Ceritasilat Novel Online

The Order Of Phoenix 12

Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 12


"Er ... well, itu kata Harry sambil menarik sepiring remah berempah ke arahnya dan mengambil tambahan makanan, "benar-benar gagal, karena kau menyebutnya."
Dan dia memberitahunya apa yang terjadi di kedai teh Madam Puddifoot.
jadi kemudian," dia menyelesaikan beberapa menit kemudian, ketika potongan remah terakhir menghilang, "dia melompat bangkit, benar, dan berkata, "Sampai jumpa lagi, Harry," dan berlari keluar dari tempat itu!" Dia meletakkan sendoknay dan memandang Hermione. "Maksudku, apa artinya itu" Apa yang sedang terjadi""
Hermione memandang sekilas ke bagian belakang kepala Cho dan menghela napas.
"Oh, Harry," dia berkata dengan sedih. "Well, aku minta maaf, tapi kau agak tidak bijaksana."
"Aku, tidak bijaksana"" kata Harry, marah. "Satu menit kami baik-baik saja, menit berikutnya dia memberitahuku bahwa Roger Davies mengajaknya keluar dan bagaimana dia dulu pergi menciumi Cedric di kedai teh bodoh itu -- bagaimana seharusnya perasaanku tentang itu""
"Well, kau paham," kata Hermione, dengan suasana sabar seseorang yang sedang menjelaskan bahwa satu ditambah satu sama dengan dua kepada seorang balita yang terlalu emosional, "kau seharusnya tidak memberitahunya bahwa kau mau menjumpaiku di tengah-tengah kencan kalian."
"Tapi, tapi," repet Harry, "tapi -- kau menyuruhku menjumpaimu pukul dua belas dan membawanya ikut serta, bagaimana aku melakukan itu tanpa memberitahunya""
"Kau seharusnya memberitahu dia dengan cara berbeda," kata Hermione, masih dengan suasana sabar yang menjengkelkan itu. "Kau seharusnya berkata benar-benar menyebalkan, tapi aku memaksamu berjanji untuk mendatangi Three Broomsticks, dan kau sebenarnya tidak mau pergi, kau lebih suka menghabiskan sepanjang hari bersamanya, tapi sayangnya kau berpikir kau benar-benar harus menemuiku dan apakah dia bersedia ikut bersamamu dan semoga saja kalian bisa menyingkir secepatnya. Dan mungkin ide bagus juga menyebutkan betapa jeleknya menurutmu aku ini," Hermione menambahkan sebagai renungan akhir.
"Tapi aku tidak menganggapmu jelek," kata Harry, merasa geli.
Hermione tertawa. "Harry kau lebih parah daripada Ron ... well, tidak, tidak begitu," dia menghela napas, selagi Ron sendiri datang bersusah payah ke Aula belepotan lumpur dan tampak galak. "Lihat -- kau membuat Cho marah sewaktu kau bilang kau akan menemuiku, jadi dia mencoba membuatmu cemburu. Itu caranya mencari tahu seberapa banyak kau menyukainya."
"Itukah yang sedang dilakukannya"" kata Harry, ketika Ron merosot ke bangku di seberang mereka dan menarik semua piring di dalam jangkauannya ke arahnya. "Well, bukankah akan lebih mudah kalau dia tanya aku saja apakah aku lebih menyukainya
daripada kamu""
"Anak-anak perempuan tidak sering menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu," kata Hermione.
"Well, mereka seharusnya begitu!" kata Harry penuh tenaga. "Dengan begitu aku bisa memberitahunya aku suka dia, dan dia tidak akan perlu membuat dirinya terkenang lagi tentang meninggalnya Cedric!"
"Aku tidak mengatakan apa yang dilakukannya bijaksana," kata Hermione, selagi Ginny bergabung dengan mereka, sama berlumpurnya dengan Ron dan tampak sama tidak puasnya. "Aku hanya mencoba membuatmu paham bagaimana perasaannya pada saat itu."
"Kau seharusnya menulis sebuah buku," Ron memberitahu Hermione selagi dia memotong kentangnya, "menerjemahkan hal-hal gila yang dilakukan anak-anak perempuan sehingga anak-anak laki-laki bisa memahami mereka."
"Yeah," kata Harry dengan kuat, sambil memandang ke meja Ravenclaw. Cho baru saja bangkit, dan, masih tidak memandangnya, dia meninggalkan Aula Besar. Merasa agak tertekan, dia memandang kembali kepada Ron dan Ginny. "Jadi, bagaimana latihan Quidd
itchnya"" "Mimpi buruk," kata Ron dengan suara masam.
"Oh, ayolah," kata Hermione sambil memandang Ginny, "Aku yakin tidak se-- "
"Ya, memang," kata Ginny. "Mengerikan. Angelina hampir menangis pada akhirnya."
Ron dan Ginny keduanya pergi mandi setelah makan malam; Harry dan Hermione kembali ke ruang duduk Gryffindor yang sibuk dan tumpukan pekerjaan rumah mereka yang biasa. Harry telah berjuang dengan sebuah peta bintang baru untuk Astronomi selama setengah jam ketika Fred dan George muncul.
"Ron dan Ginny tidak di sini"" tanya Fred sambil melihat sekeliling ketika dia menarik sebuah kursi, dan ketika Harry menggelengkan kepalanya, dia berkata, "Bagus. Kami menonton latihan mereka. Mereka akan dibantai. Mereka sepenuhnya sampah tanpa kita."
"Ayolah, Ginny tidak buruk," kata George dengan adil sambil duduk di samping Fred. "Sebenarnya, aku tidak tahu bagaimana dia jadi sebagus itu, mengingat kita tidak pernah membiarkan dia bermain bersama kita."
"Dia mendobrak gudang sapu kalian di kebun sejak umur enam tahun dan bergantian menggunakan sapu-sapu kalian waktu kalian tidak melihat," kata Hermione dari balik tumpukan buku-buku Rune Kunonya.
"Oh," kata George, terlihat agak terkesan. "Well -- itu menjelaskannya."
"Apakah Ron sudah menyelamatkan sebuah gol"" tanya Hermione sambil mengintip
dari atas Hieroglyph dan Logogram Sihir.
"Well, dia bisa melakukannya kalau dia mengira tak seorangpun sedang mengawasinya," kata Fred sambil menggulirkan matanya. "Jadi yang harus kita lakukan hanyalah meminta kerumunan untuk memalingkan punggung mereka dan saling berbincang-bincang setiap kali Quaffle naik ke ujungnya pada hari Sabtu."
Dia bangkit lagi dan bergerak dengan resah ke jendela, menatap keluar ke halaman sekolah yang gelap.
"Kalian tahu, Quidditch hampir merupakan satu-satunya yang membuat tempat ini patut ditinggali."
Hermione memberinya pandangan keras.
"Kalian akan menghadapi ujian-ujian kalian!"
"Sudah kubilang padamu, kami tidak cerewet tentang NEWT," kata Fred. "Kotak Makanan Pembolos sudah siap edar, kami menemukan cara menyingkirkan bisul-bisul itu, cuma sedikit intisari Murtlap menyembuhkannya, Lee memberi kami gagasan itu."
George menguap lebar-lebar dan memandang keluar dengan sedih ke langit malam yang berawan.
"Aku tak tahu apakah aku bahkan ingin menonton pertandingan ini. Kalau Zacharias Smith mengalahkan kita aku mungkin harus bunuh diri."
"Bunuh dia, lebih mungkin," kata Fred dengan tegas.
"Itulah masalahnya dengan Quidditch," kata Hermione melamun, sekali lagi membungkuk di atas terjemahan Runenya, "menciptakan semua perasaan buruk dan ketegangan antar asrama."
Dia memandang ke atas untuk mencari salinan Daftar Suku Kata Spellman-nya, dan mellihat Fred, George dan Harry semuanya menatapnya dengan ekspresi campuran jijik dan tidak percaya di wajah mereka.
"Well, memang!" dia berkata tidak sabaran. "Itu cuma sebuah olahraga, bukan""
"Hermione," kata Harry sambil menggelengkan kepalanya, "kamu pandai dalam masalah perasaan dan hal-hal, tetapi kamu hanya tidak paham tentang Quidditch."
"Mungkin tidak," dia berkata dengan muram, sambil kembali ke terjemahannya, "tapi setidaknya kebahagiaanku tidak tergantung pada kemampuan menjaga gawang Ron."
Dan walaupun Harry lebih suka melompat dari Menara Astronomi daripada mengakui itu kepadanya, pada saat dia telah menonton pertandingan Sabtu berikutnya dia akan memberikan Galleon sebanyak apapun agar tidak peduli tentang Quidditch
juga. Hal terbaik yang bisa kau katakan tentang pertandingan itu adalah bahwa pertandingan itu pendek; para penonton Gryffindor cuma harus menahan dua puluh dua detik penderitaan. Sulit mengatakan apa hal terburuknya: Harry mengira itu pertarungan yang amat ketat antara kegagalan Ron yang keempatbelas untuk menyelamatkan gawang, Sloper yang tidak mengenai Bludger tetapi menghantam Angelina di mulut dengan tongkatnya, dan Kirke yang menjerit dan jatuh ke belakang dari sapunya ketika Zacharias Smith meluncur ke arahnya sambil membawa Quaffle. Keajaibannya adalah bahwa Gryffindor hanya kalah sepuluh poin: Ginny berhasil menyambar Snitch tepat di baw
ah hidung Seeker Hufflepuff Summerby, sehingga skor akhir adalah dua ratus empat puluh lawan dua ratus tiga puluh.
"Tangkapan bagus," Harry memberitahu Ginny sewaktu kembali ke ruang duduk, di mana suasananya menyerupai sebuah pemakaman yang amat muram.
"Aku beruntung," dia mengangkat bahu. "Itu bukan Snitch yang sangat cepat dan Summerby kena flu, dia bersin dan menutup matanya pada saat yang salah. Ngomong-ngomong, begitu kau kembali ke tim -- "
"Ginny, aku kena larangan seumur hidup."
"Kau dilarang selama Umbridge ada di sekolah," Ginny mengoreksi dia. "Ada perbedaan. Ngomong-ngomong, begitu kau balik, kukira aku akan ikut uji coba untuk Chaser. Angelina dan Alicia akan pergi tahun depan dan lagipula aku lebih suka mencetak gol daripada mencari Snitch."
Harry memandang kepada Ron, yang masih membungkuk di sebuah sudut, sambil menatap lututnya, sebotol Butterbeer tergenggam di tangannya.
"Angelina masih tidak mau membiarkan dia mengundurkan diri," Ginny berkata, seolah-olah membaca pikiran Harry. "Dia bilang dia tahu Ron punya kemampuan di dalam dirinya."
Harry menyukai Angelina karena keyakinan yang ditunjukkannya kepada Ron, tetapi pada saat yang sama berpikir akan lebih baik hati kalau membiarkannya meninggalkan tim. Ron telah meninggalkan lapangan mendengar nyanyian bersama menggelegar "Weasley adalah Raja kami" dinyanyikan dengan semangat besar oleh anak-anak Slytherin, yang sekarang difavoritkan memenangkan Piala Quidditch.
Fred dan George berjalan ke sini.
"Aku tidak sampai hati mengoloknya," kata Fred sambil memandang ke figur Ron yang kisut. "Camkan ... ketika dia tidak menangkap yang keempat belas --"
Dia membuat gerakan-gerakan liar dengan lengannya seolah-olah melakukan kayuhan anjing tegak lurus.
"-- well, aku akan simpan untuk pesta-pesta, eh""
Ron menyeret dirinya ke tempat tidur tidak lama setelah ini. Demi menghargai perasaannya, Harry menunggu sebentar sebelum naik ke kamar asrama sendiri, sehingga Ron bisa pura-pura tidur kalau dia mau. Memang benar, ketika Harry akhirnya memasuki kamar Ron sedang mendengkur sedikit terlalu keras untuk masuk akal.
Harry naik ke ranjang sambil memikirkan pertandingan itu. Sangat memfrustrasikan menonton dari pinggir. Dia sangat terkesan pada penampilan Ginny tetapi dia tahu kalau dia bermain dia akan bisa menangkap Snitch lebih cepat ... ada saat di mana Snitch berkibaran di dekat mata kaki Kirke; kalau Ginny tidak bimbang, dia mungkin bisa menghasilkan kemenangan bagi Gryffindor.
Umbridge telah duduk beberapa baris di bawah Harry dan Hermione. Sekali atau dua kali dia berpaling sambil berjongkok di tempat duduknya untuk memandangnya, mulut kataknya yang lebar merentang membentuk apa yang Harry pikir senyum gembira. Ingatan itu membuatnya merasa panas karena marah sementara dia berbaring di sana dalam kegelapan. Namun, setelah beberapa menit, dia ingat bahwa dia seharusnya mengosongkan pikirannya dari semua emosi sebelum dia tidur, seperti yang terus diperintahkan Snape pada akhir setiap pelajaran Occlumencynya.
Dia mencoba selama satu atau dua saat, tetapi memikirkan Snape di atas ingatannya pada Umbridge hanya meningkatkan rasa ketidaksenangannya dan dia mendapati dirinya sendiri malah berfokus pada seberapa besar dia membenci mereka berdua. Lambat laun, dengkuran Ron menghilang, digantikan dengan suara napas dalam dan lambat. Butuh Harry waktu lebih lama untuk tertidur; tubuhnya letih, tetapi butuh otaknya waktu yang lama untuk beristirahat.
Dia bermimpi bahwa Neville dan Profesor Sprout sedang berdansa waltz mengitari Ruang Kebutuhan sementara Profesor McGonagall memainkan alat musik bagpipe. Dia mengamati mereka dengan gembira selama beberapa saat, lalu memutuskan untuk pergi mencari anggota-anggota DA yang lain.
Tetapi ketika dia meninggalkan ruangan itu dia mendapati dirinya menghadapi, bukan permadani dinding Barnabas si Bodoh, melainkan sebuah obor yang menyala dalam penopangnya di tembok batu. Dia memalingkan kepalanya lambat-lambat ke kiri. Di sana, di ujung jauh dari lorong tak berjendela itu, ada sebuah pintu hitam polos.
Dia berjalan ke arahnya dengan pe
rasaan bersemangat yang semakin memuncak. Dia mendapatkan perasaan teraneh bahwa kali ini dia akhirnya akan beruntung, dan menemukan cara membukanya ... dia berjarak beberapa kaki darinya, dan melihat dengan lompatan kegembiraan bahwa ada celah berkilauan cahaya biru redup di sisi kanan ... pintu itu terbuka sedikit ... dia merentangkan tangannya untuk mendorongnya lebar-lebar dan -Ron mengeluarkan dengkur asli yang keras dan parau dan Harry terbangun mendadak dengan tangan kanan terulur di depannya dalam kegelapan, untuk membuka pintu yang ratusan mil jauhnya. Dia membiarkannya jatuh dengan perasaan campuran kecewa dan merasa bersalah. Dia tahu dia seharusnya tidak melihat pintu itu, tetapi pada saat yang sama begitu termakan rasa ingin tahu tentang apa yang ada
di baliknya sehingga dia tidak bisa tidak merasa jengkel pada Ron ... kalau saja dia bisa menyimpan dengkurannya satu menit lagi.
* Mereka memasuki Aula Besar untuk sarapan pada saat yang persis sama dengan pos burung hantu pada Senin pagi. Hermione bukan satu-satunya orang yang bersemangat menunggu Daily Prophet-nya untuk mendapatkan lebih banyak berita mengenai para Pelahap Maut yang lepas, yang, walaupun banyak laporan penampakan, masih belum tertangkap. Dia memberikan burung hantu pengantar sebuah Knut dan membuka lipatan surat kabar itu dengan bersemangat sementara Harry minum jus jeruk; karena dia hanya menerima sebuah catatan selama satu tahun penuh, dia yakin, ketika burung hantu pertama mendarat dengan bunyi gedebuk di hadapannya, bahwa burung itu membuat kesalahan.
"Siapa yang kaucari"" dia bertanya kepada burung itu, sambil memindahkan jus jeruknya dengan lesu dari bawah paruhnya dan mencondongkan badan ke depan untuk melihat nama dan alamat penerima:
Harry Potter Aula Besar Sekolah Hogwarts
Sambil merengut, dia bergerak akan mengambil surat itu dari burung hantu itu, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, tiga, empat, lima burung hantu lagi berkibaran turun ke sampingnya dan sedang berebut posisi, menginjak mentega dan menjatuhkan garam selagi masing-masing mencoba memberinya surat mereka duluan.
"Apa yang sedang terjadi""" Ron bertanya dengan heran, sementara seluruh meja Gryffindor mencondongkan badan ke depan untuk menonton dan tujuh burung hantu lagi mendarat di antara yang pertama, sambil memekik, beruhu dan mengepakkan sayap mereka.
"Harry!" kata Hermione terengah-engah, sambil membenamkan tangannya ke kumpulan bulu itu dan menarik keluar seekor burung hantu pekik yang membawa sebuah paket panjang berbentuk tabung. "Kukira aku tahu apa artinya ini -- buka yang satu ini terlebih dahulu!"
Harry merobek pembungkuk cokelatnya. Bergelung keluar sebuah salinan edisi Maret The Quibbler yang tergulung erat. Dia membuka gulungannya untuk melihat wajahnya sendiri menyeringai malu-malu kepadanya dari halaman depan. Dalam huruf-huruf besar merah membentang di gambar ini adalah kata-kata:
BERBICARA TERUS-TERANG AKHIRNYA
KEBENARAN MENGENAI DIA-YANG-NAMANYA-TIDAK-BOLEH-DISEBUT
DAN MALAM AKU MELIHATNYA KEMBALI
"Bagus, bukan"" kata Luna yang telah datang ke meja Gryffindor dan sekarang memaksakan dirinya ke bangku di antara Fred dan Ron. "Keluarnya kemarin, aku minta Dad mengirimkanmu sebuah salinan gratis. Kuduga semua ini," dia
melambaikan sebelah tangan ke kumpulan burung hantu yang masih meraba-raba di meja di hadapan Harry, "adalah surat-surat dari para pembaca."
"Itulah yang kupikir," kata Hermione dengan bersemangat. "Harry, apakah kau keberatan kalau kami --""
"Silakan saja," kata Harry, merasa agak geli.
Ron dan Hermione mulai merobek amplop-amplop.
"Yang satu ini dari seorang cowok yang mengira kau sinting," kata Ron sambil memandang sekilas ke suratnya. "Ah well ... "
"Wanita ini merekomendasikanmu mencoba kursus bagus Mantera Guncangan di St Mungo," kata Hermione, terlihat kecewa dan lesu dalam sedetik.
"Yang satu ini tampak OK," kata Harry lambat-lambat, sambil membaca sekilas sepucuk surat panjang dari seorang penyihir wanita di Paisley. "Hei, dia bilang dia percaya padaku!"
"Yang satu ini tak bisa memutuskan," kata Fred, yang telah bergabung dal
am pembukaan surat dengan antusias. "Bilang kau tidak terlihat sebagai orang gila, tapi dia sebenarnya tidak mau percaya Kau-Tahu-Siapa sudah kembali jadi dia tidak tahu harus berpikir apa sekarang. Astaga, betapa pemborosan perkamen."
"Di sini satu lagi yang berhasil kau yakinkan, Harry!" kata Hermione dengan bersemangat. "Setelah membaca versi ceritamu, aku terpaksa mengambil kesimpulan bahwa Daily Prophet telah memperlakukanmu dengan sangat tidak adil ... walaupun aku tidak ingin berpikir bahwa Dia-Yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebut telah kembali, aku terpaksa menerima bahwa kau sedang mengatakan yang sebenarnya ... Oh, ini bagus sekali!"
"Satu lagi yang berpikir kau menggonggong," kata Ron sambil melemparkan sebuah surat yang tergumpal lewat bahunya, tapi yang satu ini bilang kau sudah mengubahnya dan dia sekarang menganggapmu pahlawan sejati -- dia memasukan sebuah foto juga -- wow!"
"Apa yang sedang berlangsung di sini"" kata sebuah suara seperti anak perempuan yang manisnya palsu.
Harry memandang ke atas dengan tangan penuh amplop. Profesor Umbridge sedang berdiri di belakang Fred dan Luna, mata kataknya yang menonjol mengamati kekacauan yang dibuat burung-burung hantu dan surat-surat di atas meja di hadapan Harry. Di belakangnya dia melihat banyak murid sedang mengamati mereka lekat-lekat.
"Kenapa kamu mendapatkan semua surat ini, Mr Potter"" dia bertanya lambat-lambat.
"Apakah itu kejahatan sekarang"" kata Fred dengan keras. "Mendapat surat""
"Hati-hati, Mr Weasley, atau aku akan menempatkanmu dalam detensi," kata
Umbridge. "Well, Mr Potter""
Harry bimbang, tapi dia tidak melihat bagaimana dia bisa mendiamkan apa yang telah dia lakukan; jelas cuma masalah waktu sebelum sebuah salinan The Quibbler menarik perhatian Umbridge.
"Orang-orang menulis kepadaku karena aku memberi wawancara," kata Harry. "Tentang apa yang terjadi kepadaku Juni lalu."
Untuk alasan tertentu dia memandang sekilas ke meja guru ketika dia mengatakan ini. Harry mendapatkan perasaan teraneh bahwa Dumbledore telah mengamatinya sedetik sebelumnya, tetapi ketiak dia memandang ke Kepala Sekolah dia tampak asyik dalam percakapan dengan Profesor Flitwick.
"Wawancara"" ulang Umbridge, suaranya semakin lemah dan tinggi daripada sebelumnya. "Apa maksudmu""
"Maksudku seorang reporter menanyai aku pertanyaan-pertanyaan dan aku menjawabnya," kata Harry. "Ini -- "
Dan dia melemparkan salinan The Quibbler itu kepadanya. Umbridge menangkapnya dan menatap ke sampulnya. Wajahnya yang pucat dan kendur berubah menjadi ungu jelek.
"Kapan kamu melakukan ini"" dia bertanya, suaranya bergetar sedikit.
"Akhir pekan Hogsmeade yang lalu," kata Harry.
Umbridge memandangnya, menyala karena marah, majalah itu bergetar dalam jari-jarinya yang pendek gemuk.
"Tidak akan ada perjalanan ke Hogsmeade lagi bagimu, Mr Potter," dia berbisik. "Betapa beraninya kau ... bagaimana kamu bisa Dia mengambil napas dalam-dalam. "Aku sudah mencoba berulang-ulang untuk mengajarimu tidak berkata bohong. Pesan itu, tampaknya, masih belum tertanam. Lima puluh poin dari Gryffindor dan seminggu detensi lagi."
Dia berjalan pergi sambil menggenggam The Quibbler ke dadanya, mata banyak murid mengikutinya.
Pada tengah pagi tanda-tanda besar telah dipasang di seluruh sekolah, tidak hanya di papan-papan pengumuman, tetapi juga di koridor-koridor dan ruang-ruang kelas.
ATAS PERINTAH PENYELIDIK TINGGI HOGWARTS
Murid-murid yang kedapatan memiliki majalah The Quibbler akan dikeluarkan. Yang di atas sesuai dengan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Tujuh.
Terlanda: Dolores Jane Umbridge, Penyelidik Tinggi
Untuk alasan tertentu, setiap kali Hermione melihat salah satu tanda ini dia tersenyum senang.
"Apa tepatnya yang membuat kau begitu senang"" Harry bertanya kepadanya.
"Oh, Harry, tidakkah kau paham"" Hermione berkata. "Kalau dia bisa melakukan satu hal untuk menjamin bahwa semua orang di sekolah ini akan membaca wawancaramu, itu adalah melarangnya!"
Dan tampaknya Hermione sangat benar. Di akhir hari itu, walaupun Harry belum melihat lebih dari secuil The Quibbler di manapun di sekolah, seluruh tempat itu tampa
knya mengutip wawancara itu kepada satu sama lain. Harry mendengar mereka berbisik mengenainya ketika mereka antri di luar ruang kelas, membahasnya selama makan siang dan di akhir pelajaran, sementara Hermione bahkan melaporkan bahwa setiap pengguna kamar-kamar kecil di toilet anak perempuan telah membicarakannya ketika dia masuk ke sana sebelum Rune Kuno.
"Lalu mereka melihatku, dan tentu saja mereka tahu aku kenal kamu, jadi mereka memberondongku dengan pertanyaan," Hermione memberitahu Harry, matanya bersinar-sinar, "dan Harry, kukira mereka percaya padamu, aku benar-benar mengira begitu, kukira kau akhirnya membuat mereka yakin!"
Sementara itu, Profesor Umbridge berkeliaran di sekolah, menghentikan murid-murid secara acak dan menuntut mereka membalik buku-buku dan kantong mereka. Harry tahu dia sedang mencari salinan-salinan The Quibbler, tapi murid-murid beberapa langkah di depannya. Halaman-halaman yang berisikan wawancara Harry telah disihir untuk menyerupai kutipan dari buku teks kalau siapapun kecuali mereka sendiri membacanya, atau dihapus secara sihir menjadi kosong sampai mereka mau membacanya lagi. Segera saja tampaknya setiap orang di sekolah sudah membacanya.
Guru-guru tentu saja dilarang menyebut wawancara itu oleh Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh enam, tetapi mereka tetap saja menemukan cara-cara menyampaikan perasaan mereka tentang itu. Profesor Sprout menghadiahkan Gryffindor dua puluh poin ketika Harry menyerahkan kepadanya sebuah kaleng penyiram air; seorang Profesor Flitwick yang tersenyum menekankan sekotak gula tikus yang mencicit kepadanya di akhir Jimat dan Guna-Guna, berkata, "Shh!" dan bergegas pergi, dan Profesor Trelawney tersedu-sedan selama Ramalan dan mengumumkan kepada kelas yang terkejut, dan Umbridge yang sangat tidak setuju, bahwa Harry tidak akan menderita kematian dini sama sekali, melainkan akan hidup sampai umur panjang, menjadi Menteri Sihir dan memiliki dua belas anak.
Tetapi yang membuat Harry paling bahagia adalah Cho yang mengejarnya ketika dia sedang bergegas menuju Transfigurasi keesokan harinya. Sebelum dia tahu apa yang terjadi, tangan mereka sudah bergandengan dan dia sedang berbisik ke telinganya, "Aku benar-benar, benar-benar menyesal. Wawancara itu begitu berani ... membuatku menangis."
Dia menyesal mendengar Cho bahkan meneteskan lebih banyak air mata karenanya, tetapi sangat senang mereka saling berbicara lagi, dan bahkan lebih senang ketika dia memberinya ciuman cepat di pipinya dan bergegas pergi lagi. Dan tak bisa dipercaya, begitu dia sampai di luar Transfigurasi sesuatu yang sama baiknya terjadi: Seamus keluar dari antrian untuk menghadapinya.
"Aku cuma mau bilang," dia bergumam sambil memicingkan mata pada lutut kiri Harry, "Aku percaya padamu. Dan aku sudah mengirimkan sebuah salinan majalah itu kepada ibuku."
Kalau ada yang lain yang dibutuhkan untuk melengkapi kebahagiaan Harry, itu adalah reaksi yang didapatkannya dari Malfoy, Crabbe dan Goyle. Dia melihat mereka dengan kepala berdekatan sore itu di perpustakaan; mereka bersama seorang anak lelaki yang tampak kurus tinggi yang Hermione bisikkan bernama Theodore Nott. Mereka memandang kepada Harry ketika dia melihat-lihat rak-rak mencari buku yang dibutuhkannya untuk Penghilangan Sebagian: Goyle menggertakkan buku-buku jarinya dengan mengancam dan Malfoy membisikkan sesuatu yang tidak diragukan bersifat jahat kepada Goyle. Harry tahu benar kenapa mereka bertingkah seperti ini: dia telah menyebut semua ayah mereka sebagai Pelahap Maut.
"Dan bagian terbaiknya," bisik Hermione dengan gembira, ketika mereka meninggalkan perpustakaan, "adalah mereka tidak bisa membantahmu, karena mereka tidak bisa mengakui mereka telah membaca artikel itu!"
Sebagai puncaknya, Luna memberitahunya sewaktu makan malam bahwa tidak ada edisi The Quibbler yang pernah terjual lebih cepat.
"Dad mencetak ulang!" dia memberitahu Harry, matanya membelalak dengan bersemangat. "Dia tidak bisa mempercayainya, dia bilang orang-orang tampaknya lebih tertarik dengan ini daripada dengan Snorckack Tanduk-Kisut!"
Harry menjadi pahlawan di ruang du
duk Gryffindor malam itu. Dengan berani, Fred dan George menempatkan Mantera Pembesar ke sampul depan The Quibbler dan menggantunkannya di dinding, sehingga kepala raksasa Harry memandang ke bawah ke kegiatan mereka, terkadang mengatakan hal-hal seperti "KEMENTERIAN ADALAH ORANG-ORANG BODOH" dan "MAKAN KOTORAN, UMBRIDGE" dengan suara menggelegar. Hermione tidak menganggap ini lucu; dia bilang mengganggu konsentrasinya, dan dia akhirnya pergi tidur lebih awal karena kesal. Harry harus mengakui bahwa poster itu tidak lucu lagi setelah satu atau dua jam, terutama ketika mantera bicaranya mulai hilang, sehingga dia hanya meneriakkan kata-kata tidak berkaitan seperti "KOTORAN" dan "UMBRIDGE" pada interval-interval yang lebih sering dengan suara yang semakin meninggi. Kenyataannya, itu mulai membuat kepalanya sakit dan bekas lukanya mulai menusuk-nusuk tidak menyenangkan lagi. Yang membuat banyak orang yang sedang duduk di sekitar, yang memintanya mengulangi kembali wawancaranya untuk kesekian puluh kalinya, mengeluh kecewa, dia mengumumkan bahwa dia juga butuh istirahat awal.
Kamar asrama kosong ketika dia sampai di sana. Dia menyandarkan keningnya sejenak di kaca jendela yang sejuk di samping tempat tidurnya; rasanya nyaman pada
bekas lukanya. Lalu dia berganti pakaian dan naik ke tempat tidur, sambil berharap sakit kepalanya pergi. Dia juga merasa sedikit mual. Dia berguling ke samping, menutup matanya, dan jatuh tertidur hampir seketika ...
Dia sedang berdiri di sebuah ruangan gelap bertirai yang diterangi sebuah tempat lilin bercabang. Tangannya tergenggam ke punggung sebuah kursi di depannya. Tangan itu berjari-jari panjang dan putih seakan-akan belum melihat sinar matahari selama bertahun-tahun dan tampak seperti laba-laba pucat besar di beludru gelap kursi itu.
Di balik kursi, dalam genangan cahaya yang sampai ke lantai di samping lilin-lilin itu, berlutut seorang lelaki berjubah hitam.
"Aku telah diberi nasehat jelek, tampaknya," kata Harry, dengan suara tinggi dan dingin yang bergetar dengan kemarahan.
"Tuan, saya memohon pengampunan Anda," lelaki yang sedang berlutut di lantai itu berteriak dengan parau. Bagian belakang kepalanya berkilauan dalam cahaya lilin. Dia kelihatannya sedang gemetaran.
"Aku tidak menyalahkanmu, Rookwood," kata Harry dengan suara dingin, kejam itu.
Dia melepaskan pegangannya dari kursi dan berjalan mengitarinya, mendekati lelaki yang sedang gemetar ketakutan di lantai, sampai di berdiri tepat di hadapannya dalam kegelapan, memandang ke bawh dari ketinggian yang jauh melebih biasanya.
"Kau yakin dengan fakta-faktamu, Rookwood"" tanya Harry.
"Ya, Tuanku, ya ... Lagi--lagipula aku dulu bekerja di Departemen itu
"Avery memberitahuku Bode akan bisa mengambilnya."
"Bode takkan pernah mengambilnya, Tuan ... Bode pasti akan tahu dia tidak bisa ... tak diragukan lagi, itulah sebabnya dia melawan begitu keras terhadap Kutukan Imperius Malfoy ... "
"Berdiri, Rookwood," bisik Harry.
Lelaki yang sedang berlutut itu hampir jatuh dalam ketergesaannya menurut. Wajahnya bopeng; bekas luka itu tampak dalam cahaya lilin. Dia terus bongkok sedikit ketika berdiri, seolah-olah setengah membungkuk, dan dia memandang wajah Harry dengan ngeri.
"Kau sudah melakukan sesuatu yang bagus dengan memberitahuku hal ini," kata Harry. "Baiklah ... aku sudah menghabiskan berbulan-bulan pada rencana-rencana tak berhasil, tampaknya ... tapi tidak masalah ... kita mulai lagi, dari sekarang. Kau mendapatkan rasa terima kasih Lord Voldemort, Rookwood
"Tuanku ... ya, Tuanku," Rookwood terengah-engah, suaranya serak karena lega.
"Aku akan butuh bantuanmu. Aku akan butuh semua informasi yang bisa kau berikan kepadaku."
"Tentu saja, Tuanku, tentu saja ... apapun
"Baiklah ... kau boleh pergi. Suruh Avery menghadapku."
Rookwood bergegas mundur, sambil membungkuk, dan menghilang melalui sebuah pintu.
Ditinggalkan sendirian di ruangan gelap itu, Harry berpaling ke dinding. Sebuah cermin retak, ternoda usia bergantung di dinding dalam bayangan. Harry bergerak ke arahnya. Bayangannya semakin besar dan jelas dalam kegelapan ... sebuah wajah y
ang lebih putih daripada tengkorak ... mata besar dengan celah untuk anak mata ...
"TIDAAAAAAAAAK!"
"Apa"" jerit sebuah suara di dekatnya.
Harry memukul-mukul ke sekitarnya dengan hebat, menjadi terkait ke kelambu dan jatuh dari tempat tidurnya. Selama beberapa detik dia tidak tahu di mana dia berada, dia yakin dia akan melihat wajah putih mirip tengkorak itu menatapnya dari balik kegelapan lagi, lalu sangat dekat dengannya suara Ron berkata, "Bisakah kau berhenti bertingkah seperti maniak agar aku bisa mengeluarkanmu dari sini!"
Ron merenggut kelambu hingga terpisah dan Harry menatap kepadanya dalam cahaya bulan, berbaring telentang pada punggungnya, bekas lukanya membara menyakitkan. Ron terlihat seakan-akan dia baru saja bersiap-siap untuk tidur; satu lengan keluar dari jubahnya.
"Apakah seseorang diserang lagi"" tanya Ron sambil menarik Harry bangkit dengan kasar. "Apakah Dad" Apakah ular itu""
"Tidak -- semua orang baik-baik saja -- " Harry terengah-engah, keningnya terasa seolah-olah terbakar. "Well ... Avery tidak ... dia sedang dalam masalah ... dia memberinya informasi yang salah ... Voldemort benar-benar marah."
Harry mengerang dan merosot, sambil gemetaran, ke atas ranjangnya, sambil menggosok bekas lukanya.
"Tapi Rookwood akan membantunya sekarang ... dia sudah berada di jalan yang benar lagi
"Apa yang sedang kau bicarakan"" kata Ron, terdengar takut. "Apakah maksudmu ... apakah kau baru saja melihat Kau-Tahu-Siapa""
"Aku menjadi Kau-Tahu-Siapa," kata Harry, dan dia merentangkan tangannya dalam kegelapan dan mengangkatnya ke wajahnya, untuk memeriksa bahwa tangan itu tidak lagi putih seperti mayat dan berjari-jari panjang. "Dia bersama Rookwood, dia salah
satu Pelahap Maut yang lolos dari Azkaban, ingat" Rookwood baru saja memberitahunya Bode tidak akan bisa melakukannya."
"Melakukan apa""
"Mengambil sesuatu ... dia bilang Bode pasti tahu dia tidak akan bisa melakukannya ... Bode di bawah Kutukan Imperius ... kupikir katanya ayah Malfoy yang menempatkan kutukan itu kepadanya."
"Bode disihir untuk mengambil sesuatau"" Ron berkata. "Tapi -- Harry, itu pastilah -"Senjata itum" Harry menyelesaikan kalimat itu baginya. "Aku tahu."
Pintu kamar asrama terbuka, Dean dan Seamus masuk. Harry mengayunkan kakinya kembali ke tempat tidur. Dia tidak ingin terlihat seolah-olah sesuatu yang aneh baru saja terjadi, mengingat Seamus baru saja berhenti berpikir Harry seorang yang sinting.
"Apakah kau mengatakan," gumam Ron sambil menempatkan kepalanya dekat ke kepala Harry sambil berpura-pura minum air dari kendi di meja sisi tempat tidurnya, "bahwa kau menjadi Kau-Tahu-Siapa""
"Yeah," kata Harry pelan.
Ron minum seteguk besar air yang tidak perlu; Harry melihatnya tumpah dari dagunya ke dadanya.
"Harry," dia berkata, selagi Dean dan Seamus bergerak ke sana ke mari dengan bising, menarik lepas jubah mereka dan berbincang-bincang, "kamu harus memberitahu -- "
"Aku tidak harus memberitahu siapapun," kata Harry singkat. "Aku tidak akan melihatnya sama sekali kalau aku bisa melakukan Occlumency. Aku seharusnya belajar menutup hal-hal ini. Itulah yang mereka inginkan."
"Mereka" maksudnya Dumbledore. Dia naik kembali ke ranjangnya dan berguling ke samping dengan punggung menghadap Ron dan setelah beberapa saat dia mendengar kasur Ron berderak ketika dia juga berbaring. Bekas luka Harry mulai membara; dia menggigit bantalnya keras-keras untuk menghentikan dirinya mengeluarkan suara. Di suatu tempat, dia tahu, Avery sedang dihukum.
* Harry dan Ron menunggu sampai waktu istirahat keesokan harinya untuk memberitahu Hermione apa persisnya yang telah terjadi; mereka ingin memastikan mereka tidak terdengar yang lain. Sambil berdiri di sudut mereka yang biasa di halaman yang sejuk dan berangin itu, Harry memberitahunya semua detil mimpi itu yang bisa diingatnya. Ketika dia selesai, Hermione tidak berkata apa-apa sama sekali selama beberapa saat, tetapi menatap dengan semacam intensitas menyakitkan kepada
Fred dan George, yang keduanya tidak berkepala dan sedang menjual topi-topi sihir mereka dari balik jubah mereka di sisi lain halaman.
"J adi itulah sebabnya mereka membunuhnya," dia berkata pelan, sambil menarik pandangannya dari Fred dan George akhirnya. "Saat Bode mencoba mencuri senjata ini, sesuatu yang aneh terjadi padanya. Kukira pasti ada mantera-mantera pertahanan padanya, atau di sekitarnya, untuk menghentikan orang-orang menyentuhnya. Itulah sebabnya dia berada di St Mungo, otaknya jadi aneh dan dia tidak bisa berbicara. Tapi ingat apa yang diberitahu Penyembuh itu kepada kita" Dia sedang pulih. Dan mereka tidak bisa mengambil resiko dia semakin sehat, bukan begitu" Maksudku, guncangan dari apapun yagn terjadi ketika dia menyentuh senjata itu mungkin mengangkat Kutukan Imperiusnya. Begitu dia mendapatkan kembali suaranya, dia akan menjelaskan apa yang sedang dilakukannya, bukan" Mereka akan tahu dia dikirim untuk mencuri senjata itu. Tentu saja, mudah bagi Lucius Malfoy menempatkan kutukan kepadanya. Tak pernah keluar dari Kementerian, dia itu""
"Dia bahkan berkeliaran hari itu ketika aku menghadiri dengar pendapatku," kata Harry. "Di -- tunggu dulu dia berkata lambat-lambat. "Dia ada di koridor Departemen Misteri hari itu! Ayahmu bilang dia mungkin sedang mencoba menyelinap turun dan mencari tahu apa yang terjadi di dengar pendapatku, tapi bagaimana kalau -- "
"Sturgis!" Hermione menarik napas cepat, terlihat seperti disambar petir.
"Maaf"" kata Ron, tampak bingung.
"Sturgis Podmore --" kata Hermione terengah-engah, "ditangkap karena mencoba melewati sebuah pintu! Lucius Malfoy pasti mendapatkan dia juga! Aku bertaruh dia melakukannya pada hari kau melihatnya di sana, Harry. Sturgis memiliki Jubah Gaib Moody, benar "kan" Jadi, bagaimana kalau dia sedang berdiri berjaga-jaga di samping pintu itu, tidak tampak oleh mata, dan Malfoy mendengarnya bergerak -- atau menebak ada seseorang di sana -- atau hanya melakukan Kutukan Imperius untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada pengawal di sana" Jadi, ketika Sturgis memiliki kesempatan berikutnya -- mungkin saat gilirannya tugas jaga lagi -- dia mencoba masuk ke Departemen itu untuk mencuri senjata itu bagi Voldemort -- Ron, diamlah -- tapi dia tertangkap dan dikirim ke Azkaban
Dia memandang Harry. "Dan sekarang Rookwood sudah memberitahu Voldemort bagaimana mendapatkan senjata itu""
"Aku tidak mendengar semua percakapannya, tapi kedengarannya seprti itu," kata Harry. "Rookwood dulu bekerja di sana ... mungkin Voldemort akan mengirim Rookwood untuk melakukannya""
Hermione mengangguk, tampaknya masih terbenam dalam pikirannya. Lalu, agak mendadak, dia berkata, "Tapi kau seharusnya tidak melihat ini semua, Harry."
"Apa"" dia berkata, terkejut.
"Kau seharusnya mempelajari sekarang bagaimana menutup pikiranmu terhadap hal-hal semacam ini," kata Hermione, mendadak tegas.
"Aku tahu," kata Harry. "Tapi -- "
"Well, kukira kita harus mencoba melupakan apa yang kaulihat," kata Hermione dengan tegas. "Dan kau seharusnya memberi lebih banyak usaha pada Occlumencymu dari sekarang."
Harry begitu marah kepadanya sehingga dia tidak berbicara kepadanya sepanjang hari itu, yang terbukti merupakan hari yang buruk.Saat orang-orang tidak sedang membicarakan para Pelahap Maut yang lolos di koridor-koridor, mereka menertawakan penampilan bukan main Gryffindor dalam pertandingan melawan Hufflepuff; anak-anak Slytherin menyanyikan "Weasley adalah Raja kami" begitu kerasnya dan seringnya sehingga pada saat senja hari Filch telah melarangnya di koridor-koridor hanya karena kesal.
Minggu itu tidak membaik selagi berjalan terus. Harry menerima dua lagi "D" dalam Ramuan; dia masih gelisah bahwa Hagrid mungkin dipecat; dan dia masih tidak bisa menghentikan dirinya memikirkan mimpi di mana dia menjadi Voldemort -walaupun dia tidak mengungkitnya lagi dengan Ron dan Hermione; dia tidak ingin dimarahi lagi oleh Hermione. Dia sangat berharap bahwa dia bisa berbicara kepada Sirius mengenainya, tetapi itu tidak mungkin, jadi dia mencoba mendorong masalah itu ke bagian belakang pikirannya.
Sayangnya, bagian belakang pikirannya tidak lagi merupakan tempat aman seperti dulu.
"Bangun, Potter."
Beberapa minggu setelah mimpinya tentang Rookwood, Harry
bisa ditemui, lagi-lagi, berlutut di lantai kantor Snape, mencoba menjernihkan kepalanya. Dia baru saja dipaksa, lagi-lagi, mengulangi rentetan ingatan-ingatan sangat awal yang tidak pernah disadarinya masih dimilikinya, sebagian besar berkaitan dengan penghinaan yang diakibatkan Dudley dan kelompoknya kepadanya di sekolah dasar.
"Ingatan terakhir itu," kata Snape. "Apa itu""
"Aku tidak tahu," kata Harry sambil bangkit dengan letih. Dia mendapati semakin sulit menguraikan ingatan-ingatan terpisah dari serbuan gambar dan suara yang terus dipanggil Snape. "Maksud Anda di mana sepupuku mencoba membuatku berdiri di
toilet"" "Tidak," kata Snape lembut. "Maksudku seorang lelaki yang sedang berlutut di tengah sebuah ruangan yang digelapkan ... "
"Itu ... bukan apa-apa," kata Harry.
Mata gelap Snape menusuk ke dalam mata Harry. Teringat apa yang dikatakan
Snape tentang kontak mata penting untuk Legilimency, Harry berkedip dan melihat ke arah lain.
"Bagaimana lelaki itu dan ruangan itu masuk ke kepalamu, Potter"" kata Snape.
"Itu --" kata Harry, melihat ke segala tempat kecuali kepada Snape, "itu -- cuma mimpi yang kudapat."
"Mimpi"" ulang Snape.
Ada jeda di mana Harry menatap terpaku ke sebuah kodok mati besar yang tertahan dalam setoples cairan ungu.
"Kamu tahu kenapa kita ada di sini, bukan, Potter"" kata Snape dengan suara rendah berbahaya. "Kau tahu kenapa aku menghabiskan malam-malamku untuk pekerjaan membosankan ini""
"Ya," kata Harry kaku.
"Ingatkan aku kenapa kita ada di sini, Potter."
"Supaya aku bisa mempelajari Occlumency," kata Harry, sekarang melotot kepada seekor belut mati.
"Tepat, Potter. Dan walaupun otakmu mungkin dangkal -- " Harry memandang balik kepada Snape, sambil membencinya, "-- kukira setelah dua bulan pelajaran kau mungkin membuat sedikit kemajuan. Berapa banyak mimpi lain tentang Pangeran Kegelapan yang kau dapatkan""
"Cuma yang satu itu," bohong Harry.
"Mungkin," kata Snape, matanya yang gelap dan dingin menyipit sedikit, "mungkin kamu sebenarnya menikmati mendapatkan penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi ini, Potter. Mungkin membuatmu merasa istimewa -- penting""
"Tidak, tidak begitu," kata Harry, rahangnya menegang dan jari-jarinya mencengkeram pegangan tongkatnya erat-erat.
"Begitupun sama saja, Potter," kata Snape dengan dingin, "karena kamu tidak istimewa ataupun penting, dan bukan urusanmu mencari tahu apa yang sedang dikatakan Pangeran Kegelapan kepada para Pelahap Mautnya."
"Bukan -- itu pekerjaan Anda, bukan"" Harry memberondongnya.
Dia tidak bermaksud mengatakannya; itu meledak keluar darinya dalam amarahnya. Selama waktu yang lama mereka saling bertatapan, Harry yakin dia sudah terlalu jauh. Tapi ada ekspresi aneh, hampir seperti puas di wajah Snape saat dia menjawab.
"Ya, Potter," dia berkata, matanya berkilat-kilat. "Itu pekerjaanku. Sekarang, kalau
kau siap, kita akan mulai lagi."
Dia mengangkat tongkatnya. "Satu -- dua -- tiga -- Legilimens!"
Seratus Dementor menukik ke arah Harry menyeberangi danau di halaman sekolah ... dia menegangkan wajahnya berkonsentrasi ... mereka semakin mendekat ... dia bisa melihat lubang-lubang hitam di bawah kerudung mereka ... tapi dia juga bisa melihat Snape berdiri di depannya, matanya terpaku ke wajah Harry, bergumam dengan suara rendah ... dan entah bagaimana, Snape semakin jelas, dan Dementor-Dementor itu semakin pudar ...
Harry mengangkat tongkatnya sendiri.
"Protego!" Snape terhuyung-huyung -- tongkatnya terbang ke atas, menjauh dari Harry -- dan tiba-tiba pikiran Harry penuh dengan ingatan-ingatan yang bukan miliknya: seorang lelaki berhidung bengkok sedang berteriak kepada seorang wanita yang gemetar ketakutan, sementara seorang anak lelaki kecil berambut gelap menangis di sudut ... seorang remaja berambut berminyak duduk sendirian di sebuah kamar tidur yang gelap, menunjuk tongkatnya ke langit-langit, menembak jatuh lalat-lalat ... seorang gadis tertawa ketika seorang anak laki-laki kurus mencoba menaiki sebuah sapu yang melawan.
"CUKUP!" Harry merasa seolahh-olah dia telah didorong keras-keras di dada, dia terhuyung-huyung beberapa langkah mu
ndur, mengenai beberapa rak yang menutupi dinding Snape dan mendengar sesuatu retak. Snape sedikit gemetar, dan wajahnya sangat putih.
Bagian belakang jubah Harry lembab. Salah satu toples di belakangnya telah pecah ketika dia jatuh menimpanya, benda berlendir yang diawetkan di dalamnya berputar dalam ramuannya yang semakin surut.
"Reparo," desis Snape, dan seketika toples itu tersegel lagi dengan sendirinya. "Well, Potter ... itu jelas perbaikan Sambil agak terengah-engah, Snape meluruskan Pensieve di mana dia menyimpan lagi beberapa pikirannya sebelum mulai pelajaran, hampir seolah-olah dia sedang memeriksa mereka masih ada di sana. "Aku tidak ingat menyuruhmu menggunakan Mantera Pelindung ... tapi tidak diragukan lagi itu efektif
Harry tidak berbicara, dia merasa bahwa mengatakan apapun bisa berbahaya. Dia yakin dia baru saja masuk ke ingatan Snape, bahwa dia baru saja melihat adegan-adegan dari masa kecil Snape. Mengerikan berpikir bahwa anak kecil yang menangis itu ketika dia menyaksikan orang tuanya berteriak sebenarnya berdiri di depannya dengan kebencian sedemikian rupa di matanya.
"Ayo coba lagi," kata Snape.
Harry merasakan getaran rasa takut, dia akan membayar untuk apa yang baru terjadi, dia yakin itu. Mereka pindah kembali ke posisi dengan meja tulis di antara mereka, Harry merasa dia akan mendapati jauh lebih sulit mengosongkan pikirannya kali ini.
"Pada hitungan ketiga, kalau begitu," kata Snape sambil mengangkat tongkatnya sekali lagi. "Satu -- dua --"
Harry tidak punya waktu untuk mempersiapkan diri dan mencoba mengosongkan pikirannya sebelum Snape berteriak, "Legilimens!"
Dia meluncur cepat menyusuri koridor menuju Departemen Misteri, melewati dinding-dinding batu kosong, melewati obor-obor -- pintu hitam polos itu semakin besar; dia bergerak begitu cepat sehingga dia akan bertubrukan dengan pintu itu, dia berjarak beberapa kaki darinya dan dia bisa melihat celah cahaya biru redup itu -Pintu terayun membuka! Dia melewatinya akhirnya, di dalamnya sebuah ruangan melingkar yang berdinidng hitam dan berlantai hitam, diterangi dengan lilin-lilin berapi biru, dan ada lebih banyak pintu di sekelilingnya -- dia perlu meneruskan -tapi pintu mana yang harus diambilnya -- "
"POTTER!" Harry membuka matanya. Dia berbaring pada punggungnya lagi tanpa ingatan sampai di sana; dia juga terengah-engah seolah-olah dia benar-benar telah berlari sepanjang koridor Departemen Misteri, benar-benar berlari cepat melewati pintu hitam itu dan menemukan ruangan melingkar itu.
"Jelaskan!" kata Snape, yang berdiri di atasnya, tampak marah.
"Aku tak tahu apa yang terjadi," kata Harry sejujurnya, sambil berdiri. Ada benjol di bagian belakang kepalanya dari tempat dia menghantam tanah dan dia merasa demam. "Aku belum pernah melihat itu sebelumnya. Maksudku, sudah kuberitahu Anda, aku pernah bermimpi tentang pintu itu ... tapi belum pernah terbuka sebelumnya."
"Kau tidak bekerja cukup keras!"
Untuk alasan tertentu, Snape tampak bahkan lebih marah daripada dua menit yang lalu, ketika Harry telah melihat ke dalam ingatan gurunya.
"Kau malas dan ceroboh, Potter, tidak heran bahwa Pangeran Kegelapan -- "
"Bisakah Anda memberitahuku sesuatu, sir"" kata Harry sambil membara lagi. "Kenapa Anda memanggil Voldemort Pangeran Kegelapan" Aku hanya pernah mendengar para Pelahap Maut memanggilnya begitu."
Snape membuka mulutnya untuk membentak -- dan seorang wanita menjerit dari suatu tempat di luar ruangan itu.
Kepala Snape tersentak ke atas; dia sedang menatap langit-langit. "Apa --"" dia bergumam.
Harry bisa mendengar keributan teredam yang datang dari apa yang dipikirnya mungkin Aula Depan. Snape memandang kepadanya sambil merengut.
"Apakah kau melihat apapun yang tidak biasa ketika menuju ke bawah sini, Potter""


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Harry menggelengkan kepalanya. Di suatu tempat di atas mereka, wanita itu menjerit lagi. Snape berjalan ke pintu kantornya, tongkatnya masih dipegang siap siaga, dan keluar dari pandangan. Harry bimbang sejenak, lalu mengikuti.
Jeritan itu memang datang dari Aula Depan; semakin keras ketika Harry berlari menuju undakan-undakan batu yang
naik ke atas dari ruang bawah tanah. Ketika dia mencapai puncaknya dia mendapati Aula Depan penuh sesak; murid-murid telah datang membanjiri keluar dari Aula Besar, di mana makan malam masih berlangsung, untuk melihat apa yang sedang terjadi; yang lainnya menjejalkan diri mereka ke tangga pualam. Harry mendorong ke depan melewati sekumpulan anak-anak Slytherin yang tinggi dan melihat bahwa para penonton telah membentuk lingkaran besar, beberapa di antaranya tampak terguncang, yang lainnya bahkan ketakutan. Profesor McGonagall tepat di seberang Harry di sisi lain Aula; dia tampak seolah-olah apa yang sedang disaksikannya membuatnya sedikit mual.
Profesor Trelawney sedang berdiri di tengah Aula Depan dengan tongkatnya di satu tangan dan sebuah botol sherry kosong di tangan lainnya, tampaknya benar-benar sinting. Rambutnya menjulur di ujungnya, kacamatanya miring sehingga satu mata lebih diperbesar daripada yang lain; syal dan scarfnya yang tak terjumlah mengekor serampangan dari bahunya, memberi kesan bahwa dia mulai tidak waras. Dua koper besar tergeletak di lantai di sebelahnya, salah satunya terbalik; tampak sekali seolah-olah koper itu telah dilemparkan menuruni tangga setelah dia. Profesor Trelawney sedang menatap, tampaknya ketakutan, pada sesuatu yang tak bisa dilihat Harry tapi tampaknya berdiri di kaki tangga.
"Tidak!" dia berteriak. "TIDAK! Ini tidak mungkin terjadi ... tidak mungkin ... aku menolak menerimanya!"
"Anda tidak menyadari ini akan terjadi"" kata sebuah suara seperti anak perempuan, terdengar geli tak berperasaan, dan Harry, sambil pindah sedikit ke kanan, melihat bahwa penglihatan mengerikan Trelawney tak lain dari Profesor Umbridge. "Walaupun Anda tidak mampu meramalkan bahkan cuaca besok, Anda tentunya telah sadar bahwa penampilan menyedihkan Anda selama inspeksi-inspeksiku, dan kurangnya perbaikan, akan membuat tak bisa dihindari bahwa Anda dipecat""
"Kau -- t-tidak bisa!" lolong Profesor Trelawney, air mata mengalir menuruni wajahnya dari balik lensanya yang besar, "kau t-tidak bisa memecatku! Aku sudah b-berada di sini enam belas tahun! H-Hogwarts adalah r-rumahku!"
"Dulu rumahmu," kata Profesor Umbridge, dan Harry jijik melihat kesenangan merentang wajahnya yang mirip katak selagi dia mengamati Profesor Trelawney
merosot, sambil tersedu-sedu tidak terkendali, ke atas salah satu kopernya, "sampai sejam yang lalu, ketika Menteri Sihir menandatangani balasan Perintah Pemecatanmu. Sekarang berbaik hatilah enyahkan dirimu dari Aula ini. Anda membuat kami malu."
Tetapi dia berdiri dan mengamati, dengan ekspresi menikmati yang bahagia, ketika Profesor Trelawney menggigil dan mengerang, berayun maju mundur di kopernya dalam serangan kesedihan yang hebat. Harry mendengar sedu-sedan teredam di sebelah kirinya dan memandang ke sekeliling. Lavender dan Parvati keduanya sedang menangis diam-diam, lengan mereka saling melingkari satu sama lain. Lalu dia mendengar langkah-langkah kaki. Profesor McGonagall telah menjauh dari para penonton, berjalan langsung ke arah Profesor Trelawney dan menepuk-nepuk punggungnya dengan tegas selagi menarik sebuah saputangan besar dari dalam jubahnya.
"Sudah, sudah, Sybill ... tenanglah ... tiup hidungmu pada ini ... tidak seburuk yang kau kira, sekarang ... kamu tidak akan harus meninggalkan Hogwarts
"Oh benarkah, Profesor McGonagall"" kata Umbridge dengan suara mematikan, sambi mundur beberapa langkah. "Dan kekuasaan Anda untuk pernyataan itu adalah ...""
"Itu adalah kekuasaanku," kata sebuah suara dalam.
Pintu-pintu depan dari kayu ek telah terayun membuka. Para murid di sampingnya berlari menyingkir ketika Dumbledore muncul di pintu masuk. Apa yang telah dilakukannya di halaman sekolah Harry tidak bisa membayangkannya, tetapi ada sesuatu yang mengesankan tentang penampakannya di ambang pintu dalam malam berkabut yang aneh. Meninggalkan pintu terbuka lebar dia berjalan maju melalui lingkaran penonton ke arah Profesor Trelawney, yang penuh air mata dan gemetaran, di atas kopernya, Profesor McGonagall di sampingnya.
"Anda, Profesor Dumbledore"" kata Umbridge dengan tawa kecil
yang tidak menyenangkan. "Aku takut Anda tidak mengerti kedudukannya. Aku punya di sini -- " dia menarik sebuah gulungan perkamen dari dalam jubahnya "-- sebuah Perintah Pemecatan yang ditandatangani oleh diriku sendiri dan Menteri Sihir. Di bawah ketentuan-ketentuan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Tiga, Penyelidik Tinggi Hogwarts memiliki kekuasaan untuk menginspeksi, menempatkan masa percobaan dan memecat guru manapun yang beliau -- maksudnya, aku -- rasa tidak berkinerja sesuai standar yang diperlukan oleh Kementerian Sihir. Aku telah memutuskan bahwa Profesor Trelawney tidak cukup baik. Aku telah memberhentikannya."
Demi keterkejutan besar Harry, Dumbledore terus tersenyum. Dia memandang kepada Profesor Trelawney, yang masih tersedu-sedu dan batuk-batuk di atas kopernya, dan berkata, "Anda sangat benar, tentu saja, Profesor Umbridge. Sebagai Penyelidik Tinggi Anda memiliki semua hak untuk memberhentikan guru-guruku. Akan tetapi, Anda tidak memiliki kekuasaan untuk mengusir mereka dari kastil. Aku takut," dia melanjutkan, dengan membungkuk kecil yang sopan, "bahwa kekuasaan melakukan itu masih ada pada Kepala Sekolah, dan harapanku adalah bahwa Profesor Trelawney terus tinggal di Hogwarts."
Mendengar ini, Profesor Trelawney mengeluarkan tawa kecil liar di mana sedu-sedannya hampir tidak tersembunyi.
"Tidak -- tidak, aku akan p--pergi, Dumbledore! Aku ak--akan -- meninggalkan Hogwarts dan -- mencari peruntunganku di tempat lain -- "
"Tidak," kata Dumbledore dengan tajam. "Adalah harapanku bahwa kau tetap tinggal, Sybill."
Dia berpaling kepada Profesor McGonagall.
"Bisakah kuminta Anda menemani Sybill kembali ke atas, Profesor McGonagall"" "Tentu saja," kata McGonagall. "Berdirilah, Sybill
Profesor Sprout bergegas maju keluar dari kerumunan dan memegang lengan Profesor Trelawney yang satunya lagi. Bersama-sama, mereka menuntunnya melewati Umbridge dan menaiki tangga pualam. Profesor Flitwick berlari-lari kecil mengikuti mereka, tongkatnya diulurkan didepannya; dia mencicit "Locomotor koper!" dan barang-barang bawaan Profesor Trelawney naik ke udara dan menaiki tangga mengikutinya, Profesor Flitiwick berada di belakang.
Profesor Umbridge sedang berdiri tak bergerak, sambil menatap Dumbledore, yang terus tersenyum ramah.
"Dan apa," dia berkata, dengan bisikan yang terdengar di seluruh Aula Depan, "yang akan Anda lakukan dengannya setelah aku menunjuk seorang guru Ramalan yang baru yang perlu tempat tinggalnya""
"Oh, itu tidak akan menjadi masalah," kata Dumbledore dengan menyenangkan. "Anda paham, aku sudah menemukan seorang guru Ramalan yang baru untuk kita, dan dia lebih suka tempat tinggal di lantai dasar."
"Anda menemukan --"" kata Umbridge melengking. "Anda menemukan" Bolehkah kuingatkan Anda, Dumbledore, bahwa di bawah Dekrit Pendirikan Nomor Dua Puluh
Dua -- " "Kementerian memiliki hak untuk menunjuk kandidat yang sesuai hanya -- dan hanya jika -- Kepala Sekolah tidak mampu menemukan seorang," kata Dumbledore. "Dan aku senang mengatakan bahwa pada kesempatan ini aku telah berhasil. Bolehkah kuperkenalkan kalian""
Dia berpaling untuk menghadap pintu-pintu depan, yang sedang dialiri kabut malam. Harry mendengar kuku-kuku binatang. Ada gumaman terguncang di sekitar Aula dan mereka yang terdekat dengan pintu buru-buru pindah lebih jauh lagi ke belakang, beberapa di antara mereka tersandung dalam ketergesaan mereka membuka jalan untuk si pendatang baru.
Melalui kabut datang sebuah wajah yang pernah dilihat Harry sekali sebelumnya di malam gelap berbahaya di dalam Hutan Terlarang: rambut pirang putih dan mata biru
mengejutkan; kepala dan badan seorang pria disatukan ke tubuh seekor kuda.
"Ini Firenze," kata Dumbledore dengan gembira kepada Umbridge yang seperti tersambar petir. "Kukira Anda akan mendapati dia cocok."
BAB DUA PULUH TUJUH Centaur dan si Pengadu "Aku bertaruh sekarang kamu berharap kamu belum melepaskan Ramalan, bukan, Hermione"" tanya Parvati sambil tersenyum mengejek.
Saat itu waktu makan pagi, dua hari setelah pemecatan Profesor Trelwaney, dan Parvati sedang melentikkan bulu matanya di sekeliling to
ngkatnya dan memeriksa hasilnya pada punggung sendoknya. Mereka akan mengikuti pelajaran pertama mereka dengan Firenze pagi itu.
"Tidak juga," kata Hermione tidak acuh, yang sedang membaca Daily Prophet. "Aku tak pernah benar-benar suka kuda."
Dia membalik satu halaman surat kabar itu dan membaca sepintas isinya.
"Dia bukan kuda, dia centaur!" kata Lavender, terdengar terguncang.
"Centaur yang tampan Parvati menghela napas.
"Bagaimanapun, dia masih punya empat kaki," kata Hermione dengan tenang. Ngomong-ngomong kukira kalian berdua merasa terganggu karena Trelawney sudah pergi""
"Memang!" Lavender meyakinkan dia. "Kami naik ke kantornya untuk menemuinya, kami membawakannya beberapa bunga bakung -- bukan yang berbunyi seperti yang dimiliki Sprout, yang indah."
"Bagaimana dia"" tanya Harry.
"Tidak begitu baik, wanita malang," kata Lavender penuh simpati. "Dia sedang menangis dan berkata dia lebih suka meninggalkan kastil untuk selamanya daripada tinggal di sini tempat Umbridge berada, dan aku tidak menyalahkannya, Umbridge bersikap mengerikan kepadanya, bukan""
"Aku punya perasaan Umbridge baru saja mulai bersikap mengerikan," kata Hermione dengan muram.
"Tidak mungkin," kata Ron, yang sedang makan sepiring besar telur dan daging asin. "Dia tidak bisa lebih buruk daripada yang sudah-sudah."
"Kau camkan kata-kataku, dia akan mau balas dendam pada Dumbledore karena menunjuk seorang guru baru tanpa berunding dengannya," kata Hermione sambil menutup surat kabarnya. "Terutama setengah manusia lagi. Kau lihat tampang di wajahnya ketika dia melihat Firenze."
Setelah makan pagi Hermione berangkat ke kelas Arithmancy-nya sementara Harry dan Ron mengikuti Parvati dan Lavender ke Aula Depan, menuju Ramalan.
"Apa kita tidak akan naik ke Menara Utara"" tanya Ron, tampak bingung, selagi Parcati melewati tangga pualam.
Parvati memandangnya dengan menghina lewat bahunya.
"Bagaimana kau mengharapkan Firenze menaiki tangga itu" Kita di ruang kelas sebelas sekarang, ada di papan pengumuman kemarin."
Ruang kelas sebelas ada di lantai dasar di koridor yang berawal dari Aula Depan pada sisi di seberang Aula Besar. Harry tahu itu salah satu dari ruang-ruang kelas yang tidak pernah digunakan secara teratur, dan karena itu memiliki rasa sedikit tak terpelihara dari sebuah lemari atau ruang penyimpanan. Ketika dia memasukinya di belakang Ron, dan mendapati dirinya berada di tengah sebuah tanah terbuka di tengah hutan, dia tertegun sejenak.
"Apa --"" Lantai ruang kelas itu telah menjadi berlumut seperti musim semi dan pohon-pohon tumbuh di atasnya; ranting-ranting berdaunnya berkibasan di langit-langit dan jendela-jendela, sehingga ruangan itu penuh dengan berkas-berkas miring cahaya hijau lembut berbayang-bayang. Murid-murid yang sudah tiba sedang duduk di lantai bertanah dengan punggung mereka bersandar pada batang pohon atau batu besar, lengan-lengan dibelitkan sekitar lutut mereka atau dilipat rapat di dada mereka, dan semuanya terlihat agak gugup. Di tengah-tengah tempat terbuka itu, di mana tidak ada pohon, berdiri Firenze.
"Harry Potter," dia berkata sambil mengulurkan sebuah tangan ketika Harry masuk.
"Er -- hai," kata Harry sambil bersalaman dengan centaur itu, yang mengamatinya
tanpa berkedip melalui mata biru mengherankan itu tetapi tidak tersenyum. "Er -senang berjumpa dengan Anda."
"Dan kamu," kata centaur itu sambil mencondongkan kepala pirang putihnya. "Sudah diramalkan bahwa kita akan bertemu lagi."
Harry memperhatikan bahwa ada bayangan memar berbentuk tapal kuda di dada Firenze. Ketika dia berpaling untuk bergabung dengan sisa kelas yang lainnya di lantai, dia melihat bahwa mereka semuanya memandangnya dengan kagum, tampaknya sangat terkesan bahwa dia berbincang-bincang dengan Firenze, yang sepertinya mereka anggap menakutkan.
Ketika pintu tertutup dan murid terakhir telah duduk di sebuah tunggul pohon di samping keranjang sampah, Firenze memberi isyarat ke sekeliling ruangan.
"Profesor Dumbledore telah berbaik hati menata ruang kelas ini untuk kita," kata Firenze, ketika semua orang sudah tenang, "dengan meniru habitat alamiku. Ak
u akan lebih suka mengajar kalian di Hutan Terlarang yang adalah -- sampai Senin -rumahku ... tetapi itu tidak lagi mungkin."
"Tolong -- er -- sir -- " kata Parvati dengan terengah-engah, sambil mengangkat tangannya, "-- kenapa tidak" Kami pernah ke sana dengan Hagrid, kami tidak takut!"
"Bukan pertanyaan tentang keberanian kalian," kata Firenze, "melainkan kedudukanku. Aku tidak bisa kembali ke Hutan. Kawananku sudah membuangku."
"Kawanan"" kata Lavender dengan suara bingung, dan Harry tahu dia sedang berpikir tentang sapi-sapi. "Apa -- oh!"
Pemahaman tampak di wajahnya. "Ada lebih banyak lagi dari kaummu!," dia berkata, tercengang.
"Apakah Hagrid membiakkan kalian, seperti Thestral"" tanya Dean dengan bersemangat.
Firenze memalingkan kepalanya lambat-lambat untuk menghadap Dean, yang tampaknya menyadari seketika bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang sangat menyinggung.
"Aku tidak bermaksud -- maksudku -- maaf," dia menyelesaikan dengan suara berbisik."
"Centaur bukan pelayan atau mainan manusia," kata Firenze pelan-pelan. Ada jeda, lalu Parvati mengangkat tangannya lagi.
"Tolong, sir ... kenapa para centaur yang lain membuang Anda""
"Karena aku setuju bekerja untuk Profesor Dumbledore," kata Firenze. "Mereka memandang ini sebagai pengkhianatan kaum kami."
Harry ingat bagaimana, hampir empat tahun yang lalu, centaur Bane berteriak kepada Firenze karena mengizinkan Harry menaiki punggungnya demi keselamatan; dia telah memanggilnya "bagal biasa". Dia bertanya-tanya apakah Bane yang telah menendang Firenze di dada.
"Mari kita mulai," kata Firenze. Dia melambaikan ekor panjangnya, mengangkat tangannya ke kanopi berdaun di atas kepala, lalu menurunkannya pelan-pelan, dan selagi dia berbuat demikian, cahaya di ruangan itu mengecil, sehingga mereka sekarang kelihatannya sedang duduk di suatu tempat terbuka di hutan dalam cahaya temaram, dan bintang-bintang bermunculan di langit-langit. Ada bunyi oooh dan helaan napas dan Ron berkata dengan jelas, "Astaga!"
"Berbaring di lantai," kata Firenze dengan suara tenangnya, "dan amati langit. Di sini tertulis, untuk mereka yang bisa melihatnya, peruntungan dari ras-ras kita."
Harry merentangkan badannya dan memandang ke atas ke langit-langit. Sebuah bintang merah berkelap-kelip berkedip kepadanya dari atas.
"Aku tahu bahwa kalian telah mempelajari nama-nama planet dan bulan-bulan mereka dalam Astronomi," kata suara tenang Firenze, "dan bahwa kalian telah memetakan pergerakan bintang-bintang di langit. Para centaur telah menyingkap misteri pergerakan-pergerakan ini selama berabad-abad. Penemuan-penemuan kami mengajarkan kami bahwa masa depan bisa dilihat sekilas pada langit di atas kita -- "
"Profesor Trelawney melakukan astrologi dengan kami!" kata Parvati dengan bersemangat, sambil mengangkat tangannya di depannya sehingga terulur di udara selagi dia berbaring. "Mars menyebabkan kecelakaan dan luka bakar dan hal-hal seperti itu, dan saat dia membuat sudut pada Saturnus, seperti sekarang -- " dia menarik sudut kanan di udara di atasnya "-- itu artinya orang-orang harus ekstra hati-hati sewaktu menangani benda-benda yang panas -- "
"Itu," kata Firenze dengan tenang, "adalah omong kosong manusia."
Tangan Parvati jatuh lunglai ke sampingnya.
"Luka-luka sepele, kecelakaan-kecelakaan kecil manusia," kata Firenze selagi kukunya berdebam di lantai berlumut itu. "Ini tidak lebih berarti daripada pergerakan semut bagi alam semesta yang luas, dan tidak dipengaruhi oleh gerak-gerik planet."
"Profesor Trelawney -- " mulai Parvati, dengan suara terluka dan tidak senang.
"-- adalah seorang manusia," kata Firenze dengan sederhana. "Dan oleh karena itu terhalang pandangannya dan terbelenggu oleh batasan-batasan kaum kalian."
Harry memalingkan kepalanya sedikit untuk memandang Parvati. Dia tampak sangat tersinggung, seperti juga beberapa orang yang di sekitarnya.
"Sybill Trelawney mungkin Melihat, aku tidak tahu," terus Firenze, dan Harry mendengar kibasan ekornya lagi selagi dia berjalan ke sana ke mari di hadapan mereka, "tetapi dia membuang waktunya, sebagian besar, pada omong kosong yang
menyanju ng diri sendiri yang manusia sebut meramal keberuntungan. Namun, aku berada di sini untuk menjelaskan kebijaksanaan para centaur, yang tidak bersifat pribadi dan tidak memihak. Kami mengamati langit untuk mencari pasang-surutnya kejahatan atau perubahan yang terkadang tertanda di sana. Mungkin butuh waktu sepuluh tahun untuk meyakini apa yang sedang kami lihat."
Firenze menunjuk ke bintang merah yang tepat di atas Harry.
"Pada dekade-dekade terdahulu, tanda-tandanya adalah bahwa kaum penyihir sedang melalui sesuatu yang tidak lebih dari ketenangan singkat di antara dua perang. Mars, pembawa peperangan, bersinar cemerlang di atas kita, memberi kesan bahwa pertarungan itu pasti akan segera pecah lagi. Seberapa cepat, para centaur mungkin berusaha meramalkan dengan membakar rempah-rempah dan daun-daun tertentu, dengan pengamatan asap dan api ... "
Itu adalah pelajaran paling tidak biasa yang pernah dihadiri Harry. Mereka memang membakar daun sage dan mallowsweet di sana di lantai ruang kelas, dan Firenze menyuruh mereka untuk mencari bentuk-bentuk dan simbol-simbol tertentu asap yang berbau tajam itu, tetapi dia tampaknya sama sekali tidak peduli tak satupun dari mereka bisa melihat tanda-tanda yang dia lukiskan, sambil memberitahu mereka bahwa manusia hampir tidak pernah pandai dalam hal ini, bahwa butuh waktu bertahun-tahun bagi centaur untuk menjadi kompeten, dan menyelesaikan dengan memberitahu mereka bahwa, lagipula, menempatkan terlalu banyak kepercayaan pada hal-hal seperti ini bodoh, karena bahkan para centaur terkadang membacanya dengan salah. Dia tidak seperti guru manusia manapun yang pernah dimiliki Harry. Prioritasnya sepertinya bukan mengajari mereka apa yang diketahuinya, tetapi lebih pada menekankan kepada mereka bahwa tak sesuatupun, bahkan tidak juga pengetahuan para centaur, yang bebas dari kesalahan.
" Dia tidak pasti pada apapun, bukan"" kata Ron dengan suara rendah, selagi mereka memadamkan api mallowsweet mereka. "Maksudku, aku bisa terima beberapa detil lagi tentang perang ini yang akan kita hadapi, bukan begitu""
Bel berdering tepat di luar pintu ruang kelas dan semua orang terlompat; Harry telah sepenuhnya lupa mereka masih di dalam kastil, dan sangat yakin bahwa dia benar-benar berada di Hutan. Kelas itu berbaris keluar, tampak sedikit bingung.
Harry dan Ron baru akan mengikuti mereka ketika Firenze berseru, "Harry Potter, tolong, sepatah kata."
Harry berpaling. Centaur itu maju sedikit ke arahnya. Ron bimbang.
"Kamu boleh tinggal," Firenze memberitahunya. "Tapi tolong tutup pintunya." Ron buru-buru mematuhi.
"Harry Potter, kamu teman Hagrid, bukan"" kata si centaur.
"Ya," kata Harry.
"Kalau begitu berikan peringatan dariku kepadanya. Usahanya tidak berhasil. Dia
lebih baik meninggalkannya."
"Usahanya tidak berhasil"" Harry mengulangi dengan hampa.
"Dan dia lebih baik meninggalkannya," kata Firenze sambil mengangguk. "Aku mau memperingatkan Hagrid sendiri, tetapi aku terbuang -- tidak bijaksana bagiku pergi terlalu dekat Hutan sekarang -- Hagrid sudah punya cukup masalah, tanpa pertarungan centaur."
"Tapi -- apa yang sedang Hagrid coba lakukan"" kata Harry dengan gugup. Firenze mengamati Harry dengan tenang.
"Hagrid baru-baru ini berjasa besar kepadaku," kata Firenze, "dan dia telah mendapatkan rasa hormatku sejak lama karena kepedulian yang diperlihatkannya kepada semua makhluk hidup. Aku tidak akan membocorkan rahasianya. Tetapi dia harus disadarkan. Usahanya tidak berhasil. Beritahu dia, Harry Potter. Selamat siang untukmu."
* Kebahagiaan yang telah dirasakan Harry akibat wawancara The Quibbler itu telah lama menguap. Sementara Maret yang membosankan mengabur menjadi April yang berangin kencang, hidupnya sepertinya telah menjadi serangkaian kekuatiran dan masalah lagi.
Umbridge terus menghadiri pelajaran-pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib, sehingga sangat sulit untuk menghantarkan peringatan Firenze kepada Hagrid. Akhirnya, Harry berhasil dengan berpura-pura dia kehilangan salinan Hewan-Hewan Menakjubkan dan Di Mana Menemukan Mereka, dan kembali lagi sehabis kelas suatu hari. Ketika dia mengulan
gi kata-kata Firenze, Hagrid menatapnya sejenak melalui matanya yang menggembung dan menghitam, tampaknya terpana. Lalu dia tampak menguasai diri.
"Pria baik, Firenze," dia berkata dengan kasar, "tapi dia tak tahu apa yang sedang dibicarakannya tentang ini. Usahanya baik-baik saja."
"Hagrid, apa yang sedang kau rencanakan"" tanya Harry dengan serius. "Karena kau harus berhati-hati, Umbridge sudah memecat Trelawney dan, kalau kau tanya aku, dia akan jalan terus. Kalau kau melakukan apapun yang seharusnya tidak kau lakukan, kau akan -- "
"Ada hal-hal yang lebih penting daripada pertahankan pekerjaan," kata Hagrid, walaupun tangannya bergetar sedikit ketika dia mengatakan ini dan sebaskom penuh kotoran Knarl jatuh ke lantai. "Jangan kuatir tentang aku, Harry, pergi saja sekarang, begitu anak yang baik."
Harry tidak punya pilihan kecuali meninggalkan Hagrid menyapu kotoran di lantainya, tetapi dia merasa sangat putus asa ketika dia berjalan kembali ke kastil dengan susah payah.
Sementara itu, seperti yang terus-menerus diingatkan semua guru dan Hermione, OWl semakin mendekat. Semua anak kelas lima menderita stres sampai tingkat tertentu, tetapi Hannah Abbot menjadi yang pertama yang menerima Minuman Penenang dari Madam Pomfrey setelah dia mendadak menangis selama Herbologi dan tersedu-sedu bahwa dia terlalu bodoh untuk ikut ujian dan mau meninggalkan sekolah sekarang.
Kalau bukan karena pelajaran-pelajaran DA, Harry berpikir dia pasti akan sangat tidak bahagia. Dia kadang-kadang merasa dia hidup demi jam-jam yang dihabiskannya di Ruang Kebutuhkan, bekerja keras tetapi sepenuhnya bersenang-senang pada saat yang sama, menggembung dengan rasa bangga ketika dia memandang berkeliling kepada teman-teman anggota DAnya dan melihat seberapa jauh mereka telah berhasil. Memang, Harry terkadang bertanya-tanya bagaimana Umbridge akan bereaksi saat semua anggota DA menerima "Outstanding" dalam OWL Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka.
Mereka akhirnya mulai melakukan Patronus, yang sangat ingin dilatih semua orang, walaupun, seperti yang terus diingatkan Harry pada mereka, menghasilkan Patronus di tengah ruang kelas yang terang benderang saat mereka tidak berada di bawah ancaman berbeda dari menghasilkannya ketika berhadapan dengan sesuatu seperti Dementor.
"Oh, jangan merusak kesenangan," kata Cho dengan ceria, sambil mengamati Patronusnya yang berbentuk angsa keperakan membumbung di sekeliling Ruang Kebutuhan selama pelajaran terakhir mereka sebelum Paskah. "Mereka begitu cantik!"
"Mereka tidak seharusnya cantik, mereka seharusnya melindungimu," kata Harry dengan sabar. "Apa yang benar-benar kita butuhkan adalah Boggart atau sesuatu; begitulah caraku belajar, aku harus menyihir Patronus sementara Boggart itu berpura-pura menjadi Dementoe -- "
"Tapi itu akan benar-benar menakutkan!" kata Lavender, yang sedang menembakkan kepulan asap keperakan dari ujung tongkatnya. "Dan aku masih -- tidak bisa -- melakukannya!" dia menambahkan dengan marah.
Neville juga mengalami kesulitan. Wajahnya tegang karena konsentrasi, tetapi hanya gumpalan asap keperakan yang lemah yang keluar dari ujung tongkatnya.
"Kau harus memikirkan sesuatu yang menyenangkan," Harry mengingatkannya.
"Aku sedang mencoba," kata Neville dengan sengsara, yang sedang berusaha demikian keras sehingga wajahnya yang bundar bahkan berkilat karena keringat.
"Harry, kukira aku bisa!" teriak Seamus, yang telah dibawa ke pertemuan DA pertamanya oleh Dean. "Lihat -- ah -- sudah hilang ... tapi itu jelas sesuatu yang berbulu, Harry!"
Patronus Hermione, berang-berang perak berkilau, sedang melompat-lompat di sekelilingnya.
"Mereka agak bagus, bukan"" dia berkata sambil memandanginya dengan sayang.
Pintu Ruang Kebutuhan membuka, dan menutup. Harry berpaling untuk melihat siapa yang masuk, tetapi tampaknya tidak ada siapapun di sana. Beberapa saat kemudian barulah dia sadar bahwa orang-orang di dekat pintu telah terdiam. Hal berikutnya yang dia tahu, sesuatu sedang menyentak jubahnya di suatu tempat dekat lutut. Dia memandang ke bawah dan melihat, yang membuatnya sangat heran, Dobby si per-r
umah sedang memandangnya dari bawah delapan topi wolnya yang biasa.
"Hai, Dobby!" dia berkata. "Apa yang sedang -- Ada apa""
Mata peri itu melebar karena ngeri dan dia sedang gemetaran. Para anggota DA yang terdekat dengan Harry telah terdiam; semua orang di ruangan itu sedang mengawasi Dobby. Beberapa Patronus yang telah berhasil disihir orang-orang mengabur menjadi kabut perak, meninggalkan ruangan itu terlihat lebih gelap daripada sebelumnya.
"Harry Potter, sir cicit peri itu, gemetaran dari kepala ke kaki, "Harry Potter, sir ... Dobby telah datang untuk memperingatkan Anda ... tetapi para peri-rumah sudah diperingatkan jangan memberitahu ... "
Dia berlari dengan kepala duluan ke dinding. Harry, yang telah mengalami beberapa kebiasaan Dobby menghukum diri sendiri, bergerak meraihnya, tetapi Dobby hanya memantul dari batu, tertahan oleh delapan topinya. Hermione dan beberapa anak perempuan lain mengeluarkan pekik ketakutan dan simpati.
"Apa yang terjadi, Dobby"" Harry bertanya sambil meraih lengan kecil peri itu dan memegangnya menjauh dari apapun yang mungkin dicarinya untuk melukai dirinya sendiri.
"Harry Potter ... wanita itu ... wanita itu
Dobby memukul dirinya sendiri keras-keras di hidung dengan kepalan tangannya yang bebas. Harry meraih itu juga.
"Siapa "wanita itu"", Dobby""
Tetapi dia berpikir dia tahu; tentu hanya ada satu "wanita" yang bisa mengakibatkan ketakutan seperti itu pada Dobby" Peri itu memandangnya, agak juling, dan menggerakkan mulutnya tanpa suara.
"Umbridge"" tanya Harry, terkejut.
Dobby mengangguk, lalu mencoba menghantamkan kepalanya ke lutut Harry. Harry memegang dengan jarak selengan.
"Kenapa dengan dia" Dobby -- dia belum tahu tentang ini -- tentang kami -- tentang
DA"" Dia membaca jawabannya di wajah panik peri itu. Tangannya dipegang erat-erat
oleh Harry, peri itu mencoba menendang dirinya sendiri dan jatuh ke lantai. "Apakah dia akan datang"" Harry bertanya pelan.
Dobby mengeluarkan lolongan, dan mulai menghantamkan kakinya yang telanjang keras-keras ke lantai.
"Ya, Harry Potter, ya!"
Harry meluruskan diri dan memandang berkeliling kepada orang-orang yang tidak bergerak dan ketakutan yang sedang memandangi peri yang memberontak itu.
"APA YANG SEDANG KALIAN TUNGGU"" Harry berteriak. "LARI!"
Mereka semua berlari menuju pintu keluar seketika, membentuk kerumunan di pintu, lalu orang-orang lewat dengan cepat. Harry bisa mendengar mereka berlari cepat menyusuri koridor-koridor dan berharap mereka cukup sadar untuk tidak mencoba pergi sepanjang jalan ke asrama mereka. Waktu itu baru pukul sembilan kurang sepuluh; kalau saja mereka mengungsi ke perpustakaan atau Kandang Burung Hantu, yang keduanya lebih dekat -"Harry, ayolah!" jerit Hermione dari tengah kumpulan orang yang sekarang sedang berjuang keluar.
Dia menarik Dobby, yang masih mencoba membuat dirinya sendiri luka parah, dan lari bersama peri itu di lengannya untuk bergabung ke bagian belakang antrian.
"Dobby -- ini perintah -- turun kembali ke dapur bersama para peri lain dan, kalau dia bertanya kepadamu apakah kau memperingatkan aku, bohong dan bilang tidak!" kata Harry. "Dan kularang kau melukai dirimu sendiri!" dia menambahkan sambil menjatuhkan peri itu ketika dia akhirnya sampai di ambang pintu dan membanting pintu di belakangnya.
"Terima kasih, Harry Potter!" cicit Dobby, dan dia berlari pergi. Harry memandang sekilas ke kiri dan ke kanan, yang lainnya semua sedang bergerak begitu cepat sehingga dia hanya melihat kilasan-kilasan tumit yang berlarian di kedua ujung koridor itu sebelum mereka menghilang; dia mulai berlari ke kanan; ada kamar mandi anak laki-laki di depan, dia bisa berpura-pura dia ada di sana sepanjang waktu kalau saja dia bisa mencapainya -"AAARGH!" Sesuatu mengenainya di sekitar mata kaki dan dia jatuh dengan menakjubkan, tergelincir sejauh enam kaki sebelum berhenti. Seseorang di belakangnya sedang tertawa. Dia berguling dan melihat Malfoy tersembunyi di sebuah relung di bawah vas jelek berbentuk naga.
"Kutukan Menjegal, Potter!" dia berkata. "Hei Profesor -- PROFESOR! Aku dapat satu!"
Umbridge datang terbur u-buru mengitari sudut yang jauh, terangah-engah tetapi tersenyum senang.
"Itu dia!" dia berkata kegirangan ketika melihat Harry di atas lantai. "Bagus sekali, Draco, bagus sekali, oh, sangat bagus -- lima puluh poin untuk Slytherin! Aku akan membawanya dari sini ... berdiri, Potter!"
Harry bangkit, sambil melotot kepada mereka berdua. Dia belum pernah melihat Umbridge tampak begitu senang. Umbridge meraih lengannya dengan genggaman seperti catok dan berpaling, sambil tersenyum lebar, kepada Malfoy.
"Kau pergilah dan lihat apakah kau bisa mengumpulkan lebih banyak lagi dari mereka, Draco," dia berkata. "Beritahu yang lain untuk mencari di perpustakaan --siapapun yang kehabisan napas -- periksa kamar mandi, Miss Parkinson bisa memeriksa kamar mandi anak perempuan -- pergilah -- dan kau," dia menambahkan dengan suaranya yang paling lembut, paling berbahaya, ketika Malfoy berjalan pergi, "kau bisa ikut bersamaku ke kantor Kepala Sekolah, Potter."
Mereka sampai ke gargoyle batu itu dalam beberapa menit. Harry bertanya-tanya berapa banyak lagi yang telah tertangkap. Dia memikirkan Ron -- Mrs Weasley akan membunuhnya -- dan bagaimana perasaan Hermione kalau dia dikeluarkan sebelum dia bisa mengambil OWLnya. Dan itu pertemuan pertama Neville ... dan Neville sudah semakin bagus ...
"Kumbang Berdesing," nyanyi Umbridge; gargoyle batu itu melompat ke samping, tembok di belakangnya terbelah membuka, dan mereka menaiki tangga batu bergerak. Mereka sampai di pintu terpelitur dengan pengetuk pintu griffin, tetapi Umbridge tidak repot-repot mengetuk, dia berjalan langsung ke dalam, masih memegang Harry erat-erat.
Kantor itu penuh orang. Dumbledore sedang duduk di balik meja tulisnya, ekspresinya tenang, ujung jari-jarinya yang panjang bersatu. Profesor McGonagall berdiri kaku di sampingnya, wajahnya sangat tegang. Cornelius Fudge, Menteri Sihir, sedang berayun-ayun ke depan dan ke belakang pada jari kakinya di samping api, tampaknya sangat senang dengan keadaan itu; Kingsley Shacklebolt dan seorang penyihir pria yang tampak kuat dengan rambut liat sangat pendek yang tidak dikenali Harry, ditempatkan pada kedua sisi pintu seperti pengawal, dan bentuk berkacamata dan berbintik-bintik Percy Weasley menunggu dengan bersemangat di samping tembok, sebuah pena bulu dan segulung perkamen berat di tangannya, tampaknya siap sedia untuk mencatat.
Potret-potret para kepala sekolah pria dan wanita yang lama tidak pura-pura tidur malam ini. Mereka semua waspada dan serius, mengamati apa yang sedang terjadi di bawah mereka. Ketika Harry masuk, beberapa melintas ke bingkai tetangganya dan berbisik penting ke telinga tetangganya.
Harry membebaskan dirinya dari cengkeraman Umbridge ketika pintu terayun menutup di belakang mereka. Cornelius Fudge sedang melotot kepadanya dengan semacam kepuasan keji di wajahnya.
"Well," dia berkata. "Well, well, well
Harry menjawab dengan pandangan tidak suka terhebat yang bisa dikerahkannya. Jantungnya berdebar gila-gilaan di dalam tubuhnya, tetapi otaknya anehnya tenang dan jernih.
"Dia sedang menuju kembali ke Menara Gryffindor," kata Umbridge. Ada semangat tidak pantas dalam suaranya, rasa senang tak berperasaan seperti yang Harry dengar selagi dia menyaksikan Profesor Trelawney luruh akibat penderitaan di Aula Depan. "Bocah Malfoy itu menyudutkannya."
"Benarkah"" kata Fudge penuh penghargaan. "Aku harus ingat untuk memberitahu Lucius. Well, Potter ... kuduga kau tahu kenapa kau ada di sini""
Harry benar-benar bermaksud untuk menanggapi dengan sebuah "ya" menantang; mulutnya sudah terbuka dan kata itu setengah terbentuk ketika dia melihat wajah Dumbledore. Dumbledore tidak sedang memandang langsung kepada Harry -matanya terpaku ke sebuah titik tepat melewati bahunya -- tetapi selagi Harry menatapnya, dia menggelengkan kepalanya sepersekian inci ke tiap sisi.
Harry berganti arah di tengah kata.
"Ye--tidak." "Maaf"" kata Fudge.
"Tidak," kata Harry dengan tegas.
"Kau tidak tahu kenapa kau ada di sini""
"Tidak," kata Harry.
Fudge memandang dengan ragu dari Harry ke Profesor Umbridge. Harry mengambil kesempatan dari ketid
ak perhatiannya sementara itu untuk mencuri pandang lagi cepat-cepat kepada Dumbledore, yang memberi karpet anggukan terkecil dan sedikit kedipan.
"Jadi kau tidak punya gagasan," kata Fudge, dengan suara yang jelas sarat dengan sindiran, "kenapa Profesor Umbridge membawamu ke kantor ini" Kau tidak sadar bahwa kau telah melanggar peraturan sekolah""
"Peraturan sekolah"" kata Harry. "Tidak."
"Atau Dekrit Kementerian"" ganti Fudge dengan marah.
"Tidak setahuku," kata Harry dengan lunak.
Jantungnya masih berdebar sangat cepat. Hampir cukup berharga menceritakan kebohongan-kebohongan ini untuk menyaksikan tekanan darah Fudge meningkat, tetapi dia tidak bisa melihat bagaimana dia akan lolos; kalai seseorang telah mengisiki
Umbridge tentang DA dengan begitu dia, si pemimpin, sama saja mengepaki kopernya sekarang juga.
"Jadi, merupakan kabar baru bagimu, bukan," kata Fudge, suaranya sekarang penuh amarah, "bahwa sebuah organisasi murid yang ilegal telah ditemukan di dalam sekolah
ini"" "Ya, benar," kata Harry, sambil menampilkan tampang terkejut tak bersalah yang tidak meyakinkan di wajahnya.
"Kukira, Menteri," kata Umbridge dengan licin dari sampingnya, "kita akan membuat kemajuan yang lebih baik kalau aku menjemput informan kita."
"Ya, ya, lakukanlah," kata Fudge sambil mengangguk, dan dia memandang dengan dengki kepada Dumbledore ketika Umbridge meninggalkan ruangan itu. "Tak ada yang melebihi seorang saksi yang bagus, bukan, Dumbledore""
"Tidak sama sekali, Cornelius," kata Dumbledore dengan murung, sambil mencondongkan kepalanya.
Ada penantian beberapa menit, sementara tak seorangpun saling memandang, lalu Harry mendengar pintu membuka di belakangnya. Umbridge bergerak melewatinya ke dalam ruangan, sambil memegang bahu teman Cho yang berambut keriting, Marietta, yang sedang menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.
"Jangan takut, sayang, jangan takut," kata Profesor Umbridge dengan lembut sambil menepuk punggungnya, "tidak apa-apa sekarang. Kau sudah melakukan hal yang benar. Menteri sangat senang kepadamu. Dia akan memberitahu ibumu betapa anak yang baik kau ini."
"Ibu Marietta, Menteri," dia menambahkan sambil memandang Fudge, "adalah Madam Edgecombe dari Departemen Transportasi Sihir, kantor Jaringan Floo -- dia telah membantu kami mengawasi api-api Hogwarts, Anda tahu."
"Sangat bagus! Sangat bagus!" kata Fudge sepenuh hati. "Anak seperti ibunya, eh" Well, ayolah sekarang, sayang, lihat ke atas, jangan malu, ayo dengar apa yang kau --gargoyle berderap!"
Ketika Marietta mengangkat kepalanya, Fudge melompat mundur karena terguncang, hampir mendarat di api. Dia mengutuk, dan menginjak tepi jubahnya yang mulia berasap. Marietta meratap dan menarik leher jubahnya hingga ke matanya, tetapi tidak sebelum semua orang melihat bahwa wajahnya menjadi jelek mengerikan karena serangkaian bisul ungu yang letaknya berdekatan yang telah membentang melewati hidung dan pipinya untuk membentuk kata "PENGADU".
"Jangan pedulikan bintik-bintik itu sekarang, sayang," kata Umbridge tidak sabaran, "jauhkan saja jubahmu dari mulutmu dan beritahu Menteri -- "
Tapi Marietta mengeluarkan ratapan teredam lagi dan menggelengkan kepalanya dengan hebat.
"Oh, baiklah, kau gadis bodoh, aku yang akan memberitahunya," sambar Umbridge. Dia memasang senyum memuakkannya kembali ke wajahnya dan berkata, "Well, Menteri, Miss Edgecombe di sini datang ke kantorku tidak lama setelah makan malam pada malam ini dan memberitahuku dia punya sesuatu untuk diberitahukan kepadaku. Dia berkata bahwa kalau aku pergi ke sebuah ruangan rahasia di lantai ketujuh, yang kadang-kadang dikenal sebagai Ruang Kebutuhan, aku akan menemukan sesuatu yang menguntungkanku. Aku menanyainya sedikit lebih lanjut dan dia mengakui bahwa ada semacam pertemuan di sana.Sayangnya, pada titik ini guna-guna ini," dia melambai dengan tidak sabar ke wajah Marietta yang tersembunyi, "bekerja dan ketika melihat wajahnya di cerminku anak perempuan ini menjadi terlalu tertekan untuk memberitahuku lebih banyak lagi."
"Well, sekarang," kata Fudge sambil menatap Marietta dengan apa yang jelas dibayangkannya
tampang baik hati dan kebapakan, "kamu sangat berani, sauang, datang memberitahu Profesor Umbridge. "Kau melakukan hal yang tepat. "Sekarang, maukah kau memberitahuku apa yang terjadi pada pertemuan ini" Apa tujuannya" Siapa yang ada di sana""
Tetapi Marietta tidak mau berbicara; dia hanya menggelengkan kepalanya lagi, matanya terbelalak dan ketakutan.
"Tidakkah kita punya kontra-kutukan untuk ini"" Fudge bertanya kepada Umbridge dengan tidak sabar, sambil memberi isyarat ke wajah Marietta. "Sehingga dia bisa berbicara dengan bebas""
"Saya belum berhasil menemukannya," Umbridge mengakui sambil enggan, dan Harry merasakan gelombang rasa bangga atas kemampuan mengutuk Hermione. "Tapi tidak masalah kalau dia tidak mau berbicara, aku bisa mengambil alih ceritanya dari sini."
"Anda akan ingat, Menteri, bahwa saya mengirimkan sebuah laporan kepada Anda di bulan Oktober bahwa Potter telah bertemu dengan sejumlah teman sekolahnya di Hog"s Head di Hogsmeade -- "
"Dan bukti apa yang kau punya tentang itu"" sela Profesor McGonagall.
"Aku punya kesaksian dari Willy Widdershins, Minerva, yang kebetulan berada di bar itu pada saat itu. Dia memakai perban tebal, memang benar, tetapi pendengarannya tidak terganggu," kata Umbridge puas diri. "Dia mendengar setiap patah kata yang diucapkan Potter dan bergegas langsung ke sekolah untuk melapor kepadaku -- "
"Oh, jadi itulah sebabnya dia tidak diadili karena menyebabkan semua toilet muntah itu!" kata Profesor McGonagall sambil mengangkat alisnya. "Pemahaman yang amat menarik ke dalam sistem keadilan kita!"
"Korupsi terang-terangan!" raung potret penyihir pria gemuk berhidung merah di tembok di belakang meja tulis Dumbledore. "Kementerian tidak membuat kesepakatan dengan kriminal kelas teri di masaku, tidak tuan, tidak!"
"Terima kasih, Fortescue, itu sudah cukup," kata Dumbledore dengan lembut.
"Tujuan pertemuan Potter dengan murid-murid ini," lanjut Profesor Umbridge, "adalah untuk membujuk mereka bergabung dengan sebuah perkumpulan ilegal, yang sasarannya adalah untuk mempelajari mantera-mantera dan kutukan-kutukan yang telah Kementerian putuskan tidak pantas untuk usia sekolah -- "
"Kukira kau akan mendapati bahwa kau salah di sana, Dolores," kata Dumbledore pelan, sambil memandangnya melewati kacamata setengah bulannya yang bertengger di tengah hidungnya yang bengkok.
Harry menatapnya. Dia tidak mengerti bagaimana Dumbledore akan meloloskannya dari yang satu ini; kalau Willy Widdershins memang mendengar setiap patah kata yang diucapkannya di Hog"s Head tidak ada cara untuk berkelit.
"Oho!" kata Fudge sambil berayun-ayun pada bola kakinya lagi. "Ya, ayo dengar cerita omong kosong terakhir yang diciptakan untuk menarik Potter keluar dari masalah! Teruskan, kalau begitu, Dumbledore, teruskan -- Willy Widdershins berbohong, bukan" Atau kembar identik Potter yang berada di Hog"s Head hari itu" Atau ada penjelasan sederhana yang biasa yang melibatkan pengembalian waktu, orang mati yang kembali hidup dan sejumlah Dementor tidak tampak""
Percy Weasley tertawa sepenuh hati.
"Oh, sangat bagus, Menteri, sangat bagus!"
Harry bisa saja menendangnya. Lalu dia melihat, yang membuatnya heran, bahwa Dumbledore juga sedang tersenyum lembut.
"Cornelius, aku tidak membantah -- dan begitu juga, aku yakin, Harry -- bahwa dia berada di Hog"s Head pada hari itu, atau bahwa dia sedang mencoba merekrut murid-murid ke perkumpulan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Aku hanya menunjukkan bahwa Dolores salah dalam mengesankan bahwa perkumpulan seperti itu, pada saat itu, ilegal. Kalau Anda ingat, Dekrit Kementerian yang melarang semua perkumpulan murid-murid tidak berlaku sampai dua hari setelah pertemuan Hogsmeade Harry, jadi dia tidak melanggar peraturan apapun sama sekali di Hog"s Head."
Percy terlihat seolah-olah dia telah terhantam di wajah oleh sesuatu yang berat. Fudge tetap tak bergerak di tengah ayunannya, mulutnya terbuka.
Umbridge pulih terlebih dahulu.
"Itu semua sangat bagus, Kepala Sekolah," dia berkata sambil tersenyum manis, "tetapi kita semua sekarang hampir enam bulan dari saat pengenalan Dekrit Pendi
dikan Nomor Dua Puluh Empat. Kalau pertemuan pertama tidak ilegal, semua yang terjadi sejak itu pasti ilegal."
"Well," kata Dumbledore sambil mengamatinya dengan ketertarikan sopan lewat puncak jari-jarinya yang saling bertaut, "tentu saja akan begitu, kalau mereka memang
meneruskan setelah Dekrit itu berlaku. Apakah Anda punya bukti apapun bahwa pertemuan semacam ini berlanjut""
Ketika Dumbledore berbicara, Harry mendengar bunyi gemerisik di belakangnya dan mengira Kingsley membisikkan sesuatu. Dia juga bisa bersumpah bahwa dia merasakan sesuatu bersentuhan dengan sisi tubuhnya, sesuatu yang lembut seperti aliran udara atau sayap burung, tetapi ketika memandang ke bawah dia tidak melihat apapun di sana.
"Bukti"" ulang Umbridge, dengan senyum mirip katak yang mengerikan itu. "Tidakkah Anda mendengarkan, Dumbledore" Menurutmu kenapa Miss Edgecombe ada di sini""
"Oh, bisakah dia memberitahu kita tentang pertemuan selama enam bulan"" kata Dumbledore sambil mengangkat kepalanya. "Aku mendapat kesan bahwa dia hanya melaporkan sebuah pertemuan malam ini."
"Miss Edgecombe," kata Umbridge seketika," beritahu kami berapa lama pertemuan-pertemuan ini telah berlangsung, sayang. Kau bisa hanya mengangguk atau menggelengkan kepalamu. Aku yakin itu tidak akan membuat bintik-bintiknya semakin parah. Apakah sudah berlangsung secara teratur selama enam bulan terakhir
ini"" Harry merasakan jungkir balik yang mengerikan di perutnya. Ini dia, mereka sudah mengenai bukti tak terbantah yang tidak akan bisa dikesampingkan bahkan oleh Dumbledore.
"Anggukkan atau gelengkan kepalamu saja, sayang," Umbridge berkata membujuk kepada Marietta, "ayolah, sekarang, itu tidak akan mengaktifkan kembali kutukannya."
Semua orang di ruangan itu sedang memandangi bagian atas wajah Marietta. Hanya matanya yang tampak dari antara jubah yang ditarik ke atas dan poninya yang keriting. Mungkin tipuan cahaya api, tapi matanya anehnya terlihat hampa. Dan kemudian -- yang membuat Harry benar-benar heran -- Marietta menggelengkan kepalanya.
Umbridge memandang cepat-cepat kepada Fudge, lalu kembali kepada Marietta.
"Kukira kau tidak mengerti pertanyaannya, bukan, sayang" Aku bertanya apakah kau telah menghadiri pertemuan-pertemuanini selama enam bulan terakhir ini" Benar,
bukan"" Lagi-lagi, Marietta menggelengkan kepalanya.
"Apa maksudmu dengan menggelengkan kepalamu, sayang"" kata Umbridge dengan suara marah.
"Aku akan berpikir maksudnya sangat jelas," kata Profesor McGonagall dengan kasar, "tidak ada pertemuan rahasia selama enam bulan terakhir ini. Apakah itu benar, Miss Edgecombe""
Marietta mengangguk. "Tapi ada pertemuan malam ini!" kata Umbridge dengan marah. "Ada pertemua, Miss Edgecombe, kau memberitahuku mengenainya, di Ruang Kebutuhkan! Dan Potter adalah pemimpinnya, bukan, Potter mengaturnya, Potter -- kenapa kau menggelengkan kepalamu, nak""
"Well, biasanya kalau seseorang menggelengkan kepala mereka," kata McGonagall dengan dingin, "itu artinya "tidak". Jadi kecuali Miss Edgecombe sedang menggunakan semacam bahasa isyarat yang belum dikenal manusia -- "
Profesor Umbridge meraih Marietta, menariknya untuk menghadapinya dan mulai mengguncangkannya dengan sangat keras. Sepersekian detik kemudian Dumbledore bangkit, tongkatnya terangkat; Kingsley bergerak maju dan Umbridge melompat mundur dari Marietta, sambil melambaikan tangannya di udara seolah-olah terbakar.
"Aku tidak bisa mengizinkanmu menganiaya murid-muridku, Dolores," kata Dumbledore dan, untuk pertama kalinya, dia tampak marah.
"Anda harus menenangkan diri Anda, Madam Umbridge," kata Kingsley dengan suaranya yang dalam dan lambat-lambat. "Anda tidak mau kena masalah sekarang."
"Tidak," kata Umbridge terengah-engah, sambil memandang ke atas ke figur menjulang Kingsley. "Maksudku, ya -- kau benar, Shacklebolt -- aku -- aku lupa diri."
Marietta sedang berdiri tepat di mana Umbridge melepaskannya. Dia tampak tidak bingung oleh serangan mendadak Umbridge, ataupun lega karena dilepaskan; dia masih mencengkeram jubahnya hingga ke matanya yang anehnya hampa dan sedang menatap tepat di hadapannya.
Suatu kecur igaan mendadak, yang dihubungkan dengan bisikan Kingsley dan benda yang dirasakannya melewatinya, timbul di pikiran Harry.
"Dolores," kata Fudge, dengan suasana mencoba membereskan sesuatu untuk seterusnya, "pertemuan malam ini -- yang kita tahu jelas-jelas terjadi -- "
"Ya," kata Umbridge sambil menguasai dirinya, "ya ... well, Miss Edgecombe mengisikiku dan aku maju seketika ke lantai tujuh, ditemani oleh murid-murid tepercaya tertentu, untuk menangkap basah mereka yang berada di pertemuan itu. Namun, kelihatannya mereka sudah diberitahu terlebih dahulu akan kedatanganku, karena ketika kami mencapai lantai tujuh mereka sedang berlarian ke segala arah. Namun, tidak masalah. Aku punya semua nama mereka di sini, Miss Parkinson berlari ke Ruang Kebutuhan untuk melihat apakah mereka meninggalkan sesuatu. Kami perlu bukti dan ruangan itu menyediakan."
Dan yang membuat Harry ngeri, dia menarik keluar dari kantongnya daftar nama-nama yang dipasang di dinding Ruang Kebutuhan dan menyerahkannya kepada Fudge.
"Saat aku melihat nama Potter di daftar itu, aku tahu apa yang sedang kita hadapi," dia berkata dengan lembut.


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus sekali," kata Fudge, senyum membentang di wajahnya, "bagus sekali, Dolores. Dan ... sambar geledek
Dia memandang Dumbledore, yang masih berdiri di samping Marietta, tongkatnya terpegang kendur di tangannya.
"Lihat dengan apa mereka namai diri mereka"" kata Fudge pelan. "Dumbledore"s Army."
Dumbledore mengulurkan tangan dan mengambil potongan perkamen itu dari Fudge. Dia memandang judul yang ditulis oleh Hermione berbulan-bulan sebelumnya dan sejenak tampak tidak mampu berbicara. Lalu sambil memandang ke atas, dia tersenyum.
"Well, permainan sudah usai," dia berkata dengan sederhana. "Apakah kamu mau pengakuan tertulis dariku, Cornelius -- atau apakah sebuah pernyataan di depan saksi-saksi ini sudah memadai""
Harry melihat McGonagall dan Kingsley saling berpandangan. Ada ketakutan di wajah keduanya. Dia tidka mengerti apa yang sedang terjadi, dan tampaknya Fudge juga begitu.
"Pernyataan"" kata Fudge lambat-lambat. "Apa -- aku tidak --""
"Dumbledore"s Army -- Tentara Dumbledore, Cornelius," kata Dumbledore, masih tersenyum sementara dia melambaikan daftar nama-nama itu di depan wajah Fudge. "Bukan Tentara Potter. Tentara Dumbledore."
"Tapi -- tapi -- "
Pemahaman berkobar mendadak di wajah Fudge. Dia mundur selangkah dengan ngeri, menjerit, dan melompat keluar dari api lagi.
"Kamu"" dia berbisik, menginjak jubahnya yang menyala lagi.
"Itu benar," kata Dumbledore dengan menyenangkan.
"Kau mengatur ini""
"Memang," kata Dumbledore.
"Kau merekrut murid-murid ini untuk -- untuk jadi tentaramu""
"Malam ini seharusnya menjadi pertemuan pertama," kata Dumbledore sambil mengangguk. "Hanya untuk melihat apakah mereka akan tertarik bergabung denganku. Aku lihat sekarang bahwa merupakan suatu kesalahan mengundang Miss Edgecombe, tentu saja."
Marietta mengangguk. Fudge memandang darinya ke Dumbledore, dadanya menggembung.
"Kalau begitu kau memang membuat rencana melawanku!" dia berteriak. "Itu benar," kata Dumbledore dengan ceria.
"TIDAK!" teriak Harry.
Kingsley memberinya pandangan memperingatkan sekilas, McGonagall membelalakkan matanya mengancam, tetapi mendadak Harry sadar apa yang akan dilakukan Dumbledore, dan dia tidak bisa membiarkannya terjadi.
"Tidak -- Profesor Dumbledore --!"
"Diamlah, Harry, atau aku takut kau harus meninggalkan kantorku," kata Dumbledore dengan tenang.
"Ya, diam, Potter!" bentak Fudge, yang masih melotot kepada Dumbledore dengan semacam kesenangan yang mengerikan. "Well, well, well -- aku datang ke sini malam ini berharap untuk mengeluarkan Potter dan alih-alih -- "
"Alih-alih kau bisa menangkapku," kata Dumbledore sambil tersenyum. "Seperti kehilangan satu Knut dan menemukan sebuah Galleon, bukan""
"Weasley!" teriak Fudge, sekarang nyata-nyata gemetar karena senang, "Weasley, sudahkah kau menuliskannya semua, semua yang dikatakannya, pengakuannya, sudah kau dapatkan""
"Ya, sir, kukira begitu, sir!" kata Percy dengan bersemangat, yang hidungnya terkena muncratan tinta dari kecepatan mencatatnya
. "Bagian mengenai bagaimana dia mencoba membangun tentara melawan Kementerian, bagaimana dia bekerja untuk menggoyahkanku""
"Ya, sir, aku sudah dapat, ya!" kata Percy, sambil memeriksa catatannya dengan gembira.
"Sangat bagus, kalau begitu," kata Fudge, sekarang berseri-seri karena senang, "perbanyak catatanmu, Weasley, dan kirimkan sebuah salinan ke Daily Prophet seketika. Kalau kita mengirim seekor burung hantu cepat kita seharusnya bisa masuk edisi pagi!" Percy berlari dari ruangan ke ruangan, membanting pintu di belakangnya, dan Fudge berpaling kembali kepada Dumbledore. "Anda sekarang akan dikawal kembali ke Kementerian, di mana Anda akan dituntut secara formal, lalu dikirim ke Azkaban untuk menanti persidangan!"
"Ah," kata Dumbledore dengan lembut, "ya. Ya, kukira kita mungkin mengenai rintangan kecil itu.
"Rintangan"" kata Fudge, suaranya masih bergetar dengan kegembiraan. "Aku tidak melihat ada rintangan, Dumbledore!"
"Well," kata Dumbledore dengan nada minta maaf, "aku takut aku melihatnya."
"Oh, benarkah""
"Well -- hanya saja kau tampaknya bekerja di bawah khayalan bahwa aku akan -apa ungkapannya" -- ikut dengan tenang. Aku takut aku tidak akan ikut dengan tenang sama sekali, Cornelius. Aku sama sekali tidak punya niat dikirim ke Azkaban. Aku bisa meloloskan diri, tentu saja -- tapi betapa itu pemborosan waktu, dan terus terang, aku bisa memikirkan segudang hal yang lebih suka kulakukan."
Wajah Umbridge menjadi semakin memerah; dia terlihat seolah-olah sedang dipenuhi air mendidih. Fudge menatap Dumbledore dengan ekspresi sangat tolol di wajahnya, seolah-olah dia baru saja dibuat tertegun oleh hantaman tiba-tiba dan tidak mempercayai itu terjadi. Dia mengeluarkan suara tercekik kecil, lalu memandang berkeliling kepada Kingsley dan lelaki berambut pendek kelabu itu, yang satu-satunya dari semua orang di ruangan itu yang tetap diam sampai sejauh ini. Yang terakhir memberi Fudge anggukan meyakinkan dan bergerak maju sedikit, menjauh dari dinding. Harry melihat tangannya bergerak, hampir sepintas lalu, menuju kantongnya.
"Jangan bodoh, Dawlish," kata Dumbledore dengan baik hati. "Aku yakin kau seorang Auror yang baik -- aku tampaknya teringat bahwa kau mendapat "Outstanding" dalam semua NEWTmu -- tapi kalau kau berusaha untuk -- er -membawaku dengan paksa, aku akan harus melukaimu."
Lelaki yang dipanggil Dawlish berkedip agak bodoh. Dia memandang Fudge lagi, tetapi kali ini tampaknya mengharapkan sebuah petunjuk tentang apa yang dilakukan berikutnya.
"Jadi," ejek Fudge, sambil memulihkan dirinya, "kamu berniat melawan Dawlish, Shacklebolt, Dolores dan diriku sendiri seorang diri, bukan begitu, Dumbledore""
"Jenggot Merlin, tidak," kata Dumbledore sambil tersenyum, "tidak kecuali Anda cukup bodoh untuk memaksaku melakukannya."
"Dia tidak akan seorang diri!" kata Profesor McGonagall keras-keras, sambil membenamkan tangannya ke dalam jubahnya.
"Oh ya, Minerva!" kata Dumbledore dengan tajam. "Hogwarts membutuhkanmu!"
"Sudah cukup dengan sampah ini!" kata Fudge sambil menarik keluar tongkatnya sendiri. "Dawlish! Shacklebolt! Bawa dia!"
Secercah cahaya perak menyala di ruangan itu; ada bunyi letusan seperti tembakan dan lantai bergetar; sebuah tangan menarik leher Harry dan memaksanya turun ke lantai ketika berkas perak kedua menyala; beberapa potret menjerit, Fawkes memekik dan awan debu memenuhi udara. Terbatuk-batuk dalam debu itu, Harry melihat sebuah figur gelap jatuh ke lantai dengan bunyi debam di depannya; ada jeritan dan
bunyi gedebuk dan seseorang berteriak, "Tidak!"; lalu ada suara kaca pecah, langkah-langkah kaki bergumul dengan hebat, sebuah erangan ... dan hening.
Harry berjuang untuk melihat siapa yang setengah mencekiknya dan melihat Profesor McGonagall meringkuk di sampingnya; dia telah memaksa baik Harry maupun Marietta keluar dari bahaya. Debu masih melayang turun dengan lembut di udara ke atas mereka. Sambil terengah-engah sedikit, Harry melihat sebuah figur yang sangat tinggi bergerak ke arah mereka.
"Apakah kalian baik-baik saja"" Dumbledore bertanya.
"Ya!" kata Profesor McGonagall, sambil bangkit
dan menyeret Harry dan Marietta bersamanya.
Debu sudah mulai menghilang. Kehancuran di kantor itu timbul ke dalam pandangan: meja Dumbledore telah terbalik, semua meja berkaki panjang telah terguling ke lantai; instrumen-instrumen peraknya berkeping-keping. Fudge, Umbridge, Kingsley dan Dawlish terbaring tidak bergerak di lantai. Fawkes si phoenix membumbung membentuk lingkaran lebar di atas mereka, sambil menyanyi dengan lembut.
"Sayangnya, aku harus mengguna-gunai Kingsley juga, atau akan terlihat sangat mencurigakan," kata Dumbledore dengan suara rendah."Dia luar biasa cepat mengerti, mengubah ingatan Miss Edgecombe seperti itu ketika semua orang sedang melihat ke arah yang lain -- sampaikan terima kasih kepadanya, bisakah kamu, Minerva""
Misteri Gadis Bisu 2 Sherlock Holmes - Misteri Kutukan Addleton Dayang Naga Puspa 2

Cari Blog Ini