Ceritasilat Novel Online

Piala Api 9

Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling Bagian 9


ganggang, mencengkeram jubah Harry dan berusaha menariknya ke bawah.
"Relashio!" Harry berteriak, hanya saja tak ada suara yang keluar... Gelembung besar muncul dari mulutnya, dan tongkat sihirnya, alih-alih menyemburkan bunga api ke Grindylow, menyiram mereka dengan air panas. Kelihatannya begitu, karena di tempat air itu mengenai mereka, bercak-bercak merah membara bermunculan di kulit mereka yang hijau. Harry menarik lepas pergelangan kakinya dari cengkeraman Grindylow dan berenang, secepat mungkin, beberapa kali mengirim semburan air panas dari balik bahunya secara serampangan. Sekali-sekali dia merasakan salah satu Grindylow menangkap kakinya lagi, dan dia menendang keras-keras. Akhirnya dia merasa kakinya menyepak kepala bertanduk, dan menoleh, dia melihat Grindylow yang pusing berenang menjauh, dengan mata juling, sementara teman-temannya mengacungkan tinju kea rah harry, dan membenamkan diri kembali ke dalam ganggang.
Harry sedikit melambat, menyelipkan tongkatnya ke balik jubahnya lagi, dan memandang berkeliling, mendengarkan lagi. Dia berputar melingkar di dalam air, kesunyian menekan lebih keras gendang telinganya. Dia tahu dia pasti berada lebih dalam lagi sekarang, tetapi tak ada yang bergerak kecuali ganggang yang beriak.
"Bagaimana kemajuanmu""
Harry mengira dia mendapat serangan jantung. Dia berbalik dan melihat Myrtle Merana melayang samara di depannya, memandangnya lewat kacamatanya yang tebal mengilap.
"Myrtle!" Harry berusaha berteriak - tetapi sekali lagi tak ada yang keluar dari mulutnya kecuali gelembung yang sangat besar. Myrtle Merana terkikik geli.
"Cobalah ke sana!" katanya, menunjuk. "Aku tak mau ikut kau... aku tak begitu suka mereka, mereka selalu mengejarku kalau aku dating terlalu dekat..."
Harry mengacungkan kedua ibu jarinya untuk menunjukkan terima kasihnya dan meluncur lagi, berhati-hati berenang agak jauh dari ganggang untuk menghindari Grindylow yang siapa tahu bersembunyi di situ.
Dia berenang kira-kira dua puluh menit paling tidak. Dia melewati hamparan luas Lumpur hitam sekarang, yang berpusar keruh ketika dia lewat. Kemudian, akhirnya, dia mendengar potongan nyanyian duyung yang sangat diingatnya.
"Satu jam penuh kau harus mencari,
Dan mengambil kembali yang telah kami curi..."
Harry berenang lebih cepat dan segera saja melihat batu karang besar muncul dari dalam air keruh di depannya. Ada lukisan manusia-manusia duyung pada karang itu. Mereka membawa tombak dan mengejar sesuatu yang tampak seperti cumi-cumi raksasa. Harry berenang melewati karang itu, mengikuti nyanyian duyung.
"... waktumu tinggal separo, jangan berlambat-lambat lagi
Nanti yang kau cari tak bisa kau dapatkan kembali..."
Duyung-duyung itu berkulit keabu-abuan dan rambut mereka panjang, berantakan, berwarna hijau tua. Mata mereka kuning, seperti juga gigi mereka yang patah-patah, dan mereka memakai kalung tali tebal dengan untaian kerikil di sekiling leher mereka. Mereka melirik Harry ketika Harry berenang lewat. Satu dua diantara mereka muncul dari dalam gua agar bisa melihat lebih jelas lagi. Ekor ikan
mereka yang keperakan dan kuat memukul-mukul air, tombak di cengkeram di tangan.
Harry meluncur lebih cepat, memandang berkeliling, dan segera saja tempat tinggal mereka menjadi lebih banyak. Beberapa diantaranya punya halaman berumput dan dia bahkan melihat Grindylow piaraan yang diikat di tiang depan pintu. Duyung-duyung bermunculan dari segala jurusan, memandangnya dengan bergairah, menunjuk-nunjuk tangan dan kakinya yang berselaput, saling berbicara di balik tangan. Harry membelok di sudut dan pemandangan aneh terlihat di depan matanya.
Kerumunan duyung melayang di depan rumah-rumah yang mengitari apa yang tampak seperti lapangan kota versi duyung. Paduan suara duyung bernyanyi di tengah lapangan itu, memanggil para juara kepada mereka, dan di belakang mereka menjulang patung sederhana duyung
Sekelompok gua batu yang ditumbuhi ganggang mendadak muncul dalam keremangan dari segala jurusan. Di sana sini di balik jendela gelap, Harry melihat wajah-wajah... wajah yang sama sekali tidak mirip dengan lukisan putrid duyung di dalam kamar mandi prefek...
raksasa yang dipahat dari karang besar. Empat orang diikat kuat ke ekor duyung itu.
Ron terikat diantara Hermione dan Cho Chang. Yang satu lagi anak perempuan yang tampaknya tak lebih dari delapan tahun. Rambutnya yang keperakan membuat Harry yakin dia adik Fleur Delacour. Keempatnya tampaknya tertidur lelap. Kepala mereka terkulai di bahu, dan gelembung-gelembung kecil tak hentinya keluar dari mulut mereka.
Harry meluncur mendekati para sandera, setengah mengira para duyung akan menurunkan tombak dan menyerangnya. Tetapi mereka tidak berbuat apa-apa. Tali rumput laut yang mengikat para tawanan ke patung itu tebal, licin berlendeir, dan sangat kuat. Sesaat terlintas di benak Harry pisau yang dihadiahkan Sirius kepadanya Natal yang lalu - terkunci di dalam kopernya di kastil seperempat kilo jauhnya, tak ada gunanya baginya.
Harry memandang berkeliling. Sebagian besar duyung yang mengelilinginya membawa tombak. Dia berenang gesit mendekati duyung pria setinggi kira-kira dua meter dengan jenggot hijau panjang dan kalung choker yang terdiri atas taring ikan hiu, dan berusaha memeragakan gerak mau meminjam tombak. Si duyung tertawa dan menggelengkan kepala.
"Kami tidak membantu," katanya dengan suara kasar dan parau.
"AYOLAH!" kata Harry berkeras (tetapi hanya gelembung-gelembung yang keluar dari mulutnya), dan dia berusaha menarik tombak dari duyung itu, tetapi si
duyung menariknya kembali, masih menggeleng dan tertawa.
Harry berputar-putar, mencari-cari. Sesuatu yang tajam... apa saja...
Karang berserakan di dasar danau. Dia menyelam dan mengambil sepotong karang yang sangat tajam dan kembali ke patung. Dia mulai menetak-netak tali yang mengikat Ron, dan setelah beberapa menit bekerja keras, tali itu putus. Ron melayang, pingsan, beberapa senti dari dasar danau, terhanyut sedikit di air surut.
Harry memandang berkeliling. Tak ada tanda-tanda ketiga juara lainnya. Apa maunya mereka" Kenapa mereka tidak bergegas" Harry menoleh ke Hermione, mengangkat karangnya yang tajam, dan mulai menetak ikatannya juga...
Langsung saja beberapa pasang tangan kuat abu-abu menahannya. Enam duyung menariknya menjauh dari Hermione, menggelengkan kepala mereka yang berambut hijau dan tertawa.
"Ambil sanderamu sendiri," salah satu dari mereka bicara kepadanya. "Tinggalkan yang lain..."
"No way!" kata Harry berang... tetapi hanya dua gelembung besar yang muncul.
"Tugasmu adalah mendapatkan kembali temanmu sendiri... tinggalkan yang lain...
"Dia temanku juga!" Harry berteriak, menunjuk Hermione, gelembung perak besar muncul tanpa suara dari bibirnya. "Dan aku juga tak mau mereka mati!"
Kepala Cho terkulai ke bahu Hermione. Anak perempuan berambut keperakan itu pucat pasi kehijauan. Harry memberontak mau melepaskan diri dari para duyung, tetapi mereka malah tertawa makin keras, memeganginya kuat-kuat. Harry memandang berkeliling dengan panic. Mana juara lainnya" Cukupkah waktunya untuk membawa Ron ke permukaan dan menyelam lagi untuk menyelamatkan Hermione dan yang lain" Bisakah dia menemukan mere
ka lagi" Dia menunduk memandang arlojinya untuk mengetahui berapa waktu yang masih tersisa - arlojinya mati.
Tetapi kemudian duyung-duyung yang mengitarinya menunjuk-nunjuk bergairah ke atas kepalanya. Harry mendongak dan melihat Cedric berenang kea rah mereka. Ada gelembung besar di kepalanya, yang membuat wajahnya tampak aneh dan teregang.
"Tersesat," mulutnya mengucapkan, tampak panic. "Fleur dan Krum segera dating!"
Merasa lega sekali, Harry mengawasi Cedric mengeluarkan pisau dari dalam sakunya dan membebaskan Cho. Dia menarik Cho ke atas dan lenyap dari pandangan.
Harry memandang berkeliling, menunggu. Di mana Fleur dan Krum" Waktu semakin sempit, dan menurut nyanyian, para tawanan tak akan bisa diselamatkan selewat satu jam...
Para duyung mulai menjerit-jerit bersemangat. Yang memegangi Harry mengendurkan cengkeraman, memandang ke belakang mereka. Harry berbalik dan melihat sesuatu yang mengerikan membelah air menuju
mereka. Tubuh manusia memakai celana renang berkepala ikan hiu... Krum. Rupanya dia mentransfigurasi dirinya - tetapi tidak sempurna.
Si manusia hiu berenang lurus kea rah Hermione dan mulai mengatupkan moncong menggigir talinya. Masalahnya posisi gigi-gigi baru Krum sedemikian rupa sehingga susah sekali digunakan menggigit sesuatu yang lebih kecil daripada lumba-lumba, dan Harry yakin kalau Krum tidak berhati-hati, dia akan menggigit putus Hermione. Meluncur maju, Harry menghantam bahu Krum keras-keras dan mengangkat karang tajamnya. Krum menyambarnya dan mulai memotong ikatan Hermione. Dalam waktu beberapa detik saja dia sudah berhasil membebaskannya. Dia menyambar pinggang Hermione, dan tanpa menoleh ke belakang, mulai meluncur ke atas menuju ke permukaan danau.
Sekarang bagaimana" Piker Harry putus asa. Jika dia bisa yakin Fleur pasti dating... tetapi tak ada tanda-tandanya. Tak ada yang bisa dilakukannya kecuali...
Dia menyambar karang yang tadi dijatuhkan Krum. Tetapi para duyung sekarang mengerumuni Ron dan anak perempuan kecil itu, menggelengkan kepala mereka. Harry mencabut tongkat sihirnya.
"Minggir!" Hanya gelembung yang keluar dari mulutnya, tetapi dia mendapat kesan para duyung memahaminya, karena mereka mendadak berhenti tertawa. Mata mereka yang kekuningan terpancang pada tongkat sihir Harry, dan mereka tampak ketakutan. Jumlah mereka jauh lebih banyak disbanding dia yang sendirian, tetapi dari
ekspresi wajah mereka Harry bisa tahu, mereka sama sekali tak tahu tentang sihir, sama seperti si cumi-cumi raksasa.
"Kalian punya waktu sampai hitungan ketiga!" Harry berteriak, gelembung-gelembung menyembur dari mulutnya, tetapi dia mengangkat tiga jarinya untuk memastikan mereka menangkap maksudnya. "Satu..." (dia melipat satu jari) "Dua..." (dilipatnya jari kedua)...
Mereka menyebar. Harry meluncur maju dan mulai menetak tali yang mengikat anak itu ke patung, dan akhirnya dia bebas. Harry menyambar pinggang anak itu, menarik leher jubah Ron, dan menjejak dari dasar danau.
Gerakannya lamban sekali. Dia tak bisa lagi menggunakan tangannya yang berselaput untuk mempercepat lajunya. Dia menggerakkan kakinya yang bersirip sekuat tenaga, tetapi Ron dan adik Fleur seperti karung berisi kentang yang menyeretnya ke bawah kembali... Harry mengarahkan matanya ke atas, meskipun tahu dia pasti masih berada jauh di bawah, air di atasnya semakin gelap...
Para duyung naik bersamanya. Dia bisa melihat mereka berenang dengan mudah, menontonnya bersusah payah menembus air... Akankah mereka menariknya kembali ke bawah jika waktunya telah habis" Apakah mereka mungkin makan manusia" Kaki Harry kaku akibat usaha kerasnya untuk terus berenang. Bahunya sakit sekali karena keberatan menarik Ron dan adik Fleur...
Dia bernapas dengan susah payah. Sisi lehernya terasa sakit lagi... dia jadi sadar betapa basahnya air di mulutnya... tetapi kegelapan sudah mulai memudar sekarang... dia bisa melihat cahaya di atasnya...
Dia menendang keras-keras dengan siripnya, tetapi ternyata sekarang sudah tinggal kakinya. Air mengucur lewat mulutnya ke paru-parunya... dia mulai merasa pusing, tetapi dia tahu cahaya dan udara tinggal ti
ga meter di atasnya... dia harus sampai ke sana... harus...
Harry menjejakkan kakinya begitu keras dan cepat sehingga rasanya otot-ototnya menjerit memprotes. Otaknya serasa digenangi air, dia tak bisa bernapas, dia perlu oksigen, di harus terus, dia tak boleh berhenti...
Dan kemudian dia merasa kepalanya menembus permukaan air danau. Udara segar yang dingin menyengat wajahnya. Dia menghirupnya, merasa seakan belum pernah bernapas dengan benar, dan tersengal, dia menarik Ron dan si anak perempuan ke atas bersamanya. Di sekelilingnya, kepala-kepala berambut hijau berantakan ikut bermunculan, tetapi mereka tersenyum kepadanya.
Penonton di tribune bising sekali, berteriak-teriak dan menjerit-jerit. Mereka tampaknya berdiri semua. Harry mendapat kesan mereka mengira Ron dan anak perempuan ini mungkin sudah meninggal, tetapi mereka keliru... keduanya telah membuka mata. Anak perempuan itu tampak ketakutan dan bingung, tetapi Ron menyemburkan air, mengejap dalam cahaya terang, menoleh ke Harry dan berkata, "Basah, ya"" Kemudian dia melihat adik Fleur. "Mau apa kau bawa-bawa dia""
"Fleur tak muncul, aku tak bisa meninggalkannya," kata Harry tersengal.
"Astaga, Harry!" kata Ron. "Kau tidak menganggap serius nyanyian iti, kan" Dumbledore tak akan membiarkan salah satu dari kami tenggelam."
"Nyanyian itu mengatakan..."
"Itu hanya untuk memastikan kau kembali dalam batas waktu yang ditentukan!" kata Ron. "Mudah-mudahan kau tidak membuang-buang waktu di bawah san berlagak sebagai pahlawan."
Harry merasa tolol sekaligus jengkel. Enak saja bagi Ron ngomong begitu. Dia tidur. Dia tidak merasakan betapa mengerikan di dasar danau, dikelilingi duyung-duyung yang membawa tombak, yang tampaknya sanggup melakukan lebih dari pembunuhan.
"Ayo," kata Harry pendek, "Bantu aku membawanya. Kurasa dia tak begitu pandai berenang."
Mereka menarik adik Fleur melintasi air, menuju pantai tempat para juri berdiri menonton, dua puluh duyung menemani mereka seperti pengawal kehormatan, menyanyikan lagu mereka yang melengking mengerikan.
Harry bisa melihat Madam Pomfrey sibuk mengurusi Hermione, Krum, Cedric, dan Cho, yang semuanya terbungkus selimut tebal. Dumbledore dan Ludo Bagman berdiri di pantai, tersenyum kepada Harry dan Ron ketika mereka berenang mendekat. Tetapi Percy, yang tampak sangat pucat dan lebih muda daripada biasanya, terjun ke air menyambut mereka. Sementara Madame Maxime berusaha menahan Fleur Delacour, yang histeris, meronta-ronta ingin kembali ke air.
"Gabrielle! Gabrielle! Apakah dia hidup" Apakah dia luka""
"Dia baik-baik saja!" Harry berusaha memberitahunya, tetapi dia lelah sekali sampai nyaris tak bisa bicara, apalagi berteriak.
Percy menyambar Ron dan menariknya ke tepi. ("Lepaskan, Percy, aku taka pa!") ; Dumbledore dan Bagman menarik Harry berdiri. Fleur telah melepaskan diri dan Madame Maxime dan memeluk adiknya.
"Gara-gara Grindylow... mereka menyerangku... oh, Gabrielle, kupikir... kupikir..."
"Ke sini kau," kata Madame Pomfrey. Dia menyambar Harry dan menariknya ke tempat Hermione dan yang lain, membungkusnya rapat-rapat dalam selimut sehingga Harry merasa dia memakai jaket tebal, dan menuangkan ramuan sangat panas ke tenggorokannya. Asap mengepul dari lubang telinganya.
"Harry, hebat sekali!" seru Hermione. "Kau berhasil, kau berhasil menemukan caranya!"
"Er...," kata Harry. Dia mau memberitahu Hermione tentang Dobby, tetapi terpandang olehnya Karkaroff mengawasinya. Dia satu-satunya juri yang tidak menunjukkan tanda-tanda senang dan lega bahwa Harry, Ron dan adik Fleur telah kembali dengan selamat. "Yeah, betul," kata Harry, sengaja mengeraskan suaranya sedikit agar Karkaroff mendengarnya.
"Ada kumbang air di rambutmu, Herm-ayon-nini," kata Krum. Harry mendapat kesan Krum ingin mengembalikan perhatian Hermione kepada dirinya, mungkin untuk
mengingatkannya bahwa dia baru saja menyelamatkannya dari dalam danau, tetapi Hermione menyapu kumbang itu dengan tak sabar dan berkata, "Tapi kau jauh melampaui batas waktu, Harry... Apakah lama baru kau berhasil menemukan kami""
"Tidak... aku menemukan kalian cukup cepat..."
Harr y merasa makin tolol. Sekarang setelah keluar dari air, jelas bahwa tindakan pengamanan Dumbledore tidak akan memungkinkan kematian salah satu sandera hanya karena juara mereka tidak muncul. Kenapa tadi dia tidak Cuma menyambar Ron dan langsung naik" Dia akan jadi orang pertama yang kembali... Cedric dan Krum tidak membuang-buang waktu mencemaskan orang lain. Mereka tidak menanggapi nyanyian duyung itu dengan serius...
Dumbledore berjongkok di tepi air, berbicara serius dengan... tampaknya kepala para duyung. Duyung perempuan yang bertampang galak dan liar. Dia mengeluarkan bunyi melengking yang biasa dikeluarkan duyung jika berada di atas air. Jelas Dumbledore bisa berbahasa duyung. Akhirnya dia bangkit, berpaling kepada rekan-rekan jurinya dan berkata, "Konferendi sebelum pemberian angka, kukira."
Para juri berkerumun mendekat. Madam Pomfrey telah membebaskan Ron dari cengkeraman Percy. Dia membawa Ron kepada Harry dan yang lain, memberinya selimut dan Ramuan Merica Mujarab, kemudian pergi menjemput Fleur dan adiknya. Wajah Fleur terluka di banyak tempat dan jubahnya robek, tetapi dia tanpaknya tak peduli. Dia juga tak mengizinkan Madame Pomfrey membersihkan luka-lukanya.
"Rawatlah Gabrielle," katanya, dan kemudian dia menoleh kepada Harry. "Kau menyelamatkannya," katanya terengah. "Meskipun dia bukan sanderamu."
"Yeah," kata Harry, yang sekarang sepenuh hati berharap tadi dia meninggalkan ketiga anak perempuan itu terikat di patung.
Fleur membungkuk, mencium Harry dua kali pada masing-masing pipi (Harry merasa wajahnya terbakar dan tak akan heran kalau asap mengepul dari telinganya lagi), kemudian berkata kepada Ron, "Dan kau juga... kau membantu..."
"Yeah," kata Ron, tampak sangat berharap, "yeah, sedikit..."
Fleur membungkuk dan menciumnya juga. Hermione tampak marah, tetapi kemudian, suara Ludo Bagman yang dikeraskan secara sihir membahana di sebelah mereka, membuat mereka semua terlonjak, dan para penonton diam sehingga suasana sunyi senyap.
"Para hadirin sekalian, kami telah mengambil keputusan. Kepala duyung Murcus telah memberitahu kami apa persisnya yang terjadi di dasar danau, dank arena itu kami memutuskan untuk memberikan nilai berdasarkan nilai tertinggi lima puluh kepada masing-masing juara, sebagai berikut..."
"Miss Fleur Delacour, meskipun mendemontrasikan penggunaan Mantra Gelembung Kepala yang hebat, dia diserang oleh Grindylow ketika mendekati sasarannya, dan gagal menyelamatkan sanderanya. Kami memberinya angka dua puluh lima."
Penonton bertepuk. "Aku layak mendapat nol," kata Fleur parau, menggelengkan kepalanya yang cantik.
"Mr. Cedric Diggory, yang juga menggunakan Mantra Gelembung Kepala, yang pertama kembali membawa sanderanya, meskipun dia kembali satu menit melewati batas waktu satu jam." Sorak gemuruh dari anak-anak Hufflepuff. Harry melihat wajah Cho memandang Cedric dengan wajah berseri. "Dengan demikian kami memberi dia angka empat puluh tujuh."
Semangat Harry merosot. Jika Cedric melewati batas waktu, apalagi dia.
"Mr. Viktor Krum menggunakan Transfigurasi yang tidak sempurna, meskipun demikian efektif, dan kembali nomor dua dengan membawa sanderanya. Kami memberinya angka empat puluh."
Karkaroff bertepuk keras sekali, tanpak sangat superior.
"Mr. Harry Potter menggunakan Gillyweed dengan sangat efektif," Bagman meneruskan. "Dia kembali paling akhir, dan jauh melewati batas waktu yang satu jam. Meskipun demikian, kepala para duyung memberitahu kami bahwa Mr. Potter yang pertama tiba di tempat sandera, dan bahwa keterlambatan kembalinya dikarenakan tekadnya untuk menyelamatkan semua sandera, bukan hanya sanderanya sendiri."
Ron dan Hermione memberi Harry pandangan separo jengkel, separo bersimpati.
"Sebagian besar juri," sambil mengatakan ini, bagman melempar pandang sangat sebal kepada karkaroff, "menganggap ini menunjukkan sifat akhlak yang baik dan layak mendapat nilai tertinggi. Meskipun demikian... angka Mr. Potter adalah empat puluh lima."
Perut Harry serasa melonjak - sekarang kedudukannya seri dengan Cedric, untuk meraih tempat pertama. Ron dan Hermione yang sama sekali tak me
nyangka, terpana menatap Harry, kemudian tertawa dan ikut bertepuk keras bersama penonton yang lain.
"Wah, Harry!" Ron berteriak mengatasi gemuruh sorak. "Ternyata kau tidak tolol - kau menunjukkan sifat akhlak yang baik!"
Fleur juga bertepuk keras, tetapi Krum sama sekali tak tampak senang. Dia berusaha mengajak Hermione ngobrol lagi, tetapi Hermione terlalu sibuk bersorak untuk Harry.
"Tugas ketiga dan terakhir akan berlangsung sore hari tanggal dua puluh empat juni," Bagman melanjutkan. "Para juara akan diberitahu apa yang akan mereka hadapi tepat satu bulan sebelumnya. Terima kasih atas dukungan kalian kepada para juara."
Sudah selesai, piker Harry linglung, sementara Madam Pomfrey menggiring para juara dan sandera mereka kembali ke kastil untuk berganti pakaian kering... sudah selesai, dia telah berhasil lolos... dia tak perlu mencemaskan apapun sampai tanggal dua puluh empat juni...
Kali berikutnya dia ke Hogsmeade, Harry memutuskan saat menaiki undakan batu kastil, dia akan membelikan Dobby kaus kaki, sepasang untuk setiap hari dalam setahun.
27. Kembalinya Padfoot (*Padfoot: Julukan bagi Sirius Black, baca kisah selengkapnya dalam Harry Potter 3 : Harry Potter dan Tawanan Azkaban)
Salah satu hal terbaik yang terjadi setelah pelaksanaan tugas kedua adalah bahwa semua orang sangat ingin tahu secara rinci apa yang terjadi di dasar danau. Ini berarti sekali ini Ron bisa menjadi pusat perhatian bersama Harry. Harry memperhatikan bahwa rangkaian kejadian versi Ron berubah sedikit demi sedikit pada setiap kali penceritaan. Mula-mula dia kelihatannya menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Paling tidak ceritanya cocok dengan cerita Hermione -Dumbledore menyihir semua sandera tertidur lelap di kantor Profesor McGonagall, setelah sebelumnya meyakinkan mereka bahwa mereka akan cukup aman,
dan akan terbangun kembali jika mereka sudah berada di atas air lagi. Tetapi seminggu kemudian, Ron menceritakan kisah penculikan seru. Dalam penculikan itu dia berjuang seorang diri melawan lima puluh duyung bersenjata lengkap yang harus memukulinya sampai pingsan sebelum bisa mengikatnya.
"Tetapi tongkatku kusembunyikan di dalam lengan jubahku," dia meyakinkan Padma Patil, yang tampaknya jauh lebih menyukai Ron setelah Ron mendapat begitu banyak perhatian, dan memastikan mengajaknya bicara setiap kali mereka berpapasan di koridor. "Aku sebetulnya bisa menangkap duyung-duyung idiot itu kapan saja aku mau."
"Bagaimana caranya" Ngorok di depan mereka"" komentar Hermione menyengat. Belakangan ini anak-anak meledeknya habis sebagai yang paling membuat Viktor Krum kehilangan, sehingga dia gampang marah.
Telinga Ron menjadi merah, dan sesudah itu dia kembali ke versi dirinya disihir tidur.
Memasuki bulan Maret udara menjadi lebih kering, tetapi angina jahat menguliti tangan dan wajah mereka setiap kali mereka keluar ke halaman. Terjadi keterlambatan pos karena burung-burung hantu berkal-kali diterbangkan angina sehingga arahnya melenceng. Burung hantu coklat, yang dikirim Harry ke Sirius membawa tanggal kunjungan akhir pecan ke Hogsmeade, muncul waktu sarapan jumat pagi dengan separo bulu-bulunya mencuat kea rah terbalik. Baru saja Harry melepas jawaban Sirius, si burung hantu sudah terbang kabur. Jelas dia ketakutan akan disuruh keluar lagi.
Surat Sirius hampir sama dengan sebelumnya.
Siap di undakan di ujung jalan Hogsmeade (selewat Dervish and Banges) Sabtu, pukul dua siang Bawa makanan sebanyak kau bisa.
"Dia kembali ke Hogsmeade"" kata Ron menyangsikan.
"Rupanya begitu, kan"" kata Hermione.
"Aku tak percaya," kata Harry tegang, "kalau dia tertangkap..."
"Sudah berhasil sejauh ini, kan"" kata Ron. "Lagi pula sudah tak ada dementor berkeliaran."
Harry melipat suratnya, berpikir. Jika mau jujur, dia sebetulnya ingin sekali bertemu Sirius lagi. Karena itu dia berangkat ke pelajaran terakhir sore itu - dua jam pelajaran ramuan - dengan perasaan jauh lebih riang daripada biasanya jika menuruni tangga ke ruang bawah tanah.
Malfoy, Crabbe dan Goyle berdiri berkerumunan bersama geng cewek Slytherin Pansy Parkinson. Semuanya memandang sesu
atu yang tak bisa dilihat Harry dan mengikik geli. Wajah Pansy yang seperti anjing pug memandang bersemangat dari balik punggung lebar Goyle ketika Harry, Ron dan Hermione mendekat.
"Itu mereka, itu mereka!" katanya terkikik, dan berkerumun anak-anak Slytherin menyebar. Harry melihat bahwa Pansy memegang majalah - witch weekly - mingguan penyihir. Foto yang bergerak-gerak pada sampulnya menunjukkan penyihir perempuan berambut
keriting yang tertawa memamerkan giginya yang besar-besar dan menunjuk bolu spons dengan tongkat tongkat sihirnya.
"Kau mungkin akan menemukan sesuatu yang menarik untukmu di dalam sini, Granger!" kata Pansy keras-keras dan dia melempar majalahnya ke Hermione, yang menangkapnya dengan tercengang. Saat itu pintu kelas bawah tanah terbuka dan Snape memberi isyarat agar mereka semua masuk.
Hermione, Harry dan Ron menuju ke meja di belakang seperti biasanya. Begitu Snape memunggungi mereka untuk menuliskan bahan-bahan ramuan hari ini di papan tulis, Hermione buru-buru membalik-balik majalah di bawah mejanya. Akhirnya, persis di tengah majalah, Hermione menemukan apa yang mereka cari. Harry dan Ron membungkuk mendekat. Foto berwarna Harry terpampang di atas artikel pendek berjudul:
Rahasia Derita Cinta Harry Potter
Anak luar biasa, mungkin, tetapi juga anak yang mengalami kepedihan ABG yang biasa, Rita Skeeter menulis, Kehilangan cinta sejak kematian tragis kedua orangtuanya, Harry Potter yang berusia empat belas tahun mengira telah menemukan pelipur lara dalam diri teman kencannya di Hogwarts, gadis kelahiran-Muggle Hermione Granger. Dia sama sekali tak menyadari bahwa hidupnya yang sudah sarat penderitaan tak lama lagi akan menerima deraan emosi yang lain.
Miss Granger, anak yang tidak cantik tetapi ambisius, rupanya pemuja penyihir terkenal dan kegemarannya ini tak bisa dipuaskan oleh Harry seorang diri. Sejak kedatangan Viktor Krum, Seeker Bulgaria dan pahlawan Piala Dunia Quidditch yang lalu, di Hogwarts, Miss Granger mempermainkan perasaan kedua pemuda cilik ini. Krum, yang terang-terangan terpesona oleh Miss Granger yang licik, telah mengundangnya untuk mengunjunginya di Bulgaria se lama liburan musim panas mendatang, dan berkeras bahwa dia "belum pernah, merasa begini terhadap gadis lain."
Meskipun demikian, mungkin bukan daya tarik alami Miss Granger yang meragukan yang telah menarik perhatian kedua pemuda yang malang ini,
"Dia benar-benar jelek," kata Pansy Parkinson, gadis kelas empat yang cantik dan periang, "tetapi dia pasti bisa membuat Ramuan Cinta, dia cukup pintar. Kurasa itulah yang dilakukannya untuk memikat keduanya"
Ramuan Cinta tentu saja dilarang di Hogwarts, dan tak diragukan lagi Dumbledore akan menyelidiki pernyataan ini. Sementara itu, para penggemar Harry Potter harus berharap bahwa, kali berikutnya, dia memberikan hatinya kepada calon yang lebih layak.
"Aku kan sudah bilang!" Ron mendesis kepada Hermione, sementara Hermione keheranan memandang artikel itu. "Aku sudah bilang jangan bikin marah Rita
Skeeter! Dia telah membuatmu menjadi semacam -semacam perempuan nakal!"
Hermione tak lagi tampak tercengang dan mendengus tertawa. "Perempuan nakal"" dia mengulang, berguncang menahan geli ketika menoleh menatap Ron.
"Begitu mum menyebut mereka," gumam Ron, telinganya menjadi merah.
"Kalau ini yang terbaik yang bisa dilakukan Rita, dia kehilangan sentuhannya," kata Hermione, masih terkikik, ketika dia melempar Witch Weekly ke kursi kosong di sebelahnya. "Benar-benar onggokan sampah."
Dia menoleh ke anak-anak Slytherin, yang semuanya memandang tajam dia dan Harry dari seberang ruangan untuk melihat-lihat kalau-kalau mereka terpukul oleh artikel itu. Hermione melempar senyum sinis dan melambai, lalu bersama Harry dan Ron, dia mulai membuka bungkus bahan-bahan yang akan mereka perlukan untuk ramuan penajam otak.
"Tapi ada yang aneh," celetuk Hermione sepukuh menit kemudian, memegangi alat penumbuknya di atas semangkuk scarab, sejenis kumbang yang dianggap keramat pada zaman mesir kuno. "Bagaimana Rita Skeeter bisa tahu..."
"Tahu apa"' sambar Ron. "Kau tidak membuat Ramuan Cinta,
kan"" "Jangan ngaco!" bentak Hermione, mulai menumbuk kumbangnya lagi. "Tidak, hanya saja... bagaimana dia tahu bahwa Viktor mengundangku mengunjunginya liburan musim panas nanti""
Wajah Hermione merona merah saat mengatakan ini dan dengan segera dia menghindari tatapan Ron.
"Apa"" Tanya Ron, penumbuknya terjatuh dengan bunyi duk keras.
"Dia memintaku setelah menarikku keluar dari danau," gumam Hermione. "Setelah menyingkirkan kepala hiunya. Madam Pomfrey memberi kami berdua selimut, dan kemudian dia menarikku menjauh dari para juri supaya mereka tidak dengar, dan dia berkata, kalau aku tidak punya rencana lain di musim panas, maukah aku..."
"Dan kau bilang apa"" Tanya Ron, yang sudah memungut alunya dan menggilaskannya ke meja, kira-kira lima belas senti dari mangkuknya, karena dia memandang Hermione.
"Dan dia memang bilang dia belum pernah merasa begini terhadap orang lain," Hermione meneruskan, wajahnya merah padam sampai Harry nyaris bisa merasakan panas yang menguar darinya. "Tetapi bagaimana Rita Skeeter bisa mendengarnya" Dia tak ada di sana... atau dia di sana" Mungkin dia punya Jubah gaib. Mungkin dia menyelinap ke halaman sekolah untuk menonton tugas kedua..."
"Dan kau bilang apa"' Ron mengulang, menumbukkan alunya begitu keras sampai mejanya berlekuk.
"Wah, aku terlalu sibuk melihat apakah kau dan harry tidak apa-apa, sehing..."
"Walaupun kehidupan sosialmu jelas sangat menarik, Miss Granger," terdengar suara sedingin es di belakang mereka, "aku terpaksa memintamu untuk tidak
mendiskusikannya di kelas. Potong sepuluh angka dari Gryffindor."
Snape telah mendatangi meja mereka sementara mereka mengobrol. Seluruh kelas sekarang menoleh memandang mereka. Malfoy mengambil kesempatan ini untuk menyorotkan POTTER BAU kepada Harry.
"Ah. membaca majalah di bawah meja juga"" Snape menambahkan, menyambar Witch Weekly. "Potong sepuluh angka lagi dari Gryffindor. Oh, pantas saja." Mata hitam Snape berkilat ketika melihat artikel Rita Skeeter. "Potter harus melengkapi klipingnya."
Tawa anak-anak Slytehrin menggema di kelas bawah tanah, dan senyum sangar menghiasi bibir tipis Snape. Harry berang sekali ketika Snape mulai membaca artikel itu keras-keras.
"'Rahasia Derita Cinta Harry Potter'... wah wah, Potter, siapa yang membuatmu menderita sekarang" 'Anak yang luar biasa, mungkin.'"
Harry bisa merasakan wajahnya membara. Snape berhenti pada setiap akhir kalimat untuk memberi kesempatan anak-anak Slytherin tertawa puas. Artikel itu kedengarannya sepuluh kali lipat lebih parah saat dibaca Snape.
"'. Para penggemar Harry Potter harus berharap bahwa, kali berikutnya, dia memberikan hatinya kepada calon yang lebih layak.' Sungguh mengharukan," cemooh Snape, menggulung majalah itu sementara anak-anak Slytherin terbahak-bahak. "Yah, kurasa sebaiknya aku memisahkan kalian bertiga, agar kalian bisa berkonsentrasi pada ramuan kalian dan bukannya sibuk memikirkan kehidupan cinta kalian yang ruwet. Weasley, kau tetap di sini. Miss Granger, ke sana, di sebelah Miss Parkinson. Potter - meja di depan mejaku. Pindah. Sekarang."
Dengan berang Harry melemparkan bahan ramuan dan tasnya ke dalam kualinya dan menyeretnya ke meja kosong di depan. Snape mengikutinya, duduk di belakang mejanya, dan mengawasi Harry mengosongkan kualinya. Bertekad tidak mau memandang Snape, Harry meneruskan menumbuk scarab-nya, membayangkan masing-masing kumbang berwajah Snape.
"Semua perhatian media ini rupanya menggelembungkan kepalamu yang sudah kelewat besar, Potter," kata Snape pelan, begitu anak-anak lain sudah tenang lagi.
Harry tidak menjawab. Dia tahu Snape sedang berusaha memanas-manasinya. Snape sudah pernah melakukan ini sebelumnya. Tak diragukan lagi dia berharap mendapat alasan untuk memotong lima puluh angka dari Gryffindor sebelum pelajaran usai.
"Mungkin kau beranggapan bahwa seluruh dunia sihir terkesan padamu," Snape meneruskan, pelan sekali sehingga orang lain tak ada yang bisa mendengarnya (Harry terus saja menumbuk kumbangnya, meskipun sudah jadi bubuk halus), "tetapi aku tak peduli berapa kali fotomu muncul di Koran. Bagiku, Potter, kau tak l
ebih dari anak menyebalkan yang menganggap peraturan tak layak untukmu."
Harry menuang bubuk kumbang ke dalam kualinya dan mulai mengiris akar jahenya. Tangannya agak gemetar saking marahnya, tetapi dia tetap menunduk, seakan tidak mendengar apa yang dikatakan Snape kepadanya.
"Jadi, sudah kuperingatkan kau, Potter," Snape meneruskan dalam suara yang lebih lembut dan lebih berbahaya, "selebriti kecil atau bukan - kalau kutangkap kau memasuki kantorku sekali lagi..."
"Saya tidak pernah dekat-dekat ke kantor anda!" kata Harry marah, lupa kalau dia sedang berpura-pura tuli.
"Jangan bohong kepadaku," Snape mendesis, mata hitamnya yang dalam menatap tajam mata Harry. "Kulut Boomslang. Gillyweed. Keduanya berasal dari simpanan pribadiku, dan aku tahu siapa yang mencurinya."
Harry balas memandang Snape, bertekad tidak akan mengejap ataupun tampak bersalah. Dia memang tidak mencuri kedua benda itu dari Snape. Hermione mengambil Boomslang - selongsong kulit ular pohon saat dia ganti kulit - sewaktu mereka kelas dua. Mereka memerlukannya untuk ramuan Polijus, dan walaupun Snape sudah mencurigai Harry waktu itu, dia tak pernah berhasil membuktikannya. Dan yang mencuri Gillyweed tentu saja Dobby.
"Saya tak tahu apa yang anda bicarakan," Harry berbohong dingin.
"Kau tidak di tempat tidur pada malam kantorku dimasuki orang!" Snape mendesis. "Aku tahu, Potter! Mad-Eye Moody boleh saja jadi anggota fan club-mu, tetapi aku tidak akan mentoleransi tingkah lakumu! Sekali lagi memasuki kantorku di malam hari, kau akan membayar!"
"Baik," Harry menimpali dingin, kembali mengiris akar jahenya. "Akan saya ingat jika timbul dorongan untuk ke sana!"
Mata Snape berkilat. Tangannya merogoh ke balik jubah hitamnya. Sekejap Harry mengira Snape akan mencabut tongkat sihirnya dan mengutuknya - kemudian dilihatnya Snape mengeluarkan botol kristal kecil berisi cairan bening. Harry memandangnya.
"Kau tahu apa ini, Potter"" Tanya Snape, matanya berkilat berbahay lagi.
"Tidak," kata Harry, jujur sepenuhnya kali ini.
"Ini veritaserum - ramuan kebenaran yang sangat kuat sehingga tiga tetes saja cukup untuk membocorkan rahasiamu yang paling dalam untuk didengar seluruh kelas," kata Snape kejam. "Penggunaan ramuan ini dikontrol oleh pedoman dari kementerian yang sangat ketat. Tetapi kalau kau tidak berhati-hati, tanganku bisa saja tergelincir," - dia mengguncang pelan botol kristal itu - "di atas jus labumu waktu makan malam. Dan kemudian, Potter... kemudian kita akan tahu apakah kau pernah ke kantorku atau tidak."
Harry diam saja. Dia memungut pisaunya dan mulai mengiris akar jahenya lagi. Dia sama sekali tak suka ramua kebenaran itu. Dan dia percaya Snape bisa saja melaksanakan ancamannya. Dia menekan keinginan bergidik ketika memikirkan apa yang bisa keluar dari mulutnya jika Snape meneteskan ramuan itu ke dalam minumannya... Lepas dari membuat banyak orang mendapat kesulitan - Hermione dan Dobby diantaranya -ada banyak hal lain yang disembunyikannya... seperti
bahwa dia berhubungan dengan Sirius - dan organ-organ tubuhnya menggeliat memikirkan ini - bagaimana perasaannya terhadap Cho... Dia menuang akar jahenya ke dalam kuali juga, dan membatin apakah sebaiknya dia mengikuti jejak Moody dan mulai minum dari tempat minumnya sendiri.
Terdengar ketukan di pintu kelas.
"Masuk," kata Snape dengan suaranya yang biasa.
Anak-anak menoleh ketika pintu terbuka. Professor Karkaroff masuk. Semua memandangnya ketika dia mendekati meja Snape. Dia mengelus jenggot kambingnya dan tampak gelisah.
"Kita perlu bicara," kata Karkaroff begitu tiba di meja Snape. Rupanya dia bertekad orang lain tak boleh mendengar apa yang dikatakannya, sehingga nyaris tak membuka bibirnya. Jadi dia seperti ventriloquist - ahli bicara perut - yang parah. Harry memandang akar jahenya, mendengarkan dengan cermat.
"Aku akan bicara denganmu setelah pelajaran ini, Karkaroff," Snape bergumam, tetapi Karkaroff menyelanya.
"Aku mau bicara sekarang, selagi kau tak bisa menghindar, Severus. Selama ini kau menghindariku."
"Sesudah pelajaran," tukas Snape galak.
Berpura-pura mengangkat cangkir pengukur u
ntuk memeriksa apakah dia sudah menuang cukup empedu armadillo, Harry melirik keduanya. Karkaroff tampak cemas sekali, dan Snape tampak marah.
Karkaroff mondar-mandir di belakang meja Snape selama sisa jam pelajaran. Dia tampaknya bertekad mencegah Snape kabur pada akhir pelajaran. Ingin mendengar apa yang mau dikatakan Karkaroff, Harry sengaja menjatuhkan botol empedu armadillo-nya dua menit sebelum bel berdering, sehingga dia punya alasan untuk berjongkok di belakang kualinya sementara teman-temannya bergerak bising ke pintu.
"Apa yang begitu penting"" didengarnya Snape mendesis kepada Karkaroff.
"Ini," kata Karkaroff, dan Harry, mengintip dari balik kuali, melihat Karkaroff menarik ke atas lengan kiri jubahnya dan menunjukkan sesuatu pada sebelah dalam lengannya kepada Snape.
"Nah"" kata Karkaroff, masih berusaha keras tidak menggerakkan bibirnya. "Kau lihat" Tidak pernah sejelas ini, tak pernah sejak..."
"Tutup lagi!" gertak Snape, mata hitamnya menyapu kelas.
"Tapi kau pasti sudah melihatnya..." Karkaroff berkata dengan suara cemas.
"Kita bicara nanti, Karkaroff!" bentak Snape. "Potter! Sedang apa kau""
"Membersihkan empedu armadillo saya, Profesor," kata Harry dalam nada tak bersalah, seraya berdiri dan menunjukkan lap basah yang dipegangnya kepada Snape.
Karkaroff berbalik dan berjalan keluar kelas. Dia tampak cemas sekaligus marah. Tak ingin tinggal sendirian dengan Snape yang sedang marah besar, Harry melempar buku-buku dan bahan ramuannya ke dalam tas dan cepat-cepat pergi untuk memberitahu Ron dan Hermione apa yang baru saja disaksikannya.
Mereka meninggalkan kastil esok siangnya. Matahari yang lemah keperakan menyinari bumi. Cuaca lebih hangat daripada sebelumnya, dan saat tiba di Hogsmeade, ketiganya sudah melepas mantel dan menyampirkannya di bahu. Makanan yang dipesan Sirius ada di dalam tas Harry. Mereka telah mencuri selusin paha ayam, sebantal roti, dan setermos jus labu kuning dari meja makan.
Mereka ke Gladrags Wizardwear - Toko Pakaian Pesta Penyihir - membelikan hadiah untuk Dobby. Di sana mereka senang sekali memilih kaus kaki yang paling norak yang bisa ditemukan, termasuk sepasang yang bermotif bintang-bintang emas dan perak yang berkelap-kelip, dan sepasang lainnya yang menjerit keras kalau sudah terlalu bau. Kemudian, pukul setengah dua, mereka berjalan ke High Street, melewati Dervish and Banges, dan menuju tepi desa.
Harry belum pernah kea rah ini. Jalan setapak yang berputar-putar membawa mereka ke daerah pedalaman liar di luar Hogsmeade. Pondok-pondok semakin jarang di sini, dan halamannya lebih luas. Mereka berjalan ke kaki gunung yang bayangannya menaungi Hogsmeade. Kemudian mereka membelok di sudut dan melihat undakan di ujung jalan setapak. Seekor anjing besar berbulu panjang, membawa beberapa Koran di moncongnya, dengan kaki depannya di jeruji paling atas,
sudah menunggu mereka. Anjing ini rasanya sudah mereka kenal...
"Halo, Sirius...," sapa Harry, ketika mereka telah tiba di depannya.
Anjing hitam itu mengendus tas Harry dengan bergairah, menggoyang ekornya sekali, kemudian berbalik dan menjauh dari mereka, menyeberangi petak tanah penuh semak yang meninggi menyatu dengan kaki gunung. Harry, Ron dan Hermione memanjat undakan dan mengikutinya.
Sirius membawa mereka ke kaki gunung, yang tanahnya dipenuhi batu-batu dan karang. Mudah sekali baginya melintasi tempat ini karena dia berkaki empat, tetapi Harry, Ron dan Hermione segera saja kehabisan napas. Mereka mengikuti Sirius memanjat lebih tinggi, ke gunung itu sendiri. Selama hamper setengah jam mereka mendaki jalan setapak yang curam, berbelok-belok, dan berbatu, mengikuti ekor Sirius yang bergoyang, mandi keringat di bawah sinar matahari. Tali tas Harry terasa mengiris bahunya.
Kemudian, akhirnya, Sirius menyelinap dan lenyap, dan ketika mereka tiba di tempatnya menghilang, mereka melihat celah sempit di karang. Mereka menyelusup dengan susah payah dan tiba di gua yang sejuk berpenerangan remang-remang. Di ujung gua, salah satu ujung talinya melingkar di batu karang, tertambat Buckbeak si Hippogriff. Separo kuda abu-abu, separo el
ang raksasa, mata jingga Buckbeak yang galak menyala melihat mereka. Ketiganya membungkuk rendah di depannya. Setelah memandang angkuh mereka sejenak, Buckbeak menekuk lutut kaki depannya yang
Dia nyengir kepada Harry, tetapi Harry membalasnya dengan berat hati.
"Apa yang kau lakukan di sini, Sirius"" tanyanya.
"Melakukan tugasku sebagai wali," kata Sirius, menggerogoti tulang ayam seperti anjing. "Jangan cemas, aku berpura-pura jadi anjing menyenangkan yang tersesat."
bersisik dan mengizinkan Hermione mendekat dan membelai lehernya yang berbulu. Tetapi Harry memandang si anjing hitam, yang baru saja berubah jadi walinya.
Sirius memakai jubah abu-abu compang-camping -jubah yang sama dipakainya ketika meninggalkan Azkaban. Rambut hitamnya lebih panjang daripada ketika dia muncul di perapian, dan berantakan serta kusut lagi. Dia sangat kurus.
"Ayam!" kata serak setelah menyingkirkan Daily Prophet lama dari mulutnya dan melemparnya ke lantai gua.
Harry membuka tasnya dan menyerahkan bungkusan paha ayam dan roti.
"Terima kasih," kata Sirius, membukanya, menyambar sepotong paha ayam, duduk di lantai gua, dan merobek sepotong besar dengan giginya. "Selama ini aku kebanyakan makan tikus. Tak bisa mencuri terlalu banyak makanan dari Hogsmeade. Akan menarik perhatian."
Sirius masih nyengir, tetapi melihat kecemasan di wajah Harry, dia berkata lebih serius, "Aku ingin berada di tempat kejadian. Suratmu yang yang terakhir... kita katakan saja keadaan menjadi lebih mencurigakan. Selama ini aku mencuri Koran setiap kali ada yang membuangnya, dan kelihatannya aku bukan satu-satunya yang khawatir."
Dia mengangguk ke Daily Prophet yang sudah mengguning di lantai gua. Ron memungutnya dan membukanya.
Tetapi Harry tetap terus memandang Sirius. "Bagaimana kalau mereka menangkapmu" Bagaimana kalau kau terlihat""
"Hanya kalian bertiga dan Dumbledore lah yang tahu aku animagus - penyihir yang bisa berubah jadi binatang," kata Sirius, mengangkat bahu, dan meneruskan melahap paha ayam.
Ron menyodok Harry dan menyerahkan Daily Prophet kepadanya. Ada dua. Berita utama pada yang satu, Penyakit Misterius Bartemius Crouch, yang satunya lagi, Karyawati kementerian Sihir masih hilang - menteri sihir sekarang terlibat.
Harry membaca sekilas berita tentang Crouch: Tidak muncul di depan umum sejak November... rumahnya tampaknya kosong. St. Mungo, rumah sakit untuk penyakit dan luka-luka sihir, menolak berkomentar. Menteri menolak mengjonfirmasi desas desus sakit parah.
"Mereka memberi kesan seakan dia sudah akan meninggal," kata Harry perlahan. "Tetapi tak mungkin dia separah itu kalau masih bisa ke sini..."
"Kakakku asisten pribadi Crouch," Ron memberitahu Sirius. "menurut dia, Crouch sakit karena kebanyakan kerja."
"Dia memang kelihatan sakit ketika terakhir kali aku melihatnya dari nekat," kata Harry pelan, masih membaca artikel. "Pada malam namaku keluar dari Piala..."
"Rasakan akibatnya kalau memecat Winky," kata Hermione dingin. Dia membelai-belai Buckbeak, yang mengerkah tulang-tulang ayam Sirius. "Pasti dia menyesal sekarang - pasti dia merasakan repotnya setelah Winky tak ada yang mengurusnya."
"Hermione ini terobsesi peri rumah," Ron bergumam kepada Sirius, memandang sebal Hermione.
Tetapi Sirius tampak tertarik. "Crouch memecat peri rumahnya""
"Yeah, waktu Piala Dunia Quidditch," kata Harry, dan dia pun bercerita tentang munculnya Tanda Kegelapan dan Winky yang ditemukan sedang memegang tongkat sihir Harry, dan kemarahan Mr. Crouch.
Seusai Harry bercerita, Sirius berdiri lagi dan mulai berjalan mondar-mandir di gua. "Coba kucek lagi," katanya setelah beberapa saat, seraya mengacungkan paha ayam baru. "Kalian mula-mula melihat melihat peri ini di Boks Utama. Dia menyediakan tempat duduk untuk Crouch, betul""
"Betul," kata Harry, Ron dan Hermione bersamaan.
"Tetapi Crouch tidak muncul untuk menonton""
"Ya," kata Harry. "Kalau tak salah dia bilang dia terlalu sibuk."
Sirius mengelilingi gua dalam diam. Kemudian dia berkata, "Harry, apakah kau memeriksa tongkatmu masih ada di kantung setelah meninggalkan Boks Utama""
"Erm..." Harry berpikir ke
ras. "Tidak," katanya akhirnya. "Aku tidak perlu menggunakannya sebelum kami tiba di hutan, saat itu baru aku memasukkan tangan ke kantung, dan yang ada di sana tinggal Omnicular-ku." Dia menatap Sirius. "Apakah maksudmu, siapa pun yang menyihir Tanda itu mencuri tongkatku di Boks Utama""
"Mungkin," kata Sirius.
"Winky tidak mencuri tongkat itu!" Hermione berkeras.
"Peri itu bukan salah satu-satunya yang ada di boks," kata Sirius, dahinya berkerut sementara dia terus berjalan hilir mudik. "Siapa lagi yang duduk di belakangmu""
"Banyak," kata Harry. "Beberapa menteri Bulgaria... Cornelius Fudge... Keluarga Malfoy..."
"Keluarga Malfoy!" mendadak Ron berteriak, keras sekali sampai suaranya bergaung di dalam gua dan Buckbeak mengangkat kepalanya dengan gelisah. "Berani taruhan pasti Lucius Malfoy!"
"Ada lagi"" Tanya Sirius.
"Tidak," kata Harry.
"Ada, Ludo Bagman," Hermione mengingatkannya. "Oh yeah..."
"Aku tak tahu apa-apa tentang Bagman kecuali bahwa dia dulunya Beater untuk Wimbourne Wasps," kata Sirius, masih mondar-mandir. "Seperti apa dia""
"Dia oke," kata Harry. "Dia terus menerus menawariku bantuan dalam menghadapi tugas-tugas Turnamen Triwizard."
"Oh ya"" kata Sirius, mengernyit lebih dalam. "Kenapa begitu""
"Katanya dia suka padaku," kata Harry.
"Hmmm," kata Sirius, berpikir-pikir.
"Kami melihatnya di hutan tepat sebelum Tanda Kegelapan muncul," Hermione memberitahu Sirius. "Ingat"" katanya kepada Harry dan Ron.
"Yeah, tapi dia tidak tinggal lama di hutan, kan"" kata Ron. "Begitu kita beritahu dia tentang kerusuhan, dia langsung ke perkemahan."
"Bagaimana kau tahu"" Hermione menyambar. "Bagaimana kau tahu dia ber-Disapparate ke mana""
"Yang benar saja," kata Ron tak percaya. "Apa menurutmu Ludo Bagman yang menyihir Tanda Kegelapan itu""
"Lebih mungkin dia daripada Winky," kata Hermione keras kepala.
"Sudah kubilang," kata Ron, memandang Sirius penuh arti, "dia terobsesi per..."
Tetapi Sirius mengangkat tangan menyuruh Ron diam.


Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ketika Tanda Kegelapan sudah muncul, dan si peri sudah ditemukan memegang tongkat Harry, apa yang dilakukan Crouch""
"Mencari di semak-semak," kata Harry, "tetapi tak ada orang lain di sana."
"Tentu saja," gumam Sirius, hilir mudik, "tentu saja dia ingin menimpakan tuduhan pada orang lain asal jangan perinya... dan kemudian dia memecatnya""
"Ya," kata Hermione panas, "dia memecatnya, hanya karena Winky tidak tinggal di kemahnya dan membiarkan dirinya terinjak-injak..."
"Hermione, berhenti dulu membela peri kenapa sih!" kata Ron.
Tetapi Sirius menggelengkan kepala dan berkata, "Dia menilai Crouch lebih baik daripada kau, Ron. Kalau kau ingin tahu sifat orang, perhatikan bagaimana dia memperlakukan orang yang kedudukannya lebih rendah darinya, jangan yang sederajat dengannya."
Tangan Sirius menyapu wajahnya yang tak tercukur, jelas dia sedang berpikir keras. "Absennya Barty Crouch ini... dia bersusah payah memastikan peri rumahnya menyediakan tempat untuknya dalam Piala Dunia Quidditch, tetapi tidak muncul untuk menonton. Dia bekerja keras untuk penyelenggaraan Turnamen Triwizard, dan kemudian juga tak dating lagi ke Turnamen... Itu tidak seperti Crouch. Kalau dia pernah tidak masuk sehari saja karena sakit sebelum ini, aku akan makan Buckbeak."
"Kau kenal Crouch, kalau begitu"" kata Harry.
Wajah Sirius menjadi gelap. Dia mendadak tampak mengerikan seperti pada malam ketika Harry pertama kali bertemu dia, pada malam Harry masih mengira Sirius adalah pembunuh.
"Oh, aku kenal Crouch, tentu," katanya pelan. "Dialah yang memerintahkan agar aku dikirim ke Azkaban -tanpa diadili."
"Apa"" seru Ron dan Hermione bersamaan.
"Kau main-main!" kata Harry.
"Tidak," kata Sirius, menggigit ayam lagi. "Crouch dulu Kepala Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir, tak tahukah kalian""
Harry, Ron dan Hermione menggeleng.
"Dia dikabarkan akan menjadi menteri sihir yang berikutnya," kata Sirius. "Dia penyihir besar, Barty Crouch, sangat hebat - dan haus kekuasaan. Oh, tak pernah menjadi pendukung Voldemort," katanya, membaca ekspresi wajah Harry. "Tidak, Barty Crouch selalu terang-terangan menentang Sihir Hitam... a
h, kalian tidak akan mengerti... kalian terlalu muda..."
"Itulah yang dikatakan ayahku di Piala Dunia," kata Ron, agak jengkel. "Coba dulu dong."
Senyum menghiasi wajah kurus Sirius.
"Baiklah, akan kucoba..." Dia berjalan ke ujung gua, kembali lagi, kemudian berkata, "Bayangkan Voldemort berkuasa sekarang. Kalian tidak tahu siapa pendukungnya kan, kalian tidak tahu siapa yang bekerja
untuknya, dan siapa yang tidak. Kalian tahu dia bisa mengontrol orang-orang untuk melakukan hal-hal mengerikan tanpa bisa mereka tolak. Kalian takut diri kalian sendiri, untuk keluarga dan teman-teman kalian. Setiap minggu ada berita lebih banyak kematian, lebih banyak orang hilang, lebih banyak siksaan... Kementerian Sihir kacau balau, mereka tak tahu apa yang harus dilakukan, mereka berusaha menyembunyikan segalanya dari para Muggle, tetapi sementara itu Muggle-muggle juga banyak yang meninggal. Terror di mana-mana... panic... kebingungan... begitulah keadaannya waktu itu."
"Nah, keadaan seperti itu menampilkan yang terbaik pada beberapa orang dan yang terburuk pada orang lain. Prinsip Crouch mungkin baik pada awalnya - aku tak tahu. Kariernya menanjak cepat di kementerian, dan dia mulai memerintahkan tindakan keras terhadap pendukung Voldemort. Para auror diberi kekuasaan baru - kekuasaan untuk membunuh, tak hanya menangkap, misalnya. Dan aku bukan satu-satunya yang diserahkan langsung kepada para Dementor tanpa diadili. Crouch melawan kekerasan dengan kekerasan, dan mensahkan penggunaan Kutukan Tak Termaafkan kepada mereka yang dicurigai. Bisa kukatakan dia menjadi sama lalim dan kejamnya dengan banyak orang dari pihak hitam. Dia juga punya pendukung - banyak yang menganggap tindakannya benar, dan banyak penyihir yang menuntut agar dia mengambil alih jabatan Menteri sihir. Ketika Voldemort menghilang, kelihatannya tinggal soal waktu saja sebelum Crouch mendapatkan kedudukan top ini. Tetapi kemudian sesuatu yang kurang menguntungkan terjadi..." Sirius tersenyum suram. "Anak laki-laki Crouch sendiri tertangkap bersama serombongan pelahap maut
yang berhasil lolos dari Azkaban. Rupanya mereka berusaha menemukan Voldemort dan membuatnya kembali berkuasa."
"Anak Crouch tertangkap"" Tanya Hermione kaget.
"Yep," kata Sirius, melempar tulang ayamnya kepada Buckbeak, lalu mengenyakkan diri ke tanah ke sebelah bantalan rori, dan merobeknya menjadi dua. "kejutan tak menyenangkan bagi Barty, kubayangkan. Seharusnya dia melewatkan lebih banyak waktu di rumah dengan keluarganya, kan" Harusnya meninggalkan kantor lebih awal kadang-kadang... agar bisa mengenal anaknya."
Sirius mulai mengunyah potongan besar roti.
"Apakah anaknya pelahap maut"" Tanya Harry.
"Entahlah," kata Sirius, masih melahap roti. "Aku sendiri di Azkaban ketika anak itu dimasukkan ke sana. Anak itu jelas tertangkap bersama orang-orang yang aku berabi taruhan pasti pelahap maut - tetapi mungkin saja dia berada di tempat yang salah pada waktu yang salah, sama seperti si peri rumah."
"Apakah Crouch berusaha membela dan membebaskan anaknya"" bisik Hermione.
Sirius mengeluarkan tawa yang lebih mirip gongongan. "Crouch membebaskan anaknya" Kupikir kau tahu sifatnya, Hermione! Apa saja yang bisa menodai reputasinya harus dilenyapkan. Dia telah mengabdikan hidupnya untuk menjadi menteri sihir. Kau telah melihatnya memecat peri rumah yang setia karena peri itu membuatnya tampak punya hubungan dengan Tanda Kegelapan - tidakkah itu memberitahumu orang seperti
apa dia" Kasih saying kebapakan Crouch melentur sejauh memberi pengadilan pada anaknya, dan sebetulnya, itu tak lebib daripada alasan bagi Crouch untuk memperlihatkan betapa dia membenci anak itu... kemudian dia langsung mengirimnya ke Azkaban."
"Dia menyerahkan anaknya sendiri kepada dementor"" Harry bertanya pelan.
"Betul," kata Sirius, yang sekarang sama sekali tak tampak tersenyum. "Aku melihat para dementor membawanya masuk, mengawasi mereka dari balik jeruji pintu selku. Dia tak mungkin lebih dari sembilan belas tahun. Mereka membawanya ke sel dekat selku. Dia berteriak-teriak memanggil ibunya pada malam hari. Tetapi setelah bebe
rapa hari dia diam... mereka semua jadi diam pada akhirnya... kecuali pada saat menjerit-jerit dalam tidur mereka..."
Sekejap, kekosongan dalam mata Sirius tampak lebih kentara daripada biasanya, seakan ada tirai yang menutup di baliknya.
"Jadi, dia masih di Azkaban"" Tanya Harry.
"Tidak," jawab Sirius muram. "Tidak, dia tak lagi di sana. Dia meninggal kira-kira setahun setelah dimasukkan ke sana."
"Dia mati""
"Dia bukan satu-satunya yang mati," kata Sirius getir. "Sebagian besar menjadi gila, dan banyak yang akhirnya berhenti makan pada akhirnya. Mereka kehilangan kemauan hidup. Kau selalu bisa melihat datangnya kematian, karena para dementor bisa merasakannya,
mereka menjadi bergairah. Anak itu sudah tampak sakit waktu dia tiba. Sebagai anggota kementerian yang penting, Crouch dan istrinya diizinkan mengunjungi anak mereka menjelang kematiannya. Itulah terakhir kalinya aku melihat Barty Crouch, setengah memapah istrinya melewati selku. Rupanya tak lama setelah itu istrinya juga meninggal. Saking sedihnya. Merana, seperti anaknya. Crouch tak pernah dating mengambil jenazah anaknya. Para dementor menguburnya di luar benteng. Aku melihatnya."
Sirius melempar roti yang baru saja diangkatnya ke mulut, dan sebagai gantinya mengangkat botol jus labu lalu meminumnya sampai habis.
"Jadi si Crouch kehilangan segalanya, tepat pada saat dia mengira dia telah berhasil," dia meneruskan, menyeka mulutnya dengan punggung tangannya. "Sesaat pahlawan, siap jadi menteri sihir... berikutnya, anaknya meninggal, istrinya meninggal, nama keluarganya tercemar, dan, yang kudengar sejak aku kabur, popularitasnya merosot hebat. Setelah anaknya meninggal, orang-orang mulai merasa kasihan kepada anak itu dan mulai bertanya-tanya bagaimana anak menyenangkan dari keluarga baik-baik bisa tersesat begitu jauh. Kesimpulannya adalah bahwa ayahnya tak pernah memedulikannya. Maka Cornelius Fudge mendapatkan kedudukan tertinggi, dan Crouch disingkirkan ke Departemen Kerjasama Sihir Internasional."
Sunyi lama. Harry memikirkan bagaimana mata Crouch mendelik ketika dia menunduk memandang peri rumahnya yang tidak patuh, di hutan sewaktu Piala
Dunia Quidditch. Pantas Crouch bereaksi begitu keras kepada Winky yang ditemukan di bawah Tanda Kegelapan. Pasti keadaan itu telah mengingatkannya kembali akan anaknya, dan skandal lama, dan bagaimana dia menjadi tak disukai di kementerian.
"Moody bilang Crouch terobsesi menangkap penyihir-penyihir hitam," Harry memberitahu Sirius.
"Yeah, kudengar itu sudah jadi semacam mania baginya," kata Sirius mengangguk. "Kalau kau Tanya pendapatku, dia masih mengira dia bisa mengembalikan popularitasnya dengan menangkap satu pelahap maut lagi."
"Dan dia menyelundup ke sini untuk menggeledah kantor Snape!" ujar Ron penuh kemenangan, memandang Hermione.
"Ya, dan itu tak masuk akal sama sekali," kata Sirius.
"Yeah, masuk akal saja!" kata Ron bersemangat, tetapi Sirius menggelengkan kepala.
"Dengar, kalau Crouch ingin menyelidiki Snape, kenapa dia tidak dating untuk menjadi juri dalam turnamen" Itu akan jadi alasan idealnya baginya untuk secara teratur mengunjungi Hogwarts dan mengawasi Snape."
"Jadi menurutmu Snape mungkin merencanakan sesuatu, kalau begitu"" Tanya Harry, tetapi Hermione menyela.
"Dengar, aku tak peduli apa katamu, Dumbledore mempercayai Snape..."
"Oh, sudahlah, Hermione," tukas Ron tak sabar. "Aku tahu Dumbledore brilian dan hebat, tapi itu tak berarti penyihir hitam yang benar-benar cerdik tak bisa mengecohnya."
"Kenapa Snape menyelamatkan Harry waktu kelas satu, kalau begitu" Kenapa tidak dibiarkannya saja Harry mati""
"Entahlah - mungkin dia mengira Dumbledore akan mengeluarkannya."
"Bagaimana menurutmu, Sirius"" Tanya Harry keras, dan Ron dan Hermione berhenti bertengkar untuk mendengarkan.
"Menurutku keduanya ada benarnya," kata Sirius, menatap Ron dan Hermione sambil berpikir. "Sejak aku tahu Snape mengajar di sini, aku sudah bertanya-tanya, kenapa Dumbledore mempekerjakannya. Snape dari dulu tertarik pada Ilmu Hitam, di sekolah dia terkenal karena ini. Anak licik dan penjilat, dengan rambut licin berminyak
," Sirius menambahkan, dan Harry dan Ron bertukar senyum. "Waktu baru dating, Snape sudah tahu lebih banyak kutukan daripada separo murid kelas tujuh, dan dia anggota geng Slytherin yang hamper semuanya ternyata Pelahap Maut."
Sirius mengangkat tangan dan mulai menghitung dengan jarinya.
"Rosier dan Wilkes - mereka berdua dibunuh oleh auror setahun sebelum Voldemort jatuh. Suami istri Lestranges - mereka di Azkaban. Avery - menurut yang kudengar dia berhasil keluar dari kesulitan dengan mengatakan dia bertindak di bawah pengaruh Kutukan
Imperius - dia masih berkeliaran. Tetapi sejauh yang kuketahui, Snape bahkan tak pernah dituduh sebagai Pelahap Maut - tetapi itu tak banyak berarti. Banyak diantara mereka yang tak pernaj tertangkap. Dan Snape jelas pintar dan cukup licik untuk menghindar dari kesulitan."
"Snape kenal baik Karkaroff, tetapi dia ingin menutupi itu," kata Ron.
"Yeah, coba kalau kau lihat wajah Snape ketika Karkaroff muncul di pelajaran ramuan kemarin!" kata Harry buru-buru. "Karkaroff ingin bicara dengan Snape, dia bilang Snape selama ini menghindarinya. Karkaroff betul-betul tampak cemas. Dia menunjukkan sesuatu di lengannya pada Snape, tetapi aku tak bisa melihat apa itu."
"Dia menunjukkan sesuatu di lengannya pada Snape"" Tanya Sirius, tampak benar-benar keheranan. Tanpa sadar tangannya menyisir rambutnya yang kotor, kemudian dia mengangkat bahu lagi. "Wah, aku tak tahu apa artinya itu... tetapi kalau Karkaroff benar-benar khawatir, dan dia menemui Snape untuk mencari pemecahannya..."
Sirius menatap dinding gua, kemudian menyeringai frustasi.
"Masih ada fakta bahwa Dumbledore mempercayai Snape, dan aku tahu Dumbledore mempercayai orang-orang yang tak dipercayai banyak orang lainnya, tetapi kurasa dia tak akan membiarkan Snape mengajar di Hogwarts kalau Snape pernah bekerja untuk Voldemort."
"Kalau begitu kenapa Moody dan Crouch begitu ingin menggeledah kantor Snape"" kata Ron berkeras.
"Yah," kata Sirius lambat-lambat, "aku tak akan heran kalau Mad-Eye menggeladah kantor semua guru ketika dia tiba di Hogwarts. Dia serisu sekali soal Pertahanan terhadap ilmu hitamnya. Menurutku, dia tidak mempercayai siapa pun, dan setelah hal-hal yang pernah dilihatnya, itu tidak mengherankan. Tetapi aku tahu pasti, Moody tak pernah membunuh, kalau bisa. Selalu menawan orang hidup-hidup, kalau mungkin. Dia keras, tetapi tak pernah jatuh ke taraf pelahap maut. Tetapi Crouch. lain soalnya. apakah dia benar-benar sakit" Kalau memang sakit, kenapa dia bersusah payah mendatangi kantor Snape" Dan kalau dia tidak sakit. apa yang sedang direncanakannya" Apa yang dilakukannya waktu Piala Dunia yang begitu penting sehingga dia tidak muncul di Boks Utama" Apa yang dilakukannya pada waktu seharusnya dia menjadi juri turnamen""
Sirius diam, masih memandang dinding gua. Buckbeak mencari-cari di lantai gua yang berbatu, kalau-kalau masih ada tulang yang ketinggalan. Akhirnya, Sirius memandang Ron.
"Katamu kakakmu asisten pribadi Crouch" Bisakah kau menanyainya apakah belakangan ini dia melihat Crouch""
"Bisa kucoba," kata Ron sangsi. "Sebaiknya ku hati-hati, jangan sampai kedengarannya aku mencurigai Crouch. Percy menyayanginya."
"Dan kau bisa sekalian mencari tahu apakah mereka sudah mendapat petunjuk tentang Bertha Jorkins," kata Sirius, menunjuk Koran Daily Prophet yang satunya.
"Kata Bagman belum," kata Harry.
"Ya, dia bilang begitu dalam artikel itu," kata Sirius, mengangguk kea rah Koran. "Mengoceh tentang parahnya ingatan Bertha. Yah, mungkin Bertha sudah berubah sejak aku mengenalnya, tetapi Bertha yang kukenal sama sekali tidak pelupa - sebaliknya malah. Dia agak bodoh, tetapi ingatannya luar biasa sekali untuk bergosip. Sehingga sering membuatnya mendapat banyak kesulitan. Dia tak tahu kapan harus menutup mulutnya. Bisa kubayangkan dia memmbuat repot kementerian sihir... mungkin itulah sebabnya Bagman tidak buru-buru mencarinya..."
Sirius menarik napas dalam dan menggosok matanya yang berlingkaran hitam.
"Pukul berapa sekarang""
Harry melihat arlojinya, kemudian ingat arlojinya mati sejak terendam satu jam di danau.
"Sete ngah empat," kata Hermione.
"Sebaiknya kalian kembali ke sekolah," kata Sirius, bangkit berdiri. "Sekarang dengarkan..." Dia menatap tajam Harry. "Aku tak ingin kalian diam-diam meninggalkan sekolah untuk menjengukku, oke" Kirim kabar saja kepadaku di sini. Aku masih ingin mendengar apa saja yang ganjil. Tetapi kalian tidak boleh meninggalkan Hogwarts tanpa izin. Itu akan jadi kesempatan ideal untuk menyerangmu."
"Tak ada yang mencoba menyerangku sejauh ini, kecuali naga dan dua Grindylow," kata Harry.
Tetapi Sirius menatapnya galak. "Aku tak peduli. aku akan bernapas lega lagi kalau turnamen ini sudah selesai, dan itu baru juni nanti. Dan jangan lupa, kalau kalian membicarakan diriku, panggil aku Snuffles, oke""
Dia menyerahkan serbet dan termos kosong kepada Harry, dan mengelus Buckbeak sebagai ucapan selamat tinggal. "Aku akan menemani kalian sampai ke tepi desa," kata Sirius, "siapa tahu aku bisa mencuri Koran
lagi." Sirius bertransformasi menjadi anjing besar hitam sebelum mereka meninggalkan gua, dan mereka menuruni sisi gunung bersamanya, menyeberangi lapangan yang ditebari bebatuan, dan kembali ke undakan. Di sini dia mengizinkan mereka bergantian membelai kepalanya, sebelum membelok dan berlari mengitari tepi desa. Harry, Ron dan Hermione kembali ke Hogsmeade dan dari situ pulang ke Hogwarts.
"Kira-kira Percy tahu tidak riwayat Crouch tadi ya"" kata Ron ketika mereka berada di jalan setapak menuju kastil. "Tetapi mungkin dia tidak peduli. malah jangan-jangan itu akan membuatnya semakin mengagumi Crouch. Yeah, Percy senang peraturan. Dia akan mengatakan Crouch menolak melanggar peraturan untuk anaknya sendiri."
"Percy tak akan menyerahkan anggota keluarganya kepada dementor," kata Hermione tegas.
"Belum tentu," kata Ron. "Kalau menurutnya kami menghalangi kariernya... soalnya Percy kelewat ambisius..."
Mereka memasuki undakan dan masuk ke Aula Depan. Aroma kelezatan makan malam menguar menyambut mereka dari dalam Aula Besar.
"Kasihan sekali si Snuffles," kata Ron, menghirup udara dalam-dalam. "Dia pasti benar-benar menyayangimu, Harry... Bayangkan, terpaksa makan tikus."
28. Kegilaan Mr. Crouch Harry, Ron dan Hermione naik ke Kandang Burung hantu setelah sarapan minggu pagi untuk mengirim surat kepada Percy, menanyakan, seperti yang disarankan Sirius, apakah dia pernah melihat Mr. Crouch belakangan ini. Mereka menggunakan Hedwig, karena sudah lama sekali dia tidak diberi tugas. Setelah memandang Hedwig
terbang lenyap dari jendela kandang, mereka turun ke dapur untuk menyerahkan kaus kaki baru kepada Dobby.
Para peri rumah menyambut mereka dengan gembira, membungkuk dan sibuk membuat the lagi. Dobby girang bukan buatan mendapat hadiah kaus-kaus kaki itu.
"Harry Potter terlalu baik pada Dobby!" lengkingnya seraya menyeka butiran air mata besar-besar dari matanya yang besar.
"Kau menyelamatkan hidupku dengan Gillyweed itu, Dobby, betul," kata Harry.
"Tidak ada kue sus lagi"" Tanya Ron, memandang berkeliling pada para peri yang tersenyum dan menyambut.
"Kau kan baru sarapan!" kata Hermione sebal, tetapi sepiring besar kue sus sudah meluncur kea rah mereka, disangga empat peri.
"Kita harus minta makanan untuk dikirim ke Snuffles," Harry bergumam.
"Ide bagus," kata Ron. "Biar Pig punya kerjaan. Bisakah kalian memberi kami tambahan makanan"" katanya kepada para peri yang mengerumuni mereka. Peri-peri itu membungkuk senang dan bergegas pergi untuk mengambil makanan lagi.
"Dobby, di aman Winky"" Tanya Hermione, memandang berkeliling.
"Winky di sana di dekat perapian, Miss," kata Dobby pelan, telinganya sedikit turun.
"Oh, astaga," kata Hermione ketika melihat Wonky.
Harry ikut memandang ke perapian. Winky duduk di bangku yang sama seperti waktu itu, tetapi dia kotor sekali sehingga tak bisa langsung dibedakan dari batu bata yang hitam kena jelaga di belakangnya. Pakaiannya compang camping dan tidak dicuci. Dia memegang sebotol butterbeer dan bergoyang-goyang sedikit di atas bangkunya, menatap perapian. Sementara mereka menatapnya, dia cegukan keras.
"Winky minum enam botol sehari sekarang," Dobby berbisik kepada Harr
y. "Yah, tapi kan minuman itu tidak keras," kata Harry.
Tetapi Dobby menggeleng. "Keras untuk peri rumah, Sir," katanya.
Winky cegukan lagi. Para peri yang membawa kue sus melempar pandang mencela ketika mereka kembali bekerja.
"Winky merana, Harry Potter," Dobby berbisik sedih. "Winky ingin pulang. Winky masih menganggap Mr. Crouch tuannya, Sir, dan apapun yang Dobby katakana tak bisa membuatnya menganggap Dumbledore tuannya sekarang."
"Hei, Winky," kata Harry, mendadak mendapat inspirasi. Dia mendekati Winky, membungkuk. "Kau mungkin tahu apa yang sedang dilakukan Mr. Crouch sekarang" Soalnya dia tak lagi muncul untuk menjadi juri Turnamen Triwizard."
Mata Winky berkejap. Pupilnya yang besar terfokus pada Harry. Dia bergoyang pelan lagi, dan kemudian berkata, "T... Tuan tidak... hik... dating lagi""
"Yeah," kata Harry, "kami tak pernah melihatnya lagi sejak tugas pertama. Kata Daily Prophet dia sakit."
Winky bergoyang lagi, menatap Harry dengan mata berair. "Tuan... hik... sakit""
Bibir bawahnya mulai bergetar.
"Tetapi kami tidak yakin apakah berita itu benar," kata Hermione buru-buru.
"Tuan perlu... hik... Winky-nya!" rintih si peri. "Tuan tidak bisa... hik... hidup... hik... sendiri..."
"Orang lain bisa mengerjakan urusan rumah tangganya sendiri, kau tahu, Winky," kata Hermione tegas.
"Winky... hik... tidak hanya... hik... mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk Mr. Crouch!" lengking Winky jengkel, bergoyang lebih keras lagi dan menumpahkan butterbeer ke blusnya yang sudah penuh noad. "Tuan... hik... mempercayakan kepada Winky... hik... hal paling penting... hik... paling rahasia..."
"Apa"" Tanya Harry.
Tetapi Winky menggeleng kuat-kuat, menumpahkan lebih banyak lagi Butterbeer ke tubuhnya.
"Winky menyimpan... hik... rahasia tuannya," katanya galak, bergoyang keras sekarang, mengernyit kepada Harry dengan mata mendelik. "Anda... hik... ikut campur."
"Winky tak boleh bicara begitu kepada Harry Potter!" kata Dobby marah. "Harry Potter pemberani dan berhati mulia, dan Harry Potter tidak ikut campur!"
"Dia menyelidiki. hik. kehidupan pribadi dan rahasia. hik. tuanku. hik. Winky peri rumah yang baik. hik. Winky tetap diam. hik. orang-orang mencoba. hik. mengorek dan memancing. hik." Pelupuk mata Winky menutup dan mendadak saja dia terguling dari bangkunya, jatuh ke perapian, mendengkur keras. Botol Butterbeer kosong menggelinding di lantai batu. Setengah lusin peri bergegas mendekat, tampak jijik. Salah satu memungut botol, yang lain menutupi Winky dengan taplak meja kotak-kotak besar, menyisipkan ujung-ujungnya ke bawah tubuh Winky dengan rapat, menyembunyikan dari pandangan.
"Kami menyesal anda harus menyaksikan itu, Sir dan Miss," lengking peri yang di dekat mereka, menggelengkan kepala dan tampak sangat malu. "Kami berharap anda tidak menilai kami semua berdasar Winky, Sir dan Miss!"
"Dia sedih!" ujar Hermione putus asa. "Kenapa kalian menutupinya, bukannya mencoba menghiburnya""
"Maaf, Miss," kata si peri rumah, membungkuk dalam-dalam lagi, "tapi peri rumah tak punya hak untuk sedih kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan tuan yang harus dilayani."
"Oh, astaga!" teriak Hermione. "Dengar, kalian semua! Kalian punya hak untuk sedih, sama seperti penyihir! Kalian punya hak untuk mendapat gaji dan liburan dan pakaian yang layak, kalian tidak harus melakukan segalanya yang diperintahkan kepada kalian. lihat si
Dobby!" "Miss, tolong jangan kaitkan Dobby dengan ini," gumam Dobby, tampak ketakutan. Senyum riang telah lenyap dari wajah-wajah para peri di dapur. Mereka mendadak menatap Hermione seakan dia gila dan berbahaya.
"Ini makanan tambahan kalian!" lengking satu peri di siku Harry, dan dia menyorongkan seonggok besar daging asap, dua belas kue, dan buah-buahab ke tangan Harry. "Selamat tinggal!"
Para peri mengerumuni Harry, Ron dan Hermione dan mulai menggiring mereka keluar dapur, tangan-tangan kecil mendorong pinggang mereka.
"Terima kasih untuk kaus kakinya, Harry Potter!" seru Dobby merana dari perapian, tempatnya berdiri di sebelah gundukan taplak meja yang berisi Winky.
"Kau tak bisa tutup mulut ya, H
ermione"" kata Ron marah ketika pintu dapur membanting menutup di belakang mereka. "Kita tak akan boleh lagi mengunjungi mereka sekarang! Padahal sebetulnya kita bisa menggorek lebih banyak hal tentang Crouch dari Winky!"
"Ah, sok, memangnya kau peduli soal itu!" cemooh Hermione. "Kau kan ke dapur Cuma untuk minta makanan!"
Sesudah itu suasana menjadi tidak enak. Harry kesal sekali mendengar Ron dan Hermione saling kecam selama mengerjakan PR di ruang rekreasi, sehingga dia membawa makanan untuk Sirius ke kandang burung hantu sendirian malam itu.
Pigwidgeon terlalu kecil untuk membawa daging asap ke gunung sendirian, maka Harry meminta bantuan dua burung hantu sekolah bersuara keras. Ketika mereka telah berangkat menembus angkasa malam, tampak ganjil sekali bergotong royong membawa bungkusan besar itu, Harry bersandar ke ambang jendela, memandang ke halaman sekolah, ke pucuk-pucuk pohon di hutan terlarang yang gelap dan bergoyang, ke layer kapal Durmstrang yang berkibar. Seekor burung hantu elang terbang menembus gulungan asap yang membubung dari cerobong asap Hagrid. Burung itu meluncur kea rah kastil, mengelilingi kandang burung hantu, dan lenyap dari pandangan. Ketika menunduk, Harry melihat Hagrid menggali penuh semangat di depan pondoknya. Harry ingin tahu, sedang membuat apa dia. Kelihatannya dia sedang membuat kebun sayur baru. Sementara Harry mengawasi, Madame Maxime keluar dari dalam kereta Beauxbatons dan mendekati Hagrid. Tampaknya dia mengajak ngobrol Hagrid. Hagrid bersandar ke sekopnya, namun dia tak ingin memperpanjang obrolan, karena Madame Maxime kembali ke keretanya tak lama setelah itu.
Enggan kembali ke menara Gryffindor dan mendengarkan Ron dan Hermione saling bentak, Harry memandang Hagrid menggali sampai kegelapan menelannya dan burung-burung hantu di sekitarnya mulai bangun, beterbangan melewatinya menembus malam.
Saat sarapan esok paginya, kejengkelan Ron dan Hermione sudah mereda, dan Harry lega sekali karena ramalan buruk Ron, bahwa para peri rumah akan
mengirim makanan di bawah standar ke meja Gryffindor karena Hermione telah menghina mereka, terbukti tidak benar. Daging, telur dan ikan haring asapnya sama enaknya seperti biasanya.
Ketika burung hantu pos dating, Hermione mendongak penuh harap. Rupanya dia menanti sesuatu.
"Percy belum sempat membalas," kata Ron. "Kita baru mengirim Hedwig kemarin."
"Bukan itu," kata Hermione. "Aku sekarang langganan Daily Prophet. Aku sudah bosan tahu segala sesuatu dari anak-anak Slytherin."
"Pemikiran bagus!" kata Harry, ikut memandang burung-burung hantu. "Hei, Hermione, kurasa kau beruntung..."
Seekor burung hantu abu-abu meluncur turun kea rah Hermione.
"Tapi dia tidak bawa Koran," katanya, tampak kecewa. "Dia..."
Betapa tercengangnya Hermione, burung hantu abu-abu itu mendarat di depan piringnya, diikuti oleh empat burung hantu serak, seekor burung hantu coklat, dan seekor lagi kuning kecoklatan.
"Berapa banyak kau langganan"" kata Harry, menyambar piala Hermione, sebelum ditabrak oleh kerumunan burung hantu, yang semuanya mendekat ke Hermione, berebut menyerahkan suratnya lebih dulu.
"Apa gerangan..."" Hermione berkata, mengambil surat dari si burung abu-abu, membukanya dan mulai membacanya. "Oh, astaga!" dia tergagap, wajahnya merona merah.
"Ada apa"" Tanya Ron.
"Ini... oh, konyol sekali..."
Dia menyorongkan surat itu kepada Harry. Surat itu tidak ditulis tangan, melainkan disusun dari tempelan huruf-huruf yang tampaknya digunting dari Daily Prophet.
Cewek JelEk. haRRy PottEr layaK mendapaT gadis lebih baik. PUlang sana ke tempat mUggle.
"Semua seperti itu!" kata Hermione putus asa, membuka suratnya satu persatu. "Harry Potter layak mendapat cewek yang jauh lebih baik daripada orang macam kau...' 'Kau pantas direbus bersama telur katak...'
Ouch!" Dia telah membuka amplop terakhir, dan cairan hijau kekuningan berbau bensin tertuang ke tangannya, yang langsung penuh ditumbuhi bisul-bisul besar berwarna kuning.
"Nanah Bubotuber yang belum dicairkan!" kata Ron, memungut amplop itu dengan amat hati-hati dan mengendusnya.
"Ow!" kata Hermione, air matanya
berlinangan sementara dia berusaha mengelap nanah dari tangannya dengan serbet, tetapi jari-jarinya sekarang dipenuhi bisul yang menyakitkan sehingga kelihatannya dia memakai sarung tangan tebal berbenjol-benjol.
"Kau sebaiknya ke rumah sakit," kata Harry ketika burung-burung hantu di sekeliling Hermione terbang pergi. "Kami akan memberitahu Profesor Sprout kau ke mana..."
"Sudah kuperingatkan dia!" kata Ron, ketika Hermione bergegas meninggalkan Aula Besar, menyangga tangannya. "Sudah kuperingatkan jangan membuat jengkel Rita Skeeter! Lihat yang ini..." Ron membaca salah satu surat yang ditinggalkan Hermione: "'Aku membaca di Witch Weekly bagaimana kau mempermainkan Harry Potter dan anak itu sudah cukup banyak menderita dan aku akan mengirimimu kutukan dengan pos berikutnya begitu aku sudah mendapatkan amplop yang cukup besar.' Ampun deh, sebaiknya dia hati-hati."
Hermione tidak muncul dalam pelajaran Herbologi. Ketika Harry dan Ron meninggalkan rumah kaca untuk mengikuti pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib, mereka melihat Malfoy, Crabbed an Goyle menuruni undakan batu kastil. Pansy Parkinson berbisik-bisik dan cekikikan di belakang mereka bersama geng cewek-cewek Slytherin-nya. Melihat Harry, Pansy berseru, "Potter, kau putus dengan cewekmu, ya" Kenapa dia sedih banget waktu sarapan tadi""
Harry mengabaikannya. Dia tak ingin Pansy puas kalau tahu artikel di Witch Weekly itu mendatangkan banyak kesulitan.
Hagrid, yang telah memberitahu mereka dalam pelajaran yang lalu bahwa mereka sudah selesai mempelajari unicorn, menunggu di depan pondoknya dengan kotak-kotak baru yang terbuka di dekat kakinya.
Hati Harry mencelos melihat kotak-kotak itu - masa mau meneteskan Skrewt lagi" - tetapi setelah cukup dekat untuk melihat ke dalamnya, dia melihat makhluk hitam berbulu dengan moncong panjang. Kaki depan mereka datar aneh sekali, seperti sekop, dan mereka berkejap-kejap memandang anak-anak, tampak cukup bingung mendapat begitu banyak perhatian.
"Mereka ini Niffler," kata Hagrid ketika semua anak sudah berkumpul. "Kebanyakan mereka ditemukan di tambang-tambang. Mereka senang benda-benda mengilap. Nah, lihat."
Salah satu Niffler tiba-tiba melompat dan berusaha menggigit lepas arloji Pansy Parkinson dan pergelangan tangannya. Pansy menjerit dan melompat ke belakang.
"Detektor harta kecil yang sangat berguna," kata Hagrid senang. "Kita akan main-main dengan mereka hari ini. Lihat di sana itu"" Dia menunjuk petak luas yang malam sebelumbta - melalui jendela kandang burung hantu - dilihat Harry tengah dicangkul Hagrid. "Aku sudah pendam koin emas. Aku sudah siapkan hadiah buat siapa yang memilih Niffler yang gali paling banyak koin. Sekarang lepas semua perhiasan kalian dan pilih Niffler, dan siap-siap untuk lepas mereka."
Harry melepas arlojinya, yang dipakainya karena kebiasaan saja, sebab arloji itu mati, dan menyimpannya di kantung. Kemudian dia mengangkat satu Niffler. Niffler itu memasukkan moncongnya yang panjang ke telinga Harry dan mengendus-endus penuh semangat. Lucu sekali.
"Tunggu," kata Hagrid, memandang ke dalam kotak, "masih ada satu Niffler di sini... siapa yang tidak ada" Di mana Hermione""
"Dia harus ke rumah sakit," kata Ron.
"Kami jelaskan nanti," gumam Harry. Pansy Parkinson mendengarkan.
Belum pernah mereka segembira ini dalam pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib. Niffler-niffler menyusup dan muncul dari dalam tanah seakan masuk ke air saja, masing-masing berlarian ke anak yang telah melepasnya dan meludahkan koin emas ke tangannya. Niffler Ron sangat gesit. Segera saja pangkuan Ron penuh koin.
"Bisakah ini kubeli untuk binatang peliharaan, Hagrid"" tanyanya bersemangat sementara nifflernya menukik lagi ke dalam tanah, menciprati jubahnya.
"Ibumu tak akan senang, Ron," kata Hagrid, nyengir. "Mereka bikin rumah kacau balau. Kurasa hamper semua koin sudah diambil sekarang," dia menambahkan, berkeliling petak sementara Niffler-niffler terjun terus ke dalam tanah. "Aku Cuma pendam seratus. Oh, kau dating, Hermione!"
Hermione menyeberangi lapangan rumput kea rah mereka. Kedua tangannya dibebat dan dia tampak sedih. P
ansy Parkinson memandangnya tajam.
"Nah, ayo kita cek hasilnya!" kata Hagrid. "Hitung koin kalian! Dan tak ada gunanya mencuri, Goyle," dia menambahkan, mata kumbang hitamnya menyipit. "Itu emas Leprechaun. Lenyap setelah beberapa jam."
Goyle mengosongkan sakunya, tampak cemberut berat. Ternyata Niffler Ron yang paling berhasil, maka Hagrid memberinya sepotong besar coklat Honeydukes sebagai hadiah. Dering bel terdengar dari seberang lapangan, menandakan waktu makan siang. Anak-anak kembali ke kastil, tetapi Harry, Ron dan Hermione tinggal untuk membantu Hagrid memasukkan Niffler-niffler ke dalam kotak-kotak mereka. Harry melihat Madame Maxime mengawasi mereka dari balik jendela keretanya.
"Kenapa tanganmu, Hermione"" Tanya Hagrid, cemas.
Hermione menceritakan tentang surat-surat benci yang diterimanya pagi tadi dan amplop penuh nanah Bubotuber.
"Ah, jangan khawatir," kata Hagrid lembut, menunduk memandangnya. "Aku terima surat-surat begitu dan macam-macam, setelah Rita Skeeter menulis tentang ibuku. 'Kau monster dank au harus dibunuh.' 'Ibumu bunuh orang tak bersalah dan kalau tahu diri kau pantasnya terjun ke danau.'"
"Tidak!" kata Hermione, tampak kaget sekali.
"Yeah," kata Hagrid, mengangkat kotak-kotak Niffler dan menaruhnya di depan dinding pondoknya. "Mereka orang sinting, Hermione. Jangan buka kalau kau dapat lagi. Langsung masukkan perapian."
"Pelajarannya tadi asyik sekali. Saying kau tak ikut," kata Harry kepada Hermione ketika mereka berjalan kembali ke kastil. "Niffler itu binatang yang baik dan lucu. Iya, kan, Ron""
Tetapi Ron mengernyit memandang coklat yang dihadiahkan Hagrid kepadanya. Tampaknya ada yang sesuatu yang membuatnya terpukul.
"Kenapa"" Tanya Harry. "Tak suka rasanya""
"Bukan," jawab Ron pendek. "Kenapa kau tak cerita padaku soal emas itu""
"Emas apa"" Tanya Harry.
"Emas yang kuberikan padamu waktu Piala Dunia Quidditch," kata Ron. "Uang emas Leprechaun yang kuberikan sebagai bayaran Omniocular-ku. Di boks utama. Kenapa kau tidak memberitahuku uang itu menghilang""
Harry harus berpikir dulu sejenak sebelum dia menyadari apa yang dibicarakan Ron.
"Oh...," katanya, ingat akhirnya. "Entahlah... aku tak menyadari uangnya lenyap. Aku lebih mencemaskan tongkatku, kan""
Mereka menaiki undakan menuju Aula Depan dan masuk ke Aula Besar untuk makan siang.
"Menyenangkan sekali pasti," kata Ron tiba-tiba, ketika mereka sudah duduk dan menikmati daging panggang dan pudding. "Punya begitu banyak uang sampai kau tak menyadari sekantung Galleon sudah lenyap."
"Dengar, pikiranku penuh persoalan lain malam itu," kata Harry tak sabar. "Kita semua begitu, ingat""
"Aku tak tahu emas Leprechaun lenyap," Ron bergumam. "Kupikir aku membayarmu. Harusnya kau tak memberiku hadiah Natal topi Chudley Cannon."
"Lupakan saja, oke"" kata Harry.
Ron menusuk kentang panggang dengan ujung garpunya, mendelik memandang kentang itu. Kemudian dia berkata, "Aku benci jadi orang miskin."
Harry dan Hermione saling pandang. Mereka tak tahu harus mengatakan apa.
"Sangat tidak menyenangkan," kata Ron, masih memandang galak kentangnya. "Aku tak menyalahkan Fred dan George yang berusaha mendapatkan uang tambahan. Kalau saja aku bisa begitu. Ingin sekali aku punya Niffler."
"Nah, kalau begitu kami sudah tahu hadiah apa yang sebaiknya kami berikan untukmu nanti," kata Hermione cerah. Kemudian, ketika Ron tetap murung, dia berkata, "Sudahlah, Ron, keadaan bisa lebih buruk. Paling tidak jari-jarimu tidak penuh nanah," Susah sekali bagi Hermione untuk menggunakan pisau dan garpu, jari-jarinya kaku dan bengkak. "Aku benci si Skeeter itu!" celetuknya bengis. "Kubalas dia nanti, kalaupun itu hal terakhir yang bisa kulakukan!"
Surat-surat benci terus berdatangan untuk Hermione selama minggu berikutnya, dan meskipun dia mengikuti nasihat Hagrid dan tak lagi membukanya, beberapa pembencinya mengirim Howler, yang meledak di meja Gryffindor dan meneriakkan penghinaan yang bisa didengar oleh seluruh Aula Besar. Bahkan anak-anak yang tidak membaca Witch Weekly sekarang tahu
tentang cinta segitiga Harry-Krum-Hermione. Harry sampai bosan memberitahu or
ang-orang bahwa Hermione bukan pacarnya.
"Nanti juga padam sendiri," katanya kepada Hermione, "kalau tidak kita acuhkan... Orang-orang akhirnya bosan sendiri dengan artikel yang ditulisnya tentangku dulu itu..."
"Aku ingin tahu bagaimana dia bisa mencuri dengar percakapan pribadi, padahal dia sudah dilarang masuk ke kompleks sekolah!" kata Hermione berang.
Hermione tinggal di kelas setelah pelajaran Pertahanan terhadap Ilmu Hitam berikutnya untuk bertanya sesuatu kepada Profesor Moody. Anak-anak yang lain ingin buru-buru pergi. Moody tadi memberi mereka tes berat Pengelakan Kutukan sehingga banyak diantara mereka yang luka ringan. Harry sendiri kena Kuping Kedut parah, dia harus menekankan tangan kedua telinganya saat meninggalkan kelas.
"Rita jelas tidak memakai jubah gaib!" kata Hermione terengah lima menit kemudian, menyusul Harry dan Ron di Aula Depan dan menarik satu tangan Harry dari telinganya supaya Harry bisa mendengarnya. "Moody mengatakan dia tidak melihat Rita di dekat meja juri sewaktu tugas kedua, ataupun di dekat danau!"
"Hermione, apakah ada gunanya menyuruhmu melupakan ini"" kata Ron.
"Tidak!" kata Hermione keras kepala. "Aku ingin tahu bagaimana dia bisa mendengarku bicara dengan Viktor! Dan bagaimana dia bisa tahu tentang ibu Hagrid!"
"Mungkin kau disadap," kata Harry.
"Disedap"" kata Ron bengong. "Apa... diberi bumbu penyedap atau bagaimana""
Harry mulai menjelaskan tentang mikrofon yang tersembunyi dan peralatan rekaman.
Ron terpesona, tetapi Hermione menyela mereka, "Apakah kalian berdua tak akan pernah membaca sejarah Sejarah Hogwarts""
"Buat apa"" kata Ron. "Kau hafal isinya, kami tinggal Tanya kau."
"Semua alat pengganti sihir yang digunakan Muggle -listrik, computer, dan radar, dan semua benda lain itu -semuanya jadi rusak di sekitar Hogwarts, karena ada terlalu banyak sihir di udara. Tidak, Rita menggunakan sihir untuk menguping, pasti... Kalau aku bisa menemukan sihir apa... ooh, kalau illegal, kulaporkan dia..."
"Tidakkah pekerjaan kita sudah cukup banyak"" Ron menanyainya. "Apakah kita harus memulai vendetta terhadap Rita Skeeter juga""
"Aku tidak memintamu untuk membantu!" bentak Hermione. "Akan kukerjakan sendiri!"
Dia menaiki tangga pualam tanpa menoleh ke belakang. Harry yakin dia akan pergi ke perpustakaan.
"Yuk taruhan, dia kembali dengan sekotak lencana Aku Benci Rita Skeeter," ajak Ron.
Ternyata Hermione memang tidak meminta Harry dan Ron membantunya melaksanakan pembalasannya
terhadap Rita Skeeter. Untuk itu mereka berdua berterima kasih, karena beban tugas mereka menggunung lebih tinggi daripada hari-hari sebelum liburan paskah. Harry terus terang kagum sekali bagaimana Hermione masih bisa melakukan riset tentang metode mencuri dengar secara sihir, di samping mengerjakan semua hal lain yang harus mereka kerjakan. Harry bekerja setengah mati hanya untuk menyelesaikan semua PR mereka, meskipun dia menyempatkan mengirim bungkusan makanan secara teratur ke gua di gunung kepada Sirius. Setelah musim panas kamarin, Harry belum melupakan bagaimana rasanya kelaparan terus. Dia melampirkan surat kepada Sirius, memberitahunya tak ada hal aneh yang terjadi, dan bahwa mereka masih menunngu jawaban dari Percy.
Hedwig baru kembali pada akhir liburan paskah. Surat Percy dilampirkan dalam bungkusan telur paskah yang dikirim Mrs. Weasley. Telur Harry dan Ron seukuran telur naga dan penuh berisi gula-gula. Tetapi telur Hermione lebih kecil daripada telur ayam. Wajahnya langsung muram ketika melihatnya.
"Ibumu tidak membaca Witch Weekly, kan, Ron"" tanyanya pelan.
"Baca," kata Ron, yang mulutnya penuh permen. "Langgan karena resepnya."
Hermione memandang telur kecilnya dengan sedih.
"Apakah kau tak ingin melihat apa yang ditulis Percy"" Harry buru-buru menanyainya.
Surat Percy pendek dan bernada jengkel.
Seperti selalu kukatakan pada Daily Prophet, Mr Crouch sedang beristirahat-yang sudah selayaknya dilakukannya. Dia secara teratur mengirim instruksi lewat burung hantu. Tidak, aku tidak melihatnya, tetapi kurasa aku bisa dipercaya mengenali tulisan atasanku sendiri. Pekerjaanku cukup banyak saat i
ni tanpa harus meredam desas-desus konyol ini. Jangan mengganggu aku lagi kecuali kalau ada hal penting sekali. Selamat Paskah.
Awal musim panas biasanya berarti Harry berlatih untuk pertandingan Quidditch terakhir musim itu. Namun tahun ini, untuk menghadapi tugas ketiga dan Turnamen Triwizard-lah dia harus bersiap diri, tetapi dia belum tahu apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, pada minggu terakhir bulan Mei, Profesor McGonagall menyuruhnya tinggal sesudah Transfigurasi.
"Kau diminta pergi ke lapangan Quidditch pukul sembilan malam ini, Potter," katanya memberitahu Harry. "Mr. Bagman akan berada di sana untuk memberitahu para juara apa tugas ketiga mereka."
Maka pada pukul setengah sembilan malam itu, Harry meninggalkan Ron dan Hermione di Menara Gryffindor dan turun. Saat menyeberangi Aula Depan, Cedric muncul dari ruang rekreasi Hufflepuff.
"Menurutmu apa ya tugasnya"" dia bertanya kepada Harry ketika mereka bersama menuruni undakan batu, memasuki malam yang berkabut. "Fleur terus menerus bilang tentang lorong bawah tanah. Dia menduga kita harus mencari harta."
"Tak terlalu buruk," kata Harry, berpikir dia akan minta Niffler pada Hagrid untuk melakukan tugas itu baginya.
Mereka melewati lapangan rumput gelap menuju ke stadion Quidditch, berbelok masuk ke celah diantara deretan tempat duduk, dan masuk ke lapangan.
"Mereka apakan lapangannya"" Cedric bertanya marah, terhenti kaget.
Lapangan Quidditch tak lagi rata dan halus. Tampaknya ada orang yang telah membangun tembok panjang rendah di sekelilingnya, dan tembok itu berbelok serta bersilang ke segala arah.
"Ini pagar tanaman!" kata Harry, membungkuk untuk memeriksa tembok yang paling dekat.
"Halo," terdengar suara amat riang.
Ludo Bagman berdiri di tengah lapangan bersama Krum dan Fleur. Harry dan Cedric mendatangi, melompati pagar-pagar. Fleur tersenyum kepada Harry ketika dia sudah dekat. Sikapnya terhadap Harry berubah total sejak Harry menyelamatkan adiknya dari danau.
"Nah, bagaimana pendapat kalian"" kata Bagman gembira ketika Harry dan Cedric melompati pagar terakhir. "Tumbuh subur, kan" Tunggu sebulan lagi dan Hagrid akan membuatnya tumbuh setinggi enam meter. Jangan khawatir," dia menambahkan, nyengir, melihat ekspresi wajah Harry dan Cedric yang tidak senang, "lapangan Quidditch kalian akan kembali normal setelah tugas ini dilaksanakan! Nah, kurasa kalian sudah bisa menebak apa yang sedang kami buat di sini""
Sesaat tak ada yang bicara. Kemudian...
"Maze," gerutu Krum. Maze atau taman labirin adalah jaringan jalan yang amat ruwet.
"Betul!" kata Bagman. "Maze. Tugas ketiga sebetulnya sangat jelas. Piala Triwizard akan diletakkan di tengah maze. Juara yang pertama menyentuhnya akan mendapat nilai penuh."
"Kami Cuma harus melewati maze"" Tanya Fleur.
"Akan ada rintangan-rintangan," kata Bagman, berjingkat senang pada tumitnya. "Hagrid menyiapkan beberapa makhluk... ada sihir yang harus dipunahkan... hal-hal semacam itu, kalian tahu. Nah, juara yang angkanya paling tinggi mendapat kesempatan masuk lebih dulu ke dalam maze." Bagman tersenyum kepada Harry dan Cedric. "Disusul Mr. Krum... kemudian Miss Delacour. Tetapi kalian akan punya kesempatan yang sama, tergantung bagaimana kalian menangangi rintangan-rintangannya. Asyik sekali, eh""
Harry, yang tahu betul makhluk-makhluk seperti apa yang akan disediakan Hagrid untuk acara seperti ini, merasa sama sekali tidak asyik. Meskipun demikian, dia mengangguk sopan seperti juara-juara lainnya.
"Baiklah... kalau kalian tak punya pertanyaan, kita akan kembali ke kastil. Ayo, agak dingin..."
Bagman bergegas merendengi Harry ketika mereka mulai meninggalkan maze. Harry punya perasaan Bagman akan mulai menawarkan bantuan lagi, tetapi saat itu Krum mengetuk bahu Harry.


Harry Potter Dan Piala Api Harry Potter And The Goblet Of Fire Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Boleh aku bicara""
"Yeah, baiklah," kata Harry, agak heran.
"Maukah kau jalan bersamaku"" "Oke," kata Harry ingin tahu. Bagman tampak agak gelisah. "Kutunggu kau, Harry""
"Tidak usah, taka pa-apa, Mr. Bagman," kata Harry, menahan senyum. "Saya rasa saya bisa menemukan kastil sendiri, terima kasih."
Harry dan Krum meninggalkan stadion bersama-sama, te
tapi Krum tidak berjalan kea rah kapal Durmstrang. Sebaliknya malah, dia berjalan kea rah Hutan Terlarang.
"Kenapa kita ke sini"" Tanya Harry ketika mereka melewati pondok Hagrid dan kereta Beauxbatons yang terang.
"Supaya tak ada yang dengar," jawab Krum singkat.
Ketika akhirnya mereka tiba di petak tanah yang sunyi senyap tak jauh dari lapangan tempat kuda-kuda Beauxbatons merumput, Krum berhenti di keremangan pepohonan dan berbalik menghadapi Harry.
"Aku ingin tahu," katanya menatap tajam Harry, "ada apa diantara kau dan Herm-ayon-nini."
Harry - yang melihat sikap Krum yang serba rahasia, menduga dia akan mendengar sesuatu yang jauh lebih serius dari ini - terperangah memandang Krum.
"Tidak ada apa-apa," katanya. Tetapi Krum memandangnya galak, dan Harry, yang mendadak menyadari betapa jangkungnya Krum, menjelaskan, "Kami berteman. Dia bukan pacarku dan belum pernah jadi pacarku. Itu Cuma rekaan si Skeeter."
"Herm-ayon-nini sering sekali bicara tentang kau," kata Krum, memandang Harry curiga.
"Yeah," kata Harry, "karena kami berteman."
Dia nyaris tak percaya dia mengobrol begini dengan Viktor Krum, pemain Quidditch internasional yang terkenal. Seakan Krum yang berusia delapan belas tahun menganggap dia, Harry, sederajat dengannya - rival yang sesungguhnya...
"Kau belum pernah... kau tidak..."
"Tidak," kata Harry sangat tegas.
Krum tampak sedikit lebih senang. Dia memandang Harry beberapa detik, kemudian berkata, "Kau terbang hebat sekali. Aku menontonmu waktu tugas pertama."
"Terima kasih," kata Harry, nyengir lebar dan mendadak merasa dirinya jauh lebih jangkung. "Aku menontonmu waktu piala dunia Quidditch. Gerakan Wronski Feint, kau sungguh..."
Tetapi ada yang bergerak di pepohonan di belakang Krum, dan Harry, yang sudah punya pengalaman dengan apa saja yang bersembunyi di dalam Hutan Terlarang, secara refleks menyambar lengan Krum dan menariknya."
"Ada apa""
Harry menggeleng, memandang tempat di mana tadi dia melihat gerakan. Dia menyelipkan tangan ke dalam jubahnya, memegang tongkat sihirnya.
Tiba-tiba seorang laki-laki terhuyung keluar dari balik pohon ek tinggi. Sesaat Harry tidak mengenalinya... kemudian dia sadar itu Mr. Crouch.
Penampilannya seakan dia telah bepergian selama berhari-hari. Jubahnya robek di bagian lutunya dan berdarah, wajahnya tergores-gores. Dia tak bercukur dan pucat kelelahan. Rambut dan kumisnya, yang biasanya rapi, perlu dikeramas dan dicukur. Tetapi penampilannya yang ganjil ini bukan apa-apa disbanding tingkahnya. Bergumam dan menggerak-gerakkan tangan, Mr. Crouch kelihatannya sedang bicara dengan orang yang hanya bisa dilihatnya sendiri. Harry jadi ingat gelandangan tua yang pernah dilihatnya ketika dia sedang berbelanja bersama keluarga Dursley. Orang itu juga mengobrol seru dengan udara kosong. Bibi Petunia langsung menarik tangan Dudley dan menyeretnya ke seberang jalan untuk menghindarinya. Paman Vernon setelah itu berpidato panjang lebar kepada keluarganya tentang apa yang ingin dilakukannya terhadap pengemis dan gelandangan.
"Bukankah dia juri"" kata Krum, memandang Mr. Crouch. "Bukankah dia orang Kementerian Sihir-mu""
Harry mengangguk, sangsi sejenak, kemudian berjalan pelan mendekati Mr. Crouch, yang tidak memandangnya, melainkan terus bicara kepada pohon di dekatnya.
"... dan kalau kau sudah selesai, Weatherby, kirim burung hantu ke Dumbledore, menegaskan jumlah murid-murid Durmstrang yang akan menghadiri turnamen. Karkaroff baru saja kirim kabar jumlahnya dua belas..."
"Mr. Crocuh"" panggil Harry hati-hati.
"... lalu kirim burung hantu lain ke Madame Maxime, karena dia mungkin ingin menambah jumlah murid yang akan dibawanya, setelah Karkaroff mengajak dua belas... kerjakan itu, Weatherby, ya" Ya" Ya..."
Mata Mr. Crouch melotot. Dia berdiri memandang pohon, bergumam tanpa suara kepadanya. Kemudian dia terhuyung miring dan jatuh berlutut.
"Mr. Crouch"" Harry berkata keras. "Anda tidak apa-apa""
Mata Crouch berputar terbeliak. Harry menoleh memandang Krum, yang sudah mengikutinya ke pohon dan menunduk memandang Mr. Crouch dengan ketakutan.
"Kenapa dia""
"Entahlah," gumam
Harry. "Dengar, lebih baik kau memanggil seseorang..."
"Dumbledore!" sengal Mr. Crouch. Tangannya terjulur mencengkeram jubah Harry, menariknya lebih dekat, meskipun matanya menatap ke atas kepala Harry. "Aku perlu... ketemu... Dumbledore..."
"Baiklah," kata Harry, "kalau anda bangun, Mr. Crouch, kita bisa ke..."
"Aku telah... berbuat... bodoh...," desah Mr. Crouch.dia tampak seperti orang gila. Matanya terbeliak, berputar-putar, liurnya mengalir ke dagunya. Setiap kata diucapkannya dengan susah payah. "Harus... kasih... tahu... Dumbledore..."
"Bangun, Mr. Crouch," kata Harry keras dan jelas. "Bangun, saya akan membawa anda ke Dumbledore!"
Mata Mr. Crouch sekarang berputar memandang Harry.
"Siapa. kau"" bisiknya.
"Saya murid sekolah ini," kata Harry, berpaling kepada Krum minta bantuan, tetapi Krum menjauh, tampak sangat cemas.
"Kau bukan. pengikutnya"" bisik Crouch, mulutnya menganga.
"Bukan," kata Harry, tanpa memahami sedikit pun apa yang sedang dibicarakan Crouch.
"Murid Dumbledore""
"Betul," kata Harry.
Crouch menariknya semakin dekat. Harry berusaha melepaskan tangan Crouch dari jubahnya, tetapi cengkeramnya terlalu kuat.
"Peringatkan... Dumbledore..."
"Saya akan memanggil Dumbledore jika anda melepaskan saya," kata Harry. "Lepaskan, Mr. Crouch, nanti saya panggilkan dia."
"Terima kasih, Weatherby, dan kalau sudah selesai, aku ingin secangkir the. Istri dan anakku akan segera dating. Kami akan menonton konser malam ini, dengan Mr. dan Mrs. Fudge." Crouch sekarang berbicara lancer kepada pohon lagi, dan tampaknya sama sekali tak sadar akan kehadiran Harry. Saking tercengangnya, Harry tak sadar Crouch telah melepaskannya. "Ya, anakku barubaru ini memperoleh dua belas OWL, sangat memuaskan, ya, terima kasih, ya, sungguh bangga sekali. Nah, kalau kau ambilkan memo dari Menteri Sihir Andorra, kurasa aku masih punya waktu untuk membuat konsep jawabannya..."
"Kau tunggu di sini bersamanya!" Harry berkata kepada Krum. "Aku akan memanggil Dumbledore. Aku akan lebih cepat, aku tahu di mana kantornya..."
"Dia gila," kata Krum sangsi, menunduk memandang Crouch, yang masih mengoceh kepada pohon, rupanya yakin pohon itu Percy.
"Tunggui dia," kata Harry, mulai berdiri, tetapi gerakannya rupanya menyebabkan perubahan mendadak dalam diri Mr. Crouch, yang menyambar memeluk lutut Harry dan menariknya ke tanah lagi.
"Jangan... tinggalkan... aku!" dia berbisik, matanya melotot lagi. "Aku... kabur... harus... beritahu... ketemu Dumbledore... salahku... semua salahku... Bertha... mati... semua salahku... anakku... salahku... beritahu Dumbledore... Harry Potter... Pangeran Kegepalapan... lebih kuat... Harry Potter..."
"Saya akan memanggil Dumbledore jika anda melepaskan saya, Mr. Crouch!" kata Harry. Dia berpaling jengkel kepada Krum. "Bantu aku dong!"
Tampak sangat ketakutan, Krum maju dan berlutut di sebelah Mr. Crouch.
"Jaga dia tetap di sini," kata Harry, menarik lepas dirinya dari Mr. Crouch. "Aku akan kembali bersama Dumbledore."
"Cepat, ya!" teriak Krum ketika Harry berlari meninggalkan hutan menuju lapangan gelap. Tak seorangpun tampak. Bagman, Cedric, dan Fleur sudah menghilang. Harry berlari menaiki undakan batu, melewati batu ek, dan menaiki tangga pualam ke lantai dua.
Lima menit kemudian dia melesat menuju gargoyle batu yang berdiri di tengah koridor kosong.
"Per-permen jeruk!" katanya tersengal kepada si gargoyle.
Ini adalah kata kunci untuk tangga tersembunyi menuju ke kantor Dumbledore - paling tidak, itu kata kuncinya dua tahun lalu. Tetapi kata kuncinya terbukti telah berganti, karena gargoyle itu tidak jadi hidup dan melompat ke pinggir, melainkan tetap berdiri membeku, memandang galak pada Harry.
Lembah Nirmala 11 Dewa Arak 46 Pendekar Sadis Setan Bukit Cemara 1

Cari Blog Ini