Kota Angkasa Luar Seri Tom Swift 1 Bagian 2
Ia berhenti sejenak, mengambil napas dan memandangi lagi bagian New America yang ada di atasnya. Di sini bukan Bumi, dan sangat mengharukan, bahwa mereka dengan nyata-nyata menirunya. Bukit-bukit kasar di setiap ujung, sungai-sungai, danau-danau, taman-taman dan jalan-jalan raya. Sebuah Bumi tiruan, diberi pola dan dirawat.
Tidak ada ular yang harus dilempar keluar dari taman firdaus, dan tak seekor pun dibiarkan masuk. Demikian juga serangga yang mengganggu atau merugikan.
Lebah" Ya, demi untuk penyerbukan bunga-bunga. Cacing tanah dan beberapa jenis bakteri yang membuat batuan Bulan yang steril itu menjadi subur. Burung-burung dan musuhnya, kucing. Kucing memang banyak, tetapi anjing hanya satu-dua ekor. Beberapa kura-kura peliharaan, beberapa jenis keong dan seekor kera berlengan panjang, dan kacoa!
Tom menyeringai. Kacoa di ruang angkasa. Gagasan itu sebenarnya tidak dapat diterima. Tetapi kenyataannya ada kacoa di New America.
Serangga itu memang selalu bersama manusia sejak zaman purba.
Serangga itu ditemukan di Kutub Selatan, di Gurun Gobi, di hutan belantara dan di gunung-gunung yang tertinggi. Bahkan ke ruang angkasa yang beku dan di kehampaan yang mematikan, kacoa telah pula mengikuti manusia. Ke mana pun perginya"..
Tidak ada satu pun cara pembasmian yang mampu menghilangkan hewan pengganggu itu. Bahkan untuk menangkap hewan itu dilombakan dengan disediakan "hadiah". (Serangga itu ditangkap untuk memberi makan laba-laba di dalam laboratorium percobaan, atau diawetkan ke dalam gumpalan plastik dan dijual sebagai souvenir).
Tom mengangkat bahu. Ia mulai lagi mendaki dan mendorong tubuhnya maju. Hal itu kini dirasakannya sebagai pekerjaan yang biasa. Ia telah tiba di geladak tempat sepeda udara, dan saat itu pula melihat Ben Eagle berdiri dan bercakap-cakap dengan dua orang.
Tetapi ketika Tom sudah lebih dekat lagi, ia mengetahui bahwa Ben sedang berdebat. Lawan berdebatnya itu ternyata si rambut merah
Anita Thorwald yang tak tetap pendiriannya. Mereka berhenti ketika Tom mendekat dengan lompatan-lompatannya yang lebar. Tom salah memperhitungkan kecepatannya, dan Ben harus menangkapnya sebelum Tom menabrak tempat sandaran sepeda udara.
"Waduh!" seru Ben tertawa, dan Tom meminta maaf.
"Maaf. 'Berenang' dalam gravitasi nol ini belum juga terbiasa bagiku."
Anita mendengus, berpegangan sedikit pada sebatang tiang. "Ha, engkau menyelonong seperti kebiasaanmu, ya" Menabrak-nabrak seenaknya ya Swift?"
Tom menahan diri, tidak mempedulikan. "Aku Tom Swift," ia memperkenalkan diri kepada teman Anita.
"Mark Scott," balas pemuda itu. Tubuhnya sedikit kegemukan dengan dada yang bulat. Tetapi ia tersenyum ramah.
"Kukira engkau telah kenal Anita Thorwald," kata Ben tersenyum tipis. "Salah seorang penganjur yang banyak membicarakan ruang angkasa bagi para Ruang-angkasawan."
Si rambut merah menatap Ben dengan matanya yang lebar. Pemuda Indian itu membawa Tom ke tiang yang akan membawa mereka dari geladak ke sebuah kubah geodesik pada titik tengah sumbu membujur, di mana gravitasi adalah paling rendah.
"Aku sudah pesan tempat bagi kita untuk satu jam," kata Ben. "Tetapi kita harus menunggu beberapa menit dulu. Sambil memberi kesempatan bagimu untuk melihat bagaimana harus melakukannya."
"Ha, maksudmu Swift tidak langsung masuk dan mulai pertandingan bola tangan?" Anita menggerutu.
Ben membawa Tom pada sebuah jendela dari jembatan tangga yang mengelilingi ruangan yang bulat itu. Jembatan-jembatan tangga itu terbuat dari batang-batang logam yang ringan, yang dipasang silang menyilang di seluruh permukaan luar ruangan berbentuk bola itu.
Jendela-jendela berbentuk segitiga terpasang ke dalam pola, dengan cara saling menutup batang-batang penguat.
Di dalam, Tom melihat sebuah regu empat orang yang sedang bermain dengan giat. Seluruh permukaan bagian dalam bulatan itu licin rata, hanya diseling-seling oleh jendela-jendela segitiga tersebut.
Seluruhnya dibagi menjadi blok-blok yang dicat dengan warna hijau, biru, kuning dan hitam. Sebuah garis tebal membagi dua ruangan bulat itu menjadi dua buah setengah bulatan. Para pemain yang mengenakan jumper ketat melompat-lompat dan berlari-lari melintasi garis tersebut.
Olahraga itu sangat menarik, memungkinkan para pemainnya melakukan gerak-gerak yang rumit-rumit, yang tak tertandingi oleh para pemain yang paling top profesional yang masih terikat oleh gravitasi Bumi.
"Ben menunjuk: "Blok yang hitam itu adalah batas luar. Di bagian bawah setiap blok itu terdapat permadani sensor elektronik, hingga tak ada masalah lagi untuk menyebutkan setiap tembakan. Blok kuning memberikan hukuman dua angka. Hijau dan biru tergantung dari regu mana kita berada. Satu angka hukuman bila mengenai warna lawan. Bola harus memantul dinding lengkung yang berlawanan dari mana dimulai."
"Bolanya juga ada sensornya?"
Ben mengangguk. "Bola dapat mengenai daerah blok hitam, dan di tengah-tengah merah terdapat garis halus sensor. Jadi tak memerlukan wasit yang rnenyebutkannya." Ia tersenyum kepada Tom. "Tidak seperti permainan squash atau bola tangan di Bumi, ya?"
Tom berkata: "Tidak sama persis." Ia tersenyum. "Apa yang engkau perdebatkan dengan si rambut merah tadi?"
"Engkau," kata Ben biasa-biasa saja. "Kukira ia menganggap kepalamu ada di ujung jarum. Ia tak dapat dimasukkan ke dalam kelompok pencintamu."
"Aku bahkan tidak ada di antara pencintaku sendiri," jawab Tom. "Setidak-tidaknya hari-hari belakangan ini."
"Ah, Tom, mengapa kamu tidak".."
"He, teman-teman," seru Mark. Regu yang bermain telah selesai, dan orang yang terakhir sedang meloncat memantul dari dinding, melayang indah ke arah pintu katup yang berbentuk segitiga. Ia lalu membukanya.
"Mari! Ini tentu akan menyenangkan," kata Ben.
Mereka melayang masuk ke dalam ruangan berkubah bulat itu, dan Tom melihat teman-temannya melakukan jungkir-balik di udara, dan jatuh pada kedua kaki di dinding yang berlawanan. Kemudian memantul ke tengah-tengah dengan gerakan yang terkontrol baik.
Mereka melayang-layang, menunggu Tom.
Tom mengambil awalan dan mencoba berjungkir-balik seperti mereka. Tetapi ia telah mengambil awalan yang terlalu kuat, dan mendekati tembok yang ada di depannya dengan lebih cepat daripada yang diperkirakan. Ia membentur dinding dengan keras, menimbulkan rasa sakit kembali pada pahanya yang terkena pukulan. Ia memantul buruk di dalam ruangan. Anita tertawa dan tidak berusaha untuk menyembunyikan rasa senangnya.
"Tutup pintu," kata Ben, dan alat-alat otomatisnya segera mematuhinya.
"Siap, Tom?" tanya Ben. "Engkau dan aku adalah alpha, Anita dan Mark Omega. Jangan menyentuh blok biru. Siap?"
"Ya, aku akan berusaha sebaik mungkin," kata Tom, dan Anita tertawa terkekeh-kekeh.
"Bola mulai," kata Ben.
Sebuah tingkap bulat kecil terbuka, tepat pada garis merah, dan sebuah bola hitam memantul ke luar. Sebuah tape dengan nomor serampangan mengatur suatu ketidakseimbangan, yang melemparkan bola itu ke kiri atau ke kanan garis merah.
"Bola kita," kata Mark.
Bola memantul kembali dan Anita berjungkirbalik di udara dan tepat pada waktunya memukul bola, hingga dengan sempurna melintas setengah bulatan ruangan. Tenaga balik yang sama besarnya terhadap gerak dan pukulannya mendorong dia kembali.
Dengan salto ke belakang ia mendarat, kedua kakinya mengangkang menginjak dua titik sudut sebuah segitiga hitam, kemudian mundur dengan gerakan yang halus.
Bola itu melaju mengarah Tom demikian tiba-tiba. Untunglah ia telah biasa bermain bola tangan yang cepat di Bumi. Sedang yang belum biasa ialah tidak adanya gravitasi untuk pijakan awal. Ia melambung dan mengayunkan tangan ke arah bola tersebut, tubuhnya mental tidak berdaya. Dengan kalang kabut ia memutar-mutarkan tubuhnya untuk memperoleh kembali keseimbangan. Ia hanya berhasil menemukan perasaan salah arah dan jatuh bergulingan. Ia memantul dari segitiga hijau serta menyelonong ke sisi, meluncur tak terkendali hingga bahunya mengenai segitiga biru. Ia mendengar suara halus bunyi bel, dan melihat wajah Anita menyeringai.
Malu, bingung, dan kecewa Tom kembali berdiri tegak dan menggeser di lantai, tepat ketika bola hitam itu mendesing mendatangi dari arah Mark. Ia memukulnya, mengembalikan bola itu dengan mendesing.
Tetapi ketika ia terdorong ke belakang karena kekuatan bola itu dan pukulannya sendiri, ia mendengar Ben mengeluh: "Bola itu tak memantul pada dinding sebelah sana, Tom."
"Memukul ketika bola masih panas, ya Tom?" Anita mengejek.
Tom melayang berputar sejenak, kemudian membentur dinding dan kakinya menginjak sebuah segitiga biru lagi. Mereka telah ketinggalan enam angka ketika Ben berhasil mendapat angkanya yang pertama.
Kemudian Tom membuat yang lain-lain terkejut, termasuk ia sendiri. Dengan keahlian yang sangat tinggi ia mengarahkan bola di antara Mark dan Anita, dan memantul ke arah yang tak dapat mereka capai.
Tetapi itulah angkanya yang terakhir. Game pertama menunjukkan
angka 12 lawan 4, sedangkan game kedua tidak lebih baik pula.
Mereka beristirahat dan Ben memesan minuman. Sebuah pintu kecil terbuka, dan sebuah alat mengeluarkan bola-bola plastik berisi air dingin beserta sedotannya. Tom berpikir, air di dalam gelas mungkin akan tumpah melayang, karena terikat oleh tekanan pada permukaannya. Maka dari itu cara terbaik untuk minum ialah menyedotnya.
"Mereka telah menggilas kita, Tom," kata Ben ramah.
"Semua itu salahku," kata Tom. Ia menggeleng lesu. Semua serba salah! Bahkan berhubungan dengan ayahnya saja ia tak dapat.
"Ah, baru pertamakali!" kata Ben. "kalau engkau melihat ketika aku baru mulai belajar main! Aku mengepak-ngepakkan kedua lenganku seperti seekor itik. Hampir saja bahuku keseleo untuk menghindari segitiga hitam. Dengar, engkau lebih cepat bisa daripada aku setelah main beberapa game. Jelas, engkau mempunyai bakat. Setelah main beberapa puluh kali lagi, engkau akan menjadi pemain terbaik di sekitar ini."
"Jangan mencoba menghiburku, Ben. Aku hanya bagaikan sebongkah semen yang berterima-kasih. Kaulihat bagaimana Anita menjaga keseimbangan tubuhnya" Itu tarian balet yang murni! Ini merupakan permainan yang paling indah dan paling cepat di seluruh tatasurya."
"Memang,'' Ben membenarkan. "Tetapi jangan merendahkan dirimu sendiri. Engkau sudah makin meningkat daripada game yang pertama. Apakah engkau telah berani memikirkan membuat salto ke belakang ketika engkau baru masuk kemari tadi?"
Tom menggeleng. "Kurasa aku tidak menjadi semakin baik. Mark dan Anita telah mempermainkan aku. Lebih baik engkau mencari pasangan lain."
"Tidak bisa, Tom. Kita akan memesan tempat lagi besok dan berlatih. Akan kutunjukkan kepadamu, bagaimana cara mengatur pantulanmu ke arah yang ingin kaumasuki. Oke?" Ia tersenyum. "Dengar, setelah bermain seratus kali seperti aku, engkau akan dikirim ke gelanggang Olimpiade!"
Tom menatap temannya. "Aku tak tahu bahwa bola tangan gravitasi nol telah menjadi acara Olimpiade."
"Memang belum. Tetapi seharusnya dimasukkan. Dan kukira tentu akan dimasukkan pada suatu ketika. Aku punya teman di bagian telekomunikasi, yang berusaha untuk melakukan pertandingan pada World Network pada Pekan Olah-raga yang akan datang. Sekali orang melihatnya kita bermain tentu segera akan menjadi populer."
"Hanya di ruang angkasa, Ben. Ini hanya suatu permainan tontonan bagi 99% penduduk."
"Demikian juga hockey, catur atau Tunggu dan lihatlah. Nah, sudah siap untuk bermain lagi?"
Tom mengangkat bahu lalu melayang jauh dari otomat minuman.
"Tentu. Mengapa tidak" Tak ada yang lebih menyenangkan daripada menghantamkan wajahku ke tembok!"
Tom dan Ben hanya kalah empat angka pada permainan ketiga, dan pada permainan keempat tiga angka. Mungkin tidak semuanya buruk, pikir Tom ketika keluar dari tempat rekreasi itu.
"Mungkin aku harus mental dulu dan memulai lagi dari bawah," pikirnya.
Bab Delapan Tom dan Ben duduk berseberangan dengan diam, keduanya berpikir keras tetapi tak menghasilkan apa-apa. Mereka merasa pasti, tentu ada sesuatu yang fatal pada desain mesin Grotz. Susahnya ialah, mereka tak tahu di mana kesalahannya.
"Kita hentikan dulu memikirkan hal ini sejenak," kata Ben. Ia bangkit. "Aku telah memeriksa diagram hubungan kawat-kawat dan cetakannya pada pesawatmu yang hancur sedemikian lamanya, sehingga aku hampir tak dapat melihatnya lagi!"
"Engkau benar," Tom mengaku. Ia mematikan tombol layar televisi yang memperlihatkan diagram-diagram tersebut. "Kalau kita memaksakan diri terus-menerus begini, kita malah tidak akan melihat lagi sesuatu yang sangat penting."
Ia melihat ke sekeliling, sambil menunjuk benda-benda kuno yang bergantungan di dinding. "Engkau mempunyai banyak"..eh, perhiasan-perhiasan Indian. Dari mana saja kaudapatkan?"
Ahli penemu muda itu berdiri dari kursinya, menggeliat dan menyisir rambutnya yang pirang dengan jari-jarinya.
Dinding-dinding kamar Ben penuh dengan barang-barang seni Indian.
Dalam kamar ini, kamar kerja Ben, terdapat sebuah busur indah dengan sejumlah anak panah buatan tangan yang nampak sudah sangat tua. Di bawahnya tergantung sebuah baju kulit dengan hiasan manik-manik yang rumit serta tepi-tepi yang berjumbai. Pada dinding seberangnya tergantung sebuah selimut Navajo tenunan tangan yang berwarna cerah. Di meja terletak semacam alat bunyi-bunyian untuk upacara, dihiasi dengan bulu-bulu rajawali. Di sebelahnya terletak sepasang mokasin yang sangat kecil.
Tom memungut mokasin itu dan memandangi Ben dengan berpura-pura terkejut .
" Ini merupakan suku bangsa yang sangat kecil!"
Ben memerah wajahnya. "Itu sepatuku ketika aku masih bayi! Tidak semua benda-benda itu berasal dari suku Cherokee! Aku berusaha mendapat sesuatu untuk kumpulanku, setiap saat aku bertemu dengan orang dari suku lain. Hal itu mengingatkan aku akan siapa dan apa aku ini."
"Pada segi ini engkau sungguh-sungguh tersembunyi! Aku tak menduga bahwa engkau terlibat dalam gerakan kaum Indian."
"Tidak semata-mata demikian, tetapi aku ingat bahwa kami harus selalu ingat akan masa lalu, sehingga kami tidak selalu berulang-ulang membuat kesalahan yang sama. Koleksiku ini memberikan kepadaku rasa bersejarah suatu hubungan dengan nenek moyangku, dan suatu dasar untuk membangun hari depanku."
"Ambil saja busur itu, misalnya," kata Ben. "Itu dari suku Sioux ketika mereka mendapatkan kuda. Mereka berpindah dari kebiasaan ekonomi berburu dan bertani menjadi ekonomi berburu kerbau. Mereka menjadi tergantung dari satu macam bahan makanan, tempat berteduh dan pakaian. Sebab kuda-kuda itu memungkinkan mereka berburu secara besar-besaran. Mereka menjadi sukubangsa pengembara, mengikuti ke mana perginya kawanan kerbau di padang rumput."
"Tetapi kemudian para pemburu kerbau datang, dan mereka membantainya untuk memberi makan para pekerja kereta api. Juga untuk diambil kulitnya. Hal ini menggoyahkan landasan ekonomi bagi bangsa Sioux dan melemahkan mereka. Sejak itu mereka tak dapat pulih lagi."
Ben menghela napas. "Sekarang ini abad keduapuluh. Ada suatu pelajaran yang harus dikaji atas apa yang terjadi dengan bangsa Sioux. Sayang, tidak seorang pun yang menaruh perhatian kalau mengenai masalah energi. Amerika telah menjadi bangsa dengan ekonomi yang berlandaskan minyak bumi. Dan jika minyak itu tiba-tiba saja menjadi berkurang, maka ketergantungan kita akan minyak bumi dari luar dapat nyaris menghancurkan ekonomi kita. Maka kita harus belajar dari sejarah".tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Untung saja kita dapat menerobos teknologi dalam penggunaan energi dari bahan yang berbeda-beda. Kalau tidak siapa tahu apa yang terjadi pada kita!"
"Haa, aku jadi ingat. Kalau saja ketika bayi tidak dituang menjadi patung perunggu oleh ayah".." kata Tom sambil meletakkan mokasin kecil dengan hati-hati di atas meja.
"Bicara mengenai ayahmu, Tom, apakah kau sudah mencoba menghubungi beliau lagi?"
Wajah Tom menjadi nampak serius.
"Belum! Untuk sementara, aku menyerah. Beliau sedang menghadapi hal-hal yang lebih serius saat ini."
"Kukira engkau tidak benar! Kalau Daniel Boone meledak menjadi bola api raksasa, dan itu hanya beberapa menit saja dari pelabuhan sini, ayahmu harus tahu,akan hal ini!"
"Aku lapar, Tom," ia melanjutkan. "Mari kita keluar untuk makan malam. Kita pergi dari sini untuk beberapa saat saja. Sepulangnya nanti kita mampir ke bagian telekomunikasi. Kita cari hubungan dengan Bumi!"
"Yaah". " "Tom, engkau sungguh nampak lesu! Apa karena nasibmu sedang buruk" Itu tidak akan menolong keadaanmu, kalau kau begitu terus. Engkau merasa sudah kalah sebelum memulai!"
"Kau benar, pak pelatih!"
"Jangan bergurau! Aku sungguh-sungguh, Tom. Aku kira masalahnya karena engkau terlalu mengurung diri dalam kamar tamu itu. Ditinjau dari segi lingkungan, tempat itu sangat hampa hingga penghuninya mengalami keruntuhan mental. Selain itu dengan tinggal di sana; engkau berada di luar sentuhan apa yang terjadi di New America . . . . Aku ingin engkau pindah ke tempatku saja!"
"Tetapi ...." "Tidak ada kata tetapi! Aku sudah lama tidak punya teman sekamar. Aku pun merasa kesepian. Ruangan itu cukup, dan kukira itu akan membuat engkau pun lebih baik. Kita ambil barang-barangmu nanti setelah pergi ke bagian telkom."
"Ben, dengarlah aku!" kata Tom.
Ia memandangi Ben yang sedang mematikan lampu-lampu kamarnya. Ia merasa lebih terbenam dalam keruntuhan mental. Ia mulai merasa sebagai beban dari temannya, dan ia tidak menyukai sama sekali perasaan demikian.
"Aku hargai tawaranmu itu," katanya. "Tetapi aku tentu bagaikan pembawa penyakit dalam pergaulan di sini. Doktor Grotz benar-benar telah membuat diriku secara resmi 'tidak boleh dihubungi'. Aku tidak ingin arang yang mencorengi aku ini akan pula melumuri engkau."
"Ah, biarkanlah itu menjadi urusanku sendiri, oke?"
"Ah, tidak tahulah ...."
"Jadi" Bereslah!" kata Ben, menatap Tom dengan tegas. "Dengar, mari kita keluar untuk makan. Aku tahu, ada rumah makan Itali dekat di sini".. Via Nuova America. Engkau suka spageti?"
"Ben," sahut Tom jengkel.
Ben sudah keluar dari pintu depan. Dua jam kemudian, Tom dan Ben memasuki pintu Pusat Telekomunikasi.
"Maaf, mulutku bau bawang," kata Tom tertawa. Ben juga tertawa dan berpura-pura menjauhi Tom.
"Aku telah memperingatkan kau, Fettucini verdi al pesto adalah rempah-rempah yang keras. Aku akan berterimakasih, kalau malam nanti engkau selalu menjauhi aku, paling tidak lima langkah!"
Kedua pemuda itu tertawa-tawa ketika mereka mendekati meja penerangan utama. Seorang gadis berambut coklat tersenyum menyambut mereka.
"Aku ingin bicara pribadi dengan Swift Enterprises di Bumi," Tom meminta sambungan.
Ia merogoh dompetnya, lalu menunjukkan tanda pengenal New America kepada gadis itu. Ha, tetap dapat dipercaya seperti biasa, pikirnya. Resepsionis itu meletakkan kartu pengenal di atas sebuah mesin yang ada layar pengamat yang kecil. Beberapa detik kemudian sebuah lampu berkedip-kedip. Resepsionis itu mengambil kartu kembali untuk memasukkannya ke dalam kotak bertanda 'Pesawat lima'.
"Kartumu aku tahan sampai engkau selesai berbicara, Tom Swift. Ambillah pesawat lima"..eh, tunggu sebentar," katanya ketika Tom dan Ben memutar tubuh untuk pergi. "Ambillah ini juga! Ambillah semuanya," kata resepsionis itu tersenyum lebar. Ia memberikan sebungkus permen pengharum mulut.
Tom menerimanya, wajahnya merah.
Komunikasi di dalam New America tidak terlalu rumit, dan pembicaraan-pembicaraan setempat dapat dilakukan di mana saja.
Untuk pembicaraan keluar merupakan masalah lain, sebab sinyalnya harus dipantulkan melalui beberapa satelit (Kalau sasarannya pada sisi yang berhadapan dengan koloni tersebut) diperkuat, kemudian dipancarkan dengan gelombang mikro yang ketat ke Bumi.
Tempat pesawat lima dilengkapi dengan kabinet yang besar dan sebuah layar TV, dan di bawahnya terdapat sebuah mikrofon yang dapat diarahkan serta lensa kamera pickup. Tom menekan tombol "buku telepon" umum, kemudian menekan pula "buku telepon Amerika Utara." Setelah menekan-nekan beberapa tombol lagi ia sudah tersambung dengan Amerika Utara. Ia menekan kode kantor pusat Swift Enterprises, dan beberapa detik kemudian di layar nampak sekretaris pribadi ayahnya tersenyum kepadanya.
"Halo, Tom. Bagaimana engkau di atas sana?"
"Baik-baik saja".Dapatkah aku berbicara dengan ayah?"
Wajah sekretaris itu menjadi lebih serius. "Kecuali kalau memang sungguh-sungguh penting. Sesungguhnya aku sendiri sekarang ini tak dapat menghubungi ayahmu, Tom. Kami telah memberikan kepada beliau obat tidur, sebelum beliau jatuh kecapaian. Tahukah engkau, di sana sedang terjadi tanah runtuh di dasar laut. Hal itu telah memutuskan kabel, dan semua saluran menjadi terlalu padat dengan lalulintas komunikasi darurat. Ada yang lain lagi yang dapat kubantu" Aku dapat meminta ayahmu menghubungi engkau kalau beliau telah bangun."
Tom nampak lesu. "Yah, tolonglah ayah menghubungi aku, kalau beliau bisa. Ini bukan hal darurat yang penting. Nah, sampai eh, tunggu sebentar!" Tom menegakkan duduknya. "Ya ada yang lain! Hubungkan aku dengan Gene Larson!"
Alis mata sekretaris itu terangkat. "Tom! Ia sangat sibuk di lapangan sekarang ini".."
"Margoerite! Aku harus berbicara dengan seseorang!"
Sekretaris itu menghela napas dan mengangguk. Layar berubah menunjukkan tanda "tunggu" dengan lambang Swift Enterprises.
"Gene Larson," kata Tom perlahan-lahan sambil menunggu. "Itulah nama yang menimbulkan rasa takut dalam hati gadis-gadis"calon ahli ilmu pengetahuan."
"Ia tangan kanan ayah yang pandai melenyapkan kesulitan. Orang yang paling terus terang yang kukenal!" kata Tom. "Kalau diminta menyelidiki sesuatu, ia tak tanggung-tanggung. "Tom mengangkat bahu. "Karena itulah ia dikenal sebagai orang bertangan besi. Orang-orang sering mengatakan ...."
Tom berhenti ketika layar menunjukkan langit biru, yang menjadi latar belakang bidang-bidang rectena pertanian, entah di mana di Bumi. Seseorang dalam pakaian pelindung yang longgar kedodoran nampak sedang berbicara dengan seseorang lain yang berada di luar jangkauan lensa maupun mikrofon.
Kemudian orang itu berpaling dan Tom mengenalinya sebagai Gene Larson. Ia berada di bawah tudung pelindung, yang memberikan perlindungan khusus bila sedang menjadi "sasaran" pancaran gelombang mikro dari satelit-satelit tenaga Matahari. Pakaian itu adalah sejenis jas hujan bertudung agar memberikan perlindungan yang lebih tahan lama terhadap pancaran dari ruang angkasa.
Tetapi pandangan mata Gene yang biru itulah yang bagaikan langsung menusuk Tom.
"Ada apa lagi, Tom?" tanya orang yang bertubuh besar itu secra langsung.
"Eh ..." Tom mencoba menguatkan hati menghadapi kekasaran yang khas orang tersebut dan yang telah dikenalnya selama hidup. Tetapi ia tidak siap menghadapi suara yang berat "menggigit" itu. Hal itu menggoyahkan dirinya.
"Eh, Gene. Aku menyesal telah mengganggu engkau. Tetapi aku sedang menghadapi masalah di atas sini, dan aku kira pantas engkau ketahui!"
"Kalau engkau hendak bicara tentang perselisihan pribadimu dengan Doktor Grotz, aku tidak ingin"."
"Perselisihan pribadi?" teriak Tom menyela orang yang lebih tua itu. "Dari mana engkau dengar itu?"
Wajah Gene Larson tidak berubah.
"Doktor Grotz mengirim laporan yang terperinci kepada kami, yaitu tentang seluruh kekacauan yang kautimbulkan. Ia menganggap engkau berbuat seperti anak seorang hartawan kaya yang tidak bertanggungjawab. Ia meminta agar kami memanggil engkau pulang."
Kini rasa marah menggelegak di dada Tom. Itu adalah tidak adil.
"Lalu, bagaimanakah pendapatmu sendiri?" tanya Tom, hampir tak kuasa menahan diri untuk tidak berteriak.
Ia benar-benar marah, bahwa Doktor Grotz sampai hati membawa persoalan itu hingga ke rumah Tom, menganggap Tom seperti anak kecil saja. Benar ia masih muda, memang. Tetapi sudah sejak lama ia tidak memerlukan pengasuh lagi. Tom belum tahu hingga kini sejauh mana kebencian Grotz yang tidak dapat dijelaskan.
"Aku tidak mempunyai pendapat apa pun," kata Larson datar. "Aku belum tahu fakta-faktanya. Apakah hal ini yang hendak kaubicarakan?"
Tom mengambil napas dalam-dalam. Hal itu untuk mendukung suara maupun sarafnya. Gene Larson merupakan orang kedua setelah ayahnya, yang selalu menuntut agar disenangkan hatinya. Tom merasa dikhianati.
"Tidak, Gene," ia berkata datar pula. "Hal ini lebih serius lagi. Seorang temanku ...."
"Ben Walking Eagle?"
". . . ya. Kami berdua telah melakukan penyelidikan pendahuluan. Kami berpendapat, ada sesuatu kesalahan yang fatal pada mesin ruang angkasa Doktor Grotz!"
"Apa itu?" Larson mendesak.
"Kami belum tahu dengan pasti ...."
Wajah Larson yang keras berkilat sebentar. Ia nampak jengkel.
"Jadi suatu tuduhan yang tajam bagi Grotz yang telah punya nama besar. Itu kalau engkau tidak punya kenyataan atau bukti yang mendukung tuduhanmu. Engkau tidak seperti biasanya yang selalu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik terlebih dulu."
Kata-kata itu menusuk hatinya. Tetapi ia terus mendesak.
"Aku tahu. Kita harus menghentikan instalasi mesin penggerak di Daniel Boone sekarang juga kalau tidak.., sejumlah jiwa akan melayang?" termasuk ayahku!"
"Engkau mengemukakan kata-kata yang hanya berlandaskan emosi, Tom," kata Larson. "Hal demikian itu selalu membuat kedudukan yang lemah dalam perdebatan."
"Ini bukanlah sekedar perdebatan seperti di sekolah menengah, Gene!"
"Sudah jelas bukan, memang!" bantah Larson. Untuk yang pertama kali suara Gene meninggi hingga membuat Tom terkejut. "Aku hanya berusaha agar engkau menggunakan otakmu, nak! Engkau tidak menyukai Grotz karena ia memperlakukan engkau dengan buruk. Dan engkau sendiri membiarkan hal ini merasuk hatimu yang seharusnya berupaya bertindak secara ilmiah!"
Kini suara Larson menjadi lunak.
"Dengar Tom! Engkau telah berhasil menemukan hal-hal yang mengagumkan pada waktu-waktu yang lalu. Engkau pun tahu bahwa kalau engkau mengatakan ada sesuatu yang tidak baik, kami akan siap untuk memeriksanya di sini! Itu bukan saja karena engkau adalah seorang anak dari pimpinan kami. Tetapi bagaimana pun juga kita harus memperoleh lebih daripada hanya kata-kata atau kecurigaanmu!"
Selanjutnya suara Larson menjadi lebih lunak lagi, lebih ramah, namun masih menunjukkan kewibawaan.
"Aku tahu, engkau telah melakukan hal yang banyak untuk memperkembangkan mesin penggerak berdasarkan proses peleburan. Kemudian datanglah Grotz, dan ia telah mengambil "angin dari layarmu". Penemuannya itu rupanya maju jauh mendahului, ya mendahului perkembangan yang konvensional. Aku dapat memahami bahwa engkau menjadi jengkel, tetapi".. "
"Bukan itu alasannya, Gene! Benar-benar memang ada sesuatu yang tidak beres. Aku mengaku bukan menurut tulisan-tulisannya yang telah diterbitkan, atau pun menurut percobaan-percobaannya. Tetapi pesawatku seharusnya tidak mungkin meledak! Dan mengapa sikap Grotz sedemikian bermusuhan" Dan mengapa" .
"Tom!" secara ketus Gene menyela. "Tom! Carilah bukti-bukti. Berikan itu kepada kami, angka-angka, jumlah-jumlah, data, hasil-hasil percobaan, atau sesuatulah! Mengertikah engkau?"
Tom menyandarkan diri di kursi. Ia menatap layar itu dengan diam beberapa saat. Dan ketika ia angkat bicara lagi, suaranya telah tenang kembali.
"Terimakasih, Gene. Menyesal aku telah mengganggumu. Tolong sampaikan kepada ayah bahwa saya telah berbicara!"
Larson mengangguk, dan Tom menghentikan siarannya. Ben bersiul lirih.
"Ia benar, Ben," kata Tom tenang. "Ia memang benar. Engkau pun sudah hendak mengatakan itu kepadaku di rumah sana. Tetapi hal itu belum mengendap di benakku seperti sekarang."
Tom merasakan rahangnya kaku.
"Ini adalah perang! Doktor Grotz yang menyatakannya, dan aku telah mundur selama ini. Tetapi terlalu banyak jiwa yang dipertaruhkan bagiku, kalau terus-menerus harus mengalah. Aku harus mulai bertempur secara profesional atau kalah!"
Tom berdiri dan tersenyum menyeringai kepada temannya.
"Mari kita mengambil barang-barangku sekarang. Kita dapat melakukan perpindahan ini dengan sekali jalan."
Ben tersenyum lalu keluar, sambil mengucapkan terimakasih kepada operator.
"Apa sih mesin peleburan yang telah kau kembangkan?" tanya Ben sambil melangkah.
"Sesuatu yang hampir kuselesaikan. Aku sedang akan mengujinya, ketika mesin buatan Grotz ditemukan. Nampaknya seperti lebih efisien, jadi".." Tom mengangkat bahu.
Mereka diam sejenak, kemudian Tom berkata: "Mari kita berbicara tentang perlombaan. Aku sedang membutuhkan pesawat baru."
"Dan sebuah mesin yang sama sekali baru."
"Pesawatnya itu sendiri tidak menyulitkan. Sebab hanya merupakan gelembung udara dengan mesin pendorong yang kuat di belakangnya!"
Mata Ben berputar. "Wah, kalau Herr Werner von Braun mendengar ucapanmu ini! Bagaimana mudahnya kita ini membicarakan tentang mukjizat-mukjizat ilmu pengetahuan."
"Satu abad yang lalu mereka mengira pembakaran dalam mesin adalah yang terbesar dan ada pohon mekanik yang rimbun di mana-mana ?"tetapi mobil yang sama pada abad sebelumnya rupa-rupanya sangat menakjubkan.
"Demikian majunya sejarah ilmu," kata Ben tersenyum. "Jadi, mesin apa yang hendak kaugunakan" Mesin penemuanmu?"
"Aku sedang memikirkan ...."
"Kapan, engkau tidak sedang berpikir, Tom?"
"Memang sulit untuk berhenti berpikir, Ben. Itulah salah satu yang tak pernah dapat kukuasai! Dengar, mesin roket konvensional sangat besar dan terlalu boros roket kimiawi sudah sangat kuno. Demikian pula mesin ion."
"Mesin ion sudah terlalu kuno?" seru Ben.
"Memang! Engkau tahu bagaimana cara kerja mesin ion?"
Ketika Ben mengangkat bahu, Tom segera mengambil kertas dan cepat-cepat mulai menggambar diagram-diagram. "Lihat, engkau memberikan muatan negatip pada elektron-elektron, kemudian menjalankannya di sepanjang jalur secara maknetis. Kalau itu kaulakukan berulang kali dengan cepat sekali, engkau akan bergerak secara berlawanan. Masih ada sedikit lagi di situ".. misalnya memancarkan elektron-elektron untuk menghantam partikel-partikel yang datang kembali. Tetapi hanya itulah, secara dasarnya."
"Berapa cepat yang kaukatakan cepat itu?"
"Beberapa ribu kali dalam sedetik. Itu paling sedikit. Makin cepat makin baik, dan makin cepat engkau bergerak. Tetapi aku berpendapat menemukan sesuatu yang lebih baik. Aku sedang bekerja pada proyek ini. Kami sedang mulai dengan Mighty Mouse ... itulah nama mesin peleburanku "
"Mesin peleburan?"
"Ya. Memang aku tahu, orang-orang lain telah mengerjakannya pula. Dasarnya memang bukan hal yang baru, tetapi kukira akulah yang telah memecahkan masalahnya yang terbesar: pengendalian dan pengontrolan. Aku cukup lama menghentikan riset dan pengembangan ketika riset mesin penggerak Doktor Grotz diterbitkan." Wajah Tom nampak sangat serius.
"Kukira, itulah yang menjadi kesalahan, mengapa pesawatku meledak. Justru aliran plasma yang kurang terkontrol. Tetapi kita akan menyelidikinya "
"Kita?" "Kita! Engkau dan aku. Aku membutuhkan orang yang paling ahli untuk komputer yang paling baik yang dapat kita peroleh. Hanya sebuah komputer yang dapat memberikan apa yang kita butuhkan dan sebuah komputer hanya akan baik kalau orang yang melayaninya juga baik."
"Aku?" "Engkau!" Wajah Ben marah dan menyeringai.
"Oke, akulah orangmu. Di mana kita memperoleh Mighty Mouse ini?"
"Ada sebuah di sini sekarang ini. Aku telah memesannya begitu pesawatku meledak. Bahkan namanya pun sudah kudapat."
Ben tersenyum. "Semuanya saja mendapat kartu nama sekarang ini. Orang memberikan nama kepada komputer, kepada mereka?"eh, apa mereka menyebutnya?"
"Yah, karena kita berdua berharap dapat ikut Daniel Boone, dan kapal yang akan kita bangun merupakan kapal pemandu, aku ingin menamakannya Davy Cricket."
"Pesawat Davy Cricket," Ben mengulang perlahan-lahan sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Bukan Santa Maria, atau Beagle atau Argos, bukan pula Enterprise. Tetapi pesawat Davy Cricket!"
"Engkau tak menyukainya?"
"Yah, kebanyakan pesawat cepat dinamakan Martian Flash atau Emmysue, atau Moonglow atau semacam itu."
"Lalu apa salahnya dengan Davy Cricket?"
Ben mengangkat bahu. "Tidak ada apa-apanya, kukira. Apakah nama itu Shakespeare atau entah siapa," ia menggeleng-gelengkan kepalanya, "Davy Cricket!"
"Engkau harus mengerti, bahwa telah lama orang punya pabrik peleburan-peleburan," Tom melanjutkan, "hanya saja ada yang dapat membikinnya untuk membuat mesin penggerak di ruang angkasa. Mesin Prometheus Drive adalah mesin peleburan, walau Grotz dan aku melihat botol maknetik itu dari sudut yang berlainan."
"Engkau selalu menggunakan istilah itu. Apa sebenarnya botol maknetik itu?"
"Secara teori sederhana sekali, Ben. Kaubekukan gas hidrogen " deuterium " menjadi sebuah butiran. Kautembakkan butiran itu ke dalam medan maknit yang bulat. Harus kukatakan, kedua benda itu adalah buta yang satu terhadap yang lain, dengan pengertian bahwa mereka tak melakukan aksi atau reaksi satu sama lainnya."
"Dapat juga digunakan air berat, bukan" Yaitu air di dalam yang atom-atom hidrogennya diganti dengan deuterium?"
Tom mengangguk. "Itu sudah dikendalikan dan kuat, medan maknit bulat itu dimampatkan, hal ini menyebabkan timbulnya panas, sejumlah panas yang besar sekali. Dapat dibandingkan dengan bagian pusat dari Matahari. Kaubuka salah satu ujung botol maknetik itu, maka keluarlah api yang cukup panas untuk menguraikan molekul-molekul ke dalam atom-atomnya."
"Itu sebuah roket," kata Ben.
"Dengan penjelasan yang sederhana, ya. Masalahnya selalu berganda; menyelenggarakan botol maknetik sedemikian rupa, sehingga terdapat daya dorong yang merata ke segenap arah dan cara membukanya botol itu untuk mengeluarkan arus plasma. Orang sudah dapat menggunakan dalam pertambangan, tetapi mesin-mesin yang digunakannya harus besar sekali, lagi pula, mesin-mesin itu tidak memerlukan penghalusan pengendalian seperti yang dibutuhkan oleh pesawat ruang angkasa."
"Engkau sudah memecahkan problem itu?"
"Kukira begitu. Aku akan segera mengetahuinya."
Mereka berhenti untuk memberi jalan kepada sebuah mobil listrik, penuh dimuati peti-peti plat-plat baja busa. Tiba-tiba Tom memberengut, dan Ben mengikuti arah pandangannya.
"He, orang itu?"."
"Chet Worden?" "Ya. Aku sudah bertemu dia bersama Anita Thorwald, tetapi ... ada sesuatu yang kukenali pada dia ...."
Ketika mereka memandang, ada pemuda kedua keluar dari pabrik protein sambil menyisir rambutnya dengan kedua tangannya. Ia lalu menemani Chet Worden.
"Yang satunya itu si Dan Deckert," kata Ben. "Mereka juga membuat pesawat balap. Pesawat Regine, kukira." Ia memandangi Tom. "Ada sesuatu?"
"Aku sudah pernah melihat mereka sebelumnya. Tetapi tidak bersama Anita."
Kecurigaan-kecurigaan mulai muncul. Apakah mereka itu orang-orang bertopeng yang telah menyerang dia" Tetapi tanpa ada bukti-bukti ia lebih baik menutup mulut. Mereka benar-benar telah dia kenal"..cara mereka berjalan, tinggi badan, besarnya, katakanlah "bahasa tubuhnya".
"Ayo," ajak Ben sambil menepuk bahunya, "terus jalan! Kita menghadapi banyak pekerjaan serta mengejar waktu."
Tom melihat Worden dan Deckert yang memandangi mereka berdua ketika melewatinya. Apakah mereka itu yang telah menyerang dia"
Bab Sembilan Esok paginya Tom sarapan seorang diri di warung yang terdekat.
Telur-telur nampak asli, tetapi sosisnya ia belum pernah melihat sebelumnya. Bukannya tidak enak hanya lain sekali rasanya.
"Mungkin pengganti protein yang dibumbui," pikir Tom. Hanya sedikit disamarkan dengan yang tradisional.
Tom menghirup minuman yang masih mengepul panas. Sambil makan ia merenungkan keadaan dirinya sendiri. Malam ini, yaitu di rumah Ben, pertama-tama ia merasakan nyaman sesudah kecelakaan itu. Ia senang kini dapat bebas berdiri sendiri secara batiniah. Tetapi kini ia harus membuat rencana sebuah serangan. Bagaimana ia harus dapat membuktikan, bahwa mesin Doktor Grotz adalah gagal" Apakah ia dapat tepat pada waktunya memperbaiki mesin peleburannya sendiri"
Warung itu menjadi penuh dengan mengalirnya pengunjung dari pekerja giliran siang. Ora
ng-orang dalam seragam berwarna yang menjadi tanda pengenal duduk bergerombol, berbaur dengan orang-orang yang berpakaian biasa. Ia melihat meja-meja menjadi penuh terkecuali mejanya sendiri. Tidak seorang pun yang meminta dia untuk menemani mereka makan. Begitu juga tidak ada seorang pun yang bersedia untuk menemani dia. Dalam suatu hal ia malah merasa senang. Ia memang sedang memerlukan suasana untuk berpikir.
Karena itu ia memusatkan pikirannya. Ia tidak mempedulikan keramaian di sekelilingnya, sehingga ia dapat melakukan sesuatu dengan bebas.
"Bolehkah aku duduk di sini?"
Tom mendongak dari piringnya. Hampir saja ia tersedak. Anita Thorwald berdiri di depannya. Ia tengah memegangi baki makanannya.
"Aku bilang .... "
"Aku sudah dengar. Silakan, eh, nona Thorwarld. Engkau mau menemani aku?"
Anita lalu duduk berhadapan dengan Tom. Ia mulai makan tanpa melihat kepada Tom. Tom sendiri dengan diam-diam memperhatikan untuk beberapa saat. Kemudian ia berkata:
"Aku tidak mengerti apa yang tidak kau senangi pada diriku, nona Thorwald!"
Tiba-tiba si cantik berambut merah itu mendongak. Seperti terkejut ia tersadar bahwa Tom masih ada di hadapannya. Ia berkedip-kedip terganggu.
"Aku tidak menyukai orang-orang yang membuat kesalahan yang mahal harganya, tuan Swift."
"Panggil saja aku Tom. Engkau tahu aturannya. 'Tuan Swift' adalah ayahku!"
" . . . dan aku juga tahu mungkin karena engkau tampan dan kaya aku akan melupakan apa yang terlah terjadi. Lalu membiarkan engkau menang dengan pesonamu!"
Ia sedikit membungkukkan badannya ke depan dengan memberengut.
"Nah, tuan Swift, itu tidak akan berhasil. Barangkali engkau akan bicara dengan ayahmu dan memesan sebuah mainan baru, dan setiap kali engkau menghancurkannya. Tetapi itu semua tidak akan membuat aku menghargai engkau!"
Tom tidak pernah merasa bangga karena kekayaan, sebab ia mampu mencari kekayaan dengan berusaha sendiri. Tetapi sikap Anita yang bermusuhan secara terbuka itu benar-benar menusuk lubuk hatinya.
Anita tentu merasa menang, sebab ia tersenyum puas, lalu dengan sengaja meneruskan makan.
Tom mencoba lagi. "Setiap orang dapat membuat kesalahan. Dan aku juga telah mencoba memperbaiki kerusakan yang kubuat. Aku pun telah menyuruh membuat rekening untuk perbaikan atas nama diriku. Aku tidak perlu memanggil ayahku untuk meloncat keluar. Aku sendiri akan membereskan segalanya!"
"Oh begitu?" kata Anita datar.
Tom berhenti sejenak. Ia pandangi Anita. "Engkau tahu kita mulai berkenalan pada saat yang kurang baik. Aku menyesal akan hal itu."
Kini Anita ganti memandangi Tom. Matanya yang besar seperti sedang menjajaki ke dalam diri Tom. Kemudian Tom merasa dinding pertahanannya mulai terpasang kembali. Dan ini sudah merupakan kemenangan kecil baginya. Ia bertekat untuk mendesak lebih jauh.
"Engkau telah banyak mengetahui tentang diriku. Tetapi aku belum mengetahui apa-apa tentang dirimu. Apa yang kaulakukan di sini" Dan dari mana engkau asalnya?"
Tanpa menjawab, Anita menyeka mulutnya dengan serbet, lalu bangkit berdiri. Ia memungut baki makanannya dan memandang ke bawah, tepat ke wajah Tom.
"Aku harus pergi untuk bekerja, tuan Swift. Senang telah bercakap-cakap dengan engkau!"
Kota Angkasa Luar Seri Tom Swift 1 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tunggu!" Tom melompat demikian cepat hingga botol orange juice di mejanya tumpah. Orang-orang di sekelilingnya serentak menoleh. Di antaranya ada yang hanya memandang, beberapa ingin tahu apa yang terjadi, dan beberapa lagi nampak pandangan bermusuhan. Tetapi mereka kemudian berpaling kembali dengan sopan.
"Bolehkah aku berjalan dengan engkau?" tanya Tom, sambil melangkah di sampingnya.
"Ini negeri bebas!" jawab Anita.
Tom membuang sisa makanannya ke dalam tong sampah. Ia menumpuk bakinya di atas baki Anita. Mereka berjalan bersama tanpa bercakap-cakap hingga sampai di gedung Ilmu Bio-Mekanik.
Tom mengikuti Anita masuk ke dalam gedung. Dan ini membuat Anita sedikit terkejut. Namun ia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Anita memberi salam kepada beberapa orang dengan melambaikan tangan. Ia lalu duduk pada meja kerja yang diterangi lampu. Teman-temannya berhenti, memandangi Tom, lalu kembali bekerja.
Di meja terletak beberapa suku cadang yang tidak dikenali Tom. Rupanya seperti alat-alat elektronik, yang juga disambung pada bagian-bagian alat mekanik. Tom memandang ke sekeliling, tepat waktunya dengan saat Anita memasang alat pembesaran pada tempatnya.
Laboratorium itu luas, penuh dengan meja-meja dan peti-peti. Sebuah lagu Yagodka terdengar dari radio.
Akhirnya Tom berkata: "Nah, baiklah. Apa yang kaukerjakan di sini?"
"Kami dari bagian percobaan. Mendapat dana dari World Heart Association, American Medical Association, Stanford, Asimov School of Space Medicine " Anita melambaikan tangannya yang bebas sambil terus menekuni alat pembesarnya.
Tom tahu dinding di antara keduanya mulai lumer.
"Ya, tetapi apa kerjamu?"
Anita menggerakkan sebuah kamera televisi mini. Ia memasangnya pada sebuah layar yang terpampang pada meja kerjanya.
"Kami membangun prosthetik, tuan Swift!"
"Tentu lebih daripada itu eh, maukah engkau berhenti memanggil aku "tuan Swift?""
Anita memberi isyarat samar-samar dengan alat yang dipegangnya.
Tom mengira wajahnya agak memerah. Ah, tidak! Itu tidak mungkin!
"Aku yakin, engkau tentu mengerti tentang kaki-tangan buatan eh ... Tom. Adapun yang sedang kami coba di sini ialah membuatnya dengan lebih baik. Untuk kemudian dibuat secara besar-besaran di Bumi. Karena gravitasi nol, kami tidak memerlukan mesin-mesin. Kita dapat menuangnya, dan dibuat yang lebih ringan."
Tom menjadi gembira. Anita mulai membuka diri. Suaranya pun mulai terdengar ramah. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Anita.
"O ya, kaum cyborg".aku selalu tertarik".."
Seketika itu pula Tom merasa telah membuat kesalahan yang besar, tetapi tidak tahu pasti. Wajah Anita menjadi pucat, kemudian merah padam. Ia terduduk tegar, tak bergerak untuk sesaat. Ketika ia memandangi Tom, pandangannya nampak dingin.
Dinding pemisah pun dipasang lagi, pikir Tom. Lebih kuat dari semula.
Dengan membungkuk, Anita menggulung celananya. Tom ternganga.
Mulai dari lutut ke bawah, kaki Anita adalah kaki buatan. Kulit dari plastik halus membungkus jaringan kawat-kawat yang rumit, modul-modul komputer, batere-batere yang kuat dengan sambungan luar untuk mengisi setrum listrik serta kerangka logam.
"Kukira engkau dapat menyebutku sebagai seorang ahli dalam bidang ini, tuan Swift. Ia menurunkan kembali pipa celananya, lalu kembali menghadapi layar televisinya. Terlihatlah sebagian dari perkakas yang sedang dikerjakannya dengan pembesaran yang kuat.
Pada mulanya Tom tidak tahu apa yang harus dikatakan. "Tetapi engkau dapat bermain bola tangan pada gravitasi nol dengan sangat baik!"
Ia tahu telah terlalu jauh menggunakan mulutnya dan tidak kuasa untuk menahannya. Kemudian ia mendadak menjadi marah. Anita dengan sengaja dan keras telah melakukan suatu serangan maut " "atas biaya sendiri" , yang membuat Tom nampak tolol dan bengong.
"Apakah ini diberikan oleh getaran jiwamu, Anita" Untuk menggoncangkan jiwa orang lain?"
Tom melihat dua bibir Anita terkatup rapat. Tetapi sebelum keduanya sempat berbicara lebih lanjut, Mark Scott datang. Ia membawa sebuah modul, yaitu suatu alat yang tidak dikenal oleh Tom.
"Menyesal aku telah terlalu lama untuk dapat menyelesaikannya, Anita. Tetapi, eh".saudara Swift."
Ia memandang dari Tom ke Anita. Ia merasakan ada sesuatu masalah.
Anita berpaling dengan mendadak dari meja kerjanya. Ia mengambil modul itu dari tangan Mark, lalu memeriksanya dengan teliti.
"Tidak mengapa, Mark," katanya. "Aku yakin engkau telah bekerja baik. Modul ini tentu sempurna?"itu kalau pesawat Valkyrie hendak memenangkan perlombaan tiga-jalur!"
Dengan tiba-tiba ia mendongak dan menatap kedua mata Tom. Tom tahu bahwa ia mendapat tantangan yang hebat. Anita meletakkan modul itu di atas mejanya, lalu membuka salah satu sisinya. Maka nampaklah tata letak kartu-kartu sirkuit elektronik yang tercetak sangat halus.
Anita menggulung lengan bajunya, dan menampakkan sebuah alat yang mirip arloji yang sangat mahal dan teliti. Alat itu mempunyai permukaan kristal LED seperti biasa, tetapi lebih besar dan dikelilingi tombol-tombol warna-warni.
Tom memandang dengan terpesona ketika Anita menekan salah satu kode. Muncullah cahaya kehijauan. Kemudian ia menekan-nekan sejumlah angka-angka. Pada modul yang dibawa Mark itu timbul suatu cahaya. Anita melihat ke arah Tom, sambil tersenyum tipis.
"Bio-mekanoid di ruang angkasa, Swift. Enak didengar, ya" Seperti sebuah film saja. Kami dapat menunjukkan beberapa prestasi teknik yang hebat. Itu kalau engkau mau, Tom. Kami kaum cyborg ...."
"Sudahlah, Anita!" sela Mark Scott sambil meletakkan tangan di pundak Anita.
Anita menepuk-nepuk tangan itu tanpa mengacuhkannya dan kembali menatap Tom. "Aku tidak apa-apa, Mark. Aku hanya hendak menjelaskan kepada tuan muda Swift tentang manfaat yang kuperoleh dari kaki palsuku yang ulung ini. Ketahuilah, Swift, ini mempunyai kemampuan komputer yang luas. Bahkan selama kita bercakap-cakap ini, aku juga telah menguji kesinambungan sirkuit listrik dalam papan pengontrol modul ini. Alat pengontrol pada pergelangan tanganku dihubungkan oleh sebuah kawat yang halus sekali, melalui pembuluh utama di kakiku, ke atas melalui sisi pinggangku terus ke lengan. Karena itulah aku memasang "arlojiku" ini pada sisi yang sama dengan kaki palsuku. Engkau lihat sendiri benda inilah yang melakukan pengujian."
Anita lalu menggerakkan kakinya. "Aku dapat memberikan laporan pasaran yang terakhir, angka-angka permainan baseball setiap saat, ya, segalanya. Kalau tidak dikumpulkan di sini, ia akan menghubungi komputer utama koloni ini, dan alat luar biasa ini dapat berkomunikasi dengan setiap komputer ternama di Bumi atau di Bulan. Apa itu tidak luar biasa" Suatu otak tambahan ...."
"Anita!" "Diamlah, Mark! Aku belum selesai dengan melontarkan manusia-manusia mesin di ruang angkasa. Saudara Swift ini menyatakan sangat tertarik dengan kaum cyborg, dan aku sedang mencoba menjelaskan agar dia betul-betul puas."
Tatapan Anita menusuk lebih dalam ke hati Tom. "Engkau tanyakan bagaimana aku dapat bermain bola tangan pada gravitasi nol. Nah, aku akan menjelaskannya. Kakiku yang baik dihubungkan dengan kaki palsuku dengan saraf-saraf. Impuls-impuls sarafku diubah menjadi impuls-impuls listrik, dan kakiku menanggapinya. Pada tumit terdapat sensor-sensor. Demikian pula pada telapak kaki, dan jari-jari. Mereka semua itu memberikan kesan balik. Kalau ada sesuatu yang kurang baik kerjanya, maka akan kurasakan seperti menginjak paku payung, terjegal atau terkena panas. Bukankah ilmu itu sangat mengagumkan, tuan Swift?"
Tom maklum bahwa si rambut merah itu dengan diam-diam sedang menghantam dia dengan daya kata-katanya. Anita ingin menghancurkannya. Ingin memojokkan dia agar menjadi malu sendiri.
Dan hal ini membuat Anita mendapatkan kepuasan.
Tom merasakan kepahitan di balik semua kata-kata itu, dan ingin tahu apa penyebbnya. Ia tahu, bahwa banyak orang yang telah mendapat cedera sebelum dapat menguasai dirinya di ruang angkasa. Kaki, tangan dan mata yang hilang, orang-orang tubuh yang rusak atau hancur. Tetapi dengan pengontrolan komputer dan adanya "bank organ-organ tubuh", maka banyak penderitaan dapat disingkirkan.
Tom belum pernah bertemu dengan orang yang diliputi rasa benci demikian hebat. Anita adalah gadis cantik, dan Tom merasa tertarik sejak pertemuannya yang pertama kali. Tetapi kini, penampilannya yang halus telah dirusak oleh amukan perasaan iba kepada diri sendiri, yang sulit ditahan oleh Tom. Satu-satunya cara untuk melawannya adalah jangan sampai Anita tahu pengaruh yang sebenarnya terhadap dirinya. Ia merasakan, Anita telah menusukkan pisau dengan kata-kata langsung menembusi kelemahan kalbunya.
Tiba-tiba secara mendadak Anita kembali menghadapi meja kerjanya. Dengan cepat ia menekan-nekan tombol-tombol pada alat di pergelangan tangannya. Ia tersenyum. Tom berpendapat bahwa ia adalah senyuman kepuasan yang sebenarnya.
"Modul ini cocok sekali, Mark. Sungguh sempurna. Engkau benar-benar mengagumkan terimakasih!"
Mark tersenyum gugup. Ia memandang Anita lalu ke Tom, kemudian melangkah ke pintu laboratorium.
"Aku akan berbicara denganmu nanti, Anita," katanya. "Bagaimana kalau makan malam bersama nanti" Jumper sedang akan menguji bistik protein yang baru kepada kita."
"Baik, Mark!" jawab Anita. "Aku hanya berharap jangan seperti daging domba tiruannya. Kira-kira jam tujuh, oke?"
Mark melambaikan tangannya lalu pergi. Anita kembali ke meja kerjanya. Ia mendorong modul itu ke samping dan kembali memeriksa bayangan pada layar pembesaran. Ia menekan tombol-tombol lagi, dan pembesaran itu meloncat menjadi 100 kali sampai 500 kali. Tanpa melihat ke arah Tom ia berkata:
"Sekarang engkau harus meninggalkan aku, saudara Tom. Aku harus bekerja!"
"Anita, aku ...."
Anita memandangi Tom. "Kalau engkau hendak mengalahkan aku, sebaiknya engkau bekerja pula. Bukankah begitu?" Ia kembali menghadapi layar. "Selain itu, kalau engkau tetap di sini, mungkin ada orang yang menuduh engkau mau mencuri pola-pola penemuanku dan seorang jenius yang ahli menemukan sesuatu seperti engkau tentunya tidak mau dituduh demikian bukan?"
Sebetulnya banyak sekali yang ingin dikatakan Tom kepada Anita pada saat itu, tetapi kemudian ia menyadari, sekarang bukanlah waktunya yang tepat.
"Memang! Anita!' jawab Tom.
Ia membalikkan badannya, lalu melangkah keluar dari laboratorium.
Anita duduk tidak bergerak sesaat, dan menatap ke layar. Kemudian ia melepaskan diri dari termenung, lalu mulai bekerja lagi.
Bab Sepuluh Waktu yang diperlukan adalah lebih dari dua minggu. Tetapi Tom sudah memasang kerangka baja, dan memperlengkapinya dengan prototip mesin peleburannya. Pesawat balap itu nampak seperti belum lengkap sama sekali. Tetapi kenyataannya sudah hampir selesai.
Hanya pada saat itu ia tidak sempat membuat unit untuk ruang yang mendukung hidupnya, di mana ia dapat tinggal tanpa pakaian ruang angkasa atau pun pelindung radiasi. Sekarang ia telah siap untuk uji terbang yang pertama.
Hal itu tidak akan lama lagi. Ia harus langsung disambungkan pada alat daur-ulang oksigen. Ia memang tidak akan menikmati kenyamanan. Tetapi itu tidak mengandung bahaya, dan kerangka yang telanjang itu dapat cepat diselesaikan.
Tom telah membagi usahanya di antara pekerjaan yang paling bersifat fisik dan mekanik untuk menyelesaikan kapal cepatnya Davy Cricket, serta usaha sampingan untuk mengetahui kesalahan apa yang terdapat pada mesin Prometheus ciptaan Grotz.
Pesawat Davy Cricket tidak mengalami kesulitan, tetapi penyelidikan Tom tentang mesin penggerak rumah angkasa ciptaan Grotz masih menghadapi jalan buntu.
"Ini seperti Doktor Grotz tidak membuat pekerjaan rumahnya," kata Tom kepada Ben. "Percobaan-percobaannya yang diterbitkan tak memadai dengan apa yang telah kaulakukan, dan aku tak dapat menentukan di mana kesalahanku."
Ben berulang kali mencoba membantu temannya dengan komputer, tetapi pekerjaan mereka rupanya terhalang. Entah mereka kekurangan data yang vital (mungkin sangat nyata), atau mereka sampai di jalan yang salah. Keduanya tidak menyenangkan.
Tetapi kini Tom ada di luar, di ruang angkasa, berpakaian ruang angkasa, dan terikat pada pesawatnya yang seperti sarang laba-laba. Ia sedang akan mencoba mesin peleburannya. Dengan selalu berhubungan dengan Ben di kamar pengontrol, ia memeriksa setiap bagian dengan seksama.
Tom bukan merupakan satu-satunya yang sedang menguji pesawat balap. Seratus kilometer dari tempatnya, di dalam daerah pengujian yang telah ditetapkan, pesawat Regine sedang diuji. Lebih jauh sedikit lagi adalah pesawat Moonstreak, Alyson Rhoda II dan Sandy C sedang melakukan perlombaan persahabatan.
"Tom," kata Ben di radio.
"Ya, Ben!" "Daerah percobaan! Vertikal ke Selatan, dari tempatmu, segera akan digunakan. Doktor Greg Ellison, sedang melakukan uji terbang!"
"Haa?" Tom merasa tergelitik. "Mengapa?"
"Jangan tanya kepadaku! Aku hanya menuntunnya ke sana!"
"Oke, aku akan tetap tinggal di daerahku!"
Doktor Hans Grotz berada di laboratoriumnya. Ia memandangi sederetan layar-layar monitor televisi dan layar-layar komputer.
Masing-masing alat itu dihubungkan dengan sensor-sensor pada pesawat yang sedang diuji.
"Dalam posisi, Doktor!" kata pilot muda Doktor Greg Ellison, anak emas Grotz. Grotz memandang nanar, lama sebelum memberi jawaban. Doktor muda itu tidak menyadari keheningan tersebut. Ia sedang sibuk memutar-mutar tombol pada papan pengontrol pesawatnya.
"Inilah dia!" pikir Grotz.
Uji terbang ini akan menentukan apakah ia telah berhasil memperbaiki kesalahan-kesalahan pada perhitungannya semula tentang tekanan mesin penggerak Prometheus.
"Bagus, Greg!" kata Grotz. "Mulailah menghitung!"
"Baik, pak. Mesin segera dihidupkan!"
Grotz memandangi angka-angka yang berubah. Mesin peka yang halus terus mengikutinya. Semuanya normal. Botol maknetik terus meningkat. Setempat demi setempat di dalam ruang peleburan.
Sempurna! Semuanya seperti yang diharapkan pada garis grafik.
"Sungguh tolol untuk khawatir!" pikir Grotz.
"Siap membuka botol!" kata Ellison.
"Lampu hijau!" Grotz menggumam.
Peta stabilitas tiba-tiba melonjak-lonjak. "Tidak perlu khawatir!" pikir Grotz.
Kalau medan maknitnya gagal, dengan sendirinya akan roboh" semua kegiatan akan berhenti dengan sendirinya. Tidak seperti pada pabrik nuklir di mana kalau ada sesuatu yang salah, diperlukan lindungan yang rumit dan mahal untuk menjaga kesulitan yang lebih besar.
"Beres! Tak perlu ada yang dikhawatirkan"."
Grotz tidak mendengar ledakan itu. Itu memang wajar. Demikian pula Greg Ellison. Tetapi layar monitor melonjak-lonjak dengan liar sebelum mati sama sekali.
Grotz memandangi dengan mata melotot pada sensor-sensor.
Ledakan!!! "Ellison! Ellison! Greg!" Grotz berpegangan pada tepi meja pengontrol. "Ellison! Laporkan, Ellison!"
Tidak ada suara apa pun. Grotz memaksakan diri untuk bersikap tenang. Mesin itu telah meledak! Ada sesuatu yang tidak beres. Ellison adalah pilot yang selalu berhati-hati. Seorang asisten yang selalu teliti dan tepat. Mungkinkah ia membuat kesalahan yang fatal"
Grotz mengulangi lagi panggilannya. Kemudian kembali duduk dan berpikir. Ellison tentu tewas.
"Mungkin itulah yang terbaik!" pikir Grotz.
Tidak ada saksi-saksi atas kegagalannya. Meski kegagalan yang menyolok! Ia harus kembali mengulang, meneliti seluruhnya. Mencari apa yang salah, dan kemudian memasang mesin itu pada Daniel Boone. Ia akan menimpakan kesalahan itu kepada para ahli teknik yang memasang mesin tersebut. Dan kepada para insinyur yang salah menafsirkan rencana-rencananya. Ia akan menggunakan bobot kariernya untuk menggasak mereka. Protes-protes mereka tidak akan sampai ke Bumi. Semua itu harus menjadi kesalahan mereka, dan bukan kesalahan Grotz. Ia akan".
"Dok"tor?"
Terdengar suara lemah di radio. Suara Ellison. Jadi dia belum mati.
Grotz terbelalak nanar. Terdengar suara lagi, parau kemudian hening.
Ellison masih hidup. Tidak mungkin dia hidup. Grotz menelan ludah dengan berat. Ia tidak boleh hidup.
Tiba-tiba saja Grotz dihinggapi rasa kebencian yang hebat. Ellison hidup"..itu akan merusak segala rencananya. Itu akan menghancurkan segala cerita yang akan disebarkannya.
"Biarkan mampus!" pikir Grotz. "Mampuslah! Engkau tidak aku butuhkan lagi sekarang. Engkau tidak baik lagi bagiku!"
Tidak terdengar lagi suara di radio".
*** "Davy Cricket, di sini Kontrol!"
"Mengerti Kontrol. Di sini Davy Cricket!"
"Apa engkau melihat sesuatu di sebelah selatan posisimu?" tanya Ben.
"Pesawat doktor Ellison lenyap dari layar. Radar menunjukkan tidak ada kesalahan!"
"Ada sinyal-sinyal musibah?"
Tom sudah mengamati daerah di bawahnya. Ia memutar pesawatnya dengan jet-jet pengendali dan meneliti layar-layar radarnya. Tidak nampak sesuatu apa pun.
"Tidak. Tidak melihat sesuatu apa pun?" kata Ben. "Dengar, aku telah memanggil doktor Grotz, tetapi tidak ada jawaban dari laboratoriumnya."
"Kau ingin aku menyelidikinya?" tanya Tom.
"Apa kau mau" Kita dapat menggunakan untuk menguji penyelidikan kita!"
"Tentu! Oke! Segera aku tambah kecepatan."
"Selamat!" Tom tertawa. "Ya, keberuntungan kadang-kadang dapat menggantikan ketrampilan, tetapi ketrampilan tidak dapat menggantikan keberuntungan". dan demikian sering"."
Reaksi peleburan mulai. Tom hanya sangsi sedetik sebelum ia menekan tombol yang akan membuka botol maknetik sepersekian senti. Seberkas api setipis tali menyembur dari belakang pesawat. Dan bintang-bintang mulai bergerak di sekelilingnya.
Tom tersenyum. Mesinnya berjalan baik. Pesawat itu sendiri seperti tidak bergerak. Hanya bintang-bintang dan bayangan New America yang nampak seperti bergerak. Tom bergerak ke selatan bidang yang ditentukan oleh sumbu New America. Matanya beralih dari layar radarnya ke kegelapan kelam di depannya.
"Ada sesuatu?" tanya Ben.
"Belum! Tunggu!"
Dari sudut matanya Tom melihat kilatan yang dipantulkan oleh sesuatu, pada jarak beratus-ratus meter dari padanya. Tom mengawasi daerah itu, lalu melihatnya lagi. Sepotong logam! Berputar-putar menangkap cahaya Matahari. Tom mengikuti lintasan itu. Ia mulai mencari-cari di daerah dari mana datangnya pecahan pesawat itu.
"Ben! Ben! Aku melihat sesuatu! Ya".sudah nampak pada radar! Sebuah".seperti"ya, semacam reruntuhan ...."
Tom menajamkan pandangan matanya.
"Eh, seperti ada orang di sana. Seperti mengenakan pakaian ruang angkasa warna kuning!"
"Itulah dia, Tom. Greg memakai pakaian kuning kenari. Itu aku tahu betul!"
"Aku akan mendekatinya. Kubalikkan jet-jetku, untuk melambat. Ya," ya, sudah kulihat sekarang. Ia cedera, Ben!"
"Bawa dia kemari! Cepat, Tom!"
"Akan kudekati dulu"..terlalu sibuk untuk bicara kini ...."
"Aku mengerti, Tom!"
Tom mematikan jet-jetnya. Pesawatnya melayang semakin dekat. Ia hanya membuat manuver-manuver kecil. Orang berpakaian kuning itu terikat pada reruntuhan sisa pesawat. Pecahan-pecahan pesawat itu melayang-layang di sekitarnya. Seluruh bagian buritan pesawat itu telah lenyap, sedang bagian tengahnya robek-robek.
Tom menyalakan jet-balik. Pesawatnya berhenti di dekat reruntuhan. Ia mengikatkan tali pengaman pada dirinya dengan pesawatnya. Lalu ia melepaskan sabuk pengamannya sendiri dan menjejakkan kaki, melayang menuju ke Greg Ellison.
*** Hans Grotz menghambur memasuki kantornya. Napas terengah-engah dan peluhnya bercucuran. Ia menyentak tarikan laci mejanya untuk mencari-cari kunci komputernya. Ia menghidupkan komputernya.
Dengan menggunakan kode khusus ia mengetikkan pesan kepada kedua kaki tangannya, Worden dan Deckert.
Kedua pemuda yang masih hijau dan haus kekuasaan itu sangat menyukai pekerjaan seperti itu. Sedang Grotz selalu mengusahakan agar kedua pemuda itu merasa seperti diperlakukan bertugas sebagai agen rahasia.
Tetapi Grotz tidak pernah menyuruh mereka untuk membunuh. Untuk itu keduanya tentu akan meminta imbalan yang tinggi. Tak apalah.
Grotz akan membayar dan"..ya, kecelakaan selalu dapat terjadi di ruang angkasa! Ia akan memikirkan hal itu kemudian, kalau ia sudah mendapatkan waktu untuk berpikir jernih. Tanganilah satu kritis saja setiap kali, pikirnya. Pada saat itu, Doktor Greg Ellison tentu tak mungkin hidup lagi. Grotz merasa sayang kehilangan pegawai yang patuh dan berharga. Tetapi Ellison yang masih hidup dan menyebarkan cerita-cerita kegagalan tidak termasuk ke dalam rencananya! Dengan menghela napas lega, ilmuwan itu menekan tombol dan memancarkan pesan sandi itu ke pesawat Regine.
Tom dapat melihat, bahwa sesuatu telah menghancurkan sistem pengamanan bagian belakang pesawat Ellison. Melalui kubah plastik Tom melihat bahwa orang muda itu berdarah dari mulut dan telinganya serta tak sadarkan diri. Tom juga melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Di balik tubuh Ellison yang melayang tak berdaya, ia melihat sesuatu benda langsing keperakan melaju langsung ke reruntuhan itu. Itulah sebuah kapal angkasa, melaju dalam lintasan yang akan menabrak reruntuhan itu bersama dirinya dan Ellison!
Di dalam cockpit Regine, dan Deckertlah yang mula-mula melihat Tom Swift.
"Chet! Itu pesawat Davy Cricket! Grotz tidak bilang apa-apa bahwa Tom Swift ada di sekitar sini!"
"Memang tidak," jawab Chet Worden. "Aku tak mau mengerjakan perintahnya kini, karena ada saksi! Kita dapat saja membereskan Ellison secara diam-diam, dan menyebarkan berita bahwa semua ini adalah kecelakaan. Tetapi untuk membunuh Tom Swift juga"itu suatu hal yang lain sama sekali!"
"Aku tak berani mengambil risiko, Chet," kata Deckert tegas. "Terlalu besar risikonya!"
"Mari kita pergi saja!"
Sambil melayang di angkasa di samping Greg yang cedera, Tom merasa lega melihat kapal angkasa itu mendadak membelok dengan tajam. Kini ia memusatkan segala perhatiannya kepada pilot yang terluka.
Tom melepaskan sabuk pengaman Ellison dan mengikatkan seutas tali pendek pada sabuk pilot yang pingsan itu. Kemudian ia menjejakkan kakinya dari reruntuhan pesawat, hingga pecahan pesawat itu melayang berputar-putar jauh. Dengan tangannya ia menarik dirinya bersama Ellison setapak demi setapak ke arah Davy Cricket. Ia mengikat Ellison di belakang kemudian memutar pesawatnya yang kecil itu dengan semburan energi berapi.
"Aku segera masuk bersama Ellison," kata Tom. "Akan mendarat di geladak selatan tolong siapkan regu kesehatan. Ellison terluka parah!"
"Kami akan menyiapkan tenaga medis dengan pakaian ruang angkasa luar, Tom," kata Ben. "Silakan masuk!"
*** Tom melepaskan topi helmnya. Ia memandangi para tenaga medis itu membawa Ellison pergi melayang-layang di ruangan tanpa gravitasi.
Usungan itu dilengkapi dengan peralatan pengamanan yang rumit, lengkap dengan sensor-sensor yang disambungkan ke dalam celah-celah pakaian ruang angkasa Ellison.
Tom bergerak dengan mendorongkan tangannya mengikuti mereka, bergerak dengan menarik-narik tali di sepanjang lorong. Ia melihat Ben mendatangi dari sebuah pintu katup, lalu berhenti.
"Bagaimana dengan dia?" tanya Ben.
Tom mengangkat bahu. "Parah. Salah seorang dokter itu mengatakan mungkin memerlukan pembedahan mungkin paru-parunya harus diganti!"
Ben menggelengkan kepala dengan sedih.
"Sungguh kejam! Aku tidak mempedulikan ia tangan kanan Grotz. Tetapi sungguh kejam!"
Mata Tom menyipit, menyelidik. "Dan apa yang dilakukan Grotz?"
Ben nampak terkejut. "Kita akan mengamati dia. Konon katanya, Ellison melakukan percobaan tanpa izin."
"Jadi, semua ini kesalahan Greg, ya?"
Ben mengangkat bahu. "Sepertinya begitu!"
Tom memberengut. Dengan tinjunya ia menghantam dinding. Gerakannya itu membuat dirinya terpental dan berputar mundur ke arah yang berlawanan.
"Ben, kita harus melakukan sesuatu terhadap Grotz!"
Bab Sebelas "Perlombaan akan dimulai dari sini, di New America. Yaitu pada tanggal 22, jam 01.00 waktu Greenwich," kata petugas dari the United Nations Near Space Traffic Control. "Kalian akan mendapatkan posisi yang tepat dengan radar dari sini. Start dilakukan secara bergiliran. Jalur-jalur telah dibebaskan dari New America sini sampai di Sunflower."
Orang dalam pakaian jumpsuit kuno warna abu-abu itu memandangi para pembalap satu per satu beserta para sponsornya dalam ruangan.
"Ingat! Kalian harus mendekati Sunflower di dalam kerucut ruang angkasa yang tegak lurus pada bidang rotasi mereka. Hal ini bukan saja untuk menguji kecepatan pesawat kalian, tetapi sekaligus juga keamanan, navigasi dan kemampuan untuk bermanuver. Kesemuanya itu dibutuhkan dari setiap pesawat ruang angkasa yang baik."
Ben bergerak dengan gelisah. Ia melihat ke kamera-kamera para wartawan di dekatnya. Dalam hati ia bertanya, berapa banyak dari peristiwa ini sungguh-sungguh dipancarkan ke Bumi. Meskipun perlombaan ini adalah yang pertama dalam jenisnya, perincian-perinciannya sudah secara umum diketahui di seluruh dunia. Ada tiga peserta dari Rusia, dua dari Jepang, sebuah dari Cina, dua dari Prancis (termasuk Philippe York yang termasyhur), demikian pula peserta-peserta dari Inggris, Kanada, Swedia, Meksiko dan Sri langka. Ada pula sebuah pesawat raksasa dari Kerajaan Afrika. Maka ruang angkasa itu akan penuh.
Ben melihat ke arah Tom. Ia mengamatinya. Temannya dari Bumi itu seperti sedang mempelajari suatu masalah dalam pikirannya. Sudah jelas sekali bahwa Tom hanya sedikit memberikan perhatiannya pada upacara tersebut.
"Dari Sunflower, kalian harus mendarat, turun dari pesawat di pangkalan Armstrong di Bulan. Kemudian kalian harus kembali ke New America melalui jalur-jalur yang telah ditentukan yang tidak akan secara langsung, tetapi memerlukan ketrampilan navigasi."
Petugas itu nampak puas atas dirinya sendiri.
"Kami sungguh berterimakasih atas kesediaan kalian telah ikut serta," ia melanjutkan, "partisipasi para bangsa yang telah maju teknologinya dan dari para remaja yang sangat berminat!"
Orang itu sangat bersungguh-sungguh ketika melanjutkan. "Seperti telah kalian ketahui ini bukan perlombaan komersial, tidak ada pameran komersial di luar penyebutan peralatan-peralatan, dan juga tidak ada pengumuman-pengumuman yang terlebih dulu diberikan kepada masa media."
Orang itu berhenti sejenak.
"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Kami ucapkan selamat berlomba!"
Lampu-lampu kamera padam. Kemudian ada yang bersinar lagi ketika para wartawan mengambil foto pribadi para peserta lomba.
Tom nampak seperti tersentak bangun, lalu memegangi lengan Ben.
"Mari, kita keluar dari sini."
"Tuan Swift! Tom!"
Tom melihat seorang wartawati mendesak-desak dalam kerumunan orang hendak menghampiri dia. Di belakangnya mengikuti seorang juru kamera.
"Yaaa?" Tom menggumam.
"Tom, aku Michele Kurland, dari Global News!"
"Yaaa?" "Apakah engkau pun masih mengikuti lomba setelah kecelakaan itu" Apakah engkau akan dapat menyelesaikan mesin penggerak ke bintang pada waktunya?"
"Dapat dikatakan bukan mesin untuk ke bintang, nona Kurland, itu akan memakan waktu sangat lama. Jarak ke bintang yang terdekat saja lamanya empat tahun dengan kecepatan cahaya jadi lebih dari duasetengah ribu kilometer setiap detik."
"Ya. Tetapi kini engkau bukan unggulan lagi, Tom; pesawatmu masih dalam tahap pengujian, sedangkan yang lain-lain itu sudah dapat beroperasi."
"Izinkan aku bicara"..Kami akan bekerja sekeras-kerasnya. Nah, nona, izinkan aku pergi dulu."
"Ya, tetapi ...."
Tom melihat seregu wartawan lain memandangi dia, ia merunduk pergi, diikuti oleh Ben. Mereka sampai di lorong dan menyelinap masuk. Suara-suara itu semakin jauh mereka tinggalkan.
Setelah mereka melambatkan langkah, Ben berkata: "Mengapa engkau demikian ketus?"
Tom mengangkat bahu. "Aku sebenarnya tak suka omong-omong tentang apa-apa yang belum selesai. Kita masih harus menghadapi banyak pekerjaan. Tentang menyelesaikan pesawatku itu tidak sepenting menemukan kesalahan mesin GrotZ."
Ben mengangguk. "Memang, engkau benar. Tetapi ini baru pertama kali aku muncul di depan TV." Ia menyeringai malu-malu. "Aku merasa tak keruan. Bayangkan, kalau pamanku Firecloud atau kemenakanku Starflower melihatnya!"
"Firecloud?" "Kakekku melihat ledakan bom atom. Itu lebih mengesankan daripada Beruang Berlari atau Banteng Berbaring atau Walking Eagle " si Rajawali Berjalan!"
Tom tertawa. "Ya, itu memang lebih ceria dari pada Bill, atau Harry atau Elizabeth!"
"Atau Tom!" Ben menggoda.
Tom berpura-pura mendongkol. Lalu mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
"Mari! Kita harus bekerja."
*** Di kantornya, Doktor Grotz menatap dengan wajah muram pada angka-angka di layar komputer. Semua rencananya gagal gara-gara Tom Swift!
"Berani sekali ia mencampuri urusanku!" Begitulah suara hati nuraninya.
"Engkau harus berada di tempatmu. Sebab engkau tidak takut untuk menerkam pada saat yang tepat," bisik nuraninya. "Engkau telah menuruti firasatmu " seperti layaknya sebagai orang besar dalam bidang ilmu " jadi bagaimana kalau engkau tidak selalu memeriksa segalanya hingga desimal ke sepuluh " bukankah engkau selalu benar" " Engkau pernah memalsukan percobaan-percobaan. Kini engkau terperangkap " Hanya itu " Memang itu akan membuat engkau menghadapi kesulitan " tetapi engkau dapat mengatasinya."
Grotz menggigit bibir bawahnya. Alis matanya bertemu.
"Cepatlah engkau membuat keputusan " sebab itulah engkau harus berada di mana engkau harus berada " pejabat direktur suatu konstruksi terbesar yang pernah diadakan manusia " dan kini menghadapi kesulitan " Selain itu engkau selalu mampu melemparkan kesalahan kepada orang lain " Evans, Hayworth, Bailly yang malang bunuh diri " si gadis Toledo " Engkau sudah pernah melakukannya " jadi lakukanlah lagi " Hans .. . lekas lakukan!"
"Aku akan memulai dengan melakukan keluhan kepada Kongres, NASA dan media massa, bahwa Swift Enterprises telah memotong biaya dan tidak mengikuti ketentuan," pikir Grotz.
Mula-mula hanya ungkapan-ungkapan biasa. Kemudian yang berdasarkan catatan-catatan. Tentu saja dengan kata-kata yang telah diaturnya dengan teliti. Tom Swift Senior akan tertimpa kesalahan, demikian juga anaknya yang suka mencampuri urusan orang lain.
Biarpun andaikata aku yang disalahkan, tetapi kepercayaan terhadap Swift Enterprises tentu akan juga berkurang, hingga apa yang kulakukan akan kelihatan kecil jika dibanding dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh "Usahawan-usahawan raksasa". Swift muda dan juga ayahnya akan sangat menderita.
Grotz tertawa seorang diri.
Itu sangat bagus. Ia tidak akan melepaskan cara-cara itu. Dan kalau Ia masih dapat menemukan kesalahan-kesalahan dari perhitungan-perhitungannya, ia yang akan menjadi pahlawan. Dan Swift Enterprises akan lebih menderita lagi. Mereka akan dipersalahkan karena mencampuri pekerjan Grotz.
"Tetapi aku harus merubah beberapa kenyataan-kenyataan. Urusan tulis-menulis bukanlah masalah. Semuanya masih tersimpan di dalam komputer," Grotz tersenyum seorang diri.
Ia memang seorang ahli tentang mendapatkan data dari komputer.
Tidak ada kode apa pun aman baginya. Ia akan menarik rencana-rencana dasarnya, lalu merubahnya. Mungkin akan membuatnya seperti suatu kesalahan komputer atau masukan-masukan yang salah dari para operatornya.
Sebenarnya biarpun Daniel Boone gagal, ia toh akan aman. Begitu Grotz berpikir. Tentu saja ia tidak akan ikut dalam penerbangan perdananya. Bahkan penerbangan uji pun tidak. Ia akan mencari alasan-alasan untuk tidak ikut. Misalnya karena sedih atas kematian Ellison.
"Ha, ya! Doktor Greg Ellison!" Sayang sekali Worden dan Deckert tidak berani melakukan tugas itu. Mereka telah menandatangani surat kematiannya sendiri karena itu. Tetapi itu akan dipikirkan kemudian.
Greg Ellison belum mati. Dan itu hanya soal waktu. Tulang punggungnya cedera, menderita gegar otak yang hebat, dan banyak organ-organ tubuhnya yang rusak. Mereka sudah melakukan transplantasi ginjal, dan sebuah jantung buatan sedang dalam perjalanan dari Bumi. Ia telah mendengar tentang hal itu. Tetapi Greg tidak akan mampu mengatasinya. Ia tidak boleh mengatasinya. Itu akan menghancurkan segala-galanya. Sebab dengan bantuan Ellison ia telah memalsukan beberapa catatan tentang pengujian-pengujian.
Greg demikian silau akan nama besar Grotz, hingga ia berpikir bahwa segalanya itu benar.
Tidak! Greg tidak boleh hidup".biarpun ia harus mempertanggungjawabkannya.
Ia juga harus dapat melepaskan diri dari si anak Swift. Kode alarm pribadinya tentang rencana-rencana yang telah dimasukkannya ke dalam komputer akan memberitahu kepadanya, bila terjadi penyadapan dan Tom serta Ben telah sering minta hasil-hasil percobaan. Cepat atau lambat mereka tentu akan menemukan apa yang salah. Itu tidak boleh terjadi! Ia harus melakukan sesuatu atas Swift muda dan temannya, demikian pula dengan Ellison.
Grotz berputar untuk menghadapi komputernya. Apakah Tom dan Ben sungguh-sungguh tahu apa yang mungkin mereka hadapi sebagai awan, seperti dia sendiri misalnya" Mereka perlu ditakut-takuti. Grotz yang bertubuh besar itu menggigit bibirnya penuh pikiran beberapa saat, kemudian ia mulai menekan-nekan beberapa tombol komputernya, dan tertawa-tawa seorang diri.
Sungguh menggelikan, bahwa ia dalam beberapa jam yang terakhir ini mulai memikirkan tentang pembunuhan sebagai senjata untuk mencapai tujuannya. Ia merasa biasa saja, benar! Hidup Caesar!
Beberapa saat kemudian ia mengerang puas lalu menutup komputernya.
"Wilma," serunya dalam interkom. "Katakan pada Deckert dan Worden bahwa mereka akan bekerja"eh"lembur malam ini. Suruh mereka masuk ke laboratorium setelah jam sepuluh malam."
"Baik, doktor"aku sungguh menyesal atas doktor Ellison. Kami semua mencintai dia, pak."
*** Lampu berkedip pada papan komunikasi, dan Tom menekan tombol "hold" pada perhitungan-perhitungannya, lalu menyiapkan layar untuk Hubungan Luar.
"Halo, nak!" "Ayah!" Tom membungkukkan tubuhnya mendekat. "Aku sudah berusaha menghubungi ayah."
"Aku tahu, aku menyesal. Tetapi Triton Dome sedang menghadapi masalah yang serius. Suatu retakan pada dasar laut telah meretakkan pula dinding luar kubah itu. Terjadi banjir yang cukup hebat. Pembangkit tenaga perbedaan panas menjadi rusak, dan kami harus menggunakan pembangkit tenaga peleburan."
Orang yang tinggi besar berambut abu-abu itu tersenyum kepada anaknya. "Tetapi sudah selesai sekarang. Mereka sedang membereskannya, dan semua telah kembali normal. Ada apa yang terjadi di atas sana" Kudengar engkau mengalami kecelakaan, dan syukur selamat."
"Ayah harus menghentikan pembangunan mesin penggerak di Daniel Boone!"
Orang tua itu nampak sangat serius. "Mengapa, nak" Kita telah menandatangani kontrak dengan jangka waktu yang ketat, tahukah engkau?"
Dengan cepat Tom membeberkan apa yang telah terjadi dan apa yang diperkirakan ia telah berbuat salah. Demikian pula hal-hal yang disebutnya mencurigakan dan mengundang cerita-cerita burung.
"Dan yang paling mengherankan dan belum diketahui sampai saat ini ialah mengapa doktor Grotz begitu membenci aku sejak pertemuan yang pertama. Bahkan sebelumnya!"
Ayahnya yang selalu rapih itu mengangguk tanpa emosi.
"Aku tahu. Hal ini dimulai sejak beberapa tahun yang lalu, Tom. Sebelum engkau dilahirkan, sebetulnya. Hans Grotz adalah bintang cemerlang di antara para ilmuwan muda pada waktu itu. Ia memang cerdas sekali, tetapi . . . ah ... tak menentu. Ia dan aku dipekerjakan pada proyek yang sama. Aku mendapatkan, bahwa ia menyampaikan hasil-hasil test dari data yang belum diperbandingkan. Bukannya kesalahan yang fatal, harap kautahu, tetapi bukan prosedur yang benar. Ternyata perkiraannya memang benar; hanya saja belum diuji dengan semestinya. Kami, eh, jadi kurang akrab semenjak itu. Pada waktu itulah aku bertemu ibumu dan?" Orang tua itu nampak sangat bingung.
"Yah, Hans mencintai ibumu agak keterlaluan. Ia tak mau menerima bahwa ibumu itu memilih aku."
Tom tersenyum. Ia selalu terpukau menemukan kenyataan-kenyataan tentang masa lalu ayah-bundanya, sesuatu yang tak mungkin diperolehnya dalam buku Who's Who in Science.
"Kami pada waktu itu bekerja pada proyek pemerintah yang rahasia. Sebuah sistim satelit mata-mata, sesuatu yang digunakan dalam perang urat syaraf. Aku khawatir Hans berbuat yang sama. Hanya kali ini ia membuat seseorang menderita: ia menimpakan kesalahan itu pada seorang wanita yang luar biasa ... hingga melakukan bunuh diri."
"Apakah ia terlepas dari hal itu?" tanya Tom.
"Aku membuat kehebohan yang demikian, hingga ia dipindahkan ke proyek lain. Kemudian ia gagal memperbarui kontraknya. Kami tak dapat membuktikan apa-apa, tetapi kukira karirnya lalu mengalami kemunduran."
Tom memandangi ayahnya sejenak. "Jadi ia membenci aku karena membenci ayah. Dosa leluhur"."
Ayah Tom tersenyum. "Tuduhan leluhur?" Wajahnya menjadi tenang. "Barangkali lebih baik engkau melepaskan perlombaan itu, Tom. Aku tahu siapa Hans Grotz. Ia tidak segan-segan melakukan perbuatan yang kejam."
Tom menggeleng. "Tidak, ayah! Aku tidak bisa. Aku sudah sedemikian jauh mencari apa yang salah. Aku tahu!"
Kota Angkasa Luar Seri Tom Swift 1 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tom menunjukkan ibu jari dengan jarak satu senti dari telunjuknya. "Ada sesuatu menyolok yang belum aku lihat, kukira!"
Ayah Tom tersenyum lagi. "Tidak melihat hal yang jelas memperlambat penemuan, nak. Yah, aku tahu tidak ada gunanya menyuruh engkau mengundurkan diri dari perlombaan. Jagalah dirimu baik-baik, nak!"
Tom tersenyum kepada ayahnya, lalu mengucapkan selamat berpisah.
Ia menyandarkan diri, kemudian baru menyadari bahwa Ben sedang berdiri di pintu di belakangnya.
"Hee ... Ben!" Tetapi Ben menatap nanar melewati dia. Tom menengok untuk dapat melihat apa yang sedang dilihat Ben. Ia terbelalak. Bayangan seekor itik berjalan hilir mudik pada layar komputer. Tom melangkah ke samping tepat pada waktunya untuk menghindari tabrakan dengan ahli komputer Indian yang menghambur masuk.
"Ada apa, Ben?" tanya Tom.
Ia belum pernah melihat temannya demikian bingung. Tetapi Ben tidak menjawab. Perhatiannya terpaku pada papan tombol komputernya. Dengan cepat Ben menekan-nekan sederetan angka-angka dan huruf-huruf. Kemudian ia memandangi layar dengan diam tegang. Tiga ekor itik lagi nampak bersama yang pertama.
"Ben".!" "Aku telah dirampok," kata Ben. Matanya tidak beralih, terus memandangi layar komputer. "Ada seseorang yang telah memasuki komputerku melalui pengendalian jarak jauh, dan mengaduk-aduk perbendaharaan informasi pribadiku".seseorang yang sangat pandai! Aku mendapat perasaan yang sangat menjengkelkan, bahwa aku harus menggunakan waktu yang lama sekali untuk membereskannya. Ini membuat aku merasa cemar".seperti ada seseorang yang telah memasuki ruanganku dan mencemarkan milikku yang paling kuhargai!"
"Siapa yang mau meng ...."
"Hanya ada satu orang di New America yang punya kekuasaan dan kemampuan untuk melakukan hal itu, Tom. Dan ini merupakan suatu peringatan bagi kita."
"Grotz! Ia tak senang dengan penyelidikan kita."
"Ya." Ben mematikan komputernya. "Aku tidak ingin mencoba membuat program baru sekarang ini. Aku memerlukan kepala yang jernih kalau aku harus memisah-misahkan ini."
"Ini tentu terjadi ketika aku sedang berbicara dengan ayah." kata Tom.
"Eh ya, omong-omong, aku bukannya sedang mencuri dengar percakapanmu," kata Ben merasa salah. "Aku sedang mau masuk, eh?"
Pemuda Indian yang jangkung dan berambut hitam itu melangkah melintas kamar dan menjatuhkan diri pada kursi sambil menghela napas.
"Wah, aku ingin sekali dapat berbicara dengan ayahku seperti itu!"
"Apa maksudmu?" Tom memberengut.
Ben melambaikan tangannya sembarangan. "Engkau tahu, pembicaraan yang sungguh-sungguh. Ayahmu sangat mempercayaimu, aku dapat melihatnya sendiri."
"Yah, tentu saja"."
"Ah, bukannya ayahku tidak mempercayai aku, tetapi ?" Ben menyeka wajahnya, dahinya mengerut. "Sepertinya, yah ... ia tidak dapat mengerti tentang anaknya."
Ben memandang Tom seperti malu-malu. "Seperti sebuah cerita lama saja! Suatu generasi yang tidak menganggap generasi yang lain pantas diajak bicara. Generasi yang lebih muda selalu mendapatkan tempat yang kurang layak."
Ben mengangkat bahu dan melambaikan tangannya pada benda-benda seni yang bergantungan di tembok. "Banyak tradisi, tetapi aku menyukainya. Kini tidak ada lagi berjuta-juta kawanan kerbau di padang rumput".tidak akan pernah ada lagi. Generasi ayahku telah apa ya".....terjebak dalam celah-celah. Mereka melekat pada cara-cara kuno"dan beberapa di antaranya memang baik, Tom. Sungguh baik. Tetapi mereka belum bersedia menerima cara-cara baru, dunia baru" dunia-dunia baru"seperti saat ini: Bulan, Mars atau apa saja!"
Ben nampak malu. "Aku menyesal, Tom. Aku"aku belum pernah mengatakan ini kepada siapa pun. Dan ini semua tertumpuk di dalam diriku. "
"Biar, biarlah! Teruskanlah. Engkau menyebutnya kepercayaan ...."
Ben menyengir. "Ya, itu ... bukannya ia tidak menganggap aku pandai. Ia memang bangga tentang apa yang telah kuperbuat, meskipun ia tak mengerti. Tetapi ia tak mempercayai aku untuk menentukan sendiri. Ia selalu memerintahkan apa yang harus kulakukan, menguasai kehidupanku."
"Ya, bagaimana pun ia ayahmu, dan ia mempunyai lebih banyak pengalaman"."
Ben mengibaskan tangannya lagi. "Aaaah, aku sudah dengar itu semua. Pengalaman beberapa orang adalah pengalaman yang sama juga".selalu berulang-ulang. Ah, maaf Tom, ia bermaksud baik. Itu sudah jelas. Ia hanya tidak dapat mengerti ini dunia baru. Dan tidak sedikit bedanya tetapi banyak sekali!"
Ben menyondongkan tubuhnya ke depan dan mengatupkan dua tangannya.
"Ingat saja kakek Blackfeather. Ketika ia dilahirkan belum ada radio, televisi, mobil, roket, dan komputer. Dan dalam jangka waktu hidupnya, kita telah beralih dari masyarakat peralihan ke kota-kota hingga di bintang-bintang. Hanya dalam jarak umur seseorang. Itulah suatu loncatan yang paling besar dalam sejarah teknologi. Maka tidaklah heran bahwa ia kolot. Memang, ia juga bekerja di ruang angkasa"tetapi baginya tidak banyak bedanya dengan bekerja pada gedung biasa yang teramat sangat tingginya."
Tom dan Ben tertawa-tawa. Kemudian mereka menjadi tenang kembali.
"Yaahh, aku kira aku tak akan dapat mengerti mereka, dan mereka juga tak akan dapat mengerti aku. Barangkali ... kalau aku beruntung... mereka mau menerima aku." Ben menggelengkan kepala. "Ya, kamu tidak tahu bahwa kamu sangat beruntung: seorang ayah yang mempercayaimu dan membiarkan kamu adalah kamu!"
Tom terdiam sejenak. Ia sebelumnya belum pernah menyadari hubungan dengan ayahnya. Ia hanya menerima saja. Hal itu telah tumbuh, dan bertambah dan menjadi semakin banyak selama bertahun-tahun. Dan ia hanya menerima apa adanya, hal-hal yang seharusnya memang demikian. Dalam hati ia hanya bertanya-tanya, apakah semuanya itu benar-benar sedemikian aneh"
Ia menepukkan tangannya di meja. "Nah, aku bilang: kita uji-bakar Dave Cricket! Besok! Bagaimana?"
"Kita berdua?" "Tentu saja, sobat! Kita berdua!"
Ben menyeringai, lalu melompat bangun. "Sobat, ha" Oke, sobat!"
Kedua pemuda itu tertawa-tawa. 'Uji-bakar' adalah istilah kaum teknisi: membuat pola sebuah benda, membangunnya, kemudian dipasang dan dijalankan. Kalau benda itu 'berasap', ia lulus dari 'uji-bakar'.
*** Hans Grotz memasuki ruang laboratorium dan segera menutup pintu.
Ia hanya berhenti sejenak untuk mengenakan kacamata pengaman yang kuat, lalu melangkah di antara meja-meja yang dipenuhi alat-alat penguji elektronik, menuju ke tempat laser. Ia baru beberapa menit berusaha membiasakan diri dengan pengaturan alat laser kecil itu ketika ia mendengar pintu diketuk perlahan-lahan.
Worden dan Deckert ternyata datang lebih dahulu dari yang ia harapkan. Itu bagus. Kalau begitu mereka tidak menemui kesulitan untuk mengambil lempeng elektronik dari komputer Dave Cricket.
Kedua pemuda itu masuk, tersenyum meringis puas.
"Mana barangnya?" tanya Grotz tegang.
Deckert mengulurkan tangannya. Dengan hati-hati Grotz mengambil 'lempeng' sirkuit yang tercetak rapih. Ilmuwan itu menerawangkannya ke cahaya untuk meneliti. Lempeng itu berupa kepingan plastik, yang tebalnya cukup agar dapat kaku, dan dilapisi lapisan-lapisan yang rumit yaitu diagram-diagram yang telah diperkecil secara fotografis serta tercetak halus. Pola-pola itu terisolasi satu sama lain oleh lapisan-lapisan isolasi yang berlubang-lubang untuk menghubungkan alat-alat elektroniknya. Lempeng itu sangat rumit, tetapi cukup standar pada waktu itu. Sistem modulnya sangat baik untuk tukar menukar bagian-bagiannya.
"Duduklah bersenang-senang sebentar, tuan-tuan!" Grotz menggumam. "Sebentar lagi aku ingin kalian mengembalikan barang ini tepat di mana kalian ambil!"
*** "Dave Cricket kepada Kontrol! Kami akan meninggalkan jalur menuju ke daerah percobaan Tujuh ! "
"Roger, Cricket! Delapan dan Sebelas sudah berisi! Periksalah radarmu!"
"Roger, Cricket. Habis!"
Tom memandang ke Ben yang duduk di pesawat berbentuk seperti sarang laba-laba. Ia berpakaian ruang angkasa yang lengkap.
Wajahnya tersenyum-senyum. Mereka bergerak di sepanjang jalur yang dimonitor jet-jet udara pengendali. Pada waktu Tom menggunakan mesin peleburannya, yaitu ketika menyelamatkan Greg Ellison, sebenarnya dalam keadaan terpaksa karena menghadapi keadaan darurat.
"Nah, siap, bung?" tanya Tom melalui radio pakaian ruang angkasa.
Kali ini adalah percobaan pertama pada alat-alat halus pengatur sikap pesawat yang memungkinkan pesawat itu membuat manuver-manuver yang diperlukan. Penggunaan mesin peleburan yang terdahulu itu ibarat mengemudikan sebuah traktor, bila dibandingkan dengan kemampuan bermanuver pesawatnya dengan alat-alat pengontrol tambahannya.
Ben mengangguk dan Tom meraba komputer yang ada di depannya, tangannya yang mengenakan sarungtangan menekan tombol-tombol yang besar.
Mesin itu menyala di belakang mereka dan pesawat tersebut seketika itu juga bergerak maju. Mata Tom menyapu permukaan layar komputer. Semuanya baik. Kemudian ia mengulurkan tangannya ke tongkat pengemudi, yang akan mengatur sudut letak jet untuk naik, menukik atau membelok.
Pesawat itu tak memberikan tanggapan.
Dengan segera Tom menekan Tombol penutup mesin.
Tak mau bekerja! Mereka melesat ke arah ruang angkasa dengan sebuah pesawat yang tak dapat dihentikan atau pun dikemudikan!
Bab Duabelas "Kontrol New America! Di sini Davy Cricket," kata Tom sambil menekan suaranya agak tenang. Ketika Tom berbicara tangannya menekan tombol isyarat darurat yang memancar pada frekuensi lain.
"Cricket, silakan masuk."
"Ada kesulitan. Kemudi macet; dengan tenaga dorong maksimum dan" " Tom melihat ke layar navigasi untuk dapat memberikan posisi jalur penerbangannya yang tepat. . . . . "kita sedang melewati daerah delapan, menuju ke Pluto." Itu adalah lelucon yang lemah. Ia memandang Ben. Tetapi pemuda Indian itu telah melepaskan sabuk pengaman dan meliuk-liuk di antara tiang-tiang penyangga untuk memeriksa mesin penggerak peleburan.
Ben menjenguk di sekeliling pelindung radiasi dan memeriksa sambungan-sambungan mekaniknya. Sambungan-sambungan listriknya agak kurang kelihatan.
"Tentu di kabel-kabelnya, Tom ... atau di komputernya sendiri."
Tom menoleh. Silinder raksasa koloni ruang angkasa itu semakin kecil di belakang mereka. Tom membungkuk dan meneliti komputer pesawat yang terletak di antara kedua tempat duduk. Itulah otak dari pesawat, menurut desain Tom sendiri, berdasar model produksi "Newton" dari perusahaan Swift. Model itu sangat populer pada pesawat-pesawat kecil, tetapi kini telah mendapat perbaikan-perbaikan dari Tom.
Sementara Ben merangkak kembali, Tom meneliti secara menyeluruh.
Jari-jarinya sibuk menekan-nekan tombol komputer, dan matanya terpaku pada layar.
"Menurut komputer semuanya beres," Tom menggumam.
"Komputer tak pernah bohong," kata Ben. "Tetapi kadang-kadang komputer tak tahu bahwa itu adalah dusta. Biarkanlah aku yang memeriksanya ini adalah bidangku."
"Cricket, kami tak punya sesuatu untuk menangkap engkau," kata Kontrol New America. "Engkau terlalu cepat. Kami telah mengalihkan Elie Metchnikoff dari daerah percobaan Limabelas, tetapi engkau jauh di depan mereka."
"Roger, Kontrol. Kami akan menyelesaikannya sendiri di sini."
"Kendengarannya engkau sungguh percaya pada diri sendiri," Ben menggumam.
"Lho, kan bersama engkau, si Rajawali?" kata Tom seenaknya. Ia berputar di tempat duduknya dan menoleh ke belakang ke semburan api yang keluar dari mesin peleburannya. Ia berusaha lagi untuk mengurangi kecepatan dengan jet-jet pengerem dan pengemudi, tetapi alat-alat itu pun tak bekerja.
"Tom, kukira ada orang yang telah memprogram lagi pada komputermu," kata Ben. "Komputer itu menerima perintah untuk menyalakan, tetapi menolak perintah-perintah lainnya." Ia mendongak menatap Tom. Cahaya lampu instrumen memantul pada kaca helmnya. "Sudah kukatakan, benda-benda itu memang tolol."
"Ia menolak segala usaha untuk penyisihan dan pemasukan program lain, ya?"
"Ya. Agak lama untuk memperbaikinya."
"Cricket, di sini kontrol New America. Metchnikoff melapor tak dapat mengejar engkau. Starlightning sedang masuk dari daerah Duapuluh tiga, katanya mereka telah melihat engkau."
Tom melihat ke sekeliling angkasa dan melihat sebuah titik kecil bercahaya bergerak. Itulah pesawatnya.
"Starlightning, di sini Davy Cricket, ganti."
"Cricket, aku dapat melihat engkau. Tetapi, bung! Engkau begitu cepat!"
Tom dapat melihat, bahwa pesawat yang lain itu tak mampu menyamai kecepatan mereka.
"Starlightning, biarlah. Engkau roket kimiawi,ya?"
"Ya".dan aku khawatir bahan bakarku tinggal sedikit lagi."
"Tinggalkan saja, Starlightning, tak ada gunanya kita berdua bersama-sama gugur."
Hening sejenak. Kemudian pilot pesawat lain itu berkata: "Baik, Cricket. Maaf. Tetapi kulihat kami bukan tandingamnu dalam perlombaan. Menyesal sekali. Starlinghtning habis."
"Usaha yang bagus, David," kata Ben sambil meluruskan dirinya. "Berapa lama lagi kita kehabisan bahan bakar?"
Tom tersenyum kecut. "Enam hari. Pada waktu itu kita sudah setengah jalan ke Sabuk Asteroid."
"Luar biasa," Ben menggumam. Ia membungkuk ke komputer lagi.
"Nah, sobat. Aku akan melakukan pengrusakan besar pada otak listrikmu ini. Aku akan memberinya penyakit kurang darah."
"Engkau tak ingin pergi ke Asteroid, Ben?" kata Tom degan suara seenaknya. Enam hari dengan kecepatan tinggi terus-menerus, dan mereka akan terus saja bergerak. Seratus juta atau sekitar itu, maka beberapa makhluk asing akan melihat mereka melaju lewat menerobos sistim Matahari mereka dan mengambil mereka sebagai koleksi.
"Ya, aku ingin juga pergi ke Asteroid-asteroid," Ben menggerutu. Ia membungkuk lebih dalam lagi dengan sikap yang sulit, membuka tutup komputer. "Tetapi aku lupa membawa kamera. Padahal aku tak pernah bepergian kemana pun tanpa kamera," kata Ben perlahan-lahan. Mata dan jarinya menelusuri angka-angka pengenal. Tangan yang bersarung merogoh ke dalam, lalu menarik keluar sebuah lempeng sirkuit yang tercetak dari dalam.
Seketika itu pula mesin peleburan berhenti bekerja. Pesawat Cricket tetap melaju, tentu saja, tetapi tidak disertai kecepatan tinggi lagi.
"Nah, ini dia. Ia telah lupa akan perintah-perintah yang pernah diberikan kepadanya," kata Ben.
"Coba lihat," kata Tom. Ia meneliti lempeng yang rumit itu dengan hati-hati, lalu menunjuk. "Nah ini! Sudah dirubah!"
"Bagaimana kautahu?" tanya Ben heran.
"Benda-benda itu dicetak dalam keadaan hampa udara secara fotografis, lalu dilapis rapat dengan plastik." Tom menunjuk. "Dibor dengan laser melalui kedua titik ini, dan dihubungkan dengan lintasan pintas. Lihat! Kalau aku tak kenal komputer ini baik-baik, aku pun tak akan melihatnya. Ya, setidak-tidaknya di luar ini, tanpa alat-alat dan dalam kondisi begini."
"Hebat! Sekarang kita punya komputer tanpa ingatan atau memori. Lagipula tak ada cara untuk memperbaikinya."
"Tentu saja kita bisa," kata Tom. "Kita kirimkan saja ke taman kanak-kanak, ia akan tetap bekerja, tetapi tidak tahu apa yang dikerjakannya."
"Bagaimana membuatnya, Tom" Aku tak membawa apa-apa, yang dapat digunakan."
"Ah, engkau bawa! Itu radio perlengkapan ruang angkasamu. Kita menyambungkannya melalui komputer di pusat, dan siapa saja yang di sana akan memberikan "si bocah kita" ini ingatan baru, menuntunnya di sepanjang jalur yang mengalami sabotase dan ...."
Tom berhenti dan mereka saling berpandangan. Hal itu merasuk ke benak mereka. Mereka telah disabotase! Ada orang yang telah mengutak-atik komputer pesawat mereka. Seseorang telah berusaha untuk membunuh mereka.
"Oke!" kata Tom memecah kesunyian. "Di sini Dave Cricket. Kami minta bantuan kalian"..
*** Tom dan Ben melihat ke layar di atas meja kerja. Mikrokamera itu diarahkan kepada papan sirkuit yang telah disabotase. Mereka dapat melihat dengan jelas lubang yang telah dilaser serta kawat yang sangat halus untuk menimbulkan konsleting. Mereka juga menemukan sebuah mikroprosesor yang ditanam di dalam plastik.
"Sistem 'Newton' ini sudah terlalu umum," kata Tom. "Ada seseorang yang telah mengambil lempeng ini, lalu menggantinya dengan milik tuan bangsat itu sendiri."
"Atau nona bangsat!" kata Ben.
"Nona" Maksudmu, eh", Anita yang melakukan ini?" Tom benar-benar terkejut. "Ia tidak mungkin berbuat begini!"
"Tom, mungkin engkau tidak tahu apa arti perlombaan itu. Itu telah menjadi pusat perhatian di New America. Engkau tahu sendiri, orang akan dapat muncul dengan penemuan terbesar di bidang ilmiah abad ini. Dan ini akan mendapat perhatian seperti halnya kalau seorang pemain baseball dapat memukul bola sepanjang sumbu gravitasi nol. Perlombaan itu akan membuat pemenangnya menjadi sangat terkenal. Bahkan yang kalah pun akan terkenal, walau sedikit. Hal itu akan memberikan jaminan tempat di Daniel Boone kalau nanti keluar ke ruang angkasa." Ben berhenti sejenak. Ia mematikan mikrokameranya.
"Banyak orang di atas sini yang sangat berambisi. Begitu besar ambisinya sehingga sampai hati melakukan"apa saja yang dikiranya perlu."
"Engkau katakan bahwa Anita yang melakukan ini?"
"Bukan! Sebenarnya bukan begitu. Tetapi janganlah hanya menduga orang laki-laki saja mungkin sekali juga seorang nona! Hanya itu maksudku!"
Tom bersandar dan menghela napas. Ben memungut lempeng itu, lalu memasukkannya ke dalam sakunya yang beritsleting.
"Engkau sudah dengar Raiko Naguchi mengundurkan diri" Sandy C menghadapi suatu masalah. Mungkin ia tidak sempat melakukan perbaikan pada waktunya. Salah seorang Rusia itu mempunyai semacam alergi dan mereka telah mengirimkan dia pulang. Tetapi perlombaan itu tetap akan dilangsungkan."
"Kita masih saja belum dapat menemukan apa yang salah pada mesin Grotz," Tom mengingatkan temannya.
"Barangkali tidak ada yang salah, Tom. Barangkali apa yang terjadi dengan engkau dan Greg adalah, yahhh, memang benar-benar kecelakaan. Tak ada kesalahan desain sama sekali kecuali kesalahan pilot, alat yang kurang baik kerjanya,"."
"Engkau percaya itu?" tanya Tom.
Ben menangkat bahu. "Tidak. Sebenarnya tidak"tetapi itu mungkin saja. Barangkali kita seperti berburu setan: melihat kejahatan yang sebenarnya tidak ada."
"Ya"kemungkinan itu selalu ada," Tom mengakui.
"Nah, mari kita bersantai. Lupakan Grotz, lupakan perlombaan. Kita cari hiburan saja malam ini. Bagaimana?"
Tom menghela napas dan memungut papan sirkuit yang baru dan dimasukkan ke sakunya dengan hati-hati.
"Aku akan merasa bersalah. Kita seharusnya langsung meluruskan ini semua."
"Merasa bersalah, tetapi juga mencari kesenangan. Tentu bekerja saja tanpa bermain membuat si Ben ini menjadi anak tolol."
Tom menyeringai. "Oke, Ben. Apa yang terlintas di benakmu?"
"Akuarium." Atas pandangan Tom yang mengandung pertanyaan, Ben tersenyum, dan berkata: "Dekat dengan ujung sebelah utara. Gravitasi kira-kira 5% dari keadaan normal. Kita akan menari di sana."
"Menari" Dalam gravitasi sekecil itu?"
"Benar! Ini gabungan antara menari, berenang dan senam." Melihat wajah Tom, Ben tertawa. "Kukira engkau akan menyukai bagian senamnya. Mari kita bereskan dulu. Tempat itu akan penuh satu jam lagi."
"Waduh!" seru Tom senang.
Ruangan itu besar. Lebih dari limapuluh meter pada sisi yang terpanjang. Tetapi bentuknya tidak rata. Dinding-dindingnya banyak lekukan-lekukannya. Dan yang rata membelit-belit di sekeliling ruang-ruang dan tiang-tiang penyangga di luar tembok yang putih rata.
"Mereka seperti mengeruk ruang ke dalam dinding gudang," kata Ben.
"Sudah tentu ini tidak menurut rencana aslinya."
Ruangan itu penuh pasangan-pasangan. Kadang-kadang bertiga melayang dan berobah menurut irama musik. Masing-masing terbalik satu sama lain dalam gerak irama tubuh. Indah sekali pemandangannya, bagaikan menonton ikan-ikan tropis yang menari-nari menurut irama musik.
Tetapi ruangan dansa itu memperoleh nama bukan karena gerakan-gerakan tari yang bagaikan ikan. Di antara pasangan-pasangan penari melayang-layang puluhan bola-bola dan "gumpalan-gumpalan air" yang tersedot ke bawah dan dilontarkan lagi. Gumpalan-gumpalan air itu berpilih-pilih berubah bentuk, pecah, menggumpal kecil-kecil apabila bertabrakan dengan para penari. Atau jika para penari itu dengan sengaja membenturnya untuk menerobos bola-bola air raksasa.
Gaya tarik permukaan, menahan bentuk gumpalan-gumpalan tersebut dalam lingkungan gravitasi yang sangat rendah itu. Bila gumpalan-gumpalan kecil-kecil saling membentur, maka mereka lalu bergabung dengan bergerak-gerak bagaikan agar-agar, membentuk gumpalan yang lebih besar. Cahaya berwarna-warni memantul dari permukaannya. Tom melihat seorang wanita yang lentur gerakannya mengambil loncatan awal di dinding, lalu berjungkir-balik menerobos gumpalan air yang lebih besar dari tubuh manusia. Gumpalan itu pecah berantakan memancar ke segala jurusan.
"Air ini sebenarnya berasal dari sebuah pipa yang bocor. Tetapi semua orang mendapat banyak kesenangan dengan air tersebut, sehingga sekarang malahan diputarkan dan dimanfaatkan," kata Ben. "Ayo, Tom, yang terakhir adalah seekor berudu!"
Ben menjejakkan kaki dengan kuat. Ia melayang 'naik' lurus ke atas setinggi tujuh meter. Kepala menerobos gumpalan-gumpalan yang bergetar, lebih besar daripada tubuhnya sendiri. Tom menyusul dan 'membidik' sebuah gumpalan besar lainnya, lalu melayang turun ke tabung perputaran.
Ilmuwan muda itu membentur gumpalan sambil tertawa-tawa.
Rasanya bagaikan melompat ke dalam sebuah bantal yang lunak, dan bantal itu pecah di sekeliling tubuhnya dan ia menembusinya.
Mulutnya penuh dengan air. Ia mencoba untuk menelannya. Ketika menoleh, Tom melihat tubuhnya berekorkan gumpalan-gumpalan kecil, lalu mengenai yang lain dan bersatu menjadi besar.
Tom tertawa, sebab ia merasa senang melihat sesuatu yang aneh dan mengagumkan.
Ben melayang di dekatnya dan mereka saling berpegangan.
"Senang?" tanya pemuda Indian itu.
"Senang sekali! Mengapa tidak kuketahuinya dari dulu" Aku sudah pernah kemari sebelumnya, tetapi tidak ada orang yang mengatakan kepadaku permainan begini!"
"Memang ini baru beberapa minggu yang lalu. He, lihat yang itu!"
Gumpalan besar saling membentur dan bergabung menjadi sebuah bola yang besar sekali, bergoyang-goyang dan meliuk-liuk permukaannya. Seketika itu pula beberapa orang remaja melompat dan melayang mendatangi. Tom pun ikut serta dan mendorong Ben untuk mendapat loncatan awalan.
Kali ini dengan menutup mulutnya menubruk permukaan yangmengkilat tembus pandang itu. Di dalam gumpalan air ini ia bertabrakan dengan dua orang remaja lainnya. Tanpa merasakan sakit, mereka melayang turun.
Tom terpukul keras lengan dan kakinya. Ketika ia berjungkirbalik memantul kembali, dilihatnya Anita Thorwald dalam pakaian jumper hijau.
"He, gunakan mata kalau berjalan!" Anita berseru.
Tom melayang ke dinding, lalu menjejakkan kakinya. Ia melayang mengejar si rambut merah menerobos gumpalan-gumpalan air kecil yang bagaikan hujan turun.
"Apa?" Anita menyeringai penuh dendam kepadanya. "Anak konyol! Landak buta! Pupuk bawang! Orang Bumi!" Anita tertawa.
"Ini bukan tempatmu, eh orang kaya! Ambillah mainan-mainanmu yang mahal-mahal itu dan kembalilah ke Bumi, di mana engkau dapat berjingkrak-jingkrak!"
Tom meliuk bergerak seperti seorang peloncat indah, berjungkirbalik di samping Anita. Kini Anita memberengut seperti tersenyum. Tom hanya menyeringai.
"Aku dapat banyak belajar!" katanya.
Anita juga melakukan gerakan yang sama. Kakinya menghamburkan bola-bola air, memancar ke segenap penjuru.
"Ingin bermain-main, tuan Swift?"
"Main apa, Anita?"
"Kejar-kejaran ! Follow the leader!"
"Siapa leader yang harus kukejar?"
"Aku!" seru Anita, lalu berjungkirbalik ke belakang.
Tom membuat salto ke depan dan mengejarnya. Anita menukik masuk ke dalam gumpalan air dan keluar lagi dengan rambut penuh tetesan-tetesan air yang keperak-perakan menghias rambutnya yang merah. Ia memantul ke dinding, berputaran dengan keahlian yang tinggi menghindari sepasang muda-mudi yang lagi menari. Dan Tom terus mengejarnya.
Namun sulit sekali untuk mengawasi Anita, sementara ruangan itu semakin penuh dengan gumpalan-gumpalan air kecil-kecil, dan semakin banyak anak remaja berpasangan dan berjumpalitan. Tom melihat Anita melayang serong dari sebuah dinding menuju ke pintu keluar.
Anita mendesak-desak di antara orang-orang yang sedang hendak masuk. Pada saat itu Anita sedang melompat tinggi, sementara lompatannya itu menuju ke arah tengah-tengah sumbu koloni angkasa.
Tom kehilangan jejak sampai ia keluar dari pintu masuk. Tom dengan kuat melompat dan melayang mengejarnya.
Rasa bagaikan terbang itu sungguh menggembirakan. Tom berpikir, apakah ia pun dapat merasa puas dengan permainan-permainan yang ada di bumi. Terbang bagaikan burung sungguh membuat mabok.
Anita menangkap seutas tali dan menarik dirinya ke panggung geladak sepeda udara. Ia telah tinggal landas ketika Tom mengambil sebuah sepeda udara warna merah. Mereka bersepeda naik ke atas.
'Tanah' berada jauh di bawah. Mereka naik semakin tinggi dan Anita berada di depan. Tetapi Tom memusatkan segala tenaganya untuk mengejar, dan ketika berada di tengah-tengah koloni, Tom sudah berada pada jarak untuk dapat berbicara.
Anita menoleh. Wajahnya tampak berubah memberengut. Ia kembali melihat ke depan dan menambah tenaga untuk mendayung sepedanya.
Baling-baling kedua sepeda itu berputar menggila.
Tom merasakan suatu ketegangan yang belum pernah dirasakannya.
Si rambut merah tetap saja ada di depan Tom sepanjang jalan ke geladak pendaratan di sebelah selatan. Anita meletakkan sepedanya pada rak tempat sepeda, lalu dengan nekat menukik dari pinggir geladak. Tom terus mengikuti, tetapi sedikit lebih hati-hati. Ia melihat Anita 'terbang' menuruni tangga sambil berpegangan dan menarik dirinya pada tambang-tambang. Tom terus mengikuti, menangkap dan menarik tali sekuat-kuatnya. Ia rasakan gravitasi mulai menarik tubuhnya.
Tidak lama kemudian mereka tidak dapat mengangkat diri mereka lagi di udara. Kaki mulai menyentuh lantai. Ketika gravitasi sudah mendekati normal, mereka berlari-lari kencang. Anita membuat gerakan-gerakan yang gila, melompat dari tangga ke batu-batu, melompati tanaman-tanaman muda dan menyusup di bawah pohon-pohon besar .... Tom setia membuntutinya.
Dengan perlahan-lahan Tom semakin dekat meskipun permainan bukannya untuk menangkap atau mengalahkan yang dikejar, melainkan harus ikut dan meniru setiap gerakan dari yang ada di depan. Tiba-tiba si rambut merah membelok dan masuk ke dalam sebuah gedung"dan lenyap.
Pada saat Tom sampai di pintu, Anita sudah tidak kelihatan lagi. Tom berhenti, melihat ke sekeliling. Gedung tersebut adalah sebuah gudang pabrik pengecoran. Di dalam peti-peti tersimpan serbuk besi nekel yang 'diimpor' dari Bulan. Di sana, permukaan 'tanah' berpasir terdiri atas kira?kira 10% logam murni. Kendaraan-kendaraan angkutan yang besar menderu-deru di atas daerah bulan yang sudah ditentukan, dengan magnet-magnet raksasa yang menarik partikel-partikel besi nekel murni tersebut. Suatu proses yang dinamakan tribo-elektrifikasi memisahkan logam-logam yang berlainan itu, lalu mengangkut serbuk- serbuk murni masing-masing logam itu ke New America. Di sini logam dibuat menjadi bagian-bagian mesin dengan teknik metalurgi serbuk.
Ia mengetahui apa yang dilihatnya. Tetapi hal itu tidak membantu menemukan Anita. Tom mulai merasa, bahwa permainan ini lebih menjurus permainan intelektual daripada permainan fisik. Ia bergerak dengan cepat, tetapi berhati-hati di antara tumpukan peti-peti. Ia mendengar suara denting logam, lalu menuju ke arah datangnya suara.
Ia sampai pada dinding dengan sebuah pintu. Pintu tersebut mempunyai sehelai papan dengan sepuluh tombol, suatu kunci kombinasi.
Tom memperhatikannya, Anita pasti tahu kombinasi itu. Model kunci biasa, kesulitannya tidak terdapat pada kunci tetapi di dalam kombinasi apa saja yang telah diprogramkan. Telepon Bumi yang kuno metodenya masih menggunakan beberapa orang sebagai penolong mengingat untuk mencatat nomor-nomor. Yaitu satu tanpa huruf, dan Nol adalah Operator, tetapi Dua adalah A-B-C, Tiga adalah D-E-F dan seterusnya.
Tom berpikir sejenak, lalu menekan 9-4-6-9-2- 5-3. Pintu berbunyi mendengung dan membuka. Seseorang yang berambut merah duduk di dalam dan memberengut kepadanya.
"Halo!" kata Tom riang. "Permainan sudah selesai!"
"Bagaimana engkau tahu kodenya?"
"Mudah saja! Seperti kalau orang meninggalkan anak kunci pintu di atas balok ambang pintu atau di bawah keset atau di dalam pot bunga di depan pintu. Aku hanya tinggal memutar nomor kode namamu."
"Tetapi itu dapat berarti yang lain!"
"Tidak mungkin lain kalau peti-peti yang di luar itu dialamatkan kepada the Thorwald Metals Company of New America!"
Anita berdiri dan lewat di samping Tom. "Coba kauubah kombinasinya. Apakah aku mampu menemukannya?"
Tom mengangkat bahu dan membuka papan dalam yang ada di dalam sistem kunci. Beberapa saat kemudian ia menutup kembali, lalu menuju ke pintu, Anita membalikkan tubuhnya dan memandangi wajah Tom yang mengangguk dan menunjuk ke kombinasi kunci.
Anita terus saja menatap wajah Tom dengan penuh pikiran, tidak mau menatap ke kunci. Beberapa saat kemudian ia baru melangkah ke kombinasi kunci dan menekan beberapa nomor. Tak terjadi apa-apa.
Ia berdiri diam sejenak, kemudian jari-jarinya menekan lagi beberapa tombol nomor, dan pintu itu terbuka. Ia menoleh, mendengus kepada Tom yang menyeringai, kemudian meninggalkan ruangan itu.
Tom merubah kombinasi itu menjadi T-H-O-R -W-W-A-A-L-D kembali. Anita menunggunya di jalan, mendongak memandangi beberapa sepeda udara.
"Mula-mula apa yang kaukira, setelah kususun untuk kombinasi itu?" tanya Tom.
"Sesuatu yang kasar."
"Engkau tak menyukai kombinasiku?"
Ia memandangi Tom. "Alibaba yang mengatakannya untuk pertama kali. "S-E-S-A-M-E terlalu menyolok."
Tom mengangkat bahu. "Seri?" "Seri," jawab Anita segan-segan.
"Jadi teman?" Anita mengangkat alisnya sebelah.
"Kukira tidak, Swift. Belum, setidaknya," ia melangkah pergi.
Tom memandangi dia pergi. Belum, setidaknya. Yahh, itu sudah sesuatu. Bukan kekalahan. total!
Ia membalikkan tubuh dan berjalan ke arah tempat tinggal Ben. Besok mereka harus banyak bekerja.
Bab Tigabelas Koloni Sunflower yang mirip sebuah kue donat berputar-putar dengan latar belakang bintang-bintang. Tom mengintai-intai dari balik helmnya, mereguk, pemandangan di sekitarnya. Sunflower masih dalam tahap pembangunan, dengan beberapa bagiannya belum selesai.
'Lubang' kue donat itu penuh dengan konstruksi yang rumit-rumit berbentuk bola-bola, tangki-tangki, silinder-silinder, laboratorium-laboratorium yang besar dan mesin-mesin. Itulah yang merupakan sumbu dihubungkan dengan bangunan yang melingkar dengan empat buah terowongan yang kuat-kuat. Pada salah satu sisi terdapat sebuah landasan untuk mendarat kapal-kapal ruang angkasa. Pada sisi lain terdapat kubah observasi astronomi yang bulat. Di sana, pada sumbunya, dapat dipasang alat putaran?balik, hingga membuat tempat observasi beserta geladak muatannya 'tidak bergerak' terhadap sisa koloni lainnya.
Para penduduk, kebun-kebun dan pabrik-pabrik terletak di dalam terowongan. 'Bagian bawahnya' adalah sisi-dalam yang di luar dari donat yang berputar itu, sedangkan bagian 'atasnya' terarah ke menara yang menjadi sumbu putaran koloni tersebut. Meskipun tidak sebesar koloni New America, namun masih mampu mendukung kehidupan bagi 40.000 orang penduduknya. Pola di sini merupakan tanggapan yang lain terhadap masalah pola koloni di ruang angkasa yang harus mencukupi kebutuhannya sendiri.
Tom mengetahui, bahwa akhirnya harus dipasang sebuah cermin yang sangat besar untuk melingkupi lingkaran terowongan yang satu setengah kilometer lebarnya, yang harus memantulkan cahaya Matahari ke dalam koloni dalam peredaran waktu 24 jam.
Agar segalanya dapat selalu imbang, maka kons
truksinya berjalan secara simetris. Mula-mula dibangun kompleks yang di pusat, kemudian jari-jari dan kerangka 'bagian dalam'. Sekarang tinggallah empat daerah yang akan ditutup, dengan bagian-bagian yang sama.
Dalam salah satu bagian inilah, di antara tiang-tiang tipis, ayah Ben sedang bekerja.
Rahasia Hiolo Kumala 16 Kisah Perjalanan Para Peminang Bidadari Karya Abdullah Amani Syahid Dewi Siluman Bukit Tunggul 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama