Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 3
"Semuanya berkat kau, sobat," kata George. "Tapi jangan kuatir ... Mum tidak tahu sedikitpun. Dia tidak membaca Daily Prophet lagi, kar"na menceritakan berita-berita bohong mengenaimu dan Dumbledore."
Harry nyengir. Dia telah memaksa si kembar Weasley mengambil hadiah uang seribu Galleon yang telah dimenangkannya dalam Turnamen Triwizard untuk membantu mereka mewujudkan ambisi mereka untuk membuka sebuah toko lelucon, tetapi dia masih senang mengetahui bahwa bagiannya dalam memajukan rencana mereka belum diketahui oleh Mrs Weasley. Dia tidak berpikir menjalankan sebuah toko lelucon merupakan karir yang pantas bagi dua anaknya.
Penghilangan Doxy dari tirai-tirai berlangsung sepanjang pagi itu. Sudah lewat tengah hari ketika Mrs Weasley akhirnya melepaskan scarf pelindungnya, terhenyak ke kursi berlengan dan melompat bangkit lagi dengan jeritan jijik, karena telah menduduki sekantong tikus mati. Tirai-tirai tidak lagi berdesing; mereka bergantung lemas dan lembab dari penyemprotan habis-habisan. Di kaki mereka terletak DoxyDoxy tidak sadar yang terjejal di dalam ember di samping semangkok telur hitam mereka, yang sedang diendusi Crookshanks dan Fred dan George sedang saling memandang dengan pandangan tamak.
"Kukira kita akan mengerjakan yang itu sehabis makan siang," Mrs Weasley menunjuk kepada lemari-lemari berpintu kaca yang berdebu yang terletak di kedua sisi rak perapian. Lemari-lemari itu penuh dengan aneka benda aneh; pilihan belati berkarat, cakar, kulit ular yang bergulung, sejumlah kotak perak pudar yang diberi tulisan dalam bahasa yang tidak dapat dimengerti Harry dan, yang paling tidak menyenangkan dari semuanya, sebuah botol kristal berhias dengan sebuah batu opal besar yang ditempatkan pada penutupnya, penuh dengan apa yang Harry yakini sebagai darah.
Bel pintu yang berkelontang berbunyi lagi. Semua orang memandang kepada Mrs Weasley.
"Tetap di sini," dia berkata dengan tegas, sambil menyambar kantong tikus itu selagi pekikan Mrs Black mulai lagi di bawah. "Aku akan membawakan beberapa roti isi."
Dia meninggalkan ruangan, menutup pintu dengan hati-hati di belakangnya. Seketika, semua orang menyerbu ke jendela untuk melihat ke bawah ke ambang pintu. Mereka bisa melihat puncak dari sebuah kepala merah kekuningan yang tidak terurus dan setumpuk kuali yang keseimbangannya sangat genting.
"Mundungus!" kata Hermione. "Untuk apa dia membawa kuali-kuali itu""
"Mungkin mencari tempat yang aman untuk menyimpannya," kata Harry. "Bukankah itu yang dia lakukan pada malam dia seharusnya mengekoriku" Mengambil kuali-kuali itu""
"Yeah, kau benar!" kata Fred, ketika pintu depan terbuka; Mundungus menyeret kuali-kualinya melalui pintu dan menghilang dari pandangan. "Ya ampun, Mum tidak akan menyukainya ... "
Dia dan George menyeberang ke pintu dan berdiri di sampingnya, sambil mendengarkan dengan seksama. Jeritan Mrs Black telah berhenti.
"Mundungus sedang berbicara dengan Sirius dan Kingsley," Fred bergumam, sambil merengut penuh konsntrasi. "Tidak bisa dengar dengan jelas ... menurutmu kita bisa mengambil resiko dengan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan""
"Mungkin berharga," kata George. "Aku bisa menyelinap ke atas dan mengambil sepasang -- "
Tetapi pada s aat itu juga ada suara ledakan dari bawah yang membuat Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan tidak diperlukan lagi. Mereka semua dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang diteriakkan Mrs Weasley pada puncak suaranya.
"KITA TIDAK MENJALANKAN RUMAH PERSEMBUNYIAN UNTUK
BARANG-BARANG CURIAN!"
"Aku suka mendengar Mum berteriak kepada orang lain," kata Fred, dengan senyum kepuasan di wajahnya ketika dia membuka pintu sekitar satu inci untuk membiarkan suara Mrs Weasley memasuki ruangan itu dengan lebih baik, "benar-benar perubahan yang sangat baik."
"-- BENAR-BENAR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB, SEAKAN-AKAN KITA BELUM PUNYA CUKUP MASALAH UNTUK DIKHAWATIRKAN TANPA
KAMU MENYERET KUALI-KUALI CURIAN KE DALAM RUMAH -- "
"Para idiot itu membiarkannya berlarut-larut," kata George, sambil menggelengkan kepalanya. "Kau harus mengalihkannya dari awal kalau tidak dia akan menambah kekuatan dan berteriak terus selama berjam-jam. Dan dia sudah sangat ingin memarahi Mundungus sejak dia menyelinap pergi sewaktu seharusnya mengikutimu, Harry -- dan ibunya Sirius mulai lagi -- "
Suara Mrs Weasley tertelan oleh jeritan dan pekikan baru yang datang dari potret-potret di aula.
George bergerak menutup pintu untuk menenggelamkan keributan itu, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, seorang peri-rumah memasuki ruangan itu.
Kecuali kain rombengan kotor yang diikat seperti cawat di sekitar bagian tengahnya, dia benar-benar telanjang. Kelihatannya sangat tua. Kulitnya terlihat beberapa kali lebih besar bagi dirinya dan, walaupun dia botak seperti semua peri-rumah, ada sejumlah rambut putih yang tumbuh mencuat dari telinga besarnya yang seperti telinga kelelawar. Matanya yang berwarna kelabu berair dan pembuluh darahnya tampak dan hidungnya yang penuh daging besaar dan mirip moncong.
Peri itu sama sekali tidak memperhatikan Harry dan yang lain. Bertindak seakan-akan dia tidak bisa melihat mereka, dia bergerak dengan bungkuk, pelan-pelan dan pasti, menuju ujung jauh dari ruangan itu, sambil bergumam pelan dalam suara serak dan dalam seperti katak.
baunya seperti selokan dan seorang kriminal untuk ditendang, tapi yang wanita juga tidak lebih baik, si pengkhianat darah yang menjijikan dengan anak-anak nakalnya mengotori rumah nyonyaku, oh, nyonyaku yang malang, kalau saja dia tahu, kalau dia tahu sampah yang telah mereka masukkan ke dalam rumahnya, apa yang akan dikatakannya kepada Kreacher tua ini, oh, betapa malunya, Darah-lumpur dan manusia serigala dan pengkhianat dan pencuri, Kreacher tua yang malang, apa yang bisa dilakukannya ... "
"Halo, Kreacher," kata Fred dengan sangat keras, sambil menutup pintu dengan sekali banting.
Peri-rumah itu membeku di tempat, berhenti bergumam, dan mengeluarkan suara terkejut yang sangat dibuat-buat dan sangat tidak meyakinkan.
"Kreacher tidak melihat tuan muda," katanya, sambil berpaling dan membungkuk kepada Fred. Masih menghadap karpet, dia menambahkan, jelas terdengar, "Anak
nakal menjijikan dari seorang pengkhianat darah." "Maaf"" kata George. "Tidak dengar yang terakhir itu."
"Kreacher tidak berkata apa-apa," kata si peri-rumah, dengan membungkuk kedua kali kepada George, sambil menambahkan dengan suara rendah yang jelas, "dan itu kembarannya, bangsat-bangsat kecil tidak alami mereka itu."
Harry tidak tahu apakah harus tertawa atau tidak. Peri-rumah itu meluruskan dirinya sambil mengintai mereka semua dengan bengis, dan tampaknya yakin bahwa mereka tidak bisa mendengarnya ketika dia terus bergumam.
dan itu si Darah-lumpur, berdiri di sana sehebat kuningan, oh, kalau nyonyaku tahu, oh, bagaimana dia akan menangis, dan ada anak baru, Kreacher tidak tahu namanya. Apa yang sedang dia lakukan di sini" Kreacher tidak tahu ... "
"Ini Harry, Kreacher," kata Hermione. "Harry Potter."
Mata pucat Kreacher melebar dan dia bergumam lebih cepat dan lebih marah dari sebelumnya.
"Si Darah-lumpur berbicara kepada Kreacher seolah-olah dia temanku, kalau nyonya Kreacher melihatnya bersama orang seperti itu, oh, apa yang akan dikatakannya -- "
"Jangan sebut dia Darah-lumpur!" kata Ron dan Ginny bersama-sama, dengan sangat marah.
"Tidak masala h," Hermione berbisik, "dia tidak dalam pikiran sehatnya, dia tidak tahu apa yang dia -- "
"Jangan bodohi dirimu, Hermione, dia tahu persis apa yang dia katakan," kata Fred, sambil memandang Kreacher dengan rasa tidak suka.
Kreacher masih bergumam, matanya memandang Harry.
"Benarkah itu" Benar Harry Potter" Kreacher bisa melihat bekas lukanya, pastilah benar, itu anak yang menghentikan Pangeran Kegelapan, Kreacher bertanya-tanya bagaiamana dia melakukannya -- "
"Bukankah kita semua begitu, Kreacher," kata Fred.
"Apa yang kau inginkan"" George bertanya.
Mata besar Kreacher beralih kepada George.
"Kreacher sedang bersih-bersih," dia berkata mengelak.
"Cerita yang mungkin sekali," kata sebuah suara di belakang Harry.
Sirius telah kembali; dia sedang menatap tajam kepada peri itu dari ambang pintu. Keributan di aula telah reda; mungkin Mrs Weasley dan Mundungus telah memindahkan perseteruan mereka ke bawah ke dapur. Ketika melihat Sirius, Kreacher membungkukkan dirinya rendah sekali sehingga hidungnya yang mirip moncong rata ke lantai.
"Berdiri tegak," kata Sirius dengan tidak sabar. "Sekarang, apa yang sedang kau rencanakan""
"Kreacher sedang bersih-bersih," peri-rumah itu mengulangi. "Kreacher hidup untuk melayani Rumah Black yang Mulia -- "
"Dan semakin kelam saja setiap harinya, sehingga jadi sangat kotor," kata Sirius.
"Tuan selalu suka lelocon kecilnya," kata Kreacher sambil membungkuk lagi, dan meneruskan dengan suara rendah, "Tuan adalah babi tidak tahu berterima kasih yang menjijikan yang meremukkan hati ibunya -- "
"Ibuku tidak punya hati, Kreacher," sambar Sirius. "Dia bertahan hidup semata-mata dengan rasa dengki."
Kreacher membungkuk lagi ketika dia berkata.
"Apapun yang Tuan katakan," dia bergumam dengan marah. "Tuan tidak pantas menyeka lendir dari sepatu bot ibunya, oh, nyonyaku yang malang, apa yang akan dikatakannya kalau dia melihat Kreacher melayaninya, bagaimana dia membencinya, betapa mengecewakannya dirinya -- "
"Kutanya kau apa yang sedang kau rencanakan," kata Sirius dengan dingin. "Tiap kali kau muncul sambil berpura-pura bersih-bersih, kau menyelinapkan sesuatu ke kamarmu sehingga kami tidak bisa membuangnya."
"Kreacher tidak akan memindahkan apapun dari tempat yang seharusnya dalam rumah Tuan," kata peri-rumah itu, lalu bergumam dengan amat cepat, "Nyonya tidak akan pernah memaafkan Kreacher kalau permadani dinding itu dibuang, sudah berada dalam keluarga selama tujuh abad, Kreacher harus menyelamatkannya, Kreacher tidak akan membiarkan Tuan dan para pengkhianat darah dan anak-anak nakal itu menghancurkannya -- "
"Kukira juga mungkin itu," kata Sirius, sambil memberi pandangan menghina pada dinding di seberang. "Dia pasti telah menempatkan Mantera Lekat Permanen lagi ke bagian belakangnya, aku tidak ragu, tetapi kalau bisa kuhilangkan pasti akan kulakukan. Sekarang pergilah, Kreacher."
Tampaknya Kreacher tidak berani tidak mematuhi perintah langsung, walaupun begitu, pandangan yang diberikannya kepada Sirius ketika dia bergerak melewatinya penuh dengan kebencian yang amat sangat dan dia bergumam sepanjang jalan keluar dari ruangan itu.
"-- pulang dari Azkaban sambil menyuruh-nyuruh Kreacher, oh, nyonyaku yang
malang, apa yang akan dikatakannya kalau dia melihat rumah ini sekarang, sampah tinggal di dalamnya, barang-barang berharganya dibuang, nyonya bersumpah dia bukan anaknya dan dia sudah kembali, mereka juga bilang dia pembunuh -- "
"Terus menggerutu dan aku akan jadi pembunuh!" kata Sirius dengan jengkel selagi dia membanting pintu menutup.
"Sirius, dia tidak menyadari perbuatannya," Hermione memohon, "kukira dia tidak sadar bahwa kita mendengarnya."
"Dia sudah sendirian terlalu lama," kata Sirius, "menuruti perintah gila dari potret ibuku dan berbicara kepada dirinya sendiri, tapi dia dari dulu memang seorang bajingan kecil -- "
"Kalau saja kau membebaskannya," kata Hermione penuh harap, "mungkin -- "
"Kita tidak bisa membebaskannya, dia tahu terlalu banyak tentang Order," kata Sirius dengan masam. "Dan lagipula, rasa terguncang akan membunuhnya. Kau sarankan dia meninggalkan rumah ini, lihat
bagaimana tanggapannya."
Sirius berjalan menyeberangi ruangan ke tempat permadani dinding yang Kreacher coba lindungi yang bergantung sepanjang dinding. Harry dan yang lain mengikuti.
Permadani dinding itu tampak sangat tua; warnanya sudah pudar dan terlihat seakan-akan sudah digerogoti Doxy di banyak tempat. Walau begitu, benang keemasan yang membordirnya masih berkilau cukup cemerlang untuk memperlihatkan kepada mereka pohon keluarga yang membentang yang bertanggal (sejauh yang dapat dilihat Harry) dari Abad Pertengahan. Huruf-huruf besar di bagian paling atas permadani dinding itu bertuliskan:
Rumah Black yang Mulia dan Paling Kuno
"Toujours pur" (Selalu Murni)
"Kau tidak ada di sini!" kata Harry, setelah mengamati bagian bawah pohon itu dengan seksama.
"Aku dulu ada di sana," kata Sirius sambil menunjuk ke sebuah lubang kecil bulat bekas terbakar di permadani, yang mirip sundutan rokok. "Ibuku tersayang meledakkanku setelah aku lari dari rumah -- Kreacher sangat suka menggumamkan cerita itu."
"Kau lari dari rumah""
"Sewaktu aku berusia sekitar enam belas tahun," kata Sirius. "Aku sudah muak."
"Ke mana kau pergi"" tanya Harry sambil menatapnya.
"Tempat ayahmu," kata Sirius. "Kakek-nenekmu sangat baik; mereka seperti mengangkatku sebagai anak kedua. Yeah, aku berkemah di luar rumah ayahmu saat
liburan sekolah, dan ketika aku berumur tujuh belas aku mempunyai tempat sendiri. Pamanku Alphard meninggalkanku sejumlah emas -- dia juga telah dihapus dari sini, mungkin itu sebabnya -- lagipula, setelah itu aku menjaga diriku sendiri. Namun, aku selalu diterima di rumah keluarga Potter untuk makan siang Minggu."
"Tapi ... kenapa kau
"Pergi"" Sirius tersenyum getir dan menyisir rambut panjangnya yang tak terawat dengan jari-jarinya. "Karena aku benci mereka semua; orang tuaku, dengan mania darah-murni mereka, yakin bahwa menjadi seorang Black membuatmu berdarah biru ... adikku yang idiot, cukup lembek untuk mempercayai mereka ... itu dia."
Sirius menusukkan sebuah jari ke bagian paling bawah dari pohon itu, pada nama "Regulus Black". Sebuah tanggal kematian (sekitar lima belas tahun sebelumnya) mengikuti tanggal kelahiran.
"Dia lebih muda dariku," kata Sirius, "dan merupakan anak yang lebih baik, seperti yang selalu diingatkan kepadaku."
"Tapi dia meninggal," kata Harry.,
"Yeah," kata Sirius. "Idiot bodoh ... dia bergabung dengan para Pelahap Maut." "Kau bercanda!"
"Ayolah, Harry, bukankah kau sudah lihat cukup banyak dari rumah ini untuk mengetahui penyihir macam apa keluargaku itu"" kata Sirius dengan tidak sabar.
"Apakah -- apakah orang tuamu juga Pelahap Maut""
"Tidak, tidak, tapi percayalah kepadaku, mereka berpikir Voldemort memiliki gagasan yang benar, mereka mendukung pemurnian ras penyihir, mengenyahkan para kelahiran Muggle dan memberi kekuasaan kepada darah-murni. Mereka juga tidak sendirian, ada sejumlah orang, sebelum Voldemort menunjukkan wajah aslinya, yang berpikir bahwa dia punya gagasan yang benar mengenai banyak hal ... namun, mereka jadi pengecut ketika mereka melihat dia bersiap-siap mengambil kekuasaan. Tapi aku yakin orang tuaku mengira Regulus adalah pahlawan kecil karena bergabung sejak awal."
"Apakah dia dibunuh oleh Auror"" Harry bertanya.
"Oh, tidak," kata Sirius. "Tidak, dia dibunuh oleh Voldemort. Atau atas perintah Voldemort, lebih tepatnya; aku ragu Regulus pernah cukup penting untuk dibunuh sendiri oleh Voldemort. Dari apa yang kuketahui setelah dia mati, dia masuk cukup jauh, lalu panik mengenai apa yang harus dikerjakannya dan mencoba mundur. Well, kau tidak bisa menyerahkan surat pengunduran diri begitu saja kepada Voldemort. Pilihannya pelayanan seumur hidup atau kematian."
"Makan siang," kata suara Mrs Weasley.
Dia sedang mengangkat tongkat tinggi-tinggi di depannya, sambil menyeimbangkan sebuah nampan besar yang penuh berisi roti isi dan kue dengan ujung tongkat. Wajahnya sangat merah dan terlihat masih marah. Yang lain berpindah mendekatinya, ingin mendapatkan makanan, tapi Harry tetap bersama Sirius, yang telah membungkuk lebih dekat ke permadani.
"Aku belum melihat ini selama bertahuntahun. Itu Phinneas Nigellus ... kakek buyutku, lihat" ... Kepala Sekolah paling tidak populer yang pernah dimiliki Hogwarts ... dan Araminta Meliflua ... sepupu ibuku ... mencoba memaksakan Undang-Undang Kementerian untuk melegalkan perburuan Muggle ... dan Bibi Elladora sayang ... dia memulai tradisi keluarga memenggal kepala peri-rumah ketika mereka terlalu tua untuk membawa nampan teh ... tentu saja, tiap kali keluarga menghasilkan seseorang yang kurang pantas mereka tidak diakui. Kulihat Tonks tidak ada di sini. Mungkin itu sebabnya Kreacher tidak mau menerima perintah darinya -- dia seharusnya melakukan apapun yang diminat siapa saja dalam keluarga -- "
"Kau dan Tonks berkerabat"" Harry bertanya, terkejut.
"Oh, yeah, ibunya Andromeda adalah sepupu yang paling kusukai," kata Sirius, sambil memeriksa permadani dinding itu dengan seksama. "Tidak, Andromeda juga tidak di sini, lihat -- "
Dia menunjuk ke tanda hangus bulat kecil di antara dua nama, Bellatrix dan Narcissa.
"Saudara-saudara perempuan Andromeda masih di sini karena mereka menikah secara terhormat dengan darah-murni, tapi Andromeda menikahi seorang kelahiran Muggle, Ted Tonks, jadi -- "
Sirius memperagakan meledakkan permadani itu dengan sebuah tongkat dan tertawa masam. Akan tetapi, Harry tidak tertawa; dia terlalu sibuk menatap ke nama-nama di sebelah kanan tanda hangus Andromeda. Sebuah garis ganda bordir emas menghubungkan Narcissa Black dengan Lucius Malfoy dan sebuah garis tunggal vertikal dari nama-nama mereka menuntun ke nama Draco.
"Kau berkerabat dengan keluarga Malfoy!"
"Keluarga-keluarga berdarah-murni semuanya saling berhubungan," kata Sirius. "Kalau kau hanya akan membolehkan anak lelaki dan perempuanmu menikahi darah-murni pilihanmu sangat terbatas; hampir tidak ada lagi dari kami yang tersisa. Molly dan aku bersepupu karena pernikahan dan Arthur semacam sepupu dari sepupuku. Tapi tidak ada gunanya mencari mereka di sini -- kalau ada keluarga yang merupakan sekumpulan pengkhianat darah itulah keluarga Weasley."
Tapi Harry sekarang sedang melihat ke nama-nama di sebelah kiri tanda hangus Andromeda: Bellatrix Black, yang dihubungkan dengan garis ganda ke Rodolphus Lestrange.
"Lestrange Harry berkata dengan keras. Nama itu telah menggerakkan sesuatu dalam ingatannya; dia tahu nama itu dari suatu tempat, tapi selama beberapa saat dia
tidak bisa berpikir di mana, walaupun memberinya sensasi aneh yang menjalar di dasar perutnya.
"Mereka ada di Azkaban," kata Sirius singkat.
Harry menatapnya dengan rasa ingin tahu.
"Bellatrix dan suaminya Rodolphus masuk bersama Barty Crouch junior," kata Sirius, dengan nada kasar yang sama. "Saudara lelaki Rodolphus, Rabastan ada bersama mereka juga."
Lalu Harry teringat. Dia telah melihat Bellatrix Lestrange di dalam Pensieve Dumbledore, alat aneh yang dapat menyimpan pikiran dan ingatan: seorang wanita jangkung berkulit gelap dengan mata berkelopak tebal, yang telah berdiri di persidangannya dan menyatakan kesetiaanya yang terus-menerus kepada Lord Voldemort, rasa bangganya karena dia terus berusaha menemukannya setelah kejatuhannya dan keyakinannya bahwa suatu hari dia akan diberi ganjaran atas kesetiaannya.
"Kau tidak pernah bilang dia -- "
"Apakah ada pengaruhnya kalau dia sepupuku"" sambar Sirius. "Sejauh menyangkut diriku, mereka bukan keluargaku. Dia jelas bukan keluargaku. Aku belum melihatnya sejak aku seumurmu, kecuali kau hitung sekilas waktu dia masuk Azkaban. Apa menurutmu aku bangga punya kerabat seperti dia""
"Maaf," kata Harry dengan cepat, "aku tidak bermaksud -- aku hanya terkejut, itu saja -- "
"Tidak mengapa, jangan minta maaf," Sirius bergumam. Dia berpaling dari permadani dinding itu, tangannya dijejalkan ke dalam kantongnya. "Aku tidak suka kembali ke sini," katanya sambil menatap ke seberang ruang duduk. "Aku tidak pernah mengira akan terperangkap di dalam rumah ini lagi."
Harry mengerti sepenuhnya. Dia tahu bagaimana dia akan merasa, ketika dia sudah dewasa dan berpikir dirinya bebas dari tempat itu untuk selamanya, harus kembali dan tinggal di Privet Drive nomor empat.
"Tentu saja ideal u ntuk Markas Besar," Sirius berkata. "Ayahku menempatkan semua alat pengamanan yang dikenal oleh kelompok penyihir sewaktu dia tinggal di sini. Tidak tampak di peta, jadi para Muggle tidak akan pernah datang dan berkunjung -seakan-akan mereka mau -- dan sekarang Dumbledore sudah menambahkan perlindungannya, kau akan sulit mencari rumah yang lebih aman di tempat lain. Dumbledore adalah Penjaga Rahasia Order, kau tahu -- tak seorangpun bisa menemukan Markas Besar kecuali dia memberitahu mereka secara pribadi di mana letaknya -- catatan yang diperlihatkan Moody kepadamu tadi malam, itu dari Dumbledore Sirius tertawa pendek mirip gonggongan. "Kalau saja orang tuaku bisa melihat kegunaan rumah mereka sekarang ... well, potret ibuku pasti sudah memberimu sejumlah ide ... "
Dia merengut sebentar, lalu menghela napas.
"Aku tidak akan keberatan kalau aku bisa keluar kadang-kadang dan melakukan sesuatu yang berguna. Aku sudah bertanya kepada Dumbledore apakah aku bisa mengawalmu ke dengar pendapatmu -- sebagai Snuffles, tentu saja -- sehingga aku bisa memberimu sedikit dukungan moral, bagaimana menurutmu""
Harry merasa seakan-akan perutnya telah tenggelam ke karpet berdebu. Dia belum memikirkan dengar pendapat itu sekalipun sejak makan malam kemarin; dalam semangatnya kembali bersama orang-orang yang paling disenanginya, dan mendengar semua yang sedang berlangsung, dengar pendapat itu telah benar-benar keluar dari kepalanya. Namun, mendengar kata-kata Sirius, rasa takut yang mencekam kembali timbul dalam dirinya. Dia menatap ke Hermione dan keluarga Weasley, semuanya sedang makan roti isi, dan berpikir bagaimana perasaannya kalau mereka kembali ke Hogwarts tanpa dirinya.
"Jangan khawatir," Sirius berkata. Harry melihat ke atas dan menyadari bahwa Sirius telah mengamati dirinya. "Aku yakin mereka akan melepaskanmu, pasti ada sesuatu dalam Undang-Undang Kerahasiaan Internasional mengenai izin menggunakan sihir untuk menyelamatkan hidupmu."
"Tapi kalau mereka mengeluarkanku," Harry berkata dengan pelan, "bolehkah aku kembali ke sini dan tinggal bersamamu""
Sirius tersenyum sedih. "Kita lihat nanti."
"Aku akan merasa jauh lebih baik mengenai dengar pendapat itu kalau aku tahu aku tidak perlu kembali ke keluarga Dursley," Harry menekannya.
"Mereka pastilah tidak menyenangkan kalau kau memilih tempat ini," kata Sirius dengan suram.
"Cepatlah, kalian berdua, atau tidak akan ada makanan yang tersisa," Mrs Weasley memanggil.
Sirius menghela napas sekali lagi, menatap permadani dinding itu dengan pandangan tidak suka, lalu dia dan Harry pergi bergabung dengan yang lain.
Harry mencoba sebaik mungkin tidak memikirkan dengar pendapat ketika mereka mengosongkan lemari-lemari berpintu kaca sore itu. Untung saja, itu merupakan pekerjaan yang membutuhkan banyak konsentrasi, banyak dari benda-benda yang ada di dalam sana yang terlihat enggan meninggalkan rak-rak berdebu mereka. Sirius mengalami luka gigitan parah dari sebuah kotak tembakau perak; dalam beberapa detik tangannya yang tergigit telah tumbuh kulit tebal yang tidak menyenangkan seperti memakai sarung tangan keras warna coklat.
"Tidak apa-apa," katanya sambil memeriksa tangannya dengan penuh minat sebelum mengetuknya dengan ringan dengan tongkatnya dan mengembalikan kulitnya ke
keadaan normal, "pastilah di dalam itu bubuk Wartcap."
Dia melemparkan kotak itu ke samping ke dalam kantong tempat mengumpulkan puing-puing dari lemari-lemari itu; Harry melihat George membelit tangannya dengan kain secara hati-hati beberapa saat kemudian dan menyelinapkan kotak itu ke dalam kantongnya yang telah dipenuhi dengan Doxy.
Mereka menemukan sebuah instrumen perak yang tampak tidak menyenangkan, sesuatu yang mitip pasangan penjepit berkaki banyak, yang berlari menaiki lengan Harry seperti laba-laba ketika dia memungutnya, dan mencoba menusuk kulitnya. Sirius menyambarnya dan menghancurkannya dengan sebuah buku tebal yang berjudul Kemuliaan Alam: Sebuah Silsilah Penyihir. Ada sebuah kotak musik yang mengeluarkan nada berdenting agak seram ketika diputar, dan mereka semua merasa menjadi lemah dan mengantuk,
sampai Ginny sadar dan membanting tutupnya; sebuah liontin berat yang tidak bisa mereka buka; sejumlah cap kuno; dan dalam kotak berdebu, sebuah Order of Merlin, Kelas Pertama, yang telah diserahkan kepada kakek Sirius untuk "jasa-jasa bagi Kementerian".
"Maksudnya dia memberi mereka banyak emas," kata Sirius dengan menghina sambil melemparkan medali itu ke dalam kantong sampah.
Beberapa kali Kreacher memasuki ruangan dan mencoba menyeludupkan barang-barang di bawah cawatnya, sambil menggumamkan kutukan-kutukan mengerikan setiap kali mereka menangkap basahnya. Ketika Sirius merebut sebuah cincin keemasan besar yang memiliki lambang keluarga Black dari pegangannya, Kreacher bahkan menangis marah dan meninggalkan ruangan terseduu-sedu dan memanggil Sirius dengan nama-nama yang belum pernah didengar Harry.
"Itu milik ayahku," kata Sirius sambil melempar cincin itu ke dalam kantong. "Kreacher tidak begitu setia kepadanya seperti kepada ibuku, tapi aku masih saja menangkapnya sedang mencuri sepotong celana tua ayahku minggu lalu."
* Mrs Weasley menyibukkan mereka semua selama beberapa hari berikutnya. Ruang duduk perlu tiga hari untuk disucihamakan. Akhirnya, satu-satunya benda tidak diinginkan yang tertinggal di dalamnya adalah permadani dinding, yang bertahan daari semua usaha mereka untuk melepaskannya dari dinding, dan meja tulis yang berderak itu. Moody belum mampir ke Markas Besar, jadi mereka tidak bisa yakin apa yang ada di dalam.
Mereka pindah dari ruang duduk ke sebuah ruang makan di lantai dasar di mana mereka menemukan laba-laba sebesar tatakan cangkir yang bersembunyi di dalam lemari (Ron meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa untuk membuat secangkir teh dan tidak kembali selama satu setengah jam). Barang-barang pecah belahnya, yang memiliki lambang keluarga dan motto Black, semuanya dibuang ke dalam kantong oleh Sirius, dan nasib yang sama menimpa serangkaian foto-foto tua dalam bingkai-bingkai perak ternoda, yang semua penghuninya mendengking dengan nyaring ketika kaca-kaca yang menutupi mereka pecah.
Snape mungkin menyebut pekerjaan mereka "membersihkan", tapi menurut pendapat Harry mereka sebenarnya sedang berperang melawan rumah itu, yang memberikan perlawanan yang cukup hebat, dibantu dan disekutui oleh Kreacher. Peri-rumah itu terus di manapun mereka berkelompok, gerutuannya menjadi semakin menghina selagi dia berusaha memindahkan apapun yang bisa dilakukannya dari tempat sampah. Sirius bahkan sampai mengancamnya dengan pakaian, tapi Kreacher memberinya tatapan berair dan berkata, "Tuan harus melakukan yang Tuan inginkan," sebelum berpaling dan menggerutu dengan sangat keras, "tapi Tuan tidak akan mengenyahkan Kreacher, tidak, karena Kreacher tahu apa yang sedang mereka rencanakan, oh ya, dia sedang membuat rencana melawan Pangeran Kegelapan, ya, dengan para Darah-lumpur ini dan pengkhianat dan sampah ... "
Mendengar itu Sirius, sambil mengabaikan protes Hermione, menyambar Kreacher di bagian belakang cawatnya dan melemparkannya keluar dari ruangan itu.
Bel pintu berbunyi beberapa kali dalam sehari, yang merupakan petunjuk bagi ibu Sirius untuk mulai memekik lagi, dan bagi Harry dan yang lain untuk mencoba mencuri dengar para pengunjung, walaupun mereka mengumpulkan sangat sedikit keterangan dari kilasan dan potongan singkat percakapan yang bisa mereka kuping sebelum Mrs Weasley menyuruh mereka kembali ke tugas mereka. Snape keluar-masuk rumah itu beberapa kali lagi, walaupun yang membuat Harry lega mereka belum pernah bertatap muka; Harry juga melihat guru Transfigurasinya Professor McGonagall, terlihat sangat aneh dalam baju dan mantel Muggle, dan dia juga terlihat terlalu sibuk untuk berlama-lama. Akan tetapi, kadang-kadang para pengunjung tinggal untuk membantu. Tonks bergabung dengan mereka dalam sebuah sore yang penuh kenangan di mana mereka menemukan hantu tua pembunuh yang bersembunyi di toilet atas, dan Lupin, yang tinggal di rumah itu bersama Sirius tapi meninggalkannya untuk waktu yang lama untuk melakukan pekerjaan misterius bagi Order, membantu mereka memperbaiki sebuah jam berdiri yang mem
iliki kebiasaan tidka menyenangkan yaitu menembakkan baut-baut berat ke orang-orang yang melewatinya. Mundungus menebus dirinya sedikit dalam mata Mrs Weasley dengan menyelamatkan Ron dari satu stel jubah ungu kuno yang mencoba mencekiknya ketika dia memindahkannya dari lemari.
Walaupun dia masih susah tidur, masih bermimpi mengenai koridor-koridor dan pintu-pintu terkunci yang membuat bekas lukanya perih, Harry berhasil bersenang-senang untuk pertama kalinya sepanjang musim panas itu. Selama dia sibuk dia gembira; namun ketika aksinya mereda, kapanpun dia kurang waspada, atau berbaring kelelahan di tempat tidur sambil mengamati bayangan-bayangan kabur yang bergerak di langit-langit, pikiran mengenai dengar pendapat Kementerian yang membayang kembali kepada dirinya. Rasa takut menerkam bagian dalam tubuhnya seperti jarum ketika dia bertanya-tanya apa yang akan terjadi kepada dirinya kalau dia dikeluarkan. Gagasan itu begitu mengerikan sehingga dia tidak berani mengucapkannya keras-keras, bahkan tidak kepada Ron dan Hermione, yang, walaupun dia sering melihat mereka berbisik satu sama lain dan memandang ke arahnya dengan cemas, mengikuti petunjukkan dengan tidak menyebut hal itu. Kadang-kadang, dia tidak bisa menghalangi imajinasinya memperlihatkan kepada dirinya seorang pejabat Kementerian yang tidak berwajah yang sedang mematahkan tongkatnya menjadi dua dan memerintahkannya kembali ke keluarga Dursley ... tapi dia tidak mau pergi. Dia sudah menetapkan hati dalam hal itu. Dia akan kembali ke sini ke Grimmauld Place
dan tinggal bersama Sirius.
Dia merasa seolah-olah sebuah batu bata telah jatuh ke dalam perutnya ketika Mrs Weasley berpaling kepadanya sewaktu makan malam pada Rabu malam dan berkata dengan pelan, "Aku telah menyetrika baju terbaikmu untuk besok pagi, Harry, dan aku juga mau kau mencuci rambut malam ini. Kesan pertama yang baik bisa membuat keajaiban."
Ron, Hermione, Fred, George dan Ginny semuanya berhenti berbicara dan melihat kepadanya. Harry mengangguk dan mencoba tetap makan, tapi mulutnya telah menjadi begitu kering sehingga dia tidak bisa mengunyah.
"Bagaimana aku akan pergi ke sana"" dia bertanya kepada Mrs Weasley, sambil mencoba terdengar tidak khawatir.
"Arthur akan membawamu ke tempat kerja bersamanya," kata Mrs Weasley dengan lembut.
Mr Weasley tersenyum menguatkan kepada Harry dari seberang meja.
"Kau bisa menunggu di kantorku sampai waktunya untuk dengar pendapat," katanya.
Harry memandang Sirius, tetapi sebelum dia bisa bertanya, Mrs Weasley telah menjawabnya.
"Professor Dumbledore mengira bukan ide yang bagus bagi Sirius untuk pergi bersamamu, dan harus kubilang aku -- "
"-- mengira dia benar," kata Sirius melalui gigi-gigi yang dikatupkan.
Mrs Weasley mengerutkan bibirnya.
"Kapan Dumbledore memberitahumu hal itu"" Harry berkata, sambil menatap Sirius.
"Dia datang tadi malam, ketika kau masih tidur," kata Mrs Weasley.
Sirius menusuk kentangnya dengan murung. Harry menurunkan pandangannya ke piringnya sendiri. Pikiran bahwa Dumbledore telah berada dalam rumah ini pada malam sebelum dengar pendapatnya dan tidak meminta untuk bertemu dengannya membuat dia merasa, kalau mungkin, bahkan lebih buruk lagi.
BAB TUJUH Kementerian Sihir Harry terbangun pukul setengah enam pagi berikutnya dengan kasar seakan-akan seseorang telah berteriak di telinganya. Selama beberapa saat dia berbaring tidak bergerak selagi prospek dengar pendapat itu memenuhi setiap partikel kecil dari otaknya, lalu, tidak mampu lagi menahannya, dia melompat dari tempat tidur dan memakai kacamatanya. Mrs Weasley telah meletakkan celana jins dan baju kausnya yang baru dicuci di kaki tempat tidurnya. Harry memakainya. Lukisan kosong di dinding mencibir.
Ron terbaring telentang dengan mulut terbuka, tertidur nyenyak. Dia tidak bergerak ketika Harry menyeberangi ruangan, melangkah ke puncak tangga dan menutup pintu pelan-pelan. Mencoba tidak memikirkan kali berikutnya dia akan berjumpa dengan Ron, ketika mereka mungkin bukan teman sekolah di Hogwarts lagi, Harry berjalan dengan pelan menuruni tangga, melewati kepala-kepala nenek moyan
g Kreacher, dan turun ke dapur.
Dia telah mengharapkan dapur itu kosong, tapi ketika dia mencapai pintu dia mendengar suara-suara pelan di sisi lain. Dia mendorong pintu itu hingga terbuka dan melihat Mr dan Mrs Weasley, Sirius, Lupin dan Tonks duduk di sana hampir seolah-olah mereka sedang menunggunya. Semuanya berpakaian lengkap kecuali Mrs Weasley yang mengenakan sebuah gaun longgar berwarna ungu. Dia melompat bangkit saat Harry masuk.
"Makan pagi," katanya selagi dia menarik keluar tongkatnya dan bergegas ke api.
"P p pagi, Harry," Tonks menguap. Rambutnya pirang dan keriting pagi ini. "Tidur nyenyak""
"Yeah," kata Harry.
"Aku t -- t -- telah terjaga semalaman," katanyan dengan kuapan menggetarkan lagi. "Kemari dan duduklah ... "
Dia menarik keluar sebuah kursi, menjatuhkan satu lagi di sampingnya sewaktu melakukannya.
"Apa yang kau mau, Harry"" Mrs Weasley memanggil. "Bubur" Muffin" Ikan asap" Daging dan telur" Roti panggang""
"Cukup -- cukup roti panggang saja," kata Harry.
Lupin memandang Harry sekilas, lalu berkata kepada Tonks, "Apa yang kau katakan mengenai Scrimgeour""
"Oh ... yeah ... well, kita perlu lebih berhati-hati, dia telah menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh kepada Kingsley dan aku ... "
Harry merasa agak berterima kasih karena dia tidak perlu bergabung dalam percakapan. Bagian dalam tubuhnya menggeliat. Mrs Weasley menempatkan sejumlah roti panggang dan selai jeruk di depannya; dia mencoba makan, tapi rasanya seperti mengunyah karpet. Mrs Weasley duduk di sisinya yang lain dan mulai mengurusi kaosnya, memasukkan labelnya dan merapikan lipatan-lipatan di bahunya. Dia berharap hal itu tidak dilakukannya.
dan aku akan harus memberitahu Dumbledore bahwa tidak bisa melakukan tugas malam besok, aku hanya terlalu letih," Tonks menyelesaikan sambil menguap lebar-lebar lagi.
"Aku akan menggantikanmu," kata Mr Weasley. "Aku baik-baik saja, lagipula aku punya laporan yang harus diselesaikan ... "
Mr Weasley tidak memakai jubah penyihir melainkan sepasang celana panjang bergaris-garis dan sebuah jaket penerbang tua. Dia berpaling dari Tonks kepada Harry.
"Bagaimana perasaanmu"" Harry mengangkat bahu.
"Segalanya akan segera berakhir," Mr Weasley berkata untuk menguatkan. "Dalam beberapa jam kau akan dilepaskan."
Harry tidak berkata apa-apa.
"Dengar pendapatnya ada di lantaiku, dalam kantor Amelia Bones. Dia Kepala Departemen Penegakan Hukum Sihir, dan merupakan orang yang akan menanyaimu."
Harry menganguk, masih tidak mampu memikirkan apapun untuk dikatakan.
"Jangan kehilangan kendali," kata Sirius dengan mendadak. "Bersikap sopan dan tetap pada fakta."
Harry mengangguk lagi. "Hukum ada di pihakmu," kata Lupin dengan pelan. "Bahkan penyihir di bawah umur dibolehkan menggunakan sihir dalam situasi yang mengancam nyawa."
Sesuatu yang sangat dingin mengucur di balik leher Harry, sejenak dia mengira
seseorang menempatkan Mantera Penghilang-Ilusi kepada dirinya, lalu dia menyadari bahwa Mrs Weasley sedang menyerang rambutnya dengan sebuah sisir basah. Dia menekan keras ke puncak kepalanya.
"Tidak pernahkah rambutmu jadi rata"" dia berkata dengan putus asa.
Harry menggelengkan kepalanya.
Mr Weasley memeriksa jam tangannya dan memandang kepada Harry.
"Kukira kita harus pergi sekarang," katanya. "Kita agak kepagian, tapi kukira kau lebih baik di Kementerian daripada berkeliaran di sini."
"OK," kata Harry dengan otomatis, sambil meletakkan roti panggangnya dan bangkit.
"Kau akan baik-baik saja, Harry," kata Tonks, sambil menepuk lengannya. "Semoga berhasil," kata Lupin. "Aku yakin semuanya akan baik-baik saja." "Dan kalau tidak," kata Sirius dengan suram, "akan kutemui Amelia Bones untukmu
Harry tersenyum lemah. Mrs Weasley memeluknya.
"Kami semua menyilangkan jari kami," katanya.
"Benar," kata Harry. "Well ... kalau begitu sampai jumpa nanti."
Dia mengikuti Mr Weasley ke atas dan menyusuri aula. Dia bisa mendengar dengkuran ibu Sirius dalam tidurnya di belakang tirainya. Mr Weasley membuka pintu dan mereka melangkah ke fajar yang dingin dan kelabu.
"Anda tidak biasanya berjalan ke tempat kerja, "kan"" Harry menanyainya
ketika mereka berjalan dengan cepat mengelilingi alun-alun.
"Tidak, aku biasanya ber-Apparate," kata Mr Weasley, "tapi tentu saja kamu tidak bisa, dan kukira yang terbaik adalah kita tiba dengan cara yang benar-benar non-magis ... memberi kesan yang lebih baik, mengingat untuk apa kau didisiplinkan
Mr Weasley menyimpan tangannya di dalam jaketnya selagi mereka berjalan. Harry tahu tangan itu menggenggam erat tongkatnya. Jalan-jalan yang sering dilalui itu hampir lengang, tapi ketika mereka tiba di stasiun bawah tanah yang menyedihkan mereka menemukannya sudah penuh akan orang-orang yang akan berangkat kerja di pagi hari. Seperti biasanya ketika dia berada dalam jarak dekat dengan para Muggle yang melaksanakan urusan sehari-hari mereka, Mr Weasley sulit mengekang rasa antusiasnya.
"Benar-benar hebat," dia berbisik, sambil menunjuk mesin-mesin tiket otomatis. "Luar biasa cemerlang."
"Mesin-mesin itu rusak," kata Harry sambil menunjuk ke tandanya.
"Ya, tapi walaupun begitu kata Mr Weasley, sambil tersenyum kepada mereka dengan senang.
Mereka membeli tiket dari seorang penjaga yang tampak mengantuk (Harry menangani transaksi itu, karena Mr Weasley tidak begitu pandai dalam hal uang Muggle) dan lima menit kemudian mereka telah menaiki sebuah kereta bawah tanah yang berderak membawa mereka menuju pusat kota London. Mr Weasley terus memeriksa dan memeriksa ulang Peta Bawah Tanah di atas jendela dengan cemas.
"Empat pemberhentian lagi, Harry ... Tiga pemberhentian lagi sekarang ... Tinggal dua pemberhentian, Harry ... "
Mereka turun di sebuah stasiun di jantung kota London, dan tersapu dari kereta api itu dalam luapan pria dan wanita bersetelan jas yang membawa tas kantor. Mereka menaiki eskalator, melalui penghalang tiket (Mr Weasley senang melihat cara alat itu menelan tiketnya), dan muncul ke sebuah jalan lebar yang dibarisi gedung-gedung yang tampak sesak dan sudah penuh dengan lalu lintas.
"Di mana kita"" kata Mr Weasley dengan hampa, dan selama beberapa saat yang mendebarkan Harry mengira mereka turun di stasiun yang salah walaupun Mr Weasley terus memperhatikan peta; tapi sedetik kemudian dia berkata, "Ah ya ... lewat sini, Harry," dan menuntunnya menyusuri satu sisi jalan.
"Maaf," katanya, "tapi aku belum pernah datang lewat kereta api dan kelihatannya agak berbeda dari sudut pandang Mugglel. Bahkan kenyataannya, aku belum pernah menggunakan pintu masuk tamu sebelumnya."
Semakin jauh mereka berjalan, semakin kecil dan kurang sesak gedung-gedungnya, sampai akhirnya mereka mencapai sebuah jalan yang mengandung beberapa kantor yang tampak agak kusam, sebuah pub dan sebuah tong sampah yang kepenuhan. Harry telah mengharapkan lokasi yang lebih mengesankan untuk Kementerian Sihir.
"Di sinilah kita," kata Mr Weasley dengan ceria, sambil menunjuk ke sebuah kotak telepon tua berwarna merah yang kehilangan beberapa panel kaca dan berdiri di sebelah sebuah dinding yang penuh coretan. "Setelah kau, Harry."
Dia membuka pintu kotak telepon itu.
Harry melangkah ke dalam, sambil bertanya-tanya apa maksudnya ini. Mr Weasley melipat dirinya ke samping Harry dan menutup pintu. Tempatnya sangat pas; Harry terdesak ke alat penelepon, yang bergantung miring dari dinding seakan-akan seorang perusak telah mencoba menariknya lepas. Mr Weasley menjangkau alat penerima melewati Harry.
"Mr Weasley, kukira yang ini mungkin rusak juga," Harry berkata.
"Tidak, tidak, aku yakin baik-baik saja," kata Mr Weasley sambil memegang alat
penerima di atas kepalanya dan menatap pemutarnya. "Mari lihat ... enam dia memutar angka itu, "dua ... empat ... dan empat lagi ... dan dua lagi
Ketika pemutar ini berdesing balik ke tempatnya, sebuah suara wanita yang tenang terdengar di dalam kotak telepon itu, bukan dari alat penerima di tangan Mr Weasley, tetapi keras dan jelas seakan-akan seorang wanita yang tidak tampak sedang berdiri tepat di samping mereka.
"Selamat datang di Kementerian Sihir. Tolong sebutkan nama dan urusan Anda."
"Er kata Mr Weasley, jelas tidak yakin apakah harus berbicara ke dalam alat penerima. Dia memutuskan dengan memegang corong ke telingan
ya, "Arthur Weasley, Kantor Penyalahgunaan Benda-Benda Muggle, ke sini untuk mengawal Harry Potter, yang telah diminta untuk menghadiri sidang dengar pendapat kedisiplinan ... "
"Terima kasih," kata suara wanita yang tenang itu. "Pengunjung, harap mengambil lencana dan menyematkannya ke bagian depan jubah Anda."
Ada suara klik dan derak, dan Harry melihat sesuatu meluncur keluar dari luncuran logam tempat koin-koin kembalian biasanya muncul. Dia memungutnya: itu adalah sebuah lencana perak persegi dengan tulisan Harry Potter, Dengar Pendapat Kedisiplinan di atasnya. Dia menyematkannya ke bagian depan kaosnya ketika suara wanita itu berbicara lagi.
"Pengunjung Kementerian, Anda diharuskan melalui pemeriksaan dan menyerahkan tongkat Anda untuk diregistrasi di meja keamanan, yang terletak di ujung jauh dari Atrium."
Lantai kotak telepon bergetar. Mereka tenggelam pelan-pelan ke bawah tanah. Harry mengamati dengan gelisah selagi trotoar tampak naik melewati jendela-jendela kaca dari kotak telepon hingga kegelapan menutupi kepala mereka. Lalu dia tidak bisa melihat apa-apa sama sekali; dia hanya bisa mendengar suara menggilas yang membosankan ketika kotak telepon itu semakin turun ke dalam bumi. Setelah sekitar satu menit, walaupun terasa jauh lebih lama bagi Harry, seberkas cahaya keemasan menerangi kakinya dan, semakin melebar, menaiki tubuhnya, sampai menghantamnya di wajah dan dia harus berkedip untuk menghentikan matanya berair.
"Kementerian Sihir mengharapkan Anda melalui hari yang menyenangkan," kata suara wanita itu.
Pintu kotak telepon mendadak terbuka dan Mr Weasley melangkah keluar, diikuti oleh Harry, yang mulutnya telah terbuka.
Mereka sedang berdiri di salah satu ujung dari sebuah aula yang sangat panjang dan bagus dengan lantai kayu gelap yang digosok mengkilap. Langit-langit biru merak bertatahkan simbol-simbol keemasan yang berkilauan yang terus bergerak dan berubah-ubah seperti papan penujuk yang sangat besar. Dinding-dindig di kedua sisi diberi panel kayu gelap mengkilat dan memiliki banyak perapian berbingkai yang ditempatkan padanya. Tiap beberapa detik seorang penyihir wanita atau pria akan
muncul dari salah satu perapian di sisi kiri dengan bunyi whoosh lembut. Di sisi kanan, antrian-antrian pendek terbentuk di depan masing-masing perapian, menunggu untuk berangkat.
Di tengah aula ada sebuah air mancur. Sekelompok patung keemasan, berukuran lebih besar dari aslinya, berdiri di tengah sebuah kolam melingkar. Yang tertinggi dari mereka semua adalah seorang penyihir pria yang tampak mulai dengan tongkatnya yang menunjuk tegak ke udara. Berkelompok di sekitarnya ada seorang penyihir wanita cantik, centaur, goblin dan peri-rumah. Tiga yang terakhir sedang memandang ke atas dengan penuh pemujaan kepada si penyihir wanita dan pria. Semburan air yang berkilauan terbang dari ujung-ujung tongkat mereka, ujung anak panah si centaur, puncak topi si goblin dan dari tiap-tiap telinga si peri-rumah, sehingga suara air jatuh yang berdenting ditambahkan ke suara pop dan crack orang-orang yang ber-Apparate dan suara bising langkah-langkah kaki ketika ratusan penyihir wanita dan pria, kebanyakan memiliki tampang pagi yang murung, berjalan menuju serangkaian gerbang keemasan di ujung jauh dari aula itu.
"Lewat sini," kata Mr Weasley.
Mereka bergabung dengan gerombolan, mengambil jalan di antara para pekerja Kementerian, beberapa di antaranya membawa tumpukan-tumpukan perkamen, yang lain membawa tas-tas kerja yang penyok; yang lainnya lagi sedang membaca Daily Prophet selagi berjalan. Ketika mereka melewati air mancur itu Harry melihat Sickle-Sickle perak dan Knut-Knut tembaga berkilauan ke arahnya dari dasar kolam. Tanda corengan kecil di sampingnya bertuliskan:
SEMUA PEMASUKAN DARI AIR MANCUR PERSAUDARAAN SIHIR
AKAN DIBERIKAN KEPADA RUMAH SAKIT ST MUNGO UNTUK PENYAKIT DAN LUKA
SIHIR Kalau aku tidak dikeluarkan dari Hogwarts, aku akan memasukkan sepuluh Galleon, Harry menemukan dirinya berpikir dengan putus asa.
"Sebelah sini, Harry," kata Mr Weasley, dan mereka melangkah keluar dari aliran pegawai Kementerian yang menuju
gerbang-gerbang keemasan itu. Duduk di meja di sebelah kiri, di bawah tanda yang bertuliskan Keamanan, seorang penyihir yang cukurannya jelek dalam jubah biru merak melihat ke atas ketika mereka mendekat dan meletakkan Daily Prophetnya.
"Aku mengawal seorang tamu," kata Mr Weasley sambil memberi isyarat kepada Harry.
"Melangkahlah ke sini," kata penyihir itu dengan suara bosan.
Harry berjalan lebih dekat kepadanya dan penyihir itu memegang sebuah tongkat keemasan panjang yang tipis dan luwes seperti antena mobil, dan melewatkannya ke atas dan ke bawah bagian depan dan belakang tubuh Harry.
"Tongkat," gerutu penyihir keamanan kepada Harry sambil meletakkan instrumen keemasan itu dan mengulurkan tangannya.
Harry mengeluarkan tongkatnya. Penyihir itu menjatuhkannya ke sebuah instrumen kuningan aneh, yang tampak seperti satu set timbangan dengan hanya satu piring. Instrumen itu mulai bergetar. Secarik perkamen panjang keluar dengan cepat dari lubang di dasarnya. Penyihir itu mengoyaknya dan membaca tulisan di atasnya.
"Sebelas inci, inti bulu phoenix, telah digunakan selama empat tahun. Itu benar""
"Ya," kata Harry dengan gugup.
"Akan kusimpan ini," kata penyihir itu, sambil menusukkan perkamen itu ke sebuah paku besar kuningan. "Kau mendapatkan ini kembali," tambahnya sambil mendesakkan tongkat itu kepada Harry.
"Terima kasih."
"Tunggu dulu kata si penyihir pelan-pelan.
Matanya telah beralih dari lencana pengunjung perak di dada Harry ke dahinya.
"Terima kasih, Eric," kata Mr Weasley dengan tegas, dan sambil mencengkeram bahu Harry dia menuntunnya menjauh dari meja itu dan kembali ke aliran penyihir pria dan wanita yang sedang berjalan melalui gerbang-gerbang keemasan.
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Agak terdesak oleh kerumunan, Harry mengikuti Mr Weasley melalui gerbang-gerbang itu ke dalam aula yang lebih kecil di belakangnya, di mana setidaknya dua puluh lift berdiri di belakang jeruji-jeruji keemasan yang ditempa. Di dekatnya, berdiri seorang penyihir besar berjanggut yang memegang sebuah kotak karton besar yang mengeluarkan suara-suara parau.
"Baik-baik saja, Arthur"" kata si penyihir, sambil mengangguk kepada Mr Weasley.
"Apa yang kau punya di sana, Bob"" tanya Mr Weasley, sambil melihat ke kotak itu.
"Kami tidak yakin," kata penyihir itu dengan serius. "Kami kira ayam kampung standar sampai dia mulai mengeluarkan napas api. Bagiku kelihatannya seperti penyimpangan serius dari Larangan Pembiakan Eksperimental."
Dengan suara gemerincing dan berisik sebuah lift turun ke depan mereka; jeruji keemasannya bergeser membuka dan Harry dan Mr Weasley melangkah masuk ke dalam lift dengan sisa kerumunan dan Harry menemukan dirinya terdesak di dinding belakang. Beberapa penyihir wanita dan pria sedang memandanginya dengan rasa ingin tahu; dia menatap kakinya untuk menghindari pandangan siapapun, sambil meratakan poninya. Jeruji-jeruji bergeser tertutup dengan suara benturan dan lift itu naik pelan-pelan, rantai-rantai berderak, sementara suara wanita tenang yang sama seperti yang didengar Harry dalam kotak telepon terdengar lagi.
"Tingkat Tujuh, Departemen Permainan dan Olahraga Sihir, tergabung dengan
Markas Besar Liga Quidditch Inggris dan Irlandia, Klub Gobstones Resmi dan Kantor Paten Menggelikan."
Pintu-pintu lift membuka. Harry melihat sekilas sebuah koridor yang tampak tidak rapi, dengan berbagai poster tim-tim Quidditch yang dipakukan miring di dinding. Salah satu penyihir di lift, yang sedang membawa satu lengan penuh sapu, keluar dengan susah payah dan menghilang ke koridor. Pintu menutup, lift berguncang naik lagi dan suara wanita tersebut mengumumkan.
"Tingkat enam, Departemen Transportasi Sihir, tergabung dengan Kekuasaan Jaringan Floo, Pengendalian Peraturan Sapu, Kantor Portkey dan Pusat Pengujian Aparrasi."
Sekali lagi pintu-pintu lift terbuka dan empat atau lima orang penyihir wanita dan pria keluar; pada saat yang sama, beberapa pesawat terbang kertas meluncur masuk ke dalam lift. Harry memandangi mereka ketika mereka mengepak-ngepak pelan di atas kepalanya; berwarna violet pucat dan dia bisa melihat Kementerian Sihir dicapkan di tepi sayap-s
ayap mereka. "Cuma memo antar-departemen," Mr Weasley bergumam kepadanya. "Kami dulu menggunakan burung hantu, tapi kotornya tidak tanggung ... kotoran binatang di semua meja ... "
Ketika mereka berdentang naik lagi memo-memo itu berkepak di sekitas lampu yang berayun dari langit-langit lift.
"Tingkat lima, Departemen Kerja-Sama Sihir Internasional, tergabung dengan Badan Standar Perdagangan Sihir Internasional, Kantor Hukum Sihir Internasional dan Konfederasi Penyihir Internasional, Kedudukan Inggris."
Ketika pintu terbuka, dua di antara memo-memo tersebut meluncur keluar bersama beberapa penyihir wanita dan pria, tapi beberapa memo meluncur masuk, sehingga cahaya lampu berkelap-kelip di atas kepala ketika memo-memo itu terbang di sekitarnya.
"Tingkat Empat, Departemen Peraturan dan Pengendalian Makhluk Sihir, tergabung dengan Divisi Makhluk Buas, Jejadian dan Roh, Kantor Hubungan Goblin dan Biro Penasihat Hama."
"P"misi," kata penyihir pria yang membawa ayam yang mengeluarkan napas api dan dia meninggalkan lift sambil dikejar oleh sekelompok kecil memo. Pintu-pintu berdentang menutup lagi.
"Tingkat Tiga, Departemen Kecelakaan dan Bencana Sihir, termasuk Regu Pembalik Kecelakaan Sihir, Markas Besar Pengubah Memori dan Komite Pembuat Alasan Muggle."
Semua orang meninggalkan lift pada lantai ini kecuali Mr Weasley, Harry dan seorang penyihir wnaita yang sedang membaca sepotong perkamen yang luar biasa panjangnya sehingga sampai menjulur ke lantai. Memo-memo yang tersisa terus
membumbung di sekitar lampu selagi lift berguncang naik lagi, lalu pintu-pintu membuka dan suara itu mengeluarkan pengumuman.
"Tingkat dua, Departemen Penegakan Hukum Sihir, termasuk Kantor Penggunaan Sihir yang Tidak Pantas, Markas Besar Auror dan Jasa Administrasi Wizengamot."
"Di sinilah kita, Harry," kata Mr Weasley, dan mereka mengikuti penyihir wanita itu keluar lift ke sebuah koridor yang dibarisi dengan pintu-pintu. "Kantorku ada di sisi lain dari lantai ini."
"Mr Weasley," kata Harry ketika mereka melewati sebuah jendela yang dipancari oleh sinar matahari, "bukankah kita masih berada di bawah tanah""
"Ya, memang," kata Mr Weasley. "Itu adalah jendela-jendela yang disihir. Bagian Pemeliharaan Sihir memutuskan cuaca apa yang akan kami dapatkan setiap hari. Kami dapat dua bulan badai topan terakhir kali sewaktu mereka sedang menuntut kenaikan gaji ... Putar di sini, Harry."
Mereka memutar di sudut, berjalan melalui sepasang pintu kayu ek yang berat dan muncul di sebuah daerah terbuka yang kacay yang dibagi ke dalam ruang-ruang kecil, yang berdengung dengan suara percakapan dan tawa. Memo-memo meluncur keluar-masuk ruang-ruang kecil itu seperti roket-roket kecil. Sebuah tanda miring di ruang kecil terdekat bertuliskan: Markas Besar Auror.
Harry mencuri-curi pandang melalui ambang pintu ketika mereka lewat. Para Auror telah menutupi dinding-dinding ruang kecil mereka dengan semua benda dari gambar-gambar para penyihir yang buron dan foto-foto keluarga mereka, hingga poster-poster tim Quidditch favorit mereka dan artikel-artikel dari Daily Prophet. Seorang lelaki berjubah merah tua dengan ekor rambut yang lebih panjang dari milik Bill sedang duduk dengan sepatu botnya di atas mejanya, sambil mendiktekan sebuah laporan kepada pena bulunya. Sedikit jauh lagi, seorang penyihir wanita dengan penutup di salah satu matanya sedang berbincang-bincang melalui bagian atas ruang kecilnya kepada Kingsley Shacklebolt.
"Pagi, Weasley," kata Kingsley dengan serampangan, ketika mereka mendekat. "Aku telah ingin berbicara kepadamu, apakah kau punya waktu sedetik""
"Ya, kalau benar hanya sedetik," kata Mr Weasley, "Aku agak terburu-buru."
Mereka berbicara seakan-akan hampir tidak mengenal satu sama lain dan ketika Harry membuka mulut untuk mengatakan halo kepada Kingsley, Mr Weasley menginjak kakinya. Mereka mengikuti Kingsley sepankang barisan itu dan ke dalam ruang kecil yang terakhir.
Harry agak terkejut; dari segala arah tampak wajah Sirius berkedip-kedip kepadanya. Potongan-potongan surat kabar dan foto-foto tua -- bahwa foto di mana Sirius menjadi pendamping
pengantin di pernikahan keluarga Potter -- melapisi dinding-dinding. Satu-satunya ruang yang bebas-Sirius hanyalah sebuah peta dunia dengan jarum-jarum merah kecil yang berkilau seperti permata.
"Ini," kata Kingsley dengan kasar kepada Mr Weasley, sambil menyodorkan secarik perkamen ke dalam tangannya. "Aku perlu informasi sebanyak mungkin tentang kendaraan-kendaraan Muggle terbang yang terlihat dalam dua belas bulan belakangan ini. Kami telah menerima informasi bahwa Black mungkin masih menggunakan sepeda motor tuanya."
Kingsley memberi Harry kedipan besar dan menambahkan, dengan berbisik, "Berikan kepadanya majalah itu, dia mungkin menganggapnya menarik." Lalu dengan nada normal, "Dan jangan terlalu lama, Weasley, penundaan pada laporan kaki api itu menahan penyelidikan kami hingga sebulan."
"Kalau kau telah membaca laporanku, kau akan tahu bahwa istilahnya adalah senjata api," kata Mr Weasley dengan dingin. "Dan kutakut kau harus menunggu demi informasi sepeda motor itu; saat ini kami sangat sibuk." Dia menurunkan suaranya dan berkata, "Kalau kau bisa pergi sebelum jam tujuh, Molly membuat bakso."
Dia memberi isyarat kepada Harry dan menuntunnya keluar dari ruang kecil Kingsley, melalui pintu kayu ek yang kedua, ke gang lain, belok kiri, berderap sepanjang koridor lain, dan akhirnya mencapai jalan buntu, di mana terdapat sebuah pintu yang terbuka sedikit, memperlihatkan sebuah lemari sapu, dan sebuah pintu di sebelah kanan yang memiliki plakat kuningan pudar yang bertuliskan: Penyalahgunaan Benda-Benda Muggle.
Kantor Mr Weasley yang suram kelihatannya sedikit lebih kecil daripada lemari sapu itu. Dua meja tulis telah dijejalkan ke dalamnya dan hampir tidak ada ruang untuk bergerak di sekitar meja-meja itu karena adanya semua lemari-lemari arsip kepenuhan yang berbaris di dinding, di puncak lemari-lemari itu berceceran tumpukan-tumpukan arsip. Ruang kecil yang tersedia di dinding menjadi saksi obsesi Mr Weasley: beberapa poster mobil, termasuk satu poster mesin yang dibongkar; dua ilustrasi kotak pos yang kelihatannya dipotong dari buku cerita anak-anak Muggle; dan sebuah diagram yang memperlihatkan bagaimana memasang kabel pada steker.
Di atas nampan pesan masuk Mr Weasley yang kepenuhan terdapat sebuah alat pemanggang roti yang sedang berdeguk dengan sedih dan sepasang sarung tangan kosong yang sedang memutar-mutarkan jempolnya. Sebuah foto keluarga Weasley berada di sebelah nampan pesan masuk itu. Harry memperhatikan bahwa Percy tampak telah keluar dari foto itu.
"Kami tidak punya jendela," kata Mr Weasley meminta maaf, sambil melepaskan jaket penerbangnya dan menempatkannya di belakang kursinya. "Kami sudah minta, tapi mereka tampaknya mengira kami tidak perlu satu. Duduklah, Harry, kelihatannya Perkins belum tiba."
Harry menyelipkan dirinya ke dalam kursi di belakang meja tulis Perkins sementara Mr Weasley mencari-cari dengan seksama pada carikan perkamen yang telah diberikan Kingsley kepadanya.
"Ah," katanya sambil nyengir, ketika dia mengeluarkan sebuah salinan majalah yang berjudul The Quibbler dari tengahnya, "ya Dia membalik-baliknya, "Ya, dia benar, aku yakin Sirius akan menganggapnya sangat lucu -- oh, apa ini sekarang""
Sebuah memo baru saja meluncur masuk melalui pintu yang terbuka dan berkibar sampai terdiam di atas alat pemanggang roti yang berdeguk itu. Mr Weasley membuka lipatannya dan membacanya kuat-kuat.
""Toilet umum muntah yang ketiga dilaporkan di Bethnal Green, harap segera diselidiki." Ini mulai edan
"Toilet muntah""
"Olok-olok anti-Muggle," kata Mr Weasley sambil merengut. "Kami dapat dua minggu lalu, satu di Wimbledon, satu di Elephant and Castle. Para Muggle menarik tuas penyiramnya dan bukannya semua menghilang -- well, kau bisa membayangkan. Orang-orang malang itu terus memanggil para -- tukang deleng, kukira itu sebutan mereka -- kau tahu, yang memperbaiki pipa dan segalanya."
"Tukang ledeng""
"Tepat, ya, tapi tentu saja mereka kewalahan. Aku hanya berharap kami dapat menangkap siapapun yang melakukannya."
"Apakah para Auror yang akan menangkap mereka""
"Oh bukan, itu terlalu sepele bagi
para Auror, haruslah Patroli Penegakan Hukum Sihir -- ah Harry, ini Perkins."
Seorang penyihir tua yang bungkuk dan tampak malu-malu dengan rambut putih halus baru saja memasuki ruangan sambil terengah-engah.
"Oh, Arthur!" dia berkata dengan putus asa, tanpa melihat kepada Harry. "Syukurlah, aku tidak tahu apa yang terbaik untuk dilakukan, apakah harus menunggu kamu di sini atau tidak. Aku baru saja mengirim burung hantu ke rumahmu tapi jelas saja kau tidak menerimanya -- sebuah pesan penting masuk sepuluh menit yang lalu -- "
"Aku tahu mengenai toilet muntah itu," kata Mr Weasley.
"Bukan, bukan, bukan toilet itu, tapi dengar pendapat bocah Potter itu -- mereka telah mengubah waktu dan tempatnya -- mulainya jam delapan sekarang dan bertempat di bawah di Ruang Sidang Sepuluh yang lama -- "
"Di bawah di -- tapi mereka bilang padaku -- jenggot Merlin!"
Mr Weasley memandang jam tangannya, mengeluarkan pekik terkejut dan melompat dari kursinya.
"Cepat, Harry, kita seharusnya berada di sana lima menit yang lalu!"
Perkins meratakan dirinya pada lemari arsip ketika Mr Weasley meninggalkan kantor itu dengan berlari, Harry mengikutinya dari dekat.
"Mengapa mereka mengubah waktunya"" Harry berkata dengan terengah-engah, selagi mereka berlari melewati ruang-ruang kecil Auror; orang-orang menjulurkan kepala dan menatapi mereka selagi mereka melaju lewat. Harry merasa seolah-olah dia telah meninggalkan semua isi tubuhnya di meja tulis Perkins.
"Aku tak punya gambaran, tapi untunglah kita tiba demikian pagi, kalau kau ketinggalan dengar pendapat itu, pastilah jadi bencana!"
Mr Weasley berhenti di samping lift dan menekan-nekan tombol "turun" dengan tidak sabar.
"Ayolah!" Lift berdentang masuk ke penglihatan dan mereka bergegas masuk. Setiap kali lift itu berhenti Mr Weasley menyumpah dengan marah dan meninju tombol sembilan -- "
"Ruang-ruang sidang itu belum pernah digunakan selama bertahun-tahun," kata Mr Weasley dengan marah. "Aku tidak bisa berpikir kenapa mereka mengadakannya di bawah sana -- kecuali -- tapi tidak -- "
Seorang penyihir wanita agak gemuk yang membawa sebuah piala berasap memasuki lift pada saat itu, dan Mr Weasley tidak melanjutkan.
"Atrium," kata suara wanita tenang itu dan jeruji-jeruji keemasan bergeser membuka, memperlihatkan kepada Harry kilasan dari jauh patung-patung keemasan di air mancur. Penyihir wanita agak gemuk itu keluar dan seorang penyihir pria berkulit pucat dengan wajah amat murung masuk.
"Pagi, Arthur," dia berkata dengan suara muram ketika lift mulai menurun. "Tidak sering melihatmu di bawah sini."
"Urusan penting, Bode," kata Mr Weasley, yang sedang menghentak-hentakkan kakinya dan melemparkan pandangan cemas kepada Harry.
"Ah, ya," kata Bode, sambil mengamati Harry tanpa berkedip. "Tentu saja."
Harry hampir tidak punya perasaan yang tersisa bagi Bode, tapi tatapannya yang terus-menerus tidak membuatnya lebih nyaman.
"Departemen Misteri," kata suara wanita tenang itu, dan berhenti di situ.
"Cepat, Harry," kata Mr Weasley ketika pintu lift berderak terbuka, dan mereka melaju sepanjang sebuah koridor yang sangat berbeda dari yang di atas. Dinding-dindingnya tidak berhias; tidak ada jendela dan tidak ada pintu selain sebuah pintu hitam polos di bagian paling ujung koridor itu. Harry mengira mereka akan melalui pintu itu, tapi Mr Weasley menyambar lengannya dan menariknya ke sebelah kiri, di mana terdapat pembukaan ke serangkaian anak tangga.
"Di bawah sini, di bawah sini," Mr Weasley terengah-engah sambil menuruni dua anak tangga sekaligus. "Lift bahkan tidak turun sejauh ini ... kenapa mereka
mengadakannya di bawah sana aku ... "
Mereka mencapai dasar tangga dan berlari sepanjang sebuah koridor lagi, yang sangat mirip dengan koridor yang mengarah ke ruang bawah tanah Snape di Hogwarts, dengan dinding-dinding batu kasar dan obor-obor dalam penyangganya. Pintu-pintu yang mereka lewati terbuat dari kayu berat dengan gembok-gembok dan lubang-lubang kunci dari besi.
"Ruang Sidang ... Sepuluh ... kukira .... kita hampir ... ya."
Mr Weasley berhenti di luar sebuah pintu gelap suram dengan gembok besi ya
ng sangat besar dan merosot ke dinding sambil memegang jahitan di dadanya.
"Teruslah," dia terengah-engah, sambil menunjukkan jempolnya ke pintu. "Masuk ke dalam."
"Tidakkah -- tidakkah Anda ikut dengan --"" "Tidak, tidak, aku tidak boleh. Semoga berhasil!"
Jantung Harry serasa berdetak hebat di bagian jakunnya. Dia menelan ludah, memutarkan pegangan pintu dari besi yang berat dan melangkah ke dalam ruang sidang.
BAB DELAPAN Dengar Pendapat Harry terkesiap, dia tidak bisa menahan diri. Ruang bawah tanah besar yang dimasukinya tampak sudah dikenalnya. Dia bukan hanya pernah melihatnya, dia sudah perbah berada di sini sebelumnya. Ini adalah tempat di mana dia telah menyaksikan keluarga Lestrange divonis hukuman seumur hidup di Azkaban.
Dinding-dindingnya terbuat dari batu gelap yang diterangi oleh obor-obor. Bangku-bangku kosong berada di kedua sisinya, tetapi di depan, di bangku-bangku tertinggi, ada banyak figur-figur berbayang. Mereka berbicara dengan suara rendah, tetapi ketika pintu berat itu mengayun tertutup di belakang Harry timbul keheningan yang tidak menyenangkan.
Sebuah suara pria yang dingin berdering menyeberangi ruang sidang.
"Kamu terlambat."
"Sori," kata Harry dengan gugup. "Aku -- aku tidak tahu waktunya sudah diganti."
"Itu bukan kesalahan Wizwngamot," kata suara itu. "Seekor burung hantu telah dikirim ke tempatmu pagi ini. Duduklah."
Harry melayangkan pandangan ke kursi di tengah ruangan, yang lengan-lengannya ditutupi rantai-rantai. Dia sudah pernah melihat mereka menjadi hidup dan mengikat siapapun yang duduk di antara mereka. Langkah-langkah kakinya menggema keras selagi dia berjalan menyeberangi lantai batu. Ketika dia duduk dengan hati-hati di ujung kursi itu rantai-rantainya berdenting mengancam tetapi tidak mengikatnya. Merasa agak sakit, dia melihat ke atas ke orang-orang yang duduk di bangku-bangku di atas.
Adasekitar lima puluh dari mereka, semuanya, sejauh yang bisa dilihatnya, mengenakan jubah-jubah berwarna plum dengan huruf perak "W" yang penuh hiasan di sisi kirii dada dan semuanya menatap ke bawah hidung mereka kepadanya, bebrapa dengan ekspresi yang amat keras, yang lainnya tampang-tampang keingintahuan yang jelas.
Di bagian paling tengah dari baris depan duduk Cornelius Fudge, Menteri Sihir. Fudge adalah seorang pria yang gemuk yang sering memakai sebuah topi bowler hijau-limau, walaupun hari ini dia tidak memakainya; dia juga tidak memakai senyum ramah yang pernah digunakannya ketika berbicara kepada Harry. Seorang penyihir wanita dengan rahang lebar dan persegi yang berambut kelabu sangat pendek duduk di sebelah kiri Fudge; dia mengenakan kacamata berlensa satu dan terlihat menakutkan. Di sisi kanan Fudge ada seorang penyihir wanita lagi, tetapi dia duduk demikian jauh ke belakang sehingga wajahnya berada dalam bayang-bayang.
"Baiklah," kata Fudge. "Tertuduh telah hadir -- akhirnya -- mari kita mulai. Apakah kamu sudah siap"" dia memanggil ke ujung barisan.
"Ya, sir," kata sebuah suara bersemangat yang dikenal Harry. Kakak Ron Percy sedang duduk di bagian terujung bangku depan. Harry melihat kepada Percy,
mengharapkan beberapa tanda pengenalan darinya, tetapi tidak ada yang datang. Mata Percy, di balik kacamata tanduknya, terpaku pada perkamennya, dengan sebuah pena bulu berada di tangannya.
"Sidang dengar pendapat kedisiplinan pada tanggal dua belas Agustus," kata Fudge dengan suara berdering, dan Percy mulai mencatat seketika, "pada pelanggaran yang dilakukan terhadap Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur dan Undang-Undang KErahasiaan Internasional oleh Harry James Potter, penduduk di nomor empat, Privet Drive, Little Whinging, Surrey.
"Para penginterogasi: Cornelius Oswald Fudge, Menteri Sihir; Amelia Susan Bones, Kepala Departemen Penegakan Hukum Sihir; Dolores Jane Umbridge, Menteri Muda Senior terhadap Menteri. Notulen sidang, Percy Ignatius Weasley -- "
"Saksi untuk pembelaan, Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore," kata sebuah suara tenang dari belakang Harry, yang memalingkan kepalanya begitu cepat sehingga lehernya jadi kaku.
Dumbledore sedang melangkah dengan tenang menyeberangi ruangan mengenakan jubah biru-tengah malam yang panjang dan ekspresi benar-benar tenang. Janggut dan rambut peraknya yang panjang berkilau dalam cahaya obor ketika dia berada sejajar dengan Harry dan melihat kepada Fudge melalui kacamata setengah-bulan yang terjepit di tengah hidungnya yang sangat bengkok.
Para anggota Wizengamot saling bergumam. Semua mata sekarang tertuju pada Dumbledore. Beberapa terlihat jengkel, yang lain sedikit ketakutan; namun dua penyihir wanita tua di baris belakang mengangkat tangan mereka dan melambai menyambut.
Sebuah emosi yang kuat telah timbul di dada Harry saat melihat Dumbledore, sebuah perasaan terlindung dan penuh harapan yang mirip dengan yang diberikan nyanyian phoenix kepadanya. Dia ingin melihat ke mata Dumbledore, tetapi Dumbledore tidak melihat ke arahnya; dia terus melihat ke atas pada Fudge yang jelas
terganggu. "Ah," kata Fudge, yang terlihat sangat bingung. "Dumbledore. Ya. Kalau begitu, Anda -- mendapat -- er -- pesan kami bahwa waktu dan -- er -- tempat sidang telah
diubah"" "Aku pasti ketinggalan pesan itu," kata Dumbledore dengan ceria. "Namun karena kesalahan yang menguntungkan aku tiba di Kementerian tiga jam lebih cepat, jadi tidak ada yang rugi."
"Ya -- well -- kurasa kita akan butuh satu kursi lagi -- aku -- Weasley, bisakah kamu
--" "Tidak usah khawatir, tidak usah khawatir," kata Dumbledore dengan menyenangkan; dia mengeluarkan tongkatnya, melambaikannya sedikit, dan sebuah kursi berlengan empuk dari kain muncul entah darimana di samping Harry. Dumbledore duduk, menggabungkan ujung-ujung jarinya yang panjang dan
mengamati Fudge melewati jarin-jarinya dengan ekspresi tertarik yang sopan. Wizengamot masih bergumam dan bertingkah gelisah; hanya ketika Fudge berbicara lagi barulah mereka tenang.
"Ya," kata Fudge lagi, sambil mengocok catatan-catatannya. "Well, kalau begitu. Jadi. Tuntutannya. Ya."
Dia mengeluarkan sepotong perkamen dari tumpukan di hadapannya, mengambil napad dalam-dalam, membacakan, "Tuntutan melawan tertuduh adalah sebagai berikut:
"Bahwa dia dengan sengaja dan sadar dan sepenuhnya menyadari tindakannya bertentangan dengan hukum, setelah menerima peringatan tertulis sebelumnya dari Kementerian Sihir atas tuduhan serupa, menghasilkan Mantera Patronus di daerah tempat tinggal Muggle, dengan kehadiran seorang Muggle, pada tanggal dua Agustus pukul sembilan lewat dua puluh tiga, yang melanggar Paragraf C dari Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur, 1875, dan juga Seksi 13 dari Undang-Undang Kerahasiaan Konfederasi Penyihir Internasional.
"Kamu adalah Harry James Potter, dari nomor empat, Privet Drive, Little Whinging, Surrey"" Fudge berkata sambil melotot pada Harry dari puncak perkamennya.
"Ya," kata Harry.
"Kamu menerima sebuah peringatan resmi dari Kementerian karena menggunakan sihir ilegal tiga tahun yang lalu, bukankah begitu""
"Ya, tapi -- " "Dan kamu masih menghasilkan sebuah Patronus pada malam dua Agustus"" kata Fudge.
"Ya," kata Harry, "tapi -- "
"Tahu bahwa kamu tidak dibolehkan menggunakan sihir di luar sekolah selagi kamu di bawah umur tujuh belas""
"Ya, tapi -- " "Tahu bahwa kamu berada di daerah penuh Muggle"" "Ya, tapi -- "
"Sadar sepenuhnya bahwa kamu berada sangat dekat dengan seorang Muggle pada saat itu""
"Ya," kata Harry dengan marah, "tapi aku hanya menggunakannya karena kami -- " Panyihir wanita berkacamata lensa satu menyelanya dengan suara menggelegar.
"Kamu menghasilkan Patronus terlatih"" "Ya," kata Harry, "karena -- " "Sebuah Patronus korporeal"" "Sebuah -- apa"" kata Harry.
"Patronusmu punya bentuk yang tampak jelas" Maksudku, lebih dari sekedar uap atau asap""
"Ya," kata Harry, merasa tidak sabar sekaligus sedikit putus asa, "bentuknya kijang jantan, selalu kijang jantan."
"Selalu"" gelegar Madam Bones. "Kamu sudah pernah menghasilkan Patronus sebelum sekarang""
"Ya," kata Harry, "aku sudah melakukannya selama lebih dari setahun."
"Dan kamu berumur lima belas tahun""
"Ya, dan -- " "Kamu mempelajari hal ini di sekolah""
"Ya, Profesor Lupin mengajari saya di tah
un ketiga saya, karena -- "
"Mengesankan," kata Madam Bones, sambil menatapnya, "Patronus sejati pada usianya ... sangat mengesankan."
Beberapa penyihir di sekitarnya bergumam lagi; sedikit mengangguk, tetapi yang lain merengut dan menggelengkan kepala-kepala mereka.
"Bukan soal seberapa mengesankannya sihir itu," kata Fudge dengan suara tidak sabar. "Bahkan menurutku semakin mengesankan semakin buruk jadinya, mengingat bocah itu melakukannya dalam pandangan jelas seorang Muggle."
"Aku melakukannya karena Dementor!" dia berkata dengan keras, sebelum orang lain bisa menyelanya lagi.
Dia telah mengharapkan gumaman lagi, tetapi keheningan yang timbul kelihatan jauh lebih pekat dari sebelumnya.
"Dementor"" kata Madam Bones setelah beberapa saat, alisnya yang tebal menaik hingga kacamata berlensa satunya terlihat akan jatuh. "Apa maksudmu, nak""
"Maksudku ada dua Dementor di gang dan mereka menyerang aku dan sepupuku!"
"Aha!" kata Fudge lagi, sambil menyeringai tidak menyenangkan ketika dia memandang berkeliling pada Wizengamot, seakan-akan mengajak mereka berbagi
lelucon. "Ya. Ya. Sudah kukira kita akan mendengar sesuatu seperti ini."
"Dementor di Little Whinging"" Madam Bones berkata, dengan nada terkejut sekali. "Aku tidak mengerti -- "
"Tidakkah kau, Amelia"" kata Fudge, masih menyeringai. "Mari kujelaskan. Dia telah memikirkannya terus dan memutuskan Dumbledore akan membuat cerita pengantar yang sangat bagus, memang sangat bagus. Para Muggle tidak bisa melihat Dementor, benar kan, nak" Sangat sesuai, sangat sesuai ... jadi itu cuma perkataanmu dan tidak ada saksi ... "
"Aku tidak bohong!" kata Harry dengan keras, melawan pecahnya gumaman lagi dari sidang. "Ada dua, datangnya dari ujung-ujung gang yang berlawanan, semua jadi gelap dan dingin dan sepupuku merasakan mereka dan lari -- "
"Cukup, cukup!" kata Fudge dengan tampang sangat congkak di wajahnya. "Aku menyesal harus menyela apa yang kuyakin pasti sebuah cerita yang terlatih dengan
baik -- " Dumbledore mengencerkan tenggorokannya. Wizengamot terdiam lagi.
"Kenyataannya, kami memang punya seorang saksi akan kehadiran Dementor di gang itu," dia berkata, "selain Dudley Dursley, maksudku."
Wajah gemuk Fludge terlihat mengendur, seakan-akan seseorang telah mengeluarkan udara darinya. Dia memandang ke Dumbledore sejenak atau dua, dengan penampilan seorang lelaki yang menguatkan dirinya kembali, berkata, "Kutakutkan kita tidak punya waktu untuk mendengarkan kebohongan lagi, Dumbledore, aku mau ini diatasi dengan cepat -- "
"Aku mungkin salah," kata Dumbledore dengan menyenangkan, "tapi aku yakin bahwa di bawah Piagam Hak-Hak Wizengamot, tertuduh mempunyai hak untuk menghadirkan saksi-saksi bagi kasusnya" Bukankah itu kebijakan Departemen Penegakan Hukum Sihir, Madam Bones"" dia meneruskan sambil berbicara kepada penyihir wanita yang memakai kacamata berlensa satu.
"Benar," kata Madam Bones. "Sangat benar."
"Oh, baiklah, baiklah," kata Fudge dengan tajam. "Di mana orang ini""
"Aku membawanya bersamaku," kata Dumbledore. "Dia tepat di luar pintu. Haruskah aku -- "
"Tidak -- Weasley, kamu pergi," Fudge menghardik Percy, yang bangkit seketika, berlari menuruni tangga-tangga batu dari balkon hakim dan bergegas melewati Dumbledore dan Harry tanpa melirik sekilaspun pada mereka.
Sejenak kemudian, Percy kembali, diikuti oleh Mrs Figg. Dia tampak takut dan lebih sinting dari sebelumnya. Harry berharap dia berpikir untuk mengganti selop karpetnya.
Dumbledore berdiri dan memberikan kursinya kepada Mrs Figg, menyihir kursi kedua untuk dirinya sendiri.
"Nama lengkap"" kata Fudge dengan keras, ketika Mrs Figg telah duduk dengan gugup di ujung kursi.
"Arabella Doreen Figg," kata Mrs Figg dengan suara bergetar.
"Dan siapa sebenarnya Anda"" kata Fudge dengan suara bosan dan angkuh.
"Aku penduduk Little Whinging, dekat dengan tempat Harry tinggal," kata Mrs
Figg. "Kami tidak punya catatan adanya penyihir wanita ataupun pria yang tinggal di Little Whinging, selain Harry Potter," kata Madam Bones seketika. "Daerah itu selalu diawasi dengan ketat, mengingat ... mengingat kejadian-kejadian di m
asa lalu." "Aku seorang Squib," kata Mrs Figg. "Jadi kalian tidak akan mencatat aku, "kan""
"Seorang Squib, eh"" kata Fudge sambil mengamati dia lekat-lekat. "Kami akan mengecek hal itu. Anda harus meninggalkan detil-detil keturunan Anda dengan asisten saya Weasley. Sehubungan dengan itu, bisakah Squib melihat Dementor"" dia menambahkan sambil melihat ke kiri dan ke kanan sepanjang bangku itu.
"Ya, kami bisa!" kata Mrs Figg marah.
Fudge melihat kembali kepadanya dengan alis terangkat. "Baiklah," dia berkata dengan dingin. "Apa ceritamu""
"Aku pergi keluar untuk membeli makanan kucing dari toko di sudut jalan di ujung Wisteria Walk, sekitar pukul sembilan, pada malam dua Agustus," Mrs Figg berkata cepat-cepat dengan kurang jelas dan seketika, seakan-akan dia telah mempelajari dalam hati apa yang akan dikatakannya, "ketika aku mendengar keributan di gang antara Magnolia Crescent dan Wisteria Walk. Sewaktu menghampiri mulut gang aku melihat Dementor berlari -- "
"Berlari"" kata Madam Bones dengan tajam. "Dementor tidak berlari, mereka melayang."
"Itu yang kumaksudkan," kata Mrs Figg dengan cepat, semburat merah muda timbul di pipinya yang keriput. "Melayang menyusuri gang menuju apa yang tampak seperti dua anak lelaki."
"Bagaimana tampang mereka"" kata Madam Bones, menyipitkan matanya sehingga tepi kacamatanya menghilang ke dagingnya.
"Well, yang satu sangat besar dan yang lain agak kurus -- "
"Bukan, bukan," kata Madam Bones tidak sabar. "Para Dementor ... gambarkan
mereka." "Oh," kata Mrs Figg, rona merah mudanya telah menjalar ke lehernya sekarang. "Mereka besar. Besar dan memakai jubah,"
Harry merasakan depresi yang mengerikan di dasar perutnya. Apapun yang mungkin dikatakan Mrs Figg, baginya terdengar seolah-olah hal terjauh yang pernah dilakukannya dilihatnya adalah gambar Dementor, dan sebuah gambar tidak akan mengungkapkan kebenaran mengenai seperti apa makhluk-makhluk ini: cara mereka bergerak yang menakutkan, melayang-layang beberapa inci di atas tanah; atau bau busuk mereka; atau suara berderak mengerikan yang dibuat ketika mereka mengisap udara sekitar ...
Di baris kedua, seorang penyihir gemuk pendek dengan kumis hitam besar bersandar mendekat untuk berbisik ke telinga tetangganya, seorang penyihir wanita berambut ikal. Dia menyeringai dan mengangguk.
"Besar dan mengenakan jubah," ulang Madam Bones dengan dingin, sementara Fudge mendengus mengejek. "Aku mengerti. Ada lagi yang lain""
"Ya," kata Mrs Figg. "Aku merasakan mereka. Semua jadi dingin, dan ini adalah malam musim panas yang sangat hangat, camkan itu. Dan aku merasa ... seakan-akan semua kebahagiaan telah hilang dari dunia ini ... dan aku ingat ... hal-hal yang mengerikan ... "
Suaranya bergetar dan diam.
Mata Madam Bones melebar sedikit. Harry bisa melihat tanda-tanda merah di bawah alisnya di mana kacamatanya tertancap tadi.
"Apa yang dilakukan Dementor itu"" dia bertanya, dan Harry merasakan serbuan harapan.
"Mereka mengejar anak-anak itu," kata Mrs Figg, suaranya lebih kuat dan lebih percaya diri sekarang, rona merah muda mulai menghilang dari wajahnya. "Salah satunya terjatuh. Yang lain sedang mundur, mencoba untuk menghalau Dementor. Itu Harry. Dia mencoba dua kali dan hanya menghasilkan uap perak. Pada percobaan ketiga, dia menghasilkan Patronus, yang menyerang Dementor pertama dan kemudian, dengan dorongannya, mengejar Dementor kedua menjauh dari sepupunya. Dan itulah ... itulah yang terjadi," Mrs Figg menyelesaikan dengan agak tertegun.
Madam Bones memandang Mrs Figg dalam keheningan. Fudge sedang tidak melihat kepadanya sama sekali, tetapi sedang mengutak-atik kertas-kertasnya. Akhirnya, dia menaikkan matanya dan berkata, dengan agak agresif, "Itu yang Anda lihat, bukan""
"Itu yang terjadi," Mrs Figg mengulangi.
"Baiklah," kata Fudge. "Anda boleh pergi."
Mrs Figg memberi pandangan takut dari Fudge ke Dumbledore, lalu bangkit dan berjalan dengan kaki terseret menuju pintu. Harry mendengarnya berdebuk menutup di belakangnya.
"Bukan saksi yang amat meyakinkan," kata Fudge dengan angkuh.
"Oh, aku tidak tahu," kata Madam Bones dengan suaranya yang
menggelegar. "Dia benar-benar menggambarkan efek serangan Dementor dengan sangat akurat. Aku tidak dapat membayangkan mengapa dia akan berkata mereka ada di sana kalau memang tidak."
"Tetapi Dementor berkeliaran ke kediaman Muggle dan hanya kebetulan bertemu dengan seorang penyihir"" dengus Fudge. "Kemungkinannya pastilah sangat, sangat kecil. Bahkan Bagman sekalipun tidak akan bertaruh -- "
"Oh, aku tidak mengira satupun dari kita percaya bahwa Dementor itu ada di sana karena kebetulan," kata Dumbledore dengan ringan.
Penyihir wanita yang duduk di sebelah kanan Fudge, dengan wajah dalam bayang-bayang, bergerak sedikit tetapi semua orang lainnya tetap diam dan tidak bersuara.
"Apa apa maksudmu itu"" Fudge bertanya dengan dingin.
"Maksudnya kukira mereka diperintahkan ke sana," kata Dumbledore.
"Aku kira kita pasti akan punya catatan kalau seseorang menyuruh sepasang Dementor pergi berjalan-jalan ke Little Whinging!" hardik Fudge.
"Tidak kalau Dementor-Dementor itu menuruti perintah dari seseorang di luar Kementerian Sihir akhir-akhir ini," kata Dumbledore dengan tenang. "Aku sudah memberimu pandanganku mengenai hal ini, Cornelius."
"Ya, memang," kata Fudge penuh tenaga, "dan aku tidak punya alasan untuk percaya bahwa pandangan-pandanganmu bukan omong kosong, Dumbledore. Para Dementor tetap berada di Azkaban dan sedang melakukan segala hal yang kita minta kepada mereka."
"Kalau begitu," kata Dumbledore dengan pelan tetapi jelas, "kita harus bertanya kepada diri kita sendiri mengapa seseorang di dalam Kementerian menyuruh sepasang Dementor ke gang itu pada tanggal dua Agustus."
Dalam keheningan total yang menyambut kata-kata ini, penyihir wanita di sisi kanan Fudge bersandar ke depan sehingga Harry melihatnya untuk pertama kalinya.
Dia berpikir wanita itu tampak seperti seekor katak besar yang pucat. Dia agak gemuk-pendek dengan wajah lebar dan kendur, lehernya sama sedikitnya dengan Paman Vernon dan mulut yang sangat lebar dan kendur. Matanya besar, bundar dan agak menonjol. Bahkan pita beludru hitam kecil yang bertengger di bagian atas rambutnya yang keriting pendek mengingatkan pada seekor lalat besar yang baru akan ditangkapnya dengan lidah panjang yang lengket.
"Ketua mengenali Dolores Jane Umbridge, Menteri Muda Senior terhadap Menteri," kata Fudge.
Penyihir wanita itu berbicara dengan suara gugup bernada tinggi seperti anak perempuan yang membuat Harry terkesima; dia telah mengharapkan bunyi kuak.
"Aku yakin aku telah salah mengerti Anda, Profesor Dumbledore," katanya, dengan sebuah senyum simpul tapi matanya yang besar dan bundar masih sedingin sebelumnya. "Bodohnya aku. Tapi sejenak kedengarannya seolah-olah Anda menuduh Kementerian Sihir telah memerintahkan penyerangan terhadap anak ini!"
Dia mengeluarkan tawa merdu yang membuat bulu roma Harry bangkit. Beberapa anggota Wizengamot lainnya ikut tertawa. Tidak bisa lebih jelas lagi bahwa tak seorangpun dari mereka benar-benar merasa lucu.
"Kalau benar bahwa Dementor hanya menuruti perintah dari Kementerian Sihir, dan juga benar bahwa dua Dementor menyerang Harry dan sepupunya seminggu yang lalu, maka secara logis seseorang di dalam Kementerian telah memerintahkan penyerangan itu," kata Dumbledore dengan sopan. "Tentu saja, Dementor yang dimaksud bisa saja berada di luar kendali Kementerian -- "
"Tidak ada Dementir di luar kendali Kementerian!" sambar Fudge, yang telah menjadi semerah bata.
Dumbledore mencondongkan kepalanya sedikit tertunduk.
"Maka tidak diragukan lagi Kementerian akan melakukan penyelidikan menyeluruh mengapa dua Dementor berada sangat jauh dari Azkaban dan mengapa mereka menyerang tanpa disuruh."
"Bukan kamu yang harus menentukan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan Kementerian, Dumbledore!" sambar Fudge, sekarang berwarna magenta yang pasti membuat Paman Vernon bangga.
"Tentu saja bukan," kata Dumbledore dengan enteng. "Aku hanya menyatakan keyakinanku bahwa masalah ini tidak akan berlanjut tanpa diselidiki."
Dia melirik Madam Bones, yang menyesuaikan letak kacamatanya dan menatap balik kepadanya sambil sedikit merengut.
"Aku akan mengingatka
n semua orang bahwa perilaku para Dementor ini, kalau bukan potongan imajinasi anak ini, bukanlah subyek sidang dengar pendapat ini!" kata Fudge. "Kita berada di sini untuk memeriksa pelanggaran Harry Potter terhadap Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur!"
"Tentu saja," kata Dumbledore, "tetapi kehadiran Dementor di gang itu sangat relevan. Pasal Tujuh dari Dekrit menyatakan bahwa sihir boleh digunakan di hadapan Muggle pada keadaan-keadaan luar biasa, dan karena keadaaan-keadaan luar biasa itu termasuk situasi yang mengancam nyama penyihir pria atau wanita itu sendiri, atau
penyihir atau Muggle manapun juga yang ada pada saat -- "
"Kami tahu betul isi Pasal Tujuh, terima kasih banyak!" geram Fudge.
"Tentu saja," kata Dumbledore penuh sopan santun. "Kalau begitu kita sepakat bahwa penggunaan Mantera Patronus oleh Harry dalam keadaan-keadaan ini jatuh persis ke dalam kategori keadaan-keadaan luar biasa yang digambarkan pasal tersebut""
"Jika memang ada Dementor, yang kusangsikan."
"Anda telah mendengarnya dari seorang saksi mata," Dumbledore menyela. "Kalau Anda masih meragukan kejujurannya, panggil dia kembali, tanyai dia lagi, aku yakin dia tidak akan keberatan."
"Aku -- itu -- tidak -- " gertak Fudge, sambil memainkan kertas-kertas di hadapannya. "Itu -- aku ingin ini semua selesai hari ini, Dumbledore!"
"Tapi tentunya, Anda tidak akan peduli berapa kali Anda mendengar dari saksi mata, kalau alternatifnya adalah kegagalan menjalankan hukum yang serius," kata Dumbledore.
"Kegagalan serius, topiku!" kata Fudge pada puncak suaranya. "Pernahkah kamu bersusah-payah menjumlahkan semua cerita omong kosong yang telah dikeluarkan anak ini, Dumbledore, selagi mencoba menutup-nutupi penyalahgunaan sihir di luar sekolah yang menyolok olehnya" Kukira kau telah lupa Mantera Melayang yang digunakannya tiga tahun yang lalu -- "
"Itu bukan aku, pelakunya peri-rumah!" kata Harry.
"KAU LIHAT"" raung Fudge, sambil memberi isyarat dengan semarak ke arah Harry. "Peri-rumah! Dalam rumah Muggle! Kutanya kau."
"Peri-rumah yang dimaksud sekarang dipekerjakan di Sekolah Hogwarts," kata Dumbledore. "Aku bisa memanggilnya ke sini dalam sekejap untuk memberi kesaksian kalau Anda mau."
"Aku -- bukan -- aku tidak punya waktu untuk mendengarkan para peri-rumah! Lagipula, itu bukan satu-satunya -- dia menggelembungkan bibinya, demi Tuhan!" Fudge berteriak, sambil menghantamkan kepalannya ke bangku hakin dan membalikkan sebotol tinta.
"Dan Anda telah dengan sangat baik hati tidak mengajukan tuntutan pada saat itu, kuanggap, sambil menerima bahwa bahkan penyihir-penyihir terbaik sekalipun tidak dapat selalu mengendalikan emosi mereka." kata Dumbledore dengan tenang, sementara Fudge berusaha mengosok tinta dari catatannya.
"Dan aku belum mulai lagi dengan apa yang dilakukannya di sekolah."
"Tetapi, karena Kementerian tidak memiliki kuasa untuk menghukum murid-murid
Hogwarts atas tingkah laku yang salah di sekolah, perilaku Harry di sana tidaklah relevan dengan dengar pendapat ini," kata Dumbledore, masih sesopan tadi, tetapi sekarang ada rasa dingin di balik kata-katanya.
"Oho!" kata Fudge. "Bukan urusan kami apa yang dia perbuat di sekolah, eh" Menurutmu begitu""
"Kementerian tidak punya kekuasaan untuk mengeluarkan siswa-siswa Hogwarts, Cornelius, seperti yang kuingatkan kepadamu pada malam dua Agustus," kata Dumbledore. "Juga tidak mempunyai hak untuk menyita tongkat sihir hingga tuntutan telah dibuktikan dengan suksees; sekali lagi, seperti yang kuingatkan kepadamu pada malam dua Agustus. Dalam ketergesaanmu yang pantas dikagumi untuk memastikan hukum dijunjung tinggi, tampaknya kamu, kuyakin akibat kurang hati-hati, telah melupakan beberapa hukum itu sendiri."
"Hukum bisa diganti," kata Fudge dengan buas.
"Tentu bisa," kata Dumbledore sambil mencondongkan kepalanya."Dan jelas kamu telah banyak membuat perubahan, Cornelius. Mengapa, dalam beberapa minggu singkat sejak aku diminta meninggalkan Wizengamot saja, sudah menjadi prakteknya untuk mengadakan sidang kriminal penuh untuk mengatasi masalah simpel seperti sihir di bawah
umur!" Beberapa penyihir di atas mereka bergerak dengan tidak nyaman di tempat duduk mereka. Fudge sedikit berubah ke warna ungu kecoklatan yang lebih dalam. Namun penyihir wanita mirip katak di sebelah kanannya hanya menatap Dumbledore, wajahnya tidak berekspresi.
"Sejauh yang kutahu," Dumbledore melanjutkan, "belum ada hukum yang mengatakan menjadi pekerjaan sidang ini untuk menghukum Harry demi setiap sihir yang pernah dilakukannya. Dia telah dituntut untuk pelanggaran tertentu dan dia telah memberikan pembelaannya. Semua yang bisa dilakukannya dan aku hanyalah menanti keputusan kalian."
Dumbledore menyatukan ujung-ujung jarinya lagi dan tidak berkata apa-apa lagi. Flure melotot kepadanya, jelas sangat marah. Harry melirik ke samping kepada Dumbledore, mencari penentraman; dia sama sekali tidak yakin bahwa Dumbledore bertindak benar dalam memberitahu Wizengamot bahwa sudah waktunya mereka mengambil keputusan. Namun, sekali lagi Dumbledore tampak tidak menyadari usaha Harry melihat ke matanya. Dia terus melihat ke bangku-bangku di mana keseluruhan Wizengamot telah mengadakan percakapan penting sambil berbisik-bisik.
Harry melihat ke kakinya. Jantungnya, yang tampaknya telah membengkak ke ukuran tidak alami, sedang berdebar dengan keras di balik tulang iganya. Dia telah mengharapkan dengar pendapat berlangsung lebih lama dari ini. Dia sama sekali tidak yakin dirinya telah memberi kesan yang baik. Dia sebenarnya belum banyak berbicara. Dia seharusnya menjelaskan lebih lengkap mengenai para Dementor, mengenai bagaimana dia jatuh, mengenai bagaimana dia dan Dudley hampir dicium
Dua kali dia melihat kepada Fudge dan membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi jantungnya yang membengkak sekarang menekan jalan masuk udaranya dan dua kali itu dia hanya mengambil napas dalam-dalam dan menatap kembali pada sepatunya.
Lalu bisik-bisik itu terhenti. Harry ingin melihat kepada para hakim, tetapi menemukan bahwa jauh lebih mudah tetap memeriksa sepatunya.
"Yang setuju membebaskan tertuduh dari semua tuntutan"" kata suara menggelegar Madam Bones.
Kepala Harry tersentak naik. Ada banyak tangan di udara, banyak ... lebih dari setengah! Sambil bernapas dengan sangat cepat, dia mencoba menghitung, tetapi sebelum dia selesai, Madam Bones telah berkata, "Dan yang ingin menghukum""
Fudge mengangkat tangannya; demikian pula setengah lusin yang lainnya, termasuk penyihir wanita di samping kanannya dan penyihir pria berkumis lebat dan penyihir wanita berambut ikal di baris kedua.
Fudge memandang mereka sekilas, terlihat seolah-olah ada sesuatu yang besar tersangkut di kerongkongannya, lalu menurunkan tangannya sendiri. Dia mengambil dua napas panjang dan berkata, "Baiklah, baiklah ... dibebaskan dari semua tuntutan."
"Bagus sekali," kata Dumbledore dengan cepat, sambil melompat berdiri, menarik keluar tongkatnya dan menyebabkan kedua kursi berlengan dari kain itu menghilang. "Well, aku harus pergi. Selamat siang kepada kalian semua."
Dan tanpa melihat satu kalipun kepada Harry, dia berjalan ke luar dari ruang bawah tanah itu.
BAB SEMBILAN
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Penderitaan Mrs Weasley Kepergian Dumbledore yang mendadak benar-benar mengejutkan Harry. Dia terus duduk di kursi berantai itu, sambil bergumul dengan perasaan terguncang dan lega. Wizengamot semuanya sedang bangkit, sambil berbincang-bincang, mengumpulkan kertas-kertas mereka dan mengemasinya. Harry berdiri. Tak ada yang tampaknya memperhatikan dia sedikitpun, kecuali penyihir wanita mirip katak di sebelah kanan Fudge, yang sekarang sedang memandanginya bukannya memandangi Dumbledore. Sambil mengabaikan dia, Harry mencoba memandang mata Fudge, atau Madam Bones, ingin bertanya apakah dia boleh pergi, tapi Fudge tampaknya sangat berketetapan untuk tidak memperhatikan Harry, dan Madam Bones sibuk dengan kopernya, jadi dia mengambil beberapa langkah coba-coba menuju pintu keluar dan, ketika tak seorangpun memanggilnya kembali, berjalan dengan cepat.
Dia berlari pada beberapa langkah terakhirnya, merenggut pintu hingga terbuka dan hampir menubruk Mr Weasley, yang sedang berdiri tepat di luar, terlihat pucar dan
gelisah. "Dumbledore tidak bilang -- "
"Dibebaskan," Harry berkata sambil menarik pintu menutup di belakangnya, "dari semua tuntutan."
Sambil tersenyum, Mr Weasley memegang bahu Harry.
"Harry, itu bagus sekali! Well, tentu saja, mereka tidak akan bisa menetapkanmu bersalah, tidak dengan bukti, tapi walau begitu, aku tidak bisa berpura-pura aku tidak
Tapi Mr Weasley berhenti, karena pintu ruang sidang baru saja terbuka lagi. Para Wizengamot sedang keluar.
"Jenggot Merlin!" seru Mr Weasley dengan terkejut, sambil menarik Harry ke samping untuk membiarkan mereka semua lewat. "Kau disidang oleh pengadilan lengkap""
"Kukira begitu," kata Harry dengan pelan.
Satu atau dua penyihir mengangguk kepada Harry ketika mereka lewat dan beberapa, termasuk Madam Bones, berkata, "Pagi, Arthur," kepada Mr Weasley, tetapi kebanyakan menghindari pandangannya. Cornelius Fudge dan penyihir wanita mirip katak itu hampir yang terakhir meninggalkan ruang bawah tanah itu. Fudge bertingkah seolah-olah Mr Weasley dan Harry merupakan bagian dari dinding, tetapi lagi-lagi, penyihir wanita itu melihat Harry hampir seperti sedang menilainya ketika dia lewat. Yang terakhir lewat adalah Percy. Seperti Fudge, dia sepenuhnya mengabaikan ayahnya dan Harry; dia berderap lewat sambil mengepit sebuah gulungan perkamen besar dan segenggam pena bulu cadangan, punggungnya kaku dan hidungnya diangkat tinggi-tinggi. Garis-garis di sekitar mulut Mr Weasley menegang sedikit, tetapi selain ini dia tidak memberi tanda apapun bahwa dia baru melihat anak ketiganya.
"Aku akan membawamu langsung pulang sehingga kau bisa memberitahu yang lain kabar baik ini," katanya sambil memberi isyarat kepada Harry untuk maju ketika tumit Percy menghilang ke anak tangga menuju Tingkat Sembilan. "Akan kuantar kau dalam perjalanan ke toilet di Bethnal Green. Ayolah ... "
"Jadi, apa yang harus Anda lakukan dengan toilet itu"" Harry bertanya sambil nyengir. Segalanya mendadak tampak lima kali lebih lucu daripada biasanya. Hal-hal mulai masuk: dia dibebaskan, dia akan kembali ke Hogwarts.
"Oh, cuma anti-kutukan yang sederhana," kata Mr Weasley selagi mereka menaiki tangga, "tapi bukan tentang memperbaiki kerusakan, melainkan lebih kepada sikap di belakang pengrusakan, Harry. Pengumpanan-Muggle mungkin dianggap lucu oleh beberapa penyihir, tetapi itu adalah ekspresi dari sesuatu yang jauh lebih dalam dan mengerikan, dan aku sendiri -- "
Mr Weasley tidak melanjutkan kalimatnya. Mereka baru saja mencapai koridor tingkat sembilan dan Cornelius Fudge sedang berdiri beberapa kaki dari mereka, berbicara dengan pelan kepada seorang pria jangkung yang berambut pirang licin dan memiliki wajah tajam yang pucat.
Pria itu berpaling ketika mendengar suara langkah kaki mereka. Dia juga tidak melanjutkan perkataannya, mata kelabunya yang dingin menyipit dan menatap wajah Harry lekat-lekat.
"Well, well, well ... Patronus Potter," kata Lucius Malfoy dengan dingin.
Harry merasa kehabisan napas, seakan-akan dia baru saja berjalan ke dalam sesuatu yang padat. Terakhir kali dia melihat mata kelabu yang dingin itu adalah melalui celah di kerudung Pelahap Maut, dan terakhir kali dia mendengar suara lelaki itu adalah ketika sedang mengejek di sebuah pekuburan gelap sementara Lord Voldemort menyiksanya. Harry tidak bisa percaya bahwa Lucius Malfoy berani menatapnya di wajah; dia tidak bisa percaya bahwa dia ada di sini, dalam Kementerian Sihir, atau bahwa Cornelius Fudge sedang berbicara kepadanya, padahal Harry telah memberitahu Fudge hanya beberapa minggu yang lalu bahwa Malfoy adalah seorang Pelahap Maut.
"Menteri baru saja memberitahuku mengenai kelolosanmu yang mujur, Potter," Mr Malfoy berkata dengan suara dipanjang-panjangkan. "Sangat mengejutkan, caramu terus berkelit keluar dari lubang-lubang yang amat sempit ... bahkan, mirip ular."
Mr Weasley mencengkeram bahu Harry untuk memperingatkannya.
"Yeah," kata Harry, "yeah, aku pandai meloloskan diri."
Lucius Malfoy menaikkan matanya ke wajah Mr Weasley.
"Dan Arthur Weasley juga! Apa yang sedang Anda lakukan di sini, Arthur""
"Aku bekerja di sini," kata Mr Weasle
y dengan masam. "Bukan di sini, tentunya"" kata Mr Malfoy sambil menaikkan alisnya dan melihat sekilas ke pintu melalui bahu Mr Weasley. "Kukira Anda ada di lantai kedua ... bukankah Anda melakukan sesuatu yang melibatkan penyeludupan benda-benda Muggle ke rumah dan menyihirnya""
"Tidak," sambar Mr Weasley, jari-jarinya sekarang mencengkeram kuat ke bahu Harry.
"Ngomong-ngomong, Apa yang Anda lakukan di sini"" Harry bertanya kepada Lucius Malfoy.
"Kukira urusan pribadi antara diriku sendiri dengan Menteri bukan urusanmu, Potter," kata Malfoy sambil melicinkan bagian depan jubahnya. Harry mendengar dengan jelas dentingan lembut dari apa yang terdengar seperti sekantong penuh emas. "Benar saja, hanya karena kau anak kesayangan Dumbledore, kau tidak boleh mengharapkan perlakuan yang sama dari kami semua ... kalau begitu, kita naik ke kantor Anda, Menteri""
"Tentu saja," kata Fudge sambil memalingkan badan dari Harry dan Mr Weasley. "Lewat sini, Lucius."
Mereka melangkah bersama sambil berbicara dengan suara rendah. Mr Weasley tidak melepaskan bahu Harry sampai mereka telah menghilang ke dalam lift.
"Mengapa dia tidak menunggu di luar kantor Fudge kalau mereka punya urusan untuk diselesaikan bersama"" Harry meledak marah. "Apa yang dia lakukan di bawah
sini"" "Mencoba menyelinap ke dalam ruang sidang, kalau kau tanya aku," kata Mr Weasley sambil terlihat sangat gelisah dan melihat melalui bahunya seolah-olah sedang memastikan mereka tidak dapat didengar. "Mencoba mengetahui apakah kau telah dikeluarkan atau tidak. Akan kutinggalkan catatan untuk Dumbledore ketika aku mengantarmu, dia harus tahu Malfoy sudah berbicara kepada Fudge lagi.
"Lagipula, urusan pribadi apa yang mereka miliki""
"Emas, kukira," kata Mr Weasley dengan marah. "Malfoy telah memberikan emas dengan murah hati untuk segala jenis hal selama bertahun-tahun ... membuatnya dekat dengan orang-orang yang tepat ... lalu dia bisa minta bantuan ... menunda hukum-hukum yang dia tidak ingin dilewatkan ... oh, dia punya koneksi yang luas, Lucius
Malfoy." Lift tiba; kosong kecuali sekelompok memo yang berkepak di sekitar kepala Mr Weasley ketika dia menekan tombol Atrium dan pintu berdentang tertutup. Dengan kesal dia melambaikan memo-memo itu untuk pergi.
"Mr Weasley," kata Harry pelan-pelan, "kalau Fudge bertemu dengan para Pelahap Maut seperti Malfoy, kalau dia menemui mereka sendirian, bagaimana kita tahu bahwa mereka belum menempatkan Kutukan Imperius kepada dirinya""
"Jangan kira itu belum terpikir oleh kami, Harry," kata Mr Weasley dengan pelan. "Tapi Dumbledore pikir Fudge bertindak atas keputusannya sendiri saat ini -- yang, menurut Dumbledore, bukanlah penghiburan. Hal terbaik adalah tidak membicarakannya lebih banyak lagi sekarang ini, Harry."
Pintu-pintu bergeser terbuka dan mereka melangkah ke luar ke Atrium yang sekarang hampir kosong. Eric si penyihir penjaga tersembunyi di balik Daily Prophetnya lagi. Mereka telah berjalan tepat melewati air mancur keemasan itu sebelum Harry teringat.
"Tunggu dia memberitahu Mr Weasley, dan, sambil menarik kantong uangnya dari kantongnya, dia berpaling ke air mancur.
Dia memandang ke atas ke wajah penyihir pria tampan itu, tetapi dari dekat Harry berpikir dia tampak agak lemah dan bodoh. Si penyihir wanita sedang tersenyum lebar seperti kontestan kecantikan, dan dari yang Harry tahu tentang goblin-goblin dan centaur, mereka paling tidak mungkin terlihat sedang menatap penuh pemujaann kepada manusia dalam bentuk apapun. Hanya perilaku peri-rumah yang seperti budak terlihat meyakinkan. Dengan sengiran karena memikirkan apa yang akan dikatakan Hermionen kalau dia bisa melihat patung peri itu, Harry membalikkan kantong uangnya dan mengosongkan bukan hanya sepuluh Galleon, tetapi keseluruhan isinya ke dalam kolam.
* "Aku tahu itu!" teriak Ron, sambil meninju ke udara. "Kau selalu lolos dari semua hal!"
"Mereka harus membebaskanmu," kata Hremione, yang terlihat akan pingsan karena cemas ketika Harry memasuki dapur dan sekarang meletakkan tangan yang bergetar menutupi matanya, "tidak ada kasus melawanmu, tak ada sama sekali."
" Walaupun begitu, semua orang terlihat sangat lega, mengingat kalian semua tahu aku akan lolos," kata Harry sambil tersenyum.
Mrs Weasley sedang menyeka wajahnya dengan celemeknya, dan Fred, George dan Ginny melakukan semacam tarian perang sambil bernyanyi: "Dia lolos, dia lolos, dia
lolos ... " "Sudah cukup! Tenanglah!" teriak Mr Weasley, walaupun dia juga tersenyum. "Dengar, Sirius, Lucius Malfoy tadi ada di Kementerian -- "
"Apa"" kata Sirius dengan tajam.
"Dia lolos, dia lolos, dia lolos
"Diamlah, kalian bertiga! Ya, kami melihatnya berbicara dengan Fudge di Tingkat Sembilan, lalu mereka naik ke kantor Fudge bersama-sama. Dumbledore harus tahu."
"Tentu saja," kata Sirius. "Kita akan memberitahu dia, jangan khawatir."
"Well, sebaiknya aku pergi, ada toilet muntah yang menungguku di Bethnal Green. Molly, aku pulang terlambat, aku akan menggantikan Tonks, tapi Kingsley mungkin mampir untuk makan malam -- "
"Dia lolos, dia lolos, dia lolos
"Sudah cukup -- Fred -- George -- Ginny!" kata Mrs Weasley, ketika Mr Weasley meninggalkan dapur. "Harry, sayang, kemari dan duduklah, makan siang, kau hampir tidak makan malam."
Ron dan Hermione duduk di seberangnya, terlihat lebih gembira daripada sebelumnya sejak dia pertama tiba di Grimmauld Place, dan perasaan lega Harry, yang telah agak terusik oleh pertemuannya dengan Lucius Malfoy, membengkak lagi. Rumah yang suram itu kelihatan lebih hangat dan lebih menyambut secara mendadak; bahkan Kreacher tampak tidak begitu jelek ketika dia menampakkan hidungnya yang mirip moncong ke dapur untuk menyelidiki sumber semua keributan itu.
Pendekar Bodoh 7 Kuda Putih Karya Okt Senja Jatuh Di Pajajaran 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama