Ceritasilat Novel Online

The Order Of Phoenix 9

Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling Bagian 9


Ron berjalan ke sisi perapian dan merosot ke kursi terjauh dari Harry, tanpa memandangnya. Snitch curian itu meluncur di atas kepala mereka.
"Aku minta maaf," Ron berkomat-kamit, sambil memandang kakinya.
"Untuk apa"" kata Harry.
"Karena berpikir aku bisa bermain Quidditch," kata Ron. "Aku akan mengundurkan diri besok pagi-pagi sekali."
"Kalau kau mengundurkan diri," kata Harry dengan tidak sabar, "hanya akan ada tiga pemain yang tertinggal dalam tim." Dan ketika Ron terlihat bingung, dia berkata, "Aku telah diberi larangan bermain seumur hidup. Begitu juga Fred dan George."
"Apa"" Ron berteriak.
Hermione memberitahunya cerita lengkapnya; Harry tidak sanggup menceritakannya lagi. Ketika dia selesai, Ron terlihat lebih menderita daripada sebelumnya.
"Ini semua salahku -- "
"Kau tidak menyuruhku mem
ukul Malfoy," kata Harry dengan marah. "-- kalau aku tidak begitu buruk dalam Quidditch -- " "-- tak ada hubungannya dengan itu." "-- lagu itu yang memicuku -- " "-- pasti akan memicu siapapun.
Hermione bangkit dan berjalan ke jendela, menjauh dari perseteruan itu, sambil mengamati salju yang beterbangan turun ke kaca.
"Lihat, hentikan, bisakah!" Harry meledak. "Sudah cukup buruk, tanpa kau yang menyalahkan dirimu untuk semuanya!"
Ron tidak berkata apa-apa melainkan duduk menatapi tepi jubahnya yang lembab dengan sengsara. Setelah beberapa saat dia berkata dengan suara tak berminat, "Ini yang terburuk yang pernah kurasakan seumur hidupku."
"Bergabunglah dengan klub," kata Harry dengan getir.
"Well," kata Hermione, suaranya sedikit bergetar. "Aku bisa memikirkan satu hal yang mungkin menghibur kalian berdua."
"Oh yeah"" kata Harry dengan skeptis.
"Yeah," kata Hermione sambil berpaling dari jendela yang hitam pekat dan penuh bintik salju, sebuah senyum lebar terentang di wajahnya. "Hagrid sudah kembali."
BAB DUA PULUH Kisah Hagrid Harry berlari cepat naik ke kamar anak laki-laki untuk mengambil Jubah Gaib dan Peta Perampok dari kopernya; dia begitu cepat sehingga dia dan Ron sudah siap berangkat setidaknya lima menit sebelum Hermione bergegas turun kembali dari kamar anak perempuan, memakai scarf, sarung tangan dan salah satu topi peri menonjolnya sendiri.
"Well, di luar dingin!" katanya membela diri, sewaktu Ron mendecakkan lidah tidak sabaran.
Mereka bergerak pelan-pelan melalui lubang potret dan menutupi diri mereka dengan terburu-buru memakai Jubah itu -- Ron sudah tumbuh banyak sehingga dia sekarang harus membungkuk agar kakinya tidak kelihatan -- lalu, sambil bergerak lambat-lambat dan dengan waspada, mereka menuruni banyak tangga, berhenti sejenak beberapa waktu sekali untuk memeriksa peta mencari tanda-tanda Mr Filch atau Mrs Norris. Mereka beruntung; mereka tidak melihat siapapun kecuali Nick si Kepala-Nyaris-Putus, yang melayang sambil melamun dan bersenandung sesuatu yang terdengar amat mirip dengan "Weasley adalah Raja kami." Mereka berjalan pelan-pelan menyeberangi Aula Depan dan keluar ke halaman sekolah yang hening
dan bersalju. Dengan hentakan besar di jantungnya, Harry melihat petak-petak cahaya keemasan kecil di depan dan asap yang bergelung dari cerobong asap Hagrid. Dia mulai berjalan cepat, dua yang lain saling mendorong dan bertabrakan di belakangnya.Mereka berjalan dengan bersemangat melalui salju yang semakin menebal sampai akhirnya mereka mencapai pintu depan kayu itu. Ketika Harry mengangkat kepalan tangannya dan mengetuk tiga kali, seekor anjing mulai menggonggong dengan hebat di dalam.
"Hagrid, ini kami!" Harry berseru melalui lubang kunci.
"Harusnya sudah tahu!" kata sebuah suara kasar.
Mereka tersenyum satu sama lain di bawah Jubah itu; mereka bisa tahu dari suara Hagrid bahwa dia senang. "Ada di rumah tiga detik ... menyingkir dari jalan, Fang ... awas, kau anjing tukang tidur ... "
Gerendel dilepaskan, pintu berderit terbuka dan kepala Hagrid muncul di celah.
Hermione menjerit. "Jenggot Merlin, pelankan suaramu!" kata Hagrid buru-buru, sambil menatap liar ke atas kepala mereka. "Di bawah Jubah itu, bukan" Well, masuk, masuk!"
"Maaf!" Hermione terengah-engah, selagi mereka bertiga menyelip melewati Hagrid ke dalam rumah dan menarik Jubah hingga lepas sehingga dia bisa melihat mereka. "Aku hanya -- oh, Hagrid!"
"Bukan apa-apa, bukan apa-apa!" kata Hagrid buru-buru sambil menutup pintu di belakang mereka dan bergegas menutup semua tirai, tapi Hermione terus menatapnya dengan ketakutan.
Rambut Hagrid pekat dengan darah beku dan mata kirinya telah berkurang menjadi celah membengkak di antara banyak memar ungu dan hitam. Ada banyak luka potong di wajah dan tangannya, beberapa di antaranya masih berdarah, dan dia bergerak dengan hati-hati, yang membuat Harry curiga akan tulang iga yang patah. Jelas dia baru saja pulang; sebuah mantel bepergian hitam yang tebal tersandar di punggung sebuah kursi dan sebuah kantong barang yang cukup besar untuk membawa beberapa anak kecil tergeletak di dinding deka
t pintu. Hagrid sendiri, dua kali ukuran manusia normal, sekarang sedang terpincang-pincang ke perapian dan menempatkan sebuah ceret tembaga ke atasnya.
"Apa yang terjadi denganmu"" Harry menuntut, sementara Fang menari-nari mengitari mereka semua, mencoba menjilat wajah-wajah mereka.
"Sudah kuberitahu kalian, bukan apa-apa," kata Hagrid dengan tegas. "Mau secangkir""
"Bilang saja," kata Ron, "kau babak belur!"
"Kuberitahu kalian, aku baik-baik saja," kata Hagrid sambil bangkit dan berpaling
untuk tersenyum kepada mereka semua, tetapi mengerenyit. "Astaga, senang melihat kalian bertiga lagi -- musim panas menyenangkan""
"Hagrid, kau diserang!" kata Ron.
"Tuk terakhir kali, bukan apa-apa!" kata Hagrid dengan tegas.
"Apakah kau akan berkata bukan apa-apa kalau salah satu dari kami muncul dengan satu pon daging cincang menggantikan wajah"" Ron menuntut.
"Kau harus pergi menemui Madam Pomfrey, Hagrid," kata Hermione dengan cemas, "beberapa luka potong itu tampak mengerikan."
"Aku sudah mengurusnya, oke"" kata Hagrid menekan.
Dia berjalan ke meja kayu besar yang terletak di tengah kabinnya dan melemparkan ke samping serbet teh yang tadi tergeteletak di atasnya. Di bawahnya adalah sebuah stik mentah, berdarah, sedikit hijau yang sedikit lebih besar daripada ban mobil biasa.
"Kau tidak akan makan itu, bukan, Hagrid"" kata Ron, sambil mencondongkan badan untuk melihat lebih dekat. "Tampaknya beracun."
"Memang harus tampak seperti itu, itu daging naga," Hagrid berkata. "Dan aku tidak ambil untuk dimakan."
Dia mengambil stik itu dan membantingkannya ke sisi kiri wajahnya. Darah kehijauan bercucuran ke janggutnya sementara dia mengeluarkan erangan pelan kepuasan.
"Itu lebih baik. Membantu untuk rasa pedihnya, kalian tahu."
"Jadi, apakah kau akan memberitahu kami apa yang sudah terjadi denganmu"" Harry bertanya.
"Tak bisa, Harry. Rahasia besar. Lebih dari nilai pekerjaanku untuk beritahu kalian."
"Apakah para raksasa memukulimu, Hagrid"" tanya Hermione pelan.
Jari-jari Hagrid tergelincir dari stik naga itu dan stik itu meluncur dengan bersuara ke dadanya.
"Raksasa"" kata Hagrid, sambil menangkap stik itu sebelum mencapai ikat pinggangnya dan membantingkannya kembali ke wajahnya, "siapa yang bilang apa-apa tentang raksasa" Siapa yang memberitahu kalian apa yang aku -- siapa yang bilang aku -- eh""
"Kami menerka," kata Hermione dengan nada minta maaf.
"Oh, begitu, bukan"" kata Hagrid sambil mengamatinya dengan mata yang tidak tersembunyi oleh stik.
"Itu agak ... jelas," kata Ron. Harry mengangguk.
Harry melotot kepada mereka, lalu mendengus, melemparkan stik itu kembali ke atas meja dan berjalan ke ceret, yang sekarang sedang berbunyi.
"Belum pernah kenal anak-anak seperti kalian bertiga yang tahu lebih banyak dari yang seharusnya," dia bergumam, sambil menceburkan air mendidih ke tiga cangkirnya yang berbentuk ember. "Dan aku juga tidak puji kalian. Turut campur, itu yang disebut beberapa orang. Mengganggu."
Tetapi jenggotnya berkedut.
"Jadi apakah kau pergi mencari para raksasa""" kata Harry sambil menyeringai selagi dia duduk di meja.
Hagrid meletakkan teh di depan mereka masing-masing, duduk, mengambil stiknya lagi dan membantingnya kembali ke wajahnya.
"Yeah, baiklah," gerutunya, "memang."
"Dan kau menemukan mereka"" kata Hermione dengan suara berbisik.
"Well, mereka tidak sesulit itu ditemukan, sejujurnya," kata Hagrid. "Agak besar, tahu."
"Di mana mereka"" kata Ron. "Pegunungan," kata Hagrid tanpa membantu. "Kalau begitu kenapa para Muggle tidak --""
"Mereka jumpa," kata Hagrid dengan suram. "Cuma kematian mereka selalu dianggap kecelakaan panjat gunung, bukan""
Dia menyesuaikan stik itu sedikit sehingga menutupi memar-memar terburuk.
"Ayolah, Hagrid, beritahu kami apa yang sudah kau lakukan!" kata Ron. "Ceritakan kepada kami tentang diserang para raksasa dan Harry bisa menceritakan kepadamu tentang diserang para Dementor -- "
Hagrid tersedak dan menjatuhkan stiknya pada saat yang bersamaan; sejumlah besar air ludah, teh dan darah naga terpercik ke atas meja sementara Hagrid batuk-batuk dan berbicara tidak jelas dan stik itu te
rgelincir, dengan bunyi pelan, ke atas lantai.
"Apa maksudmu, diserang Dementor"" geram Hagrid.
"Tidakkah kau tahu"" Hermione bertanya kepadanya dengan mata membelalak.
"Aku tidak tahu apapun yang telah terjadi di sini sejak aku pergi. Aku sedang dalam misi rahasia, bukan, tak mau burung-burung hantu mengikutiku ke seluruh tempat --Dementor-Dementor sialan! Kalian tidak serius""
"Yeah, aku serius, mereka muncul di Little Whinging dan menyerang sepupuku dan aku, dan lalu Kementerian Sihir mengeluarkan aku dari sekolah --"
"APA"" "-- dan aku harus menghadiri dengar pendapat dan segalanya, tapi ceritakan dulu kepada kami tentang para raksasa."
"Kau dikeluarkan!"
"Ceritakan kepada kami tentang musim panasmu dan aku akan menceritakan kepadamu tentang musim panasku."
Hagrid melotot kepadanya dengan sebelah matanya yang terbuka. Harry memandang balik, dengan ekspresi kebulatan tekad yang lugu di wajahnya.
"Oh, baiklah," kata Hagrid dengan suara menyerah.
Dia membungkuk dan menyentak stik naga itu keluar dari mulut Fang.
"Oh, Hagrid, jangan, itu tidak higie-- " Hermione mulai, tetapi Hagrid sudah membanting daging itu kembali ke matanya yang bengkak.
Dia meneguk teh penguat lagi, lalu berkata, "Well, kami berangkat persis setelah tahun ajaran berakhir -- "
"Kalau begitu, Madame Maxime pergi bersamamu"" Hermione menyela.
"Yeah, itu benar," kata Hagrid, dan suatu ekspresi lembut muncul di beberapa inci wajah yang tidak tertutup jenggot atau stik hijau itu. "Yeah, cuma kami berdua. Dan aku beritahu kalian ini, dia tidak takut susah, Olympe. Kalian tahu, dia seorang wanita anggun berpakaian rapi, dan tahu ke mana kami akan pergi aku bertanya-tanya bagaimana perasaannya tentang merangkak melewati batu-batu besar dan tidur di gua-gua dan sebagainya, tapi dia tidak pernah mengeluh sekalipun."
"Kalian tahu ke mana kalian akan pergi"" Harry mengulangi. "Kalian tahu di mana para raksasa berada""
"Well, Dumbledore tahu, dan dia memberitahu kami," kata Hagrid.
"Apakah mereka tersembunyi"" tanya Ron. "Apakah rahasia, tempat mereka berada""
"Tidak juga," kata Hagrid sambil menggelengkan kepalanya yang berewokan. "Cuma kebanyakan penyihir tak peduli di mana mereka berada, asal letaknya jauh sekali. Tapi tempat mereka berada sangat sulit dicapai, "tuk manusia, jadi kami butuh
instruksi Dumbledore. Kami butuh sekitar sebulan untuk sampai ke sana -- "
"Satu bulan"" kata Ron, seakan-akan dia belum pernah mendengar perjalanan yang lamanya menggelikan seperti itu. "Tapi -- kenapa kalian tidak mengambil sebuah Portkey saja atau apapun""
Ada ekspresi aneh di mata Hagrid yang tidak tertutup sementara dia mengamati Ron; hampir seperti mengasihani.
"Kami sedang diawasi, Ron," katanya dengan kasar.
"Apa maksudmu""
"Kalian tidak mengerti," kata Hagrid. "Kementerian sedang mengawasi Dumbledore dan siapapun yang mereka anggap berada di pihaknya, dan -- "
"Kami tahu tentang itu," kata Harry dengan cepat, ingin mendengar lanjutan cerita Hagrid," kami tahu tentang Kementerian mengawasi Dumbledore -- "
"Jadi kalian tidak bisa menggunakan sihir untuk ke sana"" tanya Ron, terlihat seperti disambar petir, "kalian harus bertindak seperti Muggle sepanjang jalan""
"Well, tidak persis sepanjang jalan," kata Hagrid dengan cerdik. "Kami hanya harus waspada, kar"na Olympe dan aku, kami agak menyolok -- "
Ron membuat suara tertahan antara dengusan dan endusan dan buru-buru meneguk teh.
"-- jadi kami tidak sulit diikuti. Kami pura-pura kami sedang berlibur bersama, jadi kami masuk ke Prancis dan kami buat seolah-olah kami sedang menuju tempat sekolah Olympe, kar"na kami tahu kami sedang diekori oleh seseorang dari Kementerian. Kami harus pelan-pelan, kar"na aku seharusnya tidak boleh menggunakan sihir dan kami tahu Kementerian akan cari-cari alasan untuk tangkap kami. Tapi kami berhasil lolos dari orang yang mengekori kami di sekitar Dee-John -"Ooooh Dijon"" kata Hermione dengan bersemangat. "Aku pernah liburan ke sana, apakah kau melihat --""
Dia terdiam melihat tampang Ron.
"Kami pertaruhkan sedikit sihir setelah itu dan bukan perjalanan yang buruk. Bertemu sejumlah tro
ll sinting di perbatasan Polandia dan aku selisih pendapat sedikit dengan seorang vampir di sebuah pub di Minsk, tapi selain itu tak bisa lebih mulus
lagi. "Dan lalu kami sampai di tempat itu, dan kami mulai berjalan melewati pegunungan, mencari tanda-tanda mereka ...
"Kami harus hentikan sihir sementara begitu kami dekat mereka. Sebagian kar"na
mereka tidak suka penyihir dan kami tak mau membuat mereka melawan kami terlalu cepat, dan sebagian kar"na Dumbledore sudah peringatkan kami Kau-Tahu-Siapa akan mengejar raksasa dan sebagainya. Katanya kemungkinan besar dia sudah kirim pesuruh kepada mereka. Beritahu kami sebaiknya waspada menarik perhatian pada diri kami ketika kami mendekat kalau-kalau ada Pelahap Maut di sekitar."
Hagrid berhenti sejenak untuk minum teh banyak-banyak.
"Teruskan!" kata Harry mendesak.
"Temukan mereka," kata Hagrid terus terang. "Naik ke punggung bukit suatu malam dan di sanalah mereka, tersebar di bawah kami. Api-api kecil terbakar di bawah dan bayangan-bayangan besar ... seperti memandangi gunung-gunung kecil bergerak."
"Seberapa besar mereka"" tanya Ron dengan suara berbisik.
"Sekitar dua puluh kaki," kata Hagrid sambil lalu. "Beberapa yang lebih besar mungkin dua puluh lima."
"Dan berapa banyak mereka"" tanya Harry.
"Kukira sekitar tujuh puluh atau delapan puluh," kata Hagrid.
"Itu saja"" kata Hermione.
"Yep," kata Hagrid dengan sedih, "delapan puluh yang tersisa, dan dulu ada banyak, pastilah seratus suku berbeda dari seluruh dunia. Tapi mereka mati terus dalam waktu yang lama. Para penyihir bunuh beberapa, tentu saja, tapi kebanyakan mereka saling bunuh, dan sekarang mereka mati lebih cepat dari sebelumnya. Mereka tak cocok hidup berkelompok bersama seperti itu. Dumbledore bilang itu salah kita, para penyihirlah yang paksa mereka pergi dan buat mereka hidup jauh sekali dari kita dan mereka tak punya pilihan kecuali bersatu "tuk perlindungan mereka sendiri."
"Jadi," kata Harry, "kau melihat mereka dan lalu apa""
"Well, kami tunggu sampai pagi, tak mau menyelinap kepada mereka dalam gelap, "tuk keselamatan kami sendiri," kata Hagrid. "Sekitar jam tiga pagi mereka tertidur tepat di tempat mereka duduk. Kami tak berani tidur. "Tuk satu hal, kami mau pastikan tak satupun dari mereka bangun dan datang ke tempat kami, dan hal lain, dengkurannya tak bisa dipercaya. Sebabkan salju longsor menjelang pagi."
"Bagaimanapun, begitu terang kami turun jumpai mereka."
"Begitu saja"" kata Ron, terlihat kagum. "Kalian berjalan langsung ke dalam kamp raksasa""
"Well, Dumbledore beritahu kami bagaimana melakukannya," kata Hagrid. "Berikan Gurg hadiah-hadiah, perlihatkan rasa hormat, kalian tahu."
"Berikan apa hadiah-hadiah"" tanya Harry.
"Oh, Gurg --artinya ketua."
"Bagaimana kau bisa tahu yang mana Gurg"" tanya Ron. Hagrid mendengkur geli.
"Tak masalah," katanya. "Dia yang paling besar, paling jelek dan paling malas. Duduk di sana menunggu dibawakan makanan oleh yang lainnya. Kambing mati dan sebagainya. Namanya Karkus. Aku rasa dia dua puluh dua, dua puluh tiga kaki dan beratnya beberapa gajah. Kulit seperti kulit badak dan sebagainya."
"Dan kalian berjalan ke arahnya begitu saja"" kata Hermione terengah-engah.
"Well ... turun ke arahnya, tempat dia berbaring di lembah itu. Mereka ada di jalan menurun antara empat gunung agak tinggi, tahu, di samping sebuah danau pegunungan, dan Karkus berbaring di sisi danau meraung-raung pada yang lain untuk memberinya makan dan istrinya. Olympe dan aku menuruni sisi pegunungan -- "
"Tapi tidakkah mereka mencoba membunuh kalian sewaktu melihat kalian"" tanya Ron tidak percaya.
"Jelas ada di pikiran beberapa dari mereka," kata Hagrid sambil mengangkat bahu, "tapi kami lakukan apa yang Dumbledore suruh, yakni angkat hadiah kami tinggi-tinggi dan tatap mata kami ke Gurg dan abaikan yang lainnya. Jadi itu yang kami lakukan. Dan sisanya jadi diam dan amati kami lewat dan kami sampai tepat di kaki Karkus dan kami membungkuk dan letakkan hadiah kami di depannya."
"Apa yang kalian berikan kepada raksasa"" tanya Ron tidak sabaran. "Makanan""
"Tidak, dia bisa dapat makanan sendiri,"
kata Hagrid. "Kami membawakannya sihir. Raksasa suka sihir, cuma tidak suka kita gunakan lawan mereka. Bagaimanapun, hari pertama itu kami beri dia ranting api Gubraithian."
Hermione berkata, "Wow!" dengan pelan, tetapi Harry dan Ron merengut tidak mengerti.
"Ranting --""
"Api abadi," kata Hermione kesal, "kalian seharusnya sudah tahu sekarang. Profesor Flitwick menyebutnya setidaknya dua kali dalam kelas!"
"Well, ngomong-ngomong," kata Hagrid cepat-cepat, menyela sebelum Ron bisa menjawab balik, "Dumbledore menyihir ranting ini untuk terbakar selamanya, yang bukan sesuatu yang bisa dilakukan setiap penyihir, dan aku letakkan di salju dekat kaki Karkus dan berkata, "Hadiah untuk Gurg raksasa dari Albus Dumbledore, yang mengirimkan salam hormatnya.""
"Dan apa yang dikatakan Karkus"" tanya Harry bersemangat.
"Tidak ada," kata Hagrid. "Tak bisa bahasa Inggris." "Kau bercanda!"
"Tak masalah," kata Hagrid tidak terganggu, "Dumbledore sudah peringatkan kami itu mungkin terjadi. Karkus cukup tahu untuk berteriak memanggil beberapa raksasa yang tahu bahasa kita dan mereka terjemahkan untuk kami."
"Dan apa dia suka hadiahnya"" tanya Ron.
"Oh yeah, sangat riuh begitu mereka ngerti apa itu," kata Hagrid, sambil membalikkan stik naganya untuk menekankan sisi yang lebih dingin ke matanya yang bengkak. "Sangat senang. Jadi kemudian aku berkata, "Albus Dumbledore minta Gurg bicara dengan pembawa pesannya sewaktu dia kembali besok dengan hadiah lai.""
"Kenapa kalian tidak bisa bicara dengan mereka hari itu"" tanya Hermione.
"Dumbledore mau kami pelan-pelan," kata Hagrid. "Biar mereka lihat kami tepati janji-janji kami. Kami akan kembali besok dengan hadiah lain, dan lalu kami memang kembali dengan hadiah lain -- beri kesan bagus -- tahu" Dan beri mereka waktu untuk coba hadiah pertama dan temukan itu bagus, dan buat mereka ingin lagi. Bagaimanapun, raksasa seperti Karkus -- beri mereka informasi terlalu banyak dan mereka bunuh kau cuma untuk buat sederhana. Jadi kami membungkuk pergi dan temukan gua kecil yang bagus untuk bermalam dan pagi berikutnya kami kembali dan kali ini kami temukan Karkus duduk menunggu kami terlihat sangat bersemangat."
"Dan kalian bicara dengannya""
"Oh yeah. Pertama-tama kami hadiahkan kepadanya sebuah topi baja perang yang bagus -- buatan goblin dan tidak bisa dihancurkan, kalian tahu -- dan lalu kami duduk dan kami bicara."
"Apa katanya""
"Tak banyak," kata Hagrid. "Kebanyakan dengar. Tapi ada tanda-tanda bagus. Dia pernah dengar Dumbledore, dengar dia berdebat melawan pembunuhan para raksasa terakhir di Inggris. Karkus tampaknya sangat tertarik dengan apa yang harus dikatakan Dumbledore. Dan beberapa yang lainnya, terutama yang bisa sedikit bahasa Inggris, mereka berkumpul dan mendengarkan juga. Kami penuh harapan sewaktu kami pergi hari itu. Janji untuk kembali pagi berikutnya dengan hadiah lain ...
"Tapi malam itu semuanya gagal."
"Apa maksudmu"" kata Ron cepat-cepat.
"Well, seperti yang kubilang, mereka tidak cocok hidup bersama, para raksasa," kata Hagrid dengan sedih. "Tidak dalam kelompok-kelompok besar seperti itu. Mereka tidak bisa menahan diri, mereka saling bunuh satu sama lain tiap beberapa minggu. Yang pria saling bertarung dan yang wanita saling bertarung; sisa-sisa suku tua saling bertarung, dan itu bahkan tanpa perselisihan tentang makanan dan api terbaik dan
tempat untuk tidur. Kalian akan pikir, melihat bagaimana seluruh ras mereka hampir habis, mereka akan saling membiarkan, tapi ... "
Hagrid menarik napas dalam-dalam.
"Malam itu ada perkelahian, kami melihatnya dari mulut gua kami, memandang ke bawah ke lembah. Berlangsung berjam-jam, kalian takkan percaya bisingnya. Dan waktu matahari terbit salju merah dan kepalanya tergeletak di dasar danau."
"Kepala siapa"" kata Hermione terengah-engah.
"Karkus," kata Hagrid dengan kasar. "Ada Gurg baru, Golgomath." Dia menarik napas dalam-dalam. "Well, kami tidak harapkan Gurg baru dua hari sesudah kami ramah-tamah dengan yang pertama, dan kami punya perasaan aneh Golgomath takkan terlalu ingin dengarkan kami, tapi kami harus coba."
"Kalian pergi be rbicara dengannya"" tanya Ron tidak percaya. "Setelah kalian menyaksikan dia merenggut kepala raksasa lain""
"Tentu saja," kata Hagrid, "kami tidak pergi sejauh itu untuk menyerah setelah dua hari! Kami turun dengan hadiah berikutnya yang ingin kami berikan untuk Karkus.
"Aku tahu tidak bisa sebelum aku buka mulutku. Dia duduk di sana memakai topi baja Karkus, melirik kami waktu kami mendekat. Dia besar, salah satu yang terbesar di sana. Rambut hitam dan gigi yang serasi dan kalung tulang. Mirip tulang manusia, beberapa di antaranya -- Hal berikutnya yang kutahu, aku tergantung terbalik di udara, dua kawannya sudah menangkapku."
Hermione mengatupkan tangannya ke mulutnya.
"Bagaimana kau lolos dari itu"" tanya Harry.
"Takkan bisa kalau Olympe tak ada di sana," kata Hagrid. "Dia menarik keluar tongkatnya dan melakukan beberapa mantera tercepat yang pernah kulihat. Benar-benar luar biasa. Kena dua yang sedang memegangku tepat di mata dengan Kutukan Conjunctivitus dan mereka langsung jatuhkan aku -- tapi waktu itu kami dalam masalah, kar"na kami gunakan sihir lawan mereka, dan itulah yang dibenci raksasa tentang penyihir. Kami harus kabur dan kami tahu tak mungkin kami bisa jalan ke dalam kamp itu lagi."
"Astaga, Hagrid," kata Ron pelan.
"Jadi, kenapa kau butuh waktu begitu lama untuk pulang kalau kau cuma di sana tiga hari"" tanya Hermione.
"Kami tidak pergi setelah tiga hari!" kata Hagrid, tampak marah. "Dumbledore mengandalkan kami!"
"Tapi kau bilang tak mungkin kalian bisa kembali!"
"Tidak waktu siang, tidak. Kami cuma harus berpikir kembali sedikit. Habiskan beberapa hari sembunyi di gua dan mengamati. Dan apa yang kami lihat tidak bagus."
"Apakah dia merenggut kepala-kepala lagi"" tanya Hermione, terdengar mual.
"Tidak," kata Hagrid, "kuharap begitu."
"Apa maksudmu""
"Maksudku kami segera mendapati dia tidak keberatan dengan semua penyihir -cuma kami."
"Para Pelahap Maut"" kata Harry dengan cepat.
"Yep," kata Hagrid muram. "Beberapa dari mereka kunjungi dia setiap hari, bawa hadiah-hadiah untuk Gurg, dan dia tidak memegang mereka terbalik."
"Bagaimana kau tahu mereka Pelahap Maut"" kata Ron.
"Karena aku kenali salah satu," Hagrid menggeram. "Macnair, ingat dia" Orang yang mereka kirim untuk bunuh Buckbeak" Maniak, dia. Suka membunuh seperti Golgomath; tak heran mereka sangat akrab."
"Jadi Macnair sudah meyakinkan para raksasa untuk bergabung dengan Kau-Tahu-Siapa"" tanya Hermione putus asa.
"Tahan Hippogriffmu, ceritaku belum selesai!" kata Hagrid tidak senang, yang, mengingat dia tidak mau memberitahu mereka apapun awalnya, sekarang tampak agak bersenang-senang. "Aku dan Olympe membicarakannya dan kami setuju cuma karena Gurg tampaknya memilih Kau-Tahu-Siapa tak berarti semuanya begitu. Kami harus coba yakinkan beberapa yang lain, yang tidak mau Golgomath jadi Gurg."
"Bagaimana kalian bisa tahu yang mana"" tanya Ron.
"Well, mereka yang dipukuli sampai babak belur, bukan"" kata Hagrid dengan sabar. "Yang cukup berotak sedang menyingkir dari jalan Golgomath, sembunyi di gua-gua sekitar lembah seperti kami. Jadi kami putuskan kami akan berkeliaran di sekitar gua-gua waktu malam dan lihat apa kami bisa yakinkan beberapa dari mereka."
"Kalian berkeliaran di sekitar gua-gua gelap mencari para raksasa"" kata Ron, dengan nada hormat dan kagum dalam suaranya.
"Well, bukan raksasa yang paling kami kuatirkan," kata Hagrid. "Kami lebih prihatin tentang para Pelahap Maut. Dumbledore sudah bilang sebelum kami pergi jangan berurusan dengan mereka kalau kami bisa menghindari, dan masalahnya mereka tahu kami di sekitar sana -- kurasa Golgomath beritahu mereka tentang kami. Waktu malam, saat raksasa tidur dan kami mau merangkak ke dalam gua-gua, Macnair dan satu lagi menyelinap sekitar pegunungan mencari kami. Aku kesulitan menghentikan Olympe menyerang mereka," kata Hagrid, sudut-sudut mulutnya mengangkat jenggotnya yang lebat, "dia ingin sekali serang mereka ... dia benar-benar hebat kalau
bersemangat, Olympe ... berapi-api, kalian tahu ... kurasa darah Prancisnya
Hagrid menatap dengan mata melamun ke api. Harry memberinya tiga puluh
detik mengenang sebelum berdehem keras.
"Jadi, apa yang terjadi" Apakah kau pernah dekat raksasa lain""
"Apa" Oh ... oh, yeah, memang. Yeah, malam ketiga setelah Karkus terbunuh kami merangkak keluar gua tempat kami sembunyi dan kembali turun ke lembah, terus waspada terhadap Pelahap Maut. Masuk ke beberapa gua, tidak bisa -- lalu, kira-kira yang keenam, kami temukan tiga raksasa sedang sembunyi."
"Gua pasti sangat sesak," kata Ron.
"Tak ada ruang untuk ayunkan Kneazle," kata Hagrid.
"Tidakkah mereka menyerang kalian ketika mereka melihat kalian"" tanya Hermione.
"Mungkin akan begitu kalau mereka sedang sehat," kata Hagrid, "tapi mereka luka parah, ketiga-tiganya semua; kelompok Golgomath sudah memukuli mereka sampai pingsan; mereka bangun dan merangkak ke tempat berlindung terdekat yang bisa mereka temukan. Bagaimanapun, salah satu dari mereka bisa sedikit bahasa Inggris dan -- dia terjemahkan untuk yang lainnya, dan apa yang harus kami katakan tampaknya tidak diterima dengan buruk. Jadi kami terus kembali, kunjungi yang luka ... kurasa kami punya sekitar enam atau tujuh dari mereka yang berhasil diyakinkan di suatu saat."
"Enam atau tujuh"" kata Ron dengan tidak sabar. "Well itu tidak buruk -- apakah mereka akan datang ke sini dan mulai melawan Kau-Tahu-Siapa bersama kita""
Tetapi Hermione berkata, "Apa maksudmu "di suatu saat", Hagrid""
Hagrid memandangnya dengan sedih.
""Kelompok Golgomath serang gua-gua. Yang selamat tak mau berhubungan dengan kami lagi setelah itu."
"Jadi ... jadi tidak ada raksasa yang akan datang"" kata Ron, terlihat kecewa.
"Tidak," kata Hagrid, menarik napas dalam-dalam selagi dia membalikkan stiknya dan meletakkan bagian yang lebih dingin ke wajahnya, "tapi kami lakukan yang kami mau lakukan, kami beri mereka pesan Dumbledore dan beberapa dari mereka dengar dan aku rasa beberapa dari mereka akan ingat. Mungkin saja, mereka yang tak mau dekat Golgomath "kan pindah keluar dari pegunungan, dan pasti ada peluang mereka akan ingat Dumbledore bersahabat dengan mereka ... mungkin mereka akan datang."
Salju sedang memenuhi jendela sekarang. Harry menjadi sadar bahwa bagian lutut jubahnya basah kuyup: Fang sedang meneteskan air liur dengan kepalanya di pangkuan Harry.
"Hagrid"" kata Hermione pelan setelah beberapa saat.
"Mmm"" "Apakah kau ... apakah ada tanda-tanda ... apakah kau mendengar apapun tentang ... ibumu saat kau di sana""
Mata Hagrid yang tidak tertutup menatapnya dan Hermione tampak agak takut.
"Maafkan aku ... aku ... lupakan --"
"Mati," dengkur Hagrid. "Mati bertahun-tahun lalu. Mereka bilang padaku."
"Oh ... aku ... aku benar-benar menyesal," kata Hermione dengan suara sangat kecil. Hagrid mengangkat bahunya yang besar.
"Tak perlu," katanya singkat. "Tak banyak ingat dia. Bukan ibu yang baik."
Mereka diam lagi. Hermione memandang sekilas dengan gugup kepada Harry dan Ron, jelas ingin mereka berbicara.
"Tapi kau masih belum menjelaskan bagaimana kau jadi begini, Hagrid," Ron berkata sambil memberi isyarat pada wajah Hagrid yang berlumuran darah.
"Atau kenapa kau kembali begitu terlambat," kata Harry. "Sirius bilang Madame Maxime sudah pulang lama sekali -- "
"Siapa yang menyerangmu"" kata Ron.
"Aku tidak diserang!" kata Hagrid penuh perasaan. "Aku -- "
Tapi sisa kata-katanya teredam dalam pecahnya ketukan-ketukan di pintu. Hermione menarik napas cepat; cangkirnya tergelincir melalui jari-jarinya dan terbanting ke lantai; Fang mendengking. Mereka berempat semuanya menatap ke jendela di samping ambang pintu. Bayangan seseorang yang kecil dan pendek beriak di tirai yang tipis.
"Itu dia!" Ron berbisik.
"Ke bawah sini!" Harry berkata cepat-cepat; sambil meraih Jubah Gaib, dia memutarnya menutupi dirinya sendiri dan Hermione sementara Ron mengitari meja dan menukik ke bawah Jubah itu juga. Berimpitan bersama, mereka mundur ke sebuah sudut. Fang menggonggong hebat ke pintu. Hagrid tampak benar-benar bingung.
"Hagrid, sembunyikan cangkir-cangkir kami!"
Hagrid meraih cangkir-cangkir Harry dan Ron dan mendorongnya ke bawah bantal di keranjang Fang. Fang sekarang sedang melompat-lompat di pintu, Ha
grid mendorongnya menjauh dengan kakinya dan menariknya hingga terbuka.
Profesor Umbridge sedang berdiri di ambang pintu mengenakan mantel wolnya dan topi yang serasi dengan penutup telinga. Dengan bibir dikerutkan, dia mencondongkan badan ke belakang untuk melihat wajah Hagrid; dia hampir tidak mencapai pusarnya.
"Jadi," katanya lambat-lambat dan keras-keras, seolah-olah sedang berbicara kepada seseorang yang tuli. "Anda Hagrid, bukan""
Tanpa menunggu jawaban dia berjalan ke dalam ruangan, matanya yang menonjol berputar ke segala arah.
"Pergi," bentaknya, sambil melambaikan tas tangannya kepada Fang, yang sudah melompat ke arahnya dan mencoba menjilat wajahnya.
"Er -- aku tidak mau bersikap kasar," kata Hagrid sambil menatapnya, "tapi siapa kamu""
"Namaku Dolores Umbridge."
Matanya menyapu kabin itu. Dua kali menatap langsung ke sudut di mana Harry berdiri, terapit di antara Ron dan Hermione.
"Dolores Umbridge"" Hagrid berkata, terdengar sepenuhnya bingung. "Kukira kau salah satu dari Kementerian itu -- bukankah kau kerja dengan Fudge""
"Saya dulu Sekretaris Senior untuk Menteri, ya," kata Umbridge, sekarang berjalan ke sana kemari di sekitar kabin itu, mengamati setiap detil di dalam, dari kantong barang di dinidng hingga mantel bepergian yang terabaikan. "Saya sekarang guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam -- "
"Anda berani," kata Hagrid, "tak banyak yang mau mengambil pekerjaan itu lagi."
"-- dan Penyelidik Tinggi Hogwarts," kata Umbridge, tidak memberi tanda bahwa dia mendengarnya.
"Apa itu"" kata Hagrid sambil merengut.
"Persis yang akan kutanyakan," kata Umbridge sambil menunjuk keping-keping pecahan porselen di atas lantai yang dulunya cangkir Hermione.
"Oh," kata Hagrid, dengan pandangan sekilas yang sangat tidak membantu ke sudut di mana Harry, Ron dan Hermione berdiri tersembunyi, "oh, itu ... Fang. Dia memecahkan sebuah cangkir. Jadi aku harus menggunakan yang ini sebagai gantinya."
Hagrid menunjuk ke cangkir tempat dia minum, satu tangan masih mengepit stik naga yang tertekan ke matanya. Umbdrige berdiri menghadapnya sekarang, mengamati setiap detil penampilannya bukannya kabin itu.
"Saya mendengar suara-suara," katanya pelan.
"Aku sedang bicara dengan Fang," kata Hagrid dengan keras.
"Dan dia berbicara kembali kepada Anda""
"Well ... bisa dibilang begitu," kata Hagrid, terlihat tidak nyaman. "Aku kadang bilang Fang hampir seperti manusia -- "
"Ada tiga set jejak kaki di salju yang mengarah dari pintu-pintu kastil ke kabin Anda," kata Umbridge dangan manis.
Hermione menarik napas cepat; Harry mengatupkan sebuah tangan ke mulutnya. Untungnya, Fang sedang mengendus-endus dengan keras di sekitar tepi jubah Profesor Umbridge dan dia tampaknya tidak mendengar.
"Well, aku baru saja kembali," kata Hagrid, sambil melambaikan sebuah tangan yang besar kepada kantong barang. "Mungkin seseorang datang berkunjung sebelumnya dan aku tidak berjumpa dengan mereka."
"Tidak ada jejak kaki menjauh dari pintu kabin Anda."
"Well, aku ... aku tidak tahu kenapa itu kata Hagrid, sambil menarik-narik jenggotnya dengan gugup dan lagi-lagi memandang sekilas ke sudut di mana Harry, Ron dan Hermione berdiri, seolah-olah meminta bantuan. "Erm ... "
Umbridge berputar dan berjalan-jalan di kabin itu, sambil memandang sekeliling dengan waspada. Dia membungkuk dan mengintai ke bawah tempat tidur. Dia membuka lemari-lemari Hagrid; Harry bahkan mengempiskan perutnya selagi dia lewat. Setelah melihat dengan waspada ke dalam kuali besar yang digunakan Hagrid untuk memasak, dia berputar berkeliling lagi dan berkata, "Apa yang terjadi dengan Anda" Bagaimana Anda mendapatkan luka-luka itu""
Hagrid buru-buru mengangkat stik naga dari wajahnya, yang menurut pendapat Harry adalah kesalahaa, karena memar-memar hitam dan ungu di sekitar wajahnya sekarang terlihat jelas, tanpa menyebut sejumlah besar darah segar dan beku di wajahnya. "Oh, aku ... terkena kecelakaan kecil," katanya lemah.
"Kecelakaan seperti apa""
"Aku -- aku tersandung."
"Anda tersandung," ulangnya dengan dingin.
"Yeah, itu benar. Tersandung ... sapu seorang teman. Aku sendiri tidak terban
g. Well, lihat ukuranku, kukira tak ada sapu yang bisa menahanku. Temanku membiakkan kuda-kuda Abraxan, aku tak tahu apa kau pernah melihat mereka, binatang besar, bersayap, kau tahu, aku naik salah satunya sebentar dan -- "


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ke mana Anda pergi"" tanya Umbridge, memotong ocehan Hagrid dengan dingin.
"Ke mana aku --""
"Pergi, ya," katanya. "Tahun ajaran dimulai dua bulan yang lalu. Guru lain harus menggantikan kelas-kelas Anda. Tak seorangpun dari kolega Anda yang bisa memberiku informasi apapun tentang keberadaan Anda. Anda tidak meninggalkan alamat. Ke mana Anda pergi""
Ada jeda sementara Hagrid menatapnya dengan matanya yang baru tidak tertutup. Harry hampir bisa mendengar otaknya bekerja mati-matian.
"Aku -- aku pergi untuk kesehatanku," katanya.
"Untuk kesehatan Anda," ulang Profesor Umbridge. Matanya menjelajah pada wajah Hagrid yang berubah warna dan bengkak; darah naga menetes lembut dan pelan ke jasnya. "Saya mengerti."
"Yeah," kata Hagrid, "sedikit -- udara segar, kau tahu -- "
"Ya, sebagai penjaga hewan udara segar pasti susah didapatkan," kata Umdrige dengan manis. Bagian kecil di wajah Hagrid yang tidak hitam atau ungu, merona merah.
"Well -- perubahan pemandangan, kau tahu -- " "Pemandangan pegunungan"" kata Umbridge dengan cepat. "Dia tahu," Harry berpikir dengan putus asa.
"Pegunungan"" Hagrid mengulangi, jelas sedang berpikir cepat. "Bukan, Prancis Selatan untukku. Sedikit matahari dan ... dan laur."
"Benarkah"" kata Umbridge. "Anda tidak punya kulit kecoklatan."
"Yeah ... well ... kulit sensitif," kata Hagrid, mencoba tersenyum manis. Harry memperhatikan bahwa dua giginya telah lepas. Umbridge memandangnya dengan dingin; senyumnya menghilang. Lalu dia mengangkat tas tangannya sedikit lebih tinggi ke lekuk lengannya dan berkata, "Tentu saja saya akan memberitahu Menteri tentang kembalinya Anda yang terlambat."
"Benar," kata Hagrid sambil mengangguk.
"Anda juga harus tahu, bahwa sebagai Penyelidik Tinggi adalah tugasku yang patut disayangkan tetapi perlu untuk menginspeksi guru-guru sejawatku. Jadi saya berani bilang kita akan segera bertemu lagi."
Dia berbalik dengan tajam dan bergerak kembali ke pintu.
"Kau menginspeksi kami"" Hagrid mengulangi dengan hampa, sambil memandangnya.
"Oh, ya," kata Umbridge dengan pelan, sambil memandang balik kepadanya dengan tangan di pegangan pintu. "Kementerian berketetapan untuk menyingkirkan guru-guru yang tidak memuaskan, Hagrid. Selamat malam."
Dia pergi, menutup pintu di belakangnya dengan bunyi keras. Harry bergerak akan menarik lepas Jubah Gaib tetapi Hermione meraih pergelangan tangannya.
"Jangan dulu," dia berbisik di telinganya. "Dia mungkin belum pergi."
Hagrid tampaknya memikirkan hal yang sama, dia berjalan menyeberangi ruangan dan menarik tirai sekitar satu inci.
"Dia kembali ke kastil," katanya dengan suara rendah. "Astaga ... dia menginspeksi orang-orang, bukan""
"Yeah," kata Harry sambil menarik lepas Jubah itu. "Trelawney sudah dalam masa percobaan ... "
"Um ... hal-hal seperti apa yang kau rencanakan untuk kami di dalam kelas, Hagrid"" tanya Hermione.
"Oh, jangan kuatir tentang itu, aku punya banyak pelajaran yang sudah direncanakan," kata Hagrid dengan antusias, sambil memungut stik naganya dari meja dan membantingnya ke atas matanya lagi. "Aku sudah menyimpan sejumlah makhluk untuk tahun OWL kalian; kalian tunggu, mereka sesuatu yang benar-benar spesial."
"Erm ... spesial dalam hal apa"" tanya Hermione coba-coba.
"Aku tak mau bilang," kata Hagrid dengan senang. "Aku tak mau merusak kejutannya."
"Lihat, Hagrid," kata Hermione mendesak, menghilangkan semua pura-pura, "Profesor Umbridge tidak akan senang sama sekali kalau kau membawa apapun kepada kelas yang terlalu berbahaya."
"Berbahaya"" kata Hagrid, terlihat geli. "Jangan bodoh, aku takkan memberi kalian apapun yang berbahaya! Maksudku, baiklah, mereka bisa menjaga diri mereka sendiri
"Hagrid, kau harus lulus inspeksi Umbridge, dan untuk itu akan lebih baik kalau dia melihatmu mengajari kami bagaimana menjaga Porlock, bagaimana membedakan Knarl dengan landak, hal-hal seperti itu!" kata Hermione denga
n bersungguh-sungguh. "Tapi itu tidak amat menarik, Hermione," kata Hagrid. "Hal yang kumiliki jauh lebih mengesankan. Aku sudah membesarkan mereka bertahun-tahun, kukira aku punya satu-satunya kawanan yang sudah dijinakkan di Inggris."
"Hagrid ... tolong kata Hermione, dengan nada putus asa nyata dalam suaranya. "Umbridge sedang mencari alasan apapun untuk menyingkirkan guru-guru yang
dikiranya terlalu dekat dengan Dumbledore. Tolong, Hagrid, ajari kami sesuatu yang membosankan yang pasti keluar dalam OWL kami."
Tetapi Hagrid hanya menguap lebar dan memberi pandangan penuh ingin dengan sebelah mata pada tempat tidur besar di sudut.
"Dengar, hari ini melelahkan dan sudah malam," katnya, sambil menepuk pundak Hermione dengan lembut, sehingga lututnya menyerah dan mengenai lantai dengan gedebuk. "Oh -- sori -- " Dia menariknya kembali di leher jubahnya. "Lihat, kalian jangan terus kuatir tentangku, aku janji pada kalian aku punya hal-hal bagus yang sudah kurencanakan untuk pelajaran kalian sekarang setelah aku kembali ... sekarang kalian semua sebaiknya kembali ke kastil, dan jangann lupa menghapus jejak kaki di belakang kalian!"
"Aku tak tahu apa kau meyakinkan dia," kata Ron sebentar kemudian ketika, setelah memeriksa bahwa keadaannya aman, mereka berjalan kembali ke kastil melalui salju yang semakin lebat, tanpa meninggalkan jejak di belakang mereka karena Mantera Pelenyap yang dilakukan Hermione selagi mereka berjalan.
"Kalau begitu aku akan kembali lagi besok," kata Hermione penuh ketetapan. "Akan kurencanakan pelajaran-pelajarannya baginya kalau aku harus. Aku tidak peduli kalau dia mengeluarkan Trelawney tapi dia tidak boleh menyingkirkan Hagrid!"
BAB DUA PULUH SATU Mata si Ular Hermione bersusah payah berjalan ke kabin Hagrid melalui salju setebal dua kaki pada Minggu pagi. Harry dan Ron ingin pergi dengannya, tetapi pekerjaan rumah mereka yang menggunung sudah mencapai ketinggian yang mengkhawatirkan lagi, jadi mereka tinggal dengan enggan di ruang duduk, mencoba mengabaikan jeritan-jeritan riang gembira yang berasal dari halaman sekolah di luar, di mana para murid sedang bersenang-senang meluncur di danau yang membeku, naik kereta luncur dan, yang terburuk, menyihir bola-bola salju agar meluncur ke Menara Gryffindor dan
mengetuk jendela-jendela keras-keras.
"Oi!" teriak Ron, akhirnya kehilangan kesabaran dan menjulurkan kepalanya keluar jendela, "aku seorang prefek dan kalau sartu bola salju lagi mengenai jendela ini -ADUH!"
Dia menarik kepalanya dengan cepat, wajahnya tertutup salju.
"Itu Fred dan George," katanya dengan sengit, sambil membanting jendela di belakangnya. "Brengsek ... "
Hermione kembali dari tempat Hagrid tepat sebelum makan siang, gemetaran sedikit, jubahnya lembab hingga ke lutut.
"Jadi"" kata Ron sambil melihat ke atas ketika dia masuk. "Sudah rencanakan semua pelajarannya bagi dia""
"Well, aku coba," katanya dengan hampa sambil merosot ke sebuah kursi di samping Harry. Dia menarik keluar tongkatnya dan melambaikannya dengan gerakan rumit sehingga udara panas mengalir dari ujungnya; dia lalu mengarahkan ini ke jubahnya, yang mulai beruap sementara mengering. "Dia bahkan tidak ada di sana sewaktu aku sampai, aku mengetuk pintu setidaknya setengah jam. Dan lalu dia datang terpincang-pincang keluar dari Hutan -- "
Harry mengerang. Hutan Terlarang penuh dengan jenis makhluk yang paling mungkin membuat Hagrid dipecat. "Apa yang dia pelihara di sana" Apakah dia bilang"" tanyanya.
"Tidak," kata Hermione dengan sengsara. "Dia bilang dia mau mereka jadi kejutan. Kucoba menjelaskan tentang Umbridge, tapi dia tidak bisa mengerti. Dia terus bilang tak seorangpun yang waras yang lebih memilih mempelajari Knarl daripada Chimera -- oh, kukira dia tak punya Chimera," dia menambahkan ketika melihat tampang terkejut di wajah Harry dan Ron, "tapi itu bukan karena kurang berusaha, dari yang dikatakannya tentang betapa sulitnya mendapatkan telur-telur. Aku tak tahu berapa kali kuberitahu dia dia lebih balik mengikuti rencana Grubbly-Plank, sejujurnya kukira dia tidak mendengar setengah dari apa yang kukatakan. D
ia sedang dalam suasana hati yang sedikit aneh, kalian tahu. Dia masih tak mau bilang bagaimana dia mendapatkan semua luka itu."
Pemunculan kembali Hagrid di meja guru pada makan pagi keesokan harinya tidak disambut dengan antusiasme dari semua murid. Beberapa, seperti Fred, George dan Lee, meraung senang dan berlari cepat di gang antara meja-meja Gryffindor dan Hufflepuff untuk menjabat tangan Hagrid yang besar; yang lain,, seperti Parvati dan Lavender, saling berpandangan muram dan menggelengkan kepala mereka. Harry tahu bahwa banyak dari mereka lebih memilih pelajaran-pelajaran Profesor Grubbly-Plank, dan yang terburuk adalah bahwa suatu bagian yang sangat kecil dan tidak berat sebelah dalam dirinya tahu bahwa mereka punya alasan yang bagus: gagasan Grubbly-Plank tentang kelas yang menarik bukanlah yang memiliki resiko seseorang mungkin terkoyak kepalanya.
Dengan rasa prihatin tertentu Harry, Ron dan Hermione menuju tempat Hagrid pada hari Selasa, berpakaian tebal melawan dingin. Harry khawatir, bukan hanya mengenai apa yang mungkin diputuskan Hagrid untuk diajarkan kepada mereka, tetapi juga mengenai bagaimana isi kelas yang lainnya, terutama Malfoy dan kroni-kroninya, akan bertingkah laku kalau Umbridge sedang mengawasi mereka.
Akan tetapi, Penyelidik Tinggi tidak terlihat di manapun selagi mereka berjuang melalui salju menuju Hagrid, yang berdiri menunggu mereka di tepi Hutan. Dia tidak menghadirkan pandangan menyakinkan; memar-memar yang berwarna ungu di hari Sabtu malam itu sekarang dibubuhi warna hijau dan kuning dan beberapa luka potongnya masih terlihat berdarah. Harry tidak bisa mengerti ini: apakah Hagrid mungkin telah diserang oleh beberapa makhluk yang bisanya menghalangi luka-luka yang disebabkannya untuk sembuh" Seakan-akan melengkapi gambaran tak menyenangkan itu, Hagrid sedang membawa apa yang tampak seperti setengah sapi mati di atas bahunya.
"Kita bekerja di dalam sini hari ini!" Hagrid berseru dengan gembira kepada murid-murid yang sedang mendekat, sambil menyentakkan kepalanya ke belakang pada pohon-pohon gelap di belakangnya. "Sedikit lebih terlindung! Lagipula, mereka lebih suka gelap."
"Apa yang lebih suka gelap"" Harry mendengar Malfoy berkata tajam kepada Crabbe dan Goyle, dengan jejak kepanikan dalam suaranya. "Apa yang dibilangnya lebih suka gelap -- apakah kalian dengar""
Harry ingat satu-satunya kesempatan lain Malfoy pernah memasuki Hutan sebelum sekarang; dia juga tidak terlalu berani waktu itu. Dia tersenyum kepada dirinya sendiri, setelah pertandingan Quidditch itu apapun yang menyebabkan Malfoy tidak nyaman bagus untuk dirinya.
"Siap"" kata Hagrid dengan ceria, sambil memandang berkeliling kepada kelas. "Baik, well, aku sudah menyimpan perjalanan ke dalam Hutan untuk tahun kelima kalian. Kupikir kita akan pergi melihat makhluk-makhluk ini dalam habitat alami mereka. Sekarang, apa yang akan kita pelajari hari ini agak langka, kurasa aku mungkin satu-satunya orang di Inggris yang berhasil melatih mereka."
"Dan Anda yakin mereka sudah terlatih, bukan"" kata Malfoy, nada panik dalam suaranya bahkan semakin nyata. "Cuma bukan untuk pertama kalinya Anda membawa benda-benda liar ke kelas, bukan""
Anak-anak Slytherin bergumam setuju dan beberapa anak Gryffindor tampak seolah-olah mereka juga menganggap Malfoy cukup adil.
"Tentu mereka terlatih," kata Hagrid, sambil merengut dan mengangkat sapi mati itu sedikit lebih tinggi di bahunya.
"Jadi kalau begitu apa yang terjadi dengan muka Anda"" tuntut Malfoy.
"Urusi masalahmu sendiri!" kata Hagrid dengan marah. "Sekarang, kalau kalian sudah selesai menanyakan pertanyaan-pertanyaan bodoh, ikuti aku!"
Dia berbalik dan berjalan lurus ke dalam Hutan. Tak seorangpun tampak sangat inign mengikuti. Harry memandang sekilas kepada Ron dan Hermione, yang menghela napas tetapi mengangguk, dan mereka bertiga pergi mengikuti Hagrid, memimpin yang lain.
Mereka berjalan selama sekitar sepuluh menit sampai mereka mencapai suatu tempat di mana pohon-pohon berdiri begitu dekatnya bersama sehingga tempat itu segelap malam dan tidak ada salju sama sekali di tanah. Den
gan bunyi dengkur, Hagrid meletakkan setengah sapinya ke atas tanah, melangkah mundur dan memalingkan wajahnya ke kelas, yang kebanyakan sedang berjalan pelan-pelan dari pohon ke pohon menuju ke arahnya, sambil mengintip sekeliling dengan gugup seolah-olah menduga akan diserang setiap saat.
"Berkumpullah, berkumpullah," Hagrid mendorong. "Sekarang, mereka akan tertarikk oleh bau daging tapi bagaimanapun aku akan memanggil mereka, kar"na mereka akan senang tahu itu aku."
Dia berpaling, menggoyangkan kepalanya yang berewokan untuk menyingkirkan rambut dari wajahnya dan mengeluarkan jeritan aneh melengking yang menggema melalui pohon-pohon gelap seperti seruan burung mengerikan. Tak seorangpun tertawa: sebagian besar dari mereka tampak terlalu takut untuk mengeluarkan suara.
Hagrid mengeluarkan jeritan melengking lagi. Satu menit berlalu sementara kelas terus mengintip dengan gugup melewati bahu mereka dan ke sekeliling pohon-pohon untuk mendapat pandangan pertama atas apapun yang akan datang. Dan kemudian, sementara Hagrid menggoyangkan rambutnya ke belakang untuk ketiga kalinya dan mengembangkan dadanya yang besar, Harry menyikut Ron dan menunjuk ke ruang hitam di antara dua pohon cemara yang bengkok dan kasar.
Sepasang mata kosong, putih bersinar semakin besar melalui kegelapan itu dan sejenak kemudian wajah seperti naga, leher dan lalu tubuh seperti kerangka dari seekor kuda besar, hitam, bersayap muncul dari kegelapan. Dia mengamati kelas selama beberapa detik, mengibaskan ekor hitamnya yang panjang, lalu menundukkan kepalanya dan mulai mencabik daging dari sapi mati itu dengan taringnya yang runcing.
Gelombang kelegaan besar melanda Harry. Di sini akhirnya ada bukti bahwa dia tidak membayangkan makhluk-makhluk ini, bahwa mereka nyata: Hagrid juga tahu tentang mereka. Dia memandang Ron dengan bersemangat, tetapi Ron masih menatap berkeliling ke pohon-pohon dan setelah beberapa detik dia berbisik, "Kenapa Hagrid tidak memanggil lagi""
Sisa kelas yang lain kebanyakan mengenakan ekspresi sebingung dan pengharapan gugup seperti Ron dan masih menatap ke semua tempat kecuali pada kuda yang sedang berdiri beberapa kaki dari mereka. Hanya ada dua orang lain yang tampaknya bisa melihat mereka: seorang anak laki-laki Slytherin berambut jigrak yang berdiri tepat di belakang Goyle sedang mengamati kuda itu makan dengan ekspresi sangat tidak suka di wajahnya; dan Neville, yang matanya sedang mengikuti kemajuan kibasan ekor hitam panjang itu.
"Oh, dan ini datang satu lagi!" kata Hagrid dengan bangga, ketika kuda hitam kedua muncuk dari pohon-pohon gelap, melipat sayap-sayap kasarnya lebih dekat ke tubuhnya dan membenamkan kepalanya untuk makan daging itu dengan rakus. "Sekarang ... angkat tangan kalian, siapa yang bisa melihat mereka""
Sangat senang merasa bahwa dia akhirnya akan mengerti misteri kuda-kuda ini, Harry mengangkat tangannya. Hagrid mengangguk kepadanya.
"Yeah ... yeah, aku tahu kau akan bisa, Harry," dia berkata dengan serius. "Dan kau juga, Neville, eh" Dan -- "
"Permisi," kata Malfoy dengan suara mengejek, "tapi apa tepatnya yang seharusnya sedang kami lihat""
Sebagai jawaban, Hagrid menunjuk pada bangkai sapi di tanah. Seluruh kelas menatapnya selama beberapa detik, lalu beberapa orang menarik napas cepat dan Parvati memekik. Harry paham mengapa: potongan-potongan daging terkoyak dengan sendirinya dari tulang dan menghilang ke udara pastilah tampak sangat aneh.
"Apa yang sedang melakukan itu"" Parvati menuntut dengan suara ketakutan, sambil mundur ke belakang pohon terdekat. "Apa yang sedang memakannya""
"Thestral," kata Hagrid dengan bangga dan Hermione mengeluarkan bunyi pemahaman "Oh!" kecil di bahu Harry. "Hogwarts punya kawanan mereka di sini. Sekarang, siapa yang tahu --""
"Tapi mereka benar-benar, sangat mendatangkan kesialan!" sela Parvati, tampak gelisah. "Mereka katanya akan membawa semua jenis ketidak-beruntungan mengerikan kepada orang-orang yang melihatnya. Profesor Trelawney memberitahuku suatu ketika -- "
"Tidak, tidak, tidak," kata Hagrid sambil terkekeh, "itu cuma takhyul, mereka tidak membawa sial,
mereka sangat pintar dan berguna! Tentu saja, kawanan ini tidak dapat banyak kerja, terutama cuma menarik kereta-kereta sekolah kecuali Dumbledore akan lakukan perjalanan jauh dan tak mau ber-Apparate -- dan ini pasangan lain, lihat -- "
Dua kuda lagi datang diam-diam keluar dari pepohonan, salah satu dari mereka lewat sangat dekat denagn Parvati, yang menggigil dan menekankan dirinya lebih dekat ke pohon, sambil berkata, "Kukira aku merasakan sesuatu, kukira dia ada di dekatku!"
"Jangan kuatir, dia tidak akan melukaimu," kata Hagrid dengan sabar. "Baik, sekarang, siapa yang bisa memberitahuku kenapa beberapa dari kalian bisa melihat mereka dan beberapa tidak""
Hermione mengangkat tangannya.
"Teruskan, kalau begitu," kata Hagrid sambil tersenyum kepadanya.
"Satu-satunya orang yang bisa melihat Thestral," dia berkata, "adalah orang-orang yang pernah melihat kematian."
"Itu tepat sekali," kata Hagrid dengan serius, "sepuluh poin untuk Gryffindor. Sekarang, Thestral -- "
"Hem, hem." Profesor Umbridge telah tiba. Dia sedang berdiri beberapa kaki jauhnya dari Harry, mengenakan topi dan mantel hijaunya lagi, papn jepitnya siap siaga. Hagrid, yang belum pernah mendengar batuk palsu Umbridge sebelumnya, sedang menatap dengan prihatin ke Thestral terdekat, jelas mendapat kesan bahwa dia yang membuat suara itu.
"Hem, hem." "Oh, halo!" Hagrid berkata sambil tersenyum, setelah menemukan sumber suara itu.
"Anda menerima catatan yang kukirim ke kabin Anda pagi ini"" kata Umbridge, dengan suara keras, lambat yang sama yang telah digunakannya dengan Hagrid sebelumnya, seolah-olah dia sedang berbicara kepada seseorang yang berasal dari negara lain sekaligus sangat lamban. "Memberitahu Anda saya akan menginspeksi pelajaran Anda""
"Oh, yeah," kata Hagrid dengan cerah. "Senang kau temukan tempat ini! Well, seperti yang bisa kaulihat -- atau, aku tak tahu -- bisakah kau" Kami sedang pelajari Thestral hari ini -- "
"Maaf"" kata Profesor Umbridge keras-keras, sambil menangkupkan tangannya ke sekeliling telinganya dan merengut. "Apa yang Anda katakan""
Hagrid tampak sedikit bingung.
"Er -- Thestral!" dia berkata keras-keras. "Kuda-kuda besar -- er -- bersayap, kau tahu!"
Dia mengepak-ngepakkan lengan raksasanya penuh harap. Profesor Umbridge menaikkan alisnya kepadanya dan bergumam sementara dia mencatat ke papan jepitnya: "Terpaksa ... harus ... menggunakan ... bahasa ... isyarat ... kasar."
"Well ... ngomong-ngomong kata Hagrid, sambil berpaling kembali kepada kelas dan tampak sedikit bingung, "erm ... apa yang tadi kubilang""
"Tampaknya ... punya ... ingatan ... jangka ... pendek ... yang ... buruk," gumam Umbridge, cukup keras untuk membuat semua orang mendengarnya. Draco Malfoy tampak seolah-olah Natal datang sebulan lebih awal; Hermione, di sisi lain, telah berubah menjadi merah akibat kemarahan tertahan.
"Oh, yeah," kata Hagrid sambil memandang sekilas papan jepit Umbridge, tapi meneruskan dengan berani. "Yeah, aku baru akan memberitahu kalian bagaimana kita
punya sekawanan. Yeah, jadi, kita mulai dengan seekor jantan dan lima betina. Yang satu ini," dia menepuk-nepuk kuda pertama yang muncul, "namanya Tenebrus, dia kesukaanku, yang pertama lahir di sini di Hutan -- "
"Apakah Anda sadar," Umbridge berkata keras-keras, menyelanya, "bahwa Kementerian Sihir telah menggolongkan Thestral sebagai "berbahaya"""
Jantung Harry merosot seperti batu, tapi Hagrid hanya terkekeh.
"Thestral tidak berbahaya! Baiklah, mereka mungkin menggigitmu kalau kau benar-benar mengganggu mereka -- "
"Menunjukkan ... tanda-tanda ... kesenangan ... pada ... gagasan ... tentang ... kekerasan," gumam Umbridge sambil mencoret-coret di papan jepitnya lagi.
"Tidak -- ayolah!" kata Hagrid, terlihat sedikit cemas sekarang. "Maksudku, seekor anjing akan menggigit kalau kau mengumpannya, bukan -- tapi Thestral cuma dapat reputasi buruk karena masalah kematian itu -- orang-orang dulu berpikir mereka pertanda buruk, bukan" Cuma tak paham, "kan""
Umbridge tidak menjawab, dia selesai menulis catatan terakhirnya, lalu melihat ke atas kepada Hagrid dan berkata, lagi-lagi dengan s
angat keras dan lambat, "Tolong lanjutkan mengajar seperti biasa. Saya akan berjalan," dia menirukan berjalan (Malfoy dan Pansy Parkinson sedang tertawa diam-diam) "di antara murid-murid" (dia menunjuk sekeliling kepada anggota-anggota kelas itu) "dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka." Dia menunjuk mulutnya untuk mengisyaratkan berbicara.
Hagrid menatapnya, jelas sepenuhnya tidak mengerti kenapa Umbridge bertingkah seolah-olah dia tidak mengerti bahasa Inggris normal. Hermione mempunyai air mata kemarahan di matanya sekarang.
"Kau nenek sihir, kau nenek sihir jahat!" dia berbisik, selagi Umbridge berjalan menuju Pansy Parkinson. "Aku tahu apa yang sedang kau lakukan, kau mengerikan, sinting, jahat -- "
"Erm ... ngomong-ngomong," kata Hagrid, jelas sedang berjuang untuk mendapatkan kembali arus pelajarannya, "jadi -- Thestral. Yeah. Well, ada banyak hal bagus tentang mereka
"Apakah menurutmu," kata Profesor Umbridge dengan suara berdering kepada Pansy Parkinson, "kau bisa mengerti Profesor Hagrid sewaktu dia berbicara""
Seperti Hermione, Pansy memiliki air mata di matanya, tetapi ini air mata tawa; memang, jawabannya hampir tidak bisa dimengerti karena dia sedang berusaha menahan cekikikan.
"Tidak ... karena ... well ... kedengarannya ... seperti dengkuran hampir sepanjang waktu."
Umbridge mencoret-coret ke papan jepitnya lagi. Beberapa bagian kecil wajah
Hagrid yang tidak memar merona, tetapi dia mencoba bertingkah seolah-olah dia tidak mendengar jawaban Pansy.
"Er ... yeah ... hal-hal bagus tentang Thestral. Well, sekali mereka dijinakkan, seperti kelompok ini, kau
takkan pernah tersesat lagi. Sangat kenal arah, bilang saja pada mereka ke mana kau mau pergi -- "
"Dengan asumsi mereka bisa mengerti Anda, tentu saja," kata Malfoy keras-keras, dan Pansy Parkinson terkikik-kikik lagi. Profesor Umbridge tersenyum ramah kepada mereka dan lalu berpaling kepada Neville.
"Kamu bisa melihat Thestral, Longbottom, bukan begitu"" dia berkata.
Neville mengangguk. "Siapa yang kau saksikan meninggal"" dia bertanya, nada suaranya tidak peduli. "Kakekku," kata Neville.
"Dan apa pendapatmu tentang mereka"" dia berkata sambil melambaikan tangannya yang gemuk pendek ke kuda-kuda itu, yang sekarang telah mengoyak banyak dari bangkai itu hingga tinggal tulang.
"Erm," kata Neville dengan gugup, dengan pandangan sekilas kepada Hagrid. "Well, mereka ... er ... OK
"Murid-murid ... terlalu ... terintimidasi ... untuk ... mengakui ... bahwa ... mereka ... takut," gumam Umbridge, sambil mencatat lagi ke papan jepitnya.
"Tidak!" kata Neville, tampak kacau. "Tidak, aku tidak takut pada mereka!"
"Tidak mengapa," kata Umbridge sambil menepuk-nepuk bahu Neville dengan apa yang jelas dimaksudkannya sebagai senyum pengertian, walaupun lebih seperti senyum mengejek bagi Harry. "Well, Hagrid," dia berpaling untuk memandangnya lagi, berbicara sekali lagi dengan suara keras lambat-lambat itu lagi, "kukira aku sudah dapat cukup banyak untuk diteruskan. Anda akan menerima" (dia menirukan mengambil sesuatu dari udara di depannya) "hasil dari inspeksi Anda" (dia menunjuk ke papan jepit itu) "dalam waktu sepuluh hari." Dia mengangkat sepuluh jari gemuk pendek, lalu, dengan senyum semakin lebar dan semakin mirip katak daripada sebelumnya di bawah topi hijaunya, dia buru-buru pergi dari antara mereka, meninggalan Malfoy dan Pansy Parkinson tertawa terbahak-bahak, Hermione bahkan gemetar karena marah dan Neville tampak bingung dan kacau.
"Gargoyle jelek, pembohong, sinting itu!" amuk Hermione setengah jam kemudian, selagi mereka berjalan kembali ke kastil melalui saluran-saluran yang telah mereka buat sebelumnya di salju. "Kalian lihat apa yang direncanakannya" Masalahnya tentang keturunan-campuran itu lagi -- dia sedang berusaha menjadikan Hagrid sejenis troll tolol, hanya karena ibunya raksasa -- dan oh, tidak adil, itu sama sekali
bukan pelajaran yang buruk -- maksudku, baiklah, kalau Skrewt Ujung-Meletus lagi, tapi Thestral bagus -- bahkan, untuk Hagrid, benar-benar bagus!"
"Umbridge bilang mereka berbahaya," kata Ron.
"Well, seperti yang dibilang Ha
grid, mereka bisa menjaga diri mereka sendiri," kata Hermione tidak sabaran, "dan kurasa seorang guru seperti Grubbly-Plank biasanya tidak akan memperlihatkan kepada kita sebelum tingkat NEWT, tapi, well, mereka memang menarik, bukan" Bagaimana beberapa orang bisa melihat mereka dan beberapa tidak bisa! Kuharap aku bisa."
"Benarkah"" Harry bertanya kepadanya pelan.
Dia tampak tiba-tiba ngeri.
"Oh, Harry -- maafkan aku -- tidak, tentu saja tidak -- itu benar-benar sesuatu yang bodoh untuk dikatakan."
"Tidak apa-apa," dia berkata cepat-cepat, "jangan kuatir."
"Aku terkejur begitu banyak orang bisa melihat mereka," kata Ron. "Tiga dalam satu kelas -- "
"Yeah, Weasley, kami cuma bertanya-tanya," kata sebuah suara dengki. Tanpa terdengar oleh mereka dalam salju yang semakin tebal, Malfoy, Crabbe dan Goyle sedang berjalan tepat di belakang mereka. "Apa menurutmu kalau kau melihat seseorang mati kau akan bisa melihat Quaffle dengan lebih baik""
Dia, Crabbe dan Goyle tertawa bergemuruh selagi mereka lewat untuk kembali ke kastil. lalu bernyanyi bersama "Weasley adalah Raja kami". Telinga Ron berubah menjadi merah tua.
"Abaikan mereka, abaikan saja mereka," kata Hermione, sambil menarik keluar tongkatnya dan melakukan mantera untuk menghasilkan udara panas lagi, sehingga dia bisa mencairkan jalan yang lebih mudah melalui salju yang belum tersentuh di antara mereka dan rumah-rumah kaca.
* Desember tiba, membawa lebih banyak salju dan tumpukan peer untuk murid-murid kelas lima. Tugas-tugas prefek Ron dan Hermione juga semakin berat sementara Natal mendekat. Mereka dipanggil untuk mengawasi pendekorasian kastil ("Kau coba memasang kertas perak sementara Peeves memegang ujung yang lain dan mencoba mencekikmu dengan itu," kata Ron), untuk mengawasi anak-anak kelas satu dan kelas dua yang menghabiskan masa istirahat mereka di dalam karena dingin yang menusuk ("Dan mereka gombal kecil bermuka tebal, kau tahu, kita jelas tidak sekasar itu sewaktu kita kelas satu," kata Ron) dan untuk berpatroli di koridor-koridor dalam regu-regu bersama Argus Filch, yang curiga bahwa semangat liburan mungkin memperlihatkan diri dalam berjangkitnya duel penyihir ("Otaknya dari kotoran hewan, yang satu itu," kata Ron dengan marah). Mereka begitu sibuk sehingga Hermione
bahkan sudah berhenti merajut topi-topi peri dan cerewet bahwa dia hanya punya tiga
lagi. "Semua peri malang yang belum kubebaskan, harus tinggal di sini selama Natal karena tidak cukup topi!"
Harry, yang belum tega memberitahunya bahwa Dobby mengambil semua benda yang dibuatnya, membungkuk rendah di atas esai Sejarah Sihirnya. Bagaimanapun, dia tidak mau memikirkan tentang Natal. Untuk pertama kalinya dalam karir sekolahnya, dia sangat ingin menghabiskan liburan jauh dari Hogwarts. Antara larangan Quidditchnya dan kekhawatiran apakah Hagrid akan ditempatkan dalam masa percobaan atau tidak, dia merasa sangat membenci tempat itu pada saat itu. Satu-satunya hal yang benar-benar ditunggunya adalah pertemuan DA, dan mereka harus berhenti pada saat liburan, karena hampir semua orang dalam DA akan menghabiskan waktu dengan keluarga mereka. Hermione akan pergi berski dengan orang tuanya, sesuatu yang sangat lucu bagi Ron, yang belum pernah mendengar para Muggle mengikatkan bilah sempit kayu ke kaki mereka untuk meluncur menuruni pegunungan. Ron akan pulang ke The Burrow. Harry mengalami beberapa hari iri hati sebelum Ron berkata, sebagai tanggapan atas pertanyaan Harry bagaimana dia akan pulang ke rumah untuk Natal: "Tapi kau ikut juga! Bukankah aku sudah bilang" Mum menulis surat dan menyuruhku mengundangmu berminggu-minggu yang lalu!"
Hermione menggulirkan matanya, tetapi semangat Harry membumbung: pikiran tentang Natal di The Burrow benar-benar mengagumkan, walaupun sedikit dirusak oleh perasaan bersalah Harry bahwa dia tidak akan bisa menghabiskan liburan bersama Sirius. Dia bertanya-tanya apakah dia mungkin bisa membujuk Mrs Weasley untuk mengundang ayah angkatnya untuk perayaan itu. Walaupun dia ragu apakah Dumbledore akan memperbolehkan Sirius meninggalkan Grimmauld Place, dia tidak bisa men
ahan diri tidak berpikir Mrs Weasley mungkin tidak menginginkannya; mereka begitu sering bersiteru. Sirius belum menghubungi Harry sama sekali sejak pemunculannya yang terakhir di api, dan walaupun Harry tahu bahwa dengan pengawasan Umbridge yang terus-menerus, tidak bijaksana untuk menghubunginya, dia tidak suka memikirkan Sirius sendirian di rumah tua ibunya, mungkin menarik petasan tunggal bersama Kreacher.
Harry tiba lebih awal di Ruang Kebutuhan untuk pertemuan DA terakhir sebelum liburan dan sangat senang dia berbuat begitu, karena ketika obor-obor menyala dia melihat bahwa Dobby sudah berinisiatif sendiri untuk menghias tempat itu untuk Natal. Dia bisa tahu peri itu yang melakukannya, karena tak seorangpun yang lain akan menggantung seratus bola keemasan dari langit-langit, masing-masing memperlihatkan gambar wajah Harry dan bertuliskan:
"HAVE A VERY HARRY CHRISTMAS!" (Semoga Natalmu sangat Harry!)
Harry baru saja berhasil menurunkan yang terakhir sebelum pintu berderit terbuka dan Luna Lovegood masuk, tampak melamun seperti biasa.
"Halo," dia berkata samar, sambil memandang berkeliling pada sisa-sisa dekorasi. "Ini bagus, apakah kau memasangnya""
"Tidak," kata Harry, "Dobby si peri-rumah."
"Mistletoe," kata Luna sambil melamun, menunjuk ke rumpun besar beri putih yang diletakkan hampir di atas kepala Harry. Dia melompat dari bawahnya. "Pemikiran bagus," kata Luna dengan sangat serius. "Sering ditinggali oleh Nargle."
Harry terselamatkan dari keharusan bertanya apa itu Nargle oleh kedatangan Angelina, Katie dan Alicia. Mereka bertiga semuanya terengah-engah dan terlihat sangat kedinginan.
"Well," kata Angelina tanpa minat, sambil menarik lepas mantelnya dan melemparkannya ke sebuah sudut, "kami akhirnya sudah menggantikanmu."
"Menggantikan aku"" kata Harry dengan hampa.
"Kau dan Fred dan George," dia berkata dengan tidak sabar. "Kita punya Seeker
lain!" "Siapa"" tanya Harry cepat. "Ginny Weasley," kata Katie. Harry memandangnya dengan mulut terbuka.
"Yeah, aku tahu," kata Angelina, sambil menarik keluar tongkatnya dan melenturkan lengannya, "tapi dia cukup bagus, sebenarnya. Tidak seperti kamu, tentu saja," dia berkata sambil memberinya pandangan tidak senang, "tapi karena kami tidak bisa mendapatkan kamu ... "
Harry menahan jawaban pedas yang ingin diutarakannya: apakah Angelina membayangkan selama sedetik saja bahwa dia tidak menyesali pengeluarannya dari tim seratus kali lebih banyak daripada dia"
"Dan bagaimana dengan para Beater"" dia bertanya, mencoba menjaga suaranya datar.
"Andrew Kirke," kata Alicia tanpa rasa antusias, "dan Jack Sloper. Tak seorangpun dari mereka hebat, tapi dibandingkan dengan idiot-idiot lain yang muncul ... "
Kedatangan Ron, Hermione dan Neville menghentikan diskusi menyedihkan ini, dan dalam waktu lima menit ruangan itu cukup penuh untuk menghalangi Harry melihat tampang mencela Angelina yang membara.
"OK," dia berkata, menyuruh mereka semuanya tenang. "Kukira malam ini kita seharusnya mengulangi hal-hal yang sudah kita lakukan sejauh ini, karena ini pertemuan terakhir sebelum liburan dan tak ada gunanya memulai sesuatu yang baru tepat sebelum masa istirahat tiga minggu -- "
"Kita tidak melakukan sesuatu yang baru"" kata Zacharias Smith, dengan bisikan tidak puas yang cukup keras untuk memenuhi ruangan. "Kalau aku tahu, aku tidak akan datang."
"Kalau begitu, kami semua sangat menyesal Harry tidak memberitahumu," kata Fred keras-keras.
Beberapa orang terkikik. Harry melihat Cho tertawa dan merasakan sensasi menyambar yang sudah dikenalnya di perutnya, seolah-olah dia melewatkan satu anak tangga ketika menuruni tangga.
"-- kita bisa berlatih berpasangan," kata Harry. "Kita akan mulai dengan Mantera Perintang, selama sepuluh menit, lalu kita bisa mengeluarkan bantal-bantal duduk dan mencoba Membekukan lagi."
Mereka semua membagi diri dengan patuh, Harry berpasangan dengan Neville seperti biasa. Ruangan itu segera penuh dengan teriakan sebentar-sebentar "Impedimenta!" Orang-orang membeku selama sekitar satu menit, selama itu pasangan mereka akan menatap tanpa tujuan ke sekeliling ruangan
mengamati pasangan-pasangan lain yang sedang berlatih, lalu orang-orang itu akan lepas dari mantera dan ganti berlatih kutukan itu.
Neville sudah semakin baik tanpa bisa terduga. Setelah beberapa waktu, saat Harry sudah dilepas dari mantera untuk ketiga kalinya berturut-turut, dia menyuruh Neville bergabung dengan Ron dan Hermione lagi sehingga dia bisa berjalan berkeliling ruangan dan mengamati yang lainnya. Ketika dia melewati Cho dia tersenyum kepadanya; Harry menahan godaan untuk berjalan melewatinya beberapa kali lagi.
Setelah sepuluh menit Mantera Perintang, mereka meletakkan bantal-bantal duduk di lantai dan mulai berlatih Membekukan lagi. Ruang benar-benar terlalu terbatas untuk memungkinkan mereka semua melakukan mantera ini dalam satu waktu, setengah bagian dari kelompok itu mengamati yang setengahnya lagi selama beberapa waktu, lalu bergantian.
Harry merasa dirinya sungguh-sungguh menggelembung karena bangga sementara dia mengamati mereka semua. Benar, Neville Membekukan Padma Patil bukannya Dean, yang sedang diincarnya, tetapi itu meleset jauh lebih dekat dari biasanya, dan semua orang yang lain mengalami kemajuan pesat.
Setelah satu jam, Harry berseru menghentikan.
"Kalian benar-benar semakin baik," dia berkata sambil tersenyum berkeliling kepada mereka. "Saat kita kembali dari liburan kita bisa mulai melakukan beberapa hal besar -- mungkin bahkan Patronus."
Ada gumaman bersemangat. Ruangan itu mulai dikosongkan dalam kelompok dua-dua dan tiga-tiga yang biasa; kebanyakan orang mengucapkan "Selamat Natal" kepada Harry ketika mereka pergi. Merasa riang, dia mengumpulkan bantal-bantal duduk bersama Ron dan Hermione dan menumpukkannya dengan rapi. Ron dan Hermione pergi sebelum dia; dia berlama-lama sebentar, karena Cho masih di sana dan dia berharap mendapatkan ucapan "Selamat Natal" darinya.
"Tidak, kau pergi dulu," dia mendengarnya berkata kepada temannya Marietta dan
jantungnya sepertinya melompat ke daerah jakunnya.
Dia berpura-pura sedang meluruskan tumpukan bantal duduk. Dia sangat yakin mereka sendirian sekarang dan menunggu Cho berbicara. Alih-alih, dia mendengar dengusan sungguh-sungguh.
Dia berpaling dan melihat Cho sedang berdiri di tengah ruangan, air mata bercucuran di wajahnya.
"Ap--"" Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Cho hanya berdiri di sana, menangis diam-diam.
"Ada apa"" dia berkata dengan lemah.
Cho menggelengkan kepala dan menyeka matanya dengan ujung lengan bajunya.
"Aku -- sori," katanya dengan serak. "Kurasa ... hanya saja ... mempelajari hal-hal ini ... cuma membuatku ... bertanya-tanya apakah ... kalau dia tahu semua ini ... dia pasti masih hidup."
Jantung Harry merosot lewat tempatnya yang biasa dan diam di suatu tempat di sekitar pusarnya. Dia seharusnya sudah tahu. Cho mau membicarakan Cedric.
"Dia tahu hal-hal ini," Harry berkata dengan berat. "Dia benar-benar hebat, atau dia tidak akan pernah sampai ke bagian tengah labirin itu. Tapi kalau Voldemort benar-banar ingin membunuhmu, kau tidak akan punya peluang."
Dia tersedu mendengar nama Voldemort, tetapi menatap Harry tanpa berkedip.
"Kau selamat saat kau masih bayi," dia berkata pelan.
"Yeah, well," kata Harry dengan letih, sambil bergerak menuju pintu, "aku tak tahu kenapa orang lain juga tidak, jadi itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan."
"Oh, jangan pergi!" kata Cho, terdengar akan menangis lagi. "Aku benar-benar menyesal menjadi kacau seperti ini ... aku tidak bermaksud
Dia tersedu lagi. Dia sangat cantik walaupun saat matanya merah dan bengkak. Harry merasa benar-benar sengsara. Dia akan sangat senang dengan sebuah ucapan "Selamat Natal" saja.
"Aku tahu pasti mengerikan bagimu," kata Cho sambil menyeka matanya dengan ujung lengan bajunya lagi. "Aku menyebut-nyebut Cedric, padahal kau menyaksikannya mati ... kurasa kau ingin melupakannya saja""
Harry tidak mengatakan apa-apa; ini sangat benar, tetapi dia merasa tak berperasaan kalau mengatakannya.
"Kau seorang guru yang be--benar-benar baik, kau tahu," kata Cho, dengan senyum basah. "Aku belum pernah bisa Membekukan apapun sebelumnya."
"Trims," katak Harry dengan ca
nggung. Mereka saling berpandangan untuk waktu yang lama. Harry merasakan desakan membara untuk lari dari ruangan itu dan, pada saat yang sama, sama sekali tidak mampu menggerakkan kakinya.
"Mistletoe," kata Cho pelan, sambil menunjuk ke langit-langit di atas kepala Harry.
"Yeah," kata Harry. Mulutnya sangat kering. "Walaupun mungkin penuh dengan Nargle."
"Apa itu Nargle""
"Tak punya ide," kata Harry. Cho sudah bergerak mendekat. Otaknya terasa seperti sudah di-Bekukan. "Kau harus bertanya pada Loony. Luna, maksudku."
Cho mengeluarkan suara aneh antara isak dan tawa. Dia bahkan semakin dekat lagi sekarang. Harry bisa saja menghitung bintik hitam di hidungnya.
"Aku benar-benar suka kamu, Harry."
Dia tidak bisa berpikir. Sebuah perasaan geli menjalar di tubuhnya, melumpuhkan lengan, kaki dan otaknya.
Cho jauh terlalu dekat. Dia bisa melihat setiap air mata yang melekat ke bulu matanya ...
Dia kembali ke ruang duduk setengah jam kemudian mendapati Hermione dan Ron di tempat duduk terbaik dekat api; hampir semua orang yang lain sudah pergi tidur. Hermione sedang menulis sepucuk surat yang sangat panjng; dia sudah mengisi setengah gulungan perkamen, yang bergantung dari tepi meja. Ron sedang berbaring di permadani, mencoba menyelesaikan pekerjaan rumah Transfigurasinya.
"Apa yang menahanmu"" dia bertanya, selagi Harry terbenam ke kursi berlengan di samping Hermione.
Harry tidak menjawab. Dia sedang dalam keadaan terguncang. Setengah bagian dari dirinya ingin memberitahu Ron dan Hermione apa yang baru saja terjadi, tetapi setengah bagian yang lain ingin membawa rahasia itu dengannya hingga ke liang kubur.
"Apakah kau baik-baik saja, Harry"" Hermione bertanya, sambil menatapnya dari atas ujung pena bulunya.
Harry mengangkat bahu dengan setengah hati. Sejujurnya, dia tidak tahu apakah dia baik-baik saja atau tidak. "Ada apa"" kata Ron sambil bertumpu pada sikunya untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas pada Harry. "Apa yang terjadi""
Harry tidak begitu tahu bagaimana mulai memberitahu mereka, dan masih belum yakin apakah dia mau berbuat begitu. Persis ketika dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun, Hermione mengambil alih masalah itu darinya.
"Apakah Cho"" dia bertanya dengan nada praktis. "Apakah dia menyudutkanmu setelah pertemuan""
Kaku karena terkejut, Harry mengangguk. Ron terkikik-kikik, berhenti ketika Hermione meliriknya.
"Jadi -- er -- apa yang diinginkannya"" dia bertanya dengan nada biasa yang mengejek.
"Dia -- " Harry mulai, agak serak, dia berdehem dan mencoba lagi. "Dia -- er -- " "Apakah kalian berciuman"" tanya Hermione cepat.
Ron duduk begitu cepatnya sehingga dia mengakibatkan botol tintanya melayang di atas permadani. Sama sekali tidak menghiraukan ini, dia menatap Harry lekat-lekat.
"Well"" tuntutnya.
Harry memandang dari ekspresi ingin tahu campur gembira Ron ke wajah Hermione yang sedikit merengut, dan mengangguk.
"HA!" Ron membuat gerakan kemenangan dengan kepalan tangannya dan tertawa terbahak-bahak yang membuat beberapa anak kelas dua yang tampak takut-takut di samping jendela terlompat. Seringai enggan membentang di wajah Harry sementara dia mengamati Ron berguling-guling di atas permadani.
Hermione memberi Ron pandangan jijik dan kembali ke suratnya.
"Well"" Ron berkata akhirnya, sambil memandang Harry. "Bagaimana rasanya""
Harry mempertimbangkan sejenak.
"Basah," dia berkata sejujurnya.
Ron mengeluarkan suara yang mungkin menandakan kegirangan atau jijik, sulit mengetahuinya.
"Karena dia sedang menangis," Harry meneruskan dengan berat.
"Oh," kata Ron, senyumnya sedikit memudar. "Apakah kau seburuk itu dalam mencium""
"Tak tahu," kata Harry, yang belum mempertimbangkan ini, dan segera merasa agak
kuatir. "Mungkin begitu."
"Tentu saja tidak," kata Hermione sambil melamun, masih menulis suratnya dengan tergesa-gesa.
"Bagaimana kau tahu"" kata Ron dengan sangat tajam.
"Karena Cho menghabiskan setengah dari waktunya menangis akhir-akhir ini," kata Hermione tidak jelas. "Dia melakukannya pada waktu makan, di kamar mandi, di semua tempat."
"Kau akan mengira sedikit ciuman akan menghiburnya," kata R
on sambil menyeringai. "Ron," kata Hermione dengan suara bermartabat, sambil mencelupkan ujung pena bulunya ke botol tintanya, "kau adalah kutil paling tidak sensitif yang pernah kutemui."
"Apa maksudnya itu"" kata Ron dengan marah. "Orang macam apa yang menangis ketika seseorang menciumnya""
"Yeah," kata Harry, sedikit putus asa, "siapa yang berbuat begitu""
Hermione memandang mereka berdua dengan ekspresi hampir mengasihani di wajahnya.
"Tidakkah kalian mengerti bagaimana perasaan Cho pada saat itu"" dia bertanya.
"Tidak," kata Harry dan Ron bersamaan.
Hermione menghela napas dan meletakkan pena bulunya.
"Well, terang saja, dia merasa sangat sedih, karena meninggalnya Cedric. Lalu kurasa dia merasa bingung karena dia dulu suka Cedric dan sekarang dia suka Harry, dan dia tidak bisa menentukan siapa yang lebih disukainya. Lalu dia akan merasa bersalah, merasa itu penghinaan bagi ingatan pada Cedric untuk mencium Harry sama sekali, dan dia akan kuatir tentang apa yang mungkin dikatakan semua orang lainnya mengenai dia kalau dia mulai keluar dengan Harry. Dan lagipula, dia mungkin tidak bisa menentukan apa perasaanya kepada Harry, karena dialah yang bersama Cedric sewaktu Cedric mati, jadi semua itu sangat campur aduk dan menyakitkan. Oh, dan dia takut dia akan dikeluarkan dari tim Quidditch Ravenclaw karena dia terbang dengan buruk."
Keheningan singkat akibat rasa terkejut menyambut akhir pidato ini, lalu Ron berkata, "Satu orang tidak bisa merasakan semua itu dalam seketika, mereka akan meledak."
"Hanya karena kau punya kisaran emosi yang sebesar sendok teh tidak berarti kami semua begitu," kata Hermione dengan kejam sambil memungut pena buluny lagi.
"Dia yang mulai," kata Harry. "Aku tidak akan -- dia sepertinya datang begitu saja
kepadaku -- dan berikutnya dia menangis terus -- aku tidak tahu apa yang harus dilakukan -- "
"Tak salahkan kau, sobat," kata Ron, terlihat gelisah memikirkan itu.


Harry Potter And The Order Of The Phoenix Karya J.k. Rowling di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau hanya perlu bersikap baik kepadanya," kata Hermione, sambil melihat ke atas dengan cemas. "Memang begitu, bukan""
"Well," kata Harry, rasa panas yang tidak menyenangkan menjalar di wajahnya, "aku sepertinya -- menepuk pundaknya sedikit."
Hermione terlihat seolah-olah dia sedang mengalami kesulitan besar menahan diri untuk tidak menggulirkan bola matanya.
"Well, kurasa bisa lebih buruk," katanya. "Apakah kamu akan menemui dia lagi""
"Aku harus, bukan"" kata Harry. "Kita punya pertemuan DA, bukan begitu""
"Kau tahu apa yang kumaksud," Hermione berkata dengan tidak sabaran.
Harry tidak berkata apa-apa. Kata-kata Hermione membuka suatu pandangan baru yang berisikan kemungkinan-kemungkinan menakutkan. Dia mencoba membayangkan pergi ke suatu tempat bersama Cho -- Hogsmeade, mungkin -- dan sendirian dengannya selama berjam-jam untuk suatu waktu. Tentu saja, Cho akan berharap dia mengajaknya keluar setelah apa yang baru saja terjadi ... pikiran itu membuat perutnya terbelit sakit.
"Oh well," kata Hermione kaku, terbenam dalam suratnya sekali lagi, "kau akan punya banyak kesempatan untuk mengajaknya."
"Bagaimana kalau dia tidak mau mengajaknya"" kata Ron, yang telah mengamati Harry dengan ekspresi cerdik yang tidak biasa di wajahnya.
"Jangan bodoh," kata Hermione tidak jelas, "Harry sudah suka dia sejak lama sekali, bukan begitu, Harry""
Dia tidak menjawab. Ya, dia sudah suka Cho semenjak lama sekali, tetapi kapanpun dia membayangkan adegan yang melibatkan mereka berdua selalu menampilkan Cho yang sedang bersenang-senang, bukannya Cho yang sedang terisak tidak terkendali ke bahunya.
"Ngomong-ngomong, kepada siapa kau menulis novel itu"" Ron bertanya kepada Hermione, sambil mencoba membaca sebagian kecil perkamen yang sekarang sedang menjuntai ke lantai. Hermione menyentaknya naik keluar dari pandangan.
"Viktor." "Krum""
"Berapa banyak Viktor lain yang kita kenal""
Ron tidak berkata apa-apa, tetapi tampak tidak puas. Mereka duduk dalam keheningan selama dua puluh menit lagi, Ron sedang menyelesaikan esai Transfigurasinya dengan banyak dengusan tidak sabar dan coretan-coretan, Hermione sedang menulis terus-menerus hingga bagian paling uju
ng perkamennya, menggulungnya dan menyegelnya, dan Harry sedang menatap ke api, berharap lebih dari apapun bahwa kepala Sirius akan muncul di sana dan memberinya beberapa nasehat tentang gadis-gadis. Tetapi api itu hanya berderak semakin rendah, sampai bara api merah panas hancur menjadi abu dan, ketika memandang sekitarnya, Harry melihat bahwa mereka, lagi-lagi, adalah yang terakhir di ruang duduk.
"Well, malam," kata Hermione, sambil menguap lebar sementara dia pergi menaiki tangga anak perempuan.
"Apa yang dilihatnya pada Krum"" Ron menuntut, selagi dia dan Harry menaiki tangga anak laki-laki.
"Well," kata Harry, sambil mempertimbangkan masalah itu. "Kurasa dia lebih tua, bukan ... dan dia seorang pemain Quidditch internasional
"Yeah, tapi selain itu," kata Ron, terdengar jengkel. "Maksudku, dia seorang penggerutu, bukan""
"Sedikit penggerutu, yeah," kata Harry, yang pikirannya masih mengenai Cho.
Mereka menarik lepas jubah mereka dan mengenakan piyama dalam keheningan; Dean, Seamus dan Neville sudah tidur. Harry meletakkan kacamatanya ke meja sisi tempat tidurnya dan naik ke tempat tidur tetapi tidak menarik kelambu menutup mengelilingi tiang-tiang tempat tidurnya; alih-alih, dia menatap petak langit berbintang yang tampak melalui jendela di samping tempat tidur Neville. Kalau dia tahu, pada saat ini kemarin malam, bahwa dalam waktu dua puluh empat jam dia akan mencium Cho Chang ...
"Malam," dengkur Ron, dari suatu tempat di samping kanannya.
"Malam," kata Harry.
Mungkin kali berikutnya ... kalau ada kali berikutnya .... Cho akan sedikit lebih gembira. Dia seharusnya mengajaknya keluar; Cho mungkin telah mengharapkannya dan sekarang benar-benar marah kepadanya ... atau apakah dia sedang berbaring di ranjang, masih menangisi Cedric" Dia tidak tahu harus berpikir apa. Penjelasan Hermione membuat semuanya tampak lebih rumit bukannya lebih mudah dimengerti.
Itulah yang seharusnya mereka ajarkan kepada kami di sini, pikirnya, sambil berbalik ke samping, bagaimana cara kerja otak anak perempuan ... lagipula akan lebih berguna daripada Ramalan ...
Neville mendengus dalam tidurnya. Seekor burung hantu beruhu di suatu tempat di luar pandangan.
Harry bermimpi dia kembali berada di ruangan DA. Cho sedang menuduhnya memikat dia ke sana dengan alasan-alasan palsu; katanya dia menjanjikannya seratus lima puluh Kartu Cokelat Kodok kalau dia muncul. Harry protes ... Cho berteriak, "Cedric memberiku banyak Kartu Cokelat Kodok, lihat!" Dan dia menarik keluar segenggam penuh Kartu dari bagian dalam jubahnya dan melemparkannya ke udara. Lalu dia berubah menjadi Hermione, yang berkata, "Kamu memang berjanji kepadanya, kau tahu, Harry ... kukira sebaiknya kamu memberinya sesuatu yang lain sebagai pengganti ... bagaimana kalau Fireboltmu"" Dan Harry protes bahwa dia tidak bisa memberi Cho Fireboltnya, karena Umbridge menahannya, dan lagipula semua hal itu menggelikan, dia cuma datang ke ruangan DA untuk memasang beberapa bola hiasan Natal yang berbentuk seperti kepala Dobby ...
Lalu mimpi itu berubah ...
Tubuhnya terasa licin, bertenaga dan luwes. Dia sedang meluncur di antara batang-batang logam mengkilat, menyeberangi batu yang dingin dan gelap ... dia rata dengan lantai, meluncur pada perutnya ... tempat itu gelap, tetapi dia bisa melihat benda-benda di sekitarnya berkilauan dalam warna-warna aneh dan bergetar ... dia memalingkan kepalanya ... pada pandangan pertama koridor itu kosong ... tetapi tidak ... seorang lelaki sedang duduk di lantai di depan, dagunya turun ke dadanya, garis bentuk tubuhnya bersinar dalam gelap ...
Harry menjulurkan lidahnya ... dia merasakan bau lelaki itu di udara ... dia hidup tetapi mengantuk ... duduk di depan sebuah pintu di ujung koridor itu ...
Harry ingin menggigit lelaki itu ... tapi dia harus menguasai dorongan itu ... dia punya pekerjaan yang lebih penting untuk dilakukan ...
Tetapi lelaki itu bergerak ... sebuah Jubah perak jatuh dari kakinya ketika dia melompat bangkit; dan Harry melihat garis bentuk tubuhnya yang bergerak-gerak dan kabur menjulang tinggi di atasnya, melihat sebuah tongkat ditarik
dari sebuah ikat pinggang ... dia tidak punya pilihan ... dia menaikkan tubuh dari lantai dan menyerang sekali, dua kali, tiga kali, menghujamkan taring-taringnya dalam-dalam ke daging lelaki itu, merasakan tulang iganya remuk di bawah rahangnya, merasakan semburan darah yang hangat ...
Lelaki itu sedang berteriak kesakitan ... lalu dia terdiam ... dia merosot ke belakang pada dinding ... darah memercik ke lantai ...
Keningnya sakit sekali ... sakit seperti akan meledak ...
"Harry! HARRY!"
Dia membuka matanya. Setiap inci tubuhnya tertutup keringat sedingin es; sepreinya terpelintir di sekelilingnya seperti jaket pengikat, dia merasa seolah-olah besi pengorek api yang panas sekali sedang dilekatkan ke keningnya.
"Harry!" Ron sedang berdiri di atasnya terlihat benar-benar ketakutan. Ada lebih banyak
figur di kaki ranjang Harry. Dia mencengkeram kepalanya dengan tangan; rasa sakit itu membutakannya ... dia bergulung ke kanan dan muntah ke tepi kasur.
"Dia benar-benar sakit," kata sebuah suara takut. "Apakah kita harus memanggil seseorang""
"Harry! Harry!"
Dia harus memberitahu Ron, sangat penting bahwa dia memberitahunya ... sambil menghirup udara banyak-banyak, Harry mendorong dirinya sendiri bangkit di tempat tidur, memaksa dirinya tidak muntah lagi, rasa sakit itu setengah membutakannya.
"Ayahmu," dia terengah-engah, dadanya turun-naik. "Ayahmu ... diserang ... "
"Apa"" kata Ron tidak mengerti.
"Ayahmu! Dia digigit, serius, ada darah di mana-mana ... "
"Aku akan mencari bantuan," kata suara takut yang sama, dan Harry mendengar langkah-langkah kaki keluar dari kamar asrama.
"Harry, sobat," kata Ron tidak yakin, "kau ... kau cuma bermimpi
"Tidak!" kata Harry dengan marah; penting bahwa Ron mengerti.
"Itu bukan mimpi ... bukan mimpi biasa ... aku ada di sana, aku melihatnya ... aku melakukannya ... "
Dia bisa mendengar Seamus dan Dean bergumam tetapi tidak peduli. Rasa sakit di keningnya agak berkurang, walaupun dia masih berkeringat dan gemetaran hebat. Dia muntah lagi dan Ron melompat mundur menjauh.
"Harry, kau tidak sehat," katanya bergetar. "Neville sudah pergi mencari bantuan."
"Aku baik-baik saja!" Harry tersedak, menyeka mulutnya pada piyamanya dan gemetaran tak terkendali. "Tak ada yang salah denganku, ayahmu yang harus kau khawatirkan -- kita perlu mencari tahu di mana dia -- dia berdarah hebat -- aku -- itu seekor ular besar."
Dia mencoba keluar dari tempat tidur tetapi Ron mendorongnya kembali; Dean dan Seamus masih berbisik-bisik di suatu tempat di dekat situ. Apakah satu menit berlalu atau sepuluh menit, Harry tidak tahu; dia hanya duduk di sana gemetaran, merasakan sakit yang pelan-pelan surut dari bekas lukanya ... lalu ada langkah-langkah kaki bergegas menaiki tangga dan dia mendengar suara Neville lagi.
"Sebelah sini, Profesor."
Profesor McGonagall datang dengan bergegas ke dalam kamar asrama itu mengenakan jubah panjang kotak-kotaknya, kacamatanya bertengger miring di batang hidung kurusnya.
"Ada apa, Potter" Di mana yang sakit""
Dia belum pernah begitu senang berjumpa dengannya; yang dia butuhkan sekarang adalah seorang anggota Order of Phoenix, bukan seseorang yang mencerewetinya dan meresepkan ramuan-ramuan tak berguna.
"Ayah Ron," katanya sambil duduk lagi. "Dia diserang seekor ular dan masalahnya serius, aku melihatnya terjadi."
"Apa maksudmu, kau melihatnya terjadi"" kata Profesor McGonagall, alisnya yang gelap bertaut.
"Aku tidak tahu ... aku sedang tidur dan kemudian aku ada di sana "Maksudmu kau memimpikan ini""
"Tidak!" kata Harry dengan marah; tak adakah dari mereka yang akan mengerti" "Awalnya aku sedang bermimpi tentang sesuatu yang benar-benar berbeda, sesuatu yang bodoh ... dan lalu ini memotongnya. Itu nyata, aku tidak membayangkannya. Mr Weasley sedang tertidur di atas lantai dan dia diserang oleh seekor ular raksasa, ada banyak darah, dia jatuh, seseorang harus mencari tahu di mana dia ... "
Profesor McGonagall sedang menatapnya melalui kacamatanya yang miring seolah-olah ngeri akan apa yang sedang dilihatnya.
"Aku tidak sedang berbohong dan aku tidak gila!" Harry memberitahunya, suara
nya meninggi menjadi teriakan. "Kuberitahu Anda, aku melihatnya terjadi!"
"Aku percaya padamu, Potter," kata Profesor McGonagall pendek. "Kenakan jubah panjangmu -- kita akan menemui Kepala Sekolah."
BAB DUA PULUH DUA Rumah Sakit St Mungo untuk Penyakit dan Luka Sihir
Harry sangat lega dia menanggapinya dengan serius sehingga dia tidak ragu-ragu, tetapi langsung melompat dari tempat tidur, menarik jubah longgarnya dan menekankan kacamatanya kembali ke hidungnya.
"Weasley, kamu harus ikut juga," kata Profesor McGonagall.
Mereka mengikuti Profesor McGonagall melewati figur-figur diam dari Neville, Dean dan Seamus, keluar asrama, menuruni tangga-tangga spiral ke dalam ruang duduk, melalui lubang potret dan menyusuri koridor Nyonya Gemuk yang diterangi bulan. Harry merasa seakan-akan kepanikan di dalam dirinya dapat meluap setiap waktu; dia ingin berlari, berteriak kepada Dumbledore; Mr Weasley sedang mengalami pendarahan sementara mereka berjalan dengan tenangnya, dan bagaimana jika taring-taring itu (Harry mencoba keras untuk tidak berpikir "taring-taringku") beracun" Mereka melewati Mrs Norris, yang mengalihkan matanya yang seperti lampu ke arah mereka dan mendesis pelan, tetapi Profesor McGonagall berkata, "Shoo!" Mrs Norris menyelinap pergi ke dalam bayangan, dan dalam beberapa menit mereka telah mencapai gargoyle batu yang menjaga pintu masuk ke kantor Dumbledore.
"Kumbang Berdesing," kata Profesor McGonagall.
Gargoyle itu menjadi hidup dan melompat ke samping; dinding di belakangnya terbelah menjadi dua dan menyingkapkan tangga spiral yang terus berputar ke atas seperti sebuah eskalator spiral. Ketiganya melangkah ke atas tangga bergerak; dinding menutup di belakang mereka dengan suara gedebuk dan mereka bergerak ke atas dalam lingkaran rapat sampai mereka mencapai dinding kayu ek yang terpelitur halus dengan pengetuk kuningan yang berbentuk seekor griffin.
Walaupun sudah lewat tengah malam ada suara-suara yang datang dari dalam ruangan, sejumlah banyak celotehan. Kedengarannya seakan-akan Dumbledore sedang menjamu sedikitnya selusin orang.
Profesor McGonagall mengetuk tiga kali dengan pengetuk griffin itu dan suara-suara mendadak berhenti seakan-akan seseorang telah mematikan saklarnya. Pintu terbuka sendiri dan Profesor McGonagall menuntun Harry dan Ron ke dalam.
Ruangan itu setengah gelap; instrumen-instrumen perak aneh yang terletak di atas meja-meja diam dan tidak bergerak bukannya bergolak dan mengeluarkan embusan asap seperti yang biasa mereka lakukan; potret-potret para kepala sekolah terdahulu yang menutupi dinding-dinding sedang mendengkur dalam bingkai mereka. Di balik pintu, seekor butung berwarna merah dan emas seukuran angsa tertidur pada tempat bertenggernya dengan kepala di bawah sayap.
"Oh, ternyata Anda, Profesor McGonagall ... dan ... ah."
Dumbledore sedang duduk di atas sebuah kursi bersandaran tinggi di belakang
meja tulisnya; dia mencondongkan badannya ke depan ke dalam cahaya lilin yang menerangi kertas-kertas yang terbentang di hadapannya. Dia mengenakan jubah longgar berwarna ungu dan emas yang penuh bordiran di atas baju tidur seputih salju, tetapi kelihatan belum mengantuk, mata biru cerahnya yang tajam menatap Profesor McGonagall.
"Profesor Dumbledore, Potter mengalami, ... well, mimpi buruk," kata Profesor McGonagall. "Katanya ... "
"Itu bukan mimpi buruk," kata Harry cepat.
Profesor McGonagall berpaling menatapnya, sedikit merengut.
"Baiklah, Potter, ceritakan kepada Kepala Sekolah mengenainya."
"Aku ... well, aku sedang tidur kata Harry dan, bahkan dalam ketakutan dan keputus-asaannya untuk membuat Dumbledore mengerti, dia merasa sedikit dongkol bahwa Kepala Sekolah tidak melihat kepadanya, tetapi memeriksa jari-jarinya yang dikaitkan. "Tapi itu bukan mimpi biasa ... itu benar-benar terjadi ... aku lihat kejadiannya Dia mengambil napas dalam-dalam, "Ayah Ron -- Mr Weasley -- telah diserang oleh ular raksasa."
Kata-kata itu sepertinya bergaung di udara setelah dikatakan, kedengaran sedikit konyol, bahkan lucu. Ada jeda di mana Dumbledore menyandar ke belakang dan menatap langit-langit s
ambil merenung. Ron melihat dari Harry ke Dumbledore, wajahnya putih dan kelihatan terguncang.
"Bagaimana kamu melihat hal ini"" Dumbledore bertanya dengan pelan, masih tidak melihat ke arah Harry.
"Well ... Aku tidak tahu," kata Harry, agak marah -- apa pentingnya itu" "Di dalam kepalaku, kurasa -- "
"Kamu salah mengerti," kata Dumbledore, masih dalam nada tenang yang sama. "Maksudku ... dapatkah kau ingat -- er -- di maan posisimu selagi kamu menyaksikan serangan ini terjadi" Apakah kamu mungkin berdiri di samping korban, atau melihat ke bawah pada adegan itu dari atas""
Ini adalah pertanyaan yang sangat aneh sehingga Harry terkesiap pada Dumbledore; hampir seakan-akan dia tahu ...
"Akulah ularnya," dia berkata. "Aku melihat semuanya dari sudut pandang si ular."
Tidak ada yang berbicara selama beberapa saat, lalu Dumbledore, sekarang melihat kepada Ron yang masih berwajah pucat, bertanya dalam suara yang lebih tajam, "Apakah Arthur terluka parah""
"Ya," kata Harry dengan sungguh-sungguh -- mengapa mereka semua sangat lambat mengerti, apakah mereka tidak sadar berapa banyak darah yang mengucur jika taring-taring sepanjang itu menusuk tubuh mereka" Dan mengapa Dumbledore tidak
menunjukkan sopan-santun dengan melihat ke arahnya"
Tetapi Dumbledore berdiri, demikian cepatnya sampai Harry terlompat, dan berbicara kepada salah satu potret tua yang tergantung sangat dekat ke langit-langit. "Everard"" dia berkata dengan tajam. "Dan kamu juga, Dilys!"
Seorang penyihir pria berwajah pucat dengan poni hitam pendek dan seorang penyihir wanita tua dengan ikat-ikal panjang keperakan dalam bingkai di sampingnya, keduanya tampak sedang tertidur lelap, membuka mata mereka dengan segera.
"Kalian mendengarkan"" kata Dumbledore.
Si penyihir pria mengangguk; yang wanita berkata, "Tentu saja."
"Lelaki itu berambut merah dan berkacamata," kata Dumbledore. "Everard, kamu harus menyalakan tanda bahaya, pastikan dia ditemukan oleh orang-orang yang tepat Keduanya mengangguk dan berpindah ke samping keluar dari bingkai mereka, tetapi bukannya muncul di lukiasn-lukisan tetangganya (seperti yang biasa terjadi di Hogwarts) tidak satupun muncul kembali. Salah satu bingkai sekarang tidak bingkai apapun kecuali gorden gelap di latar belakang, bingkai yang satunya lagi sebuah kursi berlengan yang indah. Harry memperhatikan bahwa banyak dari kepala sekolah lainnya di dinding, walaupun mendengkur dan meneteskan liur dengan sangat meyakinkan, terus mengintip ke arahnya dari bawah kelopak mata mereka, dan dia tiba-tiba mengerti siapa yang sedang berbicara ketika mereka mengetuk pintu.
"Everard dan Dilys adalah dua di antara Kepala Hogwarts yang paling ternama," Dumbledore berkata, sekarang berjalan mengitari Harry, Ron dan Profesor McGonagall untuk mendekati burung indah yang sedang tidur di tempat bertenggernya di samping pintu. "Kemashyuran mereka sedemikian rupa sehingga keduanya memiliki potret yang bergantung di institusi-institusi sihir penting lainnya. Karena mereka bebas berpindah antar potret mereka sendiri, mereka dapat memberitahu kita apa yang mungkin terjadi di tempat lain ... "
"Tetapi Mr Weasley dapat berada di mana saja!" kata Harry.
"Silahkan duduk, kalian bertiga," kata Dumbledore, seakan-akan Harry tidak berbicara sama sekali, "Everard dan Dilys mungkin tidak akan kembali dalam beberapa menit. Profesor McGonagall, jika Anda bersedia mendatangkan kursi-kursi tambahan."
Profesor McGonagall menarik tongkatnya keluar dari jubah longgarnya dan melambaikannya; tiga kursi muncul di udara, dengan sandaran tegak dan terbuat dari kayu, sama sekali lain dengan kursi berlengan nyaman dengan kain cita yang disihir Dumbledore di acara dengar pendapat Harry. Harry duduk, memandangi Dumbledore dari balik bahunya. Dumbledore sekarang sedang mengelus kepala Fawkes yang berbulu halus keemasan dengan satu jari. Burung phoenix itu terbangun dengan segera. Dia merentangkan kepalanya yang indah tinggi-tinggi dan memandangi Dumbledore melalui mata gelap yang cemerlang.
"Kami akan butuh," Dumbledore berkata sangat pelan kepada burung itu, "sebuah peringatan."
Ad a kilasan api dan burung phoenix itu pergi.
Dumbledore sekarang berjalan ke salah satu instrumen perak yang mudh pecah yang kegunaannya belum pernah diketahui Harry, membawanya ke meja tulisnya, duduk menghadap mereka lagi dan mengetuknya dengan pelan menggunakan ujung tongkatnya.
Instrumen itu seketika menjadi hidup dengan bunyi denting yang berirama. Gumpalan kekil asap hijau muncul dari tabung perak yang amat kecil di puncaknya. Dumbledore memperhatikan asap itu dengan seksama, alisnya mengerut. Setelah beberapa detik, gumpalan-gumpalan kecil tersebut menjadi aliran asap yang kuat yang menebal dan bergelung di udara ... kepala seekor ular tumbuh di ujungnya, membuka mulut lebar-lebar. Harry mengira-ngira apakan instrumen tersebut membenarkan ceritanya: dia melihat dengan tidak sabar kepada Dumbledore untuk mencari tanda-tanda bahwa dirinya benar, tetapi Dumbledore tidak melihat ke atas.
"Tentu saja, tentu saja," gumam Dumbledore tampaknya kepada diri sendiri, masih memandangi aliran asap tanpa tanda-tanda keterkejutan sama sekali. "Tetapi intisarinya terbagi""
Harry sama sekali tidak mengerti arti pertanyaan itu. Akan tetapi, ular berasap itu membelah diri seketika menjadi dua ekor ular, keduanya bergelung dan bergoyang seperti ombak di udara yang gelap. Dengan pandangan puas yang suram, Dumbledore mengetuk instrumen itu sekali lagi dengan tongkatnya: bunyi denting semakin pelan dan menghilang dan ular berasap memudar, menjadi kabut yang tidak berbentuk dan menghilang.
Dumbledore mengembalikan instrumen tersebut ke atas meja kecil berkaki panjangnya. Harry melihat banyak dari kepala sekolah lama dalam potret-potret mereka mengikuti dia dengan mata mereka, lalu, menyadari bahwa Harry sedang mengamati mereka, cepat-cepat berpura-pura tidut lagi. Harry ingin bertanya apa kegunaan instrumen perak aneh itu, tetapi sebelum dia dapat melakukannya, ada teriakan dari bagian atas dinding di sebelah kanan mereka; penyihir yang disebut Everard telah muncul kembali ke dalam potretnya, sedikit terengah-engah.
"Dumbledore!" "Ada berita apa"" kata Dumbledore segera.
"Aku berteriak sampai seseorang datang sambil berlari," kata si penyihir, yang sedang mengelap alisnya pada tirai di belakangnya, "berkata kudengar sesuatu bergerak di lantai bawah -- mereka tidak yakin apakah harus percaya padaku tetapi turun juga untuk mengecek -- kamu "kan tahu tidak ada potret di bawah sana untuk menyaksikannya. Namun demikian, mereka membawanya ke atas beberapa menit kemudian. Dia tidak tampak baik, dia penuh darah, aku berlari ke potret Elfrida Cragg untuk mendapatkan pandangan yang utuh sewaktu mereka pergi -- "
"Bagus," kata Dumbledore sementara Ron membuat gerakan menggelepar. "Kurasa Dilys pasti telah melihatnya tiba, lalu -- "
Dan sejenak kemudian, penyihir wanita berikal keperakan itu juga telah muncul kembali ke dalam lukisannya, dia terhenyak, batuk-batuk, ke dalam kursi berlengannya dan berkata, "Ya, mereka telah membawanya ke St Mungo, Dumbledore ... mereka membawanya melewati potretku ... dia tampak parah
"Terima kasih," kata Dumbledore. Dia memandang ke sekitar ke arah Profesor McGonagall.
"Minerva, aku perlu kamu pergi dan membangunkan anak-anak Weasley yang lain." "Tentu saja
Profesor McGonagall bangkit dan bergerak cepat menuju pintu. Harry melayangkan pandangan ke samping kepada Ron, yang terlihat ketakutan.
"Dan Dumbledore -- bagaimana dengan Molly"" kata Profesor McGonagall, berhenti sejenak di pintu.
"Itu adalah tugas Fawkes ketika dia selesai berjaga-jaga terhadap siapapun yang mendekat," kata Dumbledore. "Tetapi dia mungkin sudah tahu ... jamnya yang ulung itu ... "
Harry tahu Dumbledore sedang membicarakan jam yang memberitahu, bukan waktu, tetapi keberadaan dan kondisi berbagai anggota keluarga Weasley, dan dengan kepedihan tiba-tiba dia berpikir bahwa jarum Mr Weasley pastilah, bahkan sekarang, menunjuk ke bahaya maut. Tetapi hari sudah sangat malam. Mrs Weasley mungkin sudah tertidur, tidak memperhatikan jam itu. Harry merasa dingin sewaktu dia mengingat Boggart Mrs Weasley yang berubah menjadi tubuh tidak bernyawa Mr Weasle
Lembah Merpati 7 Misteri Listerdale The Listerdale Mystery Karya Agatha Christie Bangau Sakti 21

Cari Blog Ini