Ceritasilat Novel Online

Pendekar Lengan Buntung 4

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 4


pemuda tampan baju biru ini menjadi terhuyung-huyung dan terkejut melihat
kehebatan lawan. Melihat bahwa pemuda baju biru itu itu sudah bertempur dengan serunya
dengan kakek tua Te-thian Lomo tak enak hati Yok-ong Lo Ban Theng kalau
mendiamkan saja. Sekali pandang saja, tahulah ia bahwa biarpun kepandaian
pemuda tampan baju biru ini demikian hebat dan aneh-aneh gerakannya, namun
menghadapi Te-thian Lomo, ia masih kalah jauh dan mulai terdesak oleh pukulanpukulan cambuk yang lihay itu.
Sekali berkelebat tahu-tahu Yok-ong Lo Ban Theng sudah berada di atas
panggung dan langsung menggerakkan pedangnya menyelinap masuk sambil
membentak: Sebuah sinar putih berkilau bagaikan kilat menyambar dibarengi suara bersuit
panjang dan angin berdesir menyambar. Tubuh si raja obat telah lenyap dan yang
nampak hanya segulungan sinar putih menerjang laksana kilat menyambar
dahsyat. -ong Lo Ban Theng yang menerjang maju ke tengah-tengah pertempuran yang sedang seruserunya itu.
Melihat sebuah bayangan putih menyambar cepat, Te-thian Lomo menyampok
dengan kibasan ujung jubahnya dan dengan cambuknya berkelebat cepat
mendesak pemuda baju biru dengan sabetan maut yang amat dahsyat dan
mengeluarkan suara angin menderu.
Tiga orang itu terpental ke belakang. Wajah Yok-ong Lo Ban Theng menggigil
mengeluarkan keringat dingin, ke dua kakinya menggetar-getar. Matanya
memandang kaget kepada Iblis tua langit bumi yang demikian hebat dan tak
disangkanya. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 157
yoza collection Te-thian Lomo tersenyum mengejek. Melirik ke arah pemuda baju biru yang tadi
terlempar ke belakang dan tengah mengerahkan hawa di dada.
Untung saja pemuda baju biru demikian gesit dan waktu sabetan cambuk itu
menyambar pinggangnya, dengan gerakan cepat laksana kilat ia mencelat ke atas
dan sambaran cambuk lewat di bawah kakinya, akan tetapi tak disangka waktu
tubuhnya tengah di udara itu, gelombang pukulan dari ujung jubah lawan yang
demikian dahsyat dan membentur pundaknya sehingga tidak ampun lagi ia
terpental dan terasa tulang pundaknya menjadi nyeri dan sakit luar biasa. Cepat ia
menyalurkan hawa sin-kang dan menyalurkan tenaga mujijat itu ke pundak dan
dada yang tergetar. Te-thian Lomo memandang ke arah Yok-ong Lo Ban Theng dan membentak:
-tahu dipanggung itu berdiri ke tiga orang-orang tua yang disebut Sam-hauw-swat-cu-eng dan seorang
gadis cantik jelita putri tuan rumah, Lo Siauw Yang yang sudah menghunus pedang
di tangan. -ong Lo Ban Theng terkejut melihat anaknya telah naik ke panggung. Ia kuatir bahwa lawannya yang
bernama Iblis Tua langit Bumi demikian dahsyat sekali. Ia sendiri tidak sanggup
menghadapi. Apalagi Siauw Yang"
in -ong Lo Ban Theng dan ia muntahkan darah. a. Yok-ong Lo Ban Theng menekan dadanya dan mengerahkan lwekang ke arah
dada agar supaya tidak berbatuk lagi. Wajahnya pucat. Tahulah ia bahwa dadanya
telah terluka hebat, tersambar pukulan jubah lawannya tadi.
Hebat memang iblis tua itu, sekali gebrakan saja Yok-ong Lo Ban Theng sudah
terluka hebat. Akan tetapi karena ia sendiri sebagai raja obat, ia tidak menjadi kuatir.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 158
yoza collection Tangannya merogoh saku dan menelan sebuah pil pencegah keluarnya darah.
Mendengar suara ayahnya yang tak dapat dibantah lagi, dengan air mata
bercucuran Siauw Yang melompat turun dan memandang ke arah panggung itu
dengan dada berdebar dan tegang!
-hauw-swatcu-eng bergebrak maju berbareng. Pedang dan tongkat, dan sepasang pedang
pendek berkeredepan menyambar tubuh Te-thian Lomo dengan gerakan dahsyat
dan mematikan. Nampak tiga bayangan berkelebat dengan amat cepatnya. Akan tetapi hanya
beberapa menit saja terdengar teriakan jeritan ngeri ketika tiga buah sosok
manusia terlempar keluar panggung dan dalam keadaan sudah tak bernapas lagi.
Gegerlah para penonton. Tiga tubuh manusia itu adalah tiga orang yang telah
mendapat julukan sebagai tiga harimau mustika salju. Dalam segebrakan tadi sudah
tak bernyawa. Hebat! Melihat kejadian ini, gegerlah para tamu! Tokoh-tokoh kang-ouw berdiri saking
tegangnya. Masing-masing sudah mencabut senjata siap untuk mengurung Iblis
Tua Langit Bumi yang kejam daa sadis.
Para tamu yang tidak mempunyai kepandaian, ngacir takut terkena sambaran
senjata yang tak bermata itu. Malah ada yang membesarkan nyalinya cuma
menonton saja dari jarak yang cukup jauh.
Sebentar saja panggung yang terletak di tengah-tengah halaman kebun bunga
itu sudah terkurung oleh orang-orang gagah yang bersimpati kepada tuan rumah.
Mereka bersiap-siap mengeroyok iblis tua itu.
Cui-sian Kong Sin Kek si dewa arak sudah melompat ke panggung dibarengi
dengan gerakan Hak-san Tayhiap Ong Kwie yang mencelat pula naik ke atas
panggung. Seorang pemuda cebol Go Sin Thong juga sudah mencelat dan berada
di atas panggung. Siauw Yang sudah tak sabar melihat pemandangan ini. Kalau saja ia tidak takut
dengan pesan ayahnya, ia sudah melompat pula ke panggung. Akan tetapi ia hanya
berdiri dengan tegang di bawah panggung menatap tajam dan bersiap-siap pula.
Di bawah panggung itu dikelilingi oleh seratus lebih tokoh-tokoh kang-ouw yang
sewaktu-waktu akan mencelat ke atas dan menerjang Iblis dari Selatan ini.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 159
yoza collection Keadaan di atas panggung itu menjadi tegang dan mendebarkan hati. Te-thian
Lomo memainkan cambuknya melecut-lecut di udara sambil menyapu orang-orang
yang di bawah itu dengan pandangannya yang berapikawanan tikus-tikus yang hendak menangkap lalat hijau.. . . mana?" Hayo naik ke
-thian Lomo, sebetulnya keluarga kami denganmu tidak ada permusuhan
dan ganjelan hati. Akan tetapi karena kau sudah berlaku tidak memandang mata
dengan keluarga Lo dan telah menjatuhkan tangan maut kepada ke tiga orang
. haaa itu baru ucapan orang gagah. Hee, manusia she Lo, kau bilang
tidak ada permusuhan apa-apa denganku, tetapi kenapa kau lancang mencampuri
urusanku dengan pemuda cebol murid Kwa-sinshe temannya bajak laut Jepang si
urid teman baikku karenanya tak boleh kau berbuat
-ong Lo Ban Theng sambil menekan dadanya yang sakit.
dan demikian pecut itu menyambar dan menerjang si raja obat she Lo.
Biarpun Lo Ban Theng sudah terluka akan tetapi ia masih gesit mengelak dan
balas menerjang dengan tusukan pedang yang
cambuk bergetar dan menyapu kaki Lo Ban Theng. Dengan cepat orang she Lo ini
mencelat ke atas dan membalas dengan tusukan pedang tiga kali sehingga
menimbulkan suara mendenting keras waktu pedangnya beradu dengan cambuk
lawan yang menangkis dengan amat kuatnya.
menendang punggung lawan yang terbuka itu.
-thian Lomo sudah menangkis dan saking kuatnya hawa pukulan datuk hitam dari selatan ini membuat
si Raja Obat Lo Ban Theng terhuyung-huyung ke belakang tiga tindak, terasa luka
di dadanya semakin nyeri dan sakit.
Namun ia tidak gentar dan cepat ia menubruk lagi kakeknya yang terkenal
dengan sebutan Sin-kiam-yok-ong (si Raja obat pedang sakti) yang pada puluhan
tahun pernah menggemparkan dunia kang-ouw oleh sebab kelihayan ilmu
pedangnya. Selihay-lihay ilmu keturunan Yok-ong ini menghadapi si Iblis dari
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 160
yoza collection Selatan, Yok-ong Lo Ban Theng menjadi kewalahan sekali. Beberapa kali ia menjadi
terhuyung-huyung tertampar sambaran ujung jubah yang dahsyat itu.
Pecut atau cambuk di tangan Te-thian Lomo menggeletar-geletar amat kuat
dan melingkar-lingkar laksana ular hidup yang ganas mencari mangsa. Kadangkadang cambuk itu merupakan lingkaran kecil yang berusaha hendak membelit
pedang, akan tetapi juga kadang-kadang dari gulungan sinar cambuk menyambar
kilatan-kilatan sinar hitam merupakan totokan maut yang sukar untuk dihindarkan
lawan. Ketika kilatan hitam itu meluncur lurus menusuk iga Yok-ong Lo Ban Theng,
dengan mengelak ke kiri si raja obat menyabetkan pedang menangkis dengan amat
kuatnya. -ong Lo Ban Theng. Belum lagi hilang
rasa kagetnya tahu-tahu cambuk itu menyambar cepat dan membelit tangan si
raja obat. Terdengar seruan-seruan tegang ketika tubuh Yok-ong Lo Ban Theng
melayang turun dan terbanting dengan amat kerasnya. Siauw Yang memburu
ayahnya dan menjerit. -apa. Tak usah -ong Lo Ban Theng mengeluh perlahan merasakan dadanya semakin nyeri. Ia mendekap dadanya dan
memandang ke atas panggung. Siauw Yang membantu membangunkan ayahnya
dan memapah mendekati panggung.
-enghiong.. . . kau sudah terluka, harap jangan naik ke panggung, berbahaya
memegang sulingnya. Dan sekali berkelebat, ia sudah mencelat ke atas panggung.
Menudingkan sulingnya, memaki:
-thian Lomo ganas dan ke Te-thian Lomo membalikkan tubuhnya dan begitu melihat pemuda tinggi kurus
yang kelihatannya lemah dan ketololan ia tertawa terbahak-bahak, mengejek,
-thian Lomo engkau sama saja dengan gurumu, Dewakala itu, sama-sama
jahat dan berhati iblis. Sayang sekali pada dua tahun yang lalu itu, guruku pernah
mengampuni jiwa anjingmu. Menyesal semakin diberi hati semakin jahat engkau!
Boleh jadi guruku telah berlaku murah hati kepadamu. Ta
-thian Lomo bertanya dengan pandangan matanya menyelidik orang muda tinggi kurus yang
memegang suling. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 161
yoza collection Melihat pemuda ini demikian tenang dan tidak gentar terhadapnya, ia semakin
berhati-hati. Apa lagi melihat suling hitam di tangan pemuda itu Mengingat ia
kepada seoarang di India beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi ia tidak gentar
menghadapi pemuda bersuling hitam itu.
Mengapa ia mesti gentar" Nama Te-thian Lomo sudah amat terkenal dan
banyak disegani lawan sebagai Iblis ganas yang pernah merajalela di selatan.
India yang telah memberi ampun kepadamu oleh karena memandang mata dengan
gurumu si Dewakala di Anapurna. Akan tetapi sekarang berhadapan denganku tak
kira aku takut kepadamu! Memang aku pernah dikalahkan oleh gurumu dan karena
lagi ia orang tua maka aku banyak mengalah terhadapnya. Tetapi, terhadapmu
hey, orang muda! Lebih baik kau minggat sebelum naik darahku dan menghajarmu!
t jauh sebagai pendeta yang seharusnya
mensucikan diri di puncak dan mempelajari kebathinan, akan tetapi sayang, iblisiblis rupanya telah membelenggu hidupmu dan sebentar lagi kau akan kukirim ke
Keduanya sudah saling menghampiri, keadaan menjadi tegang. Yok-ong Lo Ban
Theng, Siauw Yang, Hak-san tayhiap Ong Kwie, si Dewa Arak Cui-sian Kong Sin Kek
dan tokoh-tokoh lainnya yang di bawah panggung merasa betapa jantung mereka
berdebar tegang. Tadi mereka terkejut mendengar pemuda tinggi kurus yang
bernama Ho Siang itu pemuda yang memegang suling hitam ternyata adalah murid
dari Nakayarvia dari India.
Tentu saja meskipun mereka belum pernah bertemu dengan pendeta dari India
itu, akan tetapi nama Nakayarvia sudah terkenal sampai jauh ke daratan Tiongkok
dan sebagai pendeta yang amat sakti. Akan tetapi diam-diam mereka bersangsi
dapatkah pemuda itu melawan Te-thian Lomo yang lihay dan terkenal dengan
kekejamannya! Hanya pemuda tampan baju biru itu yang menaruh kepercayaan akan kesaktian
pemuda bersuling yang kelihatannya masih tenang-tenang saja memandang ke
arah lawannya dengan tatapan tajam.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 162
yoza collection kata-katanya cambuk di tangan Te-thian Lomo menerjang maju merupakan ular
hidup bergerak dengan amat cepatnya menyambar pergelangan tangan Ho Siang.
Pemuda ini kaget sekali melihat keccpatan ujung cambuk yang tahu-tahu sudah
membelit pergelangan tangannya. Cepat-cepat ia mengerahkan seluruh tenaganya
untuk merenggut lepas tangannya yang terbelit cambuk, namun sia-sia belaka,
karena saat itu ia telah dibetot oleh tenaga luar biasa melalui cambuk.
Betapapun ia mempertahankan diri dengan mengerahkan tenaga pada
sepasang kakinya, Ho Siang tidak mampu mempertahankan dirinya dan ia
terhuyung. Tiba-tiba cambuk terlepas dari tangannya dan hampir saja Ho Siang
terguling roboh kalau saja ia tidak cepat melompat ke samping mematahkan tenaga
dorongan tadi. anannya bergerak, seruling hitam di tangannya bergerak ke atas dan amat cepat sekali
gerakan itu, sehingga orang-orang di bawah panggung hanya melihat tiga buah
gulungan sinar hitam menyerbu ke tiga bagian jalan darah di tubuh Te-thian Lomo.
Bagi pandangan mata yang tajam, suling Ho Siang itu bergerak merupakan
berbentuk Thian itu melingkar membentur cambuk hitam Te-thian Lomo dan entah
bagaimana caranya, tahu-tahu Te-thian Lomo mencelat mundur dan mengeluarkan
keringat dingin! Hampir jalan darah tay-ie-hiat di tubuhnya tersentuh sinar hitam memancar
dari suling itu kalau tidak cepat-cepat ia melompat mundur dan mengelak dari
sambaran kilatan hitam yang memanjang! Iblis! jurus apa itu" pikirnya.
bertanya Te-thian Lomo heran.
yang kumainkan tadi bukan warisan dari guru Nakayarvia, a
Sambil berkata demikian Ho Siang merendahkan ke dua kakinya setengah
berjongkok dan tahu-tahu kedua tangannya memukul ke depan.
Inilah pelajaran dari pertapa Nakayarvia yang bernama Menyembah Budha
Mematikan Raga, begitu tubuhnya yang setengah jongkok dan mengulurkan tangan.
Angin dingin menyambar Te-thian Lomo, tentu saja Iblis Langit Bumi ini tahu bahwa
lawannya tengah mempergunakan pukulan jarak jauh. Oleh karenanya dengan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 163
yoza collection tertawa mengejek ia lalu mengangkat tangan menangkis pukulan yang dikirim dari
jarak jauh oleh Ho Siang.
-thian Lomo, sebaliknya iblis tua inipun melompat ke belakang merasa angin pukulan yang amat
hebat menerjangnya. Kalau saja ia tidak cepat-cepat melompat tinggi ke belakang tadi, niscaya
tubuhnya akan hancur terhantam pukulan jarak jauh Ho Siang yang
mempengunakan jurus Menyembah Budha Mematikan Raga ini sebabnya mengapa
Ho Siang hanya bergetar-getar saja tubuhnya, dan tidak terdorong roboh oleh
pukulannya Te-thian Lomo yang menangkisnya barusan?"
Sebabnya, dengan tenaga sin-kangnya dia sudah mematikan raga sehingga
tubuh itu bagaikan batang pohon yang kuat, tidak roboh diterjang angin badai
pukulannya Te-thian Lomo!!
mukamu sudah pucat kepingin mampus, lebih baik kau minggat dari sini dan jangan
lagi-lagi kau mencampuri urusanku kalau
thian Lomo sambil melompat maju, cambuknya menyambar, diikuti gerakan jubah
yang dikibaskan ke arah leher Ho Siang.
Serentetan ular hitam menyambar dan agaknya pemuda tinggi kurus itu akan
celaka apabila pada saat itu tidak nampak sinar yang menyilaukan berkelebat, dan
tahu-tahu segulung angin besar menyambar jubah Te-thian Lomo dan melibat
cambuk dengan pit panjang.
Kiranya yang bergerak tadi adalah pemuda tampan yang sekali bergebrak
sudah dapat mematahkan serangan Te-thian Lomo, tampak Te-thian Lomo
mendelikkan matanya memandang pemuda tampan baju biru sambil membentak
keras, tahu-tahu hanya sedetik cambuk itu menegang dan entah bagaimana
caranya tubuh pemuda tampan baju biru melayang ke atas dan telah terjerat
cambuk hitam di lengannya.
Terdengar jeritan kaget Ho Siang mencelat mengirim serangan suling hitamnya
ke arah Te-thian Lomo, amat cepat sekali gerakan suling di tangan Ho Siang
sehingga tak keburu bagi Te-thian Lomo untuk menghindarkan serangan suling
yang amat dahsyat itu, maka diapun mengangkat tangan kirinya memapaki suling
yang naenyambar dadanya. sejauh tiga meter dengan terhuyung-huyung. Kagum sekali hatinya melihat
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 164


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yoza collection kelihayan musuhnya yang dalam bergebrak tadi telah dapat mematahkan
sulingnya dan sekaligus mengirim serangan ujung jubah menyambar pundaknya.
Tentu saja Ho Siang yang memandang jubah lawan membiarkan pundaknya
dan menekan serangan sulingnya ke iga lawan, akan tetapi betapa kagetnya dia
begitu sulingnya bertemu dengan tenaga yang amat dahsyat, dan belum lagi habis
herannya, ia sudah terlempar oleh pukulan tangan kiri Te-thian Lomo. Ho Siang
segera mengerahkan lweekangnya, terasa nyeri pada pundak kanannya.
Sementara itu, pemuda baju biru yang terlibat cambuk Te-thian Lomo bisa
melepaskan pergelangan tangannya dari libatan cambuk tersebut, akan tetapi entah
bagaimana, tiba-tiba cambuk terlepas pergi dan ia merasa ada sambaran hawa
panas lewat di atas kepalanya. Tentu saja ia tak mau kepalanya menjadi korban
pukulan dahsyat itu, dengan cepat ia membuang diri ke belakang dan pada saat
itulah ia menjerit lirih ketika ikat kepalanya terlepas dan nampak seuntai rambut
panjang hitam itu menarik perhatian orang-orang yang di bawah panggung.
Siauw Yang terkejut dan betapa herannya ia ketika mengetahui bahwa pemuda
tampan itu adalah seorang wanita, seorang wanita rambut panjang yang demikian
cantik dan manis setelah rambutnya terlepas. Pantas pemuda tadi demikian tampan
dan gerak geriknya seperti perempuan!
Ho Siang yang terpukul pundaknya oleh Te-thian Lomo menoleh ke kiri.
Dilihatnya pemuda baju biru itu tersenyum kepadanya kemaluan sambil katanya:
n itu tersenyum. pemuda tampan itu, eh, gadis itu! Akan tetapi ia terpaksa meringis menahan nyeri.
Ia memandang ke bawah dan suling hitam yang hancur berantakan itu, tak dapat
lagi dipergunakan sebagai senjata!
bocah ini yang berani menghadapiku, mana tuan rumah yang kesohor sebagai raja
obat dan para Locianpwe yang katanya mendapat kehormatan sebagai orang tua
gagah, sungguh memalukan bersembunyi di belakang dua orang muda yang masih
hijau dan nggak becus apa-thian Lomo mengejek.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 165
yoza collection Jilid 6 ANAS SEKALI hati orang-orang gagah di bawah panggung. Dengan
serentak bagaikan sudah diberi komando, Yok-ong Lo Ban Theng, Haksan Tay-hiap Ong Kwie, Cui-sian Kong Sin Khek dan Go Sin Thong sudah
mencelat dan tanpa banyak bicara lagi mereka menerjang maju.
Hebat sekali terjangan berbagai macam senjata ini, Cui-sian Kong Sin Kek
menyerang dengan menyemburkan arak dari mulutnya, Hak-san tay-hiap Ong Kwie
membentak keras membabat pedangnya berkilat, sedangkan Yok-ong dan Go Sin
Thong memukul dari jarak jauh. Memang hebat sekali serangan ini, akan tetapi
-tahu tubuhnya lenyap dan hanya nampak kilatan pedang dan semburan arak dari mulut
si dewa arak Kong Sin Kek.
Akan tetapi beberapa detik saja bagaikan ada gempa bumi yang dahsyat luar
biasa Yok-ong Lo Ban Theng terhuyung dan tak dapat bangun lagi. Kong Sin Kek si
dewa arak nampak memegangi mukanya yang terasa nyeri dan sakit, entah
bagaimana tahu-tahu semburan araknya tadi membalik dan saking cepatnya butirbutir arak yang membalik barusan membuat ia tak dapat lagi menghindarkan butirbutir arak yang menyerang mukanya, dengan cepat sekali ia mengerahkan sinkang dan di muka dan tetap saja rasa nyeri menusuk-nusuk mukanya.
Di lain pihak, Hak-san tay-hiap Ong Kwie juga berteriak kaget begitu ada angin
sambaran yang hebat luar biasa, tak tahan ia dan dengan cepat ia bergulingan
menjatuhkan diri ke belakang akan tetapi tetap saja pundaknya terserempet
pukulan itu dan tulang pundaknya menjadi patah di saat itu juga.
Hanya Go Sin Thong jang tidak roboh, sebab begitu ia di pukulan jarak jauhnya
membalik dengan gerakan karate ia melompat ke samping dan untung ia
memasang kuda-kuda karate seteguh-teguhnya sehingga dengan gerakan itu ia
dapat mematahkan serangan angin pukulan lawan. Ia bergidik melihat kehebatan
Iblis tua ini! Pada saat itu baru saja tokoh-tokoh kang-ouw yang lain hendak mencelat ke
atas panggung, sesosok tubuh berkelebat dan tahu-tahu telah berdiri di depan Tethian Lomo!
-thian Lomo, di mana-mana kau membuat kacau dan menyebar
gini ganas melebihi iblis. Banyak
jalan menuju kehidupan mengapa memilih yang sesat" Selagi masih ada
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 166
yoza collection kesempatan mengapa kepandaian tidak digunakan untuk kepentingan sesama
Ucapan yang dikeluarkan dengan suara halus dan penuh teguran itu
mengejutkan semua orang-orang terutama sekali Te-thian Lomo. Ia cepat
mengalihkan pandangan matanya ketika bertemu pandang dengan mata orang
yang baru datang itu. Tak tahan ia melihat sinar mata yang tajam dari orang di depannya ini. Kiranya
di depannya itu telah berdiri seorang hwesio tua jang tinggi kurus, usianya sudah
sangat tua, kepalanya gundul kelimis, alis jenggot dan kumisnya yang jarang sudah
putih semua jubahnya kuning bersih dan tangannya memegang tongkat hwesio.
Melihat hwesio ini, Yok-ong Lo Ban Theng dan Hak-san Tay-hiap Ong Kwie
terkejut. Juga semua tokoh-tokoh kang-ouw jang masih di bawah panggung
terbelalak matanya. Tentu saja mereka kenal hwesio tua ini. Siapa lagi, kalau bukan
Thian Thian Losu, ketua Siauw-lim-pay!
-lim-pay yang datang seperti ini. Entah
-lim-pay. Te-thian Lomo, harap kau sudahi
pertempuran-pertempuran dan permusuhan yang merugikan dirimu ini dan
kembalilah ke An -thian Lomo mendengus marah. Meskipun ada rasa gentar
dihatinya, akan tetapi ia tak mau dinasehati seperti anak kecil!
-thian Lomo, insyaf dan sadarlah. Orang-orang seperti engkau sebagai
pertapa dan pinceng sebagai hwesio Siauw-lim, seharusnya bertekun mengalahkan
rasa diri, dan mencari penerangan dengan kitab-kitab suci! Bukan menjadi momok
kepala. -apa denganmu -ong Lo Ban Theng yang terhormat sudah terluka,
tiga Sam-hauw-swat-cu-eng juga sudah mati olehmu, pendekar dari Hak-san Ong
kalau tidak salah dia adalah murid Nakaryavia, dan ia juga telah terluka
Te-thian Lomo, pulanglah kau kembali
ke Barat! Jangan meneruskan kekejian ini apalagi hari ini, bukankah hari se-jid YokPendekar Lengan Buntung - Halaman 167
yoza collection Te-thian Lomo. Thian Thian Losu menggelengkan kepala.
pergi sama-sama. Sama-thian Lomo membentak marah.
ak! Te-limTe-thian Lomo mengeluarkan suara menggereng seperti harimau mengamuk,
cambuknya segera menyambar seperti ular hidup membelit leher hwesio ketua
SiauwLosu. Dengan muka tenang dan tidak membayangkan hawa marah di wajahnya,
malah hwesio itu masih dapat tersenyum sabar kepada lawannya dan sekali ia
mengibaskan lehernya tahu-tahu cambuk yang melilit di leher itu mengejang keras,
Teukan leher si hwesio itu yang putus oleh jiratan cambuk, malah cambuk itu sendiri yang putus di
tengah-tengah. Te-thian Lomo melepaskan cambuk itu. Melompat menerjang maju, kepalanya
mengeluarkan uap kehitaman dan bagaikan sebuah peluru kendali, kepala itu
menubruk maju ke arah perut Thian Thian Losu jang kurus Ketua Siauw-lim-pay
berdiri diam, tidak mengelak, juga tidak menangkis.
ke belakang sampai tiga meter jauhnya akan tetapi dalam masih keadaan berdiri,
lemah. Tubuhnya bergoyang-goyang seperti orang menggigil kedinginan.
Senyumnya semakin melebar, sedangkan Te-thian Lomo terhuyung-huyung,
matanya membelalak memandang hwesio yang masih berdiri tiga meter jauhnya
dan tengah meramkan mata seperti bersamadhi atau berdoa.
Gadis baju biru yang tadi disangka pemuda tampan baju biru melompat maju
Ciangbunjin Siauw-limdengan penuh amarah, akan tetapi terdengar Hosiang berkata,
Te-thian Lomo Pendekar Lengan Buntung - Halaman 168
yoza collection -thian Lomo akan pergi dari
matanya. Gadis baju biru menahan kipasnya. Dan begitu ia menoleh ke arah Te-thian
Lomo betapa terkejut dan herannya ketika melihat tubuh Te-thian Lomo menggigil
keras, lalu roboh miring. Thian Thian Losu menghampiri dan suara lembut
mengiringi gerakan jubah menotok di kepala Te-thian Lomo.
mendengar perkataan hwesio tua ini tanpa banyak berkata apa-apa Te-thian Lomo
berjalan meninggalkan tempat itu dengan tubuh terhuyung-huyung. Tahulah orangorang kang-ouw bahwa iblis tua yang lihay dan ganas itu sudah terluka hebat.
Melihat bahwa Te-thian Lomo sudah pergi, ketua Siauw-lim-pay berkata kepada
Yok-lama di sini! Belum lagi hilang suaranya itu tahu-tahu bagaikan segumpal kapas tubuh ketua
Siauw-lim-pay melayang dengan amat ringannya dan berjalan pergi meninggalkan
tempat itu. Tokoh-tokoh kang-ouw segera menghampiri Yok-ong Lo Ban Theng dan
Hak-san Tayhiap Ong Kwie dan si dewa arak Cui Sian Kong Sin Kek yang terluka.
Dengan wajah sedih Yok-enghiong di antara orang sendiri untuk apa
bersungkan-sungkan segala" Malah seharusnya kami inilah jang merasa malu tidak
-sian Kong Sin Kek mengedik-ngedikkan kepalanya sambil memegangi muka yang masih terasa sakit
tersambar serangan arak yang membalik tadi.
Tentu saja bagi Yok-ong Lo Ban Theng jang terkenal raja obat dengan
sendirinya ia memeriksa luka teman-temannya. Sehabis memeriksa luka di pundak
Hak-san Tayhiap Ong Kwie segera ia hendak memeriksa luka pemuda tinggi kurus
Ho Siang, akan te kasih locianpwe, saja hanya terluka ringan saja dan tak berarti, harap locianpwe
Yok-ong Lo Ban Theng terkejut dan kagum. Hm, pemuda kurus ini ternyata tidak
buta dalam hal pengobatan. Ia mengangguk-anggukan kepalanya. Pantas tidak
tahunya dia murid Nakayarvia dari India hem, dibandingkan denganku aku bukan
berarti apa-apa, pikirnya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 169
yoza collection Gadis baju biru menghampiri tuan r
mengalami lukaYo-ong Lo Ban Theng mengangkat muka memandang.
h, saja bukan murid siapa-siapa locianpwe, guru saya adalah kakek jang tak
mempunyai nama di puncak Thang-beng Sianjin dari Thang-la, pantas
kepandaianmu demikian lihay tapi kenapa kau bermain kipas dan pit, padahal
setahuku Bu-beng Siangjin terkenal dengan ilmu pedangnya, aneh! Apakah selama
i Bubeng Sianjin, akan tetapi satu-dua jurus pernah saya terima dari sucouw Sui Kek
heran. Sepanjang ingatannya kakek jang disebut Manusia setengah dewa itu sudah
meninggal ratusan tahun yang lalu, mengapa gadis ini bilang pernah mendapat
petunjuk dari kitab peninggalan sucouw (kakek guru).
alau begitu, o ya, jikalau kau kembali ke Thang-la sampaikanlah salam
hormatku kepada gurumu, sudah lama aku nggak pernah berjumpa dengan orang
berkata demikian gadis badiu biru itu menjura kepada si Raja obat Lo Ban Theng,
dan ia berjalan perlahan meninggalkan gedung itu.
Akan tetapi baru saja ia berjalan belum jauh meninggalkan tempat itu tiba-tiba
Gadis baju biru yang bernama Cung Nyuk In menoleh dan dilihatnya Ho Siang
mendatangi, langkahnya panjanglupa mengucapkan terima kasih kepad
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 170
yoza collection apaan" Rasanya.. . tidak pernah aku berbuat sesuatu kepadamu, mengapa kau
dengan si iblis tua Langit Bumi barusan" Aku tidak pernah melupakan budi
tak perlu kau berterima kasih kep
bukankah membasmi yang jahat dan membela yang benar adalah tugas dari orang
gagah di dunia kangKotaraja, o ya, bukankah engkau juga hendak ke sana" Alangkah baiknya kalau kita
Waktu Ho Siang menoleh, dilihatnya pipi si gadis jadi merah dan tertunduk,
u kau suka Ho Siang berhenti, Nyuk In juga menghentikan langkahnya, ke dua-duanya
saling berpandangan. Entah mengapa debaran jantung Ho Siang makin keras
berdetak-detak, seluruh pembulu darahnya berdentum-dentum, lebih cepat lagi.
Melihat si gadis tertunduk kemaluan, bagaikan sebuah magnit yang saling
membetot, tangan Ho Siang meraih tangan Nyuk In, dan sebentar itu pula keduanya
sudah saling bergandeng tangan. Cuma sebentar itu terjadi, karena tiba-tiba Nyuk
In menyentakkan tangannya dari renggutan Ho Siang, akan tetapi bibirnya
mengungkit sebuah senyum yang menyegarkan,
berkepandaian. Maka itu tadi waktu kau
naik ke panggung memegang-megang suling di tangan, aku jadi mentertawakanmu.
Kau maafkan aku, ya Ho Siang, kau tidak marah kan" Tidak kusangka kau jang
kulihat ketolol-tololan itu ternyata adalah murid Nakayarvia pertapa jang terkenal
tampan mata keranjang. Tadi aku sampai gemas bukan main waktu kau
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 171
yoza collection mentertawaiku di panggung itu! Kalau di situ tidak banyak orang, ingin sekali aku
Nyuk In melirik. Sebuah kilat dari mata jeli itu menyambar berkeredepan
membuat lagi-lagi hati Ho Siang berdegup-degup nggak keruan rasa. Rasanya di
dada itu ada kebahagian sejuta perasaan yang aneh-aneh, mengaduk perasaan
hatinya! Lirikan mata si gadis jang bernama Cung Nyuk In itu demikian tajam, tajam
mata jeli itu menghujam dalam-dalam di hati Ho Siang! Sebuah senyuman lagi,
aduh! Membuat hati Ho Siang kalang kabut di saat itu. Untuk menekan perasaan
Kini si gadis baju biru menoleh, seperti tadi ia memandang mengawasi wajah
si pemuda. Menyapu wajah itu, lalu tertunduk kemaluBohong, biasa mulut lelaki memang begitu, ketemu wanita lantas merayu,
o Siang bingung akan tetapi dengan menekan
-moay (adik In). Eh, boleh ya
kupanggil kau Inaku mengucapkan begitu. Siang kok
membungkuk dan memegangi perutnya.
-tiba Nyuk In Ho Siang terkejut dan buru-buru memegangi tangan gadis itu.
-tiba membentak. Keruan saja Ho Siang jadi melongo. Bengong memandang si gadis yang marah.
- Pendekar Lengan Buntung - Halaman 172
yoza collection -moay, benar kau lapar" Tunggu ya sebentar, sebentar
Memang saking tak terasanya mereka itu mengobrol tahu-tahu mereka sudah
mulai memasuki sebuah hutan. Hutan bambu yang indah sekali pemandangannya.
Akan tetapi bukan itu yang membuat hati Nyuk In serasa indah. Keindahan itu
datangnya dari pemuda jang bernama Ho Siang itu!
Entah mengapa pada mula ia melihat pemuda itu memasuki rumah Yok-ong Lo
Ban Theng, dan melihat keberanian pemuda itu menghadapi Te-thian Lomo ia
sudah tertarik, apa lagi setelah mengetahui bahwa Ho siang adalah murid
Nakayarvia yang lihay itu, membuat hatinya tunduk benar-benar! Diam-diam hati
itu menjadi bahagia di dekat Ho Siang.
Selagi ia termenung dalam lamunannya itu, tiba-tiba ia mengeplak kepalanya.
Tolol kau, makinya dalam hati, melamunin dia belum tentu dia mau sama engkau.
Engkau memang mudah jatuh, mengapa kau cepat jatuh hati kepada pemuda jang
bernama Ho Siang itu" Nggak tahu kau dia sudah umur berapa sekarang, dan
engkau baru juga berapa"
Engkau baru mengenal dia cuma di luarnya saja, belum mengenal ke dalam.
Pemuda itu berusia tidak lebih dari duapuluh lima tahun, apakah dalam usia
demikian ia belum mempunyai pacar. Jangan-jangan dia sudah berkeluarga, sudah
kawin, mana kau tahu" Untuk kedua kali Nyuk In mengeplak kepalanya.
telinga kelinci. Seekor kelinci gemuk sekali meronta-ronta dalam pegangannya:
g -keplak dong, bisa geger otak kau, baru tahu
Melihat pemuda itu sudah mendatangi, wajah Nyuk In berseri dan sejenak ia
tertawa-tawa cerah ia membuat api dan matanya melirik ke arah pemuda itu yang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 173
yoza collection dengan cekatan sekali menyembelih kelinci dengan pedangnya, lalu menguliti
dengan cepat. Sambil bekerja, Nyuk In bersiul perlahan dan Ho Siang beberapa kali melirik ke
arah gadis jang benar-benar amat jelita dan manis bagi penglihatannya. Memang
kalau hati itu sudah dimabok asmara, segalanyapun dilihat serba indah dan
menyenangkan! mengangkat daging kelinci tinggi-tinggi!
elan air liur beberapa kali, saking hebatnya selera itu menyerang hati!
Seperti seorang anak yang kesenangan dengan barang mainannya, sambil
tertawa-tawa gembira Nyuk In membuat sate kelinci dan kemudian
memanggangnya. Bau jang sedap gurih memenuhi udara, menambah rasa lapar di


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perut yang sudah berkeroncongan.
Selama memanggang daging sate kelinci itu Nyuk In tidak banyak berbicara,
hanya beberapa kali ia melirik ke arah Ho Siang, akan tetapi kalau pemuda itu
membalas pandangannya, ia mengasih kerlingan sambil tersenyum. Biar pun
mulutnya tidak berkata sesuatu, namun dalam hatinya Nyuk In tiada henti-hentinya
berkata-kata. Pemuda ini baik pikirnya. Tidak kurang ajar seperti lelaki lain, biarpun ia
kelihatan kadang-kadang seperti orang tolol, akan tetapi ia tahu bahwa pemuda ini
amat lihay, buktinya ia sudah berani melawan Te-thian Lomo yang terkenal lihay
dan kejam. Bersama-sama berjalan dengan pemuda ini tentu amat menyenangkan
sekali, bukan saja hatinya memang sudah terpaut dengan kesederhanaan pemuda
ini, disamping itu dengan adanya Ho Siang, bukankah lebih mudah baginya untuk
mencari musuh besarnya. Dengan pemuda ini di sampingnya, menghadapi Pay-cu Sian-li-pay yang
bernama Bu-tek Sianli itu, apa jang mesti ia takuti" Kalau memang buat menghadapi
suheng saja, si Cambuk sakti Oey Goan, ia masih dapat menandingi. Akan tetapi
mencari si nenek sakti yang bernama Bu-tek Sianli, bukankah lawan jang ringan!
ooOOoo Siapakah gadis yang bernama Cung Nyuk In ini"
Memang benar seperti pengakuannya ia adalah murid dari Bu-beng Sianjin.
Orang tuanya terbunuh di tangan Bu-tek Sianli dan dia sendiri, pada usia delapan
tahun diculik oleh Pay-cu Sian-li-pay itu untuk dijadikan murid Bu-tek Sianli.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 174
yoza collection Untunglah pada saat penculikan itu terjadi, muncul Bu-beng Sianjin, dan berhasil
merampas Nyuk In dari culikan Bu-tek Sianli.
Sejak itu karena Nyuk In tidak punya orang tua lagi maka selama hampir
delapan tahun ia digembleng oleh Bu-beng Sianjin di puncak Thang-la, disamping
itu Bu-beng Sianjin, juga mempunyai murid Oey Goan. Akan tetapi sayang sekali Oey
Goan berwatak keras dan penuh keinginan-keinginan kedudukan tinggi, maka murid
pertamanya ini tersesat dan menjadi hamba-hamba nafsunya. Oleh karena itulah
selesai digembleng oleh kakek Bu-beng Sianjin, ia dipesan untuk mencari
suhengnya Oey Goan memperingati supaja suhengnya itu mau kembali ke puncak
menghadap suhunya. Pada waktu ulang tahun Yok-ong Lo Ban Theng itulah Bu-beng Sianjin
menyuruh muridnya untuk turun gunung dan mencari suhengnya dan mencari
pembunuh orang tuanya Bu-tek Sianli! Tentu saja setelah bertemu dengan pemuda
Ho Siang yang berkepandaian tinggi, dan yang juga sudah menarik hatinya,
membuat ia tenggelam dalam lamunan mengkhayalkan sesuatu jang indah!
Waktu Nyuk In melirik lagi dilihatnya Ho Siang tengah termenung sambil
menghendus asap sate kelinci yang nikmat dan lezat. Nyuk In mengambil batu kecil
Ho Siang membalas tersenyum, melihat batu kecil yang dilempar si gadis yang
k In bertanya menggoda sambil
mengangkat tinggi-tinggi sate kelinci yang hampir matang dan mengeluarkan bau
jang lezat merangsang selera.
Menghendus asap ini keruan saja kalamenjing Ho Siang turun naik dan menelan
berkali-kali air liurnya. Melihat ini Nyuk In tertawa mengikik sehingga terpaksa
menutupi mulutnya dengan tangan kiri. Sebetulnya jarang ia tertawa segeli ini, akan
tetapi sekarang melihat tingkah lakunya pemuda itu, ia jadi kepingin tertawa.
Memang aneh sekali kalau hati itu tengah dirangsang oleh asmara! Asmara
membuat orang yang tidak bisa tertawa akan menjadi tertawa riang, asmara pula
membuat hati yang susah nelangsa menjadi riang penuh gelora cinta. Asmara
betapa kuasa engkau mempermainkan manusia!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 175
yoza collection Melihat gadis itu tertawa sambil menutupi mulut, keruan saja Ho Siang jadi
nakal tangannya memutar daging kelinci di atas api.
Ho Siang bangkit dari duduknya dan mendekati si gadis jang tengah
- an gadis itu terhadapnya. Begitu indah dan menyenangkan. Ingin sekali gadis itu
mateng belum dagingnya, akan tetapi ia tidak berkata apa-apa.
Setengah berjongkok ia mendekati Nyuk In melongok sate kelinci yang
terpanggang di atas api. Si gadis membolak-balikkan sate daging kelinci itu di atas
api. Tahu bahwa pemuda itu di belakangnya sedang melongok daging panggangnya,
, eh, kudengar perutmu juga berkeruyuk minta diisi. sudah.. . .
menaruhnya di atas daun-daun yang sudah disediakan di situ, di depan Ho Siang.
terus, akhirnya Nyuk In mengambil setusuk. Diikuti oleh pemuda di belakangnya.
Ho Siang tidak berlaku sungkan lagi. Dengan penuh gairah ia mengambil
tusukan daging yang banyak lemaknya, lalu dengan menggerogotinya dengan
gemuk kelinci itu, itu bukan saja dagingnya yang tebal dan empuk juga lemaknya
banyak sehingga begitu menggigit daging, lemak yang mencair oleh api itu menitik
dari kanan kiri bibir Ho Siang!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 176
yoza collection makan sate tanpa arak kurang sedap, kau
Pemuda itu mengawasi kepergian Nyuk In sambil mengunyah lambat-lambat
dan pikirannya makin penuh oleh keadaan Nyuk In. Hebat memang gadis itu,
wataknya aneh, sangat menyenangkan hati!
Tidak lama kemudian Nyuk In kembali dengan membawa dua buah cawan arak.
Datang- kedai arak, aku beli dua tail. Arak Hangiapun mulai makan daging itu.
Keduanya makan dengan sedap, tanpa bicara hanya kadang-kadang pandang
mata mereka bertemu sebentar. Ho Siang duduk di atas batu, Nyuk In duduk bersila
di bawah, di tanah yang penuh rumput hijau. Api bekas pemanggang daging masih
Tak sampai sepuluh menit habislah daging kelinci itu. Setelah minum arak dan
mencuci mulut dengan air arak, ke duanya makan buah yang tadi juga dibeli oleh
-moay, terima terima kasih segala untuk apa" Bukankah yang kelaparan tadi adalah
aku sendiri sampai sakit perut rasanya. Seharusnya aku yang berterima kasih
-sama kerja sama. Jadi tidak perlu kau berterima kasih
kepadaku dan aku juga tidak perlu berterima kasih kepadamu. Hutang kita samaHo Siang tersenyum.
Nyuk In juga tersenyum. Ke dua pandangan itu saling merenggut, senyum Nyuk
In semakin melebar cerah. Si Pemuda menatapnya bagaikan orang terpesona. Mata
gadis itu alangkah indahnya, alangkah cerah dan menyegarkan, dan bibir gadis
yang tersenyum terbuka itu, oiy alangkah manisnya membetot-betot hatinya,
pikirnya. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 177
yoza collection ah kenyang, mengapa kita bermalas seperti
Akan tetapi baru saja Nyuk In berkata demikian, tiba-tiba ia menggerakkan
tubuhnya dan telah mencelat ke atas sebatang pohon jang tinggi dengan diikuti
oleh gerakan Ho Siang yang mendengar pula suara derap kaki kuda di belakangnya.
Benar saja belum lama mereka melihat penunggang kuda.
Ho Siang dan Nyuk In dapat mengenali ke tiga penunggang kuda itu. Mereka itu
adalah Bong-goanswe dan kedua kawannya, seorang hwesio tua Hok Losu dan Leng
Ek Cu tokoh Kong-thong-pay.
Akan tetapi yang mengherankan Nyuk In dan Ho Siang adalah seorang gadis
muka kerudung hitam yang terbelenggu ke dua tangan dan kakinya pada punggung
seekor kuda lainnya yang ditarik oleh Leng Ek Cu. Mereka membedal kudanya tidak
terlalu cepat oleh karena itu dua orang muda di atas pohon dapat mendengar
ita langsung saja menemui Bu-tek Sianli. Gadis ini kita tawan dan kita hadapkan kepada
Pay-cu Sian-li-pay, suatu kesempatan yang baik bukan untuk kita bersekutu dengan
Leng Ek Cu tidak menyahut.
Bong-goanswe t cantik, kalau tidak aku tak rela menyerahkan kepada Bu-sicu ini masih kurang puas dengan gadis-gadis cantik di Kotaraja,
sehingga merindukan bunga mawar liar dan berduri hehehe
kepada Jenderal Bong yang menyambut dengan tertawa-tawa pula.
Akan tetapi tertawanya terhenti dan begitu hwesio Hok Losu itu menggerakkan
-tahu terdengar suara pohon di atas roboh menimbulkan suara
bergedubrak keras sekali. Dua sosok tubuh mencelat turun.
Ho Siang kaget setengah mati. Untung ia berlaku gesit sehingga dapat
mengelakkan pukulan Hok Losu yang dihantam dari bawah. Kalau tidak gesit sedikit
saja, bukan pohon itu yang roboh melainkan kepalanya yang remuk!
Melihat bahwa yang mengintai di atas pohon itu adalah dua orang muda. Hok
sedang mekar- Pendekar Lengan Buntung - Halaman 178
yoza collection Bong-goanswe yang juga menoleh ke belakang menjadi terheran melihat Nyuk
goanswe menudingkan telunjuknya.
goanswe atau Bong Bong Sianjin sambil pandangan matanya tidak lepas
memandangi Nyuk In. Melihat tingkah laku hwesio tua ini, panas hati Ho Siang! Hweshio gila, pikirnya,
melihat cewek cantik matamu liar seperti kucing melihat ikan basah, sialan! Akan
tetapi tentu saja ia menekan perasaan hatinya.
Terdengar suheng Bu- dan pit di tangannya sudah terbuka.
demikian tangan hwesio itu bergerak. Angin besar bergelombang menyambar
tubuh Nyuk In, tentu saja gadis ini mengibaskan kipasnya membalas dorongan
angin bergelombang itu. Akan tetapi ia menjerit lirih ketika tahu-tahu tubuhnya sudah terlempar ke
belakang menimpa pemuda tinggi kurus. Dengan cekatan sekali Ho Siang
menggerakkan tangannya menyambar tubuh Nyuk In jang melayang menimpanya.
Begitu tubuh dapat disambar, segera ia meletakkan tubuh itu di tanah. Ternyata
Nyuk In dalam segebrakan saja ia sudah tertotok oleh hwesio tua ini. Kaget sekali
Kilatan sinar hitam menyambar ke udara bergerak cepat merupakan sebuah
tulisan kilat bagaikan ada guntur yang menyambar dari atas, tubuh hwesio tua itu
doyong ke kiri merasa ada angin mujijat menyambar dari Suling hitam itu. Terkejut
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 179
yoza collection apa kau d mewakili gurumu membuat perhitungan denganku dan hadapi
Setelah berkata demikian, hwesio tua tinggi besar ini sudah menggerakkan ke dua
lengan bajunya yang meniupkan angin pukulan seperti badai mengamuk!
Ho Siang terkejut tetapi ia tidak gentar. Cepat ia memasang beshi-beshi dengan
kaki terpentang ke kanan ditekuk sulingnya menangkis dengan gerakan dari atas
ke bawah: Karena begitu tadi merasa pukulan-pukulan hwesio ini tidak dapat ditahan, segera
ia mengerahkan sin-kang mematikan raga, maka bagaikan sehelai daun kering
terhempas angin, tubuhnya melayang jatuh di samping Nyuk In yang masih tertotok
rebah di tanah! Di lain pihak, Hok Losu juga kaget setengah mati. Biarpun ia tidak terpental
seperti pemuda kurus tinggi itu, akan tetapi ia merasa getaran jang amat hebat
menyerang jantungnya. Cepat ia mengerah tenaga sin-kang menutupi jantung.
murid si pertapa dari India itu. sekarang terimalah pukulan
-goanswe atau kita sebut saja Bong Bong Sianjin
losuhu, sudahlah mengapa kita meladeni anak-anak ini. Kita mempunyai urusan
jang le Tentu saja jenderal Bong jang cerdik ini tidak mau melibatkan dirinya dengan
permusuhan dengan Nakayarvia jang terkenal itu, apalagi dilihatnya Nyuk In sudah
tertotok, tak enak hati ia meladeni murid suhengnya ini. Maka itu ia mencegah Hok
Losu! Anehnya hwesio sakti itu takluk akan orang tua berpakaian jenderal begitu
mendengar Bong-goanswe melarangnya dengan melirikan matanya kepada
mengikuti rombongan Bong-goanswe dan Leng Ek Cu jang sudah berjalan acuh tak
acuh. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 180
yoza collection Melihat hwesio itu sudah pergi, Ho Siang bangkit berdiri dan tangannya
menandingi susiok, urusan ini biar suhu jang turun tangan. Hemm, hwesio tua itu
-lim-pay jang tersesat, namanya Hok Losu! Ia seorang tokoh yang amat dikenal dari perkumpulan
Siauw-lim-sie. Akan tetapi berbeda dengan para hwesio Siauw- lim-pay yang
terkenal sebagai pendeta suci dan beriman kepada kitab agama Budha, dan lagi
mempunyai kepandaian silat tinggi untuk membela kebenaran dan keadilan. Hok
Losu ini semenjak dahulu merupakan seorang murid yang murtad.
Siauw-lim-pay yang menandingi Hok Losu setelah hwesio itu dapat mencuri kitab
pelajaran silat yang amat hebat itu, kepandaiannya jauh meningkat lebih hebat dari
pada dulu. Rasanya hanya Thian Thian Ciangbunjin saja yang dapat menandingi
uruan dari suhu Bu-beng Sianjin, sayang
susiok juga tersesat dan haus akan harta kemuliaan, sehingga sering kali membuat
kacau. menyerangku. Hok Losu memang hebat, aku belum tentu dapat menand
Nyuk In bangkit pula berdiri, berjalan perlahan-lahan di samping pemuda tinggi
kurus yang bernama Ho Siang.
hendak perbuat dengan Pay-cu Bu-tek Sianli dan hendak mengajak dia mengadu
Nyuk In bercerita. Ia menceritakan tentang ke dua orang tuanya yang mati di
tangan Bu-tek Sianli. Ia sendiri hampir diculik untung muncul Bu-beng Sianjin yang
telah menolongnya. -moay, meskipun nenek tua Sian-li Paycu itu sakti, aku akan
semangat. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 181
yoza collection Tentu saja Nyuk In menjadi girang sekali mendapat kawan seperti Ho Siang ini
banyak memberi keuntungan. Ia tahu bahwa kepandaian Ho Siang jauh lebih tinggi
daripadanya! Dengan ia bersama pemuda ini masakan ia tidak dapat menghadapi
Bu-tek Sianli! Maka berjalanlah ke dua orang muda itu mencari pulau Bidadari. Di sepanjang
perjalanan mereka merupakan sepasang merpati yang baru lepas dari sarangnya.
Hati mereka saling mengajuk, saling mengisi, o alangkah indahnya memang hati
yang tersentuh panah asmara!
Namun di samping itu Ho Siang dan Nyuk In selalu turun tangan apabila ada
orang-orang jahat, mengganggu penduduk. Selama perjalanannya menuju ke laut
Po-hay entah berapa banyak mereka bertemu dengan para perampok, tukangtukang pukul yang disewa oleh para hartawan untuk menjadi anjing penjaga, akan
tetapi menghadapi sepasang merpati ini mereka itu merupakan sebuah laron yang
bertemu dengan api lilin.
Perjalanan mereka menuju pulau Bidadari ke pesisir lautan Po-hay sangat
membawa kesan masing-masing. Tanpa mereka sadari hati itu sudah bertaut
menjadi satu, menjadi demikian akrabnya hubungan sehingga banyak orang-orang
yang berjumpa dengan sepasang merpati ini menjadi merasa iri dan kagum!!
Dalam perantauannya itu Nyuk In tidak berpakaian seperti pria. Ia kini memakai
pakaian-pakaian wanita yang sangat serasi dengan kulit dan tubuhnya yang
langsing sehingga membuat Ho Siang jadi bertambah jatuh hatinya terhadap gadis
murid Bu-beng Sianjin ini!!
ooOOoo Jauh di dasar jurang, di antara kabut-kabut putih masih mengambang di udara,
dua orang laki-laki sedang bertempur dengan hebat dan aneh. Seorang diantaranya,
adalah seorang laki tinggi kurus dan kulitnya hitam, rambutnya yang keriting itu
terbungkus kopyah yang terbuat dari kain kuning, tangannya memakai gelanggelang besar ditutupi oleh lengan baju yang besar dan lebar, seperti jubah seorang
hwesio yang terbuat dari kain kuning kasar.
Usianya tidak lebih dari limapuluh tahun. Tangannya memegang sebuah pedang
pendek yang berbentuk melengkung seperti arit, berkilat-kilat pedang pendek itu.
Di depan orang yang memakai kopyjah kuning tampak seorang kakek yang tua
sekali. Kakek yang bongkok yang terkadang terkekeh-kekeh dan kadang-kadang
mengeluarkan suara melengking panjang seperti suara jeritan yang menggetarkan
dasar jurang. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 182
yoza collection Kakek ini bergerak dan memegang senjata yang sama berupa pedang pendek
yang melengkung dan tangan kiri bergerak-gerak merupakan tamparan, dan tangan
kanan berkelebat-kelebat menggerakkan pedang pendek yang mengeluarkan
cahaya aneh! Gerakan mereka ini sangat cepat sekali dan sukar sekali diikuti oleh pandangan
mata. Tiba-tiba nampak seperti sinar panjang yang saling menggulung, saling
menyambar dan tampak dua orang tua itu rebah telentang terpisah antara sepuluh
meter. Ke duanya nampak terengah-engah dan terdengar suara mereka merintih
perlahan.

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepalanya memuji pula. Ia juga nampak merintih perlahan, dengan lambat sekali
seperti orang lumpuh, ia bersila mengerahkan sin-kang! Gerakannya itu diturut oleh
kakek tua bongkok yang lantas bersila dan mengheningkan cipta bersamadhi.
Kedua orang itu tak dapat bangun kembali, masing-masing sudah terluka.
Nampak kini ke duanya sedang tenggelam menggerahkan hawa sakti di dada jang
terhantam pukulan lawan masing-masing. Sepasang pedang pendek, satu
mengeluarkan cahaya hitam berkilat dan yang satunya lagi yang menancap di batu
karang mengeluarkan sinar putih bercahaya.
Pada saat itu, selagi kedua orang tua itu tenggelam dalam samadhinya,
pendengaran mereka jang tajam dapat menangkap sesuatu yang meluncur turun
dengan amat cepatnya dari atas. Untuk sedetik kemudian si kakek bongkok
mengangkat tangannya ke atas dan sesosok tubuh menimpah tangan yang
terangkat itu. Kakek bongkok itu terheran dan membuka matanya, kiranya scorang gadis
cantik telah berada di tangannya yang tadi menyambar. Gadis itu dalam keadaan
pingsan! Begitu kakek bongkok itu melihat ke depan, alangkah herannya dia, begitu
melihat tubuh seorang pemuda juga menancap di atas kepala si kakek berkopyah
kuning dalam keadaan berdiri. Pemuda tinggi tegap itu juga pingsan sama seperti
si gadis yang tadi disanggapnya!
wakili menghadapi engkau, ingat di antara kita belum ada yang menang atau yang kalah,
-tua bangka ini sudah terluka dan tak mungkin baku hantam lagi,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 183
yoza collection ini, o ya, kalau aku masih hidup! Kalau sudah mampus, biarlah bocah ini yang akan
mewakiliku untuk meneruskan
Sambil berkata demikian kakek berwajah kuning itu menyambar tubuh pemuda
jang bukan lain adalah Liok Kong In, yang terjatuh dari atas jurang terhantam
pukulan dari Bong Bong Sianjin. Untungnya ia tadi terjatuh tepat di atas kepala
kakek sakti berkopyah kuning ini sehingga ia tidak mengalami luka-luka atau
terbanting di tanah. Begitu mengangkat pemuda yang masih pingsan itu, kakek berkopyah kuning
mengambil pedang pendek hitam di tanah dan sekali berkelebat ia sudah lenyap
dari hadapan kakek bongkok di depannya.
-moko keras hati, tapi kepandaiannya luar
biasa, ya, apa mau dikata kalau ia mau menurunkan ilmu silatnya kepada pemuda
jang dibawanya untuk membikin mampus aku, terpaksa akupun menurunkan ilmu
gadis di depannya yang menggeliat-geliat seperti orang baru bangun tidur.
Bwe Hwa terkejut sekali melihat kakek bongkok di depannya. Mimpikah aku ini,
pikirnya, di tempat apakah ini"
tetapi wajahnya semakin pucat, dalam berkata tadi ia sudah mengerahkan tenaga
yang cukup banyak sehingga dirasakan dadanya semakin sakit dan nyeri!
kau siapa" Mengapa aku ada di sini" Apakah ini yang dinamakan
cepat menubruk kakek itu ketika orang di depannya ini muntahkan darah segar
banyak sekali. kau siapa dan mengapa kau jatuh dari atas jurang di sana itu" Kau membikin kaget
Bwe Hwa mengingat. Ia dan Liok Kong In, it-suhengnya memang jatuh dari atas
tebing sana, hemm, tentu si kakek ini yang menolongku, pikir Bwe Hwa, akan tetapi
begitu ia melirik ke sekitarnya ia tidak melihat Liok Kong In.
si tua ini keburu menyanggap kau, kalau tidak, tubuhmu niscaya akan hancur
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 184
yoza collection bertanya setelah dirasakan dadanya tidak terasa sakit lagi.
Bwe Hwa bertanya gelisah. Takut kalau suhengnya tidak ketolongan!
suteku adalah Hek-moko, pertapa lihay, jangan kuatir nona, pemuda itu diambilnya
untuk menjadi muridnya Bwe Hwa menjadi melongo dan juga girang hatinya mendengar suhengnya
selamat, malah diambil murid oleh sute orang tua bongkok ini.
Si kakek tak menyahut, mengangguk dan bersemadhi lagi mengerahkan hawa
sin-kang di tubuhnya. Sekali lihat saja tahulah kakek bongkok itu tengah terluka
hebat. Oleh sebab itu Bwe Hwa diam saja, memandangi si kakek. bongkok.
Tidak lama kemudian nampak si kakek membuka matanya dan bertanya:
erjatuh ke jurang ini, hayo
bertanya melihat kakek memandangnya dengan mendelik, dikirain kakek itu marah
terhadapnya, akan tetapi bukan demikian adanya. Saking menahan rasa perih dan
sakit di dada dan terkejut mendengar Swie It Tianglo sudah meninggal, ia jadi
membelalak. Ia terengah-engah!
mengesot ia menghampiri pedang pendek melengkung yang mengeluarkan cahaya
putih, lalu tangan kirinya merogoh saku dan mengeluarkan sejilid buku kecil.
Disodorkan kepada Bwe Hwa.
tiga tahun kau melatih -uh tiga kali kakek bongkok itu muntahkan darah, dengan mata mendelik ia memandang Bwe
Hwa. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 185
yoza collection Terkejut sekeli Bwe Hwa, ia merasa terharu melihat keadaan kakek itu dengan
terimakasih untuk kepercayaanmu menitipkan kitab ini. Teecu bersumpah akan
mencari HekBegitu selesai Bwe Hwa berkata, mata yang mendelik itu menutup kembali. Bibir
si kakek bongkok mengeluarkan senyum dan raganya meninggal dan napasnya
berhenti. Dan meninggallah kakek bongkok itu dengan tenang!
Dengan dada penuh rasa haru, Bwe Hwa menggali lubang dengan pedang
pendek yang tadi diambil oleh si kakek bongkok. Alangkah terkejutnya ia begitu
memegang pedang tangannya bergetar hebat. Ada rasa mujijat menyerangnya.
ngannya meraih lagi menggenggam kuat. Kalau kakek bongkok yang menjadi suhuku bisa memegang
masa aku tidak mampu memegang pedang ini"
Berpikir demikian Bwe Hwa menggali lobang dan sebentar itu pula ia sudah
memakamkan jenasah kakek bongkok yang kini menjadi suhunya!
Setelah memberi penghormatan terakhir, Bwe Hwa melangkah perlahan, tidak
jauh dari tempat itu terdapat sebuah pondok yang di kelilingi oleh pepohonanpepohonan yang banyak mengeluarkan buah dan sayur mayur. Hemm, tentu ini
alangkah indahnya pemandangan di sini. Sambil berpikir
demikian Bwe Hwa mengeluarkan kitab kecil dan membaca Pek-hwa-kiam-sut
(Ilmu Pedang Bunga Putih) yang ditulis oleh Pek-moko, hemm, jadi suhu bernama
Pek-moko" Demikianlah sejak saat itu, Bwe Hwa melatih diri atas petunjuk kitab
peninggalan Pek-moko yang bernama kitab pelajaran ilmu pedang bunga putih. Dan
pedang yang disebutnya pedang iblis ini dipakainya untuk berlatih! Hebat bukan
main pedang ini mempunyai mujijat yang luar biasa!
Dengan tekun dan bersemangat mulai hari itu Bwe Hwa menggembleng dirinya
menurut petunjuk kitab kecil peninggalan kakek bongkok yang bernama Pek-moko!
Apalagi melihat musuh-musuh besarnya seperti Bong Bong Sianjin, yang pernah ia
rasai kelihayannya kemaren dulu itu, bertambah tekun Bwe Hwa berlatih! Ia berjanji
setelah tiga tahun ia akan mencari musuh-musuh besarnya, Bong Bong Sianjin,
Sianli Ku-koay, Te-thian Lomo dan mencari pula saudara-saudara seperguruannya
yang bercerai berai! ooOOoo Pendekar Lengan Buntung - Halaman 186
yoza collection Sementara itu, Liok Kong In juga menerima gemblengan ilmu pedang Hek-hwakiam-sut dari Hek-moko. Kakek yang disebut Hek-moko ini keadaannya tidak lebih
baik dari Pek-moko. Begitu ia sampai di puncak pertapaannya di sebuah pegunungan yang tidak
dikenal manusia, kakek ini muntah-muntahkan darah dan cuma seminggu
kemudian kakek yang disebut Hek-moko ini meninggal dunia. Akan tetapi pada harihari sebelumnya, kakek ini pernah berpesan kepada muridnya Liok Kong In
demikian: nggalkan puncak ini. Carilah Pek-moko, suhengku itulah yang membuat aku menjadi cacat
seperti ini. Mungkin nyawaku tidak akan lama lagi bertahan. Kau carilah Pek-moko
dan muridnya, kau tempur dia! Kalahkan dia.. . sebelum ia mengaku kalah.. . belum
puas Demikianlah Hek-moko bercerita kepada muridnya ini. Sebenarnya Hek-moko
dan Pek-moko adalah saudara seperguruan, terkenal sebagai sepasang iblis hitam
dan putih yang mempunyai kepandaian silat luar biasa.
Akan tetapi setelah mereka ini menciptakan sepasang pedang yang disebut
Pedang Iblis, yang telah banyak mengorbankan nyawa manusia untuk pelaksanaan
pembuatan pedang tersebut, yang direndam oleh darah dan dibakar oleh panasnya
kawah api, maka setelah selesai sepasang pedang itu timbullah persainganpersaingan, diantara sesama sendiri.
Hek-moko merasa tidak puas kalau belum mengalahkan Pek-moko sebaliknya
Pek-moko juga demikian! Mereka selalu bertempur dengan menggunakan sepasang
pedang iblis. Pedang hitam ditangan Hek-moko pedang putih ditangan Pek-moko.
Pada suatu hari di lembah itu, mereka bertempur mati-matian. Seperti manusia
yang haus darah mereka masing-masing saling terjang, saling menggunakan
kepandaian untuk merobohkan lawannya. Akan tetapi kepandaian mareka tetap
seimbang, semakin seru mereka bertempur semakin tidak puas di hati mereka.
Tiga hari tiga malam mereka bertempur, dan pada hari jang ketiga, sepasang
pedang iblis itu saling mereguk darah. Pedang pendek Pek-moko juga berhasil
melukai lambung Hek-moko.
Baru mereka sadar sesudah keduanya itu terluka hebat. Apa mau, bagaikan
ooOOoo Pendekar Lengan Buntung - Halaman 187
yoza collection Waktu tiga tahun tidak lama. Memang kalau dinanti-nanti sang waktu akan
merangkak amat lambat sekali, seperti seekor siput berjalan. Terasa lama dan
mengesalkan. Akan tetapi itu kalau kita perhatikan, coba kalau kita tidak perhatikan
tahu-tahu, siput itu sudah pergi jauh meninggalkan kita hanya nampak bekas-bekas
tapak sang waktu itu merangkak yang menimbulkan kenangan masa-masa lalu,
yang tak mungkin akan kembali.
Oleh karena itu, kita tinggalkan dulu dua orang muda murid mendiang Swie It
Tianglo jang telah melatih diri di tempat jang berlainan. Bwe Hwa berlatih atas
petunjuk-petunjuk kitab kecil peninggalan Pek-moko dan Liok Kong In bertekun pula
di sebuah puncak pegunungan melatih diri menurut petunjuk-petunjuk kitab
pemberian Hek-moko! Dan tiga tahun nanti mereka ini akan kita temui dalam tragedi-tragedi yang
mendebarkan jantung dan mengoyak-ngoyak hati. Karena sepasang pedang iblis di
tangan Bwe Hwa dan Kong In mengingatkan orang-orang gagah kepada sepasang
iblis hitam dan putih yang pada puluhan tahun yang lalu pernah menggemparkan
dunia persilatan! Sekarang kita ikuti pengalaman-pengalaman Tiang Le yang tertawan oleh
empat dara jelita dari Sian-li-pay. Sejak kehilangan lengan kanannya Tiang Le
seperti orang tanpadaksa ia tak dapat memainkan ilmu pedangnya lagi. Oleh sebab
itu ia tidak dapat melepaskan diri dari tawanan empat dara Sian-li-pay yang lihai
dan cantik jelita, dan bersuara merdu!
Dan ke empat dara ini adalah tulang punggung dari pergerakan Sian-li-pay,
mereka itu adalah Sianli-sie-ci-moay (empat kakak beradik seperguruan Bidadari),
berwatak aneh dan galak! Cerewet seperti nenek-nenek.
Seperti diceritakan pada bagian depan, sebetulnya Tiang Le bermaksud hendak
menyelamatkan limaribu tail emas hasil upeti Kaisar untuk disumbangkan ke Wunian bagi penderita korban kelaparan dan penyakit. Siapa sangka, bukan saja ia
tidak dapat menyelamatkan limaribu tail emas itu, malah dirinya terjirat menjadi
tawanan ke empat dara berkerudung hitam ini"
Ia menyesal sekali tak dapat merampas harta itu, dan yang lebih disesalkan
lagi kebuntungan lengan kanannya ini membawa kemalangan baginya. Coba kalau
ia mempunyai sepasang lengan. Hemm, tak semudah gadis-gadis itu menawanku,
demikian pikir Tiang Le di dalam gerobak yang didorong oleh si gadis.
Hawa udara begitu panas dan terik, membuat Tiang Le melenggut dan
mengantuk dalam benaman karung-karung yang berisi ikan-ikan asin dan terasi.
Selama dua jam di dalam gerobak ini, ia menjadi biasa lagi dengan hawa busuk
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 188
yoza collection yang semula membuat ia hampir pingsan! Sekarang malah ia dengan enaknya
melenggut berayun ketika gerobak didorong!
Melihat betapa pemuda buntung ini malah tidur keenakan di dalam gerobak,
gadis yang mendorongnya mengomel, memaki:
Tiang Le menggeliat bangun.
h, hendak dibawa kemana Gadis muka kerudung yang mendorong gerobak barang lainnya menoleh
-sianli suci mengapa pake ngomel-ngomel,
tahu Tiang Le sudah mencelat ke atas, keluar dari gerobak dan berdiri.
menyarungkan sepasang pedangnya. Melihat bahwa gadis itu tidak menyerang lagi,
Tiang Le terpaksa berjalan dan mendorong pula gerobak di samping si gadis.
Gadis- -sianli suci, hati-hati nanti dia
sianli yang berjuluk Bu-beng-siang-sin-kiam-hoat!
- - - sianli menoleh. Melihat mata yang cerah dan bening itu, Tiang Le bukannya menjadi marah
akan tetapi, entah mengapa rasanya ia senang menggoda gadis kerudung hitam di
sebelahnya ini! Demikianlah sepanjang perjalanan mendorong gerobak ini, Tiang Le dan It-sianli
selalu terdengar bertengkar. Terkadang-kadang nampak sepasang pedang si gadis
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 189
yoza collection terkelebat hendak memenggal leher Tiang Le, terkadang ia mengomel panjang
pendek adu debat dengan pemuda buntung ini!
Hmm, perjalanan yang menyenangkan bagi Tiang Le. Betapa tidak" Biarpun ia
dijadikan tawanan, akan tetapi berdekatan dengan gadis ini tidak merasa ia sedang
ditawan dan sebentar lagi akan dihadapkan di depan Pay-cu Sian-li-pay nenek sakti
Bu-tek Sianli! Memang lucu sekali hati lelaki. Setiap melihat perempuan cantik selalu jatuh
hati! Anehnya bagi Tiang Le meskipun ia belum melihat wajah gadis yang selalu
tertutup kerudung hitam ini, ia sudah tertarik dan berkhayal akan keindahan bibir
yang mengoceh dibalik sutera hitam dan hidung mancung bagus! Hanya sepasang
mata itu yang mengoyak-mengoyak hatinya memberikan kepastian bahwa gadis
ini cantik! Gila! Apabila teringat kepada Sian Hwa, Tiang Le memaki dirinya. Tak boleh aku
menghianati Sian Hwa, aku sudah mencintainya dan iapun mencintaiku. Ah, Sian
Hwa di manakah engkau" Teringat Sian Hwa, sumoaynya yang kedua itu ia menarik
napas panjang. -sianli yang berjuluk Bu-beng siang-sin-kiam-hoat sambil menoleh dan mengawasi pemuda itu. Kali ini
Tiang Le tak mau bertemu pandang dengan mata si gadis, ia menunduk sementara
tangannya mendorong. gkat muka memandang ke depan. mengarungi laut Po-hay, ya di seberang laut Po-hay itu pulau kami, disebut pulau
Tiang Le menoleh. Pulau Bidadari, aneh mana ada pulau namanya pulau
Bidadari, ada-ada saja gadis-gadis ini. Benarlah seperti apa yang dikatakan si gadis
tidak jauh di depan mengalir sebuah anak sungai. Sungai ini akan menembus ke
laut Po-hay suasana di tepi sungai ini amat sepi sekali.
Ke empat orang gadis berkerudung hitam menghentikan gerobaknya. Tiang Le
juga berhenti, ia menyeka keringat yang menitik-nitik di wajahnya.. . Cape juga
mendorong gerobak ini pikirnya! Waktu dilihatnya ke empat gadis berkerudung
hitam itu, mereka nampaknya tengah kelelahan juga.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 190
yoza collection -sianli berkata ketus kepada
Tiang Le yang masih berdiri mengawasi air sungai yang mengalir.
-sianli membentak. Ke tiga gadis berkerudung lainnya tertawa cekikikan.
dari ke tiga gadis itu berkata sambil menghempaskan dirinya di atas rumput.
Sementara angin bersepoi melelah. Nikmat menghembus-hembus pipinya.
-sianli suci itu berkata ketus,
memandang kepada Tiang Le yang sudah deprok pula di tanah berumput.
kan umpama, It-sianli suci, sebab benci dan cinta itu berdekatan. Biasanya
antara benci dan cinta merupakan saudara kandung yang saling berdekatan, hatihatilah, jangansianli, dan ia berjuluk Sianli-sin-tung-hoat atau bidadari tongkat sakti.
Jie-sianli membuka perbekalannya dan mengeluarkan beberapa potong roti,


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-sianli betul, kita sikat ini baru mengenyangkan perut, bertengkar melulu apa
yang bikin kenyang perut. Eeh! It-sianli suci kau tawari si buntung itu, dia tentu
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 191
yoza collection Mendengar bahwa gadis-gadis aneh itu memperbincangkan dirinya, Tiang Le
menjadi malu dan tak enak hati. Apalagi kini gadis-gadis itu meributkan soal saling
dorong untuk memberikan roti. Gila! Lebih baik aku pergi saja, pikirnya mengangkat
kaki berlalu. ketiga berkata menunjuk Tiang Le sedang berjalan menjauhi.
-sianli menggerakkan tubuhnya, tahu-tahu beberapa kali loncatan ia sudah berdiri di depan Tiang Le.
Mengkal hati Tiang Le, dikit-dikit gadis ini memanggilnya buntung, amat
memanggilku tidak ada sopannya, namaku Sung Tiang Le, harap kau menjadi tahu
adanya dan jangan memanggilku buntung, buntung begitu. Tanganku buntung tidak
ada sangkut pautnya denganmu. Harap sedikit kau sopan dan mempunyai bahasa
u.. . kenapa Diam-diam Tiang Le mendengar gadis ini tidak jadi menyebutnya buntung.
Diam-diam ia tidak dapat membenci gadis aneh ini!
Melihat tingkah laku gadis ini, mau tidak mau Tiang Le menjadi tersenyum, ia
tidak berkata apa-apa kepada gadis ini akan tetapi melangkahkan kakinya kembali
ke tempat gadis-gadis kerudung hitam yang tengah makan roti.
Melihat kedatangan pemuda lengan buntung ini, keruan saja para gadis yang
-sianli suci hebat, anjing buntung
Tiang Le melirik, yang berkata tadi adalah gadis kedua yang bersenjata cambuk.
Tiang Le hanya tersenyum pahit, melirik ke arah lengannya yang buntung. Memang
membuatku jadi begini! Jadi seorang pemuda tanpa daksa.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 192
yoza collection Sayang hanya lengan kananku yang kau penggal mengapa tidak sekalian kau
penggal kepalaku saja. Mati lebih baik dari pada kau siksa, hidup tanpa guna begini
dipermainkan oleh gadis kerudung hitam!
Teringat ini Tiang Le termenung sendiri. Ia menolak roti yang disodorkan oleh
It-sianli. Tentu saja It-sianli tidak mau memaksanya karena pandangan mata
sumoay-sumoaynya memandang aneh!
Pada saat itu sebuah perahu meluncur dengan amat cepatnya. Nampak dua
orang yang tengah mendayung. Melihat perahu itu sudah hampir lewat, salah
seorang dari ke e -gadis cantik, eh Kong Hwat, anak gendeng.. . Hayo kau
. kita dapat Dari tengah-tengah sungai itu si kakek berteriak. Suaranya berat dan nyaring.
Kakek ini sudah tua, usianya ada limapuluh tahun. Akan tetapi pakaiannya aneh,
kembang-kembang campur baur dan penuh tambalan-tambalan, di telinganya
sebelah kiri nampak anting-anting besar seperti orang India, kepalanya diikat
sorban kuning. Jubahnya penuh kembang-kembang itu lebar berjubrai seperti
pakaian orang Bombai. Pemuda yang dipanggil Kong Hwat tadi, adalah seorang pemuda tampan,
usianya ada sekitar duapuluh, mukanya agak kehitam-hitaman saking tiap hari ia
berjemur diri di sungai menjadi nelayan.
-anggota Sian-li-pay perkump pinggir. Si kakek bagaikan acuh tak acuh bersenandung riang sambil mengeprak-kicik kibung, bunyi gendang bertalu-talu
Pura-pura bingung jangan sampai orang yang tahu.
Tak tak dung, ketak kedung, orang muda tangannya buntung,
Biarkan uang emas terkatung-katung, he he he.
-hay. Jie-sianli membentak sambil meluncurkan
cambuknya dan begitu cambuk itu melilit pada tiang perahu, ia membetot keras
sehingga perahu itu meluncur laju ke tepi dan menubruk pinggiran sungai.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 193
yoza collection -galak, berabe Kong Hwat. Benar orang-orang Sian-lipay nggak memandang mata, ai, ai kalau perahuku rusak, kau mesti ganti bocah
-ikan asin tak perlu dibawa, biarin tinggalin di sini,
-sianli, orang ketiga dari gadis Sian-lipay berkata memerintah.
Tiang Le, tak berkata apa-apa. Tiang Le mengangkat karung-karung berisi ikan
asin dan melemparkan ke samping dan begitu ia menemukan karung-karung yang
di bawah, betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa karung-karung di bawah
ini adalah benar-benar berisi uang emas!
Dengan hati-hati, ia mengangkat karung itu ke perahu. Selesai tiga karung itu
diangkut ke perahu, ke empat gadis itu meloncat ke perahu dan berkata kepada
Maka meluncurlah perahu itu ke tengah mengikuti arus air sungai yang kelak
menumpahkan airnya ke laut Po-hay. Si kakek tukang perahu bagaikan acuh tak
acuh ia berdiri di ujung perahu sambil bernyanyi-nyanyi tak keruan juntrungannya.
Sedangkan pemuda yang bernama Kong Hwat mendayung perahunya sambil
berkali-kali matanya melirik ke arah buntalan karung di dalam perahu itu.
Melihat betapa yang mendayung adalah pemuda itu sendirian, tanpa berkata
apa-apa Tiang Le mengambil dayung dan mendayung dengan tangan kirinya.
Perahu meluncur lebih cepat. Air sungai yang berwarna kecoklatan mengeriak
bergelombang kecil dibelah oleh lajunya perahu.
Tiang Le kagum sekali melihat cara pemuda itu mengayuh dayungnya, bukan
saja cepat dan bertenaga akan tetapi juga hanya dengan mendayung perlahan saja,
perahu sudah demikian cepatnya meluncur. Sekilas saja ia tahulah Tiang Le bahwa
tukang perahu muda dan kakek itu bukan nelayan sembarangan.
Kembali dia menoleh ke arah empat orang gadis itu. Dilihatnya It-sianli tengah
memandangnya. Entah mengapa begitu bertemu pandangan dengannya gadis itu
tertunduk lagi pura-pura menjatuhkan pandangannya ke samping melihat air yang
kecoklat-coklatan bergelombang.
bertanya untuk menghilangkan kesepian yang mencekam
sebentar lagi kita akan memasuki laut Po-hay. Eeeh saudara, kau siapa" mengapa
kau ditahan oleh gadis-gadis Sian-liPendekar Lengan Buntung - Halaman 194
yoza collection dapat melepaskan diri dari mereka. Tadinya aku
berusaha untuk menyelamatkan limaribu tail emas yang dipersembahkan oleh
kaisar untuk sumbangan ke Wu-nian. Siapa tahu gadis-gadis itu demikian lihay,
hingga aku tak dapat menyelamatkan itu uang, malahan aku sendiri tidak berdaya
Tiang Le mengangguk. Akan tetapi alangkah herannya dia tiba-tiba perahu yang ditumpangi itu terbalik
dengan amat cepat sekali, dengan gerakan yang gesit Tiang Le mencelat ke atas
membuat pok-say tiga kali dan begitu ia turun di atas perahu yang terbalik, ia tidak
melihat lagi Kong Hwat dan kakek nelayan itu. Dan dari kejauhan ia mendengar
kesempatan mengapa tidak meloloskan diri dari tangan gadis-gadis Sian-liItu suara pemuda tukang perahu, entah bagaimana caranya, tahu-tahu pemuda
itu sudah lenyap. Dan ia bengong sendiri di atas perahu yang mengambang.
Bagaimana ia dapat melarikan diri, perahu yang terbalik ini tidak lagi bisa melaju
mengambang di tengah sungai. Sedangkan dilihatnya ke empat gadis berkerudung
hitam itu tengah berenang menepi sambil menyumpahTentu saja Tiang Le tidak tahu betapa orang muda tukang perahu itu adalah
Kong Hwat dan kakek itu adalah Koay Lojin. Ke dua orang ini tentu saja terkenal
dengan sebutan setan air. Maka tadi begitu mendengar tentang emas yang hendak
disumbangkan oleh kaisar direbut oleh gadis-gadis Sian-li-pay, dengan gerakan
ajaib Kong Hwat membalikkan perahunya dan bagai kilat tangannya menyambar
tiga buntalan limaribu tail emas dan menyelam ke dasar sungai di ikuti oleh Koay
Lojin yang tertawa terkekeh-kekeh memanggul dua buah karung berisi uang mas!
Dan untuk seterusnya dua orang nelayan itu sambil menyelam berjalan di
bawah air sampai jauh dan tahu-tahu dengan basah kuyup dan tertawa-tawa, dua
orang itu menuju ke Wu-nian dengan amat cepatnya untuk menyerahkan
sumbangan korban kelaparan dan bahaya penyakit.
Sementara itu Tiang Le yang memang tidak bisa berenang. Terapung-apung di
tengah-tengah sungai menggapai-gapaikan tangannya ke arah gadis-gadis Sian-lipay yang sudah mendarat dan tengah menguras pakaiannya yang basah.
Dari seberang sungai nampak It-sianli berkata kepada sumoaynya jie-sianli
yang berjuluk Sianli-engPendekar Lengan Buntung - Halaman 195
yoza collection Ke tiga gadis itu mengakak geli mentertawakan It-sianli. Tak habis heran ke
tiganya ini mengapa sucinya yang terkenal galak kepada setiap lelaki, eh hari ini
demikian memperhatikan pemuda buntung itu. Sayang, kalau saja sucinya jatuh
cinta kepada pemuda lengan buntung yang meskipun kelihatan tampan, akan tetapi
tanpadaksa!! Meskipun hatinya kurang senang, Jie-sianli yang berjuluk Sianli-eng-cu
mengeluarkan cambuknya. Tiga kali cambuk yang panjang itu meluncur ke tengah
sungai dan dengan sabetan luar biasa, cambuk di tangan Sianli-eng-cu sudah
membelit tubuh Tiang Le dan dengan sekali sentak saja, tubuh Tiang Le melayang
ke darat jatuh tepat di depan It-sianli.
-eng-cu menggulung cambuknya dan
menyelipkan ke pinggangnya.
Itketiga sumoaynya yang sudah jalan duluan. Terdengar Sianli-eng-cu menggerutu:
saja si Buntung itu yang bikin gara-gara
sehingga kita kehilangan tiga kantong emas, laporkan saja kepada Sianli. Biar si
Sianli-toat-hun-kiam (bidadari pengejar nyawa) yang biasa dipanggil Sie-sianli
(bidadari keempat). Tiang Le tersenyum kepada gadis yang berkata tadi. Celaka, rupanya aku ini
yang hendak mereka jadikan kelinci percobaan. Sialan benar aku ini, bertemu
dengan gadis-gadis cantik berwatak seperti setan!
Demikianlah, sekarang dengan berjalan kaki Tiang Le digiring oleh ke empat
dara jelita dari Sian-li-pay ini, tanpa dapat meloloskan diri. Mengikuti saja ke mana
gadis ini membawanya! Setelah berhari-hari mereka menyusuri sungai, maka pada hari yang keempat
berlayarlah mereka berlima menyeberangi laut Po-hay, perahu yang sengaja dibeli
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 196
yoza collection oleh gadis-gadis ini untuk perjalanannya dari seorang nelayan. Akhirnya setelah
hampir senja barulah perahu mereka melewati laut Po-hay dan memasuki sebuah
telaga dan mendarat di sebuah pulau yang mereka namakan pulau bidadari di
tengah telaga. Pulau ini tidak berapa besar akan tetapi nampak indah sekali pemandangannya.
Di tengah-tengah pulau nampak sebuah taman, terdapat tiga buah pondok
peristirahatan Bu-tek Sianli. Bangunan-bangunan yang besar-besar berdiri dengan
megah dan mewahnya. Nampak di pantai telaga perahu-perahu kecil sebagai penghubung untuk
menyeberang melintasi laut Po-hay! Inilah pulau yang disebut pulau bidadari!
Tiang Le merasa heran dan kagum. Waktu mereka mendarat, dua sosok tubuh
-li-sie-cieTanpa berkata apa-apa lagi ke empat gadis itu berlari meninggalkan pantai.
Tiang Le berlari pula mengikuti gadis-gadis aneh itu. Begitu mereka tiba di pintu
gerbang, mereka disambut oleh sepasang bidadari cantik tanpa penutup muka lagi.
Amat cantik-cantik sekali gadis-gadis ini, patut menjadi bidadari-bidadari di sini,
pikir Tiang Le. Seorang dari ke dua gadis itu berlari masuk ke dalam melaporkan kepada Sianli
dan seorang lagi mengantarkan ke ruang dalam. Tiang Le digiring perlahan
memasuki pulau dengan perlahan, diiringi sepasukan dara-dara cantik dan oleh
empat orang dara yang masih menutup mukanya dengan kerudung.
Tak lama kemudian rombongan ini berhenti, dari depan nampak serombongan
dara-dara berjalan dengan cepat. Tiang Le belalakan mata memandang penuh
perhatian. Bukan main, entah dari mana Pay-cu Sian-li-pay ini mengumpulkan
gadis-gadis cantik seperti bidadari-bidadari turun dari kayangan! Ia melihat barisan
wanita-wanita muda cantik yang gagah sikapnya, memegang pedang telanjang di
tangan berjalan dengan teratur di kanan kiri.
Di tengah-tengah nampak berjalan seorang wanita tua yang berkulit agak
kehitaman dan pakaiannya biarpun terdiri dari sutera mahal, akan tetapi tidak
serasi dengan kulit tubuhnya yang kehitaman. Pakaiannya berkembang amat
menyolok dengan kulit hitam itu.
Akan tetapi meskipun nenek itu berpakaian yang aneh dan lucu, biarpun sudah
kelihatan tua dan penuh kerisut, nampak wajah yang agung itu berseri-seri
menyambut ke empat muridnya yang mendatangi. Tongkat yang berbentuk kepala
bidadari terpegang dalam genggaman tangan kanannya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 197
yoza collection Tempat itu kini penuh dengan anggota Sian-li-pay dan semua orang
memandang Tiang Le dengan penuh perhatian. Mereka bersikap hormat ketika Butek Sianli muncul, semua dara-dara jelita memberi hormat dengan berlutut, hanya
ke empat dara yang disebut Sianli-sie-cie-moay ini saja yang hanya
menganggukkan kepalanya sebagai ucapan menghormat.
Pandangan matanya Bu-tek Sianli untuk sejenak menjelajahi Tiang Le dari
rambut sampai ke kaki dan apabila terbentur oleh lengan buntung itu, si nenek
-li Paygara-coa- -tek bertanya dengan nada dingin.
-engsudah berhasil merampas limaribu tail emas itu, eh datang si buntung ini membawa
-kawan si buntung Nenek pay-cu Sian-li- -li-eng-cu membohong lagi.
Pandangan Bu-tek Sianli menyambar lengan buntung Tiang Le kemudian
temandia kepada Pay-cu Sianli, menanti keputusan Sianli tentang hukumannya dari Payterdengar angin berciutan ketika angin pukulan menyambar ke arah dada Tiang Le.
Pemuda ini kaget bukan main. Hebat pukulan ini, untung ia tidak dibelenggu
atau ditotok sehingga dengan cepat ia menggerakkan kaki melompat cepat ke kiri.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 198
yoza collection hancur berantakan. Wajah Tiang Le berubah. Ia maklum ketua Sian-li-pay ini
merupakan lawan yang berat, seorang yang amat lihay ilmunya.
Jilid 7 ETAN ! -tek Sianli memekik marah untuk yang
kedua kali tangannya bergerak, sekarang angin yang berciutan itu
menyambar ke arah leher Tiang Le.
Pemuda itu cepat mengelak, akan tetapi kurang cepat sehingga pundaknya
terhajar. Baiknya ia segera mengerahkan tenaga sakti di pundak, kalau tidak akan
remuk tulang-tulang pundaknya. Bergidik Tiang Le, hebat nenek ini, ganas dan lihay!
Melihat bahwa pemuda buntung ini dua kali dapat menghindari pukulannya, Butek Sianli jadi marah. Dengan keluarkan lengking panjang merupakan jeritan maut,
tangannya bergerak ke atas. Inilah sebuah jurus dari Ilmu pukulan Sin-kun-bu-tek
yang sudah dikenal oleh murid-muridnya.
Melihat bahwa Pay-cu nya hendak menggunakan jurus maut ini, It-sianli
menjadi pucat wajahnya, sekali berkelebat ia sudah berlutut di depan Bu-tek Sianli
-tek Sianli tergetar, memandang heran kepada murid pertamanya yang tengah tertunduk
berlutut. seperti itu.. . . , jangan Sianli.. . . kalau kau mau membunuh dia.. . . kau bunuhlah aku.. . .
Ke tiga muridnya yang lain menghampiri Pay-cu itu dan Sianli-eng-cu berkata:
-cu.. . . sudah kami duga bahwa enci Bwe Lan telah jatuh hati sama pemuda
buntung ini. Selama perjalanan, sikapnya selalu aneh! Hemm, benar apa kataku.. . .
-tek Sianli tajam. Akan tetapi aneh, sungguh membuat Tiang Le sendiri menjadi melengak tak
mengerti ketika gadis itu menyahut dengan suara yang pasti.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 199
yoza collection Terdengar suara mengikik dari ke tiga sumoaynya. Kedua kaki Tiang Le
bergetar. Benarkah itu suara yang keluar dari gadis yang bersuara merdu seperti
bidadari! -tek Sianli memerintah dan membalikkan
tubuhnya berjalan meninggalkan dara-dara Sin-li-pay ini.
Serombongan gadis memasuki gedung Sian-li-pay yang megah. Dari luar sudah
nampak tiga orang tetamu yang tengah mengobrol ditemani oleh gadis-gadis cantik
yang melayaninya. Mereka itu adalah Bong-goanswe, Hok Losu dan Leng Ek Cu yang
sudah lebih dulu sampai ke tempat itu.
Seperti telah kita ketahui di bagian depan, tiga orang sakti ini sengaja membawa
Sian Hwa, gadis tawanannya untuk diserahkan kepada Sian-li-pay. Tentu saja
karena mereka itu berjalan demikian cepat tidak berhenti-henti maka ia lebih pagi
datang ke tempat pulau bidadari ini!
Tiang Le memasuki ruangan itu, dan melihat seorang tua berpakaian jenderal,
dan seorang hwesio tua dan tokoh Kong-thong-pay yang tidak dikenalnya! Tiang Le
memandangnya acuh tak acuh.
It-sianli yang bernama Bwe Lan, berjalan di samping Tiang Le dengan wajah
ditundukkan. Melihat gadis itu meneteskan air mata, terharu juga hati Tiang Le,
entah perasaan apalagi yang mengaduk-aduk hatinya saat itu.


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di tengah-tengah ruangan itu nampak seorang gadis sebaya dengan wajah
tertutup sutera hitam. Ia tertotok di tengah-tengah ruangan. Menggeletak di situ.
Tentu saja karena gadis itu ditutup mukanya,
Tiang Le tidak mengenali gadis sumoaynya itu yang tak lain adalah Liem Sian
Hwa adanya. Kalau saja Sian Hwa tidak berkerudung mukanya, maka pasti Tiang Le
akan terkejut dan kebenaran melihat gadis itu berada di tempat itu, tetapi karena
Tiang Le tidak mengenali dan mengira bahwa gadis itu adalah salah seorang dari
anak buah Sian-li-pay yang berkerudung mukanya, maka iapun acuh tak acuh
terhadap gadis kerudung hitam yang menggeletak di tanah dalam keadaan tertotok.
Akan tetapi sebaliknya Sian Hwa dapat mengenal Tiang Le. Kalau ia tidak dalam
keadaan tertotok ingin sekali ia memanggilnya. Ingin sekali. Ah, lama sudah ia
mencari-cari pemuda ini, tidak disangkanya Tiang Le masih hidup, hidup dalam
keadaan buntung lengan kanannya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 200
yoza collection Terlalu memang Bwe Hwa, pikirnya, ia tak dapat banyak pikir sebab pada saat
itu nenek Bu-tek Sianli sudah duduk kembali di tempatnya dan memerintahkan Itsianli yang bernama Bwe Lan untuk maju k
Bwe Lan melangkah dengan perlahan. Sekali tongkat nenek itu bergerak,
kerudung muka Bwe Lan sudah terlepas, dan nampak sebuah wajah yang cantik
jelita. Halus dan putih. Bibirnya yang agak pucat itu indah sekali nongkrong di selasela mulutnya yang kecil bagus.
Mata yang bening itu berkilauan laksana mutiara, bertebaran tertimpa cahaya
matahari. Tiang Le yang melihat kecantikan Bwe Lan menjadi kagum dan entah
mengapa dadanya jadi bergetar lebih keras lagi. Nampak gadis jelita itu tertunduk.
yang kau lakukan setelah engkau melanggar sumpah Sian-limenyambar gadis yang tengah tundukkan kepala tetapi dengan cekatan tanpa
melihat tangan si gadis menyambar dan tahu-tahu pisau kecil itu telah ada di
tangannya. Pucat wajah-wajah dara-dara jelita yang hadir di tempat itu.
Sementara itu Tiang Le hanya menduga-duga saja dan tidak mengerti. Bong
Bong Sianjin, Hok Losu dan Leng Ek Cu, tenang-tenang saja melihat pertunjukkan
yang akan berlangsung ini, entah pertunjukkan apa, mereka ini tidak tahu!
-ragu untuk melaksanakan hukuman, apakah
tanganku sendiri yang harus melaksanakannya" Ang Hwa, coba kau sebutkan
hukum kelima dari Sian-liGadis yang dipanggil Ang Hwa adalah Sam-sianli, gadis yang bersenjata tongkat
di tangan menghampiri Pay-cu Sian-li-pay dan berkata dengan suara nyaring:
-murid Sian-li-pay yang melanggar yaitu yang telah
menjatuhkan hatinya kepada seorang pria, ia itu harus menjalani hukuman tusuk
belati dihadapan Pay-cu dan murid-murid Sian-li-pay! Sebaliknya bagi pihak pria
yang telah berani mencoba-coba merayu atau mencintai murid Sian-li-pay, harus
dihukum picis (hukum beset kulit) yang dilakukan oleh gadis yang mencintainya
peraturan se memandang Nenek Bu-tek Sianli.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 201
yoza collection Bong Bong Sianjin dan Hok Losu serta Leng Ek Cu sebaliknya tertawa senang
seakancukup streng Busalah satu dari peraturan di sini LengKemudian Nenek Sian-li Pay-cu menghampiri Tiang Le. Begitu cepat tongkat itu
bergerak sehingga tahu-tahu Tiang Le merasa tubuhnya demikian lemas dan
beberapa saat kemudian ia sudah jatuh menggeloso di tanah dalam keadaan
tertotok. -tek Sianli kepada gadis-gadis Sian-li-pay.
Dengan amat cekatan tiga orang gadis cantik menghampiri Tiang Le dan
menyeretnya ke belakang. Bwe Lan berlutut dan menangis di depan Bu-tek Sianli.
- iarlah teecu - teecu yang mati - pandangan basah dan sekali mengelebatkan pisau belati kecil berkelebat ke arah
lehernya sendiri. Terdengar bentakan marah dari Pay-cu Sian-li-pay, sinar hitam
menyambar memanjang dan tahu-tahu pisau belati kecil terlempar menimbulkan
suara berdenting nyaring.
tugasm Semakin deras air mata Bwe Lan mengalir, ia tak dapat berkata apa-apa lagi.
Pandangannya menantang tatapan tajam dari Bu-tek Sianli.
Melihat murid pertamanya memandang seperti ini, Bu-tek Sianli terkejut.
Biasanya tak pernah ada murid-murid yang berani melawan, Bwe Lan ini, terlalu!
BuBwe Lan mengangkat muka, memandang dengan mata basah.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 202
yoza collection -cu.. . teecu tidak membandel, tidak ingin melanggar perintahmu, akan tetapi
Pay, baik! Kalau kau tidak mau melakukan itu, sekarang aku kepingin lihat apakah kau sudah
kau takkan menghukum Tiang L
isaknya. -cu Sian-li-tek Sianli mendorong ke depan. Suara angin terdengar berciutan menyambar tubuh Bwe Lan
yang masih berlutut, amat dekat jaraknya.
Dan dapat dibayangkan apa yang terjadi kalau kepala yang tertunduk itu
dihantam pukulan dari atas yang beratnya lebih dari limaribu kati. Akan hancur
leburlah tubuh itu melesak ke tanah.
Memang bagi Bwe Lan tak mau ia melawan Pay-cu ini, ia mati tak mengapa.
Akan tetapi ia tak rela kalau Tiang Le mati oleh sebab peraturan gila di Sian-li-pay.
Maka itu ia tidak menangkis atau mengelak, membiarkan pukulan itu mampir di
atas kepalanya. Akan tetapi pada saat yang amat berbahaya bagi Bwe Lan tahu-tahu dengan
amat cepatnya sesosok tubuh berkelebat menyambar tubuh gadis yang masih
berlutut itu. Suara keras terdengar menggetarkan dinding tembok waktu pukulan
maut Bu-tek Sianli menghantam tanah tempat Bwe Lan berlutut tadi.
Terkejut dan heran sekali Nenek sakti ini melihat sesosok tubuh telah menolong
Bwe Lan. Ia menoleh ke kiri, dilihatnya yang menolong muridnya yang pertama itu
adalah gadis berkerudung hitam Liem Sian Hwa.
Meskipun hancur hatinya Sian Hwa mendengar pengakuan murid Sian-li-pay
yang terang-terangan mencintai Tiang Le, akan tetapi ia menjadi terharu juga
melihat gadis ini mau berkorban untuk Tiang Le, oleh sebab itu begitu ia terbebas
dari totokan dan mengerahkan tenaga saktinya, melihat nenek iblis ini begitu kejam
hendak menjatuhkan tangan maut kepada muridnya, dengan sekali enjot tubuh Sian
Hwa sudah berkelebat dan berhasil menolong gadis cantik murid Sian-li-pay ini!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 203
yoza collection putarkan di atas kepalanya, salah satu dari jurus-jurus Sin-kun-bu-tek menerjang
ke dua gadis ini. Sian Hwa berdiri di depan gadis Sian-liBwe Lan memandang gadis muka kerudung hitam ini.
mm, aku tahu aku takkan menang, tetapi nenek ini hendak membunuh kita,
mengapa aku tidak melawan" Biarpun nenek gila itu mempunyai kepandaian setan
Tiba-tiba angin besar menyambar. Cepat Sian Hwa mengelak sambil
mendorong tubuh Bwe Lan dari sambaran angin pukulan nenek Pay-cu Sian-li-pay
ini memang amat hebat, maka iapun lalu cepat menggerakkan kaki tangan
memainkan ilmu silat Tiang-pek-kiam-sut sambil mengerahkan tenaga sin-kang di
tangan kanan dan kiri membalas serangan-serangan nenek sakti Sian-li-pay ini.
Akan tetapi ia menjadi kaget setengah mati begitu merasa pukulan-pukulan
nenek ini terasa membawa hawa panas yang kadang-kadang melumpuhkan kedua
tangannya. Terkejutlah ia bahwa nenek Bu-tek Sianli ini demikian hebat!
Akan tetapi, Sian Hwa bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah murid kelima
dari Swie It Tianglo, ketua Tiang-pek-pay yang sakti, yang semenjak kecil telah
menggemblengnya dengan ilmu pedang Tiang-pek-kiam-sut yang terkenal.
Sedangkan kedua tangan dan kirinya mengeluarkan uap putih yang menyambarnyambar merupakan segulungan awan putih yang menggulung-gulung!
Bagaimanapun lihainya Sian Hwa, ia kini berhadapan dengan Bu-tek Sianli,
nenek sakti kepalan dewa tanpa tandingan yang telah kesohor pukulan-pukulan
tangan kanan dan kirinya. Sebentar saja Sian Hwa mulai terdesak hebat.
-tek Sianli membentak keras dan tahu-tahu tangan
kanannya mendorong mengeluarkan suara angin berciutan. Pada pukulan pertama
saja Sian Hwa sudah terhuyung-huyung, dan menghadapi pukulan tangan kiri yang
luar biasa ini, tak tahan ia begitu tangan kanannya bertemu terdengar suara keras.
ima meter. Tubuhnya membentur tiang dinding dengan amat keras sekali, untuk seketika ia menggigil
dan muntahkan darah segar.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 204
yoza collection Bu-tek Sianli yang sudah dibuat marah gadis muka kerudung hitam ini
menyerbu dengan tongkat di tangan. Tongkat bidadari berkelebat menyambar
kepala gadis ini. Terdengar jeritan Bwe Lan melihat Pay-cunya benar-benar hendak
membinasakan gadis yang telah menolongnya ini, sekali berkelebat ia sudah
mencabut sepasang pedangnya dan dengan cepat bagaikan kilat tongkat di tangan
Bu-tek Sianli sudah tertahan oleh jepitan sepasang pedang.
-tek Sianli menggeram saking marahnya.
-tek Sianli bergerak menyabet pinggang Bwe Lan, tentu saja ia mengenal jurus ini dan dengan
amat mudahnya ia miringkan tubuh ke belakang menghindarkan sabetan tongkat
yang menggeletar-menggeletar di tangan Bu-tek Sianli.
dibuat permainan oleh dua orang gadis muda yang menjengkelkan ini membuat
ujung tongkatnya bergetar-getar dan mengeluarkan suara bercuitan saking
kerasnya gerakan-gerakan tongkat itu.
Pada saat itu selagi Bwe Lan terdesak hebat oleh terjangan tongkat di tangan
ketua Sian-li-pay sebuah bayangan putih menyambar laksana kilat menyerbu ke
tengah-tengah pertempuran, sinar kilat hitam berkelebat dan tahu-tahu tongkat Butek Sianli sudah tertangkis oleh sebuah suling hitam di tangan seorang muda tinggi
kurus. Dan bersamaan dengan itu, seorang dara anggota Sian-li-pay berlari-lari
-cu! Pemuda lengan buntung hilang, ditolong oleh seoraag
pulau ini, janga -tek Sianli menatap pemuda tinggi
kurus yang bukan lain adalah Ho Siang adanya yang sudah mendarat ke pulau
bidadari bersama dengan Nyuk In.
Kalau Ho Siang menyerbu ke gedung Sian-li-pay ini, adalah Nyuk In begitu
melihat seorang pemuda buntung lengan kanannya diikat di tiang dengan baju luar
dibuka siap untuk dikuliti tubuhnya melaksanakan hukum picis. Dengan cepat tanpa
buang waktu lagi Nyuk In menggerakkan kipasnya. Dan betapapun lihay gadis-gadis
Sian-li-pay ini menghadapi dorongan angin pukulan yang menyambar dari kipas
hitam itu membuat mereka terhuyung mundur dengan sekali mengelebatkan pit
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 205
yoza collection panjang tahu-tahu tubuh Tiang Le telah bebas dari totokan dan terlepas dari ikatan
di tiang gantungan itu. Dengan cepat Tiang Le memakai bajunya dan maju menyerbu dara-dara Sianli-pay yang sedang mengeroyok Nyuk In. Hebat sekali sepak terjang Nyuk In ini,
kipas di tangan kanannya bergerak-gerak terbuka mengibaskan menimbulkan
gelombang angin pukulan yang dapat mementalkan pedang lawan. Dan beberapa
kali pit panjangnya itu bergerak, sebentar saja ke lima dara Sian-li-pay sudah
tertotok roboh, dan dengan cekatan Nyuk In menarik tangan Tiang Le dan berlarian
meninggalkan pulau. siasaja Nyuk In dan Tiang Le sudah sampai di pantai. Dua orang gadis Sian-li-pay
menerjang maju akan tetapi sekali kipas dan pit Nyuk In berkelebat dara-dara ini
juga sudah roboh dalam keadaan tertotok!
Nyuk In dan Tiang Le melompat ke dalam perahu, dan cepat-cepat mereka
mendayung ke tengah. Dari kejauhan berlari-larian dengan sangat cepatnya
serombongan gadis-gadis Sian-li-pay mengejar! Akan tetapi Nyuk In dan Tiang Le
sudah jauh meninggalkan pulau.
Sementara itu Ho Siang yang sudah berhasil menolong Bwe Lan dari serangan
tongkat maut nenek Bu-tek Sianli, berdiri dengan kaki terpentang lebar dan suling
hitam di tangan. Yang terkejut adalah Bong Bong Sianjin, Hok Losu dan Leng Ek Cu melihat
pemuda tinggi kurus ini. Hem, tidak tahunya orang ini mengikuti kami" pikir mereka.
Hok Losu, hwesio tua dari Siauw-lim-pay turun dari kursinya dan menghampiri
pemuda itu sambil mengomel
saja seperti orang-orang suci dan kepala dibotakin, percuma kalau hatimu melebihi
hati iblis yang banyak dipenuhi keinginan-taysuhu (guru besar), jangan turun tangan. Urusan ini adalah urusan rumah
tangga Sian-li-pay, biar aku yang memberi hukuman kepada bocah yang sudah
bosan hidup ini. Harap kau orang tua tidak mencapekan tangan.. . . biarlah orangorangku yang menghadapi pemuda gila ini. Hey, sam-sianli kalian bertiga hadapi
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 206
yoza collection -tek Sianli menghampiri B Tongkat di tangan Bu-tek Sianli terangkat.
Sekali mengenjot tubuh Ho Siang sudah berdiri lagi di depan Bu-tek Sianli, akan
tetapi tiga orang gadis murid-murid utama Bu-tek Sianli menerjang maju:
Hebat sekali serangan-serangan ke tiga orang gadis ini yang bermainkan
senjatanya berlainan. Sian-li-eng-cu menyerang dengan cambuk di tangan,
dibarengi dengan timpukan-timpukan sianli-tok-ciam (jarum beracun bidadari),
sedangkan gadis ketiga yang dijuluki sianli-sin-tung-hoat (bidadari tongkat sakti)
menerjang ganas dengan terjangan-terjangan tongkat mautnya yang kuat dan
menimbulkan suara angin bersiulan, sedangkan gadis keempat yang bermain toatbeng-kiam-sut lebih hebat dan ganas lagi. Pedang Toat-beng-kiam yang luar biasa
itu berkelebatan menyilaukan mata dan mengeluarkan cahaya aneh kehijauan!
Tentu saja menghadapi ke tiga gadis-gadis Sian-li-pay yang berkepandaian
tinggi, ia menjadi sibuk bukan main. Suara mengaung yang terdengar dari ujung
suling menggetarkan ruangan di situ. Membuat Bu-tek Sianli memandang
keheranan dan mengalihkan pandangan kepada Hok Losu, yang tersenyum lebar
pemuda itu menghindari serangan-serangan dari ke tiga murid-muridnya membuat
Nenek Bu-tek Sianli ini teringat sekarang akan seorang pertapa di lndia yang
bernama Nakayarvia. Hmm, kalau pemuda ini sudah sampai ke tempat ini, sangat berbahaya sekali
kedudukan pulaunya, entah siapakah yang memberi tahu letak pulau bidadari ini.
Diam-diam Bu-tek Sianli menjadi marah kepada Bwe Lan muridnya yang
dianggapnya telah murtad dan merendahkan partainya yang telah begitu gila untuk
mencintai pemuda lengan buntung.
Kalau seandainya pemuda bersuling ini yang dicintai oleh Bwe Lan, hemm,
betapapun ia akan pikir-pikir! Akan tetapi Bwe Lan mencintai pemuda lengan
buntung yang kelihatannya lemah itu. Amat memalukan benar!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 207
yoza collection Saking marahnya ia tanpa terasa lagi Bu-tek Sianli menghampiri Bwe Lan dan
-sungguh kau mencintai pemuda buntung yang
bernam Melihat betapa Pay-cu ini berkata dengan lembut dan tidak marah seperti tadi,
Kulihat pemuda yang bermain suling hebat sekali kepandaiannya, kalau kau
mengalihkan cintamu terhadapnya.. . . tentu akan kupikirng kau cintai, mengapa si
Bwe Lan terdiam. Hatinya tegang.
Bwe Lan meooleh ke arah Pay-cu Sian-li-pay.
tongkat di tangan Bu-tek Sianli berkelebat menyabet dengan gerakan kilat.
Bwe Lan terkejut bukan main, cepat ia miringkan kepala ke samping
menghindari sabetan tongkat yang meluncur di atas kepalanya. Akan tetapi begitu
cepatnya tongkat itu bergerak, tak urung pundak kirinya terserempet tongkat dan
Bwe Lan terjengkang sambil mendekap dadanya yang terasa amat sakit dan nyeri.
Dengan menyeringai laksana iblis yang haus darah, Nenek Bu-tek Sianli
menerjang lagi. Bwe Lan mencelat ke atas dan mencabut sepasang pedangnya.
-tek Sianli bertanya geram.
berkata lemah. Pundak kirinya terasa nyeri sampai ke jantung. Tahulah ia bahwa pukulan
tongkat nenek tadi telah melukai pundaknya dan jantungnya tergetar. Rasanya ingin
ia muntah, akan tetapi cepat ia mengerahkan lwekang ke dada dan jantung untuk
tidak muntahkan darah! Merah wajah nenek Bu-tek Sianli ini melihat muridnya telah mencabut
sepasang pedangnya. Dengan menggeram keras ia hendak menerjang maju,
tangannya diputar di atas kepala. Jurus sin-kun-bu-tek (kepalan sakti tanpa
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 208
yoza collection Dari arah pintu berjalan seorang kakek tua sambil menyeringai membawa
sebuah dayung besar yang diseret di atas tanah sehingga menimbulkan bekas
pada jubin-jubin di tanah. Dan di belakangnya berjalan seorang pemuda tampan,
tinggi tegap, berpakaian sederhana. Dia itulah Kong Hwat dan gurunya Koay Lojin
(Kakek Aneh)! gila! Apa-apaan kau hendak mengemplang kepala muridmu sendiri.


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benar-benar kau sudah gendeng. Heng San sahabatku sudah kau buntungi.. . . , eh,
sekarang kau mau mengemplang kepala murid sendiri.. . . memang kalian ini orangBukan saja Bu-tek Sianli yang terkejut melihat kakek yang berbicara nggak
keruan ini, juga Bong Bong Sianjin, Hok Losu dan Leng Ek Cu sampai berdiri dari
tempat duduknya. Orang itu yang membawa dayung tentu saja mereka kenal. Koay
Lojin! Kakek gila dari gunung Fu-niu yang terkenal!
-orang gila dari kotaraja juga hadir di sini, eh, itu
si botak hwesio dari Siauwada pesta ya, hey, Kong Hwat biar kita menamu di sini, kita sikat makanannya.. . . he
Koay Lojin menjura kepada Bu-tek Sianli dengan kedua tangan terangkat di
ng melihat Sian Hwa menggeletak dekat
tiang penglari cepat mendekati gadis itu dan memeriksa.
Memang Sian Hwa sedang pingsan akibat muntahkan darah terlalu banyak tadi.
Melihat gadis itu hanya pingsan saja dan tidak terluka berat, cepat Kong Hwat
menotok Sian Hwa, untuk beberapa detik kemudian Sian Hwa sadar dari
pingsannya. Dilihatnya pemuda bersuling masih seru dikeroyok tiga orang gadis Sian-li-pay.
Melihat betapa di situ muncul Koay Lojin dan Kong Hwat, cepat Ho Siang
memainkan sulingnya lebih cepat lagi gerakan-gerakan kilatnya bagaikan guntur
tahu-tahu tiga gadis itu sudah terlempar ke belakang dengan senjata terlepas dari
pegangan. Bu-tek Sianli terkejut sekali melihat gerak yang aneh ini, sampai ke tiga
tamunyapun memandang dengan mata terbelalak.
-lim-pay, kalau tidak memandang dengan tuan rumah ingin sekali ia memuji kehebatan
suling pemuda itu! Memang sudah menjadi lazim bagi tokoh-tokoh kang-ouw
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 209
yoza collection apabila melihat ilmu silat aneh dan luar biasa, timbul dihatinya, untuk mencobanya
seperti Hok Losu ini. Sementara itu melihat betapa tiga orang dara Sian-li-pay tidak lagi
menyerangnya, cepat Ho Siang menghampiri Sian Hwa dan Bwe Lan sambil
Lan. itu, tentu sudah dapat lolos meninggalkan pulau bersama kawanku, hayo kita keluar!
Sian Hwa berjalan dengan terhuyung-huyung! Cepat Bwe Lan menggandengnya
keluar. Akan tetapi beberapa bayangan berkelebat dan tahu-tahu Bu-tek Sianli, Bong
Bong Sianjin, Hok Losu dan Leng Ek Cu sudah menghadang di depannya.
-main sama orang nya dan tahu-tahu tubuh Ho Siang, Bwe Lan dan Sian Hwa terpental jauh dan bergulingan keluar. Daradara bidadari mengejar keluar, akan tetapi begitu kedua tangan Koay Lojin bergerak
entah bagaimana caranya lima dara Sian-li-pay melayang kembali ke tempat
semula! Kong Hwat mengejar tiga orang muda yang berlarian ke pantai. Beberapa dara
mengejarnya, akan tetapi begitu mereka menyerang, tangan Ho Siang bergerak dan
tahu-tahu ke tiga dara Sian-li-pay sudah roboh tertotok.
Kong Hwat mendorong perahu besar, perahu yang tinggal satu-satunya di pulau
itu. Ho Siang, Sian Hwa dan Bwe Lan melompat ke dalam perahu! Dengan sekali
dorong perahu itu sudah meluncur cepat sekali meninggalkan pulau. Melihat betapa
di pulau itu tidak ada perahu, cemas hati Ho Siang mengingat Koay Lojin yang
masih tertinggal di gedung Sian-li-pay.
Ho Siang. setan air sudah barang tentu dapat
mengatasi kesulitannya. Eh, twako, kau hebat permainan sulingmu membuat aku
dua orang gadis yang belum diketahui namanya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 210
yoza collection Siang twako, kau sudah menolong kami. Namaku Bwe Lan, tidak mempunyai she
Dan dengan amat cekatan ia memeriksa Sian Hwa. Sudah tentu sebagai murid
Nakayarvia pertapa dari India sedikit banyak Ho Siang dapat mengerti hal
pengobatan luka atau luka-luka yang beracun dan begitu ia memeriksa luka di
pundak Sian Hwa ia tersenyum sambil berkata,
g mengeluarkan sebuah pil merah diberikan kepada Sian Hwa.
Demikian juga luka di pundak Bwe Lan. Hampir serupa dengan yang dialami
oleh Sian Hwa, akan tetapi Bwe Lan tidak begitu menguatirkan. Sin-kang di tubuhnya
lebih matang dari Sian Hwa dan dengan dorongan tenaga sakti itu sebetulnya iapun
dapat menyembuhkan lukanya, akan tetapi ia menerima saja pil yang diberikan Ho
Siang dan menelannya. Akan tetapi belum lama mereka meninggalkan pulau, tiba-tiba sebuah perahu
Kitab Pusaka 2 Pendekar Bodoh 1 Tongkat Dewa Badai Mutiara Hitam 12

Cari Blog Ini