Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 14
Satu lantai di bawah kantor Umbridge, Harry berpikir sudah aman untuk menjadi tampak lagi. Dia menarik lepas Jubah itu, menjejalkannya ke dalam tasnya dan bergegas terus. Ada banyak teriakan dan pergerakan yang datang dari Aula Depan. Dia berlari menuruni tangga pualam dan mendapati apa yang tampak seperti sebagian besar isi sekolah berkumpul di sana.
Persis seperti malam saat Trelawney dipecat. Murid-murid sedang berdiri mengitari dinding-dinding dalam lingkaran besar (beberapa di antara mereka, Harry perhatikan, tertutup dalam zat yang tampak sangat mirip dengan Getah Bau); guru-guru dan hantu-hantu juga ada dalam kerumunan itu. Yang tampak menonjol di antara para penonton adalah para anggota Regu Penyelidik, yang semuanya tampak luar biasa puas diri, dan Peeves, yang sedang melayang di atas kepala, memandang ke bawah kepada Fred dan George yang berdiri di tengah lantai dengan tampang tak salah lagi dua orang yang baru saja tersudutkan.
"Jadi!" kata Umbridge penuh kemenangan. Harry menyadari dia sedang berdiri hanya beberapa anak tangga di depannya, sekali lagi memandang ke mangsanya. "Jadi -- kalian pikir lucu mengubah koridor sekolah menjadi rawa-rawa, begitu""
"Cukup lucu, yeah," kata Fred sambil memandang ke atas kepadanya tanpa tanda ketakutan terkecilpun.
Filch menyikut mencari jalan lebih mendekat kepada Umbridge, hampir menangis karena bahagia.
"Aku sudah dapat formulir itu, Kepala Sekolah," dia berkata dengan parau, sambil melambaikan potongan perkamen yang baru dilihat Harry diambilnya dari meja tulisnya. "Aku sudah dapat formulir itu dan aku punya cemeti yang sedang sedang menunggu ... oh, biarkan aku melakukannya sekarang
"Sangat bagus, Argus," dia berkata. "Kalian berdua," dia melanjutkan sambil memandang kepada Fred dan George, "akan belajar apa yang terjadi kepada para pembuat keonaran di sekolahku."
"Kau tahu apa"" kata Fred. "Kukira tidak."
Dia berpaling kepada saudara kembarnya.
"George," kata Fred, "kukira kita sudah terlalu tua untuk pendidikan penuh waktu." "Yeah, aku sendiri merasa begitu," kata George dengan ringan. "Waktunya menguji bakat kita di dunia nyata, bagaimana menurutmu"" tanya Fred. "Tentu saja," kata George.
Dan sebelum Umbridge bisa mengucapkan sepatah kata, mereka mengangkat tongkat mereka dan berkata bersamaan.
"Accio sapu!" Harry mendengar suara benturan keras di suatu tempat di kejauhan. Sambil memandang ke sebelah kirinya, dia menunduk tepat waktu. Sapu Fred dan George, salah satunya masih diekori rantai berat dan pasak besi yang Umbridge pasangkan ke dinding, sedang meluncur cepat di koridor menuju para pemilik mereka; sapu-sapu itu belok kiri, melintas menuruni tangga dan berhenti tepat di depan si kembar, rantainya bergemerincing dengan keras di atas lantai batu.
"Kami tidak akan berjumpa Anda lagi," Fred memberitahu Profesor Umbridge, sambil mengayunkan kakinya melewati sapunya.
"Yeah, tak usah repot te
rus berhubungan," kata George sambil menaiki sapunya sendiri.
Fred memandang berkeliling kepada murid-murid yang berkumpul, kepada kerumunan yang diam dan menonton dengan seksama.
"Kalau ada yang ingin membeli Rawa-Rawa Portabel, seperti yang diperlihatkan di atas, datang ke Diagon Alley nomor sembilan puluh tiga -- Weasley"s Wizarding
Wheezes," dia berkata dengan suara keras. "Toko baru kami!"
"Diskon khusus untuk murid-murid Hogwarts yang bersumpah mereka akan menggunakan produk-produk kami untuk menyingkirkan kelelawar tua ini," tambah George sambil menunjuk kepada Profesor Umbridge.
"HENTIKAN MEREKA," pekik Umbridge, tetapi terlambat. Ketika Regu Penyelidik mendekat, Fred dan George lepas landas dari lantai, meluncur lima belas kaki ke udara, pasak besi itu berayun berbahaya di bawah. Fred memandang ke seberang aula kepada hantu jail yang sedang melayang setingkat dengannya di atas kerumunan.
"Berikan kepadanya neraka dari kami, Peeves."
Dan Peeves, yang Harry belum pernah lihat menerima perintah dari seorang murid sebelumnya, menyapukan topinya yang berlonceng dari kepalanya dan bangkit untuk memberi hormat selagi Fred dan George berputar menerima tepuk tangan bergemuruh dari murid-murid di bawah dan ngebut keluar dari pintu-pintu depan yang terbuka ke matahari terbenam yang agung.
BAB TIGA PULUH Grawp Cerita terbangnya Fred dan George ke kebebasan diceritakan kembali begitu seringnya selama beberapa hari berikutnya sehingga Harry bisa tahu itu segera menjadi bahan untuk legenda Hogwarts: di dalam seminggu, bahkan mereka yang menjadi saksi mata setengah yakin mereka telah melihat si kembar menukik melepaskan bom kepada Umbridge dari atas sapu mereka dan melemparinya dengan Bom Kotoran sebelum meluncur keluar dari pintu-pintu. Segera setelah kepergian mereka ada gelombang besar perbincangan tentang meniru mereka. Harry sering mendengar murid-murid mengatakan hal-hal seperti, "Jujur saja suatu hari aku ingin melompat ke sapuku dan meninggalkan tempat ini," atau, "Satu pelajaran seperti itu lagi dan aku mungkin melakukan Weasley."
Fred dan George telah memastikan tak seorangpun akan melupakan mereka terlalu
segera. Untuk satu hal, mereka tidak meninggalkan instruksi bagaimana menghilangkan rawa-rawa yang sekarang memenuhi koridor di lantai lima di sayap timur. Umbridge dan Filch telah diamati mencoba cara-cara berbeda menghilangkannya tetapi tak berhasil. Akhirnya daerah itu diberi tali dan Filch, sambil menggertakkan gigi-giginya dengan marah, diberi tugas menyeberangkan murid-murid ke ruang-ruang kelas mereka. Harry yakin bahwa guru-guru seperti McGonagall atau Flitwick bisa saja menghilangkan rawa-rawa itu dalam sekejab tetapi, seperti kasus Api-Gila Desing-Keras Fred dan George, mereka tampaknya lebih suka menyaksikan Umbridge berjuang.
Lalu ada dua lubang besar berbentuk sapu di pintu kantor Umbridge, tempat Sapu Bersih Fred dan George menghantamnya untuk bergabung kembali dengan tuan mereka. Filch memasang sebuah pintu baru dan memindahkan Firebolt Harry ke ruang bawah tanah di mana, menurut rumor, Umbridge menempatkan satu troll keamanan yang bersenjata untuk menjaganya. Akan tetapi, masalahnya jauh dari selesai.
Terinspirasi oleh teladan Fred dan George, sejumlah besar murid sekarang berlomba-lomba mendapatkan posisi Ketua-Pembuat-Keonaran yang baru kosong. Walaupun ada pintu baru, seseorang berhasil menyelinapkan seekor Niffler bermoncong berbulu ke dalam kantor Umbridge, yang segera merobek-robek tempat itu dalam pencariannya atas benda-benda bersinar, melompat ke atas Umbridge pada saat dia masuk dan mencoba menggerogoti cincin-cincin dari jari-jarinya yang gemuk pendek. Bom Kotoran dan Peluru Baru dijatuhkan begitu seringnya di koridor-koridor sehingga menjadi gaya baru bagi murid-murid untuk melakukan Mantera Kepala Gelembung pada diri mereka sendiri sebelum meniggalkan pelajaran, yang menjamin mereka memiliki pasokan udara segar, walaupun memberi mereka semua penampilan aneh seperti mengenakan mangkok ikan mas terbalik di atas kepala mereka.
Filch berpatroli di koridor-koridor dengan sebuah cemeti kuda
siap di tangannya, putus asa untuk menangkap pembuat kesalahan, tetapi masalahnya adalah sekarang ada terlalu banyak sehingga dia tidak pernah tahu harus berpaling ke mana. Regu Penyelidik mencoba membantunya, tetapi hal-hal aneh terus terjadi kepada para anggotanya. Warrington dari tim Quidditch Slytherin melapor ke sayap rumah sakit dengan keluhan kulit mengerikan yang membuatnya terlihat seolah-olah dia dilapisi dengan serpih jagung; Pansy Parkinson, demi kesenangan Hermione, ketinggalan semua pelajarannya pada hari berikutnya karena dia tumbuh tanduk.
Sementara itu, menjadi jelas berapa banyak Kotak Makanan Pembolos yang berhasil dijual Fred dan George sebelum meninggalkan Hogwarts. Umbridge cuma perlumemasuki ruang kelasnya agar murid-murid yang berkumpul di sana pingsan, muntah, mengalami demam berbahaya atau mengeluarkan darah dari kedua lubang hidung. Sambil berteriak karena marah dan frustrasi, dia mencoba menelusuri gejala-gejala misterius itu sampai ke sumbernya, tetapi murid-murid memberitahunya dengan keras kepala bahwa mereka menderita "Umbridge-itis". Setelah memasukkan empat kelas berturut-turut ke dalam detensi dan gagal menemukan rahasia mereka, dia terpaksa menyerah dan membiarkan murid-murid yang berdarah, pingsan, berkeringat dan muntah meninggalkan kelasnya dalam kumpulan-kumpulan.
Tetapi bahkan para pemakai Kotak Makanan tidak bisa bersaing dengan tuan kekacauan, Peeves, yang tampaknya telah mengambil kata-kata perpisahan Fred jauh di dalam hati. Sambil terkekeh gila, dia membumbung di sekolah, membalikkan meja-meja, keluar dari papan-papan tulis, menjatuhkan patung-patung dan vas-vas; dua kali dia mengunci Mrs Norris di dalam sebuah baju zirah, dari mana dia diselamatkan, sambil melolong keras-keras, oleh penjaga sekolah yang marah besar. Peeves membanting lentera-lentera dan memadamkan lilin-lilin, melempar-lemparkan obor-obor menyala di atas kepala murid-murid yang menjerit, menyebabkan gundukan perkamen yang ditumpuk rapi jatuh ke dalam api atau keluar dari jendela; membanjiri lantai kedua saat dia menarik lepas semua keran di kamar mandi, menjatuhkan sekantong tarantula di tengah Aula Besar pada waktu makan pagi dan, kapanpun dia ingin beristirahat, menghabiskan waktu berjam-jam melayang-layang mengikuti Umbridge dan meleletkan lidah keras-keras setiap kali dia berbicara.
Tak seorangpun dari staf kecuali Filch yang kelihatan menyibukkan diri membantunya. Bahkan, seminggu setelah kepergian Fred dan George Harry menyaksikan Profesor McGonagall berjalan tepat melewati Peeves, yang sedang bertekad mengendurkan sebuah kandil kristal, dan bisa bersumpah dia mendengarnya memberitahu hantu jail itu dari sudut mulutnya, "Lepasnya dari sisi yang lain."
Untuk mengakhiri masalah, Montague masih belum sembuh dari persinggahannya di toilet; dia tetap bingung dan kehilangan arah dan orang tuanya terlihat suatu Selasa pagi berjalan ke jalan kereta depan sekolah, tampak sangat marah.
"Haruskah kita bilang sesuatu"" kata Hermione dengan suara kuatir, sambil menekankan pipinya pada jendela Jimat dan Guna-Guna sehingga dia bisa melihat Mr dan Mrs Montague berjalan cepat-cepat ke dalam. "Tentang apa yang terjadi kepadanya" Kalau-kalau bisa membantuk Madam Pomfrey menyembuhkannya""
"Tentu saja tidak, dia akan sembuh," kata Ron tidak peduli.
"Lagipula, semakin banyak masalah bagi Umbridge, bukan"" kata Harry dengan suara puas.
Dia dan Ron mengetuk cangkir-cangkir teh yang seharusnya mereka sihir dengan tongkat mereka. Cangkir Harry tumbuh empat kaki yang sangat pendek yang tidak bisa mencapai meja dan menggeliat tanpa guna di tengah udara. Cangkir Ron tumbuh empat kaki panjang yang sangat kurus yang mengangkat cangkir itu dari meja dengan kesulitan besar, bergetar selama beberapa detik, lalu melipat, menyebabkan cangkir itu retak menjadi dua.
"Reparo," kata Hermione cepat, memperbaiki cangkir Ron dengan satu lambaian tongkatnya. "Itu semua sangat baik, tapi bagaimana kalau Montague cedera permanen""
"Siapa yang peduli"" kata Ron dengan kesal, sementara cangkir tehnya berdiri seperti mabuk lagi, bergetar keras di bag
ian lutut. "Montague seharusnya tidak mencoba mengambil semua poin itu dari Gryffindor, bukan" Kalau kamu mau menguatirkan seseorang, Hermione, kuatirkan aku!"
"Kamu"" dia berkata, sambil menangkap cangkir tehnya ketika benda itu berlari-lari dengan gembira menyeberangi meja dengan empat kaki kecil yang kokoh dan berpola dedalu, serta menempatkannya kembali ke hadapannya. "Kenapa aku harus mengkhawatirkan kamu""
"Saat surat Mum yang berikutnya akhirnya lewati proses penyaringan Umbridge," kata Ron dengan getir, sekarang memegang cangkirnya sementara kaki-kaki rapuh cangkir itu mencoba menyokong beratnya dengan lemah, "Aku akan berada dalam masalah besar. Aku tidak akan terkejut kalau dia mengirim Howler lagi."
"Tapi -- " "Akan jadi salahku Fred dan George pergi, kau tunggu saja," kata Ron dengan murung. "Dia akan bilang aku seharusnya mencegah mereka pergi, aku seharusnya menangkap ujung sapu mereka dan bergantung atau apapun ... yeah, akan jadi salahku."
"Well, kalau dia memang mengatakannya itu sangat tidak adil, kamu tidak bisa melakukan apapun! Tapi aku yakin dia tidak akan berbuat begitu, maksudku, kalau benar mereka sudah punya toko di Diagon Alley, mereka pasti sudah merencanakan ini sejak lama."
"Yeah, tapi itu hal lain, bagaimana mereka bisa punya toko"" kata Ron, sambil menghantam cangkirnya begitu keras dengan tongkatnya sehingga kaki-kakinya roboh lagi dan cangkir itu tergeletak sambil berkedut di depannya. "Agak mencurigakan, bukan" Mereka akan butuh banyak Galleon agar bisa membiayai sewa sebuah tempat di Diagon Alley. Dia akan mau tahu apa yang telah mereka lakukan, agar memiliki emas semacam itu."
"Well, ya, itu terpikir olehku juga," kata Hermione, sambil membiarkan cangkir tehnya berlari kecil dalam bentuk lingkaran-lingkaran kecil yang rapi mengitari cangkir Harry, yang kaki-kaki kecil gemuk pendeknya masih tidak mampu menyentuh permukaan meja, "Aku sudah bertanya-tanya apakah Mundungus membujuk mereka untuk menjual barang-barang curian atau sesuatu yang buruk."
"Dia tidak melakukannya," kata Harry.
"Bagaimana kamu tahu"" kata Ron dan Hermione bersamaan.
"Karena -- " Harry bimbang, tetapi saat pengakuan akhirnya sudah tiba. Tak ada kebaikan yang bisa didapat dengan berdiam diri kalau itu berarti siapapun mencurigai bahwa Fred dan George adalah kriminal. "Karena mereka dapat emas itu dari aku. Aku memberikan kepada mereka hasil kemenangan Triwizardku Juni lalu."
Ada keheningan akibat guncangan, lalu cangkir teh Hermione berlari kecil tepat ke tepi meja dan terbanting ke atas lantai.
"Oh, Harry, kau tidak melakukannya!" dia berkata.
"Ya, memang," kata Harry memberontak. "Dan aku juga tidak menyesalinya. Aku
tidak butuh emas itu dan mereka akan pandai menjalankan sebuah toko lelucon."
"Tapi ini bagus sekali!" kata Ron, terlihat tergetar. "Semua salahmu, Harry -- Mum tidak bisa menyalahkanku sama sekali! Bolehkah kuberitahu dia""
"Yeah, kurasa sebaiknya begitu," kata Harry dengan hampa, "terutama kalau dia mengira mereka menerima kuali-kuali curian atau sesuatu."
Hermione tidak berkata apa-apa selama sisa pelajaran itu, tetapi Harry punya kecurigaan cerdas bahwa pertahanan dirinya akan retak sebelum waktu yang lama. Jelas saja, begitu mereka meninggalkan kastil untuk istirahat dan sedang berdiri di sinar matahari bulan Mei yang lemah, dia memandang Harry dengan mata berkaca-kaca dan membuka mulutnya dengan hawa penuh tekad.
Harry menyelanya sebelum dia bahkan mulai.
"Tidak ada gunanya mengomeli aku, sudah terjadi," dia berkata dengan tegas. "Fred dan George sudah dapat emasnya -- menghabiskan banyak bagiannya juga, dari kedengarannya -- dan aku tidak bisa mengambilnya kembali dari mereka dan aku tidak mau. Jadi simpan napasmu, Hermione.
"Aku tidak akan mengatakan apa-apa tentang Fred dan George!" dia berkata dengan suara terluka.
Ron mendengus tidak percaya dan Hermione memandangnya dengan sangat tidak senang.
"Tidak, memang tidak!" dia berkata dengan marah. "Nyatanya, aku akan bertanya kepada Harry kapan dia akan kembali menemui Snape dan meminta pelajaran Occlumency lagi!"
Hati Harry merosot. Setelah mer
eka membahas habis kepergian dramatis Fred dan George, yang diakui makan waktu berjam-jam, Ron dan Hermione ingin mendengar kabar dari Sirius. Karena Harry tidak menceritakan kepada mereka alasan dia ingin berbicara kepada Sirius dari awalnya, sulit memikirkan apa yang harus diceritakan kepada mereka; akhirnya dia berkata, dengan sejujurnya, bahwa Sirius ingin Harry meneruskan pelajaran-pelajaran Occlumency lagi. Dia telah menyesali ini sejak saat itu; Hermione tidak mau membiarkan subyek itu dan terus kembali kepadanya pada saat yang paling tidak diharapkan Harry.
"Kamu tidak bisa memberitahuku kamu sudah berhenti mendapatkan mimpi-mimpi aneh," Hermione berkata sekarang, "karena Ron bilang kepadaku kamu bergumam dalam tidurmu lagi tadi malam."
Harry memberi Ron pandangan marah. Ron punya rasa hormat untuk terlihat malu pada dirinya sendiri.
"Kau cuma bergumam sedikit," dia komat-kamit dengan nada minta maaf. "Sesuatu tentang "sedikit lagi"."
"Aku mimpi aku sedang menonton kalian main Quidditch," Harry berbohong dengan kejam. "Aku sedang mencoba membuatmu merentangkan tangan sedikit lebih jauh lagi untuk meraih Quaffle."
Telinga Ron menjadi merah. Harry merasakan semacam kesenangan balas dendam; tentu saja dia tidak memimpikan sesuatu semacam itu.
Tadi malam, dia sekali lagi melakukan perjalanan di koridor Departemen Misteri. Dia telah melalui ruangan melingkar itu, lalu ruangan yang penuh bunyi klik dan lampu menari-nari, sampai dia mendapati dirinya sendiri lagi-lagi berada di dalam ruangan besar yang penuh dengan rak-rak yang di atasnya terletak bola-bola kaca berdebu.
Dia telah bergegas terus menuju baris sembilan puluh tujuh, belok kiri dan berlari menyusurinya ... mungkin saat itu dia berbicara keras-keras ... sedikit lagi ... karena dia merasa dirinya yang sadar berjuang untuk bangun ... dan sebelum dia mencapai ujung barisan, dia mendapati dirinya sendiri berbaring di tempat tidur lagi, memandang ke atas ke kanopi tiang empatnya.
"Kamu memang berusaha menghalangi pikiranmu, bukan"" kata Hermione, sambil memandang Harry dengan mata bermanik-manik. "Kamu terus melakukan Occlumencymu""
"Tentu saja," kata Harry, mencoba terdengar seolah-olah pertanyaan ini menghina, tetapi tidak memandang matanya. Sebenarnya dia sangat ingin tahu tentang apa yang tersembunyi di ruangan yang penuh dengan bola-bola berdebu itu, sehingga dia ingin sekali mimpi-mimpi itu berlanjut.
Masalahnya adalah kurang dari sebulan lagi ujian tiba dan setiap waktu luang dicurahkan untuk mengulang pelajaran, pikirannya sepertinya begitu jenuh akan informasi saat dia pergi tidur sehingga dia mendapati sangat sulit untuk tidur sama sekali; dan saat tertidur, otaknya yang bekerja terlalu keras menghadiahkannya kebanyakan waktu dengan mimpi-mimpi bodoh tentang ujian. Dia juga mencurigai bahwa bagian itu dari pikirannya -- bagian yang sering berbicara dengan suara Hermione -- sekarang merasa bersalah berkeliaran di koridor yang berakhir pada pintu hitam itu, dan mencoba membangunkannya sebelum dia bisa mencapai akhir perjalanan.
"Kau tahu," kata Ron, yang telinganya masih merah menyala, "kalau Montague tidak sembuh sebelum Slytherin main dengan Hufflepuff, kita mungkin punya peluang memenangkan Piala."
"Yeah, kurasa begitu," kata Harry, senang dengan perubahan subyek.
"Maksudku, kita sudah menang sekali, kalah sekali -- kalau Slytherin kalah dari Hufflepuff Sabtu besok --"
"Yeah, itu benar," kata Harry, tidak tahu lagi apa yang sedang disetujuinya. Cho Chang baru saja berjalan menyeberangi halaman, bertekad tidak memandangnya.
* Pertandingan akhir musim Quidditch, Gryffindor lawan Ravenclaw, akan berlangsung pada akhir pekan terakhir di bulan Mei. Walaupun Slytherin telah dikalahkan dengan selisih angka sedikit oleh Hufflepuff pada pertandingan terakhir mereka, anak-anak Gryffindor tidak berani mengharapkan kemenangan, terutama karena (walaupun tentu saja tak seorangpun mengatakannya kepadanya) catatan penyelamatan gol Ron yang bukan main. Namun, dia tampaknya telah menemukan optimisme baru.
"Maksudku, aku tidak bisa lebih parah lagi, bukan"" dia memberita
hu Harry dan Hermione dengan murung lewat makan pagi di pagi hari pertandingan itu. "Tak ada ruginya, bukan""
"Kau tahu," kata Hermione, ketika dia dan Harry berjalan ke lapangan beberapa waktu kemudian di tengah kerumunan yang sangat bersemangat, "kukira Ron mungkin lebih baik tanpa Fred dan George di sekitarnya. Mereka tidak pernah benar-benar memberinya banyak kepercayaan diri."
Luna Lovegood menyusul mereka dengan apa yang tampak seperti seekor elang hidup bertengger di atas kepalanya.
"Oh, ampun, aku lupa!" kata Hermione sambil mengamati elang itu mengepak-ngepakkan sayapnya selagi Luna berjalan dengan tenang melewati sekumpulan anak-anak Slytherin yang terkekeh-kekeh dan menunjuk-nunjuk. "Cho akan main, bukan""
Harry, yang belum melupakan ini, hanya menggerutu setuju.
Mereka menemukan tempat duduk di barisan paling atas tribun-tribun itu. Hari itu cerah dan menyenangkan, Ron tidak bisa mengharapkan yang lebih baik, dan Harry mendapati dirinya sendiri berharap walaupun hanya ada kemungkinan kecil bahwa Ron tidak akan memberikan anak-anak Slytherin alasan untuk bernyanyi "Weasley adalah Raja kami" lagi.
Lee Jordan, yang sangat kehilangan semangat sejak Fred dan George pergi, sedang memberi komentar seperti biasa. Ketika tim-tim itu meluncur keluar ke lapangan dia menyebut para pemain dengan semangat yang kurang dari biasanya.
Bradley ... Davies ... Chang," katanya, dan Harry merasakan perutnya melakukan, tidak seperti salto ke belakang, lebih mirip gerakan lemah tiba-tiba saat Cho berjalan keluar ke lapangan, rambut hitamnya yang berkilau berkibas dalam angin sepoi-sepoi. Dia tidak yakin lagi apa yang dia inginkan terjadi, kecuali bahwa dia tidak bisa tahan lebih banyak pertengkaran lagi. Bahkan melihatnya berbincang-bincang dengan asyik kepada Roger Davies ketika mereka bersiap-siap menaiki sapu mereka hanya mengakibatkan sedikit kecemburuan baginya.
"Dan mereka berangkat!" kata Lee. "Dan Davies segera mengambil Quaffle, Kapten Ravenclaw Davies dengan Quaffle, dia mengelak dari Johnson, dia mengelak dari Bell, dia juga mengelak dari Spinnet ... dia langsung menuju gawang! Dia akan menembak -- dan -- dan -- " Lee menyumpah-nyumpah dengan sangat keras. "Dan dia
mencetak nilai." Harry dan Hermione mengerang dengan anak-anak Gryffindor yang lain. Bisa diramalkan, mengerikannya, anak-anak Slytherin di sisi lain tribun itu mulai
bernyanyi: "Weasley tak bisa menyelamatkan apapun. Dia tak bisa memblokir sebuah gawang
"Harry," kata sebuah suara parau di telinga Harry. "Hermione
Harry memandang berkeliling dan melihat wajah besar berjenggot Hagrid muncul di antara tempat-tempat duduk. Tampaknya, dia telah menyelinap di sepanjang barisan di belakang, karena anak-anak kelas satu dan kelas dua yang baru saja dilewatinya memiliki tampang kusut dan gepeng. Untuk alasan-alasan tertentu, Hagrid membungkuk rendah seolah-olah khawatir tidak ingin terlihat, walaupun dia masih setidaknya empat kaki lebih tinggi daripada semua orang yang lainnya.
"Dengar," dia berbisik, "bisakah kalian ikut bersamaku" Sekarang" Selagi semua orang menonton pertandingan""
"Er ... tak bisakah menunggu, Hagrid"" tanya Harry. "Sampai pertandingan usai""
"Tidak," kata Hagrid. "Tidak, Harry, harus sekarang ... selagi semua orang melihat ke arah yang lain ... tolong""
Hidung Hagrid meneteskan darah dengan lembut. Kedua matanya menghitam. Harry belum pernah melihatnya sedekat ini sejak dia kembali ke sekolah; dia tampak benar-benar sedih.
"Tentu," kata Harry seketika, "tentu kami akan ikut."
Dia dan Hermione berjalan menyamping di barisan tempat duduk mereka, menyebabkan banyak gerutuan di antara murid-murid yang harus berdiri untuk mereka. Orang-orang di baris Hagrid tidak mengeluh, hanya mencoba membuat diri mereka sekecil mungkin.
"Aku hargai ini, kalian berdua, benar-benar kuhargai," kata Hagrid ketika mereka mencapai tangga. Dia terus memandang berkeliling dengan gugup ketika mereka turun ke halaman di bawah. "Aku cuma harap dia tidak perhatikan kita pergi."
"Maksudmu Umbridge"" kata Harry. "Tidak akan, dia punya seluruh Regu Penyelidik duduk bersamanya, tid
akkah kau lihat" Dia pasti menduga akan ada masalah di pertandingan."
"Yeah, well, sedikit masalah tidak akan merugikan," kata Hagrid, sambil berhenti sejenak untuk mengintip ke sekitar tepi tribun untuk memastikan bentangan halaman di antara tempat itu dan kabinnya sepi. "Beri kita lebih banyak waktu."
"Ada apa, Hagrid"" kata Hermione, sambil memandang ke atas kepadanya dengan
ekspresi kuatir di wajahnya selagi mereka bergegas menyeberangi rumput menuju tepi Hutan Terlarang.
"Kalian -- kalian akan lihat bentar lagi," kata Hagrid, sambil memandang lewat bahunya ketika gemuruh besar timbul dari tribun di belakang mereka. "Hei -- apakah seseorang baru saja mencetak nilai""
"Pastilah Ravenclaw," kata Harry dengan berat.
"Bagus ... bagus kata Hagrid tanpa perhatian. "Itu bagus
Mereka harus berlari-lari kecil untuk mengikutinya ketika dia berjalan menyeberangi halaman, sambil memandang berkeliling dengan setiap langkahnya. Saat mereka mencapai kabinnya, Hermione berbelok dengan otomatis ke kiri menuju pintu depan. Namun, Hagrid berjalan lurus melewatinya ke dalam bayang-bayang pepohonan di bagian paling tepi Hutan, tempat dia memungut sebuah busur silang yang tersandar ke sebuah pohon. Saat dia menyadari mereka tidak lagi bersamanya, dia berpaling.
"Kita akan masuk ke sini," katanya sambil menggoyangkan kepalanya yang berewokan ke belakang.
"Ke dalam Hutan"" kata Hermione, bingung.
"Yeah," kata Hagrid. "Ayolah sekarang, cepat, sebelum kita terlihat!"
Harry dan Hermione saling berpandangan, lalu menunduk ke naungan pepohonan di belakang Hagrid, yang sudah berjalan menjauh dari mereka ke dalam tempat gelap yang hijau, busur silangnya di lengannya. Harry dan Hermione berlari untuk mengejarnya.
"Hagrid, kenapa kamu bersenjata"" kata Harry.
"Cuma jaga-jaga," kata Hagrid sambil mengangkat bahunya yang besar.
"Kamu tidak membawa busur silangmu hari ketika kamu memperlihatkan Thestral kepada kami," kata Hermione takut-takut.
"Tidak, well, kita tidak pergi begitu jauh ke dalam waktu itu," kata Hagrid. "Dan lagipula, itu sebelum Firenze meninggalkan Hutan, bukan""
"Kenapa kepergian Firenze membuat perbedaan"" tanya Hermione ingin tahu.
"Kar"na centaur-centaur lain marah kepadaku, itu sebabnya," kata Hagrid pelan, sambil memandang sekilas ke sekitar. "Mereka dulu -- well, kau tak bisa sebut mereka ramah -- tapi kita baik-baik saja. Tak suka bergaul, tapi selalu muncul kalau aku mau bicara. Tidak lagi."
Dia menghela napas dalam-dalam.
"Firenze bilang mereka marah karena dia pergi bekerja untuk Dumbledore," Harry berkata, sambil tersandung sebuah akar yang menonjol karena dia sibuk mengamati raut muka Hagrid.
"Yeah," kata Hagrid dengan berat. "Well, marah tidak cocok. Benar-benar ngamuk. Kalau aku tidak ikut campur, mereka pasti sudah tendang Firenze sampai mati -- "
"Mereka menyerang dia"" kata Hermione, terdengar terguncang.
"Yep," kata Hagrid kasar, sambil memaksakan jalan melalui beberapa ranting yang tergantung rendah. "Setengah kawanannya di atasnya."
"Dan kamu menghentikannya"" kata Harry, terkejut dan terkesan. "Sendirian""
"Tentu saja, tak bisa diam dan menonton mereka bunuh dia, bukan"" kata Hagrid. "Beruntung aku sedang lewat, benar-benar ... dan aku pikir Firenze mungkin ingat itu sebelum dia mulai mengirimi aku peringatan bodoh!" dia menambahkan dengan panas dan tak terduga.
Harry dan Hermione saling berpandangan, terkejut, tetapi Hagrid yang sedang merengut, tidak bicara panjang lebar.
"Ngomong-ngomong," katanya, sambil bernapas sedikit lebih berat daripada biasa, "sejak saat itu para centaur yang lain marah besar kepadaku, dan masalahnya adalah mereka punya banyak pengaruh di dalam Hutan ... makhluk terpintar di sini."
"Dan itukah sebabnya kita di sini, Hagrid"" tanya Hermione. "Para centaur""
"Ah, tidak," kata Hagrid sambil menggelengkan kepalanya tak karuan, "tidak, bukan mereka. Well, tentu saja, mereka bisa memperumit masalah, yeah ... tapi kalian akan lihat apa yang kumaksud sebentar lagi."
Dengan nota yang tak bisa dimengerti ini dia terdiam dan maju ke depan sedikit, mengambil satu langkah setiap tiga langkah mereka,
sehingga mereka mengalami kesulitan besar mengikutinya.
Jalan setapak semakin ditumbuhi rumput-rumput dan pohon-pohon tumbuh begitu berdekatan ketika mereka berjalan semakin jauh ke dalam Hutan sehingga tempat itu gelap seperti senja hari. Mereka segera sudah jauh melewati tempat terbuka tempat Hagrid memperlihatkan Thestral kepada mereka, tetapi Harry tidak merasakan tidak tenang sampai Hagrid melangkah tanpa terduga ke luar jalan setapak dan mulai pergi melewati pohon-pohon menuju jantung Hutan yang gelap.
"Hagrid!" kata Harry, sambil berjuang melalui duri-duri yang terkait rapat, yang telah Hagrid langkahi dengan mudah, dan ingat dengan jelas apa yang terjadi kepadanya pada kesempatan lain dia melangkah keluar dari jalan setapak Hutan. "Ke mana kita akan pergi""
"Dikit lagi," kata Hagrid melewati bahunya. "Ayo, Harry ... kita harus terus bersama sekarang."
Merupakan perjuangan berat untuk mengikuti Hagrid, dengan ranting-ranting dan semak belukar penuh duri yang Harry lewati dengan mudah seolah-olah itu sarang laba-laba, tetapi merobek jubah Harry dan Hermione, sering menjerat mereka dengan begitu parah sehingga mereka harus berhenti beberapa menit untuk membebaskan diri sendiri. Lengan dan kaki Harry segera tertutup dengan luka sayat dan luka gores kecil. Mereka begitu dalam di Hutan sekarang sehingga kadang-kadang Harry hanya bisa melihat Hagrid di kegelapan sebagai bentuk gelap besar di depannya. Suara apapun sepertinya mengancam dalam keheningan teredam itu. Patahnya ranting menggema keras dan desir pergerakan terkecil, walaupun mungkin dibuat oleh seekor burung pipit yang tidak bersalah, menyebabkan Harry mengintip ke kegelapan mencari pelakunya. Terpikir olehnya bahwa dia belum pernah sampai sejauh ini ke dalam Hutan tanpa bertemu sejenis makhluk; ketidakhadiran mereka dianggapnya agak kurang menyenangkan.
"Hagrid, bolehkah kami menyalakan tongkat kami"" kata Hermione pelan.
"Er ... baiklah," Hagrid berbisik kembali. "Nyatanya --"
Dia berhenti tiba-tiba dan berpaling: Hermione berjalan tepat kepadanya dan terhantam jatuh ke belakang. Harry menangkapnya tepat sebelum dia mengenai dasar Hutan.
"Mungkin kita sebaiknya berhenti sejenak, jadi aku bisa ... memberi keterangan kepada kalian," kata Hagrid. "Sebelum kita pergi ke sana."
"Bagus!" kata Hermione, ketika Harry membantunya berdiri kembali. Mereka berdua bergumam "Lumos!" dan ujung-ujung tongkat mereka menyala. Wajah Hagrid melayang dalam kegelapan dengan cahaya dua sinar yang berkelap-kelip dan Harry melihat lagi bahwa dia tampak gugup dan sedih.
"Benar," kata Hagrid. "Well ... lihat ... masalahnya adalah
Dia mengambil napas dalam-dalam.
"Well, ada peluang bagus aku akan dipecat setiap saat," dia berkata.
Harry dan Hermione saling berpandangan satu sama lain, lalu kembali kepadanya.
"Tapi kamu sudah bertahan selama ini -- " Hermione berkata mencoba-coba. "Apa yang membuatmu mengira -- "
"Umbridge menganggap aku yang meletakkan Niffler itu di kantornya."
"Dan benarkah"" kata Harry, sebelum dia bisa menghentikan dirinya sendiri.
"Tidak, tentu saja bukan!" kata Hagrid tidak senang. "Cuma sesuatu yang berhubungan dengan satwa gaib dan dia pikir ada kaitannya denganku. Kalian tahu dia sudah mencari-cari kesempatan menyingkirkanku sejak aku kembali. Aku tidak mau pergi, tentu saja, tapi kalau bukan karena ... well ... keadaan khusus yang akan
kujelaskan kepada kalian, aku akan pergi sekarang juga, sebelum dia punya peluang melakukannya di depan seluruh sekolah, seperti yang dilakukannya dengan Trelawney."
Harry dan Hermione keduanya membuat suara protes, tetapi Hagrid mengesampingkan mereka dengan satu lambaian salah satu tangannya yang besar.
"Bukan akhir dunia, aku akan bisa membantu Dumbledore begitu aku keluar dari sini, aku bisa berguna bagi Order. Dan kalian semua punya Grubbly-Plank, kalian -kalian akan lewat ujian dengan baik ... "
Suaranya bergetar dan pecah.
"Jangan kuatirkan aku," dia berkata buru-buru, ketika Hermione bergerak akan menepuk lengannya. Dia menarik sapu tangan berbintiknya yang besar dari kantong mantelnya dan menyeka matanya dengan itu. "
Lihat,a ku tidak akan memberitahu kalian semua ini sama sekali kalau tidak harus. Ngerti, kalau aku pergi ... well, aku tak bisa pergi tanpa ... tanpa beritahu seseorang ... karena aku -- aku akan butuh kalian berdua membantuku. Dan Ron, kalau dia bersedia."
"Tentu saja kami akan membantumu," kata Harry seketika. "Apa yang kamu ingin kami lakukan""
Hagrid mendengus keras dan menepuk bahu Harry tanpa bicara dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga Harry terjatuh ke samping ke sebuah pohon.
"Aku tahu kalian akan bilang ya," kata Hagrid ke dalam sapu tangannya, "tapi aku takkan ... pernah ... lupa ... well ... ayo ... sedikit lebih jauh lagi lewat sini ... perhatikan diri kalian, sekarang, itu ada jelatang ... "
Mereka berjalan dalam keheningan selama lima belas menit lagi; Harry telah membuka mulutnya untuk bertanya berapa jauh lagi mereka akan pergi saat Hagrid melemparkan lengan kanannya untuk memberi tanda bahwa mereka harus berhenti.
"Benar-benar mudah," dia berkata dengan lembut. "Sangat tenang, sekarang
Mereka berjalan lambat-lambat maju dan Harry melihat bahwa mereka sedang menghadapi sebuah gundukan tanah yang besar hampir setinggi Hagrid sehingga dia berpikir, dengan sentakan ketakutan, pastilah sarang binatang besar. Pohon-pohon telah direnggut dari akarnya di sekitar gundukan itu, sehingga terletak pada petak tanah kosong yang dikelilingi dengan tumpukan batang dan cabang pohon yang membentuk semacam pagar barikade, di belakangnya Harry, Hermione dan Hagrid sekarang berdiri.
"Sedang tidur," bisik Hagrid.
Benar juga, Harry bisa mendengar deru berirama dari kejauhan yang kedengaran seperti sepasang paru-paur besar sedang bekerja. Dia memandang sekilas ke samping kepada Hermione, yang sedang menatap gundukan itu dengan mulut sedikit terbuka. Dia tampak benar-benar ketakutan.
"Hagrid," Hermione berkata dalam bisikan yang hampir tidak terdengar melewati suara makhluk yang sedang tidur itu, "siapa dia""
Harry merasa ini pertanyaan yang ganjil ... "Apa itu"" adalah yang direncanakannya ingin ditanyakannya.
"Hagrid, kau bilang kepada kami -- " kata Hermione, tongkatnya sekarang bergetar di tangannya, "kau bilang pada kami tak satupun dari mereka ingin datang!"
Harry memandang darinya kepada Hagrid dan kemudian, ketika dia menyadarinya, dia memandang kembali ke gundukan itu dengan tarikan napas kecil penuh kengerian.
Gundukan tanah itu, yang bisa saja dia, Hermione dan Hagrid berdiri di atasnya dengan mudah, sedang bergerak lambat-lamba naik-turun sejalan dengan napas dalam mendengkur. Itu bukan gundukan sama sekali. Itu adalah punggung menikung dari apa yang jelas-jelas -"Well -- tidak -- dia tidak mau datang," kata Hagrid, terdengar putus asa. "Tapi aku harus membawanya, Hermione, aku harus!"
"Tapi kenapa"" tanya Hermione, yang terdengar seolah-olah dia ingin menangis. "Kenapa -- apa -- oh, Hagrid!"
"Aku tahu kalau aku membawanya kembali," kata Hagrid, dia sendiri terdengar hampir menangis, "dan -- dan mengajarinya beberapa tata krama -- aku akan bisa membawanya keluar dan perlihatkan pada semua orang dia tak berbahaya!"
"Tak berbahaya!" kata Hermione dengan melengking, dan Hagrid membuat suara menyuruh diam dengan kalut menggunakan tangannya ketika makhluk besar di hadapan mereka mendengkur keras-keras dan bergeser dalam tidurnya. "Dia sudah melukaimu sepanjang waktu ini, bukan" Itu sebabnya kamu mendapatkan semua luka
ini!" "Dia tidak tahu kekuatannya sendiri!" kata Hagrid dengan bersungguh-sungguh. "Dan dia semakin baik, dia tidak terlalu melawan lagi -- "
"Jadi, ini sebabnya kamu butuh dua bulan untuk pulang!" kata Hermione dengan perhatian teralih. "Oh, Hagrid, kenapa kamu membawanya pulang kalau dia tidak mau datang" Tidakkah dia akan lebih bahagia dengan orang-orangnya sendiri""
"Mereka semua mengganggunya, Hermione, kar"na dia begitu kecil!" kata Hagrid.
"Kecil"" kata Hermione. "Kecil""
"Hermione, aku tidak bisa meninggalkannya," kata Hagrid, air mata sekarang bercucuran menuruni wajahnya yang lebam ke jenggotnya. "Paham -- dia adikku!"
Hermione hanya menatapnya, mulutnya terbuka.
"Hagrid, saat kau bilang "ad
ik"," kata Harry lambat-lambat, "apakah maksudmu --""
"Well -- adik lain ayah," Hagrid memperbaiki. "Tampaknya ibuku ikut raksasa lain waktu dia tinggalkan ayahku, dan dia pergi dan dapat Grawp ini -- "
"Grawp"" kata Harry.
"Yeah ... well, seperti itulah kedengarannya saat dia sebut namanya," kata Hagrid dengan cemas. "Dia tidak bisa banyak bahasa Inggris ... aku sudcah coba ajari dia ... ngomong-ngomong, wanita itu tampaknya tidak suka dia lebih dari aku. Paham, dengan raksasa wanita, yang dihitung adalah menghasilkan anak-anak yang besar, dan dia selalu agak ke sisi kerdil bagi raksasa -- cuma enam belas kaki (" 5 meter) --"
"Oh, ya, kecil!" kata Hermione, dengan semacam sindiran histeris. "Kecil sekali!"
"Dia sedang ditendangi oleh mereka semua -- aku cuma tak bisa tinggalkan dia -- "
"Apakah Madame Maxime mau membawanya pulang"" tanya Harry.
"Dia -- well, dia bisa lihat sangat penting bagiku," kata Hagrid sambil memuntirkan tangannya yang besar. "Tapi -- tapi dia jadi bosan kepadanya setelah beberapa waktu, harus kuakui ... jadi kami berpisah di perjalanan pulang ... walau dia janji tidak akan beritahu siapapun ... "
"Bagaimana kamu bisa membawanya pulang tanpa diperhatikan siapapun"" kata Harry.
"Well, itulah sebabnya butuh waktu begitu lama, paham," kata Hagrid. "Cuma bisa bepergian waktu malam lewat daerah liar dan sebagainya. Tentu, dia bisa jalan cukup baik kalau dia mau, tapi dia terus mau kembali."
"Oh, Hagrid, kenapa kamu tidak membiarkannya!" kata Hermione, sambil merosot ke sebuah pohon yang terenggut dan membenamkan wajahnya di dalam tangannya. "Kau pikir apa yang akan kau lakukan dengan seorang raksasa bengis yang bahkan tidak mau berada di sini""
"Well, sekarang -- "bengis" -- itu agak keras," kata Hagrid, masih memuntirkan tangannya dengan gelisah. "Aku akui dia mungkin menyerangku beberapa kali waktu dia dalam suasana hati yang buruk, tapi dia semakin baik, jauh lebih baik, tenang."
"Kalau begitu, untuk apa tali-tali itu"" Harry bertanya.
Dia baru saja memperhatikan tali-tali tebal mirip anak pohon yang merentang dari sekitar batang-batang pepohonan di dekatnya ke tempat Grawp terbaring bergelung di atas tanah dengan punggung menghadap mereka.
"Kamu harus mengikatnya"" kata Hermione dengan lemah.
"Well ... yeah kata Hagrid, tampak cemas. "Ngerti -- seperti yang kubilang -- dia tidak benar-benar tahu kekuatannya sendiri."
Harry mengerti sekarang kenapa ada kekurangan makhluk hidup lain yang mencurigakan di bagian Hutan yang ini.
"Jadi, apa yang kamu ingin Harry dan Ron dan aku lakukan"" Hermione bertanya dengan gelisah.
"Jaga dia," kata Hagrid dengan parau. "Setelah aku pergi."
Harry dan Hermione saling berpandangan dengan sengsara, Harry menyadari dengan perasaan tidak enak bahwa dia sudah berjanji kepada Hagrid bahwa dia akan melakukan apapun yang dimintanya.
"Apa -- apa saja yang dimaksud dengan itu, tepatnya"" Hermione bertanya.
"Bukan makanan atau apapun!" kata Hagrid dengan bersemangat. "Dia bisa dapatkan makanannya sendiri, tak masalah. Burung dan ruda dan sebagainya ... bukan, teman yang dia butuhkan. Kalau saja aku tahu seseorang akan terus berusaha bantu dia sedikit ... mengajari dia, kalian tahu
Harry tidak berkata apa-apa, tetapi berpaling untuk memandang bentuk raksasa yang sedang tertidur di tanah di depan mereka. Tidak seperti Hagrid, yang hanya tampak seperti seorang manusia yang berukuran terlalu besar, Grawp tampak berbentuk aneh. Apa yang Harry anggap batu besar berlumur di sebelah kiri gundukan tanah besar itu sekarang dikenalinya sebagai kepala Grawp. Perbandingannya jauh lebih besar kepada tubuhnya daripada kepala manusia, dan hampir bulan sempurna dan tertutup padat dengan rambut keriting yang lebat berwarna pakis. Pinggiran sebelah telinga besar berdaging tampak di puncak kepala itiu, yang tampaknya berada, agak mirip dengan kepala Paman Vernon, langsung di atas bahu dengan sedikit atau tanpa leher di antaranya. Punggungnya, di baah apa yang tampak seperti baju luar kecoklatan yang kotor yang terbuat dari kulit binatang yang dijahit kasar, sangat lebar; dan selagi Grawp tidur, pu
nggung itu tampaknya menegang pada keliman kasar kulit binatang itu. Kaki-kakinya tergelung di bawah badan. Harry bisa melihat tapak-tapak dari kaki besar, kotor, telanjang seperti kereta luncur, saling bertumpuk di dasar Hutan yang bertanah.
"Kamu mau kami mengajari dia," Harry berkata dengan suara lemah. Dia sekarang mengerti apa arti peringatan Firenze. Usahnya tidak berhasil. Dia lebih baik meninggalkannya. Tentu saja, centaur-centaur yang lain yang tinggal di Hutan pasti mendengar usaha tanpa hasil Hagrid untuk mengajari Grawp bahasa Inggris.
"Yeah -- bahkan kalau kalian bicara dengannya sedikit saja," kata Hagrid dengan berharap. "Kar"na kupikir, kalau dia bisa bicara dengan orang-orang, dia akan lebih ngerti bahwa kita semua sebenarnya suka dia, dan mau dia tinggal."
Harry memandang Hermione, yang mengintip balik kepadanya dari antara jari-jari yang menutupi wajahnya.
"Agak membuat kau berharap kita punya Norbert kembali, bukan"" dia berkata, dan Hermione tertawa dengan gemetar.
"Kalau begitu, kalian akan melakukannya"" kata Hagrid, yang tampaknya tidak mendengar apa yang baru dikatakan Harry.
"Well kata Harry, sudah terikat janjinya. "Kami akan coba, Hagrid."
"Aku tahu aku bisa andalkan kalian, Harry," Hagrid berkata, sambi tersenyum dengan mata sangat berair dan menyeka matanya dengan sapu tangannya lagi. "Dan aku tak mau kalian berusaha terlalu keras ... aku tahu kalian harus ikut ujian ... kalau kalian bisa menyelinap ke sini dalam Jubah Gaib mungkin sekali seminggu dan berbincang-bincang sedikit dengannya. Kalau begitu, aku akan bangunkan dia -perkenalkan kalian -- "
"Ap--jangan!" kata Hermione sambil melompat bangkit. "Hagrid, jangan, jangan bangunkan dia, benar-benar, kami tidak perlu -- "
Tetapi Hagrid sudah melangkahi batang pohon besar di depan mereka dan sedang menuju Grawp. Ketika dia sekitar sepuluh kaki jauhnya, dia mengangkat sebuah cabang pohong panjang yang patah dari tanah, tersenyum meyakinkan melewati bahunya kepada Harry dan Hermione, lalu menyodok Grawp keras-keras di tengah punggung dengan ujung cabang pohon itu.
Raksasa itu meraung menggema di Hutan yang hening; burung-burung di puncak pepohonan di atas kepala naik sambil mencicit-cicit dari tempat bertengger mereka dan membumbung pergi. Sementara itu, di hadapan Harry dan Hermione, raksasa Grawp sedang bangkit dari tanah, yang bergetar ketika dia menempatkan tangan yang besar ke atasnya untuk mendorong dirinya sendiri ke lututnya. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat siapa dan apa yang telah mengganggunya.
"Baik-baik saja, Grawpy"" kata Hagrid, dengan suara ceria dibuat-buat, sambil mundur dengan cabang pohon panjang itu terangkat, siap menyodok Grawp lagi. "Tidur nyenyak, eh""
Harry dan Hermione mundur sejauh mungkin sambil masih menjaga raksasa itu di dalam penglihatan mereka. Grawp berlutut di antara dua pohon yang belum dia tarik akarnya. Mereka memandang ke atas ke wajahnya yang besar mengejutkan yang menyerupai bulan purnama kelabu dalam kegelapan tempat terbuka itu. Seolah-olah fitur-fiturnya telah diukir pada sebuah bola batu besar. Hidungnya gemuk pendek dan tak terbentuk, mulutnya miring dan penuh gigi-gigi kuning berbentuk tidak serasi seukuran setengah batu bata; matanya, kecil untuk standar raksasa, berwarna coklat kehijauan seperti lumpur dan sekarang setengah tertutup akibat ngantuk. Grawp mengangkat buku-buku jari kotor, masing-masing sebesar bola kriket, ke matanya, menggosoknya kuat-kuat, lalu, tanpa peringatan, mendorong dirinya bangkit dengan kecepatan dan ketangkasan mengejutkan.
"Oh astaga!" Harry mendengar Hermione mencicit, ketakutan, di sampingnya.
Pohon-pohon tempat menambat ujung-ujung tali yang mengitari pergelangan tangan dan mata kaki Grawp berkeriut tidak menyenangkan. Dia, seperti yang dibilang Hagrid, setidaknya setinggi enam belas kaki. Sambil memandang dengan
mata muram ke sekitar, Grawp membentangkan sebuah tangan seukuran payung pantai, menyambar sebuah sarang burung dari ranting-ranting atas sebatang pohon pinus yang menjulang dan membalikkannya dengan raungan tidak senang yang jelas karena tidak ad
a burung di dalamnya; telur-telur berjatuhan seperti granat ke tanah dan Hagrid melemparkan lengannya menutupi kepalanya untuk melindungi dirinya sendiri.
"Ngomong-ngomong, Grawpy," teriak Hagrid, sambil memandang ke atas dengan gelisah kalau-kalau ada telur jatuh lagi, "Aku sudah membawa beberapa teman untuk menemuimu. Ingat, aku bilang mungkin kulakukan" Ingat, waktu kubilang aku mungkin harus pergi dalam perjalanan kecil dan tinggalkan mereka untuk menjagamu sebentar" Ingat itu, Grawpy""
Tetapi Grawp hanya meraung rendah lagi; sulit mengatakan apakah dia mendengarkan Hagrid atau apakah dia bahkan mengenali suara yang Hagrid buat sebagai perkataan. Dia sekarang meraih puncak pohon pinus dan sedang menariknya ke arahnya, jelas hanya demi kesenangan melihat seberapa jauh pohon itu akan melontar kembali saat dia melepaskan.
"Sekarang, Grawpy, jangan lakukan itu!" teriak Hagrid. "Begitulah akhirnya kamu tarik semua pohon lainnya -- "
Dan benar juga, Harry bisa melihat tanah di sekitar akar pohon mulai retak.
"Aku punya teman untukmu!" Hagrid berteriak. "Teman, ngerti! Lihat ke bawah, kau badut besar, aku bawa beberapa teman untukmu!"
"Oh, Hagrid, jangan," erang Hermione, tetapi Hagrid sudah mengangkat cabang pohon itu lagi dan menusuk tajam ke lutut Grawp.
Raksasa itu melepaskan puncak pohon, yang berayun berbahaya dan membanjiri Hagrid dengan hujan jarum pinus, dan memandang ke bawah.
"Ini," kata Hagrid, sambil bergegas ke tempat Harry dan Hermione berdiri, "adalah Harry, Grawp! Harry Potter! Dia mungkin datang mengunjungimu kalau aku harus pergi, paham""
Raksasa itu baru menyadari bahwa Harry dan Hermione ada di sana. Mereka mengamati, dengan gentar, ketika dia merendahkan kepalanya yang besar sehingga dia bisa menatap mereka dengan mata muram.
"Dan ini Hermione, lihat" Her--" Hagrid bimbang. Sambil berpaling kepada Hermione, dia berkata, "Apakah kau keberatan kalau dia memanggilmu Hermy, Hermione" Cuma saja itu nama yang sulit diingatnya."
"Tidak, tidak sama sekali," cicit Hermione.
"Ini Hermy, Grawp! Dan dia akan datang juga! Bukankah itu bagus" Eh" Dua
teman untukmu -- GRAWPY, JANGAN!"
Tangan Grawp telah lepas entah dari mana ke arah Hermione; Harry meraihnya dan menariknya mundur ke belakang pohon, sehingga kepalan Grawp menggores batang pohon tetapi menutup di udara kosong.
"ANAK NAKAL, GRAWPY!" mereka mendengar Hagrid menjerit, selagi Hermione bergantung kepada Harry di belakang pohon, gemetaran dan merengek. "ANAK YANG SANGAT NAKAL! KAU TIDAK SAMBAR -- ADUH!"
Harry menjulurkan kepalanya dari sisi batang pohon dan melihat Hagrid terbaring telentang, tangannya di atas hidungnya. Grawp, tampaknya kehilangan kehilangan minat, telah meluruskan diri lagi dan sekali lagi sibuk menarik pohon pinus itu sejauh yang bisa dilakukan.
"Baik," kata Hagrid dengan serak, sambil bangkit dengan satu tangan menjepit hidung yang berdarah dan yang lainnya mengenggam busur silangnya, "well ... di sana kalian ... kalian sudah jumpa dia dan -- dan sekarang dia akan kenal kalian waktu kalian kembali. Yeah ... well
Dia memandang kepada Grawp, yang sekarang sedang menarik pohon pinus itu kembali dengan ekspresi senang di wajah mirip batunya; akar-akarnya berderit ketika dia merenggutnya dari tanah.
"Well, kurasa itu cukup untuk satu hari," kata Hagrid. "Well -- er -- kita akan kembali sekarang, oke""
Harry dan Hermione mengangguk. Hagrid memanggul busur silangnya lagi dan, masih menjepit hidungnya, memimpin jalan kembali ke pepohonan.
Tak seorangpun bicara selama beberapa waktu, bahkan tidak juga ketika mereka mendengar bunyi tubrukan di kejauhan yang berarti Grawp telah menarik pohon pinus itu akhirnya. Wajah Hermione pucat dan kaku. Harry tidak bisa memikirkan satu hal pun untuk dikatakan. Apa yang akan terjadi saat seseorang mengetahui bahwa Hagrid telah menyembunyikan Grawp di Hutan Terlarang" Dan dia telah berjanji bahwa dia, Ron dan Hermione akan meneruskan usaha-usaha Hagrid yang sama sekali tidak berguna untuk membudayakan raksasa itu. Bagaimana bisa Hagrid, bahkan dengan kapasitas besarnya untuk menipu dirinya sendiri bahwa monstermonster bertaring tidak berbahaya dan patut dicintai, mengelabui dirinya sendiri bahwa Grawp akan pernah bisa bercampur dengan manusia"
"Tunggu dulu," kata Hagrid tiba-tiba, persis ketika Harry dan Hermione sedang berjuang melewati sepetak rumput tebal di belakangnya. Dia menarik sebuah anak panah dari tabung di bahunya dan memasangnya ke busur silang. Harry dan Hermione mengangkat tongkat mereka; sekarang setelah mereka berhenti berjalan, mereka juga bisa mendengar pergerakan di dekat sana.
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh, astaga," kata Hagrid pelan.
"Kukira kami sudah memberitahumu, Hagrid," kata suara lelaki yang dalam, "bahwa kamu tidak lagi disambut di sini""
Badan telanjang seorang lelaki sejenak tampak melayang ke arah mereka melalui cahaya hijau berbintik-bintik; lalu mereka melihat bahwa pinggulnya tergabung dengan mulus ke tubuh kecoklatan seekor kuda. Centaur ini memiliki wajah yang angkuh dan bertulang pipi tinggi, serta rambut hitam panjang. Seperti Hagrid, dia bersenjata; sebuah tabung busur penuh anak panah dan sebuah busur panjang terselempang di bahunya.
"Bagaimana keadaanmu, Magorian"" kata Hagrid dengan waspada.
Pohon-pohon di belakang centaur itu berdesir dan empat atau lima centaur lagi muncul di belakangnya. Harry mengenali yang berbadan hitam dan berjanggut sebagai Bane, yang telah ditemuinya hampir empat tahun yang lalu di malam yang sama dengan pertemuannya dengan Firenze. Bane tidak memberi tanda dia pernah melihat Harry sebelumnya.
"Jadi," katanya, dengan nada suara keji di suaranya, sebelum berpaling segera kepada Magorian. "Kita setuju, kukira, apa yang akan kita lakukan kalau manusia ini pernah memperlihatkan wajahnya lagi di dalam Hutan""
""Manusia ini" sekarang, aku ini"" kata Hagrid dengan tersinggung. "Cuma kar"na menghentikan kalian semua melakukan pembunuhan""
"Kamu seharusnya tidak turut campur, Hagrid," kata Magorian. "Cara kami bukanlah cara kalian, begitu pula hukum kami. Firenze telah mengkhianati dan mencemarkan kami."
"Aku tak tahu bagaimana kalian mengaturnya," kata Hagrid dengan tidak sabar. "Dia tidak melakukan apapun kecuali membantu Albus Dumbledore -- "
"Firenze telah memasuki pelayanan kepada manusia," kata centaur kelabu dengan wajah keras yang bergaris dalam.
"Pelayanan!" kata Hagrid dengan pedas. "Dia sedang membantu Dumbledore itu saja
"Dia menjajakan pengetahuan dan rahasia kami di antara manusia," kata Magorian dengan pelan. "Tak bisa kembali lagi dari aib seperti ini."
"Kalau kau bilang begitu," kata Hagrid, sambil mengangkat bahu, "tapi aku pribadi menganggap kalian membuat kesalahan besar -- "
"Begitu juga kamu, manusia," kata Bane, "kembali ke dalam Hutan kami setelah kami memperingatkan kamu -- "
"Sekarang, kalian dengarkan aku," kata Hagrid dengan marah. "Aku akan dapat lebih sedikit dari Hutan "kami", kalau sama untuk kalian. Bukan tergantung kalian siapa yang datang dan pergi di sini -- "
"Juga tidak kamu, Hagrid," kata Magorian dengan licin. "Aku akan membiarkanmu lewat hari ini karena kami ditemani oleh anak-anak mudamu -- "
"Mereka bukan miliknya!" sela Bane dengan menghina. "Murid-murid, Magorian, dari sekolah! Mereka mungkin sudah mendapatkan untung dari ajaran Firenze si pengkhianat itu."
"Walaupun begitu," kata Magorian dengan tenang, "pembantaian anak-anak adalah kejahatan mengerikan -- kami tidak menyentuh yang masih lugu. Hari ini, Hagrid, kamu lewat. Mulai sekarang, menjauhlah dari tempat ini. Kamu hehilangan persahabatan para centaur saat kamu membantu si pengkhianat Firenze lolos dari kami."
"Aku takkan terusir keluar dari Hutan oleh sekelompok bagal tua seperti kalian!" kata Hagrid keras-keras.
"Hagrid," kata Hermione dengan suara bernada tinggi dan ketakutan, ketika baik Bane maupun centaur kelabu itu mengais-ngais di tanah, "ayo pergi, kumohon ayo pergi!"
Hagrid bergerak maju, tetapi busur silangnya masih terangkat dan matanya masih terpaku dengan mengancam kepada Magorian.
"Kami tahu apa yang sedang kamu jaga di Hutan, Hagrid!" Magorian berseru kepada mereka, ketika para centaur menyelinap keluar dari pandangan. "Dan toleransi kami sudah menyusut!"
Hagrid berpaling dan dari penampilannya sangat ingin berjalan lurus kembali menuju Magorian.
"Kalian akan mentoleransinya selama dia di sini, Hutan ini juga miliknya seperti milik kalian!" dia berteriak, sementara Harry dan Hermione mendorong sekuat tenaga pada mantel tikus mondok Hagrid dalam usaha untuk menjaganya terus berjalan maju. Masih merengut, dia memandang ke bawah; ekspresinya berubah menjadi agak terkejut melihat mereka berdua mendorongnya; dia tampaknya tidak merasakannya.
"Tenanglah, kalian berdua," dia berkata, sambil berpaling untuk berjalan terus sementara mereka terengah-engah mengikuti di belakangnya. "Bagal tua sialan, eh""
"Hagrid," kata Hermione terengah-engah, sambil melewati petak jelatang yang telah mereka lewati di jalan masuk, "kalau para centaur tidak mau manusia di dalam Hutan, tampaknya Harry dan aku tidak akan bisa -- "
"Ah, kau dengar apa yang mereka bilang," kata Hagrid dengan tidak karuan, "mereka tidak akan melukai yang kecil - maksudku, anak-anak. Lagipula, kita tidak bisa membiarkan diri kita diperintah oleh kelompok itu."
"Usaha bagus," Harry bergumam kepada Hermione, yang tampak kecewa.
Akhirnya mereka bergabung dengan jalan setapak dan, setelah sepuluh menit lagi, pohon-pohon mulai merenggang; mereka bisa melihat petak-petak langit biru cerah lagi dan, di kejauhan, suara sorak dan teriakan yang jelas.
"Apakah itu gol lagi"" tanya Hagrid, sambil berhenti sejenak di naungan pohon-pohon ketika stadiun Quidditch tampak. "Atau menurut kalian pertandingan sudah
usai"" "Aku tidak tahu," kata Hermione dengan sengsara. Harry melihat bahwa dia tampak awut-awutan; rambutnya penuh ranting dan daun, jubahnya robek di beberapa tempat dan ada sejumlah goresan di wajah dan lengannya. Dia tahu dia sendiri pasti tidak tampak jauh lebih baik.
"Kukira sudah berakhir, kalian tahu!" kalian Hagrid, masih memicingkan mata ke stadium. "Lihat - orang-orang sudah keluar - kalau kalian berdua bergegas kalian akan bisa bercampur dengan kerumunan dan tak seorangpun akan tahu kalian tidak di sana!"
"Gagasan bagus," kata Harry. "Well ... kalau begitu, sampai jumpa lagi, Hagrid."
"Aku tidak percaya padanya," kata Hermione dengan suara yang sangat tidak mantap, saat mereka di luar jangkauan pendengaran Hagrid. "Aku tidak percaya padanya. Aku benar-benar tidak percaya padanya."
"Tenang," kata Harry.
"Tenang!" dia berkata lekas-lekas. "Seorang raksasa! Seorang raksasa di dalam Hutan! Dan kita harus memberinya pelajaran bahasa Inggris! Selalu mengasumsikan, tentu saja, kita bisa melewati kawanan centaur pembunuh sewaktu masuk dan keluar! Aku -- tidak -- percaya -- padanya!"
"Kita belum harus melakukan apapun!" Harry mencoba meyakinkannya dengan suara pelan, selagi mereka bergabung dengan sekelompok anak-anak Hufflepuff yang sedang mengoceh stream yang menuju balik ke kastil. "Dia tidak meminta kita melakukan apapun kecuali dia dipecat dan itu mungkin bahkan tidak terjadi."
"Oh, ayolah, Harry!" kata Hermione dengan marah, diam di tempat sehingga orang-orang di belakangnya harus berbelok untuk menghindarinya. "Tentu saja dia akan dipecat dan, sejujurnya, setelah apa yang baru saja kita lihat, siapa yang bisa menyalahkan Umbridge""
Ada jeda sementara Harry melotot kepadanya, dan matanya terisi pelan-pelan dengan air mata.
"Kamu tidak bersungguh-sungguh," kata Harry pelan.
"Tidak ... well ... baiklah ... memang tidak," dia berkata, sambil menyeka matanya dengan marah. "Tetapi kenapa dia harus membuat hidup begitu sulit bagi dirinya sendiri -- bagi kita""
"Aku tak tahu -- "
"Weasley adalah Raja kami, Weasley adalah Raja kami, Dia tidak membiarkan
Quaffle masuk, Weasley adalah Raja kami ... "
"Dan aku berharap mereka berhenti menyanyikan lagu bodoh itu," kata Hermione dengan sengsara, "Apa mereka belum cukup senang""
Serombongan besar murid sedang bergerak menaiki halaman yang miring dari lapangan..
"Oh, ayo masuk sebelum kita harus bertemu dengan anak-anak Slytherin," kata Hermione.
"Weasley bisa selamatkan apapun, Dia tak pernah tinggalakn satu gawangpun, Itulah sebabnya anak-anak Gryffindor semua bernyanyi: Weasley adalah Raja kami."
"Hermi one kata Harry lambat-lambat.
Lagu itu semakin keras, tetapi asalnya bukan dari kerumunan anak-anak Slytherin yang memakai warna hija dan perak, melainkan dari kumpulan berwarna merah dan emas yang bergerak lambat-lambat menuju kastil, sambil mengangkat sebuah figur tunggal di atas banyak bahunya.
"Weasley adalah Raja kami, Weasley adalah Raja kami, Dia tidak membiarkan Quaffle masuk, Weasley adalah Raja kami ... "
"Tidak"" kata Hermione dengan suara berbisik.
"YA!" kata Harry keras-keras.
"HARRY! HERMIONE!" jerit Ron, sambil melambaikan Piala Quidditch perak itu di udara dan terlihat hampir tidak bisa mengendalikan diri.
"KITA MELAKUKANNYA! KITA MENANG!"
Mereka tersenyum kepadanya ketika dia lewat. Ada hiruk-pikuk kacau di pintu depan kastil dan kepala Ron terbentur agak parah ke rangka pintu, tetapi tak seorangpun tampaknya mau menurunkannya. Masih bernyanyi, kerumunan itu menyelinap masuk ke dalam Aula Besar dan keluar dari pandangan. Harry dan Hermione memandangi mereka pergi, sambil tersenyum, sampai untaian terakhir yang menggema dari "Weasley adalah Raja kami" menghilang. Lalu mereka berpaling kepada satu sama lain, senyum mereka memudar.
"Kita simpan berita kita sampai besok, oke"" kata Harry.
"Ya, baiklah," kata Hermione dengan letih. "Aku tidak terburu-buru."
Mereka menaiki undakan-undakan itu bersama-sama. Di pintu depan keduanya memandang ke belakang secara naluriah ke Hutan Terlarang. Harry tidak yakin apakah itu khayalannya, tetapi dia agak berpikir bahwa dia melihat sekumpulan kecil burung-burung naik ke udara di atas puncak pohon di kejauhan, hampir seolah-olah pohon tempat mereka membuat sarang baru saja ditarik dari akarnya.
BAB TIGA PULUH SATU OWL Perasaan gembira Ron karena membantu Gryffindor memperoleh Piala Quidditch sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa tenang keesokan harinya. Yang ingin dilakukannya hanyalah membicarakan pertandingan itu, jadi Harry dan Hermione mendapati sangat sulit menemukan pembukaan untuk menyebut tentang Grawp. Bukannya mereka mencoba sangat keras; tak seorangpun benar-benar ingin menjadi orang yang membawa Ron kembali ke kenyataan dengan cara yang cukup brutal ini. Karena itu adalah hari yang cerah dan hangat, mereka membujuknya untuk bergabung dengan mereka mengulangi pelajaran di bawah pohon beech di tepi danau, di mana mereka memiliki lebih sedikit kemungkinan terdengar orang lain daripada di ruang duduk. Awalnya Ron tidak benar-benar menyetujui gagasan ini -- dia sungguh-sungguh menikmati ditepuk punggungnya oleh semua anak Gryffindor yang berjalan melewati kursinya, tanpa menyebut riuh-rendah terkadang-kadang dari "Weasley adalah Raja kami" -- tapi setelah beberapa saat dia setuju bahwa sedikit udara segar mungkin baik untuknya.
Mereka membentangkan buku-buku mereka di naungan pohon itu dan duduk sementara Ron membicarakan penyelamatan pertamanya di pertandingan untuk yang rasanya berlusin kalinya.
"Well, maksudmu, aku sudah membiarkan satu kali dari Davies, jadi aku sama sekali tidak merasa percaya diri, tapi aku tak tahu, saat Bradley datang ke arahku, entah dari mana, kupikir -- kamu bisa melakukan ini! Dan aku punya sekitar satu detik untuk memutuskan ke mana harus terbang, kalian tahu, karena dia kelihatannya sedang membidik gawang kanan -- sebelah kananku, tentu saja, sebelah kiri dia -- tapi aku punya perasaan aneh bahwa dia sedang melakukan gerak tipu, dan jadi aku mengambil resiko dan terbang ke kiri -- sebelah kanan dia, maksudku -- dan -- well -kalian lihat apa yang terjadi," dia mengakhiri dengan rendah hati, sambil menyapukan rambutnya ke belakang tanpa perlu sehingga rambutnya tampak tersapu angin dan sambil memandang berkeliling untuk melihat apakah orang-orang yang terdekat dengan mereka -- sekelompok anak-anak kelas tiga Hufflepuff yang sedang bergosip - telah mendengarnya. "Dan kemudian, saat Chambers datang ke arahku sekitar lima menit kemudian -- Apa"" Ron bertanya, berhenti di tengah kalimat saat melihat tampang Harry. "Kenapa kau nyengir""
"Tidak," kata Harry cepat, dan melihat ke bawah ke catatan Transfigurasinya, mencoba mengatur wajahny
a. Sejujurnya Ron baru saja mengingatkan Harry pada seorang pemain Quidditch Gryffindor lain yang pernah duduk sambil mengusutkan rambutnya di bawah pohon yang sama ini. "Aku cuma senang kita menang, itu saja."
"Yeah," kata Ron lambat-lambat, menerima kata-kata itu dengan senang, "kita menang. Apakah kamu lihat tampang Cho saat Ginny dapat Snitch tepat di bawah hidungnya""
"Kukira dia menangis, bukan"" kata Harry dengan getir.
"Well, yeah -- walaupun lebih karena marah daripada apapun Ron merengut sedikit. "Tapi kamu melihat dia melemparkan sapunya waktu dia kembali ke tanah,
bukan"" "Er -- " kata Harry.
"Well, sebenarnya ... tidak, Ron," kata Hermione dengan helaan napas berat, sambil meletakkan bukunya dan memandangnya dengan pandangan minta maaf. "Sebenarnya, bagian pertandingan yang Harry dan aku tonton hanyalah gol pertama Davies."
Rambut Ron yang dikusutkan dengan hati-hati tampaknya layu karena kecewa. "Kalian tidak nonton"" dia berkata dengan lemah, sambil memandang dari yang satu ke yang lain. "Kalian tidak melihatku membuat penyelamatan-penyelamatan itu""
"Well -- tidak," kata Hermione, sambil mengulurkan sebelah tangan menentramkan. "Tapi Ron, kami tidak mau pergi -- kami harus!"
"Yeah"" kata Ron, yang wajahnya semakin merah. "Bagaimana bisa""
"Gara-gara Hagrid," kata Harry. "Dia memutuskan untuk memberitahu kami kenapa dia penuh luka sejak dia kembali dari para raksasa. Dia mau kami pergi ke dalam Hutan bersamanya, kami tidak punya pilihan, kau tahu bagaimana dia. Ngomong-ngomong
Ceritanya dikisahkan dalam lima menit, pada akhirnya kemarahan Ron digantikan dengan tampang sama sekali tidak percaya.
"Dia membawa satu kembali dan menyembunyikannya di Hutan""
"Yep," kata Harry dengan murung.
"Tidak," kata Ron, seolah-olah dengan mengatakan ini dia bisa membuatnya tidak benar. "Tidak, tidak mungkin."
"Well, sudah dilakukannya," kata Hermione dengan tegas. "Grawp sekitar enam belas kaki tingginya, suka merenggut pohon-pohon pinus setinggi dua puluh kaki, dan mengenalku," dia mendengus, "sebagai Hermy."
Ron tertawa gugup. "Dan Hagrid mau kita ...""
"Mengajarinya bahasa Inggris, yeah," kata Harry.
"Dia sudah kehilangan akal," kata Ron dengan suara hampir terpesona.
"Ya," kata Hermione dengan jengkel, sambil membalik satu halaman Tranfigurasi Menengah dan melotot pada serangkaian diagram yang memperlihatkan seekor burung hantu berubah menjadi sepasang kaca mata opera. "Ya, aku mulai mengira begitu. Tapi, sayangnya, dia membuat Harry dan aku berjanji."
"Well, kalian cuma harus mengingkari janji kalian, itu saja," kata Ron dengan tegas. "Maksudku, ayolah, kita akan menghadapi ujian dan kita sejauh ini -- " dia mengangkat tangannya untuk memperlihatkan jempol dan telunjuk yang hampir bersentuhan "-dari dikeluarkan. Dan lagipula ... ingat Norbert" Ingat Aragog" Pernahkah kita mendapat sesuatu yang baik dari berbgaul dengan teman-teman monster Hagrid yang manapun juga""
"Aku tahu, hanya saja -- kami berjanji," kata Hermione dengan suara kecil.
Ron melicinkan rambutnya hingga rata lagi, tampak berpikir keras.
"Well," dia menghela napas, "Hagrid belum dipecat, bukan" Dia sudah bertahan begini lama, mungkin dia akan bertahan sampai akhir semester dan kita tidak harus pergi dekat-dekat Grawp sama sekali."
* Halaman sekolah berkilauan dalam sinar matahari seolah-olah baru dicat, langit tanpa awan tersenyum pada dirinya sendiri di danau yang berpendaran dengan tenang; halaman hijau seperti satin berdesir terkadang-kadang karena angin sepoi-sepoi. Bulan Juni telah tiba, tetapi bagi anak-anak kelas lima ini hanya berarti satu hal: OWL mereka sudah tiba akhirnya.
Guru-guru mereka tidak lagi memberikan mereka pekerjaan rumah; pelajaran-pelajaran dicurahkan untuk mengulangi topik-topik yang dipikir para guru paling mungkin keluar di ujian. Atmosfer tergesa-gesa dan penuh tujuan menyingkirkan hampir semua hal kecuali OWL dari pikiran Harry, walaupun dia terkadang bertanya-tanya selama pelajaran Ramuan apakah Lupin telah memberitahu Snape bahwa dia harus terus memberikan Harry pelajaran Occlumency. Kalau sudah, maka Snape telah mengaba
ikan Lupin seperti dia sekarang mengabaikan Harry. Ini sangat sesuai bagi Harry, dia sangat sibuk dan cukup tegang tanpa kelas-kelas tambahan denga Snape, dan demi kelegaannya Hermione terlalu disibukkan hari-hari ini untuk menganggunya tentang Occlumency, dia menghabiskan banyak waktu bergumam kepada dirinya
sendiri, dan belum menggeletakkan pakaian peri lainnya selama berhari-hari.
Dia bukan satu-satunya orang yang bertingkah aneh ketika OWL semakin mendekat. Ernie Macmillan telah mengembangkan kebiasaan menjengkelkan menginterogasi orang-orang tentang latihan mengulang pelajaran mereka.
"Berapa jam menurutmu yang kalian lakukan dalam sehari"" dia menuntut Harry dan Ron ketika mereka berbaris di luar Herbologi, dengan kilat aneh di matanya.
"Aku tak tahu," kata Ron. "Beberapa."
"Lebih atau kurang dari delapan""
"Kurang, kurasa," kata Ron, tampak sedikit kuatir.
"Aku delapan," kata Ernie, sambil menggembungkan dadanya. "Delapan atau sembilan. Aku memasukkan satu jam sebelum sarapan setiap hari. Delapan adalah rata-rataku. Aku bisa melakukan sepuluh di akhir minggu yang baik. Aku melakukan sembilan setengah di hari Senin. Tidak begitu bagus di hari Selasa -- cuma tujuh seperempat. Lalu di hari Rabu -- "
Harry sangat berterima kasih bahwa Profesor Sprout mengantarkan mereka ke rumah kaca tiga pada titik itu, memaksa Ernie meninggalkan ceritanya.
Sementara itu, Draco Malfoy telah menemukan cara lain untuk menimbulkan rasa panik.
"Tentu saja, bukan apa yang kalian ketahui," dia terdengar berbicara kepada Crabbe dan Goyle keras-keras di luar Ramuan beberapa hari sebelum ujian dimulai, "melainkan siapa yang kalian kenal. Sekarang, Ayah akrab dengan kepala Penguasa Ujian Penyihir -- Griselda Marchbanks tua itu -- kami pernah mengundangnya untuk makan malam dan segalanya ... "
"Apakah menurut kalian itu benar"" Hermione berbisik gelisah kepada Harry dan
Ron. "Tak ada yang bisa kita lakukan mengenai itu kalau benar," kata Ron dengan murung.
"Kukira tidak benar," kata Neville pelan dari belakang mereka. "Karena Griselda Marchbanks adalah teman nenekku, dan dia belum pernah menyebut keluarga
Malfoy." "Seperti apa dia, Neville"" tanya Hermione seketika. "Apakah dia keras""
"Sedikit mirip Nenek, sebenarnya," kata Neville dengan suara lemah.
"Walau begitu, mengenalnya tidak akan merugikan peluangmu, bukan"" Ron memberitahunya dengan membesarkan hati.
"Oh, kukira itu tidak akan membuat perbedaan apapun," kata Neville, lebih menderita lagi. "Gran selalu memberitahu Profesor Marchbanks aku tidak sepandai ayahku ... well ... kalian lihat seperti apa dia di St Mungo."
Neville menatap lekat-lekat ke lantai. Harry, Ron dan Hermione saling berpandangan, tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakan. Itu pertama kalinya Neville mengakui bahwa mereka pernah bertemu di rumah sakit penyihir itu.
Sementara itu, perdagangan pasar gelap yang tumbuh subur yang menjual alat-alat bantu konsentrasi, ketangkasan mental dan kesiap-siagaan telah muncul di antara murid-murid kelas lima dan tujuh. Harry dan Ron sangat tergoda oleh botol Cairan Otak Baruffio yang ditawarkan kepada mereka oleh anak kelas enam Ravenclaw Eddie Carmichael, yang bersumpah benda itu satu-satunya yang bertanggung jawab atas sembilan OWL "Outstanding" yang diperolehnya musim panas sebelumnya dan menawarkan satu pint penuh (sekitar setengah liter) hanya dua belas Galleon. Ron meyakinkan Harry dia akan membayar bagiannya begitu dia meninggalkan Hogwarts dan mendapatkan pekerjaan, tetapi sebelum mereka bisa menyelesaikan transaksi itu, Hermione telah menyita botol itu dari Carmichael dan menuang isinya ke toilet.
"Hermione, kami mau membeli itu!" teriak Ron.
"Jangan bodoh," dia membentak. "Kalian sekalian saja mengambil cakar naga bubuk Harold Dingle dan kena juga."
"Dingle punya cakar naga bubuk"" kata Ron bersemangat.
"Tidak lagi," kata Hermione. "Aku menyita itu juga. Tak satupun dari benda-benda ini benar-benar manjur, kalian tahu."
"Cakar naga bubuk bisa!" kata Ron. "Benda itu seharusnya sangat hebat, benar-benar memberi otakmu dorongan, kau akan jadi sangat pintar selama beberapa ja
m --Hermione, biarkan aku dapat sejumput, ayolah, tidak ada ruginya -- "
"Benda ini bisa," kata Hermione muram. "Aku sudah memeriksanya, dan sebenarnya adalah kotoran Doxy yang dikeringkan."
Informasi ini menyingkirkan hasrat Harry dan Ron untuk obat perangsang otak.
Mereka menerima jadwal ujian mereka dan detil-detil prosedur OWL pada pelajaran Transfigurasi mereka yang berikutnya.
"Seperti yang bisa kalian lihat," Profesor McGonagall memberitahu kelas ketika mereka menyalin tanggal dan waktu ujian mereka dari papan tulis, "OWL kalian terentang selama dua minggu berturut-turut. Kalian akan mengikuti ujian tertulis di pagi hari dan praktek di sore hari. Ujian praktek Astronomi kalian, tentu saja, akan berlangsung di malam hari.
"Sekarang, aku harus memperingatkan kalian bahwa mantera-mantera anti menyontek yang paling keras telah dikerahkan pada kertas-kertas ujian kalian. Pena Bulu Menjawab-Otomatis dilarang di aula ujian, begitu juga Remembrall, Manset
Penjiplak Yang-Bisa-Dilepaskan dan Tinta Pengkoreksi-Sendiri. Setiap tahun, aku kuatir harus mengatakannya, tampaknya terdapat sedikitnya seorang murid yang mengira dia bisa menghindari peraturan-peraturan Penguasa Ujian Penyihir. Aku hanya bisa berharap bahwa bukan seseorang dari Gryffindor. Kepala Sekolah kita yang baru -- " Profesor McGonagall mengucapkan kata itu dengan tampang persis seperti Bibi Petunia saat dia ingin mengenyahkan kotoran bandel "-- telah meminta Kepala Asrama untuk memberitahu murid-murid mereka bahwa menyontek akan dihukum seberat-beratnya -- karena, tentu saja, hasil ujian kalian akan mencerminkan kekuasaan baru Kepala Sekolah pada sekolah ini -- "
Profesor McGonagall menghela napas sedikit; Harry melihat lubang hidungnya mengembang.
"-- bagaimanapun, itu bukan alasan untuk tidak mengerjakan yang terbaik. Kalian harus memikirkan masa depan kalian sendiri."
"Permisi, Profesor," kata Hermione, tangannya di udara, "kapan kami akan mengetahui hasil ujian kami""
"Burung hantu akan dikirim kepada kalian suatu waktu di bulan Juli," kata Profesor McGonagall.
"Bagus sekali," kata Dean Thomas dengan bisikan yang terdengar jelas, "jadi kami tidak harus mengkhawatirkannya sampai liburan."
Harry membayangkan duduk di kamar tidurnya di Privet Drive selama waktu enam minggu, menunggu hasil OWLnya. Well, dia berpikir tanpa minat, setidaknya dia akan yakin ada satu pos musim panas itu.
Ujian pertama mereka, Teori Jimat dan Guna-Guna, dijadwalkan untuk Senin pagi. Harry setuju menguji Hermione setelah makan siang di hari Minggu, tetapi menyesalinya hampir seketika; Hermione sangat gelisah dan terus merenggut kembali buku itu darinya untuk memeriksa bahwa dia memberi jawaban yang sepenuhnya benar, akhirnya menghantam Harry keras di hidungnya dengan tepi tajam Pencapaian dalam Membuat Mantera.
"Kenapa kamu tidak melakukannya sendiri"" Harry berkata dengan tegas, sambil menyerahkan buku itu kembali kepadanya, dengan mata berair.
Sementara itu, Ron sedang membaca catatan dua tahun Jimat dan Guna-Guna dengan jair-jarinya di telinganya, bibirnya bergerak tanpa suara; Seamus Finnigan sedang berbaring telentang di atas lantai, membacakan definisi Mantera Substantif sementara Dean memeriksanya pada Buku Mantera Standar, Tingkat 5; dan Parvati serta Lavender, yang sedang berlatih Mantera Penggerak dasar, sedang membuat tempat pensil mereka berlomba mengitari tepi meja.
Makan malam tidak terlalu dipermasalahkan malam itu. Harry dan Ron tidak banyak bicara, tetapi makan dengan lahap, setelah belajar keras sepanjang hari. Hermione, di sisi lain, terus meletakkan pisau dan garpunya dan merogoh ke bawah meja mencari tasnya, dari mana dia akan menyambar sebuah buku untuk memeriksa
beberapa fakta atau gambar. Ron baru saja memberitahunya bahwa dia harus makan makanan yang pantas atau dia tidak akan tidur malam itu, saat garpunya tergelincir dari jari-jarinya yang lemah dan mendarat dengan denting keras ke atas piringnya.
"Oh, astaga," dia berkata dengan lemah, sambil menatap ke Aula Depan. "Apakah itu mereka" Apakah itu para pengujinya""
Harry dan Ron berpaling di bangku mereka.
Melalui pintu-pintu ke Aula Besar mereka bisa melihat Umbridge berdiri bersama sekelompok kecil penyihir wanita dan pria yang tampak kuno. Umbridge, Harry senang melihatnya, tampak agak gugup.
"Haruskah kita pergi dan melihat lebih seksama"" kata Ron.
Harry dan Hermione mengangguk dan mereka bergegas menuju pintu-pintu ganda ke Aula Depan, memperlambat saat mereka melangkahi ambang pintu untuk berjalan dengan tenang melewati para penguji. Harry mengira Profesor Marchbanks pastilah penyihir wanita kecil bungkuk dengan wajah begitu berkerut sehingga tampaknya seolah-olah diselubungi sarang laba-laba; Umbridge sedang berbicara kepadanya dengan sikap berbeda. Profesor Marchbanks tampaknya sedikit tuli; dia menjawab Profesor Umbridge dengan sangat keras mengingat mereka hanya berjarak satu kaki jauhnya.
"Perjalanannya baik-baik saja, perjalanan baik-baik saja, kami sudah melakukannya banyak kali sebelumnya!" dia berkata dengan tidak sabar. "Sekarang, aku belum mendengar dari Dumbledore akhir-akhir ini!" dia menambahkan, sambil mengintai ke sekitar Aula seolah-olah berharap Dumbledore mungkin tiba-tiba muncul dari sebuah lemari sapu. "Tak ada gagasan di mana dia, kurasa""
"Tidak sama sekali," kata Umbridge, sambil memberi pandangan dengki kepada Harry, Ron dan Hermione, yang sekarang sedang berlama-lama di sekitar kaki tangga karena Ron berpura-pura mengikat tali sepatunya. "Tapi saya berani bilang Menteri Sihir akan menemukan jejaknya segera mungkin."
"Aku meragukannya," teriak Profesor Marchbanks yang kecil, "tidak kalau Dumbledore tidak mau ditemukan! Aku seharusnya tahu ... mengujinya sendiri dalam Transfigurasi serta Jimat dan Guna-Guna waktu dia mengikuti NEWTnya ... melakukan hal-hal dengan tongkat yang belum pernah kulihat sebelumnya."
"Ya ... well kata Profesor Umbridge selagi Harry, Ron dan Hermione menyeret kaki mereka menaiki tangga pualam selambat yang mereka berani lakukan, "mari saya perlihatkan kepada Anda ruang guru. Saya berani bilang Anda pasti ingin secangkir teh setelah perjalanan Anda."
Malam itu kurang menyenangkan. Semua orang sedang mencoba melakukan pengulangan pelajaran di menit terakhir tetapi tak seorangpun kelihatannya mendapat banyak kemajuan. Harry pergi tidur awal tetapi kemudian berbaring terjaga selama rasanya berjam-jam. Dia ingin konsultasi karirnya dan pernyataan marah McGonagall bahwa dia akan membantunya menjadi seorang Auror kalaupun itu hal terakhir yang dilakukannya. Dia berharap telah mengutarakan ambisi yang lebih mungkin tercapai sekarang setelah masa ujian tiba. Dia tahu dia bukan satu-satunya yang berbaring
terjaga, tetapi tak seorangpun yang lainnya di kamar asrama itu berbicara dan akhirnya, satu per satu, mereka tertidur.
Tak satupun dari anak-anak kelas lima berbicara banyak saat sarapan pagi pagi berikutnya. Parvati sedang berlatih mantera-mantera sambil berbisik sementara tempat garam di depannya bergetar; Hermione sedang membaca ulang Pencapaian dalam Membuat Mantera begitu cepatnya sehingga matanya tampak kabur; dan Neville terus menjatuhkan pisau dan garpunya dan menyenggol selai jeruk.
Begitu makan pagi usai, anak-anak kelas lima dan tujuh bergerak ramai-ramai ke sekitar Aula Depan sementara murid-murid lain pergi menghadiri pelajaran; lalu, pada pukul sembilan setengah, mereka dipanggil maju kelas demi kelas untuk memasuki kembali Aula Besar, yang telah diatur ulang persis seperti yang telah dilihat Harry di dalam Pensieve saat ayahnya, Sirius dan Snape mengikuti OWL mereka; keempat meja asrama telah dipindahkan dan digantikan dengan banyak meja untuk satu orang, semuanya menghadap ke ujung meja guru dari Aula tempat Profesor McGonagall berdiri menghadapi mereka. Saat mereka semua sudah duduk dan tenang, dia berkata, "Kalian boleh mulai," dan membalikkan sebuah jam pasir besar di atas meja tulis di sampingnya, yang di atasnya juga terdapat pena-pena bulu cadangan, botol-botol tinta dan gulungan-gulungan perkamen.
Harry membalikkan kertasnya, jantungnya berdebar keras -- tiga baris di sebelah kanannya dan empat tempat duduk di depan Hermione sudah menulis tergesa-gesa dan merendahkan matanya ke pertanyaan pertama: a) Berikan mantera dan b) gambarkan pergerakan tongkat yang dibutuhkan untuk membuat benda-benda terbang.
Harry mendapat ingatan sekejab sebuah tongkat yang membumbung tinggi ke udara dan mendarat keras ke atas tengkorak tebal troll ... sambil tersenyum sedikit, dia membungkuk ke atas kertas dan mulai menulis.
* "Well, tidak terlalu buruk, bukan"" tanya Hermione dengan cemas di Aula Depan dua jam kemudian, masih menggenggam kertas ujian. "Aku tidak yakin aku sudah berbuat yang terbaik pada Mantera Jenaka, aku kehabisan waktu. Apakah kalian memasukkan mantera pembalik untuk cegukan" Aku tidak yakin apakah harus melakukannya, rasanya terlalu berlebihan -- dan pada pertanyaan dua puluh tiga -- "
"Hermione," kata Ron dengan keras, "kita sudah membahas ini sebelumnya ... kita tidak akan mendiskusikan setiap ujian setelahnya, sudah cukup buruk mengerjakannya sekali."
Anak-anak kelas lima makan siang dengan sisa sekolah (keempat meja asrama telah muncul kembali untuk jam makan siang), lalu mereka berbaris ke ruangan kecil di samping Aula Besar, tempat mereka harus menunggu sampai dipanggil untuk ujian praktek mereka. Ketika kelompok-kelompok kecil dari murid-murid dipanggil maju dengan urutan alfabetis, mereka yang ditinggal menggumamkan mantera-mantera dan berlatih gerakan-gerakan tongkat, terkadang tak sengaja menyodok satu sama lain di punggung atau mata.
Nama Hermione dipanggil. Sambil gemetaran, dia meninggalkan ruangan bersama Anthony Goldstein, Gregory Goyle dan Daphne Greengrass. Murid-murid yang sudah diuji tidak kembali setelahnya, jadi Harry dan Ron tidak punya gambaran bagaimana hasil yang dicapaiHermione.
"Dia akan baik-baik saja, ingat dia dapat seratus dua belas persen pada salah satu ujian Jimat dan Guna-Guna kita"" kata Ron.
Sepuluh menit kemudian, Profesor Flitwick memanggil, "Parkinson, Pansy -- Patil, Padma -- Patil, Parvati -- Potter, Harry."
"Semoga sukses," kata Ron pelan. Harry berjalan masuk ke dalam Aula Besar, sambil mencengkeram tongkatnya begitu erat sehingga tangannya bergetar.
"Profesor Tofty bebas, Potter," cicit Profesor Flitwick, yang sedang berdiri persis di bagian dalam pintu. Dia menunjukkan Harry ke arah penguji yang tampak seperti yang tertua dan terbotak yang sedang duduk di belakang sebuah meja kecil di sudut jauh, dekat Profesor Marchbanks, yang sedang menguji Draco Malfoy.
"Potter, bukan"" kata Profesor Tofty sambil memeriksa catatannya dan mengintip dari atas kacamata jepitnya kepada Harry ketika dia mendekat. "Potter yang terkenal""
Dari sudut matanya, Harry jelas-jelas melihat Malfoy melemparkan pandangan tajam kepadanya; gelas anggur yang sedang dibuat Malfoy melayang jatuh ke lantai dan terbanting pecah. Harry tidak bisa menahan untuk nyengir; Profesor Tofty tersenyum balik kepadanya dengan membesarkan hati.
"Begitulah," dia berkata dengan suara tua bergetar, "tak perlu gugup. Sekarang, kalau aku bisa memintamu mengambil cangkir telur ini dan membuatnya berguling untukku."
Secara keseluruhan, Harry mengira jalannya cukup baik. Mantera Melayangnya jelas jauh lebih baik daripada milik Malfoy, walaupun dia berharap dia tidak mencampuradukkan Mantera Pengubah Warna dan Pertumbuhan, sehingga tikus yang seharusnya dia ubah menjadi jingga menggembung mengejutkan dan seukuran luak sebelum Harry bisa meralat kesalahannya. Dia senang Hermione tidak berada di Aula saat itu dan lalai menyebutkannya kepadanya setelah itu. Namun dia bisa memberitahu Ron; Ron telah menyebabkan sebuah piring makan malam berubah menjadi sebuah jamur besar dan tidak punya gambaran bagaimana itu terjadi.
Tidak ada waktu untuk bersantai malam itu, mereka langsung ke ruang duduk setelah makan malam dan membenamkan diri mereka dalam pengulangan pelajaran untuk Transfigurasi hari berikutnya; Harry pergi tidur dengan kepala berdengung penuh akan model dan teori mantera yang rumit.
Dia lupa definisi Mantera Pengganti ketika ujian tertulisnya keesokan paginya tetapi berpikir prakteknya bisa jauh lebih buruk. Setidaknya dia berhasil mengHilangkan keseluruhan iguananya, sementar
a Hannah Abbot yang malam sepenuhnya kacau di meja berikutnya dan entah bagaimana berhasil menggandakan musangnya
menjadi sekumpulan flamingo, menyebabkan ujian dihentikan selama sepuluh menit sementara burung-burung itu ditangkap dan dibawa keluar Aula.
Mereka mengikuti ujian Herbologi di hari Rabu (selain gigitan kecil dari Geranium Bertaring, Harry merasa dia mendapatkan hasil yang cukup baik); dan kemudian, di hari Kamis, Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Di sini, untuk pertama kalinya, Harry merasa yakin dia lulus. Dia tidak punya masalah apapun dengan pertanyaan-pertanyaan tertulis dan merasakan kesenangan khusus, selama ujian praktek, memperlihatkan kontra-kutukan dan mantera-mantera pertahanan tepat di hadapan Umbridge, yang sedang menonton dengan tenang dari dekat pintu-pintu ke Aula Depan.
"Oh, bravo!" teriak Profesor Tofty, yang sedang menguji Harry lagi, saat Harry mempertunjukkan mantera pengenyah Boggart. "Memang sangat bagus! Well, kukira itu saja, Potter ... kecuali
Dia mencondongkan badan ke depan sedikit.
"Kudengar, dari temanku tersayang Tiberius Ogden, bahwa kamu bisa menghasilkan Patronus" Untuk nilai tambahan ...""
Harry mengangkat tongkatnya, memandang langsung kepada Umbridge dan membayangkannya dipecat.
"Expecto patronum!"
Kijang peraknya muncul dari ujung tongkatnya dan berlari di Aula. Semua penguji memandang berkeliling untuk menonton kemajuannya dan saat dia larut menjadi kabut perak Profesor Tofty menepuk tangannya yang penuh urat dan bengkok dengan antusias.
"Bagus sekali!" katanya. "Sangat bagus, Potter, kamu boleh pergi!"
Ketika Harry melewati Umbridge di samping pintu, mata mereka beradu. Ada senyum tak menyenangkan di sekitar mulutnya yang lebar dan kendur, tetapi dia tidak peduli. Kecuali dia sangat keliru (dan dia tidak berencana memberitahu siapapun, kalau-kalau memang begitu), dia baru saja menerima sebuah OWL "Outstanding".
Pada hari Jumat, Harry dan Ron libur sehari sementara Hermione mengikuti ujian Runo Kunonya, dan karena mereka punya dua hari penuh di akhir minggu mereka memperbolehkan diri sendiri waktu bebas dari pengulangan pelajaran. Mereka meregangkan tubuh dan menguap di samping jendela terbuka, yang melaluinya sedang berhembus udara musim panas yang hangat selagi mereka bermain catur sihir. Harry bisa melihat Hagrid di kejauhan, mengajar sebuah kelas di tepi hutan. Dia sedang mencoba menebak makhluk apa yang sedang mereka periksa -- pikirnya pastilah unicorn, karena anak-anak lelaki tampaknya berdiri agak di belakang -- ketika lubang potret terbuka dan Hermione merangkak naik, tampaknya tidak senang.
"Bagaimana Rune"" kata Ron sambil menguap dan meregangkan badan.
"Aku salah menerjemahkan ehwaz," kata Hermione dengan marah. "Artinya persekutuan, bukan pertahanan; aku mencampuradukkan dengan eihwaz."
"Ah well," kata Ron dengan malas, "itu hanya satu kesalahan, bukan, kamu masih bisa dapat -- "
"Oh, diamlah!" kata Hermione dengan marah. "Mungkin satu kesalahan itu yang membuat perbedaan antara lulus dan gagal. Dan terlebih lagi, seseorang memasukkan Niffler lagi ke dalam kantor Umbridge. Aku tidak tahu bagaimana mereka melewati pintu baru itu, tapi aku baru saja lewat sana dan Umbridge sedang menjerit keras sekali -- dari suaranya, makhluk itu mencoba mengigit kakinya -- "
"Bagus," kata Harry dan Ron bersama-sama.
"Tidak bagus!" kata Hermione dengan garang. "Dia mengira Hagrid yang melakukannya, ingat" Dan kita tidak mau Hagrid diusir!"
"Dia sedang mengajar saat ini, Umbridge tidak bisa menyalahkannya," kata Harry sambil memberi isyarat keluar jendela.
"Oh, kamu kadang-kadang begitu naif, Harry. Kamu benar-benar berpikir Umbridge akan menunggu bukti"" kata Hermione, yang kelihatannya bertekad berada dalam kemarahan memuncak, dan dia berjalan cepat menuju kamar anak perempuan, membanting pintu di belakangnya.
"Betapa gadis menyenangkan yang bertemperamen manis," kata Ron dengan sangat pelan, sambil menyolok ratunya maju untuk memukuli salah satu menteri Harry.
Suasana hati Hermione yang buruk bertahan hampir sepanjang akhir minggu itu, walaupun Harry dan Ron mendapati cukup
mudah mengabaikannya karena mereka menghabiskan sebagian besar hari Sabtu dan Minggu mengulangi pelajaran untuk ujian Ramuan di hari Senin, ujian yang paling tidak ditunggu Harry -- dan yang dia yakin akan menjadi kejatuhan bagi ambisinya menjadi seorang Auror. Benar juga, dia mendapati ujian tertulisnya sulit, walaupun dia berpikir dia mungkin mendapat nilai penuh pada pertanyaan tentang Ramuan Polijus; dia bisa menggambarkan pengaruhnya dengan akurat, karena telah meminumnya secara ilegal di tahun keduanya.
Ujian praktek di sore hari tidak semengerikan yang diduganya. Dengan ketidakhadiran Snape, dia mendapati bahwa dia jauh lebih santai daripada biasanya ketika membuat ramuan. Neville, yang duduk sangat dekat dengan Harry, juga tampak lebih gembira daripada yang pernah dilihat Harry selama kelas Ramuan. Ketika Profesor Marchbanks berkata, "Tolong menjauh dari kuali kalian, ujian sudah usai," Harry menyumbat tabung contohnya sambil merasa dia mungkin tidak mencapai nilai bagus tetapi dia telah, dengan keberuntungan, menghindari kegagalan.
"Hanya empat ujian lagi," kata Parvati Patil dengan letih ketika mereka menuju ke ruang duduk Gryffindor lagi.
"Hanya!" kata Hermione dengan panas. "Aku punya Arithmancydan itu mungkin
mata pelajaran yang tersulit!"
Tak seorangpun cukup bodoh untuk membentak balik, jadi dia tidak bisa menyalurkan ketidaksenangannya kepada salah satu dari mereka dan akhirnya menurunkan ke melarang beberapa anak kelas satu terkikik-kikik terlalu keras di ruang duduk.
Harry bertekad mengerjakan sebaik mungkin di ujian Pemeliharaan Satwa Gaib di hari Selasa sehingga tidak mengecewakan Hagrid. Ujian praktek bertempat di sore hari di halaman sekolah tepi Hutan Terlarang, tempat murid-murid diharuskan mengidentifikasi dengan tepat Knarl yang tersembunyi di antara selusin landak (caranya adalah dengan menawarkan mereka semua susu secara bergantian: Knarl, makhluk yang sangat pencuriga yang bulunya dibuat pena bulu dengan banyak sifat sihir, umumnya mengamuk pada apa yang mereka lihat sebagai usaha untuk meracuni mereka); lalu memperlihatkan cara penanganan yang tepat dari seekor Bowtruckle; memberi makan dan membersihkan seekor Kepiting Api tanpa mengalami luka bakar yang serius; dan memilih, dari banyak pilihan makanan, makanan yang akan mereka berikan kepada unicorn yang sakit.
Harry bisa melihat Hagrid menonton dengan cemas dari jendela kabinnya. Saat penguji Harry, seorang penyihir wanita agak gemuk kali ini, tersenyum kepadanya dan memberitahunya dia boleh pergi, Harry memberi Hagrid acungan jempol cepat sebelum menuju ke kastil kembali.
Ujian teori Astronomi di hari Rabu pagi berjalan cukup baik. Harry tidak yakin dia mendapatkan nama-nama semua bulan Jupiter dengan benar, tetapi setidaknya pasti bahwa tak satupun dari mereka yang ditinggali tikus. Mereka harus menunggu hingga malam untuk ujian praktek Astronomi mereka, alih-alih sore itu dicurahkan untuk Ramalan.
Bahkan dengan standar Harry yang rendah pada Ramalan, ujian itu berlangsung dengan sangat buruk. Dia sama saja berusaha melihat gambar-gambar bergerak di permukaan meja bukannya di bola kristal yang dengan bandelnya hampa; dia sama sekali tidak mampu saat membaca daun teh, berkata tampaknya seolah-olah Profesor Marchbanks dalam waktu dekat akan bertemu dengan seorang asing yang bundar, berkulit gelap dan basah, dan mengakhiri seluruh kegagalan itu dengan mencampuradukkan garis kehidupan dan garis kepala di telapak tangannya dan memberitahunya bahwa dia seharusnya sudah mati Selasa sebelumnya.
"Well, kita selalu akan gagal di yang satu itu," kata Ron dengan murung saat mereka menaiki tangga pualam. Dia baru saja membuat Harry merasa lebih baik dengan memberitahunya bagaimana dia memberitahu pengujinya secara mendetil tentang lelaki jelek dengan kutil di hidungnya di dalam bola kristalnya, hanya untuk melihat ke atas dan menyadari dia telah melukiskan pantulan pengujinya.
"Kita seharusnya tidak mengambil mata pelajaran bodoh itu sejak awal," kata Harry.
"Walau begitu, setidaknya kita bisa melepaskannya sekarang."
"Yeah," kata Harry. "Tidak lagi
berpura-pura kita peduli apa yang terjadi saat Jupiter
dan Uranus menjadi terlalu bersahabat."
"Dan dari sekarang, aku tidak peduli kalau daun tehku mengeja mati, Ron, mati -aku hanya akan membuang mereka ke tempat sampah di mana mereka seharusnya berada."
Harry tertawa persis ketika Hermione datang sambil berlari di belakang mereka. Dia berhenti tertawa seketika, kalau-kalau hal itu menjengkelkannya.
"Well, kukira aku melalui Arithmancy dengan baik," katanya, dan Harry dan Ron keduanya menghela napas lega. "Cukup waktu untuk melihat sekilas ke peta bintang kita sebelum makan malam, lalu ... "
Saat mereka mencapai puncak Menara Astronomi pada pukul sebelas, mereka mendapati malam yang sempurna untuk memandang bintang, tanpa awan dan tenang. Halaman sekolah bermandikan cahaya bulan keperakan dan ada sedikit angin dingin di udara. Masing-masing dari mereka memasang teleskopnya dan, saat Profesor Marchbanks memberi aba-aba, mulai mengisi peta bintang kosong yang telah diberikan kepada mereka.
Profesor Marchbanks dan Tofty berjalan di antara mereka, mengawasi ketika mereka memasukkan kedudukan tepat bintang-bintang dan planet-planet yang sedang mereka amati. Semuanya hening kecuali gersik perkamen, keriut teleskop yang kadang-kadang timbul saat disesuaikan di atas penopangnya, dan bunyi coretan banyak pena bulu. Setengah jam berlalu, kemudian satu jam, petak-petak kecil cahaya emas yang dipantulkan di atas tanah di bawah mulai menghilang ketika lampu-lampu di jendela-jendela kastil dipadamkan.
Namun, selagi Harry melengkapi konstelasi Orion pada petanya, pintu-pintu depan kastil terbuka tepat di bawah tempatnya berdiri, sehingga cahaya tumpah melewati undakan-undakan batu sedikit ke halaman. Harry memandang sekilas ke bawah ketika dia membuat sedikit penyesuaian pada kedudukan teleskopnya dan melihat lima atau enam bayangan yang diperpanjang bergerak di atas rumput yang disinari dengan terang sebelum pintu-pintu itu berayun menutup dan halaman sekali lagi menjadi lautan kegelapan.
Harry menempatkan matanya kembali ke teleskopnya dan memfokuskannya kembali, sekarang memeriksa Venus. Dia memandang ke bawah ke petanya untuk memasukkan planet itu ke sana, tetapi sesuatu mengalihkan perhatiannya, menghentikannya dengan pena bulu tertahan di atas perkamen, dia memicingkan mata ke bawah ke halaman sekolah yang berbayang-bayang dan melihat enam figur berjalan di halaman. Kalau mereka tidak bergerak, dan cahaya bulan tidak membingkai puncak kepala mereka, mereka tidak akan terbedakan dari tanah gelap tempat mereka berjalan. Bahkan dari jarak sejauh ini, Harry memiliki perasaan aneh dia mengenali cara jalan yang terpendek dari mereka, yang tampaknya memimpin kelompok itu.
Dia tidak bisa memikirkan kenapa Umbridge berjalan-jalan di luar setelah tengah malam, terlebih lagi ditemani oleh lima orang lainnya. Lalu seseorang batuk di belakangnya, dan dia ingat bahwa dia sedang mengikuti sebuah ujian. Dia sudah lupa
kedudukan Venus. Sambil menjejalkan matanya ke teleskop, dia menemukannya lagi dan sekali lagi akan memasukkannya ke dalam petanya saat, waspada terhadap suara aneh apapun, dia mendengar bunyi ketukan di kejauhan yang menggema melalui halaman yang sepi, diikuti dengan segera oleh gonggongan seekor anjing besar.
Dia melihat ke atas, jantungnya berdetak keras. Ada cahaya di jendela-jendela Hagrid dan orang-orang yang dia amati menyeberangi halaman sekarang membentuk siluet di jendela-jendela itu. Pintu terbuka dan dia melihat dengan jelas enam figur yang tampak menyolok berjalan melewati ambang pintu. Pintu tertutup lagi dan ada keheningan.
Harry merasa tidak tenang. Dia memandang sekilas ke sekitarnya untuk melihat apakah Ron dan Hermione memperhatikan apa yang telah diperhatikannya, tetapi Profesor Marchbanks berjalan ke belakangnya pada saat itu dan, tidak ingin tampak seolah-olah dia mencuri pandang ke pekerjaan orang lain, Harry buru-buru membungkuk ke atas peta bintangnya dan berpura-pura menambahkan catatan kepadanya sementara sebenarnya mengintip dari atas tempat itu ke kabin Hagrid. Figur-figur itu sekaranng sedang bergera
k menyeberangi jendela-jendela kabin, sementara menghalangi cahayanya.
Dia bisa merasakan mata Profesor Marchbanks di balik lehernya dan menekankan matanya lagi ke teleskopnya, menatap ke atas kepada bulan walaupun dia sudah menandai kedudukannya sejam yang lalu, tetapi ketika Profesor Marchbanks bergerak terus dia mendengar raungan dari kabin di kejauhan yang menggema melalui kegelapan tepat ke puncak Menara Astronomi. Beberapa orang di sekeliling Harry berkelit dari balik teleskop mereka dan mengintip ke arah kabin Hagrid.
Profesor Tofty mengeluarkan batuk kecil yang kering lagi.
"Coba konsentrasi sekarang, anak-anak," dia berkata dengan lembut.
Kebanyakan orang kembali kepada teleskop mereka. Harry memandang ke sebelah kirinya. Hermione sedang menatap lekat-lekat ke kabin Hagrid.
"Ahem -- dua puluh menit lagi," kata Profesor Tofty.
Hermione terlompat dan kembali seketika ke peta bintangnya; Harry memandang ke bawah kepada petanya sendiri dan memperhatikan bahwa dia salah memberi label Venus sebagai Mars. Dia membungkuk untuk mengoreksinya.
Ada bunyi letusan keras dari tanah. Beberapa orang berteriak "Aduh!" saat mereka menyodok wajah mereka sendiri dengan ujung teleskop mereka karena terburu-buru untuk melihat apa yang sedang terjadi di bawah.
Pintu Hagrid telah terbuka mendadak dan dari cahaya yang membanjiri keluar dari kabin itu mereka melihatnya dengan sangat jelas sebagai figur besar yang sedang meraung dan mengepalkan tinjunya, dikelilingi oleh enam orang, yang semuanya, dinilai dari alur kecil cahaya merah yang sedang mereka pancarkan ke arahnya, tampaknya berusaha mem-Bekukannya.
"Tidak!" teriak Hermione.
"Sayangku!" kata Profesor Tofty dengan suara tersinggung. "Ini ujian!"
Tetapi tak seorangpun memberi perhatian sedikitpun lagi pada peta bintang mereka. Pancaran sinar merah masih beterbangan di samping kabin Hagrid, namun entah bagaimana tampaknya memantul darinya; dia masih tegak dan masih, sejauh yang bisa dilihat Harry, melawan. Jeritan dan teriakan menggema menyeberangi halaman; seorang lelaki berteriak, "Berbuatlah yang pantas, Hagrid!"
Hagrid meraung, "Pantas apanya, kau takkan membawakan seperti ini, Dawlish!"
Harry bisa melihat garis bentuk Fang yang kecil, yang sedang berusaha membela Hagrid, melompat berulang-ulang kepada para penyihir yang mengelilinginya sampai sebuah Mantera Pembeku mengenainya dan dia jatuh ke tanah. Hagrid mengeluarkan lolong kemarahan, mengangkat pelakunya dari tanah dan melemparkannya; pria itu terbang sejauh kelihatannya sepuluh kaki dan tidak bangun lagi. Hermione menghela napas keras, kedua tangan menutupi mulutnya; Harry memandang kepada Ron dan melihat bahwa dia juga tampak takut. Tak seorangpun dari mereka pernah melihat Hagrid marah besar sebelumnya.
"Lihat!" cicit Parvati, yang sedang bersandar pada tembok dan menunjuk ke kaki kastil tempat pintu-pintu depan terbuka lagi; lebih banyak cahaya jatuh ke halaman yang gelap dan sebuah bayangan hitam panjang tunggal sekarang berdesir menyeberangi halaman.
"Sekarang, benar-benar!" kata Profesor Tofty dengan cemas. "Cuma enam belas menit lagi yang tersisa, kalian tahu!"
Tetapi tak seorangpun memberinya perhatian sedikitpun: mereka sedang mengamati orang yang sekarang berlari cepat ke arah pertarungan di samping kabin Hagrid.
"Beraninya kamu!" figur itu berteriak selagi berlari. "Beraninya kamu!" "Itu McGonagall!" bisik Hermione.
"Tinggalkan dia sendiri! Sendiri, kataku!" kata suara Profesor McGonagall melalui kegelapan. "Atas dasar apa kalian menyerangnya" Dia tidak melakukan apapun, apapun yang membenarkan -- "
Hermione, Parvati dan Lavender semuanya menjerit. Figur-figur di sekeliling kabin telah menembakkan tidak kurang dari empat Pembeku kepada Profesor McGonagall. Di tengah jalan antara kabin dan kastil sinar-sinar merah itu menghantamnya; sejenak dia tampak bercahaya dan berkilauan merah mengerikan, lalu dia terangkat dari kakinya, mendarat keras di punggungnya, dan tidak bergerak lagi.
"Gargoyle melompat!" teriak Profesor Tofty, yang juga kelihatannya telah melupakan ujian sama sekali. "Tak ada peringatan apapun! Peri
laku yang keterlaluan!"
"PENGECUT!" teriak Hagrid; suaranya terbawa jelas hingga ke puncak menara, dan beberapa lampu berkelap-kelip di bagian dalam kastil. "PENGECUT SIALAN! RASAKAN ITU -- DAN ITU --"
"Oh astaga -- " bisik Hermione.
Hagrid memberi dua pukulan besar pada para penyerangnya yang terdekat; dinilai dari kejatuhan mereka yang segera, mereka terpukul hingga pingsan. Harry melihat Hagrid membungkuk, dan mengira dia akhirnya dikalahkan sebuah mantera. Tetapi, sebaliknya, saat berikutnya Hagrid berdiri lagi dengan apa yang tampak seperti karung di punggungnya -- lalu Harry sadar bahwa tubuh Fang yang lemah dipanggul di bahunya.
"Tangkap dia, tangkap dia!" jerit Umbridge, tetapi pembantunya yang tersisa tampaknya sangat enggan masuk ke dalam jangkauan kepalan tangan Hagrid; memang, dia sedang mundur begitu cepatnya sehingga dia tersandung salah satu rekannya yang tidak sadar dan terjatuh. Hagrid telah berpaling dan mulai berlari dengan Fang masih bergantung di sekeliling lehernya. Umbridge mengirikan Mantera Pembeku terakhir mengejarnya tetapi meleset; dan Hagrid, sambil berlari dengan kecepatan penuh menuju gerbang-gerbang di kejauhan, menghilang dari ke dalam kegelapan.
Ada keheningan menggetaran selama beberapa menit ketika semua orang menatap dengan mulut terbuka ke halaman. Lalu suara Profesor Tofty berkata dengan lemah, "Um ... lima menit lagi, semuanya."
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
The Broker 1 Pendekar Naga Putih 45 Pengemban Dosa Turunan Penyair Cengeng 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama