Ceritasilat Novel Online

Mencari Anjing Hilang 2

Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang Bagian 2


"Ssst! Jangan keras-keras. Mungkin ini penting artinya. Jangan sampai ketahuan orang lain!"
"Wah, menarik sekali hasil pengamatanmu itu, ujar Peter. "Ayolah. kita pergi ke pekarangan itu sekarang juga. Kita tahu, pemuda itu sedang berada di Hotel 'Jalak'. Jadi ia pasti takkan datang mengganggu."
ayolah, kalau begitu, jawab Colin. "Untung saja anak-anak perempuan tidak ikut! Mereka pasti akan menjadi kotor di sana. Wah, gawat! Susi datang!"
Susi datang menghampiri tergopoh-gopoh. Napasnya sengal-sengal karena terlalu cepat berjalan.
""Peter! Aku mendengar bahwa George keluar dari Serikat Sapta Siaga. Peter, bolehkah aku menjadi anggota yang ketujuh" Ayolah Jack, bilanglah pada Peter. supaya aku diterimanya,
"TIDAK MUNGKINI" seru ketiga anak itu serempak. "Kami sudah punya anggota ketujuh, kata Peter. Yang dimaksudkan, tentu saja Skippy.
"Sialan! Kukira aku belum terlambat, kata Susi dengan kesal lalu pergi lagi dengan cepat.
"Nekat sekali dia itu!" ujar Jack. "Sungguh, Susi benar-benar keterlaluan. Ayolah, kita pergi cepat-cepat ke pekarangan misterius, sebelum anak itu mendapat ide untuk membuntuti kita. Nekat sekali!" katanya lagi sambil menggeleng-geleng.
Ketiga anak laki-laki itu meneruskan perjalanan menuju ke pekarangan yang dimaksudkan Colin.
"Mula-mula kita harus lewat Jalan Hartley, kata Colin menjelaskan, "sudah itu melintasi Medan Plain. Dari situ kita sampai ke bagian kota yang kurang terawat."
Seperempat jam waktu yang mereka perlukan untuk sampai ke Medan Plain, karena Hotel'Jalak' terletak di tepi kota yang berseberangan. Medan itu mereka lintasi. Kemudian Colin mencari-cari lorong sempit yang menyusur di antara bangunan-bangunan tinggi.
"Aku melihat ada dua atau tiga lorong di sini, kata Peter. "Yang mana yang kaumaksudkan, Colin""
"Colin agak ragu. "Lain sekali kelihatannya pada siang hari," ujarnya. "Tapi menurut perasaanku, lorong itulah yang betul. Aku akan tahu dengan pasti, jika kita sudah sampai di pekarangan yang terdapat di ujungnya. Tak akan kulupakan keadaannya di situ, karena sangat jorok dan penuh sampah!"
Mereka memilih salah satu lorong, lalu masuk ke dalamnya. Tapi lorong itu berujung
pada suatu tempat tertutup" yang kelihatannya dijadikan tempat bermain untuk anak-anak kecil. Di situ ada beberapa anak perempuan yang masih kecil. Mereka bermain-main, ada yang naik sepeda, dan ada pula yang mendorong-dorong kereta boneka. Semuanya memandang ketiga anggota Sapta Siaga dengan heran.
"Ah, bukan yang ini, ujar Colin. Mereka kembali ke luar,lalu memilih lorong berikutnya. "Nah, rasanya ini dia!" kata Colin lagi. "Ini gerbang pintu di mana aku bersembunyi, supaya tak terlihat oleh orang itu ketika dia lewat!"
Mereka sampai di ujung lorong. Colin berseru gembira, "Nah, benar juga kataku tadi! Ini dia tempatnya. Aku mengenali tumpukan peti tua, dan kereta anak-anak berkarat yang sudah rusak itu. Ke sinilah pemuda itu menyeret anjing, menaruhnya di suatu tempat, lalu keluar lagi seorang diri! "
Mereka melihat berkeliling. Sekeliling pekarangan itu terdapat tembok tinggi. Nampak ada beberapa buah jendela berdebu. Tiba-tiba timbul kekhawatiran pada diri Peter. jangan-jangan nanti ada orang membuka salah satu jendela itu, lalu menyuruh mereka keluar.
"He, katanya dengan suara lirih, "nanti, kalau ada orang yang curiga dan menyuruh pergi. kita pura-pura sedang mencari sesuatu di sini. Ada yang membawa bola""
Kebetulan Colin membawa sebuah. Bolanya cuma bola pingpong, tapi itu pun sudah cukup!
Dengan hati-hati dijatuhkannya bola itu di antara sampah yang bertumpuk. Sudah itu mereka pura-pura mencarinya. Tapi sebenarnya mereka bertiga sibuk mencari tempat. di mana anjing yang kemarin mungkin dikurung.
Pekarangan itu mereka periksa. Karena tak ada yang mengganggu, makin lama mereka semakin berani. Pekarangan sempit itu sangat lengang dan sunyi Tempatnya terkurung, dan hanya ada satu jalan keluar, yaitu lorong yang mereka lalui tadi. Rupanya pekarangan itu dipergunakan sebagai tempat menimbun kotak-kotak bekas, peti-peti tua, barang-barang tembikar yang pecah, karung-karung dan macam-macam lagi.
"Semua ada di sini. Cuma anjingnya saja yang tetap tak berhasil kita temukan!" kata Peter dengan putus asa. "Rasanya semua kotak dan peti sudah kita periksa dalamnya. Begitu pula kita sudah mengintip ke segala sudut. Tak mungkin seekor anjing akan tetap diam, mendengar kita ribut-ribut membongkar-bongkar. Mestinya di sekitar sini ada jalan keluar lain di samping lorong yang kita lewati tadi. Setidak-tidaknya jalan keluar yang cukup besar untuk seekor anjing."
Kembali mereka menggeser semua kotak dan peti yang dekat ke dinding. Mereka berharap akan menemukan sebuah pintu kecil. Tapi ternyata tak ada lobang sama sekali di tembok tinggi yang mengitari pekarangan itu. Benar-benar misterius!
Jack duduk di atas sebuah kotak besar yang terdapat di tengah pekarangan. la ingin istirahat sebentar. Tiba-tiba Colin mendapat pikiran iseng. Jack ditubruknya dan didorong-dorong, supaya terjatuh dari kotak. Sebagai akibatnya, kedua anak itu sama-sama terpelanting. Peti yang diduduki ikut terguling.
"He! Jangan ribut," ujar Peter marah, "berisik sekali peti itu ketika terguling. Nanti terdengar orang. lalu kita kena marah."
Colin dan Jack bangkit sambil menepis-nepis- kan debu dari pakaian mereka. Keduanya tertawa meringis. Sekonyong-konyong Peter terpekik. Dipegangnya lengan Jack, sambil menunjuk ke arah kakinya.
"Jack, lihat itu! Anjing pasti bisa lewat di situ! "
Sekarang ketiga-tiganya menatap ke arah kaki Jack. Anak itu berdiri di atas sebuah penutup yang kelihatannya dari besi. Bentuknya bundar, dan persis menutup sebuah lobang. Mestinya itu lobang untuk memasukkan batu bara ke dalam gudang di bawah tanah.
""Kotak besar tadi menutupinya, ujar Peter bersemangat. "Memang kotak itu satu-satunya yang tidak kita geserkan. Tapi siapa akan menyangka, di bawahnya ada lobang tempat memasukkan batu bara" Kita bahkan sama sekali tak mengingat kemungkinan adanya lobang seperti ini. Menepilah. Jack, supaya bisa kita periksa!"
Jack mengangkat kakinya yang memijak tutup lobang. Mereka bertiga membungkuk untuk mengamat-amati.
"Kelihatannya pernah digeser orang baru-baru ini, kata Peter menilai. "Pinggirannya tak dilapisi kotoran teba
l. seperti biasanya kelihatan pada tutup lobang yang sudah lama tak dibuka. Aku berani bertaruh, anjing bull-terrier yang kau lihat kemarin, dijebloskan ke bawah lewat lobang ini. Aku berani bertaruh. anjing itu sekarang ada di bawah'"
"Tapi untuk apa anjing sebagus itu dijebloskan ke dalam gudang batu bara!" tanya Colin. la tak mengerti. .. Aneh benar! Dan juga aneh, ada lobang untuk memasukkan batu bara di pekarangan sesempit ini. Kan tak ada gerobak yang bisa lewat melalui lorong!"
"Kenapa harus gerobak" Orang mengangkut karung berisi batu bara kan bisa saja lewat, goblok!" ujar Peter dengan ketus. "Kita coba saja, bisakah tutup ini kita angkat. Aku kepingin mengintip ke bawah, barangkali saja ada yang bisa kelihatan!"
Tutup besi itu sukar diangkat, lagipula sangat berat. Peter mulai jengkel. Tapi akhirnya mereka, berhasil juga mengangkatnya, lalu menggeserkan ke samping. Ketiga anak laki-laki itu serempak menjulurkan kepala, sehingga saling terbentur.
"Aku dulu yang melihat, kata Peter dengan tegas. "Aku ketua Sapta Siaga." Teman-temannya mengalah.
Tapi dengan cepat Peter menarik kepalanya kembali. Kelihatannya dia kecewa.
"Ah. Payah! Di bawah sangat gelap. sepertinya, seperti lobang batu bara!" keluhnya. "Tak ada yang kelihatan di situ. Ada yang membawa senter ""
"Punyaku masih ada dalam saku, ujar Colin sambil mengeluarkan senter. Dengan cepat senter dinyalakan, lalu disorotkan ke bawah. Tapi bahkan dengan cahaya senter pun, masih tetap tak kelihatan apa-apa di situ. Apalagi seekor anjing! Sedang batu bara saja tak nampak. Yang kelihatan cuma lobang hitam dan dalam. Menyeramkan!
"Eh - barangkali ada yang mau meloncat ke bawah"" tanya Peter dengan suara segan.
" "XI LOBANG BATU BARA
TAPI tak seorang pun kepingin meloncat ke bawah. lobangnya tak begitu lebar. lagipula, dasar hitam yang di bawah kelihatannya jauh sekali dari tempat mereka berjongkok. Dan yang paling membuat mereka ngeri, siapa tahu ada yang sudah siap menyergap anak yang berani meloncat ke bawah!
"Ah, rasanya tak ada perlunya bagi kita untuk masuk ke dalam lobang ini, karena belum banyak yang diketahui tentang persoalan yang kita hadapi, ujar Peter akhirnya. "Bagaimana pendapatmu, Colin" Mungkinkah ini lobangnya, ke mana anjing yang kamu lihat itu dijebloskan""
"Entah, ujar Colin. la benar-benar tak tahu.
"Pokoknya, anjing itu tak ada di sini. baik dalam keadaan hidup ataupun mati. lobang ini kosong. Menurut dugaanku, ruangan di bawah itu sebuah gudang di bawah tanah. Mungkin ukurannya besar sekali. Dan aku tak tahu, apa gunanya menjebloskan seekor anjing yang bagus ke gudang penyimpanan batu bara. Tak masuk akal bagiku. "
"Kita kembalikan saja penutup lobang ini ke tempatnya. Sudah itu kita pulang ke rumah," kata Peter. "Hari sudah hampir gelap. Aku agak seram berada di pekarangan kotor yang sunyi ini. karena waktu sudah menjelang malam,
la sudah, memegang penutup dari besi, untuk menggesernya ke tempat semula tapi Colin menahan. "Nanti dulu, katanya. "Aku mendapat akal."
Dijulurkannya kepalanya ke dalam lobang, sudah itu ia bersiul. Siulan Colin melengking tinggi, dan nyaring sekali. Orang-orang yang mendengar, marah dibuatnya karena kaget. Tapi kali ini siulan Colin tak begitu terdengar nyaring. karena kepalanya terbenam di bawah lorong.
Tapi di bawah pasti terdengar jelas, karena gemanya mengaung dengan keras.
"Kenapa hal itu kaulakukan"" ujar Peter dengan marah. Tapi Jack sudah lebih cepat menebak maksud kawannya itu. Karenanya Peter disenggol supaya diam. Sekarang Colin memiringkan kepala. la mendengarkan dengan seksama, dengan kepala yang masih tetap dimasukkan ke dalam lobang. la mendengar sesuatu, apakah itu" Nah, itu dia terdengar lagi. Tapi hanya sekali saja, sudah itu terhenti.
Colin menarik kepalanya kembali ke atas Matanya bersinar-sinar.
"Anjing itu ada di suatu tempat di bawah sana, tuturnya. "Ia mendengar siulanku, dan aku mendengar dia menggonggong. Kedengarannya jauh sekali. entah di mana!"
"Wah! Kau benar-benar mendengarnya"" tanya Peter dengan takjub. "Bagus sekali idemu tadi, Colin. Jadi ternyat
a pemuda itu memang menjebloskannya ke bawah. Benar-benar misterius
"Betul! Suatu persoalan rahasia yang timbul secara tiba-tiba. seperti biasanya persoalan-persoalan seperti itu, sambung Colin. "Apa yang kita lakukan sekarang" Kalau kita tadi membawa tangga tali. kita bisa turun ke bawah. Tapi kalau kita meloncat begitu saja, ada kemungkinan kaki patah!"
Mereka berpikir sebentar sambil berjongkok.
"Gudang di bawah itu, mestinya merupakan bagian dari salah satu bangunan di sekitar pekarangan ini, kata Jack pada akhirnya. "Tapi bangunan yang mana" Susah untuk menebaknya, karena letak lobang ini persis di tengah-tengah pekarangan!"
"Aku tak mengerti. untuk apa kau harus mengetahui gudang dari gedung mana yang terdapat di bawah ini!" tanya Peter.
"Ada saja gunanya, jawab Jack. "'Kita bisa menyelidiki. apakah ada perusahaan yang berkantor dalam satu di antara gedung-gedung ini yang menaruh minat pada anjing."
"Baik juga idemu." kata Peter membenarkan, meski masih agak ragu. "Pokoknya, sekarang kita geser saja tutup besi ini kembali ke tempatnya semula. Sudah itu kita taruhkan peti ke atasnya lagi. Jangan sampai orang curiga. bahwa kita mengetahui sebagian dari rahasia mereka."
Penutup besi mereka kembalikan dengan hati-hati, supaya jangan menimbulkan bunyi berisik. Sudah itu mereka letakkan peti di atasnya. Sekarang lobang itu sudah tersembunyi lagi, persis keadaannya seperti pada waktu mereka memasuki pekarangan.
"Hari sudah gelap," kata Peter. "Kita pulang saja ke rumah cepat-cepat. Ibu pasti sudah mulai waswas, karena aku belum pulang, Sialan, baru sekarang aku ingat! Aku belum membuat pekerjaan rumah! Mana bisa menghafalkan kata- kerja dalam bahasa Perancis, jika kepala sedang penuh dengan kejadian misterius!"
"Lihatlah!" seru Jack. pada waktu mereka hendak meninggalkan pekarangan. "Lihat itu, di sana!" la menunjuk ke atas. "Hanya dari satu jendela saja kelihatan cahaya lampu. Mungkinkah gudang batu bara yang di bawah merupakan bagian dari gedung itu" Mungkinkah ada orang yang mengurus anjing bull-terrier yang kaulihat, Colin" Mestinya ia ketakutan setengah mati, kalau ditinggal sendirian!"
Ketiga anak laki-laki itu tengadah, memandang jendela yang bercahaya.
"Letaknya di gedung sebelah kiri, kata Peter. "Pintu masuknya di balik pojok jalan depan. Ayo kita pergi ke sana! Kita periksa. perusahaan apa yang menempati. Mungkin ada gunanya! Walau mungkin saja cahaya di balik jendela itu sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan rahasia yang sedang kita selidiki!"
Mereka meninggalkan pekarangan dengan hati-hati. lalu berjalan melalui lorong gelap menuju ke jalan besar. Mereka mengitari pojok jalan itu, dan sampai di gerbang pintu gedung yang dituju. Gedung itulah yang mereka perkirakan menyala sebuah lampunya di balik jendela.
Colin menyalakan lampu senter, dan menyorotkannya ke pelat tembaga kotor yang ditempelkan di pintu.
"Perhimpunan Pabrik Goni!" bacanya agak keras. "Apa itu" Kalau kuperhatikan keadaan gedung ini, mestinya perusahaan yang dulu bekerja di sini sudah lama gulung tikar! Kotor dan sepi benar tempat ini. Pasti sudah bertahun-tahun tak pernah tersentuh cat!"
"Mungkin ini salah satu, bangunan, yang menurut rencana kotapraja akan dibongkar, kata Jack. "Aku tahu, beberapa buah gedung di sekitar sini akan dirombak, karena sudah terlalu tua. Ayolah, -kita pulang!"
Tiba-tiba Peter menyeret kedua temannya ke pinggir.
"Lihat, pintu terbuka!"
Anak-anak bersembunyi di tempat gelap, sambil memperhatikan. Seseorang keluar, lalu menutup pintu kembali dengan pelan-pelan. la berjalan merapat ke tembok. Orangnya jangkung, punggungnya bungkuk.
Serempak ketiga anak itu mengikuti dari belakang. Langkah mereka tak, terdengar, karena ketiga-tiganya memakai sepatu bersol karet. Mereka tahu, di balik pojok jalan ada lampu jalan. Mungkin kalau orang itu lewat di bawahnya, mereka akan bisa melihatnya lebih jelas. Siapakah dia"
"Kita buntuti dia dari belakang!" bisik Peter. "Mari!"
" XII PERJUMPAAN MENARIK "ORANG yang mereka ikuti lewat di bawah lampu jalan. Tapi jalannya cepat. Peter berusaha untuk memp
erhatikan segala-galanya dengan sekali pandang. Tiba-tiba ia teringat pada Janet. Adiknya pasti akan bisa melakukannya dengan baik!
Orang itu lalu sebentar di bawah lampu, lalu masuk kembali ke tempat gelap.
Toh tak banyak yang nampak. pikir Peter. Orang itu mengenakan topi yang dibenamkan menutupi muka. la berjalan seperti agak pincang. Sialan, takkan mungkin aku berhasil mengenali orang itu kembali!
Orang yang mereka buntuti masih berjalan dengan cepat, menuju ke halte bis. Anak-anak bisa mengikuti dengan mudah, karena di jalan banyak orang yang lalu lalang.
"Ia menuju ke halte bis." kata Colin. "Kita perhatikan, bis mana yang dinaiki olehnya. Bagaimana, apakah nanti ikut naik, untuk mengamat-amati dengan lebih seksama""
"Ya!" jawab Peter bergairah. la lupa bahwa hari sudah malam. la lupa pada pekerjaan rumah yang masih harus dibuatnya. la lupa segala-galanya, karena perhatiannya tertuju pada kejadian asyik yang sedang mereka hadapi. Mereka sedang mencium jejak suatu peristiwa rahasia baru. Siapalah yang mau berhenti di tengah-tengah keasyikan, lalu pulang ke rumah!
Orang jangkung itu menuju ke bis kedua yang sedang berhenti di halte.
"Bis itu menuju ke Pilberry, kata Peter. "Ayo, kita ikut naik!"
Orang itu menaruhkan tangan ke tempat pegangan di pintu, lalu naik ke atas bis Anak-anak hendak menyusul. tapi ditahan oleh kondektur "Sayang, tak bisa lagi, katanya, "bis sudah penuh!"
Kondektur memijit bel. dan bis berjalan meninggalkan halte.
"Sialan'" umpat Peter karena kecewa. "Hilang kesempatan untuk membuntuti sampai ke rumahnya."
"Ah, menurut perasaanku dia tak ada hubungannya sama sekali dengan persoalan anjing, kata Colin. "Bisa saja kita keliru. dan kemudian mengetahui bahwa dia itu pegawai biasa, yang hendak pulang ke rumah naik bis."
Sekonyong-konyong Jack melonjak sambil menamparkan tangan ke pipi. Kaget Colin dan Peter dibuatnya. "Ada apa, Jack!" tanya mereka heran!.
"Tidak kalian perhatikan tangannya tadi"" kata Jack. Suaranya bersemangat, "Tadi, sewaktu diletakkan pada besi pemegang di bis.
""Tidak. Kenapa"" tanya kedua temannya serempak.
"Aku kebetulan memperhatikannya. Dua jarinya tak ada. dan tangan itu bengkok, kata Jack tak sabar. "Tidak ingatkah kalian pada laporan yang dibuat oleh Janet. Sudah lupakah -"
"Masya Allah! Betul!" seru Peter Sekarang dia yang menampar dahi. "Betul katamu. Itu dia orang yang turun dari kereta yang datang dari Pilberry. Topi yang dibenamkan dalam-dalam menutupi muka. berjalan dengan agak pincang, tangan yang agak aneh -"
"Dan bahunya kelihatan seperti persegi, sambung Colin. "Semuanya cocok. Memang dialah orang yang diperhatikan oleh Janet. Tapi tunggu dulu! Kan sebenarnya tak luar biasa, bila kita melihat orang yang diperhatikan oleh Janet" Bisa saja hal itu terjadi secara kebetulan. Kan tak ada arti yang luar biasa""
"Memang, benar juga katamu itu. Hal ini tak perlu ada artinya, kata Jack. Semangatnya agak mengendur. "Cuma rasanya agak aneh. Mungkin kita yang terlalu curiga! Mungkin saja dia seorang biasa, yang hendak pulang ke rumah."
Mereka memutar badan, dan berjalan kembali untuk melintasi Medan Plain. Mereka lewat di depan lorong sempit yang menuju ke pekarangan. Seseorang keluar dengan cepat dari sana, dan hampir saja menubruk mereka bertiga.
Malam terlalu gelap untuk dapat melihat muka orang itu. Tapi untung bagi mereka, tak lama kemudian dia lewat di bawah lampu jalan. Kelihatan tangannya menggenggam sesuatu yang menarik perhatian Jack.
"Dia membawa tali anjing, ujarnya setengah berbisik. Tapi tanpa anjing, pria itu pemuda yang tinggal di Hotel 'Jalak'...
"Orang yang kulihat kemarin, yang menyeret anjing bull-terrier ke mari!" ujar Colin dengan bergairah. "Apa yang diperbuatnya lagi di sini" Mungkin dia menyeret anjing lain. lalu melemparkannya ke dalam lobang batu bara di pekarangan! Wah, aneh benar persoalan ini! Apa sebenarnya yang sedang terjadi""
Mereka terus membuntuti, dengan jarak agak jauh. Tapi kemudian pemuda itu membelok di suatu pojok jalan. Anak-anak ikut membelok, tanpa mengira bahwa sebentar lagi mereka akan terkejut
setengah mati. Pemuda itu keluar dari balik gerbang sebuah pintu rumah, ketika mereka sedang berjalan lewat. la berhasil menangkap bahu Peter dan Colin. Sebuah lampu senter dinyalakan olehnya, lalu disorotkan ke muka mereka.
"Nah! Kalian bertiga rupanya, kata orang itu. "Anggota-anggota Gerombolan Pengintai Rahasia, atau entah apa nama yang kalian sebutkan waktu itu! Sudah kukira, kalian yang membuntuti aku dari tadi! Anggota kalian yang keempat siapa namanya lagi - 0 ya,' George - sudah kuseret pulang ke rumah orang tuanya. Dia dihukum karena iseng membuntuti orang pada malam hari. Aku kepingin menyeret dan menyerahkan kalian bertiga ke kantor polisi. karena mengganggu orang dengan membuntuti dari bela- kang!"
"Boleh saja, jawab Peter dengan segera. "Bawalah kami ke polisi. Kami tidak keberatan. Ayo, bawalah kami ke sana!"
Pemuda itu agak ragu. Rupanya ia tak menyangka bahwa Peter akan menantangnya. Ketiga anak itu berdiri, menghadapinya dengan muka masam. Tiba-tiba Colin bertanya,
"Di mana anjingmu""
"Apa maksudmu" Aku tak punya anjing'" jawab pemuda itu dengan marah. "Pikiran kalian rupanya hanya anjing saja. Tadi sore, sewaktu kalian datang untuk menemui aku. hal itu juga sudah kautanyakan."
"Kalau kau tak punya anjing, kenapa bawa-bawa tali anjing!" tanya Colin sambil menunjuk.
"Kaukira kalian ini siapa. menanyakan pertanyaan-pertanyaan edan. dan mengganggu orang dengan membuntuti dari belakang! Dan kenapa terus-menerus mengoceh tentang anjing! Mau apa kalian"" tanya pemuda itu. Pertanyaan itu tidak dijawab oleh ketiga anggota Sapta Siaga.
"Bagaimana, kami masih mau dibawa ke kantor polisi atau tidak"" tanya Jack. "Kalau jadi. kami sudah siap. Kau bisa mengatakan apa saja pada mereka di sana. Mungkin ada juga laporan kami!"
"Aaah!" bentak pemuda itu. Kelihatannya sudah gemas sekali. ingin mengayunkan tali anjing untuk memukul ketiga anak yang merepotkannya. "Aku sudah bosan bicara dengan kalian. Ayo pulang, dan jangan sampai aku melihat kalian lagi!" Sehabis berkata, pemuda itu pergi dengan marah.
"Nah!" ujar Peter sambil mengikuti dengan pandangannya. "Ternyata dia tak berani menyeret kita ke polisi! Kenapa" Aneh benar dia itu!"
Kejadian-kejadian yang serba luar biasa itu menyebabkan perlunya diadakan rapat Sapta Siaga secepat mungkin. Mereka harus membicarakan semuanya, serta berusaha mencari penjelasannya. Peter memutuskan untuk mengadakan rapat selama setengah jam sebelum sekolah sore pada hari Kamis,
"Sayang George sudah keluar!" kata Janet. "Pasti ia kepingin mendengar tentang peristiwa- yang terjadi selama ini!"
"Kita bisa saja menceritakan padanya, kata Jack. "Tentu saja dia tak bisa menghadiri rapat. Tapi aku tak melihat alasan, kenapa kita tak boleh menceritakan padanya tentang hal-hal yang terjadi. Bagaimana juga, pengintaian yang dilakukan olehnyalah yang memulai semua ini."
"Tapi dia bukan anggota lagi, kata Peter. Peter memang selalu menginginkan agar peraturan-peraturan ditaati. "Kita tak bisa memberitahukan kegiatan kita pada orang lain, kecuali ketujuh anggota. Sebab jika kita beritahukan, maka serikat kita bukan serikat rahasia lagi namanya."
Skippy menggonggong sambil memukul-mukulkan ekor ke lantai. Rupanya anjing itu beranggapan, dia perlu memberikan komentar tentang segala yang dibicarakan. Maklumlah, dia sekarang sudah anggota penuh!
"Kita adakan pemungutan suara saja', usul Janet. "Aku juga ingin supaya peraturan ditaati - tapi keluarnya George dari serikat kita, bukan karena kesalahannya. Aku mempunyai perasaan, seolah-olah ia masih tetap berada di tengah-tengah kita."
Pemungutan suara diadakan. Untungnya, semua anggota sebenarnya sependapat. George memang harus diberitahukan tentang segala hal yang terjadi dengan Sapta Siaga. Hal itu akan menghibur perasaannya, karena terpaksa keluar.
Bahkan Skippy pun ikut-ikut memberikan suara, dengan gonggongan keras. Semua menafsirkannya sebagai 'Ya!
Sesudah itu diadakan diskusi. yang berjalan dengan sangat ramai. Semua ingin langsung bicara. Peter terpaksa bertindak keras, dan menentukan bahwa hanya satu anggota saja yang
boleh bicara pada saat gilirannya.
Mereka sampai pada kesimpulan, bahwa orang tua yang keluar dari gedung yang di balik salah satu jendelanya kelihatan ada lampu menyala, dan kemudian menaiki sebuah bis, adalah orang yang sama dengan yang dilihat oleh Janet di stasiun.
"Barangkali dia tinggal di Pilberry," kata Janet, "karena aku melihatnya turun dari kereta api yang datang dari jurusan itu. Dan kalian melihatnya naik ke bis yang akan berangkat ke Pilberry. Tapi terus terang saja, aku tak mengerti apa pentingnya untuk mengetahui di mana dia tinggal. Mungkin ia sama sekali tak ada urusannya dengan peristiwa yang sedang kita selidiki."
"Itu juga sudah kita pikirkan, kata Jack. "Tapi menurut perasaan kami, mungkin pula dia ada sangkut pautnya. Jadi sebaiknya kita buka mata lebar-lebar untuk mengawasi tindak-tanduknya. Laporanmu tentang dirinya baik sekali, Janet. Sekali pandang kami sudah mengenalnya kembali!"
Janet gembira mendengar .pujian itu. Dalam hati mereka, Pam dan Barbara menyesal. kenapa mereka hanya cekikikan saja sewaktu bertugas di halte bis. Kalau tidak, mungkin mereka juga berhasil mengamat-amati orang secermat Janet. Mereka bertekat. lain kali melakukan tugas dengan lebih baik!
Persoalan lobang batu bara juga dibicarakan dengan panjang lebar.
"Sudah pasti ada alasannya. kenapa pemuda itu membawa anjing-anjing dengan diam-diam ke sana pada malam hari. lalu menjebloskan ke dalam lobang itu, kata Colin. "Sudah itu ia pergi lagi. Mungkinkah di bawah ada orang yang menunggu, untuk mengambil anjing-anjing yang dilemparkan" Maksudku. mestinya ada orang yang mengurus anjing-anjing itu,
"Memang, aku juga sependapat. Tapi kenapa binatang-binatang itu dibawa dan disembunyikan di sana"" tanya Jack. "Itulah yang kepingin kuketahui. Sebaiknya kita laporkan saja pada Perhimpunan Penyayang Binatang. Kejam sekali perbuatannya. menjebloskan anjing-anjing ke dalam lobang batu bara. lalu meninggalkan mereka sendirian dalam gelap. Mungkin binatang-binatang malang itu tak diberi makan dan minum,
""Tapi tak ada gunanya pula membiarkan anjing-anjing itu mati kelaparan di situ, balas Peter. "Satu hal sudah pasti. Anjing-anjing itu dicuri. Kita sudah melihat seekor di antaranya. Menurut katamu, Colin, anjing itu jenis bull-terier yang bagus. Jadi mestinya binatang itu berharga sekali, dan kalau dijual akan sangat mahal harganya."
"Ya! Dan sewaktu kita hampir bertubrukan dengannya, pasti pemuda itu baru saja mencuri seekor anjing lain yang juga sangat mahal harganya." kata Jack. "Wah! Jangan-jangan gudang di bawah tanah itu penuh dengan anjing-anjing keturunan murni, yang kalau dijual akan menghasilkan uang yang banyak sekali!"
"Kasihan anjing-anjing itu!" ujar Pam. "Bagaimana keadaan mereka dalam gudang yang gelap itu1 Mudah-mudahan saja ada orang di situ yang mengurus,
Anak-anak terdiam. Semuanya memikirkan hal yang sama. Mereka harus bertindak untuk menolong binatang-binatang yang terkurung. Mereka harus berusaha untuk memeriksa gudang itu!
Colin, Pam dan Jack membuka mulut. Mereka mulai bicara serempak, sehingga Peter terpaksa mengetok-ngetok peti yang ada di depannya.
"Diam! Kan sudah kukatakan, kalian harus bicara satu-satu. Ada yang punya usul" Pam, apakah yang ingin kaukatakan tadi""
"Aku punya usul. Rasanya baik juga, kata Pam. "Bagaimana kalau kita memeriksa iklan-iklan dalam koran! Kan di situ ada bagian khusus untuk barang-barang hilang! Kita periksa, barangkali saja banyak anjing yang dilaporkan hilang."
"Pam, idemu itu bagus sekali, ujar Peter. Senang hati Pam mendengarnya.' "Kita akan melakukannya."
"Dan kita juga bisa pergi ke kantor polisi. Di sana ada papan pengumuman, yang dipasang di luar, kata Jack mengajukan usulnya. "Sering kali di situ tergantung surat-surat selebaran, yang memuat keterangan tentang binatang-binatang yang dilaporkan hilang oleh pemiliknya,
"Setuju, seru Peter dengan gembira. "Masih ada lagi usul-usul lain yang sebagus itu""
"Kita harus memeriksa gudang di bawah tanah itu, kata Colin. "Aku berpikir-pikir, bagaimana jika kita mencoba masuk ke gedung yang di balik jen
delanya kelihatan ada lampu menyala. Kita lihat, apakah gudang di bawah tanahnya menuju ke lobang batu bara yang terletak di bawah pekarangan. Tapi mungkin jika kita masuk, akan membahayakan bagi kita. Kalau tidak salah, perbuatan itu terlarang. karena termasuk kasus 'Pembongkaran', bukan""
"Betul! Kita tak boleh melakukannya," ujar Peter dengan tegas. "Kita tak boleh melanggar peraturan, meski dengan tujuan untuk membela keadilan. Kalau lobang batu bara memang harus kita periksa, tapi aku tak melihat apa salahnya bagi kita untuk melakukan hal itu. Sekarang, kita susun saja rencananya dulu."
"Semua anggota harus melakukan salah satu tugas!" seru Jack bergairah. "Serahkan tugas-tugas kami. Peter, dan kami akan melakukannya. Hore! Sapta Siaga sekarang beraksi penuh!"
" XIII TUGAS UNTUK SETIAP ANGGOTA
"PETER mengatur tugas masing-masing, "Pam dan Barbara, kalian mengumpulkan koran yang terbit akhir-akhir ini. Periksalah bagian iklannya, untuk mencari apakah ada pengumuman tentang anjing berharga yang hilang, ujarnya.
"Baik, Peter, ujar kedua anak perempuan itu.
"Dan ingat. lakukan tugas kalian dengan baik kali ini, ujar Peter dengan garang. "Janet. kamu pergi ke kantor polisi. Periksalah papan pengumuman, barangkali di situ juga ada keterangan tentang anjing-anjing hilang. Dan karena kantor polisi tak jauh letaknya dari rumah George, kau sekaligus pergi mendatangi dia untuk menceritakan kabar-kabar terbaru. Hari ini ia tidak bersekolah, karena kabarnya sakit batuk. Pasti ia akan gembira jika kaukunjungi."
"Ya, Peter, kata Janet. la senang karena mendapat tugas yang disukai olehnya.
"Nah - sekarang Colin dan Jack. Kamu berdua ikut dengan aku dan Skippy. Kita akan memeriksa lobang batu bara malam ini, ujar Peter selanjutnya. la bicara dengan suara pelan. sehingga kedengaran serius dan bertekat bulat.
""Colin, jangan lupa membawa tangga tali kepunyaanmu. Dengannya kita bisa turun ke bawah lewat lobang yang terdapat di tengah pekarangan. Masing-masing membawa lampu senter. Kita memakai sepatu bersol karet."
"Ya. Peter, jawab kedua anggota yang diajak bicara. Wajah mereka bersinar-sinar. Hebat sekali petualangan mereka kali ini! Skippy ikut-ikut menggonggong dengan ribut.
"Skippy juga gembira, karena ikut mendapat tugas!" kata Janet. "Peter, bolehkah aku ikut dengan kalian berempat""
"Tidak bisa, kata Peter. Tiba-tiba ia bicara seperti orang dewasa. Ini tugas laki-laki, karena memeriksa lobang batu bara merupakan tugas yang berbahaya."
"Sekarang hari Kamis, ujar Pam. "Lupakah kalian, bahwa kalian hari ini diundang pesta di rumah Ronnie" Jadi tak banyak yang mungkin kalian lakukan hari ini!"
"Sialan, betul juga katamu itu. Aku lupa sama sekali!" kata Peter sambil menepuk dahi.
"Kalau begitu hari Jumat saja kita memeriksa lobang batu bara. Tapi anggota-anggota yang perempuan bisa saja melakukan tugas kalian hari ini. Nah. rapat selesai. Kebetulan sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah lagi!"
Mereka berenam keluar dari gudang tempat rapat. Skippy ikut keluar, sambil mengibas-ngibaskan ekor dengan bangga. Pam dan Barbara berniat pergi ke perpustakaan umum sehabis sekolah. Di sana banyak surat kabar, jadi mereka tak perlu lagi repot-repot mencarinya.
Pegawai perpustakaan itu tercengang-cengang. ketika melihat dua anak perempuan duduk sambil sibuk meneliti setumpuk surat kabar. Banyak yang mereka temukan dalam bagian iklan. .
"Lihat, Pam, ujar Barbara, sambil menunjuk dengan jarinya pada dua buah iklan. "Hilang atau dicuri: seekor anjing greyhound keturunan baik. Ini ada lagi, hilang atau dicuri: seekor bull-terrier keturunan asli. He, mungkin anjing ini yang dilihat oleh Colin malam itu! Di sini tertulis nama dalam alamat pemiliknya. Tempat tinggalnya di daerah kita juga'"
"Aku juga menemukan sebuah iklan yang menarik, jawab Pam. "Ini, lihatlah! Hilang hari Senin tanggal 16, seekor anjing Saluki yang sangat bagus. Namanya Sally. Pemiliknya juga tinggal di daerah sini. Rupanya ada pencuri yang memang beraksi khusus mengambil anjing-anjing keturunan asli saja!"
"Ini ada lagi iklan lain, kata Barbara,
yang masih terus mencari. "Telah hilang seekor anjing asli Alsatian, terlatih baik. Namanya Kip. Ada dugaan bahwa anjing itu dicuri." Barbara memandang temannya dengan mata bersinar-sinar.
"Wah, bagaimana jika semua anjing ini ditemukan nanti dalam gudang batu bara""
"Menurut perkiraanmu, apa yang akan dilakukan oleh pencuri terhadap anjing-anjing itu"" kata Pam menduga-duga.
"Tentu saja ia akan menjualnya, karena pasti menguntungkan, tebak Barbara. "Atau bisa juga mengharapkan uang penebus yang disediakan. Nih, baca sendiri. Untuk anjing Alsatian yang hilang, disediakan hadiah 20 poundsterling bagi orang yang menemukan." ,
"Aku kepingin tahu, bagaimana hasil yang dicapai oleh Janet di kantor polisi, kata Pam lagi. "Mungkin di sana juga terdapat pengumuman tentang anjing-anjing yang hilang. Pokoknya, kali ini tugas kita lakukan dengan baik. Peter takkan mengomel lagi!"
Tapi ternyata Janet baru bisa pergi ke kantor polisi pada keesokan harinya. la makan siang cepat-cepat, lalu bergegas melakukan tugasnya. Maksudnya hendak melihat pengumuman dulu, dan sudah itu mendatangi George untuk memberi laporan tentang perkembangan terakhir.
Di papan pengumuman cuma terdapat sebuah lembaran tentang anjing. Tapi isinya sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan penyelidikan Sapta Siaga. Pada kertas pengumuman itu tertulis, bahwa anjing yang ketahuan mengganggu biri-biri akan ditembak. Janet berdoa, semoga Skippy tak pernah mau melakukan perbuatan iseng serupa itu. Tapi Janet sebenarnya tahu bahwa anjing mereka takkan melakukannya.
Ayah Janet seorang petani yang juga beternak. Biri-birinya banyak sekali. Jadi Skippy sudah biasa bergaul dengan biri-biri. Walau begitu, akan sedih sekali hatinya. apabila Skippy ditembak polisi.
"Janet memandang ke pengumuman yang tergantung di sebelah. Di situ tertera keterangan tentang seseorang yang dicari polisi. Janet membaca dengan penuh minat.
"Dicari seorang pria bernama John Wilfrid Pace. Umur 71 tahun. Berbadan kurus dan bungkuk. Kepala botak, alis dan janggut tebal. Suaranya sangat serak. Kalau berjalan. badannya gemetaran. Di pipi kanan terdapat bekas luka yang kelihatan jelas. ..
"Pasti aku akan berhasil mengenali orang itu, apabila berpapasan dengannya, kata Janet pada dirinya sendiri. Dibayangkannya seorang tua berbadan bungkuk, berkepala botak dengan janggut tebal. sedang di mukanya ada bekas luka.
""Sekarang aku harus pergi ke rumah George. Kalau tidak, bisa terlambat datang di sekolah nanti."
George gembira karena didatangi oleh Janet. la sebetulnya tak apa-apa. Tapi karena batuk-batuk, ibu George melarangnya pergi ke sekolah sampai hari Senin.
"Aku datang untuk melaporkan kabar-kabar terakhir tentang kegiatan Sapta Siaga, ujar Janet padanya. "Ada orang yang bisa mendengarkan percakapan kita di sini" Tidak" Baiklah, Kami tahu, kamu bukan anggota lagi. Tapi kami memutuskan dengan suara bulat. bahwa kamu harus tahu perkembangan kegiatan kami. Banyak sekali yang akan kuceritakan padamu, George. Persoalannya menarik sekali!"
Kemudian Janet bercerita panjang lebar. Ketika George ditinggalkan lagi, anak itu merasa sangat sedih. Teman-teman asyik dengan penyelidikan mereka, pikirnya, dan ia terpaksa mendengar ceritanya saja. Kemudian ia mendapat ide.
"Kenapa aku tak bisa ikut" Aku kan bisa saja datang ke pekarangan itu, dan menonton teman-teman yang turun ke dalam lobang batu bara" Mereka tak perlu tahu bahwa aku menonton mereka. Aku pasti berhasil menemukan tempat itu. Benar! Aku akan pergi ke sana. Awas, Sapta Siaga! Aku akan ikut. walau kalian takkan bisa melihat aku! Hore!"
" XIV TURUN KE LOBANG BATU BARA
"PESTA yang diadakan di rumah Ronnie ramai sekali. Anak-anak asyik bermain-main dan makan minum dengan sedap. Sebagai akibatnya. mereka lupa akan peristiwa misterius yang sedang mereka selidiki. .Tapi kemudian diadakan satu permainan, yang mengingatkan para anggota Sapta Siaga itu pada kesibukan mereka. Sekonyong-konyong ibu Ronnie masuk membawa baki. Di atasnya terdapat bermacam-macam benda.
"Sekarang, semua harus memperhatikan baik-baik!" ujarnya. "Di atas
baki ini ada dua puluh macam benda. Aku ingin tahu, siapa yang paling awas matanya! Kalian boleh memperhatikan benda-benda ini selama satu menit. Sudah itu baki akan kuambil. Kalian harus menuliskan, Apa- apa saja yang kalian lihat ada di atas baki. Tuliskan semua yang kalian ingat!"
Janet juga hadir dalam pesta itu, karena ia adik Peter. Dan Ronnie segan terhadap ketua Sapta Siaga itu. Jadi dapat dibayangkan, siapa yang akhirnya memenangkan pertandingan adu ketajaman mata yang diadakan oleh ibu Ronnie.
Tentu saja Janet. la berhasil mengingat kedua puluh benda yang terdapat di atas baki. Peter sangat bangga terhadap ketangkasan adik perempuannya itu.
"Rupanya kau ini anggota suatu serikat rahasia, Janet, ujar ibu Ronnie sambil menyerahkan sebuah kotak berisi kue coklat sebagai hadiah. "Dan kau tentu anggotanya yang paling tangkas'"
Ucapan itu mengingatkan ketiga anggota Sapta Siaga yang lain pada tugas hebat yang akan mereka lakukan besok malam. Mereka akan masuk ke gudang batu bara lewat lobang yang terletak di tengah pekarangan. Apakah yang akan mereka temukan di sana"
Mereka tak punya waktu lagi untuk mengadakan rapat sebelum Jumat malam, karena itu Pam dan Barbara terburu-buru melaporkan pada Peter, bahwa mereka berhasil mendapat keterangan tentang beberapa ekor anjing yang hilang. Peter sangat tertarik mendengar laporan mereka apabila karena kebanyakan dari pemiliknya tinggal di daerah mereka juga.
"Kelihatannya para pencuri juga bersarang di daerah ini, katanya. "Kalau begitu, mungkin saja tempatnya di gudang yang kita temukan! Aku ingin membalas dendam pada pemuda itu, karena menjerumuskan George ke dalam kesulitan. Tanggung ia ikut- terlibat dalam kejahatan ini!"
Malam itu Peter dan Skippy menunggu kedua temannya di ujung jalan. Sekitar jam tujuh, Jack dan Colin datang. Hari sudah gelap. Colin membawa tangga tali. dan ketiga-tiganya tak melupakan lampu senter. Jantung mereka berdebar keras.
Hujan turun rintik-rintik, sehingga malam menjadi semakin gelap saja. Ketiga-tiganya melipat kerah mantel mereka ke atas. Mereka berjalan dengan hati-hati, karena khawatir kalau-kalau pemuda yang jahat itu tiba-tiba muncul dari balik belokan jalan. Mereka tak senang padanya. Terus terang saja, anak-anak itu agak takut. Matanya kelihatan menakutkan. Sedang garis bibirnya yang tipis, menimbulkan kesan yang jauh dari baik.
Mereka berjalan melalui Jalan Hartley, lalu melintasi Medan Plain. Sebuah bis menderu melewati mereka, begitu pula beberapa buah mobil. Akhirnya mereka sampai di lorong yang dituju.
"Mungkinkah malam ini pemuda itu akan datang lagi dengan seekor anjing"" bisik Jack. "Kita harus berjaga-jaga. Orang itu tak boleh mengetahui, bahwa kita masuk ke lobang batu bara!"
"Kalau begitu kamu menjaga di atas sedang kami berdua turun ke bawah, kata Peter. "Kalau kami sudah sampat lari cepat-cepat ke lobang dan ikut turun. Kuharapkan saja, pemuda itu sama sekali tak datang. Karena pasti kita akan terjebak di dalam! Kalau penutup dari besi digeserkan kembali ke lobangnya. kita tak bisa keluar lagi. Tak mungkin kita kuat mengangkat tutup seberat itu,
"Bayangan itu sama sekali tak mengenakkan hati. Semakin berhati-hati mereka berjalan. sambil menengok ke kanan kiri. Mereka tak ingin terjebak! Tapi tak kelihatan seorang pun dekat lorong. Anak-anak itu bergegas masuk ke dalamnya, lalu menuju ke pekarangan di belakang. Tempat itu gelap gulita. Mereka berhenti sebentar sambi! menajamkan telinga. Skippy juga ikut mendengarkan. Kalau orang yang mereka takuti ada di situ, pasti akan terdengar bunyi gemerisik, atau suara napasnya. Tapi tak ada yang kedengaran. Karenanya mereka merasa aman untuk menghidupkan lampu senter. lalu mendekati lobang batu bara.
Peter menyorotkan cahaya senternya sebentar ke sekeliling pekarangan. Tempat itu masih tetap lengang dan jorok. Keadaannya gelap gulita, bahkan satu-satunya lampu di balik jendela kali ini tidak menyala.
Ketiga anak itu menggeserkan peti yang menutupi lobang ke samping. Penutup yang berat mereka singkirkan. Sudah itu Peter menyorotkan sinar lampu senter ke bawah. Yang n
ampak hanya tempat yang gelap dan kotor. Colin menguraikan tangga tali yang dibawanya, lalu mengulurkan pelan-pelan ke bawah. Skippy memperhatikan dengan penuh minat.
Ketiganya memandang ke bawah, dengan diterangi sinar senter. Ya, nampak bahwa tangga sampai ke lantai bawah. Colin menambatkan ujung tangga yang sebelah atas ke sebuah tiang batu yang ada dekat situ.
""Nah, sekarang kau pergi ke ujung lorong," kata Peter pada Jack. "Kamu menjaga di sana, sampai kami sudah tiba di bawah. Begitu mendengar siulan kami, kau datang secepat mungkin."
Jack menurut, dan bergegas pergi. Colin mengatakan, ia yang turun dulu. Dituruninya tangga tali dengan hati-hati, jenjang demi jenjang. Akhirnya sampai di lantai bawah. Dinyalakannya,senter, lalu disorotkan kian ke mari. Rupanya ia berada di sebuah gudang batu bara yang besar. Kakinya menimbulkan bunyi agak gemerisik pada saat berjalan. Colin menduga, di lantai masih bertaburan debu batu bara.
"Aku menyusul sekarang!" bisik Peter dari atas. "Skippy juga kubawa, la turun. dan sebentar saja ia sudah berdiri di samping Colin. Diperdengarkannya siulan pelan, untuk memberitahukan pada Jack bahwa dia bisa datang sekarang.
Segera terdengar bunyi langkah Jack di atas. Tak lama kemudian anggota Sapta Siaga yang ketiga sudah sampai pula di bawah. la tertawa meringis karena gembira. Ketiganya berdiri dengan hati berdebar-debar. Peter menyorotkan sinar lampu senternya ke segala arah.
"Tentu dalam gudang ini ada pintu keluar. Lihatlah, bukankah itu sebuah pintu""
"Betul, jawab Jack. Mungkin dari situ kita bisa sampai ke gudang-gudang lainnya, atau ke kolong gedung. Kita harus hati-hati sambil menajamkan telinga!"
"Untung tadi tak ada yang melihat kita turun, kata Peter dengan perasaan lega.
Tapi dugaannya itu keliru. Sebenarnya ada yang melihat mereka. Memang, yang melihat itu hampir-hampir tak mengenali mereka, karena malam sangat gelap. Tapi suara mereka didengar olehnya, karena itu ia tahu apa yang terjadi. Siapakah orang itu" Tentu saja George!
George ternyata benar-benar melakukan niatnya. la berhasil menemukan pekarangan yang dimaksudkan, dan ia bersembunyi untuk melihat apa yang sedang terjadi. Biar ia sudah bukan anggota Sapta Siaga lagi, tapi ia bertekat untuk ikut!
" XV BERBAGAI KEJADIAN DI BAWAH TANAB
KETIGA anak laki-laki yang sudah berada dalam gudang batu bara tak tinggal diam. Dengan sangat hati-hati mereka membuka pintu yang nampak. Skippy ikut di belakang Peter. Rupanya hati anjing itu juga berdebar-debar, Napasnya terengah-engah. sehingga khawatir Peter dibuatnya. Tapi bukan Skippy yang salah. Memang begitulah kebiasaan anjing!
Pintu berderik ketika dibuka. Di ruangan sebelah juga tak nampak cahaya sama sekali. Peter menyalakan senternya sebentar. Ruangan Itu sebuah lorong, yang menuju ke sebuah tangga rendah yang terdiri dari dua buah jenjang. Di belakang tangga itu terdapat sebuah pintu yang tertutup.
Mereka bertiga berjalan menyusuri lorong, naik ke atas tangga lalu memutar tombol pintu. Mungkinkah pintu itu terkunci! Ternyata tidak.
Pintu membuka ke arah mereka. Peter merenggangkannya sedikit. lalu mengintip di celah yang terbuka. Di depan mereka masih tetap gelap. la menyalakan lampu senter.
Ternyata mereka sudah tiba di kolong gedung besar. Kolong itu luas. Lotengnya rendah, dengan tiang-tiang dari batu bata sebagai penahan.
Telinga Skippy yang tajam menangkap suatu bunyi. Anjing itu mendengarkan dengan kepala dimiringkan sedikit. Peter ikut-ikut mendengarkan. Tapi ia tak mendengar apa-apa. Telinga Skippy memang lebih tajam.
Mereka maju dengan hati-hati. Sebentar-sebentar berhenti. Seram rasanya berjalan di bawah bangunan tua. Apalagi keadaan dalam kolong gelap gulita, serta sunyi senyap! Bau di situ aneh - apek dan lembab!
Mereka sampai pada sebuah pintu lain. Pintu itu terbuat dari kayu. Skippy mulai ribut. Hampir saja Peter tak mampu lagi menahannya agar jangan menggonggong. Ketika pintu kayu berhasil mereka buka, barulah mereka bisa mendengar bunyi yang sudah lama terdengar oleh telinga Skippy yang tajam.
Bunyi itu adalah suara anjing-anjing
mendengking! Skippy ikut-ikut mendengking. Maunya sudah menerobos saja ke dalam! Kemudian menyusul suara-suara menyalak, disusul oleh dengkingan berikut.
"Dalam kolong itu dikurung anjing-anjing, bisik Peter. "Sangkaan kita benar. Hati-hati sekarang!"
Mereka sampai di sebuah gudang yang panjang dan sempit. Di situ menyala sebuah lampu yang remang-remang cahayanya. Sebuah bangku kayu terdapat di satu sisi gudang itu. Di atasnya diletakkan kandang-kandang. Di dalam kandang terkurung lima atau enam ekor anjing. Mata mereka menyala merah kena sinar lampu yang redup.
Dalam ruangan itu tak ada orang. Anjing-anjing itu menatap sambil menggeram, ketika ketiga anak laki-laki itu mendekat. Tapi ketika terdengar dengkingan Skippy yang ramah, anjing-anjing yang terkurung dalam kandang ikut mendengking. Kaki-kaki mereka mencakar-cakar terali kandang, karena ingin keluar
"Mereka. disediakan makanan dan minuman, bisik Peter. "He, lihat - bukankah itu anjing pudel yang dulu mabuk kendaraan" Masih ingat, Jack, yang kita lihat dalam mobil dulu" Kita melihatnya sewaktu sedang berlatih mengintai sambil bersembunyi di pinggir jalan. Aku yakin, itu pudel yang kita lihat,
"Ya, betul, sambut Jack. "Colin, itu ada bull-terrier. Mungkin dia yang kaulihat dibawa oleh pemuda yang tinggal di Hotel 'Jalak',
Colin mengangguk. la sangat menyukai anjing. Karena itu ia sudah cepat bersahabat dengan anjing-anjing yang terkurung dalam gudang.
"Di sini ada seekor anjing greyhound, dan seekor Alsatian yang bagus!" ujar Peter. "Pasti kedua anjing inilah yang dibaca berita kehilangannya oleh Pam dan Barbara dalam koran. Dan ini lagi, seekor Dalmatian. Hallo, Bintik! Cantik benar bulumu!"
Anjing-anjing itu telah menjadi ramah. Hal itu juga disebabkan karena mereka membawa seekor anjing yang juga ramah. Peter memandang anjing-anjing itu. sambil memikirkan tindakan berikutnya.
"Bagaimana jika anjing-anjing ini kita keluarkan dari kandang. Sudah itu kita ikatkan pada seutas tali, lalu kita coba naikkan ke atas lewat lobang batu bara"" tanyanya sambil berpikir.
"Jangan!" bantah Colin. "Anjing-anjing ini tak mungkin bisa naik tangga tali. Dan aku berani tanggung, begitu kita bebaskan sesampai di atas, mereka akan mulai berkelahi!"
"Ssstl Ada orang datang!" kata Jack sekonyong-konyong. Skippy mulai menggeram. Ketiga anak itu menyembunyikan diri di tempat gelap, dan menunggu perkembangan selanjutnya.
Mereka melihat seorang laki-laki tua yang berbadan bungkuk. Orang itu berjalan terseok-seok sambil membawa lentera di tangannya. Kepalanya kelihatan mengkilat kena cahaya lampu listrik yang redup. karena rambutnya sudah habis sama sekali. Di sampingnya ada seekor anjing kecil. Jenisnya tak menentu, rupanya anjing kampung. Sambil berjalan, orang tua itu berbicara dengan suara serak pada anjing kampung yang menemani. .
""Ayo ikut, Tinks. Kita lihat, apakah tuan-tuan dan nona-nona anjing tak kekurangan suatu apa pun. Tapi kita rupanya tak begitu mereka sukai, ya""
Anjing kampung itu berjalan di sisinya, sampai ke kurungan. Orang tua itu masih terus bicara dengan suaranya yang serak. Matanya menatap anjing-anjing yang terkurung.
'''Nasib kalian jauh lebih buruk dari anjingku yang bernama Tinks ini. Kalian tak punya tuan lagi. tapi Tinks masih punya. Mungkin harga kalian mahal sekali, tapi kalian tak bisa berjalan-jalan dengan bebas seperti dia. Ayo, ceritakan pengalamanmu di jalan pada mereka Tinks."
Tapi Tinks tak mempedulikan ocehan orang tua itu. la mencium bau aneh, bau tiga orang anak laki-laki dan seekor anjing spanil. Skippy!
Dalam sekejap mata ia sudah memburu ke tempat gelap, sambil menyalak-nyalak dengan ribut.
Pak tua bungkuk mengangkat lenteranya tinggi:tinggi, sambil memandang anak-anak yang berdiri di tempat gelap.
"Eh, ada tamu lain"" katanya dengan suara serak. "Mau melihat anjing-anjing bangsawan ini rupanya! Awas, kalian cuma anak-anak kecil saja!"
Peter keluar dari tempat gelap, diikuti oleh Jack dan Colin. la tak merasa takut menghadapi orang tua yang aneh itu.
"Dari mana anjing-anjing ini"" tanya Peter. "Siapa yang membawa ke mar
i" Siapa pemilik mereka" Apa yang hendak Bapak lakukan dengan mereka""
Orang tua itu memandang mereka dengan bingung.
"Anjing-anjing ini datang dan pergi lagi," katanya. "Datang, dan sudah itu pergi lagi. Mereka datang lewat lobang di sana, dan -"


Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi kata-kata yang diucapkan olehnya tak terdengar lagi oleh ketiga anak itu, karena dikalahkan oleh keributan yang ditimbulkan oleh gonggongan dan dengkingan anjing-anjing. Mereka mendengar orang datang. Siapa dia kali ini"
"Nah, Boss datang sekarang, ujar Pak Tua sambil tertawa terkekeh. "Sekarang kalian baru tahu rasa! Pasti akan dikurungnya dalam kandang!"
" "XVI KEJUTAN YANG TAK ENAK!
"SEKONYONG-KONYONG ada orang muncul dari balik bayangan. Anak-anak terkejut mendengar suaranya, lalu berpaling.
"Apa yang kalian perbuat di sini""
Mereka kaget bukan kepalang! Itulah orang jangkung berbadan bungkuk, yang mereka lihat keluar dari gedung ini, lalu naik ke atas bis! Betul. tak salah lagi. Topi yang dibenamkan menutupi muka, bahunya kelihatan persegi, tangan bengkok! Dialah orang yang mereka lihat.
Begitu terkejutnya ketiga anak laki-laki itu, sehingga tak mampu membuka mulut. Orang itu membuka pintu sebuah kandang. lalu berbicara dengan suara lantang.
"Kip! Jaga mereka!"
Anjing Alsatian yang besar meloncat ke luar. la berdiri di depan ketiga anak itu. sambil menggeram dan menunjukkan giginya yang runcing.
Skippy mundur ketakutan. Ketiga anak itu juga gentar, sehingga tak berani bergerak. Orang yang baru datang itu tertawa.
"Nah, begitu seharusnya. Jangan bergerak. Kalian lihat tanganku yang sudah hilang dua jarinya ini. Ini hasil gigitan seekor anjing Alsatian, karena aku bergerak ketika ia menjagaku,
Anak-anak itu tetap tak bergerak. Dalam hati, Peter memaki-maki dirinya sendiri. Mereka kira mereka berani, masuk ke dalam gudang batu bara untuk memeriksa dan mencari apa yang bisa ditemukan dalamnya. Sekarang mereka terjebak. dijaga anjing Alsatian yang sangat galak. la berdoa dalam hati. moga-moga Skippy tak melakukan perbuatan nekat. Kip pasti akan membinasakannya dengan sekali gigit saja!
Sementara itu orang yang baru datang melancarkan pertanyaan bertubi-tubi.
"Bagaimana cara kalian masuk ke mari" Untuk apa" Ada yang tahu bahwa kalian di sini" Tahukah kalian, bagaimana nasib anak-anak yang terlalu gemar mencampuri urusan orang lain" Tidak" Sebentar lagi kalian akan tahu!"
Dengan tiba-tiba ia menyapa Pak Tua yang sedang bicara pada dirinya sendiri.
"Mana kuncimu" Kurung anak-anak ini dalam kandang. Kip, bawa mereka ke mari!"
Kip menggiring Peter dan kedua temannya, seolah-olah mereka itu biri-biri. Satu per satu dijaganya sampai masuk ke dalam kandang. Kalau ada yang berani melawan, anjing itu menggeram sambil menunjukkan gigi. Pak Tua mengunci pintu kandang sambil terkikih-kikih.
Colin melihat, di pipinya ada bekas luka. Sudah pasti orang inilah yang dibaca keterangannya oleh Janet dalam selebaran polisi. la dicari polisi! Tapi sekarang tak ada yang bisa mengatakan pada mereka bahwa ia ada di sini, karena Colin dan kedua temannya sendiri terkurung!
Anjing-anjing lain yang. terkurung mulai gelisah. Tapi orang jangkung yang berbadan bungkuk menguasai keadaan. Sekali saja dia membentak, anjing-anjing itu segera tunduk. la berdiri di depan kandang sambil mencemooh. Skippy tak ikut terkurung. Anjing itu duduk di samping kandang di mana Peter terkurung. Ia duduk dengan ketakutan dan bingung
"Aku pergi sekarang, ujar orang yang jangkung pada Pak Tua yang berkepala botak.
Anjing-anjing ini kubawa dengan mobil. Kita takkan bertemu lagi, karena tempat ini sudah tak aman lagi bagiku. Kaukatakan saja bahwa tak tahu apa-apa, jika ada orang datang bertanya-tanya. Pura-pura bodoh - sikap begitu yang paling aman untukmu!"
"Aku takut pada polisi, ujar Pak Tua dengan suara serak.
"Bersembunyilah dalam kolong, kata yang lain. "Lorong-lorong di sini berbelit-belit. Takkan ada yang bisa menemukan! Biarkan anak-anak ini terkurung di sini selama dua puluh empat jam.
Sudah itu kau lepaskan! Waktu itu aku sudah akan jauh, jadi tak peduli apa yang mereka katakan, buk
tinya tak ada lagi! Lagipula, mereka tak tahu apa-apa!"
"Kami tahu bahwa anjing-anjing ini kaucuri, sela Peter dengan berani. "Kami tahu, Pak Tua berkepala botak ini dicari polisi! Kami juga mengenal pemuda yang membawa anjing-anjing ini ke mari untukmu! Dan kami tahu, kau memakai gedung yang ada di atas sebagai sarangmu. Kami tahu -"
Peter terdiam, karena orang jangkung itu datang mendekat. Jalannya pincang. Sesaat Peter menatap matanya yang berkilat marah. Hatinya kecut karena takut disakiti. Skippy juga menyangka begitu. Dengan segera anjing setia itu beraksi. menggigit pergelangan orang yang jangkung dengan sekeras-kerasnya!
Orang itu terpekik. Kakinya menendang Skippy, tepat kena moncongnya. Skippy menjauh sambil mendengking-dengking, dan lenyap ditelan gelap.
Orang yang jangkung pergi membawa anjing-anjing curian. Semuanya menurut saja, karena ketakutan. Orang itu sangat besar kekuasaannya. Barangkali dia dulu pelatih anjing, pikir Peter. Pak Tua yang botak tertawa serak, ketika melihat muka tiga orang anak laki-laki yang ketakutan. Anjing kampung yang duduk di sampingnya memandang dengan moncong terbuka, seakan-akan ikut tertawa.
"Ih, anak laki-laki! Aku tak suka pada anak laki-laki. Tahunya cuma merepotkan saja! Memang sudah selalu kusetujui, jika semua anak laki-laki dikurung dalam kandang!" la tertawa terkekeh-kekeh. "Dan sekarang kalian terkurung dalam kandangku. Tak ada yang tahu bahwa kalian di sini. Nanti kalau ada polisi datang untuk menang- kap aku, tak kukatakan pada mereka bahwa kalian ada di sini. Akan kukatakan pada diriku sendiri, 'Aku, John Pace yang malang kalian tangkapi' Sebagai balasan, tak kukatakan bahwa di sini ada tiga orang anak yang terkurung dalam kandang!' Ha.. ha.. ha!"
Pak Tua itu pergi sambil tertawa-tawa. diikuti oleh anjing kampungnya. Anak-anak terdiam sejenak. Kemudian Peter membuka mulut.
""Sekarang kita benar-benar terjebak. Entah berapa lama kita akan terkurung d"i tempat gelap dan berbau busuk ini. Aku kepingin tahu, "ke mana Skippy lari" Tak mungkin ia memanjat tangga tali. Kalau bisa, dia pasti akan pulang untuk mencari bantuan. Mudah-mudahan saja ia tidak cedera!"
"Sssstl Dengarlah! Ada lagi orang datang! kata Colin. "Aku tadi mendengar sesuatu. Wah! Mudah-mudahan bukan pemuda yang jahat itu. Aku khawatir, dia datang lagi membawa anjing untuk orang yang tadi!"
Mereka mendengar langkah berhati-hati, diikuti bunyi seperti kaki-kaki kecil berlari. Mungkinkah pemuda itu datang membawa anjing" Bunyi langkah semakin mendekat. Ketiga anak yang terkurung dalam kandang menahan napas. Tiba- tiba sinar lampu senter menyorot ke arah kandang!
XVII UNTUNG ADA GEORGE! PETER! Colin! Jack! Kenapa kalian terkurung dalam kandang"'" Terdengar suara yang dikenal baik menyapa mereka,
"He, rupanya George yang datang! George. benar kamukah itu"'" seru Peter dengan gembira. "Dan Skippy. apakah dia cedera"'"
"Tidak, Tapi apa yang terjadi sebenarnya"" tanya George dengan heran. la masih tetap menatap ketiga temannya yang terkurung dalam kandang,
"Bagaimana kau bisa sampai ke mari"'" kata Jack kepingin tahu. "Kaget sekali aku tadi, ketika mendengar suaramu,
Aku tahu kalian akan ke mari malam ini, karena diberi tahu oleh Janet, jawab George menerangkan. "Aku kepingin ikut melihat. walau sudah bukan anggota Sapta Siaga lagi. Aku datang, dan melihat kalian turun memasuki lobang tempat memasukkan batu bara. Aku kepingin sekali ikut masuk, Waktu itu aku bersembunyi di pekarangan."
"Astaga!" seru Peter, karena tak dikiranya George mengintip perbuatan mereka. "Dan kenapa kau sampai ikut 1urun ke sini"'"
""Lama sekali aku menunggu kalian muncul kembali. Tapi sia-sia saja, ujar George. "Sekonyong-konyong kudengar suara Skippy mendengking dari dalam lobang. Aku meloncat keluar dari tempat persembunyian, lalu menuruni tangga tali untuk datang ke tempatnya. Karena itu aku sekarang di sini. Tapi kenapa kalian terkurung dalam kandang" Tidak bisa keluar""
"Tidak, keluh Peter. "Ceritanya terlalu panjang untuk saat ini. George. Kau harus pergi ke polisi. Tunggu dulu!" ujarnya ketika meliha
t George hendak pergi. "Tolong lihatkan sebentar di sini, barangkali anak kunci kandang ini digantungkan oleh Pak Tua tadi di sekitar sini!"
George menyorotkan senternya ke sana ke mari. Tiba-tiba ia berseru girang.
"Ya, ini ada seberkas anak kunci, tergantung pada paku. Kucoba membuka gembok kandang kalian dengannya,
Dicobakannya anak kunci itu satu per satu. Tiba-tiba gembok terbuka.
"Nah. Berhasil!" ujar Peter, sementara George membukakan pintu. Dengan cepat ketiga anak yang terkurung keluar. Lega sekali rasanya bebas kembali.
"Sekarang kita cepat-cepat pergi ke polisi, kata Peter. "Ayo, Skip, ikut dengan aku. Untung kau mendapat ide untuk memanggil George.
Rupanya kau tahu bahwa ia bersembunyi dalam pekarangan. Tak kukira sama sekali!"
Mereka bergegas kembali menuju ke ruangan bekas tempat menyimpan batu bara, lalu naik ke atas melalui tangga tali, Dengan hati berdebar-debar mereka lari ke luar lorong. Skippy merasa puas, karena sudah membuktikan bahwa dia anggota Sapta Siaga yang bisa diandalkan!
Kedatangan keempat anak laki-laki beserta seekor anjing menimbulkan kegemparan di kantor polisi. karena membawa berita penting. Sersan polisi yang berdinas mendengarkan cerita mereka yang luar biasa dengan penuh minat. Anak-anak menuturkan dengan tergopoh-gopoh, sementara seorang polisi diminta mencatat keterangan mereka.
Anak-anak silih berganti menceritakannya. Mulai dengan 'anjing-anjing curian - lobang ,- batu bara - pemuda dengan anjing yang kemudian lenyap - gudang batu bara di bawah pekarangan - penjaga tua berkepala botak yang menjaga anjing - ya, betul. dialah orang yang menurut selebaran yang tergantung di luar dicari polisi. Orang jangkung yang bungkuk, ya, ia berhasil lari. Anjing-anjing dibawanya, katanya dengan mobil. Begitulah rentetan cerita mereka.
"Pasti anjing-anjing itu diangkutnya dengan mobil yang waktu itu digunakan untuk mengangkut anjing pudel." seru Peter tiba-tiba. "Nanti dulu! Aku ingat. nomor mobil itu dulu kucatat. Kalau polisi bisa menemukan mobil itu, mungkin akan ditemukan pula anjing-anjing yang hilang. Dan barangkali orangnya pula sekaligus. Eh!
Mana kertasnya"" Peter mencari-cari dengan gelisah. Semua kantongnya diperiksa. Tapi kertas itu tetap tak ketemu. "
"Cobalah mengingat-ingat kembali. Ingat lagi atau tidak"" desak Sersan, "Nomor itu penting sekali artinya bagi kami, Jika ada nomornya. kami bisa memerintahkan agar mobil yang nomornya demikian disuruh berhenti. Ayo, ingatlah kembali'"
"Kalau nomornya saya tahu, keluh Peter, "Pasti 188. Tapi saya lupa huruf-huruf di depannya!"
"Aku tahu! Pudel Sangat Sakit!" saru Jack. Tiba-tiba ia teringat.
Tentu saja Sersan melongo mendengar seruannya itu.
"Pudel sangat sakit"" katanya dengan heran. Aku tak mengerti maksudmu,
"PSS, jawab Jack sambil meringis. Anjing pudel yang diangkut di dalamnya kelihatan sakit karena tak tahan naik mobil. Karena Itu kami mengatakan 'Pudel Sangat Sakit', supaya mengingatnya lebih mudah. Itulah nomor mobilnya - PSS 188,
"Beritahukan nomor itu pada semua mobil patroli jalanan, ujar Sersan pada polisi yang mencatat. "Cepat! Kita masih ada harapan untuk menangkapnya, la menggosok-gosokkan tangan dengan gembira. "Sudah sebulan lamanya kami mencari jejak maling-maling anjing itu. la ahli sekali dalam membujuk anjing supaya mendekat. Sesudah dekat. Langsung ditangkap dan dimasukkan ke dalam mobil. Anjing diserahkan pada orang lain, yang menyerahkannya lagi pada orang berikut-"
"Ya. dan akhirnya sampai di tangan pemuda yang tinggalnya di Hotel 'Jalak'! seru Peter. "Kami tahu, dialah yang menjebloskan anjing-anjing ke dalam lobang batu bara. Di bawah sudah menunggu Pak Tua berkepala botak, yang mukanya ada bekas luka. Pemuda itu juga dapat ditangkap oleh polisi sekarang juga. Sersan. la sama sekali tak mengetahui peristiwa yang terjadi malam ini. Sedang penjaga anjing, Pak Tua yang berkepala botak juga mudah ditangkapnya. Kirimkan saja beberapa polisi lewat lobang batu bara. Suruh mereka menggerebek kolong gedung tua."
Sersan memandang Peter dengan kagum.
"Aku tak punya waktu sekerang. untu
k menanyakan bagaimana kalian sampai mengetahui semua hal yang luar biasa ini," katanya, "nomor mobil - pemuda yang tinggal di Hotel 'Jalak', anjing-anjing yang dicuri dan tempat mereka disembunyikan - orang-orang yang dicari polisi. Aku sungguh-sungguh bingung dibuatnya,
" Ah, itu kan biasa saja, jawab Peter dengan agak menyombongkan diri. "Kami ini anggota serikat rahasia yang paling hebat di dunia. Kami selalu siap siaga. menanti-nanti peristiwa yang akan terjadi. Tapi terus terangnya, kali ini kami bukan sedang sungguh-sungguh menantikan. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya kami yang menyebabkan terjadinya peristiwa kali ini, Sersan tertawa mendengar kata-katanya yang berbelit-belit itu.
"Nah, sering-sering sajalah menyebabkan kejadian-kejadian seperti ini." katanya. "Sekarang kalian pulang saja ke rumah. Malam sudah larut. Besok aku akan datang menemui kalian. Sampai besok! Dan terima kasih banyak!"
" XVIII PEMECAHAN TEKA-TEKI
"DELAPAN ORANG ayah dan ibu yang tadinya waswas, terheran-heran mendengarkan kisah aneh tentang anjing-anjing yang dicuri. Keempat anak itu tiba larut malam di rumah, dan langsung menceritakan pengalaman mereka yang ramai. Janet mendengar abangnya masuk, lalu memburu ke bawah. Sudah kepingin sekali ia mendengarkan hasil petualangan anggota Sapta Siaga yang pria!
Janet sangat bangga mendengar laporan, bahwa Skippy yang berjasa membebaskan Peter beserta kedua kawannya dari kurungan. la tertawa terbahak-bahak, karena geli mendengar Pudel Sangat Sakit sebagai bantuan untuk mengingat nomor PSS. Ayah dan Ibu ikut tertawa.
Tapi persoalan yang berhasil dipecahkan, masih tetap dirasakan sangat aneh. Sapta Siaga memecahkan rahasia yang timbul dari latihan-latihan dan 'tugas-tugas' yang diberikan oleh Peter dan para anggota.
"Sebenarnya kami masing-masing memegang sepotong teka-teki. Kemudian ketika kami coba menyambung-nyambungkannya, ternyata cocok. Kami melihat gambaran yang jelas!" tutur Peter. "Masing-masing anggota melakukan tugas masing-masing, termasuk George, .
Keesokan harinya diadakan rapat Sapta Siaga. Semua hadir. termasuk George. la datang dengan muka berseri-seri. .
"Bolehkah saya masuk"" katanya sambil mengetok pintu, "0 ya, kata semboyan kita Masih tetap 'Awas!', bukan" Kata itu benar-benar cocok untuk petualangan kita kali ini! Kita harus 'Awas' bukan kepalang. Sudah kuterka bahwa pagi ini pasti ada rapat Sapta Siaga. Karena itu aku datang. Ayahku mengizinkan aku menjadi anggota kembali. kalau kalian masih mau.
"Wah! George'" seru anak-anak yang di dalam dengan gembira. Peter membukakan pintu dengan segera. "Betulkah ayahmu mengizinkan" Kenapa" Tentunya karena kamu membantu dengan baik!"
"Ya! Soalnya begini. Inspektur bersama Sersan datang ke rumah untuk mengajukan beberapa pertanyaan padaku. Mereka menceritakan pada Ayah dan Ibu, bahwa Serikat Sapta Siaga benar-benar luar biasa!. Ayah diam saja, Tak diceritakannya bahwa aku disuruhnya keluar. Sete1ah kedua pejabat polisi itu pergi, Ayah berkata padaku, 'Baiklah, George. Aku mengaku salah. Kamu boleh menjadi anggota lagi, Katakan pada Sapta Siaga, supaya kamu diterima menjadi anggota kembali: Karena Itulah aku datang.
"Kami terima permintaanmu dengan tangan terbuka," ujar Janet bergembira. "Skip, kami kan sudah bilang padamu, kau menjadi anggota sementara saja. bukan" Jadi jangan marah, kalau George menempati kedudukannya yang lama. Tapi sebagai anggota kau baik sekali, Skip. Bukankah begitu, Teman-teman""
Semuanya setuju, bahwa Skippy anggota sementara yang baik. Skippy gembira bercampur heran, karena tiba-tiba kepalanya dielus-elus dari kiri dan kanan. Janet menghadiahkan sepotong biskuit.
"Kalau kamu tak memanggil George untuk menolong kemarin malam, katanya. "pasti ketiga anak ini masih tetap terkurung dalam kandang sampai sekarang."
"Memang, benar katamu, kata Peter. Tiba-tiba ia terkejut. "He, siapa itu di luar""
Wajah Inspektur yang ramah muncul di jendela kecil. Sersan nampak berdiri di sampingnya.
"Kami tak mengenal kata semboyan yang baru, ujar Inspektur dengan menyesal. "Kalau tahu, pasti kami sebutkan
, lalu masuk." "Katanya adalah 'Awas'!" ujar Peter sambil tertawa lebar. Cepat-cepat dibukanya pintu. Sebentar lagi kami akan memilih yang baru, jadi boleh saja Pak Inspektur mengetahuinya."
"Ada kabar baru"" tanya Colin ingin tahu.
"0 ya! Karena itulah kami datang ke mari, jawab Inspektur. "Menurut pendapat kami, sudah sepantasnya kalian mengetahui hasil usaha gemilang yang tercapai oleh Serikat Rahasia Sapta Siaga!"
""Cepatlah ceritakan - saya ingin tahu, ujar Janet sambil bertepuk tangan.
"Mobil PSS berhasil kami tahan di Pilberry, ujar Inspektur.
Astaga. benar juga! Kenapa tidak sampai ke sana pikiran kita!" ujar Peter. "Kami sudah mengira bahwa orang itu tinggal di Pilberry!"
"Eh, rupanya masih ada juga yang tak kalian ketahui," kata Inspektur. "Kami sudah mulai mengira, kalian ini serba tahu! Nah, pokoknya mobil dan anjing-anjingnya berhasil kami temukan. Orang itu punya toko di sana, begitu pula dua atau tiga buah garasi. Anjing-anjing curiannya dikurung dalam salah satu garasi itu. Entah berapa ekor anjing saja yang sudah dicuri dan kemudian dijual olehnya! Nomor mobilnya. PSS, berarti Pencuri Susah Sekali, ketika kami mengatakan bahwa rahasianya sudah kami ketahui semua'"
"Dan kami berhasil menangkap Pak Tua yang menjaga anjing, sambung Sersan. "Orangnya sudah tua renta dan agak tak beres pikirannya. Tapi masih cukup cerdik untuk membantu maling anjing! Sudah lama kami mencari orang itu. Ternyata bersembunyi di kota ini'"
"Pemuda yang tinggal di Hotel 'Jalak' juga sudah ditangkap," kata Inspektur. "Dia jahat sekali! la dan orang yang satu lagi itulah yang menjadi kepala gerombolan pencuri anjing. Mereka sangat pintar, sehingga polisi bingung dibuatnya.
"Tapi Sapta Siaga tetap siaga," sambungnya sambil berdiri. "Kami mesti pergi lagi. Terima kasih kuucapkan pada kalian semua. Aku kepingin jika lebih banyak anak-anak seperti kalian, karena berjasa besar bagi kota kita!"
Kedua pejabat polisi itu keluar. Peter menutup pintu, dan anak-anak duduk kembali sambil tersenyum bahagia. "
"Bingung, ujar Colin perlahan-lahan. "Bingung! Itu kan kata yang bagus untuk semboyan kita yang baru. Bagaimana" Bingung! Pasti takkan ada orang yang menebaknya. Bahkan Susi pun akan bingung, bila membaca 'Bingung' pada catatan Jack! Ketujuh anggota Sapta Siaga tertawa gelak-gelak.
TAMAT tamat Gelang Kemala 7 Goosebumps - 2000 7 Burung Gagak Bertuah Sengketa Sepasang Pendekar 1

Cari Blog Ini