Sherlock Holmes - Lembah Ketakutan Bagian 1
Sir Arthur Conan Doyle Lembah Ketakutan Download Ebook Jar LAinnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
BAGIAN 1 Tragedi Birlstone BAB 1 Peringatan "AKU ingin berpikir " kataku.
"Seharusnya aku berbuat begitu juga," kata Sherlock Holmes, mengomentari dengan tidak
sabar. Aku yakin aku adalah salah satu makhluk hidup yang paling tahan banting, tapi kuakui aku
jengkel juga mendengar selaannya yang sinis tersebut.
"Sungguh, Holmes," kataku pedas, "kau terkadang agak keterlaluan."
Ia terlalu tenggelam dalam pikiranny sendiri untuk segera bereaksi terhadap omelanku. Ia
menumpukan diri pada tangannya sarapan di hadapannya tidak disentuh, dan menatap sehelai kertas
yang baru saja dikeluarkannya dan dalam amplop. Lalu ia mengambil amplopnya, mengacungkannya
ke arah cahaya, dan dengan hati-hati mempelajari bagian luar dan tutupnya.
"Ini tulisan Porlock," katanya sambil berpikir. "Aku hampir pasti kalau ini tulisan Porlock,
walaupun baru dua kali melihatnya sebelum ini. Huruf Yunani e dengan lengkungan atasnya yang unik
sangat khas. Tapi kalau ini tulisan Porlock, pasti masalahnya amat sangat penting."
Ia berbicara lebih pada diri sendiri daripada padaku, tapi kejengkelanku sirna karena rasa
penasaranku bangkit mendengarnya.
"Siapa Porlock, kalau begitu"" tanyaku.
"Porlock, Watson, adalah nom de plume, sekadar identitas. Tapi di belakangnya terdapat
kepribadian yang berubah-ubah dan licin. Dalam surat sebelumnya ia terang-terangan memberitahuku
bahwa nama itu bukan nama aslinya, dan menantangku untuk melacaknya di antara jutaan penduduk
kota besar ini. Porlock penting, bukan bagi dirinya, tapi bagi orang besar yang berhubungan
dengannya. Bayangkan dirimu sebagai seekor ikan pilot bersama ikan hiu, jackal dengan singa apa
pun yang tidak berarti tapi berdampingan dengan sesuatu yang menakutkan. Bukan hanya menakutkan,
Watson, tapi juga berbahaya berbahaya pada tingkat yang tertinggi. Karena itulah ia menarik
perhatianku. Kau pernah mendengarku bicara tentang Profesor Moriarty""
"Penjahat ilmiah yang terkenal, terkenal di kalangan penjahat seperti "
3 "Memalukan sekali, Watson!" gumam Holmes dengan nada merendahkan.
"Aku mau mengatakan, seperti ia tidak dikenal di masyarakat."
"Bagus! Bagus sekali!" seru Holmes. "Kau mulai mengembangkan selera humor yang tidak
terduga, Watson, yang harus kuwaspadai. Tapi menyebut Moriarty penjahat sama seperti mencemarkan
nama baik dan di sanalah letak kehebatannya! Perencana terhebat sepanjang masa, organisator setiap
kejahatan, otak pengendali dunia bawah tanah, otak yang bisa membentuk atau mengacaukan nasib
negara-negara itulah orangnya! Tapi ia begitu jauh dari kecurigaan masyarakat, begitu kebal dari
kritik, begitu mengagumkan dalam pengelolaan dan penjagaan diri sehingga untuk kata-kata yang baru
saja kau ucapkan, ia bisa menyeretmu ke pengadilan dan menguras pensiunmu selama setabun sebagai
ganti rugi atas pencemaran nama baiknya. Bukankah ia penulis The Dynamics of an Asteroid, buku
berisi matematika murni yang begitu hebat sehingga katanya tidak ada orang di kalangan pers ilmiah
yang mampu mengkritiknya" Orang ini yang hendak difitnah" Dokter bermulut kotor dan profesor
yang difitnah itulah peran kalian masing-masing! Jenius, Watson. Tapi memang kalau aku harus
berteman dengan orang yang lebih rendah darimu, riwayat kita pasti akan segera tamat."
"Izinkan aku melihat saat itu!" seruku keras. "Tapi kau tadi sedang membicarakan orang
bernama Porlock ini."
"Ah, ya orang yang mengaku bernama Porlock ini merupakan mata rantai dalam rangkaian
keterkaitan yang lebih besar. Antara kita saja, Porlock bukanlah mata rantai yang kuat. Ia satu-satunya
kelemahan dalam rantai itu, sepanjang yang bisa kuuji hingga sekarang."
"Tapi mata rantai yang lemah akan melemahkan seluruh rantai."
"Tepat sekali, Watson yang baik! Oleh karena itu posisi Porlock sangat penting. Dipacu
keinginan lemah unt uk bertindak benar dan didorong lembaran sepuluh pound yang sesekali dikirimkan
kepadanya melalui metode yang cerdik, ia pernah satu atau dua kali memberiku infbrmasi tentang apa
yang akan terjadi, informasi yang bernilai tinggi bernilai tertinggi karena mengantisipasi dan
mencegah kejahatan, bukan membalas. Aku tidak ragu, kalau kita memiliki pemecah sandinya, kita
akan mendapati bahwa bentuk komunikasi ini pun sesuai dengan yang kukatakan tadi."
Sekali lagi Holmes meratakan kertas itu di piringnya yang tidak digunakan. Aku beranjak
bangkit dan, sambil membungkuk di belakangnya, menatap tulisan misterius tersebut, yang berbunyi
sebagai berikut: 4 534 C2 13 127 36 31 4 17 21 41 DOUGLAS 109 293 5 37 BIRLSTONE 26 BIRLSTONE 9 127 171
"Apa pendapatmu, Holmes""
"Jelas sekali ini usaha untuk menyampaikan informasi
rahasia." "Tapi apa gunanya pesan sandi tanpa pemecah
sandinya"" "Dalam hal ini, sama sekali tidak ada."
"Kenapa kau mengatakan 'dalam hal ini'""
"Karena banyak sandi yang bisa kupecahkan semudah
membaca apocrypha di kolom berita orang hilang. Hal-hal
kasar semacam itu bisa menghibur otak tanpa melelahkannya.
Tapi ini berbeda. Ini jelas merupakan referensi terhadap kata-kata di sebuah halaman buku. Sebelum aku diberitahu halaman
mana dan buku apa, aku tidak bisa berbuat apa-apa."
"Tapi kenapa ada tulisan 'Douglas' dan 'Birlstone'""
"Jelas karena kata-kata itu tidak ada di halaman yang
bersangkutan." "Kalau begitu kenapa ia tidak menunjukkan bukunya""
"Kecerdasan alamiahmu, Watson, kepintaran yang dikagumi teman-temanmu, jelas tidak akan
membuatmu memasukkan pesan dan pemecah sandinya ke dalam amplop yang sama. Seandainya surat
tersebut salah kirim, sandimu akan seketika terbongkar. Kenyataan yang ada sekarang, harus terjadi
kesalahan yang sama terhadap kedua-duanya sebelum pesan tersandi itu bisa merugikan siapa pun.
Kiriman pos kedua kita sekarang sudah terlambat, dan aku pasti terkejut kalau tidak menerima surat
berisi penjelasan atau, yang lebih mungkin, buku yang menjadi pemecah sandi ini."
Perhitungan Holmes terbukti sewaktu beberapa menit kemudian muncul Billy si pelayan,
sambil membawa surat yang kami nantikan.
"Tulisannya sama," kata Holmes sambil membuka amplopnya, "dan ditandatangani,"
tambahnya dengan penuh semangat saat membuka lipatan surat. Ayo kita mulai mendapat kemajuan,
5 Watson." Tapi alisnya berkerut saat ia mulai membaca isinya.
"Wah, wah, ini sangat mengecewakan! Watson, aku khawatir semua harapan kita ternyata sia-sia. Aku yakin orang bernama Porlock ini tidak akan menimbulkan bahaya
"'Dear Mr. Holmes,'" katanya, "'aku tidak akan melanjutkan masalah ini lebih jauh. Terlalu
berbahaya ia mencurigai diriku. Aku bisa melihat kalau ia mencurigai diriku. Ia mendatangiku secara
tidak terduga sesudah aku menuliskan alamat di amplop ini dengan niat mengirimkan pemecah
sandinya kepadamu. Aku berhasil menutupinya. Kalau ia sudah melihatnya, situasiku pasti sangat sulit.
Tapi aku membaca kecurigaan dalam pandangannya. Harap bakar pesan tersandinya, yang sekarang
tidak berguna lagi bagimu. Fred Porlock.'"
Holmes duduk diam sambil mempermainkan surat tersebut selama beberapa saat, dan
mengerutkan kening, sambil menatap perapian.
"Bagaimanapun juga," katanya pada akhirnya, "mungkin tidak ada apa-apa. Mungkin hanya
perasaan bersalahnya. Karena mengetahui dirinya pengkhianat, ia mungkin membaca adanya tuduhan
dalam pandangan orang lain."
"Orang lain itu, kuduga, Profesor Moriarty."
"Pasti! Kalau ada orang dari pihak sana bicara tentang 'ia', kau tahu siapa yang mereka maksud.
Hanya ada satu 'ia' yang menonjol bagi mereka semua."
"Tapi apa yang bisa dilakukannya""
"Hmm! Itu pertanyaan besar. Kalau kau berhadapan dengan salah satu orang terpandai di Eropa
dan dia didukung semua kekuatan kegelapan, kemungkinannya sangat tidak terbatas. Pokoknya,
Porlock ini jelas ketakutan setengah mati coba bandingkan
tulisan di surat dengan yang di amplop
yang menurutnya ditulis sebelum kunjungan yang menakutkan itu. Di amplop tulisannya jelas dan
tegas. Di surat hampir-hampir tidak bisa dibaca."
"Kalau begitu, kenapa ia menulis surat segala" Kenapa ia tidak melupakan semuanya saja""
"Karena ia takut aku akan menyelidiki dirinya, dan mungkin akan membawa masalah baginya."
"Tidak ragu lagi," kataku. "Tentu saja." Kuambil pesan tersandinya dan mengamatinya dengan
teliti. "Memikirkan bahwa ada rahasia penting yang tersembunyi di sini, yang mustahil untuk
dipecahkan, bisa menyebabkan orang jadi sinting."
6 Sherlock Holmes telah mengesampingkan sarapannya yang tidak tersentuh dan menyulut pipa
yang merupakan pendampingnya saat berpikir keras. "Aku penasaran!" katanya, sambil menyandar ke
kursi dan menatap langit-langit. "Mungkin ada hal hal yang terlewatkan oleh kecerdasan Machiavelli-mu. Coba kita pertimbangkan masalah ini dengan menggunakan logika murni. Orang ini menggunakan
sebuah buku. Itu titik awal kita."
"Titik awal yang lemah."
"Mari kita lihat apakah kita bisa memperkecil kemungkinannya. Kalau kupusatkan pikiranku
pada masalah ini, rasanya kita bisa memecahkannya. Apa indikasi yang ada tentang buku ini""
"Tidak ada." "Well, well, jelas tidak seburuk itu. Pesan tersandi ini dimulai dengan angka 534 yang besar,
bukan" Kita boleh beranggapan bahwa 534 adalah halaman yang dimaksud sebagai pemecah sandinya.
Jadi buku yang kita cari tebal, itu jelas merupakan petunjuk. Indikasi apa lagi yang kita miliki
mengenai buku yang tebal ini" Sandi berikutnya adalah C2 Apa pendapatmu mengenai sandi ini,
Watson"" "Tidak ragu lagi, chapter bab dua."
"Bukan itu, Watson. Aku yakin kau pasti setuju bahwa dengan memberitahukan nomor
halamannya, bab keberapa menjadi tidak penting. Juga kalau halaman 534 masih termasuk dalam bab
kedua, panjang bab pertamanya pasti sangat luar biasa."
"Column kolom!" seruku.
"Cemerlang, Watson. Kau benar-benar luar biasa pagi ini. Kalau ini bukan kolom, berarti aku
tertipu habis-habisan. Jadi sekarang kau lihat, kita mulai membayangkan sebuah buku yang tebal,
dicetak dengan kolom ganda, yang masing-masing cukup panjang, karena salah satu kata diberi angka
dua ratus sembilan puluh tiga dalam dokumen ini. Apakah kita sudah mencapai batas logika""
"Rasanya begitu."
"Jelas kau sudah tidak adil pada dirimu sendiri. Satu hal lagi, Watson! Seandainya bukunya
merupakan buku langka, ia pasti sudah mengirimkannya kepadaku. Tapi sebaliknya, sebelum ren-cananya berantakan, ia berniat untuk mengirimkan petunjuk mengenai bukunya melalui surat yang
kedua ini. Ia mengatakan begitu dalam suratnya Hal ini tampaknya menunjukkan kalau buku tersebut
pasti bisa kutemukan dengan mudah. Ia memilikinya dan ia membayangkan aku juga memilikinya.
7 Pendeknya, Watson, buku ini sangat umum."
"Apa yang kaukatakan jelas masuk akal."
"Jadi kita sudah membatasi bidang pencarian kita ke sebuah buku yang tebal, dicetak dengan
kolom ganda, dan sangat umum digunakan."
"Alkitab!" seruku dengan penuh kemenangan. "Bagus, Watson, bagus! Tapi, kalau boleh
kukatakan, masih kurang! Kalaupun aku menerima pujian itu untuk diriku sendiri, sulit sekali bagiku
untuk membayangkan buku lain yang lebih mustahil untuk berada di dekat salah satu rekan Moriarty.
Lagi pula, edisi Alkitab begitu banyak sehingga kurasa sulit bagi dua buku untuk dicetak dengan tata
letak yang sama persis. Ini jelas buku yang sudah distandarisasi. Ia mengetahui dengan pasti kalau
halaman 534 di bukunya akan tepat sama seperti halaman 534 di bukuku."
"Tapi jarang sekali ada buku-buku yang bisa sama seperti itu."
"Tepat sekali. Justru faktor inilah yang menyelamatkan kita. Pencarian kita sudah dipersempit
ke buku-buku terstandarisasi yang mungkin dimiliki setiap orang."
"Bradshaw!" "Ada kesulitannya, Watson. Perbendaharaan kata Bradshaw tegang dan tegas, tapi terbatas.
Pemilihan kata-kata nya rasanya mustahil bisa membuat pembaca menangkap pesan umumnya. Kita
dapat mengesampingkan Bradshaw. Aku khawatir kamus juga tidak bisa diperhitungkan dengan alasan
yang sama. Lalu apa yang tersisa kalau begitu""
"Almanak!" "Bagus sekali, Watson! Aku pasti sudah melakukan kekeliruan besar kalau tebakanmu tidak
benar Almanak! Coba kita pertimbangkan Whitaker's Almanack. Almanak itu banyak digunakan.
Jumlah halamannya cukup besar. Cetakannya menggunakan kolom ganda. Sekalipun perbendaharaan
katanya agak terbatas pada awalnya, kalau tidak salah ingat, pada bagian akhirnya cukup banyak." Ia
mengambil buku tersebut dari mejanya. "Ini halaman 534, kolom kedua, bagian yang membahas
perdagangan dan sumber-sumber daya di India Inggris. Catat kata-katanya, Watson! Kata ketiga belas
adalah 'Mahratta'. Sayangnya bukan awalan yang terlalu menjanjikan. Kata keseratus dua puluh tujuh
adalah 'Pemerintah', yang cukup masuk akal, sekalipun agak tidak relevan bagi kita dan Profesor
Moriarty. Sekarang kita coba lagi. Apa yang dilakukan Pemerintah Mahratta" Wah! Kata berikutnya
adalah 'bulu-babi'. Kita keliru, Watson! Pemecahannya salah!"
8 Ia berbicara dengan penuh semangat, tapi kerutan di alisnya yang lebat menunjukkan
kekecewaan dan kejengkelannya. Aku duduk dengan perasaan tidak berdaya dan tidak senang, menatap
perapian. Kesunyian yang panjang tiba-tiba dipecahkan seruan Holmes, yang melesat ke lemari,
mengambil buku kedua yang telah menguning sampulnya.
"Kita kena batunya, Watson, karena terlalu
mengikuti perkembangan!" serunya. "Kita sudah mendului
zaman, dan mendapat hukuman yang biasa. Karena
sekarang sudah tanggal tujuh Januari sudah sewajarnya kita
mengambil almanak yang baru. Besar kemungkinan kalau
Porlock menulis pesannya berdasarkan edisi yang lama.
Tidak ragu lagi kalau ia pasti akan memberitahukannya
dalam surat yang seharusnya ditulisnya. Sekarang coba
lihat apa yang ada di halaman 534. Kata ketiga belas adalah
'There,' yang lebih menjanjikan. Kata keseratus dua puluh
tujuh adalah 'There is' Mata Holmes berkilau-kilau
penuh semangat, dan jemarinya yang kurus dan gugup
bergerak-gerak saat ia menghitung kata-katanya
"'bahaya.'" Ha! Ha! Berhasil! Catat, Watson. 'Ada bahaya yang akan segera datang.' Lalu tertulis nama
'Douglas' 'kaya' pedalaman sekarang di Birlstone House Birlstone kerahasiaan
mendesak.' Selesai, Watson! Apa pendapatmu mengenai logika murni dan hasilnya" Kalau saja
pedagang sayuran menjual mahkota daun salam, aku pasti menyuruh Billy untuk membelinya."
Aku menatap pesan aneh yang kutulis, sementara ia memecahkan sandinya, di atas sehelai
kertas di pangkuanku. "Cara yang aneh dan kacau untuk menyampaikan maksudnya!" kataku.
"Sebaliknya, ia justru cukup hebat," kata Holmes. "Kalau kau mencari sebuah kolom berisi
kata-kata yang kaubutuhkan untuk mengatakan maksudmu, sulit sekali untuk mendapatkan semua kata
yang kauperlukan. Kau terpaksa membiarkan sebagian pesanmu tergantung pada kecerdasan penerima
suratmu. Maksudnya cukup jelas. Ada kejahatan yang direncanakan terhadap seseorang bernama
Douglas, siapa pun ia yang adalah seorang hartawan di pedalaman. Ia yakin ia menggunakan kata
9 'confidence' karena tidak menemukan kata 'confident' urusan ini mendesak. Itu hasilnya, dan benar-benar analisis yang teliti!"
Holmes memancarkan kegembiraan seniman sejati yang menghasilkan karya yang lebih baik
sama seperti kedukaannya bila hasilnya tidak sesuai harapan. Ia masih tertawa karena keberhasilannya
sewaktu Billy membuka pintu dan Inspektur MacDonald dari Scotland Yard dipersilakan masuk.
Saat itu merupakan awal tahun delapan puluhan, dan Alec MacDonald masih jauh dari
ketenaran nasional yang sekarang diraihnya. Ia anggota muda tapi tepercaya dari satuan detektif, yang
berhasil mencatat prestasi dalam sejumlah kasus
yang ditanganinya. Sosoknya yang jangkung dan
langsing menunjukkan kekuatan fisik yang luar biasa, sementara kepalanya yang besar serta matanya
yang dalam menunjukkan kecerdasan yang memancar dari balik alis matanya yang lebat. Ia pria
pendiam, teliti, dengan sifat muram dan aksen Aberdeen yang kentara.
Holmes sudah dua kali membantunya meraih keberhasilan sepanjang kariernya dengan imbalan
semata-mata kebahagiaan karena berhasil memecahkan kasus-kasus tersebut. Untuk alasan inilah orang
Skotlandia tersebut sangat sayang dan hormat pada kolega amatirnya, dan ia menunjukkannya dengan
bersikap jujur saat mengkonsultasikan setiap kesulitannya dengan Holmes. Orang yang rata-rata
biasanya tidak mengakui ada yang lebih hebat daripada dirinya sendiri tapi orang berbakat seketika
mengenali kejeniusan. Dan MacDonald cukup berbakat dalam profesinya untuk memungkinkannya
menerima kenyataan bahwa meminta bantuan seseorang yang telah terkenal di Eropa bukanlah
tindakan yang hina. Holmes tidak mudah membina persahabatan, tapi cukup toleran terhadap pria
Skotlandia bertubuh besar tersebut, dan tersenyum saat melihatnya datang.
"Kau rajin sekali bekerja, Mr. Mac," katanya. "Kuharap kau berhasil mencapai tujuanmu. Tapi
aku khawatir kunjunganmu sepagi ini berarti ada yang tidak beres."
"Akan lebih sesuai dengan kenyataan kalau kau mengatakan 'harap' dan bukannya 'khawatir,'
Mr. Holmes," jawab inspektur tersebut sambil tersenyum. "Well, mungkin sedikit minuman bisa
mengusir dinginnya pagi. Tidak, aku tidak merokok, terima kasih. Aku harus bergegas karena jam-jam
awal sebuah kasus sangat berharga sebagaimana yang lebih kauketahui daripada orang lain. Tapi tapi
" Inspektur tersebut tiba-tiba berhenti, dan tertegun menatap kertas di meja. Kertas yang tadi
kutulisi pesan membingungkan tersebut.
10 "Douglas!" serunya. "Birlstone! Apa ini, Mr. Holmes" Bung, ini sihir! Dari mana kau
mendapatkan nama-nama itu""
"Ini sandi yang Dr. Watson dan aku pecahkan. Tapi kenapa ada apa dengan nama-nama ini""
Inspektur tersebut menatap kami bergantian dengan pandangan tertegun. "Hanya saja," katanya,
"Mr. Douglas dari Birlstone Manor telah dibunuh secara brutal semalam!"
11 BAB 2
Sherlock Holmes - Lembah Ketakutan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pidato Ilmiah Mr. Sherlock Holmes
INI adalah salah satu saat dramatis yang sangat disukai temanku. Berlebihan jika kukatakan ia
shock atau bahkan bersemangat mendengar pernyataan yang luar biasa tersebut. Dengan tidak
menunjukkan emosi sedikitpun dalam ketenangannya yang aneh, ia jelas telah kebal akibat rangsangan
berlebihan dalam waktu yang lama. Sekalipun begitu, kalau emosinya telah tumpul, persepsi
kecerdasannya sangat aktif. Karena itu di wajahnya tidak ada tanda-tanda kengerian yang kurasakan
saat mendengar pernyataan singkat tersebut. Wajah Holmes memancarkan ketenangan dan ketertarikan
seorang ahli kimia yang menyaksikan kristal-kristalnya menempati posisi yang tepat akibat proses
kimiawi. "Luar biasa!" katanya. "Luar biasa!"
"Kau tampaknya tidak terkejut."
"Tertarik, Mr. Mac, tapi tidak terkejut. Kenapa aku harus terkejut" Aku menerima surat anonim
dari tempat yang kutahu penting, memperingatkan diriku akan bahaya yang mengancam orang tertentu.
Dalam satu jam aku mengetahui bahwa bahaya itu telah terwujud dan orang itu sudah tewas. Aku
tertarik tapi, sebagaimana yang kau amati, tidak terkejut."
Dengan beberapa kalimat singkat ia menjelaskan pada Inspektur mengenai fakta tentang surat
dan pemecah sandinya. MacDonald duduk dengan menumpukan dagu ke tangan dan alisnya yang lebat
berkerut hebat. "Aku hendak pergi ke Birlstone pagi ini," katanya. "Aku datang untuk menanyakan apakah kau
mau ikut bersamaku kau dan temanmu ini. Tapi dari apa yang kaukatakan, mungkin kita lebih baik
bekerja di London." "Kurasa tidak," kata Holmes.
"Tunggu dulu, Mr. Holmes!" seru inspektur tersebut. "Koran-koran akan memuat misteri
Birlstone sec ara besar-besaran dalam satu atau dua hari, tapi di mana misterinya kalau ada orang di
London yang meramalkan kejahatan itu sebelum terjadi" Kita hanya perlu menangkap orang itu, dan
sisanya akan tertangkap dengan sendirinya."
12 "Tidak ragu lagi, Mr. Mac. Tapi bagaimana caramu menangkap orang yang mengaku bernama
Porlock"" MacDonald membalik surat yang diberikan Holmes kepadanya.
"Cap pos Camberwell itu tidak banyak membantu kita. Namanya, katamu tadi, palsu. Jelas
tidak banyak yang bisa digunakan sebagai awalan. Tadi kau mengatakan mengiriminya uang""
"Dua kali." "Bagaimana caranya""
"Dalam bentuk uang kertas ke kantor pos Camberwell."
"Apakah kau sudah menyelidik untuk mengetahui siapa yang mengambil uang itu""
"Tidak." Inspektur tersebut tampak terkejut dan agak shock. "Kenapa""
"Karena aku selalu menepati janjiku. Aku sudah berjanji sewaktu ia pertama kali menulis surat
bahwa aku tidak akan berusaha melacaknya."
"Kaupikir ada orang di belakang orang ini""
"Aku tahu kalau memang ada."
"Profesor yang tidak sengaja kudengar sewaktu kau singgung tadi""
"Tepat sekali!"
Inspektur MacDonald tersenyum, dan kelopak matanya bergetar sewaktu ia memandang ke
arahku. "Aku tidak akan menutup-nutupinya darimu, Mr. Holmes. Menurut kami di CID kau agak
berlebihan dalam hal profesor ini. Aku sendiri sudah menyelidiki masalah ini. Ia tampaknya pria yang
sangat terhormat, terpelajar, dart berbakat."
"Aku senang kau berhasil mengenali bakat orang itu."
"Bung, kau tidak mungkin tidak mengenalnya. Sesudah mengetahui pendapatmu, aku sengaja
menemuinya. Aku sempat bercakap-cakap dengannya tentang gerhana bagaimana kami bisa
membicarakan hal itu, aku tidak tahu tapi ia mengeluarkan sebuah lentera reflektor dan bola dunia,
dan menjelaskan semuanya dalam waktu semenit. Ia meminjamiku sebuah buku, tapi aku tidak
keberatan untuk mengakui bahwa buku itu agak di atas kemampuan otakku, sekalipun aku dibesarkan
dengan baik di Aberdeen. Ia pasti akan menjadi pendeta yang hebat dengan wajah tipisnya dan rambut
13 berubannya, serta cara bicaranya yang khidmat. Pada saat ia memegang bahuku sewaktu kami berpisah,
rasanya seperti memperoleh pemberkatan seorang ayah sebelum kau terjun ke dunia yang dingin dan
kejam." Holmes tergelak dan menggosok-gosok tangannya. "Hebat!" katanya. "Hebat! Katakan,
MacDonald, apakah wawancara yang menyenangkan dan menyentuh ini berlangsung di ruang kerja
Profesor"" "Memang benar."
"Ruangan yang hebat, bukan""
"Sangat hebat sangat indah, Mr. Holmes."
"Kau duduk di depan meja tulisnya""
"Benar." "Matahari menerpa matamu dan wajahnya tersembunyi di bayang-bayang""
"Well, saat itu sudah malam tapi aku ingat lampunya diarahkan ke wajahku."
"Pasti begitu. Apakah kau sempat mengamati lukisan di atas kepala Profesor""
"Tidak banyak yang kulewatkan, Mr. Holmes. Mungkin aku belajar berbuat begitu dari dirimu.
Ya, aku melihat lukisannya seorang wanita muda yang menumpukan kepala di tangannya, melirik
menyamping kepadamu."
"Itu lukisan karya Jean Baptiste Greuze."
Ekspresi wajah Inspektur memancarkan ketertarikan.
"Jean Baptiste Greuze," lanjut Holmes, sambil menempelkan ujung jemarinya satu sama lain
dan menyandar ke kursi, "adalah seniman Prancis yang mencapai kejayaan antara tahun 1750 hingga
1800. Tentu saja, yang kumaksudkan adalah hasil karyanya. Kritikus modern amat sangat mendukung
pujian para kritikus zamannya."
Mata Inspektur membelalak kebingungan. "Apakah tidak lebih baik kita " katanya.
"Kita sedang melakukannya," sela Holmes. "Semua yang kukatakan memiliki kaitan langsung
dan vital dengan apa yang kausebut sebagai Misteri Birlstone. Malahan, boleh dibilang ini merupakan
intinya." MacDonald tersenyum lemah, dan memandangku dengan tatapan memelas. "Pemikiranmu agak
14 terlalu cepat bagiku, Mr. Holmes. Kau meninggalkan satu atau dua mata rantai, dan aku tidak bisa
mengisi celahnya. Apa hubungan yang mungkin ada antara pelukis yang sudah mati ini dengan kasus di
Birlstone"" "Semua pengetahuan ada gunanya bagi seorang detektif," kata Holmes. "Bahka
n fakta sepele bahwa di tahun 1865 sebuah lukisan karya Greuze yang berjudul La Jeune Fille " l'agneau meraup
tidak kurang dari empat ribu pound di penjualan Portalis mungkin bisa memicu ingatanmu."
Jelas begitu adanya. Inspektur itu tampak tertarik.
"Kalau boleh kuingatkan," lanjut Holmes, "bahwa gaji sang profesor bisa dipastikan dalam
beberapa buku referensi yang bisa dipercaya. Jumlahnya tujuh ratus setahun."
"Kalau begitu bagaimana ia mampu membeli "
"Benar! Bagaimana ia mampu""
"Luar biasa," kata inspektur tersebut sambil berpikir. "Lanjutkan, Mr. Holmes. Aku senang
sekali. Bagus!" Holmes tersenyum. Ia selalu senang dengan pujian yang tulus khas seniman sejati.
"Bagaimana tentang Birlstone"" tanyanya.
"Kita masih ada waktu," kata Inspektur, sambil melirik arloji. "Kereta sudah menunggu, dan
kita hanya memerlukan waktu kurang dari dua puluh menit untuk pergi ke Victoria. Tapi mengenai
lukisan ini kukira kau pernah memberitahuku, Mr. Holmes, kau belum pernah bertemu Profesor
Moriarty." "Memang belum pernah."
"Kalau begitu bagaimana kau bisa tahu tentang ruangannya""
"Ah, itu masalah lain. Aku sudah tiga kali memasuki ruangannya, dua kali menunggunya
dengan alasan yang berbeda dan pergi sebelum ia datang. Sekali well, aku tidak bisa menceritakan
kunjungan yang itu kepada seorang detektif polisi. Dalam kesempatan yang terakhir itulah aku sempat
mempelajari dokumen-dokumennya dengan hasil yang sangat tidak terduga."
"Kau menemukan sesuatu yang memberatkan""
"Sama sekali tidak ada. Itulah yang membuatku tertegun. Tapi, kau sekarang sudah mengerti inti
permasalahan dengan lukisannya. Lukisan itu menunjukkan bahwa ia orang yang kaya. Bagaimana
15 caranya mendapatkan kekayaan" Ia tidak menikah. Adiknya kepala stasiun di barat Inggris. Jabatannya
bergaji tujuh ratus pound setahun. Dan ia memiliki sebuah karya Greuze."
"Jadi"" "Artinya sudah jelas, kan""
"Maksudmu ia memiliki penghasilan besar dan ia pasti memperolehnya dengan cara yang
ilegal"" "Tepat sekali. Tentu saja aku memiliki alasan lain untuk berpendapat begitu lusinan petunjuk
yang samar-samar mengarah ke pusat jaring di mana mengintai makhluk berbisa yang tidak bergerak.
Kusinggung mengenai karya Greuze itu karena masih termasuk dalam jangkauan pengamatanmu."
"Well, Mr. Holmes, kuakui kalau apa yang kaukatakan itu menarik. Lebih dari menarik luar
biasa. Tapi coba bicara lebih jelas sedikit, kalau bisa. Apakah ia melakukan penipuan, pemerasan,
perampokan" Dari mana asal uangnya""
"Kau pernah membaca kisah Jonathan Wild""
"Well, rasanya aku pernah mendengar nama itu. Tokoh novel, bukan" Aku tidak begitu
mengingat detektif dalam novel mereka sering melakukan sesuatu tanpa mengungkapkan bagaimana
cara mereka melakukannya. Itu inspirasi, bukan bisnis."
"Jonathan Wild bukan detektif, dan ia bukan tokoh novel. Ia penjahat besar, dan ia hidup di
abad yang lalu sekitar tahun 1750-an."
"Kalau begitu ia tidak ada gunanya bagiku. Aku orang yang praktis."
"Mr. Mac, tindakan paling praktis yang bisa kaulakukan dalam hidupmu adalah mengurung diri
selama tiga bulan dan membaca dua belas jam sehari tentang segala hal mengenai kejahatan. Semuanya
bagai kincir bahkan Profesor Moriarty. Jonathan Wild adalah kekuatan tersembunyi para penjahat
London. Ia menjual kecerdasan dan organisasinya pada mereka untuk komisi sebesar lima belas persen.
Kincir lama berputar, dan bilah yang sama muncul kembali. Semuanya sudah pernah dilakukan
sebelumnya, dan akan dilakukan lagi. Akan kuceritakan satu atau dua hal tentang Moriarty yang
mungkin menarik bagimu."
"Kau sudah membuatku tertarik."
"Aku kebetulan mengetahui siapa mata rantai pertamanya rantai yang berujung si Napoleon
16 gagal ini, dan seratus preman pecundang, pencopet, pemeras, dan penipu permainan kartu di sisi lain,
dengan segala macam penjahat di antaranya. Kepala stafnya adalah Kolonel Sebastian Moran, sama
misterius dan tidak terjangkau hukumnya dengan Profesor Moriarty sendiri. Menurutmu berapa
profesor ini membayarnya""
"Aku ingin mengetahuinya."
"Enam ribu setahun. Itu bayaran untuk kecerdasan, kau tahu prinsip bisnis Amerika. Aku
kebetulan mengetahui rincian itu. Bayaran yang lebih besar daripada gaji Perdana Menteri. Dengan
begitu kau bisa membayangkan berapa pendapatan Moriarty dan luas jangkauan pekerjaannya. Hal
lain: baru-baru ini aku melacak cek-cek Moriarty cek-cek biasa yang digunakannya untuk membayar
keperluan rumah tangganya. Semua berasal dari enam bank yang berbeda. Apakah itu ada artinya
bagimu"" "Yang jelas itu aneh! Tapi apa pendapatmu mengenai hal itu""
"Ia tidak menginginkan ada gosip tentang kekayaannya. Tidak seorang pun mengetahui
seberapa besar kekayaannya. Aku tidak ragu kalau ia memiliki dua puluh rekening bank, sebagian besar
kekayaannya ada di bank-bank asing seperti Deutsche Bank atau Cr"dit Lyonnais. Kalau kau memiliki
waktu satu atau dua tahun, kusarankan kau mempelajari Profesor Moriarty."
Inspektur MacDonald semakin lama semakin tertarik dengan pembicaraan ini. Ia telah
tenggelam dalam ketertarikannya sendiri. Sekarang pikiran Skotlandia-nya yang praktis
mengembalikannya dalam sekejap ke masalah yang tengah dihadapi.
"Ia boleh meneruskannya," katanya. "Kau berhasil mengalihkan perhatian kami dengan
anekdot-anekdotmu yang menarik, Mr. Holmes. Yang benar-benar berharga hanyalah komentarmu
bahwa ada kaitan antara Profesor dan kejahatan ini. Pengetahuan itu kauperoleh dari peringatan yang
dikirim oleh orang bernama Porlock. Bisa kita melanjutkan pembicaraan ini""
"Kita mungkin bisa menyusun konsep motif kejahatan ini. Ini, sebagaimana yang kutangkap
dari komentar awalmu tadi, merupakan pembunuhan yang tidak bisa dijelaskan, atau paling tidak, rumit
sekali. Nah, dengan anggapan sumber kejahatan sesuai dengan dugaan kita, mungkin ada dua motif
yang berbeda. Pertama-tama, boleh kukatakan bahwa Moriarty memerintah anak buahnya dengan
tangan besi. Disiplinnya luar biasa. Hanya ada satu hukuman dalam peraturannya, yaitu kematian.
Sekarang kita bisa beranggapan bahwa orang yang dibunuh si Douglas yang nasib buruknya itu
17 diketahui salah seorang anak buah si penjahat entah bagaimana telah mengkhianati si pemimpin.
Hukuman pun dijatuhkan, dan akan diberitahukan pada semua orang, untuk menanamkan perasaan
takut mati terhadap mereka semua."
"Well, itu satu saran, Mr. Holmes."
"Saran yang lain adalah pembunuhan ini dirancang Moriarty sebagai transaksi bisnis biasa.
Apakah ada perampokannya juga""
"Kudengar tidak ada."
"Kalau benar, tentu saja, berarti hipotesis pertama tidak berlaku dan hipotesis kedua cenderung
benar. Moriarty mungkin telah diminta untuk merancangnya dengan janji mendapat bagian dari harta
rampasannya. Atau ia mungkin dibayar sebanyak itu untuk melakukannya. Salah satu dari keduanya
mungkin benar. Tapi yang mana pun, atau kalau ada kemungkinan ketiga yang merupakan kombinasi,
kita harus mencari solusinya di Birlstone. Aku terlalu mengenal buruan kita sehingga bisa menduga
bahwa ia meninggalkan jejak apa pun di sini yang bisa membawa kita kepadanya."
"Kalau begitu kita harus ke Birlstone!" seru
MacDonald, sambil melompat bangkit dari
kursinya. "Ya Tuhan! Hari sudah siang. Tuan-tuan,
aku hanya bisa memberi waktu lima menit bagi
kalian untuk bersiap-siap, dan hanya itu."
"Itu sudah lebih dari cukup bagi kami," kata
Holmes, sambil melompat bangun dan bergegas
mengganti mantel rumahnya. "Sementara kita
dalam perjalanan, Mr. Mac, kumohon kau mau
menceritakan apa yang terjadi."
"Apa yang terjadi" ternyata sangat sedikit dan
mengecewakan. Tapi masih cukup untuk
meyakinkan kami bahwa kasus yang kami hadapi
mungkin layak untuk mendapat perhatian pen
uh dari pakarnya. Ekspresi Holmes berubah cerah dan
ia menggosok-gosokkan tangannya yang kurus
18 sambil mendengarkan rinciannya yang sedikit tapi luar biasa. Sudah berminggu-minggu berlalu tanpa
ketegangan, dan akhirnya sekarang ada tujuan yang sesuai dengan kekuatan mengagumkan yang,
sebagaimana semua karunia istimewa, menjengkelkan pemiliknya bila tidak dipergunakan. Otak
setajam pisau cukur tersebut tumpul dan berkarat kalau tidak ada kegiatan.
Mata Sherlock Holmes berkilau-kilau, pipinya yang pucat tampak lebih memerah, dan
wajahnya bagai bercahaya, hal yang biasa terjadi bila ada panggilan tugas. Sambil mencondongkan
tubuh ke depan di kereta, dengan penuh perhatian ia mendengarkan penjelasan singkat MacDonald
mengenai masalah yang menunggu kami di Sussex. Apa yang disampaikan inspektur tersebut,
diakuinya, adalah berdasarkan surat yang dikirimkan kepadanya dengan menggunakan kereta susu pada
dini hari tadi. White Mason, petugas polisi setempat, adalah teman baiknya, karena itu MacDonald
lebih cepat mendapat pemberitahuan daripada Scotland Yard, yang biasanya lebih dulu tahu bila daerah
memerlukan bantuan mereka. Biasanya para pakar polisi Metropolitan baru diminta bertindak saat
kejadian telah berlalu cukup lama.
"Inspektur MacDonald yang baik," kata surat yang dibacakannya untuk kami, "permintaan
resmi untuk bantuanmu ada di amplop terpisah. Surat ini untukmu pribadi. Melalui telegram, beritahu
aku kereta yang kau naiki ke Birlstone, aku akan menjemputmu atau mengusahakan seseorang untuk
menjemputmu kalau aku terlalu sibuk. Kasus ini benar-benar rumit. Jangan membuang-buang waktu
sedikit pun. Kalau kau bisa mengajak Mr. Holmes, jangan ragu-ragu untuk melakukannya. Ia akan
menemukan sesuatu yang sesuai dengan seleranya. Kami pasti menganggap semua ini diatur untuk
pertunjukan teater, kalau tidak ada mayat di sana. Ya Tuhan! Kasus ini memang benar-benar rumit."
"Temanmu tampaknya bukan orang bodoh," Holmes mengomentari.
"Memang, Sir. White Mason orang yang cerdas, kalau aku boleh menilai."
"Well, apakah ada hal lain""
"Ia akan memberitahukan rinciannya sesudah kita bertemu nanti."
"Kalau begitu, bagaimana kau bisa mengetahui tentang Mr. Douglas dan fakta bahwa ia sudah
dibunuh secara brutal""
"Hal itu ada di laporan resmi. Tentu saja tidak dikatakan 'secara brutal,' itu bukan istilah resmi.
Laporan menyebutkan namanya John Douglas. Juga dikatakan bahwa ia menderita luka di kepala,
akibat tembakan senapan tabur. Juga disebutkan polisi menerima laporan pertama kali saat menjelang
19 tengah malam semalam. Laporan juga menyatakan bahwa tidak diragukan lagi ini kasus pembunuhan,
tapi belum ada yang ditangkap dan bahwa ada beberapa bagian dari kasus ini yang membingungkan
dan luar biasa. Untuk saat ini hanya itu yang kita milik, Mr. Holmes."
"Kalau begitu, dengan seizinmu, kita biarkan saja begitu, Mr. Mac. Godaan untuk menyusun
teori prematur berdasarkan data yang tidak mencukupi merupakan tindakan yang tabu dalam profesi
kita. Aku hanya bisa melihat dua hal yang pasti pada saat ini orang yang sangat cerdas di London,
dan orang yang tewas di Sussex. Rantai di antara keduanyalah yang akan kita lacak."
20 BAB 3 Tragedi Birlstone SEKARANG untuk sejenak aku minta izin untuk mengesampingkan urusan pribadiku yang
tidak penting dan menjelaskan kejadian-kejadian yang berlangsung sebelum kami tiba, berdasarkan apa
yang kami dengar setelah itu. Hanya dengan cara begini aku bisa menjadikan para pembaca
Sherlock Holmes - Lembah Ketakutan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghargai orang-orang yang terlibat dan keanehan situasi di mana nasib mempertemukan mereka.
Desa Birlstone merupakan sekelompok rumah kecil yang sangat kuno, separo dari balok, di
kawasan perbatasan utara Sussex. Selama berabad-abad keadaan tersebut tidak berubah. Tapi dalam
beberapa tahun terakhir penampilannya yang bagai lukisan dan situasinya telah menarik sejumlah
penduduk yang berhasil, yang membangun vila-vila me
reka di hutan di sekitarnya. Hutan-hutan ini
seharusnya merupakan batas luar hutan Weald yang luas, yang menipis hingga mencapai tebing kapur
utara. Sejumlah toko kecil pun bermunculan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat,
jadi tampaknya ada kemungkinan Birlstone akan tumbuh dari sebuah desa kuno menjadi sebuah kota
modern dalam waktu yang tidak lama. Birlstone merupakan pusat pedalaman yang cukup luas, karena
Tunbridge Wells, kota penting terdekat, jaraknya sekitar sekitar enam belas kilometer ke arah timur di
perbatasan Kent. Sekitar satu kilometer dari kota, di taman tua yang terkenal akan pepohonan beech raksasanya,
terdapat Manor House of Birlstone kuno. Sebagian dari gedung yang rapuh ini berasal dari zaman
Perang Salib pertama, sewaktu Hugo de Capus membangun sebuah benteng kecil di tengah-tengah
tanahnya, yang diperolehnya dari Raja Merah. Bangunan ini dilalap api pada tahun 1543, dan beberapa
batu penjurunya yang hitam oleh asap digunakan sewaktu, di era Raja James I, sebuah rumah
pedalaman dari bata berdiri di atas reruntuhan puri feodal tersebut.
Manor House, dengan sekian banyak jendela dengan kusen berbentuk berliannya, masih mirip
dengan saat dibangun pada awal abad tujuh belas. Dari parit ganda yang dibangun sebagai
perlindungan oleh para pendahulu di zaman perang, parit yang terluar telah dikeringkan, dan diubah
fungsinya menjadi kebun dapur. Parit dalam masih ada, dua belas meter lebarnya, sekalipun
kedalamannya sekarang hanya tersisa beberapa meter, mengitari seluruh rumah. Airnya diambil dari
sebuah sungai kecil, yang terus mengalir selewat dari parit, sehingga air di sana tidak pernah
21 menggenang atau kotor. Jendela-jendela di lantai dasar tingginya hanya tiga puluh sentimeter dari
permukaan air. Satu-satunya cara untuk masuk ke dalam rumah adalah melalui jembatan tarik, yang rantai dan
dereknya telah lama berkarat dan patah. Tapi penghuni Manor House yang terakhir, dengan semangat
tinggi, telah memperbaikinya. Dan jembatan tarik tersebut bukan saja bisa diangkat tapi benar-benar
ditarik setiap malam dan diturunkan setiap pagi. Dan dengan begitu mengulangi kebiasaan lama zaman
feodal di mana Manor House diubah menjadi pulau di malam hari fakta yang berkaitan langsung
dengan misteri yang tidak lama lagi menarik perhatian seluruh Inggris.
Rumah tersebut telah selama beberapa tahun tidak dihuni dan terancam menjadi reruntuhan
yang indah sewaktu keluarga Douglas membelinya. Keluarga ini hanya terdiri atas dua orang John
Douglas dan istrinya. Douglas pria yang mengagumkan, baik sifat maupun orangnya. Ia mungkin
berusia sekitar lima puluhan, dengan rahang yang kuat, wajah kasar, kumis lebat dan kaku, mata kelabu
yang sangat tajam, dan sosok yang langsing tapi kuat, yang tidak kehilangan kekuatan dan kelincahan
masa mudanya. Ia periang dan ramah terhadap semua orang, tapi agak tertutup, yang menimbulkan
kesan kalau ia pernah melihat kehidupan sosial yang jauh lebih rendah daripada lingkungan masyarakat
di Sussex. Sekalipun begitu, walau tetangganya yang lebih berpendidikan memandangnya dengan
penasaran dan agak dingin, ia segera meraih popularitas di kalangan penduduk desa, mengikuti segenap
kegiatan setempat dengan penuh semangat. Ia menghadiri konser dan kegiatan-kegiatan lain di mana,
karena memiliki suara tenor yang bagus, ia selalu siap untuk melantunkan lagu yang indah. Ia
tampaknya memiliki banyak uang, yang katanya diperolehnya dari tambang-tambang emas California.
Jelas dari cara bicaranya sendiri dan istrinya, mereka telah menghabiskan sebagian hidup mereka di
Amerika. Kesan bagus yang timbul dari kedermawanan dan sikap demokratisnya meningkat karena
reputasinya sebagai orang yang tidak peduli pada bahaya. Sekalipun penunggang kuda yang buruk, ia
memenuhi setiap tantangan, dan tetap dikagumi meskipun kalah, karena kebulatan tekadnya untuk
berus aha sebaik-baiknya. Sewaktu gereja terbakar, ia jadi menonjol karena keberaniannya masuk
kembali untuk menyelamatkan barang-barang sementara petugas pemadam kebakaran setempat telah
menyerah dan menganggap tempat itu mustahil diselamatkan. Oleh karena itu, dalam sekitar lima tahun
22 John Douglas dari Manor House berhasil meraih reputasi yang cukup tinggi di Birlstone.
Istrinya juga populer di antara orang-orang yang telah mengenalnya. Walaupun, sesuai tradisi
Inggris, sangat jarang ada penduduk yang mau mengunjungi rumah pendatang baru yang tidak
memperkenalkan diri. Hal ini bukan masalah bagi wanita itu, karena ia memang tidak mau
bersosialisasi dan, tampaknya, memusatkan seluruh perhatiannya pada suami dan tugas-tugas rumah
tangga. Menurut kabar ia wanita Inggris yang bertemu Mr. Douglas di London, yang pada saat itu
menduda. Ia wanita yang cantik, jangkung, berkulit gelap, dan langsing. Usianya sekitar dua puluh
tahun lebih muda daripada suaminya, perbedaan yang tampaknya tidak mempengaruhi kehidupan
mereka. Tapi terkadang, orang-orang yang mengenal mereka berkomentar bahwa kepercayaan di antara
keduanya tampaknya tidak menyeluruh, karena Mrs. Douglas entah sangat tertutup mengenai masa lalu
suaminya, atau, dan ini kemungkinannya lebih besar, kurang mengetahuinya. Terkadang, bagi beberapa
orang yang memperhatikan, juga tampak tanda-tanda bahwa Mrs. Douglas sangat tertekan, dan ia
sering menunjukkan keresahan yang luar biasa bila suaminya terlambat pulang. Di pedalaman yang
tenang, tempat semua gosip disukai, kelemahan nyonya rumah Manor House ini tidak dibiarkan tanpa
komentar, dan orang-orang pun teringat akan kelemahan ini saat berlangsung kejadian yang
menyebabkan kelemahan ini terasa sangat penting.
Ada orang lain yang sesekali tinggal di sana, yang kehadirannya pada saat berlangsungnya
kejadian aneh yang akan diceritakan ini menyebabkan namanya menjadi terkenal di masyarakat. Orang
ini bernama Cecil James Barker, dari Hales Lodge, Hampstead.
Sosok Cecil Barker yang jangkung dan luwes sangat dikenal di jalan utama desa Birlstone,
karena ia tamu yang sering datang dan disambut dengan senang hati di Manor House. Ia lebih dikenal
lagi sebagai satu-satunya teman dari kehidupan masa lalu misterius Mr. Douglas yang pernah kelihatan
di lingkungan Inggrisnya yang baru ini. Barker tidak ragu lagi orang Inggris, tapi dari komentar-komentarnya jelas kalau ia bertemu Douglas pertama kali di Amerika dan berhubungan erat dengannya
di sana. Ia tampaknya cukup kaya, dan diketahui masih bujangan.
Ia lebih muda daripada Douglas paling tua 45 tahun jangkung, tegak, dan berdada bidang.
Wajahnya yang licin tampak seperti petinju bayaran, dengan alis hitam yang lebat, dan sepasang mata
hitam yang, bahkan tanpa bantuan tangannya yang kompeten, mampu membuka jalan di tengah
23 kerumunan yang tidak bersahabat. Ia tidak bisa berkuda dan menembak, tapi menghabiskan hari-harinya dengan berkeliaran di desa tua itu sambil mengisap pipa atau berkereta dengan tuan rumahnya,
atau kalau tuan rumah sedang pergi bersama istrinya, menuju pedalaman yang indah.
"Pria yang santai, ringan tangan," kata Ames, kepala pelayan. "Tapi, ya Tuhan! Saya lebih baik
tidak bermusuhan dengannya!"
Barker sangat akrab dengan Douglas, juga dengan Mrs. Douglas keakraban yang beberapa
kali tampaknya menjengkelkan sang suami. Kejengkelannya begitu mencolok sehingga para pelayan
pun mengetahuinya. Begitulah kondisi orang ketiga itu dalam keluarga sewaktu bencana terjadi.
Sedangkan mengenai para penghuni lain gedung tua tersebut, cukuplah kalau disebutkan Ames
yang rapi, terhormat, dan kompeten; juga Mrs. Allen, wanita tinggi besar dan periang yang membantu
nyonya rumah melakukan beberapa tugas rumah tangganya. Keenam pelayan lain dalam rumah itu
tidak memiliki kaitan apa pun dengan kejadian pada malam tanggal 6 Januari.
Pada pukul 23.45 kepolisian setempat mendapat kabar untuk pertama kalinya. Saat itu Sersan
Wilson dari Sussex Constabulary yang bertugas jaga di kantor kepolisian itu. Mr. Cecil Barker datang
bergegas dan membunyikan bel pintu berkali-kali. Ada tragedi di Manor House, dan John Douglas
tewas dibunuh. Itulah pesan yang disampaikannya dengan tergesa-gesa. Ia bergegas kembali ke rumah,
diikuti sersan polisi tersebut beberapa menit kemudian. Sersan Wilson tiba di lokasi kejadian sesaat
setelah pukul 24.00, setelah mengikuti prosedur untuk memberitahu pihak berwenang yang lebih tinggi
tentang ada nya kejadian serius.
Begitu tiba di Manor House, sersan itu mendapati jembatan tariknya telah diturunkan, cahaya
lampu memancar dari jendela-jendelanya, dan seisi rumah tengah kebingungan dan waswas. Para
pelayan yang pucat berkumpul di ruang depan, bersama pengurus rumah yang meremas-remas
tangannya dengan ketakutan di ambang pintu. Hanya Cecil Barker yang tampaknya berhasil menguasai
diri dan emosinya. Ia yang membuka pintu yang terdekat dengan gerbang dan memberi isyarat agar
Sersan Wilson mengikutinya. Pada saat itu Dr. Wood tiba, ia dokter umum yang sigap dan kompeten
dari desa. Ketiganya bersama-sama memasuki kamar tempat kejadian, sementara pengurus rumah yang
masih tercekam kengerian mengikuti, menutup pintu di belakangnya agar para pelayan tidak melihat
pemandangan mengerikan di dalam.
Mayat korban telentang, dengan kaki-tangan terentang, di tengah ruangan. Ia hanya
24 mengenakan mantel rumah merah muda, yang menutupi pakaian tidurnya, dan selop rumah. Dokter
berlutut di sampingnya dan mengacungkan lampu yang tadinya ada di meja. Sekali pandang saja sudah
cukup bagi dokter tersebut untuk mengetahui bahwa kehadirannya tidak diperlukan. Pria tersebut luka
parah. Di dadanya tergeletak sepucuk senjata yang unik, senapan tabur yang larasnya telah digergaji
tiga puluh sentimeter dari picunya. Jelas sekali kalau senjata tersebut telah ditembakkan dari jarak
dekat, dan seluruh pelurunya menghantam wajah John Douglas dengan telak, sehingga kepalanya
hampir luluh lantak. Kedua picunya telah dimodifikasi sehingga ledakan beruntunnya lebih merusak.
Polisi desa itu terguncang dan risau oleh tanggung
jawab besar yang tiba-tiba membebani pundaknya. "Siapa
pun tidak boleh menyentuh apa pun sampai atasan saya
tiba," katanya dengan suara pelan, menatap kepala korban
dengan pandangan ngeri. "Tidak ada yang disentuh," kata Cecil Barker.
"Saya bersedia menjaminnya. Semua yang Anda lihat
persis sama seperti waktu saya temukan."
"Kapan itu"" Sersan polisi tersebut telah
mengeluarkan buku catatannya.
"Pukul 23.30 lebih. Saya belum berganti pakaian,
sedang duduk di dekat perapian kamar tidur saya, sewaktu
mendengar suara tembakannya. Tidak keras sekali
kedengarannya seperti diredam. Saya bergegas turun. Saya
rasa saya memerlukan tiga puluh detik untuk tiba di sini."
"Apakah pintunya terbuka""
"Ya, pintunya terbuka. Douglas yang malang sudah tergeletak seperti ini. Lilin kamar tidurnya
menyala di meja. Saya yang menyalakan lampunya beberapa menit kemudian."
"Apakah Anda melihat ada orang""
"Tidak. Saya dengar suara Mrs. Douglas menuruni tangga di belakang saya, dan saya bergegas
keluar untuk mencegahnya melihat pemandangan yang mengerikan ini. Mrs. Allen, pengurus rumah,
tiba dan mengajaknya pergi. Ames sudah tiba pada waktu itu, dan kami kembali berlari ke dalam
25 ruangan." "Tapi saya dengar jembatan tariknya diangkat sepanjang malam."
"Ya, saya yang menurunkannya."
"Kalau begitu, bagaimana pembunuhnya bisa melarikan diri" Itu mustahil! Mr. Douglas pasti
menembak dirinya sendiri."
"Mula-mula kami juga berpikir begitu. Tapi coba lihat!" Barker menyibakkan tirai, dan
menunjukkan bahwa jendela panjang di sana terbuka lebar. "Dan lihat ini!" Ia mengacungkan lampu
dan menerangi bercak darah berbentuk jejak sol sepatu bot di kusen kayunya. "Ada yang berdiri di sini
sewaktu keluar." "Mak sud Anda ada yang menyeberangi paritnya""
"Tepat sekali!"
"Kalau Anda tiba di ruangan setengah menit sesudah kejadian, ia pasti masih berada di air pada
waktu itu." "Saya tidak meragukannya. Seandainya saja saya bergegas ke jendela waktu itu! Tapi tirai
menyembunyikannya, seperti yang Anda lihat, jadi pikiran itu tidak pernah melintas dalam benak saya.
Lalu saya mendengar suara langkah Mrs. Douglas, dan saya tidak bisa membiarkan ia masuk kemari.
Terlalu mengerikan baginya."
"Cukup mengerikan!" kata si dokter, sambil memandang kepala yang berantakan dan luka-luka
menakutkan di sekitarnya. "Saya belum pernah melihat luka seperti ini sejak kecelakaan kereta api
Birlstone." "Tapi, menurut saya," kata Sersan Wilson, yang logika lamban dan pedesaannya masih
memikirkan jendela yang terbuka, "boleh saja Anda mengatakan ada orang yang melarikan diri dengan
menyeberangi parit. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana ia bisa masuk ke rumah sesudah jembatan
tariknya diangkat""
"Ah, itu pertanyaannya," kata Barker.
"Pukul berapa jembatannya ditarik""
"Hampir pukul 18.00," kata Ames, si pengurus rumah.
"Saya dengar," kata Sersan Wilson, "jembatannya biasa diangkat saat matahari terbenam Pada
26 hari-hari ini, itu berarti lebih mendekati pukul 16.30 daripada 18.00."
"Mrs. Douglas kedatangan tamu untuk minum teh," kata Ames. "Saya tidak bisa menaikkannya
sebelum mereka pergi. Lalu saya sendiri yang mengangkatnya."
"Kalau begitu, pasti begini," kata Sersan, "kalau ada orang luar yang masuk kalau benar
begitu mereka pasti melintasi jembatannya sebelum pukul 18.00 dan bersembunyi di dalam sejak saat
itu, hingga Mr. Douglas masuk ke dalam ruangan pukul 23.00 lebih."
"Benar juga! Mr. Douglas selalu mengitari rumah setiap malam untuk memastikan lampu-lampu
sudah menyala. Karena itu ia akhirnya kemari. Orang itu sudah menunggunya dan lalu menembaknya.
Lalu ia melarikan diri melalui jendela dan meninggalkan senjatanya. Menurut saya begitulah
kejadiannya, karena tidak ada penjelasan lain yang sesuai dengan fakta-faktanya."
Sersan tersebut meraih sehelai kartu yang tergeletak di samping mayat. Inisial V.V. dan angka
341 dituliskan tergesa-gesa dengan tinta di bagian bawah.
"Apa ini"" tanyanya, sambil mengacungkan kartu.
Barker menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Saya tidak memperhatikannya sebelum ini,"
katanya. "Pasti si pembunuh yang meletakkannya di situ."
"V.V. 341. Saya tidak tahu artinya."
Sersan tersebut terus membalik-balik kartu itu. "Apa itu V.V" Mungkin inisial seseorang. Apa
yang Anda temukan, Dr. Wood""
Sebuah palu berukuran besar tergeletak di karpet di depan perapian palu yang mirip milik
tukang. Cecil Barker menunjuk sekotak paku berkepala kuningan di rak di atas perapian.
"Mr. Douglas mengganti lukisannya kemarin," katanya. "Saya melihatnya sendiri, berdiri di
kursi itu dan mengatur letak lukisan besar di atasnya. Palunya pasti digunakan untuk itu."
"Sebaiknya kita letakkan kembali di karpet tempat kita menemukannya," kata Sersan Wilson,
sambil menggaruk-garuk kepala dengan bingung. "Orang yang paling cerdas di kesatuan yang bisa
memecahkan masalah ini. Kasus ini akan menjadi wewenang London." Ia mengangkat sebuah lampu
dan perlahan-lahan mengitari ruangan. "Wah!" serunya penuh semangat, sambil menyibakkan tirai
jendela. "Pukul berapa tirai ini ditutup""
"Pada saat lampu dinyalakan," kata pengurus rumah. "Sekitar pukul 16.00 lewat."
27 "Jelas ada orang yang telah bersembunyi di sini." Sersan tersebut menurunkan lampu,
menerangi jejak sepatu bot berlumpur di sudut yang kelihatan jelas. "Saya terpaksa mengakui ini sesuai
dengan teori Anda, Mr. Barker. Tampaknya orang itu masuk rumah selewat pukul 16.00 sesudah tirai
diturunkan, dan sebelum pukul 18.00 sewaktu jembatan diangkat ia menyelinap masuk ke ruangan ini,
karena ini ruangan pertama yang dilihatnya. Tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, jadi ia
menyelinap ke balik tirai ini. Semuanya ta
mpak cukup jelas. Kemungkinan ia berniat mencuri di rumah
ini, tapi kebetulan Mr. Douglas memergokinya, jadi ia membunuhnya dan lalu melarikan diri."
"Menurut saya juga begitu," kata Barker. "Tapi, apakah kita tidak membuang-buang waktu yang
berharga" Apakah kita tidak bisa mulai menyelidik dan mencari orang itu sebelum ia lolos""
Sersan itu mempertimbangkannya sejenak.
"Tidak ada kereta api sebelum pukul 06.00, jadi ia tidak mungkin melarikan diri dengan kereta
api. Kalau ia melewati jalan raya dengan kaki basah kuyup, kemungkinan besar ada yang melihatnya.
Pokoknya, saya sendiri tidak bisa meninggalkan tempat ini sebelum ada yang menggantikan. Tapi saya
rasa tidak ada yang boleh pergi sebelum kita lebih memahami ma-salah ini."
Dokter telah mengambil lampu dan memeriksa mayat dengan teliti. "Tanda apa ini"" tanyanya.
"Apakah ada hubungannya dengan kejahatan ini""
Lengan kanan mayat itu terjulur keluar dari balik mantel, dan kelihatan hingga siku. Kira-kira di
pertengahan lengan bawah terdapat gambar cokelat yang menarik, segitiga di dalam lingkaran, tampak
mencolok di kulitnya yang pucat.
"Ini bukan tato," kata si dokter, setelah mengenakan kacamata. "Aku belum pernah melihat
yang seperti ini. Orang ini dicap seperti ternak. Apa artinya ini""
"Saya tidak tahu," kata Cecil Barker, "tapi saya sudah sering melihat tanda itu di lengan
Douglas sepuluh tahun terakhir ini."
"Saya juga," kata si kepala pelayan. "Berulang kali sewaktu Tuan menggulung lengan bajunya
saya melihat tanda itu. Saya sering memikirkan apa artinya."
"Kalau begitu, tidak ada hubungannya dengan kejahatan ini," kata si sersan. "Tapi tetap saja
membingungkan. Segala sesuatu mengenai kasus ini membingungkan. Well, ada apa lagi sekarang""
Si kepala pelayan berseru terkejut dan menunjuk tangan mayat yang terjulur.
28 "Mereka mengambil cincin kawinnya!" karanya dengan napas tersentak.
"Apa"" "Ya, benar. Tuan selalu mengenakan cincin kawin polos dari emas di jari manis tangan kirinya.
Cincin dengan biji emas ada di atasnya, dan cincin ular melingkar di jari tengah. Cincin biji emas dan
ularnya ada, tapi cincin kawinnya tidak."
"Ia benar," kata Barker.
"Maksudmu," kata sersan polisi, "cincin kawinnya dikenakan di bawah cincin-cincin yang
lain"" "Selalu!" "Kalau begitu, siapa pun pembunuhnya, ia mengambil cincin yang kausebut biji emas itu, lalu
cincin kawinnya, dan sesudah itu mengembalikan cincin biji emasnya."
"Benar!" Polisi pedesaan itu menggeleng. "Bagi saya semakin cepat kita serahkan kasus ini ke London
semakin baik," katanya. "White Mason orang yang cerdas. Tidak ada pekerjaan setempat yang terlalu
berat bagi White Mason. Tidak lama lagi ia pasti akan tiba di sini untuk membantu kita. Tapi saya rasa
kita harus menyerahkan kasus ini ke London. Pokoknya, saya tidak malu mengakui bahwa ini melebihi
Sherlock Holmes - Lembah Ketakutan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemampuan saya." 29 BAB 4 Kegelapan PADA pukul 03.00 detektif kepala kepolisian Sussex, yang memenuhi panggilan mendesak
Sersan Wilson dari Birlstone, tiba dari markas besar dengan menggunakan kereta yang ditarik seekor
kuda. Dengan menggunakan kereta api pukul 05.40 ia mengirim pesan ke Scotland Yard, dan telah
berada di stasiun Birlstone pada pukul 12.00 untuk menyambut kami. White Mason pria pendiam yang
menarik, mengenakan setelan kotak-korak yang agak kebesaran, dengan wajah kasar yang dicukur rapi,
tubuh liat, dan kaki kuat yang dibungkus sepatu tebal. Ia mirip petani, pensiunan penjaga hutan, atau
apa pun kecuali petugas penyelidik kejahatan terbaik di daerah.
"Benar-benar membingungkan, Mr. MacDonald!" katanya berulang-ulang. "Orang-orang pers
seketika merubung seperti lalat begitu mereka mendengar beritanya. Saya harap kita bisa
menyelesaikannya sebelum mereka campur tangan terlalu jauh dan mengacaukan semua jejaknya.
Sepanjang ingatan saya tidak ada kasus seperti ini. Ada beberapa bagian yang pasti akan Anda kenali,
Mr. Holmes, atau saya keliru. Dan Anda juga, Dr. Watson, karena kalangan medis pasti ingin
mengatakan s esuatu sebelum kita selesai. Kamar kalian tersedia di Westville Arms. Tidak ada tempat
lain, tapi saya dengar tempat itu bersih dan bagus. Orang ini yang akan membawakan koper-koper
kalian. Lewat sini, Tuan-tuan."
Detektif Sussex ini sangat periang dan ribut. Sepuluh menit kemudian kami telah mendapatkan
kamar masing-masing. Sepuluh menit kemudian kami berkumpul di ruang duduk hotel dan mendengar
cerita singkat mengenai kejadian yang telah disajikan garis besarnya di bab yang lalu. MacDonald
sesekali mencatat, sementara Holmes tenggelam dalam pikirannya, dengan ekspresi terkejut dan
kagum, bagai ahli botani saat menemukan bunga langka yang tengah mekar.
"Luar biasa!" katanya, sesudah cerita tersebut selesai, "sangat luar biasa! Seingatku tidak ada
kasus yang lebih aneh."
"Sudah saya duga Anda akan berkata begitu, Mr. Holmes," kata White Mason gembira. "Kami
sangat sibuk di Sussex. Sekarang sudah saya ceritakan bagaimana masalahnya, hingga saya mengambil
alih dari Sersan Wilson antara pukul 03.00 dan 04.00 hari ini. Astaga! Saya pacu kuda tua itu
sekencang-kencangnya! Tapi ternyata saya tidak perlu tergesa-gesa begitu, karena tidak ada yang harus
30 segera saya lakukan. Sersan Wilson sudah mencatat semua faktanya. Saya periksa fakta-fakta itu dan
saya pertimbangkan, dan mungkin menambahkan beberapa hasil pengamatan saya sendiri."
"Apa itu"" tanya Holmes penuh semangat.
"Well, pertama-tama saya periksa palunya. Ada Dr. Wood yang membantu saya. Kami tidak
menemukan tanda-tanda kekerasan pada palu itu. Tadinya saya berharap, seandainya Mr. Douglas
membela diri dengan menggunakan palu itu, ia mungkin sempat melukai pembunuhnya sebelum
menjatuhkan palu itu ke karpet. Tapi tidak ada noda apa pun."
"Itu, tentu saja, tidak membuktikan apa pun," komentar Inspektur MacDonald. "Banyak
pembunuhan menggunakan palu yang tidak meninggalkan jejak apa pun pada palunya."
"Memang benar. Tidak ada bukti kalau palu itu pernah digunakan. Tapi mungkin ada noda, dan
mungkin noda itu bisa membantu kita. Kenyataannya tidak ada apa-apa. Lalu saya periksa senapannya.
Pelurunya peluru tabur, dan, seperti yang ditunjukkan Sersan Wilson, pelatuknya sudah disatukan
sehingga, kalau pelatuk yang belakang ditarik, peluru di kedua larasnya meletus bersama-sama. Siapa
pun yang melakukan perubahan itu sudah bertekad tidak mau mengambil risiko luput. Senapan yang
sudah digergaji itu panjangnya tidak lebih dari 60 sentimeter orang bisa membawanya dengan mudah
di balik mantel. Nama pembuatnya tidak lengkap, hanya ada tulisan 'P E N" di antara larasnya, sisanya
sudah terpotong." "Huruf 'P' besar dengan hiasan di atasnya 'E' dan 'N' yang lebih kecil"" tanya Holmes.
"Tepat sekali."
"Pennsylvania Small Arm Company perusahaan Amerika yang cukup terkenal," kata Holmes.
White Mason menatap temanku seperti dokter desa menatap spesialis di Harley Street yang
dengan satu kata mampu memecahkan masalah yang membingungkannya.
"Itu sangat membantu, Mr. Holmes. Anda pasti benar. Luar biasa! Luar biasa! Anda mengingat
nama semua produsen senjata api di dunia""
Holmes mengabaikan hal itu dengan lambaian tangannya.
"Tidak ragu lagi kalau itu senapan tabur buatan Amerika," lanjut White Mason. "Rasanya saya
pernah membaca bahwa senapan tabur yang digergaji merupakan senjata yang biasa digunakan
dibeberapa kawasan Amerika. Terlepas dari nama di larasnya, gagasan itu sudah melintas dalam benak
31 saya. Kalau begitu, ada bukti bahwa orang yang memasuki rumah dan membunuh pemiliknya ini warga
Amerika." MacDonald menggeleng, "Wah, Anda terlalu tergesa-gesa," katanya. "Saya belum mendengar
keterangan pasti bahwa ada orang asing masuk ke rumah."
"Jendela yang terbuka, noda darah di kusen, kartu yang aneh, jejak sepatu bot di sudut,
senapannya!" "Bukan bukti yang tidak bisa diatur sebelumnya. Mr. Douglas warga Amerika, atau pernah
tinggal cukup lama di Amerika. Begitu pula Mr. Bar
ker. Anda tidak perlu mengimpor warga Amerika
untuk melakukan apa yang dianggap sebagai perbuatan orang Amerika."
"Ames, si kepala pelayan itu "
"Ada apa dengannya" Apakah ia bisa dipercaya""
"Sepuluh tahun bekerja pada Sir Charles Chandos sekukuh karang. Ia bekerja pada Douglas
sejak pria itu membeli Manor House lima tahun yang lalu. Ia belum pernah melihat senapan seperti ini
di rumah sebelumnya."
"Senapan itu dirancang untuk disembunyikan. Itu sebabnya larasnya digergaji. Senapan itu bisa
disimpan dalam kotak. Bagaimana mungkin ia berani bersumpah tidak ada senapan seperti itu dalam
rumah"" "Well, pokoknya, ia belum pernah melihat yang seperti itu."
MacDonald menggeleng dengan sikap keras kepala khas Skotlandia. "Saya masih belum yakin
ada orang lain di rumah itu," katanya. "Tolong pertimbangkan" aksennya menjadi semakin khas
Aberdeen saat ia asyik berdebat "tolong pertimbangkan apa saja yang terlibat seandainya senapan ini
dibawa ke dalam rumah, dan seandainya semua kejadian aneh ini dilakukan orang luar. Oh, bung ini
tidak masuk akal! Jelas ini bertentangan dengan logika! Percayalah, Mr. Holmes, kalau mengingat apa
yang sudah kita dengar sejauh ini."
"Well, silakan bicara, Mr. Mac," kata Holmes dengan sikap bagai hakim.
"Orang ini bukan pencuri, seandainya ia memang ada. Cincin dan kartu ini menunjukkan
pembnuhan terencana untuk alasan pribadi. Bagus sekali. Ini orang yang menyelinap masuk ke rumah
dengan niat untuk membunuh. Ia mengetahui, kalau ada yang diketahuinya bahwa ia akan menemui
32 kesulitan untuk melarikan diri, karena rumah itu dikelilingi air. Senjata apa yang dipilihnya" Ia pasti
akan memilih senjata yang paling tidak bersuara di dunia. Dengan begitu, ia bisa berharap sesudah
melaksanakan niatnya, ia bisa menyelinap keluar dari jendela, menyeberangi parit, dan melarikan diri
tanpa tergesa-gesa. Itu bisa dipahami. Tapi apakah bisa dipahami bahwa ia mau bersusah payah
membawa senjata yang paling berisik yang bisa dipilihnya, walaupun mengetahui senjata itu akan
membuat semua penghuni rumah berdatangan secepat mereka mampu berlari, dan ada kemungkinan
besar ia kelihatan sebelum sempat menyeberangi parit" Apakah itu masuk akal, Mr. Holmes""
"Well, pendapatmu cukup kuat," jawab temanku sambil berpikir. "Jelas memerlukan pembuktian
yang tidak sedikit. Boleh kutanya, Mr. White Mason, apakah Anda langsung memeriksa sisi seberang
parit untuk melihat apakah ada tanda-tanda orang itu muncul dari dalam air""
"Tidak ada tanda apa pun, Mr. Holmes. Tapi tepi seberang terbuat dari batu, sulit untuk
mengharapkan ada jejak di sana."
"Tidak ada tanda apa pun""
"Tidak." "Ha! Kalau begitu, apakah Anda keberatan, Mr. White Mason, seandainya kita pergi ke rumah
itu sekarang juga" Mungkin ada beberapa hal kecil yang bisa memberi petunjuk."
"Saya baru saja akan mengajak Anda, Mr. Holmes, tapi saya pikir lebih baik saya sampaikan
dulu fakta-faktanya sebelum kita ke sana. Saya rasa, kalau ada yang menarik perhatian Anda " White
Mason menatap kolega amatirnya dengan ragu.
"Saya sudah pernah bekerja bersama Mr. Holmes," kata Inspektur MacDonald. "Ia biasa
menangani masalah seperti ini."
"Menangani menurut cara saya sendiri," kata Holmes sambil tersenyum. "Saya menangani
kasus untuk membantu menegakkan keadilan dan membantu polisi. Kalau saya memisahkan diri dari
satuan resmi, hal itu karena mereka yang terlebih dulu memisahkan diri dari saya. Saya tidak ingin
berhasil dengan mengorbankan mereka. Pada saat yang sama, Mr. White Mason, saya menuntut hak
untuk bekerja dengan cara saya sendiri dan memberikan hasilnya pada saat yang saya tentukan sendiri
secara lengkap dan bukannya bertahap."
"Saya yakin kami mendapat kehormatan dengan kehadiran Anda dan bisa menunjukkan semua
yang kami ketahui," kata White Mason riang. "Ayo, Dr. Watson, dan pada saatnya nanti kami semua
33 berharap mendapat tempat dalam buku Anda."
Kami berjalan menyusuri jalan desa yang sunyi dengan
deretan pohon elm di kedua sisinya. Di
ujungnya terdapat dua pilar batu kuno yang sudah dimakan cuaca dan berjamur, di puncaknya terdapat
sisa-sisa singa Capus of Birlstone yang kini tidak berbentuk lagi. Tidak jauh dari sana, setelah melewati
jalan masuk berliku yang diapit pepohonan ek dan semak yang hanya ada di pedalaman Inggris, kami
tiba di tikungan. Setelah berbelok, kami melihat rumah bergaya zaman James I yang panjang dan
rendah dari bata merah, dengan kebun gaya lama berpagar yew rendah. Saat kami mendekat, tampak
jembatan tarik kayu dan parit yang lebar dan indah, tenang dan berkilauan bagai perak cair ditimpa
cahaya matahari musim dingin.
Tiga abad telah dilalui Manor House, berisi kelahiran dan kepulangan, tarian pedesaan, dan
pertemuan para pemburu rubah. Aneh juga bahwa pada usia tuanya terjadi masalah gelap di bahk
dinding-dindingnya yang kokoh! Sekalipun begitu, atap-atapnya yang lancip dan aneh, ujung-ujungnya
yang menjulur sangat sesuai un tuk menutupi intrik yang muram dan menakutkan. Saat kupandang
jendela jendelanya dan parit yang panjang dan suram itu, aku merasa tidak ada tempat yang lebih cocok
untuk tragedi seperti ini.
"Itu jendelanya," kata White Mason, "tepat di
sebelah kanan jembatan tarik. Jendela itu terbuka
seperti waktu ditemukan semalam."
"Tampaknya terlalu sempit untuk dilewati
manusia." "Well, asal bukan orang yang gemuk. Kami
tidak memerlukan deduksi Anda untuk mengetahuinya,
Mr. Holmes. Tapi Anda atau saya bisa memasukinya
dengan mudah." Holmes melangkah ke tepi parit dan
memandang ke seberang. Lalu ia memeriksa tepi batu
dan rerumputan di sisi seberang.
"Saya sudah mengamatinya dengan teliti, Mr.
Holmes," kata White Mason. "Tidak ada apa-apa di
34 sana, tidak ada tanda-tanda kalau pernah ada yang mendarat. Tapi kenapa ia harus meninggalkan
jejak"" "Tepat sekali. Kenapa ia harus meninggalkan jejak" Apakah airnya selalu sekotor ini""
"Biasanya warnanya memang begini. Sungainya membawa tanah liat."
"Seberapa dalam parit ini""
"Sekitar setengah meter di tepi dan satu meter di tengah."
"Jadi kita bisa melupakan kemungkinan orang tenggelam karena berusaha menyeberanginya."
"Ya, bahkan anak kecil pun tidak akan tenggelam di sini."
Kami berjalan melintas jembatan tarik, dan disambut seorang pria yang pendiam dan keriput
yang tetnyata si kepala pelayan, Ames. Pria tua tersebut masih pucat pasi dan gemetar karena shock.
Sersan desa, seorang pria jangkung, resmi, dan melankolis masih bertahan di ruang tempat kejadian.
Dokternya telah pergi. "Ada yang baru, Sersan Wilson"" tanya White Mason.
"Tidak ada, Sir."
"Kalau begitu, kau boleh pulang. Kau sudah bertugas cukup lama. Kami bisa memanggilmu,
kalau kau diperlukan. Kepala pelayan sebaiknya menunggu di luar. Bilang padanya untuk memberitahu
Mr. Cecil Barker, Mrs. Douglas, dan pengurus rumah bahwa kami mungkin ingin berbicara dengan
mereka. Nah, Tuan-tuan, kalau boleh aku ingin menyampaikan pendapatku sendiri terlebih dulu, dan
sesudah itu kalian bisa menyusun pendapat kalian sendiri."
Ia membuatku terkesan, spesialis pedesaan ini. Ia sangat memahami fakta-faktanya dan
memiliki kecerdasan yang tenang, tajam, dan logis, yang menguntungkan bagi profesinya. Holmes
mendengarkannya dengan teliti, tanpa menampakkan ketidaksabaran yang sering ditunjukkan petugas.
"Ini bunuh diri, atau pembunuhan" Itulah pertanyaan pertama kita, Tuan-tuan. Kalau ini bunuh
diri, maka kita harus percaya kalau pria ini memulainya dengan menanggalkan cincin kawinnya dan
menyembunyikannya, lalu ia datang kemari dengan mengenakan mantel rumah, membuat jejak sepatu.
berlumpur di sudut di balik tirai agar terkesan ada orang yang menunggunya, membuka jendela,
mengoleskan darah " "Kita jelas bisa mengesampingkan kemungkinan itu," kata MacDonald.
35 "Menurut saya juga begitu. Kejadian ini tidak mungkin bunuh diri. Kalau begitu, ini merupakan
pembunuhan. Yang harus kita pu
tuskan adalah apakah ini dilakukan orang dari luar atau dari dalam
rumah." "Well, kita pertimbangkan saja fakta-faktanya."
"Ada ganjalan yang cukup besar, baik jika dilakukan orang luar maupun orang dalam, tapi pasti
pelakunya salah satu dari dua kemungkinan itu. Pertama, kita anggap saja ada satu atau beberapa orang
di dalam rumah yang melakukan kejahatan ini. Mereka membereskan orang ini di sini waktu segala
sesuatunya sunyi, tapi belum ada yang tidur. Mereka lalu melaksanakan niatnya dengan senjata paling
aneh dan paling ribut di dunia agar semua orang mengetahui apa yang terjadi senjata yang belum
pernah dilihat di rumah ini sebelumnya. Rasanya itu mustahil, bukan""
"Benar." "Well, kalau begitu, semua orang sepakat bahwa sesudah kejadian, hanya dalam waktu paling
lama satu menit, seluruh penghuni rumah, bukan hanya Mr. Cecil Barker, walaupun ia mengaku
sebagai yang pertama tiba di sini, tapi Ames dan semua yang bin juga tiba di sini. Apakah Anda ingin
mengatakan bahwa dalam waktu sesingkat itu pelakunya berhasil membuat jejak sepatu di sudut,
membuka jendela, menodai kusennya dengan darah, mengambil cincin kawin dari jari korban, dan
segala sesuatu lainnya" Mustahil!"
"Anda mengatakannya dengan sangat jelas," kata Holmes. "Saya cenderung setuju dengan
pendapat Anda." "Well, kalau begitu, kita terpaksa kembali ke teori bahwa pelakunya orang dari luar rumah ini.
Kita masih menghadapi ganjalan besar, tapi pokoknya kesulitan-kesulitan ini tidak lagi mustahil. Orang
ini berhasil masuk ke rumah antara pukul 16.30 hingga 18.00 yaitu antara senja hingga saat jembatan
tank diangkat. Saat itu ada beberapa orang tamu, dan pintunya terbuka, jadi tidak ada yang
menghalanginya. Ia mungkin pencuri biasa, atau mungkin memiliki masalah pribadi dengan Mr.
Douglas. Karena Mr. Douglas menghabiskan sebagian besar hidupnya di Amerika, dan senapan tabur
ini tampaknya merupakan senjata buatan Amerika, lebih besar kemungkinan kalau kejadian ini
merupakan masalah pnbadi. Ia menyelinap masuk ke kamar ini karena ini kamar pertama yang
ditemuinya, dan ia bersembunyi di balik tirai. Ia tetap berada di sana hingga lewat pukul 23.00. Pada
saat itu Mr. Douglas masuk ruangan. Percakapan di antara mereka berlangsung singkat, kalau memang
36 sempat terjadi percakapan; karena Mrs. Douglas menyatakan suaminya hanya beberapa menit
meninggalkan dirinya sewaktu ia mendengar suara tembakan."
"Lilinnya menunjukkan hal itu," kata Holmes.
"Tepat sekali. Lilinnya, yang masih baru, baru terbakar satu sentimeter lebih. Ia pasti
meletakkannya di meja sebelum diserang. Kalau tidak, lilinnya pasti jatuh bersamanya. Hal ini
menunjukkan ia tidak langsung diserang begitu memasuki ruangan. Sewaktu Mr. Barker tiba, lampu
menyala dan lilin padam."
"Itu cukup jelas."
"Well, sekarang, kita bisa menyusun rekonstruksi berdasarkan hal-hal itu. Mr. Douglas
memasuki ruangan. Ia meletakkan lilin. Seorang pria muncul dari balik tirai. Ia bersenjatakan senapan
ini. Ia meminta cincin kawinnya hanya Tuhan yang tahu alasannya, tapi pasti begitulah kejadiannya.
Mr. Douglas menyerahkannya. Lalu entah dengan darah dingin atau berkelahi dulu Douglas mungkin
sempat menyambar palu yang ditemukan di karpet pria itu menembak Douglas dengan cara yang
sadis ini. Ia membuang senapannya, juga kartu yang tampak aneh ini 'V.V 341', apa pun artinya dan
melarikan diri melalui jendela dan menyeberangi parit tepat pada saat Cecil Barker mengetahui tentang
kejadian ini. Bagaimana, Mr. Holmes""
"Sangat menarik, hanya kurang meyakinkan."
"Bung, omong kosong kalau kejadiannya lebih rumit daripada ini!" seru MacDonald. "Ada yang
membunuh orang ini, dan siapa pun pelakunya, aku jelas bisa membuktikan padamu kalau ia pasti
melakukannya dengan cara lain. Apa maksudnya membiarkan jalan melarikan dirinya terpotong seperti
itu" Apa maksudnya menggunakan
senapan tabur sementara kesunyian merupakan satu-satunya
kesempatan baginya untuk melarikan diri" Ayolah, Mr. Holmes, kau harus memberi kami petunjuk,
karena katamu teori Mr. White Mason kurang meyakinkan."
Holmes duduk diam penuh perhatian selama diskusi yang panjang ini, tidak melewatkan
sepatah kata pun yang diucapkan, pandangannya yang tajam menyambar ke sana kemari, dan
keningnya berkerut karena berpikir.
"Aku ingin mendapatkan beberapa fakta lagi sebelum menyusun teori, Mr. Mac," katanya,
sambil berlutut di samping mayat. "Dear me! Luka-luka ini benar-benar mengerikan. Tolong
panggilkan kepala pelayan sebentar... Ames, kalau tidak salah kau sudah sering melihat tanda yang
37 tidak biasa ini cap segitiga dalam lingkaran di lengan Mr. Douglas""
"Sering, Sir." "Kau belum pernah mendengar spekulasi tentang artinya""
"Belum pernah, Sir."
"Pasti sangat menyakitkan sewaktu tanda ini dibuat. Tidak ragu lagi kalau ini luka bakar. Nah,
kalau kuamati, Ames, ada sepotong plester kecil di rahang Mr. Douglas. Apakah kau pernah melihatnya
sewaktu ia masih hidup""
Sherlock Holmes - Lembah Ketakutan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, Sir. Ia melukai dirinya sewaktu bercukur kemarin pagi."
"Apakah kau tahu ia pernah terluka sewaktu bercukur""
"Tidak untuk waktu yang sangat lama, Sir."
"Bagus sekali!" seru Holmes. "Tentu saja, ini mungkin hanya kebetulan, atau menunjukkan
kegugupan yang mengindikasikan ia memiliki alasan untuk merasa khawatir akan adanya bahaya.
Apakah kau melihat ada yang tidak biasa dalam sikapnya kemarin, Ames""
"Saya rasa ia agak gelisah dan terlalu bersemangat, Sir."
"Ha! Serangannya mungkin bukan tak terduga sepenuhnya. Kita tampaknya sudah mendapat
38 sedikit kemajuan, bukan" Mungkin kau ingin bertanya, Mr. Mac""
"Tidak, Mr. Holmes. Kau lebih baik daripada diriku."
"Well, kalau begitu, kita lanjutkan mengenai kartu ini 'V.V 341'. Dari kertas karton kasar.
Apakah kertas semacam ini ada di sini""
"Saya rasa tidak."
Holmes mendekati meja dan meneteskan rinta dari mssing-masing botol ke kertas isap.
"Kartunya. tidak ditulis di ruangan ini," katanya, "yang ini tinta hitam, sementara yang satu lagi
keunguan. Ia menggunakan pena yang tebal, padahal pena-pena ini halus. Tidak, menurutku kartu ini
ditulis di tempat lain. Kau punya dugaan ini tulisan apa, Ames""
"Tidak, Sir, tidak ada."
"Apa pendapatmu, Mr. Mac""
"Ini mengesankan semacam perkumpulan rahasia, sama seperti lencana di lenganku ini."
"Saya juga berpikir begitu," kata White Mason.
"Well, kita bisa menganggapnya sebagai hipotesis, lalu melihat seberapa besar kesulitan kita
yang disingkirnya. Seorang agen dari perkumpulan seperti itu memasuki rumah ini, menunggu Mr.
Douglas, meledakkan kepalanya dengan senapan ini, dan melarikan diri dengan menyeberangi parit,
sesudah meninggalkan sehelai kartu di samping mayat korban, yang bila disebut dalam koran,
memberitahu anggota perkumpulan lainnya bahwa pembalasan sudah dilaksanakan Semua tampak
masuk akal. Tapi kenapa senapan ini, padahal ada banyak senjata lain""
"Tepat sekali."
"Dan kenapa cincinnya hilang""
"Itulah." "Dan kenapa tidak ada yang ditangkap" Sekarang sudah lewat pukul 14.00. Kuanggap sejak
subuh setiap petugas dalam radius 64 kilometer dari sini mencari orang tak dikenal yang basah kuyup""
"Benar, Mr. Holmes."
"Well, kecuali ia memiliki persembunyian di dekat sini atau mengganti pakaiannya, mereka
mustahil tidak menemukannya. Tapi kenyataannya, hingga sekarang ia belum ditemukan!" Holmes
mendekati jendela dan memeriksa noda darah di kusen dengan kaca pembesar. "Jelas ini jejak sepatu.
39 Lebar sekali, orang bisa menganggap pelakunya berkaki rata. Aneh juga, karena kalau kita perhatikan
jejak berlumpur di sudut, solnya lebih berbentuk. Tapi, yang jelas keduanya sangat samar. Apa ini di
bawah meja samping""
"Barbel, Mr. Douglas," jawab Ames.
"Barbel hanya ada satu. Di mana yang satu lagi""
"Entah, Mr. Holmes. Mungkin selama ini memang
hanya ada satu. Saya sudah berbulan-bulan tidak
memperhatikan nya " "Satu barbel " kata Holmes serius, tapi
komentarnya terhenti oleh ketukan keras di pintu.
Seorang pria jangkung, terbakar matahari, tampak
kompeten, dan bercukur rapi memandang kami. Aku
tidak sulit untuk menebak bahwa ini adalah Cecil Barker
yang pernah kudengar. Pandangannya yang tajam
menatap kami satu per satu dengan sorot bertanya.
"Maaf menyela percakapan kalian," katanya, "tapi
sebaiknya kalian mendengar berita terakhir."
"Ada yang ditangkap""
"Tidak seberuntung itu. Tapi sepedanya sudah ketemu. Orang itu meninggalkan sepeda.
Lihatlah sendiri. Hanya seratus meter dari pintu depan."
Kami menemukan tiga atau empat pelayan dan penonton di jalan masuk tengah mengerumuni
sebuah sepeda yang dikeluarkan dari antara sesemakan tempat kendaraan tersebut disembunyikan.
Sepeda itu merek Rudge-Whitworth yang telah lama dipakai, kotor akibat perjalanan jauh. Ada kantong
samping berisi kunci Inggris dan kaleng oli, tapi tidak ada petunjuk mengenai pemiliknya.
"Akan sangat membantu polisi," kata Inspektur, "kalau benda seperti ini diberi nomor dan
didaftar. Tapi kita harus mensyukuri apa yang kita miliki. Kalau kita tidak bisa mengetahui ke mana ia
pergi, paling tidak kita mungkin bisa mengetahui dari mana ia datang. Tapi kenapa orang ini
meninggalkan sepedanya" Dan bagaimana ia bisa melarikan diri tanpa sepedanya" Rasanya kita tidak
mendapat kemajuan berarti dalam kasus ini, Mr. Holmes."
40 "Sungguh"" jawab temanku sambil berpikir.
"Aku tidak sependapat!"
41 BAB 5 Orang-orang yang Terlibat
"APAKAH Anda sudah selesai memeriksa ruang kerja"" tanya White Mason saat kami masuk
kembali ke rumah. "Untuk saat ini," kata Inspektur. Holmes mengangguk.
"Kalau begitu, sekarang mungkin kalian ingin mendengar kesaksian beberapa penghuni rumah.
Kita bisa menggunakan ruang makan, Ames. Kau mendapat giliran pertama, ceritakan apa yang
kauketahui." Apa yang disampaikan kepala pelayan itu sederhana dan jelas, dan ia memberikan kesan tulus
yang meyakinkan. Ia dipekerjakan lima tahun yang lalu, sewaktu Douglas datang untuk pertama kali ke
Birlstone. Ia tahu Mr. Douglas orang kaya yang memperoleh uangnya di Amerika. Ia majikan yang
ramah dan penuh perhatian mungkin memang tidak seperti majikan yang biasa dihadapi Ames, tapi
orang tidak mungkin memiliki segalanya, bukan" Ia belum pernah melihat tanda-tanda ketakutan pada
Mr. Douglas. Sebaliknya, pria itu orang paling berani yang pernah dikenalnya. Mr. Douglas
memerintahkan jembatan tarik diangkat setiap malam karena itu merupakan kebiasaan kuno di rumah
tua ini, dan ia senang mempertahankan tradisi lama.
Mr. Douglas jarang ke London atau meninggalkan desa, tapi pada hari sebelum kejahatan
tersebut ia berbelanja di Tunbridge Wells. Ames menyadari hari itu Mr. Douglas bersikap gelisah dan
penuh semangat, karena ia tampaknya tidak sabar dan jengkel, sesuatu yang tidak biasa baginya. Ames
belum tidur malam itu, melainkan ada di dapur di bagian belakang rumah, sedang membereskan
peralatan perak, sewaktu mendengar lonceng berbunyi ribut. Ia tidak mendengar suara tembakan, tapi
kecil kemungkinan ia bisa mendengarnya karena dapur terletak di bagian paling belakang rumah dan
ada sejumlah pintu tertutup dan lorong panjang di antaranya. Pengurus rumah keluar dari kamarnya
karena bunyi lonceng. Bersama-sama mereka menuju bagian depan rumah.
42 Sewaktu tiba di kaki tangga mereka melihat
Mrs. Douglas menuruni tangga. Tidak, Mrs. Douglas
tidak tergesa-gesa. Menurut Ames, Mrs. Douglas
bahkan tidak tampak gelisah. Tepat pada saat Mrs.
Douglas tiba di dasar tangga, Mr. Barker bergegas
keluar dari ruang kerja. Ia menghentikan Mrs. Douglas
dan memintanya kembali. "Demi Tuhan, kembalilah ke kamarmu!" seru
M r. Barker. "Jack yang malang sudah tewas! Kau tidak
bisa berbuat apa-apa. Demi Tuhan, kembalilah!"
Sesudah dibujuk-bujuk di tangga, Mrs. Douglas
kembali naik. Ia tidak menjerit. Tidak menangis. Mrs.
Allen, pengurus rumah, membimbingnya naik dan
menemaninya di kamar tidur. Ames dan Mr. Barker lalu
kembali ke dalam ruang kerja, di sana mereka
menemukan segala sesuatunya tepat seperti yang ditemui polisi. Pada saat itu lilinnya tidak menyala.
Hanya lampu yang menyala. Mereka sudah melihat ke luar jendela, tapi cuaca begitu gelap sehingga
mereka tidak bisa melihat atau mendengar apa pun. Mereka lalu bergegas ke ruang depan, di mana
Ames memutar roda penggerak untuk menurunkan jembatan tarik. Mr. Barker lalu bergegas pergi ke
kantor polisi. Itulah inti kesaksian si kepala pelayan.
Kesaksian Mrs. Allen, pengurus rumah, sejauh ini mendukung kesaksian Ames. Kamar
pengurus rumah tersebut lebih dekat dengan bagian depan rumah daripada dapur, tempat Ames sedang
bekerja waktu itu. Wanita itu tengah bersiap-siap tidur sewaktu bunyi keras lonceng menarik
perhatiannya. Ia agak tuli. Mungkin itu sebabnya ia tidak mendengar suara tembakan. Tapi, yang jelas,
ruang kerja memang agak jauh dari kamarnya. Ia ingat mendengar suara yang menurutnya mirip bunyi
pintu ditutup. Itu jauh lebih awal paling tidak setengah jam sebelum bunyi lonceng. Sewaktu Mr.
Ames berlari ke depan rumah ia mengikutinya. Ia melihat Mr. Barker, sangat pucat dan gugup, keluar
dari ruang kerja, Mr. Barker mencegat Mrs. Douglas, yang sedang menuruni tangga. Mr. Barker
43 membujuk Mrs. Douglas agar kembali ke kamar, dan Mrs. Douglas mengatakan sesuatu yang tidak bisa
didengar Mrs. Allen. "Ajak ia ke atas! Temani dia!" kata Mr. Barker pada Mrs. Allen.
Oleh karena itu Mrs. Allen mengajak nyonya majikannya ke kamar tidur, dan berusaha
menghiburnya Mrs. Douglas gemetar hebat, dan tidak berusaha turun lagi. Ia hanya duduk di dekat
perapian kamar, masih mengenakan gaun tidur, dengan kepala terbenam di tangan. Mrs. Allen
menemaninya hampir sepanjang malam. Para pelayan lain telah tidur, dan mereka baru menyadari telah
terjadi sesuatu menjelang kedatangan polisi. Mereka tidur di bagian paling belakang rumah, dan tidak
mungkin bisa mendengar apa pun.
Sejauh ini dalam pemeriksaan silang pengurus rumah itu tidak bisa menambahkan keterangan
apa pun, cuma mengungkapkan kekagetan dan kesedihannya.
Kesaksian Cecil Barker kami dengar sesudah Mrs. Allen. Mengenai kejadian semalam, ia hanya
bisa menambahkan sangat sedikit apa yang sudah diceritakannya pada polisi. Secara pribadi ia yakin
pembunuhnya melarikan diri melalui jendela. Menurutnya jejak darah tersebut cukup jelas
menunjukkan hal itu. Lagi pula, karena jembatan tariknya diangkat, tidak mungkin pembunuhnya bisa
melarikan diri dengan cara lain. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan pembunuh tersebut
atau kenapa ia meninggalkan sepedanya, kalau memang benar kendaraan tersebut miliknya. Pembunuh
itu tidak mungkin tenggelam di parit, yang dalamnya tidak lebih dari semeter.
Ia sudah menyusun teori sendiri yang kuat mengenai pembunuhan tersebut. Douglas pendiam,
dan ada beberapa bagian dari kehidupannya yang tidak pernah dibicarakan. Ia pindah dari Irlandia ke
Amerika sewaktu masih sangat muda. Ia cukup berhasil dalam usahanya, dan Barker pertama kali
bertemu dengannya di California, tempat mereka menjadi rekanan dalam usaha pertambangan yang
berhasil di tempat bernama Benito Canyon. Mereka cukup sukses, tapi Douglas tiba-tiba menjual
bagiannya dan pindah ke Inggris. Pada waktu itu ia menduda. Barker akhirnya mencairkan uangnya
dan menyusul ke London. Dengan begitu mereka pun memperbarui persahabatan mereka.
Douglas menimbulkan kesan dalam diri Barker bahwa ada bahaya yang mengancamnya, dan
Barker selalu menganggap kepergian Douglas yang tiba-tiba dari California, serta menyewa rumah di
tempat yang sangat sepi di Inggris, ada
kaitannya dengan ancaman tersebut. Menurut Barker ada
semacam perkumpulan rahasia yang mengikuti jejak Douglas, yang tidak akan berhenti sebelum
44 berhasil membunuhnya. Beberapa komentar Douglas-lah yang menimbulkan gagasan ini, sekalipun
Douglas tidak pernah menceritakan organisasi apa, atau bagaimana ia bisa berurusan dengan mereka. Ia
hanya bisa menduga bahwa kartu yang tertinggal itu ada kaitannya dengan perkumpulan tersebut.
"Berapa lama Anda bersama Douglas di California"" tanya Inspektur MacDonald.
"Secara keseluruhan, lima tahun."
"Ia bujangan, kata Anda tadi""
"Duda." "Anda pernah mendengar dari mana asal istri pertamanya""
"Tidak, saya ingat ia pernah mengatakan istri pertamanya keturunan Jerman. Dan saya pernah
melihat fotonya. Ia sangat cantik. Wanita itu meninggal karena tifus setahun sebelum saya bertemu
Douglas." "Anda tidak mengaitkan masa lalunya dengan kawasan tertentu di Amerika""
"Saya pernah mendengar ia bicara tentang Chicago. Ia mengenal kota itu dengan baik dan
pernah bekerja di sana. Saya pernah mendengarnya berbicara tentang distrik batu bara dan besi. Ia
sering bepergian sewaktu masih muda."
"Apakah ia politikus" Apakah perkumpulan rahasia itu ada hubungannya dengan politik""
"Tidak, ia tidak peduli dengan politik."
"Anda tidak memiliki alasan untuk menganggap Douglas penjahat""
"Sebaliknya, saya belum pernah bertemu orang selurus dirinya."
"Apa ada yang menarik dari kehidupannya di California""
"Ia paling senang bekerja di tambang kami di pegunungan. Ia tidak akan menemui orang lain
kalau bisa. Itu sebabnya mula-mula saya kira ada orang yang memburunya. Lalu sewaktu ia tiba-tiba
pergi ke Eropa, saya pastikan kalau memang benar begitu. Saya yakin ia mendapat semacam
peringatan. Seminggu sesudah kepergiannya, ada sekitar enam orang menanyakan dirinya."
"Orang macam apa""
"Well, tampang mereka cukup keras. Mereka datang ke tambang dan ingin tahu ke mana ia
pergi. Saya katakan ia pergi ke Eropa dan saya tidak tahu cara menemukannya Mereka tidak berniat
baik padanya mudah sekali untuk melihatnya."
45 "Apakah mereka orang Amerika orang California""
"Well, saya tidak tahu mereka orang California atau bukan. Mereka jelas orang Amerika. Tapi
mereka bukan penambang. Saya tidak tahu siapa mereka, dan sangat senang sewaktu mereka pergi."
"Itu enam tahun yang lalu""
"Hampir tujuh."
"Dan pada saat itu Anda sudah lima tahun berteman dengannya di California, jadi urusan ini
paling tidak berlangsung sekitar sebelas tahun yang lalu""
"Begitulah." Persehsihan itu pasti sangat serius sehingga tetap berlanjut selama itu. Bukan masalah kecil
kalau sampai selama ini."
"Saya rasa masalah itu menghantuinya seumur hidup. Ia tidak pernah bisa benar-benar
melupakannya." "Tapi kalau ia mengetahui adanya bahaya yang mengancam, dan tahu bahaya apa itu, kenapa ia
tidak minta perlindungan pada polisi""
"Mungkin ia tidak bisa dilindungi dari bahaya itu. Ada satu hal yang harus Anda ketahui. Ia
selalu membawa senjata ke mana-mana. Revolvernya selalu ada di saku. Tapi, sial, semalam ia sedang
mengenakan mantel rumah dan meninggalkan pistolnya di kamar tidur. Begitu jembatan diangkat, saya
kira ia merasa aman."
"Saya ingin lebih jelas mengetahui soal waktu ini," kata MacDonald. "Sudah sekitar enam tahun
Pendekar Bijaksana 2 Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak Monte Cristo 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama