Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 8
Dia menelan ludah, mengeringkan pipinya yang basah dengan ujung syalnya, lalu dia menarik sebuah sapu tangan bersulam kecil dari lengan bajunya, dan meniup hidungnya sangat keras dengan suara mirip Peeves meleletkan lidah.
Ron mencibir. Lavender memberinya pandangan jijik.
"Profesor," kata Parvati, "apakah maksud Anda ... apakah sesuatu yang Profesor Umbridge --""
"Jangan berbicara kepadaku mengenai wanita itu!" teriak Profesor Trelawney, sambil melompat bangkit, manik-maniknya berderak dan kacamatanya berkilat. "Tolong lanjutkan pekerjaan kalian!"
Dan dia menghabiskan sisa pelajaran itu di antara mereka, dengan air mata masih bercucuran dari balik kacamatanya, sambil menggumamkan apa yang terdengar seperti ancaman dengan suara rendah.
mungkin lebih baik memilih pergi ... penghinaan itu ... dalam masa percobaan ... kita akan lihat ... betapa beraninya dia
"Kamu dan Umbridge punya kesamaan," Harry memberitahu Hermione diam-diam ketika mereka bertemu lagi di Pertahanan Terhadap Ilmu Hit
am. "Dia jelas juga menganggap Trelawney penipu tua ... tampaknya dia menempatkannya dalam masa percobaani."
Umbridge memasuki ruangan selagi dia berbicara, sambil mengenakan pita beludru
hitamnya dan ekspresi sangat puas diri. "Selamat sore, kelas."
"Selamat sore, Profesor Umbridge," mereka bernyanyi tanpa minat. "Tolong simpan tongkatnya."
Tapi tidak ada jawaban berupa gerakan ribut kali ini; tak seorangpun repot-repot mengeluarkan tongkat mereka.
"Tolong balik ke halaman tiga puluh empat Teori Sihir Pertahanan dan baca bab ketiga, yang berjudul "Kasus Tanggapan Tanpa Menyerang terhadap Serangan Sihir".
Tidak -- " "-- perlu berbicara," Harry, Ron dan Hermione berkata bersama-sama, dengan suara rendah.
* "Tidak ada latihan Quidditch," kata Angelina dengan nada hampa ketika Harry, Ron dan Hermione memasuki ruang duduk setelah makan malam.
"Tapi aku menjaga amarahku!" kata Harry, terkejut. "Aku tidak mengatakan apa-apa kepadanya, Angelina, aku sumpah, aku -- "
"Aku tahu, aku tahu," kata Angelina menderita. "Dia cuma bilang dia perlu sedikit waktu untuk mempertimbangkan."
"Mempertimbangkan apa"" kata Ron dengan marah. "Dia memberi anak-anak Slytherin izin, kenapa kita tidak""
Tapi Harry bisa membayangkan seberapa Umbridge menikmati memberi ancaman tidak ada tim Quidditch Gryffindor kepada mereka dan bisa dengan mudah mengerti kenapa dia tidak mau melepaskan senjata itu kepada mereka demikian cepat.
"Well," kata Hermione, "lihat sisi baiknya -- setidaknya sekarang kalian akan punya waktu untuk mengerjakan esai Snape!"
"Itu sisi baik, bukan"" sambar Harry, sementara Ron memandang Hermione dengan tidak percaya. "Tak ada latihan Quidditch, dan Ramuan ekstra""
Harry merosot ke dalam sebuah kursi, menyeret esai Ramuannya dengan enggan dari tasnya dan mulai bekerja. Sangat sulit untuk berkonsentrasi; walaupun dia tahu Sirius belum akan muncul di dalam api sampai lama kemudian, dia tidak bisa tidak melihat ke dalam nyala api setiap beberapa menit sekali untuk berjaga-jaga. Juga ada suara yang luar biasa di dalam ruangan itu: Fred dan George kelihatannya telah menyempurnakan satu jenis Kotak Makanan Pembolos, yang mereka peragakan secara bergantian kepada kerumunan yang bersorak dan berteriak.
Pertama, Fred akan menggigit ujung jingga dari sebuah permen kunyah, yang menyebabkannya muntah hebat ke dalam sebuah ember yang telah mereka tempatkan di depan mereka. Lalu dia akan menelan paksa ujung ungu dari permen kunyah itu, yang menyebabkan muntah-muntah segera berhenti. Lee Jordan, yang sedang membantu peragaan, Menghilangkan muntahan dengan malas secara teratur dengan Mantera Penghilang yang sama dengan yang digunakan terus Snape pada ramuan-ramuan Harry.
Dengan suara muntah teratur, sorakan dan suara Fred dan George menerima pesanan pendahuluan dari kerumunan, Harry mendapati luar biasa sukar untuk fokus pada metode yang tepat untuk Larutan Penguat. Hermione tidak membantu; sorakan dan suara muntahan yang mengenai dasar ember Fred dan George diikuti dengan dengusannya yang keras dan tidak menyetujui, yang Harry rasa, kalau bisa, lebih mengalihkan perhatian.
"Kalau begitu pergi saja dan hentikan mereka!" katanya dengan jengkel, setelah mencoret berat cakar griffin bubuk yang salah untuk keempat kalinya.
"Aku tidak bisa, secara teknis mereka tidak melakukan apapun yang salah," kata Hermione melalui gigi-gigi yang digertakkan. "Mereka berhak makan benda-benda aneh itu sendiri dan aku tidak bisa menemukan peraturan yang mengatakan orang-orang idiot lainnya tidak boleh membelinya, tidak kecuali benda-benda itu terbukti berbahaya dalam suatu cara dan kelihatannya tidak begitu."
Dia, Harry dan Ron memperhatikan George melambungkan muntahan ke dalam ember, menelan sisa permen kunyahnya dan bangkit sambil tersenyum dengan lengan terentang lebar menghadapi tepuk tangan yang berkepanjangan.
"Kau tahu, aku tidak mengerti kenapa Fred dan George cuma mendapat tiga OWL masing-masing," kata Harry sambil mengamati ketika Fred, George dan Lee mengumpulkan emas dari kerumunan yang berminat. "Mereka benar-benar mengerti bahan mereka."
"Oh, mereka hany a tahu hal-hal pamer yang tidak berguna nyata bagi siapapun," kata Hermione meremehkan.
Lama juga sebelum kerumunan di sekitar si kembar Weasley menyurut, lalu Fred, Lee dan George duduk sambil menghitung pendapatan mereka lebih lama lagi, sehingga lewat tengah malam ketika Harry, Ron dan Hermione akhirnya sendirian di ruang duduk. Akhirnya, Fred telah menutup pintu ke kamar anak laki-laki di belakangnya, sambil menggoyangkan kotak Galleonnya dengan berlagak sehingga Hermione cemberut. Harry, yang sedang membuat sedikit kemajuan dengan esai Ramuannya, memutuskan menyerah untuk malam itu. Ketika dia menyimpan buku-bukubya, Ron, yang sedang tidur ayam di kursi berlengannya, mengeluarkan dengkur teredam, terbangun, dan memandang muram ke dalam api.
"Sirius!" katanya.
Harry berpaling. Kepala gelap Sirius yang tidak rapi duduk di dalam api lagi.
"Hai," katanya sambil nyengir.
"Hai," kata Harry, Ron dan Hermione bersamaan, ketiganya semua berlutut di permadani. Crookshanks mendengkur keras dan mendekati api, mencoba, walaupun panas, menempatkan wajahnya dekat wajah Sirius.
"Bagaimana keadaan kalian"" kata Sirius.
"Tidak sebaik itu," kata Harry, ketika Hermione menarik Crookshanks balik untuk mencegahnya menghanguskan kumisnya. "Kementerian memaksakan dekrit lain, yang beratri kami tidak diizinkan memiliki tim Quidditch -- "
"Atau kelompok Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam rahasia"" kata Sirius.
Ada jeda pendek. "Bagaimana kau tahu tentang itu"" Harry menuntut.
"Kalian perlu memilih tempat-tempat pertemuan kalian dengan lebih hati-hati," kata Sirius, sambil menyengir lebih lebar lagi. "Hog"s Head, kutanya kalian."
"Well, lebih baik daripada Three Broomsticks!" kata Hermione membela diri. "Tempat itu selalu penuh orang -- "
"Yang berarti kalian akan lebih sukar didengar orang lain," kata Sirius. "Kau masih perlu belajar banyak, Hermione."
"Siapa yang mendengar kami"" Harry menuntut.
"Mundungus, tentu saja," kata Sirius, dan ketika mereka semua tampak bingung dia tertawa. "Dia penyihir wanita di balik tudung itu."
"Itu Mundungus"" Harry berkata, terperanjat. "Apa yang sedang dilakukannya di
Hog"s Head""
"Menurutmu apa yang sedang dilakukannya"" kata Sirius tidak sabaran. "Mengawasi kamu, tentu saja."
"Aku masih diikuti"" tanya Harry dengan marah.
"Yeah, memang," kata Sirius, "dan bagus juga, bukan, kalau hal pertama yang akan kau lakukan pada akhir pekan bebasmu adalah mengorganisasi kelompok pertahanan ilegal."
Tapi dia tidak terlihat marah ataupun kuatir. Sebaliknya, dia melihat kepada Harry dengan rasa bangga yang jelas.
"Kenapa Dung bersembunyi dari kami"" tanya Ron, terdengar kecewa. "Kami akan senang berjumpa dengannya."
"Dia dilarang masuk Hog"s Head dua puluh tahun yang lalu," kata Sirius, "dan penjaga bar itu punya ingatan yang bagus. Kita kehilangan Jubah Gaib cadangan Moody ketika Sturgis tertangkap, sehingga Dung sering berpakaian seperti penyihir wanita akhir-akhir ini ... ngomong-ngomong ... yang pertama, Ron -- aku sudah bersumpah untuk menyampaikan pesan dari ibumu."
"Oh yeah"" kata Ron, terdengar gelisah.
"Dia bilang dengan alasan apapun kamu tidak boleh ikut serta dalam kelompok Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam rahasia yang ilegal. Dia bilang kamu pasti akan dikeluarkan dan masa depanmu akan rusak. Dia bilang akan ada banyak waktu untuk belajar bagaimana mempertahankan diri nanti dan bahwa kamu terlalu muda untuk mengkhawatirkan hal itu sekarang. Dia juga" (mata Sirius berpaling kepada dua yang lain) "menasehati Harry dan Hermione tidak melanjutkan dengan kelompok itu, walaupun dia menerima bahwa dia tidak punya kekuasaan atas mereka dan hanya memohon mereka untuk ingat bahwa dia menginginkan yang terbaik bagi mereka. Dia hendak menuliskan ini kepada kalian semua, tetapi kalau burung hantu dicegat kalian semua akan berada dalam masalah besar, dan dia tidak bisa bilang sendiri karena dia bertugas malam ini."
"Bertugas melakukan apa"" kata Ron cepat.
"Tidak usah kau tahu, cuma sesuatu untuk Order," kata Sirius. "Jadi aku yang harus menjadi pembawa pesan dan pastikan kalian memberitahu dia aku menyampaikan semuanya, kar
ena kukira dia tidak percaya aku melakukannya."
Ada jeda lain di mana Crookshanks, sambil mengeong, mencoba mencakar kepala Sirius, dan Ron bermain-main dengan sebuah lubang di permadani.
"Jadi, kau mau aku bilang aku tidak akan ikut serta dalam kelompok Pertahanan"" akhirnya dia bergumam.
"Aku" Tentu saja tidak!" kata Sirius, tampak terkejut. "Kukira itu ide yang sangat bagus!"
"Benarkah"" kata Harry, hatinya laga.
"Tentu saja!" kata Sirius. "Apa menurutmu ayahmu dan aku akan diam saja dan menerima perintah dari nenk sihir tua seperti Umbridge""
"Tapi -- semester lalu yang kau lakukan hanyalah menyuruhku berhati-hati dan tidak mengambil resiko -- "
"Tahun lalu, semua bukti menunjukkan seseorang di dalam Hogwarts berusaha membunuhmu, Harry!" kata Sirius tidak sabaran. "Tahun ini, kita tahu ada seseorang di luar Hogwarts yang ingin membunuh kita semua, jadi kukira belajar mempertahankan diri dengan baik adalah ide yang bagus sekali!"
"Dan kalau kami dikeluarkan"" Hermione bertanya, dengan tampang ingin tahu.
"Hermione, semua ini adalah idemu!" kata Harry sambil menatapnya.
"Aku tahu. Aku hanya ingin tahu apa yang dipikirkan Sirius," katanya sambil mengangkat bahu.
"Well, lebih baik dikeluarkan dan mampu mempertahankan diri daripada duduk dengan aman di sekolah tanpa mengetahui apapun," kata Sirius.
"Dengar, dengar," kata Harry dan Ron dengan antusias.
"Jadi," kata Sirius, "bagaimana kalian mengelola kelompok ini" Di mana kalian mengadakan pertemuan""
"Well, itu sedikit menjadi masalah sekarang," kata Harry. "Tidak tahu ke mana kami bisa pergi."
"Bagaimana dengan Shrieking Shack"" saran Sirius.
"Hei, itu ide bagus!" kata Ron dengan bersemangat, tetapi Hermione membuat suara skeptis dan mereka bertiga semuanya memandangnya, kepala Sirius berpaling dalam nyala api.
"Well, Sirius, cuma saja hanya ada kalian berempat yang bertemu di Shrieking Shack ketika kalian sekolah," kata Hermione, "dan kalian semua bisa bertransformasi menjadi binatang dan kukira kalian semua bisa berdesakan di bawah sebuah Jubah Gaib kalau kalian mau. Tapi kami berdua puluh delapan dan tak seorangpun dari kami Animagus, jadi kami tidak butuh Jubah Gaib tapi Tenda Gaib -- "
"Poin yang tepat," kata Sirius, terlihat sedikit kecewa. "Well, aku yakin kalian akan dapat tempatnya. Dulu ada jalan rahasia yang cukup luas di belakang cermin di lantai empat, kalian mungkin punya ruangan yang cukup untuk berlatih kutukan di sana."
"Fred dan George memberitahuku sudah terhalang," kata Harry, sambil menggelengkan kepalanya.. "Tertimbun atau apapun."
"Oh kata Sirius, sambil merengut. "Well, aku harus berpikir dan kembali lagi --"
Dia berhenti. Wajahnya mendadak tegang, gelisah. Dia berpaling ke samping, tampaknya sedang melihat ke dinding bata padat perapian itu.
"Sirius"" kata Harry dengan cemas.
Tapi dia telah menghilang. Harry memandang nyala api itu sejenak sambil ternganga, lalu berpaling untuk memandang Ron dan Hermione.
"Kenapa dia --""
Hermione mengeluarkan napas ketakutan dan melompat bangkit, masih menatap ke api.
Sebuah tangan muncul di tengah nyala api, meraih-raih seolah-olah untuk menangkap sesuatu; tangan gemuk pendek, dengan jari-jari pendek yang diliputi cincin-cincin ketinggalan zaman yang jelek.
Mereka bertiga berlari cepat. Di pintu kamar anak laki-laki Harry memandang balik. Tangan Umbridge masih membuat gerakan menangkap di antara nyala api, seolah-olah dia tahu persis di mana rambut Sirius berada beberapa saat sebelumnya dan bertekad untuk mencengkeramnya.
BAB DELAPAN BELAS Dumbledore"s Army "Umbridge sudah membaca suratmu, Harry. Tidak ada penjelasan lain."
"Kaukira Umbridge menyerang Hedwig"" katanya, marah besar.
"Aku hampir yakin," kata Hermione dengan murung. "Perhatikan kodokmu, dia akan melarikan diri."
Harry menunjuk tongkatnya kepada kodok yang telah melompat-lompat penuh harap menuju ujung meja yang satunya -- "Accio!" dan kodok itu meluncur balik ke tangannya dengan muram.
Jimat dan Guna-Guna selalu menjadi salah satu pelajaran terbaik untuk menikmati bincang-bincang pribadi; biasanya ada begitu banyak pergerakan dan aktivitas sehin
gga bahaya terdengar sangat sedikit. Hari ini, dengan ruangan yang penuh dengan kodok-kodok berkoak dan burung-burung gagak menggaok, dan dengan hujan deras yang berjatuhan dan memukul-mukul jendela ruang kelas, pembahasan bisik-bisik Harry, Ron dan Hermione mengenai bagaimana Umbridge nyaris menangkap Sirius berlangsung tanpa diperhatikan.
"Aku sudah mencurigai ini sejak Filch menuduhmu memesan Bom Kotoran, karena itu tampaknya kebohongan yang begitu bodoh," Hermione berbisik. "Maksudku, sekali suratmu terbaca akan sangat jelas kau tidak sedang memesannya, jadi kau tidak akan berada dalam masalah sama sekali -- lelucon yang agak lemah, bukan" Tapi kemudian kupikir, bagaimana kalau seseorang hanya ingin alasan untuk membaca suratmu"
Well kalau begitu, akan menjadi cara yang sempurna bagi Umbridge untuk melakukannya -- mengisiki Filch, membiarkannya melakukan pekerjaan kotor dan menyita surat itu, lalu mencari cara mencurinya dari dia atau menuntut untuk melihatnya -- kukira Filch tidak akan keberatan, kapan dia pernah membela hak murid" Harry, kau menggencet kodokmu."
Harry melihat ke bawah; dia memang sedang menggencet kodoknya dengan begitu kuat sehingga matanya menggembung; dia buru-buru meletakkannya kembali ke atas meja.
"Tadi malam nyaris, nyaris saja ketahuan," kata Hermione. "Aku hanya ingin tahu apakah Umbridge tahu betapa nyarisnya. Silencio."
Kodok yang sedang dipakainya berlatih Mantera Pembisunya membisu di tengah kuaknya dan melotot kepadanya dengan mencela.
"Kalau dia menangkap Snuffles -- "
Harry menyelesaikan kalimat itu baginya.
"-- Dia mungkin kembali ke Azkaban pagi ini." Dia melambaikan tongkatnya tanpa benar-benar berkonsentrasi; kodoknya menggembung seperti balon hijau besar dan mengeluarkan siulan bernada tinggi.
"Silencio!" kata Hermione buru-buru, sambil menunjuk tongkatnya ke kodok Harry, yang mengempis diam-diam di depan mereka. "Well, dia tidak boleh melakukannya lagi, itu saja. Aku hanya tidak tahu bagaimana kita akan memberitahunya. Kita tidak bisa mengirimnya burung hantu."
"Kukira dia tidak akan mempertaruhkannya lagi," kata Ron. "Dia tidak bodoh, dia tahu Umbridge hampir saja menangkapnya. Silencio."
Gagak besar dan jelek di depannya mengeluarkan gaok mengejek.
"Silencio. SILENCIO!"
Gagak itu menggaok lebih kuat lagi.
"Caramu menggerakkan tongkatmu itu," kata Hermione, sambil mengamati Ron dengan kritis, "kau tidak mau melambaikannya, lebih seperti tusukan tajam."
"Burung gagak lebih sukar daripada kodok," kata Ron melalui gigi-gigi yang dikertakkan.
"Baik, ayo tukar," kata Hermione, sambil menyambar burung gagak Ron dan menggantikannya dengan kodok gemuknya sendiri. "Silencio!" Gagak itu terus membuka dan menutup paruhnya yang tajam, tapi tak ada suara yang keluar.
"Sangat bagus, Miss Granger!" kata suara kecil mencicit Profesor Flitwick, membuat Harry, Ron dan Hermione semuanya terlompat. "Sekarang, mari kulihat kamu
mencoba, Mr Weasley."
"Ap -- " Oh - oh, benar," kata Ron, sangat bingung. "Er -- silencio!"
Dia menusuk ke arah kodok itu begitu kerasnya sehingga dia mengenai matanya: kodok itu mengeluarkan kuak memekakkan dan melompat dari meja.
Tidaklah mengejutkan bagi mereka bahwa Harry dan Ron diberi latihan tambahan Mantera Pembisu untuk tugas rumah.
Mereka diperbolehkan tetap di dalam selama istirahat karena hujan deras di luar. Mereka menemukan tempat-tempat duduk di sebuah ruang kelas yang bising dan terlalu padat di lantai pertama tempat Peeves melayang-layang sambil melamun di dekat kandil, sambil terkadang meniupkan butir-butir tinta ke puncak kepala seseorang. Mereka belum lagi duduk ketika Angelina datang dengan susah payah menuju mereka melalui kelompok-kelompok murid yang sedang bergosip.
"Aku dapat izin!" katanya. "Untuk membentuk kembali tim Quidditch!"
"Bagus sekali!" kata Ron dan Harry bersama-sama.
"Yeah," kata Angelina sambil tersenyum. "Aku menemui McGonagall dan kukira dia mungkin memohon kepada Dumbledore. Ngomong-ngomong, Umbridge harus menyerah. Ha! Jadi aku mau kalian di lapangan pukul tujuh malam, oke, karena kita harus mengejar waktu. Kalian sadar kita hanya
tiga minggu dari pertandingan pertama
kita"" Dia menyelipkan diri menjauh dari mereka, sambil mengelak sebuah butiran tinta dari Peeves, yang gantinya mengenai seorang anak kelasl satu, dan menghilang dari pandangan.
Senyum Ron sedikit menghilang ketika dia memandang keluar jendela, yang sekarang buram karena hantaman hujan.
"Kuharap ini reda. Ada apa denganmu, Hermione""
Dia juga sedang memandang keluar jendela, tapi seakan-akan tidak benar-benar melihatnya. Matanya tidak fokus dan wajahnya cemberut.
"Cuma berpikir katanya, masih merengut pada jendela yang tersiram hujan.
"Tentang Siri -- Snuffles"" kata Harry.
"Bukan ... tidak persis kata Hermione lambat-lambat. "Lebih ... bertanya-tanya ... kukira yang sedang kita lakukan ini adalah hal yang benar ... kukira ... bukan""
Harry dan Ron memandang satu sama lain.
"Well, itu membuatnya jelas," kata Ron. "Pasti akan sangat menjengkelkan kalau kau tidak menjelaskan maksudmu dengan tepat."
Hermione memandangnya seakan-akan dia baru saja menyadari kehadirannya.
"Aku hanya bertanya-tanya," katanya, suaranya semakin kuat sekarang, "apakah kita sedang melakukan hal yang benar, memulai kelompok Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam ini."
"Apa"" kata Harry dan Ron bersama-sama.
"Hermione, mulanya ini idemu!" kata Ron dengan marah.
"Aku tahu," kata Hermione sambil memilin jarinya. "Tapi setelah berbicara dengan
Snuffles ... " "Tapi dia setuju sekali," kata Harry.
"Ya," kata Hermione, sambil menatap ke jendela lagi. "Ya, itulah yang membuatku mengira mungkin sebenarnya bukan ide yang bagus ... "
Peeves melayang-layang pada perutnya di atas mereka, bersiap dengan penembak kacang; secara otomatis mereka bertiga semuanya mengangkat tas-tas mereka untuk melindungi kepala mereka sambil dia lewat.
"Mari kita perjelas," kata Harry dengan marah, ketika mereka meletakkan tas-tas mereka kembali ke atas lantai, "Sirius setuju dengan kita, jadi kaukira kita tidak seharusnya melakukan itu lagi""
Hermione terlihat tegang dan agak sengsara. Sekarang sambil menatap tangannya sendiri, dia berkata, "Apakah kau sejujurnya mempercayai penilaiannya""
"Ya, memang!" kata Harry seketika. "Dia selalu memberi kita nasehat bagus!"
Sebuah butiran tinta berdesing melewati mereka, mengenai Katie Bell tepat di telinga. Hermione mengamati Katie melompat bangkit dan mulai melemparkan benda-benda kepada Peeves; setelah beberapa saat barulah Hermione berbicara lagi dan kedengarannya seolah-olah dia memilih kata-katanya dengan sangat hati-hati.
"Kau tidak mengira dia sudah menjadi ... semacam ... sembrono ... sejak dia terkurung di Grimmauld Place" Kau tidak mengira dia ... sepertinya ... menjalani hidup melalui kita""
"Apa maksudmu, "menjalani hidup melalui kita""" Harry menjawab dengan pedas.
"Maksudku ... well, kukira dia akan senang membentuk perkumpulan Pertahanan rahasian tepat di bawah hidup seseorang dari Kementerian ... kukira dia benar-benar frustrasi terhadap betapa sedikitnya yang bisa dia lakukan di tempat dia berada ... jadi kukira dia cenderung ... menghasut kita."
Ron terlihat benar-benar bingung.
"Sirius benar," katanya, "kau memang terdengar persis seperti ibuku."
Hermione menggigit bibirnya dan tidak menjawab. Bel berdering persis ketika Peeves menukik ke arah Katie dan mengosongkan satu botol penuh tinta ke atas kepalanya.
* Cuaca tidak membaik ketika hari semakin malam, sehingga pada pukul tujuh malam itu, ketika Harry dan Ron turun ke lapangan Quidditch untuk berlatih, mereka basah kuyup dalam waktu beberapa menit, kaki mereka tergelincir dan meluncur di atas rumput yang basah. Langit kelabu gelap dan bergemuruh dan lega rasanya mendapatkan kehangatan dan cahaya ruang ganti, walaupun mereka tahu kelonggaran itu hanya sementara. Mereka menemukan Fred dan George sedang berdebat apakah akan menggunakan salah satu Kotak Makanan Pembolos mereka sendiri untuk berkelit dari terbang.
tapi aku bertaruh dia akan tahu apa yang sudah kita lakukan," Fred berkata dari ujung mulutnya. "Kalau saja aku tidak menawarkan kepadanya beberapa Pastilles Muntah kemarin."
"Kita bisa mencoba Gula-Gula Demam," George bergumam, "b
elum ada yang pernah melihat itu -- "
"Apakah bisa bekerja"" tanya Ron penuh harap, selagi hantaman hujan pada atap menguat dan angin menderu di sekeliling bangunan itu.
"Well, yeah," kata Fred, "suhu badanmu akan langsung naik."
"Tapi kau juga mendapatkan bisul-bisul besar berisi nanah ini," kata George, "dan kami belum menemukan cara menghilangkannya."
"Aku tidak bisa melihat bisul apapun," kata Ron, sambil menatap si kembar.
"Tidak, well, kau tidak akan melihatnya," kata Fred dengan muram, "bisul-bisul itu tidak berada di tempat yang biasanya kami perlihatkan ke orang banyak."
"Tapi membuat duduk di atas sapu sakit di -- "
"Baiklah, semuanya, dengarkan," kata Angelina keras-keras, sambil muncul dari kantor Kapten. "Aku tahu ini bukan cuaca ideal, tapi ada kemungkinan kita akan bermain melawan Slytherin dalam kondisi seperti ini jadi ide yang bagus untuk melatih cara kita mengatasi cuaca ini. Harry, bukankah kau melakukan sesuatu dengan kacamatamu untuk menghentikan hujan membuatnya berkabut ketika kita bermain melawan Hufflepuff dalam badai itu""
"Hermione yang melakukannya," kata Harry. Dia menarik keluar tongkatnya, mengetuk kacamatanya dan berkata, "Impervius!"
"Kukira kita semua harus mencobanya," kata Angelina. "Kalau saja kita bisa
mengenyahkan hujan dari wajah kita akan sangat membantu daya pandang -semuanya bersama-sama, ayolah -- Impervius! OK. Ayo pergi."
Mereka semua menyimpan tongkat mereka kembali ke saku bagian dalam jubah mereka, memanggul sapu mereka dan mengikuti Angelina keluar dari ruang ganti.
Mereka berkecipak melalui lumpur yang semakin dalam ke tengah lapangan; daya pandang masih sangat buruk bahkan dengan Mantera Impervius; cahaya memudar cepat dan tirai hujan menyapu tanah.
"Baiklah, dengan aba-aba peluitku," teriak Angelina.
Harry menyentak dari tanah, sambil mencipratkan lumpur ke segala arah, dan meluncur naik, angin menariknya sehingga agak melenceng.
Dia tidak punya gambaran bagaimana dia akan melihat Snitch dalam cuaca ini, dia sudah mengalami cukup kesulitan melihat satu-satunya Bludger yang mereka gunakan untuk latihan, satu menit latihan Bludger itu hampir menjatuhkannya dan dia harus menggunakan Sloth Grip Roll untuk menghindarinya. Sayangnya, Angelina tidak melihat ini. Nyatanya, dia tidak tampak bisa melihat apapun; tak seorangpun dari mereka punya petunjuk apa yang sedang dilakukan yang lain. Angin semakin kencang; bahkan dari kejauhan Harry bisa mendengar deru, suara hantaman hujan yang mengenai permukaan danau.
Angelina menahan mereka selama hampir satu jam sebelum menyerah kalah. Dia memimpin timnya yang basah kuyup dan tidak puas kembali ke dalam ruang ganti, bersikeras bahwa latihan itu bukan buang-buang waktu, walaupun tanpa keyakinan nyata dalam suaranya. Fred dan George terlihat sangat jengkel; keduanya berkaki bengkok dan mengerenyit dengan setiap gerakan. Harry bisa mendengar mereka mengeluh dengan suara rendah ketika dia mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Kukira beberapa punyaku sudah pecah," kata Fred dengan suara hampa.
"Punyaku belum," kata George melalui gigi-gigi yang dikertakkan, "mereka berdenyut gila-gilaan ... terasa lebih besar kalau ada."
"ADUH!" kata Harry.
Dia menekankan handuk ke wajahnya, matanya dipejamkan keras karena sakit. Bekas luka di keningnya terbakar lagi, lebih sakit daripada berminggu-minggu ini.
"Ada apa"" kata beberapa suara.
Harry muncul dari balik handuknya; ruang ganti tampak buram karena dia sedang tidak mengenakan kacamatanya, tapi dia bisa tahu bahwa wajah semua orang sedang berpaling kepadanya.
"Tidak apa-apa," gumamnya, "aku -- menyodok mataku sendiri, itu saja."
Tetapi dia memberi Ron pandangan penuh arti dan mereka berdua tinggal ketika
sisa tim yang lain berbaris keluar, terlindungi dalam mantel mereka, topi mereka ditarik rendah menutupi telinga mereka.
"Apa yang terjadi"" kata Ron, saat Alicia telah menghilang melalui pintu. "Apakah bekas lukamu""
Harry mengangguk. "Tapi terlihat takut, Ron berjalan menyeberang ke jendela dan menatap keluar pada hujan, "dia -- dia tidak mungkin berada di dekat kita sekarang, bisakah""
"Tidak, " Harry bergumam, sambil merosot ke sebuah bangku dan menggosok keningnya. "Dia mungkin bermil-mil jauhnya. Sakit karena ... dia ... marah."
Harry tidak bermaksud mengatakan itu sama sekali, dan mendengar kata-kata itu seakan-akan diucapkan oleh orang asing -- walau begitu dia tahu seketika kata-kata itu benar. Dia tidak tahu bagaimana dia mengetahuinya, tapi dia tahu; Voldemort, di manapun dia berada, apapun yang sedang dilakukannya, sedang berada dalam amarah yang memuncak.
"Apakah kamu melihatnya"" kata Ron, terlihat ngeri. "Apakah kamu ... mendapatkan penglihatan, atau sesuatu""
Harry duduk diam, sambil menatap kakinya, membiarkan pikiran dan ingatannya santai setelah rasa sakit itu.
Bentuk-bentuk kacau yang membingungkan; deru suara-suara yang melolong ...
"Dia mau sesuatu dilakukan, dan tidak terjadi cukup cepat," katanya.
Lagi-lagi, dia merasa terkejut mendengar kata-kata keluar dari mulutnya, dan walau begitu sangat yakin kata-kata itu benar.
"Tapi ... bagaimana kau tahu"" kata Ron.
Harry menggelengkan kepalanya dan menutupi matanya dengan tangan, sambil menekannya dengan telapak tangannya. Bintang-bintang kecil meledak dalam matanya. Dia merasakan Ron duduk di bangku itu di sampingnya dan tahu Ron sedang menatapnya.
"Terakhir kali apakah mengenai ini"" kata Ron dengan suara berbisik. "Ketika bekas lukamu sakit di kantor Umbridge" Kau-Tahu-Siapa marah""
Harry menggeleng. "Kalau begitu, apa""
Harry berpikir kembali. Dia sedang memandang wajah Umbridge ... bekas lukanya sakit ... dan dia punya perasaan aneh dalam perutnya ... perasaan berjingkrak yang aneh ... perasaan senang ... tapi tentu saja, dia belum mengenali apa itu, karena dia
sendiri sedang merasa begitu sengsara ...
"Terakhir kali, terjadi karena dia senang," katanya. "Sangat senang. Dia mengira ... sesuatu yang bagus akan terjadi. Dan pada malam sebelum kita kembali ke Hogwarts ... " dia berpikir kembali ke saat ketika bekas lukanya sakit sekali di dalam kamar tidurnya dan Ron di Grimmauld Place ... "dia marah besar."
Dia melihat kepada Ron, yang sedang memandangnya dengan mulut ternganga.
"Kamu bisa mengambil alih dari Trelawney, sobat," katanya dengan suara kagum.
"Aku tidak sedang membuat ramalan," kata Harry.
"Tidak, kamu tahu apa yang sedang kau lakukan"" Ron berkata, terdengar takut sekaligus terkesan. "Harry, kamu sedang membaca pikiran Kau-Tahu-Siapa!"
"Bukan," kata Harry sambil menggeleng. "Lebih seperti ... suasana hatinya, kurasa. Aku cuma mendapat kilasan-kilasan dalam suasana hati apa dia. Dumbledore berkata sesuatu seperti ini terjadi tahun lalu. Dia berkata bahwa ketika Voldemort berada di dekatku, atau ketika dia merasakan kebencian, aku bisa tahu. Well, sekarang aku juga merasakannya ketika dia senang ... "
Ada jeda. Angin dan hujan memecut bangunan itu.
"Kau harus memberitahu seseorang," kata Ron.
"Aku memberitahu Sirius terakhir kali itu."
"Well, beritahu dia mengenai kali ini!"
"Tidak bisa, bukan"" kata Harry dengan murung. "Umbridge sedang mengawasi burung hantu dan api, ingat""
"Well kalau begitu, Dumbledore."
"Aku baru saja memberitahumu, dia sudah tahu," kata Harry singkat, sambil bangkit, mengambil mantelnya dari pasak dan mengayunkannya mengitari dirinya. "Tidak ada gunanya memberitahu dia lagi."
Ron mengancingkan mantelnya sendiri, mengamati Harry sambil berpikir.
"Dumbledore pasti ingin tahu," katanya.
Harry mengangkat bahu. "Ayo ... kita masih harus berlatih Mantera Pembisu."
Mereka bergegas kembali melalui lapangan yang gelap, tergelincir dan tersandung di halaman berlumpur, tanpa berbicara. Harry sedang berpikir keras. Apakah yang Voldemort ingin dilakukan yang tidak terjadi cukup cepat"
dia punya rencana-rencana lain ... rencana-rencana yang bisa dioperasikannya dengan sangat diam-diam ... hal-hal yang hanya bisa diperolehnya dengan sembunyi-sembunyi ... seperti sebuah senjata. Sesuatu yang tidak dimilikinya terakhir kali."
Harry belum memikirkan kata-kata itu selama berminggu-minggu, dia terlalu asyik dengan apa yang sedang berlangsung di Hogwarts, terlalu sibuk memikirkan perang yang berkepanjangan dengan Umbridge, keti
dakadilan semua campur tangan Kementerian ... tapi sekarang kata-kata itu datang kembali kepadanya dan membuatnya bertanya-tanya ... kemarahan Voldemort akan masuk akal kalau dia tidak lebih dekat ke senjata itu, apapun itu. Apakah Order sudah merintangi dia, menghentikannya dari mengambilnya" Di mana disimpannya" Siapa yang memilikinya sekarang"
"Mimbulus mimbletonia," kata suara Ron dan Harry sadar kembali tepat pada waktunya untuk merangkak naik melalui lubang potret ke dalam ruang duduk.
Tampaknya Hermione sudah pergi tidur awal, meninggalkan Crookshanks bergelung di kursi dekat situ dan beraneka ragam topi peri rajutan yang bergumpal kecil tergeletak di atas sebuah meja di samping api. Harry agak bersyukur dia tidak ada di sekitar sana, karena dia tidak begitu ingin membahas bekas lukanya sakit dan mendengarnya juga mendesak dia untuk pergi menemui Dumbledore. Ron terus memandangnya sebentar-sebentar dengan cemas, tetapi Harry menarik keluar buku-buku Jimat dan Guna-Guna dan mulai bekerja untuk menyelesaikan esainya, walaupun dia hanya berpura-pura berkonsentrasi dan pada saat Ron berkata dia juga akan pergi tidur, dia hampir belum menulis apapun.
Tengah malam tiba dan berlalu sementara Harry membaca dan membaca ulang sebuah bagian mengenai kegunaan rumput-kudis, lovage dan kutil-bersin dan tidak memahami satu katapun.
Tanaman-tanaman ini paling manjur untuk meradangkan otak, dan oleh karena itu banyak digunakan dalam Minuman Pembuat Bingung, di mana penyihir ingin mengakibatkan kepala panas dan sembrono ...
... Hermione berkata Sirius menjadi sembrono terkurung di Grimmauld Place ...
... paling manjur untuk meradangkan otak, dan oleh karena itu banyak digunakan ...
... Daily Prophet akan mengira otaknya mengalami radang kalau mereka tahu bahwa dia mengetahui apa yang sedang dirasakan Voldemort ...
... oleh karena itu banyak digunakan dalam Minuman Pembuat Bingung ...
... membingungkan memang kata yang tepat; kenapa dia tahu apa yang sedang dirasakan Voldemort" Apa ini koneksi aneh antara mereka, yang belum pernah bisa diterangkan Dumbledore dengan memuaskan"
... di mana penyihir ingin ...
... betapa Harry ingin tidur ... ... mengakibatkan kepala panas ...
... rasanya hangat dan nyaman di dalam kursi berlengannya di dekat api, dengan hujan yang masih turun deras ke kaca-kaca jendela, Crookshanks mendengkur, dan suara derak nyala api ...
Buku itu tergelincir dari pegangan Harry yang kendur dan mendarat dengan gedebuk tumpul ke permadani. Kepalanya tergulir ke samping ...
Dia sedang berjalan sekali lagi menyusuri sebuah koridor tanpa jendela, langkah-langkah kakinya menggema dalam keheningan. Ketika pintu di ujung gang itu tampak semakin besar, jantungnya berdebar cepat bersemangat ... kalau saja dia bisa membukanya ... memasukinya ...
Dia mengulurkan tangannya ... ujung-ujung jarinya hanya beberapa inci dari pintu itu ...
"Harry Potter, sir!"
Dia terbangun dengan terkejut. Lilin-lilin semuanya sudah padam di ruang duduk, tapi ada sesuatu yang bergerak di dekatnya.
"Sapa tuh"" kata Harry, sambil duduk tegak di kursinya. Api hampir padam, ruangan itu sangat gelap.
"Dobby bawa burung hantumu, sir!" kata sebuah suara mencicit.
"Dobby"" kata Harry dengan parau, sambil menatap melalui kegelapan pada sumber suara itu.
Dobby si peri-rumah sedang berdiri di samping meja tempat Hermione meninggalkan setengah lusin topi rajutannya. Telinganya yang besar dan runcing sekarang menjulur keluar dari apa yang tampak seperti semua topi yang pernah dirajut Hermione, dia memakai yang satu di atas yang lainnya, sehingga kepalanya terlihat telah memanjang dua sampai tiga kaki, dan di bagian paling puncak duduk Hedwig, yang sedang beruhu dengan tenang dan jelas sudah sembuh.
"Dobby mengajukan diri untuk mengembalikan burung hantu Harry Potter," kata peri itu sambil mendecit, dengan tampang pemujaan sungguh-sungguh di wajahnya, "Profesor Grubblu-Plank berkata dia sudah sembuh sekarang, sir." Dia membungkuk rendah sehingga hidungnya yang mirip pinsil mengenai permukaan permadani yang tipis dan Hedwig beruhu marah dan berkelebat ke lengan kur
si Harry. "Trims, Dobby!" kata Harry, sambil membelai kepala Hedwig dan berkedip keras, mencoba menghilangkan citra pintu dalam mimpinya ... bayangan itu tadi sangat hidup. Sambil mengamati Dobby lebih seksama, dia memperhatikan bahwa peri itu juga memakai beberapa scarf dan sejumlah kaus kaki, sehingga kakinya tampak jauh terlalu besar bagi tubuhnya.
"Er ... apakah kau telah mengambil semua pakaian yang ditinggalkan Hermione""
"Oh, tidak, sir," kata Dobby dengan gembira. "Dobby juga telah mengambil beberapa untuk Winky, sir."
"Yeah, bagaimana keadaan Winky"" tanya Harry.
Telinga Dobby terkulai sedikit.
"Winky masih banyak minum, sir," katanya dengan sedih, matanya yang hijau, bundar dan besar, sebesar bola tenis, memandang ke bawah. "Dia masih tidak peduli dengan pakaian, Harry Potter. Tidak juga para peri rumah lainnya. Tak satupun dari mereka mau membersihkan Menara Gryffindor lagi, tidak dengan topi dan kaus kaki tersembunyi di mana-mana, mereka menganggapnya menghina, sir. Dobby mengerjakan semuanya sendiri, sir, tapi Dobby tidak keberatan, sir, karena dia selalu berharap bertemu Harry Potter dan malam ini, sir, dia mendapatkan yang diharapkannya!" Dobby membungkuk rendah lagi. "Tapi Harry Potter tidak tampak gembira," Dobby melanjutkan, sambil meluruskan diri lagi dan memandang Harry dengan malu-malu. "Dobby mendengarnya bergumam dalam tidurnya. Apakah Harry Potter mengalami mimpi buruk""
"Tidak benar-benar buruk," kata Harry, sambil menguap dan menggosok matanya. "Aku pernah dapat yang lebih buruk."
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Peri itu mengamati Harry dengan matanya yang besar seperti bola. Lalu dia berkata dengan sangat serius, telinganya terkulai, "Dobby berharap dia bisa membantu Harry Potter, karena Harry Potter membebaskan Dobby dan Dobby jauh, jauh lebih berbahagia sekarang."
Harry tersenyum. "Kau tidak bisa membantuku, Dobby, tapi terima kasih atas tawarannya."
Dia membungkuk dan memungut buku Ramuannya. Dia harus mencoba menyelesaikan esainya besok. Dia menutup buku itu dan ketika berbuat begitu cahaya api menerangi bekas luka putih tipis di punggung tangannya -- hasil detensinya dengan Umbridge ...
"Tunggu sebentar -- ada sesuatu yang bisa kau lakukan untukku, Dobby," kata Harry lambat-lambat.
Peri itu berpaling sambil tersenyum.
"Sebutkanlah, Harry Potter, sir!"
"Aku perlu menemukan sebuah tempat di mana dua puluh delapan orang bisa berlatih Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam tanpa diketahui oleh para guru. Terutama," Harry mencengkeramkan tangannya ke buku, sehingga bekas luka itu bersinar seputih mutiara. "Profesor Umbridge."
Dia menduga senyum peri itu akan menghilang, telinganya terkulai, dia menduganya akan berkata itu tidak mungkin, atau dia akan mencoba menemukan suatu tempat, tetapi harapannya tidak tinggi. Apa yang tidak diduganya adalah Dobby melompat kecil, telinganya bergoyang dengan ceria, dan bertepuk tangan.
"Dobby tahu tempat yang sempurna, sir!" katanya dengan senang. "Dobby mendengar cerita tentang tempat itu dari peri-rumah yang lain ketika dia datang ke Hogwarts, sir. Dikenal oleh kami sebagai Ruang Datang dan Pergi, sir, atau sebagai Ruang Kebutuhan!"
"Kenapa"" kata Harry dengan rasa ingin tahu.
"Karena ruangan itu hanya dapat dimasuki seseorang," kata Dobby dengan serius, "ketika mereka mempunyai kebutuhan nyata atas ruangan itu. Kadang ada di sana, dan kadang tidak, tapi ketika ruangan itu muncul, selalu dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan si pencari. Dobby pernah menggunakannya, sir," kata peri itu sambil merendahkan suaranya dan terlihat bersalah, "ketika Winky sangat mabuk, dia menyembunyikannya di dalam Ruang Kebutuhan dan dia menemukan penawar Butterbeer di sana, dan sebuah tempat tidur bagus seukuran peri untuk ditempatinya sementara dia tidur menghilangkan mabuk, sir ... dan Dobby tahu Mr Filch menemukan bahan-bahan pembersih tambahan di sana ketika dia kekurangan, sir, dan
"Dan kalau kau benar-benar butuh kamar mandi," kata Harry, mendadak teringat sesuatu yang dikatakan Dumbledore di pesta dansa pada Natal sebelumnya, "apakah ruangan itu penuh sendiri dengan pispot""
"Dobby menduga demikian, sir," kata
Dobby sambil mengangguk bersemangat. "Ruangan yang paling menakjubkan, sir."
"Berapa banyak orang yang tahu"" kata Harry sambil duduk lebih tegak di kursinya.
"Sangat sedikit, sir. Kebanyakan orang menjumpainya ketika mereka membutuhkannya, sir, tapi seringnya mereka tidak pernah menemukannya lagi, karena mereka tidak tahu ruangan itu selalu ada di sana menunggu diperlukan untuk melayani, sir."
"Kedengarannya brilian," kata Harry, jantungnya berpacu. "Terdengar sempurna, Dobby. Kapan kau bisa memperlihatkan kepadaku tempatnya""
"Kapanpun, Harry Potter, sir," kata Dobby, terlihat senang akan antusiasme Harry. "Kita bisa pergi sekarang, kalau Anda mau!"
Sejenak Harry tergoda untuk pergi bersama Dobby. Dia setengah keluar dari tempat duduknya, berniat bergegas naik mengambil Jubah Gaibnya ketika, bukan untuk pertama kalinya, sebuah suara yang sangat mirip dengan suara Hermione berbisik di telinganya: sembrono. Lagipula, saat itu sudah sangat malam, dia letih, dan harus menyelesaikan esai Snape.
"Tidak malam ini, Dobby," kata Harry dengan enggan sambil terbenam kembali ke kursinya. "Ini sangat penting ... aku tidak mau mengacaukannya, akan perlu perencanaan yang tepat. Dengar, bisakah kau beritahu saja aku tepatnya di mana Ruang Kebutuhan ini, dan bagaimana cara memasukinya""
* Jubah-jubah mereka menggembung dan mengitari mereka selagi mereka menyeberangi petak-petak sayuran yang terbanjiri menuju Herbologi ganda, di mana mereka hampir tidak bisa mendengar apa dikatakan Profesor Sprout melawan titik-titik hujan yang menghantam keras seperti hujan es ke atap rumah kaca. Pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib sorenya dialihkan dari halaman sekolah yang tersapu badai ke sebuah ruang kelas bebas di lantai dasar dan, yang membuat mereka sangat lega, Angelina telah mencari timnya pada saat makan siang untuk memberitahu mereka bahwa latihan Quidditch dibatalkan.
"Bagus," kata Harry pelan, ketika dia memberitahunya, "karena kami telah menemukan suatu tempat untuk mengadakan pertemuan Pertahanan kita yang pertama. Malam ini, jam delapan, lantai tujuh di seberang permadani dinding Barnabas si Bodoh yang sedang dipentung oleh para troll itu. Bisakah kau beritahu Katie dan Alicia""
Dia terlihat agak terkejut tetapi berjanji untuk memberitahu yang lain. Harry kembali ke sosis dan kentang tumbuknya dengan lapar. Ketika dia melihat ke atas untuk minum jus labu, dia mendapati Hermione sedang mengamatinya.
"Apa"" katanya dengan parau.
"Well ...hanya saja rencana-rencana Dobby tidak selalu aman. Tidakkah kau ingat ketika dia menghilangkan semua tulang di lenganmu""
"Ruangan ini bukan cuma ide gila Dobby. Dumbledore juga tahu, dia menyebutnya kepadaku pada Pesta Dansa."
Ekspresi Hermione menjadi cerah.
"Dumbledore memberitahumu tentang ruang itu""
"Cuma sambil lewat," kata Harry sambil mengangkat bahu.
"Oh well, kalau begitu tidak apa-apa," kata Hermione cepat dan tidak mengajukan keberatan lagi.
Bersama dengan Ron mereka telahl menghabiskan sebagian besar waktu dalam hari itu mencari orang-orang yang telah menandatangani nama-nama mereka ke daftar di Hog"s Head dan memberitahu mereka di mana bertemu malam itu. Yang membuat Harry agak kecewa, Ginnylah yang berhasil menemukan Cho Chang dan temannya dulu; namun, di akhir makan malam dia yakin berita itu telah disampaikan kepada setiap orang dari dua puluh lima orang yang muncul di Hog"s Head.
Pada pukul tujuh tiga puluh Harry, Ron dan Hermione meninggalkan ruang duduk Gryffindor, Harry sambil memegang sepotong perkamen tua tertentu di tangannya. Anak-anak kelas lima diperbolehkan berada di koridor sampai jam sembilan, tetapi mereka bertiga semuanya terus melihat ke sekeliling dengan gugup ketika mereka berjalan menyusuri lantai tujuh.
"Tunggu," Harry memperingatkan, sambil membuka lipatan potongan perkamen itu di puncak tangga terakhir, mengetuknya dengan tongkatnya dan bergumam, "Aku bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa aku tidak berguna."
Sebuah peta Hogwarts muncul di permukaan perkamen yang kosong. Titik-titik hitam kecil yang bergerak, yang diberi label dengan nama-nama, menunjukkan di mana b
erbagai orang. "Filch ada di lantai dua," kata Harry, sambil memegang peta itu dekat ke matanya, "dan Mrs Norris ada di lantai empat."
"Dan Umbridge"" kata Hermione dengan cemas.
"Di kantornya," kata Harry, sambil menunjuk. "OK, ayo pergi."
Mereka bergegas menyusuri koridor ke tempat yang telah digambarkan Dobby kepada Harry, sebidang tembok kosong di seberang sebuah permadani dinding besar yang melukiskan usaha tolol Barnabas si Bodoh untuk melatih para troll menari balet.
"OK," kata Harry pelan, sementara satu troll yang termakan ngengat menghentikan sejenak pemukulannya yang terus-menerus pada calon guru balet itu untuk mengamati mereka. "Dobby bilang berjalan melewati tembok ini tiga kali, sambil berkonsentrasi keras pada apa yang kita perlukan."
Mereka melakukannya, berbalik tajam di jendela tepat di sebelah bidang tembok kosong itu, lalu di vas bunga seukuran orang di ujung yang lain. Ron sudah memicingkan mata untuk berkonsentrasi; Hermione sedang membisikkan sesuatu dengan suara rendah; tinju Harry terkepal sementara dia menatap ke depannya.
Kami perlu suatu tempat untuk belajar bertarung ... pikirnya. Beri saja kami tempat untuk berlatih ... suatu tempat di mana mereka tidak bisa menemukan kami ...
"Harry!" kata Hermione dengan tajam, selagi mereka berbalik setelah berjalan lewat ketiga kalinya.
Sebuah pintu yang terpelitur halus telah muncul di tembok itu. Ron sedang menatapnya, terlihat agak waspada. Harry mengulurkan tangan, meraih pegangan kuningannya, menarik pintu hingga terbuka dan memimpin jalan ke dalam sebuah ruangan luas yang diterangi obor-obor yang berkelap-kelip seperti yang menerangi ruang bawah tanah delapan lantai di bawah.
Di dinding berbaris rak-rak buku kayu dan menggantikan kursi ada bantal-bantal sutera besar di lantai. Serangkaian rak di ujung jauh ruangan itu menyimpan instrumen-instrumen seperti Teropong Curiga, Sensor Rahasia dan sebuah CerminMusuh yang besar dan retak yang Harry yakin pernah tergantung, tahun sebelumnya, di kantor Moody palsu.
"Ini akan bagus ketika kita berlatih Membekukan," kata Ron dengan antusias, sambil menyolok salah satu bantal dengan kakinya.
"Dan lihat saja buku-buku ini!" kata Hermione dengan bersemangat, sambil menggerakan jari sepanjang punggung-punggung buku besar bersampul kulit. "Suatu Ikhtisar Kutukan-Kutukan Umum dan Kontra-Tindakannya ... Mengakali Ilmu Hitam ... Mantera Pertahanan Diri ... wow Dia memandang Harry, wajahnya berseri-seri, dan Harry melihat bahwa kehadiran ratusan buku akhirnya telah meyakinkan Hermione bahwa apa yang sedang mereka lakukan itu benar. "Harry, ini menakjubkan, semua yang kita perlukan tersedia di sini!"
Dan tanpa kegaduhan lagi dia mengambil Kutukan untuk yang Dikutuk dari raknya, merosot ke bantal terdekat dan mulai membaca.
Ada ketukan lembut di pintu. Harry memandang berkeliling. Ginny, Neville, Lavender, Parvati dan Dean telah tiba.
"Whoa," kata Dean, sambil menatap sekeliling, terkesan. "Tempat apa ini""
Harry mulai menjelaskan, tetapi sebelum dia selesai lebih banyak orang lagi tiba dan dia harus mulai dari awal lagi. Ketika jam delapan tiba, semua bantal sudah ditempati. Harry bergerak menyeberang ke pintu dan memutar kunci yang menonjol dari gemboknya; kunci itu berbunyi klik keras yang memuaskan dan semua orang terdiam, sambli memandangnya. Hermione memberi tanda dengan hati-hati pada halaman Kutukan untuk yang Dikutuknya dan meletakkan buku itu di samping.
"Well," kata Harry, agak gugup. "Ini adalah tempat yang kami temukan untuk sesi-sesi latihan, dan kalian -- er -- jelas menganggapnya OK."
"Tempat ini fantastis!" kata Cho, dan beberapa orang menggumamkan persetujuan mereka.
"Aneh," kata Fred sambil merengut ke sekeliling. "Kami pernah sekali bersembunyi dari Filch di dalam sini, ingat, George" Tapi dulu cuma sebuah lemari sapu."
"Hei, Harry, benda apa ini"" tanya Dean dari bagian belakang ruangan itu, sambil memberi tanda pada Teropong Curiga dan Cermin Musuh.
"Detektor Kegelapan," kata Harry sambil melangkah di antara dua bantal untuk meraihnya. "Pada dasarnya mereka semua memperlihatkan ketika penyihir Ge
lap atau musuh ada di sekitar, tapi kalian tidak mau terlalu bergantung pada benda-benda ini, mereka bisa dikibuli ... "
Dia menatap sejenak ke dalam Cermin Musuh yang retak; figur-figur seperti bayangan sedang bergerak-gerak di dalamnya, walaupun tidak ada yang bisa dikenali. Dia memalingkan punggungnya.
"Well, aku telah memikirkan tentang jenis hal yang harus kita lakukan dulu dan -- er -- " Dia memperhatikan sebuah tangan terangkat. "Apa, Hermione""
"Kukira kita harus memilih seorang pemimpin," kata Hermione.
"Harry pemimpinnya," kata Cho seketika, sambil memandang Hermione seolah-olah dia gila.
Perut Harry bersalto lagi.
"Ya, tapi kukira kita harus memberi suara dengan semestinya," kata Hermione, tidak gentar. "Membuatnya formal dan memberinya kekuasaan. Jadi -- semua orang yang menganggap Harry harus menjadi pemimpin kita""
Semua orang mengangkat tangan mereka, bahkan Zacharias Smith, walaupun dia melakukannya dengan setengah hati.
"Er -- benar, trims," kata Harry, yang bisa merasa wajahnya terbakar. "Dan -- apa, Hermione""
"Aku juga mengira kita harus mempunyai nama," katanya dengan cerah, tangannya masih di udara. "Akan memajukan perasaan semangat tim dan kesatuan, bukankah begitu menurut kalian""
"Bisakah kita menjadi Liga Anti-Umbridge"" kata Angelina penuh harap.
"Atau Kelompok Menteri Sihir adalah Orang Pandir"" saran Fred.
"Aku sedang memikirkan," kata Hermione sambil merengut kepada Fred, "lebih kepada sebuah nama yang tidak memberitahu semua orang apa yang sedang kita rencanakan, sehingga kita bisa mengacu kepadanya dengan aman di luar pertemuan."
"Defence Association -- Asosiasi Pertahanan"" kata Cho. "DA singkatannya, sehingga tak seorangpun tahu apa yang sedang kita bicarakan""
"Yeah, DA bagus," kata Ginny. "Cuma buatlah jadi Dumbledore"s Army -- Tentara Dumbledore, karena itulah hal yang paling ditakuti Kementerian, bukan""
Ada banyak gumaman menghargai dan tawa mendengar hal ini.
"Semua yang setuju dengan DA"" kata Hermione sok memerintah, sambil berlutut di bantalnya untuk menghitung. "Itu mayoritas -- mosi disetujui!"
Dia menyematkan potongan perkamen dengan semua tanda tangan mereka di atasnya ke dinding dan menulis di bagian atas dalam huruf-huruf besar:
DUMBLEDORE"S ARMY "Baik," kata Harry, ketika dia sudah duduk lagi, "kalau begitu apakah kita akan mulai berlatih" Aku sedang berpikir, hal pertama yang harus kita lakukan adalah
Expelliarmus, kalian tahu, Mantera Pelucut Senjata. Aku tahu itu cukup dasar tapi kudapati sangat berguna -- "
"Oh, tolong," kata Zacharias Smith, sambil menggulirkan matanya dan melipat lengannya. "Kukira Expelliarmus tidak akan benar-benar membantu kita melawan Kau-Tahu-Siapa, bukan""
"Aku pernah menggunakannya melawan dia," kata Harry pelan. "Itu menyelamatkan hidupku di bulan Juni."
Smith membuka mulutnya dengan tolol. Sisa ruangan itu sangat diam.
"Tapi kalau kau mengira itu di bawahmu, kau boleh pergi," Harry berkata.
Smith tidak bergerak. Tidak juga yang lain.
"OK," kata Harry, mulutnya sedikit lebih kering daripada biasa dengan semua mata menatapnya, "menurutku kita harus dibagi menjadi pasangan-pasangan dan berlatih."
Terasa sangat aneh memberikan instruksi, tapi tidak seaneh melihatnya diikuti. Semua orang bangkit seketika dan membentuk pasangan. Bisa diramalkan, Neville tertinggal tanpa rekan.
"Kau bisa berlatih denganku," Harry memberitahunya. "Baik -- pada hitungan ketiga, kalau begitu -- satu, dua tiga -- "
Ruangan itu mendadak penuh teriakan Expelliarmus. Tongkat-tongkat beterbangan ke segala arah; mantera-mantera yang meleset mengenai buku-buku di rak dan membuatnya terbang ke udara. Harry terlalu cepat bagi Neville, yang tongkatnya berputar keluar dari genggamannya, menabrak langit-langit dengan percikan bunga api dan mendarat dengan berkelontang di atas sebuah rak buku, dari mana Harry mengambilnya dengan Mantera Pemanggil. Sambil memandang sekilas ke sekitarnya, dia mengira dia benar menyarankan mereka berlatih dasar-dasarnya terdahulu; ada banyak mantera jelek yang terjadi; banyak orang tidak berhasil Melucuti Senjata lawannya sama sekali, tetapi hanya m
enyebabkan mereka melompat mundur beberapa langkah atau mengerenyit ketika mantera lemah melewati mereka.
"Expelliarmus!" kata Neville, dan Harry, tidak sadar, merasakan tongkatnya terbang dari tangannya.
"AKU BERHASIL!" kata Neville dengan gembira. "Aku belum pernah melakukannya sebelumnya -- AKU BERHASIL!"
"Bagus!" kata Harry menguatkan, memutuskan tidak menunjukkan bahwa dalam duel sebenarnya lawan Neville tidak mungkin menatap ke arah berlawanan dengan tongkat dipegang kendur di sisi tubuhnya. "Dengar, Neville, bisakah kau bergantian berlatih dengan Ron dan Hermione selama beberapa menit sehingga aku bisa berjalan berkeliling dan melihat bagaimana yang lain""
Harry pindah ke tengah ruangan. Sesuatu yang sangat aneh sedang terjadi pada
Zacharias Smith. Setiap kali dia membuka mulutnya untuk melucuti Anthony Goldstein, tongkatnya sendiri akan terbang dari tangannya, walau begitu Anthony kelihatannya tidak membuat suara. Harry tidak perlu mencari jauh untuk menyelesaikan misteri itu. Fred dan George berada beberapa kaki dari Smith dan bergantian menunjuk tongkat mereka ke punggungnya.
"Sori, Harry," kata George buru-buru, ketika Harry melihatnya. "Tidak bisa menahan diri."
Harry berjalan mengitari pasangan-pasangan lain, mencoba mengoreksi mereka yang salah menggunakan mantera. Ginny berpasangan dengan Michael Corner; dia melakukannya dengan sangat baik, sementara Michael sangat buruk atau tidak mau mengutuknya. Ernie Macmillan melambaikan tongkatnya dengan berlebihan, memberikan rekannya waktu untuk waspada; kakak-beradik Creevey antusias tetapi tidak menentu dan paling bertanggung jawab atas semua buku yang berlompatan keluar dari rak di sekitar mereka; Luna Lovegood sama buruknya, terkadang mengakibatkan tongkat Justin Finch-Fletchey berputar keluar dari genggamannya, kali lain hanya menyebabkan rambutnya berdiri.
"OK, stop!" Harry berteriak. "Stop! STOP!"
Aku perlu peluit, pikirnya, dan segera melihat satu yang tergeletak di atas barisan buku terdekat. Dia mengambilnya dan meniup keras. Semua orang menurunkan tongkat mereka.
"Itu tidak buruk," kata Harry, "tapi jelas ada ruang untuk perbaikan." Zacharias Smith melotot kepadanya. "Ayo coba lagi."
Dia bergerak mengitari ruangan itu lagi, sambil berhenti di sana-sini untuk memberi saran. Pelan-pelan, penampilan secara umum membaik.
Dia menghindari berada dekat Cho dan temannya sebentar, tapi setelah berjalan mengitari semua pasangan lain dalam ruangan itu dua kali merasa dia tidak bisa mengabaikan mereka lebih lama lagi.
"Oh tidak," kata Cho agak sembrono ketika dia mendekat. "Expelliarmious! Maksudku, Expellimellius! Aku -- oh, sori, Marietta!"
Ujung baju temannya yang berambut keriting terbakar; Marietta memadamkannya dengan tongkatnya sendiri dan melotot kepada Harry seakan-akan itu salahnya.
"Kau membuatku gugup, aku lumayan bisa sebelumnya!" Cho memberitahu Harry dengan sedih.
"Itu sangat bagus," Harry berbohong, tetapi ketika Cho mengangkat alisnya dia berkata, "Well, tidak, itu jelek, tapi aku tahu kau bisa melakukannya dengan benar, aku mengamati dari sana."
Dia tertawa. Temannya Marietta memandangi mereka dengan agak masam dan berpaling.
"Jangan pedulikan dia," Cho bergumam. "Sebenarnya dia tidak mau berada di sini tetapi aku membuatnya datang bersamaku. Orang tuanya melarang dia melakukan apapun yang mungkin membuat Umbridge marah. Kau lihat -- ibunya bekerja pada Kementerian."
"Bagaimana dengan orang tuamu"" tanya Harry.
"Well, mereka juga melarangku berada di sisi yang salah dengan Umbridge," kata Cho, sambil bersikap bangga. "Tapi kalau mereka mengira aku tidak akan melawan Kau-Tahu-Siapa setelah apa yang terjadi dengan Cedric --"
Dia berhenti, terlihat agak bingung, dan keheningan canggung timbul di antara mereka; tongkat Terry Boot berdesing melewati telinga Harry dan mengenai Alicia Spinnet dengan keras di hidung.
"Well, ayahku sangat mendukung tindakan anti-Kementerian apapun!" kata Luna Lovegood dengan bangga persis di belakang Harry, jelas dia telah mencuri dengar percakapannya sementara Justin Finch-Fletchley berusaha melepaskan dirinya dari jubah y
ang telah terbang di atas kepalanya. "Dia selalu bilang dia akan percaya apapun tentang Fudge; maksudku, jumlah goblin yang sudah dibunuh Fudge! Dan tentu saja dia menggunakan Departemen Misteri untuk mengembangkan racun-racun mengerikan, yang diam-diam diberikannya kepada siapapun yang tidak setuju dengannya. Dan lalu ada Umgubular Slashkilternya --"
"Jangan tanya," Harry bergumam kepada Cho ketika dia membuka mulutnya, terlihat bingung. Dia terkikik.
"Hei, Harry," Hermione berseru dari ujung lain ruangan itu, "sudahkah kau mengecek waktunya""
Dia memandang jam tangannya dan terkejut melihat sudah jam sembilan tiga puluh, yang berarti mereka harus kembali ke ruang duduk mereka segera atau beresiko tertangkap dan dihukum oleh Filch karena melanggar aturan. Dia meniup peluitnya; semua orang berhenti meneriakkan "Expelliarmus" dan beberapa tongkat terakhir berdentang jatuh ke lantai.
"Well, itu cukup bagus," kata Harry, "tapi kita kelewatan, kita sebaiknya sampai di sini dulu. Waktu yang sama, tempat yang sama minggu depan""
"Lebih cepat!" kata Dean Thomas dengan bersemangat dan banyak orang mengangguk setuju.
Namun, Angelina berkata dengan cepat, "Musim Quidditch akan dimulai, kita perlu latihan tim juga!"
"Kalau begitu, katakanlah Rabu depan," kata Harry, "kita bisa memutuskan pertemuan tambahan nanti. Ayolah, kita sebaiknya bergegas."
Dia menarik keluar Peta Perampok lagi dan memeriksanya dengan hati-hati untuk
mencari tanda-tanda guru di lantai tujuh. Dia membiarkan mereka semua pergi tiga-tiga dan empat-empat, sambil mengamati titik-titik kecil mereka dengan cemas untuk melihat bahwa mereka kembali ke asrama mereka dengan selamat: anak-anak Hufflepuff ke koridor bawah tanah yang juga mengarah ke dapur; anak-anak Ravenclaw ke sebuah menara di sisi barat kastil, dan anak-anak Gryffindor menyusuri koridor ke potret Nyonya Gemuk.
"Tadi benar-benar bagus, Harry," kata Hermione, ketika akhirnya hanya dia, Harry dan Ron yang tinggal.
"Yeah, memang!" kata Ron dengan antusias, selagi mereka menyelinap keluar dari pintu dan menyaksikannya melebur kembali menjadi batu di belakang mereka. "Apakah kau melihatku melucuti Hermione, Harry""
"Cuma sekali," kata Hermione, merasa terluka. "Aku mengenaimu jauh lebih sering daripada kau mengenaiku -- "
"Aku tidak cuma mengenaimu sekali, aku mengenaimu setidaknya tiga kali -- "
"Well, kalau kau menghitung sekali di mana kau tersandung kakimu sendiri dan mengetuk tongkatku dari tanganku -- "
Mereka berdebat sepanjang jalan kembali ke ruang duduk, tetapi Harry tidak mendengarkan mereka. Dia memandangi Peta Perampok, tetapi dia juga sedang memikirkan Cho yang berkata dirinya membuatnya gugup.
BAB SEMBILAN BELAS Singa dan Ular Harry merasa seolah-olah dia sedang membawa semacam jimat di dalam dadanya selama dua minggu berikutnya, suatu rahasia membara yang mendukungnya melalui kelas-kelas Umbridge dan bahkan memungkinkannya tersenyum lembut selagi dia melihat ke dalam matanya yang menonjol mengerikan. Dia dan DA sedang
melawannya tepat di bawah hidungnya, melakukan hal yang paling dibencinya dan Kementerian, dan kapanpun dia seharusnya membaca buku Wilbert Slinkhard selama pelajaran Umbrige dia malah bertahan pada ingatan memuaskan tentang pertemuan mereka yang baru berlangsung, mengingat bagaimana Neville telah berhasil melucuti Hermione, bagaimana Colin Creevey telah menguasai Mantera Perintang setelah usaha keras selama tiga kali pertemuan, bagaimana Parvati Patil telah menghasilkan Kutukan Reduktor yang begitu bagus sehingga dia mengecilkan meja tempat semua Teropong Curiga menjadi debu.
Dia mendapati hampir tidak mungkin menetapkan satu malam dalam seminggu untuk pertemuan DA yang teratur, karena mereka harus menyesuaikan dengan latihan tiga tim Quidditch berbeda, yang sering diatur ulang karena kondisi cuaca yang buruk; tetapi Harry tidak menyesali ini; dia punya perasaan mungkin lebih baik membuat waktu pertemuan mereka tidak terduga. Kalau seseorang sedang mengawasi mereka, akan lebih sulit membuat polanya.
Hermione segera menciptakan sebuah metode pintar untuk mengkomunikasikan wakt
u dan tanggal pertemuan berikutnya kepada semua anggota kalau-kalau mereka perlu mengubahnya dalam waktu singkat, karena akan terlihat mencurigakan kalau orang-orang dari Asrama yang berbeda-beda terlalu sering terlihat menyeberangi Aula Besar untuk berbicara kepada satu sama lain. Dia memberikan kepada setiap anggota DA sebuah Galleon palsu (Ron menjadi sangat bersemangat ketika dia pertama melihat keranjang itu dan yakin dia benar-benar akan membagikan emas).
"Kalian lihat angka di sekitar tepi koin"" Hermione berkata, sambil mengangkat sebuah untuk diperiksa pada akhir pertemuan keempat mereka. Koin itu berkilauan besar dan kuning dalam cahaya obor. "Pada Galleon-Galleon asli itu hanya nomor seri yang mengacu kepada goblin yang mencetak koin. Namun, pada koin-koin palsu ini, angka-angka akan berubah untuk memantulkan waktu dan tanggal pertemuan berikutnya. Koin akan menjadi panas ketika tanggalnya berubah, jadi kalau kalian sedang membawanya di kantong kalian akan bisa merasakannya. Kita masing-masing ambil sebuah, dan sewaktu Harry menetapkan tanggal pertemuan berikutnya dia akan mengganti angka-angka di koinnya, dan karena aku telah meletakkan Mantera Protean pada koin-koin itu, mereka semua akan berubah meniru koinnya."
Keheningan hampa menyambut kata-kata Hermione. Dia memandang berkeliling kepada semua wajah yang menatapnya, agak bingung.
"Well -- kukira itu ide yang bagus," katanya tidak yakin, "maksudku, walaupun jika Umbridge meminta kita mengosongkan kantong kita, tidak ada yang mencurigakan dari membawa sebuah Galleon, bukan" Tapi ... well, kalau kalian tidak mau menggunakannya -- "
"Kau bisa melakukan Mantera Protean"" kata Terry Boot.
"Ya," kata Hermione.
"Tapi itu ... itu standar NEWT, begitulah," katanya dengan lemah.
"Oh," kata Hermione, mencoba terlihat rendah hati. "Oh ... well ... ya, kurasa begitu."
"Kenapa kau tidak masuk Ravenclaw"" tuntutnya, sambil menatap Hermione dengan sesuatu yang mendekati keheranan. "Dengan otak seperti punyamu""
"Well, Topi Seleksi memang mempertimbangkan dengan serius untuk memasukkanku ke Ravenclaw selama Penyeleksianku," kata Hermione dengan cerah, "tapi akhirnya dia memutuskan Gryffindor. Jadi, apakah itu berarti kita akan menggunakan Galleon-Galleon tersebut""
Ada gumaman persetujuan dan semua orang maju untuk mengambil satu dari keranjang. Harry memandang ke samping kepada Hermione.
"Kau tahu ini mengingatkanku pada apa""
"Tidak, apa itu""
"Bekas luka para Pelahap Maut. Voldemort menyentuh salah satu dari mereka, dan semua bekas luka mereka terbakar, dan mereka tahu mereka harus bergabung dengannya."
"Well ... ya," kata Hermione pelan, " dari sanalah aku dapat ide, tapi kau akan memperhatikan bahwa aku memutuskan untuk mengukirkan tanggal ke potongan logam bukannya pada kulit anggota-anggota kita."
"Yeah ... aku lebih suka caramu," kata Harry sambil menyeringai selagi dia menyelipkan Galleonnya ke dalam kantongnya. "Kurasa satu-satunya bahaya dengan ini adalah kita mungkin membelanjakannya secara tidak sengaja."
"Peluangnya kecil," kata Ron, yang sedang memeriksa Galleon palsunya sendiri dengan suasana sedikit murung. "Aku tidak punya Galleon asli yang bisa tertukar."
Sementara pertandingan Quidditch pertama pada musim ini, Gryffindor lawan Slytherin, semakin mendekat, pertemuan DA mereka ditunda karena Angelina memaksakan latihan yang hampir setiap hari. Kenyataan bahwa Piala Quidditch belum diadakan lagi begitu lama menambah minat dan gairah yang cukup besar di sekitar pertandingan yang akan datang; anak-anak Ravenclaw dan Hufflepuff sangat tertarik pada hasilnya, karena mereka, tentu saja, akan bermain melawan kedua tim pada tahun mendatang; dan para Kepala Asrama tim-tim yang bersaing, walaupun mereka berusaha menyamarkan dengan semangat olahraga pura-pura, bertekad untuk melihat pihak mereka sendiri menang. Harry sadar seberapa Profesor McGonagall peduli untuk mengalahkan Slytherin ketika dia tidak memberikan mereka pekerjaan rumah pada minggu sebelum pertandingan.
"Kukira kalian sudah punya cukup untuk dikerjakan," katanya dengan angkuh. Tak seorangpun benar-b
enar mempercayai telinga mereka sampai dia memandang langsung kepada Harry dan Ron dan berkata dengan muram, "Aku sudah menjadi terbiasa melihat Piala Quidditch di ruang kerjaku, anak-anak, dan aku tidak mau harus menyerahkannya kepada Profesor Snape, jadi gunakan waktu tambahan ini untuk berlatih, bisakah""
Snape tidak kurang jelasnya ikut mendukung; dia telah memesan lapangan Quidditch untuk Slytherin begitu seringnya sehingga anak-anak Gryffindor kesulitan memasukinya untuk bermain. Dia juga menulikan telinganya pada banyak laporan mengenai usaha-usaha anak-anak Slyhterin untuk mengguna-gunai para pemain Gryffindor di koridor. Ketika Alicia Spinnet muncul di sayap rumah sakit dengan alis yang tumbuh begitu tebal dan cepat sehingga menghalangi pandangannya dan merintangi mulutnya, Snape bersikeras bahwa dia pasti mencoba Mantera Pelebat-Rambut pada dirinya sendiri dan menolak mendengarkan empat belas saksi mata yang bersikeras bahwa mereka telah melihat Keeper Slytherin, Miles Bletchley, menghantamnya dari belakang dengan kutukan sewaktu dia bekerja di perpustakaan.
Harry merasa optimis mengenai peluang Gryffindor; mereka, lagipula, belum pernah kalah dari tim Malfoy. Memang, Ron masih belum berpenampilan seperti standar Wood, tapi dia bekerja demikian keras untuk memperbaikinya. Kelemahannya yang terbesar adalah kecenderungan untuk kehilangan kepercayaan diri setelah dia membuat satu kesalahan; kalau dia membiarkan satu gol masuk dia menjadi bingung dan karena itu cenderung kemasukan lebih banyak lagi. Di sisi lain, Harry sudah melihat Ron membuat penyelamatan yang benar-benar spektakuler ketika dia sedang bagus; sewaktu suatu latihan yang patut diingat dia telah bergantung dengan satu lengan dari sapunya dan menendang Quaffle begitu kerasnya menjauh dari cincin gawang sehingga membumbung sepanjang lapangan dan melalui cincin tengah di ujung lainnya; para anggota tim yang lain merasa penyelamatan ini sebanding dengan salah satu yang baru-baru ini dibuat oleh Barry Ryan, Keeper Internasional Irlandia, melawan Chaser terkenal Polandia, Ladislaw Zamojski. Bahkan Fred berkata bahwa Ron masih mungkin membuatnya dan George bangga, dan bahwa mereka mempertimbangkan dengan serius untuk mengakui dia sekeluarga dengan mereka, sesuatu yang mereka yakinkan kepadanya telah mereka coba sangkal selama empat tahun.
Satu-satunya hal yang benar-benar membuat Harry khawatir adalah seberapa banyak Ron membiarkan taktik tim Slytherin untuk membuatnya gelisah sebelum mereka bahkan sampai ke lapangan. Harry, tentu saja, telah menahan komentar-komentar sinis mereka selama lebih dari empat tahun, jadi bisikan-bisikan, "Hei, Potty, kudengar Warrington bersumpah akan menjatuhkanmu dari sapumu pada hari Sabtu," jauh dari membekukan darahnya, membuatnya tertawa. "Bidikan Warrington begitu menyedihkan aku akan lebih kuatir kalau dia sedang membidik orang di sampingku," jawabnya, yang membuat Ron dan Hermione tertawa dan menghapus senyum menyeringai di wajah Pansy Parkinson.
Tetapi Ron belum pernah tahan kampanye hinaan, ejekan dan intimidasi terus-menerus. Ketika anak-anak Slytherin, beberapa di antaranya kelas tujuh dan lebih besar darinya, bergumam selagi mereka berpapasan di koridor, "Sudah pesan tempat tidurmu di sayap rumah sakit, Weasley"" dia tidak tertawa, tetapi berubah menjadi warna hijau pucat. Ketika Draco Malfoy meniru Ron menjatuhkan Quaffle (yang dilakukannya setiap kali mereka berada dalam jarak pandang masing-masing), telinga Ron berpijar merah dan tangannya bergetar hebat sehingga dia juga cenderung menjatuhkan apapun yang sedang dipegangnya saat itu.
Oktober berakhir dalam deru angin yang melolong dan hujan yang melanda dan November tiba, dingin seperti besi beku, dengan embun beku keras setiap pagi dan
angin dingin seperti es yang menggigit tangan dan wajah yang terbuka. Langit dan langit-langit Aula Besar berubah kelabu pucat seperti mutiara, gunung-gunung di sekitar Hogwarts berpuncak salju, dan suhu di dalam kastil turun demikian rendah sehingga banyak murid mengenakan sarung tangan pelindung kulit naga tebal mereka di korid
or di antara pelajaran. Pagi pertandingan tiba dengan cerah dan dingin. Ketika Harry terbangun dia memandang berkeliling ke tempat tidur Ron dan melihatnya duduk tegak kaku, lengannya melingkari lututnya, sambil menatap terus ke ruang kosong.
"Kau baik-baik saja"" kata Harry.
Ron mengangguk tetapi tidak berbicara.. Harry terpaksa teringat ke saat Ron secara tidak sengaja menempatkan Mantera Pemuntah-Siput kepada dirinya sendiri; dia tampak sama pucat dan berkeringatnya seperti saat itu, belum lagi enggan membuka mulutnya.
"Kau hanya perlu sedikit sarapan," Harry berkata menguatkan. "Ayo."
Aula Besar cepat terisi penuh ketika mereka tiba, perbincangan lebih keras dan suasana lebih gembira daripada biasa. Ketika mereka melewati meja Slytherin ada peningkatan kebisingan. Harry memandang sekeliling dan melihat bahwa, sebagai tambahan pada scarf dan topi hijau yang biasa, setiap orang dari mereka memakai sebuah lencana perak yang bentuknya tampak seperti mahkota. Karena alasan-alasan tertentu banyak dari mereka yang melambai kepada Ron, sambil tertawa keras-keras. Harry mencoba melihat apa yang tertulis pada lencana-lencana itu selagi dia lewat, tetapi dia terlalu kuatir agar Ron lewat meja mereka cepat-cepat untuk bertahan cukup lama untuk membacanya.
Mereka menerima sambutan meriah di meja Gryffindor, di mana semua orang mengenakan warna merah dan emas, tetapi jauh dari menaikkan semangat Ron sorak sorai itu sepertinya melemahkan semangat juangnya yang tersisa; dia merosot ke bangku terdekat terlihat seolah-olah dia sedang menghadapi makanan terakhirnya.
"Aku pasti sinting mau melakukan ini," katanya dengan bisikan parau. "Sinting."
"Jangan tolol," kata Harry tegas, sambil memberikan kepadanya pilihan sereal, "kau akan baik-baik saja. Gugup itu normal."
"Aku sampah," kata Ron parau. "Aku payah. Aku tidak bisa bermain untuk menyelamatkan hidupku. Apa yang kupikirkan""
"Sadarlah," kata Harry dengan tegang. "Lihat penyelamatan yang kau buat dengan kakimu hari itu, bahkan Fred dan George bilang itu brilian."
Ron memalingkan wajah tersiksa kepada Harry.
"Itu kecelakaan," bisiknya dengan sengsara. "Aku tidak bermaksud melakukannya -aku tergelincir dari sapuku sewaktu tak seorangpun dari kalian melihat dan ketika aku
sedang mencoba naik kembali aku tak sengaja menendang Quaffle itu."
"Well," kata Harry, pulih cepat dari kejutan tak menyenangkan ini, "beberapa kecelakaan seperti itu dan pertandingan sudah jadi milik kita, bukan""
Hermione dan Ginny duduk di seberang mereka sambil mengenakan scarf, sarung tangan dan bunga mawar kecil berwarna merah dan emas.
"Bagaimana perasaanmu"" Ginny bertanya kepada Ron, yang sekarang sedang menatap ampas susu di dasar mangkuk serealnya seolah-olah mempertimbangkan dengan serius untuk mencoba menenggelamkan dirinya ke dalam.
"Dia cuma gugup," kata Harry.
"Well, itu tanda yang bagus, aku belum pernah merasa kau mengerjakan ujian dengan baik kalau kau tidak sedikit gugup," kata Hermione sepenuh hati.
"Halo," kata sebuah suara samar dan seperti melamun dari belakang mereka. Harry melihat ke atas: Luna Lovegood telah datang dari meja Ravenclaw. Banyak orang yang sedang menatapinya dan beberapa tertawa dan menunjuk-nunjuk terang-terangan; dia sudah berhasil mendapatkan sebuah topi yang berbentuk seperti kepala singa berukuran sebenarnya, yang bertenggar genting di kepalanya.
"Aku mendukung Gryffindor," kata Luna, sambil menunjuk tanpa perlu ke topinya. "Lihat apa yang dilakukannya ... "
Dia meraih ke atas dan mengetuk topi itu dengan tongkatnya. Topi itu membuka mulutnya lebar dan mengeluarkan raungan yang sangat realistis yang membuat semua orang di sekitar sana melompat.
"Bagus, bukan"" kata Luna dengan senang. "Aku mau dia mengunyah seekor ular untuk mewakili Slytherin, kalian tahu, tapi tidak ada waktu. Ngomong-ngomong ... semoga berhasil, Ronald!"
Dia berjalan pergi. Mereka belum sepenuhnya pulih dari guncangan topi Luna sewaktu Angelina bergegas datang menuju mereka, ditemani oleh Katie dan Alicia, yang alisnya syukurlah telah dikembalikan ke normal oleh Madam Pomfrey.
"Sewaktu kalian siap," ka
tanya, "kita akan langsung turun ke lapangan, memeriksa kondisi dan berganti pakaian."
"Kami akan ke sana sebentar lagi," Harry meyakinkan dia. "Ron cuma harus sarapan sedikit."
Namun, setelah sepuluh menit menjadi jelas bahwa Ron tidak mampu makan apapun lagi dan Harry merasa sebaiknya membawa dia turun ke ruang ganti. Ketika mereka bangkit dari meja, Hermione juga bangkit, dan sambil memegang lengan Harry dia menariknya ke samping.
"Jangan biarkan Ron melihat apa yang ada di lencana-lencana Slytherin itu," dia
berbisik penting. Harry memandangnya bertanya, tapi dia menggelengkan kepalanya memperingatkan; Ron baru saja berjalan lunglai ke arah mereka, terlihat gelisah dan putus asa.
"Semoga berhasil, Ron," kata Hermione, berdiri berjingkat dan menciumnya di pipi. "Dan kamu, Harry -- "
Ron terlihat agak sadarkan diri selagi mereka berjalan kembali menyeberangi Aula Besar. Dia menyentuh tempat di wajahnya yang dicium Hermione, tampak bingung, seolah-olah dia tidak yakin apa yang baru saja terjadi. Dia tampak terlalu kacau untuk terlalu memperhatikan sekitarnya, tetapi Harry memandang sekilas ke lencana-lencana berbentuk mahkota itu ketika mereka melewati meja Slytherin, dan kali ini dia bisa membaca kata-kata yang terukir di atasnya:
Weasley adalah Raja kami Dengan perasaan tidak menyenangkan bahwa ini tidak mungkin sesuatu yang baik, dia bergegas membawa Ron menyeberangi Aula Depan, menuruni undakan-undakan batu dan keluar ke udara sedingin es.
Rumput beku berderak di bawah kaki mereka selagi mereka bergegas menuruni lapangan yang landai menuju stadium. Tidak ada angin sama sekali dan langit seputih mutiara, yang berarti jarak pandang akan bagus tanpa kerugian sinar matahari langsung ke mata. Harry menunjukkan faktor-faktor mendukung ini kepada Ron selagi mereka berjalan, tetapi dia tidak yakin Ron mendengarkan.
Angelina sudah berganti pakaian dan sedang berbicara dengan anggota tim yang lainnya ketika mereka masuk. Harry dan Ron memakai jubah mereka (Ron berusaha memakai kepunyaannya terbalik selama beberapa menit sebelum Alicia jatuh kasihan kepadanya dan pergi membantu), lalu duduk untuk mendengarkan perbincangan sebelum pertandingan sementara celotehan suara-suara di luar semakin keras ketika kerumunan orang-orang berdatangan keluar dari kastil menuju lapangan.
"OK, aku baru saja tahu barisan akhir Slytherin," kata Angelina, sambil memeriksa sepotong perkamen. "Para Beater tahun lalu, Derrick dan Bole, sudah pergi, tetapi tampaknya Montague menggantikan mereka dan gorila-gorila biasa, bukannya siapa saja yang bisa terbang cukup baik. Mereka adalah dua cowok yang bernama Crabbe dan Goyle, aku tidak tahu banyak tentang mereka -- "
"Kami tahu," kata Harry dan Ron bersama-sama.
"Well, mereka tampaknya tidak cukup pintar untuk membedakan ujung sapu yang satu dari yang lain," kata Angeline, sambil mengantongi perkamennya, "tapi walau begitu aku selalu heran Derrick dan Bole berhasil menemukan jalan ke lapangan tanpa papan penunjuk arah."
"Crabbe dan Goyle sama saja," Harry meyakinkan dia.
Mereka bisa mendengar ratusan langkah kaki menaiki bangku-bangku yang ditumpuk di tribun penonton. Beberapa orang sedang bernyanyi, walaupun Harry tidak bisa mendengar kata-katanya. Dia mulai merasa gugup, tetapi dia tahu kegugupannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Ron, yang sedang mencengkeram perutnya dan menatap lurus ke depan lagi, rahangnya terkatup rapat dan warna kulitnya kelabu pucat.
"Sudah waktunya," kata Angelina dengan suara berbisik, sambil memandang jam tangannya. "Ayo semuanya ... semoga berhasil."
Tim itu bangkit, memanggul sapu mereka dan berbaris dalam satu barisan keluar dari ruang ganti ke sinar matahari yang menyilaukan. Raungan suara menyambut mereka di mana Harry masih bisa mendengar nyanyian, walaupun teredam oleh sorak-sorai dan tiupan peluit.
Tim Slytherin sedang berdiri menanti mereka. Mereka juga mengenakan lencana-lencana berbentuk mahkota. Kapten yang baru, Montague, bentuk badannya serupa dengan Dudley Dursley, dengan lengan besar seperti daging berbulu. Di belakangnya mengintai Crabbe dan Goyle, h
ampir sama besarnya, berkedip-kedip dengan bodoh dalam sinar matahari, sambil mengayunkan tongkat-tongkat pemukul Beater baru mereka. Malfoy berdiri di satu sisi, sinar matahari berkilauan pada kepalanya yang putih pirang. Dia memandang mata Harry dan tersenyum menyeringai, sambil mengetuk lencana berbentuk mahkota di dadanya.
"Para Kapten, jabat tangan," perintah wasit Madam Hooch, sementara Angelina dan Montague saling meraih satu sama lain. Harry bisa tahu bahwa Montague sedang berusaha melumatkan jari-jari Angelina, walaupun dia tidak berkerenyit.
"Naiki sapu kalian Madam Hooch menempatkan peluitnya ke mulut dan meniup.
Bola-bola dilepaskan dan keempat belas pemain meluncur ke atas. Dari sudut matanya Harry melihat Ron melintas menuju tiang-tiang gawang. Harry meluncur lebih tinggi, mengelakkan sebuah Bludger, dan mulai melakukan kitaran lebar di lapangan itu, sambil memandang sekeliling mencari kilatan emas, Draco Malfoy sedang melakukan hal yang persis sama.
"Dan itu Johnson -- Johnson dengan Quaffle, gadis itu benar-benar pemain yang bagus, aku sudah bilang begitu selama bertahun-tahun tapi dia masih tidak mau kencan denganku -- "
"JORDAN!" teriak Profesor McGonagall.
"-- cuma fakta iseng, Profesor, menambahkan sedikit minat -- dan dia menghindari Warrington, dia melewati Montague, dia -- aduh -- dihantam dari belakang oleh sebuah Bludger dari Crabbe ... Montague menangkap Quaffle, Montague menuju ke ujung lapangan dan -- Bludger yang bagus di sana dari George Weasley, itu sebuah Bludger ke kepala bagi Montague, dia menjatuhkan Quaffle, ditangkap oleh Katie Bell, Katie Bell untuk Gryffindor memberikan bola secara terbalik ke Alicia Spinnet
dan Spinnet pergi --"
Komentar Lee Jordan bergaung ke seluruh stadium dan Harry mendengarkan sekeras mungkin melalui angin yang bersiul di telinganya dan hiruk-pikuk kerumunan, semuanya berteriak dan mengejek dan bernyanyi.
"-- mengelakkan Warrington, menghindari sebuah Bludger -- hampir saja, Alicia -dan kerumunan suka ini, dengar saja mereka, apa yang sedang mereka nyanyikan""
Dan selagi Lee berhenti untuk mendengarkan, lagu itu terdengar kuat dan jelas dari lautan hijau dan perak di tribun bagian Slytherin:
"Weasley tak bisa menyelamatkan apapun, Dia tak bisa memblokir sebuah gawang, Itulah sebabnya anak-anak Slytherin semua bernyanyi: Weasley adalah Raja kami."
"Weasley lahir di tong sampah, Dia selalu membiarkan Quaffle masuk, Weasley akan pastikan kami menang, Weasley adalah Raja kami."
"-- dan Alicia memberikan bola kembali ke Angelina!" Lee berteriak, dan selagi Harry berbelok, isi tubuhnya mendidih karena apa yang baru dia dengar, dia tahu Lee sedang mencoba menenggelamkan kata-kata dari nyanyian itu. "Ayolah sekarang, Angelina -- tampaknya dia cuma harus mengalahkan si Keeper! -- DIA MENEMBAK -- DIA -- aaah ... "
Bletchey, Keeper Slytherin, menyelamatkan gol itu; dia melemparkan Quaffle ke Warrington yang bergegas membawanya, berzig-zag antara Alicia dan Katie; nyanyian dari bawah semakin kuat dan semakin kuat sementara dia semakin mendekati Ron.
"Weasley adalah Raja kami, Weasley adalah Raja kami, Dia selalu membiarkan Quaffle masuk, Weasley adalah Raja kami."
Harry tidak bisa menahan diri: meninggalkan pencariannya akan Snitch, dia berputar untuk mengamati Ron, sebuah figur tunggal di sisi jauh lapangan, melayang di depan ketiga tiang gawang sementara Warrington yang besar meluncur menujunya.
"-- dan Warrington dengan Quaffle, Warrington menuju gol, dia keluar dari jangkauan Bludger dengan hanya Keeper di depan -- "
Gelombang besar nyanyian timbul dari tribun Slytherin di bawah:
"Weasley tak bisa menyelamatkan apapun, Dia tak bisa memblokir sebuah gawang
"-- jadi itulah ujian pertama bagi Keeper Gryffindor Weasley, adik dari para Beater Fred dan George, dan bakat baru yang menjanjikan dalam tim -- ayo, Ron!"
Tetapi teriakan senang datang dari ujung Slytherin: Ron telah menukik dengan liar, lengannya terentang lebar, dan Quaffle telah membumbung di antaranya langsung melalui lubang gawang tengah Ron.
"Slytherin mencetak gol!" datang suara Lee di tengah-tengah sorakan
dan ejekan dari kerumunan di bawah, "jadi sepuluh-nol untuk Slytherin -- kurang beruntung,
Ron." Anak-anak Slytherin bernyanyi semakin keras.
"WEASLEY LAHIR DI TONG SAMPAH
DIA SELALU MEMBIARKAN QUAFFLE MASUK
"-- dan Gryffindor kembali menguasai bola dan Katie Bell sedang mengitari lapangan -- " teriak Lee dengan berani, walaupun nyanyian itu sekarang begitu memekakkan sehingga dia hampir tidak bisa membuat dirinya terdengar menimpalinya.
"WEASLEY AKAN PASTIKAN KAMI MENANG WEASLEY ADALAH RAJA
KAMI ... " "Harry, APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN"" teriak Angelina, membumbung melewatinya untuk mengejar Katie. "BERGERAKLAH!"
Harry sadar dia sudah diam di tempat di tengah udara selama lebih dari semenit, menyaksikan kelanjutan pertandingan tanpa menyisakan perhatian pada keberadaan Snitch; terkejut, dia menukik dan mulai mengitari lapangan lagi, sambil menatap sekeliling, mencoba mengabaikan nyanyian bersama yang sekarang menggelegar ke seluruh stadium:
"WEASLEY ADALAH RAJA KAMI, WEASLEY ADALAH RAJA KAMI
Tidak ada tanda-tanda Snitch di manapun dia memandang; Malfoy masih mengitari stadium seperti dirinya. Mereka melewati satu sama lain di tengah jalan mengelilingi lapangan, menuju ke arah yang berbeda, dan Harry mendengar Malfoy bernyanyi keras-keras:
"WEASLEY LAHIR DI TONG SAMPAH
"-- dan Warrington lagi," teriak Lee, "yang memberikan bola kepada Pucey, Pucey melewati Spinnet, ayolah sekarang, Angelina, kau bisa mengalahkannya -- ternyata kau tidak bisa -- tapi Bludger yang bagus dari Fred Weasley, maksudku, George Weasley, oh, siapa peduli, bagaimanapun, salah satu dari mereka, dan Warrington menjatuhkan Quaffle dan Katie Bell -- er - menjatuhkannya juga -- sehingga sekarang Montague memegang Quaffle, Kapten Slytherin Montague membawa Quaffle dan dia menaiki lapangan, ayolah sekarang, Gryffindor, hadang dia!"
Harry meluncur mengitari ujung stadium di belakang tiang-tiang gawang Slytherin, memaksa dirinya sendiri tidak melihat apa yang sedang terjadi di ujung Ron. Selagi dia ngebut melewati Keeper Slytherin, dia mendengar Bletchey bernyanyi bersama kerumunan di bawah:
"WEASLEY TIDAK BISA MENYELAMATKAN APAPUN
"-- dan Pucey mengelak dari Alicia lagi dan dia menuju langsung ke gawang, hentikan, Ron!"
Harry tidak harus melihat untuk mengetahui apa yang terjadi: ada erangan mengerikan dari ujung Gryffindor, dirangkai dengan jeritan dan tepuk tangan baru dari anak-anak Slytherin. Sambil memandang ke bawah, Harry melihat si wajah buldog Pansy Parkinson tepat di bagian depan tribun, punggungnya menghadap lapangan selagi dia memimpin para suporter Slytherin yang sedang meraung:
"ITULAH SEBABNYA ANAK-ANAK SLYTHERIN SEMUA BERNYANYI WEASLEY ADALAH RAJA KAMI."
Tetapi dua puluh-nol bukan apa-apa, masih ada waktu bagi Gryffindor untuk mengejar atau menangkap Snitch. Beberapa gol dan mereka akan memimpin seperti biasanya, Harry meyakinkan dirinya sendiri, sambil meliuk-liuk di antara pemain-pemain lain untuk mengejar sesuatu yang berkilauan yang ternyata adalah tali jam tangan Montague.
Tapi Ron membiarkan dua gol lagi masuk. Ada rasa panik dalam hasrat Harry untuk menemukan Snitch sekarang. Kalau saja dia bisa mendapatkannya segera dan menyelesaikan pertandingan itu secepatnya.
Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"-- dan Katie Bell dari Gryffindor mengelak dari Pucey, menghindari Montague, belokan yang bagus, Katie, dan dia melemparkan ke Johnson, Angelina Johnson mambawa Quaffle, dia melewati Warrington, dia menuju gawang, ayolah sekarang, Angelina -- GRYFFINDOR MENCETAK GOL! Empat puluh- sepuluh, empat puluh untuk Slytherin dan Pucey membawa Quaffle --"
Harry bisa mendengar topi singa menggelikan Luna meraung di tengah-tengah sorakan Gryffindor dan merasa berbesar hati; hanya tiga puluh poin selisihnya, itu bukan apa-apa, mereka bisa mengejar dengan mudah. Harry mengelakkan sebuah Bludger yang telah dikirim Crabbe meluncur ke arahnya dan meneruskan penjelajahan kalutnya di lapangan untuk mencari Snitch, sambil terus mengamati Malfoy kalau-kalau dia menunjukkan tanda-tanda sudah melihatnya, tetapi Malfoy, seperti dirinya, terus membumbung mengitari stadium, mencari tanpa hasil ...
"-- Pucey melempar ke Warrington, Warrington ke Montague, Montague kembali kepada Pucey -- Johnson menghalangi, Johnson mengambil Quaffle, Johnson ke Bell, ini tampak bagus -- maksudku buruk, Bell terkena Bludger dari Goyle dari Slytherin dan Pucey yang memegang bola -- "
"WEASLEY LAHIR DI TONG SAMPAH
DIA SELALU MEMBIARKAN QUAFFLE MASUK
WEASLEY AKAN PASTIKAN KAMI MENANG
Tapi akhirnya Harry sudah melihatnya: Golden Snitch kecil yang berkibaran yang sedang melayang-layang beberapa kaki dari tanah di ujung lapangan Slytherin.
Dia menukik ... Dalam beberapa detik, Malfoy sudah melintas di langit di sebelah kiri Harry, sesosok hijau dan perak yang kabur membungkuk rendah di sapunya ...
Snitch itu menyerempet kaki salah satu tiang gawang dan bergegas menuju sisi tribun yang lain; pergantian arahnya sesuai dengan Malfoy, yang lebih dekat; Harry menarik Fireboltnya berputar, dia dan Malfoy sekarang dekat sekali ...
Beberapa kaki dari tanah, Harry mengangkat tangan kanannya dari sapunya, menjulurkannya pada Snitch itu ... di sebelah kanannya, lengan Malfoy juga terulur, meraih, mencari-cari ...
Semuanya selesai dalam dua detik yang menyesakkan napas, nekat, dan tersapu angin -- jari-jari Harry menutup di sekeliling bola kecil yang memberontak itu -kuku-kuku Malfoy mencakari punggung tangan Harry tanpa harapan -- Harry menarik sapunya ke atas, sambil memegang bola yang memberontak di tangannya dan para penonton Gryffindor meneriakkan persetujuan mereka ...
Mereka selamat, tidak peduli bahwa Ron sudah membiarkan gol-gol itu masuk, tak seorangpun akan ingat selama Gryffindor sudah menang -WHAM. Sebuah Bludger menghantam Harry tepat di punggungnya dan dia jatuh ke depan dari sapunya. Untung saja dia hanya lima atau enam kaki di atas tanah, setelah menukik demikian rendah untuk menangkap Snitch, tapi dia kehabisan napas juga ketika dia mendarat telentang di atas lapangan yang membeku. Dia mendengar peluit nyaring Madam Hooch, kegemparan di tribun yang terdiri dari teriakan-teriakan jengkel, jeritan-jeritan dan cemoohan marah, sebuah bunyi debam, lalu suara Angelina yang kalut.
"Kau baik-baik saja""
"Tentu saja," kata Harry dengan muram, sambil meraih tangannya dan membiarkannya menarik dia bangkit. Madam Hooch sedang meluncur ke arah salah satu pemain Slytherin di atasnya, walaupun dia tidak bisa melihat siapa dari sudut ini.
"Berandal Crabbe itu," kata Angelina dengan marah, "dia memukul Bludger kepadamu saat dia melihat kau mendapatkan Snitch -- tapi kita menang, Harry, kita menang!"
Harry mendengar dengusan dari belakangnya dan berpaling, masih memegang Snitch kuat-kuat di tangannya: Draco Malfoy telah mendarat di dekatnya. Pucat karena marah, dia masih bisa mengejek.
"Menyelamatkan batang leher Weasley, bukan"" dia berkata kepada Harry. "Aku
belum pernah melihat Keeper yang lebih buruk ... tapi dia lahir di tong sampah ... kau suka lirikku, Potter""
Harry tidak menjawab. Dia berpaling untuk menemui sisa tim itu yang sekarang sedang mendarat satu per satu, berteriak dan meninju ke udara dengan kemenangan; semua kecuali Ron, yang telah turun dari sapunya di dekat tiang gawang dan tampaknya sedang berjalan lambat-lambat ke ruang ganti sendirian.
"Kami mau menulis beberapa syair lagi!" Malfoy berseru, selagi Katie dan Alicia memeluk Harry. "Tapi kami tidak bisa menemukan kata-kata yang berima dengan gemuk dan jelek -- kami mau bernyanyi tentang ibumu, tahu -- "
"Bicara tentang anggur masam," kata Angelina sambil memberi Malfoy pandangan
jijik. "-- kami juga tidak bisa mencocokkan pecundang tak berguna -- untuk ayahnya, kalian tahu -- "
Fred dan George sudah menyadari apa yang sedang dibicarakan Malfoy. Sewaktu masih berjabatan tangan dengan Harry, mereka menjadi kaku, memandang berkeliling ke Malfoy.
"Biarkan!" kata Angelina seketika, sambil memegang lengan Fred. "Biarkan, Fred, biarkan dia berteriak, dia cuma jengkel karena dia kalah, si kecil yang sok -- "
"-- tapi kau suka keluarga Weasley, bukan, Potter"" kata Malfoy sambil mengejek. "Menghabiskan liburan di sana dan segalanya, bukan" Tidak ngerti bagaimana kau bisa tahan bau b
usuknya, tapi kukira kalau kau dibesarkan oleh para Muggle, bahkan gubuk Weasley berbau OK -- "
Harry menarik George. Sementara itu, butuh usaha gabungan Angelina, Alicia dan Katie untuk menghentikan Fred melompat pada Malfoy, yang sedang tertawa terang-terangan. Harry memandang berkeliling mencari Madam Hooch, tetapi dia masih memaki Crabbe karena serangan Sludger ilegalnya.
"Atau mungkin," kata Malfoy, mengerling sementara dia mundur, "kau bisa ingat seperti apa rumah ibumu berbau busuk, Potter, dan kandang babi Weasley mengingatkanmu padanya -- "
Harry tidak sadar melepaskan George, yang dia tahu hanyalah bahwa sedetik kemudian mereka berdua sedang berlari cepat menuju Malfoy. Dia sudah sepenuhnya lupa bahwa semua guru sedang menonton: yang ingin dia lakukan hanyalah menyebabkan sebanyak mungkin rasa sakit pada Malfoy; tak ada waktu untuk menarik keluar tongkatnya, dia hanya mengeluarkan kepalan tangan yang sedang menggenggam Sntich dan membenamkannya sekeras yang dia bisa ke perut Malfoy -"Harry! HARRY! GEORGE! JANGAN!"
Dia bisa mendengar suara-suara anak-anak perempuan berteriak, Malfoy menjerit, George menyumpah, sebuah peluit ditiup dan pekik kerumunan di sekitarnya, tapi dia
tidak peduli. Tidak sampai seseorang di sekitar sana berteriak "Impedimenta!" dan dia terjatuh ke belakang akibat tenaga mantera itu, barulah dia menghentikan usaha meninju setiap inci Malfoy yang bisa dijangkaunya.
"Kalian kira apa yang sedang kalian lakukan"" jerit Madam Hooch, selagi Harry melompat bangkit. Kelihatannya dia yang telah mengenainya dengan Mantera Perintang; dia sedang memegang peluitnya di satu tangan dan sebuah tongkat di tangan lainnya; sapunya tergeletak begitu saja beberapa kaki jauhnya. Malfoy bergelung di atas tanah, merengek dan merintih, hidungnya berdarah; George berbibir bengkak; Fred masih ditahan paksa oleh ketiga Chaser, dan Crabbe sedang berkotek di latar belakang. "Aku belum pernah melihat kelakuan seperti itu -- kembali ke kastil, kalian berdua, dan langsung ke kantor Kepala Asrama kalian! Pergi! Sekarang!"
Harry dan George berbalik dan berjalan keluar dari lapangan, keduanya terengah-engah, tak satupun berkata sepatah kata pun kepada yang lain. Lolongan dan cemoohan dari kerumunan semakin samar dan semakin samar sampai mereka mencapai Aula Depan, di mana mereka tidak bisa mendengar apa-apa kecuali suara langkah kaki mereka sendiri. Harry menjadi sadar bahwa sesuatu masih meronta-ronta di tangan kanannya, buku-buku jari yang dibuatnya memar menghantam rahang Malfoy. Ketika memandang ke bawah, dia melihat sayap-sayap perak Snitch menonjol keluar dari antara jari-jarinya, meronta-ronta ingin bebas.
Mereka belum lagi mencapai pintu kantor Profesor McGonagall ketika dia datang menyusuri koridor di belakang mereka. Dia mengenakan sebuah scarf Gryffindor, tetapi melepaskannya dari lehernya dengan tangan-tangan bergetar selagi dia berjalan menuju mereka, tampak pucat karena marah.
"Masuk!" katanya marah besar, sambil menunjuk ke pintu. Harry dan George masuk. Dia berputar ke belakang meja tulisnya dan menghadap mereka, gemetaran karena marah selagi dia melemparkan scarf Gryffindor itu ke samping ke atas lantai.
"Well"" katanya. "Aku belum pernah melihat pertunjukan yang memalukan begini. Dua lawan satu! Jelaskan!"
"Malfoy memancing kami," kata Harry kaku.
"Memancing kalian"" teriak Profesor McGonagall sambil menghantamkan tinjunya ke meja tulisnya
sehingga kaleng kotak-kotaknya tergelincir dari samping meja dan terbuka, mengotori lantai dengan Kadal Jahe. "Dia baru saja kalah, bukan" Tentu saja dia mau memancing kalian! Tapi apa yang bisa dikatakannya yang membenarkan apa yang kalian berdua -- "
"Dia menghina orang tua saya," geram George. "Dan ibu Harry."
"Tapi bukannya membiarkan Madam Hooch menyelesaikan, kalian berdua memutuskan memberi pertunjukan duel Muggle, bukan"" teriak Profesor McGonagall. "Apakah kalian punya gambaran apa yang telah kalian --""
"Hem, hem." Harry dan George keduanya berputar. Dolores Umbridge sedang berdiri di ambang pintu terbungkus dalam sebuah mantel wol hijau yang sangat meningkatka
n kemiripannya dengan seekor katak besar, dan sedang tersenyum dengan cara mengerikan, memuakkan dan tidak menyenangkan yang telah Harry hubungkan dengan kesengsaraan yang akan segera tiba.
"Bolehkah kubantu Anda, Profesor McGonagall"" tanya Profesor Umbridge dengan suara manisnya yang paling beracun.
Darah menyerbu wajah Profesor McGonagall.
"Bantu"" ulangnya, dengan suara tertahan. "Apa maksud Anda, bantu""
Profesor Umbridge bergerak maju ke dalam kantor itu, masih memamerkan senyumnya yang memuakkan.
"Kenapa, kukira Anda mungkin bersyukur atas sedikit kekuasaan tambahan."
Harry tidak akan terkejut melihat bunga-bunga api beterbangan dari lubang hidung Profesor McGonagall.
"Yang Anda kira salah," katanya, sambil memalingkan punggungnya kepada Umbridge.
"Sekarang, kalian berdua sebaiknya mendengarkan dengan seksama. Aku tidak peduli provokasi apa yang dilakukan Malfoy kepada kalian, aku tidak peduli kalaupun dia menghina setiap anggota keluarga yang kalian miliki, perilaku kalian menjijikkan dan aku akan memberikan masing-masing dari kalian detensi seminggu! Jangan memandangku seperti itu, Potter, kau pantas mendapatkannya! Dan kalau salah satu dari kalian pernah -- "
"Hem, hem." Profesor McGonagall menutup matanya seolah-olah berdoa untuk kesabaran selagi dia memalingkan wajahnya menghadap Profesor Umbridge lagi.
"Ya"" "Kukira mereka pantas mendapatkan lebih dari detensi," kata Umbridge, sambil tersenyum lebih lebar lagi.
Mata Profesor McGonagall terbuka lebar.
"Tetapi sayang," katanya, dengan usaha tersenyum balik yang membuatnya terlihat seolah-olah rahangnya terkunci, "yang kupikirkan adalah yang berarti, karena mereka ada dalam Asramaku, Dolores."
"Well, sebenarnya, Minerva," Profesor Umbridge tersenyum simpul, "kukira Anda
akan mendapati bahwa yang kupikirkan memang berarti. Sekarang, di mana itu" Cornelius baru saja mengirimnya ... maksudku," dia memberikan tawa kecil selagi dia menggeledah tas tangannya, "Menteri baru saja mengirimnya ... ah ya ... "
Dia menarik keluar sepotong perkamen yang sekarang dibukanya, sambil berdehem rewel sebelum mulai membaca apa isinya.
"Hem, hem ... "Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Lima"."
"Tidak satu lagi!" seru Profesor McGonagall dengan keras.
"Well, ya," kata Umbridge, masih tersenyum. "Nyatanya, Minerva, Andalah yang membuatku melihat bahwa kita perlu amandemen lebih lanjut ... Anda ingat bagaimana Anda melangkahiku, ketika aku tidak rela membiarkan tim Quidditch Gryffindor dibentuk kembali" Bagaimana Anda membawa kasus itu kepada Dumbledore, yang bersikeras bahwa tim itu diizinkan bermain" Well, sekarang, aku tidak akan melakukan itu. Aku menghubungi Menteri seketika, dan beliau sangat setuju denganku bahwa Penyelidik Tinggi punya kekuasaan untuk menghilangkan hak-hak khusus para murid, atau dia -- maksudnya, aku -- akan punya lebih sedikit kekuasaan daripada para guru biasa! Dan Anda lihat sekarang, bukan, Minerva, betapa benarnya aku berusaha menghentikan tim Gryffindor dibentuk kembali" Amarah yang mengerikan ... ngomong-ngomong, aku sedang membacakan amandemen kita ... hem, hem ... "Penyelidik Tinggi mulai sekarang memiliki kekuasaan tertinggi terhadap semua hukuman, sanksi dan penghilangan hak-hak khusus yang berhubungan dengan murid-murid Hogwarts, dan kekuasaan untuk mengubah hukuman-hukuman, sanksi dan penghilangan hak-hak khusus tersebut yang mungkin telah diperintahkan oleh para anggota staf yang lain. Tertanda, Cornelius Fudge, Menteri Sihir, Order of Merlin Kelas Pertama, etc., etc.""
Dia menggulung perkamen itu dan meletakkannya kembali ke dalam tas tangannya, masih tersenyum.
"Jadi ... kukira aku akan harus melarang yang dua ini dari bermain Quidditch selamanya," katanya sambil melihat dari Harry ke George dan balik lagi.
Harry merasa Snitch berkibar-kibar dengan hebat dalam tangannya.
"Melarang kami"" katanya, dan suaranya anehnya terdengar jauh. "Dari bermain ... selamanya""
"Ya, Mr Potter, kukira larangan bermain seumur hidup akan berhasil," kata Umbridge, senyumnya melebar lagi selagi dia menyaksikannya bersusah payah mengerti apa yang telah dikatakannya.
"Kamu dan Mr Weasley. Dan kukira, agar amannya, kembaran pria muda ini harus dihentikan juga -- kalau para anggota timnya tidak menahan dia, aku merasa yakin dia pasti telah menyerang Mr Malfoy muda juga. Aku mau sapu-sapu mereka disita, tentu saja; aku akan menyimpannya dengan aman di dalam kantorku, untuk menjamin tidak ada pelanggaran dari laranganku. Tapi aku tidak bersikap tak masuk akal, Profesor McGonagall," lanjutnya, sambil berpaling kembali kepada Profesor McGonagall yang sekarang sedang berdiri diam seolah-olah terpahat dari es, sambil menatapnya. Sisa tim yang lain boleh terus bermain, aku tidak
melihat tanda-tanda kekerasan dari mereka. Well ... selamat sore kepada kalian."
Dan dengan tampang kepuasan penuh, Umbridge meninggalkan ruangan, menyisakan keheningan mengerikan di belakangnya.
* "Dilarang bertanding," kata Angelina dengan suara hampa, larut malam itu di dalam ruang duduk. "Dilarang bertanding. Tak ada Seeker dan tak ada Beater ... apa yang akan kita lakukan""
Rasanya sama sekali tidak seperti mereka telah memenangkan pertandingan itu. Ke manapun Harry memandang ada wajah-wajah sedih dan marah; tim itu sendiri merosot di sekitar api, semuanya kecuali Ron, yang belum terlihat sejak akhir pertandingan.
"Begitu tidak adil," kata Alicia dengan kaku. "Maksudku, bagaimana dengan Crabbe dan Bludger yang dipukulnya setelah peluit ditiup" Sudahkan dia melarangnya bertanding""
"Tidak," kata Ginny dengan merana; dia dan Hermione duduk di kedua sisi Harry. "Dia cuma dihukum menulis, kudengar Montague menertawakannya saat makan malam."
"Dan melarang Fred bertanding saat dia bahkan tidak melakukan apapun!" kata Alicia marah besar, sambil meninju lututnya dengan kepalan tangannya.
"Bukan salahku aku tidak melakukan apa-apa," kata Fred, dengan tampang sangat jelek di wajahnya, "aku sudah memukul kantong sampah kecil itu kalau kalian bertiga tidak mencegahku."
Harry memandang ke jendela yang gelap dengan sengsara. Salju sedang turun. Snitch yang telah ditangkapnya tadi sekarang sedang meluncur mengitari ruang duduk; orang-orang sedang mengawasi pergerakannya seolah-olah dihipnotis dan Crookshanks sedang melompat dari kursi ke kursi, mencoba menangkapnya.
"Aku akan pergi tidur," kata Angelina, sambil bangkit lambat-lambat. "Mungkin ini semua akan berubah menjadi mimpi buruk ... mungkin aku akan terbangun besok dan mendapati kita belum bermain ... "
Dia segera diikuti oleh Alicia dan Katie. Fred dan George naik ke tempat tidur beberapa waktu kemudian, sambil menatap tajam kepada semua orang yang mereka lewati, dan Ginny pergi tak lama setelah itu. Hanya Harry dan Hermione yang tertinggal di sisi api.
"Apakah kau sudah melihat Ron"" Hermione bertanya dengan suara rendah.
Harry menggelengkan kepalanya.
"Kukira dia sedang menghindari kita," kata Hermione. "Menurutmu di mana dia --""
Tapi pada saat itu juga, ada suara keriut di belakang mereka sementara Nyonya Gemuk berayun ke depan dan Ron memanjat masuk melalui lubang potret. Dia sangat pucat dan ada salju di rambutnya. Ketika dia melihat Harry dan Hermione, dia berhenti melangkah.
"Ke mana kau tadi"" kata Hermione dengan cemas, sambil melompat bangkit.
"Berjalan," Ron bergumam. Dia masih mengenakan baju Quidditchnya.
"Kau tampak membeku," kata Hermione. "Kemari dan duduklah!"
Kite Runner 7 Pendekar Mabuk 039 Pisau Tanduk Hantu Kitab Mudjidjad 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama