Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 2
"Dapatkah kau belajar jadi seorang Metamorphmagus"" Harry bertanya kepadanya, sambil meluruskan diri, sepenuhnya lupa berkemas.
Tonks tertawa kecil. "Aku bertaruh kamu pasti tidak keberatan menyembunyikan bekas luka itu kadang-kadang, eh""
Matanya menemukan bekas luka berbentuk kilat di dahi Harry.
"Tidak, aku takkan keberatan," Harry bergumam, sambil memalingkan muka. Dia tidak suka orang-orang menatap bekas lukanya.
"Well, kutakut kamu harus belajar cara yang susah," kata Tonks. "Para
Metamorphmagus sangat langka, mereka terlahir begitu, bukan dibuat. Kebanyakan penyihir menggunakan tongkat, atau ramuan, untuk mengubah penampilan mereka. Tetapi kita harus bergegas, Harry, kita seharusnya berkemas," dia menambahkan dengan rasa bersalah, sambil melihat berkeliling pada semua kekacauan di lantai.
"Oh -- yeah," kata Harry sambil mengambil beberapa buku lagi.
"Jangan bodoh, jauh lebih cepat kalau aku yang -- berkemas!" teriak Tonks, sambil melambaikan tongkatnya dengan gerakan menyapu yang panjang ke lantai.
Buku-buku, pakaian, teleskop dan timbangan semuanya membumbung ke udara dan terbang kacau balau ke dalam koper.
"Tidak terlalu rapi," kata Tonks sambil berjalan ke koper dan melihat ke tumpukan di dalamnya. "Ibuku punya ketangkasan untuk membuat benda-benda masuk dengan rapi -- dia bahkan membuat kaus kaki terlipat sendiri -- tapi aku belum menguasai bagaimana dia melakukannya -- mirip jentikan seperti ini -- " Dia menjentikkan tongkatnya dengan penuh harapan.
Salah satu kaus kaki Harry bergeliut dengan lemah dan tergeletak kembali ke puncak tumpukan kacau di dalam koper.
"Ah, well," kata Tonks, sambil membanting tutup koper hingga tertutup, "setidaknya semua sudah masuk. Itu juga perlu sedikit pembersihan." Dia menunjukkan tongkatnya ke sangkar Hedwig. "Scurgify." Beberapa bulu dan kotoran menghilang. "Well, itu agak lebih baik -- aku tidak pernah benar-benar bisa semua mantera jenis pekerjaan rumah ini. Benar sudah semuanya" Kuali" Sapu" Wow! Sebuah
Firebolt"" Matanya melebar ketika memandang sapu terbang di tangan kanan Harry. Itu adalah kebanggaan dan kesayangannya, sebuah kado dari Sirius, sebuah sapu terbang berstandar internasional.
"Dan aku masih naik Komet Dua Enam Puluh," kata Tonks dengan iri. "Ah well ... tongkatmu masih di celana jinsmu" Kedua pantat masih ada" OK, ayo pergi. Locomotor koper."
Koper Harry naik beberapa inci ke udara. Sambil memegang tongkatnya seperti tongkat dirigen, Tonks membuat koper itu melayang menyeberangi ruangan dan keluar dari pintu di hadapan mereka, dengan sangkar Hedwig di tangan kirinya. Harry mengikutinya menuruni tangga sambil membawa sapu terbangnya.
Kembali ke dapur Moody telah memakai kembali matanya, yang sedang berputar dengan amat cepat setelah pembersihannya sehingga membuat Harry merasa mual melihatnya. Kingsley Shacklebolt dan Sturgis Podmore sedang memeriksa microwave dan Hestia Jones sedang menertawakan pengiris kulit kentang yang dijumpainya ketika menggeledah laci-laci. Lupin sedang menyegel amplop yang dialamatkan kepada keluarga Dursley.
"Bagus sekali," kata Lupin, sambil melihat ke atas ketika Tonks dan Harry masuk.
"Kita punya sekitar satu menit, kukira. Kita mungkin harus keluar ke kebun sehingga kita akan siap. Harry, aku telah meninggalkan sepucuk surat yang memberitahu bibi dan pamanmu agar tidak khawatir -- "
"Mereka tidak akan," kata Harry.
"-- bahwa kamu aman -- "
"Itu hanya akan membuat mereka tertekan."
"-- dan kamu akan bertemu mereka lagi musim panas mendatang."
"Apakah aku harus""
Lupin tersenyum tetapi tidak menjawab.
"Kemarilah, nak," kata Moody dengan keras sambil memberi isyara
t kepada Harry dengan tongkatnya. "Aku perlu memberimu Penghilang-Ilusi."
"Anda perlu apa"" kata Harry dengan gugup.
"Mantera Penghilang Ilusi," kata Moody sambil mengangkat tongkatnya. "Lupin bilang kamu punya Jubah Gaib, tapi itu tidak akan bertahan sewaktu kita terbang; ini akan menyamarkanmu lebih baik. Ini dia -- "
Dia mengetuk-ngetuknya dengan keras di bagian puncak kepala dan Harry merasakan sebuah sensasi aneh seakan-akan Moody baru saja membanting sebuah telur di sana; tetesan-tetesan dingin terasa mengalir menuruni tubuhnya dari titik yang tersentuh tongkat.
"Bagus, Mad-Eye," kata Tonks penuh penghargaan, sambil menatap pada bagian tengah tubuh Harry.
Harry melihat ke bawah ke tubuhnya, atau lebih tepatnya, apa yang dulu tubuhnya, karena sama sekali tidak terlihat mirip tubuhnya lagi. Tubuh itu tidak kasat mata; hanya mengambil warna dan tekstur yang persis dengan unit dapur di belakangnya. Dia tampaknya sudah menjadi bunglon manusia.
"Ayolah," kata Moody sambil membuka kunci pintu belakang dengan tongkatnya.
Mereka semua melangkah keluar ke halaman Paman Vernon yang terawat indah.
"Malam yang cerah," gerutu Moody, mata sihirnya memindai langit. "Lebih baik kalau ada sedikit awan. Benar, kau," dia menghardik pada Harry, "kita akan terbang dengan formasi berdekatan. Tonks akan berada tepat di depanmu, terus ikuti dari dekat. Lupin akan melindungimu dari bawah. Aku akan berada di belakangmu. Yang lain akan mengelilingi kita. Kita tidak berpisah dari barisan demi apapun, mengerti" Kalau salah satu dari kami terbunuh -- "
"Apakah itu mungkin"" kata Harry khawatir, tetapi Moody mengabaikan dia.
"-- yang lain akan tetap terbang, jangan berhenti, jangan berpisah dari barisan. Kalau mereka menghabisi kami semua dan kau selamat, Harry, pengawal garis belakang telah bersiap sedia untuk mengambil alih; terus terbang ke timur dan mereka akan bergabung denganmu."
"Berhenti bersikap begitu ceria, Mad-Eye, dia akan mengira kita tidak menganggap ini serius," kata Tonks selagi dia mengikatkan koper Harry dan sangkar Hedwig ke pelana yang bergantung dari sapunya.
"Aku hanya memberitahu anak itu rencananya," geram Moody. "Tugas kita adalah mengantarkan dia dengan selamat ke Markas Besar dan kalau kita mati dalam usaha -"Tidak ada yang akan mati," kata Kingsley Shacklebolt dengan suaranya yang dalam dan menenangkan.
"Naiki sapumu, itu tanda pertama!" kata Lupin dengan tajam, sambil menunjuk ke langit.
Jauh, jauh di atas mereka, hujan bunga api merah terang telah menyala di antara bintang-bintang. Harry mengenalinya seketika sebagai bunga api tongkat. Dia mengayunkan kaki kanannya melewati Fireboltnya, menggenggam pegangannya erat-erat dan merasakannya bergetar sedikit, seakan-akan sama inginnya dengan dirinya untuk naik ke udara sekali lagi.
"Tanda kedua, ayo pergi!" kata Lupin dengan keras ketika lebih banyak lagi bunga api, kali ini hijau, meledak jauh di atas mereka.
Harry menjejak keras ke tanah. Udara malam yang sejuk menderu melalui rambutnya ketika petak-petak kebun rapi di Privet Drive tertinggal jauh, mengerut dengan cepat menjadi potongan-potongan hijau tua dan hitam, dan semua pikiran tentang dengar pendapat Kementerian tersapu daari pikirannya seolah-olah deru udara itu telah meniupnya keluar dari kepalanya. Dia merasa seakan-akan jantungnya akan meledak karena senang; dia terbang lagi, terbang menjauh dari Privet Drive seperti yang telah diimpikannya sepanjang musim panas, dia akan pulang ... selama beberapa saat yang menyenangkan, semua masalahnya sepertinya menyusut menjadi hilang, tidak penting lagi di dalam langit luas yang berbintang.
"Kiri jauh, kiri jauh, ada Muggle yang melihat ke atas!" teriak Moody dari belakangnya. Tonks membelok dan Harry mengikutinya dambil memperhatikan kopernya berayun dengan liar di bawah sapunya. "Kita perlu ketinggian lebih ... beri lagi seperempat mil!"
Mata Harry berair karena kedinginan ketika mereka membumbung ke atas; dia tidak bisa melihat apapun di bawah sekarang kecuali titik-titik kecil cahaya yang mungkin berasal dari mobil Paman Vernon ... keluarga Dursley pastsi sedang
menuju kembali ke rumah mereka yang kosong sekarang, penuh amarah mengenai Kompetisi Halaman yang tak pernah ada ... dan Harry tertawa keras-keras ketika memikirkannya, walaupun suaranya ditenggelamkan oleh kibasan jubah-jubah yang
lainnya, keriut pelana yang menggantung kopernya dan sangkar itu, dan suara deru angin di telinga mereka selagi mereka menambah kecepatan di udara. Dia belum merasa sehidup ini dalam sebulan, atau sesenang ini.
"Belok ke selatan!" teriak Mad-Eye. "Ada kota di depan!"
Mereka membumbung ke kanan untuk menghindari lewat langsung di atas jaring cahaya yang berkilauan di bawah.
"Belok ke tenggara dan terus mendaki, ada awan rendah di depan yang bisa menutupi kita!" seru Moody.
"Kita tidak akan lewat di dalam awan!" teriak Tonks dengan marah, "kita akan basah kuyup, Mad-Eye!"
Harry lega mendengarnya berkata demikian; tangannya sudah mulai mati rasa pada pegangan Firebolt. Dia berharap dia telah berpikir untuk memakai mantel; dia sudah mulai gemetar.
Mereka mengganti arah mereka beberapa waktu sekali menuruti perintah-perintah Mad-Eye. Mata Harry tegang melawan serbuan angin yang sedingin es yang mulai membuat telinganya sakit. Dia hanya bisa mengingat sekali saja kedinginan seperti ini di atas sapu, selama pertandingan Quidditch melawan Hufflepuff pada tahun ketiganya, yang terjadi pada saat badai. Para pengawal di sekitarnya sedang berkeliling terus-menerus seperti burung-burung pemangsa raksasa. Harry lupa waktu. Dia ingin tahu sudah berapa lama mereka terbang, terasa setidaknya sudah satu jam.
"Membelok ke barat daya!" teriak Moody "Kita mau menghindari jalur kereta bermotor!"
Harry sekarang sangat kedinginan sehingga dia memikirkan dengan penuh pengharapan bagian dalam yang nyaman dan kering dari mobil-mobil yang mengalir di bawah, lalu, bahkan lebih mengharapkan, bepergian dengan bubuk Floo; mungkin rasanya tidak nyaman berputar-putar di dalam perapian tetapi setidaknya di dalam nyala api terasa hangat ... Kingsley Shacklebolt melewatinya, kepalanya yang botak dan antingnya berkilau sedikit dalam cahaya bulan ... sekarang Emmeline Vance berada di sisi kanannya, dengan tongkat di luar, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan ... lalu dia juga melewatinya, untuk digantikan oleh Sturgis Podmore ...
"Kita harus berbalik sedikit, hanya untuk memastikan kita tidak diikuti!" Moody berteriak.
"APAKAH KAMU SINTING, MAD-EYE"" Tonks berteriak dari depan. "Kita semua membeku pada sapu kita! Kalau kita terus melenceng dari jalur kita tidak akan tiba di sana sampai minggu depan! Selain itu, kita sudah hampir sampai!"
"Waktunya mulai menurun!" datang suara Lupin. "Ikuti Tonks, Harry!"
Harry mengikuti Tonks menukik. Mereka sedang menuju kumpulan lampu terbesar yang pernah dilihatnya, kumpulan yang besar dan malang melintang, berkilauan
membentuk garis dan kisi, saling berselang-seling dengan potongan-potongan hitam paling kelam. Mereka terbang semakin rendah, sampai Harry dapat melihat satu-satu lampu besar dan lampu jalan, cerobong asap dan antena televisi. Dia sangat ingin mencapai tanah, walaupun dia merasa yakin seseorang akan harus melelehkannya dari sapunya.
"Ayo kita mulai!" seru Tonks, dan beberapa detik kemudian dia telah mendarat.
Harry mendarat tepat di belakangnya dan turun ke sepotong rumput tak terawat di tengah sebuah alun-alun kecil. Tonks sudah melepaskan koper Harry. Sambil gemetar, Harry melihat berkeliling. Bagian depan yang suram dari rumah-rumah yang ada di sekitar tidak menunjukkan penyambutan; beberapa di antaranya memiliki jendela yang pecah, berkilau suram dalam cahaya lampu jalan, cat mulai mengelupas dari banyak pintu dan tumpukan sampah tergeletak di luar beberapa tangga depan.
"Di mana kita"" Harry bertanya, tetapi Lupin berkata dengan pelan, "Sebentar."
Moody sedang menggeledah mantelnya, tangannya yang berbonggol-bonggol kagok karena kedinginan.
"Dapat," gumamnya, sambil mengangkat apa yang tampak seperti sebuah pemantik rokok perak ke udara dan menjentikkannya.
Lampu jalan terdekat padam dengan bunyi pop. Dia menjentikkan pemadam itu lagi; lampu berikutnya padam; dia terus menjenti
k sampai semua lampu di alun-alun itu padam dan cahaya yang tersisa hanya berasal dari jendela-jendela bergorden dan bulan sabit di atas.
"Pinjam dari Dumbledore," geram Moody sambil mengantongi Pemadam-Lampu. "Itu akan mengatasi Muggle-Muggle manapun yang melongok keluar dari jendela, ngerti kan" Sekarang ayo, cepat."
Dia memegang lengan Harry dan menuntunnya dari potongan rumput tadi, menyeberangi jalan dan naik ke trotoar; Lupin dan Tonks mengikuti sambil membawa koper Harry bersama-sama, para pengawal yang lain mengapit mereka, semuanya dengan tongkat di luar.
Suara hentakan teredam dari sebuah stereo datang dari sebuah jendela atas rumah terdekat. Bau tajam dari sampah yang membusuk datang dari tumpukan kantong sampah yang menggembung persis di dalam pagar yang terbuka.
"Di sini," Moody menggumam, sambil menyodorkan sepotong perkamen ke tangan Harry yang terkena Penghilang-Ilusi dan memegang tongkatnya yang menyala dekat ke perkamen itu, untuk menerangi tulisannya. "Bacalah cepat-cepat dan hafalkan."
Harry melihat ke potongan kertas itu. Tulisan tangan rapat-rapat itu samar-samar tampak dikenalnya. Isinya:
Markas Besar Order of the Phoenix bisa dijumpai di nomor dua belas, Grimmauld Place, London.
BAB EMPAT Grimmauld Place, Nomor Dua Belas
"Apa itu Order --"" Harry mulai.
"Tidak di sini, nak!" gertak Moody. "Tunggu sampai kita di dalam!"
Dia menarik potongan perkamen itu dari tangan Harry dan membakarnya dengan ujung tongkatnya. Ketika pesan itu menggulung dalam nyala api dan melayang ke tanah, Harry melihat ke sekitar ke rumah-rumah itu lagi. Mereka sedang berdiri di luar nomor sebelas; dia memandang ke sebelah kiri dan melihat nomor sepuluh; akan tetapi, ke sebelah kanan adalah nomor tiga belas.
"Tapi di mana --""
"Pikirkan apa yang baru saja kau hapalkan," kata Lupin pelan.
Harry berpikir, dan begitu dia mencapai bagian mengenai nomor dua belas, Grimmauld Place, sebuah pintu penuh luka muncul entah dari mana di antara nomor sebelas dan tiga belas, diikuti dengan cepat oleh dinding-dinding kotor dan jendela-jendela suram. Seakan-akan sebuah rumah tambahan telah menggembung, mendorong rumah-rumah di kedua sisinya menjauh. Harry terpana melihatnya. Stereo di nomor sebelas terus bergedebuk. Tampaknya para Muggle di dalamnya tidak merasakan apapun.
"Ayo, bergegaslah," geram Moody, sambil menusuk Harry di punggung.
Harry berjalan menaiki tangga-tangga batu yang sudah lama, sambil menatap pintu yang baru muncul. Cat hitamnya kusam dan penuh goresan. Pengetuk pintu perak berbentuk ular yang membelit. Tidak ada lubang kunci maupun kotak surat.
Lupin menarik keluar tongkatnya dan mengetuk pintu sekali. Harry mendengar banyak suara klik logam yang keras dan apa yang terdengar seperti gemerincing rantai. Pintu berkeriut terbuka.
"Cepat masuk, Harry," Lupin berbisik, "tetapi jangan masuk jauh-jauh ke dalam dan jangan menyentuh apapun."
Harry melangkahi ambang pintu ke dalam aula yang hampir gelap total. Dia bisa mencium kelembaban, debu dan bau pembusukan yang agak manis; tempat itu punya rasa seperti sebuah bangunan yang ditinggalkan. Dia memandang melalui bahunya dan melihat yang lain masuk setelahnya, Lupin dan Tonks sambil membawa kopernya dan sangkar Hedwig. Moody sedang berdiri di anak tangga puncak sambil melepaskan bola-bola cahaya yang telah dicuri Pemadam-Lampu dari lampu-lampu jalan; mereka terbang kembali ke bola lampu mereka dan alun-alun itu berkilau sejenak dengan cahaya jingga sebelum Moody melompat ke dalam dan menutup pintu depan, sehingga kegelapan di aula itu menjadi lengkap.
"Di sini -- " Dia mengetuk Harry dengan keras di kepala dengan tongkatnya. Harry merasa seakan-akan sesuatu yang panas menetes menuruni punggungnya kali ini dan tahu bahwa Mantera Penghilang-Ilusi itu pastilah telah terangkat.
"Sekarang jangan bergerak, semuanya, sementara aku memberi kita sedikit cahaya di sini," Moody berbisik.
Suara-suara teredam yang lainnya memberi Harry perasaan aneh seperti pertanda; seakan-akan mereka baru saja memasuki rumah seseorang yang sedang sekarat. Dia mendengar bunyi desis pelan dan lalu lampu minya
k model kuno berbunyi dan hidup di sepanjang dinding, sambil memberi nyala redup yang berkelap-kelip pada kertas dinding yang mulai mengelupas dan karpet yang mulai menipis di gang panjang yang suram, di mana sebuah kandil penuh sarang laba-laba berkilauan di atas kepala dan potret-potret yagn menghitam karena usia tergantung miring di dinding. Harry mendengar sesuatu berlari tergesa-gesa di belakang papan pelapis dinding. Baik kandil maupun tempat lilin di atas meja reyot di dekatnya berbentuk seperti ular.
Ada langkah-langkah kaki bergegas dan ibu Ron, Mrs Weasley, muncul dari sebuah pintu di sisi jauh aula itu. Dia tersenyum menyambut ketika bergegas menuju mereka, walaupun Harry memperhatikan bahwa dia agak kurusan dan lebih pucat daripada terakhir kali mereka berjumpa.
"Oh, Harry, senang berjumpa denganmu!" dia berbisik, sambil menariknya ke dalam pelukan erat sebelum memegangnya sejauh satu lengan dan memeriksanya dengan kritis. "Kau tampak pucat; kau perlu diberi makan banyak-banyak, tapi kutakut kau harus menunggu sebentar untuk makan malam."
Dia berpaling kepada kelompok penyihir di belakangnya dan berbisik mendesak, "Dia baru saja tiba, rapat sudah mulai."
Para penyihir di belakang Harry semua membuat suara tertarik dan bersemangat dan mulai melewatinya menuju pintu tempat Mrs Weasley datang tadi. Harry akan mengikuti Lupin, tetapi Mrs Weasley menahannya.
"Tidak, Harry, rapatnya hanya untuk anggota Order. Ron dan Hermione ada di atas, kau bisa menunggu bersama mereka sampai rapat usai, lalu kita akan makan malam. Dan rendahkan suaramu di aula," dia menambahkan dalam bisikan mendesak.
"Kenapa"" "Aku tidak ingin ada yang terbangun." "Apa yang Anda --""
"Akan kujelaskan nanti, aku harus bergegas, aku seharusnya ada di rapat -- akan kuperlihatkan di mana kau akan tidur."
Sambil menekankan jarinya ke bibir, dia menuntunnya berjingkat melewati sepasang gorden yang panjang dan termakan ngengat, di belakangnya Harry yakin pastilah ada pintu lain, dan setelah melewati sebuah tempat payung yang tampak seolah-olah terbuat dari kaki troll yang dipotong mereka menaiki tangga gelap, melewati sebaris kepala mengerut yang dipajang pada piagam di dinding. Pemeriksaan lebih dekat menunjukkan kepada Harry bahwa kepala-kepala itu milik peri-peri rumah. Semuanya memiliki hidung yang agak mirip moncong.
Kebingungan Harry semakin dalam dengan setiap langkah yang diambilnya. Apa yang sedang mereka lakukan di dalam sebuah rumah yang terlihat seakan-akan dimiliki oleh penyihir Tergelap"
"Mrs Weasley, mengapa --""
"Ron dan Hermione akan menjelaskan semuanya, sayang, aku benar-benar harus pergi," Mrs Weasley berbisik dengan kacau. "Di sana -- " mereka telah mencapai lantai kedua, "-- kau ke pintu di sebelah kanan. Akan kupanggil kalian ketika sudah usai."
Dan dia bergegas turun ke bawah lagi.
Harry menyeberangi lantai yang kumal itu, memutar kenop pintu kamar tidur, yang berbentuk kepala ular, dan membuka pintu.
Dia menangkap sekilas langit-langit tinggi yang suram, kamar bertempat tidur ganda; lalu ada bunyi cicit keras, yang diikuti dengan jeritan yang bahkan lebih keras, dan pandangannya terhalang oleh sejumlah besar rambut yang sangat tebal. Hermione telah melemparkan diri kepadanya ke dalam pelukan yang hampir menjatuhkannya, sementara burung hantu mungil Ron, Pigwidgeon, meluncur dengan bersemangat mengitari kepala mereka.
"HARRY! Ron, dia di sini, Harry ada di sini! Kami tidak mendengarmu tiba! Oh, bagaimana kabarmu" Apakah kau baik-baik saja" Apakah kau marah kepada kami" Kuyakin benar, aku tahu surat-surat kami tidak berguna -- tapi kami tidak bisa memberitahumu apa-apa, Dumbledore menyuruh kami bersumpah kami tidak akan, oh, kami punya begitu banyak hal untuk diceritakan kepadamu, dan kau punya hal-hal untuk diceritakan kepada kami para Dementor! Sewaktu kami dengar dan dengar pendapat Kementerian itu -- benar-benar keterlaluan, aku sudah memeriksanya,
mereka tidak bisa mengeluarkanmu, mereka tidak bisa saja, ada ketentuan dalam Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur untuk penggunaan sihir dalam situasi
yang mengancam nyawa -- "
"Biarkan dia bernapas, Hermione," kata Ron sambil menyeringai ketika dia menutup pintu di belakang Harry. Dia tampak telah tumbuh beberapa inci lagi selama satu bulan mereka berpisah, membuatnya lebih tinggi dan tampak lebih menakutkan dari dulu, walaupun hidung panjang, rambut merah terang dan bintik-bintiknya masih sama.
Masih tersenyum, Hermione melepaskan Harry, tetapi sebelum dia bisa berkata lagi ada suara kibasan lembut dan sesuatu yang putih membumbung dari puncak lemari gelap dan mendarat dengan lemah lembut di bahu Harry.
"Hedwig!" Burung hantu seputih salju itu mengatupkan paruhnya dan menggigit telinganya dengan penuh sayang ketika Harry membelai bulunya.
"Dia dalam keadaan aneh," kata Ron. "Mematuk kami hingga setengah mati ketika dia membawakan suratmu yang terakhir, lihat ini -- "
Dia memperlihatkan kepada Harry jari telunjuk tangan kanannya, yang memiliki luka potong hampir sembuh tetapi jelas dalam.
"Oh, yeah," Harry berkata. "Maaf tentang itu, tapi aku mau jawaban, kalian tahu -- "
"Kami ingin memberimu jawaban, sobat," kata Ron. "Hermione mulai melunak, dia terus berkata kamu akan melakukansesuatu yang bodoh kalau kamu terperangkap sendirian tanpa berita, tapi Dumbledore menyuruh kami -- "
"-- bersumpah tidak akan memberitahu aku," kata Harry. "Yeah, Hermione sudah bilang."
Pijar hangat yang telah menyala di dalam dirinya ketika melihat dua orang sahabat terbaiknya padam ketika sesuatu sedingin es membanjiri dasar perutnya. Mendadak -setelah sangat ingin bertemu mereka selama satu bulan penuh -- dia merasa dia lebih suka Ron dan Hermione meninggalkannya sendirian.
Ada keheningan tegang selama Harry membelai Hedwig secara otomatis, tanpa melihat kepada yang lain.
"Dia tampaknya berpikir itu yang terbaik," kata Hermione agak terengah-engah. "Dumbledore, maksudku."
"Benar," kata Harry. Dia memperhatikan bahwa tangannya juga memiliki tanda dari paruh Hedwig dan merasa bahwa dia sama sekali tidak menyesal.
"Kukira dia berpikir kau paling aman bersama para Muggle -- " Ron memulai.
"Yeah"" kata Harry sambil menaikkan alisnya. "Apakah salah satu dari kalian telah diserang Dementor musim panas ini""
"Well -- tidak -- tapi itulah mengapa dia menyuruh orang-orang dari Order of Phoenix untuk mengikutimu sepanjang waktu -- "
Harry merasakan hentakan dalam isi perutnya seakan-akan dia telah kelupaan satu anak tangga sewaktu menuruni tangga. Jadi semua orang tahu dia sedang diikuti, kecuali dirinya.
"Tak berjalan sebaik itu, bukan"" kata Harry, berusaha sekeras mungkin untuk menjaga suaranya tetap tenang. "Harus menjaga diriku sendiri, bukan""
"Dia sangat marah," kata Hermione, dalam suara yang hampir terpesona, "Dumbledore. Kami melihatnya. Ketika dia mengetahui Mundungus pergi sebelum waktu jaganya berakhir. Dia menakutkan."
"Well, aku senang dia pergi," Harry berkata dengan dingin. "Kalau tidak, aku tidak akan menyihir dan Dumbledore mungkin meninggalkanku di Privet Drive sepanjang musim panas."
"Tidakkah kau ... tidakkah kau cemas akan dengar pendapat Kementerian"" kata Hermione dengan pelan.
"Tidak," Harry berbohong dengan menantang. Dia berjalan menjauh dari mereka, sambil melihat sekeliling, dengan Hedwig yang puas di bahunya, tapi kamar ini tidak tampak menaikkan semangatnya. Kamar itu lembab dan gelap. Bidang kanvas yang kosong adalah satu-satunya yang menghilangkan kekosongan dinding yang mulai mengelupas, dan ketika Harry melewatinya dia mengira dia mendengar seseorang, yang sedang bersembunyi di luar pandangan, terkikik.
"Jadi, mengapa Dumbledore sangat ingin membiarkanku dalam kegelapan"" Harry bertanya, masih mencoba keras untuk menjaga suaranya tetap biasa. "Apakah kalian --er -- repot-repot bertanya kepadanya""
Dia melirik sekilas tepat waktu untuk melihat mereka saling memandang dengan tatapan yang memberitahu dia bahwa dia bertingkah laku persis seperti yang mereka takutkan. Itu tidak memiliki andil apapun dalam perbaikan perasaan marahnya.
"Kami memberitahu Dumbledore bahwa kami ingin memberitahumu apa yang sedang terjadi," kata Ron. "Benar, sobat. Tapi dia sangat sibuk s
ekarang, kami baru berjumpa dengannya dua kali sejak kami datang ke sini dan dia tidak punya banyak waktu, dia hanya menyuruh kami bersumpah tidak akan memberitahumu hal-hal yang penting ketika kami menulis surat, katanya burung hantu bisa dicegat."
"Dia masih bisa memberiku informasi kalau dia mau," Harry berkata pendek. "Kalian tidak akan memberitahuku bahwa dia tidak tahu cara-cara berkirim pesan tanpa burung hantu."
Hermione melirik kepada Ron dan lalu berkata, "Kupikirkan itu juga. Tapi dia tidak
ingin kau tahu apapun."
"Mungkin dia mengira aku tidak bisa dipercaya," kata Harry sambil mengamati ekspresi mereka.
"Jangan tolol," kata Ron, terlihat sangat terganggu.
"Atau bahwa aku tidak bisa menjaga diri."
"Tentu saja dia tidak berpikir begitu!" kata Hermione dengan cemas.
"Jadi bagaimana bisa aku harus tinggal bersama keluarga Dursley sementara kalian berdua bisa bergabung dengan semua yang sedang terjadi di sini"" kata Harry, kata-katanya berjatuhan dengan cepat, suaranya semakin keras dengan setiap kata. "Bagaimana bisa kalian berdua boleh tahu semua yang sedang terjadi""
"Kami tidak begitu!" Ron menyela. "Mum tidak membiarkan kami dekat-dekat rapat, dia bilang kami terlalu muda -- "
Tapi sebelum dia menyadarinya, Harry telah berteriak.
"JADI KALIAN TIDAK IKUT RAPAT, MASALAH BESAR! KALIAN MASIH ADA DI SINI, BUKAN" AKU, AKU TERKURUNG BERSAMA KELUARGA DURSLEY SELAMA SEBULAN! DAN AKU TELAH MENGATASI LEBIH BANYAK HAL DARI YANG PERNAH KALIAN BERDUA HADAPI DAN DUMBLEDORE TAHU ITU SIAPA YANG MENYELAMATKAN BATU BERTUAH" SIAPA YANG MENGENYAHKAN RIDDLE" SIAPA YANG MENYELAMATKAN HIDUP KALIAN BERDUA DARI DEMENTOR""
Setiap pikiran getir dan marah yang Harry miliki pada bulan lalu mengalir keluar dari dirinya: rasa frustrasinya karena kurangnya berita, rasa sakit bahwa mereka semua telah berkumpul tanpa dirinya, kemarahannya karena diikuti dan tidak diberitahu mengenai hal itu -- semua perasaan yang setengah malu dimilikinya akhirnya meledak lewat batasan. Hedwig takut akan keributan itu dan membumbung ke puncak lemari baju lagi; Pigwidgeon mencicit ketakutan dan meluncur lebih cepat dari sebelumnya di sekitar kepala mereka.
"SIAPA YANG HARUS MELEWATI NAGA-NAGA DAN SPHINX DAN SEMUA BENDA MENGERIKAN LAIN TAHUN LALU" SIAPA YANG MENYAKSIKANNYA KEMBALI" SIAPA YANG TELAH LOLOS DARINYA"
AKU!" Ron sedang berdiri di sana dengan mulut setengah terbuka, jelas terpana dan kehilangan kata-kata, sementara Hermione kelihatan akan menangis.
"TAPI KENAPA AKU HARUS TAHU APA YANG SEDANG TERJADI" KENAPA HARUS ADA SESEORANG YANG REPOT-REPOT MEMBERITAHUKU APA YANG SEDANG BERLANGSUNG""
"Harry, kami ingin memberitahumu, benar -- " Hermione mulai.
"TIDAK MUNGKIN SANGAT INGIN, BUKAN BEGITU, ATAU KALIAN AKAN MENGIRIMKU BURUNG HANTU, TAPI DUMBLEDORE MENYURUH KALIAN BERSUMPAH --"
"Well, dia memang --"
"EMPAT MINGGU AKU TERKURUNG DI PRIVET DRIVE, MEMUNGUTI KORAN DARI TONG SAMPAH UNTUK MENCOBA MENCARI TAHU APA YANG SEDANG TERJADI --"
"Kami ingin -- "
"KURASA KALIAN TELAH TERTAWA PUAS, BUKAN BEGITU, SEMUANYA BERKUMPUL DI SINI BERSAMA --"
"Tidak, jujur saja --"
"Harry, kami sangat menyesal!" kata Hermione dengan putus asa, matanya sekarang berkilat-kilat dengan air mata. "Kau sepenuhnya benar, Harry -- kalau aku pasti akan marah besar!"
Harry melotot kepadanya, masih bernapas dalam-dalam, lalu berpaling dari mereka dari, berjalan bolak-balik. Hedwig berteriak dengan murung dari puncak lemari baju. Ada jeda panjang, yang hanya disela oleh keriut muram papan lantai di bawah kaki Harry.
"Omong-omong, tempat apa ini"" dia bertanya pada Ron dan Hermione.
"Markas Besar Order of Phoenix," kata Ron seketika.
"Apakah ada yang mau repot memberitahuku apa Order of Phoenix --""
"Itu adalah perkumpulan rahasia," kata Hermione cepat. "Dumbledore yang bertanggung jawab, dia mendirikannya. Isinya orang-orang yang berperang melawan Kau-Tahu-Siapa terakhir kali."
"Siapa yang ada di dalam"" kata Harry, berhenti dengan tangan di sakunya.
"Cukup banyak orang -- "
"Kami telah berjumpa dengan sekitar dua puluh dari mereka," kata Ron, "tapi kami kira masih ada lebih banyak lagi."
Har ry melotot kepada mereka.
"Well"" dia menuntut, sambil memandang dari satu ke yang lain.
"Er," kata Ron. "Apa""
"Voldemort!" kata Harry dengan marah, dan baik Ron maupun Hermione berjengit. "Apa yang sedang terjadi" Apa yang sedang dilakukannya" Di mana dia" Apa yang sedang kita lakukan untuk menghentikan dia""
"Kami sudah memberitahumu, Order tidak membolehkan kami dalam rapat-rapat mereka," kata Hermione dengan gugup. "Jadi kami tidak tahu detilnya -- tapi kami punya gambaran umumnya," dia menambahkan dengan terburu-buru ketika melihat tampang Harry.
"Fred dan George telah menciptakan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan," kata Ron. "Mereka benar-benar berguna."
"Telinga --""
"Yang-Dapat-Dipanjangkan, yeah. Hanya saja kami harus berhenti menggunakannya akhir-akhir ini karena Mum tehu dan jadi mengamuk. Tapi kami telah menggunakan mereka dengan baik sebelum Mum menyadari apa yang sedang terjadi. Kami tahu beberapa anggota Order sedang mengikuti para Pelahap Maut yang telah dikenali, mencari tahu kegiatan mereka, kau tahu -- "
"Beberapa dari mereka sedang bekerja merekrut lebih banyak orang ke dalam Order -- " kata Hermione.
"Dan beberapa dari mereka sedang menjaga sesuatu," kata Ron. "Mereka selalu berbicara tentang tugas menjaga."
"Tidak mungkin aku, "kan"" kata Harry dengan sarkastis.
"Oh, yeah," kata Ron dengan tampang mulai memahami.
Harry mendengus. Dia berjalan mengelilingi kamar lagi, melihat ke semua arah kecuali pada Ron dan Hermione. "Jadi, apa yang telah kalian berdua lakukan, kalau kalian tidak diizinkan dalam rapat-rapat"" dia menuntut. "Kalian bilang kalian sibuk."
"Memang," kata Hermione dengan cepat. "Kami sedang menyuci-hamakan rumah ini, yang telah kosong selama bertahun-tahun dan berbagai hal telah berkembang biak di sini. Kami berhasil membersihkan dapur, kebanyakan kamar tidur dan kukira kami akan mengerjakan ruang duduk be-- AARGH!"
Dengan dua letusan keras, Fred dan George, kakak-kakak kembar Ron, muncul dari udara kosong di tengah ruangan. Pigwidgeon bercicit lebih liar dari sebelumnya dan meluncur untuk bergabung dengan Hedwig di atas lemari baju.
"Berhenti melakukan itu!" Hermione berkata dengan lemah kepada si kembar, yang berambut merah terang seperti Ron, walaupun lebih berisi dan sedikit lebih pendek.
"Halo, Harry," kata George, sambil tersenyum kepadanya. "Kami kira kami mendengar nada suaramu yang indah."
"Kau tidak mau membotolkan kemarahanmu seperti itu, Harry, lepaskan semuanya,"
kata Fred, juga sambil tersenyum. "Mungkin ada beberapa orang sejauh lima puluh mil yang belum mendengarmu."
"Jadi, kalian berdua lulus ujian Apparasi kalian"" tanya Harry dengan galak.
"Dengan nilai cemerlang," kata Fred, yang sedang memegang sesuatu yang terlihat seperti sepotong benang berwarna daging yang amat panjang.
"Kalian cuma butuh sekitar tiga puluh detik lebih lama untuk berjalan menuruni tangga," kata Ron.
"Waktu adalah Galleon, adik kecil," kata Fred. "Lagipula, Harry, kau menghalangi penerimaan. Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan," dia menambahkan sebagai tanggapan bagi alis Harry yang dinaikkan, dan mengangkat benang yang sekarang Harry lihat sedang menjulur ke puncak tangga. "Kami sedang mencoba mendengar apa yang sedang terjadi di bawah."
"Kalian harus berhati-hati," kata Ron, sambil menatap Telinga itu, "kalau Mum melihat salah satu lagi ... "
"Cukup berharga, rapat yang sedang mereka adakan itu rapat penting," kata Fred.
Pintu terbuka dan tampaklah rambut merah panjang.
"Oh, halo, Harry!" kata adik perempuan terkecil Ron, Ginny, dengan cerah. "Kukira aku mendengar suaramu.
Sambil berpaling kepada Fred dan George, dia berkata, "Tidak bisa menggunakan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan, dia menempatkan Mantera Tidak Tertembus pada pintu dapur."
"Bagaimana kamu bisa tahu"" kata George, terlihat kecewa.
"Tonks memberitahuku cara mengetahuinya," kata Ginny. "Lempar saja benda ke pintu dan kalau tidak bisa membuat kontak berarti pintu telah Tak-Tertembus. Aku telah melempari Bom Kotoran ke pintu itu dari atas tangga dan mereka cuma membumbung menjauhinya, jadi tidak mungkin Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan b
isa masuk lewat celah pintu."
Fred mengeluarkan helaan napas panjang.
"Sayang. Aku benar-benar ingin tahu apa yang sedang dikerjakan si Snape tua." "Snape!" kata Harry dengan cepat. "Dia ada di sini""
"Yeah," kata George, sambil menutup pintu dengan hati-hati dan duduk di atas salah satu ranjang; Fred dan Ginny mengikuti. "Memberi laporan. Rahasia top."
"Berengsek," kata Fred dengan malas.
"Dia ada di sisi kita sekarang," kata Hermione memarahi.
Ron mendengus. "Tidak menghentikannya jadi orang berengsek. Caranya memandang kita ketika dia bertemu dengan kita."
"Bill juga tidak menyukainya," kata Ginny, seakan-akan itu menyelesaikan masalahnya.
Harry tidak yakin apakah amarahnya sudah mereda; tapi rasa hausnya akan informasi sekarang menguasai desakan untuk tetap berteriak. Dia terbenam ke atas ranjang di seberang yang lainnya.
"Apakah Bill ada di sini"" dia bertanya. "Kupikir dia sedang bekerja di Mesir""
"Dia melamar pekerjaan di belakang meja sehingga dia bisa pulang ke rumah dan bekerja bagi Order," kata Fred. "Dia bilang dia sangat merindukan makam-makam, tapi," dia tersenyum menyeringai, "ada kompesasi."
"Apa maksudmu""
"Ingat Fleur Delacour"" kata George. "Dia dapat pekerjaan di Gringotts untuk perbaiki ba"asa Inggrisnya -- "
"Dan Bill telah memberinya banyak pelajaran privat," Fred terkikik.
"Charlie ada dalam Order juga," kata George, "tapi dia masih di Rumania. Dumbledore mau sebanyak mungkin penyihir asing dibawa masuk, jadi Charlie berusaha membuat kontak pada hari liburnya."
"Tidak bisakah Percy melakukan itu"" Harry bertanya. Terakhir kali didengarnya, anak ketiga keluarga Weasley itu sedang bekerja di Departemen Kerja Sama Sihir Internasional di Kementerian Sihir.
Saat mendengar kata-kata Harry, semua anggota keluarga Weasley dan Hermione saling bertukar pandangan pengertian yang kelam.
"Apapun yang kau lakukan, jangan sebut-sebut Percy di depan Mum dan Dad," Ron memberitahu Harry dengan suara tegang.
"Mengapa tidak""
"Karena setuap kali nama Percy disebut, Dad memecahkan apapun yang sedang dipegangnya dan Mum mulai menangis," kata Fred.
"Sangat mengerikan," kata Ginny dengan sedih.
"Kukira kita lebih baik tanpa dia," kata George, dengan tampang jelek yang tidak seperti biasanya.
"Apa yang terjadi"" Harry berkata.
"Percy dan Dad bertengkar," kata Fred. "Aku belum pernah melihat Dad bertengkar dengan siapapun seperti itu. Biasanya Mum yang berteriak."
"Terjadinya saat minggu pertama setelah sekolah berakhir," kata Ron. "Kami akan datang dan bergabung dengan Order. Percy pulang ke rumah dan memberitahu kami dia telah dipromosikan."
"Kau bercanda"" kata Harry.
Walaupun dia tahu benar bahwa Percy sangat ambisius, kesan Harry adalah bahwa Percy belum berhasil dengan baik pada pekerjaan pertamanya di Kementerian Sihir. Percy telah melakukan kelalaian yang cukup besar karena gagal memperhatikan bahwa atasannya sedang dikendalikan oleh Lord Voldemort (bukannya Kementerian mempercayai hal itu -- mereka semua mengira Mr Crouch telah jadi gila).
"Yeah, kami semua terkejut," kata George, "karena Percy dapat banyak masalah mengenai Crouch, ada penyelidikan dan semuanya. Mereka bilang Percy seharusnya menyadari bahwa Crouch sudah tidak waras dan memberitahu orang-orang di atas. Tapi kamu kenal Percy, Crouch membiarkannya bertanggung jawab penuh, dia tidak akan mengeluh."
"Jadi bagaimana bisa mereka mempromosikan dia""
"Itulah persis yang membuat kami bertanya-tanya," kata Ron, yang terlihat sangat ingin menjaga berlangsungnya percakapan normal karena sekarang Harry telah berhenti berteriak. "Dia pulang ke rumah sangat senang pada dirinya sendiri -- bahkan lebih senang dari biasanya -- dan memberitahu Dad bahwa dia telah ditawari posisi di kantor Fudge sendiri. Posisi yang sangat bagus bagi seseorang yang baru setahun keluar dari Hogwarts: Asisten Junior bagi Menteri. Kukira dia berharap Dad akan terkesan."
"Hanya saja Dad tidak terkesan," kata Fred dengan muram. "Kenapa tidak"" kata Harry.
"Well, tampaknya Fudge telah marah-marah di sekitar Kementerian sambil memeriksa bahwa tak seorangpun melakukan kontak dengan Dumbledo
re," kata George. "Kau lihat, nama Dumbledore seperti lumpur bagi Kementerian saat-saat ini," kata Fred. "Mereka semua berpikir dia hanya membuat masalah dengan mengatakan Kau-Tahu-Siapa kembali."
"Dad bilang Fudge telah membuat jelas bahwa siapapun yang bersekutu dengan Dumbledore bisa mengosongkan mejanya," kata George.
"Masalahnya, Fudge mencurigai Dad, dia tahu Dad berteman dengan Dumbledore, dan dia selalu berpikir Dad sedikit aneh karena obsesi Mugglenya,"
"Tapi apa hubungannya itu dengan Percy"" tanya Harry, bingung.
"Aku baru akan ke sana. Dad menganggap Fudge hanya menginginkan Percy di kantornya karena dia ingin menggunakannya untuk memata-matai keluarga -- dan Dumbledore."
Harry mengeluarkan siulan rendah.
"Pasti Percy suka itu."
Ron tertawa kosong. "Dia benar-benar mengamuk. Dia bilang -- well, dia bilang banyak hal yang mengerikan. Dia bilang dia telah bertarung melawan reputasi jelek Dad semenjak dia bergabung dengan Kementerian dan bahwa Dad tidak punya ambisi dan itulah sebabnya kami selalu -- kau tahu -- tidak punya banyak uang, maksudku -- "
"Apa"" kata Harry tidak percaya, ketika Ginny membuat suara seperti seekor kucing marah.
"Aku tahu," kata Ron dengan suara rendah. "Dan semakin buruk. Dia bilang Dad idiot karena mengikuti Dumbledore, bahwa Dumbledore menuju masalah besar dan Dad akan jatuh bersamanya, dan bahwa dia -- Percy -- tahu di mana kesetiaannya berada yaitu bersama Kementerian. Dan kalau Mum dan Dad akan menjadi pengkhianat bagi Kementerian dia akan memastikan bahwa semua orang tahu dia tidak bersama keluarga kami lagi. Dan dia mengemas tas-tasnya malam itu juga dan pergi. Dia sekarang tinggal di sini di London."
Harry menyumpah tanpa suara. Dia selalu kurang menyukai Percy dibanding saudara-saudara Percy yang lain, tapi dia belum pernah membayangkan dia akan mengatakan hal-hal seperti itu kepada Mr Weasley.
"Mum terus saja dalam keadaan itu," kata Ron tanpa minat. "Kau tahu -- menangis dan sebagainya. Dia datang ke London untuk mencoba berbicara kepada Percy tetapi dia membanting pintu di depannya. Aku tak tahu apa yang dilakukannya kalau jumpa Dad di tempat kerja -- mengabaikannya, kurasa."
"Tapi Percy pasti tahu Voldemort kembali," kata Harry dengan pelan. "Dia tidak bodoh, dia pasti tahu ibu dan ayahmu tidak akan meresikokan semuanya tanpa bukti."
"Yeah, well, namamu terseret ke dalam pertengkaran itu," kata Ron, memberi Harry tatapan sembunyi-sembunyi. "Percy bilang satu-satunya bukti adalah kata-katamu dan ... aku tak tahu ... dia tidak mengira hal itu cukup baik."
"Percy membaca Daily Prophet dengan serius," kata Hermione dengan masam, dan yang lainnya semua mengangguk.
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang sedang kalian bicarakan"" Harry bertanya, sambil melihat sekeliling kepada mereka semua. Mereka semua sedang memandangnya dengan waspada.
"Apakah -- apakah kamu tidak berlangganan Daily Prophet"" Hermione bertanya dengan gugup.
"Yeah, aku langganan!" kata Harry.
"Sudahkah kau -- er-- membacanya dengan seksama"" Hermione berkata, lebih cemas lagi.
"Tidak semuanya," kata Harry membela diri. "Kalau mereka akan melaporkan apapun mengenai Voldemort pastilah akan jadi berita utama, benar "kan""
Yang lain berjengit mendengar nama itu. Hermione bergegas, "Well, kau perlu membaca semuanya untuk mengetahuinya, tapi mereka -- um -- mereka menyebutmu beberapa kali dalam seminggu."
"Tapi aku belum pernah mellihat -- "
"Tidak kalau kau hanya membaca halaman depan, kau pasti tidak akan," kata Hermione sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak membicarakan artikel besar. Mereka cuma menyisipkanmu, seolah-olah kau adalah lelocon."
"Apa yang kau --""
"Cukup kejam, sebenarnya," kata Hermione dengan suara tenang yang dipaksakan. "Mereka cuma menambah-nambah pada benda-benda Rita."
"Tapi dia "kan tidak menulis untuk mereka lagi""
"Oh, tidak, dia menepati janjinya -- bukannya dia punya pilihan lain," Hermione menambahkan dengan rasa puas. "Tapi dia membangun fondasi untuk apa yang sedang mereka lakukan sekarang."
"Apa itu"" kata Harry dengan tidak sabar.
"OK, kau tahu dia menulis bahwa kau pingsan di semua tempat dan berkata bah
wa bekas lukamu sakit dan semua itu""
"Yeah," kata Harry, yang tidak cepat melupakan cerita-cerita Rita Skeeter mengenai dirinya.
"Well, mereka menulis mengenaimu seakan-akan kau itu penipu yang mencari perhatian yang mengira dirinya seorang pahlawan tragis atau apapun," kata Hermione, sangat cepat, seolah-olah akan kurang tidak menyenangkan bagi Harry untuk mendengar fakta-fakta ini dengan cepat. "Mereka teus menyelipkan komentar-komentar menyindir mengenaimu. Kalau muncul cerita yang dibuat-buat, mereka berkata sesuatu seperti, "Sebuah kisah yang pantas bagi Harry Potter", dan kalau ada yang mendapat kecelakaan aneh atau apapun maka, "Mari berharap dia tidak punya bekas luka di dahinya atau kita akan diminta memuja dia berikutnya" -- "
"Aku tidak mau siapapun memuja -- " Harry mulai dengan marah.
"Aku tahu kau tidak mau," kata Hermione dengan cepat, terlihat takut. "Aku tahu, Harry. Tapi kau lihat apa yang sedang mereka lakukan" Mereka ingin mengubahmu menjadi seseorang yang tidak akan dipercayai siapapun. Fudge ada di belakangnya, aku akan bertaruh apapun. Mereka mau para penyihir di jalan-jalan mengira kau hanya anak bodoh yang agak mirip lelucon, yang menceritakan cerita-cerita bohong yang menggelikan karena dia senang jadi terkenal dan ingin terus begitu."
"Aku tidak minta -- aku tidak mau -- Voldemort membunuh orang tuaku!" Harry merepet. "Aku jadi terkenal karena dia membunuh keluargaku tapi tidak bisa membunuhku! Siapa yang mau jadi terkenal karena itu" Tidakkah mereka berpikir aku lebih suka itu tidak pernah -- "
"Kami tahu, Harry," kata Ginny dengan bersungguh-sungguh.
"Dan tentu saja, mereka tidak melaporkan sepatah katapun mengenai Dementor yang menyerangmu," kata Hermione. "Seseorang menyuruh mereka mendiamkannya. Itu pastilah jadi cerita yang sangat besar, Dementor di luar kendali. Mereka bahkan belum melaporkan bahwa kau melanggar Undang-Undang Kerahasiaan Internasional. Kami mengira mereka akan melakukannya, akan sangat cocok dengan citramu sebagai tukang pamer bodoh. Kami kira mereka mengulur waktu sampai kau dikeluarkan, lalu mereka akan bertindak tanpa hambatan -- maksudku, kalau kau dikeluarkan, tentu saja," dia meneruskan dengan terburu-buru. "Kau seharusnya tidak dikeluarkan, tidak kalau mereka mematuhi hukum mereka sendiri, tidak ada kasus melawanmu."
Mereka kembali ke dengar pendapat itu dan Harry tidak ingin memikirkan itu. Dia memandang sekitarnya untuk perubahan topik yang lain, tapi diselamatkan dari perlunya menemukan topik baru oleh suara langkah-langkah kaki yang menaiki
tangga. "Uh oh." Fred menarik kuat-kuat Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan; ada letusan keras lain dan dia dan George menghilang. Beberapa detik kemudian, Mrs Weasley muncul di ambang kamar tidur.
"Rapat sudah usai, kalian bisa turun dan makan malam sekarang. Semua orang sangat ingin bertemu denganmu, Harry. Dan siapa yang meninggalkan semua Bom Kotoran itu di luar pintu dapur""
"Crookshanks," kata Ginny tanpa merona. "Dia sangat suka bermain dengan mereka."
"Oh," kata Mrs Weasley, "kukira mungkin Kreacher, dia terus melakukan hal-hal aneh seperti itu. Sekarang jangan lupa menjaga suara kalian tetap rendah di aula. Ginny, tanganmu kotor, apa yang telah kau lakukan" Tolong pergi dan cuci mereka sebelum makan malam."
Ginny meringis kepada yang lain dan mengikuti ibunya keluar dari kamar itu,
meninggalkan Harry sendiri dengan Ron dan Hermione. Keduanya sedang mengawasinya dengan gelisah, seakan-akan mereka takut dia akan mulai berteriak lagi karena sekarang semua orang sudah pergi. Melihat mereka tampak begitu gugup membuatnya merasa sedikit malu.
"Dengar dia bergumam, tapi Ron menggelengkan kepalanya, dan Hermione berkata dengan pelan, "Kami tahu kamu akan marah, Harry, kami benar-benar tidak menyalahkanmu, tapi kau harus mengerti, kami memang mencoba membujuk Dumbledore -- "
"Yeah, aku tahu," kata Harry pendek.
Dia memandang berkeliling mencari topik yang tidak melibatkan kepala sekolahnya, karena memikirkan Dumbledore saja membuat tubuh bagian dalam Harry terbakar oleh amarah lagi.
"Siapa Kreacher"" dia bertanya.
"Peri-rumah yang tinggal di sini," kata Ron. "Sinting. Belum pernah jumpa yang seperti dia."
Hermione merengut kepada Ron.
"Dia tidak sinting, Ron."
"Ambisi hidupnya adalah supaya kepalanya dipotong dan dipajang di sebuah piagam seperti ibunya," kata Ron dengan jengkel. "Apakah itu normal, Hermione""
"Well -- well, kalau dia sedikit aneh, itu bukan salahnya."
Ron menggulirkan matanya kepada Harry.
"Hermione masih belum menyerah tentang SPEW."
"Itu bukan SPEW!" kata Hermione panas. "Itu Perkumpulan untuk Mempromosikan Kesejahteraan Peri-Rumah. Dan bukan cuma aku, Dumbledore juga bilang kita harus baik kepada Kreacher."
"Yeah, yeah," kata Ron. "Ayo, aku lapar berat."
Dia memimpin jalan keluar pintu dan ke puncak tangga, tetapi sebelum mereka bisa
menuruni tangga -"Tunggu dulu!" Ron bernapas, sambil merentangkan sebuah lengan untuk
menghentikan Harry dan Hermione berjalan lebih jauh. "Mereka masih di aula, kita
mungkin bisa mendengar sesuatu."
Ketiganya melihat dengan waspada melewati pegangan tangga. Gang suram di bawah dipenuhi para penyihir wanita dan pria, termasuk semua pengawal Harry. Mereka sedang berbisik-bisik dengan bersemangat satu sama lain. Di bagian paling
tengah dari kelompok itu Harry melihat kepala berambut hitam berminyak dan hidung menonjol milik guru yang paling tidak disukainya di Hogwarts, Profesor Snape. Harry mencondongkan badan lebih ke jauh melewati pegangan tangga. Dia sangat tertarik akan apa yang sedang Snape lakukan bagi Order of Phoenix.
Sepotong benang tipis berwarna daging turun di depan mata Harry. Ketika memandang ke atas, dia melihat Fred dan Geoge di puncak tangga di atasnya, dengan waspada menurunkan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan menuju kumpulan gelap orang-orang di bawah. Akan tetapi, sejenak kemudian mereka semua mulai bergerak menuju pintu depan dan menghilang dari pandangan.
"Sialan," Harry mendengar Fred berbisik, selagi dia menaikkan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan ke atas lagi.
Mereka mendengar pintu depan terbuka, lalu menutup.
"Snape tidak pernah makan di sini," Ron memberitahu Harry dengan pelan. "Syukurlah. Ayo."
"Dan jangan lupa jaga suaramu tetap rendah di aula, Harry," Hermione berbisik.
Ketika mereka melewati barisan kepala peri-rumah di dinding, mereka melihat Lupin, Mrs Weasley dan Tonks di pintu depan, sedang mengunci banyak kunci dan gemboknya dengan sihir di belakang orang-orang yang baru saja pergi.
"Kita makan di dapur," Mrs Weasley berbisik, sambil menyambut mereka di bawah tangga. "Harry sayang, kalau kau bisa berjingkat menyeberangi aula melalui pintu di sini -- "
CRASH. "Tonks!" teriak Mrs Weasley dengan putus asa, sambil berbalik untuk melihat ke belakangnya.
"Maafkan aku!" ratap Tonks, yang sedang berbaring rata di lantai. "Gara-gara tempat payung bodoh itu, kedua kalinya aku tersandung -- "
Tapi kata-katanya yang lain ditenggelamkan oleh sebuah pekikan mengerikan yang memekakan telinga dan membekukan darah.
Tirai-tirai beludru yang termakan ngengat yang telah dilewati Harry telah terbuka, tapi tidak ada pintu di belakang mereka. Selama sepersekian detik, Harry mengira dia sedang melihat ke sebuah jendela, jendela yang dibelakangnya ada seorang wanita tua bertopi hitam sedang menjerit dan menjerit seakan-akan dia sedang disiksa -- lalu dia menyadari bahwa dia hanya potret seukuran badan, tapi yang paling realistis, dan paling tidak menyenangkan, yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Wanita tua itu berliur, matanya bergulir, kulit wajahnya yang mulai menguning teregang ketika dia menjerit; dan sepanjang aula di mereka, potret-potret lain terbangun dan mulai berteriak-teriak juga, sehingga Harry benar-benar menegangkan
matanya akibat keributan itu dan menutup telinganya dengan tangan.
Lupin dan Mrs Weasley berlari maju dan mencoba menarik tirai menutupi wanita tua itu, tapi tirai-tirai itu tidak mau menutup dan dia memekik lebih keras lagi, sambil mengacungkan tangan-tangan yang mencakar-cakar seakan-akan mencoba merobek muka mereka.
"Kotoran! Sampah! Hasil sampingan debu dan kejelekan! Keturunan campuran, mutan, orang aneh, pergi dari tempat ini! Berani-beraninya kalian
mengotori rumah leluhurku -- "
Tonks meminta maaf terus menerus, sambil menyeret kaki troll yang besar dan berat itu kembali ke lantai; Mrs Weasley menyerah atas usaha menutup tirai dan bergegas ke sana ke mari di aula, Membius semua potret lain dengan tongkatnya; dan seorang lelaki dengan rambut hitam panjang datang menyerbu dari sebuah pintu yang menghadap Harry.
"Diamlah, kau wanita tua jelek yang mengerikan, DIAM!" dia meraung, sambil meraih tirai yang telah ditinggalkan Mrs Weasley.
Wajah wanita tua itu memucat.
"Kaaaau!" dia melolong, matanya melolot ketika melihat lelaki itu. "Pengkhianat keluarga, yang paling dibenci, darah dagingku yang membuat malu!"
"Kubilang -- DIAM!" raung lelaki itu, dan dengan usaha menakjubkan dia dan Lupin berhasil memaksa tirai itu tertutup lagi.
Pekikan wanita tua itu menghilang dan timbul keheningan yang menggema.
Sambil sedikit terengah-engah dan mengusapkan rambut gelap panjangnya keluar dari mata, ayah angkat Harry Sirius berpaling menatapnya.
"Halo, Harry," dia berkata dengan muram, "kulihat kau sudah bertemu ibuku."
BAB LIMA Order of the Phoenix "Kau --"" "Ibuku tua tersayang, yeah," kata Sirius. "Kami telah mencoba menurunkannya selama sebulan tapi kami mengira dia menempatkan Mantera Lekat Permanen di bagian belakang kanvas. Ayo turun kek bawah, cepatlah, sebelum mereka semua terbangun lagi."
"Tapi apa yang dilakukan potret ibumu di sini"" Harry bertanya, bingung, ketika mereka melalui pintu ke aula dan memimpin jalan menuruni tangga batu sempit, yang lain persis di belakang mereka.
"Belum adakah yang memberitahumu" Ini rumah orang tuaku," kata Sirius. "Tapi aku Black terakhir yang tersisa, jadi milikku sekarang. Aku menawarkannya kepada Dumbledore untuk dijadikan Markas Besar -- kira-kira satu-satunya hal berguna yang telah dapat kulakukan."
Harry, yang telah mengharapkan penyambutan yang lebih baik, mencatat betapa getir kedengarannya suara Sirius. Dia mengikuti ayah angkatnya ke dasar tangga dan melalui sebuah pintu yang menuju ke dapur bawah tanah.
Dapur itu hampir sama suramnya dengan aula di atas, sebuah ruangan besar dengan dinding-dinding batu yang kasar. Sebagian besar cahaya datang dari api besar di sisi jauh ruangan itu. Seberkas asap pipa menggantung di udara seperti asap-asap pertempuran, melalui asap itu tampak bentuk-bentuk menakutkan pot dan panci besi berat yang bergantungan dari langit-langit yang gelap. Banyak kursi telah dijejalkan ke dalam ruangan untuk rapat dan sebuah meja kayu berdiri di tengah-tengah mereka, diseraki dengan gulungan-gulungan perkamen, piala-piala, botol-botol anggur kosong, dan sebuah tumpukan yang tampak seperti kain rombengan. Mr Weasley dan putra tertuanya Bill sedang berbicara dengan pelan dengan kepala mereka berdekatan di ujung meja.
Mrs Weasley berdehem.Suaminya, seorang lelaki kurus berambut merah yang mulai botak yang mengenakan kacamata bertanduk, melihat sekeliling dan melompat berdiri.
"Harry!" Mr Weasley berkata, sambil bergegas maju menyalaminya, dan menjabat tangannya dengan bersemangat. "Senang berjumpa denganmu!"
Melalui bahunya Harry melihat Bill, yang masih berambut gondrong diikat, buru-buru menggulung perkamen panjang yang tertinggal di meja.
"Perjalananmu menyenangkan, Harry"" Bill berseru, sambil mencoba mengumpulkan dua belas perkamen seketika. "Kalau begitu Mad-Eye tidak membuatmu datang melalui Greenland""
"Dia mencoba," kata Tonks sambil berjalan ke arahnya untuk membantu Bill dan segera menjatuhkan sebuah lilin ke potongan perkamen terakhir. "Oh tidak -- sori -- "
"Ini, sayang," kata Mrs Weasley, terdengar putus asa, dan dia memperbaiki perkamen itu dengan sebuah lambaian tongkat. Dalam kilatan cahaya yang disebabkan oleh mantera Mrs Weasley Harry menangkap sekilas apa yang tampak seperti denah bangunan.
Mrs Weasley telah melihatnya memperhatikan. Dia merenggut denah itu dari meja dan menjejalkannyay ke lengan Bill yang telah penuh beban.
"Benda-benda seperti ini seharusnya langsung dibersihkan pada akhir rapat," dia berkata dengan pedas, sebelum berjalan menuju sebuah lemari kuno tempat dia mengeluarkan pi
ring-piring makan malam. Bill mengeluarkan tongkatnya, bergumam, "Evanesco!" dan gulungan-gulungan itu menghilang.
"Duduklah, Harry," kata Sirius. "Kau sudah pernah bertemu Mundungus, "kan""
Benda yang dikira Harry tumpukan kain rombeng mengeluarkan dengkuran panjang lalu tersentak bangun.
"Ses"orang panggil namaku"" Mundungus bergumam dengan mengantuk. "Aku s"tuju dengan Sirius Dia mengangkat sebuah tangan yang sangat berbonggol ke udara seolah-olah sedang memberi suara, matanya yang terkulai dan merah tidak terfokus.
Ginny cekikian. "Rapatnya sudah selesai, Dung," kata Sirius, ketika mereka duduk di sekitarnya di meja. "Harry sudah sampai."
"Eh"" kata Mundungus sambil memandani Harry dengan menakutkan melalui rambut merah kekuningannya yang kusut. "Ya ampun, "emang benar. Yeah ... kau baik-baik saja, "Arry""
"Yeah," kata Harry.
Mundungus meraba-raba dengan gelisah ke dalam kantongnya, masih menatap Harry, dan menarik keluar sebuah pipa hitam kusam. Dia memasukkannya ke dalam mulutnya, menyalakan ujungnya dengan tongkatnya dan mengisapnya dalam-dalam. Awan besar dari asap kehijauan yang mengepul mengaburkannya dalam beberapa detik.
"Utang pe"mohonan maaf padamu," gerutu sebuah suara dari tengah awan bau itu.
"Untuk terakhir kalinya, Mundungus," seru Mrs Weasley, "bisakah kamu tolong jangan merokok benda itu di dapur, terutama tidak ketika kami sedang bersiap-siap untuk makan!"
"Ah," kata Mundungus. "Benar. Maaf, Molly."
Awan asap itu menghilang ketika Mundungus memasukkan pipanya kembali ke dalam kantongnya, tetapi bau tajam kaus kaki terbakar tetap ada.
"Dan kalau kalian mau makan malam sebelum tengah malam aku akan butuh bantuan," Mrs Weasley berkata kepada orang-orang dalam ruangan. "Tidak, kau bisa tinggal di tempatmu, Harry, kau telah melewati perjalanan panjang."
"Apa yang bisa kulakukan, Molly"" kata Tonks dengan antusias, sambil melompat maju.
"Er -- tidak, tidak usah, Tonks, kamu juga beristirahatlah, kamu sudah cukup membantu hari ini."
"Tidak, tidak, aku mau membantu!" kata Tonks dengan cerah, sambil menjatuhkan sebuah kursi ketika dia bergegas menuju lemari, dari mana Ginny sedang mengumpulkan alat-alat makan.
Segera, serangkaian pisau berat memotong-motong daging dan sayuran dengan sendirinya, diawasi oleh Mr Weasley, sementara Mrs Weasley mengaduk sebuah kuali yang bergantung di atas api dan yang lain mengeluarkan piring-piring, lebih banyak piala lagi dan makanan dari ruang penyimpanan. Harry ditinggal di meja dengan Sirius dan Mundungus, yang masih berkedip kepadanya dengan muram.
"Sudah bertemu Figg tua sejak itu"" tanyanya.
"Tidak," kata Harry. "Aku belum bertemu siapapun."
"Lihat, aku sebenarnya tak mau pergi," kata Mundungus, sambil mencondongkan badan ke depan, dengan nada memohon dalam suaranya, "tapi aku punya peluang bisnis -- "
Harry merasakan sesuatu menyentuh lututnya dan terkejut, tetapi itu hanya Crookshanks, kucing Hermione yang berkaki bengkok, yang melingkarkan dirinya seketika di sekitar kaki Harry, lalu melompat ke pangkuan Sirius dan bergulung. Sirius menggaruknya dengan melamun di belakang telinga selagi dia berpaling, masih bermuka suram, kepada Harry.
"Musim panasmu menyenangkan sejauh ini""
"Tidak, malah menyebalkan," kata Harry.
Untuk pertama kalinya, sesuatu mirip seringai berkelebat di wajah Sirius. "Tidak tahu apa yang kau keluhkan, aku ini." "Apa"" kata Harry dengan tidak percaya.
"Secara pribadi, aku akan menyambut serangan Dementor. Pergumulan maut demi jiwaku pastilah akan menghilangkan suasana monoton dengan baik. Kau kira kau kesusahan, setidaknya kau masih bisa keluar dan ke sekitar, merenggangkan kakimu,
berkelahi sedikit ... aku telah tersangkut di dalam selama sebulan." "Bagaimana bisa"" tanya Harry sambil merengut.
"Karena Kementerian Sihir masih mengejarku, dan Voldermort sekarang pasti sudah tahu semua tentang aku jadi Animagus, Wormtail pasti sudah memberitahunya, jadi samaran besarku tidak berguna. Tak banyak yang bisa kulakukan untuk Order of Phoenix ... atau begitulah yang dirasakan Dumbledore."
Ada sesuatu mengenai nada yang sedikit datar dalam suara Sirius ke
tika mengutarakan nama Dumbledore yang memberitahu dirinya bahwa Sirius juga tidak terlalu senang kepada Kepala Sekolah itu. Harry merasakan aliran kasih sayang mendadak untuk ayah angkatnya.
"Setidaknya kau tahu apa yang sedang terjadi," dia berkata dengan tertahan.
"Oh yeah," kata Sirius dengan sarkastis. "Mendengarkan laporan-laporan Snape, harus menerima semua petunjuk sindirannya bahwa dia di luar sana mempertaruhkan hidupnya sementara aku duduk bersandar di sini melewati waktu yang menyenangkan ... bertanya kepadaku bagaimana kelanjutan pembersihan -- "
"Pembersihan apa"" tanya Harry.
"Mencoba menjadikan tempat ini cocok untuk tempat tinggal manusia," kata Sirius, sambil melambaikan sebuah tangan ke sekeliling dapur yang muram itu. "Tak ada yang tinggal di sini selama sepuluh tahun, tidak sejak ibuku meninggal, kecuali kau menghitung peri-rumahnya yang tua, dan dia sudah jadi sinting -- belum pernah membersihkan apapun untuk waktu yang sangat lama."
"Sirius," kata Mundungus, yang tampaknya tidak memperhatikan percakapan itu sedikitpun, tetapi telah memeriksa dengan seksama sebuah piala kosong. "Ini perak padat, sobat""
"Ya," kata Sirius, sambil mengamatinya dengan tidak suka. "Perak ukiran goblin abad kelima belas yang terbaik, diberi cap dengan lambang keluarga Black."
"Itu "dah mengemupas," gumam Mundungus, sambil menggosoknya dengan lengan bajunya.
"Fred -- George -- JANGAN, BAWA SAJA!" Mrs Weasley menjerit.
Harry, Sirius dan Mundungus memandang berkeliling dan, dalam sepersekian detik, mereka telah menukik menjauh dari meja. Fred dan George telah menyihir sekuali besar masakan sup rebusan, sebuah teko besi Butterbeer dan sebuah papan pemotong roti kayu yang berat, lengkap dengan pisau, meluncur di udara menuju mereka. Sup rebusan itu tergelincir sepanjang meja dan berhenti persis sebelum ujung meja, meninggalkan bekas bakar hitam yang panjang di permukaan kayu; teko Butterbeer jatuh dengan suara keras, menumpahkan isinya ke mana-mana; pisau roti jatuh dari papan dan mendarat, dengan ujung yang tajam di bawah dan bergetar tidak menyenangkan, persis di tempat tangan kanan Sirius berada beberapa detik
sebelumnya. "DEMI TUHAN!" teriak Mrs Weasley. "TIDAK PERLU ITU -- AKU SUDAH MUAK -- HANYA KARENA KALIAN DIIZINKAN MENGGUNAKAN SIHIR SEKARANG, KALIAN TIDAK HARUS MENGELUARKAN TONGKAT KALIAN UNTUK SETIAP HAL KECIL!"
"Kami hanya mencoba menghemat waktu!" kata Fred sambil bergegas maju untuk mengungkit pisau roti itu dari meja. "Sori, Sirius, sobat -- tidak bermaksud --"
Harry dan Sirius keduanya tertawa; Mundungus, yang telah terhenyak ke belakang kursinya, sedang meyumpah-nyumpah ketika dia berdiri; Crookshanks mengeluarkan desisan marah dan lari ke bawah lemari, dari mana mata kuningnya yang besar bersinar di kegelapan.
"Anak-anak," Mr Weasley berkata, sambil mengangkat sup rebusan itu kembali ke tengah meja, "ibu kalian benar, kalian seharusnya memperlihatkan rasa tanggung jawab setelah kalian cukup umur sekarang ini -- "
"Tidak satupun dari kakak-kakak kalian yang menyebabkan masalah seperti ini!" Mrs Weasley marah-marah kepada si kembar selagi dia membanting teko baru Butterbeer ke atas meja. "Bill tidak merasa perlu ber-Apparate tiap beberapa kaki! Charlie tidak menyihir semua benda yang dia jumpai! Percy -- "
Dia terdiam, sambil terengah-engah dengan tatapan takut kepada suaminya, yang ekspresinya mendadak kaku.
"Mari makan," kata Bill dengan cepat.
"Tampaknya lezat, Molly," kata Lupin, sambil menyendokkan sup rebusan ke sebuah piring untuknya dan menyerahkannya ke seberang meja.
Selama beberapa menit ada keheningan kecuali dentingan piring-piring dan alat-alat makan dan suara pergeseran kursi selagi semua orang duduk menghadap makanan mereka. Lalu Mrs Weasley berpaling kepada Sirius.
"Aku telah ingin memberitahumu, Sirius, ada sesuatu yang terperangkap di dalam meja tulis di ruang duduk, terus saja berderak dan bergetar. Tentu saja, mungkin cuma sebuah Boggart, tetapi kupikir kita harus meminta Alastor untuk mengeceknya sebelum kita mengeluarkan benda itu."
"Apapun yang kau mau," kata Sirius tanpa minat.
"Gorden -gorden juga penuh dengan Doxy," Mrs Weasley meneruskan. "Kukira kita bisa mencoba dan menangkap mereka besok."
"Aku sangat menantikannya," kata Sirius. Harry mendengar sindiran tajam dalam suaranya, tetapi dia tidak yakin yang lain juga mendengarnya.
Di seberang Harry, Tonks sedang menghibur Hermione dan Ginny dengan
mengubah-ubah hidungnya di antara suapan makanan. Sambil menegangkan matanya setiap kali dengan ekspresi sakit yang sama dengan yang telah dilakukannya di kamar tidur Harry dulu, hidungnya membengkak menjadi tonjolan seperti paruh yang menyerupai hidung Snape, mengerut ke ukuran sebuah jamur kancing dan lalu tumbuh banyak rambut dari masing-masing lubang hidung. Tampaknya ini adalah hiburan waktu makan yang biasa, karena Hermione dan Ginny segera meminta hidung-hidung favorit mereka.
"Lakukan yang satu itu yang seperti moncong babi, Tonks."
Tonks menurut, dan Harry, sewaktu melihat ke atas, mendapat kesan sekilas bahwa seorang Dudley wanita sedang menyeringai kepadanya dari seberang meja.
Mr Weasley, Bill dan Lupin sedang mebahas goblin dengan bersemangat.
"Mereka belum akan menyerahkan apa-apa," kata Bill. "Aku masih belum bisa tahu apakah mereka percaya dia sudah kembali atau tidak. Tentu saja, mereka mungkin lebih suka tidak memihak sama sekali. Menjauh dari semuanya."
"Aku yakin mereka tidak akan pernah menyeberang ke Kau-Tahu-Siapa," kata Mr Weasley sambil menggelengkan kepalanya. "Mereka juga telah kehilangan banyak; ingat keluarga goblin yang dibunuhnya terakhir kali, di suatu tempat dekat Nottingham""
"Kukira tergantung apa yang ditawarkan kepada mereka," kata Lupin. "Dan aku tidak berbicara tentang emas. Kalau mereka ditawarkan kebebasan yang telah kita sangkalkan untuk mereka selama berabad-abad mereka akan tergoda. Apakah kamu masih belum beruntung dengan Ragnok, Bill""
"Saat ini dia merasa anti-penyihir," kata Bill, "dia masih belum berhenti marah-marah mengenai urusan Bagman, dia menganggap Kementerian menutup-nutupi, goblin-goblin itu tidak pernah menerima emas mereka darinya, kau tahu."
Tawa terbahak-bahak dari tengah meja menenggelamkan kata-kata Bill yang lainnya. Fred, George, Ron dan Mundungus sedang berguling-guling di tempat duduk mereka.
dan kemudian," Mundungus terbatuk-batuk, air mata mengalir menuruni wajahnya, "dan kemudian, kalau kalian percaya, dia berkata kepadaku, katanya, "Ini, Dung, dari mana kaudapat semua katak itu" Kar"na sejumlah anak Bludger datang dan mencuri semua milikku!" Dan aku berkata, "Curi semua katakmu, Will, berikutnya apa" Jadi kalau begitu kau mau beberapa lagi"" Dan kalau kalian percaya padaku, nak, gargoyle tolol itu beli semua kataknya sendiri dariku lebih mahal dari yang dibayarnya pertama kali -- "
"Kukira kami tidak perlu mendengar urusan bisnismu lagi, terima kasih banyak, Mundungus," kata Mrs Weasley dengan tajam, ketika Ron merosot maju ke meja, sambil tertawa melolong.
"Maaf, Molly," kata Mundungus seketika, sambil menyeka matanya dan berkedip kepada Harry. "Tapi, kau tahu, awalnya Will mencurinya dari Warty Harris jadi aku sebenarnya tidak melakukan apa-apa yang salah."
"Aku tidak tahu di mana kamu belajar mengenai benar dan salah, Mundungus, tapi kelihatannya kau tidak mengikuti beberapa pelajaran penting," kata Mrs Weasley dengan dingin.
Fred dan George menyembunyikan wajah mereka dalam piala Butterbeer mereka; George sambil berdeguk. Untuk alasan tertentu, Mrs Weasley melayangkan pandangan kejam kepada Sirius sebelum berdiri dan pergi mengambil onggokan besar puding. Harry memandang berkeliling kepada ayah angkatnya.
"Molly tidak suka pada Mundungus," kata Sirius dengan suara rendah.
"Kenapa dia ada dalam Order"" Harry berkata dengan sangat pelan.
"Dia berguna," Sirius bergumam. "Kenal semua bajingan -- well, pastilah, dia "kan bajingan juga. Tapi dia juga sangat setia kepada Dumbledore, yang telah sekali membantunya keluar dari kesulitan. Berguna juga punya orang seperti Dung di sekitar kita, dia mendengar hal-hal yang tidak kita dengar. Tapi Molly berpikir mengundangnya makan malam sudah terlalu jauh. Dia belum memaafkan dia karena berkelit d
ari tugas ketika dia seharusnya mengekorimu."
Tiga kali tambah puding setelah itu, ban pinggang pada celana jins Harry sudah terasa ketat dan tidak nyaman lagi (yang menyatakan sesuatu karena celana jins itu dulunya milik Dudley). Ketika dia meletakkan sendoknya ada ketenangan percakapan umum: Mr Weasley sedang bersandar di kursinya, terlihat kenyang dan santai; Tonks sedang menguap lebar-lebar, hidungnya sekarang sudah kembali ke normal; dan Ginny, yang telah memikat Crookshanks keluar dari bawah lemari, sedang duduk bersila di atas lantai, sambil menggulirkan gabus-gabus Butterbeer untuk dikejarnya.
"Hampir waktunya tidur, kukira," kata Mrs Weasley sambil menguap.
"Belum lagi, Molly," kata Sirius sambil mendorong piring kosongnya dan berpaling kepada Harry. "Kau tahu, aku terkejut padamu. Kukira hal pertama yang akan kau lakukan ketika kau sampai di sini adalah mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang Voldemort."
Suasana dalam ruangan itu berubah dengan kecepatan yang dipersamakan Harry dengan kedatangan Dementor. Beberapa detik sebelumnya, suasananya santai mengantuk, sekarang waspada, bahkan tegang. Ketegangan emosional mengelilingi meja dengan penyebutan nama Voldemort. Lupin, yang baru saja akan menyesap anggur, menurunkan pialanya dengan pelan dan terlihat waspada.
"Aku melakukannya!" kata Harry marah. "Aku bertanya kepada Ron dan Hermione tetapi mereka berkata bahwa kami tidak diperbolehkan berada dalam Order jadi -- "
"Dan mereka benar juga," kata Mrs Weasley. "Kalian terlalu muda."
Dia sedang duduk tegak dalam kursinya, kepalan tangannya tercengkeram pada lengan kursinya, semua jejak mengantuk telah hilang.
"Sejak kapan seseorang harus berada dalam Order of Phoenix untuk bertanya"" tanya Sirius. "Harry telah terkurung dalam rumah Muggle itu selama sebulan. Dia punya hak untuk tahu apa yang telah terjadi -- "
"Tunggu dulu!" kata George dengan keras.
"Kenapa Harry mendapat jawaban atas pertanyaannya"" kata Fred dengan marah.
"Kami telah mencoba mengorek hal-hal darimu selama sebulan dan kami belum memberitahu kami satu hal menyebalkan sekalipun!" kata George.
""Kalian terlalu muda, kalian tidak ada dalam Order,"" kata Fred, dengan suara melengking yang terdengar luar biasa mirip suara ibunya. "Harry bahkan belum cukup umur!"
"Bukan salahku kalian belum diberitahu apa yang sedang dikerjakan Order!" kata Sirius dengan tenang, "itu adalah keputusan orang tua kalian. Harry, di sisi lain -- "
"Bukan kamu yang harus memutuskan apa yang baik untuk Harry!" kata Mrs Weasley dengan tajam. "Kukira kamu belum lupa apa yang dikatakan Dumbledore""
"Bagian yang mana"" Sirius bertanya dengan sopan, tapi dengan suasana seorang pria yang bersiap-siap untuk berkelahi.
"Bagian mengenai tidak memberitahu Harry lebih dari yang perlu diketahui dia," kata Mrs Weasley sambil menempatkan tekanan berat pada tiga kata terakhir.
Kepala Ron, Hermione, Fred dan George berayun-ayun dari Sirius ke Mrs Weasley seolah-olah mereka sedang mengikuti pukulan tenis bertubi-tubi. Ginny sedang berlutut di antara tumpukan gabus Butterbeer yang terabaikan, sambil menyaksikan percakapan itu dengan mulutnya sedikit terbuka. Mata Lupin terpaku pada Sirius.
"Aku tidak bermaksud memberitahu dia lebih dari yang perlu diketahuinya, Molly," kata Sirius. "Tapi karena dialah yang menyaksikan kembalinya Voldemort" (lagi-lagi, apa perasaan ngeri berkelompok mengelilingi meja dengan penyebutan nama itu) "dia punya hak lebih dari kebanyakan -- "
"Dia bukan anggota Order of Phoenix!" kata Mrs Weasley. "Dia baru berumur lima belas tahun dan -- "
"Dan dia telah mengatasi sebanyak yang dihadapi sebagian besar anggota Order," kata Sirius, "dan lebih banyak dari beberapa anggota."
"Tak ada yang menyangkal apa yang telah dia lakukan!" kata Mrs Weasley, suaranya naik, kepalan tangannya bergetar pada lengan kursinya. "Tapi dia masih -- "
"Dia bukan anak kecil!" kata Sirius dengan tidak sabar.
"Dia juga bukan orang dewasa!" kata Mrs Weasley dengan pipi merona. "Dia bukan James, Sirius!"
"Aku tahu dengan jelas siapa dia, terima kasih, Molly," kata Sirius dengan dingin.
"Aku tidak yakin kau tahu!" kata Mrs Weasley. "Terkadang, caramu berbicara dengannya, seakan-akan kau berpikir kau mendapatkan kembali teman baikmu!"
"Apa salahnya dengan itu"" kata Harry.
"Apa yang salah, Harry, adalah bahwa kamu bukan ayahmu, bagaimanapun miripnya kamu dengannya!" kata Mrs Weasley, matanya masih menatap mata Sirius dalam-dalam. "Kamu masih sekolah dan orang-orang dewasa yang bertanggung jawab atas dirimu seharusnya tidak melupakan hal itu!"
"Artinya aku ayah angkat yang tidak bertanggung jawab"" tuntut Sirius, suaranya naik.
"Artinya kamu telah dikenal bertindak dengan gegabah, Sirius, yang menyebabkan Dumbledore terus mengingatkanmu untuk tetap di rumah dan -- "
"Kita akan membiarkan instruksiku dari Dumbledore keluar dari ini, kalau kau berkenan!" kata Sirius dengan keras.
"Arthur!" kata Mrs Weasley sambil berputar kepada suaminya. "Arthur, dukung aku!"
Mr Weasley tidak segera berbicara. Dia melepaskan kacamatanya dan membersihkan mereka pelan-pelan pada jubahnya, tanpa memandang istrinya. Ketika dia memakaikan kembali dengan hati-hati ke hidungnya barulah dia menjawab.
"Dumbledore tahu kedudukannya telah berubah, Molly. Dia menerima bahwa Harry pasti harus diberitahu, sampai batas tertentu, sekarang dia telah tinggal di Markas Besar."
"Ya, tapi ada perbedaan antara itu dan mengundangnya bertanya apapun yang disukainya!"
"Secara pribadi," kata Lupin dengan tenang, sambil akhirnya membuang muka dari Sirius, selagi Mrs Weasley berpaling kepadanya dengan cepat, berharap akhirnya dia akan mendapat sekutu, "kukira lebih baik Harry mendapatkan fakta-faktanya -- tidak semua fakta, Molly, tapi gambaran umumnya -- dari kita, daripada versi terputar-balik dari ... yang lain"
Ekspresinya tenang, tetapi Harry merasa yakin bahwa Lupin, setidaknya, tahu bahwa beberapa Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan selamat dari penyitaan Mrs Weasley.
"Well," kata Mrs Weasley, sambil bernapas dalam-dalam dan melihat sekeliling meja untuk mendapat dukungan yang ternyata tidak datang, "well ... dapat kulihat
pendapatku ditolak. Aku hanya akan mengatakan ini: Dumbledore pasti punya alasan-alasannya tidak menginginkan Harry tahu terlalu banyak, dan berbicara sebagai seseorang yang memikirkan kepentingan terbaik Harry -- "
"Dia bukan anakmu," kata Sirius dengan pelan.
"Dia sudah kuanggap anakku," kata Mrs Weasley dengan ganas. "Siapa lagi yang dimilikinya""
"Dia punya aku!"
"Ya," kata Mrs Weasley, bibirnya melengkung, "masalahnya, pastilah sulit bagimu menjaganya selama kau terkurung di Azkaban, bukan begitu""
Sirius mulai bangkit dari kursinya.
"Molly, kamu bukan satu-satunya orang di meja ini yang peduli pada Harry," kata Lupin dengan tajam. "Sirius, duduklah."
Bibir bawah Mrs Weasley bergetar. Sirius terbenam kembali pelan-pelan ke dalam kursinya, wajahnya putih.
"Kukira Harry harus dimintai pendapat mengenai hal ini," Lupin melanjutkan, "dia sudah cukup tua untuk memutuskan bagi dirinya sendiri."
"Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi," Harry berkata seketika.
Dia tidak memandang Mrs Weasley. Dia telah tersentuh dengan apa yang dikatakannya tentang dirinya dianggap anak, tapi dia juga tidak sabar dengan sikapnya yang terlalu memanjakan. Sirius benar, dia bukan anak kecil.
"Baiklah," kata Mrs Weasley, suaranya meletus. "Ginny -- Ron -- Hermione -- Fred -- George -- aku mau kalian keluar dari dapur ini, sekarang."
Ada kegaduhan seketika. "Kami sudah cukup umur!" Fred dan George berteriak bersama. "Kalau Harry diizinkan, kenapa aku tidak"" teriak Ron. "Mum, aku mau dengar!" raung Ginny.
"TIDAK!" teriak Mrs Weasley sambil berdiri, matanya berkilat-kilat. "Aku sepenuhnya melarang -- "
"Molly, kau tidak bisa menghentikan Fred dan George," kata Mr Weasley dengan letih. "Mereka memang sudah cukup umur."
"Mereka masih bersekolah."
"Tapi mereka sekarang secara hukum orang dewasa," kata Mr Weasley, dengan suara letih yang sama.
Mrs Weasley sekarang wajahnya merah tua.
"Aku -- oh, kalau begitu baiklah, Fred dan George bisa tinggal, tapi Ron -- "
"Lagipula Harry akan memberitahu aku dan Hermione semua yang kalian katakan!" kata Ron dengan panas. "T
idak -- tidakkah begitu"" dia menambahkan dengan tidak yakin, sambil menatap mata Harry.
Selama sepersekian detik, Harry berpikir untuk memberitahu Ron bahwa dia tidak akan memberitahunya satu patah katapun, bahwa dia bisa mencoba merasakan dikucilkan dan melihat bagaimana dia menyukainya. Tapi dorongan kejam itu menghilang ketika mereka saling berpandangan.
"Tentu saja aku akan," kata Harry.
Ron dan Hermione tersenyum.
"Baik!" teriak Mrs Weasley. "Baik! Ginny -- TIDUR!"
Ginny tidak pergi dengan tenang. Mereka bisa mendengarnya marah-marah dan mengamuk kepada ibunya sepanjang perjalanan naik, dan ketika dia mencapai aula teriakan memekakkan telinga Mrs Black ditambahkan pada hiruk-pikuk itu. Lupin bergegas ke potret itu untuk mengembalikan ketenangan. Baru setelah dia kembali, sambil menutup pintu dapur di belakangnya dan mengambil tempat duduknya di meja lagi, Sirius berbicara.
"OK, Harry apa yang ingin kau ketahui""
Harry mengambil napas dalam-dalam dan menanyakan pertanyaan yang telah membuatnya terobsesi selama satu bulan terakhir ini.
"Di mana Voldemort"" dia berkata, sambil mengabaikan kengerian dan kerenyitan saat penyebutan nama itu. "Apa yang sedang dia lakukan" Aku telah berusaha menonton berita Muggle, dan belum ada apapun yang tampak seperti dia, tak ada kematian yang aneh atau apapun."
"Itu karena memang belum ada kematian yang aneh," kata Sirius, "tidak sejauh yang kami tahu, bagaimanapun ... dan kami tahu cukup banyak."
"Labih dari yang dia kira kami tahu," kata Lupin.
"Mengapa dia berhenti membunuhi orang-orang"" Harry bertanya. Dia tahu Voldemort telah membunuh lebih dari sekali pada tahun lalu saja.
"Karena dia tidak ingin menarik perhatian pada dirinya," kata Sirius. "Akan berbahaya baginya. Kembalinya dia tidak berjalan seperti yang diinginkannya, kau tahu. Dia mengacaukannya."
"Atau lebih tepatnya, kau mengacaukan baginya," kata Lupin dengan senyum puas. "Bagaimana"" Harry bertanya, bingung.
"Kau tidak seharusnya selamat!" kata Sirius. "Seharusnya tak seorangpun kecuali para Pelahap Mautnya tahu bahwa dia telah kembali. Tapi kau selamat untuk menjadi saksi."
"Dan orang terakhir yang ingin dibuatnya siap siaga atas kembalinya pada saat dia kembali adalah Dumbledore," kata Lupin. "Dan kau meyakinkan bahwa Dumbledore tahu seketika."
"Bagaimana hal itu bisa membantu"" Harry bertanya.
"Apakah kau bercanda"" kata Bill dengan tidak percaya. "Dumbledore adalah satu-satunya orang yang pernah ditakuti Kau-Tahu-Siapa!"
"Berkat dirimu, Dumbledore bisa memanggil kembali Order of Phoenix sekitar satu jam setelah Voldemort kembali," kata Sirius.
"Jadi, apa yang sedang dikerjakan Order"" kata Harry, sambil melihat sekeliling kepada mereka semua.
"Bekerja sekeras yang kami bisa untuk meyakinkan bahwa Voldemort tidak bisa menjalankan rencana-rencananya," kata Sirius.
"Bagaimana kalian tahu apa rencana-rencananya"" Harry bertanya dengan cepat.
"Dumbledore punya ide cerdas," kata Lupin, "dan ide-ide cerdas Dumbledore biasanya terbukti akurat."
"Jadi apa yang dikira Dumbledore sedang dia rencanakan""
"Well, pertama-tama, dia ingin membangun laskarnya lagi," kata Sirius. "Dulu dia punya sejumlah besar yang menuruti perintahnya: para penyihir wanita dan pria yang telah diancamnya atau disihirnya untuk mengikuti dia, para Pelahap Mautnya yang setia, beraneka ragam makhluk Hitam. Kau mendengar dia merencanakan untuk merekrut para raksasa; well, mereka hanya salah satu kelompok yang dia kejar. Dia jelas tidak akan mencoba menghabisi Menteri Sihir hanya dengan selusin Pelahap Maut."
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi kalian mencoba menghentikannya mendapat lebih banyak pengikut"" "Kami mencoba sebaik mungkin," kata Lupin. "Bagaimana caranya""
"Well, yang terutama adalah mencoba meyakinkan sebanyak orang mungkin bahwa Kau-Tahu-Siapa benar-benar telah kembali, untuk membuat mereka berjaga-jaga,"
kata Bill. "Walau terbukti sangat sulit." "Mengapa""
"Karena sikap Kementerian," kata Tonks. "Kau bertemu Cornelius Fudge setelah Kau-Tahu-Siapa kembali, Harry. Well, dia belum mengubah posisinya sama sekali. Dia benar-benar menolak untuk percaya hal itu terjadi."
" Tapi mengapa"" kata Harry dengan putus asa. "Mengapa dia begitu bodoh" Kalau Dumbledore -- "
"Ah, well, kau telah menunjuk ke masalahnya," kata Mr Weasley dengan senyum masam. "Dumbledore."
"Fudge takut pada dirinya, kau tahu," kata Tonks dengan sedih.
"Takut kepada Dumbledore"" kata Harry tidak percaya.
"Takut apa yang sedang dilakukannya," kata Mr Weasley. "Fudge mengira Dumbledore sedang membuat rencana untuk menjatuhkannya. Dia mengira Dumbledore ingin menjadi Menteri Sihir."
"Tapi Dumbledore tidak ingin -- "
"Tentu saja tidak," kata Mr Weasley. "Dia tidak pernah mau pekerjaan Menteri itu, walaupun banyak orang menginginkan dia mengambilnya ketika Millicent Bagnold pensiun. Alih-alih, Fudge yang mendapat kekuasaan, tapi dia tidak pernah benar-benar lupa betapa banyak dukungan publik yang dimiliki Dumbledore, walaupun Dumbledore tidak pernah melamar pekerjaan itu."
"Jauh di lubuk hatinya, Fudge tahu Dumbledore jauh lebih pandai darinya, penyihir yang jauh lebih kuat, dan pada masa-masa awalnya di Kementerian dia selalu bertanya kepada Dumbledore untuk mendapat bantuan dan nasehat," kata Lupin. "Tapi kelihatannya dia telah mabuk kekuasaan, dan jauh lebih percaya diri. Dia suka menjadi Menteri Sihir dan dia mampu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dialah yang pandai dan Dumbledore hanya membuat masalah."
"Bagaimana dia bisa berpikir begitu"" kata Harry dengan marah. "Bagaimana dia bisa mengira Dumbledore hanya mengada-ada -- bahwa aku mengada-ada""
"Karena menerima bahwa Voldemort telah kembali akan berarti masalah yang belum pernah dihadapi Kementerian selama hampir empat belas tahun," kata Sirius dengan getir. "Fudge hanya tidak bisa membuat dirinya menghadapi hal itu. Jauh lebih nyaman meyakinkan diri sendiri bahwa Dumbledore sedang berbohong untuk membuatnya goyah."
"Kau lihat masalahnya," kata Lupin. "Selagi Kementerian bersikeras bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari Voldemort sulit meyakinkan orang-orang bahwa dia telah kembali, terutama karena mereka sejak awal tidak ingin mempercayainya. Terlebih lagi, Kementerian sangat mengandalkan Daily Prophet untuk melaporkan apa yang
mereka sebut jual-rumor oleh Dumbledore, jadi kebanyakan komunitas penyihir sepenuhnya tidak menyadari apapun yang sedang terjadi, dan itu membuat mereka jadi target mudah bagi para Pelahap Maut kalau mereka menggunakan Kutukan Imperius."
"Tapi kalian sedang memberitahu orang-orang, bukan"" kata Harry sambil melihat berkeliling kepada Mr Weasley, Sirius, Bill, Mundungus, Lupin dan Tonks. "Kalian membiarkan orang-orang tahu dia sudah kembali""
Mereka semua tersenyum tanpa merasa lucu.
"Well, karena semua orang mengira aku pembunuh masal gila dan Kementerian memberi harga sepuluh ribu Galleon untuk kepalaku, aku hampir tidak bisa berjalan menyusuri jalan dan mulai membagi-bagikan selebaran, benar "kan""
"Dan aku bukan tamu makan malam yang sangat populer dengan kebanyakan komunitas penyihir," kata Lupin. "Sudah resiko pekerjaan menjadi seorang manusia serigala."
"Tonks dan Arthur akan kehilangan pekerjaan mereka di Kementerian kalau mereka mulai berbicara yang bukan-bukan," kata Sirius, "dan penting sekali bagi kami untuk punya mata-mata di Kementerian, karena kau bisa bertaruh Voldemort pasti punya."
"Walau begitu, kami berhasil meyakinkan beberapa orang," kata Mr Weasley. "Tonks di sini ini -- contohnya -- dia terlalu muda untuk berada dalam Order of Phoenix yang dulu, dan memiliki Auror di sisi kita adalah keuntungan besar -- Kingsley Shacklebolt juga telah menjadi aset nyata; dia bertanggung jawab atas perburuan Sirius, jadi dia telah memberikan Kementerian informasi bahwa Sirius ada di Tibet."
"Tapi kalau tidak satupun dari kalian menyebarkan berita bahwa Voldemort sudah kembali -- " Harry mulai.
"Siapa bilang tidak satupun dari kami menyebarkan berita"" kata Sirius. "Kaukira mengapa Dumbledore terlibat masalah""
"Apa maksudmu"" Harry bertanya.
"Mereka mencoba mendiskreditkan dia," kata Lupin. "Tidakkah kau baca Daily Prophet minggu lalu" Mereka melaporkan bahwa dia telah dikeluarkan dari Ketua Konfederaasi Penyihir Internasional karena
dia mulai tua dan kehilangan kendali, tapi itu tidak benar; dia dikeluarkan oleh para penyihir Kementerian setelah dia berpidato mengumumkan kembalinya Voldemort. Mereka menurunkannya dari Kepala Penyihir di Wizengamot -- itu Mahkamah Tinggi Penyihir -- dan mereka mengatakan juga akan mengambil Order of Merlin, Kelas Pertamanya."
"Tapi Dumbledore berkata dia tidak peduli apa yang mereka lakukan selama mereka tidak mengenyahkannya dari Kartu-Kartu Cokelat Kodok," kata Bill sambil menyeringai.
"Itu bukan hal untuk ditertawakan," kata Mr Weasley dengan tajam. "Kalau dia terus
melawan Kementerian seperti ini dia bisa berakhir di Azkaban, dan hal terakhir yang kita mau adalah Dumbleldore terkurung. Selagi Kau-Tahu-Siapa tahu Dumbledore ada di luar sana dan tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya dia akan terus hati-hati. Kalau Dumbledore tak lagi jadi penghalang -- well, Kau-Tahu-Siapa akan punya jalan yang bebas rintangan."
"Tapi kalau Voldemort sedang berusaha merekrut lebih banyak Pelahap Maut pasti akan bocor kalau dia sudah kembali, bukankah begitu"" tanya Harry dengan putus asa.
"Voldemort tidak berbaris ke rumah-rumah orang dan menggedor-gedor pintu depan mereka, Harry," kata Sirius. "Dia menggunakan tipuan, kutukan dan pemerasan pada mereka. Dia sangat terlatih untuk beroperasi secara rahasia. Lagipula, mengumpulkan pengikut hanya salah satu hal yang diminatinya. Dia juga punya rencana-rencana lain, rencana-rencana yang dapat dijalankannya dengan sangat diam-diam, dan dia sedang berkonsentrasi pada hal itu pada saat ini."
"Apa yang sedang dia kejar selain para pengikut"" Harry bertanya dengan cepat. Dia mengira melihat Sirius dan Lupin saling berpandangan sekilas sebelum Sirius menjawab.
"Benda yang hanya bisa dia peroleh secara sembunyi-sembunyi."
Ketika Harry masih tampak bingung, Sirius berkata, "Seperti sebuah senjata. Sesuatu yang tidak dimilikinya dulu."
"Sewaktu dia berkuasa dulu""
"Ya." "Seperti sejenis senjata"" kata Harry. "Sesuatu yang lebih buruk dari Avada Kedavra --""
"Sudah cukup!" Mrs Weasley berbicara melalui bayangan di samping pintu. Harry tidak memperhatikan kembalinya dia dari membawa Ginny naik. Lengannya bersilang dan dia tampak marah besar.
"Aku mau kalian ke tempat tidur sekarang. Kalian semua," dia menambahkan sambil melihat berkeliling kepada Fred, George, Ron dan Hermione.
"Ibu tidak bisa menyuruh-nyuruh kami -- " Fred mulai.
"Lihat saja," gertak Mrs Weasley. Dia sedikit gemetaran ketika dia memandang Sirius. "Kau telah memberi Harry banyak informasi. Lebih banyak lagi dan kau sekalian saja langsung memasukkannya ke dalam Order."
"Kenapa tidak"" kata Harry dengan cepat. "Aku akan bergabung, aku ingin bergabung, aku mau bertarung."
"Tidak." Bukan Mrs Weasley yang berkata kali ini, tetapi Lupin.
"Order hanya terdiri atas penyihir-penyihir yang sudah cukup umur," katanya. "Penyihir-penyihir yang telah meninggalkan sekolah," dia menambahkan, ketika Fred dan George membuka mulut mereka. "Ada bahaya-bahaya yang dilibatkan yang tidak akan pernah kalian pikirkan, satupun dari kalian ... kukira Molly benar, Sirius. Kita telah berkata cukup."
Sirius setengah mengangkat bahu tetapi tidak berdebat. Mrs Weasley memberi isyarat dengan memerintah kepada anak-anaknya dan Hermione. Satu per satu dari mereka berdir dan Harry, mengenali kekalahannya, mengikuti mereka.
BAB ENAM Rumah Black yang Mulia dan Paling Kuno
Mrs Weasley mengikuti mereka ke atas sambil terlihat muram.
"Aku mau kalian semua langung tidur, tak ada bincang-bincang," dia berkata ketika mereka mencapai puncak tangga yang pertama,"kita punya hari yang sibuk besok. Kurasa Ginny sedang tertidur," dia menambahkan kepada Hermione, "jadi cobalah tidak membangunkannya."
"Tertidur, yeah, benar," kata Fred dengan nada rendah, setelah Hermione memberi mereka selamat malam dan mereka sedang naik ke lantai berikutnya. "Kalau Ginny tidak sedang terbaring bangun sambil menunggu Hermione menceritakan kepadanya semuau yang mereka katakan di bawah maka aku seekor Flobberworm ... "
"Baiklah, Ron, Harry," kata Mrs Weasley di puncak tangga kedua, sambil men
unjukkan mereka ke kamar tidur mereka. "Tidurlah kalian berdua."
"Malam," Harry dan Ron berkata kepada si kembar.
"Tidur yang nyenyak," kata Fred sambil mengedip.
Mrs Weasley menutup pintu di belakang Harry dengan bunyi keras. Kamar itu terlihat, kalaupun bisa, bahkan lebih lembab dan lebih suram daripada pandangan pertama tadi. Lukisan kosong di dinding sekarang sedang bernapas pelan-pelan dan dalam-dalam, seakan-akan penghuninya yang tidak tampak sedang tertidur. Harry memakai piyamanya, melepaskan kacamatanya dan memanjat ke atas tempat tidurnya yang dingin sementara Ron melemparkan Owl Treat ke puncak lemari pakaian untuk menenangkan Hedwig dan Pigwidgeon, yang sedang bergerak ke sana ke mari dengan berisik dan mengibas-ngibaskan sayap mereka dengan gelisah.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka keluar berburu setiap malam," Ron menjelaskan selagi dia memakai piyama merah marunnya. "Dumbledore tidak ingin terlalu banyak burung hantu berkeliaran di sekitar alun-alun ini, dipikirnya itu akan terlihat mencurigakan. Oh yeah ... aku lupa
Dia menyeberangi ruangan dan menguncinya.
"Kenapa kau lakukan itu""
"Kreacher," kata Ron sambil memadamkan lampu. "Malam pertama aku di sini dia datang keluyuran ke sini pukul tiga pagi. Percayalah, kau takkan mau terbangun dan menemukannya berkeliaran di dalam kamarmu. Lagipula dia naik ke tempat tidurnya, masuk ke bawah selimutnya dan berpaling kepada Harry dalam kegelapan; Harry bisa melihat garis tubuhnya dalam cahaya bulan yang merembes masuk dari jendela yang kusam, "bagaimana menurutmu""
Harry tidak perlu bertanya apa yang dimaksud Ron.
"Well, mereka tidak memberitahu kita banyak yang belum kita tebak, bukan begitu"" dia berkata sambil memikirkan semua yang telah diperbincangkan di bawah. "Maksudku, semua yang mereka katakan hanyalah bahwa Order sedang mencoba menghentikan orang-orang bergabung dengan Vol-- "
Ada suara napas tajam dari Ron.
"--demort," kata Harry dengan tegas. "Kapan kau akan mulai menggunakan namanya" Sirius dan Lupin begitu."
Ron mengabaikan komentar terakhir itu.
"Yeah, kau benar," katanya, "kita sudah tahu hampir semua yang mereka beritahukan kepada kita, dari penggunaan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan. Satu-satunya yang baru adalah -- "
Crack. "ADUH!" "Rendahkan suaramu, Ron, atau Mum akan kembali ke sini." "Kalian berdua baru saja ber-Apparate ke atas lututku!" "Yeah, well, lebih sulit melakukannya dalam gelap."
Harry melihat garis samar Fred dan George melompat turun dari tempat tidur Ron. Ada deritan per tempat tidur dan kasur Harry turun beberapa inci ketika George duduk dekat kakinya.
"Jadi, sudah sampai di sana"" kata George dengan bersemangat.
"Senjata yang disebut Sirius"" kata Harry.
"Lebih tepatnya, tercetus," kata Fred dengan seenak hatinya, sekarang dia duduk di sebelah Ron. "Kami tidak mendengar mengenai itu pada Telinga, benar "kan""
"Menurut kalian apa itu"" kata Harry.
"Bisa apapun," kata Fred.
"Tapi tidak ada yang lebih buruk daripada Kutukan Avada Kedavra, benar "kan"" kata Ron. "Apa yang lebih buruk dari kematian""
"Mungkin sesuatu yang dapat membunuh banyak orang seketika," usul George.
"Mungkin suatu cara membunuh orang yang benar-benar menyakitkan," kata Ron dengan takut.
"Dia punya Kutukan Cruciatus untuk menimbulkan rasa sakit," kata Harry, "dia tidak butuh apapun yang lebih efisien daripada itu."
Ada keheningan sejenak dan Harry tahu bahwa yang lainnya, seperti dirinya, sedang mengira-ngira kengerian apa yang dapat disebabkan oleh senjata ini.
"Jadi, menurutmu siapa yang memilikinya sekarang"" tanya George.
"Kuharap dari sisi kita," kata Ron, terdengar sedikit gugup.
"Kalau benar, Dumbledore mungkin sedang menyimpannya," kata Fred.
"Di mana"" kata Ron dengan cepat. "Hogwarts""
"Pasti di sana!" kata George. "Di sanalah dia menyembunyikan Batu Bertuah." "Akan tetapi, sebuah senjata akan jauh lebih besar daripada Batu itu!" kata Ron.
"Belum tentu!" kata Fred.
"Yeah, ukuran bukan jaminan kekuatan," kata George. "Lihat saja Ginny." "Apa maksudmu"" kata Harry.
"Kau belum pernah menerima salah satu Guna-Guna Hantu Kelelawarnya, "kan""
"Shhh!" ka taFred, setengah bangkit dari tempat tidur. "Dengar!"
Mereka terdiam. Langkah-langkah kaki datang menaiki tangga.
"Mum," kata George dan tanpa penundaan lagi ada suara crack keras dan Harry merasakan berat menghilang dari ujung tempat tidurnya. Beberapa detik kemudian, mereka mendengar papan lantai menderit di luar pintu mereka; Mrs Weasley jelas sedang mendengarkan untuk memeriksa apakah mereka sedang berbicara.
Hedwig dan Pigwidgeon beruhu dengan muram. Papan lantai berderit lagi dan mereka mendengarnya menuju lantai atas untuk mengecek Fred dan George.
"Dia tidak mempercayai kami semua, kau tahu," kata Ron dengan menyesal.
Harry yakin dia tidak akan bisa tertidur; malam itu begitu penuh hal-hal untuk dipikirkan sehingga dia sepenuhnya berharap akan terbaring bangun selama beberapa jam sambil memikirkan semuanya. Dia ingin terus berbincang dengan Ron, tapi Mrs Weasley sekarang sedang berderit ke bawah lagi, dan segera setelah dia pergi Harry mendengar dengan jelas yang lainnya sedang menuju ke atas ... bahkan, makhluk berkaki banyak sedang berlari dengan lembut ke atas dan ke bawah di luar pintu kamar tidur, dan Hagrid si guru Pemeliharaan Satwa Gaib sedang berkata, "Mereka indah, bukankah begitu, eh, Harry" Kita akan mempelajari senjata-senjata pada semester ini dan Harry melihat bahwa makhluk-makhluk itu berkepala meriam dan sedang berputar untuk menghadapnya ... dia menunduk ...
Hal berikutnya yang dia tahu, dia tergulung menjadi bola hangat di bawah pakaian tidurnya dan suara keras George mengisi kamar itu.
"Mum bilang bangun, sarapan kalian ada di dapur dan kemudian dia perlu kalian di ruang duduk, ada lebih banyak Doxy daripada yang dikiranya dan dia menemukan sarang Puffskein mati di bawah sofa."
Setengah jam kemudian Harry dan Ron, yang telah berpakaian dan makan pagi dengan cepat, memasuki ruang duduk, sebuah ruangan panjang berlangit-langit tinggi di lantai pertama dengan dinding-dinding hijau zaitun yang ditutupi permadani-permadani dinding yang kotor. Karpet mengeluarkan awan debu kecil setiap kali seseorang menaruh kaki di atasnya dan tirai-tirai beludru panjang berwarna hijau lumut berdengung seakan-akan dipenuhi lebah-lebah yang tidak tampak. Di sekitar tirai-tirai inilah Mrs Weasley, Hermione, Ginny, Fred dan George berkumpul, semuanya tampak aneh karena memakai sepotong kain yang diikatkan menutupi hidung dan mulut mereka. Masing-masing sedang memegang sebuah botol besar
dengan mulut pipa di ujungnya yang berisi cairan hitam.
"Tutupi wajah kalian dan ambil penyemprot," Mrs Weasley berkata kepada Harry dan Ron saat dia melihat mereka, sambil menunjuk kepada dua lagi botol cairan hitam yang terletak di sebuah meja berkaki kurus panjang. "Itu Doxycide. Aku belum pernah melihat hama separah ini -- apa yang telah dilakukan peri-rumah itu selama sepuluh tahun belakangan ini -- "
Wajah Hermione setengah tertutupi oleh sebuah tudung teh tetapi Harry dengan jelas melihatnya memberi Mrs Weasley pandangan mencela.
"Kreacher sangat tua, dia mungkin tidak bisa -- "
"Kau akan terkejut apa yang bisa dilakukan Kreacher kalau dia mau, Hermione," kata Sirius, yang baru saja memasuki ruangan itu sambil membawa sebuah kantong bernoda darah yang tampaknya berisi tikus-tikus mati. "Aku baru saja memberi makan Buckbeak," dia menambahkan, sebagai jawaban atas pandangan bertanya Harry. "Aku memeliharanya di atas di kamar tidur ibuku. Bagaimanapun ... meja tulis ini
Dia menjatuhkan kantong berisi tikus itu ke sebuah kursi berlengan, lalu membungkuk untuk memeriksa lemari terkunsi yang, Harry sekarang memperhatikan untuk pertama kalinya, sedang bergetar sedikit.
"Well, Molly, aku cukup yakin ini Boggart," kata Sirius, sambil mengintip lewat lubang kunci, "tapi mungkin kita harus membiarkan Mad-Eye memeriksanya sejenak sebelum kita mengeluarkannya -- kalau kenal ibuku, bisa saja sesuatu yang jauh lebih buruk."
"Benar katamu, Sirius," kata Mrs Weasley.
Mereka berdua berbicara dengan suara sopan dan ringan yang memberitahu Harry dengan jelas bahwa keduanya belum melupakan perseteruan malam sebelumnya.
Sebuah suara deringan yang ker
as datang dari bawah, diikuti segera oleh hiruk pikuk jeritan dan raungan yang dipicu malam sebelumnya oleh Tonks yang menjatuhkan tempat payung.
"Aku terus memberitahu mereka jangan membunyikan bel pintu!" kata Sirius dengan putus asa, sambil bergegas keluar ruangan. Mereka mendengarnya berderap menuruni tangga selagi pekikan Mrs Black menggema ke seluruh rumah sekali lagi:
"Noda-noda aib, keturunan campuran yang kotor, pengkhianat darah, anak-anak sampah ... "
"Tolong tutup pintunya, Harry," kata Mrs Weasley.
Harry mengambil waktu selama yang dia bisa untuk menutup pintu ruang duduk itu; dia ingin mendengar apa yang sedang berlangsung di bawah. Sirius jelas telah berhasil menutup tirai menutupi potret ibunya karena dia telah berhenti menjerit. Dia mendengar Sirius berjalan sepanjang aula, lalu gemerincing rantai di pintu depan, dan
kemudian sebuah suara dalam yang dia kenali sebagai Kingsley Shacklebolt yang sedang berkata, "Hestia baru saja menggantikanku, jadi dia pegang Jubah Moody sekarang, kukira aku akan meninggalkan laporan untuk Dumbledore ... "
Merasakan mata Mrs Weasley di belakang kepalanya, Harry menutup pintu ruang duduk dengan perasaan menyesal dan bergabung kembali ke pesta Doxy.
Mrs Weasley sedang membungkuk untuk memeriksa halaman mengenai Doxy dalam Penuntun Hama Rumah Tangga Gilderoy Lockhart, yang tergeletak terbuka di
sofa. "Benar, kalian semua, kalian harus berhati-hati, karena Doxy menggigit dan gigi-gigi mereka beracun. Aku punya sebotol penawar di sini, tapi aku lebih suka kalau tidak ada yang membutuhkannya."
Dia bangkit, menempatkan dirinya di depan gorden dan memberi isyarat kepada mereka untuk maju.
"Sewaktu kusuruh, segera mulai menyemprot," katanya. "Mereka akan terbang mendatangi kita, kukira, tapi di penyemprot ini dikatakan satu percikan yang jitu akan melumpuhkan mereka. Ketika mereka lumpuh, lemparkan saja ke dalam ember ini."
Dia melangkah dengan hati-hati keluar dari garis penembakan mereka, dan mengangkat alat penyemprotnya sendiri.
"Baiklah -- semprot!"
Harry baru saja menyemprot selama beberapa detik ketika seekor Doxy dewasa datang membumbung keluar dari lipatan bahan, sayapnya yang berkilat seperti kumbang berdesing, gigi-gigi kecil yang setajam jarum tampak jelas, tubuhnya yang seperti peri ditutupi oleh rambut hitam tebal dan keempat tinjunya yang kecil mengepal karena marah. Harry mengenainya di bagian muka dengan Doxycide. Dia membeku di udara dan terjatuh, dengan suara thunk yang keras, ke karpet usang di bawah. Harry memungutnya dan melemparkannya ke dalam ember.
"Fred, apa yang kau lakukan"" kata Mrs Weasley dengan tajam. "Semprot seketika dan buang itu!"
Harry memandang ke sekitar. Fred sedang memegang seekor Doxy yang melawan di antara jari telunjuk dan jempolnya.
"Baiklah," Fred berkata dengan cerah, sambil menyemprot Doxy itu dengan cepat di bagian muka sehingga dia pingsan, tetapi begitu punggung Mrs Weasley dibalikkan dia mengantonginya dengan sebuah kedipan.
"Kami ingin bereksperimen dengan bisa Doxy untuk Kotak Makanan Pembolos kami," George memberitahu Harry dengan suara rendah.
Sambil menyemprot dua Doxy dengan sekali semprot ketika mereka membumbung langsung ke hidungnya, Harry bergerak lebih dekat ke George dan bergumam dari
sudut mulutnya, "Apa itu Kotak Makanan Pembolos""
"Pilihan permen untuk membuatmu sakit," George berbisik, sambil memandang punggung Mrs Weasley dengan waspada. "Bukan benar-benar sakit, tahu, hanya cukup sakit untuk keluar dari kelas kalau kau mau. Fred dan aku telah mengembangkannya sepanjang musim panas ini. Permen-permen itu berujung ganda, diberi kode warna dan bisa dikunyah. Kalau kau makan bagian yang jingga dari Pastilles Muntah, kau akan muntah. Saat kau telah didorong keluar dari pelajaran ke sayap rumah sakit, kau telan bagian yang ungu -- "
""-- yang memulihkan kesehatanmu, memungkinkanmu mengejar kegiatan luang pilihanmu sendiri selama satu jam yang seharusnya terbuang untuk kebosanan yang tidak menguntungkan." Itu yang kami taruh di iklannya." bisik Fred, yang telah menepi dari pandangan Mrs Weasley dan sekarang sedang meny
apu beberapa Doxy dari lantai dan menambahkan mereka ke dalam kantongnya. "Tapi mereka masih perlu sedikit kerja. Saat ini para penguji kami masih mengalami kesulitan menghentikan diri mereka muntah cukup lama untuk menelan ujung ungu."
"Para penguji""
"Kami sendiri," kata Fred. "Kami memakainya bergantian. George makan Manisan Pingsan -- kami berdua mencoba Gula-Gula Mimisan -- "
"Mum mengira kami habis berduel," kata George.
"Kalau begitu, toko leluconnya masih jalan"" Harry bergumam, sambil berpura-pura menyesuaikan ujung penyemprot pada semprotannya.
"Well, kami masih belum berkesempatan untuk mendapatkan tempat usaha," kata Fred, sambil menurunkan suaranya lebih rendah lagi ketika Mrs Weasley menyeka alis dengan scarfnya sebelum melanjutkan penyerangan, "jadi saat ini kami menjalankannya sebagai usaha pesanan lewat pos. Kami menaruh iklan di Daily Prophet minggu lalu."
Macan Tutul Di Salju 1 Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak Kitab Pusaka 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama