Ceritasilat Novel Online

3600 Detik 2

3600 Detik Karya Charon Bagian 2


tiap tahun sekolah mengadakan malam kesenian. Kali ini aku jadi salah satu panitia nya!" "Selamat, kalau begitu!" kata Sandra. "Kau harus ikut!" seru Leon riang. "Tidak!" kata'y tegas. "Oh, ayolah! Pasti akan menyenangkan!" kata Leon tertawa. "Aku tidak punya bakat seni!" tandas Sandra. "Bagaimana kau tahu kalau kau tidak mencoba"" "Percaya deh, aku benar-benar payah di bidang seni, Leon!" "Minggu lalu aku mengikuti keinginanmu untuk pergi ke rumah sakit. Jadi kali ini kau harus ikut. Sebagai panitia aku diharuskan merekrut orang untuk ambil bagian pada malam kesenian ini. Aku belum mendapatkan satu orang pun!" "Seharus nya itu jadi petunjuk kalau tidak semua orang punya bakat seni!" kata Sandra.Leon tertawa. "Ini acara sekolah terakhir untuk kita. Tahun depan kita sudah tidak berada di sekolah ini lagi. Jadi ikut, ya"" "Omong-omong, kau mau menyumbang apa"" tanya Sandra. "Aku seperti biasa, main piano!" Leon tertawa. "Jadi, kau mau ikut""Sandra tersenyum manis dan menjawab. "Tidak!"Leon cemberut. "Ayolah!!"Sandra tetap menggeleng. "Kau tidak mau melakukan nya untukku"" Leon memohon lagi. "Begini, Leon... aku tidak mau mengikuti acara seperti ini." Kata Sandra. "Kau bisa meminta yang lain, tapi jangan yang ini, oke"" "Ah. aku tahu!" kata Leon. "Kau takut, ya" Demam panggung atau kau takut orang-orang menertawakanmu" Ternyata Sandra yang aku kenal seorang penakut." Sandra langsung marah. "Aku tidak demam panggung! Dan aku bukan penakut!" "Kalau begitu buktikan!" balas Leon senang.Tiba-tiba Sandra sadar Leon hanya berusaha memancing kemarahan nya. "Tunggu dulu. ini tidak akan berhasil, Leon. Aku tidak mau ikut!"Leon mendesah putus asa. "Bagaimana kalau kita taruhan lagi" Genap arti nya kau ikut malam kesenian, kalau ganjil arti nya kau tidak ikut!"Sandra memandang Leon dengan curiga. "Baiklah!" kata Sandra. "Tapi kali ini aku yang memetik bunga nya!" "Oke!" kata Leon. "Kalau ganjil kau tidak akan mengungkit soal ini lagi!" kata Sandra. "Aku janji!" kata Leon.Sandra mengambil setangkai bunga melati dan mulai menghitung kelopak nya. Genap.Senyum Leon semakin lebar. "Besok sepulang sekolah ada latihan. Kau bisa memilih salah satu pentas yang akan dimainkan. Selamat bersenang-senang!"Sandra menggerutu kesal. "Kenapa aku selalu kalah darimu"" "Itu karena aku memang ahli taruhan!" kata Leon. "Ahli dari mana"" "Sandra..." kata Leon. "Aku selalu bertaruh setiap hari untuk hidupku dan sampai saat ini aku selalu menang, bukan""Sandra terdiam lama. "Baiklah aku mengaku kalah." Kata Sandra.Leon bertepuk tangan. "Ayo semangatlah." *** Sementara itu di sebuah hotel bertingkat, seorang wanita sedang menatap foto di meja nya. Foto tersebut adalah putrid nya, Sandra. Sesaat yang lalu dia menelepon wali kelas anak nya untuk menanyakan kabar Sandra dua minggu belakangan ini.Baru kali ini ada sekolah yang bisa menampung Sandra lebih dari dua minggu. Beberap hari ini putrid nya sudah jarang keluar. Tidak pernah lagi pergi ke kelab malam.Widia menelepon sekretaris nya. "Hari ini aku mau pulang lebih cepat, tolong batalkan semua pertemuan malam hari!"Semenjak bercerai dengan suami nya, Widia sudah mencoba meluangkan waktu bagi Sandra. Tapi putrid nya tidak mau menerima sama sekali.Sepulang nya dari kantor, Widia naik ke atas, ingin berkunjung ke kamar putrid nya. Widia membuka pintu tersebut.Sandra belum pulang, kata nya dalam hati.Widia memandang kamar Sandra sekali lagi sebelum menutup pintu kamar tersebut. Tidak ada nya aroma rokok di kamar tersebut telah membuat nya tersenyum. Sandra telah berubah.***Ini mimpi buruk!!! Keluh Sandra dalam hati.Sandra memasuki ruangan demi ruangan tempat latihan malam kesenian berlangsung.Sandra memasuki kelas terakhir. Kelas drama. Seorang guru sedang menulis di papan tulis. "Baiklah." Guru tersebut memulai. "Saya ulang dulu. Kita akan mementaskan legenda Candi Prambanan. "Karena tidak ada pilihan lain lagi, Sandra memasuki kelas terakhir itu. "Sandra..." kata guru pelatih drama. "Apa yang kau lakukan di sini"" "Saya mau ikut pentas drama ini!" kata Sandra.Sang guru mendesah. "Sayang sekali semua peran sudah
terisi!"Sandra terdiam. Tiba-tiba dia tersenyum. "Saya rasa masih ada satu peran lagi yang bisa saya mainkan!" kata Sandra yakin.***Setengah jam kemudian Sandra menemui Leon yang sedang berlatih di ruangan musik. Suara piano Leon memenuhi ruangan musik tersebut. Ketika lagu berakhir Sandra bertepuk tangan. "Lagu apa tadi"" tanya Sandra. "Beethoven, Moonlight Sonata." Sandra duduk di samping Leon. "Tertarik untuk main duet"" "Dengan dirimu sebagai pasangan main nya"" tanya Leon, bergidik ngeri. "Aku rasa tidak. Bisa-bisa julukanku sebagai pianis hilang gara-gara kau!"Sandra tertawa. "Jadi kau sudah tahu mau melakukan apa malam kesenian nanti"" tanya Leon.Sandra mengangguk. "Kau iku apa"" Leon penasaran. "Aku ikut pentas drama!" kata Sandra. "Drama"!" tanya Leon curiga. "Benar nih"" Sandra mengangguk tegas. Leon tersenyum. "Aku jadi penasaran ingin melihat nya!" "Kau akan melihat nya di malam kesenian nanti!" kata Sandra. "Drama nya tentang apa"" tanya Leon. "Legenda Candi Prambanan!" "Legenda yang menarik!" komentar Leon. "Kau berperan jadi siapa""Sandra tersenyum misterius. "Kau pasti tidak akan menyangka nya!"Selama sebulan berikut nya, Sandra merenungkan hari-hari nya. Dia tidak menyangka akan betah di sekolah baru nya. Setiap pulang sekolah dia harus ikut berlatih drama.Sandra masih menganggap acara ini konyol. Apalagi sekarang saat dia berdandan memakai pakaian daerah tradisional Jawa, lengkap dengan sanggul nya. "Kau terlihat berbeda malam ini. " Kata suara di belakang nya. Sandra menengok ke belakang dan tampak Leon yang mengenakan jas hitam. "Kau tahu aku benar-benar menyesal melakukan taruhan itu denganmu!" kata Sandra kesal.Leon menahan senyum nya. "Ayolah! Acara ini kan sangat bagus untuk melihat bakat seni yang dimiliki para murid!"Sandra hanya mendengus kesal. "Sudah saat nya kita ke belakang panggung untuk bersiap-siap." Kata Leon. "Ya!" kata Sandra masih kesal. "Berdasarkan urutan acara, drama yang aku mainkan akan berada pada acara puncak. Permainan pianomu di urutan ke berapa"" "Urutan ketiga!" kata Leon. "Ayo, kita bersiap-siap." Ajak Sandra. Acara dimulai dengan pembacaan pidato oleh Kepala Sekolah. Lalu diikuti lagu mars sekolah yang dinyanyikan oleh paduan suara. Setelah itu giliran Leon untuk memainkan lagu dengan permainan piano nya. Lagu Moonlight Sonata yang syahdu membuat penonton hening.Tiba-tiba Leon berhenti memainkan piano dan tangan nya meraih dada sambil bernapas terengah-engah. Sandra langsung berlari ke arah Leon, begitu juga para guru. "Leon!!!" teriak Sandra panik. "Kau kenapa!!!""" Guru kesehatan memeriksa denyut jantung Leon. "Kita harus membawa nya ke rumah sakit sekarang juga!" "Aku ikut!" teriak Sandra. "Tidak!" kata Leon lemah. "Kau harus tinggal dan menyelesaikan peranmu!" "Tapi, Leon." "Tidak!" jawab Leon.Sesuatu pada tatapan mata Leon membuat Sandra tidak berlari untuk menemani nya ketika para guru menggotong dan membawa pemuda itu keluar dari gedung. Leon meminta Sandra untuk menyelesaikan peran nya. Leon, aku akan mengikuti kenginanmu, kata Sandra dalam hati.Sandra menunggu di belakang panggung sambil berjalan mondar-mandir. "Sandra..." kata seseorang di belakang nya. "Sekarang giliranmu!" Setelah menyelesaikan peran nya dia bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju.Dia berlari ke depan sekolah dan menghentikan taksi. Setelah tiba di rumah sakit Sandra menanyai petugas rumah sakit di kamar mana Leon dirawat.Sandra berjalan menuju kamar Leon. Dibuka nya pintu perlahan. Sandra panik seketika. Tidak ada seorang pun yang berbaring di ranjang. Apakah Leon berada di ruang operasi atau.Untuk pertama kali nya pertama satu tahun terakhir ini, Sandra ketakutan setengah mati. "Leon." seru Sandra hampir menangis.Seseorang menepuk punggung nya dari belakang. "Drama nya sudah selesai"" Sandra langsung membalikkan badan'y dan memeluk Leon. "Syukurlah kau tidak apa-apa. Aku kira kau." Sandra tidak menyelesaikan kalimat nya.Leon melepaskan pelukan Sandra. "Aku tidak apa-apa. Hanya kelelahan saja. "Sandra membantu Leon berbaring di tempat tidur. "Kau benar-benar membuatku khawatir!" Leon han
ya tersenyum mendengar ucapan Sandra. "Aku benar-benar berharap aku bisa menyaksikan akting perdanamu!" kata Leon menyesal. "Kau tidak kehilangan banyak kok!" kata Sandra pelan. "Berhubung kau sudah di sini, bagaimana kalau kau memerankan salah satu adegan dalam dramamu!" "Baiklah!" kata nya. "Tapi janji kau tidak akan protes!" "Aku janji!"Sandra menarik napas panjang-panjang dan mempersiapkan diri.Setelah lima menit tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut Sandra, Leon jadi tidak sabar. "Kau sudah selesai belum sih melakukan persiapan nya" Kok lama sekali""Sandra tertawa tertahan. "Leon, akting itu tidak mudah, perlu penjiwaan." "Oke." Kata Leon. "Aku mengerti. Pasti berperan sebagai Roro Jonggrang sangat sulit bagimu. Apalagi ini pertama kali bagimu." "Oke!" kata Sandra.Dia menarik napas kemudian merapatkan kedua tangan nya di depan dada nya.Leon memerhatikan Sandra dengan perasaan tertarik.Sandra terdiam selama satu menit. "Bagaimana aktingku"" Leon melongo. "Akting apa" Kau tidak berbicara sama sekali!" "Aku memerankan Roro Jonggrang pada adegan terakhir, ketika dia menjadi patung!" Sandra menjelaskan. "Kalau begitu adegan yang lain." "Adeganku cuma itu." "HAH"!!" tanya Leon bingung. "Aku kan sudah bilang, secara teknis aku memang bermanin jadi Roro Jonggrang. Maksudku yah. jadi patung nya, begitu!" "Jadi selama ini sewaktu aku mengira kau berlatih drama dengan serius, kau hanya mendapat peran di akhir cerita" Dan tidak berbicara apa-apa"" "Hei! Kau bilang kan yang penting aku ikut berpartisipasi. Nah, aku sudah ikut, kan"" "Rupa nya kau mengakaliku!" kata Leon sebal. "Iya, memang!" kata Sandra tertawa penuh kemenangan. "Tapi aku sudah menepati janjiku, kan" Aku ikut berpartisipasi di malam kesenian!" "Aku rasa hanya kau yang kepikiran untuk melakukan hal ini!" kata Leon, berusaha menahan tawa. "Sudah malam!" kata Sandra sambil melihat jam di kamar. "Ya! Sebaik nya kau segera pulang!" "Oke, aku pulang dulu! Besok kau sudah bisa keluar dari rumah sakit, kan""Leon mengangguk. "Sandra." kata Leon sebelum Sandra keluar dari pintu. "Aktingmu tadi adalah akting terbaik yang pernah aku lihat, walaupun aku tidak menyangka nya sama sekali!"Sandra tertawa geli. "Terima kasih! Sampai jumpa besok!" Seminggu kemudian, Sandra berjalan mondar-mandir dengan gelisah di depan kantor mama nya.
"Sandra! Mama senang kau datang kemari!" kata Widia saat Sandra tiba di dalam kantor mama nya.
Sandra berjalan memasuki ruangan kerja mama nya. Di meja kantor tersebut terdapat foto nya saat berumur sepuluh tahun.
Sandra duduk di hadapan mama nya. Kali ini Sandra benar-benar merasa canggung.
"Ada masalah, Sandra"" tanya Widia.
"Begini. Ma. temanku mau berulang tahun dan aku. aku tidak punya baju untuk pergi ke sana!"
Widia tersenyum mengerti. "Kau mau minta bantuan Mama untuk membelikan baju pesta untukmu""
Sandra mengangguk. "Aku belum pernah membeli baju pesta sebelum nya. Tapi kalau Mama sibuk, tidak apa-apa! Aku bisa."
"Sandra!" sela Widia. "Mama akan dengan senang hati membantumu mendapatkan baju pesta yang cocok untukmu!"
"Apakah aku tidak menganggu pekerjaan Mama"" tanya Sandra perlahan.
"Saat ini tidak ada yang lebih penting daripada mencarikan baju pesta untuk putriku!" kata Widia. "Ayo!" kata nya sambil mengambil dompet nya. "Kita berburu baju!"
Mereka keluar masuk dari satu toko ke toko yang lain. Sampai akhir nya, Sandra berhenti di sebuah toko dan memandang baju yang ada di etalase. Mama Sandra tertawa pelan. Mereka sudah menemukan baju yang tepat.
"Ayo, kita masuk!" kata'y pada Sandra.
Saat Sandra mengenakan baju yang dilihat nya setengah jam kemudian, gaun berwarna merah dengan kedua tali tipis di bahu nya.
"Mama rasa kita sudah menemukan gaun yang cocok!" kata Widia senang.
"Ma, warna nya tidak terlalu terang, kan"" tanya Sandra.
Widia menggeleng. "Tidak! Sangat cocok untukmu!"
Sandra tiba di rumah dan cepat-cepat mandi untuk mengenakan baju tersebut. Terdengar ketukan di pintu kamar nya.
"Ya!" kata Sandra sambil melihat bayangan nya di cermin.
Mama masuk dan memandang putri
d nya. Lalu dia mendudukkan Sandra di kursi rias. "Sekarang! Duduk dan tutup matamu! Mama akan mendadanimu!"
Widia mendandani putrid nya dengan perasaan senang.
"Kau boleh membuka matamu sekarang!" kata nya.
Sandra membuka mata nya dan menatap muka nya di cermin. Wajah yang memandang nya benar-benar cantik.
"Ah, Mama hampir saja lupa!" kata nya. Dia memasangkan anting-anting perak ke telinga Sandra. "Cantik!"
Tatapan Sandra jatuh pada jam dinding di kamar nya. Sudah jam setengah delapan.
"Aku telat!" teriak Sandra. "Pesta nya dimulai jam tujuh! Aku harus pergi!"
Widia menenangkan anak nya. "Sudah ada taksi yang menunggu di depan rumah!"
Sandra berlari mengambil sepatu nya dan memakai nya. Lalu dia mengambil kado yang sudah terbungkus di atas tempat tidur nya. Sandra menoleh ke mama nya.
"Terima kasih, Ma!" kata nya canggung. Lalu dia bergegas naik taksi. Dari atas jendela kamar anak nya, Widia memandang putrid nya yang berlari ke arah taksi. Putriku sudah besar, desah nya dalam hati.
"Selamat bersenang-senang, Sandra." Kata nya kemudian.
*** Leon memandang kerumunan orang di depan nya. Dia sudah meniup lilin dan memotong kue, tetapi tamu yang dia harapkan belum datang juga. Apakah dia tidak akan datang" Tanya nya dalam hati. Tentu saja Leon akan kecewa jika Sandra tidak datang.
Sandra keluar dari taksi sambil mengeluh. Sepatu hak tinggi nya telah membuat nya harus berjalan perlahan-lahan. Rumah Leon lebih besar dari rumah nya. Para tamu terlihat sudah berdatangan.
Sandra merapikan gaun nya dan berjalan sambil mengernyit. Sepatu nya benar-benar membuat nya sengsara.
Ketika Sandra memasuki rumah Leon semua mata memandang ke arah nya. Sandra berjalan sangat cepat melewati mereka.
Mata nya mencari-cari Leon di antara kerumunan orang di depan nya.
"Kau seperti nya tidak menikmati pesta ini!"
Leon menoleh ke belakang dan mendapati papa nya sedang mendekati nya.
"Bukan seperti itu, Pa!" kata Leon. "Pesta nya meriah. Mama telah mempersiapkan nya dengan sempurna. Aku harus berterima kasih pada Mama nanti!"
"Lalu kenapa kau melamun di sini"" Tanya nya lagi.
"Aku sedang menunggu seseorang!" kata Leon.
"Sandra bukan"" tanya papa nya sambil tersenyum mengerti.
Leon mengangguk. Tiba-tiba mama nya menghampiri. "Leon, kenapa kau tidak bergabung dengan teman-temanmu di taman""
Leon menatap mama nya sambil tersenyum. "Nanti Leon ke sana!" kata nya lembut. "Saat ini aku masih ingin berada di sini!"
"Kenapa" Ada yang kurang dengan pesta nya"" tanya mama nya.
Leon mencium lembut pipi mama nya. "Pesta nya sempurna, Ma! Terima kasih sudah repot-repot menyiapkan pesta ini untuk Leon!"
Mama nya tersenyum senang. Lalu menarik tangan anak nya ke depan beranda. "Kau tidak mau menyapa mereka"" Tanya nya sambil menunjuk teman-teman Leon di bawah beranda. "Mereka mengatakan pada Mama kalau mereka ingin mengucapkan selamat padamu!"
Leon melihat kerumunan orang dibawah nya dengan tatapan malas. Namun, tiba-tiba pandangan nya jatuh pada gadis yang mengenakan baju merah. Leon tersenyum melihat nya.
"Mama benar!" kata Leon senang. "Sudah saat nya Leon ke bawah!"
Mama bingung melihat Leon secepat kilat turun ke bawah. "Kenapa dia"" Tanya nya pada suami nya. "Tadi dia tidak mau turun ke bawah, kenapa sekarang tiba-tiba dia antusias sekali""
Suami nya hanya tersenyum, ia menunjuk Leon yang berlari ke arah gadis bergaun merah. "Teman yang ditunggu'y sudah datang!" Mama Leon mengikuti pandangan suami nya ke arah bawah.
Sandra menarik napas sambil menutup mata nya.
"Akhir nya kau datang juga!" kata suara yang dikenal nya.
Sandra menatap Leon dengan kagum. Leon tampak sangat tampan dengan kameja biru dan jas hitam. "Kau cantik sekali! Benar-benar berbeda dari Sandra yang kukenal!"
Sandra tersenyum sambil tersipu malu. "Terima kasih!"
Leon meraih tangan Sandra dan mengajak nya masuk ke rumah. "Ayo masuk!"
Sandra tertatih-tatih mengikuti langkah cepat Leon. Ketika sampai di ruang tamu, Leon menyuruh Sandra duduk.
"Kau mau minum apa""
Sandra mengge leng. "Aku belum haus. Nanti saja! Ini hadiah untukmu!" kata nya sambil memberikan kado berwarna biru.
"Terima kasih!" kata Leon, seraya mengambil hadiah tersebut.
"Mungkin hadiah nya tidak sebagus hadiahmu untukku minggu lalu!" kata Sandra pelan.
Leon tersenyum. "Aku tidak peduli! Apa pun yang kau berikan untukku, aku pasti menyukai nya!
Sandra ikut tersenyum. Leon menggoyangkan hadiah yang diberikan Sandra. "Lumayan berat untuk kado sekecil ini!"
"Isi nya kotak musik!" kata Sandra.
Leon cemberut mendengar nya. "Sandra! Alasan orang membungkus kado adalah supaya yang ulang tahun bisa membuka nya dan merasa pensaran pada isi nya. Jadi sewaktu bungkus nya sudah terbuka, dia akan merasa surprised. Kau baru saja menghentikan kesenanganku untuk sebuah kejutan!"
Sandra menatap Leon tanpa merasa bersalah. "Ops! Aku kelepasan ngomong kalau begitu. Toh kau akan mengetahui nya
cepat atau lambat! Jadi lebih baik aku memberitahumu secepatnya!"
"Sudahlah!" kata Leon menghentikan perdebatan mereka. "Kau mau melihat-lihat rumahku""
"Bukankah seharus nya kau bersiap-siap untuk potong kue dan tiup lilin"" tanya Sandra.
Leon memandang Sandra sambil menggeleng. "Hei, Non, lihat jam tanganmu. Ini sudah jam berapa" Aku sudah melakukan kedua hal itu setengah jam yang lalu!"
Sandra melihat jam tangan nya. "Aku baru sadar bahwa aku sangat terlambat!" kata nya. "Kau khawatir aku tidak datang, ya""
"Aku takut kau kenapa-napa di jalan!" Leon bersungut kesal.
Kepedulian Leon membuat hati Sandra tersentuhg. "Maaf deh!" kata Sandra sambil tersenyum. "Habis aku juga kelupaan waktu! Leon, pestamu meriah sekali! Belum pernah melihat pesta ulang tahun sehebat ini!"
"Pestaku keenam belas lebih hebat daripada ini!" Leon memberitahu.
"Oya" Tapi kenapa umur enam belas, bukan tujuh belas""
Leon menatap mata Sandra dengan tenang. "Karena para dokter memperkirakan aku tidak akan bertahan sampai umur enam belas tahun."
Sandra langsung terdiam. "Jadi sewaktu aku masih bisa merayakan ulang tahunku yang keenam belas..." lanjut Leon. "Mama benar-benar mempersiapkan nya sehebat mungkin! Kalau di piker-pikir tiap tahun juga Mama selalu merayakan ulang tahunku semeriah mungkin!"
Itu karena mamamu tidak tahu kapan kau akan berhenti merayakan nya! kata Sandra dalam hati. "Aku suka musik ini!" kata Sandra.
Leon mendengar grup band membawakan lagu lembut. "Aku juga menyukai nya!"
Leon berdiri dan mengulurkan tangan nya pada Sandra. "Kau mau dansa denganku""
Sandra tersenyum dan menyambut uluran tangan Leon.
Mereka berjalan ke tengah ruang tamu. Leon memeluk pinggang Sandra dan mereka mulai berdansa. Sandra mengernyit kesakitan. Dia baru ingat kalau sepatu hak tinggi nya membuat kaki nya sakit.
Leon menghentikan dansa nya. "Ada apa""
"Sepatu ini!" kata Sandra kesal. "Aku benar-benar menderita dibuat nya. Kakiku sakit semua!"
Leon tersenyum. "Kalau begitu lepas saja."
Sandra memandang Leon dengan bingung.
"Tidak ada guna nya kita berdansa kalau tidak menikmati nya. Jadi lepas saja sepatumu kalau itu membuat kakimu sakit!"
"Tapi..." "Sandra!" tegas Leon. "Lepas saja!"
Sandra membungkuk untuk melepas sepatu nya. Setelah itu dia merasa lega. Leon tersenyum, lalu dia juga melakukan hal yang sama, membuat Sandra menatap pemuda itu bingung.
"Kau melepas sepatumu, aku juga melepas sepatuku!" kata Leon. "Ini baru adil, bukan""
Sandra terbahak senang. "Nah, sekarang bisakah kita berdansa"" tanya Leon.
Sandra mengambil tangan Leon dan meletakkan di pinggang nya. "Ayo, dansa!"
Sesekali mereka bertubrukan satu sama lain dan menginjak kaki lawan nya.
"Auwww!" teriak Leon. "Kenapa kau menginjak kakiku""
"Karena kau menghalangi jalanku!" kata Sandra.
"Kau seharus nya mundur." Kata Leon. "Bukan nya maju!"
"Kau yang seharus nya mundur!" balas Sandra. "Lagi pula kau belajar dansa dari mana sih" Payah sekali!"
"Biar kau tahu, ini dansa pertamaku!" kata Leon.
"Pantas!" kata Sandra.
"Memang nya kau pernah belajar dansa sebelum nya"" tanya Leon.
"Tentu saja... " kata Sandra. "Belum. Hehehe... ini juga dansa pertamaku!"
Kedua nya pun terbahak berbarengan.
"Kita benar-benar payah!" kata Sandra.
"Ya!" kata Leon setuju.
Saat itu musik sudah berhenti.
"Seperti nya musik sudah berhenti!" kata Sandra.
Leon memeluk pinggang Sandra lagi dengan lembut. "Jangan bergerak! Kita berdansa seperi ini saja!"
Sandra merebahkan kepala nya di bahu Leon dan tersenyum.
Ya! Begini jauh lebih nyaman, kata Sandra dalam hati.
Setelah nya, Leon mengantar Sandra melihat-lihat rumah nya. Ketika malam sudah semakin larut dan Sandra ingin pulang, Leon mengatakan dia ingin mengantar nya.
"Lalu bagaimana dengan tamumu yang lain"" tanya Sandra.
"Kaulah tamuku!" kata Leon. "Tunggu sebentar!"
Leon bergegas ke lantai atas mencari-cari sesuatu. Ketika menemukan nya, dia mengambi nya dan kembali ke hadapan Sandra.
"Ini!" kata Leon sambil menyodorkan nya pada Sandra.
"Pakailah!" Sandra melihat sandal berbulu bergambar beruang di hadapan nya. "Aku tidak mau memakai nya!"
"Daripada kau mengenakan sepatu hak tinggi itu bukankah lebih baik pakai sandal ini""
Sandra menatap Leon putus asa. "Apa tdak ada sandal lain""
Leon tertawa. "Sebenar nya sih ada, tapi aku ingin kau mengenakan yang ini! Pasti cocok!"
"Kau mau mengerjaiku, ya""
"Ayolah, Sandra!" kata Leon. "Anggap saja ini permintaan dari orang yang berulang tahun!"
Sandra memelototi Leon. "Baiklah!"
Leon melihat penampilan Sandra dari atas sampai bawah. Sandra jadi aneh dan lucu. Dan itu membuat Leon tertawa terbahak-bahak.
"Kalau kau berani tertawa lagi." ancam Sandra lalu berjalan ke arah pintu depan.
"Ayo, pergi!" kata Leon
Sesampai nya di rumah, Sandra buru-buru membuka pintu penumpang. "Terima kasih ya, Leon." Dia ingin cepat-cepat mengganti sandal konnyol itu.
"Sama-sama!" kata Leon. "Hari ini adalah pesta terbaik sepanjang hidupku!"
Sandra melangkah masuk ke rumah.
"Sandra!" teriak Leon. "Kau lupa sepatumu!"
Sandra berbalik dan mengambil sepatu hal tinggi nya dari Leon sambil menahan malu. "Bye!" kata nya.
Saat Sandra sudah masuk, tawa Leon tidak terbendung lagi.
"Malam ini kau kelihatan nya senang sekali, Leon!" kata Pak Budi.
"Ya!" jawab Leon sambil tersenyum.
"Syukurlah kau bisa bergembira!" Pak Budi merasa senang.
"Pak Budi!" kata Leon. "Aku tidak akan melupakan kejadian malam ini seumur hidupku!"
Sandra menguap lebar di kamar nya. Rumus-rumus fisika bertebaran di pikiran nya. Bagaimana aku menghafal semua nya" batin Sandra putus asa. Besok adalah ujiam terakhir semester ini. "Sandra!" teriak mama nya dari lantai bawah. "Telepon untukmu!"Sandra mengambil telepon yang ada di samping tempat tidur nya. "Halo!" kata nya sambil menguap. "Wah, kau kedengaran mengantuk!" kata suara di ujung telinga nya. "Leon!" kata nya tanpa semangat. "Ada apa menelepon"" "Aku hanya ingin menanyakan kabarmu!" kata nya. "Bagaimana hasil belajar nya"" "Payah!" jawab Sandra. "Kau mau aku membantumu ke sana"" tanya Leon. "Tidak-tidak!" bantah Sandra. "Aku kapok diajari olehmu.
Aku hanya perlu istirahat sebentar!"Leon tertawa. "Jangan-jangan, kau malah ketiduran!" "Mungkin!" sahut Sandra. "Sudah minum dua cangkir kopi tetap saja mengantuk. Seperti nya aku harus mengingat hal ini kalau-kalau aku tidak bisa tidur kapan-kapan. "Leon tertawa lagi. "Ayolah, tidak mungkin separah itu! Kalau kau sudah penat, jangan dipaksa. Kalau kau masih mengantuk juga, coba saja cuci mukamu dengan air dingin!" "Yah! Barangkali aku bisa mencoba nya!" kata Sandra. "Aku meneleponmu karena aku ingin mengajakmu ke suatu tempat besok! " kata Leon. "Karena ujian sudah berakhir, bagaimana kalau kita makan bareng di restoran yang baru buka di dekat sekolah itu"" "Oh ya, ide bagus!" "Aku tunggu kau sepulang sekolah!" "Oke!" jawab Sandra. "Omong-omong, kau sendiri tidak belajar"" "Oh, aku sih sudah selesai satu jam yang lalu!" kata Leon. "HAH"" Satu jam yang lalu"" tanya Sandra keheranan. "Kok bisa"" "Aku memang cepat kalau menghafal!" kata Leon. "Lagian otakku lebih encer disbanding punyamu!" "Apa kau bilan
g"" Enak saja!" "He, kenapa marah"!" kata Leon lagi sambil menahan tawa. "Itu kan kenyataan. Menghafal rumus saja kau tidak masuk-masuk!" "Aku akan buktikan kalau besok aku bisa mengerjakan ujian dengan baik!" tantang Sandra. "Sekarang juga aku akan belajar. Dadah!"Sandra menutup telepon nya dengan kesal.Memang nya hanya dia saja yang punya otak encer" Ujar Sandra kesal.Sandra melihat buku di depan nya dan meringis. Dia mulai membuka buku itu lagi dengan malas.Ketika Sandra terbangun keesokan hari nya, dia kaget karena kesiangan. Dia bangun dan cepat-cepat bersiap-siap ke sekolah. Dia tiba di kelas nya sesaat sebelum ujian di mulai. Ia menarik napas lega.Soal ujian dibagikan dari depan ke belakang. Saat kertas itu tiba di meja nya, Sandra memandang kertas dengan ngeri. Dua jam kemudian, Sandra berjalan keluar kelas dengan langkah loyo.Tetapi kemudian dia tersenyum saat teringat janji nya bersama Leon sepulang sekolah. Sandra menghampiri kelas Leon. Mata nya menyapu ruang kelas, tetapi yang dicari nya tidak berada di sana. "Hei!" kata nya pada salah satu teman sekelas Leon. "Kau lihat Leon tidak""Teman sekelas Loen menjawab. "Kau belum tahu ya" Kemarin malam Leon dibawa ke rumah sakit. Kata nya kini ia dirawat di ICU!"Sandra terpaku mendengar berita tersebut. Semalam Leon masih sempat bercanda dengan nya. Hari ini dia sudah berada di rumah sakit. Sandra berlari sekencang nya keluar dari sekolah dan menyetopi taksi.Sandra berdoa semoga Leon tidak apa-apa. Sandra meneroos rumah sakit setelah dia tiba di sana. Di depan ruang ICU, Sandra melihat Papa Leon sedang duduk sambil menutup wajah nya. "Oom!" kata nya. "Bagaimana keadaan Leon""Papa Leon menatap Sandra. "Dia sekarang sudah tidur. Keadaan nya sudah stabil!"Sandra mendesah lega. "Syukurlah kalau begitu!" "Jantung nya sempat berhenti tadi pagi!" kata Papa Leon sedih.Sandra hampir menangis mendengar berita itu. "Aku ayah yang payah!" desah papa Leon. "Aku bisa menyelematkan nyawa orang lain, tetapi nyaris tidak mampu menyelamatkan nyawa anakku sendiri. Sungguh ironis, bukan"" "Oom nggak payah kok! Leon saja bercita-cita ingin menjadi dokter seperti Oom!" "Oya"" Papa Leon sedikit terhibur.Sandra mengangguk. "Oom, bolehkah saya menjenguk Leon""Papa Leon mengangguk. "Oke. Masuklah!"Sandra memasuki ruang ICU perlahan-lahan. Di tempat tidur yang diletakkan di tepi dinding kaca dia melihat Leon sedang tertidur. Disentuh nya kaca di depan nya dengan tangan nya. Dia ingin menyentuh Leon. "Cepat sembuh, Leon!" kata Sandra. "Kalau sudah sembuh, kau boleh mengejekku semaumu! Aku tidak akan keberatan!"Seakan-akan bisa mendengar suara nya, Leon membuka mata nya.Leon memandang ruangan di sekitar nya dengan bingung. Hal terakhir yang diingat nya adalah dia sedang menelepn Sandra. Saat menutup telepn, Leon merasakan nyeri di dada hingga membuat nya pingsan.Sudah berapa lama aku di sini" Tanya nya dalam hati.Kemudian pandangan nya beradu dengan mata Sandra yang menatap nya dengan sedih. Leon tertawa lemah. "Hai!" kata Leon lemah.Sandra tidak bisa mendengar perkataan Leon, tapi dia bisa membaca gerakan bibir pemuda itu. "Hai!" balas Sandra.Senyum Sandra menghangatkan hati Leon.Karena Leon tidak bisa mendengar suara nya, Sandra menggerakkan tangan nya di kaca dan menulis dengan jari nya.SAKIT"Leon memberikan jawaban nya dengan cara yang sama.TIDAK LAGI.Kedua nya tersenyum.Leon teringat kalau hari ini seharus nya dia mengikuti ujian disika di kelas nya. Lalu dia menggerakkan jari nya lagi.UJIAN"Sandra terdia, sesaat. Terus terang Sandra tidak bisa mengerjakan nya dengan baik. Tapi demi kebaikan Leon dia berbohong.Sandra tersenyum ceria sambil mengangkat jempol nya, menandakan dia bisa mengerjakan ujian nya.Leon tersenyum tertahan, lalu menulis lagi dengan jari nya.BOHONG.Saat itu Sandra tertawa. Rupa nya dia tidak bisa menipu Leon. Leon meletakkan telapak tangan kanan nya di kaca. Perlahan Sandra juga mengangkat tangan kiri nya di kaca itu sampai telapak tangan mereka berdua bertemu. Mereka bertatapan tanpa berkata apa-apa.***Lima hari kemudian, Leon membereskan barang nya dari lemari rumah s
akit. Sandra mengetuk pintu ruangan nya dengan gembira. Para dokter mengatakan kesehatan Leon pulih dengan cepat. Mereka menyebut nya sebagai keajaiban.Ketika Sandra mengatakan omongan para dokter itu, Leon hanya tersenyum. "Mungkin belum waktu nya!" kata Leon tenang.Sandra menatap Leon yang sedang membereskan baju nya. "Sini, biar aku bantu!" kata Sandra. "Terima kasih!" ucap Leon sambil tersenyum. "Mungkin sebentar lagi Pak Budi menjemput!" kata Leon. "Aku mau menunggu nya di depan pintu rumah sakit. Jadi Pak Budi tidak usah parker lagi. Aku sudah tidak sabar ingin keluar dari sini!" "Kalau begitu, ayo kita pergi!" Sandra menutup risleting tas Leon. "Biar aku yang bawa!" kata Leon mau mengambil tas nya. "Kau kan baru sembuh!" Sandra menepis tangan Leon. "Aku saja yang bawa!" lalu Sandra bergegas keluar dari kamar Leon. Leon mengangkat bahu dan mengikuti nya.Setelah lima menit menunggu di depan rumah sakit dan tidak ada tanda-tanda mobil Leon muncul. "Leon sebaik nya kita masuk saja dahulu!" kata Sandra.Leon menggeleng. "Aku tidak mau masuk lagi ke dalam sana setelah aku bisa keluar sekarang!"Sandra menatap hujan yang turun dengan deras. "Tapi cuaca nya dingin sekali!"Tenang saja, sebentar lagi juga Pak Budi datang kok!" kata Leon.Sandra meletakkan tas Leon di lantai dan membuka jaket nya. "Ini!" seru nya. "Pakailah!" Leon membelak menatap jaket yang ditawarkan Sandra. Dia memerhatikan jaket merah Sandra dengan tatapan tidak percaya. Warna nya merah mencolok dan di depan nya terdapat gambar kartun seorang gadis yang sedang tersenyum menampakkan gigi ompong nya. Jaket itu bertuliskan "Are you ready for school. "Leon menggeleng ngeri. "Aku tidak akan memakai nya!" Sandra tersenyum sesaat. "Kau harus pakai! Nanti kalau kau kedinginan dan sakit lagi, bagaimana"" "Aku rasa aku lebih kedinginan saja!" kata Leon. "Aku tidak akan membiarkanmu sakit lagi!" sanggah Sandra. Dia menangkap tangan Leon dan mengenakan jaket merah nya ke badan cowok itu. Tahu-tahu Sandra sudah menutup tisleting jaket di badan nya. "Nah! Selesai!" kata Sandra.Leon memandang nya dengan tatapan tidak suka. Seorang pengunjung rumah sakit menatap Leon sambil menahan tawa.Leon semakin cemberut. "Ayolah!" kata Sandra menghibur. "Tidak seburuk itu kok!"Tapi lima detik kemudian Sandra tertawa terbahak-bahak.Mendengar tawa Sandra, Leon semakin kesal. "Anggap saja itu balasan atas sandal konyol yang kau berikan padaku tempo hari!" bisik Sandra. "Tapi itu lain!" protes Leon. "Kau langsung pulang dengan mobilku tanpa bertemu siapa-siapa. Sekarang semua orang bisa melihatku!"Sandra tertawa. "Aku tahu! Itu yang membuat nya semakin menarik!" Dalam hati Leon mengumpat. Lima menit kemudian, mobil Leon tiba. Leon cepat-cepat masuk ke pintu penumpang. Sandra mengikuti nya sambil terkikik geli.Di dalam mobil, Pak Budi juga memerhatikan jaket yang dikenakan Leon. Leon menyuruh Pak Budi mengantar Sandra ke rumah nya. "Istirahat yang banyak!" kata Sandra ketika sudah tiba di depan rumah nya.Leon mengangguk. "Masuklah!" Leon memandang jaket yang dikenakan nya sambil mendesah. Hari-hari bersama Sandra memamng tidak pernah membosankan. Sesampai nya di rumah, Leon disambut oleh mama nya di depan pintu. "Leon!" Mama memeluk nya. Lalu wanita itu memandang jaket yang dikenakan putra nya sambil menahan tawa. "Ayo masuk!" ajak Mama lagi.Mama rupa nya telah menyiapkan makanan dan minuman untuk Leon. "Makan dahulu!" kata nya.Leon mulai memakan masakan mama nya. "Kau mau ganti baju sekarang"" tanya mama Leon.Leon menyentuh jaket yang dikenakan nya. Entah mengapa dia merasa sayang melepaskan jaket itu setelah Sandra tidak ada. "Nanti saja, Ma. Aku mau makan dulu. " Leon berbohong.Mama nya tersenyum mengerti.***Sandra melangkah ke kamar mama nya. Dia mengetuk pintu kamar mama nya lalu masuk.Widia sedang bersiap-siap menghadiri pertemuan dengan para rekan nya. "Ada apa, Sandra"" tanya Widia. "Aku mau memberi sesuatu." Kata Sandra.Sandra memberikan bingkai foto yang dipegang nya pada mama nya.Widia menatap foto di dalam nya. Itu foto diri nya dan Sandra saat putri nya mencoba gaun pesta di t
oko. Seorang pelayan toko ingin memfoto Sandra mengenakan gaun tersebut dan memajang di took nya. Lalu dia juga meminta mereka berdua untuk berfoto. "Aku tidak tahu bagaimana berterima kasih atas bantuan Mama waktu itu!" kata Sandra. "Aku hanya punya foto ini untuk Mama!" "Oh, Sandra!" Widia terharu. Dielus'y kepala putri nya dengan penuh sayang. "Ini indah sekali!" "Mama bisa memajang nya di meja kantor Mama!" kata Sandra. "Terima kasih, Sandra!" kata Widia senang. Hari ini adalah hari pembagian rapor. Sandra duduk di kelas nya dengan khawatir. Dalam hati kecil nya dia tidak ingin membuat Leon dan mama nya kecewa. Pak Donny masuk ke kelas sambil membawa rapor dan banyak kartu pos. "Hari ini kalian akan mendapatkan hasil belajar kalian selama satu semester ini!" kata Pak Donny. "Tapi sebelum nya ada sesuatu yang ingin Bapak sampaikan! Sebagaimana yang telah kalian ketahui, di seberang sekolah kita telah dibuka kantor pos baru. Mereka ingin memberikan kartu pos pada kalian sebagai kenang-kenangan." Lalu Pak Donny meletekkan setumpuk kartu pos pada meja terdepan masing-masing. "Bapak yakin kalian akan menikmati liburan kalian setelah pembagian rapor ini. Jadi kartu pos ini dapat kalian gunakan untuk mengirim kabar pada teman kalian saat kalian pergi ke luar kota atau luar negeri!"Sandra melihat sekilas kartu pos nya yang berwarna biru, lalu memasukkan nya ke tas. "Nah." Kata Pak Donny. "Sekarang Bapak akan membagikan rapor berdasarkan urutan nama kalian. Bagi yang nama'y dipanggil silakan maju kedepann." Pak Donny menatap murid yang duduk dihadapan nya. Dia membuka rapor di tangan nya. "Bapak tidak harus mengatakan apa!" kata Pak Donny.Sandra merasa putus asa. "Nilai-nilaimu memang masih kurang!" kata Pak Donny. "Tapi Bapak tahu kau sudah berusaha. Kau masih punya kesempatan untuk memperbaiki nilaimu semester depan. Walau begitu Bapa tetap merasa senang karena tidak ada satu pun nilai merah di rapormu." "Tidak ada yang merah"" tanya Sandra terkejut. "Ya!" kata Pak Donny sambil tersenyum. "Kelihatan nya kau sudah berusaha memperbaiki nilaimu dibandingkan tahun lalu. Bapak tahu kau bukan anak yang bodoh dan sampai saat ini Bapak tidak menyesal karena telah memberikan kesempatan padamu untuk membuktikan hal itu pada dirimu sendiri. Jadi semester depan, cobalah berusaha lebih baik lagi!"Pak Donny menunjukkan rapor Sandra pada nya. "Ini! Kau bisa melihat sendiri!"Sandra melihat nilai-nilai di rapor nya. Memang banyak nilai enam nya, tapi tidak ada nilai merah. Nilai yang bagus hanyalah nilai olahraga, ia mendapat nilai delapan. "Berjuanglah semester depan, Sandra!" Pak Donny memberi semangat. "Terima kasih, Pak!" Sandra tersenyum.Sandra keluar dari kelas sambil tersenyum. Leon sudah mengingatkan nya dari pagi bahwa dia ingin melihat rapor Sandra.Sandra tidak melihat Leon di kelas nya. "Kau tahu di mana Leon"" tanya Sandra pada salah seorang teman sekelas nya. "Oh! Dia dipanggil ke ruang guru!" kata nya.Sandra langsung pucat. Apakah gara-gara nilai rapor Leon yang menurun" Tanya nya panik.Sandra berlari ke ruang guru. Dia menunggu sampai akhir nya Leon keluar. "Leon!" sapa nya. "Kenapa kau dipanggil" Memang ada masalah dengan nilai rapormu""Leon mengangguk tanpa semangat. Tangan nya memegang rapor nya dengan lemas. "Tidak apa2, Leon. Kan masih ada semester depan. Kau pasti bisa berusaha lebih baik lagi di semester depan. Pasti nilai nya tidak akan lebih parah dari nilai raporku, kan"" hibur Sandra.Leon menatap Sandra dengan serius. "Bagaimana rapormu""Sandra memberikan rapor nya pada Leon. "Tidak jelek! Setidak nya tidak ada nilai merah sama sekali! Semester depan kita berusaha sama-sama, oke! "Leon melihat nilai rapor Sandra. "Aku senang tidak mendapatkan nilai merah!" "Boleh aku melihat rapormu"" balas Sandra.Leon menggeleng.Sandra penasaran dan direbut nya rapor Leon dari tangan nya. "Sandra!"Sandra terkejut melihat rapor Leon. "Nilaimu tidak ada yang jelek!" kata Sandra. "Semua nya dapat nilai Sembilan!" "Memang!" kata Leon santai. "Kalau begitu kenapa kau dipanggil ke kantor guru"" tanya Sandra bingung.Leon akhir nya tertaw
a. "Aku tadi hanya ingin menggodamu. Aku dipanggil ke sini karena para guru mau kasih hadiah atas prestasiku sebagai juara umum. " "Hah""" Juara umum"""" tanya Sandra. "Jadi. kau bohongi aku ya tadi""""Leon mengangguk. "Aku tidak menyangka bisa menipumu!"Sandra cemberut kesal. "Sebel!!" "Aku hanya ingin bercanda!" "Tunggu dulu, ada yang tidak aku mengerti!" kata Sandra. "Waktu itu kan kau tidak ikut ujian fisika!" "Hei, Non, ada yang nama nya ujian susulan!" jawab Leon. "Bagimana dengan nilai olahragamu"" tanya Sandra bingung. "Kok bisa dapat nilai Sembilan" Bukan nya kau tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga!" "Pak Guru memberikan tugas lain untukku!" kata Leon. "Kliping tentang olahraga!"Sandra akhir nya mengerti. Dalam kondisi sakit pun Leon bisa menjadi juara umum.Mereka berjalan ke taman sekolah dan duduk di bangku. "Kau dapat kartu pos hari ini"" tanya Leon. "Punyaku warna kuning!"Sandra mengangguk dan mengeluarkan kartu pos biru nya dari tas. Leon juga menunjukkan kartu pos nya. "Aku suka biru!" Sandra mengambil kartu pos di tangan Leon, menukar nya dengan kartu pos di tangan nya. "Nah, sekarang kau punya yang biru!"Leon tertawa. "Terima kasih! Jadi... kau akan pergi ke mana liburan ini" Menemui papamu"" "Entahlah, aku belum memutuskan!" kata Sandra. "Kalau kau sudah memutuskan, bawa kartu posmu dan kirimkan padaku. Tulis semua yang kau kerjakan. Oke"" "Sip!" kata Sandra.Leon menarik napas dalam-dalam. "Sandra..." kata Leon tiba-tiba. "Ada yang harus aku katakan kepadamu." "Apa"" Leon menarik napas lagi. "Kemarin Papa berbicara padaku. Para dokter menyarankan agar aku menjalani operasi jantung." "Kenapa"" protes Sandra. "Bukankah kau baik-baik saja" Minggu kemarin kau keluar dari rumah sakit karena kau sudah membaik, kan""Leon menggeleng. "Kemarin aku menjalani pemeriksaan lagi. Para dokter menyimpulkan aku harus menjalani operasi." "Apakah begitu parah"" tanya Sandra sedih. "Aku sungguh tidah tahu!" kata Leon. "Operasi ini sangat berisiko. Papa tidak mau aku menjalani nya, tetapi ada kemungkinan aku bisa hidup sehat setelah menjalani nya!" "Tapi ada kemungkinan kau juga akan meninggal!" Sandra menyela nya.Leon mengangguk. "Kalau begitu jangan dioperasi!" seru Sandra. "Setidak nya kau masih bisa hidup lebih lama lagi, kan""Leon menatap mata Sandra. "Aku sudah memutuskan untuk menjalani operasi, Sandra!" "Mengapa"!!" teriak Sandra. "Kau bisa meninggal, Leon!!" "Aku tahu!!" balas Leon keras.Leon ingin meraih tangan Sandra, tapi Sandra menepis nya. Sandra menangis di hadapan Leon. "Dulu Papa yang pergi, sekarang kau yang akan pergi! Aku tidak mau!!! Aku benci dirimu!!! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi!!!"Sandra berlari meninggalkan Leon. "Sandra!!!" teriak Leon putus asa. "Mengapa"!"" teriak nya sambil mendongakkan kepala nya ke langit. "Ini sungguh tidak adil! Leon adalah anak yang baik, kenapa dia harus menanggung semua ini""Sandra pulang ke rumah nya dan langsung menuju kamar nya.Dia menangis keras-keras. Seharus nya aku tidak berteman dengan nya, teriak Sandra dalam hati,aku toh sudah tahu kalai dia punya penyakit mematikan. Aku saja yang bodoh. Aku harus berusaha melupakan nya. Aku tidak mau ada orang yang menyakitiku lagi.Bodoh! Untuk apa memedulikan nya! Kalau dia mau dioperasi, operasi saja, apa hubungan nya denganku" Toh itu nyawa nya. Aku tidak mau berteman dengan nya lagi. Berapa kali aku harus melakukan kesalahan" Menyayangi seseorang itu terlalu menyakitkan.***Sementara itu Leon merasa sedih oleh penolakan Sandra. Tetapi dia tahu saat ini sahabat nya itu sebetul nya ketakutan. Dia merasa tidak berdaya karena tidak ada satu pun yang bisa dia lakukan untuk meringankan beban di hati gadis itu.***Sandra berjalan bolak-balik di kamar nya selama beberapa menit terakhir. Dia merasa dikhianati teman terbaik nya. Tega-tega nya dia memutuskan sendiri ingin dioperasi tanpa memberitahukanku" Bukankah kami berteman" Kenapa dia tidak menanyakan pendapatku dulu"Perasaan nya saat ini hampir sama seperti saat papa nya pergi ke luar negeri. Tapu kali ini hati nya lebih sakit.Aku tidak boleh menemui nya lagi! Kata Sand
ra dalam hati.Lalu mengapa hati nya terasa hampa" Tanpa sengaja tatapan Sandra jatuh pada CD di depan nya. Hadiah ulang tahun dari Leon. Sandra menangis lagi. Setelah itu dia keluar dari kamar nya sambil berlari sekencang-kencang nya.***Leon menyentuh tuts piano nya dengan jari nya. Dalam benak nya teringat kenangan bersama Sandra di ruang musik ini. Leon tersenyum. Dia akan membawa kenangan itu bersama nya apa pun yang terjadi. Jari nya kemudian memainkan lago Do-Re-Mi, lagu yang sangat disukai Sandra.***Sandra bernapas terengah-engah. Dia mencari Leon di taman sekolah, tapi tidak menemukan nya. Sudah pulangkah dia" Tanya nya dalam hati.Saat itu dia mendengar suara piano dari ruang musik. Sandra berjalan perlahan mendekati ruangan itu. Sandra melihat Leon sedang memunggungi nya dan memainkan musik kesukaan nya. Semua kenangan pertemuan mereka bermunculan di benak nya.Seakan-akan menyadari diri nya tidak sendirian, Leon menghentikan permainan piano nya dan membalikkkan badan nya. Dilihat nya Sandra sedang menatap nya dengan sedih. "Aku kira kau tidak mau melihatku lagi!" kata Leon.Sandra melangkahkan kaki nya mendekati Leon. "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu." "Apa"" "Kenapa kau memutuskan untuk dioperasi padahal itu bisa membahayakan nyawamu"" "Karena aku ingin punya kesempatan untuk sembuh dan menemanimu!" kata Leon.Sandra menangis. "Dulu aku tidak pernah takut karena aku tidak [ernah memedulikan apa pun. Sekarang setelah bertemu denganmu, aku takut kehilangan segala nya. Aku taku sekali, Leon!" "Kau kira aku tidak takut"" tanya Leon lembut. "Tentu saja kau pasti takut." Kata Sandra. "Kau bisa kehilangan nyawamu!" Leon menggeleng. "Bukan itu yang aku takutkan. Aku tidak takut mati, Sandra. Aku sudah bisa menerima nya sejak dahulu. Itu hanya masalah waktu saja. Yang paling aku takutkan adalah kehilanganmu!" "Leon." kata Sandra lemah. "Aku juga takut kehilanganmu! Amat sangat takut!" "Aku tetap akan menjalankan operasi itu, Sandra!" tegas nya.Sandra mengangguk. "Aku tahu! Aku akan menemanimu!" Leon menggenggam tangan nya. "Terima kasih!" "Kapan operasi nya"" tanya Sandra. "Minggu depan!" kata Leon. "Secepat itu"!" tanya Sandra gusar. "Aku rasa lebih cepat lebih baik. Kondisi jantungku semakin memburuk, Sandra. Jadi aku ingin melakukan nya sebelum terlambat. Besok aku sudah harus berada di rumah sakit. "Sandra tertawa. "Kenapa tertawa"" tanya Leon. "Aku hanya merasa lucu, karena untuk pertama kali nya aku liburan di rumah sakit. Pengalaman unik, lain daripada yang lain!"Leon ikut tertawa. "Aku selalu liburan di rumah sakit! Tapi rumah sakit tidak terlalu jelek kok, kau bisa makan di kantin yang tidak aka dua nya. Menggoda suster malam-malam dengan berkeliaran di lorong-lorong rumah sakit sambil membungkus tubuhmu dengan seprai putih." "Wah, kelihatan nya menarik!" kata Sandra tertawa terbahak-bahak. "Percayalah! Aku pernah melakukan semua itu!" kata Leon tertawa jail. "Ternyata kau nakal juga ya!" kata Sandra. "Kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan di rumah sakit tanpa diomeli karena kau sedang sakit!"Leon terdiam lagi. "Ada apa"" tanya Sandra. "Hanya satu hal yang tidak bisa aku lakukan di rumah sakit!" kata Leon mengakui. "Apa"" Sandra penasaran. "Aku tidak bisa merasakan kehidupan normal seperti orang lain!" kata Leon jujur.Sandra menatap Leon dengan sedih dan menggenggam tangan nya. Hari ini Sandra berada di rumah Leon untuk bersama-sama kerumah sakit. Leon akan dioperasi minggu depan. Sandra menemui kedua orangtuapemuda itu.
"Terima kasih kau mau menemani nya di rumah sakit!" kata mama Leon. "Leon terlihat gembira setiap bersamamu!"
"Oom, Tante." Kata Sandra. "Saya ingin memohon satu hal!"
"Apa, Sandra""
"Sebelum saya membawa Leon ke rumah sakit, saya inginmembawa nya ke suatu tempat!"
Papa dan mama Leon terdiam.Sandra menunduk. "Saya mohon. Satu jam saja!"
"Baiklah, Sandra!" kata nya. "Kau boleh melakukan nya."
"Terima kasih, Oom!" kata Sandra lega.
"Seharus nya Oom yang berterima kasih karena kau telah memberi kebahagiaan pada putra kami!" papa dan mama Leon tersenyum.
Sand ra menggeleng. "Oom salah! Leonlah yang telah memberi saya sebuah kehidupan dan kebahagiaan! Putra Oom dan Tante adalah manusia yangistimewa. Saya permisi dahulu!"
Sandra meninggalkan kedua orangtua Leon yang sedang berpelukan. Lalu dia mengatakan keinginan nya pada Pak Budi yang akan mengantar mereka ke rumah sakit. Setelah itu Sandra menunggu Leon di ruang tamu.
"Kau sudah siap"" tanya Sandra ketika melihat Leon yang turun dari tangga.
Leon mengangguk. Setengah jam kemudian, Leon menatap Sandra kebingungan.
Mereka berhenti di sebuah taman rekreasi.
"Kenapa kau membawaku kemari"" tanya Leon. "Bukankah kita harus ke rumah sakit""
Sandra malah balik bertanya. "Pernahkah kau kemari"" Leon menggeleng.
Sandra mengulurkan tangan nya. "Kemarin kau mengatakan bahwa ada satu hal yang tidak bisa dilakukan di rumah sakit. Kehidupan normal. Nah,Leon aku akan memberimu kesempatan untuk merasakan kehidupan normal selama 3600 detik di taman rekreasi ini."
"Percayalah padaku!"
Leon melihat mata Sandta yang bersinar, lalu dia menyambutuluran tangan gadis itu.Ketika memasuki arena taman rerkreasi, Leon melihat sekeliling nya dengan senang.
Leon gembira Sandra mengajak nya kemari.Sandra menggenggam tangan nya dan langsung menuju sebuahkomidi putar. "Ayo, kita naik!"
Leon melihat keadaan sekeliling nya dan memprotes. "Tapi kebanyakan yang naik anak kecil!"
"Jadi kenapa"" Sandra mengangkat bahu nya. "Kalau kita mau main, sebaik nya kita main bersama. Aku tahu kau tidak bisa naik atraksi yang lain, tetapi aku bisa menemanimu main komidi putar ini!"
Leon tertawa dan akhir nya mereka bermain komidi putar sampai dua kali. Setelah itu mereka berfoto bersama di depan komidi putar. Sesaat sebelum mereka mengambil foto mereka, Sandra menjulurkan lidah nya dan menarik pipi Leon dengan kedua tangan nya. Kedua nya tertawa melihat tampang Leon ketika foto nya jadi sesaat kemudian.
"Kau benar-benar usil!" kata Leon.
Tatapan Leon jatuh pada sekerumunan orang yang sedang mengantre di sebuah stand makanan. Mereka membawa kapas besar berwarna dadu dan memakan nya.
"Apa itu"" tanya Leon.
"Oh, itu gula kapas! Kau belum pernah mencoba nya""
"Belum!" kata Leon. "Enak tidak""
"Rasa nya manis. Mau"" tanya Sandra.Leon mengangguk.Sandra mengantar Leon ke sebuah bangku di bawah sebatang pohon yang rindang. "Kau tunggu di sini saja. Istirahat dulu. Aku akan antre disana!"
Leon memandang Sandra yang sedang mengantre. Lalu dia mengeluarkan kartu pos yang biru yang ada di tas nya dan mulai menulis sesuatu. Sandra, temanku yang paling baik.
Tak berapa lama kemudian, Sandra menghampiri Leon sambil membawa gula kapas berwarna pink.
"Coba rasakan!" kata nya pada Leon.
Leon mengambil sebagian gula kapas itu. "Enak! Manis!"
"Sekarang kita main apa lagi ya"" tanya Sandra. "Naik kincir saja ya""
Leon tertawa melihat antusiasme Sandra.
"Apa kau sudah mulai menikmati kehidupan normalmu"" Tanya Sandra.
"Ya!" "Kalau begitu rencanaku berhasil!" kata Sandra.Sandra membawa Leon berkeliling taman rekreasi. Ketika satujam berlalu, mereka kembali ke pintu keluar. Sebelum kembali ke mobil, Sandraberkata dengan serius.
"Leon, ada yang ingin kukatakan!" kata Sandra.
"Apa itu""
Sandra menggenggam tangan Leon. "Saat kau dioperasi nanti,aku tidak mau kau takut pada apa pun. Kau tidak usah takut kehilanganku, Leon.Aku akan selalu menemanimu. Aku berjanji tidak akan kenapa-napa walaupun kautidak berhasil dioperasi! Aku mungkin akan sangat sedih, tapi aku yakin akubisa melalui nya! Jadi jangan khawatir dan lakukan saja operasimu dengan tenang."
Leon tersenyum. "Aku tahu."
Leon melepaskan pegangan tangan Sandra. "Aku juga tidak ingin kau takut kehilanganku. Sandra, apa pun yang terjadi aku akan selaluberada di sampingmu!"
Leon menujuk hati Sandra. "Aku akan selalu berada di sana!" "Aku tahu!" kata Sandra berkaca-kaca.
"Terima kasih untuk rekreasi nya!" kata Leon sungguh-sungguh. "Ayo,kita ke rumah sakit sekarang!"
Sandra mengangguk. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, mereka tertawa r
iang.Leon tertawa mendengar lelucon Sandra. Lalu tiba-tiba dia merasa sesak napas.
Sandra sangat panik. "Leon, kau kenapa"" Tanya nya gelisah.
"Sandra." kata Leon lemah.
"Jangan berbicara, Leon!" kata Sandra. "Istirahatlah!"
Leon menggeleng. "Aku ingin kau tahu bahwa hari ini aku benar-benar sangat bahagia!"
Melihat muka Leon yang pucat, Sandra benar-benar ketakutan.
"Leon jangan berbicara lagi!" kata Sandra. "Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit! Bertahanlah!"
Leon menggenggam tangan Sandra. "Sandra, aku rasa waktuku telah tiba. Jangan sedih. Aku yakin kau akan baik-baik saja karena kaulah satu-satu nyateman terbaikku."
Setelah itu Leon tidak sadarkan diri. "Leonnnn!!!!" Sandra menjerit keras. "Pak, cepat ke rumah sakit!" teriak Sandra pada Pak Budi.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di rumah sakit dan Leonlangsung dibawa ke ruang operasi. Orangtua Leon sudah menunggu di sana.Setelah satu jam, dokter keluar dari ruang tersebut.Melihat ekspresi dokter tersebut, Sandra tahu bahwa Leontelah pergi. Mama Leon menjerit sambil menangis, sementara papa Leon memeluk istri nya dan ikut menangis.Sandra tidak percaya Leon sudah tiada. Satu jam yang lalu mereka berdua masih tertawa gembira. Kini Sandra tidak bisa mendengar tawa pemuda itu lagi. Para suster membawa tubuh Leon keluar dari ruang operasi,Sandra langsung menghampiri nya. Leon terlihat seperti sedang tidur.
Sandra meraih tangan Leon dan menangis keras-keras.
Tiga hari kemudian Sandra menghadiri upacara pemakaman Leon. Dia mengecat rambut nya kembali kewarna asli nya dan membersihkan kuku nya. Sebelum upacara pemakaman dimulai, papaLeon menghampiri nya. "Ada sesuatu untukmu!" Papa Leon memberikan kartu pos berwarna biru kepada Sandra. Sandra mengambil nya dan membaca nya.
Sandra, temanku yang paling baik...
Saat ini aku sedang mengingat pertemuan pertama kita di ruang musik. Saat kau masuk dengan rambut merahmu itu, aku tahu bahwa hidupku tidak akan sama lagi. Banyak sekali hal yang aku alami bersamamu. Menemanimu menjalani hukuman. Taruhan denganmu. Dansa pertama yang payah di hari ulang tahunku. Menjadi tertawaan orang-orang ketika aku mengenakan jaket merahmu yang konyol. Aku menyukai setiap detik nya.Dan aku juga menyadari satu hal lagi. Bukan perjalanan ke taman rekreasi ini yang membuatku hidupku normal, tetapi kaulah yang membuatku diriku menjadi normal. Aku bisa tertawa bersamamu setiap waktu.Terima kasih, Sandra,karena telah menjadi temanku dan telah menyediakan 3600 detik waktumu ini untukku. Aku tidak akan melupakan nya seumur hidupku.Berjanjilah kau akanselalu kuat walaupun aku tidak berada di sampingmu lagi. Kali ini aku meminta agar kau percaya padaku bahwa apa pun yang terjadi, aku selalu akan berada disampingmu.Aku sayang padamu,Sandra...
Leon Seusai membaca surat itu, air mata Sandra jatuh tak tertahankan. Tiba-tiba bahu nya disentuh oleh seseorang. Sandra melihat ibu nya berdiridi sisi nya. "Mama juga ke sini""
"Mama ingin menghadiri pemakaman teman baikmu!"
Sandra terkejut sekaligus senang mendengar nya.
"Mama menyayangimu, Sandra!" lanjut Widia. "Kau tentu sangat sedih saat ini. Mama hanya ingin kau tahu, kapan pun kau membutuhkan Mama, Mama akan berada di sampingmu."
"Terima kasih, Ma!" kata Sandra.
"Ada satu hal lagi!" kata Widia. "Papamu ada di sini."
"Papa ada di sini"" tanya Sandra terkejut.
Mama nya mengangguk.Papa menyentuh pundak Sandra. Sandra menatap papa nya dan memeluk nya. Dia menangis tersedu-sedu.
"Papa ikut sedih, Sandra!"
"Dia teman terbaikku, Pa!" kata Sandra terisak-isak. "Menangislah sepuas nya!" kata Papa.
Setelah beberapa saat, tangisan Sandra mereda. Papa tersenyum. "Bagaimana kalau kau tinggal bersama Papa"" Sandra melihat pusaran Leon di depan nya. Foto Leon yang sedang tersenyum memandang nya. Sandra tersenyum kembali.
"Aku tidak bisa pergi bersama Papa saat ini." Kata Sandra.
Papa menatap Sandra dengan bingung.Sandra tersenyum lagi. "Ada hal yang harus aku lakukan."
Sandra menjauhi kedua orangtua nya, ia melangkah mendekati papa L
eon. "Oom, bisakah saya minta bantuan Oom""
Setahum kemudian... Sandra berdiri di depan makam Leon. "Hai!" kata nya. "Lama kita tidak berjumpa. Hari ini aku merindukanmu, jadi aku datang ke sini!"
Sandra meletakkan karangan bunga yang dibawa nya di atas makamLeon. "Kau pernah mengatakan bahwa suatu saat nanti aku akan tahu apa yang harus kulakukan dengan hidupku. Aku mengetahui nya di hari pemakamanmu! Aku ingin kau tahu bahwa kau telah memberiku dua hal penting. Seorang teman dan sebuah harapan."
"Oleh karena itu aku bertekad ingin membagi apa yang telahkau berikan padaku kepada orang lain."
Sandra melihat foto Leon lagi dan tertawa pelan.
"Oh ya, liburan kemarin aku pergi mengunjungi papaku di luar negeri. Papa tampak bahagia dengan kehidupan baru nya.menawarku untuk tinggal bersama nya lagi, tapi aku sudah memutuskan untuk tinggal di sini."
Sandra melirik arloji nya. "Wah, gawat, aku terlambat masuk kuliah! Seperti nya kebiasaan burukku masih belum sembuh juga! Saat ini aku menjadi mahasiswa kedokteran. Aku ingin menjadi dokter. Aku ingin menyembuhkan orang-orang sepertimu. Di hari pemakaman aku meminta tolong pada papamu untuk memilihkan universitas kedokteran untukku. Dan di sanalah aku kuliah sekarang.
"Aku harus pergi. Aku akan menemuimu lagi, Leon. "Satu hal lagi!" kata Sandra. "Tahukah kau, betapa sulit nya kuliah kedokteran" Aku harus belajar siang malam. Untung sekali kau tidak perlu merasakan nya."
Sandra tertawa. "Kau mendengar semua yang kukatakan, bukan"" dalam hati Sandra merasa Leon telah mendengarkan nya.Sandra berbalik dan melangkah meninggalkan makam Leon. Tiba-tiba semilir angin menyentuh wajah nya. Sekuntum bunga melati melekat pada tangan nya.Sandra memandang nya dengan teliti.Tanpa sadar dia menghitung kelopak bunga nya.Genap. Ya.Leon mendengar semua ucapan nya. Sandra memejamkan mata nya, lalumendongakkan kepala nya ke langit.
"Aku tahu kau bersamaku di mana pun kau berada, Leon!"
Perlahan-lahan Sandra meninggalkan pemakaman itu sambil tersenyum.
-OOO- 3 Kehidupan 3 Dunia 1 Pedang Siluman Darah 10 Kutukan Brahmana Loka Arya Gerombolan Singa Gurun 2

Cari Blog Ini