapi Steve" Apakah karena usianya" Apa
sebetulnya yang begitu hebat mengenai laki-laki yang lebih tua" Will Temple,
yang berusia tiga puluh sembilan, telah mencampakkan dirinya hanya demi
seorang pewaris berkepala kosong. Apa arti kematangan usia"
Ia menekan tombol Seek radionya, untuk mencari pemancar yang lumayan, dan
memperoleh alunan Nirvana yang memainkan Come as You Are. Setiap kali
mempertimbangkan untuk mengencani seorang laki-laki yang sebaya
dengannya, atau yang lebih muda, ia merasa agak ngeri, seperti apa yang ia
rasakan saat mendengarkan sebuah lagu Nirvana. Laki-laki yang lebih tua
biasanya lebih matang, dan tahu apa yang harus mereka lakukan.
Apakah ini betul-betul aku" ujarnya pada dirinya.
368 Jeannie Ferrami, wanita yang selalu melakukan apa yang ingin ia lakukan, dan
biasanya mengatakan peduli apa kepada dunia" Apakah aku membutuhkan
kemapanan" Ah! Tapi nyatanya toh begitu, sesungguhnya. Mungkin itu karena ayahnya. Setelah
ayahnya, ia tidak pernah ingin berurusan lagi dengan laki-laki yang tidak
bertanggung jawab dalam hidupnya. Di pihak lain, ayahnya merupakan bukti
hidup bahwa laki-laki yang lebih tua bisa sama tidak bertanggungjawabnya
seperti yang lebih muda. Tentunya Daddy sedang tidur di salah sebuah hotel murah, entah di mana di
Baltimore. Setelah bermabuk-mabukan dan berjudi habis-habisan dengan uang
hasil penjualan komputer dan TV-nya yang pasti tidak akan bertahan lama ia
bakal mencuri lagi atau meminta belas kasihan dari anak perempuannya yang
satu lagi, Patty. Jeannie membenci ayahnya karena telah mencuri barangbarangnya. Namun peristiwa itu ternyata memungkinkan dirinya melihat sisi
terbaik dalam diri Steve Logan. Anak muda itu benar-benar seorang pangeran.
Peduli amat, ujarnya pada dirinya; begitu ketemu Steve Logan, aku akan
menciumnya lagi, dan kali ini aku akan melakukannya dengan baik.
Jeannie menjadi tegang saat mengemudikan Mercedes-nya menembus pusat
keramaian Philadelphia. Ini bisa merupakan suatu terobosan besar. Ada
kemungkinan ia akan menemukan pemecahan teka-teki yang menyangkut
pertalian antara Steve dan Dennis.
Aventine Clinic terletak di University City, sebelah barat Shuylkill River, suatu
kompleks bangunan perguruan tinggi dan apartemen mahasiswa. Kliniknya
sendiri merupakan bangunan bertingkat tahun lima puluhan yang
menyenangkan, yang dikelilingi pepohonan. Jeannie parkir di sebuah meteran
di tepi jalan, lalu masuk ke dalam.
369 Empat orang sedang berada di ruang tunggu: sepasang anak muda, yang wanita
tampak tegang, sedangkan yang laki-laki senewen, serta dua wanita yang kira-kira seumur Jeannie. Semua duduk di sebuah pojok bersofa rendah, membalik-balik majalah. Seorang penerima tamu yang lincah mempersilakan Jeannie
mengambil tempat duduk. Ia memungut sehelai brosur mengilap mengenai
Genetico, Inc. Ia membiarkannya terbuka di pangkuannya, tanpa membaca
isinya, lalu menerawangi karya seni abstrak yang tidak jelas tapi berkesan
menenangkan pada dinding ruang lobi itu, sambil dengan sabar meng entak-entakkan kaki di lantai berkarpet.
Ia tidak menyukai suasana rumah sakit Baru sekali ia mengalami perawatan
sebagai pasien. Pada usia dua puluh tiga tahun, saat menjalani suatu proses
aborsi. Ayah si jabang bayi adalah seorang sutradara film yang berbakat.
Jeannie berhenti meminum pil KB-nya gara-gara mereka berpisah, tapi laki-laki
itu kembali lagi setelah beberapa hari, hubungan mereka kembali mesra, lalu
mereka bercinta tanpa melakukan pencegahan, dan ia menjadi hamil. Proses
aborsi itu berlangsung tanpa komplikasi, namun sesudahnya Jeannie menangis
selama berhari-hari. Rasa cintanya kepada si sutradara film meluntur,
meskipun laki-laki itu terus berusaha rhendam-pinginya.
Si sutradara baru saja menyelesaikan film Hollywood-nya yang pertama, sebuah
film action. Jeannie pergi sendirian untuk menontonnya di Charles Cinema,
Baltimore. Satu-satunya sentuhan manusiawi dalam kisah tembak-tembakan
memakai senjata otomatis itu adalah saat pacar si tokoh mengalami depresi
setelah melakukan aborsi dan memutuskan hubungannya dengan si tokoh. Laki-laki itu, seorang detektif polisi, menjadi amat terguncang, kemudian patah
hati. Jeannie menangis ketika itu.
Kenangan itu masih terasa menyakitkan. Jeannie berdiri, kemudian mulai
mondar-mandir di ruangan itu.
370 Satu menit sesudah itu, seorang laki-laki muncul dari bagian belakang lobi dan
berseru, Dr. Ferrami!" Tampangnya seperti berusaha untuk bersikap antusias.
Usianya sekitar lima puluhan, dengan kepala nyaris botak dan sisa rambut
berwarna jahe, seperti biarawan. Halo, halo, menyenangkan sekali bertemu
dengan Anda." ujarnya dalam nada diramah ramahkan
Jeannie menerima uluran tangannya. Aku sudah berbicara dengan Mr.
Ringwood tadi malam."
Ya, ya! Aku koleganya, namaku Dick Minsky. Apa kabar"" Dick mempunyai
pembawaan senewen yang membuatnya mengedipkan mata setiap beberapa
detik sekali. Jeannie merasa kasihan padanya.
Ia menggiring Jeannie menaiki sebuah tangga. Untuk apa Anda membutuhkan
informasi dari kami, kalau aku boleh tahu""
Untuk memecahkan suatu misteri medis." jawab Jeannie. Ada dua wanita
yang putra-putranya ternyata mempunyai ciri-ciri persis sama. namun mereka
tidak memiliki pertalian keluarga. Sam satunya koneksi yang berhasil
kuungkapkan sejauh ini adalah kedua wanita, ini pernah menjalani perawatan
di sini, sebelum mereka hamil."
Begitu"" sahut Minsky, seakan sambil lalu. Jeannie agak tertegun; menurut
perhitungannya, laki-laki itu akan tergugah.
Mereka memasuki sebuah ruangan pojok. Semua data yang kami miliki dapat
diakses melalui komputer, dengan kode yang tepat." ujarnya. Ia duduk di
belakang sebuah layar. Oke, nama pasien-pasien yang akan kita lacak
adalah &"" Charlotte Pinker dan Lorraine Logan."
Ini tidak akan butuh waktu lama." Ia mulai memasukkan nama-nama itu.
Jeannie berusaha mengendalikan diri. Selalu ada kemungkinan mereka tidak
akan menemukan apa-apa Ia
371 melayangkan pandang ke sekelilingnya. Tempat itu sedikit terlalu mewah
sebagai ruang kerja seorang petugas arsip. Dick tentunya lebih daripada
seorang kolega" Mr. Ringwood, pikir Jeannie. Apa peran Anda di klinik ini,
Dick"" tanyanya.
Aku general manager di sini."
Jeannie mengangkat alisnya, tapi laki-laki itu tidak mengalihkan mata dari
keyboard-nya. Kenapa ia harus dilayani oleh tokoh yang begitu tinggi
kedudukannya" tanyanya pada dirinya. Suatu perasaan tak enak mulai merayapi
hatinya. Dick mengerutkan alis. Aneh sekali. Komputer kami tidak menyimpan data
untuk kedua nama itu."
Jeannie semakin merasa tidak enak. Mereka mencoba membohongi aku,
pikirnya. Prospek akan mendapatkan pemecahan atas teka-tekinya kembali
menghilang di kejauhan. Suatu perasaan antiklimaks melanda dirinya dan
membuatnya kecil hati. Dick memiringkan layar sedemikian rupa, sehingga Jeannie dapat melihat apa
yang tertera di atasnya. Apa nama-namanya sudah kueja dengan benar""
Ya." Kapan kira-kira mereka mengunjungi klinik ini"" Sekitar dua puluh tiga tahun
yang lalu." Dick menatapnya. Wah," ujarnya sambil mengejapkan mata. Kalau begitu
aku khawatir kau cuma buang-buang waktu kemari."
Kenapa"" Kami tidak menyimpan lagi data-data dari masa sejauh itu Ini memang
strategi penanganan dokumen yayasan kami."
Jeannie menyipitkan matanya. Kalian membuang arsip-arsip lama""
Kami memusnahkannya, ya, setelah dua puluh tahun, kecuali tentu saja si
pasien mendapatkan perawatan lagi di sini, data-datanya akan ditransfer ke
komputer." 372 Betul-betul mengecewakan, dan membuang waktu yang sebetulnya ia butuhkan
untuk menyiapkan diri menghaffiipi sidang pemeriksaan itu besok. Dalam nada
getir ia berkata, Aneh bahwa Mr. Ringwood tidak mengungkapkan itu
kepadaku saat aku berbicara dengannya tadi malam."
Seharusnya dia memberitahu Anda. Mungkin Anda tid
ak menyebutkan apa-apa soal tahun." Aku yakin telah mengatakan padanya bahwa kedua wanita itu menjalani
perawatan di sini sekitar dua puluh tiga tahun yang lalu." Jeannie masih ingat
bahwa ia menambahkan setahun di atas usia Steve untuk menentu kan
periodenya. Kalau begitu, memang aneh."
Entah mengapa Jeannie tidak terlalu heran mendapati situasinya akan begini.
Dick Minsky, dengan sikapnya yang ekstra ramah dan kedipan senewennya,
benar-benar menggambarkan sosok karikatur seorang laki-laki yang memendam
rasa bersalah. Dick mengembalikan posisi layarnya. Dalam nada seakan-akan menyesal ia
berkata, Aku khawatir tidak ada lagi yang dapat kulakukan untuk Anda."
Bagaimana kalau kita temui Mr. Ringwood untuk menanyakan kepadanya,
kenapa dia tidak mengungkapkan kepadaku mengenai data-data yang sudah
dimusnahkan itu""
Aku khawatir Peter tidak masuk hari ini." Wah, kebetulan sekali."
Dick mencoba tampak tersinggung, tapi hasilnya justru sebaliknya. Kuharap
Anda tidak menganggap bahwa kami berusaha menyembunyikan sesuatu dari
Anda." Kenapa aku akan berpikir begitu"" Entahlah." Ia berdiri. Tapi sekarang, aku
khawatir, waktuku sudah habis."
Jeannie berdiri dan mengikutinya melangkah ke pintu.
373 Dick mengantarnya turun ke lobi. Selamat siang untuk Anda," ujarnya dalam
nada kaku Selamat siang," sahut Jeannie.
Di luar pintu itu, Jeannie berdiri sambil menimbang-nimbang. Sesuatu di dalam
dirinya memaksanya untuk tidak menyerah. Ia merasa terdorong untuk
melakukan sesuatu, untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak
bisa memanipulasi dirinya begitu saja. Ia memutuskan untuk sedikit menyusup
ke sana kemari. Pelataran parkir itu penuh dengan kendaraan para dokter, mobil-mobil Cadjlac,
dan BMW model terakhir. Jeannie menelusuri samping gedung itu. Seorang laki-laki kulit hitam berjenggot putih sedang menyapu sampah. Tidak ada yang aneh
atau menarik di sini. Ia sampai pada sebuah tembok penghalang, lalu
melangkah kembali. Melalui pintu kaca muka bangunan itu, ia melihat Dick Minsky masih berdiri di
lobi, berbincang-bincang dengan si penerima tamu yang lincah. Laki-laki itu
menoleh saat Jeannie lewat.
Jeannie mengitari gedung itu melalui sisi lain. la sampai di sebuah tempat
pembuangan sampah. Tiga orang laki-laki yang mengenakan sarung tangan
karet tebal tampak sibuk memindahkan sampah yang ada ke atas sebuah truk.
Ini memang konyol, ujar Jeannie pada dirinya. Lagaknya seperti seorang
detektif dalam sebuah film misteri yang menegangkan. Saat akan membalikkan
tubuh, tiba-tiba terpintas sesuatu di kepalanya. Mereka mengangkat sampah
dalam kantong-kantong plastik cokelat yang besar itu dengan sangat santai,
seakan tidak berat sama sekali. Apa yang akan dibuang sebuah klinik dengan
massa yang besar tapi toh ringan"
Serpihan-serpihan kertas"
Ia mendengar suara Dick Minsky. Nadanya cemas. ^"Silakan meninggalkan
tempat ini, Dr. Ferrami."
la menoleh. Laki-laki itu muncul dari balik pojok
374 gedung, ditemani seseorang dalam seragam polisi yang biasanya dipakai oleh
para petugas sekuriti. Buru-buru ia menghampiri tumpukan kantong plastik itu.
Dick Minsky berteriak, Hei!"
Para tukang sampah itu menoleh ke arahnya, namun Jeannie tidak
memedulikan mereka. Ia merobek sebuah kantong, merogoh ke dalamnya, lalu
mengeluarkan segenggam isinya.
Ia menggenggam serpihan-serpihan kertas karton tipis berwarna kecokelatan.
Setelah mengamatinya dengan lebih cermat, ia dapat melihat bahwa ada
tulisan-tulisan di atasnya, ada yang dengan pena dan ada yang diketik. Rupanya
seperti dokumen-dokumen rumah sakit yang dimusnahkan.
Hanya satu alasan mengapa ada banyak kantong plastik di situ hari ini.
Data-data itu baru saja dimusnahkan pagi tadi cuma beberapa jam setelah ia
menelepon mereka. Kini tidak ada yang perlu diragukan lagi.
Jeannie berdiri di hadapan Dick Minsky dengan tangan di pinggang. Laki-laki itu
telah berbohong padanya, dan karena itulah sikapnya begitu senewen.
Rupanya ada yang Anda coba rahasiakan di sini, bukan"" serunya. Sesuatu
yang Anda coba sembunyikan dengan memusnahkan dokumen-dokumen ini."
Tampang Dick benar-benar ketakut
an. Tentu saja tidak," ujarnya. Dan,
omong-omong, tuduhan itu betul-betul menyakitkan."
Tentu saja," sahut Jeannie. Amarah melanda dirinya, la menuding dengan
gulungan brosur Genetico-nya. Penyidikan ini amat berarti bagiku, dan
sebaiknya Anda percaya bahwa siapa pun yang membohongi aku mengenai hal
ini akan mendapat masalah."
Silakan pergi," ujar Dick.
Si petugas sekuriti mencengkeram siku kirinya.
375 Aku akan pergi," ujar Jeannie Aku tidak perlu digiring."
Petugas itu tidak melepaskan cengkeramannya. Lewat sini," ujarnya.
Laki-laki itu sudah setengah baya, dengan rambut berwarna keabuan dan perut
buncit. Dalam situasi ini, Jeannie tidak berniat membiarkan dirinya
diperlakukan seenaknya. Dengan tangan kanannya ia mencengkeram lengan
yang dipakai laki-laki itu untuk mencengkeramnya. Otot-otot lengan atasnya
ternyata lunak. Lepaskan," ujar Jeannie sambil meremas. Tangannya kuat dan
cengkeramannya lebih kuat daripada kebanyakan laki-laki. Si petugas sekuriti
menooba untuk tetap mencengkeram siku Jeannie, namun rasa sakit di
lengannya sendiri ternyata tidak tertahankan olehnya, sehingga ia terpaksa
melepaskaunya. Terima kasih," ujar Jeannie.
Ia melangkah pergi. Ia merasa lebih enak. Ternyata memang ada yang belum tersingkap di klinik ini.


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Usaha mereka untuk menghalangi dirinya merupakan konfirmasi bahwa memang
ada yang patut mereka sembunyikan. Pemecahan misteri itu ada hubungannya
dengan tempat ini. Tapi di mana posisinya sekarang"
Jeannie melangkah ke mobilnya, tapi tidak langsung masuk. Waktu
menunjukkan pukul dua lewat tiga puluh, dan ia belum makan siang. Ia masih
terlalu resah untuk makan banyak, tapi ia toh membutuhkan secangkir kopi. Di
seberang jalan, persis di sebelah sebuah aula, ada sebuah kafe. Kelihatannya
murah dan bersih. Ia menyeberang, kemudian masuk ke dalam.
Ancaman yang dilontarkannya kepada Dick Minsky sebetulnya kosong; tidak ada
yang dapat ia lakukan untuk menggoyahkan kedudukan Minsky. Tidak ada yang
ia capai dengan marah-marah padanya. Malah ia telah melakukan kecerobohan,
dengan menyatakan ia tahu bahwa dirinya sedang dibohongi. Kini mereka akan
bersikap lebih waspada. 376 Suasana di dalam kafe itu sepi, hanya ada beberapa mahasiswa sedang
menghabiskan santapan siang mereka. Ia memesan kopi dan sepiring salad.
Sambil menunggu, ia membuka brosur yang diambilnya dari lobi klinik. Ia mulai
membaca: Aventine Clinic didirikan pada tahun 1972 oleh Genetico, Inc., sebagai pusat
penelitian dan pengembangan pembuahan in vitro manusia yang pertama, yang
oleh surat kabar dinamakan bayi tabung".
Lalu tiba-tiba segalanya menjadi jelas.
Salam btiat dimhad paiigcu, sulni bbsc, kaiig zusi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syanqy arr dengan haiiaoki.wordpress.com nya, grafity. dan semua
dimhader Dilarang meiig komersil kanataii kesialan menimpa anda.
377 BAB 34 Jane Edelsborough-sudah menjadi janda di usia lima puluhan. Sebagai wanita
yang tegar tapi tidak rapi, biasanya ia mengenakan pakaian-pakaian etnik yang
longgar dan sepatu sandal. Sebetulnya ia seorang intelek, tapi tak seorang pun
akan menduga hal itu jika melihat tampangnya. Berrington menilai ia
eksentrik. Kalau kau memang brilian, menurutnya, buat apa menyamar sebagai
orang tolol dengan berpakaian ngawur seperti itu" Nyatanya universitas-universitas selalu penuh dengan orang-orang begini malah dapat dikatakan
bahwa Berrington sendiri terlalu terobsesi dalam memperhatikan
penampilannya. Hari ini Berrington kelihatan ekstra perlente dalam jas linen biru laut, sebuah
vest yang serasi, dan celana panjang bercorak gurat-gurat dari bahan ringan.
Ia mengamati bayangannya di cermin belakang pintu, sebelum meninggalkan
ruang kerjanya untuk menemui Jane.
Ia menuju ruang Student Union. Para dosen jarang makan di sana Berrington
sendiri belum pernah memasuki tempat itu tapi Jane rupanya sedang berada
di sana untuk makan siang, menurut sekretaris departemen Ilmu Fisika.
Bagian lobi bangunan itu penuh dengan anak-anak muda bercelana pendek yang
berbaris untuk mengambil 378 uang di ATM. Ia melangkah ke dalam kafetaria itu, lalu melayangkan pandang
ke s ekelilingnya. Wanita itu sedang duduk di sebuah pojok, membaca sebuah
jumal sambil makan kentang goreng dengan jari-jarinya.
Tempat itu merupakan pusat makanan, seperti yang sering dilihat Berrington di
bandara bandara udara dan pusat perbelanjaan, dengan sebuah kios Pizza Hut,
es krim, Burger King, dan sebuah kafetaria biasa. Berring; ton meraih sebuah
nampan, lalu pergi ke bagian kafetaria. Di dalam sebuah kotak kaca terlihat
beberapa potong roti dan kue yang sama sekali tidak menggugah selera. Ia
menggigil; dalam situasi normal, ia akan mengemudikan mobilnya ke kota lain
daripada makan di sini. Ini agak sulit. Jane bukan jenis wanita yang disukainya, dan itu memperbesar
kemungkinan bahwa Jane akan memihak sisi yang salah dalam sidang
penerapan disiplin itu. Berrington harus berusaha memenangkan simpatinya
dalam waktu teramat pendek. Ia harus mengerahkan seluruh karisma yang
dimilikinya. Ia membeli sepotong kue keju dan secangkir kopi, lalu membawa makanannya
ke meja Jane, la merasa rikuh, namun memaksa diri untuk kelihatan dan
terdengar santai. Jane," tegurnya. Menyenangkan sekali. Boleh aku
menemanimu"" Tentu," sahut Jane dengan ramah, sambil menyisihkan jurnalnya, la
melepaskan kacamatanya, menampakkan sepasang mata berwarna cokelat tua
dengan kerut-kerut simpatik di sudutnya, S tapi penampilannya betul-betul
berantakan: rambutnya yang panjang dan berwarna keabuan diikat dengan
semacam perca yang tidak jelas warnanya, dan ia mengenakan sebuah blus
abu-abu kehijauan yang tidak berbentuk, dengan noda bekas keringat di bagian
ketiaknya. Rasanya aku tidak pernah melihatmu di sini," ujarnya.
Aku memang belum pernah ke sini. Tapi mengingat
379 usia kita, sebaiknya jangan terbawa oleh hal-hal yang sifatnya terlalu rutin ya,
kan"" Aku jauh lebih muda daripadamu," ujar Jane dengan santai. Meskipun kukira
tak seorang pun akan menyangka itu."
Ah, masa"" Berrington menggigit kue kejunya. La-, pisan dasarnya sekeras
kertas karton dan isinya seperti shaving-cream rasa lemon. Ia menelannya
dengan susah payah. Bagaimana pendapatmu tentang usulan Jack Budgen
mengenai sebuah perpustakaan biofisika""
Karena itukah kau menemui aku""
Aku kemari bukan untuk menemuimu, aku datang untuk mencoba
makanannya, dan sekarang aku menyesal. Rasanya benar-benar tidak keruan.
Bisa-bisanya kau makan di sini."
Jane mencelupkan sendoknya ke dalam hidangan penutup. Aku tidak
memperhatikan apa yang kumakan. Berry. Aku sedang memikirkan akselerator
partikelku. Ceritakan padaku mengenai perpustakaan baru itu."
Berrington pernah seperti Jane, terobsesi oleh pekerjaannya, dulu sekali. Tapi
ia tidak pernah membiarkan dirinya tampil seperti gelandangan, meskipun
sebagai seorang ilmuwan muda ia betul-betul hanya hidup demi penyingkapan
penemuan-penemuan baru. Namun demikian, kehidupannya akhirnya
membuatnya menempuh jalur yang berbeda. Buku-bukunya hanya
mempopulerkan hasil kerja orang-orang lain; sudah lima belas atau dua puluh
tahun lamanya ia tidak menulis hasil karyanya sendiri. Untuk sesaat ia
mempertanyakan, apakah ia akan lebih bahagia andai kata ia memilih jalan
lain. Jane yang slebor, yang melahap makanan murah sambil mengotak-atik
masalah-masalah ilmu fisika nuklir, memiliki pembawaan tenang dan puas yang
tidak pernah dikenal Berrington.
Dan sepertinya ia belum juga berhasil memenangkan hatinya. Wanita ini terlalu
bijaksana. Mungkin ia harus
380 menyanjung-nyanjung keintelekannya. Menurutku mestinya kau memperoleh
masukan lebih banyak. Kau kan ahli ilmu fisika paling senior di kampus, salah
satu ilmuwan paling terkemuka yang dimiliki JFU seharusnya kau dilibatkan
dalam proyek perpustakaan ini."
Apa masih akan terjadi""
Kukira Genetico akan mendanainya."
Yah, itu berita bagus. Lalu apa manfaatnya untuk mur
Tiga puluh tahun yang lalu, aku membuat nama, saat aku mulai
mempertanyakan karakteristik manusia mana yang diturunkan dan mana yang
dipelajari. Karena hasil kerjaku, dan hasil kerja mereka yang menekuni bidang
yang sama seperti aku, kita kini tahu bahwa segi pewarisan genetika seorang
manusia lebih relevan daripada cara dia dibesa
rkan serta pengaruh lingkungannya dalam menemukan sifat-sifat psikologisnya secara keseluruhan."
Pengaruh pembawaan, bukan pendidikan."
Tepat. Aku berhasil membuktikan bahwa seorang manusia adalah DNA-nya.
Generasi muda rupanya tertarik akan prosesnya. Apa mekanisme yang membuat
suatu kombinasi kimiawi menjadikan mataku biru, sementara kombinasi lain
menjadikan matamu memiliki nuansa kecokelatan yang lebih dalam dan gelap,
kukira." Berry!" ujar Jane sambil tersenyum. Kalau aku seorang sekretaris berusia
tiga puluh tahun dengan buah dada montok, aku bakal menganggap kau sedang
mencoba mencuri hatiku."
Itu lebih baik, ujar Berrington pada dirinya. Akhirnya wanita ini mulai
melembut. Montok"" ulangnya sambil tertawa. Dengan sengaja ia melirik ke
arah buah dada wanita itu, kemudian kembali ke wajahnya. Menurutku kau
semontok yang kaubayangkan."
Jane tertawa, namun Berrington yakin hatinya senang. Akhirnya ia berhasil
mencapai suatu titik pertemuan. Kemudian Jane berkata Aku mesti pergi
381 Sial. Ia belum berhasil mengendalikan situasinya rupanya. Ia harus cepat-cepat
melakukan sesuatu untuk mendapatkan perhatian Jane. Ia ikut berdiri
bersamanya. Sepertinya akan ada suatu komite untuk menelaah perwujudan
perpustakaan yang baru ini," ujarnya saat mereka melangkah keluar dari
kafetaria itu. Aku ingin mendengar pendapatmu mengenai siapa-siapa yang
pantas untuk duduk di situ/
Wauw, aku harus pikirkan itu dulu. Sekarang aku harus memberi kuliah."
Sial, dia bakal lolos dari cengkeramanku umpat Berrington.
Kemudian Jane berkata, Bagaimana kalau kita bahas Ttu lain kali""
Berrington tidak berniat menyia-nyiakan kesempatan ini. Bagaimana kalau
sambil makan malam""
Jane tampak tertegun. Oke," sahutnya selang beberapa saat.
Malam ini"" Suatu ekspresi tak percaya membayang di wajahnya. Kenapa tidak""
Setidaknya ini suatu peluang baginya. Dengan lega Berrington menjawab, Akan
kujemput kau pukul delapan."
Oke." Jane memberikan alamatnya, yang dicatat Berrington di sebuah bloknot
Jenis makanan apa yang kausukai"" tanyanya. Oh, tidak usah kaujawab, aku
tahu. kau sedang memikirkan akselerator partikelmu ." Mereka sampai di
bawah terik matahari. Berrington meremas lengan Jane dengan ringan.
Sampai nanti malam."
Berry," ujar Jane. Kau tidak menginginkan sesuatu dariku, bukan""
Berrington mengedipkan matanya. Memangnya kau punya apa""
Jane tertawa, lalu pergi.
382 BAB 35 Bayi tabung. Pembuahan in vitro. Di situlah pertaliannya. Jeannie dapat
melihat keseluruhannya sekarang.
Charlotte Pinker dan Lorraine Logan sama-sama pernah menjalani suatu
perawatan kesuburan di Aventine Clinic. Klinik itu ternyata pernah memelopori
proses pembuahan in vitro, di mana sperma yang berasal dari seorang ayah dan
telur dari seorang ibu disatukan di dalam tabung laboratorium, dan
menghasilkan embrio yang kemudian ditanam di dalam kandungan si wanita.
Pasangan kembar identik terjadi pada saat sebuah embrio terbelah menjadi
dua, di dalam kandungan, kemudian tumbuh menjadi dua individu. Itu juga bisa
terjadi di dalam sebuah tabung. Sesudah itu, pasangan kembar dari tabung itu
bisa ditanam dalam kandungan dua wanita yang berbeda. Dengan cara itulah
pasangan kembar identik bisa dilahirkan oleh dua wanita yang tidak memiliki
pertalian keluarga Bingo.
Seorang pelayan datang untuk mengantar salad yang dipesan Jeannie, namun ia
merasa terlalu antusias untuk dapat menikmatinya.
Bayi tabung bukan lagi sekadar teori di awal tahun tujuh puluhan, setahunya.
Tapi Genetico rupanya sudah lebih jauh melangkah ke depan dalam proses riset
mereka 383 Lorraine dan Charlotte sama-sama menyatakan bahwa mereka pernah
menjalani suatu terapi hormon. Sepertinya klinik itu telah membohongi mereka
mengenai perawatan tersebut.
Itu sudah cukup mengenaskan, tapi saat Jeannie mulai merenungkannya secara
lebih mendalam, ia menyadari" sesuatu yang bahkan lebih mengerikan lagi.
Embrio yang membelah itu mungkin anak kandung Lorraine dan Charles, atau
Charlotte -dan si Mayor tapi tak mungkin milik mereka masing-masing. Salah
satu di antara mereka mengandung anak pasangan yan
g lain. Hati Jeannie dipenuhi dengan perasaan tidak keruan saar ia menyadari bahwa
bisa saja mereka sama-sama mengandung bayi dari pasangan yang sama sekali
tidak mereka kenal. Jeannie mempertanyakan, mengapa Genetico melakukan pelecehan dengan
cara yang betul-betul tidak etis ini. Teknik itu belum pernah diterapkan;
mungkin mereka sedang butuh kelinci percobaan. Mungkin mereka pernah
mengajukan permohonan untuk itu dan ditolak. Atau mereka memiliki salah
satu alasan lain yang misterius.
Apa pun motif mereka untuk membohongi wanita-wanita ini, Jeannie kini tahu
mengapa penyidikannya membuai pihak Genetico begitu resah. Membuat
seorang wanita mengandung embrio orang lain, tanpa sepengetahuan si wanita,
betul betul tidak dapat dibenarkan. Sama sekali tidak mengherankan bahwa
mereka menjadi begitu nekad untuk menyembunyikan skandal itu Andai kata
Lorraine Logan sampai mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya,
tuntutannya bisa banyak sekali.
Jeannie menghirup kopinya. Perjalanannya ke Philadelphia ternyata tidak
percuma. Ia memang belum menemukan semua jawaban yang dicarinya, tapi ia
telah berhasil memecahkan bagian utama teka-teki itu. Betul-betul
memuaskan. 384 Saat menengadahkan wajah ia tertegun melihat Steve tiba-tiba muncul di situ.
Jeannie mengejapkan mata, lalu menerawangi anak muda itu. Ia mengenakan
celana panjang k h aki dan kemeja biru, dan saat masuk, ia menutup pintu di
belakangnya dengan tumitnya.
Jeannie tersenyum lebar, kemudian berdiri untuk menyambutnya. Steve!"
serunya dengan antusias. Mengingat akan tekadnya, ia langsung merangkul dan
mengecup bibirnya. Aromanya lain hari ini, tembakaunya lebih sedikit, tapi
lebih banyak rempahan. Anak muda itu merapatkan tubuh dan membalas
ciumannya. Jeannie mendengar suara seorang wanita yang lebih tua
daripadanya berkata, Wauw, aku masih ingat bagaimana rasanya itu," lalu
beberapa orang tertawa. Jeannie melepaskan rangkulannya. Duduklah. Kau mau makan sesuatu" Kita
bisa berhagi salad Apa yang kaulakukan di sini" Aku nggak percaya rasanya.
Tentunya kau menyusul aku. Tidak, tidak, kau tahu nama klinik itu, lalu
memutuskan untuk menemui aku di sini."
Aku cuma lagi ingin ngobrol-ngobrol denganmu." Anak muda itu mengusap
alisnya dengan ujung jari telunjuknya. Gerakannya itu membuat Jeannie
berpikir Siapa yang juga melakukan itu" namun ia menyisihkan pertanyaan
itu dari kepalanya. Kau memang selalu penuh kejutan."
Tiba-tiba sepertinya ia resah. O ya""
Kau selalu muncul tiba-tiba."
Kukira begitu." Jeannie tersenyum. Kau agak aneh hari ini. Ada apa sih""
Begini, kau membuatku merasa nggak keruan," jawabnya. Bagaimana kalau
kita keluar dari sini""
Oke." Jeannie meninggalkan selembar lima dolar di" meja itu, lalu berdiri.
385 Mana mobilmu"" tanya Jeannie setelah mereka berada di luar.
Kita naik mobilmu." Mereka masuk ke dalam mobil Mercedes merah Jeannie. Jeannie memasang
sabuk pengamannya, tapi Steve tidak. Begitu ia meluncur dari situ, Steve
merapatkan duduknya, menyibak rambut Jeannie, dan mulai mengecupi
lehernya. Jeannie menyukai itu, tapi ia merasa rikuh dan berkata, Kukira kita
sudah terlalu tua untuk melakukannya di dalam mobil."
Oke," ujar Steve. Ia menghentikan itu dan mengalihkan perhatiannya ke jalan,
tapi ia membiarkan lengannya tetap di pundak Jeannie. Di Chestnut mereka
melesat ke arah timur. Begitu mereka sampai di jembatan, Steve berkata,
Ambil jalan bebas hambatan ada yang ingin kuperlihatkan kepadamu."
Mengikuti rambu-rambu yang ada, Jeannie mengambil jalur sebelah kanan,
terus ke Shuylkill Avenue, lalu berhenti di sebuah lampu lalu lintas.
Tangan yang bertengger di pundaknya mulai turun ke bawah. Steve mulai


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggerayangi payudaranya. Jeannie menegang sebagai reaksi sentuhannya,
namun pada saat yang bersamaan ia merasa tidak enak. Rasanya seperti diraba
seseorang di sebuah kereta api bawah tanah. Ia berkata, Steve, aku suka
padamu, tapi kurasa tempomu terialu cepat untukku."
Steve tidak menjawab, tapi jari-jarinya sudah meremas payudara Jeannie
keras-keras. Aduh!" jerit Jeannie. Sakit! Ada apa sih denganmu"" Jeannie berusaha
men dorong dengan tangan kanannya. Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau,
dan Jeannie mulai menelusuri jalur, menuju Shuylkill Expressway.
Aku nggak ngerti maumu," protes Steve. Tahu-tahu kau mencium aku seperti
seorang nymphomaniac. laki tiba-tiba kau menjadi dingin."
386 Padahal aku mengira anak muda itu sudah matang! Dengar, aku menciummu
karena ingin menciummu. Itu bukan pertanda bahwa kau boleh berbuat
seenaknya atas diriku. Dan kau tidak pernah boleh menyakiti seorang gadis." Ia
mulai melesat di jalan bebas hambatan itu.
Tapi ada cewek-cewek yang senang kalau disakiti." sahut Steve, sambil
memindahkan tangannya ke lutut Jeannie.
Jeannie berusaha menyisihkan tangan itu. Apa sih sebetulnya yang ingin
kauperlihatkan padaku"" tanyanya untuk mengalihkan perhatian Steve.
Ini," jawab Steve, sambil meraih tangan kanan Jeannie. Sesaat kemudian,
Jeannie merasa tangannya menyentuh alat vital Steve dalam keadaan polos,
tegang, dan panas. Ya Tuhan!" Jeannie menarik tangannya. Gila, salah perhitungan ia rupanya!
Jangan begitu, Steve, hentikan kelakuanmu yang kekanak-kanakan itu!"
Tahu-tahu sesuatu menghantam sisi wajahnya dengan keras.
Ia menjerit dan untuk sesaat kehilangan kendali dirinya. Suara klakson
menggelegar sewaktu mobilnya meliuk ke jalur lain di jalan bebas hambatan
itu, di muka sebuah truk Mack yang besar. Tulang-tulang di wajahnya seperti
retak dan ia merasakan ada darah. Sambil mencoba melupakan rasa sakitnya,
ia berusaha menguasai mobilnya kembali.
la menyadari bahwa Steve baru saja menghajarnya dengan tinjunya.
Tak seorang pun pernah melakukan itu atas dirinya.
Bangsat kau!" jeritnya.
Sebaiknya kauturuti mauku," ujar Steve. Kalau tidak, kuhajar kau habis-habisan." Edan!" umpatnya.
Melalui sudut matanya, ia melihat Steve sudah siap untuk mengayunkan
tinjunya sekali lagi. Tanpa berpikir panjang, ia menginjak rem.
Steve terempas ke muka dan pukulannya meleset. Kepalanya menghantam
permukaan kaca. Suara ban sebuah mobil limousine putih berdecit keras untuk
menghindari mobil Mercedes Jeannie.
Begitu Steve menemukan keseimbangannya kembali, Jeannie melepaskan
remnya. Mobilnya melesat maju kembali. Andai kata ia berhenti di jalur cepat
jalan bebas hambatan itu selama beberapa detik, Steve pasti akan ketakutan
dan memohon kepadanya untuk jalan lagi. Ia menginjak remnya sekali lagi;
Steve terhuyung ke depan kembali.
Kali ini keseimbangan Steve pulih lebih cepat. Mobil itu akhirnya berhenti.
Kendaraan-kendaraan lain meliuk di sekeliling mereka, klakson-klakson
menggelegar. Jeannie mulai ketakutan; setiap saat bagian belakang Mercedes
itu bisa dihantam oleh salah satu kendaraan itu. Namun siasatnya rupanya tidak
berhasil: Steve tidak tampak takut Ia malah meletakkan tangannya di atas rok
Jeannie, meraba bagian pinggang stocking-nya yang kemudian ia renggut begitu
saja. Jeannie mendengar suara robekan.
Jeannie mencoba mendorong tubuhnya, tapi Steve sudah keburu menindihnya.
Masa ia akan mencoba memerkosanya di sini, di jalan bebas hambatan ini"
Dalam keadaan kalut, Jeannie membuka pintunya, tapi ia tidak bisa keluar,
karena ia masih memakai sabuk pengamannya. Ia mencoba melepaskannya,
tapi ia tidak dapat mencapai gespernya gara-gara Steve.
Di sebelah kirinya, kendaraan-kendaraan melintas dari jalur lambat jalan
Tbebas hambatan itu ke jalur yang lebih cepat, dengan laju sekitar enam puluh
mil per jam. Apakah tidak ada seorang pengemudi pun yang mau berhenti
untuk menolong seorang wanita yang se-dang diserang"
Saat berusaha meronta untuk melepaskan diri, jejakan
388 kakinya pada rem kendaraannya terangkat, dan mobil itu mulai merayap maju.
Mungkin aku harus membuat dia kehilangan keseimbangan, pikir Jeannie. Ia
yang duduk di belakang kemudi mobil, dan hanya itulah peluang yang masih
dimilikinya. Dengan nekad ia meletakkan kakinya di pedal gas, lalu
menginjaknya kuat-kuat. Mobil itu meluncur sambil meliuk. Rem-rem berderit sewaktu sebuah bus
Greyhound nyaris melanggar bumper Mercedes itu. Tubuh Steve terempas ke
belakang, terkejut sebentar, tapi beberapa detik kemudian tangannya sudah
sibuk lagi menggerayangi Jeann
ie, sementara Jeannie berusaha mengendalikan
kemudinya. Ia benar-benar kelabakan sekarang. Rupanya Steve sama sekali
tidak peduli apakah mereka akan mati atau tidak. Apa yang harus dilakukannya
untuk menghentikannya sekarang"
Jeannie membanting kemudinya ke kiri, membuat tubuh Steve terempas ke
pintu. Nyaris ia melanggar sebuah truk sampah. Sekilas ia melirik ke arah wajah
terkejut si sopir, seorang laki-laki setengah baya dengan kumis berwarna
keabuan; kemudian ia membuang kemudinya ke arah lain. Mercedes itu
terhindar lagi dari kecelakaan.
Steve mencengkeramnya lagi. Ia menginjak remnya kuat-kuat, kemudian pedal
gasnya, tapi Steve cuma tertawa sementara tubuhnya terayun ke sana kemari,
seakan ia sedang menikmati permainan di sebuah karnaval; kemudian ia
merapatkan tubuhnya. Jeannie mengayunkan sikut kanan dan tinjunya ke arah Steve, namun ia tidak
dapat mengerahkan seluruh tenaganya, karena ia masih duduk di belakang
kemudinya, sehingga ia hanya dapat mengalihkan perhatian anak muda itu
selama beberapa detik. Masih berapa lama ini akan berlangsung" Apakah tidak ada mobil polisi yang
berpatroli di kota ini"
Melalui pundak Steve, Jeannie melihat bahwa mereka
389 sedang melewati suatu bahu jalan. Persis beberapa meter di belakangnya
meluncur sebuah mobil Cadillac tua berwarna biru langit. Tiba-tiba ia
membuang kemudi. Bannya berdecit, mobil Mercedes itu terus melesat di atas
dua roda, sementara tubuh Steve terempas ke arahnya. Mobil Cadillac biru itu
membanting kemudi untuk menghindari Mercedes-nya. Klakson kendaraan-kendaraan lain menggelegar sebagai pelampias amarah. Ia mendengar suara
mobil-mobil saling bertubrukan dan pecahan kaca berhamburan. Roda mobilnya
mulai turun kembali, kemudian menghantam aspal dengan suara keras. Mereka
berada di bahu jalan. Mobilnya mengge-luyur, nyaris melanggar tembok beton
di sisi jalan, namun Jeannie berhasil menguasai kemudi.
Ia menginjak pedal gasnya menelusuri bahu jalan. Begitu laju kendaraan itu
sudah lebih stabil, Steve mulai menyusupkan tangan di antara kedua paha
Jeannie untuk memasukkan jarinya ke celana dalam Jeannie. Jeannie
menggeser tubuh untuk mencoba menghentikan ulahnya. Ia melirik ke arah
wajah anak muda itu. Steve sedang tersenyum, matanya melebar, napasnya
mendengus, dan keringatnya mulai keluar. Rupanya ia amat menikmati situasi
itu Ini benar-benar edan.
Tidak ada sebuah mobil pun di depan atau di belakang mereka. Bahu jalan itu
berakhir di sebuah lampu lalu lintas yang sedang hijau. Di sebelah kirinya
terdapat sebuah taman pemakaman. Ia melihat sebuah rambu yang menunjuk
ke arah kanan dengan tulisan berbunyi Civic Center Blvd. Jeannie membelok ke
sana, dengan harapan akan sampai di sebuah balai kota yang sibuk, dengan
banyak orang lalu lalang di trotoarnya. Di luar perhitungannya, ternyata jalan
itu melewati sebuah deretan gedung yang berkesan sudah ditinggalkan. Di
depannya, lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Kalau ia berhenti,
celakalah dirinya. Steve, yang berhasil merogoh celana dalamnya, ber
390 kata, Matikan mesinnya!" Sama seperti Jeannie, iat menyadari bahwa kalau ia
memerkosa Jeannie di sini, besar kemungkinan tak. seorang pun akan
menghalanginya. Steve mulai menyakiti Jeannie dengan mencubiti dan menggerayanginya, tapi
yang lebih membuat kalut Jeannie adalah kecemasannya menghadapi apa yang
akan terjadi. Ia menginjak gas sekuat-kuatnya ke arah lampu merah.
Sebuah mobil ambulans yang muncul dari sebelah kiri, memotong jalan mereka
Jeannie menginjak rem, sambil berusaha menghindari tabrakan, sementara
pada dirinya ia berkata, Andai kata aku menubruknya sekarang, setidaknya
akan ada bala bantuan. -Tiba-tiba Steve menarik tangannya. Untuk sesaat Jeannie menarik napas lega.
Kemudian ia mencengkeram perseneling mobil itu untuk dipindahkan ke posisi
netral. Tiba-tiba Mercedes itu kehilangan momentumnya. Jeannie
mengentakkan perseneling itu kembali ke posisi drive, lalu menjejakkan
kakinya di pedal gas. menyusul si mobil ambulans. ,
Masih berapa lama lagi ini" ujar Jeannie pada dirinya. Ia harus dapat
menemukan suatu daerah permukiman ramai sebelum mobi
l itu berhenti atau menabrak sesuatu Namun Philadelphia telah berubah menjadi permukaan bulan
yang sunyi. Steve mencengkeram kemudi mobil, lalu mencoba menepikannya ke pinggir
jalan. Jeannie mengentakkan nya kembali. Roda belakangnya mengeluarkan
suara decit. Si ambulans mengklaksoni mereka.
Steve mencoba lagi. Kali ini dengan cara lebih lihai. Ia memindahkan
persenelingnya ke posisi netral dengan tangan kiri, lalu mencengkeram
kemudinya dengan tangan kanan. Laju mobil itu melambat, menuju bahu jalan.
Jeannie mengangkat kedua tangannya dari kemudi, memindahkannya ke dada
Steve untuk mendorongnya 391 sekuat tenaga. Steve, yang tidak menduga Jeannie sekuat itu, terenyak ke
belakang. Jeannie memindahkan persenelingnya ke posisi drive, lalu menjejak
pedal gasnya. Mobil itu melesat kembali ke muka, namun Jeannie tahu bahwa
tak lama lagi ia akan terpaksa menyerah. Setiap saat Steve akan berhasil
menghentikan mobil itu dan ia akan terperangkap di dalamnya bersamanya.
Steve menemukan kembali keseimbangannya saat Jeannie membelokkan
mobilnya mengitari sebuah jalan di sebelah kiri. Ia mencengkeram kemudi
dengan kedua tangannya, sementara Jeannie berkata dalam hati, Jadi,
beginilah akhirnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Kemudian
mobil itu sampai di sebuah jalan yang lurus, dan panorama kota itu pun
berubah. Ada sebuah jalan ramai, sebuah rumah sakit dengan orang-orang yang berdiri di
luar, sederetan taksi, dan sebuah kios kaki lima yang menjual penganan Cina.
Yes!" seru Jeannie dalam nada menang. Ia menginjak remnya. Steve
mengentakkan kemudi mobil itu, semen-^ tara Jeannie berusaha menariknya
kembali. Mercedes itu meJiuk, kemudian tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
Puluhan pengemudi taksi di kios kaki lima itu menoleh.
Steve membuka pintunya, melangkah keluar, lalu kabur.
Terima kasih, Tuhan," bisik Jeannie.
Beberapa saat kemudian, Steve sudah menghilang.
Jeannie duduk di sana sambil terengah-engah. Laki-laki itu sudah tidak tampak.
Mimpi buruknya sudah berakhir.
Salah seorang pengemudi taksi itu menghampirinya, lalu melongokkan kepala
melalui jendela mobil. Jeannie segera merapikan letak pakaiannya. Anda
tidak apa-apa, Miss"" tanyanya.
Kukira begitu," sahut Jeannie buru-buru.
Apa yang terjadi sebetulnya""
Jeannie menggeleng. Andai aku tahu," jawabnya.
392 BAB 36 Steve duduk di sebuah tembok rendah di dekat rumah Jeannie. menanti
kedatangannya. Udara panas, namun ia memanfaatkan kerindangan sebuah
pohon maple besar. Jeannie tinggal di daerah permukiman kelas pekerja tua
yang terdiri atas deretan rumah bergaya tradisional. Beberapa remaja dari
sebuah sekolah di dekat situ sedang berjalan kaki pulang ke rumah sambil
Jertawa, bercanda, dan mengulum permen. Rasanya belum lama sejak ia
sendiri juga melakukan itu; delapan atau sembilan tahun yang lalu.
Tapi kini ia merasa resah dan sedih. Pengacaranya sudah berbicara dengan
Sersan Delaware dari Unit Tindak Kejahatan Seks di Baltimore tadi sore. Wanita
itu menyampaikan bahwa ia sudah memperoleh hasil tes DNA-nya. Dan ternyata
bekas sperma di vagina Lisa Hoxton persis sama dengan DNA yang terdapat di
dalam darah Steve. Steve benar-benar merasa terpukul. Sebelumnya ia begitu yakin bahwa hasil
tes DNA itu akan mengakhiri seluruh dilema ini.
Ia dapat melihat bahwa pengacaranya tidak lagi mempercayai penyataan tidak
bersalahnya. Tidak seperti Mom dan Dad, meskipun kini mereka bingung sekali;
mereka sama-sama tahu bahwa suatu tes DNA amat dapat diandalkan.
393 Di saat-saat paling kelam, ia mempertanyakan apakah ia memiliki semacam
kepribadian ganda. Mungkin ada seorang Steve lain yang mengambil alih situasi
dengan memerkosa kaum wanita, lalu sesudahnya mengembalikan tubuhnya
kepadanya. Dengan begitu, ia tidak akan tahu mengenai apa yang sudah
dilakukannya. Ia masih ingat, secara agak samar-samar, bahwa ada beberapa
detik selama perkelahiannya dengan Tip Hendricks yang tidak ia ingat sama
sekali. Dan bahwa ia sudah siap menghujamkan jari-jarinya ke dalam
tempurung kepala Porky Butcher. Apakah sisi dari kepribadiaannya yang lain
yang melakukan ini semua" Ia tidak dapat
sungguh-sungguh mempercayai itu.
Pasti ada penjelasan lain.
Secercah harapan yang masih dimilikinya berkisar seputar misteri keberadaan
dirinya dan Dennis Pinker. Dennis memiliki DNA yang sama seperti dirinya. Pasti
ada kesalahan di sini. Dan satu-satunya orang yang dapat memecahkan misteri
ini baginya adalah Jeannie Ferrami.
Anak-anak muda itu menghilang ke dalam rumah masing-masing, sementara
matahari mulai terbenam di balik deretan rumab di sisi lain jalan itu Menjelang
pukul enam sore, mobil Mercedes Jeannie melesat ke dalam suatu pelataran
parkir, kira-kira lima puluh yard dari situ. Jeannie melangkah keluar dari
dalamnya. Pada mulanya ia tidak melihat Steve. Ia membuka bagasi dan
mengeluarkan sebuah kantong plastik sampah hitam yang besar. Kemudian ia
mengunci mobilnya dan mulai menelusuri jalan setapak ke arah Steve. Ia
mengenakan pakaian formal setelan rok berwarna hitam namun tampangnya
berantakan. Dan ada sentuhan kelelahan dalam gaya berjalannya yang
membuat Steve terenyuh. Steve mempertanyakan dalam hati, apa yang
membuatnya kelihatan seperti habis terlibat pertempuran seru. Tapi
penampilannya toh masih memesona, dan Steve mengawasinya dengan penuh
kerinduan. Setelah jarak di antara mereka cukup dekat, Steve
394 berdiri, tersenyum, lalu melangkah maju untuk menyambutnya.
Jeannie mengangkat wajah, pandangan mereka bertemu. Tiba-tiba ketakutan
membayang di wajahnya. Mulut Jeannie membuka, kemudian ia mulai menjerit
Steve tersentak kaget. Dalam nada bingung ia bertanya, Jeannie, ada apa""
Jangan mendekat!" jeritnya. Jangan sentuh aku! Aku akan panggil polisi
sekarang juga!" Steve menaikkan tangannya dalam gaya ingin berdamai. Oke, oke, apa pun
yang kaukatakan. Aku tidak akan menyentuhmu, oke" Ada apa sebetulnya
denganmu" Seorang tetangga muncul dari pintu muka rumah yang Juga ditinggali Jeannie.
Tentunya ia penghuni apar temen di bawah milik Jeannie, pikir Steve. Ia
seorang laki-laki tua kulit hitam yang mengenakan kemeja kotak-kotak dan
dasi. Kau tidak apa-apa, Jeannie"" tanyanya. Rasanya aku mendengar
seseorang berteriak."
Itu tadi aku, Mr. Oliver," sahut Jeannie dalam nada bergetar. Orang ini
menyerangku di dalam mobilku sendiri di Philadelphia sore tadi."
Menyerangmu"" ulang Steve dalam nada bingung. Aku tidak bakal melakukan
itu!" Brengsek kau, kau melakukan itu dua jam yang lalu."
Steve merasa tersinggung. Ia sudah bosan setiap kali kena tuding terlibat dalam
tindakan brutal. Omong sembarangan kau. Sudah bertahun-tahun aku tidak


Kembaran Ketiga The Third Twin Karya Ken Follett di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjejakkan kakiku di Philadelphia."
Mr. Oliver menengahi mereka. Anak muda ini sudah nangkring di tembok itu
sedikitnya dua jam, Jeannie. Tak mungkin dia keluyuran di Philadelphia
sesorean ini." Jeannie rupanya tidak mau menerima pernyataan itu, dan sepertinya sudah
siap untuk menuding tetangganya yang bermaksud baik itu.
Steve melihat bahwa Jeannie tidak mengenakan stocking; kakj-kakinya yang
telanjang tampak janggal dengan setelannya yang berkesan begitu formal. Ada
bagian wajahnya yang agak sembab dan kemerahan. Rasa sakit hatinya mereda.
Sepertinya ada seseorang yang baru saja menyerang Jeannie. Ingin rasanya ia
merangkul bahu Jeannie untuk menghibur hatinya. Dan itu membuat ketakutan
Jeannie akan dirinya semakin memprihatinkan. Dia telah menyakitimu," ujar
Steve. Bajingan sekali orang itu."
Ekspresi wajah Jeannie berubah. Ketakutan yang membayang di matanya
mereda. Ia mengalihkan pandang ke arah tetangganya. Dia sudah sampai di
sini dua jam yang lalu"*
Laki-laki itu angkat bahu. Sam jam empat puluh menit, mungkin lima puluh
menit." Anda yakin"" Jeannie, kalau dia memang berada di Philadelphia dua jam yang lalu,
tentunya dia kemari naik pesawat Concorde tadi."
Jeannie mengalihkan pandangannya ke Steve. Kalau begitu, yang tadi itu
Dennis tentunya." Steve mendekat. Jeannie tidak berusaha menjauh. Steve mengulurkan
tangannya, lalu menyentuh pipi Jeannie yang sembab dengan ujung jarinya.
Jeannie yang malang," ujarnya.
Aku mengira tadi itu kau," ujar Jeannie, sementara air mata mulai
menggenangi matanya. Steve menariknya ke dalam pelukannya. Sedikit demi se
dikit Steve merasa Jeannie lebih santai, dan mulai bersandar padanya dengan pasrah. Steve
membelai kepalanya sambil membenamkan jari-jarinya ke dalam ikal-ikal
rambutnya yang tebal dan berwarna gelap. Ia menutup matanya, sambil
membayangkan betapa luwes dan kuatnya tubuh gadis itu. Aku berani bertaruh
bahwa Dennis juga memar-memar, ujarnya pada dirinya. Aku benar-benar
berharap begitu. 396 Mr. Oliver berdeham. Apa kalian mau minum secangkir kopi""
Jeannie menarik diri. Tidak usah, trims," ujarnya Aku cuma ingin membuang
pakaian-pakaian ini."
Rasa tegangnya tersirat di wajahnya, namun itu justru membuat
penampilannya semakin memesona. Aku sudah jatuh cinta pada wanita ini, ujar
Steve dalam hati. Aku bukan hanya ingin tidur dengannya meskipun itu juga
termasuk. Aku ingin dia menjadi temanku. Aku ingin nonton televisi
bersamanya, pergi ke pasar swalayan dengannya, dan memberikan padanya
sesendok NyQuil saat dia kena flu. Aku ingin melihat bagaimana dia menggosok
giginya dan mengenakan celana jeans-ny&, serta mengoleskan mentega di atas
roti panggangnya. Aku ingin dia menanyakan padaku apakah lipstiknya yang
bernuansa oranye pantas untuknya, dan apakah dia harus membelikan pisau
cukur untukku serta pukul berapa aku akan pulang.
Steve mempertanyakan pada dirinya, apakah ia akan cukup berani untuk
mengungkapkan semua itu pada Jeannie.
Jeannie melintasi serambi, menuju pintu muka. Steve tampak ragu. Ia ingin
mengikutinya, tapi masih merasa butuh untuk diundang.
Jeannie menoleh begitu sampai di ambang pintu. Ayo," ujarnya.
Steve membuntuti Jeannie naik tangga, lalu ikut masuk ke ruang duduknya.
Jeannie menjatuhkan kantong plastik hitamnya di karpet. Ia menuju pojok
dapur, melepaskan sepatunya, kemudian, sama sekali di luar perhitungan
Steve, ia melemparkan sepatu itu ke dalam tong sampah dapur. Aku nggak
pernah mau lagi memakai pakaian-pakaian sialan ini," ujarnya dalam nada
marah. Ia melepaskan blazernya, yang lalu ia buang. Sesudah itu sementara
Steve mengawasinya dengan pandangan bingung, ia mulai membuka kancing-kancing
397 n g d bajunya, yang setelah ia tanggalkan juga ia buang ke dalam tong sampah itu
Jeannie mengenakan BH hitam polos dari bahan katun. Tentunya dia tidak akan
melepaskan itu di hadapanku, ujar Steve dalam hati. Namun Jeannie toh
meraih pengait di belakang punggungnya. Ia melepaskan BH itu, lalu
membuangnya ke tempat sampah. Payudaranya kencang dan tidak terlalu
besar, dengan puting kecokelatan. Ada memar berwarna kemerahan di
pundaknya, bekas tali BH-nya. Tenggorokan Steve mulai terasa kering.
Jeannie membuka ritsletingnya, kemudian membiarkan roknya jatuh. Ia
memakai celana dalam hitam model bikini yang sederhana. Steve
menerawanginya dengan bengong. Tubuhnya begitu sempurna: pundak yang
kuat, payudara yang indah, perut yang datar, serta sepasang kaki panjang yang
bak dipahat. Jeannie melepaskan celana dalamnya, yang kemudian ia satukan
dengan roknya, untuk dibuang semuanya ke tempat sampah.
Untuk sesaat ia menatap Steve dengan pandangan kosong, seakan tidak
mengerti mengapa anak muda itu ada di situ. Kemudian ia berkata, Aku mesti
mandi." Dalam keadaan telanjang ia berlalu. Steve mengikutinya dengan
pandangannya dari belakang.
Jeannie sudah meninggalkan ruangan itu. Beberapa saat kemudian, Steve
mendengar suara air mengalir.
**Wauw," desahnya. Ia duduk di sofa Jeannie yang berwarna hitam. Apa artinya
ini semua" Apakah semacam tes" Apa sebetulnya yang ingin disampaikan
Jeannie padanya" Steve tersenyum. Betapa indah tubuhnya, begitu langsing, liat. dan sempurna
proporsinya. Apa pun yang akan terjadi, ia tidak akan pernah melupakan
penampilan Jeannie ketika itu
Jeannie mandi untuk waktu lama. Steve menyadari bahwa dalam suasana serba
ricuh itu, ia belum sempal mengutarakan kepada Jeannie, dilema apa yang
sedang 398 menimpa dirinya sendiri. Akhirnya aliran air itu berhenti. Beberapa menit
kemudian, Jeannie muncul di ruangan itu dalam mantel handuk berwarna
kemerahan, dengan rambut basah yang masih menempel di kepala nya. Jeannie
duduk di sebelahnya, lalu berkata. Apa aku cuma mimpi, atau aku memang
b enar-benar membuka semua pakaianku di depanmu""
Kau nggak mimpi," sahut Steve. Kau membuang semua pakaianmu ke dalam
tong sampah." Gila, aku benar-benar nggak ngerti kenapa."
Tidak ada yang perlu kausesali. Aku senang kau cukup mempercayaiku. Aku
nggak bisa jelaskan padamu, betapa berartinya itu bagiku."
Tentunya kau mengira aku sudah kehilangan akal warasku."
Tidak, kukira kau benar-benar terpukul gara-gara apa yang terjadi atas dirimu
di Philadelphia tadi."
Mungkin. Aku cuma ingat bahwa aku ingin membuang semua yang kukenakan
saat peristiwa itu terjadi."
Mungkin ini saatnya untuk membuka botol Vodka yang kausimpan di lemari
esmu." Jeannie menggeleng-gelengkan kepala. Yang saat ini kuinginkan adalah
secangkir teh." Biar aku yang buat." Steve berdiri, lalu melangkah menuju meja dapur. Bual
apa kau membawa-bawa kantong sampah itu""
Aku dipecat tadi pagi. Mereka memasukkan semua barang pribadiku ke dalam
kantong itu lalu mengunci pintu ruang kerjaku."
Apa"" seru Steve dalam nada tak percaya. Apa alasannya""
Gara-gara sebuah artikel di New York Times hari ini, yang menyebutkan bahwa
penggunaan sistem data-ba.se ku melanggar hak keleluasaan pribadi orang.
Tapi kukira Berrington Jones cuma menggunakan itu sebagai alasan untuk
menyingkirkan aku." 399 Hati Steve langsung panas. Ia ingin melontarkan protes, melindungi Jeannie,
dan menyelamatkannya dari perlakuan tidak adil itu. Apa mereka bisa
memecatmu begitu saja""
Tidak, akan ada sidang pemeriksaan besok, di hadapan komite penerapan
disiplin senat universitas."
Kita sama-sama baru menjalani minggu yang rusuh." Pada saat Steve akan
mengungkapkan hasil tes DNA-nya, Jeannie meraih pesawat telepon.
Aku ingin minta nomor telepon Lembaga Pemasyarakatan Greenwood, yang di
dekat Richmond, Virginia." Sementara Steve mengisi ketel, Jeannie mencatat
sebuah nomor, lalu memutar lagi. Boleh aku bicara dengan Sipir Temoigne"
Aku Dr. Ferrami. Ya, aku akan menunggu. Terima kasih. Selamat malam, Mr.
Temoigne, apa kabar" Aku baik-baik saja. Mungkin ini kedengarannya aneh, tapi
apa Dennis Pinker masih di penjara" Anda yakin" Anda baru saja melihatnya
dengan mata kepala Anda sendiri" Terima kasih. Dan kuharap Anda juga
menjaga diri Anda. Bye." Jeannie mengangkat wajahnya. Dennis masih di
penjara. Sipir itu baru saja berbicara dengannya sekitar sejam yang lalu."
Steve memasukkan sesendok teh ke dalam poci, lalu menemukan dua buah
cangkir. Jeannie, pihak kepolisian sudah memperoleh hasil tes DNA itu."
Jeannie terdiam. Lalu &""
Ternyata DNA dari vagina Lisa persis sama seperti DNA di dalam darahku."
Dalam nada misterius Jeannie berkata, Apakah kau punya pikiran yang sama
denganku"" Seseorang yang tampangnya mirip aku serta memiliki DNA-ku memerkosa Lisa
Hoxton pada hari Minggu. Orang yang sama menyerangmu di Philadelphia hari
ini. Tapi dia bukan Dennis Pinker."
Pandangan mereka bertemu, lalu Jeannie berkata, Rupanya kalian bertiga."
400 Ya Tuhan." Steve merasa hatinya menciut. Tapi ini sepertinya tidak mungkin.
Pihak kepolisian tidak akan pernah mau menerima kenyataan ini. Bagaimana
mungkin hal seperti ini bisa terjadi""
Tunggu dulu," ujar Jeannie dalam nada antusias. Kau belum tahu apa yang
berhasil kutemukan sore ini, sebelum aku berpapasan dengan kembaranmu.
Aku punya jawabannya."
Ya Tuhan, mudah-mudahan ini memang jawabannya."
Wajah Jeannie tampak prihatin. Steve, kau akan menganggap ini
mengguncangkan." Aku nggak peduli, aku cuma buluh penjelasan."
Jeannie merogoh isi kantong plastik sampah hitamnya, lalu mengeluarkan
sebuah tas kantor dari bahan kanvas. Coba lihat ini. la mengeluarkan sebuah
brosur mengilap yang langsung membuka di halaman pertama, la
menyodorkannya ke arah Steve:
Aventine Clinic didirikan pada tahun 1972 oleh Genetico, Inc., sebagai pusat
penelitian dan pengembangan pembuahan in vitro manusia yang pertama, yang
oleh surat kabar dinamakan bayi tabung".
Sayembara Angkin Pembawa 2 Pendekar Slebor 31 Iblis Penghela Kereta Diburu Topeng Reges 2

Cari Blog Ini