02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja Bagian 8
Dan Ken Arob kini mejakini, semuanja itu sebagian besar adalah karena latihan2 memusatkan pikiran jang diperladjarinja dari Lohgawe. Sebelum itu apa jang dilakukan adalah seperti seekor serigala liar dipadang Karautan, meskipun pada saat2 jang serupa itu apa jang dilakukan telah mengherankan bagi orang banjak. Se-olah2 tubuhnja mendjadi kebal dan tidak dapat disakiti oleh lawannja, seperti pada saat ia berkelahi untuk pertama kali melawan Mahisa Agni. Bagai manapun djuga ia terbanting, terdorong dan bahkan djatuh terdjerembab dan ter-guling2 ditanah, tetapi ia selalu bangkit kembali dan melawan membabi buta.
Ken Arok itu tersedar katika tiba2 sadja ia melihat Kebo Idjo telah berdiri dihadapannja. Meskipun masih belum tegak benar namun anak muda itu sudah berteriak " Ajo, aku ternjata masih belum kau kalahkan. Kita akan segera mulai lagi.
Angin malam terhembus semakin kentjang. Usapan jang sedjuk ditubuh Kebo Idjo telah membuatnja bertambah segar. Tetapi sekali2 masih terasa dadanja mendjadi njeri. Meskipun demikian sedjenak kemudaan ia berteriak pula " Ajo, Ken Arok, kita mulai lagi.
" Kau masih ingin berkelahi " bertanja Ken Arok.
" Aku belum kau kalahkan. Hanja mautlah pertanda jang paling djelas, siapakah jang kalah, dan siapakah jang menang.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Ditatapnja wadjah anak muda jang berdiri ter-hujung2 dihadapannja itu dengan dada jang ber-debaran. Alangkah keras hatinja.
Tetapi tiba2 Ken Arok itu menggelengkan kepalanja " Tidak Kebo Idjo. Aku kira kita sudah tjukup lama berkelahi. Kalau seseorang mentjari aku dan datang kemari, melihat kita berkelahi maka akibatnja kurang baik.
" Persetan dengan alasanmu jang memuakan itu. Kau selalu mengatakan tentang pradjurit2 Tumapel. Biarlah mereka beladjar dari peristiwa ini. Biarlah mereka tahu, bahwa bagi pradjurit Tumapel hanja ada dua pilihan dalam setiap perkelahian. Menang atau mati.
" Sikap itu amat terpudji Kebo Idjo. Tetapi terhadap lawan, lawan bebujutan. Tidak terhadap kawan sendiri jang hanja sekedar bcr-main2. Katakanlah sedang bertaruh dengan taruhan jang sama sekali tidak berarti.
Kata2 itu menjentuh hati Kebo Idjo djuga. Sedjenak ia berdiam diri memandangi Ken Arok jang berdiri tegak seperti sebatang tugu jang kokoh. Tetapi sedjenak kemudian didalam hati Kebo Idjo itu terdjadi lagi sebuah pergolakan. Kambuhlah sifat2nja jang keras. Maka katanja " Kitapun tidak sedang ber-main2. Kita memang sedang bertaruh. Tetapi taruhan kita tidak sekedar tidak berarti seperti jang kau katakan. Taruhan kita tidak sekedar tidak berarti seperti jang kau katakan. Taruhan kita adalah kehormatan kita. Kehormatan kita sebagai laki2 dan sebagai seorang pradjurit. Kehormatan laki2 dan seorang pradjurit sama harganja dengan njawanja.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Disabarkannja hatinja dengan segala usaha. Meskipun terasa getaran didalam nada suaranja, namun kata2uja meluntjur per-lahan2 " Kau keliru Kebo Idjo. Kau terlampau dikuasai oleh perasaan.
" Tidak. Ajo, bersiaplah; Apakah kau takut menghadapi aku jang telah berhasil memperoleh kekuatanku kembali "
Tetapi Kebo Idjo sendiri tidak dapat mejakini kata2nja. Ia masih harus bersusah pajah mempertahankan keseimbangannja. Sekali2 masih terasa tubuhnja memberat seperti timah dan dadanja serasa disobek dengan sembilu.
Namun ia masih berteriak " Untuk kedua kalinja aku akan menghantammu dengan Adji Badjra Pati. Kali ini kau pasti akan terbunuh.
" Kau keras kepala " desis Ken Arok.
" Aku seorang pradjurit " sahut Kebo Idjo " bukan pengetjut tjengeng seperti kau. Kalau kau tetap berkuasa dipadang Karautan, maka seluruh pradjurit Tumapel jang ada disinipun akan mendjadi pengetjut tjengeng seperti kau.
Terasa dada Ken Arok bergetar. Hampir sadja ia melontjat memukul mulut Kebo Idjo pasti akan terpelanting djatuh. Untunglah bahwa rasa tanggung djawabnja terhadap seluruh keadaan dipadang Karautan telah mampu mentjegahnja. Meskipun demikian terdengar anak muda itu menggeram.
" Ajo Ken Arok, apa jang kau tunggu.
Tiba2 djawaban Ken Arok sangat mengedjutkan Kebo Idjo. Sambil menggelengkan kepalanja ia berkata " Tidak Kebo Idjo. Aku tidak akan berkelahi lagi. Apabila kita terlibat dalam perkelahian sekali lagi, maka kita akan terdorong semakin djauh kedalam kegelapan hati Kita akan kehilangan pengamatan diri sendiri. Maka kita tidak lagi mendjadi seorang pemimpin jang baik bagi para pradjurit dan orang2 Panawidjen. Aku tidak peduli, apakah alasan ini kau anggap memuakkan atau tidak, tetapi itulah pendirianku. Dan kau tidak akan dapat mengubahnja.
" Pendirian sematjam itu ada didalam pertaruhan kita. Karena itu mari kita teruskan. Baru kau dapat menga takan tentang pendirianmu sebagai seorang pemimpin apabiIa aku sudah terbunuh mati disini.
" Kita bukan lagi orang2 liar jang berkeliaran dihutan hutan rimba. Kita adalah orang2 jang beradab. Dengan demikian kita harus dapat membedakan diri.
" Omong kosong. " Kau pasti belum pernah mengalami hidup berkeliaran di-hutan2 belantara, dimana tidak ada adab dan tata pergaulan. Dalam dunia jang demikian maka manusia tidak ubahnja seperti binatang hutan. Siapa jang kuat, jang ber taring tadjam, ialah jang menang. Apakah kau akan membangunkan peradaban jang demikian dikalangan kita. Dikalangan pradjurit Tumapel. " Siapa jang paling kuat, siapakah jang paling tadjam pedang dan tombaknja, ialah jang akan menguasai pimpinan. Begitu "
" Terserah. Terserah apa jang kau katakan. Aku tidak peduli djuga seperti kau tidak mempedulikan pendirianku.
Ken Arok sekali lagi menarik nafas. Dan tiba2 kata2nja semakin mengedjutkan Kebo Idjo " Adi Kebo Idjo " suara Ken Arok datar bernada rendah. Tetapi terasa sebuah getaran jang tertahan memantjar diantara kata2nja " Kalau kau memang berkeras hati, baiklah aku akan menjatakan kekalahan diri. Lebih baik aku menjerahkan pimpinan para pradjurit dipadang Karautan ini kepadamu. Aku akan dapat mengundurkan diri dengan mengadjukan permohonan kepada Tuanku Akuwu Tunggul Ametung. Selebihnja kau akan dapat memimpin para pradjurit menurut tjaramu. Itu akan lebih baik dari pada kita selalu bertengkar tanpa berkeputusan. Akibat dari pertengkaran itu akan mendjalar kepada para pradjurit. Mereka akan bertengkar pula dan berkelahi. Mereka akan berkata seperti apa jang kau katakan " Pradjurit hanja mengenal menang atau mati. Maka habislah pradjurit dipadang ini. Separo dari mereka akan terbunuh dan jang separo itupun masih akan berkelahi lagi.
" O " tiba2 Kebo Idjo itu tertawa. Suaranja berkumandang memenuhi padang jang kering Berkepandjangan semakin lama semakin keras, seperti ombak dipantai memertjik terhempas di-batu2 karang. Tidak putus-putusnja.
Ken Arok mendjadi heran mendengar suara tertawa itu. Ia tidak mengerti kenapa Kebo Idjo itu tiba2 tertawa. Apakah ia bergembira mendengar keputusannja, apakah ia mendjadi marah "
Tetapi Ken Arok membiarkan sadja anak muda itu tertawa. Didalam hatinja ia berkata " Kalau ia telah tertawa, maka ia pasti akan berhenti dengan sendirinja. Kalau tidak maka ia pasti akan pingsan sendiri karenanja.
Ternjata Kebo Idjo itupun mendjadi lelah. Suara tertawanja menurun. Namun tiba2 anak muda itu menuding wadjah Ken Arok sambil berkata " Kau benar2 pengetjut jang sedang berputus asa. O, bagaimana mungkin Akuwu Tunggul Ametung menundjukmu mendjadi seorang pemimpin pada suatu kerdja jang tjukup besar ini. Kalau itu jang kau kehendaki, maka ketjewalah seluruh pradjurit Tumapel atasmu. Ketjewa pulalah Tuanku Akuwu Tunggul Ametung. Ken Arok, jang diserahi pimpinan atas para pradjurit Tumapel dipadang Karautan ternjata lari terbirit-birit seperti seekor kutjing melihat andjing.
Ken Arok bukanlah seorang anak muda jang mempunjai kesabaran tanpa batas. Bahkan sebenar nja Ken Arokpun terlampau banjak dipengaruhi oleh perasaannja. Djustru karena perasaan tanggung djawabnja, maka ia berhasil menekan dirinja sampai batas itu. Tetapi batas itu kini telah hampir terpatahkan karena sikap Kebo Idjo jang ber-lebih2an. Karena itulah maka terasa getar didalam dada Ken Arok pun mendjadi semakin tadjam.
Ken Arok hanja memerlukan sentuhan jang betapapun halusnja untuk membakar darahnja. Dan Kebo Idjo ternjata masih mentjobanja dan berkata " Ajo, Ken Arok. Pilihlah. Berkelahi atau lari dari padang Karautan ini.
Gigi Ken Arokpun mendjadi gemeretak. Ia sadar bahwa keadaan Kebo Idjo kini telah semakin baik. Namun kini ia sudah tidak dapat membendung kemarahannja.
Dengan suara jang ter-tahan2 karena gelora didadanja Ken Arok menggeram " Baiklah Kebo Idjo. Kalau itu jang kau ingini. Aku tidak berkeberatan. Kalau kau ingin membunuh atau dibunuh, maka aku akan berkata seperti itu djuga.
Meskipun Kebo Idjo sengadja telah membakar kemarahan Ken Arok jang dianggapnja terlampau lemah dan tidak dapat bertindak keras itu, namun ia terkedjut djuga. Ia menganggap bahwa Ken Arok tidak akan berani berbuat lebih banjak lagi karena ia harus bertanggung djawab kepada Akuwu Tunggul Ametung. Tetapi kesombongan dan harga diri Kebo jang ber-lebih2an itu djuga mendjadi sebab, sehingga sikapnja mendjadi kasar dan sombong.
Kini mendengar bahwa Ken Arokpun telah bersikap. Ternjata kesabaran Ken Arok telah sampai pada batasnja sehingga iapun kemudian lupa, bahwa apabila terdjadi bentjana atas dirinja atau atas diri Kebo Idjo, maka persoalannja tidak akan terhenti demikian sadja. Mereka adalah pradjurit2 Tumapel, dan mereka mempunjai pertanggungan djawab untuk itu.
Tetapi agaknja keduanja sudah tidak memperdulikannja lagi. Kebo Idjo jang merasa tubuhnja mendjadi semakin baik karena silir angin jang segar, telah mampu berdiri tegak diatas kedua kakinja. Kini ia tida hanja akan menghadapi Ken Arok dengan tangannja untuk melontarkan Adji Badjra
Pati. Tetapi tiba2 tangannja menarik sebuah tjundrik ketjil dari ikat pinggangnja. Ia berketetapan hati untuk membunuh lawannja. Tjundrik itu harus diajunkan dengan tangannja jang dilambarinja kekuatan Adji Badjra Pati. sehingga apa bila sendjata itu menjentuh lawannja, maka sendjata jang ketjil itu pasti akan membenam djauh kcdalam tubuh lawan itu, oleh lontaran kekuatan jang tiada taranja.
" Tak seorangpan jang dapat hidup karena serangan jang demikian " desisnja " kaupun akan mati djuga malam ini Ken Arok:
Dari mata Ken Arok itu se-olah2 telah memantjar api kemarahaannja. Dipandanginja Kebo Idjo dengan tadjamnja. Tetapi ia tidak mendjawab sepatah katapun.
Keduanja kini telah berdiri berhadapan berdjarak beberapa langkah sadja. Maiing9 telah dikuasai oleh kemarahan jang tidak terkendali. Keduanja bahkan telah berada didalam tataran tertinggi dari kekuatan masing2.
Dengan tadjamnja Ken Arok memandangi tangan Kebo Idjo jang menggenggam tjundriknja. Apabila tangan itu terajun, maka ia jakin, bahwa ajunanan itu pasti dilambari Adji Badjra Pati jang kini sedang dibangunkan. Ia tidak akan dapat membenturnja seperti membentur Adji itu sendiri. Tetapi kini didalam tangan itu tergenggam sebilah tjundrik ketjil jang akan dapat membenam kedalam dagingnja.
Karena itu ia harus berhati-hati. Ia harus memusatkan segenap kekuatan lahir dan batin, untuk dapat melakukan perlawanan terhadap kekuatan Adji Badjra Pati. Tetapi ia harus menghindari sentuhan tjundrik ditangan Kebo Idjo itu.
Dengan demikian, karena pemusatan kekuatan jang memuntjak, maka keduanja tidak mendengar ketika dedaunan disamping mereka tersibak. Mereka tidak melihat sebuah bajangan jang datang mendekati mereka perlahan-lahan.
Tepat pada waktunja, ketika keduanja hampir sadja melontjat dan mulai lagi dengan perkelahian jang pasti akan djauh lebih dahsjat dari perkelahian jang baru sadja terdjadi, maka mereka terkedjut karena mereka mendengar suara nafas jang berdesah didekat mereka. Desah jang sebenarnja terlampau keras.
Ketika mereka berpaling, dalam keremangan malam, didalam lindungan dedaunan, mereka melibat sebuah bajangan jang meremang. Dalam kegelapan rimbunnja gerumbul-gerumbul taman jang sedang mulai tumbuh, mereka tidak segera dapat mengenal bajangan itu.
Karena itu hampir bersamaan Ken Arok dan Kebo Idjo bertanja " Siapakah kau "
Terdengar suara ter-batuk2 ketjil. Tetapi suara itu telah menggontjangkan dada Kebo ldjo. Dengan serta merta ia bertanja lekali lagi " Siapa "
" Aku! Kebo Idjo. Djawaban itu benar2 seperti suara petir jang meledak didalam dadanja. Tubuhnja tiba2 mendjadi gemetar. Dan dengan suara jang gemetar pu!a ia berkata " Apakah guru jang berdiri disitu "
- Ja- Wadjah Kebo Idjo tiba2 berubah mendjadi seputih majat. Tetapi malam jang gelap telah menjaputnja, sehingga Ken Arok tidak dapat melihat perubahan wadjah itu. Ia hanja mendengar suara Kebo Idjo gemetar. Tetapi ia tidak tahu, apakah sebabnja maka suara itu gemetar.
Namun dengan demikian maka hati Ken Arok itupun mendjadi berdebar-debar. Kedatangan guru Kebo Idjo jang tanpa di-sangka2 itu telah mempengaruhi pikirannja. Ia merasakan sesuatu jang kurang wadjar atas kehadiran guru Kebo Idjo itu. Mungkin guru Kebo Idjo telah lama berada ditempat itu, telah melihatnja pula ketika ia berhasil menjelamatkan diri dari kekuatan Adji Badjra Pati. Lalu apakah maksud kedatangannja itu ada hubungannja dengan kegagalan muridnja.
Kedua anak2 muda itu kemudian berdiri tegak seperti patung. Mereka hanja dapat memandangi sadja seorang tua jang berdjalan mendekati mereka. Semakin lama semakin dekat.
" Hem " mereka mendengar Pandji Bodjong Santi menarik napas dalam2 " aku telah melihat kalian berkelahi. Sedjak permulaan sampai kalian hampir2 mendjadi gila.
Dada kedua anak2 muda itu berdesir. Tetapi mereka masih sadja berdiam diri.
" Aku berbangga atas kalian. Ternjata anak2 muda kini memiliki kemampuan jang tjukup memberi kebanggaan kepada orang tua2. Ketika aku seumurmu Kebo Idjo " berkata orang tua itu seterusnja " Aku tidak akan mampu berbuat terlampau banjak seperti apa jang telah kau lakukan. Aku sama sekali belum dipertjaja oleh guruku untuk menerima Adji Badjra Pati. Tetapi ternjata anak2 muda sekarang djauh berbeda dengan anak2 muda pada djamanku. Kau ternjata telah mampu menguasai Adji Badjra Pati dengan baik. Dan akupun berbangga pula karenanja.
Hati Kebo Idjo mendjadi semakin ber-debar2. Dan Ken Arokpun hanja dapat berdiri tegak membeku. Ia tidak tahu arah pembitjaraan guru Kebo Idjo. Apakah ia sedang memudji muridnja, ataukah sedang menjesalinja. Namun sedjenak kemudian Ken Arok mendjadi djelas melihat sikap Pandji Bodjong Santi, ketika orang tua itu berkata " Tetapi Kebo Idjo, ternjata anak2 sekarangpun lebih banjak dikuasai nafsunja dari pada pikirannja jang bening. Djustru karena itu, maka keadaan sekarang ini djauh lebih membuat orang2 tua berprihatin. " Pandji Bodjong Santi berhenti sedjenak. Kemudian dilandjutkannja " Tjoba pikirkanlah. Anak2 muda sekarang ini lebih pandai, lebih tjakap dan lebih tjepat mempeladjari berbagai matjam ilmu. Tetapi djuga lebih tjepat naik darah dan dikedjar oleh nafsunja sendiri.
Ketika Pandji Bodjong Santi herhenti berbitjara, maka padang Karautan itu mendjadi sepi. Jang terdengar hanja gemersik dedaunan disentuh oleh angin jang menjapu wadjah padang jang kering itu.
Baru sesaat kemudian orang tua itu menjambung kata2 nja " Tetapi itu bukan salah anak2 muda sadja. Kami jang tua2pun ternjata ikut serta mendorong kalian kedalam tindakan2 jang mentjemaskan- Kebo Idjo, apakah aku harus menjesal bahwa aku telah memberimu bekal sebelum kau memasuki dunia kepradjuritan " Apakah aku harus menangkapmu, dan berusaha memunahkan kembali Adji Badjra Pati dari tubuhmu dengan melemahkan beberapa urat nadimu untuk sementara, sehingga kau tidak mungkin lagi berbuat dan bersikap seperti jang baru sadja kau lakukan"
Tubuh Kebo Idjo itupun mendjadi gemetar. Ia tidak menjangka sama sekali bahwa gurunja akan sampai djuga dipadang Karautan dan inenjaksikan apa jang telah dilakukan nja.
Kebo Idjo itu mendjadi semakin ber-debar2 ketika ia mendengar gurunja bertanja " Bagaimana Kebo Idjo "
Keringat Kebo Idjo jang sudah terperas pada saat ia berkelahi melawan Ken Arok, kini masih djuga mengalir. Keringat dingin. Anak muda itu tidak berani menatap wadjah gurunja jang memandangi dengan tadjam.
Karena Kebo Idjo tidak segera mendjawab, maka gurunja mendesaknja " Bagaimana Kebo Idjo. " Bagaimana perasaanmu setelah kau dapat memantjing perkelahian"
Kepala Kebo Idjo mendjadi semakin tunduk. Tetapi mulutnja masih belum dapat mengutjapkan djawaban.
" Kau berbangga "
Perlahan-lahan Kebo Idjo menggelengkan kepalanja
" Bagaimana " Sekali lagi Kebo Ic2jo menggeleng dan mendjawab lam bat sekali, hampir tidak terdengar " Tidak guru.
" Tidak apa " Djawabannja semakin sendat - Tidak berbangga guru.
" Lalu apa maksudmu kau memantjing perkelahian "
Supaja kau mendapat kedudukan tertinggi didalam kerdja besar ini"
Sekali lagi Kebo Idjo terdiam.
" Dengarlah Kebo Idjo " berkata Bodjong Santi ke mudian " ternjata kau keliru menilai kedjantanan diri. Kau menganggap bahwa apabila kau berkelahi sampai mati, itu adalah suatu sikap djantan Membunuh atau dibunuh. Begitu bukan istilahmu untuk menjatakan dirimu sebagai seorang laki2, sebagai seorang pradjurit pilihan"
Mulut Kebo Idjo mendjadi se-olah2 tersumbat. Sedang Ken Arok berdiri sadja seperti tonggak. Ia mendjadi heran, dan kemudian kagum terhadap guru Kebo Idjo. Ternjata ia mampu melihat dengan djudjur apa jang telah terdjadi. Orang tua itu tidak diburu oleh sikap berat sebelah menghadapi persoalannja dengan Kebo Idjo. Meskipun Kebo Idjo itu muridnja, dan ia sendiri hampir dikenal oleh orang tua itu, tetapi sikap orang tua itu benar2 terpudji.
" Kebo Idjo " terdengar Pandji Bodjong Santi itu berkata " Kau dapat bersikap demikian apabila kau ber diri diatas kebenaran jang kau jakini. Tidak sekedar karena kesombongan, harga diri dan pamrih duniawi jang memalukan. Nama, misalnja. Atau kedudukan. Tidak. Dalam persoalanmu, persoalan jang telah kau ikat dengan perdjandjian bersama sebelum kalian mulai, maka sikap djantan adalah memenuhi perdjandjian itu dengan djudjur. Tetapi kau tidak. Perasaanmu telah dibakar oleh nafsu, kesombongan dan harga diri jang ber-lebih2an. Nah, ternjata kau kalah Kebo Idjo. Kau kalah, itu harus kau akui. Sampai matipun kau tetap kalah. Tak ada orang jang akan mengagumi majatmu. Sebab kau mati dalam kesombonganmu. Tidak seperti seorang pradjurit jang mati dipeperangan atau seorang laki2 jang sedang membela kebenaran. Sikap djantan bagimu sekarang adalah mengakui kekalahanmu dan minta maaf atas sikapmu itu. Sombong dan tidak sopan.
Mendengar kata2 gurunja itu terasa darah Kebo Idjo se-olah2 berhenti mengalir. Bagaimana mungkin ia harus mengakui kesalahan dan minta maaf kepada Ken Arok. Bukan kah dengan demikian Ken Arok akan mendjadi besar kepala dan bersikap sekehendak hati kepadanja nanti. Ia akan dapat menghinakan dirinja dibadapan para pradjurit Tuma pel. Mentjeriterakan apa jang terdjadi dan mentertawakan nja.
" Penghinaan jang demikian lebih parah daripada mati sama sekali " desisnja didalam kati.
Tetapi gurunja mendesaknja - Tjepat Kebo Idjo. Tjepat mintalah maaf
Kebo Idjo masih berdiri tegak seperti patung. Tjundrik nja masih digenggamnja erat2.
" Apakah kau tidak mau " Apakah kau masih ingin berkelahi lagi " Kalau kau masih ingin berkelahi lagi, maka aku akan melihatnja lebih dekat lagi. Aku akan berpesan kepada lawanmu untuk berbuat lebih parah daripada membunuhmu. Kau tahu bahwa dengan melemahkan beberapa urat nadimu, maka Adji Badjra Pati akan punah untuk sementara. Dan aku akan mengadjari lawanmu berbuat demikian.
Tubuh Kebo Idjo telah mendjadi basah oleh beringat dinginnja seperti baru sadja mandi. Nafasnja mendjadi ter-engah2, melampaui pada saat ia baru berkelahi.
Ken Arok melihat betapa hati anak muda itu mendjadi terlampau pedih menghadapi kenjataan itu. Perintah guru nja terasa terlampau berat untuk dilakukannja. Maka se"olah- terlihat olehnja wadjah Kebo Idjo jang putjat, titik2 keringatnja jang menetes dari kening, dan tubuhnja jang gemetar, maka ia mendjadi beriba hati. Kemarahannja telah hanjut oleh sikap guru Kebo Idjo jang mengagumkannja. Dan ia jakin bahwa dengan sikap gurunja itu Kebo Idjo akan mendjadi djera. Ia pasti tidak akan mengganggunja lagi selama tugasnja dipadang Karautan.
Karena itu maka per-lahan2 terdengar Ken Arok itu berkata sambil membungkukkan badannja " Aku mengagumi sikap tuan. Karena itu, maka aku kira tidak ada jang paling bersalah diantara kita. Bukan sadja adi Kebo Idjo jang bersalah, tetapi akupun telah bersalah karena aku melajaninja Karena itu, maka aku kira adi Kebo Idjo sudah tidak perlu lagi minta maaf atas kesalahanja.
" Hem " Pandji Bodjong Santi menarik nafas dalam2. Dipandangi nja wadjah Ken Arok dengan tadjamnja. Kemuia mengangguk sambil berkata " Sikapmu mengagumkan aku anak muda. Tetapi sajang, aku tidak sependapat dengan kau. Kebo Idjo barus mendapat hukuman karena sikapnja jang sombong dan keras kepala. Kepada Kebo Idjo Pandji Bodjong Santi mengulanginja " Ajo, tjepat. Minta maaf kepada anak muda ini. Kau telah bersalah. Kesalahan jang demikian harus diakui. Kalau kau tidak djuga mau minta maaf, maka berarti bahwa kau tidak merasa bersalah dalam hal ini. Dengan demikian maka kesalahan jang serupa akan kau ulangi lagi. Dari pada hal itu terdjadi, Kebo Idjo, maka lebih baik aku mentjeganja. Memunahkan untuk sementara Adji Badjra Pati sampai benar2 djera. Sebab kekuatan itu bukanlah kekuatan jang dapat kau pakai untuk bersombong diri dan berkeras kepala.
Wadjah Kebo Idjo mendjadi semakin putjat. Betapa djantungnja. berdentangan, betapa hatinja ditjengkam oleh kesombongan dan harga diri jang ber-lebih2an, tetapi kini ia berhadapan dengan gurunja. Bahkan gurunja telah mengantjamnja untuk melemahkan kekuatan Adji Badjra Pati jang telah dimilikinja. Karena itu, maka keringat dikeningnja mendjadi semakin deras mengalir dan menetes satu2, se-olah2 menetes dari sudut matanja.
" Aku memberimu kesempatan terachir sekarang Kebo Idjo. " terdengar suara gurunja dalam nada jang rendah.
Kebo Idjo benar2 tidak dapat menghindar lagi. Betapa berat dan sakit hatinja, tetapi ia achirnja berkata per-lahan2 " Ja, guru. Aku bersalah. Aku minta maaf.
" Tidak kepadaku " sahut gurunja " kepada anak muda jang bernama Ken Arok ini.
Wadjah Kebo Idjo terasa se-olah2 mendjadi semakin tebal.
Bibirnja mendjadi berat seperti batu. Tetapi ia berkata djuga " Maafkan aku Ken Arok.
Dan Ken Arok menjahut " Akupun minta maaf pula Kebo Idjo.
Kebo Idjo tidak mendjawab. Kepalanja tertunduk dalam2. Meskipun malam ditandai oleh kegelapan, tatapi se-olah2 ia melihat djelas sekali Ken Arok tersenjum atas kemenangannja.
Tetapi Kebo Idjo terkedjut mendengar gurunja berkata " Kau tidak ichlas Kebo Idjo. Tetapi aku tidak dapat memaksamu tiba2 sadja mendjadi seorang jang rendah hati. Tetapi hal ini hendaknja mendjadi peladjaran bagimu. Lain kali kau harus lebih ber-hati2. Mendjaga diri dan berbuat baik supaja kau tidak terdjerumus kedalam keadaan jang dapat menjulitkan dirimu. Djangan kau sangka bahwa aku tidak mengetahui sifat2mu. Aku sering mendengar kawan2mu mengeluh, bahkan kakakmu Witantrapun mengeluh kepadaku, bahwa kau terlampau sombong, tinggi hati dan merasa dirimu lebih baik, lebih tjakap dan lebih pandai dari orang lain. Sadari, sebelum kau terperosok semakin dalam.
Kebo Idjo tidak mendjawab. Sebagian ia dapat mengerti kata2 gurunja, tetapi jang sebagian lagi telah membuatnja djengkel. Meskipun demikian ia tidak berani untuk membantah atau bersikap lain daripada menundukkan kepalanja.
" Nah, sekarang kau boleh pergi Kebo Idjo. Kembalilah keperkemahan.
Perintah itu serasa tetesan embun jang sedjuk menjiram hatinja jang membara. Segera ia membungkukkan kepalanja sambil berkata " Terima kasih guru. Aku akan segera pergi keperkemahan.
" Ingatlah. Aku tidak rela kau berbuat serupa itu lagi.
Kebo Idjo mengangguk sekali lagi " Ja, guru. Aku akan mengingatkan untuk selandjutnja.
Ketika Kebo Idjo telah meninggalkan taman itu, maka terdengar Bodjong Santi berkata " Tinggallah disini sebentar Ken Arok.
Mendengar kata2 Pandji Bodjong Santi itu Ken Arok mengerutkan keningnja. Tetapi ia tidak segera mendjawab. Sedjenak ia mengawasi langkah Kebo Idjo jang semakin lama mendjadi semakin djauh.
Sekali Kebo Idjo berpaling, tetapi bajangan Ken Arok dan gurunja Pandji Bodjong Santi sudah mendjadi kabur, dan sesaat lagi se olah2 hilang ditelan kegelapan. Dan lang kahnjapun mendjadi ter-gesa2 mendjauhi taman jang belum selesai dibuat itu.
Ketika ia mendengar gurunja menjuruhnja pergi, maka ia merasa terlepas dari suatu keadaan jang se-akan2 mentjekik lehernja sehingga ia tidak lagi bebas bernafas. Se-olah2 ia telah terlepas dari panggangan api jang membara dibawah kakinja.
Gurunja jang memaksanja untuk minta maaf kepada Ken Arok telah membuatnja seperti terlempar kedalam neraka. Tetapi ia tidak dapat menolak, karena gurunja sendirilah jang menjuruhnja berbuat demikian. Seandainja orang itu bukan gurunja, bahkan Akuwu Tunggul Ametung sekalipun, maka ia akan tetap berdiam diri meskipun akibatnja njawanja akan mendjadi tebusan dari sikapnja jang keras kepala itu. Tetapi ia tidak dapat menolak terhadap gurunja.
" Hem " ia bergumam kepada diri sendiri "- kalau sadja guru tidak memaksa aku. Kalau sadja guru tidak hadir ditempat itu. Tetapi kemudian hatinja sendiri mendjawab
" Kalau guru tidak ada ditempat itu aku pasti sudah mati.
" Namun dibantahnja sendiri " Lebih baik mati, dari pada mengalami penghinaan jang begitu berat.
Dan hatinjapun berbantah sendiri.
Tetapi diantara kemarahan, keketjewaan dan kedjengkelannja, terselip djuga didalam hatinja perasaan heran dan kagum terhadap Ken Arok. Orang itu mempunjai kekuatan jang luar biasa. Dengan gerak dan sikap jang sederhana ia telah mampu melepaskan diri dari kchantjuran akibat sentuhan Adji Badjra Pati. Kekuatan jang dahsjat jang djarang tandingnja. Namun Ken Arok dapat terlepas daripadanja.
Bukan kekuatan dan ketjepatan bertempur Ken Arok sadjalah jang telah membuat Kebo Idjo heran dan kagum, tetapi djuga sifat2nja jang aneh. Anak muda itu terlampau sabar. Bertanggung djawab atas kata2 dan perbuatannja. Dan bertanggung djawab atas tugas2 jang diserahkan kepadanja, sehingga ia bersedia untuk mengorbankan beberapa kepenting annja sendiri.
Dalam keangkuhan dan harga diri jang ber-lebih2an, Kebo Idjo melihat sikap Ken Arok itu aneh. Tetapi memberinja beberapa pengertian baru, bahwa orang2 jang dianggapnja remeh tidak selalu dapat diatasinja dalam beberapa persoalan. Dan ternjata Ken Arok djauh lebih baik daripadanja dalam beberapa hal. Dalam kekuatan, keteguhan dan tata perkelahian, djuga dalam sikap kepemimpinan. Itulah sebabnja Ken Arok dapat mentjekam hati pradjurit2 Tumapel di padang Karautan.
Dengan desah nafas jang semakin tjepat Kebo Idjo itu pun berdjalan semakin tjepat pula menjusuri parit induk kemudian berbelok kearah perkemahan para pradjurit Tumapel. Perkemahan jang sama sekali tidak menjenangkannja, meski pun gubugnja sendiri chusus telah mendapat sebuah rak2an.
Ditaman jang sedang disiapkannja, Ken Arok masih berdiri ter-mangu2 dihadapan Pandji Bodjong Santi.
Ketika Kebo Idjo sudah tidak tampak lagi, maka bertanjalah Pandji Bodjong Santi " Anggerkah jang bertanggung djawab atas pekerdjaan besar jang sedang dilakukan dipadang ini oleh pradjurit2 Tumapel dan orang2 Panawidjen"
" Ja Bapa Pandji. Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja. Kemudian ia berkata " Meskipun kau masih muda, tetapi kau sudah tjukup mengagumkan.
" Ah, djangan memudji.
" Tidak ngger, aku tidak hanja sekedar memudji. Tetapi aku melihat suatu keanehan pada dirimu.
Ken Arok mengerutkan keningnja. Tetapi ia tidak segera mendjawab.
-- Aku melihat kau berkelahi dengan Kebo Idjo sedjak permulaan sekali. Aku melihat kau datang, dan aku melihat pula kemudian Kebo Idjo menjusulmu.
" Hem " Ken Arok bergumam didalam hatinja " kenapa guru Kebo Idjo ini membiarkan sadja perkelahian itu berlangsung, dan dibiarkannja muridnja mempergunakan Adji Badjra Pati " Apabila aku tidak berhasil menahan serangan Adji itu, maka aku akan lumat dihadapannja, dan ia hanja akan dapat menjesali muridnja jang lantjang itu. Namun terlambat.
" Aku melihat kau mengalahkan Kebo Idjo, kemudian memaksa Kebo Idjo melepaskan Adji Badjra Pati.
" Sama sekali bukan maksudku Bapa Pandji.
" Ja, ja aku tahu. Memang bukan maksudmu. Itu se"mata2 karena nalar Kebo Idjo terlampau pendek.
" Dan Bapa Pandji membiarkannja melepaskan Adji itu " Ken Arok ingin mendapat pendjelasan daripadanja, kenapa guru Kebo Idjo itu tidak mentjegahnja.
" Oh - Ken Arok heran ketika ia melihat Pandji Bodjong Santi itu tersenjum " maafkan aku ngger. Sebenar nja akupun ingin mentjegah perbuatan itu. Tetapi tiba2 aku melihat sesuatu jang membuat aku heran. Semula aku menjangka bahwa itu hanjalah penglihatanku sadja. Tetapi aku mendjadi jakin ketika kau memusatkan segenap kekuatanmu untuk melawan Adji Badjra. Pati.
" Apakah jang Bapa lihat "
Pandji Bodjong Santi mendjadi ragu2. Ia ingin mengatakan apa jang dilihatnja, tetapi apabila demikian, maka hal itu akan sangat berbahaja bagi Ken Arok. Anak itu akan demikian besar kepertjajaan kepada diri sendiri, sehingga ia akan dapat melakukan hal2 jang tidak terkendali. Meskipun agaknja sampai saat ini Ken Arok adalah anak muda jang baik, sabar dan bertanggung djawab, tetapi apabila ia ter lampau sadar akan kelebihannja, maka hal itu akan dapat mempengaruhi bahkan merubah sama sekali tabiatnja itu.
Karena itu maka sedjenak Pandji Bodjong Santi itu ha nja berdiri sadja ter-mangu2. Dipandanginja wadjah Ken Arok jang ke-heran2an melihat ke-ragu2an orang tua itu.
Sedjenak kemudian Pandji Bodjong Santi itu menarik nafas dalam2. Katanja per-lahan2. Kau memang mengagumkan anak muda. Aku melihat beberapa kelebihan ada padamu. Karena itulah maka aku berniat untuk melihat, apakah kau mampu melawan Adji Badjra Pati.
Ken Arok meng-angguk2kan kepalanja. Tetapi ia bergumam didalam hati " Sangat berbahaja. Kalau aku mendjadi lumat, maka sebagian adalah kesalahannja.
Agaknja Pandji Bodjong Santi dapat menangkap perasaannja itu sehingga ia berkata " Ternjata tangkapanku atas kau tidak djauh meleset ngger. Kau memang luar biasa. Tetapi seandainja kau mendapat bentjana karena Adji Badjr Pati, maka aku sudah bersedia untuk mentjoba mengobatimu. Aku membawa beberapa matjam obat untuk luka2 dalam akibat benturan dengan Adji Badjra Pati.
Ken Arok menarik nafas. Tetzpi ia masih djuga berdiam
diri. " Tetapi ternjata kau sama sekali tidak memerlukan obat itu. Kau hanja terdorong dan terdjatuh per lahan2. Sedjenak kemudian kau sudah dapat menguasai dirimu. Seperti jang kau lihat maka djustru Kebo Idjo sendirilah jang terlempar dan djatuh berguling ditanah. Itu adalah pertanda bahwa daja tahanmu benar2 luar biasa, bahkan mengandung daja dorong jang tidak kau sadari. Kalau kau hanja memiliki daja tahan, maka Kebo Idjo tidak akan mengalami keadaan jang tjukup berat baginja, jang tjukup waktu bagimu untuk membinasakan apabila kau kehendaki.
Ken Arok sekali lagi meng-angguk2kan kepalanja.
" Kalau kau mampu mengetrapkan bekuatanmu dalam sikap dan unsur2 gerak jang tersusun, maka kau akan mendjadi seorang anak muda jang luar biasa.
" Ah " Ken Arok berdesah.
" Ilmumu adalah kurnia dari Jang Maha Agung. Agak nja kau tidak berguru pada seseorang jang tjukup berpengalaman untuk menuntunmu menjusun ilmu jang dahsjat Tetapi seandainja kau berguru maka gurumu itupun kelak tak akan dapat menjamaimu.
" Ah " sahut Ken Arok " itu berlebihan Bapa Pan dji. Tak ada kelebihan apapun padaku. Tetapi memang aku tidak pernah berguru dalam ilmu kanuragan. Aku hanja mendapat sedikit tuntunan dari Bapa Lohgawe. Itupun bukan soal2 badani. Aku hanja diadjarinja memusatkan pikiran, ke hendak dan getaran2 jang ada didalam diriku.
" Nah, kau, berhasil " potong Pandji Bodjong Santi " itu adalah sumber dari kekuatan. Semua Adji jang dinamai oleh penjusunnja dengan ber-matjam2 nama menurut kesenangan dan selera masing2 pada dasarhja bersumber pada pemusatan pikiran, kehendak dan getaran2 jang ada didalam tubuh untuk dapat membangunkan segenap kekuatan jang pada keadaan wadjar se-olah2 tersembunji. Seseorang harus berbuat banjak untuk dapat berbuat demikian. Latihan2 dengan tekun. Pertjobaan2 jang kadang2 sangat berbahaja bagi dirinja. Pengenalan atas bentuk2 kekuatan dan watak2nja, serta pengenalan atas diri sendiri. Dengan mesu diri seseorang baru akan mendapatkan apa jang ditjarinja itu pada dirinja, jang kemudian ditjarinja bentuk2nja jang lebih umum untuk dapat diterapkan pada orang lain. Tentu sadja orang2 jang dipilihnja sesuai dengan pengamatannja atas watak dan sifat2nja, jang pada umumnja disebut murid. Tetapi agak nja kau agak lain dari pada keadaan jang umum itu. Agak nja kau mendapatkan kekuatan untuk itu tanpa kau sadari. Dan itu adalah kechususan.
Terasa dada Ken Arok berdesir. Tebersitlah perasaan bangga didalam dirinja. Namun segera ia berkata " Mungkin tjara hidupku jang keras dimasa kanak2 telah membentuk aku demikian.
Pandji Bodjong Santi meng-angguk 2kan kepalanja. Dengan nada rendah ia berkata " Mungkin, karena itu. " Tetapi apa jang terbersit didalam hatinja, tidak diutjapkan nja. Ia belum mengenal terlampau banjak tentang sifat2 anak itu. Keadaan sebelum ia berada dipadang Karautan ini ber-sama2 dengan pradjurit Tumapel, Karena itu, apa jang diketahuinja disimpannja sadja didalam hatinja.
Sedjenak ia melihat Ken Arok mulai mengerahkan kekuatannja, ia sudah melihat keanehan pada anak itu. Mula2 tidak terlampau djelas. Ia melihat warna semburat merah diatas kepala Ken Arok. Hanja kadang2 dilihatnja warna itu membersit, tetapi ketika dipandanginja semakin tadjam maka warna itupun lenjap. Tetapi ketika Kebo Idjo bersiap melepaskan Adji Badjra Pati, dan ketika Pandji Bodjong Santi itu telah bersiap untuk mentjegahnja, maka warna merah diatas kepala Ken Arok itu mendjadi semakin njata. Pada saat itu Ken Arokpun ternjata sedang memusatkan segenap pikiran, kehendak dan getaran2 jang ada dialam dirinja. Dan pada saat jang demikian itulah warna merah dikepalanja mendjadi semakin njata. Warna merah se-akan2 memantjar dari ubun2 kepalanja itu.
Apa jang dilihat oleh Pandji Bodjong Santi itu sangat mempengaruhinja. Warna merah jang pernah dilihatnja pula oleh orang2 tua sebajanja. mPu Purwa, guru Mahisa Agni pun pernah melihat warna itu pula. Ketika ia berkelahi melawan Kebo Sindet maka warna jang demikian itu ternjata membersit pula diatas ubun2nja.
Dan djustru warna merah itulah jang mentjegah Pandji Bodjong Santi untuk mengurungkan niat muridnja mempergunakan Adji Badjra Pati. Ia ingin melihat, apakah pengaruh warna diatas kepala itu.
Ternjata anak muda jang dari ubun2nja se-olah2 membersit warna merah itu mempunjai kekuatan jang luar biasa. Dengan tjaranja sendiri ia berhasil menahan serangan Adji Badjra Pati, bahkan mampu melemparkan orang jang melepaskan Adji itu sendiri sehingga terbanting djatuh.
Ketika angin malam jang silir berhembus semakin keras mengusap tubuh2 jang berdiri tegak dipadang Karautan itu maka Pandji Bodjong Santi menarik nafas dalam2. Ia telah memutuskan untuk tidak mengatakan kepada Ken Arok apa jang sudah dilihatnja.
" Aku tidak akan mengatakannja " katanja didalam hati " Entahlah kalau ia sudah tahu dan- menjadarinja. Tetapi seandainja demikian, maka aku kira kurang baik akibatnja baginja sendiri. Ia akan dapat mendjadi terlampau pertjaja pada kekuatan sendiri Ia masih terlampau muda. Apabila kelak perasaannja sudah mengendap, maka akan berbedalah akibatnja.
Tetapi jang dikatakan oleh Pandji Bodjong Santi adalah " Mari Ken Arok. Apakah kau akan mempersilahkan aku mampir keperkemahanmu "
" Oh - Ken Arok tergagap " marilah Bapa Pandji Kalau sudi maka aku persalahkan singgah sebentar diperkemahan kami.
Pandji Bodjong Santi tersenjum Aku memang ingin melihat perkemahanmu ngger.
" Terima kasih Bapa. Marilah.
Keduanjapun kemudian berdjalan meninggalkan taman jang belum siap itu, pergi keperkemahan. Mereka melintasi beberapa parit dan susukan induk.
" Rentjana ini amat baik " desis Pandji Bodjong Santi " Parit induk jang membelah padang, kemudian parit2 jang seperti djari2 jang puluhan banjaknja mentjengkam padang disekitar susukan ini. Siapakah jang merentjanakan semua ini "
" Mahisa Agni Bapa Pandji. Tetapi kemudian aku mendapat perintah dari Akuwu untuk menampung air dari susukan induk ini dengan sebuah sendang buatan di-tengah2 taman ini,
Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja. " Sebuah perpaduan rentjana jang pasti akan memuaskan sekali. Memuaskan bagi orang2 Panawidjen jang kehilangan tanahnja jang subur, dan memuaskan bagi Akuwu Tunggul Ametung. Bukankah Akuwu ingin menghadiahkan taman itu kelak kepada Permaisurinja jang djuga berasal dari Panawidjen itu "
" Ja, ternjata Bapa Pandji telah mengetahuinja.
" Aku mendengar dari orang2 istana ngger.
Ken Arok meng-angguk2kan kepalanja. Pandji Bodjong Santi adalah guru Witantra dan Kebo Idjo, jang ke-dua2nja adalah orang2 dalam djuga.
" Dan kali ini aku memerlukan untuk melihat sendiri, apakah jang telah kalian buat disini. Ternjata apa jang aku lihat sangat mengagumkan. Sajang, bahwa angger Mahisa Agni tidak dapat ikut melaksanakan rentjana jang amat bagus ini.
" Ia hanja sempat memulainja Bapa.
Ja, ja. Sajang sekali. Mudah2an ia dapat djuga melihat kelak, apabila rentjana ini telah siap. Parit2 telah mengalir dan taman ini telah dipadjang dengan bunga2. Sebuah rakit jang indah di-tengah2 sendang jang sedang dipersiapkan itu dan sebuah pesanggrahan ketjil dipinggirnja.
" Ja Bapa. Apabila dinding taman itu telah siap, pa rit induk sudah dapat mengalirkan air dan parit jang akan menampung limpahan airnja kelak siap pula untuk mengalirkannja kepadang dibawah taman ini untuk kemudian melimpahkannja ke-sawah2 pula dan s2sanja akan dilepaskan kembali kedalam sungai, maka barulah pesanggrahan ketjil itu akan mulai dibangun.
Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja. Tetapi kemudian ia bertanja " Apakah tjukup waktu bagimu untuk menjiapkan pesanggrahan itu dalam waktu jang ditetapkan apabila kau bangun terachir setelah semuanja siap "
" O, kaju2nja telah disiapkan di Tumapel. Disini kita tinggal memasangnja.
Pandji Bodjong Santi masih mengangguk2kan kepalanja. Anak2 muda dipadang Karautan ini ternjata mampu melakukan pekerdjaan2 jang besar dan mengagumkan. Mahisa Agni ternjata mempunjai pandangan jang tadjam buat masa2 mendatang, dan Ken Arok adalah seorang pelaksana jang baik, jang mampu mewudjudkan angan2 didalam kenjataan. Taman itu nanti pasti akan mendjadi tempat jang sa ngat menjenangkan, seperti sebuah taman didalam mimpi. Sebuah sendang buatan, sebuah pulau ketjil di-tengah2 taman, jang dibuat seperti sebuah bukit karang, tetapi dapat ditanami bunga2an. Sebuah pesanggrahan ketjil.
Ternjata padang Karautan akan segera berubah men djadi sebuah tempat jang memberi kebanggaan bagi Tuma pel. Sawah jang se-olah2 tanpa batas. Sebuah taman jang indah. Sebuah perpaduan antara kesuburan dan keindahan jang seimbang. Antara kebutuhan djasmaniah dan rochaniah. Dan ke dua2nja bersumber kepada Jang Maha Agung, Jang Maha Kasih, Jang Maka Murah. Jang mentjiptakan alam seisinja, dan memelihara dengan keindahan kasih-Nja tetapi jang kelak apabila datang saatnja akan menuntut pertanggungan djawab jang paling adil.
" Sajang " tiba2 Pandji Bodjong Santi itu berdesis
" Kenapa Bapa " " bertanja Ken Arok.
" Ada djuga jang mengganggu pelaksanaan kerdja jang besar ini.
" Ja. " suara Ken Arok mendjadi rendah " hilang nja Mahisa Agni sangat mengganggu kerdja ini.
" Karena ketjemasan akan hal itu pulalah aku tidak dapat melepaskan Kebo Idjo pergi hanja dengan beberapa orang pengawalnja. Aku terpaksa mendahuluinja dan mengawasinja, kalau2 ia bertemu dengan orang-orang jang telah mentjoba menggagalkan kerdja ini. Kebo Sindet misalnja.
" Oh " Ken Arok mengangguk-anggukkan kepalanja " djadi hal itulah jang mendorong Bapa datang kepadang ini "
" Bukan hanja itu, tetapi aku djuga harus mengawasi kelakuan Kebo Idjo jang sering membuat aku berprihatin. Seperti apa jang baru sadja terdjadi. Aku menjadarinja, bahwa ia bukan seorang pemimpin jang baik. Untunglah jang bertanggung djawab disini adalah angger Ken Arok. Aku akan dapat menitipkannja, kepadamu.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Ia merasa bahwa kata2 Pandji Bodjong Santi itu hanja sekedar untuk menjenangkannja. Karena itu maka ia tidak mendjawab.
Tetapi ternjata Pandji Bodjong Santi itu berkata ber-sungguh2 " Djarang aku mendjumpai anak2 muda seperti kau ngger. Meskipun kau memiliki keluar biasaan, tetapi kau tetap sabar dan rendah hati. Karena itu maka aku berharap, bahwa tjara hidup Kebo Idjo akan terpengaruh oleh sifat dan watakmu disini. Mudah2an ia dapat bertjermin dan mengubah dirinja sendiri.
" Ah " Ken Arok berdesah, tetapi segera Pandji Bodjong Santi menjambung kata2nja - Aku berkata sesung guhnja ngger. Dan aku akan berkata seperti ini djuga nanti kepada Kebo Idjo. Ia adalah bawahanmu disini. Adalah kuwadjiban seorang pradjurit untuk tunduk dan taat kepada atasannja. " Nada suara Pandji Bodjong Santipun segera merendah " Tetapi kau sudah mempunjai tjara jang se-baiknja untuk menguasai anak buahmu. Tanpa kekerasan dan tekanan dengan kekuasaan. Mereka taat dan patuh kepada mu karena mereka menjadari keharusan itu dengan ichlas. Kau adalah seorang pemimpin jang baik. Pemimpin jang mengutamakan kepentingan bawahanmu daripada kepentinganmu sendiri.
Sekali lagi Ken Arok berdesah " Bapa memudji aku ber-lebih2an. Aku tidak lebih dari seorang jang bodoh. Aku berbuat sekedar memenuhi kuwadjibanku. Meskipun aku berusaha untuk melakukannja se-baik2nja.
" Terlampau baik buat seorang anak muda seumurmu " sahut Pandji Bodjong Santi.
Ken Arok tidak menjahut lagi. Ia melangkah pergi per-lahan2 sambil memandangi bintang2 diatas tjakrawala. Kini terasa betapa segarnja angin padang jang bertiup per-lahan2 menjentuh tubuhnja jang kotor oleh keringat dan debu. Disampingnja Pandji Bodjong Santipun terdiam untuk sedjenak. Langkah mereka gemerisik diatas rerumputan jang ke-kuning2 an. Sekali2 mereka melangkah parit2 jang mendjeludjur menjusuri padang jang kering. Sebentar lagi, apabila parit2 itu sudah mengalirkan air, maka keadaan padang akan segera berubah. Tanah jang kering jang ditumbuhi oleh rerumputan dan gerumbul2 perdu jang liar itu akan segera berubah mendjadi tanah persawahan jang hidjau subur.
Achirnja mereka berdua sampai diperkemahan para pradjurit Tumapel. Beberapa buah gubug telah mendjadi gelap. Penghuni2nja sengadja memadamkan lampu2 minjak didalam gubug mereka, supaja mereka dapat tidur dengan njenjak, meskipun dengan demikian kadang2 mereka terganggu djuga oleh njamuk jang berterbangan disekitar telinga mereka.
" Tolong bawa aku kegubug Kebo Idjo, ngger " minta Pandji Bodjong Santi.
" Baiklah bapa " sahut Ken Arok.
Keduanjapun kemudian pergi kegubug Kebo Idjo. Gubug ketjil jang dipergunakannja seorang diri.
Ketika keduanja sampai dimuka pintu gubug itu, maka per-lahan2 pintunja ditarik oleh Ken Arok sambil berkata " Adi, bapa Pandji ingin berkundjung kepondokmu.
Kebo Idjo jang sudah berbaring, segera melontjat bangkit. Dengan ter-gopoh2 ia mempersilahkan gurunja " Marilah guru. Inilah pondokku jang kotor. Aku tidak dapat berbuat banjak, sebab aku tinggal mempergunakannja. Para pradjurit jang mendahului akulah jang telah membuat gubug matjam begini, lebih djelek dari sebuah kandang kambing.
Pandji Bodjong Santi mengerutkan keningnja. Ketika selangkah ia memasuki pintu, maka ditebarkannja pandangan matanja berkeliling. Per-lahan2 ia bergumam " Gubug ini terlampau baik buat padang jang kering ini. Ternjata persiapan kalian tjukup baik. Kalian masih sempat djuga membuat gubug2 serupa ini. Aku tidak membajangkan sebelum nja bahwa gubug2 disini demikian baik. Aku kira kalian hanja memantjangkan beberapa tiang2 bambu, kemudian memasang anjaman ilalang diatasnja. Ternjata kalian sempat membuat dinding dan membuat pondok ter-pisah2.
" Tidak semua bapa " sahut Ken Arok " hanja beberapa buah. Jang lain adalah barak2 ketjil untuk lima sampai sepuluh orang.
" Tetapi bukankah kau beri berdinding djuga untuk menahan dingin dan debu.
" Ja " Ken Arok mengangguk.
" Bagus " Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja pula " Apalagi kalian masih sempat membuat rak2an tempat pakaian. Ada berapa puluh rak2an sematjam ini harus kau buat ngger"
Ken Arok terdiam sedjenak. Ia mendjadi ragu2 untuk mendjawab. Diperkemahan ini hanja ada satu paga sematjam itu. Hanja chusus buat Kebo Idjo. Karena itu maka sedjenak ia berdiam diri sambil memandangi wadjah Kebo Idjo jang gelisah.
Pandji Bodjong Santi mengerutkan keningnja. Dilihatnja kedua anak2 muda itu mendjadi ragu2 djustru hanja karena pertanjaanja jang terlampau sederhana. Tetapi karena itu timbullah keinginannja untuk mengetahui lebih banjak mengenai pertanjaannja itu.
" Angger Ken Arok, ada berapa ratus rak2an diselu ruh perkemahan ini" Apakah orang2 Panawidjen djuga membuat paga2 sematjam itu untuk meletakkan pakaian dan alat2nja"
Per-lahan2 sekali Ken Arok menggelengkan kepalanja " Tidak bapa.
" Djadi hanja para pradjurit Tumapel sadja jang membuat paga2 sematjam itu.
Sekali lagi Ken Arok menggeleng lemah " Tidak bapa.
Kini Pandji Bodjong Santi mcng-angguk2kan kepalanja. Ditatapnja wadjah Kebo Idjo jang mendjadi semakin gelisah. Per-lahan" terdengar ia berkata " Aku sudah menjangka. Meskipun hal ini tampaknja tidak terlampau penting, tetapi ini adalah gambaran dari segenap sifat2mu Kebo Idjo. Kau selalu ingin ber-lebih2an, melampaui jang lain.
Kebo Idjo menggerutu didalam hatinja. Ketika ia disuruh meninggalkan taman jang sedang disiapkan itu, ia merasa terlepas dari ketegangan sematjam ini. Tetapi kini gurunja datang lagi kepadanja. Bahkan soal2 jang sama sekali tidak penting diurusinja Soal pagapun ditanjakannja, bahkan didjadikannja badan untuk memarahinja.
Tetapi bagi Pandji Bodjong Santi ternjata bukan sekedar soal sebuah rak2an bambu. Jang penting baginja adalah sifat jang sombong dari muridnja itu, sehingga dilandjutkan nja kata2nja - Kebo Idjo. Kau harus segera menjadari rasa tinggi hati dan rasa berlebihan itu. Kalau kau masih djuga suka menjombongkan dirimu, maka kau suatu ketika akan terdjerumus kedalam suatu keadaan jang tidak kau duga2 sebelumnja. Setiap orang di Tumapel mengenalmu sebagai seorang pembual, seorang jang pameran dan sombong. Itu harus kau hentikan. Betapa kau mentjoba bersikap tenang dan pendiam dihadapanku, tetapi aku masih djuga mempunjai telinga. Aku selalu mendengar apa kata orang tentang murid2ku. Kakakmu Mahendra kini sudah mendjadi agak tenang. Kau, jang sudah berkeluarga, seharusnja lebih hati2 mendjaga diri.
Kebo Idjo mengumpat didalam hati. Tetapi ia menganggukkan kepalanja sambil mendjawab " Ja guru.
" Disini kau mendapat seorang kawan jang baik - berkata gurunja lebih landjut " Ken Arok pasti akan dapat menuntunmu. Aku memang menitipkan kau kepadanja. Aku beri angger Ken Arok wewenang untuk memberimu petundjuk petundjuk. Agal atau halus. Dan kau harus menerima petundjuk2nja seperti dari aku sendiri.
Kebo Idjo menarik nafas dalam2. Dan ia terkedjut ketika gurunja berkata pula " Memang tidak menjenangkan bagimu. Apalagi kau merasa dirimu berlebih-lebihan disini. Kau merasa lebih tinggi dari semua orang dalam semua soal. Lebih pandai, lebih mengerti dan lebih tjakap untuk memetjahkan persoalan2- Kau merasa bahwa hanja pendirianmulah jang benar.
Kebo Idjo menggigit bibirnja. Tetapi gurunja berkata terus " Tak ada orang jang paling pandai dan paling mengerti dimuka bumi ini. Tak ada orang jang sempurna. Hanja Jang Maha Agunglah jang sempurna, Maha Sempurna. Karena itu sadarilah keketjilan dirimu.
Kebo Idjo mengangguk sambil mendjawab untuk menjenangkan hati gurunja " Ja guru.
" Apakah kau mendjawab sesungguhnja"
Kebo Idjo menarik alisnja. Djawabnja " Ja guru.
" Tidak sekedar untuk menjenangkan hatiku.
" Ah " Kebo Idjo berdesah. Tetapi hatinja mengumpat tidak habis-habisnja.
" Baiklah " berkata gurunja " mungkin kau tidak dapat mengerti sekarang. Mungkin kau djemu dan bahkan muak mendengar nasehatku. Mungkin kau mengumpat-umpat didalam hatimu.
Dada Kebo Idjo mendjadi ber-debar2. Apakah Pandji Bodjong Santi itu dapat membatja perasaannja.
" Tetapi Kebo Idjo - berkata gurunja itu seterusnja " kalau kau nanti sempat merenungkannja, maka aku mengharap bahwa kau akan dapat membenarkan kata2ku.
Tanpa sesadarnja sekali lagi Kebo Idjo mengangguk " Ja guru.
Pandji Bodjong Santipun meng-angguk2kan kepalanja. Tetapi tampaklah bibirnja tersenjum. Katanja " Aku tidak jakin terhadap anggukan kepalamu itu Kebo Idjo. Tetapi biarlah. Kau memerlukan waktu dan pengalaman untuk memahami kebenaran kata2ku. " Kemudian kepada Ken Arok ia berkata " Sudahlah ngger. Tinggalkanlah aku disini. Malam ini aku minta idjin untuk bermalam diperkemahan ini.
" Oh, kami akan sangat bersenang hati bapa. Bukan sadja malam ini, tetapi malam2 berikutnjapun akan sangat memberi kegembiraan kepada kami, seperti paman Mahisa Agni pernah berada diperkemahan ini pula.
" Paman Mahisa Agni "
" Ja, mPu Gandring. " Oh - Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja. Katanja kemudian " Aku pernah djuga mendengar. Bahkan kehadirannja disini tidak dapat menjelamatkan Mahisa Agni.
" Ja. Meskipun mPu Gandring telah berusaha se-kuat2 tenaganja. Akulah jang terlampau bodoh waktu itu. Aku tidak dapat membantunja sama sekali. Padahal jang datang mengambil Mahisa Agni waktu itu adalah kakak beradik dari Kemundungan dan Kuda-Sempana murid mPu Sada.
" Ja, ja aku pernah mendengar. " Pandji Bodjong Santi terdiam sesaat. Wadjahnja mendjadi berkerut-merut. Dan per-lahan2 ia berkata " Karena itu Kebo Idjo, kau harus ber-hati2. Sebelum kalian datang ketaman malam ini, aku melihat dua orang berkuda melintas tidak terlampau djauh dari taman jang sedang kalian buat itu. Aku tidak begitu djelas siapakah mereka itu. Tetapi menilik tjara mereka berkuda, terutama jang seorang, maka aku menduga bahwa orang itu adalah Kebo Sindet. Tetapi mereka tidak mendekati perkemahan ini. Mereka hanja melintas. Aku tidak tahu, dari manakah mereka dan untuk apa mereka berkeliaran disekitar tempat ini.
Wadjah Kebo Idjo mendjadi tegang. Tetapi ia tidak mengutjapkan sepatah katapun.
Jang bertanja kemudian adalah Ken Arok - Apakah menurut pendapat bapa mereka hanja sekedar lewat "
" Kali ini aku kira begitu. Entahlah kalau ada maksud maksud lain jang tidak aku ketahui.
" Tetapi mereka tahu, disini ada sepasukan pradjurit segelar sepapan. Kami tidak akan melakukan kesalahan jang serupa, datang kepada mereka ketika kami dipantjingnja.
Pandji Bodjong Santi meng-angguk2. Tetapi Mahisa Agni itu sudah terlandjur lenjap ditelan oleh iblis Kemundungan itu.
Kini sedjenak mereka saling berdiam diri. Wadjah2 mereka jang tenang memantjarkan pergolakan didalam dada masing2. Ternjata orang jang telah mengambil Mahisa Agni itu masih sadja berkeliaran disekitar bendungan ini.
" Apakah jang sebenarnja mereka kehendaki" " desis Ken Arok kemudian " Mahisa Agni itu, atau menggagalkan rentjana pembuatan bendungan ini" Kalau jang mereka kehendaki Mahisa Agni, maka mereka aku kira sudah tidak akan mengganggu pekerdjaan kita disini. Tetapi apa bila mereka mengambil Mahisa Agni sebagai suatu tjara untuk menggagalkan pembuatan bendungan ini, maka kita jang disini harus memperhitungkan kehadiran nja setiap saat.
Pandji Bodjong Santi mengerutkan keningnja. Lalu djawabnja " Menurut pendengaranku ngger, Kebo Sindet hanja berkepentingan dengan Mahisa Agni. Itupun hanja akan dipergunakannja sebagai alat pemerasan. Ia mengharap Tuan Puteri Ken Dedes akan menukar kakak ahgkatnja itu dengan apa sadja jang diminta oleh Kebo Sindet.
" Litjik dan memuakkan " geram Ken Arok,
" Bagi orang sematjam Kebo Sindet maka segala djalan akan dapat ditempuh untuk mentjapai maksudnja. Litjik, me muakkan, bengis dan segala matjam tjara.
Ken Arok tiba2 menggeram. Katanja " Kalau aku diberi wewenang maka aku akan dapat membawa pasukan untuk menangkapnja. Aku tidak akan kembali tanpa membawanja hidup atau mati. Untuk mejakinkan usaha itu, maka aku akan dapat memohon bantuan kepada mPu Gandring kepada Bapa Pandji Bodjong Santi dan kepada para perwira jang tangguh. Mereka pasti tidak akan berkeberatan. Dan Kebo Sindet itu pasti akan dapat aku tangkap.
" Hal itu dapat kau lakukan pada saat2 tidak seperti sekarang ngger " sahut Pandji Bodjong Santi " Sekarang angger Mahisa Agni sudah terlandjur berada disarang mereka. Itu terlampau berbahaja bagi djiwanja.
" Itulah sebabnja bapa " desis Ken Arok " mPu Gandringpun berkata demikian. Kini sedang dilakukan usaha untuk melepaskannja dengan tjara jang lain. Tjara jang tidak aku mengerti dan tidak seorangpun jang mengerti. Sehingga perkembangan usaha itupun sama sekali tidak dimengerti oleh siapapun. Entahlah apabila m Pu Ganding telah mendapat beberapa keterangan tentang itu.
Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja. Tetapi persoalan itu bukan persoalan jang terlalu mudah untuk dipetjahkan seperti akan menangkap Kebo Sindet itu sendiri. Dimanapun ia bersembunji, namun mentjari dan menangkapnja pasti akan lebih mudah dari pada melepaskan Mahisa Agni dari tangan hantu Kemundungan itu sendiri.
" Sudahlah ngger. Pikirkanlah hal itu se-baik2nja. Kita tidak boleh ter-gesa2. Tetapi kini jang terbentang dihadapan kaki angger adalah bendungan, susukan induk, parit2, dan sendang buatan itu. Kalau angger melaksanakan rentjana ini dengan baik, maka apa jang angger kerdjakan itu pasti akan menjenangkan hati angger Mahisa Agni, Tuanku Akuwu Tunggul Ametung, orang2 Panawidjen dan bahkan seluruh rakjat Tumapel. Berkembangnja padang Karautan mendjadi daerah jang redja, akan berpengaruh pula atas kebesaran Tumapel seluruhnja.
Ken Arok meng-angguk2kan kepalanja. Ia sadar akan kewadjibannja. Kalau Akuwu Tunggul Ametung benar2 ingin menangkap Kebo Sindet maka hal itu dapat diserahkan kepada orang lain tanpa menghentikan kerdja dipadang Karautan. Mungkin Witantra sendiri atau Sidatta atau perwira2 jang lain.
Ken Arok kemudian mengangkat kepalanja ketika ia mendengar Pandji Bodjong Santi itu berkata " Nah, beristirahatlah ngger. Sebentar lagi fadjar akan menjingsing. Angger perlu tidur meskipun hanja sedjenak supaja tubuh angger besok mendjadi segar kembali.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Tiba2 sadja terasa badannja penat dan kantuk. Karena itu maka djawabnja " Baiklah bapa, aku minta diri. Mungkin aku masih dapat tidur beberapa saat.
" Silahkanlah. Ketika Ken Arok kemudian sampai dimuka pintu, ia berpaling sambil berkata " Beristirahatlah pula adi Kebo Idjo. Aku kira kau lebih lelah daripada aku karena perdjalananmu hari ini. Besok kau akan melihat tjara kami bekerdja untuk jang pertama kali.
" Ja " djawab Kebo Idjo singkat. Terlalu singkat.
Ken Arok menarik alisnja, bahkan Pandji Bodjong Santi terpaksa berpaling kearahnja. Tetapi Kebo Idjo telah memalingkan wadjahnja pula memandangi rak2an tempat ia meletakkan sebungkus pakaian.
" Selamat malam bapa " desis Ken Arok perlahan sambil meninggalkan gubug itu. Dan ia mendengar orang tua itu menjahut per-lahan2 pula " Selamat tidur ngger.
Tetapi Ken Arok mengerutkan dahinja ketika ia memandangi tjakrawala diudjung Timur. Ia melihat tjahaja dilangit jang sudah mulai semburat merah. " Ah, hampir fadjar. " desisnja - apakah aku masih dapat tidur "
Ketika Ken Arok sampai ketempat terbuka disisi perkemahan ia menarik nafas dalam2. Ia melihat sebagian dari orang2 Panawidjen dan pradjurit Tumapel bergelimpangan tidur terbudjur lintang. Agaknja mereka mendjadi penat dan kantuk, sehingga mereka tidak sempat untuk kembali kegubug masing-masing.
" Ternjata besok kita masih belum dapat bekerdja sepenuh tenaga. Orang2 ini pasti masih lelah dan kantuk. Agaknja merekapun belum lama tertidur. - gumam Ken Arok kepada diri sendiri. Ia masih melihat perapian jang membara. Bahkan ia masih melihat bumbung2 tempat minum masih terisi dan makanan di-mangkuk2 masih berserakan.
Achirnja Ken Arok itupun memasuki gubugnja sendiri. Dibaringkannja tubuhnja tanpa membuka dan berganti pakaian. Pakaian jang basah oleh keringat dan kotor karena tanah dan debu. Namun karena lelah, maka iapun achirnja tertidur djuga.
Tetapi Ken Arok ternjata tidak terlalu lama lelap dalam tidurnja. Dipengaruhi oleh kebiasaannja maka iapun segera terbangun ketika fadjar di Timur telah memantjarkan sinar nja jang merah, seolah-olah langit ditjakrawala itu sedang terbakar. Namun waktu jang pendek itu ternjata telah dapat menjegarkan tubuhnja.
02 Pelangi Di Langit Singasari Karya S H. Mintarja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil menguap Ken Arok menggeliat. Sebenarnja ia masih ingin tidur lebih lama lagi. Tetapi tanggung djawabnja telah memaksanja bangkit dan berdjalan keluar dari gubugnja.
Ketika ia menjuruk pintu, dan kemudian berada diluar, maka perkemahan itu masih terlampau sepi. Meskipun padang itu sudah mendjadi semakin terang oleh tjahaja pagi jang turun perlahan-lahan, namun Ken Arok belum melihat seorangpun.
" Hem, mereka masih njenjak dalam tidurnja " de sisnja.
Per-lahan2 ia melangkah kesudut gubugnja. Diambilnya air sesiwur untuk mentjutji mukanja, menghilagnkan sisa2 kantuknja. Kemudian diambilnja air sesiwur pula. Tetapi kali ini diminumnja. Terasa tenggorokannja mendjadi djernih dan bening. Banju-waju selalu dipakainja untuk mentjutji tenggorokkannja, sehingga hal itu mendjadi kebiasaan baginja.
Ken Arok itupun kemudian berdjalan menjusur gubug demi gubug. Sebagian gubug2 itu masih kosong. Ternjata orang2nja tertidur ditempat mereka ber-senang2 semalam. Tetapi ada pula diantaranja jang sudah berada didalam gubugnja namun mereka masih njenjak membenamkan dirinja dibawah kain pandjangnja.
Ken Arok menarik nafas dalam2. Hari ini seharusnja mereka telah mulai lagi dengan kerdja mereka. Tetapi Ken Arok serasa tidak sampai hati untuk membangunkan mereka, dan memaksa mereka untuk bekerdja.
Meskipun demikian Ken Arok tidak akan dapat membiarkannja. Untuk mendjaga kemunngkinan2 mendatang, maka ia harus menepati peraturan jang sudah dibuatnja, supaja tidak mendjadi kebiasaan, bahwa para pradjurit dan orang2 Panawidjen itu bekerdja seenaknja. Apabila mereka ingin sadjalah mereka bekerdja tanpa perentjanaan waktu jang baik.
" Aku terpaksa membangunkan mereka - desisnja.
Ketika padang Karautan itu mendjadi semakin terang, maka Ken Arok melihat seseorang keluar dari gubugnja. Ketika dilihatnja Ken Arok telah berada disampingnja ia terkedjut. Ter-bata2 ia berkata - Aku kerinan. Semalam aku bangun hampir semalam suntuk.
Tetapi Ken Arok tersenjum dan berkata - Ternjata kau bangun paling pagi. Kau adalah orang jang paling radjin hari ini. Nah, pergilah kesudut perkemahan itu. Bunjikanlah kentongan supaja kawan2mu terbangun.
Orang2 itu menarik nafas dalam2. Ternjata ia bangun paling pagi. - Hari ini aku adalah orang jang paling radjin -kataja didalam hatinja. Dan ia terbangga karenanja.
Dengan ter-gesa2 orang memaksa dirinja jang masih ter-katuk2 berdjalan kesudut perkemahan untuk membunjikan kentongan. Sekali ia menguap, namun kemudian diajunkannja tangannja memukul kentongan itu. Sekedjap kemudian bergemalah suara kentongan itu keseluruh perkemahan, bahkan se-olah2 udara padang Karautan itu telah digetarkan oleh suaranja.
Ternjata suara kentongan itu telah mengedjutkan para pradjurit dan orang2 Panawidjen. Mereka jang masih tidur dengan njenjaknja segera berlontjatan berdiri. Sebagian dari mereka jang tertidur ditepi perapian diluar gubug2 mereka segera ber-lari2an kegubug masing2 untuk menjiapkan diri, mengambil pcralatan2 ketjil dan membenahi pakaian mereka. Tetapi ada pula jang menggeliat dengan malasnja sambil bergumam " Ah, serasa baru sadja mataku terpedjam.
Ternjata Kebo Idjopun tcrkedjut mendengar suara kentongan itu. Iapun belum lama dapat tertidur. Ketika ia bangkit maka segera ia mengumpat " Setan mana jang berani megnedjutkan aku itu " Seharusnja ia tidak mempergunakan
kentongan jang memekakkan telinga itu. " Tetapi ia terdiam ketika kemudian dilihatnja gurunja telah duduk bersila disudut perkcmahannja. Agaknja gurunja telah lama terbangun. Bahkan mungkin tidak tidur sama sekali. Pandji Bodjong Santi telah merapikan pakaiannja. Rambutnja telah dibenahinja dengan baik.
" Bukan suara kentongan itu jang salah Kebo Idjo " berkata gurunja " tetapi kaulah jang terlambat bangun.
" Ja guru " sahut Kebo Idjo.
" Kentongan itu mungkin suatu tanda, bahwa para pradjurit harus sudah siap untuk berangkat. Begitu barangkali " Aku tidak tahu isjarat2 jang dipergunakan disini.
Kebo Idjo menggeleng " Akupun belum tahu guru. Kami belum pernah membitjarakan masalah tengara jang dapat kita pergunakan di padang ini. Itu adalah pokal Ken Arok sendiri.
" Mungkin kebiasaan itu berlaku sedjak kau belum datang kemari, sehingga sampai saat ini masih dipergunakannja.
" Tetapi sedjak kehadiranku, maka akupun harus tahu setiap persoalan dan persetudjuan disini. Semuanja harus dibitjaraka dengan aku.
" Kenapa" " Aku termasuk seorang pimpinan diantara dua. Aku dan Ken Arok.
Tiba2 Pandji Bodjong Santi menggeleng " Tidak. Djangan kau sangka aku tidak tahu Kebo Idjo. Tjoba, apakah perintah jang diberikan oleh Akuwu Kepadamu "
Kebo Idjo terdiam. " Menurut kakakmu Witantra, kau dikirim untuk membantu Ken Arok disini, karena menurut rentjana Ken Arok, waktu bekerdja akan diperpandjang, sehingga ia memerlukan seorang pembantu untuk melaksanakan kerdja ini. Pembantu. Seorang pembantu jang dapat meminpin pekerdjaan ini apabila ia beristirahat Itu sadja. Djangan merasa dirimu terlampau berkuasa. Kalau Ken Arok seorang peminpin jang baik, ia pasti akan membawamu berbintjang. Kalau tidak, itu adalah haknja untuk membuat keputusan.
" Kebo Idjo tidak mendjawab. Ia tidak mau berbantah dengan gurunja, meskipun ia tidak sependapat, didalam hatinja ia berguman " Tidak. Aku bukan sekedar seorang pembantu jang harus tunduk pada perintah. Aku adalah seorang pemimpin sepasukan pradjarit jang diperbantukan kepada Ken Arok. Diantara keduanja ada perbedaan. " Tetapi Kebo Idjo tidak mengutjapkannja. Bahkan ia mendengar gurunja berkata " Tjepatlah Kebo Idjo, kau, harus ada diantara pradjurit2 jang sedang bekerdja itu diharimu jang pertama. Kau harus menundjukkan bahwa kau her-sungguh2.
Kebo Idjo mengerutkan dahinja. Tetapi ia mendjawab " Baik guru.
Kebo Idjo itupun segera meninggalkan gubugnja. Disepandjang langkahnja ia menggerutu " Ah, aku masih djuga dianggapnja seorang anak ketjil. Aku sudah tjukup dewasa. Sudah berkeluarga pula. Seharusnja guru bersikap lain terhadapku. Tidak seperti seorang anak jang sedang dituntun beladjar berdjalan.
Tetapi ia terdiam ketika ia melihat bahwa para pradjurit dan orang2 Panawidjen telah berkumpul dan siap untuk berangkat. Ketika ia sampai ditempat itu ia mendengar Ken Arok berkata " Ternjata kalian hari ini terlambat bangun.
" Setan " geram Kebo Idjo apakah ia menjindir aku
Tetapi ia mendengar Ken berkata seterusnja " Djuru masakpun terlambat pula bangun, sehingga saat ini mereka masih belum dapat menjediakan makan pagi kalian. Tetapi tidak apa. Setelah kalian beristirahat maka agaknja kalian masih belum siap benar menghadapi kerdja hari ini. Selandjutnja, kalian harus segera berangkat. Makan pagi kalian akan diantar ketempat pekerdjaan kalian masing2. Jang belum sempat mandi atau mentjutji muka, tidak ada waktu lagi untuk melakukannja. Kalian harus segera berada ditempat kerdja kalian masing2. " Ken Arok berhenti sedjenak. Ketika kemudian dilihatnja Kebo Idjo ia berkata " Pradjurit2 jang datang kemudian, bekerdja pula seperti dahulu.
Kita masih harus membitjarakan pembagian waktu se-baik2 nja sebelum dilakukan perpandjangan waktu bekerdja. Sekarang, berangkatlah ketempat masing2. Para pradjurit jang baru aku tempatkan disendang dan taman. Orang2 jang la ma, jang aku serahi memimpin bagian2 dari kerdja itu akan menundjukkan kepada kalian, apa sadja jang dapat kalian lakukan dihari pertama ini.
Kebo Idjo jang berdiri disisi para pradjurit dan orang2 Panawidjen itu mengerutkan keningnja. Ia melihat sesuatu jang menggetarkan perasaannja. Ternjata Ken Arok tjukup disujuti oleh orang2nja. Meskipun pimpinan jang masih muda itu tidak bersikap keras dan kasar, tetapi Kebo Idjo melihat betapa wadjah para pradjurit Tumapel jang berdiri dengan alat2 mereka ditangan itu merasa takut dan menjesal atas keterlambatan mereka. Sehingga ketika Ken Arok telah memerintahkan kepada mereka untuk berangkat, maka merekapun segera menghambur ketempat kerdja masing2 seperti sedang dikedjar hantu.
Jang tinggal diperkemahan, ketjuali para djuru masak dan orang2 jang memang bertugas mendjaga perkemahan, adalah Ken Arok dan Kebo Idjo. Betapa Kebo Idjo mengagumi sikap kepemimpinan Ken Arok, namun kemudian ia-pun mendekatinja dan masih djuga mentjelanja " Ken Arok, kau tidak dapat menangkap gelagat orang2mu. Mereka masih terlampau letih. Sekarang kau paksa mereka untuk bekerdja.
Sesaat Ken Arok memandangi wadjah Kebo Idjo dengan penuh keheranan. Tetapi kemudian ia mendjawab " Kau memang aneh adi Kebo Idjo. Aku kira kau akan menjalahkan aku, kenapa aku tidak marah2 dan membentak-bentak karena orang2 itu terlambat bangun, atau akan menjuruh aku memukul satu dua diantara mereka untuk memberi sedikit peladjaran, agar hal2 jang serupa tidak terulang
Dada Kebo Idjo berdesir mendengar djawaban itu; Sedjenak ia terdiam. Ia merasa sebuah sindiran jang tadjam terhadapnja. Dan tiba2 ia menjadari pertentangan dalam sikapnja sendiri. Suatu ketika ia ingin menegakkan ketaatan
para pradjurit Tumapel, bahkan apabila perlu dengan kekerasan, tetapi tiba2 ia bersikap terlampau kendor menghadapi keadaan.
Dan ia mendengar Ken Arok meneruskan - Meskipun aku tidak mempergunakan kekerasan, tetapi akupun ingin setiap peraturan jang telah aku buat, dilakukan dengan baik oleh para pradjurit. Lihat meskipun aku tidak memberikan perintah apapun terhadap orang2 Panawidjen, karena mereka memang berada diluar kesatuan pradjurit Tumapel, sehingga terhadap mereka harus dilakukan sikap jang lain, namun merekapun terpengaruh pula oleh sikap para pradjurit. Ketika para pradjurit berhamburan pekerdjaan masing2, maka orang2 Panawidjenpun berlari-larian pula kebendungan. Meskipun mereka lelah dan kantuk, tetapi mereka harus berangkat ketempat kerdja mereka. Djangan mendjadi kebiasaan untuk menjimpang dari keharusan, ketjuali dalam hal2 jang sangat chusus.
Kebo Idjo tidak menjahut. Wadjahnja mendjadi panas, se-olah2 ia dihadapkan pada tjermin jang membajangkan tjatjat sendiri. Betapa ia mentjari alasan untuk mempertahankan kata2nja, tetapi ia terpaksa untuk diam diri beberapa lama.
Bahkan jang berbitjara kemudian adalah Ken Arok " Nah, sekarang marilah. Kitapun pergi ketempat kerdja itu. Mungkin dihari pertama kau ingin me-lihat2 setiap pekerdjaan jang kita lakukan disini. Kita akan pergi kebendungan, kemudian menjusur parit induk pergi ketanah jang akan di pergunakan sebagai tanah persawahan, sehingga achirnja kita akan sampai ketaman jang sedang dikerdjakan itu. Dengan demikian kau akan mendapat gambaran, bagaimana kerdja ini dilakukan.
Kebo Idjo meng-angguk2kan kepalanja. Tetapi ia tidak mengutjapkan kata-kata.
" Marilah. Kita akan melihat apa sadja jang telah kita lakukan dan apa jang masih harus kita perbuat.
Achirnja Kebo Idjo itu mendjawab " Marilah.
Tetapi ia mendjadi heran ketika ia melihat Ken Arok melangkahkan kakinja, sehingga terlontjat pertanjaannja " Apakah kita akan berdjalan kaki sadja "
Kini Ken Aroklah jang mendjadi ke-heran2an mendengar pertanjaan itu. Sambil menghentikan langkahnja dipandanginja wadjah Kebo Idjo. Sedjenak kemudian terdengar lah ia bertanja " Lalu, apakah kita harus naik pedati "
Kebo Idjo mengerutkan keningnja. Katanja " Apakah mendjadi kebiasaanmu berbuat demikian " Berdjalan kebendungan, menjusur susukan induk sampai kesendang jang sedang kau buat itu " Itu hanja akan membuang waktu dan tenaga.
" Bagaimanakah sebaiknja " " bertanja Ken Arok.
" Bukankah kau dapat naik kuda 2
Ken Arok menarik nafas pandjang. Sambil menggelengkan kepalanja perlahan-lahan ia berkata " Tidak. Kalau kita naik kuda, kita hanja seperti orang jang sedang lewat sadja. Kita tidak dapat menjaksikan dari dekat, apa jang telah kita kerdjakan.
" O, kau berpikir seperti kanak2. Kau sangka kita akan berkuda tanpa berhenti" Tanpa aku terangkan, seharusnja kau sudah tahu. Di-tempat2 tertentu kita berhenti dan melihat kerdja para pradjurit. Kemudian kita tinggalkan mereka pergi ketempat jang lain. Dengan demikian kita tidak kehilangan waktu disepandjang djalan, dan kita tidak terlalu letih karenanja. Sebab kerdja ini tidak hanja satu dua hari sadja.
Tetapi sekali lagi Ken Arok menggeleng " Aku disini adalah sebagian dari mereka. Sebagian dari para pekerdja. Aku harus ada diantara mereka. Aku harus melihat setiap djengkal tanah jang sedang dikerdjakan. Kalau aku berkuda, maka aku akan memisahkan diri dari mereka. Dan aku adalah seorang pemimpin jang menarik garis pemisah dengan orang2ku sendiri.
" Ah, alasanmu selalu itu2 sadja.
" Kau melihat hasilnja. Apakah aku harus marah2 dan mem-bentak2 setiap kali " Tidak, dan orangiku tjukup mentaati perintahku. Mereka menjadari apa jang mereka lakukan. Bukan sekedar karena terpaksa. Kerdja dipadang Karautan ini tidak seluruhnja sama seperti dimedan perang. Dan kita, jang diserahi pimpinan harus dapat menjesuaikan diri, dimana medan jang sedang kita hadapi. Bendungan, susukan dan sendang itu bukanlah musuh jang harus dihadapi dengan kekerasan, tetapi harus dilakukan dengan hati gembira, menjenangi kerdja jang sedang dilakukan. Dengan demikian maka hasilnjapun akan memantjarkan kegembiraan pula. Kelak, setiap pradjurit jang lewat disamping bendungan dan taman ini akan berkata sambil berbangga " Aku ikut membuat bendungan dan taman ini. " Dan mereka tidak melakukan sebaliknja, mengeluh sambil mengutuk " Terkutuklah bendungan dan taman ini, jang telah memeras keringatku sampai kering.
Djawaban Ken Arok itu ternjata telah menjentuh perasaan Kebo Idjo. Tetapi karena sifat2nja jang tinggi hati dan sombong maka ia tidak segera mengakui kebenaran kata2 Ken Arok itu. Bahkan ia masih membantah " Tetapi untuk itu kau tidak perlu terlampau merendahkan dirimu.
" Hanja orang2 jang merasa dirinja terlampau berharga jang berpendirian demikian. Tetapi perasaan tinggi hati jang ber-lebih2an itu sama sekali tidak akan bermanfaat dalam kerdja ini. Kerdja jang besar dan akan bermanfaat bagi banjak orang.
Kebo Idjo terdiam sedjenak. Ia tidak segera menemukan djawaban jang tepat. Tetapi ia telah mendengar Ken Arok itu berkata " Marilah, djangan terlampau lama menunggu. Orang2 itu sudah mulai dengan kerdja mereka, dan kita hanja berbitjara sadja disini. Dipadang Karautan ini, berbitjara berkepandjangan tidak akan berguna sama sekali.
Seleret warna merah menjambar wadjah Kebo Idjo. Tetapi sebelum ia mendjawab, didengarnja suara jang telah dikenalnja baik2 " Aku ikut ngger. Apakah angger tidak berkeberatan"
Ken Arok dan Kebo Idjo berpaling. Disudut sebuah gubug berdiri guru Kebo Idjo itu.
" Tentu " sahut Ken Arok " kami akan senang sekali mengantarkan bapa Pandji melihat kerdja kami.
" Marilah. " Pandji Bodjong Santi tidak menunggu lebih lama lagi. Segera ia melangkah mendekati Ken Arok. Kemudian katahja pula " Marilah kita berangkat, mumpung belum terlampau siang.
" Marilah " sahut Ken Arok. Keduanja segera berdjalan kearah bendungan jang sedang dikerdjakan. Seperti berdjandji mereka sama sekali tidak mengatjuhkan Kebo Idjo lagi.
Kebo Idjo kini tidak dapat berbuat lain. Gurunja dan Ken Arok telah berdjalan mendahuluinja. Sehingga iapun terpaksa melangkahkan kakinja sambil meng-umpat2 didalam hatinja. Namun iapun berdjalan disamping Ken Arok dan gurunja itu pula.
Sedjenak mereka saling berdiam diri. Langkah mereka se-olah2 mendjadi terlampau ter-gesa2. Sekali dua kali mereka melontjati parit, gundukan2 tanah dan timbunan rangka2 brundjung bambu jang masih belum terisi batu.
Sebelum mereka sampai dibendungan, mereka telah melihat orang2 jang sedang bekerdja menjelesaikan beberapa buah bendungan2 ketjil pada susukan induk untuk membagi air ke-parit2. Kemudian mereka melihat orang2 jang sedang memperdalam beberapa bagian dari djari2 parit jang mentjengkam tanah jang telah disiapkan untuk mendjadi daerah persawahan Beberapa buah pedati berdjalan ter-tatih2 membawa beberapa matjam peralatan, dan beberapa orang sibuk mengemudikan badjak untuk melunakkan tanah. Beberapa pasang lembu berdjalan menarik pedati dan badjak, jang dari kedjauhan tampak seperti sebuah permainan jang mengasjikkan. Bulu2nja jang putih tampak ber-kilat2 ditimpa oleh tjahaja matahari pagi. Sekali2 terdengar tjambuk melengking memetjah hiruk pikuk orang2 jang sedang mengisi brudjung2 dengan petjahan batu dan mendorongnja turun kesungai.
Ketika mereka sampai kebendungan, maka merekapun berhenti. Pandji Bodjong Santi memandangi orang2 jang sedang bekerdja itu dengan penuh kekaguman. Hampir tak seorangpun jang sempat berbitjara diantara mereka. Kerdja.
Memang didalam kerdja seperti ini tidak ada waktu untuk terlampau banjak berbitjara. Pembitjaraan jang berkepandjangan hanja akan menggangu sadja.
Kebo Idjopun ternjata berdiri tegak dengan penuh kekaguman. Ia tidak dapat membajangkan sebelumnja, bagaimanakah bentuk dari kerdja jang dilakukan oleh Ken Arok dipadang Karautan. Ternjata bahwa kerdja jang dihadapinja benar2 suatu kerdja raksasa. Bukan hanja sekedar ber-main2 seperti orang2 jang sedang memperbaiki parit jang sering dilihatnja ditepi djalan2 Tumapel. Orang jang lebih banjak duduk, atau berdjongkok atau ber-tjakap2 daripada kerdja.
Tetapi disini sama sekali tidak terbajang sedjemputpun kemalasan dan keseganan dari para pekerdja. Apakah mereka itu orang Panawidjen atau pradjurit2 dari Tumapel, sudah tidak dapat dibedakan lagi didalam kerdja itu. Mereka ber"sama2 melakukan pckerdjaan mereka, jang sudah terbagi didalam kelompok2 ketjil jang masing2 dipimpin oleh seorang pemimpin kelompok. Kemudian beberapa kelompok ketjil merupakan suatu kesatuan jang lebih besar dibawah pimpinan seseorang. Dengan demikian maka kerdja jang tampaknja ribut itu ternjata tidak saling bersimpang siur. Masing3 melakukan kerdjanja sendiri2 dengan tertib dan teratur.
" Gila " Kebo Idjo mengumpat didalam hatinja " ternjata Ken Arok mampu menguasai orang2 itu dengan tjaranja. Tampaknja mereka bekerdja dengan penuh kesungguhan, tetapi wadjah2 mereka tampaknja djernih dan gembira. Adalah suatu keachlian tersendiri untuk memimpin orang2 jang sekian banjaknja dengan tjara jang demikian.
Dan jang terdengar adalah suara Pandji Bodjong Santi " Aku sama sekali tidak melibat pradjurit2 jang sedang bekerdja sebagai seorang pradjurit dengan kepatuhan jang mati. Tetapi aku melihat sesuatu jang hidup dan menjala didalam kepatuhan mereka melakukan kerdja ini. Mereka sudah menganggap kerdja mereka ini sebagai suatu pengabdian, seperti mereka sedang berperang mengusir musuh dari tanah tumpah darah. Namun kali ini mereka tidak diejengkam oleh ketegangan karena bergulat melawan maut. Tetapi wadjah2 mereka mendjadi tjerah dalam terik matahari seperti mereka sedang bertamasja.
Ken Arok tersenjum mendengar pudjian itu. Katanja -- Bapa selalu memudji kami dipadang jang kering ini.
" Aku melihat kerdja jang sebenarnja, ngger. Disinilah aku melihat orang bekerdja. Tidak sadja di-bangsal2 istana atau di-bandjar2 pedukuhan. Bukan hanja mereka jang berbitjara dan berbintjang untuk melahirkan perintah2 bagi rakjat Tumapel. Tetapi disinilah aku melihat kerdja jang sebenarnja. Kerdja jang langsung bermanfaat tidak sadja bagi orang2 Panawidjen.
" Mudah2an kami berhasil disini bapa.
" Tentu. Kalian akan berhasil. Ketjuali apabila ada hal2 jang tidak di-sangka2. Hilangnja angger Mahisa Agni adalah salah satu hambatan dari kerdja raksasa ini. Seandainja masih ada, maka angger akan mendapat kawan kerdja jang luar biasa.
" Bukan sadja kawan kerdja bapa " sahut Ken Arok " tetapi ia adalah seorang jang mempunjai otak tjemerlang. Aku sekarang tinggal melaksanakan sadja rentjana jang telah dibuatnja, ketjuali sendang dan taman itu;
" Huh " tiba2 Kebo Idjo memotong " kau mempunjai tanggapan jang ber-lebih2an atas Mahisa Agni. Ia adalah seorang anak muda padesan biasa sadja. Ia tidak lebih dari anak2 padesan jang lain.
" Tetapi bendungan itu adalah perwudjudan dari rentjananja " Sahut Ken Arok.
" Ia hanja merentjanakan sebuah bendungan, tidak lebih. Pradjurit2 Tumapellah jang meneruskan rentjana itu dan kemudian mclaksannkannja dengan baik, jang barangkali tidak pernah diimpikan oleh Mahisa Agni sendiri.
" Hem - terdengar Pandji Bodjong Santi berdesah. Dan tiba2 sadja Kebo Idjo menjadari bahwa ia berada disamping gurunja, sehingga iapun kemudian terdiam.
Jang berbitjara kemudian adalah Ken Arok " Kesalah an jang serupa tidak boleh terulang bapa. Kegagalan2 jang akan sangat menghambat kerdja ini harus dihindari sedjauh mungkin.
Pandji Bodjong Santi meng-angguk2kan kepalanja. Namun tak babis2nja ia mengagumi kerdja jang besar itu. Dan tanpa sesadarnja ia berkata " Kebo Idjo. Kau harus mentjoba menjesuaikan dirimu dengan kerdja ini. Kerdja ini bukanlah sekedar permainan jang dilakukan kapan sadja kau mengingini. Tetapi kerdja ini adalah kerdja jang terus menerus. Kerdja ini berhenti apabila benar2 telah rampung.
Jilid 32 KEBO IDJO mengerutkan keningnja. Tetapi ia mengangguk sambil mendjawab " Ja guru.
Sementara itu matahari dilangit merambat semakin tinggi. Awan jang putih selembar2 mengalir ke Utara didorong oleh angin padang jang kering.
Ketika Ken Arok menengadahkan wadjahnja, maka segera keningnja berkerut. Dilihatnja disudut langit segumpal awan jang ke-hitam2an. Djauh dan semakin mendjauh. Tetapi ia bergumam didalam hatinja " Langit telah memberi peringatan. Kita harus semakin tjepat bekerdja sebelum musim basah tiba. Jang penting adalah, bendungan ini harus siap lebih dahulu. Jang lain2 dapat dilakukan meskipun dimusim basah.
Anak muda itu berpaling ketika ia mendengar Pandji Bodjong Santi berkata " Nah, akan kau bawa kemana lagi kami ngger "
" Kita akan berdjalan menjusur susukan ini bapa. Setiap kali kita akan mendjumpai orang2 jang sedang bekerdja menurut tugas masing2. Aku ingin menundjukkan kepada adi Kebo Idjo, keseluruhan dari tugas kita dipadang Karautan ini.
" Marilah, aku djuga ingin melihatnja. Aku pasti akan mendjadi semakin kagum karenanja " sahut Pandji Bodjong Santi.
Ketiganjapun kemudian meninggalkan bendungan. Mereka berdjalan menjusur susukan induk. Ternjata susukan itupun masih djuga dikerdjakan. Di beberapa bagian masih perlu diperdalam, dan di-tempat2 tertentu telah dibangunkan bendungan2 ketjil untuk mengangkat air dari susukan induk itu ke-parit2.
" Bukan main " desis Pandji Bodjong Santi.
" Bagaimana bapa " " bertanja Ken Arok.
" Pekerdjaan ini hampir tidak ada tjelanja. Semua bagian jang paling ketjilpun tidak terlepas dari perhitungan.
" Ja " sahut Ken Arok " agaknja Mahisa Agni benar2 menguasai persoalan jang sedang direntjanakan.
" Ah " Kebo Idjo tiba2 berdesah, sehingga gurunja dan Ken Arok ber-sama2 berpaling kepadanja. Tetapi ia tidak mengutjapkan sepatah katapun.
Wadjahnja mendjadi semakin suram ketika ia mendengar Ken Arok meneruskan kata2nja " Mahisa Agni telah membuat patok2 dipadang ini, dan kita sekarang tinggal meneruskannja.Pandji Bodjong Santi meng-angguk2, sementara kaki2 mereka melangkah terus diatas tanah berdebu. Sedang mata hari melambung semakin tinggi dilangit, dan sinarnjapun kini telah mulai menggatalkan kulit.
Kebo Idjo sekali2 mengusap peluh jang telah membasahi keningnja. Dengan malasnja ditariknja kakinja diatas padang jang kering itu. Tidak habis2nja ia mengumpat didalam hati " Bodoh benar Ken Arok ini. Apakah bedanja apabila kita berkuda sekarang ini "
Tetapi ia masih harus melangkahkan kakinja terus. Ter-suruk2 kedalam debu jang sudah mulai hangat.
Apalagi ketika diangkatnja kepalanja, memandangi padang jang kering itu. Matanja se-akan2 mendjadi silau
Dikedjauhan, dilihatnja segerumbul warna hidjau. Itu adalah pepohonan jang dipelihara ditaman dan disekeliling sendang buatan, jang setiap hari masih harus disiram dengan air jang diambil dari sungai. Ber-puluh2 lodong bambu jang diisi air diangkut dengan pedati2 setiap sore. sampai pada saatnja susukan induk itu kelak mengalirkan air jang naik dari ben dungan dan mengalir ke sendang buatan, setelah disepandjang djalannja, beberapa kali harus melampaui bendungan2 ketjil untuk menaikkan air ke-parit2.
Setiap kali ketiga orang jang me-lihat2 kerdja raksasa itu berhenti, setiap kali Ken Arok memberi beberapa pendjelasan kepada Kebo Idjo tentang pekerdjaan itu. Merkipun semula Kebo Idjo itu atjuh tak atjuh sadja mendengar keterangan Ken Arok, tetapi lama kelamaan, keterangan2 itu menarik perhatianrja djuga. Kekagumannja mendjadi semakin besar atas kerdja raksasa itu meskipun ada sesuatu jang se-olah2 menahannja untuk mengakui betapa tjakapnja Mahisa Agni menjusun perentjanaan itu, meskipun disana-sini telah banjak mendapat penjempurnaan dari Ken Arok dan nasehat2 dari pamannja mPu Gandring dan Ki Buyut Panawidjen.
Demikianlah maka sehari itu Ken Arok memperkenalkan kerdja raksasa jang harus dihadapnya kepada Kebo Idjo. Bendungan jang akan mengaliri sawah dan memberi lapangan hidup jang baru bagi orang2 Panawidjen, dan sebuah taman dan sendang buatan jang indah, jang akan dihadiahkan oleh Akuwu Tunggul Ametung kepada permaisurinja, seorang gadis dari Panawidjen. Sehingga dengan demikian Kebo Idjo segera mendapat gambaran, betapa besarnja kerdja dipadang Karautan. Kerdja jang tidak dibajangkannja semula.
Dalam pada itu, dua orang sedang berkuda per-lahan2 menjusur sebuah hutan jang tidak terlampau lebat, masuk kedaerah jang berawa2. Mereka adalah Kebo Sindet dan Kuda-Sempana. Dalam perdjalanan kembali kepersembunjian mereka, mereka tidak terlampau banjak berbitjara.
Ketika mereka telah berada dibibir rawa2 itu, maka merekapun berhenti. Dengan ketadjaman matanja Kebo
Sindet memandang berkeliling. Tetapi tak ada jang mentjurigakan baginja.
" Kuda Sempana " desis Kebo Sindet itu kemudian " lama-kelamaan kau pasti akan djuga dapat mengenali djalan keluar dan masuk daerah ini. Tetapi sementara itu aku telah jakin, bahwa kau tidak akan dapat meninggalkan aku lagi. Dunia diluar dunia kita, tidak akan dapat lagi menerimamu. Karena itu, djangan mentjoba mempertimbangkan untuk lari dari padaku.
Kuda-Sempana tidak mendjawab. Bahkan wadjahnjapun sama sekali tidak bergerak. Ia duduk sadja berdiam diri sambil memandangi batang2 pohon air jang berdiri tegak di"tengahi rawa2 itu. Pohon2an dengan akar2nja jang berdjuntai dan bahkan se olah2 tumbuh dari dalam air.
Beberapa tjertjah sinar matahari jang menjusup lewat sela2 dedaunan memertjikkan kilatan jang putih dari dalam air jang berlumpur itu. Meskipun matahari telah naik semakin tinggi, tetapi rawa2 itu se-o!ah2 masih diliputi oleh selembar kabut jang tipis.
" Marilah " berkata Kebo Sindet kemudian " kali ini kita telah gagal lagi. Perkawinan itu telah berlangsung. Tetapi kita masih belum menemukan seseorang jang dapat dibawa untuk bekerdja bersama menjampaikan tawaran kepada Ken Dedes tentang kakaknja laki2 itu.
Kuda-Sempana menganggukkan kepalanja, tetapi, ia tidak mendjawab.
Kebo Sindetpun tidak berbitjara lagi. Segera kudanja disentuhnja. Per-lahan2 kuda itu turun aedalam air dan per-lahan2 pula berdjalan menjeberang diikuti oleh Kuda Sempana. Sesaat kemudian maka bajangan merekapun telah hilang, tenggelam kedalam kabut.
Begitu bajangan itu telah menghilang, maka sekali lagi perdu ditepi rawa2 itu bergerak. Sedjenak kemudian muntjul pulalah sebuah bajangan. Dengan hati2 sekali sesosok tubuh bergerak mendekati tempat Kebo Sindet turun kedalam air.
" Disini mereka menjeberang - deslsnja.
Dan sesosok tubuh itupun berdiri tegak dengan tegangnja ditepi rawa itu. Sekali2 dipandanginja air jang berwarna lumpur, kemudian ditjobanja untuk menembus kabut jang tipis diatas rawa2 itu dengan sorot matanja jang tadjam. Te tapi sesosok tubuh itu, seorang laki2 tua, tidak berhasil melihat sesuatu selain pohon2 air jang berdiri liar berserakan dirawa-rawa itu.
" Tetapi aku harus menjeberang " terdengar ia berdesis perlahan-lahan. " Kukorbankan njawaku jang seolah olah tinggal merupakan kelebihan sadja dari keharusan hidupku. Dan dengan sisa inilah aku akan mentjobanja.
Selangkah orang itu madju, tetapi kemudian sekali lagi ia berdiri tegak seperti pepohonan disekitarnja.
" Aku harus menunggu dan jakin bahwa Kebo Sindet telah djauh masuk kedalam sarangnja.
Laki2 itupun kemudian melangkah surut. Perlahan-lahan ia duduk dibalik sebatang pohon. Tanpa sesadarnja dirabanja hulu pedang jang tersangkut dilambungnja.
" Mudah2an kaupun dapat membantuku. " desisnja.
Ketika hulu pedangnja itu dilepaskannja, maka tangannjapun kemudian menarik sebuah belati pandjang dari lambungnja disisi jang lain, dan ditimang-timangnja.
" Sepasang sendjata jang akan dapat memberi keteguhan hati. " laki2 itu berdesis pula. " Mudah2an Kebo Sindet tidak mendjadi semakin garang.
Sedjenak kemudian maka laki2 itupun berdiri. Ia merasa bahwa waktunja telah tjukup lama. Kebo Sindet pasti sudah djauh menjeberangi rawa2 itu.
Maka sekali lagi ia melangkah ketepi air, ketempat Kebo Sindet menjeberang. Sedjenak laki2 tua itu tampak ragu ragu, tetapi kemudian ia bergumam " Tidak ada djalan lain. Umur jang ada ini sudah terlampau banjak. Biarlah aku mentjoba berbuat sesuatu sebelum aku kehilangan kesempatan.
Perlahan-lahan laki2 tua itu mentjelupkan kakinja kedalam air. Dengan sangat hati2 kaki itu meraba-raba djalan jang akan dapat dilaluinja menjeberangi rawa2 itu.
" Disini Kebo Sindet tadi membelok sedikit kekiri " katanja didalam hatinja, sedang kakinjapun masih djuga terus meraba-raba mentjari tumpuan jang tjukup keras.
Tetapi laki2 tua itu tidak dapat melihat Kebo Sindet dalam djarak jang agak djauh, karena kabut jang se-olah2 masih sadja bergulung-gulung diatas rawa2 itu. Meskipun semakin tinggi matahari kabut itu mendjadi semakin tipis, tetapi masih djuga se-olah2 sebuah tirai putih jang membatasi pandangan matanja.
Kini orang tua itu harus mendjadi semakin hati". Setapak demi setapak ia madju. Sekali2 terasa kakinja terperosok kedalam lumpur, sehingga ia harus melangkah surut.
" Hem " desahnja " berapa hari aku akan sampai ke seberang rawa2 ini. Kalau aku bertemu dengan Kebo Sindet sebelum aku mengindjakkan kakiku diatas tanah, maka aku pasti akan didjadikan permainannja. Ia pasti lebih mengenal rawa2 ini dari padaku. Tetapi untuk sampai ketanah itu pun aku memerlukan waktu jang pasti tjukup lama.
Lambat sekali laki2 tua itu me-raba2 dengan kakinja.
Setapak ia madju, tetapi kadang2 ia harus surut beberapa
langkah ketika kakinja tidak lagi menemukan tanah jang
tjukup keras dihadapannja. Bahkan kadang2 ia kehilangan
djalan dan ia harus berdiri sadja beberapa lama ditempatnja.
Menarik nafas dalam2 sambil mengusap keningnja jang basah
oleh keringat. Kemudian kembali kakinja berusaha untuk menemukan tempat berpidjak.
" Tetapi aku tidak boleh berputus-asa. Kalau hari ini aku belum berhasil, maka besok harus aku teruskan. Di-tengah2 rawa ini banjak pepohonan jang dapat aku pakai untuk bersembunji sebelum aku menemukan djalan. " berkata orang tua itu didalam hatinja. Tetapi kemudian ia mendjadi ragu2 " Apakah ada djalan jang dapat sampai kepada setiap pohon2an itu "
Laki2 tua itu menggelengkan kepalanja. Desisnja " Gila benar Kebo Sindet. Ia menemukan tempat persembunjian jang se-baik2nja.
Sementara itu kabut jang tipis mendjadi semakin tipis sedang matabari telah terlampau tinggi menggantung dilangit. Hampir sampai kepuntjaknja. Tetapi pandangan mata laki2 tua itu masih djuga dikaburkan oleh selembar2 kabut jang se-akan sedang bergeser naik.
Tetapi tiba2 sadja dada laki2 tua itu mendjadi ber"debar2. Beberapa puluh langkah daripadarja, ia melihat permukaan air bergetar. Semakin lama semakin dekat. Dilihatnja sebuah benda jang ber-gerak2 diatas permukaan air, kemudian seleret tubuh jang berenang membuat gelombang2 ketjil.
" Hem ular air hitam " desis laki2 tua itu:
Semakin dekat laki2 tua itu melihat bahwa ular itu ternjata tjukup besar. Hampir sebesar lengan tangannja. Tetapi laki2 tua itu tidak mengganggunja. Bahkan ia berdiri sadja tegak seperti patung, sehingga ular itu meluntjur beberapa langkah daripadanja. Dan ular itu berpalingpun sama sekali tidak.
" Terlampau banjak bahaja di-rawa2 ini. " desisnja.
Ketika ular itu sudah semakin djauh, maka kakinjapun digerakkannja lagi. Setapak demi setapak. Namun sekali lagi ia terkedjut. Kali ini ia tidak diganggu oleh ular air. seperti jang baru sadja dilihatnja. Untunglah bahwa ia mampu bergerak tjukup tjepat tanpa meninggalkan sikap hati2. Ketika seekor ular hidjau menjambarnja dari sebatang pohon, maka ia tidak sempat menghindarinja. Tetapi agaknja ular itu tidak melepaskannja. Demikian ular itu tedjun kedalam rawa2, maka segera binatang itu berenang dan menjerang laki2 tua itu lagi. Kali ini tidak ada pilihan lain dari padanja ketjuali melawan tanpa terperosok kedalam lumpur. Dengan sebuah ajunan belati pandjangnja, ia segera dapat memotong leher ular. Tetapi dengan demikian darah ular itu menjembur dari tubuhnja dan mewarnai air rawa itu serta menjebarkan bau nja jang chusus.
Laki2 tua itu menarik nafas dalam2. fa mendjadi semakin jakin bahwa bahaja jang dihadapinja memang terlampau besar. Tetapi ia sudah bertekad untuk melakukannja.
Ketika laki2 tua itu mengangkat wadjahnja, maka dilihatnja kabut sudah mendjadi tipis, bahkan sudah hampir lenjap sama sekali. Tetapi sedjalan dengan itu, merajap pulalah keketjewaan didalam hatinja.
" Oh - ia mengeluh - sudah hampir sampai tengah hari aku berdiam diri. Madju mundur, madju mundur. Ternjata aku baru mentjapai djarak beberapa langkah sadja dari tepi.
Dengan sorot mata jang suram dipandanginja tepi rawa2 itu. Masih dilihatnja perdu tempat ia bersembunji ketika Kebo Sindet lewat, kemudian terdjun kedalam rawa2 ini.
Ia menundukkan kepalanja ketika dilihatnja warna2 merah jang se-olah2 mendjalar diwadjah air berlumpur itu. Ternjata darah ular hidjau jang telah dibunuhnja telah terperas dari dalam tubuhnja.
Tetapi tiba2 laki2 tua itu terkedjut. Ia mendengar suara orang ter-batuk2. Tidak seperti ladjimnja, tetapi menurut pendengarannja agak terlampau keras. Karena itu maka segera ia menegakkan kepalanja. Ditjobanja untuk mengetahui arah suara itu. Achirnja ia memutar dirinja, menghadap kearah sebuah perdu dipinggir rawa2 itu. Dari sana ia menduga, seseorang telah sengadja memberitahukan kehadirannja.
" Siapa kau " " desis laki2 tua itu.
Tetapi ia tidak segera mendengar djawabannja. Namun tiba2 ia melibat gerumbul itu menguak, dan dilihatnja sesosok tubuh keluar dari rimbun perdu itu. Meskipun djarak mereka agak djauh, tetapi segera mereka dapat mengenal jang satu dengan jang lain.
Wadjah laki2 tua itu mendjadi tegangi Terdengar suaranja bergetar " Kau"
" Ja mPu " djawab orang jang baru datang itu.
" Kau djuga berada disini "
" Ja mPu. " Dan kau tidak berbuat apa2 "
" Kemarilah. Agak tjepat sedikit
" Kenapa " " Tinggalkan tempat itu.
" Apakah Kebo Sindet akan datang "
" Tidak. Aku jakin bahwa kau sedang mentjarinja, karena itu kau tidak perlu menghindar seandainja ia jang datang.
" Lalu apa jang harus aku hindari disini"
" Darah ular itu berbahaja bagimu mPu.
" Apakah darah itu mengandung bisa"
" Tidak. Tetapi bau darah itu telah memanggil berbagai binatang air jang lain. Binatang2 air jang buas. Buaja2 kerdil, atau sedjenis kada!2 air jang berbisa.
" Ah " laki2 tua itu mengerutkan keningnja. Peringatari itu. dapat dimengertinja. Darah memang dapat memanggil binatang2 buas dari segala djenis. Didarat, diudara mau pun didalam air.
Meskipun demikian ia berkata " Hem, apakah kau akan membuat perhitungan dengan aku sebelum aku bertemu dengan Kebo Sindet.
Sindet dan menantangnja bertempur sampai salah seorang dari kalian mati. Tetapi sebelum itu kau harus banjak menghemat tenaga. Djangan kau biarkan dirimu ditjintjang oleh buaja2 kerdil, kadal2 air dan u2ar2 hitam. Kemarilah tjepat sebelum kau terlambat, Darah itu telah menjebarkan baujang segera dapat dikenal oleh bina tang 2 air.
Laki2 tua itu ragu2 sedjenak. Tetapi tanpa sesadarnja ia madju mendekati orang jang berdiri dipinggir rawa. Se"langkah^ dan dengan sangat hati2.
" Tjepat sedikit " Supaja aku terperosok dan terbenam kedalam lumpur.
Ternjata laki2 tua itu sama sekali tidak kehilangan ke
tenangannja. Namun dadanjapun berdesir ketika ia melihat
wadjah air jang buram itu se-olah2 mendjadi berkerut-merut.
Terpaksa laki2 tua itu mempertjepat langkahnja. Tetapi ia tidak berani ter-gesa2 sekali supaja kakinja tidak terperosok.
" Ah - orang jang berdiri ditepi rawa itu berdesah " kau terlampau lamban;
Dan tiba2 sadja orang itupun segera melontjatj kedalam air, berdjalan tjepat2 menjongsong laki2 tua jang berdjalan sambil meraba2 dengan kakinja.
" Marilah - berkata orang jang baru datang - ikutlah dibelakangku. Kau pasti tidak akan terperosok kedalam lumpur.
Melihat sikap orang itu, maka dada laki2 tua itu berdesir. Dengan demikian ia menjadari bahwa bahaja benar2 sedang mengantjamnja, sehingga iapun kemudian dengan tanpa ragu2 lagi berdjalan pula tjepat2 meninggalkah tempat itu.
Ternjata waktu hanja terpaut sekedjab. Belum lagi mereka tjukup melangkah sepuluh kali, maka mereka telah melihat sesuatu tersimbul kepermukaan air noda darah diair jang keruh itu.
" Lihat - desis orang jang membawa laki2 tua itu menepi -- sebentar lagi akan terdjadi permainan jang mengasikkan.
Ketika mereka mendjadi semakin djauh, maka merekapun memperlambat langkah mereka. Ketika mereka berpaling, maka dada merekapun mendjadi ber-debar2.
Dari beberapa pendjuru kedua orang itu melihat benda2 jang tersembul diatas permukaan air seolah-olah meluntjur dengan ladjunja mendekati warna merah jang semakin banjak menodai wadjah rawa2 jang buram itu. Sedjenak kemudian air rawa itupun memertjik dan tubuh ular jang mati itu seolah-olah terlempar kepermukaan air. Namun sedjenak kemudian terdjadilah suatu peristiwa jang menegangkan wadjah kedua orang itu.
Mereka melihat beberapa ekor binatang air desak mendesak berebut bangkai ular jang terlampau ketjil bagi mereka. Tetapi agaknja bau darah telah membuat binatang2 air itu mendjadi buas, sehingga merekapun kemudian berkelahi satu dengan jang lain.
Beberapa djenis buaja2 kerdil, sedjenis biawak berleher dan bahkan ular hitam jang berkulit mengkilat tampak djuga bergumul diantara mereka. Terdengar suara binatang2 itu seperti sedang me-mekik2 karena marah. Mereka semakin lama mendjadi semakin liar dan saling menggigit.
Sedjenak kemudian darah jang memerahi wadjah air jang berwarna lumpur itu mendjadi semakin banjak. Tidak sadja dari tubuh ular jang mati dibunuh oleh Iaki2 tua itu, tetapi darah jang mengalir dari tubuh2 binatang jang sedang berkelahi.
Binatang2 jang tidak dapat mempertahankan dirirja segera mati terbunuh dan tubuhnja dikotakkan oleh binatang binatang jang lain.
" Marilah kita ketepi " adjak orang jang datang kemudian.
" Mengerikan " desis laki-laki tua itu.
" Untunglah kau telah meninggalkan tempat itu mPu. Kalau tidak maka kaupun akan ikut serta bergumul bersama mereka. " sahut jang lain " Seandaianja dasar sungai ini tidak berlumpur dan gembur, aku tidak akan mentjemaskan nasibmu. Aku melihat kau membawa sehelai pedang dan sehelai pisau belati pandjang. Binatang2 itu pasti tidak akan dapat mendekatimu. Tetapi dasar rawa2 ini adalah lawan jang hampir tak terkalahkan. Itulah sebabnja aku minta kau menghindar.
Laki2 tua itu mengangguk-anggukkan kepalanja. Kemu dian dengan menarik nafas dalam-dalam ia berdjalan mengikuti orang jang memberi petundjuk kepada sambil bergumam " Terima kasih. Aku kira bagiku lebih baik langsung berkelahi melawan Kebo Sindet dari pada melawan buaja buaja kerdil itu.
" Orang jang berdjalan dimukanja tersenjum " Bagi kami, maksudku, aku dan Kebo Sindet, hal2 jang serupa itu telah dapat kami kenali, sehingga kami akan dapat segera menghindarinja. Hal2 sematjam itu pulalah agaknja jang telah melindungi Kebo Sindet dari segala matjam kemungkinan jang membahajakan: Hampir tidak ada orang lain jang dapat sampai ketempatnja dengan selamat.
" Ja, aku sudah melihatnja sendiri " sahut laki2 tua itu " Karena itu maka aku berterima kasih kepadamu. Aku akan menunggu sadja Kebo Sindet keluar dari sarangnja. Aku akan menemuinja dan menantangnja untuk berkelahi. Tetapi tidak dengan Kuda-Sempana. Aku ingin mentjoba dan memperbandingkan, apakah aku masih djuga mampu mengimbangi kekuatannja.
" Tetapi kau tidak akan mendapat kesempatan itu " djawab orang jang membawanja menepi " Kuda-Sempana selalu dibawanja kemana ia pergi.
" Kenapa" " Kebo Sindet mentjemaskan nasib Mahisa Agni. Kalau Kuda-Sempana ditinggalkannja, maka ia akan melepaskan dendamnja kepada Mahisa Agni. Mungkin anak itu akan dibunuhnja atau disiksanja sampai mati.
" Apakah Mahisa Agni tidak mendapat kesempatan untuk melawan.
" Kesehatannja belum pulih kembali sedjak ia datang dalam keadaan jang sangat parah.
" Ah itu terdjadi beberapa waktu jang lampau. Waktu jang pandjang ini aku rasa telah tjukup baginja untuk mendapatkan segala kekuatannja.
" Mungkin apabila Mahisa Agni itu berada dipadang Karautan. Tetapi ia berada disarang Kebo Sindet.
Laki2 tua itu meng-angguk2kan kepalanja. Lalu tiba2 ia bertanja " Bagaimana dengan mPu Gandring " Apakah ia tidak berbuat sesuatu seperti kau tidak berbuat apa2 selain menonton dan mengamati sadja "
" mPu Gandring telah pernah mentjoba pula seperti apa jang kau lakukan. Tetapi iapun tidak dapat segera menemukan djalan kesarang iblis itu.
" Dan mPu tukang keris itu mendjadi berputus asa dan mengurungkan niatnja untuk menolong kemanakannja "
" Tidak. Aku telah menemuinja pula seperti aku menemui sekarang. Aku minta mPu Gandring meninggalkan sadja tempat ini seperti aku ingin minta pula kepadamu. Serahkan Mahisa Agni kepadaku.
" He " laki2 tua itu mengerutkan keningnja. Sementara itu mereka telah sampai diatas tanah jang lembab dan litjin. Sedjenak kemudian mereka telah berada ditepi rawa2 itu.
Ketika mereka telah menghibaskan kaki2 mereka, maka merekapun kemudian berpaling. Lamat2 mereka masih melihat air jang bergolak.
" Binatang2 itu masih bergumul. " desis orang jang membawa laki2 tua itu menepi.
" Ja " sahut laki2 itu " ternjata darah ular itu telah memantjing bergulatan jang tidak menentu diantara binatang2 air itu.
" Pergumulan itu akan berlangsung lama. Semakin lama semakin banjak. Tetapi achirnja mereka akan berhenti dengan sendirinja apabila sebagian terbesar dari mereka telah mendjadi luka2 dan lari meninggalkan pergumulan itu. Hanja ular2 hitamlah jang biasanja paling betah berkelahi. Tidak untuk mangsa, tetapi hanja sekedar melepaskan nafsu menjerangnja sadja.
Laki2 tua itu meng-angguk2kan kepalanja. Dengan dada jang masih ber-debar2 dipandanginja air jang masih sadja bergolak, meskipun tidak begitu djelas lagi.
Tetapi tiba2 ia berpaling memandangi orang jang telah membawanja menepi, katanja " Apakah jang kau katakan tadi " Kau minta mPu Gandring mengurungkan niatnja untuk menolong kemanakannja " Dan kau sekarang djuga akan berbuat serupa kepadaku "
" Ja mPu " djawab orang itu.
Laki2 tua itu mengerutkan keningnja. Sekali2 ia masih djuga memandang kearah buaja2. kerdil jang saling berkelahi dengan binatang2 air jang liar lainnja.
" Kau aneh " kemudian laki2 tua itu berkata " kalau demikian apakah kau ingin melihat Mahisa Agni itu mati per-lahan2, disarang Kebo Sindet " Kau halangi orang jang akan menolongnja, tetapi kau sendiri tidak berbuat apa2. Pada hal agaknja kau sudah mengenal djalan didalam rawa2 ini seperti djuga Kebo Sindet mengenalnja.
Ja, aku memang sudah mengenal djalan2 didalam air itu. Disini ada tiga djalan jang dapat ditempuh. Djarak dari ketiganja itu tidak terlampau djauh. Disini, ditempat Kebo Sindet tadi masuk, kemudian kira2 limapuluh langkah dari sini, dan jang lain kira2 dalam djarak jang sama sebelah lain. Djalan ini adalah djalan jang tengah.
" Ah, kau malah bertjeritera tentang djalan menudju kesarang itu. " sahut laki2 tua " kenapa kau tidak mengantarkan sadja mPu Gandring kesana "
Orang itu menggeleng " Aku tidak dapat melakukannja, supaja Mahisa Agni tidak dibunuhnja. Kalau Kebo
Sindet melibat seorang dari kita datang kepadanja, mungkin mPu Gandring, mungkin kau dan mungkin aku, maka jang per-tama2 dilakukan sebelum melawan salah seorang dari kita adalah membunuh Mahisa Agni, atau ia memerintahkan kepada Kuda-Sempana untuk membunuhnja selama ia melajani salah seorang dari kita.
Laki2 tua itu mengerutkan keningnja. Lalu katanja " Kalau begitu kita pergi berdua. Seharusnja sudah kau lakukan ber-sama2 dengan mPu Gandring. Salah seorang dari kita melawan Kebo Sindet, jang lain berusaha menolong Mahisa Agni. Kalau perlu membinasakan Kuda-Sempana.
Raja Tengkorak 1 Satria Gendeng 21 Pertapa Cemara Tunggal Keris Kutukan Iblis 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama