The Chronicles Of Narnia 3 Pangeran Caspian Prince Caspian Bagian 3
"Lucy," kata Susan dengan suara sangat pelan.
"Ya"" kata Lucy.
"Aku melihatnya sekarang. Maaf."
"Tidak apa-apa."
"Tapi aku lebih buruk daripada yang kautahu. Aku benar-benar percaya itu dia--maksudku--kemarin. Ketika dia memperingatkan kita untuk tidak pergi ke bawah ke hutan fir. Dan aku benar-benar percaya dia yang datang malam ini, ketika kau membangunkan kami. Maksudku, jauh dalam hatiku. Atau aku bisa benar-benar percaya, kalau membiarkan diriku melakukannya. Tapi aku hanya ingin keluar dari hutan dan--dan--oh, aku tidak tahu. Dan apa yang harus kukatakan padanya""
"Mungkin kau tidak harus mengatakan apa pun," usul Lucy.
Tak lama kemudian mereka mencapai pepohonan dan melalui pohon-pohon itu anak-anak bisa melihat bukit besar Aslan's How, yang dibangun di atas Table setelah masa mereka.
"Pihak kita tidak memasang penjagaan yang baik," gumam Trumpkin. "Kita seharusnya sudah disambut sebelum sampai di sini--"
"Sstt!" kata keempat anak, karena saat itu Aslan berhenti dan berpaling menghadapi mereka, tampak begitu agung sehingga anak-anak merasa gembira seperti siapa pun bisa merasa takut, dan merasa takut seperti siapa pun bisa merasa gembira. Anak-anak laki-laki melangkah maju, Lucy menyingkir memberi jalan, Susan dan si dwarf mundur.
"Oh, Aslan," kata Raja Peter, berlutut pada satu kaki dan mengangkat cakar besar sang singa ke wajahnya, "aku sangat senang. Dan aku minta maaf. Aku memimpin mereka ke jalan yang salah sejak awal dan terutama kemarin pagi."
"Anakku tersayang," kata Aslan.
Kemudian dia berpaling dan menyambut Edmund. "Bagus sekali," katanya.
Kemudian, setelah diam sesaat, suara berat itu berkata, "Susan." Susan tidak menjawab tapi yang lain merasa dia menangis. "Kau mendengarkan rasa takut, Nak," kata Aslan. "Mari, biar aku mengembuskan napas padamu. Lupakan rasa takut. Apakah kau sudah merasa berani lagi""
"Sedikit, Aslan," kata Susan.
"Dan sekarang!" kata Aslan dengan suara yang lebih keras hampir seperti auman pelan, sementara ekornya mengibas memukul kaki belakangnya. "Dan sekarang, di mana dwarf kecil ini, pemain pedang dan pemanah terkenal ini, yang tidak percaya pada singa" Maju ke sini, Putra Bumi, maju KE SINI!"--dan kata-kata terakhirnya bukan lagi auman pelan tapi hampir seperti auman keras.
"Demi hantu dan kapal karam!" Trumpkin tersentak dan suaranya ketakutan. Anak-anak, yang cukup mengenal Aslan untuk tahu bahwa sang singa sangat menyukai si dwarf, tidak khawatir, tapi Trumpkin berbeda, dia belum pernah melihat singa, apalagi singa yang ini. Dia melakukan satu-satunya hal masuk akal yang bisa dilakukannya, yaitu, bukannya lari, dia maju mendekati Aslan.
Aslan menerkam. Pernahkah kau melihat anak kucing yang masih sangat kecil dibawa di mulut ibunya" Sepe
rti itulah keadaannya. Si dwarf, terbungkuk menjadi bola kecil yang menyedihkan, tergantung dari mulut Aslan. Sang singa mengguncangnya dan seluruh persenjataan Trumpkin gemerencing seperti bungkusan tukang patri kemudian--hei--presto--si dwarf terbang di udara. Dia sama amannya dengan berada di tempat tidur, meskipun tidak merasa begitu. Saat dia melayang turun, cakar halus yang besar menangkapnya dengan lembut seperti tangan seorang ibu dan meletakkannya (dengan posisi berdiri pula) di tanah.
"Putra Bumi, bisakah kita berteman"" tanya Aslan.
"Ya-a-a-a," kata si dwarf terengah-engah karena belum bisa bernapas normal.
"Sekarang," kata Aslan. "Bulan semakin turun. Lihat di belakang kalian, fajar mulai muncul. Kita tidak boleh membuang waktu. Kalian bertiga, kalian Putra Adam dan kau Putra Bumi, pergilah ke sana dan hadapi apa pun yang kalian temui di sana."'
Si dwarf masih tidak bisa bicara dan kedua anak laki-laki tidak berani bertanya apakah Aslan akan mengikuti mereka. Ketiganya mencabut pedang mereka dan memberi salam, kemudian berbalik dan berjalan ke arah matahari terbit. Lucy memerhatikan tidak ada tanda-tanda kelelahan pada wajah mereka. Raja Agung dan Raja Edmund lebih mirip pria dewasa daripada anak-anak.
Anak-anak perempuan memerhatikan mereka sampai menghilang dari pandangan, berdiri di dekat Aslan. Cahaya berubah. Rendah di timur, Aravir, bintang pagi Narnia, berkilau seperti bulan. Aslan, yang sepertinya lebih besar dari pada sebelumnya, mengangkat kepalanya, mengibaskan surainya, dan mengaum. Suara itu, dalam dan berdenyut awalnya seperti organ yang mulai pada nada rendah, semakin keras, keras, dan lebih keras lagi, sampai seluruh tanah dan udara bergetar karenanya. Suara itu mengambang dari bukit tersebut ke seluruh Narnia. Di perkemahan tentara Miraz, orang-orang terbangun, saling menatap dengan wajah pucat, dan mengambil senjata mereka. Di bawah di Sungai Besar, saat itu saat paling dingin dalam satu hari, kepala dan bahu para nymph, dan kepala Dewa Sungai yang besar dan berjanggut lumut, muncul dari air. Lebih jauh lagi, di setiap padang dan hutan, telinga kelinci-kelinci yang tajam muncul dari lubang-lubang mereka, kepala burung-burung yang masih mengantuk keluar dari balik sayap mereka, burung hantu mendekur, rubah betina menggonggong, tikus tanah menggerutu, pepohonan bergerak. Dalam kota-kota dan desa-desa para ibu memeluk bayi mereka lebih erat, menatap ketakutan, anjing-anjing mendengking, dan para pria melompat bangkit menyalakan lampu. Jauh di perbatasan utara, para raksasa gunung mengintip dari gerbang gelap istana mereka.
Apa yang dilihat Lucy dan Susan adalah sesuatu yang gelap mendatangi mereka dari setiap arah di seluruh bukit. Mereka kelihatan seperti kabut hitam merayap di tanah, kemudian seperti ombak badai dari laut hitam yang semakin tinggi dan tinggi saat mendekat, kemudian, akhirnya, tampak seperti apa adanya --hutan yang bergerak. Semua pohon dari seluruh dunia sepertinya buru-buru mendekati Aslan. Tapi ketika semakin dekat mereka semakin tidak mirip pohon, dan ketika seluruhnya--membungkuk dan memberi hormat dan melambaikan tangan-tangan kurus kepada Aslan--berada di sekitar Lucy, dia melihat bahwa kerumunan itu berbentuk manusia. Gadis-gadis birch yang pucat menyentakkan kepala mereka, willow-wanita menyingkirkan rambut mereka dari wajah mereka yang sedih supaya bisa menatap Aslan, pohon beech yang agung seperti ratu berdiri diam dan mengagumi sang Singa, oak-pria yang berambut berantakan, pohon elm yang langsing dan melankolis, pohon holly jantan yang berambut acak-acakan (mereka tampak gelap, tapi istri mereka tampak cerah dengan buah beri), dan pohon rowan yang penggembira, semuanya membungkuk dan tegak lagi, berteriak-teriak, "Aslan, Aslan!" dengan suara mereka yang kasar, berderak, atau seperti mengalun.
Kerumunan dan tarian di sekliling Asian (karena pepohonan itu telah menari lagi) begitu rapat dan cepat sehingga Lucy bingung. Dia tidak bisa melihat dari mana orang yang baru datang karena langsung bergabung di tengah-tengah pepohonan. Satu di antaranya masih muda, ha
nya mengenakan kulit rusa betina, dengan sulur anggur menghias rambut keritingnya. Wajahnya terlalu cantik untuk wajah anak laki-laki, kalau satu ekspresinya tidak begitu liar. Kau merasa, seperti yang dikatakan Edmund ketika melihatnya beberapa hari kemundian, "Dia makhluk yang bisa melakukan apa pun--benar-benar apa pun." Makhluk itu punya banyak nama--Bromios, Bassareus, dan Ram hanya tiga di antaranya. Banyak gadis mengikutinya, karena dia sangat liar. Saat itu bahkan ada, di luar dugaan, seseorang yang naik keledai. Dan semuanya tertawa, dan semuanya berteriak, "Euan, euan, eu-oi-oi-oi."
"Apakah ini permainan, Aslan"" teriak si pemuda. Dan tentu saja ya. Tapi hampir semuanya punya pikiran yang berbeda tentang apa yang sedang mereka mainkan. Mungkin sedang main kejar-kejaran, tapi Lucy tidak tahu siapa yang sedang jaga. Ini seperti permainan orang buta, tapi semuanya bersikap seolah mata mereka ditutup. Ini agak mirip permainan menyembunyikan sandal, tapi sandal itu tidak Pernah ditemukan. Yang membuatnya lebih rumit adalah pria di atas keledai, yang sudah tua dan sangat gemuk, mulai berteriak, "Makanan kecil! Waktu untuk makanan kecil," dan turun dari keledainya lalu didorong ke atasnya lagi oleh yang lain, sementara si keledai merasa dia berada di sirkus dan berusaha berjalan dengan kaki belakangnya. Dan sementara itu semakin banyak sulur anggur di mana-mana. Dan tak lama kemudian, bukan hanya daun tapi juga buah anggurnya. Sulur itu memanjat segalanya. Mereka menjulur di antara kaki pepohonan dan melingkari lehernya. Lucy mengangkat tangan untuk merapikan rambut dan mendapati dia malah menyentuh cabang anggur. Keledai itu penuh sulur anggur. Ekornya benar-benar terlibat dan sesuatu yang gelap mengangguk-angguk di antara telinganya. Lucy memerhatikan lagi dan melihat benda yang mengangguk-angguk itu segerombol anggur. Setelah itu semuanya tertutup anggur--di atas kepala, di bawah kaki, dan di mana-mana.
"Makanan kecil! Makanan kecil," teriak si pria tua. Semua mulai makan, dan entah kebun apa yang pernah kaumiliki, kau tidak pernah mencicipi anggur seperti itu. Anggur yang benar-benar enak, kencang di bagian luarnya, tapi meledak menjadi rasa manis yang dingin ketika kau memasukkannya ke mulut, merupakan sesuatu yang belum pernah dirasakan Susan dan Lucy. Di sini, buah itu ada lebih banyak daripada yang mungkin diinginkan siapa pun, dan tidak perlu sopan santun. Jari-jemari yang lengket dan kotor bisa dilihat di mana-mana, dan, meskipun mulut-mulut penuh, suara tawa tidak pernah berhenti begitu juga teriakan berlagu Euan, euan, eu-oi-oi-oi, sampai tiba-tiba semuanya merasa pada saat yang sama bahwa permainan (atau apa pun itu), dan pesta, harus selesai, dan semuanya jatuh terduduk kehabisan napas di tanah dan memalingkan wajah mereka pada Aslan untuk mendengar apa yang akan dikatakannya.
Saat itu matahari baru saja terbit dan Lucy mengingat sesuatu dan berbisik pada Susan, "Menurutku, Su, aku tahu siapa mereka."
"Siapa"" "Anak dengan wajah liar itu Bacchus dan pria tua di atas keledai itu Silenus. Tidakkah kau ingat Mr Tumnus pernah bercerita tentang mereka dulu kala""
"Ya, tentu saja. Tapi menurutku, Lu--"
"Apa"" "Aku tidak akan merasa aman bersama Bacchus dan semua gadis liarnya ini kalau kita bertemu mereka tanpa Aslan." "Aku juga merasa begitu," kata Lucy.
BAB DUA BELAS Sihir Jahat dan Pembalasan Dendam Tiba-Tiba
SEMENTARA itu Trumpkin dan kedua anak laki-laki tiba di gerbang batu lengkung yang gelap menuju ke bagian dalam gunungan, dan kedua musang penjaga (bagian putih pipi mereka adalah satu-satunya hal yang bisa dilihat Edmund pada mereka) melompat sambil memamerkan gigi dan menanyai mereka dengan suara mengancam, "Siapa itu""
"Trumpkin," kata si dwarf. "Membawa Raja Agung Narnia dari masa yang telah lama lalu."
Para musang menciumi tangan kedua anak laki-laki. "Akhirnya," kata mereka. "Akhirnya."
"Beri kami obor, teman-teman " kata Trumpkin.
Kedua musang menemukan obor tepat di sebelah dalam gerbang dan Peter menyalakannya lalu memberikannya pada Trumpkin. "T.K.K. lebih baik memimpin jalan,"
katanya. "Kami tidak tahu jalan di sini."
Trumpkin mengambil obor itu dan berjalan di depan ke dalam terowongan gelap. Tempat itu dingin, gelap, lembap, dan kadang-kadang ada kelelawar terbang lewat cahaya obor mereka, dan banyak sarang labah-labah. Kedua anak laki-laki, yang berada di tempat terbuka sejak pagi di stasiun kereta api itu, merasa seolah mereka masuk perangkap atau penjara.
"Dengar, Peter," bisik Edmund. "Lihat ukiran di dinding itu. Tidakkah ukiran itu tampak tua" Tapi kita lebih tua daripada itu. Ketika kita berada di sini terakhir kalinya, ukiran itu belum ada."
"Ya," kata Peter. "Itu membuatku merenung."
Si dwarf terus berjalan kemudian berbelok ke kanan, lalu ke kiri, setelah itu menuruni beberapa anak tangga, kemudian ke kiri lagi. Akhirnya mereka melihat cahaya di depan--cahaya dari bawah celah pintu. Dan saat itu untuk pertama kalinya mereka mendengar suara-suara, karena mereka telah mencapai pintu ruangan utama. Suara-suara di dalam terdengar marah. Seseorang bicara begitu keras sehingga langkah kaki anak-anak laki-laki dan si dwarf yang mendekat itu tidak terdengar.
"Aku tidak suka suara itu," bisik Trumpkin pada Peter. "Mari dengarkan sebentar." Mereka bertiga berdiri diam di balik pintu.
"Kau cukup tahu," kata suara seseorang ("Itu Raja," bisik Trumpkin), "kenapa terompet tidak ditiup saat fajar pagi ini. Apakah kau lupa Miraz menyerang kita nyaris sebelum Trumpkin pergi, dan kita semua bertempur demi nyawa kita selama lebih dari tiga jam" Aku meniupnya begitu aku punya kesempatan menarik napas."
"Aku tidak melupakannya," kata suara bernada marah, "ketika bangsa dwarf-ku menanggung azab serangan itu dan satu dari lima dwarf kehilangan nyawa." ("Itu Nikabrik," bisik Trumpkin. )
"Ya ampun, Dwarf," terdengar suara yang berat ("Trufflehunter," kata Trumpkin). "Kita semua melakukan perjuangan sama beratnya dengan para dwarf dan tidak lebih daripada sang raja."
"Katakan saja apa yang kauinginkan, aku tidak peduli," jawab Nikabrik. "Tapi entah terompet itu ditiup terlalu terlambat, atau benda itu tidak mengandung sihir, tidak ada bantuan yang datang. Kau, juru tulis yang hebat, tukang sihir utama, tahu segalanya, apakah kau masih meminta kita menggantungkan harapan pada Aslan, Raja Peter, dan yang lainnya""
"Aku harus mengakui--aku tidak bisa membantahnya--bahwa aku sangat kecewa dengan hasil upaya itu," satu suara menjawab. ("Itu pasti Doctor Cornelius," kata Trumpkin.)
"Sejujurnya," kata Nikabrik, "kau tidak punya apa-apa, upayamu gagal, janjimu tidak dipegang. Minggirlah kalau begitu dan biarkan yang lain bekerja. Dan karena itulah--"
"Bantuan akan datang," kata Trufflehunter.
"Aku percaya pada Aslan. Bersabarlah, seperti kami, para binatang. Bantuan akan datang. Mungkin bahkan sudah menunggu di balik pintu."
"Pah!" geram Nikabrik. "Kalian, para bajing, akan menunggu sampai langit runtuh dan kita semua bisa jadi bahan tertawaan. Percayalah padaku, kita tidak bisa menunggu. Makanan semakin menipis, kita kehilangan semakin banyak prajurit dalam tiap peperangan, pengikut kita semakin berkurang."
"Dan kenapa"" tanya Trufflehunter. "Biar kuberitahu sebabnya. Karena tersebar kabar di antara mereka para raja dari masa lampau tidak menjawab. Kata-kata terakhir yang disampaikan Trumpkin sebelum berangkat (dan sepertinya dia berangkat menjemput ajal) adalah, 'Kalau kau akan meniup terompet, jangan biarkan para prajurit tahu kenapa kau meniupnya atau bahwa ada harapan dari tindakan itu.' Tapi malam itu juga sepertinya semuanya sudah tahu."
"Kau memasukkan moncong abu-abumu pada masalah besar, Musang, kalau mengatakan akulah yang membuka rahasia itu," kata Nikabrik. "Tarik kembali kata-katamu, atau--"
"Oh, hentikan, kalian berdua," kata Raja Caspian. "Aku ingin tahu menurut Nikabrik kita harus melakukan apa. Tapi sebelum itu, aku ingin tahu siapa kedua orang asing yang dia bawa ke dalam rapat kita dan berdiri mendengarkan tapi terus diam saja."
"Mereka teman-temanku," kata Nikabrik.
"Dan apa hakmu untuk berada di sini kalau bukan karena teman Trumpkin dan si bajing" Dan apa hak orang tua berg
aun hitam itu untuk berada di sini kalau bukan karena temanmu" Mengapa aku satu-satunya yang tidak bisa mengajak teman-temanku""
"Yang Mulia adalah raja yang telah kaujanjikan kesetiaanmu," kata Trufflehunter tegas.
"Sopan santun, sopan santun," ejek Nikabrik. "Tapi di lubang ini kita bisa bicara apa adanya. Kau tahu--dan dia tahu--bahwa bocah Telmarine ini tidak akan menjadi raja di mana pun dan tidak akan menguasai siapa pun dalam minggu ini juga kecuali kita bisa membantunya keluar dari perangkap ini."
"Mungkin," kata Cornelius, "teman-teman barumu mau bicara sendiri" Kau di sana, siapa dirimu""
"Yang terhormat, Master Doctor," jawab suara tipis melengking, "tolonglah, aku hanya wanita tua yang malang, sungguh, dan sangat berterima kasih pada Yang Terhormat Dwarf untuk persahabatannya, tentu saja. Yang Mulia, terberkatilah wajahnya yang tampan, tidak perlu tahu pada wanita tua yang tubuhnya nyaris bungkuk karena rematik dan tidak punya apa-apa sama sekali. Aku menguasai sedikit kemampuan--tidak seperti kemampuanmu, Master Doctor, tentu saja--dalam mantra-mantra dan tipuan sederhana yang akan sangat senang kugunakan pada musuh-musuh kita kalau disetujui semua yang berkepentingan. Karena aku benci mereka. Oh ya. Tidak ada yang lebih membenci mereka daripada diriku."
"Itu sangat menarik--eh--memuaskan," kata Doctor Cornelius. "Kupikir sekarang aku tahu siapa dirimu, Madam. Mungkin temanmu yang satu lagi, Nikabrik, bisa memperkenalkan dirinya""
Suara berat yang bernada malas dan membuat Peter merinding menjawab, "Aku kelaparan. Aku kehausan. Di mana aku menggigit, di situ aku akan bertahan sampai mati, dan bahkan setelah aku mati mereka harus memotong bagian tubuh musuh yang kugigit itu dan menguburnya bersamaku. Aku bisa berpuasa beratus-ratus tahun dan tidak mati. Aku bisa berbaring ratusan malam di atas es dan tidak membeku. Aku bisa minum sungai darah dan tidak muntah. Tunjukkan musuh-musuhmu."
"Dan di depan kehadiran keduanya kau akan menerangkan rencanamu"" kata Caspian.
"Ya" kata Nikabrik. "Dan dengan bantuan mereka berdualah aku akan menjalankannya."
Ada satu atau dua menit saat Trumpkin dan kedua anak laki-laki mendengar Caspian dan teman-temannya bicara dengan suara pelan, tapi tidak bisa menangkap jelas apa yang dikatakan orang-orang itu. Kemudian Caspian bicara dengan suara keras.
"Yah, Nikabrik," katanya, "kami akan mendengar rencanamu."
Ada keheningan begitu lama sehingga kedua anak laki-laki sudah mulai bertanya-tanya apakah Nikabrik akan menceritakan rencananya ketika dwarf itu akhirnya bicara, suaranya pelan, seolah dia sendiri tidak terlalu menyukai apa yang dikatakannya.
"Setelah semua yang dikatakan dan dilakukan," gumamnya, "tidak ada di antara kita yang tahu kebenaran tentang masa lampau Narnia. Trumpkin sama sekali tidak memercayai semua kisah itu. Aku siap menguji kebenaran kisah itu. Kita sudah mencoba terompet itu dan gagal. Kalau memang ada Raja Agung Peter, Ratu Susan, Raja Edmund, dan Ratu Lucy, entah mereka belum mendengar kita, mereka tidak bisa datang, atau mereka musuh kita--"
"Atau mereka dalam perjalanan," potong Trufflehunter.
"Kau bisa terus mengatakan itu sampai Miraz sudah menjadikan daging kita makanan anjing-anjingnya. Seperti yang kukatakan, kita sudah mencoba satu jalur ke legenda kuno dan tidak mendatangkan kebaikan apa pun. Yah. Tapi saat pedangmu patah, kau harus menghunus belatimu. Kisah-kisah menceritakan kekuatan lain selain Raja dan Ratu kuno. Bagaimana kalau kita bisa memanggilnya""
"Kalau yang kaumaksudkan Aslan," kata Trufflehunter, "kita sudah sekaligus memanggilnya saat memanggil para raja. Mereka para pelayannya. Kalau dia tidak akan mengirim mereka (tapi aku yakin dia mengirim mereka), lebih mungkin dia sendiri yang datang."
"Tidak. Kau benar," kata Nikabrik. "Aslan dan para raja berada di pihak yang sama. Entah Aslan sudah mati, atau dia tidak berpihak pada kita. Atau ada sesuatu yang lebih kuat menahannya. Dan kalau dia memang datang--bagaimana kita bisa tahu dia teman kita" Dia tidak selalu jadi sahabat para dwarf menurut cerita. Bahkan bukan saha
bat semua binatang. Tanyalah para serigala. Lagi pula, dia hanya sekali datang ke Narnia, menurut yang pernah kudengar, dan dia tidak tinggal lama. Kau bisa melupakan Aslan. Aku memikirkan yang lain."
Tidak ada jawaban, dan selama beberapa menit suasana begitu diam sehingga Edmund bisa mendengar embusan dan dengusan napas si musang.
"Maksudmu siapa"" kata Caspian akhirnya.
"Maksudku kekuatan yang jauh lebih besar daripada Aslan sehingga menahan Narnia di bawah mantra selama bertahun-tahun, kalau kisah-kisah itu benar."
"Penyihir Putih!" jerit tiga suara serempak, dan dari suaranya Peter menebak ada tiga makhluk yang terlompat berdiri.
"Ya," kata Nikabrik sangat pelan dan lembut, "maksudku penyihir itu. Duduklah lagi, Jangan begitu takut pada sebuah nama seolah kalian anak-anak. Kita ingin kekuatan: dan kita ingin kekuatan yang memihak kita. Omong-omong tentang kekuatan, bukannya kisah-kisah berkata bahwa penyihir itu mengalahkan Aslan, mengikatnya, dan membunuhnya tepat di batu itu, batu di luar garis cahaya itu""
"Tapi kisah-kisah juga menuturkan bahwa Aslan hidup lagi," kata si musang tajam. "Ya, memang," jawab Nikabrik, "tapi tidakkah kalian memerhatikan kita mendengar sedikit sekali tentang apa pun yang dilakukannya setelah itu. Aslan menghilang dari kisah-kisah. Bagaimana kalian bisa menjelaskan itu, kalau dia benar-benar hidup kembali" Bukankah lebih mungkin dia tidak hidup lagi, dan kisah-kisah tidak menceritakan apa pun lagi tentang dirinya karena memang tidak ada yang bisa dituturkan lagi""
"Dia mengangkat para raja dan ratu," kata Caspian.
"Raja yang baru memenangkan perang besar bisa mengangkat dirinya sendiri tanpa bantuan singa pertunjukan," kata Nikabrik. Ada geraman galak, mungkin dari Trufflehunter.
"Lagi pula," lanjut Nikabrik, "apa yang datang dari para raja dan masa pemerintahan mereka" Mereka juga menghilang. Tapi si penyihir sangat berbeda. Mereka berkata dia memerintah seratus tahun. Seratus tahun musim dingin. Ada kekuatan, kalau kalian suka. Ini sangat praktis."
"Tapi, demi bumi dan langit!" kata Raja, "bukankah kita selalu diberitahu si penyihirlah musuh yang paling kejam" Bukankah dia tiran sepuluh kali lebih jahat daripada Miraz""
"Mungkin," kata Nikabrik dengan nada dingin. "Mungkin dia begitu bagi kalian, manusia, kalau kalian ada di zaman itu. Mungkin dia begitu bagi beberapa binatang. Dia menindas berang-berang, aku berani bilang. Paling tidak sekarang tidak ada berang-berang lagi di Narnia. Tapi dia baik bagi kami, dwarf. Aku dwarf dan aku membela bangsaku sendiri. Kami tidak takut pada si penyihir."
"Tapi kau sudah bergabung dengan kami," kata Trufflehunter.
"Ya, dan banyak keuntungannya bagi bangsaku, sejauh ini," bentak Nikabrik. "Siapa yang dikirim dalam serangan-serangan berbahaya itu" Dwarf. Siapa yang harus dikurangi jatahnya ketika makanan semakin sedikit" Dwarf. Siapa--"" I
"Bohong! Semua bohong!" kata si musang.
"Jadi," kata Nikabrik, yang sekarang suaranya seperti menjerit, "kalau kau tidak bisa membantu bangsaku, aku akan mencari siapa yang bisa."
"Apakah ini pengkhianatan terang-terangan, Dwarf"" tanya Raja.
"Sarungkan kembali pedang itu, Caspian," kata Nikabrik. "Pembunuhan saat rapat, eh" Seperti itukah yang akan kaulakukan" Jangan bodoh dan mencobanya. Apakah kaupikir aku takut padamu" Ada tiga di pihakmu, dan tiga di pihakku."
"Kalau begitu, ayo maju," geram Trufflehunter, tapi kata-katanya langsung terpotong.
"Hentikan, hentikan, hentikan," kata Doctor Cornelius. "Kalian terlalu cepat. Penyihir itu sudah mati. Semua kisah mengatakan hal itu. Apa maksud Nikabrik memanggil penyihir itu""
Suara berat dan mengerikan yang hanya bicara sekali sebelumnya berkata, "Benarkah dia sudah mati""
Kemudian, suara tipis melengking berkata, "Oh, terberkatilah hatinya, Yang Mulia tersayang tidak usah khawatir tentang Lady Putih--itulah panggilan kami untuknya--sudah mati. Yang Terhormat Master Doctor hanya mempermainkan wanita tua seperti diriku ketika mengatakannya. Master Doctor yang manis, Master Doctor yang terpelajar, siapa yang pernah mendengar penyihir bisa ma
ti" Kau selalu bisa memanggilnya kembali."
"Panggil dia," kata suara berat itu. "Kita sudah siap. Gambar lingkarannya. Siapkan api biru."
Mengatasi geraman si musang yang semakin keras dan suara terkejut Cornelius, terdengar suara Raja Caspian mengguntur.
"Jadi itulah rencanamu, Nikabrik! Sihir hitam dan memanggil hantu terkutuk. Dan aku melihat siapa teman-temanmu ini--Hag dan WerWolf!"
Beberapa saat kemudian sangat membingungkan. Ada geraman binatang, dentingan besi. Anak-anak laki-laki dan Trumpkin berlari masuk. Peter melihat makhluk mengerikan, bertubuh besar dan berbulu abu-abu, setengah manusia dan setengah serigala, sedang akan melompat ke arah seorang anak sebaya Peter sendiri, dan Edmund melihat musang dan dwarf bergulingan di lantai seperti kucing berkelahi. Trumpkin menemukan dirinya menghadapi si hag. Hidung dan dagunya mencuat ke depan seperti sepasang paruh, rambut abu-abunya yang kotor terurai menutupi wajah dan dia sedang mencekik leher Doctor Cornelius. Sekali sabetan pedang Trumpkin, kepala hag itu terguling ke lantai. Kemudian lampu terpukul jauh dan hanya terdengar suara gigitan, cakaran, pukulan, dan tendangan selama kira-kira enam puluh detik. Kemudian hening.
"Kau baik-baik saja, Ed""
"Ku--kurasa ya," jawab Edmund terengah-engah. "Aku menangkap penjahat itu, Nikabrik. Tapi dia masih hidup."
"Demi pemberat dan botol air!" kata suara bernada marah. "Kau menduduki diriku. Bangun. Kau seperti gajah kecil."
"Maaf, T.K.K.," kata Edmund. "Sudah lebih baik""
"Auw! Tidak!" jerit Trumpkin. "Kau memasukkan botmu ke mulutku. Pergi."
"Apakah ada Raja Caspian"" tanya Peter.
"Aku di sini," kata sebuah suara lemah. "Ada yang menggigitku."
Mereka semua mendengar suara goresan korek api. Edmund yang melakukannya. Api kecil itu menunjukkan wajahnya, tampak pucat dan kotor. Dia memandang ke sekeliling, menemukan lilin (mereka tidak lagi menggunakan lampu, karena kehabisan minyak), meletakkannya di meja, dan menyalakannya. Ketika apinya sudah menyala dengan stabil. Beberapa orang bangkit berdiri. Enam wajah saling mengerjap dalam penerangan cahaya lilin.
"seperti tidak ada musuh lagi," kata Peter. "Itu si hag, mati." (dia cepat-cepat memalingkan wajah dari pemandangan itu.)"Dan Nikabrik, juga mati. Dan kurasa makhluk ini Wer-Wolf. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihat makhluk seperti itu. Kepala serigala dan tubuh manusia. Itu artinya dia baru berubah dari manusia menjadi serigala ketika terbunuh. Dan kau, kurasa, adalah Raja Caspian""
"Ya," jawab anak satunya. "Tapi aku tidak tahu sama sekali siapa kau."
"Dia Raja Agung, Raja Peter," kata Trumpkin.
"Yang Mulia disambut dengan tangan terbuka," kata Caspian.
"Dan begitu juga engkau, Yang Mulia," Kata Peter. "Aku tidak datang untuk mengambil alih tempatmu, tahu bukan, tapi justru menempatkanmu di sana."
"Yang Mulia," kata suara lain di siku Peter. Dia berpaling dan mendapati dirinya berhadapan dengan si musang. Peter membungkuk, memeluk binatang itu dan mencium kepalanya yang berbulu. Tindakan itu tidak keperempuan-perempuanan baginya, karena dia Raja Agung.
"Musang terbaik," katanya. "Kau tidak pernah meragukan kami selama ini."
"Tidak perlu memuji, Yang Mulia," kata Trufflehunter. "Aku binatang dan kami tidak berubah. Terlebih lagi aku ini musang, dan kami setia."
"Aku ikut menyesal mengenai Nikabrik," kata Caspian, "meskipun dia membenciku begitu melihatku. Dia telah berubah jadi kejam karena penderitaan dan kebencian yang lama. Kalau saja kita menang dengan cepat dia mungkin bisa menjadi dwarf baik dalam hari-hari penuh kedamaian. Aku tidak tahu siapa dari kita yang membunuhnya. Aku bersyukur."
"Kau berdarah," kata Peter.
"Ya, aku digigit," kata Caspian. "Pekerjaan makhluk itu serigala itu." Membersihkan dan membalut luka itu makan waktu lama, dan ketika selesai Trumpkin berkata, "Sekarang. Sebelum melakukan apa pun, kami ingin sarapan."
"Tapi tidak di sini," kata Peter.
"Tidak," kata Caspian sambil gemeter. "Dan kita harus menyuruh seseorang mengambil jenazah-jenazah itu."
"Makhluk jadi-jadian itu bisa dikubur saja," kata Peter
. "Tapi dwarf itu harus kita kembalikan pada bangsanya untuk dikubur menurut tata cara mereka."
Akhirnya mereka sarapan dalam salah satu ruang gelap lain dalam Aslan's How. Itu bukan sarapan yang mereka inginkan, karena Caspian dan Cornelius memikirkan roti isi daging, dan Peter serta Edmund memikirkan telur bermentega serta kopi panas, tapi semuanya mendapat sepotong kecil daging beruang dingin (dari kantong kedua anak laki-laki), sepotong keju keras, sebutir bawang, dan segelas air. Tapi, karena apa yang sedang mereka alami, semuanya harus berpura-pura makanan itu enak sekali.
BAB TIGA BELAS Raja Agung Memegang Kendali
"SEKARANG," kata Peter, setelah mereka selesai makan, "Aslan dan anak-anak perempuan (maksudku Ratu Susan dan Ratu Lucy, Caspian) berada di suatu tempat dekat sini. Kami tidak tahu kapan dia akan bertindak. Di saat yang sesuai menurutnya, tentu saja, bukan kita. Sementara itu dia ingin kita melakukan apa yang bisa kita lakukan sendiri. Menurutmu, Caspian, kita tidak cukup kuat untuk menghadapi Miraz dalam pertempuran besar."
"Aku rasa begitu, Raja Agung," kata Caspian. Dia sangat menyukai Peter, tapi agak gugup. Bertemu raja-raja hebat yang diceritakan dalam berbagai legenda lebih aneh baginya daripada bagi Peter dan Edmund.
"Baiklah kalau begitu," kata Peter, "aku akan mengirimkan tantangan baginya untuk berduel satu lawan satu." Tidak ada yang memikirkan ini sebelumnya.
"Tolonglah," kata Caspian, "bisakah aku yang maju duel" Aku ingin membalas kematian ayahku."
"Kau terluka," kata Peter. "Selain itu bukankah dia akan langsung menertawakan tantangan darimu" Maksudku, kita menganggapmu raja dan pejuang, tapi dia menganggapmu anakanak."
"Tapi, Yang Mulia," kata si musang, yang duduk sangat dekat dengan Peter dan tidak pernah mengalihkan pandangannya dari sang raja. "Maukah dia menerima tantangan darimu" Dia tahu dia punya pasukan yang lebih kuat."
"Kemungkinan besar dia akan menolak," , kata Peter, "tapi selalu ada kesempatan. Dan bahkan kalaupun dia menolak, kita akan menghabiskan sepanjang hari ini untuk saling mengirim utusan dan sebagainya. Sementara itu mungkin Aslan sudah melakukan sesuatu. Dan paling tidak, aku bisa memeriksa pasukan dan menguatkan posisi kita. Aku akan mengirimkan tantangan. Aku bahkan akan langsung menuliskannya. Apakah kau punya pena dan tinta, Master Doctor""
"Seorang terpelajar tidak pernah jauh dari benda-benda itu, Yang Mulia," jawab Doctor Cornelius.
"Bagus sekali, aku akan mendiktekannya," kata Peter. Dan sementara Doctor mengeluarkan kertas, membuka tanduk tempat tintanya, serta menajamkan penanya, Peter bersandar dengan mata setengah tertutup dan mengingat-ingat bahasa yang digunakannya untuk menuliskan hal-hal seperti ini zaman dulu di masa keemasan Narnia.
"Baik," katanya akhirnya. "Dan sekarang, sudahkah kau siap, Doctor""
Doctor Cornelius mencelupkan penanya dan menunggu. Peter mendiktekan yang berikut ini:
"Peter, karena berkat Aslan, karena pilihan, karena penunjukan, dan karena penaklukan, Raja Agung di atas segala raja di Narnia, Kaisar Lone Islands dan Penguasa Cair Paravel, Kesatria Ordo Singa Paling Agung, kepada Miraz, Putra Caspian Kedelapan, Lord Protector sementara di Narnia, dan sekarang menyebut dirinya sendiri Raja Narnia, Salam. Kau sudah menulisnya""
"Narnia, koma, salam," gumam Doctor. "Ya, Yang Mulia."
"Kalau begitu mulailah dengan paragraph baru," kata Peter. "Untuk mencegah tumpahnya darah, dan untuk menghindari semua ketidaknyamanan yang mungkin timbul dari perang yang saat ini terjadi pada negeri Narnia kita, merupakan kegembiraan kami untuk menawarkan diri mewakili Caspian yang tepercaya dan terkasih, dalam duel jujur untuk membuktikan kepada Yang Mulia bahwa Caspian yang telah disebutkan itu merupakan raja sah Narnia karena berkat kami dan hukum Telmarine, juga karena Yang Mulia telah melakukan dua kesalahan yaitu pengkhianatan dengan mengalihkan kekuasaan Narnia dari Caspian yang telah disebutkan tadi dan pembunuhan yang paling mengerikan--jangan salah mengejanya, Doctor--dan berdarah pada bangsawan terhormat dan saudara Anda
sendiri, yaitu Raja Caspian Kesembilan. oleh karena itulah kami dengan senang hati meminta, menantang, dan akan menghadapi Yang Mulia pada duel dan pertarungan yang telah disebutkan, dan mengirimkan surat ini melalui tangan saudara terkasih kami, Edmund, yang pernah menjadi Raja Narnia di bawah kekuasaan kami, Duke Lantern Waste dan Count Western March, Kesatria Ordo Terhormat Table, kepada siapa kami memberi kekuasaan penuh untuk menentukan bersama Yang Mulia semua persyaratan duel tersebut. Ditulis di perkemahan kami di Aslan's How hari XII bulan Greenroof pada tahun pertama Caspian Kesepuluh, Raja Narnia.
"Itu cukup," kata Peter, menarik napas panjang. "Dan sekarang kita harus mengirim dua pengawal bersama Raja Edmund. Kurasa Raksasa harus jadi salah satunya."
"Dia--dia tidak terlalu cerdas, tahu bukan," kata Caspian.
"Tentu saja tidak," kata Peter. "Tapi raksasa mana pun tampak menakjubkan kalau tetap tutup mulut. Dan itu akan membuatnya senang. Siapa lagi""
"Menurutku," kata Trumpkin, "kalau kau ingin makhluk yang bisa membunuh hanya dengan penampilannya, Reepicheep-lah yang terbaik."
"Memang benar, dari yang sudah kudengar," kata Peter sambil tertawa. "Kalau saja dia tidak begitu kecil. Mereka bahkan tidak akan bisa melihatnya sampai dia mendekat!"
"Kirimkan Glenstorm, Yang Mulia," kata Trufflehunter. "Tidak ada yang bisa menertawakan centaurus."
Satu jam kemudian dua bangsawan tinggi dalam pasukan Miraz, Lord Glozelle dan Lord Sopespian, berjalan-jalan sambil membersihkan gigi mereka selesai sarapan, mendongak dan melihat sang centaurus dan Raksasa Wimblewather, yang sudah pernah mereka lihat dalam pertempuran, mendekati mereka dari arah hutan, dan di antara keduanya berjalan seseorang yang tidak mereka kenali. Teman-teman sekolah Edmund pun tidak akan mengenalinya kalau melihatnya saat itu. Aslan telah mengembuskan napas padanya saat pertemuan mereka dan oleh sebab itu keagungan memancar dari anak tersebut.
"Apa itu"" kata Lord Glozelle. "Serangan""
"Lebih mungkin perundingan," kata Sopespian. "Lihat, mereka membawa ranting hijau. Mungkin sekali mereka datang untuk menyerah."
"Wajah anak yang berjalan di antara centaurus dan raksasa itu sama sekali tidak memancarkan ekspresi penyerahan," kata Glozelle. "Siapa dia" Tidak mungkin Caspian."
"Memang bukan," kata Sopespian. "Aku berani menjamin dia kesatria yang hebat, entah dari mana pun para pemberontak itu mendapatkannya. Dia (ini hanya untuk didengar olehmu) lebih mirip raja daripada Miraz. Dan baju rantai besinya bagus sekali! Tidak ada tukang besi kita yang bisa membuat baju rantai besi seperti itu."
"Aku berani bertaruh dia membawa tantangan, bukan penyerahan diri," kata Glozelle.
"Kalau begitu bagaimana"" kata Sopespian. "Kita menahan musuh di sini. Miraz tidak akan terlalu berani untuk mencoba keberuntungannya dalam duel."
"Dia mungkin harus melakukannya," kata Glozelle dengan suara lebih pelan.
"Pelan-pelan," kata Sopespian. "Menjauhlah dari jarak dengar para penjaga. Nah. Apakah pengertianku pada kata-kata Yang Mulia tadi benar""
"Kalau Raja menerima tantangan duel," bisik Glozelle, "entah dia akan membunuh atau dibunuh."
"Begitu"" kata Sopespian sambil mengangguk.
"Dan kalau dia membunuh, kita akan memenangkan perang ini."
"Jelas. Dan kalau tidak""
"Wah, kalau tidak, kita seharusnya bisa memenangkan perang ini tanpa keberadaan Raja, sama seperti kalau dia ada. Karena aku tidak perlu memberitahu Yang Mulia bahwa Miraz bukan pemimpin yang terlalu hebat. Dan setelah itu, kita seharusnya mengalami kemenangan juga tanpa raja."
"Dan apakah maksudmu, Yang Mulia, adalah kau dan aku bisa mempertahankan negeri ini sama baiknya dengan atau tanpa Raja""
Wajah Glozelle berubah mengerikan. "Jangan lupakan," katanya, "bahwa kitalah yang pertama-tama mendudukkannya di takhta. Dan selama bertahun-tahun dia menikmatinya, apa keuntungannya bagi kita" Apa rasa terima kasih yang ditunjukkannya pada kita""
"Cukup," jawab Sopespian. "Tapi lihat--ini dia datang prajurit yang memanggil kita ke tenda Raja."
Ketika mencapai tenda Miraz, mereka melihat Edmund
dan kedua temannya duduk di luar dan dijamu dengan kue-kue serta anggur, setelah mengantarkan surat tantangan tersebut, dan menunggu sementara Raja mempertimbangkannya. Ketika melihat mereka dalam jarak dekat, kedua bangsawan Telmarine itu menganggap mereka sangat berbahaya.
Di dalam, mereka menemukan Miraz, tanpa senjata dan sedang menyelesaikan sarapannya. Wajahnya merah dan alisnya mengerut.
"Itu!" geramnya, melemparkan surat tantangan itu ke seberang meja ke arah kedua bangsawannya. "Lihat dongeng pengantar tidur apa yang dikirim keponakanku kepada kita."
"Dengan hormat, Yang Mulia," kata Glozelle. "Kalau kesatria muda yang baru saja kami lihat di luar adalah Raja Edmund yang disebutkan dalam surat ini, aku tidak akan menyebut ini dongeng pengantar tidur tapi pertarungan yang sangat berbahaya."
"Raja Edmund, huh!" kata Miraz. "Apakah kalian percaya pada fabel wanita-wanita tua tentang Peter, Edmund, dan sisanya""
"Aku memercayai mataku, Yang Mulia," kata Glozelle.
"Yah, ini tidak ada gunanya," kata Miraz, "tapi menyinggung tantangan ini, kurasa kita semua sependapat""
"Kurasa begitu, Yang Mulia," kata Glozelle.
"Coba katakan," kata Raja.
"Tentu saja menolaknya," kata Glozelle. "Karena meskipun tidak pernah disebut pengecut, aku harus jujur mengatakan melawan pemuda itu dalam duel lebih daripada yang berani kulakukan. Dan kalau (dan sepertinya memang begitu) kakaknya, Raja Agung, lebih berbahaya daripada dirinya--dalam hidupmu ini, Raja Yang Mulia, janganlah berurusan dengannya."
"Kurang ajar kau!" teriak Miraz. "Bukan saran itu yang kuinginkan. Kaupikir aku bertanya padamu apakah aku harus takut bertemu Peter ini (kalau dia memang begitu mengerikan)" Apakah kaupikir aku takut padanya" Aku ingin saranmu tentang persyaratan duel ini, apakah kita, karena memiliki keuntungan itu, harus menentukan persyaratan yang membahayakan duel."
"Untuk itu aku hanya bisa menjawab, Yang Mulia," kata Glozelle, "bahwa untuk alasan apa pun, tantangan harus ditolak. Ada kematian dalam ekspresi kesatria asing itu."
"Lagi-lagi!" kata Miraz, sekarang benar-benar marah. "Apakah aku berusaha menunjukkan bahwa aku sepengecut dirimu""
"Yang Mulia bisa mengatakan apa pun yang diinginkannya," kata Glozelle kesal.
"Kau bicara seperti wanita tua, Glozelle," kata Raja. "Menurutmu bagaimana, Lord Sopespian""
"Jangan maju, Yang Mulia," itulah jawaban yang datang. "Dan Yang Mulia sebut sebagai persyaratan duel itu sangat baik. Itu memberi Yang Mulia dasar yang baik untuk menolak, tanpa alasan untuk mempertanyakan kehormatan atau keberanian Yang Mulia."
"Ya ampun!" teriak Miraz, melompat berdiri.
"Apakah kau juga gila hari ini" Apakah aku mencari dasar untuk menolaknya" Kau sama saja terang-terangan menyebutku pengecut."
Percakapan itu berjalan tepat seperti yang diinginkan kedua bangsawan itu, jadi mereka tidak mengatakan apa-apa.
"Aku mengerti," kata Miraz, setelah menatap kedua bawahannya sampai matanya seolah akan melompat keluar dari kepalanya, "kalian sama pengecutnya seperti kelinci dan berani membayangkan hatiku sama lemahnya dengan hati kalian! Dasar untuk menolak! Alasan untuk tidak berduel! Apakah kalian prajurit" Apakah kalian Telmarine" Apakah kalian laki-laki" Dan kalau aku memang menolak (sesuai dengan semua alasan baik kepemimpinan dan politik perang yang diusulkan padaku) kalian akan berpikir, dan mengajar yang lain untuk berpikir, bahwa aku takut. Benar begitu""
"Tidak ada pria sebaya dengan Yang Mulia," kata Glozelle, "akan disebut pengecut oleh prajurit yang bijak bila menolak duel dengan kesatria hebat yang berada di puncak masa mudanya."
"Jadi aku pria tua pikun dengan satu kaki sudah berada dalam kubur, selain tidak punya kehormatan," raung Miraz. "Kuberitahu kalian, dengan saran kalian yang keperempuan-perempuanan (selalu menjauh dari masalah sebenarnya, yang merupakan salah satu kebijakan) kalian membuatku melakukan kebalikan maksud kalian. Tadinya aku bermaksud menolaknya. Tapi sekarang aku akan menerimanya. Kalian dengar, menerimanya! Aku tidak akan malu, karena ada sihir atau pengkhianatan telah membekuka
n darah kalian berdua."
"Kami mohon Yang Mulia--" kata Glozelle, tapi Miraz telah keluar tenda dan mereka bias mendengarnya meneriakkan penerimaan tantangan itu pada Edmund.
Kedua bangsawan itu berpandangan dan tertawa pelan.
"Aku tahu dia akan melakukannya kalau diberi cukup dorongan," kata Glozelle.
"Tapi aku tidak akan melupakan dia menyebutku pengecut. Dia akan membayar."
Ada kehebohan di Aslan's How ketika berita datang dan diberitahukan kepada berbagai jenis binatang. Edmund, bersama salah satu kapten pasukan Miraz, telah mulai menandai arena duel, dan tali serta pancang didirikan di sekitar tempat itu. Dua Telmarine harus berdiri di dua sudut, dan satu di tengah satu sisi, sebagai hakim garis. Tiga hakim untuk dua sudut lain dan sisi lain ditunjuk Raja Agung. Peter baru menjelaskan pada Caspian bahwa dia tidak bisa menjadi salah satu hakim, karena haknya atas takhtalah yang mereka perjuangkan, ketika tiba-tiba suara berat dan mengantuk berkata, "Yang Mulia, maaf." Peter berbalik dan di sana berdiri beruang gendut yang paling tua. "Maaf, Yang Mulia," katanya, "aku ini beruang, memang."
"Benar, kau beruang, dan beruang yang baik pula, aku yakin," kata Peter.
"Ya," kata si beruang. "Tapi sedari dulu beruang selalu punya hak untuk jadi salah satu hakim garis."
"Jangan," bisik Trumpkin pada Peter. "Dia beruang yang baik, tapi akan membuat kita malu. Dia akan tertidur dan akan mengisap cakarnya. Di depan musuh pula."
"Aku tidak bisa melanggar haknya," kata Peter. "Karena dia benar. Beruang memiliki hak itu. Aku tidak tahu bagaimana itu bias diingat selama ini, ketika begitu banyak hal lain terlupakan."
"Tolonglah, Yang Mulia," kata si beruang.
"Memang itu hakmu," kata Peter. "Dan kau akan jadi salah satu hakim. Tapi kau harus ingat untuk tidak mengisap cakarmu."
"Tentu tidak," kata si beruang dengan nada yang sangat terkejut.
"Wah, kau melakukannya saat ini!" teriak Trumpkin.
Si beruang cepat-cepat mengeluarkan cakarnya dari mulut dan berpura-pura tidak mendengar.
"Yang Mulia!" teriak suara melengking dari bawah.
"Ah--Reepicheep!" kata Peter setelah melihat ke atas ke bawah dan berkeliling seperti yang biasa dilakukan orang kalau akan bicara pada tikus.
"Yang Mulia," kata Reepicheep. "Hidupku selalu berada di bawah perintahmu, tapi kehormatanku milikku sendiri. Yang Mulia, di antara bangsaku ada satu-satunya peniup terompet dalam pasukan Yang Mulia. Aku pikir, mungkin, kami akan dikirim mengawal surat tantangan. Yang Mulia, rakyatku berduka. Mungkin kalau kau berkenan aku bisa jadi hakim garis, dan rakyatku akan senang."
Suara mirip guntur pecah dari suatu tempat di atas mereka, saat Raksasa Whimble weather meletupkan tawanya yang tidak cerdas seperti yang dilakukan raksasa yang baik. Dia langsung menghentikan dirinya sendiri dan tampak seserius pohon saat Reepicheep menemukan asal suara itu.
"Aku takut aku tidak dapat melakukannya," kata Peter sangat serius. "Ada manusia yang takut pada tikus--"
"Aku sudah mengamatinya, Yang Mulia," kata Reepicheep.
"Dan itu tidak akan adil bagi Miraz," lanjut Peter, "bila ada sesuatu yang bisa menghilangkan keberaniannya."
"Yang Mulia adalah cermin kebijaksanaan," kata si tikus sambil membungkuk hormat. "Dan dalam masalah ini kita memiliki pikiran yang sama... Kupikir aku mendengar ada yang tertawa barusan. Kalau ada yang hadir di sini yang ingin menertawaiku, aku siap melayaninya--dengan pedangku--kapan pun dia siap."
Keheningan panjang mengikuti pernyataan ini, yang diakhiri kata-kata Peter, "Raksasa Wimbleweather, si beruang, serta Centaurus Glenstorm akan jadi hakim kita. Duel akan dilaksanakan dua jam setelah tengah hari. Kita makan tepat di tengah hari."
"Menurutku," kata Edmund saat mereka berjalan menjauh, "kurasa tindakan ini benar. Maksudku, kau bisa mengalahkannya""
"Itulah sebabnya aku melawannya, untuk mencari tahu," kata Peter.
BAB EMPAT BELAS Betapa Sibuknya Mereka Semua
BEBERAPA saat sebelum pukul dua sang, Trumpkin dan si musang duduk bersama pasukan mereka di pinggir hutan, menatap ke seberang ke arah barisan berkilau pasukan Miraz yang be
rdiri dengan jarak kira-kira dua pemanahan. Di antara mereka, lapangan segi empat dengan rumput pendek telah disiapkan untuk duel itu. Di kedua sudut yang jauh berdiri Glozelle dan Sopespian yang menghunus pedang mereka. Di sudut yang dekat, berdiri Raksasa Wimbleweather dan si beruang, yang meskipun telah diperingatkan tetap mengisap cakarnya dan tampak, sejujurnya, agak bodoh. Untuk mengimbangi ini, Glenstorm berdiri di sisi kanan garis, bergeming kecuali saat dia mengentakkan tapal belakangnya sekali-sekali pada rumput, tampak jauh lebih mengesankan daripada baron yang berhadapan dengannya di sisi kiri. Peter baru saja berjabat tangan dengan Edmund dan Doctor, dan sekarang berjalan ke arena duel. Saat itu terasa seperti saat sebelum pistol berbunyi menandakan mulainya pacuan penting, tapi suasananya jauh lebih mencekam.
"Kuharap Aslan muncul sebelum semua ini terjadi," kata Trumpkin.
"Aku juga berharap begitu," kata Trufflehunter. "Tapi lihatlah ke belakangmu."
"Demi gagak dan piring-piring!" gumam dwarf itu begitu menoleh. "Apa itu" Makhluk-makhluk besar--makhluk-makhluk menakjubkan--seperti dewa-dewi dan raksasa. Ratusan dan ribuan jumlahnya, mendekat di belakang kita. Apa itu""
"Itu dryad, hamadryad, dan silvan," kata Trufflehunter. "Aslan telah membangunkan mereka."
"Huh!" kata si dwarf. "Mereka akan sangat berguna kalau musuh berbuat curang. Tapi mereka tidak akan banyak membantu Raja Agung bila ternyata Miraz bisa bermain pedang lebih baik daripadanya."
Si musang tidak mengatakan apa-apa, karena saat itu Peter dan Miraz memasuki garis dari dua sisi yang berlawanan, keduanya berjalan kaki, mengenakan baju rantai besi, dengan helm dan tameng. Mereka maju sampai berdiri berdekatan. Keduanya membungkuk dan sepertinya bicara, tapi tidak mungkin mendengar apa yang mereka katakan. Saat berikutnya dua bilah pedang berkilau tertimpa cahaya matahari. Sesaat dentingan pedang bisa terdengar tapi suara itu langsung tenggelam karena kedua pasukan mulai berteriak seperti penonton pertandingan sepak bola.
"Bagus, Peter, oh, bagus!" teriak Edmund saat melihat Miraz mundur satu setengah langkah. "Cepat serang lagi!" Peter melakukannya, dan sesaat sepertinya dia akan memenangkan duel itu. Tapi kemudian Miraz maju lagi--mulai menggunakan tinggi dan berat tubuhnya. "Miraz! Miraz! Raja! Raja!" terdengar teriakan para Telmarine. Caspian dan Edmund memucat karena khawatir.
"Peter menerima beberapa pukulan mematikan," kata Edmund.
"Aduh!" kata Caspian. "Apa yang terjadi sekarang""
"Keduanya mundur," kata Edmund. "Agak lelah, kurasa. Lihat. Ah, sekarang mereka mulai lagi, lebih dengan perhitungan sekarang. Saling mengitari, merasakan pertahanan masing-masing."
"Aku khawatir Miraz ternyata cukup mahir," gumam Doctor. Tapi nyaris segera setelah dia mengatakannya, meledaklah ramai suara tepuk tangan, teriakan, dan jeritan memberi semangat Narnia Lama yang nyaris menulikan telinga.
"Apa itu" Apa itu"" tanya Doctor. "Mata tuaku tidak melihatnya."
"Raja Agung menusuk ketiak Miraz," kata Caspian sambil masih bertepuk tangan.
"Tepat di celah sambungan baju besinya. Darah pertama."
"Keadaan akan memburuk sekarang," kata Edmund. "Peter tidak menggunakan tamengnya dengan benar. Pasti tangan kirinya cedera."
Memang benar. Semua bisa melihat tameng Peter tergantung lemas. Teriakan pihak Telmarine semakin keras.
"Kau sudah melihat lebih banyak duel daripada aku," kata Caspian. "Apakah masih ada harapan""
"Sangat sedikit," kata Edmund. "Kurasa dia bisa menang. Dengan keberuntungan."
"Oh, kenapa kita membiarkan ini terjadi"" kata Caspian.
Tiba-tiba kedua belah pihak terdiam. Edmund bingung sesaat. Kemudian dia berkata, "Oh, aku mengerti. Mereka setuju untuk istirahat. Ayo, Doctor. Kau dan aku mungkin bisa melakukan sesuatu untuk Raja Agung." Mereka berlari ke garis dan Peter keluar dari lingkaran tali untuk menemui mereka, wajahnya merah dan berkeringat, dadanya naik-turun.
"Apakah tangan kirimu cedera"" tanya Edmund.
"Bukan benar-benar cedera," kata Peter. "Aku menerima dorongan bahunya yang kuat dengan tamengku--beratnya seperti
segunung batu bata--dan sisi tameng terdorong pada pergelanganku. Kurasa pergelanganku tidak patah, tapi mungkin terkilir. Kalau kau bisa mengikatnya kencang-kencang, kurasa aku baik-baik saja."
Sementara mereka melakukan ini, Edmund bertanya penuh rasa ingin tahu,
"Menurutmu dia bagaimana, Peter""
"Kuat," kata Peter. "Sangat kuat. Aku punya kesempatan kalau bisa membuatnya terus bergerak sampai berat tubuhnya dan angin merugikannya--saat ini juga cukup panas. Sejujurnya, aku tidak punya kesempatan lain. Sampaikan sayangku pada semua orang di rumah, Ed, kalau dia membunuhku. Nah, dia sudah masuk dalam arena lagi. Sampai bertemu lagi, sahabat. Selamat tinggal, Doctor. Dan ingat, Ed, katakan sesuatu yang benar-benar baik pada Trumpkin. Dia hebat sekali."
Edmund tak bisa bicara. Dia berjalan menjauh bersama Doctor ke tempatnya, menonton dengan perut mulas.
The Chronicles Of Narnia 3 Pangeran Caspian Prince Caspian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi pertarungan baru berjalan baik. Peter sekarang sepertinya bisa menggunakan tamengnya, dan jelas menggunakan kelincahan kakinya. Dia hampir seperti bermain kejar-kejaran dengan Miraz sekarang, menjaga jarak, berganti langkah, membuat musuhnya sibuk.
"Pengecut!" teriak pihak Telmarine. "Kenapa tidak melawan" Tidak suka, ya" Kami pikir kau datang untuk berduel, bukan berdansa. Yah!"
"Oh, kuharap dia tidak mendengarkan mereka," kata Caspian.
"Tentu tidak," kata Edmund. "Kau tidak mengenalnya--Oh!--" karena akhirnya Miraz bisa memukul helm Peter. Peter limbung, terjatuh ke kiri, dan menopang diri dengan sebelah lututnya. Teriakan pihak Telmarine semakin keras seperti gemuruh laut. "Sekarang, Miraz," teriak mereka. "Sekarang. Cepat! Cepat! Bunuh dia." Tapi tidak perlu memberi semangat orang jahat itu. Dia sudah siap di dekat Peter. Edmund menggigit bibirnya sampai berdarah, saat pedang berkilau menebas ke arah Peter. Sepertinya tebasan itu akan memenggal kepalanya. Untunglah! Tebasan itu meleset ke bahu kanannya. Baju rantai besi buatan para dwarf begitu kuat dan tidak rusak.
"Hebat!" teriak Edmund. "Dia bangun lagi. Peter, serang, Peter."
"Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi," kata Doctor. "Bagaimana dia melakukannya""
"Meraih tangan Miraz saat dia membungkuk," kata Trumpkin yang menari-nari senang. "Hebat sekali! Menggunakan tangan lawan sebagai topangan. Raja Agung! Raja Agung! Bangkit, Narnia Lama."
"Lihat," kata Trufflehunter. "Miraz marah. Ini seru."
Mereka jelas bertempur sekuat tenaga sekarang: pukulan-pukulan yang begitu ganas sehingga sepertinya tidak mungkin salah satu pihak tidak terbunuh. Saat pertarungan semakin seru, teriakan pemberi semangat semakin sepi. Para penonton menahan napas. Saat itu sangat mengerikan tapi juga menakjubkan.
Teriakan membahana datang dari pihak Narnia Lama. Miraz terjatuh--bukan karena ditusuk Peter, tapi tertelungkup karena tersandung ranting. Peter mundur, menunggu lawannya bangkit lagi.
"Oh, sial, sial, sial," kata Edmund pada dirinya sendiri. "Apakah dia harus sebaik itu" Kurasa harus. Karena dia kesatria dan Raja Agung. Kurasa itulah yang diinginkan Aslan. Tapi makhluk jahat itu akan bangkit lagi kemudian--"
Tapi "makhluk jahat" itu tidak pernah bangkit lagi. Kedua bangsawan Glozelle dan Sopespian telah menyiapkan rencana mereka. Begitu mereka melihat raja mereka terjatuh, mereka melompat dalam garis arena berteriak, "Curang! Curang! Orang Narnia pengkhianat itu telah menusuk punggungnya ketika dia terbaring tak berdaya. Angkat senjata! Angkat senjata, Telmar!"
Peter hampir tidak mengerti apa yang terjadi. Dia melihat dua pria besar berlari ke arahnya dengan pedang terhunus. Kemudian orang Telmarine ketiga melompati garis batas di sisi kirinya. "Angkat senjata, Narnia. Mereka curang!" teriak Peter. Kalau saja tiga pasang tangan itu bersamaan menyerangnya, dia pasti tidak akan bisa bicara lagi. Tapi Glozelle berhenti untuk menusuk rajanya sendiri sampai mati di tempatnya terbaring. "Itu untuk hinaanmu pagi ini," bisiknya saat pedangnya menusuk. Peter maju untuk menghadapi Sopespian, menebas ke bawah ke arah kakinya, dan dengan gerakan selanjutnya, menebas kepalanya. Edmund sudah berada di sisinya menjerit,
"Narnia! Narnia! Sang singa!" Seluruh pasukan Telmarine maju ke arah mereka. Tapi sekarang si raksasa melangkah maju, membungkuk rendah-rendah dan mengayunkan gadanya. Para centaurus telah maju menyerang. Ting, ting dari belakang dan sssh, sssh di atas, pertanda para dwarf telah menembakkan panah mereka. Trumpkin bertempur di sebelah kiri Peter. Pertempuran besar telah pecah.
"Kembali, Reepicheep, makhluk kecil sialan!" teriak Peter. "Kau akan terbunuh. Ini bukan tempat untuk tikus." Tapi makhluk kecil aneh itu seolah berdansa di sela-sela kaki musuh, menusuk mereka dengan pedangnya. Banyak pejuang Telmarine saat itu tiba-tiba merasa kakinya seolah ditusuk selusin pisau, melompat-lompat dengan satu kaki menyumpahi rasa sakit itu, kemudian terjatuh. Kalau dia jatuh, si tikus membunuhnya, kalau tidak, yang lain melakukannya.
Tapi nyaris sebelum pasukan Narnia Lama mulai benar-benar menang, musuh ternyata mundur. Para pejuang bertampang sangat memucat, menatap ketakutan bukan kepada pasukan Narnia Lama tapi pada sesuatu di belakang mereka, kemudian membuang senjata mereka dan menjerit, "Hutan! Hutan! Akhir dunia!"
Tak lama kemudian baik teriakan mereka maupun suara senjata tidak terdengar lagi, karena kedua suara itu tenggelam dalam raungan membahana pohon-pohon yang terbangun saat mereka bergabung dengan pasukan Peter, kemudian maju, mengejar para Telmarine. Apakah kau pernah berdiri di pinggir hutan raya, di bukit yang tinggi ketika angin barat daya liar terbang ke arahnya dengan kecepatan penuh pada malam musim gugur" Bayangkan suaranya. Kemudian bayangkan bahwa hutan itu, bukannya bergeming di satu tempat, sedang bergerak ke arahmu, dan mereka bukan lagi pohon-pohon besar melainkan raksasa-raksasa, tapi tetap mirip pohon karena tangan mereka yang panjang melambai seperti cabang pohon dan kepala mereka menggeleng-geleng membuat dedaunan rontok seperti hujan. Itulah yang dirasakan pasukan Telmarine. Keadaan cukup menakutkan, bahkan bagi pasukan Narnia. Dalam beberapa menit semua pengikut Miraz lari ke arah Sungai Besar, berharap bisa menyeberangi jembatan ke kota Beruna dan mempertahankan diri mereka di sana di belakang benteng dan pintu tertutup.
Mereka mencapai sungai, tapi di sana tidak ada jembatan. Jembatan itu hilang sejak kemarin. Kemudian kepanikan dan ketakutan menyerbu mereka dan mereka semua menyerah.
Tapi apa yang terjadi pada jembatan itu"
Subuh pagi itu, setelah beberapa jam tidur, anak-anak perempuan bangun, melihat Aslan berdiri di dekat mereka dan mendengarnya berkata, "Kita akan liburan." Anak-anak mengusap mata mereka dan melihat ke sekeliling. Pepohonan menghilang tapi masih bisa dilihat sedang bergerak ke arah Aslan's How dalam kelompok rapat. Bacchus dan para maenad--gadis-gadisnya yang ganas dan gila--dan Silenus masih bersama mereka. Lucy, setelah cukup istirahat, melompat bangkit. Semua sudah bangun, semua sedang tertawa, suling ditiup, simbal dipukul. Binatang-binatang, bukan Hewan yang Bisa Berbicara, berkumpul di sekeliling mereka dari semua arah.
"Apa ini, Aslan"" tanya Lucy, matanya berbinar-binar dan kakinya ingin menari.
"Mari, anak-anak," kata Aslan. "Naiklah ke punggungku lagi hari ini."
"Oh, senang sekali!" teriak Lucy, dan kedua anak perempuan memanjat punggung keemasan yang hangat itu seperti yang pernah mereka lakukan bertahun-tahun sebelumnya. Kemudian seluruh kelompok bergerak--Aslan memimpin, Bacchus dan para maenad-nya melompat-lompat, berlari-lari, dan bersalto, para binatang bergerak di sekeliling mereka, dan Silenus serta keledainya mengikuti dari belakang.
Mereka berbelok ke kanan, menuruni bukit terjal, dan menemukan Bridge of Beruna yang panjang di hadapan mereka. Tapi sebelum mereka mulai menyeberangi jembatan itu, dari dalam air keluar kepala besar basah yang berjenggot, ukurannya lebih besar daripada kepala manusia, bermahkotakan ilalang sungai. Kepala itu memandang Aslan dan dari mulutnya keluarlah suara yang berat.
"Salam, Lord," katanya. "Bebaskan ikatanku."
"Siapa itu"" bisik Susan.
"Kurasa dia Dewa Sungai, tapi ssst," kata Lucy.
"Bacchus," kata Aslan.
"Bebaskan dia dari ikatannya."
"Pasti jembatan itu, menurutku," pikir Lucy. Dan memang benar. Bacchus dan pengikutnya maju masuk ke air dangkal, dan semenit kemudian terjadi hal yang sangat aneh. Cabang-cabang besar tanaman rambat muncul bergelung naik ke seluruh sisi jembatan, tumbuh secepat rambatan api, membungkus bebatuan, merekahkan, mematahkan, memisahkan mereka. Dinding-dinding jembatan berubah menjadi pagar tanaman yang penuh semak berduri, dan sesaat kemudian menghilang saat seluruhnya terjatuh dengan bergemuruh dalam air yang berputar. Dengan cipratan, teriakan, dan tawa, para makhluk yang bergembira berjalan dalam air, berenang, atau menari-nari di sekitar sungai itu ("Hore! Sekarang namanya Fords of Beruna lagi!" teriak anak-anak perempuan) dan naik ke sisi sungai memasuki kota.
Semua orang di jalan lari begitu melihat mereka. Bangunan pertama yang mereka temui adalah sekolah: sekolah putri tempat banyak anak perempuan Narnia, dengan rambut ditata begitu erat, kerah ketat jelek menghiasi leher mereka, dan stoking tebal yang gatal pada kaki mereka, sedang belajar sejarah. "Sejarah" yang diajarkan di Narnia di bawah pemerintahan Miraz lebih membosankan daripada sejarah paling benar yang pernah kaubaca dan lebih mengkhayal daripada kisah petualangan paling menarik yang pernah kaubaca.
"Kalau kau tidak memerhatikan, Gwendolen," kata sang guru, "dan tidak berhenti melihat ke luar jendela, aku akan memberimu hukuman."
"Tapi, maaf, Miss Prizzle--" kata Gwendolen.
"Apakah kau tidak mendengar kataku, Gwendolen"" tanya Miss Prizzle.
"Tapi, maaf, Miss Prizzle," kata Gwendolen, "ada SINGA!"
"Kau mendapat dua hukuman karena omong kosong itu," kata Miss Prizzle. "Dan sekarang--" Auman memotong kata-katanya. Tanaman rambat muncul bergelung di jendela kelas. Dinding langsung diselubungi warna hijau, dan cabang-cabang berdaun melengkung di atas mereka tempat tadinya langit-langit berada. Miss Prizzle mendapati dirinya berdiri di atas rumput di tengah hutan. Dia berpegangan pada mejanya untuk menenangkan diri, dan mendapati meja itu sudah berubah menjadi semak mawar. Makhluk-makhluk liar yang tidak pernah dibayangkannya berkerumun di sekelilingnya. Kemudian dia melihat si singa, menjerit lalu lari, dan semua muridnya ikut lari, kebanyakan dari mereka gadis kecil yang gemuk dan kaku dengan kaki yang gendut. Gwendolen ragu-ragu.
"Maukah kau tinggal bersama kami, Sayang"" tanya Aslan.
"Oh, bolehkah" Terima kasih, terima kasih," kata Gwendolen. Dia langsung bergabung dengan dua maenad, yang memutar-mutarnya dalam tarian gembira dan membantunya melepaskan beberapa bagian pakaian yang tidak penting dan tidak nyaman.
Ke mana pun mereka pergi dalam kota Beruna yang kecil itu, yang terjadi sama saja. Kebanyakan orang lari, beberapa bergabung dengan mereka. Ketika meninggalkan kota, mereka kelompok yang lebih besar dan riang.
Mereka terus bergerak menyeberangi padang-padang datar di sisi utara, atau sisi kiri, sungai. Di setiap pertanian, para binatang keluar untuk bergabung dengan mereka. Keledai tua yang sedih yang tidak pernah mengenal kegembiraan tiba-tiba muda lagi, anjing-anjing yang dirantai lepas dari ikatannya, kuda-kuda menendang kereta mereka sampai berkeping-keping lalu ikut bersama mereka--plok-plok--menendang lumpur dan meringkik.
Di sisi sumur di suatu padang mereka bertemu pria yang sedang memukuli anak laki-laki. Tongkatnya berbunga di tangan pria itu. Dia berusaha menjatuhkannya, tapi tongkat itu menempel pada tangannya. Lengannya menjadi cabang, tubuhnya menjadi batang pohon, kakinya menjadi akar. Anak itu, yang menangis sesaat sebelumnya, tertawa keras dan bergabung dengan mereka.
Di kota kecil di pertengahan jalan menuju Beaversdam, tempat dua sungai bertemu, mereka menemukan satu sekolah lagi, tempat wanita muda bertampang lelah sedang mengajar aritmatika pada beberapa anak laki-laki yang mirip babi. Guru itu memandang ke luar jendela dan melihat rombongan itu bernyanyi di jalan dan hatinya dipenuhi kebahagiaan murni. Aslan berhenti tepat di bawah jendelanya dan mendongak ke arahnya.
"Oh, tidak, tidak ," kata si guru. "Aku ingin. Tapi tidak bisa. Aku harus melakukan pekerjaanku. Dan anak-anak akan takut kalau melihatmu."
"Takut"" kata anak laki-laki yang paling mirip babi. "Siapa sih yang dia ajak bicara di luar jendela" Ayo beritahu pengawas, dia bicara pada orang di luar jendela saat seharusnya mengajar kita."
"Mari lihat siapa itu," kata anak laki-laki lain, kemudian mereka berbondong-bondong mendekati jendela. Tapi begitu wajah mereka yang keji muncul, Bacchus berteriak Euan, euoi-oi-oi dan semua anak laki-laki menjerit ketakutan dan berebut keluar pintu serta jendela. Setelahnya dikatakan (entah benar atau tidak) anak-anak itu tidak pernah terlihat lagi, tapi ada banyak babi kecil yang sangat bagus di daerah itu, padahal mereka tidak pernah terlihat sebelumnya.
"Nah, Sayang," kata Aslan pada si guru, dan wanita itu melompat keluar jendela lalu bergabung dengan mereka.
Di Beaversdam mereka menyeberangi sungai dan kembali ke timur sepanjang sisi selatan. Mereka mencapai pondok kecil tempat seorang anak berdiri di pintu sambil menangis. "Kenapa kau menangis, sayangku"" tanya Aslan. Anak itu, yang belum pernah melihat gambar singa, tidak takut padanya. "Bibiku sakit parah," katanya. "Dia akan meninggal." Kemudian Aslan masuk melalui pintu pondok itu, tapi pintu itu terlalu kecil baginya. Jadi, ketika berhasil memasukkan kepalanya, dia mendorong dengan bahunya (Lucy dan Susan terjatuh ketika dia melakukan ini) dan mengangkat seluruh pondok itu, bangunan itu kemudian jatuh berantakan. Dan di sana, masih di tempat tidurnya, meskipun sekarang tempat tidur itu berada di udara terbuka, terbaringlah wanita tua yang sepertinya memiliki darah dwarf dalam dirinya. Dia sekarat, tapi ketika membuka matanya dan melihat kepala singa yang berbulu lebat keemasan sedang menatapnya, wanita itu tidak menjerit atau pingsan. Dia berkata, "Oh, Aslan! Aku tahu kabar itu benar. Aku menunggu saat ini seumur hidupku. Apakah kau datang untuk membawaku""
"Ya, Sayang," kata Aslan. "Tapi bukan dalam perjalanan panjang menuju kematian." Dan saat Aslan bicara, seperti cercah cahaya muncul dari balik awan ketika fajar, rona kembali pada wajah pucat wanita itu. Dia duduk dan berkata, "Wah, aku berani bilang aku merasa lebih baik. Kurasa aku bisa makan sedikit pagi ini."
"Ini, Bu," kata Bacchus, mencelupkan buyung dalam sumur pondok itu dan memberikannya pada si wanita tua. Tapi isinya sekarang bukan air melainkan anggur terbaik, semerah jeli beri merah, selembut minyak, sekeras daging sapi, sehangat teh, sesejuk embun.
"Eh, kau melakukan sesuatu pada sumur kami," kata si wanita tua. "Itu perubahan yang baik, sungguh." Dan dia melompat dari tempat tidur.
"Naiklah ke punggungku," kata Aslan, kemudian menambahkan pada Lucy dan Susan, "Kalian para ratu harus berjalan sekarang."
"Kami sama sekali tidak keberatan," kata Susan. Kemudian mereka berangkat lagi.
Akhirnya, sambil melompat-lompat, menari-nari, dan menyanyi-nyanyi, dengan musik, tawa, teriakan, gonggongan, dan ringkikan, mereka semua tiba di tempat pasukan Miraz berdiri menjatuhkan pedang mereka dan mengangkat tangan mereka, dan pasukan Peter, masih memegang senjata mereka dan terengah-engah, berdiri di sekeliling mereka dengan wajah tegas dan lega. Dan hal pertama yang terjadi adalah wanita tua itu turun dari punggung Aslan dan lari ke arah Caspian. Mereka berpelukan, karena wanita tua itulah mantan perawatnya.
BAB LIMA BELAS Aslan Membuat Pintu di Udara
SAAT melihat Aslan, wajah para prajurit Telmarine semakin pucat, lutut mereka
gemetar, dan banyak yang jatuh tertelungkup. Mereka tidak percaya adanya sang singa dan itu membuat mereka semakin takut. Bahkan Dwarf Merah yang tahu sang singa dating sebagai teman mereka pun berdiri ternganga, tak bisa bicara. Beberapa Dwarf Hitam, yang bergabung dengan kelompok Nikabrik, mulai mundur. Tapi semua Hewan yang Bisa Berbicara bergabung di sekeliling sang singa, dengan dengkuran, geraman, cicitan, dan ringkikan gembira, mengipasi Aslan dengan ekor mereka, menggosokkan diri mereka pada dirinya, menyentuhnya dengan hidung mereka dan mondar-mand
ir di bawah tubuh dan di antara kakinya. Kalau kau pernah melihat kucing kecil menyayangi anjing besar yang dikenal dan dipercayainya, kau bisa membayangkan dengan cukup baik bagaimana tingkah laku mereka. Kemudian Peter, mengajak Caspian, menembus kerumunan binatang itu.
"Ini Caspian, Sir," katanya. Dan Caspian berlutut lalu mencium cakar singa itu.
"Selamat datang, Pangeran," kata Aslan. "Apakah kau merasa dirimu pantas menjadi Raja Narnia""
"Aku--kurasa tidak, Sir," kata Caspian. "Aku masih kecil."
"Bagus," kata Aslan. "Kalau kau merasa dirimu pantas, itulah bukti bahwa sebenarnya kau tidak pantas. Karena itu, di bawah kekuasaan kami dan Raja Agung, kau akan menjadi Raja Narnia, Lord Cair Paravel, dan Kaisar Lone Islands. Kau dan anak-cucumu selama keturunanmu masih ada. Dan pemahkotaanmu--ada apa ini"" Karena saat itu prosesi kecil yang aneh mendekat--sebelas tikus, enam di antaranya membawa suatu usungan dari cabang pohon, tapi usungan itu tidak lebih besar daripada peta yang lebar. Tidak ada yang pernah melihat tikus-tikus lebih sedih daripada saat itu. Mereka semua berlumur lumpur--beberapa juga berlumur darah telinga serta kumis mereka turun sementara ekor mereka terseret di rumput, selain itu pemimpin mereka meniupkan nada melankolis dengan sulingnya. Pada usungan itu terbaring sesuatu yang sepertinya sisa-sisa Reepicheep. Dia masih bernapas, tapi lebih tampak mati daripada hidup, tubuhnya penuh luka, salah satu cakarnya remuk, dan di bagian belakang tubuhnya tempat dulu ada ekor terdapat perban.
"Sekarang, Lucy," kata Aslan.
Lucy segera mengeluarkan botol berliannya. Meskipun hanya setetes yang dibutuhkan untuk tiap luka Reepicheep, lukanya begitu banyak sehingga ada keheningan yang lama dan penuh kekhawatiran sebelum Lucy selesai dan pemimpin tikus itu melompat bangkit dari usungan. Sebelah tangannya langsung menyentuh gagang pedangnya, sementara yang lain memuntir kumisnya. Dia membungkuk.
"Salam, Aslan!" katanya dengan suara melengking. "Aku sangat terhormat--" Tapi kemudian dia tiba-tiba berhenti bicara.
Ternyata dia masih belum punya ekor--entah Lucy melupakannya atau cairan ajaibnya, meskipun bisa menyembuhkan luka, tapi tidak bisa membuat anggota tubuh tumbuh kembali. Reepicheep menyadari hal ini saat dia membungkuk, mungkin kehilangan ekor mengubah sesuatu pada keseimbangan tubuhnya. Dia menengok ke belakang lewat pundak kanannya. Gagal melihat ekornya, dia memanjangkan lehernya sehingga harus memutar bahunya kemudian seluruh tubuhnya. Tapi saat itu pantatnya ikut berputar sehingga tidak bisa dilihat. Kemudian dia memanjangkan lehernya untuk melihat ke belakang lewat pundaknya, dengan hasil yang sama. Ketika telah berputar-putar tiga kali, barulah dia menyadari kenyataan yang mengerikan itu.
"Aku sangat terpukul," kata Reepicheep pada Aslan. "Aku benar-benar kehilangan muka. Aku harus minta maaf karena tampil dalam keadaan memalukan seperti ini."
"Tapi kau baik-baik saja, makhluk kecil," kata Aslan.
"Tidak," jawab Reepicheep, "apakah ada sesuatu yang bisa dilakukan... Mungkin Yang Mulia"" dan dia membungkuk kepada Lucy.
"Tapi apa yang ingin kaulakukan dengan ekor"" tanya Aslan.
"Sir," kata si tikus, "aku bisa makan, tidur, dan mati bagi rajaku tanpa ekor. Tapi ekor adalah kehormatan dan harga diri tikus."
"Kadang-kadang aku bertanya-tanya, temanku," kata Asian, "apakah kau tidak menganggap kehormatanmu terlalu tinggi."
"Yang paling tinggi dari semua Raja Agung," kata Reepicheep, "izinkan aku mengingatkan bahwa ukuran yang sangat kecil telah diberikan pada kami, para tikus, dan kalau kami tidak menjaga harga diri kami, beberapa pihak (yang hanya lebih besar beberapa inci) akan melakukan berbagai hal yang sangat tidak menyenangkan pada kami. Karena itulah aku berusaha keras untuk menyatakan bahwa mereka yang tidak ingin merasakan pedang ini di dekat jantungnya, tidak akan membicarakan perangkap, keju panggang, atau lilin saat ada aku: tidak, Sir--bahkan makhluk bodoh paling tinggi di Narnia pun tidak!" Saat mengatakan itu, dia melotot sangat galak pada Wimbleweather, tapi raksasa itu yang
pemahamannya selalu ketinggalan selangkah daripada yang lain, belum mengerti apa yang dibicarakan di dekat kakinya.
"Kenapa kau menyuruh seluruh pengikutmu menghunus pedang mereka, kalau aku boleh bertanya"" kata Aslan.
"Maaf, Yang Mulia," kata tikus kedua yang bernama Peepiceek, "kami semua menunggu untuk memotong ekor kami sendiri, kalau pemimpin kami tidak dapat memperoleh ekornya lagi. Kami tidak sanggup menanggung malu mengenakan kehormatan yang tidak bisa dimiliki pemimpin kami."
"Ah!" aum Asian. "Kalian telah mengalahkanku. Kalian sangat baik. Bukan demi kehormatanmu, Reepicheep, tapi demi kasih yang ada di antara kau dan pengikutmu, juga demi kebaikan yang ditunjukkan rakyatmu padaku zaman dahulu kala ketika mereka menggigiti tali yang mengikatku di Stone Table (dan saat itulah, meskipun kalian telah lama melupakannya, kalian menjadi Tikus yang Bisa Berbicara), kau akan mendapatkan ekormu lagi."
Sebelum Aslan selesai bicara, ekor baru itu sudah kembali tumbuh di tempatnya. Kemudian, sesuai perintah Aslan, Peter memberikan gelar Kesatria Ordo Singa pada Caspian, dan Caspian begitu diangkat menjadi kesatria, juga memberikan gelar pada Trufflehunter, Trumpkin, Reepicheep, dan menjadikan Doctor Cornelius Penasihat Kerajaan, serta mengukuhkan hak turun-temurun Beruang sebagai Hakim Garis. Lalu terdengar tepuk tangan membahana.
Setelah ini para prajurit Telmarine, dengan tegas tapi tanpa ejekan atau pukulan, dibawa ke seberang sungai dan semuanya dikurung di kota Beruna serta diberi daging sapi dan bir. Para Telmarine itu ribut sekali saat harus berjalan dalam air, karena mereka semua membenci dan takut pada air mengalir serta binatang. Tapi akhirnya keributan itu selesai, kemudian bagian paling menyenangkan dari hari yang panjang itu dimulai.
Lucy, duduk di dekat Aslan dan merasa sangat nyaman, bertanya-tanya apa yang dilakukan pepohonan. Pertama-tama dia pikir pepohonan berdansa, mereka jelas-jelas bergerak berputar perlahan dalam dua lingkaran, satu dari kiri ke kanan, dan yang lain dari kanan ke kiri. Kemudian Lucy melihat pohon-pohon itu terus-menerus melemparkan sesuatu ke tengah kedua lingkaran itu. Kadang-kadang Lucy berpikir mereka memotong untai panjang rambut mereka, di saat lain sepertinya mereka mematahkan sepotong jari-jari mereka--tapi, kalaupun begitu, mereka punya banyak jari dan hal itu tidak menyakiti mereka. Tapi apa pun yang mereka lempar, begitu benda itu menyentuh tanah, dia menjadi kayu bakar atau tongkat kering. Kemudian tiga atau empat Dwarf Merah maju membawa kotak korek api dan menyalakan tumpukan kayu itu, yang pertama-tama berderak, kemudian apinya membesar, dan akhirnya api unggun itu meraung seperti yang memang harus dilakukan api unggun di tengah malam musim panas. Semuanya duduk dalam lingkaran besar di sekelilingnya.
Kemudian Bacchus, Silenus, serta maenad mulai menari, jauh lebih liar daripada tarian pepohonan, bukan sekadar tarian untuk bersenang-senang dan keindahan (meskipun tentu saja juga riang dan indah) tapi tarian ajaib tentang panen, di mana tangan mereka menyentuh, dan di mana kaki mereka berpijak, pesta pora langsung terasa--hidangan daging panggang yang mengisi padang itu dengan aroma yang enak, kue-kue gandum dan oat, madu dan banyak jenis gula, krim sekental bubur dan selembut air tenang, buah persik, nectar, pomegranate, pir, anggur, stroberi, raspberi, dan berbagai jenis buah lain bertumpuk membentuk piramida. Kemudian, dalam cangkir dan mangkuk kayu besar, dihiasi tanaman rambat, tersaji anggur, cairannya gelap dan kental seperti sirup mulberi, juga jenis yang merah seperti jeli merah, lalu jenis anggur kuning, anggur hijau, anggur kuning-hijau, dan hijau-kuning.
Bagi pepohonan hidangan lain disajikan. Ketika Lucy melihat Clodsley Shovel dan para tikus tanahnya menggali lubang di beberapa tempat (yang ditunjukkan Bacchus pada mereka) dan menyadari bahwa pohon-pohon akan makan tanah, dia agak gemetar. Tapi ketika melihat tanah itu dibawa kepada mereka, Lucy merasa berbeda. Pohon-pohon mulai dengan gumpalan tanah yang begitu cokelat sehingga nyaris sama dengan
cokelat, begitu miripnya, sehingga Edmund mencoba sedikit, tapi ternyata rasanya tidak enak. Ketika gumpalan itu sudah memuaskan rasa lapar mereka, pohon-pohon beralih pada jenis tanah yang mirip dengan yang kalian lihat di Somerset, yang warnanya nyaris merah muda. Menurut mereka tanah yang ini lebih ringan dan manis. Setelah itu mereka makan tanah yang mengandung kapur, kemudian mengakhiri santapan mereka dengan tanah paling lembut yang bertabur pasir perak terpilih. Mereka minum sangat sedikit anggur, dan itu pun sudah cukup untuk membuat pohon Holly jadi cerewet, karena biasanya mereka memuaskan dahaga dengan minum embun serta air hujan, yang dibumbui bunga hutan serta rasa ringan awan-awan yang paling tipis.
Seperti itulah Aslan menjamu rakyat Narnia sampai lama setelah matahari terbenam, dan api unggun besar itu, sekarang lebih panas tapi tidak terlalu ribut lagi, berpijar seperti api sinyal dalam hutan yang gelap, dan para Telmarine yang ketakutan memerhatikan hari jauh dan bertanya-tanya apa arti semuanya. Yang terbaik tentang pesta ini adalah tidak ada yang perlu mengundurkan diri dan pergi, tapi sejalan dengan waktu percakapan semakin pelan, satu demi satu mulai mengangguk-angguk dan akhirnya tertidur dengan kaki ke arah api unggun dan teman baik di sisi, sampai akhirnya ada keheningan di sekeliling lingkaran itu, dan gemerecik air di Fords of Beruna terdengar lebih jelas. Tapi sepanjang malam Aslan dan bulan saling pandang dengan mata yang tidak berkedip dan memancarkan kegembiraan.
Hari berikutnya pembawa pesan (yang sebagian besar bajing serta burung) dikirim keseluruh negeri membawa pernyataan bagi seluruh rakyat Telmarine--termasuk, tentu saja para tawanan di Beruna. Mereka diberitahu sekarang Caspian telah menjadi raja dan Narnia selanjutnya akan berada di tangan Hewan yang Bisa Berbicara, dwarf, drayd, faun, dan makhluk lain yang bisa berfungsi seperti manusia. Siapa pun yang memilih untuk tinggal dalam situasi yang baru ini bisa melakukannya, tapi bagi mereka yang tidak menyukainya, Aslan akan menyediakan rumah baru. Siapa pun yang ingin pergi ke sana, bisa datang kepada Aslan dan para raja di Fords of Beruna tengah hari yang kelima. Kalian bisa membayangkan ini menimbulkan banyak pertanyaan di antara para Telmarine. Beberapa dari mereka, kebanyakan anak muda, telah, seperti Caspian, mendengar kisah tentang Masa Lalu dan senang masa itu telah kembali. Mereka sudah berteman dengan para binatang. Mereka inilah yang memutuskan untuk tinggal di Narnia. Tapi kebanyakan orang yang lebih tua, terutama mereka yang memiliki jabatan penting dalam pemerintahan Miraz, tidak senang dan tidak ingin tinggal di negeri tempat mereka tidak bisa memerintah lagi. "Tinggal di sini bersama banyak binatang sirkus! Menyeramkan," kata mereka. "Dan hantu," tambah yang lain sambil gemetar. "Sebenarnya dryad itu hantu. Aneh sekali." Mereka juga penuh kecurigaan. "Aku tidak memercayai para binatang," kata mereka. "Apalagi singa menyeramkan itu. Tidak akan lama sebelum dia mencakar kita, lihat saja." Tapi kemudian mereka sama curiganya pada tawaran Aslan untuk memberi mereka rumah baru. "Kemungkinan besar dia akan membawa kita ke sarangnya untuk dimakan satu per satu," gumam mereka. Dan semakin sering mereka membicarakan hal ini, mereka semakin kesal dan curiga. Tapi di hari yang ditunjuk, lebih dari setengah dari mereka muncul.
Di satu sisi padang, Aslan telah meminta dua tiang kayu didirikan, lebih tinggi dari kepala manusia dan kira-kira satu meter lebarnya. Batang kayu ketiga yang lebih ringan diikat di antara keduanya, di bagian atas, menyatukan kedua batang kayu tadi, sehingga benda itu tampak seperti ambang pintu entah dari mana menuju entah ke mana. Di depan ambang ini Aslan berdiri bersama Peter di sebelah kanannya dan Caspian di sebelah kirinya. Berkumpul di dekat mereka, Susan dan Lucy, Trumpkin dan Trufflehunter, Lord Cornelius, Glenstorm, Reepicheep, dan yang lain. Anak-anak dan para dwarf mengenakan pakaian kerajaan yang tadinya berada di puri Miraz yang sekarang menjadi puri Caspian, dan dengan kain linen seputih s
alju yang mengintip dari lengan lebar, dengan baju besi perak dan gagang pedang berhias batu permata, dengan helm dan topi berbulu, mereka nyaris terlalu menyilaukan untuk dilihat. Bahkan para binatang pun mengenakan kalung indah di leher mereka. Tapi tidak ada yang memerhatikan para binatang atau anak-anak. Surai Aslan keemasan yang hidup dan bisa diraba mengalahkan keanggunan mereka semua. Rakyat Narnia Lama berdiri di kedua sisi ambang tersebut. Di ujung yang jauh berdirilah para Telmarine. Matahari bersinar terang dan umbul-umbul berkibar karena angin.
"Rakyat Telmar," kata Aslan, "kalian yang mencari tanah baru, dengarlah kata-kataku. Aku akan mengirim kalian ke negeri kalian sendiri, yang aku kenal, tapi kalian tidak."
"Kami tidak ingat Telmar. Kami tidak tahu di mana letaknya. Kami tidak tahu seperti apa negeri itu," gerutu para Telmarine.
"Kalian datang ke Narnia dari Telmar," kata Aslan. "Tapi kalian datang dari Telmar melalui tempat lain. Kalian sama sekali tidak berasal dari dunia ini. Kalian datang ke tempat ini, beberapa generasi yang lalu, dari dunia yang sama dengan tempat asal Raja Agung Peter."
Saat mendengar ini, setengah rakyat Telmarine mulai mengeluh, "Nah, kan. Sudah kubilang. Dia akan membunuh kita semua, mengirim kita ke luar dunia," dan setengah yang lain mulai membusungkan dada dan saling menepuk punggung sambil berbisik-bisik, "Nah, kan. Aku sudah menduga kita tidak berasal dari tempat ini, dengan begitu banyak makhluk aneh, jahat, dan tidak alami. Kita ini keturunan bangsawan, lihat saja." Dan bahkan Caspian, Cornelius, serta anak-anak pun menatap Aslan dengan tatapan heran.
"Diam," kata Aslan dengan suara pelan yang hampir mirip geramannya. Tanah seolah berguncang sedikit dan setiap makhluk hidup di padang itu menjadi sediam batu.
"Kau, Sir Caspian," kata Aslan, "mungkin sudah tahu bahwa kau tidak mungkin jadi Raja Narnia yang sejati kecuali, seperti raja-raja zaman dahulu, kau Putra Adam dan datang dari dunia para Putra Adam. Dan memang begitulah. Bertahun-tahun yang lalu di dunia itu, dalam lautan dalam di dunia itu yang disebut Laut Selatan, perahu bajak laut terdampar di suatu pulau karena badai. Mereka melakukan apa yang dilakukan bajak laut: membunuh penduduk asli pulau itu, mengambil para wanita penduduk asli sebagai istri, dan membuat minuman keras dari pohon palem, minum-minum dan mabuk, dan tidur-tiduran di bawah kerimbunan pohon palem, bangun dan bertengkar, dan kadang-kadang saling membunuh. Dalam salah satu pertengkaran ini enam dari mereka terpaksa lari dan bersama istri-istri mereka, mereka pergi ke pusat pulau, mendaki gunung, dan masuk, mereka pikir, ke gua untuk bersembunyi. Tapi tempat itu salah satu tempat ajaib di dunia, salah satu rantai atau gerbang antara tempat itu dan dunia ini. Ada banyak rantai atau gerbang antar dunia zaman dulu, tapi sekarang semakin sedikit. Inilah salah satu yang terakhir: aku tidak bilang yang terakhir. Jadi mereka jatuh, bangkit, berputar, melayang langsung, dan menemukan diri mereka di dunia, di Tanah Telmar yang saat itu tidak berpenghuni. Tapi kenapa tanah itu tidak berpenghuni merupakan cerita yang panjang: aku tidak akan mengisahkannya sekarang. Di Telmar-lah keturunan mereka tinggal, menjadi rakyat yang gagah dan penuh kehormatan, dan setelah banyak generasi terjadi kelaparan di Telmar, sehingga mereka menyerang Narnia, yang saat itu berada dalam keadaan kacau (tapi itu juga cerita yang panjang), mengalahkannya, dan memerintahnya. Apakah kau mengerti semua ini, Raja Caspian""
"Ya, Sir," kata Caspian. "Aku sebetulnya ingin nenek moyangku lebih terhormat."
"Nenek moyangmu adalah Lord Adam dan Lady Hawa," kata Aslan. "Dan itu sudah cukup terhormat untuk membuat pengemis yang paling miskin pun berani mengangkat kepalanya, dan cukup memalukan untuk membuat bahu kaisar paling hebat sekalipun membungkuk. Berpuasdirilah."
Caspian membungkuk. "Dan sekarang," kata Aslan, "kalian rakyat Telmar, maukah kalian kembali ke pulau di dunia manusia dari mana nenek moyang kalian datang" Tempat itu tidak jelek. Para bajak laut yang pertama menemu
kannya sudah meninggal, dan pulau itu tidak berpenghuni. Ada banyak sumur berair segar, tanah yang subur, kayu untuk membangun, ikan-ikan di laguna, dan manusia lain di dunia itu belum menemukannya. Gerbang ini terbuka untuk kembalinya kalian, tapi aku harus memperingatkan kalian, begitu kalian lewat, gerbang ini akan tertutup bagi kalian selamanya. Tidak akan ada lagi hubungan dua dunia melalui gerbang itu."
Suasana hening sejenak. Kemudian seorang prajurit Telmarine berperawakan besar dan sopan melangkah maju dan berkata:
"Yah, aku mau menerima tawaran itu."
"Pilihanmu bagus," kata Aslan. "Dan karena kau yang pertama bicara, kau mendapat kekuatan besar. Masa depanmu di dunia itu akan baik. Majulah."
Pria itu, sekarang wajahnya agak pucat, maju. Aslan dan pengikutnya menyingkir mundur, membuka jalan ke gerbang kayu yang kosong.
"Berjalanlah melaluinya, anakku," kata Aslan, membungkuk ke arahnya dan menyentuh hidung pria itu dengan hidungnya sendiri. Begitu napas sang singa menyelubunginya, ekspresi baru tampak pada wajahnya--kaget, tapi bukannya tidak bahagia--seolah dia berusaha mengingat sesuatu. Kemudian dia menegakkan bahunya dan berjalan menuju gerbang.
Tatapan semuanya terpaku pada pria itu. Mereka melihat tiga batang kayu, dan melalui gerbang itu pepohonan, rumput, dan langit Narnia. Mereka melihat pria itu berada diantara ambang: kemudian, dalam sedetik, dia telah menghilang seluruhnya.
Dari ujung padang, rakyat Telmarine berteriak-teriak. "Uh! Apa yang terjadi padanya" Apakah kau mau membunuh kami" Kami tidak mau pergi ke sana." Kemudian salah satu orang Telmarine yang cerdas berkata:
"Kami tidak melihat dunia lain itu melalui ambang kayu itu. Aslan, kalau kau ingin kami memercayainya, kenapa salah satu dari kalian tidak pergi" Semua temanmu sendiri berdiri jauh-jauh dari gerbang itu."
Reepicheep langsung maju dan membungkuk. "Kalau contohku bias membantu, Aslan," katanya, "aku akan mengajak sebelas tikus melalui gerbang itu atas perintahmu tanpa ragu."
"Tidak, makhluk kecil," kata Aslan, menyentuhkan cakarnya yang lembut dengan sangat hati-hati pada kepala Reepicheep. " Mereka akan melakukan hal-hal yang mengerikan padamu di dunia itu. Mereka akan mempertontonkanmu di pasar malam. Yang lainlah yang harus memimpin."
"Ayo," kata Peter tiba-tiba pada Edmund dan Lucy. "Waktu kita sudah habis."
"Apa maksudmu"" kata Edmund.
" Ke sini," kata Susan, yang sepertinya tahu tentang apa yang terjadi: "Kemudian ke balik pohon-pohon. Kita harus berganti."
"Ganti apa"" Tanya Lucy.
"Pakaian kita, tentu saja," kata Susan. "Kita akan tampak sangat bodoh di peron stasiun Inggris kalau memakai ini."
"Tapi barang-barang kita ada di puri Caspian," kata Edmund.
"Tidak," kata Peter, tetap memimpin ke arah hutan yang paling lebat. "Barang-barang itu ada di sini. Mereka dibawa dalam bungkusan pagi ini. Semua sudah diatur."
"Apakah itu yang dibicarakan Aslan padamu dan Susan pagi ini"" tanya Lucy.
"Ya--itu dan hal-hal lain," kata Peter, ekspresinya sangat serius. "Aku tidak bisa memberitahumu semuanya. Ada hal-hal yang ingin dia bicarakan pada Su dan aku karena kami tidak akan kembali ke Narnia."
"Tidak pernah"" jerit Edmund dan Lucy sedih.
"Oh, kalian berdua masih akan kembali," kata Peter. "Paling tidak, dari apa yang dia katakan, aku cukup yakin kalian berdua akan kembali suatu hari nanti. Tapi Su dan aku tidak. Dia bilang kami sudah terlalu tua."
"Oh, Peter," kata Lucy. "Betapa malangnya. Bisakah kau menerimanya""
"Yah, kurasa bisa," kata Peter. "Ini semua agak berbeda dengan pikiranku. Kau akan mengerti ketika saat terakhirmu tiba. Tapi, cepat, ini barang-barang kita."
Rasanya aneh dan tidak terlalu menyenangkan, melepaskan pakaian kebesaran mereka dan kembali ke padang dengan mengenakan seragam sekolah (yang sudah tidak terlalu rapi dan bersih lagi sekarang). Satu atau dua orang Telmarine yang paling jahat mengejek. Tapi makhluk-makhluk lain semua bertepuk tangan dan bangkit untuk menghormati Peter, sang Raja Agung, Ratu Susan Pembawa Terompet, Raja Edmund, dan Ratu Lucy. Perpisahan mereka dengan teman-teman
lama terasa hangat dan (bagi Lucy) penuh air mata--ciuman para binatang, pelukan si beruang, jabat erat Trumpkin, dan akhirnya pelukan penuh gelitik kumis Trufflehunter. Dan tentu saja Caspian menawarkan mengembalikan terompet ajaib pada Susan dan tentu saja Susan menyuruh sang raja menyimpannya. Kemudian, dengan indah dan sedih, saatnya berpisah dengan Aslan sendiri. Lalu Peter maju ke depan, Susan memegang bahunya, Edmund memegang bahu Susan, dan Lucy memegang bahu Edmund, lalu orang Telmarine pertama memegang bahu Lucy, begitu terus sehingga mereka semua membentuk barisan panjang di depan gerbang. Setelah itu datanglah saat yang tak dapat dilukiskan, karena anak-anak merasa melihat berbagai hal sekaligus. Salah satunya adalah mulut gua membuka pada warna hijau dan biru yang mencolok di tengah pulau di Pasifik, tempat semua orang Telmarine akan mendapati diri mereka begitu melewati gerbang. Saat berikutnya adalah pemandangan Narnia, wajah para dwarf dan binatang, mata Aslan yang dalam, dan bulu putih pada pipi musang. Tapi kemudian (pemandangan yang dengan cepat menelan kedua pemandangan yang terdahulu) adalah permukaan batu abu-abu peron di stasiun desa, dan tempat duduk dengan koper-koper di sekelilingnya, tempat mereka semua duduk seolah tidak pernah pergi dari sana--rasanya agak datar dan membosankan setelah semua yang mereka alami, tapi juga, ternyata terasa menyenangkan dengan caranya sendiri, dengan aroma rel yang familier, langit Inggris, dan semester musim panas menunggu mereka.
"Yah!" kata Peter. "Kita sudah cukup mengalaminya."
"Sial!" kata Edmund. "Aku meninggalkan senter baruku di Narnia."
~~SELESAI~~~ Edited by. Echi https://desyrindah.blogspot.com
Dracula 8 Tanah Warisan Karya Sh Mintardja Panggilan Masa Lalu 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama