Ceritasilat Novel Online

Misteri Kuda Tanpa Kepala 3

Trio Detektif 26 Misteri Kuda Tanpa Kepala Bagian 3


pedangnya, dan sejak itu tidak pernah lagi kembali!
Itu mungkin saja, Dua, kata Jupiter, tapi menurutku, bukan itu yang terjadi.
Karena jika Don Sebastian berhasil meloloskan diri ke luar, mestinya hal itu
disinggung dalam catatan-catatan harian serta kenang-kenangan yang sudah kita
baca selama ini. Tidak, menurutku kemudian ada sesuatu yang terjadi dengannya,
ketika sudah sampai di perbukitan. Tepatnya apa, aku tidak tahu. Dan kurasa waktu
itu pun tidak seorang pun yang tahu! kurasa itulah kunci misteri ini apa yang
sebetulnya terjadi waktu itu dengan Don Sebastian!
Kalau waktu itu saja sudah tidak ada yang tahu, kata Pete, bagaimana kita mau
mengetahuinya sekarang"
Kita harus menyelidikinya, Dua, sebab kita tahu di mana Ia berniat hendak
menyembunyikan diri! ujar Jupiter dengan nada yakin. Itu dinyatakannya dengan
diterangkannya Puri Nasar pada kepala suratnya! Aku yakin, jawabannya ada di
sana, dekat cadas besar itu. Ada sesuatu di sana yang terlepas dari pengamatan
kita dan besok begitu sekolah bubar, kita ke sana dan menemukannya!
Bab 15 TEMPAT PERSEMBUNYIAN HUJAN agak mereda ketika sekolah usai hari Kamis itu, sehingga keempat remaja
itu bisa dengan agak leluasa bersepeda menuju reruntuhan bekas hacienda keluarga
Alvaro. Tapi mereka terus berjaga-jaga, jangan sampai kepergok ketiga orang yang
berpenampilan seperti gelandangan itu.
Jalan tanah menuju ke pegunungan sudah menjelma menjadi kubangan lumpur
setelah hujan turun terus-menerus selama seminggu. Karenanya mereka
meninggalkan sepeda-sepeda mereka di bawah pondok darurat yang mereka buat
dari papan-papan yang masih agak utuh. Bob berbekal tas yang berisi perkakas dan
senter. Tas itu dilepaskannya dari sadel sepeda, lalu digantungkannya ke ikat
pinggang. Setelah itu mereka berempat menuju ke arah bendungan, dan dari situ ke
cadas besar yang dinamakan Puri Nasar.
Jika hujan masih terus turun juga, bisa-bisa pulangnya kita terpaksa berenang,
kata Pete mengeluh. Mereka berusaha sedapat-dapatnya berjalan melintas belukar, karena tanah di situ
berbatu-batu. Dengan begitu tidak akan begitu tebal lumpur yang melekat ke
telapak sepatu. Ketika sudah dekat ke punggung bukit berbatu dengan Puri Nasar
di puncaknya, mereka melihat bahwa arroyo tidak bisa diseberangi, karena penuh
berisi air. Jadi mereka terpaksa mengambil jalan memutar, mendaki lewat bukit
rendah di ujung, yang memisahkan arroyo dan Santa Inez Creek.
Banyak belukar tercabut akar-akarnya di lereng bukit itu, yang menjadi lembek
tanahnya. Sambil melangkah dalam lumpur, akhirnya mereka sampai di punggung
bukit yang tinggi. Tapi tanah pada lereng sebelah bawah ternyata sudah becek
pula! Dari atas cadas Puri Nasar, keempat remaja itu melihat pemandangan yang
menakjubkan. Di sebelah hulu bendungan, air Santa Inez Creek melimpah dan
tepi-tepinya, menggenangi tanah di kiri-kanan yang hangus bekas terbakar. Di
bendungan, air tidak hanya tumpah dari pintu tengah saja, tapi menghambur ke
bawah lewat seluruh sisi atas, sehingga merupakan air terjun yang besar. Sungai di
bawahnya bergolak. Bertalu-talu air menyapu bukit rendah, lalu mengalir deras ke
hulu, menuju jalan daerah dan kemudian
ke samudra. Tapi bukan pemandangan itu yang menyebabkan Jupiter mengajak temantemannya
naik ke Puri Nasar. Kita mencari tempat di mana seseorang bisa bersembunyi dengan cukup aman,
katanya sambil memandang berkeliling, "di mana ia bisa hidup dengan sedikitbanyak
nyaman jika ada kawan-kawan yang membantu. "
"Yang jelas, tempatnya bukan di punggung bukit ini," kata Pete. "Waktu itu kita
sudah memeriksa seluruh permukaannya, dan bahkan celah saja pun tidak kita
jumpai." Adakah gua di sekitar sjni, Diego" tanya Bob.
Sepanjang pengetahuanku, tidak ada, jawab Diego." Atau mungkin di
pegunungan sana." "Tidak." Jupiter menggeleng. "Tempat itu mesti ada di dekat-dekat sini."
Mungkin bendungan itu berlubang, kata Pete.
Hahaha, lucu." tukas Bob dengan kesaL
Barangkali ada ngarai yang tersembunyi letaknya, kata Jupiter, di mana bisa
dipasang tenda atau atap sederhana untuk tempat berteduh"
Tidak ada tempat sepertI yang kaubayangkan itu, Jupiter, kata Diego lagi. Aku
tahu pasti, karena aku sudah ke mana-mana di daerah bukit-bukit ini.
Bagaimana dengan pondok-pondok" Untuk tempat tinggal para pekerja waktu
itu! kata Bob mengajukan pendapat. Don Sebastian mestinya kan banyak
pekerjanya, untuk mengerjakan tanah miliknya yang begini luas!
Itu memang benar, kata Diego, tapi rumah-rumah para penggarap itu letaknya
dekat jalan daerah sana, di bagian tanah yang subur. Lagi pula, rumah-rumah itu
sudah tidak ada lagi sekarang.
He, Diego, kata Pete. Cabang yang satu lagi di jalan tanah di tempat kalian, ke
mana tujuannya. Maksudku yang bukan menuju ke bendungan sini."
0, itu terus sampai ke pegunungan, lalu dari sana membelok lagi ke jalan daerah
yang melintasi tanah Senor Paz.
Pete menunjuk ke seberang arroyo.
Apakah jalan setapak yang kelihatan di sana itu kemudian bersambung dengan
cabang satu lagi yang kutanyakan itu" katanya lagi.
"Jalan setapak"" Jupiter memicingkan mata, berusaha melihat ke arah yang
ditunjuk Pete. Ya, itu, yang di sana! Awalnya di jalan tanah, lalu mengitari bukit itu.
Mereka semua melihat jalan sempit yang menyusur di tengah belukar dan
kemudian lenyap di tengah pohon-pohon ek rendah yang tumbuh di sekitar lereng
sebuah bukit. Aduh, betul, pondok itu! seru Diego. Aku lupa sama . sekali! Di belakang sana
ada sebuah pondok, tempat para vaquero
Vaquero" Apa itu" tanya Pete.
Koboi, dalam bahasa Spanyol! cetus Jupiter tidak sabar.
Ya, pondok itu tempat para vaquero bermalam pada zaman dulu, apabila sedang
bertugas menggiring sapi-sapi ke tempat pengumpulan. Bangunannya sederhana
sekali, hanya terbuat dari papan dan lembaran seng. Aku sudah lama sekali tidak
ke arah sana. - Apakah pondok itu sudah ada pada zaman Don Sebastian" tanya Jupiter.
0 ya! Atau setidak-tidaknya, menurut Pico sudah sejak dulu di sana ada semacam
pondok. Dulunya terbuat dari tanah liat.
"Nyaris tersembunyi tempatnya, jarang didatangi, dan jalan setapak menuju ke
sana dapat dilihat dari Puri Nasar sini! kata Jupiter bergairah, sambil menatap ke
seberang arroyo. "Bisa jadi itulah tempat yang kita cari!
Mereka turun dari cadas yang besar itu. kaki mereka terbenam ke dalam tanah
yang lunak ketika mereka menuruni bagian lereng sebelah bawah lalu melintasi
bukit kecil di sebelah atas arroyo.
Jupiter menoleh ke belakang dengan gelisah, memandang bendungan yang
melimpah airnya. Kurasa bendungan ini bisa tahan, katanya. Jupiter memang bukan jago berenang.
Selama ini selalu tahan, kata Diego. Tapi di pihak lain, umurnya sudah tua.
"Tenang perasaanku mendengarnya," gumam Pete, yang saat itu selalu saja merasa
perlu mengomel. Sesampainya di seberang jalan yang berlumpur, anak-anak lantas memasuki jalan
setapak yang menyusur di tengah-tengah belukar dan pohon-pohon ek yang
tumbuh kerdil. Daenah yang sedang mereka lewati penuh semak-belukar, karena
boleh dibilang tidak pernah diapa-apakan sejak dulu. Setelah melintasi punggung
sebuah bukit berbatu, jalan setapak itu masuk ke sebuah ngarai kecil yang terjepit
di antara dua buah bukit yang lebih besar. Ngarai itu gelap, apalagi saat itu langit
masih terus mendung. Itu dia, Teman-teman!" kata Diego sambil menunjuk.
Sebuah pondok kecil dan reyot nampak di bawah sebuah cadas besar yang
menaunginya. Pondok itu nyaris tidak kelihatan, di belakang pepohonan dan semak
tinggi. Atapnya datar dan terbuat dan lembaran seng, sedang dindingnya dan
papan-papan yang kasar penggarapannya. Papan-papan itu dipasang asal jadi,
sehingga dindingnya berlubang-lubang. Ketika Diego membuka pintu, daunnya
tahu-tahu terlepas dari engselnya dan jatuh ke tanah. Debu berhamburan, karena
cadas yang menaungi menyebabkan pondok dan tanah di sekitarnya tetap kering.
Di dalam hanya satu ruangan saja, berlantai tanah. Papan-papan yang merupakan
dinding luar dipasang ke kerangka yang hanya terdiri dari beberapa batang kasau
saja, sedang atap yang terbuat dar lembaran seng diletakkan langsung di atas
balok-balok penyangga. Sama sekali tidak ada jendela maupun kamar kecil di situ,
apalagi yang namanya listrik. Perabot juga sama sekali tidak ada. Yang terdapat di
situ hanya sebuah tungku tua yang sudah berkarat.
Tempat yang hebat untuk menyembunyikan diri selama bertahun-tahun, kata
Pete. Tapi aku tidak mau tinggal di sini, biar cuma untuk dua hari sajapun!"
"Perasaanmu mungkin akan lain, Dua, jika kau sedang dikejar-kejar orang, dan
padamu ada pedang berharga yang sedang diincar orang lain," kata Jupiter. Tapi
kuakui, tempat ini memang serba darurat. "
Bahkan terlalu sederhana, Satu, kata Bob. "Tidak ada kamar kecil, tanpa lemari,
semua dindingnya polos! Sama sekali tidak ada tempat di sini untuk
menyembunyikan sesuatu! Betul juga kata Bob itu, kata Diego sambil mengamat-amati dinding-dinding
serta langit-langit yang serba terbuka. Memang tidak ada.
Bagaimana dengan di lantai"" kata Pete. Bisa saja Don Sebastian
menguburkannya di sini, lalu ditimbun lagi. tanpa diberi t"nda apa-apa.
Tapi Jupiter menggeleng. Tidak, karena jika pedang itu dikuburkannya di sini, tanah segar bekas galian
pasti masih akan nampak jelas sampai lama sesudahnya. Tidak, menurutku Don
Sebastian tidak mau mengambil resiko seperti itu. Tapi
Jupiter menatap tungku tua yang sudah berkarat. Pipa cerobongnya keluar lewat
atap. Sedang kaki-kaki tungku itu terletak di atas batu yang pipih.
Gampang tidak ya, menggeser tungku ini"" katanya sambil merenung.
Kita coba saja, ujar Pete, lalu mendorong tungku itu. Ternyata berat, tapi
bergerak juga sedikit. Tungku itu tidak dipasang mati ke batu pipih di bawahnya.
Bagiannya untuk menyalurkan asap ke luar dihubungkan oleh sepotong sambungan
pendek ke pipa cerobong. Sambungan itu terpasang sedikit di sebelah atas tungku.
"Coba kaugeser sambungan pendek itu ke atas, kata Jupiter.
Pete mencobanya. Tidak bisa, katanya., Sudah terlalu berkarat!
Tapi pada tahun 1846 pasti belum, kata Jupiter bersemangat. Patahkan saja,
kalau tidak bisa dengan cara lain!
Dengan menggunakan perkakas yang diambilnya dari dalam tas yang dibawa oleh
Bob, Pete mematahkan pipa cerobong yang sudah berkarat itu, pada bagian yang
letaknya sedikit di atas tungku. Setelah itu mereka berempat mengangkat tungku
itu, menggesernya dari batu pipih yang merupakan landasannya. Kemudian Pete
berlutut, berusaha mengangkat batu itu.
Uuuhh, dengusnya. Terlalu berat, Satu!
Itu, kasau yang di sana itu, kata Diego sambil menunjuk salah satu dinding
ruangan itu, kelihatannya sudah agak longgar.
Jupiter membantu Diego merenggut batang kasau yang sudah longgar itu,
sementara Bob dan Pete menggulingkan tungku sampai ke dekat batu pipih.
Setelah itu Pete menggali tanah di samping batu itu sampai mencapai sisi
bawahnya, lalu Ia menggali lubang yang cukup besar di situ sehingga ujung batang
kasau bisa diselipkan ke tepi bawah batu. Bagian tengah batang kasau itu
disandarkan ke tungku sebagai tumpuan, lalu keempat remaja itu menekan
ujungnya yang satu lagi dengan sekuat tenaga ke bawah.
"Batu pipih itu terangkat dan jatuh terpelanting ke samping. Ternyata tanah yang
tertutup di bawahnya tadi berlubang! Lubang itu sempit tapi dalam. Diego
membungkuk, mengintip ke dalamnya.
Aku melihat sesuatu!" serunya, sebelum Bob sempat menyalakan senternya.
Diego menjulurkan lengannya ke dalam lubang itu, dan menarik ke luar beberapa
utas tali pendek yang sudah terlepas-lepas seratnya, beserta selembar kertas tebal
yang sudah coklat karena tuanya, begitu pula segulung kain kanvas panjang yang
dilapisi ter. Diego memandang lembaran kertas yang sudah coklat itu.
Tulisannya dalam bahasa Spanyol, katanya. He, ini pengumuman balatentara
Amerika Seri kat, tertanggal 9 September 1846! Isinya mengenai beberapa
peraturan bagi penduduk sipil."
Kain kanvas berlapis ter itu cocok ukurannya sebagai pembungkus pedang, kata
Jupiter menyadari, lalu membuka kain terpal yang tergulung itu dengan tangan
gemetar. Kosong! kata Pete mengerang, ketika gulungan itu sudah sepenuhnya terbuka,
dan ternyata tidak berisi apa-apa.
Ada barang lain lagi di dalam situ, Diego! ujar Jupiter.
Bob berdiri di sebelah atas lubang dengan senternya, sementara Diego merogohrogoh
sambil memandang ke dalam.
Aku tidak merasakan ada... kata Diego. Nanti dulu! Ini ada sesuatu! Rasanya
seperti. Ah, cuma batu kecil.
Dengan lesu Diego menarik tangannya ke luar. Dalam genggamannya ada sebutir
batu kecil yang berlumur tanah. Batu itu digosok-gosoknya ke kemejanya. kini
batu kecil yang bentuknya hampir persegi empat itu berubah warna. Menjadi hijau,
hijau tua dan kemilau! Itu kan... kata Bob. Batu zamrud! seru Jupiter. Temyata Pedang Cortes pernah ada di dalam lubang
ini! Rupanya di situlah Don Sebastian menyembunyikannya pada mulanya. Lalu
ketika ia berhasil meloloskan diri dan kejaran Sersan Brewster, pedang itu diambil
lalu disembunyikannya di tempat lain. Mungkin karena ada yang mendengar
bahwa pedang itu ada di sini, atau bisa juga Don Sebastian merasa pondok ini
bukan tempat penyembunyian yang cukup aman."
Dan ia benar, kata Bob. Kita berhasil menemukannya dengan lumayan cepat.
Kalau begitu Ia sendiri takkan mau bersembunyi di sini, kata Diego. Bukan ini
tempatnya. Betul, kata Jupiter, tapi zamrud ini berarti bahwa kita sudah mulai dekat dengan
tujuan kita. Sekarang kita tahu bahwa Don Sebastian pernah menaruh pedang itu di
sini. Jadi bukan diselundupkan orang ke tempatnya. Ternyata ada satu lagi
kebohongan dalam laporan Sersan Brewster. Pedang itu ada di sini sampai Don
Sebastian datang mengambilnya malam itu lalu menyembunyikannya di tempat
lain! Ia menyembunyikan pedang itu serta dirinya sendiri, dan Ia waktu itu harus
melakukannya dengan cepat!
He, Jupe! kata Pete tiba-tiba. Bunyi apa itu"
Keempat remaja itu memasang telinga. Terdengar bunyi berderu nyaring.
Datangnya dari sebelah luar, tapi entah dari arah mana. Bunyinya hampir-hampir
seperti tanah longsor... "Itu bunyi hujan! kata Bob. Hujan di mana-mana, kecuali di sini, karena kita
berada di bawah naungan batu besar yang ada di atas pondok ini. Huh, bunyinya
seperti banjir saja! Tidak, bukan bunyi itu maksudku, kata Pete. Kalian dengar tidak""
Jupiter menggeleng, sementara Bob hanya nengangkat bahu saja. Tapi Diego
mendengarnya. Suara orang! bisiknya. Ada orang di luar.
Dengan cepat keempat remaja itu meninggalkan pondok dengan gerakan
menyelinap, Lalu bersembunyi di tengah belukar yang menutupi tempat itu.
Mereka melihat ketiga koboi yang berpenampilan kumuh meneberang ngarai kecil
itu di tengah hujan lebat. Suara mereka bercakap-cakap terdengar samar.
...kulihat mereka menuju kemari, Cap. Mereka berempat. "
..ikuti terus jalan setapak ini.
Ketiga orang itu berjalan melewati pondok tanpa melihatnya, lalu lenyap di bailk
bukit yang berikut. Mereka takkan cepat kembali lagi kemari, kata Jupiter sambil berdiri. Kita akan
bisa mencapai Puri Nasar sebelum mereka melihat kita. Yuk, kita buru-buru saja
kembali. Tapi sekali itu Jupiter salah duga. Ketika anak-anak baru saja melintasi dasar
ngarai yang terbuka, terdengar suara orang berseru-seru di belakang mereka!
He! Kalian berempat! Tanpa menunggu disuruh lagi, keempat remaja itu langsung lari!
Bab 16 LUMPUR LONGSOR! KEEMPAT remaja itu lari dari jalan setapak yang penuh belukar menuju ke jalan
tanah yang becek, lalu berhenti. Mereka memandang ke kiri dan ke kanan dengan
napas tersengal-sengal. Mereka bingung, tidak tahu harus lari ke mana!
Jika kita terus lari di jalan ini." kata Pete, mungkin orang-orang itu sudah
berhasil mengejar sebelum kita sampai di jalan besar!
Kalau kita naik ke atas punggung bukit, mereka pasti akan melihat kita! kata
Bob.

Trio Detektif 26 Misteri Kuda Tanpa Kepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lari melintas waduk juga tidak bisa, kata Diego menambahkan, "karena pasti
dihanyutkan air yang begitu deras melimpah!
Keempat remaja itu berdiri dengan sikap bingung di tengah jalan, diguyur hujan
lebat. Di belakang mereka, ketiga koboi yang mengejar berlari membabi buta merambah
belukar, sambil saling mengumpat dan marah-marah kanena terhalang teman.
Terdengar jelas suara galak pria berambut hitam yang bernama Cap, menyuruh
kawan-kawannya terus mengejar.
Cepat! seru Pete. Kita coba saja menuju ke jalan besar!
Jangan! bantah Jupiter dengan tegas. Masuk ke arroyo, ke ujungnya, dekat
bendungan! Orang-orang itu pasti yakin kita takkan lari ke sana! Jadi ke sanalah
kita lari! Tanpa membuang-buang waktu lagi, keempat remaja itu lari ke dalam lekukan
dalam itu. Mereka bergerak sambil berpegangan ke sisinya, agar jangan sampai
terbenam dalam air yang sudah hampir memenuhi tempat yang biasanya selalu
kering itu. Dilindungi sisi yang terjal serta semak belukar lebat, mereka bergerak
menuju bendungan. Di atas kepala, terdengar bunyi sepatu-sepatu berat berlari di tengah lumpur
jalanan. Dengan cepat keempat rem"ja itu merapatkan tubuh ke tebing arroyo.
Jantung mereka berdebar-debar. Sedikit pun mereka tidak bergerak, bersembunyi
dalam perlindungan belukar tebal. Mereka mendengar suara kasar ketiga orang itu
berbicara sambil marah-marah, nyaris tepat di sebelah atas kepala mereka!
Ke mana mereka lari tadi"
Licin sekali anak-anak itu!
Menurutmu, mereka benar-benar berhasil menemukan kunci-kunci itu"
Itu sudah pasti! Buktinya mereka lari, dan kita tidak berhasil menemukan kuncikunci
itu di dalam gudang! He, Cap! Jangan-jangan mereka lari ke bendungan!
Janganlah setolol itu, Goblok! Anak kecil saja pasti tahu, bendungan itu mustahil
bisa diseberangi dalam keadaan seperti sekarang ini. Pakai otakmu, Tulsa!
Mereka tidak ada di punggung bukit sebelah sana itu, jadi mestinya lari menuju
jalan besar. Ayo, kita kejar!
Anak-anak yang bersembunyi mendengar derap sepatu-sepatu berat berlari di
tengah lumpur, ke arah jalan besar yang terletak di balik hacienda Alvaro.
Keempat remaja itu tetap menunggu dalam arroyo.
Mereka sudah pergi, kata Bob akhirnya, dengan perasaan lega.
Kalau begitu sebaiknya kita juga pergi saja, kata Diego. Kita tidak bisa terlalu
lama bersembunyi di sini."
Tapi pergi ke mana" tanya Pete. Ke jalan besar, ada orang-orang itu. Bendungan
tidak bisa diseberangi, karena terlalu besar risikonya. Dan kalau menunggu terus di
sini, kapan-kapan ketiga orang itu pasti akan kembali lewat sini lagi.
Mungkin, kata Jupiter, di dekat-dekat bendungan ada tempat di mana kita bisa
bersembunyi, sampai sudah bisa dipastikan bahwa mereka sudah benar-benar
pergi. Dan jika di sana sama sekali tidak ada kemungkinan untuk
menyembunyikan diri, kita seberangi bukit rendah itu, lalu dengan berlindung di
belakangnya kita menyelinap ke sisi punggung bukit di sebelah sana dan
bersembunyi di belakang Puri Nasar. Di arroyo ini tidak aman, karena sewaktuwaktu
ketiga orahg itu pasti menengok ke bawah. Dan jika itu terjadi, kita pasti
langsung ketahuan. Sambil merapatkan diri ke tebing agar tidak terlihat dari arah jalan, keempat
remaja itu merayap ke ujung arroyo. Kini terdengar jelas bunyi air menghambur
lewat tepi atas bendungan dari sisi seberang bukit rendah yang memisahkan arroyo
dan sungal kecil. Cari tempat di belakang batu, atau lubang di tebing, kata Jupiter. Tebing yang
sebelah bawahnya agak menjorok ke dalam, itu juga bisa!
Sementara tubuh mereka tetap dirapatkan ke tebing, mata mereka berkeliaran
mencari-cari tempat yang cocok di ujung arroyo itu.
Wah, Jupe, tidak ada tempat yang aman di ujung sini, kecuali jika kita menyelam
di air!" kata Pete. Bahkan lubang tikus tanah pun tidak kulihat!
Mungkin ada batu-batu besar di seberang jalan, kata Diego. Disembulkannya
kepala lewat sisi atas arroyo. Tapi seketika itu juga Ia mengendap lagi, lalu
merapatkan diri ke tebing. Aku melihat mereka! Mereka kembali lagi kemari!
Keempat remaja itu semakin merapatkan tubuh ke sisi arroyo yang dalam itu.
Meneka berbisik-bisik. "Mereka melihat kita" tanya Bob.
"Kurasa tidak," kata Diego.
"Di mana mereka sekarang" tanya Jupiter.
"Kurang lebih pada ujung jalan setapak," balas Diego, masih terus berbisik-bisik.
Di mana kita tadi masuk ke arroyo.
Mungkin mereka hendak kembali ke pondok, untuk mencari kita di sana, kata
Pete setengah berharap. Tidak, kata Jupiter dengan perasaan suram, mereka pasti hendak mencari dekat
bendungan. Kita terjebak di sini. Mudah-mudahan saja mereka nanti tidak
memutuskan untuk mencari di dalam arroyo ini.
Anak-anak menajamkan pendengaran mereka di tengah deru bunyi air terjun yang
menghambur dari sisi atas bendungan. Akhirnya terdengar samar suara orang
berbicara. ..dan di bendungan juga tidak ada, kita kembali kemari dan memukul-mukul
belukar yang tumbuh di sepanjang tepi parit!
Aduh, gawat! kata Jupiter berbisik Kita harus cepat-cepat lari dari sini!
Sebentar lagi, kalau orang-orang itu sudah lewat dan tidak kelihatan lagi di balik
bukit kecil itu, kita secepat mungkin menyeberangi bukit itu dan turun di sebelah
sana. Dan situ kita bisa naik ke punggung bukit di atas sungai dan bersembunyi di
balik Puri Nasar! Nanti dulu, Jupe! bantah Pete. Bagian atas bukit itu kan terbuka.
Mem"ng, tapi kita harus melintasinya dengan cepat, kata Jupe. Jika nasib kita
mujur, ketiga orang itu tidak menoleh-noleh ke belakang saat berjaian menuju
bendungan. Dan apabila mereka sampai di sana, kita bisa sudah bersembunyi di
balik batu-batu besar yang bertebaran di punggung bukit.
Pete menggeleng-geleng dengan sikap sangsi. Tapi saat itu tidak ada waktu untuk
memikirkan jalan yang lebih baik. Sementara itu ketiga koboi yang berada di jalan,
melintas di sebelah atas anak-anak yang sedang bersembunyi itu. Mereka masih
saja ribut-ribut sesama mereka. Jupiter mengintip dengan hati-hati lewat tepi atas
arroyo. Begitu ketiga orang itu tidak kelihatan lagi karena sudah berada di
belakang bukit kecil, dengan segera Jupe memberi aba-aba, Sekarang!
Keempat remaja itu merangkak keluar dari arroyo. Lalu lari mendaki bukit kecil
itu. Kaki mereka terbenam dalam tanah yang lunak karena hujan. Mereka merasa
seakan-akan perhatian seluruh dunia terarah pada diri mereka yang ketika itu
berada di tempat yang terbuka. Tapi tidak terdengar suara orang berteriak di
belakang mereka, sementara mereka bergegas melintasi sisi atas bukit itu lalu
menuruni sisi seberangnya, sampai ke tepi sungai kecil yang sedang banjir.
Selamat! kata Pete dengan lega.
Sekarang ke punggung bukit! desak Jupiter. Lari sambil merunduk serendah
mungkin! Dengan tubuh nyaris terlipat dua, mereka lari sambil merunduk-runduk menyusur
bukit kecil yang becek. Dua kali Jupiter dan Bob terjerembab karena terpeleset,
sedang Diego sekali hampir saja tercebur ke dalam sungal kecil yang sedang
bergejolak airnya. Tapi mereka terus lari, walau dengan tubuh berlumur lumpur,
dibantu oleh Pete yang lebih cekatan. Akhirnya mereka sampai di bagian lereng
bukit tinggi yang lebih terjal dan berbatu-batu.
Mereka cepat-cepat merangkak ke atas, menuju batu Puri Nasar. Gerak lari mereka
di lereng berlumpur itu menyebabkan batu-batu kecil terlepas dan berjatuhan ke
bawah. Saat itu terdengar suara berteriak-teriak di belakang mereka, mengalahkan deru air
sungal yang mengalir deras.
Itu mereka, Cap! Di sana!
Di atas bukit! Kejar! Anak-ariak tertegun mendengarnya, lalu menoleh ke belakang. Nampak ketiga
koboi itu berdiri dekat bendungan.
"Mereka melihat kita! kata Diego dengan cemas.
Padahal jarak masih belum jauh! keluh Pete.
Sementara anak-anak masih memandang dengan bingung, ketiga orang itu sudah
berlari melintasi bukit rendah yang becek.
Apa yang kita lakukan sekarang, Jupe" seru Bob panik. kita terjebak di sini!
Aku... aku... Jupiter kehilangan akal.
Saat itu terdengar bunyi aneh, lebih nyaring daripada hujan yang terus mengguyur
dan langit serta deru air yang membanjir di dalam sungal kecil. Bunyinya
mengguruh, dan rasanya makin lama makin membahana. Datangnya dari sebelah
hulu bendungan, makin lama makin dekat. Ketiga koboi yang saat itu sudah
separuh jalan melintasi bukit kecil yang terletak antara bendungan dan punggung
bukit yang tinggi, juga tertegun sambil mendengarkan.
Lihat! teriak Pete. Tahu-tahu nampak air menggunung setinggi tiga meter di atas bendungan!
Ada sesuatu yang jebol di hulu! seru Diego.
Ombak besar yang menyeret belukar, batang-batang kayu, batu-batu besar dan
bahkan pohon-pohon lengkap dengan akarnya melimpah lewat sisi atas bendungan
dan jatuh ke sungai sebelah hilirnya, yang saat itu penuh air yang bergejolak. Bukit
berbatu-batu tempat anak-anak berada seakan-akan menggigil. Di tepi seberang
sungai kecil, lumpur longsor menyeret semak dan pohon ke dalam air.
Awas! Mereka mengejar lagi! seru Diego.
Ketiga koboi tadi sudah mengejar lagi, lari melintasi bukit rendah, menuju ke
tempat mereka. Anak-anak sudah hendak lari. Tapi tidak jadi, karena saat itu juga
nampak bukit rendah di bawah mereka seakan-akan terbelah dua! Sebongkah besar
tanah yang sudah lunak meluncur jatuh ke dalam sungai yang banjir, menyeret
ketiga orang yang mengejar itu ke dalamnya. Sambil berteriak-teriak dan
mengumpat-umpat, dengan tangan dan kaki bergerak-gerak liar karena berusaha
berenang sambil menggapai-gapai apa saja yang bisa dijadikan pegangan, ketiga
koboi itu diseret arus deras ke hilir.
Kita selamat! seru Bob dengan gembira.
"Jangan terburu senang," kata Jupiter. "Orang-orang itu nanti pasti berhasil menepi
kalau sudah sampai di hilir, lalu menghadang kita dekat jalan besar! Kita harus
cepat-cepat lari. Pete mendului berjalan mendaki lereng, menuju cadas Purl Nasar. Mereka naik ke
atasnya, lalu menuruninya lagI di sisi seberang. Pada kedua lereng bukit
memanjang itu lumpur dan batu-batu besar merosot terbawa air. Kini nampak batubatu
besar serta tonjolan-tonjolan cadas di bawah Puri Nasar, yang sebelumnya
tidak kelihatan. Wah, di mana-mana ada tanah longsor! kata Pete sambil berjalan mendului,
menuruni lereng yang terjal dan licin karena lumpur.
Ia melompati sederetan batu besar. Anak-anak yang lain menyusul. Tapi tidak ikut
meloncat, melainkan memanjat batu-batu itu. Tiba-tiba mereka melongo.
Pete tidak kelihatan lagi!
Bab 17 SARANG RAJAWALI TAHU-TAHU Pete lenyap, seolah-olah ditelan bukit yang sedang dilintasi.
Eh ke mana dia tadi"" kata Diego tergagap.
Pete!" seru Bob. He, Dua! Di mana kau" teriak Jupiter dengan bingung.
Mata mereka berkeliaran, mencari-cari. Tapi tidak nampak sesuatu yang bergerak
di lereng itu. Mereka memasang telinga, dan akhirnya mendengar sesuatu. Suara
orang, tapi datangnya entah dari arah mana!
Di sini, Teman-teman! Di bawah!
Itu suara Pete! Tapi terdengar samar, seperti keluar dari dalam bukit!
Di mana kau, Pete"" seru Diego.
Di bawah sini! Lihat tepat ke depan batu-batu
besar itu! - Jupe, Bob, dan Diego meloncat turun ke depan batu-batu besar yang baru nampak
karena tanah yang semula menutupi longsor. Mereka melihat sebuah lubang yang
panjang dan sempit di lereng! Lubang itu baru kelihatan ketika mereka sudah
berdiri di atasnya! Dan semula belum ada!
Rupanya lubang ini baru terbuka setelah tanah yang di atasnya longsor! kata
Bob. Jupiter membungkuk, mendekati celah sempit dan panjang itu.
He, Dua, kau perlu bantuan untuk naik ke at"s"
Aku tidak mau keluar! kata Pete, yang masih belum kelihatan. Tempat ini
semacam gua, Jupe! Dan di sini ada batu-batu yang lepas. Jika lubang di atasku
kita sumbat, ketiga pengejar kita itu takkan bisa menemukan kita! Turunlah
kemari, semuanya! Ketiga remaja yang masih berada di lereng berpandang-pandangan.
"Yah " Jupiter agak ragu.
Ayo, desak Pete. Tempat ini lapang, lagi pula kering. Dan orang-orang itu
setiap saat akan sampai di sini!
Ketiga anak yang berada di atas tidak menunggu lama-lama lagi. Bob yang paling
dulu meluncur masuk ke dalam lubang sempit itu. Jupiter menyusul, dengan susah
payah dan terdengus-dengus. Tapi ketika sudah separuh jalan, ia tidak bisa terus.
Jupiter terjepit! Aku... lubangnya terlalu sempit, katanya dengan wajah merah karena malu.
Bob berseru dari dalam gua, Dorong dia ke bawah Diego, sedang kami menarik
dari sini! Jupiter merasa kedua kakinya dipegang lalu ditarik dan bawah. Sementara Diego
yang berada di atas mendorong bahu Jupiter. Teriring bunyi seperti sumbat yang
tercabut dari botol, tubuh Jupiter terdorong dan menghilang dalam lubang. Dengan
cepat Diego menyusul, melompat ke bawah.
Di dalam lubang yang gelap, Bob sudah menyalakan senternya.
Wah! kata Diego, sambil memandang berkeliling. Tak kusangka di sini ada
gua! Sinar yang berasal dari senter menampakkan ruang sempit berdinding batu.
Ukurannya kurang lebih sebesar garasi yang muat satu mobil. Langit-langitnya
rendah, sedang di dasarnya berserakan batu besar dan kecil. Gua itu masih kering,
walau air hujan kini menghambur masuk lewat lubang di sebelah atasnya. Rupanya
lubang itu belum begitu lama terbuka.
Sorotkan sentermu berkeliling, Bob, kata Jupiter.
Gua sempit dan rendah itu menjorok masuk ke tengah bukit sejauh kira-kira empat
sampai lima meter. Di ujungnya yang sebelah dalam nampak batu-batu bertumpuk
sampai menyentuh langit-langit. Jupiter memeriksa lubang yang menganga di atas
kepala, lalu mengangguk lambat-lambat.
Kelihatannya lubang ini tersumbat, mungkin ketika tenjadi gempa entah kapan
pada masa silam. Batu-batu bergulingan menutupi
Masa bodoh dengan cara bagaimana lubang itu jadi tersumbat, kata Pete dengan
gugup. Yang jelas sekarang terbuka lagi akibat tanah longsor, dan ketiga orang itu
nanti mungkin bisa melihatnya, sama seperti yang kita alami tadi! Ayo, buru-buru
saja kita tutup kembali! Di sini banyak batu-batu besar," kata Diego.
keempat remaja itu menggulingkan batu-batu paling besar yang ada di situ, lalu
menjunjungnya ke atas untuk menutupi lubang. Akhirnya tidak ada lagi cahaya
masuk dari luar karena lubang itu sudah ditutup, tidak ada pula air hujan yang
masuk ke dalam. Keempat remaja itu saling berpandangan sambil nyengir puas.
Kita tunggu di sini selama beberapa jam, kata Jupiter. Nanti orang-orang itu
pasti akan menyerah juga, lalu pergi.
Aku masih saja bingung, siapa sebenarnya mereka itu, kata Bob sambil
merenung. Mestinya ada sangkut-pautnya dengan Mr. Norris, kata Diego dengan geram.
Sebab kalau tidak, untuk apa mereka mengambil topi Pico lalu meletakkannya
dekat api unggun itu."
Itu jika benar mereka yang melakukannya, kata Jupiter. Kita hanya tahu bahwa
mereka mencari-cari kunci mobil yang ditemukan Bob dan Pete dalam gudang.
Kenapa kita tidak melihat mereka naik mobil, ya"
Yah, kata Pete, yang jelas mereka ingin sekali memperoleh kunci-kunci itu!
Jadi mestinya kunci-kunci itu penting sekali artinya.
Betul, kata Jupiter sependapat Mungkin mereka
Tiba-tiba terdengar suara Bob tergagap-gagap.
Ju Jupe! Sinar senternya terarah ke batu-batu yang bertumpuk di bagian belakang gua.
Ba...ba...b"tu itu, katanya, batu itu b...ber...
Mata! Kata itu terlontar dan mulut Diego. Mata... dan gigi!
"Itu tengkorak! pekik Pete dengan suara tertahan.
Jupiter menatap tumpukan batu itu dengan pandangan nanar. Matanya terkejap,
lalu nampak seperti bersinar. Ia bergegas menghampiri tumpukan itu.
Memang tengkorak! katanya. Kita gali tanah di sekelilingnya!


Trio Detektif 26 Misteri Kuda Tanpa Kepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ini ada tulang-tulang lagi, kata Pete dengan nada kecut. Rupanya Ia terkubur di
sini, sewaktu terjadi gempa!
Di bawah batu-batu ini ada kain, seru Bob.
Ini ada kancing baju! kata Diego, sambil menunjukkan sebuah bulatan dan
kuningan yang sudah hitam warnanya. Kancing baju seragam tentara Amerika!
Orang ini tidak terkubur di sini atau tepatnya, tidak terkubur hidup-hidup! kata
Jupiter bersemangat. Ini, di tengkoraknya ada lubang! Orang ini kena tembak!
Remaja bertubuh montok itu memandang teman-temannya.
Kurasa akhirnya kita berhasil juga menemukan sarang rajawali! Tempat di mana
Don Sebastian hendak menyembunyikan diri serta menyembunyikan Pedang
Cortes! Sebuah gua, di bawah Puri Nasar! Dan Jose pasti mengetahui tempat ini!
Menurutmu, prajurit ini satu dari ketiga desertir yang mengejar-ngejar
moyangku" tanya Diego.
Ya, begitulah menurut dugaanku, kata Jupiter. Dan kurasa bukan cuma rahasia
ini saja yang tersimpan dalam gua ini!
Tumpukan batu ini longgar letaknya, kata Pete sambil memeriksa. Mungkin
pada saat mulut gua tersumbat, batu-batu ini juga berguguran sehingga menutup
sebagian dari gua ini. Jupiter mengangguk, untuk menyatakan bahwa Ia juga berpendapat begitu.
Pete bukannya senang, melainkan malah mengeluh.
Oke, kalau begitu kita mulai saja menggali!
Dengan cepat anak-anak mulai bekerja, menarik batu-batu yang bertumpuk itu dan
melemparkannya ke samping. Pekerjaan itu memakan waktu lama, karena semakin
banyak batu yang disingkirkan, semakin banyak pula yang berjatuhan dari atas dan
menutup lubang yang sudah ada. Tapi nampak juga hasil jerih payah keempat
remaja itu. Dinding batu bertumpuk-tumpuk itu menipis, dan akhirnya...
Aku melihat tempat kosong! seru Bob. Disorotkannya senternya ke depan.
Betul! Di belakang tumpukan batu ini ada semacam lorong!
Mendengar itu semangat anak-anak bertambah. Dengan giat mereka
menyingkirkan lebih banyak batu lagi, dan akhirnya nampaklah sebuah lorong
yang sempit. KaIau Jupiter yang masuk, pasti harus dengan susah payah.
karenanya Bob yang paling dulu menyusup ke dalam, sambil membawa senternya
yang menyala. Lorong itu mengarah lurus ke belakang. Beberapa menit kemudian
Bob sampai di sebuah gua lain, yang ukurannya tiga kali lebih lapang daripada
yang di luar. Wah, besar juga gua ini! kata Diego sambil menegakkan diri, setelah keluar dari
lorong. Gua yang lebih besar itu tingginya dua kali yang di luar, rata berdinding batu.
Begitu pula dasarnya. Hanya di sana-sini saja ada batu menonjol ke luar.
Mestinya sekarang ini kita berada tepat di bawah Puri Nasar, kata Bob menduga.
Benar-benar tempat persembunyian yang hebat! kata Pete kagum. Jalan masuk
di luar bisa disumbat sehingga tidak ketahuan orang lain, sedang masuk kemari
gampang. Jika dibantu orang di luar yang mengantarkan makanan dan minuman, kata
Diego menambahkan, orang bisa bersembunyi dengan aman di sini sampai lama."
Itu jika Ia bisa sampai tanpa ketahuan, dan ada waktu untuk menutup jalan-jalan
masuk, kata Jupiter. Tapi kurasa Don Sebastian tidak berhasil."
Ia berkata begitu sambil menuding ke sebelah kiri lorong. Bob menyorotkan
senternya ke arah yang ditunjuk. Ternyata di situ ada kerangka manusia lagi!
Kerangka itu telentang, di belakang salah satu batu besar yang menonjol. Di
sekitarnya nampak kancing-kancing baju dan kuningan yang sudah hitam, sedang
di sisinya terletak senapan kuno yang sudah berkarat.
Rupanya ia berusaha berlindung di balik batu itu, kata Pete. Kurasa Ia prajurit
yang nomor dua. Dan itu yang nomor tiga! seru JupIter.
Sinar senter yang dipegang Bob sementara itu sudah bergerak ke depan,
menampakkan satu kerangka lagi. Kerangka itu tertelungkup, di tengah-tengah
gua. Di dekatnya nampak sejumlah kancing kuningan berserakan, serta sisa-sisa
sepatu bot dan pending kulit lengkap dengan sarung pistol. Barang-barang dan
kulit itu sudah rapuh sekali nampaknya. Sepucuk pistol kuno terletak dekat sekali
dengan jari kanan kerangka itu. Melihat bentuknya, pistol itu berasal dari masa
Perang Amerika-Meksiko. Kelihatannya itu pasti Sersan Brewster, kata Jupiter. Memegang pistol, dan
memakai sepatu berlaras tinggi dan kulit bermutu. Ia menggeleng-geleng. Pantas
ketiga prajurit ini tidak pernah muncul-muncul lagi."
Ternyata tidak jauh mereka minggat, ya" kata Pete.
Tiga orang tamak, yang ingin menjadi kaya dengan gampang, kata Bob
menambahkan. Tapi, kata Diego, mana moyangku"
Bob menerangi sekeliling gua dengan sinar senternya. Dan tempat mereka berada
saat itu, anak-anak tidak melihat apa-apa lagi. kelihatannya tidak ada tempat pada
dinding-dinding yang rata di situ.
Ada orang yang menembak mereka bertiga ini, kata Pete. Kalau bukan Don
Sebastian, lalu siapa" Atau mungkin Don Sebastian pergi meninggalkan gua ini"
Itu mungkin saja, Dua, kata Jupiter sambil merenung. Tapi jika Ia berhasil
menewaskan ketiga prajurit ini, kenapa mereka tidak kemudian dikuburkan saja
olehnya, dan Ia sendiri tetap bersembunyi di sini"
Barangkali bukan Don Sebastian yang menembak mereka, kata Pete.
Maksudku, tiga lawan satu, sedang mereka ini prajurit-prajurit yang terlatih.
Mungkin ada orang-orang lain, dan Don Sebastian tidak ingin
Don Sebastian yang menembak mereka, kata Bob memotong. Coba lihat ke
sana. Itu, di belakang sana! Ada lorong lagi di situ, dan ada sesuatu di dalamnya!
Ketika keempat remaja itu sampai di ujung belakang qua, mereka melihat bahwa
yang nampak tadi bukan lorong, melainkan semacam rongga yang dalamnya
sekitar satu setengah meter. Di dalamnya, di tempat yang tidak langsung nampak
walau dari jarak dekat, terletak satu kerangka lagi. Kerangka itu tersandar pada
satu dari beberapa bongkah batu lepas yang ada di situ. Sisa-sisa pakaian yang
masih nampak lain wujudnya dari yang ditemukan pada ketiga kerangka lainnya.
Di dekat kerangka tergeletak sejumlah perhiasan bulat dan perak, dengan motif
Indian. Dan di sampingnya terdapat dua pucuk senapan kuno yang sudah berkarat.
Diego mengambil sebuah perhiasan perak itu.
Buatan daerah kami, katanya dengan sedih. Kurasa sekarang kita sudah tahu
kenapa moyangku tidak pernah kelihatan lagi sejak ia berhasil meloloskan diri.
Sejak sekian lama, jenazahnya ternyata terkubur di dalam gua ini.
Jupiter mengangguk Dugaan kita semula ternyata benar. Don Sebastian memang berniat untuk
bersembunyi di sini. itu sebabnya ia menulis 'Puri Nasar' pada kepala surat yang
ditujukan pada Jose, untuk memberi tahu anaknya itu di mana ia akan berada. Ia
berhasil meloloskan diri dari kejaran Brewster serta kedua konconya, lalu setelah
mengambil pedangnya dan pondok ia kemari, ke gua ini. Tapi ketiga prajurit itu
membuntutinya, dan di sini kemudian terjadi tembak-menembak. Don Sebastian
berada di atas angin, karena tahu lekuk liku gua ini. Dengan bersembunyi di
rongga ini, ia bisa dengan seenaknya menembaki prajurit-prajurit itu, sewaktu
mereka masuk kemari dengan merangkak-rangkak lewat lorong sempit itu. Ketigatiganya
berhasil ditembak olehnya. Tapi Ia pun kena tembak. Beberapa waktu
kemudian terjadi gempa bumi yang menyebabkan gua ini tertimbun. Jadi tidak ada
seorang pun yang bisa tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan keempat orang
yang ada di sini. Nanti dulu, Jupe, kata Bob. Apa sebabnya teman-teman Don Sebastian
kemudian tidak muncul di sini untuk mencarinya" Mereka kan sudah tahu,
Rajawali sudah menemukan sarang."
Kenapa" Jupiter mengangkat bahu. Itu takkan pernah bisa kita ketahui.
Mungkin saja teman-temannya itu tidak tahu secara tepat di mana Don Sebastian
berada, dan mereka menunggu-nunggu berita selanjutnya. Atau mungkin juga
gempa sudah menyebabkan gua ini tertutup, sebelum mereka bisa datang kemari.
Dan kelihatannya teman-temannya itu kemudian tewas, atau tercerai-berai dalam
pertempuran yang menyusul. Ketika Jose pulang seusai perang, tidak ada lagi yang
bisa memberi tahu bahwa laporan Sersan Brewster tentang kematian Don
Sebastian sebenarnya palsu. Mungkin saja Jose tidak percaya bahwa pedang itu
ikut tercebur ke laut bersama ayahnya tapi bisa jadi ia beranggapan bahwa
benda berharga itu dicuri orang.
He, Jupe! Pedang Cortes! sew Pete. Pedang ini mestinya kan ada di sini, di
tempat Don Sebastian! Dengan cepat mereka memeriksa rongga sempit itu. Tapi pedang itu tidak ada di
situ. Keempat remaja itu berpandang-pandangan dengan perasaan kecut.
Bab 18 PESAN RAHASIA MUNGKIN pedang itu disembunyikan oleh Don Sebastian di dalam gua, kata
Bob. Ya, untuk berjaga-jaga, kalau kemudian terjadi sesuatu dengan dirinya, kata
Diego menimpali. Kemungkinannya Ia mengetahui bahwa para prajurit itu masih
membuntutinya terus. Selain merupakan benda berharga, Pedang Cortes juga
merupakan lambang keluarga kami. Ia pasti berusaha menyelamatkannya untuk
Jose. Yuk, kita cari! seru Pete.
Mereka tidak bisa memencar, karena hanya berbekal sebuah senter. Jadi usaha
pencarian mereka berlangsung dengan lambat. Kecuali itu juga ternyata sia-sia!
Gua itu luas, tapi boleh dibilang tidak ada tempat di situ yang bisa dipakai untuk
menyembunyikan sesuatu. Bahkan peniti saja pun tidak bisa! Anak-anak masih
menemukan sebuah rongga serta beberapa ceruk di dinding batu. Tapi cuma itu
saja yang mereka jumpai. Tidak ada lubang di dasar gua yang terdiri dari batu
utuh. Tidak ada reruntuhan yang bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan
sesuatu di bawahnya. Tidak mungkin dasar dari batu itu digali, untuk kemudian
pedang itu disembunyikan di dalamnya.
Karena Brewster beserta kedua konconya masih membuntuti, dan mungkin sudah
menuju ke gua ini, kurasa tidak mungkin Don Sebastian masih punya waktu untuk
menyembunyikan pedang itu, andaikan di sini ada tempat yang baik untuk
keperluan itu, kata Jupiter dengan nada murung. Tidak, kurasa Ia tidak
membawa pedangnya ke gua ini, Teman-teman.
Kalau begitu, di mana barang itu"" tanya Pete. Kita masih tetap belum beranjak
dari keadaan sewaktu kita mulai mencari!
Bob sependapat dengannya.
Kita sudah berhasil membuktikan bahwa boleh dibilang semua dugaan kita
ternyata benar, katanya, tapi kita masih saja belum memiliki petunjuk apa-apa,
tentang di mana pedang itu berada."
Aku... aku sebenarnya sudah begitu yakin, kita sebentar lagi berhasil, kata
Jupiter. Pasti ada sesuatu yang terlepas dari perhatian kita! Coba kita pikirkan,
apa Jupiter, kata Diego. Keningnya berkerut. Jika Don Sebastian menuliskan Puri
Nasar di atas surat yang ditujukannya pada Jose, itu berarti ia tentu tahu bahwa
Jose pada suatu ketika akan kemari mencarinya. Ya, kan""
Betul, dan kurasa ia memperkirakan akan masih terus bersembunyi di sini sampai
Jose datang suatu saat."
Tapi yang terjadi kemudian, Don Sebastian tewas kena tembak di sini. Sekarang,
jika Ia ketika itu tidak langsung tewas, tapi sudah merasa bahwa Ia pasti akan
tewas, Ia tentunya memikirkan bagaimana caranya Jose akan bisa menemukan
pedang itu. Jadi Jadi, mestinya Ia meninggalkan pesan untuk Jose! seru Jupiter. "Ya, tentu saja!
Ia pasti berusaha untuk meninggalkan pesan! Cuma, apakah pesan itu masih bisa
dibaca sekarang, setelah begitu lama waktu berlalu"
Itu tergantung dari di mana dan dengan apa ia menulis pesan itu, kata Pete. Itu
pun, jika benar Ia meninggalkan pesan. Ketika kita mencari ke mana-mana tadi,
aku tidak melihat pesan apa-apa."
Memang tidak, kata Diego mengakui, tapi tadi kita bukan mencari-cari pesan.
Lagi pula, dengan apa Ia bisa menuliskannya" tanya Bob sangsi. Menurutku,
kecil sekali kemungkinannya ia membawa kertas dan tinta sewaktu lari
bersembunyi kemari. Betul juga katamu itu, kata Diego. Tapi kan bisa saja ia menulis dengan apa
yang ada pada dirinya, Teman-teman. Maksudku, dengan darahnya sendiri!
Lalu menulisnya di mana"" kata Pete. Kalau di kemejanya, atau bahan lain
seperti itu, yang jelas sekarang sudah tidak ada lagi. Sudah hancur."
Bagaimana kalau di dinding"" kata Bob, sambil memandang berkeliling gua.
Luka parah, sudah mendekati ajal, kata Jupiter sambil berpikir-pikir. Tidak
mungkin ia masih mampu banyak bergerak. Teman-teman, kita periksa dinding
rongga itu! Keempat remaja itu menyuruk masuk, lalu meneliti dinding batu rongga kecil
tempat Don Sebastian menghembuskan napas yang penghabisan. Kerangkanya
yang tersandar ke batu, seolah-olah memperhatikan kesibukan mereka.
Aku tidak melihat apa-apa, kata Pete, setelah mencari-cari tanpa mau terlalu
dekat dengan kerangka Don Sebastian.
Bisakah darah tetap nampak selama itu, Satu" tanya Bob.
"Aku tidak tahu pasti," kata Jupiter menjawab. Kemungkinannya, tidak
Eh, apa ini" kata Diego. Dipungutnya sebuah benda kecil yang sebelumnya tidak
terlihat. Benda itu sebuah kendi yang bagian atasnya pecah. Nampaknya
merupakan hasil kerajinan orang Indian.
Ada sesuatu di dasarnya, kata Diego lagi. keras, dan kehitam-hitaman.
Jupiter mengambil kendi itu dan tangan Diego.
Buatan orang Indian, katanya memastikan. Yang keras dan berwarna hitam itu
cat, yang sudah kering."
Cat hitam" kata Bob.
Keempat remaja itu menatap kendi, lalu berpandang-pandangan.
Jika ia menuliskan sesuatu dengan cat hitam, kata Pete, tulisan itu sementara ini
bisa sudah memudar sehingga nyaris tidak bisa dibaca lagi! Apalagi kemudian
tertutup debu! Kita bersihkan debu yang menempel di dinding rongga ini! kata Jupiter memberi
instruksi sambil mengeluarkan sapu tangannya. Kerjakan dengan hati-hati sekali,
jangan sampal cat yang sudah kering terkelupas!
Dengan sangat berhati-hati keempat remaja itu menyingkirkan debu yang
menempel dengan sapu tangan mereka. Akhirnya Pete yang menemukan bekasbekas
samar. Bob! Coba sorotkan sentermu itu kemari!
Pada dinding, di sebelah kiri kerangka nampak samar empat buah kata, dalam
bahasa Spanyol. Diego menerjemahkan artinya.
Abu... debu... hujan... samudra.
Semua menatap keempat kata itu, sambil berpikir-pikir mencari maknanya.
Kedua kata yang paling belakang dituliskan pada posisi lebih rapat, kata Diego
sambil memperhatikan. Dan semuanya nampak dituliskan dengan tangan yang
gemetar. Barangkali, kata Pete mencoba menebak, pedang itu disembunyikan dalam
salah satu tempat perapian, di suatu tempat"
Dekat samudra, barangkali" kata Bob menimpali.
Tapi, kalau begitu apa hubungannya dengan kata hujan" kata Diego sambil
berpikir. Mungkin dekat sebuah tempat perapian di luar ada tong penadah air hujan yang
sudah berdebu, kata Pete, asal tebak saja. Sudahlah, kita akui saja, kata-kata ini
sama sekali tidak punya arti yang tertentu!
Untuk apa moyangku menuliskan kata-kata yang tidak ada artinya"" tukas Diego.
"Ya, itu tidak masuk akal, kata Jupiter. Tapi... abu, debu, hujan, dan samudra"
Ia menggeleng. Terus terang saja, aku tidak melihat sangkut-paut antara keempat
kata ini. Mungkin bukan Don Sebastian yang menuliskan kata-kata, kata Bob. Mungkin
sudah lebih dulu ada, dan ditulis oleh orang lain.
Kurasa itu tidak benar, Bob! Don Sebastian pasti meninggalkan salah satu pesan
untuk Jose. Tentang itu, aku yakin sekali! Lagi pula, tempat cat kan ada di
sisinya, kata Jupiter. Dan tidak mungkin tulisan ini dibuat orang lain, setelah
Don Sebastian tewas. Jika ada orang masuk kemari kemudian, ia tentunya
menemukan keempat orang yang mati di sini dan melaporkan hal itu, dan kita
takkan menemukan keempat kerangka ini di sini. Pasti sudah dimakamkan! Tidak,
aku yakin bahwa Don Sebastian yang menuliskan keempat kata ini. Tapi "
Mungkin saat itu Ia sudah dalam keadaan mengigau sebagai akibat lukanya,
Satu, kata Bob. Mungkin, Ia sudah sekarat. Jadi Ia tidak benar-benar sadar, apa
sebenarnya yang dituliskan otehnya.
"Ya, itu mungkin saja, kata Jupiter sambil mengangguk. Tapi entah kenapa, aku
merasa bahwa kata-kata ini pasti punya makna tertentu, secara keseluruhan.
Sesuatu yang oleh Don Sebastian diketahui bahwa Jose pasti akan mengerti. Abu...
debu... hujan... samudra.
Kata-kata yang diucapkannya itu menggema dalam gue tersembunyi itu. Anakanak
menyimaknya dalam hati, seakan-akan jika diulang-ulangi pasti akan bisa
diketahui rahasianya. Perhatian mereka begitu terpaku pada kata-kata itu, sehingga baru kemudian sadar


Trio Detektif 26 Misteri Kuda Tanpa Kepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa ada bunyi aneh masuk ke tempat itu.
Jupe! kata Diego secara tiba-tiba. Apa itu" kedengarannya seperti mengetukngetuk.
Datangnya dari atas." Ia mendongak, memandang langit-langit gua.
Bunyi langkah, kata Bob lirih. Datangnya dari luar. Ada orang di atas, dekat
Puri Nasar! Barangkali ketiga orang yang mengejar-ngejar kita, kata Diego.
Jika benar mereka, takkan bisa mereka menemukan kita, kata Jupiter. Lubang
masuk kemari kan sudah kita sumbat lagi.
Aduh, jejak kaki kita." kata Pete kaget. Jika mereka menemukannya di atas tanah
yang becek, mereka pasti akan langsung menebak bahwa kita turun kemari. Dan
dengan mudah mereka bisa menyingkirkan batu-batu yang menutupi jalan masuk.
Setelah itu mereka bisa Dengan cepat Jupiter mengajak teman-temannya meninggalkan tempat itu, pindah
ke gua sebelah depan. Di situ mereka menunggu dalam gelap, merunduk di sisi kiri
dan kanan lubang yang tersumbat batu-batu. Tidak lama kemudian mereka
mendengar suara orang bercakap-cakap di luar.
Mereka turun, bisik Pete.
Suara-suara yang di luar terdengar semakin jelas. kemudian anak-anak yang
bersembunyi itu mendengar bunyi samar langkah orang berjalan terpeleset-peleset
menuruni lereng yang terjal.
Rapatkan diri ke dinding, kata Jupiter memberi petunjuk. Jika nanti orangorang
itu ternyata mendorong batu-batu penyumbat ke dalam lalu masuk kemari,
ada kemungkinan mereka tidak langsung melihat kita. Jadi begitu mereka sudah
lewat, kita cepat-cepat lari ke luar.
Bunyi nyaring sepatu bot membentur batu terdengar di sebelah atas mereka. Suarasuara
berbicara rasanya datang dari arah yang hampir tepat di hadapan lubang yang
tersumbat batu-batu. Orang-orang yang di luar itu berbicara dengan nada sengit,
seperti sedang bertengkar!
Apa kata mereka" bisik Bob. Aku tidak bisa menangkap kata-katanya dengan
jelas. Aku juga tidak, balas Pete dengan berbisik pula.
Anak-anak berusaha menangkap percakapan orang-orang yang berada di luar.
Suara mereka yang bernada marah-marah kedengarannya seperti berada tepat di
hadapan lubang. Tapi masih tetap tidak bisa ditangkap dengan jelas, karena samar.
Kenapa mereka tidak berusaha masuk kemari" tanya Diego dengan heran.
Mestinya mereka melihat jejak kaki kita, bisik Pete, karena kalau tidak, kenapa
mereka bisa langsung menuju kemari"
Keempat remaja itu menunggu dengan tegang di dalam gua yang gelap.
Sudah sepuluh menit mereka berada di luar, bisik Bob kemudian.
Anak-anak menunggu lagi. Waktu rasanya seperti berhenti.
Sudah lima belas menit, kata Bob berbisik. Apa yang sedang mereka
Saat itu terdengar bunyi langkah di balik tumpukan batu yang menyumbat lubang
gua. Langkah orang tergelincir-gelincir menjauh! Akhirnya tidak terdengar apaapa
lagi. Orang-orang itu sudah pergi.
Anak-anak masih menunggu selama lima belas menit lagi di dalam.
"Mereka tidak melihat lubang di luar! kata Diego kemudian.
Tapi mereka mestinya tadi mengikuti jejak kaki kita ke bawah, kata Pete. Mana
mungkin lubang itu tidak terlihat" Biar di luar saat ini sudah gelap!"
Jupiter memandang batu-batu yang menyumbat lubang.
Dan apa sebabnya kita tidak bisa menangkap kata-kata mereka" katanya
bertanya. Mestinya kan terdengar, apabila mereka berada tepat di luar lubang ini.
Sesaat keempat remaja itu sama-sama membisu.
Coba kita singkirkan beberapa buah batu ini, kata Pete kemudian. Bob
menyalakan senter, lalu menyandarkannya pada sebuah batu. Keempat remaja itu
menarik sebuah batu besar dan tumpukan yang menyumbat lubang. Lalu satu lagi.
Dan satu lagi! Tapi tidak ada cahaya masuk dari luar. Udara segar juga tidak.
Dengan gugup anak-anak menyingkirkan semua batu yang semula mereka desakdesakkan
ke dalam mulut lubang. Tidak ada cahaya, angin, ataupun hujan masuk ke dalam.
Mana lubangnya" seru Diego dengan panik. Pete merangkak masuk ke dalam
rongga tempat batu-batu tadi, lalu meraba-raba bagian ujungnya.
Batul katanya. Suaranya terdengar samar. Di mana-mana batu semata-mata!
Maksudmu, mulut lubang disumbat orang-orang itu! seru Bob.
Pete merangkak mundur, keluar dari rongga. Matanya terbelalak.
Tidak, buk"n disumbat! katanya gugup. Rupanya tadi terjadi tanah longsor lagi,
dan sebongkah batuu besar tergelincir, lalu menutupi mulut lubang. Itu sebabnya
orang-orang tidak bisa melihatnya. Tidak ada lagi lubang di luar. Itu sebabnya kita
tidak bisa menangkap suara mereka dengan jelas! Kita terjebak di sini! Bagaimana
sekarang"" Bab 19 AKHIRNYA JUPITER MENGERTI
KAU tahu pasti, Pete" tanya Jupiter lambat-lambat . "Mungkin yang menyumbat
itu bukan batu besar. Kita coba saja menggesernya.
Dengan susah payah keempat remaja itu masuk ke dalam rongga yang semula
merupakan mulut gua. Pete menghitung sampai tiga, lalu bersama-sama mereka
mencoba mengangkat batu yang merintangi jalan itu.
Uhhh! dengan Pete. Aduh! Diego terpeleset dan jatuh.
Bob dan Pete mendorong sekuat tenaga. Tapi batu itu sedikit pun tidak bergerak.
Percuma, Satu, keluh Bob.
Berusaha mendorongnya, sama saja seperti berusaha menggeser seluruh
punggung bukit ini, kata Pete menimpali.
Anak-anak merangkak ke luar lagi, lalu duduk dengan perasaan suram di dasar
gua. Tidak ada alasan untuk panik, kata Jupiter dengan tenang. Biar kita tidak bisa
keluar dengan kemampuan sendiri, paling lambat besok pagi keluarga kita pasti
mulai mencari-cari, dan dari Pico mereka akan tahu tentang Puri Nasar. Kita bisa
mendengar suara-suara tadi, meski tidak bisa menangkap kata-katanya dengan
jelas. Jadi kita pasti akan bisa mendengar suara orang-orang yang datang mencari
kita, dan mereka jugaakan bisa mendengar suara kita.
Yah, kata Bob dengan nada menyesali, sayangnya, keluarga kita sementara ini
sudah terbiasa kalau kita tahu-tahu menghilang.
Pete mengerang. Maksudmu, kita akan terkurung di sini sepanjang malam"
Kalau terpaksa, kata Jupiter. Nadanya terdengar gembira. Gua ini kan lumayan
nyamannya. Tidak basah, dan cukup banyak udara di dalam sini. Ketika kita
pertama kali masuk tadi, aku langsung merasa adanya udara segar. Karena lubang
masuk ini lama sekali tersumbat, maka mestlnya ada retak-retak atau bahkan
lubang-lubang di tengah bebatuan, lewat mana udara bisa masuk. Mungkin juga
ada jalan keluar yang lain dan lewat lubang ini. Kuusulkan, sebaiknya sekarang ini
juga kita mencarinya. Aku sependapat dengan Jupiter, kata Diego. Kalau kita banyak bergerak, tubuh
kita akan bertambah hangat rasanya.
Jupiter, Diego, dan juga Pete meneliti dinding dan langit-langit gua sempit itu,
sementara Bob menyorotkan senternya ke segala arah. Tapi tidak ditemukan jalan
keluar lain. Tapi dinding yang di sebelah sana itu kelihatannya dari tanah, kata Jupiter
sambil menunjuk ke sebelah kiri lubang yang tersumbat. Dan ketika kupegang,
rasanya agak lembab. Barangkali saja kita bisa menggali jalan keluar lewat situ.
Mungkin saja, jika kita punya peralatan yang cocok. Tapi itu tidak ada pada kita
sekarang, kata Pete mengetengahkan. Selain itu, di bagian situ dinding
melengkung ke dalam. Entah berapa meter saja tebalnya!
Jupiter mengangguk. Sebaiknya kita kembali saja dulu ke gua yang lebih besar, katanya menyarankan.
Kita lihat di situ, barangkali saja ada jalan keluar yang lain.
Tadi kan sudah kita periksa sampai ke segala pojoknya, Satu, kata Bob.
Memang betul, tapi kita coba saja sekali lagi. Kecuali itu, aku ingin sekali lagi
melihat kata-kata yang dituliskan oleh Don Sebastian.
Ia mendahului merangkak lewat lorong sempit, masuk ke gua yang ada kerangkakerangkanya.
Sementara Bob kembali bertugas memegang senter, anak-anak yang
lain memeriksa sekeliling dinding gua. Mereka melakukannya dengan sangat
cermat. Memang terasa ada aliran udara di situ, tapi mereka tidak menemukan
jalan keluar. Kurasa pilihan cuma ada dua, kata Bob. Tetap tinggal di sini sampai datang
bantuan, atau menggali jalan keluar di gua sebelah depan.
Pilihan apa itu"! tukas Pete sambil mengeluh. Aku tidak mau tinggal di sini,
tapi menggali juga malas."
Jika kita harus tinggal di sini sampai besok, kata Jupiter, kusarankan agar kita
selama itu berusaha menguraikan teka-teki yang dihadapi. Abu... debu... hujan...
sam"dra. Bagiku, masih saja tetap tidak ada maknanya sama sekali," kata Pete dengan
tandas. Mungkin tidak dapat dimengerti, kata Jupiter, tapi aku yakin bukan tidak ada
maknanya. Coba kita lihat lagi kata-kata itu.
Keempat remaja itu menyuruk lagi ke dalam rongga yang sempit, dan kembali
memperhatikan keempat kata dalam bahasa Spanyol itu. Jupiter mengamatamatinya
sambil merenung. Diego memang benar ketika mengatakan bahwa jarak antara masing-masing kata
tidak sama jauhnya, katanya kemudian. Kata yang berarti abu agak terpisah,
dan begitu pula debu . Tapi hujan dan samudra saling berdekatan. Mungkin
mulanya bahkan ada tanda baca, seperti garis penghubung. Jadi seakan-akan Don
Sebastian menghendaki kedua kata itu dibaca bersamaan. Maka kata-kata itu harus
dibaca begini: Abu... debu... hujan-samudra . Nah, kalau begitu apa yang bisa kita
tafsirkan daripadanya, Teman-teman""
Tidak ada, kata Pete dengan cepat.
Hujan dan samudra, kedua-duanya berwujud air, kata Diego.
Ya, kata Jupiter sambil mengangguk. itu satu hal.
Mungkin kita harus menafsirkan bahwa hujan dan samudra pada hakikatnya sama
saja." kata Bob mengajukan dugaan. "Maksudku, kita tahu hujan sebenarnya
berasal dari uap air yang naik dan samudra. Lalu di langit berubah menjadi air
yang kemudian jatuh ke bumi dalam wujud hujan. Dan hujan terjadi sungai dan
sebagainya. Baiklah, kata Jupiter. Jadi hujan berasal dari samudra, dan kemudian kembali
lagi ke samudra. Lalu apa hubungannya dengan debu, atau abu."
Debu bisa berasal dari abu, kata Diego. Tapi tidak harus selalu begitu, menurut
pendapatku. Abu tidak berasal dari debu, kata Pete. Abu sama sekali bukan debu.
Memang bukan, kata Jupiter lambat-lambat. Pikir terus, Teman-teman. Pasti
ada salah satu hubungannya, satu petunjuk yang menggabungkan keempat kata itu.
Pesan apa untuk Jose yang bisa disimpulkan daripadanya"
Tidak seorang pun mampu menjawab.
Yah, kita coba saja terus, kata Jupiter lagi, dan sementara itu kita kembali ke
gua di depan. Kita coba saja menggali jalan keluar.
Senapan-senapan kuno itu bisa kita gunakan sebagai alat untuk menggali, kata
Pete. Bob membuka tas peralatannya.
Tidak ada yang berarti di sini, tapi obengku ini bisa kita pakai untuk
mehghancurkan tanah. Ketika sudah kembali di gua sebelah depan, anak-anak memeriksa tanah yang
lunak di sisi kiri lubang yang tersumbat. Tanah itu lembab dan lengket.
Hujan seminggu ini turun terus," kata Pete mengetengahkan pendapatnya, jadi
tanah ini hanya lembab saja. Mestinya cukup tebal lapisan yang ada antara sini dan
sebelah luar. Yah, sambungnya sambil nyengir, kita lihat saja nanti!
Dengan menggunakan laras senapan-senapan kuno, obeng, serta batu-batu pipih
yang mereka temukan, keempat remaja itu mulai menggali. Mulanya tanah di situ
berbongkah-bongkah dan agak lengket. Tapi semakin dalam mereka menggall,
semakin basah tanahnya. Setiap kali mereka sudah agak berhasil maju agak jauh,
tanah lempung itu melesak lagi. Mereka terpaksa mempercepat penggalian agar
bisa maju. Dan sebentar-sebentar mereka terbentur pada batu-batu yang harus
dikeluarkan dulu sebelum mereka bisa melanjutkan.
Keringat mereka bercucuran, sementara muka dan pakaian berlumuran tanah
lempung yang lengket. Setelah berjam-jam bekerja, keempat remaja itu mulai
lelah. Belum lagi rongrongan rasa lapar! Akhirnya mereka kehabisan tenaga.
Keempat remaja itu tertidur. Ketika bangun lagi hari sudah pagi. Itu hanya mereka
ketahui dengan jalan melihat arloji mereka, karena di dalam gua masih tetap gelap
gulita. Baterai senter sudah lemah, sehingga sinarnya sangat redup. Tapi anak-anak
mulai menggali lagi, dengan lebih bersem"ngat daripada sebelumnya.
Pukul setengah delapan, tiba-tiba Pete berseru, Aku melihat cahaya terang!
Keempat remaja itu seolah-olah mendapat suntikan semangat. Keempat-empatnya
menyuruk ke dalam lubang hasil galian mereka, dan menggali seperti kesetanan.
Lubang yang terjadi bertambah besar, sinar yang masuk bertambah banyak, dan
akhirnya mereka berhasil tembus! Sambil berbicara campur aduk karena gembira,
mereka merangkak satu per satu ke luar, dan berdiri di lereng punggung bukit
tinggi itu, di tengah hujan yang masih saja turun.
Wow! seru Pete, coba dengar suara gemuruh itu!
Deru air yang bergejolak dalam sungai kecil yang banjir seakan-akan
mengguncangkan seluruh lingkungan di situ. Diego menuding ke arah bendungan.
Bendungan itu runtuh separuh! serunya. "Dan "
Bukit kecil di sisinya tidak ada lagi! kata Bob.
Lihat! seru Jupiter. Ia menunjuk ke bawah, ke arah arroyo.
Cekungan yang biasanya kering dan arahnya menuju ke hacienda yang letaknya
sekitar satu mil lagi, kini tidak bisa lagi disebut arroyo, karena sudah menjelma
menjadi sungai kecil yang dalam dan deras. Banjir yang melimpah lewat bagian
bendungan yang sudah ambruk ternyata telah mengikis habis bukit kecil yang
memisahkan bekas arroyo itu dan Santa Inez Creek. Kini air deras mengalir ke
arah laut, bukan lewat satu sungai saja, tapi dua!
"Wah, banjir ini pasti melanda hacienda kalian," kata Bob pada Diego.
Tiba-tiba mata Jupiter bersinar-sinar.
Itu dia, Teman-teman! katanya, nyaris bernada kagum. Aku tahu sekarang
jawabannya! Bab 20 PEDANG CORTES "JAWABAN tentang apa, Satu"" seru Pete dan Bob serempak.
Jupiter tidak jadi menjawab, karena tiba-tiba Ia menuding ke arah jalan besar yang
nampak di kejauhan, searah dengan punggung bukit.
Ada beberapa orang datang! serunya. Jika itu mereka lagiPete menudungi matanya, agar bisa iebih jelas melihat. Nampak empat orang lakilaki
berlari menyusur jalan setapak yang melewati punggung-punggung bukit di
sebelah selatan. Jalan itu pernah dilewati Diego bersama ketiga anggota Trio
Detektif seminggu yang lalu, sewaktu kembali ke hacienda setelah ikut
memadamkan kebakaran yang melanda padang belukar.
Itu ayahku, bersama Mr. Andrews!" seru Pete. Dan juga Sheriff, bersama Chief
Reynolds! Keempat remaja itu bergegas menuruni bukit, menyongsong mereka.
Pete! sew Mr. Crenshaw, begitu melihat anaknya. Kalian baik-baik semua"
Ya, Ayah, kata Pete. Dipandangnya ayahnya sambil nyengir.
Mr. Andrews marah-marah. Apa saja yang kalian lakukan di sini sepanjang malam!
Bukan niat kami begitu, Ayah, kata Bob, lalu diceritakannya pengalaman
terjebak di dalam gua. Mulut gua itu muncul karena ada tanah longsor, lalu tanah
longsor berikutnya menyebabkan jalan keluar itu tersumbat kembali. Tapi sekarang
kami sudah tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan Don Sebastian dan ketiga
prajurit Amerika yang hilang itu!"
Dan berhasil menyibak satu misteri kuno lagi, sela Chief Reynolds sambil
tersenyum. Tapi menyebabkan orang tua kalian bingung setengah mati! tukas Sheriff dengan
nada galak.. Pico Alvaro melaporkan tentang tindak-tanduk kalian melacak
Pedang Cortes dengan niat menyelamatkan pertaniannya, dan kami separuh malam
ribut mencari kalian ke mana-mana! Pamanmu, Jupiter Jones, mencari di daerah
seberang sungai bersama kedua pembantunya, begitu pula Mr. Norris dengan
orang-orangnya! Coba katakan, bagaimana kalian sampai bisa masuk ke gua itu!
Ya, Sir, kata Pete. kami
Nanti saja itu kami jelaskan, dalam perjalanan ke hacienda, Sir, kata Jupiter
cepat-cepat memotong . Saya tidak ingin paman saya harus terus merasa cemas.
Bisakah Anda memberi tahu padanya, agar dia dan yang lain-lainnya menjumpai
kita di reruntuhan hacienda"
Baiklah, tapi kau nanti harus bisa memberikan alasan tegas, kenapa kalian masuk
ke gua itu. Aku tidak mau ada anak-anak sembrono berkeliaran di daerah
pengawasanku!

Trio Detektif 26 Misteri Kuda Tanpa Kepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan walkie-talkie-nya, Sheriff menginstruksikan segenap rombongan pencari
agar berkumpul di hacienda Alvaro. Setelah itu, sambil berjalan lewat jalan setapak
melintasi punggung-punggung bukit menuju ke hacienda, keempat remaja itu
menceritakan pengalaman mereka selama itu. Mengenal usaha mencari Pedang
Cortes, lalu tentang ketiga orang tak dikenal yang mengejar-ngejar mereka. Ketika
selesai bercerita, mereka sudah sampai di jalan besar yang merupakan jalan daerah.
Dan situ mereka menyeberangi jembatan. yang terbentang di atas sungai deras
yang semula merupakan arroyo. Akhirnya mereka sampai di hacienda.
Paman Titus sudah lebih dulu sampal di situ, bersama Hans dan Konrad, saudara
Hans. Mr. Norris berdiri di belakang Paman Titus, dekat mobil yang selama itu
dilihat anak-anak dinaiki oleh Skinny dan Cody. Mereka berdua juga ada di situ,
bersama dua orang lagi. Seorang asisten sheriff duduk menunggu dalam mobil Sheriff. Paman Titus
bergegas menghampiri keponakannya.
Kau tidak apa-apa, Jupiter" Bagaimana dengan yang lain-lain"
Semua baik-baik saja, Paman Titus.
Skinny datang menghampiri, bersama Mr. Norris dan Cody.
Aduh, kalian ml benar-benar keterlaluan dungunya, kata Skinny mengejek.
Sudah, Skinner, bentak Mr. Norris. Lega hatiku melihat kalian semua selamat,
Anak-anak. Sekarang coba kalian jelaskan, kata Sheriff, apa sebabnya ketiga orang itu
mengejar-ngejar kalian! Karena mereka yang menyebabkan Pico dituduh menyebabkan padang belukar
waktu itu terbakar, kata Pete bersemang"t, dan mungkin mereka pula yang
membakar hacienda ini! Cody mendengus. Alvaro yang menyebabkan kebakaran itu, tukas manajer ranch milik Mr. Norris
itu. Ia tidak layak mengusahakan pertanian di daerah sini, karena orangnya terlalu
sembrono. Mulai besok, ia bukan pemilik pertanian lagi. Skinny mengatakannya sambil
tertawa. Aku tadi sudah menyuruhmu diam, Skinner! kau juga, Cody! bentak Mr. Norris.
Ditatapnya Jupiter. Bisakah kau membuktikan bahwa bukan Pico Alvaro yang
menyebabkan padang belukar terbakar waktu itu, Jones"
Kami tahu bahwa bukan dia yang melakukannya, Mr. Norris, jawab Jupiter.
Pada pukul tiga siang hari itu Pico masih memakainya, yaitu saat Ia berada
bersama kami di sekolah. Karena Sheriff mengatakan api unggun itu dinyalakan
sebelum pukul tiga, maka mustahil Pico ketinggalan topinya di tempat itu.
Bob menyela, "Skinny maksud saya Skinnerf Sir, dia dan Mr. Cody mestinya
juga melihat bahwa Pico masih memakai topinya sewaktu berada di sekolah!
Aku tidak ingat Ia memakai topi, kata Skinny.
"Karena Ia memang tidak memakainya, kata Cody menimpali.
Tapi waktu itu Ia memakai topi, Sir, kata Jupiter dengan tegas. Dan topi itu
masih terus dipakainya ketika kami kemudian tiba di hacienda ini. Setelah itu Ia
menggantungkannya ke sangkutan yang ada di dalam gudang. Lalu ketika ada
yang memberi tahu bahwa padang belukar terbakar, ia bergegas lari ke luar, tanpa
membawa topi itu. Jadi mestinya topi itu ikut terbakar dengan gudang, tapi
nyatanya tidak. Ketiga orang tak dikenal itu datang ke gudang sewaktu semua
sedang sibuk berusaha memadamkan api kebakaran. Mereka mengambil topi itu,
lalu meletakkannya dekat lokasi api unggun, agar dengan begitu tuduhan
dilemparkan pada Pico. Kau tidak bisa membuktikan ocehanmu itu, kata Cody dengan geram. Untuk
apa orang-orang itu berusaha melemparkan kesalahan pada Alvaro" Apa
alasannya" Jupiter tidak mengacuhkan manajer itu.
Mereka melemparkan kesalahan pada Pico, karena merekalah sebenarnya yang
menyalakan api unggun secara sembrono itu. Saya yakin, mereka jugalah yang
kemudian membakar hacienda dan gudang di sini.
Kau bisa membuktikannya, Jupiter" tanya Chief Reynolds.
Dan di mana ketiga orang itu sekarang" tanya Sheriff.
Saya rasa mereka bisa ditemukan di ranch milik Mr. Norris, jawab Jupiter.
Mr. Norris langsung naik darah.
Kau hendak mengatakan, aku terlibat dengan urusan ketiga orang itu, Anak
muda" Bukan begitu, Sir, jawab Jupifer tenang., Saya rasa Anda tidak tahu apa-apa
tentang. mereka. Tapi ada orang di sini yang dari semula sudah mengetahuinya.
Mereka kan tidak sendiri saja datang ke gudang Alvaro untuk mengambil topi itu,
Skinny" "Skinner"" Mr. Norris menatap anaknya.
"Dia ini asal ngomong saja, Ayah!" seru Skinny. Jupiter merogoh kantungnya, lalu
mengacungkan sepasang anak kunci, yang nampak jelas merupakan kunci mobil.
Kunci-kunci ini kami temukan dalam gudang yang sudah habis terbakar, yang di
sana itu! katanya. ketiga orang itu ke sana untuk mencari kunci-kunci ini, dan
itulah sebabnya kenapa mereka kemudian mengejar-ngejar kami yaitu untuk
merebut kunci-kunci ini. Kedua kunci ini terjatuh sewaktu mereka datang untuk
mengambil topi Pico. Anda bisa memeriksanya sendiri, tapi saya yakin kuncikunci
ini berasal dari mobil Anda yang di sana itu"" Sambil berkata begitu Jupiter
menunjuk ranch wagon. Mobil kami itu"" seru Mr. Norris kaget.
"Ya, tentang itu saya yakin, Sir, kata Jupiter. Saya bisa mencobanya, atau bisa
juga Skinner menunjukkan kunci-kunci yang ada padanya, supaya bisa kita
bandingkan." "Bagaimana, Skinner" Mr. Norris menatap anaknya lagi.
"Aku aku ," Skinny tergagap-gagap. Tiba-tiba Ia menatap Cody sambil
melotot. Aku memberikannya pada Cody, Ayah! Katanya, kunci-kuncinya
tercecer di tempat kebakaran! Ia tidak mengatakan
Dasar pengecut! tukas Cody dengan marah. Oke, kunci-kunci itu memang dari
ranch wagon. Aku menjatuhkannya tanpa mengetahuinya sewaktu masuk ke
gudang untuk mengambil topi si Meksiko. Dan itu semua diketahui oleh Skinny!
Ketiga koboi goblok itu teman-temanku, sambung manajer itu dengan marah.
"Mereka sedang dalam kesulitan, dan aku berutang budi pada meneka, jadi mereka
lantas mendatangiku. Kuizinkan mereka bersembunyi di tanah pertanian Mr.
Norris. Mereka kemudian menyalakan api unggun, walau sudah kupesar agar
jangan melakukannya. Api itu kemudian menyebabkan padang belukar terbakar.
Aku tahu, jika Mr. Norris sampai mengetahui kejadian sebenarnya, aku pasti
langsung dipecat. Karena itu kami lantas mendatangi tempat Alvaro ini. Saat itu
aku secara kebetulan melihat topi Pico tergantung dalam gudang. Sialnya, kuricikunci
mobil yang ada padaku tercecer!
Kenapa tidak langsung kaucari waktu itu juga"" tukas Sheriff.
Aku terburu-buru hendak menaruh topi itu, kata Cody dengan sikap agak kikuk,
dan kami juga khawatir kalau-kalau ada yang melihat, sedang "
Sedang saat itu gudang sudah mulai terbakar!
Ya, kan" seru Pete mendului.
Betul, kata Cody dengan wajah lesu. Tapi bukan aku yang melakukannya! Aku
tidak berniat merusak, atau merugikan siapa pun juga. Aku saat itu cuma berusaha
agar Mr. Norris jangan sampai tahu bahwa Cap, Pike, dan Tulsa berkemah di tanah
pertaniannya dan bahwa kesembronoan merekalah yang menyebabkan padang
belukar terbakar. Tapi manusia-manusia dungu itu mendengar aku mengatakan
bahwa kami ingin mengambil alih pertanian Alvaro. Mereka lantas berniat
membantuku, dengan jalan membakar gudang dan hacienda ini! Aku terlambat
mengetahuinya, sedang kunci-kunciku terjatuh dalam gudang!
Tapi Anda berusaha keras menghalang-halangI kami membantu keluarga
Alvaro, tukas Bob. Anda dan Skinny! Mengintip-ngintip, menguping di balik
jendela, berusaha menggertak kami."
Aku cuma melakukan tugasku! bantah Cody.
Mulai saat ini juga kau tak bertugas lagi, Cody! bentak Mr. Norris. Ambil
barang-barangmu! Kau kupecat! Mr. Norris memandang Skinny sarnbil melotot.
Dan kau, Anak muda, kita masih harus bicara lagi nantil
Cody boleh mengambil barang-barangnya, kata Sheriff, tapi dengan
pengawalan asistenku! Cody harus kutahan, dengan tuduhan melakukan
persekongkolan untuk memfitnah Pico Alvaro, dan kemungkinannya juga untuk
tindakan pembakaran rumah.
Sheriff beserta asistennya menggiring Cody ke mobil polisi. Mr. Norris menyuruh
Skinny masuk ke ranch wagon. Setelah itu Ia mengarahkan kata-katanya pada
anak-anak yang lain. Aku menginginkan pertanian Alvaro, dan aku pasti berhasil, katanya tandas.
"Tapi aku tidak pernah berniat mencapainya dengan cara yang tidak jujur. Aku
menyesali segala kejadian selama ini."
Kalian berhasil membersihkan nama seseorang yang tidak tersalah, Anak-anak,
ujar Chief Reynolds sambil tersenyum. Pico akan segera dibebaskan lagi. Kalian
telah bekerja dengan sangat baik!
Setelah itu Ia pergi ke mobilnya.
Sementara yang lain-lain pergi meninggalkan tempat itu, Paman Titus memandang
arlojinya. Dipanggilnya Hans dan Konrad, lalu disuruhnya kedua pembantunya itu
mengambil truk perusahaan.
Kalian perlu cepat-cepat mandi dan makan, katanya pada anak-anak. Sesudah
itu kita lihat, apakah kalian masih sanggup berangkat ke sekolah.
Tapi sebelum itu kami masih harus di sini dulu selama lima belas menit lagi,
kata Jupiter. "Kurasa itu sudah memadai."
Paman Titus heran mendengarnya.
Untuk apa lagi, Jupiter"
Cukup waktu untuk apa, Satu" tanya Bob menimpali.
Ya, tentu saja untuk mencegah Mr. Norris berhasil merebut pertanian Alvaro
kata Jupiter dengan sikap puas. Mencari Pedang Cortes!
Aduh, betul juga! Aku sampai lupa! seru Diego. kau tadi mengatakan, sekarang
kau sudah tahu jawabannya!
Dan aku memang tahu, kata Jupiter yakin. "Ikut aku!"
Ia melangkah menuju jalan besar, diikuti oleh yang lain-lainnya. Sementara itu
hujan sudah berhenti. Matahari pagi mengintip dari balik tumpukan awan
mendung. ketika rombongan kecil itu sudah dekat ke jembatan yang melintas di
atas arroyo, Jupiter berhenti.
Kalian masih ingat catatan harian letnan Amerika itu"" katanya pada temantemannya.
Dalam mana letnan itu menulis bahwa ia melihat Don Sebastian di atas
punggung sebuah bukit di seberang sungai kecil, sedang menuntun kuda sambil
menggenggam pedang" Ya, aku masih ingat, kata Pete. Catatan itu keliru, karena jika datang dari
hacienda, sama sekali tidak ada bukit di seberang sungai kecil.
Tapi sekarang ada, kata Jupiter bersemangat, begitu pula pada tahun 1846.
Lihat saja sendiri! Di seberang arroyo yang saat itu sudah menjadi sungai yang deras airnya nampak
patung kuda yang tidak berkepala lagi, menjulang di atas punggung bukit yang
tinggi! Pada tahun 1846 itu, dan juga sebelum itu, rupanya ada dua cabang Santa Inez
Creek, kata Jupiter mengemukakan pertimbangannya. Sungai kecil ini dulu
mempunyai dua alur di sini. Itu tidak bisa kita ketahui dari peta-peta kuno, karena
sungai kecil dan arroyo serupa penggambarannya di situ. Tapi pada tahun 1846 itu,
ketika letnan penulis catatan harian itu berada di tempat ini, arroyc ini juga sedang
berupa sungai. Tanah longsor dan punggung bukit di dekat bendungan tua itu
kemudian membentuk bukit kecil yang sekarang sudah lenyap lagi, dan bukit kecil
itu membendung satu alur sungai itu sehingga berubah menjadi arroyo, alur cekung
yang kering. Mungkin tanah longsor itu disebabkan gempa yang mengakibatkan
mulut gua tertimbun. Tapi pokoknya, alur sungai yang satu menjadi arnoyo yang
selalu kering sejak itu. Karenanya tidak ada lagi yang ingat, bahwa arroyo itu
pernah merupakan sungai."
Jadi letnan itu benar! kata Bob. Ia memang melihat Don Sebastian di atas
punggung sebuah bukit di seberang Santa Inez Creek. Ia melihatnya dekat patung
yang dikiranya kuda hidup! Ia tidak tahu-menahu tentang patung itu; karena bukan
orang sini! Tepat, Bob! Jupiter mendahului yang lain-lainnya menyeberang jembatan, lalu mendaki lereng
bukit yang terjal. Pete mendongak, memandang patung kuda tanpa kepala yang
kini nampak dengan latar belakang langit yang mulai cerah.
Rupanya ketika Ia dilihat oleh letnan itu, Don Sebastian rupanya sedang
menyembunyikan pembungkus pedangnya, kata anggota kedua Trio Detektif itu.
Jadi menurutmu, ada suatu petunjuk pada patung itu yang terlepas dari perhatian
kita, Satu" Abu... debu... hujan-samudra, ujar pemimpin penyelidik remaja itu dengan gaya
berdeklamasi. Aku dari semula sudah yakin, itu pasti merup"kan pesan terakhir
Don Sebastian pada Jose, anaknya, dan kenyataannya memang begitu! Pakai otak
kalian, Teman-teman! Hujan berasal dari samudra, dan akhirnya kembali lagi ke
samudra. Kalau abu, ke mana kembalinya" Dan debu" Orang-orang Spanyol yang
bermukim di California sini waktu itu sangat saleh. Mereka taat sekali
menjalankan ajaran agama. Mereka
Abu kembali menjadi abu!" seru Diego.
Dan debu, kembali menjadi debu! kata Bob menimpali. Kata-kata yang selalu
diucapkan dalam upacara pemakaman gereja! Artinya, pada akhirnya segalasegalanya
kembali lagi ke asalnya. Ke pangkalnya!
Betul! kata Jupiter dengan bangga. Don Sebastian yang saat itu dalam keadaan
luka berat, tahu bahwa waktunya tidak banyak lagI yang tersisa. Karenanya "a
menuliskan petunjuk yang diyakininya pasti akan dengan segera dimengerti oleh
anaknya, Jose. Ia tahu, Jose pasti langsung menarik kesimpulan bahwa ayahnya
berusaha menyelamatkan pedang itu agar jangan dirampas orang Amerika, dan
keempat kata tadi ditulisnya untuk mengatakan di mana pedang itu disembunyikan
olehnya yaitu kembali ke asalnya. Kembali ke Cortes!
Sementara itu mereka sudah sampai di atas punggung bukit. Semua menatap
patung kuda tanpa kepala dengan penunggangnya yang berjenggot menatap dengan
sikap bangga ke arah tanah yang dulu keseluruhannya merupakan milik keluarga
Alvaro. Maksudmu, kata Paman Titus, pedang itu sebenarnya disembunyikan dalam
patung ini" Bersama pembungkusnya""
Tapi patung ini kan sudah kita periksa habis-habisan, kata Diego membantah.
Tidak ada satu tempat pun yang mungkin bisa dipakai untuk menyembunyikan
pedang! Jangan kaubilang pedang itu dikuburkan! kata Pete sambil mengerang. Aku
sudah bosan menggali dan menggali terus!
Jangan khawatir, Dua, kata Jupiter, menurutku, kita tid"k perlu melakukan
penggalian lagi. Masih ingat, -kita sejak semula sudah heran, apa sebabnya Don
Sebastian memisahkan pedang itu dari pembungkusnya yang dari kulit"
Pembungkus itu gunanya untuk melindungi pedang yang berharga dan
kemungkinan rusak, tapi walau begitu Ia memisahkannya! Nah, sekarang aku tahu
apa sebabnya! "Kenapa, Jupe""
Ayo, bilang saja! Di mana pedang itu, Satu""
Jupiter nyengir gembira. Masih ingat cat hitam yang di dalam gua, yang dipakai Don Sebastian untuk
menulis pesannya" Nah, cat itu juga dipergunakannya untuk tujuan lain. Pedang itu
benar-benar dikembalikannya ke asalnya. Bukan disembunyikannya di dalam
patung, tapi pada patung!
Jupiter mengulurkan tangannya ke atas, menarik pedang kayu yang dipakukan ke
pinggang patung Cortes, yang juga terbuat dan kayu. Pedang itu .terlepas.
Terdengar bunyi bendentang ketika membentur pinggul patung kuda! Jupiter
mengeluarkan pisau lipatnya, dan dengan pisau itu dikeruknya permukaan sarung
pedang yang berwarna hitam. Tepat saat itu matahari muncul dari balik awan.
Pada bagian permukaan yang dikeruk oleh Jupiter nampak sederet batu permata
berwarna-warni menyilaukan, terpasang pada permukaan yang terbuat dari perak
murni! Pedang Cortes! kata Jupiter. Dijunjungnya pedang itu tinggi-tinggi, kemilau
ditimpa sinar matahari. Bab 21 KEBENARAN MENANG JUGA AKHIRNYA
ABU kembali menjadi abu, debu kembali menjadi debu," kata Alfred HLtchcock
berdeklamasi. Gagasan hebat di pihak Don Sebastian untuk menyampaikan
pesannya, dan penarikan kesimpulan yang lebih hebat lagi oleh Jupiter, teman kita
yang cerdas ini! Saat itu Jupe, Bob, dan Pete sedang berada di ruang kantor sutradara film
termasyhur yang nyaman itu. Mereka datang untuk menyampaikan laporan tentang
kasus penyelidikan mereka yang telah berhasil diselesaikan beberapa hari sebelum
itu. Mereka meminta kesediaan Mr. Hitchcock menuliskan kata pengantar untuk
laporan tertulis yang disusun oleh Bob mengenainya. Ketiga remaja itu datang


Trio Detektif 26 Misteri Kuda Tanpa Kepala di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersama seorang pengawal bersenjata, karena mereka membawa Pedang Cortes
untuk diperlihatkan pada Mr. Hitchcock. Kini pedang itu tenletak di atas meja
sutradara itu. Cat hitam yang semula melapisinya sudah disingkirkan, sehingga
kini tampil dengan segala keindahannya: emas, perak, dan batu-batu permata.
Jupiter menuding, menunjuk sebuah zamrud. Batu mulia itulah yang dlitemukan
oleh anak-anak dalam pondok di tengah ngarai sempit. Batu itu sudah dipasang
lagi di tempatnya semula.
Memang harta yang sangat berharga. Mr. Hitchcock mengatakannya dengan
suara lirih karena kagum, sambil menyentuh pedang legendaris itu dengan
perasaan iri. Jadi tanah milik keluarga Alvaro yang berhasil kalian selamatkan.
Lalu bagaimana dengari orang-orang yang menyebabkan timbulnya segala
kericuhan selama ini""
Ketiga koboi gelandangan diringkus oleh Sheriff di daerah perbukitan yang
termasuk tanah milik Norris, persis seperti yang saya duga, kata Jupiter.
Rupanya mereka bersembunyl di sana dengan bantuan Cody. Mereka dicari-cari
polisi Texas karena melakukan perampokan di sana. Mereka mengaku membakar
hacienda, jadi Cody bebas dari tuduhan.
Maksudmu, Cody sama sekali bebas"" tanya Mr. Hitchcock
Tidak, Sir, kata Bob menjawab. Ia tetap ditahan dengan tuduhan melakukan
berbagai tindakan melanggar hukum: memfitnah Pico, menyembunyikan pelarian,
dan menyuruh anjing-anjing penjaga meng"jar kami. Itu baru beberapa saja!
Ah, kata Mr. Hitchcock. Nampaknya Ia puas mendengarnya. Kelihatannya ia
tidak perlu repot mencari pekerjaan baru selama beberapa tahun mendatang, ya!
Tapi Skinny bisa dibilang tidak diapa-apakan, kata Pete menimpali. Ia memang
tidak berbuat apa-apa, kecuali membisu tentang perbuatan Cody dan ketiga koboi
gelandangan itu. Para pengacara ayahnya melemparkan segala kesalahan pada
pengaruh buruk Cody, dan karenanya Skinny dibebaskan dengan bersyarat.
Sementara ini Ia sudah disekolahkan oleh ayahnya di luar California, ke sebuah
sekolah dengan pendidikan dasar kemiliteran. Agar "a belajar berdisiplin!
Kurasa tingkah laku buruk Skinner itu disebabkan oleb orang tuanya yang terlalu
memanjakan, kata Mr. Hitchcock sambil mendesah. Mudah-mudahan saja
wataknya masih bisa berubah di sekolahnya yang baru! Tapi sekarang, apa yang
selanjutnya akan terjadi dengan Pedang Cortes ini"
"Yah, kata Jupiter sambA nyengir, begitu Mr. Norris melihatnya, ia langsung
menawar hendak membelinya!
Tentu saja dengan harga lebih murah daripada yang diajukan peminat-peminat
selebihnya, kata Bob menambahkan. Rupanya Mr. Norris itu memang dasarnya
tamak! Sebuah bank setempat sementara itu sudah memberikan kredit pada Pico dan
Diego agar bisa dengan segera melunasi utang pada Mr. Norris. Dengan begitu
mereka tidak perlu cepat-cepat mengambil keputusan, hendak mereka apakan
pedang itu nantinya. Murah hati bank itu." Mr. Hitchcock mendengus. Pada saat tidak diperlukan lagi,
baru mereka mau membantu!
Pokoknya, kata Pete, Pico dan Diego bisa dibilang sudah menemukan kata
sepakat mengenainya. Mereka akan menjual pedang warisan itu pada pemerintah
Meksiko, untuk disimpan dalam Museum Sejarah Nasional di sana. Mereka
memutuskan begitu, walau penawaran dari pihak sana bukan yang paling tinggi.
Menurut Pico, pedang itu merupakan bagian dari sejarah Meksiko, dan keluarga
Alvaro! Itu merupakan keputusan yang mulia dan patut dihormati, kata sutradara film itu.
Pembayaran oleh pemerintah Meksiko lebih dari cukup bagi kedua Alvaro
bersaudara itu untuk melunasi pinjaman mereka, membangun kembali hacienda,
serta membeli tambahan peralatan pertanian, kata Jupiter, lalu tersenyum. Dan
sisanya masih cukup untuk membeli tanah pertanian Mr. Norris pula!
Mr. Hitchcock terkejut. Maksudmu, Norris yang angkuh itu melepaskan niatnya untuk menjadi tuan
tanah" Betul, Sir. Pete mengatakannya sambil tertawa. Rupanya Pico sebenarnya bisa
menuntut ganti rugi padanya atas segala perbuatan Cody selama bekerja untuk Mr.
Norris. Ketika kemungkinan itu terdengar oleh Mr. Norris, "a lantas buru-buru
menawarkan tanahnya pada kedua Alvaro bersaudara, dengan harga yang sangat
rendah asal mereka tidak mengajukan tuntutan ganti rugi.
Dan kecuali itu, Pico dan Diego mungkin bahkan masih mampu pula membeli
lebih banyak lagi tanah yang semula termasuk kawasan yang dianugerahkan pada
leluhur mereka, kata Bob menimpali.
Mr. Hitchcock terbahak-bahak
Hebat! serunya. Kebenaran menang juga akhirnya! Ini satu kasus yang dengan
sepenuh hati mau kutuliskan kata pengantarnya!
Anak-anak mengucapkan terima kasih, lalu pergi dengan membawa Pedang
Cortes, diiringi pengawal bersenjata. Mr. Hitchcock masih tetap duduk di
tempatnya. Ia tersenyum. Dalam kasus Kuda Tanpa Kepala ini keadilan berhasil
dibela dengan sebaik-baiknya. Sutradara termasyhur itu yakin, dalam kasus Trio
Detektif yang berikut mereka pasti akan mencapai prestasi serupa!
End Sumber DJVU: Zonadjadoel Edit & Convert: Farid ZE
Blog Pecinta Buku PP Assalam Cepu
Memanah Burung Rajawali 31 Dewi Bermata Kelabu Odisei Buku Keempat Karya Mary Pope Osborne Misteri Bocah Jelmaan 1

Cari Blog Ini